ANAFILAKSIS
dr. Renny A. Puspitasari, Sp.PD
• Reaksi Hipersensitivitas Reaksi berlebihan, tidak diinginkan karena terlalu sensitifnya respon imun (merusak, menghasilkan ketidaknyamanan, dan terkadang berakibat fatal) yang dihasilkan oleh system imun.
• Berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi :
- Hipersensitivitas tipe 1
- Hipersensitivitas tipe 2
- Hipersensitivitas tipe 3
- Hipersensitivitas tipe 4
Hipersensitivitas tipe 1
• Tipe cepat (15-30 menit setelah terpapar allergen)
• Berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring, jaringan bronkopulmonari, dan saluran gastrointestinal
• Diperantarai Ig E
• Komponen : sel mast atau basofil
• Reaksi ini diperkuat dan dipengaruhi oleh trombosit, neutrophil, dan eosinophil
• Contoh : Urtikaria, syok anafilaksis, asma, rhinitis
• Pemeriksaan : Skin prick test, Ig E total, RAST
• Anafilaksis Respon imunologi yang berlebihan terhadap suatu bahan dimana seorang individu pernah tersensitisasi oleh bahan tersebut
• Syok Anafilaksis suatu reaksi alergi berat yang terjadi secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan kematian gangguan hemodinamik
Tatalaksana
Tn. J, 50 tahun, datang dengan keluhan sesak dan kemerahan seluruh tubuh. Sekitar 30 menit lalu
pasien baru saja disuntik oleh dokter obat gonore. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah
80/50, HR 130 x/menit, RR 28 x per menit dan suhu 36,5 derajat Celcius. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan angioedema seluruh tubuh disertai urtikaria. Diagnosis yang paling mendekati adalah
a. Alergi makanan
b. Reaksi anafilaktik
c. Reaksi tipe lambat
d. Reaksi sitotoksik
e. Reaksi kompleks imun
Tatalaksana awal pada kasus reaksi anafilaksis adalah
a. Epinefrin 0,01 mg/kg
b. Dobutamin 0,02 mg/kg
c. Norepinefrin 20 mcg/kg
d. Noradrenalin 30 mcg/kg
e. Novorapid 20 unit/kg
ANEMIA
dr. Renny A. Puspitasari, Sp.PD
Anemia Defisiensi Asam Folat
Kekurangan asupan
Alkholoisme
Peningkatan kebutuhan : kehamilan, bayi, proliferasi sel yang cepat, dan sirosis
Malabsorpsi
Reseksi usus dan jejunum
Tidak langsung akibat kekurangan thiamine dan factor yang bertanggungjawab untuk metabolisme folat
Defisiensi vit B12 Defisiensi asa folat
• Tatalaksana :
asam folat 1 mg/hari (2-3 minggu)
maintenance : 50-100 mcg/hari
Folat konjugase merubah polyglutamate menjadi dihydrofolate dan tetrahydrofolate (THFA) menuju sirkulasi
Tanpa vit B12. 5 methyl THFA yang merupakan bentuk cadangan dan bentuk asam folat dalam sirkulasi, masih dalam keadaan inaktif
Tn J, 21 tahun, datang dengan keluhan letih, lesu, lemah. Keluhan muncul sejak 1 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva yang anemis. Pada pemeriksaan darah lengkap
ditemukan MCV > 120 fl, Hb 9 g/dl. Pada hasil pemeriksaan asam folat intrasel ditemukan kadar
asam folat 110 ng/ml menunjukkan defisiensi folat. Pasien merupakan seorang alkoholik dan sudah
beberapa kali dilakukan rehabilitasi
a. Anemia defisiensi asam folat
b. Defisiensi B12
c. Defisensi besi
d. Anemia penyakit kronis
e. Anemia akibat pendarahan
Tatalaksana pada anemia akibat defisiensi asam folat yang belum menunjukkan kompensasi adalah
a. Asam folat 10 mg/hari
b. Asam folat 1 mg/hari
c. Asam traneksamat 150 mg/hari
d. Transfusi PRC 2 kolf per hari
e. Transfusi Whole blood 2 kolf per hari
Homosistein dan asam folat membutuhkan vitamin B12 dalam konversinya menjadi
a. Methionin
b. Methylamin
c. Succinyl-CoA
d. Asam nikotinat
e. Asam arakidonat
Anemia Pernisiosa
• Defisiensi vitamin B12
• Primer : Intake kurang
• Sekunder : Kekurangan factor intrinsic (glikoprotein di lambung Berfungsi untuk absorbsi B12)
• Pemeriksaan : Klinis, Kadar B12, Uji Schilling
• Tatalaksana :
Injeksi vit B12 100 mcg IM atau SC 1x/minggu
Maintenance Inj. Vit B12 100 mcg / bulan
Oral Vit B12 1000 mcg / hari
Uji Schilling C0 57 C0 58
Tn. K 35 tahun, datang dengan keluhan letih, lesu, dan sulit berkonsentrasi sejak 3 bulan yang lalu.
Tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis. Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan Hb 9,7 , leukosit 6.000, dan tromobosit 190.000, dan MCV
140 fl. Kadar FE dan TIBC dalam batas normal. Pada uji schiling ditemukan kedua tahap uji
menunjukkan angka 3 % dan 2%. Diagnosis yang paling tepat untuk pasien ini adalah
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia defisiensi asam folat
c. Anemia defisisiensi B12
d. Anemia hemolitik
e. Anemia akibat pendarahan
Pada pasien dengan kecurigaan anemia megaloblastic (terdapat MCV > 100 fl) pemeriksaan
penunjang sederhana yang bisa dilakukan adalah
a. Coomb test
b. Direct antiglobulin test
c. Hapusan darah tepi
d. Pap smear
e. Direct smear
AIHA
• Autoantibodi yang mengikat permukaan membrane eritrosit dan menyebabkan hemolisis
• Insiden 1:100.000 populasi umum
• Warm : Kelainan limfoproliverative, SLE, Infeksi mononucleosis, HIV, Evan synd
• Cold : Pneumonia, mikoplasma, Sifilis, Post viral infection, kelainan limfoproliverative
AIHA
Warm Cold
Ig G Ig M
Coombs test
• Tes untuk diagnostic anemia hemolitik mencari antibodi yang menempel ke sel darah merah
• Terdapat 2 jenis Direct Coomb’s Test (DCT) dan Indirect Coomb’s Test (ICT)
• DAT Deteksi antiglobulin yang melekat pada permukaan ery, in vivo interaksi
• IAT Deteksi keberadaan antiglobulin dalam serum, interaksi invitro
Tn. D 35 tahun, datang dengan letih lesu lemah sejak 4 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan konjungtiva pucat, icterus, splenomegaly, dan hemoglobinuri. Pada pemeriksaan darah
lengkap ditemukan Hb 8 g/dl. Pada pemeriksaan lain menujukkan MCV normal, LDH meningkat,
dan retikulositosis. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan fragmentasi eritrosit. Pemeriksaan
lainnya dalam batas normal. Diagnosis yang paling mendekati adalah
a. AIHA
b. ADB
c. Anemia akibat defisiensi asam folat
d. Anemia akibat defisiensi B12
e. Thalasemia
Pada pasien dengan kecurigaan AIHA, diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan
a. Direct antiglobulin test
b. Diret spheric test
c. Direct smear test
d. Elektroforesis Hb
e. Elektroforesis PLT
Berikut ini obat-obatan yang sering menginduksi AIHA, kecuali
a. Ceftriaxone
b. Diklofenak
c. Rifampicin
d. Oxiplatin
e. Diuresis
Tn. J, 25 tahun, datang dengan keluhan letih lesu, lemah, dan pusing sejak 2 bulan lalu. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan konjungtiva anemis, icterus, dan splenomegali. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan
retikulositosis, anemia, peningkatan bilirubin indirek, dan peningkatan LDH. Pada coombs test ditemukan hasil
yang positif. Sekitar 3 bulan lalu pasien sakit dan diberikan injeksi ceftriaxone. Diagnosis pada pasien ini adalah
a. AIHA akibat obat
b. AIHA akibat penyakit kronis
c. AIHA akibat keganasan
d. Anemia hemolitik non imun
e. Anemia hemolitik alergi
SPONDILOARTROPATI
dr. Renny A. Puspitasari, Sp.PD
• Sekelompok penyakit radang sendi kronik, yang ditandai dengan adanya inflammatory back pain dan entesitis
• HLA B27
• Pembagian : 1. Spondilitis Ankilosa
2. Reaktif Artritis
3. Psoriatik Artritis
4. Entropati Artritis
5. Undifferentiated Spondiloarthropathy
Spondilitis Ankilosa • Timbul perlahan dan bertahap, nyeri tumpul penjalaran ke gluteus
• Mulai timbul malam hari memberat pagi hari
• Membaik dengan aktivitas
• Schober tes positif
• Pemeriksaan penunjang : LED, CRP, HLA B27
• Pemeriksaan radiologi : Sakroilitis, hilangnya kurvatura lumbo sacral
Schober test
Laseque
L5 spinal nerve
Radiology finding
Pasien laki-laki berusia 26 tahun datang dengan keluhan nyeri punggung bawah kiri sejak 1 bulan terakhir. Nyeri biasanya muncul saat pagi hari atau saat pasien istirahat. Durasi nyeri biasanya lebih dari 30 menit. Pasien juga mengeluhkan nyeri di kuda sendi bahu, nafsu makan menurun sehingga berat badannya turun berkurang 7kg dalam 1 bulan dan mata sebelah kiri merah. Riwayat trauma (-). Pada pemeriksaan fisik didapatkan TTV dalam batas normal. Pada kepala leher diduaga ada uveitis anterios sinistra. Pada pemeriksaan punggung didapatkan berkurangnya kurvatura lordosis regio lumbal dan berkurangnya gerak sendi lumbal. Pemeriksaan penunjang foto rontgen lumbosakral didapatkan adanya fusi sendi sakroiliaka bilateral dan bamboo spine. Diagnosis kerja yang paling mungkin adalah
a. Spondilitis ankilosa
b. Strain lumbal
c. Sponilosis lumbalia
d. Koksitis
e. Forestier disease
Genetik marker yang berhubungan erat dengan Spondilitis ankilosa adalah
a. HLA-B25
b. HLA-B26
c. HLA-B27
d. HLA-B28
e. HLA-B29
Pemeriksaan fisik pada pasien Spondilitis Ankilosa untuk membedakan apakah nyeri punggung
bawah karena iritasi nervus ciatic atau bukan adalah
a. Kernig test
b. SLR test
c. Brudzinski test
d. Patrick test
e. Kontrapatrick test
Diagnosis Spondilitis Ankilosa ditegakkan berdasarkan kriteria
a. Kriteria Chicago
b. Kriteria Alabama
c. Kriteria Sydney
d. Kriteria New York
e. Kriteria Honga
Indikasi terapi Sulfasalazin pada Spondilitis Ankilosa adalah
a. Usia muda
b. Terdapat bamboo spine
c. Tidak respon dengan pemberian NSAID
d. Semua jawaban benar
e. Bukan salah satu diatas
SEPTIK ARTRITIS
dr. Renny A. Puspitasari, Sp.PD
• Inflamasi pada membrane synovial denan efusi purulent yang menyerang kapsul persendian karena agen infeksius (bakteri, jamur, virus)
• Monoartikular (>>), sendi besar (hip, knee)
• Poliartikular, sendi-sendi kecil
• Etiologi :
- Staphylococcus aureus
- Streptococcus aureus
- Neisseria gonorrhea
- Pseudomonas aeruginosa
• Faktor risiko septic artritis :
1. prosthesis
2. umur > 80 tahun
3. DM
4. Rematoid artritis yang mendapat imunosupresan
5. Tindakan bedah persendian atau prosedur injeksi I.A
6. SLE
Pemeriksaan Fisik : Hangat, merah, bengkak
Pemeriksaan Penunjang :
1. Evaluasi cairan synovial
2. Pemeriksaan darah : Leukosit, LED, CRP
3. Rontgen : Menilai kerusakan sendi
4. USG : Mendeteksi efusi sendi dan pemandu tindakan aspirasi
5. CT scan/MRI : Menilai luasnya infeksi
Evaluasi Cairan Sinovial :
• Cairan keruh, serosanguin, purulent
• Jumlah sel dan diferensiasi
• Jumlah sel leukosit
50.000-250.000/L dengan 90% neutrophil Infeksi bakteri akut
<30.000-50.000 inflamasi artritis lainnya
10.000-30.000/L dengan 50-70% neutrophil dan sisanya limfosit infeksi mikrobakterial dan fungal
• Pewarnaan gram dan kultur antibiotic
• Mikroskopi polarisasi eksklusi kristal artritis
Tatalaksana :
• Aspirasi sendi adekuat
• Pengobatan empiris Antibiotik I.V (setelah pengambilan sampel kultur dan jenis gram)
gram (+) : Oxacillin atau Cefazolin
gram (-) : Ceftriakson atau Cefotaxim
Sesuaikan dengan hasil kultur IV (2 mgg) Oral (4 mgg)
• Latihan sendi cegah deformitas
Gonococcal Arthritis
• Infeksi pada joint pada pasien yang terinfeksi gonorrhea.
• Penyebab : bakteri Neisseria gonorrhoeae (diplococcus gram negative)
• Insiden 14% N. gonorrhoeae arthritis
• Polyarthralgias
• Tenosynovitis
• Pustular dermatitis
Pasien laki-laki berusia 31 tahun datang dengan keluhan nyeri sendi lutut kanan kurang lebih 1
minggu. Pasien juga mengeluh nyeri sendi yang berpindah-pindah. Mulai 3 hari yang lalu pasien
mengeluh sumer-sumer. Pasien juga mengeluh adanya kencing nanah 1 minggu sebelum keluhan
sendi muncul. Pada pemeriksaan didapatkan TTV dalam batas normal kecuali suhu 37.9’C. Pada
sendi lutut kanan didapatkan kemerahan, edema, nyeri dan tampak lebih besar bila dibanding lutut
kanan. Diagnosis kerja yang paling mungking adalah
a. Rheumatoid arthirits
b. Osteoarthiritis
c. SLE
d. Osteomielitis
e. Arthritis gonoroika
Gold Standar untuk menegakkan diagnosis Arthritis gonoroika dengan
a. Analisis cairan sendi
b. Rontgen AP dan lateral sendi yang terkena
c. Kultur cairan sendi
d. USG sendi
e. MRI sendi
Tanda khas secara klinis dari artritis septik karena GO adalah
a. Didapatkan tenosinovitis
b. Didapatkan dermatitis
c. Didapatkan vesikel
d. A dan B benar
e. Semua jawab benar
Kuman Neisseria gonorrhoeae berbentuk
a. Batang gram positif
b. Batang gram negatif
c. Cocus gram negatif
d. Diplokokus Gram positif
e. Diplokokus Gram Negatif
Antibiotik pilihan untuk kasus artritis septik karena GO
a. Ceftriaxon 1gr IV/12 jam
b. Ceftriaxon 1gr IV/8 jam
c. Cefotaxim 1gr IV/ 12 jam
d. Amoxicillin 1gr IV / 12 jam
e. Amoxicillin 1 gr IV/ 8 jam
Top Related