1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini penyakit menular yang diakibatkan oleh bakteri patogen
semakin berkembang. Seperti pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pneumoniae yang merupakan bakteri gram positif. Selain itu
pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematian
yang tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju
seperti Amerika Serikat.
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang yang
mempengaruhi angka kematian pada penyakit pneumonia. Selain penyakit
tersebut penyakit berbahaya yang lain adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Staphylococcus aerus. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif
yang berbentuk bulat. Bakteri in dapat menyebabkan kanker, yang dapat
menyebabkan kematian terhadap penderitanya.
Penyakit yang berbahaya no 1 adalah TBC. Penyakit ini disebabkan
oleh Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini dapat menyerang tubuh kita
dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan bantuan udara. .Bakteri ini
berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
Batang Tahan Asam (BTA).
Bakteri streptococcus adalah bakteri gram positif. Bakteri ini dapat
menyebabkan infeksi yang biasanya menyerang mukosa dalam tubuh
manusia. Bakteri-bakteri tersebut dapat membuat manusia terkena infeksi
yang dapat menyebabkan kematian pada manusia. Penularan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri-bakteri tersebut dapat ditularkan melalui udara
maupun alat makan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan infeksi
2. Bagaimana pengaruh bakteri streptococcus, staphylococcus,
streptococcus pneumonia, TBC
3. Bagaimana cara pengobatan dari bakteri tersebut
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian infeksi
2. Untuk mengetahui pengaruh bakteri Streptococcus, Staphylococcus,
Streptococcus Pneumonia, TBC
3. Untuk mengetahui cara pengobatab dari bakteri tersebut
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Infeksi
Infeksi adalah invasi tubuh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit ( Perry & Potter ,1995). Infeksi adalah peristiwa
masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh penjamu ( Linda
Tietjen,2004). Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau
cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik
(utama,1999)
B. Pengaruh bakteri
1. Streptococcus
Infeksi Streptoccocus adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri
gram positif Streptococcus.
a. Penyebab
Bakteri streptococcus penyebab penyakit pada manusia dikelompokkan
menjadi 4 grup:
1. Streptococcus grup A
Paling mematikan meskipun manusia adalah tuan rumah alaminya.
Streptokokus ini bisa menyebabkan infeksi tenggorokan, tonsilitis (infeksi
amandel), infeksi kulit, septikemia (infeksi dalam darah), demam Scarlet,
pneumonia, demam rematik, korea Sydenham (kelainan saraf yang
ditandai oleh kekakuan otot) dan peradangan ginjal (glomerulonefritis).
4
2. Streptococcus grup B
Lebih sering menyebabkan infeksi yang berbahaya pada bayi baru
lahir (sepsis neonatorum), infeksi pada sendi (artritis septik) dan pada
jantung (endokarditis).
3. Streptococcus grup C dan G
Sering terdapat pada binatang, tetapi bisa juga hidup di dalam tubuh
manusia, yaitu di tenggorokan, usus, vagina dan kulit. Streptokokus ini
bisa menyebabkan infeksi yang berat seperti infeksi tenggorokan,
pneumonia, infeksi kulit, sepsis post-partum (setelah melahirkan) dan
sepsis neonatorum, endokarditis dan artritis septik. Setelah terinfeksi oleh
bakteri ini bisa juga terjadi peradangan ginjal.
4. Streptococcus grup D dan enterokokus
Dalam keadaan normal hidup di saluran pencernaan bagian bawah,
vagina dan kulit. Bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi pada luka
dan katup jantung, kandung kemih, perut dan darah.
b. Gejala
Infeksi streptokokus yang paling sering ditemukan adalah infeksi
tenggorokan (Strep throat). Gejalanya muncul secara tiba-tiba, seperti:
1. nyeri tenggorokan,
2. merasa tidak enak badan
3. demam
4. menggigil
5. nyeri kepala
6. mual
5
7. muntah
8. denyut jantung yang meningkat
9. tenggorokan tampak merah
10. amandel membengkak
11. kelenjar getah bening di leher membesar.
Anak-anak bisa mengalami kejang. Sedangkan pada anak berusia kurang dari
4 tahun, gejalanya hanya berupa hidung meler. Batuk, laringitis (peradangan
laring) dan hidung tersumbat tidak biasa ditemukan pada infeksi streptokokus,
gejala-gejala ini lebih mengarah kepada sebab lain seperti pilek atau alergi.
Demam Scarlet yang disebabkan toksin/racun bisa menimbulkan ruam
kemerahan yang meluas. Ruam tampak jelas di daerah perut, dada dan lipatan
kulit. Gejala lain berupa daerah pucat di sekitar mulut, muka kemerahan, lidah
kemerahan dan garis-garis merah gelap di lipatan kulit. Setelah demam reda,
lapisan luar dari kulit yang memerah sering mengelupas.
Streptococcus juga menyebabkan beberapa jenis infeksi kulit yang jarang
menimbulkan abses. Infeksinya cenderung menyebar ke lapisan dalam di
bawah kulit, menyebabkan selulitis dan kadang-kadang erupsi kulit
kemerahan yang disebut erisipelas (St. Anthony's fire). Streptokokus, dengan
atau tanpa stafilokokus, juga bisa menyebar melalui lapisan atas kulit
menimbulkan impetigo (erupsi krusta berkeropeng). Jenis streptokokus
tertentu bisa dengan cepat menyebabkan infeksi yang luas dan bersifat
destruktif pada kulit (fasitis nekrotisasi).
c. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan diperkuat oleh hasil
biakan dari area yang terinfeksi. Setelah 24 jam, biakan akan menunjukkan
koloni bakteri yang khas. Untuk mendiagnosis infeksi tenggorokan, biakan
6
diambil dengan menggoreskan kain steril di bagian belakang tenggorokan.
Lalu dimasukkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan semalam.
d. Pengobatan
Penderita Strep throat dan demam Scarlet akan pulih tanpa pengobatan dalam
waktu 2 minggu. Antibiotik dapat memperpendek lamanya gejala pada anak-
anak dan mencegah komplikasi yang serius seperti demam rematik. Antibiotik
juga membantu mencegah penyebaran infeksi ke telinga tengah, sinus dan
tulang mastoid.Biasanya penisilin V per-oral harus segera diberikan pada saat
gejala-gejala penyakit ini timbul.
Infeksi streptokokus lainnya seperi selulitis, fasitis nekrotisasi dan
endokarditis, sangat serius dan memerlukan terapi penisilin intravena, kadang-
kadang dikombinasi dengan antibiotik lainnya. Streptokokus grup A biasanya
bisa diatasi dengan Penicillin. Beberapa streptokokus grup D dan terutama
enterokokus, resisten terhadap penisilin dan kebanyakan antibiotik; tidak ada
pengobatan antibiotik andalan untuk enterokokus. Gejala-gejala seperti
demam, nyeri kepala dan nyeri tenggorokan dapat diobati dengan obat pereda
nyeri (analgetik) dan penurun panas (antipiretik) seperti Acetaminophen.
Penderita perlu menjalani tirah baring dan isolasi.
2. Staphylococcus
Infeksi Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) disebabkan
oleh bakteri Staphylococcus aureus – sering disebut “Staph.”Bakteri ini
kadang resisten terhadap antibiotik yang umum digunakan untuk
mengobatinya.Jika tanpa penanganan yang tepat MRSA dapat berakibat
fatal.Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah berpotensi untuk mudah
terserang bakteri ini.
a. Penyebab
MRSA disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus – sering disebut
“Staph.”
7
b.Gejala
Umumnya mulai sebagai benjolan merah kecil yang menyerupai jerawat, bisul
atau gigitan laba-laba.Ini dapat dengan cepat berubah menjadi mendalam,
menyakitkan abses yang memerlukan pembedahan melelahkan. Kadang-
kadang bakteri tetap terbatas pada kulit. Tetapi bakteri juga dapat menembus
ke dalam tubuh, berpotensi menyebabkan infeksi yang mengancam tulang,
sendi, luka bedah, aliran darah, katup jantung dan paru-paru, yang pada
akhirnya mengancam jiwa seseorang.
c.Pengobatan
Di rumah sakit dan fasilitas perawatan, dokter sering mengandalkan
vankomisin antibiotik untuk mengobati kuman resisten. CA-MRSA dapat
diobati dengan antibiotik vankomisin atau lainnya yang telah terbukti efektif
terhadap strain tertentu. Meskipun vankomisin menyelamatkan nyawa, hal itu
mungkin menjadi kurang efektif juga. Beberapa rumah sakit telah melihat
strain MRSA yang kurang mudah dibunuh oleh vankomisin.
3.Streptococcus pneumonia
Streptococcus Pneumoniae adalah diplococcus gram positif, sering berbentuk
lancet atau berbentuk rantai, memiliki kapsul polisakarida yang memudahkan
untuk pengelompokan antisera spesifik. Streptococcus Pneumoniae mudah
dilisis dengan agen aktif pada permukaan misalkan garam empedu. Agen aktif
permukaan umumnya menghambat atau tidak mengaktifkan penghalang
autolysin dinding sel. Streptococcus Pneumoniae merupakan penghuni normal
dari saluran pernapasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan
pneumonia, sinusitis, bronchitis, meningitis, dan proses infeksi lainnya.
8
C. Morfologi dan Identifikasi
1. Ciri Organisme :
Secara mikroskopik nampak sebagai kokus berbentuk lanset,
biasanya berpasangan dan berselubung. Pneumococcus berbentuk bulat,
baik yang berasal dari eksudat maupun dari perbenihan. Rantai panjang
terdapat bila ditanam dalam perbenihan yang hanya sedikit mengandung
magnesium. Kuman ini positif gram dan pada perbenihan tua dapat
nampak sebagai gram negatif, tidak bergerak (tidak berflagel). Selubung
terutama dibuat oleh jenis yang virulen.
2. Kultur :
Streptococcus Pneumoniae membentuk koloni bundar kecil,
pertama berbentuk kubah dan kemudian berkembang berbentuk pusat
plateau dengan tepi yang mengalami peninggian.Streptococcus
Pneumoniae merupakan hemolitik α pada agar darah.Pertumbuhannya
ditingkatkan oleh 5-10% CO2.
3. Sifat pertumbuhan :
Kebanyakan energi didapat dari fermentasi glukosa, disertai oleh
produksi asam laktat secara cepat, yang menghambat pertumbuhan.
Netralisasi kultur broth dengan alkali dalam selang waktu tertentu akan
terjadi pertumbuhan besar.
D. Struktur Antigen
1. Struktur komponen :
Polisakarida kapsuler secara imunologi dibedakan menjadi 84 tipe.
Polisakarida merupakan suatu antigen yang mendapatkan respon sel B.
Bagian somatik pneumococcus mengandung protein M dimana
karakteristik untuk masing-masing tipe dan kelompok karbohidrat
spesifik bersifat umum bagi semua pneumococci.Karbohidrat dapat
9
dipresipitasi oleh protein reaktif C, yakni substansi yang didapat dalam
serum pasien-pasien tertentu.
2. Reaksi Quellung :
Ketika pneumococcus dari tipe tertentu dicampur dengan serum
antipolisakarida dari tipe sama atau dengan antiserum polivalen diatas
slide mikroskop, kapsul dapat berkembang secara nyata. Reaksi ini
bermanfaat untuk identifikasi cepat dan penentuan tipe organisme baik
dalam sputum dan dalam kultur. Antiserum polivalen yang berisi antibodi
hingga 84 tipe merupakan reagent yang baik untuk determinasi
pneumococcus pada sputum segar pada pemeriksaan mikroskopis.
E. Patogenesis
1. Produksi Penyakit :
Streptococcus Pneumoniae menyebabkan penyakit melalui
kemampuannya untuk berkembang biak didalam jaringan. Mereka tidak
menghasilkan toksin.Virulensi dari organisme merupakan fungsi
kapsulnya, yang dapat mencegah atau menunda pencernaan oleh
fagosit.Serum yang mengandung antibodi terhadap polisakarida tipe
spesifik dapat melindungi dari infeksi. Jika serum tersebut diserap oleh
polisakarida tipe tertetu, maka serum tersebut akan kehilangan daya
proteksinya. Hewan atau manusia yang diimunisasi dengan tipe
pneumococcus tersebut dan memiliki antibodi presipitasi dan antibodi
opsonisasi untuk tipe polisakarida tersebut.
2. Resistensi Alamiah
40-70% dari manusia kadang-kadang merupakan carrier
pneumococcus yang virulen, maka mukosa pernapasan normal harus
memiliki daya tahan alamiah bagi pneumococcus.
10
Diantara faktor-faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya
resistensi dan berpengaruh pada infeksi pneumococcal adalah sebagai
berikut :
a. Ketidak normalan saluran pernapasan
Virus dan infeksi-infeksi lain yang merusak sel permukaan :
akumulasi abnormal mucus (alergi) yang melindungi pneumococcus dari
fagositos, obstruksi bronchus (missal atelectasis) dan kerusakan saluran
pernapasan disebabkan oleh bahan iritan yang mengganggu fungsi
mucocilary.
b. Alkohol atau intoksikasi obat
Menyebabkan menekan kegiatan fagositik, menekan reflex batuk, dan
memudahkan aspirasi bahan asing.
c. Mekanisme lain
Kekurangan gizi, kelemahan umum, anemia sickle cell, hiposplenisme,
nefrosis atau difisiensi bahan tambahan.
F. Patologi
Infeksi pneumococcus menyebabkan pengeluaran cairan edema
fibrin secara berlebihan kedalam alveoli, yang diikuti oleh sel darah
merah dan leukosit yang menyebabkan konsolidasi dari paru-
paru.Sebagian pneumococcus terdapat dalam eksudat ini, dan mereka
dapat mencapai aliran darah melalui saluran limfa dari paru-paru.Dinding
alveolar tetap utuh secara normal selama infeksi. Kemudian sel-sel
mononuklear secara aktif melakukan fagosit pada debris, dan fase cairan
ini secara bertahap diserap kembali.Pneumococcus ditangkap oleh fagosit
dan dicerna secara intraseluler.
Angka kematian pada pneumonia tergantung pada ras, seks, umur
dan keadaan umum penderita, tipe kumannya, luasnya bagian paru-paru
yang terkena, ada tidaknya septikemia, ada tidaknya komplikasi,
pemberian terapi spesifik, dan faktor-faktor lainnya.
11
G. Tanda-Tanda Klinis
Serangan pneumonia oleh pneumococcus biasanya mendadak,
diikuti dengan demam, menggigil dan nyeri tajam pada pleura. Sputum
mirip dengan eksudat alveolar, secara karakteristik berdarah atau
berwarna merah kecoklatan. Awal penyakit ini, ketika demam menggigil,
maka bakteremia tampak dalam 10-20% kasus. Dengan terapi
antimikroba, penyakit biasanya hilang secara bertahap. Jika obat-obat
diberikan secara awal, maka perkembangan konsolidasi terganggu.
H. Kekebalan
Kekebalan terhadap infeksi oleh pneumococcus adalah tipe
spesifik yang tergantung pada antibodi terhadap polisakarida kapsuler dan
pada fungsi fagositik. Vaksin dapat menimbulkan produksi antibodi
terhadap polisakarida kapsuler.
I. Pengobatan
Karena pneumococcus bersifat sensitif terhadap antimikroba,
perawatan awal biasanya berlangsung pada proses pemulihan yang cepat
dan respon antibodi agaknya kurang berperan. Penisilin G merupakan
obat pilihan. Penisilin G dosis tinggi dengan MICs sebesar 0,1-2µg/mL
ternyata efektif untuk menangani pneumonia yang disebabkan oleh
pneumococcus tetapi tidak efektif menangani meningitis yang disebabkan
oleh strain yang sama. Beberapa strain yang resisten penisilin ternyata
juga resisten terhadap cefrizoxime, juga resisten terhadap tetrasiklin dan
eritromisin. Pneumococcus peka terhadap vankomisin.
12
J. Epidemiologi, Pencegahan dan Pengawasan
Pneumonia oleh pneumococcus berjumlah sekitar 60% dari semua
pneumonia bakterial. Ini merupakan penyakit endemik dengan angka
kejadian tinggi pada carrier (pembawa penyakit).Pada perkembangan
penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhi lebih penting daripada
pemaparan terhadap agen yang terinfeksi, dan carrier yang sehat jauh
lebih sering mendistribusikan pneumococcus daripada pasien yang sakit.
Sangat mungkin melakukan imunisasi terhadap individu dengan
polisakarida tipe spesifik.Vaksin dapat memberikan 90% perlindungan
terhadap bakterimia pneumonia. Diantara para pekeja tambang emas di
Afrika Selatan, vaksin-vaksin yang memuat 14 tipe pneumococcus
menguntungkan pasien yang memiliki penyakit sickle cell atau setelah
splenectomi Pada tahun 1983, perluasan vaksin polisakarida yang
memuat 23 tipe dilisensikan di Amerika Serikat. Vaksin-vaksin demikian
sesuai bagi anak-anak dan bagi orang tua, orang yang lemah atau individu
yang daya tahan tubuhnya rendah. Vaksin pneumococcus akan berkurang
imunigenitasnya pada anak dibawah usia 2 tahun dan pada pasien yang
menderita lymphoma, untuk pasien yang beresiko tinggi, pemberian
propilaksis penisilin harus disertai dengan vaksinasi. Bahkan, diharapkan
dapat mencegah faktor predisposisi, membuat diagnosis secara tepat, dan
memulai kemoterafi dengan benar. Dewasa ini, banyak kematian yang
disebabkan pneumonia oleh pneumococcus terjadi pada orang berusia
diatas 50 tahun, orang dengan kekebalan alamiah yang terganggu,
misalkan mereka dengan penyakit sickle cell atau asplenia dan mereka
dengan bakteremia.
13
3. TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang
dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan
Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada
tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri
tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru
kadang disebut sebagai KochPulmonum (KP).
Cara Penularan Penyakit TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk,
dan pada anak-anak. Sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi
hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
14
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru,
maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular
(bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh
sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di
sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai
tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini
akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami
perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkulosis yang
banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang
nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah
memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan
tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini,
banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya
kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat
tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh
yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang
memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.Gambaran secara klinis tidak
15
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
A.Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan
demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul, penurunan nafsu makan
dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), lemah.
B.Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat
terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-
kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa
memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan � 5 tahun
yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA
positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
16
Penegakan Diagnosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang
perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
1.Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
2.Pemeriksaan fisik.
3.Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
4.Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
5.Rontgen dada (thorax photo).
6.Uji tuberkulin.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di
dalam tubuh penjamu
2. Streptococcus dapat menyebabkan infeksi tenggorokan. Streptococcus
dengan atau tanpa stafilococcus, bisa menyebar melalui lapisan atas
kulit.
3. Staphylococcus aerus dapat menyebabkan infeksi MRSA, bakteri ini
berpotensi menyebabkan infeksi yang mengancam tulang, sendi, luka
bedah, dll.
4. Streptococcus Pneumoniae merupakan penghuni normal dari saluran
pernafasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan pneumonia.
5. Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikrobakterium tuberkulosa.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://medicastore.com/penyakit/183/Infeksi_Streptokokus.html)
http://khasanahherbal.com/penyakit/m-penyakit/mrsa-infeksi-bakteri-virus-
4378.html
http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
Top Related