7/12/2019 11_TumorOtakTinjauanKepustakaan
http://slidepdf.com/reader/full/11tumorotaktinjauankepustakaan 1/5
Tumor otak
Tinjauan Kepustakaan
dr. Ny. Herainy Hartono
Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RS Dr. Soetomo, Surabaya.
PENDAHULUAN
Di dalam era CT scan dewasa ini, sering kali dibuat diagnosis
penderita sebagai tumor otak. Dan sebagai gambaran umum
disebutkan bahwa kurang lebih 10% tumor pada manusia
mengenai susunan saraf pusat, dimana 80% dari padanya berada
didalam intrakranial dan 20% di medulla spinalis. Tumor
metastasis otak merupakan 20% dari tumor intrakranial.
Penyebab yang pasti belum dapat ditentukan, walaupun
penyelidikan-penyelidikan telah dilakukan. Faktor-faktor yang
diduga sebagai penyebab yaitu : keturunan, sisa-sisa sel em-
brional, perubahan neoplastik, trauma, virus dan bahan-bahankarsinogenik.
Urutan-urutan frekuensi tumor otak adalah sebagai berikut :
1. Glioma 41%
2. Meningioma 17%
3. Adenoma hipofise 13%
4. Neurilemmoma/neurofibroma 12%
5. Tumor metastasis
6. Tumor pembuluh darah
Mengenai lokalisasi tumor otak, dilaporkan bahwa pada orang
dewasa kebanyakan di daerah supratentorial, sedangkan pada
anak-anak di daerah infratentorial.
Tumor-tumor metastasis otak kebanyakan berasal dari paru,
traktus digestivus, mamma serta ginjal, din-ma 70% terletak dihemisfir serebri, sedangkan 30% di serebelum dan 70% multipel.
INSIDENSI
Insidensi umur :
Jenis tumor saraf mempunyai kecenderungan untuk ber-
kembang pada golongan umur tertentu. Tumor primer dari
susunan saraf pusat yang berasal dari jaringan embrional ba-
nyak dijumpai pada umur di bawah 10 tahun, dan jenis tumor
lain berkisar antara umur 20 - 60 tahun. Sedangkan tumor
metastasis otak sebagian besar terdapat pada umur 40 - 70 tahun.
42 Cermin Dunia Kedokteran No. 34, 1984
Tumor serebelum lebih sering pada anak-anak dari pada
orang dewasa. Glioma batang otak, praktisnya di Pons lebih
sering dijumpai pada anak-anak.
Berdasarkan pemeriksaan histopatologi tumor, digambarkan
sebagai berikut :
— Meduloblastoma, pada dasa warsa I
— Pinealoma dan astrositoma serebelum, pada dasawarsa II
— Glioblastoma, pada dasa warsa V
— Schwannoma, pada dasa warsa V - VI
Insidensi jenis kelamin :
Tumor otak yang banyak dijumpai pada laki-laki, yaitu :— Glioma : astrositoma, glioblastoma dan meduloblastoma
— tumor-tumor di regio pineale
— Tumor pituitari
— Tumor-tumor kongenital
— Kordoma
Sedangkan schwannoma dan meningioma lebih sering di-
jumpai pada wanita.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis sangat dipengaruhi oleh lokalisasi dan histo-
patologik dari tumor.
Gejala-gejala tersebut dapat digolongkan menjadi :
• Gejala umum• Gejala fokal
Gejala umum
Biasanya disebabkan oleh karena tekanan intrakranial yang
meningkat. Kenaikan tekanan intrakranial dapat disebabkan
oleh faktor-faktor :
— langsung oleh masa tumor sendiri
— edema serebri
— obstruksi aliran cairan serebro spinalis
— obstruksi sistema vena serebri
— gangguan mekanisme absorbsi cairan serebro spinalis
Gejala-gejala ini dapat berupa :
7/12/2019 11_TumorOtakTinjauanKepustakaan
http://slidepdf.com/reader/full/11tumorotaktinjauankepustakaan 2/5
Cermin Dunia Kedokteran No. 34, 1984 43
1. Nyeri kepala
2. Muntah
3. Kejang
4. Gangguan mental
5. Pembesaran kepala
6. Papil edema
7. Sensasi abnormal di kepala
8. Nadi lambat dan tensi meningkat
9. False localizing sign
10. Perubahan respirasi
1. Nyeri kepala :
Merupakan keluhan utama pada kira-kira 20% kasus. Dapat
dirasakan selama perjalanan penyakitnya, dapat umum atau
terlokalisir pada daerah yang berlainan. Sifat nyerinya
digambarkan sebagai nyeri berdenyut atau dirasakan sebagai rasa
penuh di kepala dan seolah-olah kepala mau "meledak ".
Timbulnya dimulai pagi hari, dikaitkan oleh karena kenaikan
kadar CO2 selama tidur. Adanya CO2 ini menyebabkan aliran
darah serebral meningkat serta kongesti dari sistema vena
serebral. Ini mengakibatkan tekanan intrakranial meningkat.
Nyeri dapat diperhebat dengan gerakan manuver valsava, batuk,bersin, mengejan, mengangkat barang ataupun ketegangan.
Nyeri intermiten sering didapat pada anak-anak. Gejala ini
mungkin karena hilang atau berkurangnya tekanan intrakranial
dengan jalan pelebaran sutura.
2. Muntah :
Muntah tidak berhubungan dengan lokalisasi tumor, sering
timbul pada pagi hari. Sifat muntah adalah khas, yaitu proyektil
atau muncrat dan tidak didahului rasa mual.
3. Kejang :
Kejang dapat merupakan manifestasi pertama tumor otak pada
15% kasus. Dikatakan, bahwa apabila terjadi kejang fokal pada
orang berumur di bawah 50 tahun, harus dipikirkan adanya
tumor otak, selama penyebab lain belum ditemukan.Dalam hal terjadinya kejang, lokasi tumor lebih penting
daripada histologinya. Tumor yang jauh dari korteks motoris
akan jarang menimbulkan kejang. Meningioma pada konvek-
sitas otak, sering menimbulkan kejang fokal sebagai gejala dini.
Sedangkan kejang urnum biasanya terjadi, apabila kenaikan
tekanan intrakranial melonjak secara cepat misalnya pada
Glioblastoma multiforme.
4. Gangguan mental :
Gejala gangguan mental tidak perlu dihubungkan dengan
lokalisasi tumor, walaupun beberapa sarjana menyatakan bahwa
gejala ini sering dijumpai pada tumor lobus frontalis dan
temporalis. Juga dikatakan bahwa menigioma merupakan tumor
yang seting menimbulkan gangguan mental.Gejalanya sangat tidak spesifik. Dapat berupa apatis, de-
mensia, gangguan memori, gangguan intelegensi, gangguan
tingkah laku, halusinasi sampai seperti psikosis.
5. Pembesaran kepala :
Keadaan ini hanya terjadi pada anak-anak, dimana suturanya
belum menutup. Dengan meningkatnya tekanan intrakranial,
sutura akan melebar dan fontanella anterior menjadi
menonjol. Pada beberapa anak sering terlihat pembendungan
vena didaerah skalp dan adanya eksoftalmos. Pada perkusi
terdengar suara yang khas, disebut crack pot signs (bunyi gendi
yang rengat).
6. Papil edema :
Papil edema dapat terjadi oleh karena tekanan intrakranial
yang meningkat atau akibat langsung dari tekanan tumor pada N
II. Derajat papil edema tidak sebanding dengan besarnya tumor
dan tidak sama antara mata satu dan lainnya.
Bila tekanan intrakranial meningkat dengan cepat, akan
terjadi pembendungan vena-vena N. Optikus dan diskus optikus
menjadi pucat serta membengkak. Sering disertai perdarahan-
perdarahan disekitar fundus okuli. Pada papil edema yang kronis
dapat menyebabkan gliosis N. Optikus dan akhirnya N. Optikus
mengalami atrofi sekunder dengan akibat kebutaan.
Dilaporkan bahwa 60% dari tumor otak memperlihatkan
gejala papil edema, dan 50% diakibatkan oleh tumor supra-
tentorial.
7. Sensasi abnormal di kepala :
Banyak penderita merasakan berbagai macam rasa yangsamar-samar. Sering dikeluhkan sebagai enteng kepala (light-
headness), pusing (dizziness) dan lain-lainnya. Keadaan ini
mungkin sesuai dengan tekanan intrakranial yang meningkat.
8. Bradikardi dan tensi meningkat : Keadaan ini dianggap
sebagai mekanisme kompensatorik untuk menanggulangi
iskemia otak.
9. False localizing sign :
False localizing signs dari tumor otak adalah merupakan
gejala yang tidak semuanya berhubungan dengan gangguan
fungsi pada tempat tumor tersebut. Biasanya terlihat sebagai
gejala fokal dari tempat-tempat yang jauh dari tumor itu sendiri.
Misalnya pada. tumor otak yang kecil disertai edema serebri
yang luas, akan memperlihatkan gejala-gejala klinis yang luas.Sebaliknya tumor besar tanpa disertai edema serebri biasanya
tidak memberikan gejala klinis. Hal-hal inilah yang dapat
membingungkan untuk menentukan lokalisasi tumor. Keadaan-
keadaan tersebut dapat disebabkan oleh karena ada nya edema
serebri atau herniasi.
10. Perubahan respirasi :
Hal ini akibat tekanan intrakranial yang meningkat. Dapat
timbul respirasi tipe Cheyne Stokes, dilanjutkan dengan hiper-
ventilasi-respirasi irreguler-apneu, akhirnya kematian.
Gejala fokal
Gejala-gejala fokal sangat tergantung dengan lokalisasi tumor.
Gejalanya sesuai dengan fungsi jaringan otak yang ditekan atau
dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat. Dapat menimbulkan
disfungsi, misalnya hemiparesis, afasia motorik ataupun paresis
saraf kranial, sebelum tekanan intrakranial meninggi secara
berarti. Dalam hal ini, gejala dan tanda di atas mempunyai arti
lokalisasi/fokal.
Dibawah ini akan diuraikan tentang beberapa gejala dan
manifestasi fokal yang menunjukkan lokasi tumor otak.
7/12/2019 11_TumorOtakTinjauanKepustakaan
http://slidepdf.com/reader/full/11tumorotaktinjauankepustakaan 3/5
Tumor lobus frontalis :
Tumor di daerah ini pada umumnya menimbulkan gang-
guan kepribadian dan mental. Dapat timbul perlahan-lahan,
beberapa bulan sampai bertahun-tahun. Pada mulanya pende-
rita menjadi apatis, kurang atau hilangnya perhatian/kontrol,
kemudian kesukaran dalam pandangan kedepan (lack of fore
sight), kesukaran dalam pekerjaan dan akhirnya regresi dalam
tingkah laku sosial, kebiasaan dan penampilan, serta gangguan
psikoseksual. Euforia sering dijumpai dan senang berkelakar
( factitiousness) yang dalam beberapa k epustakaan disebut
sebagai "witzelsucht".
Gejala fokal lain terjadi bila tumor meluas ke jaringan se-
kitarnya. Bila mengenai bagian posterior di dekat girus sentra-
lis anterior, Pada penderita didapatkan graps refleks (refleks
memegang). Kadang-kadang didapatkan spasme tonik pada
jarijari tangan atau kaki ipsilateral tumor, monospasme, kejang
fokal pada wajah dan transitory post convulsive paralysis
(Todd's paralisis).
Bila mengenai area Broca pada hemisfer dominan dapat ter-
jadi afasia motorik.
Kejang tonik fokal merupakan simtom fokal dari bagian
atas posterior dari lobus frontalis di sekitar daerah premotor.
Bila mengenai traktus kortikospinalis mengakibatkan he-
miparesis sampai hemiplegia dengan tonus meningkat, refleks
meningkat dan adanya ekstensor plantar refleks yang positip.
Semua ini kontralateral lesi.
Bila tumor tumbuh ditengah atau timbul dari groove olfac-
torius, maka biasanya meluas ke posterior dan mengenai N.
Optikus. Pada penderita didapatkan tanda "sindroma Foster
Kennedy", yaitu anosmia sesisi lesi akibat tekanan N. I, atrofi
N. II ipsilateral akibat tekanan pada N. II, dan papil edema
kontralateral lesi akibat meningkatnya tekanan intrakranial.
Jika tumor tumbuh didaerah falks serebri setinggi daerah
presentral maka paraparesis inferior akan dijumpai.
Pada tumor lobus frontalis juga dijumpai kurangnya kontrol
sfingter dilanjutkan dengan hilangnya inhibisi kandung ken-
cing dan akhirnya jatuh dalam inkontinensia urine.
Urutan jenis tumor pada lobus frontalis adalah glioma (glio-
blastoma multiforme pada orang dewasa dan astrositoma pada
anak-anak), ependimoma, meningisma disusul kraniofaringio-
masis dan yang jarang adalah glioma dari N. Optikus.
Tumor lobus temporalis :
Lobus temporalis mempunyai ambang yang rendah untuk
timbulnya serangan epilepsi.
Tumor yang menekan atau timbul di Unkus mengakibatkan
uncinate fit yaitu kejang parsiil, yang dapat terjadi beberapa
kali dalam satu hari. Biasanya dimulai dengan halusinasi bau
atau rasa. 80% dengan halusinasi bau busuk dan 20% halu-
sinasi bau bunga. Ini merupakan sensasi yang pertama.
Tumor yang mengenai lobus temporalis dan insula, menim-
bulkan psikomotor epilepsi. Penderita dapat mengalami mo-
vement motoric automatic dengan sengaja. Penderita dapat
berjalan, berlari, menyetir mobil, membuka pakaian atau ben-
tuk-bentuk gerakan lain yang terkoordinir baik selama fase ini.
Biasanya jarang merupakan gerakan-gerakan yang anti sosial
atau agresip, dan bentuknya tetap (stereotype).
44 Cermin Dania Kedokteran No. 34, 1984
Bila tumor mengenai insula, menimbulkan kejang parsiil
dengan keluhan didaerah visera, termasuk nyeri epigastrium
perasaan fluttering di epigastrik atau toraks.
Tumor pada temporalis posterior, menimbulkan kejang par-
siil. Dimulai dengan halusinasi visual.
Pada medial lobus temporalis, dapat meluas ke daerah basal
ganglia dengan akibat distonia unilateral, korea atetosis dantremor.
Pada daerah midtemporal dapat disertai halusinasi pende-
ngaran, berupa suara siulan (whistling), menyiut (hissing) atau
suara bel. Juga didapatkan gejala "dejavu" atau "jamais Vu".
Jenis tumor pada lobus temporalis biasanya glioblastoma
multiforme, astrositoma, oligodendroglioma disusul tumor-
tumor metastasis.
Tumor lobus parietalis :
Tumor di daerah parietalis dapat merangsang korteks sen-
soris, sebelum manifestasi lain dijumpai. Area parietalis ini
berguna untuk diskriminasi tekstur, berat, ukuran, bentuk dan
identifikasi obyek yang diraba. Akibat rangsangan disini ialah
serangan Jackson sensorik. Jika tumor menimbulkan kerusakanstrukturil di daearah ini, maka segala macam perasaan di butuh
kontralateral sisi lesi, tidak dapat dirasakan dan dikenal
Gangguan dapat berupa astereognosis, atopognosis
hemianestesia, tidak dapat membedakan kanan atau kiri dan
loss of body image.
Jenis tumor lobus parietalis meliputi glioma, glioblastoma
astrositoma, oligodendroglioma, meningioma, ependimoma
tumor-tumor metastasis dan angioma.
Tumor lobus oksipitalis :
Tumor di daerah ini biasanya jarang. Gejala dini yang me-
nonjol sering berupa nyeri kepala di daerah oksipital, kemudi-
an disusul oleh adanya gangguan yojana penglihatan.Tumor di daerah medial lobus oksipitalis, sering menim-
bulkan kuadrananopsia homonimus inferior kontralateral dan
dapat meluas menjadi hemianopsia homonim.
Tumor di daerah ini jenis glioma, angioma dan tumor-tumor
metastasis.
Tumor serebellum :
Tumor serebellum cepat mengadakan obstruksi aliran cairan
serebro spinalis, sehingga tumor ini cepat menimbulkan te-
kanan intrakranial yang meningkat. Gejala nyeri kepala, mun-
tah dan papil edema sering sebagai gejala dini, disusul dengan
gangguan gait dan gangguan koordinasi. Nyeri kepala dirasa-
kan didaerah oksipital dan dapat menjalar ke leher bawah
Nyeri menghebat apabila terjadi herniasi tonsila serebellarisGangguan koordinasi dapat diperiksa dengan finger to nose
test; heel to knee test, dan didapatkan disdiadokokinesia. Bila
berjalan akan jatuh ke sisi lesi, Romberg test positip, ataksia
tremor, nistagmus hipotonia dan scanning speech positip.
Tumor di daerah ini meliputi medulloblastoma, astrositoma
granuloma tuberkuloma, granuloma luetika dan tumor-tumor
metastasis.
7/12/2019 11_TumorOtakTinjauanKepustakaan
http://slidepdf.com/reader/full/11tumorotaktinjauankepustakaan 4/5Cermin Dunia Kedokteran No. 34, 1984 45
"UICC Classification for tumors of the brain and related structures"
1. Nerve cells :
— Ganglioneuroma, gangliocytoma, ganglioglioma
— Ganglioneuroblastoma— Malignant ganglioneuroma, malignant gangliocytoma,
malignant ganglioglioma
— Sympathicogonioma— Neuroblastoma, sympathicoblastoma.
2. Neuroepithelium :
— Ependymoma :
Epthelial ependymoma
Papillary ependymoma
Cellular ependymoma
— Malignant ependymoma, ependymoblastoma
— Plexus papilloma
— Olfactory neuroepithelioma.
3. Eye :
— Medulloepithelioma of ciliary epithelium, dyktioma
Neuroepihtelioma, retinoblastoma
4. Glia :— Astrocytoma :
Fibrillary astrocytoma
Gemistocytic astrocytoma
Protoplasmatic astrocytoma
— Astrocytoma of the nose, nasal glioma
— Oligodendroglioma
— Multiform glioblastoma
— Polar spongioblastoma
— Medulloblastoma
5. Peripheral and cranial nerves :
— Neurinoma, neurolemmoma, schwannoma
— Neurofibroma
— Malignant neurinoma, malignant neurolemmoma,
malignant schwannoma
6. Meningens :
— Meningioma
Epitheloid meningioma,
ngioma, endotheliomatous meningioma Fibroblastic
meningioma, fibromatous meningioma— Psammomatous
7. Vascular structure of central nervous system :
— Hemangioma of cerebellum
— Von Hippel-Lindau disease
8. Parapanglia :— Noncromaffm paraganglioma included, carotid body
tumor, glomus caroticum tumor
— Chemodectoma
9. Pineal gland :Pinealoma
10. Hypophysis :
— Chromophobe adenoma : Diffuse
chromophobe adenoma Sinusoidal
chromophobe adenoma
Papillary chromophobe adenoma
— Oxyphil adenoma, eosinophil adenoma, papillary
— Basophil adenoma— Craniopharyngioma, adamantinoma of ductus,
craniopharyngeus
— Chromophobe carcinoma.
meningotheliomatousmeni-
Di atas adalah kutipan kaasifikasi tumor otak berdasarkan "
Unio Internarnationalis Contra Cancrum" (UICC).
PROSEDUR DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis tumor otak secara klinis tidaklah be- .
gitu sulit, terutama apabila penderita menunjukkan trias gejala,
berupa nyeri kepala; muntah dan pada pemeriksaan didapatkan
papil edema. Namun sering kali beberapa tumor otak, hanya
menunjukkan gejala gangguan mental sebagai gejala
permulaan. Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, masih diperlukan beberapa pemeriksaan tambahan,dimulai cara nontraumatik sampai yang traumatik.
1. X-foto tengkorak
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan :
a. Kalsifikasi intrakranial :
— pada tumor otak kira-kira 10% mengalami kalsifikasi.
— insidensi kalsifikasi tertinggi terjadi pada Kraniofaringi-
oma dan Oligodendroglioma.
b. Displacement calcified pineal gland :
Glandula pineale sering mengalami kalsifikasi pada orang
dewasa berupa suatu struktur di garis tengah yang tidak akan
berpindah ke lateral lebih dari 3 mm pada gambaran foto
tengkorak AP. Pergeseran lebih dari 3 mm sebagai indikasi
adanya tumor otak.
c. Tanda-tanda tekanan intra kranial yang meningkat :
— Tanda paling dini dari kenaikan tekanan intrakranial
adalah dekalsifikasi prosessus klinoideus posterior, di-
lanjutkan dengan perubahan yang serupa di lantai dorsum
sella tursika. Pada jangka waktu yang lama, keadaan ini
dapat mengakibatkan lantai dorsum sella mengembung,
hilang atau rusak. Juga dapat disebabkan karena ekspansi adenoma hipofise atau tumor-tumor disekitar sella tursika.
— Impresio digiti.
— Pelebaran sutura pada anak-anak.
d. Pembentukan tulang baru (Hyperostosis) :
Pada meningioma kira-kira 40% memperlihatkan gambaran
hiperostosis, terutama didaerah pterion, tuberkulum sella,
serebelepontin dan fosa kranii media. Sedangkan tumor jenis
lain sering pada daerah dasar tengkorak.
e. Destruksi tulang :
7/12/2019 11_TumorOtakTinjauanKepustakaan
http://slidepdf.com/reader/full/11tumorotaktinjauankepustakaan 5/5
— Kira-kira 10% meningioma menunjukkan penipisan
tulang. Dapat disebabkan karena infiltrasi tumor pada
tulang atau karena erosi tulang disebabkan tekanan dari
tumor yang tumbuh perlahan-lahan.
— Kista epidermoid kadang-kadang dapat ditunjukkan
dengan adanya area yang mengalami destruksi.
2. X-foto toraks : Banyak tumor metastase otak berhubungan
dengan adanya lesi primer di paru.
3. "Computerized Tomography,Scan" (CT scan) :
Merupakan pemeriksaan yang nontraumatik dan dapat
mendeteksi adanya tumor otak kira-kira 95%.
4. "Electroencephalography" (EEG) :
Tumor pada hemisfer serebri, sering memberi gambaran EEG
abnormal pada 75 - 85% kasus. Sedangkan tumor pada fosa
posterior sering tidak memberikan kelainan EEG.
Tumor otak sendiri tidak memberi aktifitas listrik abnormal.
Hanya neuron-neuron yang membuat ini dan neuron-neuron pada
daerah dekat tumor menjadi abnormal sedemikian rupa sehingga
"hypersynchronisation" dari pelepasanpelepasan listrik dari
beribu-ribu atau berjuta-juta sel saraf membentuk gelombang
lambat atau gelombang runcing (spike) pada EEG. Mungkin
tumor ini memberi kelainan metabolik neuron-neuron
didekatnya, dengan tekanan langsung tumor, edema atau dengan
merusak enervasi darahnya. Edema serebri mungkin adalah
mekanisme yang paling penting.
5. Lumbal pungsi (LP) :
Penggunaan LP untuk metidiagnosis adanya tumor otak,
sudah banyak ditinggalkan. Lagi pula cara ini harus dikerjakan
pada indikasi yang tepat. L.P. masih tetap digunakan pada
dugaan adanya meningeal carcinomatosis, granuloma kronis atau
adanya dugaan proses desak ruang yang dengan pemeriksaan CT
scan negatip.
6. Arteriografi :Dewasa ini pemeriksaan CT scan telah mendesak arteriog-
rafi. Arteriografi dapat memberikan tambahan dimensi tumor
otak dan serial arteriografi dapat membantu menggambarkan
mengenai blood supply dari tumor.
Tumor dari kelompok meningioma biasanya sangat vaskuler
(banyak pembuluh darah) dan sering menimbulkan pembesaran
pada pembuluh darah arteri yang diinervasi. Gambaran yang khas
pada meningioma adalah adanya pembuluh darah yang
menginervasi tumor oleh cabang-cabang dari sistim karotis
eksterna. Arteriografi juga membantu adanya dugaan proses
tumor di fosa posterior, tumor kecil di batang otak atau
neurilemmoma akustikus yang tidak tampak pada CT scan.
7. Pneumoensefalografi dan Ventrikulografi :
Dapat menunjukkan paling jelas tumor intra ventrikuler dan
tumor yang letaknya dalam dekat pada ventrikel, atau
mengadakan invasi pada struktur di garis tengah (invading mid
line structures).
46 Cermin Dania Kedokteran No. 34, 1984
PENGOBATAN
Pengobatan tumor otak pada umumnya membutuhkan
intervensi dari bidang bedah saraf. Makin dini diagnosa dite-
gakkan dan makin mudah dicapai lesinya, makin baik hasilnya.
Pada prinsipnya pengobatan meliputi pengelolaan/penurunan
dari tekanan intrakranial, tindakan operatif, pemberian radiasi
dan obat-obat khemoterapi.
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis ditentukan oleh faktor keganasan
dan lokalisasi dari tumor otak.
Makin ganas jenis tumor seperti glioblastoma atau medulo-
blastoma prognosisnya makin buruk dan tidak tergantung dari
letak tumor. Sebaliknya tumor-tumor yang timbulnya perlahan
seperti meningioma, relatif memberikan prognosis yang lebih
baik. Disamping itu, tumor-tumor yang terletak di bagian yang
sukar dicapai akan memberikan prognosis yang kurang baik.
Demikian juga dengan tumor-tumor metastasis akan
memberikan prognosis yang jelek.
KEPUSTAKAAN
1. Ausman JI. Intracranial neoplasms. In : Baker AB & Bakker LB.
Rived ed. Vol I Chap Clinical neurology. Philadelphia:Harper &
Row Publ. 1981; pp. 6 - 103.
2. Chusid JG. Correlative neuroanatomy and functional neurology 17 thed
Mauzen Asia (ptc) Ltd, 1979.
3. De Jong RN. The Neurologic Examination 4thed. Hagertown, Ma-
ryland, New York, London : Harper Row Publ. 1979.
4. Gilroy J & Meyer IS. Tumor of the central nervous system. In: Me-
dical Neurology 2nded., Mac Milian Pub Co, 1975; pp. 591 - 645.
5. Merrit HH. Tumors in a Textbook of Neurology. 5thEd. Tokyo:
Igaku Shoin Ltd 1973; pp. 377 - 388.