ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia....

76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v ABSTRAK BERNADETA VIDIA PRETY WIDOWATI, 2011 : Pengaruh Penerapan Fire Planning Management Terhadap Rasa Aman Pekerja Pada Pabrik Tekstil, Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Wilayah eks-karesidenan Surakarta menjadi tujuan relokasi puluhan industri tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi menuju pelabuhan laut dan bandar udara menjadi salah satu faktor daya tarik. Dengan berkembangnya industri tekstil maka perhatian pada aspek keselamatan semakin diperlukan, terutama terhadap bahaya kebakaran. Pada industri tekstil, resiko terhadap terjadinya kebakaran cukup tinggi, karena prosesnya melibatkan bahan yang mudah terbakar dengan jumlah yang sangat banyak. Aspek keselamatan tersebut perlu ditindaklanjuti dengan penerapan pedoman teknis seperti Fire Planning Management yang bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir kerugian akibat kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan tindakan pencegahan dan persiapan dalam menghadapi bahaya kebakaran serta mengetahui pengaruh penerapan Fire Planning Management terhadap rasa aman pekerja pada pabrik tekstil. Pemilihan responden untuk pengisian kuisioner dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Pengujian validitas dan reliabilitas data kuisioner dilakukan menggunakan bantuan software SPSS 17.00. Pengolahan data dilakukan dengan korelasi Spearman untuk mengetahui pengaruh penerapan Fire Planning Management terhadap rasa aman pekerja, lalu dilakukan uji hipotesis untuk menguji signifikasi korelasi Spearman dengan menggunakan uji t. Pengamatan langsung di lapangan dan wawancara diolah menggunakan metode Analisis Deskriptif untuk mengetahui penerapan peraturan Fire Planning Management di lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah penerapan tindakan pencegahan pada Perusahaan X dan Y kurang memenuhi peraturan yang berlaku, hal ini ditunjukkan dengan nilai 2,65 dan 2,53 Skala Likert. Penerapan tindakan persiapan pada Perusahaan X cukup memenuhi peraturan yang berlaku, hal ini ditunjukkan dengan nilai 3 Skala Likert. Penerapan tindakan persiapan pada Perusahaan Y telah memenuhi peraturan yang berlaku hal ini ditunjukkan dengan nilai 4,5 Skala Likert. Terdapat pengaruh antara Fire Planning Management dengan rasa aman pekerja, hal ini ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,515 yang berarti terdapat hubungan yang cukup kuat antara penerapan Fire Planning Management dengan rasa aman pekerja. Kata kunci : Fire Planning Management, kebakaran, pabrik tekstil, rasa aman, analisis korelasi

Transcript of ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia....

Page 1: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

BERNADETA VIDIA PRETY WIDOWATI, 2011 : Pengaruh Penerapan Fire Planning Management Terhadap Rasa Aman Pekerja Pada Pabrik Tekstil, Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Wilayah eks-karesidenan Surakarta menjadi tujuan relokasi puluhan industri tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi menuju pelabuhan laut dan bandar udara menjadi salah satu faktor daya tarik. Dengan berkembangnya industri tekstil maka perhatian pada aspek keselamatan semakin diperlukan, terutama terhadap bahaya kebakaran. Pada industri tekstil, resiko terhadap terjadinya kebakaran cukup tinggi, karena prosesnya melibatkan bahan yang mudah terbakar dengan jumlah yang sangat banyak. Aspek keselamatan tersebut perlu ditindaklanjuti dengan penerapan pedoman teknis seperti Fire Planning Management yang bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir kerugian akibat kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan tindakan pencegahan dan persiapan dalam menghadapi bahaya kebakaran serta mengetahui pengaruh penerapan Fire Planning Management terhadap rasa aman pekerja pada pabrik tekstil. Pemilihan responden untuk pengisian kuisioner dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Pengujian validitas dan reliabilitas data kuisioner dilakukan menggunakan bantuan software SPSS 17.00. Pengolahan data dilakukan dengan korelasi Spearman untuk mengetahui pengaruh penerapan Fire Planning Management terhadap rasa aman pekerja, lalu dilakukan uji hipotesis untuk menguji signifikasi korelasi Spearman dengan menggunakan uji t. Pengamatan langsung di lapangan dan wawancara diolah menggunakan metode Analisis Deskriptif untuk mengetahui penerapan peraturan Fire Planning Management di lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah penerapan tindakan pencegahan pada Perusahaan X dan Y kurang memenuhi peraturan yang berlaku, hal ini ditunjukkan dengan nilai 2,65 dan 2,53 Skala Likert. Penerapan tindakan persiapan pada Perusahaan X cukup memenuhi peraturan yang berlaku, hal ini ditunjukkan dengan nilai 3 Skala Likert. Penerapan tindakan persiapan pada Perusahaan Y telah memenuhi peraturan yang berlaku hal ini ditunjukkan dengan nilai 4,5 Skala Likert. Terdapat pengaruh antara Fire Planning Management dengan rasa aman pekerja, hal ini ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,515 yang berarti terdapat hubungan yang cukup kuat antara penerapan Fire Planning Management dengan rasa aman pekerja. Kata kunci : Fire Planning Management, kebakaran, pabrik tekstil, rasa aman,

analisis korelasi

Page 2: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah Solo Raya menjadi tujuan relokasi puluhan industri tekstil dan garmen

dari berbagai daerah di Indonesia, khususnya Jakarta dan sekitarnya. Ketersediaan

infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

menuju pelabuhan laut dan bandar udara menjadi salah satu faktor daya tarik.

Demikian dikemukakan Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa

Tengah, Djoko Sentosa. (www.solopos.com, 31 Agustus 2009).

Hal tersebut menjadi salah satu faktor tekstil sebagai salah satu komoditas utama

di wilayah Surakarta. Berkembangnya industri tekstil saat ini semakin

memerlukan perhatian pada aspek keselamatan, terutama terhadap bahaya

kebakaran. Pada industri tekstil, resiko terhadap terjadinya kebakaran cukup

tinggi, karena prosesnya melibatkan bahan mudah terbakar (combustible) dengan

jumlah yang sangat banyak. Serat tekstil sebagai bahan baku sangat mudah

terbakar dan mudah rusak karena air. Terlebih lagi proses produksi tekstil

menghasilkan sisa kain atau bahan yang terakumulasi.

Kasus kebakaran menimpa pabrik pemintalan benang PT. Delta Merlin Sandang

Tekstil (DMST) di kawasan industri Desa Purwosuman, Kecamatan Sidoharjo,

Sragen pada tanggal 19 Februari 2008. Kerugian materiil akibat musibah

kebakaran yang menimpa perusahaan yang memiliki karyawan sekitar 2.000

orang tersebut, ditaksir mencapai Rp 500 miliar. Berbagai barang berharga yang

ludes terbakar akibat amukan api itu, yakni 1.400 bal (gulung) kapas bahan baku

pembuatan benang, mesin pembuatan benang serta bangunan fisik berupa gedung

penyimpanan barang seluas 248 meter persegi, rata dengan tanah (Wawasan, 21

Februari 2008).

Page 3: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Kebakaran pada pabrik tersebut menunjukkan pentingnya penerapan Fire

Planning Management. Sesuai dengan Undang-Undang Bangunan Gedung

(UUBG-2002) yang mensyaratkan aspek keselamatan bangunan perlu

ditindaklanjuti dengan penerapan pedoman teknis seperti Fire Planning

Management. Elemen dari Fire Planning Management yaitu prevention

(pencegahan), preparedness (perencanaan), response (penanggulangan) dan

recovery (pemulihan).

Prevention (pencegahan) berfungsi mengidentifikasi penyebab-penyebab maupun

akibat-akibat yang ditimbulkan lebih dini sehingga beberapa tindakan dapat

dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan kejadian yang mengakibatkan

kebakaran untuk mengurangi dampak insiden pada gedung maupun sekitar

gedung. Tindakan pencegahan dilakukan dengan menerapkan sistem proteksi pada

gedung yaitu dengan penerapan sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif.

Sistem proteksi aktif terdiri dari Alat Pemadam Api Ringan (APAR), sprinkler,

hidran, detektor dan alarm kebakaran. Sistem proteksi pasif terdiri dari desain

bangunan, kompartemenisasi, tangga darurat, sarana jalan keluar yang ada di

dalam gedung dan akses pemadam kebakaran.

Preparedness (persiapan) meliputi perencanaan aktivitas, program dan sistem

yang disiapkan sebelum terjadi kebakaran. Pada preparedness inilah pihak

manajemen merancang suatu perencanaan yang matang dalam hal penciptaan

kesiapan tanggap darurat kebakaran. Seperti pembentukan tim penanggulangan

kebakaran, pemberian pelatihan kepada tim penanggulangan kebakaran agar

dapat menanggulangi kebakaran dini, pelaksanaan fire safety meeting atau

simulasi kebakaran dengan penghuni atau pengguna gedung, pemeriksaan dan

pemeliharaan sarana proteksi kebakaran dan kegiatan lain yang bersifat

peningkatan kesiapsiagaan.

Proses industri sangat bergantung pada prestasi kerja banyak manusia. Perusahaan

dan pekerja memiliki kebutuhan dan kepentingan bersama memelihara situasi dan

kondisi tempat kerja agar tercipta tempat kerja yang aman dan nyaman.

Page 4: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pemenuhan kebutuhan rasa aman para pekerja dapat meningkatkan

produktivitasnya dalam bekerja, sehingga tercapai prestasi kerja.

Industri tekstil yang berkembang dengan pesat, didukung adanya kejadian-

kejadian kebakaran dan kebutuhan pekerja akan rasa aman, selayaknya

mendorong pihak manajemen perusahaan untuk menerapkan Fire Planning

Management sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk mengetahui penerapan

peraturan mengenai Fire Planning Management pada industri tekstil maka perlu

dilakukan penelitian penerapan Fire Planning Management pada industri tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan tindakan pencegahan kebakaran pada bangunan pabrik

tekstil?

2. Bagaimana penerapan tindakan persiapan sebelum terjadi kebakaran pada

pabrik tekstil?

3. Apakah penerapan Fire Planning Management berpengaruh terhadap rasa

aman pekerja pada pabrik tekstil?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui penerapan tindakan pencegahan kebakaran pada bangunan pabrik

tekstil.

2. Mengetahui penerapan tindakan persiapan sebelum terjadi kebakaran pada

pabrik tekstil.

3. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan Fire Planning

Management terhadap rasa aman pekerja pada pabrik tekstil.

Page 5: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

1.4. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah penerapan Fire Planning Management

berpengaruh terhadap rasa aman pekerja.

1.5. Batasan Masalah

1. Lokasi penelitian adalah PT Indatex dan PT Delta Dunia Textile (Unit C dan

D) yang terletak di wilayah eks-karesidanan Surakarta.

2. Penelitian difokuskan pada tindakan pencegahan dan tindakan persiapan.

3. Tindakan pencegahan yang ditinjau meliputi sistem proteksi aktif dan sistem

proteksi pasif.

4. Sistem proteksi aktif yang ditinjau meliputi alat pemadam api ringan (APAR),

sprinkler, hidran, detektor kebakaran dan alarm kebakaran,

5. Sistem proteksi pasif yang ditinjau adalah sarana jalan keluar yang ada dalam

gedung, indikator arah dan tanda eksit serta akses pemadam kebakaran.

6. Tindakan persiapan yang ditinjau meliputi pembentukan tim penanggulangan

kebakaran, pelaksanaan simulasi, pemeriksaan dan pemeliharaan sarana

proteksi kebakaran.

7. Responden penelitian ini adalah pekerja pabrik.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mengingatkan mengenai pentingnya penerapan

Fire Planning Management pada bangunan gedung. Penerapan Fire Planning

Management merupakan hal yang harus terpenuhi pada bangunan industri.

Kebutuhan para pekerja akan rasa aman menjadi salah satu faktor pendorong agar

pihak manajemen atau pemilik perusahaan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap

bahaya kebakaran dengan menerapkan Fire Planning Management.

Page 6: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Lasino dan Fefen Suhaedi (2005) menjelaskan bahwa elemen sentral dalam

strategi pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah penerapan dan kualitas

Fire Safety Management. Bisa jadi, sebuah bangunan gedung dilengkapi dengan

proteksi aktif yang hebat dan memiliki rancangan proteksi pasif yang baik, akan

tetapi semua itu tidak akan banyak berguna sepanjang waktu apabila prinsip-

prinsip manajemen keselamatan kebakaran tidak diaplikasikan.

Menurut Ramachandran (1999) adanya risiko yang terkait dengan kebakaran

membutuhkan aksi dalam penanggulangannya. Oleh karena itu manajemen risiko

berperan dalam tindakan tersebut. Tindakan-tindakan tersebut adalah identifikasi

risiko, pengurangan risiko dan pengalihan risiko.

Menurut Y. Djoko Setiyarto dalam Majalah Ilmiah Unikom vol.4, pertimbangan

dan tindakan untuk meningkatkan keamanan gedung terhadap bahaya kebakaran

perlu dilakukan, namun harus diketahui terlebih dahulu bagaimana fenomena

yang ada pada kebakaran gedung sehingga tindakan yang dilakukan akan efektif

dan efisien.

Menurut N. Vinky Rahman (2003), tujuan perencanaan penanggulangan

kebakaran (Fire Safety) adalah untuk menyelamatkan jiwa manusia dan untuk

kemudian sebisanya menghindari kerusakan seminimal mungkin. Dasar-dasar

penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan, dilandasi oleh sifat

alamiah api yang signifikan membahayakan baik itu yang menimbulkan kerugian

material ataupun keselamatan jiwa manusia.

Page 7: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Menurut penelitian yang dilakukan Eva Damayanti (2004), setelah dilakukan

perbandingan hasil penelitian antara kelompok manajer dan karyawan, ternyata

memang terdapat hubungan yang positif dan sangat kuat antara kualitas Active

Fire Protection System dengan keamanan kerja. Sehingga semakin tinggi kualitas

Active Fire Protection System, maka semakin tinggi pula tingkat keamanan kerja

yang dirasakan manajer dan karyawan.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Bangunan Industri/Pabrik

Bangunan industri/pabrik merupakan bangunan gedung kelas 8, yaitu bangunan

bangunan yang dipergunakan untuk tempat pemrosesan suatu produksi, perakitan,

perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau pembersihan barang-barang

produksi dalam rangka perdagangan atau penjualan (Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No.26/PRT/M/2008).

2.2.2. Pengertian Kebakaran

Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki, dengan kata lain kondisi natural

akibat persentuhan bahan bakar (fuel), oksigen dan panas atau kalor yang tidak

dikehendaki (Suprapto, 2008).

Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan

panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, atau

produk dan efek lainnya (SNI 03-3985-2000).

2.2.3. Klasifikasi Bahaya Kebakaran

Kebakaran kelas A : kebakaran dari bahan biasa yang mudah terbakar seperti

kayu, kertas, pakaian dan sejenisnya. Jenis alat pemadam : yang menggunakan air

Page 8: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

harus digunakan sebagai alat pemadam pokok (Perda Prov. DKI No 3 Tahun

1992).

Kebakaran kelas C : kebakaran listrik (seperti kebocoran listrik, korsleting)

termasuk kebakaran padaalat-alat listrik. Jenis alat pemadam : yang digunakan

adalah jenis kimia dan gas sebagai alat pemadam pokok (Perda Prov. DKI No 3

Tahun 1992).

Bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran berat antara

lain: bangunan bawah tanah/ bismen, subway, hanggar pesawat terbang, pabrik

korek api gas, pabrik pengelasan, pabrik foam plastik, pabrik foam karet, pabrik

resin dan terpentin, kilang minyak, pabrik wool kayu, tempat yang menggunakan

fluida hidrolik yang mudah terbakar, pabrik pengecoran logam, pabrik yang

menggunakan bahan baku yang mempunyai titik nyala 37,9°C (100°F), pabrik

tekstil, pabrik benang, pabrik yang menggunakan bahan pelapis dengan foam

plastik (Perda Prov. DKI No 8 Tahun 2008).

2.2.4. Mitigasi Bencana

Mitigasi dilakukan untuk memperkecil, mengurangi, memperlunak dampak yang

ditimbulkan bencana. Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis

bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun

bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster)

(BAKORNAS PBP, 2002).

2.2.5. Fire Safety Management

Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung adalah bagian dari manajemen

keselamatan gedung untuk mewujudkan keselamatan penghuni bangunan dari

bahaya kebakaran dengan mengupayakan kesiapan instalasi proteksi kebakaran

agar kinerjanya selalu baik dan siap dipakai (Perda Prov. DKI No 8 Tahun 2008).

Page 9: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Unsur manajemen pengamanan kebakaran terutama yang menyangkut kegiatan

pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan, audit keselamatan kebakaran dan

latihan penanggulangan kebakaran harus dilaksanakan secara periodik sebagai

bagian dari kegiatan pemeliharaan sarana proteksi aktif yang terpasang pada

bangunan (Kepmenneg PU no. 10/KPTS/2000 Bab VI butir 5.4).

Manajemen penanggulangan kebakaran terdiri dari empat komponen yang saling

berhubungan yaitu pencegahan, pemeliharaan, pelatihan, dan perencanaan

penanggulangan kebakaran (M.J. Billington, dkk, 2002).

Manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan adalah segala upaya yang

menyangkut sistem organisasi, personel, sarana dan prasarana, serta tata laksana

untuk mencegah, mengeliminasi serta meminimalisasi dampak kebakaran di

bangunan, lingkungan, dan kota (Kepmen PU No.11 th.2000 Pasal 1).

2.2.6. Sistem Proteksi Kebakaran

Sistem proteksi pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang terdiri

atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun

pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem

proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan

dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran (Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No.26/PRT/M/2008).

Bangunan gedung harus diproteksi terhadap kemungkinan terjadinya bahaya

kebakaran melalui penyediaan prasarana dan sarana proteksi kebakaran serta

kesiagaan akan kesiapan pengelola, penghuni dan penyewa bangunan dalam

mengantisipasi dan mengatasi kebakaran, khususnya pada tahap awal kejadian

kebakaran (Kepmen PU No.11 th.2000 Bab IV).

Page 10: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2.2.6.1. Proteksi Aktif

Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara

lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun

otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak

dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia,

seperti APAR dan pemadam khusus (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

: 26/PRT/M/2008).

APAR harus selalu dipelihara dalam kondisi penuh dan siap dioperasikan dan

harus dijaga setiap saat di tempat yang telah ditentukan jika alat tersebut

sedang tidak digunakan (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

26/PRT/M/2008).

APAR harus diletakkan menyolok mata yang mana alat tersebut mudah

dijangkau dan siap dipakai dan selalu tersedia saat terjadi kebakaran. Lebih baik

alat tersebut diletakkan sepanjang jalur lintasan normal, termasuk eksit dari suatu

daerah (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Pemeriksaan APAR minimal satu bulan sekali dan dicantumkan nama petugas

(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Setiap APAR harus mempunyai kartu atau label yang menunjukkan bulan dan

tahun dilakukannya pemeliharaan serta identifikasi petugas yang melakukan

pemeliharaan (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Setiap 93 m2 untuk bahaya kebakaran kelas A dan C dengan jenis hunian

kebakaran berat minimal terdapat 1 buah APAR (Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Page 11: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Jarak tempuh maksimum menuju APAR untuk untuk bahaya kebakaran kelas A

dan C dengan jenis hunian bahaya kebakaran berat adalah 23 m (Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Jumlah hidran pada sebuah bangunan dengan kompartemenisasi tanpa partisi

yaitu satu buah per 800 m2 (Kepmen No.10 th.2000).

Pada bangunan yang dilengkapi hidran harus terdapat personil (penghuni) yang

terlatih untuk mengatasi kebakaran di dalam bangunan (Kepmen No.10 th.2000).

Jarak antara kepala sprinkler maksimal 4 meter (SNI 03-3989-2000).

Pada umumnya kepala sprinkler harus ditempatkan bebas dari kolom. Apabila hal

tersebut tidak dapat dihindari dan jarak kepala sprinkler terhadap kolom kurang

dari 0,6 m, maka harus ditempatkan sebuah kepala springkler tambahan dalam

jarak 2 m dari sisi kolom yang berlawanan (SNI Sprinkle 03-3989-2000).

Kepala sprinkler harus ditempatkan dengan jarak sekurang-kurangnya 1,2 m dari

balok (SNI 03-3989-2000).

Sprinkler harus dipasang di bawah atap atau di bawah kanopi di atas

tempat penyimpanan dan penggarapan bahan dapat terbakar (combustibles)

(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Bangunan Gedung Laboratorium/Industri/Pabrik kelas 8 yang berfungsi untuk

produksi, perakitan, pengepakan dan lain-lain dengan jumlah lantai 1

menggunakan sistem deteksi dan alarm manual. (Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Kotak titik panggil manual pada sistem alarm kebakaran mudah dicapai dan tidak

terhalang (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Page 12: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2.2.6.2. Proteksi Pasif

Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang

terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan

komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan

berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap

bukaan (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Eksit harus disusun sehingga mudah dicapai setiap saat (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Apabila eksit tidak mudah dicapai dengan cepat dari daerah lantai terbuka, jalan

terusan yang aman dan menerus, gang atau koridor yang menuju langsung ke

setiap eksit harus dijaga dan menyediakan sedikitnya dua eksit dengan

pemisahan jalan lintasan (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

26/PRT/M/2008).

Koridor harus menyediakan akses eksit tanpa melalui ruangan yang menghalangi,

selain koridor, lobi, dan tempat lain yang diijinkan membuka ke koridor

(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Akses eksit harus disusun sehingga tidak ada ujung buntu dalam koridor kecuali

diizinkan oleh otoritas berwenang setempat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor : 26/PRT/M/2008).

Akses ke eksit harus tidak melalui dapur, gudang, ruang istirahat, ruang kerja,

kloset, kamar tidur atau tempat tinggal yang mungkin terkunci, kecuali lintasan

yang melalui ruang atau tempat yang diizinkan untuk hunian perawatan

kesehatan, hunian tahanan, dan lembaga pemasyarakatan (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Page 13: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Gantungan atau gorden harus tidak dipasang di atas pintu eksit atau dipasang

sehingga eksit tersembunyi atau tidak jelas (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor : 26/PRT/M/2008).

Setiap aksesibilitas sarana jalan ke luar harus menerus dari setiap daerah yang

dihuni yang mudah dicapai ke jalan umum atau daerah tempat perlindungan

(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Iluminasi sarana jalan keluar harus menerus siap untuk digunakan setiap waktu

dalam kondisi penghuni membutuhkan jalan ke luar (Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Akses ke eksit harus diberi tanda dengan tanda yang disetujui, mudah

terlihat di semua keadaan di mana eksit atau jalan untuk mencapainya tidak

tampak langsung oleh para penghuni (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

: 26/PRT/M/2008).

Setiap tanda yang diperlukan harus diletakkan dan dengan ukuran sedemikian,

warna yang nyata dan dirancang untuk mudah dilihat dan harus kontras dengan

dekorasi, penyelesaian interior atau tanda lainnya (Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Penempatan tanda eksit harus sedemikian rupa sehingga tidak ada titik di dalam

akses eksit koridor melebihi jarak pandang atau 30m (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Pemasangan tanda eksit tidah boleh lebih dari 20 cm di atas ujung bagian atas

bukaan jalan keluar dan jarak horisontal tidak lebih lebar dari lebar bukaan jalan

ke luar (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Page 14: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Indikator arah yang menunjukkan arah lintasan harus ditempatkan di setiap lokasi

apabila arah lintasan mencapai eksit terdekat tidak jelas (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Ukuran tinggi pada tulisan "EKSIT" sekurang-kurangnya 10 cm (Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Indikator arah harus diletakkan di luar simbol EKSIT sekurang-kurangnya 1 cm

dari huruf yang mana saja (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

26/PRT/M/2008).

Indikator arah harus mudah diidentifikasi pada jarak 12 m (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Pintu yang bukan merupakan jalan akses eksit harus diberi tanda arah "BUKAN

EKSIT" dengan tinggi huruf 5 cm dan lebar jarak huruf 1 cm pada kata

"BUKAN" serta tinggi huruf 2,5 cm pada huruf "EKSIT" yang terletak di bawah

huruf "BUKAN" (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Pada pembangunan bangunan gedung bukan hunian seperti pabrik dan

gudang, harus disediakan jalur akses dan ruang lapis perkerasan yang

berdekatan dengan bangunan gedung untuk peralatan pemadam kebakaran.

Jalur akses tersebut harus mempunyai lebar minimal 6 m. (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

Tiap bagian dari jalur untuk akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam

jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota tidak tersedia maka

harus disediakan hidran halaman (Kepmen No.10 th.2000).

Akses Petugas Pemadam Kebakaran harus diberi tanda segitiga warna merah

atau kuning dengan ukuran tiap sisi minimum 150 mm dan diletakkan pada

sisi luar dinding dan diberi tulisan "AKSES PEMADAM KEBAKARAN –

Page 15: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

JANGAN DIHALANGI” dengan ukuran tinggi minimal 50 mm (Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008)

2.2.7. Tindakan Persiapan

Tim penanggulangan kebakaran dibentuk oleh pemilik/pengelola bangunan

gedung serta diumumkan kepada seluruh penghuni atau penyewa bangunan

(Kepmen PU No.11 th.2000).

Setiap 10 karyawan/pengguna bangunan diwajibkan menunjuk satu orang untuk

menjadi anggota kelompok dalam tim penanggulangan kebakaran (Kepmen PU

No.11 th.2000).

Tim penanggulangan kebakaran minimal sekali dalam enam bulan

menyelenggarakan latihan penyelamatan kebakaran yang diikuti oleh seluruh

penghuni bangunan (Kepmen PU No.11 th.2000).

Semua sistem proteksi kebakaran dan peralatannya harus dipelihara sehingga

dalam kondisi siap operasi yang handal dan harus diganti atau diperbaiki bila

cacat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008).

2.2.8. Keamanan Kerja

Keamanan kerja diartikan sebagai suatu keadaan terkendali dari bahaya-bahaya

dan kodisi-kondisi yang mengarah pada kerusakan fisik, psikologis dan materi

untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan individu dan komunitas

(Abdullah, 2002).

Aman adalah perasaan yang timbul karena bebas dari ancaman, tantangan,

hambatan dan gangguan. Aman adalah perasaan tenteram, sentosa, tidak merasa

takut dan nyaman (diambil dari Laporan Desain Mebel 4, Maria F. Lotisna, 2006).

Page 16: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Keamanan kerja sangat penting bagi sebagian besar orang. Kurangnya keamanan

kerja sering kali membuat karyawan dan manajer tidak dapat melakukan

produktivitas. Suatu organisasi yang produktif akan membuat kemampuan

karyawan bermanfaat, asalkan sebisa mungkin keamanan terbentuk maksimal dan

selalu berusaha melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan-keputusan

penting (Mc Clain, 1992).

Kecelakaan kerja, cedera, sakit yang terjadi pada karyawan dapat menurunkan

produktivitas para pekerja (Hafid, 2003).

Faktor keamanan dan kenyamanan kerja sangat perlu diperhatikan agar tercipta

produktivitas pekerja. Sesuai dengan pendapat Abraham Maslow dalam teorinya

Hierarchy of Needs, safety needs atau kebutuhan rasa aman menjadi salah satu

faktor pemotivasi seseorang melakukan pekerjaannya. Dengan rasa aman itu,

diharapkan karyawan akhirnya dapat merasakan kenyamanan kerja

(Prawirosentono, S., 2003).

Program-program keamanan dan kesehatan karyawan dapat dilakukan dalam

berbagai bentuk, seperti : Membuat kondisi kerja aman, pencegahan kecelakaan

dengan mengendalikan praktek-praktek kerja manusia yang tidak aman, dan lain-

lain (Handoko, 1997).

2.2.9. Analisis Statistik

Statistik merupakan ukuran deskriptif dari suatu sampel seperti rata-rata, varian

sampel, koefisien korelasi, kurtosis, da sebagainya (Th. Ari Prabawati, 2010).

Sampel adalah sub-kelompok atau bagian dari populasi. Teknik pengambilan

sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari sejumlah

populasi, sehingga penelitian terhadap sampel, dan pemahaman tentang sikap atau

karakteristiknya akan membuat kita dapat menggenerelasikan sifat atau

karakterstik tersebut pada elemen populasi (Uma Sekaran, 2003).

Page 17: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan untuk diisi dan

dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti

(Nasution, 2003).

2.2.9.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau

kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi. Instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan, mampu mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instumen menunjukkan sejauh

mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang

validitas yang dimaksud (Suharsimi Arikunto, 1998).

Uji validitas akan dilakukan dengan metode Pearson atau metode Product

Momen, yaitu dengan mengkorelasikan skor butir pada kuesioner dengan skor

totalnya. Uji validitas ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows.

Adapun rumus metode Pearson Product Moment yaitu:

( )( )( )( ) ( )( )[ ]å åå å

ååå--

-=

2222 yyNxx

yxxyNrxy

.......................................................(2.1)

Dimana:

xyr : korelasi Product Moment

N : cacah objek uji coba

å x : jumlah skor variabel x

å y : jumlah skor variabel y

å 2x : jumlah skor butir kuadrat variabel x

å 2y : jumlah skor variabel kuadrat variabel y

åxy : jumlah perkalian skor butir variabel x dan y

Page 18: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Kriteria validitas suatu data adalah jika :

xyr hitung > xyr tabel, maka dinyatakan valid

xyr hitung < xyr tabel, maka dinyatakan tidak valid

2.2.9.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena intrumen

tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius

mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen

yang sudah dapat dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat

dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,

maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada

tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat

diandalkan (Suharsimi Arikunto, 1998).

Teknik pengujian indeks reliabilitas menggunakan koefisien alpha cronbach

dengan taraf nyata 5%. Jika koefisien korelasi > nilai kritis atau jika alpha

cronbach > 0,6 maka item tersebut dinyatakan reliable. Koefisien alpha < 0,6

menunjukkan reliabilitas yang buruk, angka sekitar 0,7 menunjukkan reliabilitas

dapat diterima dan angka di atas 0,8 menunjukkan reliabilitas yang baik

(Sekaran,2003).

Adapun formulanya yang adalah : 졠ǴǴ 켈 足瓶瓶能Ǵ卒足1石∑弃闰潜弃搔潜卒 .....................................................................................(2.2)

Dimana : 졠ǴǴ = reliabilitas kuesioner

k = banyaknya butir pertanyaan ∑徽贫 = jumlah variansi butir 徽迫 = variansi total

Page 19: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Uji reliabilitas ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows.

2.2.9.3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap

obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa

melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum

(Sugiyono, 2007).

Pengamatan kondisi lapangan akan menggunakan check list seperti berikut :

Tabel 2.1. Check List Pengamatan di Lapangan

No Variabel Kondisi

Keterangan Skala Likert Ya/Ada Tidak

2.2.9.4. Korelasi Spearman

Korelasi atau asosiasi (hubungan) antara variable-variabel yang diminati. Di sini

akan disoroti 2 aspek untuk analisis korelasi, yaitu apakah data sampel yang ada

menyediakan bukti cukup bahwa ada kaitan antara variabel-variabel dalam

populasi asal sampel. Dan yang kedua, jika ada hubungan, seberapa kuat

hubungan antar variabel tersebut. Keeratan hubungan itu dinyatakan dengan nama

koefisien korelasi (Singgih Santoso, 2003).

Korelasi Spearman bisa digunakan untuk pengukuran korelasi pada statistik non

parametrik (data bisa ordinal). Alat uji tersebut pada awalnya akan melakukan

pemeringkatan (ranking) terhadap data yang ada kemudian baru melakukan uji

korelasi (Singgih Santoso, 2003).

Korelasi rank-Spearman 졠, 켈 1石 淖∑聘腮潜坡能纵坡能Ǵ邹...........................................................................................(2.3)

Page 20: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Keterangan:

rs = koefisien korelasi

di = selisih ranking data variabel x dan y

n = jumlah responden

Bila dalam penelitian ditemukan dua subjek/lebih yang mempunyai nilai sama,

maka digunakan sebagai berikut : 졠, 켈 ∑铺潜嫩∑仆潜能∑聘腮潜税纵∑铺潜邹纵∑聘平潜邹潜 ......................................................................................(2.4) ∑果 켈 坡遣能坡Ǵ 石∑馆铺 .....................................................................................(2.5) ∑裹 켈 坡遣能坡Ǵ 石∑馆仆 .....................................................................................(2.6)

Dengan ∑馆铺 dan ∑馆铺 adalah banyaknya nilai pengamatan x dan banyaknya nilai

pengamatan y yang berangka sama untuk suatu peringkat. Tx켈迫瑟遣能迫Ǵ .....................................................................................................(2.7) Ty켈迫色遣能迫Ǵ .....................................................................................................(2.8)

Keterangan :

t = banyaknya observasi yang berangka sama pada suatu ranking tertentu.

Keeratan hubungan antara variabel dinyatakan dengan nilai -1<rs<+1, bila

· rs = + 1, berarti korelasi sempurna antara variabel x dan y

· rs = - 1, berarti terdapat penilaian yang bertentangan antara variabel x dan y

Nilai koefisien yang dihasilkan dapat diintepretasikan derajat hubungan antara

kedua variabel

Page 21: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Tabel 2.2. Derajat Hubungan Antar Variabel

Interval Korelasi Tingkat Hubungan

0,000 - 0,199 Sangat Rendah

0,200 - 0,399 Rendah

0,400 - 0,599 Cukup Kuat

0,600 - 0,799 Kuat

0,800 - 1,000 Sangat Kuat

(Riduwan, 2003)

Pengujian korelasi ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows.

2.2.9.5. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan data untuk memutuskan antara dua

kemungkinan (hipotesis), sehingga dapat diketahui apakah hasil yang diamati

adalah suatu kebetulan atau sangat mungkin nyata (Siegel, 2000).

Hipotesis nol (Ho) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh, umumnya

diformulasikan untuk ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis

tentang adanya pengaruh.

Uji statistik dengan dengan rumus statistik t, nilai rs yang telah diperoleh

disubstitusikan ke dalam rumus t untuk menguji tingkat signifikasi

perhitungannya (Duky Firmansyah, 2005).

棍켈 졠, 税纵坡能邹Ǵ能破魄潜 ...................................................................................................(2.9)

Keterangan:

rs : nilai koefisien korelasi Spearman

n : banyaknya data

Page 22: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Dengan kriteria sebagai berikut

t hitung驶t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

2.2.9.6. Penggunaan SPSS

SPSS (Statistical Product and Service Solutions) adalah software pengolah data

statistic dengan cara penggunaan yang mudah. SPSS banyak dipakai karena

fiturnya lengkap dan mudah untuk digunakan dalam pemecahan, pengolahan, dan

akses data. Cara kerjanya juga sederhana, yaitu data yang kita input akan

dianalisis dengan suatu paket analisis oleh SPSS. SPSS merupakan bagian integral

tentang proses analisis yang menyediakan akses data, persiapan dan manajemen

data, analisis data, dan pelaporan. Penelitian ini menggunakan SPSS versi 17.0 for

windows (Th. Ari Prabawati, 2010).

Page 23: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

BAB 3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Adapun

penelitian secara kuantitatif menggunakan metode Korelasi Spearman.

3.1. Pengujian Data

3.1.1. Uji Validitas

Uji validitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dapat

digunakan atau tidak. Uji validitas ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0.

Langkah-langkah pengujian validitas data adalah sebagai berikut:

1. Mengisi data yang akan dianalisis dan mendefinisikan variabel pada variable

view

Gambar 3.1.Variable View

Page 24: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

2. Memilih Transform à Compute Variable untuk menampilkan jumlah nilai

responden.

Gambar 3.2.Compute Variable

3. Mengisi kolom target variable dengan “JUMLAH” dan mengisi kolom

numeric expression dengan menjumlahkan semua label pertanyaan kemudian

klik ok.

Gambar 3.3. Kotak Dialog Compute Variable

Page 25: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

4. Memilih Analyze à Correlate à Bivariate.

Gambar 3.4. Analisis Korelasi

5. Memasukkan semua variable pada kotak variables dan memilih Pearson pada

pilihan Correlation Coefficients

Gambar 3.5. Kotak Dialog Bivariate Correlation

6. Menampilkan hasil

Page 26: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

3.1.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas data dilakukan untuk mengetahui indeks reliabilitas kuisioner. Uji

reliabilitas ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0.

Langkah-langkah pengujian reliabilitas data adalah sebagai berikut:

1. Memilih Analyze à Scale à Reliability Analysis.

Gambar 3.6. Analisis Reliabilitas

Page 27: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2. Memasukkan semua pertanyaan ke dalam items kecuali variabel “JUMLAH”

Gambar 3.7. Kotak Dialog Reliability Analysis

3. Mengatur perhitungan statistik lainnya dengan memilih Statistic. Pada bagian

description for dipilih item dan scale kemudian continue.

Gambar 3.8. Kotak Dialog Reliability Analysis: Statistics

4. Menampilkan hasil.

Page 28: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

3.2. Metode Pengolahan Data

3.2.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan metode atau alat analisis yang biasa digunakan

untuk menyederhanakan data agar mudah dipahami. Penyajiannya bisa dalam

bentuk tabel, baik tabel frekuensi maupun tabel silang atau dalam bentuk

diagram dan grafik seperti diagram batang, kurva dan lain-lain. Hasil analisis

merupakan perbandingan antara kondisi di lapangan dengan peraturan yang

berlaku, lalu diberi nilai dengan skala Likert untuk mempermudah menarik

kesimpulan.

Tabel 3.1. Skor Skala Likert Untuk Analisis Deskriptif

Pernyataan Nilai sangat memenuhi 5

memenuhi 4 cukup memenuhi 3 kurang memenuhi 2

sangat tidak memenuhi 1

3.2.2. Analisis korelasi Spearman

Korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara

penerapan proteksi aktif, pasif dan tindakan persiapan dengan rasa aman penghuni

gedung. Kuisioner yang digunakan menggunakan skala Likert. Analisis korelasi

Spearman ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0.

Tabel 3.2 Skor Skala Likert Untuk Kuisioner

Pernyataan Nilai sangat setuju 5

setuju 4 tidak berpendapat/ragu-ragu 3

tidak setuju 2 sangat tidak setuju 1

Page 29: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Langkah-langkah pengujian korelasi adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan variabel pada variable view.

Gambar 3.9. Variable View

2. Memasukkan data ke dalam data editor pada data view.

Gambar 3.10. Data View

Page 30: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB 4

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Data

4.1.1. Uji Validitas Data

Pengujian validitas data menggunakan bantuan software SPSS 17.00 dengan

tampilan langkah dan hasil sebagai berikut :

a. Melakukan pendefinisian variabel pada variable view lalu memasukkan data

responden ke dalam data view seperti terlihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Data View Responden

Data responden disajikan dalam tabel berikut:

Page 31: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 4.1. Data Responden

Responden x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 y1 y2 y3 Keterangan 1 4 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 2 4 3 4 3 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 2 5 P.T. Indatex 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 5 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 6 4 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 7 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 5 5 5 P.T. Indatex 8 4 2 2 2 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 9 5 4 4 3 4 4 5 4 3 2 4 4 2 4 4 4 P.T. Indatex 10 4 3 4 1 4 4 1 1 4 1 3 3 4 2 4 3 P.T. Indatex 11 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 12 5 3 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Indatex 13 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 5 5 5 3 5 P.T. Indatex 14 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 P.T. Indatex 15 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 P.T. Indatex 16 4 4 1 2 3 4 2 2 3 4 4 4 4 4 3 4 P.T. Delta Dunia Textile 17 4 4 1 1 4 4 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 18 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 P.T. Delta Dunia Textile 20 5 4 5 3 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 21 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 P.T. Delta Dunia Textile 22 4 4 5 5 5 5 3 5 4 3 3 5 4 4 5 5 P.T. Delta Dunia Textile 23 5 4 5 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 24 4 4 4 3 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 P.T. Delta Dunia Textile 25 5 4 3 3 5 5 5 3 4 5 5 4 5 5 5 5 P.T. Delta Dunia Textile 26 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 5 5 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 27 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 P.T. Delta Dunia Textile 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 29 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 P.T. Delta Dunia Textile 30 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 P.T. Delta Dunia Textile

Page 32: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

b. Memilih Transform lalu Compute Variable untuk menampilkan jumlah nilai

responden. Tampilan compute variable ditunjukkan dalam gambar 4.2.

Gambar 4.2. Compute Variable

c. Menuliskan “jumlah” pada kolom target variable dan mengisi kolom numeric

expression dengan menjumlahkan semua label pertanyaan kemudian pilih ok.

Adapun tampilannya ditunjukkan dalam gambar 4.3.

Gambar 4.3. Kotak Dialog Compute Variable

Page 33: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

d. Memilih Analyze à Correlate à Bivariate. Cara pemilihan analisis korelasi

ditunjukkan pada gambar 4.4.

Gambar 4.4. Analisis Korelasi

e. Melakukan pengaturan pada kotak dialog Bivariate Correlation. Semua

variabel dipindahkan ke dalam kotak variables, kemudian memilih Pearson

pada pilihan Correlation Coefficients. Tampilannya ditunjukkan dalam

gambar 4.5.

Gambar 4.5. Kotak dialog Bivariate Correlation

f. Menampilkan hasil.

Page 34: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam tabel berikut :

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Data

X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 X 11 X 12 X 13 Y 1 Y 2 Y 3

JUMLAH

X 1 Pearson Correlation 1 .423* .412* .394* -.081 .117 .444* .310 .211 .177 .531** .207 .020 .213 .257 .088 .465**

Sig. (2-tailed) .020 .024 .031 .671 .539 .014 .095 .262 .349 .003 .272 .915 .259 .170 .645 .010

X 2 Pearson Correlation .423* 1 .307 .450* .389* .339 .287 .476** .439* .183 .369* .338 .102 .149 .270 .040 .551**

Sig. (2-tailed) .020 .098 .013 .034 .066 .125 .008 .015 .332 .045 .068 .591 .431 .148 .835 .002

X 3 Pearson Correlation .412* .307 1 .666** .250 .298 .461* .607** .654** .177 .253 .412* .253 .149 .243 .070 .675**

Sig. (2-tailed) .024 .098 .000 .183 .109 .010 .000 .000 .350 .178 .024 .177 .433 .195 .712 .000

X 4 Pearson Correlation .394* .450* .666** 1 .060 .383* .511** .649** .446* .400* .396* .737** .259 .371* .274 .344 .778**

Sig. (2-tailed) .031 .013 .000 .754 .037 .004 .000 .013 .029 .030 .000 .166 .043 .143 .062 .000

X 5 Pearson Correlation -.081 .389* .250 .060 1 .603** .297 .293 .341 .148 .157 .119 .238 .112 .324 .119 .434*

Sig. (2-tailed) .671 .034 .183 .754 .000 .111 .116 .065 .435 .406 .533 .205 .557 .081 .533 .017

X 6 Pearson Correlation .117 .339 .298 .383* .603** 1 .375* .428* .575** .452* .341 .378* .356 .195 .409* .247 .641**

Sig. (2-tailed) .539 .066 .109 .037 .000 .041 .018 .001 .012 .065 .040 .053 .301 .025 .188 .000

X 7 Pearson Correlation .444* .287 .461* .511** .297 .375* 1 .627** .414* .525** .740** .499** .309 .628** .174 .299 .785**

Sig. (2-tailed) .014 .125 .010 .004 .111 .041 .000 .023 .003 .000 .005 .097 .000 .357 .109 .000

X 8 Pearson Correlation .310 .476** .607** .649** .293 .428* .627** 1 .564** .335 .302 .586** .164 .408* .226 .394* .778**

Sig. (2-tailed) .095 .008 .000 .000 .116 .018 .000 .001 .071 .105 .001 .387 .025 .229 .031 .000

X 9 Pearson Correlation .211 .439* .654** .446* .341 .575** .414* .564** 1 .358 .412* .377* .565** .236 .160 .094 .701**

Sig. (2-tailed) .262 .015 .000 .013 .065 .001 .023 .001 .052 .024 .040 .001 .209 .397 .620 .000

X 10

Pearson Correlation .177 .183 .177 .400* .148 .452* .525** .335 .358 1 .602** .397* .426* .341 -.036 .108 .588**

Sig. (2-tailed) .349 .332 .350 .029 .435 .012 .003 .071 .052 .000 .030 .019 .065 .850 .570 .001

X 11

Pearson Correlation .531** .369* .253 .396* .157 .341 .740** .302 .412* .602** 1 .412* .458* .460* .092 .179 .663**

Sig. (2-tailed) .003 .045 .178 .030 .406 .065 .000 .105 .024 .000 .024 .011 .011 .627 .345 .000

X 12

Pearson Correlation .207 .338 .412* .737** .119 .378* .499** .586** .377* .397* .412* 1 .420* .540** .251 .573** .737**

Sig. (2-tailed) .272 .068 .024 .000 .533 .040 .005 .001 .040 .030 .024 .021 .002 .181 .001 .000

X 13

Pearson Correlation .020 .102 .253 .259 .238 .356 .309 .164 .565** .426* .458* .420* 1 .548** -.093 .329 .526**

Sig. (2-tailed) .915 .591 .177 .166 .205 .053 .097 .387 .001 .019 .011 .021 .002 .624 .076 .003

Y 1 Pearson Correlation .213 .149 .149 .371* .112 .195 .628** .408* .236 .341 .460* .540** .548** 1 .066 .718** .606**

Sig. (2-tailed) .259 .431 .433 .043 .557 .301 .000 .025 .209 .065 .011 .002 .002 .731 .000 .000

Y 2 Pearson Correlation .257 .270 .243 .274 .324 .409* .174 .226 .160 -.036 .092 .251 -.093 .066 1 .342 .378*

Sig. (2-tailed) .170 .148 .195 .143 .081 .025 .357 .229 .397 .850 .627 .181 .624 .731 .065 .040

Y 3 Pearson Correlation .088 .040 .070 .344 .119 .247 .299 .394* .094 .108 .179 .573** .329 .718** .342 1 .472**

Sig. (2-tailed) .645 .835 .712 .062 .533 .188 .109 .031 .620 .570 .345 .001 .076 .000 .065 .008

JUMLAH

Pearson Correlation .465** .551** .675** .778** .434* .641** .785** .778** .701** .588** .663** .737** .526** .606** .378* .472** 1

Sig. (2-tailed) .010 .002 .000 .000 .017 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .003 .000 .040 .008

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 35: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Hasil perhitungan uji validitas data:

Nilai koefisien pertanyaan 1 = 0,465

Nilai koefisien pertanyaan 2 = 0,551

Nilai koefisien pertanyaan 3 = 0,675

Nilai koefisien pertanyaan 4 = 0,778

Nilai koefisien pertanyaan 5 = 0,434

Nilai koefisien pertanyaan 6 = 0,641

Nilai koefisien pertanyaan 7 = 0,785

Nilai koefisien pertanyaan 8 = 0,778

Nilai koefisien pertanyaan 9 = 0,701

Nilai koefisien pertanyaan 10 = 0,588

Nilai koefisien pertanyaan 11 = 0,663

Nilai koefisien pertanyaan 12 = 0,737

Nilai koefisien pertanyaan 13 = 0,526

Nilai koefisien pertanyaan 14 = 0,606

Nilai koefisien pertanyaan 15 = 0,378

Nilai koefisien pertanyaan 16 = 0,472

Berdasarkan tabel 4.2 hasil uji validitas data, nilai total dari tiap-tiap pertanyaan

(variabel) menunjukkan bahwa nilai total semua pertanyaan lebih besar dari nilai

tabel product momen pearson untuk 30 sampel dengan taraf kesalahan 5% yaitu

sebesar 0,361. Sehingga data tersebut dapat dikatakan valid.

4.1.2. Uji Reliabilitas Data

Pengujian reliabilitas data dilakukan untuk mengetahui konsistensi kuesioner.

Besarnya reliabilitas menunjukkan tingkat keterpercayaan kuesioner.

Pengujian reliabilitas data menggunakan bantuan software SPSS 17.00 dengan

tampilan langkah dan hasil sebagai berikut :

Page 36: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

a. Memilih AnalyzeàScaleàReliability Analysis. Adapun tampilannya

ditunjukkan dalam gambar 4.6.

Gambar 4.6. Analisis Reliabilitas

b. Memasukkan semua pertanyaan ke dalam items kecuali variabel “JUMLAH”.

Tampilan kotak dialog Reliability Analysis ditunjukkan dalam gambar 4.7.

Gambar 4.7. Kotak Dialog Reliability Analysis

Page 37: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

c. Mengatur perhitungan statistik lainnya dengan memilih Statistic. Pada bagian

description for dipilih item dan scale kemudian continue. Adapun

tampilannya ditunjukkan dalam gambar 4.8.

Gambar 4.8.Reliability Analysis Statistic

d. Menampilkan hasil.

Hasil yang diperoleh disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.3. Hasil Uji Reliabilitas Data

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Page 38: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.883 16

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alfa kuesioner sebesar 0,883.

Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner tersebut memiliki reliabilitas yang baik.

4.2. Profil Responden

4.2.1. Umur Responden

Responden terdiri dari berbagai umur, data tersebut dapat dilihat pada tabel dan

gambar di bawah ini:

Tabel 4.4. Data Responden Berdasarkan Umur

Umur 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 > 55 Jumlah 5 5 4 4 4 3 3 2 persentase (%) 16.67 16.67 13.33 13.33 13.33 10.00 10.00 6.67

Gambar 4.9. Pie Chart Umur Responden

16.67%

16.67%

13.33% 13.33%

13.33%

10.00%

10.00% 6.67%

Umur Responden

21-25

26-30

31-35

36-40

41-45

46-50

51-55

> 55

Page 39: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa persentase umur terbesar

responden antara 21-25 tahun dan 26-30 tahun. Usia tersebut merupakan usia

yang produktif, mereka dianggap mampu mengerti dan menjawab pertanyaan

dengan baik. Responden pada usia produktif juga dianggap lebih memperhatikan

keadaan lingkungan kerja termasuk mengenai keberadaan sistem proteksi

kebakaran di tempat kerja mereka.

4.2.2. Pendidikan Terakhir

Responden memiliki latar belakang pendidikan terakhir yang berbeda-beda, mulai

dari SMP, SMA/SMK/STM, D3 hingga S1. Data responden berdasarkan

pendidikan terakhir dapat dilihat dalam tabel dan gambar berikut:

Tabel 4.5. Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir SMP SMA/SMK/STM D3 S1 Jumlah 4 21 3 2

Gambar 4.10. Column Chart Pendidikan Terakhir Responden

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak memiliki

pendidikan terakhir SMA/SMK/STM dengan jumlah 21 orang. Hal tersebut

menunjukkan bahwa karyawan pabrik di dominasi lulusan SMA/SMK/STM.

SMP SMA/SMK/STM D3 S1

3

21

4 2

Pendidikan Terakhir

Jumlah

Page 40: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

4.2.3. Masa Kerja

Responden yang terdiri dari karyawan pabrik yang memiliki masa kerja yang

berbeda-beda. Data responden berdasarkan masa kerja dapat dilihat dalam tabel

dan gambar berikut:

Tabel 4.6. Data Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja (tahun) 1-10 11-20 21-30 >30 Jumlah 15 8 3 4

Gambar 4.11. Column Chart Masa Kerja Responden

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak memiliki

masa kerja 1-10 tahun, yaitu 15 orang. Dengan masa kerja tersebut, karyawan

telah mengenal dan memahami lingkungan tempat mereka bekerja, terutama yang

berhubungan dengan sistem proteksi kebakaran.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1-10 11-20 21-30 >30

Jum

lah

(ora

ng)

Masa Kerja (tahun)

Masa Kerja

Page 41: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

4.3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara

dengan pihak perusahaan. Check list hasil pengamatan langsung di lapangan dapat

dilihat pada lampiran. Untuk mengetahui nilai rata-rata penerapan peraturan

tindakan pencegahan dan tindakan persiapan di lapangan, maka analisis deskriptif

ini dinilai dengan menggunakan skala Likert. Penilaian dalam skala Likert

disajikan dalam tabel 4.7.

Tabel 4.7. Penilaian Penerapan Peraturan Dalam Skala Likert

Pernyataan Skala Likert sangat memenuhi 5 memenuhi 4 cukup memenuhi 3 kurang memenuhi 2 sangat tidak memenuhi 1

4.3.1. P.T. Indatex

4.3.1.1.Profil Singkat Perusahaan

P.T. Indatex merupakan perusahaan tekstil yang berlokasi di jalan Raya Solo-

Sragen km 6,5 Karanganyar, Surakarta. Perusahaan ini didirikan pada bulan

Januari tahun 1971, lalu pada 1 Januari 1989 mendirikan anak perusahaan yaitu

P.T. Triangga Dewi, yang terletak di Jl. LU. Adi Sucipto no.158 Surakarta. Saat

ini P.T. Indatex memiliki karyawan sejumlah 1308 orang. Proses produksi P.T.

Indatex meliputi warping, sizing, reaching, pirn winding dan loom. Produk yang

dihasilkan adalah kain mentah atau kain grey. Jenis kain yang dihasilkan ada 3

macam yaitu Cotton (CT), Rayon (R) dan Tetoron Cotton (TC).

Page 42: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

4.3.1.2. Analisis Sistem Proteksi Aktif

A. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Pada bangunan pabrik P.T. Indatex APAR terlihat jelas, mencolok, mudah

dijangkau dan siap digunakan setiap saat. Bangunan pabrik merupakan ruangan

yang besar dan terdapat banyak mesin, sehingga disediakan sarana untuk

menunjukkan lokasi APAR. Pada bangunan pabrik P.T. Indatex terdapat

penomoran APAR pada dinding tempat APAR digantungkan, sehingga

memudahkan orang untuk mencari dan memeriksa. Penempatan APAR yang

kokoh tergantung di dinding sehingga tidak memerlukan sabuk pengikat.

Pemeliharaan APAR setiap satu kali dalam setahun, namun tidak terdapat label

atau kartu pemeliharaan hal ini mungkin dikarenakan pengisian ulang tabung

APAR dilakukan oleh agen (supplier), mereka mengisi ulang sekaligus mengecek

kondisi tabung sesuai batas waktu yang tertera dalam badan tabung. Pemeriksaan

APAR dilakukan setiap bulan, namun tidak terdapat kartu atau label yang

menunjukkan dilakukannya pemeriksaan dan nama petugas yang melakukan

pemeriksaan. Untuk ruang kantor, poliklinik dan pos keamanan APAR dapat

dijangkau dalam jarak kurang dari 20 m, sedangkan untuk ruang weaving dan

gudang APAR tidak dapat dijangkau dalam jarak 23 m. Untuk ruang weaving,

APAR menggunakan peraturan luasan maksimum, karena ruangan produksi tidak

memiliki pemisah atau sekat sehingga api dapat menjalar dengan cepat. Berikut

merupakan perhitungan luas lantai maksimum untuk 1 APAR:

Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 쎘dϜ 뉈dϜgkϜg졠dȖ壈Ϝ돸霹篇霹片

§ Ruang Weaving 1

Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 443s̊ = 490,89 m2

§ Ruang Weaving 2

Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 4s좘134 = 348,21 m2

Page 43: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

§ Ruang Weaving 3

Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 4㯸9,33 = 384,54 m2

§ Ruang Weaving 4

Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 9좘8,좘 = 417,78 m2

§ Ruang Weaving 5

Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 8sss3㯸 = 574 m2

§ Gudang Grey

Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 3,s9㯸 = 541,5 m2

§ Gudang Benang

Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 3s89㯸 = 931,5 m2

§ Gudang Benang+Grey

Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 좘̊̊㯸 = 399,5 m2

Analisis APAR P.T. Indatex ditampilkan dalam tabel 4.8:

Tabel 4.8. Analisis APAR P.T. Indatex

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1 APAR harus tampak jelas, mencolok, dan siap digunakan setiap saat. (Permen PU No.26 th.2008 )

Letak APAR jelas, mencolok dan siap digunakan, terdapat penomoran APAR di dinding tempat APAR bergantung

5

2

Pemeriksaan APAR minimal satu bulan sekali dan dicantumkan nama petugas. (Permen PU No. 26 th. 2008)

Pemeriksaan APAR satu bulan sekali, tetapi tidak mencantumkan nama petugas

3

Page 44: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Lanjutan Tabel 4.8. Analisis APAR P.T. Indatex

No Peraturan Penerapan Skala Likert

3

Setiap APAR harus mempunyai kartu atau label yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya pemeliharaan serta identifikasi petugas yang melakukan pemeliharaan. (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak ada kartu atau label pemeliharaan dan identifikasi petugas. Hanya tertera tanggal bulan dan tahun pengisian ulang tabung APAR

2

4

APAR yang diletakkan dalam kondisi rentan tercabut harus dilengkapi dengan sabuk pengikat. (Permen PU No.26 th.2008)

APAR tergantung kokoh pada penggantung, sehingga tidak memerlukan sabuk pengikat

4

5 Jarak tempuh maksimum ke APAR adalah 23 m

Untuk ruang kantor, poliklinik dan pos keamanan APAR dapat dijangkau dalam jarak kurang dari 20 m

5

Untuk ruang weaving 1-5, gudang grey dan gudang benang APAR tidak dapat dijangkau dalam jarak 23 m

2

6

Setiap 93 m2 untuk bahaya kebakaran kelas A dan C dengan jenis hunian kebakaran berat minimal terdapat 1 buah APAR. (Permen PU No.26 th.2008)

Pada ruang weaving 1, setiap 490,89 m2 terdapat 1 APAR

2

Pada ruang weaving 2, setiap 348,21 m2 terdapat 1 APAR

2

Pada ruang weaving 3, setiap 384,54 m2 terdapat 1 APAR

2

Pada ruang weaving 4, setiap 417,78 m2 terdapat 1 APAR

2

Pada ruang weaving 5, setiap 688,80 m2 terdapat 1 APAR

2

Pada gudang grey, setiap 541,5 m2 terdapat 1 APAR

2

Pada gudang benang, setiap 931,5 m2 terdapat 1 APAR 2

Pada gudang benang + grey, setiap 399,5 m2 terdapat 1 APAR

2

Rata-rata 2,64

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan APAR di P.T. Indatex adalah 2,64. Hal ini menunjukkan penerapan

APAR di P.T. Indatex kurang memenuhi peraturan.

Page 45: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

B. Sprinkler

Bangunan pabrik P.T. Indatex belum memiliki sistem proteksi sprinkler dengan

alasan masih dalam proses belajar mengenal Fire Planning Management,

sehingga dapat disebutkan bahwa P.T. Indatex tidak memenuhi peraturan yang

berlaku mengenai sistem proteksi sprinkler. Hasil pengamatan di lapangan

mengenai sprinkler ditampilkan dalam tabel 4.9. :

Tabel 4.9. Analisis Sprinkler P.T. Indatex

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1 Sprinkler dipasang di bawah atap atau di bawah kanopi di atas tempat penyimpanan dan penggarapan bahan dapat terbakar (combustibles) (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak terdapat sprinkler 1

Rata-rata 1

C. Hidran

Bangunan pabrik P.T. Indatex belum memiliki sistem proteksi hidran dengan

alasan masih dalam proses belajar mengenal Fire Planning Management,

sehingga dapat disebutkan bahwa P.T. Indatex tidak memenuhi peraturan yang

berlaku mengenai sistem proteksi hidran. Hasil pengamatan di lapangan mengenai

hidran ditampilkan dalam tabel 4.10. :

Tabel 4.10. Analisis Hidran P.T. Indatex

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1 Jumlah hidran pada sebuah bangunan dengan kompartemenisasi yaitu dua buah per 800 m2 dan penempatannya harus pada posisi yang berjauhan. (Kepmen No.10 th.2000)

Tidak terdapat hidran 1

Page 46: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Lanjutan Tabel 4.10. Analisis Hidran P.T. Indatex

No Peraturan Penerapan Skala Likert

2

Pada bangunan yang dilengkapi hidran harus terdapat personil (penghuni) yang terlatih untuk mengatasi kebakaran di dalam bangunan (Kepmen No.10 th.2000)

Tidak terdapat hidran, terdapat tim P2K3 namun belum terlatih mengatasi kebakaran di dalam bangunan

1

Rata-rata 1

D. Detektor dan Alarm Kebakaran

Peraturan mengenai alarm dan detektor kebakaran telah terpenuhi. Bangunan

pabrik P.T. Indatex telah memiliki sistem deteksi dan alarm manual. Alarm

manual terletak di pintu keluar. Hasil pengamatan di lapangan mengenai detektor

dan alarm kebakaran ditampilkan dalam tabel 4.11. :

Tabel 4.11. Analisis Detektor dan Alarm Kebakaran P.T. Indatex

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1

Bangunan Gedung Pabrik kelas 8 berlantai 1 dengan fungsi untuk produksi, perakitan, pengepakan, dan lain-lain, menggunakan sistem deteksi dan alarm manual. (Permen PU No.26 th.2008 )

Terdapat sistem deteksi dan alarm manual. Alarm manual terletak di pintu keluar.

5

Rata-rata 5

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala likert penerapan peraturan

detektor dan alarm kebakaran di P.T. Indatex adalah 5. Hal ini menunjukkan

penerapan detektor dan alarm kebakaran P.T. Indatex sangat memenuhi peraturan.

Analisis sistem proteksi aktif P.T. Indatex disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.12. Analisis Sistem Proteksi Aktif P.T. Indatex

Item Proteksi Aktif Jumlah Rata-rata

APAR Sprinkler Hidran Detektor & Alarm 2,64 1 1 5 9,64 2,41

Page 47: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala likert penerapan peraturan

sistem proteksi aktif di P.T. Indatex adalah 2,41. Hal ini menunjukkan sistem

proteksi aktif P.T. Indatex kurang memenuhi peraturan.

4.3.1.3. Analisis Sistem Proteksi Pasif

A. Sarana Jalan ke Luar (Eksit)

Jalur eksit pada bangunan pabrik P.T. Indatex sudah sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Seluruh jalur eksit dapat ditempuh dengan mudah, setiap koridor tidak

melewati ruangan yang mungkin terkunci ataupun memiliki ujung yang buntu,

serta mudah mencapai ke jalan umum atau daerah tempat perlindungan. Bangunan

pabrik P.T. Indatex memiliki lebih dari 2 eksit menuju jalan umum. Untuk lebih

jelasnya analisis sarana jalan keluar dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13. Analisis Sarana Jalan ke Luar (Eksit) P.T. Indatex

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1 Eksit harus disusun sehingga mudah dicapai setiap saat. (Permen PU No.26 th.2008 )

Eksit mudah dicapai setiap saat 5

2

Apabila eksit tidak mudah dicapai dengan cepat dari daerah lantai terbuka, jalan terusan yang aman dan menerus, gang atau koridor yang menuju langsung ke setiap eksit harus dijaga dan menyediakan sedikitnya dua eksit dengan pemisahan jalan lintasan (Permen PU No. 26 th. 2008)

Pada bangunan pabrik akses eksit mudah dicapai dengan jalan terusan yang aman dan menerus yang menuju langsung ke eksit serta memiliki lebih dari 2 eksit

5

3

Koridor harus menyediakan akses eksit tanpa melalui ruangan yang menghalangi, selain koridor, lobi, dan tempat lain yang diijinkan membuka ke koridor (Permen PU No.26 th.2008)

Pada koridor tidak melalui ruangan yang menghalangi 5

4

Akses eksit harus disusun sehingga tidak ada ujung buntu dalam koridor kecuali diizinkan oleh otoritas berwenang setempat (Permen PU No.26 th.2008)

Akses eksit tidak memiliki ujung buntu

5

Page 48: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Lanjutan Tabel 4.13. Analisis Sarana Jalan ke Luar (Eksit) P.T. Indatex

No Peraturan Penerapan Skala Likert

5

Akses ke eksit harus tidak melalui dapur, gudang, ruang istirahat, ruang kerja, kloset, kamar tidur atau tempat tinggal yang mungkin terkunci, kecuali lintasan yang melalui ruang atau tempat yang diizinkan untuk hunian perawatan kesehatan, hunian tahanan, dan lembaga pemasyarakatan (Permen PU No.26 th.2008)

Akses ke eksit tidak melalui ruangan-ruangan yang mungkin terkunci

5

6

Setiap aksesibilitas sarana jalan ke luar harus menerus dari setiap daerah yang dihuni yang mudah dicapai ke jalan umum atau daerah tempat perlindungan (Permen PU No.26 th.2008)

Akses ke eksit menerus dari dalam pabrik dan mudah mencapai ke jalan umum

5

7

Gantungan atau gorden harus tidak dipasang di atas pintu eksit atau dipasang sehingga eksit tersembunyi atau tidak jelas (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak terdapat gantungan atau gorden di atas pintu eksit

5

Rata-rata 5

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala likert penerapan peraturan

akses jalan keluar di P.T. Indatex adalah 5. Hal ini menunjukkan penerapan

akses jalan keluar P.T. Indatex sangat memenuhi peraturan.

B. Indikator Arah dan Tanda Eksit

Bangunan pabrik P.T. Indatex belum memiliki indikator arah dan tanda eksit

dengan alasan masih dalam proses belajar mengenal Fire Planning Management,

sehingga dapat disebutkan bahwa P.T. Indatex tidak memenuhi peraturan yang

berlaku mengenai indikator arah dan tanda eksit. Untuk lebih jelasnya analisis

indikator arah dan tanda eksit dapat dilihat pada tabel 4.14.

Page 49: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 4.14. Analisis Indikator Arah dan Tanda Eksit P.T. Indatex

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1

Penempatan tanda eksit harus sedemikian rupa sehingga tidak ada titik di dalam akses eksit koridor melebihi jarak pandang atau 30m (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak terdapat tanda eksit 1

2

Pemasangan tanda eksit tidak boleh lebih dari 20 cm di atas ujung bagian atas bukaan jalan keluar dan jarak horisontal tidak lebih lebar dari lebar bukaan jalan ke luar (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak terdapat tanda eksit 1

3 Ukuran tinggi pada tulisan "EKSIT" sekurang-kurangnya 10 cm (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak terdapat tanda eksit 1

4

Indikator arah yang menunjukkan arah lintasan harus ditempatkan di setiap lokasi apabila arah lintasan mencapai eksit terdekat tidak jelas (Permen PU No.26 th.2008 )

Tidak terdapat indikator arah 1

5

Indikator arah harus diletakkan di luar simbol EKSIT sekurang-kurangnya 1 cm dari huruf yang mana saja (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak terdapat indikator arah 1

Rata-rata 1

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan indikator arah dan tanda eksit di P.T. Indatex adalah 1. Hal ini

menunjukkan penerapan indikator arah dan tanda eksit P.T. Indatex sangat tidak

memenuhi peraturan.

C. Akses Pemadam Kebakaran

Lebar jalan minimal yang disyaratkan untuk mobil pemadam kebakaran adalah 6

m, di bangunan pabrik P.T. Indatex lebar jalan pada bagian depan bangunan ± 7

m. Namun tidak terdapat hidran kota maupun hidran halaman di sekitar bangunan

pabrik. Tidak terdapat tanda khusus akses masuk petugas pemadam kebakaran ke

dalam gedung, namun petugas dapat menggunakan semua pintu sebagai akses

Page 50: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

masuk. Untuk lebih jelasnya analisis akses pemadam kebakaran dapat dilihat pada

tabel 4.15.

Tabel 4.15. Analisis Akses Pemadam Kebakaran P.T. Indatex

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1 Lebar jalan minimal untuk akses mobil pemadam kebakaran yaitu 6 m (Permen PU No.26 th.2008)

Lebar jalan untuk akses mobil pemadam kabakaran ± 7m

5

2

Tiap bagian dari jalur untuk akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota tidak tersedia maka harus disediakan hidran halaman (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak terdapat hidran kota maupun hidran halaman pada jalur akses mobil pemadam

1

3

Akses masuk petugas pemadam kebakaran ke dalam gedung harus diberi tanda segitiga warna merah atau kuning dengan ukuran tiap sisi minimum 150 mm dan diletakkan pada sisi luar dinding dan diberi tulisan "AKSES PEMADAM KEBAKARAN-JANGAN DIHALANGI" dengan ukuran tinggi minimal 50 mm (Permen PU No.26 th.2008)

Akses masuk petugas pemadam kebakaran tidak diberi tanda. Petugas dapat masuk melalui semua pintu masuk yang ada di dalam gedung.

2

Rata-rata 2,67

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan akses pemadam kebakaran di P.T. Indatex adalah 2,67. Hal ini

menunjukkan akses pemadam kebakaran P.T. Indatex kurang memenuhi

peraturan.

Analisis sistem proteksi pasif P.T. Indatex disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.16. Analisis Sistem Proteksi Pasif P.T. Indatex

Item Proteksi Pasif

Jumlah Rata-rata Akses jalan keluar

Indikator arah dan tanda eksit

Akses pemadam kebakaran

5 1 2,67 8,67 2,89

Page 51: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan sistem proteksi pasif di P.T. Indatex adalah 2,89. Hal ini menunjukkan

sistem proteksi pasif di P.T. Indatex kurang memenuhi peraturan.

4.3.1.4. Analisis Tindakan Pencegahan

Tindakan pencegahan yang ditinjau terdiri dari sistem proteksi aktif dan pasif,

berikut merupakan tabel analisis tindakan pencegahan P.T. Indatex :

Tabel 4.17. Analisis Tindakan Pencegahan P.T. Indatex

Proteksi Aktif Proteksi Pasif Jumlah Rata-rata 2,41 2,89 5,3 2,65

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan tindakan pencegahan (prevention) di P.T. Indatex adalah 2,65. Hal ini

menunjukkan tindakan pencegahan di P.T. Indatex kurang memenuhi peraturan

4.3.1.5. Analisis Tindakan Persiapan

P.T. Indatex telah menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran melalui

tim P3K3, Tim Penanggulangan Kebakaran dipegang oleh tim P2K3, namun

belum melaksanakan latihan penyelamatan kebakaran, dengan alasan proses

produksi yang tidak dapat ditinggalkan. Tim P2K3 melakukan pemeriksaan secara

rutin terhadap sarana proteksi kebakaran yaitu APAR, hal ini dibuktikan dengan

tidak ditemukannya APAR yang rusak atau kadaluarsa pada saat pengamatan

langsung di lapangan. Untuk lebih jelasnya analisis tindakan persiapan dapat

dilihat pada tabel 4.18.

Tabel 4.18. Analisis Tindakan Persiapan P.T. Indatex

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1

TPK (Tim Penanggulangan Kebakaran) dibentuk oleh Pemilik/Pengelola bangunan gedung (Kepmen PU No.11 th.2000)

Tim penanggulangan kebakaran dipegang oleh tim P2K3 yang dibentuk oleh direksi perusahaan

4

Page 52: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Lanjutan Tabel 4.18. Analisis Tindakan Persiapan P.T. Indatex

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan tindakan persiapan di P.T. Indatex adalah 3. Hal ini menunjukkan

tindakan persiapan P.T. Indatex cukup memenuhi peraturan.

4.3.2. P.T. Delta Dunia Textile Unit CD

4.3.2.4.Profil Singkat Perusahaan

P.T. Delta Dunia Textile merupakan pengembangan perusahaan dari Dunia Tex

Group yang berpusat di Jl. Raya Palur km.7,1 Jaten, Karanganyar. P.T. Delta

Dunia Textile berlokasi di Desa Kaling, Kecamatan Tasikmadu Kabupaten

Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. merupakan industri pemintalan benang

(spinning). Perusahaan ini didirikan pada tahun 2003 sesuai pengesahan akte

pendirian perusahaan oleh Menteri Kehakiman Nomor : C-04467.HT.01.Th.2003

tertanggal 5 Maret 2003, dengan Bapak Sumitro sebagai pendiri dan Direktur

Utamanya. Proses pembangunan fisik perusahaan dimulai pada tahun 2005

sampai dengan 2007 dan memulai proses produksinya pada tahun 2007. Produk

yang dihasilkan adalah benang Cotton Combed, benang Shyntetic (Polyester,

No Peraturan Penerapan Skala Likert

2

Setiap 10 karyawan/pengguna bangunan diwajibkan menunjuk 1 (satu) orang untuk menjadi anggota Kelompok dalam TPK. (Kepmen PU No.11 th.2000)

Belum cukup mewakili, karena TPK merupakan tim P2K3 yang jumlahnya tidak dapat mewakili seluruh karyawan

2

3

TPK minimal sekali dalam 6 (enam) bulan menyelenggarakan latihan penyelamatan kebakaran yang diikuti oleh seluruh penghuni bangunan. (Kepmen PU No.11 th.2000)

Belum pernah menyelenggarakan latihan penyelamatan kebakaran

1

4

Semua sistem proteksi kebakaran dan peralatannya harus dipelihara sehingga dalam kondisi siap operasi yang handal dan harus diganti atau diperbaiki bila cacat (Permen PU No.26 th.2008)

Tim P2K3 melakukan pemeliharaan terhadap sistem proteksi kebakaran yang ada, hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya APAR yang rusak/cacat dan kadaluarsa

5

Rata-rata 3

Page 53: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tetron Cotton, Rayon) dan benang Cotton Carded. Saat ini P.T. Delta Dunia

Textile memiliki karyawan sejumlah 2500 orang yang bekerja menggunakan

sistem 3 shift putar dan 1 day shift.

4.3.2.2.Analisis Sistem Proteksi Aktif

A. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Pada bangunan pabrik P.T. Delta Dunia Textile unit CD, APAR terlihat jelas,

mencolok, mudah dijangkau dan siap digunakan setiap saat. Bangunan pabrik

merupakan ruangan yang besar dan terdapat banyak mesin, sehingga disediakan

sarana untuk menunjukkan lokasi APAR. Pada bangunan pabrik P.T. Delta Dunia

Textile unit CD, terdapat penomoran APAR pada dinding tempat APAR

digantungkan, sehingga memudahkan orang untuk mencari dan memeriksa.

Penempatan APAR yang kokoh tergantung di dinding sehingga tidak memerlukan

sabuk pengikat. Pemeliharaan APAR setiap satu kali dalam setahun, namun tidak

terdapat label atau kartu pemeliharaan hal ini mungkin dikarenakan pengisian

ulang tabung APAR dilakukan oleh agen (supplier), mereka mengisi ulang

sekaligus mengecek kondisi tabung sesuai batas waktu yang tertera dalam badan

tabung. Pemeriksaan APAR dilakukan setiap bulan, namun tidak terdapat kartu

atau label yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya pemeliharaan dan nama

petugas yang melakukan pemeliharaan. Untuk ruang kantor, ruang genset, ruang

travo, ruang AC, ruang ballpres , gudang sparepart, ruang laborat dan roll shop

APAR dapat dijangkau dalam jarak kurang dari 23 m. Untuk ruang daily stock,

ruang produksi (carding, drawing, roving, RSF dan Winding), dan gudang APAR

tidak dapat dijangkau dalam jarak 23 m. Ruangan-ruangan tersebut tidak memiliki

pemisah atau sekat sehingga api dapat menjalar dengan cepat, sehingga perlu

diterapkan peraturan luas layanan maksimum untuk 1 APAR. Berikut merupakan

perhitungan luas lantai maksimum untuk 1 APAR:

Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 쎘dϜ 뉈dϜgkϜg졠dȖ壈Ϝ돸霹篇霹片

Page 54: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

§ Ruang Daily Stock

Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 9㯸,,34 = 228,571 m2

§ Ruang Produksi (carding, drawing, roving, RSF dan Winding)

Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = 3좘8s,s3 = 218,272 m2

§ Ruang Gudang Benang

Luas lantai maksimum untuk 1 APAR = s18,9̊ = 219,487 m2

Analisis APAR P.T. Delta Dunia Textile ditampilkan dalam tabel 4.19:

Tabel 4.19. Analisis APAR P.T. Delta Dunia Textile

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1 APAR harus tampak jelas, mencolok, dan siap digunakan setiap saat (Permen PU No.26 th.2008 )

Letak APAR jelas, mencolok dan siap digunakan, terdapat penomoran APAR di dinding tempat APAR bergantung

5

2

Pemeriksaan APAR minimal satu bulan sekali dan dicantumkan nama petugas. (Permen PU No. 26 th. 2008)

Pemeriksaan APAR satu bulan sekali, tetapi tidak mencantumkan nama petugas

3

3

Setiap APAR harus mempunyai kartu atau label yang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya pemeliharaan serta identifikasi petugas yang melakukan pemeliharaan. (Permen PU No.26 th.2008)

Pemeliharaan APAR dilakukan setiap tahun, tetapi tidak ada kartu atau label pemeliharaan dan identifikasi petugas. Hanya tertera tanggal bulan dan tahun pengisian ulang tabung APAR

2

4

APAR yang diletakkan dalam kondisi rentan tercabut harus dilengkapi dengan sabuk pengikat. (Permen PU No.26 th.2008)

APAR tergantung kokoh di dinding, sehingga tidak memerlukan sabuk pengikat

4

5 Jarak tempuh maksimum ke APAR adalah 23 m. (Permen PU No.26 th.2008)

Jarak tempuh ruang kantor, ruang genset, ruang travo, ruang AC, ruang ballpres , gudang sparepart, ruang laborat dan roll shop kurang dari 23 m

5

Page 55: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Lanjutan Tabel 4.19. Analisis APAR P.T. Delta Dunia Textile

No Peraturan Penerapan Skala Likert

5 Jarak tempuh maksimum ke APAR adalah 23 m. (Permen PU No.26 th.2008)

Jarak tempuh untuk menjangkau APAR pada ruang produksi, daily stock dan gudang lebih dari 23 m

2

6

Setiap 93 m2 untuk bahaya kebakaran kelas A dan C dengan jenis hunian kebakaran berat minimal terdapat 1 buah APAR. (Permen PU No.26 th.2008)

Pada ruang daily stock, setiap 228,571 m2 terdapat 1 APAR

2

Pada ruang produksi setiap 218,272 m2 terdapat 1 APAR

2

Pada gudang benang, setiap 219,487 m2 terdapat 1 APAR

2

Rata-rata 3

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan APAR di P.T. Delta Dunia Textile adalah 3. Hal ini menunjukkan

penerapan APAR di P.T. Delta Dunia Textile cukup memenuhi peraturan.

B. Sprinkler

Bangunan pabrik P.T. Delta Dunia Textile belum memiliki sistem proteksi

sprinkler dengan alasan melindungi bahan baku yang mudah rusak bila terkena

air, sehingga dapat disebutkan bahwa P.T. Delta Dunia Textile tidak memenuhi

peraturan yang berlaku mengenai sistem proteksi sprinkler.

Analisis sprinkler P.T. Delta Dunia Textile disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.20. Analisis Sprinkler pada P.T. Delta Dunia Textile

Tinjauan Peraturan Penerapan Skala Likert

Sprinkler Sprinkler dipasang di bawah atap atau di bawah kanopi di atas tempat penyimpanan dan penggarapan bahan dapat terbakar (combustibles) (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak terdapat sprinkler 1

Rata-rata 1

Page 56: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

C. Hidran

Bangunan pabrik P.T. Delta Dunia Textile memiliki sistem proteksi hidran dalam

ruangan dan hidran halaman. Terdapat penomoran hidran, sehingga dapat dengan

mudah mencari dan melakukan pemeriksaan. P.T. Delta Dunia Textile memiliki

tim penanggulangan kebakaran yang telah terlatih untuk mengatasi kebakaran di

dalam gedung. Berikut merupakan perhitungan luasan untuk hidran:

Luas lantai untuk 1 hidran = 쎘dϜ 뉈dϜgkϜg졠dȖ壈Ϝ돸돸平聘뉈Ϝg

§ Ruang Daily Stock

Luas lantai untuk 1 hidran = 9㯸,,㯸 = 1600 m2

§ Ruang Produksi (carding, drawing, roving, RSF dan winding)

Luas lantai untuk 1 hidran = 3좘8s,㯸 = 8840 m2

Analisis hidran P.T. Delta Dunia Textile disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.21. Analisis Hidran P.T. Delta Dunia Textile

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1

Jumlah hidran pada sebuah bangunan dengan kompartemenisasi tanpa partisi yaitu satu buah per 800 m2 dan penempatannya harus pada posisi yang berjauhan. (Kepmen No.10 th.2000)

Pada ruang daily stock, setiap 1600 m2 terdapat 1 hidran

3

Pada ruang produksi, setiap 8840 m2 terdapat 1 hidran

3

Pada ruang gudang benang, hanya terdapat 1 hidran yang menempel pada dinding luar gudang benang

2

2

Pada bangunan yang dilengkapi hidran harus terdapat personil (penghuni) yang terlatih untuk mengatasi kebakaran di dalam bangunan (Kepmen No.10 th.2000)

Terdapat personil yang terlatih untuk mengatasi kebakaran di dalam bangunan

5

Rata-rata 3,25

Page 57: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan hidran di P.T. Delta Dunia Textile adalah 3,25. Hal ini menunjukkan

penerapan hidran di P.T. Delta Dunia Textile cukup memenuhi peraturan.

D. Detektor dan Alarm Kebakaran

Bangunan pabrik P.T. Delta Dunia Textile belum memiliki sistem proteksi

detektor dan alarm kebakaran, sehingga dapat disebutkan bahwa P.T. Delta Dunia

Textile tidak memenuhi peraturan yang berlaku mengenai sistem proteksi detektor

dan alarm kebakaran.

Analisis detektor dan alarm kebakaran P.T. Delta Dunia Textile disajikan dalam

tabel berikut :

Tabel 4.22. Analisis Detektor dan Alarm Kebakaran P.T. Delta Dunia Textile

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1

Bangunan Gedung Pabrik kelas 8 berfungsi untuk produksi, perakitan, pengepakan, dan lain-lain dengan jumlah lantai 1 menggunakan sistem deteksi dan alarm manual (Permen PU No.26 th.2008 )

Tidak terdapat alarm dan detektor kebakaran

1

Rata-rata 1

Analisis sistem proteksi aktif P.T. Delta Dunia Textile disajikan dalam tabel

berikut :

Tabel 4.23. Analisis Sistem Proteksi Aktif P.T. Delta Dunia Textile

Item Proteksi Aktif Jumlah Rata-rata

APAR Sprinkler Hidran Detektor & Alarm 3 1 3,25 1 8,25 2,06

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan Sistem Proteksi Aktif di P.T. Delta Dunia Textile adalah 2,06. Hal ini

Page 58: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

menunjukkan sistem proteksi aktif P.T. Delta Dunia Textile kurang memenuhi

peraturan.

4.3.2.3. Analisis Sistem Proteksi Pasif

A. Sarana Jalan ke Luar (Eksit)

Eksit pada P.T. Delta Dunia Textile kurang mudah dicapai setiap saat karena

gedung yang luas dengan jumlah pekerja yang banyak hanya tersedia 3 eksit,

namun setelah pukul 16.00, 2 pintu eksit ditutup, 1 pintu eksit yang terbuka

mempunyai ukuran lebar ± 80 cm, padahal proses produksi berlangsung 24 jam.

Namun akses eksit tidak melalui ruang yang menghalangi dan tidak terdapat

gantungan atau gorden di atas pintu eksit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.24. Analisis Sarana Jalan Keluar P.T. Delta Dunia Textile

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1 Eksit harus disusun sehingga mudah dicapai setiap saat (Permen PU No.26 th.2008 )

Eksit kurang mudah dicapai setiap saat 2

2

Apabila eksit tidak mudah dicapai dengan cepat dari daerah lantai terbuka, jalan terusan yang aman dan menerus, gang atau koridor yang menuju langsung ke setiap eksit harus dijaga dan menyediakan sedikitnya dua eksit dengan pemisahan jalan lintasan (Permen PU No. 26 th. 2008)

Eksit kurang mudah dicapai, tersedia 3 eksit, namun setelah pukul 16.00 dua pintu eksit ditutup

2

3

Koridor harus menyediakan akses eksit tanpa melalui ruangan yang menghalangi, selain koridor, lobi, dan tempat lain yang diijinkan membuka ke koridor (Permen PU No.26 th.2008)

Pada koridor tidak melalui ruangan yang menghalangi

5

4

Akses eksit harus disusun sehingga tidak ada ujung buntu dalam koridor kecuali diizinkan oleh otoritas berwenang setempat (Permen PU No.26 th.2008)

Akses eksit tidak memiliki ujung buntu 5

Page 59: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Lanjutan Tabel 4.24. Analisis Sarana Jalan Keluar P.T. Delta Dunia Textile

No Peraturan Penerapan Skala Likert

5

Akses ke eksit harus tidak melalui dapur, gudang, ruang istirahat, ruang kerja, kloset, kamar tidur atau tempat tinggal yang mungkin terkunci, kecuali lintasan yang melalui ruang atau tempat yang diizinkan untuk hunian perawatan kesehatan, hunian tahanan, dan lembaga pemasyarakatan (Permen PU No.26 th.2008)

Salah 1 lintasan eksit melalui ruangan absensi yang tidak dikunci

4

6 Setiap aksesibilitas sarana jalan ke luar harus menerus dari setiap daerah yang dihuni yang mudah dicapai ke jalan umum atau daerah tempat perlindungan (Permen PU No.26 th.2008)

Aksesibilitas sarana jalan keluar mudah mencapai jalan umum

5

7 Gantungan atau gorden harus tidak dipasang di atas pintu eksit atau dipasang sehingga eksit tersembunyi atau tidak jelas (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak terdapat gantungan atau gorden di atas pintu eksit 5

Rata-rata 4

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan akses jalan keluar di P.T. Delta Dunia Textile adalah 4. Hal ini

menunjukkan akses eksit di P.T. Delta Dunia Textile memenuhi peraturan.

B. Indikator Arah dan Tanda Eksit

Bangunan pabrik P.T. Delta Dunia Textile belum memiliki indikator arah dan

tanda eksit, sehingga dapat disebutkan bahwa P.T. Delta Dunia Textile tidak

memenuhi peraturan yang berlaku mengenai indikator arah dan tanda eksit.

Analisis indikator arah dan tanda eksit P.T. Delta Dunia Textile disajikan dalam

tabel berikut :

Page 60: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 4.25. Analisis Indikator Arah dan Tanda Eksit P.T. Delta Dunia Textile

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1

Penempatan tanda eksit harus sedemikian rupa sehingga tidak ada titik di dalam akses eksit koridor melebihi jarak pandang atau 30m (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak terdapat tanda eksit 1

2

Pemasangan tanda eksit tidak boleh lebih dari 20 cm di atas ujung bagian atas bukaan jalan keluar dan jarak horisontal tidak lebih lebar dari lebar bukaan jalan ke luar (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak terdapat tanda eksit 1

3 Ukuran tinggi pada tulisan "EKSIT" sekurang-kurangnya 10 cm (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak terdapat tanda eksit 1

4

Indikator arah yang menunjukkan arah lintasan harus ditempatkan di setiap lokasi apabila arah lintasan mencapai eksit terdekat tidak jelas (Permen PU No.26 th.2008 )

Tidak terdapat indikator arah 1

5

Indikator arah harus diletakkan di luar simbol EKSIT sekurang-kurangnya 1 cm dari huruf yang mana saja (Permen PU No.26 th.2008)

Tidak terdapat indikator arah 1

Rata-rata 1

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan Indikator Arah dan Tanda Eksit di P.T. Delta Dunia Textile adalah 1.

Hal ini menunjukkan bahwa P.T. Delta Dunia Textile sangat tidak memenuhi

peraturan mengenai indikator arah dan tanda eksit.

C. Akses Petugas Pemadam Kebakaran

Peraturan mengenai akses mobil pemadam kebakaran sudah terpenuhi. Lebar

jalan minimal yang disyaratkan untuk mobil pemadam kebakaran adalah 6 m, di

bangunan pabrik P.T. Delta Dunia Textile lebar jalan akses untuk mobil pemadam

± 10 m. Terdapat hidran halaman, namun tidak terdapat hidran kota.

Page 61: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Peraturan mengenai tanda akses masuk petugas pemadam kebakaran belum

terpenuhi. Tidak terdapat tanda khusus akses masuk petugas pada semua pintu,

namun petugas dapat menggunakan semua pintu di dalam gedung sebagai akses

masuk. Berikut merupakan tabel analisis akses pemadam kebakaran P.T. Delta

Dunia Textile:

Tabel 4.26. Analisis Akses Pemadam Kebakaran P.T. Delta Dunia Textile

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1 Lebar jalan minimal untuk akses mobil pemadam kebakaran yaitu 6 m (Kepmen No.10 th.2000)

Lebar jalan untuk akses mobil pemadam ± 10m

5

2

Tiap bagian dari jalur untuk akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota tidak tersedia maka harus disediakan hidran halaman (Kepmen No.10 th.2000)

Tiap bagian jalur untuk akses mobil pemadam bebas hambatan dan berada dalam radius 50 m dari hidran halaman

5

3

Akses masuk petugas pemadam kebakaran ke dalam gedung harus diberi tanda segitiga warna merah atau kuning dengan ukuran tiap sisi minimum 150 mm dan diletakkan pada sisi luar dinding dan diberi tulisan "AKSES PEMADAM KEBAKARAN-JANGAN DIHALANGI" dengan ukuran tinggi minimal 50 mm (Kepmen No.10 th.2000)

Akses masuk petugas pemadam kebakaran tidak diberi tanda. Petugas dapat masuk melalui semua pintu yang ada di dalam gedung.

2

Rata-rata 4

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan Akses Pemadam Kebakaran di P.T. Delta Dunia Textile adalah 4. Hal

ini menunjukkan akses pemadam kebakaran di P.T. Delta Dunia Textile telah

memenuhi peraturan.

Analisis sistem proteksi pasif P.T. Delta Dunia Textile disajikan dalam tabel 4.27.

Page 62: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tabel 4.27 Analisis Sistem Proteksi Pasif P.T. Delta Dunia Textile

Item Proteksi Pasif

Jumlah Rata-rata Akses jalan keluar

Indikator arah dan tanda eksit

Akses pemadam kebakaran

4 1 4 9 3

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan sistem proteksi pasif di P.T. Delta Dunia Textile adalah 3. Hal ini

menunjukkan sistem proteksi pasif P.T. Delta Dunia Textile cukup memenuhi

peraturan.

4.3.2.5. Analisis Tindakan Pencegahan

Tindakan pencegahan yang ditinjau terdiri dari sistem proteksi aktif dan pasif,

berikut merupakan tabel analisis tindakan pencegahan P.T. Indatex Delta Dunia

Textile :

Tabel 4.28. Analisis Tindakan Pencegahan P.T. Delta Dunia Textile

Proteksi Aktif Proteksi Pasif Jumlah Rata-rata 2,06 3 5,06 2,53

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan tindakan pencegahan di P.T. Delta Dunia Textile adalah 2,53. Hal ini

menunjukkan tindakan pencegahan (proteksi aktif dan pasif) P.T. Delta Dunia

Textile kurang memenuhi peraturan.

4.3.2.4. Analisis Tindakan Persiapan

P.T. Delta Dunia Textile telah memiliki tindakan persiapan yang baik dalam

menghadapi kebakaran, diantaranya telah menerapkan Manajemen

Penanggulangan Kebakaran, telah membentuk tim penanggulangan kebakaran

yang mewakili setiap shift, dan telah menyelenggarakan latihan penyelamatan

kebakaran 1 bulan sekali, namun tidak diikuti seluruh penghuni karena proses

Page 63: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

produksi terus berjalan selama 24 jam. Tim TPK melalukan pemeliharaan

terhadap sistem proteksi kebakaran yang ada, hal ini dibuktikan dengan tidak

ditemukannya APAR dan hidran yang rusak/cacat dan kadaluarsa. Berikut

merupakan tabel analisis tindakan persiapan P.T. Delta Dunia Textile:

Tabel 4.29. Analisis Tindakan Persiapan P.T. Delta Dunia Textile

No Peraturan Penerapan Skala Likert

1

TPK (Tim Penanggulangan Kebakaran) dibentuk oleh Pemilik/Pengelola bangunan gedung (Kepmen PU No.11 th.2000)

Telah terbentuk tim penanggulangan kebakaran 5

2

Setiap 10 karyawan/pengguna bangunan diwajibkan menunjuk 1 (satu) orang untuk menjadi anggota Kelompok dalam TPK. (Kepmen PU No.11 th.2000)

Setiap shift memiliki tim penanggulangan kebakaran

4

3

TPK minimal sekali dalam 6 (enam) bulan menyelenggarakan latihan penyelamatan kebakaran yang diikuti oleh seluruh penghuni bangunan. (Kepmen PU No.11 th.2000)

TPK menyelenggarakan latihan penyelamatan kebakaran setiap bulan, namun tidak diikuti semua penghuni karena proses produksi tidak bisa ditinggalkan

4

4

Semua sistem proteksi kebakaran dan peralatannya harus dipelihara sehingga dalam kondisi siap operasi yang handal dan harus diganti atau diperbaiki bila cacat (Permen PU No.26 th.2008)

Tim TPK melalukan pemeliharaan terhadap sistem proteksi kebakaran yang ada, hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya APAR dan hidran yang rusak/cacat dan kadaluarsa

5

Rata-rata 4,5

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata – rata skala Likert penerapan

peraturan tindakan persiapan di P.T. Delta Dunia Textile adalah 4,5. Hal ini

menunjukkan tindakan persiapan P.T. Delta Dunia Textile memenuhi peraturan.

4.4 . Korelasi Spearman

Korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara Fire Planning

Management dengan rasa aman pekerja. Perhitungan korelasi Spearman

Page 64: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

menggunakan bantuan program SPSS 17.0, dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Melakukan pendefinisian variabel pada variable view lalu memasukkan data

variabel X dan Y ke dalam data view seperti terlihat pada gambar 4.12.

Gambar 4.12. Data View

b. Memilih Analyze à Correlate à Bivariate.

Gambar 4.13. Analisis Korelasi

Page 65: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

c. Memasukkan semua variabel pada kotak variables dan memilih Spearman

pada pilihan Correlation Coefficients

Gambar 4.14. Kotak Dialog Bivariate Correlations

d. Menampilkan hasil

Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam tabel berikut :

Tabel 4.30. Hasil Uji Korelasi Spearman

Correlations

variabel x variabel y

Spearman's rho variabel x Correlation Coefficient 1.000 .515**

Sig. (2-tailed) . .004

N 30 30

variabel y Correlation Coefficient .515** 1.000

Sig. (2-tailed) .004 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 66: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, terlihat adanya korelasi positif antara

penerapan fire planning management terhadap rasa aman pekerja, dengan

koefisien korelasi 0,515. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara penerapan Fire

Planning Management dengan rasa aman pekerja memiliki hubungan yang cukup

kuat.

Untuk mengetahui persentase pengaruh penerapan Fire Planning Management

terhadap rasa aman dilakukan perhitungan Koefisien Determinasi

Kd = rs2 x 100%

Kd = 0,5152 x 100%

Kd = 26,522 %

Hal ini menunjukkan bahwa rasa aman pekerja dipengaruhi oleh penerapan Fire

Planning Management sebesar 26,522 % sedangkan sisanya dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain.

4.5. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui korelasi yang dihasilkan signifikan atau tidak, maka dilakukan

pengujian hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak terdapat pengaruh penerapan tindakan pencegahan dan tindakan

persiapan dengan rasa aman pekerja.

Ha : terdapat pengaruh penerapan tindakan pencegahan dan tindakan persiapan

dengan rasa aman pekerja.

Ho ditolak dan Ha diterima bila t hitung ≥ t tabel

Ho diterima dan Ha ditolak bila t hitung < t tabel

Persentase alfanya ditentukan sebesar 0,05 (α= 0,05)

Jumlah responden(n) = 30

Page 67: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Derajat kebebasan (dk) = n – 2

= 30 – 2

= 28

Dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan = 28 maka dapat diketahui t tabel yaitu

1,701.

Uji statistik dengan dengan rumus statistik t, koefisien Spearman yang telah

diperoleh disubstitusikan ke dalam rumus t untuk menguji tingkat signifikasi

perhitungannya

欸 实辊滚顺柜石2f石辊滚㯸

欸 实0ニ5f5顺 h0石2f石0ニ5f5㯸

t = 3,179

t hitung (3,179)翨t tabel (1,701), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu

terdapat pengaruh penerapan tindakan pencegahan dan tindakan persiapan dengan

rasa aman pekerja. Hal ini membuktikan bahwa korelasi yang dihasilkan

signifikan.

4.6. Pembahasan

Penerapan tindakan pencegahan di P.T. Indatex kurang memenuhi peraturan,

ditunjukkan dengan nilai rata-rata 2,65 skala Likert yang berarti kurang

memenuhi peraturan. Hal tersebut dikarenakan P.T. Indatex belum memiliki

proteksi sprinkler, hidran, indikator arah dan eksit, serta terdapat penerapan yang

kurang memenuhi peraturan mengenai label pemeriksaan dan pemeliharaan

APAR , jumlah kebutuhan APAR dan penandaan akses masuk petugas pemadam

kebakaran ke dalam gedung. Jumlah kebutuhan APAR yang seharusnya tersedia

agar memenuhi peraturan adalah sebagai berikut:

Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 壈dϜ 뉈dϜgkϜg壈dϜ ȖϜp 平ȖdȖdgbdp3霹篇霹片

Page 68: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

· Ruang Weaving 1

Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 443sȖ潜̊9Ȗ潜 = 48 buah

· Ruang Weaving 2

Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 4s좘1Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 52 buah

· Ruang Weaving 3

Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 4㯸9,Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 46 buah

· Ruang Weaving 4

Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 98좘,Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 40 buah

· Ruang Weaving 5

Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 8sssȖ潜̊9Ȗ潜 = 74 buah

· Gudang Benang

Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 3s89Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 20 buah

· Gudang Grey

Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 3,s9Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 12 buah

· Gudang Benang+Grey

Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 좘̊̊Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 9 buah

Penerapan tindakan persiapan di P.T. Indatex telah memenuhi peraturan,

ditunjukkan dengan nilai rata-rata 3 skala Likert yang berarti cukup memenuhi

peraturan. P.T. Indatex memiliki tim penanggulangan kebakaran yang dirangkap

oleh tim P2K3, namun belum pernah melakukan latihan penyelamatan kebakaran

dan jumlahnya tidak dapat mewakili jumlah seluruh penghuni bangunan pabrik.

Penerapan tindakan pencegahan di P.T. Delta Dunia Textile kurang memenuhi

peraturan, ditunjukkan dengan nilai rata-rata 2,53 skala Likert yang berarti kurang

memenuhi peraturan. Hal tersebut dikarenakan P.T. Delta Dunia Textile belum

memiliki proteksi sprinkler, indikator arah dan tanda eksit, detektor dan alarm

Page 69: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

kebakaran manual serta terdapat penerapan yang kurang memenuhi peraturan

mengenai label pemeriksaan dan pemeliharaan APAR, jumlah kebutuhan APAR,

penandaan akses masuk petugas pemadam kebakaran ke dalam gedung dan akses

keluar. Jumlah kebutuhan APAR yang seharusnya tersedia agar memenuhi

peraturan adalah sebagai berikut:

Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 壈dϜ 뉈dϜgkϜg壈dϜ ȖϜp 平ȖdȖdgbdp3霹篇霹片

· Ruang Daily Stock

Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 9㯸,,Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 34 buah

· Ruang Produksi (carding, drawing, roving, RSF dan winding)

Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = 3좘8s,Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 190 buah

· Gudang Benang dan Packing

Jumlah APAR yang seharusnya tersedia = s18,Ȗ潜̊9Ȗ潜 = 92 buah

Penerapan tindakan persiapan di P.T. Delta Dunia Textile telah memenuhi

peraturan, ditunjukkan dengan nilai rata-rata 4,5 skala likert yang berarti

memenuhi peraturan. P.T. Delta Dunia Textile telah memiliki tim khusus

penanggulangan kebakaran dimana setiap shift memiliki perwakilan. TPK

menyelenggarakan latihan penyelamatan kebakaran setiap bulan, namun tidak

diikuti oleh seluruh penghuni, karena proses produksi berlangsung selama 24 jam

dan tidak dapat ditinggalkan. TPK juga melakukan pemeliharaan sarana proteksi

hal ini ditunjukkan dengan kondisi APAR dan hidran yang siap digunakan dan

tidak memiliki cacat/rusak.

Penerapan tindakan pencegahan dan persiapan kebakaran (Fire Planning

Management) memiliki korelasi yang cukup kuat dengan rasa aman pekerja. Hal

ini ditunjukkan dari hasil pengujian korelasi Spearman menggunakan program

SPSS 17.0, yaitu koefisien korelasi Spearman sebesar 0,515 yang berarti terdapat

hubungan yang cukup kuat antara kedua variabel. Berdasarkan perhitungan

koefisien determinasi, rasa aman pekerja dipengaruhi oleh penerapan Fire

Planning Management (tindakan pencegahan dan persiapan) sebesar 26,522%

Page 70: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misalnya kondisi kerja

yang tidak berbahaya, jaminan bila terjadi kecelakaan kerja dan lain-lain. Pada

pengujian hipotesis diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel (3,179 > 1,701),

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ha merupakan hipotesis yang menyatakan

terdapat pengaruh penerapan tindakan pencegahan dan tindakan persiapan dengan

rasa aman pekerja. Hal ini membuktikan bahwa korelasi yang dihasilkan

signifikan.

Page 71: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil analisis deskriptif mengenai penerapan peraturan sistem proteksi kebakaran

baik aktif dan pasif, tindakan persiapan, serta hasil korelasi Spearman penerapan

Fire Planning Management dengan rasa aman pekerja pada pabrik tekstil P.T.

Indatex dan P.T. Delta Dunia Textile dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penerapan di lapangan mengenai sistem proteksi kebakaran baik aktif dan pasif

(tindakan pencegahan) pada P.T. Indatex dan P.T. Delta Dunia Textile kurang

memenuhi peraturan. Hal ini sesuai dengan analisis penerapan peraturan sistem

proteksi aktif dan pasif yang menunjukkan nilai 2,65 dan 2,53 skala Likert

yang berarti kurang memenuhi peraturan.

2. Penerapan tindakan persiapan pada P.T. Indatex cukup memenuhi peraturan,

hal ini sesuai dengan analisis penerapan peraturan tindakan persiapan yang

menunjukkan nilai 3 skala Likert. Penerapan tindakan persiapan pada P.T.

Delta Dunia Textile telah memenuhi peraturan, hal ini sesuai dengan analisis

penerapan peraturan tindakan persiapan yang menunjukkan 4,5 skala Likert.

3. Terdapat hubungan yang cukup kuat antara penerapan Fire Planning

Management dengan rasa aman pekerja pada pabrik tekstil. Hal ini ditunjukkan

oleh hasil perhitungan korelasi Spearman dengan bantuan program SPSS 17.0

yang menunjukkan nilai koefisien korelasi 0,515 yang berarti terdapat

hubungan yang cukup kuat antara Fire Planning Management dengan rasa

aman pekerja.

Page 72: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis deskriptif penerapan di lapangan, maka ada beberapa

saran yang dapat dipertimbangkan antara lain :

1. Pemberian label pemeriksaan yang menunjukkan nama petugas dan bulan

dilakukannya pemeriksaan pada setiap APAR dan hidran.

2. Penambahan jumlah APAR sehingga setiap 93 m2 minimal terdapat 1 buah

APAR.

3. Pemberian sprinkler di atas bahan yang mudah terbakar (combustibles),

pemberian hidran halaman maupun hidran ruangan, detektor dan alarm

kebakaran untuk membantu mendeteksi dan pemadaman api tahap awal agar

api tidak menyebar terlalu luas.

4. Pemasangan indikator arah dan tanda eksit untuk mempermudah evakuasi

saat terjadi kebakaran.

5. Penandaan akses masuk petugas pemadam kebakaran sehingga memudahkan

petugas untuk masuk ke dalam gedung bila terjadi kebakaran.

6. Pembentukan tim penanggulangan kebakaran yang jumlahnya mewakili

jumlah pekerja.

7. Penyelenggaraan latihan penyelamatan kebakaran minimal 6 (enam) bulan

sekali.

8. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan terhadap jenis bangunan yang

lain.

Page 73: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xviii

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Alifah. 2002. Kajian pada Masalah Safety Performance pada Pekerja

Drilling tentang Hubungan Attitude, Subjective Norm dan Perceived Behavior

Control dengan Intensi untuk Bertingkah Laku. Program Pasca Sarjana.

Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT.

Rineka Cipta, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan

Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk Pencegahan Bahaya

Kebakaran pada Bangunan Gedung, SNI 03-3985-2000. Bandung.

Badan Standarisasi Nasional. 2000. Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem

Springkler Otomatis untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan

Gedung, SNI 03-3989-2000. Bandung.

Bakornas PBP. 2002. Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Perkotaan di Indonesia.

Jakarta.

Billington, M. J, et al. 2002. Means of Escape from Fire. Oxford : Blackwell Science, Ltd.

Damayanti, Eva. 2004. Perbandingan Hubungan Kualitas Active Fire Protection

System dengan Keamanan dan Kenyamanan Kerja Menurut Manajer dan

Karyawan Pabrik PT. Tokai Dharma Indonesia. Jurnal Model Manajemen

Volume II no 1.

Departemen Pekerjaan Umum. 2000. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum

No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya

Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta : Departemen

Pekerjaan Umum.

Departemen Pekerjaan Umum. 2000. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum

No.11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penganggulangan

Kebakaran di Perkotaan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.

Page 74: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xix

Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada

Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.

Firmansyah, Duky. 2005. Pengaruh Sikap Profesionalisme Akuntan Publik Terhadap

Kualitas Laporan Pemeriksaan Studi Survei pada Beberapa Kantor Akuntan

Publik di Bandung. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Widyatama.

Handoko, T. Hani. 1997. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.

Yogyakarta: BPFE.

Lasino & Fefen Suhedi. 2005. Kajian Penerapan Manajemen Keselamatan

Kebakaran pada Bangunan Gedung Tinggi di Indonesia. Kolokium & Open

House.

Mc Clain, John O., et all,. 1992. Operation Management. Third edition. New Jersey:

Prentice Hall.

Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. 2008. Peraturan Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Nomor 8 th.2008 tentang Pencegahan dan Penanggulangan

Bahaya Kebakaran. Jakarta : Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.

Parwitasari, RR. Aryu Dyah. 2010. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi

Pengguna Bangunan Terhadap Fire Planning Management Rumah Sakit di

Kota Surakarta. Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Prabawati, Th. Ari. 2010. Mengolah Data Statistik Hasil Penelitian dengan SPSS 17.

Penerbit ANDI : Yogyakarta.

Prawirosentono, Suryadi. 2003. Manajemen Operasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Rahmat, N. Vinky. 2003. Kajian Penerapan Sistem Proteksi Pasif Desain Site

Planning Pada Beberapa Kasus Rumah Susun di Jakarta dan Bandung.USU

Digital Library.

Ramachandran, G., Fire Safety Management and Risk Assessment, Facilities Journal,

Vol. 17, No. 9/10, 1999, pp. 364-366.

Page 75: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xx

Riduwan. 2003. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung : CV

Alfabeta

Santoso, Singgih. (2003). Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi

11.5. Gramedia, Jakarta.

Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business. New York : John Wiley &

Sons Inc.

Setyarto, Y. Djoko. Fenomena pada Kebakaran Gedung. Majalah Ilmiah Unikom

[Online]. Vol. 4. 102-103. Tersedia di : http://jurnal.unikom.ac.id/vol7/03-

Djoko.pdf [13 April 2010].

Siegel, Andrew F. 2000. Practical Business Statistics. McGraw-Hill Higher

Education, Fourth Edition.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Suprapto. 2008. Tinjauan Eksistensi Standar-Standar (SNI) Proteksi Kebakaran dan

Penerapannya dalam Mendukung Implementasi Peraturan Keselamatan

Bangunan. Prosiding PPIS Bandung.

Yanuar, Irma Trianawati. 2010. Analisis Kepedulian Pengguna Kios dan Pengunjung

Terhadap Penerapan Fire Planning Management Pada Pusat Grosir Solo dan

Beteng Trade Center Kota Surakarta. Jurusan Teknik Sipil Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Page 76: ABSTRAK - digilib.uns.ac.id/Pengaruh...tekstil dan garmen dari berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan infrastruktur, seperti lahan, sumber energi listrik, sumber air, serta transportasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengaruh Penerapan Fire Planning Management Terhadap Rasa Aman Pekerja Pada Pabrik Tekstil” guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka banyak kendala yang sulit untuk penyusun pecahkan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta semua staf dan karyawan.

2. Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta semua staf dan karyawan.

3. Widi Hartono, ST, MT selaku dosen pembimbing I.

4. Ir. Suyatno K., MT selaku dosen pembimbing II.

5. Ir. Delan Suharto, MT dan Ir. Sugiyarto, MT selaku dosen penguji.

6. Ir. Agus P. Saido, M.Sc selaku pembimbing akademis.

7. Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

8. Rekan-rekan tim skripsi (Irma, Aryu, Nita, Lily dan Retno).

9. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil Angkatan 2006 dan semua pihak yang telah memberikan semangat dan bantuan.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 27 Januari 2011

Penyusun