Transfer Price

11
1 TRANSFER PRICE A. Definisi Harga Transfer Harga transfer adalah nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari dua pihak yang bertransaksi merupakan pusat laba. Untuk organisasi yang terdesentralisasi, keluaran dari sebuah unit dipakai sebagai masukan bagi unit lain. Transaksi antar unit ini mengakibatkan timbulnya suatu mekanisme transfer pricing. Transfer pricing didefenisikan sebagai suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan unit penjual (selling division)dan unit divisi pembeli (buying divison). Pada penjelasan ini pengertian harga transfer dibatasi pada nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba. 1 Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawaban. Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat laba atau setidak-tidaknya salah satu dari pusat pertanggungjawaban merupakan pusat laba. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan laba divisi. Akuntansi keuangan menghendaki agar setiap transaksi dilakukan dengan pihak luar yang independen sehingga dengan demikian transaksi tersebut bersifat objektif. Akan tetapi persyaratan tersebut sukar dipenuhi oleh sebuah pusat laba yang merupakan salah satu mata rantai dari perusahaan berintegrasi vertikal. Misalnya, perusahaan pulp, perusahan kertas, dan perusahaan kotak karton. Dalam perusahaan berintegrasi vertikal, setiap pusat laba membeli bahan mentahnya dari pusat laba sebelumnya. Kalau bahan mentah tersebut tersedia di pasar, maka harga pasar tersebut dapat digunakan sebagai harga transfer, sehingga transaksi interen tersebut masih bersifat objektif. Akan tetapi ada kemungkinan semua perusahaan yang termasuk dalam suatu industri merupakan perusahaan yang berintegrasi masing-masing memenuhi sendiri kebutuhannya akan bahan mentah sehingga tidak terdapat pasar bebas untuk bahan mentah tersebut. Dalam hal demikian, laba yang diperoleh pusat laba tidak mencerminkan laba yang objektif. B. Tujuan Harga Transfer Harga transfer yang terjadi antar unit harus mencapai beberapa tujuan, antara lain: 2 1. Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan. 2. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita (meningkatkan laba unit usaha namun juga dapat meningkatkan laba perusahaan). 3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual. 4. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola. 1 Pengertian transfer price ini diambil dari artikel berjudul “Pengertian Harga Transfer : Transfer Pricing” dari website http://fransiscasn.blogspot.com/2012/04/harga-transfer-bab-6.html pada hari 30 Mei 2013 jam 14.00 2 Penjelasan tujuan dari transfer price ini diambil dari artikel berjudul “Harga Transfer: Definisi, Penentuan & Aspek Internasionaldari website http://sijenius.wordpress.com/2008/08/09/harga-transfer-definisi-penentuan-aspek- internasional/ pada hari 30 Mei 2013 jam 14.00

Transcript of Transfer Price

1

TRANSFER PRICE

A. Definisi Harga Transfer

Harga transfer adalah nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu

transaksi yang setidaknya salah satu dari dua pihak yang bertransaksi merupakan pusat laba. Untuk

organisasi yang terdesentralisasi, keluaran dari sebuah unit dipakai sebagai masukan bagi unit lain.

Transaksi antar unit ini mengakibatkan timbulnya suatu mekanisme transfer pricing. Transfer pricing

didefenisikan sebagai suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk

mencatat pendapatan unit penjual (selling division)dan unit divisi pembeli (buying divison). Pada

penjelasan ini pengertian harga transfer dibatasi pada nilai yang diberikan atas suatu transfer barang

atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah

pusat laba.1

Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat

pertanggungjawaban dalam suatu organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawaban.

Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat laba atau

setidak-tidaknya salah satu dari pusat pertanggungjawaban merupakan pusat laba. Untuk

pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan

laba divisi.

Akuntansi keuangan menghendaki agar setiap transaksi dilakukan dengan pihak luar yang

independen sehingga dengan demikian transaksi tersebut bersifat objektif. Akan tetapi persyaratan

tersebut sukar dipenuhi oleh sebuah pusat laba yang merupakan salah satu mata rantai dari

perusahaan berintegrasi vertikal. Misalnya, perusahaan pulp, perusahan kertas, dan perusahaan kotak

karton. Dalam perusahaan berintegrasi vertikal, setiap pusat laba membeli bahan mentahnya dari

pusat laba sebelumnya. Kalau bahan mentah tersebut tersedia di pasar, maka harga pasar tersebut

dapat digunakan sebagai harga transfer, sehingga transaksi interen tersebut masih bersifat objektif.

Akan tetapi ada kemungkinan semua perusahaan yang termasuk dalam suatu industri merupakan

perusahaan yang berintegrasi masing-masing memenuhi sendiri kebutuhannya akan bahan mentah

sehingga tidak terdapat pasar bebas untuk bahan mentah tersebut. Dalam hal demikian, laba yang

diperoleh pusat laba tidak mencerminkan laba yang objektif.

B. Tujuan Harga Transfer

Harga transfer yang terjadi antar unit harus mencapai beberapa tujuan, antara lain:2

1. Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan

imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.

2. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita (meningkatkan laba unit usaha

namun juga dapat meningkatkan laba perusahaan).

3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.

4. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.

1 Pengertian transfer price ini diambil dari artikel berjudul “Pengertian Harga Transfer : Transfer Pricing” dari website

http://fransiscasn.blogspot.com/2012/04/harga-transfer-bab-6.html pada hari 30 Mei 2013 jam 14.00 2 Penjelasan tujuan dari transfer price ini diambil dari artikel berjudul “Harga Transfer: Definisi, Penentuan &

Aspek Internasional” dari website http://sijenius.wordpress.com/2008/08/09/harga-transfer-definisi-penentuan-aspek-internasional/ pada hari 30 Mei 2013 jam 14.00

2

Selain itu penetapan harga transfer juga bertujuan untuk menciptakan beberapa hal sebagai

berikut : 3

1. Evaluasi prestasi divisi secara akurat

2. Keselarasan tujuan antara divisi dan perusahaan

3. Tetap terjaganya otonomi divisi

Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena

melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga mempengaruhi

pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga

transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi hal

yang sangat penting.

C. Prinsip Dasar Harga Transfer

Berikut prinsip – prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam menentukan harga transfer :4

1. Harga transfer sebaiknya sama dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk

dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.

2. Dalam menjalankan prinsip dasar diatas terdapat dua kebijakan, yaitu:

a. Kebijakan sourcing, yaitu kebijakan apakah akan memproduksi sendiri atau

membeli dari pemasok luar.

b. Kebijakan harga transfer, yaitu kebijakan tentang tingkat harga produk yang akan

ditransfer antar pusat laba, apabila produksi dilakukan secara internal.

3. Sistem harga transfer bervariasi dari yang paling sederhana (ideal) sampai yang rumit.

D. Penentuan Harga Transfer

Tentunya dalam penentuan harga transfer manajemen tidak dapat sembarangan menentukan

harga, secara garis besar harga tersebut sebisa mungkin tidak merugikan salah satu pihak yang

terlibat, selain itu harga transfer dalam praktiknya harus terus diperhatikan agar tujuan manajemen

sesuai dengan tujuan perusahaan. Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa

dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut diual ke konsumen luar atau dibeli

dari pemasok luar. Namun hal tersebut dalam dunia nyata sangat sulit diterapkan, hanya sedikit

perusahaan yang menetapkan prinsip ini.

Secara umum harga transfer dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode berikut:

1. Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices).

Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer

yang paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama

dengan harga yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk

memperoleh profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan adalah harga yang

sewajarnya.Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga suatu

produk ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang diperjual-

3 Penjelasan dari tujuan transfer price ini diambil dari artikel berjudul “Pengertian Harga Transfer (Transfer Pricing)

http://sondis.blogspot.com/2013/03/pengertian-harga-transfer-transfer.html pada Kamis 30 Mei 2013 jam 20.00

3

belikan antar divisi tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri yang terdeferensiasi

dan terintegrasi seperti industri kertas, jika divisi penjual harus mengirim kertas yang

setengah jadi ke divisi lain, pasar tidak menyediakan harga kertas mentah atau setengah

jadi. Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya

menggunakan harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan

harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan

biaya(cost-based transfer price).

2. Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-Based Transfer Prices)

Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang

ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga

transfer metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki beberapa kekurangan.

Pertama, penggunaan biaya sebagai harga transfer dapat mengarah pada keputusan yang

buruk, jika seandainya unit penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal sehingga

menghasilkan biaya yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka dapat terjadi

kecenderungan pembelian barang dari luar. Kedua, jika biaya digunakan sebagai harga

transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari setiap transaksi internal.

Ketiga, penentuan harga transfer yang berdasarkan biaya berarti tidak ada insentif bagi

orang yang bertanggung jawab mengendalikan biaya. Umumnya perusahaan menetapkan

harga transfer atas biaya berdasarkan biaya variabel dan atau biaya tetap dalam bentuk:

biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup) dan

gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee).

3. Harga Transfer Negoisasi (Negotiated Transfer Prices)

Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam

perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan harga

transfer yang diinginkan. Harga transfer negoisasi memiliki beberapa kelebihan. Pertama,

pendekatan ini melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi.

Kedua, manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan

laba potensial atas transfer dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan. Harga transfer

negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren dalam pusat-pusat

pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan tersebut pada akhirnya

yang akan bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegosiasikan. Namun transfer

pricing ini tidak begitu mudah untuk ditentukan karena posisinya pada situasi sulit yang

bisa menimbulkan conflict of interest diantara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu

divisi penjual dan divisi pembeli. Artinya, tidak akan ada satu metode transfer price yang

terbaik, yang akan diterima mutlak oleh kedua belah pihak.

E. Metode Penentuan Harga Transfer

Metode penentuan Harga Transfer :

1. Metode Market Price

Metode Market Price adalah penetapan berdasarkan harga transfer harga pasar, dan

metode ini paling disukai. Jika menggunakan metode harga pasar, harga transfer dihitung

dengan menggunakan metode harga pasar minus, yaitu harga yang berlaku di pasar

dikurangi dengan potongan volume dan berbagai biaya yang dapat dihindari oleh divisi

penjual untuk mendapatkan harga barang atau jasa yang ditransfer dari divisi penjual ke

4

divisi pembeli. Jika produk yang ditransfer memiliki harga pasar, harga pasar produk

merupakan biaya kesempatan, baik bagi divisi penjual maupun bagi divisi pembeli,

sehingga harga tersebut merupakan dasar yang adil sebagai dasar penentuan harga

transfer bagi divisi yang terlibat. Keunggulannya adalah harga transfernya cukup objektif.

Kelemahannya adalah harga pasar produk atau jasa tertentu tidak tersedia.

Situasi yang paling ideal pada penentuan harga transfer adalah berdasarkan harga

pasar, hal ini akan tercapai jika dipenuhi kondisi-kondisi berikut ini:

a. Orang-orang yang kompeten

b. Para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari pusat

tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya.

c. Atmosfer yang baik

d. Para manajer harus menjadikan profitabilitas sebagai dasar penilaian kinerja,

sehingga harga transfer yang dikehendaki adil.

e. Harga pasar yang normal dan mapan. Harga transfer yang ideal adalah

berdasarkan harga pasar yang normal dan mapan dari produk yang sedang

ditransfer, maksudnya harga pasar mencerminkan kondisi yang sama (kualitas,

kuantitas, dan waktu pengiriman) dengan produk yang dikenakan harga

transfer sehingga memperoleh penghematan dari penjualan di dalam

perusahaan.

f. Kebebasan memperoleh sumber daya. Alternatif dalam memperoleh sumber

daya haruslah ada dan para manajer sebaiknya diizinkan memilih alternatif

yang paling baik untuk mereka.

g. Informasi penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada,

serta biaya dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative

tersebut.

h. Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja untuk melakukan negosiasi “kontrak”

antar unit usaha.

2. Metode Harga Pokok

Metode harga pokok adalah metode yang digunakan apabila harga kompetitif tidak

tersedia. Di dalam akuntansi biaya yang konvensional komponen-komponen harga pokok

produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Konsep harga pokok tersebut tidak

selalu relevan dengan kebutuhan manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang

tidak memperhitungakn semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produk.

Jadi di dalam akuntansi biaya, dimana perusahaan industri sebagai modal utamanya,

terdapat dua metode perhitungan harga pokok yaitu Full Costing dan Variable Costing.

Perbedaan pokok diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap

biaya produksi yang bersifat tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap Biaya

Overhead Pabrik Tetap ini akan mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok

produk dan penyajian laporan rugi-laba.

5

Berikut adalah bentuk – bentuk penerapan dari metode harga pokok :

a. Harga transfer berdasarkan biaya (harga pokok) ditentukan berdasarkan biaya

ditambah dengan laba.

b. Dasar biaya yang digunakan adalah biaya standar (biaya aktual produksi

ditambah dengan insentif tertentu untuk menentukan biaya yang akan

dijadikan standar).

c. Penambahan laba (mark-up laba) dihitung dengan 2 keputusan, yaitu:

d. Dasar penambahan laba, yaitu berdasarkan persentase dari biaya atau dari

investasi.

e. Besarnya laba yang diperbolehkan, yaitu dengan memperhitungkan biaya

penggantian (replacement cost).

f. Keterbatasan lain akan timbul berkaitan dengan biaya tetap, yang harus

ditanggung pusat laba penjual dan pusat laba pembeli. Pada kondisi ini

sebaiknya:

i. Kedua pusat laba menetapkan persentase biaya tetap yang harus

ditanggung secara berkala.

ii. Masing-masing pusat laba melakukan perhitungan harga transfer (Dua

Langkah Penentuan Harga Transfer).

iii. Menggunakan sistem pembagian laba (profit sharing), dimana produk

yang ditransfer ke unit pemasaran ditentukan berdasarkan biaya

variabel standar dan setelah terjual unit-unit usaha membagi

kontribusi yang dihasilkan (harga jual dikurangi biaya variabel

produksi dan pemasaran).

iv. Menggunakan Metode Dua Kelompok Harga, yaitu unit produksi akan

dibebankan berdasarkan harga jual dan unit pembeli dibebankan

berdasarkan total biaya standar. Selisihnya dibebankan ke akun kantor

pusat dan akan dieliminasi ketika laporan keuangan unit usaha

dikonsolidasikan.

3. Metode Negotiated Price

Metode Negotiated Price adalah penetapan harga transfer berdasarkan negosiasi

antara 2 (dua) pusat pertanggungjawaban. Metode ini dilakukan jika terdapat suatu

pertentangan yang cukup signifikan diantara keduanya sehingga dicapai kesepakatan

harga oleh kedua belah pihak, sehingga tidak perlu arbitrasenya. Di hampir semua

perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain; maksudnya, harga

transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf pusat. Alasan yang paling penting

untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan menetapkan harga jual dan mencapai

kedepakatan atas harga pembelian yang paling sesuai merupakan salah satu fungsi utama

dari manajemen lini. Jika kantor pusat mengendalikan penentuan harga, maka

kemampuan manajemen lini untuk memperbaiki profitabilitas akan semakin berkurang.

Keterbatasannya adalah mengurangi otonomi unit-unit tersebut.

6

Harga yang digunakan pada metode negosiasi dapat berupa:

a. Ada harga pasar yang diterbitkan.

b. Harga pasar ditentukan oleh penawaran harga terendah mungkin akan

memenangkan usaha tersebut.

c. Pusat laba produksi yang menjual barang yang sama di pasar bebas meniru

harga kompetitif yang berada di luar.

d. Pusat laba pembelian membeli produk serupa dari pasar luar/bebas.

4. Arbitrase dan Penyelesaian Konflik

Metode ini digunakan apabila divisi penjualan dan divisi pembelian tidak dapat

mencapai kesepakatan dalam penentuan harga transfer yang ditentukan oleh eksekutif

atau badan lain yang ditugasi untuk mengarbitrasi harga transfer setelah orang atau badan

tersebut berdialog dengan para manajer divisi yang bersangkutan. Artibrase dapat

dilakukan dengan beberapa cara:

a. Dalam sistem yang formal, kedua pihak meyerahkan kasus secara tertulis

kepada pihak penengah (Arbitrator). Arbitrator akan meninjau posisi mereka

masing-masing dan memutuskan harga yang akan ditetapkan, kadang dengan

bantuan staf kantor yang lain.

b. Selain tingkat formalitas, digunakan juga proses mampengaruhi efektivitas

suatu sistem harga transfer.

Terdapat empat cara untuk menyelesaikan konflik:

a. Memaksa (forcing)

b. Membujuk (smoothing)

c. Menawarkan (bargaining)

d. Penyelesaian masalah (problem solving)

F. Penentuan Harga Jasa Korporat

Berikut prinsip – prinsip yang harus diperhatikan ketika menentukan harga jasa sebuah

perusahaan besar (korporat), yaitu :

1. Jasa-jasa korporat yang berkaitan dengan kegiatan unit usaha juga harus diperhitungkan

dalam harga produk yang dihasilkan atau dijual oleh unit usaha.

2. Jasa korporat dapat ditentukan dengan dua jenis transfer, yaitu:

3. Pengendalian jumlah jasa korporat yang diterima oleh unit penerima, yaitu dengan biaya

variabel standar, biaya penuh atau biaya satndar penuh.

4. Pilihan penggunaan jasa, yaitu manajer unit usaha juga diberi kesempatan untuk memilih

dan menggunakan jasa dari luar jasa korporat.

7

G. Administrasi Harga Transfer

Berikut cara – cara untuk mengadministrasikan harga transfer dalam perusahaan :

1. NEGOSIASI

Harga transfer ditentukan dengan kesepakatan (kompromi) antara unit yang membeli

dgn unit yg menjual.

2. ARBITRASE

a. Harga transfer ditentukan dengan menengahi penentuan harga transfer antara

unit yang membeli dengan unit yang menjual, oleh pihak korporat melalui

arbritator.

b. Arbitrase dapat dilakukan dengan beberapa cara:

c. Cara Formal, unit-unit yang terlibat dalam transfer produk akan memberikan

laporan tertulis kepada arbritator. Setelah laporan tersebut ditinjau oleh

arbritator, selanjutnya arbritator akan menentukan harga transfernya.

d. Dengan proses penyelesaian konflik, yaitu memaksa (forcing), membujuk

(smoothing), menawarkan (bargaining) dan penyelesaian masalah (problem

solving).

H. Aspek Internasional Harga Transfer5

Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing,

interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan

pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota (grup perusahaan). Bila

dicermati secara lebih lanjut, transfer pricing dapat menyimpang secara signifikan dari harga yang

disepakati (harga pasar).

Tujuan harga transfer berubah apabila melibatkan multinational corporation (MNC) serta barang

yang ditransfer melalui batas-batas negara. Tujuan penentuan harga transfer internasional terfokus

pada meminimalkan pajak, bea, dan risiko pertukaran asing, bersama dengan meningkatkan suatu

kompetitif perusahaan dan memperbaiki hubungannya dengan pemerintah asing. Walaupun tujuan

domestik seperti motivasi manajerial dan otonomi divisi selalu penting, namun seringkali menjadi

sekunder ketika transfer internasional terlibat.Perusahaan akan lebih fokus pada pengurangan pajak

total atau memperkuat anak perusahaan asing. Oleh karena itu transfer pricing juga sering dikaitkan

dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangi laba yang nantinya

akan mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatu negara.

Sebagai contoh, pembebanan harga transfer yang rendah untuk anak perusahaan asing mungkin

akan mengurangi pembayaran bea cukai sebagai akibat dari batas-batas internasional, atau mungkin

membantu anak perusahaan untuk bersaing dalam pasar asing dengan mempertahankan biaya anak

perusahaan yang rendah. Di sisi lain, mebebankan suatu harga transfer yang tinggi mungkin

membantu MNC mengurangi laba pada negeri yang telah memperketat kendali pengiriman uang

asing, atau mungkin memberikan kemudahan bagi MNC memindahkan pendapatan dari suatu negara

yang memiliki tingkat pajak pendapatan yang tinggi ke suatu negara dengan tingkat pajak rendah

(tax haven country).

5 Tulisan ini diambil dari artikel “Harga Transfer (Bab 6)” diunduh dari website

http://dion.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14153/TRANSFER+PRICE.doc pada hari Kamis 30 Mei 2013 jam 22.00

8

Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan-perusahaan

multinsional (MNC) melihat transfer pricing sebagai suatu isu pajak internasional utama, dan lebih

dari setengah dari perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu yang paling penting. Sebagian

besar negara sekarang menerima perjanjian modal Organization of Economic Cooperation and

Development (OECD), yang menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan

menggunakan standar arm’s-length, artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak

yang independen. Sementara perjanjian model tersebut diterima secara luas, terdapat perbedaan-

perbedaan dalam cara negara-negara menerapkannya. Meskipun demikian, terdapat dukungan yang

kuat di seluruh dunia terhadap suatu pendekatan untuk membatasi usaha-usaha oleh MNC untuk

mengurangi kewajiban pajak dengan menetapkan harga-harga transfer yang berbeda dengan arm’s-

length standard tersebut.

I. Studi Kasus : OKKY Corporation6

OKKY Corp. memiliki dua divisi (Divisi A dan B) yang dibentuk sebagai pusat laba. Divisi A

menghasilkan suku cadang Q dan dijual di pasar luar sebanyak 10% dan sisanya ditransfer ke divisi

B. Manajer Divisi A dan B sedang mempertimbangkan penentuan harga transfer suku cadang Q

untuk tahun anggaran yad. Menurut anggaran, divisi A akan beroperasi pada kapasitas normal

sebanyak 1000 unit dengan taksiran biaya penuh menggunakan pendekatan full costing untuk

tahun anggaran sebagai berikut :

Biaya produksi Rp. 200.000.000

Biaya administrasi dan umum Rp. 50.000.000

Biaya pemasaran Rp. 20.000.000

-------------------- +

TOTAL biaya penuh divisi A Rp. 270.000.000

Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggarna adalah sebesar Rp. 1.000.000.000

dan laba yang diharapkan yang dinyatakan dalam ROI = 20%. Tentukan harga transfer untuk suku

cadang Q !

6 Studi Kasus diambil dari dokumen “Transfer Price” yang diunduh pada website

http://dion.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14153/TRANSFER+PRICE.doc hari Kamis, 30 Mei 2013 jam 21.30

9

Jawab :

Perhitungan Markup : Biaya administrasi & umum Rp. 50.000.000

Biaya pemasaran Rp. 20.000.000

Laba yang diharapkan : 20% x Rp. 1.000.000.000 Rp. 200.000.000

-------------------- +

Jumlah Rp. 270.000.000

Biaya Produksi Rp. 200.000.000

---------------------:

Markup 135%

Perhitungan Harga Transfer : Biaya Produksi Rp. 200.000.000

Markup 135% x Rp. 200.000.000 Rp. 270.000.000

-------------------- +

Jumlah harga jual Rp. 470.000.000

Volume produksi 1.000 unit

Harga transfer perunit Rp. 470.000,-

10

Harga transfer jika menggunakan pendekatan variable costing :

Biaya Variabel :

Biaya produksi variable Rp. 150.000.000

Biaya administrasi umum variable Rp. 10.000.000

Biaya pemasaran variable Rp. 5.000.000

-------------------- +

Rp. 165.000.000

Biaya Tetap :

Biaya produksi tetap Rp. 50.000.000

Biaya administrasi umum tetap Rp. 40.000.000

Biaya pemasaran tetap Rp. 15.000.000

--------------------- +

Rp. 95.000.000

------------------- +

TOTAL BIAYA PENUH Rp. 270.000.000

Perhitungan Markup : Biaya Tetap Rp. 95.000.000

Laba yang diharapkan 20% x Rp. 1.000.000.000 Rp. 200.000.000

-------------------- +

Jumlah Rp. 295.000.000

Biaya variable Rp. 165.000.000

-------------------- :

Markup 179%

11

Perhitungan Harga Jual: Biaya Variabel Rp. 165.000.000

Markup 179% x 165.000.000 Rp. 295.000.000

-------------------- +

Jumlah harga jual Rp. 460.350.000

Volume produksi 10.000 kg

--------------------- :

Harga jual per kg Rp. 4.600