28/11/2017
1
Seminar Nasional
PENGUATAN LANDASAN HUKUM UNTUK TERCIPTANYA SISTEM INOVASI NASIONAL UNTUK DAYA SAING DAN KEMANDIRIAN
NASIONAL
IR. H. DARYATMO MARDIYANTOKETUA PANSUS RUU SISNAS IPTEK – DPR RI – FRAKSI PDI PERJUANGAN
Jakarta Kamis, 23 Nopember 2017
Definisi Riset
• Riset berarti penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara bersistem, kritis, dan ilmiahuntuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta yang baru, ataumelakukan penafsiran yang lebih baik (KBBI)
• Riset berasal dari kata research, kata research sendiri berasal dari Perancis, “recherché”yang berarti “untuk mencari”, penurunan dari “recerchier” yaitu kata “re-” dan “cercier”yang bermakna “mencari”
Pengertian “research”
• Menurut kamus Merriam-Webster adalah pemeriksaan yang teliti; terutama investigasiatau eksperimen yang bertujuan untuk menemukan dan menafsirkan fakta, revisi teoriatau hokum yang telah ada berdasarkan fakta baru, atau penerapan praktis baik teoriatau hukum baru atau yang telah ada sebelumnya.
• Menurut John W. Cresweel dalam bukunya Educational Research, research merupakansebuah proses langkah yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisisinformasi untuk meningkatkan pemahaman kita tentang suatu topik atau isu. Prosestersebut terdiri dari tiga langkah: mengajukan sebuah pertanyaan, mengumpulkan datauntuk menjawab pertanyaan, dan menyajikan jawaban atas pertanyaan tersebut
28/11/2017
2
Riset dan Pengembangan
• Litbang atau Penelitian dan Pengembangan dalam Bahasa inggris disebut Researchand Development atau sering disebut RnD atau R+D
• Kegiatan litbang dapat kita artikan sebagai kegiatan-kegiatan yang bersifat inovatifdalam pengembangan produk atau jasa baru atau juga meningkatkannya, biasanyadilakukan oleh sebuah korporasi ataupun lembaga-lembaga pemerintah
• Kegiatan litbang ini dapat digambarkan sebagai proses yang terus menerus seperticontoh di atas (cycle of RnD) dalam rangka untuk mendapatkan produk atau jasayang dapat menjadi solusi dari waktu ke waktu
PERAN IPTEKSebagai instrumen penting untuk mewujudkan tujuan nasional
TUJUAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA
Pembukaan UUD 1945Melindungi segenap bangsa dan seluruhtumpah darah Indonesia, memajukankesejahteraan umum, mencerdaskankehidupan bangsa, serta ikut melaksanakanketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilansosial
Peran penting IPTEK untuk pencapaian kemajuan bangsa dankesejahteraan rakyat
UUD 1945 Pasal 28C ayat (1) hasil amandemen ke 4, setiap orang berhak mengembangkan diri melaluipemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan meperoleh manfaat dari ilmupengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualita hidupnya dan demikesejahteraan umat manusia
UUD 1945 Pasal 31 ayat (5) hasil amandemen ke 4, Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan danteknologi dengan menjunjun tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradapanserta kesejahteraan umat manusia
4
28/11/2017
3
IPTEK DALAM RPJPN
Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional dalam jangkapanjang diarahkan untuk;a. Membangun SDM yang berkualitasb. Memperkuat perekonomian
domestik dengan orientasi danberdaya saing global
c. Penguasaan, pengembangan danpemanfaatan IPTEK
d. Sarana prasarana yang memadaidan maju
e. Reformasi hukum dan birokrasi
26. Pembangunan iptek diarahkan untukmenciptakan dan menguasa ilmupengetahuan baik ilmu pengetahuan dasarmaupun terapan serta mengembangkanilmu sosial dan humaniora untukmenghasilkan teknologi dan memanfaatkanteknologi hasil penelitian, pengembangan danperekayasaan bagi kesejahteraanmasyarakat, kemandirian, dan daya saingbangsa melalui peningkatan kemampuan dankapasitas iptek yang senantiasaberpedoman pada nilai agama, nilaibudaya, nilai etika, kearifan local, sertamemerhatikan sumber daya dankelestarian fungsi lingkungan hidup
VISI RPJPN 2005-2025: INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR
MISI RPJPN 2005-2025: TERDIRI DARI 8 MISI
Penguasaan, Pengembangan dan Pemanfaatan IPTEK termasuk arahan dalam misi kedua yaitu mewujudkan bangsa yang berdaya saing
IPTEK DALAM RPJMN
NAWA CITA Ke-Enam adalahMeningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar
Internasional
VISI RPJPMN 2015-2019: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN
BERLANDASKAN GOTONG ROYONG
DIWUJUDKAN MISI RPJPN YANG TERDIRI DARI 7 MISI PEMBANGUNAN
Disusun 9 (Sembilan) Agenda Prioritas yang disebut NAWA CITA
Dalam upaya terwujudnya NAWACITA Ke-6 tersebut, disusun subagenda prioritas yang salahsatunya adalah PeningkatanInovasi dan Teknologi
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI1. Dalam rangka peningkatan dukungan iptek bagi daya saing sektor produksi, pembangunan diarahkan pada
penyelenggaraan riset dan layanan perekayasaan dan teknologi2. Dalam rangka peningkatan dukungan iptek bagi keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam maka
pembangunan mencakup sumber daya hayati, sumber daya nir hayati dan penginderaan jauh3. Dalam rangka penyiapan masyarakat Indonesia menuju kehidupan global yang maju dan modern,
maka pembangunan Iptek diarahkan pada penyelenggaraan riset sosial dan kemanusiaan untukseluruh wilayah dan masyarakat Indonesia dengan membentuk 6 simpul (hub) penelitian socialkemasyarakatan di seluruh Indonesia dengan LIPI sebagai pusatnya
4. Dalam rangka peningkatan dukungan bagi riset dan pengembangan dasar, pembangunan iptekdiarahkan untuk (a) peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Iptek (b) pembangunan saranaprasarana iptek (c) pembangunan repository dan diseminasi informasi iptek (d) peningkatanjaringan iptek melalui konsorsium iptek
5. Taman Tekno dan Taman Sains
28/11/2017
4
UU 17 Tahun 2007 tentang Rencana pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), dimana salah satu misi pembangunan nasional adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing
KONDISI PENGEMBANGAN IPTEK SAAT INI
1. Kapasitas dan kompetensi riset2. Kemampuan pengembangan
menuju proses penciptaanberbasis iptek
3. Jaringan kelembagaan danpeneliti diranah local,regionaldan global
4. Produktivitas dan relevansilitbang nasional untuk menjawabkebutuhan teknologi masyarakat
5. Pendayagunaan riset untukmenciptakan nilai tambah dalamrangka meningkatkan dayasaing ekonomi
Rendahnya budaya dan literasiiptek bangsa Indonesia
1. Diskoneksitas hasil riset dengan kebutuhan industry
2. Diskoneksitas antara perguruan tinggi dengan lembaga-lembaga riset
3. Belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya riset
Kondisi yang dihadapi
implikasi
berakibat
berakibat
Kelembagaan Iptek di Indonesia memiliki Struktur yang rumit dan Kompleks
Kelembagaan Iptek:
- Lembaga PemerintahKementerian (LPK)
- LPNK- Perguruan Tinggi- Pemerintah dan
Lembaga LitbangDaerah
- Industri
- Dibeberapa Kementerian Punyalembaga Litbang
- Kemenristek Diktimengkoordinasikan 6 lembagariset (LPNK) yang tugas pokoknyamenyelenggarakan riset ataukegiatan yang terkait implementasihasil riset
Pemda Provinsi/Kabupaten memilikiBadan Penelitian dan PengembanganDaerah (BPPD) atau Balitbangda
Perguruan Tinggi memliki Lembaga Penelitian/ Lembaga Penelitian danPengabdian pada Masyarakat
Industri memiliki Unit Penelitian danPengembangan
Selain itu ada juga lembaga Riset Independent yang diselenggarakan oleh masyarakat
KELEMBAGAAN IPTEK SAAT INI
Struktur yang Kompleks & rumitmenimbulkanKendala dalammelakukankoordinasi danpembinaankelembagaan
- Data jumlahlembaga litbangdan sebarannyatidak jelas
- Komptensi inti masing-masinglembaga litbangtidak jelas
28/11/2017
5
POSISI LEMBAGA DEWAN RISET NASIONAL
Posisi lembaga :• Awalnya bernama Tim Perumus Program
Utama Nasional Riset dan Teknologi (TIMPEPUNAS RISTEK)
• Tahun 1999 dikeluarkan Kepres yangmenyatakan Dewan Riset Nasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepadaPresiden selaku Kepala Pemerintah
• Tahun 2002 diterbitkan Undang-Undang No18 Tahun 2002 mengenai Sistem NasionalPenelitian, Pengembangan dan PenerapanIptek. Disebutkan bahwa pembentukan DRNditujukan untuk mendukung Menteri dalammerumuskan arah, prioritas utama dankerangka kebijakan pemerintah di bidangpenelitian, pengembangan dan penerapaniptek. Kemudian terbit Perpres No 16 Tahun2005 tentang DRN
Dewan Riset Nasional Dewan Energi Nasional
Jika membandingkan dengan dewan energinasional:
Posisi lembaga DEN:• Awalnya telah ada Badan Koordinasi
Energi Nasional (BAKOREN) tahun 1981• Tugas berdasar UU No. 30 Tahun 2007
adalah merancang kebijakan energinasional, rencana umum energi nasional,menetapkan langkah kondisi daurat energydan mengawasi pelaksanaan kebijakanenergi
• Diketuai Presiden dengan Ketua HarianMenteri ESDM dan anggota dari berbagaigolongan
Muncul isu : bagaimana posisi
DRN yang ideal???
a. Pelaku Penelitian & Bidang Penelitian
Sumber: Yan Rianto, pada RDPU Pansus RUU Sisnas Iptek , tanggal 28 Sept 2017
Kondisi dan Tantangan Riset Indonesia (1)
Data survei terhadap 126 Penelitianyang belum berhasil melakukan
komersialisasi
28/11/2017
6
b. Kekayaan Intelektual
Potensi Untuk Hilirisasi
Namun Belum BerhasilKomersialisasi
Sumber: Yan Rianto, pada RDPU Pansus RUU Sisnas Iptek , tanggal 28 Sept 2017
c. Mitra Industri & Stakeholders lainnya?
sebagian besar penelitian:a. kesulitan dalam mencari mitra kerjasama?b. belum sesuai dengan kebutuhan industri?c. Benefit untuk industri sangat kecil ?d. belum sesuai dengan kebutuhan ?e. berangkat dari kacamata penelitinya ?f. persoalan mendasar dlm komunikasi
dan kerjasama ?
sebagian besar penelitian:a. kesulitan dalam mencari mitra kerjasama?b. belum sesuai dengan kebutuhan industri?c. Benefit untuk industri sangat kecil ?d. belum sesuai dengan kebutuhan ?e. berangkat dari kacamata penelitinya ?f. persoalan mendasar dlm komunikasi
dan kerjasama ?
28/11/2017
7
Gross Expenditure
on R&D
Pembiayaan R&D di Indonesia
GERD Indonesia baru mencapai 0,2%, atau masih jauh dari standar minimal UNESCO yang menetapkan sekitar 2%
GERD by source of fund
Praktek kebanyakan di negara-negara di dunia, swasta memegang peran lebih besarSedangkan di Indonesia peran Pemerintah sangat besar dalam belanja litbang
28/11/2017
8
KELEMAHAN UU NO. 18 TAHUN 2002 (1)
Beberapa kelemahan yang memerlukan penyempurnaan daripengaturan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002, yaitu:(1) belum mengatur mengenai mekanisme koordinasi antar
lembaga dan sektor pada tingkat perumusan kebijakan, tingkatperencanaan program anggaran serta tingkat pelaksanaansecara jelas dan lugas;
(2) belum mengatur secara jelas dan lugas aspek pembinaanpemerintah terhadap kelembagaan, sumber daya, dan jaringanPenelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuandan Teknologi;
(3) perlu harmonisasi dengan perkembangan peraturanperundang-undangan lainnya, terutama dengan peraturanperundang-undangan sistem keuangan negara dan sistemperencanaan pembangunan nasional; dan
(4) belum mengatur hal-hal khusus dan strategis lainnya, seiringperkembangan lingkungan sistem Ilmu Pengetahuan danTeknologi saat ini.
KELEMAHAN UU NO. 18 TAHUN 2002 (2)
Keempat kelemahan tersebut menyebabkan UU No 18Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan danTeknologi masih belum dapat dijalankan secara optimaldalam rangka meningkatkan kontribusi Iptek terhadappembangunan nasional
28/11/2017
9
Penguatan fungsi pembinaan kelembagaan oleh Pemerintah dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kelembagaan iptek di Indonesia, serta untuk meningkatkan relevansi dan pendayagunaan teknologi yang dihasilkan lembaga litbang
Perubahan UU No. 18 Tahun 2002 diharapkan akan terwujud pembinaan yang baik pada 3 (tiga) tingkatan yaitu;
- Tingkatan makro; meliputi penataan di tingkat kementerian berkaitandengan kebijakan, dan dimaksudkan diarahkan dalam rangkapeningkatan koordinasi, komunikasi, dan diseminasi dalamimplementasi kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Tingkatan meso; merupakan penataan di tingkat kelembagaan iptekyang mendukung inovasi, dan diarahkan dalam rangka peningkatanjejaring, interaksi dan kerja sama antar lembaga iptek, danmeminimkan tumpang tindih program dan kegiatan litbang.
- Tingkatan mikro; merupakan penataan di tingkat pranata berkaitandengan kapasitas kelembagaan inovasi, dan diarahkan dalam rangkaperbaikan tata kelola manajemen lembaga iptek dan peningkatankompetensi.
PEMBINAAN KELEMBAGAAN IPTEK (1)
Melalui Perubahan UU No. 18 Tahun 2002 ini juga diharapkan akan terjadi pembinaan di lembaga litbang di pemerintah pusat (LPK), LPNK, pemerintah daerah, perguruan tinggi dan litbang industri, serta lembaga penunjang sebagaimana berikut˗ Pembinaan lembaga litbang kementerian diarahkan pada peningkatan
fungsi penelitian dan pengembangan terapan, dan pemanfaatanteknologi dalam menyelesaikan masalah-masalah riil pembangunannasional.
˗ Pembinaan lembaga litbang LPNK diarahkan pada peningkatan fungsipenelitian dan pengembangan frontier dan terapan, serta pemanfaatanteknologi dalam menyelesaikan masalah-masalah riil pembangunannasional (special agency).
˗ Pembinaan lembaga litbang daerah diarahkan pada peningkatan perandan fungsi litbang daerah sebagai koordinator dan fasilitator dalammenyelesaikan masalah-masalah riil pembangunan daerah.
˗ Pembinaan lembaga litbang perguruan tinggi diarahkan padapeningkatan fungsi litbang berbasis pengembangan keilmuan denganmenguatkan aspek penerapan teknologi di masyarakat penggunasesuai kapasitas dan kapabilitas yang diembannya.
PEMBINAAN KELEMBAGAAN IPTEK (2)
28/11/2017
10
˗ Pembinaan lembaga litbang industri diarahkan pada peningkatanfungsi litbang terapan yang mendukung proses produksi yangberdaya saing dengan memperkuat kapasitas penguasaan teknologisecara mandiri.
˗ Pembinaan lembaga penunjang diarahkan pada peningkatan perandan fungsi dukungan serta penciptaan iklim yang kondusif dalampenyelenggaraan kegiatan penguasaan, pemanfaatan, danpemajuan iptek sesuai dengan tanggung jawabnya sebagaipenunjang.
PEMBINAAN KELEMBAGAAN IPTEK (3)
Pembinaan SDM Iptek. Masalah yang dihadapi antara lain; ketersediaan tenaga professional di bidang Iptek seperti Peneliti, perekayasa, dan lain-lain. Selain itu dari sisi kualitasnyapun masihkurang memadai dan tidak meratanya penyebaran SDM Iptekpada lembaga dan sector-sector Iptek di Indonesia . Contoh- Sebaran peneliti dan professor riset nasional masih berada di
Pulau Jawa- Prosentase penduduk berpendidikan tinggi (S1 ke atas) baru
mencapai 27,2% (2011) atau masih sangat rendah jikadibandingkan Malaysia ( 35,97%) dan Thailand (52,58%)
- SDM Iptek mayoritas berada di lembaga pemerintahan yang mencapai 85%, sedangkan di Industri hanya sekitar 15%. Sebagian besar SDM Iptek di lembaga pemerintah sebagianbesar berada di lembaga litbang LPNK
- Jumlah peneliti di Indonesia (2013), baru mencapai 357 penelitiper 1 juta tenaga kerja di Indonesia atau terdapat 161 penelitiper 1 juta penduduk di Indonesia.
PEMBINAAN SDM IPTEK
28/11/2017
11
Gambar. Sebaran Peneliti dan Profesor Riset Nasional
Sumber: Akil, 2015
HARMONISASI DENGAN REGULASI TERKAIT (1)
Adanya ketidakharmonisan antara UU No. 18 Tahun 2002 denganperaturan perundang-undangan lain, terutama dengan peraturanperundang-undangan sistem keuangan negara dan sistemperencanaan nasional, yang terlihat dari tidak mendukungnyasistem keuangan negara terhadap pelaksanaan riset, dan tidaksinkronnya Jakstranas Iptek dengan RPJPN dan RPJMN.Terkait ketidakharmonisan UU No. 18 Tahun 2002 denganperaturan perundang-undangan sistem perencanaan nasional,dimana Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional IlmuPengetahuan dan Teknologi (Jakstranas Iptek) belum menjadiacuan dalam penyusunan RPJPN dan RPJMN terkaitpembangunan iptek nasional, dan Jakstrada Iptek belum menjadiacuan dalam penyusunan RPJPD dan RPJMD terkaitpembangunan iptek nasional.
28/11/2017
12
Ketidakharmonisan UU No 18 Tahun 2002 dengan system keuangannegara, antara lain dapat diliat:
• Kebijakan system keuangan negara yang terlalu memberikanpenekanan pada penyerapan anggaran yang tertib administrative setiap tahun anggaran
• Persoalan penggunaan secara langsung hasil alih teknologikekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian danpengembangan oleh perguruan tinggi lembaga litbang
• Belum ada mekanisme pembagian royalty kepada inventor danpenggunaan secara langsung pendapatan tersebut (terutamainventor di lembaga litbang pemerintah, yang disesuaikan denganperaturan perundang-undangan di bidang kekayaan intelektual)
HARMONISASI DENGAN REGULASI TERKAIT (2)
PENCAPAIAN TEKNOLOGI SAAT INI
Indeks pencapaian teknologi Indonesia
Indonesia berada pada urutan ke-60 dari72 negara menurut data United Nation For Development Program (UNDP) tahun 2013
Ukuran yang digunakan (UNDP)1. Penciptaan teknologi yang diukur dari perolehan hak
paten dan royalty atas karya dan penemuan teknologi2. Difusi inovasi teknologi mutahir yang diukur dari jumlah
pengguna internet3. Besaran sumbangan ekspor terknologi terhadap total
barang ekspor
28/11/2017
13
Riset dan teknologi diakui berperan penting dalam mendorongperekonomian suatu bangsa.
Fakta empiris menunjukkan bahwa negara-negara denganpertumbuhan ekonomi yang tinggi didukung oleh besarnyakontribusi riset dan teknologi yang diperlihatkan oleh multifactor productivity (MFP) (Batelle 2013, CHAN 2009)
RISET DAN TEKNOLOGI BAGI PEREKONOMIAN
Contoh; Korea Selatan , merupakan salah satu negara denganpertumbuhan ekonomi tinggi, dimana lebih dari setengahnyadisokong oleh peningkatan efisiensi yang dicapai melalui riset danteknologi
Model pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Cobb Douglas (Roger dkk 1998), Solow dan Romer (Mankiew, 2009) menunjukkan adanya peranan teknologi dalam mendorongpertumbuhan ekonomi suatu negara. Faktor teknologi dapatmenciptakan efisiensi dalam penggunaan modal dan tenaga kerjayang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi
a. pengaturan mengenai Rencana Induk Pemajuan IlmuPengetahuan dan Teknologi;
b. penambahan pengaturan Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan danTeknologi, yang meliputi pendidikan, Penelitian, Pengembangan,Pengkajian, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
c. pengaturan mengenai kliring teknologi, audit teknologi, dan wajibsimpan data primer dan keluaran hasil Penelitian danPengembangan;
d. pengaturan mengenai pengalihan material (material transfer);
e. pengaturan mengenai pembinaan Kelembagaan, Sumber Daya,dan jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
f. pengaturan mengenai pengawasan dalam Penyelenggaraan IlmuPengetahuan dan Teknologi dalam rangka menjamin kepentinganmasyarakat, bangsa, dan negara serta keseimbangan tatakehidupan manusia dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
MATERI BARU DALAM RUU SISNAS IPTEK (1)
28/11/2017
14
g. penambahan pengaturan mengenai pembiayaan kegiatanPenelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan IlmuPengetahuan dan Teknologi yang dilaksanakan secara tepatdan efisien dengan administrasi pertanggungjawabankeuangan khusus; dan
h. penambahan pengaturan mengenai inovasi, sistem inovasinasional, dan sistem inovasi daerah.
MATERI BARU DALAM RUU SISNAS IPTEK (2)
HAL-HAL STRATEGIS DALAM RUU SISNAS IPTEK
Pengaturan mengenai hilirisasi hasil litbangjirap Iptek diaturdalam Pasal 31 sampai dengan Pasal 37 RUU Sinas Iptek.
Dalam Pasal 31 RUU Sinas Iptek disebutkan bahwa PenerapanIlmu Pengetahuan dan Teknologi dapat dilakukan melalui:a. difusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; b. alih Teknologi;c. intermediasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; dand. komersialisasi Teknologi.
Hilirisasi Hasil Litbangjirap Iptek
28/11/2017
15
Pasal 37(1) Penerapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dilakukan
untuk mendorong Inovasi dalam negeri.(2) Dalam mendorong Inovasi dalam negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah membangun Sistem Inovasi Nasional dan SistemInovasi Daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Inovasi Nasional danSistem Inovasi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diatur dengan berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Inovasi Dalam Negeri
HAL-HAL STRATEGIS DALAM RUU SISNAS IPTEK
Beberapa faktor sangat menentukan keberhasilan suatu negara dalammembangun atau mengembangkan atau memperkuat sistem inovasinya,yaitu:
Faktor pertama adalah kemampuan mengembangkan dan memperkuat basisiptek yang akan berdampak pada perbaikan ekonomi dan sosial budaya.Kemampuan tersebut memungkinkan alokasi dan pemanfaatan sumber daya dankapabilitas secara efektif dan berkembangnya economic and knowledge spilloverdalam masyarakat.Faktor kedua adalah kemampuan menciptakan atau memperbaiki iklim bisnisdan inovasi yang kondusif. Hal ini sangat penting mengingat keberhasilan dalampersaingan antar pelaku ekonomi semakin ditentukan oleh kemampuan inovatifdalam menghasilkan produk barang dan jasa (atau sistem) yang bermutu danbermanfaat bagi kehidupan manusia, tidak hanya bergantung pada penguasaanpasar atau sumber daya alam semata. Faktor ketiga adalah kemampuanmemperkuat daya dukung inovasi. Hal ini misalnya menyangkut ketersediaandukungan pembiayaan dengan jenis dan mekanisme yang sesuai, pengembanganprofesionalisme, pengalokasian sumber daya, pengutamaan tingkat kandungandalam negeri, perlindungan hukum dan kepastian berusaha, perkembanganstandardisasi, dan penentuan persyaratan dan pengawasan dll
FAKTOR PENENTU MEMPERKUAT SISTEM INOVASI
28/11/2017
16
Pasal 30Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berperan meningkatkanPenerapan hasil Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuandan Teknologi untuk kemajuan ekonomi dan kesejahteraanmasyarakat.
Pengaturan Untuk Mendorong Ekonomi Nasional
HAL-HAL STRATEGIS DALAM RUU SISNAS IPTEK
Pasal 28(1) Penerapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf e
dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari Penelitian dan/atau Pengembangan.(2) Penerapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
mempertimbangkan hasil Pengkajian.(3) Penerapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk
meningkatkan produktivitas pembangunan, kemandirian, dan daya saingbangsa.
Pasal 32(1) Pelaksanaan difusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 huruf a dilakukan sebagai upaya Pemerintah Pusat untukmeningkatkan efektifitas adopsi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
(2) Pelaksanaan difusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan terhadap calon pengguna Ilmu Pengetahuan danTeknologi melalui kegiatan:a. peningkatan kapasitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;b. evaluasi kesiapan pengguna Teknologi; danc. pembinaan peningkatan kapasitas daya serap pengguna Teknologi.
Pengaturan untuk menjawab mismatch antara HasilLitbangjirap dengan Industri
HAL-HAL STRATEGIS DALAM RUU SISNAS IPTEK
28/11/2017
17
Pasal 34Intermediasi Teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf cmerupakan upaya untuk menjembatani proses terjadinya Inovasi antaraInventor dengan calon pengguna Teknologi.
Pasal 35(1) Intermediasi Teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dapat
dilakukan dengan:a. mendorong implementasi hasil invensi dari lembaga penghasil
Teknologi kepada calon pengguna; danb. mengidentifikasi kebutuhan calon pengguna terhadap Teknologi yang
dibutuhkan.(2) Intermediasi Teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:a. inkubasi Teknologi;b. temu bisnis Teknologi;c. kemitraan; dan/ataud. promosi hasil invensi.
HAL-HAL STRATEGIS DALAM RUU SISNAS IPTEK
Pasal 36(1) Komersialisasi Teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31 huruf d dapat dilaksanakan melalui:a. kegiatan inkubasi Teknologi;b. kemitraan industri; dan/atauc. pengembangan kawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
(2) Inkubasi Teknologi dan/atau pengembangan kawasanTeknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukanuntuk mempercepat proses inovasi sertamenumbuhkembangkan wirausaha berbasis Teknologi.
(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bersinergi dalammemfasilitasi pengembangan Inkubasi Teknologi dan/ataupengembangan kawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologisesuai kesiapan dan keunggulan daerah.
Sinergi Litbang Pemerintah dan Swasta
HAL-HAL STRATEGIS DALAM RUU SISNAS IPTEK
28/11/2017
18
PENUTUP
- Dengan adanya RUU Sisnas Iptek ini, diharapkan apa yang menjadikelemahan/kekurangan UU No 18 Tahun 2002 selama ini dapat menjawabbeberapa permasalahan yang ada
- RUU Sisna Iptek diharapkan mampu memberi landasan hukum yang kuat danjelas bagi terciptanya system inovasi nasional yang pada gilirannya mampumeningkatkan daya saing dan kemandirian nasional sebagaimana diaturdalam Pasal 3 poin (d) RUU Sisnas Iptek. Dimana salah tujuan dari RUU Iniadalah “meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa dalam rangkamemajukan peradaban bangsa melalui pergaulan internasional”
SEKIANTERIMA KASIH
Top Related