BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik
yang menyangkut peristiwa pembunuhan ustman bin affan yang berbuntut pada penolakan
Mu’awiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Ketegangan antara Mu’awiyah dan Ali
mengkristal menjadi perang Siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim(arbitase)1[1]. Sikap
Ali yang menerima tipu muslihat Amr bin Al-Ash utusan dari pihak Mu’awiyah dalam tahkim.
Sungguhpun dalam keadaan terpaksa,tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka
memandang Ali bin Abi Thalib telah berbuat salah sehingga mereka meninggalkan barisannya.
Dalam sejarah Islam,mereka terkenal dengan nama khawarij , yaitu orang yang keluar dan
memisahkan diri.
Di luar pasukan yang membelot Ali,ada pula sebagian besar yang tetap mendukung Ali
yaitu yang dinamakan kelompok syia’h.Harun lebih lanjut melihat bahwa persoalan kalam yang
pertama kali muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Salam arti
siapa yang telahtelah keluar dari islam dan siapa yang tetap dalam islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Tentang Aliran Khawarij
2. Ciri-Ciri Faham Khawarij
3. Doktrin-Doktrin Aliran Khawarij
4. Perkembangan khawarij
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Aliran Khawarij
2. Mengetahui Faham-Faham Khawarij
3. Mengetahui Doktrin-Doktrin Khawarij
4. Mengetahui Perkembangan Aliran Khawarij
BAB II
PEMBAHASAN
1[1] Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Cet.V Jakarta:2004 hlm.197
A. PENGERTIAN KHAWARIJ
Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berari
keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Ini yang mendasari Syahrastani untuk menyebut
khawarij terhadap orang yang memberontak imam yang sah. Berdasarkan pengertian etimologi
ini pula, khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat islam.
Adapun yang dimaksud dalam terminologi khawarij adalah satu sekte pengikut Ali bin
Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketiaksepakatan terhadap keputusan Ali
yang menerima arbitrase (tahkim), dalam Perang Siffin pada tahun 37 H /648 M, dengan
kelompok bughat ( pemberontak ) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah.
Kelompok khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya berada di pihak yang
benar Karen Ali merupakan khalifah yang sah yang telah di bai’at meyoritas umat islam,
sementara Muawiyah berada di pihak yang salah karena memberontak khalifah yang sah. Lagi
pula berdasarkan estimasi khawarij, pihak Ali hampir memperoleh kemenangan pada peperangan
itu, tetapi karena Ali menerima tipu daya licik ajakan damai Muawiyah, kemenangan yang
hamper di raih itu menjadi raib.2[2]
Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan di balik ajakan damai kelompok Muawiyah
sehingga ia bermaksud untuk menolak permintaan itu. Namun, karena desakan sebagian
pengikutnya, terutama ahli qurra seperti Al Asy’ats bin Qais, Mas’ud bin Fudaki At-tamimi, dan
Zaid bin Husein Ath-Tha’I, dengan sangat terpaksa Ali memerintahkan Al Asytar ( komandan
pasukannya) untuk menghentikan peperangan3[3].
Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan Abdullah bin Abbas
sebagai delegasi juru damai ( hakam ) nya, tetapi orang khawarij menolaknya. Mereka beralasan
bahwaAbdullah bin Abbas berasal dari kelompok Ali sendiri . Kemudian mereka mengusulkan
agar Ali mengusulkan Abu Musa Al-Asy’ari dengan harapan dapat memutuskan perkara
berdasarkan kitab Allah.
Keputusan tahkim, yakni Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah oleh utusannya,
dan mengangkat Muawiyah menjadi khalifah pengganti Ali sangat mengecewakan orang-orang
khawarij. Mereka membelot dengan mengatakan “ Mengapa kalian berhukum kepada manusia.
Tidak ada hukum selain hukum yang ada di sisi Allah”. Imam Ali menjawab ”Itu adalah
2[2] Abdul Rozak, Ilmu Kalam,2007,hlm.50 )
3[3] Amir An-nazar,Al-Khawarij:Aqidatan wafikratan wa falsafatan ter,afif Muhammad dkk,Lentera.Cet,1.Bandung 1993.hlm 5.
ungkapan yang benar, tetapi mereka artikan keliru”. Pada saat itu juga orang-orang khawarij
keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura. Itulah sebabnya Khawarij disebut juga
dengan imam Huruirah. Kadang-kadang mereka disebut dengan syurah(penjual) yaitu orang-
orang yang menjual (mengorbankan) jiwa raga mereka demi keridhaan Allah, sesuai dengan
firman Allah QS. Al-Baqarah (2):207 dan Muhakkimah, karena seringnya kelompok ini
mendasarkan diri pada kalimat “la hukma illa lillah” (tidak ada hukum selain hukum Allah), atau
“la hakama illa Allah” (tidak ada pengantara selain Allah)..
Dengan arahan Abdullah Al-Kiwa, mereka sampai di Hurura. Di Hurura, kelompok
Khawarij ini melanjutkan perlawanan kepada Muawiyah dan juga kepada Ali. Mereka
mengangkat seorang pemimpin yang bernama Abdullah bin Shahab Ar-Rasyibi.
B. CIRI-CIRI FAHAM KHAWARIJ
1. Mencela dan Menyesatkan
Orang-orang Khawarij sangat mudah mencela dan menganggap sesat Muslim lain, bahkan
Rasul saw. sendiri dianggap tidak adil dalam pembagian ghanimah. Kalau terhadap Rasul
sebagai pemimpin umat berani berkata sekasar itu, apalagi terhadap Muslim yang lainnya, tentu
dengan mudahnya mereka menganggap kafir. Mereka mengkafirkan Ali, Muawiyah, dan sahabat
yang lain. Fenomena ini sekarang banyak bermunculan. Efek dari mudahnya mereka saling
mengkafirkan adalah kelompok mereka mudah pecah disebabkan kesalahan kecil yang mereka
perbuat.
2. Buruk Sangka
Fenomena sejarah membuktikan bahwa orang-orang Khawarij adalah kaum yang paling
mudah berburuk sangka. Mereka berburuk sangka kepada Rasulullah saw. bahwa beliau tidak
adil dalam pembagian ghanimah, bahkan menuduh Rasulullah saw. tidak mencari ridha Allah.
Mereka tidak cukup sabar menanyakan cara dan tujuan Rasulullah saw. melebihkan pembesar-
pembesar dibanding yang lainnya. Padahal itu dilakukan Rasulullah saw. dalam rangka dakwah
dan ta’liful qulub. Mereka juga menuduh Utsman sebagai nepotis dan menuduh Ali tidak
mempunyai visi kepemimpinan yang jelas.
3. Berlebih-lebihan dalam ibadah
Ini dibuktikan oleh kesaksian Ibnu Abbas. Mereka adalah orang yang sangat sederhana,
pakaian mereka sampai terlihat serat-seratnya karena cuma satu dan sering dicuci, muka mereka
pucat karena jarang tidur malam, jidat mereka hitam karena lama dalam sujud, tangan dan kaki
mereka ‘kapalan’. Mereka disebut quro’ karena bacaan Al-Qur’annya bagus dan lama. Bahkan
Rasulullah saw. sendiri membandingkan ibadah orang-orang Khawarij dengan sahabat yang
lainnya, termasuk Umar bin Khattab, masih tidak ada apa-apanya, apalagi kalau dibandingkan
dengan kita. Ini menunjukkan betapa sangat berlebih-lebihannya ibadah mereka.
4. Keras terhadap sesama Muslim dan memudahkan yang lainnya
Hadits Rasulullah saw. menyebutkan bahwa mereka mudah membunuh orang Islam, tetapi
membiarkan penyembali berhala. Ibnu Abdil Bar meriwayatkan, “Ketika Abdullah bin Habbab
bin Al-Art berjalan dengan isterinya bertemu dengan orang Khawarij dan mereka meminta
kepada Abdullah untuk menyampaikan hadits-hadits yang didengar dari Rasulullah saw.,
kemudian Abdullah menyampaikan hadits tentang terjadinya fitnah,yang artinya : “Yang duduk
pada waktu itu lebih baik dari yang berdiri, yang berdiri lebih baik dari yang berjalan….”
Mereka bertanya, “Apakah Anda mendengar ini dari Rasulullah?” “Ya,” jawab Abdullah. Maka
serta-merta mereka langsung memenggal Abdullah.Dan isterinya dibunuh dengan mengeluarkan
janin dari perutnya.Di sisi lain tatkala mereka di kebun kurma dan ada satu biji kurma yang jatuh
kemudian salah seorang dari mereka memakannya, tetapi setelah yang lain mengingatkan bahwa
kurma itu bukan miliknya, langsung saja orang itu memuntahkan kurma yang dimakannya. Dan
ketika mereka di Kuffah melihat babi langsung mereka bunuh, tapi setelah diingatkan bahwa
babi itu milik orang kafir ahli dzimmah, langsung saja yang membunuh babi tadi mencari orang
yang mempunyai babi tersebut, meminta maaf dan membayar tebusan.
5. Sedikit pengalamannya
Hal ini digambarkan dalam hadits bahwa orang-orang Khawarij umurnya masih muda-muda
yang hanya mempunyai bekal semangat.
6. Sedikit pemahamannya
Disebutkan dalam hadits dengan sebutan Sufahaa-ul ahlaam (orang bodoh), berdakwah pada
manusia untuk mengamalkan Al-Qur’an dan kembali padanya, tetapi mereka sendiri tidak
mengamalkannya dan tidak memahaminya. Merasa bahwa Al-Qur’an akan menolongnya di
akhirat, padahal sebaliknya akan membahayakannya.
7. Nilai Khawarij
Orang-orang Khawarij keluar dari Islam sebagaimana yang disebutkan Rasulullah saw.,
“Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah keluar dari busurnya.”
8. Fenomena Khawarij
Mereka akan senantiasa ada sampai hari kiamat. “Mereka akan senantiasa keluar sampai
yang terakhir keluar bersama Al-Masih Ad-Dajjal”
9. Kedudukan Khawarij
Kedudukan mereka sangat rendah. Di dunia disebut sebagai seburuk-buruk makhluk dan di
akhirat disebut sebagai anjing neraka.
10. Sikap terhadap Khawarij
Rasulullah saw. menyuruh kita untuk membunuh jika menjumpai mereka. Sabda
beliau “Jika engkau bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka.”
C. DOKTRIN-DOKTRIN ALIRAN KHAWARIJ
Bila dianalisis secara mendalam, doktrin-doktrin yang dikembangkan oleh kaum khawarij
dapat dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu: doktrin politik, teologi, dan sosial.4[4]
1. Doktrin Politik
Melihat pengertian politik secara praktis-yakni kemahiran bernegara, atau kemahiran
berupaya menyelidiki manusia dalm memperoleh kekuasaan, atau kemahiran mengenai latar
belakang , motivasi, dan hasrat mengapa manusia ingin memperoleh kekuasaan. Khawarij dapat
dikatakan sebagai sebuah partai politik.
Politik juga ternyata merupakan doktrin sentral Khawarij yang timbul sebagai reaksi terhadap
keberadaan Muawiyah yang secara teoritis tidak pantas memimpin negara, karena ia adalah
seorang tulaqa (bekas kaum musyrikin di Mekkah yang dinyatakan bebas pada hari jatuhnya kota
itu kepada kaum muslimin).
Kebencian itu bertambah dengan kenyataan bahwa keislaman Muawiyah belum lama.
Mereka menolak untuk dipimpin orang yang di anggap tidak pantas. Jalan pintas yang
ditempuhnya adalah membunuhnya, termasuk orang yang mengusahakannya menjadi khalifah.
Di kumandangkan lah sikap bergerilya untuk membunuh mereka
Diantar Doktrin-doktrin dari segi politik yang dikembangkan oleh khawarij:
a. Khalifah atau imam harus di pilih secara bebas oleh seluruh umat islam.
b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang muslim berhak
menjadi khalifah apabila sudah memenuhi syarat.
4[4] Zahra Imam Muhammad Abu. Aliran Politik dan Akidah .1996. Logos. Jakarta Selatan.
c. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan
syariat islam. Ia harus dijatuhkan bahkan di bunuh kalau melakukan kezaliman
d. Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh dari masa kekhalifahannya,
Utsman ra. Di anggap telah menyeleweng.
e. Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah tahkim, ia di anggaptelah menyeleweng.Muawiyah dan
Amr bin Ash serta Abu Musa Al Asy’ari juga di anggap menyeleweng dan teleh menjadi kafir,
f. Pasukan perang Jamal yag melewati Ali juga kafir.
2. Doktrin Teologi
Selain itu juga dibuat pula doktrin teologi tentang dosa besar sebagaimana tertera pada poin
di bawah berikut. Akibat doktrinnya yang menentang pemerintah, khawarij harus menanggung
akibatnya. Mereka selalu dikejar-kejar dan di tumpas oleh pemerintah. Kemudian
perkembangannya, sebagaimana dituturkan Harun Nasution, kelompok ini sebagian besar sudah
musah. Sisa-sisanya terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, dan Arabia Selatan.( Ibid.hlm.53)
Doktrin teologi Khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas langsung dari doktrin
sentralnya, yakni doktrin politik. Radikalitas itu sangat dipengaruhi oleh sisi budaya mereka
yang juga radikal serta asal-usul mereka yang berasal ari masyarakat badawi dan pengembara
padang pasir tandus. Hal itu menyebabkan watak dan pola pikirnya menjadi keras, berani, tidak
bergantung pada orang lain, dan bebas.
Namun, ,ereka fanatik dalam menjalankan agama. Sifat fanatik itu biasanya mendorong
seseorang berfikir simplistis, berpengetahuan sederhana, melihat pesan berdasarkan motivasi
pribadi, dan bukan berdasarkan pada data dan konsitensi logis, bersandar lebih banyak pada
sumber pesan ( wadah) daripada isi pesan, mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari
seumber kelompoknya dan bukan dari sumber kepercayaan orang lain, mempertahankan secara
kaku sistem kepercayaannya, dan menolak, mengabaikan, dan mendistorsi pesan yang tidak
konsisten dengan sistem kepercayaannya. Orang-orang yang mempunyai prinsip khawarij ini
menggunakan kekerasan dalm menyalukan aspirasinya. Sejarah mencatat bahwa kekerasan
pernah memegang peran penting.
Diantara Doktrin-doktrin dari segi teologi yang dikembangkan oleh khawarij:
a. Seorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus di bunuh. Yang sangat
anarkis ( kacau ) lagi, mereka menganggap bahwa seorang muslim dapat menjadi kafir apabila ia
tidak mau membunuh muslim lain yang telah di anggap kafir dengan resiko ia menanggung
beban harus dilenyapakan pula.
b. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Bila tidak mau
bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam darul harb ( negara musuh) , sedang golongan
mereka sendiri di anggap darul islam ( negara islam).
c. Seseorang harus menghindari pimpinan yang menyeleweng.
d. Adanya wa’ad dan wa’id ( orang yang baik harus masuk surga sedangkan orang yang jahat
masuk ke dalam neraka).
3. Doktrin Sosial
Adapun doktrin-doktrin selanjutnya yakni kategori sebagai doktrin sosial. Doktrin ini
memperlihatkan kesalehan asli kelompok khawarij sehingga sebagian pengamat menganggap
doktrin ini lebih mirip dengan doktrin mu’tazilah, meskipun kebenarannya adalah doktrin ini
dalam wacana kelompok khawarij patut dikaji mendalam.
Dapat di asumsikan bahwa orang-orang yang keras dalam pelaksanaan ajaran agama,
sebagaimana dilakukan kelompok Khawarij, cenderung berwatak tekstualis/skripturalis sehingga
menjadi fundamentalis. Kesan skriptualis dan fundamentalis itu tidak nampak pada doktrin-
doktrin khawarij pada poindi bawah berikut.
Namun, bila doktrin teologis-sosial ini benar-benar merupakan doktrin khawarij, dapat
diprediksikan bahwa kelmpok khawarij pada dasarnya merupakan orang-orang baik. Hanya saja,
keberadaan mereka sebagai kelompok minoritas penganut garis keras, yang aspirasinya
dikucilkan dan di abaikan penguasa, di tambah oleh pola pikirnya yang simplistis, telah
menjadikan mereka bersikap ekstrim.
Diantara Doktrin-doktrin dari segi teologi sosial yang dikembangkan oleh khawarij:
a. Amar ma’ruf nahi mungkar
b. Memalingkan ayat-ayat Al Qur’an yang tampak mutasyabihat ( samar).
c. Al Qur’an adalah makhluk
d. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan
D. PERKEMBANGAN KHAWARIJ
Perkembangan khawarij telah menjadikan imamah-khalifah(politik) sebagai dioktrin
sentral yang memicu adanya doktrin-doktrin teologis. Radikalitas yang melekat pada watak dan
perbuatan kelompok khawarij menyebabkan kelompok mereka sangat rentan akan terjadinya
perpecahan-perpecahan, baik secara internal kaum khawarij sendiri , maupun secara eksternal
dengan sesama kelompok islam lainnya5[5].
Sekte- Sekte Yang Muncul Yaitu:
1. Almuhakkimah
Terdiri dari pengikut Ali , kaum khawarij asli. Prinsip utamanya adalah soal arbitrase. Ali,
Muawiyah, Amru Bin Ash Abu Musa Al Asy’ary dan semua yang menyetujui adanya arbitrase
adalah dianggap dosa besar dan kafir
2. Azzariqoh
Yaitu generasi khawarij yang terbesar setelah Muhakkiamah mengalami kahancuran. Golongan
ini dipimpin oleh Ibnu Al Azraq. Maka nama pemimpi itu kemudian dijadikan sebutan golongan
ini yaitu Azzariqoh. Belar pemimpin mereka adalah ( Nafi Bin al Azraq ).disebut amirul
mukminin. Wilayah kekuasaannya yaitu antara Iraq-Iran. Nafi meninggal pada tahun 686 M
da;lam pertampuran di Iraq. Pemikiran dari Azzariqoh radikal. Kecenderungan persoalan yang
dilontarkan adalah masalah Musyrik. Ada beberapa kriteria yang disepakati digolongkan
musyrik. Yaitu :
a. Semua orang islam yang tak sepaham dengan golongannya.
b. Sepaham tapi tidak mau berhijrah.
c. Golongan yang tidak mau hidup di lingkungan mereka.
Proses masuk golongan ini yaitu dengan dihadapkan dengan seorang tawanan, maka jika
tawanan ini dia bunuh maka dia akan diterima. Namun jika tawanan itu tidak dibunuh maka ia
tidak diterima. Dan sebaliknya, maka ia malah harus dibunuh dengan dipenggal kepalanya.
3. Najdat
Paham Azzariqoh berkembang, tetapi karena pendapatnya yang terlalu ekstreem, maka timbullah
golongan lain , Najdat. Golongan ini tidak setuju atas faham Azzariqoh yang menyatakan bahwa
orang-orang azraqi yqang tidak mau berhijrah masuk lingkungannya adalah kafir.
Golongan ini dipimpin oleh Najdah Ibnu Amir Al Hanafi dari Yamamah.
Pokok-pokok pendapat mereka :
a. Pelaku dosa besar bukan kafir dan tidak kekal di neraka. Bila golongannya melakukan dosa
besar maka akan mendapat siksa yang kemudian akan ke surga.
5[5] Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta 2004:UI-Press, Cet.V
b. Dosa kecil akan bisa berubah menjadi dosa besar bila dilakukan secara terus menerus dan
pelakunya bisa menjadi Musyrik.
c. Tiap muslim wajib ma’rifatullah dan ma’rifaturrosul, dan segala yang diwahyukan kepadanya.
Orang yang tidak mengetahui tidak diampuni.
d. Seorang yang mengerjakan hal haram dan tidak mengetahui keharamannya, maka dapat di
ma’fu.
e. Muslim harus mengetahui haramnya membunuh muslim lainnya.
f. Faham taqiyah “merahasiakan “ dan tifak menyatakan keyakinan untuk keamanan diri seseorang
. bentuk taqiyah yaitu dengan [erkataan dan perbuatan. Missal bila seseorang secara lahiriyahnya
bukan islam ,tetapi selama hakikinya ia tetap mengesakan Allah maka ia tetap islam.
Perpecahan Najdah.
Sebab perpecahan :
Dosa kecil bisa berubah menjadi dosa besar.
Dosa besar tidak membuat pengikutnya menjadi kafir.
Pembagian gonimah (rampasan perang).
Najdah bersikap lunak terhadap kholifah Abdul Malik Bin Marwan dari dinasti Umayyah.
Karenanya para pendukung Najdah (semula ) menjadi musuhnya. Abu Fudaik dan Rosyid
melawan Najdah. Dan Najdah erpenggal lehernya .dan Atiyah pergi melarikan diri menuju ke
sajistan di Iraq.
4. Ajjaridah
Didirikan oleh Abdul Karim bin Ajrad. Menurut syahrasti ia adalah teman dari Atiyah
al Hanafi.Beberapa pemikirannya :
a. Berhijrah bukan suatu kewajiban , tetapi suatu kebajikan.
b. Kaum Ajjaridah tidak wajib hidup di lingkungannya.
c. Harta rampasan yang boleh diambil adalah harta orang yang mati terbunuh.
d. Tidak ada dosa turun remurun dari seorang ayah yang musyrik kepada seorang anak.
e. Surat Yusuf bukan bagian dari Al Qur’an, karena berisi/ membawakan masalah percintaaan.
Dan menurutnya Al Qur’ an tidak mungkin membawakannya.
Ajjaridah pecah menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Maimuniyah
Mereka berpendapat bahwa baik dan buruknya amal perbuatan manusia timbul dari kemauan dan
kekuasaan manusia sendiri.
2. Asy-Syu’aibiyah
Mereka berpendapat bahwa Allah adalah sumber dari segala perbuatan manusia. Dengan
demikian, manusia hanya menjalankan kehendak Allah saja, dan mereka tidak bisa menolak
sama sekali.
5. Surfiyah
Dipimpin oleh Ziad Ibnu Al Asfar. Golongan ini mirip dengan golongan Azzariqoh yang
terkenal dengan ke-ekstriman-nya. Namun mereka tidak se-ekstrim Azzariqoh.
Pendapat paham Surfiyah :
a. Tidak setuju bila anak-anak kaum musyrik dibunuh.
b. Kaum mu’min yang tidak hijrah tidaklah digolongkan kafir.
c. Daerah islam di luar Surfiyah bukan daerah yang harus diperangi. Namun yang boleh diperangi
adalah daerah kampung pemerintah.
d. Dalam peperangan anak-anak dan wanita tidak boleh dijadikan tawanan.
e. Orang yang berdosa besar tidak musyrik.
f. Dosa besar dibagi menjadi 2 bagian :
Dengan sangsi di dunia dan tidak ada sanksinya seperti zina, mencuri,membunuh.
Dengan sanksi di akhirat seperti puasa,zakat, salat..
6. Ibadiyah
Dipimpin oleh Abdullah ibnu Ibad dan termasuk aaliran paling moderat disbanding golongan
khawarij lainnya. Golonmgan ini muncul setelah memisahkan diri dari Azzariqoh. Abdullah Ibnu
Ibad tidak mau membantu memerangi pemerintah bani Umayyah atas ajakan Azzariqoh. Bahkan
hubungannya dengan Umayyah ( Khalifah Abdul Mlik Bin Marwan ) sangat baik. Kelanjutannya
dari hubungan baik ini sampai
generasi Ibadiyah berikutnya.
Ajaran-Ajaran Ibadiyah:
a. Muslim yang tidak sepaham tidak mukmin dan tidak pula musyrik, tetapi kafir. Membunuhnya
haram dan syahadatnya dapat diterima.
b. Daerah tauhid yaitu daerah yang mengesakan Allah tidak boleh diperangi, walaupun daerah itu
ditempati oleh muslim yang tidak sepaham. Daerah kafit yang harus diperangi yaitu daerah
pemerintah.
c. Muslim yang berdosa besar dan masih mengesakan Allah bukan mukmin. Bila kafir maka hanya
kafir ni’mah, bukan kafir millah(Agama) maka tidak keluar dari islam.
d. Harta rampasan perang hanyalah kuda dan senjata.
Paham ibadiyah di atas menunjukkan kemoderatannya dibanding lainnya. Sifat inilah yang
membuatnya mampu bertahan lebih lama. Sampai sekarang masih mampu dibuktikan /
ditemukan di daerah Afrika Utara, Arabia Selatan dan sebagainya.
7. Assalabiyah
Semua aliran yang bersifat radikal, pada perkembangan lebih lanjut dikatagorikan sebagai aliran
khawarij, selama didalamnya terdapat indikasi doktrin yang identik dengan aliran ini.
Berkenaan dengan persoalan ini Harun Nasution megidentifikasikan beberapa indikasi aliran
yang dapat dikategorikan sebagai aliran Khawarij, yaitu sebagai berikut :
a. Mudah mengkafirkan orang yang tidak segolongan dengan golongannya, walaupun orang itu
adalah penganut agama islam.
b. Islam yang benar yaitu islam yang mereka fahami dan amalkan, sedangkan islam sebagaimana
yang difahami dan diamalkan golongan lain adalah tidak benar.
c. Orang-orang islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu dibawa kembali ke Islam yang
sebenarnya, yaitu islam yang mereka fahami dan mereka amalkan.
d. Karena pemerintah dan ulama yang tidak sefaham dengan mereka adalah sesat, maka mereka
memilih imam dari golongan mereka sendiri. Yakni imam dalam arti pemuka agama dan pemuka
pemrintah.
e. Mereka bersifat fanatic dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan dan membunuh untuk
mencapai tuuan mereka.
BAB III
KESIMPULAN
khawarij adalah satu sekte pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan
karena ketiaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam Perang
Siffin pada tahun 37 H /648 M, dengan kelompok bughat ( pemberontak ) Muawiyah bin Abi
Sufyan perihal persengketaan khilafah.
Khawarij pun mempunyai faham khusus dianataranya : Mencela dan Menyesatkan,Buruk
sangka,berlebih-lebihan dalam ibadah, Keras terhadap sesama Muslim dan memudahkan yang
lainnya,sedikikt pengalamannya,sedikit pemahamannya.
Adapun doktrin yang dikembangkan oleh kaum khawarij dapat dikategorikan menjadi
tiga kategori :politik, teologi, dan social.
Perkembangan khawarij telah menjadikan imamah-khalifah(politik) sebagai dioktrin
sentral yang memicu adanya doktrin-doktrin teologis. Radikalitas yang melekat pada watak dan
perbuatan kelompok khawarij menyebabkan kelompok mereka sangat rentan akan terjadinya
perpecahan-perpecahan, baik secara internal kaum khawarij sendiri , maupun secara eksternal
dengan sesama kelompok islam lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak, Ilmu Kalam,pustaka setia.Bandung : 2007
Amir An-nazar,Al-Khawarij:Aqidatan wafikratan wa falsafatan ter,afif Muhammad
dkk,Lentera.Cet,1.Bandung 1993
Sufyan Raji Abdullah Muhammad, Mengenal Aliran Islam, Pustaka al-Riyadl. Jakarta : 2003
Ahmad Muhammad. Tauhid Ilmu Kalam. Pustaka Setia. Bandung : 1998
Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Cet.V Jakarta:2004
ALIRAN MURJI’AH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam
Oleh:
1. Muhammad Noor Sahid NIM. 1212021
SEMESTER I FAKULTAS SYARI’AH REGULER
INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ JEPARA
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Sebuah ungkapan rasa syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada robbissamawati wal
ardl yang telah menganugrahkan berjuta-juta ni’mat, ni’mat iman, islam, ihsan, dan sehat.
Sholawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW sekaligus sebagai sumber
pembimbing dan panutan bagi umat dimuka bumi ini.
Seperti halnya yang pernah disabdakan rosulullah bahwasanya setelah beliau wafat umat
beliau akan terpecah menjadi 73 golongan dan yang selamat dari mereka hanyalah satu yaitu
golongan yang mengikuti beliau dan para sahabat beliau, yaitu ahlussunnah wal jama’ah. Dan
sekarang pun sudah dapat dibuktikan dari zaman ke zaman banyak aliran-aliran teology
perpecahan islam yang bermunculan antara lain khowarij, syi’ah, murji’ah, mu’tazilah,
asy-‘ariyah, maturidiyah, dan salafiyah.
Dalam konteks lahirnya firqoh-firqoh dalam islam faktor yang paling dominan adalah
masalah politik. Lahirnya firqoh yang berbeda pemikiran kalamnya pun juga berbeda. Dari
perbedaan itulah kita dapat mempelajari mana yang benar dan yang bathil. Dan disini kami
hanya membahas tentang golongan “Murji’ah Dan Pemikiran Kalamnya” dan semoga revisi
makalah ini memberi manfa’at bagi pembaca khususnya bagi kami sebagai penyusun makalah.
Wassalamu’alaikum wr. Wb
Jepara, 11 Januari 2013
i Kelompok 3
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................
Kata Pengantar................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................... 1
BAB II Pembahasan.......................................................................................... 2
A. Sejarah lahirnya aliran murji’ah........................................................................ 2
B. Ajaran pokok aliran murji’ah............................................................................ 4
C. Sekte-sekte aliran murji’ah............................................................................... 6
D. Pengaruh aliran murji’ah................................................................................... 9
BAB III Penutup................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ........................................................................................................12
B. Saran ........................................................................................................12
Daftar Pustaka.................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sikap saling mengkafirkan dari syi’ah dan Khawarij terhadap golongan lain
menyebabkan tumbuhnya golongan lain yang dibentuk oleh beberapa sahabat Nabi sendiri yaitu
golongan Murji’ah, mereka benci terhadap pertikaian dan pertentangan yang diwarnai oleh saling
mengkafirkan antara satu sama lainnya. kemudian mereka membuat langkah-langkah tersendiri
yang bersifat netral, tidak memihak kepada salah satu golongan manapun. Supaya kita lebih tahu
tentang aliran Murji’ah, maka dirasa perlu bagi kita membahas tentang aliran Murji’ah.
B. RUMUSAN MASALAH
Pada makalah ini akan dibahas unsur-unsur yang terkait tentang aliran murji’ah yang
meliputi: Sejarah lahir, ajaran pokok, sekte-sekte aliran murji’ah dan pengaruhnya.
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah agar mahasiswa mengetahui:
1. Sejarah lahirnya aliran murji’ah
2. Ajaran pokok aliran murji’ah
3. Sekte-sekte aliran murji’ah
4. Pengaruh aliran murji’ah
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH LAHIRNYA ALIRAN MURJI’AH
Golongan Murji’ah ini mula-mula timbul di Damaskus, pada akhir abad pertama hijriah.6
[1] Nama Murji’ah berasal dari kata irja atau arja’a yang berarti penundaan, penangguhan, dan
pengharapan. Kata arja’a bermakna juga memberi harapan, yakni memberi harapan kepada
pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan Rahmat Allah. Selain itu, arja’a juga
berarti meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengutamakan iman dari
pada amal. Oleh karena itu, Murji’ah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan
seseorang yang bersengketa (yakni Ali dan Muawiyah serta pengikut masing-masing) kelak di
hari kiamat.7[2]
2 Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul kemunculan Murji’ah. Teori pertama mengatakan bahwa gagasan irja atau arja’a dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan kesatuan umat Islam ketika terjadi pertikaian politik dan untuk menghindari sektarianisme. Murji’ah sebagai kelompok politik maupun Teologis, diperkirakan lahir bersamaan dengan kemunculan Syi’ah dan Khawarij. Yang mana kelompok Murji’ah merupakan musuh berat Khawarij.8[3]
Teori lain mengatakan bahwa gagasan irja muncul pertama kali sebagai gerakan politik
yang diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Tholib yaitu Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah
sekitar tahun 695 M. Dengan gerakan politik tersebut Al-Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah
mencoba menanggulangi perpecahan umat Islam. Ia mengelak berdampingan dengan kelompok
6[1] Nasir, Sahilun A, Prof. Dr. K.H.,Pemikiran Kalam(Teologi Islam),Rajawali pers, Jakarta: 2010.hlm.162.
7[2] Cyril Glasse. The Concise Encyclopedia Of Islam. Staccny International, London, 1989.hlm,288-9:Departemen Agama RI. Ensiklopedi Islam,1990.hlm.633-6:Ahmad Amin, Fajrul Islam. Jilid I. Islam. Ej Srill,Leiden, 1961,hlm.412.
8[3] Lihat W.Montgomery Watt. Islamic Philosophy and Theology:An Extended Survey.At Univ,Press, Eidenburgh, 1987.hlm 23.Departemen Agama RI.op.cit. hlm 633.
1
Syi’ah yang terlampau mengagungkan Ali dan para pengikutnya, serta menjauhkan diri dari
Khawarij yang menolak mengakui ke khalifahan Muawiyah.9[4]
Teori lain mengatakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara Ali dan Muawiyah,
dilakukan Arbitrase (Tahkim) atas usulan Amr bin Ash (kaki tangan Muawiyah). Kelompok Ali
terpecah menjadi dua kubu, yang pro dan kontra. Kelompok kontra yang akhirnya menyatakan
keluar dari Ali disebut Khawarij. Khawarij berpendapat bahwa Tahkim bertentangan dengan Al-
Qur’an atau dalam pengertian, tidak bertahkim berdasarkan hukum Allah dikatakan dosa besar
dan pelakunya dihukumi dengan kafir sama dengan perbuatan dosa besar lainnya, seperti:
berzina, riba, membunuh tanpa alasan, durhaka kepada orang tua, dan menfitnah wanita baik-
baik. Pendapat tersebut ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut Murji’ah. Murji’ah
mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir sementara dosanya diserahkan
kepada Allah, apakah dia akan diampuni atau tidak.10[5]
Adapun secara istilah, murjiah adalah kelompok yang mengesampingkan atau
memisahkan amal dari keimanan, sehingga menurut mereka suatu kemaksiatan itu tidak
mengurangi keimanan seseorang.11[6]
Tokoh utama aliran ini ialah Hasan bin Bilal Al-Muzni, Abu Salat As-Samman, dan
Tsauban Dliror bin 'Umar. Penyair Murji’ah yang terkenal pada pemerintahan Bani Umayah
ialah Tsabit bin Quthanah, mengarang syair kepercayaan-kepercayaan kaum Murji’ah.12[7]
B. AJARAN POKOK ALIRAN MURJI’AH
1. Iman adalah cukup dengan mengakui dan percaya kepada Allah dan rasul-Nya saja. Adapun
amal atau perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasan hal ini
seseorang tetep dianggap mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang difardukan dan
melekukan dosa besar.
9[4] Gibb and J.H. Krammers.loc.cit.
10[5] Watt.op.cit.hlm.21.
11[6] Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bamdung: Pustaka Setia, 2001)hlm. 56.
12[7] Nasir, Sahilun A, Prof. Dr. K.H.,Pemikiran Kalam(Teologi Islam),Rajawali pers, Jakarta: 2010.hlm.152.
Amin menerangkan:13[8]
“kebanyakan aliran Murji’ah berpendapat bahwa iman ialah hanya membenarkan dengan
hati saja, atau dengan kata lain iman ialah makrifat kepada Allah SWT. Dengan hati, bukan
pengertian lahir. Apabila seseorang beriman dengan hatinya, maka dia adalah Mukmin dan
Muslim, sekalipun lahirnya dia menyerupai orang Yahudi atau Nasrani dan meskipun lisannya
tidak mengucapkan dua kalimat syahadat. Mengikrarkan dengan lisan dan amal perbuatan seperti
shalat, puasa, dan sebagainya, itu bukan bagian dari pada iman.”
2. Dasar keselamatan adalah iman semata-mata, selama masih ada iman dihati, setiap maksiat tidak
dapat mendatangkan madarat atau gangguan atas seseorang. Untuk mendatangkan pengampunan,
manusia cukup hanya dengan menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam keadaan akidah
tauhid.14[9]
Dengan kata lain, kelompok murji’ah memandang bahwa perbuatan atau amal tidaklah
sepenting iman, Yang kemudian meningkat pada pengertian bahwa, hanyalah imanlah yang
penting dan yang menentukan mukmin atau tidak mukminnya seseorang, perbuatan-perbuatan
tidak memiliki pengaruh dalam hal ini. Iman letaknya dalam hati seseorang dan tidak diketahui
manusia lain, selanjutnya perbuatan-perbuatan manusia tidak menggambarkan apa yang ada
dalam hatinya. Oleh karena itu ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan seseorang tidak mesti
mengandung arti bahwa ia tidak memiliki iman. Yang penting ialah iman yang ada dalam hati.
Dengan demikian ucapan dan perbuatan- perbuatan tidak merusak iman seseorang. Walaupun
perbuatan-perbuatan yang dilakukan melanggar syariat Islam, tetapi kalau hatinya iman, aliran
tersebut masih mengatakan orang itu mukmin.
Adapun mengenai orang yang lalai dalam menunaikan kewajiban-kewajiban, atau dia
melakukan dosa-dosa besar, maka sebagian dari tokoh-tokoh Murji’ah berpendapat: tiadalah
mungkin menentukan hokum bagi orang itu di dunia ini. Hal itu haruslah ditangguhkan
(diserahkan saja) kepada Tuhan untuk menentukannya di hari kiamat. Dari sini timbulnya istilah
”Murji’ah”, yaitu berasal dari kata “irja’” yang berarti “menangguhkan”.15[10]
13[8] Amin,Dluha,Juz III, hlm.316.
14[9] Dr.Abdul rozak, M.Ag, dan Dr Rosihon, M.Ag., ilmu kalam. Pastaka setia. Bandung.2001.
15[10] Nasir, Sahilun A, Prof. Dr. K.H.,Pemikiran Kalam(Teologi Islam),Rajawali pers, Jakarta: 2010.hlm.154.
I’tiqad murji’ah
a. Sudah mengetahui dalam hati atas wujudnya tuhan dan sudah percaya dalam hati kepada Rasul-
rasulNya maka menjadi otomatis mukmin, walaupun mengucapkan dengan lidah hal-hal yang
mengkafirkan, seperti menghina nabi, menghina al-qur’an dan lain sebagainya.
b. Golongan murji’ah juga mengatakan, bahwa orang mukmin yang percaya dalam hati adanya
Tuhan dan percaya pada rasul-rasul maka ia adalah mukmin walaupun dia mengerjakan segala
macam dosa besar ataupun dosa kecil. Dosa bagi kaum murji’ah tidak apa-apa kalau sudah ada
iman dalam hati, sebagai keadaannya perbuatan baik tak ada gunanya kalau sudah ada kekafiran
didalam hati.
c. Orang yang telah beriman dalam hatinya, tetapi ia kelihatan menyembah berhala atau membuat
dosa-dosa besar yang lain, bagi murji’ah orang ini masih mukmin.
d. I’tiqad menangguhkan dari kaum murji’ah, yaitu menangguhkan orang yang bersalah sampai
kemuka tuhan sampai hari kiamat, hal ini ditentang oleh kaum ahlussunnah wal jama’ah karena
setiap orang yang salah harus dihukum didunia ini.
e. Kalau kita ikuti faham golongan murji’ah ini maka ayat-ayat hukum seperti menghukum pencuri
dengan memotong tangan, menghukum rajam orang yang berzina, menghukum bayar kafart dan
lain-lain yang banyak tersebut dalam Qur’an tidak ada gunanya lagi karena sekalian kesalahan
akan ditangguhkan sampai ke muka Tuhan saja.
C. SEKTE-SEKTE ALIRAN MURJI’AH
Kemunculan sekte-sekte aliran Murji’ah tampaknya dipicu oleh perbedaan pendapat di
kalangan para pendukung Murji’ah sendiri. Dalam hal ini, terdapat problem yang cukup
mendasar ketika para pengamat mengklasifikasikan sekte-sekte Murji’ah. Kesulitannya- antara
lain- adalah ada beberapa tokoh aliran pemikiran tertentu yang diklaim oleh seorang pengamat
sebagai pengikut Murji’ah, tetapi tidak diklaim oleh pengamat lain. Tokoh yang dimaksud adalah
washil bin Atha dari Mu’tazilah dan Abu Hanifah dari Ahlus Sunnah.16[11] Oleh karena itulah,
Ash-Syahrastani, menyebutkan sekte-sekte Murji’ah sebagai berikut:17[12]
a. Murji’ah Khawarij, mereka adalah Syabibiyyah (pengikut Muhammad bin Syabib) dan sebagian kelompok Shafariyyah yang tidak mempermasalahkan pelaku dosa besar.
b. Murji’ah Qadariyah, mereka adalah orang yang dipimpin oleh Ghilan Ad Damsyiki sebutan mereka Al Ghilaniah
16[11] Watt,Early Islam, hlm.181.
17[12] Ibid,hlm.23.
c. Murji’ah Jabariyah, mereka adalah Jahmiyyah (para pengikut Jahm bin Shafwan), Mereka hanya mencukupkan diri dengan keyakinan dalam hati saja. Dan menurut mereka maksiat itu tidak berpengaruh pada iman dan bahwasanya ikrar dengan lisan dan amal bukan dari iman.
d. Murji’ah Murni, mereka adalah kelompok yang oleh para ulama diperselisihkan jumlahnya.
e. Murji’ah Sunni, mereka adalah para pengikut Hanafi, termasuk di dalamnya adalah Abu Hanifah dan gurunya Hammad bin Abi Sulaiman juga orang-orang yang mengikuti mereka dari golongan Murji’ah Kufah dan yang lainnya. Mereka ini adalah orang-orang yang mengakhirkan amal dari hakekat iman. Sementara itu, Muhammad Imarah menyebutkan 12 sekte Murji’ah, yaitu:18[13]
a. Al-Jahmiyah, pengikut Jahm bin Shufwan
b. Ash-Shalihiyah, pengikut Abu Musa Ash-Shalihi
c. Al-Yunushiyah, pengikut Yunus as-Samary
d. As-Samriyah, pengikut Abu Samr dan Yunus
e. Asy-Syaubaniyah, pengikut Abu Syauban
f. Al-Ghailaniyah, pengikut Abu Marwan al-Ghailan bin Marwan ad-Dimsaqy
g. An-Najariyah, pengikut al-Husain bin Muhammad an-Najr
h. Al-Hanafiyah, pengikut Abu Hanifah an-Nu’man
i. Asy-Syabibiyah, pengikut Muhammad bin Syabib
j. Al-Mu’aziyah, pengikut Muadz ath-Thaumi
k. Al-Murisiyah, pengikut Basr al-Murisy
l. Al-Karamiyah, pengikut Muhammad bin Karam as-Sijistany
Harun Nasution secara garis besar mengklasifikasikan Murji’ah menjadi dua sekte, yaitu
golongan moderat dan golongan ekstrim. Murji’ah moderat berpendapat bahwa iman itu terdiri
dari tasdiqun bil qolbi dan iqrorun bil lisan. Pembenaran hati saja tidak cukup ataupun dengan
pengakuan lidah saja, maka tidak dapat dikatakan iman. Kedua unsur iman tidak dapat
dipisahkan. Iman adalah kepercayaan dalam hati yang dinyatakan dengan lisan. jadi pendosa
besar menurut mereka tetap mukmin, tidak kafir, tidak pula kekal di dalam neraka. Mereka
disiksa sebesar dosanya, dan bila diampuni oleh Allah maka tidak masuk neraka sama sekali.
Iman ini tidak bertambah dan tidak berkurang. Tak ada perbedaan manusia dalam hal ini.
18[13] Muhammad Imarah,Tayyarat Al-Fikr Al-Islamy,dan Asy-Syuruq,Kairo-Beirut,1991,hlm.33-4.
Penggagas pendirian ini adalah Al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Thalib, Abu Hanifah, Abu
Yusuf, dan beberapa ahli hadist.19[14]
Murji’ah ekstrim mengatakan, bahwa iman hanya pengakuan atau pembenaran dalam hati
(tasdiqun bil qolbi faqoth) bahwa orang islam yang menyatakan iman kepada Tuhan kemudian
berkata kufur secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kufur tempatnya dalam hati
bukan yang lain. Kemudian shalat, zakat, puasa, dan haji hanya menggambarkan kepatuhan,
bukan ibadah, karena yang disebut ibadah ialah iman.20[15]
Adapun yang termasuk kelompok ekstrim adalah Al-Jahmiyah, Ash-Shalihiyah, Al-
Yunusiyah, Al-Ubaidiyah, dan Al-Hasaniyah. Pandangan tiap-tiap kelompok itu dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Al-jahmiyah, pengikut jahm ibnu sofwan. Menurut golongan ini orang islam yang percaya pada
tuhan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena iman dan
kufur tempatnya hanya dalam hati bukan dalam bagian lain dari tubuh manusia,tetapi dalam hati
sanubari.
b. Al-shalihiyah, pengikut abu al-hasan al-shalihi, berpendapat bahwa iman adalah mengetahui
Tuhan dan kufur adalah tidak tahu pada Tuhan. Dalam pengertian bahwa mereka shalat bukan
merupakan ibadah kepada Allah, melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan. Karena yang
disebut ibadah adalah iman kepadanya dalam arti mengetahui Tuhan.
c. Al-Yunusiah dan Ubaidiyah melontarkan pernyataan bahwa melakukan maksiat atau perbuatan
jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan
jahat yang dikerjakan tidaklah merugian orang yang bersangkutan. Dalam hal ini, Muqatil bin
Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat, banyak atau sedikit, tidak merusak iman seseorang
sebagai musyrik.
d. Hasaniyah menyebutkan bahwa jika seseorang mengatakan, “saya tahu Tuhan melarang makan
babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini”, maka orang
tersebut tetap mukmin, bukan kafir. Begitu pula orang yang mengatakan ”saya tahu Tuhan
mewajibkan naik haji ke ka’bah, tetapi saya tidak tahu apakah ka’bah di India atau tempat lain.”
19[14] Nasution, Teologi…….hlm.24.
20[15] Hrun Nasution, Teologi Islam, JAKARTA, Universitas Indonesia, 1972, hal. 26-32
D. PENGARUH ALIRAN MURJI’AH
Pengaru negatif dari aliran ini adalah:
1. Aliran Murji’ah meyakini bahwa suatu perbuatan (amal) tidak mempengaruhi keimanan
seseorang, sehingga banyak orang menyatakan yang penting “hatinya”, dan perbuatan maksiat
yang dilakukannya tersebut seakan-akan tidak mempengaruhi keimanan di hatinya.
2. Aliran Murji’ah menyamakan antara orang yang shalih dengan yang tidak, dan orang yang
istiqamah di atas agama Allah dengan orang yang fasik. Sebab menurut mereka, amal shalih
tidak mempengaruhi keimanan seseorang, sebagaimana juga perbuatan maksiat tidak
mempengaruhi keimanan.
3. Menghilangkan unsur jihad fi sabilillâh dan amar ma`ruf nahi mungkar.
4. Munculnya pemikiran Murji’ah ini telah menyebabkan banyak hukum-hukum Islam menjadi
hilang, sehingga menjadi penyebab hilangnya syari’at. Pemikiran mereka juga telah merusak
keindahan Islam, sehingga menjadi penyebab manusia berpaling dan tidak mengagungkan
syari’at Allah.
5. Pemikiran Murji’ah membuka pintu bagi orang-orang yang rusak membuat kerusakan dalam
agama, dan merasa tidak terikat dengan perintah dan larangan syari’at. Sehingga akan
memperbesar kerusakan dan kemaksiatan di tengah kaum Muslimin. Bahkan akhirnya sangat
mungkin mereka membuat melakukan perbuatan kekufuran dan kesyirikan, dengan alasan bahwa
hal itu merupakan amalan, dan tidak merasa bisa menyebabkan imannya menjadi berkurang atau
hilang. Na’udzubillâhi min-zhalik.
Pengaruh positif aliran ini salah satunya yaitu golongan ini memberi harapan kepada pelaku dosa
besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah SWT.
Demikian pengaruh-pengaruh aliran Murji`ah. Mudah-mudahan penjelasan ringkas ini
bermanfaat bagi kita semua.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan bahwa aliran Murji’ah yang terpenting
dalam kehidupan beragama adalah aspek iman dan kemudian amal. Aliran Murji’ah ini muncul
sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap
orang yang melakukan dosa besar, sebagaimana hal itu dilakukan oleh aliran khawarij. Menurut
mereka suatu kemaksiatan itu tidak mengurangi keimanan seseorang. Jika seseorang masih
beriman, berarti dia tetap mukmin, bukan kafir walaupun ia melakukan dosa besar. Karena hanya
Tuhan-lah yang mengetahui keadaan iman seseorang. Adapun hukuman bagi dosa besar itu
terserah kepada Tuhan, akan diampuni atau tidak.
B. SARAN
12 Kami menghimbau kepada teman-teman seperjuangan untuk mencari lebih luas tentang aliran Murji’ah yang belum bisa kami bahas pada makalah kami ini. Demikian sajian makalah ini mudah-mudahan apa yang kami uraikan pada makalah ini bisa memberi manfaat bagi kami dan yang mengkaji makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini pasti masih banyak kekurangan, Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan pada penulisan karya ilmiah mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun, Teologi Islam, Universitas Indonesia, Jakarta: 1972.
Rozak, Abdul, Prof. Dr, dan. Anwar, Rosihon, Prof. Dr., Ilmu kalam, Pustaka setia, Bandung: 2001.
Nasir, Sahilun A, Prof. Dr. K.H.,Pemikiran Kalam(Teologi Islam),Rajawali pers, Jakarta: 2010.
Rahim, Husni, Dr.H.,Sejarah Kebudayaan Islam,Departemen Agama RI,Jakarta:1999.
Top Related