1
LABORATORIUM KIMIA FARMASIJURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
PERCOBAAN VII
ADSORBSI DAN KOLOID
OLEH :KELAS : M IIKELOMPOK : III (TIGA) DAN IV (EMPAT)ASISTEN : RETNO ADIWIJAYA,S.Farm
JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR2011
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada kehidupan sehari-hari sering kita temui beberapa produk
yang mencampurkan dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat
bercampur secara merata. Misalnya, dalam pembuatan susu, serbuk /
tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Dalam suatu
larutan semua partikel baik dari solute maupun solven ukurannya adalah
sebesar molekul atau ion-ion. Partikel ini tersebar secara merata antar
masing-masing dan menghasilkan satu fase yang homogen(Folling, dkk,
1998).
Adapun manfaat mempelajari ilmu kimia dalam bidang farmasi
sangatlah penting untuk pengetahuan kedepannya dalam proses
pembuatan obat-obatan, misalnya pada pembuatan sediaan salep kita
harus mengetahui bahan-bahan yang dapat diabsorbsi maupun tidak
atapun pada pembuatan larutan kita harus mengetahui bahan-bahan
yang dapat dipakai sebagai pelarut zat tersebut maupun yang tidak
dapat. Hal ini dipelajari dalam semua hal ruang lingkup percobaan kimia
(http:// nabilahfariest.multiply.com).
1
3
Absorbsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau
senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh
luasnya permukaan partikel (http.// vandef.blogspot.com).
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata
dalam medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi
dapat berupa zat padat, cair, dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya,
sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : (Hanafi, 2005)
1. Sol (fase terdispersinya padat)
2. Emulsi (fase terdispersi cair)
B. MAKSUD, TUJUAN DAN PRINSIP PERCOBAAN
Maksud dari percobaan ini adalah mempelajari daya adsobsi orang
aktif terhadap asam Asetat dengan berbagai konsentrasi.
Tujuan dari Percobaan ini untuk mengetahui daya adsorbsi orang
aktif terhadap asam asetat dengan konsentrasi-konsentrasi.
Prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan percobaan larutan
CH3COOH sebagai larutan titier dihomogenkan dengan orang aktif kemudian
disaring dan ditambahkan indikator PP, dan dititrasi dengan larutan penitrasi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI UMUM
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat yang
berukuran koloid (fase terdispersi / yang dipecah) tersebar secara merata
di dalam zat lain (medium pendispersi / pemecah). Ukuran partikel
berkisar antara 1 – 100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa
diameter, panjang, lebar maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain
dari sistem koloid adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk na (padat)
dengan cairan (cair). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid
yang lain. Seperti : mayones, hairsprey, jelly dan lain-lain.(Ratih, dkk.
2004)
Sistem koloid adalah suatu campuran berfase dua yaitu fase
terdispersi dan fase pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi
berkisar antara fase terdispersi dan fase pendispersi dengan ukuran
partikel terdispersi berkisar antara 10–7 sampai dengan 10–7 cm. besaran
partikel yang terdisper, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut.
Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil, atau molekul yang sangat
besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan berbagai ukuran,
yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid
belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu
3
5
molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga
molekul makro) ialah hemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66.800
s.m.a. dan mempunyai diameter sekitar 6x10-7 (Kakritkachem. blogspot.
com).
Sifat-sifat koloid yaitu :
1. Efek tyndall
Efek tyndall adalah gejala penghamburan berkas sinar oleh
partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul
koloid yang cukup besar. Efek ryndall adalah efek yang terjadi jika
suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan
cahaya maka larutan tersebut akan menghambur cahaya, sedangkan
pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan.
2. Gerak Brown
Gerak brown adalah gerakan partikel-partikel koloid yang
senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu. Semakin kecil ukuran
partikel koloid semakin cepat gerak brown yang terjadi. Demikian pula,
semakin besar ukuran partikel kobold semakin cepat gerak brown
yang terjadi. Gerak brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi
suhu sistem koloid maka semakin besar energy kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak brown dari
6
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. (Purba, Michael,
1994).
Penyerapan dan pembentukan partikel koloid yaitu :
1. Adsorpsi
Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau
senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan
oleh luasnya permukaan partikel. (Michael purba, 1994)
2. Koagulasi
Koagulasi adalah pengumpulan partikel koloid dan
membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat
terdispersinya tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi
secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadakan atau
secara kimia seperti penambahan elektrolit pencampuran koloid
yang berbeda muatan. Koloid pelindung adalah koloid yang
mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
(Michael purba, 1994)
Pemurnian Koloid yaitu :
1. Dialisis
Dialisis adalah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu
kestabilan koloid dengan bantuan air/aliran air. Dengan cara ini
disebut proses dialisis. (Hanafi Usman, 2005)
7
2. Elektrolisis
Elektrolisis adalah peristiwa pemisahan partikel koloid yang
bermuatan dengan menggunakan arus listrik yang akan mengalir ke
masing-masing elektroda yang muatannya berlawanan. (Hanafi
Usman, 2005)
Pembuatan Koloid yaitu :
1. Metode Dispersi
Metode disperse adalah suatu metode mengubah partikel dasar
menjadi partikel koloid yang dipecahkan dengan mekanik, yakni
dengan digiling, cara listrik / busur bradig, dan cara peptusi
(penambahan larutan elektrolit ion sejenis). (Hanafi Usman, 2005)
2. Metode kondensasi
Metode kondensasi adalah suatu metode mengubah atom / ion
atau molekul menjadi partikel koloid dengan cara reaksi kimia yaitu
reaksi redoks dan reaksi hidrolisis. (Hanafi Usman, 2005)
B. URAIAN BAHAN
1. Aquadest (Farmakope Indonesia III hal 96)
Nama Resmi : AQUADESTIILATA
Nama lain : Air suling
Rumus kimia : H2O
Berat molekul : 18,02
8
Pemerian : Cairan jernih tidak berwana, tidak berbau,
dan tidak mempunyai rasa
Kegunaan : sebagai pelarut zat murni
Penyimpanan : dalam wadah tertutup
2. Indikator PP (Farmakope Indonesia IV hal 662)
Nama Resmi : PHENOLPTALEINUM
Nama lain : fenolftalein
Rumus kimia : C12H14O4
Berat molekul : 318,33
Pemerian : serbuk hablur, putih atau kekuningan lemah,
tidak berbau,stabil di udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam
etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagai indicator, sebagai zat tambahan.
3. Natrium Hidroksida (Farmakope Indonesia Edisi III. Hal 412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXIDUM
Nama lain : Sodium hidroksida
Rumus molekul : NaOH
Berat molekul : 40
9
Pemerian : Bentuk batang, butiran, kering, keras dan
mudah meleleh, basah.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam aquadest dan
etanol 95%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
4. Asam Asetat (Farmakope Indonesia Edisi III, Hal 41)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama lain : Asam cuka
Rumus molekul : CH3COOH
Berat Molekul : 60
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau busuk dan
tajam
Kelarutan : Dapat dicampur dengan air, etanol dan
gliserol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
10
BAB III
METODE KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan
a. Batang pengaduk
b. Buret
c. Corong
d. Erlenmeyer 250 ml
e. Gelas ukur 250 ml
f. Gelas kimia 250 ml
g. Pipet tetes
h. Pipet volume 10 ml
i. Pipet volume 25 ml
j. Statif
2. Bahan yang digunakan
a. Aquadest
b. Arang aktif
c. Indikator PP
d. Kertas saring
e. Larutan CH3COOH 0,1 M, 0,2 M dan 0,3 M
f. Larutan NaOH 0,1 M
9
11
B. CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dimasukkan arang aktif ke dalam 3 buah erlenmeyer, masing - masing
sebanyak 1 gram.
3. Dimasukkan larutan CH3COOH 25 ml dengan konsentrasi yang
berlainan pada masing-masing Erlenmeyer.
4. Dikocok secara bersamaan dibiarkan selama 30 menit sehingga terjadi
penyerapan sempurna.
5. Disaring semua campuran, dipipet masing-masing 10 ml lalu
ditambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes untuk konsentrasi yang
berlainan.
6. Dilakukan titrasi NaOH 0,1 M sampai terjadi perubahan warna
7. Lalu catat semua volume titrasi NaOH, hitunglah masing-masing
konsentrasi CH3COOH setelah penyerapan, lalu buat grafik antara log
xm dengan ∞
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Tabel Pengamatan
No.Konsentrasi CH3COOH
AdsorbenVol.
Titrasi NaOH
Konsentrasi CH3COOH
Perubahan Warna
1
2
3
0,1 M
0,2 M
0,3 M
1 gr
1 gr
1 gr
11,6
21,4
27
0,086
0,093
0,111
Bening-ungu gelap
Bening-ungu terang
Bening-ungu
2. Perhitungan
1. Untuk 0,1 M
V1.M1 = V2.M2
M2= =
= 0,086
2. Untuk 0,2 M
V1.M1 = V2.M2
M2= = = 0,093
V1.M1
V2
10.0,1
11,6
V1.M1
V2 21,4
10.0,2
13
3. Untuk 0,3 M
V1.M1 = V2.M2
M2= =
= 0,111
3. Tabel Perhitungan
No Co (x) Cxm
log xm
log Co
1
2
3
0,1
0,2
0,3
0,086
0,093
0,111
0,008407
0,064
0,1135
-2,08
-1,2
-0,945
-1
-0,699
-0,525
4. Perhitungan
1. Untuk CH3COOH 0,1 M
X = (Co-C). BM.V
= (0,1-0,086). 60.10
= 0,014.60.10
= 8,4 gr
xm
= 8,41000
= 0,0084
V1.M1
V2
10.0,3
27
11
14
log xm
= - 2,07
log Co = - 1
2. Untuk CH3COOH 0,2 M
X = (Co-C). BM.V
= (0,2-0,093). 60.10
= 0,107.60.10
= 64,2 gr
xm
= 64,21000
= 0,0642
log xm
= - 1,19
log Co = - 0,699
3. Untuk CH3COOH 0,3 M
X = (Co-C). BM.V
= (0,3-0,111). 60.10
= 0,189.60.10
= 113,4 gr
xm
= 113,41000
= 0,1134
log xm
= -0,945
15
log Co = -0,523
B. REAKSI
1. CH3COOH H+ + CH3COOH
2. NaOH Na+ + OH–
3. CH3COOH + NaOH CH3COOHNa + N2O
16
C. PEMBAHASAN
Sistem koloid adalah suatu campuran berfase dua yaitu fase
terispersi dan fase pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi
berkisar antara fase terdispersi dan fase pedispersi dengan ukuran
antara 10–7 sampai 10–7 cm.
Dalam percobaan ini dapat dilihat pengaruh dan hasilnya. Pada
percobaan ini dimasukkan arang aktif dan CH3COOH yang berbeda-beda
konsentrasinya mulai 0,1 M, 0,2 M, 0,3 M kemudian ditambahkan
indikator PP dititrasi dengan NaOH 0,1 M dapat dilihat kalau arang aktif
merupakan adsorbisan yang baik, ditandai dengan adanya perubahan
konsentrasi mula-mula asam Asetat yang diketahui. Pada percobaan
pertama memerlukan titrasi NaOH yang banyak. Untuk dapat terjadi
perubahan warna. Pada perubahan kedua memerlukan titrasi NaOH
dengan jumlah dibawah percobaan satu, dan percobaan ketiga
memerlukan titrasi NaOH yang sedikit. Dimana jika konsentrasi zat
terlarut dinaikkan maka adsorban arang aktif terhadap CH3COOH juga
naik, namun adsorban sudah jenuh konsentrasi lagi tidak berpengaruh.
Adapun yang menyebabkan tidak akuratnya data / hasil yang
diperoleh, yaitu :
17
1. Kesalahan dalam pembacaan skala titrasi
2. Kesalahan dalam menentukan titik akhir,
3. Larutan telah terkonsentrasi dengan zat lain
4. Alat yang tidak steril
Konsentrasi larutan CH3COOH setelah ditetesi indikator
mengalami perubahan warna dari konsentrasi awal. Hal inilah yang
membuktikan kemampuan dari absorben arang aktif dalam menyerap
zat. Selain konsentrasi arang aktif juga menyerap berat dari CH3COOH
yang dipengaruhi oleh konsentrasi sebelum dan setelah titrasi.
18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan di atas yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Semakin kecil konsentrasi asam Asetat maka semakin besar daya
serap adsorben.
2. Jika larutan asam dititrasi dengan larutan basa maka akan terjadi
perubahan warna di titik tertentu.
3. Zat yang diserap arang aktif dipengaruhi oleh waktu yang telah
digunakan.
4. Yang bertindak sebagai fase terserap adalah asam Asetat dan fase
penyerap adalah arang aktif.
B. Saran
Kami selaku praktikan mengharapkan ketersediaan alat
laboratorium yang lengkap dan baik digunakan. Serta tuntunan yang baik
dari asisten agar dalam praktikum kami dapat memperoleh hasil yang
akurat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Dirjen POM, Jakarta.
Dirjen POM, 1995. “Farmakope Indonesia Edisi IV”. Departemen kesehatan RI: Jakarta
Http:// nabilahfairest.multiply.com. “Jurnal Koloid”. 20-10-11
Http:// vandes.blogspot.com. “Praktikum Absorbsi Koloid”.20-10-11
Purba Michael, 1994. “Pelajaran Ilmu Kimia”. Erlangga. Jakarta
Redaksi Kawan Pustaka, 2005. “Rangkuman Rumus Kimia”. Kawan Pustaka. Jakarta
Sutresna, 1998. “Kimia SMU”. Ganesha : Bandung.
Tim Dosen Kimia Dasar, 2004. “Kimia Dasar”. Universitas Hasanuddin Makassar
Tim Dosen Kimia Dasar, 2000. “Penuntun Praktikum Kimia Dasar”. Indonesia Timur. Makassar
17
19
20
LAMPIRAN
I. Skema Kerja
CH3COOH 0,1 m25 ml + arang aktif
CH3COOH 0,01 m25 ml + arang aktif
CH3COOH 0,001 m25 ml + arang aktif
21
Dikocok dan dibiarkan 30 menit lalu disaring, diambil 30 ml + indikator PP 3 tetes
Dikocok dan dibiarkan 30 menit lalu disaring,
diambil 30 ml + Indikator PP 3 tetes
Dikocok dan dibiarkan 30 menit
lalu disaring, diambil 30 ml + indikator PP
3 tetes
Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M, masing-masing larutan hasil saringan.
Top Related