Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 1
ANALISIS METAFORA DALAM KUMPULAN
LAGU-LAGU EBIET G. ADE TELAAH SEMANTIK
PRAGMATIK
SUTJI LESTARI
SMP Negeri 3 Bojonegoro
Abstrak
Penelitian ini akan membahas bagaimana wujud stilistika
tuturan metafora dan bagaimana maksud wujud tuturan
metaforis yang direpresentasikan lagu-lagu Ebit G. Ade dari
perspektif semantik pragmatik. Tujuannya adalah
mendeskripsikan wujud tuturan metaforis dengan cara
menganalisisnya perbait dan mengelaborasikan maksud wujud
tuturan metaforis dari perspektif semantik pragmatik. Penelitian
kualitatif ini merupakan studi yang mencakup penggunaaan dan
pengumpulan berbagai data empirik.
Penelitian ini berpendekatan analisis wacana dengan
menggunakan analisis teori metafora. Instrumen Penelitian ini
adalah peneliti itu sendiri yang merupakan subjek dan pelaku
langsung yang akan sangat menentukan kualitas rancangan,
teori, analisis dan kesimpulan yang tepat. Penelitian ini
diterapkan pada lagu-lagu Ebiet G. Ade : Nyanyian Ombak dan
Dia Lelaki Ilham dari Surga sebagai sumber data dan sekaligus
sebagai data. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara
pembacaan intensif, wawancara dengan pakar, pencatatan data,
dihimpun dan selanjutnya dianalisa dan dideskripsikan sesuai
dengan fokus masalah yang sedang dianalisis.
Teknik analisa data dilakukan dengan cara pembacaan
intensif ditelaah dari lagu-lagu Ebiet G. Ade, secara pembacaan
semiotik, heuristik, hermeneutik dan retroaktif disempurnakan
dengan fragmentasi, penyajian, diskusi dan elaborasi dan
pengintepretasian yang selanjutnya dideskripsikan dan
disimpulkan, jadi tidak melalui uji hipotesa. Penelitian ini
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 2
menghasilkan bentuk metafora serta maksud secara
semapragmatik lagu-lagu Ebiet G Ade yang diteliti.
Kata kunci : lagu Ebiet G Ade, metafor, semantik, pragmatik
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 3
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu sarana untuk
mengungkapkan pikiran atau gagasan seseorang. Bahasa juga
tidak hanya sebagai alat komunikasi yang sederhana,dalam arti
komunikasi antar individu yang bersifat umum, tetapi dalam
pemakaian bahasa itu sendiri ada cara-cara untuk
mengungkapkannya. Cara itu antara lain disebut dengan gaya
bahasa. Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style.
Gaya bahasa atau style ini menjadi bagian dari diksi, yaitu
pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian
kata, frasa atau klausa tertentu untuk mengungkapkan situasi
tertentu.1
Edi Subroto mengungkapkan metafora adalah salah satu
wujud daya kreatif bahasa di dalam penerapan makna.2 Artinya
berdasarkan kata-kata tertentu yang telah dikenalnya dan
berdasarkan keserupaan atau kemiripan referen, pemakaian
bahasa dapat memberi lambang baru pada referen tertentu. Baik
referen baru itu telah memiliki lambang (sebutan ataupun kata)
maupun belum.
Menurut Keraf gaya bahasa merupakan kemampuan
menulis atau menggunakan kata-kata secara indah dan
merupakan cara untuk mengungkapkan ide melalui bahasa.3
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar penelitian tentang
metafora yang telah ada hanya difokuskan pada suatu karya
sastra yaitu puisi, hal tersebut dikarenakan metafora sering
diidentikkan dengan puisi. Pada kenyataannya metafora tidak
hanya terdapat pada karya sastra saja seperti puisi, cerpen atau
novel, tetapi dalam gagasan gagasan manusia sehari-hari pun
1 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gamedia Pustaka Utama,
2002, hlm. 136. 2 Edi Subroto, Metafora dan Kemataforaan, Analisis pada Beberapa Puisi
Indonesia’ dalam Majalah Haluan Sastra Budaya No. 17, Tahun X Oktober
1991, Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta, 1991, hlm. 37 3 Gorys, hlm. 112-113.
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 4
sering digunakan ungkapkan metafora, misalnya dalam humor
atau lawak bahkan dalam lirik lagu pun sering orang
menyanyikannya.2khususnya yang menunjukkan jiwa dan
kepribadian penutur. Berdasarkan tingkat formalitasnya, Martin
Joos membagi jenis gaya bahasa berupa frozen style, formal
style, consultative style, casual style, dan intimate style.
Figure of speech dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
rhetorical language style dan analogical language style.
Berdasarkan kelompok rhetorical language style, figure of
speech dibagi menjadi apostrof, eufemisme, litotes, pertanyaan
retorik, hiperbola, paradox, dan oksimoron. Sedangkan
berdasarkan analogical language style, dibagi menjadi metafora,
simile, alegori, personifikasi, ironi, sarkasme, dan
synecdoche.Figure of speech atau ungkapan kiasan yang
bermakna figuratif paling banyak dijumpai di dunia sastra, yaitu
drama, prosa, dan puisi. Hal ini dimaksudkan oleh seorang
sastrawan untuk memberikan nilai keindahan pada karyanya. Di
antara ketiga karya sastra tersebut, puisi dianggap memiliki
makna kiasan yang paling dominan.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ida
Setyawati, Penelitian tersebut mengetengahkan analisis
pragmatik novel. Analisis dan temuannya lebih ditekankan pada
analisis penggunaan teori dan analisis tindak tutur. Diskusi dan
deskripsi pada pembahasan dan temuan diprioritaskan pada
bagaimana memahami novel pada telaah klasifikasi tindak tutur
yang menggunakan teori Searle dan Austen.
Dari latar belakang keunikan lirik lagu lagu Ebiet G. Ade
serta keunikan dari studi tentang metafora itu sendiri maka
penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut. Hal tersebut
dengan pertimbangan bahwa gaya bahasa metafora tidak hanya
terdapat dalam karya sastra saja tetapi juga terdapat dalam
nyanyian (lirik lagu) dan sekaligus sebagai salah satu usaha
dalam mengkaji penggunaan Bahasa Indonesia. Dimana setiap
lagu Ebiet jika dicermati banyak mengunakan ungkapan kias
yang memeliki maksud ketidak langsung dan maknanya kadang
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 5
ambigu dan memiliki makna yang berprinsip mengatakan satu
hal tetapi memiliki makna dan maksud lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan wujud
tuturan metaforis yang direpresentasikan lagu-lagu Ebit G. Ade
dengan cara menganalisisnya perbait, mengelaborasikan
maksud wujud tuturan metaforis yang direpresentasikan lagu-
lagu Ebit G. Ade dari perspektif semantik pragmatik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berarti
studi yang mencakup penggunaaan dan pengumpulan berbagai
data empirik yang bisa dilakukan melalui interview, observasi
dan interaksi, sebagaimana Denzin & Lincoln dalam Murray.
Penelitian ini diterapkan pada lagu-lagu Ebiet G. A antara lain:
Nyanyian Ombak dan Dia Lelaki Ilham dari Surga sebagai
sumber data dan sekaligus sebagai data. Hal ini berarti ketika
sumber data sudah ditelaah secara seksama dan selanjutnya
dilakukan kegiatan fragmentasi teks sesuai dengan fokus
masalah yang akan dianalisis yang meliputi sarana retorika,
stilistika dan amanah yang hendak diusung oleh sang
pengarang dalam rangka memberikan pemcerahan bagi
pembaca.
Metode pengumpulan data yang kami lakukan dengan cara
pembacan yang intensif wawancara dengan pakar, pencatatan
data, dihimpun dan selanjutnya dianalisa dan dideskripsikan
sesuai dengan fokus masalah yng sedang dianalisis dari lagu-
lagu Ebiet G. Ade yang diteliti.
Prosedur analisa data yaitu dengan cara mendeskripsikan
ketiga fokus permasalahan yang sudah ditetapkan, dan
selanjutnya di analisa dan di simpulkan, yang secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 6
Kegiatan reduksi data meliputi; selesksi, simplikasi,
abstraksi dan pemindahan data yang masih mentah dari
catatan yang dilakuakan. Selanjutnya data diverifikasi
menurut kelompok data sesuai dengan fokus yang diteliti
yaitu, memilih wacana dari lagu-lagu Ebiet G. Ade kedalam
slot-slot framen yang terkait dengan fokus masalah data yang
ada.
2. Verifikasi
Verifikasi dilakukan dalam rangka melakukan
pemikiran induktif untuk mendapatkan kesimpulan terakhir,
yaitu dengan cara “cross check” data satu dengan data yang
lainya. Cara yang lazim dipakai yaitu dengan sistem
“verifikasi”, yang meliputi tiga tahapan, pertama dengan cara
membandingkan antara data satu dengan data yang lain, data-
data yang sudah didapatkan dari sumber data dari lagu-lagu
Ebiet G. Ade. Tahapan kedua, peneliti melakukan
trianggulasi personal dengan melibatkan pakar dan promoter
atau pembimbing agar setiap temuan data valid dan akurat.
Ketiga tahapan trianggulasi data, yaitu untuk memperoleh
data yang akurat pada sumber data tersebut, dijelaskan dan
disarankan oleh Miles dan Hubberman.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan cara pembacaan intensif ditelaah dari lagu-lagu Ebiet
G. Ade, secara pembacaan semiotik, heuristik (dianalisis dari
konvensi linguistik) hermeneutik dan retroaktif (kovensi
sastra) disempurnakan dengan fragmentasi, penyajian, diskusi
dan elaborasi dan pengintepretasian yang selanjutnya
dideskripsikan dan disimpulkan, jadi tidak melalui uji
hipotesa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Bentuk Metafora Kumpulan Lagu Ebeit G. Ade
Bentuk metaforis pada kumpulan lagu Ebeit G. Ade
dapat di diskrpsikan sebagai berikut :
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 7
Lagu pertama “Nyanyian Ombak”
Bait satu Kau campakkan dan kau terlantarkan
kembang yang kupersembahkan
kepadamu sepenuh hati
Kau diamkan bahkan kau tinggalkan
Aku yang tertegun di dalam rindu
di dalam sepi
Bentuk stilistika metafor yang digunakan oleh sang aku
lirik pada pilihan diksi kembang. Kata kembang merupakan
kendaran dan simbol bagi sang aku lirik untuk menyatakan
cinta yang merupakan ketidak langsungan. Adapun makna
semantik (konotatif). pada bait pertama lagu tersebut sang
aku lirik mengunakan bentuk stilistika metaforis berupa
kembang, kembang adalah simbol kasih sayang dan cinta
kembang atau cinta yang ada pada sang aku lirik disia-siakan
bahkan ditinggalkan padahal sang aku lirik benar-benar
dalam kerinduan dan kesedihan. Adapun maksud sang aku
lirik yang ada dalam bait satu ini menggambarkan tentang
keberadaan cinta sang aku lirik terhadap seseorang tetapi
kekasihnya tersebut menyia-nyiakan. Sang aku lirik merasa
rindu dan kesepian
Bait dua Benarkah telah kering kasih sayang di jantungmu
layaknya musim ini berkaca pada sikapmu
Ranting-ranting patah gemeretak
Belalang pun terbang mencari hijau
Sisi ladangku tak subur lagi
Untuk tumbuhkan cinta kasihmu
Bentuk stilistika metafor yang digunakan sang aku lirik
yaitu, metafora pada bait dua ini terdapat pada pilihan kata
antara lain “kering kasih sayang di jantungmu, layaknya
musim ini berkaca pada sikapmu, Ranting-ranting patah
gemeretak, Belalang pun terbang mencari hijau, Sisi
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 8
ladangku tak subur lagi, Untuk tumbuhkan cinta kasihmu”,
dari kumpulan metafora yang dikumpulan aku lirik tersebut
metafor yang digunakan oleh sang aku lirik mengunakan
majas perbandingan alam sebagai potret keringya rasa cinta
kekasihnya. Seperti musim kemarau, hal ini terkandung
maksud bahwa yang terlihat sikap apati rasa cinta kasihnya
kepada sang aku.
Bait tiga Kau dengarkan dan coba renungkan
gelombang di laut nyanyikan rindu
menikam kalbu
Pada bait yang ketiga ini terkait dengan ungkapan rasa
suka cinta yang disia –siakan oleh kekasihnya,
“kaudengarkan dan coba kau renungkan , gelombang di laut
nyanyikan rindu, menukam kalbu”, bait yang terakhir ini
menggambarkan kepada sang aku lirik terhadap kekasihnya
bahwa kerinduan sang aku lirik dimetaforkan seperti
‘gelombang laut’. Pilihan katater sebut secara semantik
bermajas metafora perbandingan, disebut demikian, dimana
gelombang laut yang menghempas sang aku lirik dan sang
aku lirik pada posisi hati yang duka dan lara atas cintanya
yang disia-siakan. Dengan kata lain san aku lirik dalam posisi
rindu dan syahdu secara konotatif menggunakan bentuk
metafora perbandingan alam ‘bak gelombang laut yang
dasyat’, namun sang aku lirik merana di kalbunya karena
rindu dan kasihnya hanya diangan - angan dan dipendam
dalam hati.
Lagu kedua “Dia Lelaki Ilham dari Sorga”
Bait satu Dia yang berjalan melintasi malam
adalah dia yang kemarin dan hari ini
akan selalu menjadi ribuan cerita
Karena dia telah menempuh semua perjalanan
Dia berjalan dengan kakinya
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 9
dia berjalan dengan tangannya
dia berjalan dengan kepalanya
Tetapi ternyata ia lebih banyak berjalan dengan
pikirannya
Pada bait pertama tersebut sang aku lirik mengunakan
bentuk metafor perbandingan antara perjuanganya dengan
gerakan fisik dan psikis yang digunakan oleh sang aku lirik
untuk mencapai tujuaan yang mulia perjuangan hidup untuk
di dunia ini. Sang aku lirik melakukan usaha dengan kerja
keras untuk menggapai impian atau cita-citanya. diibaratkan
seperti seseorong yang melintas perjalanan panjang bentuk
metafor perjalanan ini dapat dikutip sebagaimana bait
pertama yaitu “Dia yang berjalan melintasi malam,adalah
dia yang kemarin dan hari ini, akan selalu menjadi ribuan
cerita, Karena dia telah menempuh semua perjalanan, Dia
berjalan dengan kakinya, dia berjalan dengan tangannya, dia
berjalan dengan kepalanya, Tetapi ternyata ia lebih banyak
berjalan dengan pikirannya“, piranti stelistika metafor yang
digunakan oleh sang aku lirik pada lagu ini nampaknya
menggambarkan petualangan sang aku lirik untuk mendat
ridlo ilahi di dunia maupun di surga sana.
Bait dua
Dia jelajahi jagat raya ini
dengan telanjang kaki dan tubuh dengan daki
Meskipun ia lebih lapar dari siapapun
mesktipun ia lebih sakit dari siapapun
ia menempuh lebih jauh dari siapapun
Meskipun ia lebih miskin dari siapapun
meskipun ia lebih nista dari siapapun
Tetapi ternyata ia lebih tegak perkasa dari
siapapun
Bait kedua ini merupakan penegasan sang aku lirik
dalam menuturkan retorika isinya yang berkenaan dengan
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 10
upaya kesuksesan di dunia dan di akhirat. Demi untuk
menggapai surga dan keridhoaan sang aku lirik mengunakan
piranti metafor yang menggambarkana serta mencitrakan
kondisi petualangan sang aku lirik untuk mengapai ridho
Tuhan tadi dilakukan dengan berbagai upaya yang maksimal
dibanding dengan insan–insan lainya sang aku lirik
memberikan kecintaan khusus pada sang aku lirik dengan
mengunakan bentuk majas metaforit antara lain “' jagat raya ‘
berarti jelajah ke semua penjuru dunia merupakan bentuk
metafor hiperbola terhadap apa yang sang aku lirik lakukan.”
“dengan telanjang kaki dan tubuh dengan daki merupakan
‘metafor hiperbola’ juga kaitanya dengan kesungguhan sang
aku lirik mewujudkancita citanya dengan memanfaatkan
semaksimal mungkin sampai tumbuh daki di tubuhnya.
Dengan demikian, berarti sungguh –sunguh dikerjakanya ia
pun harus berlapar lapar untuk menggapai ridhonya sebagai
mana petikan. ”Meskipun ia lebih lapar dari siapapun’
metafor paradoks yang menunjukan kesungguhan sang aku
lirik harus berlapar –lapar untuk mencapai ridho Tuhan.
“mesktipun ia lebih sakit dari siapapun” ini berarti sang aku
lirik mengunakan stilistika metafor hiperbola paradoks
terhadap setiap usaha dan kesungguhanya.
Bait tiga
Batu-batu seperti menyingkir
sebelum ia datang sebelum ia lewat
Semak-semak seperti menguak
sebelum dia injak sebelum dia menyebrang
Ia berjalan dengan matanya
ia berjalan dengan perutnya
ia berjalan dengan punggungnya
Tetapi ternyata ia lebih banyak berjalan dengan
fikirannya
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 11
Bentuk metafora yang digunakan termasuk katagori
simile, penda semantis yang tergolong majas ‘simile’, yatu
mengunakan kata depan ,’seperti’ yang secara konotatif
semantik berarti bahwa pada bait ketiga ini mengambarkan
tentang bahwa sang aku lirik ingin mengunakan segala
tantangan dan cobaan yang akan dihadapi dengan ketegaran
dan keteguhan hati. Setiap usaha yang dilakukan selalu
dipertimbangkan masak-masak atas hambatan yang mungkin
tidak terjadi. Sang aku lirik mengunakan berbagai upaya yang
positif. Upaya yang ditempuh sang aku lirik untuk mencapai
kesuksesan hidupnya di dunia dan di akhirat dengan usaha
yang positif, bahkan ia juga mengunakan akal pikiran yang
sehat secara cermat dan selektif untuk mewujudkan harapan-
harapan kesuksesan di dunia dan di akhirat.
Bait empat
Gadis-gadis selalu menyapa
karena dia tampan meskipun penuh luka
Kata-katanya tak bisa dimengerti
tetapi selalu saja akhirnya terbukti
Ia lelaki gajak perkasa
ia lelaki ilham dari sorga
ia lelaki yang selalu berkata
"Bahwa kita pasti akan kembali lagi kepada-Nya"
du du du du du du du du du du du du
Pada bait yang ke empat bentuk piranti metafor yang
digunakan oleh sang aku lirik berupa “Gadis-gadis selalu
menyapa,karena dia tampan meskipun penuh luka, Kata-
katanya tak bisa dimengerti, tetapi selalu saja akhirnya
terbukti, Ia lelaki gajak perkasa, ia lelaki ilham dari sorga,ia
lelaki yang selalu berkata, "Bahwa kita pasti akan kembali
lagi kepada-Nya” penggalan klausa- klausa tersebut diatas
menggambar stilistika metafor dasn cobaan lelaki yang
beriman berupa gadaan gadis-gadis atau wanita namun ia
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 12
sebagai laki-laki tetap tegar menghadapi cobaan lelaki
tersebut kehebatan laki-laki yang demikian diabaratkan lelaki
dalam surga yaitu laki–laki yang selalu mengucapkan kata-
kata bahwa pada akhit kehidupan ini akan kembali kepada
Allah oleh karena itu apa yang kita lakukan akan dimimta
pertangungjawaban kepadaNya dengan kata lain sang aku
lirik memaparkan bahwa sang aku lirik menggambarkan
dalam perjalanan banyak rintangan yang dihadapi jika ia
tangguh maka selamatlah sang aku lirik.
2. Maksud secara semapragmatik kumpulan lagu Ebiet G Ade
Agar lagu- lagu Ebiet G. Ade tersebut dapat dipahami
maksudnya oleh pembaca maka kumpuilan lagu dipahami
dengan mengunakan pendekatan pragma simantik yang
meliputi lokusi, ilokusi dan pelokusi. Lokusi berarti berupa
setiap bait pada masing-masing lagu yang disampaikan oleh
sang aku lirik sedangkan ilokusi adalah maksud dari apa yang
dimaksud dari apa yang dilagukan sementara pelokusi berarti
sikap dan nilai- nilai apa yang harus dilakukan setelah
mendengar
Tabel 4.2
LOKUSI ILOKUSI PELOKUSI
Lagu Pertama
Bait satu
kembang adalah
lambang kasih
sayang dan cinta
kembang atau
cinta yang ada
pada sang aku
lirik disia-siakan
bahkan
ditinggalkan
Bait Satu
kembang adalah
lambang kasih
sayang dan cinta
kembang atau
cinta yang ada
pada sang aku
lirik disia-siakan
bahkan
ditinggalkan
padahal sang aku
Bait Satu
Sang aku lirik
meng harapkan
cintanya diterima
oleh orang yang
di anggap dicintai
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 13
padahal sang aku
lirik benar-benar
dalam kerinduan
dan kesedihan.
Adapun maksud
sang aku lirik
yang ada dalam
bait satu ini
menggambartkan
tentang
keberadaan cinta
sang aku lirik
terhadsap
seseorang tetapi
kekasihnya
tersebut menyia-
nyiakan. Sang aku
lirik
lirik benar-benar
dalam kerinduan
dan kesedihan.
Adapun maksud
sang aku lirik
yang ada dalam
bait satu ini
menggambartkan
tentang
keberadaan cinta
sang aku lirik
terhadsap
seseorang tetapi
kekasihnya
tersebut menyia-
nyiakan. Sang aku
lirik merasa rindu
dan kesepian
Bait Ke Dua
Benarkah telah
kering kasih
sayang di
jantungmu
layaknya musim
ini berkaca pada
sikapmu
Ranting-ranting
patah gemeretak
Belalang pun
terbang mencari
hijau
Sisi ladangku tak
subur lagi
Untuk tumbuhkan
Bait Ke Dua
Aku lirik
mengunakan
perbandingan
alam sebagai
potret keringya
rasa cinta
kekasihnya.
Seperti musim
kemarau yang
terlihat sikap
apati rasa cinta
kasihnya kepada
sang aku lirik
sang aku lirik
juga
Bait Ke Dua
Sebagai
pendengar atau di
aku lirik
seharusnya bisa
menerima dihati
yang lapang sikap
yang haru dan
lapang dada
menerima cinta
yang disampaikan
oleh sang aku
lirik
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 14
cinta kasihmu
menggunakan
ranting-ranting
patah gemertak
merupakan
perbandingan
alam ketika
musim kemarau
tiba banyak
pohon –pohonan
yang aku lirik
sebagai mana
kondisi dima
keringya rasa
cinta sang dia
lirik terhadap
sang aku lirik
bahkan demian
juga sang akulirik
menggambarkan
lading cintanya
dengan anggapan
lendang cintanya
sudah tak subur
lagi hal ini
merupakan
perumpamaan
metafor yang aku
lirik untuk
menggambarkan
bahwa rasa
cintanya benar-
benar tidak
diterima bak
ladang yang tak
subur
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 15
Lagu Pertama
Bait ke Tiga
Kau dengarkan
dan coba
renungkan
gelombang di laut
nyanyikan rindu
menukam kalbu
Lagu Pertama
Bait ke Tiga
ungkapan rasa
suka cinta yang
disia –siakan oleh
kekasihnya kau
dengarkan dan
coba kau
renungkan,
menggambarkan
kepada sang aku
lirik terhadap
kekasihnya bahwa
kerinduan sang
akulirik
dimetaforitkan
seperti gelombang
laut yang
menghempas sang
aku lirik dan sang
aku lirik pada
posisi hati yang
duka dan lara atas
cintanya
Lagu Pertama
Bait ke Tiga
Sang aku lirik
mengharap jeritan
cintanya diterima
Lagu Kedua
Bait ke satu
Dia yang berjalan
melintasi malam
adalah dia yang
kemarin dan hari
ini
akan selalu
menjadi ribuan
cerita
Lagu Kedua
Bait ke satu
sang aku lirik
mengunakan
metafor
perbandingan
antara
perjuanganya
dengan gerakan
fisik dan psikis
Lagu Kedua
Bait ke satu
Pendengar
diharapkan dalam
menempuh ridho
ilahi bisa
sebagaiman aku
lirik harus dengan
cara yang
bersungguh
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 16
Karena dia telah
menempuh semua
perjalanan
Dia berjalan
dengan kakinya
dia berjalan
dengan tangannya
dia berjalan
dengan kepalanya
Tetapi ternyata ia
lebih banyak
berjalan dengan
pikirannya
yang digunakan
oleh sang aku
lkirik untuk
mencapai tujuaan
yang mulia
perjuangan hidup
untuk di dunia ia
lagukan dengan
kerja keras
diibaratkan
seperti seseorong
yang melintas
perjalanan
panjang,
aku lirik pada
lagu ini
nampaknya
mengagambarkan
petualangan sang
aku lirik untuk
mendat rido ilahi
sungguh karena
untuk
mendapatkan
sesuatu yang baik
harus dikerjakan
dengan sungguh
sungguh giat dan
tekun
Lagu kedua
Bait Ke dua
Dia jelajahi jagat
raya ini
dengan telanjang
kaki dan tubuh
dengan daki
Meskipun ia
lebih lapar dari
siapapun
mesktipun ia
lebih sakit dari
Lagu kedua
Bait Ke dua
Demi untuk
menggapai surga
dan keridhoaan
sang aku lirik
mengunakan
piranti dan
metafor yang
menggambarkana
serta mencitrakan
kondisi
Lagu kedua
Bait Ke dua
Pendengar
diminta untuk
berhati-hati dan
bersungguh –
sungguh dalam
menempuh hidup
untuk dunia dan
akhirat
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 17
siapapun
ia menempuh
lebih jauh dari
siapapun
Meskipun ia
lebih miskin dari
siapapun
meskipun ia lebih
nista dari
siapapun
Tetapi ternyata ia
lebih tegak
perkasa dari
siapapun
Lagu kedua
Bait Ke ketiga
Batu-batu seperti
menyingkir
sebelum ia
datang sebelum
ia lewat
Semak-semak
seperti menguak
sebelum dia injak
sebelum dia
menyebrang
Ia berjalan
dengan matanya
ia berjalan
dengan perutnya
ia berjalan
dengan
punggungnya
Tetapi ternyata ia
lebih banyak
petualangan sang
aku lirik untuk
mengapai ridho
Tuhan tadi
dilakukan dengan
berbagai upaya
yang maksimal
disbanding
dengan isan –
insan lainya
Lagu kedua
Bait Ke tiga
Sang aku lirik
inggin
mengunakan
segala tantangan
dan cobaan yang
akan dihadapi
dengan ketegaran
dan keteguhan
hati setiap usaha
yang dilakukan
selalu
dipertimbangkan
masak masak
mengunakan
berbagai upaya
yangt positif
untuk mencapai
kesuksesan
hidupnya di duni
Lagu kedua
Bait Ke tiga
Pendengar
berupaya
sungguh –
sungguh dalam
menjalani hidup
dunia ini dan
tidak tergoda
oleh wanita
supaya menjadi
lelaki yang
perkasa
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 18
KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah maka dapat disimpulkan
bahwa setelitika metaforit maka dari temuan analisa Penelitian
dapat disimpulkan yaitu bentuk-bentuk metafora ketidak
langsungan yang digunakan banyak mengunakan metafor
perbandingan tidak langsung apabila sang Aku lirik
memanfaatkan perbandingan benda-benda yang ada di alam ini
sebagai sarana pengungkapan retorikanya. Sedangkan metafora
heperbola apabila sang aku lirik mengunakan ungkapan yang
berlebih-lebihan dalam menyusun retorika sedangkan metafora
perumpamaan apabila sang aku lirik memanfaatkan
perumpamaan dengan makluk yang ada disekitarnya ketiga
model sarana retorika metaforik yang digunakan yang aku lirik
dalam merangkai syair lagu-lagu Ebiet G Ade. Namun demikian
sang aku lirik juga mengunakan wacana kelangsungan ungkapan
sebagaimana dijumpai pada sumber data terakhir
Penelitian ini masih berbatas kumpulan lagu Ebiet G. Ade
yang masih bisa dikembangkan lagi menggunakan sumber data
lain dan mengunakan pendekatan-pendekatan lain untuk
mengembangkan analisi dan kajian lebih jauh. Segala
keterbatasan dapat disempurnakan melalui kajian yang berbeda
agar menjadi wahana analisis karya tulis yang tidak monoton.
DAFTAR PUSTAKA ------------, Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural,
Surakarta; Sebelas Maret University Press, 1992
-------------, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa,
Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 2001.
berjalan dengan
fikirannya
dan di akhirat
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 19
________. Discours as Structure and Process, London: Sage
Publication, 1997.
Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Malang: YA3
bekerjasama dengan CV. Sinar Baru Bandung, 1987.
Ching, Marvin K.L. et. al (eds), Linguistic Perspective on
Literature, London: Routtledge & Kegan Paul, 1980.
Cummings, Louis, Pragmatics A Multidisciplinary Perspective,
George Square: Edinburgh University Press, 2005.
Djajasudarma, T. Fatimah, Wacana ke Arah Pemahaman Teks,
Bandung: Program Pascasarjana UNPAD, 1991.
Edi Subroto, Metafora dan Kemataforaan, Analisis pada
Beberapa Puisi Indonesia’ dalam Majalah Haluan Sastra
Budaya No. 17, Tahun X Oktober 1991, Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 1991.
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,
Yogyakarta: LkiS, 2003.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media,
Yogyakarta: LKIS, 2001.
Frawley, William, Linguistics Semantics, New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates, 1992.
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gamedia Pustaka
Utama, 2002.
Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2001
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2001.
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 20
Hymes, Dell (Ed), language In Culture and Society, New York:
Harper and Row, 1964.
Kartomiharjo, S., Analisis Wacana dan Penerapannya: Pidato
Ilmiah dalam Rangka Pengukuhan Guru Besar IKIP
Malang: IKIP Malang, 1992.
Leech, Geoffrey, Prinsip-prinsip Pragmatik (Terjemahan
M.D.D. Oka), Jakarta: Universitas Indonesia, 1993.
Luxemburg, Van J, Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia,
1985.
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung:
Ramadja Karya, 1989.
Lubis, A. Hamid Hasan, Analisis Wacana Pragmatik, Bandung:
Angkasa, 1993.
Maksan, Marjusman, Bahasa Minangkabau suatu Kajian
Sosiolinguistik. Forum Pendidikan IKIP Padang No. 2 Th.
XXI – 1996, 1996.
Pateda, Mansoer, Sosiolinguistik, Bandung: Angkasa, 1992.
Purwo, Bambang Kaswanti (penyunting), PELLBA 6
(Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atmajaya:
Keenam), Jakarta: Lembaga Bahasa Atmajaya, 1993.
Perrine, Laurence, Literature Structure, Sound, and Sense,
USA: Second Edition, 1974.
Ratna, Nyoman Kuntha, Teori, Metode dan Teknik Penelitian
Sastra: Dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme
Prespektif Wacana Narati, Cetakan II, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006.
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 21
Rice, Scott, Right Word, Right Place, California: Wadsworth
Publishing Company, 1987.
Stern, Josef, Metaphor in Context, Massachusetts Institute of
Technology, 2000.
Sudaryanto, Aneka Konsep dan Kedataan Linguistik,
Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1990.
Sutopo, H.B., Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: Sebelas
Maret University Press, 2000.
Van Dijk, Teun, Text and Context, Exploration In The
Semantics and Pragmatics of Discourse, London:
Longman Group Limited, 1997.
Verhaar, J.W.M, Asas-asas Linguistik Umum, Yogyakarta:
Gadjah Mada University, 2001.
Waddell, Marie L, The Art of Styling Sentence, New York:
Barron‟s Education Series, 1983.
Wahab, Abdul, Butir-butir Linguistik, Surabaya: Airlangga
University Press, 1990.
Wahab, Abdul, Isu Linguistik Pengajaran Bahasa dan Sastra,
Surabaya: Airlangga University Press, 1989.
Wardhaugh, Ronald, An Introduction Sosiolinguistics, New
York: Basil Blackwell Inc., 1988.
Wellek, Rene and Warren, Austin, Theory of Literature,
London: Cox & Wymann Ltd., 1956.
Werth, Paul, Fokus, Coherence, and Emphasis, London: Croom
Helm, 1984.
Sutji Lestari
Jurnal Solusi, Volume 2 Nomor 2 22
Widdowson, Exploration in Applied Linguistics, New York:
Basil Blackwell Inc., 1981.
Windshuttle, Keith & Windshuttle, Elizabeth, Writing,
Researching and Communicating, Sydney: McGraw-Hill
Book Company, 1990.
Yabrohim, Metodologi Penelitian Sastra, Jogjakarta: Prsetya
Widya Pratama.Cet ke-2, 2002.
Top Related