ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

13
HUBUNGAN KOMUNIKASI SITUASION BACKGROUND ASESMENT RECOMMENDATION TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT SEBAGAI KOLABORATOR DI RS AISYIYAH BOJONEGORO TAHUN 2016 1 Sri Utami Ningsih, 2 Sudalhar ABSTRAK Komunikasi SBAR merupakan proses komunikasi yang efektif untuk digunakan Dokter dengan perawat dan petugas kesehatan lainya. Dalam hal kolaborasi dengan tim medis dan kesehatan yang lain perawat perlu menyampaikan kondisi pasien untuk keperluan tindakan cepat dan gawat darurat. Kepuasan kerja perawat dipengaruhi oleh beberpa faktor yaitu pekerjaan gaji interasi kerja, kesempatankerja, supervisi dan komunikasi. Desain penelitian mengunakan analitik korelasi dengan metode sampling teknik cluster. Sampel diambil sebanyak 60 responden yaitu perawat Rumah Sakit Aisiyah Bojonegoro. Data penelitian diambil menggunakan quisiener dan observasi. Setelah ditabulasi, data dianalisis mengunakan spearman rho. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar perawat saat melakukan komunikasi dengan Dokter mengunakan teknik SBAR sebanyak 50 (83,3%). Dan dari hasil quesioner sebagian besar kepuasan kerja perawat menunjukan puas 45 (75 %). Berdasarkan hasil spearman rho didapatkan nilai dengan P = 0,01 dimana P < 0,05. Hasil pengujian Statistik diperoleh hasil ada Hubungan Komunikasi Situation Background Assecment Recomendation Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Seagai Kolaborator di Rumah Sakit Aisiyah Bojonegoro. Berdasarkan hasil penelitian maka pihak rumah sakit perlu memberikan pelatihan Komunikasi Situation Background Assecment Recomendation. Kata kunci : SBAR, Kepuasaan Kerja Perawat Latar Belakang Kepuasan perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pekerjaan, gaji, interaksi kerja, kesempatan kerja, kesempatan promosi, supervisi, rekan kerja ( Luthan, 2005). Perawat yang merasa puas dalam melaksanakan pekerjaanya, maka akan memberikan pelayanan yang lebih baik dan bermutu kepada pasien rumah sakit sehingga kepuasan pasien dan keluarga pasien juga terpenuhi, yang akhirnya meningkatkan citra dan pendapatan rumah sakit (Crose, 1999). Menurut International Countil of Nurse (1965) dalam melaksanakan peran dan fungsinya perawat di dalam rumah sakit terlibat dengan tenaga kesehatan lain, dalam hal ini perawat melaksanakan fungsinya sebagai kolaborator dimana perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, psikoterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk konsultasi atau diskusi serta tukar pendapat dalam penentuan pelayanan selanjutnya. Dalam hal kolaborasi dengan tim medis, perawat tidak hanya berkomunikasi secara langsung dengan tatap muka, tetapi bisa

Transcript of ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

Page 1: ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

HUBUNGAN KOMUNIKASI SITUASION BACKGROUND ASESMENT

RECOMMENDATION TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT SEBAGAI

KOLABORATOR DI

RS AISYIYAH BOJONEGORO TAHUN 2016 1Sri Utami Ningsih, 2Sudalhar

ABSTRAK

Komunikasi SBAR merupakan proses komunikasi yang efektif untuk digunakan

Dokter dengan perawat dan petugas kesehatan lainya. Dalam hal kolaborasi dengan tim medis

dan kesehatan yang lain perawat perlu menyampaikan kondisi pasien untuk keperluan tindakan

cepat dan gawat darurat. Kepuasan kerja perawat dipengaruhi oleh beberpa faktor yaitu

pekerjaan gaji interasi kerja, kesempatankerja, supervisi dan komunikasi.

Desain penelitian mengunakan analitik korelasi dengan metode sampling teknik cluster.

Sampel diambil sebanyak 60 responden yaitu perawat Rumah Sakit Aisiyah Bojonegoro. Data

penelitian diambil menggunakan quisiener dan observasi. Setelah ditabulasi, data dianalisis

mengunakan spearman rho. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar perawat saat

melakukan komunikasi dengan Dokter mengunakan teknik SBAR sebanyak 50 (83,3%). Dan

dari hasil quesioner sebagian besar kepuasan kerja perawat menunjukan puas 45 (75 %).

Berdasarkan hasil spearman rho didapatkan nilai dengan P = 0,01 dimana P < 0,05.

Hasil pengujian Statistik diperoleh hasil ada Hubungan Komunikasi Situation

Background Assecment Recomendation Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Seagai

Kolaborator di Rumah Sakit Aisiyah Bojonegoro.

Berdasarkan hasil penelitian maka pihak rumah sakit perlu memberikan pelatihan

Komunikasi Situation Background Assecment Recomendation.

Kata kunci : SBAR, Kepuasaan Kerja Perawat

Latar Belakang

Kepuasan perawat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu pekerjaan, gaji, interaksi

kerja, kesempatan kerja, kesempatan promosi,

supervisi, rekan kerja ( Luthan, 2005). Perawat

yang merasa puas dalam melaksanakan

pekerjaanya, maka akan memberikan

pelayanan yang lebih baik dan bermutu kepada

pasien rumah sakit sehingga kepuasan pasien

dan keluarga pasien juga terpenuhi, yang

akhirnya meningkatkan citra dan pendapatan

rumah sakit (Crose, 1999). Menurut

International Countil of Nurse (1965) dalam

melaksanakan peran dan fungsinya perawat di

dalam rumah sakit terlibat dengan tenaga

kesehatan lain, dalam hal ini perawat

melaksanakan fungsinya sebagai kolaborator

dimana perawat bekerja melalui tim kesehatan

yang terdiri dari dokter, psikoterapis, ahli gizi

dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi

pelayanan keperawatan yang diperlukan

termasuk konsultasi atau diskusi serta tukar

pendapat dalam penentuan pelayanan

selanjutnya. Dalam hal kolaborasi dengan tim

medis, perawat tidak hanya berkomunikasi

secara langsung dengan tatap muka, tetapi bisa

Page 2: ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

juga melalui tidak langsung atau telepon dalam

menyampaikan kondisi pasien dan dalam

keperluan tindakan cepat selanjutnya. Namun

demikian abnayak perawat yang enggan

berkomunikasi lewat telepon dengan dokter.

Jurnal Penelitian Velji tentang

efektifitas alat komunikasi Situation

Background Assesement Recomendation

(SBAR) dalam dunia kesehatan dikembangkan

oleh pakar patient savety dari Kaiser

Permanente Oakland California dalam

pengaturan perawatan diruang rehabilitasi,

menyatakan bahwa proses komunikasi SBAR

terbukti telah terbukti menjadi alat komunikasi

yang efektif dalam pengaturan perawatan akut

untuk tingkatan komunikasi yang urgen,

terutama dokter dan perawat. Serta efektif

digunakan dalam situasi mendesak dan tidak

mendesak diruang rehabilitasi yang melibatkan

staf, klinis, Pasien, dan keluarga. Data dari

Ricet Council of American (RCA) salah satu

rumah sakit di Amerika didapatkan 65%

kejadian sentinel event dimana 90%

penyebabnya adalah karena komunikasi (50%

nya adalah terjadi pada saat serah terima

informasi pasien dan 10%nya terjadi karena

komunikasi melalui telepon). Sesuai dengan

kasus diatas asosiasi rumah sakit Arizona dan

Kesehatan (AZHHA) Komite patient

safetymempercayai komunikasi SBAR akan

membuat dampak positif bagi profesi-profesi

lain untuk mempermudah komunikasi dan

keselamatan pasien dengan keyakinan bahwa

pengembangan komunikasi SBAR membantu

mereka untuk memfasilitasi komunikasi yang

efektif untuk mengatasi kejadian buruk diatas

(JCI, 2010) . Dari hasil observasi peneliti di

IGD Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro,

didapatkan 3 dari 16 perawat merasa enggan

untuk berkomunikasi dengan dokter melalui

telepon tanpa alasan yang jelas. Hal ini

mungkin disebabkan karena kegagalan dalam

komunikasi antara dokter dan perawat melalui

telepon.

Ketrampilan berkomunikasi melalui

telepon bukan ketrampilan yang kita bawa sejak

lahir dan juga tidak muncul secara tiba tiba saat

kita memerlukannya. Ketrampilan tersebut

harus dipelajari dan dilatih secara terus menerus

melalui kemampuan belajar mandiri. Solusi

yang bisa dijadikan pilihan antara lain pada saat

pertemuan keperawatan tiap satu bulan sekali

bisa dijadikan program dalam memberikan

paparan tentang cara komunikasi melalui

telepon dengan tehnik SBAR yang baik dan

benar dan atau mendatangkan ahli komunikasi

untuk mengadakan work shop di Rumah Sakit

Aisyiyah serta studi banding ke Rumah Sakit

yang lebih maju. Solusi solusi diatas bisa

dijadikan pilihan bagi perawat di Rumah Sakit

agar dalam melakukan komunikasi melalui

telepon perawat tidak merasa enggan dan

merasa puas dalam melaksanakan fungsi

kolaborator di dalam komunikasi melalui

telepon dengan tim medis.( Sulivan, et all 2002)

Dari fenomena diatas peneliti tertarik

untuk meneliti Hubungan Komunikasi

Situation Bakground Assecement

Recomendation terhadap Kepuasan Kerja

Perawat sebagai Kolaborator di Rumah Sakit

Aisyiyah Bojonegoro Tahun 2016.

Page 3: ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

Tujuan Penelitian

Untuk mempelajari sejauh mana

Hubungan Komunikasi Situation Background

Assecement Recomendation terhadap

Kepuasan Kerja Perawat sebagai Kolaborator

di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro Tahun

2016.

Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi

untuk mencapai tujuan penelitian yang telah

ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau

penuntun peneliti pada seluruh proses

penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan adalah

metode analitik dengan pendekatan cross

sectional yaitu suatu rancangan penelitian yang

dipergunakan untuk mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor resiko dengan

efek. Dalam penelitian ini dilakukan

pengunpulan data dengan menggunakan

kuisoner pengumpulan data berbagai item

pertanyaan berdasarkan unsur jelas dan ringkas

yang berhubungan dengan teknik komunikasi

SBAR. Skala yang digunakan adalah skala

glutmen dengan kriteria skala nilai 2 bila

responden menjawab iya dan 1 bila responden

menjawab tidak. Demikian juga pengukuran

tingkat kepuasaan perawat yang menggunakan

skala gulment berbagai item pertanyaan

berdasarkan tingkat kepuasaan kerja perawat

(Nursalama, 2008: 88).

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa

ruang perawatan yang ada di Rumah Sakit

‘Aisyiyah Bojonegoro.

Page 4: ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah pentahapan/langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah yang

dilakukan dalam melakukan penelitian yang mencakup kegiatan awal sampai akhir penelitian

(Fidrotin, 2007: 29).

Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan komunikasi Situation Background Assecement

Recomendation terhadap kepuasan kerja perawat sebagai kolaborator di Rumah

Sakit Aisyiyah Bojonegoro.

Populasi : Seluruh perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro dengan jumlah 135 orang

Sampel : Seluruh perawat di Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro pada bulan April sampai

dengan Juni 2015 yaitu 101 orang

Identifikasi variabel

Variabel Independen

Komunikasi SBAR

Lembar observasi

Variabel Dependen

Kepuasan kerja perawat

sebagai kolaborator

Quisioner

Interprestasi hasil

Kesimpulan

Pengelolaan data dengan editing, coding dan tabulating, uji spearman rho

Variabel Dependen

Kepuasan kerja perawat

sebagai kolaborator

Page 5: ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

Populasi

Populasi adalah setiap subjek

(misalnya: pasien) yang memenuhi kriteria

yang ditetapkan (Nursalam, 2003 : 93) pada

penelitian ini populasi adalah keseluruhan

perawat dengan jumlah per bulan pada tahun

2015 di Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro

dengan jumlah 135 orang.

Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi

yang dapat dipergunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling (Nursalam, 2003:

95). Sampel yang digunakan penelitian ini

adalah perawat di Rumah Sakit ‘Aisyiyah

Bojonegoro pada bulan April sampai Juni 2015

yaitu 101 perawat.

Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi

populasi yang dapat mewakili populasi yang

ada (Nursalam, 2008 : 95). Pada penelitian ini

menggunakan probability sampling yaitu

teknik pengambilan sampel yang ditemukan

atau ditentukan sendiri oleh peneliti. Populasi

yang dipilih menjadi anggota sampel dengan

menggunakan teknik Cluster Random

Sampling adalah suatu teknik sampling ini

dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah

yang telah ditentukan (Nursalam, 2003).

Penentuan besar sampel jika populasi

<1000, maka sampel bisa diambil 20% atau

30%, atau jika >1000, maka dihitung dengan

rumus :

n = 𝑁

𝐼+𝑁 (𝑑)2

Keterangan

n = Perkiraan jumlah sampel

N = Perkiraan besar populasi

d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d =

0,05)

(Zainudi M, 2000 dalam Nursalam,

2008)

Sehingga besar sampel dalam

penelitian ini adalah :

n = 135

1+135.(0,05)2

= 101 responden

Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik

umum subjek penelitian dari populasi yang

terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah :

a. Perawat di Rumah Sakit ‘Aisyiyah

Bojonegoro yang sudah bekerja lebih dari 1

tahun

b. Perawat di Rumah Sakit ‘Aisyiyah

Bojonegoro yang menjadi penanggung

jawab shift

c. Perawat di Rumah Sakit ‘Aisyiyah

Bojonegoro yang berpendidikan minimal

D3 Keperawatan atau proses pendidikan S1

Keperawatan.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria

inklusi dari studi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah perawat di Rumah Sakit

‘Aisyiyah yang tidak bersedia menjadi

responden.

Page 6: ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional kerja pengaruh teknik komunikasi SBAR dalam melakukan

komunikasi dengan dokter melalui telepon terhadap kepuasan perawat sebagai

kolaborator di ruang IGD Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro tahun 2016

Variabel Definisi

Operasional Parameter Alat ukur Skala Skor

Variabel

independen

pada

penelitian

ini adalah

komunikasi

Komunikasi

verbal= komunikasi

yang menggunakan

bahasa, sebagai alat

simbol yang

digunakan sebagai

alat adalah kata

yang

mengexpresikan

ide/perasaan

membangkitkan

respon emosional

sebagai ingatan

Komunikasi non

verbal =

komunikasi yang

tidak menggunakan

bahasa kata, bahasa

gambar, dan bahasa

sikap

Faktor-faktor

komunikasi = verbal =

1. Lisan

2. Tulisan

Non verbal =

1. Lingkungan

2. Penampilan

3. Kontak mata

4. Postur tubuh

5. Expresi wajah

6. Suara

Quisoner

dengan

format

jawaban

berskala

Gutman dua

tingkatan

yaitu ya dan

tidak

dengan

pertanyaan

no 1-16

untuk

mengukur

komunikasi

Ordinal Skor 2 = ya

Skor 1 = tidak

16-20

komunikasi

perawat

kurang 21-25

= komunikasi

perawat

cukup 26-32

komunikasi

perawat baik

Dependen

kepuasan

pasien

Tingkat perasaan

pasien yang timbul

sebagai akibat dari

komunikasi

perawat

Kepuasaan pasien

terhadap teknik

komunikasi perawat

1. Mendengarkan

dengan penuh

perhatian

2. Menunjukkan

penerimaan

3. Menanyakan

pertanyaan yang

berkaitan

4. Mengulang

ucapan klien

dengan

menggukana kata –

kata sendiri

5. Mengklarifikasi

6. Menyatakan hasil

observasi

Quisoner

dengan

format

jawaban

berskala

Gutman dua

tingkatan

yaitu ya dan

tidak

dengan

pertanyaan

no 1-16

untuk

mengukur

komunikasi

Ordinal Skor 2 = ya

Skor 1 = tidak

16-20 =

kurang puas

21-25 =

cukup puas

25-32 = puas

Page 7: ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

Data variabel independen teknik

komunikasi SBAR dalam komunikasi dengan

dokter melalui telepon, dan variabel dependen

kepuasaan perawat dilakukan dengan dengan

menggunakan cek list dan kuesioner, kuisoner

adalah jenis pengukuran dengan

mengumpulkan data secara formal kepada

subyek untuk menjawab pertanyaan secara

tertulis (Nursalam, 2008: 109).

Data Umum

1. Distribusi karakteristik responden menurut

jenis kelamin di Rumah Sakit ‘Aisyiyah

pada bulan Mei 2016.

Gambara 4.1 Diagram pie distribusi

responden berdasarkan

jenis kelamin di Rumah

Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro

bulan Mei tahun 2016.

Berdasarkan gambar 4.1 dari 60

responden didapat hasil bahwa lebih dari

sebagian responden berjenis kelamin

perempuan, sebanyak 42 orang (70%).

2. Distribusi karakteristik responden

berdasarkan umur di Rumah Sakit

‘Aisyiyah pada bulan Mei 2016.

Gambara 4.2 Diagram pie distribusi

responden berdasarkan

umur di Rumah Sakit

‘Aisyiyah Bojonegoro

bulan Mei tahun 2016.

Berdasarkan gambar 4.2 dari 60

responden didapat hasil bahwa sebagian

responden berumur 31-40 tahun sebanyak

45 orang (75%).

3. Distribusi karakteristik responden

berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit

‘Aisyiyah pada bulan Mei 2016.

Gambara 4.3 Diagram pie distribusi

responden berdasarkan

pendidikan di Rumah Sakit

‘Aisyiyah Bojonegoro

bulan Mei tahun 2016.

Berdasarkan gambar 4.2 dari 60

responden didapat hasil bahwa lebih dari

30%

70%Laki-laki

Perempuan

23.3%

75%

1.67%0% 21-30 tahun

31-40 tahun

41-50 tahun

> 50 tahun

0%

75%

3.3%20% 1.7%

SPK

DIII

Keperawatan

DIVKeperawatan

S1 Keperawatan

Page 8: ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

sebagian responden berpendidikan DIII

Keperawatan sebanyak 45 orang (75%).

4. Distribusi karakteristik responden

berdasarkan status perkawinan di Rumah

Sakit ‘Aisyiyah pada bulan Mei 2016.

Gambara 4.4 Diagram pie distribusi

responden berdasarkan

status perkawinan di Rumah

Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro

bulan Mei tahun 2016.

Berdasarkan gambar 4.2 dari 60

responden didapat hasil bahwa sebagian

besar responden status perkawinan adalah

kawin sebanyak 52 orang (86,7%).

5. Distribusi karakteristik responden

berdasarkan masa kerja di Rumah Sakit

‘Aisyiyah pada bulan Mei 2016.

Gambara 4.5 Diagram pie distribusi

responden berdasarkan

masa kerja di Rumah Sakit

‘Aisyiyah Bojonegoro

bulan Mei tahun 2016.

Berdasarkan gambar 4.2 dari 60

responden didapat hasil bahwa mayoritas

responden masa kerjanya 6 sampai 10

tahun sebanyak 31 orang (51,7%).

Data Khusus

Data khusus terdiri dari distribusi

ceklist observasi perawat yang dilakukan

penelitian saat perawat melakukan komunikasi

dengan dokter dengan menggunakan teknik

SBAR dan distribusi pengisian kepuasaan kerja

perawat sebagai kolaborator.

Tabel 4.6 Distribusi hasil ceklist

observasi perawat saat

melakukan komunikasi

dengan dokter bulan Mei

tahun 2016.

NO Komunikasi

perawat

Jumlah Prosentase

1 Tanpa teknik

SBAR 10 16,7%

2 Dengan teknik

SBAR 50 83,3%

TOTAL 60 100%

Pada tabel 4.6 dari 60 responden di

Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro didapatkan

hasil sebagian besar responden melakukan

komunikasi dengan dokter menggunakan

teknik SBAR dengan jumlah responden 50

orang atau 83,3%.

Tabel 4.7 Distribusi responden hasil

quisioner kepuasaan kerja

perawat sebagai

kolaborator di Rumah

Sakit ‘Asiyiyah

13.3%

86.7%

Belum

Kawin

Kawin

3.3%

51.7%20%

25%1-5 th

6-10 th

11-15 th

> 15 th

Page 9: ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

Bojonegoro bulan Mei

tahun 2016.

N

O

KEPUAS

AAN

KERJA

JUML

AH

PROSEN

TASE

1 Tidak

puas 15 25%

2 Puas 45 75%

TOTAL 60 100%

Pada tabel 4.7 dari 60 responden di

Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro didapatkan

hasil sebagian besar responden mengatakan

kepuasaan kerja perawat sebagai kolaborator

menjawab puas dengan jumlah responden 45

orang atau 75%.

Hubungan komunikasi Situation

Background Assecement Recomendation

terhadap kepuasaan kerja perawat sebagai

kolaborator di Rumah Sakit ‘Aisyiyah

Bojonegoro tahun 2016.

Tabel 4.8 Distribusi responden

hubungan komunikasi

Situation Background

Assecement

Recomendation terhadap

kepuasaan kerja perawat

sebagai kolaborator di

Rumah Sakit ‘Aisyiyah

Bojonegoro bulan Mei

tahun 2016.

Komunikasi

Perawat

Kepuasaan Kerja

Perawat sebagai

Kolaborator Total

Tidak

Puas Puas

Tanpa

SBAR 8 80% 2 20%

10

100%

Dengan

SBAR 7 14% 43 86%

50

100%

Jumlah 15 25% 45 75%

60

100%

Pada tabel 4.8 dari 60 responden

setelah dilakukan observasi dan pengisian

quisioner dan responden didapatkan hasil

sebagian besar responden komunikasi dengan

dokter dengan menggunakan teknik SBAR dan

memiliki kepuasan kerja yaitu sebanyak 43

orang (86%) sedangkan 7 orang (14%) perawat

melakukan komunikasi dengan dokter dengan

teknik SBAR tapi tidak memiliki kepuasaan

kerja. Komunikasi perawat tanpa SBAR

dinyatakan oleh 8 orang (80%) namun tidak

memiliki kepuasan kerja. Sedangkan sebanyak

2 orang (20%) komunikasi tanpa SBAR serta

tidak memiliki kepuasan kerja.

Pembahasan

Setelah dilakukan analisis data dan

melihat hasil yang diperoleh selanjutnya akan

dibahas tentang beberapa hal, yaitu : 1)

Komunikasi Situation Background Assecement

Recomendation perawat, 2) Kepuasaan kerja

Page 10: ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit

‘Aisyiyah Bojonegoro, 3) Hubungan

komunikasi Situation Background Assecement

Recomendation terhadap kepuasaan kerja

perawat sebagai kolaborator di Rumah Sakit

‘Aisyiyah Bojonegoro.

Komunikasi Situation Background

Assecement Recomendation Perawat Rumah

Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro

Dari tabel 4.6 hasil penelitian 60 responden di

Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro pada bulan

Mei tahun 2015 didapatkan hasil sebagian besar

perawat saat melakukan komunikasi dengan

dokter menggunakan teknik SBAR yaitu

sebanyak 50 orang atau 83,3%. Sedangkan

perawat saat melakukan komunikasi dengan

dokter tanpa menggunakan teknik SBAR hanya

sebanyak 10 orang atau 67,7%. Dalam

melakukan komunikasi dengan dokter perawat

dilakukan komunikasi secara verbal dan

meliputi identifikasi nama dari petugas dan

pasien, menyebutkan diagnosa medis, keadaan

yang terjadi pasien yang mengkhawatirkan,

obat/tindakan saat ini yang diberikan ini,

riwayat medis, temuan klinis terbaru, hasil

temuan klinis, analisis dan pertimbangan

perawat, apa solusi yang bisa perawat tawarkan

ke dokter, apa yang perawat butuhkan dari

dokter untuk memperbaiki kondisi pasien.

Dalam melaksanakan komunikasi dengan

dokter yang jarang dilakukan oleh perawat

adalah hasil analisis perawat tentang kondisi

pasien saat ini dan menjelaskan hasil

pertimbangan kondisi pasien saat ini serta

solusi yang perawat bisa tawarkan kepada

dokter. Hal ini mungkin disebabkan karena

tergesa – gesanya perawat dalam

menginformasikan kondisi pasien serta adanya

rasa takut salah dalam memberikan analisis

terhadap kondisi pasien saat itu. Sesuai dengan

teori komunikasi yaitu komunikasi merupakan

cara untuk membina hubungan yang terapeutik,

dalam proses komunikasi terjadi penyampaian

informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran

(Keliat, 2008). SBAR adalah Situation

Background Assecement Recomendation

merupakan alat komunikasi yang menyediakan

metode jelas dalam mengkomunikasikan

informasi terkait dengan temuan klinis.

Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk

memberikan masukan ke dalam situasi pasien

termasuk memberikan rekomendasi. SBAR

memberikan kesempatan untuk berdiskusi

antara anggota tim kesehatan atau tim

kesehatan lainnya (Depkes RI, 2012).

Peneliti berpendapat bahwa mungkin dalam

melakukan komunikasi Situation Background

Assecement Recomendation Perawat harus

melaksanakan teknik komunikasi yang sesui

dengan teori Situation Background Assecement

Recomendation yang terlalu banyak dan rumit

serta membutuhkan waktu lama dalam

melaksanakan komunikasi Situation

Background Assecement Recomendation.

Kepuasaan kerja perawat sebagai

kolaborator di Rumah Sakit ‘Aisyiyah

Bojonegoro

Kepuasaan kerja perawat sebagai

kolaborator di Rumah Sakit ‘Aisyiyah

Bojonegoro dirasakan oleh 75% atau sebanyak

45 orang perawat menunjukkan puas.

Kepuasaan yang ada ditunjukkan dengan

adanya pernyataan seluruh responden tentang

komunikasi Situation Background Assecement

Page 11: ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

Recomendation adalah cara komunikasi yang

efektif, cara komunikasi yang mudah dilakukan

serta dengan komunikasi Situation Background

Assecement Recomendation tidak

membutuhkan penjelasan kondisi pasien yang

berulang-ulang. Sedangkan sebanyak 15 orang

perawat atau 25% menyatakan tidak puas, hal

ini ditunjukkan dengan adanya pernyataan dari

beberapa responden bahwa komunikasi

Situation Background Assecement

Recomendation tidak dapat dipahami oleh

dokter dan tidak memudahkan dokter mengerti

tentang kondisi pasien yang sedang terjadi.

Menurut Mistiani (2007), kepuasaan

kerja adalah cara seorang pekerja merasakan

pekerjaannya. Kepuasaan kreja merupakan hal

yang penting bagi setiap karyawan. Jika

kepuasaan kerja tercapai, pekerjaan mereka

lebih bertanggungjawab, lebih loyal dan

mereka berperan penting bahwa kepuasaan

kerja akan mengurangi absen pegawai dan

kemungkinan untuk pindah kerja (Hurlock,

1991). Dalam hal ini maka, persepsi seseorang

memegang peranan penting sebelum

melaksanakan atau memilih pekerjaannya.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi

kepuasaan kerja meliputi : komunikasi,

potensial, pertumbuhan, kebijakan individu,

upah/gaji, kondisi kerja yang kondusif.

Peniliti berasumsi bahwa kepuasan

bekerja perawat tidak hanya dipengaruhi oleh

faktor lingkungan yang berupa komunikasi saja

melainkan masih banyak faaktor lingkungan

yang mempengarui kepuasan kerja yaitu faktor

upah dan gaji.

Hubungan komunikasi Situation

Background Assecement Recomendation

Terhadap Kepuasaan Kerja Perawat

sebagai Kolaborator di Rumah Sakit

‘Aisyiyah Bojonegoro

Hasil uji statistik dengan menggunakan

uji korelasi spearman rho didapatkan nilai

signifikan P (0 < ∝ 0,01) yang berarti ada

hubungan komunikasi Situation Background

Assecement Recomendation Terhadap

Kepuasaan Kerja Perawat sebagai Kolaborator

di Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro. Akan

tetapi ada perawat dalam komunikasi dengan

dokter menggunakan teknik SBAR tapi tidak

memiliki kepuasaan kerja sebanyak 7 orang

(14%) dan 2 orang (20%) perawat dalam

komunikasi dengan dokter tanpa menggunakan

teknik SBAR namun memiliki kepuasaan kerja.

Hal tersebut terjadi kerena kepuasaan kerja

perawat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor

komunikasi saja. Menurut penelitian Widodo

(2003) dan Sayuni (2009) kepuasaan kerja di

pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

komunikasi yang baik dengan sesama perawat,

pemberian insentif yang sesuai harapan,

lingkungan kerja yang nyaman, dukungan

menagement yang baik, sifat kerja yang tidak

monoton, pekerjaan yang sesuai keahlian serta

adanya peluang promosi.

Komunikasi Situation Background

Assecement Recomendation mempunyai

hubungan dengan kepuasaan kerja. Hal ini

sesuai yang diungkapkan Kotler (2003) bahwa

gaya maupun cara berkomunikasi Situation

Background Assecement Recomendation juga

berpengaruh terhadap efektifitasi komunikasi.

Dengan efektifnya komunikasi maka akan

menimbulkan kenyamanan dalam

Page 12: ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

melaksanakan peran dan fungsi perawat

sebagai kolaborator dengan dokter.

Peneliti berpendapat komunikasi

perawat dengan dokter sangat penting dalam

sebuah pelayanan di rumah sakit agar terhindar

dari kesalahpahaman dalam pemberian

instruksi medis atau medication crop yang

mana hal ini akan berdampak terhadap

peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit

‘Asyiyah Bojonegoro.

Kesimpulan

1. Sebagian besar perawat Rumah Sakit

‘Aisyiyah Bojonegoro saat melakukaan

komunikasi dengan dokter dengan

menggunakan teknik SBAR.

2. Sebagian besar tingkat kepuasaan kerja

perawat sebagai kolaborator di Rumah

Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro adalah puas.

3. Ada hubungan antara komunikasi situation

background assecement recomendation

terhadap kepuasaan kerja perawat sebagai

kolaborator di Rumah Sakit ‘Aisyiyah

Bojonegoro tahun 2016.

Saran

1. Bagi manajemen keperawatan

Manajemen keperawatan perlu

memberikan pelatihan kepada perawat

bagaimana cara berkomunikasi dengan

teknik SBAR pada saat menghadapi team

kesehatan lain. Keperawatan harus mulai

berbenah dan memenuhi kebutuhan

ketenagaan keperawatan yang profesional

dan memahami komunikasi dengan baik,

baik verbal maupun non verbal

2. Bagi tim pelayanaan kesehatan

Diharapkan perawat kesehatan terus

termotivasi untuk berkomunikasi secara

profesional sehingga dapat memenuhi

target yang diharapkan dalam memenuhi

kebutuhan pasien rawat inap.

3. Bagi profesi kesehatan

Mengingat keterbatasan waktu dan jumlah

sampel maka perlu diadakan penelitian

yang lebih lanjut untuk menyempurnakan

penelitian yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto suharsimi. (2006). Prosedur

penelitian suatu pendekatan praktek.

Rineka Cipta: Jakarta

Anderson (2006) Aspek dalam keperawatan.

Jakarta : ECG dari www.poltekes-

medan.com di akses pada tanggal 6

Maret 2015

Efendy, (2007). Ilmu komunikasi Jakarta:

Fakultas kedokteran universitas

Eviana, (2001). Komunikasi interpersonal

keperawatan. Jakarta: Gunung

Agung.

Disclamer. (2008). Kepuasan kerja.

http://id.wikipedia.org/wiki. Diakses

tanggal 7 Maret 2015 Jam 11.00 WIB

Djarwanto. (1996). Mengenal Beerapa Uji

Statistik Dalam Penelitian. Liberty

Yogyakarta. Hal. 261-266.

Hidayat, A. Aziz. Alimul. (2004). Metode

Keperawatan Komunikasi

Terapeutik. Yogyakarta: Ganbika

Honest B (2007). Kepuasan kerja.

http://id.tehnik industry ITB.

Jonshon, kepuasan pasien di ambil pada tanggal

10 Maret 2015 dari www.goegle.com

Page 13: ABSTRAK - Stikes Muhammadiyah Bojonegoro

Keliat. (2008), Buku Akar Keperawatan

Komunikasi, Edisi Ley and Spearman

Moison walter,, dkk. (2009) Press. Diambil

pada tanggal 11 Maret 2015 dari

www.geogle.com

Moison walter dan white (2009). Fundamental

Keperawatan, Jakarta, Egc

Mundakir. (2006). Definisi komunikasi, diambil

dari http://www.e-psikologi.com

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis

dan Instrumen Penelitian

Keperawatan Jakarta: Salemba

Medika

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan

MEtodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi,

Tesis dan Instrumen Penelitian

Keperawatan Jakarta; ECG

Panduan Standart Akreditasi Rumah Sakit

Versi JCI terbaru, diambil pada

tanggal 13 Maret 2015 dari akreditasi

JCI.blogspot.com.2014/09

Rogert dan Suart (1999). Psikologi

perkembangan: Suatu Pendekatan

sepanjang rentang kehidupan.

Jakarta: Erlangga

Ratna, G. 2001. Profesional Keperawatan.

www.modulas.php.html.marstio

diakses tanggal 13 Maret 2015