TUGAS TOKSIKOLOGI DAN TANAMAN OBAT Potensi Sifat Toksik Alpukat (Persea americana Mill) pada Hewan
-
Upload
ubrawijaya -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of TUGAS TOKSIKOLOGI DAN TANAMAN OBAT Potensi Sifat Toksik Alpukat (Persea americana Mill) pada Hewan
TUGAS TOKSIKOLOGI DAN TANAMAN OBAT
Potensi Sifat Toksik Alpukat (Persea americana Mill) pada Hewan
DI SUSUN OLEH:
Dina Anisa Isnu Hidayati 115130100111046/B
Brasilia Septya Ayu 115130101111046/B
Virginia Anugrah Yutasari 115130101111049/B
Yohana Maria Karo 115130100111047/B
Delly Ilham Firdaus 115130100111042/B
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alpukat atau avokad berasal dari bahasa Aztek
yaitu ahuacatl. Buah ini memang berasal dari daerah tempat
suku Aztek berasal yaitu di daerah Amerika Tengah dan
Meksiko. Awalnya buah ini mulai diperkenalkan oleh Martín
Fernández de Enciso, salah seorang pemimpin pasukan
Spanyol, pada tahun 1519 kepada orang-orang Eropa. Pada
saat yang sama juga, para pasukan Spanyol yang menjajah
Amerika Tengah juga memperkenalkan coklat, jagung dan
kentang kepada masyarakat Eropa. Sejak itulah buah
alpukat atau avokad mulai disebar dan dikenal oleh banyak
penduduk dunia dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada
abad ke 18.
Hampir setiap bagian dari pohon alpukat memiliki
manfaat. Kayu pohon alpukat bermanfaat sebagai bahan
bakar. Biji dan daunnya dapat digunakan dalam industri
pakaian. Kulit pohonnya dapat digunakan untuk pewarna
coklat pada produk yang terbuat dari kulit.
Alpukat atau avokad memiliki kandungan nutrisi yang
sangat tinggi bagi manusia karena mengandung 11 vitamin
dan 14 mineral yang bermanfaat. Alpukat kaya akan
protein, riboflavin (atau dikenal sebagai vitamin B2),
niasin (atau dikenal sebagai vitamin B3), potasium (atau
lebih dikenal sebagai kalium), dan vitamin C. Selain itu
alpukat mengandung lemak yang cukup tinggi mirip dengan
lemak pada minyak zaitun yang sangat sehat. Lemak yang
dikandung dalam alpukat adalah lemak tak jenuh yang
berdampak positif dalam tubuh.
Namun alpukat berpotensi toksik untuk anjing, kucing
dan kebanyakan hewan lainnya karena mengandung komponen
racun dengan nama persin, di mana dapat merusak dan
membahayakan jantung, paru-paru dan jaringan tubuh
lainnya pada kebanyakan hewan. Oleh karena itu dalam
makalah ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai efek
toksisitas alpukat bagi anjing kucing dan hewan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah komponen racun yang terkandung dalam
alpukat (Persea americana Mill) ?
1.2.2 Bagaimana efek toksisitas atau gejala klinis
hewan yang keracunan alpukat (Persea americana Mill) ?
1.2.3 Bagaimana metabolisme zat toksik alpukat (Persea
americana Mill) didalam tubuh ?
1.2.4 Bagaimana pengobatan yang tepat bagi hewan yang
keracunan alpukat (Persea americana Mill) ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menganalisa komponen racun yang terkandung
dalam alpukat (Persea americana Mill)
1.3.2 Menganalisa efek toksisitas atau gejala klinis
hewan yang keracunan alpukat (Persea americana Mill)
1.3.3 Menganalisa pengobatan yang tepat bagi hewan
yang keracunan alpukat (Persea americana Mill)
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat sebagai
sumber referensi bagi pembaca mengenai:
Komponen racun yang terkandung dalam alpukat
Efek toksisitas atau gejala klinis hewan yang
keracunan alpukat
Pengobatan yang tepat bagi hewan yang keracunan
alpukat
Diharapkan juga memberikan manfaat kepada kami (penulis)
serta bagi pembaca dan teman-teman, yakni wawasan yang
lebih luas dalam bidang Toksikologi dan tanaman obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alpukat
Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon
dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur
atau Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak),
advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung)
dan lain-lain. Tanaman alpukat berasal dari dataran
rendah Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia
pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930
Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari
Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh
varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan
gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi
(Bappenas, 2000).
Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai
berikut (Bappenas, 2000) :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana Mill
Menurut Bappenas (2000), pohon alpukat mempunyai
tinggi 3 - 10 m, berakar tunggang, batang berkayu, bulat,
warnanya coklat kotor, banyak bercabang, ranting berambut
halus. Memiliki daun tunggal, bertangkai yang panjangnya
1,5-5 cm, letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya
jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti
kulit, ujung dan pangkal runcing, tepi rata kadang-kadang
agak menggulung ke atas, bertulang menyirip, panjang 10-
20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda berwarna kemerahan dan
berambut rapat, daun tua berwarna hijau dan gundul.
Tanaman alpukat mempunyai bunga majemuk, berkelamin
dua, tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung
ranting, warnanya kuning kehijauan. Buahnya buah buni,
bentuk bola atau bulat telur, panjang 5-20 cm, warnanya
hijauatau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu, daging
buah jika sudah masak lunak, warnanya hijau, kekuningan.
Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji
putih kemerahan. Buah alpukat yang masak, daging buahnya
lunak, berlemak, biasanya dimakan bersama es campur atau
dibuat jus. minyaknya digunakan antara lain untuk
keperluan kosmetik (Bappenas, 2000). Bagian yang dapat
dipakai dari pohon alpukat antara lain daging buah untuk
dikonsumsi, daun sebagai antibakteri, dan biji untuk obat
sakit gigi. Sifat kimiawi dari masing-masing bagian untuk
buah dan daun mengandung saponin alkaloida dan flavonoid,
selain itu juga buah mengandung tanin dan daunnya
mengandung polifenol, quersetin, dan gula alkohol persit.
Gambar 1. Persea americana Mill
Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri
dari 3 tipe keturunan/ras, yaitu:
1. Ras Meksiko
Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador
beriklim semi tropis dengan ketinggian antara 2.400-
2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang
berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen
lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dengan berat 100-
225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek,
kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga
buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak
yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu
dingin (Badan Riset dan Teknologi, 2011).
2. Ras Guatemala
Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah
beriklim sub tropis dengan ketinggian sekitar 800-
2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu
dingin (toleransi sampai -4,50C). Daunnya tidak
berbau adas, buah mempunyai ukuran yang cukup besar,
berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah
tebal, keras, mudah rusak dan kasar (berbintil-
bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah
berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan
menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang
melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang
sedang (Badan Riset dan Teknologi, 2011).
3. Ras Hindia Barat
Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan
Amerika Selatan yang beriklim tropis, dengan
ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat
peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi sampai
minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas, warna
daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras
yang lain. Buahnya berukuran besar dengan berat
antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah
licin agak liat dan tebal. Buah masak 6-9 bulan
sesudah berbunga. Biji besar dan sering lepas di
dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak
dari daging buahnya paling rendah (Badan Riset dan
Teknologi, 2011).
Berbagai tipe alpukat telah menyebar ke berbagai
wilayah di Indonesia. Penyebaran itu termasuk
keturunannya, baik keturunan dari hasil persarian sendiri
maupun persarian silang alamiah antar tiga kelompok.
Sampai tahun 2003 telah dilepas 7 varietas alpukat,
sebagai berikut (Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika,
2011):
1. Alpukat Ijo Bundar
Alpukat ini berasal dari kebun Koleksi Tlekung,
Batu, Malang. Varietas ini berbuah terus menerus,
tergantung lokasi dan kesuburan tanah. Selain itu
gugur buah sedikit. Berat buah mencapai 300-400
g/buah, diameternya 7,5 cm dengan panjang buah 9 cm.
Permukaan kulit buah licin, berbintik kuning dengan
tebal 1 mm. Bentuk buah lonjong atau oblong,
berujung bulat dan pangkal buah tumpul. Buah muda
kulitnya hijau muda yang berangsur tua saat matang.
Daging buah tebal, berwarna kuning hijau, citarasa
enak, gurih, dan kering. Bentuk biji jorong dengan
ukuran 4 cm x 5,5 cm. Dilepas pada tahun 1987 oleh
Mentan dengan SK No. 15/Kpts/TP.240/I/1987 (Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika, 2011).
2. Alpukat Ijo Panjang
Varietas ini bentuk buahnya menyerupai buah
pir. Ujung buah tumpul sedangkan pangkal buahnya
runcing. Buah berbobot antara 300-500 g/buah. Kulit
buah berwarna hijau, permukaannya licin berbintik
kuning dan tebalnya 1,5 mm. Saat muda kulit buahnya
hijau muda dan setelah matang menjadi hijau tua
merah. Diameter buah 6,5-10 cm dan panjang 11,5-18
cm. Daging tebal berwarna kuning, rasanya enak,
gurih, serta agak lunak. Bijinya berbentuk jorong
dan berukuran 4 cm x 5,5 cm. Dilepas pada tahun 1987
oleh Menteri Pertanian dengan SK No.
16/Kpts/TP.240/1987 (Balai Penelitian Tanaman Buah
Tropika, 2011).
3. Alpukat Merah Bundar
Varietas ini berbuah terus menerus, tergantung
lokasi dan kesuburan tanah. Selain itu gugur buah
sedikit. Berat buah mencapai 0,3-0,4 kg/butir,
diameter buah 7,5 cm, dan panjang buah 9 cm.
Permukaan kulit buah licin, berbintik kuning dengan
tebal 1 mm. Bentuk buah lanjong atau oblong,
berujung bulat dan pangkal buah tumpul. Buah muda
kulitnya merah coklat. Daging buah tebal, berwarna
kuning hijau, citarasa enak, gurih, dan agak
kering. Bentuk biji jorong dengan ukuran 4cm x 5,5cm
(Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, 2011).
4. Alpukat Merah Panjang
Varietas ini bentuk buahnya menyerupai buah
pir. Ujung buah tumpul sedangkan pangkal buahnya
runcing. Bobot buah antara 300-500 g/buah dengan
kulit hijau, permukaannya licin berbintik kuning dan
tebalnya 1,5 mm. Saat muda, kulit buahnya hijau
merah coklat dan setelah matang menjadi merah hitam.
Diameter buah 6,5-10cm dan panjang 11,5-18cm, dengan
daging buah tebal, berwarna kuning, rasa enak,
gurih, serta agak lunak. Biji berukuran 4cm x 5,5cm
(Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, 2011).
5. Alpukat Mega Gagauan
Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika
pada tahun 2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 521/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat
Mega Gagauan memiliki keunggulan produksi tinggi,
bentuk buah bulat, ukuran buah besar, daging buah
tebal berwarna kuning, agak pulen, permukaan agak
halus, kulit buah kemerahan, dan berpotensi untuk
mengangkat serta memperkenalkan buah unggul daerah
kepada khalayak yang lebih luas. Selain itu, alpukat
Mega Gagauan mempunyai ciri berbuah terus menerus,
berat buah mencapai 600-800 g/buah, warna daging
buah kuning. Bentuk buah agak bulat (pangkal dan
ujung agak membulat). Panjang buah 12,5-17,5 cm,
diameter buah 11,5-15,5 cm, tebal kulit buah 1 mm
dengan tebal daging buah 1,9-2,1 cm. Daging buah
rasanya manis pulen, kadar protein 1,49%, dan
kadar lemak 6,41%. Produksi buah/pohon 220-230 buah
(140-175 kg)/tahun (Balai Penelitian Tanaman Buah
Tropika, 2011).
Gambar 2. Alpukat varietas Mega Gagauan
6. Alpukat Mega Murapi
Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika
tahun 2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 519/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat
Mega Murapi memiliki keunggulan produksi tinggi,
bentuk buah bulat lonjong, ukuran buah besar, daging
buah tebal berwarna mentega, pulen, permukaan kulit
kasar, warna kulit buah hijau tua, berpotensi untuk
diperkenalkan dan diangkat sebagai buah unggul
daerah kepada khalayak yang lebih luas. Selain itu,
alpukat Mega Murapi mempunyai ciri berbuah terus
menerus, berat buah mencapai 400-600 g/buah, warna
daging buah kuning mentega. Bentuk buah agak bulat
(pangkal dan ujung agak membulat). Panjang buah 13-
17 cm, diameter buah 10-14 cm, tebal kulit buah 1 mm
dan tebal daging buah 1,9-2,1 cm. Daging buah
rasanya manis pulen,kadar protein 1,37%, dan kadar
lemak 7,58%. Produksi bisa mencapai 350-450 buah
/pohon (180-225 kg)/tahun (Balai Penelitian Tanaman
Buah Tropika, 2011).
Gambar 3. Alpukat varietas Mega Murapi
7. Alpukat Mega Paninggahan
Alpukat ini telah dilepas oleh Balitbu Tropika
pada tahun 2003 berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 520/Kpts/PD.210/10/2003. Alpukat
Mega Paninggahan memiliki keunggulan produksi
tinggi, bentuk buah bulat lonjong, ukuran sendang,
daging buah tebal berwarna kuning mentega, pulen,
permukaan kulit halus, warna kulit buah merah maron,
berbuah terus menerus, berat buah mencapai 250-400
g/buah, warna daging buah kuning mentega. Bentuk
buah lonjong. Panjang buah 13,5-18 cm, diameter buah
7,5-9 cm, tebal kulit buah 1 mm dengan tebal daging
buah 1,8-2,1 cm. Daging buah rasanya manis pulen,
kadar protein 1,16%, dan kadar lemak 7,95%. Produksi
bisa mencapai 880-1000 buah/pohon (300-350 kg)/tahun
(Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, 2011).
Gambar 4. Alpukat varietas Mega Paninggahan
2.2 Kandungan Alpukat
2.2.1 Kandungan Gizi
Kandungan gizi di dalam buah alpukat
dapat dilihat pada Tabel 1 (Departemen Kehutanan,
2011). Tabel 1. Kandungan Gizi di dalam 100 gram Buah Alpukat
2.2.2 Kandungan senyawa lainnya
Kandungan senyawa lain dalam alpukat
(Departemen Kehutanan, 2011) :
1. Beta-sitosterol: beta-sitosterol adalah senyawa
fitokimia yang berfungsi untuk menormalkan kadar
LDL (kolesterol jahat), trigliserida, dan
total lemak darah.
2. Magnesium : magnesium berguna untuk menjaga
kesehatan tulang.
3. Glutation : Glutation adalah antioksidan
pembasmi beragam kanker, khususnya kanker
mulut dan tenggorokan, serta mencegah serangan
jantung.
4. Lemak Tak Jenuh Tunggal Oleat (Omega-9):Lemak
tak jenuh tunggal oleat bermanfaat
untukmenurunkan kadarLDL (kolesterol jahat)
dengan menaikkan kadar HDL (kolesterol baik)
sehingga mampu mencegah serangan penyakit
akibat hipertensi dan kelebihan kolesterol,
khususnya stroke dan penyakit jantung.
5. Kalium: Kalium berguna untuk melindungi sel-
sel tubuh dari serangan radikal bebas,
meredakan tekanan darah tinggi, mengontrol
debar jantung, dan menjaga kesehatan sistem
saraf.
6. Quersetin: Quersetin bersifat antioksidan dan
antivirus yang bermanfaat untuk mengobati
alergi, kanker, diabetes, dan penyakit
kardiovaskuler.
7. Klorofil: Klorofil bersama dengan vitamin A, dan
E berfungsi sebagai antioksidan yang terbukti
mampu menjaga kulit tampak kenyal dan segar.
8. Polifenol: Polifenol dapat menangkal radikal
bebas.
9. Mangan: Mangan bersama dengan vitamin C, E, zat
besi, dan kalium di dalam buahalpukat, baik
untuk menjaga kesehatan kulit dan rambut.
2.2.3 Kandungan senyawa di dalam biji buah
alpukat
Senyawa dalam biji buah alpukat (Departemen
Kehutanan, 2011):
1. Tanin : Tanin dapat menghentikan diare.
2. Oleat, Linoleat dan Asam Linolenat : Oleat,
linoleat dan asam linolenat termasuk asam lemak
tak jenuh yang menyehatkan jantung, menurunkan
kolesterol LDL dan meningkatkan kolesterol HDL.
2.3 Sifat Toksik Alpukat
Sifat kimiawi dari masing-masing bagian untuk buah
dan daun mengandung saponin, alkaloida, dan flavanoid.
Selain itu, buah mengandung tanin dan daunnya mengandung
polifenol, quersetin, dan gula alkohol persit. Biasanya
penggunaan buah alpukat untuk dikonsumsi sedangkan daun
dan biji alpukat dirasa kurang aman karena mengandung
toksik. Daun alpukat mengandung dopamin dan minyaknya
mengandung methyl chavicol. Ingesti dari daun, ranting
atau keduanya menyebabkan mastitis pada sapi, kuda,
kelinci dan kambing. Di samping itu dosis tinggi sangat
fatal pada kambing. Daun alpukat yang terendam di kolam
dapat membunuh ikan di dalamnya. Dikatakan buah alpukat
mentah itu beracun, burung kenari mati setelah memakan
buah yang matang. Dua jenis getah yang berasal dari kulit
buah, memiliki sifat racun bagi marmut melalui suntikan
secara subkutan dan peritonial. LD50 ekstrak daun alpukat
lebih besar dari 8828 mg/kg secara intraperitonial dan
lebih besar dari 12500 mg/kg secara oral pada tikus
percobaan sedangkan LD50 ekstrak buah lebih besar dari
12500 mg/kg secara oral (Duke et al. 2002).
BAB III
PEMBAHASAN
Tanda-tanda secara umum yang berhubungan dengan keracunan
alpukat yakni : edema tenggorokan dan daerah sekitar dada,
permasalahan dengan jantung seperti gagal jantung, paru-paru
berisi cairan dan perut mengalami ascites. Pada hewan yang
non-laktasi atau pada pemberian daun alpukat dengan dosis yang
tinggi maka akan mendapatkan pengaruh seperti cardiomyopathy
(Sani et al., 1991).
Nekrosis kelenjar susu dan nekrosis myocardium disebabkan
oleh R-enantiomer dari persin, suatu rantai panjang, senyawa
yang tidak berkapsul yang telah diisolasi dari daun alpokat
(Oerlichs et al., 1995). Pemberian dosis oral dari persin kepada
mencit (60 – 100 mg/kg bb) menimbulkan nekrosis kelenjar susu
dalam beberapa jam saja. Pada dosis yang lebih tinggi (>100
mg/kg) maka nekrosis myocardium akan muncul. Gejala klinis –
Mastitis terjadi dalam 24 jam setelah diberi daun alpokat,
yang terlihat berupa pengerasan dan pembengkakan kelenjar
ambing, sekitar 75% penurunan produksi susu, susu terlihat
berair, keras dan seperti keju. Bila dosis ditingkatkan akan
terlihat oedema subcutaneous dari leher hingga dada, batuk,
lemah/depresi, malas bergerak, kesulitan bernapas dan cardiac
arythmias. Serum enzim hepatic seperti LDH, CK dan AST
meningkat. Pemeriksaan untuk efek toksik alpukat :
a. Secara patologis makroskopis, kelenjar susu terlihat
oedematous dan hyperemia. Pada beberapa hewan, oedema
sangat jelas terlihat diberbagai jaringan terutama
subkutan dan paru-paru. Kongesti umum terjadi pada paru-
paru, hati dan limpa, cairan di dalam kantong jantung
(hydropericardium), thorax dan abdomen serta oedema pada
kantung empedu dan jaringan perirenal. Jantung terlihat
pucat dan lemah.
b. Secara mikroskopis terlihat oedema kelenjar ambing dan
degenerasi dan nekrosis pada epithelium acinar secretory.
Jantung mengalami interstitial oedema dan degenerasi
myocardial.
Secara alamiah tubuh melakukan detoksifikasi secara
ringan, seperti buang air kecil dan buang air besar. Tetapi
pada proses ini adakalanya tidak memadai terutama jika jumlah
toksik yang terbentuk lebih banyak daripada yang dikeluarkan.
Metabolisme dalam tubuh tiap hewan berbeda-beda, sehingga efek
toksik dan metabolisme didalam tubuh tiap hewan juga berbeda-
beda. Perbedaan ini tergantung dari banyaknya toksin yang
masuk kedalam tubuh dan tingkat sensitifitas atau kekebalan
tubuh.
Proses masuknya senyawa toksin dapat melalui air, udara,
dan pangan. Segera setelah senyawa toksin masuk ke dalam
tubuh, terdapat 4 proses yang berperan dalam penentuan dampak,
yakni Absorpsi, Distribusi, Ekskresi dan Metabolisme (Amdur et
al., 1991).
Apabila alpukat yang mengandung zat toksik diserap oleh
tubuh maka dapat menyebabkan reaksi seperti alergi atau
keracunan bahkan kematian jika manifestasi zat toksin sudah
melebihi batas kemampuan tubuh. Penyebaran racun ke dalam
tubuh masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan. Kemudian masuk
kedalam peredaran darah akhirnya dapat masuk ke organ-organ
tubuh secara sistematik. Organ-organ tubuh yang biasanya
terkena racun adalah paru-paru, hati (hepar), susunan saraf
pusat (otak dan sumsum tulang belakang), sumsum tulang,
ginjal, kulit, susunan saraf tepi, dan darah.
Efek racun pada tubuh juga akan memberikan efek local
seperti iritasi, reaksi alergi, dermatitis, ulcus, acne, dan
gejala lain. Gejala-gejala keracunan sistematik juga
tergantung pada organ tubuh yang terkena. Cara kerja toksin
yang masuk ke tubuh akan meracuni dengan mekanisme kerja
sebagai berikut :
Mempengaruhi kerja enzim/hormon. Enzim dan hormon terdiri
dari protein komplek yang dalam kerjanya perlu adanya
activator atau cofactor yang biasanya berupa vitamin.
Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat menonaktifkan
activator sehingga enzim atau hormon tidak dapat bekerja
atau langsung non aktif.
Racun masuk dan bereaksi dengan sel sehingga akan
menghambat atau mempengaruhi kerja sel, contohnya gas CO
menghambat haemoglobin dalam mengikat atau membawa
oksigen.
Merusak jaringan sehingga timbul histamine dan
serotonine. Ini akan menimbulkan reaksi alergi; juga
kadang-kadang akan terjadi senyawa baru yang lebih
beracun.
Racun/toksin yang tidak mampu disaring ginjal pada
akhirnya menyebar keseluruh tubuh dan menyebabkan
berbagai macam penyakit yang tergantung di tempat mana
tubuh/organ tubuh keracunan.
Efek toksisitas yang terjadi pada hewan yang peka terhadap
alpukat:
1. Burung
Menyebabkan nekrosis miokardial yakni penyempitan
pembuluh darah koroner, yang sering menyebabkan kematian
secara mendadak. Jenis burung yang paling rentan untuk
terkena dampak racun persin adalah kelompok Finch (seperti
kenari) dan paruh bengkok (seperti love bird dan parkit).
Gejala klinis yang tampak:
Sesak nafas (akibat akumulasi cairan disekitar jantung
dan paru-paru)
Tidak mampu untuk bertengger
Ada permasalahan pada hepar
Jika tidak ada penanganan maka akan menyebabkan gagal
ginjal
Lethargy, dyspnea, anorexia
subcutaneous edema bagian leher dan pectoral
Burung mati mendadak
Selain buah dan daun alpukat, tenggeran yang terbuat
dari batang pohon alpukat pun mengandung persin yang akan
masuk ke sistem pencernaan sewaktu burung mematuk
tenggerannya. Hal ini sering terjadi pada burung paruh
bengkok yang memiliki perilaku menggigit benda-benda
disekitarnya.
Pada burung budgeigars (jenis burung) memakan 1 gram
agitasi buah apukat dapat membuat bulu semakin menarik,
sedangkan bila diberi 8,7 gram buah alpukat tumbuk maka
akan mengakibatkan kematian pada waktu 48 jam. Pada burung
yang dikurung lebih sensitif terhadap efek alpukat
daripada burung yang liar. Sedangkan pada ayam dan kalkum
lebih tahan terhadap efek toksik alpukat.
2. Kambing, domba dan sapi (Ruminansia)
Kambing terlihat sangat peka terhadap toksin alpukat.
Daun alpukat dapat mempengaruhi kesehatan hewan terutama
pada saat laktasi dengan gejala seperti mastitis serta
mengalami penurunan produksi susu bahkan dapat kehilangan
produksi susu yang nyata. Pada kambing, daun apukat
menyebabkan kelenjar ambing terlihat oedemaus dan putting
mengalami pengerasan. Pergerakan peristaltik saluran
pencernaan mengalami penurunan serta terlihat adanya
anasarca (oedema yang meluas ke tubuh) meliputi leher dan
dada. Mastitis akan terjadi dalam 24 jam setelah diberi
daun alpukat dengan terlihat berupa pengerasan dan
pembengkakan kelenjar susu, sekitar 75%, penurunan
produksi susu, susu terlihat berair, keras dan seperti
keju, batuk, lemah/depresi, malas bergerak, dan kesulitan
bernapas.
Pada kambing dapat menyebabkan mastitis parah ketika
menelan 20 gram daun / kg, sedangkan 30 gram daun / kg
menyebabkan cedera pada jantung. Gagal jantung akut dapat
terjadi pada domba apabila memakan daun alpukat 25 gram /
kg selama 5 hari, atau memakan daun alpukat sebanyak 5,5
gram / kg selama 21 hari, memakan daun alpukat 2,5 gram /
kg selama 32 hari dapat menyebabkan insufisiensi jantung
kronis. Dan hal tersebut dapat menyebabkan kematian akut.
3. Kuda
Daun alpukat, jika dikonsumsi oleh kuda maka akan
menimbulkan anasarca (oedema yang meluas ke tubuh,
jaringan atau rongga tubuh pada waktu yang sama) khususnya
pada kepala dan leher yang jika dipalpasi akan terasa
sakit.
4. Kucing dan anjing
Resiko yang didapatkan adalah obstruksi benda asing.
Obstruksi tersebut dapat terjadi apabila anjing atau
kucing menelan alpukat utuh, sehingga biji alpukat dapat
menyumbat pada saluran kerongkongan, lambung, maupun usus.
Cari resiko laiinnya seperi meyebabkan diarre, vomit, dll.
Diagnosa: - Tergantung dari paparan dan tanda-tanda
klinis
- Tidak ada tes khusus untuk diagnosis keracunan
tersebut
Pengobatan: - NSAID (cari obat yg gimana?)
- Analgesic (khususnya hewan yang menderita mastitis)
- Golongan diuretics dan antiarrhytmic ( untuk hewan
yang menderita CHF)
BAB IV
PENUTUP
Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon
dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur atau
Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat,
jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain.
Sifat kimiawi dari masing-masing bagian untuk buah dan daun
mengandung saponin, alkaloida, dan flavanoid. Selain itu, buah
mengandung tanin dan daunnya mengandung polifenol, quersetin,
dan gula alkohol persit. Biasanya penggunaan buah alpukat
untuk dikonsumsi sedangkan daun dan biji alpukat dirasa kurang
aman karena mengandung toksik. Daun alpukat mengandung dopamin
dan minyaknya mengandung methyl chavicol. Ingesti dari daun,
ranting atau keduanya menyebabkan mastitis pada sapi, kuda,
kelinci dan kambing. Di samping itu dosis tinggi sangat fatal
pada kambing. Apabila alpukat yang mengandung zat toksik
diserap oleh tubuh maka dapat menyebabkan reaksi seperti
alergi atau keracunan bahkan kematian jika manifestasi zat
toksin sudah melebihi batas kemampuan tubuh. Efek racun pada
tubuh juga akan memberikan efek local seperti iritasi, reaksi
alergi, dermatitis, ulcus, acne, dan gejala lain. Gejala-
gejala keracunan sistematik juga tergantung pada organ tubuh
yang terkena.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi U.F, 2011. Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan.
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Amdur Mary O., John Doull, Curtis D. Klaassen eds, 1991.
Cassaret L.J. and Doull J., Toxicology The Basic Science
of Poisons; 4th ed., Pergamon Press: New York, Sydney,
Tokyo, Toronto: Mc Millan Publ. Co. Inc.
Proctor H. Nick; Hughes P. James, “Chemical Hazard of the
Workplace Je. B. Lippicort Company” Philadelphia,
Toronto.
ILO (1991) “Fundamentals of Chemical Safety and Major Hazard
Control”.