ANALISIS KEBERLANGSUNGAN INDUSTRI MEUBEL EKSPOR
KAITANNYA DENGAN PEMASARAN EKSPOR
DI SURAKARTA TAHUN 2014
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
BIFFATIEN DHUHA KHATULISTIWA
E 100.090.009
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2015
ANALISIS KEBERLANGSUNGAN INDUSTRI MEUBEL EKSPOR
KAITANNYA DENGAN PEMASARAN EKSPOR
DI SURAKARTA TAHUN 2014
Biffatien Dhuha Khatulistiwa¹, Priyono², Umrotun²
¹Mahasiswa FakultasGeografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
²Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
JL. A. Yani Pabelan Kartosuro Tromol Pos I Surakarta 57162, Tlp (0271) 717417
ABSTRACT
The research title is " Analysis of Export Furniture Industry Viability related to
Export Marketing of Surakarta 2014". Background of the research is industry of furniture has
a role in development and economic development on a national scale, so keep in mind the
furniture industry viability and export marketing is good or bad. Purpose of the research is to
study was to determine the viability of the furniture industry, find out the factors that greatly
influence the viability of industrial furniture, furniture exports know marketing reach in
Surakarta.
This study used a survey method that obtained investigation to obtain the facts of the
existing symptoms and seek information from a group or region by census. Census is taking
all members of the population by interviewing the respondents to the questionnaire tool to
obtain basic data. The respondents of this study as many as 102 people. The data used
include primary data obtained from interviews and secondary data obtained from the offices
and government agencies. Data were analyzed using frequency tables, scoring techniques,
and multiple regressionto "t" test significant 0.05%.
Based on data analysis, the results showed the survival rate of the furniture industry in
Surakarta dominant exports both reached 64 employers or by 62.74%. Level of viability are
the furniture industry is shown in Kecamatan Pasar Kliwon number 2employers or by 1.96
% and the level of viability of both the furniture industry scattered in Kecamatan Laweyan,
Kecamatan Serengan, Kecamatan Jebres, and Kecamatan Banjarsari.
Production factors that most influence on the viability of the furniture industry is
labor export to the value r = 0.833 results of multiple regression analysis to make use of SPSS
and t value 3.203 > t table 2.625 results of "t" test with a significant 0.05% .
Wide range of export marketing business owners make the most of that are a export
> 7 countriesby 75 employers or by73.52% and the total volume of goods in the export of
897,661.3kg. The purpose of export countries, namely the UK, Australia, Thailand, Denmark,
Finland, Germany, Italy, Japan, Spain, USA, France, and Netherlands. The volume of goods
sold is the highest of Australia's exports amounted to 202,550.74 kg.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Keberlangsungan Industri Meubel Ekspor
Kaitannya dengan Pemasaran Ekspor Di Surakarta Tahun 2014“. Latar belakang
penelitian ini adalah industri meubel mempunyai peran dalam pembangunan dan
perkembangan ekonomi dalam skala nasional, sehingga perlu diketahui keberlangsungan
industri meubel dan pemasaran ekspor tersebut baik atau buruk. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui keberlangsungan industri meubel, mengetahui faktor-faktor produksi yang
paling berpengaruh terhadap keberlangsungan industri meubel, mengetahui jangkauan
pemasaran ekspor meubel di Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode survey yaitu penyelidikan yang diperoleh untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan dari suatu kelompok
atau daerah dengan cara sensus. Sensus adalah mengambil seluruh anggota populasi dengan
teknik wawancara terhadap responden dengan alat bantu kuisioner untuk memperoleh data
pokok. Responden penelitian ini sebanyak 102 orang. Data yang digunakan meliputi data
primer diperoleh dari hasil wawancara dan data sekunder diperoleh dari kantor dan instansi
pemerintah. Analisa data menggunakan tabel frekuensi, teknik skoring, dan regresi ganda
dengan uji ”t” signifikann 0,05%.
Berdasarkan analisa data, hasil penelitian menunjukkan tingkat keberlangsungan
industri meubel ekspor di Surakarta dominan baik mencapai 64 pengusaha atau sebesar
62,74%. Tingkat keberlangsungan sedang pada industri meubel ditunjukkan pada Kecamatan
Pasar Kliwon sejumlah 2 pengusaha atau sebesar 100% dan tingkat keberlangsungan baik
pada industri muebel tersebar di Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan
Jebres, dan Kecamatan Banjarsari.
Faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap keberlangsungan industri meubel
ekspor adalah tenaga kerja dengan nilai r = 0,833 hasil dari analisis regresi ganda dengan
menggunaka SPSS dan nilai t hitung 3,203 > t tabel 2,625 hasil dari uji ”t” dengan signifikan
0,05%.
Luas jangkauan pemasaran ekspor yang dilakukan pengusaha sebagian besar yaitu
wilayah ekspor >7 negara sebanyak 75 pengusaha atau sebesar 73,52% dan jumlah volume
barang yang di ekspor sebanyak 1.108.298 kg. Tujuan negara ekspor yaitu Inggris, Australia,
Thailand, Denmark, Firlandia, Jerman, Italy, Jepang,, Spanyol , Amerika, Prancis, Belanda.
1. Pendahuluan
Usaha meubel dapat terlaksana
karena didukung oleh faktor-faktor
produksi yang merupakan faktor input dari
keempat faktor produksi (bahan baku,
tenaga kerja, modal,dan pemasaran) yang
merupakan input dalam usaha industri
meubel adalah bahan baku dan modal.
Adapun output berupa barang jadi atau
setengah jadi atau mentah belum dilakukan
finishing. Output merupakan hasil dari
industri meubel memerlukan pemasaran
guna menyalurkan produksi dan
pemasaran ini harus di dukung oleh sarana
transportasi.
Usaha meubel merupakan budaya
turun temurun. Sentra industri mebel kayu
berkembang salah satunya di Kota
Surakarta. Kota Surakarta secara geografis
berada pada jalur strategis lalu lintas
ekonomi perdagangan maupun
kepariwisataan di antara Jogyakarta - Solo
(Surakarta) - Semarang (Joglo Semar) -
Surabaya – Bali. Luas wilayah Surakarta
yaitu .404,06 ha. Secara regional Surakarta
terletak pada 6 wilayah yang dikenal nama
Kawasan Soloraya atau
SUBOSUKAWONOSRATEN yaitu
Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,
Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan
Klaten. Ada beberapa industri meubel di
Surakarta, dan dapat dilihat tabel dibawah
ini :
Tabel 1 Perusahaan Industri Meubel di
Surakarta
No Kecamatan Jumlah industri
Meubel
1 Laweyan 68
2 Serengan 41
3 Pasar Kliwon 15
4 Jebres 66
5 Banjarsari 165
Jumlah 356 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Surakarta, 2012
Data ini merupakan jumlah perusahaan
meubel di Surakarta yang melakukan
pemasaran ekspor.
Terdapat juga organisasi ASMINDO
yang berkegiatan untuk membantu
pengusaha meubel dalam hal
pemasarannya baik dalam negeri ataupun
luar negeri dengan salah satu caranya yaitu
pameran meubel.
Dua tahun terakhir industri meubel
merupakan industri yang melakukan
pemasaran ekspor tertinggi dibanding
dengan industri lain di Surakarta. Data
mengenai jumlah produk yang dipasarkan
ekspor dapat dilihat pada tabel 2 sebagai
berikut :
Tabel 2 Tabel Realisasi Ekspor Kota Surakarta Menurut Komoditinya Pada
Tahun 2010 dan 2011
No Komoditi Tahun 2010 Tahun 2011
Volume (kg) Nilai (Milyar) Volume (kg) Nilai (Milyar)
1 Batik 555.114,22 101,9617312 1.434.591,68 28,2743555
2 Besi cor untuk
paying 30.191,50 0,6152371 - -
3 Kantong plastic 791.319,90 12,6415861 1.751.033,15 28,4389684
4 Kartu ucapan 349.879,50 15,6933264 187.908,20 9,685387
5 Karung plastik 589.699,85 11,5512356 271.398,94 7,1129462
6 Meubel 4.344.354,1 82,607714 3.415.118,3 94,396259
7 Kerajinan dari
batu - - 44.456,00 2,72085
8 Kerajinan dari
besi 4.835,50 0,1 384441 - -
9 Kerajinan dari
kaca 6.394,50 0,09553 1.180,00 0,02819,66
10 Kerajinan rotan 3.121,00 0,0450095 5.550,53 0,132489
11 Keramik 112.659,50 5 6.768,03 8 1.160,00 0,9048282
12 Patung batu - - 63.652,20 0,6824608
13 Payung taman - - 1 17,00 0,0099
14 Perabotan
rumah tangga
dari batu
654.808,00 3,4790286 336.425,41 1,4734872
15 Peralatan
kantor 217.540,20 5,9444441 22.271,60 0,7917108
16 Rempah-
rempah 1 52,00 0,124 - -
17 Tas belanja
dari kertas 233.971,00 6,9217396 2.079,00 0,581973
18 Tekstil dan
produk tekstil 1.946.488,30 260,1001561 1.676.032,16 266,001973
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011
Permasalahan penelitian ini adalah
produksi meubel di Surakarta khususnya
ekspor selama 5 tahun mengalami
kenaikan dan penurunan, tepatnya 2012
terletak pada jumlah terendah. Data
mengenai pemasaran ekspor dapat dilihat
pada tabel 3 yaitu sebagai berikut
Tabel 3 Perkembangan Ekspor Meubel di Surakarta Tahun 2008 sampai 2012
No Tahun Volume
(kg)
Perkembangan Nilai
(Milyar)
Perkembangan
(kg) (%) (Milyar) (%)
1 2008 4.490.027,20 0 0 95,563709 0 0
2 2009 3.208.451,9 -1.281.575,3 - 28,54 76,192345 -19,371364 - 20,27
3 2010 4.344.354,1 1.135.902,2 + 35,40 82,607714 6,415369 + 8,41
4 2011 3.415.118,3 -929.235,8 - 21,38 94,396259 11,788545 + 14,27
5 2012 1.400.254,6 -2.014.863,7 - 58,99 36,361176 -58,035083 - 61,48 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2012 Ket : (+) = naik , (-) = turun
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode survey dengan cara sensus, data
yang diperoleh menggunakan kuisioner
sebagai alat bantu untuk mengumpulkan
data yang pokok (Hadi Sabari Yunus,
2009) tahap-tahap yang diambil penelitian
ini adalah sebagai berikut :
2.1 Pemilihan Lokasi
Surakarta karena wilayah ini
merupakan daerah yang mempunyai
potensi untuk industri meubel.
2.1.1 Pengumpulan Data
Data yang digunakan atau
dikumpulkan meliputi data primer dan
sekunder :
1.Data primer diperoleh dari wawancara
langsung dilapangan terhadap responden
dan dengan manfaat untuk mengetahui
karakteristik pengusaha meubel di daerah
penelitian. Nama dan alamat
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Jumlah anggota keluarga
5. Lama berusaha
2.Data sekunder diperoleh dari catatan
atau laporan yang terdapat pada instansi
yang berkaitan dengan meliputi :
a. Peta lokasi daerah penelitian.
b. Kota Surakarta Dalam Angka
c. Data dari Dinas Perindustrian Kota
Surakarta
2.1.2 Penentuan Responden
Pemilihan responden dilakukan
dengan menggunakan metode sensus, yaitu
dengan cara pengambilan data dari seluruh
populasi yang ada secara menyeluruh.
Tabel 5. Penentuan Jumlah Pengusaha
Industri Meubel Ekspor di Kota
Surakarta
No Kecamatan Jumlah industri
1 Laweyan 33
2 Serengan 11
3 Pasar Kliwon 2
4 Jebres 19
5 Banjarsari 37
Jumlah 102
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Surakarta, 2012
2.1.3 Pengolahan data dan Analisis
data
2.1.3.1 Pengolahan Data
Analisa data menggunakan tabel
frekuensi, skoring, dan regresi ganda.
tabel frekuensi digunakan untuk
munjukkan faktor – faktor produksi yang
mempengaruhi keberlangsungan usaha
industri meubel, untuk menyatakan
tingkat keberlangsungan usaha industri
meubel menggunakan teknik
skoring,.Teknik skoring dari masing-
masing variabel dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Jumlah produksi
Jumlah produksi yang diklasifikasikan
dengan interval 3 kelas dengan rumus
sebagai berikut :
𝑅 = 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝐾
Keterangan :
R = Rentangan
K = Jumlah Kelas
b. Luas jangkauan pemasaran
Luas jangkauan pemasaran meliputi
daerah tujuan pemasaran dan volume
penjualan. Jangkauan pemasaran di skor
menurut jauh dekatnya tujuan pemasaran
yang diklasifikasikan menjadi ekspor <3
negara, ekspor 4-6 negara, ekspor >7
negara. sedangkan volume penjualan
berdasarkan tinggi rendahnya barang yang
terjual. Untuk mengukur volume barang
yang terjual dari hasil produksi
diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu
rendah, sedang, tinggi. sedangkan rumus
yang digunakan sama dengan rumus
klafikasi jumlah produksi.
2.1.4 Analisis Data
a. Analisis geografi
Analisis geografi penelitian ini
menggunakan pendekatan keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan cara
berfikir dan memandang suatu obyek
dalam konteks keruangan yang
menekankan pada distribusi dalam ruang
atau letak suatu obyek dalam ruang.
Pendekatan geografi sebagai kajian
analisis dalam penelitian ini dengan data
luas jangkauan pemasaran ekspor (daerah
tujuan ekspor dan volume barang yang
terjual) dengan cara metode deskriptif dan
disajikan dalam bentuk peta luas
pemasaran ekspor.
b. Tabel Frekuensi
Tabel frekuensi digunakan untuk
menunjukkan faktor-faktor produksi
meubel di Kota Surakarta.
c. Skoring
Skoring digunakan dengan cara
menggabungkan skor jumlah produksi dan
luas pemasaran ekspor. Klasifikasi tingkat
keberlangsungan industri dibagi menjadi 3
klas yautu buruk, sedang, baik dengan
rumus sebagai berikut.
𝑅 = 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝐾
Keterangan :
R = Rentangan
K = Jumlah Kelas
Jumlah produksi dan jangkauan
pemasaran diklasifikasikan ke dalam tiga
klas yaitu meliputi keberlangsungan buruk,
sedang, atau baik dengan rumus seperti
diatas. Semakin besar nilai skor yang
diperoleh menunjukkan semakin baik
tingkat keberlangsungan usahanya.
Sebaliknya bila nilai skor yang diperoleh
hanya sedikit menunjukkan tingkat
keberlangsungannya buruk.
d. Analisis Regresi Ganda
Analisis regresi ganda digunakan
untuk mengetahui faktor produksi yang
paling dominan yang berpengaruh
terhadap keberlangsungan industri meubel
(modal, bahan baku, tenaga kerja).
Analisis ini dikerjakan dengan bantuan
program SPSS serta dilakukan dengan
nilai uji “t” dengan signifikasi 0,005
(0,05%). Sedangkan untuk memprediksi
keberlangsungan produksi dan jangkauan
pemasaran ekspor menggunakan statistik
regresi ganda dengan persamaan sebagai
berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ……bnXn
Keterangan :
Y = variabel tidak bebas
(dependent variable)
X1…n = variabel bebas
(independent variable)
a = bilangan konstan
b1…n = koefisien regresi
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Tingkat Keberlangsungan Industri
Meubel Di Surakarta
Berdasarkan pada tabel tingkat
keberlangsungan industri meubel di
daerah penelitian ada 102 responden yang
tersebar di 5 lokasi kecamatan yaitu,
Kecamatan Laweyan, Kecamatan
Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon,
Kecamatan Jebres, dan Kecamatan
Banjarsari. Dapat dijelaskan bahwa 7
pengusaha atau sebesar 6,86% tingkat
keberlangsungan industri meubel buruk,
kemudian 3 pengusaha atau 2,94% tingak
keberlangsungan industri meubel sedang,
dan 64 pengusaha atau sebesar 62,74%
tingkat keberlangsungan industri meubel
baik, sehingga dapat dinyatakan bahwa
tingkat keberlangsungan industri meubel
di Surakarta sebagian besar baik.
3.2 Faktor – Faktor Produksi yang
Paling Berpengaruh Terhadap
Keberlangsungan Industri Meubel Di
Surakarta.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pada industri meubel di daerah penelitian
ini adalah bahan baku, modal, tenaga
kerja, dan pemasaran. Untuk mengetahui
faktor yang paling berpengaruh dari
independent variabel dan faktor
keberlangsungan industri (X) terhadap
variabel dependent jumlah produksi (Y)
dilakukan dengan nilai uji “t” dengan
pertimbangan data yang digunakan data
primer dari hasil survey di lapangan
dengan n =102, lihat lampiran 8. Besarnya
nilai “t”tabel dicari berdasarkan jumlah df
pembilang 4 dan df penyebut 102 yaitu
sebesar 2,576.
Dengan demikian variabel modal,
bahan baku, tenaga kerja berpengaruh
secara signifikan terhadap jumlah
produksi, tetepi variabel jangkauan
pemasaran tidak terlalu signifikan atau
tidak terlalu berpengaruh terhadap
jangkauan pemasaran. Kemudian variabel
tenaga kerja paling mempengaruhi
terhadap jumlah produksi karena t hitung
mendekati dengan nilai t tabel atau 3,203
mendekati dengan nilai 2,625.
Nilai korelasi yaitu nilai r 8,33 hal
tersebut mempunyai hubungan di banding
variabel lainnya. Sehingga dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa faktor
yang paling berpengaruh terhadap
produksi industri meubel adalah faktor
tenaga kerja.
3.3 Faktor yang Mempengaruhi
Pemasaran Ekspor Meubel di
Surakarta Tahun 2014
Faktor modal, bahan baku, tenaga
kerja, jumlah produksi, dan volume barang
yang terjual tidak mempengaruhi secara
signifikan terhdap jangkauan pemasaran
ekspor, tetapi faktor yang paling
berpengaruh terhadap jangkauan
pemasaran eskpor adalah faktor jumlah
produksi dilihat dengan bahwa nilai t
hitung variabel modal, bahan baku, tenaga
kerja, jumlah produksi, dan volume barang
yang terjual lebih kecil daripada t tabel
yaitu (0.554 <0,935 <0,001 <0,533 <0,888
<2,625).
3.4 Jangkauan Pemasaran Ekspor
Meubel Di Surakarta Tahun 2014
Volume barang yang di ekspor
lebih sedikit dengan volume barang yang
terjual. Jumlah volume barang yang di
ekspor pada tahun 2014 sebesar
1.222.784,69 kg, dimana lebih sedikit
jumlahnya dibanding dengan tahun
sebelumnya yaitu tahun data terakhir tahun
2012 sebesar 1.400.254,6 kg dan sisa
volume barang yang terjual selain ekspor
dipasarkan di wilayah dalam kota dan luar
kota sebesar 245.375,69 kg. Adapun data
mengenai tingkat volume barang yang di
ekspor yaitu sebagai beriku.
Tabel 5.3 Tingkat Volume Barang yang di Ekspor pada Industri Meubel
Di Surakarta Tahun 2014
No Tingkat volume
barang ekspor
Lokasi Industri
Laweyan Serengan Pasar
Kliwon Jebres Banjarsari Total
F % F % F % F % F % F %
1 Buruk 17 16,66 5 4,90 1 0,98 7 6,86 24 23,52 54 52,94
2 Sedang 14 13,72 4 3,92 0 0 11 10,78 12 11,76 41 40,19
3 Baik 2 1,96 2 1,96 1 0,98 1 0,98 1 0,98 7 6,86
Jumlah 33 32,35 11 10,78 2 1,96 19 18,62 37 36,27 102 100
Sumber : Data Primer, 2014
Dari data diatas menunjukkan bahwa
sebagian besar pengusaha industri meubel
mempunyai tingkat volume barang yang
terjual ekspor yang rendah yaitu sebanyak
54 pengusaha atau sebesar 52,94%, dan
sebagian besar pengusaha tersebut berada
di Kecamatan Banjarsari.
4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Jumlah pengusaha meubel di Surakarta
terdapat 102 pengusaha dengan tingkat
keberlangsungan industri baik sejumlah 64
pengusaha atau sebesar 62,74%, tingkat
keberlangsungan sedang sejumlah 3
pengusaha atau sebesar 2,94%, dan tingkat
keberlangsungan buruk sejumlah 7
pengusaha atau sebesar 6,86%.
Faktor – faktor produksi yang paling
berpengaruh terhadap keberlangsungan
industri meubel adalah tenaga kerja
dengan nilai r = 0,833 dan nilai t hitung
3,203 > t tabel 2,625.
Faktor yang paling berpengaruh
terhadap jangkauan pemasaran ekspor
adalah jumlah produksi dengan nilai r =
0,997 walaupun dengan uji “t” nilai t
hitung 0,533 < dari t tabel 2,625.
Jumlah volume barang yang terjual
tidak pasti dipasarkan ekspor tetapi juga
dipasakan di dalam negeri juga tetapi
kapasitas jumlah barang yang dijual dalam
negeri lebih sedikit yaitu 245.375,59 kg
dan barang yang dipasarkan ekspor
sejumlah 1.222.784,69 kg.
Daerah tujuan ekspor dan volume
barang yang terjual ekspor diklasifikasikan
menjadi 3 klas. Klasifikasi tinggi yaitu
Australia sebesar 202.550,74 kg, Jepang
sebesar 152.348,03 kg, Belanda sebesar
153.756,6 kg. Klasifikasi sedang yaitu
Inggris sebesar 102.398,38 kg, Jerman
sebesar 135.274,2kg, Italy sebesar
120.577,22 kg, Spanyol sebesar
105.572,23 kg, Prancis sebesar 131.391,19
kg. Klasifikasi rendah yaitu Thailand
sebesar 62.659,19 kg, Denmark sebesar
17.513,36 kg, Firlandia sebesar 8.689 kg,
Amerika 30.054,55kg.
4.2 Saran
Industri meubel di Surakarta
merupakan industri turun menurun dengan
mengikuti perkembangan jaman, dimana
industri meubel mempunyai peran dalam
pertumbuhan ekonomi di Surakarta,
sehingga penulis sarannkan untuk lebih
memperhatikan perkembangan dan
keberlangsungan industri tersebut terutama
industri-industri meubel yang masih
termasuk dalam lingkup industri kecil.
Penyediaan tenaga kerja dan
pengetahuan untuk tenaga kerja dalam
pembuatan meubel ini, dimana kreatifitas
dan pengalaman dalam kerajinan meubel
sangat penting dibutuhkan dalam proses
atau pembuatan barang meubel yang di
inginkan kosumen karena konsumen juga
mengikuti dengan model perkembangan
jaman. Tenaga kerja meruoakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap
keberlangsungan industri meubel sehingga
patut untuk diperhatikan dalam pemberian
ilmu dan kreatifitas kerajinan.
Ditingkatkannya promosi-promosi
produk meubel dengan cara mengikuti
pameran galeri di berbagai tempat,
pengadaan organisasi dimana hal tersebut
dapat menjadi wadah para pengusaha
saling bersaing, memberi masukan, dan
memasarkan produknya ke konsumen luar
negeri. Pengetahuan dalam menggunakan
pemasaran online juga sangat penting
dalam perkembangan jangkauan
pemasaran meubel ekspor sehingga
pengusaha diwajibkan dapat menggunakan
atau mengakses internet untuk
memasarkan meubel langsung ke
konsumen dengan cara online.
Perlunya bantuan pemerintah atau
swasta untuk mencari peluang pekerjaan
dan peluang berusaha agar semakin
berkembang produk-produk dalam negeri
dapat dipasarkan ke luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik, 2010. Surakarta Dalam angka 2010 , Surakarta .
Biro Pusat Statistik, 2011. Surakarta Dalam angka 2011 , Surakarta .
Dinas Perindustrian dan Perdagangan,2012. DaftarUsaha dan Penyerapan
Tenaga Kerja Kota Surakarta . Diperindag ,Surakarta .
Lathifah, Dian Nur, 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi
Adaptasi Promosi Ekspor Bagi Peningkatan Kinerja Pemasaran Ekspor,
Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajement : Universitas
Diponegoro
Lee, Chol dan David A. Griffith. 2004. The Marketing Strategy-Performance
Relationship in an Export-Driven Developing Economy. International
Marketing Review
Sandy, I Made. 1985. Republik Indonesia geografi Regional. Jakarta: Puri
Margasari .
Simanjuntak, J.Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Jakarta: FE UI
Sumarsono, Sony. 2003. Ekonomi Manajement SDM, ketenagakerjaan.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Triyono. 2006. Keberlangsungan Usaha Industri Kerajinan Tembaga di
Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Tahun 2007 : Universitas
Muhammadiyah Suarakarta
Yunus , Hadi Sabari. 2009. Metodologi Penelitian Wilayah Kontenporer.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Top Related