32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,
Indeks Masa Tubuh (IMT), dan tingkat pendidikan. Jumlah responden pada
penelitian ini adalah 20 orang dengan usia responden antara 30 – 50 tahun.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada table 5.
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%)
Wanita 10 50 %
Pria 10 50%
Total 20 100%
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin antara wanita dan
pria masing-masing berjumlah 10 orang.
Gambar 7. Prosentase (%) Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan gambar 7. Diperoleh bahwa prosentase karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin antara wanita dan pria memiliki prosentase
masing-masing sebesar 50%.
Wanita 50%
Pria 50%
Prosentase (%) Berdasarkan Jenis
Kelamin
33
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik responden pada penelitian ini berdasarkan usia dapat
dilihat pada table 6.
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Prosentase (%)
30 – 35 tahun 2 10%
36 – 40 tahun 5 25%
41 – 45 tahun 4 20%
46 – 50 tahun 9 45%
Total 20 100%
Berdasarkan karakteristik usia pada penelitian ini diproleh bahwa
sebagian besar responden berusia 46-50 tahun yaitu 9 orang, sedangkan
responden dengan usia 30-35 tahun sebesar 2 orang.
Gambar 8. Prosentase (%) Berdasarkan Usia
Berdasarkan gambar8. Diperoleh bahwa prosentase responden
terbanyak berusia 46-50 tahun dengan prosentase sebesar 45%, sedangkan
dengan usia 41-45 tahun sebesar 20%, responden dengan usia 36-40 tahun
25% dan prosentase paling sedikit pada usia 30-35 tahun dengan
prosentase sebesar 10%.
30-35 tahun 10%
36-40 tahun 25%
41-45 tahun 20%
46-50 tahun 45%
Prosentase (%) Berdasarkan Usia
34
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Karakteristik berdasarkan Indeks Massa Tubuh responden pada
penelitian dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Indeks Masa Tubuh
(IMT)
Frekuensi Prosentase (%)
Normal (18.5-22.9) 0 0%
Overweight (23-24.9) 0 0%
Obesitas I (25-29.9) 14 70%
Obesitas II(>30) 16 30%
Total 20 100%
Dari jumlah total 20 orang respoden, 14 orang memiliki indeks
masa tubuh obesitas I dan 6 orang memiliki indeks masa tubuh obesitas II.
Gambar 9. Prosentase (%) Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Berdasarkan prosentase gambar 9. Diperoleh bahwa 70%
responden pada penelitian ini memiliki indeks masa tubuh obesitas I, 30%
reponden memiliki indeks masa tubuh obesitas I, dan responden yang
memiliki indeks masa tubuh normal serta overweigh memiliki prosentase
masing-masing 0%.
Normal (18.5-
22.9)
0%
Overweight
(23-24.9)
0%
Obesitas I (25-
29.9)
70%
Obesitas
II(>30)
30%
Prosentase (%) Berdasarkan Indeks Masa Tubuh
(IMT)
35
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan responden pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
SD 0 0%
SMP 5 25%
SMA 7 35%
PTN 8 40%
Total 20 100%
Dari tabel diatas diperoleh bahwa responden terbanyak pada
penelitian ini dengan tingkat pendidikan PTN sebanyak 8 orang, 7 orang
dengan tingkat pendidikan SMA, dan 5 orang dengan tingkat pendidikan
SMP, sedangkan tidak ada responden yang memiliki tingkat pendidika SD
pada penelitian ini.
Gambar 10. Prosentase (%) Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan prosentase Tingkat Pendidikan pada gambar 10.
Diperoleh 40% responden dengan pendidikan PTN, 35% responden
dengan pendidikan SMA, 25% responden dengan tingkat pendidikan
SMA, dan 0% responden dengan tingkat pendidikan SD.
SD
0%
SMP
25%
SMA
35%
PTN
40%
Prosentase (%) Berdasarkan Tingkat Pendidikan
36
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Rata-Rata Kolesterol Total
Karakteristik responden berdasarkan rata-rata kadar kolesterol total
sebelum dan setelah intervensi antara kelompok sari kedelai hitam dan kelompok
obat dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Rata – Rata Kadar Kolesterol Total
Karakteristik Rata – Rata Kadar Kolesterol Total (mg/dL)
Sari Kedelai Hitam Kelompok Obat
Sebelum Setelah Sebelum Setelah
Jenis Kelamin
- Wanita
- Pria
241,6
246,4
213,2
216,4
249,6
243,2
221,6
220
Usia
- 30 – 35 th
- 36 – 40 th
- 41 – 45 th
- 46 – 50 th
239
244
245
248,6
198
196
220
227,3
-
246,6
240
248,8
-
198,6
214
236,8
IMT
- Normal (18.5-22.9)
- Overweight(23-24.9)
- Obesitas I (25-29.9)
- Obesitas II(>30)
-
-
244,5
242,6
-
-
210
226
-
-
243,4
253,3
-
-
214
236,6
Tingkat Pendidikan
- SD
- SMP
- SMA
- PTN
-
244
240
244,5
-
229
220
210
-
254
243,6
238
-
226
221,6
200
Rata-rata kadar kolesterol total responden berdasarkan jenis kelamin pada
penelitian ini diketahui bahwa nilai kadar kolesterol total kelompok sari kedelai
hitam sebelum intervensi pria sebesar 246,4 mg/dl sedangkan wanita 241,6 mg/dl.
Setelah intervensi rata-rata kadar kolesterol total pada pria turun menjadi 216,4
mg/dl dan wanita 213,2 mg/dl. Nilai rata-rata kadar kolesterol total pada
kelompok obat sebelum intervensi pada pria sebesar 243,2 mg/dl sedangkan pada
wanita 249,6 mg/dl. Nilai rata-rata kadar kolesterol total setelah intervensi pada
kelompok obat pada pria turun menjadi 220 mg/dl dan wanita 221,6 mg/dl.
37
Nilai kadar kolesterol total tertinggi berdasarkan usia sebelum intervensi
yaitu pada usia 46-50 tahun dengan rata-rata kadar kolesterol sebelum intervensi
pada kelompok sari kedelai hitam 246,8 mg/dl dan 248,8 mg/dl untuk kelompok
obat. Kadar kolesterol total setelah intervensi pada kelompok sari kedelai hitam
adalah 227,3 mg/dl dan kelompok obat sebesar 236,8 mg/dl. Penurunan yang
terjadi masih belum optimal hingga kadar kolesterol total mencapai < 200 mg/dl,
hal ini sesuai dengan pendapat Stanley dan Beare (2007) yang menyatakan bahwa
kadar kolesterol akan mengalami peningkatan secara bertahap seiring
bertambahnya usia (Hartini,2009).
Responden pada penelitian ini sebagian besar memiliki indeks masa tubuh
obesitas I dan obesitas II. Rata-rata kadar kolesterol total tertinggi sebelum
intervensi terdapat pada kelompok obat dengan kadar kolesterol total sebesar
253,3 mg/dl. Kadar kolesterol total setelah intervesi pada kelompok obat ini turun
menjadi 236,6 mg/dl. Nilai rata-rata kadar kolesterol total setelah intervensi masih
> 200 mg/dl, hal ini disebabkan karena kelebihan berat badan (obesitas)
merupakan faktor yang independen penyebab penyakit kardiovaskuler, karena
dengan berat badan berlebih cenderung mempunyai kadar kolesterol dan lemak
yang lebih tinggi dalam darah serta jumlah kolesterol HDL yang rendah.
(Hartini,2009).
Berdasarkan tingkat pendidikan terendah pada responden penelitian ini
adalah tingkat pendidikan SMP. Tingkat pendidikan SMP pada kelompok obat
sebelum intervensi memiliki rata-rata kadar kolesterol total tertinggi yaitu 254
mg/dl. Setelah intervensi kadar kolesterol total menjadi 226 mg/dl.
38
B. Tingkat Asupan Kolesterol Responden
Tabel 10. Tingkat Asupan Kolesterol Responden Selama Penelitian
Rata-Rata Tingkat Asupan
Kolesterol (mg)
Frekuensi Prosentase (%)
- < 200 mg
- 200 – 300 mg
- > 300 mg
1
5
14
5%
25%
70%
Total 20 100% Federal Dietary Guidelines *Cholesterol < 300 mg/ day for normal, Hipercholesterol <200 mg
Gambar 11. Prosentase (%) Tingkat Asupan Kolesterol Responden
Berdasarkan tingkat asupan kolesterol responden pada gambar 11.
Diperoleh bahwa 70% responden mengkonsumsi kolesterol > 300 mg. Tingkat
asupan ini cukup tinggi karena menurut Kurniawan (2002) tingkat asupan
kolesterol bagi individu normal adalah < 300 mg/hari, sedangkan pada individu
dengan kadar kolesterol tinggi dianjurkan tingkat asupan kolesterol sebesar < 200
mg/hari. Tingkat asupan kolesterol yang berlebihan dan sering dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dalam darah semakin memburuk.
Mekanisme terjadinya peningkatan kadar kolesterol dalam darah yaitu
berawal dari makanan yang mengandung lemak akan dicerna oleh usus menjadi
asam lemak bebas, trigliserid, fosfolipid dan kolesterol. Kemudian diserap ke
< 200 mg
5%
200 – 300 mg
25% > 300 mg
70%
Tingkat Asupan Kolesterol Responden Selama
Penelitian
39
dalam bentuk kilomikron. Sisa pemecahan kilomikron beredar menuju hati dan
pecah menjadi kolesterol. Sebagian kolesterol ini dibuang ke empedu sebagai
asam empedu dan sebagian lagi bersama-sama dengan trigliserida akan bersekutu
dengan protein tertentu (apoprotein) dan membentuk Very Low Density
Lipoprotein (VLDL), yang selanjutnya dipecah oleh enzin lipoprotein menjadi
Intermediet Density Lipoprotein (IDL) yang tidak bisa bertahan 2-6 jam karena
langsung akan diubah menjadi Low Density Lipoprotein (LDL). Pembentukan
LDL oleh reseptor ini penting dalam pengontrolan kolesterol darah. Disamping itu
dalam pembuluh darah terdapat sel-sel perusak yang dapat merusak LDL. Melalui
jalur sel-sel perusak ini molekul LDL dioksidasi, sehingga tidak dapat masuk
kembali ke dalam aliran darah. Namun jika jumlah kolesterol yang dibawa oleh
LDL berlebihan maka sel-sel perusak tidak mampu mengoksidasi LDL. Hal ini
yang menyebabkan terjadinya penumpukan pada pembuluh darah. Bila
penumpukan kolesterol dalam pembuluh darah terjadi selama bertahun-tahun akan
menyebabkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler yang lebih buruk.
Mengingat tingkat asupan kolesterol responden pada ini sangat tinggi,
sehingga dapat mempengaruhi penurunan kadar kolesterol responden. Hal ini
dapat dibuktikan dengan hasil penelitian pada responden selama 3 minggu.
Responden yang memiliki tingkat asupan kolesterol tinggi memiliki penurunan
kadar kolesterol sedikit sedangkan pada responden yang memiliki tingkat asupan
kolesterol rendah memiliki tingkat penurunan kadar kolesterol cukup banyak
selama 3 minggu (data dapat dilihat pada lampiran 9).
40
C. Perbedaan Kadar Kolesterol Total Responden
Tabel 11. Kadar Kolesterol Total Kelompok Intervensi dan Kontrol
Kelompok Sebelum Sesudah Kadar Kolesterol Total
Minimal Maksimal
Kelompok
Intervensi 244 (+5.249) 214.80 (+18.042)
190 mg/dl 242 mg/dl
Kelompok
Kontrol
246.40 ( +6.720) 220.80 (+19.211) 198 mg/dl 240 mg/dl
Kadar kolesterol total responden dalam penelitian ini pada kelompok sari
kedelai hitam (intervensi) kadar kolesterol total terendah sebelum perlakuan yaitu
238 mg/dl, kadar kolesterol total tertinggi sebelum perlakuan yaitu 252 mg/dl
sedangkan kadar kolesterol total terendah setelah perlakuan yaitu 190 mg/dl dan
kadar kolesterol total tertinggi setelah perlakuan yaitu 242 mg/dl.
Kadar kolesterol total terendah pada kelompok kontrol saat pemeriksaan
awal yaitu 238 mg/dl, kadar kolesterol total tertinggi saat pemeriksaan awal yaitu
258 mg/dl sedangkan kadar kolesterol total terendah saat pemeriksaan akhir
yaitu 198 mg/dl dan kadar kolesterol total tertinggi saat pemeriksaan akhir yaitu
240 mg/dl.
1. Perbedaan Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah Intervensi
Kelompok Sari Kedelai Hitam
Tabel 12. Uji Paired T-Test Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Setelah
Intervensi Kelompok yang Mengkonsumsi Sari Kedelai Hitam
Kelompok sari
kedelai hitam
Sebelum Sesudah P-value
Mean Mean
244 (+5.249) 214.8(+ 18.042) 0.001
Berdasarkan hasil uji paired t- test diatas diperoleh nilai p = 0,000 < α
(0,05), artinya ada pebedaan yang signifikan antara kadar kolesterol total
41
sebelum dan setelah pemberian sari kedelai hitam selama 3 minggu. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian sari kedelai hitam terbukti mampu menurunkan
kadar kolesterol total pada penderita hiperkolesterolemia. Penurunan kadar
kolesterol total tersebut terjadi karena senyawa bioaktif kedelai seperti isoflavon,
antosianin, dan protein mampu menghambat HMG CoA di dalam hati.
Isoflavon pada sari kedelai hitam mampu menurunkan kolesterol total
dan LDL dalam serum, namun tidak berpengaruh pada kadar HDL (Taku et al,
2007 didalam Muchtadi, 2012). Isoflavon menghambat enzim HMG CoA
reduktase di dalam hati, sehingga kadar kolesterol dalam darah dapat menurun.
Sari kedelai hitam mempunyai kandungan antosianin yang lebih tinggi,
yaitu 29 + 0,56 mg/g dibandingkan dengan kedelai kuning 0,45 + 0,02 mg/g (
Takashi et al, 2005). Pada penelitian yang dilakukan oleh ( Nielsen et al., 2005;
Frank et al., 2002 dalam Novianti et al, 2009) membuktikan antosianin
memberikan efek yang nyata terhadap penurunan kolesterol total. Antosianin
pada kedelai hitam mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi (Astadi et.al.,
2009 dalam Hapsari, 2009), yang memiliki kemampuan menangkal radikal bebas
menyebabkan peroksidase lemak (Stipanuk, 2000; Takahashi et al., 2005 dalam
Hapsari, 2009).
Protein pada sari kedelai hitam juga membantu dalam menurunkan
kadar kolesterol total. Wang et al (2004) menemukan bahwa protein kedelai
dapat mengurangi kadar kolesterol dan trigliserida yang bersikulasi dalam darah
pada penderita hiperkolesterolemia. Moriyama et al (2004) memperlihatkan
bahwa β-konglisinin pada kedelai dapat menghambat aterosklerosis pada mencit.
42
Protein kedelai juga dapat mengubah partikel LDL menjadi komponen yang
kurang aterogenik tanpa mengikut sertakan isoflavon. Selain itu, fungsi protein
yaitu mengikat asam empedu dan kolesterol dalam lumen usus sehingga
memberikan efek penurunan kolesterol total didalam tubuh. (Novianti et al 2009)
Ketiga komponen alami yang ada didalam kedelai hitam itulah yang
saling bekerja sama dalam menurunkan kadar kolesterol total didalam tubuh.
2. Perbedaan Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah Intervensi
Kelompok Kontrol (Obat Antihiperkolesterol)
Tabel 13. Uji Paired T-Test Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Setelah
Intervensi Kelompok Kontrol
Kelompok
Kontrol
Sebelum Sesudah P-value
Mean Mean
246.40 ( +6.720) 220.80 (+19.211) 0.002
Dari hasil uji paired t- test diperoleh nilai p = 0,002 < α (0,05), artinya ada
perbedaan yang signifikan antara kadar kolesterol total sebelum dan setelah
mengkonsumsi obat antihiperkolesterol (simvastatin). Sehingga pemberian obat
antihiperkolesterol efektif menurunkan kadar koleterol total. Penurunan kadar
kolesterol total terjadi karena pada obat mampu menghambat HMG CoA
reduktase di dalam hati. HMG CoA merupakan enzim dalam sintesis kolesterol
dan asil-CoA intestinal. (Sundari, 2012)
Mekanisme simvastatin dalam menurunkan kadar kolesterol dengan cara
menghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl koenzim A (HMG-CoA) reduktase.
HMG-CoA reduktase melepaskan precursor kolesterol asam mevalonik dari
43
koenzim A. Kompetitif inhibisi oleh simvastatin menimbulkan respon
kompensasi selular seperti peningkatan enzim HMG-CoA reduktase dan reseptor
Low Density Lipoprotein (LDL). Dikarenakan peningkatan HMG-CoA
reduktase, sintesis kolesterol seluler hanya menurun sedikit, tetapi klirens
kolesterol melalui mekanisme reseptor LDL meningkat secara signifikan.
(Adesta, 2010)
3. Perbedaan Kadar Kolesterol Total pada penderita hiperkolesterolemia
kelompok sari kedelai hitam dan Kelompok Obat
Perbedaan kadar koelsterol total kelompok intervensi dengan kelompok
kontrol pada pasien hiperkolesterolemia di unit rawat jalan Rumash Sakit Umum
Kaliwates Jember hasil analisis yang didapat dengan uji Independent t-test yaitu
rata-rata kadar kolesterol total pasien pada kelompok intervensi yaitu 214.80 dan
rata-rata kadar koelsterol total pasien pada kelompok kontrol yaitu 220.80. Hasil
analisis menunjukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Kadar
Kolesterol total pada penderita Hiperkolesterolemia kelompok intervensi dan
kelompok kontrol (p = 0,481). Data hasil analisis dengan Independent t-test dapat
dilihat pada tabel 14.
44
Tabel 14. Uji Independent T-Test Perbedaan Kadar Kolesterol Total Pada
Penderita Hiperkolesterolemia Kelompok Sari Kedelai Hitam Dan Kelompok
Obat
Kadar
Kolesterol
Total
Intervensi Kontrol P- value
Mean Mean
214.80 (+18.042) 220.80 (+19.211) 0.481
Hasil analisa data terhadap kadar kolesterol total seperti yang tertera pada
table 14. Menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata (p = 0,481 > α 0,05)
pada kadar kolesterol total kelompok sari kedelai hitam dan kelompok obat
antihiperkolesterolemia (simvastatin).
Hal ini membuktikan bahwa penggunaan sari kedelai hitam dan obat
antihiperkolesterol (simvastatin) keduanya memberikan efek penurunan yang
efektif selama 3 minggu walaupun penurunan rata-rata kadar kolesterol total pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak mencapai nilai normal (< 200
mg/dl).
Efektivitas penggunaan sari kedelai hitam dan obat dalam menurunkan
kadar kolesterol sama, yaitu dengan menghambat HMG CoA reduktase di dalam
hati, sedangkan HMG CoA merupakan enzim utama yang berperan dalam
esterifikasi kolesterol sebelum kolesterol di serap dan diubah menjadi kilomikron
di dalam usus (Sundari, 2012).
Isoflavon pada sari kedelai hitam mampu menurunkan kolesterol total
dengan cara menghambat enzim HMG CoA reduktase di dalam hati, sehingga
kadar kolesterol dalam darah dapat menurun.
Sari kedelai hitam mempunyai kandungan anthosianin yang tinggi, yaitu
29 + 0,56 mg/g ( Takashi et al, 2005 didalam Novianti et al 2009). Anthosianin
45
yang merupakan salah satu senyawa flavonoid. Anthosianin pada sari kedelai
hitam diteliti memiliki berbagai aktivitas dalam menghambat terjadinya plak
aterosklerosis pada pembuluh darah melalui berbagai mekanisme. Anthosianin
membantu pengeluaran kolesterol dari jaringan perifer menuju hepar (Sundari,
2012).
Sari kedelai hitam juga mengandung protein. Protein pada sari kedelai
hitam juga membantu dalam menurunkan kadar kolesterol total. Wang et al
(2004) menemukan bahwa protein kedelai dapat mengurangi kadar kolesterol dan
trigliserida yang bersikulasi dalam darah pada penderita hiperkolesterolemia..
Protein pada sari kedelai dapat mengubah partikel LDL menjadi komponen yang
kurang aterogenik tanpa mengikut sertakan isoflavon. Selain itu, Fungsi protein
yaitu mengikat asam empedu dan kolesterol dalam lumen usus sehingga
memberikan efek penurunan kolesterol total didalam tubuh. (Novianti et al, 2009)
Ketiga komponen alami yang ada didalam kedelai hitam itulah yang saling
bekerja sama dalam menurunkan kadar kolesterol total didalam tubuh. Sedangkan
kerja obat antihiperkolesterolemia (simvastatin) dalam menurunkan kadar
kolesterol total dengan cara menghambat HMG CoA reduktase secara kompetitif
pada proses sintesis kolesterol di hati. Mekanisme simvastatin dalam menurunkan
kadar kolesterol dengan cara menghambat 3–hydroxy–3-methylglutaryl koenzimA
(HMG-CoA) reduktase. HMG CoA reduktase melepaskan precursor kolesterol
asam mevalonik dari koenzim A. Kompetitif inhibisi oleh simvastatin
menimbulkan respon kompensasi selular seperti peningkatan enzim HMG-CoA
reduktase dan reseptor Low Density Lipoprotein (LDL). Dikarenakan
46
peningkatan HMG-CoA reduktase, sintesis kolesterol seluler hanya menurun
sedikit, tetapi klirens kolesterol melalui mekanisme reseptor LDL meningkat
secara signifikan (Adesta, 2010)
Sari kedelai hitam dan obat antihiperkolesterol (simvastatin) dalam
penelitian ini sama-sama mampu menurunkan kadar kolesterol total responden,
tetapi berdasarkan hasil rata-rata (mean) kadar kolesterol total diperoleh kadar
kolesterol total >200 mg/dl (diatas normal). Hal ini dapat terjadi karena beberapa
faktor, diantaranya: Faktor usia, tingkat asupan kolesterol, dan lama waktu
intervensi.
Berdasarkan data karakteristik responden yang terdapat pada tabel 6.
diketahui bahwa penderita hiperkolesterolemia yang menjadi responden pada
penelitian ini terbanyak dengan usia 46-50 tahun dengan rata-rata kadar
kolesterol sebelum intervensi 248,6 mg/dl pada kelompok sari kedelai hiam dan
248,8 mg/dl pada kelompok obat. Nilai rata-rata kadar kolesterol total setelah
intervensi diperoleh penurunan kadar kolesterol total menjadi 227,3 mg/dl pada
kelompok sari kedelai hitam dan 236,8 mg/dl pada kelompok obat. Hasil
penurunan rata-rata kadar kolesterol pada kedua kelompok masih belum
mencapai kadar kolesterol normal hal ini sesuai dengan pendapat Nilawati (2008)
bahwa usia merupakan salah satu faktor risiko alami yang mempengaruhi
kesehatan. Hal ini terjadi karena seiring bertambahnya usia mekanisme kerja
bagian-bagian tubuh seseorang akan semakin menurun dan menyebabkan
terjadinya perubahan di dalam jantung dan pembuluh darah. Pendapat tersebut
juga didukung oleh Stanley dan Beare (2007) yang menyatakan bahwa kadar
47
kolesterol akan mengalami peningkatan secara bertahap seiring bertambahnya
usia.
Tingkat asupan kolesterol responden juga menjadi salah satu faktor dalam
penurunan kadar kolesterol total. Pada table 10. bahwa 70% responden
mengkonsumsi kolesterol > 300 mg. Tingkat asupan ini cukup tinggi karena
menurut Kurniawan (2002) tingkat asupan kolesterol bagi individu normal adalah
< 300 mg/hari, sedangkan pada individu dengan kadar kolesterol tinggi
dianjurkan tingkat asupan kolesterol sebesar < 200 mg/hari, nilai rata-rata asupan
tertinggi pada responden penelitian ini sebesar 604 mg sedangkan responden
dengan asupan kolesterol terendah yaitu 156 mg. Mengingat tingkat asupan
kolesterol dapat mempengaruhi penurunan kadar kolesterol, selisih penurunan
kadar kolesterol awal dan akhir pada responden dengan asupan tertinggi lebih
sedikit yaitu 14 mg/dl selama 3 minggu, sedangkan selisih kolesterol awal dan
akhir pada responden dengan asupan kolesterol terendah yaitu 54 mg/dl (data ini
dapat dilihat pada lampiran 9).
Pemberian sari kedelai hitam selama 3 minggu mampu menurunkan kadar
koleserol total, tetapi penurunan kadar kolesterol total responden belum mancapai
nilai normal yang diinginkan, hal ini dapat terjadi terkait dengan lama intervensi,
mengingat usia responden yang berpartisipasi pada penelitian ini lebih banyak
yang berusia > 46-50 tahun sehingga membutuhakan waktu yang sedikit lama.
Top Related