90
VII. SISTEM INTEGUMEN
A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar mahasiswa mampu mengenali beberapa organ kelengkapan tubuh
yang terdapat pada bagian integumen
2. Agar mahasiswa mampu mengenali bagian-bagian dan membedakan jenis-
jenis sisik pada ikan.
3. Agar mahasiswa mampu mengenali dan menunjukkan posisi derivat-derivat
kulit lainnya pada tubuh ikan.
B. Kulit dan Derivat Kulit
Integumen merupakan bagian tubuh ikan yang terletak paling luar. Sistem
integumen atau systema integumentum terdiri dari kulit dan derivat-derivatnya.
Derivat-derivat kulit tersebut adalah sisik, jari-jari sirip, scute (skut), keel (kil),
kelenjar lendir, dan kelenjar racun.
1. Kulit
Kulit merupakan pembungkus luar dan berfungsi sebagai alat pertahanan
pertama terhadap serangan penyakit serta juga dapat mencegah pengaruh faktor-
faktor luar terhadap tubuh ikan. Dalam beberapa hal, kulit juga dapat berfungsi
sebagai alat respirasi, alat ekskresi, dan alat osmoregulasi.
2. Sisik (squama)
Ada ikan yang mempunyai sisik, tetapi ada juga yang tidak memiliki.
Umumnya, ikan-ikan yang tidak bersisik mempunyai lapisan lendir yang lebih tebal
pada bagian kulitnya dibandingkan ikan-ikan yang memiliki sisik.
Sisik yang terdapat di sebelah bawah epidermis tersusun seperti genteng
dimana satu sisik menutupi sebagian sisik di belakangnya. Bagian sisik yang
tampak dari luar yaitu yang tidak tertutup oleh sisik lain disebut ‘exposed part’
(bagian terbuka), sedangkan bagian yang tidak tampak karena tertutup oleh sisik
di depannya disebut ‘embedded part’ (bagian tertutup). Bagian yang terbuka
tersebut merupakan bagian posterior dari sisik dan pada bagian ini terdapat butir-
butir zat warna (pigmen, chromatophora), sedangkan pada bagian yang
menempel pada kulit (bagian anterior) tidak memiliki pigmen.
91
Sel-sel pigmen yang terdapat pada sisik ikan umumnya berbentuk seperti
bintang, mengandung pigmen hitam yang disebut melanophora. Selain itu, juga
dijumpai kristal-kristal guanin yang tampak mengkilap, kebiru-biruan seperti
pelangi, yang terdapat di dalam guanophora (iridocyt), serta garis-garis konsentris
dan garis-garis radiair (Gambar 34). Garis-garis konsentris pada sisik ikan juga
disebut garis pertumbuhan. Di daerah ugahari (temperate, bermusim empat),
garis-garis konsentris ini digunakan sebagai alat untuk menduga umur ikan dan
disebut annulus (jamaknya: annuli).
Sisik ikan dapat dibedakan atas lima tipe, yaitu (Gambar 35):
a. Cosmoid, umumnya terdapat pada ikan-ikan primitif, misalnya Latimeria
chalumnae.
b. Ganoid, berbentuk menyerupai kubus dan terdiri atas dua lapisan, yaitu
lapisan basal yang homolog dengan sentin dan dibuat oleh corium serta
lapisan luar yang homolog dengan email dan terdiri atas guanin dan dibuat
oleh epidermis. Sisik ini ditemukan pada ikan sturgeon.
c. Placoid, berbentuk belah ketupat, pipih dengan bentuk seperti duri mencuat
di tengah-tengahnya dan menghadap ke belakang (caudal). Banyak
dijumpai pada ikan-ikan bertulang rawan (Chondrichthyes), misalnya ikan
cucut.
d. Cycloid (sisik lingkaran), berbentuk bulat pipih dengan garis-garis
konsentris dan garis-garis radiair, mengandung kristal-kristal guanin dan
pigmen melanophora. Ditemukan pada ikan-ikan berjari-jari lemah
(Malacopterygii), misalnya ikan mas, ikan hampal, dan sebagainya.
e. Ctenoid (sisik sisir), bentuknya agak mirip dengan sisik cycloid, tetapi pada
bagian posterior terdapat ‘ctenii’ (duri halus berupa rigi-rigi). Ditemukan
pada ikan-ikan berjari-jari keras (Acanthopterygii), misalnya ikan tambakan,
ikan tawes, ikan belanak, dan lain-lain.
3. Jari-jari Sirip (Radialia)
Setiap sirip disusun oleh selaput yang terdiri atas jaringan lunak yang
disebut membrana dan rangka yang terdiri atas jaringan tulang atau tulang rawan
(cartilago) yang disebut jari-jari sirip atau radialia. Ada radialia yang bercabang
dan ada juga yang tidak, tergantung pada jenisnya. Radialia ini bersendi pada
suatu basalia. Pada sirip yang letaknya di median, basalia berhubungan langsung
92
Gambar 34. Bagian-bagian sisik ikan (Andy Omar, 1987)
93
Gambar 35. Jenis-jenis sisik ikan (Bond, 1979)
94
dengan ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), yaitu pada spina neuralis atau
pada spina haemalis. Sebaliknya, pada sirip yang lain, basalia bersendi pada
tulang lain yang disebut cingulum. Pada pinna caudalis, basalia berhubungan
langsung dengan spina vertebra caudalis.
Jari-jari sirip pada ikan dapat dibedakan atas (Gambar 36):
a. Jari-jari keras, dengan ciri-ciri: sulit dibengkokkan, pejal, tidak berbuku-
buku. Jari-jari keras ini dapat berupa cucuk, duri, atau patil.
b. Jari-jari lemah, mempunyai ciri-ciri: mudah dibengkokkan, berbuku-buku,
nampak transparan, dan biasanya bercabang pada bagian ujungnya.
c. Jari-jari lemah mengeras, dengan ciri-ciri seperti yang terdapat pada jari-jari
lemah, tetapi mengalami pengerasan sehingga agak sulit dibengkokkan.
4. Lendir
Lendir pada ikan dihasilkan oleh kelenjar lendir yang terdapat pada bagian
epidermis kulit. Kelenjar ini menghasilkan mucin (glikoprotein) yang jika
bercampur dengan air akan membentuk lendir. Fungsi lendir pada ikan antara lain:
a. untuk mengurangi gesekan
b. untuk mencegah infeksi
c. untuk mencegah kekeringan
d. untuk mempertahankan diri
e. untuk membantu dalam proses reproduksi
f. untuk osmoregulasi
5. Kelenjar Racun
Pada beberapa jenis ikan terdapat kelenjar racun yang merupakan derivat
dari kulit. Kelenjar ini akan mensekresikan zat yang bila disuntikkan kepada
manusia akan menyebabkan rasa sakit, bahkan dapat menimbulkan kematian.
Beberapa contoh ikan yang mempunyai kelenjar racun adalah:
a. Cucut (Heterodontus francisci (Girard, 1855)), memiliki kelenjar racun pada
duri sirip punggung.
b. Pari (Pteroplatytrygon violacea (Bonaparte, 1832)), memiliki kelenjar racun
pada duri yang terdapat di sirip ekor.
c. Sembilang (Plotosus lineatus (Thunberg, 1787)), memiliki kelenjar racun
pada duri di bagian kepala.
95
Gambar 36. Jari-jari sirip (Andy Omar, 1987)
96
C. Ikan Beracun
Ikan beracun adalah ikan-ikan yang menyebabkan berbagai gangguan
saluran pencernaan dan syaraf bila daging atau anggota tubuh ikan itu dimakan
oleh manusia. Secara umum, ikan beracun (poisonous fishes) ditujukan kepada
ikan-ikan yang jaringannya, baik sebagian maupun secara keseluruhan, bersifat
toksik (beracun). Ikan berbisa (venomous fishes) biasanya terbatas hanya pada
ikan-ikan yang mampu menghasilkan racun dan menyebarkan racun tersebut
pada saat menggigit atau menusuk korbannya. Kenyataannya, semua ikan
berbisa adalah beracun tetapi tidak semua ikan beracun adalah berbisa. Ikan-ikan
yang secara nyata mempunyai organ berbisa (venom apparatus) disebut
phanerotoxic, sedangkan ikan-ikan yang jaringan tubuhnya mengandung racun
disebut cryptotoxic.
Ikan-ikan beracun dapat dibedakan atas:
a. Ichthyosarcotoxic fishes = ikan-ikan yang mengandung racun di antara otot,
viscera, atau kulit
b. Ichthyootoxic fishes = ikan-ikan yang menghasilkan racun terbatas hanya
pada gonad. Umumnya pada ikan-ikan air tawar. Termasuk ikan-ikan yang
mempunyai telur-telur yang beracun.
c. Ichthyohemotoxic fishes = ikan-ikan yang mempunyai racun di dalam
darahnya. Ditemukan pada belut air tawar dan beberapa ikan laut.
d. Ichthyocrinotoxic fishes = ikan-ikan yang menghasilkan racun melalui
sekresi kelenjar, tetapi tidak mempunyai organ berbisa. Misalnya boxfishes,
trunkfishes, hagfishes, dan lampreys, yang seluruhnya memproduksi
substansi beracun pada kulitnya dan kadang-kadang melepaskan racun
tersebut ke lingkungan perairan tempat mereka ditemukan.
Ichthyosarcotoxism adalah peristiwa keracunan akibat memakan ikan yang
mengandung racun di dalam otot, kulit, atau kotoran tubuhnya. Meliputi antara
lain: ciguatera poisoning, tetraodon poisoning, scombroid poisoning, clupeoid
poisoning, elasmobranch poisoning, hallucinatory poisoning, cyclostome
poisoning, chimaera poisoning, dan gempylid poisoning. Ichthyocrinotoxism
adalah peristiwa keracunan akibat terserang oleh ikan-ikan yang memiliki racun
pada kulitnya.
97
Ciguatera poisoning adalah peristiwa keracunan ikan yang menimbulkan
gangguan pada alat pencernaan dan syaraf. Merupakan sebuah bentuk rasa
mabuk yang menimbulkan rasa mual, muntah, sakit perut, panas dingin, dan mati
rasa pada mulut. Gejala-gejala lainnya termasuk sakit kepala, kejang, pusing atau
pening, dan kadang-kadang kulit tangan dan kaki melepuh. Istilah ini pertama kali
dipakai pada peristiwa keracunan yang disebabkan oleh Livona picta, sejenis
cacing laut, di Laut Karibia.
Ciguatera poisoning umumnya disebabkan oleh ikan-ikan yang hidup di
terumbu karang daerah tropis dan ikan-ikan laut yang semipelagis; hidup di dasar
tetapi jarang ditemukan pada kedalaman 200 kaki; di antara 35°LU dan 34°LS;
pemakan alga bentik, ikan bentik, atau organisme bentik lainnya, dan jarang yang
bersifat plankton-feeder. Ada sekitar 440 spesies ikan laut yang bersifat
ciguatoxic. Racun ini juga ditemukan pada beberapa Echinodermata, Moluska,
dan Arthropoda, yang hidup di laut. Sebagian besar ikan laut di perairan tropis
dapat menyebabkan ciguatera poisoning, walaupun beberapa spesies dapat
bersifat toksik di lokasi geografis tertentu sedangkan di lokasi lainnya tidak.
Ikan-ikan yang sering menyebabkan ciguatera poisoning antara lain adalah:
morays (Muraenidae), barracuda (Sphyraenidae), snappers (Lutjanidae), groupers
(Serranidae), jack (Carangidae), milkfish (Chanidae), tarpons (Elopidae), herrings
(Clupeidae), anchovies (Engraulidae), lizardfishes (Synodontidae), conger eels
(Congridae), flyingfishes (Exocoetidae), squirrelfishes (Holocentridae),
surgeonfishes (Acanthuridae), butterflyfishes (Chaetodontidae), mackerels dan
tuna (Scombridae), trunkfishes (Ostraciidae), puffer (Tetraodontidae),
porcupinefishes (Diodontidae), goatfishes (Mullidae), porgies (Sparidae), wrasses
(Labridae), parrotfishes (Scaridae).
Tetrodotoxin adalah racun yang terdapat di viscera ikan buntal dan
kerabatnya (Tetraodontidae, Diodontidae, dan Molidae). Ovari dan hati merupakan
organ yang paling toksik, sedangkan perut dan usus dapat menyebabkan
kematian, demikian juga mata dan ginjal. Beberapa spesies ikan buntal
mempunyai kulit, jaringan sub-cutaneous, dan testis yang beracun. Struktur kimia
tetrodotoxin mirip dengan tarichatoxin, racun yang ditemukan pada kadal air
Taricha torosa. Tetraodon poisoning merupakan peristiwa keracunan disebabkan
oleh makan ikan buntal (viscera, khususnya ovari dan liver) dan kerabatnya.
Tetrodotoxin (TTX) disebut juga puffer poison atau fugu poison ditemukan pada
98
beberapa puffers, ocean sunfishes, porcupinefishes, triggerfishes, spikefishes,
trunkfishes, dan filefishes. Sekitar 75 spesies bersifat racun.
Scombroid poisoning adalah peristiwa keracunan disebabkan oleh makan
ikan tongkol dan cakalang (mackerel, tuna, skipjack, bonito, dan Japanese saury
Cololabis saira). Jika ikan scombroid diawetkan, substansi beracun terbentuk di
dalam ototnya, dikenal dengan istilah saurine. Substansi tersebut dibentuk oleh
aksi enzim dan bakteri pada saat ikan mati. Clupeoid poisoning merupakan
peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan tembang (herrings, anchovies,
tarpons, bonefishes dan slickheads). Toksisitas racun berasosiasi dengan rantai
makanan.
Beberapa peristiwa keracunan lainnya yang disebabkan oleh karena
memakan ikan antara lain adalah:
- Fish poisoning atau ichthyotoxism adalah keracunan karena makan ikan
(bersifat umum).
- Elasmobranch poisoning adalah peristiwa keracunan disebabkan oleh
makan daging, viscera, gonad, dan hati ikan cucut dan ikan pari. Ikan cucut
yang beracun di antaranya adalah requiem sharks (Carcharhinidae), cow
sharks (Hexanchidae), dogfish sharks (Squalidae), dan mackerel sharks
(Lamnidae).
- Hallucinatory poisoning adalah peristiwa keracunan disebabkan oleh
makan ikan belanak dan kuro
- Cyclostome poisoning adalah peristiwa keracunan disebabkan oleh makan
ikan lamprey dan hagfishes.
- Gempylid poisoning adalah peristiwa keracunan disebabkan oleh makan
daging ikan famili Gempylidae. Daging tersebut mengandung wax
(semacam lilin) dalam konsentrasi yang tinggi. Wax terdiri atas cetyl dan
ester oleyl berasal dari asam oleat dan asam hidroksi-oleat.
Berdasarkan asal dari racun yang terdapat di dalam tubuh ikan, maka
terdapat beberapa istilah berkaitan dengan hal tersebut, antara lain yaitu:
- Ichthyotoxin adalah racun yang berasal dari ikan (secara umum)
- Ichthyosarcotoxin adalah racun yang terdapat pada daging ikan, tidak
termasuk racun-racun yang disebabkan oleh aktivitas bakteri
- Ichthyohemotoxin adalah racun yang terdapat di dalam darah ikan
99
- Ichthyootoxin adalah racun yang ditemukan hanya pada telur-telur ikan
- Ichthyoacanthotoxin adalah racun yang disekresikan oleh organ-organ
beracun (venom apparatus), seperti spina, alat penyengat, atau gigi ikan.
- Ichthyocrinotoxin adalah racun yang berasal dari kelenjar kulit yang
dihasilkan oleh ikan hagfishes, lampreys, morays (Muraenidae), soapfishes
(Grammistidae), puffer (Tetraodontidae), dan porcupinefishes (Diodon-
tidae).
- Ostracitoxin adalah substansi racun yang berasal dari kulit ikan Ostracion
lentiginosus (ikan buntal, boxfish atau trunkfish) untuk membunuh ikan atau
hewan laut lainnya. Racun ini disebut juga pahutoxin.
Kadar racun yang terdapat pada organ dalam ikan berbeda-beda,
tergantung kepada jenis ikan dan organnya. Namun demikian, ovari dan hati
merupakan organ-organ yang sangat berbahaya (Tabel 6).
Tabel 6. Kadar racun pada beberapa organ dalam ikan
Spesies Ovari Hati Kulit Usus Otot Darah
Takifugu niphobles (Jordan & Snyder, 1901)
400 1000 40 400 4 1
Takifugu alboplumbeus (Richardson, 1845)
200 1000 20 40 4 -
Takifugu pardalis (Temminck & Schlegel, 1850)
200 1000 100 40 1 1
Takifugu chrysops (Hilgendorf, 1879)
40 40 20 4 < 0,2 < 0,2
Takifugu pseudommus (Chu, 1935)
100 10 4 2 < 0,2 -
Takifugu rubripes (Temminck & Schlegel, 1850)
100 100 1 2 < 0,2 < 0,2
Takifugu xanthopterus (Temminck & Schlegel, 1850)
100 40 1 4 < 0,2 -
Takifugu stictonotus (Temminck & Schlegel, 1850)
20 < 0,2 2 1 < 0,2 -
Lagocephalus inermis (Temminck & Schlegel, 1850)
0,4 1 < 0,2 0,4 0,4 -
D. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok). Selanjutnya, setiap kelompok melakukan penelusuran pustaka dan
100
carilah lima jenis ikan ikan-ikan air tawar yang beracun yang terdapat di lokasi
anda. Carilah pula lima jenis ikan-ikan air laut yang beracun. Presentasikan tugas
tersebut di dalam kelas.
E. Daftar Pustaka
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.
Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Jurusan Perikanan
Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown
Company Publishers, Dubuque, Iowa. Djamali, A., Burhanuddin, dan M. Hutomo. 1994. Fauna Ikan-ikan Laut Berbisa
dan Beracun di Indonesia. Proyek Pemasyarakatan dan Pembudayaan IPTEK, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Halstead, B.W. 1988. Poisonous and Venomous Marine Animals of the World.
Second edition. Darwin Press, Darwin. 1168 p. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.
Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.
Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy.
Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.