Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Minimasi Pemisah Air Limbah (MPAL) PT PUSRI
Pengolahan air limbah di pabrik PT Pusri Palembang kini kian disempurnakan dengan telah
dioperasikannya pemakaian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Minimasi
Pemisah Air Limbah (MPAL) yang memanfaatkan media tanaman Eceng Gondok.
Sebelumnya Pusri telah memiliki sistem IPAL yang menggunakan bantuan mikrobiologi,
namun seiring dengan perkembangan teknologi maka dipandang perlu untuk di sempurnakan
lagi.
“Sistem pengolahan air limbah yang baru pertama di Indonesia ini, diyakini dapat membantu
meredam dan menurunkan beban limbah cair; seperti kandungan amoniak (NH3), Total
Keydal Number (TKN), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspend Solid (TSS) serta
minyak”, kata Dr. Imam Prasetyo. Lebih lanjut kata Ketua perancang penyempurnaan IPAL
dan MPAL ini dipilihnya tanaman enceng gondok sebagai media untuk membantu mengatasi
air limbah dikarenakan tanaman itu memiliki kekuatan terhadap lingkungan yang keras asam
maupun basa, ujar dosen fakultas Teknik Kimia Universitas Gajah Mada ini.
Ditempat yang sama General Manajer Produksi Ir. Sudadi Kartosomo dalam laporannya
mengatakan dari hasil uji coba awal menunjukkan adanya penurunan beban limbah cair
dibanding dari sebelum dioperasikannya proyek ini. Hasil ini sangat menggembirakan terlihat
pada setiap parameter limbah cair seperti, kandungan Amoniak, TKN (total keydal number),
COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (total suspended solid), Minyak dan pH mengalami
penurunan yang signifikan.
Biaya proyek IPAL dan MPAL ini hanya menelan biaya sebesar Rp 10.392.503.542,- dari
anggaran yang disiapkan sebanyak Rp. 16.500.000.000,- lebih jauh Sudadi merincikan
Menurut Direktur Produksi PT PUSRI Ir. Indrajaya, tujuan proyek ini adalah
mengembangkan metode penanggulangan limbah cair dengan melakukan penyempurnaan
instalasi pengolahan air limbah yang ada di PT Pupuk Sriwidjaja. Hasil yang diharapkan
adalah kualitas limbah cair yang keluar dari system IPAL ini akan memenuhi Baku Mutu
Limbah cair yang telah ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan SK Menteri Lingkungan
Hidup No. 122 Tahun 2004 dan SK. Gubernur No. 18 tahun 2005.
Lebih lanjut Indra menjelaskan Proyek IPAL dan MPAL ini terdiri dari beberapa unit proses
antara lain:
1. Kolam Emergency
2. Kolam Ekualisasi
3. Kolam / Tangki Net ralisasi
4. Scrubber
5. Kolam Wetland
6. Kolam Mikrobiologis
7. Bak Penampung di masing-masing pabrik atau MPAL
8. Serta unit-unit pendukungnya.
“Kita juga mendukung sepenuhnya PT Pusri membangun penyempurnaan IPAL dan MPAL
ini. Karena dari upaya itu diharapkan dapat menghindari masalah pencemaran lingkungan
khususnya Sungai Musi yang menjadi ternpat pengeluaran limbah. Jika pencemaran terus
terjadi di Sungai Musi tentu yang merasakan dampak negatifnya adalah warga Kota
Palembang. Selain itu akan menimbulkan penyakit dan merusak ekosistem sungai itu sendiri”
kata Walikota palembang Eddy Santana ketika meresmikan pemakaian IPAL dan MPAL.
Demildan halnya Dirut PT Pusri berharap agar prestasi di bidang pegelolaan lingkungan
dapat meningkat, dimana pada tahun 2006 memperoleh Predikat BIRU dan tahun berikutny
naik ke prediat HIJAU yag seterusnya ke predikat EMAS, harap Dadang menjawab
pertanyaan warawan. Keberhasilan ini sangat menggembirakan sebagai perwujudan tanggung
jwab kita untuk menuju Produksi bersih ramah lingkungan. Lestari pabrikku lestari alamku.
[infopusri]
2
Teknologi Pengolahan Air Limbahby Wahyu Hidayat on 01/01/08 at 4:33 pm | 131 Comments | |
Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun
industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah
tidak memenuhi baku mutu limbah. Sebagai contoh, mari kita lihat Kota Jakarta. Jakarta
merupakan sebuah ibukota yang amat padat sehingga letak septic tank, cubluk (balong), dan
pembuangan sampah berdekatan dengan sumber air tanah. Terdapat sebuah penelitian yang
mengemukakan bahwa 285 sampel dari 636 titik sampel sumber air tanah telah tercemar oleh
bakteri coli. Secara kimiawi, 75% dari sumber tersebut tidak memenuhi baku mutu air minum
yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit, besi, dan mangan.
Trickling filter. Sebuah trickling filter bed yang menggunakan plastic media.
Bagaimana dengan air limbah industri? Dalam kegiatan industri, air limbah akan mengandung
zat-zat/kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk
terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan, blowdownbeberapa peralatan
seperti kettle boiler dan sistem air pendingin, serta sanitary wastes. Agar dapat memenuhi baku
mutu, industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan terpadu baik di
dalam proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe
pollution prevention). Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan
volume limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan
pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan peencemar
sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan.
Parameter Konsentrasi (mg/L)
COD 100 – 300
BOD 50 – 150
Minyak nabati 5 – 10
Minyak mineral 10 – 50
Zat padat tersuspensi (TSS) 200 – 400
pH 6.0 – 9.0
Temperatur 38 – 40 [oC]
Ammonia bebas (NH3) 1.0 – 5.0
Nitrat (NO3-N) 20 – 30
Senyawa aktif biru metilen 5.0 – 10
Sulfida (H2S) 0.05 – 0.1
Fenol 0.5 – 1.0
Sianida (CN) 0.05 – 0.5
Batasan Air Limbah untuk IndustriKepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995
Namun walaupun begitu, masalah air limbah tidak sesederhana yang dibayangkan karena
pengolahan air limbah memerlukan biaya investasi yang besar dan biaya operasi yang tidak
sedikit. Untuk itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari
perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat.
Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter kualitas yang digunakan.
Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu parameter organik,
karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat
organik yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total organic
carbon(TOC), chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan
lemak (O&G), dan total petrolum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat
dilihat dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau, dan potensial
reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa organik atau
inorganik.
Teknologi Pengolahan Air Limbah
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam
air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang
tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut
dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan
tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung
pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan
pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi
pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and
coagulation, flotation,sedimentation, dan filtration.
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang
tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan
pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated
lagoon,stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and
sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation,
serta thickening gravity or flotation.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah
kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum
filtration,centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.
Pemilihan Teknologi
Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik kontaminan dalam
air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah ditampilkan di tabel di atas.
Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek
ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan peoperasian. Pada akhirnya,
teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan karakteristik limbah
yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi
kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang bertujuan untuk:
1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang sesuai dengan
karakteristik limbah yang akan diolah.
2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan efisiensi
pengolahan yang diharapkan.
3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala sebenarnya.
Sedimentation. Sebuah primary sedimentation tankdi sebuah unit pengolahan limbah domestik.Sedimentation tank merupakan salah
satu unit pengolahan limbah yang sangat umum digunakan.
Bottomline, perlu kita semua sadari bahwa limbah tetaplah limbah. Solusi terbaik dari
pengolahan limbah pada dasarnya ialah menghilangkan limbah itu sendiri. Produksi bersih
(cleaner production) yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
terbentuknya limbah langsung pada sumbernya di seluruh bagian-bagian proses dapat dicapai
dengan penerapan kebijaksanaan pencegahan, penguasaan teknologi bersih, serta perubahan
mendasar pada sikap dan perilaku manajemen. Treatment versus Prevention? Mana yang
menurut teman-teman lebih baik?? Saya yakin kita semua tahu jawabannya. Reduce, recyle, and
reuse.
Top Related