Tugas Perorangan
Tugas Ke – 1
K3 PADA LABORATORIUM DAN BENGKEL
MK : KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
KELAS : 1A KONSTRUKSI GEDUNG
Disusun Oleh :
NAMA / NIM : RAHMAT TIRTA / 311 12 006
PRODI KONSTRUSKI GEDUNG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2012
BAB I
Pendahuluan
Negara-negara pengimpor suatu produk strategis terutama negara maju baik
belahan dunia barat maupun timur telah mensyaratkan penerapan sistem Manajemen
Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan, Social Accountabillity ( Social Clause ),
Sertifikasi Produk, dan Sitem menajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Persyaratan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi standar baik internasional,
regional maupun badan sertifikasi.
Untuk membuktikan bahwa persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh suatu
perusahaan, maka harus dibuktikan dengan cara pengukuran kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja yang merupakan bagian dari proses akrediritas maupun sertifikasi.
pengukuran kinerja tersebut merupakan salah satu aspek penting dalam sistem
manjemen keselamatan dan kesehatan kerja. Sejalan dengan konsep menajemen
modem, maka aspek pengukuran kinerja tersebut dilaksanakan dalam berbagai
kegiatan perusahaan yang dimulai sejak tahap perencanaan, konstruksi sampai tahap
operasi.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran kinerja penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja tersebut maka dapat digunakan sebagai dasar untuk
melaksanakan upaya perbaikan atau penyempurnaan secara terus menerus.
BAB II
ISI
Setiap kegiatan selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat
terjadinya kecelakaan, kecelakaan yang terjadi pada suatu kegiatan industri
merupakan hasil akhir dari suatu aturan yang ada dan kondisi kerja yang tidak
nyaman. Walaupan demikian terjadinya kecelakaan seharusnya dapat di cegah dan
diminimalisasikan, karena kecelakaan tidak dapat terjadi dengan sendirinya.
Terjadinya kecelakaan pada umumnyaditimbulkan oleh beberapa faktor penyebab,
oleh karena itu terjadinya kecelakaan harus diteliti faktor-faktor penyebabnya denga
tujuan untuk menentukan usaha-usaha pembinaan dan pengawasan keselamatan kerja
yang tepat secara efektif dan efisian sehingga terjadinya kecelakaan dapat dicegah.
Sebagai faktor penyebab terjadinya
kecelakaan pada umumnya bersumber pada
faktor lingkungan kerja dan faktor manusia,
berdasarkan statistik kecelakaan, kejadian
kecelakaan kerja lebih dari 85% disebabkan
oleh faktor manusia sehingga perhatian
ditekankan kepada aspek manusia.
Perilaku pekerja yang tidak aman yang
dapat membahayakan, kondisi yang berbahaya,
kondisi hampir celaka dan penyakit akibat kerja
adalah gejala dari kurang berfungsinya
manjemen. Permasalahan keselamayan dan
kesehatan kerja harus dicari penyebab dasar
masalah hingga ditemukan tugas dan fungsi
yang tidak dilaksanakan denganbaik yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
Bahaya – bahaya yang ada di tempat kerja pada dasarnya berpotensi dapat
menimbulakn terjadinya kecelakaan, maka harus diidentifikasi dan dikelola dengan
baik sejak mulai dari perencanaan, konstruksi, operasi sampai dengan pasca operasi.
Secara umum resiko bahaya kebakaran dan kecelkaan sudah disadari oleh
perusahaan-perusahaan dilingkungan kegiatan usaha apapun, oleh karena itu setiap
perusahaan yang bergerak melakukan kegiatan usaha pada umumnya telah melakukan
upaya-upaya pencegahan dan penanggulangannya antara lain telah menyediakan
fasilitas keselamatan kerja perorangan (Personal Protection Equipment) dan sarana
pencegahan dan penanggulangan kebakaran baik secara permanen maupun yang
portable.
Dalam melakukan kegiatan didalam laboratorium, kita harus menyadari
bahwa dalam setiap kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak lingkungan
dan kebakaran sehingga penting sekali aspek keselamatan dan kesehatan kerja disini.
Merupakan kebijakan manajemen untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada
laboratorium, melindungi harta milik perusahaan dari kerusakan dan memberikan
keamanan kepada karyawan sehubungan dengan pengoperasian dan penggunaan
fasilitas laboratorium di
perusahaan.
Setiap pengguna
laboratorium harus
mempunyai rasa tanggung
jawab yang penuh akan
keselamatan dan kesehatan
kerja didalam laboratorium.
Untuk itu perlu di buat
peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur yang di tetapkan dan harus ditaati selalu
pada setiap kegiatan yang dilakukan didalam laboratorium. Penyelenggra terhadap
peraturan-peraturan dan prosedur kerja dapat dikenakan sanksi
Manajemen tidak menginginkan program keselamatan dan kesehatan kerja
dalam laboratorium hanya merupakan fungsi pelengkap, tetapi harus dilaksanakan .
setiap orang yang akan melakukan pekerjaan di dalam laboratorium harus membaca
peraturan yang ada serta memahami buku petunjuk di dalam laboratorium.
Dalam laboratorium diperlukan suatu panduan untuk keselamatan kerja dan
keselamatan laboratorium harus ditempatkan di tingkatan prioritas yang paling tinggi
dan ANDA adalah bertanggung jawab untuk suatu laboratorium yang aman.
Dalam laboratorium pada tahap awal kita harus mengetahui :
1. Kegiatan yang akan dilakukan
2. Bahan-bahan kimia yang tersedia
3. Fasilitas peralatan proses yang tersedian
4. Peralatan K3 yang tersedia
Untuk melakukan kegiatan di dalam
laboratorium diperluakan aturan tersendiri dalam
melakukan K3 Peraturan dalam Laboratorium :
1. Melaksanakan pekerjaan laboratorium hanya
ketika ada guru atau pengawas dan tidak
diijinkan mengadakan percobaan laboratorium
yang tidak diijinkan
2. Perhatian untuk keselamatan perlu dimulai
bahakan sebeleum melakukan aktivitas yang
pertama. Selalu membaca dan memikirkan
masing-masing tugas laboratorium sebelum
dimulai
3. Mengetahui letak penempatan dan penggunaan dari semua peralatan keselamatan
di dalam laboratorium ini meliputi keselamatan shower, pencuci mata, kotam
PPPK, pemadam api dan selimut (blanket) dan lihat suatu tata ruang yang
menyangkut dan mempertunjukkan penempatan dari peralatan keselamatan.
4. Pakailah celemek atau mantel laboratorium dan kacamata pelindung atau
kacamata bersifat melindungi untuk semua pekerjaan laboratorium memakai
sepatu lebih baik dibandingkan dengan sandal dan gunakan pengikat rambut.
5. Bersihkanlah bangku dari semua material tak perlu seperti pakaian dan buku
sebelum pekerjaan di mulai
6. Periksalah label bahan kimia dua kali untuk meyakinkan mempunyai unsur yang
benar. Beberapa bahan kimia rumusan dan nama berbeda dengan hanya suatu
nama dan nomor. Memperhatikan dan menghiraukan penggolongan resiko yang
ada label dan lihatlah suatu diagram resiko dan maksud angka-angka yang
digunakan pada tabek diagram resiko.
7. Jika mungkin diminta untuk
memindahakan beberapa bahan kimia
laboratorium dari suatu botol umum ke
botol piala besar atau tabung test milik
mu. JANGAN KEMBALIKAN
kelebihan materiall apapun kedalam
kemasan yang aslinya kecuali jika diberi
ijin oleh guru/pengawas.
8. Hindarilah pergerakan dan pembicaraan
yang tak perlu di dalam laboratorium
9. Jangan pernah mencicipi material. Tidak boleh mmbawa makanan atau minuman
ke dalam laboratorium. Jika di perintahkan untuk membaui sesuatu, lakukan
dengan penghembusan sebagian dari uap air ke arah hidung. Tidak menempatkan
hidung dekat pembukaan kontainer/kemasan.
10. Jangan pernah melihat secara langsung ke dalam suatu tabung test, pandang dari
sisi samping. Jangan pernah menunjuk suatu test yang terbuka dari kearah diri
anda atau tetangga
11. Apapun kecelakaan dalam lboratorium, bagaimanapun kecilnya, harus dilaporkan
dengan seketika kepada pengawas.
12. Jika membuang bahan kimia setelah digunakan harus mengikuti perintah dan
harus secara hati-hati
13. Kembalikan peralatan kimia, bahan k imia, celemek dan kacamata pelindung
kepada penempatan awal.
14. Sebelum minggalkan laboratorium, pastikan bahwa kran air dan gas sudah tutup.
15. Jika ragu-ragu silahkan bertanya.
Manajemen resiko laboratorium
Menurut G. Terry pelaksanaan manajemen
dikelompokkan menjadi :
Perencanaan (Planning )
Organisasi ( Organizing )
Pelaksaan ( Actuating )
Pengawasan ( Controlling )
A.Perencanaan (Planning)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan
dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal
ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium. Dalam perencanaan,
kegiatan yang ditentukan meliputi :
apa yang dikerjakan?
bagaimana mengerjakannya?
mengapa mengerjakan?
siapa yang mengerjakan?
kapan harus dikerjakan?
di mana kegiatan itu harus dikerjakan?
Kegiatan laboratorium sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi
sudah mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-
metoda yang dipakai makin banyak ragamnya; semuanya menyebabkan resiko
bahaya yang dapat terjadi dalam laboratorium makin besar. Oleh karena itu usaha-
usaha pengamanan kerja di laboratorium harus ditangani secara serius oleh organisasi
keselamatan kerja laboratorium
B.Organisasi (Organizing )
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium dapat dibentuk
dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat laboratorium daerah (wilayah) sampai ke
tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara
langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan
pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat
daerah (wilayah), disamping memberlakukan Undang- Undang Keselamatan Kerja.
C.Pelaksanaan (Actuating)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan
adalah kegiatan mendorong semangat
kerja bawahan, mengerahkan aktivitas
bawahan, mengkoordinasikan berbagai
aktivitas bawahan menjadi aktivitas yang
kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas
bawahan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium
sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang
bekerja dalam laboratorium wajib mengetahui dan memahami semua hal yang
diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam laboratorium, serta
memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan
dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi berbagai
peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat.
Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan, keragu-raguan
atau pertentangan, maka menjadi tugas manajer untuk mengambil keputusan
penyelesaiannya.
D.Pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-
pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang
dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip
pokok, yaitu :
a. adanya rencana
b. adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.
Dalam fungsi pengawasan
tidak kalah pentingnya adalah
sosialisasi tentang
perlunya disiplin, mematuhi
segala peraturan demi
keselamatan kerja bersama
dilaboratorium. Sosialisasi perlu
dilakukan terus menerus, karena
usaha pencegahan bahaya yang
bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam laboratorium
perlu dibentuk pengawasan laboratorium yang tugasnya antara lain :
memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek laboratorium
yang baik, benar dan aman.
memastikan semua petugas laboratorium memahami cara-cara menghindari
risiko bahaya dalam laboratorium.
melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau
kecelakaan.
mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja
laboratorium.
Dalam mengelola laboratorium yang baik,
harus dikenal perangkat-perangkat yang harus
dikelola yaitu :
1. Tata ruang
Untuk tata ruang, dapat dilakukan sedemikian
sehingga dapat berfungsi dengan baik. Tata ruang
yang baik harus mempunyai antara lain :
a. Pintu masuk
b. Pintu keluar
c. Pintu darurat
d. Ruang persiapan
e. Ruang peralatan
f. Ruang penyimpanan
g. Ruang staf/dosen
h. Ruang teknisi/laboran/tenaga administrasi
i. Ruang seminar/diskusi
j. Ruang bekerja (praktikum dan penelitian)
k. Ruang istirahat/ibadah
l. Ruang prasarana alat laboratorium
m. Ruang prasarana kebersihan
n. Ruang keselamatan kerja
o. Lemari praktikan
p. Lemari gelas
q. Lemari alat optik
r. Pintu dan jendela diberi kawat kassa untuk menjaga tidak masuknya hewan
s. Fan ( Kipas angin )
t. Ruang AC untuk alat tertentu yang memerlukan persyaratan tertentu.
2. Alat yang baik dan terkalibrasi
Petugas laboratorium wajib mengenal dan mampu mengoprasikan peralatan
laboratorium. Alat-alat yang dioperasikan harus benar-benar dalam kondisi :
a. Siap untuk pakai
b. Bersih
c. Terkalibrasi
d. Beroperasi dengan baik
Peralatan yang ada
mestinya disertai dengan
buku petunjuk pengoprasian.
Hal ini mengantisipasi agar
tidak terjadi kerusakan dan
petunjuk tersebut dapat
digunakan oleh teknisi dalam
memperbaiki alat yang
mengalami kerusakan kecil.
Teknisi laboratorium sangat
diharapkan selalu berada aditempat, ketika berlangsung praktikum/penelitian, yang
jika sewaktu-waktu alat mengalami kerusakan maka dengan cepat dapat diperbaiki.
Peralatan laboratorium sebaiknya disusun secara teratur pada tempat tertentu
berupa rak atau meja menurut kelompok pengguna dan jika alat selesai dipakai segera
dibersihkan dan kembali disususn seperti semula. Pemeliharaaan alat dan bahan yang
perlu mendapat perhatian seperti :
a. Alat gelas
Alat ini harus selalu bersih dan ditempatkan pada tempat yang khusus jika gelas
tersebut harus steril.
b. Bahan ± bahan kimia
Untuk bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis ditempatkan pada ruang yang
dapat mengeluarkan gas, demikian juga bahan kimia yang mudah menguap dan
terbakar ditempatkan ditempat penyimpanan khusus. Penyimpanan bahan kimia
sebaiknya ditempatkan pada tempat tersendiri.
c. Alat ± alat optik
Alat-alat optik sebaiknya disimpan pada tempat yang kering dan tidak lembab.
Kelembapan yang tinggi akan menyebabkan lensa ± lensa berjamur dan
mengakibatkan kerusakan. Alat optik seperti mikroskop, lensa, kamera
ditempatkan dalam lemari khusus yang kelembabannya dapat dikendalikan dan
biasanya dilakukan dengan menggunakan lampu pijar 15 ± 20 watt.
3. Infra Struktur Laboratorium
Infra struktur laboratorium terdiri dari :
a. Laboratory assessment
Hal ini mencakup tentang lokasi, konstruksi laboratorium dan fasilitas lain
termasuk pintu utama, pintu darurat, jenis meja, jenis atap, jenis dinding, jenis
lantai, jenis pintu, jenis lampu yang dipakai, jenis ventilasi, jenis AC, jenis
tempat penyimpanan, jenis lemari bahan kimia, optic, timbangan, instrument
lain, kondisi laboratorium, pembuangan limbah dan sebagainya
b. Fasilitas Umum
Fasilitas ini mencakup bahasan tentang kebutuhan listrik, sumber listrik,
stabilitas tegangan, distribusi arus, jenis panel listrik, jenis soket, sumber air,
jenis keran yang dipakai, jenis pembuangan air, instalasi air, instalasi listrik,
keadaan toilet, jenis rung persiapan, ruang perbaikan/workshop, penyediaan
teknisi, penyediaan dana dan sebagainya.
4. Administrasi Laboratorium
Tujuan administrasi laboratorium adalah untuk memperoleh informasi tentang
keadaan laboratorium denga cepat dan mudah. Administrasi laboratorium meliputi
segala kegiatan administrasi yang ada dilaboratorium antara lain:
a. Inventarisasi peralatan laboratorium yang ada
b. Daftar kebutuhan alat baru, alat tambahan, alat – alat yang rusak , alat-alat yang
dipinjam dan alat ± alat yang dikembalikan.
c. Keluar masuk surat menyurat
d. Daftar pemakaian laboratorium, sesuai jadwal kegiatan praktikum dan
penelitian
e. Daftar inventaris bahan ± bahan kimia dan non kimia, bahan ± bahan gelas
f. Daftar inventaris alat ± alat mebel lain
g. Sistem evaluasi dan pelaporan Kegiatan administrasi ini adalah kegiatan rutin
dan kesinambungan karena itu perlu dipersiapkan dan dilaksanakan secara
teratur dan baik.
5. Inventarisasi dan Keamanan Laboratorium
Kegiatan inventarisasi dan keamanan laboratorium meliputi :
a. Semua kegiatan inventarisasi
b. Keamanan yang dimaksud disini adalah apakah peralatan laboratorium
tersebut tetap ada di laboratorium atau ada yang meminjamnya, apakah ada
yang hilang, pindah tempat namun tidak dilaporkan keadaan sebenarnya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam inventarisasi dan keamanan adalah:
1. Mencegah kehilangan dan penyalah gunaan
2. Mengurangi biaya operasiona
3. Meningkatkan proses pekerjaan dan hasilnya
4. Meningkatkan kualitas kerja
5. Mengurangi resiko kehilangan
6. Mencegah pemakaian yang berlebih
7. Meningkatkan kerja sama
6. Pengamanan Laboratorium
Pengamanan laboratorium meliputi antara lain :
a. Tanggung Jawab
Kepala laboratorium bertanggung jawab penuh terhadap segala kecelakaan
yang mungkin timbul di laboratorium.
b. Kerapian
Letak alat pemadam harus diletakkan sedemikian sehingga bebas dari
hambatan, demikian juga lantai harus bersih dan bebas minyak, air dan
material lain yang mungkin menyebabkan lantai licin.
c. Pertolongan Pertama
Semua kecelakaan bagaimanapun ringannnya
harus ditangani ditempat pertolongan pertama.
Sehingga setiap laboratorium harus memiliki
kotak P3K yang isinya selalu dikontrol.
d. Pakaian
Setiap bekerja di laboratorium harus
memperhatikan pakain, misalnya jangan
memakai baju ketat, berlengan panjang dan
kancing terbuka ketika bekerja dengan
mesin ± mesin yang bergerak.
e. Pintu ± pintu laboratorium
Pintu ± pintu laboratorium sebaiknya
dilengkapi dengan jendela pengintip untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
f. Alat ± alat
Alat ± alat disimpan sesuai dengan kelompok atau jenis, misalnya peralatan
yang menggunakan listrik seharusnya diletakkan dekat dengan sumber listrik.
Alat yang terbuat dari kaca perlu mendapat perhatian khusus.
g. Pemadam kebakaran (Fire Extinguiser )
Dalam laboratorium harus tersedia alat
pemadam kebakaran yang berguna untuk
mencegah kebakaran yang mungkin
terjadi. Secara umum bahan yang mudah
terbakar dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Bahan ± bahan yang lain, jika terbakar
sulit untuk diklasifikasikan, karena
berubah dari padat menjadi cair atau cair menjadi gas pada temperature yang
tinggi. Peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dengan tipe atau kelas
kebakaran harus tersedia di laboratorium, seperti yang disebut berikut ini :
yang panas. Kran gas harus selalu tertutup jika tidak dipakai demikian juga
dengan kran pengaturan. Alat ± alat yang berhubungan dengan tabung gas
harus memakai pengaman terhadap tekanan.
7. Organisasi Laboratorium
Organisasi laboratorium meliputi struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, serta
susunan personalia yang mengelola laboratorium tersebut. Penanggung jawab
tertinggi organisasi di laboratorium adalah Kepala Laboratorium. Anggota
Laboratorium yang berada di bawah Kepala Laboratorium harus sepenuhnya
bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Setiap kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat
terjadinya kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi pada suatu kegiatan industri
merupakan hasil akhir dari suatu aturan yang ada kondisi kerja yang tidak aman.
Walaupun demikian terjadinya kecelakaan seharusnya dapat dicegah dan
diminimalisasikan, karena kecelakaan tidak dapt terjadi dengan sendirinya.
Terjadinya kecelakaan pada umumnya ditimbulkan oleh beberapa faktor penyebab,
oleh karena itu terjadinya kecelakaan harus diteliti faktor-faktor penyebabnya
denggan tujuan untuk menetukan usaha-usaha pembinaan dan pengawasan keselatan
kerja yang tepat secara efektif dan efisien sehingga terjadinya kecelakaan dapat di
cegah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa tujuan utama dari
program keselamatan dan kesehatan kerja adalah memberikan perlindungan kepada
pekerja dari bahaya kesehatan dan keselamatan yang berhubungan dengan lingkungan
kerja.. Upaya tersebut bisa dilakukan dengan mengelola risiko yang teridentifikasi di
lingkungan kerja.
B. SARAN
Adapun saran-saran yang akan kami sampaikan selaku penulis antara lain :
a. Dalam pembuatan sebuah makalah, sebaiknya dipersentasekan agar kami
selaku mahasiswa sekaligus penulis makalah mampu memahami lebih dalam
tentang isi dari makalah tersebut dan dibimbing langsung oleh dosen yang
bersangkutan.
b. Dalam membuat makalah, dosen yang bersangkutan juga harus meneliti lebih
lanjut apakah isi makalah yang dibuat oleh mahasiswa itu benar mengambil
referensi dari buku yang sesuai dengan isi makalah tersebut atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Christy. Bringing ERM into Focus. Internal Auditor, June 2003
Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission. What
is COSO: Background and Events Leading to Internal Control-Integrated Framework.
1992
Darmawi, Herman. Manajemen Risiko. Bumi Aksara, 2005.
Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December 1997
The Institute of Internal Auditors. Internal C Vaughan, Emmet. Fundamentals of Risk
and Insurance. 2nd, John Willey, 1978
http://ariagusti.wordpress.com/2011/01/22/manajemen-risiko-k3-di-laboratorium/
http://rizal066.files.wordpress.com/2012/03/identifikasi-k3-pada-bengkel-dan-lab-
sipil-dan-perencanaan.pdf
Top Related