SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 1
DIAGNOSIS FISIK
Bagian/ SMF Ilmu Penyakit DalamFK Unair / RSUD Dr. Soetomo -
Surabaya
Suharto
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 2
DIAGNOSIS FISIK
Ilmu Diagnosis fisik : - ilmu untuk membuat diagnosis suatu penyakit melalui pemeriksaan fisik
- merupakan pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk dokter
Diagnosis fisik berdasar atas :- symptom, keluhan (gejala klinik): manifestasi
subyektif penderita anamnesis, history taking - sign (tanda klinik ): kelainan panderita yang diperoleh secara obyektif pemeriksaan fisik
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 3
Dasar Diagnosis secara umum
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 4
DIAGNOSIS PENYAKIT ditegakkan dengan mengumpulkan data2:
Data Pribadi
Keluhan utama
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Laboratorium
Pemeriksaan khusus
Diagnosis atau diagnosis banding
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 5
CLINICAL WORKUP
I. Identitas II. Keluhan utama
III. Anamnesis IV. Pemeriksaan Fisik
V. Laboratorium VI. Pemeriksaan khusus
VII. Diagnosis atau diagnosis bandingVIII. Pengobatan IX. Komplikasi X. Prognosis
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 6
DIAGNOSIS FISIK
III. Anamnesis ( autoanamnesis )
III. 1. Anamnesis khusus :
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit diagnosis banding
III. 2. Anamnesis medik dan penyakit dahulu
III. 3. Anamnesis penyakit Keluarga
III. 4. Anamnesis psikososial
- Pendidikan dan sosio-ekonomi
III. 5. Anamnesis makanan ( keadaan gizi )
III. 6. Anamnesis umum ( review of system )
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 7
DIAGNOSIS FISIK (2)
IV. Pemeriksaan Fisik - inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
IV. 1. Keadaan umumIV. 2. Kepala dan leherIV. 3. Payudara dan aksilaIV. 4. Jantung dan ParuIV. 5. AbdomenIV. 6. Genitalia-anus-rektum
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 8
Identitas penderita
I. Nama lengkap
II. Jenis kelamin
III. Umur / tanggal lahir
IV. Pekerjaan
V. Agama
VI. Suku
VII. Alamat
VIII. Hobby
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 9
IDENTITAS
Nama : agama, suku, larangan, kebiasaan makan Jenis kelamin : insidens penyakit Umur : frekwensi penyakit Bangsa : kepekaan, frekwensi penyakit Suku : kebiasaan makan, frekwensi penyakit Agama : larangan makan Kawin / belum: jenis penyakit tertentu, Pekerjaan : penyakit kerja , jumlah kalori Alamat : status sosio-ekonomi, keadaan
lingkungan
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 10
Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang membuat penderita datang
untuk mendapatkan pertolongan
dalam bahasa penderitabukan istilah mediksatu atau 2 katakeluhan menyebabkan penderita datang ke dokter
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 11
Anamnesis
• Oto-anamneis : merupakan riwayat penyakit yang
disusun oleh dokter dari berdasarkan wawancara
secara sukarela yang diberikan oleh penderita
• Hetero – anamnesis : merupakan riwayat penyakit
yang disusun oleh dokter berdasarkan keterangan
dari keluarga atau orang-orang yang benar-benar
mengetahui tentang kesehatan penderita
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 12
Anamnesis
Bertujuan untuk mendapatkan keterangan
mengenai
I.Gambaran penyakit yang sedang diderita
II.Keadaan badan secara keseluruhan
III.Riwayat penyakit dahulu
IV.Riwayat kesehatan / penyakit keluarga
V.Keterangan mengenai hobi dan kebiasaan
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 13
Anamnesis
Gambaran penyakit yang sedang diderita
1. Dimana tempat yang menimbulkan keluhan itu (lokalisasi) ?
2. Bagaimana jenis keluhan itu (kualitas) ?
3. Seberapa hebatnya keluhan itu (kuantitas) ?
4. Kapan timbulnya dan bagaimana perkembangan keluhan itu
selanjutnya (kronologi) ?
5. Bagaimana permulaan timbulnya keluhan (onset) ?
6. Apa saja hal-hal yang meringankan atau memperberat
7. Apakah ada gejala lain yang menyertai keluhan utama?
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 14
ANAMNESIS KHUSUS
dalam bahasa / istilah penderita penderita bercerita dibimbing dokter kronologik sakit sekarang penjabaran keluhan utama keluhan akibat gangguan organ tubuh anamnesis penyakit yang berkaitan diagnosis
banding
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 15
AnamnesisKeadaan badan secara keseluruhan
1. Kulit : warna kulit berubah, gatal, luka, petekie, tanda lahir,
rash, rambut rontok, perubahan pada kuku
2. Kepala dan muka : nyeri kepala, pusing, trauma kepala,
nyeri pada wajah muka
3. Telinga : pendengaran baik / tidak, tinitus, nanah keluar
dari liang telinga
4. Mata : berkunang-kunang, kabur, buta, diplopia, fotofobia,
nyeri dimata atau dibelakang mata
5. Hidung dan sinus : nyeri didalam hidung, epistaksism
ingus, sering pilek, sering bersin, tidak dapat mencium bau
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 16
Anamnesis6. Mulut, faring, laryng : nyeri, gusi berdarah, gigi rusak, lidah
pedih, tidak dapat mengecap rasa, sakit kerongkongan,
suara parau, suara hilang, nyeri telan
7. Payudara : nyeri, bernanah atau keluar cairan, ada
benjolan / tumor
8. Sistem hematopoeitik : gejala enemia, transfusi darah,
mudah berdarah atau berdarah banyak bila menggosok gigi,
haid berlebihan, kelenjar limpa membesar
9. Sistim pernafasan : batuk, jenis ludahm nyeri, sesak nafas,
nafas pendek, mengik
10. Sistim kardiovaskuler : sakit dada, dispnoe d’effort,
ortopneau, paroxismal nocturnal dispneau, edema kaki,
palpitasi
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 17
11. Sistim pencernaan : nafsu makan, rasa mual, muntah, hematemesis, sering salah telan, sakit didaerah ulu hati, sakit perut, diare, konstipasi, alergi makanan, dll
12. Sistim saluran kencing : sembab muka-kaki, disuria, poliuria, kencing batu, warna kencing, kencing nanah, tidak bisa kencing/ tak lancar
13. Sistim genital : haid, menarkhe, menopausee, metrorragia, menoragia, lekorea, nyeri, koreng
14. Sistim skelet : sakit tulang, sakit sendi, sakit pinggang, sendi kaku / bengkak, dll
15. Sistim endokrin : polidipsi, poliuri, polifagi, tremor, tak tahan panas, suara serak, berkeringat banyak, impoten, frigiditas,dll
16. Sistim saraf : kejang, pusing, sakit kepala, muntah projektil, stroke
17. Sistim mental : nervus, cepat marah, cepat lupa, insomnia, kompulsif, dll
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 18
Pemeriksaan Fisik Umum
• INSPEKSI
• PALPASI
• PERKUSI
• AUSKULTASI
Pemeriksaan mengenai tanda-tanda patologik pada
tubuh pasien dengan jalan :
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 19
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 20
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 21
HUBUNGAN ANTARA ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis :
a. membina hubungan baik pasien - dokter
b. memperoleh informasi penting
c. memfokuskan pemeriksaan fisik
d. mengetahui kegawatan sakit pasien
e. memilih pemeriksaan laboratorium yang tepat
f. memulai terapi
g. merencanakan evaluasi - konsultasi lanjutan
anamnesis memberi tahu dimana dicari tanda-
tanda penyakit tindak lanjut
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 22
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik merupakan bagian dari proses membuat diagnosis
Dilakukan setelah anamnesis Dilakukan untuk menemukan tanda penyakit dengan cara :
- melihat ( inspeksi ) - meraba ( palpasi )
- mengetuk ( perkusi ) - mendengarkan ( auskultasi )
- membau Prinsip pemeriksaan fisik :
- teliti, sistimatis, manusiawi, analitis, cara yang benar Ketrampilan pemeriksaan fisik hanya dapat dipelajari dengan
pengulangan-pengulangan, melakukan berkali-kali, latihan
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 23
LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN FISIK
1. Persiapan peralatan, tempat
2. Persiapan pasien
3. Pemeriksaan fisik
4. Informasi pada pasien hasil pemeriksaan yang diperoleh
5. Pencatatan hasil pemeriksaan
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 24
LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan dilakukan di tempat khusus
2. Beritahu maksud pemeriksaan
3. Penderita dipersilahkan untuk membuka baju sendiri
4. Siapkan selimut
5. Hangatkan stetoskop
6. Beri petunjuk yang jelas sebelum kita melakukan sesuatu prosedur
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 25
METODE PEMERIKSAAN
1. Inspeksi , 2. Palpasi , 3. Perkusi, 4. Auskultasi
PERLENGKAPAN DASAR UNTUK PEMERIKSAAN FISIK
1. Stetoskop, bell-diafragma
2. Sphygmomanometer
3. Termometer
4. Flaslight
5. Arloji
6. Tongue depressor
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 26
PENTING
Anamnesis, pemeriksaan fisik, formulasi diagnosis dan terapi merupakan tugas utama dokter
Pada waktu menangani masalah : -->- deskripsi masalah, evaluasi ( assesment ), perencanaan
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dianggap baik bila - dilakukan sesuai dengan masalah pasien, - akurat - lengkap - koheren
SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
2009 27
PRINSIP-PRINSIP PADA PEMERIKSAAN FISIK
Posisi dan Instruksi
Metode pemeriksaan
Inspeksi,palpasi, auskultasi, perkusi
Alat bantu pemeriksaan
Posisi pemeriksaan
SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
2009 28
POSISI DAN INSTRUKSI
Tujuan :
- Ketepatan dan efisiensi pemeriksaan
- Mengurangi ketidaknyamanan pasien dan pemeriksa Pada waktu melakukan pemeriksaan :
- Konsentrasi pada bagian yang diperiksa, tidak canggung
- Beri instruksi pada pasien sebelum pemeriksaan;
1. Penjelasan bagian yang diperiksa,
2. Tujuan / kegunaan pemeriksaan
3. Kerjasama pasien / apa yang harus dilakukan pasien
- Ajak bicara selama pemeriksaan
- Alat yang akan dipakai dalam jangkauan, alat dipakai sekali
saja
- Perubahan posisi sekali saja selama pemeriksaan
SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
2009 29
METODE PEMERIKSAAN
Pemeriksaan sebetulnya sudah dimulai saat bertemu pasien pertama kali, selama observasi atau saat- saat tertentu, - perhatikan penampilan, cara bicara, sikap, keadaan fisiologis/
psikologis- sesuai tujuan pemeriksaan
Pemeriksaan secara sistimatik:- inspeksi- palpasi- perkusi- auskultasi
dilakukan pada setiap sistem organ Sesuai prosedur baku
SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
2009 30
INSPEKSI
Memakai indera mata Bagian yang diperiksa terbuka Cahaya yang baik Perhatkan :
- perubahan warna : ikterus, sianosis, pucat, hiperemis- bentuk- simetris, asimetris- diam, bergerak- penympangan dari normal- lesi: ulkus, tumor
Jika mungkin, hasil observasi dinyatakan dalam ukuran :- panjang : diukur dengan penggaris- dibandingkan dengan normal
SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
2009 31
PALPASI
Tindakan meraba dengan satu atau 2 tangan/ jari Menegaskan apa yang dilihat, menemukan yang tak terlihat Membedakanb :
- tekstur : dengan ujung jari (1/lebih ), kasar, lembut, nodul - dimensi: ukuran
- konsistensi : dengan ujung jari, terrgantung densitas / ketegangan jaringan lunak, kenyal (seperti karet), keras (seperti batu)
- suhu : perkiraan, memakai punggung ujung jari ( kulit tipis, bayak saraf), hangat, dingin
- benjolan : bergerak ?- lembab, kering
Balotement : mendeteksi benda yang bergerak dalam cairan Kejadian kejadian lain : getaran
SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
2009 32
PERKUSI ( 1 )
Mendengarkan bunyi dari hasil perbuatan kita Mengetuk dengan tangan/jari/alat, menimbulkan bunyi Mengetuk 2 kali, dengarkan dengan cermat Perjalanan gelombang suara ditentukan oleh kepadatan media yang
dilalui gelombang dan jumlah antar permukaan diantara media yang berbeda.
Derajat penyebaran bunyi : resonansi Semakin sedikit jumlah antar permukaan, semakin baik penghantaran
bunyi Bunyi yang melalui kulit, otot, lemak, tulang, cairan udara, tidak sebaik
yang hanya melalui satu jaringan Udara/gas : paling resonan paru yang mengembang normal : bunyi standar; Diatas lambung : timpani; diatas hati : redup, diatas paha : pekak
SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
2009 33
PERKUSI ( 2 ) Cara :
1. Langsung : dengan ibu jari
2. Tidak langsung :
- Jari tengah tangan kiri, ditekankan kuat pada kulit (pleksimeter)
- Ujung jari tengah tangan kanan (pleksor) dengan cepat memgetuk
jari tangan diatas kulit tersebut
- gerakan pada persediaan pergelangan tangan, ketuk 2 kali, dengar Intensitas suara: tergantung keras/tidaknya memukul, --> menentukan
dalamnya bunyi untuk diskriminasi Maksimum 7 cm Ruang tenang Membungkuk, mendengarkan suara Perubahan resonan ke redup lebih mudah dideteksi dibanding sebaliknya Perkusi daerah resonan dulu, baru daerah redup
SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
2009 34
AUSKULTASI ( 1 )
Mendengarkan bunyi yang berasal dari dalam tubuh
( dada : suara nafas, perut : bising usus dsb ) Penilaian :
1. frekwensi : jumlah getaran permenit
- frekwensi tinggi --> bunyi nada tinggi
- frekwensi rendah --> nada rendah
2. Intensitas : ukuran kuat lemahnya suara
3. Durasi : lama bunyi terdengar
4. Kualitas : warna nada, variasi suara Kemampuan mendengarkan bunyi terbatas :
- makin rendah frekwensi, perlu intensitas makin keras
- lebih mudah mendengar siulan lemah dari pada bunyi nada
rendah dengan intensitas yang kuat Pada waktu auskultasi : ruangan harus tenang
SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
2009 35
AUSKULTASI ( 2 )
Cara : memakai stetoskop Stetoskop :
- menghantarkan, mengumpulkan, memilih frekwensi
- kepala stetoskop : diletakkan diatas kulit --> mengumpulkan suara
dari bagian tubuh dibawahnya 2 jenis kepala stetoskop:
1. Diafragma datar : respon paling baik dengan suara frekwensi
tinggi, menghilangkan suara nada rendah
2. Bel : mengumpulkan bunyi nada rendah pada tekanan ringan.
Bila ditekankan lebih keras, nada frekwensi tinggi terdengar
lebih keras ( kulit dibawahnya teregang, menjadi semacam
diafragma Hindari kebocoran suara : a.l ujung stetoskop cocok dengan lubang telinga
( ukuran, lengkungan, arah disesuaikan dengan lubang )
SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
2009 36
ALAT BANTU PEMERIKSAAN
Siap pakai, mudah diambil, bersih, urutan pemakaian, hangat shigmomanometer : untuk mengukur tekanan darah, uji torniquet
- ukuran manset disesuaikan pasien : gemuk, kurus, dewasa, anak ophthalmoskop : melihat bagian dalam mata otoskop : melihat saluran luar telinga, membran timpani Snellen Eye chart : tes visi mata, 11 baris spekulum hidung : melihat rongga hidung spekulum vagina : visualisasi vagina dan serviks garpu getar : persepsi pendengaran, rasa getar palu perkusi ( percussion hammer): mengetahui refleks tendon palu neurologik : + alat bulu/jarum untuk pemeriksaan sensoris timbangan berat badan penlight, meteran termometer tongue deppresor
SUHARTOPEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
2009 37
POSISI PEMERIKSAAN Perhatikan :privacy, bantuan posisi, lama pemeriksaan
1. Duduk : dikursi, ditempat tidur
- kepala, leher, dada depan / belakang, jantung, paru, mama,
ektremitas atas, vital sign, ekspansi paru
2. Supine position ( baring ) : kepala diberi bantal
- kepala, leher dada depan paru, mama, jantung, abdomen,
extremitas, nadi perifer
3. Dorsal recumbent position: baring, lutut ditekuk, telapak kaki menyentuh tempat tidur
4. Sims position : tidur miring, pemeriksaan rectum atau vagina
5. Prone position : telungkup : evaluasi sendi pinggul, punggung
6. Lithotomy position : telentang, fleksi lutut,
- pemeriksaan rektum, vagina
7. Knee - chest position : pemeriksaan rektal
8. Erect position: evaluasi abnormalitas postural, langkah, keseimbangan
Pemeriksaan fisik Abdomen
MOH. FATHI ILMAWAN
BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT DALAMFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG
TUAHRUMAH SAKIT DOKTER RAMELAN SURABAYA
2009
Gejala (Symptom)
Nyeri perut Mual dan muntah Perubahan defekasi Ikterus Perdarahan rektum Massa Distensi abdomen
Lain-lain
Kegawatan :* Hematemesis* Melena* Abdomen akutum (Peritonitis TBC = chess phenomen)* Appendiksitis akut (Mc Burney)* KET perforasi (Cullen sign)* Kolesistitis dengan ikterik (Murphy sign)
Pengkajian Klien Gangguan Sistem Kardiovaskuler
Oleh
Ambo Dalle
1. Persiapan klien Buatlah penerangan yang baik dalam ruangan,
termasuk penerangan untuk pengkajian Klien sebaiknya berbaring dengan badan bagian
atas sedikit terangkat, dan pemeriksa sebaiknya berdiri disisi kanan klien.
Minta klien untuk tidak berbicara selama pemeriksaan kecuali diminta oleh pemeriksa.
Agar klien tidak cemas, jangan perlihatkan kekuatiran tentang hasil selama pengkajian.
2. Pengkajian Riwayat Kesehatan
Kaji riwayat merokok, penggunaan alkohol, pemakaian obat-obatan, kebiasaan latihan, dan pola diet termasuk pemasukannya
Apakah klien mendapat pengobatan untuk fungsi kardiovaskuler? Apakah klien mengetahui kegunaan, dosis, dan efek samping pengobatan?
Tanyakan apakah klien mengalami nyeri atau ketidaknyamanan pada dada, palpitasi, kelelahan yang berlebihan, dispnea, edema pada kaki, pingsan atau ortopnea. Apakah gejala-gejala ini terjadi saat istirahat atau latihan.
Bila terjadi nyeri dada, tentukan apakah hal tersebut murni karena jantung (Rossi dan Leary, 1992 dikutip dari Potter, 1996), nyeri angina biasanya berupa tekanan atau rasa sakit yang dalam, substernal dan menyebar ke salah satu atau kedua lengan, bisa sampai ke rahang; Tentukan frekuensinya. Apakah nyeri menyebar ke lengan, bahu, atau leher? Apakah nyeri tersebut disertai terjadinya diaforesis.
Apakah klien menjalani gaya hidup yang penuh stres Kaji riwayat keluarga klien mengenai penyakit
jantung seperti hipertensi, stroke, kolesterol tinggi, atau penyakit jantung rematik.
Apakah klien mengetahui adanya hipertensi atau penyakit jantung tersebut
Apakah klien mengalami diabetes atau gejala awal diabetes, penyakit paru atau obesitas
Tentukan apakah klien minum minuman mengandung kafein yang berlebihan.
Kaji kebiasaan makan klien seperti mengkonsumsi lemak, natrium.
11 pola kes.fungsional (Gordon)Pola persepsi kes./menanganan kes. klien
merasakan kondisi kes dan bgm menanganiPola nutrisi/metabolikgambaran pola makan
dan kebut.cairan b/d kebutuhan metabolik dan suplai nutrisi
Pola eliminasi gambaran pola fungsi pembuangan (bab, bak, mel.kulit)
Pola aktifitas/olah raga gambaran pola aktifitas, olahraga, santai, rekreasi
Pola tidur-istirahat gambaran pola tidur, istirahat, dan relaksasi
Pola kognitif dan perceptual gambaran pola konsep diri klien dan persepsi thd dirinya
Pola peran/hubungan gambaran pola peran dalam berpartisipasi/berhubungan dg orang
lain
Pola seksualitas/reproduksi gambaran pola kenyamanan/tidak nyaman dg pola seksualitas
edan gambaran pola reproduksi Pola koping/toleransi stress gambaran pola
koping klien secara umum dan efektifitas dalam toleransi thd stress
Pola nilai/keyakinan gambaran pola nilai2, keyakinan2 9termasuk asfek spiritual), dan tujuan yg dapat mengarahkan menentukan
pilihan/keputusan.
3. Pemeriksaan Fisik
1). Keadaan Umum Pasien Pemeriksaan keadaan umum pasien di maksudkan
untuk mendapatkan kesan umum pasien tersebut. Dalam pemeriksaan ini perlu diperhatikan kelainan dan usia pasien, tampak sakit atau tidak, kesadaran dan keadaan emosi, dalam keadaan comfort atau distress, serta sikap dan tingkah laku pasien.
2). Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Pernapasan :
Dalam menilai pernapasan secara fisis, perlu diperhatikan :
posisi badan, untuk menilai ortopnea ekspresi muka, untuk menilai keadaan emosi atau
stress pada pernapasan pernapasan pada gerak badan diban dingkan
dengan pernapasan pada keadaan istirahat tanda-tanda objektif dispnea.
b). Nadi
Kriteria keadaan nadi : Frekuensi, menyatakan jumlah denyut nadi per menit. Regularitas, menunjukkan teratur/tidaknya nadi bila tidak
teratur tentukan apakah ada defisit denyut nadi, yaitu selisih antara frekuensi nadi dan denyut jantung per menit.
Amplitudo, menggambarkan besar kecilnya isi sekuncup. Bentuk (contour), memberikan gambaran upstroke atau down
stroke. Isi (volume), menunjukkan besar/kecilnya isi bolus darah
dalam arteri. Perabaan arteri, untuk mengetahui keada an (kondisi) dinding
arteri.
Macam-Macam Denyut Nadi Nadi yang keras (augmented pulsation) Nadi yang lemah atau kecil (pulsus parvus) Nadi yang kecil dan terisi dengan lambat
(pulsus parvus et tardus) Nadi yang terisi dengan cepat dan mengosong
dengan cepat (rapid upstroke and collapsing pulse= Corrigan pulse)
Nadi bifida (pulsus bisferiens), terjadi pada obstruksi pada aliran keluar ventrikel kiri yang moderat disertai regurgitasi pada katup aorta berat (stenosis dan insufisiensi katup aorta)
Nadi dikrotik (dicrotic pulse) , curah jantung yang rendah dengan elastisitas dinding arteri yang masih normal, misalnya pada kardiomiopati, tamponade jantung dan CHF berat
Pulsus alternans, nadi yang saling bergantian antara nadi yang relatif kuat diselingi oleh nadi yang lebih lemah (CHF)
Pulsus paradoxus, terjadi karena pengurangan tekanan nadi yang berlebihan sampai 15 mmHg atau lebih pada waktu inspirasi (perikarditis)
Pulsus bigeminus, dua denyut berturut-turut dan diselingi oleh interval yang lebih panjang (KAP)
Pulsus defisit, jumlah denyut jantung lebih besar dari jumlah denyut nadi (fibrilasi atrial, ekstrasistol prematur)
C). Tekanan DarahTekanan darah banyak bergantung pada : Curah jantung, yang merupakan cerminan fungsi
jantung Resistensi vaskular perifer (TPR), ditentukan oleh
diameter pembuluh darah perifer. Tonus dan elastisitas arteri, menggambar kan kondisi
dinding pembuluh darah perifer. Volum darah dalam arteri, menunjukkan jumlahnya
darah intravaskular. Viskositas darah, menunjukkan kondisi cairan
intravaskular.
d). Suhu Badan
Kalori dalam suhu badan merupakan hasil metabolisme sel-sel jaringan tubuh. Kalori suhu badan diatur melalui pusat termoregulator di susunan saraf pusat autonom. Aliran darah me lalui sistem kardiovaskular berperan untuk mendistribusikan panas ke seluruh tubuh.
3). Posture Tubuh 4). Bentuk Badan 5). Textur Jaringan dan Wama Kulit 6). Kepala 7). Mata
8). Mulut 9). Kuping 10. Muka 11). Leher 12). Vena Jugularis Eksterna 13). Cannon Waves 14). Arteri Karotis 15). Kelenjar Tiroid 16). Kelenjar Getah Bening
17). Dada Kelainan bentuk dada seringkali berkaitan
dengan anatomi dan faal jantung. Di samping itu juga mempengaruhi faal pernapasan yang kemudian secara tidak langsung mempe ngaruhi faal sirkulasi darah yang akan menjadi beban kerja jantung
18). Pemeriksaan Perut Diperhatikan besar, bentuk dan konsis tensi
serta mencari ada tidaknya nyeri tekan. Hepato jugular reflux dapat diperiksa de ngan
menekan perut di kuadran atas, maka akan menambah pembendungan vena jugula ris yang sudah meninggi. Keadaan ini dapat ditemukan pada gagal jantung kanan dan gagal jantung kongestif
b. Pemeriksaan Khusus
1). Inspeksi Perhatikan bentuk prekordial, apakah
normal, mengalami depresi atau ada penonjolan asimetris (voussure cardiaque), yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.
Garis anatomis pada permukaan badan yang penting pada permukaan dada ialah : garis tengah sternal (mid sternal line/MSL)garis tengah klavikular (mid clavicular
line/MCL)garis anterior line (anterior axillary
line/AAL)garis para sternal kiri dan kanan
(parastrenal line/PSL)
2). Palpasi Jantung Pada palpasi jantung telapak tangan diletakkan di atas
prekordium dan dilakukan perabaan di atas iktus kordis (apical impulse)
Lokasi point of maximal impulse (PMI) terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular, sedangkan pada bentuk dada yang pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral.
3). Perkusi Jantung
Cara Perkusi Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal
terletak pada ruang interkostal III/IV pada garis parasternal kiri. Pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk menentukan gambaran besamya jantung.
Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar ke kiri dan ke kanan.
Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah.
Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol ke arah lateral.
Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan/ atau ke kiri atas.
Pada perikarditis pekak jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri.
Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.
4). Auskultasi Jantung
Bunyi jantung I ditimbulkan karena kontraksi yang mendadak terjadi pada awal sis tolik
meregangnya daun-daun katup mitrai dan trikuspid yang mendadak akibat tekanan dalam ventrikel yang meningkat dengan cepat,
meregangnya dengan tiba-tiba chordae tendinea yang memfiksasi daun-daun katup yang telah menutup dengan sempurna,
dan getaran kolom darah dalam outflow tract (jalur keluar) ventrikel kiri dan dinding pangkal aorta dengan sejumlah darah yang ada di dalamnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I, yaitu :
kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel makin kuat dan cepat, makin keras bunyinya.
Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel.
Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk deng an BJ yang terdengar lebih lemah. Demi kian juga pada pasien emfisema pulmonum BJ terdengar lebih lemah.
BJ II ditimbulkan karena vibrasi akibat penu tupan katup aorta
(komponen aorta), penutupan katup pulmonal (komponen
pulmonal), perlambatan aliran yang mendadak dari darah
pada akhir ejeksi sistolik, dan benturan balik dari kolom darah pada
pangkal aorta dan mem bentur katup aorta yang baru tertutup rapat.
BJ III terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat (fase rapid filling). Vibrasi yang ditim bulkan adalah akibat percepatan aliran yang mendadak pada pengisian ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan dan segera disusul oleh perlambatan aliran pengisian.
Bunyi jantung IV: dapat terdengar bila kontrak si atrium terjadi dengan kekuatan yang lebih besar, misalnya pada keadaan tekanan akhir diastol ventrikel yang meninggi sehingga memerlukan dorongan pengisian yang lebih keras dengan bantuan kontraksi atrium yang lebih kuat.
Bunyi Jantung Tambahan
Bunyi Ekstra Kardial Gerakan perikard (pericardial friction rub)
terdengar pada fase sistolik dan diastolik akibat gesekan perikardium viseral dan parietal. Bunyi ini dapat ditemukan pada perikarditis.
Bising (Desir) Jantung (Cardiac Murmur) Bising jantung ialah bunyi desiran yang terdengar
memanjang, yang timbul akibat vibrasi aliran darah turbulen yang abnormal.
Intensitas Bunyi Murmur
intensitas bunyi murmur didasarkan pada tingkat
kerasnya suara dibedakan : Derajat I : bunyi murmur sangat lemah dan hanya
dapat terdengar dengan upaya dan perhatian khusus. Derajat II : bunyi bising lemah, akan tetapi mudah
terdengar. Derajat II : bunyi bising agak keras. Derajat IV : bunyi bising cukup keras. Derajat V : bunyi bising sangat keras. Derajat VI : bunyi bising paling keras.
Tipe (konfigurasi) Bising JantungTipe bising jantung dibedakan : Bising tipe kresendi (crescendo murmur), mulai terdengar dari
pelan kemudian me ngeras. Bising tipe dekresendo (decrescendo mur mur), bunyi dari
keras kemudian menjadi pelan. Bising tipe kresendo-dekresendo (crescendo-decrescendo =
diamond shape) murmur yaitu bunyi pelan lalu keras kemudian disusul pelan kembali disebut ejection type.
Bising tipe plateau (sustained plateau mu mur) disebut juga bising pansistolik atau holosistolik. Keras suara bising kurang lebih menetap sepanjang fase sistolik, biasanya merupakan bunyi desiran yang disebabkan karena arus balik (regurgitasi) atau aliran abnormal melalui defek septum interven trikular.
Kualitas Bunyi (Timbre)Kualitas bunyi dibedakan : Bising musikal yaitu bunyi yang terdiri dari bunyi-
bunyi dengan frekuensi dari satu atau beberapa gelombang nada dasar.
Bising dengan suara meniup (blowing) yaitu terdengar seperti suara meniup dengan na da yang rendah.
Bising dengan suara desiran (harsh) berupa desir halus, seperti suara meniup dengani nada yang tinggi.
Bising dengan suara geram (rumbling), terdengar seperti suara menggeram yang agak keras dengan nada yang rendah
SUHARTODIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 96
Top Related