214561811201108281

download 214561811201108281

of 144

Transcript of 214561811201108281

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE EKSPERIMEN

    MENGGUNAKAN LKS DAN DIAGRAM VEE DITINJAU

    DARI SIKAP ILMIAH DAN GAYA BELAJAR SISWA

    (Studi Kasus pada Materi Laju Reaksi Kimia Kelas XI Semester 1

    SMA Negeri I Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011)

    TESIS

    Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

    Derajat Magister Pendidikan Sains

    Oleh :

    Yahudi

    S831002066

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVEEERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

    Nama : YAHUDI

    NIM : S 831002066

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul PEMBELAJARAN

    KIMIA DENGAN METODE EKSPERIMEN MENGGUNAKAN LKS DAN

    DIAGRAM VEE DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN GAYA BELAJAR

    SISWA (Studi Kasus pada Materi Laju Reaksi Kimia Kelas XI Semester 1 SMA

    Negeri I Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri.

    Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam

    daftar pustaka.

    Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya

    bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

    peroleh dari tesis tesebut.

    Surakarta, 26 April 2011

    Yang membuat pernyataan

    YAHUDI

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    PERSEMBAHAN

    Tulisan ini kupersembahkan untuk orang-orang yang begitu aku sayangi :

    Ibu dan bapakku yang senantiasa memberikan doa, semangat dan

    kasih sayangnya

    Dra.Hanik Kurniawati yang senantiasa memberikan motivasi,

    dukungan dan semangat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur alhamdulillahirobbilalamin penulis panjatkan ke hadirat Allah

    SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Pembelajaran Kimia dengan Metode

    Eksperimen menggunakan LKS dan Diagram Vee Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan

    Gaya Belajar Siswa ( Studi Kasus pada Materi Laju Reaksi Kelas XI IPA Semester 1

    SMA Negeri I Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011). Laporan penelitian ini

    disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister pada

    Program Studi Pendidikan Sains minat utama Kimia Pascasarjana UniVeeersitas

    Sebelas Maret Surakarta.

    Penelitian ini disusun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang

    berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis

    mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

    1 Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

    Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memberikan sarana,

    fasilitas dan kelancaran dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.

    2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains

    yang telah memberikan pengarahan dan semangat.

    3. Prof. Dr. H. Ashadi selaku pembimbing I yang dengan kesabarannya telah

    memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan

    laporan penelitian ini.

    4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. selaku pembimbing II yang dengan kesabarannya telah

    memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan laporan

    penelitian ini.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    5. Segenap Dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

    telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.

    6. Kepala SMA Negeri 1 Ponorogo yang telah memberikan kesempatan kepada

    penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana.

    7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Angkatan Maret 2010

    atas kerjasama dan senantiasa memberi dorongan semangat selama penulisan

    laporan penelitian ini.

    8. Rekan rekan guru Kimia SMA Negeri I Ponorogo yang selalu memberikan

    sumbangan pemikiran dan pengarahan yang berharga selama penyusunan,

    pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya bila dalam penyusunan penelitian ini masih

    terdapat kekurangan. Untuk itu kritikkan, saran dan masukan dari semua pihak

    sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian ini

    dapat memberikan kegunaan dan manfaat bagi penulis dan para pembaca.

    Surakarta, April 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL i

    LEMBAR PERSETUJUAN . ii

    LEMBAR PENGESAHAN . iii

    PERNYATAAN ... iv

    PERSEMBAHAN . v

    KATA PENGANTAR ... vi

    DAFTAR ISI . viii

    DAFTAR TABEL . xi

    DAFTAR GAMBAR xv

    DAFTAR LAMPIRAN . xvii

    ABSTRAK .. xix

    ABSTRACT .. xx

    BAB I PENDAHULUAN... 1

    A.

    atar Belakang Masalah .

    1

    B.

    dentifikasi Masalah ...

    3

    C.

    embatasan Masalah ..

    5

    D.

    erumusan Masalah

    5

    E.

    ujuan Penelitian

    6

    F.

    anfaat Penelitian ..

    6

    BAB II LANDASAN TEORI , KERANGKA BERFIKIR DAN

    HIPOTESIS ...

    8

    A.

    andasan Teori

    8

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    1.

    akekat Pembelajaran ..

    8

    2.

    injauan Tentang Belajar ..

    9

    3.

    embelajaran Inkuiri .

    16

    4.

    etode Eksperimen

    17

    5.

    etode Eksperimen dengan Lembar Kerja Siswa LKS

    ..

    19

    6.

    etode Eksperimen dengan Diagram Vee .

    20

    7.

    ikap Ilmiah ..

    24

    8.

    aya Belajar ..

    25

    9.

    restasi Belajar .

    29

    10.

    ateri Laju Reaksi .. .

    32

    B.

    enelitian Yang Relean ..

    39

    C.

    erangka Berpikir ...

    41

    D.

    ipotesis ..

    46

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN 48

    A.

    empat dan Waktu Penelitian .

    48

    1. 48

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    empat Penelitian ..

    2.

    aktu Penelitian .

    48

    B.

    etode Penelitian ..

    49

    C.

    ariabel Penelitian ..

    50

    1.

    efinisi Operasional .

    51

    2.

    kala Pengukuran Variabel Penelitian ..

    52

    D.

    opulasi dan Sampel ...

    52

    1.

    opulasi Penelitian

    52

    2.

    eknik Pengambilan Sampel .

    52

    E.

    nstrumen Penelitian

    53

    1.

    nstrumen Pelaksanaan Pembelajaran ..

    53

    2.

    nstrumen Pengambilan Data

    53

    F.

    eknik Pengumpulan Data ..

    53

    1.

    etode Tes

    53

    2.

    etode Angket ..

    54

    G.

    ji Coba Instrumen Penelitian

    54

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    1)

    ji Validitas

    54

    2)

    ji Reliabilitas

    57

    3)

    ji Taraf Kesukaran

    58

    4)

    aya Beda Soal ...

    59

    H.

    eknik Analisis Data ...

    60

    1.

    ji Kesamaan

    60

    2.

    ji Prasyarat Analisis ...

    61

    3.

    ji Hipotesis .

    63

    BAB IV HASIL PENELITIAN .. 66

    A.

    eskripsi Data .

    66

    1.

    ata Prestasi Belajar Kimia Aspek Kognitif .

    66

    2.

    ata Prestasi Belajar Kimia Aspek Afekttif ..

    74

    3.

    ata Prestasi Belajar Kimia Aspek Psikomotorik .

    81

    B.

    ji Prasyarat Analisis ..

    88

    C.

    engujian Hipotesis .

    93

    D.

    embahasan .

    103

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    E.

    elemahan dan Keterbatasan Penelitian .

    112

    BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN ... 114

    A.

    esimpulan ..

    114

    B.

    mplikasi ..

    117

    C.

    aran

    124

    DAFTAR PUSTAKA .. 123

    LAMPIRAN . 125

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 : Penilaian Diagram Vee 22

    Tabel 2.2 : Reaksi antara Magnesium (Mg) dengan asam klorida

    (HCl)

    34

    Tabel 3.1 : Alokasi Waktu Penelitian 48

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    Tabel 3.2 : Tabel Rancangan Data Penelitian 50

    Tabel 3.3 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Sikap

    Ilmiah

    55

    Tabel 3.4 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Gaya

    Belajar

    56

    Tabel 3.5 : Hasil Kesimpulan Validitas Soal Tes Prestasi

    Kognitif

    56

    Tabel 3.6 : Hasil Kesimpulan Validitas Butir Angket Afektif 57

    Tabel 3.7 : Hasil Kesimpulan Uji Reliabelitas 58

    Tabel 3.8 : Tabel Indeks Kesukaran 58

    Tabel 3.9 : Tabel Kesimpulan Daya Pembeda Soal 59

    Table 3.10 : Hasil Uji matching 61

    Table 3.11 : Tabel Rancangan Analisis Data Penelitian 63

    Table 4.1 : Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kedua Metode 66

    Table 4.2 : Distribusi Frekunsi Prestasi Belajar Aspek Kognitif

    dengan Kedua Metode Eksperimen

    67

    Table 4.3 : Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Siswa yang

    Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi

    68

    Table 4.4 : Distribusi frekuensi Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Pada Siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi

    69

    Table 4.5 : Prestasi Belajar Kognitif Bagi Siswa Yang mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik

    70

    Table 4.6 : Distribusi frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik

    71

    Table 4.7 : Prestasi Kognitif Siswa dengan Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee

    72

    Table 4.8 : Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    73

    Table 4.9 : Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai

    73

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiv

    Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    Table 4.10 : Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    73

    Table 4.11 : Distribusi frekuensi Prestasi Kognitif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Readah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    74

    Table 4.12 : Data Prestasi Aspek Afektif Pada Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee

    75

    Table 4.13 : Distribusi frekuensi Prestasi Aspek Afektif Pada Kedua Metode

    75

    Table 4.14 : Distribusi frekuensi Prestasi Aspek Afektif Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan rendah

    76

    Table 4.15 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Siswa Yang MempunyaiGaya BelajarVisual Gaya dan Belajar Kinestetik

    78

    Table 4.16 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Ekperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    79

    Table 4.17 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Eksperimen dengan LKS Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    79

    Table 4.18 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    80

    Table 4.19 : Distribusi frekuensi Prestasi Afektif Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    80

    Table 4.20 : Sebaran Data Prestasi Belajar Afektif Siswa untuk Tiap-tiap Sel

    81

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xv

    Table 4.21 : Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee

    82

    Table 4.22 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee

    82

    Table 4.23 : Prestasi Psikomotor Pada Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi

    83

    Table 4.24 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi

    83

    Table 4.25 : Prestasi Psikomotorik Pada Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    84

    Table 4.26 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Siswa Yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    84

    Table 4.27 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    85

    Table 4.28 : Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan LKS Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    85

    Table 4.29 : Distribusi frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    85

    Table 4.30 : Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Pada Metode Eksperimen dengan Diagram Vee Siswa Yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

    85

    Table 4.31 : Sebaran Data Prestasi Belajar Psikomotorik untuk Tiap-tiap Sel

    86

    Table 4.32 : Rata-rata Prestasi Kognitif Masing-masing Kelompok

    87

    Table 4.33 : Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Kognitif 89

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xvi

    Table 4.34 : Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Afektif 90

    Table 4.35 : Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Psikomotor 91

    Table 4.36 : Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Kognitif 92

    Table 4.37 : Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Afektif 92

    Table 4.38 : Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Psikomotorik 93

    Table 4.39 : Hasil Pengujian Hipotesis 94

    Table 4.40 : Hasil Uji Lanjut 99

    Table 4.41 : Hasil Perbandingan Rerata Uji Lanjut 99

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 : Diagram Vee 23

    Gambar 2.2 : Tumbukan antar molekul 36

    Gambar 2.3 : Pengaruh suhu pada laju reaksi 37

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xvii

    Gambar 2.4 : Pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi

    38

    Gambar 4.1 : Histogram Prestasi Prestasi Belajar Aspek Kognitif dengan Kedua Metode Eksperimen

    68

    Gambar 4.2 : Histogram Nilai Prestasi Kognitif Siswa dalam Belajar Kimia Pada Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi

    70

    Gambar 4.3 : Histogram Nilai Prestasi Kognitif Siswa dalam Belajar Kimia Pada Siswa yang Mempunyai Gaya Belajar Visual dan Gaya Belajar Kinestetik

    72

    Gambar 4.4 : Histogram Prestasi Afektif pada kedua Metode

    76

    Gambar 4.5 : Histogram Prestasi Afektif Sikap Ilmiah 77

    Gambar 4.6 : Histogram Prestasi Afektif Gaya Belajar 78

    Gambar 4.7 : Interaction Plot (data means) for Prestasi Kognitif

    97

    Gambar 4.8 : Interaction Plot (data means) for Prestasi Kognitif

    98

    Gambar 4.9 : Analisys of Means Tes Prestasi Kognitif Vs Metode Pembelajaran

    100

    Gambar 4.10 : Analisys of Means Tes Prestasi Kognitif Vs Sikap Ilmiah

    100

    Gambar 4.11 : Interaksi Plot (Data Means) untuk Prestasi Kognitif-Metode-Sikap Ilmiah

    101

    Gambar 4.12 : Analisys of Means Tes Prestasi Kognitif Vs Sikap Ilmiah Vs Gaya Belajar

    101

    Gambar 4.13 : Analisys of Means Tes Prestasi Afektif Vs Metode

    102

    Gambar 4.14 : Analisys of Means Tes Prestasi Psikomotorik Vs Metode

    102

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 : Silabus 126

    : Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP)

    Dengan LKS

    127

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xix

    : RPP Metode Eksperimen dengan Diagram Vee 145

    Lampiran 2 : Lembar Kerja Siswa 161

    Lampiran 3 : Kisi-kisi Soal Tes Prestasi Belajar 171

    : Soal Tes Prestasi 174

    Lampiran 4 : Kisi kisi Angket Aspek Afektif 180

    : Angket Aspek Afektif 181

    Lampiran 5 : Penilaian Unjuk Kerja 184

    Lampiran 6 : Kisi-kisi Angket Sikap Ilmiah 185

    : Angket Sikap Ilmiah 186

    Lampiran 7 : Kisi-kisi Angket Gaya Belajar Kimia 189

    : Tes Angket Gaya Belajar 191

    Lampiran 8 : Uji Validitas, Taraf Kesukaran dan Daya Beda soal Kognitif

    196

    : Uji Validitas dan realibilitas angket Afektif 198

    : Uji Validitas dan realibilitas angket Sikap Ilmiah 200

    : Uji Validitas dan realibilitas angket Gaya Belajar 202

    Lampiran 9 : Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif 206

    : Deskripsi Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif 208

    : Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif 210

    : Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif 214

    : Uji Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Aspek Kognitif 216

    : Uji Lanjut Anava Prestasi Belajar Aspek Kognitif 216

    Lampiran 10 : Data Prestasi Belajar Aspek Afektif 223

    : Deskripsi Data Prestasi Belajar Aspek Afektif 225

    : Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif 230

    : Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Afektif 232

    : Uji Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Aspek Afektif 235

    : Uji Lanjut Anava Prestasi Belajar Aspek Afektif 235

    Lampiran 11 : Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik 237

    : Deskripsi Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik 239

    : Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik 244

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xx

    : Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik

    246

    : Uji Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik

    248

    : Uji Lanjut Anava Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik

    249

    ABSTRAK

    Yahudi S831002066.2010 Pembelajaran Kimia dengan Metode Eksperimen

    menggunakan LKS dan Diagram Vee Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus pada Materi Laju Reaksi Kimia Kelas XI Semester 1 SMA Negeri I Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis : Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I Prof. Dr. H. Ashadi, dan Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xxi

    Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya: 1) Pengaruh pembelajaran kimia Metode Eksperimen dengan LKS dan Diagram Vee terhadap prestasi belajar siswa, 2) Pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa, 3) Pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa, 4) Interaksi antara metode dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar, 5) Interaksi antara metode dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar, 6) Interaksi antara sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa, 7) Interaksi metode , sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010 Februari 2011 dengan menggunakan metode Penelitian Eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ponorogo tahun pelajaran 2010/2011. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yang diambil secara acak (cluster random sampling). Kelas XI IPA 4 menggunakan metode eksperimen dengan LKS dan kelas XI IPA 2 menggunakan metode eksperimen dengan diagram Vee. Data sikap ilmiah, gaya belajar dan prestasi afektif siswa dikumpulkan dengan metode angket, prestasi kognitif dikumpulkan dengan metode test, data prestasi psikomotorik dikumpulkan dengan observasi. Prestasi belajar meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Data dianalisis dengan Anova dengan desain faktorial 2x2x2 dengan menggunakan bantuan Software Minitab15. Uji normalitas dengan Ryan-Joiner, Uji homogenitas dengan metode Levines dan F-test.

    Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik , (2) Ada pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif tetapi tidak ada pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi afektif dan psikomotorik, (3) Tidak ada pengaruh gaya belajar terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik, (4) Ada interaksi antara penggunaan metode dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif, tetapi tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan sikap ilmiah pada prestasi afektif dan psikomotorik, (5) Tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan gaya belajar siswa pada prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik, (6) Ada interaksi sikap ilmiah siswa dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif, tetapi tidak interaksi sikap ilmiah siswa dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi afektif dan psikomotorik, (7) Tidak ada interaksi antara penggunaan metode dengan sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik.

    Kata kunci: Metode eksperimen dengan LKS, Metode eksperimen dengan diagram

    Vee, Sikap Ilmiah, gaya belajar, kognitif, afektif, psikomotorik dan laju reaksi.

    ABSTRACT

    Yahudi, S831002066, 2011 "Learning Chemistry using exsperiment with student work sheet and diagram Vee methods overveiewed from Scientific Attitude and Learning Style" (A case study on reaction rate for Grade 11th students The Senior High School 1 Ponorogo, Academic Year 2010/2011 ). 1st advisor : Prof. Dr. H. Ashadi, 2nd : Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. Thesis: Science education Program, Post-graduate program, Sebelas Maret University Surakarta, 2011.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xxii

    The purposes of this research were to find out : (1) The effect of learning chemistry using experiments with student work sheet and diagram Vee methods toward student achievement , (2) The effect of scientific attitude toward student achievement , (3) The effect of learning style toward student achievement, (4) interaction among learning methods with student scientific attitude toward student achievement, (5) interaction among learning methods with learning style towards student achievement, (6) interaction among scientific attitude with learning style toward student achievement, (7) interaction among learning methods with scientific attitude and learning style toward student achievement in learning chemistry.

    This research was carried out from May 2010 to February 2011, used experimental method. The population was the entire students in grade 11 of The Senior High School 1 Ponorogo, The sample was taken using cluster random sampling, consisted of four classes. Class XI IPA 4 was treated using experiment with student work sheet and class X1 IPA 2 was treated using experiment diagram Vee. The data was collected using questionnaire for student activity and learning style, test for cognitive achievement and observation method for affective and psychomotor achievement. The achievement consisted of three aspects: cognitive, affective and psychomotor. The data were analyzed using ANOVA with factorial design and calculated using computer software Minitab 15 program. Normality test used Ryan-Joiner, homogeneity test used Levines and F-test methods.

    From the data analysis can be concluded that: (1) There was an effect of learning methods toward cognitive, affective and psychomotor on achievement, (2) There was an effect of scientific attitude toward cognitive but there was not effect on affective and psychomotor achievement, (3) There was not any effect of learning style toward cognitive, affective and psychomotor achievement, (4) There was an interaction learning methods with scientific attitude toward cognitive, and there was not interaction learning methods with scientific attitude toward affective and psychomotor achievement, (5) There was not any interaction among learning methods with learning style toward cognitive affective and psychomotor achievement, (6) There was not any interaction among student scientific attitude with learning style toward cognitive, affective and psychomotor achievement, (7) There was not any interaction between learning methods with scientific attitude, and learning style toward cognitive, affective and psychomotor achievement in learning chemistry.

    keyword: experiment student work sheet, diagram Vee , scientific attitude, learning

    style, cognitive, affective and psychomotor student achievement reaction rate

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia sampai saat

    ini adalah mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Upaya

    yang telah dilaksanakan oleh pemerintah antara lain dengan merubah sistem

    pendidikan di Indonesia dari paradigma pendidikan yaitu pendidikan yang

    bersifat behavioristik menjadi pendidikan yang bersifat kontruktivistik. Hal ini

    berimplikasi pada terjadinya perubahan suasana dalam proses pembelajaran,

    yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru ( teacher centered )

    mengalami pergeseran menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student

    centered ) . Namun sebagian besar guru-guru di SMA Negeri 1 Ponorogo dalam

    pembelajaran masih dilaksanakan secara berpusat pada guru dan siswa sebagai

    obyek pembelajaran, akibatnya siswa akan pasif dan kurang termotivasi untuk

    belajar, pada akhirnya prestasi nya tidak bisa maksimal.

    Perubahan paradigma tersebut disikapi oleh pemerintah dengan adanya

    perubahan kurikulum yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang

    memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan memecahkan masalah

    dengan menggunakan prinsip dan proses sains. Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan (KTSP) menuntut guru agar lebih kreatif dalam menerapkan

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam pembalajaran sesuai dengan

    kondisi siswa dan sarana prasarana yang disediakan sekolah.

    1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    Mengingat semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap mutu

    layanan pendidikan, maka guru perlu melakukan pendekatan/strategi dalam

    proses pembelajaran dengan menerapkan bermacam macam metode

    pembelajaran yang berorientasi pada filosofi kontruktivistik. Sedangkan sebagian

    besar guru di SMA Negeri 1 Ponorogo masih banyak yang menggunakan metode

    pembelajaran tradisional seperti ceramah. Sehingga siswa cepat bosan dalam belajar

    kimia karena metode yang digunakan itu-itu saja, tanpa adanya variasi penggunaan

    metoda mengajar yang tepat.

    Dalam pembelajaran di SMA Negeri 1 Ponorogo sebagian besar masih

    berpusat pada guru dengan mengunakan metode ceramah atau diskusi kelas, maka

    siswa belum belajar secara maksimal khususnya pada materi laju reaksi. Sehingga

    hasil nilai ulangan harian pembelajaran kimia khususnya materi laju reaksi, masih

    banyak siswa yang mempunyai nilai 83,9% lebih kecil dari KKM. Pada tahun

    pelajaran 2009/2010 nilai rata-rata laju reaksi adalah 65,2.

    SMA Negeri 1 Ponorogo memiliki 6 kelas XI IPA dengan jumlah siswa 38

    sampai 40 per kelas, dan siswa yang ada dari berbagai daerah dengan latar belakang

    yang berbeda-beda, sehingga masing masing siswa memiliki sifat karakteristik

    yang berbeda beda dalam belajar, seperti gaya belajar siswa, namun guru belum

    memperhatikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini akan memberi pengaruh

    dalam kegiatan belajar mengajar dan prestasi anak.

    Dalam pembelajaran kimia kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah

    memecahkan masalah yang ditemukan dengan cara pengamatan, penafsiran,

    merancang dan melakukan percobaan dalam kegiatan laboratorium. Pemanfaatan

    laboratorium di SMA Negeri 1 Ponorogo selama ini khususnya laboratorium kimia

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    belum dimanfaatkan secara maksimal. Guru lebih suka memilih menggunakan

    metoda ceramah, disamping lebih murah, hemat waktu dan tidak disibukkan dengan

    persiapan yang membutuhkan ketrampilan khusus mengenai penggunaan alat alat

    dan pengetahuan khusus mengenai karakteristik bahan bahan kimia. Selain itu alat

    dan bahan kimia harganya relatif mahal, sehingga SMA Negeri 1 Ponorogo

    keberatan dalam pengadaan alat dan bahan kimia yang dibutuhkan.

    Sikap ilmiah siswa perlu diperhatikan guru. Dengan memiliki sikap ilmiah

    yang tinggi siswa dapat belajar dengan baik dan dapat menghargai teman yang lain

    dalam presentasi, atau kerja kelompok di laboratorium. Dengan sikap ilmiah siswa

    dapat merasakan bagaimana menjadi seorang ilmuwan, sehingga siswa dapat

    termotivasi untuk belajar.

    Materi kimia di SMA sangat kompleks baik yang bersifat teoritis maupun

    empiris. Teori akan membutuhkan nalar berfikir yang tinggi yaitu dengan kognitif,

    sedangkan empiris akan memerlukan praktek/eksperimen maupun demonstrasi. Pada

    materi laju reaksi kimia, kita jumpai dalam kehidupan sehari hari. Seperti mengapa

    besi berkarat membutuhkan waktu yang lama, mengapa bensin lebih cepat terbakar

    sedangkan solar lebih lama terbakar.

    Dari uraian diatas dan hasil observasi dari peneliti, maka penulis sekaligus

    sebagai peneliti memilih judul Pembelajaran Kimia dengan Metode Eksperimen

    menggunakan LKS dan Diagram Vee Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Gaya Belajar

    Siswa.

    B. IDENTIFIKASI MASALAH

    Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, terdapat beberapa masalah

    yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    1. Mutu pendidikan rendah disebabkan oleh guru yang kurang melibatkan siswa

    berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.

    2. Pembelajaran masih dilaksanakan secara berpusat pada guru dan siswa sebagai

    obyek pembelajaran, hal ini siswa akan pasif sehingga siswa tidak termotivasi

    untuk belajar, padahal ada beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan dalam

    pembelajaran seperti inquiri, discovery dan CTL.

    3. Nilai rata rata ulangan harian kimia khususnya laju reaksi yang diperoleh para

    siswa di SMA Negeri 1 Ponorogo masih kurang dari KKM.

    4. Siswa cepat bosan untuk belajar kimia karena menggunakan metoda itu-itu saja,

    tanpa adanya variasi penggunaan metoda mengajar yang tepat seperti metoda

    eksperimen dengan LKS, metoda eksperimen dengan diagram Vee, demostrasi

    dan lain-lain.

    5. Masing masing siswa memiliki sifat karakteristik yang berbeda beda dalam

    belajar, namun guru belum memperlihatkannya dalam kegiatan belajar

    mengajar, misalnya materi kimia yang disajikan pada siswa kelas XI tentang laju

    reaksi kimia, semuanya diajarkan secara konvensional.

    6. Selama ini laboratorium khususnya kimia belum dimanfaatkan secara maksimal.

    7. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa seperti

    sikap ilmiah, gaya belajar, motivasi, kreatifitas, IQ dan lain-lain, namun faktor-

    faktor tersebut sangat bervariasi antara siswa dan guru belum memperhatikan

    variasi tersebut.

    8. Sikap ilmiah siswa meliputi tinggi, sedang dan rendah, namun guru belum

    memperhatikan faktor-faktor tersebut.

    9. Gaya belajar meliput visual, audio dan kinestetik, namun guru belum

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    memperhatikannya.

    10. Materi kimia di SMA sangat kompleks baik yang bersifat teoritis maupun

    empiris. Teori akan membutuhkan nalar berfikir yang tinggi yaitu dengan

    kognitif, sedangkan empiris akan memerlukan praktek/eksperimen maupun

    demonstrasi. Untuk memahami hal tersebut belum diperhatikan guru.

    C. PEMBATASAN MASALAH

    Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan

    masalah agar diperoleh kajian teori yang mendalam, agar sesuai dengan tujuan yang

    diharapkan. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode eksperimen dengan LKS

    dan diagram Vee .

    2. Sikap ilmiah dikategorikan sikap ilmiah tinggi dan rendah.

    3. Gaya belajar siswa dibedakan gaya belajar visual dan kinestetik.

    4. Prestasi belajar ditinjau dari hasil kognitif, afektif dan psikomotorik.

    5. Materi pelajaran dalam penelitian ini tentang laju reaksi kimia.

    D. PERUMUSAN MASALAH

    Dari latar belakang masalah, akhirnya peneliti merumuskan masalah yang

    akan dipakai sebagai acuan dalam penelitiannya, yaitu :

    1. Apakah ada pengaruh metode eksperimen dengan LKS dan digram Vee terhadap

    prestasi belajar siswa ?

    2. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi

    belajar ?

    3. Apakah ada pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi

    belajar ?

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    4. Apakah ada interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee

    dengan sikap ilmiah siswa ?

    5. Apakah ada interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee

    dengan gaya belajar siswa ?

    6. Apakah ada interaksi antara sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap

    prestasi belajar ?

    7. Apakah ada interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee

    dengan sikap ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar ?

    E. TUJUAN PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :

    1. Pengaruh metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee terhadap prestasi

    belajar.

    2. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar.

    3. Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar.

    4. Interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee dan sikap

    ilmiah siswa terhadap prestasi belajar.

    5. Interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee dan gaya

    belajar siswa terhadap prestasi belajar.

    6. Interaksi antara sikap ilmiah siswa dan gaya belajar siswa terhadap prestasi

    belajar.

    7. Interaksi antara metode eksperimen dengan LKS dan diagram Vee dengan sikap

    ilmiah dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar.

    F. MANFAAT PENELITIAN

    Penelitian ini dapat memberi manfaat :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    1. Manfaat teoritis.

    a. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dalam hal

    metode pembelajaran ekperimen dengan LKS dan diagram Vee.

    b. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.

    2. Manfaat Praktis

    a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

    dengan memilih model pembelajaran yang tepat pada kompetensi dasar tertentu.

    b. Memberi masukkan pada sesama rekan guru kimia agar memilih dan

    menggunakan metode mengajar yang tepat dan selalu memberi motivasi belajar

    kepada siswa guna meningkatkan prestasi belajar siswa.

    c. Memberi sumbangan pemikiran kepada sekolah dalam memperbaiki proses

    pembelajaran yang berkaitan dengan praktikum kimia agar siswa lebih bermakna

    dalam pembelajaran.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    BAB II

    LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIIS

    A. LANDASAN TEORI

    1. Hakekat Pembelajaran

    Kata pembelajaran merupakan pandangan dari kata dalam bahasa inggris

    instruction,yang berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya ialah membantu

    orang belajar, atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga memberi

    kemudahan bagi orang yang belajar. Gagne dan Briggs (1979) dalam pedoman

    khusus Pembelajaran Tuntas Depdiknas (2004:7) mendefinisikan pembelajaran

    sebagai suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi) yang secara sengaja

    dirancang untuk mempengaruhi siswa (pembelajar), sehingga proses belajarnya dapat

    berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kejadian yang

    dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua kejadian maupun kegiatan

    yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Belajar

    adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut

    ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti

    peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,

    daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku

    seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas

    kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Pembelajaran kimia pada materi laju

    reaksi adalah suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi) yang secara

    sengaja dirancang untuk mempengaruhi siswa, sehingga proses belajarnya dapat

    berlangsung dengan mudah, bertujuan meningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

    8

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya piker tentang laju reaksi.

    2. Tinjauan Tentang Belajar

    a. Teori Belajar

    Untuk memahami pengertian belajar di sini akan diawali dengan

    mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli

    tentang definisi tentang belajar. Burton dalam Aunurrahman (2009:35) pngertian

    belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara

    individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Dalam buku Educational

    Psychology, H.C. Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan di

    dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang

    berupa kecakapan, sikap kebiasaan atau suatu pengertian.

    Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan

    perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya

    dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga

    belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya,

    jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya

    merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh

    lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh

    seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.

    . Menurut Ratna Wilis (1989:12) istilah pengalaman membatasi macam-

    macam perubahan perilaku yang dapat mewakili belajar. Biasanya batasan ini

    dilakukan dengan memperhatikan penyebab-penyebab perubahan dalam perilaku

    yang tidak dapat dianggap sebagai hasil pengalaman. Jadi perubahan perilaku yang

    disebabkan oleh kelelahan, adaptasi indra, obat-obatan, dan kekuatan mekanik tidak

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    dianggap sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman, dank arena itu tidak

    dapat dianggap bahwa belajar telah terjadi. Belajar adalah suatu proses perubahan

    di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk

    peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,

    pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini

    berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang

    diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan

    seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak

    mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang

    tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia

    mengalami kegagalan di dalam proses belajar. Belajar yang efektif dapat membantu

    siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang

    ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan

    kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada

    dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebagainya.

    Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya

    ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.

    Dengan demikian belajar adalah suatu proses adaptasi atau panyasuaian

    tingkah laku yang berlangsung secara progresif yang menghasilkan perubahan

    perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap tingkah laku

    yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman secara langsung

    maupan tidak langsung.

    1) Teori Bruner (Belajar Penemuan/discovery)

    Bruner (1960) dalam Sagala (2010:35) mengemukakan bahwa proses belajar

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    dapat dibedakan pada tiga fase. Ketiga proses itu adalah : memperoleh informasi

    baru, transformasi informasi, evaluasi dan ketepatan pengetahuan. Bruner menyebut

    pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme

    instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu : pengetahuan orang

    tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya,

    dan model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayan seseorang,

    kemudian model-model diadaptasikan pada kegunaan bagi orang bersangkutan.

    Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh

    bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu

    tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi

    suatu sistem simpanan yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu

    menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya

    sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya. Salah

    satu model instruksional kognitif yang berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner

    (1966) dalam Ratna Wilis (1989:103) yang dikenal belajar penemuan (discovery).

    Bruner menganggap , bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan

    secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik.

    Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengtahuan yang

    menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Belajar yang

    diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer

    yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir

    secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan

    memecahkan masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan

    metode ekperimen diharapkan siswa belajar menemukan sendiri pengetahuannya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    tentang laju reaksi, sehingga pengetahuan yang didapatkannya benar-benar

    bermakna.

    2) Teori Ausuble (Belajar Bermakna)

    Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Menurut Ausubel dalam

    Ratna Wilis (1989:110) belajar dapat terdiri dalam dua dimensi yaitu : a) Dimensi

    pertama berhubungan dengan cara informasi atau pembelajaran disajikan pada siswa

    melalui penerimaan atau penemuan, b) Dimensi kedua menyangkut bagaimana

    siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Inti dari

    teori ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna

    merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan

    yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dalam mengaitkan konsep-konsep

    ini Ausubel mengemukakan dua prinsip, yaitu prinsip diferensiasi progresif dan

    prinsip rekonsiliasi integratif. Kedua prinsip ini memperlihatkan bagaimana struktur

    kognitif siswa dipengaruhi secara optimal melalui mengajar, apapun bidang studinya.

    Menurut Ausubel ,dalam satu seri pelajaran hendaknya siswa diperkenalkan terlebih

    dahulu pada konsep-konsep yang paling umum atau paling inklusif. Sesudah itu

    materi pelajaran disusun secara berangsur-angsur menjadi konse-konsep yang lebih

    khusus. Dengan perkataan lain, model belajar Ausubel pada umumnya berlangsung

    dari umum ke khusus. Dengan menggunakan strategi ini, guru mengajarkan konsep-

    konsep yang paling inklusif dahulu, kemudian konsep-konsep yang kurang inklusif,

    dan setelah itu baru mengajarkan hal-hal yang khusus. Proses penyusunan konsep

    semacam ini disebut diferensiasi progresif. Prinsip kedua yang dikemukakan

    Ausubel ialah prinsip rekonsiliasi integratif atau penyesuaian integratif, menurut

    prinsip ini dalam mengajar, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari

    sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana

    konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu saling berkaitan. Menurut Ratna Wilis

    (1989:121) Untuk mencapai rekonsiliasi integratif materi pelajaran hendaknya

    disusun sedemikian rupa, sehingga kita bergerak ke atas dan ke bawah hirarki-

    hirarki konseptual waktu disajikan informasi baru.

    3) Teori Gagne (Perubahan Tingkah Laku)

    Belajar adalah suatu proses yang kompleks, sejalan dengan itu menurut R.M.

    Gagne (1970) dalam Sagala (2010:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks,

    dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi

    yamg berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.

    Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dengan

    demikian dapat ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang

    mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi

    kapabilitas baru. Belajar terjadi bila ada hasilnya yang dapat diperlihatkan, anak-

    anak demikian juga orang dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang pernah

    didengar atau dipelajarinya. Seorang dapat mengingat gambar yang telah dilihat,

    mengingat kata-kata yang baru dipelajarinya, atau mengingat bagaimana cara

    memecahkan hitungan. Menyatakan kembali apa yang dipelajari lebih sukar daripada

    sekedar mengenal sesuatu kembali. Karena pengamatan dan evaluasi pada perubahan

    perilaku yang ada, teori belajar Gagne terkenal dengan teori perubahan tingkah laku.

    Gagne (1984) dalam Ratna Wilis (1989:11) mengamukakan bahwa belajar

    dapat didefinisikan sebagai proses di mana suatu orgasisasi berubah perilakunya

    akibat pengalaman. Dari uraian teori Gagne diatas, dengan melakukan eksperimen,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    guru dapat memberikan informasi dan konsep baru baik dalam aspek afektif, kognitif

    maupun psikomotorik sehingga ada perubahan tingkah laku pada diri siswa.

    4) Teori Piaget (Perkembangan Intelektual)

    Menurut Piaget dalam Paul Suparno (2000:24), setiap individu mengalami

    tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut : 1) Tahap Sensori-motor (0

    2 tahun). Tahap sensorimotor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan

    tindakan inderawinya. 2) Tahap Pra-operasional (2 7 tahun). Periode ini disebut

    pra-operasional, karena pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-

    operasi mental, seperti menambah, mengurangi, dan lain-lain. Tingkat pra-

    operasional terdiri atas dua sub-tingkat. Sub-tingkat pertama antara 2 4 tahun yang

    disebut sub-tingkat kedua antara 4 hingga 7 tahun yang disebut tingkat berpikir

    intuitif. Menurut Piaget anak pra-operasional diwarnai dengan mulai digunakan nya

    simbul-simbul untuk menghadirkan suatu benda atau pemikirab khususnya

    penggunaan bahasa, 3) Tahap Operasional Konkret (7 11 tahun). Tahap operasional

    konkret ditandai dengan penggunaan aturan logis dan jelas, 4) Tahap Operasional

    formal (11 dewasa). Pada tahap ini dicirikan dengan berpikir abstrak, hipotesis,

    deduhtif, serta induktif.

    b. Belajar menurut Teori Kognitif

    Teori perkembangan kognitif Piaget banyak mempangaruhi pendidikan sains,

    termasuk pendidikan kimia. Secara umum Piaget dalam Paul Suparna (2007:33)

    membedakan 4 (empat) tahap dalam perkembangan kognitif seseorang, yaitu tahap

    Sensori-motor (0 2 tahun); tahap Pra-operasional (2 7 tahun); tahap Operasional

    Konkret (7 11 tahun); Operasional formal (11 dewasa). Dalam perkembangan itu

    pemikiran anak berkembang pelan-pelan mulai dari sensor motorik lalu ke pemikiran

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    konkrit dan baru ke pemikiran abstrak. Maka dalam pembelajaran kimia perlu

    dimulai dari hal-hal atau peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang konkrit dan

    kemudian baru pada tingkat lebih atas mulai dengan yang abstrak. Itulah salah sebab

    pembelajaran kimia perlu banyak melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen.

    c. Belajar menurut Teori Kontruktivisme

    Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan ada yang dikelompokan dalam

    teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori

    konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

    mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-

    aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa

    agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

    bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha

    dengan susah payah dengan ide-ide. Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip

    yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya

    sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri

    pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses

    ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide

    mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar siswa

    menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

    Menurut Brooks (1990), Leinhardt (1992), Brown et al (1989) dalam

    Mohamad Nur (1998:2) bahwa siswa harus secara individu menemukan dan

    mentransfer informasi-informasi kompleks apabila mereka harus menjadikan

    informasi itu miliknya sendiri. Teori Vygotsky (Karpov dan Bransford, 1995) yang

    telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan.

    Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak

    dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus

    membangun pengetahuan di dalam benak siswa. Guru dapat membantu proses ini

    dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi bermakna dan sangat

    relevan bagi siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

    atau menerapkan sendiri ide-ide dan secara sadar menggunakan strstegi-strategi

    mereka sendiri untuk belajar.

    3. Pembelajaran Inquiri

    Kata inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry, dan menurut kamus berarti

    pertanyaan atau penyelidikan. Pendapat beberapa orang ahli yang mencoba

    menerangkan apakah yang dimaksud dengan pendekatan inkuiri.

    Piaget dalam Ratna Wilis (1986:82) memberikan definisi fungsional untuk pendekatan inkuiri sebagai berikut :

    Pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri , dalam arti luas ingin melihat apakah yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol, mengajukan pertanyaan-pertanyan, mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan anak-anak yang lain.

    Kuslan dan Stone memberi definisi : Pengajaran inkuiri merupakan pengajaran dimana guru dan anak-anak mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan jiwa para ilmuwan. Kuslan dan Stone dalam Ratna Wilis Dahar (1986:82) juga memberikan

    definisi operasional untuk pendekatan inkuiri. Menurut mereka proses belajar

    mengajar dengan pendekatan inkuiri ditandai oleh cirri-ciri berikut :

    1) Menggunakan ketrampilan-ketrampilan proses IPA. 2) Waktu tidak menjadi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    masalah, tidak keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu. 3)

    Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dahulu. Jawaban-jawaban ini

    tidak ditemukan dalam buku pelajaran, sebab buku-buku pelajaran dan saran-saran

    untuk menentukan jawaban, bukan memberi jawaban. 4) Anak-anak berhasrat sekali

    untuk menentukan menemukan pemecahan masalah. 5) Proses belajar mengajar

    berpusat pada pertanyaan mengapa. Pertanyaan bagaimana kita mengetahui dan

    betulkah kesimpulan kita ini sering pula dikemukakan. Suatu masalah ditemukan,

    lalu 6) dipersempit, hingga terlihat ada kemungkinan masalah inidapat dipecahkan

    oleh siswa. 7) Hipotesa dirumuskan oleh siswa-siswa untuk membimbing

    penyelidikan. 8) Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data, dengan

    melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca dan menggunakan

    sumber-sumber lain. 9) Semua usul ini dinilai bersama-sama. Bila mungkin

    ditentukan pula asumsi-asumsi, keterbatasan-keterbatasan dan kesukaran-kesukaran.

    10) Para siswa melakukan penelitian, secara individu atau kelompok, untuk

    mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesa. 11) Para siswa

    mengolah data dan mereka sampai pada kesimpulan sementara. Juga diusahakan

    untuk memberikan penjelasan-penjelasan secara ilmiah.

    Pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan dengan berbagai macam cara. Setiap

    cara atau bentuk inkuiri itu meliputi lima hal yaitu : i) situasi yang menyadiakan

    stimulus untuk inkuiri. ii) masalah yang akan dicari pemecahannya. iii) kesimpulan

    yang diperoleh sebagai hasil penyelidikan. iv) perumusan masalah v) pencarian

    pemecahan masalah.

    4. Metode Eksperimen

    Menurut Syiful Sagala (2010:220) kadang-kadang orang mengaburkan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    pengertian eksperimen dengan kerja laboratorium, meskipun kedua pengertian ini

    mengandung prinsip yang hampir sama, namun berbeda dalam konotasinya.

    Eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis

    tertentu. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar

    laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat,

    karena itu dimasukkan dalam metode pembelajaran. Metode eksperimen adalah cara

    penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami

    untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.

    Menurut Paul Suparno (2007:77) metode eksperimen adalah metode

    mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian,

    pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan memang benar. Jadi metode ini

    lebih untuk mengecek supaya siswa makin yakin dan jelas akan teorinya. Sering

    metode eksperimen disebut metode laboratorium karena percobaan biasanya

    dilakukan di laboratorium. Laboratorium menurut Ratna Wilis (1996:109) adalah

    ruangan khusus yang dilengkapi dengan alat-alat tertentu untuk mempermudah

    pelaksanaan ketrampilan-ketrampilan IPA. Eksperimen dapat pula dilakukan siswa di

    luar laboratoriun, bahkan dapat pula dilakukan aplikasikan dalam langsung dalam

    kehidupan sehari-hari.

    Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi

    kesempatatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses,

    mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan

    sendiri tentang suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Peran guru dalam metode

    eksperimen ini sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan

    kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    kegiatan eksperimen dalam kegiatan belajar dan mengajar.

    Dalam Syaiful Sagala (2010:220) metode eksperimen mempunyai kebaikan

    sebagai berikut : (1) metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran

    atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata

    guru atau buku saja, (2) dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi

    eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seseorang ilmuan, (3)

    metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain; (a) siswa belajar

    dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian; (b) siswa

    terhindar jauh dari verbalisme; (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang

    bersifat obyektif dan realistic; (d) mengembangkan sikap berfikir ilmiah; dan (e)

    hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi.

    Dalam melakukan eksperimen siswa dapat bekerja sesuai dengan lembar

    kerja atau petuhjuk yang diberikan guru, sebaiknya kelompok dibuat kecil sehingga

    siswa dapat melakukan eksperimen secara sungguh-sungguh. Dalam eksperimen

    siswa melakukan tindakan sebagai berikut : 1) membaca petunjuk eksperimen

    dengan teliti (2) mencari alat yang diperlukan (3) merangkai alat sesuai dengan

    skema eksperimen (4) mulai mengamati jalannya percobaan (5) mencatat data yang

    diperlukan (6) mendiskusikan dalam kelompok untuk ambil kesimpulan dari data

    yang ada (7) membuat laporan eksperimen dan mengumpulkan (8)

    mempresentasikan eksperimen di depan kelas.

    5. Metode Eksperimen dengan Lembar Kerja Siswa (LKS)

    Secara ideal kegiatan eksperimen merupakan kegiatan individu siswa, namun

    sehubungan dengan terbantasnya sarana dan prasarana pada umumnya kegiatan

    eksperimen dilakukan secara kelompok. Besarnya kelompok bergantung pada besar-

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    kecilnya jumlah siswa dalam kelas jika dibandingkan sarana dan prasarana yang

    tersedia di sekolah yang bersangkutan. Mengingat perbandingan jumlah guru dengan

    siswa yang sangat besar, karena terbatasnya jumlah guru, maka perlu dicari upaya

    agar eksperimen bisa secara serentak, yaitu dengan bahan tertulis yang disebut

    lembar kerja siswa (LKS).

    Dalam Ratna Wilis (1989:116) Lembar kerja siswa adalah suatu bahan

    tertulis yang berisi segala sesuatu yang terlibat dalam suatu eksperimen, dari alat dan

    bahan, hipotesis, hal-hal yang menjadi focus pengamatan, tuntunan bagi siswa untuk

    melakukan langkah-langkah kerja sehingga berhasil menggeneralisasikan fakta dan

    menyimpulkan, hingga tuntunan ke arah menemukan masalah baru, dapat

    menimbulkan eksperimen baru. Lembar kerja ini perlu dirancang secara matang oleh

    guru, agar tujuan eksperimen dapat tercapai dan lembar kerja siswa ini harus

    menggunakan kalimat-kalimatyang mudah dipahami siswa.

    Dalam menyusun petunjuk eksperimen, guru harus dapat menyajikan lembar

    kerja siswa (LKS) yang mengajak siswa berpikir dalam melaksanakan tugas

    prakteknya. Perlu dihindarkan LKS yang berbentuk resep memasak, yang

    petunjuknya begitu lengkap sehingga siswa hanya bekerja seperti mesin dan tidak

    ada peluang untuk melatih kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak yang ilmiah

    dan efektif.

    6. Metode Eksperimen dengan Diagram Vee

    Diagram Vee disusun oleh Gowin pada tahun 1977, diagram Vee digunakan

    untuk menjelaskan ide pokok yang memperhatikan dasar pengetahuan dan proses

    penyusunan pengetahuan di dalam pengajaran laboratorium. Menurut Novak (1984)

    bentuk Vee sendiri bukan suatu keharusan, dan bisa dibuat dalam bentuk garis lurus,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    lingkaran atau bentuk yang lain. Namun yang lebih ditekankan adalah bahwa

    diagram Vee pada dasarnya merupakan metode untuk membuat hubungan antara

    thingking dan doing yang terjadi selama di laboratorium.

    Para ahli dalam artikel Path Finder Science (2006) menyatakan bahwa :

    The Vee Process Model is intended to serve as a useful graphical guide to the process of science. It also assists communication among the reserch partners. Using the graphic above creates a point of communicationthat allows a scaffold for student learning that gives direction and support to novice researchers. Student can understand where they are in the process and how to continue to make progress. For teachers, the Vee Process Model is serves as a graphical guide for explicit intruction about the research process. The graphic provides a structure to point at and discuss process, a focal point for communication, and useful organization structure. Disini dapat dijelaskan bahwa Model Process diagram Vee dimaksudkan

    untuk membantu suatu grafik yang berguna pada proses pengetahuan. Ini juga

    membantu diantara rekan penelitian. Menggunakan grafik tersebut membuat suatu

    nilai dari komunikasi yang memperbolehkan suatu tangga-tangga untuk siswa

    mempelajari apa yang diberikan secara langsung dan membantu para peneliti baru.

    Siswa dapat memahami dimana posisi mereka dalam suatu proses dan

    bagaimana untuk melanjutkan membuat kemajuan.

    Kerangka diagram Vee pada gambar berikut ini

    Sisi konsep Pertanyaan pokok Sisi metode

    Teori Tuntutan nilai

    Tuntutan pengetahuan

    Prinsip Transformasi

    Konsep catatan/pengamatan

    Kejadian dan objek

    Gambar 2.1 Diagram Vee (Novak 1983:3)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    Untuk mengajar, model proses diagram Vee membantu sebagai suatu grafik

    penuntun untuk menjelaskan instruksi tentang proses penelitian. Grafik ini

    memberikan suatu struktur untuk mengarahkan dan mendiskusikan proses, suatu nilai

    penting bagi komunikasi dan suatu pengaturan struktur yang bermanfaat.

    Instrumen diagram Vee dibuat atau didesain bagi siswa untuk mengkonstruksi

    respon/tanggapan untuk mengetahui cara penyelidikan mereka (Nelson M dan Epps,

    1997). Seperti yang dikemukakan juga oleh Shepardson dan Jackson (1997) yaitu

    mahasiswa pertama-tama menggunakan diagram Vee untuk mendesain percobaan

    laboratorium mereka, kemudian mereka menyelesaikan percobaan laboratorium dan

    melengkapinya dengan memasukkan data dan kesimpulan mereka. Mahasiswa dinilai

    pada penggunaan mereka terhadap peralatan dan bahan-bahan selama melakukan

    percobaan.

    Penyusunan dari diagram Vee dapat diuraikan sebagai berikut : 1) dimulai

    dengan menggambar V besar; 2) Objek dan kejadian diletakkan pada pusat V. hal ini

    disebabkan oleh karena penyusunan pengetahuan dimulai dengan pemikiran dan

    pengertian tentang dua hal pokok tersebut. Definisi tentang konsep, objek, dan

    kejadian harus dibuat sesederhana mungkin supaya siswa menjadi tahu dan mudah

    untuk memahaminya; 3) pertanyaan fokus diletakkan di tengah diagram Vee dan

    dihubungkan dengan kedua sisi mempergunakan tanda panah untuk menunjukkan

    bahwa dalam memperoleh pengertian, siswa harus menjalankan pemikiran mereka

    secara maju mundur dari sisi diagram Vee yang satu ke sisi diagram Vee yang lain; 4)

    dikenalkan ide catatan, yaitu pertanyaan yang dipilih akan membimbing siswa pada

    konsep dan objek atau kejadian apa yang harus diamati. Kemudian dari pengamatan

    dibuat suatu catatan yang ringkas dan jelas; 5) dibuat transformasi catatan dari

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    tuntutan pengetahuan (yang harus dicapai), dimana tujuan dari transformasi data

    pengamatan yang diperoleh dibuat dalam suatu bentuk yang dapat mengantar siswa

    kepada konstruksi jawaban pada pertanyaan fokus. Di sini diharapkan siswa dapat

    mendiskusikan kesimpulan yang harus diambil dari berbagai catatan yang ditulis

    untuk menjawab pertanyaan fokus.

    Dalam Nakhleh, (1994 : 202). Tuntutan pengetahuan disini adalah hasil dari

    inkuiri yang dilakukan oleh siswa, pada bagian inilah yang perlu dijelaskan pada

    siswa bahwa untuk menyusun pengetahuan baru harus diterapkan konsep-konsep

    yang benar-benar mereka ketahui. Sebaliknya proses penyusunan pengetahuan baru

    mengajak siswa untuk memahami konsep dan prinsip serta hubungan antara

    keduanya. Sehingga ada hubungan timbal balik dari apa yang telah siswa ketahui dan

    pengamatan yang dilakukan dengan tuntutan pengetahuan; 6) pada sisi kiri diletakkan

    teori-teori, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep yang diperlukan untuk membuat suatu

    pengertian dari kejadian, dan atau objek yang kita pahami.

    Dari langkah-langkah tersebut dapat dilihat bahwa diagram Vee memang

    sesuai apabila diterapkan pada kegiatan praktikum dilaboratorium, hal ini karena

    dengan diagram Vee membuat siswa mau tidak mau harus mempelajari teori dan

    konsep yang mendasari praktikum yang akan mereka lakukan dengan lebih

    mendalam.

    Dari diagram Vee (Novak dan Gowin, 1984: 71) dapat dibuat suatu penilaian

    yang digunakan untuk memberikan nilai yang berupa angka kepada praktikan.

    Prosedur Penilaian diagram Vee diikuti protokol yang disarankan oleh Novak dan

    Gowin (1984,70-72). Diagram Vee diberi skor pada kualitas sebuah titik skala (0-4)

    dengan skor maksimum menjadi 18 dengan menggunakan kriteria sebagai berikut

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    (titik nilai dalam kurung untuk setiap kategori): Pertanyaan fokus (0-3), benda /

    peristiwa (0-3), teori, prinsip, dan konsep (0-4), catatan / transformasi (0-4), dan

    klaim pengetahuan (0-4).

    Penilaian diagram Vee mengacu pada pelaksanaan percobaan di laboratorium

    oleh praktikan. Selain itu juga dari hasil yang mereka peroleh dari percobaan dan

    kesimpulan yang mereka ambil dari percobaan yang telah mereka lakukan tersebut.

    7. Sikap Ilmiah

    Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut Attitude sedangkan istilah

    attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni Aptus yang berarti keadaan siap

    secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan.. Sikap selalu berkenaan

    dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif

    atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan

    yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu

    bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek. Menurut Baharuddin

    (1982:34) (http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/) (online ;

    diakses tanggal 18 September 2010) mengemukakan bahwa :Sikap ilmiah pada

    dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan

    kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu

    untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis

    melalui langkah-langkah ilmiah.

    Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985

    :31) (http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/) (online ; diakses

    tanggal 27 September 2010) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan

    masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain : (1) Sikap ingin tahu : apabila

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya;

    senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiea; kebiasaan menggunakan

    alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan

    gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen. (2) Sikap kritis : Tidak

    langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan

    menggunakan bukti bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak merasa paling

    benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya

    berdasarkan bukti-bukti yang kuat. (3) Sikap obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana

    adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya

    sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan

    kepentingan dirinya sebagai subjek. (4) Sikap ingin menemukan : Selalu

    memberikan saran-saran untuk eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-

    eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi

    yang baru dari pengamatan yang dilakukannya. (5) Sikap menghargai karya orang

    lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya,

    menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain. (6)

    Sikap tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi

    eksprimen yang hasilnya meragukan tidak akan berhenti melakukan kegiatan

    kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha

    bekerja dengan teliti. (7) Sikap terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain

    sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon

    negatif terhadap pendapatnya.

    Dengan demikian sikap ilmiah dapat didifinisikan sebagai kecenderungan individu

    untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    melalui langkah-langkah ilmiah.

    8. Gaya Belajar.

    Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan seorang murid dalam

    menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal

    (Nasution, 1982:94). Tidak semua orang mengikuti cara yang sama. Masing

    masing menunjukkan perbedaan, gaya belajar ini berkaitan dengan erat dengan

    pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi dengan oleh pendidikan dan riwayat

    perkembangannya.

    Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan

    antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari

    perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru.

    Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan

    dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan

    dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu

    tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa

    sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan

    karakteristik dirinya. Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara

    belajar seperti disebutkan diatas, menurut De Porter & Hernacki (2001) dalam

    http://prayudi.wordpress.com/2007/11/27/gaya-belajar-individu/ (online ; diakses

    tanggal 27 September 2010) adalah sebagai berikut:

    Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Visual. Individu yang

    memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku

    sebagai berikut: (1) rapi dan teratur (2) berbicara dengan cepat (3) mampu membuat

    rencana jangka pendek dengan baik (4) teliti dan rinci (5) mementingkan penampilan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    (6)lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar (7)

    mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual (8) memiliki kemampuan mengeja

    huruf dengan sangat baik (9) biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau

    suara berisik ketika sedang belajar (10) sulit menerima instruksi verbal (oleh karena

    itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis) (11) merupakan pembaca yang cepat

    dan tekun (12) lebih suka membaca daripada dibacakan (13) dalam memberikan

    respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan

    menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan (14) jika sedang

    berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara (15)

    lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain (16) sering menjawab

    pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak (17) lebih suka

    mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah (18) lebih tertarik pada

    bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik (19) seringkali tahu apa yang

    harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata.

    Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Auditorial

    Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan

    ciri-ciri perilaku sebagai berikut: (1) sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja

    (2) mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik (3) lebih senang

    mendengarkan (dibacakan) daripada membaca (4) jika membaca maka lebih senang

    membaca dengan suara keras (5) dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan

    warna suara (6) mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai

    dalam bercerita (7) berbicara dalam irama yang terpola dengan baik (8) berbicara

    dengan sangat fasih (9) lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya

    (10) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    apa yang dilihat (11) senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara

    panjang lebar (12) mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang

    berhubungan dengan visualisasi (13) lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-

    kata dengan keras daripada menuliskannya (14) lebih suka humor atau gurauan lisan

    daripada membaca buku humor/komik.

    Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Kinestetik

    Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan

    ciri-ciri perilaku sebagai berikut: (1) berbicara dengan perlahan (2) menanggapi

    perhatian fisik (3) menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka (4)

    berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain (5) banyak gerak fisik (6)

    memiliki perkembangan otot yang baik (7) belajar melalui praktek langsung atau

    manipulasi (8) menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung (9)

    menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca (10)

    banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal) (11) tidak dapat duduk diam di

    suatu tempat untuk waktu yang lama (12) sulit membaca peta kecuali ia memang

    pernah ke tempat tersebut (13) menggunakan kata-kata yang mengandung aksi (14)

    pada umumnya tulisannya jelek (15) menyukai kegiatan atau permainan yang

    menyibukkan (secara fisik) (16) ingin melakukan segala sesuatu. Dengan

    mempertimbangkan gaya belajar siswa, dan pada materi laju reaksi siswa yang

    memiliki gaya belajar visual, audotorial, dan kinestetik tidak akan mengalami

    kesulitan dalam belajar dengan metoda eksperimen dengan LKS dan diagram Vee, ke

    ketiga karakteristik gaya belajar bisa menguatkan satu dengan yang lain. Dalam

    penelitian ini peneliti menggelompokkan (lebih memperhatikan) siswa dalam gaya

    belajar visual dan kinestetik, karena siswa yang bergaya belajar audotorial salah satu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    karakteristiknya suka berdiskusi, sehingga siswa dengan gaya belajar audotorial bisa

    masuk dalam kelompok gaya belajar visual atau kinestetik.

    9. Prestasi Belajar

    Prestasi belajar bersal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam

    bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar

    (achievemen) berbeda dengan dengan hasil belajar (learning outcome), prestasi

    belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar

    meliputi aspek pembentukkan watak siswa. Kata prestasi banyak digunakan dalam

    berbagai bidang dan kegiatan antara lain kesenian, olah raga, dan pendidikan

    khususnya pembelajaran. Zaenal Arifin dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran

    (2009:12) menyatakan fungsi utama prestasi belajar antara lain : (1) Sebagai

    indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai pesrta didik. (2)

    sebagai lambang pemuasan hsrat ingin tahu. (3) Sebagai bahan informasi

    pendidikan, asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong peserta

    didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai

    umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. (4) sebagai indikator

    inter dan ekstern dari institusi pendidikan. (5) Dapat dijadikan indikator daya serap

    (kecerdasan) peserta didik.

    Belajar adalah suatu proses adaptasi atau panyasuaian tingkah laku yang

    berlangsung secara progresif yang menghasilkan perubahan perubahan dalam

    pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap, tingkah laku yang relatif

    menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Adapun prestasi dapat diartikan

    hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak

    orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah

    menyerap pengetahuan. Belajar adalah suatu proses adaptasi atau panyasuaian

    tingkah laku yang berlangsung secara progresif yang menghasilkan perubahan

    perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap tingkah laku

    yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman secara langsung maupan

    tidak langsung.

    Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

    belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan

    hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar

    harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli

    mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang

    mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik

    persamaan.

    Muray dalam Beck (1990 : 290) (http://sunartombs.wordpress.com/2009

    /01/05/pengertian-prestasi-belajar/) (online ; diakses tanggal 27 September 2010)

    mendefinisikan prestasi sebagai berikut : To overcome obstacle, to exercise power,

    to strive to do something difficult as well and as quickly as possible. Kebutuhan

    untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan

    sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin.

    Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan.

    Gagne (1985) dalam Ratna Wilis (1989,135) menyatakan bahwa prestasi belajar

    dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif,

    informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom (1956) dalam Zaenal

    Arifin (2009:21) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga domain yaitu kognitif,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    afektif dan psikomotorik. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang

    kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang yang sukar.

    Adapaun domain tersebut adalah sebagai berikut : Domain kognitif (cognitive

    domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan yaitu pengetahuan

    (knowledge), pemahaman (coprehension), penerapan (application), analisis

    (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Domain afektif (affective)

    yaitu internalisasi sikap yang menunjukkan ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi

    bila siswa menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap

    sihingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan

    tingkah laku. Domain Afektif terdiri atas beberapa jenjang kemapuan yaitu :

    kemampuan menerima (receiving), kemampuan menanggapi/menjawab

    (responding), menilai (valuing), organisasi (organization). Domain psikomotor

    (psychomotor domain), yaitu kemampuan siswa yang berkaitan dengan gerakan

    tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan

    gerakan yang kompleks.

    Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap

    peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti

    proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen

    yang relevan. Menurut Zaenal Arifin (2009:3) tes adalah alat pengumpul data yang

    dirancang secara khusus, kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi butir soal yang

    dipergunakan. Rumusan ini lebih berfokus pada tes sebagai alat pengumpulkan data.

    Pengumpulan data dapat dilakukan dalam penelitian dan juga dalam prosedur

    evaluasi. Untuk mengumpulkan data evaluasi tentu memerlukan alat, antara lain tes.

    Tes dapat berupa pertanyaan, setiap jenis pertanyaan yang digunakan , rumusan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    pertanyaan yang diberikan, pola jawaban yang disediakan atau dirancang harus

    memenuhi suatu perangkat criteria yang ketat, demikian pula waktu yang disediakan

    untuk menjawab soal-soal serta administrasi penyelenggara tes diatur secara khusus.

    Dengan demikian fungsi tes adalah sebagi alat ukur.

    Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar

    yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan

    hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar

    merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor

    kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur

    dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.

    Prestasi belajar merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai

    pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi belajar dalam

    penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran, yang

    meliputi prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.

    10. Materi Laju Reaksi Kimia

    Konsentrasi Larutan

    Konsentrasi merupakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dengan

    pelarut, jadi kosentrasi menunjukkan kepekatan suatu larutan. Salah satu cara untuk

    menunjukkan hubungan tersebut adalah didefinisikan sebagai banyaknya mol zat

    terlarut per liter larutan dan dapat disingkat M.

    Konsentrasi dapat ditandai sebagai [ ]

    Contoh 1.

    Konsentrasi zat X = 0,25 mol/liter

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    Dapat di tulis [X] = 0,25 mol/liter,artinya di dalam tiap liter larutan

    Terdapat 0,25 mol zat X.

    Contoh 2.

    2,5 gram NaOH (Mr = 40 ) terdapat dalam 100mL, maka konsentrasinya

    dapat ditentukan berikut.

    Mol NaOH = (2,5/40) mol = 0,0625 mol

    Maka [NaOH] = 0,0625 mol/0,1 L atau M.

    Laju Reaksi

    Besi sangat lambat berekasi dengan oksigen diudara terbuka; tetapi dalam air

    perkaratan besi akan berlangsung lebih cepat. Perbedaan proses reaksi tersebut

    adalah jumlah waktu untuk bereaksi yang berbeda berarti kecepatan setiap reaksinya

    berbeda. Kecepatan reaksi kimia, sangat penting didalam industri kimia dan tidak

    cukup hanya mengubah satu zat menjadi zat lain. Mereka ingin memperoleh hasil

    industri secara cepat, mudah dan murah, untuk itu perlu mempercepat reaksi,

    sehingga hasilnya ekonomis dan prosesnya efesien.

    Disamping dalam proses industri banyak reaksi-reaksi yang menggunakan

    katalis antara lain reaksi-reaksi metabolisme dalam tubuh termasuk replikasi dari

    DNA membentuk gen-gen dalam inti sel. Katalis dalam proses biologi disebut enzim.

    Kecepatan suatu reaksi tergantung pada sifat karakteristik zat yang bereaksi dan

    kondisi yang menyertai berlangsungnya reaksi. Reaksi yang memerlukan banyak

    waktu, berarti reaksi berlangsung lama atau kecepatan reaksi rendah atau sebaliknya.

    Dari hal-hal diatas dapat diperoleh suatu permasalahan yang menyangkut kecepatan

    reaksi yaitu :