1
Alasan Idul Adha di Indonesia dan Arab Saudi Berbeda
Perbedaan penetapan 10 Dzulhijjah atau Hari Raya Idul Adha antara Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi kembali terjadi tahun
ini.
Dari aspek ilmu astronomi, perbedaan tersebut merupakan sesuatu yang wajar dan sangat mungkin terjadi di wilayah yang letaknya berbeda.
Anggota Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama, Cecep
Nurwenda, mengatakan, wilayah Arab Saudi yang berada di sebelah barat Indonesia sangat memungkinkan hilal terlihat lebih tinggi.
Sebab, dengan waktu ijtima’ (Konjungsi)1 yang sama maka umur
bulan di Arab Saudi akan lebih tua dibandingkan dengan di Indonesia.
“Sehingga bulan akan terlihat lebih tebal dan lebih mudah terlihat,” kata utusan Planetarium Jakarta itu kepada Republika, Senin (Senin, 29
September 2014).
Dia menjelaskan, ijtima’ atau konjungsi geosentris yang dilakukan
pada waktu yang bersamaan di seluruh belahan bumi mengakibatkan umur
bulan berbeda-beda.
Dalam Ijtima’ yang dilakukan 29 Dzulqaidah 1435 Hijriyah lalu, di
Indonesia bagian barat dilakukan pada pukul 13.15 WIB. Maka, di Arab
Saudi ijtima’ dilakukan pada pukul 09.15 WAS.
Perbedaan waktu empat jam antara Waktu Indonesia Barat (WIB) dan Waktu Arab Saudi (WAS) inilah, kata dia, yang menyebabkan umur
bulan di Arab Saudi empat jam lebih tua daripada di Indonesia. Sehingga, sangat memungkinkan jika hilal di Indonesia tidak tampak, sedang di Arab
Saudi sudah terlihat.
Pemerintah dalam menentukan awal Dzulhijjah berdasarkan sidang itsbat dengan memerhatikan hisab dan rukyat dari seluruh Indonesia.
Secara hisab, pemerintah (Republik Indonesia) menggunakan
kriteria kesepakatan negara MABIMS yang terdiri dari Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan Indonesia dengan tinggi hilal dua derajat (di atas
1Ijtima’ (Konjungsi) adalah bila kedudukan bulan searah dengan matahari,
pada saat itu bagian bulan yang menghadap bumi adalah bagian yang gelap sehingga kita tidak dapat melihat bulan bercahaya terlebih bulan dan matahari berkedudukan sejajar. Pada kondisi tertentu posisi konjungsi ini dapat menimbulkan terjadinya gerhana matahari.
2
ufuk), sudut elongasi2 tiga derajat dan umur hilal sudah mencapai delapan
jam.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan 10 Dzulhijjah 1435 Hijriyah jatuh pada Ahad, 5 Oktober 2014. Sementara di Arab Saudi, tanggal 10 Dzulhijjah jatuh pada Sabtu, 4 Oktober 2014.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Bimas Islam Kemenag, Muchtar Ali, perbedaan penetapan bulan baru pada kalender qamariyah antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Arab Saudi adalah sesuatu
yang sangat mungkin terjadi. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan matla’
atau wilayah hukum (wilâyatul hukmi) di masing-masing negara.
Dia menjelaskan, masalah penetapan awal bulan Dzulhijjah berlaku
dengan matla’ masing-masing negara. Dalam hal ini ulama telah melakukan
ijma’ atau konsensus yang telah disepakati.
Dengan demikian, kata dia, Indonesia dalam melakukan shalat Idul Adha tidak dibenarkan mengikuti negara lain yang berbeda matla’.
(Dikutip dan diselaraskan dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/islam-nusantara/14/09/29/ncnnua-ini-alasan-idul-adha-di-indonesia-
dan-arab-saudi-berbeda-1 dan http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/islam-nusantara/14/09/29/ncno3l-ini-alasan-idul-adha-di-indonesia-
dan-arab-saudi-berbeda2habis)
Catatan: Kapan Kita Berhari Raya Idul Adha?
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Melalui Majelis Tarjih dan Tajdid,
menyatakan bahwa pada Idul Adha tahun ini, ijtimâ’ menjelang bulan
Dzulhijah 1435 H. terjadi pada hari Rabu Legi, tanggal 24 September 2014
M., pukul 13:15:45 WIB atau pukul 09:15:45 Waktu Arab Saudi (WAS),
karena selisih waktu WIB dengan Arab Saudi adalah empat jam.
Penentuan itu berdasarkan perhitungan hisab atau dikenal dengan "hisab
hakiki" yang dilakukan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.
Metoda yang digunakan Muhammadiyah adalah hisab hakiki, metode yang
berpatokan pada gerak benda langit, khususnya matahari dan bulan
2 Elongasi adalah sudut yang dibentuk oleh bumi-benda langit dengan
bumi-matahari. Sudut Elongasi Bulan adalah sudut antara bulan dan matahari. Dalam bahasa arab disebut Al-Bu’du az-Zawiy sedangkan dalam kitab Sullamun Nayyirain diistilahkan dengan Bu’du Baina an-Nayyirain. Jadi sudut elongasi bulan adalah sudut yang dibentuk oleh bumi-bulan dan bumi-matahari.
3
sebenarnya. Dalam siaran pers yang ditandatangani Ketua Majelis Tarjih
dan Tajdid PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar, ada tiga kriteria wujâdul-
hilâl sudah terpenuhi.
Ketiganya yakni, harus sudah terjadi ijtimâ (konjungsi) antara bulan dan
matahari, ijtimâ terjadi sebelum terbenam matahari, dan ketika matahari
terbenam bulan belum terbenam, atau bulan masih berada di atas ufuk.
Ijtimâ’ terjadi pada siang hari di Yogyakarta yang berarti ijtimâ’ terjadi
sebelum terbenam matahari di daerah itu.
Hal itu menunjukkan, kriteria pertama dan kriteria kedua wujûdul-hilâl sudah
terpenuhi, yakni terbenam matahari di Yogyakarta, Rabu (tanggal 24
September 2014 M.) pukul 17:35:30 WIB, sehingga umur bulan pada saat itu
04 jam 19 menit 45 detik.
Untuk kriteria ketiga juga sudah terpenuhi karena berdasarkan perhitungan
tersebut, pada saat terbenam matahari di Yogyakarta, 24 September 2014,
bulan masih di berada di atas ufuk dengan ketinggian 0'30'04".
Hal itu berarti, saat matahari terbenam, bulan belum terbenam, sehingga
hilal sudah wujud.
Dengan terpenuhinya ketiga kriteria itu, maka ditetapkan pada 1 Dzulhijjah
1435 H. dimulai pada saat terbenam matahari, Rabu (24/9), dan konversinya
dengan kalender Masehi ditetapkan pada keesokan harinya, Kamis (25
September 2014 M.)
Maka, tanggal 1 Dzulhijjah 1435 H. jatuh (bertepatan) pada hari: Kamis,
25 September 2014 H.
‘Îdul Adh-hâ, 10 Duzlhijjah 1435 H., jatuh (bertepatan) pada hari: Sabtu,
tanggal: 04 Oktober 2014 M. (Pimpinan Pusat Muhammadiyah
menetapkan Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijah 1435 Hijriah pada hari
Sabtu, tanggal 4 Oktober 2014 Masehi, sesuai dengan data dan kesimpulan
hasil "hisab hakiki".)
Sumber, http://www.muhammadiyah.or.id
Top Related