perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
BERNADETA VIDIA PRETY WIDOWATI, 2011 : Pengaruh Penerapan Fire Planning Management Terhadap Rasa Aman Pekerja Pada Pabrik Tekstil, Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Wilayah eks-karesidenan Surakarta menjadi tujuan relokasi puluhan industri tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi menuju pelabuhan laut dan bandar udara menjadi salah satu faktor daya tarik. Dengan berkembangnya industri tekstil maka perhatian pada aspek keselamatan semakin diperlukan, terutama terhadap bahaya kebakaran. Pada industri tekstil, resiko terhadap terjadinya kebakaran cukup tinggi, karena prosesnya melibatkan bahan yang mudah terbakar dengan jumlah yang sangat banyak. Aspek keselamatan tersebut perlu ditindaklanjuti dengan penerapan pedoman teknis seperti Fire Planning Management yang bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir kerugian akibat kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan tindakan pencegahan dan persiapan dalam menghadapi bahaya kebakaran serta mengetahui pengaruh penerapan Fire Planning Management terhadap rasa aman pekerja pada pabrik tekstil. Pemilihan responden untuk pengisian kuisioner dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Pengujian validitas dan reliabilitas data kuisioner dilakukan menggunakan bantuan software SPSS 17.00. Pengolahan data dilakukan dengan korelasi Spearman untuk mengetahui pengaruh penerapan Fire Planning Management terhadap rasa aman pekerja, lalu dilakukan uji hipotesis untuk menguji signifikasi korelasi Spearman dengan menggunakan uji t. Pengamatan langsung di lapangan dan wawancara diolah menggunakan metode Analisis Deskriptif untuk mengetahui penerapan peraturan Fire Planning Management di lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah penerapan tindakan pencegahan pada Perusahaan X dan Y kurang memenuhi peraturan yang berlaku, hal ini ditunjukkan dengan nilai 2,65 dan 2,53 Skala Likert. Penerapan tindakan persiapan pada Perusahaan X cukup memenuhi peraturan yang berlaku, hal ini ditunjukkan dengan nilai 3 Skala Likert. Penerapan tindakan persiapan pada Perusahaan Y telah memenuhi peraturan yang berlaku hal ini ditunjukkan dengan nilai 4,5 Skala Likert. Terdapat pengaruh antara Fire Planning Management dengan rasa aman pekerja, hal ini ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,515 yang berarti terdapat hubungan yang cukup kuat antara penerapan Fire Planning Management dengan rasa aman pekerja. Kata kunci : Fire Planning Management, kebakaran, pabrik tekstil, rasa aman,
analisis korelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah Solo Raya menjadi tujuan relokasi puluhan industri tekstil dan garmen
dari berbagai daerah di Indonesia, khususnya Jakarta dan sekitarnya. Ketersediaan
infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi
menuju pelabuhan laut dan bandar udara menjadi salah satu faktor daya tarik.
Demikian dikemukakan Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa
Tengah, Djoko Sentosa. (www.solopos.com, 31 Agustus 2009).
Hal tersebut menjadi salah satu faktor tekstil sebagai salah satu komoditas utama
di wilayah Surakarta. Berkembangnya industri tekstil saat ini semakin
memerlukan perhatian pada aspek keselamatan, terutama terhadap bahaya
kebakaran. Pada industri tekstil, resiko terhadap terjadinya kebakaran cukup
tinggi, karena prosesnya melibatkan bahan mudah terbakar (combustible) dengan
jumlah yang sangat banyak. Serat tekstil sebagai bahan baku sangat mudah
terbakar dan mudah rusak karena air. Terlebih lagi proses produksi tekstil
menghasilkan sisa kain atau bahan yang terakumulasi.
Kasus kebakaran menimpa pabrik pemintalan benang PT. Delta Merlin Sandang
Tekstil (DMST) di kawasan industri Desa Purwosuman, Kecamatan Sidoharjo,
Sragen pada tanggal 19 Februari 2008. Kerugian materiil akibat musibah
kebakaran yang menimpa perusahaan yang memiliki karyawan sekitar 2.000
orang tersebut, ditaksir mencapai Rp 500 miliar. Berbagai barang berharga yang
ludes terbakar akibat amukan api itu, yakni 1.400 bal (gulung) kapas bahan baku
pembuatan benang, mesin pembuatan benang serta bangunan fisik berupa gedung
penyimpanan barang seluas 248 meter persegi, rata dengan tanah (Wawasan, 21
Februari 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Kebakaran pada pabrik tersebut menunjukkan pentingnya penerapan Fire
Planning Management. Sesuai dengan Undang-Undang Bangunan Gedung
(UUBG-2002) yang mensyaratkan aspek keselamatan bangunan perlu
ditindaklanjuti dengan penerapan pedoman teknis seperti Fire Planning
Management. Elemen dari Fire Planning Management yaitu prevention
(pencegahan), preparedness (perencanaan), response (penanggulangan) dan
recovery (pemulihan).
Prevention (pencegahan) berfungsi mengidentifikasi penyebab-penyebab maupun
akibat-akibat yang ditimbulkan lebih dini sehingga beberapa tindakan dapat
dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan kejadian yang mengakibatkan
kebakaran untuk mengurangi dampak insiden pada gedung maupun sekitar
gedung. Tindakan pencegahan dilakukan dengan menerapkan sistem proteksi pada
gedung yaitu dengan penerapan sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif.
Sistem proteksi aktif terdiri dari Alat Pemadam Api Ringan (APAR), sprinkler,
hidran, detektor dan alarm kebakaran. Sistem proteksi pasif terdiri dari desain
bangunan, kompartemenisasi, tangga darurat, sarana jalan keluar yang ada di
dalam gedung dan akses pemadam kebakaran.
Preparedness (persiapan) meliputi perencanaan aktivitas, program dan sistem
yang disiapkan sebelum terjadi kebakaran. Pada preparedness inilah pihak
manajemen merancang suatu perencanaan yang matang dalam hal penciptaan
kesiapan tanggap darurat kebakaran. Seperti pembentukan tim penanggulangan
kebakaran, pemberian pelatihan kepada tim penanggulangan kebakaran agar
dapat menanggulangi kebakaran dini, pelaksanaan fire safety meeting atau
simulasi kebakaran dengan penghuni atau pengguna gedung, pemeriksaan dan
pemeliharaan sarana proteksi kebakaran dan kegiatan lain yang bersifat
peningkatan kesiapsiagaan.
Proses industri sangat bergantung pada prestasi kerja banyak manusia. Perusahaan
dan pekerja memiliki kebutuhan dan kepentingan bersama memelihara situasi dan
kondisi tempat kerja agar tercipta tempat kerja yang aman dan nyaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pemenuhan kebutuhan rasa aman para pekerja dapat meningkatkan
produktivitasnya dalam bekerja, sehingga tercapai prestasi kerja.
Industri tekstil yang berkembang dengan pesat, didukung adanya kejadian-
kejadian kebakaran dan kebutuhan pekerja akan rasa aman, selayaknya
mendorong pihak manajemen perusahaan untuk menerapkan Fire Planning
Management sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk mengetahui penerapan
peraturan mengenai Fire Planning Management pada industri tekstil maka perlu
dilakukan penelitian penerapan Fire Planning Management pada industri tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan tindakan pencegahan kebakaran pada bangunan pabrik
tekstil?
2. Bagaimana penerapan tindakan persiapan sebelum terjadi kebakaran pada
pabrik tekstil?
3. Apakah penerapan Fire Planning Management berpengaruh terhadap rasa
aman pekerja pada pabrik tekstil?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui penerapan tindakan pencegahan kebakaran pada bangunan pabrik
tekstil.
2. Mengetahui penerapan tindakan persiapan sebelum terjadi kebakaran pada
pabrik tekstil.
3. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan Fire Planning
Management terhadap rasa aman pekerja pada pabrik tekstil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1.4. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah penerapan Fire Planning Management
berpengaruh terhadap rasa aman pekerja.
1.5. Batasan Masalah
1. Lokasi penelitian adalah PT Indatex dan PT Delta Dunia Textile (Unit C dan
D) yang terletak di wilayah eks-karesidanan Surakarta.
2. Penelitian difokuskan pada tindakan pencegahan dan tindakan persiapan.
3. Tindakan pencegahan yang ditinjau meliputi sistem proteksi aktif dan sistem
proteksi pasif.
4. Sistem proteksi aktif yang ditinjau meliputi alat pemadam api ringan (APAR),
sprinkler, hidran, detektor kebakaran dan alarm kebakaran,
5. Sistem proteksi pasif yang ditinjau adalah sarana jalan keluar yang ada dalam
gedung, indikator arah dan tanda eksit serta akses pemadam kebakaran.
6. Tindakan persiapan yang ditinjau meliputi pembentukan tim penanggulangan
kebakaran, pelaksanaan simulasi, pemeriksaan dan pemeliharaan sarana
proteksi kebakaran.
7. Responden penelitian ini adalah pekerja pabrik.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mengingatkan mengenai pentingnya penerapan
Fire Planning Management pada bangunan gedung. Penerapan Fire Planning
Management merupakan hal yang harus terpenuhi pada bangunan industri.
Kebutuhan para pekerja akan rasa aman menjadi salah satu faktor pendorong agar
pihak manajemen atau pemilik perusahaan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap
bahaya kebakaran dengan menerapkan Fire Planning Management.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Lasino dan Fefen Suhaedi (2005) menjelaskan bahwa elemen sentral dalam
strategi pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah penerapan dan kualitas
Fire Safety Management. Bisa jadi, sebuah bangunan gedung dilengkapi dengan
proteksi aktif yang hebat dan memiliki rancangan proteksi pasif yang baik, akan
tetapi semua itu tidak akan banyak berguna sepanjang waktu apabila prinsip-
prinsip manajemen keselamatan kebakaran tidak diaplikasikan.
Menurut Ramachandran (1999) adanya risiko yang terkait dengan kebakaran
membutuhkan aksi dalam penanggulangannya. Oleh karena itu manajemen risiko
berperan dalam tindakan tersebut. Tindakan-tindakan tersebut adalah identifikasi
risiko, pengurangan risiko dan pengalihan risiko.
Menurut Y. Djoko Setiyarto dalam Majalah Ilmiah Unikom vol.4, pertimbangan
dan tindakan untuk meningkatkan keamanan gedung terhadap bahaya kebakaran
perlu dilakukan, namun harus diketahui terlebih dahulu bagaimana fenomena
yang ada pada kebakaran gedung sehingga tindakan yang dilakukan akan efektif
dan efisien.
Menurut N. Vinky Rahman (2003), tujuan perencanaan penanggulangan
kebakaran (Fire Safety) adalah untuk menyelamatkan jiwa manusia dan untuk
kemudian sebisanya menghindari kerusakan seminimal mungkin. Dasar-dasar
penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan, dilandasi oleh sifat
alamiah api yang signifikan membahayakan baik itu yang menimbulkan kerugian
material ataupun keselamatan jiwa manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Menurut penelitian yang dilakukan Eva Damayanti (2004), setelah dilakukan
perbandingan hasil penelitian antara kelompok manajer dan karyawan, ternyata
memang terdapat hubungan yang positif dan sangat kuat antara kualitas Active
Fire Protection System dengan keamanan kerja. Sehingga semakin tinggi kualitas
Active Fire Protection System, maka semakin tinggi pula tingkat keamanan kerja
yang dirasakan manajer dan karyawan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Bangunan Industri/Pabrik
Bangunan industri/pabrik merupakan bangunan gedung kelas 8, yaitu bangunan
bangunan yang dipergunakan untuk tempat pemrosesan suatu produksi, perakitan,
perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau pembersihan barang-barang
produksi dalam rangka perdagangan atau penjualan (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.26/PRT/M/2008).
2.2.2. Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki, dengan kata lain kondisi natural
akibat persentuhan bahan bakar (fuel), oksigen dan panas atau kalor yang tidak
dikehendaki (Suprapto, 2008).
Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai
temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan
panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, atau
produk dan efek lainnya (SNI 03-3985-2000).
2.2.3. Klasifikasi Bahaya Kebakaran
Kebakaran kelas A : kebakaran dari bahan biasa yang mudah terbakar seperti
kayu, kertas, pakaian dan sejenisnya. Jenis alat pemadam : yang menggunakan air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
harus digunakan sebagai alat pemadam pokok (Perda Prov. DKI No 3 Tahun
1992).
Kebakaran kelas C : kebakaran listrik (seperti kebocoran listrik, korsleting)
termasuk kebakaran padaalat-alat listrik. Jenis alat pemadam : yang digunakan
adalah jenis kimia dan gas sebagai alat pemadam pokok (Perda Prov. DKI No 3
Tahun 1992).
Bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran berat antara
lain: bangunan bawah tanah/ bismen, subway, hanggar pesawat terbang, pabrik
korek api gas, pabrik pengelasan, pabrik foam plastik, pabrik foam karet, pabrik
resin dan terpentin, kilang minyak, pabrik wool kayu, tempat yang menggunakan
fluida hidrolik yang mudah terbakar, pabrik pengecoran logam, pabrik yang
menggunakan bahan baku yang mempunyai titik nyala 37,9°C (100°F), pabrik
tekstil, pabrik benang, pabrik yang menggunakan bahan pelapis dengan foam
plastik (Perda Prov. DKI No 8 Tahun 2008).
2.2.4. Mitigasi Bencana
Mitigasi dilakukan untuk memperkecil, mengurangi, memperlunak dampak yang
ditimbulkan bencana. Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis
bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun
bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster)
(BAKORNAS PBP, 2002).
2.2.5. Fire Safety Management
Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung adalah bagian dari manajemen
keselamatan gedung untuk mewujudkan keselamatan penghuni bangunan dari
bahaya kebakaran dengan mengupayakan kesiapan instalasi proteksi kebakaran
agar kinerjanya selalu baik dan siap dipakai (Perda Prov. DKI No 8 Tahun 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Unsur manajemen pengamanan kebakaran terutama yang menyangkut kegiatan
pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan, audit keselamatan kebakaran dan
latihan penanggulangan kebakaran harus dilaksanakan secara periodik sebagai
bagian dari kegiatan pemeliharaan sarana proteksi aktif yang terpasang pada
bangunan (Kepmenneg PU no. 10/KPTS/2000 Bab VI butir 5.4).
Manajemen penanggulangan kebakaran terdiri dari empat komponen yang saling
berhubungan yaitu pencegahan, pemeliharaan, pelatihan, dan perencanaan
penanggulangan kebakaran (M.J. Billington, dkk, 2002).
Manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan adalah segala upaya yang
menyangkut sistem organisasi, personel, sarana dan prasarana, serta tata laksana
untuk mencegah, mengeliminasi serta meminimalisasi dampak kebakaran di
bangunan, lingkungan, dan kota (Kepmen PU No.11 th.2000 Pasal 1).
2.2.6. Sistem Proteksi Kebakaran
Sistem proteksi pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang terdiri
atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun
pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem
proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan
dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.26/PRT/M/2008).
Bangunan gedung harus diproteksi terhadap kemungkinan terjadinya bahaya
kebakaran melalui penyediaan prasarana dan sarana proteksi kebakaran serta
kesiagaan akan kesiapan pengelola, penghuni dan penyewa bangunan dalam
mengantisipasi dan mengatasi kebakaran, khususnya pada tahap awal kejadian
kebakaran (Kepmen PU No.11 th.2000 Bab IV).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2.2.6.1. Proteksi Aktif
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara
lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun
otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak
dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia,
seperti APAR dan pemadam khusus (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
: 26/PRT/M/2008).
APAR harus selalu dipelihara dalam kondisi penuh dan siap dioperasikan dan
harus dijaga setiap saat di tempat yang telah ditentukan jika alat tersebut
sedang tidak digunakan (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
26/PRT/M/2008).
APAR harus diletakkan menyolok mata yang mana alat tersebut mudah
dijangkau dan siap dipakai dan selalu tersedia saat terjadi kebakaran. Lebih baik
alat tersebut diletakkan sepanjang jalur lintasan normal, termasuk eksit dari suatu
daerah (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Pemeriksaan APAR minimal satu bulan sekali dan dicantumkan nama petugas
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Setiap APAR harus mempunyai kartu atau label yang menunjukkan bulan dan
tahun dilakukannya pemeliharaan serta identifikasi petugas yang melakukan
pemeliharaan (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Setiap 93 m2 untuk bahaya kebakaran kelas A dan C dengan jenis hunian
kebakaran berat minimal terdapat 1 buah APAR (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Jarak tempuh maksimum menuju APAR untuk untuk bahaya kebakaran kelas A
dan C dengan jenis hunian bahaya kebakaran berat adalah 23 m (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Jumlah hidran pada sebuah bangunan dengan kompartemenisasi tanpa partisi
yaitu satu buah per 800 m2 (Kepmen No.10 th.2000).
Pada bangunan yang dilengkapi hidran harus terdapat personil (penghuni) yang
terlatih untuk mengatasi kebakaran di dalam bangunan (Kepmen No.10 th.2000).
Jarak antara kepala sprinkler maksimal 4 meter (SNI 03-3989-2000).
Pada umumnya kepala sprinkler harus ditempatkan bebas dari kolom. Apabila hal
tersebut tidak dapat dihindari dan jarak kepala sprinkler terhadap kolom kurang
dari 0,6 m, maka harus ditempatkan sebuah kepala springkler tambahan dalam
jarak 2 m dari sisi kolom yang berlawanan (SNI Sprinkle 03-3989-2000).
Kepala sprinkler harus ditempatkan dengan jarak sekurang-kurangnya 1,2 m dari
balok (SNI 03-3989-2000).
Sprinkler harus dipasang di bawah atap atau di bawah kanopi di atas
tempat penyimpanan dan penggarapan bahan dapat terbakar (combustibles)
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Bangunan Gedung Laboratorium/Industri/Pabrik kelas 8 yang berfungsi untuk
produksi, perakitan, pengepakan dan lain-lain dengan jumlah lantai 1
menggunakan sistem deteksi dan alarm manual. (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Kotak titik panggil manual pada sistem alarm kebakaran mudah dicapai dan tidak
terhalang (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2.2.6.2. Proteksi Pasif
Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang
terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan
komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan
berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap
bukaan (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Eksit harus disusun sehingga mudah dicapai setiap saat (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Apabila eksit tidak mudah dicapai dengan cepat dari daerah lantai terbuka, jalan
terusan yang aman dan menerus, gang atau koridor yang menuju langsung ke
setiap eksit harus dijaga dan menyediakan sedikitnya dua eksit dengan
pemisahan jalan lintasan (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
26/PRT/M/2008).
Koridor harus menyediakan akses eksit tanpa melalui ruangan yang menghalangi,
selain koridor, lobi, dan tempat lain yang diijinkan membuka ke koridor
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Akses eksit harus disusun sehingga tidak ada ujung buntu dalam koridor kecuali
diizinkan oleh otoritas berwenang setempat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 26/PRT/M/2008).
Akses ke eksit harus tidak melalui dapur, gudang, ruang istirahat, ruang kerja,
kloset, kamar tidur atau tempat tinggal yang mungkin terkunci, kecuali lintasan
yang melalui ruang atau tempat yang diizinkan untuk hunian perawatan
kesehatan, hunian tahanan, dan lembaga pemasyarakatan (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Gantungan atau gorden harus tidak dipasang di atas pintu eksit atau dipasang
sehingga eksit tersembunyi atau tidak jelas (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 26/PRT/M/2008).
Setiap aksesibilitas sarana jalan ke luar harus menerus dari setiap daerah yang
dihuni yang mudah dicapai ke jalan umum atau daerah tempat perlindungan
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Iluminasi sarana jalan keluar harus menerus siap untuk digunakan setiap waktu
dalam kondisi penghuni membutuhkan jalan ke luar (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Akses ke eksit harus diberi tanda dengan tanda yang disetujui, mudah
terlihat di semua keadaan di mana eksit atau jalan untuk mencapainya tidak
tampak langsung oleh para penghuni (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
: 26/PRT/M/2008).
Setiap tanda yang diperlukan harus diletakkan dan dengan ukuran sedemikian,
warna yang nyata dan dirancang untuk mudah dilihat dan harus kontras dengan
dekorasi, penyelesaian interior atau tanda lainnya (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Penempatan tanda eksit harus sedemikian rupa sehingga tidak ada titik di dalam
akses eksit koridor melebihi jarak pandang atau 30m (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Pemasangan tanda eksit tidah boleh lebih dari 20 cm di atas ujung bagian atas
bukaan jalan keluar dan jarak horisontal tidak lebih lebar dari lebar bukaan jalan
ke luar (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Indikator arah yang menunjukkan arah lintasan harus ditempatkan di setiap lokasi
apabila arah lintasan mencapai eksit terdekat tidak jelas (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Ukuran tinggi pada tulisan "EKSIT" sekurang-kurangnya 10 cm (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Indikator arah harus diletakkan di luar simbol EKSIT sekurang-kurangnya 1 cm
dari huruf yang mana saja (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
26/PRT/M/2008).
Indikator arah harus mudah diidentifikasi pada jarak 12 m (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Pintu yang bukan merupakan jalan akses eksit harus diberi tanda arah "BUKAN
EKSIT" dengan tinggi huruf 5 cm dan lebar jarak huruf 1 cm pada kata
"BUKAN" serta tinggi huruf 2,5 cm pada huruf "EKSIT" yang terletak di bawah
huruf "BUKAN" (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Pada pembangunan bangunan gedung bukan hunian seperti pabrik dan
gudang, harus disediakan jalur akses dan ruang lapis perkerasan yang
berdekatan dengan bangunan gedung untuk peralatan pemadam kebakaran.
Jalur akses tersebut harus mempunyai lebar minimal 6 m. (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
Tiap bagian dari jalur untuk akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam
jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota tidak tersedia maka
harus disediakan hidran halaman (Kepmen No.10 th.2000).
Akses Petugas Pemadam Kebakaran harus diberi tanda segitiga warna merah
atau kuning dengan ukuran tiap sisi minimum 150 mm dan diletakkan pada
sisi luar dinding dan diberi tulisan "AKSES PEMADAM KEBAKARAN –
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
JANGAN DIHALANGI” dengan ukuran tinggi minimal 50 mm (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008)
2.2.7. Tindakan Persiapan
Tim penanggulangan kebakaran dibentuk oleh pemilik/pengelola bangunan
gedung serta diumumkan kepada seluruh penghuni atau penyewa bangunan
(Kepmen PU No.11 th.2000).
Setiap 10 karyawan/pengguna bangunan diwajibkan menunjuk satu orang untuk
menjadi anggota kelompok dalam tim penanggulangan kebakaran (Kepmen PU
No.11 th.2000).
Tim penanggulangan kebakaran minimal sekali dalam enam bulan
menyelenggarakan latihan penyelamatan kebakaran yang diikuti oleh seluruh
penghuni bangunan (Kepmen PU No.11 th.2000).
Semua sistem proteksi kebakaran dan peralatannya harus dipelihara sehingga
dalam kondisi siap operasi yang handal dan harus diganti atau diperbaiki bila
cacat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).
2.2.8. Keamanan Kerja
Keamanan kerja diartikan sebagai suatu keadaan terkendali dari bahaya-bahaya
dan kodisi-kondisi yang mengarah pada kerusakan fisik, psikologis dan materi
untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan individu dan komunitas
(Abdullah, 2002).
Aman adalah perasaan yang timbul karena bebas dari ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan. Aman adalah perasaan tenteram, sentosa, tidak merasa
takut dan nyaman (diambil dari Laporan Desain Mebel 4, Maria F. Lotisna, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Keamanan kerja sangat penting bagi sebagian besar orang. Kurangnya keamanan
kerja sering kali membuat karyawan dan manajer tidak dapat melakukan
produktivitas. Suatu organisasi yang produktif akan membuat kemampuan
karyawan bermanfaat, asalkan sebisa mungkin keamanan terbentuk maksimal dan
selalu berusaha melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan-keputusan
penting (Mc Clain, 1992).
Kecelakaan kerja, cedera, sakit yang terjadi pada karyawan dapat menurunkan
produktivitas para pekerja (Hafid, 2003).
Faktor keamanan dan kenyamanan kerja sangat perlu diperhatikan agar tercipta
produktivitas pekerja. Sesuai dengan pendapat Abraham Maslow dalam teorinya
Hierarchy of Needs, safety needs atau kebutuhan rasa aman menjadi salah satu
faktor pemotivasi seseorang melakukan pekerjaannya. Dengan rasa aman itu,
diharapkan karyawan akhirnya dapat merasakan kenyamanan kerja
(Prawirosentono, S., 2003).
Program-program keamanan dan kesehatan karyawan dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk, seperti : Membuat kondisi kerja aman, pencegahan kecelakaan
dengan mengendalikan praktek-praktek kerja manusia yang tidak aman, dan lain-
lain (Handoko, 1997).
2.2.9. Analisis Statistik
Statistik merupakan ukuran deskriptif dari suatu sampel seperti rata-rata, varian
sampel, koefisien korelasi, kurtosis, da sebagainya (Th. Ari Prabawati, 2010).
Sampel adalah sub-kelompok atau bagian dari populasi. Teknik pengambilan
sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari sejumlah
populasi, sehingga penelitian terhadap sampel, dan pemahaman tentang sikap atau
karakteristiknya akan membuat kita dapat menggenerelasikan sifat atau
karakterstik tersebut pada elemen populasi (Uma Sekaran, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan untuk diisi dan
dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti
(Nasution, 2003).
2.2.9.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau
kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan, mampu mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instumen menunjukkan sejauh
mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang
validitas yang dimaksud (Suharsimi Arikunto, 1998).
Uji validitas akan dilakukan dengan metode Pearson atau metode Product
Momen, yaitu dengan mengkorelasikan skor butir pada kuesioner dengan skor
totalnya. Uji validitas ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows.
Adapun rumus metode Pearson Product Moment yaitu:
( )( )( )( ) ( )( )[ ]å åå å
ååå--
-=
2222 yyNxx
yxxyNrxy
.......................................................(2.1)
Dimana:
xyr : korelasi Product Moment
N : cacah objek uji coba
å x : jumlah skor variabel x
å y : jumlah skor variabel y
å 2x : jumlah skor butir kuadrat variabel x
å 2y : jumlah skor variabel kuadrat variabel y
åxy : jumlah perkalian skor butir variabel x dan y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Kriteria validitas suatu data adalah jika :
xyr hitung > xyr tabel, maka dinyatakan valid
xyr hitung < xyr tabel, maka dinyatakan tidak valid
2.2.9.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena intrumen
tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius
mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen
yang sudah dapat dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada
tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat
diandalkan (Suharsimi Arikunto, 1998).
Teknik pengujian indeks reliabilitas menggunakan koefisien alpha cronbach
dengan taraf nyata 5%. Jika koefisien korelasi > nilai kritis atau jika alpha
cronbach > 0,6 maka item tersebut dinyatakan reliable. Koefisien alpha < 0,6
menunjukkan reliabilitas yang buruk, angka sekitar 0,7 menunjukkan reliabilitas
dapat diterima dan angka di atas 0,8 menunjukkan reliabilitas yang baik
(Sekaran,2003).
Adapun formulanya yang adalah : 졠ǴǴ 켈 足瓶瓶能Ǵ卒足1石∑弃闰潜弃搔潜卒 .....................................................................................(2.2)
Dimana : 졠ǴǴ = reliabilitas kuesioner
k = banyaknya butir pertanyaan ∑徽贫 = jumlah variansi butir 徽迫 = variansi total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Uji reliabilitas ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows.
2.2.9.3. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap
obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
(Sugiyono, 2007).
Pengamatan kondisi lapangan akan menggunakan check list seperti berikut :
Tabel 2.1. Check List Pengamatan di Lapangan
No Variabel Kondisi
Keterangan Skala Likert Ya/Ada Tidak
2.2.9.4. Korelasi Spearman
Korelasi atau asosiasi (hubungan) antara variable-variabel yang diminati. Di sini
akan disoroti 2 aspek untuk analisis korelasi, yaitu apakah data sampel yang ada
menyediakan bukti cukup bahwa ada kaitan antara variabel-variabel dalam
populasi asal sampel. Dan yang kedua, jika ada hubungan, seberapa kuat
hubungan antar variabel tersebut. Keeratan hubungan itu dinyatakan dengan nama
koefisien korelasi (Singgih Santoso, 2003).
Korelasi Spearman bisa digunakan untuk pengukuran korelasi pada statistik non
parametrik (data bisa ordinal). Alat uji tersebut pada awalnya akan melakukan
pemeringkatan (ranking) terhadap data yang ada kemudian baru melakukan uji
korelasi (Singgih Santoso, 2003).
Korelasi rank-Spearman 졠, 켈 1石 淖∑聘腮潜坡能纵坡能Ǵ邹...........................................................................................(2.3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Keterangan:
rs = koefisien korelasi
di = selisih ranking data variabel x dan y
n = jumlah responden
Bila dalam penelitian ditemukan dua subjek/lebih yang mempunyai nilai sama,
maka digunakan sebagai berikut : 졠, 켈 ∑铺潜嫩∑仆潜能∑聘腮潜税纵∑铺潜邹纵∑聘平潜邹潜 ......................................................................................(2.4) ∑果 켈 坡遣能坡Ǵ 石∑馆铺 .....................................................................................(2.5) ∑裹 켈 坡遣能坡Ǵ 石∑馆仆 .....................................................................................(2.6)
Dengan ∑馆铺 dan ∑馆铺 adalah banyaknya nilai pengamatan x dan banyaknya nilai
pengamatan y yang berangka sama untuk suatu peringkat. Tx켈迫瑟遣能迫Ǵ .....................................................................................................(2.7) Ty켈迫色遣能迫Ǵ .....................................................................................................(2.8)
Keterangan :
t = banyaknya observasi yang berangka sama pada suatu ranking tertentu.
Keeratan hubungan antara variabel dinyatakan dengan nilai -1<rs<+1, bila
· rs = + 1, berarti korelasi sempurna antara variabel x dan y
· rs = - 1, berarti terdapat penilaian yang bertentangan antara variabel x dan y
Nilai koefisien yang dihasilkan dapat diintepretasikan derajat hubungan antara
kedua variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tabel 2.2. Derajat Hubungan Antar Variabel
Interval Korelasi Tingkat Hubungan
0,000 - 0,199 Sangat Rendah
0,200 - 0,399 Rendah
0,400 - 0,599 Cukup Kuat
0,600 - 0,799 Kuat
0,800 - 1,000 Sangat Kuat
(Riduwan, 2003)
Pengujian korelasi ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows.
2.2.9.5. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan data untuk memutuskan antara dua
kemungkinan (hipotesis), sehingga dapat diketahui apakah hasil yang diamati
adalah suatu kebetulan atau sangat mungkin nyata (Siegel, 2000).
Hipotesis nol (Ho) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh, umumnya
diformulasikan untuk ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis
tentang adanya pengaruh.
Uji statistik dengan dengan rumus statistik t, nilai rs yang telah diperoleh
disubstitusikan ke dalam rumus t untuk menguji tingkat signifikasi
perhitungannya (Duky Firmansyah, 2005).
棍켈 졠, 税纵坡能邹Ǵ能破魄潜 ...................................................................................................(2.9)
Keterangan:
rs : nilai koefisien korelasi Spearman
n : banyaknya data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Dengan kriteria sebagai berikut
t hitung驶t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
2.2.9.6. Penggunaan SPSS
SPSS (Statistical Product and Service Solutions) adalah software pengolah data
statistic dengan cara penggunaan yang mudah. SPSS banyak dipakai karena
fiturnya lengkap dan mudah untuk digunakan dalam pemecahan, pengolahan, dan
akses data. Cara kerjanya juga sederhana, yaitu data yang kita input akan
dianalisis dengan suatu paket analisis oleh SPSS. SPSS merupakan bagian integral
tentang proses analisis yang menyediakan akses data, persiapan dan manajemen
data, analisis data, dan pelaporan. Penelitian ini menggunakan SPSS versi 17.0 for
windows (Th. Ari Prabawati, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Adapun
penelitian secara kuantitatif menggunakan metode Korelasi Spearman.
3.1. Pengujian Data
3.1.1. Uji Validitas
Uji validitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dapat
digunakan atau tidak. Uji validitas ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0.
Langkah-langkah pengujian validitas data adalah sebagai berikut:
1. Mengisi data yang akan dianalisis dan mendefinisikan variabel pada variable
view
Gambar 3.1.Variable View
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2. Memilih Transform à Compute Variable untuk menampilkan jumlah nilai
responden.
Gambar 3.2.Compute Variable
3. Mengisi kolom target variable dengan “JUMLAH” dan mengisi kolom
numeric expression dengan menjumlahkan semua label pertanyaan kemudian
klik ok.
Gambar 3.3. Kotak Dialog Compute Variable
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4. Memilih Analyze à Correlate à Bivariate.
Gambar 3.4. Analisis Korelasi
5. Memasukkan semua variable pada kotak variables dan memilih Pearson pada
pilihan Correlation Coefficients
Gambar 3.5. Kotak Dialog Bivariate Correlation
6. Menampilkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3.1.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas data dilakukan untuk mengetahui indeks reliabilitas kuisioner. Uji
reliabilitas ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0.
Langkah-langkah pengujian reliabilitas data adalah sebagai berikut:
1. Memilih Analyze à Scale à Reliability Analysis.
Gambar 3.6. Analisis Reliabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Memasukkan semua pertanyaan ke dalam items kecuali variabel “JUMLAH”
Gambar 3.7. Kotak Dialog Reliability Analysis
3. Mengatur perhitungan statistik lainnya dengan memilih Statistic. Pada bagian
description for dipilih item dan scale kemudian continue.
Gambar 3.8. Kotak Dialog Reliability Analysis: Statistics
4. Menampilkan hasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3.2. Metode Pengolahan Data
3.2.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode atau alat analisis yang biasa digunakan
untuk menyederhanakan data agar mudah dipahami. Penyajiannya bisa dalam
bentuk tabel, baik tabel frekuensi maupun tabel silang atau dalam bentuk
diagram dan grafik seperti diagram batang, kurva dan lain-lain. Hasil analisis
merupakan perbandingan antara kondisi di lapangan dengan peraturan yang
berlaku, lalu diberi nilai dengan skala Likert untuk mempermudah menarik
kesimpulan.
Tabel 3.1. Skor Skala Likert Untuk Analisis Deskriptif
Pernyataan Nilai sangat memenuhi 5
memenuhi 4 cukup memenuhi 3 kurang memenuhi 2
sangat tidak memenuhi 1
3.2.2. Analisis korelasi Spearman
Korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara
penerapan proteksi aktif, pasif dan tindakan persiapan dengan rasa aman penghuni
gedung. Kuisioner yang digunakan menggunakan skala Likert. Analisis korelasi
Spearman ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0.
Tabel 3.2 Skor Skala Likert Untuk Kuisioner
Pernyataan Nilai sangat setuju 5
setuju 4 tidak berpendapat/ragu-ragu 3
tidak setuju 2 sangat tidak setuju 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Langkah-langkah pengujian korelasi adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan variabel pada variable view.
Gambar 3.9. Variable View
2. Memasukkan data ke dalam data editor pada data view.
Gambar 3.10. Data View
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB 4
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengujian Data
4.1.1. Uji Validitas Data
Pengujian validitas data menggunakan bantuan software SPSS 17.00 dengan
tampilan langkah dan hasil sebagai berikut :
a. Melakukan pendefinisian variabel pada variable view lalu memasukkan data
responden ke dalam data view seperti terlihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Data View Responden
Data responden disajikan dalam tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 4.1. Data Responden
Responden x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 y1 y2 y3 Keterangan 1 4 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 2 4 3 4 3 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 2 5 P.T. Indatex 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 5 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 6 4 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 7 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 5 5 5 P.T. Indatex 8 4 2 2 2 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 9 5 4 4 3 4 4 5 4 3 2 4 4 2 4 4 4 P.T. Indatex 10 4 3 4 1 4 4 1 1 4 1 3 3 4 2 4 3 P.T. Indatex 11 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 12 5 3 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 13 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 5 5 5 3 5 P.T. Indatex 14 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 P.T. Indatex 15 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 P.T. Indatex 16 4 4 1 2 3 4 2 2 3 4 4 4 4 4 3 4 P.T. Delta Dunia Textile 17 4 4 1 1 4 4 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 18 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 P.T. Delta Dunia Textile 20 5 4 5 3 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 21 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 P.T. Delta Dunia Textile 22 4 4 5 5 5 5 3 5 4 3 3 5 4 4 5 5 P.T. Delta Dunia Textile 23 5 4 5 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 24 4 4 4 3 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 P.T. Delta Dunia Textile 25 5 4 3 3 5 5 5 3 4 5 5 4 5 5 5 5 P.T. Delta Dunia Textile 26 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 5 5 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 27 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 P.T. Delta Dunia Textile 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 29 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 30 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 P.T. Delta Dunia Textile
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b. Memilih Transform lalu Compute Variable untuk menampilkan jumlah nilai
responden. Tampilan compute variable ditunjukkan dalam gambar 4.2.
Gambar 4.2. Compute Variable
c. Menuliskan “jumlah” pada kolom target variable dan mengisi kolom numeric
expression dengan menjumlahkan semua label pertanyaan kemudian pilih ok.
Adapun tampilannya ditunjukkan dalam gambar 4.3.
Gambar 4.3. Kotak Dialog Compute Variable
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
d. Memilih Analyze à Correlate à Bivariate. Cara pemilihan analisis korelasi
ditunjukkan pada gambar 4.4.
Gambar 4.4. Analisis Korelasi
e. Melakukan pengaturan pada kotak dialog Bivariate Correlation. Semua
variabel dipindahkan ke dalam kotak variables, kemudian memilih Pearson
pada pilihan Correlation Coefficients. Tampilannya ditunjukkan dalam
gambar 4.5.
Gambar 4.5. Kotak dialog Bivariate Correlation
f. Menampilkan hasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Data
X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 X 11 X 12 X 13 Y 1 Y 2 Y 3
JUMLAH
X 1 Pearson Correlation 1 .423* .412* .394* -.081 .117 .444* .310 .211 .177 .531** .207 .020 .213 .257 .088 .465**
Sig. (2-tailed) .020 .024 .031 .671 .539 .014 .095 .262 .349 .003 .272 .915 .259 .170 .645 .010
X 2 Pearson Correlation .423* 1 .307 .450* .389* .339 .287 .476** .439* .183 .369* .338 .102 .149 .270 .040 .551**
Sig. (2-tailed) .020 .098 .013 .034 .066 .125 .008 .015 .332 .045 .068 .591 .431 .148 .835 .002
X 3 Pearson Correlation .412* .307 1 .666** .250 .298 .461* .607** .654** .177 .253 .412* .253 .149 .243 .070 .675**
Sig. (2-tailed) .024 .098 .000 .183 .109 .010 .000 .000 .350 .178 .024 .177 .433 .195 .712 .000
X 4 Pearson Correlation .394* .450* .666** 1 .060 .383* .511** .649** .446* .400* .396* .737** .259 .371* .274 .344 .778**
Sig. (2-tailed) .031 .013 .000 .754 .037 .004 .000 .013 .029 .030 .000 .166 .043 .143 .062 .000
X 5 Pearson Correlation -.081 .389* .250 .060 1 .603** .297 .293 .341 .148 .157 .119 .238 .112 .324 .119 .434*
Sig. (2-tailed) .671 .034 .183 .754 .000 .111 .116 .065 .435 .406 .533 .205 .557 .081 .533 .017
X 6 Pearson Correlation .117 .339 .298 .383* .603** 1 .375* .428* .575** .452* .341 .378* .356 .195 .409* .247 .641**
Sig. (2-tailed) .539 .066 .109 .037 .000 .041 .018 .001 .012 .065 .040 .053 .301 .025 .188 .000
X 7 Pearson Correlation .444* .287 .461* .511** .297 .375* 1 .627** .414* .525** .740** .499** .309 .628** .174 .299 .785**
Sig. (2-tailed) .014 .125 .010 .004 .111 .041 .000 .023 .003 .000 .005 .097 .000 .357 .109 .000
X 8 Pearson Correlation .310 .476** .607** .649** .293 .428* .627** 1 .564** .335 .302 .586** .164 .408* .226 .394* .778**
Sig. (2-tailed) .095 .008 .000 .000 .116 .018 .000 .001 .071 .105 .001 .387 .025 .229 .031 .000
X 9 Pearson Correlation .211 .439* .654** .446* .341 .575** .414* .564** 1 .358 .412* .377* .565** .236 .160 .094 .701**
Sig. (2-tailed) .262 .015 .000 .013 .065 .001 .023 .001 .052 .024 .040 .001 .209 .397 .620 .000
X 10
Pearson Correlation .177 .183 .177 .400* .148 .452* .525** .335 .358 1 .602** .397* .426* .341 -.036 .108 .588**
Sig. (2-tailed) .349 .332 .350 .029 .435 .012 .003 .071 .052 .000 .030 .019 .065 .850 .570 .001
X 11
Pearson Correlation .531** .369* .253 .396* .157 .341 .740** .302 .412* .602** 1 .412* .458* .460* .092 .179 .663**
Sig. (2-tailed) .003 .045 .178 .030 .406 .065 .000 .105 .024 .000 .024 .011 .011 .627 .345 .000
X 12
Pearson Correlation .207 .338 .412* .737** .119 .378* .499** .586** .377* .397* .412* 1 .420* .540** .251 .573** .737**
Sig. (2-tailed) .272 .068 .024 .000 .533 .040 .005 .001 .040 .030 .024 .021 .002 .181 .001 .000
X 13
Pearson Correlation .020 .102 .253 .259 .238 .356 .309 .164 .565** .426* .458* .420* 1 .548** -.093 .329 .526**
Sig. (2-tailed) .915 .591 .177 .166 .205 .053 .097 .387 .001 .019 .011 .021 .002 .624 .076 .003
Y 1 Pearson Correlation .213 .149 .149 .371* .112 .195 .628** .408* .236 .341 .460* .540** .548** 1 .066 .718** .606**
Sig. (2-tailed) .259 .431 .433 .043 .557 .301 .000 .025 .209 .065 .011 .002 .002 .731 .000 .000
Y 2 Pearson Correlation .257 .270 .243 .274 .324 .409* .174 .226 .160 -.036 .092 .251 -.093 .066 1 .342 .378*
Sig. (2-tailed) .170 .148 .195 .143 .081 .025 .357 .229 .397 .850 .627 .181 .624 .731 .065 .040
Y 3 Pearson Correlation .088 .040 .070 .344 .119 .247 .299 .394* .094 .108 .179 .573** .329 .718** .342 1 .472**
Sig. (2-tailed) .645 .835 .712 .062 .533 .188 .109 .031 .620 .570 .345 .001 .076 .000 .065 .008
JUMLAH
Pearson Correlation .465** .551** .675** .778** .434* .641** .785** .778** .701** .588** .663** .737** .526** .606** .378* .472** 1
Sig. (2-tailed) .010 .002 .000 .000 .017 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .003 .000 .040 .008
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Hasil perhitungan uji validitas data:
Nilai koefisien pertanyaan 1 = 0,465
Nilai koefisien pertanyaan 2 = 0,551
Nilai koefisien pertanyaan 3 = 0,675
Nilai koefisien pertanyaan 4 = 0,778
Nilai koefisien pertanyaan 5 = 0,434
Nilai koefisien pertanyaan 6 = 0,641
Nilai koefisien pertanyaan 7 = 0,785
Nilai koefisien pertanyaan 8 = 0,778
Nilai koefisien pertanyaan 9 = 0,701
Nilai koefisien pertanyaan 10 = 0,588
Nilai koefisien pertanyaan 11 = 0,663
Nilai koefisien pertanyaan 12 = 0,737
Nilai koefisien pertanyaan 13 = 0,526
Nilai koefisien pertanyaan 14 = 0,606
Nilai koefisien pertanyaan 15 = 0,378
Nilai koefisien pertanyaan 16 = 0,472
Berdasarkan tabel 4.2 hasil uji validitas data, nilai total dari tiap-tiap pertanyaan
(variabel) menunjukkan bahwa nilai total semua pertanyaan lebih besar dari nilai
tabel product momen pearson untuk 30 sampel dengan taraf kesalahan 5% yaitu
sebesar 0,361. Sehingga data tersebut dapat dikatakan valid.
4.1.2. Uji Reliabilitas Data
Pengujian reliabilitas data dilakukan untuk mengetahui konsistensi kuesioner.
Besarnya reliabilitas menunjukkan tingkat keterpercayaan kuesioner.
Pengujian reliabilitas data menggunakan bantuan software SPSS 17.00 dengan
tampilan langkah dan hasil sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
a. Memilih AnalyzeàScaleàReliability Analysis. Adapun tampilannya
ditunjukkan dalam gambar 4.6.
Gambar 4.6. Analisis Reliabilitas
b. Memasukkan semua pertanyaan ke dalam items kecuali variabel “JUMLAH”.
Tampilan kotak dialog Reliability Analysis ditunjukkan dalam gambar 4.7.
Gambar 4.7. Kotak Dialog Reliability Analysis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
c. Mengatur perhitungan statistik lainnya dengan memilih Statistic. Pada bagian
description for dipilih item dan scale kemudian continue. Adapun
tampilannya ditunjukkan dalam gambar 4.8.
Gambar 4.8.Reliability Analysis Statistic
d. Menampilkan hasil.
Hasil yang diperoleh disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.3. Hasil Uji Reliabilitas Data
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.883 16
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alfa kuesioner sebesar 0,883.
Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner tersebut memiliki reliabilitas yang baik.
4.2. Profil Responden
4.2.1. Umur Responden
Responden terdiri dari berbagai umur, data tersebut dapat dilihat pada tabel dan
gambar di bawah ini:
Tabel 4.4. Data Responden Berdasarkan Umur
Umur 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 > 55 Jumlah 5 5 4 4 4 3 3 2 persentase (%) 16.67 16.67 13.33 13.33 13.33 10.00 10.00 6.67
Gambar 4.9. Pie Chart Umur Responden
16.67%
16.67%
13.33% 13.33%
13.33%
10.00%
10.00% 6.67%
Umur Responden
21-25
26-30
31-35
36-40
41-45
46-50
51-55
> 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa persentase umur terbesar
responden antara 21-25 tahun dan 26-30 tahun. Usia tersebut merupakan usia
yang produktif, mereka dianggap mampu mengerti dan menjawab pertanyaan
dengan baik. Responden pada usia produktif juga dianggap lebih memperhatikan
keadaan lingkungan kerja termasuk mengenai keberadaan sistem proteksi
kebakaran di tempat kerja mereka.
4.2.2. Pendidikan Terakhir
Responden memiliki latar belakang pendidikan terakhir yang berbeda-beda, mulai
dari SMP, SMA/SMK/STM, D3 hingga S1. Data responden berdasarkan
pendidikan terakhir dapat dilihat dalam tabel dan gambar berikut:
Tabel 4.5. Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir SMP SMA/SMK/STM D3 S1 Jumlah 4 21 3 2
Gambar 4.10. Column Chart Pendidikan Terakhir Responden
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak memiliki
pendidikan terakhir SMA/SMK/STM dengan jumlah 21 orang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa karyawan pabrik di dominasi lulusan SMA/SMK/STM.
SMP SMA/SMK/STM D3 S1
3
21
4 2
Pendidikan Terakhir
Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
4.2.3. Masa Kerja
Responden yang terdiri dari karyawan pabrik yang memiliki masa kerja yang
berbeda-beda. Data responden berdasarkan masa kerja dapat dilihat dalam tabel
dan gambar berikut:
Tabel 4.6. Data Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja (tahun) 1-10 11-20 21-30 >30 Jumlah 15 8 3 4
Gambar 4.11. Column Chart Masa Kerja Responden
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak memiliki
masa kerja 1-10 tahun, yaitu 15 orang. Dengan masa kerja tersebut, karyawan
telah mengenal dan memahami lingkungan tempat mereka bekerja, terutama yang
berhubungan dengan sistem proteksi kebakaran.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1-10 11-20 21-30 >30
Jum
lah
(ora
ng)
Masa Kerja (tahun)
Masa Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4.3. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara
dengan pihak perusahaan. Check list hasil pengamatan langsung di lapangan dapat
dilihat pada lampiran. Untuk mengetahui nilai rata-rata penerapan peraturan
tindakan pencegahan dan tindakan persiapan di lapangan, maka analisis deskriptif
ini dinilai dengan menggunakan skala Likert. Penilaian dalam skala Likert
disajikan dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7. Penilaian Penerapan Peraturan Dalam Skala Likert
Pernyataan Skala Likert sangat memenuhi 5 memenuhi 4 cukup memenuhi 3 kurang memenuhi 2 sangat tidak memenuhi 1
4.3.1. P.T. Indatex
4.3.1.1.Profil Singkat Perusahaan
P.T. Indatex merupakan perusahaan tekstil yang berlokasi di jalan Raya Solo-
Sragen km 6,5 Karanganyar, Surakarta. Perusahaan ini didirikan pada bulan
Januari tahun 1971, lalu pada 1 Januari 1989 mendirikan anak perusahaan yaitu
P.T. Triangga Dewi, yang terletak di Jl. LU. Adi Sucipto no.158 Surakarta. Saat
ini P.T. Indatex memiliki karyawan sejumlah 1308 orang. Proses produksi P.T.
Indatex meliputi warping, sizing, reaching, pirn winding dan loom. Produk yang
dihasilkan adalah kain mentah atau kain grey. Jenis kain yang dihasilkan ada 3
macam yaitu Cotton (CT), Rayon (R) dan Tetoron Cotton (TC).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
4.3.1.2. Analisis Sistem Proteksi Aktif
A. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Pada bangunan pabrik P.T. Indatex APAR terlihat jelas, mencolok, mudah
dijangkau dan siap digunakan setiap saat. Bangunan pabrik merupakan ruangan
yang besar dan terdapat banyak mesin, sehingga disediakan sarana untuk
menunjukkan lokasi APAR. Pada bangunan pabrik P.T. Indatex terdapat
penomoran APAR pada dinding tempat APAR digantungkan, sehingga
memudahkan orang untuk mencari dan memeriksa. Penempatan APAR yang
kokoh tergantung di dinding sehingga tidak memerlukan sabuk pengikat.
Pemeliharaan APAR setiap satu kali dalam setahun, namun tidak terdapat label
atau kartu pemeliharaan hal ini mungkin dikarenakan pengisian ulang tabung
APAR dilakukan oleh agen (supplier), mereka mengisi ulang sekaligus mengecek
kondisi tabung sesuai batas waktu yang tertera dalam badan tabung. Pemeriksaan
APAR dilakukan setiap bulan, namun tidak terdapat kartu atau label yang
menunjukkan dilakukannya pemeriksaan dan nama petugas yang melakukan
pemeriksaan. Untuk ruang kantor, poliklinik dan pos keamanan APAR dapat
dijangkau dalam jarak kurang dari 20 m, sedangkan untuk ruang weaving dan
gudang APAR tidak dapat dijangkau dalam jarak 23 m. Untuk ruang weaving,
APAR menggunakan peraturan luasan maksimum, karena ruangan produksi tidak
memiliki pemisah atau sekat sehingga api dapat menjalar dengan cepat. Berikut
merupakan perhitungan luas lantai maksimum untuk 1 APAR:
Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 쎘dϜ 뉈dϜgkϜg졠dȖ壈Ϝ돸霹篇霹片
§ Ruang Weaving 1
Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 443s̊ = 490,89 m2
§ Ruang Weaving 2
Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 4s좘134 = 348,21 m2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
§ Ruang Weaving 3
Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 4㯸9,33 = 384,54 m2
§ Ruang Weaving 4
Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 9좘8,좘 = 417,78 m2
§ Ruang Weaving 5
Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 8sss3㯸 = 574 m2
§ Gudang Grey
Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 3,s9㯸 = 541,5 m2
§ Gudang Benang
Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 3s89㯸 = 931,5 m2
§ Gudang Benang+Grey
Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 좘̊̊㯸 = 399,5 m2
Analisis APAR P.T. Indatex ditampilkan dalam tabel 4.8:
Tabel 4.8. Analisis APAR P.T. Indatex
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1 APAR harus tampak jelas, mencolok, dan siap digunakan setiap saat. (Permen PU No.26 th.2008 )
Letak APAR jelas, mencolok dan siap digunakan, terdapat penomoran APAR di dinding tempat APAR bergantung
5
2
Pemeriksaan APAR minimal satu bulan sekali dan dicantumkan nama petugas. (Permen PU No. 26 th. 2008)
Pemeriksaan APAR satu bulan sekali, tetapi tidak mencantumkan nama petugas
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Lanjutan Tabel 4.8. Analisis APAR P.T. Indatex
No Peraturan Penerapan Skala Likert
3
Setiap APAR harus mempunyai kartu atau label yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya pemeliharaan serta identifikasi petugas yang melakukan pemeliharaan. (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak ada kartu atau label pemeliharaan dan identifikasi petugas. Hanya tertera tanggal bulan dan tahun pengisian ulang tabung APAR
2
4
APAR yang diletakkan dalam kondisi rentan tercabut harus dilengkapi dengan sabuk pengikat. (Permen PU No.26 th.2008)
APAR tergantung kokoh pada penggantung, sehingga tidak memerlukan sabuk pengikat
4
5 Jarak tempuh maksimum ke APAR adalah 23 m
Untuk ruang kantor, poliklinik dan pos keamanan APAR dapat dijangkau dalam jarak kurang dari 20 m
5
Untuk ruang weaving 1-5, gudang grey dan gudang benang APAR tidak dapat dijangkau dalam jarak 23 m
2
6
Setiap 93 m2 untuk bahaya kebakaran kelas A dan C dengan jenis hunian kebakaran berat minimal terdapat 1 buah APAR. (Permen PU No.26 th.2008)
Pada ruang weaving 1, setiap 490,89 m2 terdapat 1 APAR
2
Pada ruang weaving 2, setiap 348,21 m2 terdapat 1 APAR
2
Pada ruang weaving 3, setiap 384,54 m2 terdapat 1 APAR
2
Pada ruang weaving 4, setiap 417,78 m2 terdapat 1 APAR
2
Pada ruang weaving 5, setiap 688,80 m2 terdapat 1 APAR
2
Pada gudang grey, setiap 541,5 m2 terdapat 1 APAR
2
Pada gudang benang, setiap 931,5 m2 terdapat 1 APAR 2
Pada gudang benang + grey, setiap 399,5 m2 terdapat 1 APAR
2
Rata-rata 2,64
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan APAR di P.T. Indatex adalah 2,64. Hal ini menunjukkan penerapan
APAR di P.T. Indatex kurang memenuhi peraturan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
B. Sprinkler
Bangunan pabrik P.T. Indatex belum memiliki sistem proteksi sprinkler dengan
alasan masih dalam proses belajar mengenal Fire Planning Management,
sehingga dapat disebutkan bahwa P.T. Indatex tidak memenuhi peraturan yang
berlaku mengenai sistem proteksi sprinkler. Hasil pengamatan di lapangan
mengenai sprinkler ditampilkan dalam tabel 4.9. :
Tabel 4.9. Analisis Sprinkler P.T. Indatex
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1 Sprinkler dipasang di bawah atap atau di bawah kanopi di atas tempat penyimpanan dan penggarapan bahan dapat terbakar (combustibles) (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak terdapat sprinkler 1
Rata-rata 1
C. Hidran
Bangunan pabrik P.T. Indatex belum memiliki sistem proteksi hidran dengan
alasan masih dalam proses belajar mengenal Fire Planning Management,
sehingga dapat disebutkan bahwa P.T. Indatex tidak memenuhi peraturan yang
berlaku mengenai sistem proteksi hidran. Hasil pengamatan di lapangan mengenai
hidran ditampilkan dalam tabel 4.10. :
Tabel 4.10. Analisis Hidran P.T. Indatex
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1 Jumlah hidran pada sebuah bangunan dengan kompartemenisasi yaitu dua buah per 800 m2 dan penempatannya harus pada posisi yang berjauhan. (Kepmen No.10 th.2000)
Tidak terdapat hidran 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Lanjutan Tabel 4.10. Analisis Hidran P.T. Indatex
No Peraturan Penerapan Skala Likert
2
Pada bangunan yang dilengkapi hidran harus terdapat personil (penghuni) yang terlatih untuk mengatasi kebakaran di dalam bangunan (Kepmen No.10 th.2000)
Tidak terdapat hidran, terdapat tim P2K3 namun belum terlatih mengatasi kebakaran di dalam bangunan
1
Rata-rata 1
D. Detektor dan Alarm Kebakaran
Peraturan mengenai alarm dan detektor kebakaran telah terpenuhi. Bangunan
pabrik P.T. Indatex telah memiliki sistem deteksi dan alarm manual. Alarm
manual terletak di pintu keluar. Hasil pengamatan di lapangan mengenai detektor
dan alarm kebakaran ditampilkan dalam tabel 4.11. :
Tabel 4.11. Analisis Detektor dan Alarm Kebakaran P.T. Indatex
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1
Bangunan Gedung Pabrik kelas 8 berlantai 1 dengan fungsi untuk produksi, perakitan, pengepakan, dan lain-lain, menggunakan sistem deteksi dan alarm manual. (Permen PU No.26 th.2008 )
Terdapat sistem deteksi dan alarm manual. Alarm manual terletak di pintu keluar.
5
Rata-rata 5
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala likert penerapan peraturan
detektor dan alarm kebakaran di P.T. Indatex adalah 5. Hal ini menunjukkan
penerapan detektor dan alarm kebakaran P.T. Indatex sangat memenuhi peraturan.
Analisis sistem proteksi aktif P.T. Indatex disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.12. Analisis Sistem Proteksi Aktif P.T. Indatex
Item Proteksi Aktif Jumlah Rata-rata
APAR Sprinkler Hidran Detektor & Alarm 2,64 1 1 5 9,64 2,41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala likert penerapan peraturan
sistem proteksi aktif di P.T. Indatex adalah 2,41. Hal ini menunjukkan sistem
proteksi aktif P.T. Indatex kurang memenuhi peraturan.
4.3.1.3. Analisis Sistem Proteksi Pasif
A. Sarana Jalan ke Luar (Eksit)
Jalur eksit pada bangunan pabrik P.T. Indatex sudah sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Seluruh jalur eksit dapat ditempuh dengan mudah, setiap koridor tidak
melewati ruangan yang mungkin terkunci ataupun memiliki ujung yang buntu,
serta mudah mencapai ke jalan umum atau daerah tempat perlindungan. Bangunan
pabrik P.T. Indatex memiliki lebih dari 2 eksit menuju jalan umum. Untuk lebih
jelasnya analisis sarana jalan keluar dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13. Analisis Sarana Jalan ke Luar (Eksit) P.T. Indatex
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1 Eksit harus disusun sehingga mudah dicapai setiap saat. (Permen PU No.26 th.2008 )
Eksit mudah dicapai setiap saat 5
2
Apabila eksit tidak mudah dicapai dengan cepat dari daerah lantai terbuka, jalan terusan yang aman dan menerus, gang atau koridor yang menuju langsung ke setiap eksit harus dijaga dan menyediakan sedikitnya dua eksit dengan pemisahan jalan lintasan (Permen PU No. 26 th. 2008)
Pada bangunan pabrik akses eksit mudah dicapai dengan jalan terusan yang aman dan menerus yang menuju langsung ke eksit serta memiliki lebih dari 2 eksit
5
3
Koridor harus menyediakan akses eksit tanpa melalui ruangan yang menghalangi, selain koridor, lobi, dan tempat lain yang diijinkan membuka ke koridor (Permen PU No.26 th.2008)
Pada koridor tidak melalui ruangan yang menghalangi 5
4
Akses eksit harus disusun sehingga tidak ada ujung buntu dalam koridor kecuali diizinkan oleh otoritas berwenang setempat (Permen PU No.26 th.2008)
Akses eksit tidak memiliki ujung buntu
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Lanjutan Tabel 4.13. Analisis Sarana Jalan ke Luar (Eksit) P.T. Indatex
No Peraturan Penerapan Skala Likert
5
Akses ke eksit harus tidak melalui dapur, gudang, ruang istirahat, ruang kerja, kloset, kamar tidur atau tempat tinggal yang mungkin terkunci, kecuali lintasan yang melalui ruang atau tempat yang diizinkan untuk hunian perawatan kesehatan, hunian tahanan, dan lembaga pemasyarakatan (Permen PU No.26 th.2008)
Akses ke eksit tidak melalui ruangan-ruangan yang mungkin terkunci
5
6
Setiap aksesibilitas sarana jalan ke luar harus menerus dari setiap daerah yang dihuni yang mudah dicapai ke jalan umum atau daerah tempat perlindungan (Permen PU No.26 th.2008)
Akses ke eksit menerus dari dalam pabrik dan mudah mencapai ke jalan umum
5
7
Gantungan atau gorden harus tidak dipasang di atas pintu eksit atau dipasang sehingga eksit tersembunyi atau tidak jelas (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak terdapat gantungan atau gorden di atas pintu eksit
5
Rata-rata 5
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala likert penerapan peraturan
akses jalan keluar di P.T. Indatex adalah 5. Hal ini menunjukkan penerapan
akses jalan keluar P.T. Indatex sangat memenuhi peraturan.
B. Indikator Arah dan Tanda Eksit
Bangunan pabrik P.T. Indatex belum memiliki indikator arah dan tanda eksit
dengan alasan masih dalam proses belajar mengenal Fire Planning Management,
sehingga dapat disebutkan bahwa P.T. Indatex tidak memenuhi peraturan yang
berlaku mengenai indikator arah dan tanda eksit. Untuk lebih jelasnya analisis
indikator arah dan tanda eksit dapat dilihat pada tabel 4.14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 4.14. Analisis Indikator Arah dan Tanda Eksit P.T. Indatex
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1
Penempatan tanda eksit harus sedemikian rupa sehingga tidak ada titik di dalam akses eksit koridor melebihi jarak pandang atau 30m (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak terdapat tanda eksit 1
2
Pemasangan tanda eksit tidak boleh lebih dari 20 cm di atas ujung bagian atas bukaan jalan keluar dan jarak horisontal tidak lebih lebar dari lebar bukaan jalan ke luar (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak terdapat tanda eksit 1
3 Ukuran tinggi pada tulisan "EKSIT" sekurang-kurangnya 10 cm (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak terdapat tanda eksit 1
4
Indikator arah yang menunjukkan arah lintasan harus ditempatkan di setiap lokasi apabila arah lintasan mencapai eksit terdekat tidak jelas (Permen PU No.26 th.2008 )
Tidak terdapat indikator arah 1
5
Indikator arah harus diletakkan di luar simbol EKSIT sekurang-kurangnya 1 cm dari huruf yang mana saja (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak terdapat indikator arah 1
Rata-rata 1
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan indikator arah dan tanda eksit di P.T. Indatex adalah 1. Hal ini
menunjukkan penerapan indikator arah dan tanda eksit P.T. Indatex sangat tidak
memenuhi peraturan.
C. Akses Pemadam Kebakaran
Lebar jalan minimal yang disyaratkan untuk mobil pemadam kebakaran adalah 6
m, di bangunan pabrik P.T. Indatex lebar jalan pada bagian depan bangunan ± 7
m. Namun tidak terdapat hidran kota maupun hidran halaman di sekitar bangunan
pabrik. Tidak terdapat tanda khusus akses masuk petugas pemadam kebakaran ke
dalam gedung, namun petugas dapat menggunakan semua pintu sebagai akses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
masuk. Untuk lebih jelasnya analisis akses pemadam kebakaran dapat dilihat pada
tabel 4.15.
Tabel 4.15. Analisis Akses Pemadam Kebakaran P.T. Indatex
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1 Lebar jalan minimal untuk akses mobil pemadam kebakaran yaitu 6 m (Permen PU No.26 th.2008)
Lebar jalan untuk akses mobil pemadam kabakaran ± 7m
5
2
Tiap bagian dari jalur untuk akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota tidak tersedia maka harus disediakan hidran halaman (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak terdapat hidran kota maupun hidran halaman pada jalur akses mobil pemadam
1
3
Akses masuk petugas pemadam kebakaran ke dalam gedung harus diberi tanda segitiga warna merah atau kuning dengan ukuran tiap sisi minimum 150 mm dan diletakkan pada sisi luar dinding dan diberi tulisan "AKSES PEMADAM KEBAKARAN-JANGAN DIHALANGI" dengan ukuran tinggi minimal 50 mm (Permen PU No.26 th.2008)
Akses masuk petugas pemadam kebakaran tidak diberi tanda. Petugas dapat masuk melalui semua pintu masuk yang ada di dalam gedung.
2
Rata-rata 2,67
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan akses pemadam kebakaran di P.T. Indatex adalah 2,67. Hal ini
menunjukkan akses pemadam kebakaran P.T. Indatex kurang memenuhi
peraturan.
Analisis sistem proteksi pasif P.T. Indatex disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.16. Analisis Sistem Proteksi Pasif P.T. Indatex
Item Proteksi Pasif
Jumlah Rata-rata Akses jalan keluar
Indikator arah dan tanda eksit
Akses pemadam kebakaran
5 1 2,67 8,67 2,89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan sistem proteksi pasif di P.T. Indatex adalah 2,89. Hal ini menunjukkan
sistem proteksi pasif di P.T. Indatex kurang memenuhi peraturan.
4.3.1.4. Analisis Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan yang ditinjau terdiri dari sistem proteksi aktif dan pasif,
berikut merupakan tabel analisis tindakan pencegahan P.T. Indatex :
Tabel 4.17. Analisis Tindakan Pencegahan P.T. Indatex
Proteksi Aktif Proteksi Pasif Jumlah Rata-rata 2,41 2,89 5,3 2,65
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan tindakan pencegahan (prevention) di P.T. Indatex adalah 2,65. Hal ini
menunjukkan tindakan pencegahan di P.T. Indatex kurang memenuhi peraturan
4.3.1.5. Analisis Tindakan Persiapan
P.T. Indatex telah menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran melalui
tim P3K3, Tim Penanggulangan Kebakaran dipegang oleh tim P2K3, namun
belum melaksanakan latihan penyelamatan kebakaran, dengan alasan proses
produksi yang tidak dapat ditinggalkan. Tim P2K3 melakukan pemeriksaan secara
rutin terhadap sarana proteksi kebakaran yaitu APAR, hal ini dibuktikan dengan
tidak ditemukannya APAR yang rusak atau kadaluarsa pada saat pengamatan
langsung di lapangan. Untuk lebih jelasnya analisis tindakan persiapan dapat
dilihat pada tabel 4.18.
Tabel 4.18. Analisis Tindakan Persiapan P.T. Indatex
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1
TPK (Tim Penanggulangan Kebakaran) dibentuk oleh Pemilik/Pengelola bangunan gedung (Kepmen PU No.11 th.2000)
Tim penanggulangan kebakaran dipegang oleh tim P2K3 yang dibentuk oleh direksi perusahaan
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Lanjutan Tabel 4.18. Analisis Tindakan Persiapan P.T. Indatex
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan tindakan persiapan di P.T. Indatex adalah 3. Hal ini menunjukkan
tindakan persiapan P.T. Indatex cukup memenuhi peraturan.
4.3.2. P.T. Delta Dunia Textile Unit CD
4.3.2.4.Profil Singkat Perusahaan
P.T. Delta Dunia Textile merupakan pengembangan perusahaan dari Dunia Tex
Group yang berpusat di Jl. Raya Palur km.7,1 Jaten, Karanganyar. P.T. Delta
Dunia Textile berlokasi di Desa Kaling, Kecamatan Tasikmadu Kabupaten
Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. merupakan industri pemintalan benang
(spinning). Perusahaan ini didirikan pada tahun 2003 sesuai pengesahan akte
pendirian perusahaan oleh Menteri Kehakiman Nomor : C-04467.HT.01.Th.2003
tertanggal 5 Maret 2003, dengan Bapak Sumitro sebagai pendiri dan Direktur
Utamanya. Proses pembangunan fisik perusahaan dimulai pada tahun 2005
sampai dengan 2007 dan memulai proses produksinya pada tahun 2007. Produk
yang dihasilkan adalah benang Cotton Combed, benang Shyntetic (Polyester,
No Peraturan Penerapan Skala Likert
2
Setiap 10 karyawan/pengguna bangunan diwajibkan menunjuk 1 (satu) orang untuk menjadi anggota Kelompok dalam TPK. (Kepmen PU No.11 th.2000)
Belum cukup mewakili, karena TPK merupakan tim P2K3 yang jumlahnya tidak dapat mewakili seluruh karyawan
2
3
TPK minimal sekali dalam 6 (enam) bulan menyelenggarakan latihan penyelamatan kebakaran yang diikuti oleh seluruh penghuni bangunan. (Kepmen PU No.11 th.2000)
Belum pernah menyelenggarakan latihan penyelamatan kebakaran
1
4
Semua sistem proteksi kebakaran dan peralatannya harus dipelihara sehingga dalam kondisi siap operasi yang handal dan harus diganti atau diperbaiki bila cacat (Permen PU No.26 th.2008)
Tim P2K3 melakukan pemeliharaan terhadap sistem proteksi kebakaran yang ada, hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya APAR yang rusak/cacat dan kadaluarsa
5
Rata-rata 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tetron Cotton, Rayon) dan benang Cotton Carded. Saat ini P.T. Delta Dunia
Textile memiliki karyawan sejumlah 2500 orang yang bekerja menggunakan
sistem 3 shift putar dan 1 day shift.
4.3.2.2.Analisis Sistem Proteksi Aktif
A. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Pada bangunan pabrik P.T. Delta Dunia Textile unit CD, APAR terlihat jelas,
mencolok, mudah dijangkau dan siap digunakan setiap saat. Bangunan pabrik
merupakan ruangan yang besar dan terdapat banyak mesin, sehingga disediakan
sarana untuk menunjukkan lokasi APAR. Pada bangunan pabrik P.T. Delta Dunia
Textile unit CD, terdapat penomoran APAR pada dinding tempat APAR
digantungkan, sehingga memudahkan orang untuk mencari dan memeriksa.
Penempatan APAR yang kokoh tergantung di dinding sehingga tidak memerlukan
sabuk pengikat. Pemeliharaan APAR setiap satu kali dalam setahun, namun tidak
terdapat label atau kartu pemeliharaan hal ini mungkin dikarenakan pengisian
ulang tabung APAR dilakukan oleh agen (supplier), mereka mengisi ulang
sekaligus mengecek kondisi tabung sesuai batas waktu yang tertera dalam badan
tabung. Pemeriksaan APAR dilakukan setiap bulan, namun tidak terdapat kartu
atau label yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya pemeliharaan dan nama
petugas yang melakukan pemeliharaan. Untuk ruang kantor, ruang genset, ruang
travo, ruang AC, ruang ballpres , gudang sparepart, ruang laborat dan roll shop
APAR dapat dijangkau dalam jarak kurang dari 23 m. Untuk ruang daily stock,
ruang produksi (carding, drawing, roving, RSF dan Winding), dan gudang APAR
tidak dapat dijangkau dalam jarak 23 m. Ruangan-ruangan tersebut tidak memiliki
pemisah atau sekat sehingga api dapat menjalar dengan cepat, sehingga perlu
diterapkan peraturan luas layanan maksimum untuk 1 APAR. Berikut merupakan
perhitungan luas lantai maksimum untuk 1 APAR:
Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 쎘dϜ 뉈dϜgkϜg졠dȖ壈Ϝ돸霹篇霹片
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
§ Ruang Daily Stock
Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 9㯸,,34 = 228,571 m2
§ Ruang Produksi (carding, drawing, roving, RSF dan Winding)
Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 3좘8s,s3 = 218,272 m2
§ Ruang Gudang Benang
Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = s18,9̊ = 219,487 m2
Analisis APAR P.T. Delta Dunia Textile ditampilkan dalam tabel 4.19:
Tabel 4.19. Analisis APAR P.T. Delta Dunia Textile
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1 APAR harus tampak jelas, mencolok, dan siap digunakan setiap saat (Permen PU No.26 th.2008 )
Letak APAR jelas, mencolok dan siap digunakan, terdapat penomoran APAR di dinding tempat APAR bergantung
5
2
Pemeriksaan APAR minimal satu bulan sekali dan dicantumkan nama petugas. (Permen PU No. 26 th. 2008)
Pemeriksaan APAR satu bulan sekali, tetapi tidak mencantumkan nama petugas
3
3
Setiap APAR harus mempunyai kartu atau label yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya pemeliharaan serta identifikasi petugas yang melakukan pemeliharaan. (Permen PU No.26 th.2008)
Pemeliharaan APAR dilakukan setiap tahun, tetapi tidak ada kartu atau label pemeliharaan dan identifikasi petugas. Hanya tertera tanggal bulan dan tahun pengisian ulang tabung APAR
2
4
APAR yang diletakkan dalam kondisi rentan tercabut harus dilengkapi dengan sabuk pengikat. (Permen PU No.26 th.2008)
APAR tergantung kokoh di dinding, sehingga tidak memerlukan sabuk pengikat
4
5 Jarak tempuh maksimum ke APAR adalah 23 m. (Permen PU No.26 th.2008)
Jarak tempuh ruang kantor, ruang genset, ruang travo, ruang AC, ruang ballpres , gudang sparepart, ruang laborat dan roll shop kurang dari 23 m
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Lanjutan Tabel 4.19. Analisis APAR P.T. Delta Dunia Textile
No Peraturan Penerapan Skala Likert
5 Jarak tempuh maksimum ke APAR adalah 23 m. (Permen PU No.26 th.2008)
Jarak tempuh untuk menjangkau APAR pada ruang produksi, daily stock dan gudang lebih dari 23 m
2
6
Setiap 93 m2 untuk bahaya kebakaran kelas A dan C dengan jenis hunian kebakaran berat minimal terdapat 1 buah APAR. (Permen PU No.26 th.2008)
Pada ruang daily stock, setiap 228,571 m2 terdapat 1 APAR
2
Pada ruang produksi setiap 218,272 m2 terdapat 1 APAR
2
Pada gudang benang, setiap 219,487 m2 terdapat 1 APAR
2
Rata-rata 3
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan APAR di P.T. Delta Dunia Textile adalah 3. Hal ini menunjukkan
penerapan APAR di P.T. Delta Dunia Textile cukup memenuhi peraturan.
B. Sprinkler
Bangunan pabrik P.T. Delta Dunia Textile belum memiliki sistem proteksi
sprinkler dengan alasan melindungi bahan baku yang mudah rusak bila terkena
air, sehingga dapat disebutkan bahwa P.T. Delta Dunia Textile tidak memenuhi
peraturan yang berlaku mengenai sistem proteksi sprinkler.
Analisis sprinkler P.T. Delta Dunia Textile disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.20. Analisis Sprinkler pada P.T. Delta Dunia Textile
Tinjauan Peraturan Penerapan Skala Likert
Sprinkler Sprinkler dipasang di bawah atap atau di bawah kanopi di atas tempat penyimpanan dan penggarapan bahan dapat terbakar (combustibles) (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak terdapat sprinkler 1
Rata-rata 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
C. Hidran
Bangunan pabrik P.T. Delta Dunia Textile memiliki sistem proteksi hidran dalam
ruangan dan hidran halaman. Terdapat penomoran hidran, sehingga dapat dengan
mudah mencari dan melakukan pemeriksaan. P.T. Delta Dunia Textile memiliki
tim penanggulangan kebakaran yang telah terlatih untuk mengatasi kebakaran di
dalam gedung. Berikut merupakan perhitungan luasan untuk hidran:
Luas lantai untuk 1 hidran = 쎘dϜ 뉈dϜgkϜg졠dȖ壈Ϝ돸돸平聘뉈Ϝg
§ Ruang Daily Stock
Luas lantai untuk 1 hidran = 9㯸,,㯸 = 1600 m2
§ Ruang Produksi (carding, drawing, roving, RSF dan winding)
Luas lantai untuk 1 hidran = 3좘8s,㯸 = 8840 m2
Analisis hidran P.T. Delta Dunia Textile disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.21. Analisis Hidran P.T. Delta Dunia Textile
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1
Jumlah hidran pada sebuah bangunan dengan kompartemenisasi tanpa partisi yaitu satu buah per 800 m2 dan penempatannya harus pada posisi yang berjauhan. (Kepmen No.10 th.2000)
Pada ruang daily stock, setiap 1600 m2 terdapat 1 hidran
3
Pada ruang produksi, setiap 8840 m2 terdapat 1 hidran
3
Pada ruang gudang benang, hanya terdapat 1 hidran yang menempel pada dinding luar gudang benang
2
2
Pada bangunan yang dilengkapi hidran harus terdapat personil (penghuni) yang terlatih untuk mengatasi kebakaran di dalam bangunan (Kepmen No.10 th.2000)
Terdapat personil yang terlatih untuk mengatasi kebakaran di dalam bangunan
5
Rata-rata 3,25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan hidran di P.T. Delta Dunia Textile adalah 3,25. Hal ini menunjukkan
penerapan hidran di P.T. Delta Dunia Textile cukup memenuhi peraturan.
D. Detektor dan Alarm Kebakaran
Bangunan pabrik P.T. Delta Dunia Textile belum memiliki sistem proteksi
detektor dan alarm kebakaran, sehingga dapat disebutkan bahwa P.T. Delta Dunia
Textile tidak memenuhi peraturan yang berlaku mengenai sistem proteksi detektor
dan alarm kebakaran.
Analisis detektor dan alarm kebakaran P.T. Delta Dunia Textile disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 4.22. Analisis Detektor dan Alarm Kebakaran P.T. Delta Dunia Textile
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1
Bangunan Gedung Pabrik kelas 8 berfungsi untuk produksi, perakitan, pengepakan, dan lain-lain dengan jumlah lantai 1 menggunakan sistem deteksi dan alarm manual (Permen PU No.26 th.2008 )
Tidak terdapat alarm dan detektor kebakaran
1
Rata-rata 1
Analisis sistem proteksi aktif P.T. Delta Dunia Textile disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 4.23. Analisis Sistem Proteksi Aktif P.T. Delta Dunia Textile
Item Proteksi Aktif Jumlah Rata-rata
APAR Sprinkler Hidran Detektor & Alarm 3 1 3,25 1 8,25 2,06
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan Sistem Proteksi Aktif di P.T. Delta Dunia Textile adalah 2,06. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
menunjukkan sistem proteksi aktif P.T. Delta Dunia Textile kurang memenuhi
peraturan.
4.3.2.3. Analisis Sistem Proteksi Pasif
A. Sarana Jalan ke Luar (Eksit)
Eksit pada P.T. Delta Dunia Textile kurang mudah dicapai setiap saat karena
gedung yang luas dengan jumlah pekerja yang banyak hanya tersedia 3 eksit,
namun setelah pukul 16.00, 2 pintu eksit ditutup, 1 pintu eksit yang terbuka
mempunyai ukuran lebar ± 80 cm, padahal proses produksi berlangsung 24 jam.
Namun akses eksit tidak melalui ruang yang menghalangi dan tidak terdapat
gantungan atau gorden di atas pintu eksit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.24. Analisis Sarana Jalan Keluar P.T. Delta Dunia Textile
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1 Eksit harus disusun sehingga mudah dicapai setiap saat (Permen PU No.26 th.2008 )
Eksit kurang mudah dicapai setiap saat 2
2
Apabila eksit tidak mudah dicapai dengan cepat dari daerah lantai terbuka, jalan terusan yang aman dan menerus, gang atau koridor yang menuju langsung ke setiap eksit harus dijaga dan menyediakan sedikitnya dua eksit dengan pemisahan jalan lintasan (Permen PU No. 26 th. 2008)
Eksit kurang mudah dicapai, tersedia 3 eksit, namun setelah pukul 16.00 dua pintu eksit ditutup
2
3
Koridor harus menyediakan akses eksit tanpa melalui ruangan yang menghalangi, selain koridor, lobi, dan tempat lain yang diijinkan membuka ke koridor (Permen PU No.26 th.2008)
Pada koridor tidak melalui ruangan yang menghalangi
5
4
Akses eksit harus disusun sehingga tidak ada ujung buntu dalam koridor kecuali diizinkan oleh otoritas berwenang setempat (Permen PU No.26 th.2008)
Akses eksit tidak memiliki ujung buntu 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Lanjutan Tabel 4.24. Analisis Sarana Jalan Keluar P.T. Delta Dunia Textile
No Peraturan Penerapan Skala Likert
5
Akses ke eksit harus tidak melalui dapur, gudang, ruang istirahat, ruang kerja, kloset, kamar tidur atau tempat tinggal yang mungkin terkunci, kecuali lintasan yang melalui ruang atau tempat yang diizinkan untuk hunian perawatan kesehatan, hunian tahanan, dan lembaga pemasyarakatan (Permen PU No.26 th.2008)
Salah 1 lintasan eksit melalui ruangan absensi yang tidak dikunci
4
6 Setiap aksesibilitas sarana jalan ke luar harus menerus dari setiap daerah yang dihuni yang mudah dicapai ke jalan umum atau daerah tempat perlindungan (Permen PU No.26 th.2008)
Aksesibilitas sarana jalan keluar mudah mencapai jalan umum
5
7 Gantungan atau gorden harus tidak dipasang di atas pintu eksit atau dipasang sehingga eksit tersembunyi atau tidak jelas (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak terdapat gantungan atau gorden di atas pintu eksit 5
Rata-rata 4
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan akses jalan keluar di P.T. Delta Dunia Textile adalah 4. Hal ini
menunjukkan akses eksit di P.T. Delta Dunia Textile memenuhi peraturan.
B. Indikator Arah dan Tanda Eksit
Bangunan pabrik P.T. Delta Dunia Textile belum memiliki indikator arah dan
tanda eksit, sehingga dapat disebutkan bahwa P.T. Delta Dunia Textile tidak
memenuhi peraturan yang berlaku mengenai indikator arah dan tanda eksit.
Analisis indikator arah dan tanda eksit P.T. Delta Dunia Textile disajikan dalam
tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.25. Analisis Indikator Arah dan Tanda Eksit P.T. Delta Dunia Textile
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1
Penempatan tanda eksit harus sedemikian rupa sehingga tidak ada titik di dalam akses eksit koridor melebihi jarak pandang atau 30m (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak terdapat tanda eksit 1
2
Pemasangan tanda eksit tidak boleh lebih dari 20 cm di atas ujung bagian atas bukaan jalan keluar dan jarak horisontal tidak lebih lebar dari lebar bukaan jalan ke luar (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak terdapat tanda eksit 1
3 Ukuran tinggi pada tulisan "EKSIT" sekurang-kurangnya 10 cm (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak terdapat tanda eksit 1
4
Indikator arah yang menunjukkan arah lintasan harus ditempatkan di setiap lokasi apabila arah lintasan mencapai eksit terdekat tidak jelas (Permen PU No.26 th.2008 )
Tidak terdapat indikator arah 1
5
Indikator arah harus diletakkan di luar simbol EKSIT sekurang-kurangnya 1 cm dari huruf yang mana saja (Permen PU No.26 th.2008)
Tidak terdapat indikator arah 1
Rata-rata 1
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan Indikator Arah dan Tanda Eksit di P.T. Delta Dunia Textile adalah 1.
Hal ini menunjukkan bahwa P.T. Delta Dunia Textile sangat tidak memenuhi
peraturan mengenai indikator arah dan tanda eksit.
C. Akses Petugas Pemadam Kebakaran
Peraturan mengenai akses mobil pemadam kebakaran sudah terpenuhi. Lebar
jalan minimal yang disyaratkan untuk mobil pemadam kebakaran adalah 6 m, di
bangunan pabrik P.T. Delta Dunia Textile lebar jalan akses untuk mobil pemadam
± 10 m. Terdapat hidran halaman, namun tidak terdapat hidran kota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Peraturan mengenai tanda akses masuk petugas pemadam kebakaran belum
terpenuhi. Tidak terdapat tanda khusus akses masuk petugas pada semua pintu,
namun petugas dapat menggunakan semua pintu di dalam gedung sebagai akses
masuk. Berikut merupakan tabel analisis akses pemadam kebakaran P.T. Delta
Dunia Textile:
Tabel 4.26. Analisis Akses Pemadam Kebakaran P.T. Delta Dunia Textile
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1 Lebar jalan minimal untuk akses mobil pemadam kebakaran yaitu 6 m (Kepmen No.10 th.2000)
Lebar jalan untuk akses mobil pemadam ± 10m
5
2
Tiap bagian dari jalur untuk akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota tidak tersedia maka harus disediakan hidran halaman (Kepmen No.10 th.2000)
Tiap bagian jalur untuk akses mobil pemadam bebas hambatan dan berada dalam radius 50 m dari hidran halaman
5
3
Akses masuk petugas pemadam kebakaran ke dalam gedung harus diberi tanda segitiga warna merah atau kuning dengan ukuran tiap sisi minimum 150 mm dan diletakkan pada sisi luar dinding dan diberi tulisan "AKSES PEMADAM KEBAKARAN-JANGAN DIHALANGI" dengan ukuran tinggi minimal 50 mm (Kepmen No.10 th.2000)
Akses masuk petugas pemadam kebakaran tidak diberi tanda. Petugas dapat masuk melalui semua pintu yang ada di dalam gedung.
2
Rata-rata 4
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan Akses Pemadam Kebakaran di P.T. Delta Dunia Textile adalah 4. Hal
ini menunjukkan akses pemadam kebakaran di P.T. Delta Dunia Textile telah
memenuhi peraturan.
Analisis sistem proteksi pasif P.T. Delta Dunia Textile disajikan dalam tabel 4.27.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.27 Analisis Sistem Proteksi Pasif P.T. Delta Dunia Textile
Item Proteksi Pasif
Jumlah Rata-rata Akses jalan keluar
Indikator arah dan tanda eksit
Akses pemadam kebakaran
4 1 4 9 3
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan sistem proteksi pasif di P.T. Delta Dunia Textile adalah 3. Hal ini
menunjukkan sistem proteksi pasif P.T. Delta Dunia Textile cukup memenuhi
peraturan.
4.3.2.5. Analisis Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan yang ditinjau terdiri dari sistem proteksi aktif dan pasif,
berikut merupakan tabel analisis tindakan pencegahan P.T. Indatex Delta Dunia
Textile :
Tabel 4.28. Analisis Tindakan Pencegahan P.T. Delta Dunia Textile
Proteksi Aktif Proteksi Pasif Jumlah Rata-rata 2,06 3 5,06 2,53
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan tindakan pencegahan di P.T. Delta Dunia Textile adalah 2,53. Hal ini
menunjukkan tindakan pencegahan (proteksi aktif dan pasif) P.T. Delta Dunia
Textile kurang memenuhi peraturan.
4.3.2.4. Analisis Tindakan Persiapan
P.T. Delta Dunia Textile telah memiliki tindakan persiapan yang baik dalam
menghadapi kebakaran, diantaranya telah menerapkan Manajemen
Penanggulangan Kebakaran, telah membentuk tim penanggulangan kebakaran
yang mewakili setiap shift, dan telah menyelenggarakan latihan penyelamatan
kebakaran 1 bulan sekali, namun tidak diikuti seluruh penghuni karena proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
produksi terus berjalan selama 24 jam. Tim TPK melalukan pemeliharaan
terhadap sistem proteksi kebakaran yang ada, hal ini dibuktikan dengan tidak
ditemukannya APAR dan hidran yang rusak/cacat dan kadaluarsa. Berikut
merupakan tabel analisis tindakan persiapan P.T. Delta Dunia Textile:
Tabel 4.29. Analisis Tindakan Persiapan P.T. Delta Dunia Textile
No Peraturan Penerapan Skala Likert
1
TPK (Tim Penanggulangan Kebakaran) dibentuk oleh Pemilik/Pengelola bangunan gedung (Kepmen PU No.11 th.2000)
Telah terbentuk tim penanggulangan kebakaran 5
2
Setiap 10 karyawan/pengguna bangunan diwajibkan menunjuk 1 (satu) orang untuk menjadi anggota Kelompok dalam TPK. (Kepmen PU No.11 th.2000)
Setiap shift memiliki tim penanggulangan kebakaran
4
3
TPK minimal sekali dalam 6 (enam) bulan menyelenggarakan latihan penyelamatan kebakaran yang diikuti oleh seluruh penghuni bangunan. (Kepmen PU No.11 th.2000)
TPK menyelenggarakan latihan penyelamatan kebakaran setiap bulan, namun tidak diikuti semua penghuni karena proses produksi tidak bisa ditinggalkan
4
4
Semua sistem proteksi kebakaran dan peralatannya harus dipelihara sehingga dalam kondisi siap operasi yang handal dan harus diganti atau diperbaiki bila cacat (Permen PU No.26 th.2008)
Tim TPK melalukan pemeliharaan terhadap sistem proteksi kebakaran yang ada, hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya APAR dan hidran yang rusak/cacat dan kadaluarsa
5
Rata-rata 4,5
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan
peraturan tindakan persiapan di P.T. Delta Dunia Textile adalah 4,5. Hal ini
menunjukkan tindakan persiapan P.T. Delta Dunia Textile memenuhi peraturan.
4.4 . Korelasi Spearman
Korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara Fire Planning
Management dengan rasa aman pekerja. Perhitungan korelasi Spearman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
menggunakan bantuan program SPSS 17.0, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Melakukan pendefinisian variabel pada variable view lalu memasukkan data
variabel X dan Y ke dalam data view seperti terlihat pada gambar 4.12.
Gambar 4.12. Data View
b. Memilih Analyze à Correlate à Bivariate.
Gambar 4.13. Analisis Korelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
c. Memasukkan semua variabel pada kotak variables dan memilih Spearman
pada pilihan Correlation Coefficients
Gambar 4.14. Kotak Dialog Bivariate Correlations
d. Menampilkan hasil
Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.30. Hasil Uji Korelasi Spearman
Correlations
variabel x variabel y
Spearman's rho variabel x Correlation Coefficient 1.000 .515**
Sig. (2-tailed) . .004
N 30 30
variabel y Correlation Coefficient .515** 1.000
Sig. (2-tailed) .004 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, terlihat adanya korelasi positif antara
penerapan fire planning management terhadap rasa aman pekerja, dengan
koefisien korelasi 0,515. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara penerapan Fire
Planning Management dengan rasa aman pekerja memiliki hubungan yang cukup
kuat.
Untuk mengetahui persentase pengaruh penerapan Fire Planning Management
terhadap rasa aman dilakukan perhitungan Koefisien Determinasi
Kd = rs2 x 100%
Kd = 0,5152 x 100%
Kd = 26,522 %
Hal ini menunjukkan bahwa rasa aman pekerja dipengaruhi oleh penerapan Fire
Planning Management sebesar 26,522 % sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
4.5. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui korelasi yang dihasilkan signifikan atau tidak, maka dilakukan
pengujian hipotesis sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat pengaruh penerapan tindakan pencegahan dan tindakan
persiapan dengan rasa aman pekerja.
Ha : terdapat pengaruh penerapan tindakan pencegahan dan tindakan persiapan
dengan rasa aman pekerja.
Ho ditolak dan Ha diterima bila t hitung ≥ t tabel
Ho diterima dan Ha ditolak bila t hitung < t tabel
Persentase alfanya ditentukan sebesar 0,05 (α= 0,05)
Jumlah responden(n) = 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Derajat kebebasan (dk) = n – 2
= 30 – 2
= 28
Dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan = 28 maka dapat diketahui t tabel yaitu
1,701.
Uji statistik dengan dengan rumus statistik t, koefisien Spearman yang telah
diperoleh disubstitusikan ke dalam rumus t untuk menguji tingkat signifikasi
perhitungannya
欸 实辊滚顺柜石2f石辊滚㯸
欸 实0ニ5f5顺 h0石2f石0ニ5f5㯸
t = 3,179
t hitung (3,179)翨t tabel (1,701), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu
terdapat pengaruh penerapan tindakan pencegahan dan tindakan persiapan dengan
rasa aman pekerja. Hal ini membuktikan bahwa korelasi yang dihasilkan
signifikan.
4.6. Pembahasan
Penerapan tindakan pencegahan di P.T. Indatex kurang memenuhi peraturan,
ditunjukkan dengan nilai rata-rata 2,65 skala Likert yang berarti kurang
memenuhi peraturan. Hal tersebut dikarenakan P.T. Indatex belum memiliki
proteksi sprinkler, hidran, indikator arah dan eksit, serta terdapat penerapan yang
kurang memenuhi peraturan mengenai label pemeriksaan dan pemeliharaan
APAR , jumlah kebutuhan APAR dan penandaan akses masuk petugas pemadam
kebakaran ke dalam gedung. Jumlah kebutuhan APAR yang seharusnya tersedia
agar memenuhi peraturan adalah sebagai berikut:
Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 壈dϜ 뉈dϜgkϜg壈dϜ ȖϜp 平ȖdȖdgbdp3霹篇霹片
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
· Ruang Weaving 1
Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 443sȖ潜̊9Ȗ潜 = 48 buah
· Ruang Weaving 2
Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 4s좘1Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 52 buah
· Ruang Weaving 3
Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 4㯸9,Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 46 buah
· Ruang Weaving 4
Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 98좘,Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 40 buah
· Ruang Weaving 5
Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 8sssȖ潜̊9Ȗ潜 = 74 buah
· Gudang Benang
Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 3s89Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 20 buah
· Gudang Grey
Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 3,s9Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 12 buah
· Gudang Benang+Grey
Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 좘̊̊Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 9 buah
Penerapan tindakan persiapan di P.T. Indatex telah memenuhi peraturan,
ditunjukkan dengan nilai rata-rata 3 skala Likert yang berarti cukup memenuhi
peraturan. P.T. Indatex memiliki tim penanggulangan kebakaran yang dirangkap
oleh tim P2K3, namun belum pernah melakukan latihan penyelamatan kebakaran
dan jumlahnya tidak dapat mewakili jumlah seluruh penghuni bangunan pabrik.
Penerapan tindakan pencegahan di P.T. Delta Dunia Textile kurang memenuhi
peraturan, ditunjukkan dengan nilai rata-rata 2,53 skala Likert yang berarti kurang
memenuhi peraturan. Hal tersebut dikarenakan P.T. Delta Dunia Textile belum
memiliki proteksi sprinkler, indikator arah dan tanda eksit, detektor dan alarm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kebakaran manual serta terdapat penerapan yang kurang memenuhi peraturan
mengenai label pemeriksaan dan pemeliharaan APAR, jumlah kebutuhan APAR,
penandaan akses masuk petugas pemadam kebakaran ke dalam gedung dan akses
keluar. Jumlah kebutuhan APAR yang seharusnya tersedia agar memenuhi
peraturan adalah sebagai berikut:
Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 壈dϜ 뉈dϜgkϜg壈dϜ ȖϜp 平ȖdȖdgbdp3霹篇霹片
· Ruang Daily Stock
Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 9㯸,,Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 34 buah
· Ruang Produksi (carding, drawing, roving, RSF dan winding)
Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 3좘8s,Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 190 buah
· Gudang Benang dan Packing
Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = s18,Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 92 buah
Penerapan tindakan persiapan di P.T. Delta Dunia Textile telah memenuhi
peraturan, ditunjukkan dengan nilai rata-rata 4,5 skala likert yang berarti
memenuhi peraturan. P.T. Delta Dunia Textile telah memiliki tim khusus
penanggulangan kebakaran dimana setiap shift memiliki perwakilan. TPK
menyelenggarakan latihan penyelamatan kebakaran setiap bulan, namun tidak
diikuti oleh seluruh penghuni, karena proses produksi berlangsung selama 24 jam
dan tidak dapat ditinggalkan. TPK juga melakukan pemeliharaan sarana proteksi
hal ini ditunjukkan dengan kondisi APAR dan hidran yang siap digunakan dan
tidak memiliki cacat/rusak.
Penerapan tindakan pencegahan dan persiapan kebakaran (Fire Planning
Management) memiliki korelasi yang cukup kuat dengan rasa aman pekerja. Hal
ini ditunjukkan dari hasil pengujian korelasi Spearman menggunakan program
SPSS 17.0, yaitu koefisien korelasi Spearman sebesar 0,515 yang berarti terdapat
hubungan yang cukup kuat antara kedua variabel. Berdasarkan perhitungan
koefisien determinasi, rasa aman pekerja dipengaruhi oleh penerapan Fire
Planning Management (tindakan pencegahan dan persiapan) sebesar 26,522%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misalnya kondisi kerja
yang tidak berbahaya, jaminan bila terjadi kecelakaan kerja dan lain-lain. Pada
pengujian hipotesis diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel (3,179 > 1,701),
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ha merupakan hipotesis yang menyatakan
terdapat pengaruh penerapan tindakan pencegahan dan tindakan persiapan dengan
rasa aman pekerja. Hal ini membuktikan bahwa korelasi yang dihasilkan
signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil analisis deskriptif mengenai penerapan peraturan sistem proteksi kebakaran
baik aktif dan pasif, tindakan persiapan, serta hasil korelasi Spearman penerapan
Fire Planning Management dengan rasa aman pekerja pada pabrik tekstil P.T.
Indatex dan P.T. Delta Dunia Textile dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penerapan di lapangan mengenai sistem proteksi kebakaran baik aktif dan pasif
(tindakan pencegahan) pada P.T. Indatex dan P.T. Delta Dunia Textile kurang
memenuhi peraturan. Hal ini sesuai dengan analisis penerapan peraturan sistem
proteksi aktif dan pasif yang menunjukkan nilai 2,65 dan 2,53 skala Likert
yang berarti kurang memenuhi peraturan.
2. Penerapan tindakan persiapan pada P.T. Indatex cukup memenuhi peraturan,
hal ini sesuai dengan analisis penerapan peraturan tindakan persiapan yang
menunjukkan nilai 3 skala Likert. Penerapan tindakan persiapan pada P.T.
Delta Dunia Textile telah memenuhi peraturan, hal ini sesuai dengan analisis
penerapan peraturan tindakan persiapan yang menunjukkan 4,5 skala Likert.
3. Terdapat hubungan yang cukup kuat antara penerapan Fire Planning
Management dengan rasa aman pekerja pada pabrik tekstil. Hal ini ditunjukkan
oleh hasil perhitungan korelasi Spearman dengan bantuan program SPSS 17.0
yang menunjukkan nilai koefisien korelasi 0,515 yang berarti terdapat
hubungan yang cukup kuat antara Fire Planning Management dengan rasa
aman pekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
5.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis deskriptif penerapan di lapangan, maka ada beberapa
saran yang dapat dipertimbangkan antara lain :
1. Pemberian label pemeriksaan yang menunjukkan nama petugas dan bulan
dilakukannya pemeriksaan pada setiap APAR dan hidran.
2. Penambahan jumlah APAR sehingga setiap 93 m2 minimal terdapat 1 buah
APAR.
3. Pemberian sprinkler di atas bahan yang mudah terbakar (combustibles),
pemberian hidran halaman maupun hidran ruangan, detektor dan alarm
kebakaran untuk membantu mendeteksi dan pemadaman api tahap awal agar
api tidak menyebar terlalu luas.
4. Pemasangan indikator arah dan tanda eksit untuk mempermudah evakuasi
saat terjadi kebakaran.
5. Penandaan akses masuk petugas pemadam kebakaran sehingga memudahkan
petugas untuk masuk ke dalam gedung bila terjadi kebakaran.
6. Pembentukan tim penanggulangan kebakaran yang jumlahnya mewakili
jumlah pekerja.
7. Penyelenggaraan latihan penyelamatan kebakaran minimal 6 (enam) bulan
sekali.
8. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan terhadap jenis bangunan yang
lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Alifah. 2002. Kajian pada Masalah Safety Performance pada Pekerja
Drilling tentang Hubungan Attitude, Subjective Norm dan Perceived Behavior
Control dengan Intensi untuk Bertingkah Laku. Program Pasca Sarjana.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan
Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung, SNI 03-3985-2000. Bandung.
Badan Standarisasi Nasional. 2000. Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem
Springkler Otomatis untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung, SNI 03-3989-2000. Bandung.
Bakornas PBP. 2002. Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Perkotaan di Indonesia.
Jakarta.
Billington, M. J, et al. 2002. Means of Escape from Fire. Oxford : Blackwell Science, Ltd.
Damayanti, Eva. 2004. Perbandingan Hubungan Kualitas Active Fire Protection
System dengan Keamanan dan Kenyamanan Kerja Menurut Manajer dan
Karyawan Pabrik PT. Tokai Dharma Indonesia. Jurnal Model Manajemen
Volume II no 1.
Departemen Pekerjaan Umum. 2000. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum
No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta : Departemen
Pekerjaan Umum.
Departemen Pekerjaan Umum. 2000. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum
No.11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penganggulangan
Kebakaran di Perkotaan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xix
Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.
Firmansyah, Duky. 2005. Pengaruh Sikap Profesionalisme Akuntan Publik Terhadap
Kualitas Laporan Pemeriksaan Studi Survei pada Beberapa Kantor Akuntan
Publik di Bandung. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Widyatama.
Handoko, T. Hani. 1997. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.
Yogyakarta: BPFE.
Lasino & Fefen Suhedi. 2005. Kajian Penerapan Manajemen Keselamatan
Kebakaran pada Bangunan Gedung Tinggi di Indonesia. Kolokium & Open
House.
Mc Clain, John O., et all,. 1992. Operation Management. Third edition. New Jersey:
Prentice Hall.
Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. 2008. Peraturan Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 8 th.2008 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran. Jakarta : Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Parwitasari, RR. Aryu Dyah. 2010. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi
Pengguna Bangunan Terhadap Fire Planning Management Rumah Sakit di
Kota Surakarta. Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Prabawati, Th. Ari. 2010. Mengolah Data Statistik Hasil Penelitian dengan SPSS 17.
Penerbit ANDI : Yogyakarta.
Prawirosentono, Suryadi. 2003. Manajemen Operasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Rahmat, N. Vinky. 2003. Kajian Penerapan Sistem Proteksi Pasif Desain Site
Planning Pada Beberapa Kasus Rumah Susun di Jakarta dan Bandung.USU
Digital Library.
Ramachandran, G., Fire Safety Management and Risk Assessment, Facilities Journal,
Vol. 17, No. 9/10, 1999, pp. 364-366.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xx
Riduwan. 2003. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : CV
Alfabeta
Santoso, Singgih. (2003). Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi
11.5. Gramedia, Jakarta.
Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business. New York : John Wiley &
Sons Inc.
Setyarto, Y. Djoko. Fenomena pada Kebakaran Gedung. Majalah Ilmiah Unikom
[Online]. Vol. 4. 102-103. Tersedia di : http://jurnal.unikom.ac.id/vol7/03-
Djoko.pdf [13 April 2010].
Siegel, Andrew F. 2000. Practical Business Statistics. McGraw-Hill Higher
Education, Fourth Edition.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Suprapto. 2008. Tinjauan Eksistensi Standar-Standar (SNI) Proteksi Kebakaran dan
Penerapannya dalam Mendukung Implementasi Peraturan Keselamatan
Bangunan. Prosiding PPIS Bandung.
Yanuar, Irma Trianawati. 2010. Analisis Kepedulian Pengguna Kios dan Pengunjung
Terhadap Penerapan Fire Planning Management Pada Pusat Grosir Solo dan
Beteng Trade Center Kota Surakarta. Jurusan Teknik Sipil Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengaruh Penerapan Fire Planning Management Terhadap Rasa Aman Pekerja Pada Pabrik Tekstil” guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka banyak kendala yang sulit untuk penyusun pecahkan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta semua staf dan karyawan.
2. Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta semua staf dan karyawan.
3. Widi Hartono, ST, MT selaku dosen pembimbing I.
4. Ir. Suyatno K., MT selaku dosen pembimbing II.
5. Ir. Delan Suharto, MT dan Ir. Sugiyarto, MT selaku dosen penguji.
6. Ir. Agus P. Saido, M.Sc selaku pembimbing akademis.
7. Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
8. Rekan-rekan tim skripsi (Irma, Aryu, Nita, Lily dan Retno).
9. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil Angkatan 2006 dan semua pihak yang telah memberikan semangat dan bantuan.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Surakarta, 27 Januari 2011
Penyusun
Top Related