ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA MANAJEMEN
KOPERASI SYARIAH DAN KOPERASI KONVENSIONAL Studi Kasus KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera
dan Koperasi Pegawai Departemen Koperasi
SKRIPSI
RORY RIFKI ANDITA
H34087026
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
RINGKASAN
RORY RIFKI ANDITA. Analisis Perbandingan Kinerja Manajemen Koperasi
Syariah dan Koperasi Konvensional. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMAN
M. BAGA)
Koperasi syariah mulai diperbincangkan banyak orang ketika menyikapi
semaraknya pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia. Baitul Maal
Wattamwil yang dikenal dengan sebutan BMT yang dimotori pertama kalinya oleh
BMT Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta, ternyata mampu memberi warna bagi
perekonomian para pengusaha mikro. Permasalahan yang terjadi adalah saat ini
mulai bermunculan lembaga-lembaga keuangan yang berlandaskan akan syariat
islam, salah satu nya koperasi syariah. Mereka menilai pola syariah lebih adil
dibandingkan pola konvensional. Namun hanya sebagian orang yang paham tentang
pola syariah. Oleh karena itu diperlukan analisis tentang perbedaan koperasi syariah
dan koperasi konvensional dilihat dari sisi manajemen.
Tujuan yang hendak dicapai adalah mengetahui perbedaan manajemen kedua koperasi tersebut. Penelitian ini dilakukan pada Koperasi Pegawai Deprtemen
Koperasi (konvensional) dan KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera (syariah). Selain itu
juga akan diteliti tentang kemampuan koperasi syariah untuk berkembang di masa
yang akan datang. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan cara
pendekatan wawancara terhadap kedua koperasi yang dituju dan analisis data
sekunder dari literatur penunjang yang tersedia.
Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan manajemen yang
mendasar dari koperasi syariah dan koperasi konvensional. Dalam setiap pembuatan
dan penerapan kebijakan, koperasi syariah selalu berpatokan pada nilai-nilai syariat
islam. Koperasi syariah mengharamkan riba dan sesuatu yang tidak jelas. Produk-
produk yang diusahakan oleh koperasi syariah juga tidak membolehkan yang haram.
Anggota yang ingin meminjam dana untuk usaha, harus jelas dahulu usaha yang akan
dijalankannya. Apabila usaha tersebut dinilai haram berdasarkan fatwa MUI, maka
dana pinjaman tersebut tidak akan cair. Sedangkan potensi koperasi syariah di masa
yang akan datang dinilai mampu bersaing dan berkembang. Salah satu hasil
penelitian menyebutkan bahwa kinerja keuangan koperasi syariah secara keseluruhan
dinilai lebih baik dibandingkan dengan koperasi konvensional. Selain itu para pakar
koperasi optimis bahwa koperasi syariah akan mampu berkembang dan bersaing.
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA MANAJEMEN
KOPERASI SYARIAH DAN KOPERASI KONVENSIONAL Studi Kasus KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera
dan Koperasi Pegawai Departemen Koperasi
RORY RIFKI ANDITA
H34087026
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departeman Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
Judul Skripsi :Analisis Perbandingan Kinerja Manajemen Koperasi Syariah dan
Koperasi Konvensional
Nama :Rory Rifki Andita
NRP :H34087026
Disetujui,
Pembimbing
Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec
NIP. 19640220 198903 1 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis
Perbandingan Kinerja Manajemen Koperasi Syariah dan Koperasi Konvensional”
adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2011
Rory Rifki Andita
H34087026
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cimahi, Bandung pada tanggal 15 Juni 1987. Penulis
adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sutarjo dan Ibu
A.Miswati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Sukamaju 1 Depok pada
Tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada Tahun 2002 di
SLTPN 7 Depok. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 3 Bogor diselesaikan
pada tahun 2005.
Penulis melanjutkan ke jenjang D3 perguruan tinggi di program studi
Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Institut Pertanian Bogor
jalur regular pada Tahun 2005 dan diselesaikan pada Tahun 2008. Selanjutnya
tercatat sebagai mahasiswa Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus
pada Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Perbandingan
Kinerja Manajemen fKoperasi Syariah dan Koperasi Konvensional”.
Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan manajemen yang diterapkan
oleh koperasi syariah dan koperasi konvensional.
Bogor, Agustus 2011
Rory Rifki Andita
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepasdari bantuan berbagai pihak.
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin
menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing atas arahan, waktu dan
kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji pada sidang yang telah memberikan
banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
3. Yeka Hendra Fatika, SP selaku dosen penguji pada sidang yang telah memberikan
banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Dr. Ir Ratna Winandi, MS selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah
memberikan banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.
6. Pihak Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT BUS, Bapak Lili selaku Manajer
Cabang beserta staf.
7. Pihak Koperasi Pegawai Departemen Koperasi, Bapak Boy Indra K selaku
Manajer USP beserta staf.
8. Orang tua dan saudara tercinta untuk setiap dukungan dan do’a yang diberikan.
Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
9. Teman-teman Agribisnis angkatan V, VI dan VII atas semangat dan sharing
selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. iii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………....... iv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. v
I PENDAHULUAN ……………………………………………...... 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………….... 1
1.2. Perumusan Masalah ……………………………………….... 3
1.3. Tujuan ……………………………………………………….. 6
1.4. Manfaat ……………………………………………………... 6
1.5. Ruang Lingkup …………………………………………….... 6
II TINJAUAN PUSTAKA ……..…………………………………... 7
2.1. Definisi Koperasi …..……………………………………...... 7
2.2. Pondasi Ekonomi Islam:Keadilan …………………………… 9
2.3. Menuju Ekonomi Islam ……………………………………… 10
2.4. Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Syariah ……………………… 10
2.5. Prinsip Bagi Hasil …………………………………………… 13
2.6. Syariah Sebagai Solusi ……………………………………… 14
2.7. Analisis Kinerja Keuangan …………………………………. 15
2.7. Penelitian Terdahulu ………………………………………… 16
III KERANGKA PEMIKIRAN ……………………………………… 19
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ………………………………… 19
3.1.1. Pengertian Manajemen ………………………………. 19
3.1.2. Fungsi dan Proses Manajemen ………………………. 20
3.1.3. Sistem Penggajian (Renumerasi) …………………….. 21
3.1.4. Sistem Karir …………………………………………… 23
3.1.5. Efisiensi Usaha ……………………………………….. 24
3.1.6. Kinerja keuangan ……………………………………. 24
3.1. Kerangka Pemikiran Operasional ……………………………. 27
IV METODOLOGI PENELITIAN …………………………………... 28
4.1. Metode Penelitian …………………………………………….. 28
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………... 28
4.2.1. Tempat Penelitian ……………………………………... 28
4.2.2. Waktu Penelitian …………………………………….... 28
4.3. Jenis dan Sumber Data ……………………………………....... 29
4.3.1. Jenis Data ……………………………………………... 29
4.3.2. Sumber Data …………………………………………... 29
4.4. Metode Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data ………...... 29
4.5. Metode Pengolahan Analisis Data ……………………..... 30
ii
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ……………….... 31
5.1. KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera ………………………...... 31
5.2. Koperasi Pegawai Departemen Koperasi (KPDK) ………....... 37
VI PEMBAHASAN ………………………………………………….. 43
6.1. Perbandingan Manajemen KPDK dan KJKS BMT BUS ……. 43
6.1.1. Fungsi dan Proses Manajemen ………………………... 45
6.1.1.1. Planning …………………………………….... 45
6.1.1.2. Organizing …………………………………..... 47
6.1.1.3. Directing ……………………………………... 51
6.1.1.4. Controlling …………………………………… 53
6.1.2. Sistem Penggajian (Renumerasi) …………………….... 56
6.1.3. Sistem Karir ………………………………………….... 57
6.1.4. Efisiensi Usaha ………………………………………... 59
6.1.5. Kinerja Keuangan ……………………………………. 64
6.2. Potensi Perkembangan KJKS BMT BUS …………………..... 69
6.2.1. Kinerja Keuangan ……………………………………. 69
6.2.2. Kinerja Manajemen …………………………………… 70
VII KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………... 74
7.1. Kesimpulan ………………………………………………....... 74
7.2. Saran …………………………………………………………. 75
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………....... 76
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 78
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perbandingan Penelitian Sebelumnya ................................................ 17
2. Perbandingan Visi, Misi dan Tujuan .................................................. 45
3. Perbandingan Directing ...................................................................... 52
4. Perbandingan Controlling ................................................................... 53
5. Sistem Karir ………………………………………..……………….. 57
6. Perkembangan Jumlah Anggota KJKS BMT BUS ………………… 60
7. Perkembangan Asset ........................................................................... 60
8. Prosentase per Sektor .......................................................................... 61
9. Perkembangan Jumlah Anggota KPDK ............................................. 62
10. Kas dan Hutang Lancar ...................................................................... 70
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Jumlah Koperasi Konvensional ......................................................... 4
2. Analisis RADAR ................................................................................ 68
3. Jumlah Anggota INKOPSYAH .......................................................... 71
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Perkembangan Usaha Koperasi ......................................................... 78
2. Hasil Wawancara KPDK .................................................................... 79
3. Hasil Wawancara KJKS BMT BUS 1 ................................................ 83
4. Hasil Wawancara KJKS BMT BUS 2 ................................................ 87
5. Struktur Organisasi KPDK ................................................................. 91
6. Struktur Organisasi KJKS BMT BUS ................................................ 92
7. Neraca Konsolidasi KPDK ................................................................. 93
8. SHU KPDK ......................................................................................... 94
9. Arus Kas KPDK .................................................................................. 95
10. Neraca KJKS BMT BUS .................................................................... 96
11. Laporan Perubahan Equitas KJKS BMT BUS ................................... 97
12. Laporan Arus Kas KJKS BMT BUS .................................................. 98
13. Pembagian Hasil Usaha KJKS BMT BUS ......................................... 99
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui koperasi bukanlah konsep
baru, banyak kendala dan hambatan yang harus diperhatikan dalam
pengembangan koperasi di pedesaan, diantaranya adalah rendahnya minat
masyarakat untuk bergabung dalam kelompok tani/koperasi, hal ini disebabkan
karena kegagalan-kegagalan dan stigma negatif tentang kelembagaan
tani/koperasi yang terbentuk di dalam masyarakat. Kegagalan yang dimaksud
diantaranya adalah ketidakmampuan kelembagaan tani/koperasi dalam
memberikan kebutuhan anggotanya dan ketidakmampuan dalam memasarkan
hasil produk pertanian anggotanya. Rendahnya SDM petani di pedesaan
menimbulkan pemahaman dan arti penting koperasi terabaikan.
Peningkatan posisi tawar petani pada dasarnya adalah untuk dapat
meningkatkan akses masyarakat pedesaan dalam kegiatan ekonomi yang adil,
sehingga bentuk kesenjangan dan kerugian yang dialami oleh para petani dapat
dihindarkan. Pengembangan masyarakat petani melalui kelembagaan pedesaan
atau koperasi ataupun kelembagaan pertanian/kelompok tani merupakan suatu
upaya pemberdayaan terencana yang dilakukan secara sadar dan sungguh-
sungguh melalui usaha bersama petani untuk memperbaiki keragaan sistem
perekonomian masyarakat pedesaan. Arah pemberdayaan masyarakat desa/petani
akan disesuaikan dengan kesepakatan yang telah dirumuskan bersama. Dengan
partisipasi yang tinggi terhadap koperasi, diharapkan rasa ikut memiliki dari
masyarakat atas semua kegiatan yang dilaksanakan koperasi juga akan tinggi.
Karena di dalam koperasi terdapat nilai dan prinsip berdasarkan asas kekeluargaan
dan gotong royong dan merupakan landasan koperasi itu sendiri, sehingga
demikian diperlukan peran berbagai pihak untuk menggerakkan dan
mengembangkan kelembagaan pedesaan/koperasi dengan basis kekuatan yang
dimiliki oleh anggota tersebut. Pengembangan kelembagaan dalam bentuk
perencanaan yang baik berdasarkan kebutuhan, kekuatan dan kondisi yang ada
2
tentunya akan memberikan panduan bagi pelakunya atau lembaga tersebut untuk
mengembangkan diri.
Secara umum prinsip operasional koperasi adalah membantu kesejahteraan
para anggota dalam bentuk gotong royong dan tentunya prinsip tersebut tidaklah
menyimpang dari sudut pandang syariah yaitu prinsip gotong royong (ta’awun
alal birri) dan bersifat kolektif (berjamaah) dalam membangun kemandirian
hidup. Melalui hal inilah perlu adanya proses internalisasi terhadap pola
pemikiran tata cara pengelolaan, produk-produk, dan hukum yang diberlakukan
harus sesuai dengan syariah. Dengan kata lain Koperasi Syariah merupakan
sebuah konversi dari Koperasi Konvensional melalui pendekatan yang sesuai
dengan syariat Islam dan peneladanan ekonomi yang dilakukan Rasulullah dan
para sahabatnya.
Konsep utama operasional Koperasi Syariah adalah menggunakan akad
Syirkah Mufawadhoh yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama
oleh dua orang atau lebih, masing-masing memberikan kontribusi dana dalam
porsi yang sama besar dan berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama
pula. Masing-masing partner saling menanggung satu sama lain dalam hak dan
kewajiban. Selain itu tidak diperkenankan salah seorang memasukkan modal yang
lebih besar dan memperoleh keuntungan yang lebih besar pula dibanding dengan
partner lainnya.1
Koperasi syariah mulai diperbincangkan banyak orang ketika menyikapi
semaraknya pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia. Baitul Maal
Wattamwil yang dikenal dengan sebutan BMT yang dimotori pertama kalinya
oleh BMT Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta, ternyata mampu memberi warna
bagi perekonomian para pengusaha mikro.
Kendati awalnya hanya merupakan KSM (kelompok swadaya masyarakat)
Syariah namun memiliki kinerja layaknya sebuah bank. Diklasifikasikannya BMT
sebagai KSM pada saat itu adalah untuk menghindari jeratan hukum sebagai bank
gelap dan adanya program PHBK Bank Indonesia (Pola Hubungan kerjasama
1 Buchori, Nur S. Koperasi Syariah, 2009, hal 15-16
3
antar Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat) hasil kerjasama Bank
Indonesia dengan GTZ sebuah LSM dari Jerman.
Seiring dengan adanya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
Perbankan menyebutkan bahwa segala kegiatan dalam bentuk penghimpunan
dana masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkan dalam bentuk kredit
harus berbentuk Bank. Maka munculah beberapa LPSM (Lembaga
Pengembangan Swadaya Masyarakat) yang memayungi KSM BMT. LPSM
tersebut antara lain : P3UK sebagai penggagas awal, PINBUK yang dimotori oleh
ICMI dan FES Dompet Dhuafa Republika. Mereka turut membantu
mengembangkan sistem perekonomian Indonesia melalui perannya dengan cara
memfasilitasi bantuan dana pembiayaan oleh BMI yang merupakan satu-satunya
Bank Umum Syariah pada saat itu. Disamping itu diberikan pula bantuan
peningkatan skill SDM melalui pelatihan katalis BMT termasuk akses jaringan
software BMT.
Lembaga BMT yang memiliki basis kegiatan ekonomi rakyat dengan
falsafah yang sama yaitu “dari anggota oleh anggota untuk anggota” maka
berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 1992 tersebut berhak
menggunakan badan hukum koperasi, letak perbedaannya dengan koperasi
konvensional (non syariah) salah satunya terletak pada teknis operasionalnya yang
mengharamkan bunga dan mengusung etika moral dengan melihat kaidah halal
dan haram dalam melakukan usahanya.2
1.2 Rumusan Masalah
Pemahaman yang keliru tentang manajemen koperasi menjadi awal
terpuruknya daya saing koperasi. Jumlah koperasi Indonesia mencapai 150 ribu
unit dengan hampir 30 juta anggota, tetapi volume usaha keseluruhan hanya
mencapai Rp 68 trilliun dengan total SHU Rp 5 trilliun. Bandingkan dengan PD
Indonesia yang mencapai lebih dari Rp 5000 trilliun maka koperasi hanya
menyumbang kurang dari 2%.3
Perkembangan koperasi di Indonesia hingga kini masih memprihatinkan.
Dari 140an ribu koperasi yang ada di Indonesia, hanya ±29,5% yang aktif, dan
2 Ibid, hal 10-12
3 www.gudangmateri.com,2010
4
lebih sedikit lagi koperasi yang memiliki manajemen kelembagaan yang baik,
partisipasi anggota yang optimal,usaha yang fokus,terlebih lagi skala usaha yang
besar.4
Sumber: Diolah dari hasil pengkajian kementerian koperasi
Gambar 1. Jumlah Koperasi Konvensional (non syariah)
Pengembangan koperasi di Indonesia dianggap mengalami kegagalan,
karena koperasi pada akhirnya lebih banyak dijadikan alat kebijakan pemerintah.
Sehingga koperasi menjadi lembaga top down mulai dari inisiatif pendirian
sampai pengelolaan yang bergantung pada aparat pemerintah. Dengan intervensi
yang kuat dari pemerintah, terutama di sisi permodalan, koperasi juga kemudian
menjadi bersifat capital centered, bukan lagi people centered.
Pada akhirnya,banyak koperasi yang kemudian menjadi sangat bergantung
pada permodalan dan bantuan dari pemerintah dan segera hilang aktivitasnya
ketika bantuan terhenti. Koperasi telah kehilangan jati dirinya yang bottom up, self
help, dan self empowering. Dengan kondisi perkoperasian seperti inilah maka
kemudian banyak muncul koperasi syariah di Indonesia. Sejak kemunculan
pertamanya pada akhir dekade 1990-an, koperasi syariah mengalami pertumbuhan
yang signifikan dan telah memberi kontribusi nyata pada peningkatan
kesejahteraan rakyat.
4 http://kjks-manfaat.blogspot.com/2009/02/dinamika-koperasi-syariah-di-indonesia.html
5
Kini terdapat lebih dari 3.000 koperasi syariah di Indonesia yang dalam
waktu relatif singkat telah mampu membantu lebih dari 920.000 usaha mikro di
Tanah Air dan telah merambah ke seluruh kabupaten di Tanah Air. Baik dalam
bentuk koperasi pondok pesantren (kopontren), koperasi masjid, koperasi
perkantoran, hingga koperasi pasar (kopas). Secara konseptual, koperasi sendiri
pada hakikatnya sangat selaras dengan budaya dan nilai-nilai Islam, agama
mayoritas di negeri ini.
Tidak heran bila kemudian koperasi yang beroperasi berdasarkan syariat
Islam, dengan mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Dalam perspektif
Islam, koperasi yang menjunjung asas kebersamaan dan kekeluargaan dapat
dipandang sebagai bentuk syirkah ta’awunniyah yang bermakna bekerja sama dan
tolong-menolong dalam kebaikan. Ketika koperasi bekerja dalam bingkai syariah
Islam, seperti tidak berhubungan dengan aktivitas riba, maysir (judi), dan gharar
(spekulasi), maka lengkaplah keselarasan koperasi dengan nilai-nilai Islam.5
Sebagai salah satu lembaga ekonomi rakyat, koperasi perlu menjaga agar
dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi koperasi syariah harus bersaing
dengan koperasi konvensional yang dominan dan telah berkembang terlebih
dahulu di Indonesia. Persaingan tersebut harus dibarengi dengan manajemen yang
baik untuk dapat bertahan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh koperasi
untuk bisa terus bertahan hidup adalah kinerja dari koperasi itu sendiri baik dari
kinerja keuangan maupun kinerja manajemen organisasi. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan
Kinerja Manajemen Koperasi Syariah dan Koperasi Konvensional. Studi
Kasus KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera dan Koperasi Pegawai
Departemen Koperasi.”
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apa yang membedakan Koperasi Syariah dengan Koperasi Konvensional
(non syariah) dari sisi manajemen perusahaan?
2. Apakah KJKS BMT BUS memiliki potensi untuk berkembang?
5 Ibid
6
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini antara lain :
1. Menganalisis perbandingan kinerja manajemen antara Koperasi Syariah
dengan Koperasi Konvensional.
2. Menganalisis kesempatan/kemungkinan KJKS BMT BUS untuk mampu
bersaing dan berkembang di masa yang akan datang.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh
pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai koperasi syariah.
2. Bagi Koperasi Syariah, dapat dijadikan sebagai catatan atau koreksi untuk
mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya serta memperbaiki apabila
ada kelemahan dan kekurangan.
3. Bagi Koperasi Konvensional, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan acuan atau pertimbangan untuk menambah unit usaha syariah
atau menambah pengetahuannya mengenai lembaga ekonomi rakyat
dengan basis syariah.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Batasan Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Koperasi konvensional yang dipilih dalam penelitian ini adalah Koperasi
Pegawai Departemen Koperasi dan UKM yang telah berdiri sejak 1952.
b. Koperasi Syariah yang dipilih dalam penelitian ini adalah BMT Bina
Ummat Sejahtera yang berdiri sejak tahun 1996, namun berubah menjadi
lembaga keungan berupa Koperasi Jasa Keuangan Syariah mulai di tahun
2006.
c. Waktu penelitian yang dipilih oleh penulis adalah tahun 2011.
7
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Koperasi
Koperasi yang didefinisikan oleh Ropke (1987 dalam Sudarsono) adalah
sebagai organisasi bisnis yang para pemilik atau anggotanya adalah juga
pelangggan utama perusahaan tersebut (kriteria identitas). Kriteria identitas suatu
koperasi akan merupakan dalil atau prinsip identitas yang membedakan unit usaha
koperasi dari unit usaha yang lainnya. Berdasarkan definisi tersebut, menurut
Hendar dan Kusnadi (2005 dalam sudarsono), kegiatan koperasi secara ekonomis
harus mengacu pada prinsip identitas (hakikat ganda) yaitu anggota sebagai
pemilik yang sekaligus sebagai pelanggan. Organisasi koperasi dibentuk oleh
sekelompok orang yang mengelola perusahaan bersama yang diberi tugas untuk
menunjang kegiatan ekonomi individu para anggotanya. Koperasi adalah
organisasi otonom, yang berada didalam lingkungan sosial ekonomi, yang
menguntungkan setiap anggota, pengurus dan pemimpin. Setiap anggota,
pengurus dan pemimpin merumuskan tujuan-tujuannya secara otonom dan
mewujudkan tujuan-tujuan itu melalui kegiatan-kegiatan ekonomi yang
dilaksanakan secara bersama-sama (Hanel, 1989 dalam Sudarsono).
Di Indonesia pengenalan koperasi memang dilakukan oleh dorongan
pemerintah, bahkan sejak pemerintahan penjajahan Belanda telah mulai
diperkenalkan. Gerakan koperasi sendiri mendeklarasikan sebagai suatu gerakan
sudah dimulai sejak tanggal 12 Juli 1947 melalui Kongres Koperasi di
Tasikmalaya. Pengalaman di tanah air kita lebih unik karena koperasi yang pernah
lahir dan telah tumbuh secara alami di jaman penjajahan, kemudian setelah
kemerdekaan diperbaharui dan diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam
penjelasan undang-undang dasar. Berdasarkan hal tersebut maka kemudian
melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus mengembangkan koperasi
(Soetrisno, 2003 dalam Sudarsono). 6
6 Koperasi Dalam Teori dan Praktik, Drs. Sudarsono, SH.,M.Si dan Edilius, SE, Rineka Cipta, 2010,
hal. 5
8
Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang sudah
diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang dikenal
sebagai golongan ekonomi lemah. Strata ini biasanya berasal dari kelompok
masyarakat kelas menengah kebawah. Eksistensi koperasi memang merupakan
suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga sejenis lainnya yang mampu
menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan menjadi penyeimbang terhadap pilar
ekonomi lainnya. Lembaga koperasi oleh banyak kalangan, diyakini sangat sesuai
dengan budaya dan tata kehidupan bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung
muatan menolong diri sendiri, kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong
royong), dan beberapa esensi moral lainnya. Sangat banyak orang mengetahui
tentang koperasi meski belum tentu sama pemahamannya, apalagi juga hanya
sebagian kecil dari populasi bangsa ini yang mampu berkoperasi secara benar dan
konsisten. Sejak kemerdekaan diraih, organisasi koperasi selalu memperoleh
tempat sendiri dalam struktur perekonomian dan mendapatkan perhatian dari
pemerintah.
Keberadaan koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat ditinjau dari sisi
usianya pun yang sudah lebih dari 50 tahun berarti sudah relatif matang. Sampai
dengan bulan November 2001, berdasarkan data Departemen Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (UKM), jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat sebanyak
103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang.
Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami
peningkatan sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami
perkembangan yang cukup menggembirakan. Jumlah koperasi aktif per- 5
November 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14 persen). Hingga tahun 2004 tercatat
130.730, tetapi yang aktif mencapai 28,55 %, sedangkan yang menjalani Rapat
Anggota Tahunan (RAT) hanya 35,42 % koperasi saja. Data terakhir tahun 2006
ada 138.411 unit dengan anggota 27.042.342 orang akan tetapi yang aktif 94.708
unit dan yang tidak aktif sebesar 43.703 unit.
Namun uniknya, kualitas perkembangannya selalu menjadi bahan
perdebatan karena tidak jarang koperasi dimanfaatkan di luar kepentingan
generiknya. Secara makro pertanyaan yang paling mendasar berkaitan dengan
kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), pengentasan
9
kemiskinan, dan penciptaan lapangan kerja. Sedangkan secara mikro pertanyaan
yang mendasar berkaitan dengan kontribusi koperasi terhadap peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan anggotanya. Menurut Merza (2006 dalam
Sudarsono), dari segi kualitas, keberadaan koperasi masih perlu upaya yang
sungguh-sungguh untuk ditingkatkan mengikuti tuntutan lingkungan dunia usaha
dan lingkungan kehidupan dan kesejahteraan para anggotanya. Pangsa koperasi
dalam berbagai kegiatan ekonomi masih relatif kecil, dan ketergantungan koperasi
terhadap bantuan dan perkuatan dari pihak luar, terutama pemerintah masih sangat
besar. 7
2.2 Pondasi Ekonomi Islam:Keadilan
Selain istilah ekonomi islam, juga dipakai sistem ekonomi syariah.
Keadilan adalah pondasi dan pilar utama rancang bangun sistem ekonomi islam.
Di dalam Al-Hisbah fi al_Islam Syaikh Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa
keadilan adalah aturan main segala urusan tanpa kecuali. Ketika urusan dunia
ditegakkan dengan keadilan, tegaklah dunia itu. Meskipun penghuninya kafir dan
di akhirat tidak akan memperoleh apapun. Sebaliknya jika tidak ditegakkan
dengan keadilan, maka hancurlah dunia itu. Meskipun penghuninya beriman dan
dapat memperoleh pahala akhirat dari imannya.
Dengan kata lain wujud nyata pelaksanaan sistem Ekonome islam adalah
tegaknya keadilan dalam segenap aspek. Dari hulu hingga hilir, dari produksi,
distribusi hingga konsumsi. Dalam setiap transaksi bisnis, dalam setiap jenis
investasi dan dalam setiap akad perjanjian kerjasama bisnis.
Sejalan dengan itu, Syaikh Abul Al-Maududi juga menyimpulkan bahwa
saka guru dari sistem ekonomi islam terkandung di dalam kalimat sederhana yang
universal di QS Al Hasyr ayat 7-8:
“Agar harta itu jangan hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja
diantara kalian”
Pada gilirannya hal ini tentunya akan menggerakkan sektor riil,
menumbuhkembangkan sektor perdagangan, memacu investasi, membuka lebar-
7 Ibid, hal. 6
10
lebar berbagai jenis lapangan pekerjaan dan pada akhirnya menguatkan
fundamental perekonomian negara.8
2.3 Menuju Ekonomi Islam
Kita semua tentunya bisa bertindak masing-masing untuk memberikan
kontribusi positif, yaitu dengan cara berhijrah dari sistem ekonomi konvensional
yang kapitalistik menuju praktek ekonomi syariah yang adil.
Dalam posisi apapun, kita bisa melakukan hijrah al-quwub wa al-jawarih.
Menghijrahkan pusat kesadaran dan organ tubuh kita dari praktek ekonomi dan
bisnis yang kapitalistik, yang hedonistik, monopolistik, serakah dan kolutif.
Menuju praktek ekonomi dan bisnis yang lebih adil, beretika, beradab dan lebih
manusiawi.9
2.4 Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Syariah
Tiga dekade yang lalu, Bank Syariah sebagai representasi keuangan Islam,
belum dikenal oleh masyarakat. Kini sistem keuangan syariah telah beroperasi di
lebih dari 55 negara yang pasarnya tengah bangkit dan berkembang (Lewis dan
Algaoud, 2007 dalam Sudrajat). Meskipun pemikiran ekonomi syariah baru
muncul beberapa tahun terakhir ini di negara-negara muslim, namun ide-ide
tentang ekonomi Islam dapat dirunut dalam Alquran yang di turunkan pada abad
ke-7.
Makna harfiah syariah adalah jalan menuju mata air, dan dalam pengertian
teknis berarti sistem hukum dan aturan perilaku yang sesuai dengan Alquran dan
Hadist, seperti yang dituntunkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Oleh karena
itu, kaum muslim tidak dapat memilah perilaku mereka ke dalam dimensi religius
dan dimensi sekuler. Selain itu, tindakan mereka harus selalu mengikuti syariah
sebagai hukum Islam. Adapun prinsip-prinsip keuangan syariah meliputi:10
1. Riba
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut istilah
teknis riba berarti pengambilan dari harta pokok atau modal secara batil
(Antonio, 1999 dalam Sudrajat). Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan
8 http://salmanitb.com/2009/11/mendambakan-keterwujudan-ekonomi-islam/ 9 ibid 10 http://salmanitb.com/2010/02/prinsip-prinsip-dasar-ekonomi-syariah/
11
riba. Namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa
riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun
pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah
dalam Islam.
Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing adalah
riba utang-piutang dan riba jual beli. Kelompok pertama terbagi lagi menjadi
riba qardh dan riba jahiliyyah. Adapun kelompok kedua, riba jual beli terbagi
lagi menjadi riba fadhl dan riba nasiah. Riba Qardh adalah suatu manfaat atau
tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang. Riba
Jahiliyyah adalah utang yang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam
tidak mampu membayar utang pada waktu yang telah ditetapkan. Riba Fadhl
adalah pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran berbeda,
sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi.
Riba Nasiah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba nasiah
muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau penambahan antara yang
diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian.
2. Zakat
Zakat merupakan instrumen keadilan dan kesetaraan dalam Islam. Keadilan
dan kesetaraan berarti setiap orang harus memiliki peluang yang sama dan
tidak berarti bahwa mereka harus sama-sama miskin atau sama-sama kaya.
Negara Islam wajib menjamin terpenuhinya kebutuhan minimal warga
negaranya, dalam bentuk sandang, pangan, papan, perawatan kesehatan dan
pendidikan (QS. 58:11 dalam Sudrajat). Tujuan utamanya adalah untuk
menjembatani perbedaan sosial dalam masyarakat dan agar kaum muslimin
mampu menjalani kehidupan sosial dan material yang bermartabat dan
memuaskan.
3. Haram
Sesuatu yang diharamkan adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah sesuai yang
telah diajarkan dalam Alquran dan Hadist. Oleh karena itu, untuk memastikan
bahwa praktek dan aktivitas keuangan syariah tidak bertentangan dengan
hukum Islam, maka diharapkan lembaga keuangan syariah membentuk Dewan
12
Penyelia Agama atau Dewan Syariah. Dewan ini beranggotakan para ahli
hukum Islam yang bertindak sebagai auditor dan penasihat syariah yang
independen.
Aturan tegas mengenai investasi beretika harus dijalankan. Oleh karena itu
lembaga keuangan syariah tidak boleh mendanai aktivitas yang haram, seperti
perdagangan minuman keras, obat-obatan terlarang atau daging babi. Selain
itu, lembaga keuangan syariah juga didorong untuk memprioritaskan produksi
barang-barang primer untuk memenuhi kebutuhan umat manusia.
4. Gharar dan Maysir
Alquran melarang secara tegas segala bentuk perjudian (QS. 5:90-91 dalam
Sudrajat). Alquran menggunakan kata maysir untuk perjudian, berasal dari
kata usr (kemudahan dan kesenangan): penjudi berusaha mengumpulkan harta
tanpa kerja dan saat ini istilah itu diterapkan secara umum pada semua bentuk
aktivitas judi. Selain mengharamkan judi, Islam juga mengharamkan setiap
aktivitas bisnis yang mengandung unsur judi. Hukum Islam menetapkan
bahwa demi kepentingan transaksi yang adil dan etis, memperkaya diri
melalui permainan judi harus dilarang.
Islam juga melarang transaksi ekonomi yang melibatkan unsur spekulasi,
gharar (secara harfiah berarti “resiko”). Apabila riba dan maysir dilarang
dalam Alquran, maka gharar dilarang dalam beberapa hadis. Menurut istilah
bisnis, gharar artinya menjalankan suatu usaha tanpa pengetahuan yang jelas,
atau menjalankan transaksi dengan resiko yang berlebihan. Jika unsur
ketidakpastian tersebut tidak terlalu besar dan tidak terhindarkan, maka Islam
membolehkannya (Algaoud dan Lewis, 2007 dalam Sudrajat).
5. Takaful
Takaful adalah kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa arab kafala,
yang berarti memperhatikan kebutuhan seseorang. Kata ini mengacu pada
suatu praktik ketika para partisipan suatu kelompok sepakat untuk bersama-
sama menjamin diri mereka sendiri terhadap kerugian atau kerusakan. Jika ada
anggota partisipan ditimpa malapetaka atau bencana, ia akan menerima
manfaat finansial dari dana sebagaimana ditetapkan dalam kontrak asuransi
13
untuk membantu menutup kerugian atau kerusakan tersebut (Algaoud dan
Lewis, 2007 dalam Sudrajat).
Pada hakikatnya, konsep takaful didasarkan pada rasa solidaritas,
responsibilitas, dan persaudaraan antara para anggota yang bersepakat untuk
bersama-sama menanggung kerugian tertentu yang dibayarkan dari aset yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, praktek ini sesuai dengan apa yang disebut
dalam konteks yang berbeda sebagai asuransi bersama (mutual insurance),
karena para anggotanya menjadi penjamin (insurer) dan juga yang terjamin
(insured).11
2.5 Prinsip Bagi Hasil
Gagasan dasar sistem keuangan Islam secara sederhana didasarkan pada
adanya bagi hasil (profit and loss sharing). Menurut hukum perniagaan Islam,
kemitraan dan semua bentuk organisasi bisnis didirikan dengan tujuan pembagian
keuntungan melalui partisipasi bersama. Mudharabah dan musyarakah adalah dua
model bagi hasil yang lebih disukai dalam hukum Islam.12
Mudharabah (Investasi)
Mudharabah dipahami sebagai kontrak antara paling sedikit dua pihak, yaitu
pemilik modal (shahib al mal atau rabb al mal) yang mempercayakan sejumlah
dana kepada pihak lain, dalam hal ini pengusaha (mudharib) untuk menjalankan
suatu aktivitas atau usaha. Dalam mudharabah, pemilik modal tidak mendapat
peran dalam manajemen. Jadi mudharabah adalah kontrak bagi hasil yang akan
memberi pemodal suatu bagian tertentu dari keuntungan/kerugian proyek yang
mereka biayai. (Algaoud dan Lewis, 2007 dalam Sudrajat)
Musyarakah (Kemitraan)
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.
11 http://salmanitb.com/2010/02/prinsip-prinsip-dasar-ekonomi-syariah/ 12 Ibid
14
2.6 Syari’ah Sebagai Solusi
Salah satu solusi penting yang harus diperhatikan pemerintahan dalam me-
recovery ekonomi Indonesia adalah penerapan ekonomi syari’ah. Ekonomi
syari’ah memiliki komitmen yang kuat pada pengentasan kemiskinan, penegakan
keadilan pertumbuhan ekonomi, penghapusan riba, dan pelarangan spekulasi mata
uang sehingga menciptakan stabilitas perekonomian.
Ekonomi syari’ah yang menekankan keadilan, mengajarkan konsep yang
unggul dalam menghadapi gejolak moneter dibanding sistem konvensional.
Kedepan pemerintah perlu memberikan perhatian besar kepada sistem ekonomi
Islam yang telah terbukti ampuh dan lebih resisten di masa krisis. Sistem ekonomi
Islam yang diwakili lembaga perbankan syariah telah menunjukkan
ketangguhannya bisa bertahan. Bahkan perbankan syariah semakin berkembang di
masa-masa yang sangat sulit tersebut.
Sementara bank-bank raksasa mengalami keterpurukan hebat yang
berakhir pada likuidasi, sebagian bank konvensional lainnya terpaksa direkap oleh
pemerintah dalam jumlah besar Rp 650 triliun. Setiap tahun APBN kita dikuras
lagi oleh keperluan membayar bunga obligasi rekap tersebut. Dana APBN yang
seharusnya diutamakan untuk pengentasan kemiskinan rakyat, tetapi justru
digunakan untuk membantu bank-bank konvensional. Inilah faktanya, kalau kita
masih mempertahakan sistem ekonomi kapitalisme yang ribawi.
Selama ini, sistem ekonomi dan keuangan syari’ah kurang mendapat
tempat yang memungkinkannya untuk berkembang. Ekonomi Islam belum
menjadi perhatian pemerintah. Sistem ini mempunyai banyak keunggulan untuk
diterapkan, ekonomi islam bagaikan pohon tumbuhan yang bagus dan potensial,
tapi dibiarkan saja, tidak dipupuk dan disiram. Akibatnya, pertumbuhannya sangat
lambat, karena kurang mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan pihak-
pihak yang berkompeten, seperti Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan
Industri, BAPENAS, DPR dan Menteri yang terkait lainnya.13
Keberhasilan Malaysia mengembangkan ekonomi Islam secara signifikan
dan menjadi teladan dunia internasional, adalah disebabkan karena kebijakan
13http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1111:eko
nomi-syariah-sebagai-solusi&catid=8:kajian-ekonomi&Itemid=60
15
Mahathir yang secara serius mengembangkan ekonomi Islam. Mereka tampil
sebagai pelopor kebangkitan ekonomi Islam, dengan kebijakan yang sungguh-
sungguh membangun kekuatan ekonomi berdasarkan prinsip syari’ah. Indonesia
yang jauh lebih dulu merdeka dan menentukan nasibnya sendiri, kini tertinggal
jauh dari Malaysia.
Kebijakan-kebijakan Mahathir dan juga Anwar Ibrahim ketika itu dengan
sistem syariah, telah mampu mengangkat ekonomi Malaysia setara dengan
Singapura. Tanpa kebijakan mereka, tentu tidak mungkin ekonomi Islam
terangkat seperti sekarang, tanpa kebijakan mereka tidak mungkin terjadi
perubahan pendapatan masyarakat Islam secara signifikan. Mereka bukan saja
berhasil membangun perbankan, asuransi, pasar modal, tabungan haji dan
lembaga keuangan lainnya secara sistem syari’ah, tetapi juga telah mampu
membangun peradaban ekonomi baik mikro maupun makro dengan didasari
prinsip nilai-nilai Islami.
2.7 Analisis Kinerja Keuangan
Munawir (1997), menganggap maksud dari perlunya mempelajari data
secara menyeluruh adalah untuk meyakinkan pada penganalisis bahwa laporan
sudah cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah
diterapkannya prosedur akuntansi maupun penilaian yang tepat, sehingga
penganalisis akan betul-betul mendapatkan laporan keuangan yang dapat
diperbandingkan (comparable) setelah itu dapat menghitung, mengukur,
menginterprestasi dan memberi solusi terhadap keuangan badan usaha pada
periode tertentu.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999 dalam Munawir) kinerja
keuangan adalah suatu penilaian terhadap laporan keuangan perusahaan yang
menyangkut posisi keuangan perusahaan serta perubahan terhadap posisi
keuangan tersebut. Penilaian kinerja keuangan yang berlandaskana pada data dan
irformasi keuangan merupakan suatu tolak ukur yang sering digunakan dalam
memperoleh informasi tentang posisi keuangan suatu badan usaha. Penelitian ini
sebagai penilaian kinerja dengan menganalisis dan interpretasi terhadap laporan
keuangan suatu badan usaha pada periode tertentu.
16
2.8 Penelitian Terdahulu
Pada bab ini akan dibahas penelitian terdahulu dengan topik perbandingan
antara ekonomi syariah dan konvensional, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini serta metode penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti melihat hasil penelitian terdahulu,mengenai perbandingan
Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional yaitu
penelitian berupa skripsi yang dilakukan oleh Rindawati (2007) dengan judul
“Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan
Konvensional.”
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan bertujuan untuk
menganalisis dan membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah dengan
perbankan konvensional pada periode 2001-2007 dengan menggunakan rasio
keuangan. Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE,
BOPO dan LDR. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata rasio
keuangan perbankan syariah (NPL dan LDR) lebih baik secara signifikan
dibandingkan dengan perbankan konvensional, sedangkan pada rasio-rasio yang
lain perbankan syariah lebih rendah kualitasnya. Akan tetapi bila dilihat secara
keseluruhan perbankan syariah menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan
perbankan konvensional. Akan tetapi, ada beberapa rasio yang lebih rendah dari
perbankan konvensional, yaitu rasio permodalan (CAR), rasio rentabilitas (ROA,
ROE), dan rasio efisiensi (BOPO).
Penelitian berikutnya yang dipergunakan oleh peneliti sebagai bahan
referensi adalah hasil penelitan terdahulu yang dilakukan oleh Bambang Tri
S(2008) yang berjudul, “Analisis Komparasi Kesehatan Keuangan Pada Koperasi
Syariah BMT Insan Mandiri dan KSU Mitra Tani.”
Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Tri menggunakan metode
kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
membandingkan tingkat kesehatan keuangan koperasi syariah BMT Insan Mandiri
dengan koperasi konvensional yakni KSU Mitra Tani dengan menggunakan rasio
keuangan. Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari rasio permodalan, kualitas
aktiva produktif, analisis likuiditas, analisis efisiensi dan analisis rentabilitas.
Serta menganalisis lebih dalam mengenai faktor-faktor apa saja yang
17
mempengaruhi tingkat kesehatan KSUS BMT Insan Mandiri dan KSU Mitra
Tani, misalnya perselisihan internal, campur tangan pihak diluar koperasi,
Rekayasa pembukuan, Pelampauan batasan maksimum pemberian pembiayaan,
dan lain sebagainya
Tabel 1. Perbandingan Penelitian Sebelumnya
Keterangan Ema Rindawati
2007
Bambang Tri S
2008
Rory Rifki Andita
2011
Judul
Karya
Ilmiah
“Analisis
Perbandingan Kinerja
Keuangan Perbankan
Syariah dengan
Perbankan
Konvensional.”
“Analisis Komparasi
Kesehatan Keuangan
Pada Koperasi Syariah
BMT Insan Mandiri
dan KSU Mitra Tani.”
“Analisis
Perbandingan
Manajemen
Perusahaan Koperasi
Syariah dan Koperasi
Konvensional.”
Masalah Bagaimana kinerja
keuangan perbankan
syariah jika
dibandingkan dengan
perbankan
konvensional untuk
masing-masing rasio
keuangan?
Adakah perbedaan
yang signifikan atas
kinerja keuangan
perbankan syariah
jika dibandingkan
dengan perbankan
konvensional secara
keseluruhan?
Bagaimana
perkembangan
tingkat kesehatan
financial pada KSUS
BMT Insan Mandiri
dan KSU Mitra Tani
untum masing-
masing rasio
keuangan?
Faktor-faktor apakah
yang mempengaruhi
tingkat kesehatan
keuangan KSUS
BMT Insan Mandiri
dan KSU Mitra
Tani?
Apa yang
membedakan
Koperasi Syariah
dan Koperasi
Konvensional dari
sisi manajemen
koperasi?
Apakah koperasi
syariah mampu
bersaing dengan
koperasi
konvensional?
Tujuan
Penelitian Menganalisa kinerja
keuangan perbankan
syariah jika
dibandingkan dengan
perbankan
konvensional untuk
masing-masing rasio
keuangan.
Menganalisa kinerja
perbankan syariah
jika dibandingkan
dengan perbankan
konvensional secara
keseluruhan.
Menganalisa
perbandingan tingkat
kesehatan financial
antara koperasi
syariah dengan
koperasi
konvensional untuk
masing-masing rasio.
Menganalisa faktor-
faktor apakah yang
mempengaruhi
tingkat kesehatan
keuangan KSUS
BMT Insan Mandiri
dan KSU Mitra Tani.
Menganalisis
perbedaan antara
koperasi syariah dan
koperasi
konvensional.
Mengetahui apakah
koperasi syariah
mampu bersaing dan
memiliki
kesempatan
berkembang di masa
yang akan datang.
Hasil Secara umum, kinerja
perbankan syariah
lebih baik
dibandingkan dengan
perbankan
konvensional. Akan
18
Sumber : Hasil Olahan Peneliti dari Berbagai Penelitian Sebelumnya.
Dari penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa konsep syariah yang
diterapkan pada lembaga keuangan perbankan maupun koperasi ternyata memiliki
potensi keunggulan dibandingkan lembaga konvensional. Dengan demikian
penelitian ini pun mencoba mengambil hipotesis bahwa koperasi syariah
mempunyai kesempatan untuk berkembang.
tetapi, ada beberapa
rasio yang lebih
rendah dari
perbankan
konvensional, yaitu
rasio permodalan
(CAR), rasio
rentabilitas (ROA,
ROE), dan rasio
efisiensi (BOPO)
19
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Pengertian Manajemen
Pengertian Manajemen dapat merujuk kepada orang/sekelompok orang
atau bisa kepada proses. Dalam hal pengertian manajemen ini menunjuk kepada
proses, maka manajemen dapat diberi batasan sebagai perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
proses penggunaan lain-lain sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Keempat fungsi tersebut merupakan kunci bagi
keberhasilan suatu manajemen. 14
Manajemen sebagaimana di definisikan oleh (Stoner) adalah proses
perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan. 15
Pemahaman terhadap konsep manajemen tidak dapat dipisahkan dari
konsep organisasi. Secara sederhana organisasi adalah tempat orang-orang yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu sebagai elemen mendasar. Masalah
pokok manajemen organisasi tidak lain adalah bagaimana mengelola dan
mengalokasikan sumber daya (manusia, modal, fisik, uang, dll) untuk mencapai
sasaran atau tujuannya.
Stoner, dkk. (1996 dalam Burhanuddin) mendefinisikan manajemen
adalah kebiasaan yang dilakukan secara sadar dan terus menerus dalam
membentuk dan menjalankan organisasi. Semua organisasi mempunyai
penanggung jawab terhadap organisasi untuk mencapai sasarannya, orang tersebut
adalah manajer. Memperkuat pendapat Stoner itu, Gibson, (1996 dalam
Burhanuddin) mendefinisikan manajemen adalah suatu proses yang dilakukan
oleh satu individu atau lebih untuk mengkordinasikan berbagai aktivitas untuk
mencapai hasil lebih baik yang tidak dapat dicapai apabila individu bertindak
sendiri sendiri.
14
Baga, Lukman M, dkk. Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis, 2009, h.135 15
www.revolsirait.com, 2010
20
3.1.2 Fungsi dan Proses Manajemen
Para pakar manajemen sejak akhir abad ke-XIX, mendefinisikan
manajemen dalam empat fungsi spesifik, yaitu Planning, Organizing, Directing,
dan Controlling. Perkembangan terkini, para pakar manajemen Amerika
cenderung hanya menganut tiga fungsi utama yaitu Planning, Organizing, dan
Controlling sebab dianggap bahwa Directing sebenarnya termasuk dalam fungsi
perencanaan (Gibson, et. al., 1996:174 dalam Burhanuddin). Proses manajemen
adalah cara sistematik yang sudah ditetapkan dalam melakukan kegiatan yang
menekankan manajer terlibat dalam aktivitas yang saling terkait dalam fungsi-
fungsi manajemen untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan.
Dalam praktek, penerapan fungsi pengendalian dalam manajemen modern
dikaitkan dengan orientasi peningkatan kualitas secara menyeluruh. Konsep ini
dikenal sebagai Total Quality Management (TQM) dan istilah total mengandung
makna every process, every job and every person (Lewis and Smith, 1994 dalam
Burhanuddin).
Pengertian TQM dibedakan dalam dua aspek (Goetsch and Davis, 1994
dalam Burhanuddin). Aspek pertama menguraikan pengertian TQM yaitu
pendekatan dalam menjalankan bisnis/usaha yang berupaya memaksimalkan daya
saing melalui penyempurnaan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses
dan li
ngkungan organisasi. Aspek kedua adalah cara mencapainya dan berkaitan
dengan 10 karakteristik TQM. Creech (1996 dalam Burhanuddin) di sisi lain
mengemukakan terdapat lima pilar untuk berhasil menerapkan TQM, yaitu
produk, proses, organisasi, pemimpin dan komitmen.
1. Perencanaan
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai penentuan terlebih dahulu apa yang
harus dikerjakan, kapan harus di kerjakan dan siapa yang mengerjakan.
Dalam perencanaan ini terlibat unsur penentuan, yang berarti bahwa
perencanaan tersebut tersirat pengambilan keputusan.
21
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses menejerial yang berkelanjutan. Tujuan dari
pengorganisasian adalah untuk mengelompokann kegiatan, sumberdaya
manusia dan sumberdaya lainnya yang di miliki organisasi agar pelaksanaan
dari suatu rencana dapat dicapai secara efektif dan efisien. Langkah pertama
dalam pengorganisasian ini yang umumnya harus dilakukan sesudah
perencanaan adalah proses mendesain organisasi yaitu penentuan struktur
organisasi yang paling memadai untuk strategi, orang, teknologi dan tugas
organisasi.
3. Kepemimpinan
Menurut (Stogdill dalam Baga et al), kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi aktivitas kelompok untuk tujuan tertentu. (Stoner dalam
Baga et al) memberikan definisi kepemimpinan manajerial sebagai suatu
proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
4. Pengendalian
Menurut (Mockler dalam Baga et al), pengendalian adalah suatu upaya yang
sistematis untuk menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan,
merancang sistem umpan balik informasi dengan membandingkan prestasi
sesungguhnya dengan standar yang terlebih dahulu ditetapkan, menentukan
apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikasi penyimpangan yang di
perlukan untuk menjamin bahwa penggunaan sumberdaya sedapat mungkin
dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya sasaran
perusahaan.16
3.1.3 Sistem Penggajian (Renumerasi)
Para peneliti dan praktisi manajemen telah berusaha mengembangkan
pemahaman terhadap hubungan antara struktur organisasi dengan kinerja, sikap
karyawan, kepuasan kerja dan berbagai variabel lain yang dianggap penting.
Namun usaha pemahaman tersebut terhambat oleh kerumitan hubungan diantara
16 Baga, Lukman M, dkk. Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis, 2009, h.135-138
22
variabel-variabel tersebut dan kesulitan dalam mengukur dan menentukan konsep
struktur organisasi itu (Gibson, et. al., 1996: 235 dalam Burhanuddin).
Oleh sebab itu, dimensi sistem penggajian dan sistem karir dimasukkan
dalam ranah struktur organisasi untuk kemudian menjadi variabel sendiri dalam
ranah manajemen sumberdaya manusia sebagai cabang ilmu manajemen yang
mendalami masalah tersebut. Sistem penggajian (renumerasi) atau sistem
kompensasi merupakan hal yang paling mendasar dari manajemen sumberdaya
manusia sebab adanya tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mendapatkan
kompensasi. Kompensasi dapat mencakup insentif untuk meningkatkan motivasi
karyawan yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas karyawan.
Kompensasi didefinisikan sebagai what employees receive in exchange for their
work, including pay and benefits. (Werther, 1994 dalam Burhanuddin).
Definisi lain menyebutkan Compensation refers to all forms of financial
returns, tangible services, and benefits employees recieve as part of an
employment relationship. (Milkovich, 1988 dalam Burhanuddin) Pengertian ini
menjelaskan bahwa kompensasi merupakan hal penting karena pendapatan dan
benefit lainnya pada dasarnya merupakan sesuatu untuk memenuhi banyak
kebutuhan karyawan. Selain itu juga pendapatan dan benefit lain merupakan
simbol prestise, kekuasaan, prestasi dan status karyawan dalam masyarakat.
Setiap orang yang menukarkan jasanya kepada organisasi dengan harapan akan
memperoleh imbalan. Penentuan besarnya kompensasi memerlukan banyak
pertimbangan.
Milcovich (1988 dalam Burhanuddin) menciptakan suatu model yang
menggambarkan faktor-faktor yang terlibat dalam pengambilan keputusan dalam
hal kompensasi bagi karyawan. Pada model tersebut dapat dilihat bahwa faktor-
faktor yang berada di luar teknik kompensasi sebenarnya bertujuan untuk
menciptakan efisiensi serta equity bagi karyawan dan perusahaan.
Model ini memperlihatkan secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan maupun ketidakpuasan karyawan dalam hal kompensasi.
Hal ini dibandingkan dengan beban pekerjaan serupa yang ditangani karyawan
setingkat di organisasi lain, misalnya tentang karakteristik pekerjaan, hasil yang
didapat dari sisi non finansial, pendapatan yang pernah diperoleh karyawan
23
sebelumnya, pendapatan yang diperoleh karyawan setingkat di organisasi lain
serta pendapatan yang diperolehnya di organisasi. Kompensasi langsung berupa
upah/gaji dan insentif, sedangkan kompensasi tidak langsung dapat berupa
tunjangan-tunjangan.
Dalam hal ini (Flippo dalam Burhanuddin) membedakan tiga jenis
kompensasi, yaitu kompensasi dasar, kompensasi variabel, dan kompensasi
tambahan tunjangan. Kompensasi dasar berupa upah/gaji biasanya didasarkan
pada hasil evaluasi pekerjaan. Evaluasi pekerjaan jika dikaji bersamaan dengan
survey atas dasar tarif-tarif yang dibayar oleh perusahaan pesaing, akan membantu
perumusan kebijakan upah dan gaji yang memadai. Ini berarti penyusunan
kebijakan upah atau gaji harus konsisten dengan kondisi internal dan kondisi
eksternal organisasi.
3.1.4 Sistem Karir
Dalam manajemen sumberdaya manusia, sistem karir karyawan
merupakan bagian dari program pengembangan, penghargaan dan pemeliharaan
(maintaining) karyawan. Dalam kondisi kompetisi perusahaan industri terdapat
suatu kendala yang dirasakan setiap perusahaan, yaitu keterbatasan tersedianya
sumberdaya manusia yang handal agar perusahaan mampu bertahan. Untuk
mengatasi masalah tersebut sering perusahaan mengambil jalan pintas dengan
membajak atau memberi tawaran karir dan penghargaan yang lebih menarik
dibandingkan dengan perusahaan asal.
Khusus mengenai sistem karir, rotasi dan penghargaan diakui oleh para
ahli dan kalangan praktisi manajemen bisnis dapat menunjang produktivitas kerja
para karyawan, sebab faktor tersebut berpengaruh terhadap motivasi kerja. Kaitan
antara sistem karir dan rotasi kerja dengan motivasi kerja diungkapkan oleh
Mondy dkk (1999 dalam Burhanuddin) bahwa transfer karyawan dari satu bidang
ke bidang kerja lainnya diantaranya adalah untuk menumbuhkan kepuasan kerja
dalam diri karyawan.
Sementara itu kepuasan kerja amat berpengaruh terhadap motivasi kerja
para karyawan suatu perusahaan. Hal senada dikemukakan oleh Robert Kreitner
dkk (1998 dalam Burhanuddin) bahwa rotasi kerja adalah bagian dari sistem
karier karyawan yang bertujuan untuk menciptakan variasi pekerjaan bagi
24
karyawan, sebab firms often find it necessary to reorganize, to make positions
available in the primary promotion channels. Another reason is to satisfy
employees personal desires and is an effective dealing with personality clashes.
3.1.5 Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha merupakan ukuran keberhasilan manajemen dalam
mengelola sumberdaya perusahaan yang dikenal dengan istilah the six M’s, yaitu
Man, Material, Machines, Methods, Money and Market. Efisiensi merupakan
ukuran produktivitas dari managerial skill suatu organisasi/ perusahaan. Hanya
perusahaan yang efisien yang akan mampu bertahan dalam pasar yang kompetitif.
Boediono (1986 dalam Burhanuddin), mengemukakan bahwa efisiensi
manajemen pada koperasi dapat diukur dengan cooperative effect yaitu seberapa
banyak anggota koperasi yang bisa diangkat dari bawah garis kemiskinan.
Pendapat Boediono lebih menekankan efisiensi koperasi pada efisiensi
pengembangan dan efisiensi pemenuhan kebutuhan anggotanya.
Konsep efisiensi dalam kajian ini lebih menekankan pada efisiensi usaha
koperasi dan manfaat yang diberikan koperasi kepada anggotanya. Pengukuran
efisiensi usaha menggunakan rasio keuangan yang umum digunakan dalam
perusahaan seperti rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio pengungkit (leverage
ratio) dan rasio provitabilitas Riyanto (1995 dalam Burhanuddin). Sedangkan
pengukuran efisiensi di tingkat anggota akan menggunakan konsep Hanel dan
Boediono.
3.1.6 Kinerja Keuangan
Dalam mengukur efisiensi modal kerja suatu koperasi dapat diukur dengan
menggunakan beberapa rasio diantaranya rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas
dan profitabilitas. Hasil dari perhitungan rasio tersebut dapat memberikan
gambaran tentang efisien dan tidak efisien keadaan suatu koperasi apabila
dibandingkan dengan angka rasio standar.
25
Rasio keuangan dapat dibagi kedalam tiga bentuk umum yang sering
dipergunakan yaitu : Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas ( Leverage ), dan Rasio
Rentabilitas. 17
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajian financial jangka
pendek yang berupa hutang–hutang jangka pendek (short time debt) Menurut
Horne ”Sistem pembelanjaan yang baik Current Ratio harus berada pada batas
200% dan Quick Ratio berada pada 100%”. Adapun yang tergabung dalam rasio
ini adalah :
Current Ratio ( Rasio Lancar)
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki.
Quick Ratio ( Rasio Cepat )
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
yang lebih likuid .
2. Ratio Solvabilitas disebut juga ratio leverage yaitu mengukur perbandingan
dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur
perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi
tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (bank). Adapun Rasio yang
tergabung dalam Ratio Leverage adalah :
Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang–hutang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibanya.
17 www.shelmi-wordpress.com
26
Total Debt to Total Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka
panjang dan jumlah seluruh aktiva yang diketahui. Rasio ini menunjukkan
berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
3. Rasio Rentabilitas disebut juga sebagai Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau
keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara
laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Yang termasuk
dalam ratio ini adalah :
Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor).
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok
penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang
dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Net Profit Margin (Margin Laba Bersih).
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak
lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Earning Power of Total investment
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan netto.
Return on Equity (Pengembalian atas Ekuitas)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik
saham biasa maupun saham preferen.
3.1.7 Analisis RADAR
Metode analisis rasio RADAR merupakan penyempurnaan analisis rasio
keuangan. Tujuannya untuk memberikan gambaran yang menyeluruh tentang
perusahaan dan kemungkinan perkembangannya. Analisis RADAR memberikan
wawasan jangka menengah dan jangka panjang, hal ini berbeda dengan analisis
rasio tradisional (Du-pont) yang bersifat jangka pendek. Analisis keuangan
metode RADAR dalam perbankan yang umum dilakukan penelitian
27
mengelompokkan rasio dalam lima kelompok besar yaitu: analisis likuiditas untuk
segi liquidity, analisis solvabilitas untuk segi capital adequacy, analisis
productivity, analisis profitabilitas untuk segi profitabillity, analisa pertumbuhan
untuk segi growth possibility.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
Dewasa ini koperasi konvensional mengalami keterpurukan. Banyak kalangan yang memiliki pandangan bahwa masalah tersebut terjadi karena
kinerja manajemen yang kurang baik. Seiring berkembangnya paham
ekonomi syariah, muncul koperasi syariah yang saat ini mulai berkembang
dan jumlahnya meningkat.
Analisis Perbandingan Kinerja Manajemen
Koperasi Syariah dan
Koperasi Konvesional
Kondisi Kinerja
Manajemen Koperasi
Syariah dan Koperasi
Konvensional
Deskriptif Analisis Manajerial
Fungsi dan Proses Manajemen
Sistem Penggajian
Sistem Karir
Efisiensi Usaha
Potensi Perkembangan
Koperasi Jasa Keuangan
Syariah BMT Bina Ummat
Sejahtera
28
IV METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam penelitian kualtitatif metode yang
biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan
dokumen.
Penelitian kualitatif dari sisi definisi lain dikemukakan bahwa hal itu
merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah
dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau
sekelompok orang. Hal terpenting adalah upaya memahami sikap, pandangan,
perasaan dan perilaku baik individu maupun sekelompok orang.
Oleh karena itu disimpulkan dalam meneliti skripsi ini, penulis
menggunakan pendekatan kualitatif yakni penelitian yang dimaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.18
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini, tidak ada site khusus tempat peneliti melakukan
penelitiannya karena pengambilan data tidak dilakukan hanya di satu tempat.
Penentuan tempat penelitian dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan dan
kriteria, yang menjadi tempat dilakukannya penelitian ini antara lain :
a. Koperasi Syariah KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera
b. Koperasi KPDK (Non Syariah)
18 Metode Penelitian Kualitatif, Prof Dr.Lexy J. Maleong, M.A, 2005, hal.5-6
29
4.2.2 Waktu Penelitian
Berdasarkan dimensi waktu, penelitian yang dilakukan oleh penulis
merupakan penelitian cross sectional karena penelitian ini mengambil satu bagian
dari gejala pada satu waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan
tentang fenomena perkembangan koperasi syariah dan koperasi non syariah di
tahun 2011. Penelitian ini dilakukan antara bulan Mei dan Juni 2011.
4.3 Jenis dan Sumber Data
4.3.1 Jenis Data
Jenis data yang dikemukakan melalui penelitian ini menggunakan data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek
penelitian, baik oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Misalnya
melalui wawancara.
2. Data Sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan
oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial
maupun non komersial. Misalnya melalui data statistik, hasil riset,
majalah, koran, internet dan lain sebagainya,
4.3.2 Sumber Data
Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan sumber data dari hasil
wawancara dan studi literatur. Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu antara 2 pihak yakni ada pewawancara dan terwawancara.
Studi literatur (kajian pustaka) merupakan penelusuran literatur yang
bersumber pada buku, media, pakar ataupun hasil penelitian orang lain yang
bertujuan untuk menyusun dasar teori yang kita gunakan dalam melakukan
penelitian.
4.4 Metode Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data
Metode penarikan sampel yang di gunakan adalah purposive sampling
yakni teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Purposive sampling
juga bisa berarti sampling yang menentukan target kelompok tertentu. Ketika
30
populasi yang diinginkan untuk penelitian ini sangat langka atau sangat sulit
untuk ditemukan dan diajak untuk menyelesaikan studi maka digunakanlah
purposive sampling dalam penelitian ini.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan data kualitatif yaitu berupa19 :
1. Field Research
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi
lapangan dengan melakukan wawancara dengan beberapa informan dan
mencari data yang mendukung objek pembahasan yang terjadi di lapangan.
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat terstruktur dimana
peneliti telah mempersiapkan pertanyaan sebagai pedoman wawancara yang
akan diajukan dan kemudian membacakan pertanyaan yang telah disiapkan
kepada informan. Namun peneliti tidak membatasi jawaban informan, sehingga
informan dalam penelitian ini mampu menjawab bebas sesuai dengan
pendapatnya. Tapi, tidak menutup kemungkinan peneliti melakukan
wawancara yang tidak berstruktur.
2. Library Research
Studi kepustakaan (Library Research) yang dilakukan dalam
mengumpulkan data penelitian ini adalah mempelajari beberapa literatur-
literatur seperti buku, skripsi atau tesis terdahulu, majalah, artikel, penulusuran
internet serta dokumen lain yang mendukung untuk mendapatkan data
sekunder dan tulisan yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur sebagai tekhnik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Peneliti telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Setiap responden
diberi pertanyaan yang sama yang kemudian dicatat untuk mengumpulkan data.
Metode ini menerapkan teori ke dalam situasi deskriptif atau situasi sosial nyata
19 Ibid.
31
yang akan diteliti. Selain itu peneliti menggunakan metode RADAR untuk
melihat kinerja keuangan dari kedua koperasi yang diteliti.
32
V GAMBARAN UMUM KOPERASI
5.1 KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera
5.1.1 Pendahuluan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT Bina Ummat Sejahtera
berdiri, bermula dari keprihatinan realitas perekonomian masyarakat lapis bawah
yang tidak siap dalam mengantisipasi perubahan masyarakat global.
Tahun 1996 Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orsat
Rembang menggerakkan organisasi dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan
alternatif yakni usaha simpan pinjam melalui gerakan Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM). Perkembangan lembaga ini mendapat tanggapan yang baik
dari masyarakat sehingga pada Tahun 1998 berubah menjadi Koperasi Serba
Usaha (KSU), lalu kemudian pada Tahun 2002 berubah menjadi Koperasi
Simpan Pinjam Syari’ah (KSPS) BMT Bina Ummat Sejahtera sampai pada
akhirnya pada Tahun 2006 berubah menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS).
Sebagaimana motto KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera yaitu sebagai
“Wahana Kebangkitan Ekonomi Ummat” Dari Ummat Untuk Ummat Sejahtera
Untuk Semua., maka menurut KJKS sangat penting menumbuhkan dan
mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta mewujudkan demokrasi ekonomi
yang mempunyai ciri–ciri demokratif, keterbukaan dan kekeluargaan.
5.1.2 Sasaran
KJKS memiliki jaringan dan pengalaman yang sudah cukup luas dan ingin
terus mengembangkan usahanya sebagai lembaga keuangan syariah dengan
sasaran memberdayakan pengusaha kecil menjadi mayarakat yang berpotensi
handal, sebagai lembaga intermediary dengan menghimpun dan menyalurkan
dana untuk mengembangkan ekonomi produktif bagi kemaslahatan masyarakat,
proaktif dalam berbagai program pengembangan sarana sosial kemasyarakatan,
mengangkat harkat dan martabat fakir miskin ke tingkat yang lebih baik serta
mewujudkan kehidupan yang seimbang dalam keselamatan, kedamaian,
33
kesejahteraan dan pemerataan keadilan ekonomi antara kaum fakir miskin dengan
aghniya (kaum berpunya).
5.1.3 Motto
”Wahana Kebangkitan Ekonomi Ummat Dari Ummat Untuk Ummat
Sejahtera Untuk Semua”
5.1.4 Visi
Visi dari KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera adalah menjadi Lembaga
Keuangan Mikro Syariah terdepan dalam pendampingan usaha kecil yang
mandiri.
5.1.5 Misi
KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera mempunyai misi yakni :
1. Membangun lembaga jasa keuangan mikro syari’ah yang mampu
memberdayakan jaringan ekonomi mikro syari’ah, sehingga menjadikan
ummat yang mandiri.
2. Menjadikan lembaga jasa keuangan mikro syari’ah yang tumbuh dan
berkembang melalui kemitraan yang sinergi dengan lembaga syari’ah lain,
sehingga mampu membangun tatanan ekonomi yang penuh kesetaraan dan
keadilan.
3. Mengutamakan mobilisasi pendanaan atas dasar ta’awun dari golongan
aghniya, untuk disalurkan ke pembiyaan ekonomi kecil dan menengah serta
mendorong terwujudnya manajemen zakat, infaq dan shodakoh, guna
mempercepat proses menyejahterakan ummat, sehingga terbebas dari
dominasi ekonomi ribawi.
4. Mengupayakan peningkatan permodalan sendiri, melalui penyertaan modal
dari para pendiri, anggota, pengelola dan segenap potensi ummat, sehingga
menjadi lembaga jasa keuangan mikro syariah yang sehat dan tangguh.
5. Mewujudkan lembaga yang mampu memberdayakan, membebaskan dan
membangun keadilan ekonomi ummat, sehingga menghantarkan ummat Islam
sebagai Khoera Ummat.
BMT Bina Ummat Sejahtera merupakan lembaga jasa keuangan mikro
syariah menetapkan budaya kerja dengan prinsip syariah yang mengacu pada
34
sikap akhlaqul karimah dan kerahmatan. Sikap tersebut terinspirasi dengan empat
sifat Rosulullah yang disingkat SAFT yakni Shidiq, Amanah, Fathonah dan
Tablig. Dengan demikian, KJKS BMT BUS menjadi lembaga yang mampu
menjaga integritas pribadi yang bercirikan ketulusan niat, kebersihan hati, pikiran,
berkata benar, bersikap terpuji dan mampu jadi teladan, terpercaya, peka, obyektif
dan disiplin serta penuh tanggung jawab. Profesinalisme dengan penuh inovasi,
cerdas, terampil dengan semangat belajar dan berlatih yang berkesinambungan.
Dan yang terakhir mempunyai kemampuan berkomunikasi atas dasar transparansi,
pendampingan dan pemberdayaan yang penuh keadilan.
BMT Bina Ummat Sejahtera adalah Lembaga Keuangan Mikro Syariah
yang menjalankan ilmu kewirausahaan lewat pendampingan manajemen,
pengembangan sumberdaya insani dan teknologi tepat guna, kerjasama bidang
finansial dan pemasaran, sehingga mampu memberdayakan wirausaha-wirausaha
baru yang siap menghadapi persaingan dan perubahan pasar.
BMT Bina Ummat Sejahtera, menerapkan azas kesepakatan, keadilan,
kesetaraan dan kemitraan, baik antara lembaga dan anggota maupun antar sesama
anggota dalam menerapkan bagi hasil usaha. Sebagai Lembaga Keuangan Mikro
Syari’ah, BMT Bina Ummat Sejahtera yang berazaskan akhlaqul karimah dan
kerahmatan, melalui produk-produknya, insya Allah akan mampu membebaskan
ummat dari penjajahan ekonomi, sehingga menjadi pelaku ekonomi yang mandiri
dan siap menjadi tuan di negeri sendiri.
Secara garis besar produk–produk KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera
terbagi menjadi dua bagian yaitu Produk Simpanan dan Produk Pembiayaan
(Kredit). Produk Simpanan adalah simpanan-simpanan yang dapat dilakukan oleh
anggota KJKS. Produk Simpanan pada KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera terdiri
atas 5 Simpanan yaitu Simpanan Sukrela Lancar (Si Rela) yakni simpanan dengan
sistem penyetoran dan pengambilannya dapat dilakukan setiap saat, Simpanan
Sukarela berjangka (Si Suka) yakni simpanan berjangka dengan sistem setoran
dapat dilakukan setiap saat dan pengambilannya disesuaikan dengan tanggal
valuta bisa dalam 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun, Simpanan Siswa
Pendidikan (Si Sidik) yakni simpanan yang dipersiapkan sebagai penunjang
khusus untuk biaya pendidikan dengan cara penyetorannya setiap bulan dan
35
pengambilannya pada saat siswa akan masuk Perguruan Tinggi, Simpanan Haji
(SI HAJI) yakni simpanan anggota yang berencana menunaikan ibadah haji yang
dikelola dengan menggunakan prinsip wadhiah yadh dhamanah dimana atas ijin
penitip dana, BMT dapat memanfaatkan dana tersebut sebelum dipergunakan oleh
penitip serta yang terakhir adalah Simpanan Ta’awun Sejahtera (Si TARA) yakni
simpanan dengan akad Mudhorobah anggota sebagai shohibul maal (pemilik
dana) sedangkan BMT sebagai mudhorib (pelaksana/pengelola usaha), atas
kerjasama ini berlaku sistem bagi hasil dengan nisbah yang telah disepakati di
muka.
Usaha yang dilakukan oleh KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera melalui
produk pembiayaan atau kredit ditujukan pada sasaran-sasaran tertentu yakni bagi
usaha yang berkaitan dengan perdagangan, pertanian, nelayan, serta Industri dan
Jasa. Kredit yang di berikan kepada pedagang memiliki sistem angsuran harian,
mingguan dan bulanan dengan jangka waktu pembayaran sesuai kesepakatan
kedua belah pihak. Sementara itu kredit yang di berikan pada pembiayaan
pertanian dititikberatkan pada modal tanam dan pemupukan, jumlah modal yang
dibutuhkan disesuaikan dengan luas lahan garapan, pembiayaan ini dengan sistem
musiman, atau jatuh tempo yang telah disepakati kedua belah pihak. Jenis
pembiayaan yang diberikan kepada anggota nelayan berupa pemupukan modal
nelayan dan pengadaan sarana penangkapan ikan, dengan sistem angsuran yang
telah ditentukan oleh KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera dan Mudhorib. Produk
pembiayaan industri dan jasa dikhususkan bagi para pengusaha yang bergerak
dalam bidang pengembangan jasa, dan Industri, PNS melalui sistem angsuran
ataupun jatuh tempo yang telah disepakati kedua belah pihak.
KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera bagian pendampingan mempunyai
keterkaitan yang kuat dalam pengamanan dan keberhasilan produk–produk
pembiayaan, sehingga antara kedua bagian ini saling mendukung dan
mengevaluasi perencanaan dan pencapaian kinerjanya. Agar mata rantai tersebut
dapat berjalan dengan baik, maka tugas yang harus dilakukan oleh bagian
pendampingan adalah melalui pendampingan manajemen usaha, pendampingan
permodalan, pendampingan pemasaran dan pendampingan jaringan usaha.
36
Pendampingan Manajemen Usaha dilakukan karena masih banyak anggota
di sektor informal masih kurang memiliki kemampuan dalam manajemen usaha.
Oleh karena itu perlu diberikan asistensi tentang manajemen usaha yang baik,
diantaranya :
1. Pembukuan sederhana
2. Manajemen keuangan sederhana
3. Manajemen pemasaran
Pendampingan Permodalan dilakukan karena salah satu faktor yang
menjadi kendala dalam penumbuhan usaha anggota adalah disisi permodalan.
Lembaga membuka lebar bagi anggota untuk mendapatkan permodalan lewat
pembiayaan dengan sistem bagi hasil yang sudah barang tentu sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan yang ada.
Pendampingan Pemasaran dilakukan karena dalam hal pemasaran produk,
lembaga mengupayakan untuk membantu mempromosikan produk-produk
mereka ke pihak-pihak tertentu terutama lewat media pameran, baik yang
diselenggarakan oleh pemeritah maupun swasta. Kualitas produk dari usaha
anggota sering dikomunikasikan agar di pasaran tidak ketinggalan dengan produk-
produk lain.
Pendampingan Jaringan Usaha dilakukan karena melalui jaringan usaha
(networking) khususnya jaringan usaha antar anggota diharapkan mereka mampu
mengelola usahanya dengan baik, agar tidak kalah dalam persaingan usaha yang
semakin ketat. Komunikasi yang dilakukan diantaranya melalui kegiatan formal
yang berupa temu bisnis anggota maupun melalui kegiatan non formal seperti
pengajian ataupun kegiatan lain yang bermanfaat untuk kemajuan usaha.
Selain itu, KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera juga memiliki Baitul Mal.
Bagian ini sangat potensial untuk menjadi kekuatan di lembaga ini, karena dengan
di intensifkannya baitul maal akan menjadi kekuatan yang luar biasa untuk
pemberdayaan umat, termasuk pembinaan usaha lewat pembiayaan Qordul
Hasan. Penyaluran Zakat, Infaq dan Sodaqoh antara lain diberikan pada santunan
kepada fakir miskin dan yatim piatu, pembudayaan pelaku ekonomi mikro
khususnya anggota KJKS BMT BUS, bantuan fasilitas ibadah untuk masjid dan
mushola, beasiswa bagi penduduk yang tidak mampu dan sumbangan sosial
37
kepada anggota maupun masyarakat yang terkena musibah. Sumberdana yang
diperoleh Baitul Maal antara lain :
a. Zakat, infaq dan shodaqoh baik dari anggota zakat tijaroh dari modal kerja
maupun dari masyarakat.
b. Pemberdayaan zakat dari pengelola pada setiap bulannya (2,5 % dari gaji).
c. Bekerjasama dengan Laznas BMT Pusat, berkaitan dengan program
penghimpunanan maupun penyaluran zakat.
d. Bekerjasama dengan Dompet Dhuafa Republika melalui program Tebar
Hewan Qurban.
KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera diresmikan Tanggal 10 November
1996 oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (Orsat Kabupaten Rembang)
dengan alamat Kantor Pusat di Jl. Raya No. 16 Lasem Telp./Fax.(0295) 532376.
KJKS BMT BUS mulai beroperasional tanggal 10 November 1996 dengan 25
orang pendiri, 5 orang pengurus dan 457 oarng pengelola. Jumlah anggota KJKS
BMT BUS adalah sebanyak 63.500 orang dengan jangkauan Pelayanan wilayah
Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, DKI Jakarta dan Kabupaten Pontianak.
5.2 Koperasi Pegawai Departemen Koperasi
Koperasi Pegawai Departemen Koperasi (KPDK) dibentuk di Jakarta pada
tanggal 22 Desember 1952, yang bertempat di Gedung Kementerian Koperasi dan
UKM Jl. Rasuna Said Kav 3-5 Jakarta Selatan. Disahkan oleh Kepala Djawatan
Koperasi pada tanggal 11 Februari 1953 dengan Badan Hukum Nomor
813.e/BH/I dengan akte perubahan terakhir No. 09/PAD/MENEG.I/XI/2000
tanggal 23 November 2000.Koperasi Pegawai Departemen Koperasi dibentuk
dengan tujuan mempererat hubungan dan kerjasama dalam memperbaiki dan
mempertinggi derajat penghidupan para anggotanya.
Dasar pembentukan KPDK adalah untuk memenuhi dan mencapai peran
dan fungsi KPDK, pengurus KPDK melaksanakan rencana kegiatan organisasi
dan usaha berlandaskan:
1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi Pegawai Departemen
Koperasi (KPDK) tahun 2008
2. Saran anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku (TB) 2009
38
3. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja KPDK TB 2010
KPDK memiliki visi yaitu “KPDK berkembang untuk meningkatkan
kesejahteraan anggotanya”. Sedangkan misi dari KPDK adalah untuk
mewujudkan KPDK menjadi Koperasi Karyawan yang handal, tangguh dan
berdaya saing tinggi. Melalui pengelolaaan yang efektif, efisien, professional dan
mandiri.
KPDK memiliki tujuan yang sejalan dengan dan dalam rangka
mewujudkan misi KPDK, maka tujuan yang hendak dicapai oleh pengurus KPDK
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan jangka pendek dari
KPDK adalah memberikan solusi atas kebutuhan anggota atas modal dan usaha,
memberikan pelayanan pada anggota dalam jumlah dan kualitas yang lebih baik
dan memperbaiki struktur kelembagaan dan operasional usaha agar dimungkinkan
pengelolaan yang lebih efektif, efisien, produktif dan professional. Sedangkan
tujuan jangka panjang dari KPDK adalah untuk meningkatkan posisi tawar
(bargaining power) KPDK terhadap mitra usahanya, sehingga lebih mampu
mempertahankan eksistensinya dan memberikan pelayanan yang lebih baik dan
mewujudkan KPDK sebagai badan usaha yang handal dan berdaya saing,
terutama dalam memberikan pelayanan kepada anggota dan non anggotanya
(dinas).
Kebijakan KPDK dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
adalah melalui pembenahan internal yang meliputi: revitalisasi dan restrukturisasi
sumberdaya manusia (SDM) KPDK, penyesuaian sistem pengelolaan dan struktur
organisasi, pembenahan sistem administrasi dan pengelolaan keuangan serta
pembenahan eksternal, meliputi antara lain: reorientasi usaha (sementara hanya
berkonsentrasi pada usaha yang berkaitan dengan kepentingan anggota yang
paling profitable dengan risiko usaha rendah), serta meningkatkan peran dalam
memanfaatkan jaringan/kerjasama dengan lembaga lain bagi kepentingan
pengembangan KPDK.
Tujuan dan kegiatan KPDK tidak akan berjalan jika tidak dibarengi
dengan strategi yang baik, oleh karena ini strategi KPDK adalah melalui
peningkatan kualitas SDM sesuai dengan kebutuhan, penyesuaian struktur
organisasi KPDK dan penempatan SDM sesuai dengan bidang keahlian dan
39
pengalaman kerjanya, penerapan manajemen “terbuka” dan pendelegasian dan
pendelegasian wewenang pada semua lini, penerapan sistem dan mekanisme
“reward and punishment” secara konsisten, nondiskriminatif dan tegas dan
perubahan sistem dan mekanisme pengelolaan keuangan dari “banyak pintu”
menjadi “satu pintu”. Selain itu dalam bidang usaha strategi dari KPDK adalah
nventarisasi jenis usaha (Usaha Simpan Pinjam, ATK dan computer, photo copy,
toko kredit motor dan lain-lain) dan melakukan penilaian usaha-usaha mana yang
layak untuk dikembangkan dan usaha-usaha mana yang harus dihentikan dengan
memperhatikan kepentingan anggotanya serta menjalin dan meningkatkan
kerjasama dengan anggota, sesama koperasi/lembaga lain secara lebih efisien dan
berdaya guna bagi KPDK dalam melayani anggotanya.
Sasaran dari kebijakan dan kegiatan yang dilakukan oleh KPDK adalah untuk :
1. Memberikan pelatihan keterampilan, baik secara insidentil (sesuai kebutuhan)
maupun periodik.
2. Memberikan kesempatan magang pada perusahaan atau koperasi sejenis yang
telah sukses menjalankan kegiatan usahanya seperti KOPEL bulog, KOPKAR
Perum Peruri, Kopkar PT Telkom, Kopkas PT Astra dll.
3. Sasaran yang hendak dicapaai melalui penyesuaian struktur organisasi KPDK
dan penempatan SDM sesuai dengan bidang keahlian dan pengalaman
kerjanya adalah berjalannya mekanisme dan prosedur organisasi, peningkatan
efektifitas dan efisiensi pengelolaan organisasi
4. Sasaran utama penerapan manajemen terbuka adalah menjamin masuknya
secara utuh seluruh komponen pendapatan (fee, diskon dan sejenisnya) ke
kas/rekening KPDK, diperolehnya umpan balik dengan cepat, berjalannya
sistem dan mekanisme control dan pengembangan KPDK, serta memudahkan
terbangunnya sinergi (karena konflik internal dapat diminimalkan)
5. Sasaran yang hendak dicapai melalui pendelegasian wewenang pada setiap lini
organisasi adalah untuk meningkatkan kreativitas dan sekaligus tanggung
jawab karyawan dalam upaya memaksimalkan pencapaian target usaha
masing-masing
6. Sasaran dari penerapan “reward and punishment” adalah meningkatnya
motivasi dan tanggungjawab karyawan KPDK, sebagai salah satu syarat
40
majunya usaha KPDK. Sejalan dengan hal tersebut, akan dilakukan evaluasi
dan perbaikan terhadap gaji dan sistem penilaian kinerja karyawan
7. Sasaran lain yang hendak dicapai melalui perubahan struktur organisasi
KPDK adalah bentuknya mekanisme aliran kas melalui “satu pintu”. Hal ini
sangat penting terutama untuk keperluan control dan evaluasi atas penerimaan
dan penggunaan dana KPDK
8. Sasaran yang hendak dicapai melalui inventarisasi jenis usaha penilaian usaha
adalah diperolehnya kepastian jenis usaha mana yang layak untuk
dikembangkan dan usaha-usaha mana yang harus dihentikan. Pemilihan jenis
usahanya menggunakan criteria keterkaitan usaha dengan kepentingan
anggota, memiliki profitabilitas yang tinggi dan risiko usaha yang rendah.
Kriteria ini berlaku pula bagi usaha-usaha yang berbentuk kerjasama antara
KPDK dan lembaga lain. Terhadap usaha-usaha yang dinilai layak untuk
dikembangkan akan dilakukan penilaian secara periodik, terutama terhadap
kemampuannya untuk meningkatkan SHU.
9. Sasaran yang hendak dicapai melalui peningkatan kerja sama dengan anggota,
sesama koperasi/lembaga lain adalah meningkatnya usaha anggota,
meningkatnya peran dan citra KPDK, meningkatnya efektivitas dan
pemanfaaatan kerja sama, meningkatnya bargaining position KPDK terhadap
mitranya serta meningkatnya akses terhadap sumber dan pasar yang
dibutuhkan bagi pengembangan KPDK
Bidang usaha yang dilakukan oleh KPDK terdiri atas bidang usaha simpan
pinjam dan bidang usaha sektor Riil. Bidang usaha simpan pinjam melayani
pinjaman dan simpanan anggota. Unit simpanan melayani anggota untuk
kepentingan penyimpanan dana anggota pada KPDK. Simpanan anggota terdiri
dari Simpanan Pokok yakni adalah simpanan yang disetorkan oleh anggota pada
saat menjadi anggota KPDK sebesar Rp 100.000,- dan hanya dapat ditarik pada
saat anggota keluar/berhenti, Simpanan Wajib yakni simpanan yang wajib disetor
oleh anggota setiap bulan sebesar Rp 20.000,-. Simpanan sukarela yakni simpanan
yang disetor oleh anggota yang jumlahnya tidak ditentukan dan tidak diwajibkan
untuk setiap bulannya dan dapat ditarik oleh anggota sewaktu-waktu, Simpanan
Khusus yakni simpanan yang tidak berasal dari setoran anggota tetapi merupakan
41
hasil pembagian dari KPDK kepada anggota dan hanya bisa diambil pada saat
anggota tersebut keluar/berhenti dan Simpanan Wajib Pinjam yakni simpanan
yang harus disetor oleh anggota pada saat mencairkan pinjaman, besarnya adalah
3% dari jumlah pinjaman yang dicairkan. Simpanan Wajib Pinjam ini dapat
diambil pada saat pinjaman tersebut lunas.
Unit pinjaman pada KPDK melayani anggota untuk kepentingan pinjaman
konsumtif, leasing dan pinjaman dinas. Pinjaman konsumtif adalah pinjaman
untuk memenuhi kebutuhan anggota yang dikategorikan dalam pinjaman jangka
pendek dan jangka panjang. Pinjaman jangka pendek adalah pinjaman untuk
memenuhi kebutuhan anggota sehari-hari atau kebutuhan yang sifatnya mendesak
seperti berobat, dengan plafon pinjaman sebesar Rp 2.500.000,- untuk masa
angsuran 0 s/d 12 bulan. Jasa yang dikenakan sebesar 1% dan profisi 0,5% apabila
pinjaman diatas Rp. 1.000.000,- maka dikenakan Simpanan Wajib Pinjam (SWP)
sebesar 3% sedangkan Pinjaman Jangka Panjang adalah pinjaman untuk
memenuhi kebutuhan anggota yang sifatnya investasi antara lain perbaikan
rumah, pendidikan dengan plafon sebesar Rp. 10.000.000,- masa angsuran 20
bulan, jasa 1%, provisi 0,5%, SWP 3%.
Leasing merupakan pinjaman pembiayaan kepada anggota dalam bentuk
barang maupun usaha anggota. Leasing yang pertama adalah leasing kredit
motor/elektronik yang merupakan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan anggota
untuk memiliki kendaraan roda dua dan alat-alat elektronika dengan suku bunga 1
tahun 21%, 2 tahun 22%3 tahun 23%. Pinjaman Usaha adalah pinjaman untuk
mengembangkan usaha anggota yang sudah berjalan namun membutuhkan
penambahan modal kerja. Pinjaman usaha ini harus memberikan jaminan berupa
surat-surat berharga seperti BPKB mobil, sertifikat rumah/tanah dan lain-lain
dengan suku bunga 1 tahun 20%, 2 tahun 20%, 3 tahun 22%. Sedangkan pinjaman
dinas adalah pinjaman yang diberikan kepada dinas di lingkungan Kementerian
Koperasi dan UKM dalam rangka memenuhi kebutuhan biaya perjalanan dinas
maupun operasional proyek dengan plafon pinjaman sebesar Rp. 150.000.000,-
dengan masa 1 bulan pengembalian dan jasa 5%.
KPDK juga memiliki bidang usaha sektor riil terdiri dari unit pengadaan
barang yang meliputi toko, motor, ATK, komputer, dan unit pengadaan jasa yang
42
meliputi jasa photo copy. Bidang sektor riil ini memiliki 2 unit yakni Unit
Pengadaan Barang dan Unit Pengadaan jasa. Unit pengadaan barang melayani
kebutuhan anggota dan non anggota atau pegawai di sekitar kantor Kementerian
Koperasi dan UKM antara lain motor, elektronik, ATK dan kebutuhan sehari-hari.
Bagi anggota KPDK dapat melakukan transaksi secara tunai maupun kredit
sedangkan Unit usaha pengadaan jasa memberikan pelayanan jasa photo copy
kepada anggota dan non anggota didalam menjalani kegiatan rutinitas di kantor
Kementerian Koperasi dan UKM
Bidang administrasi dan keuangan di KPDK mempunyai ruang lingkup
kerja mengadministrasi seluruh kegiatan organisasi dan membuat seluruh
transaksi keuangan kedalam laporan. Bidang administrasi dan keuangan meliputi
lingkup bidang keanggotaan yang membuat laporan antara lain
mengadministrasikan dan menginventarisasi nama-nama anggota yang keluar,
masuk, meninggal dunia dan melaporkan perkembangan jumlah anggota serta
melaksanakan administrasi kepegawaian (karyawan) KPDK. Bidang umum yang
bertugas mengadministrasikan semua dokumen-dokumen KPDK maupun
karyawan serta menyampaikan surat menyurat keluar dan masuk Kasir dan
Pembukuan. Kasir KPDK mencatat/pembukuan, merekapitulasi semua transaksi
keuangan baik pembayaran maupun penerimaan sedangkan pembukuan KPDK
adalah menginput transaksi dan membukukan hingga menjadi laporan keuangan.
Adapun laporan keuangan disusun terdiri dari neraca, laporan sisa hasil usaha,
laporan perubahan equitas dan laporan arus kas.
43
VI PEMBAHASAN
6.1 Perbandingan KPDK dan KJKS BMT BUS
Dilihat dari sejarahnya, Koperasi memang dilahirkan sebagai badan Usaha
dengan tujuan untuk memajukan kepentingan ekonomi dari anggota-anggotanya.
Latar belakang kelahirannya telah memberikan ciri khusus kepada koperasi,
berbeda dengan bentuk usaha yang lainnya. Bagaimanapun besarnya perbedaan
koperasi dengan bentuk usaha kumpulan modal, tidak berarti koperasi lepas dari
fungsi-fungsi manajemen untuk menangani usaha Koperasi. Semua unsur-unsur
manajemen koperasi harus bekerja menurut fungsinya masing-masing dalam
kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk mencapai tujuan bersama.
Fungsi-fungsi dimaksud setidaknya meliputi 20
:
a. Planning
b. Organizing
c. Directing
d. Controlling
Berfikir secara manajemen adalah berfikir secara mengendalikan, mengarahkan
dan memanfaatkan segala apa (faktor-faktor sumber daya) yang menurut
perencanaan (planning) diperlukan untuk menyelesaikan atau mencapai suatu
tujuan (goal) tertentu. 21
Praktek manajemen menunjukan bahwa fungsi atau kegiatan manajemen
(planning, organizing, directing, controlling) secara langsung maupun tidak
langsung selalu bersangkutan dengan unsur manusia. Planning dalam manajemen
adalah ciptaan manusia, organizing adalah mengatur unsur manusia, directing
adalah proses menggerakan manusia manusia anggota organisasi, sedang
controlling diadakan agar pelaksanaan manajemen (manusia-manusia) selalu
dapat meningkatkan hasil kerjanya.
Dari fakta tersebut, dapat dibenarkan pendapat yang menyatakan bahwa
sukses tidaknya suatu organisasi untuk bagian yang besar tergantung pada orang-
20 Manajemen Koperasi, Dra.Ninik Widiyati, Rineka Cipta, 2010, hal. 2 21 Ibid, hal. 6
44
orang yang menjadi anggotanya. Betapapun sempurna rencana-rencana, organisasi
dan pengawasam serta penelitiannya. Bila orang-orang tidak mau melakukan
pekerjaan yang diwajibkan, maka seorang manajer tidak akan mencapai hasil yang
sebenarnya dapat dicapai.
Berhasilnya manajemen koperasi harus jelas terlebih dahulu konsep,
tujuan, sasaran yang harus dicapai sampai waktu tertentu, perencanaan dan
bagaimana kebijaksanaan harus diletakkan sebagai dasar prosedur kerja yang
harus dirumuskan dengan jelas. 22
Kinerja sebuah perusahaan biasanya lebih banyak diukur berdasarkan
rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio
keuangan ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang
digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Sehingga seringkali
kinerja perusahaan terlihat baik dan meningkat, yang mana sebenarnya kinerja
tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun. Diperlukannya suatu alat ukur
kinerja yang menunjukkan prestasi manajemen sebenarnya dengan tujuan untuk
mendorong aktivitas atau strategi yang menambah nilai ekonomis (value added
activities) dan menghapuskan aktivitas yang merusak nilai (non-value added
activities).
Namun dalam penelitian kali ini, penulis hanya akan menjabarkan
mengenai perbedaan sistem manajemen antara koperasi syariah dengan koperasi
konvensional. Menurut Drs. P. Hasibuan, setiap bentuk usaha termasuk koperasi,
harus berpegang pada fungsi-fungsi manajemen, dalam rangka melakukan fungsi-
fungsi perusahaan untuk mencapai tujuan usaha masing-masing.
22 Manajemen Koperasi, Dra.Ninik Widiyati, Rineka Cipta, 2010, hal. 37
45
6.1.1 Fungsi dan Proses Manajemen
6.1.1.1 Planning
Tabel 2. Perbandingan Visi, Misi dan Tujuan Item KJKS BMT BUS KPDK
Tujuan Memberdayakan Pengusaha kecil menjadi
potensi masyarakat yang handal.
Sebagai lembaga intermediary dengan
menghimpun dan menyalurkan dana Anggota
dan Calon Anggota permanen dan kontinyu
untuk mengembangkan ekonomi produktif bagi
kemaslahatan masyarakat.
Proaktif dalam berbagai program pengembangan
sarana sosial kemasyarakatan
Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin ke
tingkat yang lebih baik.
Mewujudkan kehidupan yang seimbang dalam
keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dan
pemerataan keadilan ekonomi antara kaum
fakir miskin dengan aghniya (kaum berpunya).
Jangka Pendek
Memberikan solusi atas
kebutuhan anggota atas modal
dan usaha
Memberikan pelayanan pada
anggota dalam jumlah dan
kualitas yang lebih baik
Memperbaiki struktur
kelembagaan dan operasional
usaha agar dimungkinkan
pengelolaan yang lebih efektif,
efisien, produktif dan
professional
Jangka Panjang
Meningkatkan posisi tawar
(bargaining power) KPDK
terhadap mitra usahanya,
sehingga lebih mampu
mempertahankan eksistensinya
dan memberikan pelayanan
yang lebih baik.
Visi Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Keuangan
Mikro Syari’ah Terdepan Dalam
Pendampingan Usaha Kecil Yang Mandiri.
KPDK berkembang untuk
meningkatkan kesejahteraan
anggotanya.
Misi Membangun lembaga jasa keuangan mikro
syari’ah yang mampu memberdayakan jaringan
ekonomi mikro syari’ah, sehingga menjadikan
ummat yang mandiri.
Mengutamakan mobilisasi pendanaan atas dasar
ta’awun dari golongan aghniya, untuk
disalurkan ke pembiyaan ekonomi kecil dan
menengah serta mendorong terwujudnya
manajemen zakat, infaq dan shodakoh, guna
mempercepat proses menyejahterakan ummat,
sehingga terbebas dari dominasi ekonomi
ribawi.
Mengupayakan peningkatan permodalan sendiri,
melalui penyertaan modal dari para pendiri,
anggota, pengelola dan segenap potensi ummat,
sehingga menjadi lembaga jasa keuangan mikro
syari’ah yang sehat dan tangguh.
Mewujudkan lembaga yang mampu
memberdayakan, membebaskan dan
membangun keadilan ekonomi ummat,
sehingga menghantarkan ummat Islam sebagai
Khoera Ummat.
Mewujudkan KPDK menjadi
Koperasi Karyawan yang
handal, tangguh dan berdaya
saing tinggi. Melalui
pengelolaaan yang efektif,
efisien, professional dan mandiri
46
Bahwa untuk merencanakan suatu usaha harus terlebih dahulu ditentukan
tujuan usaha yang dimaksud, sebab jika tidak demikian masing-masing kegiatan
bisa berjalan sendiri-sendiri. Apabila tujuan (objektif) sudah ditentukan,
sebaiknya digariskan kebijakan-kebijakan, strategi dan taktik untuk mencapai
tujuan itu. Penentuan tujuan dan strategi hendaknya dilakukan menurut metode
dan teknik-teknik tertentu seperti teknik mengambil keputusan dan teknik
pelaksanaannya.
Manajemen dalam fungsi planning adalah menentukan dan
menginformasikan visi, misi dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai suatu koperasi
kepada seluruh anggotanya. Visi bersifat luas dan merupakan gambaran kemana
para pemimpin suatu perusahaan ingin melangkah. Sedangan tujuan bersifat
spesifik, jelas dan merupakan sasaran jangka pendek dan jangka panjang. Tugas
Manajemen itu sendiri adalah untuk memastikan semua tujuan yang direncanakan
pada langkah ini diarahkan untuk mencapai prinsip ini.
Dilihat dari visi, misi dan tujuan yang ditetapkan oleh KPDK dan KJKS
BMT BUS. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin mensejahterakan
para anggotanya. Hal ini sesuai dengan tujuan utama didirikannya koperasi.
KPDK pada salah satu tujuannya menyebutkan bahwa KPDK berkomitmen untuk
menjadikan para anggotanya sejahtera dan menjadikan KPDK ini menjadi
koperasi yang handal. Hal ini mengindikasikan bahwa KPDK memiliki orientasi
pengembangan internal koperasi.
Berbeda dengan KJKS BMT BUS. Dalam salah satu tujuannya disebutkan
bahwa KJKS BMT BUS akan proaktif dalam berbagai program pengembangan
sarana sosial kemasyarakatan. Hal ini mengindikasikan bahwa selain untuk
pengembangan internal, KJKS BMT BUS ini berkomitmen untuk melakukan
pengembangan eksternal. Pengembangan eksternal ini dilakukan dengan program-
program CSR seperti pengajian, pengobatan gratis, santunan fakir miskin dan
lain-lain. Dengan ini selain mensejahterakan anggotanya, KJKS BMT BUS juga
mensejahterakan masyarakat sekitarnya. Selain itu KJKS BMT BUS memiliki
tujuan untuk menghilangkan praktek ribawi yang saat ini berkembang di
masyarakat. Praktek ribawi ini dinilai haram dan memberatkan masyarakat yang
notabene memiliki penghasilan dan kesejahteraan yang rendah.
47
Selain itu KJKS BMT BUS ini ingin menjadikan lembaga tersebut sebagai
lembaga penyalur zakat yang dipercaya. Mereka melihat kondisi saat ini banyak
masyarakat yang tidak percaya dengan lembaga penyalur zakat untuk
menyalurkan zakat yang mereka salurkan. Masyarakat merasa lebih nyaman
menyalurkan zakatnya langsung kepada yang berhak, ketimbang harus
menyalurkannya melalui lembaga penyalur zakat yang ada. Ini merupakan
tantangan bagi mereka untuk menjadikan KJKS BMT BUS ini sebagai lembaga
penyalur zakat yang dipercaya untuk menyalurkan zakat.
Dari perbandingan tersebut, terlihat bahwa dari segi manajemen
perencanaan KJKS BMT BUS lebih mengutamakan prinsip syariah untuk
kesejahteraan bagi anggota koperasi, akan tetapi tidak hanya kepada anggota
koperasi saja KJKS BMT BUS ingin juga mewujudkan kehidupan yang seimbang
dalam keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dan pemerataan keadilan ekonomi
antara kaum fakir miskin dengan aghniya (kaum berpunya). Sedangkan KPDK
selain bertujuan untuk mensejahterakan anggota, KPDK juga ingin mewujudkan
KPDK sebagai badan usaha yang handal dan berdaya saing, terutama dalam
memberikan pelayanan kepada anggota dan non anggotanya (dinas).
6.1.1.2 Organizing
Sejalan dengan tujuan yang sudah direncanakan untuk mencapainya, perlu
segera di rumuskan struktur organisasi yang sesuai dengan jenis kegiatan dan
unsur-unsur manajemen yang ikut berfungsi di dalam kegiatan itu. Karena itu
setiap unsur manajemen yang turut bermain di dalamnya harus mempunyai
wewenang dan tanggung jawab. Serta dinamika wewenang dan tanggung jawab,
baik secara vertikal mapun secara horizontal. Bagi koperasi fungsi-fungsi
usahanya tidak hanya meliputi fungsi-fungsi usaha bentuk kumpulan modal tetapi
juga pembinaan anggotanya. Organizing dengan demikian merupakan fungsi
manajamen yang menentukan wewenang dan tanggung jawab unsur-unsur
manajemen dalam rangka melaksanakan fungsi-fungsi usaha koperasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan baik secara horizontal maupun secara
vertikal.
48
Desain Struktur
Dilihat dari struktur organisasi, KPDK memiliki bentuk struktur yang
lebih ramping dibandingkan dengan struktur organisasi dari KJKS BMT BUS.
Burhanuddin (2008) menyebutkan bahwa koperasi yang memiliki struktur
organisasi gemuk, kurang fleksibel dan diorganisasikan dengan pola lama tanpa
memanfaatkan teknologi informasi menghadapi masalah jalan ditempat dan
cenderung tidak berkembang. Menurut penulis, struktur organisasi yang dimiliki
oleh KJKS BMT BUS lebih menggambarkan kejelasan fungsi dan wewenang tiap
bagian sehingga tiap bagian mengetahui tugas, wewenang dan batasan dalam
bekerja.
Dalam segi tugas, KJKS BMT BUS memiliki bagian Human Resources
Development (HRD) yang dalam hal ini berfungsi sebagai divisi pengembangan
sumber daya manusia dan inovasi koperasi. Selain itu, divisi ini juga dibawahi
oleh departemen yang berbeda dengan divisi unit usaha dan lainnya.
Disain tugas koperasi yang digambarkan dalam diagram struktur
organisasi, pada umumnya tidak memiliki divisi atau departemen Research and
Development (R&D) dan Human Resources Development (HRD). Padahal, kedua
departemen ini memiliki posisi vital dalam pengembangan kompetensi
sumberdaya manusia koperasi dan proses inovasi koperasi. Di perusahaan-
perusahaan modern pesaing koperasi biasanya memiliki kedua departemen
tersebut agar mampu bertahan dalam kompetisi. Tidak tertutup kemungkinan
disain organisasi seperti ini yang menyebabkan koperasi kalah bersaing dengan
perusahaan kapitalistik. Meski perlu dicatat bahwa perbedaan orientasi pada
kedua organisasi perusahaan kemungkinan menjadi penyebab lainnya.23
Pembagian Tugas dan Wewenang
Pembagian wewenang, tugas dan tanggung jawab perangkat organisasi
koperasi secara garis besar diatur oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992,
tentang Perkoperasian, yang selanjutnya oleh masing-masing koperasi dijabarkan
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi. Rapat Anggota
23 Burhanuddin “Tinjauan Prospek Koperasi Indonesia dari Perspektif Disiplin Ilmu Manajemen Bisnis, h.14
49
memegang kekuasaan tertinggi dan memiliki kewenangan sentral dalam
pengambilan keputusan strategis koperasi.24
Pembagian tugas di dalam lingkup koperasi baik KPDK maupun KJKS
BMT BUS terdiri atas perincian serta pengelompokan aktivitas yang erat
hubungannya satu sama lain dalam koperasi itu sendiri serta yang berkaitan
dengan pihak luar koperasi.
Aktifitas yang erat hubungannya dalam koperasi itu sendiri menurut KJKS
BMT BUS, Dewan Pengurus mempunyai tugas dalam melaksanakan rencana
kerja yang sesuai dengan keputusan rapat anggota. Tugas lainnya adalah
mengawasi, mengevaluasi dan mengarahkan pelaksanaan pengelolaan BMT yang
dijalankan oleh pengelola agar tetap mengikuti kebijakan dan keputusan yang
telah disetujui oleh rapat anggota serta melaporkan operasional BMT pada
anggota setiap akhir tahun dalam RAT.
Aktifitas lainnya adalah yang dilakukan oleh Bidang Pengawasan dan
Personalia, Pihak ini bertugas membantu General Manager dalam menjabarkan
kebijaksanaan yang telah di gariskan oleh pengurus di bidang personalia,
pengembangan Sumber Daya Insani, pengawasan dan pembinaan. Pihak
personalia bertanggung jawab atas aktivitas pengelola, penambahan dan
pengurangan karyawan serta mengusulkan mutasi sesuai dengan kondisi yang
diperlukan. Bagian Pengawasan melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan
terhadap operasional lembaga dan bertanggungjawab atas pelaksanaan
pengawasan aktifitas administrasi operasional meliputi laporan administrasi
keuangan dan syariah.
Sedangkan aktifitas yang mewakili koperasi dengan pihak luar KJKS
BMT BUS adalah Manager Cabang (Pemasaran) Mewakili kantor pusat untuk
bertanggungjawab atas operasional cabang-cabang yang berada di masing-masing
wilayah kerja untuk menjual produk dan meningkatkan citra pelayanan BMT baik
pembiayaan maupun simpanan dan membina, mengatur, mengawasi serta
melaksanakan kegiatan mengamankan posisi BMT.
Menurut Bapak Boy Indra K selaku manager USP (Unit Simpan Pinjam)
di KPDK, dijelaskan bahwa struktur organisasi di KPDK adalah sebagai berikut :
24 Ibid, h.14
50
“Jumlah karyawan di KPDK sampai 2010 lalu adalah 23 orang
ditambah 1 orang EDP dari tenaga luar. Kita terbagi di 3
bagian Bidang administrasi dan Keuangan, Bidang Usaha
Simpan Pinjam dan satu lagi Bidang Usaha Sektor Riil. Masing-
masing ada Managernya, lalu kepala unitnya kemudian
kasirnya. Ada juga yang di tempatkan di unit usahanya masing-
masing, seperti di Toko SME’sco Mart KPDK di parkiran
belakang.”
Hal yang menarik dari KJKS BMT BUS dibandingkan dengan koperasi
konvensional adalah memiliki Divisi Syariah yang bertanggung jawab atas segala
bentuk produk yang dikeluarkan oleh lembaga yang berdasar pada kaidah-kaidah
syariah serta Divisi Transaksi yang bertanggung jawab dalam segala bentuk
transaksi yang sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
Wewenang adalah hak seseorang pejabat untuk mengambil tindakan yang
diperlukan agar tugas dan tanggung jawab dapat dilaksanakan dengan baik.
Sedangkan pelimpahan adalah penyerahan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
wewenang anggota, pengurus dan pengawas adalah berbeda-beda sesuai dengan
jabatannya masing-masing. Anggota KJKS BMT BUS mempunyai wewenang
mengangkat pengurus dan pengawas melalui Rapat Anggota. Selain itu juga
anggota ikut serta berwenang dalam menghimpun potensi usaha dan organisasi
yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip syariah atau Islam. Hal tersebut juga bisa
di lihat dari struktur organisasi di masing-masing koperasi baik itu Koperasi
KJKS BMT BUS maupun KPDK.
Rentangan Kontrol, Jenjang Organisasi dan Kesatuan Perintah
Fungsi pengurus dalam melaksanakan fungsi manajemen adalah
mengembangkan organisasi, membuat deskripsi kerja, menentukan rentang
kendali organisasi, mengangkat dan memberhentikan karyawan, menginventarisir
potensi internal dan eksternal serta menghimpun sumber daya.
Rentangan control adalah jumlah terbanyak bawahan langsung yang dapat
dipimpin dengan baik oleh seorang atasan. Sedangkan bawahan langsung adalah
merupakan sejumlah pejabat yang langsung dibawah seorang atasan. Hal yang
perlu diperhatikan dalam rentang kendali adalah bahwa seorang atasan tidak
mungkin dapat memimpin bawahan sebanyak-banyaknya, karena kemampuan
51
seseorang itu terbatas. Makin banyak bawahan, beban pimpinan makin berat,
sehingga harus diperhatikan tidak hanya orang-orangnya saja tetapi hubungannya.
Jenjang organisasi adalah tingkat-tingkat satuan organisasi yang
didalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang tertentu menurut
kedudukannya dari atas sampai bawah dalam suatu fungsi. Kesatuan perintah
berarti bahwa tiap-tiap pejabat dalam organisasi hendaknya hanya dapat
diperintah dan bertanggungjawab kepada seorang atasan tertentu.
Dilihat dari kedua jenis koperasi yang diteliti oleh penulis, struktur
organisasi tersebut sudah mampu menunjukan bahwa kedua koperasi tersebut
memiliki kejelasan fungsi dari masing-masing jabatan yang ada. Hal tersebut
menjadikan jelas rentang kontrol, jenjang organisasi dan satuan perintah
pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasannya.
Hal yang menjadi perbedaan antara KJKS BMT BUS dan KPDK dalam
hal ini adalah, Bagian pengawasan KJKS BMT BUS secara struktural berada di
bawah kewenangan Manager Personalia dan Audit. Sedangkan Bagian
Pengawasan pada KPDK dikendalikan langsung oleh Rapat Anggota, sehingga
tampak lebih independent dan objektif dilihat secara struktural.
6.1.1.3 Directing
Masing-masing individu yang telah ditentukan menduduki fungsi dan
jabatan-jabatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan organisasi. Pada hakikatnya
directing adalah usaha-usaha komunikasi yang membuat semua pihak yang
terlibat dalam kegiatan koperasi bekerja sesuai rencana. Directing / commanding
adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan,
saran, perintah-perintah, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-
benar tertuju kepada tujuan yang telah ditetapkan semula.
Koperasi hakekatnya dibangun untuk memberdayakan masyarakat dari
kesulitan, kekurangan, kelemahan dan kemiskinan. Misi ini sangat erat kaitannya
dengan pola pengaturan kelembagaan dari masyarakat itu (komunitas anggota
koperasi) sendiri membangun kesejahteraan secara bersama-sama (goal). Untuk
mencapai tujuan koperasi tersebut maka koperasi harus menunjukkan jatidirinya
yang mandiri.
52
Tabel 3. Directing
KPDK KJKS BMT BUS
Hanya dilakukan oleh top management ke
low management
Dilakukan oleh Pengawas Umum,
Pengawas Syariah dan seluruh komponen
yang ada pada struktur organisasi
Directing pada KPDK hanya dilakukan oleh bagian tertinggi dalam
struktur organisasi ke bagian terendah dalam struktur saja. Rapat Anggota
memberikan komando kepada pengurus, pengurus memberikan komando kepada
manajer USP, manajer sektor riil dan manajer administrasi dan keuangan.
Kemudian tiap manajer tersebut memberikan komando kepada bawahannya.
Hal tersebut diungkapkan oleh Boy Indra K selaku Manajer USP KPDK.
“Kami melakukan kegiatan komando dari manajemen tertinggi
ke manajemen terendah. Mulai dari Rapat anggota, Pengurus,
Manajer-manajer (Manajer UPS, Manajer sector riil, Manajer
administrasi dan keuangan).
Berbeda dengan KJKS BMT BUS dalam melakukan kegiatan komando
yang melibatkan seluruh komponen dalam koperasi tersebut. Salah satu contoh
adalah Kabag HRD yang memberikan komando kepada Kasie HRD. Sebaliknya,
Kasie HRD memberikan saran dan masukan kepada Kabag HRD. Hal ini juga
dilakukan oleh tiap bagian unit yag ada di KJKS BMT BUS. Hal tersebut
diungkapkan oleh Lili selaku Kepala Cabang dan Manajer Regional KJKS BMT
BUS.
”Dikita seluruh bagian melakukan koordinasi agar seluruh
kegiatan berjalan sebagaimana mestinya. Koordinasi dilakukan
tidak hanya dari atas ke bawah,melainkan keduanya. Kasie HRD
boleh ngasi saran ke Kabag HRD, Kabag HRD boleh ngasi
perintah dan teguran ke Kasie HRD. Disini intinya keterbukaan
dan saling pengertian.”
Selain itu para pengelola selalu diberi masukan tentang agama. Mereka
berkeyakinan bahwa kekuatan spiritual ini memiliki peranan yang sangat besar
terhadap perilaku dan kinerja seseorang dibandingkan dari kekuatan akademis.
Oleh karena itu transformasi-transformasi spiritual tidak ada henti-hentinya
dilakukan mengantisipasi kesalahan-kesalahan. Sehingga seseorang itu akan
berfikir berkali-kali untuk melakukan perbuatan yang menyimpang. Karena
mereka telah mengetahui dampak-dampak apa saja yang akan diterima apabila
53
perbuatan menyimpang itu dilakukan. Hal ini dianggap berhasil untuk menjalin
sinergi positif untuk mencapai tujuan bersama.
6.1.1.4 Controlling
Pengawasan adalah fungsi manajemen untuk mencegah terjadinya
penyimpangan-penyimpangan yang berlarut-larut sehingga dapat di atasi. Antara
perencanaan dan pengawasan tertanam suatu ikatan yang erat, karena tanpa
rencana yang ada, pengawasam tidak mempunyai arah. Sebaliknya suatu rencana
tanpa pengawasan dapat mengarahkan organisasi kepada kehancuran. Dalam
hubungan inilah jika di dalam koperasi sejalan dengan dibentuknya pengurus
serentak pula dipilih badan pemeriksa yang kedudukannya terhadap anggota
sama. Keduanya merupakan alat-alat perlengkapan koperasi.
Tugas pengawas dalam manajemen koperasi memiliki posisi strategis.
Mengingat secara tidak langsung, posisinya dapat menjadi pengaman dari
ketidakjujuran, ketidaktepatan pengelolaan atau ketidakprofesionalan pengurus.
Oleh sebab itu menjadi pengawas harus memiliki persyaratan kemampuan
(kompentensi), yaitu kompentensi pribadi dan kompentensi profesional.
Kompetensi pribadi menyangkut kharisma atau kewibawaan, kejujuran dan
kepemimpinan. Kompetensi pertama ini sangat ditentukan oleh personality yang
dimiliki oleh seorang pengawas. Kompetensi ini dapat terbentuk secara alamiah
tetapi juga dapat non-alamiah, karena status sosial ekonomi yang dimiliki.
Tabel 4. Controlling
KPDK KJKS BMT BUS
Dilakukan oleh pengawas umum
koperasi
Dilakukan oleh pengawas umum
koperasi dan pengawas syariah (divisi
transaksi dan divisi produk
Adanya pendampingan
Menurut KPDK, fungsi pengawas adalah perpanjangan tangan dari
anggota melalui Rapat Anggota dalam mendampingi pengurus untuk mengawasi
jalannya roda usaha perusahaan koperasi. Pengawas berada di satu posisi dengan
pengurus tetapi mempunyai fungsi yang berbeda.
Menurut Bapak Boy Indra selaku Manager USP Koperasi Pegawai Departemen
Koperasi, fungsi pengawas di KPDK adalah sebagai berikut :
54
“Disini ada bagian pengawasnya, ya tugasnya mengawasi
jalannya koperasi dan operasionalisasinya. Semua unit diawasi
dari mulai kinerja, keuangan sampai ke laporannya setiap
periode. Pengurus atau divisi-divisi tertentu punya tugasnya
masing-masing, seperti unit simpan pinjam, unit usaha bidang
riil, dan keuangan. Ada managernya dan dibantu dengan staf-
stafnya agar dapat bekerja sama. “
Aspek pengawasan yang diterapkan pada koperasi KPDK adalah
pengawasan kinerja, ini berarti koperasi hanya mengawasi kinerja para pengurus
dalam mengelola koperasi. Berbeda dengan koperasi syariah, selain melakukan
pengawasan terhadap kinerjanya, tetapi juga pengawasan syariah. Prinsip-prinsip
syariah sangat dijunjung tinggi, maka dari itu kejujuran para intern koperasi
sangat diperhatikan pada pengawasan ini, bukan hanya pengurus, tetapi aliran
dana serta pembagian hasil tidak luput dari pengawasan.
Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Lili selaku
Manager Cabang Utama KJKS BMT BUS, sebagaimana berikut ini :
“untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kita telah
menggunakan system IT. Sehingga apabila ada kegiatan yang
tidak sesuai dengan SOP yang telah ditentukan, maka system
tidak akan bekerja. Kemudian secara internal audit kita
mengunjungi cabang-cabang untuk melakukan audit.
Selanjutnya dari segi preventif kita selalu memberikan
wejangan-wejangan atau arahan tentang agama. Secara tidak
disadari kekuatan spiritual ini memiliki peranan yang sangat
besar terhadap perilaku dan kinerja seseorang dibandingkan
dari kekuatan akademis. Oleh karena itu transformasi-
transformasi spiritual tidak ada henti-hentinya mengantisipasi
kesalahan-kesalahan. Sehingga seseorang itu akan berfikir
berkali-kali untuk melakukan perbuatan yang menyimpang.
Karena mereka telah mengetahui dampak-dampak apa saja yang
akan diterima apabila perbuatan menyimpang itu dilakukan.”
KJKS BMT BUS, memiliki Bidang Pengawasan yang membantu General
Manager dan menjabarkan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pengurus di
bidang personalia, pengembangan Sumber Daya Insani (SDI), pengawasan dan
pembinaan. Pihak ini melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap
operasional lembaga dan aktivitas administrasi operasional meliputi laporan
administrasi keuangan dan syariah.
Namun demikian, KJKS BMT BUS juga memiliki Divisi Syariah yang
bertanggungjawab atas segala bentuk produk yang dikeluarkan lembaga yang
55
berdasar pada kaidah-kaidah syariah. Divisi Transaksi yang bertanggungjawab
dalam segala bentuk transaksi yang sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
Hal tersebut menyatakan bahwa, KJKS BMT BUS benar-benar diawasi
secara operasional maupun struktural. Sehingga diharapkan terdapat pengawasan
ke dalam manajemen koperasi dan dapat menghindari penyimpangan-
penyimpangan di dalam koperasi yang mengakibatkan keluarnya KJKS BMT
BUS dari tujuan, visi-misi serta perencanaan awal.
Selain itu dalam hal controlling KJKS BMT BUS juga memiliki bagian
pendampingan yang memiliki keterkaitan yang kuat dalam pengamanan dan
keberhasilan produk-produk pembiayaan, sehingga antara kedua bagian ini saling
mendukung dan mengevaluasi perencanaan dan pencapaian kinerjanya. Agar mata
rantai tersebut dapat berjalan dengan baik, maka tugas yang harus dilakukan oleh
bagian pendampingan adalah :
a. Pendampingan Manajemen Usaha
Kebanyakan anggota di sektor informal masih kurang memiliki
kemampuan dalam manajemen usaha. Oleh karena itu perlu diberikan
asistensi tentang manajemen usaha yang baik.
b. Pendampingan Permodalan
Salah satu faktor yang menjadi kendala dalam penumbuhan usaha
anggota adalah disisi permodalan. Lembaga membuka lebar bagi anggota
untuk mendapatkan permodalan lewat pembiayaan dengan sistem bagi
hasil yang sudah barang tentu sesuai dengan ketentuan dan persyaratan
yang ada.
c. Pendampingan Pemasaran
Dalam hal pemasaran produk, lembaga mengupayakan untuk membantu
mempromosikan produk – produk mereka ke pihak – pihak tertentu
terutama lewat media pameran, baik yang diselenggarakan oleh pemeritah
maupun swasta. Kualitas produk dari usaha anggota sering
dikomunikasikan agar di pasaran tidak ketinggalan dengan produk –
produk lain.
56
d. Pendampingan Jaringan Usaha
Melalui jaringan usaha ( networking ) khususnya jaringan usaha antar
anggota diharapkan mereka mampu mengelola usahanya dengan baik,
agar tidak kalah dalam persaingan usaha yang semakin ketat. Komunikasi
yang dilakukan diantaranya melalui kegiatan formal yang berupa temu
bisnis anggota maupun melalui kegiatan non formal seperti pengajian
ataupun kegiatan lain yang bermanfaat untuk kemajuan usaha.
6.1.2 Sistem Penggajian (Renumerasi)
Pada KJKS BMT BUS penggajian dilakukan berdasarkan golongan
pengelola dan pengurus. Komposisi gaji yang didapat antara lain gaji pokok,
tunjangan struktural, tunjangan fungsional, tunjangan istri, tunjangan anak,
TASPEN. KJKS BMT BUS ini tidak memberikan tunjangan suami bagi
pengelola dan pengurus wanita, karena mengacu pada hukum islam. Hal tersebut
diungkapkan oleh Lili selaku manajer regional dan kepala cabang KJKS BMT
BUS.
“Untuk kompensasi kita hampir sama dengan lembaga lainnya.
Ada gaji pokok dan tunjangan-tunjangan lainnya. Untuk yang
putra, ada tunjangan istri dan anak. Kalaupun istri dan anaknya
lebih dari satu, tiap istri dan anak akan dapat tunjangan
masing-masing. Tetapi jika wanita, tidak ada tunjangan suami
karena menerapkan sistem syariat islam. Ada juga tunjangan
struktur, mulai dari teller hingga manajer. Ada juga tunjangan
taspen.”
KPDK menerapkan sistem bagi yang tidak berbeda jauh dengan KJKS
BMT BUS dan lembaga lainnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Boy Indra selaku
manajer USP KPDK.
“sistem penggajian di Koperasi Pegawai Departemen Koperasi
(KPDK) itu adalah memakai upah minimum regional untuk
daerah jakarta kalau gak salah minimum Rp. 972.000,--atau Rp.
1.072.000 kalau masih belum berubah lupa saya pokoknya Upah
minimum terakhir itupun karena kita sbg karyawan yg selalu
melaporkan ke pengurus kalau ada upah minum baru krn di
kpdk ini gaji harus kita2 yg aktif bila ada perubahan, tidak ada
otomatis dr pemerintah krn kita ini swasta. Mengenai gaji ini
tidak bergantung sepenuhnya kepada aturan pemerintah tapi
dari kemampuan spt contoh tahun ini kan ada gaji 13 tapi di
KPDK gak dapet karena kemampuan keuangan KPDK tidak
memungkinan untuk keluarkan gaji 13”.
57
Secara keseluruhan komponen penggajian dan tunjangan yang diberikan
oleh kedua koperasi sama. Menurut peneliti hal yang membedakan keduanya
adalah besaran tunjangan yang diberikan oleh masing-masing koperasi. Kedua
koperasi memiliki ketentuan kebijakan guna meningkatkan kinerja para pengelola
dan pengurus mereka. Semakin besar tunjangan yang diberikan berbanding positif
dengan kinerja kemampuan yang akan dicurahkan mereka terhadap pekerjaan
yang mereka jalani. Apabila mereka bersungguh-sungguh menjalankan tugas
mereka, maka koperasi tersebut akan berkembang.
6.1.3 Sistem Karir
Tabel 5. Sistem Karir
KPDK KJKS BMT BUS
- Tidak ada penggolongan
- Tidak ada kebijakan “upgrade”
karyawan
- Hanya berdasarkan kinerja saja
- “Menunggu bola” seminar dan
pelatihan
- Ada penggolongan
- Ada kebijakan “upgrade” karyawan
- Pembuatan karya tulis ilmiah untuk
kenaikan jabatan
- “Jemput bola” seminar dan pelatihan
Masalah utama dari KJKS BMT BUS ini adalah kualitas SDM yang
rendah. Sistem perekrutannya pun tidak menetapkan kualifikasi untuk calon
pengelolanya. Sehingga banyak pengelola yang menempati unit kerja yang tidak
sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Namun hal ini mereka atasi dengan
melakukan “up grade” terhadap para karyawannya. Peningkatan kualitas Sumber
Daya Insani Pengelola yang professional dilakukan melalui beberapa program.
Program utama yang dilakukan adalah peningkatan strata pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi dengan memberikan peluang kepada pengelola yang
berpendidikan SLTA untuk mengikuti program pendidikan S1 dan jenjang
pendidikan S2 bagi yang sudah memiliki ijazah S1. KJKS BMT BUS
mengadakan seminar dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
ilmu dan pengembangan koperasi dengan mengundang para pakar sebagai
pembicaranya.
KJKS BMT BUS ini menerapkan sistem golongan seperti halnya PNS
kepada para pengelola dan pengurusnya. Sistem penggolongan yang ditetapkan
KJKS BMT BUS ini sama dengan sistem pada PNS. Hal yang membedakannya
adalah kriteria kenaikan dan prosedur kenaikan golongan. KJKS BMT BUS lebih
58
mengutamakan sisi Rukhiyyah dalam menentukan layak atau tidaknya pengelola
dan pengurus untuk naik ke golongan yang lebih tinggi. Selain itu, KJKS BMT
BUS mengharuskan para pengelola dan pengurus membuat karya tulis yang
ditujukan untuk pengembangan unit kerja yang mereka tempati dan jalani. Hal
tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Lili selaku manajer regional.
“Bagi kita masalah knowledge adalah no 2. Yang terpenting
adalah komitmen, loyalitas, dedikasi dan integritas. Untuk
perekrutan pertama masuk diposisikan sebagai training selama
tiga bulan. Apabila kinerja nya baik maka akan dikontrak
selama satu tahun. Apabila layak akan menjadi calon pengelola
setelah satu tahun juga. Setelah satu tahun berjalan dan dinilai
layak, maka akan dijadikan pengelola tetap. Tinggal disesuaikan
dari latar belakang pendidikan nya. Apabila SMA, maka
golongan nya 2A. Apabila sarjana, maka golongannya 2C. Jika
ingin mengajukan kenaikan golongan maka mereka harus
membuat karya tulis yang ditujukan untuk pengembangan tiap
unit kerja yang mereka jalani. Apabila karya tuis yang diajukan
dinilai layak berdasarkan kriteria-kriteria penilaian, maka
golongan mereka akan naik. Untuk sistem golongan di kita sama
tetapi tidak sama dengan PNS. Maksudnya untuk tingkatan
golongan sama dengan PNS. Tetapi kriteria yang digunakan
oleh kami lebih mengutamakan sisi rukhiyah.”
Jabatan tertinggi bagi pada sistem manajemen di KPDK adalah setingkat
dengan level manajer. Jika menurut urutannya terbagi atas :
1. Staf
2. Kepala Sub Unit
3. Kepala Unit
4. Manajer
Manajemen sistem karir di KPDK adalah tidak melihat dari kemampuan
seseorang saja, tapi juga di lihat dari tanggung jawabnya. Apabila dari segi
kemampuan, tanggung jawab dan kinerja baik, maka pengurus atau karyawan bisa
saja naik tingkat ke level yang lebih tinggi. Pengembangan SDM (Sumber Daya
Manusia) bagi pengurusnya pun hanya di fokuskan jika ada pelatihan-pelatihan
yang berkaitan dengan kebutuhan KPDK seperti pelatihan perpajakan, bisnis dan
usaha simpan pinjam saja.
Rotasi pekerjaan di KPDK biasanya dilakukan dalam 1 sampai 2 tahun,
atau kapanpun di perlukan agar karyawan atau pengurus tidak mengalami
59
kejenuhan dalam melakukan pekerjaan. Sehingga terdapat penyegaran dalam
melaksanakan pekerjaan dan memberikan semangat terhadap lingkungan koperasi
itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya mengenai sistem penggajian
KPDK layaknya swasta, maka sistem karir di KPDK tidak terdapat
penggogolongan. Jabatan-jabatan yang telah disebutkan diatas dengan gaji pokok
yang berbeda sesuai dengan perhitungan masa kerjanya.
6.1.4 Efisiensi Usaha
KPDK dan KJKS BMT BUS belum memiliki alat analisis yang mampu
melihat apakah usaha yang dilakukan telah efisien atau tidak. KJKS BMT BUS
menetapkan produk-produk yang ditawarkan berdasarkan kebutuhan anggotanya.
Hal ini diungkapkan oleh Lili selaku manajer regional dan kepala cabang.
”Untuk penentuan produk kita selalu mengacu kepada keinginan
dan kebutuhan anggota. Salah satu contoh produk adalah
SiSidik (Simpanan Siswa Pendidikan). Produk ini dibutuhkan
karena sebagian besar masyarakat kita memiliki sifat konsumtif.
Setiap penghasilan yang didapatkan, selalu dibelanjakan untuk
kepentingan konsumsi. Sehingga tidak ada simpanan untuk
pendidikan anak. Oleh karena itu dengan adanya produk ini bisa
membantu para orang tua untuk mempersiapkan biaya untuk
pendidikan anaknya di masa yang akan datang.”
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dilihat bahwa tujuan, visi, misi dan
realisasi produk yang ditawarkan oleh KJKS BMT BUS ini berjalan selaras dan
konsisten. Hal ini dikarenakan produk-produk yang ditawarkan telah
mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh para anggotanya.
Produk-produk yang ditawarkan antara lain:
1. Simpanan Sukarela Lancar (Si Rela)
2. Simpanan Sukarela Berjangka (Si Suka)
3. Simpanan Siswa Pendidikan (Si Sidik)
4. Simpanan Haji (Si Haji)
5. Simpanan Ta’awun Sejahtera (Si Tara)
Simpanan Sukarela Lancar (Si Rela) yakni simpanan dengan sistem
penyetoran dan pengambilannya dapat dilakukan setiap saat, Simpanan Sukarela
berjangka (Si Suka) yakni simpanan berjangka dengan sistem setoran dapat
dilakukan setiap saat dan pengambilannya disesuaikan dengan tanggal valuta bisa
60
dalam 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun, Simpanan Siswa Pendidikan (Si
Sidik) yakni simpanan yang dipersiapkan sebagai penunjang khusus untuk biaya
pendidikan dengan cara penyetorannya setiap bulan dan pengambilannya pada
saat siswa akan masuk Perguruan Tinggi, Simpanan Haji (SI HAJI) yakni
simpanan anggota yang berencana menunaikan ibadah haji yang dikelola dengan
menggunakan prinsip wadhiah yadh dhamanah dimana atas ijin penitip dana,
BMT dapat memanfaatkan dana tersebut sebelum dipergunakan oleh penitip serta
yang terakhir adalah Simpanan Ta’awun Sejahtera (Si TARA) yakni simpanan
dengan akad Mudhorobah anggota sebagai shohibul maal (pemilik dana)
sedangkan BMT sebagai mudhorib (pelaksana/pengelola usaha), atas kerjasama
ini berlaku sistem bagi hasil dengan nisbah yang telah disepakati di muka.
Efisiensi KJKS BMT BUS juga dapat dilihat dari perkembangan jumlah
anggota, asset, pembiayaan dan simpanan para anggotanya.
Tabel 6. Perkembangan Jumlah Angggota KJKS BMT BUS
Uraian Jumlah Anggota
Jumlah Laki-laki Perempuan
Desember 2009 11.166 17.028 28.194
Anggota Masuk 2.101 2.466 4.567
Anggota Keluar 526 384 910
Desember 2010 12.741 19.110 31.851
Tabel 7. Perkembangan Asset
Tahun Asset (Rp) Pembiayaan (Rp) Simpanan Anggota (Rp)
1996 8.148.200 6.448.600 6.800.000
1997 88.601.400 80.976.625 71.172.685
1998 139.544.450 114.058.550 94.055.244
1999 437.721.000 379.450.900 305.862.749
2000 1.127.733.900 853.827.100 922.237.283
2001 2.924.254.180 2.199.362.605 2.219.443.932
2002 7.571.615.023 5.790.150.326 5.306.871.265
2003 15.908.524.179 13.282.794.000 11.882.662.084
2004 24.400.017.886 21.450.796.829 17.099.230.425
2005 30.200.148.163 24.346.497.817 21.795.904.495
2006 40.505.413.328 32.760.396.965 32.246.021.361
2007 65.107.519.265 52.407.044.202 44.251.630.549
2008 97.865.643.097 77.760.846.035 66.915.001.957
2009 118.183.881.438 97.517.059.326 76.189.458.435
2010 157.157.387.796 128.537.491.141 102.707.728.952
61
Sedangkan prosentase pemenuhan pembiayaan sektor-sektor usaha
didominasi oleh sektor perdagangan yang memiliki prosentase yang paling tinggi.
Tabel 8. Prosentase per Sektor
No Sektor Prosentase
1 Perdagangan 42 %
2 Pertanian 25 %
3 Industri 12 %
4 Nelayan 13 %
5 PNS/Jasa/Investasi 8 %
Berdasarkan data diatas dapat dilihat perkembangan jumlah anggota yang
berimplikasi positif dengan bertambahnya jumlah asset dan pembiayaan yang ada
di KJKS BMT BUS ini. Bertambahnya jumlah anggota disebabkan oleh kepuasan
anggota-anggota terhadap pelayanan dan produk yang ditawarkan. Sehingga
mereka mempromosikan produk-produk KJKS BMT BUS ini kepada kerabat dan
masyarakat sekitar yang sama-sama membutuhkan produk yang disediakan oleh
koperasi ini.
Dengan meningkatnya volume pembiayaan yang dilakukan oleh KJKS
BMT BUS ini, maka semakin banyak masyarakat yang diberdayakan potensi dan
usahanya oleh pembiayaan ini. Secara tidak langsung hal ini dapat membantu
program pemerintah yang ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
sebagian besar didominasi oleh kalangan menengah ke bawah yang merupakan
sasaran dari program yang dijalankan KJKS BMT BUS ini.
Sektor usaha yang paling besar dibiayai oleh KJKS BMT BUS ini adalah
sektor perdagangan. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat yang perlu
diberdayakan potensi dan usahanya adalah sektor perdagangan, tanpa
mengesampingkan sektor-sektor lain seperti pertanian, industri dan lain-lain.
Dengan demikian tujuan-tujuan dari KJKS BMT BUS ini telah tercapai.
Koperasi Pegawai Departemen Koperasi (KPDK) memiliki unit usaha
simpan pinjam dan sektor riil. Unit pinjaman tersebut terdiri dari unit kredit
motor, elektronik, pinjaman usaha dan jasa perumahan. Sedangkan sektor riil
terdiri dari toko SMEsCO Mart KPDK, kantin KPDK lantai 2, tiketing umrah dan
haji plus, ATK, perumahan, fotocopy, sewa tempat dan lain-lain. Menurut
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, produk-produk tersebut banyak yang
62
tidak tepat sasaran. Banyak konsumen di luar anggota KPDK yang memanfaatkan
produk-produk tersebut. Contoh yang terlihat adalah banyak karyawan di luar
anggota KPDK yang berbelanja d toko SMEsCO dan makan di kantin KPDK.
Selain itu produk rental kendaraan pun banyak digunakan oleh konsumen di luar
anggota KPDK. Sedangkan anggota KPDK jarang memanfaatkan produk yang
ditawarkan oleh KPDK sendiri. Produk yang sering dimanfaatkan oleh anggota
KPDK itu sendiri hanya produk unit pinjaman. Hal ini merupakan salah satu
indikasi adanya penyimpangan dari tujuan utama dari KPDK tersebut yang ingin
mensejahterakan anggotanya.
Dari jumlah anggota yang terdata di KPDK sendiri mengalami penurunan
dari tahun 2009-2010.
Tabel 9. Perkembangan Jumlah Anggota KPDK
Tahun Jumlah Anggota
2004 1.409 orang
2005 1.396 orang
2006 1.366 orang
2007 1.349 orang
2008 1.334 orang
2009 1.442 orang
2010 1.383 orang
Dari data tersebut terlihat adanya penurunan jumlah anggota dari Tahun
2004-2008 dan Tahun 2009-2010. Menurut peneliti hal ini diindikasikan karena
tujuan dari KPDK tersebut kurang tepat sasaran, sehingga banyak anggota yang
merasa kebutuhannya kurang bahkan tidak terpenuhi. Selain itu,jumlah Sisa Hasil
Usaha (SHU) tahun berjalan yang didapatkan oleh KPDK pada tahun 2010
mengalami menurunan sebesar Rp. 79.538.067,52. (contoh penjelasan Neraca dan
SHU terlampir)
Masalah efisiensi koperasi di negara-negara berkembang (termasuk di
Indonesia) telah menjadi bahan diskusi panjang terhadap penyebab kegagalan
koperasi. Hanel (1985) mengkritisi kegagalan koperasi di negara-negara
berkembang disebabkan oleh25
25 Burhanuddin “Tinjauan Prospek Koperasi Indonesia dari Perspektif Disiplin Ilmu Manajemen
Biasnis, h.19-20
63
1. Dampak koperasi terhadap pembangunan yang kurang atau sangat kurang
dari organisasi koperasi, khususnya karena koperasi tidak banyak
memberikan sumbangan dalam mengatasi kemiskinan dan dalam mengubah
struktur kekuasaan sosial politik setempat bagi kepentingan golongan
masyarakat yang miskin.
2. Jasa-jasa pelayanan yang diberikan oleh organisasi koperasi seringkali
dinilai tidak efisien dan tidak mengarah kepada kebutuhan anggotanya.
3. Tingkat efisiensi perusahaan-perusahaan koperasi rendah (manajemen tidak
mampu, terjadi penyelewengan, korupsi, nepotisme, dll).
4. Tingkat ofisialisasi yang yang sering kali terlampau tinggi pada koperasi
(khususnya koperasi pertanian), ditandai dengan dukungan/bantuan dan
pengawasan yang terlalu besar, struktur komunikasi dan pengambilan
keputusan memperlihatkan sama seperti pada lembaga-lembaga birokrasi
pemerintah, ketimbang sebagai suatu organisasi swadaya yang otonom,
partisipatif dan berorientasi pada anggota.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Hanel merumuskan beberapa
rekomendasi tentang upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan
koperasi sebagai berikut:
1. Organisasi koperasi harus berusaha secara efisien dan produktif, artinya
koperasi harus memberikan manfaat dan menghasilkan potensi peningkatan
pelayanan yang cukup bagi anggotanya.
2. Organisasi koperasi harus efisien dan efektif bagi anggotanya, artinya setiap
anggota akan menilai manfaat partisipasi dalam usaha bersama lebih efektif
untuk mencapai kepentingan dan tujuannya dibandingkan dengan pihak lain.
3. Koperasi harus mampu menghindari terjadinya situasi dimana kemanfaatan
yang dihasilkan oleh usaha bersama/koperasi menjadi milik umum. Artinya
koperasi harus mampu mencegah timbulnya dampak dari penumpang gelap
(free riders) yang terjadi karena usaha koperasi mengarah kepada usaha
bukan untuk anggota.
64
Yuyun Wirasasmita (1991) berpendapat bahwa kondisi koperasi setelah
era 80-an dan 90-an, masih belum banyak mengalami perubahan karena masih
dalam kondisi26
:
1. Fungsi dan tujuan koperasi belum sesuai keinginan anggotanya.
2. Karyawan koperasi dan para manajer dalam menjalankan organisasi sangat
tanggap terhadap arahan pengurus atau pemerintah tetapi tidak tanggap
terhadap arahan anggota.
3. Fasilitas koperasi terbuka juga bagi non anggota sehingga tidak ada
perbedaan manfaat yang diperoleh anggota dan non anggota.
6.1.5 Kinerja Keuangan
Dalam mengukur efisiensi modal kerja suatu koperasi dapat diukur dengan
menggunakan beberapa rasio diantaranya rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas
dan profitabilitas. Hasil dari perhitungan rasio tersebut dapat memberikan
gambaran tentang efisien dan tidak efisien keadaan suatu koperasi apabila
dibandingkan dengan angka rasio standar.
Rasio keuangan dapat dibagi kedalam tiga bentuk umum yang sering
dipergunakan yaitu : Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas ( Leverage ), dan Rasio
Rentabilitas.
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio).
a. Current Ratio ( Rasio Lancar).
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
Current Ratio dapat dihitung dengan rumus :
Current Ratio = Aktiva Lancar
Hutang Lancar
KPDK 2010
Current Ratio = Aktiva Lancar
Hutang Lancar
26 ibid
65
= Rp 18.846.374.822,89
Rp 1.670.107.640,73
= 11,28
KJKS BMT BUS 2010
Current Ratio = Aktiva Lancar
Hutang Lancar
= Rp 112.870.607.349,86
Rp 76.193.037.437,08
= 1,48
Artinya, kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi
dengan aktiva lancar bagi KPDK di tahun 2010 adalah setiap Rp 1 hutang
lancar di jamin oleh aktiva lancar Rp 11,28. Sedangkan untuk KJKS BMT
BUS adalah setiap hutang lancar Rp 1 dijamin oleh Rp 1,48.
b. Quick Ratio ( Rasio Cepat )
Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
yang lebih likuid . Quick Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Quick Ratio = (Aktiva Lancar – Persediaan)
Hutang Lancar
KPDK 2010
Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan
Hutang Lancar
= Rp 18.846.374.822,89 – Rp 7.288.045.915,33
Rp 1.670.107.640,73
= 6,92
KJKS BMT BUS 2010
Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan
Hutang Lancar
= Rp.112.870.607.349,86 – Rp.4.625.171.676,00
Rp. 76.193.037.437,08
= 1,42
66
2. Rasio Solvabilitas
a. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas).
Merupakan Perbandingan antara hutang–hutang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri,
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya .
Rasio ini dapat dihitung denga rumus yaitu :
Total Debt to equity Ratio = Total Hutang
Ekuitas Pemegang Saham
KPDK 2010
Total Debt to equity Ratio = Total Hutang
Ekuitas Pemegang Saham
= (Rp 1.670.107.640,37+Rp 11.053.011.506,89)
Rp 28.572.900.626,98
= 0,445
KJKS BMT BUS 2010
Total Debt to equity Ratio = Total Hutang
Ekuitas Pemegang Saham
= (Rp 76.193.037.437,08 + Rp 29.985.934.567)
Rp 12.017.694548,77
= 8, 835
b. Total Debt to Total Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka
panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa
bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus yaitu :
Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang
Total Aktiva
KPDK 2010
Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang
Total Aktiva
= (Rp 1.670.107.640 + Rp 11.053.011.506)
Rp 41.296.019.774
= 0, 308
67
KJKS BMT BUS 2010
Total Debt to Total Asset Ratio = Total Hutang
Total Aktiva
= (Rp.76.193.037.437,08+Rp.29.985.934.567)
Rp.118.183.884.438,86
= 0,898
3. Rasio Rentabilitas
a. Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok
penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang
dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus
yaitu :
Gross Profit Margin = Laba kotor : Penjualan Bersih
b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak
lalu dibandingkan dengan volume penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan
Rumus yaitu :
Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak : Penjualan Bersih
c. Earning Power of Total investment
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan netto. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Earning Power of Total investment = Laba Sebelum Pajak : Total aktiva
d. Return on Equity (Pengembalian atas Ekuitas)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik
saham biasa maupun saham preferen. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus
yaitu :
Return on Equity = Laba Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham
68
KPDK Tahun 2010
1. Rasio Laba Besih Sebelum Pajak dengan Total Aktiva
Laba Usaha Sebelum Pajak x 100% = Rp 92.033.354,68 x 100%
Total Aktiva Rp 41.296.019.774,60
= 0,22 %
2. Profitabilitas Modal Sendiri
Laba bersih (sesudah pajak) x 100% = Rp 92.033.354,68 x 100%
Total Modal Sendiri Rp 28.572.900.626
= 0,322%
KJKS BMT BUS Tahun 2010
1. Rasio Laba Besih Sebelum Pajak dengan Total Aktiva
Laba Usaha Sebelum Pajak x 100% = Rp 765.529.471 x 100%
Total Aktiva Rp 118.183.884.438,86
= 0,647%
2. Profitabilitas Modal Sendiri
Laba bersih (sesudah pajak) x 100% = Rp 574.147.103.25 x 100%
Total Modal Sendiri Rp 12.017.694.584,77
= 4,77%
Berdasarkan perhitungan analisis rasio keuangan KPDK dan KJKS BMT
BUS diatas, hasil tersebut dapat disajikan dalam bentuk gambar RADAR
6 1
5 2
4 3
Sumber: diolah
Keterangan:
1. Current Ratio = KPDK 2. Quick Ratio = KJKS BMT BUS 3. Total Debt to Equity Ratio 4. Total Debt to Total Asset Ratio 5. Rasio Laba Besih Sebelum Pajak dengan Total Aktiva
6. Profitabilitas Modal Sendiri Gambar 2. Analisis RADAR
69
Dengan menggunakan gambar RADAR, dapat terlihat kinerja keuangan
masing-masing koperasi. Bentuk jaring laba-laba yang lebih besar, menunjukkan
kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan bentuk jaring laba-laba
yang lebih kecil.
6.2. Potensi Perkembangan KJKS BMT BUS
6.2.1. Kinerja Keuangan
Kinerja dan prestasi manajemen dapat diukur dengan perhitungan analisa
rasio rasio keuangan yang dapat dihitung dari laporan keuangan perusahaan yaitu
neraca (balance sheet) dan laporan laba rugi (income statement). Pada Laporan
Keuangan yang ditampilkan oleh Koperasi Pegawai Departemen Koperasi
(KPDK) dan KJKS BMT Bina Ummah Sejahtera kita dapat melihat kinerja kedua
koperasi tersebut. Laporan keuangan kedua koperasi tersebut meliputi tahun buku
2009 dan 2010 serta dapat memperlihatkan keadaan keuangan mereka pada 2
tahun ke belakang.
KPDK menampilkan laporan keuangan yang terdiri dari Neraca
Konsolidasi, Laporan Sisa Hasil Usaha yang dapat disamakan dengan laporan laba
rugi perusahaan dan laporan arus kas koperasi. Sedangkan KJKS BMT Bina
Ummat Sejahtera menampilkan Laporan Keuangan yang telah di audit oleh
lembaga audit independent dan terdiri atas Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas,
Laporan Pembagian Hasil Usaha serta Laporan Arus Kas.
Laporan Laba Rugi (Perhitungan SHU) harus memberikan gambaran
mengenai pendapatan yang diperoleh serta beban yang dikeluarkan selama
periode akuntansi tertentu. Dalam perhitungan SHU KJKS BMT harus dipisahkan
antara pendapatan dan beban sesuai dengan standar akuntansi keuangan pada
umumnya.
Laporan Sisa Hasil Usaha Koperasi Pegawai Departemen Koperasi
(KPDK) terbagi atas 2 unit yakni, unit Operasional dan USP. Namun pada unit
operasional, KPDK mengalami kerugian atau defisit sebesar Rp.1.876.954.130,26
sedangkan pada unit USP mengalami laba senilai Rp.1.968.987.484,34 sehingga
pada tahun 2011 Sisa Hasil Usaha pada tahun berjalan secara keseluruhan adalah
senilai Rp.92.033.354,08 dan jumlah itu mengalami penurunan dibandingkan
tahun sebelumnya yakni Rp.171.571.421,65.
70
Laporan Pembagian Hasil Usaha KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera
menunjukan kenaikan sisa hasil usaha, dari tahun 2009 ke tahun 2010. Bagi hasil
yang diperoleh di tahun 2009 oleh KJKS BMT BUS adalah Rp.278.944.508,16
dan mengalami peningkatan sebesar 48,58% di tahun 2010 menjadi
Rp.564.147.103,25.
Neraca adalah suatu laporan keuangan yang menggambarkan posisi
keuangan atau kekayaan suatu perusahaan atau organisasi pada saat tertentu.
Tujuan dari neraca ini adalah untuk menyediakan informasi mengenai harta,
kewajiban dan saldo dana serta informasi mengenai hubungan diantara unsur-
unsur tersebut pada waktu tertentu.
Berdasarkan Neraca konsolidasi pada KPDK terlihat bahwa anggota pada
KPDK itu sendiri telah mengalami peningkatan, hal tersebut terlihat dari kenaikan
nilai kekayaan bersih yang terdiri dari simpanan anggota-anggotanya. Namun
demikian, jumlah harta (aktiva) dari KPDK itu sendiri mengalami peningkatan
dengan pembelian dari sisi tanah, bangunan, inventaris dan perlengkapan selama
Tahun 2010
Tabel 10. Kas dan Hutang Lancar
KPDK KJKS BMT BUS
Kas 352.263.185.93 15.482.888.337.0
Hutang Lancar 317.708.980.31 445.412.806.9
Sumber: Diolah dari RAT KPDK dan KJKS BMT BUS
Dari data tersebut, secara sekilas tampak bahwa KJKS BMT Bina Ummat
Sejahtera lebih likuid karena memiliki kas yang lebih besar dan menanggung
hutang lancar lebih sedikit. Sedangkan KPDK memiliki kas yang cukup besar
namun memiliki hutang lancar yang hampir sama dengan kas.
6.2.2. Kinerja Manajemen
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya tujuan dari KJKS BMT BUS adalah
proaktif dalam berbagai program pengembangan sarana sosial kemasyarakatan.
Hal ini menunjukan bahwa selain untuk pengembangan internal, KJKS BMT BUS
ini berkomitmen untuk melakukan pengembangan eksternal. Kinerja manajemen
pada KJKS BMT BUS dinilai sudah baik, karena selain dikembangkan secara
internal tapi juga eksternal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
71
peneliti, fungsi manajemen dari mulai perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian pada KJKS BMT BUS telah mampu
mengendalikan koperasi dengan prinsip syariah
Manajemen KJKS BMT BUS itu sendiri lebih mengutamakan prinsip
syariah untuk kesejahteraan bagi anggota koperasi, akan tetapi tidak hanya kepada
anggota koperasi saja KJKS BMT BUS ingin juga mewujudkan kehidupan yang
seimbang dalam keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dan pemerataan keadilan
ekonomi antara kaum fakir miskin dengan aghniya (kaum berpunya).
Menurut Kepala Cabang Region Jakarta KJKS BMT BUS, untuk saat ini
KJKS BMT BUS belum memiliki parameter untuk menilai apakah manajemen
yang selama ini sudah berjalan efektif dan efisien. Namun dengan manajemen
yang sekarang berjalan KJKS sudah mampu memberikan kontribusi yang baik
bagi anggota koperasi maupun masyarakat. Terbukti dari pendapatan yang
diterima oleh KJKS BMT BUS dan terutama bagi hasilnya bagi anggota selalu
meningkat setiap tahunnya.
Tahun 2009 iklim usaha perkoperasian khususnya yang menggunakan
prinsip syariah memasuki masa kondusif, dimana sudah banyak Bank, Lembaga
Keuangan Non Bank maupun lembaga keuangan atau lembaga donor lainnya
sangat tertarik dengan industri BMT, yang notabene mampu menjadi agen
pembangunan di beberapa pelosok daerah. Menurut data yang didapat dari
INKOPSYAH, jumlah koperasi syariah mengalami peningkatan setiap tahunnya.
142 147170 175
225
0
50
100
150
200
250
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Induk Koperasi Syariah diolah Gambar 3. Jumlah Anggota INKOPSYAH
72
Ditengah perkembangan masyarakat muslim yang mulai sadar dan
membutuhkan pengelolaan syariah, nampaknya menjadi lahan subur bagi koperasi
syariah untuk tumbuh dan berkembang. Sehingga manfaat berganda dari
pengelolaan koperasi syariah adalah bagi para anggota, pengurus dan pengelola
koperasi syariah. Kopersi syariah dinilai mampu terus berkembang dan tumbuh di
tengah masyarakat Indonesia.
Sebagai koperasi yang berprinsip syariah, KJKS BMT Bina Ummat
Sejahtera sudah mampu menunjukan eksistensinya di dunia perkoperasian.
Kekuatan yang dimiliki oleh KJKS BMT BUS adalah kemauan dan kemampuan
untuk maju dan berkembang serta mampu menarik kalangan kecil menengah
untuk ikut bergabung.
“Sisi kekuatan pertama dari KJKS ini adalah sisi heroik nya.
Maksudnya adalah kemauan, daya juang untuk maju dan
berkembang. Dengan semangat, apapun bisa dikerjakan.
Berbeda dengan orang yang memiliki knowledge baik, tetapi
tidak punya semangat. Maka ilmu yang mereka miliki tidak akan
ada manfaatnya. Kedua adalah KJKS ini bergerak di arus
bawah. Maksudnya kami lebih luwes dalam melayani mereka
yang memiliki penghasilan rendah. Dengan yang kecil-kecil
seperti ini, tidak terasa akan menghantarkan kita menjadi besar.
Selain itu kemungkinan kerugian yang diakibatkan dari kredit
macet anggota akan kecil. Berbeda dengan lembaga keuangan
lain yang menangani anggota middle up. Kerugian mereka akan
lebih besar apabila terjadi kredit macet.”
Hal lain yang juga mendukung koperasi syariah untuk terus tumbuh dan
berkembang di masyarakat adalah dukungan yang kuat dari pemerintah.
Pemerintah sangat mendukung adanya koperasi syariah di Indonesia. Karena
tujuan utama dari koperasi syariah ini adalah memberdayakan masyarakat kecil,
para pedagang, petani, dll. Dengan memberdayakan masyarakat kecil secara tidak
langsung juga membantu program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Walau bagaimanapun sebagian besar masyarakat Indonesia adalah
kalangan menengah ke bawah.
KJKS BMT BUS dengan kinerja keuangan yang semakin tahun semakin
membaik serta perkembangan usaha yang semakin meningkat. Kinerja
manajemen yang juga mampu terus melakukan perbaikan, pengembangan dan
upgrade pada SDM yang ada di dalam KJKS BMT BUS. Oleh karena itu bukan
73
tidak mungkin KJKS BMT BUS yang juga sudah memiliki banyak cabang di
seluruh Indonesia untuk terus berkembang dan memperluas wilayah usahanya.
74
VII KESIMPULAN dan SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti pada bab-bab
sebelumnya mengenai “Analisis Perbandingan Manajemen Perusahaan Koperasi
Syariah dan Koperasi Konvensional (Non Syariah) studi kasus KJKS BMT Bina
Ummah Sejahtera dan Koperasi Pegawai Departemen Koperasi” maka dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat beberapa perbedaan manajemen yang
dijalankan oleh kedua koperasi tersebut. Koperasi Pegawai Departemen Koperasi
(KPDK) dan KJKS BMT Bina Ummat Sejahtera telah melakukan kinerja
manajemen organisasi dengan baik. Penulis menjabarkan perbedaan KPDK dan
KJKS BMT BUS dilihat dari sisi fungsi dan proses manajemennya.
1. Perbedaan KPDK dan KJKS BMT BUS pada penelitian ini di bahas melalui
fungsi manajemen yang terdiri atas Planning, Organizing, Directing dan
Controling, kemudian dilihat dari sistem penggajian, sistem karir serta
efisiensi usaha di kedua koperasi tersebut. Fungsi Manajemen di KJKS BMT
BUS lebih memperlihatkan ketegasannya dalam menerapkan konsep-konsep
syariah dalam setiap kegiatan maupun program yang dijalankannya.
Sedangkan KPDK lebih mengutamakan perbaikan internal dan eksternal
koperasi.
a. Fungsi manajemen koperasi menunjukan bahwa KJKS BMT BUS lebih
baik daripada KPDK. Hal tersebut terlihat dari awal mulai perencanaan,
pelaksanaan sampai pengendalian yang memegang teguh prinsip-prinsip
islam. Serta terdapat faktor-faktor yang lebih unggul daripada koperasi
konvensional pada umumnnya. Salah satunya KJKS BMT BUS tidak
hanya mengawasi dari segi kinerja manajemen tapi juga pengawasan
syariah.
b. Sistem penggajian KPDK dan KJKS BMT BUS tidak berbeda jauh.
Keduanya sama-sama berupaya untuk memberikan timbal balik atas usaha
dan tenaga yang dicurahkan untuk kegiatan koperasi. Mungkin yang
membedakan besaran tunjangan yang diterima dari kedua koperasi
tersebut.
75
c. Sistem Karir di KPDK dan KJKS BMT BUS pun terdapat perbedaan,
jika di KPDK pelatihan dan seminar-seminar untuk peningkatan kualitas
SDM-nya hanya apabila ada program dari pihak luar dan pemerintah.
Sedangkan KJKS BMT BUS berusaha untuk terus meningkatkan
kualitas SDM agar menjadi professional dengan menyelenggarakan
sendiri seminar dan pelatihan.
d. Efisiensi Usaha lebih terlihat pada KJKS BMT BUS. Hal ini
dikarenakan adanya konsistensi dari tujuan dan produk yang dikeluarkan
oleh koperasi. Produk dari KJKS BMT BUS lebih memenuhi apa yang
diperlukan para anggota. Sedangkan pada KPDK, produk yang
dikeluarkan lebih cenderung dimanfaatkan oleh orang diluar anggota.
2. Pemerintah sangat mendukung adanya koperasi syariah di Indonesia. Karena
tujuan utama dari koperasi syariah ini adalah memberdayakan masyarakat
kecil, para pedagang, petani, dll. Dengan memberdayakan masyarakat kecil
secara tidak langsung juga membantu program pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Walau bagaimanapun sebagian besar
masyarakat Indonesia adalah kalangan menengah ke bawah. KJKS BMT BUS
dengan kinerja keuangan yang semakin tahun semakin membaik serta
perkembangan usaha yang semakin meningkat. Kinerja manajemen yang juga
mampu terus melakukan perbaikan, pengembangan dan upgrade pada SDM
yang ada di dalam KJKS BMT BUS. Oleh karena itu bukan tidak mungkin
KJKS BMT BUS yang juga sudah memiliki banyak cabang di seluruh
Indonesia untuk terus berkembang dan memperluas wilayah usahanya.
7.2. Saran
Melihat kesimpulan yang telah didapatkan, diharapkan pada penelitian
selanjutnya dapat menelaah efektivitas organisasi antara 2 jenis koperasi dengan
metodologi yang lebih tajam.
76
DAFTAR PUSTAKA
Baga, Lukman M et al. 2009. Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis.
Buchori, Nur S. 2009. Koperasi Syariah. Sidoarjo: Mashun.
Burhanuddin. 2008. Tinjauan Prospek Koperasi Indonesia dari Perspektif Disiplin
Ilmu Manajemen Bisnis.
http://www.smecda.com/kajian/files/Jurnal_3_2008/06_Burhanuddin.pdf
Gaol, Jimmy L. 2008. Sistem Informasi Manajemen: Pemahaman dan Aplikasi.
Jakarta: PT. Grasindo.
Hadhikusuma, R.T. Sutantya Rhardja. 2005. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
ROSDA.
Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Puspitawati, Lilis. 2011. Economic Value Added (EVA) : Konsep Baru Untuk
Mengukur Laba Ekonomi Suatu
Perusahaan.http://jurnal.unikom.ac.id/jurnal/economic-value-added-eva.17
Rasmussen, EA. 1975. Finansial Management in Co-operative Enterprises.
Saskatchewan: Co-operative College of Canada.
Sijabat, Saudin. 2008. Kajian Pengendalian Anggota Pada Koperasi Dalam Rangka
Peningkatan Kinerja Koperasi. Jurnal Koperasi 3: 90-113.
Sudarsono dan Edilius. 2010. Koperasi Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.
Alfabeta.
Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Yogyakarta: ISES
Publishing.
Widiyanti, Ninik. 2010. Manajemen Koperasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
77
LAMPIRAN
78
Lampiran 1. Perkembangan Usaha Koperasi
periode Jumlah
Unit
Jumlah
Anggota(juta
orang)
Koperasi Aktif RAT (% dari
koperasi
aktif) Jumlah %
Des 1998 52.000 - - - -
2000 103.077 27,3 - 86,3 40,8
2001 110.766 23,7 96.180 81,0 41,9
2002 117.906 24,0 - 78,9 46,3
2003 123.181 27,3 93.800 76,20 47,6
2004 130.730 27,5 93.402 71,50 49,6
2005 132.965 27,4 94.818 71,0 47,4
2006 141.738 28,1 94.708 70,1 46,7
Mei 2007 138.000 - 96.600 70,00 -
79
LAMPIRAN 2. Hasil Wwancara KPDK
Nama : Boy Indra K, SH
Jabatan : Manager USP
Waktu : Jumat, 10 Juni 2011
Tempat : Koperasi Pegawai Departemen Koperasi (KPDK)
Jln. Rasuna Said Kav.3-5 Kuningan Jakarta
1. Apakah Tujan di bentuknya koperasi konvensional KPDK?
Tujuan dari KPDK itu sendiri dibagi jadi 2, jangka panjang dan jangka
pendek. Kalau jangka panjang misalnya, memberi solusi atas kebutuhan
anggota akan modal usahanya, memberi pelayanan pada anggota yang lebih
baik. Kalau jangka pendek, kita punya tujuan meningkatkan kekuatan untuk
lebih eksis dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan mewujudkan
KPDK suapaya jadi badan usaha yang berdaya saing baik ke anggotanya.
2. Apakah visi misi dari koperasi konvensional KPDK?
Visinya itu adalah KPDK berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. Kalau misinya supaya KPKD jadi koperasi karyawan yang
handal, tangguh dan berdaya saing melalui pengelolaan yang efektif, efisien,
profesional dan mandiri.
3. Apa landasan dalam rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh
koperasi konvensional KPDK?
Jadi, kita tuh pengurus KPDK membuat rencana kegiatan organisasi dan
usaha melalui rapat anggota berdasarkan Anggaran dasar dan Anggara
Rumah Tangga KPDK ditambah lagi sama Saran/Usul anggota dalam Rapat
Anggota Tahunan (RAT) tahun sebelumnya, trus lagi dari Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja KPDK tahun terakhir. Dari situ kita susun rencana-
rencana tahun 2011 yang akan dijalankan apa-apa saja, misalnya untuk
tahun ini kita sedang mempersiapkan unit usaha Riil yaitu perumahan real
estate di kawasan Studio Alam Depok.
80
4. Bagaimanakah kebijakan dan strategi dalam manajemen koperasi
KPDK?
Intinya sih pembenahan koperasi secara internal dan eksternal yah.. baik dari
dalem usaha koperasinya sendiri diperbaiki kualitas SDM KPDKnya, struktur
organisasinya, keuangannya dan lain-lain. Kalau pembenahan keluar seperi
reorientasi usaha serta meningkatkan kerjasama dengan lembaga lain bagi
kepentingan pengembangan KPDK.
5. Bagaimanakah sistem permodalan koperasi KPDK?
Modal KPDK itu terdiri dari Modal Sendiri sama Modal dari Luar, kalau
Modal Sendiri kita dapet dari Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Simpanan
Sukarela, Simpanan Wajib Pinjam dan Simpanan Khusus. Modal dari luar itu
misalnya berasal pari anggota KPDK, pinjaman dari Bank ataupun lembaga
keuangan non Bank atau sumber-sumber lainnya.
6. Syarat seperti apakah untuk menjadi anggota koperasi KPDK?
Sebenarnya ngga ada syarat khusus buat jadi anggota KPDK, tapi memang
anggota koperasi adalah pegawai Kementrian Koperasi dan UKM jumlahnya
sebanyak 1433 anggota sampai akhir 2010 yang lalu.
7. Apakah fungsi dan wewenang dari rapat anggota?
Rapat anggota itu adalah kekuasaan tertinggi yah dalam KPDK, dimana
dikumpulkan suara-suara anggota berkumpul. Diadakannya sih sewaktu di
perlukan aja yah.. yang hadir anggota, pengurus, pengawasnya semua.
Misalnya pemilihan anggota, pengurus atau pengawasnya, trus kalau ada
masalah di koperasi lalu membahas kegiatan usahanya, trus kalau pembagian
SHU juga.
8. Bagaimanakah struktur organisasi koperasi KPDK?
Jumlah karyawan di KPDK sampai 2010 lalu adalah 23 orang ditambah 1
orang EDP dari tenaga luar. Kita terbagi di 3 bagian Bidang administrasi
dan Keuangan, Bidang Usaha Simpan Pinjam dan satu lagi Bidang Usaha
Sektor Riil. Masing-masing ada Managernya, lalu kepala unitnya kemudian
81
kasirnya. Ada juga yang di tempatkan yang di unit usahanya masing-masing,
seperti di Toko SME’sco Mart KPDK di parkiran belakang.
9. Aktivitas koperasi apa saja yang dijalankan koperasi KPDK?
Disini kita banyak yah Unit Usahanya dari simpan pinjam, kemudian dari
Unit Usaha Bidang Sektor Riil mulai dari Penjualan Elektronik, Penjualan
ATK, Jasa Photo Copy, Penjualan motor baru dan second, Jasa Sewa
Counter, Kantin dan Jasa Perumahan, Kerjasama Munatour dan Salon Mobil
juga.
10. Berkaitan dengan sisa hasil usaha (SHU), seperti apakah sistemnya bagi
koperasi KPDK?
(contoh penjelasan Neraca dan SHU 2010 terlampir)
11. Bagaimanakah cara bagian-bagian atau jabatan yang ada untuk
mengarahkan kegiatan agar berjalan sesuai tujuan?
Disini ada bagian pengawasnya, ya tugasnya mengawasi jalannya koperasi
dan operasionalisasinya. Semua unit diawasi dari mulai kinerja, keuangan
sampai ke laporannya setiap periode. Pengurus atau divisi-divisi tertentu
punya tugasnya masing-masing, seperti unit simpan pinjam, unit usaha
bidang riil, dan keuangan. Ada managernya dan dibantu dengan staf-stafnya
agar dapat bekerja sama.
12. Masalah apa yang timbul dalam kegiatan perkoperasian? Bagaimanakah
cara mengatasinya?
Permasalahan dalam simpan pinjam ya klasik lah ya, kurang komitmen dan
disiplin terhadap pembayaran aja. karena bukan hanya pembayaran yang
dilakukan melalui potongan gaji tapi terlebih yang melalui pembayaran
langsung. Ada juga anggota yang mengajukan pinjaman kepada kita melalui
Bank Jabar atau Bank BTN untuk kebutuhan modal usaha, lalu melakukan
pinjaman lagi di USP dengan alasan untuk kebutuhan anak sekolah atau
sehari-hari (kebutuhan jangka pendek), sehingga KPDK terpaksa tidak dapat
memberikan sebesar pengajuannya. Tapi tergantung dari kas KPDK juga dan
kemampuan dari saldo gajinya.
82
13. Apakah dengan sistem pengawasan yang ada selama ini berjalan, mampu
mengatasi masalah masalah yang ada?
Sejauh ini dengan sistem pengawasan yang ada, masih bisa diatasi ya. Secara
tanggungjawab dan etika kerja memang tetap ada kebijakan dan
keputusannya biasanya di tangan pengurus. Biasanya yang jadi faktor
pertimbangan moral dalam pemberian pinjaman. Tapi KPDK berhasil
mendapat kepercayaan dari bank, dimana KPDK sebagai channeling bagi
Kredit Usaha Kecil, keterbatasan modal internal dan kebutuhan anggota itu
masih dapat teratasi.
83
LAMPIRAN 3. Hasil Wawancara KJKS BMT BUS
Nama : Lili
Jabatan : Manager Cabang Utama
Waktu : Kamis, 30 Juni 2011 (07.30 - 08.15 WIB)
Tempat : Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Bina Ummah Sejahtera
Jln. Pondok Gede No.1 Kel.Lubang Buaya Cipayung Jakarta Timur
1. Apakah yang mendasari pembuatan kebijakan-kebijakan dan strategi dalam
manajemen koperasi syariah ini?
“Di kita dasar kebijakan yg dipakai dalam menjalankan strategi tidak terlepas
dari karakter nabi nabi yaitu Sidik, Amanah, Fathonah, Tabligh. Salah satu
contoh adalah pada manajemen dagang nabi, beliau menerapkan strategi dengan
cara berdagang dengan orang-orang terdekat nabi. Begitupun strategi yang
diterapkan oleh BMT kami yaitu dengan mencari anggota yang ingin bergabung
mulai dari keluarga, saudara dan tetangga terdekat kami. Begitupun dengan
strategi dalam membuka cabang-cabang koperasi kami. Kami mulai membuka
cabang di pinggiran kota terlebih dahulu, tidak langsung ke kota-kota besar.
Selanjutnya tentang penanganan manajemen d kantor, kami menerapkan system
kaffah atau totalitas atau tidak mendua. Oleh karena itu kita mewajibkan para
pengurus yang terlibat dalam kelembagaan ini harus konsentrasi penuh dalam
pengembangan kelembagaan ini, tidak boleh memiliki pekerjaan lain diluar
kelembagaan ini.
2. Bagaimanakah system permodalan dari koperasi syariah ini?
”dalam hal ini kita mempengaruhi aghniya atau orang-orang yang mempunyai
uang dan kita selaku fasilitator atau intermediasi untuk kita serahkan atau
pinjamkan kepada orang-orang yang membutuhkan. Untuk komposisi
permodalan di kita itu terdiri dari pemilik, pengurus bahkan ada juga dari
pengelola. Dengan pengelola menaruh modal di kelembagaan ini, mereka merasa
84
memiliki. Sehingga pengelola juga bisa sungguh-sungguh dalam menjalankan
pekerjaan nya. Sedangkan anggota belum menanamkan modalnya di BMT ini.”
3. Aktivitas koperasi apa saja yang dijalankan oleh koperasi syariah ini?
“pada umumnya koperasi dibagi menjadi tiga, antara lain adalah koperasi
konvensional, Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan KJKS BMT. KJKS
dan KJKS BMT sama-sama menjalankan kegiatan koperasinya dengan
menerapkan pola/system syariah. Tetapi pada KJKS BMT memiliki kegiatan
pengelolaan maal dan tamwil (perniagaan).”
4. Bagaimanakah pembagian dan komposisi SHU pada koperasi syariah ini?
“yang mendasari dari pembagian dan komposisi SHU adalah AKTA Pendirian
KJKS BMT no. 13801/BH/KWK.11/III 1998 tanggal 31 maret 1998 bab XVI
pasal 41. Komposisinya adalah:
Dana cadangan 35%
Jasa anggota 40%
Pengurus 6%
Dana pendidikan 5%
Dana Pembangunan perkoperasian 2%
Manajer dan pengelola 5%
Dana social 5%
Dana audit 2%
5. Perbedaan pembagian SHU antara koperasi konvensional dsan syariah?
“menurut saya pembagian SHU tergantung dari intern koperasi masing-masing,
tidak ada peraturan baku yang mengatur tentang penetapan SHU. Tetapi pada
koperasi ini, sebagian besar pembagian SHU dialokasikan untuk CSR atau
kegiatan-kegiatan social kemasyarakatan lainnya. Sebagai contoh adalah untuk
kegiatan pengajian, pengobatan gratis dll.”
85
6. Bagaimanakah cara koperasi ini dalam melakukan pengawasan?
“untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kita telah menggunakan
system IT. Sehingga apabila ada kegiatan yang tidak sesuai dengan SOP yang
telah ditentukan, maka system tidak akan bekerja. Kemudian secara internal
audit kita mengunjungi cabang-cabang untuk melakukan audit. Selanjutnya dari
segi preventif kita selalu memberikan wejangan-wejangan atau arahan tentang
agama. Secara tidak disadari kekuatan spiritual ini memiliki peranan yang
sangat besar terhadap perilaku dan kinerja seseorang dibandingkan dari
kekuatan akademis. Oleh karena itu transformasi-transformasi spiritual tidak ada
henti-hentinya mengantisipasi kesalahan-kesalahan. Sehingga seseorang itu akan
berfikir berkali-kali untuk melakukan perbuatan yang menyimpang. Karena
mereka telah mengetahui dampak-dampak apa saja yang akan diterima apabila
perbuatan menyimpang itu dilakukan.”
7. Masalah apa yang pernah timbul dalam kegiatan koperasi syariah ini?
“permasalahan yang ada di koperasi kami adalah masalh SDM. Karena BMT ini
adalah kelembagaan yang muncul dari bawah, sehingga SDM yang dimiliki
masih kurang potensial dan professional. Istilah dari orang-orang yang
berkomentar orang-orang yang bekerja di BMT ini adalah “orang-orang gila”.
Karena orang yang bekerja di sini tidak ada yang sesuai dengan latar belakang
pendidikan mereka dahulu. Tetapi mereka mampu menjalankan tugasnya dengan
baik. Untuk mengatasi masalah ini koperasi kami sedang merencanakan untuk
“mengupgrade” pengurus nya untuk melanjutkan studinya. Dengan harapan
kualitas mereka akan semakin meningkat. Selain itu ada jg masalah yang semua
lembaga keuangan pun mengalaminya. Masalah tersebut adalah kredit macet.
Untuk mengatasi masalah tersebut, kami melakukan kegiatan preventif yaitu
dengan melakukan analisis 5C(character, capital, capacity, coleteral, condition)
untuk mengetahui layak atau tidaknya anggota ini untuk diberi pinjaman? Selain
itu untuk mengantisipasi masalah tersebut di kita ada yang namanya bagian
pendampingan. Bagian marketing di kami dibagi menjadi 3 antara lain bagian
86
pendanaan(mencari dana), bagian pembiayaan(meminjamkan dana), bagian
pendampingan(pengawasan dana). Bagian pendampingan ini ditujukan untuk
mendampingi anggota yang meminjam dana agar dananya tersebutt tepat
sasaran dan pengembaliannya pun lancar dan tepat waktu.”
87
LAMPIRAN 4. HASIL WAWANCARA KJKS BMT BUS
Nama : Lili
Jabatan : Manager Cabang Utama
Waktu : Kamis, 28 Juli 2011 (09.30 - 10.40 WIB)
Tempat : Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Bina Ummah Sejahtera
Jln. Pondok Gede No.1 Kel.Lubang Buaya Cipayung Jakarta Timur
1. Sistem karir di KJKS ini seperti apa?
”Bagi kita masalah knowledge adalah no 2. Yang terpenting adalah komitmen,
loyalitas, dedikasi dan integritas. Untuk perekrutan pertama masuk diposisikan
sebagai training selama tiga bulan. Apabila kinerja nya baik maka akan
dikontrak selama satu tahun. Apabila layak akan menjadi calon pengelola setelah
satu tahun juga. Setelah satu tahun berjalan dan dinilai layak, maka akan
dijadikan pengelola tetap. Tinggal disesuaikan dari latar belaang pendidikan
nya. Apabila SMA, maka golongan nya 2A. Apabila sarjana, maka golongannya
2C. Jika ingin mengajukan kenaikan golongan maka mereka harus membuat
karya tulis yang ditujukan untuk pengembangan tiap unit kerja yang mereka
jalani. Apabila karya tuis yang diajukan dinilai layak berdasarkan kriteria-
kriteria penilaian, maka golongan mereka akan naik. Untuk sistem golongan di
kita sama tetapi tidak sama dengan PNS. Maksudnya untuk tingkatan golongan
sama dengan PNS. Tetapi kriteria yang digunakan oleh kami lebih
mengutamakan sisi rukhiyah.”
2. Sistem kompensasi seperti apa?
“Untuk kompensasi kita hampir sama dengan lembaga lainnya. Ada gaji pokok
dan tunjangan-tunjangan lainnya. Untuk yang putra, ada tunjangan istri dan
anak. Kalaupun istri dan anaknya lebih dari satu, tiap istri dan anak akan dapat
tunjangan masing-masing. Tetapi jika wanita, tidak ada tunjangan suami karena
menererapkan sistem syariat islam. Ada juga tunjangan struktur, mulai dari teller
hingga manajer. Ada juga tunjangan taspen.”
88
3. Untuk penentuan produk yang dikeluarkan oleh KJKS seperti apa?
“Untuk penentuan produk kita selalu mengacu kepada keinginan dan kebutuhan
anggota. Salah satu contoh produk adalah SiSidik (Simpanan Siswa Pendidikan).
Produk ini dibutuhkan karena sebagian besar masyarakat kita memiliki sifat
konsumtif. Setiap penghasilan yang didapatkan, selalu dibelanjakan untuk
kepentingan konsumsi. Sehingga tidak ada simpanan untuk pendidikan anak.
Oleh karena itu dengan adanya produk ini bisa membantu para orang tua untuk
mempersiapkan biaya untuk pendidikan anaknya di masa yang akan datang.”
4. Kekuatan dan kelemahan yang bs diliat di KJKS ini?
“Sisi kekuatan pertama dari KJKS ini ada lah sisi heroik nya. Maksudnya adalah
kemauan, daya juang untuk maju dan berkembang. Dengan semangat, apapun
bisa dikerjakan. Berbeda dengan orang yang memiliki knowledge baik, tetapi
tidak punya semangat. Maka ilmu yang mereka miliki tidak akan ada manfaatnya.
Kedua adalah KJKS ini bergerak di arus bawah. Maksudnya kami lebih luwes
dalam melayani mereka yang memiliki penghasilan rendah. Dengan yang kecil-
kecil seperti ini, tidak terasa akan menghantarkan kita menjadi besar. Selain itu
kemungkinan kerugian yang diakibatkan dari kredit macet anggota akan kecil.
Berbeda dengan lembaga keuangan lain yang menangani anggota middle up.
Kerugian mereka akan lebih besar apabila terjadi kredit macet.
Kelemahan pertama adalah dari sisi sosialisasi paham syariah kepada
masyarakat. Contohnya pada produk modharabah, masyarakat tidak ingin tahun
sistem pembagian keuntungan nya seperti apa. Mereka hanya ingin tahu berapa
nominal yang harus disetorkan oleh mereka. Hal ini sangat bertolak belakang
dengan sistem modharabah yang menerapkan sistem bagi hasil(nisbah) yang
disetujui oleh kedua belah pihak.
Kedua adalah dari sisi SDM. SDM yang kita miliki masih sangat kurang. Oleh
karena itu kita melakukan “upgrade” kepada SDM kita.”
89
5. Bagaimanakan prosedur pinjaman?
“Peminjam harus menjadi anggota terlebih dahulu. Kewajiban sebagai anggota
harus terpenuhi seperti simpanan pokok, simpanan wajib dll. Mengisi form
peminjaman dan melengkapi syarat-syaratnya seperti fotocopy KTP suami-istri,
rekening telp, tabungan dll. Setelah itu dilakukan analisis lapangan dengan
melihat 5C(character, capital, capacity, condition, collateral). Apabila layak
maka pinjaman akan cair, apabila tidak maka akan ditolak. Ataupun akan
dicairkan sebagian dari jumlah pinjaman yang diajukan.”
6. Apakah pemerintah mendukung koperasi syariah pada umumnya dan KJKS
pd khusus nya?
“Pemerintah sangat mendukung adanya koperasi syariah di Indonesia. Karena
tujuan utama dari koperasi syariah ini adalah memberdayakan masyarakat kecil,
para pedagang, petani dll. Dengan memberdayakan masyarakat kecil agar bisa
berkembang, secara tidak langsung membantu program pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena sebagian besar masyarakat
Indonesia adalah kalangan menengah kebawah.”
7. Apakah dari anggota ada yang non islam?
“Ada, nabi juga dahulu sering bekerjasama dengan non islam. Salah satu contoh
nya anggota kami ada yang beragama budha. Setiap kali beliau dapaat kiriman
uang dari Jakarta, beliau langsung mengambilnya di BRI dan menyetorkan
kembali ke BMT.”
8. Apakah dengan manajemen yang ada sekarang ini sudah efisien
meningkatkan kinerja anggota, pengurus dan pengelola?
“Untuk saat ini kami belum punya parameter untuk menilai apakah sudah efektif
atau belum. Tetapi dilihat dari pendapatan yang dierima oleh kita, selalu
meningkat setiap tahunnya.”
90
9. Rencana kedepan dari BMT ini apa?
“Di pondok gede kami harus mampu member pembiayaan-pembiayaan kepada
masyarakat yang memiliki potensi tinggi. Selain itu kami berencana
memperbanyak cabang-cabang BMT ini diantaranya cabang karawang dan
sukabumi. Dengan harapan dengan banyak cabang BMT kita bisa menyaingi
praktek-praktek riba yang saat ini sudah merajalela. Serta dapat membantu para
pedagang yang saat ini melakukan praktek riba, agar keluar dari jeratan praktek
riba tersebut.”
10. Bagaimana promosi yang dilakukan agar produk-produk BMT ini dikenal
masyarakat?
“Promosi dilakukan dengan brosur, famplet, sosialisasi dengan tokoh-tokoh
masyarakat, kepala sekolah, pengurus masjid, pengurus perguruan tinggi dll.
Untuk saat ini kami lebih fokus untuk promosi dari mulut ke mulut. Memang cara
promosi ini terlihat lebih lambat. Tetapi ke depannya kita memunculkan ikatan
emosional yang erat. Mereka akan merasa lebih puas dan mengenal daripada
melihat pamphlet dan brosur. Dari sisi permodalan dibandingkan perbankan dan
lembaga keuangan lainnya kita memang kalah. Tetapi dari segi pelayanan insya
Allah kita lebih baik dan unggul. Dari segi pelayanan bank menyediakan ATM
untuk memudahkan transaksi. Kita memiliki pelayanan yang melebihi ATM. Kita
bisa melakukan antar jemput dana untuk anggota yang ingin menyetor dan
mengambil dana di BMT. Dengan begitu mereka akan bercerita kepada orang
lain tentang keunggulan dari BMT ini.”
91
Lampiran 5. Struktur Organisasi KPDK
Keterangan:
Garis Pengawasan
Garis Instruksional
PENGAWAS
RAPAT
ANGGOTA
MANAJER USP MANAJER SEKTOR
RIIL
MANAJER ADM
DAN KEUANGAN
KEPALA UNIT
LEASING
PENGURUS
KEPALA UNIT
SIMPAN
PINJAM
KEPALA UNIT
PENGADAAN
BARANG
PHOTO COPY
KEPALA UNIT
URUSAN
UMUM
PEMBUKUAN
KEPALA UNIT
PINJAMAN TOKO
(MOTOR, ATK
DAN
ELEKTRONIK)
KEPALA UNIT
PENGADAAN
JASA
KASIR
KEPALA UNIT
KEANGGOTAAN
Top Related