Prospek Zat Pendingin Hidrokarbon …….……………………………………….…. (Agus Maulana)
PROSPEK ZAT PENDINGIN HIDROKARBON SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI ZAT PENDINGIN SINTETIK (R-12, R-22, DAN R-134a)
Agus Maulana1
ABSTRAKPendingin sintetik yang saat ini dipergunakan pada mesin pendingin merupakan kelompok “halocarbon” merupakan salah satu zat yang dikategorikan merusak lingkungan, yakni merusak lapisan ozon dan meningkatkan pemanasan global. Lapisan ozon yang ada di atmosfir bumi berfungsi menyaring energi radiasi yang dipancarkan oleh sinar ultra violet yang berasal dari matahari, oleh karena itu zat pendingin sintetik ini telah mengalami pelarangan dan pembatasan dalam penggunaannya baik secara regulasi internasional maupun nasional. Salah salu alternatif zat pendingin yang dapat menggantikannya adalah zat pendingin hidrokarbon yang memiliki sifat ramah terhadap lingkungan serta dapat menghemat energi. Pada tulisan ini akan dikaji dengan cara membandingkan karakteristik kedua bahan tersebut dari sisi termodinamika, kimia, fisika dan sifat perusakan terhadap lingkungan.
ABSTRACTNow the synthetic refrigerant used in refrigeration machine are the halocarbon group, and one of material can destroyed of ozone layer in atmospheric and grow up of global warming potential. Ozone layer have a function to reduction of energy radiation by ultra violet, ray from the sun, because of that synthetic refrigerant has forbidden and restricted in the used by international and national regulation. One of the alternative material refrigerant can change synthetic refrigerant is hydrocarbon refrigerant has characteristic save environmental and then can saved energy. In this paper will be analysis by comparing about characteristic of two materials from thermodynamic, chemical, physics and environmental characteristic.
Kata kunci; zat pendingin sinetik, zat pendingin hidrokarbon.
PENDAHULUAN
Secara umum zat pendingin atau sering disebut "refrigerant" telah banyak dipakai sebagai
media fluida di dalam mesin pendingin khususnya pada sistem " vapour compression
cycle" mulai dari kapasitas kecil, menengah sampai besar, adapun zat pendingin tersebut
termasuk zat pendingin sintetik dari group "halocarbon" atau dalam perdagangan lebih
dikenal dengan nama dagang "freon". Berdasarkan perkembangan regulasi baik
internasional maupun nasional, zat pendingin sintetik ini telah mengalami
pembatasan pemakaian maupun pelarangannya, seperti zat pendingin sintetik R-12
berdasarkan peraturan intemasional telah dilarang untuk dipergunakan di Indonesia
berdasarkan Kepres no. 23/1992 telah dilarang untuk dipergunakan, sedangkan untuk zat
9
1) Dosen pada Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, FPTK UPI, Jl Dr. Setiabudi No. 207 Bandung
TORSI, Volume IX, No. 1, Januari 2011
pendingin R-22 dan R-134a masih dapat dipergunakan sampai dengan tahun 2005 dan
2007. Hal ini dikarenakan zat pendingin tersebut dikatagorikan sebagai salah satu material
yang merusak lapisan ozon dan meningkatkan suhu bumi atau sering disebut efek rumah kaca.
Dari hasil temuan para ahli lingkungan maupun ahli fisika lapisan ozon yang ada bukan
hanya mengalami penipisan akan tetapi telah terjadi pelubangan/bolong yang diakibatkan
oleh refrigerant sintetik yang terlepas ke angkasa, sehingga berdasarkan regulasi internasional
maupun nasional zat ini harus segera di "phased out".
Dengan adanya pembatasan dan pelarangan pemakaian zat pendingin sintetik ini perlu
dipikirkan penggantinya dengan mempertimbangkan segi ke ekonomisan maupun segi
ramah lingkungan, artinya bahwa zat pendingin yang akan menggantikannya tidak
banyak memerlukan modifikasi secara teknis maupun non teknis. Salah satu zat pendingin
alternatif yang mempunyai peluang untuk menggantikan zat pendingin sintetik adalah zat
pendingin hidrokarbon, yakni zat pendingin yang dibuat dari bahan dasar gas hidrokarbon.
Zat pendingin ini memiliki kemampuan untuk menggantikan zat pendingin sintetik baik dari
segi teknis yakni proses penggantian tersebut tidak memerlukan penggantian komponen pada
mesin pendinginnya serta cocok dengan berbagai minyak pelumas baik kelompok minyak
pelumas sintetik maupun mineral, konsumsi pemakaian energi pada mesin pendingin setelah
menggunakan zat pendingin hidrokarbon menjadi turun atau dapat menghemat energi. Dari sisi
non teknis zat pendingin ini tidak memiliki sifat merusak lapisan ozon maupun
meningkatkan pemanasan bumi secara berarti bilamana lepas ke angkasa sehingga
dikatakan zat yang ramah lingkungan atau ecolabeling.
Dalam tulisan ini dikaji melalui suatu perbandingan karakteristik kedua kelompok zat
pendingin tersebut dari berbagai segi, yakni termodinamika, fisika, kimia maupun sifat
karakteristik ramahnya terhadap lingkungan sebagai bagian persyaratan untuk suatu zat
pendingin.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Perkembangan Zat Pendingin
Zat pendingin atau sering disebut “refrigerant” pada dasarnya dapat dikelompokan
menjadi dua bagian, yakni zat pendingin kelompok alamiah dan zat pendingin kelompok
sintetik. Zat pendingin kelompok sintetik ini adalah zat pendingin yang dibuat berdasarkan
10
Prospek Zat Pendingin Hidrokarbon …….……………………………………….…. (Agus Maulana)
kepada unsur-unsur material buatan dan proses pengerjaannya dilaksanakan di laboratorium,
diantara contoh zat pendingin sintetik ini adalah R-12, R-22, dan R-134a. Sedangkan zat
pendingin alamiah adalah zat pendingin yang bahan bakunya tersedia di alam, diantara
contoh zat pendingin alamiah ini adalah air, udara, hidrokarbon. Sebelum ditemukannya zat
pendingin sintetik yang saat ini banyak dipergunakan, zat pendingin hidrokarbon telah dipakai
sebagai "refrigerant" terutama pada unit mesin pendingin berkapasitas besar untuk menunjang
kegiatan proses di industri hingga tahun 1926, setelah zat pendingin sintetik ditemukan oleh
ilmuwan Inggris Mr. Charles Katering. Akan tetapi zat pendingin hidrokarbon telah
dinyatakan sebagai rajanya refrigerant oleh ilmuwan Albert Einstein dan sampai saat ini
beliaulah yang memegang hak patennya.
Tergesernya pemakaian zat pendingin hidrokarbon oleh zat pendingin sintetik diantaranya
adalah perkembangan teknologi mesin pendingin yang menggunakan zat pendingin
hidrokarbon pada saat itu masih lambat dan pemakaiannya diperuntukan bagi mesin yang
memiliki kapasitas besar disamping itu perkembangan ilmu tentang gas hidrokarbon belum
sepesat saat ini serta bahan zat pendingin hidrokarbon mudah terbakar. Bersamaan dengan
ditemukannya zat pendingin smtetik pada tahun 1926, mulailah perkembangan teknologi
mesin pendingin mengalami kemajuan secara berarti, yakni proses modifikasi sistem mesin
pendingin "vapour compression" mengalami kemajuan mulai dari ukuran kapasitas
pendinginan yang kecil, menengah maupun besar, serta zat pendingin sintetik ini memiliki sifat
tidak dapat terbakar.
2. Zat Pendingin Sintetik dan Perusakan Lapisan Ozon
Zat pendingin sintetik yang lebih dikenal dengan nama dagang "freon" sudah tujuh
dasawarsa dipakai sebagai "refrigerant" pada mesin pendingin sistem "vapour compression".
Berdasarkan klasifikasinya zat pendingin sintetik ini dikelompokan ke dalam "halocarbon"
atau kependekan dari "halogenated hydrocarbon" yang lebih dikenal di masyarakat dengan
istilah CFC (R-12 = chloro floro carbon), HCFC (R-22 = hydro chloro floro carbon) dan HFC
(R-l34a = hydro floro carbon). Zat pendingin sintetik memiliki kestabilan yang baik dalam
ikatan molekulnya sehingga dalam perlakuannya sebagai zat pendingin di dalam sistem mesin
pendingin sangat baik, dan tidak bereaksi dengan minyak pelumas kompresor pada berbagai
kondisi perbedaan temperatur operasi yang cukup tinggi.
11
TORSI, Volume IX, No. 1, Januari 2011
Akan tetapi zat pendingin ini dinyatakan sebagai salah satu zat yang dapat merusak
lapisan ozon dan menyumbangkan peningkatan suhu bumi yang berakibat kepada perubaban
iklim dan cuaca secara drastis sehingga berakibat buruk bagi kehidupan ekosistem di muka
bumi ini bilamana zat pendingin ini lepas ke angkasa. Proses terjadinya penipisan ozon di
atmosfir bumi ini dikarenakan adanya molekul chlor yang sangat aktif dan radikal akibat
terlepas dari ikatannya dengan bantuan energi radiasi dari sinar matahari yang mengenainya
untuk selanjutnya menggaet satu molekul oksigen (O) dari O3 (ozon). Secara reaksi kimia
ditunjukan sebagai berikut:
Cl + O3 ClO + O2
ClO + energi radiasi sinar matahari ----- pecah lagi menjadi Cl radikal dan aktif + O
Unsur chlor yang radikal dan aktif ini akan terus menerus melakukan reaksi secara berantai
menggaet satu unsur oksigen dari ozon (O3) hingga jumlah yang banyak, sebagai
perbandingan dari hasil kajian para ilmuwan lingkungan bahwa satu unsur chlor ini dapat
menggaet 100.000 unsur oksigen dari ozon. Bilamana hal ini dibiarkan maka tingkat percepatan
perusakan lapisan ozon akan semakin besar dibandingkan dengan tingkat percepatan proses
pembentukan lapisan ozon yang terjadi oleh alam. Dampak yang diakibatkan dengan
menipisnya lapisan ozon adalah terjadinya perubahan iklim dan cuaca yang mengganggu
kepada keseimbangan ekosistem kehidupan mahluk hidup maupun non makhluk hidup di
permukaan bumi ini, salah satunya bagi manusia adalah timbulnya penyakit kanker kulit,
pengeruhan lensa mata (katarak) akibat radiasi sinar ultra violet yang masuk ke mata melebihi
ambang batas untuk kehidupan, timbulnya penurunan daya tahan tubuh manusia terhadap
kondisi di sekitarnya, adapun akibat yang lainnya adalah turunya tingkat produksi berbagai
tanaman, berkurangnya plankton sebagai makanan ikan di laut, menurunnya jumlah produksi
ikan yang dihasilkan dari laut, naiknya suhu air laut yang berakibat kepada pengurangan lahan
yang berada di pesisir pantai akibat naiknya volume air serta pasang air laut yang
berkepanjangan, banyaknya es yang mencair di belahan kutub utara dan kutub selatan bumi,
serta terjadinya proses korosi yang cepat pada berbagai kontruksi mesin, bangunan yang
memakai logam.
12
Prospek Zat Pendingin Hidrokarbon …….……………………………………….…. (Agus Maulana)
3. Zat Pendingin Hidrokarbon
Untuk pertama kali zat pendingin hidrokarbon diperkenalkan kembali sebagai pengganti
zat pendingin sintetik (R-12, R-22, dan R-134a) pada unit mesin pendingin di negara Jerman
pada tahun 1992 melalui suatu hasil kajian yang cermat berdasarkan teknologi green peace,
yakni teknologi yang mendasarkan kepada sifat ramah lingkungan. Dalam
perkembangannya zat pendingin hidrokarbon ini secara pesat menyebar ke negara di benua
Eropa manpun Asia serta sebagian negara di Amerika Latin maupun di benua Australia.
Dalam kurun waktu hanya lima tahun setelah diperkenalkan, zat pendingin hidrokarbon
berkembang cukup pesat bahkan di negara Eropa telah dijadikan zat pendingin alternatif yang
ramah lingkungan serta dapat menghemat energi untuk menggantikan zat pendingin sintetik,
yakni R-12, R-22 dan R-134a pada mesin pendingin. Perkembangan penggunaan zat pendingin
hidrokarbon ini telah didukung juga dengan telah dikembangkan operating prosedur kerja
yang aman menggunakan zat pendingin hidrokarbon serta kelengkapan persyaratan teknis yang
harus dlengkapi pada mesin pendingin setelah menggunakan zat pendingin hidrokarbon.
diantaranya standarisasi tersebut telah dikeluarkan dan dibakukan oleh negara Jerman,
Inggris, Australia, New Zealand, bahkan Indonesia malalui SNI (standar nasional
Indonesia) penggunaan zat pendingin hidrokarbon untuk berbagai sistem mesin pendinginan
baik instalasi bergerak maupun tetap.
Secara kimiawi zat pendingin hidrokarbon memilki simbol HC dan zat pendingin ini
terbentuk atas beberapa fraksi gas hidrokarbon yang mengandung unsur rangkaian mulai dari
metana sampai dengan hexana. Zat pendingin hidrokarbon yang dipakai untuk menggantikan
zat pendingin sintetik, dipersyaratkan harus memiliki kedekatan karakteristik yang hampir sama
baik secara termodinamika, fisika dan kimia dengan zat pendingin sintetik yang akan
digantikannya, hal ini dimaksudkan sebagai salah satu faktor pertimbangan untuk
memudahkan tidak terjadinya penggantian komponen pada mesin pendinginnya atau disebut
dengan istilah sifat “droop in substitute”. Kestabilan zat pendingin hidrokarbon sebagai zat
pendingin berada pada fasa cair mengingat pada fasa cair kehomogenan semua fraksi gas yang
membentuknya berada pada ikatan yang stabil, lain halnya zat pendingin hidrokarbon berada
pada fasa gas tingkat kestabilannya menjadi berkurang akan tetapi tidak berpengaruh besar
terhadap kinerja mesin pendingin secara keseluruhan.
13
TORSI, Volume IX, No. 1, Januari 2011
Perkembangan zat pendingin hidrokarbon di Indonesia sendiri terus mengalami kemajuan
yang cukup berarti, walaupun pada awal diperkenalkan pada masyarakat tidak sepenuhnya
diterima. Sejak tahun 1997 Indonesia telah berhasil membuat zat pendingin hidrokarbon
Dengan bahan baku yang diperoleh dari bumi pertiwi melalui hasil teknologi yang dimiliki
oleh PERTAMINA. Setelah masa sosialisasi zat pendingin hidrokarbon berjalan hampir 4
tahun, telah banyak merk zat pendingin hidrokarbon di Indonesia beredar, seperti yang
dihasilkan di dalam negeri diantaranya Petrozon, Cryogas, kedua merk zat pendingin ini
dimaksudkan sebagai pengganti zat pendingin sintetik dengan nama dagang freon. Zat
pendingin hidrokarbon yang dihasilkan dari luar negeri diantaranya Esanty, Save, Ecozon.
Perbedaan zat pendingin hidrokarbon yang berasal dari luar negeri maupun yang dari dalam
negeri diantaranya adalah harga, komposisi dan purity.
Kehadiran, zat pendingin hidrokarbon sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan
zat pendingin sintetik di Indonesia telah mendapat dukungan dari berbagai lembaga
pemerintah maupun non pemerintah, terutama dilingkungan industri yang telah
mcmperoleh sertifikat ISO 14001. Dalam hal kebijakan nasional dalam bidang
konservasi energi, zat pendingin hidrokarbon telah dipilih sebagai salah satu zat
pendingin yang memiliki kemampuan menurunkan konsumsi energi listrik pada unit
mesin pendingin, sehingga oleh industri dijadikan salah satu program dalam memecahan
masalah energi yang dihadapinya mengingat harga tarif dasar listrik (TDL) mengalami
kenaikan.
4. Persyasratan Zat Pendingin
Beberapa hal yang dijadikan dasar bahwa sebuah material gas dikatakan sebagai zat
pendingin atau refrigeran harus dilihat dari beberapa aspek atau segi, diantaranya sifat
termodinamika, sifat fisika, sifat kimia dan sifat daya rusak terhadap lingkungan. Sifat
termodinamika zat pendingin meliputi tekanan kondensasi, tekanan evaporasi, efek
pendinginan, jumlah aliran refrigeran, dan COP (coefficient of performance), sedangkan
sifat fisika untuk suatu zat pendingin mencakup tingkat kebocoran, viskositas,
konduktivitas termal, panas laten, sifat miscibility, kompatibel. Dari segi kimia suatu zat
pendingin harus dilihat dari hal sifat racun, daya reaksi dengan material, daya reaksi
dengan produk, dan sifat terbakar. “Namun demikian pada saat ini zat pendingin harus juga
14
Prospek Zat Pendingin Hidrokarbon …….……………………………………….…. (Agus Maulana)
ditinjau dari aspek lingkungan mengingat pemakaian zat pendingin sintetik “Freon” telah
merusak alam, adapun aspek lingkungan ini meliputi indeks ODP (ozon depleting
potential), indeks GWP (global warming potential), dan indeks ALT (atmosferic life time).
Indeks ODP dari suatu zat pendingin menunjukan tingkat daya rusak zat pendingin
terhadap lapisan ozon, dan indeks GWP menunjukan tingkat kemampuan zat pendingin
tersebut menghambat keluarnya radiasi gelombang infra merah dari bumi yang
dilepaskan ke atmosfir, sedangkan indeks ALT menunjukan lamanya keberadaan zat
pendingin tersebut di atmosfir bumi.
KEGIATAN PENELITIAN
Secara garis besar kajian dalam tulisan ini lebih menekankan kepada
perbandingan angka-angka yang diperoleh dari segi termodinamika, fisika, kimia dan
aspek lingkungan untuk kedua zat pendingin hidrokarbon dan zat pendingin sintetik.
Adapun untuk memperoleh data dari segi termodinamika dilakukan dengan uji
simulasi di laboratoriiun melalui unit mesin pendingin. Unit mesin pendingin yang diuji
dijalankan pada kondisi yang sama dengan masing-masing menggunakan zat pendingin
sintetik dan zat pendingin hidrokarbon, kondisi pada saat mesin pendingin dilakukan
pengujian dengan mengatur temperatur kondensasi 86° F, temperatur evaporasi 5°F, dan
jumlah beban pendinginan 1 TR (ton of refrigeration) untuk R-12, dan untuk kondisi
pengujian zat pendingin sintetik R-22 terhadap zat pendingin hidrokarbon pada
temperatur kondensasi 100°F, temperatur evaporasi 40 oF, sedangkan untuk uji
perbandingan zat pendingin hidrokarbon dengan zat pendingin sintetik R-134a diambil
kondisi temperatur sama dengan untuk R-22. Untuk mengetahui sifat fisika dilakukan
dengan proses pencermatan yang cukup lama di laboratorium berdasarkan hasil uji secara
termodinamika. Dari segi kimia kegiatan pengujiannya lebih mengarah kepada kualitatif
dibantu dengan hasil kajian literature yang telah ada, begitu juga untuk segi tingkat
kerusakan zat pendingin terhadap lingkungan dilakukan dengan mempelajari literature
yang telah ada baik untuk zat pendingin sintetik dan zat pendingin hidrokarbon. Pada
dasarnya kegiatan penelitian ini merupakan gabungan pengamatan di laboratorium dengan
pengamatan terhadap kajian pustaka yang telah ada baik yang menekankan kepada regulasi,
pencemaran lingkungan, dan aspek keselamtan.
15
TORSI, Volume IX, No. 1, Januari 2011
HASIL PENELITIAN
1. Perbandingan Sifat Termodinamika Zat Pendingin Hidrokarbon Dengan Zat
Pendingin Sintetik
Tabel di bawah ini memperlihatkan data angka dari masing-masing zat pendingin
setelah diujicobakan pada unit mesin pendingin simulasi di laboratorium pada kondisi yang
sama.
Tabel 1 Sifat Termodinamika Zat Pendingin Hidrokarbon Terhadap Zat Pendingin Sintetik FreonR-12.
Karakteristik Zat Pendingin Hidrokarbon
Zat Pendingin Sintetik R-12
Tek. Kondensasi (psia) 100,9 115,2Tek. Evaporasi (psia) 20,3 26,5Efek Pendinginan (Btu/lb) 161,3 50,1Aliran Refrgerant (cfm/ton) 10,9 5,1COP 1,9 3,8
Tabel 2 Sifat Termodinamika Zat Pendingin Hidrokarbon Terhadap Zat Pendingin Sintetik Freon R-22.
Karakteristik Zat Pendingin Hidrokarbon
Zat Pendingin Sntetik R-22
Tek. Kondensasi (Psia) 184 196Tek. Evaporasi (Psia) 69 75Efek Pendinginan (Btu/lb) 1279 160Aliran Reirgerant (cfm/ton) 1,68 1,9
COP 7,15 6,65
Tabel 3 Sifat Termodinamika Zat Pendingin Hidrokarbon Terhadap Zat Pendingin
sintetik Freon R-134a.
Karakteristik Zat Pendingin Hidrokarbon
Zat Pendingin Sintetik R-134a
Tek. Kondensasi (psia) 184 196Tek. Evaporasi (psia) 69 75Efek Pendinginan (btu/lb) 279 160Aliran Refrigerant (cfm/ton) 1,68 1,9COP 7,15 6,65
16
Prospek Zat Pendingin Hidrokarbon …….……………………………………….…. (Agus Maulana)
2. Perbandingan Sifat Fisika Zat Pendingin Hidrokarbon Dengan Zat Pendingin
Sintetik
Tabel di bawah ini memperlihatkan perbandingan data angka zat pendingin hidrokarbon
terhadap zat pendingin sintetik untuk beberapa karakteristiknya, mulai dari tabel 4 untuk
perbandingan zat pendingin hidrokarbon dengan zat pendingin sintetik R-12, tabel 5 untuk
perbandingan zat pendingin hidrokarbon dengan zat pendingin sintetik R-22, dan tabel 6
untuk perbandingan zat pendingin hidrokarbon dengan zat pendingin sintetik R-134a.
Tabel 4 Sifat F'isika Zat Pendingin Hidrokarbon Terhadap Zat Pendingin Sintetik R-12,
Karakteristik Zat Pendingin HidrokarbonPenganti R-12
Zat Pendingin Sintetik R-12
Tingkat kebocoran rendah rendahDaya miscibility tinggi rendahKompatibilitas, tinggi rendahViskositas (centipois) 0,11 0,19Kond. Termal (W/m.k) 0,1 0,0692Panas laten kJ/kg 404 165
Tabel 5 Sifat I'isika Zat Pendmgin Hidrokarbon Terhadap Zat Pendingin Sintetik R-22
Karakteristik Zat Pendingin HidrokarbonPengganti R-22
Zat Pendingin Sintetik R-22
Tingkat kebocoran rendah rend ahDaya miscibility tinggi rendahKompatibilitas, tinggi Rend ahViskositas (centipois) 0,09 0,15Kond. Termal (W/m.k) 0,094 0,0905Panas laten kJ/kg 426 233
Tabel 6 Sifat Fisika Zat Pendingin Hidrokarbon Terhadap Zat Pendingin Sintetik R-
134a.
Karakteristik Zat Pendingin Hidrokarbon
Zat Pendingin Sintetik R-134a
Tingkat kebocoran rendah rendahDaya miscibility tinggi rendahKompatibilitas, tinggi RendahViskositas (centipois) 0,11 0,2Kond. Termal (W/m.k) 0,1 0,08Panas laten kJ/kg 406 217
17
TORSI, Volume IX, No. 1, Januari 2011
3. Perbandingan Sifat Kimia Zat Pendingin Hidrokarbon Dengan Zat Pendingin
Sintetik
Tabel 7 di bawah ini memperlihatkan data kualitatif secara kimia perbandingan
antara zat pendingin hidrokarbon terhadap zat pendingin sintetik freon.
Tabel 7 Sifat Kimia Zat Pendingin Hidrokarbon Terhadap Zat Pendingin Sintetik
Karakteristik Zat Pendingin Hidrokarbon
Zat Pendingin Sintetik
Toxcity Tidak beracun Tidak beracunReaksi dengan material tidak Rendah (dapat bereaksi)Reaksi dengan produk tidak Rendah (dapat Bereaksi)Sifat terbakar Dapat terbakar Tidak terbakar
4. Perbandingan Sifat Perusakan Lingkungan Zat Pendingin Hidrokarbon Dengan Zat
Pendingin Sintetik
Tabel 8 di bawah ini memperlihatkan data kuantitatif perbandingan antara zat pendingin
hidrokarbon terhadap zat pendingin sintetik dilihat dari sisi perusakan terhadap lingkungan
atmosfir.
Tabel 8 Perbandingan Sifat Perusakan Lingkungan Zat Pendingin Hidrokarbon dengan Zat Pendingin Sintetik
Indeks Zat Pendingin Hidrokarbon
R-12 R-22 R-134a
ODP 0 1 0,06 0GWP <3 4500 510 420
ALT (thn) <1 130 15 16
PEMBAHASAN
Setelah melakukan kajian tabel pada bagian hasil penelitian, zat pendingin hidrokarbon
dapat dipakai sebagai zat pendingin untuk menggantikan zat pendingin sintetik, mengingat
beberapa persyaratan untuk menjadikannya sebagai zat pendingin telah banyak yang dipenuhi
terutama pada saat dilakukan peninjauan segi termodinamikanya. Beberapa hal yang
memberikan keunggulan zat pendingin hidrokarbon terhadap zat pendingin sintetik adalah :
18
Prospek Zat Pendingin Hidrokarbon …….……………………………………….…. (Agus Maulana)
1. Harga tekanan kondensasi dan tekanan evaporasi lebih kecil dibandingkan dengan
harga tekanan yang terjadi pada zat pendingin sintetik.
2. Besarnya efek pendinginan yang dihasilkan hampir 2,5 kali dari efek pendinginan zat
pendingin sintetik.
3. Kandungan panas laten zat pendingin hidrokarbon lebih besar dari kandungan zat
pendingin sintetik.
4. Harga COP zat pendingin hidrokarbon lebih baik dari harga COP zat pendingin
sintetik.
5. Zat pendingin hidrokarbon tidak dapat bereaksi dengan material mesin pendingin
maupun produk yang didinginkan.
6. Sifat daya racunnya rendah dan sama seperti zat sintetik pada umumnya.
7. Tingkat kebocoran zat pendingin hidrokarbon rendah.
8. Harga viskositas zat pendingin hidrokarbon lebih rendah dari harga viskositas zat
pendingin sintetik.
9. Harga konduktivitas zat pendingin hidrokarbon lebih tinggi
10. Zat pendingin hidrokarbon memiliki kemampuan miscibility dengan minyak
pelumas sangat baik.
11. Zat pendingin hidrokarbon memiliki kemampuan "compatible" dengan peralatan
mesin pendingin yang ada.
12. Harga indeks ODP zat pendingin hidrokarbon = 0
13. Harga indeks GWP zat pendingin hidrokarbon < 3
14. Harga indeks ALT zat pendingin hidrokarbon < 1
Disamping ada keunggulan dari zat pendingin hidrokarbon namun kelemahannya adalah
memiliki sifat dapat terbakar (flammable), sehingga di dalam penggunaannya perlu kehati-
hatian dan ruangan kerja hendaknya memiliki ventilasi yang baik serta demi keselamatan
hendaknya selama memakai zat pendingin hidrokarbon segala sumber yang menimbulkan api
atau percikan api perlu untuk dihindari.
Berdasarkan sifat alaminya zat pendingin hidrokarbon dapat terbakar mulai dari
konsentrasi tingkat bawah (LFL) = 2% volume sampai dengan konsentrasi tingkat atas
(UFL) = 20%, atau setara dengan jumlah berat kandungan zat pendingin dalam satuan volume
mulai dari 40 gram (LFL) sampai dengan 200 gram (UFL).
19
TORSI, Volume IX, No. 1, Januari 2011
KESIMPULAN
Berdasarkan kepada hasil data pengamatan dapatlah disimpulkan bahwa zat pendingin
hidrokarbon memiliki peluang yang cukup baik untuk menggantikan zat pendingin sintetik,
beberapa hal yang menunjang ke arah tersebut adalah :
a. Adanya dukungan regulasi baik nasional maupun internasional yang membatasi
waktu pemakaian zat pendingin sintetik dikarenakan dapat merusak lapisan ozon
dan meningkatkan pemanasan global.
b. Adanya kemampuan performan mesin pendingin yang lebih baik pada saat
memakai zat pendingin hidrokarbon jika dibandingkan dengan ketika memakai zat
pendingin sintetik.
c. Dari sisi lingkungan zat pendingin hidrokarbon lebih ramah bila dibandingkan dengan
zat pendingin sintetik yang saat ini banyak dipakai.
d. Pemakaian zat pendingin hidrokarbon pada mesin pendingin dapat menurunkan
konsumsi energi listrik sebesar rata-rata 20% dibandingkan ketika mesin tersebut
menggunakan zat pendingin sintetik.
DAFTAR PUSTAKA
Deperindag, (1999), Pembatasan Pemakaian Bahan Perusak Lapisan Ozon & Bahan Yang Dapat Meningkatkan Suhu Bumi Secara Global, Jakarta.
Ecofrig, (1997), Refrigeration Application Using Hydrocarbon Refrigerants, New Delhi, India.
Maulana, A, (1998), Aspek Keselamatan dan Teknik Retrofiting Dengan Hidrokarbon, Bandung.
Stoeceker WF, (1980), Refrigeration and Air Conditioning, Mc Graw Hill, New York.
UNEP, (1999), Regulation fj Hydrocarbon Refrigeration, Amerika Serikat.
20