ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI DAN PENDAPATAN BUDIDAYA TAMBAK
UDANG VANAME DI KECAMATAN PASEKAN
KABUPATEN INDRAMAYU
YUNI KRISTINA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang
Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Yuni Kristina
NIM H44090001
ABSTRAK
YUNI KRISTINA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan
Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten
Indramayu. Dibimbing oleh NOVINDRA.
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu udang yang
banyak dibudidayakan di Indonesia. Udang merupakan komoditas ekspor utama
produk perikanan Indonesia. Udang vaname di Indonesia dibudidayakan secara
intensif dan tradisional. Salah satu kawasan Indonesia penghasil udang vaname
adalah Kabupaten Indramayu. Di Kecamatan Pasekan udang vaname banyak
dibudidayakan secara tradisional. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-
faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi budidaya tambak udang
vaname secara tradisional dan menganalisis perbandingan pendapatan budidaya
udang vaname berdasarkan sumber modal, yaitu modal sendiri dan modal
pinjaman dari tengkulak. Berdasarkan hasil estimasi faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap produksi budidaya udang vaname(kg/Ha/musim tanam)
adalah pakan (kg/Ha/musim tanam), solar (liter/Ha/musim tanam), dan periode
pemeliharaan (hari/musim tanam). Berdasarkan analisis pendapatan didapatkan
nilai R/C rasio > 1 untuk semua pembudidaya, baik pembudidaya dengan modal
sendiri maupun pembudidaya peminjaman kepada tengkulak. R/C rasio
pembudidaya modal sendiri lebih kecil jika dibanding pembudidaya dengan modal
pinjaman dari tengkulak, sehingga pembudidaya modal pinjaman lebih efisien.
Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan produksi udang vaname,
pembudidaya udang vaname dapat menambah pengunaan pakan, solar dan
lamanya pemeliharaan udang vaname. Sesuai dengan program Dinas Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Indramayu mengenai penyuluhan, pengarahan mengenai
penambahan pengunaan pakan, solar, dan pemeliharaan dalam usaha budidaya
udang vaname dapat dilakukan secara intensif. Kerjasama antara penyuluh dari
dinas perikanan dengan tengkulak dalam hal pengunaan input produksi dapat
dilakukan untuk meningkatkan produksi udang vaname ditingkat pembudidaya.
Kata kunci: analisis pendapatan (R/C), faktor produksi, tambak tradisional, udang
vaname
ABSTRACT
YUNI KRISTINA. Analysis of the Factors that Influence the Production and
Income of Vannamei Shrimp Fishpond in Pasekan Subdistrict, Indramayu
Regency. Supervised NOVINDRA.
Vannamei Shrimp (Litopeanus vannamei) is one of shrimp variety that
cultivated in Indonesia. Shrimp is the main export commodity of fishery
production in Indonesia. In this country, Vannamei Shrimp is cultivated
intensively and traditionally. One of productive regional that yields Vannamei
Shrimp is in Indramayu Regency. In one of Subdistrict of Indramayu, Pasekan,
Vannamei Shrimp are most traditionally cultivated. The aims of this research are
the production factors that have influences toward Vannamei Shrimp fishpond’s
production and to analyze the ratio of Vannamei Shrimp fishpond’s income based
on the capital finance sources, theyare personal capital finance and capital
finance that debt from middleman. Based on the double linier regretion estimate,
the factor that influence Vannamei Shrimp fishpond’s production are feed
(kilograms), fuel (liter), and the period of cultivation (days). According to the
income analysis, in found that the value of R/C ratio > 1 for all cultivations,
either of cultivation by personal capital finance or cultivation by personal capital
finance or cultivation whit financial source by lending from middleman. The R/C
ratio value of farmers who cultivate shrimp by their one capital finance are
smaller than farmers who get their capital finance fram middleman. It means that
farmwe who use financial from middleman are more afficient. Based on the
results of research, to increase production Vannamei Shrimp, increase the use of
feed vaname, solar and duration of maintenance Vannamei Shrimp. In
accordance with the Department of Fisheries and Marine programs Indramayu
Regency regarding counseling, guidance regarding the use of the addition of feed,
fuel, and period of cultivation in Vannamei Shrimp can be intensively.
Cooperation between the Department of Fisheries and Marine programs
Indramayu District to middleman in terms of the use of production inputs can be
done to increase the production level Vannamei Shrimp cultivators.
Keyword: income analysis, production factor, traditionally fishpond, Vannamei
Shrim
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI DAN PENDAPATAN BUDIDAYA TAMBAK
UDANG VANAME DI KECAMATAN PASEKAN
KABUPATEN INDRAMAYU
YUNI KRISTINA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan
Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan
Pasekan Kabupaten Indramayu
Nama : Yuni Kristina
NIM : H44090001
Disetujui oleh
Novindra, S.P., M.Si
Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T.
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena hanya
berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak
Udang Vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu” dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan baik bantuan dan dukungannya kepada:
1. Keluarga tercinta atas doa, dukungan, dan kasih saying selama ini, untuk
Mamak (Yustina Rustiyem), Bapak (Robertus Bejo), Mas Yulius Minarso,
dan Mbak Tabitha Dwi Parwati.
2. Bapak Novindra, SP., M.si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan semangat, motivasi, dan pengarahan
kepada penulis.
3. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Nuva, SP, M.Sc atas ketersedian
menjadi dosen penguji, terima kasih atas kritik dan sarannya.
4. Bapak Benny Osta Nababan S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik,
seluruh dosen, dan staf di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan.
5. Ibu Tosiba, Mbak Fenta, dan Pak Ari, dari Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Indramayu. Bapak dan Ibu pembudidaya tambak udang di Desa
Karanganyar dan Desa Pagirikan atas ketersediaan waktu dan informasinya,
terutama kepada Pak Idris dan sekeluarga yang telah banyak membantu
penulis dalam proses pengambilan data dan tempat tinggal selama
pengambilan data di lokasi penelitian.
6. Teman-teman satu bimbingan, buat Naelis, Rere, Fitri, Intan, Astari, Alfi,
Reina, Diena, dan Anggi.
7. Embet, Putri, Laila, Cimi, Sarah, Nissa, Chara dan temen-teman ESL 46
lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas
kebersamaanya dan dukungannya selama ini. Teman-teman di KeMaKI
terima kasih buat Amel, Eta, Vinsen, Wiwik dan teman-teman lainnya
khususnya KeMaKI 46.
8. Penghuni Pondok Emperor 103, terutama kepada Ibu Kost (Uti dan Mbak
Eni), Evi, Tata, dan Firaz, terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya
selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, terima kasih.
Bogor, Mei 2014
Yuni Kristina
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8
2.1. Udang Vaname ................................................................................... 8
2.2. Usaha Budidaya Tambak .................................................................... 10
2.2.1. Penetapan Lokasi Tambak ........................................................ 11
2.2.2. Kontruksi Tambak .................................................................... 11
2.2.3. Persiapan Tambak..................................................................... 12
2.3. Budidaya Tambak Udang Vaname Tradisional .................................. 12
2.4. Input Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname ............................ 13
2.5. Tinjauan Kebijakan Pemerintah Mengenai Peningkatan Produksi
Udang ................................................................................................. 13
2.6. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 14
III. KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................................... 19
3.1. Kerangka PemikiranTeoritis ............................................................... 19
3.1.1. Konsep Usaha Fungsi Produksi ................................................ 19
3.1.2. Konsep Usahatani ..................................................................... 20
3.1.2.1. Biaya Usahatani ........................................................... 21
3.1.2.2. Konsep Pendapatan Usahatani ..................................... 21
3.1.2.3. Konsep Pengukuran Keuntungan dengan Revenue Cost
Ratio (R/C) .................................................................. 21
3.2.Kerangka Pemikiran Oprasional .......................................................... 22
IV. METODE PENELITIAN .......................................................................... 24
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 24
4.2. Jenisd an Sumber Data........................................................................ 24
4.3. Metode Pengambilan Sample ............................................................. 24
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 25
4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Produksi
Budidaya Tambak Udang Vaname ........................................... 25
4.4.1.1. Spesifikasi Model ......................................................... 26
4.4.1.2. Tahapan Pengujian Model............................................ 26
4.4.2. Analisis Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di
Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan .................................... 32
V. GAMBAR UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................... 35
5.1. Keadan Geografis Lokasi Penelitian .................................................. 35
5.2. Kependudukan Lokasi Penelitian ....................................................... 35
5.3. Potensi Perikanan di Kecamatan Pasekan .......................................... 36
5.4. Karakteristik Responden Tambak Udang Vaname di Desa
Karanganyar dan Desa Pagirikan ....................................................... 36
5.4.1. Jenis Kelamin ........................................................................... 36
5.4.2. Tingkat Umur ........................................................................... 37
5.4.3. Tingkat Pendidikan .................................................................. 37
5.4.4. Jenis Pekerjaan ......................................................................... 38
5.4.5. Luas Tambak ............................................................................ 38
5.4.6. Kepemilikan Lahan Tambak .................................................... 39
5.4.7. Pengalaman Menambak ........................................................... 39
5.4.8. Modal Usaha ............................................................................ 40
5.5. Kondisi Budidaya Tambak Udang Vaname di Lokasi Penelitian ...... 40
5.5.1. Sistem Budidaya ...................................................................... 41
5.5.2. Sistem Pemeliharaan Udang Vaname ...................................... 41
VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
BUDIDAYA TAMBAK UDANG VANAME ......................................... 44
6.1. Uji Ekonomi ....................................................................................... 44
6.2. Uji Statistika ....................................................................................... 47
6.3. Uji Ekonometrika ............................................................................... 47
VII. ANALISIS PENDAPATAN BUDIDAYA UDANG VANAME MODAL
SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN ............................................ 49
7.1. Analisis Biaya Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname .............. 50
7.2. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname dan
R/C Rasio ........................................................................................ 52
VIII. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 56
8.1. Simpulan .......................................................................................... 56
8.2. Saran ................................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 58
LAMPIRAN ....................................................................................................... 61
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 70
DAFTAR TABEL
1 Nilai Ekspor Komoditi Perikanan Menurut Komoditi Utama tahun 2007-
2011 (1 000 US$)........................................................... ......................... 1
2 Produksi Tambak Udang Indonesia Menurut Varietas Tahun 2000-2010
(Ton) ......................................................................................................... 3
3 ProduksiBudidayaTambakUdangVaname di Indonesia Menurut
PropinsiTahun 2011 ................................................................................... 3
4 Produksi Tambak Udang Indonesia Menurut Varietas Tahun 2000-2010
(Ton) .......................................................................................................... 4
5 Tambak Budidaya di Kabupaten Indramayu Tahun 2011 ......................... 4
6 Perkembangan Produksi Udang Budidaya Tambak di Jawa Barat Tahun
2006-2011 (Ton) ....................................................................................... 9
7 Produksi Perikanan di Jawa Barat Menurut Jenis Budidaya Tahun 2008-
2011 (Ton) ................................................................................................. 10
8 Tinjaun Pustaka Penelitian Terdahulu, Persamaan dan Perbedaan dengan
Penelitian yang akan dilakukan ................................................................. 18
9 Matriks Analisis Data ................................................................................ 25
10 Jenis Kelamin Responden Pembudidaya Tambak Udang Vaname di Lokasi Penelitian ...................................................................................... 37
11 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Umur di Lokasi
Penelitian ................................................................................................... 37
12 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Tingkat
Pendidikan di Lokasi Penelitian ................................................................ 38
13 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Jenis Pekerjaan
Utama di Lokasi Penelitian ........................................................................ 38
14 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Luas Lahan di
Lokasi Penelitian ....................................................................................... 39
15 Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Kepemilikan
Lahan Lokasi Penelitian ............................................................................ 39
16 Sebaran Pembudidaya Menurut Pengalaman Bertambak di Lokasi
Penelitian ................................................................................................... 40
17 Sebaran Pembudidaya Udang Vaname Berdasarkan Modal Usaha di
Lokasi Penelitian ....................................................................................... 40
18 Hasil Estimasi Model Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname ......... 44
19 Pengunaan Input dan Output Produksi Pembudidaya Modal Sendiri dan
Modal Pinjaman......................................................................................... 49
20 Perbandingan Harga Input Produksi ......................................................... 50
21 Perbandingan Total Biaya Budidaya UdangVaname/Hektar/Musim
Tanam ........................................................................................................ 51
22 Perhitungan Penerimaan, Pendapatan Rata-Rata dan R/C Rasio Usaha
Budidaya Tambak Udang dan Ikan Bandeng ........................................... 52
23 Perbandingan Pendapatan Masing-Masing Jenis Budidaya/Hektar/bulan. 53
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................. 23
DAFTAR LAMPIRAN
1 Pendapatan Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) 2007-2011 ........................................... 63
2 Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (ANOVAb) ........ 64
3 Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang (Model Summary) ............ 64
4 Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (Coefficients) ..... 64
5 Hasil Estimasi dalam Model Udang Produksi Vaname (One-Sample
Kolmogrov-Smirnov Test) ........................................................................ 65
6 Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (Model Summary
abs_res) ..................................................................................................... 65
7 Uji Heteroskedastisitas untuk Model Produksi Budidaya Tambak Udang
Vaname (Coefficientsa) ............................................................................. 65
8 Karekteristik Responden Pembudidaya Udang Vaname .......................... 66
9 Penggunaan Input dan Output Produksi Udang Vaname .......................... 67
10 Penerimaan dan Biaya Pembudidaya Modal Sendiri (Rp/Ha/Musim) ..... 68
11 Penerimaan dan Biaya Pembudidaya Modal Pinjaman kepada Tengkulak
(Rp/Ha/Musim) ......................................................................................... 69
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai potensi yang sangat besar
dalam hal pengembangan industri perikanan baik untuk tujuan ekspor maupun
untuk memenuhi gizi nasional. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2012, salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap sektor pertanian adalah subsektor perikanan. Pada tahun 2011
sumbangan subsektor perikanan sebesar 2.19%, dibawah subsektor tanaman
pangan dan hortikultura (6.22%) dan mengungguli subsektor kehutanan (0.70%),
peternakan (1.62%), dan perkebunan (1.98%).
Udang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia di sektor perikanan.
Untuk nilai ekspor produk perikanan sendiri udang menyumbang angka terbesar.
Pada Tabel 1 dapat dilihat tahun 2006-2011 rata-rata kontribusi nilai ekspor udang
Indonesia menunjukan nilai yang terbesar dibandingkan produk ekspor perikanan
lainnya, yaitu sebesar 40.74%.
Tabel 1. Nilai Ekspor Komoditi Perikanan Menurut Komoditi Utama Tahun
2007-2011 (1 000 US$)
Komoditi Tahun Rata-Rata
Kontribusi
(%) 2007 2008 2009 2010 2011
Udang 1 029 935 1 165 293 1 007 481 1 056 399 1 309 674 40.74
Tuna,
Cakalang
Tongkol
304 348 347 189 352 300 383 230 498 591 13.63
Ikan
Lainnya 568 420 734 392 723 523 898 039 1 100 576
28.86
Kepiting 179 189 214 319 156 993 208 424 262 321 7.39
Lainnya 177 028 238 490 225 904 317 738 349 930 9.37
Total 2 258 920 2 699 683 2 466 201 2 863 830 3 521 092 100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (2012)
Menurut data statistik konsumsi ikan penduduk Indonesia terus mengalami
peningkatan. Tahun 2006 konsumsi ikan per kapita per tahun penduduk Indonesia
adalah 25.03 kg dan tahun 2011 konsumsi ikan per kapita per tahun 31.64 kg.
Konsumsi ikan termasuk didalamnya udang, jadi peluang pasar untuk udang
cukup menjanjikan (BPS, 2012).
2
Indonesia menempati posisi keempat di dunia berada di bawah China,
Thailand, dan Vietnam sebagai negara yang terbanyak dalam hal produksi
komoditas udang. Produksi udang China pada 2010 diperkirakan sebanyak 1.3
juta ton, Thailand 560 ribu ton, dan Vietnam 370 ribu ton dan Indonesia sebesar
350 ribu ton. Indonesia pada 2008 pernah mencapai ranking tiga dunia dengan
produksi udang 410 ribu ton dan total ekspor mengalami kenaikan hingga 21%.
Indonesia telah berupaya meningkatkan jumlah ekspor dengan membuka peluang
komoditas tersebut ke sejumlah negara sasaran baru antara lain Rusia, Arab Saudi,
dan Kanada (Okezone.com, 2011).
Udang dihasilkan dari kegiatan penangkapan dan budidaya, pada kurun
waktu 2000-2004, produksi dari kegiatan penangkapan meningkat sebesar 7% dan
budidaya dari budidaya meningkat 28%, dengan demikian produksi udang dari
kegiatan budidaya semakin besar peranannya. Beberapa upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan produksi udang antara lain melalui ekstensifikasi usaha
budidaya udang pada lahan baru yang berpotensial, revitalisasi tambak yang
terbengkalai, dan melakukan pembudidayaan udang jenis unggul, yaitu jenis
udang yang mempunyai peluang keberhasilan tinggi dengan masa pemeliharaan
yang relatif pendek. Selain bertujuan meningkatkan produksi, revitalisasi tambak
juga bertujuan untuk membangkitkan usaha budidaya tambak, memanfaatkan
lahan tambak yang terbengkalai dan membuka lapangan kerja (Purnomo dan Siti,
2007).
Udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jenis udang vaname
dan udang windu. Udang Windu banyak dibudidayakan secara tradisional akan
tetapi lebih rentan terhadap penyakit dan pertumbuhan yang lambat dibandingkan
udang vaname. Udang vaname telah berhasil dibudidayakan dengan menerapkan
teknologi intensif maupun secara tradisional atau tradisional modern, sedangkan
udang windu masih dibudidayakan dengan menggunakan teknologi sederhana
atau tradisional. Udang vaname termasuk dalam konsumsi rumah tangga.
Berdasarkan data pada Tabel 2, terjadi peningkatan produksi udang hasil
budidaya. Berdasarkan varietas, sampai dengan tahun 2006 produksi udang windu
mengalami mengalami masih peningkatan, tetapi sejak tahun 2007 produksi
udang vaname telah melampaui produksi udang windu.
3
Tabel 2. Produksi Tambak Udang Indonesia Menurut Varietas Tahun
2000-2010 (Ton)
Tahun Udang Windu
Udang
Putih
Udang
Vannamei
Udang
Api-Api
Udang
Lainnya
2000 93 759 28 965 - 20 453 -
2001 103 603 25 862 - 19 093 -
2002 112 840 24 708 - 21 634 -
2003 133 836 35 249 - 22 881 -
2004 131 399 33 797 53 217 19 928 -
2005 134 682 27 088 103 874 13 731 -
2006 147 867 36 187 141 649 - -
2007 133 113 16 995 179 966 - -
2008 134 930 - 208 648 - 66 012
2009 124 564 22 365 170 971 - 32 549
2010 125 519 16 424 206 578 - 30 804 Sumber : Statistik Perikanan Budidaya (dalam Juarno, 2012)
Udang vaname banyak dibudidayakan oleh petani tambak udang di
Indonesia karena udang vaname memiliki sejumlah keunggulan. Keungulan yang
dimiliki udang vaname antara lain lebih tahan penyakit, pertumbuhan lebih cepat,
tahan terhadap lingkungan, dan waktu pemeliharaan yang lebih singkat, rata-rata
30-120 hari per siklus, udang vaname juga hemat pakan (Haliman dan Adijaya,
2005).
Tabel 3. Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname di Indonesia Menurut
Propinsi Tahun 2011
Provinsi Jumlah (Ton) Persentase kontribusi (%)
Sumatera Utara 19 438 7.89
Sumatera Selatan 41 309 16.76
Lampung 44 161 17.92
Jawa Barat 30 600 12.42
Jawa Timur 35 058 14.23
Nusa Tenggara Barat 43 077 17.48
Kalimantan Barat 5 272 2.14
Sulawesi Tenggara 13 056 5.30
Lainnya 1 985 5.86
Total 246 419 100.00
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012)
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil udang vaname yang
cukup besar. Pada tahun 2011 Jawa Barat menghasilkan lebih dari 30 000 ton
udang vaname hasil budidaya tambak, dapat dilihat pada Tabel 3. Petambak
4
udang vaname di Jawa Barat pada tahun 2010 sudah mulai menerapkan budidaya
tambak dengan teknik insentif.
Tabel 4. Produksi Perikanan Budidaya Pembesaran Udang Vaname
Kabupaten/Kota Jawa Barat (Ton) Tahun 2009-2012
Kabupaten/Kota
Tahun Rata-Rata
Kontribusi
(%) 2009 2010 2011 2012*
Kab. Ciamis 0.00 701.81 450.00 450.00 1.45
Kab. Tasikmalaya 13.20 20.57 29.31 32.72 0.17
Kab. Garut 192.98 131.02 147.43 192.14 1.83
Kab. Cianjur 0.00 33.65 192.00 106.00 0.28
Kab. Sukabumi 780.00 543.40 553.90 577.39 7.22
Kab. Subang 150.00 174.72 620.42 715.70 2.39
Kab. Indramayu 2 263.97 18 386.06 23 710.05 22 790.37 73.61
Kab. Cirebon 0.00 5 223.66 4 777.51 4 669.75 13.05
Total 3 400.15 25 214.89 30 480.62 29 534.07 100.00
*Angka Sementara
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat (2013)
Kabupaten Indramayu adalah penghasil udang vaname terbesar di Jawa
Barat (Tabel 4). Kontribusi produksi udang vaname Indramayu di Jawa Barat
mencapai 73.61%. Produksi udang vaname di Indramayu besar karena 11
kecamatan di Indramayu berada dipesisir dan merupakan wilayah yang berpontesi
sebagai area budidaya tambak. Udang vaname merupakan komoditas yang banyak
dibudidayakan dipesisir Indramayu selain ikan bandeng.
Tabel 5. Luas Tambak Budidaya di Kabupaten Indramayu Tahun 2011
Kecamatan Luas (Ha) Persentase Kontribusi (%)
Krangkeng 1 181.00 5.29
Pasekan 5 059.00 22.66
Sindang 1 109.00 4.97
Cantigi 6 595.11 29.55
Arakan 1 038.50 4.65
Indramayu 1 654.46 7.41
Lohsarang 4 595.00 20.59
Lainnya 1 089.74 4.88
Total 22 321.81 100.00 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2012
Dapat dilihat pada Tabel 5, kontribusi luas tambak kecamatan Pasekan
menyumbang 22.66% dari jumlah seluruh tambak yang ada di Kabupaten
Indramayu. Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan merupakan desa tambak di
5
Kecamatan Pasekan, hampir sebagian besar penduduknya adalah nelayan dan
petani tambak, petani tambak ikan, udang dan petani tambak polikultur (tumpang
sari antara tambak bandeng dan udang).
1.2. Perumusan Masalah
Sebagian tambak udang di daerah pantura termasuk kawasan pesisir
Kabupaten Indramayu menjadi salah satu kawasan revitalisasi. Revitalisasi
tambak bertujuan untuk meningkatkan produksi tambak udang, peningkatan
produksi udang dapat dilakukan dengan menerapkan teknik intensif.
Budidayakan udang vaname secara tradisional tetap menjadi pilihan
petambak udang dengan skala modal dan usaha kecil karena budidaya udang
secara intensif membutuhkan biaya produksi yang tinggi. Pembudidaya tambak
udang secara tradisional hanya mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit udang,
pembudidaya udang tradisional sebagian juga tidak membeli kualitas benur yang
bagus. Pemberian pakan pada tambak tradisional juga diberikan ketika umur
udang memasuki umur 25 hari, karena masih tersedianya pakan dari alam, hal ini
dimaksud untuk menekan biaya produksi karena produksi tambak tradisional jauh
dibanding tambak intensif.
Pengelolaan tambak udang vaname secara tradisional lebih sederhana
dibandingkan dengan pengelolaan tambak intensif. Pada budidaya tambak
intensif, pakan, probiotik, padat tebaran benur, bahan bakar, pasokan listrik
sebagai pengerak kincir sangat dibutuhkan, sedangkan budidaya udang vaname
tradisional probiotik dan kincir tidah dibutuhkan, bahkan ada pembudidaya udang
vaname yang tidak memberikan pakan. Pembudidaya tambak tradisional rata-rata
merupakan petambak dengan modal kecil yang dilakukan oleh perorangan.
Udang vaname dapat dibudidayakan secara tradisional. Bahkan
membudidayakan udang vaname secara tradisional dapat menghasilkan ukuran
panen udang vaname yang lebih besar sehingga harga per kilo gram udang
vaname menjadi lebih mahal, semakin besar ukuran udang ketika dipanen harga
jual udang semakin mahal. Luas area pertambakan di Indonesia yang mencapai
sekitar 360 000 hektar, 80% digarap oleh petambak yang kurang mampu dan
mengelola tambak secara tradisional (Jurnal Kelautan dan Perikanan, 2012).
6
Udang vaname merupakan udang yang banyak dibudidayakan oleh
pembudidaya udang di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan di Kecamatan
Pasekan. Pembudidaya membudidayakan Udang vaname bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan. Sebagian besar pembudidaya udang vaname di Desa
Karanganyar dan Pagirikan mengelola tambak udang secara tradisional, hal ini
disebabkan minimnya modal yang dimiliki oleh petambak. Produksi udang
vaname dengan sistem tradisional bisa mencapai 835–1 050 kg/ha/musim tanam
(KKP, 2012) sedangkan di tempat penelitian produksi udang vaname masih
rendah yaitu rata-rata kurang dari 500 kg/ha/musim tanam.
Keterbatasan modal yang dimiliki untuk biaya produksi menyebabkan
banyak petambak yang mengunakan sistem peminjaman modal kepada tengkulak.
Peminjaman modal usaha yang diperoleh dari tengkulak memiliki konsekuensi,
yaitu harga bahan (benur, solar, pakan dan obat-obatan) lebih tinggi dari harga di
pasar. Dengan skala usaha kecil, modal yang kecil dan sistem budidaya tambak
udang vaname yang dilakukan secara sederhana apakah pembudidaya udang di
kedua desa ini menguntungkan. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang
dapat dikaji adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi budidaya tambak udang
vaname secara tradisional?
2. Bagaimana perbandingan pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname
secara tradisional oleh pembudidaya dengan modal sendiri dan pembudidaya
modal pinjaman dari tengkulak?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan,
ada beberapa tujuan penelitian yang akan dilakukan. Tujuan dari penelitian
tersebut adalah:
1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi budidaya
tambak udang vaname secara tradisional.
2. Menganalisis perbandingan pendapatan petani usaha budidaya tambak
udang vaname tradisional dengan modal sendiri dan modal pinjaman dari
tengkulak.
7
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan untuk banyak pihak,
antara lain:
1. Bagi mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat
khususnya dibidang ekonomi pertanian, meningkatkan kemampuan dan
keterampilan penulis dalam menganalisis faktor-faktor dan analisis
pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname .
2. Bagi pengusaha dan pembudidaya tambak udang, sebagai informasi dan
bahan pertimbangan dalam hal pengunaan input produksi budidaya tambak
udang vaname dan pertimbangan pembudidaya tambak dalam hal
peminjaman modal demi tercapainya usaha budidaya tambak udang yang
lebih menguntungkan.
3. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian bisa menjadi bahan masukan
dalam pengambilan keputusan pengembangan budidaya udang vaname
khususnya, serta pengembangan budidaya tambak udang dan ikan pada
umumnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Pengambilan data primer dilakukan di Desa Karanganyar dan Desa
Pagirikan, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Komoditas
yang diteliti adalah udang vaname yang dibudidayakan secara tradisional dengan
masa pemeliharaan 1-3 bulan. Tambak tradisional dalam penelitian ini bukan
sepenuhnya tambak yang mengandalkan dari alam saja, karena sudah ada
perlakukan penambahan tambahan pakan untuk udang. Responden dalam
penelitian ini merupakan pembudidaya udang vaname yang membudidayakan
udang dengan periode pemeliharan udang vaname dari Januari sampai dengan
Juni 2013. Pembudidaya udang vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan
merupakan pembudidaya yang membudidayakan udang dengan sumber modal
sendiri dan dipinjam kepada tengkulak. Peminjaman modal kepada tengkulak
berupa bibit, pakan, solar, dan obat-obatan. Analisis pendapatan budidaya tambak
udang vaname dibedakan berdasarkan sumber modal usaha, yaitu modal sendiri
dan modal pinjaman kepada tengkulak.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang
introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati. Banyaknya petani tambak
berminat untuk membudidayakan udang vaname karena udang vaname memiliki
keunggulan seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat, masa pemeliharaan 60-
110 hari (Jurnal Kelautan dan Perikanan, 2012). Menurut (Haliman, 2005)
taksonomi udang vannamei adalah sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Infraorder : Peneidea
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Species : Litopenaeus vannamei
Morfologi udang vaname terdiri atas kepala udang vaname terdiri atas
antenula, antena, madibula dan 2 pasang maxillae. Kepala udang vaname juga
dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (peripoda) atau
kaki sepuluh (decapoda). Abdomen terdiri dari dari 6 ruas. Pada bagian abdomen
terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang
membentuk kipas bersama-sama telson. Sifat-sifat penting udang vaname adalah
sebagai berikut : aktif pada kondisi gelap (nokturnal), dapat hidup pada
kisaransalinitas lebar (euryhaline), suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe
pemakan lambat, tetapi terus menerus (continousfeeder), menyukai hidup didasar
tambak (bentik), mencari makan lewat organ sensor (chemoreseptor).
Udang vaname diintroduksi ke Indonesia pada tahun 2000 dari Hawai
(Amerika Serikat). Udang vaname merupakan udang asli perairan Hawai dan
9
Amerika Selatan. Udang vaname telah berhasil dikembangkan di beberapa negara
Asia, seperti Cina, Thailand, Vietnam, Taiwan dan Indonesia. Menurut Ghufran
(2011), Udang vaname memiliki beberapa keunggulan , yaitu:
1. Pakan yang diberikan kandungan proteinya lebih rendah dibanding dengan
pakan untuk udang windu, sehingga harga pakan lebih murah.
2. Produktivitasnya tinggi, karena tinggkat kematian rendah, atau tingkat
kelangsungan hidup (survival rate) tinggi, yaitu mencapai 90%.
3. Lebih mudah dibudidayakan, tidak serumit budidaya udang windu.
4. Waktu pemeliharaan relatif lebih pendek.
5. Relatif lebih tahan penyakit dibandingkan udang jenis lain.
6. Pertumbuhan cepat hingga mencapai size 20, pertumbuhan per minggu bisa
mencapai 3 gram meski kepadatan mencapai 100ekor/m2.
7. Tahan hidup pada kisaran salinitas yang luas dan bisa hidup dengan baik
pada salinitas rendah.
8. Induknya dapat didomestikasi.
9. Rasa udang yang tumbuh pada salinitas tinggi kandungan asam amino
bebasnya lebih tinggi, sehingga rasa dagingnya manis.
Perkembangan produksi udang vaname di Jawa Barat juga mengalami
peningkatan setiap tahun. Pada Tabel 6, produksi udang vaname tahun 2006
hanya 1 290 ton dan pada tahun 2011 produksi udang vaname paling besar
dibandingkan produksi udang jenis lain. Udang windu yang dulu banyak
dibudidayakan oleh petani tambak, saat ini di Jawa Barat produksi udang windu
dibawah udang vanname.
Tabel 6. Perkembangan Produksi Udang Budidaya Tambak di Jawa
Barat Tahun 2006-2011 (Ton)
Tahun
Jenis Udang 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Udang Windu 14 248 15 953 17 981 18 881 19 371 25 935
Udang Vaname 1 290 1 366 3 451 3 428 25 353 30 600
Udang putih 11 563 4 716 6 829 5 326 3 715 -
Udang lainnya - 8 116 8 053 - 4 982 - Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2012)
10
2.2. Usaha Budidaya Tambak
Menurut Soeseno (1983) budidaya merupakan kegiatan usaha produksi
suatu komoditi. Budidaya ikan meliputi budidaya ikan kolam air tawar dan
tambak air payau. Saat ini budidaya ikan tidak hanya kolam air tawar dan tambak
air payau tapi juga budidaya di laut dan jaring apung di waduk atau danau.
Tambak adalah membendung air dengan pemantang sehingga air terkumpul pada
suatu tempat dan dijadikan tempat memelihara ikan, udang atau hewan laut
lainnya.
Produksi perikanan budidaya di Jawa Barat menurut data statistik dinas
perikanan dan kelautan Jawa Barat dari tahun 2008 sampai 2012 mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 10.39%. Peningkatan perikanan budidaya dikarenakan
seiring meningkatnya permintaan pasar seiring pertumbuhan jumlah penduduk.
Tambak merupakan salah satu budidaya perikanan di Jawa Barat yang setiap
tahunnya mengalami peningkatan produksi, rata-rata kenaikan produksi perikanan
hasil budidaya tambak dari tahun 2008 sampai tahun 2011 adalah sebesar 24,45%
dibawah kenaikan rata-rata perikanan budidaya kolam darat.
Tabel 7. Produksi Perikanan di Jawa Barat Menurut Jenis Budidaya Tahun
2008 - 2011 (Ton)
Sub Sektor Tahun Rata-Rata laju
Kenaikan (%) 2008 2009 2010 2011
Budidaya laut 11 522.61 8 422.45 8 260.59 8 001.74 (10.65)
Tambak 102 293.33 126 464.36 170 805.96 195 875.29 24.45
Kolam 137 635.09 151 207.36 233 891.11 283 861.52 28.63
Karamba 922.50 225.08 346.10 491.27 6.70
Sawah 23 309.25 31 885.70 32 436.80 25 567.43 5.78
KolamAir Deras 10 669.45 9 320.74 11 476.51 13 431.42 9.17
Jaring Apung 147 422.75 135 020.20 157 195.10 185 413.46 8.65
Sumber : Dinas Perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Barat, 2012
Tambak merupakan kolam yang dibangun di daerah pasang surut dan
digunakan untuk memelihara bandeng, rumput laut, rajungan, kepiting, udang
laut, dan hewan laut lainnya yang dapat hidup di air payau. Pada tambak
tradisional air yang masuk kedalam tambak sebagian besar berasal dari laut saat
terjadi pasang. Keberhasilan usaha pertambakan sangat ditentukan oleh ketepatan
pemilihan lokasi. Lokasi tambak harus menjanjikan masa depan yang baik untuk
11
budidaya secara berkelanjutan. Untuk memperoleh lokasi yang tepat bagi usaha
ini, perlu memperhatikan faktor teknis, ekonomi dan sosial (Sudarmo, 1992).
Udang vaname merupakan salah jenis hasil perikanan budidaya tambak di
Jawa Barat. Budidaya tambak udang vaname dilakukan secara tradisional, semi-
intensif, intensif dan super intensif. Secara umum hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam budidaya tambak udang vaname secara tradisional, semi-intensif, intensif
maupun super insentif adalah sebagai berikut:
2.2.1. Penetapan Lokasi Tambak
Menurut Haliman dan Adijaya (2005), lokasi tambak udang vaname harus
memenuhi persyaratan tambak yang ideal, baik secara teknis maupun nonteknis.
Persyaratan lokasi tambak udang vaname secara teknis sabagai berikut:
1. lokasi di daerah pantai dengan fluktuasi air pasang dan surut 2-3 meter.
2. Jenis tanah sebaiknya liat berpasir unutk menghindari kebocoran air. jenis
tanah gambut akan menyebabkna pH air menjadi asam.
3. Mempunyai sumber air tawar dengan debit dan kapasitas yang cukup besar
sehingga kebutuhan air tawar terpenuhi. Minimal 15% air kolam harus
diganti dengan air baru setiap hari. Udang vaname umumnya tumbuh
optimal pada salinitas 15-20 ppt.
4. Lokasi tambak harus memiliki green-belt yang berupa hutan mangrove di
antara lokasi tambak dan pantai.
Sementara persyaratan nonteknis lokasi tambak yang mendukung produksi
tambak udang vannamei sebagai berikut:
1. dekat dengan produsen benih udang vaname.
2. Dekat dengan sumber tenaga kerja.
3. Dekat sentra perekonomian sehingga mudah mendapatkan bahan pokok
untuk produksi udang.
4. Lokasi bisa dijangkau oleh saluran listeri atau penerangan dan alat
komunikasi.
2.2.2. Kontruksi Tambak
Kontruksi tambak menjadi faktor yang sangat diperlukan. Terutama untuk
tambak intensif dan super intensif, tetapi tambak tradisional juga harus
12
memperhatikan bentuk kedalaman dan saluran pembuangan. Kedalaman dan
saluran pembungan yang diajurkan adalah sebagai berikut:
1. Bentuk petakan yang idelal yaitu bujur sangkar dengan ukuran disesuaikan.
2. Kedalaman air tambak yang baik untuk budidaya udang vannamei sekitar
150-180 cm.
3. Saluran air tambak budidaya udang vaname terdiri dari dua saluran, yaitu
saluran masuk dan saluran keluar. Kedua saluran tersebut harus terpisah satu
sama lain. Kemiringan saluran air masuk sekitar 5-10% ke arah saluran air
keluar.
4. Saluran pembungan tengah berfungsi membuang lumpur dan kotoran dari
dasar tengah kolam.
2.2.3. Persiapan Tambak
Menurut Haliman dan Adijaya (2005), persiapan tambak baru dilakukan
dengan membuang semua jenis kotoran yang membahayakan kelangsungan hidup
udang, diantaranya lumpur hitam yang terbentuk dari sisa pakan dan bahan lain
yang tidak terdekomposisi secara sempurna. Jika tambak yang akan digunakan
merupakan tambak yang sebelumnya merupakan tambak yang digunakan
budidaya udang vaname makan yang harus dilakukan adalah membersihkan dan
pengeringan tambak dengan bantuan sinar matahari. Pembersihan dilakukan
dengan membuang lumpur dan sampah.
Sarana pendukung pada yang digunakan pada budidaya tambak udang
vaname (Haliman dan Adijaya, 2005) yang harus dilakukan pengecekan setiap
akan dilakukan penebaran benih adalah tutup filter, jala pada saluran masuk dan
keluar air, paku atau pengunci, pemeriksaan instalansi kincir air dan pompa.
2.3. Budidaya Tambak Udang Vaname Tradisional
Tambak ekstensif atau tambak tradisional merupakan cara budidaya
perikanan tambak yang dilaukan secara tradisional tanpa atau hanya sedikit
dengan mengunakan teknologi modern. Pemilik tambak tradisional sebagian besar
adalah petani tambak kecil dengan modal dan biaya produksi yang rendah.
produksi atau output yang dihasilkan sangat tergantung dengan alam, keadaan
iklim dan cuaca. Tambak tradisional tidak memerlukan pemupukan sebelum
tambak digunakan. Budidaya udang secara tradisional tidak memerlukan
13
perawatan seperti perlakuan pada tambak intensif, sehingga tenaga kerja tidak
begigu dibutukan atau jam kerja tenaga kerja pada tambak teadisional relatif
singkat.
Ukuran tambak-tambak udang tradisional umumnya luas, atau lebih dari 1
ha/petakan kolam. Udang hidup dari pakan alami, tapi saat ini tambak tradisional
tetap memerlukan pakan tambahan, biasanya pada umur 25 hari pemberian pakan
tambakan diberikan. Padat penebaran benur untuk tambak tradisional biasanya
10 000 - 70 000 ekor/ha atau 1-7 ekor/m2. Produktivitas tambak tradisional hanya
dapat menghasilkan 0,5-2 ton/ha permusim tanam.
2.4. Input Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname
Dalam usaha budidaya tambak udang vaname membutuhkan faktor-faktor
input untuk berproduksi. Input produksi sering disebut sebagai faktor produksi,
faktor produksi pada budidaya udang vaname berupa benur, pakan, bahan bakan
dan laman periode pemeliharan udang vaname. Benur merupakan bibit udang
yang akan dibudidayakan, usia benur ditebar antara 3-7 hari. Pakan udang yang
digunakan dalam membudidayakan udang vaname adalah pakan pelet dan pakan
alami seperti siput. Bahan bakar digunakan untuk mesin sirkulasi air tambak,
bahan bakar berupa solar.
Sebagaian besar pembudidaya udang vaname yang membudidayakan udang
secara tradisional mengelola tambak sendiri atau hanya dengan bantuan anggota
keluarga. Tenaga kerja luar keluarga biasanya dibutuhkan ketika penamanenan
udang vaname. Pemanenan udang dilakukan ketika umur udang sudah mencapai
satu bulan atau lebih.
2.5. Tinjauan Kebijakan Pemerintah Mengenai Peningkatan Produksi Udang
Udang merupakan komoditas unggulan ekpor produk perikanan Indonesia.
Udang vaname merupakan salah satu udang yang dibudidayakan di Indonesia dan
sebagai komoditas ekspor dan untuk pasar dalam negeri. Program revitalisasi
tambak udang yang digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak
tahun 2012, berhasil meningkatkan produksi udang secara signifikan. Untuk
menggenjot produksi udang nasional, KKP melalui program revitalisasi berhasil
mengoptimalkan lahan tambak dengan membuat model percontohan berupa
14
demontrasi farm atau demfarm. Hasilnya, produksi udang nasional per September
2013 telah mencapai 480 ribu ton. Jumlah ini telah melebihi capaian produksi
tahun 2012 yang mencapai 457 600 ton.
Program Revitalisasi tambak dengan demfarm juga telah memberikan efek
bagi petambak udang tradisional maupun masyarakat di sekitar lokasi tambak
demfarm. Dimana, tambak yang sebelumnya mangkrak dan kurang produktif, kini
mulai produksi. Peningkatan produksi tersebut berkorelasi positif dengan
bertambahnya luasan tambak budidaya udang, di sekitar tambak demfarm.
Tercatat ada penambahan luasan tambak baru yang mencapai 675 ha di 6 lokasi
tambak demfarm yakni Serang, Tangerang, Karawang, Subang, Indramayu dan
Cirebon. Penambahan areal pertambakan secara langsung akan meningkatkan
kesejahteraan petambak dan pekerja tambak. Program revitalisasi tambak juga
mampu menyerap tenaga kerja baik musiman maupun pekerja tetap sebanyak 130
ribu orang (KKP, 2013).
Rencana kerja atau program Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Indramayu Program Penyuluhan Perikanan dan Kelautan tahun 2014 diantaranya
Safari penyuluhan, penilaian kelas kelompok, dempond pakan tenggelam untuk
budidaya lele dan gurame, dempond garam dengan geo membran, backyard
garam, dempond budidaya udang vaname tradisional plus, dan pendampingan.
(Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2014). Salah satu program
dari Dinas Perikanan dan kelautan Kabupaten Indramayu adalah dempond untuk
budidaya udang vaname tradisional plus. Dempond atau tambak percontohan ini
berfungsi sebagai tambak percontohan bagi pembudidaya udang vaname secara
tradisional agar produksi udang vaname lebih besar.
2.6. Penelitian Terdahulu
Arifianty (2008) melakukan penelitian optimalisasi produksi budidaya
udang vanname di UD JHD kabupaten Indramayu. Berdasarkan hasil penelitian
total produksi udang vannamei yang dihasilkan pada tahun 2006 sebesar
125 854.5 kg. Untuk menghasilkan udang tersebut, biaya produksi yang harus
dikeluarkan oleh UD JHD mencapai Rp 842 427 290. Penggunaan input produksi
belum berada pada kondisi optimum. Berdasarakan kajian linier, penggunaan
15
input optimum untuk benih sebesar 7 830 667 ekor, 204 387.7 kg pakan, 25 170.9
kg kapur, 503.4 kg pupuk, 75.5 kg vitamin, 683.4 kg probiotik, 4 279.1 kg obat,
1 258.5 jam kerja panen, 104 459.2 liter solar dan 1 200 liter bensin. Dengan
penggunaan input produksi bedasarkan hasil kajian linier, besarnya biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp 2 403 220 000. Dengan demikian, besarnya biaya yang
dapat dihemat oleh UD JHD dalam memproduksi udang vannamei sebesar
125 854.5 kg adalah Rp 439 207 294. kajian linier menunjukan bahwa alokasi
pembiayaan produksi setiap petak tambak belum optimal, hal ini ditunjukan dari
harga bayangan yang sama dengan nol.
Penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2007), dengan tujuan penelitian
untuk mengetahui pendapatan petani udang windu di Desa Sepatin Kabupaten
Kutai Kartanegara dan mengevaluasi apakah budidaya udang di tambak di Desa
Sepatin Kabupaten Kutai Kartanegara menguntungkan atau tidak dan untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi budidaya udang. Hasil ini
penelitian menunjukkan bahwa seluruh pendapatan petani udang di Desa Sepatin
adalah Rp 5 798 235 667 permusim tanam. Berdasarkan analisis biaya rasio
pendapatan itu menunjukkan bahwa nilai RCR > 1, yang berarti produksi udang
windu di daerah penelitian menguntungkan. Analisis Cobb Douglas menunjukkan
bahwa model estimasi fungsi produksi adalah Y= 2.645X10.746. X2
-5.10E-02. X30.197.
X4-4.46E-02, variabel-variabel bebas (luas tambak, padat penebaran, jumlah tenaga
kerja dan lama usaha) terhadap variabel tidak bebas (produksi) secara simultan
dalam model diketahui dengan mengunakan teknik analis ragam(ANOVA).
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2011 sampai September 2011
di Usaha tambak udang Kurnia Subur kabupaten Takalar. Bertujuan untuk
Menganalisis keuntungan dan manfaat serta kelayakan suatu usaha udang
vannamei (Litopaneaus Vannamei) pada tambak Intensif. Jenis Penelitian yang
digunakan adalah Studi Kasus. Pengumpulan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara Sensus. Sampel yang diambil berjumlah 26 orang. Hasil
penelitian Usaha budidaya udang vannamei dinyatakan layak secara finansial
dengan criteria Net Present value (NPV) yang diperoleh Rp 1 795 791 822, lebih
besar dari Nol, Net B/C sebesar 1.18% lebih besar dari 1 maka layak untuk
dikembangkan dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 26% (lebih besar dari
16
tingkat suku bunga bank yang berlaku saat ini) maka usaha ini layak
dikembangkan.
Ekonomi Budidaya Perairan : Kasus Ikan Lele di Thailand (Wattanutchariya
dan Panayotou, 1981). Tujuan penelitian ini salah satunya adalah menentukan
keuntungan pemeliharaan lele yang dihubungakan dengan besaran usahatani
(budidaya intensif dan ekstensif) di dua propinsi yaitu Propinsi Suphan Buri
(budidaya intensif) dan Propinsi Nakhon Nayoh (budidaya ekstensif).
Berdasarkan hasil penelitian penerimaan keuntungan tiap kilogram di Nakhon
Nayok lebih tinggi dari pada di Suphan Buri. Tapi keuntungan tiap satuan tanah
lebih tinggi di Suphan Buri, 26.50 baht/m2 dibandingkan dengan di Nakhon
Nayok yaitu 20.72 bath/m2. Biaya untuk tiap meter persegi di Suphan Buri lebih
dua kali dari biaya di Nakhon Nayok tiap meter perseginya, tetapi biaya tiap
satuan keluaran hanya sedikit lebih tinggi, di Suphan Buri yang menerapkan
budidaya intensif sebesar 16.66 bath/kg dan di Nakhon Nayok dengan teknik
ekstensif 14.9 bath/kg, oleh karena itu lebih murah menghasilkan satu kilogram
lele dengan cara budidaya ekstensif.
Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Mustafa dan Ratnawati (2007) adalah
melihat faktor-faktor yang dominan yang berpengaruh terhadap produktivitas
tambak di Kabupaten Pinrang. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah
produktivitas tambak, sedangkan peubah bebasnya adalah faktor-faktor status
pembudidaya tambak, kondisi tambak, pengelolaan tambak, kualitas air tambak,
dan kualitas tanah tambak yang masing-masing terdiri dari 9, 11, 31, 11, dan 17
peubah. Hasil penelitian menunjukan bahwa produktivitas tambak di Kabupaten
Pinrang rata-rata 499 kg/ha/musim, produksi merupakan total produksi yaitu
produksi udang windu dan ikan bandeng yang dipolikulturkan. Pada penelitian ini
total ada 79 peubah dan hanya 37 peubah yang secara nyata dapat digunakan
unutk memprediksi produktivitas tambak.
Penelitian yang dilakukan oleh Juarno pada tahun 2011 mengkaji
produktivitas dan faktor yang mempengaruhi terhadap Total Factor Produktivity
(TFP) tambak udang di Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa pertumbuhan
udang tambak Indonesia periode 1989-2008 lebih karena pertumbuhan
input/faktor produksi bukan karena pertumbuhan TFP. TFP berfluktuasi
17
disebabkan belum berhasil diatasinya permasalahan penyakit. Hasil konfirmasi
pada tingkat lapang menggunakan data primer dari 163 petak tambak
menunjukkan bahwa serangan penyakit berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap TFP. Intensifikasi, benur bersertifkat, dan lamanya pendidikan
berkorelasi positif, akan tetapi kondisi riil Indonesia berbeda yaitu mayoritas
tambak dikelola secara non intensif. Studi ini juga menunjukkan bahwa luas
pengusahaan dan sistem kerjasama antara pembudidaya dengan lembaga
pemasaran lainnya berpengaruh negatif terhadap TFP. Terkait dengan hal itu,
pemerintah perlu memprioritaskan meningkatkan produktivitas dengan mengatasi
serangan penyakit melalui penambahan anggaran riset bidang penyakit,
penyediaan benur bermutu, peningkatan sumber daya manusia (SDM). Selain itu,
diperlukan regulasi dalam hal pengaturan pola tanam dengan penggantian species
yang dapat memutus rantai penyakit. Disamping itu, direkomendasikan agar
mengurangi padat penebaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Poetry (2011) bertujuan untuk menganalisis
perbandingan efisiensi usahatani, mengestimasi perbandingan pendapatan, serta
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biaya produksi dan
pendapatan usahatani padi organik dengan padi anorganik di Desa Purwasari,
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah efisiensi usahatani, analisis pendapatan usahatani, dan
analisis regresi. Penelitian ini membandingkan biaya dan pendapatan usahatani
padi organik dan padi anorganik pada satu musim tanam periode September-
Desember 2010 per hektar. Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa
usahatani organik lebih efisien dari segi biaya dan pendapatan, nilai R/C rasio atas
biaya total usahatani padi organik adalah sebesar 5.87, sedangkan R/C rasio atas
biaya total usahatani padi anorganik sebesar 3.43. R/C rasio atas biaya tuni dari
usahatani padi organik dan anorganik masing-masing 5.96 dan 3.47. Hasil
pendapatan menujukan bahwa pendapatan total rata-rata usahatani padi organik
lebih besar dari usahatani padi anorganik, yaitu masing-masing sebesar Rp 7.90
juta dan Rp 6.81 juta. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan
usahatani padi organik adalah produksi gabah organik dan harga gabah organik.
Pada usahatani padi anorganik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biayanya
18
adalah jumlah pupuk urea, jumlah tenaga kerja, dan jumlah pestisida kimia. Pada
udahatani padi organik, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan
adalah biaya tenaga kerja dan produksi gabah anorganik.
Tabel 8. Tinjaun Pustaka Penelitian Terdahulu, Persamaan dan Perbedaan dengan
Penelitian yang Dilakukan No Penulis Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Arifianty, S dkk
(2008)
Optimalisasi Input Produksi
Budidaya Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) pada
UD Jasa Hasil Diri(JHD) Desa
Lamaran Tarung, Kecamatan
Cantigi, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat
Komoditas yang
diteliti
Tujuan
penelitian,
tempat
pengambilan
data primer
2. Heru Susilo
(2007)
Analisis Ekonomi Usaha
Budidaya Tambak dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Produksi
Komoditas, tujuan
Penelitian
Tempat
penelitian,
skala penelitian
3. Lawaputri, Andi
Tenri (2011)
Analisis Kelayakan Finansial
Usaha Budidaya Udang
Vannamei (Litopaneaus
vannamei) pada Tambak
Intensif di Kabupaten
Indramayu
Komoditas
penelitian
Metode
penelitian
4 Sarun
Wattanutchariya
dan Theodore
Panayotou
(1981)
Ekonomi Budidaya Perairan :
Kasus Ikan Lele di Thailand
Tujuan
Penelitian
Komoditas
penelitian
5 Akhmad Mustafa
dan Erna
Ratnawati (2007)
Faktor-Faktor Dominan yang
mempengaruhi Produktivitas
Tambak di Kabupaten
Pinrang, Sulawesi Selatan
Tujuan penelitian
Tempat
penelitian, alat
analisis
6 Ono Jurno
(2011)
Kinerja Produktivitas dan
Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Total Factor
Productivity (TFP) Tambak
Udang Indonesia
Tujuan penelitian Cangkupan
wilayah
penelitian
7 Antari Poetryani
(2011)
Analisis Perbandingan
Efisiensi Usahatani Padi
Organik dengan Anorganik
Tujuan penelitian
mengenai analis
perbandingan
pendapatan
Komoditas
penelitian
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan
digunakan dalam penelitian. Teori konsep yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain konsep fungsi produksi konsep usahatani, konsep biaya usaha tani,
konsep pendapatan usahatani dan konsep pengukuran keuntungan.
3.1.1. Konsep Fungsi Produksi
Produksi merupakan kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Sumberdaya
yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa sering disebut faktor
produksi. Fungsi produksi adalah hubungan antara variabel yang dijelaskan (Y)
dengan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan adalah output
produksi dan variabel yang menjelaskan adalah output produksi. Fungsi produksi
yang baik mempunyai dasar yang logis dan dapat dijelaskan, mudah dianalisis dan
mempunyai implikasi ekonomi. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis
sebagai berikut (Soekartawi, 1990):
Yi = f(Xi1,Xi2,...Xin)
Keterangan :
Yi = Output produksi sampel ke-i
Xi1,Xi2,...Xin = Input ke-1 sampai ke-n yang digunakan dalam proses
produksi sampel ke-i
Fungsi produksi telah dikenal dan digunakan dalam berbagai penelitian,
tetapi yang umum digunakan fungsi linier terdiri atas fungsi produksi linier
sederhana dan berganda. Perbedaan terletak pada jumlah variabel X yang dipakai
dalam model. Fungsi produksi linier dikatakan sederhana jika di dalam model
hanya terdiri atas satu input variabel X. Pengunaan fungsi produksi linier
sederhana banyak dipakai unutk menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan
hubungan dua variabel. Funsi produksi linier sederhana sering digunakan karena
analisanya dengan mudah dikaukan dan hasilnya lebih mudah dimengerti secara
cepat. Kelemahan fungsi ini terletak pada jumlah variabel X yang digunakan
hanya satu saja sehingga tidak memasukkan variabel yang lain, maka penelitian
akan kehilangan informasi tentang variabel yang tidak dimasukan kedalam model
tersebut (Soekartawi, 1990):
20
Yi = f(Xi1|Xi2)
Yi = a + b Xi1
Keterangan:
Yi = Output dari sampel ke-i
Xi1 = Input Variabel ke-1 dari sampel ke-i
Xi2 = Input Tetap ke-2 dari sampel ke-i
a = Intersep
b = koefisien
Kelemahan dalam funsi linier sederhana dapat diatasi dengan mengunakan
fungsi linier berganda atau model regresi linier berganda. Model linier berganda
mengunakan variabel X lebih dari satu. Secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut:
Yi = f (Xi1,Xi2,...Xin)
Yi = b0 + b1Xi1 + b2Xi2 + bnXin
Keterangan:
Yi = Output dari sampel ke-i
Xi1, Xi2,... Xin = Input variabel ke-1 sampai ke-n dari sampel ke-i
b0 = Intersep
b1,b2...bn = Koefisien variabel bebas ke-1 sampai ke-n
Estimasi model regresi linier berganda ini memerlukan bantuan asumsi dan
model estimasi tertentu sehingga diperoleh model estimasi yang baik.
3.1.2. Konsep Usahatani
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari pengelolaan input atau faktor-
faktor-faktor produksi (lahan atau tanah, modal, pakan, tenaga kerja, pupuk, bibit,
dan pestisida) secara efektif dan efisien serta kontinyu agar menghasilkan tingkat
produksi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan (Hastuti dan
Rahim, 2007). Usahatani juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari cara
seseorang atau pelaku usahatani untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal
21
pada waktu tertentu. Pengalokasian input produksi dikatakan efektif apabila
dilakukan sebaik-baiknya dan mampu menghasilkan output produksi yang
maksimal (Soekartawi, 2002).
3.1.2.1. Biaya Usahatani
Biaya usahatani adalah penjumlahan pengeluaran yang dikeluarkan untuk
menghasikan suatu produk atau output dalam suatu proses produksi. Jadi biaya
usahatani adalah biaya produksi dari suatu proses produksi. Hernanto (1991)
dalam Velayati (2013), membedakan biaya produksi menjadi dua yaitu: 1) Biaya
tunai adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam usahatani.
Biaya tunai terdiri dari biaya tunai tetap dan biaya tunai variabel. Biaya tunia tetap
diantaranya pajak lahan, dan sewa lahan. Biaya tunai variabel adalah biaya tunai
yang pengunaanya tergantung output produksi, contoh biaya tunai variabel
diantaranya biaya pembelian bibit, pakan, pupuk, dan obat-obatan. 2) Biaya tidak
tunai adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan dalam melakukan
usahatani. Biaya tidak tunia terdiri atas biaya tidak tunai tetap dan biaya tidak
tunai variabel. Contoh biaya tidak tunai tetap dalam usahatani adalah penyusutan
lahan, penyususutan alat, bunga kredit bank, dan lainnya, sedangkan biaya tidak
tunia variabel adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga.
3.1.2.2. Konsep Pendapatan Usahatani
Pendapatan merupakan balas jasa dari kerja sama faktor-faktor produksi
lahan, tenaga kerja dan pengelolaan. Soekartawi (2002) mendefinisikan
pendapatan sebagai selisih penerimaan dan semua biaya. Setiap kegiatan
usahatani bertujuan agar mencapai produksi dalam bidang pertanian dan pada
akhirnya produksi tersebut akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari
nilai produksi setelah dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan selama masa
produksi. Konsep ini yang dikenal dengan konsep pendapatan usahatani.
3.1.2.3. Konsep Pengukuran Keuntungan dengan Revenue Cost Ratio (R/C)
Analisis Revenue Cost Ratio (R/C rasio) merupakan perbandingan rasio
antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost) (Hastuti dan Rahim, 2007). R/C
rasio digunakan untuk mengukur efisiensi usahatani, seberapa besar nilai rupiah
yang dipakai dalam kegiatan usahatani sehingga memberikan sejumlah nilai
penerimaan sebagai manfaat, dan nilai R/C rasio tidak memiliki satuan (Soeharjo
22
dan Patong, 1997) dalam Sagala (2012). Apabila R/C rasio > 1 berarti penerimaan
yang diperoleh lebih besar dari unit biaya yang dikeluarkan unutk memperoleh
penerimaan atau untung. Jika R/C rasio < 1 berarti tiap unit biaya yang
dikeluarkan akan lebih besar dari penerimaan yang diperoleh atau usaha yang
dilakukan mengalami kerugian.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Produktivitas yang tinggi merupakan salah tujuan utama dalam budidaya
tambak udang sehingga dapat meningkatkan pendapatan petambak. Pada analisis
ini dikaji tingkat penggunaan input faktor-faktor produksi budidaya tambak
udang tradisional yang bertujuan untuk melihat faktor produksi apa saja yang
perpengaruh perhadap produksi budidaya udang vaname.
Adapun kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini adalah mengkaji
budidaya udang dari sisi produksi, penggunaan input produksi dan pendapatan
usaha budidaya tambak udang vaname di Kecamatan Pasekan Kabupaten
Indramayu. Dalam analisis usaha budidaya tambak udang vaname dilakukan
secara tradisional, yaitu dengan cara mengkaji pendapatan dengan penerimaan
dan biaya dilihat dari modal usaha pembudidaya. Tingkat pendapatan yang
dibandingkan terdiri dari dua komponen, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan
pendapatan atas biaya total. Selain itu perbandingan R/C rasio juga dilihat jika
lahan tambak digunakan unutk budidaya ikan bandeng. Selanjutnya nilai R/C
yang diperoleh dianalisis yang bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sistem
usaha tani ini menguntungkan secara ekonomi dan efisien dalam penggunaan
biaya tunai dan biaya total. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada
Gambar 1.
23
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
Sumber : Penulis (2013)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Budidaya udang vaname tradisional di
Kecamatan Pasekan
Analisis
produksi dan pendapatan
Rekomendasi
Faktor-faktor produksi yang
mempengaruhi produksi udang
vaname mengestimasi model
dengan mengunakan Model
Regresi Linier Berganda
dengan alat bantu software
SPSS 16
Perbandingan analisis pendapatan
dilihat dari modal usaha sendiri dan
pinjaman dengan pengukuran
penerimaan, biaya, tingkat pendapatan,
dan R/C rasio mengunakan analisis
usaha tani dengan alat bantu software
Microsoft Office Excel 2007.
Modal usaha minim
dan peminjaman modal
kepada tengkulak
Produksi udang vaname
rendah (< 500
kg/ha/musim tanam)
Budidaya udang vaname yang terus
meningkat di Indonesia
24
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengambilan data primer penelitian dilakukan di dua Desa, yaitu Desa
Karanganyar dan Desa Pagirikan, Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu,
Jawa Barat pada usaha budidaya tambak udang vaname milik petambak, tambak
udang vaname yang dikelola secara tradisional. Lokasi pengambilan data
dilakukan secara sengaja dengan memperhatikan bahwa Desa Karanganyar dan
Desa Pagirikan merupakan desa sentral penghasil udang vaname yang sebagian
petambak masih melakukan tambak udang secara tradisional, informasi kedua
desa diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu dan
internet. Penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai dengan Juli 2013.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik usaha
budidaya tambak udang, tenaga kerja, dan pengamatan secara langsung di area
tambak udang Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan. Data primer yang
dikumpulkan meliputi pengunaan sarana produksi, biaya produksi yang
dikeluarkan selama satu musim tanam, penerimaan usaha budidaya udang vaname
dan data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, dan
literatur yang terkait dengan penelitian.
4.3. Metode Pengambilan Sampel
Pemilihan responden (sampel) dilakukan dengan teknik Purposive
sampling, yaitu dilakukan dengan sengaja. Peneliti memilih pembudidaya udang
vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan sebagai responden dalam
penelitian ini. Pengambilan responden di kedua desa dilakukan secara purposive
sampling sebanyak 39 responden yang membudidayakan udang vaname secara
tradisional dan monokultur. Responden terdiri dari 21 pembudidaya dengan modal
sendiri (mandiri) dan 18 responden merupakan pembudidaya dengan modal
25
pinjaman kepada tengkulak. Jumlah 39 orang dianggap dapat mewakili
keseluruhan pembudidaya udang vaname di kedua desa.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor produksi dan
pendapatan usaha pembudidaya udang vaname. Pengolahan data dengan
mengunakan alat bantu yaitu software SPSS 16 dan software Microsoft Office
Excel 2007. Penjelasan secara lengkap mengenai metode pengolahan dan analisis
data ditunjukan pada Tabel 9.
Tabel 9. Matriks Analisis Data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data
1. Menganalisis faktor-faktor
produksi yang
mempengaruhi produksi
budidaya tambak udang
vaname secara tradisional.
Wawancara dengan
pembudidaya udang
vaname di Desa
Karanganyar dan
Desa Pagirikan
Estimasi model dengan
mengunakan Model
Regresi Linier Berganda
dengan alat bantu
software SPSS 16.
2. Menganalisis perbandingan
pendapatan petani usaha
budidaya tambak udang
vaname tradisional dengan
modal sendiri dan modal
pinjaman dari tengkulak
Wawancara dengan
pembudidaya udang
vaname di Desa
Karanganyar dan
Desa Pagirikan
Pengukuran penerimaan,
biaya, tingkat pendapatan,
dan R/C rasio
mengunakan analisis
usaha tani dengan alat
bantu software Microsoft
Office Excel 2007.
Sumber : Penulis (2013)
4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Budidaya
Tambak Udang Vaname
Guna menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi udang
vaname di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan digunakan model regresi linier
berganda. Model regresi linier berganda digunakan untuk menduga bagaimana
pengaruh jumlah benur atau bibit yang digunakan, pakan, solar dan lamanya
periode pemeliharaan udang vaname terhadap produksi budidaya udang vaname
26
per hektar permusim tanam. Model regresi linier berganda dalam penelitian ini
adalah:
Yi = b0 + b1Xi1 + b1Xi2 + b3 Xi3+ b4 Xi4 + εi
Keterangan :
Yi = Produksi udang vaname dari sampel ke-i (Kg/Ha/musim
tanam
Xi1 = Jumlah benur dari sampel ke-i (Benur/Ha/musim tanam)
Xi2 = Jumlah pakan dari sampel ke-i (Benur/Ha/musim tanam)
Xi3 = Solar dari sampel ke-i (liter/Ha/musim tanam)
Xi4 = Umur panen dari sampel ke-i (hari/musim tanam)
b0 = Variabel intersep
b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi masing-masing variabel
εi = Error term dari sampel ke-i
4.4.1.1. Spesifikasi Model
Model adalah representasi dari fenomena aktual yang berupa sistem aktual
atau proses aktual. Fenomena aktual adalah reprensentasi dari model untuk
menjelaskan, memprediksi, dan mengontrolnya (Intriligator, 1996). Spesifikasi
model meliputi: (1) penentuan variabel bebas dan variabel tak bebas yang
termasuk kedalam persamaan dalam model, (2) harapan secara teori mengenai
tanda dan persamaan parameter estimasi dari setiap persamaan, dan (3) bentuk
model matematis terkait dengan jumlah persamaan, bentuk persamaan linier atau
non linier, dan lain-lain. Model yang baik harus memenuhi kriteria ekonomi,
kriteria statistika, dan kriteria ekonometrika.
4.4.1.2. Tahapan Pengujian Model
Pengujian model dalam penelitian ini meliputi uji secara ekonomi, uji
statistika dan uji ekonometrika. Uji ekonomi dilakukan berdasarkan tanda pada
setiap variabel bebas dalam model pendugaan. Uji statistika terdiri dari uji t, uji F,
dan R2. Kemudian uji secara ekonometrika terdiri dari uji normalitas, uji
heteroskedasitas, dan uji multikolinearitas.
27
a. Uji Ekonomi
Uji ekonomi dalam penelitian ini adalah melihat kesesuaian tanda untuk
setiap variabel bebas dalam pendugaan model produksi. Tanda pada setiap
variabel bebas dalam penelitian ini harus bernilai positif. Tanda positif artinya
penambahan pengunaan setiap input produksi setiap satu unit (sampai kondisi
optimal) akan meningkatkan produksi udang vaname.
b. Uji Statistika
Uji statistika dilakukan terhadap parameter dari model produksi dalam
penelitian ini. Uji statistika dalam penelitian ini terdiri atas uji F, uji t, dan uji R2
(R-squared) .
b.1. Uji Statistika-F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent (bebas)
secara bersama-sama terhadap variabel dependent (tak bebas). Hipotesis yang
dilakukan untuk uji F, secara matematis adalah sebagai berikut:
H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 ; artinya tidak ada satupun variabel bebas yang
berpengaruh nyata terhadap produksi udang
vaname
H1 : minimal ada satu bj ≠ 0 ; artinya minimal satu variabel bebas yang
berpengaruh nyata terhadap produksi udang
vaname.
Rumus untuk menentukan F-hitung adalah sebagai berikut:
F Hitung = 𝑅2/(𝑘−1)
(1−𝑅2)/(𝑚−𝑘)
Keterangan:
m = jumlah pengamatan (i = 1, 2, ..., m)
k = jumlah variabel termasuk intersep (n+1)
Kriteria pengujian:
P-value uji F > α (0.05), maka terima H0, variabel bebas dalam model secara
bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi udang
vaname.
28
P-value uji F < α (0.05), maka tolak H0, variabel bebas dalam model secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi udang
vaname.
b.2. Uji Statistika-t
Uji t dilakukan guna mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independent (bebas) terhadap variabel dependent (tidak bebas) (Juanda, 2009).
Hipotesis yang digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut:
H0 : bj = 0 ; artinya suatu variabel bebas tidak memiliki pengaruh nyata terhadap
produksi udang vaname
H1 : bj > 0 ; j = 1,2,3,..., n ; artinya suatu variabel bebas memiliki pengaruh nyata
terhadap produksi udang vaname
Rumus dalam menghitung t-hitung adalah sebagai berikut:
𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =b𝑗̅̅ ̅−0
𝑠𝑏𝑗
Keterangan :
b𝑗 = Koefisien variabel bebas ke-j yang diduga
𝑠𝑏𝑗 = Standar deviasi koefisien variabel bebas ke-j yang diduga
Kriteria pengujian :
P-value uji t > α (0.05), maka terima H0, artinya variabel bebas tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname.
P-value uji t < α (0.05), maka tolak H0, artinya variabel bebas berpengaruh
nyata terhadap produksi udang vaname.
b.3. Koefisien Determinasi (R-squared)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
keragaman variabel dependen (tidak bebas) dapat dijelaskan oleh variabel-
29
variabel independen (bebas) di dalam (Gujarati, 2007). Besarnya nilai koefisien
determinasi berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai koefisien determinasi
semakin mendekati 1, maka model semakin baik, karena semakin sedikit
keragaman variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Rumus untuk mencari koefisien determinasi adalah sebagai berikut (Juanda,
2009):
R2 =𝐽𝐾𝑅
𝐽𝐾𝑇
JKR = ∑ (Ŷt – Y̅ni=1 )2
JKT = ∑ (Yi – Y̅ni=1 )2
keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
JKR = Jumlah Kuadrat Regresi
JKT = Jumlah Kuadrat Total
Ŷ = Nilai Variabel Terikat Dugaan
Yi = Nilai Variabel Terikat Aktual
Y̅ = Nilai Rata-rata Variabel Terikat
c. Uji Ekonometrika
Pengujian ekonometrika yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga
jenis pengujian. Pengujian tersebut meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas,
dan uji multikolinieritas. Uji autokorelasi tidak dilakukan karena data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data cross section.
c.1. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah residual (error term)
terdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov untuk menguji kenormalitasan data. Tujuannya adalah untuk melihat
30
apakah residual tersebar normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan SPSS 16.0
dengan menentukan nilai Asymp.sig 1 tailed pada uji sampel Kolmogorov-
Smirnov (Gujarati 2006). Prosedur pengujian parametrik umumnya mensyaratkan
kenormalan dari sebaran :
Fn (x) = 1
𝑛 ∑ 𝐼𝑥𝑖 ≤ x𝑛
𝑖=1
Persamaan Kumulatif Distribusi Normal :
𝐹(𝑥) = ∫ 𝑧
−∞
1
𝜎√2𝜋 𝑒
𝑡2
2 𝜎2 𝑑𝑡
Persamaan Kolmogorov :
𝐷𝑛 = 𝑠𝑢𝑝𝑥 | 𝐹𝑛 (𝑥) − 𝐹 (𝑥)|
Hipotesis pada uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0 : Error term terdistribusi normal
H1 : Error term tidak terdistribusi normal
Kriteria pengujian:
Jika nilai P-value uji normalitas > α (0.05) maka terima H0; error trem
terdistribusi normal
Jika nilai P-value uji normalitas < α (0.05) maka tolak H0; error term tidak
terdistribusi normal.
c.2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasitas merupakan error term yang memiliki varian tidak
konstan. Penelitian ini mengunakan uji Glejser sebagai deteksi terhadap masalah
heteroskedastisitas. Uji Glajser dilakukan dengan meregresikan nilai absolut
residual terhadap variabel independen (bebas). rumus Uji Glejser adalah sebagai
berikut (Gujarati, 2003):
31
|Uj| = α + βχj + vj
Keterangan:
|Uj| = nilai absolute residual
Χj = variabel independen
Apabila variabel independen dalam persamaan regresi ini signifikan secara
statistik mempengaruhi variabel dependen (nilai absolute residual), maka ada
indikasi heteroskedastsitas (Gujarati, 2003). Hipotesis yang digunakan dalam
pengujian heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
H0 : tidak terdapat heteroskedastisitas (homoskedastisitas)
H1 : terdapat heteroskedastisitas
Kriteria pengujian:
P-value uji heteroskedastisitas < α (0.05), maka tolak H0; artinya terdapat
heteroskedastisitas
P-value uji heteroskedastisitas > α (0.05), maka terima H0 ; artinya tidak
terdapat heteroskedastisitas
(homoskedastisitas).
c.3. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan korelasi antara variabel independen pada
model. Multikolinieritas yang kuat pada persamaan regresi akan mengakibatkan
varian penduga koefisien regresi menjadi tidak signifikan. Kuat atau rendahnya
multikolinieritas dalam suatu persamaan dapat dilihat dengan melakukan
pengujian Variancde Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF kurang dari 10
maka tidak terdapat masalah multikolinieritas yang kuat (Gujarati, 2003). Rj2
adalah koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-n dengan variabel
bebas lainnya. Rumus FIV adalah sebagai berikut:
VIF = [1
(1−𝑅𝑗2)
]
32
4.4.2. Analisis Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Desa
Karangnyar dan Desa Pagirikan
Pendekatan yang digunakan unutk membandingkan pendapatan
pembudidaya tambak udang vaname dengan modal sendiri dan modal pinjamna
dari tengkulak dengan mengunakan pendekatan analisis pendapatan. Analisis
pendapatan budidaya tambak udang di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan
dilakukan dengan metode pengukuran biaya usahatani dan R/C rasio. Menurut
Soekartawi (2002), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang
diperoleh dengan harga jual hasil produksi. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai
berikut:
TR = Py. Y
Keterangan:
TR = Total penerimaan
Py = Harga udang vaname (Rp/kg)
Y = Produksi budidaya udang vaname (kg)
Biaya yang dikeluarkan dalam budidaya tambak udang vaname terdiri dari
biaya tunai tetap, biaya tunai variabel, biaya non tunai tetap, dan biaya non tunai
variabel. Biaya tunai tetap yaitu biaya sewa lahan dan pajak lahan. Biaya tunai
variabel yaitu biaya pembelian benur, pakan, bahan bakar, obat-obatan, dan upah
tenaga kerja luar keluarga. Biaya non tunai tetap terdiri dari penyusutan lahan dan
penyusutan alat produksi, sedangkan biaya non tunai variabel adalah upah tenaga
kerja dalam keluarga. Secara matematis biaya budidaya tambak udang dapat
ditulis sebagai berikut (Hastuti dan Rahim, 2007):
TC = BT + BNT
Keterangan:
TC = Biaya total (Rp/Ha/musim tanam)
BT = Biaya tunai (Rp/Ha/musim tanam)
BNT = Biaya non tunai (Rp/Kg/Ha/musim tanam)
33
Pendapatan dalam usaha budidaya tambak udang vaname dalam penelitian
ini dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas
biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah pendapatan yang diperoleh dari
pengurangan penerimaan budidaya tambak udang vaname dengan biaya tunai
yang dikeluarkan selama melakukan budidaya tambak udang vaname. Pendapatan
atas biaya total diperoleh dengan memperhitungkan input keluarga sebagai biaya.
Secara matematis, pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname dapat ditulis
sebagai berikut (Hastuti dan Rahim, 2007):
PD = TR – TC
Keterangan:
PD = Pendapatan budidaya udang vaname (Rp/Ha/musim tanam)
TR = Total penerimaan (Rp/Ha/musim tanam)
TC = Total biaya yang dikeluarkan (Rp/Ha/musim tanam)
P endapatan usaha budidaya tambak udang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Jika TR > TC maka usaha budidaya tambak udang vaname untung
2. Jika TR = TC maka usaha budidaya tambak udang vaname impas
3. Jika TR < TC maka usaha budidaya tambak udang vaname rugi
Selanjutnya analisis usaha budidaya tambak udang vaname dengan
mengunakan analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C). Analisis R/C rasio
bertujuan unutk menguji sejauh mana hasil yang diperoleh dari usaha budidaya
tambak udang vaname (selama satu periode) cukup menguntungkan. Seberapa
jauh setiap biaya yang dipakai dalam kegiatan usaha budidaya tambak udang
vaname memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Analisis R/C rasio
budidaya tambak udang vaname dapat dinyatakan dengan rumus:
Rasio atas biaya tunai (R/C) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑎𝑖=
𝑇𝑅
𝐵𝑇
Rasio atas biaya total (R/C) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑇𝑅
𝑇𝐶(𝐵𝑇+𝐵𝑁𝑇)
Keterangan :
TR = Total penerimaan (Rp/Ha/musim tanam)
34
TC = Total biaya (Rp/Ha/musim tanam)
BT = Biaya tunai (Rp/Ha/musim tanam)
BNT = Biaya non tunai (Rp/Ha/musim tanam)
Jika nilai R/C > 1 maka usaha budidaya tambak udang vaname tersebut
menguntungkan atau sudah efisien, sedangkan jika R/C < 1 maka usaha budidaya
tambak tersebut tidak menguntungkan atau inefisiensi. Analisis R/C rasio akan
membandingankan usaha pembudidaya berdasarkan sumber modal, yaitu modal
sendiri dan modal pinjaman kepada tengkulak. Selain itu analisis R/C ratio juga
akan dibandingkan dengan usaha budidaya tambak ikan bandeng. Usaha budidaya
ikan bandeng digunakan sebagai perbandingan analisis pendapatan karena
budidaya ikan bandeng adalah usaha budidaya yang dapat dilakukan di lahan yang
sama.
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Keadan Geografis Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan data dilakukan di Kabupaten Indramayu, Kecamatan
Pasekan, Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan. Kabupaten Indramayu secara
geografis terletak membujur pada posisi 107o52’- 108o36’ Bujur Timur dan
6o15’- 6o40’ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Indramayu seluas 204 011 Ha,
dengan panjang garis pantai 147 Km yang membentang sepanjang pantai utara
antara Cirebon sampai dengan Subang. Wilayah Kabupaten Indramayu terdiri atas
31 kecamatan dengan 315 desa dan kelurahan. Sebanyak 36 desa dari 11
kecamatan berbatasan langsung dengan Laut Jawa bagian utara (Pemerintah
Daerah Indramayu, 2012). Secara administrasi Kecamatan Pasekan berbatasan
dengan 3 kecamatan dan Laut Utara Jawa, yaitu :
- Sebelah Utara : Laut Utara Jawa
- Sebelah Selatan : Kecamatan Sindang dan Kecamatan Indramayu
- Sebelah Barat : Kecamatan Cantigi
- Sebelah Timur : Luat Utara Jawa
Kecamatan Pasekan terdiri dari 6 desa, penelitian dilakukan di dua desa
yaitu Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan. Secara geografis Desa Karanganyar
dan Desa Pagirikan berada pada ketinggian + 2 meter, tidak jauh dari garis pantai.
Curah hujan mencapai 2 000 mm/tahun. Suhu berkisar antara 210C-300C.
Sebagian besar lahan di Desa Karanganyar merupakan tambak atau masyarakat
setempat menyebut dengan empang, 1 878.02 Ha dari 1 982.02 Ha adalah lahan
tambak. Desa pagirikan berbatasan langsung dengan Desa Karanganyar, untuk
lahan tambak di Desa Pagirikan adalah 663.00 Ha dari luas wilayah desa yaitu
804.89 Ha.
5.2. Kependudukan Lokasi Penelitian
Berdasarkan data profil Desa Karanganyar tahun 2012, jumlah penduduk
Desa Karanganyar adalah 4 461 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 2 235
jiwa dan perempuan 2 226 jiwa. Desa Pagirikan jumlah penduduknya lebih
sedikit, yaitu 3 487 jiwa dengan jumlah laki-laki 1 753 dan perempuan 1 734 jiwa.
36
Mata pencarian pokok Kedua desa yaitu sebagian besar adalah sebagai
pembudidaya tambak, petani dan buruh tani.
5.3. Potensi Perikanan di Kecamatan Pasekan
Kabupaten Indramayu memiliki 14 kecamatan yang berpotensi dan
memproduksi perikanan hasil tambak. Menurut data Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Indramayu, Kecamatan Pasekan merupakan salah satu
kecamatan yang produksi perikanan tambaknya terbesar kedua dengan luas
5 059.00 hektar atau 22.66% dari luas tambak di Seluruh Kabupaten Indramayu.
Secara lengkap kontribusi luas lahan tambak di kabupaten Indramayu dapat di
lihat pada Tabel 5.
Tambak yang berproduksi sebagian besar adalah tambak udang vaname,
udang windu dan ikan bandeng. Penggunaan lahan tambak tradisional bergilir
antara tambak udang dan tambak ikan bandeng. Dalam satu tahun rata-tara
penanaman udang vaname antara 2 samapi 3 kali. Kurang lebih 6 bulan di
gunakan unutuk menanam udang dan 6 bulan berikutnya penanaman ikan
bandeng. Tapi ada juga tambak khusus hanya untuk udang saja dan ikan bandeng
saja. Penanaman udang vaname biasanya dilakukan pada November-Mei.
5.4. Karakteristik Pembudidaya Tambak Udang Vaname di Desa
Karanganyar dan Pagirikan
5.4.1. Jenis Kelamin
Jumlah responden (sampel) pada penelitian ini sebanyak 39 orang.
Responden merupakan penduduk Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan yang
memiliki atau mengarap tambak udang vaname. Persentase jumlah responden
pada penelitian ini adalah sebanyak 38 responden berjenis kelamin laki-laki dan 1
responden berjenis kelamin perempuan. Rata-rata petani tambak di Desa
Karanganyar dan Desa Pagirikan berjenis kelamin laki-laki atau suami. Biasanya
istri pembudidaya udang hanya membantu pada saat panen. Karakteristik
pembudidaya berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10.
37
Tabel 10. Jenis Kelamin Pembudidaya Tambak Udang Vaname di Lokasi
Penelitian
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 38 97.44
2 Perempuan 1 2.56
Total 39 100.00 Sumber: Data primer diolah (2013)
5.4.2. Tingkat Umur
Hasil penelitian menunjukan bahwa usia pembudidaya udang vaname
beragam. Tingkat umur responden antara 20 sampai 70 tahun. Tingkat umur dapat
dibagi menjadi 5 kelas yaitu (1) 20-29 tahun, (2) 30-39 tahun, (3) 40-49 tahun, (4)
50-59 tahun, dan (5) > 60. Dari keseluruhan responden sebagian besar usia
responden pada kisaran 30 sampai dengan 39 tahun (Tabel 11).
Tabel 11. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Umur di
Lokasi Penelitian
No Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 20-29 3 7.69
2 30-39 15 38.46
3 40-49 11 28.21
4 50-59 8 20.51
5 >60 2 5.13
Total 39 100.00 Sumber: Data primer diolah (2013)
5.4.3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan menunjukan pendidikan formal yang pernah ditempuh
pembudidaya udang vaname. Pengelompokan pembudidaya berdasarkan tingkat
pendidikan dalam penelitian ini menjadi 5 kelompok yaitu Tidak Sekolah (TS),
SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi. Keragaman tingkat pendidikan pada
responden di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan adalah seperti pada Tabel 12.
Dapat dilihat bahwa sebagian besar petambak udang di lokasi penelitian
merupakan tamatan SD, sebanyak 69.23% atau sebanyak 27 responden, ini
menunjukan bahwa pendidikan formal yang ditempuh pembudidaya udang
vaname di lokasi penelitian masih tergolong rendah. Hanya ada 2 responden yang
mengenyam pendidikan tingkat perguruan tinggi.
38
Tabel 12. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Tingkat
Pendidikan di Lokasi Penelitian
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Tidak Sekolah 4 10.26
2 SD 27 69.23
3 SMP 2 5.13
4 SMA 4 10.26
5 Perguruan tinggi 2 5.13
Total 39 100.00 Sumber: Data primer diolah (2013)
5.4.4. Jenis Pekerjaan
Mayoritas jenis pekerjaan utama masyarakat di Desa Karanganyar dan Desa
Pagirikan adalah pembudidaya ikan dan udang di tambak atau empang. Beberapa
pembudidaya udang vaname yang bekerja ditambak merupakan kerja sampingan,
tetapi sebagian mayoritas pekerjaan utama pembudidaya udang vanmae adalah
petani tambak, tambak udang maupun tambak bandeng. Dari hasil penelitian
sebanyak 58.97% responden pekerjaan utama mereka adalah sebagai petani
tambak (Tabel 13).
Tabel 13. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Jenis
Pekerjaan Utama di Lokasi Penelitian
No Jenis Pekerjaan Utama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 4 10.26
2 Tambak (pembudidaya tambak) 23 58.97
3 PNS 2 5.13
4 Pedagang 8 20.51
5 Lainnya 2 5.13
Total 39 100.00 Sumber: Data primer diolah (2013)
5.4.5. Luas Tambak
Luas lahan yang digunakan oleh 39 responden petani tambak udang
vaname, beragam yaitu antara 1 650 - 2 5000 m2. Berdasarkan Tabel 14, data
menunjukan bahwa luas lahan tambak sebagian besar responden pembudidaya
udang vaname di lokasi penelitian adalah ≥ 3 488.58 - 8 087.18 m2 sebanyak 22
orang atau 56.41% responden luas tambak pada luasan tersebut, dengan jumlah
petakan 1 petak atau 2 petak. Pembudidaya di lokasi penelitian merupakan
39
pembudidaya dengan modal yang relatif kecil. Sebagian besar tambak dikelola
sendiri atau hanya dengan bantuan oleh keluarga.
Tabel 14. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut Luas
Lahan di Lokasi Penelitian
No Luas (m2) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 < 3488.58 3 7.69
2 ≥ 3488.58-8087.18 22 56.41
3 ≥ 8087.18 – 12685.77 9 23.08
4 ≥ 12685.77 – 17284.37 4 10.26
5 ≥ 17284.37 1 2.56
Total 39 100.00 Sumber: Data primer diolah (2013)
5.4.6. Kepemilikan lahan Tambak
Berdasarkan status kepemilikan lahan sebanyak 71.79% pembudidaya
lahan yang digunakan untuk membudidayakan udang vaname merupakan lahan
milik sendiri, sisanya lahan yang mereka garap merupakan lahan sewaan dan
lahan milik orang lain dengan sistem bagi hasil (Tabel 15). Biaya sewa lahan
1/ha/tahun rata-rata 2-4 juta rupiah.
Tabel 15. Sebaran Pembudidaya Tambak Udang Vaname Menurut
Kepemilikan Lahan di Lokasi Penelitian
No Jenis Kepemilikan Lahan Tambak Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Milik sendiri 28 71.79
2 Sewa 10 25.64
3 Lainnya 1 2.56
Total 39 100.00 Sumber : Data primer diolah (2013)
5.4.7. Pengalaman Menambak
Pengalaman petani tambak di Desa Karanganyar dan Desa Pagirikan
berkisar antara 1 tahun sampai dengan 35 tahun, tapi bukan tambak khusus
tambak udang vaname. Petani-petani tambak tersebut sudah lama berpengalaman
untuk tambak udang windu. Dapat dilihat bahwa mayoritas petani tambak
responden memiliki pengalaman melakukan budidaya di tambak selama 5 sampai
dengan 10 tahun. Sedangkan unutk pengalaman melakukan usaha budidaya
tambak udang vaname rata-rata berpengalaman sejak tahun 2010 atau 2 sampai 3
tahun belakangan setelah adanya program dari pemerintah.
40
Tabel 16. Sebaran Pembudidaya Udang Vaname Menurut Pengalaman
Bertambak di Lokasi Penelitian
No Pengalaman (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0.00 ≥ 5.00 7 17.95
2 >5.00 ≥ 10.00 13 33.33
3 >10.00 ≥15.00 10 25.64
4 >15.01 ≥20.00 5 12.82
5 >20.00 4 10.26
Total 39 100.00
Sumber: Data primer diolah (2013)
5.4.8. Modal Usaha
Sebagian besar sumber modal usaha budidaya udang vaname berasal dari
modal sendiri. Sebanyak 21 pembudidaya udang vaname atau sebesar 53.85%
modal budidaya udang vaname berasal dari modal sendiri. Modal tersebut
digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan input produksi. Sisanya sebanyak 18
pembudidaya udang vaname memperoleh modal dari tengkulak berupa pakan,
benur udang, dan obat-obat-obatan, dengan sistem pembayaran ketika pemanenan
udang vaname sudah dilakukan dan harus menjual kepada tengkulak yang sudah
memberikan modal pinjaman, konsekuensi harga produk-produk tersebut lebih
mahal dari harga pasaran. Secara tidak langsung antara pembudidaya yang
meminjam modal dan tengkulak memiliki perjanjian bahwa udang vaname yang
dijual kepada tengkulak harus memiliki ukuran yang sudah besar agar tengkulak
dan pembudidaya udang vaname tidak rugi.
Tabel 17. Sebaran Pembudidaya Udang Vaname Berdasarkan Modal Usaha
Bertambak di Lokasi Penelitian
No Modal Usaha Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Modal Sendiri 21 53.85
2 Peminjaman 18 46.15
Total 39 100.00 Sumber: Data primer diolah (2013)
5.5. Kondisi Budidaya Tambak Udang Vaname di Lokasi Penelitian
Kecamatan Pagirikan merupakan kecamatan di utara Pulau Jawa Barat
dengan sebagian wilayahnya merupakan daerah pesisir. Kecamatan Pagirikan
salah satu sentra perikanan budidaya di Kabupaten Indramayu. Udang vaname,
udang windu dan ikan bandeng adalah komoditas yang dibudidayakan di tambak.
41
5.5.1. Sistem Budidaya
Petambak udang vaname di lokasi penelitian membudidayakan udang
vaname secara ekstensif atau tradisional. Tambak tradisional umumnya luas,
perpetakan tambak bisa mencapai 1 ha. Udang hidup dari pakan alami, tapi saat
ini tambak tradisional tetap memerlukan pakan tambahan pada umur satu minggu
atau lebih. Padat penebaran tambak tradisional pada lokasi penelitian 5-9 ekor/m2.
Produktivitas tambak tradisional hanya dapat menghasilkan rata-tara kurang dari
500 kg/Ha/permusim tanam. Padat penebaran udang vaname untuk pola
tradisional tanpa pakan tambahan dan hanya mengandalkan pupuk susulan 10%
dari pupuk awal adalah 1-7 ekor/m² (KKP,2012).
Lahan yang digunakan untuk membudidayakan udang vaname di lokasi
penelitian adalah tambak (dilokasi penelitian biasanya disebut dengan empang)
adalah kolam yang terbuat dari tanah dengan kebanyakan berbentuk persegi
panjang, dengan kedalaman rata-rata 0.75 sampai dengan 1.00 meter. Lokasi
tambak yang ada tidak jauh dari sumber air payau, air payau berasal dari sungai
dan parit-parit yang mengelilingi tambak. Sehingga pasokan air untuk tambak
mundah diperoleh. Air tambak ditambah sebanyak 1 sampai 2 kali dalam
seminggu atau sesuai kebutuhan. Menurut Haliman dan Adijaya (2005), suhu
optimal pertumbuhan udang antara 26-320 C, suhu rata-rata di Kecamatan Pasekan
adalah 21-310C. Udang berumur 1-2 bulan memerlukan kadar garam 15-25 ppt
agar pertumbuhan dapat optimal.
5.5.2. Sistem Pemeliharaan Udang Vaname
a. Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan untuk membudidayakan udang vaname oleh
pembudidaya udang vaname di lokasi penelitian adalah lahan yang juga
digunakan sebagai lahan budidaya udang windu maupun ikan bandeng. Biasanya
budidaya udang vaname dilakukan 2 sampai dengan 3 kali dalam setahun, sisanya
tambak atau empang digunakan untuk membudidayakan ikan bandeng atau udang
windu. Tapi ada juga sebagian petambak udang vaname yang mengunakan lahan
tambaknya hanya sebagai lahan budidaya udang vaname. Sebelum lahan tambak
ditebar benih, biasanya lahan diberi perlakuan khusus, misal penebaran pupuk
42
atau hanya sekedar mengeringkan beberapa hari sebelum diisi air dan benur udang
vaname di tebar.
b. Penebaran Benur
Sebagian pembudidaya udang vaname memperoleh bibit atau benur udang
dari pedagang atau tengkulak yang ada di desa, pedagang dan juga tengkulak ini
mendatangkan benur udang dari pembibitan di Jawa Timur. Pedagang dan
tengkulak ini juga menjual keperluaan budidaya udang misal pakan dan obat-
obatan. Penebaran benih dilakukan pada pagi hari, atau saat suhu air masih relatif
dingin. Biasanya umur benur yang ditabar antara 2 sampai dengan 7 hari.
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan udang vaname secara tradisional tidak rumit jika dibanding
pemeliharaan udang secara intensif. Petani tambak atau pembudidaya udang
cukup mengontrol keadaan tambak pada pagi dan sore hari sekaligus memberi
pakan udang. Sesekali membersihkan pematang tambak dari rumput liar,
memeriksa saluran air dan menambah air jika air di tambak mulai surut dan
mengurangi air dalam tambak jika sering turun hujan, agar pH air dalam tambak
tetap ideal digunakan untuk membuidayakan udang vaname.
Pemberiaan pakan dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Pagi
hari pakan diberikan pada pukul 06.00-07.00 WIB, dan pada sore hari pakan
diberikan pada pukul 17.00 WIB. Jenis pakan yang banyak digunakan adalah
“manggalindo”, pelet dan “raja bandeng”. Budidaya udang vannamei secara
tradisional pakan diberikan ketika umur udang lebih dari 2 minggu, bahkan ada
beberapa petani udang vannamei yang memberikan pakan pada udang umur 1
bulan atau tidak sama sekali, pakan hanya mengandalkan dari pakan alam.
d. Pemanenan dan Pemasaran
Di lokasi penelitian, udang vaname di panen rata-rata ketika umur 49 hari
bahkan ada beberapa pembudidaya udang yang harus memanen udangnya kurang
dari 30 hari, hal ini disebabkan banyak udang vaname yang mulai terserang
penyakit dan mati. Pembudidaya udang vaname memutuskan memanen pada
udang yang masih relatif muda dengan ukuran yang kecil dibandingkan harus
menerima kerugian yang lebih besar. Udang dengan ukuran 100/Kg atau kurang
43
dari itu akan dihargai murah, karena hanya udang-udang yang berukuran besar
yang dapat diekspor. Umur pemanenan udang sangat mempengaruhi pendapatan
dan keuntungan yang diperoleh oleh pembudidaya udang vaname.
Pembudidaya udang akan memanen udang di mulai pada pagi hari atau
sore hari. Hal pertama yang harus dilakukan adalah “menyedot” air kolam sampai
ketinggian air hanya kurang lebih 20 sentimeter dibagian pingiran kolam. Hal ini
dilakukan unutk memudahkan penangkapan udang. Udang vaname ditangkap
mengunakan serokan, dibersihkan dulu dari lumpur, setelah itu dikumpulkan ke
dalam drum telah yang nantinya akan dicampur dengan balokan es. Balokan es
berfungsi untuk menjaga gar udang vaname tetap dalam keadaan segar.
Udang vaname yang telah dipanen oleh pembudidaya akan di jual ke
pedagang atau tengkulak yang ada di desa tersebut. Pembudiaya udang yang
memperoleh modal usaha, benur, pakan, bahan bakar dan obat-obatan harus
menjual kepada tengkulak yang memberikan pinjaman kepada mereka. Tengkulak
akan memotong hutang pembudidaya dari hasil penjualan. Harga benur, pakan,
bakan bakar dan obat-obatan yang diperoleh dengan cara membayar setelah
pemenan akan dihargai lebih tinggi. Misalnya, harga benur yang dibayar setelah
panen adalah Rp 28.00/ekor sampai dengan Rp 30.00/ekor, dibandingkan yang
dibayar tunai, harganya Rp 23.00/ekor sampai dengan Rp 25.00/ekor.
44
VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
BUDIDAYA TAMBAK UDANG VANAME
Dalam penelitian ini faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap
budidaya tambak udang vaname yang dibudidayakan secara tradisional yaitu,
jumlah benur atau bibit yang ditanam per hektar (X1), jumlah pakan yang
digunakan per hektar(X2), bahan bakar (solar) yang digunakan per hektar (X3),
dan umur panen udang vaname (X4). Dalam penelitian ini input produksi diukur
dalam satu musim tanam.
Hasil estimasi model faktor-faktor yang mempengaruhi produksi udang
vaname dalam penelitian ini diuji dengan tiga kriteria uji, yaitu : uji ekonomi, uji
statistika dan uji ekonometrika. Hasil estimasi model adalah sebagai berikut:
Y = -88.552 + 0.001 X1 + 0.379 X2 + 1.576 X3 + 4.866 X4
Tabel 18. Hasil Estimasi Model Produksi Budidaya Tambak Udang Vaname
Variabel Parameter estimasi Prob > |T| VIF
(Constant) -88.552 .385
Benur/ha/musim (X1) .001 .204 1.064
Pakan/ha/musim (X2) .379 .003** 1.250
Solar/ha/musim (X3) 1.576 .019* 1.727
Umur (X4) 4.866 .020* 1.736
Koefisien Determinasi R-Sq = 0.654 Prob (Uji F) = 0.000
Keterangan : **Nyata pada taraf α = 0.01
*Nyata pada taraf α = 0.05
Sumber : Data primer diolah (2014)
6.1. Uji Ekonomi
Uji secara ekonomi dilakukan berdasarkan tanda yang ada pada setiap
variabel bebas dalam model pendugaan. Hasil estimasi model diperoleh bahwa
tanda setiap parameter setiap variabel penjelas bernilai positif, yang sesuai dengan
hipotesis. Hal ini berarti perubahan input produksi berbanding lurus terhadap
perubahan produksi budidaya tambak udang vaname.
a. Benur
Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa jumlah tebaran benur per
hektar permusim tanam tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi udang
vaname per hektar permusim tanam. Dapat dilihat bahwa P-value uji t (0.204)
45
lebih besar dari (α = 0.05). Hal ini karena padatan tebaran benur oleh
pembudidaya udang vaname rata-rata 7.52/ekor/m2. Artinya penambahan jumlah
padatan benur tidak akan meningkatkan produksi udang vaname. Menurut (KKP,
2012) padat penebaran untuk budidaya tambak udang vaname secara tradisional
adalah 1-7 ekor/m2.
b. Pakan
Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa jumlah pakan yang digunakan
dalam budidaya udang vaname berpengaruh nyata terhadap produksi udang
vaname. Dapat dilihat bahwa P-value uji t (0.003) kurang dari (α = 0.05). Adapun
koefisien pakan adalah 0.379 (bernilai positif) penambahan pakan akan
meningkatkan produksi udang vaname. Setiap penambahan rata-rata pakan
sebanyak 1 kg per hektar permusim tanam akan meningkatkan produksi udang
vaname sebanyak 0.379 kg udang per hektar permusim tanam.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Tahe (2011), menunjukan bahwa
kombinasi pakan berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap pertumbuhan, sinasitas,
rasio konversi pakan, dan produksi udang vaname. Menurut Soemardjati dan
Suriwan (2006) dalam Tahe (2011) menyatakan bahwa kegiatan paling penting
dalam budidaya udang vaname adalah pemberian pakan. Pakan yang diberikan
harus memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan udang dibudidayakan serta
harus disesuaikan dengan kebiasaan makan dan tingkah laku udang itu sendiri.
Agar pertumbuhan udang vaname yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik,
maka pakan yang diberikan harus memenuhi kualitas dan cukup jumlahnya.
Pemberian pakan dalam jumlah yang tepat akan memberikan pertumbuhan
optimum bagi pembudidaya serta limbah yang terkendali.
c. Solar
Bakar bakar digunakan untuk mengoperasikan mesin penyedot air,
penyedotan air berfungsi menatur sirkulasi air tambak. Berdasarkan hasil estimasi
diketahui bahwa jumlah bahan bakar yang digunakan dalam budidaya udang
vaname berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname. Dapat dilihat bahwa
P-value uji t (0.019) kurang dari (α = 0.05). Adapun koefisien pakan adalah 1.576
(bernilai positif) penambahan bahan secara tidak langsung akan meningkatkan
produksi udang vaname. Setiap penambahan rata-rata solar sebanyak 1 liter per
46
hektar permusim tanam akan meningkatkan produksi udang vaname sebanyak
1.576 kg udang per hektar permusim tanam. Secara tidak lansung solar
mempengaruhi produksi udang vaname.
d. Umur
Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa lamanya pemeliharaan udang
vaname dalam budidaya udang vaname berpengaruh nyata terhadap produksi
udang vaname. Dapat dilihat bahwa P-value uji t (0.020) kurang dari (α = 0.05).
Adapun koefisien pakan adalah 4.866 (bernilai positif) penambahan umur
pemeliharaan udang akan meningkatkan produksi udang vaname. Setiap
penambahan rata-rata umur pemeliharaan selama 1hari per hektar permusim
tanam akan meningkatkan produksi udang vaname sebanyak 4.866 kg udang per
hektar permusim tanam.
Penelitian yang dilakukan oleh Mansyur (2011) menyatakan bahwa selama
96 hari pemeliharaan, udang vaname meningkat seiring dengan waktu
pemeliharaan. Umur 96 udang vaname masih bisa tumbuh. Penelitian yang
dilakukan oleh Hendrajat dan Mangampa (2007), Rachmansyah (2006), dan
Arifin (2007) dalam Masyur (2011) masing-masing mendapatkan laju
pertumbuhan harian udang vaname pola tradisional plus dengan kepadatan 4, 6,
dan 8 m2 masing-masing 9.23, 9.19, dan 19.05% per hari, laju pertumbuhan harian
udang vaname berkisar antara 9.48-9.52% per hari selama 100 hari pemeliharaan,
dan laju pertumbuhan harian udang vaname pola sederhana selama 60 hari
pemeliharaan sebesar 14.01%.
Perbedaan laju pertumbuhan disebabkan oleh perbedaan ukuran awal,
kepadatan tebar, lama pemeliharaan dan wadah atau tempat pemeliharaan udang
vaname. Laju pertumbuhan udang vaname pada penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya pada pemeliharaan selama 60 hari laju pertumbuhan udang vaname
tertinggi. Jika hanya melihat laju pertumbuhan sebaiknya udang vaname
dipelihara selama 60 hari, tapi jika ingin mendapatkan harga udang vaname lebih
tinggi udang vaname dipelihara selama 90 atau 100 hari.
47
6.2. Uji Statistika
Berdasarkan uji F, hasil estimasi model produksi udang vaname tradisional
diketahui bahwa nilai P-value sebesar 0.000. Nilai P-value tersebut lebih kecil
dari taraf nyata 0.05, nilai ini menunjukan keragaman produksi udang vaname
dapat dijelaskan secara nyata oleh keragaman variabel benur, pakan, solar, dan
umur pemeliharaan udang. Kemudian diketahui koefisien deternimasi (R-Sq)
sebesar 0.654. Hal itu berarti, 65.4% keragaman produksi udang vaname dapat
dijelaskan oleh varibael benur, pakan, solar, dan umur pemeliharaan, sedangkan
sisanya diterangkan oleh variabel lain di luar model (Tabel 18).
Berdasarkan uji t diketahui bahwa variabel bebas yang berpengaruh nyata
terhadap produksi udang vaname adalah pakan, solar, dan lamanya pemeliharan
udang vaname. Variabel bebas yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi
udang vaname adalah benur (Tabel 18).
6.3. Uji Ekonometrika
Hasil estimasi dalam penelitian ini model juga perlu diuji secara
ekonometrika, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskdastisitas.
Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai asymp. Nilai asymp Sig (1-
tailed) uji Kolmogrov-Smirnov (0.337) lebih besar dari (α = 0.05), maka galat
menyebar normal (Lampiran 5).
Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF. Apabila nilai VIF
lebih kecil dari 10 pada model tidak terjadi multikolinearitas yang serius. Nilai
VIF hasil estimasi dalam penelitian ini menunjukan bahwa semua input produksi
kurang dari 10, berarti bahwa model tidak mengalami multikolinearitas yang
serius (Tabel 18).
Uji yang digunakan dalam penelitian adalah uji glejser, dengan melihat
nilai absolut residual fungsi produksi. Dari hasil estimasi regresi absolut residual
diperoleh salah satu variabel bebas (benur) berpengaruh nyata pada (α = 0.05),
dapat dikatakan terjadi heteroskedasitas kecil, karena tidak semua variabel bebas
perpengaruh secara signifikan, variabel lain memiliki pengaruh yang tidak
signifikan. Dengan demikian uji heteroskedastisitas mengunakan uji glejser masih
terpenuhinya asumsi model tidak terjadi heteroskedastisitas (Lampiran 7).
48
Hetoroskedasitas selanjutnya diuji dengan uji White untuk memastikan
tidak terdapat heteroskedastisitas. Uji White dilakukan dengan melihat nR2
dengan Chi-square (χ2), jika nR2 < χ2 maka hipotesis adanya heteroskedastisitas
ditolak. Berdasarkan hasil pengujian model diperoleh nR2 = 15.33 dan χ20.05(43) =
48.602 (nR2 < χ2), maka dugaan model menghasilkan ragam sisaan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
49
VII. ANALISIS PENDAPATAN PEMBUDIDAYA UDANG
VANAME MODAL SENDIRI DAN MODAL PINJAMAN
Pada penelitian yang dilakukan, pembudidaya tambak udang vaname
dikelompokan menjadi dua kelompok. Pengelompokan pembudidaya berdasarkan
modal usaha dalam membudidayakan tambak udang vaname, pembudidaya
dengan modal sendiri dan modal pinjaman dari tengkulak. Sebelum menganalisis
biaya dan pendapatan dapat dilihat rata-rata pengunaan input dan output pada
kedua kelompok pembudidaya.
Tabel 19. Pengunaan Input dan Output Produksi Pembudidaya Modal
Sendiri dan Modal Pinjaman
Uraian Pembudidaya Udang Vaname
Modal Sendiri Modal Pinjaman
Luas lahan (m2) 9 126.19 6 875.00
Benur (ekor) 84 761.90 39 555.56
Padat tebaran (ekor/m2) 9.29 5.75
Solar (liter) 56.38 63.06
Pakan (kg) 216.19 141.94
Umur panen (hari) 42.00 57.00
Produksi (kg) 398.00 314.44
Harga udang (Rp/kg) 30 952.38 40 000.00
Sumber : Data primer diolah (2014)
Dapat dilihat pada Tabel 19 bahwa rata-rata luas lahan, jumlah benur yang
ditebar, padat tebaran, solar yang digunakan dan pengunaan pakan pada
pembudidaya modal sendiri lebih besar dibanding pembudidaya peminjam. Lama
pemeliharaan pada pembudidaya modal pinjaman rata-rata pemeliharaannya lebih
lama, yaitu selama 57 hari dibandingkan dengan pembudidaya modal sendiri yang
hanya 42 hari. Produksi rata-rata pembudidaya modal sendiri lebih tinggi yaitu
398.00 kg permusim tanam sedangkan produksi rata-rata pembudidaya modal
sendiri hanya 314.44 kg permusim tanam, dengan rata-rata harga per kg udang
pada pembudidaya modal sendiri sebesar Rp 30 952.38/kg dan pembudidaya
modal pinjaman sebesar Rp 40 000.00/kg. Rata-rata harga jual udang vaname
pada pembudidaya modal pinjaman lebih tinggi dikarenakan size udang vaname
besar dibandingkan size udang vaname pembudidaya modal sendiri.
50
7.1. Analisis Biaya Usaha Budidaya Udang Vaname
Pembudidaya peminjam modal meminjam modal dari tengkulak berupa
benur, pakan, solar, dan obat-obatan. Pembayaran akan dilakukan setelah udang
dipanen dan dijual kepada tengkulak yang meminjamkan modal. Dari 39
responden 18 responden merupakan pembudidaya modal pinjamn kepada
tengkulak dan 21 pembudidaya modal sendiri. Perbandingan harga input produksi
antara pembudidaya modal sendiri dan peminjam modal dapat dilihat pada Tabel
20. Harga pakan yang dibeli tunai oleh pembudidaya modal sendiri sebesar
Rp 7 298.81/kg dan pembudidaya modal pinjaman sebesar Rp 8 966.67/kg.
Selisih untuk harga untuk benur rata-rata adalah Rp 3.70/ekor, benur yang dibeli
secara tunai adalah Rp 24.00 per kg dan benur yang dibeli secara tidak tunai
adalah Rp 27.70 per kg. Untuk harga salor selisih jika dibeli secara tunai dan tidak
tunai adalah Rp 500.00/liter.
Tabel 20. Perbandingan Harga Input Produksi
Uraian Pembudidaya Udang Vaname
Modal Sendiri Modal Pinjaman
Harga pakan (Rp/kg) 7 298.81 8 966.67
Harga benur (Rp/kg) 24.00 27.70
Harga solar (Rp/liter) 5 000.00 5 500.00
Sumber : Data primer diolah (2014)
Biaya pembelian benur pada pembudidaya modal sendiri merupakan
komponen biaya terbesar, yaitu sebesar Rp 2 161 703, sedangkan pada
pembudidaya modal pinjaman biaya yang dikeluarkan untuk benur hanya sebesar
Rp 1 639 022. Walaupun harga satuan benur pembudidaya modal pinjaman lebih
tinggi, tetapi jumlah benur yang ditebar per hektar permusim tanam lebih sedikit
(57 535 ekor/hektar/musim tanam) dibandingkan pembudidaya udang modal
sendiri (92 877 ekor/hektar/musim tanam).
Biaya tunai yang dikeluarkan oleh pembudidaya modal pinjaman terbesar
adalah biaya pembelian pakan, yaitu sebesar Rp 2 155 893 per hektar permusim
tanam. Biaya pembelian pakan oleh pembudidaya modal pinjaman lebih tinggi
dibandingkan pembudidaya modal sediri dikarenakan pengunaan pakan lebih
51
banyak dan harga per kg pakan juga lebih tinggi. Pemeliharaan udang lebih lama
akan membutuhkan pakan udang lebih banyak (Tabel 21).
Tabel 21. Perbandingan Total Biaya Pembudidaya Udang Vaname/
Hektar/Musim Tanam
Uraian
Nilai Rata-Rata
Biaya/Hektar/Musim Tanam
Modal Sendiri Modal Pinjaman
Nilai (Rp) (%) Nilai (Rp) (%)
Biaya Budidaya Udang
Vaname
A. Biaya Tunai
A.1. Biaya Tunai Variabel
1. Benur 2 161 703 29.09 1 639 022 19.35
2. Pakan 2 101 584 28.28 2 15 8593 25.48
3. Bahan Bakar 310 765 4.18 576 481 6.80
4. Obat-obatan 82 619 1.11 184 722 2.18
5. Tenaga Kerja Luar
Keluarga (TKLK) 928 508 12.49 433 333 5.12
A.2. Biaya Tunai Tetap
1. Sewa lahan 188 041 2.53 397 605 3.69
2. Pajak lahan 6 292 0.08
7 213 0.09
Total Biaya Tunai 5 779 512 77.78 5 396 969 63.71
B. Biaya Non Tunai
B.1. Biaya Non Tunai
Variabel
1. Tenaga Kerja dalam
Keluarga (TKDK) 1 310 818 17.64 2 678 333 31.06
B.2. Biaya Non Tunai Tetap
1. Penyusutan alat 220 876 2.97 258 819 3.06
2. Penyusutan Lahan 119 852 1.61 137 392 1.62
Total Biaya Non Tunai 1 651 546 22.22 3 074 544 36.29
TOTAL BIAYA 7 431 058 100.00 8 471 513 100.00 Sumber : Data Primer Diolah (2014)
Rata-rata biaya TKLK pada pembudidaya modal lebih besar dibanding
yaitu Rp 928 508/hektar/musim tanam dibanding pembudidaya modal pinjaman
yaitu Rp 433 333/hektar/musim tanam, dikarenakan beberapa pembudidaya modal
sendiri mengunakan tenaga kerja harian luar keluarga untuk mengelola tambak,
sedangkan pembudidaya modal sendiri tidak mengunakan tenaga kerja luar
keluarga untuk mengelola tambak. Pembudidaya modal sendiri hanya
mengeluarkan biaya tenaga kerja luar keluarga ketika pemanenan udang vaname.
Total rata-rata biaya tunai pada pembudidaya modal sendiri lebih besar
dibandingkan pada pembudidaya modal pinjaman karena rata-rata biaya tenaga
52
kerja dalam keluarga dan biaya pembelian benur lebih tinggi dibanding
pembudidaya peminjam modal dari tengkulak.
Biaya tidak tunai yang dikeluarkan oleh pembudidaya modal pinjaman lebih
besar dibandingkan pembudidaya modal sendiri. Biaya non tunai terbesar yang
dikeluarkan oleh pembudidaya modal pinjaman adalah biaya tenaga kerja dalam
keluarga, ini berhubungan dengan lamanya periode pemeliharaan udang itu
sendiri dan pengelolaan tambak yang hanya dilakukan anggota keluarga. Lebih
lengkapnya rincian biaya tunai dan biaya tidak tunai pembudidaya modal sendiri
dan pinjaman dapat dilihat pada Tabel 21.
7.2. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Udang Vaname dan R/C Rasio
Analisis pendapatan usaha budidaya udang vaname dilihar dari R/C rasio
atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya tunai. Analisis R/C rasio digunakan
untuk melihat seberapa besar pendapatan dalam rupiah yang dihasilkan dari biaya
dalam rupiah yang dikeluarkan.
Tabel 22. Perhitungan Penerimaan, Pendapatan Rata-rata dan R/C Rasio
Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname dan Ikan Bandeng
Uraian
Rata-Rata Nilai
Udang Modal
Sendiri
Udang Modal
Pinjaman
Budidaya
Bandeng
Penerimaan (Rp) 12 619 957 20 481 667 19 500 000
Biaya Tunai (Rp) 5 779 502 5 396 969 7 566 666
Biaya Non Tunai (Rp) 1 651 546 3 074 544 5 583 333
Biaya Total (Rp) 7 431 048 8 471 513 13 150 000
Pendapatan atas biaya
tunai (Rp)
6 840 455 15 084 698 11 933 333
Pendapatan atas biaya
total (Rp)
5 188 909 12 010 154 6 350 000
R/C atas Biaya Tunai 2.18 3.79 2.57
R/C atas Biaya Total 1.69 2.41 1.48
Sumber : Data Primer Diolah (2014)
Usaha budidaya tambak udang vaname juga akan dibandingkan dengan
usaha budidaya tambak ikan bandeng. Perbandingan ini untuk melihat apakah
lahan yang digunakan untuk budidaya tambak udang vaname lebih
menguntungkan dibandingkan jika lahan digunakan untuk budidaya tambak ikan
bandeng. Usaha budidaya tambak ikan bandeng digunakan sebagai perbandingan,
karena di kedua desa usaha budidaya yang banyak dilakukan oleh pemilik tambak
53
adalah budidaya udang dan ikan bandeng, selain itu lahan tambak yang biasanya
digunakan sebagai budidaya udang juga dapat digunakan untuk budidaya ikan
bandeng.
Pendapatan usaha budidaya tambak udang vaname merupakan manfaat
langsung yang diperolah pembudidaya di Kecamatan Pasekan Desa Karanganyar
dan Desa Pagirikan. Dari hasil analisis pendapatan, pendapatan atas biaya total
yang diperoleh oleh pembudidaya modal sendiri dan pinjaman masing-masing
sebesar sebesar Rp 5 188 909/hektar/permusim tanam dan Rp 12 010 151/hektar/
musim tanam, sedangkan pendapatan atas biaya tunai Rp 6 840 455/hektar/musim
tanam dan Rp 15 084 698/hektar/musim tanam. Hasil analisis pendapatan
tersebut menunjukan bahwa total penerimaan pembudidaya modal sendiri dan
modal pinjaman atas biaya tunai dan biaya total lebih dari nol, sehingga budidaya
tambak udang vaname dari kedua kelompok pembudidaya menguntungkan. Jika
lahan tambak digunakan untuk budidaya tambak ikan bandeng pendapatan atas
biaya total yang diperoleh adalah sebesar Rp 6 350 000/hektar/musim tanam dan
pendapatan atas biaya tunai Rp 11 933 333/hektar/musim tanam.
Tabel 23. Perbandingan Pendapatan Masing-Masing Jenis Budidaya/Hektar/Bulan
Uraian
Rata-Rata Pendapatan Budidaya (Bulan)
Udang Vaname
Modal Sendiri
(Rp)
Udang Vaname
Modal Pinjaman
(Rp)
Ikan Bandeng
(Rp)
Pendapatan atas Biaya
Tunai/Bulan 4 560 303 7 593 699 1 704 762
Pendapatan atas Biaya
Total/Bulan 3 459 273 6 056 427 907 142 Sumber : Data Primer Diolah (2014)
Pendapatan perbulan budidaya ikan bandeng memperoleh nilai terkecil,
pendapatan atas biaya tunai Rp 1 704 762/hektar/musim tanam dan
Rp 907 142/hektar/musim tanam pendapatan atas biaya total. Rendahnya
pendapatan rata-rata pada budidaya ikan bandeng karena satu musim tanam ikan
bandeng selama 7 bulan, udang vaname oleh pembudidaya modal sendiri hanya
dibudidayakan selama 42 hari (1.5 bulan) dan pembudidaya modal pinjaman
selama 57 hari (2 bulan).
Analisis R/C rasio terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya
total. Hasil perhitungan nilai R/C rasio atas biaya tunai pembudidaya modal
54
sendiri adalah 2.18 dan pembudidaya modal pinjaman adalah 3.79. Nilai R/C
rasio atas biaya total pembudidaya modal sendiri adalah 1.69 dan pembudidaya
modal pinjaman adalah 2.41, artinya jika pembudidaya modal sendiri
mengeluarkan biaya tunai sebesar Rp 1.00 dan maka dari usaha budidaya udang
vaname menghasilan penerimaan Rp 1.69 dan untuk pembudidaya modal
pinjaman jika mengeluarkan uang tunai senilai Rp 1.00 akan menghasilkan
penerimaan sebesar Rp 2.41.
Harga rata-rata input produksi seperti pakan, benur, obat-obatan dan bahan
bakar yang dibeli (hutang) dari tengkulak diatas rata-rata harga input produksi
yang dibeli secara tunai. Akan tetapi dari hasil analisis pendapatan, dapat melihat
R/C ratio pembudidaya peminjam modal lebih besar dari R/C ratio pembudidaya
modal sendiri, hal ini dikarenakan harga output produksi (harga udang per
kilogram) pembudidaya modal pinjaman lebih tinggi rata-rata Rp 40 000/kg
udang (Tabel 22). Harga udang vaname pada pembudidaya modal pinjaman
kepada tengkulak karena ukuran udang ketika dijual rata-rata lebih besar, secara
tidak langsung antara pembudidaya udang dengan tengkulak memiliki perjanjian
ketika pembudidaya meminjam modal nantinya udang yang dijual kepada
tengkulak harus dalam ukuran besar agar tengkulak dan pembudidaya
mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Jika lahan tambak digunakan untuk usaha budidaya tambak ikan bandeng
nilai R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total masing-masing sebesar 2.57 dan
1.48. Berdasarkan analisis pendapatan, usaha budidaya tambak udang vaname
oleh pembudidaya peminjam modal lebih efesien, R/C rasio atas biaya tunai dan
biaya total usaha budidaya tambak udang vaname lebih besar dibandingkan R/C
rasio budidaya tambak ikan bandeng. Sedangkan untuk pembudidaya modal
sendiri, R/C rasio yang didapat atas biaya tunai tunai lebih kecil. Tetapi untuk
R/C rasio atas biaya total pembudidaya modal sendiri lebih besar dibanding
budidaya ikan bandeng, dikarenakan lamanya periode pemeliharaan pada
budidaya ikan bandeng, yaitu mencapai 7 bulan. Biaya non tunai untuk tenaga
kerja harian, biaya Tenaga Kerja dalam Keluarga (TKDK) yang dibutuhkan
perhektar permusim tanam tinggi, yaitu mencapai Rp 5 250 000/hektar/musim
tanam, jika dibandingkan dengan biaya TKDK pembudidaya udang vaname
55
modal sendiri dan modal pinjaman masing-masing hanya sebesar
Rp 1 310 818/hektar/musim tanam dan Rp 2 678 333/hektar/musim tanam (Tabel
22).
Dengan meminjam kepada tengkulak ternyata usaha budidaya udang
vaname di Desa Karangnyar dan Desa Pagirikan Kecamatan Pasekan lebih
menguntungkan dilihar dari R/C rasio pembudidaya modal pinjaman lebih besar.
Disini peran tengkulak sebagai penyedia modal, penyedia input produksi
sekaligus pembeli hasil produksi budidaya udang. Biasanya tengkulak juga
sekaligus pembudidaya udang vaname. Penelitian yang dilakukan oleh Oktavia
(2013), tentang analisis pendapatan budidaya jamur merang antara petani mandiri
dan peminjam modal, dari segi pendapatan petani mandiri memperoleh
keuntungan yang lebih besar karena harga jual lebih tinggi, tetapi rata-rata
produksi jamur oleh petani peminjam modal lebih tinggi. Kecenderungan petani
atau pembudidaya udang peminjam modal untuk memperoleh keuntungan yang
tinggi dan tuntutan kerjasama dengan tengkulak akan meningkatkan produksi.
56
VIII. SIMPULAN DAN SARAN
8.1. Simpulan
Faktor-faktor produksi yang signifikan atau perpengaruh secara nyata
terhadap produksi budidaya tambak udang vaname secara tradisional adalah
pakan, solar dan lamanya pemeliharaan udang. Selain meningkatkan produksi
masa pemeliharaan akan mempengaruhi size per kilogram udang vaname yang
dihasilkan dan akan mempengaruhi pendapatan. Solar gunakan untuk
mengoperasikan mesin pengatur sirkulasi air, kondisi air sangat mempengaruhi
produksi udang vaname.
Berdasarkan analisis pendapatan R/C ratio, usaha budidaya udang vaname
secara tradisional pembudidaya modal sendiri dan pembudidaya modal pinjaman
dari tengkulak dapat dikatakan menguntungkan untuk dijalankan (R/C ratio > 1).
Pembudidaya modal pinjaman dari tengkulak lebih menguntungkan karena R/C
ratio lebih besar dibandingkan pembudidaya modal sendiri. Pembudidaya udang
vaname yang meminjam modal kepada tengkulak akan menghasilkan produksi
udang lebih tinggi karena tengkulak mengharapkan panen udang vaname dengan
ukuran yang besar agar harga jual udang vaname lebih tinggi, semakin besar
ukuran udang vaname yang dipanen semakin tinggi harga udang vaname per
kilogramnya sehingga produksi udang vaname yang dihasilkan pembudidaya
udang vaname lebih besar.
8.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan produksi udang
vaname, pembudidaya udang vaname dapat menambah pengunaan jumlah pakan,
jumlah solar dan lamanya pemeliharaan udang vaname. Udang vaname harus
dipelihara minimal umur 60 hari agar menghasilkan produksi udang vaname yang
lebih besar dan keuntungan yang didapatkan pembudidaya udang vaname lebih
tinggi. Sesuai dengan program Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Indramayu, yaitu penyuluhan dan program dempond budidaya udang vaname
tradisional plus, pengarahan mengenai penambahan pengunaan pakan, solar, dan
pemeliharaan dapat dilakukan secara intensif oleh penyuluh dari dinas perikanan.
57
Kerjasama antara penyuluh dari dinas perikanan dengan tengkulak dalam hal
pengunaan input produksi dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi udang
vaname ditingkat pembudidaya. Hal ini dikarenakan tengkulak memiliki
pengaruh yang besar terhadap budidaya tambak udang dilokasi penelitian.
58
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Budidaya Udang Vannamei (litopenaeus vannmaei) Pola
Tradisional Plus. Jakarta (ID): Jurnal Kelautan dan Perikanan. [internet].
http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7519/BUDIDAYA-UDANG-
VANNAMEI-litopenaeus-vannamei-POLA-TRADISIONAL-
PLUS/?category_id=107. Tersedia: diakses pada tanggal 07 Februari
2013.
Arifianty, S. dkk. 2008. Optimalisasi Input Produksi Budidaya Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) pada UD Jasa Hasil Diri (JHD) Desa Lamaran
Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. [Jurnal].
Bogor (ID): Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(1) 39-49.
[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. Indonesia dalam Angka 2004-2011.
Jakarta : PBS Indonesia
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. 2013. Luasan Tambak di
Kabupaten Indramayu. Indramayu : Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Indramayu.
____________________________________________. 2014. Rencana Kerja
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. [internet] Tersedia:
http://diskanla.indramayukab.go.id/component/content/article/12-
warta/69-pengesahan-programa-penyuluhan-perkanan-dan-kelautan-
tahun-2014-dinas-perikanan-dan-kelautan-kab-indramayu.html. diakses
pada tanggal 05 April 2014.
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. 2013.Produksi Perikanan
Menurut Jenis Budidaya tahun 2005-2011. Bandung : Dinas Perikanan
dan Kelautan Provinsi Jawa Barat.
Finanda, I. T. 2011. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usaha
Pembesaran Lele Dumbo: Studi Kasus CV Jumbo Bintang Lestari.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gujarati, D.N. 2003. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta (ID): Erlangga
Gujarati, D.N. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Ed ke-3. Jakarta (ID): Erlangga
Haliman, R. dan Dian A. 2005. Udang Vannamei. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Hastuti dan Rahim. 2007. Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Hernanto, F. 1995. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
59
Intriligator, M.D. 1996. Econometrik Models, Technigues, and Applications.
Second Edition. Prentice-Hal. Inc, New Jersey.
Juanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB
Press.
Juarno, O. 2012. Daya Saing dan Strategi Peningkatan Ekspor Udang Indonesia di
Pasar Internasional. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Juarno, O. dkk. 2011. Kinerja Produktivitas dan Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Total Factor Produktivity (TFP) Tambak udang Indonesia. J.
Sosek KP Vol. 6 No.2.
Karina, S. 2011. Ekspor Udang Capai 50.313 ton. Economy Okezone.com.
[internet]. Tersedia pada:
http://economy.okezone.com/read/2011/09/20/320/504997/ekspor-
udang-capai-50-313-ton. diakses pada tanggal 14 Desember 2012.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Kelautan dan Perikanan dalam
angka 2011. Jakarta (ID) : KKP
Kordi, M. G. H. 2011. Buku Pintar Budi Daya 32 Ikan Laut Ekonomis.
Yogyakarta (ID): Lily Publisher.
Masyur, A. Dkk. Pengaruh Pengurangan Pakan Secara Periodik Terhadap
Pertumbuhan, Sintasan, dan Produksi Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) Pola Semi Intensif di Tambak. Jurnal Riset Akuakultur.
Volume 6 Nomor 1, April 2011. Hal: 71-80. Jakarta.
Nicholson, 1991. Teori Mikro Ekonomi: Prinsip dasar dan Perluasa. [terjemahan]
Deniel W. Jakarta: Binarupa aksara.
Oktaviana, T. 2013. Analisis Pendapatan Usahatani dan Tataniaga Jamur Merang
(Volvariella volvaceae) di Desa Gempol Kolot, Kecamatan Banyusari,
Kabupaten Karawang. [skripsi]. IPB (ID): Institut Pertanian Bogor.
Poetryani, A. 2011. Analisis Perbandingan Efisiensi Usahatani Padi Organik
dengan Anorganik. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Purnomo, H. dan Siti H.S. 2007. Permintaan Komoditas Perikanan Indonesia:
Trend Produksi, Sentra Produksi, dan Teknologi Pengelolaan. Potret dan
Strategi Pengembangan Perikanan Tuna, Udang, dan Rumput Luat
Indonesia. Jakarta (ID): Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
60
Sagala, P.A. 2012. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani
Anggrek Vanda Douglas di Kelurahan Pondok Benda, Kota Tangerang
Selatan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. Ed ke-4.
Jakarta (ID): PT Raja GrafindoPersada.
Soeseno, S. 1983. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. Jakarta(ID):
Gramedia.
Susilo, H. 2007. Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Tambak dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Produksi. EPP.Vol.4.No.2.2007:19-23
Tahe, S. dan Hidayat S. 2011. Pertumbuhan dan Sintasan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) dengan Kombinasi Pakan Berbeda dalam Wadah
Terkontrol. Jakarta (ID) : Jurnal Riset Akuakultur. Vol. 6 No. 1 Hal. 31-
40.
Velayati, R. 2013. Analisis Efisiensi dengan Pendekatan Data Envelopment
Anlysis (DEA) dan Pendekatan Usahatani di Kecamatan Cijeruk,
Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Wattanutchariya, S. dan Theodore P. 1981. Ekonomi Budidaya Perairan: Kasus
Ikan Lele* di Thailand. Penelitian Ekonomi Budidaya Perairan di Asia.
1986. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.
Yusuf, R. dan Tajerin. 2007. Sistem Pemasaran Komoditas Perikanan Indonesia.
Potret dan Strategi Pengembangan Perikanan Tuna, Udang, dan Rumuput
Luat Indonesia. Jakarta (ID): Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
61
LAMPIRAN
62
63
Lampiran 1. Pendapatan Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) 2007-2011
Jenis Tahun
2007 2008 2009 2010* 2011**
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan
Perikanan
271 509.3 284 619.1 295 883.8 304 736.7 313 727.8
Tanaman Bahan
Makanan dan
Hortikultura
133 888.5 142 000.4 149 057.8 151 500.7 153 408.5
Tanaman
Perkebunan 43 199.2 44 783.9 45 558 4 47 110.2 48 964.0
Peternakan 34 220.7 35 425.3 36 648.9 38 214.4 39 929.2
Kehutanan 16 548.1 16 543.3 16 843.6 17 249.6 17 361.8
Perikanan 43 652.8 45 866.2 47 775.1 50 661.8 54 064.3
Pertambangan dan
Penggalian 171 278.4 172 496.3 180 200.5 186 634.9 189 179.2
Industri Pengolahan 538 084.6 557 764.4 570 102.5 597 134.9 634 246.9
Listrik, Gas & Air
Bersih 13 517.0 14 994.4 17 136.8 18 050.2 18 920.5
Konstruksi 121 808.9 131 009.6 140 267.8 150 022.4 160 090.4
Perdagangan, Hotel &
Restoran 340 437.1 363 818.2 368 463.0 400 474.9 437 250.7
Pengangkutan dan
Komunikasi 142 326.7 165 905.5 192 198.8 217 977.4 241 285.2
Keuangan, Real Estate
& Jasa Perusahaan 183 659.3 198 799.6 209 163.0 221 024.2 236 076.7
Jasa-jasa 181 706.0 193 049.0 205 434.2 217 782.4 232 464.6
Produk Domestik
Bruto (PDB) 1 964 327.3
2 082 456.1
2 178 850.4 2 313 838.0
2 463 242.0
*Angka Sementara
Sumber :Badan Pusat Statistik Indonesia, 2012
64
Lampiran 2. Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname ( ANOVAb)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1611981.919 4 402995.480 16.051 .000a
Residual 853619.671 34 25106.461
Total 2465601.590 38
a. Predictors: (Constant), umur, Benur, pakan, solar
b. Dependent Variable: Pro
Lampiran 3. Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname Model
Summary Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Change Statistics
Sig. F Change
1 .809a .654 .613 158.450184 .000
a. Predictors: (Constant), umur, Benur, pakan, solar
b. Dependent Variable: Pro
Lampiran 4. Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (Coefficients)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -88.552 100.546
-.881 .385
Benur .001 .001 .135 1.294 .204 .940 1.064
Pakan .379 .120 .356 3.154 .003 .800 1.250
Solar 1.576 .641 .326 2.461 .019 .579 1.727
Umur 4.866 1.987 .326 2.449 .020 .576 1.736
a. Dependent Variable: Pro
65
Lampiran 5. Hasil Estimasi dalam Model Udang Produksi Vaname
(One-Sample Kolmogrov- Smirnov Test)
One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 39
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.49878870E2
Most Extreme Differences Absolute .116
Positive .116
Negative -.064
Kolmogorov-Smirnov Z .722
Asymp. Sig. (2-tailed) .674
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 6. Hasil Estimasi dalam Model Produksi Udang Vaname (Model
Summary abs_res)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change Sig. F Change
1 .627a .393 .322 77.36010 .393 .002
a. Predictors: (Constant), umur, Benur, pakan, solar
b. Dependent Variable: abs_res
Lampiran 7. Uji Heteroskedastisitas untuk Model Produksi Budidaya
Tambak Udang Vaname (Coefficientsa)
Model Sig. Collinearity Statistics
VIF
(Constant) .126
Benur .010 1.064
Pakan .151 1.250
Solar .572 1.727
Umur .075 1.736
a. Dependent Variable: abs_res
66
Lampiran 8. Karekteristik Responden Pembudidaya Udang Vaname
No Nama
Responden Umur
Jenis
Kelamin Pendidikan
Kepemilikan
Lahan
Sumber
Modal Usaha
1 Warsa 50 L TS Milik Sendiri Tengkulak
2 Carmadi 60 L SD Milik Sendiri Tengkulak
3 Sarwan 45 L SD Milik Sendiri Sendiri
4 Asiran 42 L SD milik Sendiri Tengkulak
5 Casdi 36 L SD milik Sendiri Tengkulak
6 Duryana 39 L SD Sewa Tengkulak
7 Suja 39 L SD Sewa Tengkulak
8 V'on 45 L SD Sewa Tengkulak
9 Hari 55 L D3 Sewa Sendiri
10 Tasman 60 L TS Milik Sendiri Sendiri
11 Desi 40 P SD Sewa Sendiri
12 Roedi 65 L SD Milik Sendiri Tengkulak
13 Ba'da 40 L SD Milik Sendiri Tengkulak
14 Suwandi 45 L SD Milik Sendiri Tengkulak
15 Tahono 50 L TL Milik Sendiri Tengkulak
16 Answar 40 L SD Sewa Tengkulak
17 Wargan 45 L SD Milik Sendiri Tengkulak
18 Nur Hasan 31 L D3 Milik Sendiri Sendiri
19 Didi 35 L SMA Bagi Hasil Tengkulak
20 Dawud 70 L SD Milik Sendiri Sendiri
21 Carmin 31 L SD Sewa Tengkulak
22 Jai'di 29 L SD Milik Sendiri Sendiri
23 Daskam 45 L SD Milik Sendiri Sendiri
24 Tarjan 33 L SD Milik Sendiri Sendiri
25 Humaidi 50 L SD Milik Sendiri Sendiri
26 Uman 38 L SD Milik Sendiri Sendiri
27 Kadori 38 L SD Milik Sendiri Tengkulak
28 Castiman 50 L SD Milik Sendiri Sendiri
29 Warli 35 L SMP Milik Sendiri Sendiri
30 Ahmad B. 38 L SMA Sewa Sendiri
31 Deden A. S. 20 L SMA Milik Sendiri Sendiri
32 Hasan Bisri 38 L SD Sewa Sendiri
33 M. Iskandar 25 L SMA Milik Sendiri Tengkulak
34 Umaya 42 L SD Milik Sendiri Sendiri
35 Idris 35 L SD Sewa Tengkulak
36 Juanaidi 30 L SMP Sewa Sendiri
37 Sukardi 50 L TS Milik Sendiri Sendiri
38 Jainudin 36 L SD Milik Sendiri Sendiri
39 Anto 42 L SD Milik Sendiri Sendiri
67
Lampiran 9. Penggunaan Input dan Output Produksi Udang Vaname
No Nama
Responden
Input Produksi
Produksi
(Kg) Benur
(Ekor)
Pakan
(Kg)
Solar
(Liter)
Luas
Tambak
(m2)
Umur Udang
(Hari)
1 Warsa 10 000 100 50 3 750 60 200
2 Carmadi 10 000 200 75 3 750 90 250
3 Sarwan 100 000 800 200 15 000 90 1000
4 Asiran 20 000 150 120 5 000 90 550
5 Casdi 60 000 250 50 12 500 40 450
6 Duryana 40 000 200 35 5 000 55 350
7 Suja 40 000 200 40 5 000 58 370
8 V'on 50 000 50 45 15 000 40 245
9 Hari 20 000 320 30 2 500 50 180
10 Tasman 150 000 150 100 10 000 25 250
11 Desi 10 000 100 15 5 000 28 85
12 Roedi 30 000 75 50 3 750 45 100
13 Ba'da 50 000 300 50 7 500 40 500
14 Suwandi 50 000 0 50 7 500 50 160
15 tahono 40 000 100 40 7 500 30 200
16 Answar 14 000 75 30 3 750 70 150
17 Wargan 20 000 100 50 5 000 60 130
18 Nur Hasan 100 000 400 60 7 500 37 421
19 Didi 75 000 400 100 12 500 48 455
20 Dawud 50 000 80 10 2 500 60 80
21 Carmin 30 000 75 50 5 000 60 325
22 Jai'di 100 000 100 50 10 000 50 300
23 Daskam 50 000 100 50 10 000 30 300
24 Tarjan 200 000 1 100 100 15 000 60 1 800
25 Humaidi 100 000 120 20 10 000 30 425
26 Uman 50 000 80 30 7 500 40 200
27 Kadori 50 000 80 50 7 500 60 400
28 castiman 70 000 80 22 15 000 30 170
29 Warli 30 000 100 22 7 500 40 160
30 Ahmad B 40 000 0 30 5 000 47 130
31 Deden Agus 150 000 180 40 10 000 45 300
32 Hasan Bisri 30 000 0 10 5 000 27 52
33 M. Iskandar 53 000 160 50 6 250 64 325
34 Umaya 60 000 60 80 10 000 38 255
35 Idris 70 000 40 150 7 500 60 500
36 Juanaidi 50 000 250 25 7 500 50 320
37 Sukardi 300 000 350 100 25 000 50 1 700
38 jainudin 100 000 150 70 10 000 40 180
39 Anto 20 000 20 20 1 650 24 50
68
Lampiran 10. Penerimaan dan Biaya oleh Pembudidaya Modal Sendiri (Rp/Ha/Musim Tanam)
No.
Penerimaan Udang
(Rp/Ha/Musim)
Biaya Tunai Variabel (Rp/Ha/Musim) Biaya Tunai Tetap
(Rp/Ha/Musim)
Biaya Non tunai Variabel
(Rp/Ha/Musim) Biaya Non Tunai Tetap (Rp/Ha/Musim)
Benur Pakan Solar Obat-
obatan TKLK Sewa Lahan Biaya Pajak TKDK Penyusutan Alat Penyusutan Lahan
1 33333333 1533333 4333333 666667 41667 233333 0 17260 1566667 115982 328767
2 25200000 1840000 11200000 600000 0 6840000 1150685 0 0 564384 0
3 6250000 3450000 1200000 500000 0 420000 0 4795 1300000 120548 91324
4 3910000 460000 1500000 150000 0 300000 613699 0 1600000 246027 0
5 19646667 3066667 4666667 400000 893333 4188667 0 7096 66667 173881 135160
6 12800000 4600000 2800000 200000 0 800000 0 11507 6200000 597260 219178
7 10500000 2400000 820000 250000 0 1600000 0 9589 0 141096 182648
8 6000000 1200000 820000 250000 0 1010000 0 5753 0 124658 109589
9 42000000 3200000 6013333 666667 0 1246667 0 11507 0 99543 219178
10 8500000 2400000 780000 100000 0 250000 0 5753 800000 124658 109589
11 9600000 1600000 874667 200000 0 266667 0 7671 1400000 177169 146119
12 2493333 1073333 426667 73333 0 133333 0 5753 533333 83105 109589
13 6826667 960000 960000 146667 200000 266667 0 7671 1400000 177169 146119
14 9360000 1920000 0 300000 300000 100000 901370 0 2080000 277260 0
15 10500000 3450000 1575000 200000 0 400000 0 8630 1175000 136986 164384
16 2600000 1380000 0 100000 0 200000 369863 0 1180000 244384 0
17 7650000 1260000 525000 400000 0 150000 0 7288 1000000 131233 138813
18 13653333 1533333 2266667 166667 0 333333 913242 0 1733333 188128 0
19 21760000 2760000 1148000 200000 100000 360000 0 9589 624000 56438 182648
20 4860000 2400000 1230000 350000 200000 400000 0 7671 1050000 132877 146119
21 7575758 2909091 993939 606061 0 0 0 4603 3818182 725612 87671
Rata-rata 12619957 2161703 2101584 310765 82619 928508 188041 6292 1310818 220876 119852
69
Lampiran 11. Penerimaan dan Biaya Pembudidaya Modal Pinjaman/Ha/Musim Tanam
No
Penerimaan
(Rp/Ha/Musim)
Biaya Tunai Variabel (Rp/Ha/Musim) Biaya Tunai Tetap
(Rp/Ha/Musim)
Biaya Non Tunai Variabel
(Rp/Ha/Musim)
Biaya Non Tunai Tetap
(Rp/Ha/Musim)
Benur Pakan Bahan
Bakar
Obat-
obatan TKLK
Sewa
Lahan Pajak Lahan TKDK Penyusutan Alat Penyusutan Lahan
1 18666667 720000 2453333 733333 853333 933333 0 11507 4133333 398174 219178
2 33333333 720000 4906667 1100000 853333 933333 0 17260 6133333 463927 328767
3 55000000 1080000 3000000 1320000 125000 400000 0 17260 4600000 347945 328767
4 12600000 1296000 1840000 220000 0 400000 0 7671 840000 106301 146119
5 24500000 2240000 3700000 385000 0 500000 1205479 0 2850000 290411 0
6 25900000 2240000 3700000 440000 0 400000 1271233 0 3000000 295342 0
7 6043333 866666 400000 165000 100000 200000 730594 0 706666 88584 0
8 13333333 2400000 1840000 733333 213333 266667 0 8630 3133333 365297 164384
9 26666667 1800000 3800000 733333 0 266667 0 7671 1400000 177169 146119
10 8533333 2000000 0 366667 106667 133333 0 9589 1466667 188128 182648
11 9333333 1493333 1200000 293333 133333 200000 0 5753 1133333 166210 109589
12 20000000 1045333 1840000 440000 0 533333 1703014 0 4800000 420091 0
13 9360000 1200000 1840000 550000 300000 400000 0 11507 3100000 298630 219178
14 12740000 1620000 3040000 440000 0 280000 0 9205 1040000 111562 175342
15 27300000 1740000 1380000 550000 0 500000 1150685 0 3100000 298630 0
16 17066667 1866667 1040000 366667 0 333333 0 11507 2066667 199087 219178
17 24960000 2374400 2368000 440000 640000 320000 0 12274 2640000 244164 233790
18 23333333 2800000 506666 1100000 0 800000 1095890 0 2066667 199087 0
Rata-
rata 20481667 1639022 2158593 576481 184722 433333 397605 7213 2678333 258819 137392
70
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Yuni Kristina lahir di Sarko, Jambi pada tanggal 01 Juni
1991. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Robertus Bejo
dan Yustina Rustiyem. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1996 di TK Tunas
Mulya. Pada tahun 1997-2003 penulis menempuh pendidikan di SD Negeri
257/IV Air Batu 1, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 5 Tabir Ilir lulus pada
tahun 2006. Tahun 2006 penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Pelepat Ilir dan
lulus pada tahun 2009.
Tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan ke di Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan. Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti
beberapa kepanitian kegiatan seperti Bina Desa FEM, FEM Mengajar,
ESLday,dan MPD dan mengikuti unit kemahasiswaan yaitu Keluarga Mahasiswa
Katolik IPB (KeMaKI) sebagai pengurus pada periode 2011-2012. Penulis pernah
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh LPPM IPB, “IPB goes to field” pada
tahun 2011 di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah dan mengikuti lomba karya
tulis ilmiah seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan judul
Pengembangan Kawasan Wisata Candi Gedung Songo Berbasis Co-Management
dalam Rangka Pelestarian Cagar Budaya dan Income Generating dengan
Pendekatan Multiplier Effect.
Top Related