Transfer Price
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Transfer Price
1
TRANSFER PRICE
A. Definisi Harga Transfer
Harga transfer adalah nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu
transaksi yang setidaknya salah satu dari dua pihak yang bertransaksi merupakan pusat laba. Untuk
organisasi yang terdesentralisasi, keluaran dari sebuah unit dipakai sebagai masukan bagi unit lain.
Transaksi antar unit ini mengakibatkan timbulnya suatu mekanisme transfer pricing. Transfer pricing
didefenisikan sebagai suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk
mencatat pendapatan unit penjual (selling division)dan unit divisi pembeli (buying divison). Pada
penjelasan ini pengertian harga transfer dibatasi pada nilai yang diberikan atas suatu transfer barang
atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah
pusat laba.1
Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat
pertanggungjawaban dalam suatu organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawaban.
Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat laba atau
setidak-tidaknya salah satu dari pusat pertanggungjawaban merupakan pusat laba. Untuk
pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan
laba divisi.
Akuntansi keuangan menghendaki agar setiap transaksi dilakukan dengan pihak luar yang
independen sehingga dengan demikian transaksi tersebut bersifat objektif. Akan tetapi persyaratan
tersebut sukar dipenuhi oleh sebuah pusat laba yang merupakan salah satu mata rantai dari
perusahaan berintegrasi vertikal. Misalnya, perusahaan pulp, perusahan kertas, dan perusahaan kotak
karton. Dalam perusahaan berintegrasi vertikal, setiap pusat laba membeli bahan mentahnya dari
pusat laba sebelumnya. Kalau bahan mentah tersebut tersedia di pasar, maka harga pasar tersebut
dapat digunakan sebagai harga transfer, sehingga transaksi interen tersebut masih bersifat objektif.
Akan tetapi ada kemungkinan semua perusahaan yang termasuk dalam suatu industri merupakan
perusahaan yang berintegrasi masing-masing memenuhi sendiri kebutuhannya akan bahan mentah
sehingga tidak terdapat pasar bebas untuk bahan mentah tersebut. Dalam hal demikian, laba yang
diperoleh pusat laba tidak mencerminkan laba yang objektif.
B. Tujuan Harga Transfer
Harga transfer yang terjadi antar unit harus mencapai beberapa tujuan, antara lain:2
1. Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan
imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
2. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita (meningkatkan laba unit usaha
namun juga dapat meningkatkan laba perusahaan).
3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
4. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.
1 Pengertian transfer price ini diambil dari artikel berjudul “Pengertian Harga Transfer : Transfer Pricing” dari website
http://fransiscasn.blogspot.com/2012/04/harga-transfer-bab-6.html pada hari 30 Mei 2013 jam 14.00 2 Penjelasan tujuan dari transfer price ini diambil dari artikel berjudul “Harga Transfer: Definisi, Penentuan &
Aspek Internasional” dari website http://sijenius.wordpress.com/2008/08/09/harga-transfer-definisi-penentuan-aspek-internasional/ pada hari 30 Mei 2013 jam 14.00
2
Selain itu penetapan harga transfer juga bertujuan untuk menciptakan beberapa hal sebagai
berikut : 3
1. Evaluasi prestasi divisi secara akurat
2. Keselarasan tujuan antara divisi dan perusahaan
3. Tetap terjaganya otonomi divisi
Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena
melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga mempengaruhi
pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga
transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi hal
yang sangat penting.
C. Prinsip Dasar Harga Transfer
Berikut prinsip – prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam menentukan harga transfer :4
1. Harga transfer sebaiknya sama dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk
dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.
2. Dalam menjalankan prinsip dasar diatas terdapat dua kebijakan, yaitu:
a. Kebijakan sourcing, yaitu kebijakan apakah akan memproduksi sendiri atau
membeli dari pemasok luar.
b. Kebijakan harga transfer, yaitu kebijakan tentang tingkat harga produk yang akan
ditransfer antar pusat laba, apabila produksi dilakukan secara internal.
3. Sistem harga transfer bervariasi dari yang paling sederhana (ideal) sampai yang rumit.
D. Penentuan Harga Transfer
Tentunya dalam penentuan harga transfer manajemen tidak dapat sembarangan menentukan
harga, secara garis besar harga tersebut sebisa mungkin tidak merugikan salah satu pihak yang
terlibat, selain itu harga transfer dalam praktiknya harus terus diperhatikan agar tujuan manajemen
sesuai dengan tujuan perusahaan. Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa
dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut diual ke konsumen luar atau dibeli
dari pemasok luar. Namun hal tersebut dalam dunia nyata sangat sulit diterapkan, hanya sedikit
perusahaan yang menetapkan prinsip ini.
Secara umum harga transfer dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode berikut:
1. Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices).
Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer
yang paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama
dengan harga yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk
memperoleh profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan adalah harga yang
sewajarnya.Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga suatu
produk ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang diperjual-
3 Penjelasan dari tujuan transfer price ini diambil dari artikel berjudul “Pengertian Harga Transfer (Transfer Pricing)
http://sondis.blogspot.com/2013/03/pengertian-harga-transfer-transfer.html pada Kamis 30 Mei 2013 jam 20.00
3
belikan antar divisi tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri yang terdeferensiasi
dan terintegrasi seperti industri kertas, jika divisi penjual harus mengirim kertas yang
setengah jadi ke divisi lain, pasar tidak menyediakan harga kertas mentah atau setengah
jadi. Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya
menggunakan harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan
harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan
biaya(cost-based transfer price).
2. Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-Based Transfer Prices)
Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang
ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga
transfer metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki beberapa kekurangan.
Pertama, penggunaan biaya sebagai harga transfer dapat mengarah pada keputusan yang
buruk, jika seandainya unit penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal sehingga
menghasilkan biaya yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka dapat terjadi
kecenderungan pembelian barang dari luar. Kedua, jika biaya digunakan sebagai harga
transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari setiap transaksi internal.
Ketiga, penentuan harga transfer yang berdasarkan biaya berarti tidak ada insentif bagi
orang yang bertanggung jawab mengendalikan biaya. Umumnya perusahaan menetapkan
harga transfer atas biaya berdasarkan biaya variabel dan atau biaya tetap dalam bentuk:
biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup) dan
gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee).
3. Harga Transfer Negoisasi (Negotiated Transfer Prices)
Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam
perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan harga
transfer yang diinginkan. Harga transfer negoisasi memiliki beberapa kelebihan. Pertama,
pendekatan ini melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi.
Kedua, manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan
laba potensial atas transfer dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan. Harga transfer
negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren dalam pusat-pusat
pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan tersebut pada akhirnya
yang akan bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegosiasikan. Namun transfer
pricing ini tidak begitu mudah untuk ditentukan karena posisinya pada situasi sulit yang
bisa menimbulkan conflict of interest diantara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu
divisi penjual dan divisi pembeli. Artinya, tidak akan ada satu metode transfer price yang
terbaik, yang akan diterima mutlak oleh kedua belah pihak.
E. Metode Penentuan Harga Transfer
Metode penentuan Harga Transfer :
1. Metode Market Price
Metode Market Price adalah penetapan berdasarkan harga transfer harga pasar, dan
metode ini paling disukai. Jika menggunakan metode harga pasar, harga transfer dihitung
dengan menggunakan metode harga pasar minus, yaitu harga yang berlaku di pasar
dikurangi dengan potongan volume dan berbagai biaya yang dapat dihindari oleh divisi
penjual untuk mendapatkan harga barang atau jasa yang ditransfer dari divisi penjual ke
4
divisi pembeli. Jika produk yang ditransfer memiliki harga pasar, harga pasar produk
merupakan biaya kesempatan, baik bagi divisi penjual maupun bagi divisi pembeli,
sehingga harga tersebut merupakan dasar yang adil sebagai dasar penentuan harga
transfer bagi divisi yang terlibat. Keunggulannya adalah harga transfernya cukup objektif.
Kelemahannya adalah harga pasar produk atau jasa tertentu tidak tersedia.
Situasi yang paling ideal pada penentuan harga transfer adalah berdasarkan harga
pasar, hal ini akan tercapai jika dipenuhi kondisi-kondisi berikut ini:
a. Orang-orang yang kompeten
b. Para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari pusat
tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya.
c. Atmosfer yang baik
d. Para manajer harus menjadikan profitabilitas sebagai dasar penilaian kinerja,
sehingga harga transfer yang dikehendaki adil.
e. Harga pasar yang normal dan mapan. Harga transfer yang ideal adalah
berdasarkan harga pasar yang normal dan mapan dari produk yang sedang
ditransfer, maksudnya harga pasar mencerminkan kondisi yang sama (kualitas,
kuantitas, dan waktu pengiriman) dengan produk yang dikenakan harga
transfer sehingga memperoleh penghematan dari penjualan di dalam
perusahaan.
f. Kebebasan memperoleh sumber daya. Alternatif dalam memperoleh sumber
daya haruslah ada dan para manajer sebaiknya diizinkan memilih alternatif
yang paling baik untuk mereka.
g. Informasi penuh. Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada,
serta biaya dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative
tersebut.
h. Negosiasi. Harus ada mekanisme kerja untuk melakukan negosiasi “kontrak”
antar unit usaha.
2. Metode Harga Pokok
Metode harga pokok adalah metode yang digunakan apabila harga kompetitif tidak
tersedia. Di dalam akuntansi biaya yang konvensional komponen-komponen harga pokok
produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Konsep harga pokok tersebut tidak
selalu relevan dengan kebutuhan manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang
tidak memperhitungakn semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produk.
Jadi di dalam akuntansi biaya, dimana perusahaan industri sebagai modal utamanya,
terdapat dua metode perhitungan harga pokok yaitu Full Costing dan Variable Costing.
Perbedaan pokok diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap
biaya produksi yang bersifat tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap Biaya
Overhead Pabrik Tetap ini akan mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok
produk dan penyajian laporan rugi-laba.
5
Berikut adalah bentuk – bentuk penerapan dari metode harga pokok :
a. Harga transfer berdasarkan biaya (harga pokok) ditentukan berdasarkan biaya
ditambah dengan laba.
b. Dasar biaya yang digunakan adalah biaya standar (biaya aktual produksi
ditambah dengan insentif tertentu untuk menentukan biaya yang akan
dijadikan standar).
c. Penambahan laba (mark-up laba) dihitung dengan 2 keputusan, yaitu:
d. Dasar penambahan laba, yaitu berdasarkan persentase dari biaya atau dari
investasi.
e. Besarnya laba yang diperbolehkan, yaitu dengan memperhitungkan biaya
penggantian (replacement cost).
f. Keterbatasan lain akan timbul berkaitan dengan biaya tetap, yang harus
ditanggung pusat laba penjual dan pusat laba pembeli. Pada kondisi ini
sebaiknya:
i. Kedua pusat laba menetapkan persentase biaya tetap yang harus
ditanggung secara berkala.
ii. Masing-masing pusat laba melakukan perhitungan harga transfer (Dua
Langkah Penentuan Harga Transfer).
iii. Menggunakan sistem pembagian laba (profit sharing), dimana produk
yang ditransfer ke unit pemasaran ditentukan berdasarkan biaya
variabel standar dan setelah terjual unit-unit usaha membagi
kontribusi yang dihasilkan (harga jual dikurangi biaya variabel
produksi dan pemasaran).
iv. Menggunakan Metode Dua Kelompok Harga, yaitu unit produksi akan
dibebankan berdasarkan harga jual dan unit pembeli dibebankan
berdasarkan total biaya standar. Selisihnya dibebankan ke akun kantor
pusat dan akan dieliminasi ketika laporan keuangan unit usaha
dikonsolidasikan.
3. Metode Negotiated Price
Metode Negotiated Price adalah penetapan harga transfer berdasarkan negosiasi
antara 2 (dua) pusat pertanggungjawaban. Metode ini dilakukan jika terdapat suatu
pertentangan yang cukup signifikan diantara keduanya sehingga dicapai kesepakatan
harga oleh kedua belah pihak, sehingga tidak perlu arbitrasenya. Di hampir semua
perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain; maksudnya, harga
transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf pusat. Alasan yang paling penting
untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan menetapkan harga jual dan mencapai
kedepakatan atas harga pembelian yang paling sesuai merupakan salah satu fungsi utama
dari manajemen lini. Jika kantor pusat mengendalikan penentuan harga, maka
kemampuan manajemen lini untuk memperbaiki profitabilitas akan semakin berkurang.
Keterbatasannya adalah mengurangi otonomi unit-unit tersebut.
6
Harga yang digunakan pada metode negosiasi dapat berupa:
a. Ada harga pasar yang diterbitkan.
b. Harga pasar ditentukan oleh penawaran harga terendah mungkin akan
memenangkan usaha tersebut.
c. Pusat laba produksi yang menjual barang yang sama di pasar bebas meniru
harga kompetitif yang berada di luar.
d. Pusat laba pembelian membeli produk serupa dari pasar luar/bebas.
4. Arbitrase dan Penyelesaian Konflik
Metode ini digunakan apabila divisi penjualan dan divisi pembelian tidak dapat
mencapai kesepakatan dalam penentuan harga transfer yang ditentukan oleh eksekutif
atau badan lain yang ditugasi untuk mengarbitrasi harga transfer setelah orang atau badan
tersebut berdialog dengan para manajer divisi yang bersangkutan. Artibrase dapat
dilakukan dengan beberapa cara:
a. Dalam sistem yang formal, kedua pihak meyerahkan kasus secara tertulis
kepada pihak penengah (Arbitrator). Arbitrator akan meninjau posisi mereka
masing-masing dan memutuskan harga yang akan ditetapkan, kadang dengan
bantuan staf kantor yang lain.
b. Selain tingkat formalitas, digunakan juga proses mampengaruhi efektivitas
suatu sistem harga transfer.
Terdapat empat cara untuk menyelesaikan konflik:
a. Memaksa (forcing)
b. Membujuk (smoothing)
c. Menawarkan (bargaining)
d. Penyelesaian masalah (problem solving)
F. Penentuan Harga Jasa Korporat
Berikut prinsip – prinsip yang harus diperhatikan ketika menentukan harga jasa sebuah
perusahaan besar (korporat), yaitu :
1. Jasa-jasa korporat yang berkaitan dengan kegiatan unit usaha juga harus diperhitungkan
dalam harga produk yang dihasilkan atau dijual oleh unit usaha.
2. Jasa korporat dapat ditentukan dengan dua jenis transfer, yaitu:
3. Pengendalian jumlah jasa korporat yang diterima oleh unit penerima, yaitu dengan biaya
variabel standar, biaya penuh atau biaya satndar penuh.
4. Pilihan penggunaan jasa, yaitu manajer unit usaha juga diberi kesempatan untuk memilih
dan menggunakan jasa dari luar jasa korporat.
7
G. Administrasi Harga Transfer
Berikut cara – cara untuk mengadministrasikan harga transfer dalam perusahaan :
1. NEGOSIASI
Harga transfer ditentukan dengan kesepakatan (kompromi) antara unit yang membeli
dgn unit yg menjual.
2. ARBITRASE
a. Harga transfer ditentukan dengan menengahi penentuan harga transfer antara
unit yang membeli dengan unit yang menjual, oleh pihak korporat melalui
arbritator.
b. Arbitrase dapat dilakukan dengan beberapa cara:
c. Cara Formal, unit-unit yang terlibat dalam transfer produk akan memberikan
laporan tertulis kepada arbritator. Setelah laporan tersebut ditinjau oleh
arbritator, selanjutnya arbritator akan menentukan harga transfernya.
d. Dengan proses penyelesaian konflik, yaitu memaksa (forcing), membujuk
(smoothing), menawarkan (bargaining) dan penyelesaian masalah (problem
solving).
H. Aspek Internasional Harga Transfer5
Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing,
interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan
pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota (grup perusahaan). Bila
dicermati secara lebih lanjut, transfer pricing dapat menyimpang secara signifikan dari harga yang
disepakati (harga pasar).
Tujuan harga transfer berubah apabila melibatkan multinational corporation (MNC) serta barang
yang ditransfer melalui batas-batas negara. Tujuan penentuan harga transfer internasional terfokus
pada meminimalkan pajak, bea, dan risiko pertukaran asing, bersama dengan meningkatkan suatu
kompetitif perusahaan dan memperbaiki hubungannya dengan pemerintah asing. Walaupun tujuan
domestik seperti motivasi manajerial dan otonomi divisi selalu penting, namun seringkali menjadi
sekunder ketika transfer internasional terlibat.Perusahaan akan lebih fokus pada pengurangan pajak
total atau memperkuat anak perusahaan asing. Oleh karena itu transfer pricing juga sering dikaitkan
dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangi laba yang nantinya
akan mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatu negara.
Sebagai contoh, pembebanan harga transfer yang rendah untuk anak perusahaan asing mungkin
akan mengurangi pembayaran bea cukai sebagai akibat dari batas-batas internasional, atau mungkin
membantu anak perusahaan untuk bersaing dalam pasar asing dengan mempertahankan biaya anak
perusahaan yang rendah. Di sisi lain, mebebankan suatu harga transfer yang tinggi mungkin
membantu MNC mengurangi laba pada negeri yang telah memperketat kendali pengiriman uang
asing, atau mungkin memberikan kemudahan bagi MNC memindahkan pendapatan dari suatu negara
yang memiliki tingkat pajak pendapatan yang tinggi ke suatu negara dengan tingkat pajak rendah
(tax haven country).
5 Tulisan ini diambil dari artikel “Harga Transfer (Bab 6)” diunduh dari website
http://dion.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14153/TRANSFER+PRICE.doc pada hari Kamis 30 Mei 2013 jam 22.00
8
Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan-perusahaan
multinsional (MNC) melihat transfer pricing sebagai suatu isu pajak internasional utama, dan lebih
dari setengah dari perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu yang paling penting. Sebagian
besar negara sekarang menerima perjanjian modal Organization of Economic Cooperation and
Development (OECD), yang menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan
menggunakan standar arm’s-length, artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak
yang independen. Sementara perjanjian model tersebut diterima secara luas, terdapat perbedaan-
perbedaan dalam cara negara-negara menerapkannya. Meskipun demikian, terdapat dukungan yang
kuat di seluruh dunia terhadap suatu pendekatan untuk membatasi usaha-usaha oleh MNC untuk
mengurangi kewajiban pajak dengan menetapkan harga-harga transfer yang berbeda dengan arm’s-
length standard tersebut.
I. Studi Kasus : OKKY Corporation6
OKKY Corp. memiliki dua divisi (Divisi A dan B) yang dibentuk sebagai pusat laba. Divisi A
menghasilkan suku cadang Q dan dijual di pasar luar sebanyak 10% dan sisanya ditransfer ke divisi
B. Manajer Divisi A dan B sedang mempertimbangkan penentuan harga transfer suku cadang Q
untuk tahun anggaran yad. Menurut anggaran, divisi A akan beroperasi pada kapasitas normal
sebanyak 1000 unit dengan taksiran biaya penuh menggunakan pendekatan full costing untuk
tahun anggaran sebagai berikut :
Biaya produksi Rp. 200.000.000
Biaya administrasi dan umum Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran Rp. 20.000.000
-------------------- +
TOTAL biaya penuh divisi A Rp. 270.000.000
Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggarna adalah sebesar Rp. 1.000.000.000
dan laba yang diharapkan yang dinyatakan dalam ROI = 20%. Tentukan harga transfer untuk suku
cadang Q !
6 Studi Kasus diambil dari dokumen “Transfer Price” yang diunduh pada website
http://dion.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14153/TRANSFER+PRICE.doc hari Kamis, 30 Mei 2013 jam 21.30
9
Jawab :
Perhitungan Markup : Biaya administrasi & umum Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran Rp. 20.000.000
Laba yang diharapkan : 20% x Rp. 1.000.000.000 Rp. 200.000.000
-------------------- +
Jumlah Rp. 270.000.000
Biaya Produksi Rp. 200.000.000
---------------------:
Markup 135%
Perhitungan Harga Transfer : Biaya Produksi Rp. 200.000.000
Markup 135% x Rp. 200.000.000 Rp. 270.000.000
-------------------- +
Jumlah harga jual Rp. 470.000.000
Volume produksi 1.000 unit
Harga transfer perunit Rp. 470.000,-
10
Harga transfer jika menggunakan pendekatan variable costing :
Biaya Variabel :
Biaya produksi variable Rp. 150.000.000
Biaya administrasi umum variable Rp. 10.000.000
Biaya pemasaran variable Rp. 5.000.000
-------------------- +
Rp. 165.000.000
Biaya Tetap :
Biaya produksi tetap Rp. 50.000.000
Biaya administrasi umum tetap Rp. 40.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 15.000.000
--------------------- +
Rp. 95.000.000
------------------- +
TOTAL BIAYA PENUH Rp. 270.000.000
Perhitungan Markup : Biaya Tetap Rp. 95.000.000
Laba yang diharapkan 20% x Rp. 1.000.000.000 Rp. 200.000.000
-------------------- +
Jumlah Rp. 295.000.000
Biaya variable Rp. 165.000.000
-------------------- :
Markup 179%