1
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENJARINGANASPIRASI MASYARAKAT (JARING ASMARA) PADABADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA) KOTA BENGKULU
SKRIPSI
Oleh
ADI ARDINANDID001016
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU2006
UN
IVERSITAS
B
E N G K U L
U
2
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENJARINGANASPIRASI MASYARAKAT (JARING ASMARA) PADABADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(BAPPEDA) KOTA BENGKULU
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Adminstarsi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu PolitikUniversitas Bengkulu
Oleh
ADI ARDINANDID001016
Telah disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Drs. Djonet Santoso, M.A Drs. Achmad Aminudin, M.SiNIP. 131 602 985 NIP. 131 789 990
3
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENJARINGAN ASPIRASIMASYARAKAT (JARING ASMARA) PADA BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BENGKULU
Skripsi ini telah dipertahankan di depan tim pengujiJurusan Ilmu Administrasi Negara
Universitas Bengkulu
Pada hari : Kamis, 8 Juni 2006Pukul : 11.00 s/d 12.30 WIBTempat : Ruang Sekretariat Jurusan Ilmu
Adminstrasi Negara Fisip UNIB
Tim Penguji :
Ketua : Drs. Djonet Santoso M.A ( ) NIP. 131 602 985
Anggota : Drs. Achmad Aminudin M.Si ( ) NIP. 131 789 990
Anggota : Drs. Jarto Tarigan M.Si ( ) NIP. 131 416 240
Anggota : Dra. Titiek Kartika M.A ( ) NIP. 131 602 984
Disahkan oleh :
Dekan Ketua Jurusan
Drs. Panji Suminar M.A Drs. Budiyono M.Si NIP. 131 771 836 NIP. 131 571 172
4
Motto
• Perjuangan tidak pernah akan berhasil tanpakesabaran dan keistiqomahan (ardinan)
• Berprestasi dalam dakwah (ardinan)
Persembahan
• Kekasih tercinta pemilik ruh yang telahmemuliakan Hambanya, Allah SWT
• Kedua orang tua Aba dan Mamatercinta, terima kasih atas doa dankesabarannya
• Kak Iwan, Ayuk Ria dan Ayuk Ira,alhamdulilah berkat dukungan dandoanya akhirnya selesai juga serta allmy family terima kasih atassemangatnya
• Ikwah wal akhwat fillah di medandakwah (KAMMI, ROHIS, IG)
• Almamaterku
5
RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
• Nama : Adi Ardinan
• Tempat tanggal lahir : Palembang, 17September 1983
• Agama : Islam
• Nama Ayah : Muzahari Bastoni
• Nama Ibu : Elmawati
• Anak ke / Dari : 4 / 4 Saudara
II. Riwayat Pendidikan• Tamat Sekolah Dasar (SD) Negeri 630 Kota Palembang Sumsel 1995
• Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 11 Kota PalembangSumsel 1998
• Tamat Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 13 Kota PalembangSumsel 2001
• Melanjutkan studi di Universitas Bengkulu Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Jurusan Ilmu Administrasi Negara melalui jalur UMPTN 2001
III. Pengalaman Organisasi• Staf kaderisasi UKM Rohis Fisip UNIB 2002-2003
• Staf Dana dan Usaha IPRS Kota Bengkulu 2002-2004
• Ketua Umum UKM Kerohanian Fisip UNIB 2003-2004
• Staf Ahli Kaderisasi KAMMI Daerah Bengkulu 2003-2005
• Wakil Ketua Umum UKM Kerohanian UNIB 2004-2004
• Manajer Bina Rohis Sekolah (BRS) Iqro Generation Bengkulu 2004-2006
• Ketua Departemen Kaderisasi KAMMI Daerah Bengkulu 2005-2006
6
IV. Seminar, Pelatihan dan kegiatan yang pernah diikuti• Pelatihan manajemen Organisasi (PMO) BEM FISIP UNIB 2002
• Rapat Kerja Majelis Ulama Indonesia (MUI) se-Sumatera 2003
• Penelitian ‘Pengaruh utang luar negeri terhadap pembangunan masyarakatpada bidang kesehatan’ bersama Dra. Titiek Kartika, MA
• Latihan Manajeman Dakwah Kampus (LMDK) I UKM Rohis Fisip 2002
• Latihan Manajeman Dakwah Kampus (LMDK) II UKM KerohanianUNIB 2003
• Dauroh Marhalah I KAMMI Komisariat FISIP UNIB 2002
• Dauroh Marhalah II KAMMI Daerah Bengkulu 2003
• Dauroh Marhalah III KAMMI Pusat, Bandar Lampung 2004
• Menjadi Voulenter dalam penelitian LIPI ‘kesiap-siagaan terhadapbencana’ 2006
7
ABSTRAK
Penyelenggaraan demokrasi pasca reformasi 1998 menberikan peluang yangbesar pada masyarakat untuk memberikan konstribusi dalam pembangunan daerah.Aspirasi sebagai wujud dari keikutsertaan masyarakat membuat suatu kondisi dimanaada sebuah keikutsertaan masyarakat dalam proses pembangunan. Sehubungandengan hal tersebut peneliti mencoba melakukan penelitian dengan judul “Analisisimplementasi program penjaringan aspirasi masyarakat (Jaring Asmara) padaBadan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kota Bengkulu”. Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana gambaran program jaring asmarasecara implentasi yang terjadi pada masyarakat melalui forum –forum yang diadakanoleh Bappeda Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yangdigolongkan pada tipe penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metodepengumpulan data secara observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan teknik ’purposi sampling’ yaituteknik pemilihan sampel secara khusus berdasarkan tujuan penelitian. Dalampenelitian ini digunakan metode SWOT dan Ansos terutama untuk menganalisisprogram Jaring Asmara sebagai bagian dari perencanaan pembangunan daerah. Bappeda Kota Bengkulu sebagai bagian perencanaan pembangunan daerahmempunyai tanggung jawab yang besar dalam melihat kondisi dan kebutuhanmasyarakat, sehingga program jaring asmara dijalankan untuk mengetahui apa sajayang dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat memiliki harapan yang besar agar apasaja yang diusulkan oleh mereka dapat masuk dalam program pembangunan daerahsehingga membantu peningkatan kesejateraan masyarakat.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan menggambarkan kondisi perencanaanpembanguanan di Kota Bengkulu, bahwa pembangunan berawal dari apa kebutuhandan kondisi masyarakat sehingga keberhasilan pembangunan dapat dilihat dariaspirasi yang masuk ke pemerintah daerah. Saat ini partisipasi masyarakat telahberjalan walaupun secara implentasi belum dapat berjalan secara optimal.
8
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat rahmat,
hidaya dan ridho-Nya, alhamdulilah penulis dapat menyelasaikan penulisan skripsi
yang berjudul ‘Analisis Implementasi Program Penjaringan Aspirasi Masyarakat
pada Bappeda Kota Bengkulu’. Shalawat beserta salam kepada pemimpin ummat
manusia yang telah membebaskan dari kegelapan menuju cahanya islam yang terang
benderang Rasullah Saw serta shalawat dan salam kepada keluarga, sahabat dan para
pengikutnya hingga yaumil akhir.
Karya ini merupakan hasil penelitian yang panjang tentang bagaimana hak –
hak masyarakat yang selama ini terlupakan oleh pemerintah. Penulis telah berusaha
mencurahkan segenap pemikiran dan tenaga agar karya ini memberikan hasil yang
bermanfaat dalam rangka menambah khasanah keilmuan. Dalam penelitian ini
penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun analisisnya
sehingga dapat memberikan hasil yang sempurna dengan memberikan kritik dan
saran yang konstruktif.
Penulis menyadari karya ini tidak akan berhasil tampa bantuan dan masukan
dari berbagai pihak, baik berupa informasi, fasilitas, bimbingan, saran, motivasi dan
berbagai banntuan sehingga berguna dalam penelitian ini. Atas bantuannya penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Panji Suminar, M.A selaku Dekan FISIP UNIB
2. Bapak Drs. Budiono, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Administrai Negara
3. Bapak Drs. Djonet Santoso, M.A selaku pembimbing utama yang telah
mengarahkan bimbingan sumbangan dan pemikiran sehingga selesai skripsi
9
4. Bapak Drs. Achmad Aminudin, M.Si selaku pembimbing pendamping yang
telah memberikan arahan dan bimbingannya.
5. Bapak Jarto Tarigan, M.Si dan ibu Dra. Titiek Kartika, MA sebagai
pembahas yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah
memberikan penulis ilmu dan pengalaman selama duduk di bangku kuliah.
7. Ibu Kepala Bappeda Kota Bengkulu dan beserta stafnya, terima kasih atas
waktu dan kesempatan yang diberikan dalam penelitian ini.
8. Temen –temen seperjuangan AN ’01 (adip, agus, asep,mitha, mie J, novie,
reno, mieza, ari, asti, yunani, gunawan, icha, ikrom, malikin(alm), hairal,
gunawan, syaifull, mulya,oji, riki, ardi, indah, santi, wika, uni ari, rahmad)
and at all AN terima kasih atas motivasi dan spiritnya.
9. Saudara seperjuangan di UKM Rohis Fisip, UKM Kerohanian, KAMMI
Daerah dan Igro Generation keep istoqomah.
10. Tim Nasyid HAMAS sukron atas hiburannya.
11. Geng Bujang di Markas Besar (Abu, Rudi, Marseno, Pak Haji Sulam, Sri
Kumpul, Joni) kapan nikahnya?.
12. Mujahid muda di Rohis Sekolah antum ruhul jadid.
13. And my friend dimanapun berada yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Sebagai akhir kata, penulis semoga karya ini mendapatkan manfaat dan hasil
yang dapat digunakan untuk kemajuan bersama dan mendapatkan rahmad dari Allah
SWT, Amin.
Wasalamualakium Wr, Wb
Bengkulu, Juni 2006
Penulis
10
DAFTAR ISIHalaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........………………………………… iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………… iv
RIWAYAD HIDUP……………………………………………………………… v
ABSTRAK……………………………………………………………………….. vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI ...............…….…………………………………………………..... x
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xii
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… xiv
BAB I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang………………………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah………………………….………………………… 15
1.3. Tujuan Penelitian…………..………………………………………… 16
1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 16
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Implementasi Program………………………………………………. 17
2.2. Partisipasi…………………………………………………………… 21
2.3. Landasan Kegiatan………………………………………………….. 25
BAB III. Metode Penelitian3.1. Metode Penelitian………………………………………………….. 27
3.2. Definisi Konseptual........................................................................... 28
3.3. Definisi Operasional………………………..........................……… 28
11
3.4. Sumber Data……………………………………………………….. 29
3.5. Teknik Pengumpulan Data………………………………………… 29
3.6. Teknik Analisis Data………………………………………………. 30
3.6. Sasaran Penelitian……………………….………………………. 31
BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH4.1. Umum……………………………………………………………… 33
4.2. Fungsi dan Tugas Bappeda Kota Bengkulu…………………….….. 34
4.3. Struktur Organisasi Bappeda Kota Bengkulu……………………… 35
4.4. Keadaan Kepegawaian…………………………………………….. 47
BAB V. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN5.1. Karakteristik Informan …………………………………………….. 51
5.2. Hasil Penelitian
5.2.1. Wawancara dengan Responden……………………………… 53
5.2.2. Observasi…………………………………………………….. 57
5.3. Pembahasan
5.3.1. Analisis SWOT……………………………………………… 79
5.3.2. Analisis Organisasi Pelaksana Program…………………….. 85
5.3.3. Interprestasi Terhadap Program…………………………….. 88
5.3.4. Analisis Penerapan Program……………………………….… 89
5.3.5. Analisis Pengaruh Masyarakat terhadap Implementasi
Program………………………………………………………. 90
BAB VI. PENUTUP6.1. Kesimpulan…………………………………………………………… 94
6.2. Saran ………………………………………………………………… 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. PDRB propinsi tahun 1996-2000
Tabel 1.2. Rekapitulasi program Jaring Asmara tahun 2004
Tabel 1.3. Program Prioritas pemerintah Kota Bengkulu 2005-2007
Table 1.4. Program Prioritas Pemerintah Kota Bengkulu tahun 2005 –2007
Tabel 4.4.1. Keadaan Pegawai berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.4.2. Keadaan Pegawai berdasarkan jabatan
Tabel 4.4.3. Keadaan Pegawai berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 4.4.4. Keadaan Pegawai berdasarkan latar belakang pendidikan
Tabel 4.4.5. Keadaan Pegawai berdasarkan golongan
Tabel 5.1. Karakteristik informan berdasarkan kelompok umur
Tabel 5.2. Karakteristik informan berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 5.2. Jadwal pelaksanaan Progam jaringn asmara Bappeda Kota Bengkulu 2006
Tabel 5.2.1. Matrik analisis partisipatif di Kec.Ratu Samban Kota Bengkulu 2006
Tabel 5.2.2. Matrik analisis partisipatif di Kec.Ratu Agung Kota Bengkulu 2006
Tabel 5.2.3. Matrik analisis partisipatif di Kec.Gading Cempaka Kota Bengkulu 2006
Tabel 5.2.4. Matrik analisis kepentingan masyarakat di Kecamatan – Kecamatanpada Kota Bengkulu, 2006
Tabel 5.2.4. Matrik analisis kekhawatiran masyarakat di Kecamatan – Kecamatanpada Kota Bengkulu, 2006
Tabel 5.2.4. Matrik analisis Potensi masyarakat di Kecamatan – Kecamatan padaKota Bengkulu, 2006
Tabel 5.2.4. Matrik analisis Kelemahan masyarakat di Kecamatan – Kecamatan padaKota Bengkulu, 2006
Tabel 5.2.4. Matrik analisis Implikasi masyarakat di Kecamatan – Kecamatan padaKota Bengkulu, 2006
13
Tabel 5.3.1. Analisis SWOT langkah 1, program Jaring Asmara Kota Bengkulu 2006
Tabel 5.3.1. Analisis SWOT langkah 2, program Jaring Asmara Kota Bengkulu 2006
Tabel 5.3.1. Analisis SWOT langkah 3, program Jaring Asmara Kota Bengkulu 2006
Tabel 5.3.2 .Kehadiran Dinas/Instansi dalam program jaring Asmara Kota Bengkulu
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1. Persentase PDRB Kota Bengkulu Tahun 2003
Bagan 5.3. Hubungan Antar Pihak
Bagan 5.3.4. Alur Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Kota
Bengkulu
14
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedomam pokok wawancara untuk pelaksana program
2. Pedoman pokok wawancara untuk masyarakat
3. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Kesbanglinmas Kota Bengkulu
4. Surat Rekomendasi dari Kesbanglinmas Propinsi Bengkulu
5. Surat Keterangan Penelitian dari Bappeda Kota Bengkulu
6. Panduan Pelaksanaan Kegiatan Jaring Asmara Kota Bengkulu 2006
7. Keputusan Walikota Bengkulu nomor 115 tahun 1005
8. Diagram Alur Usulan Aspirasi Masyarakat
9. diagram pendekatan partisipasi masyarakat
10. Data aspirasi masyarakat
11. Daftar hadir kegiatan Jaring Asmara
15
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses menuju perbaikan taraf kehidupan
masyarakat secara menyeluruh dan berkelanjutan. Tujuan yang akan dicapai adalah
masyarakat adil dan makmur. Untuk mewujutkan cita – cita tersebut telah dilakukan
berbagai upaya pembangunan terutama melalui pengadaan sarana fisik yang
mendukung upaya tersebut.
Pembangunan adalah upaya negara dan bangsa dalam rangka pencapaian
tujuan negara yang telah ditetapkan. Oleh karena itu pembangunan nasional harus
sistematis, konsisten dan berkelanjutan. Pembangunan nasional merupakan
perubahan yang secara luas dalam masyarakat mencakup masalah – masalah
ekonomi, sosial, budaya dan politik dimana masalah tersebut saling berhubungan satu
sama lain.
Pembangunan nasional di Indonesia selama ini selalu mengalami
perubahan – perubahan sistem dari pemerintahan Soekarno sampai dengan
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Wisnu Hidayar (4:2004)
pemerintahan Soekarno memberikan sistem desentarliasi kepada masyarakat
walaupun sangat sulit terealisai karena ketika itu sedang terjadi kegiatan
mempertahan kemerdekaan. Pemerintahan Soeharto dengan orde Baru (Orba)
menggunakan menggunakan sistem sentralisasi yang sangat ketat kepada daerah
sehingga daerah kesulitan untuk mengembangan potensi daerah karena sudah diatur
16
dari pusat. Runtuhnya Orba dengan reformasi membuka sistem pemerintahan dari
rakyat ,oleh rakyat dan untuk rakyat melalui isu otonomi daerah.
Pembangunan nasional sejak tahun 1997 mengalami perubahan besar,
dengan krisis multidimensi mulai dari krisis yang melandah seluruh masyarakat
sampai dengan terjadinya penurunan Presiden Soeharto pada tanggal 27 Mei 1998.
Problematika yang sangat besar terjadi pada tatanan pemerintahan, menurut Aty
Harun (www.asiaafundasion.org) problem yang paling utama setelah reformasi
dengan adanya tuntutan dari daerah dengan otonomi daerah yang seluas –luasnya
kepada daerah.
Otonomi daerah sendiri secara konseptual bertujuan menjadikan
penyelenggaraan pemerintahan lebih efisien dan transparan. Daerah memiliki
keleluasaan untuk menjalankan sebuah wewenang sesuai dengan kondisi, kebutuhan
dan kemampuan daerah, tentu saja pemerintah daerah tidak bisa berjalan sendiri. Ada
keharusan keterlibatan masyarakat. Sebagai pihak yang terkena dampak sebuah
kebijakan, masyarakat selayaknya ikut menentukan apa yang menjadi kebutuhannya
(http://jipi.or.id).
Menurut Aty Harun (www.asiaafundasion.org), pembangunan Indonesia
terutama di daerah – daerah ditinjau dari perekonomian ternyata membuat kondisi
yang sangat berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain. Dalam konteks
pembangunan regional salah satu hal yang mendorong pembangunan daerah yaitu
laju pertumbuhan suatu daerah yang akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini berdampak pada kondisi masyarakat Indonesia baik langsung
maupun secara tidak langsung terlihat dengan pendapatan masyarakat, secara umum
17
dibawah ini memberikan gambaran tentang pendapatan daerah berdasarkan propinsi
tiap –tiap daerah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tebel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi tahun 1996 – 2000
No Propinsi 1996 1997 1998 1999 20001. NAD 14637 17056 24957 26992 286262. Sumatera Utara 28173 34006 50706 61958 682123. Sumatera Barat 9515 10745 17643 20515 223684. Riau 23855 26865 42838 48570 554305. Jambi 4024 4592 6859 7950 90616. Sumetera Selatan 16986 20156 33072 36036 456697. Bengkulu 2206 2540 3610 4044 45408. Lampung 9239 10570 18482 21868 232539. DKI Jakarta 82587 96651 138564 164309 18803610. Jawa Barat 89405 101101 142764 159350 18163011. Jawa Tengah 52505 60296 84610 101509 11840512. DIY 6393 7104 9864 11763 1296513. Jawa Timur 76567 88824 135753 157275 17727414. Kalimantan Barat 8454 10193 14635 16300 1786315. Kalimantan Tengah 5206 5946 8610 9554 1087116. Kalimantan Selatan 7294 8040 12245 14778 1768817. Kalimantan Timur 24118 27305 51505 55739 7217818. Sulawesi Utara 4791 5614 9449 10781 1176219. Sulawesi Tengah 3024 3497 6630 7257 824020. Sulawesi Selatan 11833 13538 21951 24065 2659621. Sulawesi Tenggara 2102 2387 4377 4732 573022. Bali 8621 9897 13526 14531 1651023. Nusa Tenggara Barat 3986 4534 7549 8187 1193724. Nusa Tenggara Timur 3333 4083 4868 5618 632925. Maluku 3634 4008 5226 4271 453126. Papua 8264 9482 19053 18249 20714 Total 510754 589110 889345 1016118 1166418
Indonesia 532568 627696 955753 1109979 1290684 Sumber : www.undp.com
Berdasarkan tabel 1.1. perkembangan perekonomian pada umumya
mengalami peningkatan, tetapi tejadi kesenjangan yang sangat besar antara propinsi
yang satu dengan yang lain. PDRB propinsi –propinsi di Pulau Jawa sangat berbeda
jauh dengan kondisi di daearah di luar Pulau Jawa. PDRB terbesar dimiliki DKI
Jakarta sedangkan yang paling kecil pada tahun 1996 –1997 propinsi Sulawesi
Tenggara, tetapi pada tahun 1998 sampai sekarang tenyata propinsi Bengkulu PDRB
18
paling kecil dibandingkan daerah yang lain padahal terletak di pulau Sumatera yang
telah maju.
Otonomi daerah ternyata menimbulkan kesenjangan antara daerah yang
satu –dengan daerah yang lain, kondisi otonomi daerah memberikan kemajuan yang
berarti kepada suatu daerah tetapi hal lain terjadi dengan semakin mundurnya dengan
adanya otonomi daerah. Permasalahan ini menyebabkan kesenjangan antara daerah
yang satu dengan daerah lainnya. Permasalahan yang menjadi sorotan tajam yaitu
kinerja pemerintah baik pusat maupun daerah. Seperti pendapat Ryaas Rasyid
(2002:15) bahwa tugas pokok dari pemerintahan adalah menyediakan dan
menyelenggarakan pelayan terhadap masyarakat. Dari pendapat ini dapat dilihat
keberhasilan pemerintah tidak hanya diukur dari terjaminnya stabilitas politik,
stabilitas ekonomi dan stabilitas sosial tapi juga kemampuan pemerintah
menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan terhadap masyarakat.
Akses tentang pelayanan masyarakat terutama dari pemenuhan hajat
hidup orang banyak pada saat ini menjadi pusat perhatian. Melihat kondisi Indonesia
pasca era reformasi ternyata pelayanan terhadap akses –akses kepada masyarakat
belum juga menunjukan peningkatan sehingga mengundang tanda tanya berbagai
kalangan. Berdasarkan laporan the world competitiveness of the year book (dalam
Agus Dwiyanto; 2002:45) kemampuan pemerintah Indonesia dalam pelayanan publik
berada pada kelompok negara rendah diantara 100 negara yang memilki indeks paling
kompetitif di dunia. Penilaian yang sama juga dilakukan oleh Political and economic
risk Consultancy (dalam Kompas, 22 juni 2001) dengan meletakan peringkat kualitas
pelayanan Pemerintah Indonesia pada tingkat paling rendah di Asia, hal ini di
19
dasarkan atas tingkat korupsi dimana pemerintah yang paling korupsi membuat
tingkat pelayanan menjadi rendah.
Dari data di atas terjadinya kurangnya pelayanan di Indonesia disebabkan
aparatur pemerintahan tidak menjalankan tugas pokoknya dengan baik. Aparatur
Pemerintah pada hakekatnya adalah pelayan/abdi masyarakat. Ia tidaklah diadakan
untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat. Hal ini harus
secara dicarikan jalan pemecahanya, jika tidak dikhawatirkan akan mempunyai
dampak negatif bagi kelangsungan pembangunan nasional. Oleh karena itu
pemerintah perlu semakin didekatkan pada masyarakat, sehingga pelayanan yang
diberikan menjadi maksimal. Menurut Ryas Rasyid (1998:139) salah satu cara untuk
mendekatkan pemerintah pada masyarakat adalah dengan menerapkan kebijakan
desentralisasi. Asumsinya kalau pemerintah berada dalam jangkauan masyarakat,
maka pelayanan menjadi lebih cepat, responsif dan akomodatif.
Pelibatan publik dalam partisipasi masyarakat sebenarnya telah
terwakilkan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) baik di tingkat Pusat
sampai daerah tetapi tidak berjalan optimal. Menurut pendapat Ihsan Haerudin
(4:2003):
‘Khusus mengenai peranan legislatif, tidak bisa diharapkan sepenuhnya. Hal inidimungkinkan karena adanya keterbatasan demokrasi perwakilan, yangmeliputi tiga hal. Pertama, legislatif mengalami keterbatasan dalam memahamidinamika preferensi publik yang terjadi tiap tahun. Kedua, tingginya asimentrisinformasi antara legislatif dan masyarakat, dalam memahami kebutuhanpembangunan di daerah. Ketiga, secara ekonomi politik, setiap anggotalegislatif bukanlah manusia yang tidak memiliki orientasi individual ataukelompok’.
20
Melihat belum berjalannya peran legislatif sehingga kepentingan
masyarakat tidak dapat tertampung dengan baik padahal di masa Otonomi Daerah
(OTDA) peran masyarakat sangat menentukan. Menurut Rusfi Yunairi
(http://www.apeksi.or.id/), yang menjadi isu sentral pada daerah otonom,
seharusnya adalah bagaimana masyarakat bisa menyalurkan aspirasi, dan mekanisme
apa yang disiapkan oleh pemda setempat. Substansi paling penting dari otonomi
daerah adalah penyerahan kewenangan. Daerah boleh mengatur dirinya sendiri
karena kewenangan yang dimilikinya. Namun bukan berarti pemahaman ini hanya
berlaku untuk pemerintah daerah saja, melainkan seluruh komponen di daerah.
Pentingnya peranan publik dalam konteks kenegaraan dan sosial dalam
proses pembangunan selama ini, konteks peran publik masih terkesan termarginalkan
oleh penguasa/pemerintah. Peranan publik di sini lebih banyak diterjemahkan dalam
wilayah pelayanan (public service), tanpa melihat fungsi publik yang lebih penting,
yaitu fungsi partisipasi untuk menentukan nasibnya sendiri di wilayah pembangunan.
Hak pelayanan yang diberikan penguasa (pemerintah) kepada masyarakat
pun diberikan setengah hati dengan berbagai kesulitan yang entah sengaja atau tidak
disengaja diatur dalam aturan birokrasi yang sulit dan panjang. Bahkan dalam banyak
hal, pemerintah justru menempatkan dirinya sebagai kelas penguasa yang minta
dilayani oleh masyarakat.
Ahmad Mony, (http://www.suarakaryaonline.com/news) menjelaskan
bahwa terbukanya pintu partisipasi publik tentu memiliki beberapa keuntungan
strategis, seperti:
21
‘(i) Ditinjau dari segi efisiensi fungsi dan wewenang pemerintah, hal ini tentumerupakan penghematan tersendiri bagi sumber daya birokrasi yang terbatasdalam melaksanakan fungsi public service. Konsentrasi sumber dayabirokrasi/pemerintahan dapat ditujukkan untuk mengurus kegiatan lain yanglebih besar dan penting ketimbang mengurus hal-hal bersifat publik yang bisadiurus oleh masyarakat sendiri. (ii) Terakomodasinya kepentingan masyarakatyang menuntut peran partisipasi dalam semua proses pembangunan di eraotonomi daerah. (iii) Mengembalikan kepercayaan (trust) masyarakatterhadap pemerintah yang selama ini apatis dan pesimis terhadap hegemoninegara/pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. (iv)Terjaminnya transparansi dan akuntabilitas perencanaan dan pelaksanaanpembangunan’.
Praktek penyelenggaraan perencanaan pembangunan partisipatif
terinspirasi oleh keberhasilan penyusunan anggaran partisipatif (partisipatory
budgeting) yang dipelopori Pemerintah Kota Porto Alegre di wilayah paling selatan
Brazil, sehingga pada tahun 2002 dinobatkan sebagai one of the 40 best practices or
urban management oleh PBB berupa penghargaan yang diberikan sebagai kota yang
sukses melaksanakan partisipasi publik dalam pengelolaan pemerintah
(www.unhcr.ch).
Dalam participatory budgeting warga berpartisipasi secara langsung
dalam pembuatan kebijakan di tingkat kota. Pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi
dua putaran, putaran pertama merupakan pertemuan tingkat kecamatan yang
merupakan forum memasukan usulan – usulan masyarakat sedangkan putaran kedua
pertemuan tingkat kota yang menampung usulan dan mempelajarinya setelah
diputuskan, forum ini juga menetapkan program prioritas dan alokasi anggaran
(www.farn.org.ar).
Keberhasilan Porto Alerge dalam penyelenggaraan participatory
budgeting telah menginspirasi beberapa pemerintahan kota diberbagai benua untuk
22
mengikuti jejaknya. Di Indonesia dengan UU no 25 tahun 2004 tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional telah membuka peluang publik untuk ikut terlibat
dalam menentukan arah kebijakan pembangunan. Menurut UU no. 25 tahun 2004
pasal 1 butir 21 disebutkan bahwa Musrenbang adalah forum antarpelaku (multi
stakeholder) dalam rangka penyusunan rencana pembangunan nasional dan
pembangunan daearah (Rahmad Bahari, 20: 2005).
Selain UU no. 25 tahun 2004, Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 tentang
“Pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta
tata cara penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), pelaksanaan
tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan
belanja daerah” terutama pasal 17 ayat 2 disebutkan bahwa :
‘dalam penyusunan arah dan kebijakan APBD sebagaimana dimaksud padaayat 1, diawali dengan penjaringan aspirasi masyarakat , berpedoman padarencana strategi daerah dan/atau dokumen perencanaan lainnya yangditetapkan daerah, serta pokok-pokok kebijakan nasional di bidang keuangandaerah oleh Menteri Dalam Negeri’.
Dengan adanya peraturan dari pemerintah berupa UU no 25 tahun 20054
dan Kepmendagri no. 29 tahun 2002 semakin membuka peluang masyarakat untuk
terlibat dalam perencanaan pembangunan daerah yang lebih partisipatif dan
merakyat.
Pelaksanaan perencanaan pembangunan partisipasi juga telah
dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia. Kabutan Maros melaksanakan program
Penjaringan Aspirasi Masyarakat (Jaring Asmara) setelah mempertimbangkan
pembangunan selama ini belum menjawab kebutuhan masyarakat. Pada tahun 2003
23
melalui Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kabupaten Maros
memperkenalkan model Perencanaan Pembangunan Daerah Berbasis Masyarakat
(P2DBPM). Kegiatan ini melibatkan peran aktif masyarakat melalui forum adat
Bugis – Makasar yaitu Tudung Sipulung yang melibatkan perwakilan pemuda,
organisasi masyarakat, organisasi perempuan, tokoh agama dan tokoh masyarakat
lainnya mulai dari tingkat desa sampai dengan tingkat kabupaten. Hasil dari kegiatan
ini dalam Anggran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebanyak 70 % usulan
masyarakat melalui Tudung Sipulung dimuat dalam APBD 2003. Sedangkan pada
tahun 2004, menurut laporan Bappeda kabupaten Maros, 80 % program dan kegiatan
belanja publik pada APBD merupakan usulan yang dihasilkan melalui forum adat
Tudung Sipudung (www.lesung.com).
Pemerintah Kota Surakarta juga telah membuat terobosan
penyelenggaraan pembangunan partisipatif selama tiga tahun terakhir. Pelaksanaan
kegiatan ini dimulai ditingkat kelurahan melalui forum Musyawarah Kelurahan
Membangun (Muskelbang). Hasil muskelbang selanjutnya dibahas di tingkat
kecamatan melalui Musyawarah Kecamatan Membangun (Muscambang) dan
kemudian dibahas di forum Musyawarah Kota Membangun (Muskotbang) ditingkat
kecamatan yang akhirnya dari hasil muskotbang diusulkan kepada pemerintah kota
untuk dibahas bersama –sama bersama dengan DPRD (www.wilkipedia.org).
Dari evaluasi pelaksanaan kegiatan ini selama tiga tahun ternyata belum
berjalan secara optimal dan belum memberikan manfaat yang langsung dapat
dirasakan masyarakat. Adapun kendala yang terjadi dalam pelaksanaan evaluasi
perencanaan pembangunan partisipasi di kota Surakarta, antara lain:
24
§ Sering terjadi tumpang tindih antara proyek usulan warga dengan proyekpemerintah pusat yang merupakan bagian dari program dekonsentrasi.
§ Warga tidak mengetahui secara persis kemampuan keuangan pemerintah kota,sehingga acap kali mendatangkan kekecewaan karena proyek yang turuntidak sesuai dengan ekspektasi dan keinginan warga.
§ Master plan atau rencana umum tata ruang dan rencana tata ruang wilayahpada umumnya sudah ketinggalan zaman, atau jika ada sering tidak ditetapkansecara konsisten dan tidak dipublikasikan secara transparan. Sebagaiakibatnya, warga sering kebingungan untuk menentukan sikap dalammusrenbang.
§ Terjadi manipulasi kepentingan yang dilakukan para utusan dari tingkatbawah ke tingkat yang lebih atas lagi (dari kelurahan ke kecamatan, darikecamatan ke tingkat kota).
§ Tingkat lanjut keputusan musrenbang oleh lembaga – lembaga terkait(sekretariat daerah, Bappeda dan lembaga yang membidangi leading sector)sering tidak transparan.
Pelaksanaan Pelaksanaan penjariangan aspirasi masyarakat di Kota
Bengkulu melalui Program Jaring Asmara sebenarnya hampir sama dengan kondisi
daerah lain. Pada tahun 2004 melalui keputusan Kepala Bappeda Kota Bengkulu
nomor 05 tahun 2004 tentang Penunjukan Tim Penjaringan Aspirasi Masyarakat Kota
Bengkulu tahun anggaran 20004. Pertama pembentukkan tim Jaring Asmara yang
dibentuk oleh Bappeda Kota Bengkulu yang pelaksanaanya dilaksanakan dengan
mengundang masyarakat yang diwakili dari berbagai unsur masyarakat seperti tokoh
masyarakat, unsur kelurahan, LSM, LPM dan lain –lain yang dimana pelaksanaan
dilaksanakan di tingkat kecamatan. Pelaksanaan program penjaringan aspirasi
masyarakat (Jaring Asmara) menampung usulan dari masyarakat dengan
memperhatiakan berpedoman dengan Propeda Kota dan Renstrada Kota Bengkulu
yang hasil laporan ini akan diolah menjadi landasan penyusunan Arah Kebijakan
Umum (AKU ) Kota Bengkulu. Pelaksanaan pelaksanan program jaring asmara Kota
25
Bengkulu memberikan gambaran dominan terhadap pelaksanaan beberapa sektor
sebagi berikut:
1. Sektor infrastruktur
2. Sektor pendidikan
3. Sektor pariwisata
4. Sektor jasa perdagangan dan industri
5. Sektor perikanan dan kelautan
Pengambilan kebijakan dalam pemerintah daerah Kota Bengkulu telah
disepakati dalam Program perencanaan pembangunan tingkat menegah (Propeda)
Kota Bengkulu tahun 2003- 2008. Pemerintah Kota Bengkulu memberikan prioritas
terhadap lima bidang ini karena telah menjadi rencana jangka panjang Kota Bengkulu
dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat terutama masyarakat kelas
menengah ke bawah.
Pembangunan daerah dalam rangka menyusun perencanaan pembangunan
diawali dengan penjaringan aspirasi masyarakat sebagai langkah awal dalam
menyusun program pembangunan daerah, agar program yang dijalankan berguna dan
dapat bermanfaat terutama dalam peningkatan pola dan tata hidup masyarakat umum.
Usulan masyarakat sebagai upaya memberikan gambaran tentang
kebutuhan mereka dapat menjadikan sebagai acuan dasar terhadap kebijkan yang
akan diambil oleh pemerintah daerah Bengkulu. Aspirasi –aspirasi yang masuk akan
diolah oeh pemerintah dan bila sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan program
prioritas pemerintah maka akan segara direalisasikan.
26
Berikut ini beberapa usulan terutama program prioritas dalam program
Jaring Asmara yang dilaksanakan oleh Bappeda Kota Bengkulu antara lain :
Tabel 1.2. Rekapitulasi Program Jaring Asmara Kota Bengkulu tahun 2004
No Program proiritas Aspirasi/usulan masyarakat Implementasi dalamAPBD 2004
1. Infrastruktur • Pembuatan jalan tembusSukamerindu –Kampung Kelawi
• Penambahan instalasi sambunganrumah ke Surabaya permai
• Rehab jembatan Tengah Padang –Bajak
• Pembangunan jembatan SungaiHitam – Pasar Bengkulu
2. Pendidikan • Rehabilitasi SD, SLTP, SLTA• Penambahan SD
3. Pariwisata • Penataan kawasan Pantai SungaiHitam
• Pemugaran makan peninggalanInggris dan benteng Marlborough
• Pembebasan pungutan retribusimasuk lokasi Pantai Panjang
4. Jasa perdagangan danindustri
• Pembinaan usaha industri kecil• Bantuan modal usaha• Pengembangan pasar kecamatan• Penataan Pasar Panorama dan
Pasar Minggu• Pengoptimalisasi Pasar Pagar
Dewa
5. Perikanan dankelautan
• Pembinaan terhadap nelayan• Pembangunan dermaga PPI• Pemberian bantuan modal, alat
tangkap kepada nelayan
Sumber : Laporan penjaringan aspirasi masyarakat Kota bengkulu, 2004
Dari tabel 1.2. diatas ternyata masih banyak usulan masyarakat yang
belum bisa di implementasikan oleh Pemerintah Kota Bengkulu yang padahal
kondisi tersebut sangat mempengaruhi hajad hidup masyarakat. Implementasi dari
pelaksanaan program ini masih sangat sulit dirasakan oleh masyarakat dikarenakan
27
tidak adanya transparansi data dan akses yang memungkinkan masyarakat untuk
melihat apa yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Sehingga masih banyak program yang diusulkan oleh masyarakat tetapi
belum direalisasikan oleh Pemda Kota Bengkulu sehingga menimbulkan kesan
bahwa pelaksanan program Jaring Asmara hanya sebagai penglegalisasian terhadap
program yang akan dilaksanakan pemda. Berdasarkan pelaksanaa program Jaring
Asmara belum ditemukan mengapa suatu usulan masuk ke dalam kebijakan dan
mengapa kebijakan yang lain tidak masuk dalam anggaran pemerintah. Program
Jaring Asmara sebagai partisipasi publik apakah menjadi landasan kebijakan, menjadi
pertanyaan besar tehadap kebijakan pemerintah apabila tidak masuk dalam
pengambilan kebijakan ke depan. Sehingga harud ada singkronisasi antara kebijakan
pemerintah dengan kebutuhan rakyat. Maka proses pengambilan kebijakan oleh
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bengkulu. Maka perlu
dilihat bagaimana suara publik dapat masuk menjadi kebijakan daerah sehingga
menjadi kebijkan daerah. Berdasarkan data PDRB kota Bengkulu ada beberapa sektor
yang sangat berpengaruh pada masyarakat antara lain, sebagai berikut :
Sumber : BPS Kota Bengkulu ,2003
I. Tabel 1.3.II. PERSENTASE PDRB KOTA BENGKULU 2003
pengangkutandankomunikasi
32%
perdagangan hoteldan restoran
22%
jasa - jasa22%
keuangan9%
bangunan7% lainnya
8%
28
Tabel 1.3. memberikan gambaran bahwa ternyata sektor pengangkutan
dan komunikasi (32 %) sangat berpengaruh terhadap kondisi masyarakat Bengkulu,
diikuti dengan sektor jasa (22%) serta perdagaan, hotel dan restauran (22%) tetapi
ternyata kebijakan yang diambil pemerintah berbeda dengan kondisi masyarakat.
Secara umum dapat terlihat dari progam prioritas pemerintah Kota Bengkulu tahun
2005 –2007 antara lain sebagai berikut:
Tabel 1.4. Program Prioritas Pemerintah Kota Bengkulu tahun 2005 -2007
Sumber: Laporan Jaring Asmara, 2003
Berdasarkan tabel 1.4. diatas, Pemda Kota Bengkulu meletakan bidang
umum pemerintahan berada dalam prioritas utama diikuti bidang pertanian.
Berdasarkan aspirasi yang masuk dalam program Jaring asmara meletakan bidang
pekerjaan umum sebagai aspirasi yang paling banyak masuk dalam program Jaring
Asmara. Tidak jauh berbeda dalam PDRB Kota Bengkulu menunjukan bidang
pengangkutan dan komunikasi pada urutan utama, dalam program prioriatas
Tahun 20061. Bid Umum pemerintah2. Bid Pertanian3. Bid perikana dan kelautuan4. Bid pertambangan dan energi5. Bid Kehutanan danPekebunan6. Bid perindustrian danperdagangan7. Bid Perkoperasian8. Bid Penanaman Modal9. Bid Ketenagakerjaan10. Bid Kesehatan11. Bid Pendidikan dan Kebudayaan12. Bid Sosial13. Bid Penataan Ruang14. Bid Pemukiman15. Bid Pekerjaan Umum16. Bid Perhubungan17. Bid lingkungan Hidup18. Bid Kependudukan19. Bid Olahraga20. Bid Kepariwisataan21. Bid Pertanahan
Tahun 20051. Bid Umum pemerintah2. Bid Pertanian3. Bid perikana dan kelautuan4. Bid pertambangan dan energi5. Bid Kehutanan dan Pekebunan6. Bid perindustrian dan perdagangan7. Bid Perkoperasian8. Bid Penanaman Modal9. Bid Ketenagakerjaan10. Bid Kesehatan11. Bid Pendidikan dan Kebudayaan12. Bid Sosial13. Bid Penataan Ruang14. Bid Pemukiman15. Bid Pekerjaan Umum16. Bid Perhubungan17. Bid lingkungan Hidup18. Bid Kependudukan19. Bid Olahraga20. Bid Kepariwisataan21. Bid Pertanahan
Tahun 20071. Bid Umum pemerintah2. Bid Pertanian3. Bid perikana dan kelautuan4. Bid pertambangan dan energi5. Bid Kehutanan dan Pekebunan6. Bid perindustrian dan perdagangan7. Bid Perkoperasian8. Bid Penanaman Modal9. Bid Ketenagakerjaan10. Bid Kesehatan11. Bid Pendidikan dan Kebudayaan12. Bid Sosial13. Bid Penataan Ruang14. Bid Pemukiman15. Bid Pekerjaan Umum16. Bid Perhubungan17. Bid lingkungan Hidup18. Bid Kependudukan19. Bid Olahraga20. Bid Kepariwisataan21. Bid Pertanahan
29
pemerintah bidang perhubungan diletakkan pada urutan enam belas. Jadi bila
pembangunan Kota Bengkulu masih melihat kebutuhan pemerintah sebagai
kebutuhan utama ternyata tidak sesuai dengan data kebutan masyarakat dan aspirasi
yang masuk kepada pemerintah. Sehingga akan terjadi distorsi kebutuhan dan
pembangunan Kota Bengkulu. Pembangunan yang dilakukan dalam prioritas
pembangunan pemerintah ternyata belum menggambarkan kebutuhan dan arah
pembangunan Kota Bengkulu.
Apabila program pemerintah tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat
dikhawatirkan pembanguann akan tidak tetap sasaran dan dapat menimbulkan
kesenjangan pembangunan dalam masyarakat kota Bengkulu.
Berdasarakan permasalahan yang ada di atas maka penulis tertarik
untuk membahas lebih jauh tentang partisipasi publik yang terjadi pada masyaralat
Kota Bengkulu, dengan judul “Analisis implementasi program penjaringan aspirasi
masyarakat (jaring asmara) pada Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kota
Bengkulu”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dibuat rumusan masalah
“Bagaimana proses implementasi program penjaringan aspirasi masyarakat
yang dilaksanakan oleh Bappeda Kota Bengkulu ?”.
30
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui mekanisme pelaksanaan program jaring asmara.
2. Mengetahui implementasi program jaring asmara pada Bappeda Kota
Bengkulu.
3. Mengetahui dan menganalisis kesenjangan yang terjadi antara mekanisme
dan implementasi program jaring asmara pada Bappeda Kota Bengkulu.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Diharapkan dari penelitian dapat memperkaya bahan referensi yang
berhubungan dengan partisipasi masyarakat.
2. Memberikan masukan bagi Pemerintah Kota Bengkulu ,Bappeda dan
Instansi yang terkait dalam partisipasi masyarakat.
3. Memperkaya khasanah keilmuan dan tradisi ilmiah pada jurusan Ilmu
Administrasi Negra Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
31
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Implementasi Program
Kamus Webster, merumuskan secara pendek bahwa to implement
(mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan
saran untuk melaksanakan sesuatu). Kalau pandangan ini kita ikuti maka
implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses pelaksanaan
keputusaan kebijakan (biasanya dalam bentuk UU, Peraturan Pemerintah, keputusan
Peradilan, perintah Eksekutif dan Dekrit Presiden). (dalam Wahab, 1990:64)
Presmen (dalam Wahab, 1991:49) mendefinisikan implementasi sebagai
sebuah proses interaksi antar suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk
meraihnya.
Agak mirip dengan pandangan diatas, Van Meter dan Van Horn (dalam
Wahab, 1997:;65) merumuskan proses implementasi itu sebagai those action by
public or individuals (or groups) that are directed at the achiment of objectives set
forth Indonesian prior decisions (tindakan –tindakan yang baik dilakukan oleh
individu -individu atau pejabat –pejabat atau kelompok –kelompok pemerintah atau
swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan -tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijaksanaan).
Selain itu Daniel A. Mazmaniaan dan Paul A. Sabatier (dalam wahab,
1997:65) menjelaskan makna implementasi ini dengan menyatakan bahwa :
‘memahani apa yang kenyataanya terjadi sesudah suatu program dinyatakanberlaku/dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi yaknikejadian kejadian dan kegiatan – kegiatan yang sesudah disahkan pedoman
32
– pedoman kebijaksanaan Negara, yang mencakup baik usaha –usaha yangmengadministarsinya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyatapada masyarakat/ kejadian – kejadian’.
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
implementasi merupakan proses interaksi antara individu/kelompok//golongan dalam
rangka untuk mencapai tujuan –tujuan yang telah digariskan keputusan yang dapat
menimbulkan dampak nyata pada masyarakat.
Perserikatan Bangsa –Bangsa (PBB) (dalam Tjokroamidjojo,1985:195)
mengartikan program sebagai sesuatu yang diemban dan membentuk suatu aktifitas
sosial yang terorganisir pada tujuan tertentu, yang terbatas pada ruang dan waktu.
Biasanya pengembangan suatu program berupa proyek kegiatan yang merupakan
salah satu bagian dalam program tersebut.
Presmen (dalam Jones, 1991:295) mendefinisikan implementasi program
sebagai sebuah proses interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang
mampu untuk meraihnya. Dengan demikian implementasi program diperlukan adanya
kemampuan untuk membentuk hubungan –hubungan lebih lanjut dalam rangka sebab
akibat yang menghubungkan tindakan dan tujuan. Selanjutnya Martin (dalam
Tjokomadjojo,1989:154) menyatakan kajian terhadap implementasi program dapat
dilaksanakan dengan mencatat apa yang telah dicatat program, kemudian
mengidentifikasikan permasalahan dalam pelaksanaan program, terutama yang
mengakibatkan tidak dapat terealisasinya secara baik sekaligus memberikan arah
pemecahan masalah tersebut.
George C. Edward III (dalam Abdullah, 1988:400-402) menyatakan untuk
mendekati persoalan implementasi program, Edward mengajukan dua pertanyaan
33
pokok, Pertama : apa saja yang menjadi prasyarat untuk berhasilnya suatu
implementasi? Kedua: apa saja yang menjadi penghambat utama terhadap berhasilnya
implementasi suatu program?. Edward kemudian menjabarkan suatu pertanyaan
pokok itu menjadi empat faktor/variable yang merupakan syarat berhasilnya
implementasi program. Keempat factor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi, dimana agar imlementasi program berhasil, maka para eksekutorharus mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Hal ini menyangkut prosespenyampainan informasi, atau ta\ransmisi, kejelasan dan konsisten informasi.
2. Sumber daya, yang mencakup staf yang cukup, tersedianya informasi yangdibutuhkan, kewenangan dan tanggung jawab serta fasilitas yang tersediadalam pelaksanaan.
3. Disposisi, komitmen para pelaksanan terhadap program, terytama para aparatbirokrasi.
4. struktur birokrasi, yakni terdapat prosedur baku/standar yang mengatur tataaliran pekerjaan dan pelaksanaan program (termasuk di dalamnya mekanismekoordinasi).
Selain itu menurut pendapat Jones (1991:296) dalam mengimplemtasikan
program ada tiga pilar utama sebagai perangkat utama, dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Organisasi pelaksana program
Menyangkut masalah organisasi, Waterson (dalam Tjokroamidjojo
dkk,1988:40) keberhasilan pembangunan berencana tergantung pada kapasitas
struktur administrasi untuk melasanakan rencana – rencana, program –program dan
proyek –proyek dalam setiap bidangn kegiatan. Organisasi sebagai wadah dan proses
menentukan sekali dalam rangka pencapaian tujuan. Tingginya kemampuan
organisasi memberi harapan besar untuk mengimplementasikan program secara
efektif. Hal yang senada juga diungkapkan Jones (1991:311) yang menyatakan bahwa
tujuan awal dari organisasi adalah menjalankan program –program yang
34
direncanakan. Menurut Schein (1983:13-14) gagasan penting yang melingkupi
konsep organisasi antara lain berupa koordinasi, tujuan bersama dan pembagian kerja.
2. Interpretasi Pelaksana Program
Gibson (1990:56-57) mengartikan persepsi sebagai proses kognitif yang
diperlukan oleh seseorang untuk menafsirkan mencakup penafsiran objek, tanda, dan
dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Interpretasi terhadap program
mempengaruhi keeftifan implementasinya, dalam segala permasalahannya dikatakan
oleh Edward (dalam Jones, 1991:320) pihak yang terlibat dalam implementasi
program harus tahu apa yang seharusnya dilakukan. Pemahaman secara tepat
terhadap program diperlukan untuk mampu menginterprestasikan secara tepat,
akibatnya pelaksanaan program akan mempunyai kebijakan tersendiri dalam
memberlakukan implementasi program.
Menurut Drucker (dalam Nigro dan Nigro, 1980:299) alat yang tepat yang
dipergunakan untuk hal tersebut adalah komunikasi. Melalui komunikasi yang baik
akan dapat mempengaruhi terhadap sikap para pelaksana program, yang mana
Edward III (1980:11) menyatakan bahwa efektifitas implementasi program bukan
hanya para implementor mengetahui apa yang akan dilakukan dan mempunyai
kemampuan untuk itu, tetapi para implementor juga harus berkeinginan
melaksanakan kebijakan tersebut.
3. Penerapan Program
Dimensi terakhir dari implementasi program adalah analisis terhadap
pemindahan rumusan program ke dalam kegiatan. William (dalam Jones, 1991: 295)
menyatakan :
35
‘Masalah yang paling penting dalam penerapan adalah hal memindahan suatukeputusan ke dalam kegiatan atau pengoperasian dengan cara tertentu. Dancara tersebut adalah bahwa apa yang dilakukan memiliki kemiripan nalardengan keputusan tersebut, serta berfungsi dengan baik di dalam lingkuplembaga. Ini mengandung pesan yang lebih jelas dibandingkan dengankesulitan dalam menjembatani jurang pemisah antara keputusan kebijakandan bidang kegiatan yang dikerjakan’.
Dimensi ini menunjukan bahwa implementasi program membutuhkan daya,
pikiran dan waktu yang lama, mungkin jauh berbeda dari dugaan para penyusun
program. Implementasi bukan sekedar perkiraan hipotesisi dari orang – orang yang
memperhitungan dan merencanakan.
2.2. Partisipasi
Suplan dalam kamus istilah Kesejahteraan Sosial (1983: 86)
mendefinisikan partisipasi adalah sebagai Pengambilan bagian dalam suatu kegiatan
tertentu terdidik dari golongan masyarakat dan tunduk sepenuhnya pada pola –pola
kebiasaan yang berlaku dalam golongan itu. Sedangkan menurut Siagian (dalam
Khahar 1996:8) mengemukakan partisipasi sebagai ‘keterlibatan pikiran, mental,
emosional dan tindakan – tindakan individu dalam suatu kelompok untuk mendorong
agar mereka mengeluarkan kemampuan guna mencapai tujuan - tujuan kelompok
dan ikut bertanggung jawab atas kelompoknya’.
Menurut Battacharyya dalam Ndraha (1991:102), partisipasi diartikan
sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Selanjutnya Ndraha (1984:59),
mengatakan partisipasi adalah keterlibatan seseorang terhadap kegiatan bersama.
kemudian Davis dalam Harsono (1990:4), mengemukakan pendapatnya tentang
partisipasi yaitu keterlibatan mental dan emosional seseorang pada situasi kelompok
36
yang mendorongnya untuk ambil bagian terhadap pencapaian tujuan kelompok serta
ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan tersebut.
Disamping itu menurut Ndraha, (1987:103) :
‘partisipasi dapat dianggap sebagai tolak ukur apakah proyek yangbersangkutan merupakan kepentingan msyarakat setempat atau bukan,umpamanya proyek pembangunan disuatu daerah, tetapi masyarakat tidakmempunyai kesempatan perpartisipasi didalamnya, maka pada hakekatnyaproyek itu bukanlah proyek pembangunan daerah setempat.’
Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi
merupakan keterlibatan pikiran, mental, emosional dan tindakan – tindakan individu
agar mereka mengeluarkan kemampuan untuk ambil bagian terhadap pencapaian
tujuan kelompok serta ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan tersebut guna
mencapai tujuan - tujuan kelompok dan ikut bertanggung jawab atas kelompoknya.
Hal ini dipertegas dengan pendapat Tjokroamidjojo (1983:225) yang
menyatakan bahwa :
‘Partisipasi merupakan keterlibatan berbagai pihak dalam suatu proses yangditentukan sebelumya. Ditegaskan kembali, bahwa partisipasi adalah terlibatnyaatau bergeraknya seluruh masyarakat dalam proses pembangunan yangterencana sesuai dengan arah dan startegi yang telah ditetapkan melalui suatubentuk partisipasi dalam suatu proses pembangunan’.
Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa partisipasi masyarakat
sangat penting dalam pembangunan. Jadi keberhasilan pembangunan sangat
ditentukan peran partisipasi dan keikut sertaan masyarakat.
Menurut Hamid (1997:6), partisipasi dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu:
1. Buah pikiran, partisipasi ini merupakan sumbangan yang diberikan seseorangatau kelompok masyarakat terhadap aktivitas – aktivitas seperti saran, ide ataupengalaman.
2. Tenaga, partisipasi ini sering dilakukan dalam gotong royong, hajatan,kemalangan dan sebagainya yang bersifat spontan.
37
3. Harta benda atau materi, partisipasi ini erat hubungannya dengan pemberianuang atau harta dengan penuh kerelaan untuk kepentingan bersama.
Selain itu menurut Tjokroamidjojo (1985:222-224), ada empat aspek
penting dalam rangka partisipasi masyarakat dalam pembangunan yaitu:
1. Terlibat dan ikut serta masyarakat tersebut sesuai dengan mekanisme proseskebijakan dalam suatu negara yang turut menentukan arah, strategi dankebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah.
2. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan - tujuan danterutama cara – cara dalam merencanakan tujuan itu sebaiknya.
3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan – kegiatan nyata dan konsisiten denganarah, startegi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses sebelumya.
4. Adapun perumusan dan pelaksanaan program –program partisipatif dalampembangunan yang terencana, yang memberikan kesempatan secara langsungkepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam rangka yang memyangkutkesejahteraan mereka, dan juga secara langsung melaksanakan sendiri sertamemetik hasil pembangunan tersebut.
Hasil penelitian Glodsmith dan Blustain (dalam Ndraha, 1987:105)menyatakan masyarakat bergerak berpartisipasi jika :
1. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yangsudah ada ditengah –tengah masyarakat.
2. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung pada masyarakat yangbersangkutan.
3. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentinganmasyarakat setempat.
4. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan olehmasyarakat.
Dari penjelasan – penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi
masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan sehingga dalam pelaksanaanya
diperlukan perencanaan – perencanaan di dalamnya.
Menurut pendapat Paulus Wirotomo (124:2004) antara lain:
’dalam perencanaan pembangunan keikutsertaan masyarakat bukanmerupakan sekedar alat atau cara tetapi merupakan bagian dari tujuan,karena dari keikutsertaan yang aktif dan kreatif itulah hakekat manusiasebagai makhluk yang memilki aspirasi dan harga diri’.
38
Selain pendapat tersebut Wisnu Hidayat (5:2005) mengatakan partisipasi
stakeholder sangat diperlukan pemerintah dalam membantu pengelolaan sumber daya
daerah secara optimal.
Menurut Rachmad Bahari (8:2005) mengatakan bahwa :
’agar partisipasi dapat dirasakan manfaatnya, terdapat tiga prinsip yangharus dipenuhi yakni memiliki kepemilikan akses pada pembuatan kebijakan, aksespada informasi publik dan akses pada proses peradilan sehingga tidak terjadimanipulasi yang dapat merugikan rakyat’.
Beberapa permasalahan perencanaan baik dari proses maupun hasilnya
yang selama ini ada dan berkembang di era desentralisasi adalah (GTZ dan CLEAN
Urban, 2000) :
- Perumusan/perencanaan pembangunan daerah hanya terbatas pada instansi –instansi pemerintah
- Prioritas pembngunan daerah tidak mencakup rencana strategis jangkapanjang, tetapi berubah berdasarkan prioritas yang ditetapkan oleh kepaladaerah (atau bersama dengan DPRD).
- Pendekatan peerencanaan partisipatif di tingkat desa/kelurahan tidak berlanjutdan bersambung ke tingkat perencanaan pembanguinan diatasnya.
- Masyarakat tidak berminat untuk berpartisipasi dalam perencanaan- Tidak terintergrasinya perencanaan pembangunan daerah- Tidak adanya transparansi atas usulan masyarakat yang masuk atau yang
sedang didiskusikan mematikan partisipasi masyarakat dalam menjaga usulanagar dapat diperhatikan.
- Ketidak jelasan fungsi DPRD dalam perencanaan pembangunan daerah.- Tidak tersedianya penjelasan mengenai tingkat, cakupan dan cara partisipasi
masyarakat dalam perencanaan yang efektif.- Tidak adanya dialog yang efektif antar pelaku pembangunan dalam
perencanaan.- Perencanaan pembangunan tidak sesuai dengan metodologi perencanaan yang
sistematis.- Tidak jelasnya peran, fungsi serta kontribusi pemerintah propinsi dalam
perencanaan wilayah.- Tidak terfasilitasinya potensi dari sektor swasta dan masyarakat dalam
perencanaan pembangunan daerah.- Kurang validnya dan akurat data yang tersedia untuk pembuatan kebijakanh
dan perencanaan.
39
2.3. Landasan Kegiatan
kegiatan jaring Asmara merupakan program kerja pemerintah Kota
Bengkulu sebagai kegiatan awal yang dilaksanakan Bappeda Kota Bengkulu dalam
rangka menyaring aspirasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Dasar
kegiatan ini berdasarkan di Indonesia dengan UU no 25 tahun 2004 tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional telah membuka peluang publik untuk ikut terlibat
dalam menentukan arah kebijakan pembangunan Menurut UU no. 25 tahun 2004
pasal 1 butir 21 disebutkan bahwa Musrenbang adalah forum antarpelaku (multi
stakeholder) dalam rangka penyusunan rencana pembangunan nasoinal dan
pembangunan daearah. (Rahmad Bahari, 20: 2005).
Selain UU no. 25 tahun 2004, Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002 tentang
“Pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta
tata cara penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), pelaksanaan
tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan
belanja daerah” terutama pasal 17 ayat 2 disebutkan bahwa :
‘dalam penyusunan arah dan kebijakan APBD sebagaimana dimaksud padaayat 1, diawali dengan penjaringan aspirasi masyarakat , berpedoman padarencana strategi daerah dan/atau dokumen perencanaan lainnya yangditetapkan daerah, serta pokok-pokok kebijakan nasioanl di bidang keuangandaerah oleh Menteri Dalam Negeri’.
Di Kota Bengkulu dengan adanya Surat Keputusan Kepala Bappeda Kota
Bengkulu nomor 05 tahun 2004 tentang penunjukan tim penjaringan aspirasi
masyarakat Kota Bengkulu tahun anggrana 2004 dengan memutuskan terbentuknya
Tim Jaring Asmara membuka peluaang masyarakat untuk terlibat aktif dalam
pelaksanaan perencanaan pembangunan. Adapun tugas tim Jaring Asmara antara lain:
40
1. Melaksanakan Penjaringan Aspirasi masyarakat sebagai media perencanaanPartisipatif dalam rangka penyusunan dan penetapan Arah Kebijakan Umum(AKU) APBD tahun 2005
2. Membuat dan menyampaikan laporan hasil penjaringan aspirasi masyarakatserta rekomendasi dalam penyusunan Arah Kebijakan Umum APBD tahun2005 kepada Walikota Bengkulu
Dalam petunjuk pelaksanan Penjarinagn Aspirasi masyarakat ada tiga
instrumen dalam penjaringan aspirasi masyarakat antara lain:
1. Survey melalui Koesioner2. Observasi dan pengamatan3. Dialog interaktif
41
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan metode kualitatif. Metode
kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2004:3) adalah :
‘Sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisandari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif ini diarahkanpada latar belakang dan individu tersebut secara holistik (utuh), sehinggapeneliti tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atauhipotesis tetapi melihat individu sebagai bagian dari suatu keutuhan’.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut
Setya Yuwana Sudikan (dalam Bungin, 2004:56) penelitian kualitatif bersifat
pemerian (deskriptif), artinya mencatat secara teliti segala (fenomena) yang dilihat
dan didengar serta dibacanya (via wawancara atau bukan, catatan lapangan, foto,
video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi atau bukan, dan
lain-lain), dan peneliti harus membanding-bandingkan, mengkombinasikan,
mengabstraksikan, dan menarik kesimpulan.
Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif ini bertujuan menggambarkan
secara tepat sifat-sifat suatu individu atau kelompok tertentu, keadaan, gejala, dan
untuk menentukan frekuensi atau antara suatu gejala dalam masyarakat
(Koentjaraningrat, 1983:29). Diharapkan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
ini diharapkan metode analisis deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang
mencoba menggambarkan kejadian, fakta, dan data dari gejala sosial yang ada di
lapangan dengan menggunakan teori yang ada. Metode ini digunakan peneliti untuk
42
memperoleh gambaran dan mengungkapkan bagaimana pelaksanaan implementasi
program Jaring Asmara pada Bappeda Kota Bengkulu.
3.2 Definisi Konseptual
Secara konseptual yang dimaksud dengan implementasi program Jaring
Asmara adalah proses interaksi antara perangkat tujuan dan tindakan untuk
melakukan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan –
tujuan yang telah diputuskan sehingga menimbulkan dampak nyata dalam
masyarakat.
3.3 Definisi Operasional
Secara operasional, indikator yang digunakan dalam penilaian terhadap
program Jaring Asmara meliputi :
1. Organisasi pelaksana program
v Pelaksana kegiatan.
v Pembagian tugas dan koordinasi dengan lembagaa/instansi yang terkait dalam
pelaksanaan program.
v Desentarlisasi wewenang.
2. Interprestasi terhadap program
v Pemahaman terhadap program.
v Tanggapan terhadap program.
v Dukungan terhadap program.
43
3. Penerapan program
v Sosialisasi program.
v Akses/pelayan terhadap masyarakat.
v Pencapaian sasaran
3.4 Sumber Data
3.4.1 Data Primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari objek penelitian
yaitu berupa hasil wawancara langsung dengan sasaran penelitian.
3.4.2 Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dalam bentuk laporan yang
dikumpulkan dari berbagai sumber guna mendukung penelitian ini,
seperti data atau dokumen dari Bappeda Kota Bengkulu maupun hasil
dari pengamatan langsung dari penelitian lapangan dari program Jaring
Asmara.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka diperlukan teknik-teknik tertentu
dalam rangka pengumpulan data, yaitu:
1. Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara dapat diberi pengertian sebagai tanya jawab yang
dilakukan oleh peneliti dengan informan yang dapat memberikan data untuk
44
mendukung penelitian tersebut. Dalam hal ini yang diwawancarai adalah
informan pihak yang terkait dalam penelitian yaitu panitia anggaran, yang
tentunya berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disusun.
2. Observasi lapangan
Metode yang digunakan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap fenomena-fenomena yang terdapat pada objek penelitian seperti
pelaksanaan program Jaring Asmara yang dilaksanakan oleh Bappeda Kota
Bengkulu.
3. Dokumentasi
Yaitu suatu upaya mempelajari bahan-bahan tertulis yang diperlukan sehubungan
dengan masalah penelitian. Bahan tertulis tersebut dapat berupa arsip, laporan,
agenda, perda, dan buku yang berkaitan dengan materi dan objek penelitian.
Seperti laporan hasil kegiatan Program Jaring Asmara dari tahun sebelumya
maupun kegiatan –kegiatan pemerintah dalam menyusun perencanaan
pembangunan.
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang berhasil diperoleh dalam penelitian kemudian diolah. Menurut
Setya Yuwana Sudikan (dalam Bungin, 2004:56) tahap pengolahan ini kegiatannya
meliputi pemilihan data menurut klasifikasinya , kemudian dilakukan pemisahan
antara data yang tidak diperlukan . Selanjutnya data yang diperlukan di edit agar
dapat dianalisis secara deskriptif kualitatif dalam bentuk tekstular atau kalimat.
45
Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif dengan metode SWOT
(strength, weakness, opportunity, threat). Menurut Noeng Muhajir (2004:113) analisis
SWOT digunakan untuk memperoleh gambaran dari suatu keadaan yang berlangsung
pada saat ini. Metode ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti
pengumpulan data, analisis data, pengolahan data serta pembuatan kesimpulan
tentang keadaan secara nyata dan objektif.
Setelah merincikan gambaran umum kondisi Pemerintah Kota terutama
Bappeda Kota Bengkulu dengan melihat potensi, tantangan, peluangan dan
hambataan yang dialami pada saat ini.
3.7 Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian atau sample dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan tehnik purposive sampling. Penetapan tehnik ini berpedoman pada
pendapat Moleong (2002:6) yaitu sebagai berikut:
“… dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor kontekstual,jadi maksud sample dalam penelitian ini adalah untuk menyaring berbagaisumber dengan demikian tujuannya adalah untuk merinci kekhususan dalamtemuan kontekstual yang unik, dan maksud kedua adalah menggali informasiyang muncul oleh sebab itu penelitian kualitatif tidak ada sample acak ”.
Dalam penelitian ini sasaran merupakan orang –orang yang terlibat secara
langsung dalam kegiatan ini, sesuai dengan spesialisasi kerja dan bidang yang terkait
dengan orang yang diteliti. Maka penelitian ini memerlukan orang –orang yang
menguasi dan memahami prosse yang terjadi pada program jaringn asmara.
46
Menurut Spradly dalam Faisal (1990:45) persyaratan yang harus dimiliki
oleh informan atau sample adalah sebagai berikut:
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses akulturasi
sehingga bukan hanya sekedar diketahui,
2. Mereka yang tergolong masih berkecimpung atau terlibat dalam kegiatan
yang tengah diteliti,
3. Mereka yang mempunyai kesempatan waktu yang memadai untuk dimintai
informasi,
4. Mereka yang mulanya orang yang cukup asing akan peneliti sehingga lebih
menggairahkan untuk dijadikan guru atau narasumber.
Penentuan sample dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling (sample bertujuan), yaitu sample yang sengaja dipilih karena ada maksud
dan tujuan tertentu yang dianggap dapat mewakili populasi secara keseluruhan.
Besarnya jumlah populasi, waktu dan tenaga yang terbatas menjadikan teknik sample
diperlukan.
Dengan demikian yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tim Penjaringan Aspirasi Masyarakat (Jaring Asmara).
2. Dinas/Instansi yang berkaitan dengan program Jaring Asmara di Kota
Bengkulu.
3. Masyarakat yang terlibat dalam program Jaring Asmara.
47
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH
4.1 Umum
Berdasarkan dokumentasi kantor Bappeda Kota Bengkulu 2004, secara
geografis Bappeda Kota Bengkulu terletak di Jalan Let. Jend Basuki Rahmat No.03
Kota Bengkulu dengan batas-batas sebagai berikut :
§ Sebelah Utara berbatasan dengan Dinas Sosial Provinsi Bengkulu.
§ Sebelah Selatan berbatasan dengan Sekretariat DPRD Kota Bengkulu.
§ Sebelah Timur berbatasan dengan tanah kosong.
§ Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Let. Jend Basuki Rahmat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No.50
tanggal 17 November 2000, tentang Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten/Kota bahwa visi dari kantor Bappeda Kota Bengkulu adalah”
Terwujudnya Kota Bengkulu yang maju dan beradab menuju masyarakat madani”.
Adapun misi kantor Bappeda Kota Bengkulu adalah sebagai berikut :
§ Meningkatkan sumber daya manusia semua lapisan masyarakt.
§ Mewujudkan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan kualitas hidup.
§ Memberdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi serta perwujudan
Kota Bengkulu sebagai daerah tujuan wisata.
§ Menegakkan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
§ Mewujudkan aparatur daerah yang bersih dan bebas KKN.
48
4.2 Fungsi dan Tugas Bappeda Kota Bengkulu
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 50 tanggal 17 November
2000, tentang Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota
dan Peraturan Daerah Kota Bengkulu No.26 tahun 2000 tentang Susunan Organisasi
Perangkat Daerah Kota Bengkulu, kantor Bappeda Kota Bengkulu memiliki fungsi
dan tugas sebagai berikut :
§ Bappeda adalah unsur penunjang pemerintahan Kota Bengkulu yang dipimpin
oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Walikota melalui Sekretaris Daerah Kota dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas-tugas Pemerintah Kota baik sebagai unit staf maupun unit
lini.
§ Bappeda Kota mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Kota untuk menentukan kebijakan di bidang
Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Penanaman Modal serta
Penilaian atas pelaksanaannya, mengusahakan keterpaduan antara Rencana
Nasional dengan Rencana Daerah dan mengkoordinasi aspek-aspek
perencanaan di seluruh unit yang terdapat di wilayahnya.
§ Menyusun Pola Dasar Pembangunan Daerah yang selanjutnya dituangkan
dalam Program Pembangunan Daerah (Propeda) dan Rencana Strategis
Pembangunan Daerah (Renstra).
§ Menyusun Pola Dasar Pembangunan Daerah yang terdiri dari Pola Umum
Pembangunan Daerah Jangka Panjang dan Pola Umum Program Tahunan
Pembangunan Daerah ( Propetada) Kota Bengkulu.
49
§ Menyusun Rencana Pembangunan Tahunan Daerah ( Repetada) Kota
Bengkulu.
§ Menyusun program tahunan sebagai pelaksanaan dari rencana-rencana yang
dibiayai sendiri maupun yang diusulkan kepada Provinsi untuk dimasukan
kedalam program Provinsi dan/atau yang diusulkan kepada Pemerintah pusat
untuk dimasukkan ke dalam Program Tahunan Nasional.
§ Melaksanakan koordinasi perencanaan diantara Dinas-dinas, Satuan
Organisasi lain dalam lingkungan Pemerintah Kota, Instansi-instansi Vertikal,
Kecamatan-kecamatan dan Badan-badan lain yang berada dalam wilayah
daerah Kota Bengkulu.
§ Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)
bersama dengan Bagian Keuangan Daerah dengan koordinasi Sekretaris
Daerah Kota Bengkulu.
§ Melaksanakan koordinasi dan/atau mengadakan penelitian untuk kepentingan
Perencanaan Pembangunan di daerah.
§ Mengikuti persiapan dan perkembangan pelaksanaan Rencana Pembangunan
di daerah untuk penyempurnaan rencana lebih lanjut.
§ Memonitor pelaksanaan Pembangunan di daerah.
§ Melaksanakan kegiatan-kegiatan lain dalam rangka perencanaan sesuai
dengan petunjuk Walikota.
4.3 Struktur Organisasi Bappeda Kota Bengkulu
Struktur Organisasi Bappeda Kota Bengkulu berdasarkan peraturan daerah
No.26 Tahun 2000, terdiri dari :
50
1. Kepala Bappeda Kota Bengkulu
2. Sekretariat
3. Bidang Statistik dan Pelaporan
4. Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya
5. Bidang Fisik dan Prasarana
6. Bidang Penelitian
7. Bidang Penanaman Modal Daerah
Kepala Bappeda
Tugas dan fungsi Kepala Bappeda Kota Bengkulu adalah sebagai berikut :
1. Membantu Walikota Bengkulu dalam menentukan kebijaksanaan di bidang
Perencanaan Pembangunan di Kota Bengkulu serta menilai atas pelaksanaannya.
2. Melakukan koordinasi perencanaan diantara Dinas-dinas dalam jajaran
Pemerintah Daerah maupun instansi vertikal di wilayah Kota Bengkulu.
3. Mengikuti persiapan dan perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan di
daerah untuk menyempurnakan perencanaan di Kota Bengkulu.
4. Melakukan inisiatif dan kegiatan dalam bidang perencanaan untuk kemajuan Kota
Bengkulu.
5. Memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya serta memberikan petunjuk dan
bimbingan tugas sehari-hari.
Sekretariat
Sekretariat terdiri dari :
a. Kepala Sekretariat
51
Tugas dan fungsi Sekretariat adalah sebagai berikut :
Memberikan pelayanan tehnis administratif kepada seluruh satuan organisasi
dalam lingkungan Bappeda Kota Bengkulu.
Mengkoordinasikan Kasubag dalam pelaksanaan kegiatan.
Memberikan laporan kepada Kepala mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan.
Menerima perintah baik lisan maupun tulisan dari kepala.
Memberikan saran kepada Kepala untuk kelancaran tugas.
Mewakili Kepala baik lisan maupun tertulis apabila berhalangan.
b. Kepala Sub Bagian Penyusunan Rencana Kegiatan
Tugas dan fungsi Sub Bagian Penyusunan Rencana Kegiatan :
1. Menyusun Program Tahunan Bappeda.
2. Mengikuti pelaksanaan kegiatan diruang lingkup Sekretariat Bappeda
berdasarkan Program tahunan Bappeda.
3. Mengumpulkan hasil kegiatan yang berhubungan dengan penyusunan.
4. Menyusun laporan tahunan Bappeda berkenaan dengan kegiatan yang
dilaksanakan.
c. Kepala Sub Bagian Keuangan
Tugas dan fungsi Sub Bagian Keuangan :
1. Menyusun Rencana Penggunaan dana Belanja Pegawai Rutin untuk satu
tahun.
2. Menerima SPMU gaji dan rutin dari Bagian Keuangan.
3. Menyimpan dan memelihara arsip yang menyangkut keuangan.
4. Menandatangani SPMU gaji dan rutin untuk diuangkan di Bank.
52
d. Kepala Sub Bagian Umum
Tugas dan fungsi Bagian Umum :
1. Mengagendakan surat masuk dan keluar.
2. Mengarsipkan data-data kepegawaian.
3. Mengusulkan peralatan kantor.
4. Membagikan surat-surat ke bidang yang menanganinya.
Bidang Statistik dan Pelaporan
Bidang Statistik dan Pelaporan terdiri dari :
a. Kepala Bidang.
Tugas dan fungsi Kepala Bidang Statistik dan Pelaporan yaitu :
1. Koordinator kegiatan-kegiatan di bidang statistik dan pelaporan.
2. Mengkoreksi tugas dari sub bidang sebelum diteruskan kepada yang lebih
tinggi.
3. Memberikan masukan kepada kepala Bappeda dalam hal pelaksanaan statistik
dan pelaporan di Kota Bengkulu.
4. Memberikan petunjuk kepada Sub Bidang dalam Pelaksanaan tugas sehari-hari.
b. Kepala Sub Bidang Pengumpulan Data
Tugas dan fungsi Sub Bidang Pengumpulan Data terdiri dari :
1. Mengumpulkan data dalam rangka evaluasi proyek.
2. Mengumpulkan data dalam rangka monitoring proyek.
3. Mengumpulkan data dalam rangka evaluasi proyek sektoral.
4. Membantu mengumpulkan data dalam rangka keperluan Bappeda.
c. Kepala Sub Bidang Analisa dan Penilaian.
53
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Analisa dan Penilaian terdiri dari :
1. Menginventarisasi data-data kemajuan pelaksanan proyek pembangunan di
Kota Bengkulu baik secara fisik maupun keuangan.
2. Merekapitulasi laporan-laporan kemajuan pelaksanaan proyek pembangunan di
Kota Bengkulu.
3. Membantu program dan tugas rutin bidang statistik dan pelaporan Bappeda
Kota Bengkulu.
d. Kepala Sub Bidang Pelaporan.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Pelaporan terdiri dari :
1. Menginventasiskan hasil-hasil pembangunan.
2. Mempersiapkan bahan laporan Kepala Daerah.
3. Membina ketatusahaan hasil hasil pembangunan.
4. Membantu Program dan tugas rutin dari Bidang Statistik dan Pelaporan.
e. Kepala Sub Bidang Peraga.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Peraga terdiri dari :
1. Mengolah data yang diterima dari Dinas/Instansi.
2. Membuat data-data hasil pembangunan untuk dokumentsi Pemerintah Daerah.
3. Membina statistik dan kegiatan dokumentasi.
4. Membuat tugas rutin di Bidang Statistik dan Pelaporan.
Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya
a. Kepala Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya
Tugas dan Fungsi Kepala Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya terdiri dari :
54
1. Menyusun kegiatan perencanaan pembangunan kesejahteraan rakyat,
pertanian, koperasi serta industri dan jasa.
2. Mengkoordinasikan rencana pembangunan kesejahteraan rakyat , pertanian,
koperasi yang sedang disusun oleh Dinas Daerah dalam lingkungan
Pemerintah Daerah, Instansi vertikal dan Badan-badan lain yang berada dalam
daerah Kota Bengkulu.
3. Melakukan inventarisasi permasalahan di bidang ekonomi dan sosial budaya.
4. Mengkoordinasikan kegiatan program tahunan di bidang ekonomi dan sosial
budaya atau proyek yang diusulkan kepada pemerintah daerah tingkat I dan
diusulkan kepada pemerintah pusat.
b. Kepala Sub Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Tugas dan fungsi Sub Bidang Kesejateraan Rakyat terdiri dari :
1. Menyusun kegiatan perencanan pemanfataan sarana pendidikan, kesehatan
keluarga berencana.
2. Menginventaris kegiatan perencanaan sektor pendidikan, kesehatan dan
keluarga berencana.
3. Membantu Kepala Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya dalam
mengkoordinasikan rencana program pembangunan, sektor pendidikan,
kesehatan dan keluarga berencana yang diusulkan oleh Dinas/Instansi/
Kecamatan/ Kota Bengkulu.
c. Kepala Sub Bidang Pertanian.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Pertanian terdiri dari :
55
1. Menyusun kegiatan perencanaan pembangunan pertanian tanaman pangan,
peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan.
2. Menghimpun dan menyiapkan data dan bahan untuk penyusunan dan rencana
dan program tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, dan
kehutanan.
3. Membantu Kepala Sub Bidang Ekonomi Sosial Budaya dalam
mengkoordinasikan rencana program pembangunan pertanian yang diusulkan
oleh Dinas/Instansi yang ada dalam pemerintah daerah Kota Bengkulu.
e. Kepala Sub Bidang Industri dan Jasa
Tugas dan fungsi Sub Bidang Industri dan Jasa terdiri dari :
1. Menyusun kegiatan dan perencanan program perindustrian, jasa angkutan,
perbankan dan kegiatan sejenis.
2. Menghimpun dan menyiapkan data/bahan untuk menyusun rencana dan
program pemanfaatan sarana industri, jasa angkutan dan perbankan.
3. Membantu Kepala Bidang Ekonomi Sosial dan Budaya dalam
mengkoordinasikan rencana program pembangunan sektor produksi dan jasa
yang diusulkan oleh dinas dalam jajaran Pemerintah Daerah Kota Bengkulu.
e. Kepala Sub Bidang Koperasi dan Pemasaran.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Koperasi dan pemasaran terdiri dari :
1. Menyusun kegiatan perencanaan program usaha perkoperasian dan
pemasaran.
2. Menghimpun dan menyiapkan data penyusunan rencana program
pemanfaatan sarana koperasi dan pemasaran produksi.
56
3. Membantu Kepala Bidang Ekonomi Sosial Budaya dalam mengkoordinasikan
rencana program pembangunan sektor koperasi dan pemasaran produksi yang
diusulkan oleh Dinas/Instansi dalam jajaran Pemerintah Daerah Kota
Bengkulu.
Bidang Fisik dan Sarana
a. Kepala Bidang Fisik dan Sarana.
Tugas dan Fungsi Kepala Bidang Fisik dan Sarana terdiri dari :
1. Menyusun kegiatan perencanan pembangunan pengairan, perhubungan,
telekomunikasi serta tata ruang dan tata guna tanah, lingkungan hidup.
2. Melakukan inventaris permasalahan di Bidang Fisik dan Prasarana serta
merumuskan pemecahan permasalahannya.
3. Mengkoordinasikan rencana pembangunan pengairan, perhubungan serta
telekomunikasi yang disusun oleh dinas/instansi di lingkungan Pemerintah
Daerah Kota Bengkulu.
b. Kepala Sub Bidang Pengairan.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Pengairan terdiri dari :
1. Menyusun kegiatan perencanan di Bidang Pengairan.
2. Menghimpun dan menyiapkan data dan bahan dalam penyusunan rencana dan
program di Bidang Pengairan.
3. Membantu Kepala Bidang Fisik dan Prasarana dalam mengkoordinasikan
rencana program pembangunan sektor Pengairan, yang diusulkan oleh
dinas/instansi dalam jajaran Pemerintah Kota Bengkulu.
57
c. Kepala Sub Bidang Perhubungan dan Telekomunikasi.
Tugas dan fungsi Sub Bidang Perhubungan dan Telekomunikasi terdiri dari :
1. Menyusun kegiatan perencanan di sektor Perhubungan dan Telekomunikasi.
2. Menghimpun dan menyiapkan data dan bahan dalam penyusunan rencana dan
program di sektor Perhubungan dan Telekomunikasi.
3. Membantu Kepala Bidang Fisik dan Prasarana dalam mengkoordinasikan
rencana program pembangunan sektor Perhubungan dan Telekomunikasi yang
diusulkan oleh Dinas/instansi lain dalam jajaran Pemerintah Daerah Kota
Bengkulu.
d. Kepala Sub Bidang Tata Ruang dan Tata Guna Tanah.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Tata Ruang dan Tata Guna Tanah terdiri dari :
1. Menyusun kegiatan perencanan di Bidang Tata Ruang dan Tata Guna Tanah.
2. Menghimpun dan menyiapkan data dan bahan dalam penyusunan rencana dan
program di sektor Tata Ruang dan Tata Guna Tanah.
3. Membantu Kepala Bidang Fisik dan Prasarana dalam Mengkoordinasikan
rencana program pembangunan sektor Tata Ruang dan Tata Guna Tanah, yang
diusulkan oleh dinas/instansi dalam jajaran Pemerintah Kota Bengkulu.
e. Kepala Sub Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup terdiri
dari :
1. Menyusun kegiatan perencanan di Bidang Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup.
58
2. Menghimpun dan menyiapkan data dan bahan dalam penyusunan rencana dan
program di sektor Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
3. Membantu Kepala Bidang Fisik dan Prasarana dalam mengkoordinasikan
rencana program pembangunan sektor Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup, yang diusulkan oleh Dinas/Instansi dalam jajaran Pemerintah Kota
Bengkulu.
Bidang Penelitian.
a. Kepala Bidang Penelitian.
Tugas dan Fungsi Kepala Bidang Bidang Penelitian terdiri dari :
1. Menyusun kegiatan perencanan pembangunan Bidang Penelitian untuk
perencanaan pembangunan di daerah.
2. Menghimpun dan menyiapkan data dan bahan dalam penyusunan rencana dan
program di Bidang Penelitian, Ekonomi, Sosial Budaya, Fisik dan Prasarana.
3. Membantu Kepala Bappeda dalam mengkoordinasikan rencana Program
Penelitian yang diusulkan oleh Instansi/Dinas untuk perencanaan
pembangunan daerah.
b. Kepala Sub Bidang Sosial dan Budaya.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Sosial dan Budaya terdiri dari :
1. Menginventaris dan mengumpulkan permasalahan Sosial Budaya untuk
penelitian dari Dinas/Instansi terkait.
2. Menyiapkan bahan laporan kegiatan penelitian dan tahunan Bidang Sosial
Budaya.
59
3. Membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan
kegiatan penelitian dalam rangka perencananaan pembangunan Pemerintah
Kota Bengkulu.
4. Membantu Kepala Bidang Penelitian dalam rencana program penelitian
Bidang Sosial Budaya yang disusun oleh dinas/instansi penelitian.
c. Kepala Sub Bidang Ekonomi.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Ekonomi terdiri dari :
1. Menginventaris dan mengumpulkan permasalahan Ekonomi untuk penelitian
dari dinas/instansi terkait.
2. Menyiapkan bahan laporan kegiatan penelitian dan tahunan Bidang Ekonomi.
3. Membantu Kepala Bidang Penelitian dalam rencana program penelitian
Bidang Ekonomi yang disusun oleh dinas/instansi penelitian.
d. Kepala Sub Bidang Fisik dan Prasarana.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Fisik dan Prasarana terdiri dari :
1. Menginventaris dan mengumpulkan permasalahan Fisik dan Prasarana untuk
penelitian dari dinas/instansi terkait.
2. Menyiapkan bahan laporan kegiatan penelitian dan tahunan Bidang Fisik dan
Prasarana.
3. Membantu Kepala Bidang Penelitian dalam rencana program penelitian
Bidang Fisik dan Prasarana yang disusun oleh dinas/instansi penelitian.
Bidang Penanaman Modal Daerah.
a. Kepala Bidang Penanaman Modal Daerah .
Tugas dan Fungsi Kepala Bidang Penanaman Modal Daerah terdiri dari :
60
1. Mewakili Kepala Bappeada Kota di Bidang Penanaman Modal Derah.
2. Membantu Kepala Bappeda dalam penyusunan program kegiatan bidang
Penanaman Modal Daerah.
3. Mengadakan hubungan kerjasama dengan organisasi dalam lingkungan
Pemerintah Daerah Kota dan Instansi vertikal dalam kegiatan penanaman
Modal Daerah.
b. Kepala Sub Bidang Program.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Program terdiri dari :
1. Mengkoordinasikan perencanaan penanaman modal daerah di Kota Bengkulu
secara terpadu dengan peraturan peraturan perundangan yang berlaku.
2. Merumuskan program dan melaksanakan pengkajian penelitian terhadap
penanaman modal.
3. Mempersiapkan usul pembangunan prasarana yang akan menunjang
penanaman modal untuk diprogramkan dalam APBD Kota maupun APBN.
c. Kepala Sub Bidang Perizinan.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Perizinan terdiri dari :
1. Membantu melaksanakan tugas mewakili Kepala Bidang Penanaman Modal
Daerah Kota mengikuti pertemuan bila yang bersangkutan berhalangan.
2. Mempersiapkan data tersedianya lahan dan bahan baku bagi proyek
Penanaman Modal di kota.
3. Melaksanakan penilaian penerbitan perizinan di Kota Bengkulu bagi izin-izin
Pemerintah Propinsi dan Kota.
61
d. Kepala Sub Bidang Kerjasama.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Kerjasama terdiri dari :
1. Membantu dan melaksanakan tugas mewakili Kepala Bidang.
2. Melakukan hubungan kerjasama dengan organisasi dalam lingkungan
Pemerintah Daerah Kota dan Instansi vertikal.
e. Kepala Sub Bidang Pengendalian dan Pengawasan.
Tugas dan Fungsi Sub Bidang Pengendalia dan Pengawasan terdiri dari :
1. Melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman
modal yang telah memperoleh persetujuan Pemerintah
2. Mengikuti dan melakukan pengawasan atas penggunaan fasilitas yang telah
dimanfaatkan bagi penanaman modal.
3. Melakukan pengkajian dan penilaian atas laporan yang berhubungan dengan
penanaman modal daerah.
4.4 Keadaan Kepegawaian
Kantor Bappeda Kota Bengkulu dikelola oleh pegawai yang berjumlah 46
orang. Berbagai karakteristik pegawai kantor Bappeda Kota Bengkulu dapat
diuraikan dalam bentuk berdasarkan jabatan, jenis kelamin, latar belakang
pendidikan, tingkat pendidikan dan berdasarkan golongan.
4.4.1 Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) maka
pegawai kantor Bappeda Kota bengkulu terdiri dari 15 orang perempuan atau sebesar
32,61 % dan laki-laki sebanyak 31 orang atau sebesar 67,39 %. Hal ini lebih jelas
dapat dilihat dari tabel berikut ini.
62
Tabel 4.4.1. Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenis KelaminNo. Jenis kelamin Jumlah Persentase1. Perempuan 15 32,612. Laki-laki 31 67,39
Jumlah 46 Orang 100 % (Sumber : Dokumen Bappeda, 2005)
4.4.2 Keadaan Pegawai Berdasarkan Jabatan
Keadaan pegawai dilihat berdasarkan jabatan yang dipegangnya, dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4.2. Keadaan Pegawai Berdasarkan JabatanNo. Jabatan Jumlah V. Persentase1. Kepala Kantor 1 2,172. Sekretaris 1 2,173. Kepala Bidang 5 10,874. Ka. Sub Bidang 19 41,305. Ka. Sub Bagian 3 6,526. Staf Pelaksana 17 36,96
Jumlah 46 Orang 100 % (Sumber : Dokumen Bappeda, 2005)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa keadaan pegawai berdasarkan
jabatan, ternyata pegawai yang berkedudukan sebagai pelaksana yaitu sebanyak 17
orang atau 36,96 %, sebagai kepala bidang sebanyak 5 orang atau sebesar 10,87 %,
sebagai kepala sub bidang sebanyak 19 orang atau 41,30 %, kepala sub bagian
sebanyak 3 orang atau 6,52 % dan kepala kantor dan sekretaris masing-masing satu
orang atau 2, 17 %. Dengan melihat lebih banyaknya jumlah kepala sub bidang dan
pelaksana maka akan memudahkan setiap pekerjaan dan fungsi setiap bidang yang
ada.
63
4.4.3. Keadaan Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pegawai kantor Bappeda Kota Bengkulu bila dilihat dari tingkat
pendidikannya masih bervariasi dengan jenjang pendidikan dari tingkat SLTA
sampai dengan sarjana Strata 2. Hal ini nampak pada tabel berikut ini :
VI. Tabel 4.4.3. Keadaan Pegawai Berdasarkan Tingkat PendidikanNo. Tingkat Pendidikan Jumlah VII. Persentase1. SLTA 7 15,222. S 1 36 78,263. S 2 3 6,52
Jumlah 46 Orang 100 % (Sumber : Dokumen Bappeda, 2005)
Menurut tingkat pendidikannya, maka sebagian besar adalah tamatan sarjana
yaitu sebanyak 36 orang atau sebesar 78,26 %. Sedangkan yang masih berpendidikan
SLTA sebanyak 7 orang atau sebesar 15,22 %. Sedangkan pegawai yang telah
mencapai pendidikan S 2 baru 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi
pendidikan maka rata-rata pegawai telah memadai, sehingga dalam melaksanakan
tugasnya mereka telah memiliki keterampilan dan keahlian yang didasarkan pada
latar belakang pendidikan masing-masing.
4.4.4 Keadaan Pegawai Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Dilihat dari latar belakang pendidikan yang dimiliki pegawai maka komposisi
pegawai Bappeda Kota Bengkulu cukup bervariasi. Karena Bappeda sebagai badan
perencanaan membutuhkan tenaga jerja yang tidak hanya terpusat dari satu ilmu
tetapi berbagai bidang ilmu. Keberadaan keberagaman memberikan nuansa yang
variatif dalam menganalisi kondisi darah.Hal ini nampak pada tabel berikut ini.
64
VIII. Tabel 4.4.4. Keadaan Pegawai Berdasarkan Latar BelakangPendidikan
No. Latar Belakang Pendidikan Jumlah Persentase1. Sosial 10 21,742. Hukum 6 13,043. Ekonomi 5 10,874. Tehnik 6 13,545. Pertanian 7 15,226. Umum 12 26,09
Jumlah 46 orang 100 % (Sumber : Dokumen Bappeda, 2005)
4.4.5 Keadaan Pegawai Berdasarkan Golongan
Berdasarkan golongan, jumlah yang paling banyak adalah golongan III yaitu
sebanyak 36 orang atau sebesar 78,26 %. Sedangkan untuk golongan IV sebanyak 3
orang atau sebesar 6,52 % dan golongan II sebanyak 7 orang atau sebesar 15,22 %.
IX. Tabel 4.4.5. Keadaan Pegawai Berdasarkan GolonganNo. Golongan Jumlah Persentase1. IV 3 6.522. III 36 78,263. II 7 15,22
Jumlah 46 Orang 100 % (Sumber : Dokumen Bappeda, 2005)
65
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Informan
Untuk menggali data yang berkaitan dengan implementasi program
Jaring Asmara pada Bappeda Kota Bengkulu, berdasarkan metode penelitian
yang dipakai, maka peneliti melakukan wawancara mendalam (in-depth
interview) kepada beberapa orang informan. Informan ditentukan dengan
terlebih dahulu dilakukan penelusuran informan. Dalam penelitian peneliti
memperolah beberapa staf Bappeda Kota Bengkulu yang secara umum terlibat
dalam kegiatan Jaring Asmara. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap
mendalam dengan 3 (tiga) orang anggota DPRD Kota Bengkulu khususnya
komisi 2 dan komisi 3 yang merupakan pengawas pelaksana kebijakan yang
berhubungan dengan pembangunan dan anggaran Kota Bengkulu. Selain itu
peneliti juga mengikuti kegiatan Konsultasi publik yang merupakan bagian dari
program Jaring Asmara 2006 di kecamatan –kecamatan dalam wilayah Kota
Bengkulu.
Dari keseluruhan informan yang dipilih adalah mereka yang
berkecimpung dan sedang terlibat langsung pada kegiatan yang diteliti serta
memiliki waktu yang memadai untuk dimintai informasi. Adapun identitas
informan menurut kelompok umur yaitu :
66
Identitas informan berdasarkan kelompok umur adalah mereka yang
dalam usia produktif yaitu 20-50 tahun. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 5.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Kelompok Umur
No. Kelompok Umur Angka Persentase1.2.3.
20-30 Tahun31-40 Tahun41-50 Tahun
253
205030
Jumlah 10 100,00Sunber : Hasil penelitian Maret 2006
Dari tabel 5.1 di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar informan
berumur 31-40 tahun, sebanyak 5 orang (50 %). sedangkan 41-50 tahun
sebanyak 3 orang (30 %), dan 20-30 tahun sebanyak 2 orang (20 %). Hal
tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagian besar informan adalah mereka
yang dalam usia produktif artinya mereka mengerti apa yang ditanyakan kepada
mereka ini sudah mampu berpikir dengan baik dan memiliki pemikiran yang
kritis terhadap suatu masalah serta memiliki waktu dan wawasan dan
memahami materi yang ingin ditanyakan kepada mereka
Selain kelompok umur, jenis pendidikan juga mempengaruhi
pengetahuan informan. Berikut ini dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel 5.2. Karakteristik Informan Berdasarkan Pendidikan
No. Kelompok Umur Angka Persentase1.2.3.
S2S1
SLTA
172
107020
Jumlah 10 100,00Sunber : Hasil penelitian September 2005
67
Berdasarkan tingkat pendidikan secara umum para informan
merupakan berpendidikan Strata 1 berjumlah 7 0rang (70 %), sedangakan
tamatan SLTA berjumlah 2 orang (20 %) dan terakhir tamanatan S2 berjumlah
1orang (10 %). Berdasarkan informasi yang diperoleh secara umum para
informan memiliki pengetahuan dan pola piker yang cukup baik sehingga dapat
memberikan jawaban yang logis dan relevan.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Wawancara dengan responden
• Responden 1, SS
Jaring Asmara merupakan kegiatan dalam rangka menampung
dan mengakomodir berbagai aspirasi masyarakat, kegiatan dapat
berbentuk dialog interaktif dan konsultasi publik terutama dari
masyarakat. Kegiatan Jaring Asmara mengundang tokoh masyarakat,
kelurahan, ketua Rt/Rw, LPM dan masyarakat lainnya.
Tim Penjaringan Aspirasi Masyarakat merupakan tim yang
dibentuk oleh Bapppeda Kota Bengkulu uang meliputi unsur: Bapppeda
Kota Bengkulu, DPRD Kota Bengkulu, Dinas Kimpraskot, Kepala Bagian
(Kabag) Penyusunan Program (Sunram) Sekretariata Pemerintah Kota
Bengkulu. Dari tiga bagian ini yang akan menyusun Rencana Anggaran
dan Pendapatan Daerah (RAPBD) Kota Bengkulu dan salah satu dasar
dari penyusunan RPABD ini adalah hasil dari program jaring asmara.
68
• Responden 2, CH
1. Kegiatan Jaring Asmara merupakan kegiatan dalam rangka
menampung aspirasi masyarakat yang dapat dilakukan melalui diskusi
publik, kotak saran atau web side Kota Bengkulu.
2. Jaring Asmara secara out put merupakan pokok -pokok pikiran dalam
rangka membuat arah kebijakan umum (AKU) Kota Bengkulu.
3. Jaring Asmara merupakan bahan menentukan kebijakan daerah
teutama potensi Kota Bengkulu baik secara SDM maupun SDA.
• Responden 3, HZ
Kegiatan Jaring Asmara di lakukan diawal tahun sebagai kegiatan
awal dari perencanaan pembangunan, hal ini dilakukan dalam rangka
melihat secara umum kondisi apa saja yang terjadi pada masyarakat serta
kebutuhan – kebutuhan yang di perlukan masyarakat
Pelaksnaan kegiatan ini secara teknis yang melaksanakan adalah
Kecamatan sebagai fasilitator dari Bappeda Kota Bengkulu dengan
masyarakat.
• Responden 4, RSN (staf Bappeda)
Pelaksnaan program penjaringan aspirasi masyarakat meniti
beratkan pada sektor pelayanan umum, sehingga menjadi bagian yang
tidak terpisahkan setiap pelaksanaan program jaring asmara program fisik
terutama drainase, pengaspalan dan perbaikan jalan menjadi aspirasi yang
sering muncul di masyarakat. Dalam pelibatan dengan masyarakat
69
sepenuhnya merupakan hak yang diberikan Bappeda kepada kecamatan
jadi Bappeda tidak memili siapa peserta jaring asmara.
• Responden 5, HF (Kabag Fispra)
Kegiatan jaring asmara dilakukan dalam rangka menampung
aspirasi masyarakat. Dari aspirasi yang masuk bappeda akan memilhi dan
menyeleksi mana saja yang menjadi proiritas program berdarkan rengking
kondisi sarana yang akan diperbaiki. Bappeda hanya merekomendasikan
sedangkan fungsi teknis diserahkan pada dinas yang bersangkutan seperti
perbaikan jalan diserahkan pada Dinas PU
• Responden 6, AB (Ketua Komisi 2 DPRD Kota Bengkulu)
Dengan adanya program jaring asmara, dewan dapat melihat
secara nyata apa keinginan masyarakat, dewan akan meninjaklanjuti dari
apa saja aspirasi yang masuk kepada kami. Tapi kita harus menyadari
bahwa kondisi keuangan daerah yang sangat minim terutama Pendapatan
Asli Daerah (PAD) kita yang tauhun 2005 hanya berjumlah 18 milyar
rupiah. Sehingga dewan tidak bisa menampung usulan menjadi program
dan kalupun tidak bisa akan diprioritaskan pada tahun selanjutnya.
• Respoden 7, RD (Staf Bappeda)
Jadwal pelaksanaan kegiatan ini mengalami kelambatan karena
pembahasan yang dilaksanakan oleh dewan yang belum selesai.
Sosialisasi dalam kegiatan ini kami tapilkan dalanm kegiatan jaring
asmara. Melalui alat tersebut masyarakat dapat melihat apakah daerah
70
mereka masuk dalam program pemda. Selain itu akan ada buku hasil dari
jaring asmara tetapi pembuatan buku tergantung dengan dana yang cair ke
Bappeda.
• Responden 8, SJ (Ketua Komisi 3 DPRD Kota Bengkulu)
1. DPRD Kota Bengkulu dalam melihat aspirasi masyarakat biasanya
turun ke bawah dengan menemui konstituen yang biasanya dilakukan
pada masa reses dimana pada saat itu, anggota dewan melihat kondisi
masyarakat terutama dengan menampung aspirasi dan keinginanan
masyarakat dalam rangka pemenuhan hajadnya, dalam masa reses
dilaksanakan empat kali dalam satu tahun selama enam hari walaupun
belum terjadwal.
2. Dalam menentukan program pembangunan yang dilihat antara lain
dari segi dana yang tersedia dalam anggaran pemerintah Kota
Bengkulu, selain itu melihat skala prioritas yang ada di Kota Bengkulu
dengan melihat draf yang diusulkan oleh masyarakat.
• Responden 9, TT(Kabid Perencanaan Bagian Sunram Pemda)
Fungsi bagian (penyusunan program) sunram hanya mencatat
program yang masuk dalam program pemerintah yang akan dicocoknan
dengan pelaksanaan bidang –bidang sekretariat pemerintah daerah.
Sunram merupakan salah satu dari satuan tiga yang akan meyusun
program pemerintah (eksekutif) sehingga dari program ini menjadi acuan
Arah Kebijakan Umum (AKU) sehingga nanti ada hubungan yang sejalan
71
antara bidang maupun Dinas/Instansi di Pemda Kota Bengkulu. Dari
usulan ini akan kami tembuskan kepada Walikota Bengkulu.
• Responden 10, ES(Komisi 3 DPRD Kota Bengkulu)
1. Dalam program Jaring Asmara DPRD dilibatkan dalam program
tersebut untuk mengetahui aspirasi yang berkembangn dalam
masyarakat.
2. Selain itu dalam mementukan program dibahas dalama komisi 3
Panitia Anggaran Paripurna
3. Dalam penentuan program dilihat dari program prioritas dari
pemerintah Kota Bengkulu dengan melihat 5 bidang prioritas yaitu:
Pariwisata, Perikanan, Perdagangan, Pendidikan dan infrastruktur.
5.2.2 Observasi
Selain mengadakan wawancara dengan para nara sumber dari Bappeda
Kota Bengkulu, peneliti juga mengikuti kegiatan Program Penjaringan Aspirasi
Masyarakat (Jaring Asmara) tahun 2006 yang dilaksanakan pada tanggal 8
Maret s/d 17 Maret 2006 di mana dilaksanakan pada Kantor Kecamatan di Kota
Bengkulu. Adapun jadwalnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.2 Jadwal Pelaksnaan Program Jaring Asmara BappedaKota Bengkulu Pada Tahun 2004
No. Hari/Tanggal Tempat1. Rabu, 8 maret 2006 Kecamatan Teluk Segara2. Kamis, 9 maret 2006 Kecamatan Ratu Agung3. Jumat, 10 maret 2006 Kecamatan Ratu Samban4. Senin, 13 maret 2006 Kecamatan Gading Cempaka 15. Selasa, 14 maret 2006 Kecamatan Gading Cempaka 26. Rabu, 15 maret 2006 Kecamatan Selebar7. Kamis, 16 maret 2006 Kecamatan Kampung Melaayu
Sumber : Data diolah dari Hasil penelitian, 2006
72
Kegiatan Jaring Asmara dalam pelaksanaan dilaksanakan oleh Bapppeda
Kota Bengkulu dengan di fasilitasi oleh Camat dari tiap kecamatan di Kota
Bengkulu. Dalam pelaksanaan ini selain Bapppeda Kota Bengkulu juga
diundang dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bengkulu dari
Komisi 2 bidang Pembanguan. Selain itu diundang juga Kepala Kimpraskot
Bengkulu dan Bagian Penyusuanan Program (Sunram) Pemda Kota Bengkulu.
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada pukul 14.00 di tiap kecamatan
sebagai moderator dari adalah Camat dari kecamatan. Peneliti dari tujuh tempat
pelaksanaan program Jaring Asmara mengikuti 4 tempat antara lain: Kecamatan
Teluk Segara, Kecamatan ratu Samban, Kecamatan Gading Cempaka 1 dan
Gading Cempaka 2. Adapun uraian kegiatan sebagai berikut :
1. KECAMATAN TELUK SEGARA
Kegiatan Jaring Asmara pada tahun 2006 dimulai di Kecamatan Teluk
Segara pada tanggal 8 maret 2006 di Aula Kantor Camat Teluk Segara dengan
mengadakan persentasi dan diskusi antara Bappeda Kota Bengkulu dengan
masyarakat kecamatan Teluk Segara. Acara ini dimulai dengan pembukaan
yang di buka oleh Bapak Camat Teluk Segara sekaligus sebagai moderator
pada acara tersebut. Di awal kegiatan setelah pembukaan Kepala Bappeda
Kota Bengkulu menerangkan bahwa acara ini merupakan konsultasi publik
antara Bappeda Kota Bengkulu yang merupakana perwakilan Pemerinta Kota
Bengkulu dengan masyarakat Teluk Segara. Menurut Kepala Bappeda
kegiatan ini mengagendakan empat agenda antara lain:
73
1. Informasi program 2006 dan rencana program 2007.
2. Informasi kegiatan fisik dan non fisik.
3. Kondisi Kota Bengkulu terutama pemerintah Kota.
4. Jalur Penyampaian aspirasi masyarakat.
Kepala Bappeda menyampaikan bahwa masyarakat bila ingin
mengusulkan aspirasi hendaknya dilakukan pada bulan November s/d
Februari karena pada saat itu Pemerintah sedang menyusun program. Tapi
hendaknya juga diawali dengan kegiatan musyawarah rencana pembangunan
yang dilaksanakan pada tingkat kecamat dan tingkat kelurahan dan
menentukan program prioritas di tingkat kecamatan. Dalam penyampaian
aspirasi ternyata kecendrungan masyarakat sangat banyak pada kegiatan –
kegiatan fisik sedangkan kegiatan non fisik sangat sedikit, padahal dana untuk
non fisik setengah dari dana pembangunan.
Pada tahun anggaran 2006 Belanja Pembanguan Kota Bengkulu
adalah sebagai berikut:
o Dana APBD Kota Bengkulu Rp. 45.810.796.600,00
o Dana Alokasi Khusus Rp. 24.090.600.000,00
o Dana Tugas Pembantuan Rp. 6.286.632.000,00
o Dana Hibah NUSSP Rp. 3.660.000.000,00
o Dana Hibah P2KP Rp. 4.700.000.000,00
Sumber : observasi penelitian, 2006
Dari pemaparan tersebut setalah itu dilaksanakan dialog antara
Bappeda dengan masyarakat, usulan masyarakat antara lain:
74
Salah seorang peserta dari keluhan Pondok Besi mempermasalakan
tentang Tapak Paderi. Kondisinya dulu bukitnya hijau dilapisi rumput tapi
sekarang denga batu. Bagaimana pengelolaannya dan bagaimana sasaran
pengelolaanya sekarang?. Ada juga keluhan dari dari salah seorang ketua
rukun tetangga (RT) kel Bajak tentang ujung jalan makam Sentot Ali Basyah
tidak ada tempat sampah, bagaimana jalan keluarnya?, beliau uga meragukan
usulam akan diterima karena kebijakan yang ada diputuskan oleh orang
nomor satu Kota Bengkulu
Salah seorang Ketua Rt Kelurahan Kebun Ross mempertanyakan
program P2KP tidak ada di Kelurahan Kebun Ross, padahal kondisi jalan
sudah sangat parah. Padahal menurut Lurah tinggal realisasi tetapi
kenyataanya dan meminta Bappeda untuk memprioritaskan jalan yang
dilingkungan mereka. Tidak berbeda ada juga usulan dari ketua Rt Kelurahan
Kampung Bali yang juga minta jalan lingkungan mereka juga diproritaskan
untuk jadi program pemerintah karena jalan tersebut langsung berhubungan
dengan jalan di kelurahan Bajak.
Selain dari ketua RT hadir juga ulama yang meminta tentang
kebersihan Kota bengkulu yang masih banyak sampah dan tentang Bantuan
lnagsung Tunai (BLT) yang selama ini bermasalah. Selain itu hadir juga
Perwakilan nelayan dari Kelurahan Pondok Besi yang mempertanyakan dana
NUSSP akan dikelola masyarakat, bagaimana dengan juklak dan juklis agar
kam siap selain itu juga meminta TPC akan dibangun break water dan pabrik
75
es perlu ditambahkan bahwa juga memfasiltasi beberapa sandaran kapal yang
masuk.
Selain tentang infrastruktur ada juga masukan kepada tentang
Pemerintah Daerah tentang program – program dimulai propinsi sampai kota
lebih menguatkan infrastruktur yang dapat dilihat, namun dalam hal ini yang
paling utama adanya basisnya program tersebut harus memeperhatikan bagian
ekonomi kerakyatan seperti pembinaan masyarakat ekonomi kecil dan
kebingungan masyarakat tentang program Pemerintah Kota. Masyarakat juga
meminta Pembangunan wisata Kota Bengkulu, diharapkan jangan instan perlu
penguatan budaya Bengkulu seperti khitanan dan adat pernikahan dan juga
penting kebersihan lingkungan, pembentukan poksaling bisa dikembangkan
untuk seluruh masyarakat tetapi jangan dilepas oleh pemerintah Kota sehingga
ada partisispasi dan potensi masyarakat.
Pembangunan yang berdaya guna secara umum memberikan
kesempatan kepada masyarakat tampa melihat status dan juga golongan
seperti pada program jarring asmara. Keterlibatan semua unsur masyarakat
dapat memberikan masukan- masukan yang tidak hanya bersifat golongan tapi
juga universal. Secara umum partisipasi masyarakat dapat digambarkan dalam
matrik analisis partisipasi masyarakat dibawah ini :
76
Tabel 5.2.1. Matrik analisis partisipatif di Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu, 2006
No. Kelompok Kepentingan Kekhawatiran Potensi Kelemahan Implikasi
1. Nelayan PeralatanKurang
- Harga Rendah- Cuaca
PeningkatanProduksi
- Jenis peralatanterbatas
- Modal yang kurang
Bantuan modal
2. Industri kecil Harga dansuplay
- Pemasaran terbatas Peningkatan - Kurang pengetahuandan keterampilan
- Modal rendah
Program PenyuluhanBantuan Modal
3. Pencari Kerja MendapatPekerjaan
- Terbatasnyalapangan kerja
Kemampuanbaik
- Tingkat pendidikanrendah
- Keterampilan terbatas
Program pelatihankerja
4. Tokoh adat PelestarianBudaya
- Hilangnya budayaasli Bengkulu
WisataLokal
- Masyarakat yangapatis
- Budaya yang tidakmerakyat
Pekan BudayaSanggar seni
5. Ketua RT Kebersihandaerah
- Kondisi lingkunganyang buruk
Kenyamanan - Kepeulianmasyarakat minim
- Dana kebersihantidak ada daripemerintah
Penyediaan kotaksampah umum
6. Ulama Kesejahteraanimam masjid
- Minimnya danauntuk ibadah
Kenyamananberibadah
- Mininya dankesejahteraan untukimam
- Masyarakat tidakmemelihara masjid
Alokasi danauntuktempat ibadah
77
2. KEC. RATU SAMBAN
Setelah melaksnakan kegiatan Jaring Asmara di kecamatan teluk
segara pada esok harinya, 9 maret 2006 di kecamatan Ratu Agung. Pada acara
ini turut hadir Kapela Bappeda Kota Bengkulu dan Ketua Komisi 2 DPRD
Kota Bengkulu. Acara ini dimulai dengan pembukaan yang di buka oleh
Bapak Camat Ratu Agung sekaligus sebagai moderator pada acara tersebut.
Di awal kegiatan setelah pembukaan Kepala Bappeda kota Bengkulu
menerangkan bahwa acara ini merupakan konsultasi publik antara Bappeda
Kota Bengkulu yang merupakana perwakilan Pemerinta Kota Bengkulu
dengan masyarakat Ratu Agung.
Secara umum penyampaian yang disampaikan sama dengan yang
disampaikan pada kevamatan Teluk Segara, selain pemaparan di atas
disampaikan juga kendala- kendala yang terjadi di lapangan antara lain:
b Kurangnya koordinasi, sehingga usulan yang masuk berkali-kali dan
tumpang tindih.
b Bappeda bukan pengambil kebijakan tapi Bappeda sebagai tim dalam
perencanaan pembangunan.
b Sampai dengan tahun 2006 belum sampai 25% aspirasi masyarakat
tertampung.
b Pada perencanaan ke depan diharapkan lebih ke program non-fisik.
Pada forum Jaring Asmara ini juga disampaikan program yang usulan
masyarakat yang masuk dalam program pembangunan pemerintah Kota
Bengkulu tahun 2006 pada Kecamatan Ratu Samban antara lain:
78
- Peningkatan jalan wijaya
- Pengaspalan jalan Kz. Abidin I dan II
- Pengaspalan jalan Balai Kota
- Pembuatan plan beton jalan kantor camat
- Rehat Pustu Anggu Dalam
- Rehab SD Negeri 27 Kota Bengkulu
- Revitalisasi Simpang lima Ratu Samban
Dari pemaparan tersebut setalah itu dilaksanakan dialog antara
Bappeda dengan masyarakat, usulan masyarakat antara lain:
Perwakilan masyarakat dari kelurahan Kebun Geran menanyakan
pembangunan siring Jalan Suprapto sampai Pasar Melintang termasuk rehab
jalan merpati dan kondisi jalan dianggut yang parah serta lampu di Jalan Nuri
gelap gulita, sudah diusulkan beberapa kali tapi tidak ada hasil. Peserta dari
kelurahan Penurunan meminta drainase perbatasan Kebun Beler - Penurunan
(Ratu Samban – Ratu Agung) sampai dengan 2005 belum terealisasi, yang
dibangun hanya jembatan sedap malam sampai di belakang pencucian mobil.
Masukan juga muncul dari LPM Kebun Geran yang meminta
perbaikan jalan karena kondisi jalan yang rusak kalau hujan dan juga meminta
bantuan kursi masjid pertanyaan juga muncul dari LPM Anggut Bawah
terutama usulan masyarakat yang tidak tertampung di kecamatan dan program
NUSSP. Selain itu juga meminta titik-titik lampu hias, Anggut Bawah sampai
ke daerah pariwisata usul sampai Hotel Horison, karena diminati pejabat.
79
Masyarakat dalari kelurahan Belakang Pondok dalam program ini juga
mengusulkan perwakilan darai kelurahan Belakang Pondok yang melihat
banyaknya jalan yang bergelombang dan rehab untuk SD negeri 22 terutama
pagar karena sangat penting untuk keselamatan anak –anak. Selain bidang
fisik juga memninta bagaiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
terutama untuk bantuan modal usaha dan juga mempertanyakan kasus PTN
yang banyak menimbulkan masalah sampah.
Salah seorang masyakarat dari kelurahan Padang Jatinegatakan mereka
kurang informasi tentang kegiatan non fisik walaupun kelurahan Padang Jati
belum ada PKBM, yang ada di Sawah Lebar. Program keterampilan Home
Industri, seperti garment akan mengentaskan kemiskinan.dan juga memenita
bantuan untuk perkembangan posyandu.
Berdasarkan pertanyaan dan kelurah yang diusulkan dari masyarakat
ternyata Bappeda Kota Bengkulu cukup merespon dengan baik usulan
masyarakatdan juga memberikan gambaran tentang keterbatasan fungsi
Bappeda yang hanya merecanakan tetapi tidak memutuskan, untuk lampu
jalan langsung bisa dihubungi kepala Dinas Pertamanan Kota Bengkulu.
Untuk program yang belum masuk akan coba diusulkan pada tahun 2007.
Untuk Kebun Geran, bidang keagamaan, masalah penambahan kursi perlu
peningkatan swadaya masyarakat tidak perlu dari Pemerintah Daerah.
Kita lebih condong sektoral, sedangkan dana dari pusat berupa hibah,
pembantuan untuk memotivasi PKBM, sanggar-sanggar belajar secara non
formal untuk memotivasi pendidikan nasional. PKBM sudah banyak tapi
80
hanya kejar paket. Tapi kalau bisa yang difokuskan pada ibu- ibu
pengangguran. Sedangkan permaslahan tentang Posyandu milik camat, bukan
milik Dinas Kesehatan. PKBM yang boleh diacu adalah PKBM di Tunas
Agung (Tj. Agung) dengan kegiatan jahit, sablon, ibu rumah tangga, anak-
anak kurang mampu. Mereka dibina dan dimotivasi oleh pendidikan nasional.
Memotivasi industri kecil dalam hal ini perindustrian dan perdagangan perlu
mengadakan pembinaan.
Banyaknya aspirasi dan kepentingan masyarakat dapat
menggambarkan bagaimana kebutuhan masyarakat akan pentingnya
pembangunan daerah terutama yang berhubungan dengan hajat hidupnya.
Masyarakat Kecamatan Ratu Samban yang sebagian besar merupakan
pedagang dan nelayan memberikan suatu keinginan adanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat terutama dari pemerintah daerah. Masyarakat
pesisir yang merupakan sebagian besar dari pendudukan kecamatn ini
menginiginkan adanya peningkatan taraf hidup hal ini juga berhubungan juga
dengan konsep dari gubernur tentang ”pariwisata internasional”.
Secara umum gambaran aspirasi masyarakat dalam program
pembangunan dapat dilhat dalam matrik 5.2.2 yang berisi tentang aspirasi dari
berbagai kelompok, seperti dibawah ini:
81
Tabel 5.2.2. Matrik analisis partisipatif di Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu, 2006
No. Kelompok Kepentingan Kekhawatiran Potensi Kelemahan Implikasi
1. LPM Pembangunanjalan
- Kecelakaan- Banjir
Kenyamananmasyarakat
- Jalan umum- Belum ada bantuan
pemerintah
Pembangunan jalan
2. Masyarakatpesisir
Berdagangdaerah Pantai
- Tidak ada pembeli Peningkatan - Kurang pengetahuandan keterampilan
- Modal rendah
Program PenyuluhanBantuan Modal
3. Pencari Kerja MendapatPekerjaan
- Terbatasnyalapangan kerja
Kemampuanbaik
- Tingkat pendidikanrendah
- Keterampilan terbatas
Program pelatihankerja
4. Masyarakatputus sekolah
PKBM - Masyarakat tidakmemilkiketerampilan dasar
Pencerdasanmasyarakat
- Tidak punya dana- Sarana belajar yang
minim
PKBM
5. Ketua RT Kebersihandaerah
- Kondisi lingkunganyang buruk
Kenyamanan - Kepeulianmasyarakat minim
- Dana kebersihantidak ada daripemerintah
Penyediaan kotaksampah umum
6. Industri kecil Harga dansuplay
- Pemasaran terbatas Peningkatan - Kurang pengetahuandan keterampilan
- Modal rendah
Program PenyuluhanBantuan Modal
82
3. KEC. GADING CEMPAKA
Kegiatan Jaring Asmara pada tahun 2006 dimulai dengan mengadakan
persentasi dan diskusi antara Bappeda Kota Bengkulu dengan masyarakat
Kecamatan Gading Cempaka. Acara yang diadakan di Aula Kantor Camat
Gading Cempaka ini dimulai dengan pembukaan yang di buka oleh Bapak
Camat Gading Cempaka sekaligus sebagai moderator pada acara tersebut.
Di awal kegiatan setelah pembukaan Kepala Bappeda Kota Bengkulu
menerangkan bahwa acara ini merupakan konsultasi publik antara Bappeda
Kota Bengkulu yang merupakana perwakilan Pemerinta Kota Bengkulu
dengan masyarakat Gading Cempaka. Penyampaian informasi pembangunan
daerah hampir sama dengan yang sampaikan pada kegiatan sebelumnya,
Kepala Bappeda juga menginformasikan program pembangunan Kota
Bengkulu tahun 2006 yang ada pada Kecamatan Gading Cempaka, antara
lain:
- Pengaspalan jalan Sadang 1 dan 2
- Peningkatan jalan Belimbing
- Pembangunan Bangsal Rumah Sakit DKT
- Peningkatan/ rehab drainase dan pelapisan tebing jalan Kampar.
- Pembangunan gorong – gorong dan pelapis jalan Danau
- Peningkatan jalan Citaruk II
- Peningkatan jalan Semangka
- Peningkatan jalan Pelatuk Lingkar Barat
- Pengaspalan jalan Anggrek II
83
- Pengaspalan jalan BPKP
- Pengaspalan jalan Aren
- Pengaspalan jalan Muhajirin SMP 14
- Pengaspalan jalan Mangga 5
- Relokasi Puskesmas jalan Gadang
- Rehab SDN 60, SDN 99, SDN 55, SDN 44, SDN 42
- Pengaspalan jalan Pepabri
- Pengaspalan jalan Danau Dendam
- Pengaspalan jalan Jaya Wijaya Pesanten Darusalam
Selain pemaparan tentang pembangunan Kota Bengkulu tahun 2006
selanjutnya diadakan diskusi antara Kepala Bappeda, DPRD Kota Bengkulu
dengan masyarakat Kecamatan Gading Cempaka, berikut ini beberapa usulan
dan masukan masyarakat terhadap pemerintah Kota Bengkulu antara lain:
Peserta dari Kelurahan Jembatan Kecil meminta rehab Jalan Danau I
RT 06 tembus ke Panorama. Tahun 1992 sudah swadaya. Juga usulan dari
kelurahan Jalan Gedang meminta pengerasan gang/ jalan simpang Sri Solo
arah ke mesjid, PEMBUATAN siring depan mesjid, kalau hujan air naik ke
mesjid dan pembuatan gang depan mesjid tembus Jalan Cimanuk masih
diusahakan tanah PGSD supaya tidak seluruhnya ambil tanah warga.
Jawaban dari Bappeda terhadap usulan masyarakat memberitahukan tahun
2007 warga mengusulkan sebegitu banyak, mana yang lebih prioritas akan
dicek ke lapangan.
84
Pada sese ke II, nada pesimistis muncul dari LPM Kelurahan Lingkar
Timur yang meragukan program pemerintah karena tahun 2007 ada Pilkada
Kota Bengkulu dan juga mempredikasi hanya 20 % aspirasi masyarakt masuk
dalm program pemerintah. Selain itu mengkritik jangan ada proyek pesanan
dari pemerintahan.
Perwakilan kelurahan Padang Haraparan dan kelurahan lingkar barat
memninta Bappeda measukan usulan mereka karena dari tahun 2003 sampai
dengan sekarang usulan mereka belum masuk dalam program pemerintah
Menanggapi usulan yang masuk Bappeda memberikan gambaran tahun 2006
ini belanja pegawai sangat drastis peningkatannya.
i. Ada kenaikan gaji pokok
ii. Ada kenaikan tunjangan struktural.
iii. Ada penerimaan pegawai.
iv. Ada tunjangan non struktural.
Masukan kritis juga muncul dari perwakilan masyarakat Lembak yang
memberikan apresiasi yang baik terhadap program pemerintah daerah tetapi
mekanisme yang selalu berubah-ubah, harus konsisten dengan mekanisme.
Mohon usulan yang sudah direkap diberikan lagi kepada masyarakat. Action,
ada APBD murni, dekon, dan lain-lain, perlu pemerataan. Selain itu perlu
tranpransi terhadap kegiatan yang dilaksnakan oleh pemerintah agar kami
masyarakat tidak curiga dan bisa melihat pembangunan yang dilaksnakan oleh
pemerintah Kota Bengkulu.
85
Pada sesi III, perwakilan LPM Jembatan Kecil mempertanyakan
peningkatan PAD yang sangat minim dan juga usulan irigasi untuk petani dan
pembinaan para petani. Usulan terakhir muncul dari perwakilan dari
masyarakat cempaka permai yang memintata perbaikan sanitasi terutama
sampah dan masyarakat yang dibawah garis kemiskinan.
Dari masukan yang masuk Bapppeda tidak memberikan reaksi yang
banyak hanya memberikan alasan akan ditampung dan diusulkan untuk
pelaksanaan akan diserahkan kepada Walikota dan DPRD karena Bappeda
bukan pengambil kebijakan.
4. KELURAHAN SIDOMULYO
Kegiatan Jaring Asmara pada senin, 12 mei 2006 pada kecamatan
Gading Cempaka dilaksnakan di dua tempat hal ini dikarenakan masih
luasnya kecamatan Gading Cempaka dan tempat kedua dihadiri enam
perwakilan kelurahan. Dimulai dengan mengadakan persentasi dan diskusi
antara Bappeda Kota Bengkulu dengan masyarakat Kecamatan Gading
Cempaka. Acara ini dimulai dengan pembukaan yang di buka oleh Bapak
Camat Gading Cempaka sekaligus sebagai moderator pada acara tersebut. Di
awal kegiatan setelah pembukaan Kepala Bappeda Kota Bengkulu
menerangkan bahwa acara ini merupakan konsultasi publik antara Bappeda
Kota Bengkulu yang merupakana perwakilan Pemerinta Kota Bengkulu
dengan masyarakat Gading Cempaka.
86
Jalur penyampaian aspirasi masyarakat agar dapat masuk dalam
program pemerintah, berikut ini petunjuk pelaksnaannya, antara lain :
♦ Januari – Maret merupakan perencanaan pembangunan untuk pak camat
dan pak lurah tahun 2007 hasil jaring sering prosedur tidak dilalui.
♦ November – Desember – Januari – Februari à penyampaian aspirasi
masyarakat masih jalur yang benar yaitu Musbang kel/ kel untuk
menyampaikan prioritas.
♦ April à di bawah koordinasi Bappeda propinsi untuk dana yang tidak
tertampung di APBD kota
Kelemahan yang sering terjadi :
Tidak tahu jalur yang benar dan penentuan prioritas.
Selalu diusulkan fisik, padahal perlu juga non fisik.
Dana pembangunan untuk tahun 2004 sampai dengan tahun 2006
belum dapat berbuat banyak, baca kondisi di koral.
Tahun 2006 bayar utang.
Pada Tahun 2007 semaksimal mungkin untuk menjaring aspirasi
masyarakat.
Dengan dana 46 Milyar untuk kegiatan fisik dan non fisik.
Setelah pemaparan yang diberikan, masyarakat dipersilakan untuk
memeberikan usulan dan masukan kepada pemerintah Kota dan menanyakan
tentang pembangunan, antara lain:
87
Kepala RT 02 Kelurahan Sidomulyo sangat senang karena jalan
Timur Indah 3A sudah diusulkan pada tahun 2005 walaupun ada di tahun
2007 dan meminta untuk penentuan prioritas mohon di cek betul mana
yang pantas atau tidak. Jalan tersebut jalan Vital tembus Jalan TI 3A ke TI
Raya karena ada lokasi pendidikan SD, SMP, Jalan tersebut sering
dijalani pelajar-pelajar. Begitu juga aspirasi Kepala RW 02 Desa Besar,
jalan Amaliah tembus ke SMP 6 dan meminta kalau mendukung Bengkulu
Kota Pelajar, tolong diperiksa betul. Berikutnya usulan 03 Kelurahan TI
meminta kantor Kelurahan Timur Indah belum ada.
Bappeda merespon semua prioritas, tapi dananya tidak cukup.
Pengambil kebijakan bukan Bappeda. Dan tahun 2006 banyak masalah.
Ditambahkan Ketua Komisi DPRD memberikan masukan bahwa usulan
masyakata akan sebagai bahan Aku untuk kebijakan ke depan dan
sebagai forum penting bagi legislatif dan eksekutif kegiatan fisik dan non
fisik perlu diakomodir. Masalah fisik, DAK mengalami kenaikan 16
Milyar dari tahun 2005. Untuk seluruh kegiatan butuh 270 M kalo ingin
direspon kontribusi PAD hanya 18 Milyar sekitar 7,7%. Untuk
menentukan prioritas, lembaga teknis + Eksekutif + Legislatif. Lembaga
PU akan mendata ulang yang sifatnya prioritas untuk fisik, akan dicek
dan diranking.
Pada sesi ke II masyakarat dari Dusun Besar mempermaslahkan
prioritas pemerintah pada perbaikan pada jalan yang menghubungkan
fasilitas umum ,mesjid, PUSN dan sekolah. Perwakilan Kelurahan
88
Siomulyo meminta efektifitas dana pembangunan yang hanya 46 M
terutama program fisik dan non fisik di Sidomulyo ada pengusaha-
pengusaha kecil bagaimana cara mengefektifkannya dan pemanfaatan
tenaga terampil di lingkungan RT RW. Terutama pemberdayaan
masyarakat.
b pada sese III banyak sekali masyarakat memberikan usulan dalam
bidan fisik seperti dari kelurahan Sidomulyo, kelurahan Sumur
Meleleh, kelurahan Padang Nangka yang meminta agar progam
mereka masuk dalam program pemerintah untuk perbaikan jalan.
Jawaban dari Bappeda terhadap masukan yang ada memberikan
harapan tahun depan akan dievaluasi. Tahun ini rencana dibagi untuk
pemerataan untuk setiap kecamatan. Kebutuhan infrastruktur masih
dominan, perlu ditambahkan pemberdayaan masyarakat dan peguatan
ekonomi rakyat. Untuk infrastruktur besar, belum dibutuhkan, kota
Bengkulu infrastruktur kecil-kecilan, pemberdayaan masyarakat,
penguatan ekonomi rakyat dan ini merupakan arah kebijakan umum.
Banyaknya aspiarsi yang masuk dari Kecamatn Gading Cempaka
baik dari yang diadakan di kelurahan Sidomulyo ataupun Kecamatan
Gading Cempaka dapat dilihat dari matrik dibawah ini:
89
Tabel 5.2.3. Matrik analisis partisipatif di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu, 2006
No. Kelompok Kepentingan Kekhawatiran Potensi Kelemahan Implikasi
1. Masyarakatpasar
Perbaikanjalan
- Kecelakaan- Banjir
Kenyamanamasyarakat
- Jalan umum- Belum ada bantuan
pemerintah
Pembutan jalan
2. Kepala Rt Pembuatansekolah
Jalan antara sekolahdengan kampungmasyarakat jauh
Kemudahanprosesbelajar
- Lahan yang tidak ada- Belum ada bantuan
pemerintah
Penganggran danapembangunansekolah
3. Industri kecil Pemberdayaanmasyarakat
- Terbatasnyalapangan kerja
Penambahanpengetahuandanpenghasilan
- Tingkat pendidikanrendah
- Keterampilanterbatas
Kursus dan pelatihan
4. Pedagangkecil
Penambahanpenghasilan
- Masyarakat tidakmemilkiketerampilan dasar
Penambahan - Tidak punya dana Kredit lunak kepadapengusaha kecil
90
Selain dilakukan analisis matrik yang dilakukan di Kecamatan juga
dilakukan analisis yang berdasarkan indicator yang dibutuhkan dalam analisi yang
dilakukan ditingkat kecamat yang dilakukan dalammenganalisi kebutuhan
masyarakat sesuai dengan kecamatan masing-masing, hal ini dapat tergambar
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 5.2.4. Matrik analisis kepentingan masyarakatdi Kecamatan – Kecamatan pada Kota Bengkulu, 2006
KepentinganTeluk segara Ratu Samban Gading cempaka
Pembangunan jalan Pembangunan jalan Perbaikan jalanBerdagang daerahPantai
Berdagang daerahPantai
Pembuatan sekolah
Mendapat Pekerjaan Mendapat Pekerjaan Pemberdayaanmasyarakat
PKBM PKBM Penambahan penghasilanKebersihan daerah Kebersihan daerahHarga dan suplay
Tabel 5.2.5. Matrik analisis kekhawatiran masyarakatdi Kecamatan –kecamatan pada Kota Bengkulu, 2006
kekwahatiranTeluk segara Ratu Samban Gading cempaka
- Harga Rendah- Cuaca
- Kecelakaan- Banjir
- Kecelakaan- Banjir
- Pemasaran terbatas - Tidak ada pembeli Jalan antara sekolahdengan kampungmasyarakat jauh
- Terbatasnya lapangankerja
- Terbatasnya lapangankerja
- Terbatasnya lapangankerja
- Hilangnya budaya asliBengkulu
- Masyarakat tidakmemilki keterampilandasar
- Masyarakat tidakmemilki keterampilandasar
- Kondisi lingkunganyang buruk
- Kondisi lingkunganyang buruk
Harga dan suplay - Pemasaran terbatas
91
Tabel 5.2.6. Matrik analisis Potensi masyarakatdi Kecamatan –kecamatan pada Kota Bengkulu, 2006
PotensiTeluk segara Ratu Samban Gading cempaka
Peningkatan Produksi Kenyamananmasyarakat
Kenyamana masyarakat
Peningkatan Peningkatan Kemudahan proses belajarKemampuan baik Kemampuan baik Penambahan pengetahuan
dan penghasilanWisata Lokal Pencerdasan
masyarakatPenambahan
Kenyamanan KenyamananKenyamananberibadah
Tabel 5.2.7. Matrik analisis kelemahan masyarakatdi Kecamatan –kecamatan pada Kota Bengkulu, 2006
KelemahanTeluk segara Ratu Samban Gading cempaka
- Jenis peralatan terbatas- Modal yang kurang
- Jalan umum- Belum ada bantuan
pemerintah
- Jalan umum- Belum ada bantuan
pemerintah- Kurang pengetahuan
dan keterampilan- Modal rendah
- Kurang pengetahuandan keterampilan
- Modal rendah
- Lahan yang tidak ada- Belum ada bantuan
pemerintah- Tingkat pendidikan
rendah- Keterampilan terbatas
- Tingkat pendidikanrendah
- Keterampilan terbatas
- Tingkat pendidikanrendah
- Keterampilan terbatas- Masyarakat yang apatis- Budaya yang tidak
merakyat
- Tidak punya dana- Sarana belajar yang
minim
- Tidak punya dana
- Kepeulian masyarakatminim
- Dana kebersihan tidakada dari pemerintah
- Kepedulian masyarakatminim
- Dana kebersihan tidakada dari pemerintah
- Jalan umum- Belum ada bantuan
pemerintah
- Mininya dankesejahteraan untukimam
- Masyarakat tidakmemelihara masjid
- Kurang pengetahuandan keterampilan
- Modal rendah
92
Tabel 5.2.8. Matrik analisis Implikasi masyarakatdi Kecamatan –kecamatan pada Kota Bengkulu, 2006
ImplikasiTeluk segara Ratu Samban Gading cempaka
Bantuan modal Pembangunan jalan Pembutan jalanProgram PenyuluhanBantuan Modal
Program PenyuluhanBantuan Modal
Penganggran danapembangunan sekolah
Program pelatihankerja
Program pelatihankerja
Kursus dan pelatihan
Pekan BudayaSanggar seni
PKBM Kredit lunak kepadapengusaha kecil
Penyediaan kotaksampah umum
Penyediaan kotaksampah umum
Pembutan jalan
Alokasi dana untuktempat ibadah
Program PenyuluhanBantuan Modal
Berdasarkan tabel diats terlihat jelas bagaimana ketergantungan
masyarakat terhadap pemerintah Kota Bengkulu,terutama sektor infrastruktur
jalan. Kebutuahan –kebutuhan yang mendesak yang merupakan kepentingan
umum membuat masyarakat sangat menginginkan adanya perubahan teutama
terhadap lingkungan masyarakat yang dapat menggangu elsistensi dan
produktifitas masyarakat. Gambaran lain juga seperti kebuthan masyarakat akan
bantuan baikbersifat materie dan inmaterial juga sangat banyak hal ini dapat
tergambarkan dengan jelas pada tabel diatas.
Dapat terlihat dengan jelas bagaimana masyarakat melihat apa yang
dilakukan selama ini belum memberikan hasil yang optimal sehingga masih
banyak keluhan dan juga aspirasi masyarakat yang selama ini belum
tersampaikan dengan baik sehingga timbulnya sikap anti pembangunan dan
tidak percaya kepada pemerintah daerah.
93
5.3 Pembahasan
Dengan pelaksananan otomoni daerah membuka kesempatan
masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif terutama yang berhubungan dengan
kebutuhan masyarakat. Masyarakat mememilki kebutuhan yang merupakan
kewajiban pemerintah untuk mengadakannya, seperti dalam program Jaring
Asmara banyak masyarakat yang menuntut perbaikan terutama dalam bidang
infrastruktur terutama perbaikan jalan, pembuatan drainase dan rehabilitasi
bangunan umum.
Pembangunan masyarakat yang merupakan tugas dari pemerintah
membutuhkan suatu masukan –masukan yang penting dan sesuai dengan
partisipasi dan adanya proses transparansi dalam proses pembangunan tersebut.
Partsipasi yang dilakukan dalam bentuk memberikan masukan, kritik ataupun
dukungan kepada pemerintah dapat memberikan ganmbaran bagaimana respon
masyarakat terhadap pembangunan yang dilaksanakan oleh pemrintah daerah.
Dalam program Jaring Asmara banyak sekali masukan yang dapat
dilihat dari repersentasi masyarakat terhadap apa saja yang dibutuhkan sehingga
dapat tergambar dengan jelas bagaimana reaksi masyarkat. Masih banyaknya
ketidakpuasan masyarakat menggambarkan banyaknya pekerjaan rumah yang
harus diselesaikan oleh pemerintah daerah sebagai wujud mereka sebagai
pelayann masyarakat.
5.3.1. Analisis SWOT
Dalam penelitian ini menggunakan analisis SWOT terutama dalam
penelitian ini berhubungan dengan perencanaan pembangunan berdasarkan hasil
94
penelitian yang ditemukan selama mengikuti program Jaring Asmara, hasil
berdasarkan indikator –indikator yang ada yang menggambarkan bagaimana
dapat dilihat sebagai suatu kegiatan pemerintah. Berdasarkan hasil dari program
Jaring Asmara yang dilaksanakan di kecamatan dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 5.3.1 Analisis SWOT langkah 1, program Jaring AsmaraKota Bengkulu 2006
STRENGTH(kekuatan)
û Antusiasnya masyarakat.û Pelaksanaan di awal tahun
anggaran.û Pemerintah mengetahu secara
real kondisis masyakat.û Adanya peran serta secara
langsung dari pihak –pihak yangterkait seperti DPRD dan DinasKimpraskot.
û Partisipasi langsung terjadiantara masyarakat dan Pemerintah.
WEAKNESS(kelemahan)
û Minimnya dana pembangunan.û Informasi yang kurang tentang
proses pengajuan usulan/aspirasi.û Kurangnya koordinasi antara
lembaga Pemerintah danmasyarakat
û Fokus pembangunan padapembangunan fisik dan tidakmemberikan masukan padapembangunan non fisik.
û Dana pembangunan tahun 2006digunakan untuk membayarpembangunan pada tahunsebelumnya.
OPPORTUNITY(kesempatan)
û Adanya bantuan dariPemerintah Pusat dan dana hibah.
û Sistem pemerintahan yangterbuka melalui programpemberdayaan masyarakat
û Bengkulu merupakan daerahberkembang
û Potensi daerah yang banyakbelum terkelola terutama Pariwisatadan kelautan.
THREAT(ancaman)
û Pemilu 2007 yang dapatmengganggu pembangunan kotaBengkulu.
û Keputusan hanya pada KepalaDaerah dan DPRD bukan padaBappeda.
û Adanya intervensi dan programpesanan dari pihak tertentu.
û Monitoring DPRD yang tidakoptimal terhadap aspirasimasyarakat.
95
Dari langgkah 1, analisi s ini dilanjutkan dengan langkah dua dengan
menggabungkan poin S dan O sebagai kondisi internaln dan poin W dan T
sebagai kondisi eksternal sehingga dari kondisi ini dapat dianalisis dengan
melihat dan menguraikannya dengan membuat langkah 2, dengan mengurai dan
mengurai kelemahan pada W+T , antaralain :
96
Tabel 5.3.2 Analisis SWOT langkah 2, program Jaring AsmaraKota Bengkulu 2006
Kondisi Internal
JARING ASMARA
STRENGTH(kekuatan)
û Antusiasnya masyarakat tinggi.û Pelaksanaan di awal tahun anggaran.û Pemerintah mengetahu secara real kondisis
masyakat.û Adanya peran serta secara langsung dari pihak
–pihak yang terkait seperti DPRD dan DinasKimpraskot.
û Partisipasi langsung terjadi antara masyarakatdan Pemerintah.
WEAKNESS(kelemahan)
û Minimnya dana pembangunanû Informasi yang kurang tentang proses
pengajuan usulan/ aspirasi.û Kurangnya koordinasi antara lembaga
pemerintah dengan masyarakat.û Fokus pembangunan pada pembangunan
fisikû Dana pembangunan tahun 2006 digunakan
untuk membayar pembangunan pada tahunsebelumnya.
OPPORTUNITY(kesempatan)
û Adanya bantuan dari Pemerintah Pusat dan dana hibah.û Sistem pemerintahan yang terbuka melalui program
pemberdayaan masyarakatû Bengkulu merupakan daerah berkembangû Potensi daerah yang banyak belum terkelola terutama
Pariwisata dan kelautan.
û Masyarakat masih peduli terhadappembangunan
û Hubungan yang harmonis antara pemerintahdan masyarakat
û Kesempatan mengembangkan Kota Bengkuluyang besar
û Pembangunan yang berbasis pada kebutuhanmasyarakat
û Optimalisasi dana pembangunan secaratepat guna
û Pembentukan forum atau wadah untukmempertemukan pemerintah dengan warga
û Sosialisasi tentang pembangunan non fisikterutama bidang pendidikan dan UKM
THREAT(ancaman)
û Pemilu 2007 yang dapat mengganggu pembangunan kotaBengkulu.
û Keputusan hanya pada Kepala Daerah dan DPRD bukanpada Bappeda.
û Adanya intervensi dan program pesanan dari pihaktertentu.
û DPRD yang tidak optimal terhadap aspirasi masyarakat
û Posisi pemerintah sebagai pelayan bukansebagai pihak yang berkepentingan
û Pelibatan Kepala derah dalam program jaringasmara
û Adanya konsultasi publik antara masyarakatdengan dinas/DPRD
û Pelibata LSM/lembaga independen terhadapproses pembangunan
û Transparasi terhadap penggunaan danapembangunan
û Adanya pertemuann antara masyarakat danpemerintah secara kontinyu danberkesimambungan
97
Tabel 5.3.3 ANALISIS SWOT LANGKAH 3, PROGRAM JARING ASMARAKOTA BENGKULU 2006
Isu strategis Problem teridentifikasi Solusi altrernatif aktivitas
Partsipasi masyararakat û Minimnya danapembangunan.
û Informasi yang kurangtentang proses pengajuanusulan/aspirasi.
û Kurangnya koordinasiantara pemerintah denganPemerintah.
û Fokus pembangunan padapembangunan fisik dan tidakmemberikan masukan padapembangunan non fisik.
û Dana pembangunan tahun2006 digunakan untukmembayar pembangunan padatahun sebelumnya.
û Optimalisasi danapembangunan secara tepat guna
û Pembentukan forum atauwadah untuk mempertemukanpemerintah dengan warga
û Sosialisasi tentangpembangunan non fisik teutambidang pendidikan dan UKM
û Transparasi terhadappenggunaan dana pembangunan
û Adanya pertemuann antaramasyarakat dan pemerintah secarakontinyu dan berkesimambungan
û Adanya pertemuannantara masyarakat danpemerintah secara kontinyudan berkesimambungan
û Pembuatan situs/majalahatau media lain daripemerintah tentangpembangunan daerah
Berdasarkan hasil SWOT di atas dapat dilihat partisipasi masyarakat
dalam program Jaring Asmara belum optimal, sehingga diperlukan strartegi
dan rencana yang baik tentang sistem perencanaan pembangunan agar
masyarakat dapat membantu proses pembangunan. Banyaknya aspirasi yang
disampaikan masyarakat yang sebagian besar merupakan kebutuhan
memerlukan tugas yang banyak kepada pemerintah daerah yang dimana
masyarakat sangat membutuhkan kerja nyata dari pemerintah daerah.
Berdasarkan pihak –pihak yang terlibat dalam program Jaring Asmara dapat
dilhat pada diagram vern berikut ini:
BAGAN 5.3.4 HUBUNGAN ANTAR PIHAK
Sumber : hasil penelitian, 2006
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bagaimana peranan masyarakat
yang sangat minim karena pijakan kebijaksaan terletak pada Pemerintah
MASYARAKAT
PEMERINTAHDAERAH/BAPPEDA
DPRD
KetuaRT
TokohMasyarakat
LPM
Daerah/ Bappeda dan DPRD sehingga bergaining masyarakat terhadap
kebijaksanaan pemerintah sangat kecil. Sehingga dalam setiap usulan yang
diajukan oleh masyarakat tidak dapat langsung menjadi program Pemerintah
Daerah. Hubungan yang terjalin antara elemen masyarakat seperti ketua RT,
Tokoh Masyarakat dan LPM terlihat walaupun ketika dibenturkan dengan
kepentingan kadang kala menimbulkan perbedaan antara elemen tersebut.
Fungsi pemerintah melalui Bappeda maupn DPRD memilki fungsi untuk
memberikan pelayanan dan komunikasi yang baik sehingag suara masyarakat
masuk ke dalam program pemerinta. nyata Tidak adanya NGO/LSM sebagai
lembaga yang memantau aspirasi masyarakat memberikan persepsi yang
berbeda antara masyarakat dengan pemerintah.
5.3.2. Analisis Organisasi pelaksana program
Dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah belum berjalan secara optimal
kegiatan yang dilaksanakan belum memberikan jadwal yang sistematis dan
berkelanjutan dari waktu – waktu sepeti dalam program ini persiapakan yang
dilaksanakan pemerintah tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Berdasarkan jadwal tahapan proses penyusunan perencanaan pembangunan
kota Bengkulu, bahwa pelaksanaan program Jaring Asmara ternyata tidak
berjalan sesuai dengan jadwal yang berdasarkan jadwal dilaksnakan minggu
ke III februari 2006 ternyata dilaksnakan pada minggu ke II maret 2006,
sebagaimana kutipan dengan Susi Susanti (ketua panitia jaring asmara)
‘keterlambatan pelaksanaan jaring asmara karena belum disahkannya APBDoleh DPRD sehingga dana yang digunakan untuk Jaring Asmara belum bisaturun sehingga ditunda pelaksanaannya ditambah dengan kesibukan BappedaKota dalam pembahasan RAPBD dengan DPRD Kota Bengkulu’
Berdasarkan penyampaian diatas ternyata belum berjalan sistem yang
dibuat dengan pelaksanaan dilapangan, dari hal ini ternyata berpengaruh
terhadap aktivitas program lainnya.
Berdasarkan pemantauan, dalam program Jaring Asmara ternyata ada
tiga lembaga/Dinas/Instansi yang terlibat dalam program Jaring Asmara
antara lain:
1. DPRD Kota Bengkulu terutama Komisi 22. Dinas Kimpraskot Bengkulu3. Bagian Penyusunan Program (Sunram) Pemerintah Kota Bengkulu
Dalam kegiatan Jaring Asmara yang dilaksnakan pada tanggal 8 maret
2006 s/d 16 maret 2006 kehadiran ketiga lembaga ini dapat dilihat sebagai
berikut:Tabel 5.3.2.1 Kehadiran Dinas/Instansi dalam
Program Jaring Asmara BappedaKota Bengkulu Pada Tahun 2006
kehadiranNo. Hari/Tanggal TempatDPRD Kimpaskot Sunram
1. Rabu, 8 maret 2006 Kecamatan TelukSegara
Tidak Tidak Ya
2. Kamis, 9 maret 2006 Kecamatan RatuAgung
Ya Tidak Ya
3. Jumat, 10 maret 2006 Kecamatan RatuSamban
Ya Tidak Ya
4. Senin, 13 maret 2006 Kecamatan GadingCempaka 1
Ya Hadir Ya
5. Selasa, 14 maret 2006 Kecamatan GadingCempaka 2
Tidak Hadir Ya
6. Rabu, 15 maret 2006 Kecamatan Selebar Tidak Tidak Ya7. Kamis, 16 maret 2006 Kecamatan Kampung
MelaayuTidak Tidak Ya
Sumber : Data diolah dari Hasil penelitian, 2006
Berdasarkan tabel diatas, ternyata kehairan perwakilan DPRD Kota
Bengkulu hanya 3 kali (42%) sedangkan kondisi tidak baik ditunjukan oleh
ketidak hadiran Kepala Kimpraskot yang hanya 2 kali hadir (28%). Dari data
ini membuktikan bahwa belum harmonisnya hubungan antara Dinas/Instansi
dengan Bappeda Kota Bengkulu termasuk juga DPRD Kota Bengkulu yang
diwakili oleh Ketua Komisi 2 ternya hanya 3kali [adahal jumlah anggota
dewan 30 orang untuk DPDR Kota Bengkulu.
Bila ketidak optimalan unsure terkait akan mempengaruhi dengan
kebijakn yang ambil karena dikhawatirkan apabila usulan disampaikan tapi
tidak ada orang menjadi tidak berguna. Ketidak hadiran ini membuktikan
bahwa ketidak seriusnya pemerintah dalam melaksanakan program ini
sehingga menyulikan dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat.
Kehadiran Dinas/Instansi yang berhubungan dengan program ini
ternyata masih sangat minim terbukti dengan banyaknya tidak hadir dari
DPRD kota Bengkulu dan Dinas Kimpraskot bengkulu, dapat dilihat ini
terjadi karena belum terjadi singkroniasi antara lembaga- lembaga tersebut.
Berdasarkan pernyataan ketua Komisi 2. Ahmad Badawi Saluy antara lain:
‘maaf saya datang terlambat kerena di dewan sedang ada rapat tentang APBDKota Bengkulu dan juga saya baru mendapatkan informasi tentang programjaring asmara ini baru sampai ke meja saya baru kemaren, sekali lagi sayaminta maaf”
Pemaparan dari ketua Komisi 2 DPRD Kota Bengkulu dapat
memberikan gambaran bagaimana ketidaksiapan Bappeda Kota Bengkulu
dalam mempersiapakan agenda kegiatan ini terbukti dari Dinas/Instansi lain
ternyata belum serius dalam program ini. Kehadiran bagian Sunram Pemda
Kota Bengkulu hanya menjadi pemamtau dan mencatat masukan dari
masyarakat sehingga belum dilihat peranan bagian Sunram dalam program
ini, tidak berbeda dengan Dinas Kimpraskot Bengkulu, berdasarkam
penamtauan ternyata siknifikansi kehadiran Dinas Kimprakot hanya
mendengar usulan masyarakat tapi tidak menjabab masukan masyarakat,
dalam kegiatan ini banyak dimonopoli oleh ketua Bappeda dan DPRD Kota
Bengkulu dalam menjawab masukan dari masyarakat.
5.3.3. Interprestasi terhadap program
Persepsi dari masyakat dalam pelaksnaan program Jaring Asmara sangat
beragam dan mempunyai interprestasi yang berbeda antara satu dengan yang
lain seperti Karno (LPM Kelurahan Jitra)
’Program – program dimulai propinsi sampai kota lebih menguatkaninfrastruktur yang dapat dilihat, namun dalam hal ini yang paling utamaadanya basisnya program tersebut harus memeperhatikan bagian ekonomikerakyatan seperti pembinaan masyarakat ekonomi kecil dan kebingunganmasyarakat tentang program Pemerintah Kotaa. Pembangunan wisataKota Bengkulu, diharapkan jangan instan perlu penguatan budayaBengkulu seperti khitanan dan adat pernikahan’
Selain itu juga ada juga yang memdukung program ini seperti Ahmad
(masyarakat Lembak)
’Langkah awal yang baik, mekanisme yang selalu berubah-ubah, haruskonsisten dengan mekanisme. Mohon usulan yang sudah direkapdiberikan lagi kepada masyarakat. Action, ada APBD murni, dekon, danlain-lain, perlu pemerataan. Selain itu perlu tranpransi terhadap kegiatanyang dilaksnakan oleh pemerintah agar kami masyarakat tidak curiga dan
bisa melihat pembangunan yang dilaksnakan oleh pemerintah KotaBengkulu.’
Tetapi ada juga masyarakat yang belum mendukung program ini dam
pesisim dengan pembangunan yang dilaksnakan oleh Pemda Kota Bengkulu,
seperti Bapak Nasirun (LPM Kelurahan Lingkar Timur)
’Setelah melihat program-program yang ada, kita jadi pesimis karenagood will kita tidak kesana. Tahun 2007 juga ada pilkada, APBD jangnterlalu besar di rutin. Dari realisasi program paling-paling hanya 20%sedangkan yang lain tidak bisa dilaksnakan oleh pemerintah KotaBengkulu.’
Dari berbagai tanggapan dari masyarakat ternyata secara umum
masyarakat memberikan dukungan terhadap keberanian Bappeda Kota
Bengkulu dalam menyerap aspirasi masyarakat tetapi implementasi yang
dapat diberikan oleh pemerintah Kota Bengkulu terhadap kebutuhan
masyarakat belum terlihat jelas.
5.3.4. Analisis Penerapan program
Kepala Bappeda Kota Bengkulu dalam pemaparan program tahun
anggaran 2006 mengatakan:
’kita agak sulit memampung seluruh aspirasi masyarakat yang masuk ke kita,setelah kami totalkan jumlah anggaran pembangunan yang dibutuhkanmasyarakat saat ini berjumlah 297 milyar sedangkan dana yang kita milikiuntuk anggaran 2006 hanya sebesar 46 milyar jadi program yang dapatdirealisasikan pemerintah hanya 20 % dari total usulan yang masuk pada kita’
Selain minimnya dana pembangunan Kota Bengkulu, Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Bengkulu saat ini sangat minim sebagaimana pemaparan
ketua Komisi 2 DPRD Kota Bengkulu
’Saat ini PAD kita sangat minim hanya berkisar antara 18 milyar sehinggakita dalam pembangunan Kota Bengkulu saat ini masih sangat tergantungdengan DAU yang diberikan oleh pemrintah Pusat, sehingga saat ini kitamencoba bagaimana nanti pembiayaan pembangunan dapat leih efisien danefektif’
Berdasarkan pemaparan diatas ternyata penerapan program ini masih
sangat terbatas belum dapat memberikan kepuasan terhadap masyarakat,
ruang publik yang diberikan ternyata tidak dapat memberikan suatu hasil
dalam rangka perbaikan kondisi masyarakt. Alasan –alasan kurangnya dana
menjadi alasan utama baik dari Pemda Kota dan DPRD sehingga sistem
subsidi yang diberikan Pemerintah Pusat sepertinya menjadi harapan yang
sangat menjanjikan dalam pembangunan daerah. Disatu sisi ternyata
pemberdayaan masyarakat dalam program- program non fisik belum
dioptimalkan dalam kemandirian masyarakat.
5.3.5. Analisis Pengaruh Masyarakat dalam Implementasi Program
Banyaknya usulan yang masuk di masyarakat ternyata tidak menjamin
usulan yang masuk akan langsung masuk dalam program pemerintah daerah.
Hal ini dikarenakan tidak adanya masyakat yang mengawal suara mereka
sehingga banyak keluhan dan juga kekecewaan dari masyarakat akibat tidak
masuknya usulan yang mereka harapkan, berikut ini beberapa usulan
masyarakat tentang implemtasi program jaring asmara antara lain:
• Kebijakan yang ada diputuskan oleh orang nomor satu Kota Bengkulu
• Jalan lingkungan sudah diusulkan , kata bapak lurah tinggal realisasi tetapi
kenyataanya ?.
• Jangan ada proyek pesanan.
• Selain itu perlu tranpransi terhadap kegiatan yang dilaksnakan oleh
pemerintah agar kami masyarakat tidak curiga
• Bagaimana pemberdayaan masyarakat? Perlu Juklak, Juknis
• Untuk penentuan prioritas mohon di cek betul mana yang pantas atau
tidak.
Dari berbagai keluhan yang ada dari masyarakat ternyata implementasi
yang diberikan oleh pemerintah sangat sulit di masuki oleh masyarakat
terutama dalam melihat dan mengakses tentang aspirasi yang mereka
sampaikan telah masuk dalam program atau tidak. Sehingga tidak terjalin
komunikasi yang harmonis antara pemerintah daerah dengan masyarakat.
Pertemuan yang dilaksanakan oleh pemerintah sangat minim jumlahnya dan
masyarakat yang mengikuti hanya dalam jumlah yang terbatas. Dengan
terbatasnya masyarakat yang hadir maka akan terjadi marginalisasi kebutuah
teutama masyarakat kecil
Berikut ini alur partisipasi masyarakat dalam tahapan proses
penyususnan perencanaan pembangunan Kota Bengkulu yang dan analisis
pengaruh masyarakat terhadap program tersebut.
BAGAN 5.3.4.1 ALUR PARTISIPASI MASYARAKATDALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KOTA BENGKULU
Kegiatan Pengaruh masyarakat
Sangat Kuat
Kuat
Kuat
Lemah
Sangat Lemah
Sangat Lemah
Tidak Ada
Tidak ada
Sumber: hasil penelitian, 2006
Berdasarkan bagan di atas ternyata semakin kebijakan akan
dikeluarkan ternyata pengaruh masyarakat dalam mengakses dan
mempengaruhi kebijakan yang akan dikeluarkan oleh Pemerintah daerah
MusrenbangKelurahan
PenentuanRKPD
MusrenbangKota
PenentuanProgramPrioritas
PenyususnanAKU
Jaring Asmara
MusrenbangKecamatan
PenyusunanRAPBD
semakin lemah. Hal ini memberikan gambaran bahwa wewenang masyarakat
untuk melaksnakan apa yang dinginkannya belum berjalan secara optimal
sehingga pemerintah hendaknya memberikan gambaran secara umum dan
pelibatan masyarkat terhadap usulan –usulan yang masuk sehingga
masyarakat dapat dengan mudah mengakses aspiarasi yang telah disampaikan.
Pemerintah juga melalui Bappeda belum dapat memberikan informasi yang
transparansi tentang penetuan program –program pemerintah daerah.
Perbedaan posisi yang dialami setiap tingkatan partisipasi memberikan
gambaran bagaimana akses dan bergaining yang dimilki masyarakat dalam
proses pengambilan kebujakan semakin lama semakin sulit. Aspek
transparansi dari proses yang telah berlangsung terutama yang berkaitan
dengan kebijakan –kebijan yanmg diambil kadang kal tidak terekspos media
dengan baik.
Ketika musrenbang kelurahan masyarakat dapat secara langsung
menyampaikan aspirasinya tampa ada yang menghalangi sehingga akses dapat
dengan mudah diperoleh, mulai musrenbang kecamatan hanya ada indikaot
keterwakilan saja tampa adanya aspirasi yang masuk melalui sisitem yang ada
sehing kadang kal usulan dari keluran tidak lagi dibahas di tingkat yang lebih
tinggi
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian “Analisis Implementasi Program
Penjaringan Aspirasi Masyarakat pada Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Kota Bengkulu”, maka dapat disimpulkan hal –hal sebagai
berikut:
1. Bahwa dari sekian banyak aspirasi yang masuk dari kegiatan penjaringan
aspirasi masyarakat (Jaring Asmara) banyak sekali aspirasi pada sektor
pekerjaan umum, hal ini disebabkan sarana dan prasarana yang ada
kondisisnya banyak yang rusak dan perlu mendapatkan perbaikan walaupun
setiap tahun suadah ada dilakukan perbaikan dan pembangunan.
2. Proses penjariang aspirasi masyarakat pada umumya telah melalui proses
yang baik, baik dari tingkat kelurahan, kecamatan sampai dengan tingkat
kota tetapi dalam implementasi belum banyak program yang dapat
direalisasikan karena minimnya dana pembangunan.
3. Perencanaan pembangunan di Kota Bengkulu belum berjalan secara optimal
karena hanya melibatkan pihak dari masyakat yang umum tetapi pelibatan
kepada LSM, Ormas dan Perguruan Tinggi belum dilibatkan.
4. Belum berjalannya transparani perencanaan kepada publik sehubungan
informasi pembangunan Kota Bengkulu yang menyebabkan kebingungan
masyarakat apa yang dilakukan pemerintah.
6.2.Saran
Setelah melakukan analisis dan pembahasan dari hasil penelitian yang ada
tentang “Analisis Implementasi Program Penjaringan Aspirasi Masyarakat
pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bengkulu”,
maka hasil dari penelitian perlu disarankan sebagai berikut :
1. Bahwa dasar penyusunan program Pemerintah Kota Bengkulu sekiranya
dapat ditentukan dari hasil penjaringan aspirasi masyarakat karena dari hasil
yang diperoleh adalah kebutuhan real dari masyarakat.
2. Perlu adanya media dalam perencanaan pembangunan Kota Bengkulu
kepada masyarakat umum sehingga adanya semangat yang sama untuk
membangun Kota Bengkulu baik berupa webside, pamflet ataupun media
lainnya.
3. Program Jaring Asmara hendaknya dapt dipertahankan dan ditingkatkan
agar dapat terjalin komunikasi yang baik dalam perencanaan pembangunan
antara pemerintah dengan masyarakat.
Saran diatas paling tidak dapat diajukan acuan ke depan baik bagi
Pemerintah Kota terutama Bappeda Kota Bengkulu maupun masyarakat, sehingga
dapat mempertahankan apa yang sudah ada dan memperbaiki kekurangan dan
yang belum terlaksana selama ini demi kebaikan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto, Agus dkk. 2002. Reformasi Birokrasi Politik Indonesia. Yogyakarta: PusatStudi Kependudukan dan Kebijakan UGM
Edward, George C. 1980. Implementasi Publik Policy. Wsahinton DC: ConsessionalQuality Press
Gibson, James L. Invencevich . Jiohn & Donelly J. 1990. Organization.Diterjemahkan Savitri dkk. Jakarta. Erlangga
Jones, Charles O. 1991. Publik policy. Diterjemahkan Ricky Iswanto. Jakarta:Rajawali
Koentjaraningrat. 1983. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PTGramedia
Nigro dan Nigro. 1980. Modern Publik Administration. New York: Harper and ROW
Ndraha T. 1983. Pembangunan Masyarakat Desa. Jakarta: Bina Aksara
Ndraha T. 1991. Kemampuan Administrasi Masyarakat Desa dan Perannya dalamPembangunan Desa. Yogyakarta: UGM
Rasyid, Ryass. 2000. Makna Pemerintah: Tuinjaunan dari SEgi Etika danKepemimpinan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya
Schein, Edgar H. 1983. Organization Psychology. Diterjemahkan Nurul I. Jakarta:Pustaka Binaman Presindo
Siagian, Sondang: 1997. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung
Solihin, Abdul Wahab. 1991. Pengantar Analisis Kebijakan Negara. Jakarta:Rhineka Cipta
Suparlan. Y.B. 1983. Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: PustakaPengarang
Tjokroamidjojo, Bintara. 1984. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta:LP3ES
Koran, Jurnal dan Peraturan Pemerintah
Bahari, Rahmad. 2005. Partisipasi Publik dan Penyelenggaraan Negara Demokrasi.Seri Pendidikan Publik no. 7. Jakarta: IPCOS
Katalog BPS no. 117234 PDRB Kota Bengkulu, 2003
Propeda Kota Bengkulu, 2004
Kompas. 2001, “Pemerintah dan Pelayanan Publik”, Kompasd 23 Juni 2001
Laporan Penjaringan Aspiurasi masyarakat Kota Bengkulu, 2003
Laporan Penjaringan Aspiurasi masyarakat Kota Bengkulu, 2004
Laporan Penjaringan Aspiurasi masyarakat Kota Bengkulu, 2005
Situs Internet
http.//www.Apeksi.or.id
http.//www.asianfundasion.org
http.//www.google.com
http.//www.jipi.or.id
http.//www.Lesung.com
http.//www.suarakarya \online.com/news
http.//www.undp.com