1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarana transportasi laut seperti halnya kapal barang adalah
merupakan alat transportasi yang sampai saat ini masih memegang
peranan yang sangat penting dan sangat dominan, karena sangat
efisien dalam mengangkut muatan dengan jumlah yang banyak.
Seiring dengan tuntutan pasar maka setiap perusahaan pelayaran
saling berkompetisi dan berlomba untuk memperebutkan pasar, yaitu
dalam usaha untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin
dengan pengeluaran biaya operasional seminimal mungkin. Upaya
tersebut memerlukan peningkatan penerimaan dan pengurangan
pembiayaan yang pada akhirnya dapat berakibat rawan terhadap
keamanan dan keselamatan kapal
ABK sebagai sumber daya manusia haruslah memiliki
keterampilan dan kemampuan yang baik untuk mendukung
kelancaran dalam operasional kapal. Dengan kondisi kapal yang
desainnya semakin maju maka hanya memerlukan crew kapal yang
jumlahnya sedikit tetapi mampu untuk mengoperasikan kapal dengan
baik dan aman. Sumber Daya Manusia yang juga siap bekerja diatas
kapal tersebut, dalam hal ini ABK perlu didukung dengan ketersediaan
peralatan kapal yang memadai baik dalam hal pengoperasian kapal
tersebut ataupun dalam hal keselamatan selama bekerja diatas kapal.
Selain menguasai pengetahuan mengenai ilmu perkapalan dan
tekhnologi lainnya, keterampilan dari ABK untuk mengoperasikan alat-
alat diatas kapal termasuk alat-alat keselamatan kerja sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya resiko kecelakaan kerja diatas
kapal.
2
Selama penulis bekerja di MV. ILLANUR terjadi beberapa
masalah yang dapat menghambat pengoperasian kapal dan
menimbulkan kecelakaan kerja. Permasalahan yang terjadi
diantaranya kurang disiplinnya ABK dalam menjalankan peraturan di
atas kapal yang disebabkan karena rendahnya kesadaran ABK dalam
mengimplementasikan (menerapkan) peraturan dan ABK tidak siap
pada saat kapal akan beroperasi. Hal tersebut mengakibatkan
terhambatnya pengoperasian kapal dan ABK banyak sekali melalaikan
peraturan sehingga mengakibatkan kecelakaan kerja. Selain itu
minimnya pemahaman mengenai alat-alat keselamatan kerja yang
disebabkan ABK lalai dalam penggunaan alat-alat keselamatan kerja
dikarenakan minimnya pengetahuan tentang pentingnya keselamatan
kerja diatas kapal sehingga resiko kecelakaan kerja semakin
meningkat.
Berdasarkan fakta dan pengamatan di atas kapal maka dalam
penulisan makalah ini penulis tertarik memilih judul : Upaya Meningkatkan Kedisiplinan ABK dalam Menggunakan Alat-Alat Keselamatan Kerja di MV. ILLANNUR
B. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan
kedisiplinan ABK dalam menggunakan alat-alat keselamatan
kerja di atas kapal MV. ILLANNUR.
b. Untuk menganalisa masalah-masalah yang ada kaitannya
dengan kedisiplinan ABK diatas kapal.
c. Untuk mencari penyebab permasalahan kurang disiplinnya
ABK dalam menggunakan alat-alat keselamatan kerja diatas
kapal.
3
d. Untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada yang
berkaitan dengan kedisiplinan ABK dalam penggunaan alat-
alat keselamatan kerja diatas kapal.
2. Manfaat Penulisan
a. Manfaat Bagi Dunia Akademis
1) Diharapkan dapat menambah wawasan bagi rekan-rekan
pasis diklat BP3IP mengenai cara mengatasi kendala-
kendala yang menghambat pengoperasian bongkar muat
muatan dikapal sejenis. 2) Diharapkan dapat digunakan oleh institusi Balai Besar
Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran,
makalah dapat menambah perbendaharaan buku di
perpustakaan BP3IP.
b. Manfaat Bagi Dunia Praktisi 1) Diharapkan dapat digunakan untuk menambah
pengalaman bagi kawan-kawan seprofesi mengenai
pengoperasian bongkar muat di kapal barang, terutama
untuk yang belum pernah bekerja di kapal sejenis.
2) Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak
Perusahaan dalam merekrut ABK sehingga mendapatkan
calon ABK yang memiliki keterampilan dan
berpengalaman serta memiliki kompetensi yang memadai.
C. Ruang Lingkup
Mengingat banyaknya permasalahan yang terjadi di MV.
ILLANNUR maka dalam penulisan makalah ini penulis membatasi
4
pembahasan hanya pada permasalahan kurang disiplinnya ABK
dalam menerapkan peraturan yang berlaku di atas kapal dan
Minimnya pemahaman ABK mengenai penggunaan alat-alat
keselamatan kerja di atas kapal.
D. Metode Penulisan
1. Metode Pengumpulan Data a. Studi Lapangan
Berdasarkan pengalaman penulis sebagai Nakhoda
sejak bulan Maret 2014 sampai bulan Agustus 2014 di MV.
ILLANNUR milik PT. Anugerah Samudra Indomakmur. Selain
itu penulis juga berdiskusi dengan rekan-rekan seprofesi dan
pasis-pasis Nautika Diklat Pelaut I BP3IP
b. Studi Kepustakaan
Penulis mengumpulkan buku-buku yang berkaitan
dengan keselamatan kerja di kapal barang, bahan ajar selama
mengikuti Diklat Pelaut Nautika Periode III 2014 dan buku
yang berhubungan dengan materi di dalam makalah ini yang
ada di perpustakaan BP3IP.
2. Metode Analisis Data
Dalam pengoperasian kapal barang, maka diperlukan
ketelitian penulis untuk menuangkan pembahasan tersebut ke
dalam makalah ini dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif yaitu dengan cara membandingkan antara fakta dan
landasan teori. Analisis mengenai bagaimana cara meningkatkan
5
disiplin ABK dalam menerapkan peraturan yang berlaku di atas
kapal dan cara meningkatkan pemahaman mengenai alat-alat
keselamatan kerja di MV. ILLANNUR.
6
BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN
A. Fakta 1. Data Kapal
MV. ILLANNUR merupakan salah satu kapal barang berbendera Indonesia milik Perusahaan Pelayaran PT. Anugerah
Samudra Indomakmur (A.S.I). Kapal ini dibangun di Komarno
Slovakia pada bulan April tahun 1998 dengan bobot mati/DWT
sebesar 3.526 mt. Adapun untuk mesin penggerak utamanya
adalah type MAN 7L28/32 A dengan kekuatan 1.715 Kw di 745
rpm. PT. A.S.I sudah memiliki kontrak jangka panjang dengan
salah satu perusahaan di Bontang yaitu PT. Kaltim Nitrate
Indonesia (KNI). Kapal ini beroperasi didaerah pelayaran Near
Coastal Voyage (NCV) dengan melayani beberapa pelabuhan.
Jenis muatan yang diangkut dari Pelabuhan Bontang adalah
Amonium Nitrate dalam jumbo bags, dan untuk Pelabuhan
bongkar diantaranya adalah Pelabuhan Tg.Bara, Pelabuhan
Samarinda, Pelabuhan Surabaya serta Pelabuhan Benete. Jumlah
seluruh awak kapal termasuk nakhoda yaitu 13 orang.
2. Fakta Kondisi
Beberapa kejadian yang terjadi di MV. ILLANNUR
diantaranya yaitu :
7
a. Kurangnya Disiplin ABK Dalam Menggunakan Alat-Alat Keselamatan Kerja Dengan rutinitas kerja yang sama dan jalur pelayaran yang tetap dan bahkan kadang jaraknya terlalu dekat
menyebabkan ABK terkadang kurang disiplin dalam hal
menggunakan alat-alat keselamatan kerja pada saat mereka
melakukan akitifitas perawatan kapal maupun proses bongkar
muat di suatu pelabuhan. Ada salah satu kejadian dimana
saat kapal sudah selesai kegiatan bongkar dan akan kembali
ke pelabuhan muat (Bontang) sehingga semua palka harus
segera ditutup, ada salah satu ABK karena terburu-buru tidak
memakai sarung tangan sehingga saat akan membuka
lashingan hatch cover salah satu ujung jarinya ada yg terjepit,
beruntung lukanya tidak terlalu parah dan segera dilakukan
pengobatan pertama dan selanjutnya di bawa ke Rumah Sakit
terdekat untuk pengobatan lebih lanjut.
b. Minimnya Kesadaran ABK Dalam Menjalankan Prosedur
Terdapat pula Anak Buah Kapal yang tidak bersungguh-
sungguh melaksanakan pekerjaan dengan berbagai alasan
mulai dari sifat malas, bosan dengan rutinitas pertemuan
sehingga Manajemen dilaksanakannya secara formalitas. Bila
terjadi audit biasanya akan bermasalah karena tidak
melaksanakan dan bila ada petugas dari perusahaan maupun
pencharter biasanya dengan berat hati melakukannya dengan
bersungguh-sungguh.
Bagi yang bersungguh-sungguh melaksanakannya
sudah tentu melaksanakannya dari mulai program kerja,
kemudian kepala kerja meminta ijin kerja kepada Safety
8
Officer atau Perwira Jaga di anjungan, yang selanjutnya
Safety Officer mengadakan minute meeting untuk semua
anggota team kerja yang akan bekerja. Prosedur-prosedur
kerja dan keselamatan kerja sudah berjalan sebagaimana
mestinya, namun namanya sifat manusia ada yang mau
melaksanakan dengan bersungguh-sunguh dan ada pula
hanya sebatas formalitas.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan fakta di atas, maka dalam meningkatkan
kelancaran pengoperasian kapal MV. ILLANNUR penulis
mengidentifikasi masalahnya yaitu :
a. Kurang Disiplinnya ABK Dalam Menjalankan Peraturan
Yang Berlaku Di Atas Kapal
Kurangnya pengetahuan ABK tentang tugas dan tanggung
jawabnya di kapal MV. ILLANNUR sesuai dengan Peraturan
dan Petunjuk Pelaksanaan Kerja yang dibuat Nakhoda dan
Perwira kapal mengakibatkan rendahnya tingkat disiplin kerja
ABK. kurangnya Pengetahuan dapat ditingkatkan apabila
Anak Buah Kapal mau menjalankan Peraturan dan Petunjuk
Kerja tersebut. Kedisiplinan lebih dapat diartikan sebagai
suatu sikap atau perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan baik secara tertulis
maupun tidak tertulis. Dapat juga diartikan sebagai suatu
kekuatan yang selalu berkembang di tubuh para pekerja yang
membuat mereka dapat mematuhi keputusan dan peraturan-
9
peraturan yang telah ditetapkan. Di MV. ILLANNUR
permasalahan yang dapat menghambat operasional kapal
diantara yaitu kurang disiplinnya ABK dalam menjalankan
peraturan yang berlaku di atas kapal. Hal tersebut salah
satunya disebabkan karena rendahnya kesadaran ABK dalam
mematuhi peraturan. Pada saat akan beroperasi, ABK tidak
dalam keadaan siap sehingga memakan waktu yang cukup
lama untuk menunggu ABK mempersiapkan diri. Apabila ini
tidak segera ditanggulangi maka akan menimbulkan komplain
dari pihak pencharter(PT. KNI) karena berhubungan dengan
waktu yang telah ditargetkan untuk menyelesaikan pekerjaan
b. Kurangnya Koordinasi Dalam Melaksanakan Tugas Dan Tanggung Jawab
Sebelum melakukan pekerjaan perwira tidak
mengadakan koordinasi terlebih dahulu berupa briefing, safety
meeting atau minute meeting. Penjelasan atau briefing
mengenai fungsi dan cara kerja semua alat keselamatan di
atas kapal tidak diadakan secara rutin sebelum melakukann
pekerjaan sehingga pengetahuan ABK menjadi terbatas.
Apabila tidak segera diatasi, maka masalah ini dapat
merugikan pihak perusahaan dan ABK sendiri, terutama
resiko kecelakaan kerja akan semakin meningkat. ABK yang
akan melakukan suatu aktivitas pekerjaan wajib mengikuti safety
meeting. Di dalam pertemuan tersebut menentukan jenis suatu
pekerjaan, lokasi pekerjaan, alat yang akan dipergunakan
termasuk alat-alat keselamatan kerja dan mengatur penempatan
personilnya. Dengan melaksanakan hal tersebut maka
diharapkan proses pekerjaan dapat diselesaikan dengan hasil
yang optimal dan efisien. Hasil yang optimal yaitu sesuai dengan
10
rencana pengenalan akan kegunaan dari masing-masing alat-alat
keselamatan kerja yang telah dibuat atau telah disusun. Dan
setelah akhir bulan diadakan pertemuan bulanan untuk
mengulas balik hasil dari proses penerapan rencana kerja,
pelaksanaan kerja, hasil kerja dan kekurangan dalam kurun
waktu 1 bulan. Safety comitte meeting ini yang bertujuan
untuk mengevaluasi kemampuan dan kedisiplinan ABK dalam
menggunakan alat-alat keselamatan kerja.
c. Kurang Maksimalnya Perawatan Alat-Alat Keselamatan Kerja Diatas Kapal Sehingga Peralatan Yang Digunakan Mengalami Kerusakan
Peralatan yang ada di atas kapal merupakan penunjang
pekerjaan. Tanpa di dukung dengan alat-alat yang layak dan
dalam kondisi baik maka pekerjaan akan terhambat. Namun,
terkadang dalam penggunaannya ABK mengabaikan
perawatan alat alat tersebut sehingga peralatan kerja dalam
kondisi rusak atau tidak layak saat akan dipergunakan.
Seringkali peralatan tersebut hilang karena setelah digunakan
alat-alat tersebut tidak diletakkan di tempatnya semula oleh
ABK
d. Terbatasnya Waktu Untuk Melakukan Familiarisasi Bagi
ABK Yang Akan Bekerja Di Atas Kapal
ABK belum mengerti dan memahami alat-alat
keselamatan kerja dikarenakan kurangnya pengenalan pada
saat akan bekerja di atas kapal. ABK baru tidak mendapatkan
informasi dan tugas - tugas pekerjaan ABK yang lama.
11
Sedangkan pekerjaan yang akan dilakukan diatas kapal
memiliki resiko kecelakaan yang sangat tinggi.
Menurut SMS Manual yang ditetapkan oleh perusahaan
pengenalan harus dilakukan selama dua hari sebelum serah
terima jabatan antara ABK lama dan baru. Namun yang sering
terjadi, familiarisasi dilakukan tidak sampai 1 hari dikarenakan
mobilitas yang tinggi atau jadwal pelayaran yang sangat
padat. Hal ini membuat ABK baru tersebut tidak memiliki
cukup waktu untuk melakukan pengenalan mengenai semua
sistim dan prosedur yang ada. Prosedur tersebut mengenai
keselamatan kerja, tugas-tugas serta tanggung jawab ABK
selama bekerja di atas kapal dan peraturan-peraturan sesuai
dengan kebijakan perusahaan. Dampak dari kurangnya
pengenalan prosedur kerja dan alat-alat keselamatan kerja
membuat ABK tersebut tidak mengetahui fungsi dari
penggunaan alat-alat keselamatan kerja tersebut sehingga
menyebabkan minimnya kesadaran ABK terhadap
keselamatan kerja di atas kapal.
e. Minimnya Pemahaman ABK Mengenai Alat-Alat Keselamatan Kerja
Nakhoda dan Perwira telah berusaha memberikan
arahan-arahan agar ABK mengetahui tugas dan tanggung
jawabnya, tetapi sebagian besar ABK kurang peduli sehingga
kurang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya. Beberapa
dari ABK ada yang baru pertama kali bekerja di atas kapal
khususnya kapal Barang. ABK tersebut masih membutuhkan
pengarahan dan pengawasan saat bekerja. Selain itu
pemahaman tentang pentingnya keselamatan kerja pada saat
bekerja masih sangat minim. Beberapa dari mereka ada yang
12
terburu-buru ingin menyelesaikan pekerjaan tanpa memikirkan
dampak keselamatan kerja bagi diri mereka. Hal tersebut
dikarenakan minimnya pemahaman mengenai penggunaan
alat-alat keselamatan kerja sebagai sarana pelindung ABK
saat melaksanakan pekerjaan.
f. Semangat Kerja Sebagian ABK Rendah
ABK seharusnya memiliki motivasi kerja yang baik dalam
mempertahankan atau meningkatkan produktivitas kerja.
Namun sebagian ABK di MV. ILLANNUR kurang memiliki
motivasi kerja yang baik, mereka tidak peduli dengan aturan
dan petunjuk dari Perwira Kapal dan Nakhoda, sehingga
kondisi kapal kurang terawat dengan baik. Seharusnya pada
saat kapal berlabuh jangkar untuk menunggu order, ABK
dapat melakukan pemeliharaan rutin misalnya pembersihan
karat pada deck utama dan bagian deck lainnya.
2. Masalah Utama
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka
penulis menemukan masalah utamanya yaitu :
a. Kurang Disiplinnya ABK Dalam Menjalankan Peraturan Yang Berlaku Di Atas Kapal
b. Minimnya Pemahaman ABK Mengenai Alat-Alat Keselamatan Kerja
13
BAB III PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Dalam penulisan makalah ini penulis membahas tentang kurang
disiplinnya ABK dalam menjalankan peraturan dan minimnya
pemahaman ABK tentang penggunaan alat-alat keselamatan kerja,
maka penulis mencari beberapa teori yang berkaitan dengan masalah
tersebut diantaranya yaitu :
1. Kedisiplinan
Kedisiplinan ABK (Anak buah kapal) di dalam menjalankan
tugas-tugasnya di atas kapal merupakan syarat mutlak demi
terciptanya kelancaran pengoperasian kapal secara menyeluruh.
Banyak sekali manfaat yang dapat dipetik dari ABK yang disiplin di
dalam bekerja, seperti pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan
efektif dan efisien. Selain itu, kedisiplinan ABK juga
menghindarkan dari sejumlah kecelakaan terkait dengan
pekerjaan di atas kapal.
Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana para pengikut
tunduk dengan senang hati pada ajaran pemimpinnya. Disiplin
pada dasarnya merupakan tindakan manajemen untuk mendorong
agar para anggota organisasi dapat memenuhi berbagai
ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.
Disiplin meliputi ketaatan dan hormat perjanjian yang dibuat
antara perusahaan dan karyawan. Disiplin juga berkaitan erat
dengan sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang
melanggar. secara umum disiplin adalah taat kepada hukum dan
peraturan yang berlaku. Kedisiplinan merupakan fungsi yang
14
terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin
yang baik, maka sulit terwujud tujuan yang maksimal. Kedisiplinan
adalah keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan-
peraturan Perusahaan dan norma-norma sosial. (Malayu SP
Hasibuan, 2006 : 23)
Adapun tiga faktor pendukung kedisiplinan menurut emile
durkheim diantaranya yaitu :
a. Tanggung jawab (responsibility). Orang yang memiliki rasa
tanggungjawab yang besar atas terselesaikannya suatu tugas
(pekerjaan), maka orang tersebut akan terdorong dan
berusaha mengatur dirinya dan orang lain agar
bertanggungjawab untuk dapat menyelesaikan pekerjaan
tersebut dengan baik. Tanggungjawab akan menyebabkan
orang taat dan patuh terhadap peraturan-peraturan yang ada
secara sadar dan ikhlas serta bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan tugas. Berperilaku disiplin bagi orang yang
memiliki rasa tangungjawab akan kepentingan diri dan
kepentingan orang lain merupakan suatu kebahagiaan dan
meruapakan moralitas yang sehat.
b. Harapan diri (self gain). Seseorang terdorong untuk disiplin karena adanya harapan dan keinginan untuk memperoleh
atau menghindari sesuatu, harapan diri ini berkaitan erat
dengan kepentingan dan tujuan yang ingin dicapai. Sulit bagi
seseorang untuk melakukan tinakan-tindakan disiplin bila
orang tersebut tidak memiliki kepentingan dan harapan
dengan sesuatu yang dikerjakan. Harapan-harapan tersebut
bisa berkaitan dengan kepentingan pribadi, orang lain maupun
hal-hal tertentu.
15
c. Harapan orang lain. Harapan yang berasal dari orang lain akan mendorong seseorang melakukan perilaku taat (disiplin).
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai disiplin
dalam kehidupan sehari-hari dapat ditunjukkan dengan
perilaku-perilaku: kepatuhan dan ketaatan secara sadar
terhadap nilai-nilai, norma atau kaidah peraturan yang berlaku
baik peraturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Hal
tersebut dapat tercapai melalui kesadaran diri terhadap
perilaku jujur, amanah, bertangungjawab, menjunjung tinggi
nilai kebenaran, tepat waktu, patuh serta taat pada peraturan
atau norma yang berlaku.
2. Keselamatan kerja
Keselamatan kerja merupakan prioritas utama bagi seorang
pelaut profesional saat bekerja di atas Kapal. Semua perusahaan
pelayaran memastikan bahwa awak kapal mengikuti prosedur
keselamatan dan aturan untuk semua operasi yang dibawa di atas
Kapal. Untuk mencapai keamanan maksimal di kapal, langkah
dasar adalah memastikan bahwa semua crew Kapal memakai
peralatan pelindung pribadi mereka dibuat untuk berbagai jenis
pekerjaan yang dilakukan pada kapal.
Menurut Sumamur ,keselamatan kerja adalah suatu usaha
untuk dapat melaksanakan pekerjaan atau tugas tanpa
kecelakaan, sehingga dapat dicapai hasil yang menguntungkan
dan bebas dari segala bahaya. Kecelakaan adalah suatu yang
tidak direncanakan atau tidak diduga semula, kecelakaan dapat
terjadi sewaktu-waktu dan mempunyai sifat merugikan baik
terhadap manusia maupun terhadap alat-alat/material.
Jadi dapat disimpulkan, keselamatan kerja adalah suatu
kegiatan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman
16
dan cara peningkatan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja baik jasmani, rohani dan sosial. Keselamatan kerja secara khusus
bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan
dan akibatnya, dan untuk mengamankan kapal, peralatan kerja.
Secara umum harus diketahui sebab-sebab dan pencegahan
terhadap kecelakaan, peralatan, serta prosedur kerjanya di atas kapal. Secara khusus prosedur dan disiplin keselamatan kerja perlu dipahami dan dipatuhi dengan benar oleh seluruh awak
kapal didalam menjalankan tugasnya. ABK yang menjalankan tugas diatas kapal harus terampil
dalam menggunakan alat keselamatan untuk dirinya maupun
dalam menjalankan tugas yang harus dilaksanakan. Dengan
memiliki ABK yang terampil ini, maka perusahaan akan dapat
berjalan dengan lancar tanpa terganggu dengan munculnya
sejumlah kecelakaan kerja. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa
kecelakaan kerja yang terjadi di atas kapal akan merugikan
banyak pihak, bukan hanya pihak pemilik kapal tapi pihak pihak
lain yang bersangkutan.
Oleh karena itu, keterampilan ABK di dalam penggunaan
alat-alat keselamatan kerja merupakan keharusan yang dapat
menghindarkan kecelakaan kerja pada dirinya. Kehidupan yang
terpencil, berpisah dengan keluarga, jumlah teman yang sedikit,
serta menghadapi laut dengan cuaca dan alam yang sering tidak
bersahabat maka disiplin di kapal merupakan hal yang mutlak.
Maka disiplin kerja dan disiplin terhadap faktor keselamatan kerja
merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan saat bekerja
di atas kapal untuk target yang ditentukan. Manajemen
Perusahaan Pelayaran
17
B. Analisis Penyebab Masalah 1. Kurang Disiplinnya ABK Dalam Menjalankan Peraturan Yang
Berlaku Di Atas Kapal Penyebabnya adalah :
a. Rendahnya Kesadaran ABK Dalam Mematuhi Peraturan
Kesadaran sama artinya dengan mawas diri
(awareness). Kesadaran juga bisa diartikan sebagai kondisi
dimana seorang individu memiliki kendali penuh terhadap
stimulus(dorongan/rangsangan) internal maupun stimulus
eksternal. Namun, kesadaran juga mencakup dalam persepsi
dan pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh
individu sehingga akhirnya perhatiannya terpusat. Awareness
adalah kesadaran, keadaan, kesiagaan, kesediaan, atau
mengetahui sesuatu kedalam pengenalan atau pemahaman
peristiwa-peristiwa lingkungan atau kejadian-kejadian internal.
Secara istilah kesadaran mencakup pengertian persepsi,
pemikiran atau perasaan, dan ingatan seseorang yang aktif
pada saat tertentu. Dalam pengertian ini awareness
(kesadaran) sama artinya dengan mawas diri. Namun seperti
apa yang kita lihat, kesadaran juga mencakup persepsi dan
pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh individu
hingga akhirnya perhatian terpusat. Oleh sebab itu, ada
tingkatan mawas diri (Awareness) dalam kesadaran.
Dalam hal ini yang menyebabkan ABK tidak disiplin
terhadap peraturan yang berlaku di atas kapal salah satunya
karena rendahnya kesadaran ABK untuk bertindak disiplin.
Hal inilah yang membuat ABK melakukan pelanggaran
18
pelanggaran atau kesalahan yang sama. Pada dasarnya
mereka mengetahui prosedur maupun peraturan yang
berlaku, namun karena rendahnya kesadaran ABK yang
membuat ABK mengabaikan peraturan tersebut.
b. ABK Dalam Keadaan Tidak Siap Pada Saat Kapal Akan Beroperasi
Kelancaran operasional pelabuhan sangat bergantung
dengan kinerja daripada kapal barang yang menunjang proses
penyandaran kapal. Ketepatan waktu merupakan satu hal
yang diharapkan oleh pencharter. Memberikan kinerja yang
baik merupakan salah satu wujud kualitas kerja daripada
kapal beserta awaknya dalam memenuhi permintaan
pencharter. Namun, seringkali ABK dalam keadaan tidak siap
pada saat kapal akan beroperasi. Hal ini kembali berhubungan
dengan sikap disiplin ABK yang kurang. Kapal baru mulai
beroperasi setelah ABK dalam keadaan siap. ABK seharusnya
sudah mengetahui waktu-waktu kapal untuk beroperasi,
namun ada beberapa ABK yang tidak tahu sehingga mereka
tidak mempersiapkan diri pada saat waktu kapal beroperasi
sudah tiba.
19
2. Minimnya Pemahaman ABK Mengenai Alat-Alat Keselamatan Kerja Penyebabnya adalah :
a. ABK Mengabaikan Penggunaan Alat-Alat Keselamatan
Kerja
Alat alat keselamatan kerja merupakan hal yang paling
penting dalam melaksanakan pekerjaan di atas kapal.
Bertujuan untuk melindungi keselamatan diri dari resiko atau
kecelakaan kerja yang dapat menimpa diri ABK kapan saja.
Selain harus waspada, ABK juga harus memakai alat
pelindung atau yang lebih di kenal dengan alat-alat
keselamatan kerja sebagai salah satu cara atau tindakan
untuk mengantisipasi kecelakaan kerja tersebut. Namun, hal
ini sering dilalaikan oleh ABK karena rendahnya kesadaran
ABK mengenai keselamatan kerja di atas kapal. Dampaknya
pada saat melaksanakan pekerjaan mereka sering
menganggap remeh penggunaan alat-alat keselamatan kerja
tersebut. Mereka beranggapan pekerjaan tersebut adalah
pekerjaan yang sudah sering mereka lakukan, pada akhirnya
mereka mengabaikan prosedur keselamatan yang ada.
b. Minimnya Pengetahuan Tentang Pentingnya Keselamatan Kerja Di Atas Kapal
Di saat ada perintah untuk melaksanakan pekerjaan,
ABK langsung bersiap-siap memenuhi panggilan dan perintah
kerja tersebut. Namun, ABK tersebut lupa memakai alat-alat
kelengkapan kerja terutama alat-alat yang berhubungan
20
dengan keselamatan kerja karena terburu-buru untuk
menjalankan tugas. Hal ini dapat menimbulkan dampak yang
mengancam keselamatan diri ABK tersebut. Walaupun
kelihatannya sangat sepele akan tetapi perlindungan jiwa bagi
ABK sangat penting terutama saat mereka menjalankan
kewajiban serta tugas dan tanggung jawabnya di atas kapal.
Kadang yang menjadi prioritas mereka hanya pekerjaannya
ingin cepat-cepat selesai tanpa memikirkan keamanan dan
keselamatan diri mereka. Apabila tidak diambil tindakan
khusus mengenai hal ini maka ABK akan tetap mengulangi
kesalahan yang sama yaitu mereka tidak melengkapi diri
mereka dengan alat-alat keselamatan kerja sebelum mereka
menjalankan pekerjaan.
C. Analisis Pemecahan Masalah
1. Kurang Disiplinnya ABK Dalam Menjalankan Peraturan Yang
Berlaku Di Atas Kapal Pemecahannya adalah : a. Memberikan Sanksi Kepada ABK Yang Melanggar
Peraturan Di Atas Kapal
Sanksi adalah perlakuan tertentu yang sifatnya tidak
mengenakkan atau menimbulkan penderitaan, yang diberikan
kepada pihak pelaku perilaku menyimpang atau melanggar
peraturan. Hukuman semestinya diberikan sebanding dengan
kualitas penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan.
Pemberian hukuman tidak bisa dilakukan oleh sembarang
21
orang. Biasanya pemberian hukuman dilakukan oleh pihak-
pihak yang berwenang.
Pemberian sanksi bagi awak kapal yang melakukan
pelanggaran atau kelalaian yang berakibat pada kesalahan
dalam melakukan pekerjaan di atas kapal merupakan tindakan
yang efektif untuk mengurangi kendala yang menghambat
pekerjaan. Kendala yang terjadi di atas kapal sebagian besar
karena kesalahan manusia atau kelalaian dari awak kapal itu
sendiri. Kelalaian ini timbul karena beberapa faktor misalnya
awak kapal tidak termotivasi sehingga menurunkan
kinerjanya, awak kapal yang tidak sungguh-sungguh dalam
bekerja, tidak disiplinnya awak kapal terhadap prosedur kerja
di atas kapal. Dari semua itu menimbulkan hambatan yang
menjadi kendala besar dalam suatu pekerjaaan. Maka dengan
diberlakukannya sanksi atau hukuman bagi awak kapal yang
lalai, tidak disiplin atau tidak serius dalam menyelesaikan
pekerjaan merupakan suatu tindakan yang tegas agar tidak
terjadi kesalahan yang sama lagi di waktu yang akan datang.
b. Menegakkan Kedisiplinan Kepada ABK Untuk Mempersiapkan Diri Sebelum Kapal Beroperasi
Untuk menghindari komplain dari pihak pencharter
dikarenakan keterlambatan yang sering kali terjadi akibat dari
ketidaksiapan ABK saat kapal akan beroperasi, maka
Nakhoda dan Perwira hendaknya menerapkan 30 minute
Notice kepada ABK yang bertugas agar dalam keadaan siap
sebelum kapal beroperasi. 30 menit sebelum kapal
beroperasi, ABK sudah harus dalam keadaan siap. Siap
dalam arti disini yaitu sudah dalam keadaan berpakaian
lengkap dengan alat-alat keselamatan kerja dan perlengkapan
22
pendukung pekerjaan lainnya termasuk alat-alat kerja yang
akan digunakan.
Selain itu Nakhoda dan Perwira juga memberitahu
waktu-waktu operasional kapal kepada seluruh ABK sehingga
tidak ada alasan lagi bagi mereka untuk terlambat atau tidak
siap saat kapal akan beroperasi. Menegakkan kedisiplinan
ABK hendaknya dimulai dari hal-hal yangs sederhana, seperti
persiapan mulai dari hal terkecil sebelum kapal beroperasi,
istirahat diwaktu yang telah ditetapkan dan dengan durasi
yang telah ditentukan serta mengikuti instruksi yang diberikan
Perwira maupun Nakhoda.
2. Minimnya Pemahaman ABK Mengenai Alat-Alat Keselamatan
Kerja Pemecahannya adalah : a. Meningkatan Pengawasan Kerja Terhadap ABK
Menegakkan pengawasan kerja terhadap ABK di atas
kapal merupakan salah satu cara dalam mengurangi dan
mengatasi kecelakaan kerja di atas kapal karena kecelakaan
kerja terjadi lebih dominan disebabkan kelalaian dan
kurangnya disiplin ABK saat melaksanakan pekerjaan.
Pengawasan kerja adalah kegiatan pimpinan mengusahakan
agar sesuatu pekerjaan terlaksana sesuai dengan apa yang
diharapkan. Sebab bagaimanapun banyaknya rencana akan
gagal sama sekali bilamana dalam pekerjaan tersebut tidak
diikuti suatu pengawasan.
Disiplin adalah salah satu faktor yang sangat penting
dalam melaksanakan suatu pekerjaan, juga sangat diperlukan
23
untuk menjamin suatu tugas yang sudah ditetapkan dan
diberikan secara tertib dan teratur. Hendaknya ABK diberikan
pengarahan oleh Safety Officer mengenai pentingnya bahaya
resiko kecelakaan kerja di atas kapal dan pentingnya
penggunaan alat-alat keselamatan kerja di atas kapal.
Pengarahan ini penting sekali dilakukan agar ABK tidak
mengalami kebingungan di dalam cara-cara penggunaan alat-
alat keselamatan kerja yang ada di atas kapal. Dengan
pengarahan, ABK diharapkan dapat memahami dengan teliti
manfaat masing-masing alat keselamatan tersebut sehingga
kecelakaan kerja dapat dikurangi sekecil mungkin.
Kecelakaan kerja yang terjadi di atas kapal karena
disebabkan oleh beberapa hal. Penyebab kecelakaan kerja
yang terutama adalah adanya tindakan-tindakan tidak aman
(Unsafe Acts) yang dilakukan oleh pekerja, sebagai contoh
(Danuasmoro, 2003 : 23) :
a. Bekerja tanpa wewenang
ABK dalam menjalankan tugasnya diatas kapal harus
sesuai dengan keahlian yang dimiliki agar ketrampilan
pada dirinya dapat disesuaikan dengan pekerjaan yang
dijalankan.
b. Alat pelindung tidak berfungsi
Peralatan perlindungan yang sudah disediakan tidak
digunakan dengan alasan mengganggu atau tidak
nyaman, atau karena alatnya kotor (misalnya kacamata
yang buram karena keringat atau debu).
24
c. Bekerja tanpa alat keselamatan
Biasanya karena dianggap tidak perlu atau karena malas
mengambil alat keselamatan ditempat penyimpanan yang
jauh.
d. Menggunakan alat yang rusak
Biasanya karena terlalu sering dipakai dan segan
mengambil yang baru atau karena alat yang baik tersedia
sehingga terpaksa menggunakan alat yang rusak.
e. Menggunakan alat secara tidak benar
Ini akibat tidak mengetahui cara pemakaian atau karena
merasa tidak nyaman atau terganggu jika memakainya
sehingga dipakai hanya sekedar memenuhi aturan.
f. Melanggar peraturan keselamatan kerja
Ini adalah bentuk pelanggaran yang seharusnya tidak
dilakukan dan perlu memberi peringatan kepada yang
bersangkutan, walaupun mungkin yang melanggar belum
mengetahui peraturan tersebut.
g. Bergurau di tempat kerja
Bentuk lain daripada pelanggaran yang seharusnya tidak
dilakukan karena yang bersangkutan tidak serius dalam
melakukan tugas.
Kecelakaan kerja merupakan hal yang tidak diinginkan
terjadi di atas kapal. Oleh karena itu selain diberikan pemahaman
dan pengarahan, ABK yang bekerja di atas kapal harus diawasi
oleh Nakhoda dan Perwira dalam penggunaan alat-alat
keselamatan kerja saat melaksanakan pekerjaan di atas kapal.
25
b. Memberikan Pengarahan Kepada ABK Sebelum Melakukan Pekerjaan Serta Menyiapkan Form / Cheklist
Untuk mengatasi kelalaian ABK akan pentingnya
keselamatan kerja di atas kapal, dalam hal ini perlu Peran
Nakhoda dan Perwira. Berbicara mengenai keselamatan kerja
akan berpengaruh dengan keselamatan jiwa ABK. Hendaknya
Nakhoda atau perwira menyiapkan form / cheklist yang wajib
diisi oleh seluruh ABK sebelum melaksanakan pekerjaan.
Form atau cheklist tersebut bertujuan untuk memeriksa
kelengkapan ala-alat keselamatan kerja yang di pergunakan
oleh ABK sebelum ABK mengerjakan tugas-tugas di atas
kapal.
Selain itu pengenalan dan penerapan prosedur kerja di
atas kapal sangat diperlukan. Pengenalan dan penerapan
prosedur kerja di sini dalam arti suatu strategi di dalam
pelaksanaan pelatihan yang sistematis, sehingga semua ABK
dapat menggunakan dan terlatih pada semua jenis peralatan
keselamatan kerja sebagai mana mestinya. ABK dituntut untuk
dapat menggunakan peralatan keselamatan kerja dengan baik
pada saat yang tepat. Dengan penerapan prosedur kerja di atas
kapal yang dilakukan secara sistimatis dan terencana, tentunya
diharapkan mendapatkan hasil yang baik yaitu ABK diharapkan
dapat menggunakan peralatan keselamatan kerja dengan
baik.
Seorang Nakhoda dapat memberikan briefing dan
meeting yang benar tentang prosedur keselamatan kerja
terhadap ABK. Tujuan dari briefing dan meeting ini untuk
meningkatkan kesadaran awak kapal untuk tidak
mengabaikan dan menaaati prosedur keselamatan kerja.
Selain itu untuk mengevaluasi setiap hasil kerja dan
26
memberikan masukan-masukan kepada ABK mengenai cara
kerja sesuai dengan prosedur yang telah dibuat perusahaan
agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien.
Prosedur harus tetap dilaksanakan walaupun pekerjaan yang
dilakukan setiap hari dan sudah berulang-ulang dilaksanakan
agar setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan lancar dan
aman serta resiko kecelakaan kerja dapat dihindari.
Selain itu, ABK baru juga mendapat bimbingan dan
pengarahan dari safety officer. Dengan memberikan
bimbingan dan pengenalan awal secara bijaksana terhadap
ABK yang baru naik kapal. Safety Officer akan menjelaskan
prosedur prosedur yang berlaku di atas kapal, tentang
keselamatan kerja dan peraturan -peraturan di kapal sesuai
dengan kebijakan perusahaan, termasuk pelaksanaan
prosedur-prosedur keselamatan kerja.
Safety Officer melaksanakan pengarahan secara rutin
bertujuan agar ABK dapat mengambil pelajaran berharga,
dimana dalam pengarahan tersebut Safety Officer
memberikan program yang berkaitan tentang pentingnya
keselamatan kerja. Program tersebut diantaranya berupa
pengarahan, pelatihan dan penayangan video-video tentang
prosedur keselamatan kerja yang apabila tidak diterapkan
dalam melaksanakan pekerjaan di atas kapal maka akan
menimbulkan bahaya dan resiko kecelakaan kerja.
27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab III, maka penulis mencari
beberapa kesimpulan diantaranya yaitu :
1. Rendahnya kesadaran ABK dalam mematuhi peraturan sehingga
ABK tidak menjalankan prosedur kerja yang ada di atas kapal.
2. Kurang maksimalnya persiapan ABK pada saat kapal barang akan
beroperasi.
3. Kurang maksimalnya kepedulian ABK terhadap pentingnya
penggunaan alat-alat keselamatan kerja di atas kapal.
4. Kurang maksimalnya kedisiplinan ABK dalam menggunakan alat-
alat keselamatan kerja di atas kapal.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka dalam penulis
memberikan saran sebaga pemecahannya :
1. Hendaknya Nakhoda dan Perwira memberikan sanksi kepada
ABK yang melanggar peraturan di atas kapal sehingga ABK
mematuhi prosedur kerja yang berlaku dan tidak mengulangi
kesalahan yang sama lagi di waktu mendatang.
2. Sebaiknya Perwira menegakkan kedisiplinan kepada ABK untuk
mempersiapkan diri sebelum kapal beroperasi agar tidak terjadi
keterlambatan dan pengoperasian kapal berjalan dengan lancar.
3. Nakhoda atau perwira memberikan pengarahan sebelum
melakukan pekerjaan dan menyiapkan form / cheklist untuk ABK
28
sehingga dapat mencegah kelalaian ABK dalam penggunaan alat-
alat keselamatan kerja .
4. Hendaknya Nakhoda dan Perwira meningkatan pengawasan kerja
terhadap ABK sehingga dapat langsung memberikan sanksi atau
teguran kepada ABK yang tidak menggunakan alat-alat
keselamatan kerja pada saat bekerja.
29
DAFTAR PUSTAKA
Danuasmoro,Goenawan, (2003), Kesehatan Keselamatan Kerja, Yayasan Bina Citra Samudera, Jakarta.
Dewi Hanggraeni, DR. SE.,(2012), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Hasibua, Malayu SP, (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksari, Jakarta.
Sumamur, (1981), Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan,
Gunung Agung, Jakarta.
______, (2014), Prosedur Penulisan Makalah, Jakarta, BP3IP