PARTISIPASI KADER LANSIA DALAM MEMBERIKAN
PELAYANAN POS BINAAN TERPADU (POSBINDU) DI
RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA)
ANGGREK BINTARO JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Shifa Mutia
NIM: 11160541000107
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020
i
ii
iv
ABSTRAK
Shifa Mutia, NIM 11160541000107, Partisipasi Kader Lansia
Dalam Memberikan Pelayanan Pos Binaan Terpadu
(Posbindu) di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (Rptra)
Anggrek Bintaro Jakarta Selatan, 2020. Pembahasan di dalam skripsi ini mengenai partisipasi dari kader
Lansia dalam memberikan pelayanan Posbindu di RPTRA
Anggrek Bintaro Jakarta Selatan. Dimana tujuannya sendiri adalah
untuk memberikan gambaran besar partisipasi yang dilakukan oleh
kader Lansia guna untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
keberadaannya di dalam masyarakat.
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, dengan
pendekatan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, penelitian
ini juga menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian ini menggunakan 8 partisipan yang di wawancarai
termasuk, kader Lansia, kader Pra Lansia, anggota Lansia dan
koordinator RPTRA.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan terdapat tiga faktor yang
melatarbelakangi dari partisipasi Lansia itu sendiri, yakni
kemauan, kemampuan dan kesempatan serta terdapat dua bentuk
dari partisipasi kader Lansia di Posbindu yakni partisipasi secara
subyektif dan partisipasi secara obyektif. Partisipasi ini juga
didukung oleh beberapa faktor pendukung yakni lama tinggal,
dukungan masyarakat, dukungan keluarga, jarak tempuh, tingkat
pendidikan, kebermanfaatan program, dan apresiasi. Sedangkan
faktor penghambat dalam partisipasi ini seperti faktor fisik dan
sarana prasarana tempat kegiatan Posbindu yang masih kurang.
Kata kunci: Lansia, Partisipasi, Partisipasi kader Lansia,
Posbindu.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur atas
kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rizki dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi
dengan baik dan lancar di tengah wabah pandemi Corona. Skripsi
yang berjudul “Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan
Pelayanan Pos Binaan Terpadu (Posbindu) Di Ruang Publik
Terpadu Ramah Anak (Rptra) Anggrek Bintaro Jakarta Selatan”
ini dibuat untuk diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana sosial (S.Sos) di Program Studi Kesejahteraan Sosial,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa untuk sampai ke tahap ini terdapat
banyak pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan
pelajaran dan dukungan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada:
1. Bapak Dr. Suparto, S.Ag., M.Ed. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Ibu Dr. Siti Napsiyah, MSW.
selaku Wakil Dekan bidang Akademik, Bapak Dr. Sihabudin
Noor, MA. selaku Wakil Dekan bidang Administrasi Umum,
dan Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA. selaku Wakil Dekan
bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si. selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial dan Ibu Nunung Khoriyah, M.Ag. selaku
sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial, dan seluruh
jajaran dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
vi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan pelajaran berharga sebagai bekal di
masa mendatang dari awal perkuliahan hingga selesainya
penulisan skripsi ini. Serta seluruh pegawai Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang secara langsung dan tidak
langsung telah membantu penulis selama perkuliahan.
3. Bapak Dr. Arief Subhan, M.Ag, sebagai dosen pembimbing
skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan memberikan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
4. Ibu Saidah Farida selaku Koordinator RPTRA Anggrek
Bintaro dan Ibu Sri Astuti selaku Ketua Posbindu RW.12
beserta jajarannya yang telah memberikan izin dan membantu
jalannya proses penelitian.
5. Kedua orang tuaku yang tercinta, Bapak Ismail dan Ibu
Ferdiana yang telah membesarkan dan mendidik saya dan
tidak pernah henti memberikan dukungan, kasih sayang dan
cinta yang tak pernah padam. Tidak pernah bosan untuk
memberikan semangat kepada penulis.
6. Adik-adikku yang tercinta, Salsabila Alifia, Salma Nazwa
Camila, dan Sahira Afifah yang telah memberikan dukunga n
dan kasih sayang. Serta keluarga besar saya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
7. M. Rizki Ardiansah yang tercinta, yang selalu memberikan
dukungan dan semangat dalam keadaan apapun dan selalu
mendampingi dalam keadaan apapun terimakasih untuk
dukungan dan kasih sayangnya.
vii
8. Teman-teman SMP yang tercinta, Desna Aryana Pratiwi, Diah
Amalia, Shavira Khalisa, Poppy Rahayu, Rifda Nurjannah,
Susi Nurdina. Vivi Nurjannah, Izzatunnisa, Nabila
Rahmawati, Ainun Lathifah, Riska atas segala kebaikan,
kebersamaan, dan dukungan yang diberikan selama ini hingga
ke depannya kelak.
9. Teman-teman SMA yang tercinta, Shania Fitria Sheraswati,
Siti Rohmatul Hummah, Cindy Oktaviani, Lula Raihan,
Farinsa Az-zahra, Fania Rizki Sulistyo, Novita Sari Dewi,
Olivia Maharani, Utari Tatrayani, Annisa Octaviana Fajrianti,
Alycia Ferryana atas segala kebaikan, kebersamaan, kasih
sayang dan dukungan yang diberikan selama ini hingga ke
depannya kelak.
10. Teman-teman seperjuangan yang tercinta, Tias Dewi Septiani,
Maulida Farhani, Rahmawati, Ghina Nadhifah, Dea Defrilia,
Tari Juniar, Luciana Dewita, Syaiful Bahri, M. Assidiq
Alkhopidh, dan Syahid Habiiburrahman atas segala kebaikan,
kebersamaan, dan dukungan yang diberikan selama
perkuliahan hingga ke depannya kelak.
11. Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2016 atas kerja
sama dan kontribusinya selama perkuliahan.
12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung jalannya
perkuliahan hingga selesainya skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dan keterbatasan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis
meminta maaf dengan segala kerendahan hati dan sangat
viii
menerima kritik serta saran yang bersifat membangun. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti
selanjutnya. Terima kasih.
Jakarta, 18 Juni 2020
Shifa Mutia
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ..................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................... iiii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ iii
ABSTRAK ........................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .............................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ............................................................................. xv
BAB I ..................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1 B. Batasan Masalah ...................................................... 11 C. Rumusan Masalah ................................................... 11 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................... 11
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ...................................... 12 F. Metode Penelitian .................................................... 15 G. Sistematika Penulisan.............................................. 23
BAB II ................................................................................................. 26
KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 26
A. Landasan Teori ........................................................ 26 1. Partisipasi ................................................................. 26
2. Lansia ....................................................................... 34
3. Lansia Aktif (Active Aging) .................................... 41
4. Pos Binaan Terpadu (Posbindu) ............................... 42
B. Kerangka Berpikir ................................................... 51 BAB III ................................................................................................ 54
GAMBARAN UMUM RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH
ANAK (RPTRA) ANGGREK BINTARO JAKARTA SELATAN 54
A. Latar Belakang Lembaga ........................................ 54
B. Sejarah Berdirinya Lembaga ................................... 56 C. Visi dan Misi Lembaga ........................................... 57 D. Tugas, Kedudukan dan Fungsi ................................ 57 E. Gambaran Umum Penduduk ................................... 58
x
F. Bentuk Kegiatan Posbindu....................................... 59 G. Sarana dan Prasarana ............................................... 62 H. Struktur Organisasi.................................................. 64
BAB IV ................................................................................................ 66
ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ........................ 66
A. Identitas Informan ................................................... 66 B. Temuan Lapangan ................................................... 67
1. Keterlibatan Kader Lansia di Posbindu................ 67 a. Kader Lansia yang ditunjuk secara langsung oleh warga
setempat ................................................................... 68
b. Mengisi waktu luang ................................................. 69
c. Waktu yang tepat ...................................................... 69
d. Menyalurkan hobi berorganisasi ............................... 70
e. Keinginan untuk berguna di masa tua dan dapat
membantu orang lain ............................................... 70
f. Aktif dalam berorganisasi .......................................... 71
2. Partisipasi Kader Lansia di Posbindu ....................... 72
a. Memberikan pelayanan terhadap anggota Posbindu
Lansia ................................................................... 72 b. Home visit ................................................................. 74
c. Melaksanakan tugas administrasi Posbindu .............. 75
d. Memberikan motivasi kepada anggota Lansia .......... 77
e. Menyumbangkan pikiran .......................................... 79
f. Memberikan sumbangan tenaga ................................ 80
g. Memberikan sumbangan dana dan peralatan ............ 81
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Patisipasi Kader
Lansia dalam Memberikan Pelayanan di Posbindu . 84
a. Faktor pendukung ..................................................... 84
b. Faktor Penghambat ................................................... 94
BAB V ............................................................................................... 102
PEMBAHASAN ............................................................................... 102
A. Faktor yang Melatarbelakangi Partisipasi Lansia . 103 1. Latar Belakang Partisipasi Lansia ........................... 103
B. Faktor yang Melatarbelakangi Partisipasi Kader
xi
Lansia di Posbindu ............................................... 107 C. Partisipasi Subyektif Kader Lansia ....................... 109 D. Partisipasi Obyektif Kader Lansia ........................ 112 E. Faktor Pendukung Partisipasi Lansia .................... 112 F. Faktor Penghambat Partisipasi Lansia ................... 117
BAB VI .............................................................................................. 119
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... 119
A. Kesimpulan ........................................................... 119 B. Implikasi ................................................................ 121
C. Saran ...................................................................... 122 Daftar Pustaka ................................................................................. 125
LAMPIRAN........................................................................................ 49
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Informan ............................................................ 19 Tabel 2.1 Peran, Kriteria dan Tugas Kader Posbindu ................. 43
Tabel 3.1 Standar Sarana Posbindu PTM ................................... 63
Tabel 4.1 Identitas Informan ....................................................... 63
Tabel 4.2 Hasil Temuan Lapangan ............................................. 93
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tren Jumlah dan Proporsi Penduduk Usia Mencapai
60 Tahun, Indonesia, 2015-2019, dan 2045. ................................. 7 Gambar 2.1 Alur Pelayanan Posbindu ........................................ 49
Gambar 3.1 Data Jumlah Warga Kelurahan Bintaro .................. 55
Gambar 3.2 Proses Kegiatan Posbindu ....................................... 49
Gambar 4.1 Pelayanan Kader di Posbindu .................................. 70 Gambar 4.2 Home Visit .............................................................. 75 Gambar 4.3 Tugas Administrasi Kader Lansia di Posbindu ....... 77 Gambar 4.4 Senam Lansia .......................................................... 78 Gambar 4.5 Peralatan di Posbindu .............................................. 82 Gambar 4.6 Snack untuk Anggota Posbindu .............................. 84 Gambar 4.7 Penyuluhan Kesehatan dari Universitas Yarsi ........ 88 Gambar 4.8 Training pelayanan kesehatan di Puskesmas
Kecamatan ................................................................................... 91
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ...................................................... 53 Bagan 3.1 Struktur Organisasi Pengurus RPTRA Anggrek Bintaro
..................................................................................................... 64 Bagan 3.2 Struktur Organisasi Pengurus Posbindu..................... 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mendengar kata Pos binaan terpadu (Posbindu) mungkin bagi
sebagian orang masih menjadi hal yang awam. Pelayanan
kesehatan yang diberikan melalui Posbindu sama halnya dengan
pelayanan yang diberikan pada Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu). Hanya saja Posyandu diperuntukkan bagi anak balita
untuk melakukan cek kesehatan sedangkan Posbindu sendiri
diperuntukkan bagi Lanjut Usia (Lansia) dalam cek kesehatan
Lansia itu sendiri. Lansia perlu mendapatkan pembinaan agar
menjadi pribadi yang lebih berkualitas dan produktif sehingga
dapat mencapai kesejahteraan di dalam hidupnya.
Meningkatnya angka harapan hidup menandakan bahwa masa
tua penduduk Indonesia semakin panjang. Menurut
Kusumoputro (BPS, 2006, p. 2) menyebutkan bahwa proses
menua adalah proses alami yang disertai adanya penurunan fisik,
psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Artinya, penurunan fisik mempengaruhi psikis maupun sosial,
sementara penurunan psikis mempengaruhi fisik dan sosial serta
sebaliknya. Perubahan struktur umur penduduk ini, berdampak
tidak hanya pada aspek demografisnya saja, tetapi juga terhadap
kehidupan sosial, ekonomi, kesehatan dan psikologi secara
keseluruhan. Penurunan kondisi psikis dan sosial membawanya
pada rasa kurang percaya diri, tidak berguna, kesepian bahkan
depresi (Suardiman, 2011, p. 9).
2
Selain penurunan kondisi fisik, munculah stigma negatif
terhadap Lansia. Stigma tersebut seperti cerita rakyat dan
dongeng yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya, cenderung menggambarkan Lansia sebagai
seseorang yang tidak menyenangkan. Sehingga, stigma yang
muncul bahwa Lansia tidak lagi dapat berperan aktif dan
melakukan produktivitas yang tinggi dalam suatu lembaga
tertentu dikarenakan kemampuan fisik dan mentalnya lemah
dalam mengingat sesuatu (Jahja, 2011, p. 313-314). Steorotip
tentang Lansia sudah meluas, steorotip terhadap Lansia ini
cenderung merugikan para Lansia.
Masa Lansia ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja
dan memasuki masa pensiun dimana sudah bisa lagi memenuhi
kebutuhan sehari-harinya. Idealnya Lansia adalah masa yang
tidak lagi direpotkan oleh urusan mencari uang melainkan hanya
menikmati apa yang sudah dihasilkan selama ini sehingga dapat
hidup tenang, bahagia dan sejahtera. Memasuki masa Lansia,
berkurang juga kontak sosial yang selama ini dilakukan seperti
dengan keluarga, tetangga ataupun kerabat kerja akibat
terputusnya hubungan kerja karena memasuki masa pensiun.
Masa tua juga ditandai dengan penurunan fisik dan rentan
terhadap berbagai penyakit, maka dari itu, Lansia perlu
mendapatkan pelayanan kesehatan. Seperti pada teori yang
dikemukakan oleh Erik Erikson dalam (Erikson, 1989) yang
membahas mengenai Integrity vs despair (integritas vs
keputusasaan) (± 65 ke atas) yang mana teori ini menjelaskan
mengenai pribadi yang sudah memasuki usia lanjut mulai
3
mengalami penurunan fungsi-fungsi kesehatan. Begitu juga
pengalaman masa lalu baik keberhasilan atau kegagalan menjadi
perhatiannya sehingga kebutuhannya adalah untuk dihargai.
Fungsi pengalaman hidup terutama yang bersifat sosial, memberi
makna tentang kehidupan.
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah
meningkatnya angka harapan hidup. Beriringan dengan
peningkatan tersebut, banyak permasalah kesehatan seperti pada
Lansia mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan.
Melihat permasalahan dari Lansia, diperlukan program
pelayanan untuk meningkatkan kesejahteraan Lansia yang
terencana dan untuk menstabilkan fisik para Lansia serta
memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual Lansia.
Secara umum model pelayanan Lansia harus mengikuti beberapa
prinsip yaitu menghindari pemberian stigma pada Lansia sebagai
kelompok yang tidak berguna, juga memberikan pelayanan
sesuai dengan kebutuhan Lansia itu sendiri (Ariefuzzaman,
2013).
Kementrian Kesehatan mencanangkan program Pos Binaan
Terpadu (Posbindu) dimana program ini ditujukan agar Lansia
tetap sehat, mandiri dan berdaya guna tidak menjadi beban bagi
dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat serta dapat
mengembalikan keberfungsian fisik, mental dan sosialnya agar
dapat berdaya. Aspek-aspek yang dapat dikembangkan adalah
upaya pencegahan agar proses menua dapat diperlambat, dan
bagi yang sudah tua perlu direhabilitasi agar tetap mampu dalam
mengerjakan kegiatan sehari-hari secara mandiri (Suardiman,
4
2011, p. 15). Untuk menghadapi kenyataan ini, perlu dibentuk
kelompok-kelompok Lansia yang memiliki kegiatan
mempertemukan para anggotanya agar kontak sosialnya dapat
berlangsung kembali dan Lansia bisa saling belajar kembali dan
bertukar informasi.
Program Posbindu sendiri merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) berdasarkan
inisiatif dan kebutuhan dari masyarakat itu sendiri, khususnya
Lansia. Kehadiran program Posbindu sendiri menjadi salah satu
upaya kesehatan dalam melakukan pencegahan atau deteksi dini
Penyakit Tidak Menular (PTM) terhadap Lansia. Posbindu PTM
merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan
deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM dilaksanakan
secara terpadu, rutin, dan periodik.
Deteksi dini pemantauan faktor resiko PTM dibagi menjadi 2
kelompok Tipe Posbindu PTM, yaitu: Posbindu PTM Dasar
meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko sederhana, yang
dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan
instrumen untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular
dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya seperti
apakah sebelumnya pernah menkonsumsi minuman beralkohol,
merokok, obesitas, dan tingkat stress dari Lansia itu sendiri.
Sedangkan ada juga Posbindu PTM Utama yang meliputi
pelayanan Posbindu PTM Dasar ditambah pemeriksaan gula
darah, kolesterol total dan trigliserida, pemeriksaan klinis
payudara, pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat),
pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin
5
bagi kelompok pengemudi umum.
Pelaksanaan Posbindu ini dibantu oleh pelaksana tenaga
kesehatan terlatih (Dokter, Bidan, perawat kesehatan/tenaga
analis laboratorium) di Kelurahan, kelompok masyarakat,
lembaga/institusi. Pelaksanaan kebijakan program ini dibantu
oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat untuk
memberikan jasa pelayanan cek kesehatan terhadap Lansia
dibantu dengan kader Posbindu yang berperan sebagai
koordinator dan Penanggung Jawab untuk Penggerak, Pemantau,
Konselor/Edukator serta Pencatat selama kegiatan Posbindu
tersebut berlangsung (p2ptm.kemkes.go.id, 2019).
Tujuan pembinaan kesehatan bagi Lansia itu sendiri adalah
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya di dalam
masyarakat. Oleh karena itu, tentunya kemandirian, kegunaan
dan kesejahteraan dapat dijadikan kriteria akan kualitas hidupnya
(Tony, 1995, p. 3). Program Posbindu ini diadakan karena
peningkatan jumlah Lansia di Indonesia setiap tahunnya. Dengan
adanya program ini, menjadi salah satu upaya bagi Pemerintah
untuk lebih memperhatikan perawatan dan kesejahteraan dari
Lansia tersebut.
Pelaksanaan Posbindu disini dilakukan oleh kader kesehatan
dimana kader Posbindu disini adalah kader yang telah ada atau
beberapa orang dari masing-masing kelompok,
organisasi, lembaga, atau tempat kerja yang bersedia
menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara khusus,
6
dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor
risiko PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya.
Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal
SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan
Posbindu PTM. Tujuan dari dilakukannya pelatihan kader
Posbindu untuk memberikan pengetahuan tentang PTM, faktor
risiko, dampak, dan pengendalian PTM, memberikan
pengetahuan tentang Posbindu PTM, memberikan kemampuan
dan ketrampilan dalam memantau faktor risiko PTM dan
memberikan keterampilan dalam melakukan konseling serta
tindak lanjut lainnya.
Selain itu, pelayanan terhadap lansia bukan hanya peran dan
tanggung jawab dari pemerintah saja, melainkan peran dari
keluarga juga sangat penting karena ketika Lansia mendapatkan
pelayanan dari keluarganya sendiri, Lansia akan mendapatkan
sentuhan dan dukungan dari keluarga untuk melanjutkan
hidupnya (Santrock, 2011, p. 223). Posbindu dilaksanakan
terintegrasi dengan UKBM yang sudah ada dengan memadukan
pelaksanaan Posbindu dengan kegiatan yang sudah dilakukan
serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang sudah ada.
Peningkatan jumlah Lansia di Indonesia dibuktikan dengan
hasil Survei Penduduk antar Sensus (Supas) tahun 2015 yang
menjelaskan bahwa pada tahun 2019, jumlah Lansia Indonesia
diproyeksikan akan meningkat menjadi 27,5 juta atau 10,3%, dan
57,0 juta jiwa atau 17,9% pada tahun 2045 (Badan Pusat Statistik,
Bappenas, UNFPA, 2018).
7
Gambar 1.1 Tren Jumlah dan Proporsi Penduduk Usia
Mencapai 60 Tahun, Indonesia, 2015-2019, dan 2045.
Sumber: Diolah dari hasil Supas dan Proyeksi Penduduk Bappenas, UNFPA,
dan BPS (2018).
Berdasarkan data Survey Penduduk antar Sensus (Supas) 2015,
Jumlah lanjut usia Indonesia sebanyak 21,7 juta atau 8,5%. Dari
jumlah tersebut, terdiri dari Lansia perempuan 11,6 juta (52,8%)
dan 10,2 juta (47,2%) lanjut usia laki-laki. Hal ini menunjukkan
bahwa Indonesia termasuk negara yang akan memasuki era
penduduk menua (aging population), karena jumlah penduduk
yang berusia 60 tahun ke atas telah melebihi angka 7,0% (Badan
Pusat Statistik, 2016). Konsep utama dari pelaksanaan program
Posbindu Lansia mengharapkan Lansia yang sehat serta dapat
menjalankan fungsi fisik, mental, dan spiritual secara baik
termasuk dalam pemberdayaan Lansia.
Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan
penduduk akan berpengaruh pada peningkatan UHH di
Indonesia. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa
2011, pada tahun 2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun (dengan
persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini
akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH
8
menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun
2045 adalah 28,68%). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat
Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH
di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia
adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada
tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan
pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase
populasi lansia adalah 7,58%). Meningkatnya populasi lansia ini
membuat pemerintah perlu merumuskan kebijakan dan program
yang ditujukan kepada kelompok penduduk lansia sehingga dapat
berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi
masyarakat (depkes.go.id, 2013).
Sebagaimana yang diatur oleh Undang-undang Nomor 13
Tahun 1998 tentang kesejahteraan Lansia menetapkan, bahwa
batasan umur Lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas.
Berbagai kebijakan dan program yang dijalankan pemerintah di
antaranya tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2004 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut
usia, yang antara lain meliputi: 1) Pelayanan keagamaan dan
mental spiritual seperti pembangunan sarana ibadah dengan
pelayanan aksesibilitas bagi lanjut usia: 2) Pelayanan kesehatan
melalui peningkatan upaya penyembuhan (kuratif), diperluas
pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik: 3) Pelayanan
untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam
melakukan perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga
khusus: 4) Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, seperti
9
pelayanan administrasi pemerintah (Kartu Tanda Penduduk
seumur hidup), pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik
pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian
tiket perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket
rekreasi, penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket
khusus, penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan para
lanjut usia. Dari UU ini mengamanatkan bahwa program atau
kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial Lansia harus
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial Lansia itu
sendiri karena mereka memiliki pengalaman dan keahlian dan
dapat berperan dalam pembangunan.
Di dalam agama islam dijelaskan bahwa siapa yang
dipanjangkan umurnya sampai usia lanjut akan dikembalikan
menjadi lemah seperti keadaan semula. Keadaan itu ditandai
dengan rambut yang mulai memutih, penglihatan mulai kabur,
pendengaran sayu, gigi mulai berguguran, kulit mulai keriput,
dan berjalan pun mulai tertatih (Daradjat, 1982, p. 74). Seperti
firasfi Allah dalam Q.S. Yasin (36) ayat: 68:
سْهُ فِّي الْخَلْقِّ ۖ أفََلََ يعَْقِّلوُن رْهُ ننُكَ ِّ وَمَنْ نعُمَ ِّ
Artinya:
“Dan barang siapa yang kami panjangkan umurnya niscaya
kami kembalikan dia kepada kejadiannya, maka apakah mereka
tidak memikirkannya.”
Pelayanan Posbindu sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat
diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan
dengan memperhatikan fungsi, pengalaman, keahlian dan
10
kearifan serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan
sosial Lansia. Pemberdayaan yang dilakukan dapat berupa
membangun, memotivasi dan mendorong kesadaran dari Lansia
itu akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk
mengembangkannya seperti menjadi kader dalam kegiatan
Posbindu ini guna meningkatkan produktivitas pada Lansia.
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) merupakan
ruang publik yang dapat dimanfaatkan fungsinya oleh
masyarakat umum, mulai dari anak-anak hingga Lansia. RPTRA
dibangun di kawasan permukiman kumuh hingga seluruh lapisan
masyarakat dapat memanfaatkan RPTRA tersebut. RPTRA juga
merupakan tempat yang memfasilitasi kegiatan yang menunjang
kesejahteraan Lansia. Untuk Lansia sendiri juga dapat
memanfaatkan program-program RPTRA yang dikhususkan
untuk Lansia. Penelitian ini dilakukan di RPTRA Anggrek
Jakarta Selatan karena fasilitasnya sendiri yang sudah ramah
Lansia seperti tempat refleksi dan senam mingguan untuk Lansia.
Hasil dari penelitian sebelumnya mengenai program Posbindu
seharusnya dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk
pencapaian pelaksanaannya dari program Posbindu itu sendiri.
Maka dari itu, peneliti ingin menunjukkan bahwa program
Posbindu ini mempunyai manfaat bagi kesejahteraan Lansia.
Adapun aspek utama yang ingin dilihat dari penelitian ini yaitu
melihat kader Lansia dalam memberikan pelayanan di Posbindu
apakah sesuai atau tidaknya dengan sasaran dari program
Posbindu tersebut. Maka dari itu, dilakukan penelitian terhadap
permasalahan tersebut dan mendapatkan deskripsi yang
11
dituangkan dalam penelitian ini dengan judul “Partisipasi
Kader Lansia dalam Memberikan Pelayanan Pos Binaan
Terpadu (Posbindu) di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
(RPTRA) Anggrek Jakarta Selatan”.
B. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan dalam penelitian ini
dan juga terbatasnya waktu penelitian, maka perlu adanya
batasan masalah yang akan diteliti sehingga lebih terarah dan
mendalam. Adapun batasan dari penelitian ini yaitu Lansia.
Dimana mengingat keterbatasan informan penelitian ini adalah
Lansia yang memiliki keterbatasan fisik, seperti sulit
berkonsentrasi dan terkadang agak sulit dalam menjawab
pertanyaan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu:
Bagaimana partisipasi kader Lansia dalam memberikan
pelayanan di Pos Binaan Terpadu (Posbindu)?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian:
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan
tujuan penelitian ini sebagai berikut:
Mendeskripsikan bagaimana kader Lansia memberikan
pelayanan di Posbindu Lansia RPTRA Anggrek Jakarta
12
Selatan.
2. Manfaat Penelitian:
a. Penelitian ini dapat membangun serta menambah
pengetahuan bagi akademisi dan praktisi mengenai peran
serta kader Lansia dalam memberikan pelayanan di
Posbindu RPTRA Anggrek Jakarta Selatan.
b. Menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang
manfaat RPTRA khususnya bagi Lansia.
c. Sebagai bahan yang dapat digunakan untuk memperbaiki
kualitas pelayanan program Posbindu itu sendiri.
d. Sebagai bahan yang dapat digunakan sebagai masukan
bagi instansi atau lembaga yang menyelenggarakan
program Posbindu.
e. Penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sebagai
rujukan tambahan bagi pengembangan disiplin ilmu
Kesejahteraan Sosial.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Kajian-kajian ilmiah terdahulu dilakukan untuk
menemukan hasil penelitian mengenai Posbindu di dalam
kajian keilmuan yang telah ada. Sehingga peneliti mampu
mengisi kekurangan melalui penelitian ini. Adapun dalam
penelitian ini, peneliti melihat isi skripsi dan jurnal yang
mempunyai kesamaan pembahasannya, sebagai berikut:
1. “Peran Posyandu Lansia dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Lanjut Usia (Kasus Pada Posyandu Lansia
Sejahtera Kelurahan Pasirmuncang.”
13
(Disusun oleh, Azizah Nurul Karohmah, NIM: 1201412060,
Jurusan: Pendidikan Nonformal, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang).
Persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
sama-sama meneliti tentang kesejahteraan Lansia dalam
bidang kesehatan dan sama-sama menggunakan metode
penelitian kualitatif sedangkan perbedaannya adalah
penelitian ini membahas tentang Posyandu Lansia dan peneliti
akan meneliti tentang Posbindu Lansia. Hasil dari penelitian
ini adalah peneliti mendeskripsikan tentang peran Posyandu
Lansia terhadap kesejahteraan lanjut usia yang menjadi
anggota di Posyandu Lansia tersebut serta mendeskripsikan
faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Posyandu
Lansia tersebut. Dengan penelitian ini, peneliti melihat peran
dari Posyandu Lansia tersebut dalam meningkatkan
kesejahteraan Lansia.
2. “Partisipasi Kader Lansia dalam Memberikan
Pelayanan di Posyandu Lansia (Studi Kasus Pada
Posyandu Lansia RW 011, di Kelurahan Malaka Jaya,
Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur).
(Disusun oleh: Debora Priskila, NIM: 1006773471, Jurusan:
Ilmu Kesejahteraan Sosial , Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia). Persamaannya dengan
penelitian peneliti adalah sama-sama membahas mengenai
partisipasi dari kader Lansia dalam memberikan pelayanan di
Posbindu Lansia sedangkan perbedaannya adalah penelitian
ini lebih menekankan pada peran kader Lansia itu sendiri dan
14
membahas mengenai Posbindu. Hasil dari penelitian ini
adalah para anggota posyandu Lansia ini memiliki tanggapan
yang sama mengenai kinerja para Lansia dalam memberikan
pelayanan di Posyandu Lansia serta dengan adanya partisipasi
dan kontribusi yang sangat baik dari para kader Lansia ini
menimbulkan banyak tanggapan baik yang berasal dari
masyarakat mengenai kader Lansia tersebut.
3. “Dampak Program Elderly Day Care Service Terhadap
Kesejahteraan Lansia Studi Kasus di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Dharma Bekasi.”
(Disusun oleh: Yulianti, NIM: 11140541000003, Jurusan:
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah).
Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang
kesejahteraan Lansia dan sama-sama menggunakan
metodologi penelitian kualitatif sedangkan perbedaannya
adalah penelitian ini membahas mengenai dampak program
dari pelaksanaan program Elderly Day Care Service. Hasilnya
adalah membantu para lansia untuk mengisi waktu luang
dengan kegiatan positif untuk para lansia. Pelaksanaan
program tersebut masih belum mewajibkan para lansia yang
mengikuti program tersebut untuk mengikuti seluruh kegiatan
yang telah di susun oleh pihak lembaga tersebut.
4. Jurnal penelitian yang berjudul “Hubungan Antara
Partisipasi Lansia di Posbindu dengan Tingkat Kesepian
Lansia di Kelurahan Depok Jaya, Kota Depok.”
15
(Disusun oleh: Jundi Afif Utomo, Jurusan Ilmu Kesejahteraan
Sosial, Universitas Indonesia). Persamaannya adalah jurnal
penelitian ini sama-sama membahas mengenai partisipasi
Lansia di Posbindu hanya saja penelitian yang dibahas oleh
peneliti lebih menekankan kepada kader Posbindu.
Kesimpulannya adalah partisipasi Lansia di Posbindu,
partisipasi sosial-keagamaan, dan dukungan keluarga
memiliki hubungan dengan tingkat kesepian Lansia.
5. Jurnal penelitian yang berjudul “Efektivitas Program Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular
(PTM) di Desa Anggaswangi Kecamatan Sukodono
Sidoarjo.
(Disusun oleh: Tria Adhinta Indra Jayusman, Agus Widiyarta,
Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur). Persamaannya dengan jurnal penelitian ini
adalah sama-sama membahas mengenai pelaksanaan program
Posbindu sedangkan perbedaannya penelitian ini lebih
berfokus pada Penyakit Tidak Menular (PTM). Hasilnya
adalah Implementasi pelaksanaan Posbindu PTM di
Puskesmas Pucang Sewu Kota Surabaya dapat dikatakan
sudah berjalan dengan baik dengan kegiatan setiap 1 bulan
sekali di masing-masing Posbindu yang ada.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Menurut Bogdan dan Taylor dalam (Basrowi & Sukidin,
16
2002) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.
Melalui penelitian kualitatif, peneliti dapat mengenali subjek
dan merasakan apa yang mereka alami dalan kehidupan
sehari-hari.
Penelitian kualitatif dalam adalah salah satu metode
penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman
tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif. Melalui
penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek,
merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-
hari. Peneliti diharapkan memusatkan perhatian pada
kenyataan atau kejadian dalam konteks yang diteliti (Basrowi
& Suwandi, 2008, p. 20).
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan tujuan
penelitian yang telah ditetapkan, dengan pendekatan
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, peneliti akan
meneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian
yang bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang menilai
dan mengungkapkan permasalahan secara apa adanya (das
sein) sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa
wawancara, pendapat dari individu atau kelompok (orang)
17
maupun hasil observasi dari suatu objek, kejadian atau hasil
pengujian (benda). Dengan kata lain, peneliti
membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab
pertanyaan riset (metode survey) atau penelitian benda
(metode observasi).
Data yang akan didapatkan oleh penulis langsung pada
sasaran penelitian yaitu pada pengelolaan pelaksanaan
program dan pengguna program Posbindu. Data yang
penulis dapatkan adalah dengan cara melakukan observasi
pada program tersebut dan wawancara kepada sasaran
penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh
melalui media perantara atau secara tidak langsung yang
didapatkan penulis dari sumber-sumber pendukung
penelitian seperti dokumen, jurnal dan buku yang
menunjang penelitian penulis.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019-
Julii 2020 di RPTRA Anggrek Bintaro yang bertempat di Jl.
Garuda Bawah, RT.8/RW.12, Bintaro, Kec. Pesanggrahan,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12330.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.
18
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, untuk menentukan objek atau
pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu teknik
pengambilan data dengan pertimbangan tertentu dan kriteria
tertentu. Purposive sampling mempunyai pengertian yaitu
pemilihan sekelompok sampel didasarkan atas ciri-ciri atau
sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hamidi
2010, p. 89)
Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah lansia yang
menggunakan program Posbindu yang berusia 60-70 tahun.
Setelah penentuan sampel, peneliti melakukan teknik
pengumpulan data dalam melakukan penelitiannya. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan 3 teknik untuk
mengumpulkan data secara menyeluruh. Adapun teknik yang
akan dilakukan yaitu:
a. Teknik Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya
jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung
serta proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab
atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview guide (panduan wawancara). Pertanyaan yang
19
efektif akan membantu pengumpulan data yang akurat
(Nazir, 1988).
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan
wawancara kepada beberapa pihak guna mengetahui
pelaksanaan pelayanan yang terdapat di Posbindu Lansia
dam mengetahui standar-standar pelaksanaan program
Posbindu Lansia, mengetahui respon Lansia, mengetahui
respon masyarakat terhadap program Posbindu Lansia serta
mengetahui petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dari
program Posbindu Lansia di RPTRA Anggrek Jakarta
Selatan. Adapun daftar informan dalam peneltian ini yaitu:
Tabel 1.1 Tabel Informan
No. Narasumber Informasi yang
dibutuhkan
Jumlah
Informan
1. Kader Lansia Wawancara kepada kader
Lansia untuk mengetahui
latar belakang keterlibatan
kader di Posbindu dan
partisipasi kader Lansia
dalam memberikan
pelayanan di Posbindu
serta apa saja faktor
pendukung dan
penghambat partisipasi
dari kader Lansia itu
sendiri dalam memberikan
3 orang
20
pelayanan di Posbindu.
2. Kader Pra Lansia Wawancara mengenai
pelayanan seperti apa yang
diberikan kader Lansia di
dalam Posbindu dan
apakah sudah memenuhi
standar pelayanan sesuai
dengan petunjuk teknis
dan petunjuk pelaksanaan
dari Posbindu tersebut.
1 orang
3. Koordinator
RPTRA Anggrek
Jakarta Selatan
Wawancara mengenai
mengapa RPTRA yang
digunakan dalam
pelaksanaan program
Posbindu tersebut dan
apakah masyarakat sekitar
sangat antusias dengan
pelaksanaan program
Posbindu ini.
1 orang
4. Anggota Posbindu
yang berusia di
atas 60 tahun
Wawancara kepada Lansia
yang menggunakan jasa
pelayanan Posbindu untuk
mengetahui pelayanan
yang diberikan dan
partisipasi antara kader
Lansia dan kader Pra
3 Orang
21
Lansia serta berbagai
perubahan yang dirasakan
setelah berpartisipasi
dalam program Posbindu
tersebut.
Total 8 Orang
b. Teknik Observasi
Observasi atau pengamatan adalah sumber paling awal
dari pengetahuan manusia, dari pemahaman mengenai
dunia sehari-hari untuk digunakan sebagai alat sistemik
bagi ilmu sosial sebelum wawancara. Mendasarkan kepada
tujuan penelitian, peneliti terlebih dahulu harus
menentukan apakah akan meneliti dari perspektif
partisipatif atau non-partisipatif atau diantara keduanya
(Asfi, 2017, p. 65).
Nawawi dan Martini mengungkapkan bahwa observasi
adalah pengamatan dan juga pencatatan sistematik atas
unsur-unsur yang muncul dalam suatu gejala atau gejala-
gejala yang muncul dalam suatu objek penelitian. Hasil
dari observasi tersebut akan dilaporkan dalam suatu
laporang yang tersusun secara sistematis mengikuti aturan
yang berlaku.
Dalam penelitian menggunakan teknik observasi,
peneliti berperan serta sebagai pengamat. Maka dari itu,
dalam melakukan pengamatan agar mendapatkan hasil
yang sesuai dengan penelitian, peneliti akan ikut serta
22
dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan program
Posbindu di RPTRA Anggrek Jakarta Selatan.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, hasil
karya, maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh
kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan
(sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis,
padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar
mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam
bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen yang
dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap
dokumen-dokumen tersebut.
Studi dokumen menjadi metode pelengkap bagi
penelitian kualitatif, yang pada awalnya menempati posisi
yang kurang dimanfaatkan dalam teknik pengumpulan
datanya, sekarang ini menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari teknik pengumpulan data dalam metodologi penelitian
kualitatif (Nasution, 2003, p. 85). Dalam penelitian ini,
peneliti akan melakukan studi kepustakaan dengan
melampirkan studi dokumentasi hasil penelitian, guna
menggali informasi terkait program Posbindu di RPTRA
Anggrek Jakarta Selatan.
5. Teknik Analisis Data
Definisi mengenai teknik analisis data dalam (Moleong,
23
2007) ialah suatu proses analisis yang dilakukan dengan
teknik-teknik tertentu. Teknik ini hakekatnya haruslah sesuai
dengan metode penelitian yang diambil serta instrumen
penelitian yang dijalankan. Misalnya dalam penelitian
kualitatif maka instrumen penelitian menggunakan wawacara
dan untuk penelitian kuantitatif teknik penelitian yang diambil
menggunakan kuesioner. Definisi Teknik analisis data adalah
kegiatan analisis-analisis dalam penelitian yang dilakukan
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari instrumen
penelitian, yang terdiri dari cacatan, rekaman, dokumen, tes,
dan lain sebagainya.
Teknik analisis data ini adalah intreprtasi peneliti atas
temuan dari suatu wawancara atau sebuah dokumen. Setelah
kesimpulan didapatkan, peneliti kemudian mengecek kembali
keabsahan data dengan cara mengecek ulang proses koding
dan penyajian data untuk memastikan tidak ada kesalahan
yang telah dilakukan. Teknik analisa data dalam penelitian ini
mengikuti teknik analisa dari Miles dan Huberman (1992)
dalam Herdiansyah (2010, p. 164) yang mengatakan bahwa
analisa data dapat dilakukan secara interaktif melalui proses
pengumpulan data, data reduction, data display, dan
verification.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi dalam penelitian ini ditulis ke dalam VI
BAB, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
24
Dalam bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Tinjauan Kajian Terdahulu,
Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini terdiri dari Landasan Teori mengenai
implementasi, Lansia dan kesejahteraan Lansia,
Kajian Pustaka, Kerangka Berpikir.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Dalam bab ini berisi profil dari Ruang Terpadu
Ramah Anak (RPTRA) Anggrek Jakarta Selatan,
program kerja, serta lain-lainnya yang berkaitan
dengan lembaga.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini terdiri dari hasil temuan dan data yang
mendukung penelitian mengenai pelaksanaan
program Posbindu terhadap kesejahteraan Lansia di
RPTRA Anggrek disertai kutipan wawancara hasil
penelitian.
BAB V PEMBAHASAN
Dalam bab ini membahas mengenai keterkaitan
antara teori, hasil temuan, dan analisis data yang
penulis peroleh selama penelitian ini berlangsung.
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Dalam bab ini terdiri dari Kesimpulan, Implikasi dan
Saran dengan tujuan untuk penelitian selanjutnya
serta saran untuk lembaga masyarakat, dan terdapat
25
Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran di akhir
penelitian.
26
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Partisipasi
a. Pengertian Partisipasi
Partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris yaitu
“participation” yang berarti pengikutsertaan atau
pengambilan bagian (Echols&Shadily, 2002. p. 419).
Menurut Koentjoroningrat, partisipasi merupakan
pemberian sumbangan serta turut serta berperan dalam
menentukan arah dan tujuan dari setiap pembangunan,
oleh karena itu, partisipasi merupakan hak dan kewajiban
setiap anggota masyarakat. Sedangkan partisipasi
menurut Adi (2007, p. 27) adalah keikutsertaan
masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan
potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi
masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
mengevaluasi perubahan yang terjadi. Menurut
Mikklesen (2003, p. 64) partisipasi adalah keterlibatan
masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang
ditentukan sendiri oleh masyarakat.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan
partisipasi kader Lansia adalah keikutsertaan para kader
Lansia yang terlibat aktif dalam memberikan pelayanan
27
kepada Lansia anggota di Posbindu RPTRA Anggrek
Bintaro. Sedangkan yang dimaksud dengan para lanjut
usia yakni mereka yang telah berumur 45 tahun ke atas
yang ada pada tahap elderly age, dan mereka yang berusia
di atas 55 tahun.
Pengembangan masyarakat dan perencanaan
partisipatoris bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Perencanaan partisipatoris
dengan kata lain melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi dan tidak dapat dilepaskan dari tujuan
intervensi sosial itu sendiri yakni dengan meningkatkan
taraf kehidupan bermasyarakat. Dalam meningkatkan
kehidupan masyarakat harus mengetahui masalah,
kebutuhan dan kondisi yang diinginkan oleh masyarakat,
karena itulah sumber daya utama yang dibutuhkan dalam
meningkatkan suatu program berbasis masyarakat dan
meningkatkan taraf hidup mereka (Adi, 2007, p. 23-25).
b. Aspek dan Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Menurut Margono dalam (Mardikanto, 2003) ada tiga
aspek utama yang mendukung adanya partisipasi:
1. Adanya kemauan dalam berpartisipasi
Kemauan dalam berpartisipasi merupakan kunci
utama bagi tumbuh berkembangnya partisipasi
masyarakat. Kemampuan belum cukup untuk menjadi
jaminan dalam tumbuh dan berkembangnya partisipasi
dalam masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki
kemauan dalam berpartisipasi.
28
2. Adanya kemampuan dalam berpartisipasi
Kemampuan dalam berpartisipasi dapat menentukan
kesempatan untuk membangun atau pengetahuan
mengenai peluang untuk membangun (memperbaiki
hidupnya), kemampuan dalam berpartisipasi dapat
melaksanakan pembangunan yang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki
serta kemampuan dapat dijadikan untuk memecahkan
masalah dengan sumber daya dan kesempatan yang
ada,
3. Adanya kesempatan dalam berpartisipasi
Kesempatan yang diberikan kepada masyarakat
untuk berpartisipasi merupakan faktor pendorong
timbulnya kemauan dan kemauan dapat menentukan
kemampuannya begitupun sebaliknya.
Sedangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
partisipasi yakni
a. Penghargaan
Berbagai bentuk partisipasi harus diakui serta
dihargai. Hal ini akan membuat masyarakat semakin
terdorong dalam berpartisipasi (Ife dan Adi 2008).
Seperti yang tertera dalam Undang-undang No.13
tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia Bab III
mengenai penghargaan pada pasal 42 sampai pasal 59
disebutkan bahwa Menteri akan memberikan
penghargaan bagi masyarakat yang berperan dalam
upaya peningkatan kesejahteraan sosial Lansia.
29
Jenisnya adalah medali dan pemberian tersebut dapat
diberikan kepada perorangan, keluarga, kelompok
maupun organisasi sosial.
b. Dukungan Struktur Masyarakat
Di dalam proses partisipasi, struktur masyarakat di
lingkungan tersebut tidak boleh mengucilkan setiap
orang yang turut berpartisipasi. Lingkungan
masyarakat harus terus mendukung kelemahan yang
mungkin ada di dalam diri setiap warganya, seperti
lemah dalam berpikir dan berkata-kata atau
ketidakpercayaan diri dari masyarakatnya (Ife dan Adi,
2008).
c. Kebiasaan
Setiap individu akan berperilaku sesuai dengan
kebiasannya. Kebiasaannya merupakan salah satu hal
yang dapat mempengaruhi sikap. Dalam hal ini,
kebiasaan tersebut dapat mendorong partisipasi
ataupun menjadi penghambat dalam partisipasi (Ife
dan Adi, 2008, p. 105).
d. Kebermanfaatan Program
Semakin banyak manfaat dari suatu program yang
akan diperoleh suatu pihak dan pihak lain, maka
keterlibatan mereka dalam kegiatan tersebut juga
semakin besar (Ife dan Adi, 2008, p. 105).
e. Dukungan Keluarga
Menurut WHO, seseorang berperilaku dipengaruhi
oleh empat hal, salah satunya adalah pengaruh orang-
30
orang terdekat yang mereka anggap penting
(Notoadmodjo, 2007). Terkait dengan partisipasi
Lansia dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada, keluarga menjadi salah satu faktor penting
yang mempengaruhi partisipasi Lansia tersebut.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong
minat atau kesediaan Lansia untuk mengikuti kegiatan
Posbindu ini.
f. Jarak Tempuh
Jarak tempuh yang dimaksudkan disini yaitu jauh
dekat kegiatan pelaksanaan Posbindu dengan tempat
tinggal para Lansia. Ketika seseorang berpartisipasi
maka membutuhkan sarana pendukung seperti akses
yang mudah, waktu kegiatan yang tepat dan letak
tempat kegiatan yang dekat dengan tempat tinggal
masyarakat.
Menurut Angell (dalam Ross, 1967, p. 130) Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
berpartisipasi antara lain:
1. Faktor Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi sikap seseorang terhadap suatu
kegiatan. Kelompok menengah ke atas dengan
ketertarikan moral kepada nilai dan norma
masyarakat yang lebih matang cenderung lebih
tertarik untuk berpartisipasi dari kelompok usia
lainnya.
31
2. Faktor Pekerjaan dan Penghasilan
Faktor pekerjaan dan penghasilan tidak dapat
dipisahkan karena seseorang akan menentukan
berapa penghasilan yang akan diperolehnya.
Pekerjaan dan penghasilan yang baik dapat
mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa berpartisipasi dalam suatu
kegiatan harus didukung oleh keadaan yang mapan
dalam perekonomiannya.
3. Faktor Tingkat Pendidikan
Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap
seseorang terhadap lingkungannya. Pendidikan juga
menjadi salah satu syarat yang mutlak dalam
berpartisipasi.
4. Faktor Lama Tinggal
Faktor ini dapat mempengaruhi partisipasi karena
warga yang lebih lama tinggal akan lebih besar
perannya dibandingkan dengan warga yang tinggal
untuk sementara waktu saja. Sehingga mereka yang
tinggal menetap harus berusaha untuk menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesejahteraan
lingkungan hidupnya tersebut melalui partisipasi
mereka dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
c. Bentuk-bentuk Partisipasi
Berbagai macam bentuk partisipasi yang dapat
dilakukan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam
32
setiap kegiatan pemberdayaan seperti yang
dikemukakan oleh Keith Davis dalam (Sastropoetro,
1985, p. 16) sebagai berikut:
1. Pikiran (psychological participation)
2. Tenaga (physical participation)
3. Pikiran dan tenaga (psychological and physical
participation)
4. Keahlian (participation with skill)
5. Barang (material participation)
6. Uang (money participation)
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa patisipasi adalah peran serta dalam
suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan yang
bermanfaat bagi kepentingan umum, dengan cara
menyumbangkan pikiran dan material atau tenaga. Dalam
hal ini, partisipasi dapat dilihat dari dua segi yaitu segi
subyektif dan segi obyektif. Segi subyektif artinya
partisipan dipandang sebagai subyek yang
menyumbangkan sesuatu yang dapat diwujudkan dalam
4M yaitu manpower (tenaga), money (uang), material
(peralatan), dan mind (ide atau gagasan). Sedangkan
partisipasi dilihat dari segi obyektif adalah partisipan
melibatkan diri dalam suatu kegiatan dimana ia sendiri
menjadi obyek dari kegiatan itu, dengan melibatkan diri
sendiri sebagai obyek berarti menyumbangkan diri
terhadap kegiatan untuk memanfaatkan sesuatu dari
kegiatan itu seperti memanfaatkan dan melaksanakan
33
pelayanan pembangunan. Sehingga dapat mencapai
tujuan untuk kepentingan bersama (Rusidi, 1994, p.12).
d. Indikator Partisipasi
Indikator partisipasi dalam kegiatan posbindu sebagai
berikut:
1) Keanggotaan
Anggota yang dimaksud disini merupakan anggota
yang dipilih oleh masyarakat setempat untuk
mengelola perkumpulan.
2) Perencanaan
Perencanaan dalam (Majid, 2009: 16) menyatakan
bahwa perencanaan adalah pengambilan keputusan
tentang tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu
yang mendatang.
3) Implementasi
Implementasi dalam (Wijaya, 2012) mengartikan
bahwa aktivitas, tindakan dan aksi yang dilakukan
bukan sekedar aktivitas melainkan kegiatan yang
sudah terencana dalam mencapai tujuan dari sebuah
kegiatan.
4) Pengembangan Program
Menurut (Nisa, 2009) pengembangan program
adalah kegiatan yang merevisi sesuatu yang sudah ada
menjadi lebih baik lagi. Penyempurnaan kegiatan
tersebut dipandang lebih bagus untuk digunakan dalam
kegiatan pengembangan dari sebuah program.
34
2. Lansia
a. Konsep Lansia
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
13 tahun 1998 tentang Kese|ahteraan Lanjut Usia yang
dimaksud dengan Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Keberhasilan
pembangunan di berbagai bidang terutama bidang
kesehatan menyebabkan terjadinya peningkatan Usia
Harapan Hidup penduduk dunia termasuk Indonesia.
Namun di baik keberhasilan peningkatan UHH terselip
tantangan yang harus diwaspadai, yaitu ke depan
Indonesia akan menghadapi beban tiga (triple burden)
yaitu di samping meningkatnya angka kelahiran dan
beban penyakit (menular dan tidak menular), juga akan
terjadi peningkatan Angka Beban Tanggungan penduduk
kelompok usia produktif terhadap kelompok usia tidak
produktif (Kemkes, 2020).
Menurut Hawari dalam (Juwita, 2013), usia lanjut
merupakan seorang laki-laki atau perempuan yang
berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih
berkemampuan (potensial) ataupun karena sesuatu hal
tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam
pembangunan (tidak potensial). Di negara-negara maju
seperti Amerika Serikat usia lanjut sering didefinisikan
mereka yang telah menjalani siklus kehidupan di atas usia
60 tahun.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa proses
35
menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
b. Klasifikasi Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut
usia adalah seseorang yang berusia 65 tahun ke atas untuk
Amerika Serikat dan Eropa dan digolongkan menjadi 4
yaitu (Nugroho, 2008):
1) Usia Pertengahan (middle age) adalah usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) adalah usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) adalah usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) adalah usia di atas 90 tahun
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa
Lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke
atas baik pria maupun wanita yang masih aktif
beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak
berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga
bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya
(Ineko, 2012).
c. Masalah pada Lansia
Berbagai masalah bagi orang yang memasuki masa
Lansia (Hurlock, 1991, p.387)
1) Keadaan fisik yang lemah dan sudah tidak berdaya,
sehingga bergantung pada orang lain.
2) Status ekonomi Lansia terancam karena pendapatan
36
dari mereka berkurang dan sudah tidak ada lagi
pemasukan.
3) Kesulitan untuk mencari teman baru untuk
menggantikan suami atau istri yang telah meninggal
atau yang cacat.
4) Kesulitan untuk menentukan kondisi hidup yang sesuai
dengan perubahan status ekonomi dan kondisi
fisiknya.
5) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu
luang yang semakin bertambah.
6) Lanjut usia akan kesulitan belajar untuk
memperlakukan orang dewasa.
7) Terlibat dalam kegiatan masyarakat, yang secara
khusus direncanakan untuk orang dewasa.
d. Perubahan pada Lansia
Dilihat dari aspek psikologis, Lansia akan mengalami
perubahan yaitu akan lebih mudah merasa frustasi atau
kesepian dikarenakan jumlah mereka diantara keluarga
dan lingkungannya menjadi minoritas. Selain itu, mereka
juga akan merasa takut kehilangan dan sedih berlebihan
karena banyak rekannya bahkan suami atau istrinya yang
telah meninggalkan mereka. Dari aspek sosialnya,
penurunan fungsi tubuh Lansia membuat Lansia tersebut
tidak produktif lagi dan tidak dapat bersosialisasi secara
intensif seperti sebelumnya (Hurlock, 1999, p. 384).
Perubahan umum kemampuan monitorik pada Lansia
adalah sebagai berikut (Jahja, 2011, p. 322):
37
1) Kekuatan
Penurunan yang paling terlihat disini adalah
kelenturan dari otot-otot tangan bagian depan. Lansia
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mendapatkan kekuatannya kembali dibandingkan
dengan mereka yang masih muda
2) Kecepatan
Kecepatan dalam bergerak tampak sangat menurun
setelah usia 60 tahun.
3) Belajar Keterampilan Baru
Lansia lebih lambat dalam belajar dibandingkan
dengan orang-orang yang lebih muda dan hasil
akhirnya cenderung kurang memuaskan.
4) Kekakuan
Lansia cenderung mulai kagok sehingga terkadang
sesuatu yang dibawa dan dipegangnya jatuh dan sering
terlihat kurang berhati-hati dalam melakukan sesuatu.
e. Perbedaan Perubahan Proses Menua pada Lansia
Perbedaan perubahan proses menua pada Lansia dapat
dilihat dari (Hurlock, 1999):
1) Status Ekonomi
Lansia yang tidak mempunyai cukup yang
cenderung lebih produktif pada masa tuanya karena
berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dibandingkan dengan Lansia yang telah pensiun dan
mendapatkan pesangon dari pensiunnya yang
cenderung lebih memilih untuk berdiam di rumah.
38
2) Jenis Kelamin
Masa berhentinya reproduksi keturunan pada
wanita datang duluan dibandingkan dengan pria
(Santrock, 2005). Selain itu, Sullivan dan Thompson
dalam (Smet, 1994) menyatakan bahwa wanita lebih
banyak melaporkan tentang gejala penyakit yang ia
alami dan berkonsultasi dengan dokter dibandingkan
dengan pria.
Suatu kenyataan bahwa usia harapan hidup
perempuan melampaui laki-laki karena wanita berusia
lebih panjang, maka akan banyak ditemukannya
wanita tua yang hidup ditinggalkan oleh suaminya
dengan kondisi ketidakpastian, penuh penderitaan
karena kemiskinan kecuali bila kaum wanita itu
berpendidikan dan berketerampilan yang cukup untuk
memiliki mata pencaharian serta mempersiapkan masa
tuanya dengan baik (Achir, 2001).
3) Latar Belakang Pendidikan
Menurut Hurlock (1999) bahwa Pendidikan sangat
berpengaruh bagi perubahan kegiatan rekreasi pada
Lansia. Semakin tinggi pendidikannya, maka semakin
besar kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan seperti
melihat karena kegiatan ini membutuhkan sedikit
tenaga. Sedangkan bagi mereka yang pendidikannya
terbatas, maka jenis rekreasi yang dilakukan harus
tergantung acara TV.
39
f. Stigma tentang Lansia
Indonesia memiliki dua sisi steorotip terhadap Lansia, ada
yang bersifat positif dan negatif, yang positif seperti:
Lansia yang kaya akan pengalaman, memiliki kearifan,
bijak dan menjadi orang yang dijunjung tinggi. Sedangkan
yang bersifat negatif seperti: orang tua tidak berguna, tidak
bisa apa-apa lagi, konservatif, sulit diberi tahu dan lain
sebagainya. Steorotip tentang Lansia mencerminkan
miskonsepsi yang sudah meluas bahwa Lansia biasanya
mudah lelah, kurang koordinasi, mudah terkena infeksi dan
kecelakaan, hampir semuanya tinggal di lembaga atau
panti, mereka tidak mampu mengingat dan belajar, tidak
memiliki minat terhadap aktivitas seksual, terisolasi dari
orang lain, tidak menggunakan waktu secara produktif,
mudah menggerutu, mengasihi diri, mudah tersinggung
dan tidak dapat menggunakan waktu secara produktif.
Ageism adalah diskriminasi atau prasangka didasarkan
pada usia, dapat mengenai orang muda maupun Lansia.
Sedangkan steorotip disini adalah sisi terbesar dari ageism.
Cara yang terbaik dalam menghadap kenyataan ini adalah
dengan menyajikan fakta dengan mitos tentang ageism.
(Suardiman, 2011, p. 101-103).
Bernice Neugarten meneliti 200 orang Lansia yang berusia
70-79 tahun. Ia menemukan bahwa 75% dari mereka
merasa puas dengan hidup mereka setelah pensiun.
Sedangkan 30% dari mereka mengalami stress setelah
pensiun. Neugarten juga mengemukakan hasil
40
penelitiannya bahwa:
1) Sebagian besar memilih hidup terpisah dari anak-
anaknya.
2) Lansia jarang berada di rumah sakit jiwa karena tidak
dirawat oleh anaknya.
3) Lansia tinggal sendirian bukan karena memerlukan
kesendirian atau menyendiri.
4) Sedikit Lansia yang menunjukkan tanda-tanda senilitas
atau penurunan mental, dan sedikit yang pernah
mangalami sakit mental.
g. Teori Proses Menua
1) Teori Psikososial
a) Teori Pengunduran Diri (Disengagment)
Teori yang dikemukakan oleh Lafrancois dalam
(Suardiman, 2011, p. 107) berpendapat bahwa
semakin tinggi usia manusia akan diikuti secara
berangsur-angsur oleh semakin mundurnya
interasksi sosial, fisik, dan emosi dengan kehidupan
dunia.
Teori ini menyatakan bahwa Lansia yang
mengundurkan diri pada interaksi sosial dengan
masyarakat merupakan hal yang sangat normal
karena Lansia sudah tidak dapat memenuhi tuntutan
sosial dari masyarakat.
b). Teori Aktivitas (Activity Theory)
Teori aktivitas berlawanan dengan teori
disengagement. Seperti yang dikemukakan oleh
41
Neugarten dalam (Suardiman, 2011, p. 108) yang
menyatakan bahwa teori aktivitas penuaan
merupakan jalan menuju penuaan yang sukses
dengan cara tetap aktif dalam bersosial. Teori ini
menegaskan bahwa agar usia lanjut harus tetap
seaktif mungkin karena semakin tua seseorang akan
semakin memelihara hubungan sosial, baik fisik
maupun emosionalnya. Teori ini mendukung para
Lansia masih aktif dalam berbagai kegiatan,
bekerja dan sebagainya. Orang tua akan
memperoleh kepuasan bila ia masih terlibat atau
dilibatkan dalam berbagai kegiatan.
c).Teori Kontinuitas
Menurut Robert Atchley tahun 1989 dalam
(Suardiman, 2011, p. 108) yang menekankan bahwa
orang memerlukan tetap memelihara satu hubungan
antara masa lalu dan masa kini. Dalam hal ini
aktivitas adalah penting bukan demi dirinya sendiri
tetapi untuk yang lebih luas bahwa untuk
representasi yang berkesinambungan dari satu gaya
hidup. Untuk orang tua yang selalu aktif dan
terlibat, itu akan penting untuk kesinambungan
tingkat aktivitas yang lebih tinggi.
3. Lansia Aktif (Active Aging)
Lansia aktif didefinisikan sebagai proses
42
mengoptimalkan peluang kesehatan, partisipasi dan
keamanan untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang di
masa tua. Tujuan dari Lansia aktif sendiri adalah untuk
memperluas harapan hidup Lansia dalam meningkatkan
kualitas hidup para Lansia termasuk mereka yang cacat,
lemah dan memerlukan perawatan (WHO, 2002).
Aktif disini berarti turut berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan sosial, ekonomi, budaya, spiritual dan
kemasyarakatan. Lansia bukan hanya diharapkan untuk aktif
dalam angkatan kerja saja, melainkan mereka yang telah
memasuki masa pensiun harus dapat berkontribusi dalam
lingkungan keluarga, masyarakat bahkan negara. Sehat
disini mengacu pada rasa sehat fisik, mental dan sosial. Hal
ini sesuai denan definisi sehat yang ditentukan oleh WHO.
Istilah active aging ini sangat erat kaitannya dengan
partisipasi. Dalam teori active aging keterlibatan Lansia
merupakan salah satu tanggung jawab atau dengan kata lain
mereka diharapkan memiliki kontribusi yang aktif dalam
msyarakat (National Commision for older person, 2002).
4. Pos Binaan Terpadu (Posbindu)
a. Pengertian Pos Binaan Terpadu (Posbindu)
Masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini
adalah makin meningkatnya kasus Penyakit Tidak
Menular (PTM). PTM adalah penyakit yang bukan
disebabkan oleh infeksi kuman termasuk penyakit kronis
43
degeneratif, antara lain penyakit jantung, diabetes melitus
(DM), kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),
dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
Salah satu strategi dalam meningkatkan pembangunan
kesehatan adalah pemberdayaan dan peningkatan peran
masyarakat termasuk dunia usaha. Masyarakat diberi
fasilitas dan bimbingan dalam mengembangkan wadah
untuk berperan, dibekali pengetahuan dan ketrampilan
untuk mengenali masalah di wilayahnya,
mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan
permasalahannya sendiri berdasarkan prioritas dan
potensi yang ada.
Pos Binaan Terpadu (Posbindu) sendiri merupakan
peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi
dini dan pemantauan faktor risiko utama Penyakit Tidak
Menular (PTM) yang dilaksanakan secara terpadu, rutin,
dan periodik. Faktor risiko Penyakit Tidak Menular
(PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman
beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik,
obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol
serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang
ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera
merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Sasaran dalam kegiatan Posbindu ini adalah Sasaran
utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan
penyandang PTM berusia 45 tahun ke atas yang dibagi
menjadi dua kelompok sebagai berikut:
44
1) Sasaran Langsung
a) Kelompok Pra Lansia (45-59 tahun).
b) Kelompok Lansia (60 tahun ke atas).
c) Kelompok Lansia dengan risiko tinggi (70 tahun ke
atas) yang mendapatkan pelayanan kesehatan.
2) Sasaran Tidak Langsung
a) Keluarga dimana Lansia berada.
b) Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan
Lansia (p2ptm.kemkes.go.id, 2019).
b. Pelaku Kegiatan
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh beberapa
pelaku kegiatan
1) Kader Posbindu
kader kesehatan yang telah ada atau beberapa orang
dari masing-masing kelompok, organisasi, lembaga
dan tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan
posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau
difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko
PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya.
Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain
berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu
melakukan kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM.
Dari sejumlah Kader yang telah dilatih ditetapkan ada
yang menjadi Koordinator dan Penanggung Jawab,
Penggerak, Pemantau, Konselor atau Edukator serta
Pencatat. Jumlah peserta maksimal 30 orang agar
pelatihan berlangsung efektif. Waktu pelaksanaan
45
pelatihan selama 3 hari atau disesuaikan dengan
kondisi setempat dengan modul yang telah
dipersiapkan. Adapun kriteria untuk menjadi kader di
Posbindu serta peran kader Posbindu adalah sebagai
berikut: (p2ptm.kemkes.go.id, 2019).
Tabel 2.1 Peran, Kriteria dan Tugas Kader
Posbindu
No. Peran Kader Kriteria dan tugas
1. Koordinator Ketua dari perkumpulan dan
penanggungjawab kegiatan
serta berkoordinasi terhadap
Puskesmas dan Para Pembina
terkait di wilayahnya.
2. Kader Penggerak Anggota perkumpulan yang
aktif, berpengaruh dan
komunikatif bertugas
menggerakkan masyarakat,
sekaligus melakukan
wawancara dalam penggalian
informasi.
3. Kader Pemantau Anggota perkumpulan yang
aktif dan komunikatif bertugas
melakukan pengukuran Faktor
risiko PTM.
4. Kader
Konselor/Edukator
Anggota perkumpulan yang
aktif, komunikatif dan telah
46
menjadi panutan dalam
penerapan gaya hidup sehat,
bertugas melakukan konseling,
edukasi, motivasi serta
menindaklanjuti rujukan dari
Puskesmas.
5. Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang
aktif dan komunikatif bertugas
melakukan pencatatan hasil
kegiatan Posbindu PTM dan
melaporkan kepada
koordinator Posbindu PTM.
Tugas yang dilakukan oleh Kader:
1) Pada H-1, Tahap Persiapan:
a) Mengadakan pertemuan kelompok untuk
menentukan jadwal kegiatan.
b) Menyiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan.
c) Membuat dan menyebarkan pengumuman
mengenai waktu pelaksanaan.
2) Pada hari H, Tahap Pelaksanaan:
a) Melakukan pelayanan dengan sistem lima meja atau
modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan
kesepakatan bersama.
b) Aktifitas bersama seperti berolahraga bersama,
demo masak, penyuluhan, konseling, sarasehan
atau peningkatan keterampilan bagi para
47
anggotanya termasuk rujukan ke Puskesmas, klinik
swasta atau Rumah Sakit.
3) Pada H+1, Tahap evaluasi:
a) Menilai kehadiran (para anggotanya, kader dan
undangan lainnya).
b) Mengisi catatan pelaksanaan kegiatan.
c) Mengindentifikasi masalah yang dihadapi.
d) Mencatat hasil penyelesaian masalah.
e) Melakukan tindak lanjut berupa kunjungan rumah
bila diperlukan.
f) Melakukan konsultasi teknis dengan pembina
Posbindu PTM
2. Petugas Puskesmas
Puskesmas memiliki tanggung jawab pembinaan
Posbindu PTM di wilayah kerjanya sehingga kehadiran
petugas Puskesmas dalam kegiatan Posbindu PTM sangat
diperlukan dalam wujud peran:
a) Memberikan bimbingan teknis kepada para kader
posbindu PTM dalam penyelenggaraannya.
b) Memberikan materi kesehatan terkait dengan
permasalahan faktor risiko PTM dalam penyuluhan
maupun kegiatan lainnya.
c) Mengambil dan menganalisa hasil kegiatan Posbindu
PTM.
d) Menerima, menangani dan memberi umpan balik
kasus rujukan dari Posbindu PTM
e) Melakukan koordinasi dengan para pemangku
48
kepentingan lain terkait.
3. Para Pemangku Kepentingan (Para Pembina terkait)
a) Camat
Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut
Posbindu PTM di wilayah kerjanya selaku penanggung
jawab wilayah kecamatan serta melakukan pembinaan
dalam mendukung kelestarian kegiatan Posbindu
PTM.
b) Lurah atau Kepala Desa
Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut
Posbindu PTM di wilayah kerjanya selaku penanggung
jawab wilayah desa atau kelurahan serta melakukan
pembinaan dalam mendukung kelestarian kegiatan
Posbindu PTM.
c) Para pimpinan Kelompok, lembaga, instansi dan
organisasi
Mendukung dan berperan aktif dalam kegiatan
Posbindu PTM sesuai dengan minat dan misi
Kelompok, lembaga, instansi, organisasi tersebut.
d) Tokoh/Penggerak Masyarakat
Menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi
secara aktif dan mendukung dengan sumber daya yang
dimiliki terhadap penyelenggaran Posbindu PTM.
e) Dunia Usaha
Mendukung penyelenggaraan Posbindu PTM
dalam bentuk sarana dan pembiayaan termasuk
berperan aktif sebagai sukarelawan sosial.
49
c. Mekanisme Pelayanan Posbindu
Tahapan kegiatan pelayanan Posbindu
(p2ptm.kemkes.go.id, 2019) :
1) Meja 1 : Pendaftaran dan pencatatan.
2) Meja 2 : Teknik wawancara terarah.
3) Meja 3 : Pengukuran TB, BB, IMT, Lingkar Perut dan
analisa lemak tubuh.
4) Meja 4 : Pengukuran Tekanan darah Gula, Kolesterol
total dan Trigliserida darah, pemeriksaan klinis
payudara, uji Fungsi paru sederhana, IVA, kadar
alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin.
5) Meja 5 : Konseling, edukasi dan tindak lanjut lainnya.
Proses Kegiatan Posbindu PTM
Gambar 2.1 Alur Pelayanan Posbindu
d. Sarana dan Prasarana di Posbindu
Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan Posbindu PTM adalah sebagai
berikut :
1) Untuk standar minimal lima set meja-kursi,
pengukur tinggi badan, timbangan berat badan, pita
pengukur lingkar perut, dan tensimeter serta buku
pintar kader tentang cara pengukuran tinggi badan
dan berat badan, pengukuran lingkar perut, alat ukur
analisa lemak tubuh dan pengukuran tekanan darah
Meja 2 Meja 1 Meja 3 Meja 4 Meja 5
51
dengan ukuran manset dewasa dan anak, alat uji
fungsi paru sederhana (peakflowmeter) dan media
bantu edukasi.
2) Sarana standar lengkap diperlukan alat ukur kadar
gula darah, alat ukur kadar kolesterol total dan
trigliserida, alat ukur kadar pernafasan alkohol, tes
amfetamin urin kit, dan IVA kit.
3) Untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim
(IVA) dibutuhkan ruangan khusus dan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan (Dokter ataupun
Bidan di kelompok masyarakat, lembaga dan
institusi) yang telah terlatih dan tersertifikasi.
4) Untuk pelaksanaan pencatatan hasil pelaksanaan
Posbindu PTM diperlukan kartu menuju sehat
Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (KMS FR-
PTM) dan buku pencatatan.
5) Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling
diperlukan media KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi) yang memadai, seperti serial buku pintar
kader, lembar balik, brosur, model makanan.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar
variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan
tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis,
sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel
52
yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut,
selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono,
2010, p. 60-61).
Di dalam penelitian ini kerangka berpikir yang digunakan
bahwa partisipasi kader Lansia dipengaruhi oleh tiga faktor
utama yaitu kesempatan dari masyarakat, kemauan dan
kemampuan. Setelah tiga faktor itu terpenuhi, maka terbentuklah
partisipasi kader Lansia. Partisipasi kader Lansia dibedakan
menjadi dua yaitu partisipasi subjektif dan objektif. Sedangkan
di dalam berpartisipasi ada faktor-faktor lainnya yang
mendukung dan menghambat Lansia dalam berpartisipasi seperti
lama tinggal, jarak tempuh, penghargaan, kebermanfaatan
program, tingkat pendidikan, dukungan keluarga, dukungan
masyarakat, faktor fisik serta sarana dan prasarana di Posbindu.
Oleh karena itu, kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
disusun sebagai berikut:
53
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Partisipasi Kader Lansia
Kemampuan Kemauan Kesempatan dari
Masyarakat
Partisipasi Subyektif Partisipasi Obyektif
Faktor-faktor yang
mempengaruhi partisipasi:
-Lama tinggal
-Jarak tempuh
-Penghargaan
-Kebermanfaatan program
-Tingkat pendidikan
-Dukungan keluarga
-Dukungan masyarakat
-Faktor fisik
-Sarana dan Prasarana
Posbindu
54
BAB III
GAMBARAN UMUM RUANG PUBLIK TERPADU
RAMAH ANAK (RPTRA) ANGGREK BINTARO
JAKARTA SELATAN
A. Latar Belakang Lembaga
Posbindu RPTRA Anggrek Bintaro merupakan salah satu
dari beberapa Posbindu yang ada di lingkungan Kelurahan
Bintaro. Kelurahan Bintaro sendiri memiliki 15 RW. RW 12
lah yang menjadi RW tempat penelitian, dikarenakan RW
tersebut berada di lingkungan RPTRA Anggrek Bintaro.
RPTRA sendiri merupakan pusat pembelajaran, pelatihan,
pengembangan, dan rujukan dari berbagai kelompok
kegiatan. Fokus dari kegiatan RPTRA sendiri adalah layanan
bagi anak-anak, Lansia, layanan masyarakat, dan layanan
kebencanaan yang berfungsi sebagai pusat interaksi warga
dan pusat pelatihan dan pengembangan (Basuki, 2015, p.13).
Kelurahan Bintaro memiliki 15 Rukun Tetangga (RT) dan
juga mempunya 143 Rukun Tetangga (RT). Dengan Jumlah
Penduduk per Januari 2020 yaitu 64.144 jiwa dengan jumlah
Lansia 3.184 jiwa (Data Kelurahan Malaka Jaya, 2020).
55
Gambar 3.1 Data Jumlah Warga Kelurahan Bintaro
Jakarta Selatan
Sumber: Data Kelurahan Malaka Jaya, 2020
Secara administratif RPTRA Anggrek tepatnya berada di
Jl. Garuda Bawah, RT.8/RW.12, Kelurahan Bintaro,
Kecamatan Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan. RPTRA
Anggrek merupakan salah satu dari tiga RPTRA yang ada di
Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan. Kelurahan Bintaro
memiliki tiga RPTRA antara lain, RPTRA Asthabarata,
RPTRA Anggrek dan RPTRA Permai. RPTRA Anggrek
Bintaro dikelilingi oleh rumah warga. Sarana dan prasarana
yang berada di RPTRA Anggrek cukup banyak, mulai dari,
aula, taman bermain, perpustakaan, ruang laktasi, PKK mart,
56
terapi serta sarana keolahragaan seperti lapangan futsal dan
lapangan basket.
B. Sejarah Berdirinya Lembaga
Kementrian Kesehatan mencanangkan program Pos
Binaan Terpadu (Posbindu) dimana program ini ditujukan
agar Lansia tetap sehat, mandiri dan berdaya guna tidak
menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga maupun
masyarakat serta dapat mengembalikan keberfungsian fisik,
mental dan sosialnya agar dapat berdaya. Aspek-aspek yang
dapat dikembangkan adalah upaya pencegahan agar proses
menua dapat diperlambat, dan bagi yang sudah tua perlu
direhabilitasi agar tetap mampu dalam mengerjakan kegiatan
sehari-hari secara mandiri (Suardiman, 2011, p. 15).
RPTRA sendiri didirikan sebagai pengembangan dari
kebijakan Kota Layak Anak yang menjadi strategi penting
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan mengintegrasikan
seluruh komitmen dan potensi dari sumber daya para pihak
baik Pemerintah maupun masyarakat atau dunia usaha yang
berkelanjutan dalam bentuk fasilitas fisik dan non fisik
secara terpadu. RPTRA dibangun dalam rangka
menyediakan ruang publik terpadu ramah anak yang
dilengkapi dengan fasilitas fisik yang berfungsi sebagai
sarana pemberian layanan dan kegiatan terutama bagi anak,
Lansia dan warga sekitar, sehingga RPTRA menjadi tempat
tumbuh kembang anak dan tempat kegiatan sosial warga
setempat (Basuki, 2015, p.5).
57
C. Visi dan Misi Lembaga
1. Visi
“Visi misi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular mengikuti visi misi Presiden
Republik Indonesia yaitu Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong-royong”.
2. Misi
“Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang
tinggi, maju, dan sejahtera”.
D. Tugas, Kedudukan dan Fungsi
1. Kedudukan
Kedudukan RPTRA dibangun dan dibentuk atas dasar
Pemerintah DKI Jakarta dan pengelolaannya dilakukan
secara partisipasi kepada masyarakat setempat demi
kepentingan ruang publik yang akan dapat
dimultifungsikan.
2. Tugas
Tugas-tugas yang difungsikan oleh RPTRA sebagai
berikut:
a) Penyediaan ruang terbuka yang dapat dijadikan
sebagai tempat untuk melindungi dan memenuhi
segala hak anak untuk mendapatkan kehidupan yang
layak, sehingga dapat berkembang dengan adanya
partisipasi dari masyarakat itu sendiri sesuai harkat
kemanusiaan.
58
b) Penggunaan dengan baik sarana dan prasarana yang
tersedia dari Pemerintah serta peran dari masyarakat
itu sendiri dalam membantu untuk memenuhi hak-
hak dari seorang anak.
c) Sarana prasarana yang tersedia guna
mengembangangkan Kota Layak Anak.
3. Fungsi RPTRA
RPTRA berfungsi sebagai (Basuki, 2015, p.6):
a) Pusat kegiatan masyarakat sebagai pusat kegiatan
ekonomi dan sosial termasuk pengembangan
pengetahuan dan keterampilan.
b) Sebagai sarana dan prasarana pelayanan Kota
Layak Anak dan tumbuh kembang anak serta
kegiatan terpadu dari bayi hingga lansia dan juga
sebagai pusat konsultasi dan informasi keluarga.
c) Sebagai penunjang fasilitas terpadu anak di luar
sekolah termasuk disabilitas.
d) Sebagai usaha peningkatan pendapatan keluarga.
e) Sebagai tempat bermain anak dan taman terbuka
publik.
f) Ruang terbuka hijau dan penyerapan air tanah.
g) Sebagai kawasan evakuasi bencana.
E. Gambaran Umum Penduduk
Penduduk disekitar RPTRA Anggrek sangat padat dan
kumuh, bahkan dalam satu rumah terdiri dari beberapa
kepala keluarga. Mata pencaharian penduduk di sekitar
59
RPTRA Anggrek Bintaro sangat beragam, mulai dari
karyawan swasta, wiraswasta, kuli bangunan, pedagang, ibu
rumah tangga da nada juga yang masih mengaggur.
Sedangkan mata pencaharian Lansia yang paling dominan
adalah sebagai pensiunan dan ibu rumah tangga. Latar
belakang pendidikannya adalah SD, SLTP, SLTA, dan
Universitas. Warga di sekitar RPTRA Anggrek Bintaro juga
memiliki berbagai forum sosial, seperti pengajian bulanan
dan arisan RT.
F. Bentuk Kegiatan Posbindu
Gambar 3.2 Proses Kegiatan Posbindu
Sumber: P2PTM Kementrian Kesehatan
Di dalam (p2ptm.kemkes.go.id, 2019) Posbindu PTM
meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu:
1) Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan
wawancara sederhana tentang riwayat PTM pada
keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok,
60
kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya
cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta
informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi
masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM.
Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan
dan berkala sebulan sekali.
2) Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan,
Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, analisis
lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya
diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh
hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas.
Untuk anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan
ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.
3) Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana
diselenggarakan 1 tahun sekali bagi yang sehat,
sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita
gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali.
Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan
peakflowmeter pada anak dimulai usia 13 tahun.
Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih.
4) Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu
sehat paling sedikit diselenggarakan 3 tahun sekali
dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM
atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1
tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah
dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat,
61
bidan, analis laboratorium dan lainnya).
5) Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida,
bagi individu sehat disarankan 5 tahun sekali dan bagi
yang telah mempunyai faktor risiko PTM 6 bulan
sekali dan penderita dislipidemia/gangguan lemak
dalam darah minimal 3 bulan sekali. Untuk
pemeriksaan gula darah dan Kolesterol darah
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di
lingkungan kelompok masyarakat tersebut.
6) Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam
Asetat) dilakukan sebaiknya minimal 5 tahun sekali
bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif,
dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi
setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan
pemeriksaan ulang setiap 5 tahun, namun bila hasil
IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi
kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh
bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana
lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di Puskesmas
7) Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan
tes amfemin urin bagi kelompok pengemudi umum
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
8) Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan
setiap pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting
dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang
bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara
62
mengendalikannya.
9) Kegiatan aktifitas fisik atau olah raga bersama, tidak
hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu
PTM namun perlu dilakukan rutin setiap minggu
diiringi dengan pengecekan tensi dan bekerja sama
dengan Puskemas setempat.
10) Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar
di wilayahnya dengan pemanfaatan sumber daya
tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana
dalam penanganan pra-rujukan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan
dan kondisi setempat:
11) Pemberi Makanan Tambahan (PMT) Penyuluhan
sebagai contoh menu makanan dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi Lansia serta
menggunakan bahan makanan yang mengandung
serat sesuai dengan kebutuhan Lansia.
G. Sarana dan Prasarana
Fasilitas penunjang Posbindu dengan aspek-aspek sebagai
berikut:
63
Tabel 3.1. Standar Sarana Posbindu PTM
Tipe Posbindu PTM Peralatan Deteksi Dini
Dan Monitoring
Media KIE dan Penunjang
Posbindu PTM Dasar
-Alat Ukur Lingkar Perut
-Alat Ukur Tinggi Badan
-Alat Analisa Lemak Tubuh
-Tensi meter digital
-Peak flow meter
-Lembar balik : 1buah
-Leaflet/brosur : 1buah
-Buku panduan : 1buah
-Buku Pencatatan : 1buah
-Formulir Rujukan :1buah
-Kursi dan Meja:
Sesuai kebutuhan
Posbindu PTM Utama
-Alat Ukur Guladarah
-Alat kesehatan
dan penunjang lainnya
Fasilitas penunjang RPTRA dengan aspek-aspek sebagai
berikut:
1. Permainan edukatif indoor dan outdoor yang aman dan
ramah anak.
2. Olahraga dan kesehatan ibu dan anak seperti Posyandu,
Posbindu, ruang laktasi, konsultasi tumbuh kembang
anak, batu terapi, dan lain sebagainya.
3. Pendidikan masyarakat seperti BKB PAUD, Pojok Baca,
Perpustakaan, Papan Informasi, Penerapan jam belajar,
panggung interaktif serta penyediaan sarana internet atau
wifi.
4. Ruang terbuka hijau, mencakup taman yang indah, taman
obat-obatan, tanaman sayuran dan lain sebagainya.
5. Kebersihan seperti tempat sampah terpilah dan sarana cuci
64
tangan, toilet bersih dan ramah anak serta penyandang
disabilitas.
H. Struktur Organisasi
Bagan 3.1 Struktur Organisasi Pengurus RPTRA
Anggrek Bintaro
Lurah Bintaro:
Satia
Ketua TP PKK:
Nanay Satia
Koordinator:
Saidah Farida
Sekretaris:
Nurhasanah
Bendahara:
Kris Tri Rejeki
Sie Ekonomi:
Tyas
Sie Sarpras:
Jamilah
Sie Humas:
Haris
65
Bagan 3.2 Struktur Organisasi Pengurus Posbindu
Lurah Bintaro:
Satia
Puskesmas Bintaro
Ketua:
Sri Astuti
Sekretaris:
Aminah
Bendahara:
Hella Sadi’ah
Anggota:
Walyanti
Anggota:
Mujiati
Anggota:
Oxiantina
66
BAB IV
ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Identitas Informan
Dalam penelitian ini jumlah informan sebanyak 8 orang
yang terdiri dari informan utama yaitu tiga kader Lansia, dan
informan tambahan yaitu satu kader Pra Lansia, satu
koordinator RPTRA dan tiga anggota Posbindu yang
merupakan Lansia, berikut ini adalah identitas informan:
Tabel 4.1 Identitas Informan
No. Nama Jenis
Kelamin
Usia Pendi
dikan
Lama
menjadi
kader
Posbindu
Lama
Tinggal di
RW.12 Kel.
Bintaro
1. SA (kader
Lansia)
P 63 tahun S1 4 tahun 42 tahun
2. M (kader
Lansia)
P 65 tahun SMA 4 tahun 34 tahun
3. HS (kader
Lansia)
P 60 tahun SMA 4 tahun 60 tahun
4. A (kader
Pra Lansia)
P 47 tahun S1 4 tahun 45 tahun
5. SF
(koordinator
RPTRA)
P 45 tahun S1 47 tahun
6. SM P 65 tahun S1 52 tahun
67
(anggota
Lansia)
7. AA
(anggota
Lansia)
L 68 tahun S1 52 tahun
8. P (anggota
Lansia)
P 77 tahun SD 57 tahun
B. Temuan Lapangan
Berikut ini peneliti akan menguraikan latar belakang para
kader untuk menjadi kader di Posbindu yang diperoleh dari
hasil wawancara, bagaimana partisipasi kader Lansia dalam
memberikan pelayanan di Posbindu termasuk tanggapan para
anggota dan kader Pra Lansia terhadap pelayanan yang
diberikan oleh kader Lansia, serta faktor apa saja yang
mendukung dan menghambat dari partisipasi kader Lansia ini
dalam memberikan pelayanan di Posbindu.
RPTRA sendiri dijadikan sebagai wadah atau tempat untuk
melaksanakan kegiatan Posbindu setiap bulannya dikarenakan
fungsi RPTRA sebagai layanan masyarakat dimana semua
lapisan masyarakat dapat menggunakan atau mengakses
RPTRA demi berlangsungnya kegiatan yang berbasis
kemasyarakatan.
1. Keterlibatan Kader Lansia di Posbindu
Berbagai macam alasan keterlibatan Lansia dalam
memberikan pelayanan di Posbindu sangat beragam. Hal ini
68
dikemukakan pada saat wawancara dengan kader Lansia di
Posbindu.
a. Kader Lansia yang ditunjuk secara langsung oleh warga
setempat
Dalam wawancara berbagai alasan yang berbeda-beda
mengenai alasan mereka ingin memberikan pelayanan di
Posbindu ini salah satunya karena penunjukan oleh ketua
PKK setempat, seperti keterangan salah satu kader di
bawah ini:
“Awalnya saya ditunjuk karena merupakan salah
satu anggota PKK di RW.12 ini sih. Nah saya
diberikan mandat untuk menjalankan Posbindu ini
bersama rekan-rekan yang lainnya. Saya iyakan
karena jadi salah satu peluang untuk mengisi waktu
kekosongan juga sih jadi bisa lebih produktif lagi,
dan di Posbindu ini kan memang ada beberapa
kader Lansia lainnya, tapi kami saling membantu
satu sama lain sih. Nah makanya jangan heran
kalau disini gaada bapak-bapaknya karena
memang yang ditunjuk untuk membantu
pelaksanaan Posbindu ini memang ibu-ibu PKK
(Ibu SA, Januari 2020).”
Orang berpengaruh dan orang yang memiliki
wewenang di dalam sebuah lembaga dapat juga
melakukan penunjukan pengurus Posbindu. Penunjukan
juga dilakukan oleh warga setempat seperti dalam
wawancara berikut ini:
“Saya juga ditunjuk oleh warga sekitar untuk
menjadi pengurus Posbindu ini karena mungkin
mereka juga sudah kenal saya sih (Ibu HS, Januari
2020).”
69
b. Mengisi waktu luang
Alasan lain Lansia dalam menjadi kader Posbindu
karena mereka ingin mengisi waktu yang kosong setelah
pensiun dari pekerjaannya. Beberapa dari mereka bosan
karena hanya berdiam diri di rumah karena keluarganya
yang jauh dan juga anak-anaknya yang sudah berkeluarga
seperti dalam wawancara kader Lansia berikut ini:
“Selain ingin memberikan pelayanan kepada
Lansia lainnya, saya juga ingin mengisi
kekosongan waktu yang ada, maklum anak dan
cucu jauh dari saya karena mereka tinggal di luar
kota (Ibu HS, Januari 2020).”
Kader lainnya juga mengatakan bahwa mereka itu
merasa sangat bosan di rumah karena suami mereka sudah
meninggal dan kebanyakan anggota dan kader adalah
seorang janda pensiunan, seperti pada pernyataan berikut
ini:
“Saya sendiri sebenernya janda ya suami saya
sudah lama meninggal, saya juga merupakan
pensiunan PNS dulu dan sekarang saya mulai
bingung apalagi yang harus saya kerjakan. Anak
sudah berkeluarga dan tinggal berbeda rumah
sedangkan saya hanya di rumah jadi bosen.
Apalagi semenjak suami saya udah meninggal, dari
situ dalam mengisi waktu kekosongan saya, saya
ikut aja kegiatan Lansia yang ada (Ibu SA, Januari,
2020).”
c. Waktu yang tepat
Alasan lain yang dikemukakan oleh kader Lansia
lainnya adalah waktu pelaksanaan Posbindu yang sama
sekali tidak mengganggu sehingga memudahkan
70
berjalannya kegiatan setiap bulannya, seperti keterangan
berikut ini:
“Hari pelaksanaan Posbindu juga yang tepat sih
ya, jadi gak ngeganggu juga keluarga yang
mungkin mengantarkan Lansia untuk melakukan
pengecekan kesehatan di Posbindu ini. Jadi sisa
hari biasanya saya lakukan untuk mengurus cucu
dan mengobrol saja dengan tetangga, karena
pelaksanaannya sebulan sekali, jadi saya selalu
bisa sih dan meluangkan waktunya sih (Ibu M,
Januari 2020).”
d. Menyalurkan hobi berorganisasi
Latar belakang para Lansia ini adalah hobi
berorganisasi yang kemudian akhirnya menjadi kader
dalam Posbindu ini dan kebanyakan dari mereka
mengikuti organisasi PKK, seperti pernyataan Kader
Posbindu berikut ini:
“Saya sih mau jadi kader disini itu karena dari
muda memang hobi berorganisasi sih ya jadi
walaupun sukarela dan tidak ada upahnya tapi
saya merasakan kepuasan batin sendiri karena
saya dimasa tua saya, saya juga bisa membantu
orang lain. Selain itu kan saya memang dari dulu
sudah mengikuti organisasi disini seperti menjadi
pengurus RT (Ibu SA, Januari 2020).”
e. Keinginan untuk berguna di masa tua dan dapat
membantu orang lain
Alasan lainnya kader Lansia ini ingin memberikan
pelayanan di Posbindu adalah keinginan untuk dapat
membantu orang lain dan menjadi orang berguna di masa
tuanya. Ketika membantu orang lain juga memiliki rasa
puas di dalam batinnya, seperti pernyataan dua kader
71
dibawah ini:
“Banyak orang yang bertanya apa gunanya dan
apa ada uangnya jadi kader di Posbindu ini dan
saya menjawab tentu tidak karena kepuasan hati
sendiri yang dihasilkan dari mengikuti kegiatan ini
dan juga ini jadi salah satu penyalur hobi yang
saya miliki. Saya juga senang bekerja disini dapat
membantu banyak orang juga dan suatu pekerjaan
yang sangat menghibur karena saya mengenal
banyak orang baru atau pendatang yang belum
saya kenal terutama di lingkungan rumah saya (Ibu
SA, Januari 2020).”
“Saya bergabung dalam Posbindu ini karena saya
pribadi senang dapat mengikuti kegiatan ini. saya
senang dapat mengenal dan membantu orang lain.
Saya juga merasa senasib dengan mereka jadi apa
salahnya membantu (Ibu M, Januari 2020).”
f. Aktif dalam berorganisasi
Salah satu kader Lansia di Posbindu ini pernah
menjabat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Kader Lansia ini
banyak membantu kader lainnya dalam berorganisasi
karena sebelumnya kader Lansia ini banyak mengikuti
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan di kantornya, seperti
pernyataan berikut ini:
“Saya dulunya seorang pegawai negeri yang
bekerja di Pemda DKI. Tugas saya disana adalah
memberantas buta huruf para istri karyawan. Dulu
untuk ikut kegiatan organisasi di RW sendiri
sangatlah sulit. Tapi kalau berpartisipasi dalam
kegiatan kemasyarakatan di kantor saya sering
mengikutinya. Mungkin hal tersebut juga
membantu saya dalam menjalani Posbindu ini
sebagai ketua dimana saya harus mengorganisir
anggota-anggota Posbindu agar tercapainya
tujuan dari Posbindu ini sesuai dengan petunjuk
72
teknis yang telah ada (Ibu SA, Januari 2020).”
2. Partisipasi Kader Lansia di Posbindu
Kader Lansia ini masing-masing memiliki dan
menjalankan tugas sesuai peran dan kapasitas kemampuan
yang mereka miliki. Berbagai macam bentuk partisipasi
yang diberikan dari setiap kader Lansia berbeda-beda.
a. Memberikan pelayanan terhadap anggota Posbindu Lansia
Kader Lansia di Posbindu ini mencoba memberikan
pelayanan kapada anggota Posbindu. Pelayanan yang
diberikan berupa memberikan informasi-informasi yang
dibutuhkan oleh Lansia seperti informasi mengenai
kesehatannya.
“Saya sendiri membantu Lansia dalam memberikan
informasi-informasi mengenai BPJS, terus juga
kadang saya memberikan informasi mengenai
makanan apa saja yang dapat menyebabkan Lansia
itu dapat mengalami penyakit seperti kadar gula
naik, asam urat dan lain sebagainya sih. Nah jika
memang ada pertanyaan yang mungkin belum
kapasitas saya untuk menjawabnya saya biasanya
menyerahkan kepada petugas Puskesmas yang ada
(Ibu SA, Januari 2020).”
Pelayanan yang diberikan oleh kader Lansia selain
pelayanan kesehatan yaitu dengan mendengarkan
keluhan-keluhan para anggota Posbindu. Hal ini
dikemukakan oleh ibu A sebagai salah satu kader
Posbindu yang juga berperan sebagai petugas kesehatan,
berikut hasil wawancaranya:
“Kebetulan saya sebagai salah satu petugas disini
yang juga merupakan seorang dokter di rumah
73
sakit Polri. Jadi saya disini ikut berperan dalam
memberikan konseling dan dalam pengecekan
kesehatan. Tapi, terkadang juga ada petugas
Puskesmasnya yang rolling dan ikut membantu
dalam memberikan pelayanan di Posbindu ini. saya
juga mendengarkan keluhan-keluhan dari Lansia
itu sendiri dimana biasanya setelah dilakukan
pengecekan kesehatan saya merekomendasikan
para Lansia yang memang misalnya kadar gula nya
sudah tinggi untuk memeriksakan dirinya ke rumah
sakit agar mendapatkan pelayanan yang sesuai
atau bisa juga diluar jadwal Posbindu jika saya
ada di rumah bisa langsung memeriksakannya ke
saya di rumah saya yang kemudian saya akan
rekomendasikan obat-obat yang mungkin mereka
butuhkan dan mereka bisa langsung menebus obat
tersebut di apotik terdekat (Ibu A, Desember 2019).
Gambar 4.1 Pelayanan Kader di Posbindu
74
Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2020
b. Home visit
Kader Lansia disini juga banyak yang aktif maupun
yang kurang aktif. Pelayanan tersebut juga diberikan
kepada anggota Posbindu yang tidak datang dikarenakan
sakit dan biasanya para kader melakukan home visit dan
pengecekan secara berkala untuk anggota Posbindu yang
sakit dan tidak bisa berjalan menuju tempat pelaksanaan
Posbindu. Berikut pernyataan salah satu kader Posbindu
75
yang biasanya melakukan home visit:
“Home visit ini dilakukan ketika Lansia tidak dapat
berjalan menuju tempat dilaksanakannya Posbindu
karena keadaan fisik yang tidak memungkinkan.
Seperti ada namanya Ibu I, dimana beliau karena
penyakit gula yang dideritanya mengalami
amputasi jari-jari kaki dan beliau sudah tidak
mampu beranjak dari kasur. Nah disitulah kami
memberikan pelayanan kesehatan dengan home
visit dimana kami tetap pantau konsumsi
makanannya agar penyakit gula yang dideritanya
tidak naik dan tetap stabil (Ibu A, Januari 2020).
Gambar 4.2 Home Visit
Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2020
c. Melaksanakan tugas administrasi Posbindu
Kader Lansia di Posbindu ini memberikan informasi
kepada para Lansia dan mengatur jadwal pelaksanaan
Posbindu, seperti pernyataan berikut ini:
“Saya disini bertugas untuk mengatur jadwal
kegiatan Posbindu yang terkadang suka berubah-
ubah dikarenakan harus disesuaikan dengan
petugas dari Puskesmas yang membantu dalam
melakukan penyuluhan. Selain itu saya juga
76
memberikan informasi kepada Lansia mengenai
program BPJS yang mana sewaktu-waktu dapat
digunakan oleh Lansia jika membutuhkan
pelayanan kesehatan (Ibu HS, Januari 2020).”
Selain mengatur jadwal, ada juga kader Lansia yang
bertugas untuk membuat surat undangan untuk Lansia
terkait hari dan tanggal dilakukannya pelaksanaanya
Posbindu setiap bulannya. Hal ini dinyatakan sebagai
berikut:
“Kalo saya sendiri biasanya bertugas untuk
membuat surat undangan kepada Lansia dan Pra
Lansia setelah sudah mendapatkan jadwal yang
pas dengan petugas kesehatannya dan
menitipkannya ke RT (Ibu M, Januari 2020).”
Hal ini juga dinyatakan oleh salah seorang Kader bahwa
para kader melaksanakan tugas administrasi di Posbindu
ini, seperti wawancara berikut ini:
“Kalau menurut saya sendiri disini sih tidak ada
perbedaan antara tugas kerja Lansia dan kerja Pra
Lansia dan kami saling membantu satu sama lain.
Contohnya karena saya disini sebagai sekretaris
jadi, sayalah yang mencatat seluruh kegiatan disini
dan nanti ibu HS yang mencatat absen mulai dari
absen kader dan absen anggota Lansia yang hadir.
Kan ini juga salah satu program pemerintah ya jadi
disini kita mempunyai tujuan yang sama intinya
yaitu melayani Lansia di Posbindu ini. Jadi sama
sekali tidak ada perbedaan antara satu dengan
yang lainnya (Ibu A, Januari 2020).”
77
Gambar 4.3 Tugas Administrasi Kader Lansia di Posbindu
Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2020
d. Memberikan motivasi kepada anggota Lansia
Pelayanan lain yang diberikan adalah memotivasi para
anggota Lansia agar tetap aktif dalam kegiatan Posbindu
ini. Seperti penjelasan dibawah ini:
“Selama kegiatan Posbindu berlangsung saya juga
mendorong anggota Lansia untuk aktif dalam
berpartisipasi kegiatan Posbindu ini. Saya kadang
juga suka mengingatkan pada acara pengajian
ataupun arisan untuk jangan lupa datang dan
mengikuti kegiatan Posbindu ini. Saya juga
menghimbau dalam setiap kunjungan ke rumah
Lansia, sekaligus mengajak mereka untuk
berpartisipasi dalam kegiatan Posbindu ini (Ibu M,
Januari 2020).
Hal ini juga dinyatakan oleh salah satu kader Pra Lansia
dimana para kader Lansia ini juga memberikan motivasi
kepada anggota dalam mengikuti serangkaian program
Posbindu seperti senam Lansia dan Pra Lansia ataupun
78
penyuluhan. Dinyatakan dalam wawancara berikut ini:
“Para kader Lansia disini juga aktif dan juga
membantu saya juga sih dalam menggalakkan
senam Lansia yang diadakan setiap minggu dan
juga terkadang penyuluhan kesehatan juga
diadakan setiap satu bulan sekali dengan bekerja
sama dengan universitas dan Puskesmas setempat
yang ingin memberikan penyuluhan tentang
kesehatan di Posbindu ini. Jadi disini kader
Lansianya sangat antusias, mereka juga tidak
segan-segan untuk memberikan motivasi dan
kepada para Lansia lainnya (Ibu A, Januari 2020).”
Gambar 4.4 Senam Lansia
Sumber: Dokumentasi Posbindu Tahun 2020
79
e. Menyumbangkan pikiran
Kader Lansia memberikan sumbangan berupa gagasan
atau ide berupa inovasi agar kegiatan Posbindu ini dapat
menyenangkan dan tidak membosankan, seperti
wawancara berikut ini:
“Namanya juga kegiatan pemeriksaan kesehatan
pasti ada kalanya anggota merasa bosan. Nah
maka dari itu, kami mengusulkan ide-ide agar
Posbindu ini tidak terkesan membosankan karena
sekedar memberikan pelayanan kesehatan saja.
Seperti rekreasi yang sedang kami rencanakan.
Setelah kegiatan Posbindu biasanya kami
mengadakan rapat bulanan untuk kegiatan
Posbindu ini. Terkadang pendapat dari anggota
Lansia juga menjadi bahan rujukan sebagai materi
penyuluhan yang harus diadakan sebagai
pengetahuan bagi Lansia itu sendiri mengenai
penyakit dan gejala dari penyakit-penyakit yang
mungkin sering muncul atau dialami pada masa tua
(Ibu SA, Februari 2020).”
Para Kader di dalam Posbindu ini juga sangat kreatif
dalam menggagaskan ide-ide dalam kegiatan Posbindu
ini. Sehingga, kegiatan Posbindu ini dapat lebih
menyenangkan. Dinyatakan dalam wawancara berikut
ini:
“Posbindu ini termasuk salah satu Posbindu
percontohan dimana kader-kader di Posbindu ini
juga kreatif dalam memberikan ide untuk
mengembangkan Posbindu ini sendiri. Mereka juga
melaksanakan senam Lansia secara rutin supaya
tidak terus membahas tentang kesehatan. Tetapi di
Posbindu ini kita juga dapat bersilaturahmi dan
makan bersama dan melaksanakan kegiatan
lainnya (Ibu M, Februari 2020).”
80
f. Memberikan sumbangan tenaga
Kader di Posbindu ini selain menyumbangkan ide atau
gagasan juga menyumbangkan tenaga. Mereka bersuka
rela meluangkan waktu dan tenaga demi terlaksananya
kegiatan Posbindu ini. dinyatakan oleh salah satu kader
dibawah ini:
“Sumbangan tenaga yang diberikan oleh kader di
Posbindu ini berupa waktu sih ya dimana kita kan
harus datang pagi-pagi. Penyuluhan di Kecamatan
juga mengenai pelayanan yang akan diberikan
dalam Posbindu ini agar semua kader di Posbindu
dapat bisa melaksanakan semua tugas yang ada.
Mengikuti rapat-rapat kegiatan Posbindu ini dan
juga harus meminta tanda tangan dari RT dan RW
sebelum memulai kegiatan Posbindu ini. Posbindu
ini pelaksanaan nya kan biasanya jam 8 pagi, tapi
untuk kader sendiri biasanya jam setengah 7 sudah
harus sampai di tempat kegiatan untuk menyiapkan
segala alat-alat yang akan dipergunakan dalam
kegiatan Posbindu juga sih (Ibu HS, Februari
2020).”
Para kader Lansia ini juga memberikan sumbangan
tenaga dalam hal menyiapkan dan membereskan
peralatan pada saat pelaksanaan Posbindu serta dalam
menghubungi petugas kesehatan yang berasal dari
Puskesmas untuk membantu kegiatan Posbindu ini.
Berikut hasil wawancara berikut ini:
“Sebelum melakukan dan setelah kegiatan
Posbindu kami bertanggung jawab dalam
mempersiapkan dan merapihkan alat seperti
timbangan, alat ukur, alat tensi, alat cek gula
darah, kursi, meja yang digunakan dalam
pelaksanakan Posbindu. Dalam kegiatan senam
Lansia kami juga membantu dalam mencarikan
81
instruktur senamnya dan petugas Kesehatan yang
bersedia datang untuk melakukan cek kesehatan
sebelum memulai senam Lansia. Tapi terkadang
pengecekan itu tidak dilaksanakan setiap saat (Ibu
SA, Februari 2020).”
Banyak juga dari kader yang datang ke tempat kegiatan
dengan berjalan kaki dan terkadang lelah karena melayani
Lansia yang jumlahnya lumayan banyak. Hal tersebut
juga diungkapkan oleh seorang kader berikut ini:
“Banyak dari kami yang pergi ke tempat kegiatan
dengan berjalan kaki. Itu semua dilakukan
sekaligus mengajak Lansia di sekitar tempat
tinggal agar hadir ke Posbindu dan juga sekalian
melongok Lansia yang sakit agar nanti bisa
dilakukan pengecekan atau home visit ke rumahnya
(Ibu HS, Februari 2020).”
“Kadang lelah juga sih karena kan harus melayani
banyak Lansia di Posbindu ini. Tapi memang
senang sih melihat mereka sehat jadi nambah
semangat juga dalam ngeberi pelayanan disini (Ibu
SA, Februari 2020).”
g. Memberikan sumbangan dana dan peralatan
Para kader disini juga turut menyumbangkan uangnya
demi terlaksananya program Posbindu ini. Seperti alat
tulis ataupun papan nama alur pelayanan Posbindu dan
juga mencetak undangan, seperti pernyataan dibawah ini:
“Kadang gak semuanya pake dana dari Kecamatan
sih. Kadang juga ada pake uang kita-kita. Misalkan
kaya beli alat tulis tuh atau ini nih papan nama dan
juga kalo pas nyetak undangan itu, kan gamungkin
kita minta ke Kecamatan nanti turunnya lama. Jadi
ya kita inisiatif aja sendiri patungan untuk beli
peralatan tambahannya (Ibu SA, Februari 2020).”
82
Gambar 4.5 Peralatan di Posbindu
Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2020
Di luar itu, kader Lansia ini juga memiliki uang kas.
Dimana uang kas tersebut digunakan ketika membutuhkan
hal-hal yang tidak terduga dan juga membelikan makanan
ketika selesai pelaksanaan Posbindu tersebut. Dinyatakan
dalam pernyataan berikut ini:
83
“Kita juga ada uang kas sih tapi biasanya memang
kita gunakan itu untuk membeli makanan misalnya
jadi pas selesai kegiatan Posbindu para kader
ngeriung makan bareng dan juga digunakan untuk
kebutuhan yang tidak terduga juga (Ibu M,
Februari 2020).
Untuk makanan yang diberikan kepada anggota
Posbindu setelah memeriksa kesehatan itu mendapatkan
anggaran dari pihak Kecamatan setiap bulannya. Makanan
yang diberikan berupa buah dan snack. Seperti pernyataan
berikut ini:
“Biasanya abis ngecek kesehatan Lansia ini dapat
snack dan buah. Nah untuk snack dan buah ini
sebenarnya anggarannya dari Pemerintah, dan
setelah uang anggaran itu turun, barulah kami
belanjakan sesuai dengan budget yang ada dan
selalu kami pastikan belanja snack atau buah yang
mengandung gizi dan vitamin yang seimbang.
Sebenarnya dengan adanya pemberian snack dan
buah setelah pemeriksaan ini dapat menambahkan
semangat Lansia dan Pra Lansia untuk hadir dan
mengecek kesehatannya (Ibu HS, Februari 2020).
84
Gambar 4.6 Snack untuk Anggota Posbindu
Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2020
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Patisipasi Kader
Lansia dalam Memberikan Pelayanan di Posbindu
a. Faktor pendukung
1). Jarak pelaksanaan Posbindu dekat dengan rumah
Jarak yang ditempuh oleh kader Lansia dan
kemudahan akses dari rumah mereka ke tempat
pelaksanaan Posbindu menjadi salah satu faktor
pendukung untuk memberikan pelayanan di Posbindu.
Seperti pada pernyataan berikut ini:
“Kalau saya sendiri jarak dari rumah saya ke
Posbindu itu kira-kira 200 meter. Kalau saya
memang suka juga berjalan kaki, itung-itung
sambil olahraga pagi (Ibu A, Februari 2020).”
“Posbindu ini gak terlalu jauh dari rumah saya
dan saya biasanya jalan kaki dan tidak ada
masalah sih sejauh ini (Ibu HS, Februari
2020).”
85
“Namanya orang jaman dulu mba beda
dengan anak jaman sekarang. Saya masih kuat
ko untuk jalan kaki kesini. Jarak dari rumah
saya pun tidak terlalu jauh. Hitung-hitung
jalan sehat (Ibu SA, Februari 2020).”
Dari beberapa pernyataan kader, tidak semua kader
Lansia yang merasa kesulitan untuk datang ke
Posbindu. Walaupun ada satu kader yang merasa
rumahnya jauh, jadi agak kesulitan untuk datang ke
Posbindu. Pernyataan tersebut seperti dibawah ini:
“Sejauh ini tidak ada kesulitan yang gimana-
gimana sih. Hanya saja terkadang saya agak
sedikit kesulitan untuk kesini, apalagi naik
kendaraan umum. Tapi untungnya ada anak
saya kalau pagi jadi sekalian dia berangkat
kerja sekalian antar saya kesini (Ibu M,
Februari 2020).”
2). Kesadaran di dalam diri sudah masuk ke dalam fase
lanjut usia
Kesadaran di dalam diri mereka yang tumbuh
ketika memasuki masa Lansia dimana mereka sudah
tidak dapat bekerja lagi secara formal dan sudah
memasuki masa pensiun tetapi keinginan di dalam
dirinya untuk tetap produktif dan bisa membantu orang
lain sangat tinggi. Dinyatakan pada wawancara berikut
ini:
“Saya sudah pensiun dari kerjaan sudah 5
tahun yang lalu. Tapi, saya masih ingin hidup
produktif walaupun sudah tua serta di masa tua
ini saya ingin berguna juga bagi orang lain,
agar hidup ini juga gak sia-sia (Ibu HS, Maret
2020).
86
3). Dukungan dari Lansia lain
Adanya berbagai macam dukungan dari Lansia lain
menumbukan semangat bagi kader Lansia dalam
memberikan layanan. Seperti pada pernyataan berikut
ini:
“Lansia di sekitar sini sangat mendukung saya
dalam berpartisipasi atau untuk menjadi
petugas Posbindu. Tanggapan mereka sendiri
sangat positif dan membuat saya menjadi
semangat dalam memberikan pelayanan di
Posbindu ini (Ibu SA, Maret 2020).”
4). Dukungan dari keluarga
Dukungan keluarga sangatlah penting dalam
partisipasi kader Lansia di Posbindu ini. Dimanalah
keluarga dan anak-anaknya ini yang mendorong kader
Lansia untuk berpartisipasi dan aktif di dalam kegiatan
Posbindu ini. Seperti pernyataan di bawah ini:
“Menurut saya dukungan dari keluarga itu
sendiri sangat penting mba. Keluarga juga
yang menyuruh saya untuk tidak di rumah saja
apalagi dulu pada saat muda memang saya
hobby nya jalan-jalan sih ya, jadi ya gini
gabisa diem di rumah aja. Lagi pula kan
pelaksanaan kegiatan ini hanya sebulan sekali,
ya palingan kan senam ya. Kalau senam kan
juga itu buat saya sendiri juga. Jadi walaupun
udah tua gini kan juga masih sehat. Kegiatan
Posbindu ini juga gak membebankan siapapun
atau memaksa siapapun karena kan balik lagi
ke diri kita. Terkadang setelah kegiatan kami
juga kader bergantian untuk memeriksakan
kesehatan kami satu sama lain ko (Ibu HS,
Maret 2020).”
Bentuk dukungan yang lainnya dalam hal
87
pembebasan kader Lansia dalam beraktivitas di luar
rumah selagi tidak memaksakan tenaga dan kondisi
mereka. Seperti pernyataan berikut ini:
“Gak ada permasalahan sih ya bagi keluarga
saya. Jadi anak-anak saya dan suami terutama
membebaskan saya saja mau berkegiatan
apapun, daripada di rumah saja (Ibu M, Maret
2020).
Dukungan keluarga juga sangat penting dalam hal
mengantar dan menjemput para Lansia yang sudah
tidak mandiri lagi untuk datang ke Posbindu. Seperti
pernyataan kader berikut ini:
“Kadang anggota Lansia disini juga banyak
yang dianter anaknya atau saudaranya untuk
pengecekan kesehatan saking antusiasnya
mereka untuk mengontrol kesehatan mereka
setiap bulannya (Ibu A, Maret 2020).”
5). Dukungan dari masyarakat sekitar
Dukungan dari masyarakat setempat dan juga dari
struktur masyarakat seperti RT, RW juga memberikan
semangat bagi para kader Lansia dalam berpartisipasi
untuk memberikan pelayanan di Posbindu ini.
Dukungan yang diberikan seperti pemberian tanda
tangan terkait perizinan pelaksanaan Posbindu dan
juga membantu kader Lansia ini dengan menghimbau
warganya untuk mengikuti Posbindu. Seperti
pernyataan kader berikut ini:
“Ketua RT dan RW disini sih sangat
mendukung ya. Apalagi kalau masyarakatnya
aktif dalam berorganisasi. Mereka juga
membantu kami dalam hal perizinan dan
88
memberikan tanda tangannya juga mereka
membantu untuk membagikan undangan
kepada warga. Jadi tidak menyulitkan sama
sekali (Ibu A, Maret 2020).”
Struktur masyarakat setempat juga tidak segan
dalam membantu mencarikan sponshorship atau
universitas yang siap memberikan penyuluhan
kesehatan. Seperti pernyataan kader berikut ini:
“RT dan RW disini juga aktif dalam
mencarikan universitas atau sponsorship yang
bisa diajak kerjasama dalam memberikan
penyuluhan kesehatan kepada warga sih mba.
Jadi mereka juga sangat antusias dan
membantu. Kadang dari pihak Kecamatan juga
sering mengontrol kegiatan di Posbindu ini
setiap bulannya. Jadi semua mendukung
terlaksananya program ini (Ibu SA, Maret
2020).”
Gambar 4.7 Penyuluhan Kesehatan dari Universitas Yarsi
89
Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahun 2020
6). Pendidikan para kader
Pendidikan para kader ini sangat berpengaruh
terhadap partisipasi dari kader itu sendiri. Sulit untuk
menjadi kader tanpa pendidikan yang yang cukup.
Seperti pernyataan kader berikut ini:
“Saya Cuma lulusan SMA. Latar belakang
pendidikan juga penting untuk menjadi kader
Posbindu ini. Jika ada penyuluhan-
penyuluhan, saya bisa membagikannya kepada
anggota Lansia lainnya yang mungkin masih
awam dengan penyakit-penyakit baru. Tetapi,
jika pendidikan saya rendah, saya akan sulit
untuk bisa menangkap informasi dan
membagikannya kepada para anggota Lansia
di Posbindu ini (Ibu HS, Maret 2020).”
Selain itu, bahasa medis yang digunakan oleh
petugas kesehatan masih awam bagi mereka yang tidak
berlatar belakang pendidikan, seperti pada wawancara
berikut ini:
90
“Pendidikan itu sangat penting menurut saya.
Bahasa medis yang digunakan kadang
sangatlah sulit untuk dipahami bagi
masyarakat awam. Disitulah pentingnya
pendidikan dalam berpartisipasi untuk menjadi
kader di Posbindu ini. Karena dalam menjadi
kader itu sendiri diperlukan pengetahuan dan
pinter ngomong juga sih ya sama warga jadi
dalam menyampaikan apa aja yang telah
dijelaskan oleh petugas kesehatan (Ibu M,
Maret 2020).”
7). Training pelayanan kesehatan
Semua kader di Posbindu wajib mengikuti kegiatan
training setiap bulannya di Puskesmas Kecamatan
digabung dengan kader lainnya yang masih dalam satu
lingkungan Kecamatan. Kegiatan training yang rutin
setiap bulannya dilakukan kepada semua kader
Posbindu guna dapat bekerja secara mandiri dan dilatih
untuk bisa melakukan apapun seperti cek tensi, gula
darah di dalam pelaksanaan kegiatan Posbindu ini.
Seperti pada pernyataan berikut ini:
“Jadi awalnya dari kelurahan nanti lanjut lagi
ke Puskesmas Kecamatan dan disana kita
diajarkan banyak untuk bisa mandiri dalam
menyuntik misalnya dan kami belajar dari
pihak Unesco secara langsung yang
memberikan pelatihannya tersebut kepada
para kader Posbindu. Jadi mereka juga pantau
untuk pembelajarannya (Ibu HS, Maret 2020).”
91
Gambar 4.8 Training pelayanan kesehatan di Puskesmas
Kecamatan
Sumber: Dokumentasi Posbindu Tahun 2020
8). Manfaat yang dirasakan
Berbagai macam manfaat yang dirasakan oleh para
kader disini diantaranya adalah para Lansia ini
menganggap bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat
bagi dirinya maupun bagi para Lansia yang lainnya.
Keterlibatan kader Lansia disini juga merupakan hal
yang bermanfaat bagi mereka karena bukan hanya
dapat dijadikan sebagai tempat untuk menyambung
92
silaturahmi saja, tetapi kegiatan Posbindu ini
merupakan kegiatan yang dapat dijadikan kesempatan
untuk mereka dalam bertukar informasi satu sama lain
dan saling belajar lagi serta dapat menuangkan ide-ide
karena Posbindu ini merupakan salah satu wadah yang
memungkinkan bagi mereka dapat berbagi rasa dan
menikmati hidupnya. Seperti hasil wawancara berikut
ini:
“Kegiatan Posbindu ini sangat bermanfaat.
Dengan mengikuti kegiatan ini saya jadi
mempunyai aktivitas baru di masa tua saya
daripada diem di rumah aja. Disini juga kami
dapat bersilaturahmi dengan teman-teman
seangkatan saya mba dan bisa menuangkan ide
apapun yang kami punya tanpa dibatasi. Jadi
banyak banget manfaatnya dari adanya
program Posbindu ini (Ibu HS, Maret 2020).”
“Kalau untuk saya sendiri manfaat kegiatan ini
sangat banyak. Jenuh juga kan mba kalo di
rumah aja. Jadi mending ikut kegiatan seperti
ini. kitanya juga jadi punya banyak temen dan
menjalin silaturahmi lagi, bisa ketawa-ketawa
bareng, cerita-cerita banyak deh mba (Ibu M,
Maret 2020).”
Selain hal di atas, manfaat yang dapat dirasakan
dalam kegiatan Posbindu ini adalah pemeriksanaan
kesehatan dan senam Lansia secara gratis dan rutin.
Seperti wawancara berikut ini:
“Sejauh ini banyak sekali manfaat yang dapat
dirasakan ya mba khususnya para Lansia. Kita
bisa dapat cek kesehatan gratis dan juga
kegiatan senam sehat untuk Lansia. Saya juga
sebagai kader turut merasakan manfaatnya
dengan partisipasi dalam kegiatan Posbindu
93
ini dan saya juga menjadi sangat terbantu
dengan senam sehat untuk Lansia ini karena
saya juga merasa badan jadi lebih segar dan
sehat setiap harinya (Ibu SA, Maret 2020).”
Manfaat lain yang dirasakan adalah kepuasan batin
dan untuk meghilangkan kejenuhan setelah memasuki
masa pensiun. Seperti wawancara di bawah ini:
“Saya sangat senang menjadi kader Posbindu
ada kepuasan batin sendiri gitu karena disini
saya merasa lebih berguna dan bermanfaat
bagi orang lain. Jika Lansia lain bertanya pun
saya merasa mudah untuk menjawabnya
karena apa yang mereka tanyakan sayapun
mengalaminya. Gitu sih mba kurang lebihnya
(Ibu HS, Maret 2020).”
9). Faktor lama tinggal di RW 12, Kelurahan Bintaro
Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa kader
Lansia sudah tinggal di lingkungan rumahnya dalam
waktu yang lama yang menjadikan ini sebagai
alasannya dalam berpartisipasi untuk memberikan
pelayanan di Posbindu ini. Ketiga kader ini adalah
orang yang telah lama tinggal di lingkungan RPTRA
Anggrek Bintaro. Seperti hasil wawancara berikut ini:
“Saya tinggal disini sudah dari tahun 80-an
mba. Hitung deh tuh mba udah berapa tahun
hehe… Dulu disini masih sawah sampe
sekarang sudah jadi pemukiman padat
penduduk. Ya bisa diliat sendiri ya mba. Saya
baru-baru ini aja aktif ikut PKK, tapi
Alhamdulillah langsung dipercaya untuk
menjadi ketua Posbindu. Selain itu, karena
saya orang lama dilingkungan ini, jadi saya
tidak merasa kesulitan atau gimana-gimana sih
94
mba dalam bersosialisasi (Ibu SA, Maret
2020).”
“Kalo tinggal disini sudah dari lahir sih emang
tinggal disini. Rata-rata memang banyak juga
keluarga saya yang tinggal di daerah sini,
apalagi di deket rumah saya, samping rumah
ade, depan rumah orang tua, jadi deket mau
ngapain-ngapain juga. Kalo dulu memang
saya masih sibuk bekerja, jadi masih belum
begitu aktif juga dalam berorganisasi.
Awalnya saya tau Posbindu ini juga dari ipar
saya. Darisitu saya ikut nyoba meriksa rutin
setiap bulannya sih dan saya coba untuk
mengikuti memberikan pelayanan di Posbindu
tersebut (Ibu HS, Maret 2020).”
“Saya tinggal disini udah 34 tahunan. Dulu
tinggal di Depok terus pindah kesini. Karena
saya seorang ibu rumah tangga, jadi saya aktif
sih dalam berorganisasi ikut PKK. Saya
tinggal disini juga sudah terbilang cukup lama.
Sehingga saya pun sudah mengenal para
tetangga di RW.12 ini atau sekitar lingkungan
RPTRA Anggrek Bintaro. Walaupun beda RT,
tapi saya banyak cukup mengenal. Mungkin hal
ini dijadikan salah satu faktor saya ditunjuk
untuk menjadi kader Posbindu karena saya
lebih mudah dalam mengajak para Lansia dan
mensosialisasikan program Posbindu ini
kepada warga (Ibu M, Maret 2020).”
b. Faktor Penghambat
1). Kondisi kesehatan kader
Adapun faktor penghambat dalam memberikan
pelayanan di Posbindu ini ditengah semangatnya para
Lansia dalam memberikan pelayanan yang
membuatnya tidak dapat berpartisipasi dalam
95
memberikan pelayana kepada para anggota Lansia
lainnya. Hal ini disebabkan karena penyakit yang
dideritanya seperti darah tinggi, asam urat, kolesterol
yang naik dan lain sebagainya. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan di bawah ini:
“Kalau saya sendiri penghambat dalam
berpartisipasi ini ketika darah saya tinggi. Jadi
mau gamau saya gabisa datang ke Posbindu
karena penyakit darah tinggi saya. Tapi
untungnya tidak seringkali sih mba (Ibu HS,
Maret 2020).”
“Karena mungkin faktor umur juga kali ya mba
jadi kadang saya suka kecapean sendiri mba.
Apalagi kalau kegiatannya dari pagi sampai
malam kadang suka kecapean, ya gini lah mba
(Ibu SA, Maret 2020).”
2). Kurangnya partisipasi dari angota Lansia khususnya
laki-laki.
Suatu kenyataan bahwa usia harapan hidup
perempuan melampaui laki-laki dikarenakan wanita
berusia lebih panjang dan wanita lebih banyak
melaporkan tentang gejala penyakit yang ia alami dan
berkonsultasi dengan dokter dibandingkan laki-laki.
Kurangnya partisipasi dari anggota Pobsindu
Lansia menjadi salah satu faktor penghambat dalam
pelaksanaan Posbindu. Salah satu alasannya
dikarenakan banyak ibu-ibu yang sudah janda yang
ditinggalkan meninggal dan bercerai di lingkungan
Posbindu RW.12. Sesuai dalam pernyataan berikut
ini:
96
“Kalau disini memang karena mungkin
namanya bapak-bapak agak susah untuk diajak
pemeriksaan paling bisa dihitung karena
mereka merasa kalau sakit sedikit ya sudah
masih bisa ditahan, jadi bukan masalah.
Paling yang saya tau gitu sih mba (Ibu M,
Maret 2020).
“Di lingkungan sendiri memang kebanyakan
janda sih mba. Ya itu entah di tinggal suaminya
atau di tinggal meninggal. Jadi ya merekalah
ibu-ibu yang aktif untuk mengikuti Posbindu ini
mba (Ibu HS, Maret 2020).”
3). Minimnya dana dan fasilitas
Faktor penghambat yang lainnya adalah minimnya
dana dan fasilitas yang disediakan oleh kementrian
kesehatan. Hal tersebut dinyatakan berikut ini:
“Hambatan dalam menjadi kader sendiri sih
ya, karena memang pekerjaannya sukarela dan
tidak di bayar jadi ya ikhlas saja sih ya. Untuk
dana makanan anggota Lansia memang
diberikan dari pihak Kecamatan. Tetapi, untuk
dana diluar itu seperti misalkan ada alat-alat
yang rusak itu biasanya dari swadaya
masyarakat atau paling kami mengajukan lagi
ke pihak Kecamatan, tetapi prosesnya memang
gak sebentar. Karena dari Kecamatan
biasanya harus mengajukan dulu ke dinas
Kesehatan setelah di acc, baru bisa dapat
alatnya, gitu sih paling mba kendalanya (Ibu
SA, Maret 2020).
Tabel 4.2 Hasil Temuan Lapangan
No. Judul Temuan Hasil Temuan
4.1 Identitas informan
Jumlah Informan
sebanyak 8 orang
Identitas
informan
mencakup nama,
jenis kelamin,
8 orang informan yang mencakup
nama, jenis kelamin, usia,
pendidikan, lama menjadi kader
di Posbindu dan lama tinggal di
97
usia,
pendidikan,
lama menjadi
kader di
Posbindu dan
lama tinggal di
RW 12 Kel.
Bintaro yang
terdiri dari
-Tiga orang
kader Lansia
-Satu orang
kader pra-Lansia
-Tiga orang
anggota
Posbindu
-Satu orang
koordinator
RPTRA
RW 12 Kel.
4.2 Temuan lapangan
1. Latar belakang
keterlibatan kader
lansia di posbindu
a. Kader Lansia
yang ditunjuk
secara langsung
oleh warga
setempat
-Penunjukan oleh ketua PKK
setempat.
- Orang berpengaruh dan orang
yang memiliki wewenang di
dalam sebuah lembaga dapat juga
melakukan penunjukan pengurus
Posbindu.
b. Mengisi
waktu luang
- Dikarenakan pensiun
-dikarenakan suami telah
meninggal
-Dikarenakan jauh dari keluarga
atau anak
c. Waktu yang
tepat
Waktu pelaksanaan Posbindu
yang sama sekali tidak
mengganggu sehingga
memudahkan berjalannya
kegiatan setiap bulannya.
d. Menyalurkan
hobi
berorganisasi
Hobi berorganisasi yang
kemudian akhirnya menjadi
kader dalam Posbindu ini dan
98
kebanyakan dari mereka
mengikuti organisasi PKK.
e. Keinginan
untuk berguna di
masa tua dan
dapat membantu
Memiliki rasa puas di dalam
batinnya ketika membantu orang
lain.
f. Aktif dalam
ber-organisasi
Banyak mengikuti kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan.
2. Partisipasi kader
lansia di posbindu
a. Memberikan
pelayanan
terhadap
anggota
Posbindu Lansia
- Memberikan informasi-
informasi yang dibutuhkan oleh
Lansia seperti informasi
mengenai kesehatannya
- Mendengarkan keluhan-
keluhan para anggota Posbindu
-Memberikan pelayanan
kesehatan
-Memberikan pelayanan
konseling
-Mengajak anggota untuk
berkomunikasi guna untuk
menjalin kedekatan dan
silaturahmi
b. home visit -Memantau kesehatan Lansia
yang sakit secara home visit dan
sudah tidak kuat untuk berjalan
lagi ke Posbindu secara berkala.
c. Melaksanakan
tugas
administrasi
Posbindu
-Mencatat absen.
-Mengatur jadwal pelaksanaan
Posbindu.
-Memberikan informasi kepada
anggota Posbindu.
d. Memberikan
motivasi kepada
anggota Lansia
- Memotivasi dengan ajakan di
arisan ataupun pengajian agar
Lansia menjadi aktif dalam
mengikuti kegiatan Posbindu.
e.Menyumbang-
kan pikiran
- Gagasan atau ide berupa inovasi
atau ide-ide agar kegiatan
Posbindu ini dapat
menyenangkan dan tidak
membosankan.
99
-Membahas kegiatan yang akan
dilakukan bulan berikutnya.
-Memikirkan agar partisipasi dari
Lansia itu sendiri dapat
bertambah.
f. Memberikan
sumbangan
tenaga
-Kader Posbindu rela
meluangkan waktu dan tenaga
demi terlaksananya kegiatan
Posbindu ini.
-Menghadiri rapat bulanan kader
Posbindu.
-Melayani puluhan Lansia.
-Menyusun peralatan dalam
kegiatan Posbindu.
-Berjalan kaki untuk datang ke
tempat kegiatan.
g. Memberikan
sumbangan dana
dan peralatan
-Mengeluarkan uang untuk
membeli peralatan alat tulis
ataupun papan nama alur
pelayanan Posbindu.
-Mengeluarkan uang untuk
mencetak undangan.
-Memberikan sumbangan dana
dalam bentuk kas untuk membeli
peralatan kesehatan.
4.3 Faktor pendukung dan penghambat patisipasi kader lansia dalam memberikan
pelayanan di posbindu
a. Faktor pendukung 1). Jarak
pelaksanaan
Posbindu dekat
dengan rumah
-Kemudahan akses dari rumah
mereka ke tempat pelaksanaan
Posbindu.
-Berjalan kaki menuju tempat
pelaksanaan sekaligus olahraga.
2). Kesadaran di
dalam diri sudah
masuk ke dalam
fase lanjut usia
Kesadaran diri yang tinggi bahwa
mereka sudah tidak lagi dapat
bekerja dan harus memanfaatkan
masa Lansia nya dengan sebaik-
baiknya.
3). Dukungan
dari Lansia lain
-Dukungan sesama anggota
Posbindu.
-pujian terhadap kader dari
100
anggota Lansia.
-Ucapan terimakasih.
4). Dukungan
dari keluarga
-Mendorong Lansia agar
bermanfaat di masa tuanya.
-Mengizinkan Lansia untuk
mengikuti kegiatan Posbindu.
-Mendorong Lansia untuk
bersosialisasi kembali dengan
warga sekitar.
-Keluarga mengantar Lansia
yang kurang mandiri ke tempat
pelaksanaan Posbindu.
5). Dukungan
dari masyarakat
sekitar
-Ketua RT dan RW membantu
memotivasi warganya khususnya
yang Lansia untuk mengikuti
pelaksanaan Posbindu.
- Struktur masyarakat juga turut
membantu mencarikan
sponshorship atau universitas
yang siap memberikan
penyuluhan kesehatan.
6). Pendidikan
para kader
-SMA
-Sarjana
7). Training
pelayanan
kesehatan
-Puskesmas kelurahan turut
membantu dalam melatih kader
agar dapat melayani kesehatan di
Posbindu secara mandiri.
8). Manfaat
yang dirasakan
-Kegiatan Posbindu ini
merupakan kegiatan yang dapat
dijadikan kesempatan untuk
bertukar informasi satu sama lain
dan saling belajar lagi.
-Sebagai wadah untuk
menuangkan ide-ide.
-Posbindu juga merupakan salah
satu wadah yang memungkinkan
bagi mereka dapat berbagi rasa
dan menikmati hidupnya.
9). Faktor lama
tinggal di RW
Waktu yang lama yang
menjadikan ini sebagai alasannya
101
12, Kelurahan
Bintaro
dalam berpartisipasi untuk
memberikan pelayanan di
Posbindu.
b. Faktor Penghambat 1). Kondisi
kesehatan kader
Berbagai penyakit yang diderita
oleh Kader Posbindu seperti
darah tinggi, asam urat,
kolesterol yang naik dan lain
sebagainya membuat kurangnya
partisipasi dari kader tersebut
untuk mengikuti kegiatan
Posbindu.
2). Kurangnya
partisipasi dari
angota Lansia
khususnya laki-
laki.
Lansia yang tinggal di
lingkungan RW.12 kebanyakan
perempuan yang sudah cerai atau
ditinggal mati oleh suaminya.
Jumlah Lansia perempuan lebih
banyak di bandingkan Lansia
laki-laki di lingkungan RW.12
3). Minimnya
dana dan
fasilitas
Dana dan fasilitas yang kurang
memadai yang dapat membuat
terhambatnya pelaksanaan
kegiatan Posbindu.
102
BAB V
PEMBAHASAN
Posbindu Lansia itu sendiri merupakan salah satu pelayanan
yang berbasiskan masyarakat dimana Posbindu ini dibuat dari,
oleh dan untuk masyarakat itu sendiri yang dicanangkan
programnya oleh pemerintah dan mendapatkan dukungan dari
petugas kesehatan seperti, dokter, perawat dan petugas Puskesmas
guna meningkatan kesejahteraan terhadap Lansia itu sendiri.
Tujuan dibuatnya Posbindu sendiri itu adalah untuk
meningkatkan jangkauan kesehatan khususnya bagi para Lansia
sehingga dapat terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan dari Lansia itu sendiri serta meningkatkan peran serta
dari masyarakat dan swasta dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
Adapun persentase jumlah kader Lansia yang aktif dalam
pemberian pelayanan di Posbindu adalah diamnil dari angka
partisipasi dan jumlah populasi Lansia di Kelurahan Bintaro, untuk
menghitung persentasenya sebagai berikut:
3.184 : 64.144 x 100 = 4,96%
Jadi, jumlah partisipasi kader Lansia di Posbindu adalah
sebesar 4,96%. Dalam meningkatkan kesejahteraan Lansia itu
sendiri dibutuhkan pengetahuan akan masalah (problems),
kebutuhan (needs), dan berbagai kondisi yang diinginkan oleh
Lansia itu sendiri (expected condition) dan informasi yang digali
Angka partisipasi : Populasi Lansia x 100
103
itu sendiri kebenarannya berasal dari Lansia itu sendiri (Adi,
2007). Tujuan intervensi sosial yang berbasis masyarakat untuk
Lansia seperti Posbindu ini yang berguna untuk meningkatkan
taraf hidup dari para Lansia itu sendiri (Adi, 2007, p.23). Lansia
juga merupakan sumber daya utama yang dibutuhkan dalam
meningkatkan program berbasis masyarakat seperti Posbindu ini.
Partisipasi Lansia dalam Posbindu ini sebagai pelaku utama
dimana pelaku perubahan ini sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan taraf hidup Lansia melalui Posbindu ini. Partisipasi
Lansia itu sendiri biasanya hanya sebagai pengguna layanan dan
sebagai yang termasuk dalam struktur Posbindu seperti yang
terdapat di dalam Posbindu Lansia RW 12 ini, dimana Lansia
bertindak sebagai kader Posbindu dan diikutsertakan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan Posbindu ini.
A. Faktor yang Melatarbelakangi Partisipasi Lansia
1. Latar Belakang Partisipasi Lansia
Lansia sering dikatakan sebagai seseorang yang sudah
tidak lagi produktif dan dapat bersosialisasi dengan baik
(Jahja, 2011). Keterlibatan kader Lansia dalam memberikan
pelayanan di Posbindu menjadi perhatian khusus. Dengan
adanya keaktifan dan keterlibatan Lansia dalam kegiatan
Posbindu ini dapat mematahkan stereotip terhadap Lansia
yang kurang baik (lihat Bab 2, p. 39-40). Beberapa hal yang
menjadi alasan mengapa Lansia terlibat dan ikut serta dalam
kegiatan Posbindu ini.
Alasan pertama karena penunjukan langsung oleh warga
104
setempat untuk berpartisipasi sebagai kader Lansia di
Posbindu. Penunjukan ini terjadi dikarenakan kepercayaan
kepada orang yang ditunjuk dan hubungan yang terjalin baik
antara kader Lansia dengan masyarakat sekitar. Orang yang
ditunjuk oleh warga setempat juga merupakan orang yang
berpendidikan dan masih dapat berkomunikasi dengan baik
dengan warga sehingga faktor dari pendidikan maupun dari
lama tinggalnya juga berpengaruh dalam penunjukan kader
Lansia.
Alasan kedua dikarenakan untuk mengisi waktu kosong
atau waktu luang. Dimana para informan ini rata-rata sudah
mengalami pensiun dari pekerjaannya. Keaktifan mereka
dalam bekerja pada masa Pra Lansia, seringkali membuat
mereka merasa jenuh ketika sudah memasuki masa pensiun
ini. Hal tersebut juga merupakan suatu hal yang
mempengaruhi partisipasi mereka dalam kegiatan Posbindu
ini. Dapat dilihat juga dari keseluruhan identitas informan
(lihat bab 4, p. 66), dimana informan seluruhnya adalah
perempuan. Banyak juga dari mereka yang sudah kehilangan
suami atau janda dan merasa bosan dengan selalu di rumah
dan memutuskan untuk mengisi waktu kekosongannya
tersebut. Hal ini sesuai di dalam pernyataan bahwa usia
harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki
(lihat bab 2, p. 38). Hal itu terjadi kepada para informan yang
memiliki pendidikan dan keterampilan yang cukup sehingga
pada masa tuanya walaupun ditinggalkan oleh suaminya dia
tetap berdaya dan berguna.
105
Alasan dari pengisian waktu luang tersebut dikarenakan
Lansia mengalami masa pensiun dan ditinggal oleh
pasangannya dimana ini berkaitan dengan teori pelepasan
(disengagement theory). Dalam penjelasan teori pelepasan
ini, kemiskinan mengakibatkan mereka menarik diri secara
perlahan dari pergaulan (Suardiman, 2011, p. 108). Namun,
hal ini juga berbanding terbalik dengan hasil penelitian
bahwa tidak semua Lansia mengalami penurunan kondisi
perekonomian dan menarik diri dari lingkungan melainkan
justru mereka mencari cara untuk mengisi kekosongan waktu
di masa tua mereka.
Masyarakat juga secara tidak langsung juga
mempersiapkan keadaan yang akan terjadi sehingga dapat
mengakibatkan interaksi sosial Lansia menurun (lihat bab 2,
p. 41-42). Hal ini juga dapat dicegah dengan peran dari
masyarakat sekitar, misalnya dengan mengadakan kegiatan
bersama para Lansia agar tidak mengalami kejenuhan dan
struktur masyarakat juga turut serta dalam mendukung
program pemerintah seperti Posbindu Lansia yang dibuat
setiap RW sehingga dapat menciptakan lingkungan dan
interaksi yang baik bagi para Lansia khususnya.
Selanjutnya yang membuat Lansia ini antusias untuk
memberikan pelayanan di Posbindu karena waktu yang tepat
untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini (bab 4, p. 66).
Walaupun beberapa dari mereka memiliki tugas lainnya
seperti harus mengurus cucu ketika anak mereka pergi
bekerja. Juga karena waktu pelaksanaan Posbindu ini hanya
106
satu kali dalam satu bulan dan pada hari libur begitu juga
dengan rapat para kader sehingga kader Lansia dapat
berpartisipasi dalam memberikan pelayanan.
Hal lainnya yang membuat Lansia ingin menjadi kader di
Posbindu ini adalah kegemaran dan keinginan untuk aktif
dalam berorganisasi sehingga hal ini juga melatarbelakangi
para Lansia untuk menjadi kader di Posbindu. Kebanyakan
dari mereka juga sudah tidak lagi mengharapkan uang dari
kegiatan tersebut dikarenakan status ekonomi dari kader
Lansia ini juga dapat dikatakan baik.
Hal yang lainnya adalah keinginan untuk membantu
sesama dan membantu orang lain karena merasa memiliki
perasaan senasib yang membuat para Lansia ini antusias
untuk memberikan pelayanan di Posbindu. Sehingga waktu
yang sesuai dapat mempengaruhi partisipasi dari Lansia
tersebut dalam memberikan pelayanan.
Alasan lainnya bahwa para Lansia disini sebelum
memasuki masa Lansia merupakan karyawan dan pegawai
negeri dimana dalam teori Lansia aktif (active aging) berarti
mereka turut berpartisipasi dalam kegiatan sosial, ekonomi,
budaya, spiritual dan kemasyarakatan. Dimana teori ini
mengharapkan Lansia tidak hanya aktif dalam angkatan
pekerjaan saja tetapi mereka yang sudah memasuki masa
pensiun juga harus aktif dan tetap berkontribusi di dalam
lingkungan, keluarga, masyarakat bahkan negara (lihat bab
2, p. 42). Hal ini dipertegas dengan hasil penelitian yang
membuktikan dimana informan yang memasuki masa
107
pensiun seperti informan SA yang bekerja sebagai pegawai
negeri sipil masih dapat bersosialisasi dalam kegiatan sosial
maupun kegiatan kemasyarakatan seperti menjadi kader
Posbindu ini.
Ada pula kader yang sebelum memasuki masa pensiun
menjadi ibu rumah tangga namun tetap aktif dalam
beorganisasi seperti ikut dalam PKK, pengajian dan arisan.
Hal ini senada dengan teori aktivitas (activity theory) yang
dikemukakan oleh Suardiman (2011, p. 109), dimana
seseorang yang aktif di masa mudanya biasanya akan
meneruskan keaktifannya hingga masa tua. Dari hasil
penelitian, para kader ini tergolong aktif dalam mengikuti
berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan (lihat bab 2, p. 38).
Di masa muda para kader ini mereka merupakan orang-orang
yang aktif, ada juga yang bekerja sebagai pegawai kantoran
dan juga ibu rumah tangga. Hal itulah yang mendoromg
mereka menjadi kader di Posbindu. Keaktifan mereka dan
pekerjaan mereka sebelum memasuki masa Lansia juga
mempengaruhi penunjukan terhadap kader.
B. Faktor yang Melatarbelakangi Partisipasi Kader Lansia di
Posbindu
Ada tiga aspek utama yang melatarbelakangi dan
mendukung partisipasi dari Lansia (lihat bab 2, p. 27) menurut
Margono dalam (Mardikanto, 2003). Pertama, adanya kemauan
dalam berpartisipasi dimana beberapa informan disini
mengatakan bahwa kemauan dari mereka sendiri yang membuat
108
mereka menjadi kader di Posbindu ini karena berpartisipasi
merupakan keinginan yang tumbuh dari dalam diri sendiri,
tugas yang dilakukannya pun akan terasa menjadi lebih mudah
seperti yang dikatakan oleh informan pada saat wawancara
(lihat bab 4, p. 70). Selain itu, kegemaran dari Lansia itu sendiri
untuk masuk dalam organisasi dan perasaan senasib
sepernanggungan yang pada akhirnya pada Lansia ini memiliki
kemauan dalam memberikan pelayanan di Posbindu.
Kedua, adanya kesempatan yang diberikan oleh masyarakat
dalam berpartisipasi. Kesempatan yang diberikan oleh
masyarakat ini merupakan salah satu faktor yang mendorong
Lansia untuk menjadi kader. Kesempatan yang diberikan ini
juga berdasarkan unsur kepercayaan serta hubungan yang
terjalin baik satu sama lain, sehingga dapat menimbulkan
kepercayaan terhadap masyarakat sekitar akan kinerja dari
Lansia disini (lihat bab 4, p. 65). Dimana hubungan yang
terjalin baik merupakan salah satu bentuk kesempatan dan
kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada Lansia
tersebut.
Ketiga, adanya kemampuan dalam berpartisipasi, dimana
saat seseorang sudah mempunyai kemauan dan kesempatan,
disitulah kemampuan dari seseorang harus digunakan karena
tanpa kemampuan maka partisipasi tidak akan maksimal.
Lansia juga diharapkan mampu untuk melaksanakan kegiatan
Posbindu ini yang dipengaruhi oleh pendidikan dan
keterampilan. Pendidikan juga merupakan suatu hal yang
mendukung seseorang dalam berpartisipasi. Hal ini juga sudah
109
dilakukan oleh para kader dari memberikan sumbangsih
pemikiran yang mencakup ide-ide untuk kegiatan Posbindu ini
sendiri yang dilihat berdasarkan adanya peluang atau
kesempatan yang ada (lihat bab 4, p. 79). Kegiatan para Lansia
di masa mudanya juga membuat para Lansia ini memiliki
kemampuan untuk berpartisipasi kembali ketika mereka sudah
memasuki masa Lansia.
C. Partisipasi Subyektif Kader Lansia
Partisipasi yang dilakukan oleh Lansia di Posbindu seperti
memberikan pelayanan administratif telah dilaksanakan oleh
para kader Lansia ini (lihat bab 4, p. 75-77). Pelayanan tersebut
seperti memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh
anggota Posbindu dan memberikan pelayanan kesehatan
kepada anggota Posbindu, juga home visit atau kunjungan
kepada anggota Lansia yang jarang datang dan sakit,
memberikan pelayanan konselling terhadap anggota Lansia dan
juga berkomunikasi secara aktif dengan para anggota Posbindu.
Hal ini merupakan partisipasi secara subyektif dimana
partisipasi secara subyektif itu berarti partisipan dipandang
sebagai suyjek yang menyumbangkan sesuatu (Rusidi, 1994).
Bentuk partisipasi subyektif terbagi menjadi tiga (Hamijoyo,
2007):
a. Memberikan sumbangan pikiran berupa ide atau gagasan
Dalam hal ini, Lansia memberikan sumbangan pikiran
berupa ide atau gagasan dengan cara memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun demi kemajuan
pelaksanaan kegiatan Posbindu ini. Hal ini bertujuan agar
110
pembangunan Posbindu dapat lebih baik lagi. Sumbangan
berupa ide mungkin akan lebih banyak dibandingkan
sumbangan tenaga seperti dalam psikologi perkembangan
yang menjelaskan bahwa mobilitas Lansia semakin rendah
karena kecepatan Lansia menurun, serta kekuatannya pun
menurun, sehingga memerlukan waktu untuk mendapatkan
kekuatannya tersebut (Jahja, 2011, p. 322).
b. Memberikan sumbangan berupa tenaga
Sumbangan berupa tenaga ini umumnya lebih banyak
dilakukan oleh warga masyarakat dalam program-program
pembangunan. Para Lansia seringkali dianggap mengalami
masalah di masa tua mereka seperti keadaan fisik yang sudah
lemah dan tidak berdaya, sehingga bergantung pada orang
lain (Hurlock, 1991). Namun, dalam penelitian ini
memperlihatkan bahwa Lansia mengalami ketidakberdayaan
bahkan mereka masih dapat melayani orang lain di masa tua
mereka dan mereka masih sanggup untuk berjalanan kaki,
mengikuti rapat bahkan menjadi instruktur senam. Hal ini
dapat mematahkan mitos terhadap Lansia itu sendiri yang
mengatakan bahwa Lansia sudah tidak produktif lagi serta
sulit untuk berkomunikasi secara lebih (lihat bab 2, p. 40).
Dalam melakukan kegiatan konseling dan juga home visit
mereka melakukannya dengan berkomunikasi dan
mendengarkan secara mendalam keluhan apa saja dari
anggota Posbindu (lihat bab 4, p. 74-75). Lansia juga sering
dianggap sebagai pria dan wanita yang fisik dan mentalnya
loyo, pikun, dan sulit hidup dengan siapapun (Jahja, 2011).
111
Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian bahwa
Lansia ini memang mengalami penurunan fisik yaitu mudah
lelah, sudah tidak terlalu kuat seperti dahulu, tetapi tidak
berarti mereka merupakan orang yang loyo.
Dengan adanya partisipasi yang baik dari kader Lansia ini
menimbulkan tanggapan baik yang berasal dari anggota
masyarakat maupun sesama kader atau anggota Posbindu ini.
Anggota Posbindu ini memiliki tanggapan yang sama
mengenai hasil kinerja dari kader Lansia dimana mereka
merasa puas dan kader Lansia dianggap sudah melaksanakan
tugasnya secara baik, tanggap, aktif dan ramah. Bahkan
mereka juga senang dilayani oleh sesama Lansia.
Dapat disimpulkan bahwa kader di Posbindu ini sudah
memenuhi tugasnya secara sangat baik dalam memberikan
pelayanan di Posbindu yang juga dapat mendukung anggota
Posbindu dalam menggunakan layanan di Posbindu ini.
c. Memberikan sumbangan berupa material (dana dan barang)
Permasalahan Lansia salah satunya adalah penurunan
status ekonomi ketika memasuki masa tua. Dimana
pendapatan mereka berkurang namun biaya kesehatan
mereka meningkat. Walaupun mereka bekerja secara
sukarela justru mereka juga ikut menyumbangkan dana,
barang untuk melaksanakan kegiatan Posbindu ini.
Partisipasi ini dapat berupa sumbangan dana yang dilakukan
dalam bentuk iuran perbulan secara sukarela untuk membeli
makanan dan minuman pada saat pelaksanaan Posbindu serta
peralatan yang kurang di Posbindu (lihat bab 4, p. 81).
112
Pendapatan para Lansia berkurang setelah mereka
memasuki masa pensiun. Status ekonomi Lansia yang
terancam karena berkurangnya pendapatan mereka
(Hurlock, 1991). Tetapi penelitian ini membuktikan bahwa
kader tidak menganggap status ekonomi mereka terancam
dan mereka masih berkeinginan untuk menyisihkan dana
mereka demi lancarnya pelaksanaan kegiatan Posbindu ini.
D. Partisipasi Obyektif Kader Lansia
Partisipasi dalam bentuk obyektif sendiri merupakan
partisipan melibatkan diri dalam suatu kegiatan dimana dalam
hal ini kader Lansia juga berperan sebagai obyek dari kegiatan
Posbindu tersebut (Rusidi, 1994, p.12). Bentuk dari partisipasi
obyektif ini dengan memanfaatkan dan melaksanakan
pelayanan di Posbindu ini dengan melibatkan diri dalam
kegiatan bagi kader Lansia seperti mengikuti penyuluhan
kesehatan di Posbindu dan mengikuti pemeriksaan rutin setiap
bulan serta mengikuti senam Lansia yang ada di Posbindu ini.
Operasionalisasi partisipasi ini diperoleh dengan mengikuti
serangkaian kegiatan dan program-program yang ada, setelah
diketahui apakah kader Lansia ini memanfaatkan pelayanan
Posbindu atau tidak.
E. Faktor Pendukung Partisipasi Lansia
1. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa seluruh kader Lansia
di Posbindu ini memiliki pendidikan yang tinggi minimal
SMA. Dimana pendidikan ini dapat mempengaruhi Lansia
113
dalam bersikap seperti untuk inisiatif masuk dan
berpartisipasi untuk mengikuti kegiatan Posbindu ini.
Pendidikan juga merupakan syarat yang mutlak dalam
berpartisipasi (Angel, 1967) karena pendidikan dapat
memperngaruhi Lansia dalam bersikap terhadap orang di
lingkungannya. Hal ini juga diakui oleh para kader yang
menurut mereka sendiri tanpa pendidikan maka akan sulit
untuk berkomunikasi dengan para Lansia lainnya dan akan
susah untuk memahami informasi yang didapat dari
penyuluhan-penyuluhan yang ada. Pendidikan juga sangat
dibutuhkan guna untuk meningkatkan kesejahteraan dari
masyarakat.
2. Lama Tinggal
Salah satu faktor yang mempengaruhi dari partisipasi
sendiri adalah faktor lama tinggal. Dimana ketiga kader ini
merupakan orang-orang yang sudah tinggal lama di
lingkungan tersebut. Penunjukan kader Lansia itu sendiri
salah satunya dikarenakan faktor lama tinggal. Semakin
lama tinggal di daerah tersebut maka semakin banyak pula
orang yang mengenal dan dikenal oleh para Lansia di
lingkungannya tersebut. Kepercayaan dari masyarakat
sekitar terhadap kader Lansia tersebut akan semakin
meningkat pula.
Faktor lama tinggal mempengaruhi partisipasi dari Lansia
karena warga yang lebih lama tinggal akan lebih di percaya
daripada warga yang tinggal hanya sementara waktu dan hal
ini terjadi pada para kader Lansia (lihat bab 4, p. 93-94).
114
3. Dukungan Keluarga
Lansia mengganggap bahwa keluarga adalah hal yang
paling penting untuk mereka dimana secara keseluruhan para
informan selalu mendapatkan dukungan dari keluarga untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan Posbindu
walaupun banyak dari Lansia ini yang tinggal jauh dari anak-
anaknya. Tetapi, keluarga dari para Lansia ini menyuruh
para kader untuk berpartisipasi dalam kegiatan Posbindu ini.
Dapat dilihat juga bahwa pengetahuan dari keluarga tersebut
akan manfaat Lansia dalam berpartisipasi kegiatan Posbindu
ini sangatlah diperlukan seperti memberikan pelayanan di
Posbindu. Tanpa dukungan keluarga segala yang dilakukan
tidak akan berjalan secara maksimal. Keluarga dari para
informan disini sangatlah mendukung para Lansia untuk
terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan Posbindu.
Lansia juga seringkali dianggap mengalami masalah di
masa tua mereka (Hurlock, 1991). Maka dari itu, banyak dari
Lansia yang mengikuti kegiatan baru untuk mengisi waktu
luang yang semakin bertambah. Hal ini karena adanya
dukungan dari keluarga yang mendorong para Lansia untuk
aktif dan memanfaatkan sebaik-baiknya masa tua mereka
dalam mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang ada.
4. Dukungan Masyarakat
Hal yang tidak kalah penting untuk mendorong partisipasi
dari kader Lansia adalah adanya dukungan dari struktur
masyarakat dan masyarakat sekitar. Dimana para Lansia
disini mengakui bahwa dukungan dari struktur masyarakat
115
sangatlah penting dan sangat menentukan tingkat
keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan Posbindu ini.
Menurut para informan, struktur masyarakat disini sangatlah
membantu seperti dalam hal perizinan, tanda tangan dan
menghimbau warga masyarakat terutama yang Lansia untuk
rnengikuti kegiatan Pobindu ini.
Warga masyarakat sekitar juga antusias seperti rela
mengantarkan orang tuanya yang sudah tidak mandiri lagi
untuk dilakukan pemeriksaan di Posbindu. Dengan adanya
dukungan dari masyarakat sekitar ini dapat membantu kader
Lansia dalam menjalankan tugasnya di Posbindu.
5. Jarak Tempuh
Tidak dapat dipungkiri bahwa para Lansia mengalami
penurunan fisik dan sebagian besar mengalami kesulitan jika
jarak yang ditempuh ke Posbindu itu jauh. Dari hasil
penelitian disini, adanya hubungan antara jarak tempuh
untuk melaksanakan kegiatan Posbindu ini terutama untuk
para kader Lansia. Tetapi, informan disini rata-rata tinggal di
lingkungan yang dekat dengan tempat pelaksanaan kegiatan
Posbindu.
Namun, jika jarak tempuh cukup jauh akan
mempengaruhi tingkat partisipasi dari Lansia itu sendiri.
Seperti hasil penelitian dimana salah satu informan merasa
malas untuk datang ke tempat pelaksanaan Posbindu Karena
jarak yang ia tempuh jauh (lihat bab 4, p. 84). Sehingga tidak
dapat dipungkiri bahwa keterlibatan dari Lansia itu sendiri
dapat mempengaruhi dalam memberikan pelayanan di
116
Posbindu.
6. Kebermanfaatan Program
Kebermanfaatan merupakan salah satu faktor yang dapat
mendukung partisipasi dari Lansia. Dimana para informan
disini merasakan banyak manfaat setelah mengikuti kegiatan
Posbindu ini. Hal tersebut juga membuat mereka lebih
bersemangat lagi dalam memberikan pelayanan di Posbindu.
Seperti hal yang dikatakan oleh Peter M. Balu (dalam
Ndraha, 1990) bahwa semakin banyak manfaat yang
diperoleh suatu pihak, maka akan meningkatkan keterlibatan
pihak tersebut di dalam program.
Manfaat yang dirasakan disini antara lain dapat
bersilaturahmi dan berkomunikasi kembali dengan sesama
Lansia maupun warga masyarakat lingkungan sekitar dan
dapat membuat mereka semangat untuk menjalani masa tua
dan aktif di masa tuanya serta membuat mereka menjadi
lebih sehat (lihat bab 4, p. 91-93).
7. Penghargaan/Apresiasi
Penghargaan yang didapatkan Lansia bukanlah
penghargaan yang berbentuk fisik melainkan seperti
dukungan dari anggota Posbindu, ucapan terima kasih dan
pujian dari anggota Posbindu atau masyarakat sekitar yang
dapat membuat para Lansia tetap merasa berguna di masa
tuanya. Berbagai bentuk partisipasi yang dihargai akan
membuat masyarakat untuk dapat terdorong dalam
berpartisipasi (Ife dan Adi, 2008).
117
F. Faktor Penghambat Partisipasi Lansia
1. Faktor Fisik
Tidak dapat dipungkiri bahwa Lansia mengalami
penurunan fisik dan fungsi tubuh walaupun mereka disebut
sebagai active aging. Perubahan fisik seperti dalam panca
indra tidak dapat dipungkiri karena dapat memengaruhi
Lansia dalam memberikan pelayanan di Posbindu. Hal ini
dapat diminimalisir dengan tidak melakukan kegiatan yang
melelahkan dalam satu hari yang sama.
Orang yang berusia lanjut tidak akan mudah untuk
mendapatkan kekuatannya kembali dibandingkan dengan
mereka yang masih berusia muda misalnya jika kegiatan
Posbindu diadakan dua kali berturut-turut dalam satu bulan.
Maka dari itu, kegiatan Posbindu ini dilakukan satu kali
selama satu bulan karena Lansia membutuhkan waktu untuk
mendapatkan kembali kekuatan-kekuatannya setelah
memberikan pelayanan di Posbindu.
Selain itu, Lansia cenderung kagok dan canggung
sehingga terkadang sesuatu yang di bawa jatuh dan mereka
juga sering terlihat kurang hati-hati dalam melakukan
sesuatu (Jahja, 2011). Tetapi, hal ini dapat dicegah dengan
melakukan aktivitas dan mengikuti kegiatan senam Lansia
yang rutin setiap bulannya. Sehingga, Lansia dapat
mengurangi kram yang sering kali terjadi kepada Lansia.
2. Sarana dan Prasarana Posbindu
Demi kelancaran kegiatan Posbindu dibutuhkan sarana
dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan tersebut
118
seperti tempat kegiatan (gedung, ruangan dan tempat
terbuka), alat tulis, meja dan kursi, buku pencatatan,
timbangan, petunjuk alur pelayanan, meteran pengukut
tinggi dan lingkar pinggang, tensi dan berbagau peralatan
laboratorium sederhana. Sedangkan di dalam Posbindu ini
masih ada yang kurang lengkap dari peralatan kesehatannya.
Dimana salah satu faktor penghambatnya adalah minimnya
dana dan peralatan yang didapatkan dari dinas kesehatan
(lihat bab 4, p. 96).
119
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Lansia sebagai pihak yang banyak sekali mengalami perubahan
seperti perubahan pada fisik, psikologi maupun secara sosial,
namun pada kenyataannya Lansia ini masih dapat berpartisipasi
secara aktif untuk mengikuti pelaksanaan kegitan Posbindu.
Bentuk partisipasinya itu adalah secara obyektif maupun secara
subyektif dimana partisipasi subyektif itu Lansia dapat
menyumbangkan pemikirannya atau ide, materi dan juga tenaga.
Sedangkan partisipasi secara obyektif itu Lansia dapat
menyumbangkan diri untuk menerima layanan yang telah
disediakan.
Tidak ada perbedaan dalam memberikan pelayanan kepada
Lansia lainnya yang dilakukan oleh kader Lansia maupun kader
Pra Lansia. Dimana dibuktikan dalam terlaksananya tugas yang
diberikan oleh Depkes RI seperti tugas administrasi. Ini juga
dapat mematahkan stigma kepada Lansia bahwa Lansia tidak
dapat berkegiatan secara produktif kembali atau bersosialisasi
dengan lingkungannya.
Berbagai hal juga yang melatarbelakangi Lansia menjadi kader
di Posbindu yang mana hal tersebut yang jika digabungkan
menjadi tiga aspek utama yang dapat mendukung Lansia untuk
berpartisipasi yaitu adanya kesempatan, kemauan dan
kemampuan yang diberikan oleh masyarakat. Ketiga hal tersebut
120
sangatlah penting dalam mendorong Lansia untuk dapat
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan.
Sebagian besar kader di Posbindu ini juga merasa puas akan
pelayanan yang diberikan oleh kader Lansia di Posbindu ini.
Kader Lansia juga telah dianggap menyelesaikan tugasnya
dengan sangat baik, aktif, tanggap dan ramah kepada semua
anggota maupun masyarakat. Bahkan sebagian anggota Posbindu
merasa senang karena dilayani dengan kader Lansia dimana
mereka merasa menyenangkan jika dilayani oleh para kader
Lansia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ternyata mereka bisa
menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat baik dan juga
keberadaan mereka membuat meningkatnya partisipasi atau
tingkat kunjungan anggota Lansia setiap bulannya dan dapat
menggunakan fasilitas yang telah tersedia.
Faktor-faktor lainnya yang mendukung Lansia dalam
memberikan pelayanan di Posbindu seperti lama tinggal, jarak
tempuh, tingkat pendidikan, usia, kebermanfaatan program,
dukungan keluarga serta dukungan masyarakat. Dukungan
lainnya yang dapat mendorong tingkat partisipasi adalah
penghargaan. Dimana dengan adanya penghargaan yang
diberikan kepada Lansia ini akan meningkatkan partisipasi dari
Lansia itu sendiri. Disini juga dibutuhkan peran pemerintah.
Sedangkan faktor-faktor penghambat dalam menjadi kader di
Posbindu adalah penurunan fisik dari Lansia itu sendiri, dimana
terkadang Lansia mudah merasa lelah. Hal ini juga dapat dicegah
dengan tidak terlalu memforsir kegiatan dari Lansia tersebut.
Juga minimnya dana dan peralatan untuk menunjang pelaksanaan
121
kegiatan Posbindu. Hal ini juga dibutuhkan peran pemerintah
dalam memenuhi segala kebutuhan demi lancarnya pelaksanaan
kegiatan Posbindu ini.
Dapat dikatakan bahwa peran dari kader Lansia itu sangat
penting bagi dirinya sebagai Lansia, bagi para anggota Lansia
dan bahkan bagi keluarganya maupun masyarakat lingkungan
sekitarnya. Manfaat yang diperoleh bagi dirinya yaitu dengan
aktif berpartisipasi Lansia akan jauh lebih sehat dengan mereka
yang hanya berdiam diri di rumah saja dan enggan untuk
mengikuti kegiatan Posbindu ini. Kontribusi dari Lansia dalam
kegiatan Posbindu juga dapat mencegah proses penuaan seperti
yang tertera di dalam teori active aging.
B. Implikasi
Adapun implikasi dari penelitian ini adalah
1. Teoritik
Dari segi teoritik peneliti mengharapkan bahwa penelitian
ini akan sangat bermanfaat bagi para akademisi maupun para
Lansia yang membaca penelitian ini. Adapun implikasi dari
segi teoritik dari penilitian ini adalah:
a. Menjadi panduan lansia untuk belajar menjadi
lansia sejahtera.
b. Kontribusi dari Lansia dalam kegiatan Posbindu
juga dapat mencegah proses penuaan seperti yang
tertera di dalam teori active aging
2. Praktis
Dari segi parktis peneliti mengharapkan bahwa
122
penelitian ini bermanfaat bagi praktisi dan lembaga
yang akan melakukan penelitian mengenai Posbindu.
Adapun Implikasi dari segi praktis dari penelitian ini
adalah:
a. Lembaga menjadi lebih variatif dalam menyusun
kegiatan yang dijalankan di dalam kegiatan pos
binaan terpadu (Posbindu).
b. Akan Lebih banyak praktisi yang peduli terhadap
kesejahteraan lansia.
c. Lansia yang sudah sejahtera akan menjadi contoh
bagi lansia lainnya.
C. Saran
1. Saran untuk Pemerintah
a. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, bahwa hambatan
kader Lansia dalam berpartisipasi yaitu kurang lengkapnya
peralatan yang ada (lihat Bab 4, p. 96). Sehingga dapat
disarankan untuk memfasilitasi seluruh peralatan dan
fasilitas apapun yang dibutuhkan seperti peralatan
kesehatan dan peralatan olahraga di Posbindu demi
lancarnya pelaksanaan kegiatan Posbindu.
b. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, Kementrian
Kesehatan hanya berfokus terhadap pelayanan Lansia
sehingga disarankan agar Kementrian Kesehatan dapat
bekerja sama dengan Kementrian Sosial dalam
peningkatan kualitas pelayanan di Posbindu, karena
masalah Lansia bukan hanya sekedar masalah biologisnya
123
saja tetapi terdapat juga masalah psikososialnya yang dapat
menjadi hambatan Lansia dalam mencapai hidup yang
lebih baik dan dapat melakukan banyak hal.
c. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, didapatkan
bahwa manfaat dari partisipasi kader Lansia adalah
mengurangi angka ketergantungan Lansia itu sendiri
sehingga dapat disarankan agar Pemerintah sendiri dapat
ikut serta dalam mendukung partisipasi dari Lansia dalam
mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti
menjadi kader di Posbindu ini.
d. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, bahwa salah satu
yang dapat mendukung partisipasi dari Lansia adalah
penghargaan. Penghargaan yang belum diberikan oleh
Pemerintah terhadap kader Lansia. Sehingga dapat
disarankan bahwa Pemerintah harus lebih serius lagi dalam
memberikan penghargaan untuk kader Lansia guna sesuai
dengan kriteria penilaian Pemerintah untuk mendukung
partisipasi dari Lansia itu sendiri dalam menjadi kader di
Posbindu.
2. Saran untuk Puskesmas Kelurahan Bintaro
a. Berdasarkan hasil temuan di lapangan, minimnya dana dan
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan oleh kader Lansia
yang dapat mendukung partisipasi dari Lansia itu sendiri,
sehingga dapat disarankan agar Puskesmas kelurahan
Bintaro untuk dapat melakukan pembinaan terhadap
Posbindu RW.12, sehingga dapat lebih mendukung lagi
pelaksanaan kegiatan Posbindu ini dan juga dapat
124
membantu menyampaikan informasi kepada pemerintah
daerah mengenai kurangnya peralatan yang dapat
menunjang kegiatan Posbindu itu sendiri.
b. Berdasarkan hasil temuan di lapangan, bahwa salah satu
faktor yang dapat mendukung partisipasi kader Lansia ini
adalah bantuan dari masyarakat sekitar. Sehingga dapat
disarankan agar Puskesmas selaku lembaga pembinaan
untuk Lansia dapat membantu dalam meningkatkan peran
serta untuk mengajak dan mendorong anggota keluarga
mereka yang sudah masuk ke tahap Lansia untuk datang ke
Posbindu demi kesehatan Lansia tersebut.
3. Saran untuk Kader Lansia di Posbindu RW.12
a. Berdasarkan hasil temuan di lapangan, beragam manfaat
yang dapat diterima para kader Lansia pada saat mereka
berpartisipasi secara aktif di Posbindu. Sehingga
disarankan untuk para kader Lansia agar mengajak Lansia
lainnya yang tinggal di sekitar lingkungan rumahnya untuk
berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan Posbindu ini.
4. Saran untuk Lansia
a. Berdasarkan hasil temuan di lapangan, bahwasanya banyak
sekali manfaat yang dapat diperoleh saat Lansia aktif
berpartisipasi dalam kegiatan Posbindu ini. sehingga dapat
disarankan agar Lansia dapat turut berpartisipasi secara
aktif dalam kegiatan-kegiatan yang telah dibuat oleh
Pemerintah khususnya dalam pelayanan bagi Lansia yang
berbasis kemasyarakatan.
125
Daftar Pustaka
A. Sumber Buku
Achir, Yaumil C. Agoes. DKK. 2001. Psikologi Perkembangan
Pribadi, dari Bayi Sampai Lanjut Usia. Jakarta: UI-Press.
Adi, Isbandi Rukminto. 2007. Perencanaan Partisipatoris
Berbasis Asset Komunitas: dari Pemikiran Menuju
Penerapan (Seri Pemberdayaan Masyarakat 04). Jakarta:
FISIP UI Press.
Asfi Manzilati. 2017. Metodologi Penelititan Kualitatif:
Paradigma, Metode, dan Aplikasi. Jakarta: Universitas
Brawijaya Press (UB Press).
Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif
Perspektif Mikro. Surabaya. Insan Cendekia.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Campbell, JP, Dunnette, MD, Lawler, EE, & Weick, KE. 1970.
Managerial behavior, performance, and effectiveness. New
York: McGraw- Hill.
Daradjat, Zakiah. 1982. Islam dan Kesehatan Mental. Jakarta:
Gunung Agung.
Erik H. Erikson. 1989. Identitas dan Siklus Hidup Manusia,
Jakarta: Gramedia.
Fahrudin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Friedlander, Walter A. 1968. Intoduction to Social Welfare.
United States of America: Printice.
126
Hamidi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: UMM Press.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk
Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Hurlock, Elizabeth B. 1991. Psikologi Perkembangan: Suatu
Pendekatan Sepanjang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Ife, Jim & Frank Tesoriero. 2008. Community Development:
Alternatif Pengembangan Mayarakat di Era Globalisasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta.
Kencana.
Lane, J-E. 1983, The Concept Of Implementation.
Statsventenskaplig Tidsskrift 86.
Marliani, Rosleny. 2015. Psikologi Perkembangan. Bandung:
Pustaka Setia.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi
Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif.
Bandung: Tarsito.
Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ndraha, Talizihudu. 1990. Pembangunan Masyarakat:
Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta:
Rineka Cipta
Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatandan Ilmu
Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Generik & Geriatric. Jakarta:
EGC.
Ross, Murray G., and B.W. Lappin. 1967. Community
127
Organization: Theory, Principles and Practice. Second
Edition. New York: Harper&Row Publishers.
Rukminto, Isbandi. 2013. Kesejahteraan Sosial: Pekerjaan
Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan.
Jakarta: Rajawali Press.
Rusidi. 1994. Pengukuran Partisipasi Masyarakat dalam
Pembangunan, Bandung: Universitas Padjajaran Bandung.
Santrock, Jhon W. 2011. Life Span Development. Jakarta:
Erlangga.
Setiabudhi, Tony. 1995. Menuju Lanjut Usia Sejahtera.
Jakarta: Forum Komunikasi Lansia.
Suardiman, Siti Partini. 2011. Psikologi Usia Lanjut.
Yogyakarta: UGM Press.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung : Alfabeta.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat. Bandung: PT. Refika Aditama.
Stanley M and Beare P. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta: EGC.
Syukur. 1988. Perkembangan Studi Implementasi. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara RI
B. Skripsi
Lestari, Arum. 2005. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Posbindu Pada Pra-
Lansia dan Lansia di Wilayah Binaan Puskesmas Kemiri
Muka. Skripsi. Depok: FKM UI.
128
Priskila, Debora. 2011. Partisipasi Kader Lansia dalam
Memberikan Pelayanan di Posyandu Lansia (Studi Kasus
Pada Posyandu Lansia RW 011, di Kelurahan Malaka Jaya,
Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur). Skripsi. Depok:
Fisip UI.
Yulianti. 2014. Dampak Program Elderly Day Care Service
Terhadap Kesejahteraan Lansia Studi Kasus di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Dharma Bekasi. 2014. Tangerang
Selatan: Fidkom UIN Jakarta.
C. Sumber Website
Ariefuzzaman, Siti Napsiyah. 2013. Diakses pada 18 Februari
2020 pukul 16.00 WIB
(http://www.kessosuinjkt.ac.id/kolom-kajur/36-kolom-
kajur/106-pengembangan-model-pelayanan-lanjut-
usia.html).
Info Demografi Volume 1 Tahun 2019 diakses pada 07
November 2019 pada pukul 11.15 WIB
(https://www.bkkbn.go.id/pocontent/uploads/info_demo_vo
l_1_2019_jadi.pdf).
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Posbindu PTM diakses pada 07
November 2019 pada pukul 13.43 WIB
(http://www.p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/petunjuk-
teknis-pos-pembinaan-terpadu-penyakit-tidak-menular-
posbindu-ptm).
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2007. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
129
Kesehatan RI, diakses pada 12 November 2019 pada pukul
15.47 WIB (http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/
Riskesdas%202007%20Nasional.pdf).
D. Undang-undang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998
Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Kader Lansia
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara :
2. Hari, Tanggal Wawancara :
3. Waktu Wawancara :
B. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia:
3. Jenjang Pendidikan :
C. Isi Wawancara
1. Kegiatan apa saja yang bapak/ibu lakukan setiap hari
sebelum memasuki masa Lansia (pada masa Pra Lansia)?
2. Dalam Posbindu, apakah bapak/ibu menggunakan atau
memberikan pelayanan saja dalam kegiatan Posbindu Lansia
ini? dan apakah bapak/ibu mempunyai peran dalam kegiatan
Posbindu ini?
3. Apakah bapak/ibu sering berpartisipasi dalam kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan disini?
4. Bagaimana awal mula bapak/ibu dapat menjadi kader di
Posbindu ini? apakah memang sudah aktif berkegiatan atau
hanya baru-baru ini saja?
5. Sudah dari kapan bapak/ibu menjadi kader di Posbindu ini?
6. Pelayanan seperti apa yang bapak/ibu berikan sebagai kader
Posbindu guna lancarnya kegiatan Posbindu ini?
7. Manfaat apa saja yang dirasakan bapak/ibu saat memberikan
pelayanan di Posbindu?
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
8. Bagaimana masyarakat sekitar menyikapi dan menilai
pelayanan yang bapak/ibu berikan di Posbindu ini?
9. Apakah dukungan orang sekitar merupakan hal yang penting
dan berpengaruh dalam hal partisipasi bapak/ibu dalam
kegiatan ini?
10. Bagaimana respon atau tanggapan keluarga saat melihat
bapak/ibu aktif dalam memberikan pelayanan di Posbindu
ini?
11. Di dalam keluarga bapak/ibu sendiri bagaimana bentuk
dukungan keluarga terhadap partisipasi bapak/ibu dalam
kegiatan Posbindu ini?
12. Menurut bapak/ibu seberapa pentingkah dukungan keluarga
untuk bapak/ibu dalam mendukung partisipasi bapak/ibu di
kegiatan Posbindu ini?
13. Jika bapak/ibu pergi ke Posbindu, bagaimanakah cara
bapak/ibu menuju Posbindu setiap bulannya?
14. Seberapa jauh jarak rumah bapak/ibu dengan Posbindu?
15. Adakah hal lain yang dapat dirasakan oleh bapak/ibu dalam
mendukung partisipasi bapak/ibu di dalam kegiatan
Posbindu ini?
16. Hambatan-hambatan apa saja yang membuat bapak/ibu mau
berkontribusi dan memanfaatkan pelayanan di Posbindu ini?
PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Kader Pra Lansia
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara :
2. Hari, Tanggal Wawancara :
3. Waktu Wawancara :
B. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia:
3. Jenjang Pendidikan :
C. Isi Wawancara
1. Mulai dari kapan bapak/ibu mengenal dan mengikuti
kegiatan Posbindu Lansia ini?
2. Menurut bapak/ibu bagaimanakah peran kader Lansia
dalam memberikan pelayanan di Posbindu ini?
3. Apakah bapak/ibu merasakan kesulitan dalam memberikan
pelayanan bersama kader Lansia?
PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Anggota Lansia
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara :
2. Hari, Tanggal Wawancara :
3. Waktu Wawancara :
B. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia:
3. Jenjang Pendidikan :
C. Isi Wawancara
1. Mulai dari kapan bapak/ibu mengenal dan mengikuti
kegiatan Posbindu Lansia ini?
2. Bagaimana menurut bapak/ibu peran kader Lansia dalam
memberikan pelayanan di Posbindu ini?
3. Perbedaan apa yang bapak/ibu rasakan antara pelayanan
yang diberikan oleh kader Lansia dan non Lansia?
4. Manfaat dan keuntungan apa sajakah yang bapak/ibu
dapatkan dari pelayanan yang diberikan oleh kader Lansia
di Posbindu ini?
PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Koordinator RPTRA Anggrek Bintaro
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara :
2. Hari, Tanggal Wawancara :
3. Waktu Wawancara :
B. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia:
3. Jenjang Pendidikan :
C. Isi Wawancara
1. Sudah berapa lama ibu menjadi koordinator RPTRA
Anggrek Bintaro ini?
2. Mengapa RPTRA ini dijadikan tempat sebagai pelaksanaan
kegiatan Posbindu?
3. Apakah kegiatan Posbindu ini termasuk salah satu program
dari RPTRA?
4. Bagaimana partisipasi dari Lansia di sekitar RPTRA Anggrek
Bintaro dalam mengikuti kegiatan Posbindu ini?
5. Berapa kali kegiatan Posbindu dan senam Lansia
dilaksanakan dalam waktu satu bulan?
6. Apa saja hambatan-hambatan yang ibu alami saat membantu
kegiatan Posbindu ini?
7. Apakah disini ada pelayanan yang di khusukan bagi Lansia
yang sudah tidak mampu lagi berjalan ke Posbindu untuk
melakukan pemeriksaan?
8. Bagaimana kondisi peralatan yang tersedia di Posbindu ini?
9. Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai sarana dan
prasarana yang ada dalam menunjang kegiatan Posbindu ini?
10. Apakah pemberian pelayanan sudah tepat sasaran sesuai
standar dari departemen kesehatan?
11. Apakah pelatihan yang diberikan kepada kader Posbindu
untuk dapat mandiri dalam memberikan pelayanan menurut
ibu sudah cukup?
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Kader Lansia
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : RPTRA Anggrek Bintaro
2. Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 9 Januari 2020
3. Waktu Wawancara : 08.14
B. Identitas Informan
1. Nama : Sri Astuti
2. Usia : 63 tahun
3. Jenjang Pendidikan : S1
No. Pertanyaan Jawaban
1. Kegiatan apa saja yang
bapak/ibu lakukan setiap
hari sebelum memasuki
masa Lansia (pada masa
Pra Lansia)?
Saya dulunya itu kerja
sebagai Pegawai Negeri
Sipil, dan ya kalo sekarang
saya cuma pensiunan PNS
aja mba. Jadi kalo dulu
sebelum Lansia sih ya
ngantor terus sibuknya.
Kalo sekarang kan udah tua
jadi udah pensiun deh mba
hehehe…
2. Dalam Posbindu, apakah
bapak/ibu menggunakan
atau memberikan
pelayanan saja dalam
kegiatan Posbindu
Lansia ini? dan apakah
bapak/ibu mempunyai
peran dalam kegiatan
Posbindu ini?
Kalau saya sendiri biasanya
gentian sama kader lainnya
minta di cekin untuk
kesehatan saya. Misalnya
kadar gulanya, kolesterol
dan lain-lain jadi sekaligus
sih mba. Kalau saya sendiri
Alhamdulillah di percaya
sebagai ketua Posbindu
disini.
3. Apakah bapak/ibu sering
berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan disini?
Dulu untuk ikut kegiatan
organisasi di RW sendiri
sangat sulit sekali karena
tidak menemukan waktu
yang tepat karna kan saya
kerja juga ya mba. Tapi
kalau berpartisipasi dalam
kegiatan kemasyarakatan di
kantor saya sering
mengikutinya. Mungkin hal
tersebut juga membantu
saya dalam menjalani
Posbindu ini sebagai ketua
dimana saya harus
mengorganisir anggota-
anggota Posbindu agar
tercapainya tujuan dari
Posbindu ini sesuai dengan
petunjuk teknis yang telah
ada. Saya sih mau jadi kader
disini itu karena dari muda
memang hobi berorganisasi
sih ya jadi walaupun
sukarela dan tidak ada
upahnya tapi saya
merasakan kepuasan batin
sendiri karena saya dimasa
tua saya, saya juga bisa
membantu orang lain. Selain
itu kan saya memang dari
dulu sudah mengikuti
organisasi disini seperti
menjadi pengurus RT.
4. Bagaimana awal mula
bapak/ibu dapat menjadi
kader di Posbindu ini?
apakah memang sudah
aktif berkegiatan atau
hanya baru-baru ini saja?
Saya sih mau jadi kader
disini itu karena dari muda
memang hobi berorganisasi
sih ya jadi walaupun
sukarela dan tidak ada
upahnya tapi saya
merasakan kepuasan batin
sendiri karena saya dimasa
tua saya, saya juga bisa
membantu orang lain. Selain
itu kan saya memang dari
dulu sudah mengikuti
organisasi disini seperti
menjadi pengurus RT. 5. Sudah dari kapan
bapak/ibu menjadi kader
di Posbindu ini?
Awalnya saya ditunjuk
karena merupakan salah satu
anggota PKK di RW.12 ini
sih. Nah saya diberikan
mandat untuk menjalankan
Posbindu ini bersama rekan-
rekan yang lainnya. Saya
iyakan karena jadi salah satu
peluang untuk mengisi
waktu kekosongan juga sih
jadi bisa lebih produktif lagi,
dan di Posbindu ini kan
memang ada beberapa kader
Lansia lainnya, tapi kami
saling membantu satu sama
lain sih.
6. Pelayanan seperti apa
yang bapak/ibu berikan
sebagai kader Posbindu
guna lancarnya kegiatan
Posbindu ini?
Saya sendiri membantu
Lansia dalam memberikan
informasi-informasi
mengenai BPJS, terus juga
kadang saya memberikan
informasi mengenai
makanan apa saja yang
dapat menyebabkan Lansia
itu dapat mengalami
penyakit seperti kadar gula
naik, asam urat dan lain
sebagainya sih. Nah jika
memang ada pertanyaan
yang mungkin belum
kapasitas saya untuk
menjawabnya saya biasanya
menyerahkan kepada
petugas Puskesmas yang ada
7. Manfaat apa saja yang
dirasakan bapak/ibu saat
memberikan pelayanan
di Posbindu?
Sejauh ini banyak sekali
manfaat yang dapat
dirasakan ya mba khususnya
para Lansia. Kita bisa dapat
cek kesehatan gratis dan
juga kegiatan senam sehat
untuk Lansia. Saya juga
sebagai kader turut
merasakan manfaatnya
dengan partisipasi dalam
kegiatan Posbindu ini dan
saya juga menjadi sangat
terbantu dengan senam sehat
untuk Lansia ini karena saya
juga merasa badan jadi lebih
segar dan sehat setiap
harinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
8. Bagaimana masyarakat
sekitar menyikapi dan
menilai pelayanan yang
bapak/ibu berikan di
Posbindu ini?
Sangat mendukung sih mba,
apalagi struktur
kemasyarakatannya,
namanya juga untuk
kesahatan. RT dan RW
disini juga aktif loh mba
dalam mencarikan
universitas atau sponsorship
yang bisa diajak kerjasama
dalam memberikan
penyuluhan kesehatan
kepada warga sih mba. Jadi
mereka juga sangat antusias
dan membantu. Kadang dari
pihak Kecamatan juga
sering mengontrol kegiatan
di Posbindu ini setiap
bulannya. Jadi semua
mendukung terlaksananya
program ini
9. Apakah dukungan orang Masyarakat di sekitar sini
sekitar merupakan hal
yang penting dan
berpengaruh dalam hal
partisipasi bapak/ibu
dalam kegiatan ini?
khususnya Lansia, sangat
mendukung saya dalam
berpartisipasi atau untuk
menjadi petugas Posbindu.
Tanggapan mereka sendiri
sangat positif sih mba dan
membuat saya menjadi
semangat dalam
memberikan pelayanan di
Posbindu ini
10. Bagaimana respon atau
tanggapan keluarga saat
melihat bapak/ibu aktif
dalam memberikan
pelayanan di Posbindu
ini?
Wah respon mereka sangat
baik sih mba, ikut senang
juga karena melihat saya
bisa produktif di masa tua
dan menjadi orang yang
berguna di masa tuanya bagi
masyarakat sekitar.
11. Di dalam keluarga
bapak/ibu sendiri
bagaimana bentuk
dukungan keluarga
terhadap partisipasi
bapak/ibu dalam
kegiatan Posbindu ini?
Dukungannya itu berupa
support ke saya bahwa
selagi kita masih mampu
dan masih bisa berguna
untuk orang lain, kenapa
tidak? Jadi mereka selalu
dukung apapun yang saya
pilih sih mba.
12. Menurut bapak/ibu
seberapa pentingkah
dukungan keluarga untuk
bapak/ibu dalam
mendukung partisipasi
bapak/ibu di kegiatan
Posbindu ini?
Sangat penting sekali karena
tanpa dukungan mereka
mungkin saya juga gak bisa
produktif kaya sekarang ini
dan berguna di masa tua
saya ini.
13. Jika bapak/ibu pergi ke
Posbindu, bagaimanakah
cara bapak/ibu menuju
Posbindu setiap
bulannya?
Biasanya saya jalan sih mba.
Namanya juga orang jaman
dulu mba beda dengan anak
jaman sekarang. Saya masih
kuat ko untuk jalan kaki
kesini. Jarak dari rumah
saya pun tidak terlalu jauh.
Ya hitung-hitung jalan sehat
ya mba.
14. Seberapa jauh jarak
rumah bapak/ibu dengan
Posbindu?
Kalo rumah berapa ya mba
gasampe 500 meter gasampe
kayanya mba.
15. Adakah hal lain yang
dapat dirasakan oleh
bapak/ibu dalam
mendukung partisipasi
bapak/ibu di dalam
kegiatan Posbindu ini?
Hal lainnya itu mungkin
dapat berupa sosialisasi agar
orang bisa lebih mengetahun
Posbindu ini serta
manfaatnya dari Posbindu
ini karena masih banyak
juga orang yang awam
dengan Posbindu.
16. Hambatan-hambatan apa
saja yang membuat
bapak/ibu mau
berkontribusi dan
memanfaatkan
pelayanan di Posbindu
ini?
Hambatan dalam menjadi
kader sendiri sih ya, karena
memang pekerjaannya
sukarela dan tidak di bayar
jadi ya ikhlas saja sih ya.
Untuk dana makanan
anggota Lansia memang
diberikan dari pihak
Kecamatan. Tetapi, untuk
dana diluar itu seperti
misalkan ada alat-alat yang
rusak itu biasanya dari
swadaya masyarakat atau
paling kami mengajukan
lagi ke pihak Kecamatan,
tetapi prosesnya memang
gak sebentar. Karena dari
Kecamatan biasanya harus
mengajukan dulu ke dinas
Kesehatan setelah di acc,
baru bisa dapat alatnya, gitu
sih paling mba kendalanya
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Kader Lansia
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : RPTRA Anggrek Bintaro
2. Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 9 Januari 2020
3. Waktu Wawancara : 08.52
B. Identitas Informan
1. Nama : Mujiati
2. Usia : 65 tahun
3. Jenjang Pendidikan : SMA
No. Pertanyaan Jawaban
1. Kegiatan apa saja yang
bapak/ibu lakukan setiap
hari sebelum memasuki
masa Lansia (pada masa
Pra Lansia)?
Waktu pas masa sebelum
Lansia ini saya ibu rumah
tangga aja sih mba. Tp saya
juga aktif dalam kegiatan-
kegiatan organisasi disini
dulu, seperti PKK dan lain-
lain.
2. Dalam Posbindu, apakah
bapak/ibu menggunakan
atau memberikan
pelayanan saja dalam
kegiatan Posbindu
Lansia ini? dan apakah
bapak/ibu mempunyai
peran dalam kegiatan
Posbindu ini?
Oh tentu iya dong mba. Saya
juga ikut periksa setiap ada
kegiatan Posbindu ini.
Itung-itung agar saya bisa
kontrol kesehatan saya dan
menjaga yang memang
harus dijaga seperti pola
makan. Kan demi kesehatan
juga mba. Kalau saya disini
bantu-bantu ngurus
administrasi dan bagiin
undangan pelaksanaan
Posbindu, kadang ngukur-
ngukur lingkar pinggang,
ganti-gantian aja sih mba.
3. Apakah bapak/ibu sering
berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan disini?
Kalau saya justru memang
aktif sih dari dulu kaya di
kegiatan-kegiatan RW pun
juga saya aktif.
4. Bagaimana awal mula
bapak/ibu dapat menjadi
kader di Posbindu ini?
apakah memang sudah
aktif berkegiatan atau
hanya baru-baru ini saja?
Saya bergabung dalam
Posbindu ini karena saya
pribadi senang dapat
mengikuti kegiatan-kegiatan
apa saja. Jadi, saya senang
dapat mengenal dan
membantu orang lain juga.
Saya juga merasa senasib
dengan mereka jadi apa
salahnya membantu.
5. Sudah dari kapan
bapak/ibu menjadi kader
di Posbindu ini?
Waduh, ya sudah dari awal
dibuat Posbindu ini mba.
6. Pelayanan seperti apa
yang bapak/ibu berikan
sebagai kader Posbindu
guna lancarnya kegiatan
Posbindu ini?
Kalo saya sendiri biasanya
bertugas untuk membuat
surat undangan kepada
Lansia dan Pra Lansia
setelah sudah mendapatkan
jadwal yang pas dengan
petugas kesehatannya dan
menitipkannya ke RT
7. Manfaat apa saja yang
dirasakan bapak/ibu saat
memberikan pelayanan
di Posbindu?
Kalau untuk saya sendiri
manfaat kegiatan ini sangat
banyak. Jenuh juga kan mba
kalo di rumah aja. Jadi
mending ikut kegiatan
seperti ini. kitanya juga jadi
punya banyak temen dan
menjalin silaturahmi lagi,
bisa ketawa-ketawa bareng,
cerita-cerita banyak deh
mba.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
8. Bagaimana masyarakat Mereka sangat mendukung
sekitar menyikapi dan
menilai pelayanan yang
bapak/ibu berikan di
Posbindu ini?
sekali adanya Program
Posbindu ini, karena ini bisa
jadi salah satu tempat yang
bisa memumpuni warga
dalam mengecek kesehatan.
9. Apakah dukungan orang
sekitar merupakan hal
yang penting dan
berpengaruh dalam hal
partisipasi bapak/ibu
dalam kegiatan ini?
Penting sekali sih, kalau
tidak ada dukungan dari
masyarakat sekitar, pasti
Posbindu ini tidak akan
berjalan dengan lancar.
10. Bagaimana respon atau
tanggapan keluarga saat
melihat bapak/ibu aktif
dalam memberikan
pelayanan di Posbindu
ini?
Gak ada permasalahan sih
ya bagi keluarga saya. Jadi
anak-anak saya dan suami
terutama mandukung dan
membebaskan saya saja mau
berkegiatan apapun,
daripada di rumah saja
11. Di dalam keluarga
bapak/ibu sendiri
bagaimana bentuk
dukungan keluarga
terhadap partisipasi
bapak/ibu dalam
kegiatan Posbindu ini?
Dukungan yang diberikan
oleh keluarga saya itu
misalnya anak saya bilang
ngapain sih mah di rumah
aja, sana ikut kegiatan.
Karena dia juga takut saya
kesepian dan dia sudah
terbiasa dengan saya yang
dulu yang aktif dalam
berkegiatan.
12. Menurut bapak/ibu
seberapa pentingkah
dukungan keluarga untuk
bapak/ibu dalam
mendukung partisipasi
bapak/ibu di kegiatan
Posbindu ini?
Seperti yang saya bilang tadi
kalo gaada dukungan
masyarakat ataupun
keluarga, pelaksanaan
kegiatan ini tidak akan
berjalan dengan lancar mba.
13. Jika bapak/ibu pergi ke
Posbindu, bagaimanakah
cara bapak/ibu menuju
Posbindu setiap
bulannya?
Sejauh ini tidak ada
kesulitan yang gimana-
gimana sih. Hanya saja
terkadang saya agak sedikit
kesulitan untuk kesini,
apalagi naik kendaraan
umum. Tapi untungnya ada
anak saya kalau pagi jadi
sekalian dia berangkat kerja
sekalian antar saya kesini
14. Seberapa jauh jarak
rumah bapak/ibu dengan
Posbindu?
Kalau dari rumah saya
sendiri itu kira-kira 5
kilometer mba lumayan
jauh.
15. Adakah hal lain yang
dapat dirasakan oleh
bapak/ibu dalam
mendukung partisipasi
bapak/ibu di dalam
kegiatan Posbindu ini?
Selama kegiatan Posbindu
berlangsung saya juga
mendorong anggota Lansia
untuk aktif dalam
berpartisipasi kegiatan
Posbindu ini. Saya kadang
juga suka mengingatkan
pada acara pengajian
ataupun arisan untuk jangan
lupa datang dan mengikuti
kegiatan Posbindu ini. Saya
juga menghimbau dalam
setiap kunjungan ke rumah
Lansia, sekaligus mengajak
mereka untuk berpartisipasi
dalam kegiatan Posbindu ini
16. Hambatan-hambatan apa
saja yang membuat
bapak/ibu mau
berkontribusi dan
memanfaatkan
pelayanan di Posbindu
ini?
Kalau disini memang karena
mungkin namanya bapak-
bapak agak susah untuk
diajak pemeriksaan paling
bisa dihitung karena mereka
merasa kalau sakit sedikit ya
sudah masih bisa ditahan,
jadi bukan masalah. Paling
yang saya tau gitu sih mba
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Kader Lansia
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : RPTRA Anggrek Bintaro
2. Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 9 Januari 2020
3. Waktu Wawancara : 09.23
B. Identitas Informan
1. Nama : Hela Sa’diah
2. Usia : 60 tahun
3. Jenjang Pendidikan : SMA
No. Pertanyaan Jawaban
1. Kegiatan apa saja yang
bapak/ibu lakukan
setiap hari sebelum
memasuki masa Lansia
(pada masa Pra
Lansia)?
Kalau saya sebelum jadi
kader disini dulunya sebagai
karyawan. Saya sudah
pensiun dari kerjaan sudah 5
tahun yang lalu. Tapi, saya
masih ingin hidup produktif
walaupun sudah tua serta di
masa tua ini saya ingin
berguna juga bagi orang lain,
agar hidup ini juga gak sia-
sia. Gitu mba kurang
lebihnya.
2. Dalam Posbindu,
apakah bapak/ibu
menggunakan atau
memberikan pelayanan
saja dalam kegiatan
Posbindu Lansia ini?
dan apakah bapak/ibu
mempunyai peran
Saya memberikan pelayanan
juga dan menggunakan juga.
Berguna juga untuk kesahatan
saya pribadi mba. Kalau
perannya itu mungkin karena
saya Cuma lulusan SMA.
Latar belakang pendidikan
juga penting untuk menjadi
dalam kegiatan
Posbindu ini?
kader Posbindu ini. Jika ada
penyuluhan-penyuluhan, saya
bisa membagikannya kepada
anggota Lansia lainnya yang
mungkin masih awam dengan
penyakit-penyakit baru.
Tetapi, jika pendidikan saya
rendah, saya akan sulit untuk
bisa menangkap informasi
dan membagikannya kepada
para anggota Lansia di
Posbindu ini.
3. Apakah bapak/ibu
sering berpartisipasi
dalam kegiatan-
kegiatan
kemasyarakatan disini?
Kurang aktif sih mba karena
kan saya kerja juga ya. Kalau
masuk Posbindu ini karena
setelah pensiun aja jadi ingin
berguna buat orang lain.
4. Bagaimana awal mula
bapak/ibu dapat
menjadi kader di
Posbindu ini? apakah
memang sudah aktif
berkegiatan atau hanya
baru-baru ini saja?
Saya juga ditunjuk oleh warga
sekitar untuk menjadi
pengurus Posbindu ini karena
mungkin mereka juga sudah
kenal saya sih.
5. Sudah dari kapan
bapak/ibu menjadi
kader di Posbindu ini?
Sejak awal didirikannya
Posbindu ini mba. Sudah 4
tahun kalau gasalah.
6. Pelayanan seperti apa
yang bapak/ibu berikan
sebagai kader Posbindu
guna lancarnya
kegiatan Posbindu ini?
Saya disini bertugas untuk
mengatur jadwal kegiatan
Posbindu yang terkadang
suka berubah-ubah
dikarenakan harus
disesuaikan dengan petugas
dari Puskesmas yang
membantu dalam melakukan
penyuluhan. Selain itu saya
juga memberikan informasi
kepada Lansia mengenai
program BPJS yang mana
sewaktu-waktu dapat
digunakan oleh Lansia jika
membutuhkan pelayanan
kesehatan
7. Manfaat apa saja yang
dirasakan bapak/ibu
saat memberikan
pelayanan di Posbindu?
Kegiatan Posbindu ini sangat
bermanfaat. Dengan
mengikuti kegiatan ini saya
jadi mempunyai aktivitas baru
di masa tua saya daripada
diem di rumah aja. Disini juga
kami dapat bersilaturahmi
dengan teman-teman
seangkatan saya mba dan bisa
menuangkan ide apapun yang
kami punya tanpa dibatasi.
Jadi banyak banget
manfaatnya dari adanya
program Posbindu ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
8. Bagaimana masyarakat
sekitar menyikapi dan
menilai pelayanan yang
bapak/ibu berikan di
Posbindu ini?
Respon masyarakat sangat
positif dalam medukung
adanya kegiatan Posbindu ini.
9. Apakah dukungan
orang sekitar
merupakan hal yang
penting dan
berpengaruh dalam hal
partisipasi bapak/ibu
dalam kegiatan ini?
Sangat penting dong mba.
Karena kita bisa meminta
bantuan juga dari mereka.
10. Bagaimana respon atau
tanggapan keluarga saat
melihat bapak/ibu aktif
dalam memberikan
pelayanan di Posbindu
ini?
Sama ya mba positif juga dan
mereka dukung-dukung aja
saya jadi kade disini.
11. Di dalam keluarga
bapak/ibu sendiri
bagaimana bentuk
dukungan keluarga
Menurut saya dukungan dari
keluarga itu sendiri sangat
penting mba. Keluarga juga
yang menyuruh saya untuk
terhadap partisipasi
bapak/ibu dalam
kegiatan Posbindu ini?
tidak di rumah saja apalagi
dulu pada saat muda memang
saya hobby nya jalan-jalan sih
ya, jadi ya gini gabisa diem di
rumah aja. Lagi pula kan
pelaksanaan kegiatan ini
hanya sebulan sekali, ya
palingan kan senam ya. Kalau
senam kan juga itu buat saya
sendiri juga. Jadi walaupun
udah tua gini kan juga masih
sehat. Kegiatan Posbindu ini
juga gak membebankan
siapapun atau memaksa
siapapun karena kan balik lagi
ke diri kita. Terkadang setelah
kegiatan kami juga kader
bergantian untuk
memeriksakan kesehatan
kami satu sama lain ko.
12. Menurut bapak/ibu
seberapa pentingkah
dukungan keluarga
untuk bapak/ibu dalam
mendukung partisipasi
bapak/ibu di kegiatan
Posbindu ini?
Sangat penting sekali sih mba.
13. Jika bapak/ibu pergi ke
Posbindu,
bagaimanakah cara
bapak/ibu menuju
Posbindu setiap
bulannya?
Posbindu ini gak terlalu jauh
dari rumah saya dan saya
biasanya jalan kaki dan tidak
ada masalah sih sejauh ini.
14. Seberapa jauh jarak
rumah bapak/ibu
dengan Posbindu?
Gak sampai 200 meter mba.
15. Adakah hal lain yang
dapat dirasakan oleh
bapak/ibu dalam
mendukung partisipasi
Banyak dari kami yang pergi
ke tempat kegiatan dengan
berjalan kaki. Itu semua
dilakukan sekaligus mengajak
bapak/ibu di dalam
kegiatan Posbindu ini?
Lansia di sekitar tempat
tinggal agar hadir ke
Posbindu dan juga sekalian
melongok Lansia yang sakit
agar nanti bisa dilakukan
pengecekan atau home visit
ke rumahnya.
16. Hambatan-hambatan
apa saja yang membuat
bapak/ibu mau
berkontribusi dan
memanfaatkan
pelayanan di Posbindu
ini?
Kalau saya sendiri
penghambat dalam
berpartisipasi ini ketika darah
saya tinggi. Jadi mau gamau
saya gabisa datang ke
Posbindu karena penyakit
darah tinggi saya. Tapi
untungnya tidak seringkali sih
mba.
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Kader Pra Lansia
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : RPTRA Anggrek Bintaro
2. Hari, Tanggal Wawancara : Kamis, 9 Januari 2020
3. Waktu Wawancara : 09.44
B. Identitas Informan
1. Nama : Aminah
2. Usia : 47 tahun
3. Jenjang Pendidikan : SMA
No Pertanyaan Jawaban
1. Mulai dari kapan bapak/ibu
mengenal dan mengikuti
kegiatan Posbindu Lansia
ini?
Mulai saya menjadi
anggota PKK mba disini.
2. Menurut bapak atau ibu
bagaimanakah peran kader
Lansia dalam memberikan
pelayanan di Posbindu ini?
Para kader Lansia disini
juga aktif dan juga
membantu saya juga sih
dalam menggalakkan
senam Lansia yang
diadakan setiap minggu
dan juga terkadang
penyuluhan kesehatan juga
diadakan setiap satu bulan
sekali dengan bekerja
sama dengan universitas
dan Puskesmas setempat
yang ingin memberikan
penyuluhan tentang
kesehatan di Posbindu ini.
Jadi disini kader Lansianya
sangat antusias, mereka
juga tidak segan-segan
untuk memberikan
motivasi dan kepada para
Lansia lainnya
3. Apakah bapak/ibu
merasakan kesulitan dalam
memberikan pelayanan
bersama kader Lansia?
Tidak sama sekali, justru
kami saling membantu dan
melengkapi satu sama lain.
Kadang karena memang
sudah Lansia mereka kan
lebih cepet capainya jadi
ya gentian. Tapi sejauh ini
tidak ada masalah sih mba.
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Koordinator RPTRA Anggrek Bintaro
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : RPTRA Anggrek Bintaro
2. Hari, Tanggal Wawancara : Selasa, 21 Januari 2020
3. Waktu Wawancara : 10.55
B. Identitas Informan
1. Nama : Saidah Farida
2. Usia : 45 tahun
3. Jenjang Pendidikan : S1
No. Pertanyaan Jawaban
1. Sudah berapa lama ibu
menjadi koordinator
RPTRA Anggrek Bintaro
ini?
4 tahun
2. Mengapa RPTRA ini
dijadikan tempat sebagai
pelaksanaan kegiatan
Posbindu?
Karna RPTRA adalah
Ruang Publik Terpadu
Ramah Anak yang
pemanfaat nya, mulai dari
ibu hamil, anak-anak,
remaja, sampai lansia,
bahkan disabilitas pun bisa
menjadi pemanfaat RPTRA,
dengan ada ruang-ruang
aula serba guna,
perpustakaan, refleksi,
joging track, ruang laktasi,
dll.
3. Apakah kegiatan Posbindu
ini termasuk salah satu
program dari RPTRA?
Iya benar.
4. Bagaimana partisipasi dari
Lansia di sekitar RPTRA
Anggrek Bintaro dalam
mengikuti kegiatan
Posbindu ini?
Sangat bagus respon lansia
yang ada di sekitar RPTRA,
bukan hanya Posbindu, tapi
senam Lansia, urban
farming bersama lansia,
olahan pasca panen bersama
Lansia, dll
5. Berapa kali kegiatan
Posbindu dan senam
Lansia dilaksanakan dalam
waktu satu bulan?
Pelaksanaannya 1 bulan
sekali, bahkan kita punya
program ke depan nya, akan
jemput bola, misalnya di
sekitar Rptra, ada kegiatan
arisan RT kita akan datang
untuk memberikan
penyuluhan dan
pemeriksaan kepada Lansia.
6. Apa saja hambatan-
hambatan yang ibu alami
saat membantu kegiatan
Posbindu ini?
Hambatan biasa nya ada aja,
seperti saat Lansia ingin
mengecek semua, misal
kolesterol, gula darah, dll,
namun saat mau
pengecekan, alat nya hanya
1, jadi harus sedikit antri.
7. Apakah disini ada
pelayanan yang di
khusukan bagi Lansia yang
sudah tidak mampu lagi
berjalan ke Posbindu untuk
melakukan pemeriksaan?
Ya, kami memberikan
pelayanan khusus, subsidi
silang.
8. Bagaimana kondisi
peralatan yang tersedia di
Posbindu ini?
Kalau untuk Posbindu
sendiri alatnya masih minim
ya. Jadi yang saya jelaskan
paking di pakainya secara
bergantian.
9. Bagaimana tanggapan
bapak/ibu mengenai sarana
dan prasarana yang ada
dalam menunjang kegiatan
Posbindu ini?
Untuk sarana dan prasarana
dari Posbindu sendiri ini
saya bilang cukup dan dapat
menunjang berjalannya
kegiatan Posbindu ini.
Hanya saja peralatannya
masih minim dan perlu
ditingkatkan lagi.
10. Apakah pemberian
pelayanan sudah tepat
sasaran sesuai standar dari
departemen kesehatan?
Sudah tepat sasaran sih ya.
Untuk ibu-ibu yang Lansia
dan Pra Lansia bisa
mengecekkan kesehatannya
di Posbindu ini serta
pelayanan yang diberikan
oleh para kader sesuai
dengan standar yang ada.
11. Apakah pelatihan yang
diberikan kepada kader
Posbindu untuk dapat
mandiri dalam
memberikan pelayanan
menurut ibu sudah cukup?
Sudah cukup sih ya, selain
dapat membuat para kader
bisa untuk memberikan
pelayanan sexara mandiri
juga pemahaman mereka
mengenai kesehatan
menjadi lebih banyak lagi.
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Anggota Lansia
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : RPTRA Anggrek Bintaro
2. Hari, Tanggal Wawancara : Jumat, 13 Februari
2020
3. Waktu Wawancara : 08.37
B. Identitas Informan
1. Nama : Siti Maisaroh
2. Usia : 65 tahun
3. Jenjang Pendidikan :S1
No. Pertanyaan Jawaban
1. Mulai dari kapan
bapak/ibu mengenal dan
mengikuti kegiatan
Posbindu Lansia ini?
Karena dahulunya saya mantan
ketua ibu PKK, jadi saya sudah
sejak awal mengikuti program
Posbindu ini pada saat suami
saya menjabat sebagai ketua
RW disini.
2. Bagaimana menurut
bapak atau ibu peran
kader Lansia sendiri
dalam memberikan
pelayanan di Posbindu
ini?
Perannya itu sangat baik, satu
memperhatikan kader-kader
lainnya. Kedua
memberitahukan kepada
warga-warga hmm istilahnya
sebelum pelaksanaan Posbindu
ini mereka itu memberitahukan
warganya melalui RT yang ada
di sekitar RW.12. Mereka juga
sangat baik dalam melayani
anggota-anggota yang
berkunjung di Posbindu Lansia.
3. Perbedaan apa yang
bapak/ibu rasakan
antara pelayanan yang
diberikan oleh kader
Lansia dan non Lansia?
Sebenarnya gini, semua kader
ini bergerak di bidang
pemeriksanaan kesehatan
Lansia. Itu sama semua
pelayanan yang diberikannya
sama. Karena mereka juga
sudah tugas dari kesehatan
terutama dari kerjasamanya
yaitu Puskesmas dan sudin
kesehatan.
4. Manfaat dan
keuntungan apa sajakah
yang bapak atau ibu
dapatkan dari pelayanan
yang diberikan oleh
kader Lansia di
Posbindu ini?
Yang kita rasakan itu, karena
kita memeriksakan
kesehatannya secara rutin,
seperti cek gula darah,
kemudian kolesterol nah itu jadi
terkontrol jadi bisa mencegah
atau mengatasilah.
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Anggota Lansia
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : RPTRA Anggrek Bintaro
2. Hari, Tanggal Wawancara : Jumat, 13 Februari
2020
3. Waktu Wawancara : 09.11
B. Identitas Informan
1. Nama : Aan Arjali
2. Usia : 68 tahun
3. Jenjang Pendidikan : S1
No. Pertanyaan Jawaban
1. Mulai dari kapan
bapak/ibu mengenal dan
mengikuti kegiatan
Posbindu Lansia ini?
Sejak tahun 2016.
2. Bagaimana menurut
bapak atau ibu peran
kader Lansia sendiri
dalam memberikan
pelayanan di Posbindu
ini?
Adab memberikan
pelayanan cukup bagus
sesuai dengan petunjuk-
petunjuk yang ada.
3. Perbedaan apa yang
bapak/ibu rasakan antara
pelayanan yang diberikan
oleh kader Lansia dan non
Lansia?
Tidak ada perbedaaan.
Sama saja pelayanan yang
diberikannya.
4. Manfaat dan keuntungan
apa sajakah yang bapak
atau ibu dapatkan dari
Manfaatnya untuk pribadi
saya itu untu periksa
kesehatan jadi tidak perlu
pelayanan yang diberikan
oleh kader Lansia di
Posbindu ini?
jauh-jauh. Jadi
memanfaatkan fasilitas
yang ada disini dan juga
dapat membantu
masyarakat yang memang
dalam kondisi ekonomi
lemah terutama yang
Lansia dan memang dapat
dijangkau dari sekitar
RT/RW di lingkungan sini
dan juga kesehatan dapat
terkontrol secara rutin. Jadi
banyak manfaatnya.
TRANSKIP WAWANCARA
Informan : Anggota Lansia
A. Tempat dan Waktu Wawancara
1. Tempat Wawancara : RPTRA Anggrek Bintaro
2. Hari, Tanggal Wawancara : Jumat, 13 Februari
2020
3. Waktu Wawancara : 09.41
B. Identitas Informan
1. Nama : Ponim
2. Usia : 77 tahun
3. Jenjang Pendidikan : SD
No. Pertanyaan Jawaban
1. Mulai dari kapan
bapak/ibu mengenal dan
mengikuti kegiatan
Posbindu Lansia ini?
Sudah dari tahun 2016. Pas
ini baru ada saya sudah ikut
kegiatan ini.
2. Bagaimana menurut
bapak atau ibu peran
kader Lansia sendiri
dalam memberikan
pelayanan di Posbindu
ini?
Ya semuanya melayani
dengan baik.
3. Perbedaan apa yang
bapak/ibu rasakan antara
pelayanan yang diberikan
oleh kader Lansia dan non
Lansia?
Semua sama sih ya baik
semua pelayanannya. Jadi
gak ada yang beda
pelayanannya.
4. Manfaat dan keuntungan
apa sajakah yang bapak
atau ibu dapatkan dari
Saya kan orangnya gak
terlalu aktif ya. Jadi pas ada
kegiatan ini karena deket
pelayanan yang diberikan
oleh kader Lansia di
Posbindu ini?
juga saya di kasih tau
tetangga saya yang
kebetulan salah satu kader
disini jadi ya saya coba ikut
aja dan ternyata banyak
manfaatnya. Kesehatan saya
juga jadi terkontrol dan
gaperlu jauh-jauh ke
Puskesmas lagi untuk
kontrol kesehatan.
HASIL OBSERVASI
21 Desember 2019
Pada hari ini peneliti melakukan perizinan dan juga observasi
di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak Anggrek Bintaro Jakarta
Selatan. Kegiatan Posbindu ini dilaksanakan di ruang aula
RPTRA. Hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah
melihat pelaksanaan kegiatan Posbindu ini yang sudah sesuai
alurnya dimana yang pertama ada meja untuk pendaftaran yang
kedua ada meja untuk dilakukannya wawancara terhadap
anggota Posbindu, ketiga pengukuran berat, tinggi apakah sudah
sesuai dengan indeks masa tubuh (IMT) yang ideal, keempat
meja untuk dilakukannya pengecekan gula darah, kolesterol dan
penyakit lainnya dan yang kelima meja untuk dilaksanakannya
edukasi atau konseling dengan dokter atau perawat yang ada dari
Puskesmas.
Pada hari ini peneliti juga melakukan wawancara dengan
salah seorang kader yang merupakan seorang dokter di Posbindu
ini. Setelah wawancara dilakukan, pada hari ini peneliti melihat
banyak anggota Lansia yang turut berpartisipasi dalam kegiatan
Posbindu ini. Ada yang pergi dengan di antar oleh anaknya dan
ada juga yang berjalan kaki. Peneliti juga melihat dan
mendokumentasikan RPTRA dan fasilitas yang menunjang
khususnya bagi para Lansia. Pelaksanaan Posbindu ini dilakukan
di ruang tengah RPTRA ini. Peneliti juga melihat bungkusan
yang dibagikan oleh para kader kepada anggota yang telah
selesai mengecekkan kesehatan mereka di Posbindu ini.
9 Januari 2020
Pada hari ini peneliti melakukan observasi ke Posbindu yang
kedua kalinya dan juga melakukan observasi terhadap Lansia
yang mengikuti program Posbindu ini. kegiatan di mulai pada
pukul 08.00. Seperti kemarin terdapat lima meja untuk
melaksanakan kegiatan Posbindu. Saya juga melihat bahwa para
kader disini sangat membantu para Lansia yang berpartisipasi
dalam mengecek kesehatannya. Disini juga ada perawat dari
Puskesmas yang ikut serta membantu kegiatan ini seperti
membantu dalam pengecekan tensi dan gula darah.
Peneliti juga melihat bahwa Lansia yang mengikuti kegiatan
ini sangatlah antusias dan semangat, mereka juga dapat
berinteraksi sosial dengan sesama Lansia atau Pra Lansia yang
melakukan pengecekan kesehatannya di Posbindu ini. Hanya
saja selalu Lansia perempuan yang mendominasi di dalam
kegiatan Posbindu ini. Setelah pengecekan kesehatan selesai,
Lansia diberikan bingkisan berupa buah dan snack gunanya
untuk memberikan semangat kepada Lansia agar lebih sering
lagi berkunjung ke Posbindu untuk mengecek kesehatan mereka.
Setelah kegiatan Posbindu selesai, kader Posbindu juga
melakukan rapat bulanan secara rutin.
24 Januari 2020
Pada hari ini, peneliti melihat kegiatan bimbingan fisik yaitu
senam Lansia yang dilaksanakan setiap minggunya yaitu pada
hari Jumat. Senam Lansia ini dimulai pada pukul 07.30. senam
Lansia ini dipandu oleh salah satu orang instruktur senam. Bukan
hanya para Lansia saja yang mengikuti senam Lansia pagi hari
ini. Tetapi, banyak pula Pra-Lansia yang turut serta mengikuti
senam Lansia ini. Senam Lansia yang dilakukan pada hari ini
adalah senam jantung sehat yaitu senam aerobic dan senam
pendinginan.
Instruktur senam Lansia ini juga sangat interaktif dalam
memimpin senam dan memberikan semangat untuk Lansia agar
tetap dapat mengikuti kegiatan senam Lansia ini hingga akhir
walaupun peneliti melihat ada beberapa Lansia yang sudah tidak
kuat lagi dan mundur ke belakang. Setelah kegiatan senam
selesai dilakukan cek tensi darah oleh perawat dari Puskesmas
Bintaro. Jumlah Lansia perempuan lebih dominan daripada
Lansia laki-laki dalam mengikuti kegiatan senam Lansia ini.
13 Februari 2020
Pada hari ini pada saat peneliti sampai di RPTRA atau tempat
pelaksanaan Posbindu, ruangan kegiatan dipenuhi oleh
masyarakat sekitar dikarenakan adanya penyuluhan mengenai
kanker serviks dari rumah sakit Yarsi dengan narasumber yaitu
dokter Fadlun. Kegiatan Posbindu pada hari itu tetap berjalan
hanya saja secara bergantian dan bagi yang sudah melakukan
pengecekan kesehatan diharapkan mengikuti kegiatan
penyuluhan ini. Banyak sekali yang dibahas di dalam
penyuluhan mengenai kanker serviks ini yang dapat memberikan
pengetahuan yang banyak juga kepada anggota Posbindu dan
masyarakat sekitar mengenai kanker serviks.
14 Februari 2020
Pada hari ini, senam Lansia dilakukan seperti biasanya
dengan instruktur senam. Para Lansia dan Pra Lansia sangat
semangat dalam mengikuti senam pagi hari ini. Cukup banyak
juga yang mengikuti kegiatan senam pada hari Jumat kali ini.
Pada hari ini setelah senam Lansia dilaksanakan pengecekan
tensi dilakukan oleh kader. Setelah selesai senam, para Lansia
juga menggunakan fasilitas di RPTRA yang ada yaitu batu
refleksi yang juga dapat berguna bagi kesehatan. Mayoritas
Lansia dan Pra Lansia yang mengikuti senam ini adalah
perempuan.
12 Maret 2020
Pada hari ini, pelaksanaan Posbindu dilakukan seperti
biasanya dengan dibantu oleh perawat Puskesmas. Hanya saja
dikarenakan pada hari itu hujan tidak kunjung berhenti, jadi tidak
terlalu banyak Lansia yang mengikuti kegiatan Posbindu pada
hari ini. Seperti biasanya sudah ada lima meja serta alur
pelayanan agar pelaksanaan Posbindu ini menjadi lebih terarah.
Lansia juga banyak yang dapat berinteraksi sosial lagi dengan
yang lainnya melalui kegiatan Posbindu ini. Setelah pelaksanaan
kegiatan Posbindu ini kader rapat bulanan seperti biasanya dan
makan bersama.