PEMBAHASAN
A. Analisis Situasi Umum Kelurahan Sikumana Dan Analisis Situasi Khusus Rt 08 Rt 09
Dan Rt 10, RW 04, kelurahan sikumana, kecamatan maulafa, Kupang.
1 Analisis Situasi Umum Kelurahan Sikumana
1.1 Keadaan Geografis
a. Luas wilayah Kelurahan Sikumana adalah 621 Ha
b. Batas-batas wilayah Kelurahan Sikumana sebagai berikut :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bello
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Batuplat
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Naikolan dan Kelurahan Oepura
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Fatukoa
1.2 Keadaan Demografi
Dalam data demografi Kelurahan Sikumana bulan Februari 2012 tercatat
jumlah Rukun Warga ada 18 (delapan belas).
Rukun Warga (RW) yang terdiri dari :
1. Rukun Tetangga (RT) sebanyak 42 (empat puluh dua) .
2. Jumlah penduduk sebanyak 14.984 Jiwa yang terdiri dari :
a. Laki-laki : 7.528 jiwa
b. Perempuan : 7.456 jiwa.
3. Jumlah Kepala Keluarga (KELUARGA) sebanyak 2.431 Kepala Keluarga
yang terdiri dari :
a. KELUARGA Laki-laki : 2.206 KELUARGA
b. KELUARGA Perempuan : 225 KELUARGA
4. Jumlah Kepala Keluarga (KELUARGA) miskin sebanyak 1.290 Kepala
Keluarga yang terdiri dari :
a. KELUARGA Laki-laki : 1.157 KELUARGA
b. KELUARGA Perempuan : 133 KELUARGA
1
Tabel Distribusi Frekuensi Penduduk Menurut Kelompok Umur di
Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Tahun 2012
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah %
0-4 731 712 1443 9,63
05-Sep 434 562 996 6,65
Okt-14 656 562 1218 8,13
15-19 758 726 1484 9,9
20-24 659 691 1350 9,01
25-29 772 730 1502 10,02
30-34 768 825 1593 10,63
35-39 657 559 1216 8,12
40-44 586 478 1064 7,1
45-49 652 614 1266 8,45
50-54 408 426 834 5,57
55-59 250 364 614 4,1
>60 197 207 404 2,7
Jumlah 7528 7456 14.984 100
Sumber : Laporan Bulanan Kelurahan Sikumana
Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kelurahan Sikumana
sebanyak 14.984 jiwa yang terdiri dari laki-laki 7.528 jiwa dan perempuan sebanyak 7.456
jiwa. Distribusi Frekuensi penduduk terbesar berada pada kelompok umur 30-34 dengan
jumlah penduduknya sebanyak 1.593 dengan persentase 10,63 % yang terdiri dari laki-laki 768
jiwa dan perempuan sebanyak 825 jiwa. Sedangkan Distribusi Frekuensi penduduk terkecil
berada pada kelompok umur >60 tahun dengan jumlah penduduk sebanyak 404 dengan
persentase 2,70% yang terdiri dari laki-laki 197 jiwa dan perempuan 207 jiwa.
.2 Analisis Situasi Khusus RW 04 Kelurahan Sikumana
2.1 Keadaan Geografi.
Batas wilayah RW 04 adalah:
a. Sebelah Timur : RT 11
b. Sebelah Barat : RT 01
2
c. Sebelah Utara : RT 02
d. Sebelah Selatan : RT 07 dan RT 18
.2.2 Keadaan Demografi
Jumlah penduduk RT 08, RT 09 dan RT 10 RW 04 Kelurahan Sikumana tahun 2012
yang tercatat oleh kelompok kami di lapangan adalah sebesar 985 jiwa, yang terdiri atas 496
jiwa laki-laki dan 489 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 190 keluarga ,
yaitu rt 08 sebanyak 47 keluarga rt 09 sebanyak 81 keluarga dan rt 10 sebanyak 62 keluarga.
Rinciannya dapat dilihat pada tabel 3.8 sebagai berikut:
Tabel Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di RW 04 RT 08 , RT 09 dan RT 10 Kelurahan Sikumana
Kecamatan Maulafa Tahun 2012.
Kelompok Umur RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah Persen
( % )L P L P L P L P L + P
0-4 13 8 15 14 14 15 42 37 79 8,02
5−9 12 18 20 16 19 28 51 62 113 11,47
10−14 10 11 19 19 21 20 50 50 100 10,15
15-19 14 10 16 28 28 28 58 66 124 12,59
20-24 12 11 29 35 32 24 73 70 143 14,52
25-29 10 16 25 17 16 9 51 42 93 9,44
30-34 8 9 9 7 7 11 24 27 51 5,18
35-39 10 5 8 9 11 13 29 27 56 5,69
40-44 4 6 9 16 9 16 22 38 60 6,09
45-49 9 3 13 16 13 5 35 24 59 5,99
50-54 9 8 16 5 9 6 34 19 53 5,38
55-59 3 5 7 4 4 4 14 13 27 2,74
60-64 3 2 2 1 2 2 7 5 12 1,22
65-69 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
70-74 1 2 0 0 2 2 3 4 7 0,71
75 Ke Atas 2 1 1 3 0 1 3 5 8 0,81
Jumlah 120 115 189 190 187 184 496 489 985 100,00
Sumber: Data Primer
3
Berdasarkan tabel 3.8 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk RW 04 terbanyak berada
pada kelompok umur 20-24 tahun sebanyak 143 jiwa dengan presentase 14,52% dan jumlah
penduduk terkecil berada pada kelompok umur 70-74 tahun atau sebanyak 7 jiwa dengan
presentase sebesar 0,71%.
Jika dilihat dari jenis kelamin maka yang terbanyak adalah penduduk laki-laki dengan jumlah
496 jiwa dan jumlah penduduk perempuan yakni sebesar 489 jiwa.
3. DATA DASAR KESEHATAN KELUARGA
a. Faktor Lingkungan.
Perumahan
Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan letak atau posisi rumah pada RW 04 RT 08,
RT 09 dan RT 10 Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai
berikut:
Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Letak Atau Posisi
Rumah Dalam Keluarga Di RW 04 RT 08, RT 09 ,RT 10
Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Tahun 2012
Letak Rumah RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah
Keluarga
Persen
( % )
Pinggir Jalan 39 60 54 153 80,53
Dekat kali / Sungai 0 8 2 10 5,26
Dekat fasilitas Umum 0 0 0 0 0,00
Jalan Setapak 8 13 6 27 14,21
Jumlah 47 81 62 190 100,00
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa di RW 04 jumlah yang terbesar adalah keluarga yang
mempunyai letak rumah di pinggir jalan dengan persentase 80,53% atau sebanyak 153 keluarga
dan jumlah yang terkecil adalah keluarga yang mempunyai letak rumah di dekat kali/sungai
dengan persentase sebesar 5,26% atau 10 keluarga.
4
Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan jenis bangunan pada RW 04 RT 08, RT 09 dan
RT 10 Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa dapat dilihat pada diagram 4.7 sebagai berikut:
Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Jenis Bangunan
dalam Keluarga di RW 04, RT 08, RT 09, RT 10 Kelurahan
Sikumana Kecamatan Maulafa Tahun 2012
Sumber: Data Prime
Berdasarkan tabel 4.7 menunjuKeluargaan bahwa di RW 04 jenis bangunan rumah
yang paling banyak dimiliki oleh keluarga adalah permanen dengan persentase sebesar 64,74
% atau 123 keluarga sedangkan yang paling sedikit adalah darurat dengan persentase sebesar
1,08%.
Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Kepemilikan Bentuk
Ventilasi di RW 04 RT 08, RT 09, RT 10 Kelurahan Sikumana
Kecamatan MaulafaTahun 2012.
Sumber:
Data Primer
Berdasarkan
Tabel 4.10 dapat dilihat
bahwa seluruh keluarga di RW 04 paling banyak memiliki jenis ventilasi dengan bentuk satu
arah dengan persentase sebesar 66,84% atau 127 keluarga dan yang paling sedikit adalah
keluarga yang tidak memiliki ventilasi sebanyak 15 keluarga dengan persentase sebesar 7,89%.
WC
5
Jenis Bangunan RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah
Keluarga
Persen
( % )
Permanen 29 64 30 123 64,74
Semi Permanen 18 16 31 65 34,21
Daraurat O 1 1 2 1,05
Jumlah 47 81 62 190 100,00
Ventilasi RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah Persen (
% )
Ada Satu arah 35 46 46 127 66,84
Ada Dua arah 5 28 15 48 25,26
Tidak ada 7 7 1 15 7,89
Jumlah 47 81 62 190 100,00
Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan kepemilikan jamban di RW 04 RT 08, RT 09
dan RT 10 Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai
berikut:
Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Kepemilikan Jamban
di RW 04 RT 08, RT 09, RT 10 Kelurahan Sikumana Kecamatan
Maulafa Tahun 2012.
Kepemilikan
Jamban
RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah Persen
( % )
Milik Sendiri 45 68 55 168 88,2
Pemakaian
Bersama
2 12 7 21 11,05
Tidak memiliki 0 1 0 1 0,53
Jumlah 47 81 62 190 100,00
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa pada RW 04 paling banyak menggunakan
jamban milik sendiri sebanyak 168 keluarga dengan persentase 88,02%, dan yang paling sedikit
adalah keluarga yang tidak memiliki jamban sebanyak 1 keluarga dengan persentase 0,53%.
Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan frekuensi membersihkan jamban di RW 04 RT
08, RT 09 dan RT 10 Kelurahan Sikumana dapat dilihat pada tabel 4.17 sebagai berikut :
Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Frekuensi
Membersihkan Jamban di RW 04 RT 08, RT 09, RT 10
Kelurahan Sikumana Tahun 2012
6
Frekuensi Pembersihan WC RT 8 RT 9 RT 10 Jumlah
Keluarga
%
Sekali Seminggu 9 14 18 41 21,58
Lebih dari sekali seminggu 30 67 37 134 70,53
2 minggu sekali 2 0 5 7 3,68
Lebih dari 2 minggu sekali 6 0 2 8 4,21
Jumlah 47 81 62 190 100,00
Sumber: Data Primer
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa warga di RW 04 paling banyak yang
membersihkan jamban dengan frekuensi lebih dari sekali seminggu dengan persentase 70.53%
atau 134 Keluarga dan yang paling sedikit adalah yang memebersihkan jamban 2 minggu sekali
dengan persentase 3,68 % atau 7 Keluarga.
Tempat Sampah
Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan Kepemilikan Tempat Sampah di RT 08, RT 09
dan RT 10 RW 04 Kelurahan Sikumana dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut :
Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Kepemilikan
Tempat Sampah di RW 04 RT 08, RT 09, RT 10 Kelurahan
Sikumana Tahun 2012
7
Tempat
Pembuangan
sampah
RT
08
RT
09
RT
10
Jumlah
Keluarga
%
Ya Bak Sampah
dari kayu/semen
1 6 5 12 6,32
Lubang Sampah 5 9 27 51 26,84
Keranjang 13 17 7 37 19,47
Gardus/dos
bekas
10 10 0 20 10,53
Tidak 18 39 23 70 36,84
Jumlah 47 81 62 190 100,00
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa RW 04 sebesar 36,84% keluarga tidak
memiliki tempat pembuangan sampah ( TPS ) dan sisanya yakni sebesar 63,16% yang memiliki
tempat sampah. Dari 63,16% keluarga yang memiliki tempat sampah sebanyak 6,32% tempat
sampahnya berupa bak sampah, sebanyak 26,84% tempat sampahnya berupa lubang sampah,
sebanyak 19,47% tempat sampahnya berupa keranjang, dan sisanya sebanyak 10,53%
menggunakan dos bekas.
Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Jarak TPS diRW
04 RT 08, RT 09 , RT 10 Kelurahan Sikumana Tahun 2012
Sumber:
Data Primer
Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa di RW 04 jumlah warga yang memiliki jarak
TPS 10-50 meter sebanyak 3 KK dengan persentase 15,00%,sedangkan sisanya >50 meter
dengan persentase 85,00%.
Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan pemusnahan dan pengelolaan sampah padat di
RW 04 RT 08, RT 09 dan RT 10 Kelurahan Sikumana dapat dilihat pada tabel 4.20 sebagai
berikut :
Tabel Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Pemusnahan Dan
pengeloalaan Sampah Padat di RT 08, RT 09 , RT 10 RW 04
Kelurahan Sikumana Tahun 2012
Sumber:
Data Primer
8
N
O
Jarak TPS RT 08 RT 09 RT 10
Jumlah
Persen (
% )
1 < 10 Meter 0 0 0 0 0,00
2 10-50 Meter 1 2 0 3 15,00
3 > 50 Meter 15 2 0 17 85,00
Jumlah 16 4 0 20 100,00
Pemusnahan dan
pengelolahan sampah
padat
RT
08
RT
09
RT
10
Jumlah Persen (
% )
Ditanam (Landfill) 2 1 8 11 5,79
Dibakar
(incerneration)
37 71 54 162 85,26
Dijadikan pupuk 5 3 0 8 4,21
Dijual 3 6 0 9 4,74
Jumlah 47 81 62 190 100,00
Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa di RW 04 paling banyak yang melakukan
pemusnahan sampah padat dengan cara di bakar sebanyak 162 Keluarga dengan persentase
85,26% dan yang paling sedikit yang di jadikan pupuk sebanyak8 keluarga dengan persentase
4,21%.
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan Kepemilikan Dan jenis SPAL di RW 04 RT
08, RT 09 dan RT 10 Kelurahan Sikumana dapat dilihat pada tabel 4.20 sebagai berikut:
Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Kepemilikan dan
Jenis SPAL di RW 04 RT 08, RT 09, RT 10 Kelurahan
Sikumana Tahun 2012
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.21 menunjukan bahwa sebagian besar keluarga di RW 04 dengan
persentase 56,32% 107 KK tidak memiliki SPAL dan sisanya memiliki SPAL dengan jenis
selokan sebesar 18,42%,, resapan sebesar 14,74%, lubang penampungan sebesar 10,53%
Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan Pengolahan dan pemeliharaan SPAL di RT 08,
RT 09 dan RT 10 RW 04 Kelurahan Sikumana dapat dilihat pada tabel 4.20 sebagai berikut:
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Pengolahan dan
pemeliharaan SPAL di RT 08, RT 09, RT 10 RW 04 Kelurahan
9
SPAL Bentuk SPAL RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah Persen
( % )
Ya Selokan 10 16 10 35 18,42
Resapan 5 10 13 28 14,74
Lubang
Penampungan
5 12 4 20 10,53
Tidak 27 43 35 107 56,32
Jumlah 47 47 81 62 190 100
Sikumana Tahun 2012.
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.22 menunjukan bahwa sebagian besar keluarga di RW 04 yakni
62,50% keluarga membersihkan SPALnya sedangkan sisanya sebesar 37,50% tidak
membersihkan SPAL.
B. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan data-data yang diperoleh setelah melakukan pengumpulan dan analisis data,
maka terdapat 3 masalah kesehatan masyarakat penting yang ada di wilayah RW 04 Kelurahan
Sikumana Kecamatan Maulafa Tahun 2012, yaitu:
1. Sampah
a. Ketidak tersediaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara
Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan kepemilikan tempat sampah penduduk
Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa dapat dilihat pada tabel.....di atas. Berdasarkan
tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada penduduk RW 04 Kelurahan Sikumana, paling
banyak penduduk tidak memiliki tempat sampah yaitu sebanyak 170 keluarga dengan
persentase 89,47 % dan yang memiliki tempat sampah yaitu sebanyak 20 keluarga
dengan persentase 10,53 %.
b. Mekanisme Pemusnahan Sampah Padat
Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan mekanisme pemusnahan sampah padat yang
dilakukan penduduk pada RW 04 Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa mengacu
pada tabel di atas. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pada penduduk RW 04
10
Pengolahan dan
Pemeliharaan SPAL
RT 08 RT 09 RT 10 Jumlah Persen (
% )
Dibersihkan 20 30 10 60 62,50
Tidak Dibersihkan 12 7 17 36 37,50
Jumlah 32 37 27 96 100,00
Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa, mekanisme pemusnahan sampah padat yang
dominan yaitu dengan cara dibakar sebanyak 162 keluarga dengan persentase 85,26 %
dan yang paling sedikit yaitu dijadikan pupuk sebanyak 8 keluarga dengan persentase
4,21 %.
2. SPAL
Distribusi Frekuensi keluarga berdasarkan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang
dimiliki penduduk pada RW 04 Kelurahan Sikumana dapat dilihat pada tabel di atas. Tabel
tersebut menunjukkan bahwa pada penduduk RW 04 Kelurahan Sikumana, secara dominan
masyarakat memiliki SPAL yaitu sebanyak 83 keluarga dengan persentase 43,69 % dan
yang tidak memiliki SPAL sebanyak 107 keluarga dengan persentase 56, 32%.
IV.2.2 Penentuan Prioritas Masalah Bersama Masyarakat dalam Kegiatan Minilokakarya
Masalah-masalah di atas adalah masalah yang dipaparkan saat mini lokakarya kelompok
12 RW 04 Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa yang dilaksanakan pada hari Selasa, 5 Mei
2012 yang bertempat di Rumah Bapak Ketua RW 04 kelurahan Sikumana.
Metode yang digunakan dalam mini lokakarya ini adalah metode brain storming dimana
mahasiswa, dosen pembimbing lapangan, ketua RW, ketua RT, tokoh masyarakat, tokoh agama
dan masyarakat setempat memberikan pilihan terhadap masalah kesehatan yang ada beserta
alasannya. Kemudian diperoleh suatu konsensus bahwa masalah yang dijadikan sebagai prioritas
masalah di RW 04 Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Tahun 2012 adalah masalah
tentang sampah yakni ketidaktersediaan tempat sampah dan mekanisme pemusnahan sampah
padat dengan cara dibakar. Dengan demikian masalah tentang sampah ini menjadi prioritas
masalah yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh mahasiswa/i FKM PBL I yang bertugas dalam
wilayah tersebut pada saat PBL II nanti.
Masalah ini diambil untuk ditanggulangi karena sampah memiliki dampak buruk yang
besar terhadap penduduk setempat, antara lain dampak yang bersifat langsung maupun tidak
langsung. Dampak langsung merupakan dampak yang disebabkan karena kontak langsung
dengan sampah, misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh dan sampah
11
yang mengandung kuman patogen sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sedangkan dampak
tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan
pembuangan sampah. Dampak tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang
berkembang biak dalam sampah. Apabila sampah ditimbun di sembarang tempat maka dapat
menjadi sarang lalat dan tikus, dimana lalat merupakan vektor berbagai penyakit perut,
sedangkan tikus dapat menyebabkan penyakit pes.
IV.3 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
IV. 3.1 SAMPAH SEBAGAI PRIORITAS MASALAH
A. PENGERTIAN
Para pakar (ahli) mendefinisihkan sampah sebagai berikut, diantaranya adalah :
1. Notoatmodjo (2003) mendefinisihkan sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat
yang sudah tidak digunakan lagi dalam kegiatan manusia, atau benda padat yang sudah
tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.
2. Menurut definisih WHO sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi, atau sesuatu dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya.
3. Kamus Istilah Lingkungan (1994) sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau
tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang
rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak
atau buangan".
B. JENIS-JENIS SAMPAH
Secara fisik sampah di bagi dalam tiga jenis yakni sampah padat, sampah cair (limbah
cair) dan sampah dalam benntuk gas. Sampah padat (sering disebut sampah saja) dapat dibagi
dalam menjadi beberapa jenis, yakni :
1. Berdasarkan bahan kimia yang terkandung di dalamnya.
Sampah dibagi menjadi :
12
a. Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk, misalnya sisa-sisa makanan,
daun-daunan, sayuran, buah-buahan, dan lain sebagainya.
b. Sampah an-organik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya
logam besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.
2. Berdasarkan dapat tidaknya di bakar.
Sampah dibagi menjadi :
a. Sampah mudah dibakar, misalnya kertas, plastik, karet, kayu,kain bekas dan lain
sebagainya.
b. Sampah yang tidak mudah dibakar, misalnya kaleng-kaleng, bekas, besi/logam, pecahan
gelas/kaca dan sebagainya.
3. Berdasarkan mudah tidaknya membusuk.
a. Sampah mudah membusuk misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, sayuran, buah-
buahan, daging dan sebagainya.
b. Sampah yang tidak mudah membusuk, misalnya kaleng-kaleng, bekas, besi/logam,
pecahan gelas/kaca dan sebagainya
4. Bersarkan ciri/karakterristik sampah
a. Garbage; adalah sampah yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat. Proses
pepmbusukan sering menimbulkan bau busuk. Sampah ini dapat ditemukan di
pemukiman penduduk yang yang berasal dari pengolahan/pembuatan makanan, rumah
makan/restoran, rumah sakit, pasar, hotel, katering makanan dan sebagainya.
b. Rubbish; adalah sampah yang berasal dari perkantoran dan perdagangan. Sampah ini
terdiri dari sampah yang mudah terbakar (seperti : kayu, kertas, plastik, kain, dll), dan
sampah yang tidak mudah terbakar (seperti kaleng, kaca, logam, dll).
c. Ashes; adalah semua sisa-sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar. Contoh:
hasil pembakaran kayu, batubara, kertas, daun, abu rokok dsb.
d. Dead Animal; yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan, atau
dibuang oleh orang. Contoh : bangkai kuda, bangkai tikus, bangkai kelinci, dsb.
e. Street Sweeping; yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari
campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan
sebagainya.
f. Sampah Industri; yaitu sampah yang berasal dari industri dan pabrik-pabrik.
13
g. Bangkai kendaraan (Abandoned vehicle), adalah bangkai kendaraan seperi mobil, motor,
dan sebagainya.
h. Sampah pembangunan ( contruktion waste); yaitu sampah dari proses pembangunan
gedung, rumah, dan sebagainya, berupa puing-puing bangunan gedung, potongan-
potongan kayu, besi beton, bambu dan sebagainya.
C. Pengelolaan Sampah
Keberadaan sampah sangat erat kaintannya dengan kesehatan karena sampah merupakan
sumber mikroba pathogen dan sebagai breeding place bagi vektor penyakit. Untuk
menghindari gangguan kesehatan sekecil mungkin maka sampah perlu dikelola sebaik
mungkin. Pengelolaan sampah adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan
pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
gangguan kesehatan dan lingkungan hidup.
Ada beberapa tahapan dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya :
(1).Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di sumber.
Sampah-sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, dan sebagainya)
ditempakan dalam tempat penampungan sementara (TPS). Dalam penyimpanan tersebut
sebaiknya tempat sampah basah dan kering dipisahkan dengan maksud untuk memudahkan
pemusnahannya. Tempat penampungan sampah sementara hendaknya memeuhi persyaratan
sebagai berikut :
Konstruksi harus kuat dan tidak bocor.
Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.
Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh seseorang.
Dari tempat penyimpanan semetara sampah dikumpulkan dalam dipo (rumah sampah).
Dipo yang dimaksud berupa bak besar yang digunakan untuk menampung semua sampah
dari semua sumber yang ada. Untuk membangun suatu dipo harus memenuhi beberapa
persyaratan, yakni :
Dibangun dilokasi dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah.
Memiliki dua pintu yakni pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah.
Ventilasi dipo sebaiknya ditutup kawat halus untuk mencegah lalat dan binatang lain
masuk ke dalam dipo.
14
Ada kran air untuk membersihkan.
Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat dan tikus.
Mudah dijangkau masyarakat.
Tahap pengumpulan dan penyimpanan pada sumer menjadi tanggungjawab dari masing-
masing produsen sampah (rumah tangga, kantor, dll).
(2).Tahap pengangkutan.
Mekanisme, sistem adan cara pengangkutan sampah untuk daerah perkotaan adalah
tanggujawab pemerintah setempat, yang didukung oleh parsipasi masyarakat produksi
sampah, khususnya dalam hal pendanaan, sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya
adalah sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan tempat
penampungan sementara (TPS) maupun Tempat Penampungan Akhir (TPA). Pada tahap ini
pengangkutan sampah ke TPA dengan menggunakan truk yang disediakan oleh dinas
kebersihan kota.
(3).Tahap pemusnahan.
Pemusnahan dan atau pengelolaan sampah ini dapat dilakukan dengan beberapa metode,
antara lain :
a. Hot Feeding (Makanan Binatang)
Yaitu Garbage atau sisa-sisa makanan yang mudah membusuk itu digunakan untuk
makanan binatang, misalkan : babi, sapi, anjing, kucing, ayam, dan sebagainya. Cara ini
boleh saja dilakukan, namun seyogyanya sisa-sisa makanan itu direbus terlebih dahulu
sebelum diberikan sebagai makanan binatang, tujuannya untuk mencegah penularan penyakit
cacing dan trichinosis ke hewan ternak. Kelemahan Hog Feeding adalah bila tidak higienis,
maka cara ini akan :
menjadi sarana berkembang-biaknya cacing Taenia Saginata dan cacing Taenia Solium
sehingga berakibat terjadinya penyakit Taeniasis.
berkembang-biaknya Trichiuris Trichiura sehingga berakibat terjadinya penyakit
Trichinosis
b. Incineration (Pembakaran)
15
inceneration merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar
sampah secara besar-besaran dengan menggunakan tungku pembakaran. Cara ini relatif
menguntungkan karena :
Volume sampah akan menurun menjadi 1/3 bagian semula.
Tidak memerlukan ruang/tanah yang luas
Tidak dipengaruhi cuaca.
Panas yang dihasilkan dapat dijadikan sumber uap
Pengolahan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan.
Kerugian dari cara membakar sampah ini adalah :
relatif mahal
dapat menimbulkan kebakaran
adanya kebisingan akibat transportasi kendaraan pengangkut sampah.
c. Landfill (Pengisi Tanah Rendah)
Yaitu membuang sampah di tanah rendah secara sembarangan dan tidak ditimbun tanah
atau lainnya. Cara ini kurang lebih sama seperti DUMPING walaupun ada sedikit perbedaan.
Bila LANDFILL itu dimaksudkan untuk mengisi atau menimbun tanah rendah, maka
DUMPING tidak dimaksudkan untuk mengisi tanah rendah.
kelebihan dari Landfill adalah mampu meninggikan tanah dengan cara yang amat mudah
serta tidak memerlukan adanya teknologi tinggi.
Kelemahan dari cara ini kira-kira sama seperti Dumping, yaitu :
mengganggu estetika
menimbulkan bau yang mengganggu masyarakat.
memudahkan terjadinya bahaya kebakaran
menjadi sarang vektor penyakit
dalam jangka lama menimbulkan leacheate yang akan merugikan kesehatan masyarakat.
d. Sanitary Landfill (Pengisi Tanah Rendah Yang Saniter)
Yaitu mengelola sampah dengan cara menimbun sampah dengan tanah selapis demi
selapis diatasnya. Dengan demikian sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak
menimbulkan bau dan tidak menjadi sarang binatang pengerat. Cara ini lebih higienis
16
dibanding cara Landfill. Sanitary lanfill adalah sistim pemusnahan sampah yang paling baik.
Cara ini relatif bermanfaat untuk meninggikan tanah, namun syarat-syarat yang diperlukan
relatif sulit, yaitu :
memerlukan wilayah yang luas
memerlukan tanah untuk menimbun
memerlukan alat-alat besar (truk, forklift, dsb).
Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai lagi, dapat dimanfaat sebagai
dapat dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran dan sebagainya.
e. Composting (Pengomposan)
Yaitu cara pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat
organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu, proses ini menghasilkan bahan
berupa kompos dan pupuk. Berikut tahap-tahan pembuatan kompos (pupuk) :
Penyortiran/pemisahan benda-benda yang tidak dapat dipakai sebagai pupuk seperti
bahan gelas, plastik, besi dan bahan lainnya yang tidak mudah membusuk.
Pemotongan/penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih misalnya sebesar
kira-kira 5 Cm.
Penyampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon (C) dan nitrogen (N) dengan
perbandingan 1 : 35.
Pemasukan sampah ke lobang/dalam tanah. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi proses
aerobik.
Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15- 21 hari dengan maksud gar terjadi proses
aerobik dan terbentuk pupuk dengan baik. Perlu diperhatikan galian tersebut jangan
sampai menjadi tempat bersarang hewan pengerat atau serangga.
f. Discharge To Sewers
Yaitu cara membuang sampah ke dalam saluran air bekas (sistim pembuangan air limbah)
yang terlebih dahulu sampah-sampah tersebut dihaluskan. Metode ini dapat efektif asalkan
sistem pembuangan air limbah memang baik. Kelemahan cara ini adalah :
Mahal biayanya (butuh alat khusus untuk menghaluskan sampah).
17
Tidak mungkin dilakukan bila sistim pembuangan air kotor buruk (secara tidak resmi
cara ini banyak dilakukan di kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan sebagainya,
namun hingga kini tidak ada sanksi yang dijatuhkan).
g. Dumping
Yaitu meletaKeluargaan sampah terhampar begitu saja diatas tanah datar, jurang atau
tempat sampah. Ini adalah cara pembuangan sampah yang amat khas untuk negara-negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia, India, Philipina, Vietnam, dan sejenisnya.
Kelemahan dari cara Dumping adalah :
menjadi tempat berkembang-biaknya vektor penyakit.
mengganggu estetika.
menimbulkan bau yang mengganggu masyarakat.
dalam jangka lama akan menghasilkan leacheate yang merugikan kesehatan masyarakat.
bila tidak dikendalikan akan mampu menimbulkan bahaya kebakaran.
Cara Dumping ini terakhir terjadi di Bandung pada tahun 2006, yaitu sampah di timbun
sembarangan karena ketidak-mampuan Pemerintah Daerah mengelola, sehingga akhirnya
muncul desakan dari pemerintah pusat agar dilakukan pengelolaan sampah secara lebih baik
lagi.
h. Dumping In Water
Yaitu sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut begitu saja. Akibatnya terjadi
pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.
i.Individual Inceneration
Yaitu pembakaran sampah yang dilakukan secara individual di rumah tangga. Kelemahan
dari cara ini adalah:
Menyebabkan kebakaran
Mengotori udara akibat CO, NO serta partikel-partikel lain-lainnya.
j. Daur Ulang (Recycling)
Yaitu pemilahan sampah sesuai keperluannya atau pengolahan kembali bagian-bagian
dari sampah yang masih dapat dipakai atau daur ulang, misalkan logam dikumpulkan sesama
18
logam, kayu sesama kayu, kertas sesama kertas, plastik sesama plastik, botol sesama botol,
kaca sesama kaca, dan sebagainya lalu dijual untuk diolah kembali atau dimanfaatkan.
Contoh :
botol minuman untuk botol minuman
tulang binatang untuk sisir rambut
kertas untuk pembungkus
kayu untuk mebel
kertas boneka, pelapis kendi
eceng gondok tas
dan sebagainya
Kelebihan cara ini adalah : mempunyai nilai positif di bidang ekonomi.
Kelemahannya adalah : berbahaya untuk kesehatan bila tidak higienis.
k. Reduction
Yaitu sampah dipotong kecil-kecil. Cara ini cukup bermanfaat. Contoh : Garbage
reduction akan menghasilkan lemak
l. Salvaging
Yaitu pemanfaatan sampah bekas yang kira-kira dapat dipakai kembali. Cara ini amat
berbahaya untuk kesehatan bila tidak memperhatikan aspek-aspek kebersihan. Contoh :
kertas bekas pembungkus makanan, sisa sayur untuk dimakan, puntung rokok untuk rokok.
IV.3.2 Alternatif Penyelesaian Masalah
Berdasarkan prioritas masalah yang dipilih oleh masyarakat RW 04 Kelurahan Sikumana
Kecamatan Maulafamaka alternatif penyelesaian masalah tersebut diantaranya :
1. Penyuluhan tentang pembuatan pupuk kompos bagi masyarakat RW 04 Kelurahan
Sikumana.
2. Kerja bakti bersama masyarakat RW 04 Kelurahan Sikumana.
19
20