UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT PETAI (Parkia speciosa Hassk) PADA MENCIT Balb/c SEBAGAI OBAT...

22
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN (PKM-P) JUDUL KEGIATAN UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT PETAI (Parkia speciosa Hassk) PADA MENCIT Balb/c SEBAGAI OBAT ANTI-INFLAMASI RHEUMATOID ARTHRITIS Oleh : Aisyah Zahroh Aden / 105090100111040/ 2010 (Nama Ketua Kelompok) Herlinda Mawardika / 115090113111004/ 2011 (Nama Anggota 1) Novembya Vilansari / 115090100111004/ 2011 (Nama Anggota 2) Firda Agustin / 115090101111004/ 2011 (Nama Anggota 3) i

Transcript of UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT PETAI (Parkia speciosa Hassk) PADA MENCIT Balb/c SEBAGAI OBAT...

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN (PKM-P)

JUDUL KEGIATANUJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT PETAI (Parkia speciosa Hassk) PADA MENCIT

Balb/c SEBAGAI OBAT ANTI-INFLAMASI RHEUMATOID ARTHRITIS

Oleh :

Aisyah Zahroh Aden / 105090100111040/ 2010 (Nama Ketua Kelompok)

Herlinda Mawardika / 115090113111004/ 2011 (Nama Anggota 1)

Novembya Vilansari / 115090100111004/ 2011 (Nama Anggota 2)

Firda Agustin / 115090101111004/ 2011 (Nama Anggota 3)

i

Ganys Tri Silvana / 115090107111020/ 2011 (Nama Anggota 4)

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2013

1. Judul Kegiatan : Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Petai (Parkia Speciosa Hassk) pada Mencit Balb/c sebagai Obat Anti-Inflamasi Rheumatoid Arthritis.

2. Bidang Kegiatan : (√) PKM-P ( ) PKM-M ( ) PKM-KC ( ) PKM-K ( ) PKM-T

3. Ketua Pelaksana Kegiatana. Nama Lengkap : Aisyah Zahroh Adenb. NIM : 105090100111040c. Jurusan : Biologi d. Universitas : Brawijayae. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Kapi Pramuja IV, 18 D/

17, Sawojajar, Malang, HP: 085755580049f. Alamat email : [email protected]

4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 4 orang5. Dosen Pendampinga. Nama Lengkap dan Gelar : Muhaimin Rifa’i, S.Si., Ph.D. Med.Sc. b. NIDN : 0026066803c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Kamelia No.26,

Malang, No. Tel. 0341-492889, Hp. 081233011126

6. Biaya Kegiatan Total : Rp 9.000.000,00a. Dikti : Rp 9.000.000,00b. Sumber lain : -7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 bulan

Malang, 19-Agustus-2013

ii

MenyetujuiKetua Jurusan

(Widodo S.Si.,

Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Petai (Parkia Speciosa Hassk) pada MencitBalb/C sebagai Obat Anti-Inflamasi Rheumatoid Arthritis

Aisyah Z.A., Firda A., Ganys T.S., Herlinda M., Novembya V.S.Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAK

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi kronis yangmenyebabkan degenerasi jaringan penyambung dan umumnya diatasi denganobat anti-inflamasi. Kulit petai mengandung fenol dan flavonoid dalamjumlah besar yang berpotensi sebagai senyawa anti-inflamasi. Penelitianini bertujuan untuk membuktikan efek anti-inflamasi ekstrak ethanolkulit petai dan mengetahui dosis ekstrak kulit petai yang optimal untukmenyembuhkan RA. Mencit Balb/C diaklimatisasi selama satu minggu dandibuat model RA dengan diinjeksi emulsi Complete Freund Adjuvant (CFA) dan

iii

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Aisyah Zahroh

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan

(Ir. H. RB. Ainurrasjid,

Dosen Pendamping

(Muhaimin Rifa’i, S.Si.,

Ovalbumin kemudian dibooster dengan emulsi Incomplete Freund Adjuvant (IFA)dan Ovalbumin. Ekstrak kulit petai diperoleh dengan teknik maserasimenggunakan etanol absolut. Kelompok dosis hewan coba diberi ekstrakkulit petai secara oral dengan dosis 25mg/kgBB, 50mg/kgBB, dan100mg/kgBB selama dua minggu. Data diperoleh dengan pengukuran beratbadan, volume kaki, jumlah sel T dengan flowcytometry, dan uji toksisitashepar. Data flowcytometry dianalisa dengan software CellQuest. Analisastatistik menggunakan ANOVA ( Analysis of Variance) dengan P < 0,05. Jumlahsel T CD4+ diketahui lebih tinggi daripada sel T CD8+ dengan peningkatanjumlah absolut sel T CD4+ dan CD8+ secara signifikan terlihat padakelompok dosis 50 mg/kgBB. Volume kaki mencit berkurang denganpemberian ekstrak dengan dosis 50mg/kgBB dan 100mg/kgBB. Presentase selhepar nekrosis yang terbesar terjadi pada perlakuan dengan dosis100mg/kgBB. Dosis optimal ekstrak kulit petai sebagai obat anti-inflamasi RA belum dapat ditentukan.

Kata kunci : Inflamasi, Rheumatoid Arthritis, sel T, toksisitas

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karenaatas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan akhir “UjiEfektivitas Ekstrak Kulit Petai (Parkia Speciosa Hassk) pada Mencit Balb/Csebagai Obat Anti-Inflamasi Rheumatoid Arthritis.’’ Penulisan laporanini adalah salah satu syarat ketuntasan Program Kreativitas Mahasiswa.Atas tersusunnya laporan ini, maka penulis menyampaikan rasa hormat danterima kasih kepada:

1. Bapak Muhaimin Rifa’i, S.Si., Ph.D. Med. Sc. selaku DosenPembimbing, atas bimbingan, kesabaran dan motivasinya kepadapenulis selama penelitian dan penyusunan laporan

2. Prof. Aulani’am, atas berbagai saran yang mendukung selamapelaksanaan penelitian

3. Orang tua, atas doa dan semangat yang telah diberikan selamaberlangsungnya penelitian dan penyusunan laporan

4. Bapak Harmaji, atas bantuan dan saran yang mendukungterlaksananya penelitian

5. Mas Bambang, Mbak Dewi Satwika, Mbak Ririn, Mas Uwais, dan MasAhmad Soni atas bantuan dan nasehat yang diberikan selamapengerjaan penelitian dan penyusunan laporan

6. Anisa Kusumaningtyas, Galuh Wening, Ayu Hilyatul, Vita Agustin,Wira Eka, Mbak Imroatul Khasanah, dan seluruh teman-teman Biologiangkatan 2010 dan 2011 yang bersedia memberi bantuan, doa, dansemangat hingga selesainya laporan penelitian

Penulisan laporan akhir ini dirasa masih banyak kekurangan baikpada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan penulis yangterbatas. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak  sangat kamiharapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini. Penulis berharapsemoga penelitian ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis tetapijuga semua pihak.

Malang, 17 Agustus 2013

Penulis

v

vi

1

I. PENDAHULUAN1)Latar Belakang MasalahRheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis

yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambungyang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membransinovial yang melapisi sendi. Inflamasi tidak berkurang, namunmenyebar ke struktur sendi termasuk kartilago artikular dan kapsulsendi fibrosa (Corwin, 2012). Pengidap penyakit radang sendi ataurheumatoid arthritis (RA) di Indonesia secara persentase mencapai30%. Meski tidak menyebabkan kematian, dampak sistemik penyakit iniyaitu anemia, bahkan penyakit jantung (Pdpersi, 2012).

Rheumatoid arthritis dapat diatasi dengan beberapa obat yang telahdikenal masyarakat. Obat kortikosteroid terbukti dapat menurunkanrasa sakit akibat penyakit ini. Penggunaan dalam jangka waktu yanglama dapat berakibat tukak lambung, hipertensi, dan diabetes. Selainitu juga terdapat obat salisilat yang termasuk obat dengan hargalebih murah akan tetapi juga dapat berdampak negatif (Yatim, 2006).

Kulit petai diketahui memilki manfaat sebagai antioksidan,antidiabetik, dan antiangiogenik. Hal ini karena di dalamnyamengandung senyawa fenol dan flavonoid dalam jumlah yang besar (Karimdan Azrina, 2012). Dikalangan masyarakat hanya diketahui bahwa kulitpetai yang mengandung fenol dapat digunakan untuk anti-inflamasiluar. Mengingat rheumatoid arthritis merupakan penyakit yang dapatdiatasi dengan senyawa anti-inflamasi, maka penulis tertarik untukmelakukan penelitian dengan judul “Uji Efektivitas Ekstrak KulitPetai (Parkia speciosa Hassk) Pada Mencit Balb/c Sebagai Obat Anti-Inflamasi Rheumatoid Arthritis.”2)Perumusan Masalah1. Apakah terdapat efek anti-inflamasi dari ekstrak ethanol kulit

petai (Parkia speciosa Hassk) sebagai obat anti-inflamasi RheumatoidArthritis?

2. Berapakah dosis ekstrak kulit petai yang optimal sebagai obatanti-inflamasi Rheumatoid Arthritis?

3)Tujuan ProgramPenelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek anti-inflamasi

ekstrak ethanol kulit petai dan mengetahui dosis ekstrak kulit petaiyang optimal untuk menyembuhkan Rheumatoid Arthritis.4)Luaran yang DiharapkanHasil penelitian ini diharapkan dapat diterbitkan dalam bentuk

artikel dan dipatenkan menjadi alternatif baru pengobatan RheumatoidArthritis.5)Kegunaan ProgramEfek kulit petai sebagai obat anti-inflamasi yang telah diketahui

dapat digunakan sebagai alternatif baru bahan alami pengobatan bagi

2

kondisi inflamasi pada tubuh. Diversifikasi bahan alami bagipengobatan inflamasi tubuh dapat diwujudkan sehingga penggunaan obat-obatan sintetis dapat dikurangi. Pemanfaatan petai dapat diperluassehingga nilai jualnya dapat lebih meningkat.

II. TINJAUAN PUSTAKA1) Klasifikasi Botani Petai

Kasifikasi botani petai adalah sebagai berikut (Plantamor, 2008):Kingdom : Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas : RosidaeOrdo : FabalesFamili : Fabaceae (suku polong-polongan)Genus : ParkiaSpesies : Parkia speciosa Hassk

2) Manfaat PetaiPetai memiliki tiga macam kandungan gula alami, yaitu sukrosa,

fruktosa, dan glukosa yang dikombinasikan dengan serat sehinggamampu memberikan dorongan tenaga yang instan, namun cukup lama dancukup besar efeknya. Manfaat dari petai itu sendiri antara lainmengurangi: tingkat depresi, gigitan nyamuk, PMS (PremenstrualSyndrome) dengan menstimulasi produksi sel darah merah danmembantu bila terjadi anemia, luka lambung, obat mabuk, tekanandarah tinggi, dan SAD (Seasonal Affective Disorder) (Winarno,1995).

3) Kandungan Gizi Kulit PetaiBagian kulit petai diketahui juga memilki manfaat sebagai

antioksidan, antidiabetik, dan antiangiogenik karena di dalamnyamengandung senyawa fenol dan flavonoid dalam jumlah yang besar.Ekstrak metanol dari kulit petai menunjukkan efekantiangiogenik secara signifikan (Karim dan Azrina, 2012).Kandungan fenol pada kulit petai lebih banyak jika dibandingkankandungan biji petai. Perbandingannya dari 100 gram bahan, bijipetai menghasilkan 20 persen fenol, sedangkan kandungan fenolkulit petai dua kali lipatnya, yaitu 40 persen. Fenol dari kulitpetai itu bisa menghancurkan radikal bebas jenis Diphenyl Picril HydrazilHydrate (DPPH) yang bisa menyebabkan kanker (Kurniawan, 2012).

3

Gambar 1. Kulit Petai (Nus, 2011)4) Rheumatoid Arthritis (Rematik)

Rheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronisyang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Inflamasi ditandai oleh akumulasi sel darah putih, aktivasi komplemen,fagositosis ekstensif, dan pembentukan jaringan perut. Padainflamasi kronis, membran sinovial mengalami hipertrofi danmenebal sehingga menyumbat aliran darah dan akan menstimulasinekrosis sel dan respons inflamasi. Reumatoid Arthritis merupakansalah satu penyakit yang agen pemicunya tidak diketahui secarapasti (Corwin, 2012). Agen infeksi seperti virus, bakteri, danjamur, sering dicurigai sebagai pemicunya. Sejumlah ilmuwan jugaberpendapat bahwa beberapa faktor risiko seperti faktor genetikdan kondisi lingkungan pun ikut berperan dalam timbulnya RA(Williams dan Wilkins, 1997).

5) PatofisiologiReaksi autoimun pada RA terutama terjadi dalam jaringan

sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,poliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus.Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erositulang yang akan menganggu gerak sendi. Hal ini juga berdampakpada otot karena serabut otot akan mengalami perubahandegeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatankontraksi otot (Brunner dan Suddarth, 2002).

6) Inflamasi Inflamasi adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen

dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yangterjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karenaterbakar, atau terinfeksi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia(histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin)yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang didalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar daripenyebaran infeksi (Janeway, et all., 2001). Bagian tubuh yangmengalami peradangan akan memiliki tanda-tanda seperti tumor ataumembengkak, calor atau menghangat, dolor atau nyeri, rubor ataumemerah, dan functio laesa atau daya pergerakan menurun (Shlomchik,2001).

7) Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat

larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut denganpelarut cair. Hasil  dari ekstraksi disebut ekstrak. Bahan yang

4

akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan. Ekstrakdan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidakboleh terlalu dekat. Ditinjau dari segi ekonomi, hal ini akanmenguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidakterlalu tinggi (Fauziyah, 2008).

III. METODE PENDEKATAN1) Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen dan bertujuan untukmembuktikan efektivitas anti-inflamasi kulit petai (Parkia SpeciosaHassk) sebagai obat anti-inflamasi Rheumatoid arthritis secarainvivo. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode rancanganacak lengkap yang terdiri dari 3 kelompok dosis yang diberi terapiekstrak kulit petai, kelompok kontrol positif, dan kelompokkontrol negatif.

2) Pelaksanaan Penelitiana. Persiapan Bahan Baku

Bahan Baku untuk penelitian ini terdiri dari :- Kulit

Petai - Mencit

Balb/c- Etanol 85%- Aquadest

- Alkohol70%- Entelan- C.F. Adjuvant- I.F. Adjuvant- Ovalbumin- Evans Blue

- Antibodi (AntiCD-4 dan Anti CD-8)

- HematoksilinEosin

- PBS- Xylol

b. Persiapan AlatAlat- alat yang digunakan terdiri dari :A. Persiapan Hewan Coba (Mencit Balb/c)Kandang hewan coba, ram-raman kawat, tempat makan, tempatminum, dan serutan kayu.

B. Ekstraksi Rotatori evaporator, erlenmeyer, blender, water bath, spatula,dan kertas saring.

C. Uji Efek Anti-inflamasi Ekstrak Kulit PetaiSpuit, alat inkubasi, mikropipet, microtube, blue tip, yellow tip, alatpencekok oral (gavage), magnetic stirrer, timbangan, botol kaca,spatula, dan cawan petri.

D. Pemeriksaan Volume Radang Kaki MencitPletismometer air raksa.

E. Uji Toksisitas Terhadap HeparMikroskop, mikrotom, obyek glass, cover glass, tissue, dan hot plate.

F. Uji FlowcytometriFlowcytometer, cawan petri, label, kuvet, ice box, lampu spirtus,hand tally counter, hemositometer, mortar dan penggerus, wire, tabung

5

propilen, sentrifuge dingin, mikropipet, microtube, blue tip, yellowtip, komputer, dan software Cell Quest.

c. Variabel PenelitianVariabel Penelitian ini terdiri dari :1. Variabel Terikat (Dependent variable) : Volume kaki mencit, kadarekstrak terhadap toksisitas hepar, dan perubahan histologidari hepar.

2. Variabel Bebas (Independent variable) : Dosis pemberian ekstrakkulit petai dan injeksi adjuvant.

3. Variabel kontrol : Strain mencit, jenis kelamin, umur, jumlahpakan, proses pemeliharaan, kandang mencit, cara pemberianperlakuan, dan konsenstrasi ekstrak kulit petai yangdiinjeksikan.

d. Langkah Penelitian1. Persiapan dan Perawatan Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah 48 ekormencit Balb/c yang sehat dengan umur kurang lebih 6-8 minggu danberat badan ±25 gram. Hewan coba dimasukkan ke dalam beberapakandang berlabel berisi serutan kayu dan berpenutup ram-ramankawat. Selain itu, mencit diberi makanan berupa pelet berbentukbiskuit dan air mineral dalam jumlah cukup. Hewan cobadiaklimatisasi selama tujuh hari agar dapat beradaptasi padalingkungan yang baru. 2. Ekstraksi

Kulit petai yang segar (tidak busuk) diperoleh dari pedagangpetai kupas di sekitar Pasar Kebalen Kota Malang. Kulit petaidicuci dengan air mengalir hingga bersih dan dikeringkan di bawahsinar matahari hingga diperoleh simplisia kering. Simplisia keringdipotong-potong dan diblender sampai menjadi bubuk kasar. Bubukkasar sebanyak 100 gr dimaserasi dengan etanol absolut sebanyak 50ml. Ekstrak yang dihasilkan disaring dan diuapkan dalam waterbathyang dipanaskan. Crude ekstrak berupa pasta, berwarna coklat tua,dan berbau khas diambil dan diletakkan dalam botol filmberpenutup, kemudian disimpan dalam lemari pendingin bersuhu 4°C. 3. Induksi RA tahap 1 dan tahap 2 (booster)Induksi RA tahap pertama diawali dengan melarutkan 100 µg serbuk

Ovalbumin (OVA) dengan 50 µl PBS. OVA yang telah larutdiemulsikan dengan Complete Freund Adjuvant (CFA) sebanyak 50 µl dengancara divorteks hingga terbentuk emulsi yang stabil. Setiap mencitpada seluruh kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol negatif,diinjeksi dengan hasil emulsi OVA dan CFA sebanyak 100 µl padabagian pangkal ekor dengan spuit steril 1 ml secara subkutan.Bagian ekor diusap dengan alkohol 70% sebelum dan setelahdiinjeksi. Mencit yang telah diinjeksi diinkubasi selama 3 minggu

6

untuk kemudian dilakukan booster (injeksi ke dua). Boosterdilakukan dengan cara menginjeksikan emulsi OVA dengan IncompleteFreund Adjuvant (IFA) yang dibuat seperti sebelumnya. Emulsi tersebutdiinjeksikan pada kedua telapak kaki belakang (50 µl setiaptelapak kaki) menggunakan spuit steril 1 ml dan diinkubasi selama1 minggu hingga terbentuk RA pada kaki mencit.4. Pemeriksaan Volume Radang Kaki Mencit

Mencit yang telah mengalami RA ditandai dengan timbulnyapembengkakan pada kaki. Perubahan volume kaki mencit setelahdiinjeksi RA diukur dengan menggunakan plestimometer air raksa.Pengukuran volume kaki mencit juga dilakukan setelah 2 mingguperlakuan pemberian ekstrak etanol kulit petai secara oral.5. Pemberian Perlakuan Ekstrak Etanol Kulit Petai secara Oral

Mencit ditimbang dan dihitung rata-rata berat badannya (BB).Crude ekstrak kulit petai hasil ekstraksi ditimbang berdasarkandosis dan BB mencit, kemudian dilarutkan dengan akuades hinggadiperoleh volume sediaan yang diinginkan. Kelompok perlakuandiberi volume sediaan sesuai dengan dosis yang ditentukan.Pemberian sediaan ekstrak kulit petai secara oral dilakukan selama14 hari. Kelompok kontrol positif dan negatif tidak diberiperlakuan pemberian ekstrak kulit petai secara oral. 6. Pembedahan

Seluruh mencit yang digunakan dalam penelitian didislokasi padabagian leher dan dibedah untuk diisolasi organ spleen danheparnya. Organ spleen yan diperoleh direndam dalam larutan PBSdan diperlakukan hingga diperoleh suspensi pelet. Suspensi peletdiambil sebanyak 20 µl dan diresuspensi dengan 80 µl Evans Blue.Jumlah sel yang masih hidup dari resuspensi tersebut dihitungmenggunakan hemocytometer untuk perhitungan jumlah absolut sel.Sedangkan hepar mencit diawetkan dalam larutan formalin 4 % untukdijadikan preparat.7. Uji Toksisitas Terhadap Hepar

Pengujian ini dilakukan dengan parafinasi dan deparafinasijaringan hepar mencit. Kemudian dilakukan tahap rehidrasi yangdilanjutkan dengan perendaman preparat dalam aquadest selama 15menit. Ditetesi pewarna Hematoksilin Eosin dan diinkubasi sebelumdicuci dengan alkohol seri. Alkohol selanjutnya diserap dengankertas hisap. Preparat dimasukkan dalam larutan xylol selama 10menit dan ditetesi entelan untuk kemudian ditutup dengan cover glass.Preparat yang telah jadi diamati dengan mikroskop untuk menentukanjumlah sel hepar yang mengalami nekrosis. 8. Pengujian Pengaruh Ekstrak Kulit Petai terhadap Jumlah Sel T

(Uji Flowcytometry)

7

Spleen diletakkan pada cawan petri dan digerus dalam PBS.Sampel spleen disaring menggunakan wire. Homogenat ditampung dalampropilen hingga mencapai volume 10 ml dan disentrifugasi padakecepatan 2500 rpm, suhu 4˚C selama 5 menit. Pelet kemudianditambah PBS 1 ml dan dihomogenkan. Homogenat kedua kemudiandiambil 50 µl dan diletakkan dalam mikrotube berisi 500 µl PBSuntuk disentrifugasi kembali. Supernatan dibuang, pelet yang adakemudian ditambah 50 µl larutan antibodi (Anti CD-4 dan Anti CD-8). Pelet yang telah distaining dengan antibodi diresupensi dengan300 µl PBS, lalu dimasukkan dalam kuvet dan dirunning pada alat BDFACS Calibur TM flowcytometer. Jumlah sel relatif yang diperolehdari analisis flowcytometry akan digunakan untuk menghitung jumlahabsolut sel. Data yang diperoleh dianalisa dengan softwareCellQuest dan diuji dengan analisa statistik ANOVA ( Analysis ofVariance) dengan P < 0,05.

IV. PELAKSANAAN PROGRAM1)Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pembuatan, revisi, dan pengajuan proposal dilakukan pada bulanOktober 2012. Penelitian hingga pembuatan laporan akhir dilakukansejak bulan Maret sampai bulan Juli 2013.Tempat untuk penelitianini yaitu di Laboratorium Anatomi Fisiologi Hewan, Animal Room, danLaboratorium Kimia, Universitas Brawijaya Malang.

2)Tahapan PelaksanaanTabel 1. Jadwal Faktual Pelaksanaan

3)Instrumen PelaksanaanPenelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan berbagai bahan

dan perlatan pendukung. Bahan yang digunakan diantaranya yaituberupa hewan coba mencit Balb/C, kulit petai, etanol absolut, CFA,IFA, Ovalbumin, Anti CD-4, Anti CD-8, dan berbagai reagenpendukung lainnya. Peralatan yang dibutuhkan diantaranya meliputiperalatan perawatan mencit, peralatan ekstraksi, alat cekok oral,plestimometer air raksa, peralatan bedah dan flowcytometry, sertaperalatan pembuatan preparat hepar. Data yang diperoleh dianalisadengan software CellQuest dan diuji dengan analisa statistik ANOVA( Analysis of Variance) dengan P < 0,05.

4)Rekapitulasi Rancangan dan Realisasi Biaya

8

Rekapitulasi rancanganTabel 2. Rekapitulasi Rancangan

Realisasi Biaya Tabel 3. Realisasi Biaya

9

V. HASIL DAN PEMBAHASANPelaksanaan penelitian ini menghasilkan beberapa data yang

kemudian diolah dan dianalisis secara statitik. Hasil yang diperolehadalah sebagai berikut :a. Data Rata-Rata Berat Badan Mencit

Data rata-rata berat badan mencit berdasarkan hasil yangdiperoleh diketahui menunjukkan hasil beragam (Grafik1). Peningkatanberat badan terlihat pada kelompok perlakuan kontrol negatif,kontrol positif, dan dosis 25 mg/kgBB. Mencit dengan perlakuanekstrak kulit petai dosis 50mg/kg BB dan 100mg/kgBB mengalamipenurunan rata-rata berat badan.

Grafik 1. Perbandingan Rata-Rata Berat Badan Mencit Sebelum danSetelah Perlakuan

3.2. Data Rata-Rata Volume Kaki MencitRheumatoid arthritis pada mencit ditandai dengan sendi-sendi

menjadi merah, bengkak, sakit, dan sensitif. Hal ini terjadi karenajaringan pelapis dari sendi meradang sehingga produksi cairan sendimenjadi berlebihan (Nelson, et all., 1996). Pemberian terapi ekstrakkulit petai terhadap kelompok perlakuan dosis menunjukkan efekperubahan volume inflamasi kaki yang berbeda-beda jika dibandingkandengan kelompok perlakuan yang tidak diberi ekstrak kulit petai(Grafik 2).

10

(a)

(b)Grafik 2. Perubahan Rata-Rata Volum Kaki Mencit. (a) Rata-Rata Volum

Kaki Kiri dan (b) Rata-Rata Volum Kaki KananRata-rata volume kaki kanan mencit berkurang setelah diberi

perlakuan ekstrak kulit petai dengan dosis 50 mg/kg BB dan100mg/kgBB. Sedangkan volume kaki kanan maupun kaki kiri dari mencitkontrol mengalami kenaikan. Kaki kiri mencit dengan perlakuan dosis25mg/kgBB, 50 mg/kgBB, dan 100mg/kgBB tidak mengalami perubahan. 2.3. Hasil Analisis Flowcitometry

Seluruh mencit yang diberi perlakuan masih dalam keadaan sehat,berdasarkan hasil analisis Flowcitometry yang diperoleh. Presentasejumlah relatif sel CD4+ menunjukkan hasil yang berbeda jikadibandingkan dengan persentase jumlah relatif sel CD8+ (Gambar 2.(a)). Rata-rata persentase jumlah relatif sel CD4+ yang palingtinggi diperoleh dari perlakuan dengan dosis ekstrak kulit petai25mg/kgBB, sedangkan jumlah relatif sel CD8+ tertinggi ditunjukkanoleh perlakuan kontrol negatif. Selain itu, rata-rata persentasejumlah relatif sel CD4+ lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlahrelatif sel CD8+ (Grafik 3. (a)).

(a) (b)Gambar 2. Persentase Jumlah Sel T CD4+ dan CD8+ pada Setiap

Perlakuan (a) Persentase Jumlah Relatif dan (b) Persentase JumlahAbsolut

11

Grafik 3. Analisa Statistik Rata-Rata Jumlah Sel T CD4 dan Sel CD8 padaSetiap Perlakuan

(a) Rata-Rata Presentase Jumlah Relatif dan (b) Rata-Rata JumlahAbsolut

Presentase jumlah absolut sel T CD4+ dan CD8+ pada organ spleendari kelompok perlakuan terdapat perbedaan (Gambar 2. (b)). Jumlahabsolut sel T CD4+ secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan sel TCD+ + (Grafik 3. (b)). Jumlah absolut sel T CD4+ meningkat secarasignifikan (p< 0.05) dari 6 juta sel menjadi 202 juta sel pada dosis50 mg/kgBB. Pemberian ekstrak etanol kulit petai juga menunjukkanpeningkatan pada dosis 25 mg/kgBB jika dibandingkan dengan kontrolpositif (tidak diberi injeksi dan ekstrak). Peningkatan terendahterjadi pada dosis 100 mg/kgBB yaitu sebesar 25 juta sel. Namun,peningkatan ketiga kelompok perlakuan tersebut tidak signifikan(p>0.05). Sedangkan jumlah absolut sel T CD8 mengalami peningkatanpada kelompok dosis dan kelompok kontrol negatif, namun peningkatantersebut tidak signifikan jika dibandingkan dengan kontrol positif.Jumlah absolut sel T CD8+ pada dosis 25 mg/kgBB sebesar 17 juta seldan pada dosis 100 mg/kgBB hanya sebesar 14 juta sel. Hasil tersebutmenunjukkan penurunan jumlah sel jika dibandingkan dengan kelompokyang hanya diberi injeksi RA tetapi tidak diberi ekstrak kulitpetai (kontrol negatif). Dosis 50 mg/kgBB mengalami peningkatan yangsignifikan jika dibandingkan dengan kontrol, yakni mencapai 202 jutasel. Aktivasi dari sel T berpengaruh terhadap penyakit RA. Hal inidikarenakan sel T berperan pada inflamasi, aktifasi fagositosismakrofag, aktivasi dan proliferasi sel B dalam produksi antibodi.Sel T naif yang terpajan dengan kompleks antigen MHC dandipresentasikan APC akan berkembang menjadi subset sel T berupa CD4+

dan CD8+. Sel CD4+ ini akan berkembang menjadi subset sel Th1 atau Th2dan mensintesis sitokin yang mengaktifkan fungsi sel imun lainseperti sel CD8+. Sel T CD8+ naif yang keluar dari timus atau CTL/Tcdapat juga menghancurkan sel terinfeksi bakteri intraseluler(Baratawidjaja dan Iris, 2010).

12

Penyebab lain dari rheumatoid arthritis adalah autoantibodi.Hilangnya efektivitas sistem imun biasanya disebabkan oleh perubahankompartemen sel T yang terjadi sebagai hasil involusi timus untukmenghasilkan interleukin 10 (IL-10). Risiko imun ditandai denganratio CD4:CD8 < 1, lemahnya proliferasi sel T in vitro, peningkatanjumlah sel-sel CD8+CD28-, dan sedikitnya jumlah sel B (Sucio-Foca, etall., 2003). Pemberian ekstrak kulit petai diharapkan dapat menekanjumlah sel T penghasil sitokin proinflamasi. Namun, hasilmenunjukkan bahwa pemberian ekstrak jutsru meningkatkan jumlah sel TCD4+ dan CD8+ yang memicu inflamasi. Hal ini sesuai dengan pernyataanBaratawidjaja dan Iris (2010) bahwa sel CD4+ yang mengenali antigenakan berkembang menjadi subset Th1 untuk mensekresi INFγ. Sel CD4+

juga dapat memproduksi IL-2 yang berpengaruh pada peningkatanproliferasi sel CD8+. Sel CD8+ berkembang lebih cepat dan terusmensekresi sitokin termasuk seperti TNFα dan INFγ yang merangsangterjadinya inflamasi.2.4 Analisis Toksisitas Hepar

Persentase jumlah sel hepar yang mengalami nekrosis berdasarkanhasil penelitian pada pemberian ekstrak kulit petai dosis 25 mg/kgBB,50 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB menunjukkan perbedaan jika dibandingkandengan kelompok kontrol negatif maupun positif (Grafik 4). Tingkatkerusakan sel hepar semakin meningkat sesuai dengan meningkatnyadosis. Kelompok dosis 100 mg/kgBB menunjukkan tingkat kerusakan yangterberat dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain. Hal inidibuktikan dengan jumlah sel nekrosis yang mencapai 57%. Kelompokdosis 50 mg/kgBB memiliki tingkat kerusakan lebih besar dibandingkandengan kelompok dosis 25 mg/kgBB namun lebih ringan dibandingkankelompok dosis 100 mg/kgBB karena sel nekrosis yang teramati sebesar20%. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa pemberianekstrak kulit petai pada dosis 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB dalamjangka waktu lama dapat menimbulkan toksisitas.

Grafik 4. Persentase Sel Hepar yang Mengalami Nekrosis pada SetiapPerlakuan

Dosis yang meningkat menyebabkan kerusakan yang semakin berat. Halini sesuai dengan teori dosis-respon. Teori ini menyatakan bahwa

13

dosis yang besar dapat menimbulkan kerusakan sel hepar yang lebihbesar pula. Jenis zat, dosis yang di berikan, dan lamanya paparanmerupakan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kerusakan hepar(Firdaus dan Gugum, 2010). Toksisitas dipengaruhi oleh beberapafaktor. Faktor yang nyata adalah dosis dan lamanya pajanan. Faktorlain yang juga berpengaruh yaitu spesies dan strain hewan, jeniskelamin, umur, serta status gizi dan hormonal. Efek toksik juga dapatdi pengaruhi oleh zat kimia lain yang diberikan bersamaan (Ariantidan Rini, 2012).

Sesuai dengan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa dosisoptimal untuk anti-inflamasi belum dapat ditentukan karena pemberianekstrak kulit petai dengan dosis 50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBBmenyebabkan terjadinya penurunan volume kaki mencit dan meningkatnyasel T CD4+ dan CD8+, namun disisi lain juga menimbulkan toksisitasyang ditandai dengan besarnya jumlah sel nekrosis pada hepar.

VI. KESIMPULAN DAN SARANSesuai dengan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat efek

anti-inflamasi dari ekstrak ethanol kulit petai (Parkia speciosa Hassk)yang dibuktikan dengan penurunan volume kaki mencit yang mengalamipembengkakan dan terjadi peningkatan jumlah sel T CD4+ dan CD8+ setelahpemberian ekstrak selama dua minggu. Dosis ekstrak kulit petai yangoptimal untuk menyembuhkan Rheumatoid Arthritis belum dapat ditentukankarena pemberian ekstrak ternyata juga menyebabkan terjadinyatoksisitas pada sel hepar.

Berdasarkan hasil penelitian, maka diperlukan penelitian lebihlanjut mengenai penggunaan dosis antara 25 dan 50 mg/kgBB untukmengetahui dosis yang optimum dan pemberian ekstrak kulit petai dalamjangka waktu yang lebih lama untuk menentukan perubahan volume kakiyang lebih signifikan.

VII. DAFTAR PUSTAKA Arianti, Rini. 2012. Aktivitas Hepatoprotektor dan Toksisitas Akut Ekstrak Alang-Alang

(Imperata cylindrica ).www. repository.ipb.ac.id. Diakses 20 Juli 2013.Baratawidjaja, Karnen G, Iris R. 2010. Imunologi Dasar Edisi ke-9. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.Brunner, Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC.Corwin EJ. 2012. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Gramedia.Dewi LK. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sirsak ( Annona muricata Linn.)

terhadap Peningkatan jumlah Anti-Cd 4 Dan Anti- Cd8. Malang : BiologiUniversitas Brawijaya.

Fauziyah N. 2008. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Petai Cina (Leucaena glauca,Benth) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. www.readbag.com. Diakses 8September 2012.

14

Firdaus, Gugum. 2010. Uji Toksisitas Aku Ekstrak Meniran (Phyllanthus niruri) terhadapHepar Mencit Balb/C . www.eprints.undip.ac.id. Diakses 20 Juli 2013.

Janeway, Charles A, Travers P. 2001. Immunobiology. New York : GarlandPublishing.

Karim A, Azrina A. 2012. Review: Fruit Pod Extracts as a Source of Nutraceuticals andPharmaceuticals. www.mdpi.com/journal/molecules. Diakses 20 Oktober2012.

Kurniawan FA. 2012. Kulit Petai Mampu Cegah Kanker. www.surabayapost.co.id.Diakses 23 Oktober 2012.

Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. 1996. Nelson Textbook ofPediatrics 15th ed. USA : WB Saunders Company

Nus. 2011. Parkia speciosa Hassk. www.rmbr.nus.edu. Diakses 20 Oktober2012.

Pdpersi. 2011. Radang Sendi Memicu Jantung. www.pdpersi.co.id. Diakses 11September 2012.

Plantamor. 2008. Klasifikasi Botani Petai. www.plantamor.com. Diakses 11September 2012.

Shlomchik M. 2001. Immunobiology. New York : Garland Publishing.Suciu FN, Manavalan JS, Cortesini R. 2003. Generation and Function of Antigen-

Specific Suppressor and Regulatory T Cells. Transpl. Immunol. 11:235-244.Williams, Wilkins. 1997. Arthritis and Allied Condition : Texbook of Rhemathology.

13th Edition Volume One. Pennsylvania : A Waverly Company. Winarno FG. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utara.Yatim F. 2006. Penyakit Tulang dan Persendian (Arthritis atau Arthralgia). Jakarta :

Pustaka Populer Obor.Lampiran Dokumentasi Kegiatan

15

Lampiran Bukti Kuitansi Realisasi Biaya