HUBUNGAN KOMUNIKASI SITUASION BACKGROUND ASESMENT
RECOMMENDATION TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT SEBAGAI
KOLABORATOR DI
RS AISYIYAH BOJONEGORO TAHUN 2016 1Sri Utami Ningsih, 2Sudalhar
ABSTRAK
Komunikasi SBAR merupakan proses komunikasi yang efektif untuk digunakan
Dokter dengan perawat dan petugas kesehatan lainya. Dalam hal kolaborasi dengan tim medis
dan kesehatan yang lain perawat perlu menyampaikan kondisi pasien untuk keperluan tindakan
cepat dan gawat darurat. Kepuasan kerja perawat dipengaruhi oleh beberpa faktor yaitu
pekerjaan gaji interasi kerja, kesempatankerja, supervisi dan komunikasi.
Desain penelitian mengunakan analitik korelasi dengan metode sampling teknik cluster.
Sampel diambil sebanyak 60 responden yaitu perawat Rumah Sakit Aisiyah Bojonegoro. Data
penelitian diambil menggunakan quisiener dan observasi. Setelah ditabulasi, data dianalisis
mengunakan spearman rho. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar perawat saat
melakukan komunikasi dengan Dokter mengunakan teknik SBAR sebanyak 50 (83,3%). Dan
dari hasil quesioner sebagian besar kepuasan kerja perawat menunjukan puas 45 (75 %).
Berdasarkan hasil spearman rho didapatkan nilai dengan P = 0,01 dimana P < 0,05.
Hasil pengujian Statistik diperoleh hasil ada Hubungan Komunikasi Situation
Background Assecment Recomendation Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Seagai
Kolaborator di Rumah Sakit Aisiyah Bojonegoro.
Berdasarkan hasil penelitian maka pihak rumah sakit perlu memberikan pelatihan
Komunikasi Situation Background Assecment Recomendation.
Kata kunci : SBAR, Kepuasaan Kerja Perawat
Latar Belakang
Kepuasan perawat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu pekerjaan, gaji, interaksi
kerja, kesempatan kerja, kesempatan promosi,
supervisi, rekan kerja ( Luthan, 2005). Perawat
yang merasa puas dalam melaksanakan
pekerjaanya, maka akan memberikan
pelayanan yang lebih baik dan bermutu kepada
pasien rumah sakit sehingga kepuasan pasien
dan keluarga pasien juga terpenuhi, yang
akhirnya meningkatkan citra dan pendapatan
rumah sakit (Crose, 1999). Menurut
International Countil of Nurse (1965) dalam
melaksanakan peran dan fungsinya perawat di
dalam rumah sakit terlibat dengan tenaga
kesehatan lain, dalam hal ini perawat
melaksanakan fungsinya sebagai kolaborator
dimana perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, psikoterapis, ahli gizi
dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk konsultasi atau diskusi serta tukar
pendapat dalam penentuan pelayanan
selanjutnya. Dalam hal kolaborasi dengan tim
medis, perawat tidak hanya berkomunikasi
secara langsung dengan tatap muka, tetapi bisa
juga melalui tidak langsung atau telepon dalam
menyampaikan kondisi pasien dan dalam
keperluan tindakan cepat selanjutnya. Namun
demikian abnayak perawat yang enggan
berkomunikasi lewat telepon dengan dokter.
Jurnal Penelitian Velji tentang
efektifitas alat komunikasi Situation
Background Assesement Recomendation
(SBAR) dalam dunia kesehatan dikembangkan
oleh pakar patient savety dari Kaiser
Permanente Oakland California dalam
pengaturan perawatan diruang rehabilitasi,
menyatakan bahwa proses komunikasi SBAR
terbukti telah terbukti menjadi alat komunikasi
yang efektif dalam pengaturan perawatan akut
untuk tingkatan komunikasi yang urgen,
terutama dokter dan perawat. Serta efektif
digunakan dalam situasi mendesak dan tidak
mendesak diruang rehabilitasi yang melibatkan
staf, klinis, Pasien, dan keluarga. Data dari
Ricet Council of American (RCA) salah satu
rumah sakit di Amerika didapatkan 65%
kejadian sentinel event dimana 90%
penyebabnya adalah karena komunikasi (50%
nya adalah terjadi pada saat serah terima
informasi pasien dan 10%nya terjadi karena
komunikasi melalui telepon). Sesuai dengan
kasus diatas asosiasi rumah sakit Arizona dan
Kesehatan (AZHHA) Komite patient
safetymempercayai komunikasi SBAR akan
membuat dampak positif bagi profesi-profesi
lain untuk mempermudah komunikasi dan
keselamatan pasien dengan keyakinan bahwa
pengembangan komunikasi SBAR membantu
mereka untuk memfasilitasi komunikasi yang
efektif untuk mengatasi kejadian buruk diatas
(JCI, 2010) . Dari hasil observasi peneliti di
IGD Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro,
didapatkan 3 dari 16 perawat merasa enggan
untuk berkomunikasi dengan dokter melalui
telepon tanpa alasan yang jelas. Hal ini
mungkin disebabkan karena kegagalan dalam
komunikasi antara dokter dan perawat melalui
telepon.
Ketrampilan berkomunikasi melalui
telepon bukan ketrampilan yang kita bawa sejak
lahir dan juga tidak muncul secara tiba tiba saat
kita memerlukannya. Ketrampilan tersebut
harus dipelajari dan dilatih secara terus menerus
melalui kemampuan belajar mandiri. Solusi
yang bisa dijadikan pilihan antara lain pada saat
pertemuan keperawatan tiap satu bulan sekali
bisa dijadikan program dalam memberikan
paparan tentang cara komunikasi melalui
telepon dengan tehnik SBAR yang baik dan
benar dan atau mendatangkan ahli komunikasi
untuk mengadakan work shop di Rumah Sakit
Aisyiyah serta studi banding ke Rumah Sakit
yang lebih maju. Solusi solusi diatas bisa
dijadikan pilihan bagi perawat di Rumah Sakit
agar dalam melakukan komunikasi melalui
telepon perawat tidak merasa enggan dan
merasa puas dalam melaksanakan fungsi
kolaborator di dalam komunikasi melalui
telepon dengan tim medis.( Sulivan, et all 2002)
Dari fenomena diatas peneliti tertarik
untuk meneliti Hubungan Komunikasi
Situation Bakground Assecement
Recomendation terhadap Kepuasan Kerja
Perawat sebagai Kolaborator di Rumah Sakit
Aisyiyah Bojonegoro Tahun 2016.
Tujuan Penelitian
Untuk mempelajari sejauh mana
Hubungan Komunikasi Situation Background
Assecement Recomendation terhadap
Kepuasan Kerja Perawat sebagai Kolaborator
di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro Tahun
2016.
Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi
untuk mencapai tujuan penelitian yang telah
ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau
penuntun peneliti pada seluruh proses
penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah
metode analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu suatu rancangan penelitian yang
dipergunakan untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan
efek. Dalam penelitian ini dilakukan
pengunpulan data dengan menggunakan
kuisoner pengumpulan data berbagai item
pertanyaan berdasarkan unsur jelas dan ringkas
yang berhubungan dengan teknik komunikasi
SBAR. Skala yang digunakan adalah skala
glutmen dengan kriteria skala nilai 2 bila
responden menjawab iya dan 1 bila responden
menjawab tidak. Demikian juga pengukuran
tingkat kepuasaan perawat yang menggunakan
skala gulment berbagai item pertanyaan
berdasarkan tingkat kepuasaan kerja perawat
(Nursalama, 2008: 88).
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa
ruang perawatan yang ada di Rumah Sakit
‘Aisyiyah Bojonegoro.
Kerangka Kerja
Kerangka kerja adalah pentahapan/langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah yang
dilakukan dalam melakukan penelitian yang mencakup kegiatan awal sampai akhir penelitian
(Fidrotin, 2007: 29).
Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan komunikasi Situation Background Assecement
Recomendation terhadap kepuasan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah
Sakit Aisyiyah Bojonegoro.
Populasi : Seluruh perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro dengan jumlah 135 orang
Sampel : Seluruh perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro pada bulan April sampai
dengan Juni 2015 yaitu 101 orang
Identifikasi variabel
Variabel Independen
Komunikasi SBAR
Lembar observasi
Variabel Dependen
Kepuasan kerja perawat
sebagai kolaborator
Quisioner
Interprestasi hasil
Kesimpulan
Pengelolaan data dengan editing, coding dan tabulating, uji spearman rho
Variabel Dependen
Kepuasan kerja perawat
sebagai kolaborator
Populasi
Populasi adalah setiap subjek
(misalnya: pasien) yang memenuhi kriteria
yang ditetapkan (Nursalam, 2003 : 93) pada
penelitian ini populasi adalah keseluruhan
perawat dengan jumlah per bulan pada tahun
2015 di Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro
dengan jumlah 135 orang.
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi
yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2003:
95). Sampel yang digunakan penelitian ini
adalah perawat di Rumah Sakit ‘Aisyiyah
Bojonegoro pada bulan April sampai Juni 2015
yaitu 101 perawat.
Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi
populasi yang dapat mewakili populasi yang
ada (Nursalam, 2008 : 95). Pada penelitian ini
menggunakan probability sampling yaitu
teknik pengambilan sampel yang ditemukan
atau ditentukan sendiri oleh peneliti. Populasi
yang dipilih menjadi anggota sampel dengan
menggunakan teknik Cluster Random
Sampling adalah suatu teknik sampling ini
dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah
yang telah ditentukan (Nursalam, 2003).
Penentuan besar sampel jika populasi
<1000, maka sampel bisa diambil 20% atau
30%, atau jika >1000, maka dihitung dengan
rumus :
n = 𝑁
𝐼+𝑁 (𝑑)2
Keterangan
n = Perkiraan jumlah sampel
N = Perkiraan besar populasi
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d =
0,05)
(Zainudi M, 2000 dalam Nursalam,
2008)
Sehingga besar sampel dalam
penelitian ini adalah :
n = 135
1+135.(0,05)2
= 101 responden
Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik
umum subjek penelitian dari populasi yang
terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah :
a. Perawat di Rumah Sakit ‘Aisyiyah
Bojonegoro yang sudah bekerja lebih dari 1
tahun
b. Perawat di Rumah Sakit ‘Aisyiyah
Bojonegoro yang menjadi penanggung
jawab shift
c. Perawat di Rumah Sakit ‘Aisyiyah
Bojonegoro yang berpendidikan minimal
D3 Keperawatan atau proses pendidikan S1
Keperawatan.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau
mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria
inklusi dari studi karena berbagai sebab
(Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah perawat di Rumah Sakit
‘Aisyiyah yang tidak bersedia menjadi
responden.
Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional kerja pengaruh teknik komunikasi SBAR dalam melakukan
komunikasi dengan dokter melalui telepon terhadap kepuasan perawat sebagai
kolaborator di ruang IGD Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro tahun 2016
Variabel Definisi
Operasional Parameter Alat ukur Skala Skor
Variabel
independen
pada
penelitian
ini adalah
komunikasi
Komunikasi
verbal= komunikasi
yang menggunakan
bahasa, sebagai alat
simbol yang
digunakan sebagai
alat adalah kata
yang
mengexpresikan
ide/perasaan
membangkitkan
respon emosional
sebagai ingatan
Komunikasi non
verbal =
komunikasi yang
tidak menggunakan
bahasa kata, bahasa
gambar, dan bahasa
sikap
Faktor-faktor
komunikasi = verbal =
1. Lisan
2. Tulisan
Non verbal =
1. Lingkungan
2. Penampilan
3. Kontak mata
4. Postur tubuh
5. Expresi wajah
6. Suara
Quisoner
dengan
format
jawaban
berskala
Gutman dua
tingkatan
yaitu ya dan
tidak
dengan
pertanyaan
no 1-16
untuk
mengukur
komunikasi
Ordinal Skor 2 = ya
Skor 1 = tidak
16-20
komunikasi
perawat
kurang 21-25
= komunikasi
perawat
cukup 26-32
komunikasi
perawat baik
Dependen
kepuasan
pasien
Tingkat perasaan
pasien yang timbul
sebagai akibat dari
komunikasi
perawat
Kepuasaan pasien
terhadap teknik
komunikasi perawat
1. Mendengarkan
dengan penuh
perhatian
2. Menunjukkan
penerimaan
3. Menanyakan
pertanyaan yang
berkaitan
4. Mengulang
ucapan klien
dengan
menggukana kata –
kata sendiri
5. Mengklarifikasi
6. Menyatakan hasil
observasi
Quisoner
dengan
format
jawaban
berskala
Gutman dua
tingkatan
yaitu ya dan
tidak
dengan
pertanyaan
no 1-16
untuk
mengukur
komunikasi
Ordinal Skor 2 = ya
Skor 1 = tidak
16-20 =
kurang puas
21-25 =
cukup puas
25-32 = puas
Data variabel independen teknik
komunikasi SBAR dalam komunikasi dengan
dokter melalui telepon, dan variabel dependen
kepuasaan perawat dilakukan dengan dengan
menggunakan cek list dan kuesioner, kuisoner
adalah jenis pengukuran dengan
mengumpulkan data secara formal kepada
subyek untuk menjawab pertanyaan secara
tertulis (Nursalam, 2008: 109).
Data Umum
1. Distribusi karakteristik responden menurut
jenis kelamin di Rumah Sakit ‘Aisyiyah
pada bulan Mei 2016.
Gambara 4.1 Diagram pie distribusi
responden berdasarkan
jenis kelamin di Rumah
Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro
bulan Mei tahun 2016.
Berdasarkan gambar 4.1 dari 60
responden didapat hasil bahwa lebih dari
sebagian responden berjenis kelamin
perempuan, sebanyak 42 orang (70%).
2. Distribusi karakteristik responden
berdasarkan umur di Rumah Sakit
‘Aisyiyah pada bulan Mei 2016.
Gambara 4.2 Diagram pie distribusi
responden berdasarkan
umur di Rumah Sakit
‘Aisyiyah Bojonegoro
bulan Mei tahun 2016.
Berdasarkan gambar 4.2 dari 60
responden didapat hasil bahwa sebagian
responden berumur 31-40 tahun sebanyak
45 orang (75%).
3. Distribusi karakteristik responden
berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit
‘Aisyiyah pada bulan Mei 2016.
Gambara 4.3 Diagram pie distribusi
responden berdasarkan
pendidikan di Rumah Sakit
‘Aisyiyah Bojonegoro
bulan Mei tahun 2016.
Berdasarkan gambar 4.2 dari 60
responden didapat hasil bahwa lebih dari
30%
70%Laki-laki
Perempuan
23.3%
75%
1.67%0% 21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
> 50 tahun
0%
75%
3.3%20% 1.7%
SPK
DIII
Keperawatan
DIVKeperawatan
S1 Keperawatan
sebagian responden berpendidikan DIII
Keperawatan sebanyak 45 orang (75%).
4. Distribusi karakteristik responden
berdasarkan status perkawinan di Rumah
Sakit ‘Aisyiyah pada bulan Mei 2016.
Gambara 4.4 Diagram pie distribusi
responden berdasarkan
status perkawinan di Rumah
Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro
bulan Mei tahun 2016.
Berdasarkan gambar 4.2 dari 60
responden didapat hasil bahwa sebagian
besar responden status perkawinan adalah
kawin sebanyak 52 orang (86,7%).
5. Distribusi karakteristik responden
berdasarkan masa kerja di Rumah Sakit
‘Aisyiyah pada bulan Mei 2016.
Gambara 4.5 Diagram pie distribusi
responden berdasarkan
masa kerja di Rumah Sakit
‘Aisyiyah Bojonegoro
bulan Mei tahun 2016.
Berdasarkan gambar 4.2 dari 60
responden didapat hasil bahwa mayoritas
responden masa kerjanya 6 sampai 10
tahun sebanyak 31 orang (51,7%).
Data Khusus
Data khusus terdiri dari distribusi
ceklist observasi perawat yang dilakukan
penelitian saat perawat melakukan komunikasi
dengan dokter dengan menggunakan teknik
SBAR dan distribusi pengisian kepuasaan kerja
perawat sebagai kolaborator.
Tabel 4.6 Distribusi hasil ceklist
observasi perawat saat
melakukan komunikasi
dengan dokter bulan Mei
tahun 2016.
NO Komunikasi
perawat
Jumlah Prosentase
1 Tanpa teknik
SBAR 10 16,7%
2 Dengan teknik
SBAR 50 83,3%
TOTAL 60 100%
Pada tabel 4.6 dari 60 responden di
Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro didapatkan
hasil sebagian besar responden melakukan
komunikasi dengan dokter menggunakan
teknik SBAR dengan jumlah responden 50
orang atau 83,3%.
Tabel 4.7 Distribusi responden hasil
quisioner kepuasaan kerja
perawat sebagai
kolaborator di Rumah
Sakit ‘Asiyiyah
13.3%
86.7%
Belum
Kawin
Kawin
3.3%
51.7%20%
25%1-5 th
6-10 th
11-15 th
> 15 th
Bojonegoro bulan Mei
tahun 2016.
N
O
KEPUAS
AAN
KERJA
JUML
AH
PROSEN
TASE
1 Tidak
puas 15 25%
2 Puas 45 75%
TOTAL 60 100%
Pada tabel 4.7 dari 60 responden di
Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro didapatkan
hasil sebagian besar responden mengatakan
kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator
menjawab puas dengan jumlah responden 45
orang atau 75%.
Hubungan komunikasi Situation
Background Assecement Recomendation
terhadap kepuasaan kerja perawat sebagai
kolaborator di Rumah Sakit ‘Aisyiyah
Bojonegoro tahun 2016.
Tabel 4.8 Distribusi responden
hubungan komunikasi
Situation Background
Assecement
Recomendation terhadap
kepuasaan kerja perawat
sebagai kolaborator di
Rumah Sakit ‘Aisyiyah
Bojonegoro bulan Mei
tahun 2016.
Komunikasi
Perawat
Kepuasaan Kerja
Perawat sebagai
Kolaborator Total
Tidak
Puas Puas
Tanpa
SBAR 8 80% 2 20%
10
100%
Dengan
SBAR 7 14% 43 86%
50
100%
Jumlah 15 25% 45 75%
60
100%
Pada tabel 4.8 dari 60 responden
setelah dilakukan observasi dan pengisian
quisioner dan responden didapatkan hasil
sebagian besar responden komunikasi dengan
dokter dengan menggunakan teknik SBAR dan
memiliki kepuasan kerja yaitu sebanyak 43
orang (86%) sedangkan 7 orang (14%) perawat
melakukan komunikasi dengan dokter dengan
teknik SBAR tapi tidak memiliki kepuasaan
kerja. Komunikasi perawat tanpa SBAR
dinyatakan oleh 8 orang (80%) namun tidak
memiliki kepuasan kerja. Sedangkan sebanyak
2 orang (20%) komunikasi tanpa SBAR serta
tidak memiliki kepuasan kerja.
Pembahasan
Setelah dilakukan analisis data dan
melihat hasil yang diperoleh selanjutnya akan
dibahas tentang beberapa hal, yaitu : 1)
Komunikasi Situation Background Assecement
Recomendation perawat, 2) Kepuasaan kerja
perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit
‘Aisyiyah Bojonegoro, 3) Hubungan
komunikasi Situation Background Assecement
Recomendation terhadap kepuasaan kerja
perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit
‘Aisyiyah Bojonegoro.
Komunikasi Situation Background
Assecement Recomendation Perawat Rumah
Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro
Dari tabel 4.6 hasil penelitian 60 responden di
Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro pada bulan
Mei tahun 2015 didapatkan hasil sebagian besar
perawat saat melakukan komunikasi dengan
dokter menggunakan teknik SBAR yaitu
sebanyak 50 orang atau 83,3%. Sedangkan
perawat saat melakukan komunikasi dengan
dokter tanpa menggunakan teknik SBAR hanya
sebanyak 10 orang atau 67,7%. Dalam
melakukan komunikasi dengan dokter perawat
dilakukan komunikasi secara verbal dan
meliputi identifikasi nama dari petugas dan
pasien, menyebutkan diagnosa medis, keadaan
yang terjadi pasien yang mengkhawatirkan,
obat/tindakan saat ini yang diberikan ini,
riwayat medis, temuan klinis terbaru, hasil
temuan klinis, analisis dan pertimbangan
perawat, apa solusi yang bisa perawat tawarkan
ke dokter, apa yang perawat butuhkan dari
dokter untuk memperbaiki kondisi pasien.
Dalam melaksanakan komunikasi dengan
dokter yang jarang dilakukan oleh perawat
adalah hasil analisis perawat tentang kondisi
pasien saat ini dan menjelaskan hasil
pertimbangan kondisi pasien saat ini serta
solusi yang perawat bisa tawarkan kepada
dokter. Hal ini mungkin disebabkan karena
tergesa – gesanya perawat dalam
menginformasikan kondisi pasien serta adanya
rasa takut salah dalam memberikan analisis
terhadap kondisi pasien saat itu. Sesuai dengan
teori komunikasi yaitu komunikasi merupakan
cara untuk membina hubungan yang terapeutik,
dalam proses komunikasi terjadi penyampaian
informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran
(Keliat, 2008). SBAR adalah Situation
Background Assecement Recomendation
merupakan alat komunikasi yang menyediakan
metode jelas dalam mengkomunikasikan
informasi terkait dengan temuan klinis.
Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk
memberikan masukan ke dalam situasi pasien
termasuk memberikan rekomendasi. SBAR
memberikan kesempatan untuk berdiskusi
antara anggota tim kesehatan atau tim
kesehatan lainnya (Depkes RI, 2012).
Peneliti berpendapat bahwa mungkin dalam
melakukan komunikasi Situation Background
Assecement Recomendation Perawat harus
melaksanakan teknik komunikasi yang sesui
dengan teori Situation Background Assecement
Recomendation yang terlalu banyak dan rumit
serta membutuhkan waktu lama dalam
melaksanakan komunikasi Situation
Background Assecement Recomendation.
Kepuasaan kerja perawat sebagai
kolaborator di Rumah Sakit ‘Aisyiyah
Bojonegoro
Kepuasaan kerja perawat sebagai
kolaborator di Rumah Sakit ‘Aisyiyah
Bojonegoro dirasakan oleh 75% atau sebanyak
45 orang perawat menunjukkan puas.
Kepuasaan yang ada ditunjukkan dengan
adanya pernyataan seluruh responden tentang
komunikasi Situation Background Assecement
Recomendation adalah cara komunikasi yang
efektif, cara komunikasi yang mudah dilakukan
serta dengan komunikasi Situation Background
Assecement Recomendation tidak
membutuhkan penjelasan kondisi pasien yang
berulang-ulang. Sedangkan sebanyak 15 orang
perawat atau 25% menyatakan tidak puas, hal
ini ditunjukkan dengan adanya pernyataan dari
beberapa responden bahwa komunikasi
Situation Background Assecement
Recomendation tidak dapat dipahami oleh
dokter dan tidak memudahkan dokter mengerti
tentang kondisi pasien yang sedang terjadi.
Menurut Mistiani (2007), kepuasaan
kerja adalah cara seorang pekerja merasakan
pekerjaannya. Kepuasaan kreja merupakan hal
yang penting bagi setiap karyawan. Jika
kepuasaan kerja tercapai, pekerjaan mereka
lebih bertanggungjawab, lebih loyal dan
mereka berperan penting bahwa kepuasaan
kerja akan mengurangi absen pegawai dan
kemungkinan untuk pindah kerja (Hurlock,
1991). Dalam hal ini maka, persepsi seseorang
memegang peranan penting sebelum
melaksanakan atau memilih pekerjaannya.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi
kepuasaan kerja meliputi : komunikasi,
potensial, pertumbuhan, kebijakan individu,
upah/gaji, kondisi kerja yang kondusif.
Peniliti berasumsi bahwa kepuasan
bekerja perawat tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor lingkungan yang berupa komunikasi saja
melainkan masih banyak faaktor lingkungan
yang mempengarui kepuasan kerja yaitu faktor
upah dan gaji.
Hubungan komunikasi Situation
Background Assecement Recomendation
Terhadap Kepuasaan Kerja Perawat
sebagai Kolaborator di Rumah Sakit
‘Aisyiyah Bojonegoro
Hasil uji statistik dengan menggunakan
uji korelasi spearman rho didapatkan nilai
signifikan P (0 < ∝ 0,01) yang berarti ada
hubungan komunikasi Situation Background
Assecement Recomendation Terhadap
Kepuasaan Kerja Perawat sebagai Kolaborator
di Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro. Akan
tetapi ada perawat dalam komunikasi dengan
dokter menggunakan teknik SBAR tapi tidak
memiliki kepuasaan kerja sebanyak 7 orang
(14%) dan 2 orang (20%) perawat dalam
komunikasi dengan dokter tanpa menggunakan
teknik SBAR namun memiliki kepuasaan kerja.
Hal tersebut terjadi kerena kepuasaan kerja
perawat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
komunikasi saja. Menurut penelitian Widodo
(2003) dan Sayuni (2009) kepuasaan kerja di
pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
komunikasi yang baik dengan sesama perawat,
pemberian insentif yang sesuai harapan,
lingkungan kerja yang nyaman, dukungan
menagement yang baik, sifat kerja yang tidak
monoton, pekerjaan yang sesuai keahlian serta
adanya peluang promosi.
Komunikasi Situation Background
Assecement Recomendation mempunyai
hubungan dengan kepuasaan kerja. Hal ini
sesuai yang diungkapkan Kotler (2003) bahwa
gaya maupun cara berkomunikasi Situation
Background Assecement Recomendation juga
berpengaruh terhadap efektifitasi komunikasi.
Dengan efektifnya komunikasi maka akan
menimbulkan kenyamanan dalam
melaksanakan peran dan fungsi perawat
sebagai kolaborator dengan dokter.
Peneliti berpendapat komunikasi
perawat dengan dokter sangat penting dalam
sebuah pelayanan di rumah sakit agar terhindar
dari kesalahpahaman dalam pemberian
instruksi medis atau medication crop yang
mana hal ini akan berdampak terhadap
peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit
‘Asyiyah Bojonegoro.
Kesimpulan
1. Sebagian besar perawat Rumah Sakit
‘Aisyiyah Bojonegoro saat melakukaan
komunikasi dengan dokter dengan
menggunakan teknik SBAR.
2. Sebagian besar tingkat kepuasaan kerja
perawat sebagai kolaborator di Rumah
Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro adalah puas.
3. Ada hubungan antara komunikasi situation
background assecement recomendation
terhadap kepuasaan kerja perawat sebagai
kolaborator di Rumah Sakit ‘Aisyiyah
Bojonegoro tahun 2016.
Saran
1. Bagi manajemen keperawatan
Manajemen keperawatan perlu
memberikan pelatihan kepada perawat
bagaimana cara berkomunikasi dengan
teknik SBAR pada saat menghadapi team
kesehatan lain. Keperawatan harus mulai
berbenah dan memenuhi kebutuhan
ketenagaan keperawatan yang profesional
dan memahami komunikasi dengan baik,
baik verbal maupun non verbal
2. Bagi tim pelayanaan kesehatan
Diharapkan perawat kesehatan terus
termotivasi untuk berkomunikasi secara
profesional sehingga dapat memenuhi
target yang diharapkan dalam memenuhi
kebutuhan pasien rawat inap.
3. Bagi profesi kesehatan
Mengingat keterbatasan waktu dan jumlah
sampel maka perlu diadakan penelitian
yang lebih lanjut untuk menyempurnakan
penelitian yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto suharsimi. (2006). Prosedur
penelitian suatu pendekatan praktek.
Rineka Cipta: Jakarta
Anderson (2006) Aspek dalam keperawatan.
Jakarta : ECG dari www.poltekes-
medan.com di akses pada tanggal 6
Maret 2015
Efendy, (2007). Ilmu komunikasi Jakarta:
Fakultas kedokteran universitas
Eviana, (2001). Komunikasi interpersonal
keperawatan. Jakarta: Gunung
Agung.
Disclamer. (2008). Kepuasan kerja.
http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses
tanggal 7 Maret 2015 Jam 11.00 WIB
Djarwanto. (1996). Mengenal Beerapa Uji
Statistik Dalam Penelitian. Liberty
Yogyakarta. Hal. 261-266.
Hidayat, A. Aziz. Alimul. (2004). Metode
Keperawatan Komunikasi
Terapeutik. Yogyakarta: Ganbika
Honest B (2007). Kepuasan kerja.
http://id.tehnik industry ITB.
Jonshon, kepuasan pasien di ambil pada tanggal
10 Maret 2015 dari www.goegle.com
Keliat. (2008), Buku Akar Keperawatan
Komunikasi, Edisi Ley and Spearman
Moison walter,, dkk. (2009) Press. Diambil
pada tanggal 11 Maret 2015 dari
www.geogle.com
Moison walter dan white (2009). Fundamental
Keperawatan, Jakarta, Egc
Mundakir. (2006). Definisi komunikasi, diambil
dari http://www.e-psikologi.com
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis
dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
MEtodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Jakarta; ECG
Panduan Standart Akreditasi Rumah Sakit
Versi JCI terbaru, diambil pada
tanggal 13 Maret 2015 dari akreditasi
JCI.blogspot.com.2014/09
Rogert dan Suart (1999). Psikologi
perkembangan: Suatu Pendekatan
sepanjang rentang kehidupan.
Jakarta: Erlangga
Ratna, G. 2001. Profesional Keperawatan.
www.modulas.php.html.marstio
diakses tanggal 13 Maret 2015
Top Related