ALOKASI PENYALURAN DANA PEMBIAYAAN PADA UKM
OLEH BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) SYARIAH
CABANG TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
A. Fauzan NIM: 10204612576
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 / 1430 H.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Februari 2009 M.
17 Shafar 1430 H.
Penulis
ALOKASI PENYALURAN DANA PEMBIAYAAN PADA UKM
OLEH BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) SYARIAH
CABANG TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.I)
Oleh :
A. Fauzan NIM: 10204612576
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Hasanudin AF, MA H. Martono, SE, MM
NIP. 150 210 422
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 / 1430 H.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Alokasi Penyaluran Dana Pembiayaan Pada UKM Oleh
BRI Syariah Cabang Tangerang telah diujikan dalam sidang munaqasah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 21 Februari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi
Mumalat Konsentrasi Perbankan Syariah.
Jakarta, 13 Februari 2009 M.
17 Shafar 1430 H.
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA,
MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN MUNAQASAH
1. Ketua : Dr. Euis Amalia. M.Ag
(.............................)
NIP. 150 282 631
2. Sekretaris : Ah. Azharudin Lathif, M.Ag,M.H
(..............................)
NIP. 150 318 308
3. Pembimbing I : Prof. Dr. H. Hasanudin AF, M.A
(..............................)
NIP. 150 210 422
4. Pembimbing II: H. Martono, SE, MM
(..............................)
5. Penguji I : Dr. Euis Amalia. M.Ag
(..............................)
NIP. 150 282 631
6. Penguji II : Dr. H. Fuad Thohari. MA.
(..............................)
NIP. 150 299 479
� ا�����ــــــ�� ا� ا��� KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, tiada kata yang pantas untuk diucapkan selain rasa syukur
penulis kehadirat Allah SWT, Dialah sumber tertinggi spirit, optimisme, dan
energi bagi penulis sehingga skripsi ini terselesaikan meskipun melalui proses
yang dalam pengalaman pribadi peneliti.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda
Rasulullah SAW yang telah mengantarkan manusia dari zaman kegelapan menuju
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Para sahabat dan keluarganya beliau
yang telah memperjuangkan agama Allah SWT dalam berbagai gelombang
kehidupan, hingga berakhir dengan kemenangan dan kejayaan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga, dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Penulis sangat berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar sarjana hukum Islam. Oleh karena itu, penulis
menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Teristimewa, kedua orang tua yang tercinta Bapak Ach. Zubairi dan Ibu
Arifah, dengan curahan cinta dan kasih sayangnya telah memberikan
semua bantuan yang tiada habisnya kepada penulis. Dengan bangga
penulis persembahkan skripsi ini sebagai bukti tanggung jawab penulis
merinci jasa dan kebaikan beliau berdua. “ Semoga Allah selalu menyertai
dalam setiap langkah beliau”.
2. Prof. Dr. Drs. H. Amin Suma, SH, MA.MM. Selaku Dekan Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Euis Amalia, M.Ag. selaku ketua Jurusan Muamalat dan Bapak Ah.
Azharudin Lathif, M.Ag,M.H. selaku sekretaris Jurusan Mualat yang
selalu memberikan kemudahan demi lancarnya dan terselesaikannya
skripsi ini.
4. Bpk Prof .Dr.H.Hasanudin AF, MA selaku pembimbing I dan Bapak
H.Martono. SE. MM, selaku pembimbing II. Terima kasih atas kebaikan
dan kesabaranya dalam membimbing penulis, semoga waktu, tenaga dan
pikiran yang tersita untuk membimbing penulis selalu dicatat sebagai
amal ibadah.
5. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. Selaku pembantu Dekan Fakultas
Syari’ah dan Hukum.
6. Para dosen dan staf karyawan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah
membantu memberi kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan
skripsi.
7. Bapak Manajer dan Staf BRI Syariah Cabang Tangerang serta para
informan khususnya, terima kasih karena telah banyak membantu
berpartisipasi dengan meluangkan waktunya dalam proses wawancara.
Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi kalian.
8. Kakakku Faizah, perjuanganmu selalu menginspirasiku, dan ponakanku
Nabil yang lucu. Adikku Atiyatur Rahmah yang selalu menyemangatkan
disaat lelahku, serta saudara-saudara dari Pamekasan.
9. Saudaraku yang disana, Istiyanatur Rahmah dan Laikatul Maghfirah
(Lilik), berkat kalian pula skripsi ini bisa diselesaikan, yang selalu
mendorongku
10. Semua teman-teman Fakultas Syari’ah dan Hukum Angkatan 2002,
khususnya temen-temen kelas PS, terima kasih atas senyuman hangatnya
dan kebaikan serta semangat kalian yang selalu diberikan kepada penulis
11. Seseorang yang selalu berusaha mengisi sepiku, datang dan pergi yang
setia dan hangat menemani dalam penatku kaulah bidadari itu.
12. Semu teman-teman seperjuangan, Abdul Manan Rifa, Anis Fauzan,
Maimun Rawi, Imam Musthafa, Mahalli, Siti Homsiah, Umi Hasyim.
Kawan-kawan FORMAD, PMII, Bina Usaha Muda Indonesia
(BUMINDO), Barisan Oposisi Rakyat (BOR), GERAK BLBI. Para Bung
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kalian adalah bagian terhangat
dalam hidupka.
Akhirnya, hanya kepada Allah semua amal baik tersebut penulis
kembalikan, semoga mendapat balasan yang berlipat ganda. Hanya kepada Allah
penulis berserah diri dan memohon ridhanya dalam menggapai masa depan yang
cerah. Amin
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari
sistematika bahasa maupun dari segi materi yang terkandung. Atas dasar ini,
komentar, saran, dan kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca
sekalian dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 13 Februari 2009 M.
17 Shafar 1430 H.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................
PENGESAHAN TIM PENGUJI ........................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 0
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 0
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 0
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 0
E. Metode Penelitian ....................................................................... 00
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 00
BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG ALOKASI DANA
PEMBIAYAAN DALAM PERBANKAN SYARIAH
A. Pengertian Pembiayaan................................................................ 00
B. Macam-macam Pembiayaan ........................................................ 00
C. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan ................................................... 00
D. Prosedur Umum untuk Memperoleh Pembiayaan ........................ 00
BAB III : PROFIL BRI SYARIAH CABANG TANGERANG
A. Sejarah Singkat ........................................................................... 00
B. Visi, Misi dan Tujuan ................................................................. 00
C. Struktur Organisasi ..................................................................... 00
BAB IV : ANALISA ALOKASI PENYALURAN PEMBIAYAAN
PADA UKM OLEH BRI SYARIAH
A. Peluang dan Kendala Pengembangan Perbankan Syari’ah
di Indonesia ........................................................................................ 00
B. Kebijakan Bank Berkenaan dengan Alokasi Dana
Pembiayaan Pada UKM .............................................................. 00
C. Prosedur Umum Proses Penyaluran Alokasi Dana Pembiayaan
Pada UKM di BRI Syariah .......................................................... 00
D. Analisa SWOT dan Strateginya Dalam Alokasi Penyaluran Dana
Pembiayaan Guna Peningkatan Jumlah dan Mutu UKM ............. 00
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 00
B. Saran-saran ................................................................................. 00
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 00
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di tengah krisis sistem ekonomi kontemporer yang menurut sebagian
ahli ekonomi bebas nilai, yakni paham kapitalis dan sosialis,1 Islam diyakini
dapat menjadi alternatif sistem ekonomi yang penuh dan lengkap memuat nilai
moral kehidupan. Dalam aktivitas ekonomi nilai-nilai moral Islam ini sudah
semestinya ikut mewarnai pelaku ekonomi. Filsafat ekonomi Islam berbeda
dengan filsafat ekonomi kapitalis maupun sosialis. Ekonomi Islam
berdasarkan pada tauhid (Q.S. al-Zumar, 38).2 Nilai moral asumtif tersebut
semestinya diyakini sebagai kebenaran mutlak, tidak meragukan dan
menjadikan petunjuk atau pedoman kehidupan ekonomi bagi umat Islam.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa masalah ekonomi merupakan
masalah yang dinamis yang senantiasa maju dan berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Seiring dengan itu, muncullah teori-teori dan lembaga
ekonomi yang terkesan tidak sesuai dengan semangat nilai-nilai ajaran Islam.
Ulama terkemuka Yusuf Qardhawi, dalam pendapatnya menyatakan
bahwa ada empat sendi utama dalam ekonomi dan mu’amalah Islam. Keempat
sendi itu adalah pertama ketuhanan, kedua etika, ketiga kemanusiaan, keempat
1 M. Umer Chapra, The Future Of Economi: An Islamic Perspective, terjemahan Amdar
Amir et.al, (Jakarta: Syari’ah Economi and Banking Institute, 2001), h. 19.
2 Al-Quran dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Jakarta 1984.
sikap Pertengahan.3 Dari empat sendi utama tersebut merupakan ciri khas
ekonomi Islam, bahkan dalam realita merupakan milik bersama umat Islam
dan tampak dalam segala hal yang berbentuk Islami.
Seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia yang
semakin maju muncul berbagai institusi-institusi komersial modern yang
bergerak di bidang finansial. Salah satu institusi tersebut adalah bank. Dalam
sistem perekonomian saat ini, bank memiliki peran yang menentukan dalam
mengalokasikan sumber-sumber keuangan yang tersedia dalam masyarakat.4
Meskipun banyak kemudahan yang diperoleh dengan keberhasilan
bank, tetapi muncul keraguan di kalangan umat Islam terhadap prinsip-prinsip
yang digunakan oleh lembaga tersebut (konvensional) dalam menjalankan
usahanya, yaitu sistem bunga yang selalu diidentikkan dengan riba yang jelas
diharamkan oleh syari’at Islam.
Dengan didasarkan pada pemahaman bahwa bunga bank ditimbulkan
dari transaksi simpan-pinjam di bank konvensional adalah riba, muncul
gagasan untuk mendirikan bank berbasis syari’ah untuk dunia Islam. Gagasan
ini dibahas secara resmi untuk pertama kalinya di Karachi, Desember 1970,
ketika para menteri luar negeri Organisasi Islam (OKI) mengadakan
konfrensi.5 Di Indonesia, prakarsa untuk mendirikan bank Islam dilakukan
3 Zainal Arifin, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.
29.
4 Asep Suhendi, Bank Islam (Bandung: Pustaka, 1984), h. 58.
5 H. Karnaen A. Parwatmadja, Bank Yang Beroperasi Sesuai Dengan Prinsip-Prinsip
Syari’ah Islam, Makalah Loka Karya Bunga Bank dan Perbankan, (Bogor: MUI, 1990),
h. 15.
pada tahun 1990, yaitu melalui loka karya pada tanggal 18 sampai dengan 20
Agustus 1990 di Cisarua Bagor Jawa Barat.
Pada era pasca reformasi, pergerakan perbankan syari’ah semakin luas.
Hal ini disebabkan berlakunya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang lebih
memperjelas payung hukumnya serta jenis-jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh Bank Syari’ah. Undang-undang
tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk
membuka unit-unit syari’ah.
Dengan adanya peluang tersebut, maka sistem syari’ah ini disambut
antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai bermunculan, salah
satu bank yang baru-baru ini membuka unit usaha syari’ah adalah Bank
Rakyat Indonesia (BRI). Bank milik pemerintah ini sangat konsisten terhadap
kemajuan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam memperkuat permodalan
yang kemudian disebut juga dengan Kredit Usaha Mikro.
Karena kedekatan pada usaha mikro, maka Bank Rakyat Indonesia
disebut juga dengan Bank Ritel.6 Sedangkan Unit Usaha Syari’ah yang baru
dibentuk sama halnya dengan induknya (BRI Konvensional) yang juga fokus
pada sektor Usaha Kecil Menengah.
Sektor usaha mikro saat ini mempunyai peranan penting dalam
memajukan perekonomian Indonesia, kontribusi wirausaha terhadap
perekonomian cukup signifikan terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Dari
data UKM dapat diketahui bahwa sejak tahun 2003, pertumbuhan kredit UKM
6 Soetanto Hadinoto, How To Develop Succesful Retail Banking, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2003), h. 1.
selalu di atas pertumbuhan kredit secara total walaupun di bulan Juni 2007,
pertunbuhan kredit UKM mulai menurun kembali. Namun demikian, sejak
tahun 2005, porsi kredit perbankan untuk UKM telah lebih dari 50% dari total
kredit perbankan, seperti yang terlihat data berikut ini.7
Tabel 1.1 Komposisi Kredit UKM Menurut Jenis Kredit (Rp Miliar)
2003 2004 2005 2006 2007
SME Investment 22,760 29,460 33,049 37,147 40,641
SME Working Capital 91,129 111,636 142,533 171,118 178,135
SME Costumer 93,199 130,997 179,225 202,177 224,012
Total SME Loan 207,088 271,093 364,907 410,442 442,788
Total Loan 440,505 559,469 696,649 792,298 861,498
SME Loan/Total Loan (%) 47,01 48,45 5102 51,80 51,40
Apabila kita melihat gambaran umum yang terjadi pada wirausaha dan
pembiayaan mikro saat ini adalah sistem dan mekanisme pembiayaan formal
belum dapat memenuhi kebutuhan wirausaha mikro, terutama karena kendala
akses (outreach) dan pemenuhan persyaratan formal 5’C (unbankable) dan
formalitas lainnya yang sangat sulit dipenuhi oleh usaha kecil.8 Dengan
kondisi tersebut menyebabkan terjadinya fenomena gunung es (credit
iceberg), dalam hal ini hanya sebagian kecil wirausaha mikro (lapisan puncak)
yang dapat mengakses pembiayaan, sebaliknya lapisan bawahnya belum
7 Sulaiman A. Arianto, Direktur UKM BRI, Strategi Pemasaran Syariah dalam
memajukan UKM, Makalah Seminar Masyarakat Ekonomi Syariah (Jakarta 26 September 2007).
8 Marsuki DEA, Analisis Sektor Perbankan Moneter, dan Keuangan Indonesia, (Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2005), h. 55.
tergarap secara sistematis dan berkelajutan.9 Bagaimana dengan BRI Syari’ah
sendiri yang salah satu misinya menguatkan permodalan Usaha Kecil?
Banyak hal yang dilakukan BRI Unit Usaha Syari’ah dalam
memajukan Usaha Mikro, dengan produk-produk pembiayaan yang variatif.
Di antara produk pembiayaan itu adalah Musyarakah, Ijarah dan yang lagi
ngetren saat ini adalah Murabahah. Produk ini jarang diterapkan karena
memiliki high risk bagi Mudharib maupun Shahibul Maal. Untuk lebih
mendekatkan diri kepada masyarakat, BRI Syari’ah membuka Office
Chanelling (transaksi di BRI Konvensional dengan sistem accounting
terpisah) karena dengan begitu nasabah akan semakin mudah mengakses
transaksi perbankan syari’ah.10
Bila dilihat dari sisi teknik prosedur nampaknya tidak terlalu sulit
untuk mentransformasikan pola pembiayaan konvensional ke pola syari’ah,
karena BRI sendiri memang basisnya pendanaan usaha kecil, tetapi pada
aplikasi yang lebih jauh maka akan nampak beberapa kendala yang
memerlukan penanganan lebih serius dan lebih intensif melalui analisa
SWOT, sehingga pembiayaan kepada usaha kecil dengan pola syari’ah bisa
memudahkan, menguntungkan dan memberi manfaat kepada Mudharib atau
Shahibul Maal.
Mengingat betapa pentingnya efektifitas pembiayaan yang dilakukan
oleh bank syari’ah, tentunya berakibat langsung pada income statement.
9 M. Nazirwan, Pembiayaan Wirausaha Mikro Yang Aman dan Menguntungkan, Makalah
Seminar Nasional dengan Tema Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi: Problem dan
Solusinya, (Jakarta: BRI, 2006), h.2.
10 ”BRI Syari’ah Konsisten di Sektor UMKM”, Tempo,27 Februari 2006, h. A 17.
Artinya, apabila bank tidak mampu menyalurkan pembiayaannya sementara
dana Shahibul Maal yang terhimpun terus bertambah, sehingga margin bagi
hasil tidak akan bertambah pula. Dengan seperti itu maka akan berdampak
terjadinya penurunan jumlah dana pihak ketiga yang kemudian menandakan
berkurangnya kepercayaan Investor terhadap Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Syari’ah.
Dari uraian di atas jelas bahwa demi mempertahankan jumlah
pendapatan bagi hasil, maka pengelolaan pembiayaan harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Di satu sisi juga untuk menjaga brand image bahwa BRI Unit
Usaha Syari’ah sama dengan induknya yang identik dengan Usaha Mikro
dalam penguatan modal.
Dengan landasan tersebut, maka Usaha Kecil Menengan adalah sebuah
komponen ekonomi yang sangatlah penting keberadaannya dalam suatu
wilayah. Salah satu contoh adalah Kabupaten Tangerang yang merupakan
kabupaten daerah industri. Dari data yang diperoleh oleh SIPUK Bank
Indonesia, bahwa kabupaten Tangerang penyumbang terbesar PRDB, tercatat
27,31% atau 23,99 Triliun yang dihasilkan Kabupaten Tangerang yang
meliputi sektor Industri Pengolahan sebesar 51,08 %, di ikuti sektor
perdaganagan sebesar 24,04 % dan angkutan dan komunikasi 9,82 %.
Dari data diatas sangat lah penting untuk jadi landasan potret
perkembangan industri suatu wilayah atau kota. Inilah yang menjadi landasan
dalam penelitian ini untuk mengangkat tema “ALOKASI PENYALURAN
DANA PEMBIAYAAN PADA UKM OLEH BANK RAKYAT
INDONESIA SYARI’AH CABANG TANGERANG.”
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Bertolak dari latar belakang tersebut, tentunya akan sangat luas jika
masalah tersebut dibahas secara keseluruhan dalam penulisan skripsi ini, maka
penulis menganggap perlu untuk menyajikan penulisan ini dengan dibatasi
pada sekitar analisa alokasi penyaluran dana pembiayaan yang dilakukan oleh
Bank Rakyat Indonesia Unit Usaha Syari’ah pada UKM. Adapun rumusan-
rumusan masalah yang akan penulis sajikan antara lain :
1. Bagaimana aplikasi dan kebijakan Bank Rakyat Indonesia
berkenaan dengan alokasi dana pembiayaan pada UKM ?
2. Bagaimana prosedur umum proses penyaluran alokasi dana
pembiayaan pada UKM di BRI Syari’ah ?
3. Bagaimana penganalisaan alokasi pembiayaan oleh Bank Rakyat
Indonesia Syariah pada UKM ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis rumuskan di atas, maka
ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini di antara lain :
1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur umum untuk pemperoleh
pembiayaan pada UKM.
2. Untuk mengetahui Bank Rakyat Indonesia Unit Usaha Syari’ah
lebih dekat mengenai aplikasi pembiayaan, baik dari alokasi
penyaluran dana maupun dari sisi prosedur.
3. Mampu menganalisa dan mengevaluasi berdasarkan analisa SWOT
dan strateginya untuk proses penyaluran dalam peningkatan modal
UKM.
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi masyarakat umum, muslim maupun non-muslim yang belum
mengetahui operasional perbankan syari’ah, khususnya teori
penyaluran dana pembiayaan pada BRI Syari’ah dan kiranya
penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan.
2. Demikian juga untuk memberikan informasi dan kontribusi bagi
semua kalangan, tokoh masyarakat atau ulama, praktisi, akademisi,
institusi pendidikan Islam dan masyarakat muslim pada umumnya
tentang konsep perbankan syari’ah atau ekonomi Islam.
3. Secara praktik, penelitian ini dapat menambah kepercayaan
masyarakat, dalam transaksi perbankan syari’ah untuk memperoleh
pembiayaan sehingga UKM yang butuh pendanaan tidak perlu
takut untuk mengajukan permohonan pada BRI Syari’ah.
4. Bagi BRI Syari’ah, diharapkan menghasilkan informasi yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan guna
pengembangan usaha dan bisnis perbankan syari’ah dan
perekonomian umat.
D. Tinjauan Pustaka
Bank BRI terutama BRI Syari’ah sebagai salah satu lembaga
perbankan syari’ah baru yang mengkonsentrasikan bisnisnya pada pembiayaan
ritel dan mikro, bila dilihat dari sisi teknik prosedur nampaknya tidak terlalu
sulit untuk mentransformasi pola pembiayaan konvensional ke pola syari’ah.
Sebab, BRI memang basisnya UKM. Tetapi pada aplikasi yang lebih jauh,
akan nampak beberapa kendala yang memerlukan penanganan yang lebih
serius dan intensif melalui analisa SWOT sehingga kredit UKM dengan pola
syari’ah bisa memudahkan. Melihat fenomena tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan kajian komprehensif terhadap alokasi penyaluran dana pembiayaan
usaha kecil dengan pola syari’ah.
Penelitian “Analisa Alokasi Penyaluran Dana Pembiayaan Pada UKM
Oleh Bank Rakyat Indonesia Syari’ah Cabang Tangerang” menurut hemat
penulis belum ada yang meneliti, tapi setidaknya ada dua penelitian yang
relevan sehingga dapat penulis jadikan acuan dalam penelitian ini:
1. Manajemen Pembiayaan Pada Bank Syari’ah (Studi Kasus Pada BNI
Syari’ah, 2003) dalam penelitian skripsi ini dijelaskan bahwa
manajemen pembiayaan terdiri dari proses penyaluran pembiayaan,
pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan. Dalam penelitian ini
diulas juga perbedaan pembiayaan syari’ah dengan pembiayaan
konvensional.
2. Alokasi dana Nasabah Bank Konvensional dan Bank Syari’ah (Studi
Perbandingan, 2005). Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa Bank
Konvensional dalam mengalokasikan dana nasabahnya hanya
berorientasi pada keuntungan materi (Profit Oriented). Sedangkan Bank
Syari’ah tidak hanya pada materi, namun juga keuntungan kebahagiaan
akhirat (Profit and Falah Oriented).
3. Analisa Hukum Islam Pembiayaan Produktif Dalam (Studi Kasus : BRI
Syariah Cabang Mampang, 2005). Dalam penelitian tersebut dijelaskan
bahwa bagaimana Bank Rakyat Indonesia Syariah menurut konsep
ekonomi Islam dalam menyalurkan pembiayaan produktifnya.
Dari tinjauan pustaka tersebut belum ada yang meneliti, padahal
penelitian tersebut menurut penulis sangat penting untuk diteliti karena
penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur umum untuk memperoleh
pembiayaan pada UKM.
2. Untuk mengetahui Bank Rakyat Indonesia Unit Usaha Syari’ah
lebih dekat mengenai aplikasi pembiayaan, baik dari alokasi
penyaluran dana maupun dari sisi prosedur.
3. Menganalisa dan mengevaluasi berdasarkan analisa SWOT dan
strateginya untuk proses penyaluran dalam peningkatan modal
UKM.
E. Metode Penelitian
Objek penelitian ini adalah Bank Rakyat Indonesia Unit Usaha
Syari’ah Cabang Tangerang yang terfokus pada alokasi penyaluran dana
pembiayaan. Sedangkan penelitan ini menggunakan metode kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif analisis. Penulis menggambarkan permasalahan
dan berusaha memberikan pemecahan masalah dengan didasari data,
menyusun, mengklasifikasikan, menganalisa dan mengevaluasi yang
kemudian diambil kesimpulan.11
Sedangkan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan tema
penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data tersebut antara
lain :
1. Library Research (Penelitian Pustaka) yaitu dengan
mengumpulkan data yang bersifat normatif (al-Quran dan al-
Sunah) sebagai sumber primer serta pendapat-pendapat para ahli
ekonomi Islam dari berbagai literatur yang ada seperti buku-buku,
dokumen-dokumen bank, jurnal, makalah serta tulisan-tulisan lain
yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Field Research (Penelitian Lapangan) yaitu dengan cara observasi
dan wawancara langsung untuk memperoleh data yang diperlukan
pada Bank Rakyat Indonesia Unit Usaha Syari’ah.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data yang berkaitan dengan pembahasan. Adapun teknik
pengumpulan data tersebut antara lain :
11 Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007
1. Observasi (Pengamatan) merupakan metode pertama yang
digunakan dalam penelitian ilmiah. Ini berarti pengamatan dan
pencatatan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.
2. Interview (Wawancara) merupakan cara yang digunakan dengan
tujuan mendapatkan informasi secara lisan berkaitan dengan skripsi
ini, maka dilakukan wawancara secara langsung pada pihak yang
berwenang menangani alokasi penyaluran dana pembiayaan pada
UKM oleh BRI Syari’ah.
F. Sistematika Penulisan
Untuk ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah analisa
materi dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menjelaskan dalam
sistematika penulisan. Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab yang
dibagi dalam sub bab dan setiap sub bab mempunyai pembahasan masing-
masing yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
BAB I: Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian
dan sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan teoritis tentang alokasi dana pembiayaan dalam
perbankan syari’ah yang terdiri dari pengertian dan landasan syari’ah serta
rukun syarat, macam-macam pembiayaan dalam perbankan syari’ah dan
prosedur umum untuk memperoleh pembiayaan pada perbankan syari’ah.
BAB III: Gambaran umum BRI (Bank Rakyat Indonesia) Syari’ah
yang memuat: sejarah singkat dan perkembangan BRI Syari’ah, visi misi dan
tujuan perusahaan serta struktur organisasi.
BAB IV: Analisa alokasi penyaluran dana pembiayaan pada BRI
Syaria’ah yang memuat, kebijakan Bank berkenaan dengan alokasi penyaluran
dana pembiayaan pada UKM. Prosedur umum proses penyaluran pembiayaan
untuk UKM pada BRI Syari’ah serta analisa SWOT dalam alokasi penyaluran
dana pembiayaan dan sekaligus strateginya dalam penyaluran pembiayaan.
BAB V: Penutup yang terdiri dari kesimpulan pembahasan yang ada
pada bab-bab sebelumnya serta saran. Bab ini dilengkapi dengan daftar
pustaka dan lampiran-lampiran yang berkenaan dengan penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PEMBIAYAAN DAN UKM
A. Pengertian Usaha Kecil Menengah
Keberadaan Usaha Kecil Menengah dalam ekonomi nasional Indonesia
memiliki sumbagan positif di antaranya dalam ketersediaan lapangan kerja,
menyediakan barang dan jasa, serta pemerataan usaha untuk mendistribusikan
pendapatan nasional. Dengan peranan Usaha Kecil Menengah tersebut posisi
UKM dalam pembangunan ekonomi nasional menjadi sangat penting.
Pembahasan tentang UKM meliputi pengelompokan jenis usaha, yaitu
jenis industri skala kecil menengah (ISKM) dan perdagangan skala kecil dan
menengah (PSKM). Karena dengan pengelompokannya pada akhirnya
terfokus pada permasalahan kesempatan lapangan kerja dan diletakkan pada
kemampuan pengembangan ISKM atau PSKM.12
Adapun penegertian UKM di berbagai Negara tidak selalu sama
tergantung pada konsep yang digunakan oleh Negara tersebut. Oleh karena itu
pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ternyata berbeda di satu
Negara dengan lainnya. Dalam pengertiannya mencakup sedikitnya dua aspek,
yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan ditinjau dari
jumlah tenaga kerja yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut (Range
of the member of employes).13
12
Titik Sartika Partomo dan Abd. Racman Soejono, Ekonomi Skala Kecil Menengah dan
Koperasi, (Jakarta: Galia Indonesia, 2002), h. 16. 13Ibid, h. 14.
Di Indonesia, berdasarkan literatur yang ada hingga kini terdapat
beberapa pengertian yang didasarkan pada besar modal dan usaha serta jumlah
tenaga kerja yang digunakan, batasan-batasan tersebut antara lain:
1. Usaha Kecil
a. Menurut Undang-undang No 29 tahun 1995 tentang usaha kecil,
bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dan yang memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan serta kepemilikan perusahaan. Kekayaan perusahaan
maksimal Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
b. Bank Indonesia, Departemen Perindustrian dan Perdagangan memberi
batasan berdasarkan asset yang dimiliki (tidak termasuk tanah dan
bangunan) bahwa usaha kecil adalah usaha yang memiliki asset kurang
dari Rp 600.000.000.
c. Departemen Keuangan memberi batasan, bahwa usaha kecil adalah
usaha dengan asset dan omzet kurang dari Rp 300.000.000.
d. Departemen Perindustrian Perdagangan dan Depertemen Tenaga Kerja
memberi batasan berdasarkan jumlah tenaga kerja, bahwa usaha
dengan jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 20 orang disebut usaha
kecil. Sedangkan menurut GBHN Tahun 1993, pengusaha kecil adalah
mereka yang lemah dalam hal modal, tenaga kerja serta dalam
penerapan teknologi.
2. Usaha Menengah
Menurut Undang-undang No 9 Tahun 1995 tentang usaha
menengah bahwa pengertian usaha menengah adalah, untuk sektor industri
harus memiliki modal asset maksimal Rp 5 Miliar sedangkan untuk sektor
non industri harus memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 600.000.000,
tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan
maksimal Rp 3 Miliar pertahun.14
Sedangkan menurut Inpres No 10 Tahun 1999, usaha menengah adalah
unit kegiatan usaha yang memiliki lebih besar dari Rp 200.000.000 sampai
maksimal 10 Miliar (tidak termasuk gedung dan tanah tempat usaha). Adapun
kriteria umum Usaha Kecil Menengah dilihat dari ciri-cirinya pada dasarnya
bisa dianggap sama, yaitu sebagai berikut:
a. Struktur organisasi yang sangat sederhana.
b. Tanpa staf yang berlebihan.
c. Pembagian kerja yang tidak rapi.
d. Memiliki hirarki manajerial yang pendek.
e. Aktifitas sedikit yang formal dan sedikit menggunakan proses
perencanaan.
f. Kurang membedakan asset dari peri perusahaan.
B. Pengertian Pembiayaan
Dalam Kamus perbankan, yang dimaksud dengan biaya adalah
pengeluaran yang tak terhindarkan untuk mendapatkan barang atau jasa
14
Dirjend Fasilitas Pembiayaan dan Simpan Pinjam, Himpunan Ketentuan Skim Kredit
Program Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, (Jakarta: Tpn, 1999), h. 49.
dengan tujuan memperoleh maslahat. Pengeluaran untuk kegiatan, tujuan, atau
waktu tertentu, seperti ongkos pengiriman, pengepakan dan penjualan
dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan dalam laporan laba rugi
perusahaan, komponen biaya merupakan pengurangan dari pendapatan.15
Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10
tahun 1998 pasal 1 ayat (12) :
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.16
Pada bank konvensional aktivitas pembiayaan lebih dikenal dengan
istilah kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.17
C. Macam-Macam Pembiayaan
Salah satu dari sekian upaya untuk tetap menjadi bank yang mampu
survive dan terpercaya adalah bagaimana Bank Syariah dapat mengelola dana-
dana yang diterima dari masyarakat secara baik dan sempurna sehingga bisa
memberi bagi hasil yang besar bagi para nasabah serta memberikan layanan
pada nasabah secara optimal.
15
Bank Indonesia, Kamus Perbankan, 1999, Cet.ke-1, h.30.
16 Undang-Undang Perbankan No 10 Th.1998, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), Cet. ke-1,
h. 10.
17 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2000), Cet. Ke-4, h. 92.
Di antaranya adalah memberikan nisbah yang tinggi dari bunga di
bank konvensional. Besarnya bagi hasil yang didapat nasabah tidak terlepas
dari seberapa besar bank syari’ah mampu menyalurkan dana yang ada untuk
usaha-usaha produktif sehingga menimbulkan efek yang luar biasa
(multiplayer effect) bagi tumbuh dan berkembangnya perekonomian
Indonesia. Macam-macam pembiayaan tersebut seperti yang terdapat dalam
skema di bawah ini:18
1. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif merupakan pembiayaan yang disalurkan
oleh bank syariah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasabah dan akan
habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bank syariah dapat
menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan kebutuhan barang
konsumsi dengan menggunakan produk di antaranya:
a. Bai murâbahah (deffered payment sale), adalah jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.19
Dasar hukumnya adalah: 18
19 M. Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd, Bidâyatul Mujtahid wa Muqta�sid,
(Beirut: Darul Qalam, 1998), vol. II, h. 216.
KONSUMTIF PRODUKTIF
Modal Kerja Investasi
Pembiayaan
... و���م ا���ب�ا� �� وأ��� ا�...
Artinya:
……Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba….
(QS. Al-Baqarah, 2: 275)
Aplikasinya dalam perbankan dengan bentuk pembiayaan untuk
pembelian barang-barang inventori, baik produksi maupun konsumsi.
Bank sebagai penjual, nasabah sebagai pembeli sedangkan keuntungan
dan harga pokok disepakati di awal.
b. Bai al-Salam (in front payment sale), yaitu pembelian barang yang
diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di
muka.
Aplikasinya dalam perbankan adalah untuk pembiayaan konstruksi
dan barang-barang manufaktur jangka pendek. Bank sebagai pemesan
(pembeli) dan nasabah sebagai penjual (pembuat). Ketika barang akan
atau sudah selesai bank boleh menjualnya secara rinci kepada nasabah
lain.
2. Pembiayaan Produktif
Dalam penggolongannya pembiayaan produktif penggunaannya
terdiri atas pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan yang diberikan oleh
bank untuk menambah modal kerja dalam memenuhi kebutuhan
produksinya yaitu untuk meningkatkan produksi, baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif serta untuk keperluan perdagangan misalnya
pembiayaan ekspor, pembiayaan pertokoan dan lain-lain.
Bank Konvensional memberikan pembiayaan modal kerja dengan
cara memberikan pinjaman sejumlah dana yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dengan jangka waktu tertentu dan keuntungan yang
diperoleh oleh bank adalah imbalan berupa bunga.
Beda halnya dengan Bank Syari’ah, sistem ini dapat membantu
memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja bukan dengan meminjamkan
dana melainkan dengan menjalin hubungan kerjasama usaha (partnership)
di mana bank bertindak sebagai penyandang dana (shahibul maal) dan
nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Pembiayaan ini berupa produk
Mudharabah dan Musyarakah, fasilitas yang diberikan untuk jangka
waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara priodik dengan nisbah
yang telah disepakati di awal.20
Selain pembiayaan modal kerja terdapat juga pembiayaan
investasi, yaitu pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada perusahaan
untuk digunakan melakukan investasi membeli barang-barang modal
(capital goods), yaitu barang-barang yang digunakan untuk memproduksi
barang-barang lain atau untuk menghasilkan jasa-jasa pelayanan.
Pembelian barang modal itu disebut capital expenditure.
Dalam produk pembiayaan produktif ini ada dua skim yang banyak
dipakai dalam Bank Syariah yaitu produk pertama adalah Mudharabah
20 Moh. Rifai, Konsep Perbankan Syariah, (Semarang: CV. Wicaksana, 2002), h. 28.
yang merupakan prinsip bagi hasil dengan cara bank membiayai penuh
100% usaha nasabah yang memiliki profesionalisme dan business plan.
Produk yang kedua adalah Musyarakah yang merupakan produk bagi hasil
dengan cara penyertaan modal kepada nasabah. Pengembalian hasil usaha
tergantung pada nisbah bagi hasil yang sudah disepakati.
Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa, perbedaan antara
pembiayaan konsumtif dan produktif terletak pada metode pendekatan
analisanya. Pada pembiayaan konsumtif fokus analisanya pada
kemampuan finansial seseorang mengembalikan pembiayaan yang telah
diterimanya seperti gaji atau pendapatan per bulan. Sedangkan pada
pembiayaan produktif fokus analisanya terletak pada kemampuan finansial
usaha untuk melunasi pembiayaan yang telah diajukan. Dari sisi prosesnya
analisa pembiayaan produktif jauh lebih rumit dari pada pembiayaan
konsumtif.
Adapun yang sesuai dengan ragam dan jenis usaha yang digeluti
nasabah, bank syari’ah sebagai lembaga pembiayaan berusaha memenuhi
kebutuhan finansial nasabahnya. Karena itu bank Syari’ah juga
menyediakan produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan itu.
Beberapa produk pembiayaan produktif yang terkait sebagai berikut:
a. Mudharabah
1). Pengertian
Mudharabah merupakan kontrak di mana suatu kekayaan
(property) atau persediaan tertentu ditawarkan akan berbagi keuntungan
dengan pihak lain untuk memperoleh keuntungan.21 Dalam istilah fiqih
Muamalat mudharabah merupakan suatu bentuk perniagaan di mana
pemilik modal menyetorkan modalnya kepada pengusaha untuk
diniagakan dengan keuntungan dibagi bersama sesuai kesepakatan.
Sedangkan jika ada kerugian maka ditanggung pemilik modal.22
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mudarabah merupakan
suatu akad pembiayaan perbankan yang dilakukan oleh kedua belah
pihak yakni pihak yang memiliki modal untuk membiayai proyek yang
memerlukan pembiayaan, pihak ini disebut shahibul maal sedangkan
pihak yang memerlukan modal sekaligus yang menjalankan usaha
disebut mudharib.
Yang terpenting dalam transaksi pembiayaan mudharabah adalah
kepercayaan dari shahibul maal kepada mudharib, karena dalam
transaksi mudharabah tidak boleh meminta jaminan atau agunan dari
mudharib dan tidak boleh ikut campur dalam mengelola usaha, yang
menjalankan dan mengelola usaha tersebut diserahkan sepenuhnya
kepada mudharib. Dengan demikian mudharabah merupakan instrumen
utama bagi lembaga keuangan untuk memobilisasi dana nasabah dan
21
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama dan Grafiti, 1999), h. 29.
22 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratam, 2002), cet1, h. 176.
untuk menyediakan berbagai fasilitas pembiayaan bagi para pelaku
usaha.
Ketentuan umum pembiayaan mudharabah antara lain :
a) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku
pengelola modal harus diserahkan secara tunai, dapat berupa
uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang.
Apabila modal dilakukan secara bertahap maka harus jelas
tahapannya dan disepakati bersama.
b) Hasil dari pengelolaan modal dapat diperhitungkan dengan cara
perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing) atau
perhitungan dari keuntungan profit (profit sharing).
c) Hasil usaha dibagi sesuai kesepakatan dalam akad sebelumnya,
pada setiap bulan atau waktu yang ditentukan. Bank selaku
shahibul maal menanggung kerugian kecuali jika kelalaian dan
penyimpangan dari pihak nasabah.23
2). Landasan Syari’ah
a. Al-Qur’an
...% !"� ا�و$#�ون ی"�ب�ن ! ا��رض ی ���ن �...
Artinya:
23
Sfiniyah Ghufron, Briefcase Book edukasi profesional syariah, Konsep dan
Implementasi Bank Syaria’ah, (Jakarta: Renaisan IKAPI, 2005) cet. 1, h. 46-47.
.....dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian
karunia Allah....
(Q.S. Al-Muzzamil: 20)
b. Hadits
ا� �12' ا� ل0�ر �ل، -�ل- ,�با %& +�(' %ب )��' %&
�آ8ا� !�(%� 7ث4 0�13و ,�1&: � <=�رض8ا�و ا;� ا�2 �ا�
ا� ط#7إو�� �AB��1� �ب �C �� �� 1� Artinya
”Dari Shalih Bin Suhaib; Rasulullah SAW bersabda: Tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqhradhah
(mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah bukan untuk dijual”.
(HR. Ibnu Majah no. 2280, At-Tijarah).24
3) Jenis-Jenis Mudharabah
Mudharabah terdapat dua jenis :
a) Mudharabah Muthlaqah (investasi umum/unrestricted investment)
yaitu investasi umum yang berbentuk kerjasama antara shahibul
maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas tidak dibatasi
jenis usahanya, jumlah modal harus berupa uang tunai dan apabila
modal diserahkan secara bertahap, maka harus jelas tahapannya dan
disepakati bersama dengan ketentuan sebagai berikut:
25
a. Penetapan keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang telah
disepakati.
24
Al-Hafizh Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid Al-qazwini, Sunan Ibnu Majah,
(Beirut, Darul Fikr), t.th., juz 2, h. 786 Hadits no, 2289.
25 Moh. Rifai Konsep Perbankan Syariah,..........Op. Cit h 59.
b. Pemilik modal tidak ikut campur dalam pengelolaan usaha.
c. Mudharabah muthlaqah dapat berupa tabungan dan Deposito,
sehingga terdapat dua jenis himpunan dana yaitu tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah.
d. Pemilik modal (tabungan mudharabah) dapat mengambil
dananya bila sewaktu-waktu dibutuhkan sesuai dengan
kesepakatan namun tidak diperkenankan mengalami saldo
negatif.
e. Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan
jangka waktu yang telah disepakati.
b) Mudharabah Muqayyadah (investasi umum/restricted investment),
yaitu investasi khusus penyediaan modal hanya untuk kegiatan
tertentu dengan syarat yang sepenuhnya ditetapkan oleh bank.
Ketentuan mudharabah muqayyadah antara lain:
a. Bank bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah institusi
(baik pemerintah maupun lembaga keuangan lainnya) atau
nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka pada
unit-unit usaha atau proyek tertentu yang mereka sepakati.
b. Rekening dioperasikan berdasarkan prinsip mudharabah
muqayyadah.
c. Bentuk investasi dan nisbah pembagian keuntungan biasanya di
negosiasikan secara kasus perkasus.
4) Risiko Mudharabah
Dalam penyaluran pembiayaan terdapat beberapa risiko yang diterima
oleh bank antara lain:
a. Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam
kontrak.
b. Nasabah berbuat kelalaian dan kesalahan yang disengaja
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah apabila nasabahnya
tidak jujur.
b. Musyarakah
1). Pengertian
Musyarakah atau syirkah secara definisi adalah akad kerja sama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan di tanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.26
Jadi secara substansial, syirkah atau musyarakah itu merupakan
terjadinya hubungan antara dua pihak untuk melakukan suatu usaha.
Sedangkan ketentuan umum musyarakah antara lain :
a) Semua modal disatukan untuk dijadikan modal usaha tertentu dan
dikelola bersama-sama.
26
Muhamad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta:
Tazkia Istitute, 1999), cet. 1 h. 187.
b) Biaya yang timbul dalam pelaksanaan usaha harus diketahui
bersama, keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan
kegiatan dibagi sesuai dengan kontribusi modal yang disalurkan
c) Usaha yang dijalankan harus disebutkan dalam kontrak, setelah
usaha selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi
hasil yang telah disepakati.27
2) Landasan Syariah
a) Al-qur’an
...D1EF3 ش�آ�ء ! ا�)!... Artinya:
”.........Maka mereka berserikat pada sepertiga.....
(QS. Annisa : 12).
b) Hadits
�12' ا� ل0�ر �ل- �ل- ,K& ا� ضر ة�ی�ه با %& �3�� ا�B�یD��4 %�N �نأ A��2ت ا� �ل- 0�13و ,�1& ا� %� #�;C #�ن '�� , !Rذا، , '�� اP�ه<� %Oی
�>)K�ب) .T3 داود أب� رواNو�.( Artinya:
”Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata Rasulullah saw bersabda
Allah SWT berfirman: Aku pihak ketiga dari dua orang berserikat
selama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati temannya.
Apabila dia mengkhianati temannya maka aku keluar dari antara
mereka berdua”
(HR. Abu Daud dan Hakim).28
27
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia Kampus UII,
2004), cet. 1 h. 201.
28
Abi Daud Sulaiman As-Sajastani, Sunan Abu Daud, (Beirut: Darul Fikr,1994) Jilid 3,
h.226 no 3383.
3) Jenis-Jenis Musyarakah
Musyarakah terbagi ke dalam lima jenis:
a) Syirkah Mufawadhah: yaitu kontrak kerjasama antara dua pihak
atau lebih dengan porsi dana, kerja, tanggung jawab dan beban
hutang yang sama.
b) Syirkah Inan: yaitu kerjasama antara dua pihak atau lebih dengan
porsi dana yang tidak harus sama.
c) Syirkah wujuh: yaitu kerjasama antara pihak pemilik dana dengan
pihak lain yang memiliki kredibilitas atau kepercayaan.
d) Syirkah Abdan: yaitu kerjasama atau percampuran tenaga antara
dua pihak atau lebih (kerjasama profesi).
e) Syirkah Mudharabah: yaitu kerjasama antara pihak pemilik dana
dengan pihak lain yang memiliki profesionalisme atau tenaga.29
4) Resiko Musyarakah
Seperti halnya dengan mudharabah, dalam penyaluran pembiayaan
musyarakahpun terdapat beberapa risiko yang diterima oleh bank
antara lain:
a) Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut
dalam kontrak.
b) Lalai dan kesalahan disengaja.
29
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul
Hakim, 2003) h.52.
c) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya
tidak jujur.
C. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan
Pembiayaan dalam perbankan syari’ah mempunyai fungsi banyak bagi
masyarakat secara umum antara lain: satu menjadi motivator dalam
peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian, dua memperluas
lapangan kerja bagi masyarakat, tiga meningkatkan semangat berusaha
masyarakat, empat memperbesar modal kerja perusahaan.30 Sedangkan tujuan
secara khusus dalam pemberian pembiayaan oleh suatu bank, hendaknya dapat
memberikan manfaat juga bagi bank antara lain :
1. Bank menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
usaha nasabah meningkat.
2. Bank tidak wajib membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap sehingga bank tidak akan mengalami negative spread.
3. Pengembalian pokok pembiayaan dengan cash flow/arus kas usaha
nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah itu berbeda
dengan prinsip bunga tetap, di mana bank akan menagih penerima
pembiayaan yang dihasilkan nasabah sekalipun merugi atau krisis
ekonomi.
30 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah………Op.cit. h.196.
Berdasarkan pada salah satu unsur pembiayaan, yakni mikro dalam
penyaluran pembiayaan maka sangat diperlukan penegelolaan usaha yang
berpedoman pada kebijakan pembiayaan khususnya mengenai alokasi
penempatan dana yang di salurkannya.31 Kebijakan penyaluran pembiayaan
yang baik tentu akan memberikan pendapatan maksimal bagi bank yang
didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
1. Penyediaan likuiditas yang cukup dan untuk melindungi para
nasabah bank dan pemegang sahamnya.
2. Penyediaan kebutuhan pembiayaan yang sah bagi pemegang
rekening dan masyarakat.
3. Mentaati peraturan penyaluran pembiayaan atau pinjaman yang
berlaku sesuai dengan tingkat kesehatan bank.
Sebelum memberikan keputusan untuk menyalurkan pembiayaan,
pihak bank sebagai pemilik modal melakukan pengumpulan data informasi
tentang peminjamannya. Tindakan pengumpulan data atau survei pembiayaan
dilakukan untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan penyaluran
pembiayaan yang diberikan. Prinsip yang digunakan oleh pihak bank dalam
melakukan pembiayaan adalah dengan memperhatikan prinsip 5 C dan 7 P.
1. Character (watak), bahwa pihak bank harus menganalisis watak
calon debitur apakah layak untuk menerima pembiayaan. Analisis
terhadap karakter calon debitur dapat diperoleh dengan cara
mengumpulkan informasi dari referensi nasabah dan bank-bank
31 Santoso, Kredit Usaha Perbankan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1996), h. 9.
lain tentang perilaku, kejujuran dan ketaatan calon debitur untuk
memenuhi pembayaran.
2. Capacity (kemampuan), yaitu berkaitan dengan kemampuan calon
debitur dalam mengelola usahanya secara sehat sehingga dapat
memperoleh laba sesuai dengan yang diperkirakan. Penilaian
kemampuan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil
usaha calon debitur dapat membayar semua kewajibannya tepat
pada waktunya sesuai dengan perjanjian pembiayaan yang
disepakati dalam kontrak.
3. Capital (modal), dilakukan untuk melihat apakah calon debitur
memiliki modal yang memadai untuk menjalankan dan memelihara
kelangsungan usahanya.
4. Condition of economic (kondisi perekonomian) yaitu yang
berkaitan dengan keadaan perkonomian calon debitur. Jika keadaan
perusahaan prospek dan bagus maka pihak bank akan memberikan
pembiayaan yang diajukan.
5. Colletareal (jaminan) yaitu analisis terhadap jaminan yang
diserahkan oleh calon debitur. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana nilai jaminan yang diserahkan dapat
menutupi risiko kegagalan pengembalian kewajiban debitur.
Sedangkan prinsip 7 P yang harus diperhatikan bank dalam
menganalisis pembiayaan sebelum disalurkan antara lain :
1. Personality adalah berkaitan dengan sifat dan perilaku yang
dimiliki calon debitur
2. Party adalah berkaitan dengan pengklasifikasian nasabah ke dalam
golongan tertentu
3. Purpose adalah berkaitan dengan tujuan atas keperluan di dalam
pengajuan pembiayaan, apakah digunakan untuk kegiatan
konsumtif atau sebagai modal kerja.
4. Prospect (harapan masa depan) adalah berkaitan dengan harapan
perusahaan di masa depan dari bidang usaha atau kegiatan
konsumtif atau sebagai modal kerja.
5. Payment (pembayaran) adalah mengetahui pembayaran
pembiayaan yang akan diberikan. Hal ini dapat diketahui dari
kelancaran dan pendapatan sehingga dapat diketahui kemampuan
pembayaran pembiayaan ditinjau dari waktu pengembalian yang
dibebankan kepada debitur.
6. Profitability (laba) adalah untuk menganalisis bagaimana
kemampuan calon debitur untuk memperoleh laba.
7. Protection (perlindungan) adalah bertujuan agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan.32
Berdasarkan pengertian dan penjelasan diatas, jadi jumlah pembiayaan
yang disalurkan adalah salah satu jasa yang diberikan kepada para nasabahnya
dalam bentuk pinjaman modal berupa uang, barang dan jasa baik secara
32 Prathama.Rahardja, Uang dan Perbankan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,1997), h. 29.
pribadi maupun kelompok yang akan dikembalikan pada suatu saat yang
ditentukan dengan memberikan kontraprestasi berupa bagi hasil.
D. Prosedur Umum Memperoleh Pembiayaan
Untuk mendapatkan pembiayaan, sebenarnya sederhana yaitu hampir
sama dengan istilah kredit dalam bank konvensional. Yang menjadi
perbedaannya adalah pada bank syari’ah tidak dikenal dengan istilah bunga
(interest), yang ada hanya nisbah (bagi hasil). Posisi pelaku usaha adalah
sebagai mitra (Partnership), yang berarti mempunyai kesejajaran dengan
pemilik modal (bank syari’ah). Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa
untuk mendapatkan pembiayaan dalam Bank Syari’ah prosesnya sebagai
berikut:
1. Pelaku usaha datang ke Bank Syari’ah untuk mengajukan
pembiayaan dengan yang mereka kehendaki (Mudharabah atau
Musyarakah). Pengajuan pembiayaan dengan kedua skim ini
dilakukan secara tertulis dengan memuat beberapa hal di
antaranya:
a. Identitas Nasabah.
b. Jenis proyek.
c. Pihak-pihak yang terkait.
d. Proyeksi keuntungan dll.
2. Marketing Manager/Account Officer (AO) setelah menerima
permohonan pembiayaan dari pelaku usaha, selanjutnya akan
mempelajari dan menganalisa kelayakan bisnis nasabah (studi
kelayakan), historis usaha nasabah baik kualitatif atau kuantitatif
serta kelayakan proyek atau usaha yang akan dikerjakan oleh
nasabah.
3. Setelah dilakukan studi kelayakan, kemudian Bagian Administrasi
Pembiayaan akan menganalisa kelengkapan administrasi nasabah
dari segi yuridis maupun kelengkapan perizinan dan keabsahan
proyek tersebut. Beberapa hal yang menjadi perhatian dari segi
kelengkapan yuridis tersebut adalah Akta Pendirian Perusahaan,
menyangkut pemilik perusahaan dan kelengkapan izin lainnya.
Segi yuridis tentang keabsahan proyek tersebut akan diperhatikan
oleh Bagian Administrasi Pembiayaan.
4. Hasil pemeriksaan dari Bagian Administrasi Pembiayaan akan
disampaikan kepada Account Officer untuk dipresentasikan pada
Komite Pembiayaan. Komite pembiayaan tersebut akan menilai
permohonan dan hasil pemeriksaan yang telah direkomendasikan
untuk disetujui. Apabila usulan pemberian pembiayaan tersebut
disetujui atau dianggap layak maka Komite Pembiayaan akan
memberikan persetujuannya terutama menyangkut:
a. Jumlah pembiayaan yang akan diberikan pada nasabah.
b. Jangka waktu pengembalian.
c. Nisbah bagi hasil yang harus dipenuhi nasabah.
d. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah
biasanya berupa jaminan atau agunan yang akan jadi jaminan.
5. Account Officer berdasarkan persetujuan dari Komite Pembiayaan
selanjutnya akan mengirimkan surat pembiayaan kepada nasabah.
Setelah nasabah setuju atas apa yang tercantum dalam suarat
persetujuan tersebut, maka nasabah akan menandatanganinya,
sebagai tanda telah disetujui persyaratan pembiayaan yang akan
diberikan oleh Bank Syari’ah.
6. Selanjutnya Bagian administrasi atau Bagian Hukum akan
menyiapkan akad pembiayaan antara nasabah dengan Bank
Syariah. Akad pembiayaan ini merupakan perjanjian pokok dari
penbiayaan karena menentukan hak dan kewajiban kedua belah
pihak serta akibat hukumnya. Akad pembiayaan ini merupakan
pengikatan persetujuan untuk berbagi keuntungan atas pendapatan
atau laba suatu proyek tertentu dengan memperhatikan
kelengkapan dokumen dan rincian proyek yang akan dikerjakan
serta segala sesuatu ketentuan term dan kondisi (term and
condition) yang telah disepakati.
7. Dengan telah ditandatanginya akad pembiayaan ini maka secara
langsung telah sah perikatan yang terjadi di antara kedua belah
pihak. Ini berarti nasabah telah bisa mencairkan dananya di Bank
Syari’ah. Pencairan dana tersebut dilakukan dengan memberikan
Surat Permohonan Realisasi Mudharabah atau Musyarakah
(SPRM) yang berisi minta pencairan dana untuk dimulainya usaha.
8. Account Officer selanjutnya akan mencairkan dana untuk
pembiayaan usaha tersebut dengan membuat Tanda Terima Uang
Oleh Nasabah (TTUON). Selama pembiayaan usaha berlangsung
maka, Account Officer bertanggung jawab mengawasi atas
kelancaran usaha. Karena hal ini berguna bagi bank atas kelancaran
nasabah untuk membayar kembali pembiayaan yang telah diterima
dan juga bank syari’ah untuk memperoleh nisbah yang telah
disepakati.
9. Pembayaran bagi hasil bagi bank akan dilakukan setiap bulannya
tergantung dengan pendapatan yang diterima mudharib, sedangkan
pokoknya akan dibayarkan kemudian.
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG
BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) SYARI’AH
A. Sejarah Singkat Berdirinya BRI Syari’ah
Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto,
Jawa Tengah, oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en
Spaarbank der Inlandsche Bestuurs amtenaren atau Bank bantuan dan
simpanan milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (Pribumi). Bank
ini berdiri pada tanggal 16 Desember 1895 dan pada tanggal itu pula dijadikan
sebagai hari kelahiran BRI.
Berdirinya Bank Rakyat Indonesia ini berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 1 Tahun 1946 pasal 1. Di dalam peraturan tersebut
dinyatakan bahwa BRI adalah bank pemerintah pertama di Republik
Indonesia. Karena adanya situasi perang dalam mempertahankan kemerdekaan
pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan
baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan
berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat.
Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank
Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI,
Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian
berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN di
integrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan
Koperasi Tani dan Nelayan.
Setelah berjalan selama satu bulan, pemerintah mengeluarkan Penpres
No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank
Negara Indonesia. Dalam peraturan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi
Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara
Indonesia Unit I Bidang Rural. Sedangkan Nederlandsche Maatschappij
(NHM) menjadi Bank Negara Indonesia Unit II bidang Eksport Import.
Berdasarkan Undang-undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-
undang pokok perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang
Undang-undang Bank Sentral yang intinya mengembalikan fungsi Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indosesia Unit II bidang
rural dan eksport import, masing-masing dipisahkan menjadi dua Bank yaitu
Bank Rakyat Indonesia dan Bank Eksport Import Indonesia.
Selanjutnya, berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968
menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai Bank Umum. Sejak
tanggal 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang perbankan No. 7 tahun
1992 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 tahun 1992 status
BRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero).33
Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin
kompetitif dan pesat, maka dalam rangka mengembangkan usaha di bidang
33
Bank Rakyat Indonesia, Terbaik di Awal Milenium, (Jakarta: Masyarakat Profesional
Madani, 2004), h.17.
ritel, Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada tahun 2002 membuka windows
syari’ah seperti yang dilakukan oleh beberapa bank Konvensional yang telah
membuka cabang syari’ah.
BRI Syari’ah Tangerang, misalnya, adalah salah satu kantor cabang
yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani No. 17 Blok G-H Tangerang yang didirikan
pada tanggal 17 April 2002 dengan motto “Mitra Bisnis yang Amanah dan
Maslahah” dengan dasar pemikiran, yaitu memberikan pelayanan kepada
sebagian masyarakat Indonesia yang belum bisa dilayani oleh Bank
Konvensional.
Di samping itu, juga untuk melayani masyarakat khususnya umat
Islam yang menghindari riba atau bunga yang ada pada bank konvensional.
Atas pertimbangan tersebut, maka BRI telah menetapkan sebuah Unit Usaha
Syari’ah agar dapat memenuhi ketentuan yang berlaku dan juga sebagai
bagian dari kegiatan bisnis BRI yang mandiri dan tidak bercampur dengan
kegiatan usaha perbankan konvensional.34
B. Visi dan Misi
Visi dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syari’ah adalah sebagai bank
“Mitra Bisnis yang Amanah dan Mashlahah”. Sedangkan misinya antara lain:
1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan
mengutamakan pelayanan kepada usaha makro, kecil, dan
menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi rakyat.
34
TB. Rifki, Account Officer BRI Syari’ah Cabang Tangerang, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 24 November 2007.
2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan
kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumberdaya manusia
yang profesional dengan melaksanakan praktik Good Corporate
Governance.
3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
Dalam rangka mengembangkan bisnisnya BRI Syari’ah secara
menyeluruh, maka BRI menerapkan empat simpul strategi yang terdiri dari:
1. Simpul pertama, BRI Syari’ah akan menerapkan standar harga
yang bersaing, baik dalam rangka meraup dana pihak ketiga
maupun dalam bidang pembiayaan.
2. Simpul kedua, BRI Syari’ah akan terus mengembangkan dan
berinovasi dalam menjual produk-produknya.
3. Simpul ketiga, BRI Syari’ah akan terus memanfaatkan jaringan
kantor cabang yang sudah ada, pembukaan kantor cabang baru,
maupun memanfaatkan titik-titik layanan BRI konvensional
lainnya.
4. Simpul keempat, demi mengenal BRI Syari’ah, maka akan
selalu melakukan promosi secara terpadu dan berkelanjutan.
C. Produk BRI Syariah
1. Produk Penghimpunan Dana
Bank BRI Syari’ah menyediakan berbagai macam produk simpanan
yang inovatif dengan investasi yang menguntungkan sesuai dengan prinsip
syariah. Produk yang ditawarkan antara lain :
1) Giro Wadiah
Giro Wadiah merupakan simpanan nasabah berbentuk giro dengan
prinsip Wadiah Yad Dhamamah yang merupakan titipan dana murni
yang dengan seizin dari pemilik dana dapat dioperasikan oleh bank
untuk mendukung sektor riil dengan jaminan bahwa dana dapat ditarik
sewaktu-waktu oleh pemilik dana dengan menggunakan media cheque
atau bilyet giro dan mendapatkan bonus yang menarik.
2) Tabungan Mudharabah
Tabungan Mudharabah adalah simpanan dana pihak ketiga berbentuk
tabungan dengan prinsip Mudharabah Mutlaqoh yang dapat disetor
dan diambil kapan saja diseluruh cabang dan ATM BRI di Indonesia.
3) Deposito Mudharabah
Deposito Mudharabah merupakan investasi baik secara individu
maupun perusahaan dalam bentuk deposito yang sesuai dengan prinsip
syari’ah yakni Mudharabah Mutlaqah merupakan simpanan dana
masyarakat yang oleh BRI Syari’ah dapat dioperasikan untuk
mendapatkan keuntungan. Hasil keuntungan tersebut akan dibagi
antara pemilik dana dan bank sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Dana nasabah akan diinvestasikan pada sektor riil yang
menguntungkan untuk memajukan ekonomi umat.
4) Tabungan Haji Mudharabah
Produk ini sama dengan seperti tabungan Mudharabah, namun
penarikannya hanya dapat digunakan untuk pembayaran Biaya
Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Seperti produk Tabungan BRI,
nasabah yang berangkat haji akan mendapatkan souvenir untuk
keperluan perjalanan di Tanah Suci dan penutupan asuransi jiwa.
Pendaftaran calon jemaah ke Departemen Agama dilaksanakan melalui
komputer SISKOHAT. Untuk lebih menarik produk ini dilengkapi
fasilitas Al-Qardh atau talangan BPIH.
5) Reksadana Syariah
Reksadana Syariah adalah produk yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik harta
(shahibul mall) untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek
oleh manajer investasi sebagai wakil shahibul mall menurut ketentuan
dan prinsip syariat Islam.
2. Produk Penyaluran Dana
Pembiayaan syariah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan usaha
nasabah sesuai dengan prinsip syariah, yakni bagi hasil, jual beli, dan sewa
yang terbebas dari penetapan bunga. Adapun produk pembiayaan yang
ditawarkan antara lain:
1) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah memakai prinsip jual beli barang pada harga
asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati dengan pihak
bank selaku penjual dan nasabah selaku pembeli. Karakteristiknya
adalah penjual harus memberitahukan harga pokok yang dibeli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan pembayaran
dapat dilakukan secara angsuran sesuai dengan kesepakatan bersama.
2) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah merupakan jenis pembiayaan atas dasar
prinsip bagi hasil (Mudharabah Muqayyadah) sesuai dengan
kesepakatan, di mana pihak bank selaku penyedia modal
menyediakan dana 100%. Sedangkan pihak nasabah bertindak selaku
pengelola dengan keuntungan dibagi menurut kesepakatan di muka
dan apabila rugi ditanggung oleh shahibul mall. Pembiayaan ini
dapat disalurkan untuk berbagai jenis usaha yakni perdagangan,
perindustrian pertanian, dan jasa.
3) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan atas dasar prinsip bagi
hasil yang porsinya disesuaikan dengan porsi penyertaan.
Pembiayaan ini cocok bagi nasabah yang memiliki usaha dan
bermaksud mengembangkannya namun masih kekurangan dana
untuk merealisasikan niat tersebut. Adapun pembiayaan musyarakah
ini dapat di aplikasikan dalam bentuk pembiayaan proyek dan Modal
Ventura.
4) Pembiayaan Ishtishna’
Dalam skim Ishtisna’, barang yang diperjual belikan belum jadi
tetapi akan dikerjakan. Contohnya, pesanan atas rumah yang akan
dibangun. Nasabah memesan barang yang akan dibangun (misalnya
rumah) kepada bank, kemudian bank akan memesan kepada
developer atau kontraktor untuk mengerjakan rumah yang diajukan.
Jadi mekanismenya dilakukan secara paralel dan bank akan
membayar kepada developer/kontraktor secara termin sesuai progres
pembangunan. Setelah barang selesai dikerjakan dan diserahkan
kepada nasabah pemesan, bank akan membukukan aset istishna’ dan
selanjutnya nasabah membayar (baik lunas maupun secara angsuran).
Skim ini sangat tepat untuk membiayai pemilikan rumah.
Pada Bank Umum (konvensional), bisa terdapat dua fasilitas yaitu
kredit konstruksi untuk developer dan Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) untuk end user pemilik rumah. Dalam pembiayaan istishna’
ini, maka fasilitas Bank hanya untuk end user saja. Sedangkan
kepada developer, bank akan menerbitkan Surat Perintah Kerja
(SPK) pembangunan rumah sesuai dengan jenis, jumlah, dan harga
yang dipesan end user. Hal ini dapat dilakukan karena calon pembeli
sudah komitmen untuk pemesanan rumahnya dan diikat dengan akad
istishna’.
5) Bank Generasi dengan kafalah (Prinsip Penanggungan)
Bank generasi dapat diterbitkan oleh bank menggunakan prinsip
kafalah (penanggungan), di mana bank menjamin kewajiban nasabah
untuk memenuhi prestasi pada pihak ketiga. Atas jasa menerbit
generasi tersebut, bank dapat meminta biaya administrasi kepada
nasabah. Setiap penerbit dan penerbitan bank generasi oleh BRI
syari’ah akan dibuatkan perjanjian kontra generasi. Hal-hal ini sesuai
dengan ketentuan tentang Bank Generasi di BRI.
6) Wakalah (Prinsip Perwakilan atau Kuasa)
Pada prinsipnya, wakalah adalah surat kuasa biasa. Kuasa ini sering
digunakan dalam skim pembiayan murabahah. Adakalanya bank
tidak bisa mencari dan membeli sendiri barang yang akan dijual
kepada nasabah. Dalam kasus demikian, bank dapat me-wakalah-kan
atau menguasakan kepada nasabah untuk membeli barang yang
diperlukan. Selanjutnya, nasabah menyampaikan bukti-bukti kuitansi
dan dokumen pembelian kepada bank.
7) Pembiayaan Pemilikan Perumahan Rumah Panjang.
Untuk membantu pemilikan rumah kepada masyarakat, Bank
syari’ah dapat menyalurkan pembiayaan jangka panjang sampai 15
tahun. Adapun skim yang digunakan adalah jual beli (Murabahah
dan Istishna’) dan atau sewa dengan pengalihan pada akhir masa
sewa (IMBT). Nasabah dapat mengajukan pembiayaan jenis ini, baik
secara individual maupun kolektif (Perjanjian Kerjasama dengan
Institusi/perusahaan).
8) Pembiayaan Khusus Pekerja BRI
Sebagai upaya sosialisasi kepada pekerja, BRI syari’ah juga
menyalurkan pembiayaan khusus bagi pekerja BRI dengan margin
rate khusus. Jangka waktu pembiayaan bisa sampai dengan 5 tahun.
Karena margin ratenya khusus, maka persyaratannya juga secara
khusus harus dipenuhi apa adanya, yaitu SK pertama dan terakhir,
surat keterangan atasan, dan surat permohonan gaji melalui
Automatic Found Transfer (AFT).
9) Pembiayaan Qardhul Hasan
Pembiayaan ini sering disebut dengan istilah pembiayaan kebajikan,
istilah ini muncul dikarenakan dana yang digunakan untuk jenis
pembiayaan ini bukan berasal dari dana produktif, melainkan diambil
dari dana zakat, infak, dan shadaqah (ZIS). Alokasi pembiayaan ini
adalah untuk keperluan sosial baik secara individu maupun
kelompok. Dalam pembiayaan ini adalah dalam rangka mewujudkan
tanggung jawab sosialnya. Dari pembiayaan ini bank tidak
menggunakan tambahan keuntungan sama sekali, kalaupun pihak
nasabah akan menambahkan dari perputaran usahanya, maka dana
tersebut hanya akan menambahkan dana zakat, infak, dan sadakah
(ZIS).
3. Produk Jasa
Dengan keunggulan teknologi perbankan on-line, Bank BRI
Syari’ah menyediakan jasa-jasa perbankan guna memberikan kemudahan
bagi nasabah dalam bentuk:
a. Kiriman Uang
Dengan teknologi on-line BRI Syari’ah, nasabah mendapatkan
kemudahan pengiriman uang seketika, baik antar sesama kantor
cabang BRI Syari’ah ataupun dengan kantor cabang BRI lain.
b. Inkaso
Bagi nasabah yang membutuhkan penagihan warkat-warkat yang
berasal dari kota-kota lain secara cepat dan aman bisa
menggunakan jasa inkaso kepada BRI Syariah.35
D. Struktur Organisasi
Adapun untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Insani BRI Syri’ah
selalu melakukan kegiatan Pelatihan Pengembangan Karir. Pengembangan
dan peningkatan kualitas Sumber Daya Insani pada Bank BRI Syari’ah
merupakan human investment yang tiada batas waktunya mengingat di tangan
Sumber Daya Insani yang handal dan berkualitas BRI Syri’ah akan terus
tumbuh dan berkembang.
Dalam operasional dan karakteristik serta juga sistem antara Bank
Konvensional dengan bank syari’ah sangat berbeda, maka BRI membutuhkan
suatu unit kerja khusus yang disebut Unit Usaha Syari’ah (UUS). Unit ini
ditetapkan sebagai bagian dari kegiatan bisnis yang mandiri yang tidak
35 http: //www.brisyariah.co.id/produkdanjasa/php
bercampur dengan kegiatan usaha perbankan konvensional dan berada di
bawah pimpinan langsung Direktur Bisnis Mikro dan Ritel. Adapun tugas
utama dari unit tersebut adalah merencanakan, mengoperasikan, dan
mengembangkan usaha perbankan berdasarkan prinsip syari’ah. Dalam rangka
meningkatkan bisnis BRI secara keseluruhan maka unit tersebut melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap kantor atau Kantor Cabang Pembantu
BRI Syari’ah berdasarkan strategi yang telah dibuat.
Kantor cabang BRI Syari’ah Tangerang yang didirikan pada tanggal
17 April tahun 2002 merupakan wujud dari BRI dalam hal ini Unit Usaha
Syari’ah (UUS) dalam usahanya mengembangkan pelayanannya kepada
nasabah. Sebagaimana motto BRI sendiri yaitu menjadi Bank Komersial
terkemuka dengan mementingkan kepuasan nasabah. Kantor BRI Syari’ah
Cabang Tangerang sendiri dipimpin oleh pimpinan cabang yang ditunjuk oleh
UUS.36
Struktur Organisasi BRI Syari’ah Cabang Tangerang
36 http: //www.brisyariah.co.id/sturukturorganisasi/php
AM Akulap
Teller ADP
Rutang
Operator
Pimpina Cabang
Accounting Officer
Driver
UPN
Pramu Abdi
Security
Pimpinan Cabang (Pinca) : Ekkie Yogaswara, SP
Account Officer (AO) :
1. Endi Suhendi, STI
2. Andika Karuniawan Ananda, SE
3. Tb. Rifki Fahrudin, SSI
Ass. Manajer Opersional : Agus Salim, SE
Teller :
1. Rickie Indriani, STP
2. Erin Prima Silvandari, SE
UPN : Andhika Irfayanto, Amd
ADP : Wadiyah Rahmawati, SP
SDM / RUTANG : Yuana Ferdilla Safitri, SP
- Keamanan : Marto, Tejo Sukmono
- Office Boy : Miftahudin
- Transportasi : Wiyono
Operator : Nova Sofyan Hakim, SE
Petugas Kliring : Didi Supriyadi. SE
Akuntansi Pelaporan : Eitiana Yuni Rosyiana, Amd.
Untuk mengoptimalkan Sumber Daya Insani yang ada, maka dibentuk
tim marketing atau funding berupa surat penugasan kepada:
1. Idi Supriyadi SE
2. Nova Sofyan Hakim, SE
3. Yuana Ferdilla Safitri, SP
BAB IV
ANALISA ALOKASI PENYALURAN PEMBIAYAAN
GUNA PENINGKATAN MUTU UKM
A. Strategi Pengembangan Penyaluran Pembiayaan BRI Syariah
Pada UKM .
Dampak krisis ekonomi yang dimulai dengan merosotnya nilai tukar
rupiah sejak Juli 1997 itu telah sama-sama kita maklumi. Kompleksitas masalah
yang ditimbulkannya sangat luas, mencakup seluruh aspek kehidupn masyarakat,
sehingga penanganannya sangat sulit dan memerlukan waktu lama. Tetapi yang
lebih penting dari semua kejadian ini, kita harus berbenah diri dan berusaha
menemukan solusi yang relevan dan efesien, sehingga negara kita dapat segera
keluar dari permasalahan krisis yang berkepanjangan ini.
Lambatnya proses sosialisasi, bukan saja disebabkan karena keterbatasan
jaringan pelayanan perbankan syari’ah, tetapi juga karena masih sedikitnya pusat-
pusat kajian ekonomi dan perbankan syari’ah. Pemahaman sistem perbankan
syari’ah tidak cukup hanya dilakukan melalui sosialisasi teknis. Semuanya juga
dipengaruhi oleh latar belakang dan sejarah perkembangan pemikiran ulama
Islam dan para cendikiawan muslim sampai terwujudnya konsep dan mekanisme
operasional perbankan syari’ah juga organisasi Islam.37
37
Zainul Arifn, Memahami Bank Syari’ah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,
Jakarta: Alvabet, 1999, Cet. Ke I, hlm. Xi
Pada saat krisis yang dialami perbankan Indonesia menurut Widjonarto
seperti dikutip oleh Lukman telah menyebabkan dilikuidasinya beberapa bank
yang berakibat merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan
nasional yang menyebankan rush 38 sehingga banyak bank yang collap dan
mengalami kesulitan likuiditas.39 Selain itu bank berada dalam bayang-
bayang negative spread (kerugian akibat bunga simpanan lebih tinggi dari
bunga kredit).40
Kendati demikian, meski bank syari’ah tidak terkena dampak negative
spread, namun tidak bisa menolong kondisi perbankan nasional karena
kontribusinya masih sangat kecil.41
Hal ini bisa dilihat dari perbandingan
indikator perbankan pada posisi Desember 2002 sebagai berikut:
Tabel 1.2
Indikator Kinerja Perbankan Nasional posisi Desember 2002
(dalam Triliun Rupiah)
BankBankBankBank KonvensionalKonvensionalKonvensionalKonvensional Bank SyariahBank SyariahBank SyariahBank Syariah
Indikator 2001 2002 2001 2002
Asset 1.099.700.00
1.112.200.00
2.700.00 4.100.00
Dana Pihak Ketiga 797.400.00 835.800.00 929,6 2.900.00
Kredit/Pembiayaan 358.600.00 410.300.00 2.100.00 3.300.00
LDR/FDR (%) 33.0% 38,2% 113,5% 112,3%
NPL/NPF (%) 12.1% 8,3% < 5% <5%
CAR (%) 20.5%20.5%20.5%20.5% 22.5%22.5%22.5%22.5% 21,5%21,5%21,5%21,5% 14,8%14,8%14,8%14,8%
Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2002
38
Rush atau sering disebut juga bank Run adalah penarikan dana masyarakat dari
perbankan secara besar-besaran, biasanya terjadi kerena asimetri informasi, yaitu suatu keadaan
ketika nasabah penabung tidak mengetahui bank mana yang sehat atau tidak
39
Drs Lukman, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Cet.2,h.172
40
M Lutfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syari’ah, (Jakarta: Senayan Abadi Publishing,
2003), Cet.1, h.49
41 Ibid.,h. 51
Melihat kondisi perbankan nasional diatas BRI Syari’ah harus
meningkatkan performa dalam menyalurkan pembiayaan pada UKM,
sehingga perusahaan harus menyusun strategi. Dalam menyusun strategi perlu
mempertimbangkan faktor eksternal maupun internal yang dihadapi
perusahaan. Landasan strategi penyaluran adalah strategi produk-pasar
(product-market strategy) dari landasan strategi ini antara lain :
1. Strategi penetrasi pasar yaitu strategi yang bertujuan meningkatkan posisi
perusahaan yang dihubungkan dengan produk dan pasar yang sedang
dilayani perusahaan sekarang ini, sehingga perusahaan harus melakukan
kegiatan pemasaran yang lebih agresif dengan melakukan intensifikasi
pemasaran perusahaan.
2. Strategi pengembangan produk yaitu strategi yang menekankan pada
peningkatan mutu dari produk yang dipasarkan perusahaan pada saat ini
dengan sasaran yang dituju (target market).
3. Strategi penggantian produk yaitu strategi yang menekankan pada
penggantian produk yang ada dengan produk yang lebih baik secara terus
menerus.
4. Strategi pengembangan pasar yaitu strategi yang difokuskan untuk
mendapatkan pasar atau kelompok konsumen yang baru memulai
perbaikan produk yang ada
Dengan landasan strategi diatas, BRI Syariah Tangerang dalam
meningkatkan pembiayaan pada UKM yaitu dengan strategi memakai
langkah-langkah yang lebih rinci tentang kemana arah strategi bisnis Bank
Ritel tersebut, misalnya:
a. Pengembangan portofolio produk yang sudah ada.
b. Pengembangan pasar atas produk yang sudah ada
c. Pengembangan produk baru pada pasar yang sudah ada
d. Memperluas pasar dengan pengembangan produk baru.42
B. Kebijakan Bank Berkenaan Dengan Alokasi Dana Pembiayaan Pada
UKM
Dengan melihat kondisi ekonomi nasional, pemerintah melakukan
berbagai macam upaya kebijakan berkenaan dengan pemberdayaan sektor
riil. Regulsi berupa peraturan perundang-undangan mengenai perbankan.
Diantara peraturan tersebut adalah menyalurkan pembiayaannya kepada
UKM. Karena dengan peraturan tersebut bank umum tidak ragu lagi dalam
menyalurkan pembiayaannya untuk pemberdayaan UKM di Indonesia.
Adapun target pemerintah dalam penguatan UKM meliputi beberapa bentuk
yaitu pertama pembinaan dan fasilitas bagi UKM, kedua Pengembangan
Kemitraan, ketiga Dana bergulir Syariah, keempat Program Kemitraan
BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan43
.
Penyaluran pembiayaan kepada UKM ini berawal dari Peratutan
Pemerintah No. 70 Tahun 1992, tentang perubahan Lembaga Keuangan
42
Soetanto Hadinoto, How To Develop Succesful Retail Banking,…….Op.Cit h. 65 43
Euis Amalia Keadlian Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan
UKM di Indonesia (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009)h. 261
Bukan Bank (LKBB) menjadi Bank Umum. Bank Umum yang melakukan
kegiatan usaha secara konvensional, menurut UU No. 7 Tahun 1992, dapat
juga melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Di Indonesia,
keberadaan Bank Syariah sudah ada sejak pertengahan tahun 1992, tepatnya
setelah disyahkannya UU No. 7 Tahun 1992 sebagai dasar hukum, yang
kemudian dirubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998.
Kebijakan perundangan ini diperkuat oleh Keputusan Menteri
Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No.
53/BH/KDK 13.32/1.2/XII/1998, pengesahan Perubahan Anggaran Dasar
Koperasi No. 165/PAD/KDK 13.32/1.2/V/1999, serta izin usaha dari Menteri
Keuangan untuk beroperasi dengan prinsip bagi hasil. Lebih rinci berberapa
peraturan terkait denga pengembangan UKM dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 1.3
Peraturan untuk Pengembangan UKM di Indonesia
PERATURAN TENTANG
Peraturan Meneg BUMN Per-05/ MBU/
2007
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha
Kecil dan Program Bina Lingkungan
Peraturan Menegkop dan UKM No.
10/Per/m.UKM/VI/2006
Petunjuk Tekhnis Program Pembiayaan
Produktif Pola Syariah/ sering Dana
Bergulir Syariah
Keputusan Presiden Nomor 127 Taahun
2001
Bidang/ Jenis Usaha yang Dicadangkan
Untuk Usaha Kecil dan Bidang/ Jenis
Usaha yang Terbuka Untuk Usaha
Menengah Atau Besar Dengan Syarat
Kemitraan
Instruksi Presiden No 10 Tahun 1999 Pemberdayaan Usaha Menengah
Peraturan Pemerintah No 32. Tahun 1998 Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kecil
Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 Kemitraan
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 Waralaba
Undang-Undan Nomor 9 Tahun 1995 Usaha Kecil
Selain Peraturan Pemerintah dan keputusan menteri untuk
pemberdayaan usaha kecil menengah, juga terdapat peraturan Bank Indonesia
misalkan diberlakukannya Undang-Undang tentang Bank Indonesia No. 23
Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No.3 Tahun 2004,
kebijakan Bank Indonesia dalam membantu pengembangan usaha kecil dan
koperasi mengalami perubahan yang mendasar. Dalam peraturan itu Bank
Indonesia tidak lagi dapat memberikan bantuan keuangan kepada UKM, yang
dikenal dengan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI).
Sejak tanggal 14 Januari 2001 Bank Indonesia telah menyempurnakan
ketentuan tentang kredit usaha kecil (KUK) yang melalui Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 3/2/PBI/ 2001 tentang pemberian kredit usaha kecil yang
pokok-pokoknya meliputi:
1) Bank dianjurkan menyalurkan dananya melalui pemberian KUK
2) Bank wajib mencantumkan rencana pemberian KUK dalam
Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT)
3) Melaporkan pelaksanaan pemberian KUK dalam Laporan Bulanan
Bank Umum
4) Mengumumkan pencapaian pemberian KUK kepada masyarakat
melalui Laporan Keuangan Publikasi
5) Plafon kredit keseluruhan maksimum Rp. 500.000.000 (Lima
Ratus Juta Rupiah)
6) Bank yang menyalurkan KUK dapat meminta bantuan teknis dari
Bank Indonesia44
Dengan demikian, peranan Bank Indonesia dalam membantu usaha
kecil bersifat tidak langsung dan lebih terfokus kepada bantuan teknis serta
pengembangan kelembagaan. Sejalan dengan Undang-undang tersebut, maka
sejak 16 November 1999 tugas pengelolaan kredit program telah dialihkan
kepada tiga BUMN yang ditunjuk pemerintah, yaitu PT Bank Rakyat
Indonesia (BRI), PT Bank Tabungan Negara (BTN), dan PT Permodalan
Nasional Madani (PNM)
Berdasarkan bentuk dukungan kebijakan tersebut, bank syariah
memiliki kesamaan fungsi dengan bank umum diantaranya adalah
menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. Penyaluran kembali
dana ke masyarakat berupa, bentuk pemberian pembiayaan dan bentuk-bentuk
pendanaan lainnya. Dalam penyaluran kembali dana masyarakat, bank memperoleh
balas jasa dalam bentuk bagi hasil berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Tujuan dari perputaran dana ini adalah sebagai perolehan hasil (profit) dan
mobilisasi dana dapat terus berjalan.
Secara dasar hukum terlihat bahwa pemertintah mendukung pemberdayaan
UKM melalui pembiayaan perbankan, dalam konteks ini BRI Syariah melakukan
kebijakan-kebijakan yang bersifat strategis dalam upaya memberdayakan
UKM. Dukungan tersebut juga diperkuat oleh peraturan-peraturan daerah
misalkan di Tangerang sebagai kota industri dalam memberdayakan UKM
nya harus menerbitkan beberapa Perda diantaranya, Peraturan Daerah No. 7
44
Euis Amalia Reformasi Kebijakan Bagi Penguatan Lembaga Keuangan Mikro
dan Usaha Kecil di Indonesia, h. 267
Tahun 2002, tentang Pengaturan, Pembinaan dan Pengendalian Industri dan
Perdagangan.
Hal ini jadi pijakan bahwa Bank Syariah khususnya BRI Syariah di
Tangerang harus memberdayakan Usaha Kecil Menengah yang kemudian
diaplikasikan dalam bentuk program strategi penyaluran dananya antara lain :
a. Penggunaan Dana PKBL (pembiayaan kemitraan)
PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) adalah
membina "embrio" UKM yang belum bankable dengan tetap berprinsip
syariah. Pembinaan itu meliputi aspek manajemen dan pemasaran. Dalam
tiga priode UKM berhasil melunasi pembiayaan dengan baik, maka
debitur dapat diberikan pembiayaan Mikro Komersial yang lebih
sustainable. Dengan demikian, kedua belah pihak mendapat keuntungan,
baik itu nasabah ataupun BRI Syariah.
Dalam Pembiayaan Kemitraan ini BRI Syariah secara tekhnis
melakukan beberapa tahapan, pertama melakukan pembelajaran internal
bagi bank dengan cara mengenal karakteristik debitur dan bisnis debitur
untuk meningkatkan Cutomer Base, kedua melakukan pembelajaran
eksternal ke nasabah dengan cara mengenalkan mekanisme perbankan
kepada UKM yang belum bankable.45
Gamabar 1.2
Skema PKBL BRI
45
Sulaiman A. Arianto. Direktur UKM BRI “Strategi Perbankan Syariah Dalam
Memajukan UKM” Jakarta, 26 September 2007
b. Lingkage program dengan lembaga keuangan mikro
Dalam kajiannya lingkage program merupakan perluasan
pembiayaan syariah melalui pola kemitraan dengan lembaga terkait
misalkan lembaga keuangan mikro seperti BPRS, BMT, Koperasi, dalam
operasionalnya Bank Rakyat Indonesia Syariah memberikan pembiayaan
modal kerja kepada lembaga keuangan yang bisa di ajak kerjasama,
sekaligus bank memberikan tekhnis pembiayaan kepada LKM.
Lingkage program ini sangat penting dilakukan karena bagi bank
syariah sendiri memperluas customer base nasabah yang belum bankable
sehingga pembiayaan kepada BRI Syariah dapat terjangkau. Begitupun
bagi LKM yang merasa lebih kuat dan dipercaya dalam mengembangkan
bisnisnya karena di back-up oleh BRI sehingga lebih mudah dalam
penyalurannya. Ada empat pola dalam kebijakan ini anatara lain :
1) Executing
Pembiayaan
Kemitraan (PKBL)
Pembiayaan
Komersial
Setelah 3 priode berhasil melunasi
pembiayaan dengan baik, maka debitur
dapat diberikan pembiayaan Mikro
Komersial yang lebih suistainable
PROSES MIGRASI
Pola ini merupakan kerjasama dua bank dan bank lainnya sebagai
bank yang akan menyalurkan pembiayaan. Resiko pembiayaan
sepenuhnya sitanggung oleh penyalur. Bentuk ini paling banyak
dipilih karena dengan pertimbangan mengurangi resiko yang
ddisebabkan adanya kredit macet.
2) Joint Financing
Bentuk kerjasama ini merupakan dua bank atau lebih dimana
masing-masing bank sharing dana untuk pembiayaan sebuah
proyek yang relatif membutuhkan dana yang besar. Resiko
kerugian dibagi sesuai dengan kontribusi masing-masing.
3) Chanelling
Merupakan bentuk kerjasama anatara dua bank dimana bank
penyedia dana menyalurkan dananya bdalam bentuk pembiayaan
melalui pengelola dana. Untuk jasa pengelolaan tersebut bank akan
mendapat fee. Sedangkan resiko kredit macet ditanggun penyedia
dana.
4) Asset Buy
Adalah pembelian asset bank berupa pembiayaan oleh bank lain.
Transaksi ini disebabkan bank kelebihan likuiditas, atau karena
sebuah kebijakan tertentu untuk menyalurkan dananya, sementara
itu bank tidak mempunyai pengalaman yang cukup untuk
menyalurkannya46
.
Gambar 1.3
Skema Lingkage Program
c. Model penjaminan cash collateral dari instansi
Kebijakan ini merupakan kerjasama antara perbankan syariah dengan
Instansi / lembaga yang akan menyalurkan dana bergulir untuk menjamin
pembiayaan mitra binnaannya. Instansi / lembaga tersebut memberikan
bimbingan tekhnis kepada mitra binaannya untuk meningkatkan
kemampuan usahanya. Adapun manfaat dari program ini adalah
mendorong binaan untuk dapat berhubungan dengan bank, yang pada
akhirnya dapat berhubungan sendiri dengan bank secara komersial tanpa
dukungan pemerintah. Selain itu sebagai saran memperluas customer base
yang akan datang.
46
Ahmad soekro Tratmono, Edi Setiawan, Nyimas Rohmah, Kajian Lingkage Antar
Keuangan (Jakarta: Bank Indonesia, Direktorat Perbankan Syariah, 2004) h.35
BPR
BUS BUS BUS BPRS
UKM/ LKMS UKM/ LKMS UKM/ LKS
BPR
Executing Chanelling Joint Financing
Gambar 1.4
Skema Cash Collateral
1. Instansi pemerintah melakukan inventarisasi calon mitra binaan
melalui dinas di daerah
2. Instansi pemerintah memberikan data mitra binaan sekaligus
menyetorkan dana bergulir ke perbankan syariah
3. Mitra binaan mengajukan pembiayaan perbankan syariah
4. Perbankan syariah memberikan pembayaran kepada mitra binaan
5. Instansi pemerintah melalui dinas memberikan bantuan teknis
6. Karena keterbatasan jumlah SDM perbankan syariah, maka
meminta bantuan KKMB untuk melakukan pembinaan terhadap
mitra binaan
7. Lembaga pendamping melakukan pembinaan untuk aspek
perbankan
8. Dinas terkait melakukan konsultasi dengan lembaga pendamping
atas kemajuan usaha mitra binaan
C. Proporsi Pembiayaan UKM dan Non UKM Oleh BRI Syariah
Instansi Pembina Perbankan Syariah Pendamping
Dinas Mitra Binaan KKMB, KT, PSM,
ORSOS, LSM
2
1 3 4 6
7 5
8
Untuk melihat bagaimanakah Bank Rakyat Indonesia memperhatikan
UKM, maka indicator yang penting untuk dilihat antara lain seberapa besar
porsi pembiayaan yang diberikan Bank Rakyat Indonesia kepada UKM.
Untuk melihat kondisi tersebut, berikut akan dianalisis mengenai proporsi
pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan.
1. Pembiayaan Musyarakah
Proporsi rata-rata pembiayaan musyarakah BRI Syariah untuk UKM
tahun 2003-2007 adalah 36 %, sedangkan untuk non UKM sebesar 64 %.
Sepanjang tahun 2003, pembiayaan musyarakah kepada UKM relatif masih
kecil.
Dalam perkembangannya pembiayaan musyarakah pada tahun 2004,
untuk UKM meningkat sangat besar, bahkan dalam proporsi pembiayaan
untuk UKM pernah mencapai 80 %. Proporsi pembiayaan untuk UKM tahun
2006 dan tahun 2007 berbeda jauh dengan proporsi tahun 2004. Dengan kata
lain, pembiayaan musyarakah terhadap kelompok Non UKM jauh lebih
tinggi.
Kondisi seperti itu disebabkan oleh beberapa faktor penyebab
turunnya proporsi pembiayaan musyarakah untuk UKM. Salah satunya biasa
disebabkan kelompok UKM kurang meminati pembiayaan musyarakah
karena pembiayaan ini bersifat janka panjang. Akan tetapi dengan melihat
kondisi seperti itu Bank Rakyat Indonesia lebih memprioritaskan
pembiayaan kepada UKM.
Gambar 1.5
2. Pembiayaan Mudharabah
Proporsi pembiayaan mudharabah dari waktu ke waktu berbeda
dengan proporsi pembiayaan untuk UKM relatif lebih kecil dibanding
pembiayaan non UKM. Akan tetapi sejak awal tahun 2004, 2006 sampai
2007, terjadi peningkatan proporsi yang sangat besar, bahkan dalam satu
bulan di tahun 2007, terjadi peningkatan proporsi yang sangat besar, bahkan
dalam satu bulan di tahun 2004 mencapai 100% untuk pembiayaan
mudharabah. Proporsi rata-rata pembiayaan mudharabah Bank Rakyat
Indonesia untuk UKM 2003-2007 sebesar 70% proporsi ini lebih besar
dibandingkan Non UKM, sedangkan untuk Non UKM sebesar 30%
Kebijakan yang dibuat BRI dengan memberikan proporsi
pembiayaan mudharabah untuk UKM lebih besar dari kelompok Non UKM,
kembali menunjukkan bahwa perhatian BRI kepada UKM telah besar sejak
tahun 2004 - 2007.
Gambar 1.6
, 64%
Non UKM
UKM, 36%
Non UKM
UKM
Proporsi Rata-rata Pembiayaan Musyarakah
BRI Syariah Tahun 2003-2007
Non UKM
, 30%
UKM, 70%
UKM
Proporsi Rata-rata Pembiayaan
Mudharabah BRI Syariah Tahun 2003-2007
D. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Pada BRI Syari’ah
Prosedur pengajuan merupakan langkah awal merealisasi pembiayaan.
Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pemberian
pembiayaan merupakan usaha pencapaian tujuan pada kegiatan pembiayaan.
Sebelum suatu pembiayaan diberikan, bank harus merasa yakin bahwa
pembiayaan yang diberikan benar-benar akan dapat diperoleh kembali.
Unit pembiayaan di cabang syari’ah merupakan unit kerja yang terdiri
dari beberapa petugas marketing pembiayaan yang biasa disebut dengan
Account Officer (A/O). Tugas pokok dari para A/O ini adalah melakukan
proses atas permohonan pembiayaan yang diajukan oleh nasabah. Biasanya
proses pembiayaan tersebut dimulai dengan proses penyelidikan, dimana pada
tahap ini petugas A/O mencari atau pun ditemui oleh para calon nasabah
pembiayaan untuk kemudian melakukan wawancara untuk mengetahui
kebutuhan calon nasabah. Dari hasil wawancara A/O akan memutuskan
apakah kebutuhan calon nasabah tersebut dapat diproses lebih lanjut atau
tidak.
Apabila A/O berkesimpulan bahwa kebutuhan calon nasabah tersebut
dapat diproses lebih lanjut, maka A/O meminta calon nasabah untuk membuat
permohonan pembiayaan yang kemudian dilanjutkan dengan proses
pengumpulan informasi dan data awal (data collecting) yang meliputi legalitas
usaha serta calon nasabah, data keuangan perusahaan, data legalitas jaminan,
fasilitas serta kolektibilitas pinjaman apabila calon nasabah sudah
mendapatkan fasilitas pembiayaan dari bank lain serta informasi yang
menyangkut proyek ataupun usaha yang akan dibiayai. Data dan legalitas
jaminan akan diteruskan kepada Unit Credit Investigation pada bagian Credit
Support dari Divisi Hukum dan Sumber Daya Manusia (Legal and Human
Resources Division/HRD).
Hasil penilaian ini akan diteruskan kembali kepada A/O untuk
melengkapi analisa dalam proposal pembiayaan yang disusun oleh A/O.
Berdasarkan evaluasi awal (prelinenary evaluation ) dari informasi tersebut
diatas A/O akan melakukan pembicaraan awal dengan Kepala Bagian
Pembiayaan untuk mendapatkan keputusan awal, apakah permohonan calon
nasabah dapat dilanjutkan kepada tahap pembuatan proposal pembiayaan atau
ditolak.
Dalam prakteknya di Bank Rakyat Indonesia Syari’ah, sebelum
pembuatan proposal pembiayaan, A/O dan Kepala Bagian Pembiayaan
terlebih dahulu mengadakan pembicaraan non formal dengan Kepala Cabang
Syari’ah serta Kepala Unit Usaha Syari’ah mengenai permohonan nasabah
tersebut.
Hal ini dilakukan untuk menjaga efisiensi serta efektifitas dari
pembuatan serta pengajuan proposal sehingga proposal yang nantinya
diajukan benar-benar proposal yang tingkat probabilitasnya besar untuk
disetujui oleh Komite Pembiayaan yang merupakan lembaga pemutus dari
suatu permohonan pembiayaan.
Proposal pembiayaan calon nasabah yang diajukan oleh A/O kepada
Komite Pembiayaan. Dalam salah satu bentuk proposal pembiayaan yang akan
diajukan oleh A/O untuk permohonan pembiayaan modal kerja proyek dari
suatu perusahaan, dalam proposal tersebut antara lain berisikan hal-hal atau
terdiri dari beberapa bagian informasi, yaitu: tujuan dari proposal, profil calon
nasabah, usaha yang dijalani saat ini, hubungan perbankan, aspek keuangan,
permasalahan, gambaran proyek atau obyek yang akan dibiayai. Kondisi
proyek saat ini, aspek syariah, sumber pembayaran, jaminan serta
rekomendasi dari A/O.
Bagian "tujuan dari proposal" berisikan informasi mengenai tujuan
dari proposal tersebut diajukan oleh A/O yang biasanya meliputi informasi
nama atau nama usaha dari pihak pemohon atau calon nasabah, nilai
pembiayaan yang diajukan serta penggunaan pembiayan tersebut.
Bagian "profil dari nasabah" berisikan informasi antara lain tentang
nama perusahaan, bidang usaha, alamat, nomor Tanda Daftar Perusahaan
(TDP), Nomor Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP), riwayat singkat perusahaan, susunan pengurus serta susunan
pemegang saham.
Bagian "usaha yang dijalani saat ini" berisikan informasi tentang
bidang usaha yang saat ini dilakukan, pengalaman atau usaha yang pernah
dikerjakan, prospek dari usaha yang akan dikerjakan pada waktu mendatang.
Bagian "hubungan perbankan" berisikan informasi riwayat singkat
perusahaan selama pernah berhubungan dengan perbankan, mutasi rekening
perusahaan serta hasil dari evaluasi (bank cheking) dari catatan hubungan
perusahaan dengan dunia perbankan pada saat ini untuk mengetahui apakah
calon nasabah sudah pernah atau masih memiliki fasilitas pembiayaan dari
bank lain dan bagaimana kondisi kolektibilitasnya.
Bagian "Aspek Keuangan" berisi informasi tentang analisa laporan
keuangan untuk beberapa tahun terakhir (umumnya tiga tahun kebelakang)
dalam bentuk rasio-rasio keuangan yang penting dan diikuti dengan
kesimpulan kualitatif dari A/O tentang kondisi keuangan dari calon nasabah.
Bagian "Permasalahan" informasi yang dikemukakan berupa informasi
tentang masalah keuangan yang sedang dihadapi oleh calon nasabah sehingga
untuk mengatasi masalah tersebut calon nasabah memerlukan pembiayaan dari
bank.
Bagian "Gambaran Usaha" berisikan informasi tentang usaha apa yang
menjadi obyek pembiayaan, nomor kontrak, pemilik usaha, jangka waktu,
lingkup pekerjaannya serta detail proses dari pekerjaan usahanya.
Bagian "Kondisi Usaha Saat Ini" berisikan informasi mengenai
kondisi usaha yang akan dibiayai sehingga dari informasi ini dapat diketahui
latar belakang dari permohonan pembiayaan yang diajukan calon nasabah
kepada bank. Selain itu dalam bagian ini juga diberikan informasi mengenai
detail nilai-nilai dari bagian-bagian usaha yang di jalani.
Bagian "Aspek Syari’ah" memberikan informasi mengenai akad yang
akan digunakan untuk pembiayaan tersebut yang dilengkapi dengan tata cara
penarikan, pembayaran bagi hasil atau margin serta perlunasan pembiayaan.
Biasanya tata cara tersebut juga dituangkan dalam bentuk bagan atau skema
untuk mempermudah gambaran dari proses akad.
Bagian "Sumber Pembayaran" memberikan informasi mengenai
pengamanan-pengamanan yang akan dilakukan untuk menjamin pengambilan
dari pembiayaan yang akan diberikan termasuk cara pembayaran yang harus
dilakukan oleh calon nasabah.
Bagian "Jaminan" memberikan informasi tentang barang atau benda
yang akan menjadi jaminan atas pembiayaan yang dapat digunakan apabila
calon nasabah melakukan wanprestasi atau default. Dalam bagian ini
diinformasikan juga bentuk lokasi, cara pengikatan jaminan serta nilai dari
jaminan.
Bagian "Perimbangan dan Rekomendasi" memberikan informasi
tentang pertimbangan yang dijadikan sebagai dasar proposal diajukan disertai
dengan nilai plafond, besarnya nisbah/margin, jangka waktu pembiayaan,
kegunaan, biaya-biaya yang harus dibayar, pengikatan jaminan dan
pembiayaan, asuransi serta persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh calon
nasabah.
Dari proses yang dilakukan di lapangan, untuk memberikan
pembiayaan kepada calon nasabah dapat disimpulkan bahwa prosedur
pengalokasian pembiayaan pada Bank Rakyat Indonesia Syariah sebagai
berikut:
1. Pembiayaan produktif:
Permohonan pembiayaan mengajukan surat permohonan
pembiayaan serta melampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut :
NPWP Perusahaan atas NPWP perorangan, para pengurus dan komisaris,
akte pendirian dan akte perubahan, surat pengesahan Menkeh RI, copy
KTP pengurus dan komisaris, TDP (Tanda Daftar Perusahaan), SIUP
(Surat Ijin Usaha Perdagangan) TDR (Tanda Daftar Rekanan), SIUJK
(Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi), Ijin-ijin atau legalitas usaha lainnya
bila ada, struktur organisasi perusahaan, data karyawan, rekening bank
perusahaan, copy sertifikat atau bukti legalitas jaminan yang akan
diserahkan, neraca dan laporan laba rugi dua tahun terakhir, copy kontrak-
kontrak terakhir yang telah selesai dikerjakan, rencana proyek yang akan
diterima (apabila ada), data pemasok dominan data pemberi kontrak
jaminan.
2. Pembiayaan Konsumtif:
Pemohon pembiayaan berusia minimal dua puluh tiga tahun,
pemohon berstatus PNS, Pegawai BUMN / BUMD, anggota TNI / POLRI,
pegawai swasta perusahaan terpercaya, pegawai perusahaan multi
nasional, Warga Negara RI, Pensiunan PNS atau Purnawirawan TNI dan
POLRI, pemohonan mempunyai penghasilan tetap dan mampu
mengangsur, mempunyai masa kerja minimal tiga tahun (sebagai pegawai
tetap), mengajukan permohonan dengan mengisi formulir permohonan
dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut: fotocopy KTP
yang masih berlaku, fotocopy kartu keluarga, slip gaji terkhir dan bukti
penghasilan lain jika ada surat pernyataan persetujuan dari suami/istri
pemohon, fotocopy surat nikah, surat keterangan masa kerja dari atasan,
surat kuasa memotong atau menyalurkan gaji (dari pemohon kepada
bendahara di instansi tempat pemohon bekerja) dan lain sebagainya. Surat
permohonan pembiayaan ini diajukan ke Unit Pemasaran Bisnis yang
kemudian didaftarkan ke Unit Umum dan Akuntansi47
E. Analisa SWOT dan Strategi dalam Alokasi Penyaluran dana Pembiayaan
Pada UKM Oleh BRI Syari’ah
Dengan kebijakan pemerintah yang sangat mendukung untuk
berkembangya pola pembiayaan khususnya pembiayaan produktif kepada
UKM yang berbasis syari’ah, untuk meningkatkan mutu dan kualitas
pembiayaan UKM merupakan peluang bagi BRI untuk mengembangkan
ekspansi usahanya. Namun dengan kondisi yang ada maka diperlukan
47
TB. Rifki Account Officer Bank BRI Syariah Mampang, Wawancara Pribadi 24 November
2007
alternatif strategi untuk mengembangkan pola-pola penyaluran pembiayaan
yang tepat untuk diaplikasikan terhadap UKM yang membutuhkan modal.
Dalam menentukan alternatif strategi yang tepat diperlukan beberapa
tahap yang dimulai dengan penentuan misi dan tujuan perusahaan,
perumusan misi mendefinisikan pada segmen apa suatu perusahaan bergerak
dan menjawab pertanyaan mengapa perusahaan ada. Sedangkan tujuan
memberikan kepekaan arah, menfokuskan lingkup usaha serta membantu
untuk menilai kemajuan yang telah dicapai.48
Setelah perumusan misi dan tujuan maka langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yakni kekuatan dan kelemahan
serta peluang dan ancaman. Pengidentifikasian dilanjutkan dengan
menentukan alternatif strategi bagi perusahaan dengan analisis matriks
SWOT (strength, weaknes, opportunity, threats).
1. Analisis Internal
a. Strengths (Kekuatan)
1) Lokasi Bank Rakyat Indonesia Syari’ah di kabupaten Tangerang
Karena salah satu pertimbangan mengapa nasabah adalah? lokasi
yang strategis letak gedung yang cukup strategis berada di sekitar jalan
Jl. Ahmad Yani No. 17 Blok G-H Tangerang, sehingga dapat diakses
oleh kendaraan dari berbagai daerah di Tangerang, memudahkan nasabah
untuk mengakses bank.
48
Freddy Rangkuti Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Reorientasi Konsep
Perencanaan Menghadapi Abad 21(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006)h. 6
2) Dukungan pemerintah daerah maupun pusat untuk memajukan
UKM
Dalam rangka melindungi kepentingan dan keprcayaan
masyarakat kepada industri perbankan secara berkesinambungan,
pemerintah mengeluarkan berbagai macam ketentuan yang bersangkutan
dengan penyaluran pembiayaan. Peraturan Bank Indonesia dan Peraturan
Daerah Kabupaten Tangerang No. 7 Tahun 2002, tentang Pengaturan,
Pembinaan dan Pengendalian Industri dan Perdagangan.
3) Memiliki visi sosial dalam memberdayakan Usaha Kecil Menengah
Dengan melihat visi utamaya adalah melakukan kegiatan
perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha
mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi
masyarakat.
4) BRI yang dikenal masyarakat sebagai bank ritel sebagai bank pro
UKM.
Bank Rakyat Indonesia mempunyai brand image dimasyarakat
adalah bank yang mendukung kemajuan UKM dengan menyalurkan
pembiayaan, sehingga tidak salah apabila Unit Usahanya (BRI Syariah)
menjiplak sebagai bank yang fokus penyalurannya adalah target
memajukan UKM.49
49 Seputar Indonesia Senin Edisi senin, 3 Desember 2008
b. Weakneses (Kelemahan)
1) Terbatasnya kantor cabang Bank Rakyat Indonesia Syari’ah di
kabupaten Tangerang.
Kantor cabang BRI Syariah di Tangerang hanya terdapat satu
kantor cabang dan 2 kantor cabag pembantu, sehingga tidak merata
hingga kepelosok desa atau ke kecamatan yang ada di Tangerang seperti
halnya BRI (konvensional)
2) Kurangnya Sumber Daya Insani BRI Syari’ah yang ahli di bidang
pembiayaan.
Perlu disadari bahwa kualitas Sumber Daya Insani yang betul-
betul tidak memenuhi standar yang ada dalam bidang pembiayaan, hal ini
dikarenakan minimnya pengetahuan tentang perbankan syariah terutama
dalam kajian fiqihnya. Sehingga harus diadakan restrukturisasi kembali
dibidang Sumber Daya Insani dengan melakukan beberapa pelatihan-
pelatihan yang melibatkan lembaga konsultan dan lembaga terkait.
3) Banyaknya UKM yang unbankable.
Kabupaten Tangerang merupakan daerah industri, tapi tidak
jarang UKM yang belum bankable yakni UKM yang belum memenuhi
syarat dalam pengajuan pembiayaan, baik dari segi legalitas hukumnya,
maupun jaminan yang dimiliki. Sehingga diperlukan sebuah program pola
kemitraan (lingkage program) dengan bekerjasama dengan lembaga
terkait misalkan LKM, BPRS, BMT, secara tekhnis bank melakukan
pembinaan kepada lembaga terkait itu sekaligus memberikan
pembiayaan. Sehingga dalam jangka tiga tahun UKM yang mereka bina
itu sudah bankable
4) Jaminan pembiayaan yang tidak terjangkau oleh UKM
Di bank manapun, hal paling utama dalam menyalurkan
pembiayaan adalah jaminan (collateral), dimana jaminan itu merupakan
kebijakan dari bank demi menjalankan prinsip kehati-hatiannya. Tetapi
hal ini bertolak belakang dengan kondisi di lapangan bahwa
kecenderungan nasabah dalam pengajuan permohonan adalah yang paling
berat yaitu jaminan.
2. Analisis Eksternal
c. Opportunities (Peluang)
1) Masyarakat sudah aware dengan sistem bagi hasil.
Kebutuhan masyarakat akan produk pembiayaan dengan pola
syariah merupakan salah satu peluang bagi bank untuk meningkatkan
pembiayaan. Nasabah yang mengajukan pembiayaan bukan hanya karena
orientasi keuntungan tetapi karena mereka memiliki keyakinan bahwa
bank syariah mempunyai nilai bisnis yang sesuai dengan syariat Islam
2) Mayoritas masyarakat muslim di Tangerang bergerak di sektor riil
Kabupaten Tangerang merupakan kabupaten yang mayoritas
penduduknya muslim yang rata-rata bergerak di bidang industri kecil.
Dengan melihat peluang tersebut maka sangat cocok bagi Bank Rakyat
Indonesia Syariah Tangerang untuk menyalurkan pembiayaannya.
Menurut data dari Kantor Penanaman Modal dan Perijinan (KPMP),
tercatat 1.407 unit usaha industri yang ada di Kota Tangerang yang
mempekerjakan 149.827 tenaga kerja. Kegiatan industri yang telah
berkembang di atas lahan seluas 1.367,1 hektar tersebut masih
memiliki peluang untuk dikembangkan lagi.
3) Komitmen pemerintah dalam hal penjaminan kredit.
Dalam komitmen pemerintah untuk sebuah produk pembiayaan
melakukan penjaminan terhadap pembiayaan yang disalurkan oleh bank.
dengan penjaminan itu pihak bank sebagai penyalur dana pada UKM
menjadi lebih berani tidak setengah hati. Dalam hal ini BRI Syariah
melakukan model penjaminan cash collateral, yaitu BRI Syariah yang
bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan inventarisasi
calon mitra binaan. Dinas pemerintah menyetorkan nama calon mitra
binaannya sekaligus memberikan dana bergulir kepada BRI Syari’ah.
d. Threat (Ancaman)
1) Lambatnya pemahaman masyarakat tentang pembiayaan bank
syari’ah
Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pembiayaan
syariah merupakan suatu ancaman, bagi sebagian masyarakat Tangerang
keberadaan bank syariah masih dianggap baru oleh sebagian masyarakat
meskipun sudah lebih dari 10 tahun.
Terdapat juga pendapat yang meragukan kualitas pelayanan dan
fasilitas transaksi yang mampu diberikan oleh bank syariah dan juga
kredibilitasnya, ada juga sebagian masyarakat yang tidak mengetahui
bagaimana operasional bank syariah. 50
2) Minimnya fasilitas tekhnologi di tiap kecamatan.
Ancaman yang sering terjadi disebagian masyarakat bahwa Bank
Rakyat Indonesia Syariah tidak seperti bank lain, yang memiliki jaringan
ATM yang luas di berbagai pelosok kecamatan. Sehingga nasabah harus
rela melakukan transasksi di ATM Bersama.
3) Kurangnya pembinaan dari lembaga penyalur pembiayaan
Salah satu dari kesulitan UKM dalam mengajukan
pembiayaan adalah karena mereka kurang memahami bagaiman
menyusun sebuah proposal usaha. Ini dikarenakan kurangya
pemahaman mereka, karena mereka kurang pembinaan dalam hal
penyusunan peroposal, terutama dalam menyusun cash flow usaha
yang menjadi syarat mutlak dalam pengajuan
3. Alternatif Strategi
Dengan analisa tersebut dapat diketahui faktor internal (kekuatan
dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman), kemudian
50
Kajian Perbankan Syariah, Pemetaan Hasil Penelitian Potensi, prefrensi dan perilaku
masyarakat terhadap Perbankan Syariah di Indonesia, (Bank Indonesia dengan Institut Pertanian
Bogor,2005)h 88
menentukan strategi apa yang dapat digunakan oleh BRI Syariah dalam
menghadapi penyaluran pembiayaan.
Berdasarkan keterangan atau data tentang kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman di atas, maka Bank Rakyat Indonesia Syariah dapat
mengambil beberapa strategi antara lain :
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan BRI Syariah
Tangerang yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut
dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Untuk studi kasus di BRI
Syariah Tangerang ini, ada beberapa kekuatan yang dapat dioptimalkan
dalam rangka memanfaatkan peluang-peluang, diantaranya perusahaan-
perusahaan besar di Tangerang masih banyak menanggung pembiayaan
bermasalah, sehingga BRI Syariah harus menyalurkan pembiayaan ke
sektor UKM yang usahanya cepat memberikan hasil, kota Tangerang
merupakan kota industri sehingga banyak industri kecil yang potensial
untuk dikembangkan. Tentunya faktor-faktor ini dapat menjadi modal
utama dalam mengembangkan jaringan perbankan syari’ah di Kabupaten
Tangerang. Karena Bank Rakyat Indonesia Syariah merupakan bank yang
baru berdiri di kabupaten Tangerang, maka yang harus dikembangkan
adalah pengalokasian pembiayaan sampai kepelosok desa harus
ditingkatkan, mengingat sebelumnya bahwa induk dari BRI Syariah lebih
dekat dengan Usaha Kecil Menengah (UKM)
b. Strategi ST
Strategi ini adalah menggunakan kekuatan yang dimiliki BRI Syariah
Tangerang untuk mengatasi ancaman. Dimana mayoritas penduduk
Kabupaten Tangerang masyarakat muslim yakni 82,7%. Dengan begitu
BRI mempunyai peluang untuk meraup nasabah tetapi banyak ancaman
antara lain : Lambatnya pemahaman masyarakat tentang produk
pembiayaan syariah, sehingga BRI Syariah harus menggunakan strategi
pembianaan kepada masyarakat dengan membentuk binaan-binaan melalui
program di pedesaan yang bekerjasama dengan instansi terkait atau
lembaga lainnya. Pembinaan ini guna mempermudah dalam menyusun
proposal usaha dan manajemen usaha.
Adapun ancaman selanjutnya adalah sebagian masyarakat muslim
mengaggap bahwa sistem bagi hasil kurang menguntungkan, sehingga BRI
Syariah harus memasang strategi :
a) Mempengaruhi para pemegang kebijakan sehingga tercipta sistem
usaha yang competable dan kondusif.
b) Mendorong penyebaran fatwa melalui sinergisasi dengan tokoh-tokoh
agama, seperti MUI Kabupaten dan tokoh masyarakat.
c) Mendorong pengembangan keilmuan ekonomi Islam, tahapan ini
melibatkan para Ulama yang kompeten, asosiasi-asosiasi yang konsen
di bidang ini, lembaga-lembaga keuangan syari’ah dan pihak akademisi
yang ahli serta konsen dalam kajian ekonomi Islam.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Belum adanya kantor
pelayanan Bank Rakyat Indonesia Syari’ah di pelosok kabupaten
Tangerang, dapat diantisipasi dengan sebuah rekomendasi dalam
membentuk sistem office chanelling yaitu Bank Induk dapat melayani
transaksi syari’ah dalam penyaluran untuk mendapatkan pembiayaan
karena BRI Konvensional memiliki cabang dimana-mana dan telah
memiliki jaringan dan fasilitas Online yang lebih canggih.
Untuk meminimalisir kelemahan kurangnya SDM bank syari’ah yang
ahli di bidang muamalah, maka perlu mengadakan pelatihan terhadap
karyawannya bersinergi dengan akademisi yang ekspert di bidang
perbankan syari’ah atau kepada pihak-pihak yang telah berpengalaman
dalam mengelola pembiayaan syari’ah. Untuk SDM diutamakan
peningkatan pemahaman tentang pengertian syari’ah dalam arti yang
sebenarnya, tidak hanya dalam ekonomi perbankan, tetapi juga dalam
implikasi lain dalam sendi kehidupan umat Islam. Ini penting karena bagi
sebagian besar umat Islam yang menjadi target market bank syari’ah,
persoalan transaksi perbankan bukan sekedar masalah menyimpan atau
meminjam uang, melainkan juga karena unsur beribadah.
Sedangkan untuk memperluas jaringan UKM yang bankable pihak
BRI Syariah mencanangkan Lingkage Program secara merata yaitu
bekerjasama dengan LKM, BPRS, BMT dan Lembaga atau Instansi terkait
untuk menyalurkan pembiayaan kepada UKM dengan pola kemitraan.
Dengan pola tersebut juga BRI dan UKM tidak kesulitan dalam persyaratan
jaminan karena secara otomatis Instansi atau LKM tersebut sudah
menjamin (cash colletareal), sehingga kecil risiko bagi bank dalam
menyalurkan pembiayaan pada UKM.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang berusaha meminimalisir
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Untuk kasus di BRI
Syari’ah Tangerang, manajemen dapat mengambil tenaga outsourching
tenaga ahli dari pihak luar yang sudah berpengalaman dalam mengelola
perbankan syari’ah atau mendatangkan konsultan ahli seperti Karim
Bussines Consulting, jika belum ada SDM yang handal untuk mengelola
perbankan syari’ah dengan sistem kontrak, sambil memberikan pelatihan
terhadap kader-kader yang nantinya akan menggantikan pihak out
sourching, sehingga kelemahan kurangnya SDM tidak menjadi kendala
berarti dalam penyaluran pembiayaan di BRI Syariah.
Matrix SWOT
IFAS
EFAS
Strenght
• Lokasi BRI syari’ah Lokasi BRI syari’ah Lokasi BRI syari’ah Lokasi BRI syari’ah yang strategis di yang strategis di yang strategis di yang strategis di kabupaten Tangerang kabupaten Tangerang kabupaten Tangerang kabupaten Tangerang
• Dukungan pemerintah Dukungan pemerintah Dukungan pemerintah Dukungan pemerintah
daerah maupun pusat daerah maupun pusat daerah maupun pusat daerah maupun pusat bagi pembiayaan UKM. bagi pembiayaan UKM. bagi pembiayaan UKM. bagi pembiayaan UKM.
• Memiliki Orientasi sosial Memiliki Orientasi sosial Memiliki Orientasi sosial Memiliki Orientasi sosial
dalam pengentasan dalam pengentasan dalam pengentasan dalam pengentasan kemiskinankemiskinankemiskinankemiskinan
• BRI yang dikenal BRI yang dikenal BRI yang dikenal BRI yang dikenal
masyarakat sebagai masyarakat sebagai masyarakat sebagai masyarakat sebagai bank ritel, sebagai bank bank ritel, sebagai bank bank ritel, sebagai bank bank ritel, sebagai bank pro UKMpro UKMpro UKMpro UKM
Weakness
• Terbatasnya jumlah Terbatasnya jumlah Terbatasnya jumlah Terbatasnya jumlah kantor cabang kantor cabang kantor cabang kantor cabang Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Tangerang. Tangerang. Tangerang. Tangerang.
• Kurangnya SDM BRI Kurangnya SDM BRI Kurangnya SDM BRI Kurangnya SDM BRI Syari’ah yang ahli di Syari’ah yang ahli di Syari’ah yang ahli di Syari’ah yang ahli di bidang pembiayaanbidang pembiayaanbidang pembiayaanbidang pembiayaan
• Banyaknya UKM Banyaknya UKM Banyaknya UKM Banyaknya UKM
yang belum yang belum yang belum yang belum bankablebankablebankablebankable
• Jaminan pembiayaan Jaminan pembiayaan Jaminan pembiayaan Jaminan pembiayaan
yang tidak yang tidak yang tidak yang tidak terjangkau oleh UKM.terjangkau oleh UKM.terjangkau oleh UKM.terjangkau oleh UKM.
Oportunity
• Masyarakat sudah aware
dengan sistem bagi hasil.
• Mayoritas masyarakat
muslim di Tangerang
bergerak di sektor riil
bidang.
• Komitmen pemerintah
dalam hal penjaminan
kredit.
Strategy SO
• Pengalokasian Pengalokasian Pengalokasian Pengalokasian pembiayaan sampai ke pembiayaan sampai ke pembiayaan sampai ke pembiayaan sampai ke pelosok desa sampai pelosok desa sampai pelosok desa sampai pelosok desa sampai kecamatankecamatankecamatankecamatan
• BRI Syariah BRI Syariah BRI Syariah BRI Syariah mempertamempertamempertamempertahankan hankan hankan hankan karakternya sebagai karakternya sebagai karakternya sebagai karakternya sebagai bank Pro UKMbank Pro UKMbank Pro UKMbank Pro UKM
Strategy WO
• Membentuk sistem Membentuk sistem Membentuk sistem Membentuk sistem office chanelling office chanelling office chanelling office chanelling yaitu yaitu yaitu yaitu Bank Induk dapat Bank Induk dapat Bank Induk dapat Bank Induk dapat melayani transaksi melayani transaksi melayani transaksi melayani transaksi syariah dalam syariah dalam syariah dalam syariah dalam penyaluran untuk penyaluran untuk penyaluran untuk penyaluran untuk mendapatkan mendapatkan mendapatkan mendapatkan pembiayaanpembiayaanpembiayaanpembiayaan
• Sedangkan untuk Sedangkan untuk Sedangkan untuk Sedangkan untuk
memperluas jaringan memperluas jaringan memperluas jaringan memperluas jaringan UKM yang UKM yang UKM yang UKM yang bankablebankablebankablebankable yang pihak BRI Syariah yang pihak BRI Syariah yang pihak BRI Syariah yang pihak BRI Syariah mencanangkan mencanangkan mencanangkan mencanangkan LingkageLingkageLingkageLingkage Program Program Program Program secara merata.secara merata.secara merata.secara merata.
Threath
• Lambatnya pemahaman
masyarakat tentang
pembiayaan bank syari’ah
• Sebagian masyarakat
masih menganggap
konsep bagi hasil kurang
menguntungkan.
• Persaingan dengan bank
konvensional dan
lembaga keuangan lain
non bank
Strategy ST
• Mempengaruhi para Mempengaruhi para Mempengaruhi para Mempengaruhi para
pemegang kebijakan pemegang kebijakan pemegang kebijakan pemegang kebijakan sehingga tercipta sistem sehingga tercipta sistem sehingga tercipta sistem sehingga tercipta sistem usaha yang usaha yang usaha yang usaha yang competablecompetablecompetablecompetable dan kondusifdan kondusifdan kondusifdan kondusif
• Mendorong penyebarMendorong penyebarMendorong penyebarMendorong penyebaran an an an
fatwa melalui sinergisasi fatwa melalui sinergisasi fatwa melalui sinergisasi fatwa melalui sinergisasi dengan tokohdengan tokohdengan tokohdengan tokoh----tokoh tokoh tokoh tokoh agama, seperti MUI agama, seperti MUI agama, seperti MUI agama, seperti MUI Kabupaten dan tokoh Kabupaten dan tokoh Kabupaten dan tokoh Kabupaten dan tokoh masyarakatmasyarakatmasyarakatmasyarakat
• Mendorong Mendorong Mendorong Mendorong pengembangan pengembangan pengembangan pengembangan keilmuan ekonomi Islam keilmuan ekonomi Islam keilmuan ekonomi Islam keilmuan ekonomi Islam
Strategy WT
• MMMMengambil tenaga engambil tenaga engambil tenaga engambil tenaga out out out out sourchingsourchingsourchingsourching tenaga ahli tenaga ahli tenaga ahli tenaga ahli dari pihak luar yang dari pihak luar yang dari pihak luar yang dari pihak luar yang sudsudsudsudah berpengalamanah berpengalamanah berpengalamanah berpengalaman
dengan para tokoh ahli dengan para tokoh ahli dengan para tokoh ahli dengan para tokoh ahli
Melihat analisa SWOT yang dikemukakan di atas, maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan untuk pengembangan UKM
dengan tetap berbasiskan ekonomi syariah. Hal tersebut penting untuk
diperhatikan karena ternyata UKM telah mampu menyerap jumlah
tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar. Dengan pengembangan
UKM, mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Selain menyerap
banyak tenaga kerja, ternyata telah terbukti efektif pula menjadi katup
pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis ekonomi, serta
menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi.
Semakin pesatnya pertumbuhan bank syariah juga
menumbuhkan persepsi mengenai kebankitan sektor riil Indonesia secara
umum. Lebih khusus lagi adalah perkembangan UKM yang selama ini
menjadi tulang punggung dari sektor riil itu sendiri. Tetapi dalam
kenyataannya. Hal tersebut tidaklah sesuai dengan yang dipersepsikan.
Setidaknya ada beberapa faktor yang menghambat dan melemahkan
perkembangan UKM dan bank syariah diantaranya:
Pertama adalah bahwa bank syariah di Tangerang tidak
menjangkau keseluruh pelosok desa, sehingga pembiayaan yang
disalurkan BRI Syariah di Tangerang pun tidak terjangkau pula.
Sehingga BRI Syariah harus meerapkan Office Chanelling, yaitu bank
umum konvensional bisa melakukan transaksi syariah. Apalagi BRI
memang tersebar di pelosok desa, bahkan kantor POS di desa bisa
melakukan transaksi perbankan.
Kedua adalah faktor manajemen yang cenderung centralistic.
Tidak seperti Lembaga Keuangan Mikro lainnya yang beroperasi secara
lokal, bank syariah menghimpun dananya secara langsung atau terpusat.
Dalam artian, bank syariah ternyata cenderung menghimpun dananya
secara massal dan penyaluran pembiayaannya pun dalam jumlah besar.
Kekosongan peran tersebut kemudian digantikan oleh Lembaga
Keuangan Mikro misalkan BMT (Baitul Maal Wattamwil), BPRS,
Koperasi Syariah. Dengan kondisi demikian sebuah keharusan jika BRI
menerapkan paket kebijakan Lingkage Program, PKBL, Cash Collateral.
Dimana program tersebut secara menyentuh pada UKM.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ada banyak hal yang dilakukan BRI Syariah Cabang Tangerang
dalam penyaluran pembiayaan untuk memajukan UKM, dari hasil penelitian
ini maka dapat ditarik kesimpulan antara lain :
1) Faktor eksternal yang menjadi peluang utama adalah potensi masyarakat
Tangerang yang cenderung memperoleh pembiayaan hanya untuk
kemudahan dalam prosedurnya. Sedangkan yang menjadi ancaman utama
adalah kurangnya pembinaan dari BRI pada UKM dalam menyusun
proposal pembiayaan.
2) Faktor internal yang menjadi kekuatan utama bagi BRI Syariah adalah
dukungan Pemerintah daerah maupun pusat untuk memajukan UKM serta
BRI dikenal oleh masyarakat sebagai bank yang pro UKM, sedangkan
faktor yang menjadi kelemahan adalah Banyaknya UKM yang belum
bankable, sehingga sulit bagi UKM untuk memenuhi jaminan dalam
memperoleh pembiayaan.
3) Dari analisis strategi untuk BRI kantor cabang Tangerang strategi yang
layak diterapkan adalah harus menggunakan strategi pembianaan kepada
masyarakat dengan membentuk binaan-binaan melalui program di
pedesaan yang bekerja sama dengan instansi terkait atau lembaga lainnya.
Pembinaan ini guna mempermudah dalam menyusun proposal usaha dan
manajemen usaha dan membangun jaringan nasabah diseluruh pelosok
4) Dari hasil analisis SWOT diperoleh empat alternatif strategi diantaranya:
a. Melakukan pengawasan pembiayaan dengan bekerjasama oleh
pemerintah agar terhindar dari pembiayaan bermasalah.
b. Mendorong pengembangan keilmuan ekonomi Islam, tahapan ini
melibatkan para Ulama yang kompeten, asosiasi-asosiasi yang konsen
di bidang ini, lembaga-lembaga keuangan syari’ah dan pihak
akademisi yang ahli serta fokus dalam kajian ekonomi Islam.
Melakukan sosialisasi yang lebih baik lagi secara efektif, untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pembiayaan syari’ah.
c. Untuk memperluas jaringan UKM yang bankable pihak BRI Syariah
mencanangkan lingkage Program secara merata yaitu bekerjasama
dengan LKM dan Lembaga atau Instansi terkait untuk menyalurkan
pembiayaan kepada UKM dengan pola kemitraan
B. SARAN-SARAN
1. Perlu melakukan sosialisasi atau pemasaran yang lebih baik lagi terhadap
pelaku bisnis, bukan hanya melalui media tapi juga melalui forum-forum
kajian.
2. Meningkatkan pengawasan dan pengembangan produk yang lebih inofatif
agar menjadi bank yang terdepan dimasa yang akan datang dan mampu
bersaing, tidak hanya dalam ruang lingkup nasional tapi juga internasional.
3. Meningkatkan prosedur pinjaman yang lebih fleksibel dan lebih mudah.
4. Nasabah mendapat laporan investasi tentang produk pembiayaan secara halal
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhamad Syafi’I.M. Ec, Bank Syariah Wacana Ulama dan
Cendikiawan Tazkia Istitute, Jakarta, 1999
Arifn, Zainul, Memahami Bank Syari’ah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan
Prospek, Jakarta: Alvabet, 1999
............, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1997
Assauri, Sosjan,S.E M.B.A, Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep dan Strategi,
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002
Bank Indonesia, Kamus Perbankan, 1999,
………………., Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2007
Bank Rakyat Indonesia, Terbaik di Awal Milenium, Jakarta, Masyarakat
Profesional Madani, 2004, h.17
Chapra, M. Umer The Future Of Economi: An Islamic Perspective, terjemahan
Amdar Amir et.al, Jakarta: Syari’ah Economi and Banking Institute, 2001
Ghufron, Sifiniyah, Briefcase Book edukasi profesional syari’ah, Konsep dan
Implementasi Bank Syari’ah Renaisan IKAPI, Jakarta 2005
Hamidi, M Lutfi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, Jakarta: Senayan Abadi
Publishing,
Haroen, Nasrun,H, MA,DR., Fiqh Muamalah Jakarta, Gaya Media Pratam, 2002
Hasibuan, Malayu SP., Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Gunung Agung,
2004
Hadinoto, Soetanto, How To Develop Succesful Retail Banking, Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2003
Ibnu Majah, Al-Hafizh Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid Al-qazwini, Sunan
Ibnu Majah, Beirut, Darul Fikr, juz 2, 1975
Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd dan M. Ibn Ahmad, Bidâyatul Mujtahid wa
Muqta �sid, Beirut : Darul Qalam, 1998
Kasmir S.E. MM, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2000
Kajian Perbankan Syariah, Pemetaan Hasil Penelitian Potensi, preferensi dan
perilaku masyarakat terhadap Perbankan Syariah di Indonesia, Bank
Indonesia dengan Institut Pertanian Bogor, 2005
Lukman Drs, Manajemen Perbankan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003
Marsuki DEA, Analisis Sektor Perbankan Moneter dan Keuangan Indonesia,
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2005
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah Ekonisia Kampus UII. Yogyakarta,
2004
Nazirwan, M., Pembiayaan Wirausaha Mikro Yang Aman dan Menguntungkan,
Makalah Seminar Nasional dengan Tema Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil
dan Koperasi: Problem dan Solusinya, Jakarta: BRI, 2006
Perwataatmadja, Karnaen A., Bank Syari’ah Sebagai alternatif Pemecahan
masalah yang dihadapi Bank Konvensional, Makalah dipresentasikan pada
Forum Kajian Ekonomi Islam (FKEI) IAIN Sumatera Utara, tanggal 2
Oktober 1998
………………., Bank Yang Beroperasi Sesuai Dengan Prinsip-Prinsip Syari’ah
Islam, Makalah Loka Karya Bunga Bank dan Perbankan, Bogor: MUI,
1990
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007.
Rahardja, Pratham, Uang dan Perbankan Jakarta: PT Rineka Cipta,1997.
Rifai, Moh, Konsep Perbankan Syariah, Semarang CV. Wicaksana, 2002
Santoso Kredit Usaha Perbankan Jogyakarta: Andi Offset, 1996
Sutojo, Siswantto, Strategi Manajemen Kredit Bank Umum: Konsep, Teknik Dan
Kasus Jakarta, PT. Damar Mulia Pustaka, 2000
Suhendi, Asep, Bank Islam, Bandung: Pustaka, 1984
Sjahdeini, Sutan Remy, S.H, DR, Prof., Perbankan Islam dan Kedudukannya
Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia Jakarta, PT. Pustaka Utama dan
Grafiti, 1999
Sulaiman As-Sajastani, Sunan Abu Daud, Beirut: Darul Fikr,1994, Jilid 3,
Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul
Hakim, 2003
Koran/Media Massa
Tempo, BRI Syari’ah Konsisten Di Sektor UMKM, Senin, 27 Februari 2006.
Seputar Indonesia Senin Edisi senin, 3 Desember 2008
Internet
http: //www.brisyariah.co.id/produkdanjasa/php
http: //www.brisyariah.co.id/sturukturorganisasi/php
Undang-Undang Perbankan No 10 Th.1998 Jakarta : Sinar Grafika, 2001
LAPORAN
HASIL WAWANCARA
NARA SUMBER : BAPAK TB. RIFKI. SE
JABATAN : ACCOUNT OFFICER
TEMPAT : KANTOR BANK RAKYAT
INDONESIA SYARIAH CABANG
TANGERANG
T Kapan Bank BRI Syariah Cabang Tangerang ini berdiri ?
J Bank BRI cabang Tangerang ini berdiri pada tanggal 17 April 2002
dengan Motto “Mitra Bisnis Yang Amanah dan Maslahah”
T Bagaimana struktur bank BRI Syariah sendiri apakah dalam
operasionalnya sama dengan BRI Konvensional ?
J Dalam operasionalnya dan karakteristik antara bank konvensional dengan
syariah sangat berbeda, maka BRI Syariah mempunyai Unit Kerja Khusus
yang dinamakan Unit Usaha Syariah dan unit ini ditetapkan sebagai unit
kerja yang kegiatannya yang tidak tercampur dengan kegiatan usaha
perbankan konvensional.
T Jenis pembiayaan apa saja yang terdapat pada Bank BRI Syariah Cabang
Tangerang saat ini ?
J Pembiayaan mudharabah dimana bank menyalurkan dana 100 % modal
untuk membiayai perusahaan atau proyek. Pembiayaan Musyarakah yaitu
bank menjalin kerjasama dengan beberapa pihak untuk menjalankan usaha
atau proyek dan keuntungan serta kerugian akan ditanggung bersama.
Pembiayaan Ijarah muntahiyah bi tamlik Pembiayaan murabahah (Jual
Beli), Pembiayaan Ishtisnha.
T Dokumen-dokumen apa saja yang diminta bank BRI Syariah kepada
nasabah yang ingin mengajukan permohonan pembiayaan modal kerja
(pembiayaan produktif).
J Dokumen yang diminta oleh bank bagi nasabah yang mengajukan
pembiayaan untuk mengembangkan usaha adalah : Photo Copy KTP
pengurus perusahaan, pas photo pengurus @ 1 lembar, Photo Copy Suarat
Ijin Usaha Perusahaan (SIUP, SITU, NPWP), asli agunan dan bukti
kepemilikan (Sertifikat, BPKB), laporan keuangan perusahaan 2 tahun
terakhir, asli surat permohonan pembiayaan, dan lain-lain akan ditentukan
kemudian.
T Setelah nasabah memenuhi syarat-syarat dokumen yang di minta bank
apakah bank langsung mencairkan dana yang dibutuhkan oleh nasabah ?
J Tidak sebelum bank mengabulkan permohonan pembiayaan selain
dokumen yang harus penuhi oleh pemohon bank juga melakukan
wawancara dan melakukan survey ketempat usaha nasabah dan melihat
kegiatan usaha nasabah.
T Apa saja yang menjadi prinsip-prinsip pemberian pembiayaan pada BRI
Syariah
J Prinsip Prudencial (prinsip kehati-hatian) dalam hal ini bank dalam
memberikan pembiayaan harus menganalisis terlebih dahulu adapun alat
analisisnya yang digunakan adalah 5 C (Character, capacity, conditon,
capital, dan collateral). Selain itu bank juga melihat juga aspek-aspek
yang terkait dengan usaha nasabah. Antara lain : aspek sosial ekonomi dan
isu yang sedang berkembang serta keuangan yang ada didalam perbankan
tersebut
T Setelah bank mengabulkan pembiayaan pada nasabah apakah bank
melakukan pengawasan pada usaha nasabah ?
J Iya ..setelah bank memberikan pembiayaan pada nasabah bank akan
melakukan monitoring dan pembinaan baik dalam pelunasan angsuran dan
kunjungan langsung secara rutin ke tempat usaha nasabah.
T Seberapa besar produk pembiayaan yang disalurkan BRI Syariah kepada
UKM
J Produk yang disalurkan kepada UKM selama ini masih 60 %. Walaupun
target perusahaan adalah 90 %.
T Seberapa besar resiko dalam melakukan pembiayaan khususnya
pembiayaan pada UKM ?
J Selama ini resiko masih bisa kita minimalisir. Tapi resiko yang bersal dari
kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi selama ini masih sulit untuk di
hindari.
T Hal-hal apa saja yang dilakukan bank dalam mengurangi resiko kredit
macet atau rugi ?
J Untuk mengurangi kredit macet atau pembiayaan bermasalah, selain
melakukan analisa secara akurat dan selektif juga harus ada pengawasan
rutin dan bank melakukan kerjasama dengan asuransi dan pihak terkait
dalam proses penyaluran, hal ini dilakukan sebelum pencairan
pembiayaan.
T Bagaimana pengalaman BRI Syariah dalam menyalurkan pembiayaan
kepada UKM.?
J Sejauh ini pembiayaan produktif untuk UKM masih berada di nomor dua,
walaupun target di posisi pertama. yang masih berada pada peringkat
pertama adalah pembiayaan mudharabah. Tetapi BRI Syariah optimis
dalam penyaluran pembiayaan UKM akan semakin optimal.
T Strategi apa yang dipakai BRI Syariah dalam meningkatkan pembiayaan.?
J BRI Syariah memakai strategi pertama Pengmbangan portofolio produk
yang sudah ada kedua Pengembangan pasar atas produk yang sudah ada,
ketiga Pengembangan produk baru pada pasar yang sudah ada keempat
Memperluas pasar dengan pengembangan produk baru.
T Apakah BRI bekerja sama dengan lembga lain dalam menyalurkan
pembiayaan.
J yang jelas ada. Kerja sama itu hanya sebatas binaan dalam menyalurkan
pembiayaan kepada UKM yang belum bankable. Misal dengan BMT,
BPRS, LKM Syariah, Koperasi di pelosok-pelosok desa. Program ini
dinamakan dengan lingkage program.
Tangerang 27 November 2007
TB. RIFKI. SE.i
Keterangan
T : Tanya
J : Jawab
LAMPIRAN – LAMPIRAN