perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE EKSPERIMEN
MENGGUNAKAN LKS DAN DIAGRAM VEE DITINJAU
DARI SIKAP ILMIAH DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus pada Materi Laju Reaksi Kimia Kelas XI Semester 1
SMA Negeri I Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Magister Pendidikan Sains
Oleh :
Yahudi
S831002066
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVEEERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : YAHUDI
NIM : S 831002066
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul PEMBELAJARAN
KIMIA DENGAN METODE EKSPERIMEN MENGGUNAKAN LKS DAN
DIAGRAM VEE DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN GAYA BELAJAR
SISWA (Studi Kasus pada Materi Laju Reaksi Kimia Kelas XI Semester 1 SMA
Negeri I Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam
daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, 26 April 2011
Yang membuat pernyataan
YAHUDI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Tulisan ini kupersembahkan untuk orang-orang yang begitu aku sayangi :
Ibu dan bapakku yang senantiasa memberikan doa, semangat dan
kasih sayangnya
Dra.Hanik Kurniawati yang senantiasa memberikan motivasi,
dukungan dan semangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahirobbilalamin penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Pembelajaran Kimia dengan Metode
Eksperimen menggunakan LKS dan Diagram Vee Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan
Gaya Belajar Siswa ( Studi Kasus pada Materi Laju Reaksi Kelas XI IPA Semester 1
SMA Negeri I Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011). Laporan penelitian ini
disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister pada
Program Studi Pendidikan Sains minat utama Kimia Pascasarjana UniVeeersitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini disusun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang
berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1 Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memberikan sarana,
fasilitas dan kelancaran dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains
yang telah memberikan pengarahan dan semangat.
3. Prof. Dr. H. Ashadi selaku pembimbing I yang dengan kesabarannya telah
memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan
laporan penelitian ini.
4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. selaku pembimbing II yang dengan kesabarannya telah
memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan laporan
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
5. Segenap Dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.
6. Kepala SMA Negeri 1 Ponorogo yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Angkatan Maret 2010
atas kerjasama dan senantiasa memberi dorongan semangat selama penulisan
laporan penelitian ini.
8. Rekan rekan guru Kimia SMA Negeri I Ponorogo yang selalu memberikan
sumbangan pemikiran dan pengarahan yang berharga selama penyusunan,
pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bila dalam penyusunan penelitian ini masih
terdapat kekurangan. Untuk itu kritikkan, saran dan masukan dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian ini
dapat memberikan kegunaan dan manfaat bagi penulis dan para pembaca.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN . ii
LEMBAR PENGESAHAN . iii
PERNYATAAN ... iv
PERSEMBAHAN . v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI . viii
DAFTAR TABEL . xi
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN . xvii
ABSTRAK .. xix
ABSTRACT .. xx
BAB I PENDAHULUAN... 1
A.
atar Belakang Masalah .
1
B.
dentifikasi Masalah ...
3
C.
embatasan Masalah ..
5
D.
erumusan Masalah
5
E.
ujuan Penelitian
6
F.
anfaat Penelitian ..
6
BAB II LANDASAN TEORI , KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS ...
8
A.
andasan Teori
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
1.
akekat Pembelajaran ..
8
2.
injauan Tentang Belajar ..
9
3.
embelajaran Inkuiri .
16
4.
etode Eksperimen
17
5.
etode Eksperimen dengan Lembar Kerja Siswa LKS
..
19
6.
etode Eksperimen dengan Diagram Vee .
20
7.
ikap Ilmiah ..
24
8.
aya Belajar ..
25
9.
restasi Belajar .
29
10.
ateri Laju Reaksi .. .
32
B.
enelitian Yang Relean ..
39
C.
erangka Berpikir ...
41
D.
ipotesis ..
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 48
A.
empat dan Waktu Penelitian .
48
1. 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
empat Penelitian ..
2.
aktu Penelitian .
48
B.
etode Penelitian ..
49
C.
ariabel Penelitian ..
50
1.
efinisi Operasional .
51
2.
kala Pengukuran Variabel Penelitian ..
52
D.
opulasi dan Sampel ...
52
1.
opulasi Penelitian
52
2.
eknik Pengambilan Sampel .
52
E.
nstrumen Penelitian
53
1.
nstrumen Pelaksanaan Pembelajaran ..
53
2.
nstrumen Pengambilan Data
53
F.
eknik Pengumpulan Data ..
53
1.
etode Tes
53
2.
etode Angket ..
54
G.
ji Coba Instrumen Penelitian
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
1)
ji Validitas
54
2)
ji Reliabilitas
57
3)
ji Taraf Kesukaran
58
4)
aya Beda Soal ...
59
H.
eknik Analisis Data ...
60
1.
ji Kesamaan
60
2.
ji Prasyarat Analisis ...
61
3.
ji Hipotesis .
63
BAB IV HASIL PENELITIAN .. 66
A.
eskripsi Data .
66
1.
ata Prestasi Belajar Kimia Aspek Kognitif .
66
2.
ata Prestasi Belajar Kimia Aspek Afekttif ..
74
3.
ata Prestasi Belajar Kimia Aspek Psikomotorik .
81
B.
ji Prasyarat Analisis ..
88
C.
engujian Hipotesis .
93
D.
embahasan .
103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
E.
elemahan dan Keterbatasan Penelitian .
112
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ... 114
A.
esimpulan ..
114
B.
mplikasi ..
117
C.
aran
124
DAFTAR PUSTAKA .. 123
LAMPIRAN . 125
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Penilaian Diagram Vee 22
Tabel 2.2 : Reaksi antara Magnesium (Mg) dengan asam klorida
(HCl)
34
Tabel 3.1 : Alokasi Waktu Penelitian 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 3.2 : Tabel Rancangan Data Penelitian 50
Tabel 3.3 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Sikap
Ilmiah
55
Tabel 3.4 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Gaya
Belajar
56
Tabel 3.5 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Tes Prestasi
Kognitif
56
Tabel 3.6 : Hasil Kesimpulan Validitas Butir Angket Afektif 57
Tabel 3.7 : Hasil Kesimpulan Uji Reliabelitas 58
Tabel 3.8 : Tabel Indeks Kesukaran 58
Tabel 3.9 : Tabel Kesimpulan Daya Pembeda Soal 59
Table 3.10 : Hasil Uji matching 61
Table 3.11 : Tabel Rancangan Analisis Data Penelitian 63
Table 4.1 : Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kedua Metode 66
Table 4.2 : Distribusi Frekunsi Prestasi Belajar Aspek Kognitif
dengan Kedua Metode Eksperimen
67
Table 4.3 : Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Siswa yang
Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
68
Table 4.4 : Distribusi frekuensi Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Pada Siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
69
Table 4.5 : Prestasi Belajar Kognitif Bagi Siswa Yang mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik
70
Table 4.6 : Distribusi frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik
71
Table 4.7 : Prestasi Kognitif Siswa dengan Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee
72
Table 4.8 : Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
73
Table 4.9 : Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
Table 4.10 : Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
73
Table 4.11 : Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Readah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
74
Table 4.12 : Data Prestasi Aspek Afektif Pada Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee
75
Table 4.13 : Distribusi frekuensi Prestasi Aspek Afektif Pada Kedua Metode
75
Table 4.14 : Distribusi frekuensi Prestasi Aspek Afektif Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan rendah
76
Table 4.15 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Siswa Yang MempunyaiGaya BelajarVisual Gaya dan Belajar Kinestetik
78
Table 4.16 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Ekperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
79
Table 4.17 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Eksperimen dengan LKS Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
79
Table 4.18 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
80
Table 4.19 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
80
Table 4.20 : Sebaran Data Prestasi Belajar Afektif Siswa untuk Tiap-tiap Sel
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Table 4.21 : Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee
82
Table 4.22 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee
82
Table 4.23 : Prestasi Psikomotor Pada Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
83
Table 4.24 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
83
Table 4.25 : Prestasi Psikomotorik Pada Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
84
Table 4.26 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Siswa Yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
84
Table 4.27 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
85
Table 4.28 : Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
85
Table 4.29 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
85
Table 4.30 : Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
85
Table 4.31 : Sebaran Data Prestasi Belajar Psikomotorik untuk Tiap-tiap Sel
86
Table 4.32 : Rata-rata Prestasi Kognitif Masing-masing Kelompok
87
Table 4.33 : Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Kognitif 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Table 4.34 : Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Afektif 90
Table 4.35 : Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Psikomotor 91
Table 4.36 : Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Kognitif 92
Table 4.37 : Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Afektif 92
Table 4.38 : Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Psikomotorik 93
Table 4.39 : Hasil Pengujian Hipotesis 94
Table 4.40 : Hasil Uji Lanjut 99
Table 4.41 : Hasil Perbandingan Rerata Uji Lanjut 99
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Diagram Vee 23
Gambar 2.2 : Tumbukan antar molekul 36
Gambar 2.3 : Pengaruh suhu pada laju reaksi 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Gambar 2.4 : Pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi
38
Gambar 4.1 : Histogram Prestasi Prestasi Belajar Aspek Kognitif dengan Kedua Metode Eksperimen
68
Gambar 4.2 : Histogram Nilai Prestasi Kognitif Siswa dalam Belajar Kimia Pada Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi
70
Gambar 4.3 : Histogram Nilai Prestasi Kognitif Siswa dalam Belajar Kimia Pada Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik
72
Gambar 4.4 : Histogram Prestasi Afektif pada kedua Metode
76
Gambar 4.5 : Histogram Prestasi Afektif Sikap Ilmiah 77
Gambar 4.6 : Histogram Prestasi Afektif Gaya Belajar 78
Gambar 4.7 : Interaction Plot (data means) for Prestasi Kognitif
97
Gambar 4.8 : Interaction Plot (data means) for Prestasi Kognitif
98
Gambar 4.9 : Analisys of Means Tes Prestasi Kognitif Vs Metode Pembelajaran
100
Gambar 4.10 : Analisys of Means Tes Prestasi Kognitif Vs Sikap Ilmiah
100
Gambar 4.11 : Interaksi Plot (Data Means) untuk Prestasi Kognitif-Metode-Sikap Ilmiah
101
Gambar 4.12 : Analisys of Means Tes Prestasi Kognitif Vs Sikap Ilmiah Vs Gaya Belajar
101
Gambar 4.13 : Analisys of Means Tes Prestasi Afektif Vs Metode
102
Gambar 4.14 : Analisys of Means Tes Prestasi Psikomotorik Vs Metode
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Silabus 126
: Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP)
Dengan LKS
127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
: RPP Metode Eksperimen dengan Diagram Vee 145
Lampiran 2 : Lembar Kerja Siswa 161
Lampiran 3 : Kisi-kisi Soal Tes Prestasi Belajar 171
: Soal Tes Prestasi 174
Lampiran 4 : Kisi kisi Angket Aspek Afektif 180
: Angket Aspek Afektif 181
Lampiran 5 : Penilaian Unjuk Kerja 184
Lampiran 6 : Kisi-kisi Angket Sikap Ilmiah 185
: Angket Sikap Ilmiah 186
Lampiran 7 : Kisi-kisi Angket Gaya Belajar Kimia 189
: Tes Angket Gaya Belajar 191
Lampiran 8 : Uji Validitas, Taraf Kesukaran dan Daya Beda soal Kognitif
196
: Uji Validitas dan realibilitas angket Afektif 198
: Uji Validitas dan realibilitas angket Sikap Ilmiah 200
: Uji Validitas dan realibilitas angket Gaya Belajar 202
Lampiran 9 : Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif 206
: Deskripsi Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif 208
: Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif 210
: Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif 214
: Uji Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Aspek Kognitif 216
: Uji Lanjut Anava Prestasi Belajar Aspek Kognitif 216
Lampiran 10 : Data Prestasi Belajar Aspek Afektif 223
: Deskripsi Data Prestasi Belajar Aspek Afektif 225
: Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif 230
: Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Afektif 232
: Uji Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Aspek Afektif 235
: Uji Lanjut Anava Prestasi Belajar Aspek Afektif 235
Lampiran 11 : Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik 237
: Deskripsi Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik 239
: Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik 244
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
: Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik
246
: Uji Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik
248
: Uji Lanjut Anava Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik
249
ABSTRAK
Yahudi S831002066.2010 Pembelajaran Kimia dengan Metode Eksperimen
menggunakan LKS dan Diagram Vee Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus pada Materi Laju Reaksi Kimia Kelas XI Semester 1 SMA Negeri I Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis : Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I Prof. Dr. H. Ashadi, dan Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya: 1) Pengaruh pembelajaran kimia Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee terhadap prestasi belajar siswa, 2) Pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa, 3) Pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa, 4) Interaksi antara metode dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar, 5) Interaksi antara metode dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar, 6) Interaksi antara sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa, 7) Interaksi metode , sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010 Februari 2011 dengan menggunakan metode Penelitian Eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ponorogo tahun pelajaran 2010/2011. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yang diambil secara acak (cluster random sampling). Kelas XI IPA 4 menggunakan metode eksperimen dengan LKS dan kelas XI IPA 2 menggunakan metode eksperimen dengan diagram Vee. Data sikap ilmiah, gaya belajar dan prestasi afektif siswa dikumpulkan dengan metode angket, prestasi kognitif dikumpulkan dengan metode test, data prestasi psikomotorik dikumpulkan dengan observasi. Prestasi belajar meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Data dianalisis dengan Anova dengan desain faktorial 2x2x2 dengan menggunakan bantuan Software Minitab15. Uji normalitas dengan Ryan-Joiner, Uji homogenitas dengan metode Levines dan F-test.
Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik , (2) Ada pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif tetapi tidak ada pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi afektif dan psikomotorik, (3) Tidak ada pengaruh gaya belajar terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik, (4) Ada interaksi antara penggunaan metode dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif, tetapi tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan sikap ilmiah pada prestasi afektif dan psikomotorik, (5) Tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan gaya belajar siswa pada prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik, (6) Ada interaksi sikap ilmiah siswa dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif, tetapi tidak interaksi sikap ilmiah siswa dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif dan psikomotorik, (7) Tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kata kunci: Metode eksperimen dengan LKS, Metode eksperimen dengan diagram
Vee, Sikap Ilmiah, gaya belajar, kognitif, afektif, psikomotorik dan laju reaksi.
ABSTRACT
Yahudi, S831002066, 2011 "Learning Chemistry using exsperiment with student work sheet and diagram Vee methods overveiewed from Scientific Attitude and Learning Style" (A case study on reaction rate for Grade 11th students The Senior High School 1 Ponorogo, Academic Year 2010/2011 ). 1st advisor : Prof. Dr. H. Ashadi, 2nd : Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. Thesis: Science education Program, Post-graduate program, Sebelas Maret University Surakarta, 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
The purposes of this research were to find out : (1) The effect of learning chemistry using experiments with student work sheet and diagram Vee methods toward student achievement , (2) The effect of scientific attitude toward student achievement , (3) The effect of learning style toward student achievement, (4) interaction among learning methods with student scientific attitude toward student achievement, (5) interaction among learning methods with learning style towards student achievement, (6) interaction among scientific attitude with learning style toward student achievement, (7) interaction among learning methods with scientific attitude and learning style toward student achievement in learning chemistry.
This research was carried out from May 2010 to February 2011, used experimental method. The population was the entire students in grade 11 of The Senior High School 1 Ponorogo, The sample was taken using cluster random sampling, consisted of four classes. Class XI IPA 4 was treated using experiment with student work sheet and class X1 IPA 2 was treated using experiment diagram Vee. The data was collected using questionnaire for student activity and learning style, test for cognitive achievement and observation method for affective and psychomotor achievement. The achievement consisted of three aspects: cognitive, affective and psychomotor. The data were analyzed using ANOVA with factorial design and calculated using computer software Minitab 15 program. Normality test used Ryan-Joiner, homogeneity test used Levines and F-test methods.
From the data analysis can be concluded that: (1) There was an effect of learning methods toward cognitive, affective and psychomotor on achievement, (2) There was an effect of scientific attitude toward cognitive but there was not effect on affective and psychomotor achievement, (3) There was not any effect of learning style toward cognitive, affective and psychomotor achievement, (4) There was an interaction learning methods with scientific attitude toward cognitive, and there was not interaction learning methods with scientific attitude toward affective and psychomotor achievement, (5) There was not any interaction among learning methods with learning style toward cognitive affective and psychomotor achievement, (6) There was not any interaction among student scientific attitude with learning style toward cognitive, affective and psychomotor achievement, (7) There was not any interaction between learning methods with scientific attitude, and learning style toward cognitive, affective and psychomotor achievement in learning chemistry.
keyword: experiment student work sheet, diagram Vee , scientific attitude, learning
style, cognitive, affective and psychomotor student achievement reaction rate
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia sampai saat
ini adalah mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Upaya
yang telah dilaksanakan oleh pemerintah antara lain dengan merubah sistem
pendidikan di Indonesia dari paradigma pendidikan yaitu pendidikan yang
bersifat behavioristik menjadi pendidikan yang bersifat kontruktivistik. Hal ini
berimplikasi pada terjadinya perubahan suasana dalam proses pembelajaran,
yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru ( teacher centered )
mengalami pergeseran menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student
centered ) . Namun sebagian besar guru-guru di SMA Negeri 1 Ponorogo dalam
pembelajaran masih dilaksanakan secara berpusat pada guru dan siswa sebagai
obyek pembelajaran, akibatnya siswa akan pasif dan kurang termotivasi untuk
belajar, pada akhirnya prestasi nya tidak bisa maksimal.
Perubahan paradigma tersebut disikapi oleh pemerintah dengan adanya
perubahan kurikulum yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan memecahkan masalah
dengan menggunakan prinsip dan proses sains. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menuntut guru agar lebih kreatif dalam menerapkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam pembalajaran sesuai dengan
kondisi siswa dan sarana prasarana yang disediakan sekolah.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Mengingat semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap mutu
layanan pendidikan, maka guru perlu melakukan pendekatan/strategi dalam
proses pembelajaran dengan menerapkan bermacam macam metode
pembelajaran yang berorientasi pada filosofi kontruktivistik. Sedangkan sebagian
besar guru di SMA Negeri 1 Ponorogo masih banyak yang menggunakan metode
pembelajaran tradisional seperti ceramah. Sehingga siswa cepat bosan dalam belajar
kimia karena metode yang digunakan itu-itu saja, tanpa adanya variasi penggunaan
metoda mengajar yang tepat.
Dalam pembelajaran di SMA Negeri 1 Ponorogo sebagian besar masih
berpusat pada guru dengan mengunakan metode ceramah atau diskusi kelas, maka
siswa belum belajar secara maksimal khususnya pada materi laju reaksi. Sehingga
hasil nilai ulangan harian pembelajaran kimia khususnya materi laju reaksi, masih
banyak siswa yang mempunyai nilai 83,9% lebih kecil dari KKM. Pada tahun
pelajaran 2009/2010 nilai rata-rata laju reaksi adalah 65,2.
SMA Negeri 1 Ponorogo memiliki 6 kelas XI IPA dengan jumlah siswa 38
sampai 40 per kelas, dan siswa yang ada dari berbagai daerah dengan latar belakang
yang berbeda-beda, sehingga masing masing siswa memiliki sifat karakteristik
yang berbeda beda dalam belajar, seperti gaya belajar siswa, namun guru belum
memperhatikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini akan memberi pengaruh
dalam kegiatan belajar mengajar dan prestasi anak.
Dalam pembelajaran kimia kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah
memecahkan masalah yang ditemukan dengan cara pengamatan, penafsiran,
merancang dan melakukan percobaan dalam kegiatan laboratorium. Pemanfaatan
laboratorium di SMA Negeri 1 Ponorogo selama ini khususnya laboratorium kimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
belum dimanfaatkan secara maksimal. Guru lebih suka memilih menggunakan
metoda ceramah, disamping lebih murah, hemat waktu dan tidak disibukkan dengan
persiapan yang membutuhkan ketrampilan khusus mengenai penggunaan alat alat
dan pengetahuan khusus mengenai karakteristik bahan bahan kimia. Selain itu alat
dan bahan kimia harganya relatif mahal, sehingga SMA Negeri 1 Ponorogo
keberatan dalam pengadaan alat dan bahan kimia yang dibutuhkan.
Sikap ilmiah siswa perlu diperhatikan guru. Dengan memiliki sikap ilmiah
yang tinggi siswa dapat belajar dengan baik dan dapat menghargai teman yang lain
dalam presentasi, atau kerja kelompok di laboratorium. Dengan sikap ilmiah siswa
dapat merasakan bagaimana menjadi seorang ilmuwan, sehingga siswa dapat
termotivasi untuk belajar.
Materi kimia di SMA sangat kompleks baik yang bersifat teoritis maupun
empiris. Teori akan membutuhkan nalar berfikir yang tinggi yaitu dengan kognitif,
sedangkan empiris akan memerlukan praktek/eksperimen maupun demonstrasi. Pada
materi laju reaksi kimia, kita jumpai dalam kehidupan sehari hari. Seperti mengapa
besi berkarat membutuhkan waktu yang lama, mengapa bensin lebih cepat terbakar
sedangkan solar lebih lama terbakar.
Dari uraian diatas dan hasil observasi dari peneliti, maka penulis sekaligus
sebagai peneliti memilih judul Pembelajaran Kimia dengan Metode Eksperimen
menggunakan LKS dan Diagram Vee Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Gaya Belajar
Siswa.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, terdapat beberapa masalah
yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1. Mutu pendidikan rendah disebabkan oleh guru yang kurang melibatkan siswa
berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.
2. Pembelajaran masih dilaksanakan secara berpusat pada guru dan siswa sebagai
obyek pembelajaran, hal ini siswa akan pasif sehingga siswa tidak termotivasi
untuk belajar, padahal ada beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran seperti inquiri, discovery dan CTL.
3. Nilai rata rata ulangan harian kimia khususnya laju reaksi yang diperoleh para
siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo masih kurang dari KKM.
4. Siswa cepat bosan untuk belajar kimia karena menggunakan metoda itu-itu saja,
tanpa adanya variasi penggunaan metoda mengajar yang tepat seperti metoda
eksperimen dengan LKS, metoda eksperimen dengan diagram Vee, demostrasi
dan lain-lain.
5. Masing masing siswa memiliki sifat karakteristik yang berbeda beda dalam
belajar, namun guru belum memperlihatkannya dalam kegiatan belajar
mengajar, misalnya materi kimia yang disajikan pada siswa kelas XI tentang laju
reaksi kimia, semuanya diajarkan secara konvensional.
6. Selama ini laboratorium khususnya kimia belum dimanfaatkan secara maksimal.
7. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa seperti
sikap ilmiah, gaya belajar, motivasi, kreatifitas, IQ dan lain-lain, namun faktor-
faktor tersebut sangat bervariasi antara siswa dan guru belum memperhatikan
variasi tersebut.
8. Sikap ilmiah siswa meliputi tinggi, sedang dan rendah, namun guru belum
memperhatikan faktor-faktor tersebut.
9. Gaya belajar meliput visual, audio dan kinestetik, namun guru belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
memperhatikannya.
10. Materi kimia di SMA sangat kompleks baik yang bersifat teoritis maupun
empiris. Teori akan membutuhkan nalar berfikir yang tinggi yaitu dengan
kognitif, sedangkan empiris akan memerlukan praktek/eksperimen maupun
demonstrasi. Untuk memahami hal tersebut belum diperhatikan guru.
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan
masalah agar diperoleh kajian teori yang mendalam, agar sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode eksperimen dengan LKS
dan diagram Vee .
2. Sikap ilmiah dikategorikan sikap ilmiah tinggi dan rendah.
3. Gaya belajar siswa dibedakan gaya belajar visual dan kinestetik.
4. Prestasi belajar ditinjau dari hasil kognitif, afektif dan psikomotorik.
5. Materi pelajaran dalam penelitian ini tentang laju reaksi kimia.
D. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah, akhirnya peneliti merumuskan masalah yang
akan dipakai sebagai acuan dalam penelitiannya, yaitu :
1. Apakah ada pengaruh metode eksperimen dengan LKS dan digram Vee terhadap
prestasi belajar siswa ?
2. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar ?
3. Apakah ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi
belajar ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
4. Apakah ada interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee
dengan sikap ilmiah siswa ?
5. Apakah ada interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee
dengan gaya belajar siswa ?
6. Apakah ada interaksi antara sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar ?
7. Apakah ada interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee
dengan sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee terhadap prestasi
belajar.
2. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar.
3. Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar.
4. Interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee dan sikap
ilmiah siswa terhadap prestasi belajar.
5. Interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee dan gaya
belajar siswa terhadap prestasi belajar.
6. Interaksi antara sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap prestasi
belajar.
7. Interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee dengan sikap
ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar.
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat memberi manfaat :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1. Manfaat teoritis.
a. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dalam hal
metode pembelajaran ekperimen dengan LKS dan diagram Vee.
b. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
dengan memilih model pembelajaran yang tepat pada kompetensi dasar tertentu.
b. Memberi masukkan pada sesama rekan guru kimia agar memilih dan
menggunakan metode mengajar yang tepat dan selalu memberi motivasi belajar
kepada siswa guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Memberi sumbangan pemikiran kepada sekolah dalam memperbaiki proses
pembelajaran yang berkaitan dengan praktikum kimia agar siswa lebih bermakna
dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIIS
A. LANDASAN TEORI
1. Hakekat Pembelajaran
Kata pembelajaran merupakan pandangan dari kata dalam bahasa inggris
instruction,yang berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya ialah membantu
orang belajar, atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga memberi
kemudahan bagi orang yang belajar. Gagne dan Briggs (1979) dalam pedoman
khusus Pembelajaran Tuntas Depdiknas (2004:7) mendefinisikan pembelajaran
sebagai suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi) yang secara sengaja
dirancang untuk mempengaruhi siswa (pembelajar), sehingga proses belajarnya dapat
berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kejadian yang
dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua kejadian maupun kegiatan
yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Belajar
adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas
kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Pembelajaran kimia pada materi laju
reaksi adalah suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi) yang secara
sengaja dirancang untuk mempengaruhi siswa, sehingga proses belajarnya dapat
berlangsung dengan mudah, bertujuan meningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya piker tentang laju reaksi.
2. Tinjauan Tentang Belajar
a. Teori Belajar
Untuk memahami pengertian belajar di sini akan diawali dengan
mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli
tentang definisi tentang belajar. Burton dalam Aunurrahman (2009:35) pngertian
belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Dalam buku Educational
Psychology, H.C. Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan di
dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang
berupa kecakapan, sikap kebiasaan atau suatu pengertian.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga
belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya,
jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya
merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh
lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh
seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
. Menurut Ratna Wilis (1989:12) istilah pengalaman membatasi macam-
macam perubahan perilaku yang dapat mewakili belajar. Biasanya batasan ini
dilakukan dengan memperhatikan penyebab-penyebab perubahan dalam perilaku
yang tidak dapat dianggap sebagai hasil pengalaman. Jadi perubahan perilaku yang
disebabkan oleh kelelahan, adaptasi indra, obat-obatan, dan kekuatan mekanik tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dianggap sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman, dank arena itu tidak
dapat dianggap bahwa belajar telah terjadi. Belajar adalah suatu proses perubahan
di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini
berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang
diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan
seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak
mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang
tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia
mengalami kegagalan di dalam proses belajar. Belajar yang efektif dapat membantu
siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan
kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada
dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebagainya.
Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya
ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
Dengan demikian belajar adalah suatu proses adaptasi atau panyasuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif yang menghasilkan perubahan
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap tingkah laku
yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman secara langsung
maupan tidak langsung.
1) Teori Bruner (Belajar Penemuan/discovery)
Bruner (1960) dalam Sagala (2010:35) mengemukakan bahwa proses belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dapat dibedakan pada tiga fase. Ketiga proses itu adalah : memperoleh informasi
baru, transformasi informasi, evaluasi dan ketepatan pengetahuan. Bruner menyebut
pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme
instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu : pengetahuan orang
tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya,
dan model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayan seseorang,
kemudian model-model diadaptasikan pada kegunaan bagi orang bersangkutan.
Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh
bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu
tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi
suatu sistem simpanan yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu
menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya
sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya. Salah
satu model instruksional kognitif yang berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner
(1966) dalam Ratna Wilis (1989:103) yang dikenal belajar penemuan (discovery).
Bruner menganggap , bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik.
Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengtahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Belajar yang
diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer
yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir
secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
metode ekperimen diharapkan siswa belajar menemukan sendiri pengetahuannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
tentang laju reaksi, sehingga pengetahuan yang didapatkannya benar-benar
bermakna.
2) Teori Ausuble (Belajar Bermakna)
Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Menurut Ausubel dalam
Ratna Wilis (1989:110) belajar dapat terdiri dalam dua dimensi yaitu : a) Dimensi
pertama berhubungan dengan cara informasi atau pembelajaran disajikan pada siswa
melalui penerimaan atau penemuan, b) Dimensi kedua menyangkut bagaimana
siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Inti dari
teori ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna
merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dalam mengaitkan konsep-konsep
ini Ausubel mengemukakan dua prinsip, yaitu prinsip diferensiasi progresif dan
prinsip rekonsiliasi integratif. Kedua prinsip ini memperlihatkan bagaimana struktur
kognitif siswa dipengaruhi secara optimal melalui mengajar, apapun bidang studinya.
Menurut Ausubel ,dalam satu seri pelajaran hendaknya siswa diperkenalkan terlebih
dahulu pada konsep-konsep yang paling umum atau paling inklusif. Sesudah itu
materi pelajaran disusun secara berangsur-angsur menjadi konse-konsep yang lebih
khusus. Dengan perkataan lain, model belajar Ausubel pada umumnya berlangsung
dari umum ke khusus. Dengan menggunakan strategi ini, guru mengajarkan konsep-
konsep yang paling inklusif dahulu, kemudian konsep-konsep yang kurang inklusif,
dan setelah itu baru mengajarkan hal-hal yang khusus. Proses penyusunan konsep
semacam ini disebut diferensiasi progresif. Prinsip kedua yang dikemukakan
Ausubel ialah prinsip rekonsiliasi integratif atau penyesuaian integratif, menurut
prinsip ini dalam mengajar, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana
konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu saling berkaitan. Menurut Ratna Wilis
(1989:121) Untuk mencapai rekonsiliasi integratif materi pelajaran hendaknya
disusun sedemikian rupa, sehingga kita bergerak ke atas dan ke bawah hirarki-
hirarki konseptual waktu disajikan informasi baru.
3) Teori Gagne (Perubahan Tingkah Laku)
Belajar adalah suatu proses yang kompleks, sejalan dengan itu menurut R.M.
Gagne (1970) dalam Sagala (2010:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks,
dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi
yamg berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.
Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dengan
demikian dapat ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi
kapabilitas baru. Belajar terjadi bila ada hasilnya yang dapat diperlihatkan, anak-
anak demikian juga orang dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang pernah
didengar atau dipelajarinya. Seorang dapat mengingat gambar yang telah dilihat,
mengingat kata-kata yang baru dipelajarinya, atau mengingat bagaimana cara
memecahkan hitungan. Menyatakan kembali apa yang dipelajari lebih sukar daripada
sekedar mengenal sesuatu kembali. Karena pengamatan dan evaluasi pada perubahan
perilaku yang ada, teori belajar Gagne terkenal dengan teori perubahan tingkah laku.
Gagne (1984) dalam Ratna Wilis (1989:11) mengamukakan bahwa belajar
dapat didefinisikan sebagai proses di mana suatu orgasisasi berubah perilakunya
akibat pengalaman. Dari uraian teori Gagne diatas, dengan melakukan eksperimen,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
guru dapat memberikan informasi dan konsep baru baik dalam aspek afektif, kognitif
maupun psikomotorik sehingga ada perubahan tingkah laku pada diri siswa.
4) Teori Piaget (Perkembangan Intelektual)
Menurut Piaget dalam Paul Suparno (2000:24), setiap individu mengalami
tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut : 1) Tahap Sensori-motor (0
2 tahun). Tahap sensorimotor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan
tindakan inderawinya. 2) Tahap Pra-operasional (2 7 tahun). Periode ini disebut
pra-operasional, karena pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-
operasi mental, seperti menambah, mengurangi, dan lain-lain. Tingkat pra-
operasional terdiri atas dua sub-tingkat. Sub-tingkat pertama antara 2 4 tahun yang
disebut sub-tingkat kedua antara 4 hingga 7 tahun yang disebut tingkat berpikir
intuitif. Menurut Piaget anak pra-operasional diwarnai dengan mulai digunakan nya
simbul-simbul untuk menghadirkan suatu benda atau pemikirab khususnya
penggunaan bahasa, 3) Tahap Operasional Konkret (7 11 tahun). Tahap operasional
konkret ditandai dengan penggunaan aturan logis dan jelas, 4) Tahap Operasional
formal (11 dewasa). Pada tahap ini dicirikan dengan berpikir abstrak, hipotesis,
deduhtif, serta induktif.
b. Belajar menurut Teori Kognitif
Teori perkembangan kognitif Piaget banyak mempangaruhi pendidikan sains,
termasuk pendidikan kimia. Secara umum Piaget dalam Paul Suparna (2007:33)
membedakan 4 (empat) tahap dalam perkembangan kognitif seseorang, yaitu tahap
Sensori-motor (0 2 tahun); tahap Pra-operasional (2 7 tahun); tahap Operasional
Konkret (7 11 tahun); Operasional formal (11 dewasa). Dalam perkembangan itu
pemikiran anak berkembang pelan-pelan mulai dari sensor motorik lalu ke pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
konkrit dan baru ke pemikiran abstrak. Maka dalam pembelajaran kimia perlu
dimulai dari hal-hal atau peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang konkrit dan
kemudian baru pada tingkat lebih atas mulai dengan yang abstrak. Itulah salah sebab
pembelajaran kimia perlu banyak melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen.
c. Belajar menurut Teori Kontruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan ada yang dikelompokan dalam
teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori
konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-
aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa
agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha
dengan susah payah dengan ide-ide. Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip
yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya
sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses
ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar siswa
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Menurut Brooks (1990), Leinhardt (1992), Brown et al (1989) dalam
Mohamad Nur (1998:2) bahwa siswa harus secara individu menemukan dan
mentransfer informasi-informasi kompleks apabila mereka harus menjadikan
informasi itu miliknya sendiri. Teori Vygotsky (Karpov dan Bransford, 1995) yang
telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan.
Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak
dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun pengetahuan di dalam benak siswa. Guru dapat membantu proses ini
dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi bermakna dan sangat
relevan bagi siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ide-ide dan secara sadar menggunakan strstegi-strategi
mereka sendiri untuk belajar.
3. Pembelajaran Inquiri
Kata inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry, dan menurut kamus berarti
pertanyaan atau penyelidikan. Pendapat beberapa orang ahli yang mencoba
menerangkan apakah yang dimaksud dengan pendekatan inkuiri.
Piaget dalam Ratna Wilis (1986:82) memberikan definisi fungsional untuk pendekatan inkuiri sebagai berikut :
Pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri , dalam arti luas ingin melihat apakah yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol, mengajukan pertanyaan-pertanyan, mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan anak-anak yang lain.
Kuslan dan Stone memberi definisi : Pengajaran inkuiri merupakan pengajaran dimana guru dan anak-anak mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan jiwa para ilmuwan. Kuslan dan Stone dalam Ratna Wilis Dahar (1986:82) juga memberikan
definisi operasional untuk pendekatan inkuiri. Menurut mereka proses belajar
mengajar dengan pendekatan inkuiri ditandai oleh cirri-ciri berikut :
1) Menggunakan ketrampilan-ketrampilan proses IPA. 2) Waktu tidak menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
masalah, tidak keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu. 3)
Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dahulu. Jawaban-jawaban ini
tidak ditemukan dalam buku pelajaran, sebab buku-buku pelajaran dan saran-saran
untuk menentukan jawaban, bukan memberi jawaban. 4) Anak-anak berhasrat sekali
untuk menentukan menemukan pemecahan masalah. 5) Proses belajar mengajar
berpusat pada pertanyaan mengapa. Pertanyaan bagaimana kita mengetahui dan
betulkah kesimpulan kita ini sering pula dikemukakan. Suatu masalah ditemukan,
lalu 6) dipersempit, hingga terlihat ada kemungkinan masalah inidapat dipecahkan
oleh siswa. 7) Hipotesa dirumuskan oleh siswa-siswa untuk membimbing
penyelidikan. 8) Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data, dengan
melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca dan menggunakan
sumber-sumber lain. 9) Semua usul ini dinilai bersama-sama. Bila mungkin
ditentukan pula asumsi-asumsi, keterbatasan-keterbatasan dan kesukaran-kesukaran.
10) Para siswa melakukan penelitian, secara individu atau kelompok, untuk
mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesa. 11) Para siswa
mengolah data dan mereka sampai pada kesimpulan sementara. Juga diusahakan
untuk memberikan penjelasan-penjelasan secara ilmiah.
Pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan dengan berbagai macam cara. Setiap
cara atau bentuk inkuiri itu meliputi lima hal yaitu : i) situasi yang menyadiakan
stimulus untuk inkuiri. ii) masalah yang akan dicari pemecahannya. iii) kesimpulan
yang diperoleh sebagai hasil penyelidikan. iv) perumusan masalah v) pencarian
pemecahan masalah.
4. Metode Eksperimen
Menurut Syiful Sagala (2010:220) kadang-kadang orang mengaburkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pengertian eksperimen dengan kerja laboratorium, meskipun kedua pengertian ini
mengandung prinsip yang hampir sama, namun berbeda dalam konotasinya.
Eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis
tertentu. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar
laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat,
karena itu dimasukkan dalam metode pembelajaran. Metode eksperimen adalah cara
penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami
untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.
Menurut Paul Suparno (2007:77) metode eksperimen adalah metode
mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian,
pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan memang benar. Jadi metode ini
lebih untuk mengecek supaya siswa makin yakin dan jelas akan teorinya. Sering
metode eksperimen disebut metode laboratorium karena percobaan biasanya
dilakukan di laboratorium. Laboratorium menurut Ratna Wilis (1996:109) adalah
ruangan khusus yang dilengkapi dengan alat-alat tertentu untuk mempermudah
pelaksanaan ketrampilan-ketrampilan IPA. Eksperimen dapat pula dilakukan siswa di
luar laboratoriun, bahkan dapat pula dilakukan aplikasikan dalam langsung dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi
kesempatatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses,
mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri tentang suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Peran guru dalam metode
eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan
kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kegiatan eksperimen dalam kegiatan belajar dan mengajar.
Dalam Syaiful Sagala (2010:220) metode eksperimen mempunyai kebaikan
sebagai berikut : (1) metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran
atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata
guru atau buku saja, (2) dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seseorang ilmuan, (3)
metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain; (a) siswa belajar
dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian; (b) siswa
terhindar jauh dari verbalisme; (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang
bersifat obyektif dan realistic; (d) mengembangkan sikap berfikir ilmiah; dan (e)
hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi.
Dalam melakukan eksperimen siswa dapat bekerja sesuai dengan lembar
kerja atau petuhjuk yang diberikan guru, sebaiknya kelompok dibuat kecil sehingga
siswa dapat melakukan eksperimen secara sungguh-sungguh. Dalam eksperimen
siswa melakukan tindakan sebagai berikut : 1) membaca petunjuk eksperimen
dengan teliti (2) mencari alat yang diperlukan (3) merangkai alat sesuai dengan
skema eksperimen (4) mulai mengamati jalannya percobaan (5) mencatat data yang
diperlukan (6) mendiskusikan dalam kelompok untuk ambil kesimpulan dari data
yang ada (7) membuat laporan eksperimen dan mengumpulkan (8)
mempresentasikan eksperimen di depan kelas.
5. Metode Eksperimen dengan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Secara ideal kegiatan eksperimen merupakan kegiatan individu siswa, namun
sehubungan dengan terbantasnya sarana dan prasarana pada umumnya kegiatan
eksperimen dilakukan secara kelompok. Besarnya kelompok bergantung pada besar-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
kecilnya jumlah siswa dalam kelas jika dibandingkan sarana dan prasarana yang
tersedia di sekolah yang bersangkutan. Mengingat perbandingan jumlah guru dengan
siswa yang sangat besar, karena terbatasnya jumlah guru, maka perlu dicari upaya
agar eksperimen bisa secara serentak, yaitu dengan bahan tertulis yang disebut
lembar kerja siswa (LKS).
Dalam Ratna Wilis (1989:116) Lembar kerja siswa adalah suatu bahan
tertulis yang berisi segala sesuatu yang terlibat dalam suatu eksperimen, dari alat dan
bahan, hipotesis, hal-hal yang menjadi focus pengamatan, tuntunan bagi siswa untuk
melakukan langkah-langkah kerja sehingga berhasil menggeneralisasikan fakta dan
menyimpulkan, hingga tuntunan ke arah menemukan masalah baru, dapat
menimbulkan eksperimen baru. Lembar kerja ini perlu dirancang secara matang oleh
guru, agar tujuan eksperimen dapat tercapai dan lembar kerja siswa ini harus
menggunakan kalimat-kalimatyang mudah dipahami siswa.
Dalam menyusun petunjuk eksperimen, guru harus dapat menyajikan lembar
kerja siswa (LKS) yang mengajak siswa berpikir dalam melaksanakan tugas
prakteknya. Perlu dihindarkan LKS yang berbentuk resep memasak, yang
petunjuknya begitu lengkap sehingga siswa hanya bekerja seperti mesin dan tidak
ada peluang untuk melatih kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak yang ilmiah
dan efektif.
6. Metode Eksperimen dengan Diagram Vee
Diagram Vee disusun oleh Gowin pada tahun 1977, diagram Vee digunakan
untuk menjelaskan ide pokok yang memperhatikan dasar pengetahuan dan proses
penyusunan pengetahuan di dalam pengajaran laboratorium. Menurut Novak (1984)
bentuk Vee sendiri bukan suatu keharusan, dan bisa dibuat dalam bentuk garis lurus,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
lingkaran atau bentuk yang lain. Namun yang lebih ditekankan adalah bahwa
diagram Vee pada dasarnya merupakan metode untuk membuat hubungan antara
thingking dan doing yang terjadi selama di laboratorium.
Para ahli dalam artikel Path Finder Science (2006) menyatakan bahwa :
The Vee Process Model is intended to serve as a useful graphical guide to the process of science. It also assists communication among the reserch partners. Using the graphic above creates a point of communicationthat allows a scaffold for student learning that gives direction and support to novice researchers. Student can understand where they are in the process and how to continue to make progress. For teachers, the Vee Process Model is serves as a graphical guide for explicit intruction about the research process. The graphic provides a structure to point at and discuss process, a focal point for communication, and useful organization structure. Disini dapat dijelaskan bahwa Model Process diagram Vee dimaksudkan
untuk membantu suatu grafik yang berguna pada proses pengetahuan. Ini juga
membantu diantara rekan penelitian. Menggunakan grafik tersebut membuat suatu
nilai dari komunikasi yang memperbolehkan suatu tangga-tangga untuk siswa
mempelajari apa yang diberikan secara langsung dan membantu para peneliti baru.
Siswa dapat memahami dimana posisi mereka dalam suatu proses dan
bagaimana untuk melanjutkan membuat kemajuan.
Kerangka diagram Vee pada gambar berikut ini
Sisi konsep Pertanyaan pokok Sisi metode
Teori Tuntutan nilai
Tuntutan pengetahuan
Prinsip Transformasi
Konsep catatan/pengamatan
Kejadian dan objek
Gambar 2.1 Diagram Vee (Novak 1983:3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Untuk mengajar, model proses diagram Vee membantu sebagai suatu grafik
penuntun untuk menjelaskan instruksi tentang proses penelitian. Grafik ini
memberikan suatu struktur untuk mengarahkan dan mendiskusikan proses, suatu nilai
penting bagi komunikasi dan suatu pengaturan struktur yang bermanfaat.
Instrumen diagram Vee dibuat atau didesain bagi siswa untuk mengkonstruksi
respon/tanggapan untuk mengetahui cara penyelidikan mereka (Nelson M dan Epps,
1997). Seperti yang dikemukakan juga oleh Shepardson dan Jackson (1997) yaitu
mahasiswa pertama-tama menggunakan diagram Vee untuk mendesain percobaan
laboratorium mereka, kemudian mereka menyelesaikan percobaan laboratorium dan
melengkapinya dengan memasukkan data dan kesimpulan mereka. Mahasiswa dinilai
pada penggunaan mereka terhadap peralatan dan bahan-bahan selama melakukan
percobaan.
Penyusunan dari diagram Vee dapat diuraikan sebagai berikut : 1) dimulai
dengan menggambar V besar; 2) Objek dan kejadian diletakkan pada pusat V. hal ini
disebabkan oleh karena penyusunan pengetahuan dimulai dengan pemikiran dan
pengertian tentang dua hal pokok tersebut. Definisi tentang konsep, objek, dan
kejadian harus dibuat sesederhana mungkin supaya siswa menjadi tahu dan mudah
untuk memahaminya; 3) pertanyaan fokus diletakkan di tengah diagram Vee dan
dihubungkan dengan kedua sisi mempergunakan tanda panah untuk menunjukkan
bahwa dalam memperoleh pengertian, siswa harus menjalankan pemikiran mereka
secara maju mundur dari sisi diagram Vee yang satu ke sisi diagram Vee yang lain; 4)
dikenalkan ide catatan, yaitu pertanyaan yang dipilih akan membimbing siswa pada
konsep dan objek atau kejadian apa yang harus diamati. Kemudian dari pengamatan
dibuat suatu catatan yang ringkas dan jelas; 5) dibuat transformasi catatan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tuntutan pengetahuan (yang harus dicapai), dimana tujuan dari transformasi data
pengamatan yang diperoleh dibuat dalam suatu bentuk yang dapat mengantar siswa
kepada konstruksi jawaban pada pertanyaan fokus. Di sini diharapkan siswa dapat
mendiskusikan kesimpulan yang harus diambil dari berbagai catatan yang ditulis
untuk menjawab pertanyaan fokus.
Dalam Nakhleh, (1994 : 202). Tuntutan pengetahuan disini adalah hasil dari
inkuiri yang dilakukan oleh siswa, pada bagian inilah yang perlu dijelaskan pada
siswa bahwa untuk menyusun pengetahuan baru harus diterapkan konsep-konsep
yang benar-benar mereka ketahui. Sebaliknya proses penyusunan pengetahuan baru
mengajak siswa untuk memahami konsep dan prinsip serta hubungan antara
keduanya. Sehingga ada hubungan timbal balik dari apa yang telah siswa ketahui dan
pengamatan yang dilakukan dengan tuntutan pengetahuan; 6) pada sisi kiri diletakkan
teori-teori, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep yang diperlukan untuk membuat suatu
pengertian dari kejadian, dan atau objek yang kita pahami.
Dari langkah-langkah tersebut dapat dilihat bahwa diagram Vee memang
sesuai apabila diterapkan pada kegiatan praktikum dilaboratorium, hal ini karena
dengan diagram Vee membuat siswa mau tidak mau harus mempelajari teori dan
konsep yang mendasari praktikum yang akan mereka lakukan dengan lebih
mendalam.
Dari diagram Vee (Novak dan Gowin, 1984: 71) dapat dibuat suatu penilaian
yang digunakan untuk memberikan nilai yang berupa angka kepada praktikan.
Prosedur Penilaian diagram Vee diikuti protokol yang disarankan oleh Novak dan
Gowin (1984,70-72). Diagram Vee diberi skor pada kualitas sebuah titik skala (0-4)
dengan skor maksimum menjadi 18 dengan menggunakan kriteria sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(titik nilai dalam kurung untuk setiap kategori): Pertanyaan fokus (0-3), benda /
peristiwa (0-3), teori, prinsip, dan konsep (0-4), catatan / transformasi (0-4), dan
klaim pengetahuan (0-4).
Penilaian diagram Vee mengacu pada pelaksanaan percobaan di laboratorium
oleh praktikan. Selain itu juga dari hasil yang mereka peroleh dari percobaan dan
kesimpulan yang mereka ambil dari percobaan yang telah mereka lakukan tersebut.
7. Sikap Ilmiah
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut Attitude sedangkan istilah
attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni Aptus yang berarti keadaan siap
secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan.. Sikap selalu berkenaan
dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif
atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan
yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu
bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek. Menurut Baharuddin
(1982:34) (http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/) (online ;
diakses tanggal 18 September 2010) mengemukakan bahwa :Sikap ilmiah pada
dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan
kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu
untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis
melalui langkah-langkah ilmiah.
Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985
:31) (http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/) (online ; diakses
tanggal 27 September 2010) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan
masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain : (1) Sikap ingin tahu : apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya;
senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiea; kebiasaan menggunakan
alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan
gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen. (2) Sikap kritis : Tidak
langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan
menggunakan bukti bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak merasa paling
benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya
berdasarkan bukti-bukti yang kuat. (3) Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana
adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya
sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan
kepentingan dirinya sebagai subjek. (4) Sikap ingin menemukan : Selalu
memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-
eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi
yang baru dari pengamatan yang dilakukannya. (5) Sikap menghargai karya orang
lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya,
menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain. (6)
Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi
eksprimen yang hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan kegiatan
kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha
bekerja dengan teliti. (7) Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain
sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon
negatif terhadap pendapatnya.
Dengan demikian sikap ilmiah dapat didifinisikan sebagai kecenderungan individu
untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
melalui langkah-langkah ilmiah.
8. Gaya Belajar.
Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan seorang murid dalam
menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal
(Nasution, 1982:94). Tidak semua orang mengikuti cara yang sama. Masing
masing menunjukkan perbedaan, gaya belajar ini berkaitan dengan erat dengan
pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi dengan oleh pendidikan dan riwayat
perkembangannya.
Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan
antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari
perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru.
Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan
dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan
dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu
tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa
sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan
karakteristik dirinya. Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara
belajar seperti disebutkan diatas, menurut De Porter & Hernacki (2001) dalam
http://prayudi.wordpress.com/2007/11/27/gaya-belajar-individu/ (online ; diakses
tanggal 27 September 2010) adalah sebagai berikut:
Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Visual. Individu yang
memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku
sebagai berikut: (1) rapi dan teratur (2) berbicara dengan cepat (3) mampu membuat
rencana jangka pendek dengan baik (4) teliti dan rinci (5) mementingkan penampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(6)lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar (7)
mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual (8) memiliki kemampuan mengeja
huruf dengan sangat baik (9) biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau
suara berisik ketika sedang belajar (10) sulit menerima instruksi verbal (oleh karena
itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis) (11) merupakan pembaca yang cepat
dan tekun (12) lebih suka membaca daripada dibacakan (13) dalam memberikan
respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan
menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan (14) jika sedang
berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara (15)
lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain (16) sering menjawab
pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak (17) lebih suka
mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah (18) lebih tertarik pada
bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik (19) seringkali tahu apa yang
harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata.
Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Auditorial
Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan
ciri-ciri perilaku sebagai berikut: (1) sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja
(2) mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik (3) lebih senang
mendengarkan (dibacakan) daripada membaca (4) jika membaca maka lebih senang
membaca dengan suara keras (5) dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan
warna suara (6) mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai
dalam bercerita (7) berbicara dalam irama yang terpola dengan baik (8) berbicara
dengan sangat fasih (9) lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya
(10) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
apa yang dilihat (11) senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara
panjang lebar (12) mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang
berhubungan dengan visualisasi (13) lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-
kata dengan keras daripada menuliskannya (14) lebih suka humor atau gurauan lisan
daripada membaca buku humor/komik.
Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Kinestetik
Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan
ciri-ciri perilaku sebagai berikut: (1) berbicara dengan perlahan (2) menanggapi
perhatian fisik (3) menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka (4)
berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain (5) banyak gerak fisik (6)
memiliki perkembangan otot yang baik (7) belajar melalui praktek langsung atau
manipulasi (8) menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung (9)
menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca (10)
banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal) (11) tidak dapat duduk diam di
suatu tempat untuk waktu yang lama (12) sulit membaca peta kecuali ia memang
pernah ke tempat tersebut (13) menggunakan kata-kata yang mengandung aksi (14)
pada umumnya tulisannya jelek (15) menyukai kegiatan atau permainan yang
menyibukkan (secara fisik) (16) ingin melakukan segala sesuatu. Dengan
mempertimbangkan gaya belajar siswa, dan pada materi laju reaksi siswa yang
memiliki gaya belajar visual, audotorial, dan kinestetik tidak akan mengalami
kesulitan dalam belajar dengan metoda eksperimen dengan LKS dan diagram Vee, ke
ketiga karakteristik gaya belajar bisa menguatkan satu dengan yang lain. Dalam
penelitian ini peneliti menggelompokkan (lebih memperhatikan) siswa dalam gaya
belajar visual dan kinestetik, karena siswa yang bergaya belajar audotorial salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
karakteristiknya suka berdiskusi, sehingga siswa dengan gaya belajar audotorial bisa
masuk dalam kelompok gaya belajar visual atau kinestetik.
9. Prestasi Belajar
Prestasi belajar bersal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar
(achievemen) berbeda dengan dengan hasil belajar (learning outcome), prestasi
belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar
meliputi aspek pembentukkan watak siswa. Kata prestasi banyak digunakan dalam
berbagai bidang dan kegiatan antara lain kesenian, olah raga, dan pendidikan
khususnya pembelajaran. Zaenal Arifin dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran
(2009:12) menyatakan fungsi utama prestasi belajar antara lain : (1) Sebagai
indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai pesrta didik. (2)
sebagai lambang pemuasan hsrat ingin tahu. (3) Sebagai bahan informasi
pendidikan, asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong peserta
didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai
umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. (4) sebagai indikator
inter dan ekstern dari institusi pendidikan. (5) Dapat dijadikan indikator daya serap
(kecerdasan) peserta didik.
Belajar adalah suatu proses adaptasi atau panyasuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif yang menghasilkan perubahan perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap, tingkah laku yang relatif
menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Adapun prestasi dapat diartikan
hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak
orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah
menyerap pengetahuan. Belajar adalah suatu proses adaptasi atau panyasuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif yang menghasilkan perubahan
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap tingkah laku
yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman secara langsung maupan
tidak langsung.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar
harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan.
Muray dalam Beck (1990 : 290) (http://sunartombs.wordpress.com/2009
/01/05/pengertian-prestasi-belajar/) (online ; diakses tanggal 27 September 2010)
mendefinisikan prestasi sebagai berikut : To overcome obstacle, to exercise power,
to strive to do something difficult as well and as quickly as possible. Kebutuhan
untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan
sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan.
Gagne (1985) dalam Ratna Wilis (1989,135) menyatakan bahwa prestasi belajar
dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom (1956) dalam Zaenal
Arifin (2009:21) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga domain yaitu kognitif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
afektif dan psikomotorik. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang
kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang yang sukar.
Adapaun domain tersebut adalah sebagai berikut : Domain kognitif (cognitive
domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan yaitu pengetahuan
(knowledge), pemahaman (coprehension), penerapan (application), analisis
(analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Domain afektif (affective)
yaitu internalisasi sikap yang menunjukkan ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi
bila siswa menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap
sihingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan
tingkah laku. Domain Afektif terdiri atas beberapa jenjang kemapuan yaitu :
kemampuan menerima (receiving), kemampuan menanggapi/menjawab
(responding), menilai (valuing), organisasi (organization). Domain psikomotor
(psychomotor domain), yaitu kemampuan siswa yang berkaitan dengan gerakan
tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan
gerakan yang kompleks.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap
peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti
proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen
yang relevan. Menurut Zaenal Arifin (2009:3) tes adalah alat pengumpul data yang
dirancang secara khusus, kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi butir soal yang
dipergunakan. Rumusan ini lebih berfokus pada tes sebagai alat pengumpulkan data.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam penelitian dan juga dalam prosedur
evaluasi. Untuk mengumpulkan data evaluasi tentu memerlukan alat, antara lain tes.
Tes dapat berupa pertanyaan, setiap jenis pertanyaan yang digunakan , rumusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pertanyaan yang diberikan, pola jawaban yang disediakan atau dirancang harus
memenuhi suatu perangkat criteria yang ketat, demikian pula waktu yang disediakan
untuk menjawab soal-soal serta administrasi penyelenggara tes diatur secara khusus.
Dengan demikian fungsi tes adalah sebagi alat ukur.
Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan
hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar
merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor
kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur
dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai
pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi belajar dalam
penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran, yang
meliputi prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.
10. Materi Laju Reaksi Kimia
Konsentrasi Larutan
Konsentrasi merupakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dengan
pelarut, jadi kosentrasi menunjukkan kepekatan suatu larutan. Salah satu cara untuk
menunjukkan hubungan tersebut adalah didefinisikan sebagai banyaknya mol zat
terlarut per liter larutan dan dapat disingkat M.
Konsentrasi dapat ditandai sebagai [ ]
Contoh 1.
Konsentrasi zat X = 0,25 mol/liter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dapat di tulis [X] = 0,25 mol/liter,artinya di dalam tiap liter larutan
Terdapat 0,25 mol zat X.
Contoh 2.
2,5 gram NaOH (Mr = 40 ) terdapat dalam 100mL, maka konsentrasinya
dapat ditentukan berikut.
Mol NaOH = (2,5/40) mol = 0,0625 mol
Maka [NaOH] = 0,0625 mol/0,1 L atau M.
Laju Reaksi
Besi sangat lambat berekasi dengan oksigen diudara terbuka; tetapi dalam air
perkaratan besi akan berlangsung lebih cepat. Perbedaan proses reaksi tersebut
adalah jumlah waktu untuk bereaksi yang berbeda berarti kecepatan setiap reaksinya
berbeda. Kecepatan reaksi kimia, sangat penting didalam industri kimia dan tidak
cukup hanya mengubah satu zat menjadi zat lain. Mereka ingin memperoleh hasil
industri secara cepat, mudah dan murah, untuk itu perlu mempercepat reaksi,
sehingga hasilnya ekonomis dan prosesnya efesien.
Disamping dalam proses industri banyak reaksi-reaksi yang menggunakan
katalis antara lain reaksi-reaksi metabolisme dalam tubuh termasuk replikasi dari
DNA membentuk gen-gen dalam inti sel. Katalis dalam proses biologi disebut enzim.
Kecepatan suatu reaksi tergantung pada sifat karakteristik zat yang bereaksi dan
kondisi yang menyertai berlangsungnya reaksi. Reaksi yang memerlukan banyak
waktu, berarti reaksi berlangsung lama atau kecepatan reaksi rendah atau sebaliknya.
Dari hal-hal diatas dapat diperoleh suatu permasalahan yang menyangkut kecepatan
reaksi yaitu :