1
KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
A. Latar Belakang
Berbagai kejadian bencana akhir-akhir ini sering terjadi hampir di seluruh
pelosok Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengancam serta
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia.
Bencana dimaksud tentunya mengakibatkan dampak negatif bagi
masyarakat seperti rusaknya infrastruktur (jalan, saluran irigasi, perumahan),
lingkungan, korban jiwa manusia berikut harta bendanya serta dampak traumatik
psikologis masyarakat.
Bencana yang terjadi tiap tahun akan terus mengancam Negara Kesatuan
Republik Indonesia termasuk di Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat.
Peristiwa bencana baik yang disebabkan oleh faktor alam/faktor non alam
maupun faktor manusia seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah
longsor, angin puting beliung dan kekeringan sering melanda wilayah Kabupaten
Majalengka.
Hal ini dapat dipahami dan dimaklumi karena Wilayah Indonesia,
termasuk daerah rawan terjadinya bencana, terutama bencana alam geologi,
yang disebabkan posisi Indonesia yang terletak pada pertemuan 3 (tiga)
lempeng tektonik di dunia yaitu: Lempeng Australia di selatan, Lempeng Euro-
Asia di bagian barat dan Lempeng Samudra Pasifik di bagian timur, yang dapat
menunjang terjadinya sejumlah bencana.
Berdasarkan posisinya tersebut, maka hampir di seluruh Indonesia
kecuali daerah Kalimantan yang relatif stabil, bencana akan sangat mungkin
terjadi setiap saat dan sangat sulit diperkirakan kapan dan dimana persisnya
bencana tersebut akan terjadi. Jawa Barat termasuk daerah rawan terjadinya
bencana seperti hal nya daerah lain di Indonesia, karena di wilayah ini selain
kondisi geologinya menunjang terjadinya sejumlah bencana, juga banyak
terdapat gunung berapi yang masih aktif.
2
Bencana yang sering terjadi di Jawa Barat tidak hanya menimbulkan
kerugian harta benda, tetapi juga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang tidak
sedikit. Bencana gempa bumi yang baru saja terjadi di Tasikmalaya pada tanggal
2 September 2009 pukul 15.00 wib dan menimbulkan korban jiwa, gempa
dengan magnitude 7.3 skala Richter dengan episentrum 142 km sebelah barat
daya Kota Tasikmalaya, meluluh lantakkan beberapa bangunan di beberapa
daerah seperti di wilayah Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, Kabupaten Ciamis,
Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut dan sebagian Kabupaten Majalengka
menyebabkan ribuan orang terpaksa mengungsi, puluhan orang meninggal dan
hilang.
Peristiwa bencana tersebut tidak mungkin dihindari, tetapi yang dapat kita
dilakukan adalah memperkecil terjadinya korban jiwa, harta maupun lingkungan.
Banyaknya korban jiwa maupun harta benda dalam peristiwa bencana yang
selama ini terjadi, lebih sering disebabkan kurangnya kesadaran dan
pemahaman pemerintah maupun masyarakat terhadap potensi kerentanan
bencana serta upaya mitigasinya.
Atas dasar tersebut berbagai upaya telah dan akan terus dilakukan untuk
menanggulangi bencana berupa penetapan kebijakan, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi serta kelembagaan melalui
pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Majalengka
yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor
10 tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka.
Dengan telah dibentuknya Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Majalengka, diharapkan penanggulangan bencana mulai dari
pencegahan, tanggap darurat dan rehabilitasi dapat terkoordinasi dengan baik
melalui prinsip-prinsip kesiapan, kecepatan, ketepatan dibawah satu komando
yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Majalengka.
Program dan Kegiatan yang akan disusun oleh Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2014. Selain
sering terjadinya bencana yang memerlukan penanganan segera, berbagai
permasalahan yang masih dihadapi oleh Kabupaten Majalengka terutama masih
rentannya tingkat kemiskinan sebagai dampak dari internal maupun sebagai
3
dampak global adalah merupakan tantangan kedepan yang perlu dipecahkan
bercama melalui penyelenggaraan kepemerintahan yang berpihak kepada rakyat
yang didukung keterlibatan dan partisipasi masyarakat dan seluruh stake holder.
Secara administrasi Kabupaten Majalengka terdiri atas 26 Kecamatan
terbagi atas 321 berstatus Desa dan 13 Kelurahan. Wilayah Kabupaten
Majalengka di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, di
sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan, di sebelah
Selatan dengan Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya serta di Sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Sumedang. Secara umum dilihat dari kondisi
geografis, wilayah Kabupaten Majalengka dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu
bagian Selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan terjal dengan ketinggian
400 – 500 m diatas permukaan laut dan sebagian besar berhawa sejuk.
Sedangkan dibagian Utara merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara
20–100 m diatas permukaan laut dan berhawa relatif panas.
Berdasarkan posisi tersebut diatas, maka hampir seluruh wilayah
Kabupaten Majalengka mempunyai potensi bencana yang mungkin dapat terjadi
setiap saat dan sangat sulit diperkirakan kapan dan dimana persisnya bencana
tersebut akan terjadi. Kabupaten Majalengka termasuk daerah rawan terjadinya
bencana seperti halnya daerah lain di Indonesia, karena di wilayah ini selain
kondisi geologisnya menunjang terjadinya sejumlah bencana, juga banyak
terdapat perbukitan dan aliran sungai yang cukup besar.
Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka yang kondisi geologisnya terdiri
dari pegunungan dan perbukitan sangat berpotensi terjadinya bencana alam
tanah longsor sebagai akibat gerakan tanah yang sering terjadi didaerah ini,
sesuai hasil pemetaan Badan Vulkanologi dan Mitigasi Jawa Barat.
Sedangkan wilayah Utara yang merupakan dataran rendah sangat
berpotensi bencana banjir sebagai konsekwensi adanya beberapa aliran sungai
yang cukup besar serta banyaknya sungai-sungai kecil yang bermuara di sungai-
sungai besar. Curah hujan yang cukup tinggi menjadi penyebab utama timbulnya
bencana tanah longsor dan banjir.
Selain hal tersebut diatas Kabupaten Majalengka mendapat julukan kota
angin karena sepanjang tahun hembusan angin yang cukup kencang sering
4
terjadi. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya puting beliung yang melanda
Kabupaten Majalengka dan sering menimbulkan kerugian harta benda
masyarakat. Secara administratif Wilayah Kabupaten Majalengka yang terletak
pada meridian 01o14’20” -01o36’42” BT dan 06o33’40” – 07o04’19” LS dengan
luas 1.204,24 km2 atau 2,71% luas total propinsi Jawa Barat dan terbagi kedalam
26 wilayah kecamatan dan 334 desa/kelurahan memiliki potensi bencana alam
(potential hazard) alam yang cukup tinggi. Potensi bencana (potential hazard)
alam yang dapat terjadi di wilayah Kabupaten Majalengka terdiri dari ancaman
bencana letusan gunung Ciremai, ancaman bencana gempa bumi, ancaman
bencana tanah longsor, ancaman bencana angin puyuh/putting beliung,
ancaman bahaya banjir serta ancaman bahaya kekeringan. Ancaman-ancaman
bahaya bencana alam tersebut dapat dikelompokkan menjadi bahaya beraspek
geologi (ancaman bahaya gempa bumi, tanah longsor dan letusan Gunung
Ciremai), dan bahaya beraspek hidrometeorologi seperti ancaman bahaya banjir,
angin puyuh dan kekeringan. Ancaman bencana tanah longsor dapat disebabkan
oleh faktor geologi (getaran akibat gempa, kestabilan lereng) juga dapat
disebabkan oleh factor hidrometeorogi khususnya akibat curah hujan yang tinggi.
Data dari BAPPEDA Kabupaten Majalengka hasil Kajian Identifikasi dan
Penanganan Kawasan Rawan Bencana Alam di Kabupaten Majalengka pada
Tahun 2009, daerah-daerah yang termasuk kedalam zona resiko terjadinya
bencana adalah :
1. Daerah dengan resiko tinggi terkena letusan Gunung Ciremai adalah
kecamatan-kecamatan yang berada di lereng barat Gunung Ciremai
diantaranya Kecamatan Argapura dan sebagian wilayah Kecamatan
Sukahaji dan Rajagaluh. Wilayah-wilayah yang termasuk kedalam daerah
rawan bahaya letusan sekunder Gunung Ciremai berada di sepanjang
Sungai Cideres yang melewati wilayah Kecamatan Argapura, Kecamatan
Maja, Kecamatan Majalengka dan Kecamatan Panyingkiran; sepanjang
aliran K. Salado yang melewati wilayah Kecamatan Argapura, Maja,
Cigasong dan wilayah Kecamatan Dawuan; disepanjang Sungai Cisaat
yang melewati wilayah Kecamatan Argapura, Sukahaji dan Kecamatan
Jatiwangi; di sepanjang Sungai Cisambeng yang berada di wilayah
Kecamatan Dawuan dan wilayah Kecamatan Ligung; di sepanjang aliran
5
Sungai cikeruh di wilayah kecamatan Sukahaji; di sepanjang aliran
Sungai Cigipur yang melewati wilayah kecamatan Argapura dan Sukahaji;
di sepanjang Sungai Cikeruh yang melewati wilayah Kecamatan
Argapura, Jatiwangi dan Kecamatan Sukahaji; di sepanjang aliran Sungai
Ciputri yang melewati wilayah Kecamatan Rajagaluh; di sepanjang aliran
Sungai Cikadongdong yang melewati wilayah Kecamatan Leuwimunding,
Sindangwangi dan wilayah Kecamatan Rajagaluh serta Sungai Ciwaringin
yang melewati wilayah Kecamatan Leuwi Munding.
2. Daerah dengan resiko tinggi terkena ancaman tanah longsor umumnya
berada di bagian tengah wilayah Kabupaten Majalengka yang meliputi
sebagian wilayah Kecamatan Argapura, Bantarujeg, Maja, Argapura,
Banjaran, Sukahaji, Cigasong, Dawuan, Jatiwangi, Leuwimunding dan di
sebagian kecil wilayah Kecamatan Rajagaluh; daerah dengan resiko
tanah longsor umumnya menempati daerah sebelah selatan wilayah
kabupaten Majalengka meliputi wilayah Kecamatan Panyingkiran,
Majalengka, Bantarujeg, Lemahsugih, Talaga, Sebagian Kecil wilayah
Kecamatan Cikijing dan Cingambul, Argapura, Sindangwangi dan
Rajagaluh dan untuk daerah dengan resiko rendah ancaman tanah
longsor berada umumnya berada di sebelah utara dan sebagian kecil
daerah di sebelah selatan Kabupaten Majalengka meliputi wilayah
Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, SumberJaya, Jatiwangi, Palasah,
Leuwimunding, sebagian kecil wilayah Kecamatan Sindangwangi,
Sukahaji, Maja, Lemah Sugih dan Bantarujeg, Kadipaten, Panyingkiran,
Majalengka, Talaga, Cikijing dan wilayah Kecamatan Cingambul. Wilayah
di Kabupaten Majalengka yang termasuk rawan gempa bumi karena
berada di daerah struktur, dengan tingkat ancaman tinggi hingga sedang
berada di sebagian wilayah wilayah Kecamatan Rajagaluh,
Sindangwangi, Sukahaji, Maja, Argapura, Banjaran serta sebagian
wilayah Kecamatan Cikijing.
3. Ancaman angin puyuh, berdasarkan sejarah kejadiannya umumnya
berada di sebelah utara wilayah Kabupaten Majalengka yang mencakup
wilayah Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Jatiwangi,
Palasah, Leuwimunding, Sindangwangi, Cigasong, Panyingkiran,
6
Kadipaten, Sukahaji dan Sukamantri. Wilayah rawan banjir di Kabupaten
Majelengka meliputi wilayah sebagian wilayah Kecamatan di wilayah
Kecamatan Dawuan, Ligung dan Jatitujuh.
4. Wilayah yang rawan atau berpotensi mengalami kekeringan atau
kesulitan air umumnya berada di sebelah selatan wilayah Kabupaten
Majalengka yang meliputi Kecamatan Sukahaji, Argapura, Rajagaluh,
Banjaran, Maja, Bantarujeg, sebagian wilayah Kecamatan Cikijing,
Lemahsugih dan Cingambul dan Sedangkan desa Dawuan yang berada
di wilayah Kecamatan Dawuan merupakan desa yang sulit mendapatkan
air bersih sepanjang tahun.
Mengamati fenomena-fenomena diatas, Kabupaten Majalengka yang
relatif rawan bancana tidak serta merta harus mendapat dampak negatifnya
berupa korban jiwa dan harta benda, apabila program pembangunan yang
dilaksanakan tidak hanya merupakan proses ke arah modernisasi saja tetapi
tetap harus juga memperhatikan peningkatan kualitas hidup dari berbagai aspek
seperti ekonomi, sosial dan lingkungan yang harus dijalankan dalam
pelaksanaan program pembangunan secara seimbang diantaranya dengan
memperhatikan kaedah-kaedah kebencanaan dalam pelaksanaan arah
kebijaksanaan pembangunan.
B. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka, Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka mempunyai struktur sebagai
berikut :
1. Kepala Badan
2. Unsur Pengarah
3. Unsur pelaksana
Susunan Organisasi Unsur Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD), terdiri dari :
1. Kepala Pelaksana
2. Sekretariat, membawahkan:
7
a. Sub. Bagian Umum
b. Sub. Bagian Keuangan
c. Sub. Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
3. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, membawahkan:
a. Seksi Pencegahan Bencana;
b. Seksi Kesiapsiagaan Bencana.
4. Bidang Kedaruratan dan Logistik, membawahkan:
a. Seksi Kedaruratan Bencana;
b. Seksi Logistik Bencana.
5. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, membawahkan:
a. Seksi Rehabilitasi Bencana;
b. Seksi Rekonstruksi Bencana.
6. Kelompok Jabatan Fungsional
C. Keadaan Personil
Jumlah personil/pegawai Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Majalengka saat ini sebanyak 29 orang dengan perincian
sebagai berikut :
1. Golongan IV/c : 1 Orang
2. Golongan IV/b : 4 Orang
3. Golongan III/d : 6 Orang
4. Golongan III/c : 2 Orang
5. Golongan III/b : 5 Orang
6. Golongan III/a : 1 Orang
7. Golongan II/d : 3 Orang
8. Golongan II/c : 3 Orang
9. Golongan II/a : 3 Orang
Daftar : Pegawai Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Majalengka
NO N A M A JABATAN
8
1. Ir. H. BAYU JAYA, MBA, M.Si Kepala Pelaksana
2. Drs. MEMET R. HIDAYAT, M.Si Sekretaris
3. A. HERI PURBADHI, SH Kabid. Pencegahan &
Kesiagaan
4. Drs. R. EVI PANJI PERMANA,
M.Si
Kabid. Rehabilitasi &
Rekonstruksi
5. Drs. HARDI, M.Msi Kabid. Kedaruratan & Logistik
6. Kasubag. Keuangan
7. NUNUNG, BE Kasie. Rekonstruksi Bencana
8. JOYO SUHINDRA, AKS Kasubag. PEP
9. WAWAN SURASWAN, S. Sos Kasie. Pencegahan Bencana
10. DADANG NUGRAHA, AKS, M.Si Kasie. Logistik Bencana
11. ELY SULASMININY, S. Sos Kasubag. Umum
12. EMA KOMARAWATI Fungsional Umum
13. H. IDIT RUKADI, S.Sos Kasie. Rehabilitasi Bencana
14. DIDI MUHADINATA Kasie. Kesiapsiagaan Bencana
1 2 3
15. ENDA SUHENDA Fungsional Umum
16. JOJO RAHARJO Fungsional Umum
17. IMAN ROHIMAN, S. Sos Kasie. Kedaruratan Bencana
18. NANA SUPRIYATNA Fungsional Umum
19. DIDI AHDI, S. Sos Fungsional Umum
20. CHAERUL PRIMADIA, S. Sos Fungsional Umum
21. SUHAYA Fungsional Umum
22. M. SURAHMAN Fungsional Umum
9
23. ABAS OMON Fungsional Umum
24. SUDIRA Fungsional Umum
25. SUNAISI Fungsional Umum
26. EMAY HAMNAH MARTINI Fungsional Umum
27. IKA TARMIKA Fungsional Umum
28. KUSWARI Fungsional Umum
29. NANANG WARDI Fungsional Umum
D. Sarana dan Prasarana
Sarana yang dimiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Majalengka saat ini adalah :
1. Gedung Kantor seluas 800 M2 berdiri di atas tanah seluas 3.300 M2
dengan alamat Kantor Jl. KH. Abdul Halim No. 483 Majalengka Telp.
0233-281127 Fax 0233-283044
2. Kendaraan Roda 4 (empat) 4 Unit, Roda 2 (dua) 1 Unit
3. Sarana perkatoran meja, kursi dan meubeuler, komputer serta sarana
penunjang lainnya.
E. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka, Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka mengemban tugas pokok
sebagai berikut :
1. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penangulangan
yang mencakup pencegahan bencana, penanganan bencana, rehabilitasi
serta rekonstruksi secara adil dan setara;
2. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;
3. Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana;
10
4. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penangnan bencana;
5. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Bupati
setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi
darurat bencana;
6. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;
7. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
8. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
F. Visi dan Misi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Majalengka mempunyai Visi : Terwujudnya Penanggulangan Bencana Secara
Cepat, Terpadu dan Terkoordinasi dengan melibatkan seluruh Potensi
Pemerintah, Swasta dan Masyarakat,. Visi dimaksud mengandung makna Bahwa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kabupaten
Majalengka Dalam menanggulangi bencana dilakukan secara cepat melalui
kegiatan tanggap darurat, terpadu dan terkoordinasi dengan melibatkan
partisipasi pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam upaya
mengimplementasikan visi tersebut, Badan Penanggulangan Bencana daerah
(BPBD) menetapkan misi sebagai berikut yaitu :
1. Meningkatkan fasilitasi penyiapan dan penyediaan sumber daya sedekat
mungkin dengan lokasi rawan bencana;
2. Memberikan penjaminan pemenuhan hak masyarakat korban bencana
dan pengungsi yang terkena bencana terutama pelayanan kebutuhan
dasar;
3. Meningkatkan mobilitasi sumber daya bantuan dari donatur kepada
penerima bantuan;
4. Tersalurkannya pemberian bantuan pemenuhan dasar kepada korban
bencana secara cepat tepat dan dapat dipertanggungjawabkan;
11
5. Terselenggaranya proses pemberian bantuan sesuai dengan prosedur
dan mekanisme yang ditetapkan.
G. Tujuan
Berdasarkan Tugas Pokok, Fungsi, Visi dan Misi tersebut maka Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam rangka menanggulangi
Bencana mempunyai tujuan yaitu :
1. Meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan aparat terkait dan
masyarakat khususnya di daerah rawan bencana dalam mengantisipasi
terjadinya bencana dengan melaksanakan kegiatan pemetaan daerah
rawan bencana dan sosialisasi kepada masyarakat sehingga apabila
terjadi bencana kerugian baik berupa korban jiwa maupun harta benda
bisa ditekan sekecil mungkin;
2. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas personil dilapangan dalam upaya
penanganan bencana khususnya pada tahap tanggap darurat dan
penyaluran logistik.;
3. Melaksanakan koordinasi dengan berbagai instansi terkait dalam proses
rehabilitasi dn rekonstruksi pasca bencana.
H. Strategi
Dalam merealisasikan Visi dan Misi Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka menetapkan strategi sebagai berikut :
1. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM personil dibidang
penanggulangan bencana seperti kesiapsiagaan dan pencegahan
bencana, Penanganan tanggap darurat dan penyalurah logistik sampai
pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi;
1. Melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat khususnya di daerah
rawan bencana mengenai perlunya pencegahan dan kesiapsiagaan
dalam mengantisipasi bencana;
12
2. Meningkatkan Pemberdayaan pemerintah desa dan kelembagaan
masyarakat yang ada di desa untuk ikut berpartisipasi dalam upaya
pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana;
I. Kebijakan
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi yang telah disusun tersebut
maka Badan Penanggulangan Bencana Daerah Desa Kabupaten Majalengka
menerapkan kebijakan sebagai berikut :
1) Melakukan pemetaan daerah rawan bencana berdasarkan tingkat potensi
terjadinya bencana.
Strategi ini dimaksudkan dalam upaya memperoleh gambaran mengenai
daerah mana saja yang termasuk kedalam daerah rawan bencana baik
tingkatan rendah, sedang maupun tinggi. Hal ini perlu diketahui agar semua
komponen dapat mengetahui bahwa didaerahnya itu masuk daerah rawan
bencana atau tidak sehingga ada kesiapan dari pemerintah dan masyarakat
dalam mengantisipasinya.
2) Melakukan inventarisir potensi dan sumber yang dapat dimanfaatkaan
dalam upaya penanggulangan bencana baik potensi yang dimiliki
pemerintah, swasta ataupun yang dimiliki masyarakat.
Inventarisir ini dimaksudkan untuk memudahkan upaya
penanggulangan terjadinya bencana baik pada tahap pencegahan,
kesiapsiagaan, kedaruratan, penyaluran logistik maupun pada tahap
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Hal ini perlu dilakukan agar
semua potensi yang ada tersebut dapat dididayagunakan semaksimal
mungkin dan tepat dalam penanganannya.
3) Gerakan Pemberdayaan Masyarakat dalam memelihara lingkungan.
Gerakan ini dimaksudkan untuk mengajak masyarakat khususnya di
daerah rawan bencana untuk dapat ikut memelihara lingkungan sekitarnya
sehingga dapat meminimalisir terjadinya bencana khususnya bencana yang
diakibatkan kelalaian manusia seperti banjir, kebakaran dan tanah longsor.
13
J. Rekapitulasi Kejadian Bencana
Berdasarkan data pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Majalengka selama Tahun 2010 di Kabupaten Majalengka telah
terjadi 152 kali bencana dengan perincian sebagai berikut :
1. Tanah longsor = 76 kali
2. Anging Ribut/puting beliung = 22 kali
3. Banjir = 14 kali
4. Kebakaran = 34 kali
5.Sambaran Petir = 5 kali
6. Gempa Bumi = 1 kali
Jumlah Korban :
a. Luka Ringan = 8 orang
b. Luka Berat = 8 orang
c. Meninggal = 5 orang
Kerugian yang timbul akibat bencana tersebut meliputi :
1) Rumah rusak ringan (RR) 748 unit, Rusak sedang 90 unit, dan rusak berat
114 unit (di Desa Jatitujuh, Desa Ampel dan Desa Cibeureum);
2) Sarana ibadah (mesjid dan mushola) rusak ringan 10 unit, rusak sedang 3
unit dan rusak berat 1 unit;
3) Sarana pemerintan : rusak ringan bangunan SD dan Puskesmas 7 unit, 1
unit madrasah rusak sedang dan 68 lokal pasar desa di Padarek dan Kalapa
Dua Ambruk.
4) Areal Pertanian : 935,5 Ha areal pertanian (sawah dan kolam) rusak
5) Infrastruktur jalan dan irigasi rusak pada 77 titik
Sementara itu pada tahun 2011 sampai pada bulan Mei terdapat bencana
sebagai berikut :
1. Longsor : 36 Kali
2. Angin Puting Beliung : 12 kali
14
3. Kebakaran : 12 Kali
4. Sambaran Petir : 5 Kali
Dari data kejadian tersebut telah dilakukan penanganan namun sebagian
masih belum tertangani karena keterbatasan sarana dan prasarana yang ada.
K. Langkah-langkah Penanganan
Langkah-langkah penanganan yang telah dilakukan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka adalah :
1. Melakukan penanganan dengan melibatkan masyarakat dan instansi
terkait dalam membersihkan lahan dan bangunan yang rusak/ambruk
yang diakibatkan oleh bencana;
2. Melakukan pendataan kerusakan/kerugian bencana baik kerugian
materi maupun non materi;
3. Memfasilitasi dan mengkoordinasi dengan instansi terkait (PSDAE, Dinas
BMCK, BBWS, DISOSNAKER-TRANS, DINKES);
4. Melaporkan kejadian bencana baik ke Tingkat Provinsi (BPBD Provinsi)
maupun ke Tingkat Pusat (BNPB);
5. Memberikan bantuan berupa 1.000 buah karung untuk penanggulangan
banjir di Desa Kasturi dan 1.000 karung ke Desa Sukawana Kecamatan
Kertajati;
6. Pemberian bantuan sembako bagi korban bencana;
7. Pemberian bantuan keuangan ke warga Blok Klewih Desa/Kecamatan
Jatitujuh Rp. 1.500.000
8. Menyalurkan bantuan langsung masyarakat (BLM) bagi korban gempa
bumi 2 september 2009 pada 8 kecamatan.
9. Menyalurkan bantuan kepada korban bencana berupa alat rumah tangga,
beras, mie, minyak goreng, karung pasir dan bronjong
10. Melaksanakan sosialisasi tentang pembangunan rumah/bangunan tahan
gempa serta sosialisasi mengenai tanggap darurat bencana.
15
11. Penanganan korban abrasi Sungai Cimanuk melalui relokasi ke wilayah
yang lebih aman sebanyak 22 KK.
L. Program dan Kegiatan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka
berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Majalengka mempunyai
kewenangan dibidang kesiapsiagaan dan penanggulangan pasca bencana
meliputi : Pencegahan, Kesiapsiagaan, penanganan kedaruratan, penyaluran
logistik, rehabilitasi pasca bencana dan rekonstruksi kerusakan akibat bencana.
Pada Tahun anggaran 2011 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Majalengka mendapat alokasi anggaran sebesar Rp.
2.862.888.000,- dengan perincian sebagai berikut :
1. Belanja Tidak Langsung : 1.627.317.000,-
2. Belanja Langsung : 1.235.571.000,-
Anggaran Belanja langsung dimaksud peruntukan untuk kegiatan sebagai
berikut :
1. Kegiatan Pelayanan Administrasi Perkantoran;
2. Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur;
3. Kegiatan Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja;
4. Kegiatan Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan;
5. Kegiatan Sinergitas Perencanaan Daerah;
6. Kegiatan Perbaikan Rumah Akibat Bencana Alam/Sosial;
7. Kegiatan Peningkatan Kesiapan dan Pencegahan bahaya Kebakaran;
8. Kegiatan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat;
DAFTAR PUSTAKA
16
http://www.majalengkakab.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=144:profile-
bpbd&catid=43:profil&Itemid=46