MAKALAH
FARMASI FISIKA
EKSTRAKSI CAIR-CAIR
Disusun oleh :
Esty Kusumawardhany
3311131136
Farmasi D
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini dibahas mengenai
Ekstrasi cai-cair.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
diharapkan untuk penyempurnaan selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Cimahi, 5 Juni 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekstraksi cair-cair merupakan salah satu cara pemisahan campuran cair yang
pada kondisi tertentu memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan cara
pemisahan lain seperti destilasi dan adsorpsi. Ekstraksi cair-cair telah digunakan
secara luas pada industri kimia, misalnya di industri pengilangan minyak bumi.
Proses tersebut dimanfaatkan untuk pemisahan senyawa-senyawa aromatik,
sulfur, lilin dan resin pada proses pembuatan minyak pelumas.
Pemisahan campuran fasa cair terjadi akibat perpindahan salah satu senyawa
dalam campuran ke fasa cair lain yang kontak dengan campuran cair tersebut.
Agar proses berjalan dengan cepat, kontak antara kedua cairan tersebut harus
intim yaitu area permukaan kontaknya besar serta hambatan perpindahan
massanya kecil.
Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan “bersih”
baik untuk zat organik maupun anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk
analisis makro dan mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga
banyak digunakan untuk pekerjaan prefentif dalam bidang kimia organik,
biokimia dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa
corong pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhiet, sampai yang paling
rumit, berupa alat “counter current craig”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekstraksi?
2. Apa yang dimaksud dengan ekstraksi cair-cair?
3. Apa yang dimaksud koefisien disrtribusi?
4. Apa yang dimaksud dengan ekstraksi kontinu?
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau
lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven)
sebagai separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda
dari komponen-komponen dalam campuran
Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur
antara lain menggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya
dimana pada satu fase dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain,
misalnya ekstraksi berulang-ulang suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut organik,
dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu ekstraktor sokshlet.
Istilah-istilah berikut ini umumnya digunakan dalam teknik ekstraksi:
a. Bahan ekstraksi: Campuran bahan yang akan diekstraksi
b. Pelarut (media ekstraksi): Cairan yang digunakan untuk melangsungkan
ekstraksi
c. Ekstrak: Bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi
d. Larutan ekstrak: Pelarut setelah proses pengambilan ekstrak
e. Rafinat (residu ekstraksi): Bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya
f. Ekstraktor: Alat ekstraksi
g. Ekstraksi padat-cair: Ekstraksi dari bahan yang padat
h. Ekstraksi cair-cair (ekstraksi dengan pelarut = solvent extraction):
Ekstraksi dari bahan ekstraksi yang cair
Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan
diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak dalam
pelarut.
Semakin kecil partikel dari bahan ekstraksi, semakin pendek jalan yang harus
ditempuh pada perpindahan massa dengan cara difusi, sehingga semakin rendah
tahanannya. Pada ekstraksi bahan padat, tahanan semakin besar jika kapiler-kapiler
bahan padat semakin halus dan jika ekstrak semakin terbungkus di dalam sel
(misalnya pada bahan-bahan alami). Ekstraksi dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Ekstraksi padat-cair
Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut
dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Pada ekstraksi, yaitu ketika
bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut, maka pelarut menembus kapiler-kapiler
dalam bahan padat dan melarutkan ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi yang
tinggi terbentuk di bagian dalam bahan ekstraksi. Dengan cara difusi akan terjadi
kesetimbangan konsentrasi antara larutan tersebut dengan larutan di luar bahan padat.
2) Ekstraksi cair-cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila
pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena
pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak
ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya
dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan
pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin. Pada makalah ini akan dijelaskan
lebih lanjut mengenai ekstraksi cair-cair.
2.2 Ektraksi Cair – Cair
Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute dipisahkan
dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven
ini adalah heterogen ( immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2
fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak). Perbedaan konsentrasi
solute di dalam suatu fasa dengan konsentrasi pada keadaan setimbang merupakan
pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) solute dari larutan yang ada. Gaya dorong
(driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat ditentukan
dengan mengukur jarak system dari kondisi setimbang.
Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut.
Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven.
Gambar 1. (a)Proses ekstraksi cair-cair dan (b) aplikasi ekstraksi cair-cair.
Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi. Yang cair dicampur
berulangkali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk (sebaiknya dengan
saluran keluar di bagian bawah). Larutan ekstrak yang dihasilkan setiap kali
dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat).
Yang konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses pencampuran dan
pernisahan adalah tangki yang bagian bawalmya runcing (yang dilengkapi dengan
perkakas pengaduk, penyalur bawah, maupun kaca Intip yang tersebar pada seluruh
ketinggiannya).
Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu digunakan misalnya untuk
mengolah bahan dalam jurnlah kecil,atau bila hanya sekali-sekali dilakukan ekstraksi.
Untuk Pemisahan Yang dapat dipercaya antara fasa berat dan fasa ringan, sedikit-
sedikitnya diperlukan sebuah kaca intip pada saluran keluar di bagian bawah tangki
ekstraksi.
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala
besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap,
produk-produk minyak bumi dan garam-garam logam. Proses ini pun digunakan
untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair.
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara
destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau
karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti halnya pada proses
ekstraksi padat-cair, ekstraksi caircair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu
pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua
fasa cair itu sesempurna mungkin.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak
meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut
kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut
tidak. saling melarut (atau hanyadalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan
masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan
agar terjadi bidang kontak yang seluasmungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk
itu salah satu cairan distribusikan menjaditetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan
perkakas pengaduk). Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena
akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali
dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting
perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini
berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari
bidang batas.
Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis
menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan
kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan
pembentukan fasa homogen yang diikuti dengan menentukan output sebuah
ekstraktor cair-cair. Kuantitas pemisahan persatuan waktu dalam hal ini semakin
besar jika permukaan lapisan antar fasa di dalam alat semakin luas. Sama haInya
seperti pada ekstraksi padat-cair,alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu yang akan
dibahas berikut ini seringkali merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap. Instalasi
tersebut biasanya terdiri atas ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-zone
pencampuran dan pemisahan) dan sebuah peralatan yangdihubungkan di belakangnya
(misalnya alat penguap, kolom rektifikasi) untuk mengisolasi ekstrak atau
memekatkan larutan ekstrak dan mengambil kembali pelarut.
Pertimbangan pemakaian proses ekstraksi sebagai proses pemisahan antara lain:
a) Komponen larutan sensitif terhadap pemanasan jika digunakan distilasi
meskipun padakondisivakum
b) Titik didih komponen-komponen dalam campuran berdekatan
c) Kemudahan menguap (volatility) komponen-komponen hampir sama.
Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut yang digunakan harus
memenuhi kriteria sebagai berikut (Martunus & Helwani, 2004;2005) :
a) kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam campuran.
b) kemampuan tinggi untuk diambil kembali.
c) perbedaan berat jenis antara ekstrk dan rafinat lebih besar.
d) pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur.
e) tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi.
f) tidak merusak alat secara korosi.
g) tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya relatif murah.
Berdasarkan sifat diluen dan solven, sistem ekstraksi dibagi menjadi 2 sistem :
a) immiscible extraction, solven (S) dan diluen (D) tidak saling larut.
b) partially miscible, solven (S) sedikit larut dalam diluen (D) dan sebaliknya ,
meskipun demikian, campuran ini heterogen, jika dipisahkan akan terdapat
fase diluen dan fase solven.
Skema sistem :
Gambar 2. Skema sistem ekstraksi.
Suatu unit ekstraksi, selalu diikuti unit pemungutan solven agar dapat digunakan
kembali. (solvent recovery unit), seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3. Skema unit ekstraksi yang diikuti unit pemungutan solven.
Ditinjau dari cara kontak kedua fase, maka ekstraktor dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Kontak kontinyu ( continuous contactor) seperti Rotary Disc Contactor,
Packed bed extractor, spray tower.
b) Kontak bertingkat ( stage wise contactor) seperti menara plat/tray, mixer-
settler.
Menara kontak kontinyu sering disebut menara transfer massa, sedangkan
menara platsering disebut menara stage keseimbangan. Oleh karena itu, pada menara
kontak kontinyuharus diperhatikan kecepatan perpindahan massa solut dari fase
pembawa ke fase pelarut.
Tujuan perancangan alat ekstraksi dengan kontak bertingkat adalah
menentukan jumlah stage seimbang/ideal/teoritis yang dibutuhkan.Jumlah stage
sesungguhnya merupakan rasio stage ideal dengan efisiensi alatnya. Di dalam
menganalisis alat ekstraksi, seseorang harus mengetahui dan menentukan :
a) kondisi bahan yang akan dipisahkan (umpan), yaitu kecepatan arus fluida
umpan, komposisi.
b) banyak solut yang harus dipisahkan,
c) jenis solven yang akan digunakan,
d) suhu dan tekanan alat,
e) kecepatan arus solven minimum dan kecepatan arus solven operasi,
f) Diameter menara,
g) Jenis alat kontak,
h) Jumlah stage ideal, aktual, dan tinggi menara,
i) Pengaruh panas.
Pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan pelarut yang digunakan adalah:
a) Selektifitas (factor pemisahan = β)
Agar proses ekstraksi dapat berlangsung, harga β harus lebih besar dari satu.
Jika nilai β =1 artinya kedua komponen tidak dapat dipisahkan.
b) Koefisien distribusi K = konsentrasi solut dalam fasa ekstrak,
Sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar, sehingga jumlah
solvent yangdibutuhkan lebih sedikit.
c) Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan) pemisahan solute dari solvent
biasanya dilakukan dengan cara distilasi, sehingga diharapkan harga “relative
volatility” dari campuran tersebut cukup tinggi.
d) Densitas, perbedaan densitas fasa solvent dan fasa diluent harus cukup besar
agar mudah terpisah. Perbedaan densitas ini akan berubah selama proses
ekstraksi dan mempengaruhi laju perpindahan massa.
e) Tegangan antar muka (interfasia tension) Tegangan antar muka besar
menyebabkan penggabungan (coalescence) lebih mudahnamun mempersulit
proses pendispersian. Kemudahan penggabungan lebih dipentingkansehingga
dipilih pelarut yang memiliki tegangan antar muka yang besar.
f) Chemical reactivity, pelarut merupakan senyawa yang stabil dan inert
terhadap komponen-komponen dalamsystem dan material (bahan konstruksi).
g) Viskositas tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan
penanganan dan penyimpanan.
h) Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar.
2.3 Koefisien distribusi
Hukum distribusi atau partisi. Suatu zat yang dapat larut dalam dua zat pelarut
yang tidak saling tercampur dan ketiga-tiganya ada bersama, maka zat tersebut akan
terbagi kedalam dua pelarut tersebut, pernyataan ini dikenal dengan hukum
distribusi / Nerst. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut
tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap, tetapan tersebut disebut koefisien
distribusi. Koefisien distribusi tergantung pada konsentrasi, sehingga Y = K.X
Y = konsentrasi solute dalam fasa ekstrak
X = konsentrasi solute dalam fasa rafinat
K = koefisien distribusi
Ada tiga faktor penting yang berpengaruh dalam peningkatan karakteristik
hasil dalam ekstraksi cair-cair yaitu (Martunus dkk., 2006; Martunus & Helwani,
2004; 2005; 2006):
1. Perbandingan pelarut-umpan (S/F).
Kenaikan jumlah pelarut (S/F) yang digunakan akan meningkatan hasil
ekstraksi tetapi harus ditentukan titik (S/F) yang minimum agar proses ekstraksi
menjadi lebih ekonomis.
2. Waktu ekstraksi.
Ekstraksi yang efisien adalah maksimumnya pengambilan solut dengan waktu
ekstraksi yang lebih cepat.
3. Kecepatan pengadukan.
Untuk ekstraksi yang efisien maka pengadukan yang baik adalah yang
memberikan hasil ekstraksi maksimum dengan kecepatan pengadukan minimum,
sehingga konsumsi energy menjadi minimum.
2.4 Ekstraktor cair-cair kontinu
Operasi kontinu pada ekstraksi cair-cair dapat dilaksanakan dengan sederhana,
karena tidak saja pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi cair secara mudah dapat
dialirkan dengan bantuan pompa. Dalam hal ini bahan ekstraksi berulang kali
dicampur dengan pelarut atau larutan ekstrak dalam arah berlawanan yang
konsentrasinya senantiasa meningkat.
Setiap kali kedua fasa dipisalikan dengan cara penjernihan. Bahan ekstraksi
dan pelarut terus menerus diumpankan ke dalam alat, sedangkan rafinat dan larutan
ekstrak
dikeluarkan secara kontinu.Ekstraktor yang paling sering digunakan adalah kolom-
kolom ekstraksi,di samping itu juga digunakan perangkat pencampur-pemisah (mixer
settler). Alat-alat ini terutama digunakan bila bahan ekstraksi yang harus dipisahkan
berada dalam kuantitas yang besar, atau bila bahan tersebut diperoleh dari proses-
proses sebelumnya secara terus menerus.
Senyawa organik lebih larut dalam pelarut air dibandingkan dalam pelarut
organik (koefisien distribusi antara pelarut organik dan air kecil). Ekstraksi senyawa
dengan koefisien campuran rendah antara pelarut organik dan air biasanya
memerlukan pelarut organik dalam jumlah yang banyak. Penggunaan pelarut yang
besar ini bisa diatasi dengan ekstraksi kontinyu dimana hanya relative kecil volume
pelarut yang dibutuhkan (vogel, 1989 : 156). Teknik ekstraksi cair-cair kontinyu,
pelarutnya dapat didaur ulang menjadi campuran yang mengandung air sehingga
penyusunnya dapat diekstraksi dengan pelarut lain. (Ralph J. Fessenden, 1993 : 84).
Gambar 5. Alat ekstraksi cair-cair kontinyu
Gambar 5. menunjukkan alat ekstraksi kontinyu menggunakan pelarut yang
lebih encer dari air (ekstraktor yang lain dapat dirancang untuk pelarut yang lebih
kental dari air). Larutan yang diekstraksi ditempatkan pada tabung panjang. Pelarut
ditempatkan di labu destilasi, seperti ditunjukkan pada gambar. Ketika pelarut
didestilasi, uap hasil kondensasi masuk pada pipa sempit yang ada dalam dasar
tabung besar.Ketika pipa sempit itu diisi pelarut, gelembung-gelembung kecil pelarut
naik melalui pipa dan keluar sebagai uap air.
Ekstraksi senyawa organik di atas dengan air akan keluar kembali pada botol
penyulingan, dimana lebih banyak lagi pelarut yang didestilasi. Ekstraksi cair-cair
kontinyu ini membutuhkan waktu beberapa jam atau beberapa hari tetapi operator
bebas beraktivitas dimana ekstraksi bekerja sendiri. Ketika ekstraksi sudah lengkap,
ekstraks organik kering dan komponen organik bebas dari pelarut.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil mencarian materi makalah maka dapat disimpulkan
bahwa, ekstraksi cai-cair memiliki keunggulan dalam proses pemisahan yaitu ekstrasi
dapat berlangsung pada kondisi ruang dan kebutuhan energy relatif kecil sehingga
metode ini dapat dilakukan untuk keperluan di Industri Farmasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alimin. MS., Dkk. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.
Arifianto, Nugroho., Sri Wahyuningsih dan Lutfi Aris Sasongko, “Consumers Preference Towards Watermelon In Semarang”, Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 4 No 2,(Semarang: Universitas Wahid Hasyim, 2008), Hal: 75-85.
Basset, J.,R.C. Denney, dan J. Mendham.Vogels Texbook Of Quantitative Inorganic Elementary Instrumental Analysis Including Elementary Instrumental Analysis. Terj. Handayana Pudjaatmaka, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik . Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 1994.
Day and Underwood. Quantitative Analysis, Sixth Edition. Terj.Iis Sopyan, Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga, 2002.
Gozan, Mizri. Adsopsi Leading dan Ekstraksi Pada Industri Kimia. Jakarta:UI-Press, 2006.
Khopkar, SM.Basic Concept Of Analitycal Chemistry. Terj. Saotoraharjo, Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 1990.
Mirwan, Agus dan Dannu Arriono, “Dinamika Tetes Ekstraksi Cair-Cair Sistem Air-Metil Keton (Mek)-Heksan Dalam Kolom Isian”, Jurnal Teknik Kimia Indonesia 9 No.3, (Bandung: ITB, 2010), Hal: 99-105.