vi
ABSTRAK
Kadek Bagus Padmaningrat. 1214511033. Aplikasi Sistem Informasi
Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Daerah
Penangkapan Ikan Tuna Mata Besar di Selatan Jawa dan Bali. (Pembimbing:
I Wayan Gede Astawa Karang dan Abd. Rahman As-Syakur).
Tuna mata besar merupakan jenis tuna yang dominan tertangkap di wilayah
perairan Samudera Hindia dan merupakan spesies dengan nilai ekonomis tinggi.
Distribusi tuna mata besar dapat diprediksi melalui suhu permukaan laut dan
sebaran klorofil-a yang berhubungan dengan keberadaan ikan pelagis kecil. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara suhu permukaan laut
dan klorofil-a dengan jumlah tangkapan tuna mata besar serta memetakan daerah
penangkapan tuna mata besar di perairan Selatan Jawa dan Bali. Metode yang
digunakan adalah analisis regresi polinomial order dua untuk mengetahui pengaruh
suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan jumlah tangkapan tuna mata besar serta
analisis korelasi untuk mengetahui hubungan suhu permukaan laut dan klorofil-a
dengan jumlah tangkapan tuna mata besar. Hasil analisis menunjukan hubungan
yang kuat antara suhu permukaan laut dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar
pada kelompok positif catch dan high catch. Untuk kelompok positif catch nilai
korelasi 0,75 (suhu < 26,8oC) dan nilai korelasi -0,83 (suhu > 26,8oC). Untuk
kelompok high catch nilai korelasi 0,76 (suhu < 26,6oC) dan nilai korelasi -0,73
(suhu > 26,6oC). Hasil analisis menunjukan hubungan yang kuat antara klorofil-a
dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar pada kelompok positif catch dan high
catch. Untuk kelompok positif catch nilai korelasi 0,86 (klorofil-a < 0,15 mg/m3)
dan nilai korelasi -0,51 (klorofil-a > 0,15 mg/m3). Untuk kelompok high catch nilai
korelasi 0,79 (klorofil-a < 0,15 mg/m3) dan nilai korelasi -0,69 (klorofil-a > 0,15
mg/3). Daerah penangkapan tuna mata besar di perairan Selatan Jawa dan Bali
berada pada posisi 12oLS-15oLS dan 106oBT-118oBT.
Kata Kunci: Tuna mata besar, Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a, Positif
catch, High catch
vii
ABSTRACT
Kadek Bagus Padmaningrat. 1214511033. Application of Geographic
Information Systems (GIS) and Remote Sensing for Mapping Bigeyes Tuna
Fishing Area in the South of Java and Bali. (Pembimbing: I Wayan Gede
Astawa Karang dan Abd. Rahman As-Syakur).
Bigeye tuna is the dominant species of tuna caught in the territorial waters of
the Indian Ocean and is a species with high economic value. Distribution of bigeye
tuna can be predicted through the distribution of sea surface temperature and
chlorophyll-a is associated with the presence of small pelagic fish. The purpose of
this study was to determine the relationship between sea surface temperature and
chlorophyll-a by the number of bigeye tuna catches and charted the catching bigeye
tuna in the south of Java and Bali. The method used is a second-order polynomial
regression analysis to determine the effect of sea surface temperature and
chlorophyll-a by the number of bigeye tuna catches as well as correlation analysis
to determine the relationship of sea surface temperature and chlorophyll-a by the
number of bigeye tuna catches. The results showed a strong relationship between
sea surface temperature with a frequency bigeye tuna catch in the positive and high
catch. For positive catch correlation value 0,75 (temperature<26,8oC) and
correlation values -0,83 (temperature>26,8oC). For high catch correlation value
0,76 (temperature<26,6oC) and correlation values -0,73 (temperature > 26,6oC).
The results also showed a strong relationship between chlorophyll-a with frequency
bigeye tuna catch in the positive and high catch. To positive catch correlation value
of 0,86 (chlorophyll-a<0,15 mg/m3) and correlation values -0,51 (chlorophyll-
a>0,15 mg/m3). For high catch correlation value of 0,79 (chlorophyll-a<0,15
mg/m3) and correlation values -0,69 (chlorophyll-a>0,15 mg/m3). Bigeye tuna
fishing grounds in the south of Java and Bali are estimated around 12oS-15oS and
106oE-118oE.
Keywords: Bigeye Tuna, Sea Surface Temperature, Chlorophyll-a, Positif catch,
High catch
viii
RINGKASAN
Kadek Bagus Padmaningrat. 1214511033. Aplikasi Sistem Informasi
Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Daerah
Penangkapan Ikan Tuna Mata Besar di Selatan Jawa dan Bali. (Pembimbing:
I Wayan Gede Astawa Karang dan Abd. Rahman As-Syakur).
Tuna mata besar merupakan jenis tuna yang dominan tertangkap di wilayah
perairan Samudera Hindia dan merupakan spesies tropis produktif yang
menyumbang lebih dari 10% dari total tangkapan di seluruh dunia. Penangkapan
tuna mata besar di perairan Samudera Hindia pada umumnya menggunakan alat
tangkap rawai tuna (tuna longline). Alat tangkap ini banyak digunakan karena
mampu menjangkau daerah sebaran ikan tuna baik secara verikal maupun
horizontal. Distribusi ikan tuna mata besar dapat diprediksi melalui suhu optimum
yang berhubungan dengan keberadaan ikan tuna mata besar dan sebaran klorofil-a
yang berhubungan dengan keberadaan ikan pelagis kecil. Sebaran suhu permukaan
laut dapat menunjukan adanya areal-areal tertentu yang umumnya merupakan
daerah konsentrasi penyebaran ikan pelagis seperti di sekitar daerah terjadinya
upwelling. Upwelling mempengaruhi kelimpahan, komposisi, dan distribusi
fitoplankton karena adanya kandungan nitrat yang relative tinggi. Sebaran suhu
permukaan laut dan klorofil-a dapat diketahui melauli sistem penginderaan jauh.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara suhu
permukaan laut dan klorofil-a dengan jumlah tangkapan tuna mata besar di perairan
Selatan Jawa dan Bali serta memetakan daerah penangkapan tuna mata besar di
perairan Selatan Jawa dan Bali.
Lokasi penelitian yaitu di perairan Samudera Hindia Selatan Jawa dan Bali
pada kordinat 6o-17oLS dan 106o-118oBT yang merupakan bagian dari Wilayah
Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) 573. Pengumpulan data hasil
tangkapan tuna mata besar diperoleh dari perusahaan penangkapan dan pengolahan
tuna di pelabuhan Benoa, Bali. Data yang diperoleh merupakan data hasil
tangkapan tuna mata besar disertai dengan titik koordinat daerah tangkapan selama
bulan Juni, Juli, dan Agustus tahun 2006-2010. Pengumpulan data suhu permukaan
laut dan klorofil-a di perairan Selatan Jawa dan Bali merupakan data sekunder yang
diperoleh melalui situs www.oceancolor.gsfc.nasa.gov. Metode yang digunakan
adalah analisis regresi polinomial order dua untuk mengetahui pengaruh suhu
permukaan laut dan klorofil-a dengan jumlah tangkapan tuna mata besar serta
analisis korelasi linier untuk mengetahui hubungan suhu permukaan laut dan
klorofil-a dengan jumlah tangkapan tuna mata besar.
Hasil penelitian menunjukan sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a di
perairan Selatan Jawa dan Bali berbeda-beda pada tampilan pebulan dan pertahun.
Sebaran suhu permukaan laut bulan Juni 2006 berkisar antara 24-28,5oC, Juni 2007
berkisar antara 24,5-28,5oC, Juni 2008 berkisar antara 24-28,5oC, Juni 2009
berkisar antara 25-30oC, dan Juni 2010 berkisar antara 24,5-29oC. Sebaran suhu
permukaan laut di perairan Selatan Jawa dan Bali pada bulan Juli 2006 berkisar
antara 24-27,8oC, Juli 2007 berkisar antara 24,5-28oC, Juli 2008 berkisar antara 24-
28,5oC, Juli 2009 berkisar antara 24-29oC, dan Juli 2010 berkisar antara 24-28,5oC.
Sebaran suhu permukaan laut di perairan Selatan Jawa dan Bali pada bulan Agustus
ix
2006 berkisar antara 24-27,5oC, Agustus 2007 berkisar antara 24-28,5oC, Agustus
2008 berkisar antara 24-27oC, Agustus 2009 berkisar antara 24-28oC, dan Agustus
2010 berkisar antara 24-28,5oC. Pada Musim Timur 2006-2010 sebaran suhu
permukaan laut memiliki nilai yang berbeda di setiap tahunya, suhu permukaan laut
pada tahun 2006 berkisar antara 24-27,5oC, tahun 2007 berkisar antara 24-28,5oC,
tahun 2008 berkisar antara 24-27,5oC, tahun 2009 berkisar antara 24-28,5oC, dan
tahun 2010 berkisar antara 24-29oC.
Sebaran klorofil-a bulan Juni, Juli, dan Agustus tahun 2006-2010 memiliki
nilai yang berbeda di setiap bulannya. Sebaran klorofil-a pada bulan Juni 2006
berkisar antara 0,05-1 mg/m3, bulan Juni 2007 berkisar antara 0,04-0,8 mg/m3,
bulan Juni 2008 berkisar antara 0,05-0,9 mg/m3, bulan Juni 2009 berkisar antara
0,02-0,2 mg/m3, dan bulan Juni 2010 berkisar antara 0,03-0,5 mg/m3. Sebaran
klorofil-a bulan Juli 2006 berkisar antara 0,05-0,7 mg/m3, bulan Juli 2007 berkisar
antara 0,02-0,8 mg/m3, bulan Juli 2008 berkisar antara 0,03-1 mg/m3, bulan Juli
2009 berkisar antara 0,02-0,6 mg/m3, dan bulan Juli 2010 berkisar antara 0,02-0,5
mg/m3. Sebaran klorofil-a bulan Agustus 2006 berkisar antara 0,05-1 mg/m3, bulan
Agustus 2007 berkisar antara 0,05-0,8 mg/m3, bulan Agustus 2008 berkisar antara
0,05-0,9 mg/m3, bulan Agustus 2009 berkisar antara 0,03-0,9 mg/m3, dan bulan
Agustus 2010 berkisar antara 0,03-0,4 mg/m3. Pada Musim Timur 2006-2010
sebaran klorofil-a memiliki nilai yang berbeda setiap tahunnya, tahun 2006 sebaran
klorofil-a berkisar antara 0,05-1 mg/m3, tahun 2007 sebaran klorofil-a berkisar
antara 0,04-0,9 mg/m3, tahun 2008 sebaran klorofil-a berkisar antara 0,05-1 mg/m3,
tahun 2009 sebaran klorofil-a berkisar antara 0,03-0,6 mg/m3, dan tahun 2010
sebaran klorofil-a berkisar antara 0,03-0,35 mg/m3.
Suhu permukaan laut dan klorofil-a berhubungan dengan frekuensi tangkapan
tuna mata besar di perairan Selatan Jawa dan Bali. Hasil analisis korelasi
menunjukan hubungan yang kuat antara suhu permukaan laut dengan frekuensi
tangkapan tuna mata besar pada kelompok positif catch dengan nilai korelasi
sebesar 0,75 ketika suhu kurang dari suhu optimum 26,8oC dan hubungan sangat
kuat dengan nilai korelasi sebesar -0,83 ketika suhu lebih dari suhu optimum
26,8oC. Hubungan yang sangat kuat terlihat pada kelompok high catch dengan nilai
korelasi sebesar 0,76 pada suhu kurang dari suhu optimum 26,6oC dan hubungan
yang kuat pada suhu lebih dari suhu optimum 26,6 dengan nilai korelasi sebesar -
0,73. Hasil analisis korelasi menunjukan hubungan sangat kuat terlihat antara
klorofil-a dengan frekuensi tangkapan pada kelompok positif catch dengan nilai
korelasi sebesar 0,86 ketika klorofil-a kurang dari klorofil-a optimum 0,15 mg/m3
dan ketika klorofil-a lebih dari klorofil-a optimum 0,15 mg/m3 hubungan yang kuat
terlihat dengan nilai korelasi sebesar -0,51. Pada kelompok high catch ketika
klorofil-a kurang dari klorofil-a optimum 0,15 mg/m3 terlihat hubungan sangat kuat
antara klorofil-a dengan frekuensi tangkapan dengan nilai korelasi sebesar 0,79 dan
ketika klorofil-a lebih dari klorofil-a optimum 0,15 mg/m3 terlihat hubungan yang
kuat dengan nilai korelasi sebesar -0,69. Dari hasil analisis daerah penangkapan
tuna mata besar lebih dominan berada pada posisi 12oLS-15oLS dan 106oBT-
118oBT.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-
Nya penelitian serta penulisan skripsi dengan judul “Aplikasi Sistem Informasi
Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Daerah
Penangkapan Ikan Tuna Mata Besar di Selatan Jawa dan Bali” sebagai syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Kelautan di Fakultas Kelautan dan Perikanan
Universitas Udayana dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, baik
dari segi penulisan maupun penyusunan kalimat. Oleh karena itu masukan, saran,
serta kritik yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan skripsi ini dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bukit Jimbaran, Januari 2017
Kadek Bagus Padmaningrat
xii
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada:
1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas karunia-Nya memberikan kelancaran dan
kemudahan selama masa perkuliahan hingga penulisan tugas akhir ini.
2. Bapak Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kelautan
dan Perikanan Universitas Udayana.
3. Bapak I Wayan Gede Astawa Karang, S.Si., M.Si., Ph.D selaku pembimbing
I dan Abd. Rahman As-Syakur, S.P., M.Si selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, serta masukan kepada penulis selama
melaksanan penelitian dan penulisan skripsi.
4. Bapak Yulianto Suteja, S.Kel., M.Si selaku penguji I dan Bapak Dr. Eng. I
Dewa Nyoman Nurweda Putra, S.Si., M.Si selaku penguji II yang telah
memberikan saran dan kritik baik pada saat ujian proposal, ujian tugas akhir,
maupun saat proses penulisan skripsi.
5. Kedua orang tua tercinta I Ketut Arya dan Ida Ayu Ketut Murtini yang
senantiasa memberikan doa serta semangat tiada hentinya untuk kelancaran
perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini.
6. Saudara tercinta Putu Ayu Srikandi Arya beserta Putu Kawipratama Eddyarta
yang selalu memberikan doa serta semangat tiada hentinya.
7. Luh Putu Puspita Dewanti yang telah memberikan perhatian, motivasi, serta
semangat tiada henti selama proses perkuliahan, penelitian, penyusunan
skripsi, hingga ujian akhir.
8. Sad Pandawa : Aditya Karna, Ananda Yudhistira, Adi Bima, Satya Nakula,
dan Satya Sahadewa terima kasih atas segala materi yang diberikan,
kesedihan, dan kesenangan yang kita lalui bersama selama masa perkuliahan,
penelitian, hingga penulisan skripsi.
9. Seluruh kawan-kawan FKP Angkatan I, IK I, dan Anyelir Foundation terima
kasih atas semua waktu, pengalaman, dan kenangan yang di berikan dari awal
hingga akhir perkuliahan.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu serta mendukung dalam menyelesaikan penelitian ini.
xiii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Maret 1994
di Denpasar, Bali. Penulis merupakan anak kedua dari
dua bersaudara dari pasangan Ayah I Ketut Arya dan
Ibu Ida Ayu Ketut Murtini. Penulis memulai
pendidikan di TK Pertiwi pada tahun 1999 hingga
tahun 2000, selanjutnya di SD Negeri 31 Dangin Puri
pada tahun 2000 dan menyelesaikan pada tahun 2006.
Kemudian melanjutkan di SMP Negeri 3 Denpasar dan
lulus tahun 2009, kemudian melanjutkan di SMA PGRI
4 Denpasar hingga lulus tahun 2012. Penulis
melanjutkan studi di Universitas Udayana Fakultas
Kelautan dan Perikanan program studi Ilmu Kelautan
melalui jalur SBMPTN.
Selama perkuliahan Penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan
diantaranya pada tahun 2012-2013 menjadi Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) Fakultas Kelautan dan Perikanan, tahun 2013-2014 menjadi Gubernur
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kelautan dan Perikanan periode
kedua, tahun 2014-2015 Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Pemerintahan
Mahasiswa (BEM PM) Universitas Udayana “Kabinet Udaya Inspiratif”. Penulis
juga aktif menjadi relawan di komunitas linkungan dan sosial seperti Earth Hour,
menjadi relawan Udayana Mengajar, dan menjadi relawan Komunitas Aku Punya
Mimpi.
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Kelautan
dan Perikanan penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir yaitu Praktek Kerja
Lapangan di Loka Penelitian Perikanan Tuna (LPPT) Benoa pada tahun 2015,
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Nyanglan, Kabupaten Klungkung-Bali pada
tahun 2016, serta Tugas Akhir (Skripsi) dengan judul “Aplikasi Sistem Informasi
Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Daerah
Penangkapan Ikan Tuna Mata Besar di Selatan Jawa dan Bali” pada tahun
2016.
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ................... v
ABSTRAK ................................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................ vii
RINGKASAN ............................................................................................ viii
MOTTO ..................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ............................................................................... xi
UCAPAN TERIMAKASIH...................................................................... xii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... xiii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3. Tujuan ......................................................................................... 3
1.4. Batasan Penelitian ...................................................................... 3
1.5. Manfaat ....................................................................................... 4
1.6. Kerangka Berpikir ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6
2.1. Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) ........................................... 6
2.1.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tuna Mata Besar ............. 6
2.1.2. Distribusi Tuna Mata Besar .............................................. 7
2.1.3. Musim Pemijahan Tuna Mata Besar ................................ 9
2.1.4. Potensi Tuna Mata Besar .................................................. 9
2.2. Penginderaan Jauh (Remote Sensing) ......................................... 11
2.3. Satelit Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) 12
2.4. Sistem Informasi Geografis (SIG) .............................................. 14
2.4.1. Ruang Lingkup Sistem Informasi Geografis (SIG) .......... 15
2.4.2. Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG) ................. 16
2.5. Suhu Permukaan Laut ................................................................. 17
2.6. Klorofil-a .................................................................................... 18
2.7. Upwelling ................................................................................... 19
2.8. Suhu Permukaan Laut dan Sebaran Tuna Mata Besar ............... 20
2.9. Klorofil-a dan Sebaran Tuna Mata Besar ................................... 20
2.10. Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia
(WPP-RI) 573 ........................................................................... 21
BAB III METODOLOGI ......................................................................... 23
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 23
xv
3.2. Alat dan Data Penelitian ............................................................. 23
3.3. Metode Pengumpulan Data......................................................... 24
3.4. Metode Pengolahan Data ............................................................ 24
3.4.1. Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a ............................... 24
3.4.2. Data Hasil Tangkapan ...................................................... 26
3.5. Analisis Data ............................................................................... 27
3.5.1. Analisis Deskriptif ............................................................ 27
3.5.2. Analisis Statistik ............................................................... 27
3.6. Pemetaan Daerah Penangkapan Tuna Mata Besar ..................... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 32
4.1. Hasil ............................................................................................ 32
4.1.1. Sebaran Spasial Suhu Permukaan Laut ............................ 32
4.1.2. Sebaran Spasial Klorofil-a ................................................ 40
4.1.3. Hasil Tangkapan Tuna Mata Besar .................................. 48
4.1.4. Hubungan Suhu Permukaan Laut dengan Frekuensi
Tangkapan Tuna Mata Besar ............................................ 50
4.1.5. Hubungan Klorofil-a dengan Frekuensi Tangkapan Tuna
Mata Besar ........................................................................ 54
4.1.6. Peta Daerah Penangkapan Tuna Mata Besar .................... 58
4.2. Pembahasan ................................................................................ 59
4.2.1. Sebaran Spasial Suhu Permukaan Laut ............................ 59
4.2.2. Sebaran Spasial Klorofil-a ................................................ 61
4.2.3. Hasil Tangkapan Tuna Mata Besar .................................. 62
4.2.4. Hubungan Suhu Permukaan Laut dengan Frekuensi
Tangkapan Tuna Mata Besar ............................................ 63
4.2.5. Hubungan Klorofil-a dengan Jumlah Frekuensi
Tangkapan Tuna Mata Besar ............................................ 64
4.2.6. Peta Daerah Penangkapan Tuna Mata Besar .................... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 67
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 67
5.2. Saran ........................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 69
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Estimasi tingkat pemanfaatan tuna di WPPNRI 571, WPPNRI 572
dan WPPNRI 573 ............................................................................ 10
2. Komposisi produksi tuna di WPPNRI 571, WPPNRI 572 dan
WPPNRI 573 ................................................................................... 10
3. Panjang gelombang sensor MODIS ................................................ 13
4. Kemampuan kanal-kanal sensor MODIS........................................ 14
5. Daftar alat penelitian ....................................................................... 23
6. Daftar data penelitian ...................................................................... 24
7. Interval kekuatan hubungan korelasi .............................................. 29
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka berpikir penelitian ...................................................... 5
2. Tuna mata besar (Thunnus obesus) ............................................ 7
3. Peta sebaran ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) ................. 8
4. Proses perekaman obyek di permukaan bumi ............................ 12
5. Ilustrasi uraian ruang lingkup SIG.............................................. 16
6. Proses terjadinya upwelling ........................................................ 19
7. Kondisi ekosistem Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
Indonesia 573 .............................................................................. 22
8. Peta lokasi penelitian .................................................................. 23
9. Diagram alir pemetaan daerah penangkapan tuna mata besar di
Selatan Jawa dan Bali ................................................................. 30
10. Diagram alir metodologi ............................................................. 31
11. Sebaran spasial suhu permukaan laut bulan Juni 2006-2010 ..... 33
12. Sebaran spasial suhu permukaan laut bulan Juli 2006-2010 ...... 35
13. Sebaran spasial suhu permukaan laut bulan Agustus 2006-2010 37
14. Sebaran spasial suhu permukaan laut Musim Timur 2006-2010 39
15. Sebaran spasial klorofil-a bulan Juni 2006-2010 ....................... 41
16. Sebaran spasial klorofil-a bulan Juli 2006-2010 ........................ 43
17. Sebaran spasial klorofil-a bulan Agustus 2006-2010 ................. 45
18. Sebaran spasial klorofil-a Musim Timur 2006-2010 .................. 47
19. Grafik hasil tangkapan tuna mata besar bulan Juni, Juli, Agustus
tahun 2006-2010 ......................................................................... 48
20. Grafik hasil tangkapan tuna mata besar Musim Timur tahun
2006-2010 ................................................................................... 50
21. Grafik suhu permukaan laut dengan frekuensi tangkapan pada
Musim Timur tahun 2006-2010 .................................................. 51
22. Hubungan suhu permukaan laut dengan frekuensi tangkapan
tuna mata besar kelompok null catch ......................................... 52
23. Hubungan suhu permukaan laut dengan frekuensi tangkapan
tuna mata besar kelompok positif catch ..................................... 53
24. Hubungan suhu permukaan laut dengan frekuensi tangkapan
tuna mata besar kelompok high catch ........................................ 54
25. Grafik klorofil-a dengan frekuensi tangkapan Musim Timur
(Juni, Juli, Agustus) tahun 2006-2010 ........................................ 55
26. Hubungan klorofil-a dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar
kelompok null catch ................................................................... 56
27. Hubungan klorofil-a dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar
kelompok positif catch ............................................................... 57
28. Hubungan klorofil-a dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar
kelompok high catch .................................................................. 58
29. Peta daerah penangkapan tuna mata besar di perairan Selatan
Jawa dan Bali .............................................................................. 59
1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah perairan yang luas
dan dihimpit oleh dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik
(Mahrus, 2012). Luasnya perairan Indonesia menyebabkan tingginya potensi
perikanan yang dimiliki dan terbagi dalam beberapa wilayah pengelolaan
perikanan. Salah satu wilayah perairan yang memiliki pontensi perikanan yang
tinggi adalah perairan selatan Jawa dan Bali. Perairan selatan Jawa dan Bali
termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI)
573. Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) merupakan
wilayah pengelolaan perikanan yang dirancang untuk penangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian, dan pengembangan perikanan yang
meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan,
dan zona ekonomi eksklusif Indonesia (KKP, 2013).
Potensi perikanan yang lebih dominan di perairan selatan Jawa dan Bali
adalah sektor perikanan tuna. Tuna merupakan sumberdaya perikanan yang
memiliki nilai ekonomis tinggi serta menjadi perikanan terbesar ketiga di Indonesia
setelah udang dan ikan dasar (Tamarol and Wuaten, 2013). Tuna menjadi
komoditas paling banyak menyumbang nilai ekspor perikanan Indonesia mencapai
USD 89,41 juta (KKP, 2015). Sejak tahun 1980 hingga awal 1990 hasil tangkapan
tuna mata besar mengalami peningkatan mulai dari 40.000 ton hingga 100.000 ton.
Pada tahun 1997 sampai tahun 1999 merupakan puncak dari hasil tangkapan tuna
mata besar yaitu sekitar 140.000 sampai 150.000 ton. Hasil tangkapan tuna mata
besar mengalami penurunan hingga 96.200 sampai 121.700 ton pada tahun 2003-
2007 (IOTC, 2013). Hal ini berarti perlu diupayakan agar tangkapan tuna mata
besar dapat ditingkatkan secara optimal.
Peningkatan secara optimal tangkapan tuna mata besar dapat dilakukan
dengan menentukan daerah tangkapan tuna mata besar. Ketidak pastian mengenai
daerah penangkapan tuna mata besar menjadi kendala utama bagi para nelayan dan
perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan untuk meningkatkan efisiensi
operasi penangkapan. Umumnya para nelayan masih menggunakan cara tradisional
2
dalam menentukan daerah penangkapan tuna mata besar. Para nelayan terlebih
dahulu mencari lokasi banyaknya burung berterbangan di atas permukaan air yang
menandakan terdapatnya kelompok ikan kecil yang merupakan makanan bagi tuna
mata besar. Dalam menentukan daerah tangkapan tuna mata besar masalah yang
sering dihadapi yaitu keberadaan tuna yang berpindah-pindah sesuai dengan
kondisi oseanografi perairan.
Menurut Laevastu and Hela (1970) in Alimina (2005) distribusi tuna mata
besar dapat diprediksi melalui suhu optimum yang berhubungan dengan keberadaan
tuna mata besar. Sebaran suhu permukaan laut dapat menunjukan adanya areal-
areal tertentu yang umumnya merupakan daerah konsentrasi penyebaran tuna mata
besar (Alimina, 2005). Pola sebaran suhu permukaan laut dapat digunakan untuk
mengidentifikasi fenomena oseanografi seperti upwelling. Fenomena upwelling ini
mempengaruhi kelimpahan, komposisi, dan distribusi fitoplankton karena adanya
kandungan nitrat yang relatif tinggi (Sediadi, 2004). Melimpahnya fitoplankton di
suatu perairan mengindikasikan tingginya produktivitas perairan dan keberadaan
ikan pelagis kecil yang merupakan makanan utama dari tuna mata besar (IOTC,
2015).
Pengukuran sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a dapat dilakukan
menggunakan teknologi penginderaan jauh dengan citra satelit MODIS.
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi mengenai
objek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik (Limbong, 2008).
Pemanfaatan sistem penginderaan jauh digunakan untuk menghemat waktu, biaya,
tenaga, serta cakupan wilayah yang dapat diteliti sangat luas. Biasanya teknik
penginderaan jauh ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya
diinterpretasikan dalam bentuk peta guna menghasilkan data yang bermanfaat
(Purbowaseso, 1995). Dalam proses interpretasi data citra satelit dalam bentuk peta,
data diolah menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Penentuan daerah penangkapan tuna mata besar dapat dilakukan dengan
menganalisis suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan hasil tangkapan tuna mata
besar. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
parameter oseanografi dengan keberadaan tuna mata besar di Samudera Hindia
(Setyawati et al., 2014, Syamsuddin et al., 2015, dan Gaol et al., 2015). Hasil
3
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa keberadaan tuna mata besar
berhubungan dengan kondisi oseanografi perairan. Oleh karena itu penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui daerah penangkapan tuna mata besar serta hubungan
suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan jumlah tangkapan tuna mata besar di
selatan Jawa dan Bali.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian pendahuluan dapat dirumuskan beberapa masalah untuk dikaji
sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan
frekuensi tangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus) di perairan Selatan
Jawa dan Bali?
2. Bagaimana daerah penangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus) di perairan
Selatan Jawa dan Bali?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui hubungan antara suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan
frekuensi tangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus) di perairan Selatan
Jawa dan Bali.
2. Memetakan daerah penangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus) di perairan
Selatan Jawa dan Bali.
1.4. Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini dibuat untuk membatasi lingkup kajian penelitian agar
terfokus dan mengkaji secara lebih mendalam. Adapun batasan dari penelitian ini
adalah :
1. Lokasi penelitian ini dilakukan di perairan Selatan Jawa dan Bali pada kordinat
6oLS – 17oLS dan 106oBT – 118oBT.
2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, suhu permukaan laut,
klorofil-a, dan hasil tangkapan tuna mata besar pada bulan Juni, Juli, dan
Agustus tahun 2006-2010.
4
3. Daerah penangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus) dijelaskan
distribusinya dalam bentuk spasial.
1.5. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah tersedianya informasi mengenai daerah
penangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus) berdasarkan kondisi suhu
permukaan laut dan sebaran klorofil-a di wilayah Selatan Jawa dan Bali. Sehingga
informasi ini dapat dimanfaatkan oleh nelayan, pelaku industri perikanan, dan
pemerintah setempat sebagai acuan untuk rencana pengembangan daerah
tangkapan perikanan secara berkelanjutan.
1.6. Kerangka Berpikir
Perairan selatan Jawa dan Bali memiliki sumberdaya ikan yang potensial
khususnya perikanan tuna. Tuna memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi
komoditas paling banyak menyumbang nilai ekspor perikanan Indonesia mencapai
USD 89,41 juta (KKP, 2015). Tingginya potensi perikanan tuna di perairan selatan
Jawa dan Bali tidak lepas dari tiga komponen yang mempengaruhi yaitu faktor
oseanografi perairan (suhu permukaan laut dan klorofil-a), teknologi (penginderaan
jauh dan SIG), dan data tangkapan tuna. Masih kurangnya informasi mengenai
hubungan faktor oseanografi (suhu permukaan laut dan klorofil-a) dengan jumlah
tangkapan tuna mata besar serta kurangnya informasi mengenai daerah
penangkapan menjadi kendala utama bagi para nelayan untuk meningkatkan
efisiensi operasi penangkapan.
Pengukuran suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan metode konvesional
sangat sulit dilakukan karena wilayah perairan selatan Jawa dan Bali yang sangat
luas. Teknologi penginderaan jauh digunakan untuk mempermudah dalam
mendapatkan informasi mengenai sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a
dikarenakan cakupan wilayah penelitian yang luas, tidak mengeluarkan biaya, serta
lebih menghemat waktu. Pengolahan data oseanografi (suhu permukaan laut dan
klorofil-a) serta data perikanan tuna mata besar menggunakan Sistem Informasi
Geogafis (SIG) dapat memberikan informasi mengenai daerah tangkapan tuna mata
besar di selatan Jawa dan Bali. Adapun bagan alur kerangka berpikir dari penelitian
ini ditampilkan pada Gambar 1
5
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian
Peta daerah tangkapan ikan tuna mata
besar yang bermanfaat untuk nelayan
serta pemerintah sebagai acuan untuk
rencana pengembangan daerah tangkap
perikanan secara berkelanjutan.
Ikan Tuna Mata
Besar (Thunnus
obesus)
Suhu
Permukaan
Laut
Klorofil-a Penginderaan
Jauh
Sistem
Informasi Geografis (SIG)
Kurangnya informasi mengenai
daerah tangkapan ikan tuna mata besar di perairan Selatan Jawa dan
Bali
Faktor oseanografi Teknologi Data perikanan tuna
Perairan Selatan Jawa dan Bali merupakan wilayah
perairan yang memiliki potensi perikanan tuna yang
melimpah
Kurangnya informasi
mengenai hubungan
faktor oseanografi suhu
permukaan laut dan
klorofil-a terhadap
jumlah tangkapan ikan
tuna mata besar
Metode konvensional
sangat susah dilakukan
dalam pengukuran suhu permukaan laut dan
klorofil-a langsung di
lapangan
Keunggulan teknologi penginderaan
jauh:
Tidak mengeluarkan biaya yang
banyak dan waktu yang diperlukan
tidak terlalu lama.
Menghemat tenaga dalam
penelitiannya
Cakupan wilayah yang dapat diteliti
sangat luas dan mampu meneliti
wilayah yang sempit.
Perhitungan data sangat rinci dengan
seri waktu yang sangat lengkap
(harian, mingguan, bulanan, tahunan)
Mengolah data suhu permukaan
laut dan klorofil-a untuk
mendapatkan nilai sebaran suhu
permukaan laut dan konsentrasi
klorofil-a
Mengolah data tangkapan ikan
tuna mata besar untuk
mendapatkan fluktuasi hasil
tangkapan ikan tuna mata besar
Menganalisis serta menghubungkan
data suhu permukaan laut dan klorofil-a
dengan hasil tangkapan ikan tuna mata
besar
Top Related