6
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Pengertian Analisis
Analisis sangat diperlukan dalam sebuah penelitian sebagai suatu acuan
bagi peneliti untuk menentukan langkah-langkah atau tahapan-tahapan dari
penelitian tersebut. Berikut ini beberapa ahli menjelaskan pengertian analisis.
Sebuah artikel dalam situs http://de.wikipedia.org/wiki/Analyse
menjelaskan:
’’Eine Analyse ist eine ganzheitliche, systematische Untersuchung, bei der das untersuchte Objekt oder Subjekt in seine Bestandteile zerlegt wird und diese anschlieβend geordnet, untersucht und ausgewertet werden. Dabei dürfen die Vernetzung der einzelnen Elemente und deren Integration nicht auβer Acht gelassen werden’’.
Pengertian di atas memiliki makna bahwa analisis adalah sebuah penelitian
atau riset yang sistematis dan menyeluruh. Pada penelitian tersebut objek atau
subjek yang diteliti diuraikan menjadi komponen-komponennya yang kemudian
disusun, diteliti dan diberikan penilaian. Dalam proses tersebut keterikatan dari
masing-masing elemen dan integrasinya tidak boleh diabaikan.
Secara umum Preuβ (1986:25) mengemukakan bahwa ’’Analyse ist
allgemeine wissenschaftliche Methode der kontrolierten – Zerlegung eines
zusammengesetzten Ganzen mit dem Ziel, es genauer kennenzulernen’’.
Definisi tersebut dapat diartikan sebagai berikut: ’’Analisis adalah metode
ilmiah pengontrolan secara umum, pemecahan sesuatu yang utuh, dengan tujuan
mengenalinya lebih jelas“.
7
Secara singkat dari pengertian di atas analisis dapat diartikan sebagai suatu
proses yang sistematis dalam menguraikan suatu objek atau subjek penelitian
yang untuk selanjutnya disusun dan diberikan penilaian. Begitupun dalam
menganalisis suatu bahan ajar, hal yang diteliti yaitu isi materi pembelajaran,
tema, latihan-latihan, kejelasan petunjuk latihan-latihannya dan evaluasi. Jadi, hal
yang dilakukan oleh peneliti dalam analisis bahan ajar ini yaitu mencoba untuk
mendeskripsikan isi dari bahan ajar tersebut secara lebih terperinci dan
penggunaannya dalam pembelajaran bahasa Jerman, khususnya keterampilan
bahasa Jerman, yaitu keterampilan menulis dan berbicara.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis merupakan
suatu proses penelitian yang dilakukan secara sistematis dan mendalam untuk
menyederhanakan atau menguraikan suatu objek atau subjek penelitian menjadi
komponen-komponen yang lebih kecil atau sederhana dengan tujuan agar konsep
dari penelitian menjadi lebih jelas dan lebih mudah untuk dimengerti. Bahan ajar
yang akan dianalisis di dalam penelitian ini adalah studio d A1 karangan
Hermann Funk, Christina Kuhn, dan Silke Demme.
B. Analisis Bahan Ajar
1. Pengertian Bahan Ajar
Hufeisen dan Marx (2005) yang terdapat dalam situs
www.spz.tudarmstadt.de/kursunterlagen/SeminareHufeisenMarx/iwapdf/CD
mengatakan bahwa bahan ajar adalah ”Eine Sammlung aller Materialien, die im
8
Sprachkurs eingesetz werden (können) oder auch von Schülern zu Hause
erarbeitet werden können”.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahan ajar merupakan
sekumpulan materi yang digunakan dalam pengajaran bahasa atau juga dapat
dikerjakan siswa di rumah.
Nurhadi (2005:73) menyatakan bahwa pengertian bahan ajar merupakan
bahan pembelajaran yang sesuai dengan potensi, fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik. Bahan ajar memungkinkan siswa
dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan
sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi
secara utuh dan terpadu. Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :
a. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
b. Kompetensi yang akan dicapai
c. Isi materi pembelajaran
d. Informasi pendukung
e. Latihan-latihan
f. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g. Evaluasi
h. Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar pada
dasarnya merupakan seperangkat materi yang terdiri dari pengetahuan (fakta,
konsep, prinsip, prosedur), keterampilan dan sikap yang disusun oleh pengajar
dalam kegiatan belajar mengajar untuk disampaikan kepada siswa/mahasiswa
9
untuk dipelajari guna tercapainya keberhasilan tujuan pembelajaran.
2. Pengertian Analisis Bahan Ajar
Bahan ajar yang akan digunakan seharusnya dianalisis terlebih dahulu,
agar dapat diketahui kelebihan dan kelemahannya. Analisis dilakukan terhadap
ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya. Cara
menganalisisnya adalah menginventarisasi ketersediaan bahan ajar yang dikaitkan
dengan kebutuhan, sedangkan definisi dari menganalisis bahan ajar itu sendiri
merupakan suatu proses yang sistematis dalam menguraikan suatu objek atau
subjek penelitian yang untuk selanjutnya disusun dan diberikan penilaian
berdasarkan segala bentuk bahan ajar yang digunakan untuk membantu
guru/instruktur dalam melaksanakan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar yang
dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Menurut Krumm
dalam situs http://www.tu-dresden.de/sulifg/daf/docs/reader/reader_lwa.pdf
terdapat kriteria tertentu dalam menganalisis bahan ajar, yaitu:
a. Aufbau des Lehrwerks (Susunan bahan ajar) b. Layout (Tampilan) c. Übereinstimmung mit dem Lehrplan (Kesesuaian dengan rencana
pembelajaran) d. Inhalte-Landeskunde (isi atau pokok dari keadaan geografis) e. Sprache (Bahasa) f. Grammatik (Tata bahasa) g. Übungen (Latihan-latihan) h. Die Perspektive der Schüler (Pandangan atau wawasan siswa)
C. Hakikat Bahan Ajar
1. Jenis Bahan Ajar
Sebuah artikel dalam situs http://meetabied.wordpress.com/2009/
11/22/bahan-ajar-dan-pengembangan-bahan-ajar/ mengemukakan bahwa,
10
berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi
empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti handout, buku, modul, lembar
kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar
dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan
ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk film. Bahan ajar
multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer
Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan
bahan ajar berbasis web (web based learning materials). Selanjutnya pada karya
tulis ini hanya dibahas tentang bahan ajar cetak.
1) Bahan Ajar Cetak (Printed)
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk, di antaranya:
a. Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru
untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal
389, handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan
yang telah disiapkan oleh pembicara. Saat ini handout dapat diperoleh
dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau
menyadur dari sebuah buku.
b. Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan
buah pikiran dari pengarangnya. Isi buku diperoleh dari berbagai cara
misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman,
otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi.
Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai: Book is number of
11
sheet of paper, either printed or blank, fastened together in a cover. Buku
adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid
dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi
suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk
tertulis. Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan
bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik
dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya.
c. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta
didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru,
sehingga modul berisi paling tidak tentang:
• Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
• Kompetensi yang akan dicapai
• Content atau isi materi
• Informasi pendukung
• Latihan-latihan
• Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
• Evaluasi
• Balikan terhadap hasil evaluasi
Sebuah modul akan bermakna jika peserta didik dapat dengan mudah
menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang
peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih
cepat menyelesaikan satu atau lebih KD (Kompetensi Dasar) dibandingkan
dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian maka modul harus
menggambarkan KD (Kompetensi Dasar) yang akan dicapai oleh peserta
didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik,
dilengkapi dengan ilustrasi.
12
d. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-
lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar
kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus
jelas KD (Kompetensi Dasar) yang akan dicapainya. Lembar kegiatan
dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah
lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik
apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait
dengan materi tugasnya.
e. Brosur
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai
Pustaka, 1996 dijelaskan brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai
suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya
terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran
cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan
atau organisasi Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan
sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD (Kompetensi
Dasar) yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi
bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis.
Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya
memuat satu KD (Kompetensi Dasar) saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur
akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
f. Leaflet
Dalam Webster’s New World, 1996 diungkapkan Leaflet is a
separate sheet of printed matter, often folded but not stitched. Penjelasan
tersebut jika dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia yaitu Leaflet
merupakan bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
13
dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara
cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang
sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga
harus memuat materi yang dapat membantu peserta didik untuk menguasai
satu atau lebih KD (Kompetensi Dasar).
g. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses
atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart
terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain
dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik.
Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan
pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar.
Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi
kriteria sebagai bahan ajar antara lain memiliki kejelasan tentang KD
(Kompetensi Dasar) dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta
didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya.
Sebagai contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara
ular, tikus dan lingkungannya.
h. Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan
dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu
rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian
foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya
menguasai satu atau lebih KD (Kompetensi Dasar).
2. Penyusunan Bahan Ajar Cetak
Dalam menyusun bahan ajar yang perlu diperhatikan adalah bahwa
judul atau materi yang disajikan harus berintikan KD (Kompetensi Dasar)
14
atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik. Pernyataan di
atas diperjelas juga dalam situs http://www.docstoc.com/docs/2864110/5-
PANDUAN-PEMGEMBANGAN-BAHAN-AJAR_270208 oleh Suryanto
bahwa bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul
yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas,
rangkuman, dan tugas pembaca.
b. Bahasa yang mudah, yang menyangkut: kelengkapan kosa kata,
jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak
terlalu panjang.
c. Menguji pemahaman, yang menyangkut: penilaian melalui
pembaca, check list untuk pemahaman.
d. Stimulan, yang menyangkut: mudah tidaknya dilihat, tulisan
mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.
e. Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata
(huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan mudah dibaca), urutan
teks terstruktur, mudah dibaca.
f. Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan
kajian, lembar kerja (work sheet).
3. Kriteria Analisis Bahan Ajar
Dalam situs www.dikmenum.go.id diungkapkan bahwa dalam
menggunakan bahan ajar perlu adanya pemilihan dan penentuan bahan
15
ajar, hal tersebut dimaksudkan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa
bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk mencapai
kompetensi. Sehingga bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan dan
kecocokan dengan KD yang akan diraih oleh peserta didik. Jenis dan
bentuk bahan ajar ditetapkan atas dasar analisis kurikulum dan analisis
sumber bahan sebelumnya. Senada dengan pendapat di atas, bahwa Kast
dan Neuner dalam http://www.tu-
dresden.de/sulifg/daf/docs/reader/reader_lwa.pdf mengemukakan
pendapatnya yaitu
’’Jede Analyse braucht Kriterien. In ihrer Zusammenstellung in form einer Liste werden sie übersichtlich und damit anwendbar. In dieser Form gewährleisten sie eine relative Vergleichbarkeit der Ergebnisse ihrer Anwendung auf unterschiedliche Werke’’.
Teori tersebut dapat diartikan bahwa setiap analisis bahan ajar
membutuhkan kriteria penilaian bahan ajar. Kriteria penyusunan bahan
ajar itu disusun dalam daftar yang jelas supaya dapat digunakan. Dengan
demikian setiap bahan ajar dapat dibandingkan kegunaannya dari berbagai
karya. Sesuai dengan penjelasan di atas, maka Kast dalam http://www.tu-
dresden.de/sulifg/daf/docs/reader/reader_lwa.pdf mendeskripsikan juga
beberapa kriteria dalam menganalisis bahan ajar, khususnya dalam
penelitian ini akan menganalisis keterampilan menulis dan keterampilan
berbicara, yakni sebagai berikut:
1) Kriteria Menganalisis Bahan Ajar Keterampilan Menulis
a) Gibt es Übungen, die schriftliche Kommunikation vorbereiten,
aufbauen, strukturieren und simulieren?
16
(Adakah latihan-latihan yang mempersiapkan, kemudian
mengembangkan, melatihkan struktur dan mensimulasikan komunikasi
tertulis?)
b) Gibt es satzüberschreitende Übungen?
(Adakah latihan membuat ataupun menyusun kalimat?)
c) Gibt es neben pragmatischen Schreibaufträgen auch kreative, die
Phantasie ansprechende üben?
(Adakah latihan kreatif yang melatih imajinasi, selain latihan menulis
pragmatis?)
d) Liegt den Schreibübungen ein erkennbares Modell zum
Schreiblernprozeβ zugrunde?
(Adakah model atau contoh latihan menulis yang dapat dikenali oleh
pembelajar berdasarkan proses belajar menulis?)
e) Gibt es Übungen, Hinweise, die den Schüler von ersten systematischen
Planungsschritten zum linearen Formulieren/Entwerfen führen?
(Adakah latihan, petunjuk-petunjuk yang mengarahkan siswa dari
langkah-langkah perencanaan awal yang sistematik menuju
perumusan/konsep linear?
2) Kriteria Menganalisis Bahan Ajar Keterampilan Berbicara
a) Sind beide Aktivitäten berücksichtigt?
(Apakah kedua aktivitas tersebut diperhatikan?)
b) Welche Lernziele, die auch Sie für relevant halten, strebt das Lehrwerk
an?
17
(Tujuan belajar apa yang ingin dicapai bahan ajar tersebut?)
c) Welche sozialen Domänen spielen im Lehrwerk welche Rolle?
(Aspek sosial apakah yang terdapat dalam bahan ajar tersebut, dan
peran apa yang dimainkan?)
d) Was ist überakzentuiert? Was fehlt?
(Aksen apa saja yang dibahas secara berlebihan? Apa yang kurang?)
e) Unterbreitet das Lehrwerk Angebote für Kommunikationssituationen,
in denen sich Mutter- und Fremdsprachler gegenüberstehen? Wie wird
dieser Aspekt berücksichtigt?
(Apakah penyajian bahan ajar tersebut menyampaikan situasi
komunikasi dalam bahasa ibu dan bahasa asing secara langsung? Dan
bagaimana aspek ini diperhatikan?)
f) Gibt es Übungen, die mündliche Kommunikation vorbereiten,
aufbauen, strukturieren und simulieren?
(Adakah latihan-latihan yang mempersiapkan, kemudian
mengembangkan, melatih struktur dan mensimulasikan komunikasi
lisan?
g) Werden die Situationen beschrieben, in denen gesprochen werden soll
(situationelle Einbettung)?
(Apakah situasi-situasi percakapan digambarkan?
h) Sind die Übungsangebote motivierend?
(Apakah latihan yang ditawarkan dapat memotivasi siswa?)
18
i) Werden attraktive und abwechslungsreiche (Sprachliche und
nichtsprachliche) Sprechanlässe angeboten?
(Apakah dasar-dasar dalam berbicara ditawarkan dengan menarik dan
bervariasi (Linguistik dan nonlinguistik)?
j) Gibt es Strukturierungshilfen und Redemittelangebote für die zu
übenden Äuβerungen?
(Adakah kata bantu penataan kalimat dan penyajian kata bantu untuk
melatih ucapan?)
k) Gibt das Lehrerhandbuch Hinweise, wie Sprechfertigkeitsübungen
vorbereitet, durchgeführt und evaluiert werden können?
(Apakah buku petunjuk guru memberikan petunjuk bagaimana latihan
berbicara dipersiapkan, kemudian dilaksanakan dan dievaluasi?)
l) Sind Übungsangebote vorhanden, um das dialogische und
monologische Sprechen zu üben?
(Apakah tersedia latihan untuk melatih berbicara dalam dialog dan
monolog?)
m) Gibt es gesprächsvorbereitende Übungen?
(Adakah latihan yang mempersiapkan sebuah percakapan?)
n) Gibt es variierende Übungen zu den Lehrwerktexten?
(Adakah latihan variasi untuk teks bahan ajar tersebut?)
o) Gibt es Strukturierungshilfen und Redemittelangebote für die
Sprechaufträge?
19
(Adakah bantuan penataan kalimat dan penyajian Redemittel untuk
kegiatan pidato?)
3) Bentuk Latihan Keterampilan Menulis
Kast (1999:34) menyatakan terdapat beberapa kriteria latihan
keterampilan menulis di antaranya:
1. Vorbereitende Übungen: Wörter und Ideennetze
(Latihan persiapan: jaringan kata dan jaringan ide)
Adapun Kriteria yang termasuk pada Vorbereitende Übungen yaitu:
1) Wortschatzerweiterung und-differenzierung
(Perluasan dan diferensiasi kosakata)
A. Einfache Schriftliche Übungen zum Abbau von
Schreibhemungen
(Latihan menulis sederhana untuk mengurangi kendala
menulis)
Yang termasuk kedalam latihan ini adalah:
a. Wortkette (Rantai kata)
b. Wörtschlangen (Deretan kata)
c. Satzschlange (Deretan kalimat)
d. Wortsätze (Gabungan kalimat)
e. Ich buchstabiere mich (Mengeja nama sendiri)
B. Thematische gebundene Wortschatz Übungen zur Vorbereitung
von Textproduktion
(Latihan kosakata tematik untuk persiapan produksi teks)
20
Berdasarkan penelitian bahwa para siswa menyukai kegiatan
menulis tentang jati dirinya, keluarganya, sosialnya, dan
kehidupannya dengan lingkungan sekitar. Contohnya sebagai
berikut:
a. Familie (Keluarga)
b. Hobby (Hoby)
c. Mein Zimmer/unsere Wohnung/unser Haus (Ruangan milik
saya/tempat tinggal milik kami/rumah milik kami)
C. Aufbauende Übungssequenz zur Vorbereitung von
Textproduktion
(Latihan pengembangan untuk persiapan produksi teks)
a. Urlaub (Liburan)
b. Wort-Kombinationen (Gabungan kata)
2) Assoziagramme und andere ‘’Ideennetze’’
(Assosiagram dan jaringan ide)
Yang termasuk kedalam latihan ini yaitu:
a. Assoziogramm (Assosiagram)
b. ‘’Brainstorming’’ und ‘’Mind-Map’’
(Memikirkan dan membuat tulisan tentang suatu hal yang dapat
dikemukakan berdasarkan batas-batas yang telah ditetapkan.)
2. Aufbauende Übungen: Wörter werden Sätze, werden Texte
(Latihan pengembangan: Kata-kata menjadi kalimat, kalimat-kalimat
menjadi sebuah teks)
21
Yang termasuk ke dalam kriteria ini yaitu:
1) Satzgliedstellung im Satz oder: Bekanntes und neue Information im
Text
(Urutan bagian kalimat dalam kalimat atau: Informasi yang dikenal
ataupun baru dalam sebuah teks)
2) Konnektoren verbinden Sätze und stellen Beziehungen her
(Konektor yang menghubungkan dan menggabungkan kalimat )
3) Satzkombinationen oder: Wie man aus mehreren Sätzen einen macht
(Gabungan kalimat atau: Bagaimana seseorang membuat sebuah
kalimat dari beberapa kalimat)
4) Weitere Übungsmöglichkeiten, um Sätze mit einen der zu
kombinieren?
(Alternatif latihan lain untuk menggabungkan kalimat-kalimat?)
5) Referenzen helfen, aus einzelnen Sätzen einen Text zu machen
(Referensi membantu untuk membuat sebuah teks dari kalimat-
kalimat)
6) Personenbeschreibung (Mendeskripsikan seseorang)
3. Strukturierende Übungen: gesteuerte Textproduktion
(Latihan penataan: produksi teks yang terbimbing)
Yang termasuk ke dalam kriteria ini yaitu:
1) Ein Dialog wird eine Erzählung (Sebuah dialog menjadi sebuah
cerita)
2) Textergänzungen (Melengkapi teks)
22
3) Von Text zum Wort zum Satz zum Text (Dari teks ke kata ke kalimat
dan kembali ke teks)
Vom Text zum Text: Perpektivenwechsel (Dari teks ke teks:
Perubahan pandangan)
4) Von Text zum Text: Eine Zusammenfassung schreiben (Dari teks ke
teks: Menulis sebuah ringkasan)
5) Von der Bildergeschichte zum Text (Dari cerita bergambar menjadi
sebuah teks)
6) Vom Bild zum Wort zum Satz zum Text (Dari gambar ke kata ke
kalimat lalu ke sebuah teks)
7) Textbaupläne und Textfunktionen (Rancangan teks dan fungsi teks)
4. Kreatives und freies Schreiben (Menulis kreatif dan bebas)
Yang termasuk ke dalam kriteria ini adalah:
1) Bildliches und begriffliches Denken (Pemikiran figuratif dan
konseptual)
2) Schreibanstöβe (Inisiatif menulis)
3) Schreiben allein oder in der Gruppe? (Menulis secara individu atau
dalam kelompok?)
5. Kommunikatives, auf reale Kommunikationssituationen bezogenes
Schreiben
(Menulis komunikatif, berdasarkan situasi komunikasi yang nyata)
Yang termasuk ke dalam kriteria ini yaitu:
23
1) Wer bin ich?- Vom Sprechen zum Briefschreiben
(Siapakah saya? – Dari berbicara ke menulis surat)
2) Übungen zum formalen Aufbau von Briefen
(Latihan untuk pembentukan formal surat)
3) Den Inhalt eines Briefes entschlüsseln: Lesestrategien
(Mendeskripsikan isi surat: Strategi membaca)
4) Briefe schreiben mit Hilfe von Vorgaben
Menulis surat dengan menggunakan kata bantu yang telah disediakan
5) Persönliche und formelle Biefe: Wo liegt der Unterschied?
(Surat pribadi dan surat resmi: Di mana letak perbedaannya?)
6) Lesebrief und Protokoll (Surat pembaca dan berita acara)
7) Zwischen Banalität und Fiktionalität (Antara banalitas dan
fiksionalitas)
Sebagai pelengkap bentuk – bentuk latihan keterampilan
menulis (Schreibfertigkeit) di atas, terdapat pula bentuk – bentuk latihan
lainnya yang dijelaskan oleh Albers dan Bolton (1995:27-31), di
antaranya:
1. Offene Aufgaben (Tugas terbuka atau bebas)
Terbuka atau bebas artinya latihan atau pertanyaan yang
memerlukan jawabab relatif bebas dan merupakan suatu ungkapan
yang berasal dari pemikiran sendiri, contohnya pelafalan dalam ujian
24
percakapan, menulis menulis sebuah surat yang menggunakan kata
bantu, dan menulis sebuah cerita.
2. Halboffene Aufgaben (Tugas semi terbuka atau semi bebas)
Begitupula dengan latihan semi terbuka atau semi bebas
pembelajar juga dituntut untuk dapat merumuskan sendiri jawaban
tetapi konteksnya dibatasi. Halboffene Aufgaben di antaranya:
a. Ergänzungsaufgaben (Latihan melengkapi)
Pembelajar dituntut dapat mengisi bagian-bagian yang
rumpang, contohnya dengan mengisikan kata kerja, preposisi,
ataupun dengan kata-kata yang tepat.
b. Lückentexte (Teks rumpang)
Pembelajar dituntut mampu mengisi sebuah teks yang
belum sempurna dengan menggunakan kata yang sesuai dengan
kamus atau menurut struktur tata bahasa. Contohnya sebuah surat
yang belum sempurna harus dilengkapi dengan preposisi dan
artikel.
c. Cloze-Test (Cloze-Tes)
Cloze-Test memiliki kemiripan dengan tipe Lückentexte,
yaitu melengkapi rumpang, tetapi memiliki perbedaannya juga
yaitu dalam Cloze-Test hal yang harus diperhatikan adalah
mekanisme letak kata-katanya, artinya setiap kata kedelapan pada
bagian akhir kalimat dikosongkan dan harus diisi dengan kata
yang tepat.
25
3. Geschlosene Aufgaben (Tugas tertutup/terikat)
Setiap pembelajar dituntut untuk dapat menjawab dengan
cara memilih jawaban yang tersedia. Tentu saja latihan ini dapat
dijawab dengan tidak merumuskan sendiri, melainkan hanya dijawab
dengan cara memilih kata-kata yang tersedia. Adapun tipe-tipe yang
dimiliki oleh geschlosene Aufgaben yaitu:
a. Multiple-choice-Aufgaben (Latihan pilihan)
Pada umumnya tipe ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Latihan dapat diawali dengan sebuah pertanyaan atau kalimat.
2) Jawaban kemungkinan dari pertanyaan yang tersedia yaitu
sebanyak 2 buah dari 4 alternatif jawaban, tetapi hanya ada 1
buah pilihan jawaban yang benar.
3) Ja/Nein-Aufgaben-Richtig/Falsch-Aufgaben (Latihan benar
atau salah). Latihan ini biasanya digunakan dalam latihan
keterampilan menyimak dan membaca. Dalam hal ini
pembelajar harus dapat menentukan jawaban, apakah kata
tersebut terdapat dalam pernyataan/teks atau tidak.
4) Zuordnungsaufgaben (Menyusun). Dalam latihan ini
pembelajar harus menyusun atau mencocokkan bagian yang
satu dengan yang lainnya. Misalnya dalam ujian Wortschatz,
menyusun kata sesuai dengan kategorinya
26
4) Bentuk Latihan Keterampilan Berbicara
Schatz (2006:43) menyatakan bahwa terdapat beberapa kriteria
latihan berbicara di antaranya:
1. Übungen und Aufgaben, die mündliche Kommunikation vorbereiten
(Latihan dan tugas untuk mempersiapkan komunikasi lisan)
Adapun yang termasuk ke dalam tipe latihan ini yaitu:
1) Aussprache: Artikulation und Intonation (Artikulasi dan intonasi)
Adapun yang termasuk ke dalam Aussprache yaitu:
a. Satzmelodie (Melodi kalimat)
b. Satzakzent (Aksen kalimat)
c. Wortakzent (Aksen kata)
d. Einzellaute (Suara terpisah)
e. Lautkombinationen (Kombinasi bunyi)
2) Aufbau und Festigung eines Mitteilungswortschatzes
(Pembentukan dan pengokohan kosakata komunikasi)
a. Verstehenswortschatz und Mitteilungswortschatz (Pemahaman
perbendaharaan kata dan komunikasi)
b. Orientierungshilfe Wortschatzkartei (Bantuan keterangan
daftar kosakata)
c. Mehrkanaliges Wortschatzlernen (Belajar kosakata dengan
berbagai cara)
d. Kontext und Assosiagramm (Konteks dan assosiagram)
27
e. Übungen um flüssig sprechen zu lernen (Latihan untuk
berbicara lancar)
a) Kettenübungen (Latihan berantai)
b) Partnerübungen (Latihan dengan partner)
c) Bildgesteuerte übungen (Latihan dengan bantuan
gambar)
3) Diskursmittel (Perangkat wacana lisan)
a. Progression bei der Vermittlung von Diskursmittel
(Perkembangan dalam pembelajaran/penyampaian perangkat
wacana lisan)
b. Situations-und adressatengerechte Anwendung der
Diskursmittel
(Penerapan perangkat wacana lisan berdasarkan situasi dan hal
yang dituju)
c. Diskursmittellisten (Daftar perangkat wacana lisan)
d. Kompensationsstrategien (Strategi kompensasi)
4) Grammatik und Sprechen (Tata bahasa dan berbicara)
a. Visualisierung von Regeln (Visualisasi aturan-aturan)
b. Übungen zum Satzaufbauen (Latihan pengembangan kalimat)
c. Übungen mit Bildern (Latihan dengan gambar)
a) Bildgesteuerte Grammatikübungen (Latihan tata bahasa
dengan bantuan gambar)
b) Bildbeschreibung (Pendeskripsian gambar)
28
5) Spiele (Permainan)
a. Ratespiele (Kuis)
b. Kartenspiele (Permainan kartu)
c. Würfelspiele (Permainan dadu)
2. Übungen und Aufgaben, die mündliche Kommunikation aufbauen und
Strukturieren (Latihan dan tugas yang mengembangkan dan melatih
struktur komunikasi lisan)
1) Merkmale gesprochener dialogischer Sprache
(Ciri khas bahasa dialogis atau bahasa lisan)
a. Partikelgebrauch (Penggunaan partikel)
b. Gambits/Schach (Gambits/catur sebagai permulaan dalam
pembelajaran)
c. Ellipsen (Elipsis/yang berhubungan dengan permainan kata)
2) Dialogarbeit und Dialoggeländer
(Latihan dialog dan dialog yang dibatasi)
a. Vom Modelldialog zum Dilaoggeländer
(Dari dialog model menuju dialog yang dibatasi)
b. Vom Dialoggeländer zum Dialogvarianten
(Dari dialog yang dibatasi menuju variasi dialog)
3) Übungen und Aufgaben zum Telefonieren
(Latihan dan tugas untuk membuat panggilan telepon)
4) Fragen stellen und Interviews vorbereiten
29
(Bertanya dan mempersiapkan wawancara)
a. Fragen üben mit Kärtchen (Melatih pertanyaan dengan kartu)
b. Fragen üben mit Bildern (Melatih pertanyaan dengan gambar)
c. Interviews (Wawancara)
5) Diskutieren und argumentieren (Berdiskusi dan berargumen)
a. Pro und Kontra-Diskussion (Diskusi pro dan kontra)
b. Klärungsgespräche (Percakapan untuk penjelasan)
6) Monologische Redebeiträge und erzählen (Pidato monolog dan
bercerita)
a. Erzählen und strukturieren (Bercerita dan menata pola kalimat)
b. Erzählen auf der Grundlage von Stichpunkten (Bercerita
berdasarkan poin-poin yang tersedia)
c. Erstellen von Wortgeländern (Membuat kalimat dari kata yang
ditentukan)
d. Geschichten zu Ende erzählen (Menceritakan cerita hingga
selesai)
e. Perspektivenwechsel (Perubahan perspektif)
f. Geschichten zu Bildern und Bildgeschichten (Cerita tentang
gambar-gambar dan cerita bergambar)
3. Übungen und Aufgaben, die mündliche Kommunikation simulieren
(Latihan dan tugas-tugas yang mensimulasikan komunikasi lisan)
1) Möglichkeiten und Wirkung von Rollenspielen (Kemungkinan
dan efek dari bermain peran)
30
2) Rollenspiele als Vorbereitung auf Alltagssituationen (Bermain
peran sebagai persiapan untuk menghadapi situasi sehari-hari)
3) Rollenspiele mit fiktiven Rollen (Bermain peran dengan peran
fiktif)
4) Planspiele (Simulasi)
D. Keterampilan Menulis dan Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman
1. Pengertian Keterampilan Menulis Bahasa Jerman
Jung (1992:12) mengungkapkan bahwa
’’... Schreiben eine höchst komplexte Fertigkeit ist, die eine sprachliche und gedankliche Tätigkeit bei gleichzeitigen Kenntnis im Bereich des Wortschatzes, der Grammatik, der Textkonstruktion und dem jeweiligen thematischen Bereich verlangt’’.
Definisi di atas dapat diartikan bahwa menulis merupakan
keterampilan yang paling kompleks yang berkaitan dengan kegiatan tata
bahasa dan teori dan dalam waktu bersamaan menuntut pengetahuan
perbendaharaan kata, tata bahasa, penyusunan teks secara sistematis.
Tarigan mengungkapkan (1986:21) dalam situs
http://aldonsamosir.wordpress.com/menulis/ bahwa menulis atau mengarang
adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan
penulis dapat dipahami pembaca. Pendapat Tarigan tersebut mengacu kepada
menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan
aturan-aturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada
penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa
31
yang terpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat
memahami apa yang dikomunikasikan penulis.
Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat
dengan aktivitas berpikir. Keduanya saling melengkapi. Costa (1985:103)
dalam situs http://aldonsamosir.wordpress.com/menulis/ mengemukakan
bahwa menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara
bersama dan berulang-ulang.
Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. Di samping
dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek
terkait lainnya. Misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis,
motivasi yang kuat, dan lain-lain. Paling tidak menurut Harris (1977:68)
dalam situs http://aldonsamosir.wordpress.com/menulis/ seorang penulis
harus menguasai lima komponen tulisan, yaitu: isi (materi) tulisan, organisasi
tulisan, kebahasaan (kaidah bahas tulis), gaya penulisan, dan mekanisme
tulisan. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan
gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis.
Mengacu kepada pemikiran di atas, jelaslah bahwa menulis bukan
hanya sekedar menuliskan apa yang diucapkan (membahasatuliskan bahasa
lisan), tetapi merupakan suatu kegiatan yang terorganisir sedemikian rupa
sehingga terjadi suatu tindak komunikasi (antara penulis dan pembaca). Bila
apa yang dimaksudkan oleh penulis sama dengan yang diamaksudkan oleh
pembaca, maka seseorang dapat dikatakan telah terampil menulis.
32
2. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Menurut Tarigan (2008 : 3) Menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,
tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan
yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah
terampil memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus
melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Seperti yang dikutip oleh Tarigan (2008:4), Morsey (1976:122)
mengatakan ’’Menulis merupakan kegiatan melaporkan atau memberitahukan
maksud serta tujuan yang ada dalam pikiran seseorang kepada orang lain, dan
hal seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat
menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini
bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur
kalimat’’. Maksud dari tulisan di atas adalah menulis yang baik hanya dapat
dilakukan oleh seseorang yang dapat menyusun pikirannya dengan cara
pemakaian kata-kata yang tepat, dan struktur kalimat yang benar. Senada
dengan Morsey, Krumm (1989:6) yang terdapat dalam Kast (1999:21)
berpendapat:
“Schreiben eng mit der Entwicklung unseres Denkens, mit
Ordnungsprinzipien verknüpft ist; Schreiben hilft uns, unsere noch
unsystematischen‚’’chaotischen’’ Gedanken zu ordnen und zu strukturieren“.
33
Pendapat Krumm di atas dapat diartikan bahwa menulis dapat
membantu pikiran seseorang yang tidak sistematis menjadi terstruktur.
3. Hubungan antara Menulis dan Berbicara
Tarigan (2008 : 12) mengatakan terdapat hubungan erat antara
menulis dan berbicara, keduanya memiliki ciri yang sama, yaitu produktif dan
ekspresif. Perbedaannya adalah bahwa dalam menulis diperlukan penglihatan
dan gerak tangan, sedangkan dalam berbicara diperlukan pendengaran dan
pengucapan. Dengan perkataan lain, menulis merupakan komunikasi tidak
langsung, tidak tatap muka, sedangkan berbicara merupakan komunikasi
langsung, yaitu komunikasi tatap muka. Baik menulis maupun berbicara,
harus memperhatikan komponen-komponen yang sama, yaitu: struktur
kata/bahasa, kosa kata, kecepatan/kelancaran umum; bedanya ialah bahwa
kalau menulis berkaitan dengan ortografi, berbicara berkaitan erat dengan
fonologi.
Senada dengan pendapatnya Tarigan, Kast (1999 : 21) mengatakan
bahwa terdapat juga hubungan antara menulis dan berbicara yaitu
’’Bei beiden Tätigkeiten wird ein Inhalt konzipiert, werden sprachliche
Mittel ausgewählt und Wörter zu Sätzen verknüpft. Beim Schreiben, vor allem
Anfangsstadium, von einem inneren Sprechen begleitet ist’’.
Isi dari penjelasan tersebut yaitu, dari keterampilan menulis dan
berbicara ini dirancang satu kesatuan pokok, yang dipilih sebagai alat
kebahasaan dan merangkai kata demi kata ke dalam kalimat. Melalui tulisan
34
seseorang, secara tidak langsung dapat mewakili perkataannya sesuai isi hati
dan pikiran.
4. Pengertian Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman
Tarigan (2008:16) mengungkapkan bahwa kemampuan berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif,
sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraannya. Pernyataan
tersebut senada dengan Albert [et al], (1961:39) dalam Tarigan (2008:29)
yaitu berbicara secara efektif merupakan suatu unsur yang penting terhadap
keberhasilan seseorang dalam semua bidang kehidupan.
Pada dasarnya berbicara adalah sarana atau alat bagi manusia untuk
mengekspresikan diri, mengungkapakan gagasan dan pikirannya dengan
menggunakan bahasa lisan sesuai dengan kemampuannya, baik secara
berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Keterampilan berbicara merupakan
suatu keterampilan berbicara yang sifatnya produktif dan kompleks karena
pembelajar dituntut untuk dapat menyampaikan ide, pikiran, dan pendapatnya
sendiri dengan bahasa yang baik, tepat dan benar. Oleh karena itu untuk dapat
berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasai lafal,
struktur, dan kosakata. Di samping itu, diperlukan juga penguasaan masalah
dan gagasan yang akan disampaikan serta kemampuan memahami bahasa
dengan mitra bicara.
35
Lebih jauh lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) yang terdapat dalam
situs http: //aldonsamosir.files.wordpress.com menyatakan bahwa
keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena
komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan
tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda.
Seiring dengan pendapat di atas, Bolte (1996:4) berpendapat bahwa
’’Sprechen ist soziale Interaktion, zum Sprechenden gehört der Zuhörende’’.
Artinya, berbicara merupakan interaksi sosial antara pembicara dan
pendengar. Begitupun dengan kegiatan di dalam kelas, agar lebih efektif dan
tidak monoton dan terjadi interaksi antara murid dengan murid ataupun murid
dengan guru maka Münkel dan Roland (1991:21) mengklasifikasikan aktivitas
berbicara di dalam kelas ke dalam 3 bentuk berbicara, yaitu:
a. Nachsprechen (wörtliches Wiederholen), das (wörtliche) Nachsprechen von mundlichen Äuβerungen (meist des Lehrers oder einer Kassettenaufnahme) . Dazu wollen wir an dieser Stelle auch das laute Vorlesen von geschriebenen Texten oder Textteilenrechnen.
Kesimpulannya adalah pengajar ataupun dari suara kaset mengucapkan
kata-kata dengan jelas, kemudian pembelajar mengulanginya lagi.
b. Reproduzierende Sprechen, d.h. ein Sprechen, dessen Inhalte weitgehend festgelegt sind (z.B. die Sätze für Grammatische Übungen oder Texte, die übersetzen sind, bzw.), deren Inhalt ganz oder teilweise wiederzugeben ist. Bei dieser Art Sprechen muβ der Schüler eine kleinere oder gröβere sprachliche Eigenleistung erbringrn, die Inhalte sind ihm vorgegeben.
Penjelasan di atas dapat diartikan bahwa yang disebut dengan
reprozierende Sprechen yaitu pembelajar dapat menjelaskan isi dari latihan
dalam bentuk lisan, sebagai contoh ketika pembelajar bahasa Jerman
36
menerjemahkan sebuah teks dengan memperhatikan penggunaan gramatik
dengan tepat.
c. Freies Sprechen, das heiβt, der Schüler gebraucht in einer ganz bestimmten Situation die fremde Sprache, um eine Sprechabsicht zu erreichen: er will sich entschuldigen, mit einem anderen sprechen, etwas von sich erzählen. Er bestimmt zumindest teilweise sowohl die sprachliche Form als auch die Inhalte.
Berdasarkan uraian di atas bahwa pembelajar dapat berbicara bebas
dengan menggunakan bahasa asing, khususnya bahasa Jerman. Contohnya
mereka dapat menceritakan secara bebas tentang dirinya.
5. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Seperti yang dikutup oleh Tarigan (2008 : 3), Greene & Petty
(1971:39-40) menyatakan bahwa berbicara adalah suatu keterampilan
berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh
keterampilan menyimak, dan pada masa tersebut kemampuan berbicara atau
berujar dipelajari. Berbicara tentu saja berhubungan erat dengan
perkembangan kosakata yang diperoleh dari sang anak melalui kegiatan
menyimak dan membaca.
Menguasai bahasa asing bukanlah hal mudah, begitupun dengan
berbicara menggunakan bahasa asing, dalam hal ini bahasa Jerman. Seringkali
terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat seseorang untuk berbicara.
Maka dari itu untuk mengungkap faktor apa saja yang menghambat dalam
berbicara bahasa asing, muncullah hasil dari riset yang diungkapkan oleh
Bayerische Landesjugendamt (2002:2)
37
“Da beim Erlernen der Sprache sehr viele Faktoren beteiligt sind,
können Verzögerungen oder Störungen der Sprachentwicklung vielfältige
Ursachen haben. Es lassen sich jedoch vier Ursachengruppen
zusammenfassen’’
Ketika seseorang mempelajari suatu bahasa akan menemukan
banyak faktor, yaitu kelambatan ataupun gangguan dalam perkembangan
bahasa dapat menimbulkan berbagai sebab. Adapun penyebabnya dapat
disimpulkan ke dalam 4 kelompok, yaitu:
a. Organische Ursachen:
Wie etwa eine Hörschwäche, Fehlbildung der beteiligten Sprechorgane
oder neurologische Störungen und Schädigungen.
Penyebab organ-organ tubuh: Seperti pendengaran yang lemah,
kesalahan dari pembentukan organ bicara atau yang berkaitan dengan
gangguan dan kerusakan syaraf.
b. Psychische Ursachen:
Da Sprache immer im Zusammenhang mit zwischenmenschlichen
Kontakten verwendet wird, können sich Ängste, Aggressionen oder
Unsicherheiten auch auf sprachliche Fähigkeiten auswirken.
Penyebab psikis: Karena bahasa selalu digunakan dalam kaitan
berinteraksi antar manusia, maka rasa takut, serangan, ataupun
ketidakyakinan dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa.
38
c. Unzureichende Lernmöglichkeiten:
Wenn Kinder kaum Gelegenheit haben, sich zu äuβern, weil der
Gesprächspartner zu viel, zu schnell oder zu kompliziert spricht, verlieren
sie leicht die Motivation, selbst mehr zu sprechen.
Kesempatan belajar yang tidak mencukupi: Ketika anak-anak hampir
tidak mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya, hal
tersebut dikarenakan terlalu banyak mitra berbicara, terlalu cepat atau
terlalu rumit, sehingga mereka dengan mudah kehilangan motivasi untuk
berbicara lebih banyak lagi.
d. Erbliche
Ursachen:
Möglicherweise bestehen erblich bedingte Anlagen für dia Entwicklung
von Sprachstörungen.
Penyebab turun temurun/genetis: Tidak menutup kemungkinan
penyakit turun temurun yang bersifat genetis mengganggu pada
perkembangan dalam berbahasa. Manusia adalah makhluk sosial yang
selalu berinteraksi untuk menyampaikan ide ataupun gagasan yang
disampaikan satu sama lainnya, baik dalam lingkungan keluarga sekolah
ataupun masyarakat. Dalam lingkungan sekolah, khususnya pembelajaran
bahasa asing, maka pembelajar diharapkan mampu dalam berbicara bahasa
asing, khususnya bahasa Jerman. Tetapi pada kenyataannya keterampilan
berbahasa asing tidaklah mudah untuk dilakukan oleh setiap orang, karena
39
pembicara dituntut untuk mengungkapkan pendapat atau idenya dan
berusaha supaya dapat dimengerti oleh mitra pembicaranya.
Dengan demikian seorang pengajar bahasa asing, khususnya
bahasa Jerman harus pandai dalam memilih materi atau bahan ajar yang
dapat menunjang maupun memudahkan untuk belajar berbahasa asing.
E. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara
Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara selain
harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, si
pembicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan. Selain itu
pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Arsjad dan Mukti U.S. (1993:
17-20) dalam http://dualmode.depag.go.id/file/dokumen/INDO6.pdf ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan oleh si pembicara untuk keefektifan berbicara,
yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan, sebagai berikut:
1. Faktor-faktor Kebahasaan sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara
a. Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat
mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi
yang digunakan setiap orang tidak selalu sama. Masing-masing individu
mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai
dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, kalau
perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu
40
penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu. Setiap orang
menyadari latar belakang penutur bahasa Indonesia memang berbeda. Setiap
penutur tentu sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya, terutama dipengaruhi
oleh bahasa daerah masing-masing, sehingga dapat mengalihkan perhatian
pendengar. Hal tersebut tentu saja akan mempengaruhi terhadap pelafalan
seseorang yang belajar bahasa asing, dalam hal ini bahasa Jerman. Seringkali
dalam melafalkan bahasa Jerman kerap diwarnai oleh lafal bahasa daerah.
b. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik
tersendiri dalam berbicara. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang
menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai,
akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika
penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan
kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang. Dalam hal ini perhatian
pendengar dapat beralih kepada cara berbicara pembicara, sehingga pokok
pembicaraan atau pesan yang disampaikan kurang diperhatikan. Akibatnya
keefektifan komunikasi tentu akan terganggu.
c. Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya
mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan
lebih terangsang dan akan lebih paham, jika kata-kata yang digunakan kata-
kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya kata-kata populer tentu
41
akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk, dan kata-kata yang
berasal dari bahasa asing.
d. Ketepatan sasaran pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan
kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya.
Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan
penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif,
kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh,
meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.
Sejalan dengan uraian di atas, Münkel dan Roland (1991:87)
mendeskripsikan bahwa dalam berbicara bahasa Jerman pun ada hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pembelajaran berbicara ataupun berbahasa, di
antaranya:
1. Phonetik
a. ’’Fremde’’ Laute und Lautverbindungen (pelafalan yang tidak dikenal
dan artikulasi)
Dalam bahasa Jerman terdapat beberapa huruf vokal yang mempunyai
tanda khusus yang disebut dengan Umlaut, seperti ä (Umlaut), ü(Umlaut), ö
(Umlaut). Kata yang mempunyai vokal Umlaut yaitu kata Bäcker, Öl, Tür.
b. Kurze und lange Vokale (pelafalan vokal yang pendek dan panjang)
Hal yang harus diperhatikan dalam bahasa Jerman yaitu pelafalan
vokal pendek dan panjang. Sebagai contoh vokal pendek yaitu vokal ”a’’
42
dalam kata Stadt, vokal ’’e’’ dalam kata Bett dan contoh dari vokal panjang
yaitu vokal ’’a’’ dalam kata Staat, vokal ’’e’’ dalam kata Beet.
c. Wortakzent (penekanan dalam mengucapkan kata)
Penekanan kata dalam melafalkan kata bahasa Jerman hampir menjadi
permasalahan bagi yang mempelajarinya. Untuk memperjelasnya terdapat
beberapa contoh kata yang mempunyai banyak suku kata tetapi dalam
penekanan melafalkannya hanya dengan satu suku kata, yaitu Hilfen, gröβer,
einige, Schwierigkeiten, Schülerin, Wortreihe, Regelfindung, Partnerarbeit,
Verständnis, verstehen, bezeichnen, entscheidend, Aussprache, aussprachen,
zusammenarbeiten, Kommunikation, intuitiv, Qualität, Argument.
2. Intonation (intonasi)
a. Satzakzent (penekanan dalam mengucapkan kalimat)
Di samping adanya Wortakzent (penekanan dalam kata), terdapat juga
einen Satzakzent (penekanan dalam kalimat). Sebagai contoh yaitu terdapat
dalam kalimat perintah ’’Sprechen Sie diesen Satz laut!’’.
b. Tonhöhe (nada tinggi)
Terdapat beberapa kalimat yang harus dilafalkan dengan nada tinggi,
agar terdengar jelas dan tegas, misalnya „Wir haben uns für heute verabredet,
wann kommst du?, komm nicht zu spät!’’.
2. Faktor-faktor Nonkebahasaan sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara
a. Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku
43
Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentulah akan
memberikan kesan pertama yang kurang menarik Padahal kesan pertama ini
sangat penting untuk menjamin adanya kesinambungan perhatian pihak
pendengar.
b. Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara
Supaya pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan
berbicara, pandangan pembicara sangat membantu. Hal ini sering diabaikan
oleh pembicara. Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah, akan
menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan.
c. Kesediaan menghargai pendapat
orang lain
Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya
memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat pihak lain,
bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata
memang keliru.
d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat
Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan
berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan, biasanya juga
dibantu dengan gerak tangan atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan
komunikasi, artinya tidak kaku. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan akan
mengganggu keefektifan berbicara.
e. Kenyaringan suara juga sangat menentukan
44
Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi, tempat,
jumlah pendengar, dan akustik. Tetapi perlu diperhatikan jangan berteriak.
Mengatur tingkat kenyaringan suara merupakan hal yang sangat penting,
supaya dapat didengar oleh semua pendengar dengan jelas.
f. Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan
pendengar menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara
berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu
diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan
pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya.
Sebaliknya pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan
pendengar menangkap pokok pembicaraannya.
g. Relevansi/Penalaran
Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis. Proses
berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti
hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat dengan kalimat
harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.
h. Penguasaan topik
Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain
supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang baik
45
akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi, penguasaan topik ini
sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara.
F. Deskripsi Bahan Ajar studio d A1
Bahan ajar studio d A1 karangan Hermann Funk, Christina Kuhn, Silke
Demme, tahun 2008 ini merupakan sumber bahan ajar yang dapat digunakan di
Perguruan Tinggi, khususnya untuk pembelajar bahasa Jerman. Selain itu juga
bahan ajar ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menempuh ujian A1 Zertifikat
Deutsch. Bahan ajar tersebut terdiri dari Kurs- und Übungsbuch, dan
Sprachtraining serta dilengkapi dengan Lösungsschlüssel, Vokabeltaschenbuch,
dan CD untuk latihan mendengarkan.
Materi yang ada dalam Kurs- und Übungsbuch yang disajikan mempunyai
prinsip dasar, antara lain berpatokan sama pada ikatan kerangka referensi Eropa,
mempelajari waktu luang dan pekerjaan yang ada di negara Jerman, kelengkapan
media penunjang untuk pembelajaran dan pengajaran, keterkaitan tata bahasa,
memperhatikan terhadap pembelajar baru dengan pembelajar yang sudah
mendapatkan pengetahuan sebelumnya, kesamaan latihan pelafalan, dan
memberikan gambaran terhadap keadaan alam yang sebenarnya yang
digambarkan melalui kebudayaan negara Jerman. Dalam Kurs- und Übungsbuch
ini tentu saja terdapat latihan – latihan yang mencakup keterampilan menyimak,
membaca, menulis, dan berbicara, yang terdiri dari 12 Inhalt atau isi materi, yaitu
yang diawali dengan Start auf Deutsch, yang terdiri dari Cafe d, im Sprachkurs,
Städte-Länder-Sprachen, Menschen und Häuser. Kemudian diikuti dengan
46
Station 1, yang terdiri dari Termine, Orientierung, Berufe, Berlin sehen, dan
Station 2 terdiri dari Ferien und Urlaub, Essen und Trinken, Kleidung und Wetter,
Körper und Gesundheit, serta Station 3 terdiri dari Anhang.
Buku ini juga menyajikan penjelasan – tentang tata bahasa, fonetik, daftar
kata secara alfabetis yang ada dalam buku ini, daftar kata kerja tidak beraturan,
teks untuk latihan mendengarkan, dan menyajikan tema – tema tentang kegiatan
sehari – hari kehidupan di negara Jerman, baik diwaktu luang ataupun dalam
kesibukan orang Jerman, serta dilengkapi dengan Modelltest Start Deutsch 1
untuk menguji keempat keterampilan yang telah dipelajari dalam bahan ajar
studio d A1. Di dalam buku Sprachtraining menyajikan latihan – latihan untuk
pemahiran yang mencakup tata bahasa, fonetik, dan disertai dengan
Lösungsshlüssel.
Bahan ajar studio d A1 direferensikan bagi pembelajar tingkat A yang
menyatakan kemampuan seseorang menguasai pengetahuan dasar bahasa Jerman.
Adapun uraian kemampuan (Kannbeschreibungen) untuk keterampilan menulis
(Schreibfertigkeit) dan berbicara (Sprechfertigkeit) pada taraf A1 yang terdapat
dalam buku Profile Deutsch oleh Glaboniat (2005:108) sebagai berikut:
1. Kannbeschreibungen A1
1) Globale Kannbeschreibungen: Interaktion mündlich
Uraian Kemampuan A1
Uraian Kemampuan Global: Interaksi lisan
47
a. Kann auf einfache Art kommunizieren, wenn der Partner langsam und klar
in Standardsprache spricht, zu langsameren Wiederholungen und
Umformulierungen bereit ist und jederzeit beim Formulieren hilft.
(Mampu berkomunikasi dalam bentuk sederhana, ketika mitra bicara
berbicara perlahan-lahan dan jelas dengan memakai bahasa baku, dalam arti
dia telah siap untuk melakukan pengulangan lebih perlahan-lahan dan
mengubahnya dan kapanpun dapat membantu dalam perubahan kalimat.)
b. Kann einfache Kontakte aufbauen und erhalten, im er/sie die einfachsten
Formen von Grüβen, Verabschiedungen und Höflichkeitsformeln verstehen
und anwenden kann.
(Mampu mengerti dan menggunakan komunikasi dengan mudah, baik dalam
menyusun dan menerima dalam bentuk termudah dari salam, perpisahan dan
bentuk sopan.)
c. Kann in sehr vertrauten Situationen einfache Wörter, alltägliche Ausdrücke
und sehr einfache Strukturen anwenden, um auf direkt an ihn/sie gerichtete
Fragen zu reagieren, und kann selbst sehr einfache Fragen stellen.
(Mampu menggunakan kata-kata dalam situasi sederhana, ungkapan-
ungkapan sehari-hari dan menggunakan struktur sederhana, dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan langsung, dan dapat mengajukan pertanyaan.)
d. Kann mit kurzen, unverbundenen und meist vorgefertigten Äuβerungen
kommunizieren, wobei er/sie viele Pausen macht, um Begriffe zu suchen
oder schwierigeWörter zu artikulieren.
48
(Mampu mengkomunikasikan dan membuat ucapan-ucapan pendek yang
tidak terikat, sebagaimana pembelajar banyak berhenti, untuk mencari
ungkapan atau mengungkapkan kata-kata sulit.)
e. Kann Wörter, Wortgruppen oder kurze Sätze einfach verknüpfen, z. B. Mit
Konnektoren wie ‘’und’’, ‘’oder’’, und dann’’.
(Mampu menggabungkan kata-kata, kumpulan kata atau kalimat-kalimat
pendek, misalnya dengan kata penghubung ’’dan’’, ‘’atau’’ dan
‘’kemudian’’.)
f. Kann mit wenigen, einfachen und auswendig gelernten Ausdrücken und
Sätzen vertraute Situationen bewältigen, die ganz alltägliche und konkrete
Bedürfnisse betreffen, wobei es zu Missverständnissen kommen kann.
(Mampu mengatasi situasi-situasi pada umumnya dengan beberapa
ungkapan dan kalimat-kalimat sederhana yang telah dihafalkan, yang
berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari yang konkret, di mana hal tersebut
dapat menimbulkan kesalahpahaman.)
g. Kann einige wenige einfache grammatische Strukturen und Satzmuster, die
er/sie auswendig gelernt hat, in seinen/ihren Äuβerungen verwenden.
(Mampu menggunakan paling sedikit struktur gramatik dan pola kalimat
sederhana yang telah dipelajari sebelumnya.)
h. Kann ein begrenztes Repertoire an Wörtern und Wendungen so
aussprechen, dass er/sie, trotz starken Akzents und manchmal auch nur mit
Mühe, verstanden wird, wobei klärendes Nachfragen durch den
Kommunikationspartner oft nötig ist.
49
(Mampu sedikit membatasi pengucapan kata-kata dan perubahannya,
terkadang seseorang dapat melafalkan dengan tinggi, juga dapat
melafalkannya dengan suara yang perlahan-lahan tetapi dapat dimengerti.
Bagaimanapun juga memberikan pertanyaan kepada mitra berbicara sering
dibutuhkan.)
i. Kann in seinen/ihren Äuβerungen die Intonation so einsetzen, dass diese
meist als Aussagen, Fragen oder Aufforderungen erkannt werden können.
(Mampu menempatkan intonasi berupa ungkapan, pertanyaan, ataupun
permintaannya yang dapat dikenali.)
2) Detaillierte Kannbeschreibungen: Interaktion mündlich
Uraian Kemampuan Detail: Interaksi lisan
a. Kann einfache Begrüβungen und Verabschiedungen verstehen und diese
erwidern.
(Mampu memahami salam dan salam perpisahan yang sederhana dan dapat
menjawabnya.)
b. Kann sich selbst und andere vorstellen und reagieren, wenn er/sie
vorgestellt wird.
(Mampu memperkenalkan diri dan memperkenalkan orang lain.)
c. Kann auf einfache, direkt an ihn/sie gerichtete Fragen mit einfachen
Antworten reagieren.
(Mampu menjawab pertanyaan dengan mudah, ketika ada yang bertanya
langsung kepadanya.)
50
d. Kann nach dem Befinden fragen und auf Information dazu reagieren bzw.
Fragen danach beantworten.
(Mampu bertanya dan menanggapi informasi yang menunjukkan pada
pertanyaan tersebut kemudian menjawabnya.)
e. Kann in Alltäglichen Situationen elementare Angaben, die auf Zahlen
basieren, verstehen und machen.
(Mampu memahami dan melakukan penghitungan dasar berdasarkan pada
situasi umum.)
f. Kann in alltäglichen Situationen bei Unklarheiten auch mit Hilfe von Gesten
um Wiederholung bitten.
(Mampu meminta pengulangan penjelasan juga bantuan dalam situasi yang
belum jelas atau tidak mengetahui suatu hal.)
g. Kann mit einfachen Ausdrücken über vorlieben und Abneigungen
kommunizieren.
(Mampu berkomunkasi dengan ungkapan sederhana tentang kegemaran dan
ketidaksukaan.)
h. Kann andere um alltägliche Dinge bitten, verstehen, wenn Dinge verlangt
werden, und sich bedanken.
(Mampu meminta barang-barang kepada yang lainnya untuk kebutuhan
sehari-hari).
2. Kannbeschreibungen A1
1) Globale Kannbeschreibungen: Interaktion schriftlich
Uraian Kemampuan A1
51
Uraian Kemampuan Global: Interaksi menulis
a. Kann mit Hilfe des Wörterbuches, kurze, einfache Mitteilungen zu ganz
alltäglichen und vertrauten Themen schreiben.
(Mampu menulis informasi pendek dan sederhana tentang kegiatan sehari-
hari yang berhubungan dengan tema dengan bantuan kamus.)
b. Kann in vertrauten, standardisierten Textorten einfache und kurze
schriftliche Angaben zur Person machen.
(Mampu membuat cerita tentang seseorang yang berkaitan dalam sebuah
teks sederhana.)
c. Kann kurze, einfache Text schreiben, die zur Aufrechterhaltung von
Sozialkontakten beitragen.
(Mampu menulis suatu teks singkat dan sederhana yang berkontribusi
terhadap pemeliharaan kontak sosial.)
d. Kann Wörter oder Wörtgruppen mit einfachen Konnektoren wie ‘’und’’,
‘’oder’’, ‘’und dann’’ verknüpfen.
(Mampu menggabungkan kata-kata atau kalimat dengan kata penghubung
seperti ‘’dan’’, ‘’atau’’, ‘’kemudian’’.)
e. Kann mit Hilfe des Wörterbuches, einfache, meist stichpunktartige
schriftliche Mitteilungen zu vertrauten Themen machen, in denen er/sie die
wenigen einfachen grammatischen Strukturen und Satzmuster noch nicht
sicher anwendet.
52
(Mampu membuat tulisan dengan kata bantu yang masih berkaitan dengan
tema yang menggunakan struktur gramatik dan pola-pola kalimat dengan
bantuan kamus jika pembelajar belum yakin dengan kemampuannya.)
f. Kann ihm/ihr bekannte einzelne Wörter einigermaβen korrekt schreiben.
(Mampu menulis dengan menggunakan kata-kata yang dikenal dengan
tepat.)
2) Detaillierte Kannbeschreibungen: Interaktion schriftlich
Uraian Kemampuan Detail: Interaksi tulisan
a. Kann einfache Postkarten oder E-Mails schreiben.
(Mampu menulis kartu pos atau email sederhana.)
b. Kann einfache Formulare und Fragebögen mit Angaben zu seiner/ihrer
Person verstehen und ausfüllen.
(Mampu mengisi daftar pertanyaan dengan keterangan-keterangan tentang
dirinya.)
c. Kann ganz einfache Mitteilungen schreiben.
(Mampu menulis tentang informasi sederhana.)
d. Kann persönliche Angaben in schriftlicher Form machen und erfragen.
(Mampu membuat dan bertanya tentang keterangan data diri secara tertulis.)
G. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, bahwa bahan ajar
merupakan salah satu faktor penunjang dalam mencapai keberhasilan tujuan
pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran keterampilan menulis dan
53
keterampilan berbicara bahasa Jerman. Sebagaimana telah diketahui sebelumnya
pada saat sekarang ini banyak sekali bahan ajar yang menunjang dalam
pembelajaran bahasa Jerman, salah satunya adalah studio d A1. Untuk mengetahui
seberapa layak atau tidak bahan ajar tersebut digunakan, maka seorang pengajar
bahasa Jerman harus mampu menganalisis terlebih dahulu bahan ajar tersebut,
antara lain bahan pembelajaran keterampilan menulis dan keterampilan berbicara
berdasarkan kriterianya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa mempelajari
empat keterampilan bahasa Jerman yaitu keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis tidaklah mudah,
terutama pada keterampilan menulis dan keterampilan berbicara, karena kedua
keterampilan tersebut merupakan suatu keterampilan yang bersifat produktif dan
kompleks sehinga pembelajar dituntut untuk dapat menyampaikan ide, pikiran,
dan pendapatnya sendiri dengan bahasa yang baik, tepat dan benar.
Seorang penulis harus mampu menguasai lima komponen tulisan,
yaitu: isi (materi) tulisan, organisasi tulisan, kebahasaan (kaidah bahasa tulis),
gaya penulisan, dan mekanisme tulisan. Kegagalan dalam salah satu komponen
dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis, sedangkan
untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasai
lafal, struktur, dan kosakata. Di samping itu, diperlukan juga penguasaan masalah
dan gagasan yang akan disampaikan serta kemampuan memahami bahasa dengan
mitra bicara. Mengacu pada uraian di atas, seringkali pembelajar merasa kesulitan
dengan kedua keterampilan tersebut, karena dituntut untuk benar-benar menguasai
54
kelima komponen dan lafal, struktur serta kosakata. Maka dari itu untuk dapat
meminimalisir kesulitan tersebut, pengajar harus pandai menggunakan bahan ajar
yang komunikatif dan menarik bagi pembelajar bahasa Jerman. Oleh karena itu,
dengan adanya analisis bahan ajar studio d A1 diharapkan berguna untuk proses
belajar mengajar bahasa Jerman, khususnya materi keterampilan menulis dan
keterampilan berbicara, yakni dapat memberikan informasi kepada pembelajar
bahasa Jerman tentang tema, materi dan bentuk-bentuk latihan keterampilan
menulis dan keterampilan berbicara yang terkandung di dalam bahan ajar studio d
A1, serta dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran
bahasa Jerman pada materi keterampilan menulis dan keterampilan berbicara.
Top Related