HUBUNGAN DOSIS DENGAN INTENSITAS EFEK
Teori Pendudukan reseptor (reseptor occupancy)
Intensitas efek obat berbanding lurus dengan
fraksi reseptor yang diduduki atau diikatnya.
Intensitas efek mencapai maksimal jika seluruh
reseptor diduduki oleh obat.
D + R DR E
E = Emax (D) KD + (D)E = Intensitas efek obat E max = Efek maksimal
(D) = Kadar obat bebasKD = Konstanta disosiasi komplek obat
reseptor
1. PotensiMenunjukan rentang dosis obat yang menimbulkan efek
Besarnya potensi ditentukan oleh :a. Kadar obat yang mencapai reseptor (sifat
farmakokinetik)b. Afinitas obat terhadap reseptornya
2. Efek maksimalRespon maksimal yang ditimbulkan bila obat diberikan pada dosis yang tinggi. Ini ditentukan oleh aktivitas instrinsik obat dan ditunjukan oleh dataran (plateu) pada DEC
3. Slope
Merupakan lereng log DEC yang
menunjukan batas keamanan obat
4. Variasi Biologik
Variasi antar individu dalam besarnya
respon terhadap dosis yang sama dari suatu
obat
Agonis obat yang memiliki afinitas
dan aktivitas instrinsik. Berdasarkan kepada
respon farmakologis maksimal yang terjadi
ketika semua reseptor diduduki
Agonis dan antagonisme farmakodinamik
Agonis dapat dibedakan menjadi, agonis parsial dan
agonis penuh (full agonis). Agonis parsial merupakan
agonis yang lemah, artinya mempunyai aktivitas
instrinsik dan efektifitas yang lebih rendah sehingga
efek maksimalnya lemah
Antagonis
Antagonis adalah senyawa yang menurunkan
atau mencegah sama sekali efek agonis.
Secara farmakodinamik dapat dibedakan,
menjadi antagonis fisiologis dan antagonis
pada reseptor.
1. Antagonis fisiologis
Terjadi pada organ yang sama, tetapi pada
sistem reseptor yang berlainan.
Misalnya efek bronkokonstriksi histamin
pada bronkus lewat reseptor histamin,
dapat dilawan dengan pemberian adrenalin
yang bekerja pada adrenoreseptor β.
2. Antagonis pada reseptor
Terjadi melalui sistem reseptor yang sama,
artinya antagonis mengikat reseptor di
tempat ikatan agonis (receptore site atau
active site) sehingga terjadi antagonis
antara agonis dengan antagonisnya.
Antagonis pada reseptor dapat dibedakan menjadi :
1. Antagonis kompetitif Senyawa ini tidak mampu menimbulkan efek
dan tidak menunjukkan aktivitas instrinsik. Antagonis berikatan dengan receptore site secara reversibel sehingga dapat digeser oleh agonis kadar tinggi. Dalam suatu konsentrasi agonis tertentu, peningkatan konsentrasi antagonis kompetitif secara progresif menghambat respon dari agonis, sedangkan konsentrasi antagonis yang tinggi akan mencegah respon secara keseluruhan.
b. Antagonis nonkompetitif Antagonis berikatan dengan receptore site
secara ireversibel. Antagonis ini membentuk ikatan kovalen dengan reseptornya. Setelah kedudukan reseptor pada proporsi yang besar oleh antagonis nonkompetitif, jumlah reseptor yang tidak diduduki sedikit sehingga agonis dengan konsentrasi yang tinggi tidak dapat mengatasi antagonisme yang ada dan respon agonis yang maksimal tidak dapat dicapai. Tetapi afinitas agonis terhadap reseptornya tidak berubah
Top Related