BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membawa siswa belajar sesuai
dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya,
pengajar harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat
untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model
pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi
bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Jenis – jenis model belajar cukup banyak, menurut Erman Suherman ada 65,
juga model pembelajaran berkaitan dengan mata kuliah atau mata pelajaran,
contoh ada model pembelajaran fisika, model pembelajaran mataematika,
model pembelajaran geografi, model pembelajaran bahasa Indonesia dan lain-
lain. Penggunaan model pembelajaran juga dipengaruhi oleh filsafat
pendidikan, misalnya model pembelajaran yang sesuai dengan filsafat
konstruktivisme, model pembelajaran yang sesuai dengan filsafat
progesivisme, dan lain-lain. Selain itu model pembelajaran juga bergantung
dari pemakaian teknologi dalam pendidikan, misalnya penggunaan komputer.
Selain itu upaya pembaharuan di bidang pendidikan pada dasarnya diarahkan
pada usaha antara lain: penguasaan materi, media dan model pembelajaran
yang digunakan. Model pembelajaran diarahkan pada peningkatan aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar
berlangsung secara optimal antara guru dan siswa. Interaksi antara guru dan
siswa yang optimal berimbas pada penigkatan penguasaan konsep siswa yang
pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
1
Dengan perkataan lain, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan
peran guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran kimia menjadi lebih
baik, menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu
direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model
pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar
yang optimal. Sejalan dengan berkembangnya penelitian dibidang pendidikan
maka ditemukan model – model pembelajaran baru yang dapat meningkatkan
interaksi siswa dalam proses belajar mengajar, yang dikenal dengan model
pembelajaran kooperatifyaitu merupakan aktivitas pelaksanaan pembelajaran
dalam kelompok, yang saling berinteraksi satu sama lain, dimana
pembelajaran adalah bergantung kepada interaksi antara ahli-ahli dalam
kelompok, setiap siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di
kelas dan juga di dalam kelompoknya.
B. PERMASALAHAN
Apakah pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan akademik
dan pemahaman siswa terhadap keberagaman sosial temannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok
-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep
yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan
memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa
bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan
teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi
narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
B. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara kooperatif,
2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah,
3) Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,
budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap
kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula,
dan
4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
3
Model ini beranjak dari dasar pemikiran getting better together yang
menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana
yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan
pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang
bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.
Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya belajar dan
menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar,
melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai
kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Proses pembelajaran
dengan modelpembelajaran kooperatif ini mampu merangsang dan
menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa.
Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar
yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi
proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan.
Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan
berkembang pola belajar tutor sebaya (pear group) dan belajar secara
bekerjasama (cooperative).
Sebagai dampak isntruksional dalam model pembelajaran kooperatif adalah
pemahaman, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan pemecahan
masalah, kemampuan komunikasi, keterampilan mengunakan pengetahuan
secara bermakna, proses pembelajaran yang efektif. Sedangkan dampak
pengiringnya adalah menciptakan lingkungan kelas yang demokratis, dan
efektif dalam mengatasi keragaman siswa, otonomi dan kebebasan siswa,
kebebasan sebagai siswa, penumbuhan aspek sosial, interpersonal, dan
intrapersonal.
4
C. UNSUR-UNSUR MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
1. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan kelompok sangat tergantung
pada usaha setiap anggotanya.
2. Tanggung jawab perseorangan. Unsur ini merupakan akibat langsung dari
unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur
model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung
jawab untuk melakukan yang terbaik.
3. Tatap muka. Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus
diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan
interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi
yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah
menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi
kekurangan.
4. Komunikasi antar anggota. Unsur ini juga menghendaki agar para
pembejar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi
5. Evaluasi proses kelompok. Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus
bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja
sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok,
melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu.
D. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Terdapat 6 (enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.
1). Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan
kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
2). Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
5
3). Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
4). Membimbing kelompok belajar.
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok
kelompok belajar.
5). Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
6). Memberikan penghargaan.
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil
belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar
yang signifikan. Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode
pembelajaran kooperatif, antara lain:
1) Siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam
pembelajaran
2) Siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
3) Meningkatkan ingatan siswa
4) Meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran
6
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1). Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda
2). Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting
pembelajaran kooperatif dapat mengubah pembelajaran dari teacher center
menjadi student centered.
3). Pada intinya konsep dari model pembelajaran kooperatif adalah Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut
7
DAFTAR PUSTAKA
Slavin, Robert E, 2005,pembelajaran kooperatif: teori, riset dan praktik.
terjemahan Lita, Nusa Media, Bandung.
Djamarah dan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ditdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning,
CTL). Jakarta.:Depdiknas.
Erman, S.Ar., dkk. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA-FPMIPA.
H. Douglas Brown. 2008. Prinsip Belajar dan Pembelajaran Bahasa. Edisi ke lima.
Terjemahan Noor Cholis dan Yusi Avianto Pareanom. The Public Affairs
Section U. S. Embbassy. Jakarta
http://www.docstoc.com/docs/21180517/STUDI-KOMPARASI-METODE-
PEMBELAJARAN-KOOPERATIF-TIPE-JIGSAW-DAN
http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/model-belajar-dan-pembelajaran-
berorientasi-kompetensi-siswa/
http://mahmuddin.wordpress.com/2009/12/22/strategi-pembelajaran-kooperatif-
cooperative-learning/
http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/strategi-pembelajaran.html
8
Top Related