77H. A. Saefudin. Diplomasi Publik Organisasi Nonpemerintah dalam Membangun Citra Indonesia
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
1. PendahuluanPolitical and Economic Risk Consultancy
di tahun 2003 mencatat, Indonesia menempatiurutan teratas negara paling korup di Asia danmenempati urutan ke-96 dari 100 negara di tingkatinternasional. International Transparency dalampenelitiannya juga mencatat, Indonesia di tahun2004, menempati peringkat kelima terkorup di antara
143 negara di dunia, dengan nilai indeks 2,0 tahun2005 menempati urutan keenam terkorup dari 158negara yang disurvei, dengan nilai indeks 2,2; dantahun 2006, menempati urutan ketujuh dari 163negara yang disurvei dengan nilai indeks 2,4.
Di bidang ekonomi, dilaporkan Asian Intelli-gence, Investasi asing di Indonesia, sejak 1997,terus minus. Peringkat daya saing ekonomi Indo-nesia pada 2005, berada pada posisi ke-69 dari 107
Diplomasi Publik Organisasi Nonpemerintahdalam Membangun Citra Indonesia:
Studi Kegiatan “Koalisi untuk Kebebasan Informasi”
ABSTRACT
The research is aimed to find out the “Coalition for Freedom of Information” activity, orCoalition, that can be categorized public diplomacy, its relationship with implementing the
government as the requirement to realize the good governance, and to get to know the relation-ship between good governance and the image building of Indonesia. The principles of publicrelations are used as the approach in analyzing the phenomenon of public diplomacy used by
Coalition. This research was conducted by using the qualitative approach through constructivistparadigm toward the Coalition attitude in applying the public diplomacy. This research used
both the key and supporting informa collecting was conducted by interview, observation,participation, and documentary study about the Coalition activity as well as the delphi technique.
The data analysis was carried out as long as the research went on through the intersubjectivecommitment to focus being researched. The research gained some findings which involved:(a) The “Coalition for Freedom of Information” activity in public diplomacy can be done
by the public relations approach using some activity categories, (b) The “Coalition for freedomof information” performance is focused on the efforts to uphold the law concerning freedom
of access to public information in supporting the realization of good governance, (c) The publicdiplomacy activity applied by the Coalition through its advocacy was considered successful
which can be seen by the local government rules concerning the implementation of participativeand transparent government, (d) The model with the integrated public diplomacy potency
and the synergy between the state actor and the non-state actor possessing their own structuralauthority and legality in the information service system for all public elements
can build the positive image of Indonesia
Kata kunci: kebebasan informasi, diplomasi publik, organisasi nonpemerintah
H. A. Saefudin
MEDIATOR, Vol. 9 No.1 Juni 200878
negara yang disurvei Forum Ekonomi Dunia (WorldEconomic Forum).
Peringkat daya saing di sektor industri,menurut International Institute for ManagementDevelopment, mengalami penurunan pada setiaptahun, sejak 2001, yaitu peringkat ke-46, secaraberurut menjadi peringkat ke-47, 57, 58, 59, dan ke-60 pada 2006. Demikian juga dalam hal kemudahanmemulai usaha, oleh International Finance Cor-poration dan World Bank, Indonesia dinyatakanberada diperingkat ke-135 dari 175 negara.1
Data, informasi, kejadian, dan peristiwa yangmenunjukkan kondisi krisis Indonesia dalamberbagai bidang, telah menjadi suatu realitas danmenjadi gambaran yang bermakna tentang Indo-nesia. Gambaran yang bermakna itu, disebut citra.
Data, informasi, kejadian, dan peristiwa yangmenunjukkan kondisi krisis Indonesia, yangkemudian dikomunikasikan secara meluas melaluiberbagai bentuk dan media komunikasi kepadakhalayak di dalam negeri dan di luar negeri, menurutRoberts, dapat mempengaruhi cara khalayakmengorganisasikan citra tentang kondisi krisis In-donesia, dan “citra inilah yang mempengaruhi carakhalayak tersebut bertindak” (Rakhmat, 2004:224).Pencitraan yang baik terhadap suatu negara ataubangsa dapat memotivasi bangsa lain untukbekerja sama yang saling menguntungkan,sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannegara atau bangsa yang bersangkutan.
Diplomasi sebagai proses kunci melaksanakankomunikasi dan negosiasi bangsa Indonesiadengan bangsa lain untuk memperoleh bantuaninternasional, memerlukan keterlibatan seluruhkomponen bangsa Indonesia untuk berdiplomasi.Tidak hanya dilakukan antara pemerintah Indone-sia dengan pemerintah negara lain tanpa melibatkankeikutsertaan masyarakat. Diplomasihubungannya dengan perbaikan citra,sebagaimana dikemukakan Ali Alatas, bahwa,untuk mengatasi citra Indonesia yang buruk di luarnegeri-sebagai akibat kekacauan yangmenyebabkan investor enggan kembali, yang padagilirannya memperlambat pemulihan ekonomi,diperlukan suatu upaya diplomasi yang benar-benar komprehensif dan terpadu2. Untuk
memperoleh keberhasilan dari sebuah diplomasiini, maka tidak akan terlepas dari kebijakanmelibatkan komponen masyarakat secara intensif,seperti pelibatan organisasi nonpemerintah untukmembangun citra Indonesia.
Organisasi nonpemerintah (Ornop) ataudisebut juga Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM), mulai tumbuh dan berkembang di Indone-sia pada awal 1970-an, yang mempunyai peranmengawasi peran negara serta mengajukanalternatif gagasan, seperti diperankan LP3ES. Parapengamat berargumentasi, organisasinonpemerintah tumbuh sebagai suatu responsterhadap kontrol yang ketat dari suatu sistempolitik yang tidak memberikan kebebasan kepadapartai politik sebagai sebuah mimbar yang bebas.3
Permasalahan yang menyangkut keterlibatankomponen-komponen masyarakat Indonesia dalamdiplomasi dengan masyarakat di luar negeri, dalammembangun citra Indonesia, kesemuanya termasukke dalam ruang lingkup kajian public relations,sebagai salah satu profesi dalam ilmu komunikasi.
Atas dasar lingkup permasalahan termasukdalam kajian public relations, dan diplomasi yangmelibatkan keikutsertaan komponen bangsa di luarpemerintahan yang disebut dengan istilahdiplomasi publik itu, maka studi yang dilakukanmerupakan studi tentang “Koalisi untukKebebasan Informasi” sebagai sebuah koalisi dariberbagai Ornop dalam menunjang terwujudnyagood governance melalui pendekatan public re-lations. Melalui studi ini diharapkan dapatditemukan model diplomasi publik denganpendekatan public relations dalam membanguncitra Indonesia.
Berdasarkan latar belakang di atas, makapenelitian ini difokuskan secara lebih spesifikkepada diplomasi publik yang banyak diperankanoleh “Koalisi untuk Kebebasan Informasi” atauKoalisi, dalam upaya memperjuangkan kebebasanmemperoleh informasi publik. Peran dan kinerjaKoalisi ini akan ditelaah terhadap upaya-upayamenunjang pembangunan citra Indonesia melaluipendekatan-pendekatan yang diasumsikan banyakmenggunakan pendekatan public relations.
Selanjutnya untuk memperoleh kajian secara
79H. A. Saefudin. Diplomasi Publik Organisasi Nonpemerintah dalam Membangun Citra Indonesia
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
pengalamannya secara baik dalam melaksanakandiplomasi publik. Informan kunci, yaitu parapengurus “Koalisi untuk Kebebasan Informasi,”Menteri Luar Negeri RI; Direktur Diplomasi Publikpada Direktorat Jenderal Informasi, DiplomasiPublik, dan Perjanjian Internasional DepartemenLuar Negeri RI; Ketua Panitia Khusus RUU KMIPDPRRI, periode 1999-2004. Sedangkan informanpendukung terdiri dari pejabat UNESCO, Articel19, akademisi Melbourne University, Deakin Uni-versity, Monash University, pejabat pada KedutaanBesar Malaysia di Indonesia, dan beberapa pakarhubungan internasional di Indonesia, PemimpinRedaksi Surat Kabar Harian Kompas.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan3.1 Kegiatan “Koalisi untuk Kebebasan
Informasi” dalam Diplomasi PublikPada prinsipnya, kegiatan Koalisi terdiri dari
kegiatan pengkajian, lobi dan kampanye. Beberapakegiatan Koalisi yang dapat dikategorikan sebagaikegiatan diplomasi publik dapat dilihat dalamtabel 3.1.
Selama ini, bangsa Indonesia tidak tanggapdengan kemampuan ornop untuk melakukan tugas-tugas diplomasi yang dibutuhkan, padahal jikaprinsip-prinsip public relations yangmenggunakan pendekatan kegiatan secarademokratis dilakukan, setidaknya permasalahankebutuhan dan pembangunan sarana diplomasiyang mengarah kepada terciptanya keterbukaandan demokratisasi informasi dapat diwujudkandengan mudah. Dari temuan ini dapat penulisvisualisasikan seperti pada gambar 3.1.
3.2 Kinerja “Koalisi untuk KebebasanSasaran utama kegiatan Koalisi untuk
merealisasikan maksud dan tujuannya adalahmemperjuangkan diundangkannya Undang-Undang Kebebasan Memperoleh Informasi Publik.Konsepsi kebebasan memperoleh informasi,partisipasi publik, dan pemerintahan yang terbuka,dirumuskan oleh Koalisi dalam draf RancanganUndang-Undang Kebebasan MemperolehInformasi Publik (RUU-KMIP), yang diajukan
terfokus, maka identifikasi masalah dalampenelitian ini dirumuskan sebagai berikut.(1) Bagaimana kegiatan “Koalisi untuk
Kebebasan Informasi” dalam diplomasipublik.
(2) Bagaimana kinerja “Koalisi untuk KebebasanInformasi” dalam perwujudan good gover-nance.
(3) Bagaimana kegiatan diplomasi publik yangdilakukan “Koalisi untuk KebebasanInformasi” dalam pembangunan citra Indone-sia.
(4) Model diplomasi publik seperti apa yangmampu menghasilkan pembangunan citra In-donesia.
2. Objek dan Metode PenelitianObjek penelitian adalah kegiatan “Diplomasi
publik oleh Koalisi untuk Kebebasan Informasimelalui pendekatan public relations dalammenunjang terwujudnya good governance.”Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitiankualitatif melalui paradigma konstruktivisme.Alasan pemilihan pendekatan penelitian tersebutdikarenakan bahwa studi ini terfokus pada perilakukomunikasi melalui pendekatan public relationsyang ditelaah melalui perilaku komunikasi Koalisidalam perjuangannya untuk melahirkan Undang-Undang Kebebasasan Memperoleh InformasiPublik yang dapat mewujudkan pemerintahan yangterbuka sehingga menghasilkan citra positif Indo-nesia.
Sumber data yang termasuk ke dalam sumberdata sekunder dalam penelitian ini penulismemanfaatkan berita dari berbagai surat kabar,majalah, dan dokumen. Surat kabar yang menjadisumber data yaitu SKH Kompas, Warta Ekonomi,dan The Australian, Herald Sun, The Age di Aus-tralia, serta surat kabar Agenda Daily di Malaysia.
Adapun untuk memperoleh data primer dalampenelitian kualitatif ini penulis menggunakanInforman yang terdiri dari dua kategori, yaituinforman kunci dan informan pendukung yangdipilih secara purposif berdasarkan aktivitasmereka yang dapat mengeksplorasi
MEDIATOR, Vol. 9 No.1 Juni 200880
Koalisi kepada DPR RI periode 1999-2004.Koalisi memperjuangkan prinsip-prinsip
pemerintahan yang transparan, partisipatif, danakuntabel, sejalan dengan karakteristik good gov-ernance sebagaimana diidentifikasikan oleh UNDP.Sekalipun demikian, Koalisi tidak hanyamengandalkan adanya Undang-UndangKebebasan Memperoleh Informasi Publik dariaspek legal formal, tetapi akan mengupayakan pulabagaimana undang-undang tersebut
diimplementasikan, sehingga membawa manfaatbagi publik dan menjadikan pemerintahan yangtransparan, partisipatif, dan akuntabel.
Undang-undang Kebebasan MemperolehInformasi Publik hanya merupakan suatuinstrumen, dan kemanfaatannya tergantungkepada adanya kesadaran masyarakat akan haknyaatas informasi, kapasitas badan publik yangmemadai dalam memenuhi hak atas informasipublik, serta tersedianya infrastruktur yang
Gambar 3.1 Implementasi Kegiatan Ornop melalui Pendekatan “Public Relations” dalam Proses Diplomasi Publik
Sumber: Analisis Hasil Penelitian
Aktivitas Diplomasi Publik
Pemerintah Indonesia memberikan kepercayaan kiprahnya Ornop dengan Pendekatan Public Relations
Proses Diplomasi dengan Implementasi Multi-Tack Diplomacy Peran Diplomasi
Kondisi Masyarakat Negara lain dngan keunggulan dan pengaruh yang kuat terhadap masyarakat bangsa Indonesia
Wujud Kebebasan Informasi dalam Praktek Diplomasi Antarbangsa
Tabel 3.1 Kegiatan Koalisi yang Dapat Dikategorikan sebagai Kegiatan Diplomasi Publik
No Kegiatan Sasaran 1 Lobi Kedutaan asing yang telah memiliki undang-undang kebebasan
infoemasi 2 Studi banding Negara-negara yang memiliki UU Kebebasan Informasi, antara
lain Swedia, Jepang, Australia, Thailand 3 Bantuan Tim Ahli Perumusan
RUU KMIP Ahli-ahli internasional tentang kebebasan informasi
4 Menyelenggarakan Seminar Internasional tentang KMI
Ahli-ahli internasional tentang kebebasan informasi dan Omop internasional
5 Menyelenggarkan Lokakarya, diskusi, konsultasi regional
Ahli-ahli internasional tentang kebebasan informasi dan Omop internasional
6 Menghadiri seminar internasional tentang KMI
Pembicra dan peserta seminar
7 Kerjasama dalam penerbitan buku/information kit
Lembaga-lembaga/Ornop internasional
8 Kampanye via media massa Wawancara Radio dan TV dengan ahli Ornop internasional, Komisi I DPR RI, Pemerintah
9 Penggunaan Website Sosialisasi program
81H. A. Saefudin. Diplomasi Publik Organisasi Nonpemerintah dalam Membangun Citra Indonesia
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
memadai untuk mengakses informasi.Koalisi berhasil menyampaikan draf RUU
Kebebasan Memperoleh Informasi Publik kepadaDPR, sehingga menjadi usul inisiatif DPR setelahmendapat penyempurnaan oleh DPR. Dalampembahasan RUU KMIP di DPR, Koalisi juga aktifmemberikan sumbangan pemikiran untukmembahas Daftar Inventaris Masalah (DIM) yangdibahas DPR bersama pemerintah. Koalisi jugamembahas langkah-langkah yang harus dilakukansetelah RUU KMIP disahkan menjadi UU KMIP,yaitu yang menyangkut permasalahan kapasitasbadan publik yang bertanggung jawab dalammenyediakan informasi yang diperlukan publik,peningkatan kesadaran masyarakat terhadaphaknya atas informasi yang perlu diketahuimasyarakat, serta tersedianya sarana/prasaranayang memungkinkan masyarakat dapat mengaksesinformasi.
Koalisi telah turut memberikan andil dalammendorong beberapa kabupaten/kota di Indone-sia, melahirkan beberapa peraturan daerah (perda)
tentang transparansi, kebebasan informasi, danpartisipasi publik, yang sejalan dengan semangatkebebasan memperoleh informasi publik dibeberapa kabupaten/kota, propinsi, seperti padaTabel 3.2.
Jika dilihat alur kegiatan diplomasi publik yangdilakukan “Koalisi untuk Kebebasan Informasi”dalam perwujudan good governance dapat dilihatpada gambar 3.2.
3.3 Kegiatan Diplomasi Publik yangDilakukan “Koalisi untuk KebebasanInformasi” dalam pembangunan citraIndonesiaUpaya yang dilakukan Koalisi
memperjuangkan lahirnya Undang-undangKebebasan Memperoleh Informasi Publik, yangbertujuan membangun pemerintahan yang terbukamenuju tatanan pemerintahan yang baik (goodgovernance) dapat membangun citra yang baikbagi Indonesia. Citra dibangun oleh suatu realitas
Gambar 3.2. Alur Kegiatan Diplomasi Publik oleh “Koalsisi” Kebebasan Informasi
Umpan Balik
Umpan Balik
KOALISI
Pemerintahan Terbuka Good Governance
Kegiatan Kampanye Lobi Pengkajian Perluasan
Jaringan
Kegiatan dalam hubungan dengan: Media Internal Masyarakat Pemerintah
negara lain Internasional
Sasaran Dalam
Negeri DPR Pemerintah
pusat & daerah
Tokoh masyarakat & umum
Pengelolaan Media
Ornop Mahasiswa Luar Negeri Pemerintah Ornop Masyarakat
luar negeri
Undang-Undang
Kebebasan Memperoleh
Informasi Publik
MEDIATOR, Vol. 9 No.1 Juni 200882
Tabel 3.2. Kabupaten /Kota/Propinsi yang telah Memiliki Perda tentang Transparansi dan Partisipasi
No Nama Daerah Perda Nomor/Tgl. Tentang
1 Kabupaten Solok
5 tahun 2004, tanggal 29 April 2004
Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan dan Partisipasi
Masyarakat 2
Kabupaten Lebak
10 tahun 2004 tanggal 1 Juni 2004
Transparansi dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan
Pengelolaan Pembangunan di Kabupaten Lebak
3 Kabupaten Bandung
06 tahun 2004 tanggal 20 Agustus 2004
Transparansi dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di
Kabupaten Bandung 4 Kabupaten
Magelang 10 tahun 2004 tanggal 15 Maret 2004
Mekanisme Konsultasi Publik
5 Kabupaten Tanah Datar
02 tahun 2005 tanggal 3 Juni 2005
Transparansi dan Partisipasi
6 Kabupaten Kebumen
53 tahun 2004, tanggal 28 Juni 2004
Partisipasi Masyarakat dalam Proses Kebijakan Publik
7 Kabupaten Lamongan
07 tahun 2005 tanggal 1 Agustus 2005
Transparansi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan Partispasi
Masyarakat di Kabupaten Lamongan
8 Kabupaten Boalemo
06 tahun 2004 tanggal 24 Agustus 2004 07 tahun 2004 tanggal 24 Agustus 2004
Transparansi Pelayanan Publik dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di
Kabupaten Boalemo
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan dan
proses kebijakan publik
9 Kabupaten Bolaang Mongondo
04 tahun 2005 tanggal 14 April 2005 05 tahun 2005 tanggal 14 April 2005
Partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik
Transparansi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah
10 Kabupaten Takalar
02 tahun 2005 tanggal 19 Agustus 2005
Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan dan Partisipasi
Masyarakat dalam pembangunan di Kabupaten Takalar
11 Kota Gorontalo 03 tahun 2002 tanggal 13 Maret 2002
Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan Kota Gorontalo
12 Kota Kendari 14 tahun 2003 tanggal 19 Mei 2003
Kebebasan memperoleh informasi
13 Propinsi Kalimantan Barat
04 tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005
Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan Propinsi Kalimantan
Barat
Sumber: Koalisi, Google “Perda Online”.
83H. A. Saefudin. Diplomasi Publik Organisasi Nonpemerintah dalam Membangun Citra Indonesia
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
dan persepsi terhadap realitas. Sekalipun citra tidakselalu harus sesuai dengan realitas, tetapi citradiperoleh dari persepsi tentang realitas. Citra In-donesia yang terpuruk setelah krisis ekonomi 1997,kemudian membawa keterpurukan di bidang politik
dan sosial budaya, telah memunculkan kekuatanreformasi dengan sasaran yang luas. Tuntutanreformasi menguat dan mengkristal dalam bentuktuntutan mempercepat pemilu, mengubah UUD1945, mengadili Soeharto, memberantas korupsi,kolusi, dan nepotisme, sebagai jalan untukmengakhiri krisis.4
Undang-Undang Kebebasan MemperolehInformasi Publik yang diperjuangkan Koalisi, akanmendorong terwujudnya pemerintahan yangterbuka. Pemerintahan yang terbuka dapatmencegah terjadinya praktek korupsi, kolusi, dannepotisme, serta mendorong terwujudnyapemerintahan yang partisipatif dan akuntabel.Pemerintahan yang partisipatif dan akuntabel akanmenghasilkan citra yang baik, baik oleh masyarakatdi dalam negeri maupun oleh masyarakat di luarnegeri. Citra dimaksud bukan citra bayangan, ataucitra yang diharapkan yang lebih menyenangkandari citra yang ada, tetapi citra yang benarberdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta
pemahaman atas kenyataan sesungguhnya.
3.4 Model Diplomasi PublikPenelitian ini menghasilkan temuan sebuah
konstruksi baru dalam diplomasi yang
diperjuangkan bangsa Indonesia sebagaimanaterlihat dalam bentuk Gambar 3.3.
Temuan lain yang menyangkut diplomasipublik untuk fokus-fokus terntentu dalampenelitian ini juga dapat penulis ketengahkansebuah bentuk diplomasi multijalur, yang mampumengarah kepada sebuah diplomasi total, Secarasederhana dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Berdasarkan temuan-temuan dari hasilpenelitian, maka model diplomasi publik yang dapatmenyinergikan dan mengintegrasikan seluruhkomponen bangsa untuk membangun persepsiyang mampu menghasilkan pembangunan citraIndonesia dapat dibangun oleh dua model yaituModel Diplomasi Publik dengan Sistem PelayananInformasi Terintegrasi dan Berstruktur dan ModelDiplomasi Publik dengan Sistem PelayananInformasi Pemberdayaan Publik.
Model “Sistem Pelayanan InformasiTerintegrasi dan Berstruktur” digambarkansebagai berikut:
Ratifikasi Konvensi/Kovenan
Stabilitas Kawasan Soft Power/
Perdamain dunia
Summit Diplomacy
Total Diplomacy
Rule of law based democracy
Electoral democracy
Gambar. 3.3. Model Implementasi dari Diplomasi Total
MEDIATOR, Vol. 9 No.1 Juni 200884
(1) Jalur yang digunakan dalam diplomasi adalahmulti jalur (multitrack diplomacy).
(2) Adanya hubungan (koneksitas) antarapemerintah pusat dalam hal ini presidendengan instansi pemerintah di tingkat pusat,presiden dengan instansi nonpemerintah ditingkat pusat (ornop yang bekerja samadengan institusi di luar negeri), dan antarapresiden dengan pemerintah daerah. Presidendapat menunjuk instansi pemerintah di tingkatpusat yang bertugas mengoordinasikan danmenyinergikan informasi pada tingkat pusatsebagai bahan diplomasi publik. Demikian pulabagi gubernur, bupati, dan walikota.
(3) Adanya petugas yang memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi dan jabatan yangjelas untuk menunjukkan tanggung jawabnya.Ketentuan bahwa pejabat hubunganmasyarakat pada instansi pemerintah sebagaipejabat fungsional diperlukan pengembanganmelalui pendidikan dan pelatihan.
(4) Adanya materi atau substansi masalah untukdiinformasikan. Beragam potensi sumber dayaalam yang dapat diolah menjadi komoditiekonomi, produk-produk unggulan daerahyang dapat dijual ke luar negeri, kalau tidakterkoordinasikan dalam penyampaianinformasi, tidak akan terinformasikan secaraluas dan menyeluruh..5
(5) Adanya kerangka kerja legal yang berupaketentuan peraturan perundang-undanganyang mendukung terintegrasinya informasi
melalui penggunaan teknologi informasi.(6) Adanya pengolahan umpan balik dalam
proses penyampaian dan penerimaaninformasi untuk mengindikasikan pemahamanoleh penerima. Informasi tidak hanyadisampaikan untuk diterima tetapi juga untukdifahami.
(7) Pelayanan secara terintegrasi dan berstrukturterdiri dari pelayanan informasi di pemerintahtingkat kabupaten/kota ke pemerintah propinsisampai ke pemerintah tingkat pusat. Padamasing-masing struktur ditunjuk istitusipemerintah yang mengoordinasikan danmensinergikan pelayanan informasi yangmenjadi focal point, sehingga merupakanpelayanan informasi “satu pintu” (one stopinformation service), di samping bertindaksebagai navigator pelayanan informasi.
Model diplomasi publik dengan sistempelayanan informasi terintegrasi dan berstrukturditampilkan pada Gambar 3.5.
Model diplomasi publik melalui sistempelayanan informasi pemberdayaan publik, adalahsebuah model dengan gambaran sebagai berikut:(1) Diplomasi publik dilaksanakan melalui aspek
people-to-people contact atau interaksi antarakelompok swasta dan kepentingan suatunegara dengan kelompok swasta dankepentingan negara lain.
(2) Merupakan konsep untuk mengaktualisasikanpotensi aktor nonnegara yang berupa
Gambar 3.4. Peran Aktor Pemerintah dan Nonpemerintah dalam Diplomasi Total
Menghindari Diplomacy unusual
Aktor Non-Pemerintah
Diplomasi Multijalur
Aktor Pemerintah
Diplomasi Total
pemerintah; klp NGO/kalangan profesional; klp.bisnis; warga
negara biasa; penelitian, pendidikan, dan pelatihan; juru damai advokasi;
klp.agama; penyedia dana; komunikasi dan media
85H. A. Saefudin. Diplomasi Publik Organisasi Nonpemerintah dalam Membangun Citra Indonesia
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
kekuatan, kemampuan ornop atau kelompokmasyarakat, merevitalisasi kemampuan yangdimiliki untuk melaksanakan kegiatandiplomasi publik.
(3) Proses pemberdayaan mengandung duakecenderungan, yaitu proses yangmenekankan kepada pemberian ataupengalihan sebagian kekuasaan, kekuatan,atau kemampuan kepada masyarakat agarmenjadi lebih berdaya, dan prosesmenstimulasi, mendorong, atau memotivasi,agar masyarakat mempunyai kemampuanuntuk memberdayakan diri.
(4) Pemberdayaan dimaksudkan untukmemecahkan masalah sebagai tantangan yangharus dihadapi di bidang legitimasi politis,legalitas, keberlanjutan finansial, kompotensiprofesionalitas, dan kredibilitas sosial LSM/NGO sebagai aktor nonnegara.
Model diplomasi publik dengan sistem
pelayanan informasi pemberdayaan publik,ditampilkan pada Gambar 3.6. berikut.
4. Kesimpulan dan Saran4.1 Kesimpulan
Dari hasil temuan penelitian dan pembahasanmaka dapat dirumuskan beberapa kesimpulansebagai berikut:(1) Kegiatan “Koalisi untuk Kebebasan
Informasi” dalam berbagai kategori termasukkegiatan diplomasi publik melalui pendekatanpublic relations..
(2) Kinerja “Koalisi untuk Kebebasan Informasi”yang difokuskan kepada memperjuangkanlahirnya Undang-Undang KebebasanMemperoleh Informasi Publik, menunjangterwujudnya good governance.
(3) Diplomasi publik yang dilakukan “Koalisiuntuk Kebebasan Informasi” melalui
Gambar 3.5. Model Diplomasi Publik
dengan Sistem Pelayanan Informasi Terintegrasi Terstuktur
Institusi P.R.
Multitrack Pemerintah Kab/kota
Institusi P.R.
Multitrack
Institusi P.R.
Multitrack Pemerintah Pusat
Pemerintah Provinsi
Pemerintah/ Publik Luar
Negeri serta Publik
dalam Negeri
CITRA
Umpan Balik
MEDIATOR, Vol. 9 No.1 Juni 200886
advokasinya telah dapat membangun citra In-donesia, ditandai, antara lain, denganterselenggaranya berbagai peraturan daerah(Perda) mengenai penyelenggaraanpemerintahan daerah secara partisipatif dantransparan.
(4) Model-model diplomasi publik yang dapatmenyinergikan dan mengintegrasikan segenapkomponen bangsa untuk membangun citraIndonesia adalah model diplomasi publikmelalui pendekatan public relations yangterdiri dari: pertama, model diplomasi publikdengan sistem pelayanan informasiterintegrasi dan berstruktur, serta kedua modeldiplomasi publik dengan sistem pelayananinformasi pemberdayaan publik. Pada eraglobalisasi, peran aktor nonnegara (non-stateactor) dalam diplomasi publik makinmengemuka, maka model yang sangatberpotensi untuk dikembangkan adalah modeldiplomasi publik dengan sistem pelayananinformasi pemberdayaan publik.
4.2 Saran4.2.1 Saran Teoretis
(1) Aplikasi teori public relations diharapkan
lebih terfokus pada upaya membangunpengertian dan hubungan baik dengan publiktidak hanya untuk kepentingan organisasi,tetapi juga untuk kepentingan kelompok,bahkan individu yang berinteraksi denganpublik atau pemerintahan.
(2) Konsep dan teori diplomasi publik maupunpublic relations yang memiliki prinsip danbidang kajian dalam bentuk penelitian,perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pro-gram, hendaknya dapat dijadikan kerangkapemikiran diperolehnya pemahaman bagiterwujudnya institusi yang menjadi focal pointdalam menerima, mengolah, danmenyampaikan informasi sehingga mampumenerapkan konsep good governance.
(3) Anggapan bahwa diplomasi publik berbedadengan public relations karena public rela-tions dapat mengarah kepada persuasi yanghebat, atau bahkan menjadi alat propaganda.Sedangkan diplomasi publik untuk mempererathubungan antara suatu negara dengan publikdi luar negeri dan juga publik dalam negeridapat disangkal dengan teori public relationsyang ideal adalah yang didasarkan kepadafakta, sehingga pemolesan suatu citra
Gambar 3.6. Model Diplomasi Publik dengan Sistem Pelayanan Informasi Pemberdayaan Publik
Umpan balik
Pemerintah RI : Memberikan Kekuasaan,
Kekuatan, dan
LSM/NGOs
Pemerintah RI: Menstimulasi,
Mendorong
Program Diplomasi
Pemerintah dan Publik Luar
Negeri
Publik Dalam Negeri
CITRA
87H. A. Saefudin. Diplomasi Publik Organisasi Nonpemerintah dalam Membangun Citra Indonesia
Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005
merupakan penghianatan terhadap profesipublic relations.
(4) Diplomasi publik yang dilakukan olehpemerintah suatu negara kepada publik di luarnegeri dan masyarakat negara tersebut kepadamasyarakat negara lain hendaknya mampumelibatkan Ornop/LSM yang merupakanbagian masyarakat serta termasuk salah satuelemen masyarakat dalam diplomasi multi jalur.
4.2.2 Saran Praktis
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah RIperlu menunjuk institusi atau lembaga yangmenjadi focal point kegiatan public relations.Institusi atau lembaga yang menjadi focalpoint adalah organisasi yang berfungsisebagai pelayanan informasi satu pintu danbertindak sebagai navigator informasi.
(2) Institusi/lembaga yang ditunjuk untuk menjadifocal point dalam menerima, mengolah, danmenyampaikan informasi perlu memilikikewenangan untuk berhubungan langsungdengan pimpinan keseluruhan organisasiyang memiliki kewenangan dalam menetapkankebijakan, karena pejabat public relationsbertindak sebagai representasi pimpinan untukmenyampaikan informasi kepada publik.
(3) Pemerintah RI perlu mengidentifikasikomponen-komponen masyarakat yang dapatdisinergikan dan diintegrasikan dalampelaksanaan diplomasi publik.Pengintegrasian dan penyinergian dilakukansecara berstruktur, mulai di tingkat pemerintahpusat, propinsi, kabupaten/kota.
(4) Untuk memberdayakan masyarakat dalammelaksanakan diplomasi publik, pemerintahbeserta komponen masyarakat lainnya perlumemperbanyak kegiatan-kegiatan pendidikandan pelatihan, pembelajaran (learning by do-
ing), sosialisasi, tentang pentingnyaelaksanakan prinsip-prinsip transparansi,partisipasi, dan akuntabilitas.
Catatan Akhir
1 Kompas Cyber Media: Melalui <http://w w w. k o m p a s . c o m / v e r 1 / e k o n o m i / 0 6 0 9 / 2 2 /084825.htm>
2 Ratna Shofi Inayati, dkk., 2002. Politik Luar NegeriIndonesia Pasca Soeharto: Diplomasi PemulihanEkonomi Nasional, Jakarta. LIPI, hlm. 76.
3 Eldridge dalam Anderson H. 2004. Good Governanceand NGOs in Contemporary Indonesia, Clayton:Monash University, hlm. 3.
4 Jakob Tobing. 2002. “Pengantar Materi SosialisasiUUD 45 Hasil Amandemen.” Makalah.
5 Kompas, 29 Desember 2006. hlm. 1 dan 15.
Daftar PustakaElridge dalam Anderson H. 2004. Good Governance
and NGOs in Contemporary Indonesia.Monash University.
Inayati, Ratna Shofi dkk. 2002. Politik Luar NegeriIndonesia Pasca Soeharto: DiplomasiPemulihan Ekonomi Nasional. Jakarta: P2PLIPI. hlm. 76.
Kompas Cyber Media . Melalui: http://www.kompas.com/ver1/ ekonomi/0609/ 22/084825. htm
Kompas, 29 Desember 2006.
Rahkmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi.Bandung Remaja Rosdakarya.
Tobing, Jakob. 2002. “Pengantar Materi SosialisasiUUD 1945 Hasil Amandemen.” Jakarta:Makalah.
MEDIATOR, Vol. 9 No.1 Juni 200888
Top Related