Study Kasus Faktor Risiko dengan Riwayat Tuberculosis paru

405
i ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R DI PUSKESMAS TARUB KABUPATEN TEGAL (Study Kasus Faktor Risiko dengan Riwayat Tuberculosis paru) KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III kebidanan Disusun Oleh : ADE RUNITA KURNIANINGSIH 16070089 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL TAHUN 2019

Transcript of Study Kasus Faktor Risiko dengan Riwayat Tuberculosis paru

i

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. R DI PUSKESMAS TARUB KABUPATEN TEGAL

(Study Kasus Faktor Risiko dengan Riwayat Tuberculosis paru)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan Diploma III kebidanan

Disusun Oleh :

ADE RUNITA KURNIANINGSIH

16070089

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

TAHUN 2019

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul :

Asuhan kebidanan komprehensif dengan faktor resiko tinggi dengan riwayat

tuberculosis paru pada Ny. R di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2018.

Adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ade Runita Kurnianingsih

NIM : 16070089

Tegal, …………………….

Penulis

(Ade Runita Kurnianingsih)

iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Politeknik Harapan Bersama Tegal, saya yang

bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ADE RUNITA KURNIANINGSIH

Nim : 16070089

Jurusan / Program Studi : DIII Kebidanan

Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Dengan ini menyetujui untuk memberikan kepada Politeknik Harapan

Bersama Tegal Hak Bebas Royalty Nonekslusif ( None Exclusive

Royalry Free Righ) atas Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul :

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R DI

PUSKESMAS TARUB KABUPATEN TEGAL (Studi Kasus Faktor

Risiko dengan Riwayat Tuberculosis Paru) Beserta perangkat yang ada

(jika di perlukan). Dengan Hak bebas Royalty/Noneksklusifini Politeknik

Harapan Bersama Tegal berhak menyimpan mengalih

mediakan/formatkan. Mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat dan mempublikasikan Karya. Tulis Ilmiah saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta dan pemilik Hak

Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Di buat di : Tegal

Pada tanggal : 2 September 2019

Yang menyatakan

ADE RUNITA KURNIANINGSIH

iv

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul :

“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DENGAN FAKTOR RESIKO

TINGGI DENGAN RIWAYAT TUBERCULOSIS PARU NY. R DI

PUSKESMAS TARUB KABUPATEN TEGAL TAHUN 2018”.

Disusun oleh :

Nama : Ade Runita Kurnianingsih

NIM : 16070089

Telah mendapat persetujuan pembimbing dan siap dipertahankan di depan tim

penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Kebidanan Politeknik Harapan

Bersama Kota Tegal .

Tegal, …………………

Pembimbing I : Novia Ludha Arisanti, S. ST ( )

Pembimbing II : Meyliya Qudriani, S. ST. M. Kes ( )

iv

v

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Ade Runita Kurnianingsih

NIM : 16070089

Program Studi : DIII Kebidanan

Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Dengan Faktor Resiko

Tinggi dengan Riwayat Tuberculosis Paru Pada Ny. R Di

Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2018.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli

Madya Kebidanan pada Program Studi D III Kebidanan Politeknik Harapan

Bersama Tegal.

Tegal, ............................

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Juhrotun Nisa, S. ST., MPH (…………………………)

Penguji II : Novia Ludha Arisanti, S. ST (…………………………)

Penguji III : Meyliya Qudriani, S. ST., M. Kes (…………………………)

Ketua Program Studi D III Kebidanan

Politeknik Harapan Bersama Tegal

(Nilatul Izzah, S.ST., M. Keb)

vi

TUBERCULOSIS PARU

(Studi kasus terhadap Ny. R di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal)

Ade Runita Kurnianingsih1, Novia Ludha Arisanti2, Meyliya Qudriani3

Email : [email protected] 2Diploma III Kebidanan, Politeknik Harapan Bersama Tegal 3

Diploma III Kebidanan, Politeknik Harapan Bersama Tegal

ABSTRAK

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tegal tahun 2016 terdapat 33

kasus kematian per 27.314 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian ibu pada

tahun 2017 mengalami penurunan yaitu 14 kasus kematian per 24.225 kelahiran

hidup dan menurut data angka kematian ibu di Puskesmas Tarub pada tahun 2017

yaitu sebanyak 2 kasus kematian yang disebabkan karena emboli air ketuban dan

penyakit jantung. Menurut data yang di peroleh dari Puskesmas Tarub tahun 2017

jumlah ibu hamil yang termasuk faktor resiko sebanyak 323 dan resiko tinggi

sebanyak 52 dari jumlah ibu hamil 1018, ibu hamil dengan faktor resiko umur >35

tahun sebanyak 123 kasus dan ibu hamil dengan penyakit paru-paru sebanyak 10

kasus dari total ibu hamil di Puskesmas Tarub.

Peneliti ini menggunakan pendekatan studi kasus. Subyek penelitian adalah

ibu hamil Ny. R berusia 33 tahun dengan riwayat tubercukosis paru. Data di ambil

sejak bulan agustus sampai September 2018. Data di ambil dengan menggunakan

wawancara, observasi dan dokumentasi, hasil selama kehamilan subyek sampai

nifas dan pada bbl tidak ada masalah apapun.

Saran : apabila ditemukan kasus yang sama perlu adanya kolaborasi dengan

dokter spesialis kandungan dan dokter spesialis penyakit dalam selama kehamilan

sampai nifas, selain itu perlu melibatkan keluarga untuk memberi dukungan pada

ibu.

Kata Kunci : tuberculosis paru, kebidanan

Daftar Pustaka : 49 (2008-2017)

vii

KATA PENGANTAR

Seraya memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Atas segala

rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R DI

PUSKESMAS TARUB KABUPATEN TEGAL (Study Kasus Faktor Resiko

Tinggi dengan Riwayat Tuberculosis Paru)

Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini banyak sekali

kesalahan dan kekeliruan, tapi berkat bimbingan dan arahan dari semua pihak

akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. MC, Chambali, B.Eng.EE., M.KOM. Selaku direktur Politeknik Harapan

Bersama Kota Tegal.

2. Nilatul Izah, S.ST.M.Keb. Selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Politeknik

Harapan Bersama Kota Tegal.

3. Novia Ludha Arisanti, S. ST, selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Pintalit BP Purba, S. ST, selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Meyliya Qudriani, S. ST. M. Kes, selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Ny. R beserta keluarga selaku pasien dalam pelaksanaan asuhan kebidanan

yang telah membantu dan memberikan partisipasinya dalam pembuatan

viii

7. Karya Tulis Ilmiah dan dilakukan pemeriksaan sehingga penulis memahami

akan hamil, persalinan, dan nifas.

8. Semua dosen dan staf karyawan Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal.

9. Kedua orang tua penulis yang telah mendukung baik secara material, moral,

dan spiritual.

10. Semua pihak yang tidak dapat di tulis dan disebutkan satu persatu yang turut

membantu dalam penyusunan laporan studi kasus.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan Karya Tulis

Ilmiah ini, masih jauh dari kata sempurna, disebabkan keterbatasan

pengetahuan penulis. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

.

Tegal, …………………….

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN ORISINALITAS .................................................................................. ii

HALAMAN PUBLIKASI ........................................................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………... 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 7

C. Tujuan Penulisan …………………………...……………………………. 7

D. Ruang Lingkup ………………………………...………………………... 8

E. Manfaat Penulisan ………………………………...…………………….. 9

F. Metode Memperoleh Data ……………………………………………..... 10

G. Sistematika Penulisan …………………………………………………… 12

BAB II TINJAUAN TEORI …………………………………………………….. 14

A. Teori Kehamilan ………………………………………………………...... 14

1. Pengertian Kehamilan ……………………………………....……….. 14

a. Definisi …………………………………………………….…….. 14

x

b. Perubahan psikologi ibu hamil ………………………………….. 14

c. Tanda bahaya pada kehamilan ………………………………….... 16

d. Penatalaksanaan kehamilan ………………………………………. 16

e. Standar minimal kunjungan kehamilan ……………………........... 19

f. Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) 20

g. Kebutuhan gizi ibu hamil ………………………………………… 21

2. Konsep dasar kehamilan dengan riwayat tuberculosis paru …………. 27

a. Definisi tuberculosis pada kehamilan ……………………………. 27

b. Tanda-tanda tuberculosis ………………………………………… 28

c. Penyebab tuberculosis …………………………………………… 28

d. Sifat-sifat mycobacterium tuberculosis …………………………... 28

e. Penularan tuberculosis ………………………………………….…. 29

f. Klasifikasi penyakit tuberculosis ……………………………….... 29

g. Faktor-faktor penyebab tuberculosis paru ……………………….. 30

h. Pencegahan penyakit tuberculosis paru …………………….……. 31

i. Prognosa …………………………………………………….…... 32

j. Efek tuberculosis paru pada kehamilan …………………….…... 33

k. Penatalaksanaan medis pada kehamilan dengan tuberculosis ….. 33

l. Skrining tuberculosis paru pada kehamilan …………….……… 37

B. Teori Persalinan ………………………………………………………… 42

a. Definisi ………………………………………………………………. 42

b. Mekanisme persalinan ……………………………………………… 42

c. Fisiolosis persalinan …………………………………………………. 44

d. Tanda dan gejala persalinan ………………………………………… 51

xi

e. Tanda-tanda persalinan ……………………………………………… 51

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan ………………………. 54

g. Penatalaksanaan dalam proses persalinan …………………………… 56

h. Lima benang merah dalam asuhan kebidanan ……………………… 64

i. Laserasi jalan lahir …………………………………………………… 69

C. Teori Nifas ………………………………………………………………. 70

a. Definisi …………………………………………………………….… 70

b. Fisiologis nifas ………………………………….…………………... 70

c. Tanda bahaya masa nifas ………………………………….………. 70

d. Tuberculosis dalam nifas ……………………………….…....…….. 76

D. Teori Bayi Baru Lahir ………………………………………..….…….. 77

a. Definisi ……………………………………………………..…….... 77

b. Kriteria bayi baru lahir normal ……………………….……..……… 77

c. Tanda-tanda bayi baru lahir ………………………….………..…… 78

d. Asuhan segera pada bayi baru lahir ………………….…………..… 78

e. Perawatan bayi baru lahir …………………………….…………..... 78

f. Inisiasi menyusu dini ………………………………………………… 79

g. Tuberculosis pada bayi baru lahir …………………………………… 80

E. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ………………………………………. 81

1. Asuhan kebidanan varnay ……………………………………………. 81

a. Langkah ………………………………………………………….. 81

b. Konsep dasar managemen kebidanan ……………………………. 81

2. Manajemen kebidanan dengan metode varnay ……………………… 81

3. Menejemen kebidanan dengan metode soap …………………………. 89

xii

4. Landasan hokum kewenangan bidan ……………………………….... 90

BAB III TINJAUAN KASUS ……………………………………………………. 94

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN ………………………… 94

B. ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN …………………...…. 116

C. ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS ……………………….. 144

D. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR ……………….. 169

BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………………. 183

A. Kehamilan ………………………………………………………………. 184

B. Persalinan ……………………………………………………………….. 236

C. Masa Nifas ……………………………………………………………… 385

D. Bayi Baru Lahir ………………………………………………………… 333

BAB V PENUTUP …………………………………………………………….. 359

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :Partograf

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi KTI

Lampiran 3 : Pengkajian Postpartum

Lampiran 4 : Buku KIA.

Lampiran 5 : Dokumentasi.

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kunjungan Pemeriksaan Antenatal ........................................................ 18

Tabel 2.2 Penatalaksanaan Masa Nifas ……………………………………… ... 76

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu

sewaktu hamil, melahirkan atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya

kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan. Kematian ibu

dibagi menjadi kematian langsung dan kematian tidak langsung. Secara

global 70% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung yaitu

disebabkan oleh perdarahan (22% biasanya perdarahan pasca persalinan),

sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%) partus macet (8%),

komplikasi aborsi tidak aman (13%). Sedangkan angka kematian perinatal

(perinatal mortality rate) terdiri atas jumlah anak yang tidak menunjukkan

tanda-tanda hidup waktu dilahirkan ditambah jumlah anak yang meninggal

dalam minggu pertama kehidupannya, untuk 1000 kelahiran. Angka kematian

bayi (infant mortallity rate), yakni angka kematian bayi sampai umur 1 tahun,

di Negara maju telah turun dengan cepat dan sekarang mencapai angka

dibawah 25 pada 1000 kelahiran. Penyebab kematian bayi yaitu prematuritas,

kelainan congenital, asfiksia, perlukaan kelahiran (Prawirohardjo,2014).

Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu selama masa

kehamilan, persalinan dan nifas, yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan,

dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti

kecelakaan atau terjatuh disetiap 100.000 kelahiran hidup pertahun (Dinas

kesehatan RI,2017 ).

2

Pada umumnya penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan

persalinan dan nifas, kecuali penyakitnya tidak terkontrol, berat dan luas yang

di sertai sesak nafas dan hipoksia. Walaupun kehamilan menyebabkan sedikit

perubahan pada system pernafasan, karena uterus yang membesar dapat

mendorong diafragma dan paru-paru ke atas serta sisa dalam udara kurang,

namun penyakit tersebut tidak selalu menjadi lebih parah (Sofian, 2012).

Pengaruh Tuberkulosis Paru terhadap Kehamilan, Dulu pernah

dianggap bahwa wanita dengan tuberkulosis paru aktif mempunyai insidensi

yang lebih tinggi secara bermakna dibandingkan wanita hamil tanpa infeksi

tuberkulosis paru dalam hal abortus spontan dan kesulitan persalinan. Banyak

sumber yang mengatakan peranan tuberkulosis terhadap kehamilan antara

lain meningkatnya abortus, pre-eklampsi, serta sulitnya persalinan. Penelitian

terbaru menunjukkan bahwa hal tersebut tergantung dari letak tuberkulosis

apakah paru atau nonparu serta apakah tuberkulosis terdiagnosis semasa

kehamilan. Pada penelitian terhadap wanita-wanita Indian yang mendapat

pengobatan selama 6-9 bulan semasa kehamilan maka kematian janin 6 kali

lebih besar dan insidens dari prematuritas, KMK ( kecil untuk masa

kehamilan), BBLR (berat badan lahir rendah) (<2500g) adalah 2 kali lipat.

Pengaruh tidak langsung tuberkulosis terhadap kehamilan ialah efek

teratogenik terhadap janin karena obat anti tuberkulosis yang diberikan

kepada sang ibu. Efek samping pasien yang mendapat terapi anti tuberkulosis

yang adekuat adalah gangguan pada traktus genitalis dimana traktus genitalis

terinfeksi dari fokus primer TB paru (Najoan Nan Warouw, 2011).

3

Penyakit kronis ini masih banyak terdapat di negara-negara

berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit ini dapat dijumpai dalam keadaan

aktif dan keadaan tenang. Penyakit paru-paru, yang dalam keadaan aktif, akan

menimbulkan masalah bagi ibu, bayi, dan orang sekelilingnya, jadi

sebenarnya adalah masalah social (Sofian, 2012).

Prevalensi tuberculosis di Indonesia semua bentuk sebesar 660 per

100.000 penduduk (SPTB 2016-2017) insiden kasus tuberculosis sebanyak

403 per 100.000 penduduk. Sekitar 1.000.000 kasus tuberculosis baru

pertahun (Depkes, 2016-2017).

Penurunan angka kematian ibu di Indonesia terjadi sejak tahun 1991

sampai 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun

2012 menunjukan peningkatan angka kematian ibu yang signifikan yaitu

menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu

kembali menunjukan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup berdasarkan hasil survei penduduk antar sensus (SUPAS)

tahun 2015. Penyebab tertinggi kematian ibu ditahun 2016 yaitu 32% karena

perdarahan, 26% hipertensi, penyebab lainnya seperti faktor hormonal 21%,

kardiovaskuler 13%, dan infeksi 8% (Kemenkes RI, 2016).

Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017

sebanyak 475 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus

kematian ibu tahun 2016 yang sebanyak 602 kasus. Dengan demikian angka

kematian ibu provinsi jawa tengah juga mengalami penurunan dari 109,65

per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016 menjadi 88,05 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2017. Dari 475 kasus kematian maternal terjadi

4

pada waktu nifas sebesar 60%, 26,32% pada waktu hamil dan 13,68% pada

waktu bersalin (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2017).

Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 sebesar 8,9

per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi merupakan jumlah kematian

bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun.

Angka kematian bayi menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat

pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program

kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana, serta kondisi lingkungan

sosial ekonomi. Apabila angka kematian bayi disuatu wilayah tinggi,

menunjukan status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Dinas Kesehatan

Kabupaten Tegal 2017).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, Angka Kematian

Ibu di Kabupaten Tegal pada tahun 2011 mengalami perubahan yaitu 100,3

per 100.000 kelahiran hidup (27 kematian ibu maternal dari 26.919 kelahiran

hidup), tahun 2015 mengalami penurunan yaitu sebesar 120,8 per 100.000

kelahiran hidup (33 kematian ibu maternal dari 26.919 kelahiran hidup), di

tahun 2016 yang mencapai 130,8 per 100.000 kelahiran hidup (33 kematian

ibu maternal dari 27.314 kelahiran hidup). Pada tahun 2017 lebih rendah

dibandingkan angka kematian ibu, Penyebab kematian ibu terbanyak

disebabkan oleh komplikasi obstetrik yaitu perdarahan sebanyak 25%, infeksi

7,5%, eklampsia 5%, abortus 5,5%, partus lama/macet 4%, emboli obstetric

2,5%, komplikasi masa purpereum 2% tuberculosis 0,5%, hipertensi 0,5%.

Angka kematian ibu tersebut sudah memenuhi target Indikator Indonesia

5

Sehat 2010 sebesar 150 per 100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan

dengan Resti (primigravida kurang dari 20 tahun/lebih dari 35 tahun 21%,

anak lebih dari 4 29%, jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang

kurang dari 2 tahun 9%, tinggi badan kurang dari 145 cm 13%, berat badan

kurang dari 38 kg 8%, lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm 8%, riwayat

hipertensi 8%). Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal 2016-2019, sedangkan

jumlah ibu hamil di Kabupaten Tegal ada 23.343 pada tahun 2017. Angka

kematian ibu sudah melampaui target yang diharapkan yaitu 120.3 kematian

ibu per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017 (Dinas Kesehatan

Kabupaten Tegal Tahun 2017).

Menurut data yang di peroleh dari Puskesmas Tarub pada tahun 2017

Angka Kematian Ibu sebanyak 2 kasus yang disebabkan oleh air ketuban dan

penyakit jantung, sedangkan Angka Kematian Bayi sebanyak 7 kasus yang

disebabkan oleh BBLR dan Aspirasi ASI, BBLR dan asfiksia, BBLR dan

kelainan paru, Hipotermi dan Asfiksia dan Angka Kematian Bayi pada tahun

2018 meningkat menjadi 8 kasus yang disebabkan oleh hipotermi, BBLR,

infeksi, prematur dan BBLR, penyakit kongenital, asfiksia, dan aspirasi

pneumonia (Puskesmas Tarub, 2017-2018).

Jumlah ibu hamil yang termasuk faktor resiko di Puskesmas Tarub

2017 sebanyak 323 dan resiko tinggi sebanyak 52 dari jumlah ibu hamil

1018, jumlah ibu bersalin 973 dan jumlah ibu nifas sebanyak 35. Rincian

faktor resiko yaitu umur < 20 tahun sebanyak 17 kasus, umur > 35 tahun 123

kasus, paritas > 4 11 kasus, jarak anak < 2 tahun 40 kasus, tinggi badan < 145

cm 7 kasus, kelenjar tyroid 2 kasus. Rincian resiko tinggi yaitu hemoglobin 8-

6

11 gr sebanyak 7 kasus, anemia sedang < 8 gr 6 kasus, hipertensi 10 kasus,

preeklampsia atau eklampsi 8 kasus, kelainan letak janin 8 kasus, antepartum

hemorargic atau perdarahan antepartum 3 kasus, jantung 4 kasus, paru-paru

10 kasus, hipertensi 1 kasus, HbsAg 9 kasus, voluntary conselingand testing 1

kasus, gemelly 3 kasus, oligohidramnion 3 kasus, infeksi menular seksual 1

kasus. Jumlah ibu bersalin sebanyak 922 kasus, jumlah ibu nifas 922 kasus

dan jumlah bayi 915 kasus (Puskesmas Tarub, 2017).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) bekerja sama

dengan Pemerintahan Amerika Serikat melalui Badan Pembangunan

Internasional Amerika Serikat (USAID) mencanangkan Program USAID

jalin untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Merupakan

prioritas utama pemerintah dalam pembangunan jangka menengah nasional

tahun 2015-2019 dan merupakan target Sustainable Development Goals yang

harus dicapai pada tahun 2030. Maka hal ini sudah berjalan banyak intervensi

yang telah dilakukan pemerintah Indonesia mulai ditingkat masyarakat,

peningkatan kualitas pelayanan ditingkat primer dan rumah sakit,

memperkuat jejaring rujukan, meningkatkan akses, dan pembiayaan jaminan

kesehatan.

Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah membuat program One Student One Client (OSOC) program ini

merupakan program pendekatan dengan memberikan asuhan secara

komprehensif karena pasien dengan resiko tinggi perlu mendapatkan

pendampingan sejak kehamilan sampai kelahiran bayi untuk mendeteksi

secara dini adanya komplikasi sehingga dapat langsung ditangani sesuai

7

dengan kebutuhan pasien dan bertujuan untuk mengantisipasi apabila terjadi

kegawatdaruratan terhadap ibu maupun bayi.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil studi

kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. R umur 33

tahun G3P2A0 dengan Faktor Resiko Tinggi dengan Riwayat Tubercullosis

Paru di puskesmas Tarub Kabupaten Tegal tahun 2018”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. R

umur 33 Tahun G3 P2 A0 dengan Faktor Resiko Tinggi Riwayat

Tuberculosis Paru di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2018 ? ”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mahasiswa untuk memperoleh

gambaran dan pengalaman secara nyata yang dapat digunakan dalam

memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu dengan faktor resiko umur lebih

35 tahun, berdasarkan menejemen kebidanan yang didokumentasikan

menggunakan 7 langkah Varney dan metode SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian data pada ibu hamil, bersalin,

nifas, dan bayi baru lahir, dapat menginterpretasikan data dan hasil

pengkajian sehingga dapat merumuskan diagnosa kebidanan, masalah

8

dan kebutuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir

khususnya pada Ny. R umur 33 Tahun G3 P2 A0 dengan faktor resiko

tinggi riwayat tuberculosis paru di wilayah kerja Puskesmas Tarub

Kabupaten Tegal Tahun 2018”

b. Dapat merumuskan diagnosa potensial yang muncul, menentukan

kebutuhan terhadap tindakan segera, menyusun perencanaan atau

intervensi yang menyeluruh, melaksanakan perencanaan yang telah

dibuat dalam tindakan nyata, melakukan evaluasi dan

mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan pada ibu

hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir pada Ny. R umur 33 tahun

G3 P2 A0 dengan faktor resiko tinggi riwayat tuberculosis paru di

wilayah kerja Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2018”

D. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dari laporan studi kasus :

1. Sasaran

Penulis mengambil kasus ini dengan sasaran Ny. R umur 38 tahun G3

P2 A0 dengan faktor resiko tinggi riwayat Tuberculosis Paru.

2. Tempat

Tempat pengambilan studi kasus proposal Karya Tulis Ilmiah ini di

wilayah kerja Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal.

9

3. Waktu

a. Waktu pengambilan kasus : 21 agustus 2018 sampai

dengan 14 September

2018.

b. Waktu penyusunan Karya Tulis Ilmiah : dimulai dari penyusunan

proposal menjadi Karya

Tulis Ilmiah..

E. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

a. Merupakan sarana bagi mahasiswa untuk mencapai kompetensi

bidan dalam melakukan asuhan yang komprehensif.

b. Sebagai sarana bagi mahasiswa untuk menerapkan asuhan

kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi

baru lahir, agar dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat

selama masa pendidikan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk

kebidanan khususnya pada ibu hamil dengan faktor resiko umur >

35 tahun.

b. Sebagai tolak ukur dalam mengaplikasikan asuhan kebidanan

komprehensif oleh mahasiswa dalam mengevaluasi hasil

pembelajaran.

10

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Menambah wawasan dalam melakukan pengkajian terhadap masalah-

masalah kesehatan khususnya pada kehamilan, persalinan, dan nifas

dengan resiko tinggi.

4. Bagi Masyarakat

Diharapakan masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran untuk melakukan pemeriksaan kesehatan selama hamil,

persalinan, nifas dan bayi baru lahir di tenaga kesehatan.

F. Metode Memperoleh Data

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode kasus yaitu

bertujuan untuk mengetahui penatalaksanaan pada kasus yang akan dikaji

sesuai dengan Standar Manajemen Kebidanan.

Dalam penyususnan Karya Tulis Ilmiah ini berdasarkan teori yang

dipadukan dengan praktik dan pengalaman penulis memerlukan data yang

obyektif dengan teori-teori yang dijadikan dasar analisa dalam pemecahan

masalah. Untuk itu penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Wawancara (Interview)

Penulis melakukan tanya jawab kepada Ny. R dan suami untuk

mendapatkan data yang diperlukan, seperti identitas, riwayat

kesehatan, riwayat obstetri, riwayat haid, riwayat kontrasepsi,

kebutuhan dan pola kebiasaan ibu sehari-hari, data psikologi ibu, data

sosial ekonomi, data perkawinan, dan data pengetahuan ibu.

11

2. Pengamatan (Observasi)

Yaitu suatu prosedur yang berencana antara lain meliputi melihat,

mendengar, dan mencatat sejumlah aktifitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti, dikaji dari hasil yang telah

dilakukan. Dari hasil observasi didapatkan data objektif seperti

pemeriksaan fisik ibu, pemeriksaan obstetri, dan pemeriksaan

penunjang.

3. Pemeriksaan Fisik

Memulai pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan status kesehatan

pasien yang dilakukan secara langsung kepada klien dengan cara :

a. Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihar bagian tubuh

yang diperiksa melalui pengamatan atau penglihatan.

b. Palpasi adalah pemeriksaan melalui perabaan terhadap bagian-

bagian tubuh yang mengalami kelainan dan mengetahui posisi

janin dalam perut ibu.

c. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dengan pendengaran untuk

mendengarkan denyut jantung janin (DJJ) menggunakan Doppler

linek.

d. Perkusi adalah pemeriksaan fisik dengan mengetuk bagian tubuh

menggunakan tangan atau alat bantu seperti hammer untuk

mengetahui reflek patella.

12

4. Dokumentasi

Pendokumentasian data pasien dengan cara pencatatan saat melakukan

pelayanan kebidanan pada pasien maupun mempelajari dokumentasi

yang didapatkan dari tenaga kesehatan lain seperti dokter.

5. Studi Keputusan

Penulis mempelajari berbagai buku, hand out, mengambil data dari

internet, ataupun mempelajari kembali materi kuliah yang berkaitan

dengan kasus yang didapatkan yaitu Faktor resiko Tinggi Riwayat

Tubercullosis Paru.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini agar dapat lebih mudah, jelas,

dan berkesinambungan, maka penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah ini

secara sistematik. Adapun sistematik penyususnan yang dipakai adalah

sebagai berikut :

1. BAB I (Pendahuluan)

Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, ruang lingkup, manfaat penulisan, metode memperoleh data

dan sistematika penulisan.

2. BAB II (Tinjauan Pustaka)

Berisi tentang teori terdiri dari kehamilan normal, tuberculosis

paru, persalinan normal, nifas normal, dan BBL normal.

13

3. BAB III (Tinjauan Kasus)

Memuat keseluruhan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan.

Jenis kasus yang diambil yaitu kasus komprehensif resiko tinggi. Kasus

dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Asuhan

kebidanan ditulis sesuai dengan urutan manajemen kebidanan 7 langkah

Varney, yaitu mulai dari pengumpulan data sampai evaluasi pada

asuhan kebidanan kehamilan dan juga menggunakan sistem SOAP pada

asuhan kebidanan nifas, bayi baru lahir serta catatan persalinan.

4. BAB IV (Pembahasan)

Dengan menggunakan 7 langkah varney yang meliputi pengkajian,

intepretasi data, diagnosa potensial, kebutuhan tindakan segera,

perencanaan, implementasi, evaluasi, yang meliputi tentang kesamaan

antara kesenjangan teori dan praktek dilapangan dan pembahasan.

5. BAB V (Penutup)

Berisi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

14

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

a. Definisi

Kehamilan didefinisikan sebagai hasil fertilisasi atau penyatuan

dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10

bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional

(Widatiningsih,2017).

b. Perubahan psikologi ibu hamil

Perubahan psikologi ibu hamil menurut (Ummi, 2011) :

1) Trimester pertama

Setelah terjadi peningkatan hormon esterogen dan

progesteron dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam

ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual

muntah, keletihan dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan

memicu perubahan psikologi seperti berikut ini :

a) Ibu untuk membenci kehamilannya, merasakan

kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan

b) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar

hamil dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya

15

dan sering kali memberitahukan orang lain apa yang

dirahasiakannya

c) Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita.

Ada yang menigkat libidonya, tetapi ada juga yang

mengalami penurunan. Pada wanita yang mengalami

penurunan libido, akan menciptakan suatu kebutuhan

untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan

suami. Banyak wanita hamil yang merasakan kebutuhann

untuk dicintai dan mencintai, tetapi bukan dengan seks.

Sedangkan, libido yang sangat besar dipengaruhi oleh

kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan

dan kekuatiran.

d) Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul

kebanggaan, tetapi bercampur dengan keprihatinan akan

kesiapan untuk mencari nafkah bagi keluarga.

2) Trimester Kedua

Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah

tebiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak

nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibu

pun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai

beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai

menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif.

Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan janinnya

dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang

diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa

terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti

16

yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan

meningkatnya libido.

3) Trimester Ketiga

Trimester ketiga biasanya disebut periode menunggu dan

waspada sebab pada saat itu ibu akan tidak sabar menunggu

kehadiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut

merupakan dua hal yang meningkatkan ibu akan bayinya.

Kadang-kadang ibu merasakan khawatir bahwa bayinya akan

lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan

kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya

persalinan pada ibu. Sering kali ibu merasa khawatir atau takut

kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan

ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan

menghindari orang atau benda apa saja yang dianggap

membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa

takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada

waktu melahirkan.

c. Tanda bahaya pada kehamilan

Menurut (Elisabeth, 2015) :

Perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, penglihatan

kabur, bengkak diwajah dan jari-jari tangan, keluar cairan

pervaginam, gerakan janin tidak terasa, nyeri abdomen yang hebat.

d. Penatalaksanaan kehamilan

Pelayanan ante natalcare minimal 10 T menurut (Elisabeth, 2015) :

1) Timbang Berat Badan dan Tinggi Badan

Bila tinggi badan < 145 cm, maka faktor risiko panggul

sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara normal.

17

Penimbangan berat badan setiap kali periksa, sejak bulan ke-4

pertambahan berat badan paling sedikit 1 kg/ bulan.

2) Tekanan Darah

Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung. Deteksi

tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala

hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun dibawah normal kita

pikirkan kearah anemia. Tekanan darah normal berkisar

sytole/diastole 110/80-120/80 MmHg. Pengukuran Lingkar

Lengan Atas (LILA )

Bila < 23,5 cm menunjukan ibu hamil menderita Kurang

Energi Kronis ( Ibu hamil KEK) dan berisiko melahirkan Bayi

Berat Lahir Rendah (BBRL)

3) Ukur Lingkar lengan atas

Pengukuran ini merupakan satu cara untuk mendeteksi dini

adanya kekurangan gizi saat hamil. Jika kekurangan nutrisi.

Penyaluran gizi janin akan berkurang dengan mengakibatkan

pertumbuhan terhambat juga potensi bayi lahir dengan berat

rendah. Cara pengukuran ini di lakukan dengan pita ukur

mengukur jarak pangkal bahu ke ujung siku, dan lingkar lengan

atas (LILA).

4) Pengukuran tinggi rahim

Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat

pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia kehamilan.

5) Penentuan letak janin (presentasi janin) dan perhitungan denyut

jantung janin

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau

kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak

18

atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120

kali / menit atau lebih dari 160 kali/menit menunjukan ada tanda

gawat janin segera rujuk.

6) Penentuan status imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Oleh petugas untuk selanjutnya bilamana diperlukan

mendapatkan suntikan tetanus toksoid sesuai anjuran petugas

kesehatan untuk mencegah tetanus pada ibu dan bayi.

Tabel 2.1. Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

Imunisasi Selang waktu

minimal

Lama perlindungan

TT 1 pada kunjungan

ANC pertama

Langkah awal pembentukan

kekebalan tubuh terhadap

penyakit tetanus

TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT2 5 tahun

TT 4 12 bulan setelah

TT3

10 tahun

TT 5 12 bulan setelah

TT4

7 tahun

7) Pemberian tablet tambah darah

Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah

darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah

diminum pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.

8) Tes laboratorium

a) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu

hamil bila diperlukan

19

b) Tes hemoglobin untuk mengetahui apakah ibu kekurangan

darah (anemia)

c) Tes pemeriksaan urine (air kencing )

d) Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai indikasi seperti

malaria, Human Immunodeficiency Virus, Sifilis dan lain

lain

9) Konseling atau penjelasan

Tenaga Kesehatan member penjelasan mengenai

perawatan Kehamilan, pencegahan kelainan bawaan,

persalinan dan inisiasi menyusui dini, nifas, perawatan bayi

baru lahir, ASI eksklusif, keluarga berencana dan imunisasi

pada bayi.

Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan

ibu hamil

10) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan

Jika Ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil

e. Standar minimal kunjungan kehamilan

Menurut WHO (2013) dalam Saifuddin (2006), setiap wanita

hamil, menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam

jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan

sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu :

1) 1 kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum minggu

14)

2) 1 kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-

28)

3) 2 kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36

dan sesudah minggu ke-36)

20

f. Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi

(P4K)

Menurut (Maryunani, 2013), Program Perencanaan Persalinan

Pencegahan Komplikasi (P4K) salah satu program untuk

mendukung desa siaga yang diarahkan pada konsep persiapan

persalinan dan kesiagaan menghadapi komplikasi.

Komplikasi adalah kegiatan dalam ante natalcare yang

dilakukan bidan terkait dengan pelayanan kebidanan sosial

bertujuan meningkatkan pengetahuan ibu hamil, suami dan

keluarga tentang resiko dan tanda bahaya kehamilan dan persalinan

agar mereka dapat membuat perencanaan persalinan.

Tujuan P4K

1) Tujuan Umum :

Tujuan umum yaitu meningkatkan persalinan oleh tenaga

kesehatan terlatih sehingga menurunkan unmet need keluarga

berencana pada ibu (Anonim, 2008).

Meningkatkan pelayanan ibu hamil agar melahirkan

dengan aman dan selamat (Pambudi, 2008 dalam Maryunani,

2013).

2) Tujuan Khusus menurut (Maryunani, 2013) :

a) Dipahaminya setiap persalinan berisiko oleh suami, keluarga,

dan masyarakat luas.

b) Memfokuskan pada motivasi kepada keluarga saat antenatal

care oleh bidan, adanya rencana persalinan aman yang

disepakati antara ibu hamil, suami, keluarga dengan bidan

terdapatnya sasaran dan terpasangnya stiker P4K.

21

c) Adanya kesiapan menghadapi komplikasi (transportasi, calon

donor darah dan dana) yang disepakati ibu hamil, suami,

keluarga dengan bidan.

d) Adanya dukungan secara luas dari tokoh-tokoh masyarakat

baik formal maupun non formal, kader, dukun bayi.

e) Memantau kemitraan antara bidan, dukun bayi dan kader.

f) Dan adanya rencana alat kontrasepsi setelah melahirkan

setelah melahirkan yang disepakati antara ibu hamil, suami

dan keluarga, dengan bidan atau tenaga kesehatan.

g. Kebutuhan gizi ibu hamil

Menurut (Ariani, 2017), akan meningkat dari biasanya dimana

pertukaran dari hampir semua bahan itu terjadi sangat aktif

terutama pada trimester III. Karena peningkatan jumlah konsumsi,

makan perlu ditambah terutama konsumsi pangan sumber energi

untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin.

Kebutuhan gizi ibu hamil antara lain :

1) Kebutuhan energi

Selama proses kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan

kalori sejalan dengan adanya peningkatan laju metabolik basal

dan penambahan berat badan yang akan meningkatkan

penggunaan kalori selama aktifitas. Selain itu juga selama

hamil, ibu membutuhkan tambahan energi/kalori untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta, jaringan

payudara, dan cadangan lemak. Kebutuhan kalori kira-kira

sekitar 15% dari kalori normal. Tambahan energi yang

diperlukan selama hamil yaitu 27.000 – 80.000 Kkal atau 100

Kkal/hari. Sedangkan energi yang dibutuhkan oleh janin

22

sendiri untuk tumbuh dan berkembang adalah 50-95

Kkal/Kg/hari atau sekitar 175-350 Kkal/hari pada janin dengan

berat badan 3,5 kg. Sumber energi bisa didapat dengan

mengkonsumsi beras, jagung, gandum, kentang, ubi jalar, ubu

kayu, dan sagu.

2) Karbohidrat

Janin memerlukan 40 gram glukosa/hari yang akan

digunakan sebagai sumber energi. Glukosa sangat dibutuhkan

karena akan membantu dalam sintesis lemak, glikogen, dan

pembentukan struktur polisakarida. Karbohidrat merupakan

sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama

kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan janin selama

dalam kandungan membutuhkan karbohidrat sebagai sumber

kalori utama. Pilihan yang dianjurkan adalah karbohidrat

kompleks seperti roti, serealia, nasi dan pasta. Selain

mengandung vitamin dan mineral, karbohidrat kompleks juga

meningkatkan asupan serat yang dianjurkan selama hamil

untuk mencegah terjadinya konstipasi atau sulit buang air besar

dan wasir (Haemorroid).

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Ibu hamil

membutuhkan karbohidrat sekitar 1.500 kalori. Bahan

makanan yang merupakan sumber karbohidrat adalah serealia

(padi-padian) dan produk olahanya, juga kentang umbi dan

jagung. Namun, karena tidak semua sumber karbohidrat baik,

maka ibu hamil harus bisa memilih yang tepat. Misalnya,

sumber karbohidrat yang perlu dibatasi adalah gula dan

makanan yang mengandung banyak gula, seperti cake, dan

23

permen. Sedangkan karbohidrat yang sebaiknya dikonsumsi

adalah karbohidrat kompleks yang terdapat pada roti gandum,

kentang, serelia atau padi-padian yang tidak di giling.

Mengkonsumsi cukup karbohidrat kompleks dapat mencegah

sembelit.

3) Protein dan asam amino

Protein digunakan untuk proses pertumbuhan dan

perkembangan janin, protein memiliki peranan penting.

Selama kehamilan terjadi peningkatan protein yang signifikan

yaitu 68%. Peran protein selama proses kehamilan diantaranya

yaitu selain untuk pertumbuhan dan perkembangan janin juga

untuk pembentukan plasenta dan cairan amnion, pertumbuhan

jaringan maternal seperti pertumbuhan mammae ibu dan

jaringan uterus, dan penambahan volume darah. Total protein

fetal yang diperlukan selama masa gestasi berkisar antara 350-

450 gr.

Secara keseluruhan jumlah protein yang diperlukan oleh

ibu hamil yaitu kurang lebih 60-76 gram setiap hari atau

sekitar 925 gram dari total protein yang dibutuhkan selama

kehamilan. Ini dapat diartikan bahwa wanita hamil

membutuhkan protein 10-15 gram lebih tinggi dari kebutuhan

wanita yang tidak hamil. Protein tersebut dibutuhkan untuk

membentuk jaringan baru, maupun plasenta dan janin. Sumber

protein bisa didapat melalui protein hewani dan nabati. Protein

hewani meliputi daging, ikan, unggas, telur dan kerang.

Sedangkan untuk protein hewani bisa didapat dari daging sapi,

ikan, unggas. Bahan makanan sumber protein nabati adalah

24

kacang-kacangan seperti tahu, tempe, oncom dan selai kacang.

Selain itu, karena protein yang berasal dari ternak juga kaya

dengan lemak, maka seimbangkan asupan protein hewani dan

nabati. Pilih bahan makanan protein hewani yang berlemak

rendah.

4) Lemak

Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam

kandungan membutuhkan lemak sebagai lemak kalori utama.

Lemak merupakan sumber tenaga yang vital dan untuk

pertumbuhan janin dan plasenta. Pada kehamilan yang normal,

kadar lemak dalam aliran darah akan meningkat pada akhir

trimester III. Tubuh wanita hamil juga akan mendukung

persiapan untuk wanita menyusui stelah bayi lahir.

5) Vitamin

Yang larut dalam lemak antara lain :

a) Vitamin A

Vitamin A dari Ibu dibutuhkan oleh janin yaitu

kurang dari 25 mg/hari, sedangkan vitamin A yang

dibutuhkan pada kehamilan trimester tiga yaitu berkisar

200 mg/hari.

b) Vitamin D

Vitamin D dari janin berasal dari 25-OH vitamin D

ibu yang berada di dalam otot dan hati fetus. Kebutuhan

vitamin D selama kehamilan belum diketahui secara pasti

tetapi diperkirakan 10mg/hari.

25

c) Vitamin E

Vitamin E mulai diakumulasikan oleh fetus pada

akhir minggu ke 8-10 usia gestasi, ketika terjadi

peningkatan akumulasi lemak. Untuk tetap menjaga

pertumbuhan dan perkembangan fetus yang baik

diperlukan reverensi diet asupan vitamin E yaitu sebanyak

2 mg/hari. Pada waktu hamil terjadi peningkatan 25%.

Untuk ibu hamil kebutuhannya sekitar 15 mg (22,5 IU)

dan ibu yang menyusui sekitar 19 mg (28,5 IU).

d) Vitamin K

Vitamin K fungsinya belum begitu optimal pada masa

kehamilan didalam fetus.

Vitamin yang larut dalam air antara lain :

a) Vitamin C

Kebutuhan vitamin C untuk bayi pada masa

kehamilan menjelang kelahiran yaitu berkisar antara 3-4

mg/hari. Ibu hamil membutuhkan vitamin C sebanyak 70

mg perhari. Untuk mencegah kekurangan vitamin C

selama proses kehamilan diperlukan tambahan vitamin C

sebanyak 10 mg/hari dengan peningkatan sebanyak 33%.

Dibutuhkan untuk memperkuat pembuluh darah dan

mencegah perdarahan, mengurangi rasa sakit sebanyak

50% saat bekerja, mengurangi resiko infeksi setelah

melahirkan dan membantu gigi dan tulang bayi.

b) Thiamin

Menggunakan status pengukuran thiamin maternal

dapat diketahui kebutuhan thiamin selama kehamilan,

26

yaitu dengan cara memasukan eksresi thiamin urin dan

aktivitas dari enzim thiamin dependen seperti translokasi

sel merah yang akhirnya dapat digunakan sebagai indikasi

adanya peningkatan thiamin selama kehamilan.

c) Vitamin B6

Vitamin B6 penting untuk metabolisme asam amino.

Pada masa kehamilan diperlukan intake protein yang lebih

tinggi karena adanya proses pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat sehingga diperlukan juga

adanya vitamin B6 yang besar untuk melakukan

metabolisme dengan peningkatan 100%. Vitamin B6

dibutuhkan oleh tubuh untuk membantu mengatasi mual

dan muntah.

d) Asam Folat

Asam folat memiliki peranan penting yaitu dalam hal

pencegahan terjadinya defek tubaneural seperti spina

bifida dan anensefali yang sangat berbahaya bagi

perkembangan selanjutnya. Dari hasil survey mengatakan

bahwa kebanyakan wanita mengkonsumsi folat lebih

sedikit dari kebutuhan yaitu 0,2 mg perhari dengan

peningkatan 33%. Reverensi diet asupan folat untuk

wanita hamil yaitu 400 mg/hari yaitu dimana terjadi

peningkatan sebanyak 10% dari sebelumnya. Makanan

yang kaya akan asam folat dapat dijumpai pada sayuran

hijau, jus jeruk, asparagus dan brokoli. Asam folat

merupakan kelompok vitamin B paling utama selama

masa kehamilan karena dapat mencegah cacat tabung

syaraf (neural tube defects) seperti Spina Bifida. Ibu hamil

harus meningkatkan asupan folat hingga 0,4-0,5 mg/hari.

27

2. Konsep dasar kehamilan dengan riwayat tuberculosis paru

Menurut (Sofian, 2011) :

a. Definisi tuberculosis pada kehamilan

Pada umumnya penyakit paru-paru tidak mempengaruhi

kehamilan, persalinan dan nifas, kecuali penyakitnya tidak terkontrol,

berat dan luas di sertai sesak dan hipoksia. Walaupun kehamilan

menyebabkan sedikit perubahan pada system pernafasan, karena

uterus yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru ke

atas serta sisa dalam udara kurang, namun penyakit tersebut tidak

selalu menjadi lebih parah.

Pengaruh Tuberkulosis Paru terhadap Kehamilan Dulu pernah

dianggap bahwa wanita dengan tuberkulosis paru aktif mempunyai

insidensi yang lebih tinggi secara bermakna dibandingkan wanita

hamil tanpa infeksi tuberkulosis paru dalam hal abortus spontan dan

kesulitan persalinan. Banyak sumber yang mengatakan peranan

tuberkulosis terhadap kehamilan antara lain meningkatnya abortus,

pre-eklampsi, serta sulitnya persalinan. Penelitian terbaru

menunjukkan bahwa hal tersebut tergantung dari letak tuberkulosis

apakah paru atau nonparu serta apakah tuberkulosis terdiagnosis

semasa kehamilan. Pada penelitian terhadap wanita-wanita Indian

yang mendapat pengobatan selama 6-9 bulan semasa kehamilan maka

kematian janin 6 kali lebih besar dan insidens dari: prematuritas,

KMK ( kecil untuk masa kehamilan), BBLR (berat badan lahir

rendah) (<2500g) adalah 2 kali lipat. Pengaruh tidak langsung

tuberkulosis terhadap kehamilan ialah efek teratogenik terhadap janin

karena obat anti tuberkulosis yang diberikan kepada sang ibu. Efek

28

samping pasien yang mendapat terapi anti tuberkulosis yang adekuat

adalah gangguan pada traktus genitalis dimana traktus genitalis

terinfeksi dari fokus primer TB paru.

b. Tanda-tanda tuberculosis

Ada beberapa tanda saat paru seseorang terjangkit tuberculosis

paru, diantaranya :

1) Batuk-batuk berdahak selama 3 minggu lebih

2) Batuk-batuk mengeluarkan dahak bercampur darah

3) Sesak nafas dan rasa nyeri dada

4) Nafsu makan menurun

5) Berkeringat pada malam hari walaupun tanpa kegiatan

c. Penyebab tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab terjadinya

penyakit tuberculosis. Bakteri ini pertama kali di deskripsikan tanggal

24 maret 1882 oleh Robert Koch. Bakteri ini juga sering di sebut

abasilus Koch. Bentuk, penanaman dan sifat-sifat dari mycobacterium

tuberculosis dapat diuraikan sebagai berikut Bentuk Mycobacterium

Tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan

ukuran 2-4 cm dan lebar 0,2-0,5. Pewarnaan ziehl-neelsen di

pergunakan untuk mengidentifikasi bakteri tahan asam.

d. Sifat-sifat mycobacterium tuberculosis

1) Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6 oC selama 15-

20 menit.

2) Biarkan dapat mati jika terkena sinar matahari langsung selama 2

jam.

3) Dalam dahak bakteri ini dapat bertahan selama 20-30 jam.

29

4) Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup

selama 8-10 hari.

5) Dalam suhu kamar, biarkan basil ini dapat hidup selama 6-8 jam

bulan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20o C selama 2

tahun.

6) Bakteri ini tahan terhadap berbagai khemikalian dan disinfektan,

antara lain phenol 5% asam sulfat 15% asam sitrat 3% dan NaOH

4%.

7) Basil ini dapat di hancurkan oleh yodium tinetur dalam waktu 5

menit, sementara dengan alcohol 80% akan hancur dalam 2-10

menit kemudian.

e. Penularan tuberculosis paru

Penyebaran kuman tuberculosis bakteri tahan asam positif. Pada

batuk/bersin, penderita menyebaran kuman ke udara dalam bentuk

droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat

bertahan hidup di udara pada suhu selama beberapa jam. Orang dapat

terinfeksi jika droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan

kemudian menmyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui

system peredaran darah, system saluran limfe, saluran nafas atau

penyebaran langsung ke bagian tubuh lain.

f. Klasifikasi penyakit tuberculosis

Bentuk penyakit tuberculosis ini dapat di klasifikasikan menjadi

tuberculosis paru dan tuberculosis ekstra paru.

1) Tuberculosis paru

Penyakit ini merupakan penyakit yang paling sering di jumpai,

tuberculosis yang menyerang jaringan paru-paru termasuk pleura

30

(selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, tuberculosis

paru dibagi menjadi dua yaitu bakteri tahan asam positif dan

bakteri tahan asam negative.

2) Tuberculosis Ekstra Paru

Penyakit ini merupakan tuberculosis yang menyerang organ

tubuh lain selain paru-paru misalnya pleura, selaput otak, selaput

jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus,

ginjal, saluran kencing dan alat kelamin. Oleh karna itu, penyakit

tuberculosis ini kemudian dinamakan penyakit yang tidak pandang

bulu, karena dapat menyerang seluruh organ dalam tubuh manusia

secara bertahap. Dengan kondisi organ tubuh yang telah rusak,

tentu saja dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya.

g. Faktor-Faktor Penyebab Tuberculosis Paru

Kondisi social ekonomi, status gizi, umur jenis kelamin, dan

faktor toksis pada manusia, ternyata menjadi faktor penting dari

penyakit tuberculosis berikut ini penjelasanya :

1) Faktor Sosial Ekonomi

Faktor social ekonomi di sini sangat erat kaitanya dengan

kondisi rumah, kepadatan hunian, lingkungan rumah,serta

lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk. Pendapatan

yang kecil membuat orang tidak layak untuk memenuhi syarat-

syarat kesehatan.

2) Status Gizi

Kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain

(malnutrisi), akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang,

31

sehingga rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk tuberculosis

paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di

Negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

3) Umur

Penyakit tuberculosis paru peling sering ditemukan pada usia

muda atau usia produktif, yaitu 15-50 tahun. Pada usia lanjut, lebih

dari 55 tahun system imunologi seseorang menurun, sehingga

sangat rentan terhadap penyakit, termasuk tenyakit tuberculosis

paru.

4) Jenis Kelamin

Sedikit dalam periode setahun sekitar 1 juta perempuan yang

meninggal akibat tuberculosis paru. Dari fakta ini, dapat di

simpulkan bahwa kaum perempuan lebih rentan terhadap kamatian

akibat serangan tuberculosis paru dibandingkan akibat proses

kehamilan dan persalinan. Pada laki-laki penyakit ini lebih tinggi,

karena rokok dan minuman keras dapat menurunkan system

pertahanan tubuh. Sehingga, wajar jika merokok peminum alcohol

sering di sebut sebagai agen dari penyakit tuberculosis.

5) Vertilisasi

Mempunyai banyak fungsi yaitu menjaga agar aliran udara di

dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan

oksigen yang di perlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap

terjaga.

h. Pencegahan penyakit tuberculosis paru

32

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit

terjangkitnya tuberculosis paru. Pencegahan-pencegahan berikut dapat

dikerjakan oleh penderita, masyarakat maupun petugas kesehatan.

1) Bagi penderita pencegahan penularan dapat dilakukan dengan

menutup mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak di

sembarang tempat.

2) Bagi masyarakat pencegahan penularan dapat dilakukan terhadap

bayi, yaitu dengan memberikan vaksin bacillus calmette guerin.

3) Bagi petugas kesehatan pencegahan dapat di lakukan dengan

memberikan penyuluhan tentang penyakit tuberculosis, yang

meliputi gejala, bahaya, dan akibat yang di timbulkannya terhadap

kehidupan masyarakat pada umumnya.

4) Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolaisan dan

pemeriksaan terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau dengan

memberikan pengobatan khusus kepada penderita tuberculosis.

i. Prognosa

Secara umum penderita yang tidak begitu parah di obati paling

tidak, prosesnya bisa dihambat oleh kinerja obat-obat kemoterapi

modern yang dikonsumsi. Tetapi selain dari kegagalan paru atau

hemoptoe. Pada beberapa kasus, perjalanan penyakit terus memburuk

sehingga terjadi destroyed lung, suatu keadaan di sebut phtysis

gallopans (sangat kurus dan lemah).

Secara teoritis pada penyakit tuberculosis terdapat 10-100 juta

basil. Satu diantara 100 ribu basil akan resisten terhadap salah satu

obat anti tuberculosis (OAT) pada tiga bulan pertama penderita diberi

obat secara intensif yaitu dengan pemberian kombinasi Isoniazid dan

33

Ethambutol. Ada beberapa orang yang cenderung pada cara

pengobatan yang lebih singkat, dikarenakan batasnya biaya.

j. Efek tuberculosis paru pada kehamilan

Dimana peningkatan diafragma akibat kehamilan akan

menyebabkan kavitas paru bagian bawah mengalami kolaps yang

disebut pneumo-peritoreum.

k. Penatalaksanaan medis pada kehamilan dengan tuberculosis

Menururt Meiyanti 2007. Penatalaksanaan pasien TBC pada

kehamilan tidak berbeda dengan TBC tanpa kehamilan. Hal-hal yang

harus diperhatikan adalah pemberian OAT yang bisa menimbulkan

efek teratogenik terhadap janin. Penatalaksanaan secara umum terbagi

atas penderita dengan TBC aktif dan TBC laten. Wanita hamil dengan

TBC aktif biasanya diterapi dengan tidak mempertimbangkan

trisemester kehamilan. OAT yang digunakan tidak berbeda dengan

wanita yang tidak hamil.Golongan utama OAT seperti isoniazid,

rifampisin, etambutol digunakan secara luas pada wanita hamil. Obat-

obat tersebut dapat melalui plasenta dalam dosis rendah dan tidak

menimbulkan efek teratogenik pada janin. Pada pemberian isoniazid

sebaiknya diberikan piridoksin 50 mg/hari untuk mencegah terjadinya

neuropati perifer. Pemeriksaan fungsi hati sebaiknya dilakukan saat

pemberian isonizid dan rifampisin. Pemberian vitamin K dilakukan

pada akhir trismester ketiga kehamilan dan bayi yang baru lahir. Pada

kasus multidrug resistant (MDR) digunakan pirazinamid, akan tetapi

pirazinamid tidak digunakan secara rutin pada wanita hamil karena

terdapat efek teratogenik. Paraamino salisilat (PAS) telah digunakan

secara aman pada wanita hamil akan tetapi obat tersebut ditoleransi

34

tubuh secara buruk. Tuberkulosis laten adalah pasien dengan uji

tuberkulin positif dan secara klinis tidak ada tanda-tanda terjadi

tuberkulosis aktif. Terapi pada TBC laten tergantung faktor risiko dan

hasil konversi uji tuberkulin. Pemberian terapi pada TBC laten

biasanya ditunda sampai 2-3 bulan setelah kelahiran. Pada pasien yang

mempunyai risiko kontak dengan individu BTA positif dan infeksi

HIV, terapi diberikan setelah trisemester pertama pada kehamilan

dengan konversi uji tuberkulin positif dalam 2 tahun terakhir.

Sedangkan pada wanita hamil dengan TBC laten yang sebelumnya

telah diterapi secara adekuat tidak memerlukan terapi profilaksis

isoniazid (300 mg selama 6-12 bulan). Penatalaksanaan TBC pada

wanita hamil harus diberikan secara tepat dan adekuat, serta mencegah

timbulnya efek samping teratogenik pada janin. Pasien TBC aktif

dengan sputum BTA positif diberikan isoniazid, rifampisin, etambutol

dan piridoksin selama 9 bulan pada populasi risiko TBC rendah. Pada

populasi dengan risikoTBC tinggi dan adanya resisten obat anti TBC

tinggi perlu penambahan pirazinamid. Pasien dengan uji tuberkulin

positif, sputum BTA negatif, biakan negatif dan foto toraks

menunjukkan infiltrat atau adanya kavitas, diberikan isoniazid,

rifampisin, etambutol dan piridoksin selama 9 bulan. Sedangkan bila

pada foto toraks terlihat proses penyakit yang telah menyembuh

(terdapat kalsifikasi pada kelenjar getah bening dan lesi parenkim),

dilakukan observasi pada pasien. Pengobatan diberikan secara tepat

setelah melahirkan atau diberi pengobatan profilaksis dengan

isoniazid dan piridoksin selama 9 bulan yang dimulai pada trisemester

kedua kehamilan. Pasien dengan konversi uji tuberkulin terbaru

35

positif, foto toraks normal serta pemeriksaan bakteriologis negatif,

maka dilakukan observasi selama kehamilan, pengobatan diberikan

setelah melahirkan atau dengan pemberian profilaksis isoniazid dan

piridoksin selama 9 bulan dimulai pada trisemester kedua kehamilan.

Pasien dengan resistensi organisme maka diberikan isoniazid,

rifampisin, etambutol, pirazinamid sesuai dengan uji sensitivitas. Pada

pasien dengan ketidakmampuan mentoleransi isoniazid dan

rifampisin, maka diberikan etambutol atau obat lain yang tersedia.

Menurut Najoan Nan Warouw 2007. Penatalaksanaan Umum

Penatalaksanaan Pasien Hamil dengan Tes PPD Positif.

1) Masa kehamilan trimester I

a) Kurangi aktivitas fisik (bedrest) Terpenuhinya kebutuhan nutrisi

(tinggi kalori tinggi protein) Pemberian vitamin dan Fe

Dukungan keluarga & kontrol teratur.

b) Dianjurkan penderita datang sebagai pasien permulaan atau

terakhir dan segera diperiksa agar tidak terjadi penularan pada

orang-orang disekitarnya. Dahulu pasien tuberkulosis paru

dengan kehamilan harus dirawat dirumah sakit, tetapi sekarang

dapat berobat jalan dengan pertimbangan istirahat yang cukup,

makanan bergizi, mencegah penularan pada keluarga dll.

c) Pasien sejak sebelum kehamilan telah menderita TB paru Æ

Obat diteruskan tetapi penggunaan rifampisin di stop.

d) Bila pada pemeriksaan antenatal ditemukan gejala klinis

tuberkulosis paru (batuk-batuk/batuk berdarah, demam, keringat

malam, nafsu makan menurun, nyeri dada,dll) maka sebaiknya

diperiksakan PPD (Purified Protein Derivate), bila hasilnya

36

positif maka dilakukan pemeriksaan foto dada dengan pelindung

pada perut, bila tersangka tuberkulosis maka dilakukan

pemeriksaan sputum BTA 3 kali dan biakan BTA. Diagnosis

ditegakkan dengan adanya gejala klinis dan kelainan

bakteriologis, tetapi diagnosis dapat juga dengan gejala klinis

ditambah kelainan radiologis paru.

2) Masa kehamilan trimester II dan III

Pada penderita TB paru yang tidak aktif, selama kehamilan

tidak perlu dapat pengobatan. Sedangkan pada yang aktif,

hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita hamil lainnya pada

pemeriksaan antenatal dan ketika mendekati persalinan sebaiknya

dirawat di rumah sakit; dalam kamar isolasi. Gunanya untuk

mencegah penularan, untuk menjamin istirahat dan makanan yang

cukup serta pengobatan yang intensif dan teratur. Dianjurkan untuk

menggunakan obat dua macam atau lebih untuk mencegah

timbulnya resistensi kuman. Untuk diagnosis pasti dan pengobatan

selalu bekerja sama dengan ahli paru-paru.3-5 Penatalaksanaan

sama dengan masa kehamilan trimester pertama tetapi pada

trimester kedua diperbolehkan menggunakan rifampisin sebagai

terapi. Medikamentosa (Dilakukan atas konsultasi dengan

Internest)

a) PPD (+) tanpa kelainan radiologis maupun gejala klinis: - INH

400 mg selama 1 tahun.

b) TBC aktif (BTA +) - Rifampisin 450-600 mg/hr selama 1 bulan,

dilanjutkan 600 mg 2x seminggu selama 5-8 bulan - INH 400

37

mg/hr selama 1 bulan, dilanjutkan 700 mg 2x seminggu selama

5-8 bulan Æ Etambutol 1000 mg/hr selama 1 bulan.

l. Skrining tuberculosis paru pada kehamilan

Prenatal screening test atau tes skrining saat hamil adalah

seperangkat prosedur yang dilakukan selama kehamilan untuk

menentukan apakah bayi cenderung memiliki kelainan atau cacat lahir

tertentu. Sebagian besar tes ini tidak invasif. Tes-tes ini biasanya

dilakukan selama trimester pertama dan kedua, tapi beberapa juga

dilakukan pada trimester ketiga.

Tes skrining saat hamil hanya bisa memberi tahu risiko atau

kemungkinan adanya kondisi tertentu pada janin. Bila hasil tes

skrining positif, maka diperlukan lagi tes diagnosis untuk

mendapatkan hasil yang lebih akurat. Berikut beberapa skrining tes

yang menjadi prosedur rutin untuk ibu hamil.

Tes skrining saat hamil trimester

Tes skrining trimester pertama bisa dimulai sejak kehamilan 10

minggu, yang merupakan kombinasi antara ultrasonografi (USG) janin

dan tes darah ibu.

1. USG

Tes ini dilakukan untuk menentukan ukuran dan posisi bayi.

Selain itu juga membantu menentukan adanya risiko janin

mengalami cacat lahir, dengan mengamati struktur tulang dan

organ bayi. USG nuchal translucency (NT) adalah pengukuran

peningkatan atau ketebalan cairan di bagian belakang leher janin

pada usia kehamilan 11-14 minggu dengan USG. Bila ada cairan

38

lebih banyak dari biasanya, berarti ada risiko Down syndrome pada

bayi yang lebih tinggi.

2. Tes darah

Selama trimester pertama, dilakukan dua jenis tes serum darah

ibu, yaitu Pregnancy-associated plasma protein (PAPP-A) dan

hormon hCG (Human chorionic gonadotropin). Ini merupakan

protein dan hormon yang diproduksi oleh plasenta pada awal

kehamilan. Jika hasilnya tidak normal, berarti ada peningkatan

risiko kelainan kromosom. Tes darah juga dilakukan untuk

mengetahui adanya penyakit menular pada bayi, atau disebut

dengan tes TORCH. Tes ini merupakan akronim dari lima jenis

infeksi menular yaitu toksoplasmosis, penyakit lain (termasuk HIV,

sifilis, dan campak), rubella (campak Jerman), sitomegalovirus, dan

herpes simplex. Selain itu, tes darah juga akan digunakan untuk

menentukan golongan darah dan Rh (rhesus) Anda, yang

menentukan hubungan Rh Anda dengan janin yang sedang tumbuh.

3. Chorionic villus sampling

Chorionic villus sampling adalah tes skrining invasif yang

dilakukan dengan mengambil potongan kecil dari plasenta. Tes ini

biasanya dilakukan antara minggu ke 10 dan 12 kehamilan. Tes ini

biasanya merupakan tes lanjutan dari USG NT dan tes darah yang

tidak normal. Tes ini dilakukan untuk lebih memastikan adanya

kelainan genetik pada janin seperti Down syndrome.

39

Tes skrining saat hamil trimester 2

1. Tes darah

Tes darah saat hamil trimester kedua mencakup beberapa tes

darah yang disebut multiple markers. Tes ini dilakukan untuk

mengetahui adanya risiko cacat lahir atau kelainan genetik pada

bayi. Tes ini sebaiknya dilakukan pada minggu ke 16 sampai 18

kehamilan.

Tes darah tersebut meliputi:

Kadar alpha-fetoprotein (AFP). Ini adalah protein yang

biasanya diproduksi oleh hati janin dan terdapat dalam cairan

yang mengelilingi janin (cairan amnion atau ketuban), dan

menyilang plasenta ke dalam darah ibu. Tingkat AFP yang

tidak normal mungkin meningkatkan risiko seperti spina

bifida, sindrom Down atau kelainan kromosom lainnya, cacat

di perut janin, dan kembar.

Kadar hormon yang diproduksi plasenta, antara lain hCG,

estriol, dan inhibun.

2. Tes gula darah

Tes gula darah digunakan untuk mendiagnosis diabetes

gestasional. Ini merupakan kondisi yang bisa berkembang selama

kehamilan. Kondisi ini dapat meningkatkan kelahiran secara

caesar karena bayi dari ibu dengan diabetes gestasional biasanya

memiliki ukuran yang lebih besar. Tes ini juga bisa dilakukan

setelah hamil jika wanita memiliki kadar gula darah tinggi selama

kehamilan. Atau jika Anda memiliki kadar gula darah rendah

setelah melahirkan.Ini merupakan serangkaian tes yang dilakukan

40

setelah Anda minum cairan manis yang mengandung gula. Jika

Anda positif memiliki diabetes gestasional, Anda memiliki risiko

diabetes yang lebih tinggi dalam 10 tahun berikutnya, dan Anda

harus mendapatkan tes lagi setelah kehamilan.

3. Amniocentesis

Selama amniosentesis, cairan ketuban dikeluarkan dari rahim

untuk diuji. Ini berisi sel janin dengan susunan genetik yang sama

seperti bayi, serta berbagai bahan kimia yang diproduksi oleh

tubuh bayi. Ada beberapa jenis amniosentesis. Tes amniosentesis

genetik untuk kelainan genetik, misalnya spina bifida. Tes ini

biasanya dilakukan setelah minggu ke 15 kehamilan. Tes ini

dianjurkan jika: Skrining tes saat hamil menunjukkan hasil yang

tidak normal.

Memiliki kelainan kromosom selama kehamilan sebelumnya.

Ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih.

Memiliki riwayat jeluarga dengan kelainan genetik tertentu.

Tes skrining saat hamil trimester

Skrining Strepococcus Group B

Strepococcus Group B (GBS) adalah kelompok bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi serius pada ibu hamil dan bayi yang baru

lahir. GBS pada wanita sehat sering ditemukan di daerah mulut,

tenggorokan, saluran pencernaan, dan vagina. GBS di vagina

umumnya tidak berbahaya bagi wanita terlepas dari sedang hamil atau

tidaknya. Namun, bisa sangat berbahaya bagi bayi yang baru lahir

yang belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat. GBS dapat

41

menyebabkan infeksi serius pada bayi yang terinfeksi saat lahir. Tes

ini dilakukan dengan mengusap vagina dan rektum ibu hamil pada

usia kehamilan ke 35 sampai 37 minggu. Jika hasil skrining GBS

positif, Anda akan diberikan antibiotik saat dalam proses persalinan

untuk mengurangi risiko bayi terkena infeksi GBS.

42

B. Teori Persalinan

2. Pengertian Persalinan

a. Definisi

Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi

yang dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses

tersebut dapat dikatakan normal atau spontan. Jika bayi yang

dilahirkan berada pada posisi letak belakang kepala dan berlangsung

tanpa bantuan atau pertolongan, serta tidak melukai ibu dan bayi.

Pada umumnya proses ini berlangsung dalam waktu kurang dari 24

jam (Jenny, 2013).

b. Mekanisme persalinan

Mekanisme persalinan menurut Rukiyah (2009) :

1) Turunya kepala janin

Sebetulnya janin mengalami penurunan terus menerus

dalam jalan lahir sejak kehamilan TM III, antara lain masuknya

bagian terbesar janin kedalam pintu atas panggul (PAP) yang

pada primigravida 38 minggu atau selambat-lambatnya awal

kala II.

2) Fleksi

Pada permulaan persalinan kepala janin biasanya berada

dalam sikap fleksi. Dengan adanya his dan tahanan dasar

panggul yang makin besar, maka kepala janin makin turun dan

semakin fleksi sehingga dagu janin menekan pada dada dan

43

belakang kepala (oksiput) menjadi bagian bawah. Keadaan ini

disebut fleksi maksimal.

3) Rotasi dalam/putaran paksi dalam

Makin turunya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin

akan berputar sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang

rongga panggul atau diameter anterior posterior kepala janin

akan bersesuaian dengan diameter terkecil antero posterior pintu

bawah panggul. Hal ini mungkin karena kepala janin bergerak

spiral atau seperti sewaktu turun dalam jalan lahir. Bahu tidak

berputar bersama-sama dengan kepala akan membentuk sudut

45. Keadaan demikian disebut putaran paksi dalam ubun-ubun

kecil berada dala simfisis.

4) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar

panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini

disebabkan karena sumbu jalan lahir pada putaran bawah

panggul mengarah kedepan dan keatas, sehingga kepala harus

mengadakan ekstensi untuk melaluinya kalau tidak terjadi

ekstensi maka kepala akan tertekan pada pertemuan dan

menembusnya. Dengan ekstensi ini maka subocciput bertindak

sebagai Hipomochilon (sumbu putar). Kemudian lahirlah

berturut-turut sinsiput (puncak kepala) , dahi, hidung, mulut, dan

akhir dagu.

44

5) Rotasi luar/putaran paksi luar

Setelah ekstensi kemudian diikuti dengan putaran paksi luar

yang pada hakikatnya kepala janin menyesuaiakan kembali

dengan sumbu panjang bahu, sehingga panjang bahu dengan

sumbu panjang kepala janin berada pada satu garis lurus.

6) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah

sympisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu

belakang. Kemudian bahu belakang menyusul dan selanjutnya

seluruh tubuh bayi lahir searah dengan paksi jalan lahir.

c. Fisiologis persalinan

Menurut (Rukiah, 2009), Proses persalinan dapat terjadi dengan

adanya perubahan hormone estrogen, progesterone, prostaglandin,

uterus yang menjadi besar dan meregang, tekanan pada ganglion

cervicale dan penurunan fungsi plasenta.

Tahapan dari persalinan terdiri atas kala I (kala pembukaan),

kala II (kala pengeluaran janin), kala III (pelepasan plasenta), kala

IV (kala pengawasan/observasi/pemulihan).

1) Kala I

Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan nol)

sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2

fase, yaitu :

a) Fase laten berlangsung 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm.

45

b) Fase aktif berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4

cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi

dalam 3 fase yaitu:

(1) Fase akselerasi dalam 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4

cm.

(2) Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

(3) Fase deselerasi pembukaan menjadi lambat sekali, dalam

waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

Fase diatas terjadi pada primigravida ataupun

multigravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu

yang lebih pendek. Pada multigravida kala I berlangsung ± 8

jam, sedangkan pada primigravida ± 12 jam.

2) Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.

Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam

pada multi. Pada kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang

panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul

yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karena

tekanan pada rectum ibu merasa seperti mau buang air besar

dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai

kelihatan, vulva membuka, perinium membuka, perinium

meregang. Dengan adanya his ibu dan dipimpin untuk

mengejan, maka lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.

46

Gejala utama kala II adalah sebagai berikut:

a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan

durasi 30 sampai 50 detik.

b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan mengejan akibat tertekannya pleksus

frankenhauser.

d) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala

bayi sehingga terjadi:

(1) Kepala membuka pintu

(2) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion, kemudian

secara berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung

dan muka, serta kepala seluruhnya.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,

yaitu penyesuaian kepala pada punggung.

f) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi

ditolong dengan cara:

(1) Kepala dipegang pada oscciput dan dibawah dagu,

kemudian ditarik dengan menggunakan cunam kebawah

untuk melahirkan bahu depan dan ke atas untuk

melahirkan bahu belakang.

(2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan

sisa badan bayi.

47

(3) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

g) Lamanya kala II untuk multigravida 1,5-2 jam dan

primigravida 1,5-1 jam.

3) Kala III

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses

lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan

tanda-tanda dibawah ini.

a) Uterus menjadi bundar

b) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim

c) Tali pusat bertambah panjang.

d) Terjadi semburan darah tiba-tiba.

Manajemen aktif kala III adalah sebagai berikut :

(1) Pemberian suntikan okstitoksin dalam 1 menit pertama

setelah bayi lahir

(2) Melakukan penengangan tali pusat terkendali (PTT)

(3) Massase Fundus Uteri

Pengeluaran selaput ketuban. Selaput janin biasanya

lahir dengan mudah, namun kadang-kadang masih ada

bagian plasenta yang tertinggal. Bagian tertinggal tersebut

dapat dikeluarkan dengan cara:

(a) Menarik pelan-pelan

(b) Memutar atau memilinnya seperti tali

48

(c) Memutar klem

(d) Menual atau digital.

Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara

teliti setelah dilahirkan. Apakah setiap bagian plasenta

lengkap atau tidak lengkap. Bagian plasenta yang

diperiksa yaitu permukaan maternal yang pada

normalnya memiliki 6-20 kotiledon, permukaan fetal,

dan apakah terdapat tanda-tanda plasenta suksenturia.

Jika plasenta tidak lengkap, maka disebut ada sisa

plasenta. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan

yang banyak dan infeksi.

Kala III terdiri dari dua fase, yaitu:

a) Fase pelepasan plasenta

Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain:

(1) Schultze

Proses lepasnya plasenta seperti menutup

payung. Cara ini merupakan cara yang paling

sering terjadi (80%). Bagian yang lepas terlebih

dulu adalah bagian tengah, lalu terjadi retro

plasental hematoma yang menolak plasenta mula-

mula bagian tengah, kemudian selanjutnya.

Menurut cara ini, perdarahan biasanya tidak ada

sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak

setelah plasenta lahir.

49

(2) Duncan

Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini

lepasnya plasenta mulai dari pinggir 20%. Darah

akan mengalir keluar antara selaput ketuban.

Pengeluarannya juga serempak dari tengah dan

pinggir plasenta.

b) Fase pengeluaran plasenta

Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta

adalah:

(1) Kustner

Meletakkan tangan disertai tekanan diatas

simfisis, tali pusat diregangkan, maka bila tali

pusat masuk berarti belum lepas. Jika diam atau

maju berarti sudah lepas.

(2) Klein

Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila

tali pusat kembali berarti belum lepas

(3) Strassman

Tegangkan tali pusaat dan ketok pada fundus,

bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas.

Tanda-tanda plasenta lepas adalah rahim menonjol

diatas simpisis, tali pusat bertambah panjang,

50

rahim bundar dan keras, serta keluar darah secara

tiba-tiba.

4) Kala IV

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam post

partum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi

karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam

pertama. Darah yang keluar selama perdarahan harus ditakar

sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasanya

disebabkan oleh luka pada saat pelepasan plasenta dan robekan

pada serviks dan perinium. Rata-rata jumlah perdarahan yang

dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Jika

perdarahan lebih 500 cc, maka dianggap tidak normal, dengan

demikian harus dicari penyebabnya. Penting untuk diingat jangan

meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan plasenta

lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan,

periksa ulang terlebih dahulu dan perhatikan 7 pokok penting

berikut :

a) Kontraksi rahim baik atau tidaknya diketahui dengan

pemeriksaan palpasi. Jika perlu lakukan massase dan berikan

uterotonika, seperti methergin, atau erimetrin dan oksitosin.

b) Perdarahan ada atau tidak

c) Kandung kemih harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan

berkemih dan kalau tidak bisa, lakukan kateter.

d) Luka-luka jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau

tidak.

51

e) Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.

f) Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan dan

masalah lain.

g) Bayi dalam keadaan baik.

d. Tanda dan gejala persalinan

Tanda dan gejala persalinan menurut (Rukiah, 2009) :

1) Tanda-tanda permulaan persalinan:

a) Lightening

Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas

panggul terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih

melebar, fundus uteri menurun, perasaan sering kencing atau

susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian

terbawah janin.

b) Fase labor

Fase labor adalah perasaan sakit diperut dan pinggang

oleh adanya kontraksi lemah dari uterus.

c) Bloody show

Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya

bertambah bisa bercampur darah.

e. Tanda-tanda persalinan

Menurut (Jenny, 2013), terdapat beberapa teori yang

berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his sehingga menjadi

awal mula terjadinya proses persalinan, walaupun hingga kini

belum dapat diketehui dengan pasti penyebab terjadinya persalinan.

52

1) Teori penurunan progesteron

Kadar hormon akan mulai menurun pada kira-kira 1-2

minggu sebelum persalinan dimulai. Terjadinya kontraksi otot

polos uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri

yang hebat yang belum diketahui secara pasti penyebabnya,

tetapi terdapat beberapa kemungkinan, yaitu :

a) Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi.

b) Adanya penekanan ganglia saraf serviks pada uterus bagian

bawah otot-otot yang saling bertautan.

c) Peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran

serviks, yaitu pemendekan saluran serviks dari panjang

sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan

tepi hampir setipis kertas.

d) Peritonium yang berada diatas fundus mengalami

peregangan.

2) Teori keregangan

Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami

penegangan akan mengakibatkan otot-otot uterus mengalami

iskemia sehingga mungkin dapat menjadi faktor yang dapat

mengganggu sirkulasi uterroplasenta yang pada akhirnya

membuat plasenta mengalami degenerasi. Ketika uterus

berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput ketuban,

tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran

serviks.

53

3) Teori oksitosin interna

Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin.

Adanya perubahan keseimbangan antara estrogen dan

progesteron dapat mengubah tingkat sensitivitas otot rahim

dan akan mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus yang

disebut Braxton hicks. Penurunan kadar progesteron karena

usia kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktivitas

oksitosin meningkat.

Beberapa tanda-tanda dimulainya proses persalinan adalah

sebagai berikut :

a) Terjadinya his persalinan

Sifat his persalinan adalah :

(1) Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan

(2) Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatan

makin besar.

(3) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin

bertambah.

b) Pengeluaran lendir dan darah

Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya

perubahan pada serviks yang akan menimbulkan :

(1) Pendataran dan pembukaan

(2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada

kanalis servikalis lepas.

(3) Terjadinya perdarahan karena kapiler pembuluh darah

pecah.

54

c) Pengeluaran cairan

Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah

ketuban. Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang

pembukaan lengkap.

d) Hasil-hasil yang didapat pada pemeriksaan dalam

Perlunakan serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut (Jenny, 2013), adapun faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi proses persalinan adalah penumpang (passanger),

jalan lahir (passage), kekuatan (power), posisi ibu (positioning),

dan respon psikologis (psychology response). Masing-masing dari

faktor tersebut dapat dijelaskan berikut ini :

1) Penumpang (passanger)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta.

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran

kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.

Sedangkan yang perlu diperhatikan dalam plasenta adalah

letak, besar dan luasnya.

2) Jalan lahir (passage)

Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahr keras dan jalan

lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir

keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan

yang perlu diperhatikan dari jalan lahir lunak adalah segmen

bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar

panggul, vagina dan introitus vagina.

55

3) Kekuatan (power)

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi dua yaitu :

a) Kekuatan primer (kontraksi involunter)

Kontraksi yang berasal dari segmen atas uterus yang

menebal dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk

gelombang. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan

kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan

inensitas kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan

serviks menipis dan berdilatasi sehingga janin turun.

b) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)

Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen

ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi ke jalan lahir

sehingga menimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan ini

menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan

dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak

mempengaruhi dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup

penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus

dan vagina.

5) Posisi ibu (positioning)

Posisi ibu dapat memengaruhi adaptasi anatomi dan

fisiologi persalinan. Perubahan posisi yang diberikan pada ibu

bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, memberi rasa

nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak (contoh posisi

berdiri, berjalan, duduk dan jongkok) memberi sejumlah

56

keuntungan, salah satunya adalah memungkinkan gaya

gravitasi membantu penurunan janin. Selain itu, posisi ini

dianggap dapat mengurangi kejadian penekanan tali pusat.

6) Respon psikologi (psychology response)

Dapat dipengaruhi oleh :

a) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan

b) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan

c) Saudara kandung selama persalinan.

g. Penatalaksaan dalam proses persalinan

Menurut (Jenny, 2013), langkah asuhan persalinan normal

Melihat tanda dan gejala kala dua :

1) Melihat tanda gejala kala II/ persalinan, meliputi ada dorongan

meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva

membuka.

2) Menyiapkan dan memastikan kelengkapan alat partus dan

obat-obatan essential, meliputi bak instrument yang berisi 3

pasang sarung tangan steril, ½ kocker, gunting tali pusat, spuit

3 cc, klem tali pusat, benang tali pusat, kassa. Obat-obatan

yaitu oksitosin 10 IU, methergin, lidocain, betadin. Hecting set

yang berisi jarum kulit dan jarum otot, benang, pinset antomis,

pinset cyrugis, gunting. Perlengkapan ibu yaitu pakaian ibu,

kain, pembalut, celana dalam, gurita ibu dan lain-lain.

Perlengkapan bayi yaitu baju bayi, bedong, topi bayi, bedong,

topi bayi. Perlengkapan alat pelindung dari alat pelindung diri

57

untuk bidan meliputi celemek, masker, kacamata, sepatu boot

dan topi.

3) Memakai celemek

4) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai,

mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir,

kemudian keringkan tangan dengan handuk yang bersih dan

kering

5) Memakai sarung tangan disinvektan tingkat tinggi pada tangan

yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6) Memasukaan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan

tangan yang memakai sarung tangan disinvektan tingkat tinggi

atau steril) pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.

7) Membersihkan vulva dan perinium dengan hati-hati, dari

depan kebelakang dengan kapas atau kassa yang dibasahi air

disinvektan tingkat tinggi.

8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan

rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit. Cuci kedua tangan dengan air mengalir

setelah sarung tangan dilepaskan.

58

10) Memeriksa detak jantung janin setelah kontraksi atau saat

uterus relaksasi untuk memastikan bahwa detak jantung janin

dalam batas normal (120-160x/menit).

11) Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik, serta bantu ibu dalam menemukan posisi yang

nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

12) Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi

meneran

13) Melakukan bimbingan meneran pada saat ibu ada dorongan

kuat untuk meneran

14) Menganjurkan ibu untuk istirahat yaitu dengan minuman atau

makanan pada saat tidak ada kontraksi/his.

15) Menganjurkan ibu untuk mengambil posisi yang nyaman,

jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran.

16) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di atas

perut ibu, jika kepala bayi sudah terlihat diameter 5 cm

didepan vulva.

17) Melakukan kai bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah

bokong ibu

18) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan

19) Memakai sarung tangan disinvektan tingkat tinggi pada

kedua tangan

59

20) Melindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersih dan kering setelah tampak kepala bayi

dengan diameter 5-6 cm membuka vulva. Tangan yang lain

menahan kepala bayi untuk menahan posisi kepala bayi tetap

defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk

meneran perlahan atau bernafas cepat dari dangkal saat 1/3

bagian kepala bayi telah keluar dari vagina.

21) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan

proses kelahiran bayi.

22) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

23) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara

biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi dengan

lembut gerakan kepala kebawah dan disertai hingga bahu

depan muncul dibawah arcus pubis dan kemudian gerakan

kearah atas dan disertai untuk melahirkan bahu belakang.

24) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan atas kearah perinium

ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan

dan siku sebelah atas.

25) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang

kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki kemudian

60

pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari

lainnya).

26) Menilai bayi dengan cepat, kemudian letakkan bayi diatas

perut ibu

27) Mengeringkan tubuh bayi, mulai dari muka, kepala dan

bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa

membersihkan verniks. Ganti handuk bersih dengan

handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu..

28) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada

lagi bayi kedua dalam uterus

29) Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar

uterus berkontraksi baik dan mempercepat keluarnya

plasenta

30) Menyuntikan oksitosin 10 unit IM (intra muskuler) di 1/3

paha atas bagian distal leteral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

31) Menjepit tali puast dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan

jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem

pertama

32) Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),

dan lakukan pemotongan tali pusat diantara 2 klem

tersebut.

33) Mengikat tali pusat dengan benang tali pusat.

61

34) Meletakan bayi diatas perut ibu untuk inisiasi menyusu

dini dengan posisi kepala bayi di tengah-tengah

payudara, kepala menghadap kesalah satu payudara ibu,

kaki dan tangan seperti katak, kemudian selimuti bayi

dengan kain dan kepala bayi diberi topi sehingga dapat

mencegah bayi dari bahaya terjadinya hipotermi.

35) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10

cm dari vulva.

36) Meletakan satu tangan diatas kain perut ibu, pada tepi

atas simpisis, untuk mendeteksi adanya kontraksi.

Tangan yang lain memegang tali pusat.

37) Menegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan

yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorso

kranial) secara hati-hati (untuk mencegah involusi uteri).

Pertahankan posisi tangan dorso kranial selama 30-40

detik.

38) Melakukan peregangan dan dorongan dorso kranial

hingga plasenta terlepas, minta ibu untuk meneran

sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar

lantai dan kemudian kearah atas mengikuti poros jalan

lahir (tetap lakukan dorso kranial).

39) Melahirkan plasenta, saat plasenta muncul di introtius

vagina. Pegang dan putar plasenta (searah jarum jam)

hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan

62

tempatkan plasenta pada tempat/wadah yang sudah

disediakan.

40) Melakukan massase uterus, letakkan telapak tangan di

fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar

dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba

keras).

41) Mematikan plasenta telah dilahirkan lengkap dengan

memeriksa kedua sisi plasenta.

42) Mengevaluasi kemungkinan terjadi laserasi pada vagina

dan perinium. Lakukan penjahitan jika terjadi laserasi

yang menyebabkan pendarahan.

43) Memastikan uterus berkontraksi baik atau keras dan

tidak terjadi pendarahan pada pervaginam

44) Mencelupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin

0,5% dan keringkan menggunakan handuk.

45) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap

15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan

setiap 30 menit selama 1 jam paca persalinan.

46) Mengajurkan ibu dan keluarga cara melakukan massase

uterus dan menilai kontraksi

47) Mengevaluasi jumlah darah

48) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernafas dengan baik (40-60x/menit) serta suhu tubuh

normal (36,5-37,5 oC).

63

49) Menempatkasn semua peralatan bekas pakai dalam

larutan klorin 0,3% untuk mendekontaminasi (10 menit).

Cuci dan bilas peralatan yang telah didekontaminasi

50) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat

sampah yang sesuai

51) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinvektan

tingkat tinggi. Bersihkan sisa cairan, lendir dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang lebih bersih dan

kering.

52) Memastikan ibu merasa nyaman dan bantu ibu

memberikan ASI . Anjurkan keluarga untuk memberi ibu

minuman dan makanan yang diinginkan.

53) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin

0,5%

54) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

55) Memakai kembali sarung tangan disinvektan tingkat

tinggi setelah 1 jam inisiasi menyusu dini selesai

56) Melakukan penimbangan /pengukuran bayi, beri tetes

mata antibiotik profilaksin, dan vitamin K 1mg intra

muskuler dipaha kiri anterolateral.

57) Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan

imunisasi hepatitis B dipaha kanan anterolateral.

64

58) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin

0,5%, balikan bagian dalam keluar dan rendam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

periksa

h. Lima benang merah dalam asuhan kebidanan

Menurut JNPK – KR (2008), ada lima aspek dasar atau lima

benang merah, yang penting dan saling terkait dalam asuhan

persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut

melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis.

Lima benang merah tersebut adalah :

1) Membuat keputusan klinik

Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan

untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang

diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat,

komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya

maupun petugas yang memberikan pertolongan. Tujuan

langkah dalam membuat keputusan klinik adalah sebagai

berikut:

a) Pengumpulan data utama yang relevan untuk membuat

keputusan.

b) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah.

65

c) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang

terjadi atau dihadapi.

d) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk

mengatasi masalah.

e) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi

untuk solusi masalah.

f) Melaksanakan asuhan atau intervensi terpilih.

g) Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau

intervensi.

2) Asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai

budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa

prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut

sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan

kelahiran bayi.

3) Pencegahan infeksi

Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari

komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan

dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam

setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir,

keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya

dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur.

Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko penularan

penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum

66

ditemukan pengobatannya, seperti hepatitis dan Human

Immunodeficiency Virus.

4) Pencatatan (dokumentasi)

Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat

keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan

untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan

selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

5) Rujukan

Rujukan adalah kondisi optimal dan tepat waktu ke

fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan

mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir.

Sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi

sehingga kesiapan untuk merujuk ibu atau bayinya ke

fasilitas rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit

terjadi) menjadi syarat bagi keberhasilan upaya

penyelamatan.

Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam melakukan rujukan

disingkat BAKSOKUDA yaitu :

B (Bidan) : Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir di

damping oleh penolong persalinan yang

kompeten untuk menatalaksana gawat darurat

obstetri dan bayi baru lahir untuk di bawa ke

fasilitas rujukan.

67

A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk

asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru

lahir (tabung suntik, selang IV, alat resusitasi,

dll) bersama ibu ke tempat rujukan.

Perlengkapan dan bahan-bahan mungkin di

perlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan

menuju fasilitas rujukan.

K (Keluarga) : Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi

terakhir ibu dan/ bayi dan mengapa ibu dan/

bayi perlu di rujuk. Jelaskan pada mereka

alasan dan tujuan merujuk ibu ke fasilitas

rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga

yang lain harus menemani ibu dan bayi baru

lahir hingg ke fasilitas rujukan.

S (Surat) : Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini

harus memberikan identifikasi mengenai ibu

dan/ bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan

dan uraian hasil pemeriksaan, asuhan atau

obat-obatan yang di terima ibu dan/ bayi baru

lahir. Sertakan juga pertograf yang di pakai

untuk membuat keputusan klinik.

O (Obat) : Bawa obat-obatan esensial pada saat

mengantar ibu ke fasilitas rujukan. Obat-

68

obatan tersebut mungkin di perlukan selama di

perjalanan.

K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang paling

memungkinkan untuk merujuk ibu dalam

kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan

kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai

tujuan pada waktu yang tepat.

U (Uang) : Ingatkan pada keluarga agar membawa uang

dalam jumlah yang cukup untuk membeli

obat-obatan yang di perlukan dan bahan-bahan

kesehatan lain yang di perlukan selama ibu

dan/ bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.

DA (Darah) : Menyiapkan keluarga atau tetangga yang

mempunyai golongan darah sama ke palang

merah Indonesia minimal 24 jam sebelum

pasien lahir untuk mempersiapkan pasien

apabila memerlukan transfusi darah.

i. Resiko jika pasien kambuh dalam proses persalinan

Menurut Sulistyawati (2009), bila seseorang yang terkena

tuberculosis paru kambuh pada saat bersalin pada ibu akan terjadi

sesak napas, batuk-batuk dan lemas. Dan yang akan terjadi pada

janin fetal distres karena asupan oksigen ibu ke janin berkurang.

Menurut Najoan Nan Warouw (2007), masa Persalinan

Pasien yang sudah cukup mendapat pengobatan selama kehamilan

69

biasanya masuk kedalam persalinan dengan proses tuberkulosis

yang sudah tenang. Persalinan pada wanita yang tidak mendapat

pengobatan dan tidak aktif lagi, dapat berlangsung seperti biasa,

akan tetapi pada mereka yang masih aktif, penderita ditempatkan

dikamar bersalin tertentu ( tidak banyak digunakan penderita

lain). Persalinan ditolong dengan kala II dipercepat misalnya

dengan tindakan ekstraksi vakum atau forsep, dan sedapat

mungkin penderita tidak mengedan, diberi masker untuk

menutupi mulut dan hidungnya agar tidak terjadi penyebaran

kuman ke sekitarnya. Sedapat mungkin persalinan berlangsung

pervaginam. Sedangkan sectio caesarea hanya dilakukan atas

indikasi obstetrik dan tidak atas indikasi tuberkulosis paru.

j. Laserasi jalan lahir

Menurut JNPK – KR (2008) laserasi diklasifikasikan

berdasarkan luasnya robekan yaitu :

1) Derajat satu dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perinium.

2) Derajat dua dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perinium dan otot perinium.

3) Derajat tiga dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perinium dan otot perinium dan otot sfingter ani.

4) Derajat empat dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perinium dan otot perinium dan otot sfingter ani dan dinding

dengan rektum.

70

C. Teori Nifas

2. Pengertian Nifas

a. Definisi

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil

yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Nanny Lia Dewi, 2013)

b. Fisiologis Nifas

Menurut (Marmi, 2014), masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan

yaitu:

1) Puerperium dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri

dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermedial

Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi

selama kurang lebih enam sampai delapan minggu.

3) Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam

keadaan sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau

waktu persalinan mengalami komplikasi.

c. Tanda bahaya masa nifas

Menurut (Nanny Lia Dewi, 2013) :

1) Pendarahan pervaginam

Perdarahan post partum paling sering diartikan sebagai

keadaan kehilangan darah lebih dari 500 ml selama 24 jam

71

pertama sesudah kelahiran bayi. Perdarahan post partum adalah

merupakan penyebab penting kehilangan darah serius yang

paling sering dijumpai dibagian obstetrik. Sebagai penyebab

langsung kematian ibu, perdarahan post partum merupakan

penyebab sekitar keseluruhan kematian akibat perdarahan

obstetrik yang diakibatkan oleh perdarahan post partum.

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah

bersalin didefinisikan sebagai perdarahan. Terdapat beberapa

masalah mengenai definisi ini :

a) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang

sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya.

Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan

urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain

didalam ember dan dilantai.

b) Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai

dengan kadar hemoglobin seorang ibu. Seorang ibu dengan

kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri

terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada

anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemi pun dapat

mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.

c) Perdarahan dapat terjadi dengan lambat dengan waktu

beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai

terjadi syok.

72

Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat

memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan.

Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua

wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden

perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu

pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk

mendiagnosis perdarahan pasca persalinan.

2) Infeksi masa nifas

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah

persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab

tertinggi angka kematian ibu. Infeksi alat genetalia merupakan

komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urine,

payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya

angka kematian ibu tinggi. Gejala umum infeksi dapat berupa

uterus lembek, kemerahan, dan rasa nyeri pada payudara.

3) Infeksi alat genital

Ibu beresiko terjadi infeksi post partum karena adanya luka

pada bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital

termasuk episiotomi pada perineum, dinding vagina dan serviks,

infeksi post seksio caesar kemungkinan yang terjadi. Infeksi

masa nifas atau sepsis peurperalis adalah infeksi pada traktus

genetalia yang terjadi pada setiap saat antara awitan pecah

ketuban (ruptur membrani) atau persalinan dan 42 hari setelah

persalinan atau abortus, dimana terdapat dua atau lebih dari hal-

73

hal berikut nyeri pelvik, demam 38.5 derajat celcius atau lebih,

rabas vagina yang abnormal, rabas vagina yang berbau busuk

dan bakteri hambatan dalam kecepatan penurunan uterus.

4) Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur

Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala

hebat atau penglihatan kabur.

Penanganan :

a) Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah dan pernafasan

b) Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan

masker dan balon, lakukan, intubasi jika perlu dan jika

pernafasan dangkal periksa dan bebaskan jalan nafas dan beri

oksigen 4-6 liter/menit.

c) Jika pasien tidak sadar atau koma bebaskan jalan nafas,

baringkan pada sisi kiri, ukuran suhu, periksa apakah ada

kaku tengkuk.

5) Pembengkakan di wajah atau ekstremitas

Periksa adanya varises, periksa kemerahan pada betis,

periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema.

6) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih

Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap

tegangan air kemih didalam vesika sering menurun akibat

trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal sensasi

peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa

74

tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar,

laserasi uretra atau hematom dinding vagina.

7) Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki

(Thrombopeblitis).

Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara

pada vena manapun dipelvis yang mengalami dilatasi dan

mungkin lebih sering mengalaminya. Faktor predisposisi :

a) Obesitas

b) Peningakatan umur maternal dan tingginya paritas

c) Riwayat sebelumnya mendukung

d) Anastesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang

lama pada keadaan pembuluh vena

e) Anemia maternal

f) Hipotermi atau penyakit jantung

g) Endometritis

h) Varicostitis

i) Manifestasi, Timbul secara takut, timbul rasa nyeri akibat

terbakar, nyeri tekan permukaan.

Penatalaksanaan masa nifas menurut (Saifudin, 2009) :

Tabel 2.2. Penatalaksanaan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam

setelah

persalinan

Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

Mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan rujuk bila perdarahan

berlanjut

Memberikan konseling pada ibu atau

75

salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri

Pemberian ASI awal

Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermia

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu

dan bayi lahr 2 jam pertama setelah

lahir atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan stabil.

2 6 hari

setelah

persalinan

Memastikan involusi uteri berjalan

normal, uterus berkontraksi

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istiraahat.

Memastikan ibu menyusui dengan baik

dan tak memperlihatkan tanda-tanda

penyulit.

Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

3 2 minggu

setelah

persalinan

Sama seperti diatas (6 hari setelah

persalinan)

4 6 minggu

setelah

persalinan

Menanyakan pada ibu tentang penyulit-

penyulit yang ia atau bayi alami

Memberikan konseling untuk memakai keluarga berencana atau berKB secara

dini.

Tujuan asuhan masa nifas (Nanny Lia Dewi, 2013)

a) Mendeteteksi adanya perdarahan masa nifas tujuan untuk

menghindarkan adanya kemungkinan perdarahan post partum

dan infeksi.

76

b) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun

psiologis.

c) Melaksanakan skrining secara komperhensif dengan

mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya.

d) Memberikan pendidikan kesehatan diri, nutrisi, keluarga

berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya,

dan perawatan bayi sehat.

e) Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan

payudara yaitu menjaga payudara tetap bersih dan kering serta

menggunakan bra yang menyokong payudara.

d. Tuberculosis dalam Nifas

Menurut Najoan Nan Warouw (2007), masa Nifas Penelitian

terdahulu menyatakan bahwa pengaruh kehamilan terhadap

tuberkulosis paru justru menonjol pada masa nifas. Hal tersebut

mungkin karena faktor hormonal, trauma waktu melahirkan,

kesibukan ibu dengan bayinya dll. Tetapi masa nifas saat ini tidak

selalu berpengaruh asal persalinan berjalan lancar, tanpa

perdarahan banyak dan infeksi. Cegah terjadinya perdarahan

pospartum seperti pada pasien-pasien lain pada umumnya. Setelah

penderita melahirkan, penderita dirawat diruang observasi selama

6-8 jam, kemudian penderita dapat dipulangkan langsung. Diberi

obat uterotonika, dan obat TB paru diteruskan, serta nasihat

perawatan masa nifas yang harus mereka lakukan. Penderita yang

tidak mungkin dipulangkan, harus dirawat di ruang isolasi.

77

D. Teori Bayi Baru Lahir

1. Pengertian bayi baru lahir

a. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37 – 42 minggu dan berat badannya 2.500 – 4.000 gram

( Dewi, 2013).

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir pada usia kehamilan

37 – 42 minggu dengan berat lahir antara 2.500 – 4.000 gram

(Sondakh, 2013).

b. Kriteria bayi baru lahir normal

Menurut Sondakh (2013) kriteria bayi yang normal berukuran

Berat badan 2500-4000 gram, Panjang badan 48-52 cm, Lingkar

kepala 33-35 cm, Lingkar dada 31-33 cm.Bunyi jantung dalam satu

menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun sampai 140-120

kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit, Pernafasan cepat pada

menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai pernafasan

cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostar, serta rintihan

hanya berlangsung 10-15 menit, Kulit kemerahan dan licin karena

jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa,

Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik, Kuku

agak panjang dan lemas, Genetalia testis sudah turun ke skrotum

(pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah menutupi labia minora

(pada bayi perempuan), Reflek hisap, menelan dan moro telah

terbentuk, Eliminasi urin dan mekonium normalnya keluar pada 24

78

jam pertama, mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan

dan lengket.

c. Tanda – tanda bayi baru lahir

Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa

tanda antara lain : Appearance (warna kulit), seluruh tubuh

kemerahan, Pulse (heart rate) atau frekuensi jantung > 100 x/menit,

Grimace (reaksi terhadap rangsangan), Menangis, batuk/bersin,

Activity (tonus otot), Gerakan aktif, Respiration (usaha nafas), bayi

menangis kuat (Mochtar, 2014).

d. Asuhan segera pada bayi baru lahir

Menurut Sondakh (2013), Jika bayi menangis atau pernafasan

saat bayi lahir, fasilitas ibu menyusui dini dan selanjutnya rawat

gabung bayi dengan ibu. Lalu lakukan perawatan segera pada bayi

baru lahir normal.

1) Setelah pengeringan, menggantikan handuk basah dengan handuk

kering.

2) Klem, potong tali pusat dengan dua ikatan.

3) Periksa pernafasan dan warna kulit setiap 5 menit, setelah 5 menit

lakukan penilaian umum bayi menggunakan skor APGAR.

4) Pastikan bahwa ruangan hangat untuk mencegah hipotermia,

tarulah bayi.

e. Perawatan bayi baru lahir

Disamping perawatan umum dan khusus untuk masalah bayi,

berikan perawatan umum dan perawatan lanjut.

79

1) Buat perencanaan perawatan umum yang meliputi kebutuhan bayi.

2) Pantau kemajuan – kemajuan bayi dengan melakukan penilaian

umum terus menerus tanpa terlalu mengganggu bayi yaitu

Frekuensi nafas. Denyut jantung. Warna kulit. Suhu tubuh.

Kecepatan dan volume cairan IV. Frekuensi dan volume pemberian

minum.

3) Siap dengan perubahan perencanaan perawatan bila terjadi

perubahan kondisi bayi yang ditentukan oleh hasil pemantauan

khusus dan minum.

4) Bayi ditimbang berat badannya, diukur panjang badan lahirnya dan

dicatat.

5) Perawatan mata bayi yaitu dengan sibersihkan kemudian diberikan

obat untuk mencegah blenorea :

a) Metode Crede dengan tetesan nitras argenti 1-2 % sebanyak 1

tetes pada masing-masing mata.

b) Salep penisilin atau salem mata gentamisin.

6) Diperiksa anus, genetalia eksterna dan jenis kelamin bayi

7) Jika pemeriksaan normal maka bayi sudah diperbolehkan untuk

diberikan kepada ibu dan keluarga.

f. Inisiasi menyusu dini

Inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi baru lahir

tengkurap didada ibunya setelah tubuh bayi dikeringkan dengan kain

bersih (kecuali pada bagian tangan bayi), kontak kulit – ke – kulit,

bagian punggung bayi ditutup dengan selimut, kepala bayi boleh

80

diberi topi (untuk mencegah hipotermia), dan bayi akan mencari

puting ibunya dalam waktu satu jam setelah lahir (Astuti, 2015).

Inisiasi menyusu dini memberikan banyak keuntungan baik bagi

ibu dan bayi. Bagi ibu dapat mengurangi perdarahan dengan adanya

kontraksi uterus saat bayi menyusu dan saat bayi merangkak mencari

putting ibu (breast crawl) (Astuti, 2015).

g. Tuberculosis pada bayi baru lahir

Menurut Najoan Nan Warouw (2007), pencegahan pada bayi :

1. Jangan pisahkan anak anak dari ibunya, kecuali ibu sakit sangat

parah,

2. Apabila ibu dahak negatif, segera bayi diberikan BCG,

3. Apabila dahak sediaan langsung ibu positif selama kehamilan, atau

tetap demikian saat melahirkan :

a) Bila bayi tampak sakit saat dilahirkan dan anda mencurigai

adanya tuberkulosis kongenital berilah pengobatan anti TB yang

lengkap.

b) Bila anak tampak sehat, berikanlah isoniazid 5 mg/kgbb dalam

dosis tunggal setiap hari selama 2 bulan. Kemudian lakukan tes

tuberkulin. Jika negatif, hentikan isoniazid dan berikan BCG.

Jika positif, lanjutkan isoniazid selama 4 bulan lagi. Jangan

berikan BCG pada saat diberikan isoniazid atau jangan lakukan

tes tuberkulin dan berikan isoniazid selama 6 bulan. Di banyak

negara adalah paling aman bagi ibu untuk menyusui bayinya.

Air Susu Ibu (ASI) merupakan gizi yang paling tinggi mutunya

bagi bayi.

81

E. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Asuhan kebidanan varney

a. Langkah

Pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien.Pengkajian data wanita hamil terdiri atas anamnesa, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan

b. Konsep dasar management kebidanan

Pengertian

Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka

pikir yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan

secara sistematis, mulai dari mengumpulkan datan, menganalisis data,

menegakan diagnosis kebidanan, menyusun rencana asuhan,

melaksanakan rencana asuhan, mengevaluasi keefektifan pelaksanaan

rencana asuhan, dan mendokumentasikan asuhan (Teori Praktik

Kebidanan 2008).

2. Manajemen kebidanan dengan metode VARNEY

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang

berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat

diaplikasikan dalam situasi apapun. Langkah-langkah tersebut adalah

sebagai berikut.

82

Langkah 1 : Pengumpulan Data Dasar / Pengkajian

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data

yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap.

Data dasar ini meliputi :

a. Data subyektif

1) Biodata pasien

a) Nama

Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil

dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara

bidan dan pasien menjadi lebih akrab.

b) Umur

Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah ibu didalam

persalinan beresiko karena usia atau tidak.

c) Agama

Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan

spriritual terhadap pasien dan keluarga sebelum dan pada saat

kelahiran.

d) Pendidikan

Tingkat pendidikan ini akan sangat mempengaruhi daya

tangkap dan tanggap pasien terhadap instruksi yang diberikan

bidan pada proses persalinan.

e) Pekerjaan

Data ini menggambarkan tingkat social ekonomi, pola

sosialisasi dan data pendukung dalam menentukan pola

komunikasi yang akan dipilih selama asuhan.

83

f) Suku bangsa

Data ini berhubungan dengan social budaya yang dianut oleh

pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan.

g) Alamat

Data ini memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang

ditempuh pasien menuju lokasi persalinan.

h) Biodata suami

Nama dimaksudkan untuk lebih mengenal dan untuk

membedakan dengan pasangan lainnya, umur ditulis untuk

mengetahui perbedaan usia dengan istrinya.

2) Riwayat pasien

a) Keluhan utama

Ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas

pelayanan kesehatan.

b) Riwayat kebidanan

Ditanyakan untuk memprediksi jalannya proses persalinan dan

untuk mendeteksi apakah ada kemungkinan penyulit selama

proses persalinan.

c) Riwayat kehamilan seseorang

Yang perlu dikaji adalah riwayat antenatal care, imunisasi

tetanus toxoid dan kebutuhan selama kehamilan.

84

d) Riwayat haid

Data ini secara tidak langsung memang berhubungan dengan

masa persalinan, namun dari data yang kita peroleh kita akan

mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ

reproduksi, dari riwayat haid ini kita dapat mengetahui pertama

haid terakhirnya.

e) Riwayat kesehatan

Dasar dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai

‘’warning” akan adanya penyulit saat persalinan. Beberapa data

penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu kita ketahui

adalah apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit

seperti jantung, diabetes mellitus, ginjal, hypertensi, hipotensi,

hepatitis atau anemia.

f) Pola kebutuhan sehari-hari :

1) Pola nutrisi

Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan

gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizi selama

hamil dengan masa awal persalinan.

2) Pola eliminasi

Dikaji untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam

defekasi dan miksi.

3) Pola istirahat

Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk

mempersiapkan energi menghadapi proses persalinannya.

85

4) Pola personal

Ditanyakan karena sangat berkaitan dengan kenyamanan

pasien dalam menjalani proses persalinan.

5) Pola seksual

Dikaji untuk mengetahui aktifitas seksual ibu, apakah ada

keluhan atau tidak.

6) Data perkawinan

Data ini penting untuk kita kaji karena dari data ini kita

akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga

pasangan serta kepastian mengenai siapa yang mendampingi

persalinan.

7) Keadaan sosial budaya

Data ini ditanyakan untuk mengetahui keadaan psikososial

pasien, apakah ibu merasa cemas atau tidak, karena keadaan

psikologis ibu sangat berpengaruh pada proses persalinan.

8) Data pengetahuan

Dikaji untuk pengetahuan atau kepahaman ibu tentang

persalinan.

b. Data obyektif

Data ini dikumpulkan melalui inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi

dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan.

86

1) Keadaan umum

Dasar ini didapatkan dengan mengamati keadaan pasien secara

keseluruhan, hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah

baik dan lemah.

2) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita

dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan

komposmentis sampai dengan koma.

3) Tanda vital

Pengukuran tanda tanda vital meliputi tekanan darah yang

normalnya dibawah 130/90 mmHg, temperatur normalnya 36-37 C,

deyut nadi normalnya 55-90 x/menit.

4) Pengukuran tinggi badan

Untuk mengetahui tingkat kesehatan klien apakah mempunyai

berat badan yang normal atau klien mengalami gizi buruk.

5) Berat Badan

Pada wanita hamil, terjadi penambahan berat badan. Perkiraan

peningkatan berat badan yang dianjurkan 4 kg pada kehamilan

trimester I, 0,5 kg/minggu pada kehamilan trimester II sampai III

totalnya sekitar 15-16 kg.

6) Leher

Bisa dilihat dan diperiksa apakah ada pembesaran kelenjar

tiroid dan vena jugularis atau tidak.

87

7) Dada dan aksila

a) Dada dilihat apakah kedua paru bergerak bersamaan bernafas,

pada paru apakah terdapat suara nafas.

b) Payudara biasa dilihat dan diperiksa ukuran, bentuk, warna kulit,

dan puting susu, apakah ada benjolan atau tidak, sakit atau tidak.

c) Aksila biasa dilihat dan diraba apakah ada benjolan atau tidak,

sakit atau tidak.

d) Abdomen bisa dilihat untuk mengetahui keadaan abdomen,

perlu diperhatikan juga apakah ada strie gravidarum.

8) Anggota gerak

Mengetahui keadaan tangan dan kaki, apakah pucat atau tidak,

ada varises atau tidak dan oedem atau tidak.

9) Genetalia

Genetalia eksterna dilihat labia mayora, labia minor, genetalia

internal dilihat ada tidaknya oedem.

10) Pemeriksaan khusus yang berkaitan dengan persalinan meliputi

pemeriksaan leopold untuk menentukan letak janin, pengukuran

tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, frekuensi dan lamanya

kontraksi, auskultasi dengan mengecek detak jantung janin, dan

pemeriksaan dalam yaitu keadaan portio, effacement, pembukaan,

selaput ketuban, bagian terendah, titik penunjuk, penurunan, dan

bagian terkemuka.

88

11) Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar haemogoblin, haematokrit,

golongan darah, hepatitis b, dan kadar leukosit, serta pemeriksaan

urin.

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar / identifikasi diagnosis dan masalah

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

didiagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi

yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang

sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosis yang spesifik. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang

ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan

memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

Langkah 3 : Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial lain berdasarkan

masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinan dilakukan pencegahan, sambil

mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Melakukan asuhan

yang aman penting sekali dalam hal ini. Tujuan dari langkah ketiga ini

adalah untuk mengantisipasi semua kemungkinan yang dapat muncul.

Langkah 4 : Antisipasi Penanganan Segera

Mengidentisifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah 5 : Intervensi

89

Pada langkah ini dilakukan perencenaan yang menyeluruh, ditentukan

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap

dapat dilengkapi.

Langkah 6 : Implementasi

Langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima

harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan

sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis.

3. Manajemen kebidanan dengan metode SOAP

Dalam metode SOAP, S adalah data subyektif, O adalah data obyektif,

A adalah Analysis/Assesment, dan P adalah Planning merupakan catatan

yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari metode

SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen

kebidanan.

a. Data Subyektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang

pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan

90

langsung dengan diagnosa. Data subyektif ini nantinya akan

menguatkan diagnosis yang akan disusun.

b. Data Obyektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur,

hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan

diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluar atau orang lain

dapat dimasukkan dalam data obyektif ini sebagai data penunjang. Data

ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis.

c. Analysis/Assesment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi (kesimpulan) dari data subyektif dan data obyektif. Karena

keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan

ditemukan informasi baru dalam data subyektif maupun data obyektif,

maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga

menuntut bidan untuk melakukan analisis data yang dinamis tersebut

dalam rangka mengikuti perkembangan data pasien. Analisis data

adalah melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup

: diagnosis atau masalah potensial serta perlunya antisipasi

diagnosa/masalah potensial dan tindakan segera.

d. Planning / perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis

dan interpretasi data.

4. Landasan hukum kewenangan bidan

Menurut Permenkes RI NO.28 Tahun 2017 Tentang Izin

Penyelenggaraan Praktik Bidan.

91

Pasal 15

(1) Bidan dapat menjalankan Praktik Kebidanan secara mandiri dan/atau

bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

(2) Praktik Kebidanan secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa Praktik Mandiri Bidan.

(3) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berupa:

(1) klinik

(2) puskesmas

(3) rumah sakit dan/atau

(4) Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.

Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki

kewenangan untuk memberikan :

a. pelayanan kesehatan ibu

b. pelayanan kesehatan anak, dan

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 19

(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf

a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan,

masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.

(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

pelayanan :

(a) konseling pada masa sebelum hamil

92

(b) antenatal pada kehamilan normal

(c) persalinan normal

(d) ibu menyusui, dan

(e) konseling pada masa antara dua kehamilan.

(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:

(a) episiotomi

(b) pertolongan persalinan normal

(c) penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

(d) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

(e) pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil

(f) pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

(g) fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu

eksklusif

(h) pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post

partum

(i) penyuluhan dan konseling

(j) bimbingan pada kelompok ibu hamil, dan

(k) pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

Pasal 20

(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak

prasekolah.

93

(2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:

(a) pelayanan neonatal esensial.

(b) penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

(c) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah.

(d) konseling dan penyuluhan.

94

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R

UMUR 33 TAHUN G3 P2 A0 DI PUSKESMAS TARUB

KABUPATEN TEGAL

(Study Kasus Faktor Risiko dengan Riwayat Tuberculosis paru)

A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

1. Pengkajian Data

Tanggal : 21 Agustus 2018

Jam : 10.00 WIB

Tempat : Puskesmas Tarub

a. Data Subyektif

Dari hasil anamnesa yang telah dilakukan didapatkan data Ny. R umur 33

tahun, Suku Bangsa jawa, Agama islam, Pendidikan SD, Pekerjaan IRT,

Suami bernama Tn. W umur 33 tahun, Agama islam, Suku Bangsa jawa,

Pendidikan SD, Pekerjaan Swasta, Alamat di desa Bulakwaru RT 10/

RW 02 Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

1) Alasan datang

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan ingin

mengetahui keadaan ibu dan janinnya.

2) Keluhan utama

Ibu mengatakan tenggorokan panas

95

3) Riwayat Obstetri dan ginekologi

a) Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Ibu mengatakan persalinan pertama dengan umur kehamilan 36

minggu, BB 3100 gram, jenis persalinan spontan, penolong

persalinan Bidan, dengan nifas normal. Keadaan anak saat ini

hidup, sekarang berumur 10 tahun dan jenis kelaminnya laki-

laki, persalinan yang kedua dengan kehamilan 36 minggu, BB

3200 gram, jenis persalinan spontan, penolong persalinan Bidan,

dengan nifas normal. Keadaan sekarang berumur 4 tahun dan

jenis kelaminnya laki-laki.

b) Riwayat kehamilan sekarang

Kehamilan ini merupakan kehamilan ketiga dan tidak pernah

mengalami keguguran, antenatal care (ANC) pertama kali di

Puskesmas, tanggal 20 januari 2018 ibu dengan keluhan

terlambat haid dan timbul tanda-tanda hamil seperti mual dan

pusing, sering miksi dan dilakukan test kehamilan dengan hasil

positif, dan umur kehamilan 9 minggu. Ny. R sudah melakukan

pemeriksaan kehamilan baik di dr. SpOg maupun di puskesmas.

Pada trimester I ibu melakukan pemeriksaan 2x di puskesmas,

trimester II 4x di puskesmas, trimester III sebanyak 5x, 4x di

puskesmas 1x di BPM dan 1x di dr SpOg, selama hamil ibu

mengkonsumsi tablet tambah darah kurang lebih 80 tablet, ibu

sudah mendapatkan imunisasi TT I pada tanggal 21 agustus

2018. keluhan trimester I mual muntah dan pusing. Terapi yang

96

di berikan metokloramide 3x1 (untuk meredakan mual) tablet Fe

1x1 (vitamin penambah darah). trimester II pusing pilek dan

pegal. Terapi yang di berikan sangovitin IxI (vitamin penambah

darah) vit C IxI.

c) Riwayat haid

Ibu mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia

12 tahun, siklus 28 hari, lamanya 6 hari, banyaknya 3 kali ganti

pembalut dalam sehari, dan tidak merasakan nyeri baik sebelum

atau sesudah mendapatkan menstruasi, Hari Pertama Haid

Terakhir (HPHT) 16 november 2017. Serta ibu mengalami

keputihan selama 3 hari, tidak gatal, warnanya jernih, bau khas.

d) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

Ibu mengatakan menggunakan KB pil, lamanya 1 tahun, tidak

ada keluhan, alasan lepas anjuran dari dokter karena sedang

mengkonsumsi obat TB, rencana yang akan datang Kb suntik 3

bulan, alasan praktis.

4) Riwayat kesehatan

a) Penyakit yang pernah di derita

Ibu mengatakan pernah menderita penyakit tuberculosis paru

pada tahun 2016, namun pada tahun 2017 ibu sudah dinyatakan

sembuh total oleh dokter spesialis paru, ibu tidak pernah

mengalami gejala mual muntah, BAK yang berwarna kuning

keruh seperti teh, mual, demam, pembesaran hati, nyeri ulu

hati, kulit tubuh dan sclera mata berwarna kuning (Hepatitis),

97

diare tidak sembuh-sembuh, demam, batuk yang

berkepanjangan, berat badan menurun drastis, kekebalan tubuh

menurun, sariawan di bagian mulut atas dan mulut bawah yang

tak kunjung sembuh Human Immunodeficiency Virus (HIV),

gatal pada genetalia, keputihan yang berbau busuk, berwarna

hijau Infeksi Menular Seksual (IMS), Penyakit Keturunan

seperti mudah lapar, mudah haus, mudah mengantuk, sering

kencing di malam hari, luka yang sukar sembuh yaitu Diabetes

Mellitus (DM), tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, pusing,

tengkuk terasa pegal (Hipertensi), sesak nafas saat udara

dingin dan banyak debu, pernafasan berbunyi mengik

(Asma), nyeri dada bagian atas, jantung berdebar-debar, sesak

nafas, dan mudah lelah (Jantung).

b) Kesehatan ibu sekarang

Ibu mengatakan pernah menderita penyakit infeksi Tuberculosis

(TBC) pada tahun 2016, namun pada tahun 2017, ibu sudah

dinyatakan sembuh oleh dokter spesialis paru, ibu tidak

mengalami penyakit dengan gejala mual muntah, demam,

pembesaran hati, nyeri ulu hati, BAK yang berwarna kuning

keruh seperti teh, kulit tubuh dan sclera mata berwarna kuning

(Hepatitis), diare, demam, dan batuk yang berkepanjangan, berat

badan menurun drastis, kekebalan tubuh menurun, sariawan di

bagian mulut atas dan mulut bawah yang tak kunjung sembuh,

Human Immunodeficiency Virus (HIV), gatal pada genetalia,

98

keputihan yang berbau busuk,berwarna hijau Infeksi Menular

Seksual (IMS), Penyakit Keturunan seperti mudah lapar, mudah

haus, mudah mengantuk, sering kencing di malam hari, luka

yang sukar sembuh yaitu Diabetes Mellitus (DM), tekanan

darah lebih dari 140/90 mmHg, pusing, tengkuk terasa pegal

(Hipertensi), sesak nafas saat udara dingin dan banyak debu,

pernafasan berbunyi mengik (Asma), nyeri dada bagian

atas,jantung berdebar-debar, sesak nafas, dan mudah lelah

(Jantung).

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit infeksi seperti batuk lebih dari 2 minggu, disertai

darah, demam, menggigil pada malam hari, berat badan

menurun yaitu Tuberculosis (TBC), mual muntah, demam,

nyeri ulu hati, pembesaran hati, BAK yang berwarna kuning

keruh seperti teh, kulit tubuh dan sclera mata berwarna kuning

(Hepatitis), diare tidak sembuh-sembuh, demam, dan batuk

yang berkepanjangan, berat badan menurun drastis, kekebalan

tubuh menurun, sariawan di bagian mulut atas dan bawah yang

tak kunjung sembuh, Human Immunodeficiency Virus (HIV),

gatal pada genetalia, keputihan yang berbau busuk,berwarna

hijau Infeksi Menular Seksual (IMS). Penyakit Keturunan

seperti mudah lapar, mudah haus, mudah mengantuk, sering

kencing di malam hari, luka yang sukar sembuh yaitu Diabetes

99

Mellitus (DM), tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, pusing

,tengkuk terasa pegal (Hipertensi), sesak nafas saat udara dingin

dan banyak debu, pernafasan berbunyi mengik (Asma), nyeri

dada bagian atas,jantung berdebar-debar, sesak nafas, dan

mudah lelah (Jantung) .

Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang mempunyai

riwayat bayi kembar.

5) Kebiasaan

Ibu mengatakan selama hamil tidak ada pantangan makanan, tidak

pernah minum jamu, tidak pernah minum obat-obatan selain dari

tenaga kesehatan, tidak pernah minum-minuman keras, tidak

merokok sebelum dan selama hamil, serta tidak memelihara binatang

seperti ayam, kucing, anjing, burung, dan lain-lain.

6) Kebutuhan Sehari-hari

a) Pola nutrisi

Ibu mengatakan selama hamil frekuensi makan 3 kali/hari, porsi 1

porsi piring sedang, menu bervariasi seperti nasi, lauk dan sayur,

sedangkan frekuensi minum 6-7 kali/hari, terkadang minum air

putih dan air teh. Pola nutrisi sekarang frekuensi makan 2-3

kali/hari, porsi 1 porsi piring sedang, menu bervariasi seperti nasi,

lauk dan sayur, sedangkan frekuensi minum 6-8 kali/hari, minum

air putih dan susu.

100

b) Pola eliminasi

Selama hamil frekuensi buang air besar, 1-2 kali sehari, warna

kuning kecoklatan, konsistensi lunak, tidak ada gangguan, buang

air kecil sering, frekuensi 5-7 kali/hari, bau khas, warna kuning

jernih, dan tidak ada gangguan. Frekuensi buang air besar

sekarang 1-2 kali sehari, warna kecoklatan, konsistensi agak

keras, tidak ada gangguan. buang air kecil sering, frekuensi 6-8

kali/hari, bau khas, warna kuning jernih, dan tidak ada gangguan.

c) Pola istirahat

Pola istirahat sebelum hamil siang 1-2 jam malam 6-8 jam. Pola

istirahat selama hamil siang 1-2 jam malam 6-7 jam, tidak ada

gangguan.

d) Pola aktivitas

Pola aktivitas sebelum hamil sebagai ibu rumah tangga, biasa

mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, memasak

menyuci, mengepel, Pola aktivitas selama hamil sebagai ibu

rumah tangga biasanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga

yang ringan seperti menyapu, memasak.

e) Pola personal hygiene

Pola mandi sebelum hamil 2x sehari, keramas 2 hari sekali, gosok

gigi 2x, ganti baju 2x sehari. Pola mandi selama hamil 2x sehari,

keramas 2 hari sekal, gosok gigi 2x, ganti baju 2-3x sehari.

101

f) Pola seksual

Pola seksual sebelum hamil kalau suami pulang satu minggu 2x.

Pola seksual selama hamil kalau suami pulang satu minggu 1x.

7) Data Psikologi

Ibu mengatakan ini anak dari pernikahan yang sah, ibu merasa

senang, suami serta keluarga juga senang dengan kehamilannya saat

ini, dan ibu sudah siap untuk menjalani proses kehamilan ini sampai

proses kelahiran bayinya nanti.

8) Data sosial ekonomi

Ibu mengatakan penghasilan suaminya cukup untuk memenuhi

kebutuhannya sehari-hari, tanggung jawab perekonomianya di

tanggung oleh suami, dan pengambilan keputusan oleh bersama

(suami dan istri).

9) Data perkawinan

Ibu mengatakan status perkawinannya sah secara agama, ini adalah

perkawinan yang pertama dan lama perkawinanya sudah 11 tahun.

Usia saat pertama kali menikah pada umur 22 tahun.

10) Data spiritual

Ibu mengatakan rajin sholat, selalu berdoa untuk keluarga, ibu dan

janinnya.

11) Data sosial budaya

Ibu mengatakan tidak percaya dengan adat istiadat setempat seperti

selama hamil membawa gunting agar terhindar dari gangguan

makhluk halus.

102

12) Data pengetahuan ibu

Ibu mengatakan sudah mengetahui persiapan persalinan dan ibu

sudah mengetahui cara merawat bayi dan memandikan bayi.

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Fisik

Dari hasil pemeriksaan yang telah di lakukan terdapat hasil

kesadaran composmetis, keadaan umum baik, tanda vital Tekanan

Darah 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, Pernapasan 20 x/menit,

Suhu 36,5oC, Tinggi Badan 151 Cm, Berat Badan sebelum hamil

60 kg, sekarang 67 kg, kenaikan berat badan 7 kg, Lingkar Lengan

Atas (LILA) 27 cm.

Pada pemeriksaan status present dari kepala sampai kaki, kepala

mesochepal, rambut bersih, tidak rontok, tidak berketombe, muka

tidak pucat dan tidak oedem, mata simetris, penglihatan baik,

konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, hidung bersih, tidak

ada pembesaran polip, lendir tidak ada infeksi sinusitis, mulut dan

bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada caries pada gigi, gusi

tidak epulis, bentuk telinga simetris, bersih, pendengaran baik, leher

tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada pembesaran

vena jugularis. Aksila tidak ada pembesaran kelenjar limfe,

pernafasan teratur bentuk dada normal, tidak ada retraksi dinding

dada, mamae simetris, abdomen tidak ada luka bekas operasi,

genetalia kebersihan terjaga tidak ada varices, tidak oedem, tidak

103

ada kelenjar bartolini, anus tidak ada hemoroid, dan extremitas tidak

oedem, kuku tidak pucat dan tidak ada varices.

2) Pemeriksaan obstetri

a) Inspeksi

Muka terlihat tidak pucat, tidak oedem, tidak ada cloasma

gravidarum, mamae bentuk simetris, puting susu bersih,

hiperpigmentasi areola, tidak ada benjolan yang abnormal, tidak

ada bekas operasi pada payudara, kolostrum/ ASI sudah keluar,

abdomen normal, uterus membesar sesuai dengan umur

kehamilan, tidak ada garis linea nigra dan strie gravidarum.

Tidak ada luka bekas operasi, genetalia normal, tidak ada luka

bekas operasi, anus tidak hemoroid.

b) Palpasi

Leopold I tinggi fundus uterus (TFU) 3 jari di bawah processus

xifoideus, pada bagian atas perut ibu teraba bulat, Lunak, tidak

melenting (bokong janin), Leopold II bagian kanan perut ibu

teraba panjang ada tahanan (punggung janin) bagian kiri perut ibu

teraba kecil-kecil, (extremitas janin), Leopold III pada bagian

perut ibu teraba bulat, keras yaitu (kepala) dan kepala sudah tidak

bisa di goyangkan, Leopold IV bagian bawah perut ibu kepala

sudah masuk pintu atas panggul/divergen 4/5 bagian. TFU 33

cm, dan taksiran berat badan janin TBBJ 33 – 11 = 22 x 155 =

3.410 Gram, Hari Perkiraan Lahir HPL 23 Agustus 2018 dan

umur kehamilan 39 minggu + 6 hari.

104

c) Auskultasi

Denyut jantung janin (DJJ)/ regular 136 x/menit dan teratur.

d) Perkusi

Reflek patella kanan dan kiri (+) positif

e) Pemeriksaan panggul luar

Distansia spinarum, distansia klistarum, konjungata eksternal dan

lingkar panggul tidak dilakukan.

f) Pemeriksaan penunjang

Pada tanggal 12 Juli 2018 dengan hasil haemoglobin 11,1 gr %,

protein urin (-), reduksi urin (-), golongan darah O, HBSAg (-)

Non Reaktif, HIV (-) Non Reaktif, dan Sypilis (-) Non Reaktif.

2. Interpretasi Data

a. Diagnosa (nomenklatur)

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka didapatkan diagnosa

Ny. R umur 33 tahun G3 P2 A0 hamil 39 minggu + 6 hari, hamil dengan

faktor risiko yaitu riwayat Tuberculosis.

1) Data subyektif

Ibu mengatakan Bernama Ny. R umur 33 tahun, ibu mengatakan ini

kehamilan ke tiga dan tidak pernah keguguran, hari pertama haid

terakhir ibu tanggal 16 november 2017.

2) Data obyektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmetis, tanda vital tekanan

darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/m, respirasi 20x/m, suhu tubuh

36,5oC, Leopold I Tinggi Fundus Uterus (TFU) 3 jari di bawah

105

processus xifoideus, pada bagian atas perut ibu teraba bulat. Lunak,

tidak melenting (bokong janin), Leopold II bagian kanan perut ibu

teraba panjang ada tahanan (punggung janin) bagian kiri perut ibu

teraba kecil-kecil (extremitas janin), Leopold III pada bagian perut

ibu teraba bulat, keras, yaitu (kepala) dan kepala sudah tidak bisa di

goyangkan, Leopold IV bagian bawah perut ibu kepala sudah masuk

pintu atas panggul/divergen 4/5 bagian. Tinggi Fundus Uterus (TFU)

33 cm, dan taksiran berat badan janin (TBBJ) 33 – 11 = 22 x 155 =

3.410 Gram.

b. Masalah

Dapat meningkatnya abortus, pre-eklampsi, serta sulitnya persalinan.

c. Kebutuhan

KIE mengenai TBC dalam kehamilan.

3. Diagnosa potensial

Bahaya pada kehamilan dapat menyebabkan Abortus, pre-eklampsia, sulitnya

persalinan.

Bahaya bagi ibu hamil dapat menyebabkan prematuritas, KMK (kecil untuk

masa kehamilan), BBLR (berat bayi lahir rendah).

4. Antisipasi penanganan segera

kolaborasi dengan dokter SpOg.

5. Intervensi

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan.

b. Anjurkan ibu untuk konsultasi dengan dokter

c. Anjurkan ibu untuk terus mengkonsumsi tablet Fe secara teratur.

106

d. Beritahu ibu cara mengkonsumsi tablet tambah darah.

e. Beri tahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.

f. Beritahu ibu dan keluarga untuk menjaga kebersihan rumah.

g. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat.

h. Beritahu pada ibu tentang persiapan persalinan.

i. Beritahu ibu tanda persalinan.

j. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang.

6. Implementasi

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan.

Keadaan ibu dan janinnya saat ini dalam keadaan baik sesuai dengan usia

kehamilan ibu.

b. Menganjurkan ibu untuk konsultasi dengan dokter kandungan untuk

mengetahui keadaan janin yang ada di perut ibu.

c. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe secara teratur untuk

mencegah terjadinya anemia pada kehamilan.

d. Memberitahu ibu cara mengkonsumsi tablet tambah darah yaitu dengan

menggunakan air putih atau air jeruk untuk mempercepat daya penyerapan

obat ke tubuh, di minum pada malam hari untuk mengurangi efek samping

obat.

e. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, berkalori,

berprotein tinggi seperti yang mengandung karbohidrat (padi, singkong,

gandum, dan lain-lain), protein nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan dan

lain-lain), protein hewani (susu, telur, ikan, daging ayam, daging sapi, dan

lain lain), mineral dan vitamin (sayur dan buah-buahan), lemak (daging).

107

f. Memberitahu ibu dan keluarga untuk membersihkan rumah yaitu dengan

cara menyapu setiap hari, membuka jendela di pagi hari berguna supaya

udara tetap segar di dalam rumah, membuang sampah pada tempatnya.

g. Menganjurkan pada ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat.

h. Memberitahu ibu untuk mempersiapkan persiapan persalinan seperti baju

ibu , baju bayi, kain kurang lebih 4 lembar,dll.

i. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan yaitu kenceng-kenceng semakin

sering, keluar air ketuban dari jalan lahir, keluar darah bercampur lendir

dari jalan lahir.

j. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu dan jika

ibu ada keluhan atau muncul tanda-tanda persalinan segera datang ke

tenaga kesehatan terdekat

7. Evaluasi

a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah di lakukan.

b. Ibu bersedia melakukan konsultasi dengan dokter

c. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi tablet Fe secara teratur.

d. Ibu sudah mengerti cara mengkonsumsi tablet tambah darah yang benar.

e. Ibu sudah mengerti untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.

f. Ibu dan keluarga sudah mengerti cara menjaga kebersihan rumah.

g. Bersedia untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat.

h. Ibu sudah mempersiapkan persiapan persalinan.

i. Ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan.

j. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.

108

DATA PERKEMBANGAN KE 1

(ANC KUNJUNGAN KE-2)

Tanggal : 23 Agustus 2018

Jam : 16.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. R

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny. R umur 33 tahun, ibu mengatakan ini kehamilan

yang ketiga dan tidak pernah mengalami keguguran, ibu mengatakan kenceng-

kenceng.

1) Kebutuhan sehari-hari

a) Pola nutrisi

Ibu mengatakan selama nifas makan sehari 3x/hari, porsi 1 piring

sedang, menu bervariasi seperti nasi, lauk, dan sayur, sedangkan

frekuensi minum 6-7 kali /hari, macamnya air putih dan kadang-kadang

teh,

b) Pola eliminasi

Selama nifas frekuensi buang air besar 1-2 kali sehari, warna kuning

kecoklatan, konsistensi lembek, tidak ada gangguan. Buang air kecil

frekuensi 6-8 kali/hari, bau khas, warna kuning jernih, dan tidak ada

gangguan.

c) Pola istirahat

ibu mengatakan istirahat siang 1-2 jam, dan malam 6-7 jam.

109

d) Pola aktivitas

Ny. R sebagai ibu rumah tangga biasa mengerjakan pekerjaan rumah

seperti menyapu dan memasak.

e) Pola personal hygiene

Ibu mandi sehari 2x sehari, keramas 2 hari sekali, gosok gigi 2 kali

sehari, ganti baju 2-3 kali.

f) Pola seksual

Ibu mengatakan belum melakukannya.

b. Data Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang telah di lakukan, terdapat hasil keadaan baik,

Kesadaran composmetis, Tekanan Darah 100/70 mmHg, Nadi 80 x/menit,

Pernafasan 20 x/menit, Suhu tubuh 36,5oC, konjungtiva merah muda, muka

tidak pucat dan tidak oedem, penglihatan baik. hidung bersih, mulut dan bibir

lembab, tidak ada stomatitis, leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan

tidak ada pembesaran vena jugularis. Mamae bentuk simetris puting susu

bersih, hyperpigmentasi areola, tidak ada benjolan yang abnormal,

kolostrum/ASI sudah keluar, pembesaran uterus sesuai dengan usia kehamilan.

Leopold I tinggi fundus uterus (TFU) 3 jari di bawah processus xifoideus, pada

bagian atas perut ibu teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong janin),

Leopold II bagian kanan perut ibu teraba panjang ada tahanan (punggung

janin) bagian kiri perut ibu teraba kecil-kecil, (extremitas janin), Leopold III

pada bagian perut ibu teraba bulat, keras, yaitu (kepala) dan kepala sudah tidak

bisa di goyangkan, Leopold IV bagian bawah perut ibu kepala sudah masuk

pintu atas panggul/divergen 4/5 bagian. Tinggi Fundus Uterus (TFU) 33 cm,

110

dan taksiran berat badan janin (TBBJ) 33 – 11 = 22 x 155 = 3.410 Gram,

extremitas tidak oedem dan tidak ada varises, serta tidak ada tanda-tanda

homan.

c. Assesment

Ny. R umur 33 tahun G3 P2 A0 hamil 40 minggu, janin tunggal, hidup intra

uterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, divergen dengan

faktor risiko pada kehamilan Riwayat Tuberculosis Paru.

d. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

TD normal, DJJ normal, Gerakan janin aktif

Keadaan ibu dan janin Baik

Evaluasi : ibu sudah tahu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan, kondisi

ibu dan janin dalam keadaan baik.

2. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, berkalori,

berprotein tinggi seperti yang mengandung karbohidrat (padi, singkong,

gandum, dan lain-lain), protein nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan dan

lain-lain), protein hewani (susu, telur, ikan, daging ayam, daging sapi, dan

lain lain), mineral dan vitamin (sayur dan buah-buahan), lemak (daging)

lebih dari porsi biasa.

Evaluasi : ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.

3. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat.

Evaluasi : ibu bersedia untuk tidak melakukan pekerjaan berat.

111

4. Mengajari ibu untuk memacu kontraksi secara alami dengan cara jalan-jalan

pada pagi hari/sore hari, atau dengan cara memainkan puting susu.

Evaluasi : ibu sudah mengerti cara memacu kontraksi.

5. Mengingatkan kembali pada ibu tanda-tanda persalinan yaitu kenceng-

kenceng semakin sering keluar air ketuban dari jalan lahir, keluar darah

bercampur lendir dari jalan lahir.

Evaluasi : ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalilnan.

6. Menganjurkan ibu untuk memilih tempat persalinan.

Evaluasi : ibu mengatakan ingin bersalin di puskesmas tarub.

7. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi/ jika ada

keluhan serta jika muncul tanda-tanda persalinan segera menghubungi

tenaga kesehatan terdekat.

Evaluasi : ibu sudah mengerti

112

DATA PERKEMBANGAN KE 2

(ANC KUNJUNGAN KE-3)

Tanggal : 24 Agustus 2018

Jam : 19.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. R

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny. R umur 33 tahun, ibu mengatakan ini kehamilan

yang ketiga dan tidak pernah mengalami keguguran, ibu mengatakan kenceng-

kenceng.

1) Kebutuhan sehari-hari

a) Pola nutrisi

Ibu mengatakan selama nifas makan sehari 3x/hari, porsi 1 piring sedang,

menu bervariasi seperti nasi, lauk, dan sayur, sedangkan frekuensi

minum 6-7 kali /hari, macamnya air putih dan kadang-kadang teh,

b) Pola eliminasi

Selama nifas frekuensi buang air besar 1-2 kali sehari, warna kuning

kecoklatan, konsistensi lembek, tidak ada gangguan. Buang air kecil

frekuensi 6-8 kali/hari, bau khas, warna kuning jernih, dan tidak ada

gangguan.

c) Pola istirahat

ibu mengatakan istirahat siang 1-2 jam, dan malam 6-7 jam.

113

d) Pola aktivitas

Ny. R sebagai ibu rumah tangga biasa mengerjakan pekerjaan rumah

seperti menyapu dan memasak.

e) Pola personal hygiene

Ibu mandi sehari 2x sehari, keramas 2 hari sekali, gosok gigi 2 kali

sehari, ganti baju 2-3 kali.

f) Pola seksual

Ibu mengatakan belum melakukannya.

b. Data Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang telah di lakukan, terdapat hasil keadaan baik,

Kesadaran composmetis, Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit,

Pernafasan 20 x/menit, Suhu tubuh 36,7oC, konjungtiva merah muda, muka

tidak pucat dan tidak oedem, penglihatan baik. hidung bersih, mulut dan bibir

lembab, tidak ada stomatitis, leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan

tidak ada pembesaran vena jugularis. Mamae bentuk simetris puting susu

bersih, hyperpigmentasi areola, tidak ada benjolan yang abnormal,

kolostrum/ASI sudah keluar, pembesaran uterus sesuai dengan usia

kehamilan. Leopold I tinggi fundus uterus (TFU) 3 jari di bawah processus

xifoideus, pada bagian atas perut ibu teraba bulat, lunak, tidak melenting

(bokong janin), Leopold II bagian kanan perut ibu teraba panjang ada tahanan

(punggung janin) bagian kiri perut ibu teraba kecil-kecil (extremitas janin),

Leopold III pada bagian perut ibu teraba bulat, keras, yaitu (kepala) dan

kepala sudah tidak bisa di goyangkan, Leopold IV bagian bawah perut ibu

kepala sudah masuk pintu atas panggul/divergen 4/5 bagian. Tinggi Fundus

114

Uterus (TFU) 33 cm, dan Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ) 33 – 11 = 22 x

155 = 3.410 Gram, extremitas tidak oedem dan tidak ada varises, serta tidak

ada tanda-tanda human.

c. Assesment

Ny. R umur 33 tahun G3 P2 A0 hamil 40 minggu+1 hari, janin tunggal, hidup

intra uterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, divergen

dengan faktor risiko pada kehamilan Riwayat Tuberculosis Paru.

d. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

TD normal, DJJ normal, Gerakan janin aktif

Keadaan ibu dan janin Baik

Evaluasi : ibu sudah tahu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan, kondisi

ibu dan janin dalam keadaan baik.

2. 2. Menganjurkan ibu untuk melakukan menemuai dokter SpOg dan

melakukan USG untuk mengetahui kondisi ibu dan janin

Evaluasi : ibu bersedia dan mau melakukannya

3. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat.

Evaluasi : ibu bersedia untuk tidak melakukan pekerjaan berat.

4. Mengajari ibu kembali untuk memacu kontraksi secara alami dengan cara

jalan-jalan pada pagi hari/sore hari, atau dengan cara memainkan puting

susu.

Evaluasi : ibu sudah mengerti cara memacu kontraksi.

115

5. Mengingatkan kembali pada ibu tanda-tanda persalinan yaitu kenceng-

kenceng semakin sering keluar air ketuban dari jalan lahir, keluar darah

bercampur lendir dari jalan lahir.

Evaluasi : ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalilnan.

6. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi/ jika

ada keluhan serta jika muncul tanda-tanda persalinan segera menghubungi

tenaga kesehatan terdekat.

Evaluasi : ibu sudah mengerti

116

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. R DI PUSKESMAS

TARUB KABUPATEN TEGAL

B. Asuhan kebidanan pada persalinan

1. Pengkajian Data

Tanggal : 25 agustus 2018

Jam : 10.20 WIB

Tempat : Puskesmas Tarub

a. Data Subyektif

1) Biodata

Dari hasil anamnesa yang telah dilakukan di dapatkan data Ny.

R, Berumur 33 tahun, Agama islam, Suku Bangsa jawa,

Pendidikan terakhir SD, Pekerjaan ibu rumah tangga, Suami

Ny. R Bernama Tn. W Umur 33 tahun, Suku Bangsa Jawa,

Agama islam, Pendidikan SD, Pekerjaan swasta. Alamat di

desa Bulakwaru Rt 10 Rw 02 Kecamatan Tarub Kabupaten

Tegal.

2) Alasan Datang

Ny. R mengatakan ingin melahirkan

3) Keluhan Utama

Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering sejak jam

23.00 WIB (24/08/2018).

117

4) Riwayat obstetrik dan ginekologi

a) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas tahun lalu

Ibu mengatakan persalinan pertama dengan umur

kehamilan 36 minggu, BB 3100 gram, jenis persalinan

spontan, penolong persalinan Bidan, dengan nifas normal.

Keadaan anak saat ini hidup, sekarang berumur 10 tahun

dan jenis kelaminnya laki-laki. Persalinan yang kedua

dengan kehamilan 36 minggu, BB 3200 gram, jenis

persalinan spontan, penolong persalinan Bidan, dengan

nifas normal, Keadaan sekarang berumur 4 tahun dan jenis

kelaminnya laki-laki.

b) Riwayat kehamilan sekarang

Kehamilan ini merupakan kehamilan ketiga dan tidak

pernah mengalami keguguran, antenatal care (ANC)

pertama kali di Puskesmas, tanggal 20 januari 2018 ibu

dengan keluhan terlambat haid dan timbul tanda-tanda

hamil seperti mual dan pusing, sering miksi dan dilakukan

test kehamilan dengan hasil positif, dan umur kehamilan 9

minggu. Ny. R sudah melakukan pemeriksaan kehamilan

baik di dr. SpOg maupun di puskesmas. Pada trimester I

ibu melakukan pemeriksaan 2x di puskesmas, trimester II

4x di puskesmas, trimester III sebanyak 5x, 4x di

puskesmas 1x di BPM dan 1x di dr SpOg, selama hamil

118

ibu mengkonsumsi tablet tambah darah kurang lebih 80

tablet, ibu sudah mendapatkan imunisasi TT I pada

tanggal 21 agustus 2018. keluhan trimester I mual muntah

dan pusing. Terapi yang di berikan metokloramide 3x1

(untuk meredakan mual) tablet Fe 1x1 (vitamin penambah

darah). trimester II pusing pilek dan pegal. Terapi yang di

berikan sangovitin IxI (vitamin penambah darah) vit C IxI.

c) Riwayat haid

Ibu mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada

usia 12 tahun, siklus 28 hari, lamanya 6 hari, banyaknya 3

kali ganti pembalut dalam sehari, dan tidak merasakan

nyeri baik sebelum atau sesudah mendapatkan menstruasi,

Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) 16 november 2017.

Serta ibu mengalami keputihan selama 3 hari, tidak gatal,

warnanya jernih, bau khas.

d) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

Ibu mengatakan menggunakan KB pil, lamanya 1 tahun,

tidak ada keluhan, alasan lepas anjuran dari dokter karena

sedang mengkonsumsi obat Tb, rencana yang akan datang

Kb suntik 3 bulan, alasan praktis.

5) Riwayat kesehatan

a) Penyakit yang pernah di derita

Ibu mengatakan pernah menderita penyakit infeksi yaitu

tuberculosis paru pada tahun 2016, namun pada tahun

119

2017 ibu sudah dinyatakan sembuh oleh dokter spesialis

paru, ibu tidak pernah mengalami gejala mual muntah,

BAK yang berwarna kuning keruh seperti teh, mual,

demam, pembesaran hati, nyeri ulu hati, kulit tubuh

dan sclera mata berwarna kuning (Hepatitis), diare tidak

sembuh-sembuh, demam, batuk yang berkepanjangan,

berat badan menurun drastis, kekebalan tubuh menurun,

sariawan di bagian mulut atas dan mulut bawah yang tak

kunjung sembuh Human Immunodeficiency Virus (HIV),

gatal pada genetalia, keputihan yang berbau busuk,

berwarna hijau Infeksi Menular Seksual (IMS), Penyakit

Keturunan seperti mudah lapar, mudah haus, mudah

mengantuk, sering kencing di malam hari, luka yang

sukar sembuh yaitu Diabetes Mellitus (DM), tekanan

darah lebih dari 140/90 mmHg, pusing, tengkuk terasa

pegal (Hipertensi), sesak nafas saat udara dingin dan

banyak debu, pernafasan berbunyi mengik (Asma),

nyeri dada bagian atas, jantung berdebar-debar, sesak

nafas, dan mudah lelah (Jantung)

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

kecelakaan/trauma dan ibu mengatakan tidak pernah

memiliki riwayat penyakit yang di operasi seperti mioma,

kista, dan kanker serviks.

120

b) Kesehatan ibu sekarang

Ibu mengatakan penyakit ibu tidak mengalami penyakit

dengan gejala mual muntah, demam, pembesaran hati,

nyeri ulu hati, BAK yang berwarna kuning keruh seperti

teh, kulit tubuh dan sclera mata berwarna kuning

(Hepatitis), diare, demam, dan batuk yang

berkepanjangan, berat badan menurun drastis, kekebalan

tubuh menurun, sariawan di bagian mulut atas dan mulut

bawah yang tak kunjung sembuh Human

Immunodeficiency Virus (HIV), gatal pada genetalia,

keputihan yang berbau busuk,berwarna hijau Infeksi

Menular Seksual (IMS), Penyakit Keturunan seperti

mudah lapar, mudah haus, mudah mengantuk, sering

kencing di malam hari, luka yang sukar sembuh yaitu

Diabetes Mellitus (DM), tekanan darah lebih dari 140/90

mmHg, pusing, tengkuk terasa pegal (Hipertensi), sesak

nafas saat udara dingin dan banyak debu, pernafasan

berbunyi mengik (Asma), nyeri dada bagian atas, jantung

berdebar-debar, sesak nafas, dan mudah lelah (Jantung) .

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit infeksi seperti batuk lebih dari 2

121

minggu, disertai darah, demam, menggigil pada malam

hari, berat badan menurun yaitu Tuberculosis (TBC),

mual muntah, demam, nyeri ulu hati, pembesaran hati,

BAK yang berwarna kuning keruh seperti teh, kulit

tubuh dan sclera mata berwarna kuning (Hepatitis), diare

tidak sembuh-sembuh, demam, dan batuk yang

berkepanjangan, berat badan menurun drastis, kekebalan

tubuh menurun, sariawan di bagian mulut atas dan mulut

bawah yang tak kunjung sembuh, Human

Immunodeficiency Virus (HIV), gatal pada genetalia,

keputihan yang berbau busuk, berwarna hijau Infeksi

Menular Seksual (IMS). Penyakit Keturunan seperti :

mudah lapar, mudah haus, mudah mengantuk, sering

kencing di malam hari, luka yang sukar sembuh yaitu

Diabetes Mellitus (DM), tekanan darah lebih dari 140/90

mmHg, pusing, tengkuk terasa pegal (Hipertensi), sesak

nafas saat udara dingin dan banyak debu, pernafasan

berbunyi mengik (Asma), nyeri dada bagian atas, jantung

berdebar-debar, sesak nafas, dan mudah lelah (Jantung) .

Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang

mempunyai riwayat bayi kembar.

6) Kebiasaan

Ibu mengatakan selama hamil tidak ada pantangan makanan

apapun, tidak pernah mengkonsumsi jamu, tidak pernah

122

mengkonsumsi obat-obatan selain dari tenaga kesehatan, tidak

pernah mengkonsumsi minuman keras, tidak merokok sebelum

dan selama hamil, di rumah ibu tidak memelihara binatang

seperti kucing, anjing,burung, dan lain-lain.

7) Kebutuhan Sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Ibu mengatakan waktu hamil frekuensi makan 2-3 kali/hari,

porsi 1 piring sedang, menu bervariasi seperti nasi, lauk dan

sayur, sedangkan frekuensi minum 6-7 kali/hari, macamnya

air putih, air susu. Pola nutrisi sekarang frekuensi Makan 1

kali pada jam 06.00 wib porsi 1 piring sedang, menu seperti

nasi, telor, dan tempe goreng, tidak ada makan dipantang,

sedangkan frekuensi minum 2 gelas terakhir minum jam

06.10 wib, minum air putih, air susu.

b) Pola Eliminasi

Ibu mengatakan frekuensi Buang Air Besar (BAB), selama

hamil 1-2 kali sehari, warna, kecoklatan, konsistensi keras,

tidak ada ganguan. Buang air kecil (BAK) sering, frekuensi

5-7 kali/hari, bau khas, warna kuning jernih, dan tidak ada

ganguan. BAB terakhir jam 06.30 wib, tidak ada ganguan.

Ibu BAK sekali, terakhir jam 10.30 wib, bau khas, warna

kuning jernih, tidak ada gangguan.

123

c) Pola istirahat

Ibu mengatakan pola istirahat selama hamil siang 1-2 jam

malam 6–7 jam. Pola istirahat sekarang tidur malam 3 jam,

ibu mengatakan perutnya masih mules.

d) Pola Aktivitas

Ibu mengatakan pola aktivitas selama hamil sebagai ibu

rumah tangga, biasa mengerjakan pekerjaan rumah seperti

menyapu, memasak, mencuci. Pola aktivitas sekarang jalan-

jalan di sekeliling tempat tidur, tidur miring kiri.

e) Pola Personal Hygiene

Pola mandi selama hamil 2x sehari, keramas 2 hari sekali,

gosok gigi 2x, ganti baju 2x sehari. Pola mandi, keramas,

gosok gigi dan ganti baju terakhir jam 06.30 wib.

f) Pola Seksual

Pola seksual selama hamil kalau suami pulang satu minggu

sekali, sekarang belum melakukan.

8) Data Psikologi

Ibu mengatakan ini anak dari pernikahan yang sah, ibu merasa

senang, suami serta keluarga juga senang dengan kehamilan

ibu saat ini, dan ibu sudah siap untuk merawat bayinya.

9) Data Sosial Ekonomi

Ibu mengatakan penghasilan suaminya cukup untuk kebutuhan

sehari-hari, tanggung jawab perekonomiannya ditanggung

124

suami, dan pengambilan keputusan oleh bersama

(suami&istri).

10) Data Perkawinan

Ibu mengatakan status perkawinannya sah secara agama, ini

adalah perkawinan yang pertamanya dan lama perkawinannya

sudah 11 tahun, usia pertama kali menikah umur 22 tahun.

11) Data Spiritual

Ibu mengatakan belum melakukan sholat, ibu selalu berdoa

untuk keselamatan ibu dan janinnya.

12) Data Sosial Budaya

Ibu tidak percaya dengan adat istiadat setempat seperti kalau

mau melahirkan pintu dan jendelanya harus dibuka semua.

13) Data Pengetahuan

Ibu mengatakan sudah mengetahui tanda-tanda persalinan.

b. Data Obyektif

Dari hasil Pemeriksaan yang telah dilakukan terdapat hasil

kesadaran composmetis, Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 80

x/menit, Pernafasan 20 x/menit Suhu 36,5oC, Tinggi Badan 151

cm, BB 67 kg, Lingkar Lengan Atas (LILA) 27 cm.

Pada pemeriksaan status present dari kepala sampai kaki, kepala

mesochepal, rambut bersih, tidak rontok, tidak berketombe muka

tidak pucat dan tidak oedem, mata simetris, penglihatan baik,

konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, hidung bersih, tidak

ada pembesaran polip, tidak ada sinusitis, mulut dan bibir lembab,

125

tidak ada stomatitis, tidak ada caries pada gigi, gusi tidak epulis,

bentuk telinga simetris, bersih, pendengaran baik, leher tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada pembesaran vena

jugularis. Aksila tidak ada pembesaran kelenjar limfe, pernafasan

teratur bentuk dada normal, tidak ada retraksi dinding dada, mamae

simetris, abdomen tidak ada luka bekas operasi, genetalia

kebersihan terjaga tidak ada varices, tidak oedem, tidak ada

kelenjar bartolini, anus tidak ada hemoroid, dan extremitas tidak

oedem, kuku tidak pucat dan tidak ada varices.

Pada pemeriksaan obstetric secara inspeksi muka terlihat tidak

pucat, tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum, mamae bentuk

simetris, puting susu bersih, hiperpigmentasi areola, tidak ada

benjolan yang abnormal, tidak ada bekas operasi pada payudara,

kolostrum/ ASI sudah keluar, abdomen normal, uterus membesar

sesuai dengan umur kehamilan, tidak ada garis linea nigra dan strie

gravidarum. tidak ada luka bekas operasi, genetalia normal, tidak

ada luka bekas operasi, anus tidak hemoroid.

Pada pemeriksaan palpasi Leopold I tinggi fundus uterus 3 jari di

bawah processus xifoideus, pada bagian atas perut ibu teraba bulat,

Lunak, tidak melenting (bokong janin), Leopold II bagian kanan

perut ibu teraba panjang ada tahanan (punggung janin)

bagian kiri perut ibu teraba kecil-kecil, (extremitas janin), Leopold

III pada bagian perut ibu teraba bulat, keras, yaitu (kepala) dan

kepala sudah tidak bisa di goyangkan, Leopold IV bagian bawah

126

perut ibu kepala sudah masuk pintu atas panggul/divergen 3/5

bagian. Tinggi Fundus Uterus 33 cm. Taksiran berat badan janin

dengan menggunakan rumus Mc. Donald yaitu 33 – 11 = 22 x 155

= 3.410 Gram, hari perkiraan lahir 23 Agustus 2018 dan umur

kehamilan 39 minggu + 6 hari, denyut jantung janin 138 x/menit,

teratur, gerakan janin aktif dan kontraksi Rahim 2 kali dalam 10

menit lamanya 25 detik, pengeluaran pervagina lendir bercampur

darah.

Setelah pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan dalam atas

indikasi adanya kontraksi rahim dengan tujuan untuk menilai

apakah ibu sudah dalam proses persalinan. Hasil pemeriksaan

dalam yaitu kondisi vagina normal, tidak ada benjolan, keadaan

portio tebal, effacement 20-30%, pembukaan 2 cm, selaput ketuban

(+) positif, titik tunjuk ubun-ubun kecil, presentasi

kepala,penurunan kepala, hodge II dan tidak ada bagian terkemuka,

pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan Hb, pemeriksaan

protein urine dan pemeriksaan USG tidak di lakukan.

2. Intepretasi Data

a. Diagnosa (Nomenklatur)

Ny, R umur 33 tahun G3 P2 A0 hamil 40 minggu+2 hari, janin

tunggal, hidup, intra uterin, letak memanjang, punggung kanan,

presentasi kepala, divergen inpartu kala I fase laten normal, dengan

riwayat tuberculosis paru.

127

1) Data Subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny. R umur 33 tahun, Ibu

mengatakan ini kehamilan ke tiga, sudah pernah melahirkan 2

kali dan tidak pernah keguguran. kenceng-kenceng dari jam

23.00 (24/08/2018).

2) Data Obyektif

Keadaan ibu baik, kesadaran composmetis, TD 110/70 mmHg,

Nadi 80 x/menit, Suhu 36,5oC, R 20 x/menit, Tb 151 cm, BB

68 Kg, LILA 27 cm, Palpasi Leopold I tinggi fundus uterus 33

cm, bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting, yaitu

bokong, Leopold II pada bagian kanan perut ibu teraba keras,

memanjang, dan ada tahanan, yaitu punggung janin,pada

bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil yaitu kaki, dan tangan

janin, Leopold III pada bagian bawah perut ibu teraba bulat,

keras, dan tidak bisa di goyangkan, yaitu kepala janin, Leopold

IV kepala janin sudah masuk pintu atas panggul, divergen atau

3/5 bagian, TBBJ 3410 gram, DJJ 138 x/menit, teratur ,

gerakan janin aktif dan kontraksi Rahim 2 kali dalam 10 menit

lamanya 25 detik, pengeluaran pervagina lendir bercampur

darah.

Hasil pemeriksaan keadaan portio tebal, effacement 20-30%,

pembukaan 2 cm, selaput ketuban (+) positif, titik tunjuk ubun-

ubun kecil (UUK), presentasi kepala, penurunan kepala hodge

II, dan tidak ada bagian terkemuka.

128

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Tidak ada

3. Diagnosa Potensial

Tidak ada

4. Antisipasi Penanganan Segera

Konsultasi dengan dokter jaga

5. Intervensi

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan

b. Berikan asuhan sayang ibu

c. Anjurkan ibu untuk tetap tenang saat ada kontraksi

d. Memberitahu keluarga untuk menyiapkan perlengkapan yang di

butuhkan untuk persalinan

e. Lakukan pemantauan kemajuan persalinan kala 1 dengan

pengawasan 10.

6. Implementasi

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

Keadaan ibu dan bayi baik

TD : normal Detak Jantung Janin (DJJ) : normal

Suhu : normal

Ibu sudah dalam proses persalinan

b. Memberikan asuhan sayang ibu seperti menjaga privasi ibu,

menghadirkan suami/ keluarga mendampingi ibu saat persalinan,

129

memberikan asupan energy berupa (makanan/minuman) pada saat

kontraksi mereda, memijat bagian yang terasa sakit untuk

mengurangi rasa sakit, menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan

supaya kepala bayi semakin turun dan mempercepat proses

persalinan, menganjurkan ibu jika ingin BAB atau BAK untuk ke

kamar mandi dengan di damping keluarga.

c. Menganjurkan ibu agar tetap tenang karena rasa sakit saat proses

persalinan itu hal yang normal.

d. Memberitahu keluarga untuk menyiapkan kebutuhan bersalin bagi

ibu pakaian ganti, kain kering dan bersih sebanyak 4 lembar,

pembalut, dan untuk pakaian bayi, popok, kain bayi, topi, selimut,

kain dan bedong.

e. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan kala 1 dengan

pengawasan 10 yaitu DJJ dan kontraksi setiap 30 menit, tensi, nadi,

suhu, urine, nutrisi, pembukaan, penurunan kepala, penyusupan,

setiap 4 jam sekali.

7. Evaluasi

a. Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan yang telah di lakukan

b. Suami dan keluarga sudah berada di samping ibu, suami dan

keluarga sudah mengerti untuk memberi asupan energy berupa

makanan dan minuman kepada ibu, suami dan keluarga sudah

mengerti untuk memijat bagian yang terasa sakit, ibu sudah jalan-

jalan dan ibu sudah mengerti alasan di sarankan untuk berjalan-

130

jalan, ibu sudah mengerti kalau merasa mules ingin BAB/BAK

langsung ke kamar mandi dan keluarga siap mengantarkan.

c. Ibu mengerti apa yang di sarankan bidan

d. Perlengkapan persalinan sudah di siapkan

e. Pemantauan sudah dilakukan dan hasil terlampir

131

KALA II

Tanggal : 25 Agustus 2018

Jam : 17.00 WIB

Tempat : Puskesmas Tarub

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan kencengnya semakin sering dan lama

b. Data Obyektif

Keadaan umum : baik

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Denyut nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu tubuh : 36,5 ˚C

Kontraksi : 4x10’x45”

Kekuatan HIS : kuat

Detak jantung janin : 138x/menit

PPV : lendir darah

Adanya tanda kala II : - Dorongan ingin meneran

ii. Tekanan pada anus

iii. Perineum menonjol

iv. Vulva membuka

132

c. Assessment

Ny. R umur 33 tahun G3 P2 A0 hamil 40 minggu+2 hari janin tunggal,

hidup, intra uterin,letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala,

divergen inpartu kala II fase aktif dengan faktor resiko riwayat

tubercolusis paru.

d. Penatalaksanaan

1) Mengenali adanya tanda gejala kala II seperti dorongan ingin

meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka.

Evaluasi : tanda gejala kala II sudah terlihat

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik

sekali pakai 3 cc ke dalam wadah partus set.

Evaluasi : alat dan obat sudah lengkap, peralatan ibu dan bayi sudah

lengkap, ampul sudah di patahkan dan spuit 3 cc sudah ada dalam

partus set.

3) Memakai alat pelindung diri seperti : clemek, masker, kaca mata, topi

dan sepatu boot.

Evaluasi : APD lengkap sudah di pakai

4) Memastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, mencuci

tangan dengan sabun di air mengalir

Evaluasi : semua perhiasan sudah di lepas dan sudah mencuci tangan

5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang di gunakan

untuk periksa dalam

Evaluasi : sarung tangan sudah di pakai

133

6) Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi dengan

oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set.

Evaluasi : oksitosin 1 ml sudah di masukan ke dalam spuit dan sudah

di masukan kembali ke dalam perus set.

7) Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas DTT (basah)

dengan gerakan dari vulva ke perineum

Evaluasi : vulva dan perineum sudah di bersihkan

8) Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selaput ketuban sudah pecah atau belum

Evaluasi : pemeriksaan sudah dilakukan dengan hasil keadaan portio

sudah tidak teraba, effacement 100%, pembukaan 10 cm, selaput

ketuban negative, warna jernih, bagian terendah kepala, titik tunjuk

ubun-ubun kecil (UUK), penurunan kepala hodge IV atau 0/5 bagian,

tidak ada bagian yang menumbung.

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan

klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

Evaluasi : sarung tangan sudah di lepas dan di rendam kedalam

larutan klorin 0,5%.

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus hilang

Evaluasi : Detak jantung janin 140 x/menit dan teratur

134

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,

meminta ibu untuk meneran saat ada kofvntraksi, bila ia sudah merasa

ingin meneran

Evaluasi : ibu dan keluarga sudah mengerti

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran, (pada saat ada kontraksi, bantu ibu dalam posisi setelah

duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

Evaluasi : ibu dan keluarga sudah mengerti

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran

Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia

14) Saat kepala janin terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang

handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

Evaluasi : handuk sudah di letakan di perut ibu

15) Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya

dibawah bokong ibu

Evaluasi : kain sudah terpasang

16) Membuka tutup partus set dan mengecek kelengkapan alat dan bahan.

Evaluasi : tutup pertus set sudah membuka dan alat sudah lengkap.

17) Memakai sarung tangan pada kedua tangan

Evaluasi : kedua tangan sudah memakai sarung tangan DTT.

18) Saat sub-occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi

perineum dengan dialas lipatan kain di bawah bokong, sementara

135

tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang

terlalu cepat saat kepala lahir.

Evaluasi : kepala sudah lahir

19) Menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain/ kassa yang

bersih.

Evaluasi : sudah di lakukan

20) Memeriksa leher bayi kemungkinan adanya lilitan tali pusat

Evaluasi : tidak ada lilitan tali pusat

21) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Evaluasi : kepala bayi sudah melakukan putaran paksi luar

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua telapak

tangan secara biparietal di kepala janin, tarik secara hati-hati ke arah

bawah sampai bahu anterior / depan lahir, kemudian tarik secara hati-

hati ke atas sampai bahu posterior/belakang lahir.

Evaluasi : bahu bayi sudah lahir

23) Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu

janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian bawah

kepala) dan ke empat jari pada bahu dan dada / punggung janin,

sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian

anterior saat badan dan lengan lahir

Evaluasi : bahu dan kepala bayi sudah di sangga

24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang ke

arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai

bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin)

136

Evaluasi : bayi sudah lahir normal jam 17.15 Wib

25) Menilai tangisan, gerakan bayi dan warna kulit

Evaluasi : bayi menangis kuat dan gerakan aktif, warna kulit

kemerahan

26) Meletakan bayi di atas perut ibu, mengeringkan dengan kain yang

bersih dan keringkan dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya

kecuali telapak tangan dan mengganti kain yang basah dengan kain

yang kering dan bersih.

Evaluasi : bayi sudah di keringkan dan di selimuti dengan kain.

27) Mengganti kain bayi dengan kain kering dan bersih, membedong bayi

hingga kepala

Evaluasi : kain sudah di ganti dengan kain kering dan bersih

28) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal

Evaluasi : tidak ada janin yang kedua

29) Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin gunanya untuk melahirkan

plasenta

Evaluasi : ibu sudah mengerti dan bersedia

30) Menyutikan Oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian luar

paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk

memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah

Evaluasi : oksitosin sudah di suntikan di 1/3 paha kanan ibu

31) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus

bayi. Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan memasang klem

diantara kedua 2 cm dari klem pertama.

137

Evaluasi : tali pusat sudah di jepit

32) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri,

dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di

antara kedua klem

Evaluasi : tali pusat sudah di potong

33) Meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi tengkurap di dada ibu,

luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada / perut ibu, kaki

di renggangkan seperti kaki katak dan usahakan kepala bayi berada di

antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara

ibu selama 1 jam .

Evaluasi : bayi dilakukan IMD

138

MANAGEMENT AKTIV KALA III

Tanggal : 25 agustus 2018

Jam : 17.16 WIB

Tempat : Puskesmas Tarub

a. Subyektif :

Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya.

Ibu mengatakan badanya lemes dan perutnya mules.

b. Obyektif :

Keadaan umum baik, tinggi fundus uterus setinggi pusat, kontraksi keras,

kandung kemih kosong, perdarahan pervagina (PPV) 30 cc.

c. Assessment :

Ny, R umur 33 tahun P3 A0 dengan kala III normal.

d. Penatalaksanaan

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

Evaluasi : sudah di lakukan

35) Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus,

sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau

kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm dari vulva

Evaluasi : tangan kiri sudah di atas simpisis dan tangan kanan memegang

tali pusat

36) Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan sementara

tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso kranial.Bila

139

uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau keluarga untuk

melakukan stimulasi putting susu

Evaluasi : sudah dilakukan dorso kranial

37) Jika dengan peregangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat bertambah

panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta , minta ibu untuk meneran

sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah

kemudian ke atas sesuai dengan kurva jalan lahir hingga plasenta tampak

pada vulva.

Evaluasi : sudah dilakukan dan ibu sudah mengerti

38) Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan

hati-hati.Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua

tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta

dan mencegah robeknya selaput ketuban.

Evaluasi : plasenta lahir jam 17.25 wib

39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan

menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

Evaluasi : fundus sudah di massase

40) Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri, periksa bagian

maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir

lengkap, dan memasukkan ke dalam kantong plastik yang tersedia

Evaluasi : sudah di bersihkan dan tidak ada sisa selaput ketuban yang

tertinggal

140

Kala IV

Tanggal : 25 Agustus 2018

Jam : 17.26 WIB

a. Subyektif

Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya. ibu mengatakan lemas dan lelah.

b. Obyektif

Keadaan umum baik, tanda-tanda vital TD 120/80, S 36,5oC, R 20 x/menit, N

80 x/menit, kontraksi uterus keras, perdarahan 100 cc, kandung kemih 30 cc.

c. Assessment

Ny. R umur 33 tahun P3 A0 dengan kala IV normal.

d. Penatalaksanaan

41) Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perenium yang

menimbulkan perdarahan aktif.Bila ada robekan yang menimbulkan

perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan

Evaluasi : adanya robekan jalan lahir derajat 2

42) Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan

pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik

Evaluasi : kontraksi keras, perdarahan 30 cc

43) Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam larutan klorin

0,5 %, kemudian bilas tangan yang masih mengenakan sarung tangan

dengan air yang sudah di desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya

Evaluasi : sarung tangan sudah di bersihkan menggunakan larutan klorin

0,5 %

141

44) Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari umbilicus dengan sampul mati

Evaluasi : tali pusat sudah di ikat menggunakan simpul mati

45) Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya

Evaluasi : tali pusat sudah di ikat dengan simpul mati

46) Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah berisi

larutan klorin 0, 5%

Evaluasi : klem sudah di lepas dan sudah di masukan di wadah yang berisi

larutan klorin 0,5 %

47) Membedong kembali bayi

Evaluasi :bayi sudah di bedong

48) Berikan bayi pada ibu untuk disusui

Evaluasi : bayi sedang di lakukan IMD selama satu jam

49) Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan

pervaginam dan tanda vital ibu.

Evaluasi : sudah di lakukan pemantauan kontraksi keras, perdarahan 30

cc,tensi normal, suhu normal, nadi normal, respirasi normal.

50) Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki

kontraksi baik dan mengajarkan masase uterus apabila kontraksi uterus

tidak baik.

Evaluasi : ibu sudah di ajari cara massase dan ibu sudah mengerti

51) Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi

Evaluasi : jumlah pengeluaran darah ibu 100 cc

52) Memeriksa nadi ibu

Evaluasi : nadi ibu 80 x/menit

142

53) Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %

Evaluasi : peralatan sudah di rendam di larutan klorin 0,5 %

54) Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah yang di

sediakan

Evaluasi : sampah sudah di buang di tempatnya masing-masing

55) Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan

menggantikan pakaiannya dengan pakaian bersih/kering

Evaluasi : pakaian ibu sudah di ganti dengan kain bersih dan kering

56) Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum

Evaluasi : ibu sudah merasa nyaman dan keluarga siap membantu ibu

57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

Evaluasi : tempat persalinan sudah di bersihkan menggunakan larutan

klorin 0,5 %

58) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 0,5 %

Evaluasi : sarung tangan sudah di lepas dan sudah di rendam di larutan

klorin 0,5 %

59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Evaluasi : sudah di lakukan

60) Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan darah.

Evaluasi : partograf sudah di lengkapi

143

PANTAUAN PERSALINAN KALA IV Jam

Ke Waktu Tekanan Darah Nadi Suhu Tinggi Fundus Uteri Kontraksi

Uterus Kandung

Kemih Perdarahan

1 17:40 120/70 mmHg 80x 36,5 2Jr Pusat Keras Kosong 30 cc

14:55 120/70 mmHg 80x 2Jr Pusat Keras Kosong 10 cc

18:10 120/70 mmHg 80x 2Jr Pusat Keras Kosong 5 cc

18:25 120/70 mmHg 80x 2Jr Pusat Keras Kosong 5 cc

2 18:55 120/70 mmHg 80x 2Jr Pusat Keras Kosong 5 cc

19:25 120/70 mmHg 80x 36,5 2Jr Pusat Keras Kosong 10 cc

Total 65 cc

144

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

PADA NY. R DI PUSKESMAS TARUB KABUPATEN TEGAL

C. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Post Partum 2 Jam

a) Pengkajian Data

Tanggal : 25 agustus 2018

Jam : 21.15 WIB

Tempat : Puskesmas Tarub

a. Data Subyektif

a) Biodata

Dari hasil anamnesa yang telah dilakukan di dapatkan data Ny.

R, berumur 33 tahun, Agama islam, Suku bangsa jawa,

Pendidikan terakhir SD, Pekerjaan IRT, Suami Ny. R Bernama

Tn. W umur 33 tahun, Suku Bangsa Jawa, Agama islam,

Pendidikan SD, Pekerjaan swasta. Alamat di desa Bulakwaru

Rt 10 Rw 02 Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

b) Alasan Datang

-

c) Keluhan Utama

Ibu mengatakan perutnya masih mulas

d) Riwayat obstetrik dan ginekologi

a) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas tahun lalu

Ibu mengatakan persalinan pertama dengan umur

kehamilan 36 minggu, jenis persalinan spontan, penolong

145

persalinan Bidan, BB 3100 gram, jenis kelamin laki-laki

dengan nifas normal dan sekarang berumur 10 tahun.

Persalinan yang kedua dengan kehamilan 36 minggu, jenis

persalinan spontan, penolong persalinan Bidan, BB 3200

gram, jenis kelamin laki-laki dengan nifas normal. Keadaan

sekarang berumur 4 tahun.

b) Riwayat kehamilan sekarang

Ibu mengatakan ini kehamilan ketiga dan tidak pernah

mengalami keguguran, antenatal care (ANC) pertama kali

di Puskesmas, tanggal 20 januari 2018 ibu dengan keluhan

terlambat haid dan timbul tanda-tanda hamil seperti mual

dan pusing, sering miksi dan dilakukan test kehamilan

dengan hasil positif, dan umur kehamilan 9 minggu. Ny, R

sudah melakukan pemeriksaan kehamilan baik di dr. SpOg

maupun di puskesmas. Pada trimester I ibu melakukan

pemeriksaan 2x di puskesmas, trimester II 4x di puskesmas,

trimester III sebanyak 5x, 4x di puskesmas 1x di BPM dan

1x di dr SpOg, selama hamil ibu mengkonsumsi tablet

tambah darah kurang lebih 80 tablet, ibu sudah

mendapatkan imunisasi TT I pada tanggal 21 agustus 2018.

keluhan trimester I mual muntah dan pusing. Terapi yang di

berikan metoklorpramide 3x1 (untuk meredakan mual)

tablet Fe 1x1 (vitamin penambah darah). trimester II pusing

146

pilek dan pegal. Terapi yang di berikan sangovitin IxI

(vitamin penambah darah) vit C IxI.

c) Riwayat Persalinan Sekarang

Waktu persalinan tanggal 25 Agustus 2018 jam 17.15 wib,

persalinan spontan, tidak ada penyulit waktu persalinan,

ketuban pecah jam 17.10 wib, warna jernih, bau khas, bayi

lahir jam 17.15 wib, berat badan bayi 3700 gram, jenis

kelamin perempuan.

e) Riwayat Kesehatan

a) Penyakit yang pernah di derita

Ibu mengatakan pernah menderita penyakit infeksi

seperti batuk lebih dari 2 minggu, disertai darah, demam,

menggigil pada malam hari, berat badan menurun yaitu

Tuberculosis (TBC), ibu tidak pernah mengalami gejala

mual muntah, BAK yang berwarna kuning keruh seperti

teh, mual, demam, pembesaran hati, nyeri ulu hati,

kulit tubuh dan sclera mata berwarna kuning (Hepatitis),

diare tidak sembuh-sembuh, demam, batuk yang

berkepanjangan, berat badan menurun drastis, kekebalan

tubuh menurun, sariawan di bagian mulut atas dan mulut

bawah yang tak kunjung sembuh Human Immunodeficiency

Virus (HIV), gatal pada genetalia, keputihan yang berbau

busuk, berwarna hijau Infeksi Menular Seksual (IMS),

Penyakit Keturunan seperti mudah lapar, mudah haus,

147

mudah mengantuk, sering kencing di malam hari, luka

yang sukar sembuh yaitu Diabetes Mellitus (DM), tekanan

darah lebih dari 140/90 mmHg, pusing, tengkuk terasa

pegal (Hipertensi), sesak nafas saat udara dingin dan

banyak debu, pernafasan berbunyi mengik (Asma),

nyeri dada bagian atas, jantung berdebar-debar, sesak

nafas, dan mudah lelah (Jantung)

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan/trauma

dan ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat

penyakit yang di operasi seperti mioma, kista, dan kanker

serviks.

b) Kesehatan ibu sekarang

Ibu mengatakan penyakit infeksi Tuberculosis (TBC) yang

pernah dialami sudah sembuh, ibu tidak mengalami

penyakit dengan gejala mual muntah, demam, pembesaran

hati, nyeri ulu hati, BAK yang berwarna kuning keruh

seperti teh, kulit tubuh dan sclera mata berwarna kuning

(Hepatitis), diare, demam, dan batuk yang berkepanjangan,

berat badan menurun drastis, kekebalan tubuh menurun,

sariawan di bagian mulut atas dan mulut bawah yang tak

kunjung sembuh, Human Immunodeficiency Virus (HIV),

gatal pada genetalia, keputihan yang berbau busuk,berwarna

hijau Infeksi Menular Seksual (IMS), Penyakit Keturunan

seperti mudah lapar, mudah haus, mudah mengantuk, sering

148

kencing di malam hari, luka yang sukar sembuh yaitu

Diabetes Mellitus (DM), tekanan darah lebih dari 140/90

mmHg, pusing, tengkuk terasa pegal (Hipertensi), sesak

nafas saat udara dingin dan banyak debu, pernafasan

berbunyi mengik (Asma), nyeri dada bagian atas,jantung

berdebar-debar, sesak nafas, dan mudah lelah (Jantung)

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit infeksi seperti batuk lebih dari 2 minggu, disertai

darah, demam, menggigil pada malam hari, berat badan

menurun yaitu Tuberculosis (TBC), mual muntah, demam,

nyeri ulu hati, pembesaran hati, BAK yang berwarna

kuning keruh seperti teh, kulit tubuh dan sclera mata

berwarna kuning (Hepatitis), diare tidak sembuh-sembuh,

demam, dan batuk yang berkepanjangan, berat badan

menurun drastis, kekebalan tubuh menurun, sariawan di

bagian mulut atas dan bawah yang tak kunjung sembuh,

Human Immunodeficiency Virus (HIV), gatal pada

genetalia, keputihan yang berbau busuk,berwarna hijau

Infeksi Menular Seksual (IMS). Penyakit Keturunan seperti

mudah lapar, mudah haus, mudah mengantuk, sering

kencing di malam hari, luka yang sukar sembuh yaitu

Diabetes Mellitus (DM), tekanan darah lebih dari 140/90

mmHg, pusing ,tengkuk terasa pegal (Hipertensi), sesak

149

nafas saat udara dingin dan banyak debu, pernafasan

berbunyi mengik (Asma), nyeri dada bagian atas,jantung

berdebar-debar, sesak nafas, dan mudah lelah (Jantung) .

Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang

mempunyai riwayat bayi kembar.

f) Kebiasaan

Ibu mengatakan selama hamil tidak ada pantangan makanan

apapun, tidak pernah mengkonsumsi jamu, tidak pernah

mengkonsumsi obat-obatan selain dari tenaga kesehatan, tidak

pernah mengkonsumsi minuman keras, tidak merokok sebelum

dan selama hamil, di rumah ibu tidak memelihara binatang

seperti kucing, anjing,burung, dan lain-lain.

g) Riwayat haid

Ibu mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia

12 tahun, siklus 28 hari, lamanya 6 hari, banyaknya 3 kali ganti

pembalut dalam sehari, dan tidak merasakan nyeri baik

sebelum atau sesudah mendapatkan menstruasi, Hari Pertama

Haid Terakhir (HPHT) 16 november 2017. serta ibu

mengalami keputihan selama 3 hari, tidak gatal, warnanya

jernih, bau khas.

h) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

Ibu mengatakan menggunakan KB pil, lamanya 1 tahun, tidak

ada keluhan, alasan lepas karena sedang mengkonsumsi obat

150

Tb, rencana yang akan datang Kb suntik 3 bulan, alasan

praktis.

i) Kebutuhan Sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Pola makan selama hamil porsi sedang, jenis aneka ragam,

macam aneka ragam. Pola makan sekarang porsi sedang,

jenis nasi, ayam, sayur, sop, tahu, jenis, nasi, lauk pauk,

sayur. Pola minum selama hamil 6-8 gelas jenis air putih air

susu, gangguan tidak ada. Pola minum sekarang 3 gelas (2

gelas air putih & 1 gelas air teh).

b) Pola Eliminasi

Buang air besar selama hamil 1-2 x/hari, konsistensi agak

keras, gangguan tidak ada. Sekarang ibu belum buang air

besar. Buang air kecil selama hamil 5-8 x/hari, warna

kuning jernih, tidak ada gangguan. Buang air kecil sekarang

2 kali terakhir jam 20.30 wib, warna jernih, tidak ada

gangguan.

c) Pola Istirahat

Selama hamil siang 1-2 jam, malam 6-7 jam tidak ada

gangguan. Sekarang ibu belum istirahat.

d) Pola aktivitas

Selama hamil ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga

seperti menyapu, memasak. Aktivitas ibu sekarang

mobilisasi miring kanan kiri, duduk, turun dari tempat

151

tidur, jalan-jalan di sekeliling tempat tidur dan kamar

mandi tanpa bantuan orang lain.

e) Pola Personal Hygiene

Selama hamil mandi 2x sehari, keramas 2 hari sekali, gosok

gigi 2x, ganti baju 2-3 x sehari. Sekarang ibu mengatakan

belum mandi, belum melakukan keramas, gosok gigi belum

melakukan, ganti baju 1x.

f) Pola Seksual

Selama hamil frekuensi 1 minggu 1 kali jika suami pulang,

tidak ada gangguan. Sekarang belum melakukan hubungan.

j) Data Psikologi

Ibu mengatakan status anak yang di kandung sah menurut

agama, ibu mengatakan senang dengan kelahiran anaknya,

suami dan keluarga juga ikut senang atas kelahiran anak ibu,

ibu siap untuk merawat bayinya.

k) Data Sosial Ekonomi

Ibu mengatakan penghasilan mencukupi, tanggung jawab

perekonomian suami, pengambilan keputusan oleh bersama

(suami&istri).

l) Data Perkawinan

Ibu mengatakan status perkawinannya sah tercantum di KUA,

ini perkawinan pertamanya, menikah di usia 22 tahun, dan usia

lamanya sudah 11 tahun.

152

m) Data Spiritual

Ibu mengatakan belum melakukan ibadah

n) Data Sosial Budaya

Ibu mengatakan tidak mempercayai adat istiadat setempat

seperti dalam masa nifas 40 hari tidak boleh keluar rumah.

o) Data Pengetahuan Ibu

Ibu mengatakan sudah mengetahui cara memandikan bayi.

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Fisik

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terdapat hasil

keadaan umum baik. Kesadaran composmentis. Tanda vital

Tekanan darah 110/80 mmHg, Suhu 36oC, Nadi 78 x/ menit,

Pernafasan 20 x/ menit, tinggi fundus uterus 3 jari di bawah

pusat, Kandung kemih kosong, Kontraksi keras.

Pada pemeriksaan status present dari kepala sampai kaki,

kepala mesochepal, rambut bersih, tidak rontok, muka tidak

pucat, muka tidak oedem, mata simetris, penglihatan baik,

konjungtiva tidak anemis, sclera tidak iketerik, hidung bersih,

tidak ada pembesaran polip, tidak ada sinusis, mulut dan bibir

lembab, tidak ada stomatis, tidak ada caries pada gigi, gusi

tidak epulus, bentuk telinga simetris, bersih, pendengaran baik,

leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada

pembesaran vena jugularis. Aksila tidak ada pembesaran

kelenjar limfe, pernafasan teratur dada bentuk simetris, tidak

153

ada retraksi dinding dada, mamae bentuk simetris, bersih, tidak

ada luka bekas operasi, kolostrum/ASI sudah keluar. Pada

pemeriksaan palpasi tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat,

kontraksi uterus keras. Pengeluaran vagina lochea rubra, warna

merah, konsistensi cair, khas, dengan estimasi perdarahan 30

cc luka jahitan baik . Extremitas tidak oedem dan tidak ada

varises, tidak ada tanda-tanda human.

2) Pemeriksaan Obstetrik

1. Inspeksi

Muka tidak pucat, tidak oedem, tidak ada cloasma

gravidarum, mamae bentuk simetris, hiperpigmentasi

areola, puting susu bersih, kolostrum/ ASI sudah keluar,

kebersihan terjaga, abdomen normal, tidak ada luka bekas

operasi, genetalia normal, luka jahitan baik.

2. Palpasi

palpasi tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi

uterus keras. Pengeluaran pervagina lochea rubra, warna

merah, konsistensi cair, bau khas, dengan estimasi

perdarahan 30 cc dan luka jahitan baik.

3. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium,

pemeriksaan rontgen dan Ultrasonography tidak di

lakukan.

154

b) Interprestasi Data

a. Diagnosa (Nomenklatur)

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan maka didapatkan diagnosa

Ny. R umur 33 tahun P3 A0 2 jam post partum dengan Nifas

normal.

1) Data Subyektif

Ibu mengatakan senang bayinya sudah lahir, masih lelah dan

perutnya masih terasa mulas. ASI nya sudah keluar.

2) Data Obyektif

Keadaan umum ibu baik, kesadaran compomentis. Tanda-tanda

vital Tekanan darah 110/80 mmHg, Suhu 36oC, Nadi 78

x/menit, Pernafasan 20x/menit. Pada pemeriksaan palpasi

tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat, kontraksi uterus

keras. Pengeluaran pervagina lochea rubra, warna merah,

konsistensi cair, bau khas, dengan estimasi perdarahan 30 cc

dan luka jahitan baik.

b. Masalah

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas

c. Kebutuhan

Istirahat yang cukup, asupan nutrisi.

c) Diagnosa Potensial

Tidak ada

d) Antisipasi Penanganan Segera

Tidak ada

155

e) Intervensi

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

b. Beritahu ibu penyebab dari rasa mulesnya

c. Ajari ibu untuk memassase perut jika tidak keras

d. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas

e. Beritahu pada ibu untuk menjaga personal hygiene

f. Beritahu ibu untuk melakukan mobilisasi dini, dan keluarga untuk

membantunya.

g. Beritahu ibu perawatan luka jahitan

h. Beritahu ibu untuk memberikan ASI esklusif dan berikan asi setiap

bayi menginginkanya

i. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

j. Ajarkan ibu cara menyusui yang benar

k. Memberikan obat terapi post partum kepada ibu

f) Implementasi

a. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

bahwa keadaan ibu saat ini baik-baik saja

TD : 110/80 mmhg S : 36 o C

N : 78 x/menit R : 20 x/menit

b. Memberitahu ibu tentang penyebab perut ibu masih mulas

dikarenakan adanya proses involusi uterus/ kembalinya Rahim

kebentuk semula seperti sebelum hamil, jadi hal tersebut wajar di

alami saat masa nifas.

156

c. Mengajari ibu untuk memassase (pijat) perut caranya yaitu tangan

kanan diletakan di atas fundus ibu dan masasse 5-10 detik atau

sampai fundus (Rahim ) ibu keras, tanda kontraksi baik yaitu keras

dan tanda kontraksi yaitu jelek, fungsi dari memijat/memassase perut

untuk mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

d. Memberitahu ibu tentang bahaya masa nifas yaitu pendarahan

pervaginam, keluar cairan yang berbau busuk dari jalan lahir,

tekanan darah lebih dari 140/90, mmHg, pandangan mata kabur,

sakit kepala yang tidak hilang ketika di bawa tidur, bengkak pada

kaki, tangan dan muka (tanda pre eklamsia). Nyeri ulu hati nyeri

payudara, payudara bengkak dan kemerahan, kehilangan nafsu

makan, mual muntah dan demam tinggi lebih dari 38ᵒC. Apabila

terdapat tanda-tanda bahaya tersebut segera dating ke tenaga

kesehatan.

e. Memberitahu ibu cara menjaga personal hygiene yaitu menjaga

daerah genetalia dengan membersihkannya menggunakan air dingin

dari atas ke bawah, mengganti pembalut 2x/hari jika basah saat

buang air besar atau buang air kecil, menggunakan celana dalam

yang menyerap keringat, serta menjaga kebersihan tubuh yang

lainnya.

f. Memberitahu ibu untuk melakukan mobilisasi dini dengan cara

miring kanan kiri, duduk. Dan peran keluarga untuk membantu jika

ibu ada kesulitan.

157

g. Memberitahu ibu cara perawatan luka jahitan yaitu jika ibu gunakan

kassa steril dan betadine, kassa steril di tetesi betadine di tempelkan

ke luka jahitan. lakukan rutin jika ibu setelah BAB/BAK.

h. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI esklusif yaitu pemberian

ASI saja selama enam bulan pertama tanpa minuman / makanan lain

kecuali obat dan vitamin dan berikan asi setiap bayi

menginginkanya.

i. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, istirahat siang 1-2

jam, malam 6-8 jam, jika bayi sedang tidur ajurkan ibu untuk

istirahat juga dan disini peran suami juga di perlukan untuk sama-

sama membantu menjaga bayi.

j. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu Pastikan ibu dan

bayi berada dalam kondisi rileks dan nyaman

Posisi kepala bayi harus lebih tinggi dibandingkan tubuhnya ibu

dapat menyangga dengan tangan ataupun mengganjal dengan bantal.

Mendekatkan bayi ke payudara ketika bayi mulai membuka

mulutnya dan ingin menyusu, dekatkan bayi ke payudara ibu.

Tunggu hingga mulutnya terbuka lebar dengan posisi lidah ke arah

bawah. Jika bayi belum melakukannya, ibu dapat membimbing bayi

dengan dengan menyentuh lembut bagian bawah bibir bayi dengan

puting susu ibu. Perlekatan yang benar posisi perlekatan terbaik bayi

menyusui yaitu mulut bayi tidak hanya menempel pada puting,

namun pada area bawah puting payudara dan selebar mungkin.

Tanda bahwa perlekatan sudah baik yaitu ketika ibu tidak merasakan

158

nyeri saat bayi menyusu dan bayi memperoleh ASI yang mencukupi.

Ibu dapat mendengarkan saat bayi menelan ASI. Membetulkan

posisi bayi Jika ibu merasa nyeri, lepas perlekatan dengan

memasukan jari kelingking ke dalam mulut dan letakkan di antara

gusinya. Gerakan ini akan membuatnya berhenti menyusu sementara

anda bisa menyesuaikan posisi bayi. Kemudian, coba lagi untuk

perlekatan yang lebih baik. Setelah perlekatan sudah benar,

umumnya bayi akan dapat menyusu dengan baik.

k. Memberikan obat terapi post partum asam mefenamat 500 mg,

amoxicillin 500 mg, tablet fe 200 mg, dan vit A dengan dosis

200.000 ui.

g) Evaluasi

a. Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

b. Ibu sudah mengerti penyebab dari rasa mulesnya

c. Ibu sudah mengerti dan bisa cara memassase fundus

d. Ibu sudah mengerti tanda bahaya nifas

e. Ibu sudah mengerti cara menjaga kebersihan diri

f. Ibu sudah mengerti untuk tidak menunda jika ibu ingin bab/bak

g. Ibu sudah tahu perawatan luka jahitan

h. Ibu bersedia untuk memberikan ASI esklusif dan memberikan setiap

bayi menginginkannya

i. Ibu sudah mengerti cara mengatur pola istirahat dan suami siap

untuk membantu menjaga bayinya

j. Ibu sudah tahu cara menyususi yang benar

159

k. Obat terapi sudah di berikan kepada ibu dan ibu sudah meminumnya

160

KUNJUNGAN NIFAS KE 2 ( 6 HARI)

Tanggal : 31 Agustus 2018

Jam : 19.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. R

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan sudah bisa mengurus bayinya, ASI nya keluar lancar dan tidak

ada keluhan.

a) Kebutuhan Sehari-hari

b) Pola Nutrisi

Ibu mengatatakan makan sehari 3x porsi 1 piring sedang, menu aneka

ragam dan bermacam-macam, tidak ada makanan yang di pantang,

sedangkan frekuensi minum 8-10 gelas/hari, macam air putih

c) Pola Eliminasi

Ibu mengatakan frekuensi BAB 1-2 x/hari, konsistensi lembek, warna

kuning kecoklatan, tidak ada gangguan, BAK frekuensi 7-8 x/hari, bau

khas, warna kuning jernih, tidak ada gangguan.

d) Pola istirahat

Ibu mengatakan istirahatnya siang 1-2 jam malam 6–7 jam.

e) Pola Aktivitas

Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga, biasa mengerjakan pekerjaan

rumah seperti menyapu, memasak, mencuci.

f) Pola Personal Hygiene

Pola mandi 2x sehari, keramas 2 hari sekali, gosok gigi 2x, ganti baju 2x

sehari.

161

g) Pola Seksual

Ibu mengatakan sampai saat ini belum melakukan hubungan.

b. Data Obyektif

Keadaan ibu baik, kesadaran composmentis. Tanda-tanda vital tekanan darah

110/70 mmHg, Suhu 36ᵒC, Nadi 80 x/menit, Pernafasan 20x /menit, muka tidak

pucat dan oedem, konjungtiva merah muda, sclera putih, bentuk payudara

simetris, puting susu menonjol, ASI sudah keluar banyak. Pada pemeriksaan

palpasi tinggi fundus uteri sudah tidak teraba kontraksi keras, pengeluaran

pervaginam lochea serosa, warna kecoklatan, luka jahitan kering, tidak ada

tanda-tanda homan.

c. Assesment

Ny. R umur 33 tahun P3 A0 6 hari Post Partum dengan nifas normal.

d. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemerikasaan yang telah dilakukan yaitu keadaan

ibu saat ini baik-baik saja

TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit

S : 36,0 C R : 20 x/menit

Luka jahitan sudah kering dan baik

Evaluasi : ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

2. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi kalori

tinggi protein seperti yang mengandung karbohidrat (padi, singkong,

gandum, dan lain-lain), protein nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan dan

lain-lain), protein hewani (susu, telor, ikan, daging ayam, daging sapi dan

162

lain-lain), mineral dan vitamin (sayur dan buah-buahan), lemak nabati

(lemak jagung dan lain-lain), lemak hewani (lemak ikan dan lain-lain).

Evaluasi : ibu bersedia untuk mengonsumsi makanan yang bergizi.

3. Memberitahu ibu kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan

pertama yaitu 14 gelas sehari

Evaluasi : ibu dalam sehari mengkonsumsi air minum sebanyak 15 gelas

4. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan diri, termasuk daerah

kemaluan dengan cara cebok yang benar yaitu di bersihkan mulai dari

depan ke belakang menggunakan sabun dan air, ganti pembalut sesering

mungkin.

Evaluasi : ibu sehari mandi 2x, gosok gigi 2x, ganti baju 2x, ibu sudah

mengerti cara cebok yang benar, dan ibu sehari ganti pembalut sesering

mungkin.

5. Memberitahu ibu istirahat cukup siang 1-2 jam maam 6-8 jam atau saat

bayi istirahat ibu juga istirahat.

Evaluasi : istirahat siang ibu kurang lebih 1 jam, malam 6-8 jam saat ibu

istirahat bayi di gendong suami/ ibu.

6. Memberitahu ibu perawatan bayi yang benar yaitu memandikan bayi 2x

sehari, menjaga kehangatan bayi dengan cara di bedong dan menyelimuti

bayi, mengganti popok bayi jika bayi BAK/BAB.

Evaluasi : bayi mandi sehari 2x, bayi selalu di bedong dan di selimuti, jika

bayi bak/bab ibu segera mengganti popok bayi dan membersihkannya.

163

7. Memberitahu ibu jangan membiarkan bayi menangis terlalu lama karena

akan membuat bayi stress.

Evaluasi : bayi tidak pernah menangis terlalu lama

8. Memberitahu untuk memberikan ASI esklusif yaitu bayi hanya diberikan

asi saja dari umur 0-6 bulan tanpa tambahan minuman atau makanan

apapun kecuali obat dan vitamin.

Evaluasi : ibu sudah mengerti penjelasan bidan dan ibu bersedia menyusui

bayinya dengan asi esklusif.

9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi atau

jika ada keluhan segera datang ke tenaga kesehatan.

Evaluasi : ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang

164

CATATAN KUNJUNGAN NIFAS KE 2 ( 14 HARI )

Tanggal : 08 September 2018

Jam : 14.00 Wib

Tempat : Rumah Ny. R

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan ASInya lancar.

1. Kebutuhan Sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Ibu mengatatakan makan sehari 3x porsi 1 piring sedang, menu aneka

ragam dan bermacam-macam, tidak ada makanan yang di pantang,

sedangkan frekuensi minum 8-10 gelas/hari, macam air putih

b) Pola Eliminasi

Ibu mengatakan frekuensi BAB 1-2 x/hari, konsistensi lembek, warna

kuning kecoklatan, tidak ada gangguan, BAK frekuensi 7-8 x/hari, bau

khas, warna kuning jernih, tidak ada gangguan.

c) Pola istirahat

Ibu mengatakan istirahatnya siang 1-2 jam malam 6–7 jam.

d) Pola Aktivitas

Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga, biasa mengerjakan

pekerjaan rumah seperti menyapu, memasak, mencuci.

e) Pola Personal Hygiene

Pola mandi 2x sehari, keramas 2 hari sekali, gosok gigi 2x, ganti baju

2x sehari.

165

f) Pola Seksual

Ibu mengatakan sampai saat ini belum melakukan hubungan.

b. Data Obyektif

Keadaan ibu baik, kesadaran composmetis. Tanda-tanda vital tekanan darah

120/70 mmHg, suhu 36,7oC, nadi 82 x/menit, pernafasan 20 x/menit, muka

tidak oedem, konjungtiva merah muda, sclera putih, bentuk payudara simetris,

putting susu menonjol, ASI keluar lancer, pada pemeriksaan palpasi tinggi

fundus uteri sudah tidak teraba, kontraksi keras, pengeluaran pervagina lochea

Alba, warna putih cair, luka jahitan sudah kering dan baik, tidak ada tanda-

tanda human.

c. Assessment

Ny. R umur 33 tahun P3 A0 14 hari post partum dengan nifas normal.

d. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan yaitu kaedaan

ibu saat ini baik-baik saja

Td : 120/70 mmHg nadi : 82 x/menit

Suhu : 36,7o C pernafasan : 20 x/menit

Luka jahitan sudah kering dan baik

Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Mengingatkan kembali pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang

bergizi tinggi tinggi kalori tinggi protein seperti yang mengandung

karbohidrat (padi, singkong, gandum, dan lain-lain), protein nabati (tahu,

tempe, kacang-kacangan dan lain-lain), protein hewani

(susu,telor,ikan,daging ayam,daging sapid an lain-lain), mineral dan

166

vitamin (sayur dan buah-buahan), lemak nabati (lemak jagung dan lain-

lain), lemak hewani (lemak ikan dan lain-lain).

Evaluasi : ibu bersedia untuk mengonsumsi makanan yang bergizi.

3. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang kontrasepsi KB

meliputi :

a. KB pil

Kb pil yaitu kontrasepsi yang mengandung hormone progesterone dan

estrogen. cara kerjanya seperti mencegah implantasi, menekan ovulasi,

mengentalkan lendir serviks, mempengaruhi pergerakan tuba sehingga

transportasi ovum terganggu.

Keuntungan kb pil yaitu tidak mengganggu hubungan seksual, dapat di

gunakan sebagai metode jangka panjang, siklus haid teratur.

Kerugiannya yaitu mual, pusing, berat badan naik, nyeri payudara, dan

perdarahan hebat.

b. KB suntik

Kb suntik yaitu kontrasepsi yang mengandung hormone progestin dan

estrogen yang di suntikan pada bokong, kb suntik terdiri dari kb suntik

1 bulan yaitu kb suntik yang mengandung hormone progestin dan

estrogen. keuntungan kb 1 bulan, menimbulkan haid yang teratur tiap

bulan, kesuburan lebih cepat kembali, setelah suntikan di hentikan,

kerugian kb 1 bulan, penyuntikan lebih sering 1 bulan sekali,

mempengaruhi ASI, dan kb suntik 3 bulan yaitu suntikan yang

mengandung hormone progestin saja, dan tidak mempengaruhi

pemberian ASI. Efek sampingnya haid tiak teratur, mual dan sakit

167

kepala, terjadi perubahan berat badan, keuntungan KB suntik 3 bulan,

penyuntikan di lakukan setiap 3 bulan, tidak mempengaruhi produksi

ASI.

c. KB kondom

Kondom adalah sarung karet tipis penutup alat kelamin laki-laki yang

menampung cairan sel mani saat pria ejakulasi, keuntungan murah,

mudah di beli, mudah di pakai sendiri, kerugian, selalu harus ada

persendiaan mengganggu kenyamanan senggama, kadang-kadang

menimbulkan alergi.

d. Kb Implant/ Susuk

Adalah kapsul batangan yang berbentuk seperti korek api, ada yang

berjumlah 2 biji untuk pemakaian 3 tahun dan 6 biji untuk 5 tahun.

Keuntungan aman digunakan setelah melahirkan dan menyusui,

mengurangi nyeri haid. Kerugian nyeri kepala dan mual, peningkatan

dan penurunan berat badan, membutuhkan tindakan bedah minor untuk

pemasangan dan pencabutan.

e. Kb IUD/ AKDR

Adalah alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam Rahim, umumnya

berbentuk T. keuntungan metode jangka panjang 8-10 tahun, tidak

mempengatruhi ASI, kesuburan akan segera kembali jika alat

dikeluarkan, Kerugian terdapat bercak darah, dapat terjadi infeksi, efek

samping, nyeri/kram saat haid, keputihan.

168

f. Kb Tubektomi / MOW

Adalah kontrasepsi permanen pada perempuan untuk mereka yang

tidak ingin mempunyai anak lagi. Keuntungan tidak mempengaruhi

ASI, tidak mengganggu hubungan intim. Kerugian peluang untuk

mempunyai anak lagi sangat kecil, memerlukan operasi minor.

Evaluasi : ibu sudah mengerti macam-macam kontasepsi

4. Memberikan saran pada ibu KB yang cocok untuk ibu menyusui supaya

tidak mengganggu produksi ASI dan yang tidak mengandung hormonal

yaitu KB IUD.

Evaluasi : ibu mengatakan akan mendiskusikan dulu dengan suaminya.

5. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi atau

jika ada keluhan segera datang ke tenaga kesehatan.

Evaluasi : ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang

169

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

PADA BY. NY. R DI PUSKESMAS TARUB KABUPATEN TEGAL

D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal

1. Pengkajian Data

Tanggal : 25 Agustus 2018

Jam : 19.15 wib

Tempat : Puskesmas Tarub

a. Data Subyektif

1. Biodata

Bayi Ny, R umur 0 hari jenis kelamin perempuan.

Nama Ny. R, berumur 33 tahun, agama islam, suku bangsa

jawa, pendidikan terakhir SD, pekerjaan ibu rumah tangga,

Suami Ny. R bernama Tn. W umur 33 tahun, Suku Bangsa

Jawa, agama islam, pendidikan SD, pekerjaan swasta. alamat

di desa bulakwaru Rt 10 Rw 02 Kecamatan Tarub Kabupaten

Tegal.

2. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Penyakit kelainan darah

Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang

mengalami penyakit kelainan darah seperti lemas, pusing,

kulit pucat. Konjungtiva pucat, nafsu makan turun dan

detak jantung lebih cepat (Anemia). Timbulnya rasa sakit

dan kaku pada kepala dan leher, muntah, penglihatan

170

kabur dan kejang (Hemofilia). Sakit kepala di sertai

menggigil, demam, bintik merah, di permukaan kulit,

muntah, keringat di malam hari, gampang terjadi

perdarahan seperti memarbdan mimisan (Leukimia).

b. Kelainan congenital

Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang

mengalami kelainan congenital seperti kepala bayi tampak

lebih besar seperti ada cairan (Hidrocephalus), kepala

tampak lebih kecil dari ukuran normal (Mikrocephalus),

tidak ada tempurung kelapa (Anencephaly), tidak ada bibir

sumbing, tidak ada lubang anus (Atresia ani),

perlengketan dua jari atau lebih (Sindaktil), jumlah jari

lebih dari lima (Polisindaktil).

c. Penyakit infeksi

Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang

mengalami penyakit keturunan seperti batuk lebih dari 2

minggu, disertai darah, demam, menggigil pada malam

hari, berat badan menurun yaitu Tuberculosis (TBC),

mual muntah, demam, nyeri ulu hati, pembesaran hati,

BAK yang berwarna kuning keruh seperti teh, kulit

tubuh dan sclera mata berwarna kuning (Hepatitis), diare

tidak sembuh-sembuh, demam, dan batuk yang

berkepanjangan, berat badan menurun drastis, kekebalan

tubuh menurun, sariawan di bagian mulut atas dan bawah

171

yang tak kunjung sembuh, Human Immunodeficiency

Virus (HIV), gatal pada genetalia, keputihan yang berbau

busuk,berwarna hijau Infeksi Menular Seksual (IMS).

d. Penyakit keturunan

Penyakit Keturunan seperti mudah lapar, mudah haus,

mudah mengantuk, sering kencing di malam hari, luka

yang sukar sembuh yaitu Diabetes Mellitus (DM),

tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, pusing ,tengkuk

terasa pegal (Hipertensi), sesak nafas saat udara dingin

dan banyak debu, pernafasan berbunyi mengik (Asma),

nyeri dada bagian atas,jantung berdebar-debar, sesak

nafas, dan mudah lelah (Jantung) .

e. Riwayat gemelly

Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang

mempunyai bayi kembar.

3. Riwayat Kehamilan

Kehamilan ini merupakan kehamilan yang ketiga dan tidak

pernah mengalami keguguran, antenatal care (ANC) pada

trimester I ibu melakukan pemeriksaan 2x di puskesmas,

trimester II sebanyak 4x (3x di puskesmas dan 1x di dr.

SpOg), trimester III sebanyak 5x (3x di puskesmas 1x di Bpm

1x di dr SpOg), ibu mengatakan selalu mendapatkan tablet

tambah darah dan di minum 1x1 setiap malam rutin selama

172

hamil, ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT 1x

pada tanggal 21 Agustus 2018.

4. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

Ibu mengatakan menggunakan KB pil, lamanya 1 tahun, tidak

ada keluhan, alasan lepas karena sedang mengkonsumsi obat

Tb, rencana yang akan datang kb suntik 3 bulan, alasan praktis.

5. Kebutuhan Sehari-hari Bayi

a) Pola Nutrisi

Ibu mengatakan bayinya hanya di berikan air susu ibu

(ASI).

b) Pola Eliminasi

Ibu mengatakan bayinya sudah buang air besar jam 17.50

wib, warna hitam, konsistensi lembek, dan bayi belum

buang air kecil.

c) Pola Istirahat

Bayi belum istirahat

d) Pola Personal Hygiene

Bayi belum dimandikan, belum ganti popok, dan belum

ganti baju.

b. Data Obyektif

Persalinan pada tanggal 25 Agustus 2018 jam 17.15 wib, jenis

persalinan spontan, penolong persalinan bidan, selama proses

persalinan hanya di berikan suntik Oxytocin 10 ui pada kala III.

173

lama persalinan kala I 16 jam, kala II 15 menit, kala III 10 menit.

ketuban pecah jam 17.10 wib warna jernih, bau khas.

Segera setelah lahir dilakukan tindakan pernilaian segera setelah

lahir tangisan kuat, kulit kemerahan, gerakan aktif, mengeringkan

bayi, perawatan dan pemotongan tali pusat dan inisiasi menyusui

dini (IMD).

Pemeriksaan fisik keadaan umum baik, suhu tubuh 36,7oC, denyut

jantung 124 x/menit, respirasi 44 x/menit. Panjang badan 49 cm,

berat badan 3700 gram, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm,

lingkar lengan atas 11,5 cm.

Pemeriksaan pada bayi kepala mesochepal, tidak ada caput

succedenum, tidak ada cepal hematoma, sutura sudah menutup,

muka warna kemerahan, tidak ada tanda lahir, mata bentuk

simetris, tidak ada kelainan, reflek pupil aktif, hidung bentuk

normal, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada kelainan, mulut

dan bibir merah muda, tidak ada cyanosis, tidak ada labioskisis dan

labiopalatoskisis, telinga bentuk simetris, tidak ada kelainan, kulit

warna kemerahan, dada bentuk normal, tidak ada retraksi dinding

dada, abdomen bentuk simetris, tidak ada perdarahan tali pusat,

genetalia labia mayor menutupi labia minor, ada lubang anus,

ekstermitas atas dan bawah tidak ada polidaktil dan sindaktil, kuku

tidak pucat, dan gerakan aktif, rooting ada dan aktif, reflek graps

ada aktif, reflek sucking ada aktif, reflek moro ada aktif, tonic neek

ada aktif, reflek babynski ada aktif.

174

Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium,

pemeriksaan rontgen. Tidak di lakukan.

2. Intepretasi Data

a. Diagnosa (Nomenklatur)

Bayi Ny. R lahir spontan jenis kelamin perempuan, menangis kuat,

keadaan baik, bayi menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit

kemerahan, dengan bayi baru lahir normal.

Data Subyektif

Ibu mengatakan kondisi bayinya baik, menyusunya kuat, menangis

tidak merintih dan tidak ada keluhan.

Data Obyektif

Keadaan umum baik, tanda-tanda vital suhu 36,5oC, denyut

jantung 124 x/menit, pernafasan 44 x/menit, bayi menangis kuat,

gerakan aktif, warna kulit kemerahan, tali pusat tidak ada

perdarahan.

b. Masalah

Tidak ada

c. Kebutuhan

Tidak ada

3. Diagnosa Potensial

Tidak ada

4. Antisipasi Penanganan Segera

Tidak ada

175

5. Intervensi

a. Lakukan pemeriksaan antropometri

b. Beritahu ibu hasil pemeriksaan fisik yang telah di lakukan

c. Berikan Vitamin K dan salep mata

d. Lakukan perawatan tali pusat

e. Pertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat

f. Pastikan bayi mendapatkan ASI

g. Beritahu ibu tanda bahaya bayi baru lahir

h. Berikan imunisasi Hb 0

6. Implementasi

a. Melakukan pemeriksaan antropometri dengan hasil keadaan bayi sehat dan

normal bayi kepala mesochepal, tidak ada caput succedenum, tidak ada

cepal hematoma, sutura sudah menutup, muka warna kemerahan, tidak ada

tanda lahir, mata bentuk simetris, tidak ada kelainan, reflek pupil aktif,

hidung bentuk normal, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada kelainan,

mulut dan bibir merah muda, tidak ada cyanosis, tidak ada labioskisis dan

labiopalatoskisis, telinga bentuk simetris, tidak ada kelainan, kulit warna

kemerahan, dada bentuk normal, tidak ada retraksi dinding dada, abdomen

bentuk simetris, tidak ada perdarahan tali pusat, genetalia labia mayor

menutupi labia minor, ada lubang anus, ekstermitas atas dan bawah tidak

ada polidaktil dan sindaktil, kuku tidak pucat, dan gerakan aktif, rooting

ada dan aktif, reflek graps ada aktif, reflek sucking ada aktif, reflek moro

ada aktif, tonic neek ada aktif, reflek babynski ada aktif

176

b. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan dengan hasil

keadaan bayi ibu saat ini sehat dan normal.

Jenis kelamin : perempuan

Suhu : 36,7o C denyut jantung : 124 x/menit

Pernapasan : 44 x/menit Berat badan : 3700 gram

lingkar kepala : 34 cm Panjang badan : 49 cm

lingkar dada : 33 cm

c. Memberikan suntikan Vitamin K pada paha kiri bayi bagian luar secara

intra muscular, dan salep mata tetracyclin pada mata kanan dan kiri.

d. Melakukan perawatan tali pusat yaitu menyiapkan kasa steril kmudian

dibersihkan tali pusat dari pangkal hingga ujung tali pusat kemudian

membungkus tali pusat dengan kassa steril tanpa tambahan apapun.

e. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara mengganti kain yang kotor

dengan kain yang bersih dan kering, kemudian membedong bayi dan

memakaikan topi ke kepala bayi.

f. Memastikan bayi mendapat ASI segera setelah bayi lahir dari ibu

g. Memberitahu tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi tidak mau menyusu,

pernafasan cepat, warna kulit pucat, bayi merintih.

h. Memberikan imunisasi HB 0 dengan dosis 0.5 cc pada bagian paha kanan

bayi bagian luar secara inta muscular di berikan 1 jam setelah Vitamin K

7. Evaluasi

a. Ibu sudah mengetahui keadaan bayibya saat ini

b. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

c. Ibu sudah mengetahui bayinya sudah di berikan vitamin K

177

d. Ibu sudah mengetahui cara perawatan tali pusat

e. Ibu sudah mengerti cara menjaga suhu tubuh bayi

f. Ibu sudah memberikan asi kepada bayinya

g. Ibu sudah mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir

h. Ibu sudah mengetahui bayinya sudah di berikan imunisasi HB 0

178

KUNJUNGAN NEONATAL KE 2 (6 HARI)

Tanggal : 31 Agustus 2018

Jam : 19.00 wib

Tempat : Rumah Ny. R

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan, menyusu kuat, buang air kecil

lebih dari 6 kali, buang air besar setiap hari 1-2 kali konsistensi lembek.

b. Data Obyektif

Keadaan umum bayi baik, berat bayi 3900 gram, panjang badan 52 cm, suhu

badan 37,0oC, denyut jantung 120 x/menit, pernafasan 40 x/menit, mata tidak

ikterik, bayi menyusu kuat kebutuhan asi terpenuhi, tali pusat sudah kering dan

lepas pada tanggal 30 agustus 2018, tidak ada ruam pada kulit bayi, bayi aktif

dan tidak rewel, perut bayi tidak kembung, dalam sehari bayi buang air kecil

kurang lebih 6-7 kali, buang air besar 1-2 kali konsistensi lembek, warna

kuning kecoklatan, kebersihan, bayi dimandikan sehari 2 kali pagi dan sore

hari, ganti popok setiap kali bayi buang air kecil dan besar dan selalu di

bersihkan area genetalia sampai bokong menggunakan air dan sabun/ tisu

basah.

c. Assessment

Bayi Ny, R umur 5 hari jenis kelamin perempuan dengan bayi baru lahir

normal.

d. Penatalaksanaan

1. Memberikan kapada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu

keadaan bayi saat ini baik-baik saja

179

Suhu : 36,7oC pernafasan : 40 x/menit

Detak jantung : 120 x/menit

Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya.

2. Mengingatkan kembali tanda bahaya bayi baru lahir yaitu tidak mau

menyusu, suhu tubuh naik, bayi rewel.

Evaluasi : ibu sudah mengerti tanda bahaya bayi lahir

3. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan diri bayi dengan cara

memandikan bayi 2 x sehari, ganti baju 2x sehari, mengganti popok setelah

bayi buang air kecil dan besar.

Evaluasi : ibu selalu menjaga kebersihan bayinya

4. Mengingatkan kembali ibu untuk selalu memberikan asi esklusif tanpa

tambahan makanan apapun kecuali obat dan vitamin

Evaluasi : ibu selalu memberikan asi dan tidak memberikan makanan

tambahan apapun.

180

KUNJUNGAN NEONATAL KE III (14 Hari)

Tanggal : 08 september 2018

Jam : 14.00 wib

Tempat : Rumah Ny. R

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan, menyusu kuat .

b. Data Obyektif

Keadaan umum bayi baik, berat bayi 3900 gram, panjang badan 52 cm, suhu

badan 36,5oC, denyut jantung 120 x/menit, pernafasan 42 x/menit, mata tidak

ikterik, bayi menyusu kuat kebutuhan asi terpenuhi, bayi aktif dan tidak rewel,

perut bayi tidak kembung, dalam sehari bayi buang air kecil kurang lebih 6-7

kali, buang air besar 1-2 kali konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan,

kebersihan, bayi dimandikan sehari 2 kali pagi dan sore hari, ganti popok setiap

kali bayi buang air kecil dan besar dan selalu di bersihkan area genetalia

sampai bokong menggunakan air dan sabun/ tisu basah.

c. Assessment

Bayi Ny. R umur 14 hari jenis kelamin perempuan dengan bayi baru lahir

normal.

d. Penatalaksanaan

a) Memberitahu kapada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu

keadaan bayi saat ini baik-baik saja

Suhu : 36,5oC pernafasan : 42 x/menit

Detak jantung : 120 x/menit

181

b) Mengingatkan kembali ibu untuk menjaga kebersihan diri bayi dengan cara

memandikan bayi 2 x sehari, ganti baju 2x sehari, mengganti popok setelah

bayi buang air kecil dan besar gunanya untuk mencegah terjadinya iritasi.

Evaluasi : ibu selalu menjaga kebersihan bayinya

c) Mengingatkan ibu untuk rutin ke posyandu untuk imunisasi bayi &

melakukan tumbuh kembang bayinya.

Evaluasi : ibu bersedia membawa bayinya ke posyandu

d) Memberitahu ibu jika terjadi sesuatu pada bayi seperti suhu badan naik/

panas, diare, menangis terus menerus .untuk segera di bawa ke tenaga

kesehatan / puskesmas terdekat untuk di berikan penanganan yang tepat.

Evaluasi : ibu mengerti penjelasan bidan.

182

CATATAN KUNJUNGAN NIFAS

Catatan kunjungan nifas yang ke-3 dan ke-4 penulis tidak melakukan pemantauan

secara langsung di karenakan sedang prektek klinik kebidanan di daerah rumah

sakit gunung djati kota Cirebon jadi penulis melakukan pemantauan lewat

telephone seluler.

Dari hasil telepon tanggal 16 oktober 2018 hasilnya adalah ibu mengatakan

keadaan ibu baik, tidak ada keluhan, pengeluaran darah berwarna putih (lochea

alba), tidak berbau, ASI keluar lancar. Dan pada bayinya keadaannya baik, tidak

ada keluhan, masih di beri ASI esklusif, istirahat cukup, dan sudah diberi

imunisasi BCG dan Polio 1 pada tanggal 4 oktober 2018.

Namun, setelah selesai praktik tepatnya pada tanggal 7 dsember 2018, penulis

mendatangi rumah Ny. R, untuk memastikan keadaan ibu dan perkembangan

bayinya. Keadaan ibu baik, tidak ada keluhan, ASI keluar lancar, luka jahitan

sudah kering, ibu rutin periksa di puskesmas. Dan keadaan bayinya baik, tidak ada

keluhan, berat badan semakin bertambah, bayinya aktif, tidak rewel, masih di

berikan ASI ibu, rutin keposyandu untuk imunisasi dan pemantauan tumbuh

kembang bayi, pada tanggal 1 november 2018, bayi di berikan imunisasi DPT 1

dan Polio 2, dan tanggal 6 desember di beri imunisasi DPT 2 dan polio 3.

183

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif dengan

Faktor Resiko Tinggi Riwayat Tuberculosis pada Ny. R umur 33

tahun G3P2A0 di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2018.

Penulis akan membahas antara teori yang diuraikan sebelumnya

dengan membandingkan antara teori dan praktek serta

penatalaksanaan kasus dengan konsep teori yang diuraikan pada BAB

II, dengan harapan dapat memperoleh gambaran secara nyata dan

sejauh mana asuhan kebidanan secara komprehensif yang telah

diberikan.

Pada penatalaksanaan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan

konsep dasar asuhan kebidanan yang sesuai teori yang ada.

Menerangkan manajemen kebidanan menurut Varney terdiri atas 7

langkah yang berurutan yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa

potensial, antisipasi penanganan segera, intervensi, implementasi dan

evaluasi. Selain itu catatan manajemen kebidanan juga dapat

diterapkan dengan menggunakan metode SOAP (Subyektif, Obyektif,

Assesment, Planning) yang merupakan catatan bersifat sederhana,

jelas, logis dan singkat. Adapun uraian yang ditemukan

pembahasannya akan dijelaskan satu persatu dimulai dari kehamilan,

pada saat persalinan dan pada saat nifas.

184

A. Kehamilan

1. Pengkajian Data

Menurut Hani (2012), Pada langkah pertama ini ditemukan semua

informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien. Pengkajian data wanita hamil terdiri atas anamnesa,

pemeriksaan klien. Pengkajian data wanita terdiri atas anamnesa,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

a. Data Subyektif

Menurut Mufdilah (2014), data subyektif adalah data yang didapatkan

dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian.

1) Identitas

a) Nama

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), nama

lengkap ibu, termasuk nama panggilannya. Nama merupakan

identitas khusus yang membedakan seseorang dengan orang lain.

Hendaknya klien dipanggil sesuai dengan nama panggilan yang

biasa baginya atau yang disukainya agar klien merasa nyaman serta

lebih mendekatkan hubungan interpersonal bidan dengan klien.

Dalam praktek didapatkan ibu bernama Ny. R dan suami

bernama Tn. W. Dari data diatas dapat disimpulkan tidak ada

kesenjangan antara kasus dengan teori.

b) Umur

185

Menurut Manuba (2012), yang menjadi faktor resiko ibu hamil

adalah umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

Sedangkan, usia ibu hamil yang termasuk usia reproduksi sehat

adalah usia 20-35 tahun. Alasan usia tersebut dikatakan reproduksi

sehat karena usia dibawah 20 tahun, Rahim dan panggul sering

kalli belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akhirnya, ibu hamil

pada usia itu mungkin mengalami persalinan lamaatau macet, atau

gangguan lainnya karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas

dan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sedangkan pada umur

35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu

hamil pada usia itu mempuyai anak cacat, persalinan lama dan

perdarahan.

Pada kasus ini bernama Ny. R umur 33 tahun tergolong pada

umur normal/produktif atau umur yang sehat pada masa kehamilan.

Sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara kasus

dengan teori.

c) Agama

Menurut Anggraini (2010), diperlukan untuk mengetahui

keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan

pasien dalam berdoa.

Dalam kasus ini Ny. R menganut agama Islam dan dari data

yang didapatkan tidak terdapat tradisi keagamaan ditempat tinggal

Ny. R yang merugikan kehamilannya dengan agama yang dianut.

Dengan demikian penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dan kasus.

186

d) Suku Bangsa

Menurut Anggraini (2010), berpengaruh pada adat istiadat atau

kebiasaan sehari – hari.

Pada kasus Ny. R suku bangsanya adalah jawa dan sudah

diberikan asuhan kebidanan sesuai sosial budaya Ny. R. Dengan

demikian penulis tidak menemukan kesenjangan antara kasus

dengan teori.

e) Pendidikan

Menurut Sulistyawati (2010), pendidikan sebagai dasar bidan

untuk menentukan metode yang paling tepat dalam penyampaian

informasi. Tingkat pendidikan ini sangat mempengaruhi daya

tangkap dan tanggap pasien terhadap instruksi atau informasi yang

diberikan bidan pada pasien.

Dalam pengkajian data dalam hal pendidikan penulis

memperoleh data bahwa pada Ny. R berpendidikan SD. Namun

pasien dapat menangkap atau memahami informasi yang telah

diberikan oleh Bidan karena berdasarkan pengalaman kehamilan

yang lalu.

f) Pekerjaan

Menurut Anggraini (2010), gunanya untuk mengukur tingkat

social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi

pasien tersebut.

Pada kasus Ny. R pekerjaan yang dimiliki yaitu sebagai ibu

rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai karyawan swasta

187

dengan penghasilan cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dengan demikian penulis tidak menemukan kesenjangan antara

kasus dengan teori.

g) Alamat

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), alamat

memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang ditempuh

pasien menuju pelayanan kesehatan, serta mempermudah

kunjungan rumah bila diperlukan.

Ibu mengatakan beralamat di Desa Bulakwaru RT 10 RW 02

Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal. Ny. R melakukan pemeriksaan

kehamilannya secara rutin ke pelayanan kesehatan, penulis juga

melakukan kunjungan rumah dalam rangka melakukan asuhan

kebidanan pada masa hamil sampai masa nifas, sehingga pada

kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

2) Keluhan Utama

Menurut Sulistyawati (2012), Untuk mengetahui masalah yang

dihadapi yang berkaitan dengan masalah hamil, sehingga dapat secara

dini terdeteksi.

Pada pengkajian yang dilakukan pada Ny. R didapatkan hasil

bahwa ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan. Dalam hal

ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

3) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Menurut Anggraini (2010), riwayat obstetric diperlukan untuk

mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah

188

anak, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan dan

keadaan nifas yang lalu.

a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Menurut Manuaba (2012), riwayat obstetri dan ginekologi

untuk mengetahui riwayat persalinan dan kehamilan yang lalu.

Jika riwayat persalinan lalu buruk maka kehamilan saat ini harus

diwaspadai. Jumlah anak ideal hanya sampai kehamilan ketiga,

sudah termasuk grandemultipara harus diwaspadai perdarahan post

partum.

Pada kasus Ny. R, ibu mengatakan waktu anak pertama

kehamilanya normal, persalinan dengan umur kehamilan 36

minggu, berat badan 3100 gram, jenis persalinan spontan,

penolong persalinan Bidan, dengan nifas normal. Pada anak kedua

kehamilan normal, persalinan spontan, penolong persalinan Bidan,

dengan nifas normal. Jadi pada kasus ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

b) Riwayat kunjungan Antenatal Care/Kehamilan sekarang

Menurut Walyani (2015), kunjungan Antenatal Care minimal

satu kali pada trimester pertama (K1), satu kali pada trimester dua

dan dua kali pada trimester ketiga (K4). Menurut Pantikawati

(2010), kunjungan antenatal care minimal dilakukan 4 kali, yaitu

pada kunjungan trimester pertama (0-14 minggu) dilakukan 1 kali

kunjungan. Pada kunjungan trimester kedua (14-28 minggu)

dilakukan 1 kali kunjungan serta pada kunjungan trimester ketiga

(29-36 minggu) dilakukan 2 kali kunjungan.

Dari data yang didapat dari buku kesehatan ibu dan anak

milik Ny. R selama hamil melaksanakan antenatal care secara

teratur. Pada trimester I ibu melakukan pemeriksaan 2x, trimester

189

II 4x, trimester III sebanyak 5x. Sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Menurut Pantikawati (2010), tujuan pemberian imunisasi TT

adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum, efek

samping vaksin TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak

untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan ini akan sembuh tanpa

perlu pengobatan.

Dalam hal ini ibu mendapatkan imunisasi TT, imunisasi yang

diberikan belum sesuai karena pasien baru imunisasi satu kali

pada tanggal 21 agustus 2018 di usia kehamilan 40 minggu,

sehingga ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Pantikawati (2010), tablet fe mengandung 250 mg

Sulfat Ferrous 0,25 mg asam folat yang diikat dengan laktosa.

Tujuan pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil dan nifas,

karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring

dengan pertumbuhan janin.

Pada kasus Ny. R sudah mendapatkan tablet tambah darah 1x

250 mg selama memeriksakan kehamilannya yaitu 162 tablet.

Sehingga tidak ada kesenjangan anatara teori dan kasus.

c) Riwayat Haid

Dari data yang didapat pada kasus Ny. R pertama kali

menstruasi (menarche) pada usia 12 tahun, siklus 28 hari,

lamanya 6 hari, banyaknya 3 kali ganti pembalut dalam sehari,

dan tidak merasakan nyeri baik sebelum atau sesudah

mendapatkan menstruasi, Hari Pertama Haid Terakhir 16

190

november 2017. Serta ibu mengalami keputihan selama 3 hari,

tidak gatal, warnanya jernih, bau khas.

Menurut Manuaba (2010), bahwa idealnya lama menstruasi

terjadi selama 4-7 hari. Bayaknya pemakaian pembalut antara 1-3

kali ganti pembalut dalam sehari, dan adanya disminorea

disebabkan oleh faktor anatomis maupun adanya kelainan

ginekologi.

Pada pengakajian yang didapatkan pada Ny. R bahwa

menarche pada usia 12 tahun, lama haid 7 hari, dalam sehari ganti

pembalut sebanyak 3 kali dan tidak ada gangguan saat haid.

Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

d) Riwayat Kontrasepsi/KB

Menurut Anggraini (2010), untuk mengetahui apakah pasien

pernah ikut keluarga berencana dengan kontrasepsi jenis apa,

berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi

serta rencana selanjutnya akan menggunakan kontrasepsi apa.

Riwayat penggunaan kontrasepsi Ny. R, mengatatakan

pernah memakai alat kontrasepsi pil dan alasan berhenti kerena

sedang mengkonsumsi obat tuberculosis. Dan rencana yang akan

datang ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi

suntik, karena lebih praktis. Dengan demikian antara teori dan

kasus tidak ada kesenjangan.

4) Riwayat Kesehatan

191

Menurut Manuaba (2010), bahwa riwayat kesehatan perlu dikaji

karena jika terdapat cacat lahir perlu dilakukan evaluasi lebih

mendalam, dan adanya hamil kembar sering bersifat menurun.

Menurut Sofian (2011), Pada umumnya penyakit paru-paru tidak

mempengaruhi kehamilan, persalinan dan nifas, kecuali penyakitnya

tidak terkontrol, berat dan luas di sertai sesak dan hipoksia. Walaupun

kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada system pernafasan,

karena uterus yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru-

paru ke atas serta sisa dalam udara kurang, namun penyakit tersebut

tidak selalu menjadi lebih parah.

Pada kasus Ny. R sebelum kehamilan Ny. R telah menderita

penyakit tuberculosis namun sekarang sudah sembuh, sehingga pada

Ny. R di kehamilan ini dengan riwayat tuberculosis.

Menurut Suhardjo (2010), penyakit infeksi hepatitis pada

kehamilan dapat meningkatkan kelahiran premature, infeksi neonatus

atau tertularnya hepatitis dari ibu ke bayi ditularkan secara vertikal

melalui penelanan cairan ibu yang terinfeksi peripartum, termasuk air

susu ibu. Infeksi neonatal biasanya bisa dicegah dengan penapisan

prenatal dengan globulin imun hepatitis segera sesudah kelahiran.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga tidak

ada yang menderita penyakit infeksi seperti kuning pada mata dan

kulit, demam, mual, muntah, dan buang air kecil berwarna kuning

pekat seperti teh (Hepatitis B), dalam hal ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

192

Menurut J. Leveno (2013), penyakit infeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV/AIDS) dapat menyebabkan komplikasi

kehamilan yaitu persalinan preterm, hambatan pertumbuhan janin, dan

lahir mati, dikaitkan dengan infeksi pada ibu. Penularan terjadi pada

periode peripartum bayi lahir dari ibu yang terinfeksi HIV dan tidak

diobati akan terinfeksi.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya, dan pada keluarga tidak

ada yang menderita penyakit infeksi seperti diare, sariawan tidak

kunjung sembuh, muncul ruam pada kulit, berat badan menurun

drastic dan kekebalan tubuh menurun yaitu Human Immunodeficiency

Virus (HIV/AIDS), dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2009), penyakit menular seksual dapat

menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu maupun bayi

yang dikandungnya.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga tidak

ada yang menderita penyakit infeksi seperti keputihan yang berbau

busuk, berwarna kehijauan dan gatal pada daerah genetalia yaitu

Infeksi Menular Seksual (IMS), sehingga tidak ada kesenjangan

anatara teori dan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2009), diabetes mellitus merupakan

gangguan metabolisme yang ringan, tetapi hiperglikemia ringan tetap

dapat memberikan penyulit pada ibu berupa preeklampsia,

193

polihidramnion, infeksi saluran kemih, persalinan section caesarea,

trauma persalinan akibat bayi besar.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga tidak

ada yang menderita penyakit keturunan seperti mudah haus, mudah

lapar, sering buang air kecil di malam hari yaitu diabetes mellitus,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2009), hipertensi dalam kehamilan

adalah hipertensi terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu,

selama persalinan dan dalam 48 jam pasca persalinan, kenaikan pada

diastolik ≥ 90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga tidak

ada yang menderita penyakit keturunan seperti sakit kepala, tekanan

darah lebih dari 140/ 90 mmHg yaitu hipertensi, sehinnga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Manuaba (2010), kehamilan yang disertai penyakit

jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan memberatkan

penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga tidak

ada yang menderita penyakit keturunan seperti nyeri dada bagian kiri

atas, jantung berdebar – debar, sesak nafas, dan mudah lelah yaitu

jantung, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Manuaba (2010), kehamilan bersama dengan mioma

uteri hanya mungkin terjadi bila miomanya dalam situasi mioma uteri

194

intramural, mioma uteri subserosa, mioma uteri yang bertangkai.

Pengaruh mioma uteri pada kehamilan bisa terjadi infertilitas bila

menutupi lumen tuba falopi, mengganggu tumbuh kembang hasil

konsepsi yang telah berimplantasi (terjadi abortus, persalinan

prematur) karena terjadi vaskularisasi sehingga plasenta tidak mampu

memberi nutrisi yang cukup.

Pada kasus ini, Ny. R mengatakan tidak pernah dan tidak sedang

menderita penyakit yang dioperasi seperti mioma uteri, sehingga tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sofian (2011), kehamilan ganda atau hamil kembar

adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih di sebabkan oleh faktor

keturunan.

Pada kasus Ny. R mengatakan dalam keluarga tidak ada yang

mempunyai riwayat bayi kembar, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

5) Kebiasaan

Menurut Kusmiyati (2009), kebiasaan minum jamu merupakan

salah satu kebiasaan yang beresiko bagi wanita hamil karena efek

minum jamu dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti

menimbulkan kecacatan, abortus, berat badan lahir rendah, partus

prematurus, asfiksia neonatorum, kelainan ginjal dan jantung janin,

sedangkan efek pada ibu dapat menyebabkan keracunan, kerusakan

jantung, ginjal, serta perdarahan. Alkohol yang dikonsumsi ibu hamil

dapat membahayakan jantung ibu hamil dan merusak janin, termasuk

195

menimbulkan kecacatan dan kelainan pada janin dan menyebabkan

kelahiran premature. Efek pemakaian alkohol dalam kehamilan adalah

pertumbuhan janin terhambat, kecacatan, kelainan jantung dan

kelainan neonatal.

Kebiasaan merokok pada ibu hamil menimbulkan efek yang

membahayakan bagi janin seperti kelahiran berat badan bayi rendah,

persalinan preterm, kematian perinatal, selain mempunyai efek yang

membahayakan janin juga membahayakan ibu berkaitan dengan

penyakit paru, jantung, hipertensi, kanker paru.

Dalam kasus ini Ny. R tidak mempunyai kebiasaan minum jamu,

mengkonsumsi alkohol, merokok, sehingga antara teori dan kasus

tidak ada kesenjangan.

6) Kebutuhan sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), frekuensi

makan sebelum hamil umumnya 3x perhari, komposisi berupa nasi

atau penggantinya dengan porsi 1 piring makan dan lauk pauk

bervariasi, dan buah – buahan. Perubahan selama hamil kebutuhan

kalori meningkat yaitu 300 kalori per hari. Ibu hamil seharusnya

mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup protein, vitamin

dan zat besi. Kelebihan karbohidrat, gula dan garam akan

menyebabkan janin tumbuh terlalu besar dan juga berpotensi terjadi

preeklamsia, asupan gizi harus seimbang.

196

Menurut Arisman (2010), kebutuhan gizi ibu selama hamil

meningkat karena selain diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

gizi ibu juga diperlukan untuk janin yang dikandungnya.

Pemenuhan gizi selama hamil juga diperlukan untuk persiapan ASI

serta tumbuh kembang bayi.

Menurut Sulistyawati (2013), frekuensi makan akan memberi

petunjuk tentang seberapa banyak asupan makanan yang

dikonsumsi ibu. Jumlah makan per hari memberikan volume atau

seberapa banyak makanan yang ibu makan dalam waktu satu kali

makan.

Pada kasus ini penulis memperoleh data bahwa Ny. R sebelum

hamil ataupun selama hamil setiap hari makan 3 kali sehari dengan

porsi satu piring yang terdiri dari nasi, lauk dan sayur, tidak ada

pantangan makan dan tidak ada gangguan dalam pola makan,

sehingga ada kesenjangan dengan teori Widatiningsih dan Tungga

Dewi karena Ny. R selama hamil makan 3x per hari tidak ada

peningkatan dalam frekuensi/ jumlah makan perhari dan kebutuhan

kalorinya kurang mencukupi dalam sehari.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), jumlah

kebutuhan minum perhari orang dewasa ataupun sebelum hamil

yaitu 8 gelas per hari atau 2 liter. Kebutuhan air adalah 30 ml/kg

berat badan, jika berat badan 60 kg, maka kebutuhan cairan sekitar

1800 ml, jenis minuman bisa air putih, teh, atau susu. Perubahan

selama hamil, kebutuhan cairan ibu hamil bertambah 300 ml.

197

Hindari minuman bersoda, batasi minum kopi, sebaiknya

mengkonsumsi susu untuk melengkapi kebutuhan nutrisi yang

meningkat selama hamil.

Pada kasus ini penulis memperoleh data bahwa Ny. R sebelum

hamil 6-7 gelas /hari, selama hamil 6- 8 gelas perhari jenisnya air

putih, susu dan tidak ada gangguan pada pola minum, sehingga

tidak ada kesenjangan dengan teori Widatiningsih dan Tungga

Dewi dengan kasus.

b) Pola Eliminasi

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), frekuensi

buang air besar perhari dikatakan lancar apabila teratur, misalnya

sehari 1- 2 kali, sehari 1 kali, atau 2 hari sekali hingga 3 hari sekali,

jika lebih dari 3 hari perlu diwaspadai, selain itu juga tidak ada

keluhan/ masalah seperti diare, feses keras. Perubahan selama

hamil bisa terjadi konstipasi akibat pengaruh hormone

progesterone dan relaksin yang menurunkan tonus dan motilitas

usus (sehingga penyerapan zat makanan menjadi lambat).

Pada kasus ini Ny. R mengatakan sebelum hamil ataupun

selama hamil setiap hari buang air besar sebanyak 1-2 kali perhari,

warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek dan tidak ada

gangguan pada buang air besar, sehingga dalam kasus ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), frekuensi

buang air kecil perhari dikatakan normal yaitu 4- 7 kali perhari,

warna urine yang baik yaitu jernih yang menandakan kecukupan

198

cairan dan tidak ada keluhan yang dirasakan. Jika urine berwarna

kuning dan pekat menunjukkan kekurangan intake cairan.

Perubahan selama hamil bisa terjadi peningkatan frekuensi

mikturisi dari kondisi sebelum hamil karena berkurangnya

kapasitas kandung kemih akibat tertekan oleh pembesaran uterus.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan sebelum hamil buang air

kecil sebanyak 5-7 kali perhari dan selama hamil ada perubahan

yaitu buang air kecil sebanyak 6-8 kali perhari, warna kuning jernih

dan tidak ada gangguan pada buang air kecil, sehingga dalam kasus

ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

c) Pola istirahat

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017 ), pola

istirahat yang baik untuk ibu hamil yaitu tidur siang kurang lebih 1

jam, tidur malam kurang lebih 8 jam.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan sebelum hamil ataupun

selama hamil istirahatnya cukup yaitu tidur siang1- 2 jam dan tidur

malam 6-8 jam dan tidak ada gangguan pada istirahatnya, sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

d) Aktifitas

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), aktivitas

fisik yang tergolong ringan saat melakukan aktivitas fisik tidak

merasa terengah- engah atau jantung berdetak lebih kencang dari

biasanya, tubuh juga tidak membakar banyak kalori menjadi energi

seperti memasak, mencuci, menyapu, jalan – jalan santai.

199

Pada kasus ini Ny. R mengatakan sebelum hamil melakukan

aktivitas seperti menyapu, memasak, mencuci, mengepel. Dan

selama hamil melakukan aktivitas seperti menyapu dan memasak,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

e) Pola personal hygiene (PH)

Menurut Kusmiyati (2009), wanita perlu mempelajari cara

membersihkan alat kelamin yaitu dengan gerakan dari depan

kebelakang setiap kali selesai buang air kecil atau buang air besar

dan mengeringkan vagina/ alat kelamin menggunakan tisu, lap atau

handuk yang bersih.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), mandi yang

baik frekuensinya 1-2 kali sehari, keramas 2–3 kali seminggu, ganti

pakaian (termasuk pakaian dalam) minimal 2 kali sehari, gosok gigi

2- 3 kali sehari.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan sebelum hamil ataupun

selama hamil mandi 2 kali dalam sehari, keramas 2- 3 kali

seminggu, ganti pakaian 2 kali sehari, gosok gigi 3 kali sehari,

sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

f) Pola seksual

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), frekuensi

seksual dipengaruhi faktor antara lain yaitu usia, lamanya

200

pernikahan, kondisi kesehatan, hubungan seksual pasangan yang

sehat adalah 1-3 kali dalam seminggu. Perubahan selama hamil

pada trimester ke tiga abdomen semakin besar dan rasa tidak

nyaman muncul dan hasrat seksual menurun.

Menurut Hani (2011), pola hubungan seksual, frekuensi

berhubungan, kelainan dan masalah seksual.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan sebelum hamil pola

seksualnya yaitu kalau suaminya pulang satu minggu 2x,

sedangkan selama hamil pola seksualnya kalau suami pulang satu

minggu 1x.sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

7) Riwayat Psikologi

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), kehamilan ini

diharapkan/ tidak oleh ibu dan suami, serta respon dan dukungan

keluarga terhadap kehamilan ini. Setiap kehamilan hendaknya

diharapkan oleh ibu maupun suami dan keluarga.

Menurut Sulistyawati (2012), adanya beban psikologis yang

ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan

bayi yang nantinya akan terlihat ketika bayi lahir.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan merasa senang dengan

kehamilannya saat ini. Suami dan keluarga juga merasa senang

dengan kehamilannya, sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

8) Riwayat Sosial Ekonomi

201

Menurut Sulistyawati (2012), tingkat sosial ekonomi sangat

berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologi ibu hamil,

pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis

akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologi yang baik pula.

Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ekonomi yang lemah maka

akan mendapatkan banyak kesulitan, terutama masalah pemenuhan

kebutuhan primer.

Pada kasus Ny. R tanggung jawab perekonomian ditanggung oleh

suami dengan penghasilan mencukupi dan pengambilan keputusan

ditentukan oleh suami dan istri. Dan dengan demikian tidak terdapat

kesenjangan antara teori dengan kasus.

9) Data Perkawinan

Menurut Sulistyawati (2012), perkawinan ini penting untuk di

kaji karena data ini akan mendapatkan gambaran mengenai suasana

rumah tangga pasangan.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), status

perkawinan, termasuk pernikahan ini yang keberapa dan lamanya

menikah.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan status perkawinannya sah sudah

terdaftar di Kantor Urusan Agama, ini adalah perkawinan yang

pertama dan lama perkawinannya yaitu 11 tahun dan usia saat

menikah umur 22 tahun, sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

10) Data spiritual

202

Menurut Astuti (2012), data spiritual klien perlu ditanyakan

apakah keadaan rohaninya saat itu sedang baik atau sedang stress

karena suatu masalah. Wanita hamil dan keadaan rohaninya sedang

tidak stabil, hal ini akan mempengaruhi terhadap kehamilannya.

Kebutuhan spiritual mempertahankan atau mengembalikan keyakinan

dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan

maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa

percaya dengan Tuhan.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan rajin sholat, selalu berdoa untuk

keluarga, ibu dan janinnya, sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

11) Data Sosial Budaya

Menurut Marmi (2011), ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang

dapat merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat

menyiapkan hal ini dengan bijaksana jangan sampai menyinggung

“kearifan lokal” yang sudah berlaku di daerah tersebut.

Pada kasus ini, ibu mengatakan tidak percaya adat istiadat

setempat seperti membawa gunting agar terhindar dari gangguan

makhluk halus. sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

12) Data Pengetahuan Ibu

Menurut Pantikawati (2010), untuk mengetahui seberapa jauhnya

pengetahuan ibu tentang masalah kehamilan. Hal ini dibutuhkan agar

ibu tahu tentang hal – hal yang berkaitan dengan kehamilannya.

203

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), tingkat

pengetahuan ibu meliputi hal – hal apa yang sudah diketahui ibu, dan

hal – hal apa yang ingin diketahui ibu.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan sudah mengetahui persiapan

persalinan dan ibu sudah mengetahui cara merawat bayi dan

memandikan bayi. Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

b. Data Obyektif

Menurut Sulistyawati (2012), untuk melengkapi data dalam

menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian, data

objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan

pemeriksaan yang dilakukan secara berurutan.

1) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), keadaan

umum dikatakan baik jika pasien memperlihatkan respons yang

adekuat terhadap stimulasi lingkungan dan orang lain, serta secara

fisik pasien tidak mengalami kelemahan. Klien dimasukkan

dalam kriteria lemah ini jika kurang atau tidak memberikan

respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien

sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.

Dari data yang diperoleh pada kasus Ny. R keadaan umum

baik karena pasien masih mampu berjalan sendiri dan mampu

memberikan respon saat melakukan kunjungan antennal care,

204

sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

b) Kesadaran

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), kesadaran

composmentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

Menurut Sulistyawati (2012), kesadaran dikaji untuk

mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, normalnya

kesadaran composmentis atau kesadaran maksimal sampai dengan

koma atau pasien tidak dalam keadaan sadar.

Dari data yang diperoleh pada kasus Ny. R kesadaran

composmentis hal tersebut dapat terlihat ketika dalam

pemeriksaan yaitu ibu masih dapat menerima pesan dari bidan

dengan baik, sehingga dalam kasus ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

c) Tanda – tanda vital

Menurut Sulistyawati (2012), pada pemeriksaan tanda –

tanda vital didapat tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.

Menurut Hani (2011), tekanan darah ibu hamil sistolik tidak

boleh mencapai 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Perubahan sistolik 30 mmHg dan diastolik diatas tekanan darah

205

sebelum hamil, menandakan toxemia gravidarum atau keracunan

kehamilan.

Pada kasus Ny. R didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Hidayah, dkk (2011), suhu dikaji untuk mengetahui

tanda – tanda infeksi, batas normal 36,5- 37,50C.

Pada kasus Ny. R didapatkan suhu tubuh normal yaitu

36,50C. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2012), nadi dikaji untuk mengetahui

denyut nadi pasien yang dihitung selama 1 menit, batas

normalnya 60-80 x/menit.

Pada kasus Ny. R didapatkan nadi 80 x/menit, sehingga tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2012), pernafasan dikaji untuk

mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung selama 1

menit, batas normal yaitu 18-24 x/menit.

Pada kasus Ny. R pernafasan normal yaitu 20 x/menit,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

d) Tinggi badan

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), Ibu hamil

dengan tinggi badannya kurang dari 145 cm, tergolong risiko

tinggi karena kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit.

Pada kasus Ny. R didapatkan tinggi badan 151 cm, sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

206

e) Berat badan

Menurut Sulistyawati (2012), pada wanita hamil terjadi

penambahan berat badan yang dianjurkan 4 kg pada kehamilan

trimester I yaitu 0,5 kg/minggu, pada kehamilan trimester II

sampai trimester III totalnya sekitar 15- 16 kg.

Pada kasus Ny. R di dapatkan berat badan ibu sebelum hamil

60 kg, sekarang 67 kg, terjadi kenaikan berat badan 7 kg,

sehingga ada kesenjangan dengan teori Sulistyawati karena

kenaikan berat badan Ny. R kurang dari 15 – 16 kg selama TM II

dan III.

f) Lingkar Lengan Atas

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), Standar

minimal ukuran lingkar lengan atas pada wanita dewasa atau usia

reproduksi adalah 23,5 cm. Jika ukuran lingkar lengan atas

kurang dari 23,5 cm maka tergolong risiko terhadap kekurangan

energi kronis.

Pada kasus Ny. R didapatkan lingkar lengan atas 27 cm,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

g) Pemeriksaan status present dari kepala sampai kaki

Menurut Pantikawati (2010), dalam pemeriksaan fisik ini

dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya sesuatu yang

dapat membahayakan kehamilan seperti oedema pada wajah,

ikterus dan anemia pada mata, bibir pucat, tanda – tanda infeksi

pada telinga, adanya pembesaran kelenjar tyroid dan limfe,

207

adanya retraksi dinding dada, pembesaran hepar dan kelainan

pada genetalia, anus dan ekstermitas.

Pada kasus Ny. R hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

bentuk kepala mesochepal, rambut bersih, tidak rontok, tidak

berketombe, muka tidak pucat dan tidak oedem, mata simetris,

penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,

hidung bersih, tidak ada pembesaran polip, lendir tidak ada

infeksi sinusitis, mulut dan bibir lembab, tidak ada stomatitis,

tidak ada caries pada gigi, gusi tidak epulis, bentuk telinga

simetris, bersih, pendengaran baik, leher tidak ada pembesaran

kelenjar tyroid, dan tidak ada pembesaran vena jugularis. Aksila

tidak ada pembesaran kelenjar limfe, pernafasan teratur bentuk

dada normal, tidak ada retraksi dinding dada, mamae simetris,

abdomen tidak ada luka bekas operasi, genetalia kebersihan

terjaga tidak ada varices, tidak oedem, tidak ada kelenjar

bartolini, anus tidak ada hemoroid, dan extremitas tidak oedem,

kuku tidak pucat dan tidak ada varices. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

2) Pemeriksaan obstetrik

a) Inspeksi

Menurut Suryati (2011), inspeksi adalah memeriksa dengan

cara melihat atau memandang untuk melihat keadaan umum

klien, gejala kehamilan dan adanya kelainan.

208

Menurut Prawirohardjo (2010), pada dinding perut akan

terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam dan kadang –

kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan

ini dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada banyak

perempuan kulit digaris pertengahan perutnya (linea alba) akan

berubah menjadi hitam kecoklatan yang di sebut dengan linea

nigra. Selain pada areola dan daerah genetalia juga akan terlihat

pigmentasi yang berlebihan.

Hasil pemeriksaan obstetrik Ny. R didapatkan pemeriksaan

inspeksi pada payudara yaitu simetris, puting susu menonjol,

kolostrum/ASI belum keluar, kebersihan payudara bersih, pada

abdomen tidak ada bekas luka operasi, tidak ada striae

gravidarum, ada linea nigra, pembesaran uterus sesuai dengan

umur kehamilan. Dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan fisik

secara inspeksi adalah normal, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

b) Palpasi

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), tinggi

fundus uterus berdasarkan perabaan pada usia kehamilan 12

minggu fundus teraba di antara 1- 2 jari di atas simpisis, usia

kehamilan 16 minggu fundus teraba di antara simpisis- pusat ,

usia kehamilan 20 minggu fundus dapat teraba 2- 3 jari di bawah

pusat, pada usia kehamilan 24 minggu fundus teraba tepat di

umbilicus, usia kehamilan 28 minggu teraba 2- 3 jari di atas

209

pusat, usia kehamilan 32 minggu, fundus teraba di pertengahan

antara umbilicus dan prosesus xyphoideus, usia kehamilan 36

minggu fundus teraba 3 jari di bawah prosesus xyphoideus, usia

kehamilan 40 minggu, fundus teraba di pertengahan antara

umbilicus dan proesesus xyphoideus.

Pada kasus Ny. R di dapatkan tinggi fundus uterusnya

pertengahan antara umbilicus dan proesesus xyphoideus, sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), Leopold I

untuk menentukan bagian teratas perut ibu, Leopold II untuk

menentukan bagian janin yang ada di sebelah kanan dan kiri ibu,

Leopold III untuk menentukan bagian janin yang ada di bawah

uterus, Leopold IV untuk menentukan bagian bawah janin sudah

masuk panggul atau belum. Pada primigravida usia kehamilan 37

minggu kepala harusnya sudah masuk panggul, pada multigravida

mungkin kepala baru masuk panggul saat inpartu dikarenakan

tonus otot abdomen yang sudah mengendur tidak cukup bisa

menekan kepala janin untuk memasuki panggul.

Setelah dilakukan pemeriksaan palpasi pada Ny. R

didapatkan Leopold I (menggunakan teknik jari) yaitu mulai raba

dari prossesus xypoideus teraba bulat, kenyal, tidak melenting

yaitu bokong. Leopold II, sebelah kiri ibu teraba bagian kecil-

kecil janin yaitu ekstremitas. Sebelah kanan ibu teraba panjang

seperti papan ada tahanan yaitu punggung. Leopold III, teraba

210

bagian bulat, keras, melenting yaitu kepala. Leopold IV, bagian

terendah janin sudah masuk pintu atas panggul/ divergen.

Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sofian (2011), mengukur tinggi fundus uteri dari

simpisis, usia kehamilan 22- 28 minggu TFU 24-25 cm diatas

simfisis, usia kehamilan 28 minggu TFU 26,7 cm di atas simfisis,

usia kehamilan 30 minggu TFU 29,5-30 cm di atas simfisis, usia

kehamilan 32 minggu TFU 29,5-30 cm di atas simfisis, usia

kehamilan 34 minggu TFU 31 cm di atas simfisis, usia kehamilan

36 minggu TFU 32 cm diatas simfisis, usia kehamilan 38 minggu

TFU 33 cm di atas simfisis, usia kehamilan 40 minggu TFU 37,7

cm di atas simfisis.

Pada kasus Ny. R di dapatkan tinggi fundus uterinya 33 cm,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Mc. Donald, tinggi fundus uterus 33 cm. Taksiran

berat badan janin = (tinggi fundus uterus – N) x 155 yaitu N bila

11 kepala sudah masuk pintu atas panggul dan 12 bila kepala

belum masuk pintu atas panggul.

Teori tinggi fundus uteri dari simpisis didapatkan tinggi

fundus uterus 33 cm, untuk mengetahui taksiran berat badan janin

= (33 - 11) = 22 x 155 = 3.410 gram. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

c) Auskultasi

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), Denyut

jantung janin umumnya sudah jelas terdengar dengan Doppler

mulai usia kehamilan 16 minggu. Nilai normal DJJ antara 120-

211

160 x/menit teratur dengan punctum maksimum 1 terletak sesuai

dengan punggung janin.

Pada pemeriksaan detak jantung janin pada Ny. R adalah 138

x/menit. Pada kasus Ny. R dinyatakan denyut jantung janin

hasilnya normal. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus.

d) Perkusi

Menurut Manuaba (2010), perkusi yaitu pemeriksaan fisik

dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian tubuh dengan jari

atau alat, guna kemudian mendengar suara resonansinya dan

meneliti resistensinya. Menggunakan alat reflek hammer yang

diketukkan pada lutut dengan bergantian.

Pada pemeriksaan perkusi Ny. R dengan cara bergantian

hasilnya positif. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus.

e) Pemeriksaan panggul

Menurut Marmi (2011), pemeriksaan panggul luar tidak

dapat dipergunakan untuk penilaian apakah persalinan dapat

berlangsung secara biasa atau tidak, walaupun ukuran – ukuran

luar dapat memberi petunjuk pada kita kemungkinan panggul

sempit. Ukuran-ukuran panggul luar yaitu distansia spinarum

jarak antara spina illiaca anterior superior kiri dan kanan (23-26

cm), distansia cristarum (26-29 cm), konjunggata eksterna (18-20

cm) dan ukuran lingkar panggul (80-90 cm).

212

Pada kasus Ny. R tidak dilakukan pemeriksaan panggul luar

karena ibu sudah pernah melahirkan dan diperiksa saat kehamilan

pertama dan kedua keadaan normal, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

f) Pemeriksaan penunjang

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017),

Pemeriksaan Laboratorium meliputi Kadar hemoglobin pada

kunjungan pertama dan pada usia di atas 28 minggu. Nilai

normalnya dalam kehamilan adalah 11 g/dL. Pada Trimester II

nilai 10,5 g/dL masih dianggap fisiologis karena proses

hemodilusi sedang di ambang puncaknya. Pemeriksaan urine

untuk protein atas indikasi untuk menegakkan diagnosa pre

eklamsia. Pemeriksaan glukosa urine atas indikasi untuk

mendeteksi faktor risiko diabetes dalam kehamilan. Pemeriksaan

Golongan darah diperlukan bila ibu belum pernah melakukan

pemeriksaan. Pemeriksaan lainnya ultra sonography .

Pada kasus Ny. R dilakukan pemeriksaan penunjang pada

tanggal 12 Juli 2018 dengan hasil haemoglobin 11,1 gr %,

protein urin (-), reduksi urin (-), golongan darah O, HBSAg (-)

Non Reaktif, HIV (-) Non Reaktif, dan Sypilis (-) Non Reaktif.

Dapat disimpulkan pada kasus Ny. R tidak ada kesenjangan

antara kasus dan teori.

2. Interpretasi Data

Menurut Mufdillah (2012), mengidentifikasi diagnosa kebidanan

dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data yang

telah dikumpulkan.

a. Diagnosa (Nomenklatur)

213

Menurut Sulistyawati (2010), mengatakan bahwa diagnosa

nomenklatur terdiri dari paritas adalah riwayat reproduksi wanita

yang berkaitan dengan kehamilannya (jumlah kehamilan), usia

kehamilan (dalam minggu), kala dan fase persalinan, keadaan janin,

normal atau tidak normal.

Menurut Sofian (2011), Pada umumnya penyakit paru-paru

tidak mempengaruhi kehamilan, persalinan dan nifas, kecuali

penyakitnya tidak terkontrol, berat dan luas di sertai sesak dan

hipoksia. Walaupun kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada

system pernafasan, karena uterus yang membesar dapat mendorong

diafragma dan paru-paru ke atas serta sisa dalam udara kurang,

namun penyakit tersebut tidak selalu menjadi lebih parah.

Pada kasus Ny. R umur 33 tahun G3 P2 A0 hamil 40 minggu,

janin tunggal, hidup, intra uteri, letak memanjang, punggung kanan,

presentasi kepala, dengan riwayat tuberculosis paru. Sehingga pada

kasus Ny. R tidak ada kesenjangan antar teori dan kasus.

b. Masalah

Menurut Sulistyawati (2014), dalam asuhan kebidanan istilah

masalah dan diagnosa keduanya dapat dipakai karena beberapa

masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosa, tetapi perlu

dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah

sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami

kenyataan terhadap diagnosisnya.

Pada kasus Ny. R ditemukan adanya masalah yaitu riwayat

tuberculosis paru, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori

dengan kasus.

214

c. Kebutuhan

Menurut Sulistyawati (2012), dalam hal ini bidan menentukan

kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya dengan cara

memberikan konseling sesuai kebutuhan.

Pada kasus ini dilakukan asuhan kebidanan sesuai kebutuhan

terhadap Ny. R yaitu istirahat yang cukup, makan makanan yang

bergizi, minum tablet tambah darah 1x1 di malam hari. Dapat

disimpulkan dalam kasus Ny. R tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

3. Diagnosa Potensial

Menurut Sulistyawati (2012), pada langkah ini kita mengidentifikasi

masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah.

Langkah ini membutuhkan antisipasi penanganan, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati kondisi klien. Bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial

benar-benar terjadi.

Pada diagnosa potensial Ny. R tidak terjadi apa-apa atau normal

karena bidan sudah memberikan asuhan yang sesuai. Komplikasi yang

terjadi pada kasus Ny. R diagnosa masalah yang muncul untuk bagi ibu

yaitu sesak nafas, batuk-batuk dan lemas.

Menurut Wiknjosastro (2010), ibu hamil yang menderita

tuberculosis paru akan berdampak pada janin yaitu fetal distres. Pada

kasus Ny. R tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

215

4. Antisipasi Penangan Segera

Menurut Hani (2011), pada langkah ini, bidan menetapkan

kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi dan

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.

Selain itu juga mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh atau

dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Pada kasus Ny. R antisipasi penanganan segera adalah kolaborasi

dengan dokter Sp.Og, kolaborasi dengan laboratorium, pemeriksaan

tekanan darah. sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

5. Intervensi

Menurut Sulistyawati (2012), pada langkah ini direncanakan asuhan

yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya, dalam menyusun

perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada pengambilan

keputusan untuk dilaksanakannya suatu rencana asuhan harus disetujui

oleh pasien.

Pada langkah ini intervensi yang diberikan pada kasus Ny. R yaitu

beri hasil pemeriksaan, beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah di

lakukan, anjurkan ibu untuk konsultasi dengan dokter, anjurkan ibu untuk

terus mengkonsumsi tablet Fe secara teratur, beritahu ibu untuk

mengkonsumsi makanan yang bergizi, anjurkan ibu untuk tidak

melakukan pekerjaan yang berat, beritahu pada ibu tentang persiapan

persalinan, beritahu ibu tanda persalinan, anjurkan ibu untuk kunjungan

216

ulang. Dari data yang didapatkan pada Ny. R intervensi yang diberikan

sesuai dengan kebutuhan yang ada, beritahu ibu pola hidup sehat.

6. Implementasi

Menurut Sulistyawati (2012), pada langkah ini rencana asuhan yang

menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima

dilaksanakan secara efisien dan aman.

Pada kasus ini implementasi dilakukan setelah rencana tindakan

dilakukan atau diberikan, setelah dilakukan tindakan pada Ny. R hasilnya

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan yaitu Keadaan

ibu dan janinnya saat ini dalam keadaan baik.

Menurut Hani (2011), melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan

tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Selain itu juga

mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh atau dokter dan untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim kesehatan yang lain

sesuai dengan kondisi klien.

Menganjurkan ibu untuk konsultasi dengan dokter kandungan untuk

mengetahui keadaan janin yang ada di perut ibu.

Menurut Manuaba (2013), seseorang yang dinyatakan hamil wajib di

berikan tablet tambah darah karena untuk mencegah terjadinya anemia

dan untuk pencegahan perdarahan saat melahirkan, tablet tambah darah

di berikan minimal 90 tablet selama hamil diminum teratur, karena efek

dari tablet Fe mual sehingga di minum pada malam hari untuk

mengurangi nrasa mual tersebut.

Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe secara teratur

untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilan. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara kasus dan teori.

217

Menurut Waryono (2010), kehamilan menyebabkan meningkatnya

metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya

meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan

besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme ibu.

Kebutuhan energi untuk kehamilan perlu tambahan kira-kira 80.000

kalori selama masa kurang lebih 280 hari, hal ini perlu tambahan ekstra

sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil, sumber

makanan yang menghasilkan energi di dapat dari padi, singkong,

gandum). Kebutuhan protein wanita hamil juga meningkat, bahkan

mencapai 68% dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia

sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 gr yang tertimbun

dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin, untuk kebutuhan protein

penambahan hingga 12 g/hari selama kehamilan, sumber protein di dapat

dari (susu, telur ikan, tahu, tempedan kacang-kacangan). Kebutuhan

mineral dan vitamin pada wanita hamil juga mengalami peningkatan

sebanyak 250 gram, mineral sangat penting bagi ibu hamil untuk

mencegah terjadinya dehidrasi, vitamin untuk menjaga kesehatan ibu,

sumber mineral dan vitamin di dapat dari sayur dan buah-buahan.

Kebutuhan lemak tiap trimesternya sebesar 10 gram/hari atau total

kebutuhan lemak menjadi 85 gram/hari, lemak berperan sebagai

cadangan makanan bagi ibu, sumber lemak di dapat dari daging hewani.

Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi,

berkalori, berprotein tinggi seperti yang mengandung karbohidrat (padi,

singkong, gandum, dan lain-lain), protein nabati (tahu, tempe, kacang-

kacangan dan lain-lain), protein hewani (susu, telur, ikan, daging ayam,

218

daging sapi, dan lain lain), mineral dan vitamin (sayur dan buah-buahan),

lemak (daging). Sehingga tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), aktivitas fisik

yang tergolong ringan saat melakukan aktivitas fisik tidak merasa

terengah- engah atau jantung berdetak lebih kencang dari biasanya, tubuh

juga tidak membakar banyak kalori menjadi energi.

Menganjurkan pada ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Memberitahu ibu persiapan persalinan yaitu tempat persalinan,

biaya, penolong (bidan/dokter), perlengkapan ibu (pembalut, kain,

pakaian ibu) dan perlengkapan bayi (baju, kain, popok bayi), donor darah

untuk antisipasi apabila terjadi kegawatdaruratan.

Menurut Sulistyawati (2010), tanda-tanda memasuki persalinan yaitu

terjadinya kontraksi dengan karakteristik pinggang terasa sakit menjalar

kedepan, sifat kontraksi teratur, interval makin pendek, dan kekuatan

makin besar, terjadi perubahan pada serviks (menjadi lembe), pengeluaran

lendir dan darah, pengeluaran cairan ketuban.

Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan yaitu kenceng-kenceng

semakin sering, keluar air ketuban dari jalan lahir, keluar darah

bercampur lendir dari jalan lahir. Sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2009), dalam antenatal care setidaknya ibu

melakukan kunjungan 4 kali selama kehamilan yaitu trimester I

kunjungan minimal 1 kali, trimester II kunjungan minimal 1 kali,

219

trimester III kunjungan minimal 2 kali. Kunjungan ulang dilakukan atau

jadwalkan 4 minggu sekali sampai umur 28 minggu, selanjutnya setiap 2

minggu sekali sampai umur kehamilan 36 minggu dan setiap 1 minggu

sekali sampai bersalin.

Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu dan

jika ibu ada keluhan atau muncul tanda-tanda persalinan segera datang ke

tenaga kesehatan terdekat. Dengan demikian pada kasus ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dengan kasus.

Memberitahu ibu pola hidup sehat olahraga teratur, makan makanan

yang sehat dan bergizi, mandi sehari minimal 2x, kondisi rumah yang

bersih, adanya ventilasi udara seperti jendela yang selalu dibuka pada

pagi hari supaya cahaya matahari dapat masuk kedalam rumah agar

kondisi rumah tidak lembab dan tidak ada perkembang biakan bakteri.

7. Evaluasi

Pada langkah ini penulis melakukan evaluasi untuk mengetahui

sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien

(Sulistyawati, 2012).

Pada kasus ini evaluasi dilakukan setelah rencana tindakan dilakukan

atau diberikan, setelah dilakukan tindakan pada Ny. R hasilnya adalah

Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah di lakukan. Ibu

bersedia melakukan konsultasi dengan dokter. Ibu sudah mengerti

tentang pola hidup sehat. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi tablet Fe

secara teratur. Ibu sudah mengerti untuk mengkonsumsi makanan yang

bergizi. Bersedia untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat. Ibu sudah

220

mempersiapkan persiapan persalinan. Ibu sudah mengetahui tanda-tanda

persalinan. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang. Saya tidak

memberitahu pola hidup sehat akan tetapi Ny. R sudah mengetahui pola

hidup sehat yang benar seperti ibu melakukan pekerjan rumah (menyapu,

memasak), setiap pagi ibu selalu jalan-jalan di sekitar kompleks rumah

supaya terpapar sinar matahari, dan ibu selalu membuka jendela di pagi

hari. Dengan demikian pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara

teori dengan kasus.

221

DATA PERKEMBANGAN I

(ANC KUNJUNGAN KE-2)

Tanggal : 23 Agustus 2018

Jam : 16.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. R

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny. R umur 33 tahun, ibu mengatakan ini

kehamilan yang ketiga dan tidak pernah mengalami keguguran, ibu

mengatakan kenceng-kenceng.

Menurut Sulistyawati (2010), tanda-tanda memasuki persalinan yaitu

terjadinya kontraksi dengan karakteristik pinggang terasa sakit menjalar

kedepan, sifat kontraksi teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin

besar, terjadi perubahan pada serviks (menjadi lembek), pengeluaran lendir dan

darah, pengeluaran cairan ketuban.

Pada kasus Ny. R ibu mengatakan kenceng-kenceng, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

b. Data Obyektif

Menurut Sulistyawati (2012), keadaan umum dikaji untuk mengamati

keadaan pasien secara keseluruhan, normalnya keadaan umum baik apabila

pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain,

serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.

Sedangkan dikatakan lemah apabila pasien kurang atau tidak memberikan

222

respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak

mampu berjalan sendiri.

Dalam kasus Ny. R didapatkan hasil pemeriksaan keadaan umum baik

sehingga dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2012), kesadaran dikaji untuk mendapatkan

gambaran tentang kesadaran pasien, normalnya kesadaran Composmentis atau

kesadaran maksimal sampai dengan koma atau pasien tidak dalam keadaan

sadar.

Pada kasus Ny. R di dapatkan hasil kesadaran Composmentis. hal tersebut

dapat terlihat ketika dalam pemeriksaan yaitu ibu masih dapat menerima pesan

dari bidan dengan baik, sehingga dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

Menurut Hani (2011), tekanan darah ibu hamil sistolik tidak boleh

mencapai 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Perubahan sistolik 30

mmHg dan diastolik diatas tekanan darah sebelum hamil, menandakan toxemia

gravidarum atau keracunan kehamilan. Pada kasus Ny. R didapatkan tekanan

darah 100/70 mmHg, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Hidayah, dkk (2011), suhu dikaji untuk mengetahui tanda – tanda

infeksi, batas normal 36,5- 37,50C. Pada kasus Ny. R didapatkan suhu tubuh

normal yaitu 36,5oC, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2012), nadi dikaji untuk mengetahui denyut nadi

pasien yang dihitung selama 1 menit, batas normalnya 60-80 x/menit. Pada

kasus Ny. R didapatkan nadi 80 x/menit, sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

223

Menurut Sulistyawati (2012), pernafasan dikaji untuk mengetahui

frekuensi pernapasan pasien yang dihitung selama 1 menit, batas normal yaitu

18-24 x/menit. Pada kasus Ny. R pernafasan normal yaitu 20 x/menit, sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), tinggi fundus uterus

berdasarkan perabaan pada usia kehamilan 12 minggu fundus teraba di antara

1- 2 jari di atas simpisis, usia kehamilan 16 minggu fundus teraba di antara

simpisis- pusat , usia kehamilan 20 minggu fundus dapat teraba 2- 3 jari di

bawah pusat, pada usia kehamilan 24 minggu fundus teraba tepat di umbilicus,

usia kehamilan 28 minggu teraba 2- 3 jari di atas pusat, usia kehamilan 32

minggu, fundus teraba di pertengahan antara umbilicus dan prosesus

xyphoideus, usia kehamilan 36 minggu fundus teraba 3 jari di bawah prosesus

xyphoideus, usia kehamilan 40 minggu, fundus teraba di pertengahan antara

umbilicus dan proesesus xyphoideus.

Pada kasus Ny. R di dapatkan tinggi fundus uterusnya pertengahan antara

umbilicus dan proesesus xyphoideus, sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), Leopold I untuk

menentukan bagian teratas perut ibu, Leopold II untuk menentukan bagian

janin yang ada di sebelah kanan dan kiri ibu, Leopold III untuk menentukan

bagian janin yang ada di bawah uterus, Leopold IV untuk menentukan bagian

bawah janin sudah masuk panggul atau belum. Pada primigravida usia

kehamilan 37 minggu kepala harusnya sudah masuk panggul, pada

multigravida mungkin kepala baru masuk panggul saat inpartu dikarenakan

224

tonus otot abdomen yang sudah mengendur tidak cukup bisa menekan kepala

janin untuk memasuki panggul.

Setelah dilakukan pemeriksaan palpasi pada Ny. R didapatkan Leopold I

(menggunakan teknik jari) yaitu mulai raba dari prossesus xypoideus teraba

bulat, kenyal, tidak melenting yaitu bokong. Leopold II, sebelah kiri ibu teraba

bagian kecil-kecil janin yaitu ekstremitas. Sebelah kanan ibu teraba panjang

seperti papan ada tahanan yaitu punggung. Leopold III, teraba bagian bulat,

keras, melenting yaitu kepala. Leopold IV, bagian terendah janin sudah masuk

pintu atas panggul/ divergen. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus.

Menurut Sofian (2011), mengukur tinggi fundus uteri dari simpisis, usia

kehamilan 22- 28 minggu TFU 24-25 cm diatas simfisis, usia kehamilan 28

minggu TFU 26,7 cm di atas simfisis, usia kehamilan 30 minggu TFU 29,5-30

cm di atas simfisis, usia kehamilan 32 minggu TFU 29,5-30 cm di atas simfisis,

usia kehamilan 34 minggu TFU 31 cm di atas simfisis, usia kehamilan 36

minggu TFU 32 cm diatas simfisis, usia kehamilan 38 minggu TFU 33 cm di

atas simfisis, usia kehamilan 40 minggu TFU 37,7 cm di atas simfisis.

Pada kasus Ny. R di dapatkan tinggi fundus uterinya 33 cm, sehingga tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Mc. Donald, tinggi fundus uterus 33 cm. Taksiran berat badan

janin = (tinggi fundus uterus – N) x 155 yaitu N bila 11 kepala sudah masuk

pintu atas panggul dan 12 bila kepala belum masuk pintu atas panggul.

225

Teori tinggi fundus uteri dari simpisis didapatkan tinggi fundus uterus 33

cm, untuk mengetahui taksiran berat badan janin = (33 - 11) = 22 x 155 =

3.410 gram. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Saleha (2009), tanda homan adalah metode yang dilakukan untuk

mengetahui adanya tromboflebitis, tanda homan positif dapat menghambat

sirkulasi darah ke organ distal .

Pada kasus Ny. R tidak ada tanda human, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

c. Assesment

Menurut Hani (2011), diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang di

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standard

nomenklatur diagnosa kebidanan.

Ny. R umur 33 tahun G3 P2 A0 hamil 40 minggu, janin tunggal, hidup

intra uterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, divergen

dengan faktor resiko tinggi pada kehamilan Riwayat Tuberculosis Paru.

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan dapat diambil diagnosa seperti

diatas dimana tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

d. Penatalaksanaan

Menurut Muslihatun (2009), planning atau penatalaksanaan adalah

membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan

disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Dalam planning juga

harus mencantumkan pelaksanaan dan evaluasi, pelaksanaan asuhan harus

sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.

226

Pada kasus Ny. R hasilnya Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah

di lakukan yaitu Keadaan ibu dan janinnya saat ini dalam keadaan baik. Ibu

sudah tahu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan, kondisi ibu dan janinya

dalam keadaan baik. Sehingga dalam teori dan kasus tidak ada kesenjangan.

Menurut Waryono (2010), kehamilan menyebabkan meningkatnya

metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya

meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya

organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme ibu. Kebutuhan

energi untuk kehamilan perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa

kurang lebih 280 hari, hal ini perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih

300 kalori setiap hari selama hamil, sumber makanan yang menghasilkan

energi di dapat dari padi, singkong, gandum). Kebutuhan protein wanita hamil

juga meningkat, bahkan mencapai 68% dari sebelum hamil. Jumlah protein

yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 gr yang

tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin, untuk kebutuhan protein

penambahan hingga 12 g/hari selama kehamilan, sumber protein di dapat dari

(susu, telur ikan, tahu, tempedan kacang-kacangan). Kebutuhan mineral dan

vitamin pada wanita hamil juga mengalami peningkatan sebanyak 250 gram,

mineral sangat penting bagi ibu hamil untuk mencegah terjadinya dehidrasi,

vitamin untuk menjaga kesehatan ibu, sumber mineral dan vitamin di dapat

dari sayur dan buah-buahan. Kebutuhan lemak tiap trimesternya sebesar 10

gram/hari atau total kebutuhan lemak menjadi 85 gram/hari, lemak berperan

227

sebagai cadangan makanan bagi ibu, sumber lemak di dapat dari daging

hewani.

Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, berkalori,

berprotein tinggi seperti yang mengandung karbohidrat (padi, singkong,

gandum, dan lain-lain), protein nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan dan lain-

lain), protein hewani (susu, telur, ikan, daging ayam, daging sapi, dan lain

lain), mineral dan vitamin (sayur dan buah-buahan), lemak (daging). Ibu

bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara kasus dan teori.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), aktivitas fisik yang

tergolong ringan saat melakukan aktivitas fisik tidak merasa terengah- engah

atau jantung berdetak lebih kencang dari biasanya, tubuh juga tidak membakar

banyak kalori menjadi energi.

Menganjurkan pada ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat. Ibu

bersedia untuk tidak melakukan pekerjaan berat. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistiyawati (2010), cara merangsang kontraksi secara alami

dapat di lakukan dengan jalan santai di pagi dan sore hari, cara ini di lakukan

untuk menurunkan kepala bayi, atau dengan cara memainkan puting susu

karena dengan memainkan putting susu dapat mempengaruhi produksi

hormone oksitosin yang dapat merangsang kontraksi, hal ini di indikasikan

pada umur kehamilan yang cukup yaitu umur kehamilan 38-40 minggu.

Mengajari ibu untuk memacu kontraksi secara alami dengan cara jalan-

jalan pada pagi hari/sore hari, atau dengan cara memainkan puting susu. Ibu

228

sudah mengerti cara memacu kontraksi secara alami, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2010), tanda-tanda memasuki persalinan yaitu

terjadinya kontraksi dengan karakteristik pinggang terasa sakit menjalar

kedepan, sifat kontraksi teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin

besar, terjadi perubahan pada serviks (menjadi lembek), pengeluaran lendir dan

darah, pengeluaran cairan ketuban.

Mengingatkan kembali pada ibu tanda-tanda persalinan yaitu kenceng-

kenceng semakin sering, keluar air ketuban dari jalan lahir, keluar darah

bercampur lendir dari jalan lahir. Ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2009), dalam antenatal care setidaknya ibu

melakukan kunjungan 4 kali selama kehamilan yaitu trimester I kunjungan

minimal 1 kali, trimester II kunjungan minimal 1 kali, trimester III kunjungan

minimal 2 kali. Kunjungan ulang dilakukan atau jadwalkan 4 minggu sekali

sampai umur 28 minggu, selanjutnya setiap 2 minggu sekali sampai umur

kehamilan 36 minggu dan setiap 1 minggu sekali sampai bersalin.

Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu dan jika ibu

ada keluhan atau muncul tanda-tanda persalinan segera datang ke tenaga

kesehatan terdekat. Ibu sudah mengerti. Dengan demikian pada kasus ini tidak

terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

229

DATA PERKEMBANGAN II

(ANC KUNJUNGAN KE-3)

Tanggal : 24 Agustus 2018

Jam : 19.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. R

a. Data subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny. R umur 33 tahun, ibu mengatakan ini

kehamilan yang ketiga dan tidak pernah mengalami keguguran, ibu

mengatakan kenceng-kenceng.

Menurut Sulistyawati (2010), tanda-tanda memasuki persalinan yaitu

terjadinya kontraksi dengan karakteristik pinggang terasa sakit menjalar

kedepan, sifat kontraksi teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin

besar, terjadi perubahan pada serviks (menjadi lembek), pengeluaran lendir dan

darah, pengeluaran cairan ketuban.

Pada kasus Ny. R ibu mengatakan kenceng-kenceng, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

b. Data obyektif

Menurut Sulistyawati (2012), keadaan umum dikaji untuk mengamati

keadaan pasien secara keseluruhan, normalnya keadaan umum baik apabila

pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain,

serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.

Sedangkan dikatakan lemah apabila pasien kurang atau tidak memberikan

230

respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak

mampu berjalan sendiri.

Dalam kasus Ny. R didapatkan hasil pemeriksaan keadaan umum baik

sehingga dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2012), kesadaran dikaji untuk mendapatkan

gambaran tentang kesadaran pasien, normalnya kesadaran Composmentis atau

kesadaran maksimal sampai dengan koma atau pasien tidak dalam keadaan

sadar.

Pada kasus Ny. R di dapatkan hasil kesadaran Composmentis. hal tersebut

dapat terlihat ketika dalam pemeriksaan yaitu ibu masih dapat menerima pesan

dari bidan dengan baik, sehingga dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

Menurut Hani (2011), tekanan darah ibu hamil sistolik tidak boleh

mencapai 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Perubahan sistolik 30

mmHg dan diastolik diatas tekanan darah sebelum hamil, menandakan toxemia

gravidarum atau keracunan kehamilan. Pada kasus Ny. R didapatkan tekanan

darah 110/70 mmHg, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Hidayah, dkk (2011), suhu dikaji untuk mengetahui tanda – tanda

infeksi, batas normal 36,5- 37,50C. Pada kasus Ny. R didapatkan suhu tubuh

normal yaitu 36,7oC, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2012), nadi dikaji untuk mengetahui denyut nadi

pasien yang dihitung selama 1 menit, batas normalnya 60-80 x/menit. Pada

kasus Ny. R didapatkan nadi 80 x/menit, sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

231

Menurut Sulistyawati (2012), pernafasan dikaji untuk mengetahui

frekuensi pernapasan pasien yang dihitung selama 1 menit, batas normal yaitu

18-24 x/menit. Pada kasus Ny. R pernafasan normal yaitu 20 x/menit, sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), tinggi fundus uterus

berdasarkan perabaan pada usia kehamilan 12 minggu fundus teraba di antara

1- 2 jari di atas simpisis, usia kehamilan 16 minggu fundus teraba di antara

simpisis- pusat , usia kehamilan 20 minggu fundus dapat teraba 2- 3 jari di

bawah pusat, pada usia kehamilan 24 minggu fundus teraba tepat di umbilicus,

usia kehamilan 28 minggu teraba 2- 3 jari di atas pusat, usia kehamilan 32

minggu, fundus teraba di pertengahan antara umbilicus dan prosesus

xyphoideus, usia kehamilan 36 minggu fundus teraba 3 jari di bawah prosesus

xyphoideus, usia kehamilan 40 minggu, fundus teraba di pertengahan antara

umbilicus dan proesesus xyphoideus.

Pada kasus Ny. R di dapatkan tinggi fundus uterusnya pertengahan antara

umbilicus dan proesesus xyphoideus, sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), Leopold I untuk

menentukan bagian teratas perut ibu, Leopold II untuk menentukan bagian

janin yang ada di sebelah kanan dan kiri ibu, Leopold III untuk menentukan

bagian janin yang ada di bawah uterus, Leopold IV untuk menentukan bagian

bawah janin sudah masuk panggul atau belum. Pada primigravida usia

kehamilan 37 minggu kepala harusnya sudah masuk panggul, pada

multigravida mungkin kepala baru masuk panggul saat inpartu dikarenakan

232

tonus otot abdomen yang sudah mengendur tidak cukup bisa menekan kepala

janin untuk memasuki panggul.

Setelah dilakukan pemeriksaan palpasi pada Ny. R didapatkan Leopold I

(menggunakan teknik jari) yaitu mulai raba dari prossesus xypoideus teraba

bulat, kenyal, tidak melenting yaitu bokong. Leopold II, sebelah kiri ibu teraba

bagian kecil-kecil janin yaitu ekstremitas. Sebelah kanan ibu teraba panjang

seperti papan ada tahanan yaitu punggung. Leopold III, teraba bagian bulat,

keras, melenting yaitu kepala. Leopold IV, bagian terendah janin sudah masuk

pintu atas panggul/ divergen. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus.

Menurut Sofian (2011), mengukur tinggi fundus uteri dari simpisis, usia

kehamilan 22- 28 minggu TFU 24-25 cm diatas simfisis, usia kehamilan 28

minggu TFU 26,7 cm di atas simfisis, usia kehamilan 30 minggu TFU 29,5-30

cm di atas simfisis, usia kehamilan 32 minggu TFU 29,5-30 cm di atas simfisis,

usia kehamilan 34 minggu TFU 31 cm di atas simfisis, usia kehamilan 36

minggu TFU 32 cm diatas simfisis, usia kehamilan 38 minggu TFU 33 cm di

atas simfisis, usia kehamilan 40 minggu TFU 37,7 cm di atas simfisis.

Pada kasus Ny. R di dapatkan tinggi fundus uterinya 33 cm, sehingga tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Mc. Donald, tinggi fundus uterus 33 cm. Taksiran berat badan

janin = (tinggi fundus uterus – N) x 155 yaitu N bila 11 kepala sudah masuk

pintu atas panggul dan 12 bila kepala belum masuk pintu atas panggul.

233

Teori tinggi fundus uteri dari simpisis didapatkan tinggi fundus uterus 33

cm, untuk mengetahui taksiran berat badan janin = (33 - 11) = 22 x 155 =

3.410 gram. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Saleha (2009), tanda homan adalah metode yang dilakukan untuk

mengetahui adanya tromboflebitis, tanda homan positif dapat menghambat

sirkulasi darah ke organ distal.

Pada kasus Ny. R tidak ada tanda human, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

c. Assesment

Menurut Hani (2011), diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang di

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standard

nomenklatur diagnosa kebidanan.

Ny. R umur 33 tahun G3 P2 A0 hamil 40 minggu + 1 hari, janin tunggal,

hidup intra uterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala,

divergen dengan faktor resiko tinggi pada kehamilan Riwayat Tuberculosis

Paru. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan dapat diambil diagnosa

seperti diatas dimana tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

d. Penatalaksanaan

Menurut Muslihatun (2009), planning atau penatalaksanaan adalah

membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan

disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Dalam planning juga

harus mencantumkan pelaksanaan dan evaluasi, pelaksanaan asuhan harus

sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.

234

Pada kasus Ny. R hasilnya Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah

di lakukan yaitu Keadaan ibu dan janinnya saat ini dalam keadaan baik. Ibu

sudah tahu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan, kondisi ibu dan janinya

dalam keadaan baik. Sehingga dalam teori dan kasus tidak ada kesenjangan.

Menurut Abraham (2014), pada dasarnya pemeriksaan kandungan

(ultrasonography) dilakukan untuk mengecek kesehatan dan perkembangan

janin selama di dalam rahim.

Menganjurkan ibu untuk menemui dokter SpOg dan melakukan

ultrasonography untuk mengetahui kondisi janin.

Menganjurkan pada ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat. Ibu

bersedia untuk tidak melakukan pekerjaan berat. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistiyawati (2010), cara merangsang kontraksi secara alami

dapat di lakukan dengan jalan santai di pagi dan sore hari, cara ini di lakukan

untuk menurunkan kepala bayi, atau dengan cara memainkan puting susu

karena dengan memainkan putting susu dapat mempengaruhi produksi

hormone oksitosin yang dapat merangsang kontraksi, hal ini di indikasikan

pada umur kehamilan yang cukup yaitu umur kehamilan 38-40 minggu.

Mengajari ibu untuk memacu kontraksi secara alami dengan cara jalan-

jalan pada pagi hari/sore hari, atau dengan cara memainkan puting susu. Ibu

sudah mengerti cara memacu kontraksi secara alami, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2010), tanda-tanda memasuki persalinan yaitu

terjadinya kontraksi dengan karakteristik pinggang terasa sakit menjalar

235

kedepan, sifat kontraksi teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin

besar, terjadi perubahan pada serviks (menjadi lembek), pengeluaran lendir dan

darah, pengeluaran cairan ketuban.

Mengingatkan kembali pada ibu tanda-tanda persalinan yaitu kenceng-

kenceng semakin sering, keluar air ketuban dari jalan lahir, keluar darah

bercampur lendir dari jalan lahir. Ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2009), dalam antenatal care setidaknya ibu

melakukan kunjungan 4 kali selama kehamilan yaitu trimester I kunjungan

minimal 1 kali, trimester II kunjungan minimal 1 kali, trimester III kunjungan

minimal 2 kali. Kunjungan ulang dilakukan atau jadwalkan 4 minggu sekali

sampai umur 28 minggu, selanjutnya setiap 2 minggu sekali sampai umur

kehamilan 36 minggu dan setiap 1 minggu sekali sampai bersalin.

Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu dan jika ibu

ada keluhan atau muncul tanda-tanda persalinan segera datang ke tenaga

kesehatan terdekat. Ibu sudah mengerti. Dengan demikian pada kasus ini tidak

terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

236

B. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

Perkembangan Kala I

Tanggal : 25 Agustus 2018

Jam : 10.20 WIB

Tempat : Puskesmas Tarub

1. Pengkajian Data

Menurut Hani (2012), Pada langkah pertama ini ditemukan semua

informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien. Pengkajian data wanita hamil terdiri atas

anamnesa, pemeriksaan klien. Pengkajian data wanita terdiri atas

anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

a. Data Subyektif

Menurut Mufdilah (2014), data subyektif adalah data yang

didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan

kejadian.

1) Identitas

a) Nama

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), nama

lengkap ibu, termasuk nama panggilannya. Nama merupakan

identitas khusus yang membedakan seseorang dengan orang

lain. Hendaknya klien dipanggil sesuai dengan nama panggilan

yang biasa baginya atau yang disukainya agar klien merasa

nyaman serta lebih mendekatkan hubungan interpersonal bidan

dengan klien.

237

Dalam praktek didapatkan ibu bernama Ny. R dan suami

bernama Tn. W. Dari data diatas dapat disimpulkan tidak ada

kesenjangan antara kasus dengan teori.

b) Umur

Menurut Manuba (2012), yang menjadi faktor resiko ibu

hamil adalah umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35

tahun. Sedangkan, usia ibu hamil yang termasuk usia

reproduksi sehat adalah usia 20-35 tahun. Alasan usia tersebut

dikatakan reproduksi sehat karena usia dibawah 20 tahun,

Rahim dan panggul sering kalli belum tumbuh mencapai

ukuran dewasa. Akhirnya, ibu hamil pada usia itu mungkin

mengalami persalinan lama atau macet, atau gangguan lainnya

karena ketidak siapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung

jawabnya sebagai orang tua. Sedangkan pada umur 35 tahun

atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil

pada usia itu mempuyai anak cacat, persalinan lama dan

perdarahan.

Pada kasus ini bernama Ny. R umur 33 tahun tergolong

pada umur normal/produktif atau umur yang sehat pada masa

kehamilan. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan

antara kasus dengan teori.

238

c) Agama

Menurut Anggraini (2010), diperlukan untuk mengetahui

keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau

mengarahkan pasien dalam berdoa.

Dalam kasus ini Ny. R menganut agama Islam dan dari

data yang didapatkan tidak terdapat tradisi keagamaan

ditempat tinggal Ny. R yang merugikan kehamilannya dengan

agama yang dianut. Dengan demikian penulis tidak

menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

d) Suku Bangsa

Menurut Anggraini (2010), berpengaruh pada adat istiadat

atau kebiasaan sehari – hari.

Pada kasus Ny. R suku bangsanya adalah jawa dan sudah

diberikan asuhan kebidanan sesuai sosial budaya Ny. R

Dengan demikian penulis tidak menemukan kesenjangan

antara kasus dengan teori.

e) Pendidikan

Menurut Sulistyawati (2010), pendidikan sebagai dasar

bidan untuk menentukan metode yang paling tepat dalam

penyampaian informasi. Tingkat pendidikan ini sangat

mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien terhadap

instruksi atau informasi yang diberikan bidan pada pasien.

Dalam pengkajian data dalam hal pendidikan penulis

memperoleh data bahwa pada Ny. R berpendidikan SD. Jadi

tidak ada kesenjangan antara kasus dengan teori tersebut diatas

239

karena pasien menangkap atau memahami informasi yang

telah diberikan oleh Bidan.

f) Pekerjaan

Menurut Anggraini (2010), gunanya untuk mengukur

tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi

dalam gizi pasien tersebut.

Pada kasus Ny. R pekerjaan yang dimiliki yaitu sebagai

ibu rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai karyawan

swasta dengan penghasilan cukup memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Dengan demikian penulis tidak menemukan kesenjangan

antara kasus dengan teori.

g) Alamat

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), alamat

memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang ditempuh

pasien menuju pelayanan kesehatan, serta mempermudah

kunjungan rumah bila diperlukan.

Ibu mengatakan beralamat di Desa Bulakwaru RT 10 RW

02 Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal. Ny. R melakukan

pemeriksaan kehamilannya secara rutin ke pelayanan

kesehatan, penulis juga melakukan kunjungan rumah dalam

rangka melakukan asuhan kebidanan pada masa hamil sampai

masa nifas, sehingga pada kasus ini tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan praktik.

240

2) Alasan Datang

Menurut Hani (2010), alasan wanita datang ke tempat bidan

atau klinik, yang di ungkapkan dengan kata-katanya sendiri.

Pada kasus Ny. R ibu mengatakan ingin melahirkan. Sehingga

tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

3) Keluhan Utama

Menurut Sulistyawati (2012), keluhan utama ditanyakan untuk

mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Menurut Sulistyawati (2012), tanda-tanda masuk dalam

persalinan adalah terjadinya his atau kontraksi dalam persalinan,

pengeluaran lendir dan darah sebagai penanda persalinan dan

pengeluaran cairan.

Pada kasus Ny. R ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin

sering sejak jam 23.00 wib (24/08/18). Sehingga tidak ditemukan

adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

4) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Menurut Anggraini (2010), riwayat obstetric diperlukan untuk

mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah

anak, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan

dan keadaan nifas yang lalu.

a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Menurut Manuaba (2012), riwayat obstetri dan ginekologi

untuk mengetahui riwayat persalinan dan kehamilan yang lalu.

Jika riwayat persalinan lalu buruk maka kehamilan saat ini

harus diwaspadai. Jumlah anak ideal hanya sampai kehamilan

241

ketiga, sudah termasuk grandemultipara harus diwaspadai

perdarahan post partum.

Pada kasus Ny. R, ibu mengatakan ini kehamilan yang

ketiga dan tidak pernah mengalami keguguran. Jadi pada kasus

ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

b) Riwayat kunjungan Antenatal Care/Kehamilan sekarang

Menurut Walyani (2015), kunjungan Antenatal Care

minimal satu kali pada trimester pertama (K1), satu kali pada

trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga (K4).

Menurut Pantikawati (2010), kunjungan antenatal care

minimal dilakukan 4 kali, yaitu pada kunjungan trimester

pertama (0-14 minggu) dilakukan 1 kali kunjungan. Pada

kunjungan trimester kedua (14-28 minggu) dilakukan 1 kali

kunjungan serta pada kunjungan trimester ketiga (29-36

minggu) dilakukan 2 kali kunjungan.

Dari data yang didapat dari buku kesehatan ibu dan anak

milik Ny. R selama hamil melaksanakan antenatal care secara

teratur. Pada trimester I ibu melakukan pemeriksaan 2x,

trimester II 4x, trimester III sebanyak 5x. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Pantikawati (2010), tujuan pemberian imunisasi

TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum,

efek samping vaksin TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan

bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan ini akan

sembuh tanpa perlu pengobatan.

242

Dalam hal ini ibu mendapatkan imunisasi TT, imunisasi

yang diberikan belum sesuai, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Menurut Pantikawati (2010), tablet fe mengandung 250

mg Sulfat Ferrous 0,25 mg asam folat yang diikat dengan

laktosa. Tujuan pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil

dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya

meningkat seiring dengan pertumbuhan janin.

Pada kasus Ny. R sudah mendapatkan tablet tambah

darah 1x 250 mg selama memeriksakan kehamilannya yaitu

90 tablet. Sehingga tidak ada kesenjangan anatara teori dan

kasus.

c) Riwayat Haid

Dari data yang didapat pada kasus Ny. R pertama kali

menstruasi (menarche) pada usia 12 tahun, siklus 28 hari,

lamanya 6 hari, banyaknya 3 kali ganti pembalut dalam sehari,

dan tidak merasakan nyeri baik sebelum atau sesudah

mendapatkan menstruasi, Hari Pertama Haid Terakhir 16

november 2017. Serta ibu mengalami keputihan selama 3 hari,

tidak gatal, warnanya jernih, bau khas.

Menurut Manuaba (2010), bahwa idealnya lama

menstruasi terjadi selama 4-7 hari. Bayaknya pemakaian

pembaalut antara 1-3 kali ganti pembalut dalam sehari, dan

243

adanya disminorea disebabkan oleh faktor anatomis maupun

adanya kelainan ginekologi.

Pada pengakajian yang didapatkan pada Ny. R bahwa

menarche pada usia 12 tahun, lama haid 7 hari, dalam sehari

ganti pembalut sebanyak 3 kali dan tidak ada gangguan saat

haid. Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

d) Riwayat Kontrasepsi/KB

Menurut Anggraini (2010), untuk mengetahui apakah

pasien pernah ikut keluarga berencana dengan kontrasepsi

jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan

kontrasepsi serta rencana selanjutnya akan menggunakan

kontrasepsi apa.

Riwayat penggunaan kontrasepsi Ny. R, mengatatakan

pernah memakai keluarga berencana pil dan alasan lepasnya

kerena sedang mengkonsumsi obat tuberculosis. Dan rencana

yang akan datang ibu mengatakan ingin menggunakan

keluarga berencana suntik, karena lebih praktis. Dengan

demikian antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan.

5) Riwayat Kesehatan

Menurut Manuaba (2010), bahwa riwayat kesehatan perlu

dikaji karena jika terdapat cacat lahir perlu dilakukan evaluasi

lebih mendalam, dan adanya hamil kembar sering bersifat

menurun.

244

Menurut Sofian (2011), Pada umumnya penyakit paru-paru

tidak mempengaruhi kehamilan, persalinan dan nifas, kecuali

penyakitnya tidak terkontrol, berat dan luas di sertai sesak dan

hipoksia. Walaupun kehamilan menyebabkan sedikit perubahan

pada system pernafasan, karena uterus yang membesar dapat

mendorong diafragma dan paru-paru ke atas serta sisa dalam

udara kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu menjadi lebih

parah.

Pada kasus Ny. R sebelum kehamilan Ny. R telah menderita

penyakit tuberculosis namun sekarang sudah sembuh, sehingga

antara kasus dan teori tidak ada kesenjangan.

Menurut Suhardjo (2010), penyakit infeksi hepatitis pada

kehamilan dapat meningkatkan kelahiran premature, infeksi

neonatus atau tertularnya hepatitis dari ibu ke bayi ditularkan

secara vertikal melalui penelanan cairan ibu yang terinfeksi

peripartum, termasuk air susu ibu. Infeksi neonatal biasanya bisa

dicegah dengan penapisan prenatal dengan globulin imun

hepatitis segera sesudah kelahiran.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga

tidak ada yang menderita penyakit infeksi seperti kuning pada

mata dan kulit, demam, mual, muntah, dan buang air kecil

berwarna kuning pekat seperti teh (Hepatitis B), dalam hal ini

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

245

Menurut J. Leveno (2013), penyakit infeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV/AIDS) dapat menyebabkan

komplikasi kehamilan yaitu persalinan preterm, hambatan

pertumbuhan janin, dan lahir mati, dikaitkan dengan infeksi pada

ibu. Penularan terjadi pada periode peripartum bayi lahir dari ibu

yang terinfeksi HIV dan tidak diobati akan terinfeksi.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya, dan pada keluarga

tidak ada yang menderita penyakit infeksi seperti diare, sariawan

tidak kunjung sembuh, muncul ruam pada kulit, berat badan

menurun drastic dan kekebalan tubuh menurun yaitu Human

Immunodeficiency Virus (HIV/AIDS), dalam hal ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2009), penyakit menular seksual

dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu

maupun bayi yang dikandungnya.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga

tidak ada yang menderita penyakit infeksi seperti keputihan yang

berbau busuk, berwarna kehijauan dan gatal pada daerah genetalia

yaitu Infeksi Menular Seksual (IMS), sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2009), diabetes mellitus merupakan

gangguan metabolisme yang ringan, tetapi hiperglikemia ringan

tetap dapat memberikan penyulit pada ibu berupa preeklampsia,

246

polihidramnion, infeksi saluran kemih, persalinan section

caesarea, trauma persalinan akibat bayi besar.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga

tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti mudah haus,

mudah lapar, sering buang air kecil di malam hari yaitu diabetes

mellitus, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2009), hipertensi dalam kehamilan

adalah hipertensi terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20

minggu, selama persalinan dan dalam 48 jam pasca persalinan,

kenaikan pada diastolik ≥ 90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak

1 jam atau lebih.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga

tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti sakit kepala,

tekanan darah lebih dari 140/ 90 mmHg yaitu hipertensi, sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Manuaba (2010), kehamilan yang disertai penyakit

jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan

memberatkan penyakit jantung dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga

tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti nyeri dada

bagian kiri atas, jantung berdebar – debar, sesak nafas, dan mudah

lelah yaitu jantung, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

247

Menurut Manuaba (2010), kehamilan bersama dengan mioma

uteri hanya mungkin terjadi bila miomanya dalam situasi mioma

uteri intramural, mioma uteri subserosa, mioma uteri yang

bertangkai. Pengaruh mioma uteri pada kehamilan bisa terjadi

infertilitas bila menutupi lumen tuba falopi, mengganggu tumbuh

kembang hasil konsepsi yang telah berimplantasi (terjadi abortus,

persalinan prematur) karena terjadi vaskularisasi sehingga

plasenta tidak mampu memberi nutrisi yang cukup.

Pada kasus ini, Ny. R mengatakan tidak pernah dan tidak

sedang menderita penyakit yang dioperasi seperti mioma uteri,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sofian (2011), kehamilan ganda atau hamil kembar

adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih di sebabkan oleh

faktor keturunan.

Pada kasus Ny. R mengatakan dalam keluarga tidak ada yang

mempunyai riwayat bayi kembar, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

6) Kebiasaan

Menurut Kusmiyati (2009), kebiasaan minum jamu

merupakan salah satu kebiasaan yang beresiko bagi wanita hamil

karena efek minum jamu dapat membahayakan tumbuh kembang

janin seperti menimbulkan kecacatan, abortus, berat badan lahir

rendah, partus prematurus, asfiksia neonatorum, kelainan ginjal

dan jantung janin, sedangkan efek pada ibu dapat menyebabkan

248

keracunan, kerusakan jantung, ginjal, serta perdarahan. Alkohol

yang dikonsumsi ibu hamil dapat membahayakan jantung ibu

hamil dan merusak janin, termasuk menimbulkan kecacatan dan

kelainan pada janin dan menyebabkan kelahiran premature. Efek

pemakaian alkohol dalam kehamilan adalah pertumbuhan janin

terhambat, kecacatan, kelainan jantung dan kelainan neonatal.

Pada kasus Ny. R, mengatakan selama hamil tidak ada

pantangan makanan apapun, tidak pernah mengkonsumsi jamu,

tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan selain dari tenaga

kesehatan, tidak pernah mengkonsumsi minuman keras, tidak

merokok sebelum dan selama hamil, di rumah ibu tidak

memelihara binatang seperti kucing, anjing,burung, dan lain-

lain. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

7) Kebutuhan Sehari-hari

a) Pola nutrisi

Menurut Sulistyawati (2009), pada saat hamil ibu harus

makan makanan yang mengandung nilai gizi bermutu tinggi.

Gizi pada ibu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori

perhari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang

mengandung gizi seimbang.

Pada kasus ini penulis memperoleh data bahwa selama

hamil Ny. R mengatakan waktu hamil frekuensi makan 2-3

kali/hari, porsi 1 piring sedang, menu bervariasi seperti nasi,

lauk dan sayur, sedangkan frekuensi minum 6-7 kali/hari,

249

macamnya air putih, air susu. Pola nutrisi sekarang frekuensi

Makan 1 kali pada jam 06.00 wib porsi 1 piring sedang, menu

seperti nasi, telor, dan tempe goreng, tidak ada makan

dipantang, sedangkan frekuensi minum 2 gelas terakhir

minum jam 06.10 wib, minum air putih, air susu. Dalam hal

ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

b) Eliminasi

Menurut Sulistyawati (2009), masalah buang air kecil

tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar, dan

mencegah terjadinya infeksi kandung kemih yaitu dengan

minum dan menjaga kebersihan alat kelamin.

Pada kasus ini ibu mengatakan frekuensi Buang Air Besar

, selama hamil 1-2 kali sehari, warna, kecoklatan, konsistensi

keras, tidak ada ganguan. Buang air kecil sering, frekuensi 5-7

kali/hari, bau khas, warna kuning jernih, dan tidak ada

ganguan. BAB terakhir jam 06.30 wib, tidak ada ganguan. Ibu

buang air kecil sekali, terakhir jam 10.30 wib, bau khas, warna

kuning jernih, tidak ada gangguan. Sehingga dalam kasus ini

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus

c) Personal hygiene

Menurut Sulistyawati (2012), data ini perlu dikaji karena

bagaimanapun juga hal ini akan mempengaruhi kesehatan

pasien dan bayinya. Jika pasien mempunyai kebiasaan yang

kurang baik dalam perawatan kebersihan diri dirinya, maka

250

bidan harus dapat memberikan bimbingan mengenai cara

perawatan kebersihan diri dan bayinya sedini mungkin.

Wanita perlu mempelajari cara membersihkan alat kelamin

yaitu dengan gerakan dari depan kebelakang setiap kali selesai

berkemih atau buang air besar dan harus menggunakan tissue,

lap atau handuk yang bersih dan kering.

Pada kasus ini ibu mengatakan Pola mandi selama

hamil 2x sehari, keramas 2 hari sekali, gosok gigi 2x, ganti

baju 2x sehari. Pola mandi, keramas, gosok gigi dan ganti

baju terakhir jam 06.30 wib. Dengan demikian tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

8) Data Psikologi

Menurut Marmi (2011) faktor psikologis setiap tahap usia

kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik yang bersifat fisik

maupun psikologis. Ibu harus melakukan adaptasi pada setiap

perubahan yang terjadi. Dalam menjalani proses itu ibu hamil

sangat membutuhkan dukungan yang intensif dari suami maupun

keluarga dengan cara menunjukan perhatian dan kasih sayang.

Pada kasus ini ibu mengatakan ini anak dari pernikahan yang

sah, ibu merasa senang, suami serta keluarga juga senang dengan

kehamilan ibu saat ini, dan ibu sudah siap untuk merawat

bayinya. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

251

9) Data sosial ekonomi

Menurut Sulistyawati (2012), tingkat sosial ekonomi sangat

berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologi ibu

hamil, pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik,

otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis

yang baik pula. Sementara pada ibu hamil dengan kondisi

ekonomi yang lemah maka ia akan mendapatkan banyak

kesulitan, terutama masalah pemenuhan kebutuhan primer.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan Ibu mengatakan

penghasilan suaminya cukup untuk kebutuhan sehari-hari,

tanggung jawab perekonomiannya ditanggung suami, dan

pengambilan keputusan oleh bersama (suami&istri). Dengan

demikian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

10) Data perkawinan

Menurut Sulistyawati (2012), perkawinan ini penting untuk

dikaji karena data ini akan mendapatkan gambaran mengenai

suasana rumah tangga.

Menurut Manuaba (2010), lama menikah dengan batas ideal

dan diikuti hamil setelah 2 tahun.

Pada kasus Ny. R status perkawinannya Ibu mengatakan

status perkawinannya sah secara agama, ini adalah perkawinan

yang pertamanya dan lama perkawinannya sudah 11 tahun, usia

pertama kali menikah umur 22 tahun. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

252

11) Data spiritual

Menurut Astuti (2012), data spiritual klien perlu ditanyakan

apakah keadaan rohaninya saat itu sedang baik ataukah sedang

stress karena suatu masalah. Wanita hamil dengan keadaan

rohaninya sedang tidak stabil hal ini akan mempengaruhi terhadap

kehamilannya. Kebutuhan spiritual mempertahankan atau

mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta

kebutuhan untuk mendapat maaf atau pengampunan, mencintai,

menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan.

Pada kasus ini Ny. R Ibu mengatakan belum melakukan

sholat, ibu selalu berdoa untuk keselamatan ibu dan janinnya.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

12) Data sosial budaya

Menurut Anggraini (2010), data sosial budaya perlu dikaji

untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat

istiadat yang menguntungkan atau merugikan pasien.

Dalam kasus ini Ny. R Ibu tidak percaya dengan adat istiadat

setempat seperti kalau mau melahirkan pintu dan jendelanya

harus dibuka semua. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

13) Data pengetahuan

Menurut Pantikawati (2011), untuk mengetahui seberapa jauh

pengetahuan ibu tentang masalah kehamilan. Hal ini dibutuhkan

253

agar ibu tahu tentang hal-hal yang berkaitan dengan

kehamilannya.

Pada kasus ini Ny. R Ibu mengatakan sudah mengetahui

tanda-tanda persalinan. Sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

b. Data Objektif

Menurut Sulistyawati (2012), kesadaran dikaji untuk mendapatkan

gambaran tentang kesadaran pasien, normalnya kesadaran

composmentis atau kesadaran maksimal sampai dengan koma atau

pasien tidak dalam keadaan sadar. Pada kasus Ny. R kesadaran

composmentis hal tersebut dapat terlihat ketika dalam pemeriksaan

yaitu ibu masih dapat menerima pesan dari bidan dengan baik,

sehingga dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2012), pada pemeriksaan tanda – tanda

vital didapat tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.

Menurut Hani (2011), tekanan darah ibu hamil sistolik tidak boleh

mencapai 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Perubahan

sistolik 30 mmHg dan diastolik diatas tekanan darah sebelum hamil,

menandakan toxemia gravidarum atau keracunan kehamilan. Pada

kasus Ny. R didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, sehingga tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Hidayah, dkk (2011), suhu dikaji untuk mengetahui tanda

– tanda infeksi, batas normal 36,5- 37,50C. Pada kasus Ny. R

254

didapatkan suhu tubuh normal yaitu 36,50C, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2012), nadi dikaji untuk mengetahui denyut

nadi pasien yang dihitung selama 1 menit, batas normalnya 60-80

x/menit. Pada kasus Ny. R didapatkan nadi 80 x/menit, sehingga tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2012), pernafasan dikaji untuk mengetahui

frekuensi pernapasan pasien yang dihitung selama 1 menit, batas

normal yaitu 18-24 x/menit. Pada kasus Ny. R pernafasan normal yaitu

20 x/menit, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), Standar

minimal ukuran lingkar lengan atas pada wanita dewasa atau usia

reproduksi adalah 23,5 cm. Jika ukuran lingkar lengan atas kurang dari

23,5 cm maka tergolong risiko terhadap kekurangan energi kronis.

Pada kasus Ny. R didapatkan lingkar lengan atas 27 cm, sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Pantikawati (2010), dalam pemeriksaan fisik ini

dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya sesuatu yang dapat

membahayakan kehamilan seperti oedema pada wajah, ikterus dan

anemia pada mata, bibir pucat, tanda – tanda infeksi pada telinga,

adanya pembesaran kelenjar tyroid dan limfe, adanya retraksi dinding

dada, pembesaran hepar dan kelainan pada genetalia, anus dan

ekstermitas.

255

Pada kasus Ny. R hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bentuk

kepala mesochepal, rambut bersih, tidak rontok, tidak berketombe,

muka tidak pucat dan tidak oedem, mata simetris, penglihatan baik,

konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, hidung bersih, tidak ada

pembesaran polip, lendir tidak ada infeksi sinusitis, mulut dan bibir

lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada caries pada gigi, gusi tidak

epulis, bentuk telinga simetris, bersih, pendengaran baik, leher tidak

ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada pembesaran vena

jugularis. Aksila tidak ada pembesaran kelenjar limfe, pernafasan

teratur bentuk dada normal, tidak ada retraksi dinding dada, mamae

simetris, abdomen tidak ada luka bekas operasi, genetalia kebersihan

terjaga tidak ada varices, tidak oedem, tidak ada kelenjar bartolini,

anus tidak ada hemoroid, dan extremitas tidak oedem, kuku tidak

pucat dan tidak ada varices. Sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

Menurut Suryati (2011), inspeksi adalah memeriksa dengan cara

melihat atau memandang untuk melihat keadaan umum klien, gejala

kehamilan dan adanya kelainan.

Menurut Prawirohardjo (2010), pada dinding perut akan terjadi

perubahan warna menjadi kemerahan, kusam dan kadang – kadang

juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal

dengan nama striae gravidarum. Pada banyak perempuan kulit digaris

pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam

256

kecoklatan yang di sebut dengan linea nigra. Selain pada areola dan

daerah genetalia juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan.

Hasil pemeriksaan obstetrik Ny. R didapatkan pemeriksaan

inspeksi pada payudara yaitu simetris, puting susu menonjol,

kolostrum/ASI belum keluar, kebersihan payudara bersih, pada

abdomen tidak ada bekas luka operasi, tidak ada striae gravidarum,

ada linea nigra, pembesaran uterus sesuai dengan umur kehamilan.

Dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan fisik secara inspeksi adalah

normal, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), Leopold I

tinggi fundus uterus ditentukan dengan jari, tingginya sesuai dengan

usia kehamilan dan bagian yang berada pada fundus, Leopold II untuk

menentukan bagian janin yang ada di sebelah kanan dan kiri ibu,

Leopold III untuk menentukan bagian janin yang ada di bawah uterus,

Leopold IV untuk menentukan bagian bawah janin sudah masuk

panggul atau belum. Pada primigravida usia kehamilan 37 minggu

kepala harusnya sudah masuk panggul, pada multigravida mungkin

kepala baru masuk panggul saat inpartu dikarenakan tonus otot

abdomen yang sudah mengendur tidak cukup bisa menekan kepala

janin untuk memasuki panggul.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), tinggi fundus

uterus berdasarkan perabaan pada usia kehamilan 12 minggu fundus

teraba di antara 1- 2 jari di atas simpisis, usia kehamilan 16 minggu

fundus teraba di antara simpisis- pusat , usia kehamilan 20 minggu

257

fundus dapat teraba 2- 3 jari di bawah pusat, pada usia kehamilan 24

minggu fundus teraba tepat di umbilicus, usia kehamilan 28 minggu

teraba 2- 3 jari di atas pusat, usia kehamilan 32 minggu, fundus teraba

di pertengahan antara umbilicus dan prosesus xyphoideus, usia

kehamilan 36 minggu fundus teraba 3 jari di bawah prosesus

xyphoideus, usia kehamilan 40 minggu, fundus teraba di pertengahan

antara umbilicus dan proesesus xyphoideus.

Menurut Sofian (2011), mengukur tinggi fundus uteri dari

simpisis, usia kehamilan 22- 28 minggu 24-25 cm diatas simfisis, usia

kehamilan 28 minggu 26,7 cm di atas simfisis, usia kehamilan 30

minggu 29,5-30 cm di atas simfisis, usia kehamilan 32 minggu 29,5-

30 cm di atas simfisis, usia kehamilan 34 minggu 31 cm di atas

simfisis, usia kehamilan 36 minggu 32 cm diatas simfisis, usia

kehamilan 38 minggu 33 cm di atas simfisis, usia kehamilan 40

minggu 37,7 cm di atas simfisis.

Setelah dilakukan pemeriksaan palpasi pada Ny. R didapatkan

Leopold I (menggunakan teknik jari) yaitu mulai raba dari prossesus

xypoideus teraba bulat, kenyal, tidak melenting yaitu bokong. Tinggi

fundus uterus 3 jari di bawah prosesus xypoideus. Leopold II, sebelah

kiri ibu teraba bagian kecil-kecil janin yaitu ekstremitas. Sebelah

kanan ibu teraba panjang seperti papan ada tahanan yaitu punggung.

Leopold III, teraba bagian bulat, keras, melenting yaitu kepala.

Leopold IV, bagian terendah janin sudah masuk pintu atas

258

panggul/Divergen. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus.

Teori tinggi fundus uteri menurut Leopold/perabaan dapat

disimpulkan bahwa kasus Ny. R pada pemeriksaan obstetrik Leopold I

di dapatkan tinggi fundus uterus 33 cm dan sesuai dengan umur

kehamilan sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Mc. Donald, tinggi fundus uterus 33 cm. Taksiran berat

badan janin = (tinggi fundus uterus – N) x 155 yaitu N bila 11 kepala

sudah masuk pintu atas panggul dan 12 bila kepala belum masuk pintu

atas panggul.

Teori tinggi fundus uteri dari simpisis didapatkan tinggi fundus

uterus 33 cm, untuk mengetahui taksiran berat badan janin = (33 - 11)

= 22 x 155 = 3.410 gram. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), Denyut jantung

janin umumnya sudah jelas terdengar dengan Doppler mulai usia

kehamilan 16 minggu. Nilai normal DJJ antara 120-160 x/menit

teratur dengan punctum maksimum 1 terletak sesuai dengan punggung

janin.

Pada pemeriksaan detak jantung janin pada Ny. R adalah 138

x/menit. Pada kasus Ny. R dinyatakan denyut jantung janin hasilnya

normal. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

Menurut JNPK-KR (2012), memantau kontraksi uterus gunakan

jarum detik dengan cara letakkan tangan penolong diatas uterus dan

259

palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit.

Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang terjadi minimal 2 kali

kontraksi dalam 10 menit. Pada kasus Ny. R didapatkan kontraksi

uterus 2 kali dalam 10 menit lamanya 25 detik. Sehingga ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Yanti (2009), pemeriksaan dalam bertujuan untuk

menegakkan diagnosa dalam persalinan, dilihat dari penurunan kepala

janin, penipisan serviks, dilatasi serviks, dan keadaan ketuban. Kala I

dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks

menjadi lengkap (10 cm). proses ini terbagi menjadi 2 fase yaitu fase

laten ( 8 jam ) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif ( 6 jam )

serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan

sering selama fase aktif.

Dari hasil pemeriksaan dalam pada Ny. R pada fase laten

didapatkan hasil data objektif keadaan portio tebal, effacement 20-

30% , pembukaan 2 cm, selaput ketuban utuh, bagian terendah kepala,

titik penunjuk ubun – ubun kecil, penurunan Hodge II, bagian

menumbung tidak ada, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

2. Interpretasi Data

Menurut Mufdillah (2012), mengidentifikasi diagnosa kebidanan

dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data yang

telah dikumpulkan.

260

a. Diagnosa nomenklatur

Menurut Sulistiyawati (2014), pada langkah ini dilakukan

identifikasi terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan pasien

berdasarkan interpretasi data yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosa atau masalah

adalah pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data

atau satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta. Diagnosa

kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup

praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa

kebidanan.

Ny. R Umur 33 tahun G3 P2 A0 hamil 40 minggu+ 2 hari, janin

tunggal, hidup intra uterin, letak memanjang, punggung kanan,

presentasi kepala, divergen, inpartu kala I Fase laten normal, dengan

riwayat tuberculosis paru. Dalam kasus Ny. R tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2010), Persalinan adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan

(37- 42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun

pada janin.

b. Masalah

Menurut Sulistyawati (2014), dalam asuhan kebidanan istilah

masalah dan diagnosa keduanya dapat dipakai karena beberapa

masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosa, tetapi perlu

261

dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah

sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami

kenyataan terhadap diagnosisnya.

Pada kasus Ny. R ditemukan adanya masalah yaitu riwayat

tuberculosis paru, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori

dengan kasus.

c. Kebutuhan

Menurut Sulistyawati (2012), dalam hal ini bidan menentukan

kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya dengan cara

memberikan konseling sesuai kebutuhan.

Pada kasus ini dilakukan asuhan kebidanan sesuai kebutuhan

terhadap Ny. R yaitu istirahat yang cukup, makan makanan yang

bergizi, minum tablet tambah darah 1x1 di malam hari. Dapat

disimpulkan dalam kasus Ny. R tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

3. Diagnosa Potensial

Menurut Sulistyawati (2012), pada langkah ini kita

mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah. Langkah ini membutuhkan antisipasi penanganan,

bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati

kondisi klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau

masalah potensial benar-benar terjadi.

Menurut Sulistyawati (2009), bila seseorang yang terkena

tuberculosis paru kambuh pada saat bersalin pada ibu akan terjadi sesak

262

napas, batuk-batuk dan lemas. Dan yang akan terjadi pada janin fetal

distres karena asupan oksigen ibu ke janin berkurang.

Pada kasus ini pada yang bisa di alami oleh ibu sesak nafas, batuk-

batuk, lemes. Dan bagi janin fetal distres. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

4. Antisipasi penanganan segera

Menurut Hani (2011), pada langkah ini, bidan menetapkan

kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi dan

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.

Selain itu juga mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh atau

dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Menurut Anggraini (2010), langkah ini memerlukan

kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan

perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter atau untuk di

konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan

lain sesuai kondisi lain.

Pada kasus ini jika pasien kambuh akan di konsulkan dengan

dokter jaga, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

5. Intervensi

Menurut Sulistyawati (2012), pada langkah ini direncanakan asuhan

yang menyeluruh berdasarkan langkah yang sebelumnya. Dalam

menyusun perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada

263

pengambilan keputusan untuk dilaksanakannya suatu rencana asuhan

harus disetujui oleh pasien.

Pada kasus ini penulis melakukan intervensi sesuai kebutuhan Ny. R

beritahu ibu hasil pemeriksaan. Berikan asuhan sayang ibu. Anjurkan

ibu untuk tetap tenang saat ada kontraksi. Memberitahu keluarga untuk

menyiapkan perlengkapan yang di butuhkan untuk persalinan. Lakukan

pemantauan kemajuan persalinan kemajuan persalinan kala I dengan

pengawasan 10.

6. Implementasi

Menurut Muslihatun (2009), planning atau penatalaksanaan adalah

membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan

disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.

Tindakan yang tenaga kesehatan berikan pada Ny. R, memberitahu

ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu keadaan ibu dan janin

baik, dan ibu sudah ada di proses persalinan. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2009), asuhan sayang ibu adalah asuhan

dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan

sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan

mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan

kelahiran bayi.

Memberikan asuhan saying ibu seperti menjaga privasi ibu,

menghadirkan suami/ keluarga mendampingi ibu saat persalinan,

memberikan asupan energy berupa (makanan/minuman) pada saat

264

kontraksi mereda, memijat bagian yang terasa sakit untuk mengurangi

rasa sakit, menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan supaya kepala bayi

semakin turun dan mempercepat proses persalinan, menganjurkan ibu

jika ingin buang air kecil atau buang air besar untuk ke kamar mandi

dengan di damping keluarga. Sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

Menurut Jenny (2013), Kontraksi yang berasal dari segmen atas

uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk

gelombang. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi

involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan inensitas kontraksi.

Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks menipis dan berdilatasi

sehingga janin turun.

Menurut Jenny (2013), otot-otot diafragma dan abdomen ibu

berkontraksi dan mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga

menimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan ini menekan uterus pada

semua sisi dan menambah kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan

sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini

cukup penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan

vagina.

Menganjurkan ibu untuk tetap tenang karena rasa sakit saat proses

persalinan itu hal yang normal. Sehingga antara kasus dan teori tidak

ada kesenjangan.

Menurut Prawirohardjo (2009), partograf adalah alat bantu yang

digunakan selama persalinan. Tujuan utama penggunaan partograf

265

adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dan

mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan

demikian, juga dapat dilaksanakan deteksi secara dini, setiap

kemungkinan terjadinya partus lama. Jika digunakan secara tepat dan

konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk

mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin, asuhan yang

diberikan selama selama persalinan dan kelahiran, serta menggunakan

informasi yang tercatat, sehingga secara dini mengidentifikasi adanya

penyulit persalinan, dan membuat keputusan klinik yang sesuai dan

tepat waktu.

Lakukan pemantauan kemajuan persalinan kala 1 dengan

pengawasan 10, sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

7. Evaluasi

Pada langkah ini penulis melakukan evaluasi untuk mengetahui

sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien

(Sulistyawati, 2012).

Pada kasus ini evaluasi dilakukan setelah rencana tindakan dilakukan

atau diberikan, setelah dilakukan tindakan pada Ny. R hasilnya ibu sudah

mengerti hasil pemeriksaan yang telah di lakukan. Suami dan keluarga

sudah berada di samping ibu, suami dan keluarga sudah mengerti untuk

memberi asupan energy berupa makanan dan minuman kepada ibu,

suami dan keluarga sudah mengerti untuk memijat bagian yang terasa

sakit, ibu sudah jalan-jalan dan ibu sudah mengerti alasan di sarankan

266

untuk berjalan-jalan, ibu sudah mengerti kalau merasa mules ingin

BAB/BAK langsung ke kamar mandi dan keluarga siap mengantarkan.

Ibu mengerti apa yang di sarankan bidan. Pemantauan sudah dilakukan

dan hasil terlampir

267

Kala II

Tanggal : 25 Agustus 2018

Jam : 17.00 WIB

Tempat : Puskesmas Tarub

a. Data Subjektif

Menurut buku yang ditulis Rohani, dkk (2011), tanda dan gejala

kala II his semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, ibu

merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu

merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vagina,

perinium terlihat menonjol, vulva – vagina dan sfingter ani terlihat

membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Pada kasus yang penulis ambil bahwa ibu mengatakan

kencengnya semakin sering dan lama, sehingga dalam hal ini tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

b. Data Objektif

Menurut buku yang ditulis Rohani, dkk (2011), kala II atau kala

pengeluaran janin, kala II persalinan dimulai ketika pembukaan

serviks sudah lengkap yaitu 10 cm dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara

1 jam.

Pada kasus yang penulis ambil data objektif yang didapat antara

lain tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5°C,

pernapasaan 20 x/menit, ibu mengalami kontraksi 4 kali dalam 10

268

menit lamanya 45 detik, kekuatan HIS kuat, detak jantung janin 138

x/menit. Adanya tanda gejala kala II yaitu ada dorongan meneran,

tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka, sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

c. Assesment

Menurut buku yang di tulis Rukiah (2010), dimulai dari

pembukaan lengkap 10 cm sampai bayi lahir. Pada kala pengeluaran

janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi pada otot –

otot dasar karena tekanan pada rektum ibu merasa seperti mau buang

air besar dengan tanda anus membuka.

Diagnosa pada kasus Ny. R umur 33 tahun G3P2A0 hamil 40

minggu lebih 2 hari, janin tunggal, hidup intra uterin, letak

memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, divergen inpartu kala

II fase aktif dengan faktor resiko riwayat tuberkulosis, dalam hal ini

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

d. Penatalaksanaan

Menurut Prawirohardjo (2014), tujuan asuhan persalinan normal

adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat

kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya

yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat

yang optimal.

269

Asuhan persalinan yang diberikan pada ibu adalah asuhan

persalinan normal 60 langkah dimana kala II ini dilakukan langkahnya

sebagai berikut :

27) Mengenali adanya tanda gejala kala II seperti dorongan ingin

meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva

membuka.

Evaluasi : tanda gejala kala II sudah terlihat

28) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat

suntik sekali pakai 3 cc ke dalam wadah partus set.

Evaluasi : alat dan obat sudah lengkap, peralatan ibu dan bayi

sudah lengkap, ampul sudah di patahkan dan spuit 3 cc sudah

ada dalam partus set.

29) Memakai alat pelindung diri seperti clemek, masker, kaca mata,

topi dan sepatu boot.

Evaluasi : alat pelindung diri lengkap sudah di pakai

30) Memastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, mencuci

tangan dengan sabun di air mengalir

Evaluasi : semua perhiasan sudah di lepas dan sudah mencuci

tangan

31) Memakai sarung tangan disinfektan tingkat tinggi pada tangan

kanan yang di gunakan untuk periksa dalam

Evaluasi : sarung tangan sudah di pakai

270

32) Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi

dengan oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus

set.

Evaluasi : oksitosin 1 ml sudah di masukan ke dalam spuit dan

sudah di masukan kembali ke dalam perus set.

33) Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas

disinvektan tingkat tinggi (basah) dengan gerakan dari vulva ke

perineum

Evaluasi : vulva dan perineum sudah di bersihkan

34) Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selaput ketuban sudah pecah atau belum

Evaluasi : pemeriksaan sudah dilakukan dengan hasil keadaan

portio sudah tidak teraba, effacement 100%, pembukaan 10 cm,

selaput ketuban negative, warna jernih, bagian terendah kepala,

titik tunjuk ubun-ubun kecil, penurunan kepala hodge IV atau

0/5 bagian, tidak ada bagian yang menumbung.

35) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan

terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

Evaluasi : sarung tangan sudah di lepas dan direndam kedalam

larutan klorin 0,5%

36) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus hilang

Evaluasi : Detak jantung janin 140 x/menit dan teratur

271

37) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, meminta ibu untuk meneran saat ada kofvntraksi, bila ia

sudah merasa ingin meneran

Evaluasi : ibu dan keluarga sudah mengerti

38) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran, (pada saat ada kontraksi, bantu ibu dalam posisi

setelah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

Evaluasi : ibu dan keluarga sudah mengerti

39) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran

Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia

40) Saat kepala janin terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm,

memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut

ibu

Evaluasi : handuk sudah di letakan di perut ibu

41) Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya

dibawah bokong ibu

Evaluasi : kain sudah terpasang

42) Membuka tutup partus set dan mengecek kelengkapan alat dan

bahan.

Evaluasi : tutup pertus set sudah membuka dan alat sudah

lengkap.

43) Memakai sarung tangan pada kedua tangan

272

Evaluasi : kedua tangan sudah memakai sarung tangan

disinvektan tingkat tinggi.

44) Saat sub-occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan

melindungi perineum dengan dialas lipatan kain di bawah

bokong, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar

tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir.

Evaluasi : kepala sudah lahir

45) Menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain/ kassa yang

bersih.

Evaluasi : sudah di lakukan

46) Memeriksa leher bayi kemungkinan adanya lilitan tali pusat

Evaluasi : tidak ada lilitan tali pusat

47) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan

Evaluasi : kepala bayi sudah melakukan putaran paksi luar

48) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

telapak tangan secara biparietal di kepala janin, tarik secara hati-

hati ke arah bawah sampai bahu anterior / depan lahir, kemudian

tarik secara hati-hati ke atas sampai bahu posterior/belakang

lahir.

Evaluasi : bahu bayi sudah lahir

49) Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan

bahu janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher

(bagian bawah kepala) dan ke empat jari pada bahu dan dada /

273

punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan

bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir

Evaluasi : bahu dan kepala bayi sudah di sangga

50) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang

ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang

tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara

kedua lutut janin)

Evaluasi : bayi sudah lahir normal jam 17.15 Wib.

51) Menilai tangisan, gerakan bayi dan warna kulit

Evaluasi : bayi menangis kuat dan gerakan aktif, warna kulit

kemerahan

52) Meletakan bayi di atas perut ibu, mengeringkan dengan kain

yang bersih dan keringkan dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya kecuali telapak tangan dan mengganti kain yang basah

dengan kain yang kering dan bersih.

Evaluasi : bayi sudah di keringkan dan di selimuti dengan kain.

53) Mengganti kain bayi dengan kain kering dan bersih,

membedong bayi hingga kepala

Evaluasi : kain sudah di ganti dengan kain kering dan bersih

54) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal

Evaluasi : tidak ada janin yang kedua

55) Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin gunanya untuk

melahirkan plasenta

Evaluasi : ibu sudah mengerti dan bersedia

274

56) Menyutikan Oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian

luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih

dahulu untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai

pembuluh darah

Evaluasi : oksitosin sudah di suntikan di 1/3 paha kanan ibu

57) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari

umbilicus bayi. Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan

memasang klem diantara kedua 2 cm dari klem pertama.

Evaluasi : tali pusat sudah di jepit

58) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri,

dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di

antara kedua klem

Evaluasi : tali pusat sudah di potong

59) Meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi tengkurap di

dada ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada /

perut ibu, kaki di renggangkan seperti kaki katak dan usahakan

kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih

rendah dari puting payudara ibu selama 1 jam .

Evaluasi : bayi dilakukan inisiasi menyusui dini

Dalam kasus ini kala II berlangsung selama 15 menit, bayi lahir

pukul 17.15 WIB, jenis kelamin perempuan, pada kala II setiap

langkah- langkahnya sudah sesuai dengan teori menurut

Prawirohardjo (2014), sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

275

Manajemen aktif Kala III

Tanggal : 25 Agustus 2018

Waktu : 17.16 WIB

Tempat : Puskesmas Tarub

a. Data Subjektif

Menurut Rohani, dkk (2011), kala III atau kala pengeluaran

plasenta, kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir.

Pada kasus data subjektif yang didapat pada kala III yaitu ibu

mengatakan senang karena bayinya sudah lahir, ibu mengatakan

perutnya masih mules, sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

b. Data Objektif

Menurut Rukiah (2009), tanda tanda pelepasan plasenta yaitu

terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat

memanjang, atau terjulur keluar melalui vulva atau vagina, adanya

semburan darah secara tiba – tiba.

Pada kasus Ny. R data Objektif yang didapat pada kala III antara

lain tinggi fundus uteri setinggi pusat, kontraksi keras, terdapat tanda-

tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat semakin memanjang, ada

semburan darah, uterus membulat, sehingga dalam hal ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

276

c. Assesment

Menurut buku yang ditulis Rukiah (2009), batasan kala III, masa

setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses pengeluaran plasenta.

Pada kasus Ny. R didapat assesment sebagai berikut Ny. R umur

33 tahun P3A0 dengan inpartu kala III normal, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

d. Penatalaksanaan

Berdasarkan teori medis menurut Prawirohardjo (2014),

manajemen aktif kala III terdiri dari empat langkah utama, yaitu

memeriksa kembali tinggi fundus uteri untuk memastikan tidak ada

janin ganda, pemberian suntik oksitosin dalam satu menit pertama

setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali,

massase fundus uteri segera setelah plasenta lahir.

Dengan melaksanakan manajemen aktif kala III pada asuhan

persalinan yang penulis berikan pada ibu sesuai dengan asuhan

persalinan normal dengan 60 langkah adalah melakukan tindakan pada

langkah – langkah berikut :

61) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva

Evaluasi : sudah di lakukan

62) Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah

uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat

277

menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm

dari vulva

Evaluasi : tangan kiri sudah di atas simpisis dan tangan kanan

memegang tali pusat

63) Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah

dorso kranial. Bila uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu

atau keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu

Evaluasi : sudah dilakukan dorso kranial

64) Jika dengan peregangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat

bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta , minta

ibu untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali

pusat ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurva jalan

lahir hingga plasenta tampak pada vulva.

Evaluasi : sudah dilakukan dan ibu sudah mengerti

65) Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati.Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta

dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk

membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput

ketuban.

Evaluasi : plasenta lahir jam 17.25 wib

66) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus

uteri dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan

278

bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik

(fundus teraba keras)

Evaluasi : fundus sudah di massase

67) Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri, periksa

bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan

untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban

sudah lahir lengkap, dan memasukkan ke dalam kantong plastik

yang tersedia

Evaluasi : sudah di bersihkan dan tidak ada sisa selaput ketuban

yang tertinggal

Menurut Sofian (2011), ujung tali pusat pada bayi diikat kuat

dengan benang / tali disinfeksi tingkat tinggi atau klem pastik / klem

tali pusat sehingga tidak ada perdarahan. Pada kasus Ny. R tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

279

PANTAUAN PERSALINAN KALA IV Jam

Ke Waktu Tekanan Darah Nadi Suhu Tinggi

Fundus Uteri Kontraksi

Uterus Kandung

Kemih Perdarahan

1 17:40 120/70 mmHg 80x 36,5 2Jr Pusat Keras Kosong 30 cc

14:55 120/70 mmHg 80x 2Jr Pusat Keras Kosong 10 cc

18:10 120/70 mmHg 80x 2Jr Pusat Keras Kosong 5 cc

18:25 120/70 mmHg 80x 2Jr Pusat Keras Kosong 5 cc

2 18:55 120/70 mmHg 80x 2Jr Pusat Keras Kosong 5 cc

19:25 120/70 mmHg 80x 36,5 2Jr Pusat Keras Kosong 10 cc

Total 65 cc

280

Kala IV

Tanggal : 25 Agustus 2018

Waktu : 17.26 WIB

Tempat : Puskesmas Tarub

a. Data Subjektif

Menurut buku yang ditulis Rohani, dkk (2011), kala IV atau kala

pengawasan, kala IV di mulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir

dua jam setelah proses tersebut.

Pada kasus Ny. R data Subjektif yang didapat pada kala IV yaitu

ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya, ibu mengatakan

masih merasa mules.

b. Data Objektif

Menurut buku yang ditulis oleh Rukiah (2009), kala IV

dimulainya saat lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum,

komplikasi yang dapat timbul pada kala IV adalah sub involusi uteri

di karenakan uterus tidak berkontraksi, perdarahan yang disebabkan

oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir, sisa plasenta.

Menurut buku yang ditulis Rohani, dkk (2011), observasi yang

harus dilakukan pada kala IV Tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda –

tanda vital yaitu takanan darah, nadi, suhu, pernafasan, kontraksi

uterus, terjadinya perdarahan, perdarahan dianggap masih normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

281

Pada kasus Ny. R data Objektif yang didapat keadaan umum

baik, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan

20x/menit, Plasenta lahir lengkap jam 17.25 WIB, diameter plasenta

kurang lebih 20 cm, kedalaman plasenta 5 cm, plasenta utuh,

kontraksi baik/keras, perdarahan kurang lebih 100 cc, kandung kemih

kosong, sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

c. Assesment

Menurut buku yang ditulis Sondakh (2013), kala IV dimulai dari

saat lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum. Kala ini bertujuan

untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling

sering terjadi pada 2 jam pertama.

Pada kasus Ny. R didapat assessment sebagai berikut Ny. R umur

33 tahun P3A0 dengan inpartu kala IV normal, sehingga dalam hal ini

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

d. Penatalaksanaan

Menurut Rohani, dkk (2011), asuhan dan pemantauan kala IV

Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk

merangsang uterus berkontraksi, evaluasi tinggi fundus dengan

meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus

uteri, perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan, Periksa

perinium dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau

episiotomi), evaluasi kondisi ibu secara umum, dokumentasi semua

asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di halaman belakang

282

partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian

dilakukan.

Dengan melaksanakan pemantauan kala IV pada asuhan

persalinan yang penulis berikan pada ibu sesuai dengan asuhan

persalinan normal dengan 60 langkah adalah melakukan tindakan pada

langkah sebagai berikut :

68) Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan

perenium yang menimbulkan perdarahan aktif.Bila ada robekan

yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan

Evaluasi : adanya robekan jalan lahir derajat 2

69) Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan

pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik

Evaluasi : kontraksi keras, perdarahan 30 cc

70) Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam

larutan klorin 0,5 %, kemudian bilas tangan yang masih

mengenakan sarung tangan dengan air yang sudah di desinfeksi

tingkat tinggi dan mengeringkannya

Evaluasi : sarung tangan sudah di bersihkan menggunakan larutan

klorin 0,5 %

71) Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari umbilicus dengan

sampul mati

Evaluasi : tali pusat sudah di ikat menggunakan simpul mati

72) Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya

Evaluasi : tali pusat sudah di ikat dengan simpul mati

283

73) Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam

wadah berisi larutan klorin 0, 5%

Evaluasi : klem sudah di lepas dan sudah di masukan di wadah

yang berisi larutan klorin 0,5 %

74) Membedong kembali bayi

Evaluasi : bayi sudah di bedong

75) Berikan bayi pada ibu untuk disusui

Evaluasi : bayi sedang di lakukan inisiasi menyusui dini selama

satu jam

76) Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda

perdarahan pervaginam dan tanda vital ibu.

Evaluasi : sudah di lakukan pemantauan kontraksi keras,

perdarahan 30 cc,tensi normal, suhu normal, nadi normal,

respirasi normal.

77) Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki

kontraksi baik dan mengajarkan masase uterus apabila kontraksi

uterus tidak baik.

Evaluasi : ibu sudah di ajari cara massase dan ibu sudah mengerti

78) Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi

Evaluasi : jumlah pengeluaran darah ibu 100 cc

79) Memeriksa nadi ibu

Evaluasi : nadi ibu 80 x/menit

80) Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5

%

284

Evaluasi : peralatan sudah di rendam di larutan klorin 0,5 %

81) Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang di sediakan

Evaluasi : sampah sudah di buang di tempatnya masing-masing

82) Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan

menggantikan pakaiannya dengan pakaian bersih/kering

Evaluasi : pakaian ibu sudah di ganti dengan kain bersih dan

kering

83) Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum

Evaluasi : ibu sudah merasa nyaman dan keluarga siap membantu

ibu

84) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

Evaluasi : tempat persalinan sudah di bersihkan menggunakan

larutan klorin 0,5 %

85) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5 %

Evaluasi : sarung tangan sudah di lepas dan sudah di rendam di

larutan klorin 0,5 %

86) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Evaluasi : sudah di lakukan

87) Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan darah.

Evaluasi : partograf sudah di lengkapi

285

Pada kasus Ny. R dalam kala IV tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

c. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

1. Asuhan pada masa nifas 2 jam post partum

Tanggal : 25 Agustus 2018

Jam : 21.15 WIB

Tempat : Puskesmas Tarub

a. Data Subjektif

Menurut Anggraini (2010), data subjektif diperoleh dengan cara

tatap muka dengan pasien secara langsung yang meliputi keadaan ibu

sekarang dan keluhan utama.

1) Identitas pasien

a) Nama

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), nama

lengkap ibu, termasuk nama panggilannya. Nama merupakan

identitas khusus yang membedakan seseorang dengan orang

lain. Hendaknya klien dipanggil sesuai dengan nama panggilan

yang biasa baginya atau yang disukainya agar klien merasa

nyaman serta lebih mendekatkan hubungan interpersonal bidan

dengan klien.

Dalam praktek didapatkan ibu bernama Ny. R dan suami

bernama Tn. W. dari data diatas dapat disimpulkan tidak ada

kesenjangan antara kasus dengan teori.

286

b) Umur

Menurut Manuba (2012), yang menjadi faktor resiko ibu

hamil adalah umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35

tahun. Sedangkan, usia ibu hamil yang termasuk usia

reproduksi sehat adalah usia 20-35 tahun. Alasan usia tersebut

dikatakan reproduksi sehat karena usia dibawah 20 tahun,

Rahim dan panggul sering kalli belum tumbuh mencapai

ukuran dewasa. Akhirnya, ibu hamil pada usia itu mungkin

mengalami persalinan lama atau macet, atau gangguan lainnya

karena ketidak siapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung

jawabnya sebagai orang tua. Sedangkan pada umur 35 tahun

atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil

pada usia itu mempuyai anak cacat, persalinan lama dan

perdarahan.

Pada kasus ini bernama Ny. R umur 33 tahun tergolong

pada umur normal atau umur produktif atau umur yang sehat

pada masa kehamilan. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada

kesenjangan antara kasus dengan teori.

c) Agama

Menurut Anggraini (2010), diperlukan untuk mengetahui

keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau

mengarahkan pasien dalam berdoa.

Dalam kasus ini Ny. R menganut agama Islam dan dari data

yang didapatkan tidak terdapat tradisi keagamaan ditempat

tinggal Ny. R yang merugikan kehamilannya dengan agama

287

yang dianut. Dengan demikian penulis tidak menemukan

kesenjangan antara teori dan kasus.

d) Suku Bangsa

Menurut Anggraini (2010), berpengaruh pada adat istiadat

atau kebiasaan sehari – hari.

Pada kasus Ny. R suku bangsanya adalah jawa dan sudah

diberikan asuhan kebidanan sesuai sosial budaya Ny. R

Dengan demikian penulis tidak menemukan kesenjangan

antara kasus dengan teori.

e) Pendidikan

Menurut Sulistyawati (2010), pendidikan sebagai dasar

bidan untuk menentukan metode yang paling tepat dalam

penyampaian informasi. Tingkat pendidikan ini sangat

mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien terhadap

instruksi atau informasi yang diberikan bidan pada pasien.

Dalam pengkajian data dalam hal pendidikan penulis

memperoleh data bahwa pada Ny. R berpendidikan SD. Jadi

tidak ada kesenjangan antara kasus dengan teori tersebut diatas

karena pasien menangkap atau memahami informasi yang

telah diberikan oleh Bidan.

f) Pekerjaan

Menurut Anggraini (2010 ), gunanya untuk mengukur

tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi

dalam gizi pasien tersebut.

Pada kasus Ny. R pekerjaan yang dimiliki yaitu sebagai ibu

rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai karyawan swasta

288

dengan penghasilan cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dengan demikian penulis tidak menemukan kesenjangan

antara kasus dengan teori.

g) Alamat

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), alamat

memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang ditempuh

pasien menuju pelayanan kesehatan, serta mempermudah

kunjungan rumah bila diperlukan.

Ibu mengatakan beralamat di Desa Bulakwaru RT 10 RW

02 Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal. Ny. R melakukan

pemeriksaan kehamilannya secara rutin ke pelayanan

kesehatan, penulis juga melakukan kunjungan rumah dalam

rangka melakukan asuhan kebidanan pada masa hamil sampai

masa nifas, sehingga pada kasus ini tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan praktik.

2) Keluhan Utama

Menurut Sulistyawati (2010), keluhan utama ditanyakan untuk

mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Pada kasus Ny. R ibu mengatakan masih merasa mulas.

Menurut Saleha (2009), setelah melahirkan uterus akan terus

berkontraksi, hal ini terjadi untuk mencegah perdarahan pasca

persalinan. Kontraksi uterus ini seringkali dirasakan tidak nyaman

oleh ibu karena akan menimbulkan rasa mulas dan nyeri. Hal ini

akan berlangsung 2 sampai 3 hari setelah melahirkan.

289

Sehingga pada kasus Ny. R tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

3) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Menurut Anggraini (2010), riwayat obstetric diperlukan untuk

mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah

anak, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan

dan keadaan nifas yang lalu.

a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Menurut Manuaba (2012), riwayat obstetri dan ginekologi

untuk mengetahui riwayat persalinan dan kehamilan yang lalu.

Jika riwayat persalinan lalu buruk maka kehamilan saat ini

harus diwaspadai. Jumlah anak ideal hanya sampai kehamilan

ketiga, sudah termasuk grandemultipara harus diwaspadai

perdarahan post partum.

Pada kasus Ny. R, ibu mengatakan ini kehamilan yang

ketiga dan tidak pernah mengalami keguguran. Jadi pada kasus

ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

b) Riwayat kunjungan Antenatal Care/Kehamilan sekarang

Menurut Walyani (2015), kunjungan Antenatal Care

minimal satu kali pada trimester pertama (K1), satu kali pada

trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga (K4). Menurut

Pantikawati (2010), kunjungan ANC minimal dilakukan 4 kali,

yaitu pada kunjungan trimester pertama (0-14 minggu)

dilakukan 1 kali kunjungan. Pada kunjungan trimester kedua

(14-28 minggu) dilakukan 1 kali kunjungan serta pada

290

kunjungan trimester ketiga (29-36 minggu) dilakukan 2 kali

kunjungan.

Dari data yang didapat dari buku kesehatan ibu dan anak

milik Ny. R selama hamil melaksanakan antenatal care secara

teratur. Pada trimester I ibu melakukan pemeriksaan 2x,

trimester II 4x, trimester III sebanyak 5x. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Pantikawati (2010), tujuan pemberian imunisasi

TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum,

efek samping vaksin TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan

bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan ini akan

sembuh tanpa perlu pengobatan.

Dalam hal ini ibu mendapatkan imunisasi TT, imunisasi

yang diberikan belum sesuai, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Menurut Pantikawati (2010), tablet fe mengandung 250 mg

Sulfat Ferrous 0,25 mg asam folat yang diikat dengan laktosa.

Tujuan pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil dan

nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat

seiring dengan pertumbuhan janin.

Pada kasus Ny. R sudah mendapatkan tablet tambah darah

1x 250 mg selama memeriksakan kehamilannya yaitu 90

tablet. Sehingga tidak ada kesenjangan anatara teori dan kasus.

291

c) Riwayat persalinan sekarang

Menurut Sofian (2011), macam-macam persalinan dibagi

menjadi dua yaitu berdasarkan cara persalinan dan umur

kehamilan, menurut cara persalinan ada partus normal atau

disebut partus spontan.

Pada kasus Ny. R waktu persalinan tanggal 25 Agustus

2018 jam 17.15 wib, persalinan spontan, tidak ada penyulit

waktu persalinan, ketuban pecah jam 17.10 wib, warna jernih,

bau khas, bayi lahir jam 17.15 wib, berat badan bayi 3700

gram, jenis kelamin perempuan.

4) Riwayat Kesehatan

Menurut Manuaba (2010), bahwa riwayat kesehatan perlu

dikaji karena jika terdapat cacat lahir perlu dilakukan evaluasi

lebih mendalam, dan adanya hamil kembar sering bersifat

menurun.

Menurut Sofian (2011), Pada umumnya penyakit paru-paru

tidak mempengaruhi kehamilan, persalinan dan nifas, kecuali

penyakitnya tidak terkontrol, berat dan luas di sertai sesak dan

hipoksia. Walaupun kehamilan menyebabkan sedikit perubahan

pada system pernafasan, karena uterus yang membesar dapat

mendorong diafragma dan paru-paru ke atas serta sisa dalam

udara kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu menjadi lebih

parah.

292

Pada kasus Ny. R sebelum kehamilan Ny. R telah menderita

penyakit tuberculosis namun sekarang sudah sembuh, sehingga

antara kasus dan teori tidak ada kesenjangan.

Menurut Suhardjo (2010), penyakit infeksi hepatitis pada

kehamilan dapat meningkatkan kelahiran premature, infeksi

neonatus atau tertularnya hepatitis dari ibu ke bayi ditularkan

secara vertikal melalui penelanan cairan ibu yang terinfeksi

peripartum, termasuk air susu ibu. Infeksi neonatal biasanya bisa

dicegah dengan penapisan prenatal dengan globulin imun

hepatitis segera sesudah kelahiran.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga tidak

ada yang menderita penyakit infeksi seperti kuning pada mata dan

kulit, demam, mual, muntah, dan buang air kecil berwarna kuning

pekat seperti teh (Hepatitis B), dalam hal ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut J. Leveno (2013), penyakit infeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV/AIDS) dapat menyebabkan

komplikasi kehamilan yaitu persalinan preterm, hambatan

pertumbuhan janin, dan lahir mati, dikaitkan dengan infeksi pada

ibu. Penularan terjadi pada periode peripartum bayi lahir dari ibu

yang terinfeksi HIV dan tidak diobati akan terinfeksi.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya, dan pada keluarga

tidak ada yang menderita penyakit infeksi seperti diare, sariawan

tidak kunjung sembuh, muncul ruam pada kulit, berat badan

menurun drastic dan kekebalan tubuh menurun yaitu Human

293

Immunodeficiency Virus (HIV/AIDS), dalam hal ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2009), penyakit menular seksual

dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu

maupun bayi yang dikandungnya.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga tidak

ada yang menderita penyakit infeksi seperti keputihan yang

berbau busuk, berwarna kehijauan dan gatal pada daerah genetalia

yaitu Infeksi Menular Seksual (IMS), sehingga tidak ada

kesenjangan anatara teori dan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2009), diabetes mellitus merupakan

gangguan metabolisme yang ringan, tetapi hiperglikemia ringan

tetap dapat memberikan penyulit pada ibu berupa preeklampsia,

polihidramnion, infeksi saluran kemih, persalinan section

caesarea, trauma persalinan akibat bayi besar.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga tidak

ada yang menderita penyakit keturunan seperti mudah haus,

mudah lapar, sering buang air kecil di malam hari yaitu diabetes

mellitus, sehinngga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2009), hipertensi dalam kehamilan

adalah hipertensi terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20

minggu, selama persalinan dan dalam 48 jam pasca persalinan,

kenaikan pada diastolik ≥ 90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak

1 jam atau lebih.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga tidak

ada yang menderita penyakit keturunan seperti sakit kepala,

294

tekanan darah lebih dari 140/ 90 mmHg yaitu hipertensi, sehinnga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Manuaba (2010), kehamilan yang disertai penyakit

jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan

memberatkan penyakit jantung dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Pada kasus Ny. R saat ini, sebelumnya dan pada keluarga tidak

ada yang menderita penyakit keturunan seperti nyeri dada bagian

kiri atas, jantung berdebar – debar, sesak nafas, dan mudah lelah

yaitu jantung, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

Menurut Manuaba (2010), kehamilan bersama dengan mioma

uteri hanya mungkin terjadi bila miomanya dalam situasi mioma

uteri intramural, mioma uteri subserosa, mioma uteri yang

bertangkai. Pengaruh mioma uteri pada kehamilan bisa terjadi

infertilitas bila menutupi lumen tuba falopi, mengganggu tumbuh

kembang hasil konsepsi yang telah berimplantasi (terjadi abortus,

persalinan prematur) karena terjadi vaskularisasi sehingga

plasenta tidak mampu memberi nutrisi yang cukup.

Pada kasus ini, Ny. R mengatakan tidak pernah dan tidak

sedang menderita penyakit yang dioperasi seperti mioma uteri,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sofian (2011), kehamilan ganda atau hamil kembar

adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih di sebabkan oleh

faktor keturunan.

295

Pada kasus Ny. R mengatakan dalam keluarga tidak ada yang

mempunyai riwayat bayi kembar, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

5) Kebiasaan

Menurut Kusmiyati (2009), kebiasaan minum jamu merupakan

salah satu kebiasaan yang beresiko bagi wanita hamil karena efek

minum jamu dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti

menimbulkan kecacatan, abortus, berat badan lahir rendah, partus

prematurus, asfiksia neonatorum, kelainan ginjal dan jantung

janin, sedangkan efek pada ibu dapat menyebabkan keracunan,

kerusakan jantung, ginjal, serta perdarahan. Alkohol yang

dikonsumsi ibu hamil dapat membahayakan jantung ibu hamil

dan merusak janin, termasuk menimbulkan kecacatan dan

kelainan pada janin dan menyebabkan kelahiran premature. Efek

pemakaian alkohol dalam kehamilan adalah pertumbuhan janin

terhambat, kecacatan, kelainan jantung dan kelainan neonatal.

Kebiasaan merokok pada ibu hamil menimbulkan efek yang

membahayakan bagi janin seperti kelahiran berat badan bayi

rendah, persalinan preterm, kematian perinatal, selain mempunyai

efek yang membahayakan janin juga membahayakan ibu

berkaitan dengan penyakit paru, jantung, hipertensi, kanker paru.

Dalam kasus ini Ny. R tidak mempunyai kebiasaan minum

jamu, mengkonsumsi alkohol, merokok, sehingga antara teori dan

kasus tidak ada kesenjangan.

296

6) Riwayat Haid

Dari data yang didapat pada kasus Ny. R pertama kali

menstruasi (menarche) pada usia 12 tahun, siklus 28 hari,

lamanya 6 hari, banyaknya 3 kali ganti pembalut dalam sehari,

dan tidak merasakan nyeri baik sebelum atau sesudah

mendapatkan menstruasi, Hari Pertama Haid Terakhir 16

november 2017. Serta ibu mengalami keputihan selama 3 hari,

tidak gatal, warnanya jernih, bau khas.

Menurut Manuaba (2010), bahwa idealnya lama menstruasi

terjadi selama 4-7 hari. Bayaknya pemakaian pembalut antara 1-3

kali ganti pembalut dalam sehari, dan adanya disminorea

disebabkan oleh faktor anatomis maupun adanya kelainan

ginekologi.

Pada pengkajian yang didapatkan pada Ny. R bahwa menarche

pada usia 12 tahun, lama haid 7 hari, dalam sehari ganti pembalut

sebanyak 3 kali dan tidak ada gangguan saat haid. Sehingga

dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

7) Riwayat Kontrasepsi/KB

Menurut Anggraini (2010), untuk mengetahui apakah pasien

pernah ikut keluarga berencana dengan kontrasepsi jenis apa,

berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi

serta rencana selanjutnya akan menggunakan kontrasepsi apa.

Riwayat penggunaan kontrasepsi Ny. R, mengatakan pernah

memakai keluarga berencana pil dan alasan lepasnya kerena

sedang mengkonsumsi obat tuberculosis. Dan rencana yang akan

297

datang ibu mengatakan ingin menggunakan keluarga berencana

suntik, karena lebih praktis. Dengan demikian antara teori dan

kasus tidak ada kesenjangan.

8) Kebutuhan sehari-hari

a) Pola nutrisi

Menurut Nugroho (2014), kebutuhan nutrisi dan cairan ibu

nifas yaitu memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan

kondisinya setelah melahirkan dan untuk memenuhi produksi

air susu.

Pada kasus Ny. R mengatakan pola makan sekarang porsi

sedang, jenis nasi, ayam, sayur sop, tahu, jenis nasi, lauk,

sayur. Pola minum sudah 3 gelas macamnya 2 gelas air putih

dan 1 gelas teh manis. Sehingga pada kasus Ny. R tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

b) Pola Eliminasi

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), frekuensi

buang air besar perhari dikatakan lancar apabila teratur,

misalnya sehari 1- 2 kali, sehari 1 kali, atau 2 hari sekali hingga

3 hari sekali, jika lebih dari 3 hari perlu diwaspadai, selain itu

juga tidak ada keluhan/ masalah seperti diare, feses keras.

Perubahan selama hamil bisa terjadi konstipasi akibat pengaruh

hormone progesterone dan relaksin yang menurunkan tonus dan

motilitas usus (sehingga penyerapan zat makanan menjadi

lambat).

298

Pada kasus ini Ny. R mengatakan selama hamil 1-2 x/hari,

konsistensi agak keras,gangguan tidak ada. Sekarang ibu belum

buang air besar, sehingga dalam kasus ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), frekuensi

buang air kecil perhari dikatakan normal yaitu 4- 7 kali perhari,

warna urine yang baik yaitu jernih yang menandakan kecukupan

cairan dan tidak ada keluhan yang dirasakan. Jika urine

berwarna kuning dan pekat menunjukkan kekurangan intake

cairan. Perubahan selama hamil bisa terjadi peningkatan

frekuensi mikturisi dari kondisi sebelum hamil karena

berkurangnya kapasitas kandung kemih akibat tertekan oleh

pembesaran uterus.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan . Buang air kecil selama

hamil 5-8 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada gangguan.

Buang air kecil sekarang 2 kali terakhir di jam 20.30 wib, warna

jernih, tidak ada gangguan, sehingga dalam kasus ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

c) Pola istirahat

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), pola

istirahat yang baik untuk ibu hamil yaitu tidur siang kurang

lebih 1 jam, tidur malam kurang lebih 8 jam.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan selama hamil istirahat

siang 1-2 jam, malam 6-7 jam tidak ada gangguan. Sekarang ibu

belum istirahat, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

299

d) Aktifitas

Menurut Yefi (2015), ambulasi dini (early ambulation)

adalah membimbing ibu selekas mungkin turun dari tempat tidur

setelah persalinan akan membantu ibu cepat pulih asal dilakukan

secara bertahap dan hati – hati. Langkah – langkah mobilisasi

dini yang dapat dilakukan ibu untuk turun dari tempat tidur

adalah sebagai berikut awali dengan mengatur napas, miring

kiri, miring kanan dan duduk. Duduk dengan tubuh ditahan

dengan tangan, geserkan kaki ke sisi ranjang dan biarkan kaki

menggantung sebentar dan dengan bantuan orang lain, perlahan

– lahan ibu berdiri dan masih berpegangan pada tempat tidur,

jika terasa pusing duduklah kembali stabilkan diri beberapa

menit sebelum melangkah.

Menurut Manuaba (2010), perawatan mobilisasi dini

mempunyai keuntungan melancarkan pengeluaran lochea,

mengurangi infeksi puerperium, mempercepat involusi alat

kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat

perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah,

sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran

metabolisme.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan selama hamil ibu

mengatakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu,

memasak. Aktivitas ibu sekarang mobilisasi miring kanan kiri,

duduk, turun dari tempat tidur, jalan-jalan di sekeliling tempat

300

tidur dan kamar mandi tanpa bantuan orang lain,sehingga tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

e) Pola personal hygiene (PH)

Menurut Kusmiyati (2009), wanita perlu mempelajari cara

membersihkan alat kelamin yaitu dengan gerakan dari depan

kebelakang setiap kali selesai buang air kecil atau buang air

besar dan mengeringkan vagina/ alat kelamin menggunakan tisu,

lap atau handuk yang bersih.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), mandi

yang baik frekuensinya 1-2 kali sehari, keramas 2–3 kali

seminggu, ganti pakaian (termasuk pakaian dalam) minimal 2

kali sehari, gosok gigi 2- 3 kali sehari.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan selama hamil mandi 2x

sehari, keramas 2 hari sekali, gosok gigi 2x, ganti baju 2-3 x

sehari. Sekarang ibu mengatakan belum mandi, belum

melakukan keramas, gosok gigi belum melakukan, ganti baju

1x, sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

f) Pola seksual

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), frekuensi

seksual dipengaruhi faktor antara lain yaitu usia, lamanya

pernikahan, kondisi kesehatan, hubungan seksual pasangan

yang sehat adalah 1-3 kali dalam seminggu.

301

Menurut Hani (2011), pola hubungan seksual, frekuensi

berhubungan, kelainan dan masalah seksual.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan selama hamil frekuensi 1

minggu 1x jika suami pulang, tidak ada gangguan. Sekarang

belum melakukan hubungan, dalam hal ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

9) Riwayat Psikologi

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), kehamilan

ini diharapkan/ tidak oleh ibu dan suami, serta respon dan

dukungan keluarga terhadap kehamilan ini. Setiap kehamilan

hendaknya diharapkan oleh ibu maupun suami dan keluarga.

Menurut Sulistyawati (2012), adanya beban psikologis yang

ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan

bayi yang nantinya akan terlihat ketika bayi lahir.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan merasa senang dengan

kehamilannya saat ini. Suami dan keluarga juga merasa senang

dengan kehamilannya, sehingga dalam hal ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

10) Riwayat Sosial Ekonomi

Menurut Sulistyawati (2012), tingkat sosial ekonomi sangat

berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologi ibu

hamil, pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik,

otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologi yang

baik pula. Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ekonomi

302

yang lemah maka akan mendapatkan banyak kesulitan, terutama

masalah pemenuhan kebutuhan primer.

Pada kasus Ny. R tanggung jawab perekonomian ditanggung

oleh suami dengan penghasilan mencukupi dan pengambilan

keputusan ditentukan oleh suami dan istri. Dan dengan demikian

tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

11) Data Perkawinan

Menurut Sulistyawati (2012), perkawinan ini penting untuk di

kaji karena data ini akan mendapatkan gambaran mengenai suasana

rumah tangga pasangan.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), status

perkawinan, termasuk pernikahan ini yang keberapa dan lamanya

menikah.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan status perkawinannya sah

sudah terdaftar di Kantor Urusan Agama, ini adalah perkawinan

yang pertama dan lama perkawinannya yaitu 11 tahun dan usia saat

menikah umur 22 tahun, sehingga dalam hal ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

12) Data spiritual

Menurut Astuti (2012), data spiritual klien perlu ditanyakan

apakah keadaan rohaninya saat itu sedang baik atau sedang stress

karena suatu masalah. Wanita hamil dan keadaan rohaninya sedang

tidak stabil, hal ini akan mempengaruhi terhadap kehamilannya.

Kebutuhan spiritual mempertahankan atau mengembalikan

303

keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk

mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin

hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan.

Pada kasus ini Ny. R mengatakan belum melakukan ibadah,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

13) Data Sosial Budaya

Menurut Marmi (2011), ada beberapa kebiasaan adat istiadat

yang dapat merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan

harus dapat menyiapkan hal ini dengan bijaksana jangan sampai

menyinggung “kearifan lokal” yang sudah berlaku di daerah

tersebut.

Pada kasus ini, ibu mengatakan tidak mempercayai adat

istiadat setempat seperti dalam masa nifas 40 hari tidak boleh

keluar rumah. sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

14) Data Pengetahuan Ibu

Menurut Pantikawati (2010), untuk mengetahui seberapa

jauhnya pengetahuan ibu tentang masalah kehamilan. Hal ini

dibutuhkan agar ibu tahu tentang hal – hal yang berkaitan dengan

kehamilannya.

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), tingkat

pengetahuan ibu meliputi hal – hal apa yang sudah diketahui ibu,

dan hal – hal apa yang ingin diketahui ibu.

304

Pada kasus ini Ny. R mengatakan mengetahui cara

memandikan bayi. Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

b. Data obyektif

Menurut Sulistyawati (2012), untuk melengkapi data dalam

menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian, data

objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan

pemeriksaan yang dilakukan secara berurutan.

1) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), keadaan

umum dikatakan baik jika pasien memperlihatkan respons

yang adekuat terhadap stimulasi lingkungan dan orang lain,

serta secara fisik pasien tidak mengalami kelemahan. Klien

dimasukkan dalam kriteria lemah ini jika kurang atau tidak

memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan

orang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan

sendiri.

Dari data yang diperoleh pada kasus Ny. R keadaan umum

baik karena pasien masih mampu berjalan sendiri dan mampu

memberikan respon saat melakukan kunjungan antennal

care, sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

305

b) Kesadaran

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017),

kesadaran composmentis yaitu kesadaran normal, sadar

sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang

keadaan sekelilingnya.

Menurut Sulistyawati (2012), kesadaran dikaji untuk

mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, normalnya

kesadaran composmentis atau kesadaran maksimal sampai

dengan koma atau pasien tidak dalam keadaan sadar.

Dari data yang diperoleh pada kasus Ny. R kesadaran

composmentis hal tersebut dapat terlihat ketika dalam

pemeriksaan yaitu ibu masih dapat menerima pesan dari bidan

dengan baik, sehingga dalam kasus ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

c) Tanda – tanda vital

Menurut Sulistyawati (2012), pada pemeriksaan tanda –

tanda vital didapat tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.

Menurut Hani (2011), tekanan darah ibu hamil sistolik

tidak boleh mencapai 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90

mmHg. Perubahan sistolik 30 mmHg dan diastolik diatas

tekanan darah sebelum hamil, menandakan toxemia

gravidarum atau keracunan kehamilan.

306

Pada kasus Ny. R didapatkan tekanan darah 110/80

mmHg, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

Menurut Hidayah, dkk (2011), suhu dikaji untuk

mengetahui tanda – tanda infeksi, batas normal 36,5- 37,50C.

Pada kasus Ny. R didapatkan suhu tubuh normal yaitu

360C. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2012), nadi dikaji untuk

mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung selama 1 menit,

batas normalnya 60-80 x/menit.

Pada kasus Ny. R didapatkan nadi 78 x/menit, sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2012), pernafasan dikaji untuk

mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung

selama 1 menit, batas normal yaitu 18-24 x/menit.

Pada kasus Ny. R pernafasan normal yaitu 20 x/menit,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Saleha (2009), involusi uterus atau pengerutan

uterus merupakan proses kembalinya uterus pada kondisi

sebelum hamil. Pada saat setelah proses persalinan uterus

akan terus mengalami perubahan. Setelah plasenta lahir

uterus akan mengecil menjadi teraba 2 jari dibawah pusat.

Hal itu terjadi karena adanya kontraksi uterus yang baik dan

keras.

307

Pada kasus Ny. R tinggi fundus uterusnya 3 jari di bawah

pusat dan kontraksi keras, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Menurut Saleha (2009), lochea rubra berwarna merah

karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding

rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium,

muncul pada hari ke 1 sampai hari ke 4 pasca persalinan.

Pada kasus Ny. R pengeluaran darahnya berwarna merah,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

d) Pemeriksaan status present dari kepala sampai kaki

Menurut Pantikawati (2010), dalam pemeriksaan fisik ini

dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya sesuatu

yang dapat membahayakan kehamilan seperti oedema pada

wajah, ikterus dan anemia pada mata, bibir pucat, tanda –

tanda infeksi pada telinga, adanya pembesaran kelenjar tyroid

dan limfe, adanya retraksi dinding dada, pembesaran hepar

dan kelainan pada genetalia, anus dan ekstermitas.

Pada kasus Ny. R hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

bentuk kepala mesochepal, rambut bersih, tidak rontok, tidak

berketombe, muka tidak pucat dan tidak oedem, mata

simetris, penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, sclera

tidak ikterik, hidung bersih, tidak ada pembesaran polip,

lendir tidak ada infeksi sinusitis, mulut dan bibir lembab,

tidak ada stomatitis, tidak ada caries pada gigi, gusi tidak

308

epulis, bentuk telinga simetris, bersih, pendengaran baik,

leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada

pembesaran vena jugularis. Aksila tidak ada pembesaran

kelenjar limfe, pernafasan teratur bentuk dada normal, tidak

ada retraksi dinding dada, mamae simetris, abdomen tidak

ada luka bekas operasi, kolostrum/ air susu ibu sudah keluar.

Pada pemeriksaan palpasi fundus uterus 3 jari di bawah

pusat, kontraksi uterus keras, pengeluaran pervagina lochea

rubra, warna merah, konsistensi cair, khas, dengan estimasi

perdarahan 30 cc luka jahitan baik. Ekstremitas tidak oedem

dan tidak ada varises, tidak ada tanda-tanda human.

2) Pemeriksaan obstetrik

a) Inspeksi

Menurut Suryati (2011), inspeksi adalah memeriksa

dengan cara melihat atau memandang untuk melihat keadaan

umum klien, gejala nifas dan adanya kelainan.

Menurut Prawirohardjo (2010), pada dinding perut akan

terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam dan

kadang – kadang juga akan mengenai daerah payudara dan

paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum.

Pada banyak perempuan kulit digaris pertengahan perutnya

(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang di

sebut dengan linea nigra. Selain pada areola dan daerah

genetalia juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan.

309

Hasil pemeriksaan obstetrik Ny. R didapatkan

pemeriksaan inspeksi pada payudara yaitu simetris, puting

susu menonjol, kolostrum/ASI sudah keluar, kebersihan

payudara bersih, pada abdomen tidak ada bekas luka operasi,

tidak ada striae gravidarum, ada linea nigra, luka jahitan

baik. Dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan fisik secara

inspeksi adalah normal, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

b) Palpasi

Menurut Saleha (2009), involusi uterus atau pengerutan

uterus merupakan proses kembalinya uterus pada kondisi

sebelum hamil. Pada saat setelah proses persalinan uterus

akan terus mengalami perubahan. Setelah plasenta lahir uterus

akan mengecil menjadi teraba 2 jari dibawah pusat. Hal itu

terjadi karena adanya kontraksi uterus yang baik dan keras.

Pada kasus ini tinggi fundus uterusnya 2 jari di bawah

pusat, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Saleha (2009), lochea rubra berwarna merah

karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding

rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium,

muncul pada hari ke 1 sampai hari ke 4 pasca persalinan.

Pada kasus ini lochea Ny. R yaitu lochea rubra berwarna

merah, konsistensi cair, dan bau khas, sehingga tidak ada

kesenjangan antara kasus dan teori.

310

Menurut Saleha (2009), pengeluaran darah pada ibu

postpartum 2 jam umunya berkisar 20-60 cc, jika lebih dari itu

di sebut perdarahan dan segera lakukan tindakan.

Pada kasus ini estimasi perdarahan Ny. R yaitu 30 cc,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

c) Pemeriksaan penunjang

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017),

Pemeriksaan Laboratorium meliputi Kadar hemoglobin pada

kunjungan pertama dan pada usia di atas 28 minggu. Nilai

normalnya dalam kehamilan adalah 11 g/dL. Pada Trimester

II nilai 10,5 g/dL masih dianggap fisiologis karena proses

hemodilusi sedang di ambang puncaknya. Pemeriksaan urine

untuk protein atas indikasi untuk menegakkan diagnosa pre

eklamsia. Pemeriksaan glukosa urine atas indikasi untuk

mendeteksi faktor risiko diabetes dalam kehamilan.

Pemeriksaan Golongan darah diperlukan bila ibu belum

pernah melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan lainnya

ultrasonography .

Pada kasus ini tidak di lakukan pemeriksaan penunjang

dengan alasan pasien menolaknya karena keterbatasan biaya.

2. Interpretasi Data

Menurut Mufdillah (2012), mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan

masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data yang telah

dikumpulkan.

311

a. Diagnosa nomenklatur

Menurut Sulistyawati (2014), pada langkah ini dilakukan

identifikasi terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan pasien

berdasarkan interpretasi data yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan masalah atau diagnose

adalah pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data

satu dengan yang lainnya sehingga tergambar fakta.

Dari kasus Ny. R hasil pemeriksan yang di lakukan maka di

dapatkan diagnose Ny. R umur 33 tahun P2A0 2 jam post partum

dengan nifas normal.

b. Masalah

Menurut Sulistyawati (2014), dalam asuhan kebidanan istilah

masalah dan diagnosa keduanya dapat dipakai karena beberapa

masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosa, tetapi perlu

dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh.

Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu

mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.

Pada kasus Ny. R ibu mengatakan masih merasa mulas.

Menurut Saleha (2009), setelah melahirkan uterus akan terus

berkontraksi, hal ini terjadi untuk mencegah perdarahan pasca

persalinan. Kontraksi uterus ini seringkali dirasakan tidak nyaman

oleh ibu karena akan menimbulkan rasa mulas dan nyeri. Hal ini

akan berlangsung 2 sampai 3 hari setelah melahirkan. Sehingga

antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan.

312

c. Kebutuhan

Menurut Hani (2011), kebutuhan adalah hal-hal yang

dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasikan dalam diagnosa

dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data.

Menurut Nugroho (2014), ibu nifas memerlukan nutrisi dan

cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan,

cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu ibu.

Nutrisi dan cairan tersebut yaitu mengandung karbohidrat, protein,

lemak, zat besi, vitamin dan mineral.

Pada kasus ini kebutuhan Ny. R adalah asupan nutrisi yang

cukup, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Nugroho (2014), Ibu nifas memerlukan istirahat

cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan yaitu sekitar 8 jam pada

malam hari dan pada siang hari 1 jam.

Pada kasus ini kebutuhan Ny. R yaitu istirahat yang cukup,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

3. Diagnosa potensial

Menurut Helen Varney dalam Mangkuji dkk (2013), pada langkah

ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan

rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi.

Berdasarkan temuan tersebut bidan dapat melakukan antisipasi agar

diagnosis atau masalah tersebut tidak terjadi.

Pada kasus Ny. R tidak ditemukan diagnosa potensial sehingga

tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

313

4. Antisipasi Penanganan Segera

Menurut Helen Varney dalam Mangkuji dkk (2013), pada langkah

ini mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.

Pada kasus Ny. R tidak ditemukan antisipasi penanganan segera

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

5. Intervensi

Menurut Helen Varney dalam Mangkuji dkk (2013), direncanakan

asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah

sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah

yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan

terjadi selanjutnya. Setiap asuhan yang direncanakan harus disetujui

oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan pasien.

Pada langkah ini penulis melakukan intervensi sesuai kebutuhan

Ny. R beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan. Beritahu

ibu penyebab dari rasa mulesnya. Ajari ibu untuk memassase perut jika

tidak keras. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas. Beritahu pada

ibu untuk menjaga personal hygiene. Beritahu ibu dan keluarga jika ibu

ingin buang air kecil atau buang air besar tidak boleh di tahan. Beritahu

ibu perawatan luka jahitan . Beritahu ibu untuk memberikan ASI

esklusif dan berikan asi setiap bayi menginginkanya. Anjurkan ibu

untuk istirahat yang cukup. Ajarkan ibu cara menyusui yang benar.

314

Memberikan obat terapi post partum kepada ibu. Sehingga pada kasus

Ny. R tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.

6. Implementasi

Menurut Helen Varney dalam Mangkuji dkk (2013), langkah ini

adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah

kelima (perencanaan) secara aman dan efisien. Realisasi dari

perencanaan yang dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota

keluarga yang lain.

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan bahwa

keadaan ibu saat ini baik.

Menurut Saleha (2009), setelah melahirkan uterus akan terus

berkontraksi, hal ini terjadi untuk mencegah perdarahan pasca

persalinan. Kontraksi uterus ini seringkali dirasakan tidak nyaman oleh

ibu karena akan menimbulkan rasa mulas dan nyeri. Hal ini akan

berlangsung 2 sampai 3 hari setelah melahirkan. Sehingga antara teori

dan kasus tidak ada kesenjangan.

Pada kasus ini bidan bidan memberitahu ibu tentang penyebab

perut ibu masih mulas dikarenakan adanya proses involusi uterus/

kembalinya Rahim kebentuk semula seperti sebelum hamil, jadi hal

tersebut wajar di alami saat masa nifas. Sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Menurut Saleha (2009), caranya memassase (pijat) perut yaitu

tangan kanan diletakan di atas fundus ibu dan masasse 5-10 detik atau

sampai fundus (Rahim ) ibu keras, tanda kontraksi baik yaitu keras dan

315

tanda kontraksi yaitu jelek, fungsi dari memijat/memassase perut untuk

mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

Mengajari ibu untuk memassase (pijat) perut caranya yaitu tangan

kanan diletakan di atas fundus ibu dan masasse 5-10 detik atau sampai

fundus (Rahim ) ibu keras, tanda kontraksi baik yaitu keras dan tanda

kontraksi yaitu jelek, fungsi dari memijat/memassase perut untuk

mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Bahiyatun (2009) tanda bahaya dalam nifas terdiri dari

muntah tidak enak badan, sakit pada bagian bawah perut atau

punggung, sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati dan

pandangan mata kabur, bengkak pada wajah, tangan atau kaki,

perdarahan, pengeluaran cairan dari jalan lahir yang berbau busuk, sakit

jika buang air kecil, payudara kemerahan, panas dan sakit, betis

menjadi keras kemerahan panas dan sakit atau nyeri, kehilangan nafsu

makan dalam waktu yang lama, perasaan yang sedih atau tidak mampu

merawat bayinya dan diri sendiri.

Memberitahu ibu tentang bahaya masa nifas yaitu pendarahan

pervaginam, keluar cairan yang berbau busuk dari jalan lahir, tekanan

darah lebih dari 140/90, mmHg, pandangan mata kabur, sakit kepala

yang tidak hilang ketika di bawa tidur, bengkak pada kaki, tangan dan

muka (tanda pre eklamsia). Nyeri ulu hati nyeri payudara, payudara

bengkak dan kemerahan, kehilangan nafsu makan, mual muntah dan

demam tinggi lebih dari 38oC Apabila terdapat tanda-tanda bahaya

316

tersebut segera datang ke tenaga kesehatan. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara kasus dan teori.

Menurut Nurgoho (2014), kebersihan diri berguna untuk

mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman. Anjurkan ibu

untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi 2 kali sehari,

mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu

tinggal. Ibu harus tetap bersih, merawat perinium dengan baik,

bersihkan alat genetalia menggunakan air bersih dari depan ke

belakang, mengganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau tiap

pembalut penuh.

Memberitahu ibu cara menjaga personal hygiene yaitu menjaga

daerah genetalia dengan membersihkannya menggunakan air dingin

dari atas ke bawah, mengganti pembalut 2x/hari jika basah saat buang

air besar atau buang air kecil, menggunakan celana dalam yang

menyerap keringat, serta menjaga kebersihan tubuh yang lainnya.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Hanni (2016), cara perawatan luka jahitan cukup

memnggunakan kasa steril dan obat merah, kasa steril tetesi obat merah

di tempelkan ke luka jahitan. Lakukan pada saat buang air besar dab

buang air kecil.

Memberitahu ibu cara perawatan luka jahitan yaitu jika ibu

gunakan kassa steril dan betadine, kassa steril di tetesi betadine di

tempelkan ke luka jahitan. lakukan rutin jika ibu setelah BAB/BAK.

317

Menurut Sondakh (2013), air susu ibu (ASI) eksklusif yaitu

memberikan ASI saja tanpa tambahan makanan apapun kecuali vitamin

dan obat-obatan dari bidan atau dokter sampai bayi berusia 6 bulan, dan

menyusui bayi sesuai keinginan atau On Demand).

Menurut Nugroho (2014), Ibu nifas memerlukan istirahat cukup,

istirahat tidur yang dibutuhkan yaitu sekitar 8 jam pada malam hari dan

pada siang hari 1 jam.

Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, istirahat siang 1-2

jam, malam 6-8 jam, jika bayi sedang tidur ajurkan ibu untuk istirahat

juga dan disini peran suami juga di perlukan untuk sama-sama

membantu menjaga bayi.

Menurut Saleha (2009), cara menyusui sangat mempengaruhi

kenyamanan bayi menghisap air susu ibu. Bidan memberikan

pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar pada minggu

pertama setelah persalinan agar tidak menimbulkan masalah.

Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu pastikan ibu dan

bayi berada dalam kondisi rileks dan nyaman

Posisi kepala bayi harus lebih tinggi dibandingkan tubuhnya ibu dapat

menyangga dengan tangan ataupun mengganjal dengan bantal.

Mendekatkan bayi ke payudara ketika bayi mulai membuka mulutnya

dan ingin menyusu, dekatkan bayi ke payudara ibu. Tunggu hingga

mulutnya terbuka lebar dengan posisi lidah ke arah bawah. Jika bayi

belum melakukannya, ibu dapat membimbing bayi dengan dengan

menyentuh lembut bagian bawah bibir bayi dengan puting susu ibu.

318

Perlekatan yang benar posisi perlekatan terbaik bayi menyusui yaitu

mulut bayi tidak hanya menempel pada puting, namun pada area bawah

puting payudara dan selebar mungkin. Tanda bahwa perlekatan sudah

baik yaitu ketika ibu tidak merasakan nyeri saat bayi menyusu dan bayi

memperoleh ASI yang mencukupi. Ibu dapat mendengarkan saat bayi

menelan ASI. Membetulkan posisi bayi Jika ibu merasa nyeri, lepas

perlekatan dengan memasukan jari kelingking ke dalam mulut dan

letakkan di antara gusinya. Gerakan ini akan membuatnya berhenti

menyusu sementara Anda bisa menyesuaikan posisi bayi. Kemudian,

coba lagi untuk perlekatan yang lebih baik. Setelah perlekatan sudah

benar, umumnya bayi akan dapat menyusu dengan baik. Sehingga tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Memberikan obat terapi post partum asam mefenamat 500 mg,

amoxicillin 500 mg, tablet fe 200 mg.

7. Evaluasi

Menurut Helen Varney dalam Mangkuji dkk (2013), pada langkah

ini untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita

berikan kepada pasien. Dalam melakukan evaluasi seberapa efektif

tindakan dan asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita perlu

mengkaji respon pasien dan meningkatkan kondisi yang kita targetkan

pada panyususnan perencanaan. Hasil pengkajian ini kita jadikan

sebagai acuan dalam penatalaksanaan berikutnya.

Pada kasus Ny. R telah dilakukan kefektifan dan asuhan yang telah

diberikan yaitu Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan yang telah

319

dilakukan. Ibu sudah mengerti penyebab dari rasa mulesnya. Ibu sudah

mengerti dan bisa cara memassase fundus. Ibu sudah mengerti tanda

bahaya nifas. Ibu sudah mengerti cara menjaga kebersihan diri. Ibu

sudah mengerti untuk tidak menunda jika ibu ingin bab/bak. Ibu sudah

tahu perawatan luka jahitan. Ibu bersedia untuk memberikan ASI

esklusif dan memberikan setiap bayi menginginkannya. Ibu sudah

mengerti cara mengatur pola istirahat dan suami siap untuk membantu

menjaga bayinya. Ibu sudah tahu cara menyususi yang benar. Obat

terapi sudah di berikan kepada ibu dan ibu sudah meminumnya.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

320

KUNJUNGAN NIFAS KE 2 ( 6 HARI)

Tanggal : 31 Agustus 2018

Jam : 19.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. R

a. Data subyektif

Menurut Anggraini (2010), data subjektif diperoleh dengan cara tatap

muka dengan pasien secara langsung yang meliputi keadaan ibu sekarang dan

keluhan utama.

Pada kasus yang penulis ambil pada data subjektif, Ibu mengatakan

sudah bisa mengurus bayinya, ASI nya keluar lancar dan tidak ada keluhan.

Menurut Saleha (2009), adaptasi masa nifas terbagi menjadi fase taking

in, taking hold dan letting go. Fase taking hold Berlangsung 3-4 hari post

partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima

tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu

menjadi sangat sensitif sehingga mudah tersinggung.

b. Data Objektif

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), kesadaran

composmentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab

semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

Menurut Sulistyawati (2012), kesadaran dikaji untuk mendapatkan

gambaran tentang kesadaran pasien, normalnya kesadaran composmentis atau

kesadaran maksimal sampai dengan koma atau pasien tidak dalam keadaan

sadar.

321

Pada kasus Ny. R kesadaran composmentis hal tersebut dapat terlihat

ketika dalam pemeriksaan yaitu ibu masih dapat menerima pesan dari bidan

dengan baik, sehingga dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

Menurut Anggraini (2015), pada tanda- tanda vital, tekanan darah pada

proses persalinan akan terjadi peningkatan sekitar 15 mmHg untuk sistol dan

10 mmHg untuk diastole. Kemudian pasca bersalin akan kembali normal dan

stabil. Suhu setelah 12 jam pertama kelahiran bayi umumnya suhu badan

kembali normal. Nadi 60 – 80 x/menit, > 100 x/menit abnormal. Keadaaan

pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila

suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,

kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.

Pada kasus Ny. R didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 360C,

nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Menurut Pantikawati (2010), dalam pemeriksaan fisik ini dilakukan

untuk mendeteksi kemungkinan adanya sesuatu yang dapat membahayakan

pada masa nifas seperti oedema wajah, ikterus dan anemia pada mata, bibir

pucat, tanda- tanda infeksi pada telinga, adanya pembesaran kelenjar tyroid

dan limfe, adanya retraksi dinding dada, pembesaran hepar, kelainan pada

genetalia, anus dan ektremitas.

Pada kasus Ny. R didapatkan hasil pemeriksaan fisik yang telah

dilakukan, muka tidak pucat, konjungtiva merah muda, sclera putih, payudara

322

simetris, puting susu menonjol, ASI sudah keluar banyak, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Saleha (2009), involusi uterus atau pengerutan uterus

merupakan proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Pada saat

setelah proses persalinan uterus akan terus mengalami perubahan. Setelah

plasenta lahir uterus akan mengecil menjadi teraba pertengahan simpisis-

pusat. Hal itu terjadi karena adanya kontraksi uterus yang baik dan keras.

Berat uterus 500 gram. sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

Menurut Manuaba (2010), masa puerperium diikuti pengeluaran cairan

sisa lapisan endometrium dan sisa dari implantasi plasenta yang disebut

lochea. lochea sanguinolenta berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir,

hari ke 3 -7 pascapersalinan.

Pada kasus Ny. R pengeluaran pervaginam lochea sanguinolenta,

berwarna kekuningan, luka jahitan masih basah, sehingga dalam hal ini tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Saleha (2009), tanda homan adalah metode yang dilakukan

untuk mengetahui adanya tromboflebitis, tanda homan positif dapat

menghambat sirkulasi darah ke organ distal.

Pada kasus Ny. R tidak ada tanda-tanda human, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

323

c. Assessment

Menurut Hani (2011), diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang di

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standard

nomenklatur diagnosa kebidanan.

Pada kasus yang penulis ambil didapat assessment yaitu Ny. R umur 33

tahun P3 A0 6 hari Post Partum dengan nifas normal. sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

d. Penatalaksanaan

Menurut Muslihatun (2009), planning atau penatalaksanaan adalah

membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan

disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Dalam planning juga

harus mencantumkan pelaksanaan dan evaluasi, pelaksanaan asuhan harus

sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.

Asuhan yang diberikan pada masa nifas 6 hari post partum adalah

memberitahu ibu hasil pemerikasaan yang telah dilakukan. Memberitahu ibu

untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi. Memberitahu ibu kebutuhan air

minum pada ibu menyusui. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan diri.

Memberitahu ibu istirahat cukup. Memberitahu ibu perawatan bayi yang benar.

Memberitahu ibu jangan membiarkan bayi menangis terlalu lama.

Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang.

Menurut Nugroho (2014), ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk

pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk

memenuhi produksi air susu ibu. Nutrisi dan cairan tersebut yaitu mengandung

karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin dan mineral. Pada kasus ini bidan

324

memberikan pendidikan kesehatan tentang pola nutrisi dengan cara

Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi kalori

tinggi protein seperti yang mengandung karbohidrat (padi, singkong, gandum,

dan lain-lain), protein nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan dan lain-lain),

protein hewani (susu, telor, ikan, daging ayam, daging sapi dan lain-lain),

mineral dan vitamin (sayur dan buah-buahan), lemak nabati (lemak jagung dan

lain-lain), lemak hewani (lemak ikan dan lain-lain). Evaluasi : ibu bersedia

untuk mengonsumsi makanan yang bergizi. Sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Menurut Sulistyawati (2014), kebutuhan minum ibu nifas dalam sehari

mencapai 2500 – 3000 ml perharinya atau setara dengan 12-15 gelas.

Memberitahu ibu kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan

pertama yaitu 14 gelas sehari. Evaluasi, ibu dalam sehari mengkonsumsi air

minum sebanyak 15 gelas. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

Menurut Nurgoho (2014), kebersihan diri berguna untuk mengurangi

infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman. Anjurkan ibu untuk menjaga

kebersihan diri dengan cara mandi 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas

tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih,

merawat perinium dengan baik, bersihkan alat genetalia menggunakan air

bersih dari depan ke belakang, mengganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau

tiap pembalut penuh.

Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan diri, termasuk daerah

kemaluan dengan cara cebok yang benar yaitu di bersihkan mulai dari depan ke

325

belakang menggunakan sabun dan air, ganti pembalut sesering mungkin.

Evaluasi, ibu sehari mandi 2x, gosok gigi 2x, ganti baju 2x, ibu sudah mengerti

cara cebok yang benar, dan ibu sehari ganti pembalut sesering mungkin.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Yefi (2015), kebutuhan istirahat pada ibu nifas sama seperti

kebutuhan tidur pada umumnya yaitu siang hari kurang lebih 2 jam dan pada

malam hari kurang lebih 7 jam.

Memberitahu ibu istirahat cukup siang 1-2 jam maam 6-8 jam atau saat

bayi istirahat ibu juga istirahat. Evaluasi, istirahat siang ibu kurang lebih 1 jam,

malam 6-8 jam saat ibu istirahat bayi di gendong suami/ ibu. Sehingga tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Memberitahu ibu perawatan bayi yang benar yaitu memandikan bayi 2x

sehari, menjaga kehangatan bayi dengan cara di bedong dan menyelimuti bayi,

mengganti popok bayi jika bayi buang air kecil atau buang air besar. Evaluasi,

bayi mandi sehari 2x, bayi selalu di bedong dan di selimuti, jika bayi bak/bab

ibu segera mengganti popok bayi dan membersihkannya.

Memberitahu ibu jangan membiarkan bayi menangis terlalu lama karena

akan membuat bayi stress. Evaluasi, bayi tidak pernah menangis terlalu lama.

Menurut Saleha, 2009 progam dan kebijakan teknis masa nifas adalah

paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas untuk mengetahui status ibu dan

bayi untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi, yaitu

6-8 jam setelah persalinan, 7 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah

persalinan dan 6 minggu setelah persalinan.

326

Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi atau

jika ada keluhan segera datang ke tenaga kesehatan. Evaluasi, ibu bersedia

untuk melakukan kunjungan ulang. Sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

327

CATATAN KUNJUNGAN NIFAS KE 2 ( 14 HARI )

Tanggal : 08 September 2018

Jam : 14.00 Wib

Tempat : Rumah Ny. R

a. Data Subyektif

Menurut Anggraini (2010), data subjektif diperoleh dengan cara tatap

muka dengan pasien secara langsung yang meliputi keadaan ibu sekarang dan

keluhan utama.

Pada kasus yang penulis ambil pada data subjektif, ibu mengatakan Ibu

mengatakan tidak ada keluhan ASInya lancar.

b. Data Obyektif

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), kesadaran

composmentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab

semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

Menurut Sulistyawati (2012), kesadaran dikaji untuk mendapatkan

gambaran tentang kesadaran pasien, normalnya kesadaran composmentis atau

kesadaran maksimal sampai dengan koma atau pasien tidak dalam keadaan

sadar.

Pada kasus Ny. R kesadaran composmentis hal tersebut dapat terlihat

ketika dalam pemeriksaan yaitu ibu masih dapat menerima pesan dari bidan

dengan baik, sehingga dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

328

Menurut Anggraini (2015), pada tanda- tanda vital, tekanan darah pada

proses persalinan akan terjadi peningkatan sekitar 15 mmHg untuk sistol dan

10 mmHg untuk diastole. Kemudian pasca bersalin akan kembali normal dan

stabil. Suhu setelah 12 jam pertama kelahiran bayi umumnya suhu badan

kembali normal. Nadi 60 – 80 x/menit, > 100 x/menit abnormal. Keadaaan

pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila

suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,

kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.

Pada kasus Ny. R didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg, suhu 36,70C,

nadi 82 x/menit, pernafasan 20 x/menit, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Menurut Pantikawati (2010), dalam pemeriksaan fisik ini dilakukan

untuk mendeteksi kemungkinan adanya sesuatu yang dapat membahayakan

pada masa nifas seperti oedema wajah, ikterus dan anemia pada mata, bibir

pucat, tanda- tanda infeksi pada telinga, adanya pembesaran kelenjar tyroid

dan limfe, adanya retraksi dinding dada, pembesaran hepar, kelainan pada

genetalia, anus dan ektremitas.

Pada kasus Ny. R didapatkan hasil pemeriksaan fisik yang telah

dilakukan, muka tidak oedem, konjungtiva merah muda, sclera putih, bentuk

payudara simetris, putting susu menonjol, ASI keluar lancar, sehingga tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sofian (2011), tinggi fundus uteri 2 minggu yaitu sudah tidak

teraba. Pada kasus Ny. R dilakukan pemeriksaan palpasi tinggi fundus uteri

329

sudah tidak teraba, sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

Menurut Manuaba (2010), masa puerperium diikuti pengeluaran cairan

sisa lapisan endometrium dan sisa dari implantasi plasenta yang disebut

lochea. Lochea Serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari

ke 7 – 14 pascapersalinan.

Pada kasus Ny. R pengeluaran pervaginam lochea serosa berwarna

kuning kecoklatan, sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

Menurut Saleha (2009), tanda homan adalah metode yang dilakukan

untuk mengetahui adanya tromboflebitis, tanda homan positif dapat

menghambat sirkulasi darah ke organ distal.

Pada kasus Ny. R tidak ada tanda-tanda human. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

c. Assesment

Menurut Hani (2011), diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang di

tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standard

nomenklatur diagnosa kebidanan.

Pada kasus yang penulis ambil didapat assesment yaitu Ny. R umur 33

tahun P3 A0 14 hari post partum dengan nifas normal.

d. Penatalaksanaan

Menurut Muslihatun (2009), planning atau penatalaksanaan adalah

membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan

disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Dalam planning juga

330

harus mencantumkan pelaksanaan dan evaluasi, pelaksanaan asuhan harus

sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien.

Pada kasus yang penulis ambil penatalaksanaannya yaitu Memberitahu

ibu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan yaitu kaedaan ibu saat ini baik-

baik saja dan luka jahitannya sudah kering. Evaluasi, ibu sudah mengetahui

hasil pemeriksaan

Menurut Nugroho (2014), ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk

pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk

memenuhi produksi air susu ibu. Nutrisi dan cairan tersebut yaitu

mengandung karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin dan mineral.

Mengingatkan kembali pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang

bergizi tinggi tinggi kalori tinggi protein seperti yang mengandung

karbohidrat (padi, singkong, gandum, dan lain-lain), protein nabati (tahu,

tempe, kacang-kacangan dan lain-lain), protein hewani

(susu,telor,ikan,daging ayam,daging sapid an lain-lain), mineral dan vitamin

(sayur dan buah-buahan), lemak nabati (lemak jagung dan lain-lain), lemak

hewani (lemak ikan dan lain-lain). Evaluasi, ibu bersedia untuk mengonsumsi

makanan yang bergizi. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang kontrasepsi KB

meliputi

a. KB pil yaitu kontrasepsi yang mengandung hormone progesterone dan

estrogen. cara kerjanya seperti mencegah implantasi, menekan ovulasi,

mengentalkan lendir serviks, mempengaruhi pergerakan tuba sehingga

331

transportasi ovum terganggu. Keuntungan kb pil yaitu tidak mengganggu

hubungan seksual, dapat di gunakan sebagai metode jangka panjang, siklus

haid teratur. Kerugiannya yaitu mual, pusing, berat badan naik, nyeri

payudara, dan perdarahan hebat.

b. KB suntik yaitu kontrasepsi yang mengandung hormone progestin dan

estrogen yang di suntikan pada bokong, kb suntik terdiri dari kb suntik 1

bulan yaitu kb suntik yang mengandung hormone progestin dan estrogen.

keuntungan kb 1 bulan, menimbulkan haid yang teratur tiap bulan,

kesuburan lebih cepat kembali, setelah suntikan di hentikan, kerugian kb 1

bulan, penyuntikan lebih sering 1 bulan sekali, mempengaruhi ASI, dan kb

suntik 3 bulan yaitu suntikan yang mengandung hormone progestin saja,

dan tidak mempengaruhi pemberian ASI. Efek sampingnya haid tiak

teratur, mual dan sakit kepala, terjadi perubahan berat badan, keuntungan

KB suntik 3 bulan, penyuntikan di lakukan setiap 3 bulan, tidak

mempengaruhi produksi ASI.

c. KB kondom sarung karet tipis penutup alat kelamin laki-laki yang

menampung cairan sel mani saat pria ejakulasi, keuntungan murah, mudah

di beli, mudah di pakai sendiri, kerugian, selalu harus ada persendiaan

mengganggu kenyamanan senggama, kadang-kadang menimbulkan alergi.

d. Kb Implant/ Susuk Adalah kapsul batangan yang berbentuk seperti korek

api, ada yang berjumlah 2 biji untuk pemakaian 3 tahun dan 6 biji untuk 5

tahun. Keuntungan aman digunakan setelah melahirkan dan menyusui,

mengurangi nyeri haid. Kerugian nyeri kepala dan mual, peningkatan dan

332

penurunan berat badan, membutuhkan tindakan bedah minor untuk

pemasangan dan pencabutan.

e. Kb IUD/ AKDR Adalah alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam Rahim,

umumnya berbentuk T. keuntungan metode jangka panjang 8-10 tahun,

tidak mempengatruhi ASI, kesuburan akan segera kembali jika alat

dikeluarkan, Kerugian terdapat bercak darah, dapat terjadi infeksi, efek

samping, nyeri/kram saat haid, keputihan.

f. Kb Tubektomi / MOW Adalah kontrasepsi permanen pada perempuan

untuk mereka yang tidak ingin mempunyai anak lagi. Keuntungan tidak

mempengaruhi ASI, tidak mengganggu hubungan intim. Kerugian peluang

untuk mempunyai anak lagi sangat kecil, memerlukan operasi minor.

Evaluasi, ibu sudah mengerti macam-macam kontasepsi.

Memberikan saran pada ibu KB yang cocok untuk ibu menyusui supaya

tidak mengganggu produksi ASI dan yang tidak mengandung hormonal yaitu

KB IUD. Evaluasi, ibu mengatakan akan mendiskusikan dulu dengan

suaminya.

Menurut Yefi (2015), kebijakan program nasional masa nifas paling

sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan yaitu 6-8 jam setelah persalinan, 6

hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan dan 6 minggu setelah

persalinan.

Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi atau

jika ada keluhan segera datang ke tenaga kesehatan. Evaluasi, ibu bersedia

untuk melakukan kunjungan ulang. Sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

333

D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal

1. Pengkajian Data

Tanggal : 25 Agustus 2018

Jam : 19.15 wib

Tempat : Puskesmas Tarub

a. Data Subjektif

Menurut Anggraini (2010), data subjektif diperoleh dengan cara

tatap muka dengan pasien secara langsung, yang meliputi biodata pasien

dan keluhan utama.

1. Biodata

Menurut Sondakh (2013), untuk memudahkan identifikasi, perlu

adanya pengenal pada bayi.

Pada kasus ini didapatkan data subjektif Ibu mengatakan Bayi Ny.

R umur 0 hari jenis kelamin perempuan.

a) Nama

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), nama

lengkap ibu, termasuk nama panggilannya. Nama merupakan

identitas khusus yang membedakan seseorang dengan orang lain.

Hendaknya klien dipanggil sesuai dengan nama panggilan yang

biasa baginya atau yang disukainya agar klien merasa nyaman serta

lebih mendekatkan hubungan interpersonal bidan dengan klien.

Dalam praktek didapatkan ibu bernama Ny. R dan suami

bernama Tn. W. dari data diatas dapat disimpulkan tidak ada

kesenjangan antara kasus dengan teori.

334

b) Umur

Menurut Manuba (2012), yang menjadi faktor resiko ibu hamil

adalah umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

Sedangkan, usia ibu hamil yang termasuk usia reproduksi sehat

adalah usia 20-35 tahun. Alasan usia tersebut dikatakan reproduksi

sehat karena usia dibawah 20 tahun, Rahim dan panggul sering kali

belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akhirnya, ibu hamil pada

usia itu mungkin mengalami persalinan lama atau macet, atau

gangguan lainnya karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas

dan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sedangkan pada umur

35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu

hamil pada usia itu mempuyai anak cacat, persalinan lama dan

perdarahan.

Pada kasus ini bernama Ny. R umur 33 tahun tergolong pada

umur normal atau umur produktif atau umur yang sehat pada masa

kehamilan. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan

antara kasus dengan teori.

c) Agama

Menurut Anggraini (2010), diperlukan untuk mengetahui

keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan

pasien dalam berdoa.

Dalam kasus ini Ny. R memnganut agama Islam dan dari data

yang didapatkan tidak terdapat tradisi keagamaan ditempat tinggal

Ny. R yang merugikan kehamilannya dengan agama yang dianut.

335

Dengan demikian penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dan kasus.

d) Suku Bangsa

Menurut Anggraini (2010), berpengaruh pada adat istiadat atau

kebiasaan sehari – hari.

Pada kasus Ny. R suku bangsanya adalah jawa dan sudah

diberikan asuhan kebidanan sesuai sosial budaya Ny. R Dengan

demikian penulis tidak menemukan kesenjangan antara kasus

dengan teori.

e) Pendidikan

Menurut Sulistyawati (2010), pendidikan sebagai dasar bidan

untuk menentukan metode yang paling tepat dalam penyampaian

informasi. Tingkat pendidikan ini sangat mempengaruhi daya

tangkap dan tanggap pasien terhadap instruksi atau informasi yang

diberikan bidan pada pasien.

Dalam pengkajian data dalam hal pendidikan penulis

memperoleh data bahwa pada Ny. R berpendidikan SD. Jadi tidak

ada kesenjangan antara kasus dengan teori tersebut diatas karena

pasien menangkap atau memahami informasi yang telah diberikan

oleh Bidan.

f) Pekerjaan

Menurut Anggraini (2010), gunanya untuk mengukur tingkat

social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi

pasien tersebut.

Pada kasus Ny. R pekerjaan yang dimiliki yaitu sebagai ibu

rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai karyawan swasta

336

dengan penghasilan cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dengan demikian penulis tidak menemukan kesenjangan antara

kasus dengan teori.

g) Alamat

Menurut Widatiningsih dan Tungga Dewi (2017), alamat

memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang ditempuh

pasien menuju pelayanan kesehatan, serta mempermudah

kunjungan rumah bila diperlukan.

Ibu mengatakan beralamat di Desa Bulakwaru RT 10 RW 02

Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal. Ny. R melakukan pemeriksaan

kehamilannya secara rutin ke pelayanan kesehatan, penulis juga

melakukan kunjungan rumah dalam rangka melakukan asuhan

kebidanan pada masa hamil sampai masa nifas, sehingga pada

kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

2. Riwayat kesehatan keluarga

Menurut Muslihatun (2010), hidrosefalus merupakan kelainan

patologis bawaan pada otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan

serebrospinal dikarenakan adanya tekanan intrakranial yang

meningkat. Menurut Ny. R dalam kasus ini bayinya tidak memiliki

riwayat penyakit kongenital dalam keluarga seperti kepala bayi

tampak lebih besar seperti ada cairan (hidrosefalus) sehingga tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Muslihatun (2010), mikrosefalus adalah kelainan

bawaan dimana lingkar kepala lebih kecil daripada ukuran normal

337

karena otak tidak berkembang dengan baik. Menurut Ny. R dalam

kasus ini bayinya tidak memiliki riwayat penyakit kongenital dalam

keluarga seperti kepala bayi tampak lebih kecil dari ukuran normal

(Mikrochefalus). Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

Menurut Sondakh (2013), anensephaly adalah kelainan bawaan

dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak bayi tidak terbentuk.

Menurut Ny. R dalam kasus ini bayinya tidak memiliki riwayat

penyakit kongenital dalam keluarga seperti tidak ada tempurung

kepala (Anensephaly). Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

Menurut Dewi (2013), atresia ani terjadi karena tidak adanya

lubang di tempat yang seharusnya berlubang karena cacat bawaan.

Menurut Ny. R dalam kasus ini bayinya tidak memiliki riwayat

penyakit kongenital dalam keluarga seperti tidak ada lubang anus

(atresia ani). Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sondakh (2013), sindaktili adalah kelainan bawaan yang

ditemukan pada jari-jari tangan, jari-jari tidak terpisah dan bersatu

dengan jari yang lain. Terjadi hanya pada kulit dan jaringan lunak

saja atau pada tulang dengan tulang. Menurut Ny. R dalam kasus ini

bayinya tidak memiliki riwayat penyakit kongenital dalam keluarga

seperti adanya perlekatan dua jari atau lebih (sindakttili). Sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

338

Menurut Sondakh (2013), polidaktili merupakan kelainan

genetika yang ditandai dengan banyaknya jumlah jari tangan atau jari

kaki melebihi normal. Polidaktili dapat terjadi pada kedua jari tangan

kanan dan kiri atau salah satu saja. Menurut Ny. R dalam kasus ini

bayinya tidak memiliki riwayat penyakit kongenital dalam keluarga

seperti jumlah jari lebih dari lima (Polidaktili). Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut World Health Organization (WHO) 2013, anemia adalah

suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah atau

hemoglobin dibawah batas normal, anemia bisa terjadi karena faktor

bawaan atau genetik yang ditandai dengan gejala badan terasa lemas

dan cepat lelah, kulit pucat atau kekuningan, detak jantung tidak

beraturan, nafas pendek, pusing berkunang-kunang, nyeri dada, tangan

dan kaki terasa dingin.Menurut Ny. R dalam kasus ini bayinya tidak

memiliki riwayat penyakit kelainan darah dalam keluarga dengan

gejala lemas, pusing, pucat pada kuku dan telapak tangan, konjungtiva

pucat, nafsu makan turun dan detak jantung lebih cepat (Anemia).

Sehingga pada kasus Ny. R tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

Menurut Maryunani (2009), hemofilia merupakan penyakit

bawaaan yang menyebabkan gangguan perdarahan karena kekurangan

faktor pembekuan darah. Menurut Ny. R dalam kasus ini bayinya

tidak memiliki riwayat penyakit kelainan darah dalam keluarga

dengan gejala timbulnya rasa sakit dan kaku pada bagian kepala dan

339

leher, muntah, penglihatan kabur dan kejang (Hemofilia). Sehingga

tidak ada kesenjangan atara teori dan kasus.

Menurut Maryunani (2009), leukimia adalah kanker yang

menyerang sel-sel darah putih, dimana sel darah putih berfungsi untuk

melindungi tubuh dari penyakit. Menurut Ny. R dalam kasus ini

bayinya tidak memiliki riwayat penyakit kelainan darah dalam

keluarga dengan gejala sakit kepala disertai menggigil, demam, bintik

merah,dipermukaan kulit, muntah, keringat keluar di malam hari,

gampang terjadi perdarahan seperti memar dan mimisan (Leukimia).

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut J. Leveno (2013), penyakit infeksi seperti tuberculosis

(TBC) dapat mempengaruhi kehamilan seperti kelahiran premature,

berat badan lahir rendah (BBLR), retriksi pertumbuhan dan

meningkatkan angka mortalitas perinatal. Menurut Ny. R dalam kasus

ini bayinya tidak memiliki riwayat penyakit infeksi dalam keluarga

dengan gejala batuk lebih dari 2 minggu, batuk disertai darah, demam

dimalam hari, berat badan menurun Tuberculosis (TBC). Sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Suhardjo (2010), penyakit infeksi hepatitis pada

kehamilan dapat meningkatkan kelahiran premature, infeksi neonatus

atau tertularnya hepatitis dari ibu ke bayi ditularkan secara vertikal

melalui penelanan cairan ibu yang terinfeksi peripartum, termasuk

ASI. Infeksi neonatal biasanya bisa dicegah dengan penapisan

prenatal dengan globulin imun hepatitis segera sesudah kelahiran.

340

Menurut Ny. R dalam kasus ini bayinya tidak memiliki riwayat

penyakit infeksi dalam keluarga dengan gejala demam, mual, muntah,

mata dan kulit kuning, air seni berwarna kuning pekat seperti teh

(Hepatitis). Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2014), penyakit menular seksual dapat

menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu maupun bayi

yang di kandungnya. Menurut Ny. R dalam kasus ini bayinya tidak

memiliki riwayat penyakit infeksi dalam keluarga dengan gejala

keputihan berwarna hijau gatal dan berbau (IMS). Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Ebie et al (2011), infeksi Saluran Kemih (ISK)

merupakan infeksi yang disebabkan adanya pertumbuhan

mikroorganisme di dalam saluran kemih. Menurut Ny. R dalam kasus

ini bayinya tidak memiliki riwayat penyakit infeksi dalam keluarga

dengan gejala sakit dan panas pada saat buang air kecil (ISK).

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut J. Leveno (2013), penyakit infeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV) dapat menyebabkan komplikasi

kehamilan yaitu persalinan preterm, hambatan pertumbuhan janin, dan

lahir mati, dikaitkan dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus

(HIV) pada ibu. Penularan terjadi pada periode peripartum bayi lahir

dari ibu yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

tidak diobati akan terinfeksi. Menurut Ny. R dalam kasus ini bayinya

tidak memiliki riwayat penyakit infeksi dalam keluarga dengan gejala

341

batuk dan diare berkepanjangan, berat badan menurun drastis, muncul

ruam pada kulit, keringat dingin pada malam hari, sariawan yang tidak

kunjung sembuh, daya tahan tubuh menurun (HIV/AIDS). Sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Fadlu dan Feryanto (2013), Penyakit asma merupakan

kelainan saluran pernafasan yang ditandai dengan inflamasi saluran

nafas kronik dengan episode obstruksi saluran nafas akut akibat

adanya stimulus oleh berbagai macam alergen dan dalam kehamilan

berresiko keguguran, persalinan prematur atau gangguan pertumbuhan

janin .Menurut Ny. R dalam kasus ini bayinya tidak memiliki riwayat

penyakit keturunan dalam keluarga dengan gejala sesak nafas disertai

bunyi ngik-ngik, batuk dan sesak diudara kotor dan dingin sehingga

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Leveno (2013), penyakit hipertensi dalam kehamilan

dapat menyebabkan solusio plasenta, preeklamsia, kelahiran

premature. Menurut Ny. R dalam kasus ini bayinya tidak memiliki

riwayat penyakit keturunan dalam keluarga dengan gejala sakit kepala

di bagian tengkuk dan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg

(Hipertensi). Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2014), ibu hamil dengan kelainan

jantung bawaan mempunyai kecenderungan untuk melahirkan bayi

dengan kelainan jantung bawaan. Menurut Ny. R dalam kasus ini

bayinya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dalam keluarga

dengan gejala jantung berdebar-debar, mudah lelah, nyeri dada bagian

342

atas dan bila dibawa istirahat tidak hilang (Jantung). Sehingga tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Maryunani (2009), penyakit diabetes mellitus pada

kehamilan dapat menyebabkan resiko ibu seperti abortus spontan,

preeklamsia atau hipertensi akibat kehamilan, persalinan preterm,

polihidramnion, infeksi, hipoglikemia. Dan resiko komplikasi pada

janin dapat menyebabkan hipoglikemia, hiperglikemia, kelainan

kongenital/malformasi, macrosomia, pertumbuhan janin terhambat,

ketoasidosis dan kematian janin. Menurut Ny. R dalam kasus ini

bayinya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dalam keluarga

dengan gejala sering buang air kecil, cepat lapar dan haus serta mudah

mengantuk Diabetes Militus (DM). Sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Menurut Manuaba (2010), bahwa riwayat kesehatan perlu dikaji

karena jika terdapat cacat lahir perlu dilakukan evaluasi mendalam

dan adanya hamil kembar sering bersifat menurun. Menurut Ny. R

dalam kasus ini bayinya tidak memiliki keturunan riwayat bayi

kembar (Gemelli). Sehingga pada kasus ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

3. Riwayat kehamilan

Kehamilan ini merupakan kehamilan yang ketiga dan tidak

pernah mengalami keguguran, antenatal care (ANC) pada trimester I

ibu melakukan pemeriksaan 2x di puskesmas, trimester II sebanyak

4x (3x di puskesmas dan 1x di dr. SpOg), trimester III sebanyak 5x

343

(3x di puskesmas 1x di Bpm 1x di dr SpOg), ibu mengatakan selalu

mendapatkan tablet tambah darah dan di minum 1x1 setiap malam

rutin selama hamil, ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT

1x pada tanggal 21 Agustus 2018.

4. Riwayat Kontrasepsi/KB

Menurut Anggraini (2010), untuk mengetahui apakah pasien

pernah ikut keluarga berencana dengan kontrasepsi jenis apa, berapa

lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta

rencana selanjutnya akan menggunakan kontrasepsi apa.

Riwayat penggunaan kontrasepsi Ny. R, mengatatakan pernah

memakai keluarga berencana pil dan alasan lepasnya karena sedang

mengkonsumsi obat tuberculosis. Dan rencana yang akan datang ibu

mengatakan ingin menggunakan keluarga berencana suntik, karena

lebih praktis. Dengan demikian antara teori dan kasus tidak ada

kesenjangan.

5. Kebutuhan sehari-hari bayi

Menurut Sondakh (2013), air susu ibu (ASI) eksklusif yaitu

memberikan air susu ibu (ASI) saja tanpa tambahan makanan

apapun kecuali vitamin dan obat-obatan dari bidan atau dokter

sampai bayi berusia 6 bulan, dan menyusui bayi sesuai keinginan

atau (On Demand).

Pada kasus ini ibu mengatakan bayinya hanya di berikan air

susu ibu (ASI). Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

344

Menurut Sondakh (2013), personal hygiene pada bayi yakni

setiap kali bayi buang air kecil atau buang air besar segera bersihkan

dan keringkan dengan baik, mengganti kasa pada tali pusat bayi

setiap mandi untuk mencegah terjadinya infeksi, mandi 2 kali sehari

untuk mencegah terjadinya.

Pada kasus ini Bayi belum dimandikan, belum ganti popok, dan

belum ganti baju. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

b. Data obyektif

Menurut Sofian (2011), macam-macam persalinan dibagi menjadi

dua yaitu berdasarkan cara persalinan dan umur kehamilan, menurut cara

persalinan ada partus normal atau disebut partus spontan.

Persalinan pada tanggal 25 Agustus 2018 jam 17.15 wib, jenis

persalinan spontan, penolong persalinan bidan, selama proses persalinan

hanya di berikan suntik Oxytocin 10 ui pada kala III. lama persalinan

kala I 16 jam, kala II 15 menit, kala III 10 menit. ketuban pecah jam

17.10 wib warna jernih, bau khas.

Segera setelah lahir dilakukan tindakan pernilaian segera setelah

lahir tangisan kuat, kulit kemerahan, gerakan aktif, mengeringkan bayi,

perawatan dan pemotongan tali pusat dan inisiasi menyusui dini (IMD).

345

Nilai Apgar Score

1’ 5’ 10’

A : Appeareance 2 2 2

P : Pulse 2 2 2

G : Grimace 2 2 2

A : Activity 2 2 2

R : Respiration 2 2 2

Jumlah 10 10 10

2. Intepretasi Data

Menurut Helen Varney dalam Mangkuji dkk (2013), Langkah ini

adalah menginterpretasikan semua data dasar yang telah dikumpulkan

sehingga ditemukan diagnosis atau masalah.

d. Diagnosa (Nomenklatur)

Menurut Hani (2011), diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang

di tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi

standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

Bayi Ny. R lahir spontan jenis kelamin perempuan, menangis

kuat, keadaan baik, bayi menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit

kemerahan, dengan bayi baru lahir normal. sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

e. Masalah

Menurut Sulistyawati (2013), dalam asuhan kebidanan istilah

masalah atau diagnosa keduanya dapat dipakai karena beberapa

346

masalah tidak didefinisikan sebagai diagnosa, tetapi perlu

dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah

sering berhubungan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan

terhadap diagnosanya.

Pada kasus bayi Ny. R tidak ditemukan adanya masalah, sehingga

tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

f. Kebutuhan

Menurut Hani (2011), kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan

oleh klien dan belum teridentifikasikan dalam diagnosa dan masalah

yang didapatkan dengan melakukan analisis data.

Pada kasus bayi Ny. R tidak ditemukan adanya masalah, sehingga

dalam hal ini tidak ada kebutuhan dan tidak menemukan kesenjangan

antara teori dan kasus.

3. Diagnosa potensial

Menurut Helen Varney dalam Mangkuji dkk (2013), pada langkah

ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan

rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi. Berdasarkan

temuan tersebut bidan dapat melakukan antisipasi agar diagnosis atau

masalah tersebut tidak terjadi.

Pada kasus bayi Ny. R tidak ditemukan diagnosa potensial sehingga

tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

4. Antisipasi Penanganan Segera

Menurut Helen Varney dalam Mangkuji dkk (2013), pada langkah

ini mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

347

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.

Pada kasus bayi Ny. R tidak ditemukan antisipasi penanganan segera

sehingga tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

5. Intervensi

Menurut Helen Varney dalam Mangkuji dkk (2013), direncanakan

asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah

sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah

yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi

selanjutnya. Setiap asuhan yang direncanakan harus disetujui oleh kedua

belah pihak yaitu bidan dan pasien

Pada langkah ini penulis melakukan intervensi sesuai kebutuhan bayi

Ny. R diantaranya seperti Lakukan pemeriksaan antropometri. Beritahu

ibu hasil pemeriksaan fisik yang telah di lakukan. Berikan Vitamin K dan

salep mata. Lakukan perawatan tali pusat. Pertahankan suhu tubuh bayi

agar tetap hangat. Pastikan bayi mendapatkan ASI. Beritahu ibu tanda

bahaya bayi baru lahir. Berikan imunisasi Hb 0.

6. Implementasi

Menurut Helen Varney dalam Mangkuji dkk (2013), langkah ini

adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah

kelima (perencanaan) secara aman dan efisien. Realisasi dari

perencanaan yang dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota

keluarga yang lain.

348

Menurut Sondakh (2013), perawatan bayi baru lahir yaitu menjaga

kehangatan, melakukan pencegahan infeksi, merawat tali pusat, memberi

tahu tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir, memberitahu tentang

nutrisi pada bayi. Melakukan pemeriksaan antropometri dengan hasil

keadaan bayi sehat dan normal bayi kepala mesochepal, tidak ada caput

succedenum, tidak ada cepal hematoma, sutura sudah menutup, muka

warna kemerahan, tidak ada tanda lahir, mata bentuk simetris, tidak ada

kelainan, reflek pupil aktif, hidung bentuk normal, tidak ada nafas cuping

hidung, tidak ada kelainan, mulut dan bibir merah muda, tidak ada

cyanosis, tidak ada labioskisis dan labiopalatoskisis, telinga bentuk

simetris, tidak ada kelainan, kulit warna kemerahan, dada bentuk

normal, tidak ada retraksi dinding dada, abdomen bentuk simetris, tidak

ada perdarahan tali pusat, genetalia labia mayor menutupi labia minor,

ada lubang anus, ekstermitas atas dan bawah tidak ada polidaktil dan

sindaktil, kuku tidak pucat, dan gerakan aktif, rooting ada dan aktif,

reflek graps ada aktif, reflek sucking ada aktif, reflek moro ada aktif,

tonic neek ada aktif, reflek babynski ada aktif, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah di lakukan dengan

hasil keadaan bayi ibu saat ini sehat dan normal. Jenis kelamin

perempuan, Suhu 36,7o C, denyut jantung 124 x/menit, Pernapasan 44

x/menit ,Berat badan 3700 gram, lingkar kepala 34 cm, Panjang

badan : 49 cm, lingkar dada 33 cm.

349

Menurut Sofian (2011), vitamin K merupakan vitamin larut dalam

lemak yang memiliki peranan dalam pembekuan darah. Pemberian

suntikan vitamin K 1 mg dilakukan pada setiap bayi baru lahir sebagai

tindakan pencegahan terjadinya perdarahan karena perdarahan akibat

defisiensi vitamin K (PDVK). Memberikan suntikan Vitamin K pada

paha kiri bayi bagian luar secara intra muscular, dan salep mata

tetracyclin pada mata kanan dan kiri. Sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Melakukan perawatan tali pusat yaitu menyiapkan kasa steril

kmudian dibersihkan tali pusat dari pangkal hingga ujung tali pusat

kemudian membungkus tali pusat dengan kassa steril tanpa tambahan

apapun.

Menurut Sondakh (2013), tetap menjaga kehangatan bayi baru lahir

ketika dipindahkan dari pemancar panas dapat mencegah terjadinya

hipotermi yaitu dengan memakaikan pakaian, topi dan selimut yang

kering, mengganti popok ketika basah, jangan meletakkan bayi dekat

dengan jendela, dinding atau benda apapun yang dingin.

Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara mengganti kain yang

kotor dengan kain yang bersih dan kering, kemudian membedong bayi

dan memakaikan topi ke kepala bayi. Sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Menurut Sondakh (2013), Inisiasi Menyusui Dini (IMD) atau

permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera

setelah lahir. Kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya dibiarkan

350

setidaknya selama 1 jam segera setelah lahir, kemudian bayi akan

mencari payudara ibu dengan sendirinya. Cara bayi melakukan inisiasi

menyusui dini ini dinamakan the brest crawl atau merangkak mencari

payudara. Memastikan bayi mendapat ASI segera setelah bayi lahir dari

ibu. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sondakh (2013), tanda bahaya bayi baru lahir yaitu

pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali/menit, warna kulit kuning

(terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, tali pusat merah,

bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, suhu meningkat lebih dari

37,50C, sering kejang. Memberitahu tanda bahaya bayi baru lahir yaitu

bayi tidak mau menyusu, pernafasan cepat, warna kulit pucat, bayi

merintih. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Memberikan imunisasi HB 0 dengan dosis 0.5 cc pada bagian paha

kanan bayi bagian luar secara inta muscular di berikan 1 jam setelah

Vitamin K.

7. Evaluasi

Menurut Helen Varney dalam Mangkuji dkk (2013), pada langkah

ini untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan

kepada pasien. Dalam melakukan evaluasi seberapa efektif tindakan dan

asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita perlu mengkaji respon

pasien dan meningkatkan kondisi yang kita targetkan pada panyusunan

perencanaan. Hasil pengkajian ini kita jadikan sebagai acuan dalam

penatalaksanaan berikutnya.

351

Pada kasus bayi Ny. R telah dilakukan kefektifan dan asuhan yang

telah diberikan yaitu Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya saat ini. Ibu

sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Ibu sudah

mengetahui bayinya sudah di berikan vitamin K. Ibu sudah mengetahui

cara perawatan tali pusat. Ibu sudah mengerti cara menjaga suhu tubuh

bayi. Ibu sudah memberikan asi kepada bayinya . Ibu sudah mengetahui

tanda bahaya bayi baru lahir.Ibu sudah mengetahui bayinya sudah di

berikan imunisasi HB 0. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus

352

KUNJUNGAN NEONATAL KE 2 (6 HARI)

Tanggal : 31 Agustus 2018

Jam : 19.00 wib

Tempat : Rumah Ny. R

a. Data Subyektif

Menurut Kemenkes RI (2010), anamnesis ditanyakan pada ibu atau

keluarganya tentang masalah kesehatan pada bayinya.

Menurut Manuaba (2010), ASI eksklusif adalah bayi yang hanya diberi

ASI saja tanpa tambahan makanan apapun kecuali vitamin, mineral dari

tenaga kesehatan seperti bidan atau dokter sampai bayi berumur 6 bulan.

Pada kasus ini ibu mengatakan tidak ada masalah pada bayinya, ibu

mengatakan bayinya tidak ada keluhan, menyusu kuat, buang air kecil lebih

dari 6 kali, buang air besar setiap hari 1-2 kali konsistensi lembek. Sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

b. Data Obyektif

Menurut Sondakh (2013), kriteria bayi baru lahir normal apabila berat

badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar kepala 33-35 cm,

lingkar dada 31-33 cm, bunyi jantung dalam satu menit pertam ± 180

kali/menit, kemudian turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi

berumur 30 menit, pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80

kali/menit disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan

interkostar, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit, kulit kemerahan

dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks

353

kaseosa, rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik, kuku agak

panjang dan lemas, genetalia: testis sudah turun ke skrotum (pada bayi laki-

laki) dan labia mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan),

reflek hisap, menelan dan moro telah terbentuk, eliminasi urin dan mekonium

normalnya keluar pada 24 jam pertama.

Menurut Sondakh (2013), fungsi ginjal belum sempurna selama dua

tahun pertama kehidupannya. Biasanya terdapat urin dalam jumlah yang kecil

pada kandung kemih bayi saat lahir, tetapi ada kemungkinan urin tersebut

tidak dikeluarkan selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode

ini dengan frekuensi 6-10 kali sehari dengan warna urin yang pucat. Kondisi

ini menunjukkan masukan cairan yang cukup.

Menurut Sofian (2011), fungsi tali pusat adalah menjaga kelangsungan

hidup bayi dalam kandungan dengan menyalurkan osksigen dan nutrisi,

setelah bayi dilahirkan tali pusat di potong dan diikat karena bayi sudah bisa

bernafas sendiri. Tali pusat dalam beberapa hari akan terlepas sendiri setelah

mengalami proses nekrosis menjadi kering pada hari ke 6 sampai hari ke 8

dengan meninggalkan granulasi kecil yang setelah sembuh akan membentuk

umbilikus atau pusar.

Pada kasus bayi Ny. R didapatkan hasil pemeriksaan Keadaan umum

bayi baik, berat bayi 3900 gram, panjang badan 52 cm, suhu badan 37,0oC,

denyut jantung 120 x/menit, pernafasan 40 x/menit, mata tidak ikterik, bayi

menyusu kuat kebutuhan asi terpenuhi, tali pusat sudah kering dan lepas pada

tanggal 30 agustus 2018, tidak ada ruam pada kulit bayi, bayi aktif dan tidak

rewel, perut bayi tidak kembung, dalam sehari bayi buang air kecil kurang

354

lebih 6-7 kali, buang air besar 1-2 kali konsistensi lembek, warna kuning

kecoklatan, kebersihan, bayi dimandikan sehari 2 kali pagi dan sore hari,

ganti popok setiap kali bayi buang air kecil dan besar dan selalu di bersihkan

area genetalia sampai bokong menggunakan air dan sabun/ tisu basah.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

c. Assesment

Menurut Mangkuji dkk (2013), assesment adalah pendokumentasian

hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu

identifikasi. Pada kasus bayi Ny. R didapatkan kesimpulan dari uraian data

subyektif dan data obyektif adalah Bayi Ny, R umur 5 hari jenis kelamin

perempuan dengan bayi baru lahir normal. sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

d. Penatalaksanaan

Menurut Mangkuij, dkk (2013), planning merupakan pendokumentasian

tindakan dan evaluasi perencanaan berdasarkan assesment. Rencana asuhan

ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal

mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.

Pada kasus yang penulis ambil memberikan asuhan antara lain

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan

bayinya saat ini baik dan sehat. Mengingatkan kembali tanda bahaya bayi

baru lahir yaitu tidak mau menyusu, suhu tubuh naik, bayi rewel.

Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan diri bayi dengan cara

memandikan bayi 2 x sehari, ganti baju 2x sehari, mengganti popok setelah

bayi buang air kecil dan besar. Mengingatkan kembali ibu untuk selalu

355

memberikan asi esklusif tanpa tambahan makanan apapun kecuali obat dan

vitamin.

Menurut Sondakh (2013), tanda bahaya bayi baru lahir yaitu pernapasan

sulit atau lebih dari 60 kali/menit, warna kulit kuning (terutama pada 24 jam

pertama), biru atau pucat, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,

berdarah, suhu meningkat lebih dari 37,50C, sering kejang. Mengingatkan

kembali tanda bahaya bayi baru lahir yaitu tidak mau menyusu, suhu tubuh

naik, bayi rewel. Evaluasi ibu sudah mengerti tanda bahaya bayi lahir.

Sehinga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan diri bayi dengan cara

memandikan bayi 2 x sehari, ganti baju 2x sehari, mengganti popok setelah

bayi buang air kecil dan besar. Evaluasi ibu selalu menjaga kebersihan

bayinya.

Mengingatkan kembali ibu untuk selalu memberikan asi esklusif tanpa

tambahan makanan apapun kecuali obat dan vitamin. Evaluasi ibu selalu

memberikan asi dan tidak memberikan makanan tambahan apapun.

356

KUNJUNGAN NEONATAL KE III (14 Hari)

Tanggal : 08 september 2018

Jam : 14.00 wib

Tempat : Rumah Ny. R

a. Data Subyektif

Menurut Kemenkes RI (2010), anamnesis ditanyakan pada ibu atau

keluarganya tentang masalah kesehatan pada bayinya.

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan, menyusu kuat.

b. Data Obyektif

Menurut Sondakh (2013), kriteria bayi baru lahir normal apabila berat

badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar kepala 33-35 cm,

lingkar dada 31-33 cm, bunyi jantung dalam satu menit pertam ± 180

kali/menit, kemudian turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi

berumur 30 menit, pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80

kali/menit disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan

interkostar, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit, kulit kemerahan

dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks

kaseosa, rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik, kuku agak

panjang dan lemas, genetalia: testis sudah turun ke skrotum (pada bayi laki-

laki) dan labia mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan),

reflek hisap, menelan dan moro telah terbentuk, eliminasi urin dan mekonium

normalnya keluar pada 24 jam pertama.

357

Pada kasus bayi Ny. R didapatkan hasil pemeriksaan Keadaan umum

bayi baik. Keadaan umum bayi baik, berat bayi 3900 gram, panjang badan 52

cm, suhu badan 36,5oC, denyut jantung 120 x/menit, pernafasan 42 x/menit,

mata tidak ikterik, bayi menyusu kuat kebutuhan asi terpenuhi, bayi aktif dan

tidak rewel, perut bayi tidak kembung, dalam sehari bayi buang air kecil

kurang lebih 6-7 kali, buang air besar 1-2 kali konsistensi lembek, warna

kuning kecoklatan, kebersihan, bayi dimandikan sehari 2 kali pagi dan sore

hari, ganti popok setiap kali bayi buang air kecil dan besar dan selalu di

bersihkan area genetalia sampai bokong menggunakan air dan sabun/ tisu

basah. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

c. Assesment

Menurut Mangkuji dkk (2013), assesment adalah pendokumentasian

hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu

identifikasi. Bayi Ny. R umur 14 hari jenis kelamin perempuan dengan bayi

baru lahir normal. sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

d. Penatalaksanaan

Menurut Mangkuij, dkk (2013), planning merupakan pendokumentasian

tindakan dan evaluasi perencanaan berdasarkan assesment. Rencana asuhan

ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal

mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.

Memberitahu kapada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu

keadaan bayi saat ini baik-baik saja.

Menurut Sondakh (2013), orang tua di ajarkan cara merawat bayi dan

melakukan perawatan harian untuk bayi baru lahir meliputi pemberian ASI

358

sesuai dengan keb2utuhan setiap 2-3 jam, dimulai dari hari pertama, menjaga

kehangatan bayi dengan kain bersih, hangat dan kering, serta mengganti

popok jika basah atau kotor, menjaga tali pusat tetap bersih dan kering serta

menjaga keamanan bayi terhadap infeksi dan trauma. Mengingatkan kembali

ibu untuk menjaga kebersihan diri bayi dengan cara memandikan bayi 2 x

sehari, ganti baju 2x sehari, mengganti popok setelah bayi buang air kecil dan

besar gunanya untuk mencegah terjadinya iritasi. Evaluasi ibu selalu menjaga

kebersihan bayinya. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Mengingatkan ibu untuk rutin ke posyandu untuk imunisasi bayi &

melakukan tumbuh kembang bayinya. Evaluasi ibu bersedia membawa

bayinya ke posyandu.

Menurut Dewi (2013), jadwal kunjungan neonatus pertama 6-8 jam,

kunjungan neonatus ke dua 3-7 hari, dan kunjungan neonatus ke tiga 8-28

hari. Memberitahu ibu jika terjadi sesuatu pada bayi seperti suhu badan naik/

panas, diare, menangis terus menerus. untuk segera di bawa ke tenaga

kesehatan / puskesmas terdekat untuk di berikan penanganan yang tepat.

Evaluasi ibu mengerti penjelasan bidan.

359

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin,

nifas normal dan bayi baru lahir normal sejak tanggal 21 Agustus 2018

sampai dengan tanggal 08 September 2018, hasil yang didapatkan sesuai

dengan yang diharapkan yaitu :

1. Pada langkah pengumpulan data dasar baik data subyektif maupun data

obyektif yang diperoleh dari kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru

lahir Ny. R secara fisiologis berjalan dengan normal. Sehingga penulis

tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus

2. Pada langkah interpretasi data sesuai dengan data subyektif dan data

obyektif yang diperoleh pada kasus Ny. R didapatkan diagnosa :

a. Kehamilan

Ny. R umur 33 tahun GIII PII A0 hamil 40 minggu janin tunggal,

hidup, intra uterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi

kepala, konvergen dengan resiko tinggi pada kehamilan.

b. Persalinan

Ny. R umur 33 tahun GIII PII A0 hamil 40 minggu + 2 hari janin

tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang , punggung kanan,

presentasi kepala divergen dengan inpartu kala II normal

360

c. Nifas

Ny. R umur 33 tahun P3 A0 2 jam, 6 hari, 14 hari post partum dengan

nifas normal

d. Bayi baru lahir (BBL)

Bayi Ny. R umur 0 hari, 6 hari, 14 hari jenis kelamin perempuan

dengan bayi baru lahir normal.

Pada langkah diagnosa potensial Ny. R pada kehamilannya terdapat

diagnosa potensial bahaya bagi ibu sesak napas, batuk

berkepanjangan. Bahaya bagi janin yaitu bayi bisa lahir dengan berat

badan rendah, dalam kondisi terburuk, jika TBC ibu tertular pada bayi

yang sedang di kandung, pertumbuhan janin akan menjadi lambat,

bahkan, kondisi tersebut bisa mengakibatkan keguguran. Pada

persalinannya terdapat diagnosa potensial Ibu mengalami sesak nafas,

batuk-batuk, lemas. Bagi janin fetal distres

Pada langkah ini antisipasi penanganan segera yang dilakukan

yaitu pada kehamilan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan

(SpOg). Pada persalinan kolaborasi dengan dokter Puskesmas Tarub.

3. Pada langkah perencanaan atau asuhan pada kehamilan, persalinan, nifas

dan bayi baru lahir (BBL) Ny. R sudah sesuai dengan teori yaitu asuhan

kebidanan sesuai dengan perencanaan kebutuhan pasien.

4. Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif adalah pada

asuhan kehamilan patologis dengan dilakukannya mulai dari anamnesa

kemudian pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

Persalinan normal, nifas normal dan bayi baru lahir (BBL) normal

361

dilakukan dengan pemberian asuhan, pemeriksaan dan kunjungan rumah.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

5. Pada langkah pelaksanaan evaluasi terhadap tindakan asuhan kebidanan

dalam kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir (BBL) Ny. R yang

dilakukan juga sesuai dengan harapan.

B. SARAN

1. Untuk Tenaga/Pelayanan Kesehatan

Diharapkan dapat meningkatkan dalam mutu pelayanan medis,

melaksanakan pelayanan kebidanan secara komprehensif sesuai dengan

kompetensinya dan meningkatkan kualitas antenatal care terpadu dengan

mengikuti sertakan semua petugas sesuai dengan peran atau tugasnya

seperti perlu adanya nutrisionis untuk memantau gizi pada ibu hamil

khusunya ibu hamil dengan resiko tinggi.

2. Untuk Institusi

Diharapkan dapat mengembangkan penelitian untuk meningkatkan

kemampuan dan pengetahuan mahasiswa tentang asuhan kebidanan pada

kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

3. Untuk Mahasiswa

Dengan adanya pembuatan karya tulis ilmiah ini, mahasiswa

diharapkan bisa meenjadi motivasi untuk peningkatan pengetahuan dan

keterampilan terutama dalam memberikan pelayanan pada ibu hamil,

bersalin, nifas, dan bayi baru lahir yang terbaik di masyarakat dalam

rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

362

4. Untuk masyarakat

Diharapkan untuk masyarakat agar kebih memahami dan mengerti

akan bahaya hamil beresiko tinggi serta di harapkan pula untuk ibu hamil

selalu memantau perkembangan kehamilannya dengan melakukan

pemeriksaan yang rutin dan selalu menjaga keadaannya. sehingga tidak

terdapat resiko yang membahayakan bagi ibu dan janin.

DAFTAR PUSTAKA

Adipati. 2013. Asuhan Patologi Kehamilan. Yogjakarta: Nuha Medika.

Atikah. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Amin. 2019. Tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang persiapan persalinan

normal. Kebumen

Anonim. 2008. Perencanaan persalinan Puskesmas . Bandar Lampung: Depkes

Sofian. 2011. Penyakit tuberculosis paru. Jakarta.

Depkes RI. 2007. Tentang Kebidanan. Jakarta.

Dinkes Kabupaten Tegal 2016. Angka kematian ibu dan bayi. Dinkes Kabupaten

Tegal.

Dinkes Jateng 2017. Profil Kesehatan AKI dan AKB. Jateng.

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat

Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: Departemen Kesehatan

Kristiyanasari 2010. Gizi ibu hamil. Yogyakarta : Nuha Medika

Manuaba, IBG. 2009. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstretri

Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.

Manuaba, IBG. 2009. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Proverawati. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Purwandari. 2016. Hubungan antara paritas ibu dengan kejadian plasenta previa.

Surakarta.

Rukiyah, Ai Yeyeh, et al. 2009. Asuhan Kebidanan IV (Patology Kebidanan).

Jakarta: CV. Trans Info Media

Rukiyah, Ai Yeyeh, et al. 2011. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: CV.

Saifudin. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-S.

Sulistyawati. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba

Medika.

Anggraini, Yeti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka

Rihama.

Arfiana dan Lusiana Arum. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita dan Anak

Prasekolah. Yogyakarta : Transmedika.

Arisman, 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi dalam daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran.

Asfuah, Sitidan, Proverawati, Atikah. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan.

Yogyakarta : Nuha Medika

Depkes RI.2012. Kekurangan Energi Kronis. Jakarta : Depkes RI.

Dinkes. Kabupaten Tegal 2017. Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi

Kabupaten Tegal. Dinkes Kabupaten Tegal.

Dinkes. Provinsi Jateng. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2017.

Eny Retna Ambarwati dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Hani, Umi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta :

Salemba Medika.

Ida Ayu Chandranita Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan,

dan KB untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC.

Kemenkes Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas

Kesehatan Dasar dan Rujukan. World Health Organization.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pedoman Penanggulangan

Kurang Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil. Direktorat Bina Gizi.

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Buku Saku Kesehatan Neonatal dan Esensial.

Kementrian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta :

Kemenkes RI.

Kusmiyati, Y & Heni Wahyuningsih & Sujiyanti. 2009. Perawatan Ibu hamil

(Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta : Fitrimaya.

Larasati. 2018. Hubungan Paritas Terhadap Kejadian Plasenta Previa di RSIA

Sitti Khadijah I Makassar. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia. Vol 2

(1) : 56 – 62.

Leveno J. Kennenth. 2013. Manual Williams Komplikasi Kehamilan. Jakarta :

Penerbit buku kedokteran EGC.

Lia, D & Vivian Nannya & Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak

Balita. Jakarta : Salemba Medika.

Maryunani, A & Retno Murti Suryaningsih & Ery Fatmawati. 2011. Asuhan

Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Mufdillah, dkk. 2012. Konsep Kebidanan Edisi Revisi. Yogyakarta : Nuha

Medika.

Muslikhatun, W. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.

Pantikawati. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta : Nuha Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan dan

Neonatal, Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohadrjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka.

Proverawati, Atikah. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nusa

Medika.

Puskesmas Pagiyanten 2017. Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi

Kabupaten Tegal. Dinkes Kabupaten Tegal.

Rohani dan Reni Saswita. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.

Jakarta: Salemba Medika

Rukiyah, A., Lia Yulianti, Hj. Maemunah, & Hj. Lilik Susilawati. 2009. Asuhan

Kebidanan 4. Jakarta : Trans Info Media.

Rukiyah, A., Lia Yulianti, Hj. Maemunah, & Hj. Lilik Susilawati. 2009. Asuhan

Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta : Trans Info Media.

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba

Medika.

Sofian, Amru. 2011. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Sondakh,J.J. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :

Salemba Medika.

Sukmawati, Lilis Mamuroh, Witdiawati 2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Pembangunan.

Jurnal Keperawatan BSI. Vol 6 (1) : 1 – 11.

Sulistyawati, A. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :

Salemba Medika.

Sulistyawati, A. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :

Salemba Medika.

Sulistyawati, A. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :

Salemba Medika.

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :

Salemba Medika.

Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Widatiningsih dan Tungga Dewi. 2017. Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan.

Jakarta: Trans Medika.

Yefi Marliandiani dan Nyna Puspita Ningrum. 2015. Asuhan Kebidanan Pada

Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta : Salemba Medika.

Yulifah, Rita. 2014. Konsep Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Meiyanti, 2007. Penatalaksanaan tuberculosis pada kehamilan. Vol.26 – No. 3

Najoan Nan Warouw*, Aloysius Suryawan** (2007). Manajaemen TBC dalam

Kehamilan .

PARTOGRAF

LEMBAR KONSULTASI

LEMBAR POSTPARTUM

BUKU KIA NY. R

DOKUMENTASI

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R DI PUSKESMAS TARUB

KABUPATEN TEGAL

(Studi Kasus Faktor Risiko dengnan Riwayat Tuberculosis Paru) Ade Runita Kurnianingsih1, Novia Ludha Arisanti2, Meyliya Qudriani3

Email : [email protected] 1, 2 Diploma III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Tegal, 3 Diploma III

Kebidanan, Politeknik Harapan Bersama Tegal

Abstrak Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tegal tahun 2016 terdapat 33 kasus kematian per

27.314 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian ibu pada tahun 2017 mengalami penurunan yaitu

14 kasus kematian per 24.225 kelahiran hidup dan menurut data angka kematian ibu di Puskesmas

Tarub pada tahun 2017 yaitu sebanyak 2 kasus kematian yang disebabkan karena emboli air ketuban

dan penyakit jantung. Menurut data yang di peroleh dari Puskesmas Tarub tahun 2017 jumlah ibu

hamil yang termasuk faktor resiko sebanyak 323 dan resiko tinggi sebanyak 52 dari jumlah ibu hamil

1018, ibu hamil dengan faktor resiko umur >35 tahun sebanyak 123 kasus dan ibu hamil dengan

penyakit paru-paru sebanyak 10 kasus dari total ibu hamil di Puskesmas Tarub.

Tujuan Umum meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mahasiswa untuk memperoleh

gambaran dan pengalaman secara nyata yang dapat digunakan dalam memberikan Asuhan Kebidanan

pada ibu dengan faktor resiko umur lebih 35 tahun, berdasarkan menejemen kebidanan yang

didokumentasikan menggunakan 7 langkah Varney dan metode SOAP.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode kasus yaitu bertujuan untuk mengetahui

penatalaksanaan pada kasus yang akan dikaji sesuai dengan Standar Manajemen Kebidanan. Dalam

penyususnan Karya Tulis Ilmiah ini berdasarkan teori yang dipadukan dengan praktik dan pengalaman

penulis memerlukan data yang obyektif dengan teori-teori yang dijadikan dasar analisa dalam

pemecahan masalah dengan menggunakan metode wawancara, pengamatan (Observasi)pemeriksaan

fisik, dokumentasi,studi keputusan.

Memuat keseluruhan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan. Jenis kasus yang diambil yaitu

kasus komprehensif resiko tinggi. Kasus dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

Asuhan kebidanan ditulis sesuai dengan urutan manajemen kebidanan 7 langkah Varney, yaitu mulai

dari pengumpulan data sampai evaluasi pada asuhan kebidanan kehamilan dan juga menggunakan

sistem SOAP pada asuhan kebidanan nifas, bayi baru lahir serta catatan persalinan. Penelitian ini

menggunakan pendekatan studi kasus, Subyek penelitian adalah ibu hamil Ny. R berusia 33 tahun

dengan Riwayat tuberculosis paru. Data di abmbil dari bulan Agustus sampai September 2018. Data di

ambil dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi, hasil selama kehamilan subyek

sampai nifas, dan pada bayi baru lahir, tidak ada masalah apapun.

Saran : apabila ditemukan kasus yang sama perlu adanya kolaborasi dengan dokter spesialis

kandungan dan dokter spesialis penyakit dalam selama kehamilan sampai nifas, selain itu perlu

melibatkan keluarga untuk memberi dukungan pada ibu.

Kata Kunci : tuberculosis paru, Hamil dengan Riwayat Tuberculosis Paru

Kasus: Seorang ibu hamil (Ny. R.) usia 33 tahun dengan umur kehamilan 40 minggu GIII PII A0

dengan riwayat Tuberculosis paru namun sudah dinyatakan sembuh oleh dokter, pada saat

hamil, bersalin, sampai nifas 40 hari pasien tidak ada mengalami kambuh lagi.

I. PENDAHULUAN

Menurut Prawirohardjo, 2014

“Kematian ibu atau kematian maternal

adalah kematian seorang ibu sewaktu

hamil, melahirkan atau dalam waktu 42

hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak

bergantung pada tempat atau usia

kehamilan.[1]

Pada umumnya penyakit paru-paru

tidak mempengaruhi kehamilan

persalinan dan nifas, kecuali penyakitnya

tidak terkontrol, berat dan luas yang di

sertai sesak nafas dan hipoksia. Walaupun

kehamilan menyebabkan sedikit

perubahan pada system pernafasan,

karena uterus yang membesar dapat

mendorong diafragma dan paru-paru ke

atas serta sisa dalam udara kurang, namun

penyakit tersebut tidak selalu menjadi

lebih parah.[2]

Pengaruh Tuberkulosis Paru terhadap

Kehamilan, Dulu pernah dianggap bahwa

wanita dengan tuberkulosis paru aktif

mempunyai insidensi yang lebih tinggi

secara bermakna dibandingkan wanita

hamil tanpa infeksi tuberkulosis paru

dalam hal abortus spontan dan kesulitan

persalinan. Banyak sumber yang

mengatakan peranan tuberkulosis

terhadap kehamilan antara lain

meningkatnya abortus, pre-eklampsi, serta

sulitnya persalinan. Penelitian terbaru

menunjukkan bahwa hal tersebut

tergantung dari letak tuberkulosis apakah

paru atau nonparu serta apakah

tuberkulosis terdiagnosis semasa

kehamilan. Pada penelitian terhadap

wanita-wanita Indian yang mendapat

pengobatan selama 6-9 bulan semasa

kehamilan maka kematian janin 6 kali

lebih besar dan insidens dari prematuritas,

KMK ( kecil untuk masa kehamilan),

BBLR (berat badan lahir rendah)

(<2500g) adalah 2 kali lipat. Pengaruh

tidak langsung tuberkulosis terhadap

kehamilan ialah efek teratogenik terhadap

janin karena obat anti tuberkulosis yang

diberikan kepada sang ibu. Efek samping

pasien yang mendapat terapi anti

tuberkulosis yang adekuat adalah

gangguan pada traktus genitalis dimana

traktus genitalis terinfeksi dari fokus

primer TB paru.[3]

Prevalensi tuberculosis di Indonesia

semua bentuk sebesar 660 per 100.000

penduduk (SPTB 2016-2017) insiden

kasus tuberculosis sebanyak 403 per

100.000 penduduk. Sekitar 1.000.000

kasus tuberculosis baru pertahun.[4]

Berdasarkan data Dinas Kesehatan

Kabupaten Tegal, Angka Kematian Ibu di

Kabupaten Tegal pada tahun 2011

mengalami perubahan yaitu 100,3 per

100.000 kelahiran hidup (27 kematian ibu

maternal dari 26.919 kelahiran hidup),

tahun 2015 mengalami penurunan yaitu

sebesar 120,8 per 100.000 kelahiran hidup

(33 kematian ibu maternal dari 26.919

kelahiran hidup), di tahun 2016 yang

mencapai 130,8 per 100.000 kelahiran

hidup (33 kematian ibu maternal dari

27.314 kelahiran hidup). Pada tahun 2017

lebih rendah dibandingkan angka

kematian ibu, Penyebab kematian ibu

terbanyak disebabkan oleh komplikasi

obstetrik yaitu perdarahan sebanyak 25%,

infeksi 7,5%, eklampsia 5%, abortus

5,5%, partus lama/macet 4%, emboli

obstetric 2,5%, komplikasi masa

purpereum 2% tuberculosis 0,5%,

hipertensi 0,5%. Angka kematian ibu

tersebut sudah memenuhi target Indikator

Indonesia Sehat 2010 sebesar 150 per

100.000 kelahiran hidup. Jika

dibandingkan dengan Resti (primigravida

kurang dari 20 tahun/lebih dari 35 tahun

21%, anak lebih dari 4 29%, jarak

persalinan terakhir dan kehamilan

sekarang kurang dari 2 tahun 9%, tinggi

badan kurang dari 145 cm 13%, berat

badan kurang dari 38 kg 8%, lingkar

lengan atas kurang dari 23,5 cm 8%,

riwayat hipertensi 8%). Dinas Kesehatan

Kabupaten Tegal 2016-2019, sedangkan

jumlah ibu hamil di Kabupaten Tegal ada

23.343 pada tahun 2017. Angka kematian

ibu sudah melampaui target yang

diharapkan yaitu 120.3 kematian ibu per

100.000 kelahiran hidup pada tahun

2017.[5]

Menurut data yang di peroleh dari

Puskesmas Tarub pada tahun 2017 Angka

Kematian Ibu sebanyak 2 kasus yang

disebabkan oleh air ketuban dan penyakit

jantung, sedangkan Angka Kematian Bayi

sebanyak 7 kasus yang disebabkan oleh

BBLR dan Aspirasi ASI, BBLR dan

asfiksia, BBLR dan kelainan paru,

Hipotermi dan Asfiksia dan Angka

Kematian Bayi pada tahun 2018

meningkat menjadi 8 kasus yang

disebabkan oleh hipotermi, BBLR,

infeksi, prematur dan BBLR, penyakit

kongenital, asfiksia, dan aspirasi

pneumonia.[6]

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

pendekatan studi kasus dengan subyek

penelitian pada studi kasus ini adalah ibu

hamil Ny. R umur 33 tahun G3 P2 A0

dengan riwayat Tuberculosis paru.

Pengambilan data dilakukan sejak

tanggal 21 Agustus sampai 14 September.

Tempat pengambilan studi kasus ini di

Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal.

Tujuan dilakukannya studi kasus ini

yaitu bahwa diharapkan penulis mampu

mengkaji dan memberikan asuhan

kebidanan pada Ny. R dengan Riwayat

Tuberculosis paru secara komprehensif

dengan menerapkan managemen asuhan

kebidanan 7 langkah Varney dan SOAP.

Pengumpulan data dilakukan mulai

dari wawancara (anamnesa), observasi

perilaku klien selama kehamilan sampai

dengan nifas, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan penunjang, studi

dokumentasi, dan studi pustaka.

Data yang telah didapatkan

kemudian didokumentasikan dengan

menggunakan managemen asuhan

kebidanan 7 langkah Varney dan SOAP.

III. STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

a. Kehamilan

Penelitian studi kasus ini

dilakukan untuk mengkaji kasus

kebidaanan patologis dengan tujuan

yaitu untuk memberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif

sehingga dapat menurunkan angka

kematian ibu dan angka kematian bayi

dengan cara melakukan pendekatan

dengan klien sedini mungkin sejak

kehamilan untuk membuat skrining

awal sehingga jika terjadi komplikasi

langsung ditangani sesuai dengan

kebutuhan klien.[7]

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan bahwa ibu mengalami

penyakit keturunan yaitu penyakit

tuberculosis paru dengan ciri-ciri batuk

lebih dari 3 minggu, batuk bercampur

darah, berkeringat pada malam hari

meski tidak melakukan aktivitas.

Apabila klien pernah menderita

penyakit keturunan, maka ada

kemungkinan janin yang ada dalam

kandungannya tersebut berisiko

menderita penyakit yang sama.

Berdasarkan penelitian didapatkan

hasil pada kehamilan dilakukan

kunjungan 2 kali pada kunjungan

pertama terdapat masalah mual dan

muntah kemudian di tes urine pasien

positif hamil dengan umur kehamilan 9

minggu,tekanan darah 100/60, berat

badan 60 kg, LILA 28,5 cm, tinggi

badan 149 cm, HPHT 16-11-2017, HTP

23-8-2018, kemudian pasien di cek

laboratorium dengan hasil pp test +, HB

(-), Hbsag (-), HIV (-), sipilys (-), bidan

memberikan metodopamine 3x1, fe 1x1,

dan bidan memberikan nasihat makan

sedikit tapi sering dan perbanyak minum

air putih. Dan pada kujungan 2 dan 3

tidak ada masalah.

Dalam kasus Ny. R didapatkan

hasil pemeriksaan yaitu berat badan 67

kg dan penambahan berat badan selama

hamil yaitu 7 kg, Sehingga dalam kasus

ini ada kesenjangan antara teori dan

kasus, kemungkinan resiko yang terjadi

yaitu suplai ASI yang kurang saat

menyusui, resiko anemia dan BBLR.[8]

b. Bersalin

Pada tanggal 25 Agustus 2018 ibu

datang ke Puskesmas ingin melahirkan

dengan keluhan kenceng_ kenceng

semakin sering sejak jam 23.00 WIB

(24/08/2018), kemudian bidan

melakukan pemeriksaan dengan hasil

kesadaran composmetis, TD 110/70

mmhg, nadi 80 x/menit, pernafasan

20x/menit, suhu 36,5oc, TB 151 cm, BB

67 kg, LILA 27 cm, pemeriksaan dari

ujung rambut sampai ujung kaki tidak

ada masalah, pemeriksaan palpasi

Leopold 1 TFU 3 jari di bawah px,

teraba bokong, Leopold II bagian kanan

ibu teraba punggung janin, bagian kiri

perut ibu teraba ekstremitas, Leopold III

teraba kepala, Leopold IV sudah masuk

panggul divergen 3/5 bagian, TFU 33

cm, TBBJ 3.410 gram, HPL 23 Agustus

2018, umur kehamilan 39 minggu + 6

hari, DJJ 136 x/menit, kontraksi 2 kali

dalam 10 menit lamanya 25 detik,

pengeluaran pervagina lendir bercampur

darah.

Dilakukan pemeriksaan dalam atas

indikasi adanya kontraksi Rahim dengan

tujuan untuk menilai apakah ibu sudah

dalam proses persalinan, Hasil

pemeriksaan kondisi vagina normal,

tidak ada benjolan, keadaan portio tebal,

effacement 20-30%, pembukaan 2 cm,

selaput ketuban utuh, titik tunjuk UUK,

presentasi kepala, penurunan kepala

hodge II, dan tidak ada bagian yang

terkemuka, pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan HB, protein urine

dan pemeriksaann USG tidak di

lakukan. Diagnosa potensial tidak ada,

Antisipasi penanganan segera konsultasi

dengan dokter jaga.

Implementasi bidan memberitahu

ibu hasil pemeriksaan yang telah di

lakukan, ibu sudah dalam proses

persalinan evaluasi ibu sudah mengerti

hasil pemeriksaan yang telah di lakukan.

Bidan memberikan asuhan sayang ibu.

Menganjurkan ibu agar tetap tenang

karena rasa sakit saat proses persalinan

itu hal yang normal, evaluasi ibu

mengerti apa yang disarankan bidan.

Memberitahu keluarga untuk

menyiapkan kebutuhan bersalin bagi ibu

pakaian ganti, kain kering dan bersih

sebanyak 4 lembar, pembalut, dan untuk

pakaian bayi, popok, kain bayi, topi,

selimut, kain dan bedong, evaluasi

perlengkapan persalinan sudah

disiapkan. Bidan melakukan

pemantauan kemajuan persalinan kala 1

dengan pengawasan 10, evaluasi

pemantauan sudah terlampir. Pada jam

17.00 WIB pembukaan lengkap

dilakukan pertolongan persalinan bayi

lahir secara spontan jenis kelamin

perempuan, gerakan aktif, menangis

kuat, warna kulit kemerahan, lakukan

pemotongan tali pusat, berat badan 3700

gram, panjang badan 49 cm, lingkar

kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm,

penilaian bayi baru lahir dilakukan

dengan apgar score dengan hasil

10/10/10.

c. Nifas

Pada kasus Ny. R KN 1 4 jam post

partum di dapatkan data subyektif ibu

mengeluh perutnya masih mulas, hal ini

menunjukan tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus. pada pola nutrisi

ibu terakhir makan jam 19.00 WIB

porsi makan sedang, jenisnya nasi,

ayam, sayur, sop, tahu, minum 2 gelas

air putih & 1 gelas air teh, pada pola

eli,inasi ibu sudah BAK 2 kali terakhir

jam 20.30 WIB, ibu mengatakan belum

istrahat dari setelah bersalin, AKtivitas

ibu sekarang mobilisasi miring kanan

dan kiri, duduk, turun dari tempat tidur,

jalan-jalan di sekeliling tempat tidur dan

kamar mandi tanpa bantuan orang lain,

ibu mengatakan tidak mempercayai adat

istiadat setempat sepeti dalam masa

nifas 40 hari tidak boleh keluar rumah.

Dari hasil pemeriksaan fisik yang

telah dilakukan terdapat keadaan umum

baik, kesadaran composmentis TD

110/80 mmhg, suhu 36oc, nadi 78

x/menit, Pernafasan 20 x/ menit, tinggi

fundus uterus 3 jari di bawah pusat,

Kandung kemih kosong, Kontraksi

keras, perdarahan 30 cc lochea rubra

dan luka bekas jahitan baik.[9]

Data obyektif yang di dapatkan

antara lain Ny. R umur 33 tahun P3 A0

4 jam post partum dengan nifas normal,

sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

Pada KN ke 2 (6 hari post partum)

ibu mengatakan sudah bisa mengurus

bayinya, ASInya sudah keluar lancar

dan tidak ada keluhan.

Pola Nutrisi Ibu mengatatakan

makan sehari 3x porsi 1 piring sedang,

menu aneka ragam dan bermacam-

macam, tidak ada makanan yang di

pantang, sedangkan frekuensi minum 8-

10 gelas/hari, macam air putih. Pola

Eliminasi ibu mengatakan frekuensi

BAB 1-2 x/hari, konsistensi lembek,

warna kuning kecoklatan, tidak ada

gangguan, BAK frekuensi 7-8 x/hari,

bau khas, warna kuning jernih, tidak ada

gangguan. Pola istirahat ibu mengatakan

istirahatnya siang 1-2 jam malam 6–7

jam. Pola Aktivitas ibu mengatakan

sebagai ibu rumah tangga, biasa

mengerjakan pekerjaan rumah seperti

menyapu, memasak, mencuci. Pola

Personal Hygiene pola mandi 2x sehari,

keramas 2 hari sekali, gosok gigi 2x,

ganti baju 2x sehari. Pola Seksual ibu

mengatakan sampai saat ini belum

melakukan hubungan.[10]

Pemeriksaan Obyektif keadaan ibu

baik, kesadaran composmentis. Tanda-

tanda vital tekanan darah 110/70

mmHg, Suhu 36ᵒC, Nadi 80 x/menit,

Pernafasan 20x /menit, muka tidak

pucat dan oedem, konjungtiva merah

muda, sclera putih, bentuk payudara

simetris, puting susu menonjol, ASI

sudah keluar banyak. Pada pemeriksaan

palpasi tinggi fundus uteri sudah tidak

teraba kontraksi keras, pengeluaran

pervaginam lochea serosa, warna

kecoklatan, luka jahitan kering, tidak

ada tanda-tanda homan.

Intervensi memberitahu ibu hasil

pemerikasaan yang telah dilakukan

yaitu keadaan ibu saat ini baik-baik saja

TD 110/70 mmHg, N 80 x/menit, S 36,0

c, R 20 x/menit, Luka jahitan sudah

kering dan baik, evaluasi ibu sudah

mengerti hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan. Memberitahu ibu untuk

mengkonsumsi makanan yang bergizi

tinggi kalori tinggi protein seperti yang

mengandung karbohidrat (padi,

singkong, gandum, dan lain-lain),

protein nabati (tahu, tempe, kacang-

kacangan dan lain-lain), protein hewani

(susu, telor, ikan, daging ayam, daging

sapi dan lain-lain), mineral dan vitamin

(sayur dan buah-buahan), lemak nabati

(lemak jagung dan lain-lain), lemak

hewani (lemak ikan dan lain-lain).

evaluasi ibu bersedia untuk

mengonsumsi makanan yang bergizi.

Memberitahu ibu kebutuhan air minum

pada ibu menyusui pada 6 bulan

pertama yaitu 14 gelas sehari, evaluasi

ibu dalam sehari mengkonsumsi air

minum sebanyak 15 gelas .Memberitahu

ibu untuk menjaga kebersihan diri,

termasuk daerah kemaluan dengan cara

cebok yang benar yaitu di bersihkan

mulai dari depan ke belakang

menggunakan sabun dan air, ganti

pembalut sesering mungkin. evaluasi

ibu sehari mandi 2x, gosok gigi 2x,

ganti baju 2x, ibu sudah mengerti cara

cebok yang benar, dan ibu sehari ganti

pembalut sesering mungkin.

Memberitahu ibu istirahat cukup siang

1-2 jam maam 6-8 jam atau saat bayi

istirahat ibu juga istirahat.evaluasi

istirahat siang ibu kurang lebih 1 jam,

malam 6-8 jam saat ibu istirahat bayi di

gendong suami/ ibu. Memberitahu ibu

perawatan bayi yang benar yaitu

memandikan bayi 2x sehari, menjaga

kehangatan bayi dengan cara di bedong

dan menyelimuti bayi, mengganti popok

bayi jika bayi BAK/BAB. evaluasi bayi

mandi sehari 2x, bayi selalu di bedong

dan di selimuti, jika bayi bak/bab ibu

segera mengganti popok bayi dan

membersihkannya. Memberitahu ibu

jangan membiarkan bayi menangis

terlalu lama karena akan membuat bayi

stress. evaluasi bayi tidak pernah

menangis terlalu lama. Memberitahu

untuk memberikan ASI esklusif yaitu

bayi hanya diberikan asi saja dari umur

0-6 bulan tanpa tambahan minuman atau

makanan apapun kecuali obat dan

vitamin. evaluasi ibu sudah mengerti

penjelasan bidan dan ibu bersedia

menyusui bayinya dengan asi esklusif.

Menganjurkan ibu untuk melakukan

kunjungan ulang 2 minggu lagi atau jika

ada keluhan segera datang ke tenaga

kesehatan. evaluasi ibu bersedia untuk

melakukan kunjungan ulang.

Kunjungan ke 2 (14 hari post

partum) jam 14.00 WIB di rumah Ny.

R, ibu mengatakan tidak ada keluhan

ASInya lancar. Dilakukan pemeriksaan

dengan hasil keadaan ibu baik,

kesadaran composmetis. Tanda-tanda

vital tekanan darah 120/70 mmHg, suhu

36,7oC, nadi 82 x/menit, pernafasan 20

x/menit, muka tidak oedem, konjungtiva

merah muda, sclera putih, bentuk

payudara simetris, putting susu

menonjol, ASI keluar lancer, pada

pemeriksaan palpasi tinggi fundus uteri

sudah tidak teraba, kontraksi keras,

pengeluaran pervagina lochea Alba,

warna putih cair, luka jahitan sudah

kering dan baik, tidak ada tanda-tanda

human. Dan ibu dalam keadaan baik.

d. Bayi baru lahir

Kunjungan ke 1 Persalinan

tanggal 25 agustus 2018 jam 17. 15

wib jenis persalinan spontan,

penolong persalinan bidan, selama

proses persalinan hanya di berikan

oxytocin 10 ui pada kala III, selama

persalinan kala I 16 jam, kala II 15

menit, ketuban pecah jam 17.10 WIB

warna jernih bau kas.

Segera setelah lahir dilakukan

pernilaian segera setelah lahir

tangisan kuat, kulit kemerahan,

gerakan aktif, mengeringkan bayi,

perawatan tali pusat dan IMD.

Pemeriksaan fisik keadaan umum

baik, suhu tubuh 36,5oC, denyut

jantung 124 x/menit, respirasi 44 kali

permenit, panjang badan 49 cm, berat

badan 3700 gram, LIKA 34 cm,

LIDA 33 cm, LILA 11,5 cm,

pemeriksaan dari ujung kepala sampai

ujung kaki normal.tidak ada masalah,

diagnosa potensial tidak ada,

antisipasi penanganan segera tidak

ada.

Intervensi lakukan pemeriksaan

antropometri, evaluasi sudah di

lakukan pemeriksaan. Beritahu ibu

hasil pemeriksaan yang telah di

lakukan, evaluasi ibu sudah

mengetahui hasil pemeriksaan.

Berikan vitamin k pada salep mata,

evaluasi ibu sudah mengetahui

bayinya sudah di berikan salep mata.

Lakukan perawatan tali pusat,

evaluasi ibu sudah mengerti cara

perawatan tai pusat. Pastikan bayi

mendapatkan ASI, evaluasi ibu sudah

memberikan bayinya ASI. Beritahu

ibu tanda bahaya bayi baru lahir,

evaluasi ibu sudah mengerti tanda

bahaya bayi baru lahir, berikan

imunisasi HB. 0, evaluasi bayi sudah

di berikan imunisasi HB.0.

Kunjungan neonates ke 2 (6 hari )

tanggal 31 agustus jam 19.00 di

rumah Ny. R ibu mengatakan bayinya

tidak ada keluhan, menyusu kuat,

BAK lebih dari 6 kali,BAB setiap

hari 1-2 kali konsistensi lembek.

Data Obyektif keadaan baik, BB

3900 gram, PB 52 cm, suhu tubuh

37oC, denyut jantung 120x/menit,

pernapasan 40 x/menit, tali pusat

sudah lepas pemeriksaan ujung

rambut sampai kaki normal.[11]

Penatalaksanaan Memberikan

kapada ibu hasil pemeriksaan yang

telah dilakukan yaitu keadaan bayi

saat ini baik-baik saja Suhu 36,7oC

pernafasan 40 x/menit Detak jantung

120 x/menit evaluasi ibu sudah

mengetahui hasil pemeriksaan

bayinya. Mengingatkan kembali tanda

bahaya bayi baru lahir yaitu tidak

mau menyusu, suhu tubuh naik, bayi

rewel. evaluasi ibu sudah mengerti

tanda bahaya bayi lahir. Memberitahu

ibu untuk menjaga kebersihan diri

bayi dengan cara memandikan bayi 2

x sehari, ganti baju 2x sehari,

mengganti popok setelah bayi buang

air kecil dan besar. Evaluasi ibu

selalu menjaga kebersihan bayinya.

Mengingatkan kembali ibu untuk

selalu memberikan asi esklusif tanpa

tambahan makanan apapun kecuali

obat dan vitamin. Evaluasi ibu selalu

memberikan asi dan tidak

memberikan makanan tambahan

apapun.

Kunjungan neonatus 3 (14 hari)

tanggal 8 september 2018, jam 14.00

WIB rumah Ny. R, ibu mengatakan

bayinya tidak ada keluhan, menyusu

kuat.

Data Obyektif keadaan baik, BB

3900 gram, PB 52 cm, suhu tubuh

36,5oC, denyut jantung 120x/menit,

pernapasan 42 x/menit, pemeriksaan

ujung rambut sampai kaki normal.

Penatalaksanaan memberitahu

kapada ibu hasil pemeriksaan yang

telah dilakukan yaitu keadaan bayi

saat ini baik-baik saja Suhu 36,5oC

pernafasan 42 x/menit Detak jantung

120 x/menit.

Mengingatkan kembali ibu untuk

menjaga kebersihan diri bayi dengan

cara memandikan bayi 2 x sehari,

ganti baju 2x sehari, mengganti popok

setelah bayi buang air kecil dan besar

gunanya untuk mencegah terjadinya

iritasi. evaluasi ibu selalu menjaga

kebersihan bayinya.

Mengingatkan ibu untuk rutin ke

posyandu untuk imunisasi bayi &

melakukan tumbuh kembang bayinya.

evaluasi ibu bersedia membawa

bayinya ke posyandu.

Memberitahu ibu jika terjadi

sesuatu pada bayi seperti suhu badan

naik/ panas, diare, menangis terus

menerus .untuk segera di bawa ke

tenaga kesehatan / puskesmas

terdekat untuk di berikan penanganan

yang tepat. evaluasi ibu mengerti

penjelasan bidan.

Pada penelitian kasus Ny. R

dengan faktor risiko dengan riwayat

tuberculosis paru tidak ditemukan

adanya kesenjangan antara teori dan

kasus karena penyakit yang di derita

ibu tidak mengalami kekambuahan

pada saat hamil, bersalin dan nifas,

serta pada bayi lahir dalam keadaan

sehat.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang telah

didapatkan oleh penulis pada saat

melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif, penulis mendapatkan

gambaran serta pengalaman secara nyata

tentang asuhan kebidanan yang meliputi

asuhan kebidanan pada ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir normal

pada kasus Ny. R dan Bayi An. R yang

dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus –

14 September 2018.

Penulis mampu memberikan

asuhan kebidanan pada Ny. R dengan

faktor risiko dengan riwayat tuberculosis

paru secara komprehensif di Wilayah

Puskesmas Tarub, Kabupaten Tegal

dengan menerapkan managemen asuhan

kebidanan 7 langkah Varney dan SOAP.

V. DAFTAR PUSTAKA

[1].Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu

kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

[2].Sofian, 2017. Penyakit Tuberculosis

paru, kebidanan.

[3].Najoan Nan Warouw, 2011. Pengaruh

Tuberculosis paru pada kehamilan.

[4].Depkes, 2016-2017. Prevalensi

tuberculosis di Indonesia.

[5].Dinas kesehatan Kabupaten Tegal,

2011. Angka Kematian Ibu.

[6].Puskesmas Tarub, 2017-2018. Profil

kesehatan Puskesmas Tarub 2017-

2018.Tarub.

[7].Maryunani, A & Retno Murti

Suryatiningsih & Ery Fatmawati. 2011.

Asuhan kebidanan patologi.

Yogyakarta : pustaka pelajar.

[8].Pantikawati, 2010. Asuhan Kebidanan

1 (kehamilan).

[9]..Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan

pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba

Medika.

[10].Sulistyawati, 2013. Kebutuhan Nifas.

[11].Lia, D & Retno Murti Suryaningsih&

Ery Fatmawati. 2011. Kriteria bayi baru

lahir normal