stephen

26
BAB I PENDAHULUAN Filsafat adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata, yaitu Fhilos dan Sophia. Filos berarti senang, gemar atau cinta, sedangkan Sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan. Kata lain dari flsafat adalah Hakikat dan Hikmah jadi kalau ada orang yang mengatakan, “Apa Hikmah dari semua ini”, berarti mencari latar belakang dalam kejadian sesuatu dengan kejadian secara filsafat, yaitu apa, bagaimana, dan mengapa sesuatu itu terjadi, yang dalam filsafat disebut dengan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Hakikat dan hikmah merupakan dua nama Al-Qur’an disamping Al-Furqon (Pembeda), dan dengan demikian kitab suci ini juga berarti Filsafat. Oleh karena itu umat islam yang menolak filsafat seakan secara tidak sengaja menolak Al-Qur,an itu sendiri yang mengkaji kehidupan ini secara mendalam, bukan paksaan (dogma), dan secara seimbang mendialektikakan logika, etika dan estetika. Dengan demikian apabila para pakar menganggap bahwa ilmu tertua serta induk segala ilmu adalah filsapat, sehingga pada tingkat terahir pendidikan keilmuan senantiasa diberi gelar Philosophy Doctor disingkat Ph.D.,

Transcript of stephen

BAB I

PENDAHULUAN

Filsafat adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya

terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan.

Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua

kata, yaitu Fhilos dan Sophia. Filos berarti senang, gemar atau

cinta, sedangkan Sophia dapat diartikan sebagai

kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat dapat diartikan

sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan.

Kata lain dari flsafat adalah Hakikat dan Hikmah jadi

kalau ada orang yang mengatakan, “Apa Hikmah dari semua

ini”, berarti mencari latar belakang dalam kejadian sesuatu

dengan kejadian secara filsafat, yaitu apa, bagaimana, dan

mengapa sesuatu itu terjadi, yang dalam filsafat disebut

dengan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.

Hakikat dan hikmah merupakan dua nama Al-Qur’an

disamping Al-Furqon (Pembeda), dan dengan demikian kitab

suci ini juga berarti Filsafat. Oleh karena itu umat islam

yang menolak filsafat seakan secara tidak sengaja menolak

Al-Qur,an itu sendiri yang mengkaji kehidupan ini secara

mendalam, bukan paksaan (dogma), dan secara seimbang

mendialektikakan logika, etika dan estetika.

Dengan demikian apabila para pakar menganggap bahwa

ilmu tertua serta induk segala ilmu adalah filsapat,

sehingga pada tingkat terahir pendidikan keilmuan

senantiasa diberi gelar Philosophy Doctor disingkat Ph.D.,

maka di dalam Al Qur’an juga terkandung segala disiplin

ilmu ilmu mulai dari ilmu-ilmu social sampai dengan ilmu-

ilmu eksakta

Filsafat menela’ah hal-hal yang menjadi objeknya. Dari

sudut intinya yang mutlak, terdalam tetapi tidak berubah

( Notonagoro ), atau perenungan yang sedalam-

dalamnyatentang sebab ada dan perbuat, kenyataan yang

sedalam-dalamnya sampai kepada mengapa yang penghabisan

( Drijarkara ), menjawab pertanyaan terakhir, tidak

dangkaldan dogma, melainkan kritis sehingga kita sadar akan

kekaburan dan kekacauan pengertian sehari-hari ( Bertrand

Russel ).

Filsafat tentang air bukan sekedar mengetahui bahwa

air adalah untuk minum, atau air harus diletakan dalam

bejana karena air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke

tempat yang lebih rendah, tetapi juga menguraikan air itu

sampai pada komponen substansinya, dengan begitu filsafat

air adalah mempelajari sedalam-dalamnya tentang air, apakah

air dalam keadaan padat (Es), dalam keadaan menguap (Gas),

atau dalam keadaan mencair serta dengan segala ketentuan

hukum yang berlaku pada setiap keadaan bagi air.

Seorang pembantu rumah tangga yang diperintah oleh

majikannya menyiram bunga pada jam 4 sore, tetap saja

menyiram bunga dengan memakai paying karena hari sedang

hujan lebat. Hal ini adalah karena pembantu rumah tangga

yang patuh ini tidak mengetahui filsafat menyiram bunga,

apabila yang bersangkutan mengetahui bahwa hakikat terdalam

dalam dari menyiram bunga adalah agar tanaman itu segar

berkat air yang disiramkan, maka tidak perlu dilakukan

penyiraman bila telah kena hujan, kecuali kalau tanaman

tersebut tidak kena hujan karena tertutup oleh atap.

Karena pada awal tulisan ini penulis mendevinisikan

filsafat dengan berfikir dan merasa sedalam-dalamnya, maka

perlu dijelaskan bahwa penulis mendialektikakan berfikir

dengan merasa karena berfikir adalah kegiatan logika,

sedangkan merasa adalah kegiatan estetika dan etika. Oleh

karena itu uraian selanjutnya adalah menjelaskan filsafat

pengetahuan, hal mana dalam pengetahuan tersebut terkandung

ilmu (logika), moral (etika) dan seni (estetika).

LATAR BELAKANG MASALAH

Pada prinsipnya kita melihat bukti dalam sejarah

ternyata umat islam jaman pertengahan berjasa dalam

pembangunan, antara lain : Bidang Sains, Eksakta, Aqidah,

Sosial dalam sejarah, tercatat pula ulama yang mendalami

agama dapat menjadi filosof dan dokter, seperti ibnu sina.

Dalam bidang akidah dan akhlak adalah merupakan kesaksian

iman dan pernyataan pengetahuan tentang realitas, orang

islam memandang bahwa berbagai sains, ilmu alam dan ilmu

sosial sebagai ragam bukti yang menunjuk pada kebenaran

yang paling pundamental dalam islam, oleh karena itu

semangat ilmiah merupakan 1[1]bagian yang teradu dari

tauhid atau aqidah, semangat imiah para ilmuan mengalir

dari kesadaran mereka akan tauhida atau akidah, dalam

1

literatur dijelaskan mengenai sumbangan umat islam terhadap

ilmu-ilmu ekstra, antara lain sumbangan uamt islam terhadap

matematika, astronomi, Kimia dan Iptek.

Akan tetapi dari pengguna ilmu pengetahuan dan

teknologi sekarang ini berasarl dari Negara lain, sehingga

umat islam seakan-akan tidak peduli dan lupa untuk

menjadikan sebagai arahan atau gambaran dari tokoh-tokoh

islam yang telah sangat berjasa itu, justru umat Isalam

sekarang ini sangat menyedihkan dari bahwa sekarang ini,

dunia islam merupakan kawasan yang paling terbelakang dan

pula jauh tertinggal oleh Negara-negara yang menganut agama

islam.

Ironisnya dari pernyataan ini bahwa umat islam,

mayoritas seakan-akan antara lain : tidak akan disiplin

hokum islam, tergiur oleh budaya Non Islam, sehingga tidak

memperdulikan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang

benar dan mana yang salah, oleh karenanya maka kami mencoba

membuat makalah ini, karena sangat erat hubungannya dengan

kemampuan meneliti yang dimiliki perngkat pemikir sesuai

bidangnya masing-masing, sehingga umat islam berupaya

menjadi pencipta Ilmu Pengetahuan dan teknologi, tidak saja

hanya dapat menjual bahan mentah misalkan, tetapi juga

bahan jadi dan buah pemikiran, selain untuk dapat menarik

minat pemuda menjadi ilmuan yang baik khususnya dan umat

islam dapat memikirkan hidup dan kehidupan sesuai syari’at

islam itu sendiri.

Dengan harapan mudah-mudahan makalah ini dapat

mnunjang peluang dan wawasan dalam mencapai imu alamiah dan

amal ilmiah, segingga ilmuan itu sendiri dapat melaksanakan

tugasnya dengan sebaik-baiknya.

- Perumusan Masalah

Pada dasarnya yang menjadi pokok perumusan masalah

adalah sebagai berikut :

1. Pengertian filsafat

2. Pengertian ilmu

3. Konsep Dasar Ilmu

4. Cabang-cabang filsafat

- Tujuan Penulisan

- Pada prinsipnya penulisan makalah ini mempunyai tujuan

sebagai berikut :

1. Tujuan khusus, untuk memenuhi tugas kelompok pada

mata kuliah filsafat ilmu.

2. Tujuan Umum

- Untuk mengetahui tentang arti, arah dan fungsi

filsafat ilmu

- Untuk mengetahui karakteristik filsafat ilmu

- Agar seseorang berfikir secara serius

- Supaya berfikir philosof

- Supaya menjadi warga Negara yang baik

- Agar memiliki pengetahuan dan penyelidikan dengan

menggunakan akal budi (rasio) mengenai sebab-

sebab atas hukum tentang kebenaran

- Sistematika penulisan

Makalah ini disusun sebanyak tiga bab. Yang

masing-masing bab dijelaskan dalam sistematika

sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang meliputi, latar belakang

masalah, perumusan

masalah tujuan penulisan dan sistematika

penulisan

BAB II : Kajian Pustaka tentang fungsi dan arah

filsafat ilmu yang meliputi :

- Pengertian filsafat

- Pengertian ilmu

- Arah filsafat

- Konsep dasar ilmu

- Cabang-cabang filsafat

- Teratasan filsafat

- Stela’ahan filsafat

- Kedudukan dan fungsi filsafat ilmu

- Manfaat mempelajari filsafat

BAB III : Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran-

saran

BAB II

FUNGSI DAN ARAH FILSAFAT ILMU

A. Pengertian Ilmu

Ilmu adalah suatu teori melalui penelitian yang

merupakan pengetahuan yang benar dan criteria menentukan

kebenaran secara ilmiah.

Alkisah bertanyalah seorang awan kepada ahli filsafat

yang arif bijaksana, “Coba sebutkan kapada saya berapa

jenis manusia yang terdapat dalam kehidupan ini

berdasarkan pengetahuannya !”

Filsafat itu menarik nafas panjang dan bertun :

- Ada orang ang tahu di tahunya

- Ada orang yang tahu di tidaktahunya

- Ada orang yang tidak ditahunya

- Ada orang yang tidak di tidaktahunya

“Bagimana caranya agar saya mendapatkan pengetahuan

yang benar?” sambung orang awam itu : penuh hasrat dalam

ketidaktahuannya.

“Mudah saja” Jawab filsafat itu” ketahuilah apa ang

kamu tau dan ketahuilah apa yang tidak kamu tahu”.

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu kepastian

dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai

dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk

mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita

belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahw tidak

semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang

seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat

berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk

berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang

dicari telah kita jangkau.

Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gemuli sejak di

bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan

perguruan tinggi. Bersifat tentang ilmu berarti kita

berterus terang kepada diri kita sendiri :

- Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu ?

- Apakah cirri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu

dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu ?

- Bagaimana saya ketahui bahwa itu merupakan pengetahuan

yang benar ?

- Kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan

kebenaran secara ilmiah ?

- Mengapa kita mesti mempelajari ilmu ?

- Apakah kegunaan yang sebenarnya ?

Dmikian juga berfilsafat berarti berendah diri hati

mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui

;

- Apakah ilmu telah mencakup segenap pengetahuan yang

seyogyanya saya ketahui dalam kehidupan ini ?

- Dibatas manakah ilmu mulai dan dibatas manakah dia

bekerja ?

- Kemanakah saya harus berpaling dibatas ketidaktahuan

ini ?

- Apakah kelebihan dan keuntungan limu ?

Mengetahui kekurangan bukan berarti merendahkanmu, namun

secara sadar memanfaatkan untuk lebih jujur dalam

mencintaimu.

B. Pengertian Filsafat

Menurut hasbullah bahri, filsafat adalah pengetahuan

yang menyelidiki segala sesuatu yang mendalam mengenai

ketuhanan, alam semesta dan sebagainya.

Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang

yang berpijak di bumi sedang tangadah ke bintang-

bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam

kesemestaan galaksi da lembah dibawhnya. Dia ingin

menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang

ditatapnya. Karakteristik filsafat yang pertama adalah

filsafat menyuruh seorang ilmuan tidak puas lagi

mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri.

Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam kontelasi

pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu

dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin yakin

apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya.

Seringkali melihat seorang ilmuan yang picik, ahli

fisika menulis memandang rendah kepada ahli ilmu social.

Lulusan IPA merasa lebih tinggi dari lulusan IPS. Atau

lebih lagi, seorang ilmuan memandang rendah kepada

pengetahuan lain. Mereka meremehkan moral, agama dan

dilai etika mereka para ahli yang berada dibawah

tempurung disiplin keilmuannya masing-masing, sebaiknya

tengadah ke bintang-bintang dan tercengang : Lho, kok

masih ada langit lain di luar tempurung kita. Dan lalu

kitapun menyadari kebodohan, kekurangan dari kelemahan

kita sendiri yang saya tahu simpul sokrates, ialah bahwa

saya tidak tahu apa-apa!.

Kerendahan sokretes ini bukanlah cverbalisme yang

sekedar basa-basi. Seorang yang berpikir filsafat selain

tengadah kebintang-bintang, juga membongkar tempat

secara fundamental. Nilai karakteristik berfikir

filsafat yang kedua yakni sifat mendasar. Dia tidak lagi

percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu

dapat disebut benar ? bagaimana proses penilaian

berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah criteria

itu sendiri benar ?

Lalu benar sendiri itu apa ? seperti sebuah lingkaran

maka pertanyaan itu melingkar dan menyusun sebuah

lingkaran, kita harus mulai dari satu titik yang awalpun

sekaligus akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal

yang benar ? memang demikian secara terus terang tidak

mungkin kita menangguk pengetahuan secara keseluruhan

dan bahkan kita yakin kepada titik awal yang menjadi

jangkar pemikiran yang mendasar. Dalam hal ini kita

hanya berspekulasi dan inilah yang merupakan ciri

filsafat yang ketiga yakni sifat spekulatif.

Kita mulai mengernyitkan kening dan timbul kecurigaan

tehadap filsafat : bukanlah spekulasi ini suatu dasar

yang tidak bias diandalkan.? Seorang filusuf menjawab.

Memang namum hal ini tak bias diandalkan, menyusun

sebuah lingkaran kita harus mulai dari sebuah titik

bagaimanapun juga spekulatifnya. Yang penting adalah

bahwa dalam prosesnya, baik dari titik bagaimanapun juga

spekulatifnya. Yang penting adalah bahwa dalam prosesnya

baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita bisa

memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana

yang tidak, dan tugas utama filsafat adalah menetapkan

dasar-dasar yang dipandang paling berperang dalam

sensitif sebagai analan dalam proses. Yang disebut

sahih? Apakah yang disebut logis ? apakah yang disebut

benar ?apakah ala mini teratur atau kacau ? apakah hidup

ini adalah tujuannya atau abjad? Apakah hukum yang

mengatur alam dan segenap semua kehidupan?

Nama asal fisika adalah filsafat alam (Natural

Philosophy) dan nama asal ekonomi adalah filsafat moral

(moral Philosophy) dalam perkembangan filsafat menjadi

ilmu maka terdapatlah taraf peralihan. Dalam taraf

peralihan ini maka bidang penjelajahan filsafat menjadi

sempit, tidak lagi menyeluruh melainkan sektoral. Disini

orang tida lagi mempermasalahkan moral secara

keseluruhan melainkan dikaitkan dengan kegitan manusia

dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, walaupun demikian

dalam taraf ini secara konseptual ilmu masih merupakan

penerapan etika (Applied Ethic) dalam kegiatan manusia

memenuhi kebutuhan hidupnya metode yang dipakai adalah

normatif dan memenuhi dan dedaktif berdasarkan asas-asas

moral ang filsafati.

C. Konsep Dasar Ilmu

Pada tahap selanjutnya ilmu menyatakan dirinya otonom

dari konsep-konsep filsafat dan mendasarkan sepenuhnya

kepada hakekat alam sebagaimana darinya. Pada tahap

peralihan ilmu masih mendasarkan kepada norma yang

seharusnya sedangan dalam tahap-tahap terakhir ini, ilmu

mendasarkan kepada penemuan alamiah sebagaimana adanya.

Dalam menyusun pengetahuan alam dan sisinya ini maka

manusia tidak lagi mempergunakan metode yang bersifat

normatif dan dedukatif melainkan kombinasi antara

dedukatif dan induktif dengan dan jembatan yang berupa

pengajuan hipotesis yang dikenal sebagai metode logika

Hypothetic verifikatif “tiap limu dimulai dengan

filsafat dan diakhiri dengan seni.” Ujar Will Durant”.

Muncul dalam hipotesis dan berkembang kebersihan.”

Aguste Comte (1798-1857) membagi tingkat perkembangan

pengetahuan tersebut diatas kedalam tahapan sekaligus,

metapisik dan pasitif. Dalam tahap pertama maka atas

dligilah yang dijadikat postykat ilmiah sehingga ilmu

merupakan dedukasi atau penjabaran dari ajaran religi,

tahap kedua orang mulai berspekulasi tentang metafisika

(kebenaran) wujud yang menjadi objek penela’ahan yang

terbatas dari dogma religi dan mengembangkan system

pengetahuan diatas dasar postulat metafisik tersebut.

Dengan demikian kita menyadari bahwa semua pengetahuan

yang sekarang ada dimulai dengan speulasi. Dari

serangkaian inilah kita dapat memilih buah pikiran yang

dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari

penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria

tentang apa yang disebut benar maka tidak mungkin

pengetahuan lain berkembang diatas kebenaran, tanpa

menetapkan apa yang disebut baik atau buruk maka kita

tidak mungkin berbicara tentang moral. Demikian juga

tanpa wawasan yang disebut indah dan jelek tidak mungkin

kita membicarakan tentang kesenian.

D. Teratasan Filsafat

Will Durant telah mengembangkan bahwa filsafat

diibaratkan pasukan marinir yang merebut pantai untuk

pendaratan pasukan-pasukan infantri. Pasukan infanteri

ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah

ilmu, filsafat yang memenangkan tempat berpijak bagi

kegiatan keilmuan setelah itu ilmuwan yang membelah

gunung dan merebah tuhan menyempurnakan kemenangan ini

menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan setelah

pengarahan dilakukan maka filsafatpun pergi. Dia kembali

menjelajah laut lepas, berspekulasi dan meneratas.

Seorang yang skeptis akan berkata, sudah lebih dadri dua

ribu tahun orang berfilsafat namun selangkahpun dia

tidak maju. Sepintas lalu memang kelihatannya demikian,

dan kesalah pahaman ini dapat segera dihilangkan,

sekiranya dapat menyadari bahwa filsafat adalah marinir

yang merupakan prionir, bukan pengetahuan yang bersifat

merinci. Filsafat menyerahkan daerah yang sudah

dimenangkan kapada ilmu pengetahuan-pengetahuan lainnya.

Semua ilmu baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu social,

bertolak dari pengembangannya bermula sebagai filsafat.

Issal Newton (1642-1627) menulis hokum-hukum fisiknya

sebagai Philoshopil naturalis perinsipia matematika

(1689) dan adan smith (1723-1790) Bapak ilmu ekonomi

menulis buku The Wealth of Nations (1776) dalam

fungsinya sebagai professor of moral Philoshopy di

Chiversitas Glaslow.

Sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah

(ilmu) dimana asas-asas yang dipergunakan diuji secara

positif dalam proses Verifikasi yang obyektif.

E. Tela’ah filsafat

Filsafat berfungsi sebagai penela’ah yang intensif

untuk mengarahkan suatu proses di dalam upaya menentukan

hakekat-hakekat yang akan dicapai. Apakah sebenarnya

yang ditela’ah filsafat ?

Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia

menela’ah segala permasalahan yang mungkin dapat

dipikirkan oleh manusia, sesuai dengan fungsinya sebagai

pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok, terjawab

masalah yang satu, diapun mulai menambah pertanyaan yang

lain. Tentu saja tiap kurun waktu zaman mempunyai

masalah yang merupakan mode pada waktu itu.

Selaras dengan usaha peningkatan-peningkatan kemampuan

penalaran maka filsafat ilmu menjadi “Ngetop” sedangkan

dalam masa-masa yang akan datang maka yang akan menjadi

perhatian kemungkinan besar bukan lagi filsafat ilmu,

melainkan filsafat moral yang berkaitan denga ilmu.

F. Cabang-Cabang Filsafat

Pokok permasalahan yang dikaji mencakup tiga segi

yakni apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah,

mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk

(etika) serta apa yang termasuk indah dan apa yang

termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang filsafat ini

kemudian bertambah lagi yakni, pertama teori tentang ada

: tentang hakekat keberadaan zat, tentang hakekat

pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang

semuanya terangkum dalam metafisika dan keuda politik

yakni kajian mengenai organisasi social/pemerintahan

yang ideal, kelima cabang utama ini kemudian berkembang

lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai

bidang kajian ang lebih spesifik diantaranya filsafat

ilmu. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain

mencakup.

1. Epistimologi (Filsafat Pengetahuan)

2. Etika (Filsafat Moral)

3. Estetika (Filsafat Seni)

4. Matematika

5. Politik (Filsafat Pemerintahan)

6. Filsafat agama

7. Filsafat Ilmu

8. Filsafat Pendidikan

9. Filsafat Hukum

10. Filsafat Sejarah

11. Filsafat Matematika

G. Kedudukan Dan Fungsi Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology

(filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji

hakekat ilmu (Pengetahuan Ilmiah). Ilmu merupakan cabang

pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri tertentu. Meskipun

secara metodologi ilmu tidak membedakan ilmu-ilmu alam

dengan ilmu-ilmu social. Pembagian ini lebih merupakan

pembatasan masing-masing bidang yang ditela’ah yakni

ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu social, dan tidak

merincikan cabang filsafat yang bersifat otonom. Ilmu

memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara

filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil

antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social, dimana

keduanya mempunyai cirri-ciri kelimuan yang sama.

Menurut Radakrishnan pada Buku history of Filoshohy

pungsi pilsafat yaitu Kreatif,menetapkan nilai,

menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada

jalan – jalan baru.Filsafat hendaknya mengilhamkan

keyakinan pada kita untuk menopang dunia baru, yaitu

mencetak manusia – manusia yang menjadikan penggolongan

berdasarkan nation, rasi dan keyakinan keagamaan

mengabdi pada cita mulia kemanusiaan.

Berfikir secara filsafat dapat diartikan sebagai

berpikir yang sangat mendalam sampai pada hakikat, atau

berpikir secara global (menyeluruh), atau berpikir

dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut

pandang ilmu pengetahuan.Berfikir yang demikian ini

sebadai upaya untuk dapat berfikir secara tepat dan

benar serta dapat dipertanggungjawabkan.

Bahasan yang di cerna oleh ilmu filsafat sangat luas

cakupannya. Poin yang utama ditujunya adalah mencari

hakikat kebenaran segala sesuatu. Baik dalam kebenaran

berfikir ( Logika ), kebenaran tingkah laku (Etika)

Maupun dalam mencari hakikat sesuatu yang ada dibalik

alam nyata (metafisika), sehingga persoalannya adalah

apakah sesuatu itu hakiki (benar) atau maya(palsu).

Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam – macam.

Namun sekurang – kurangnya ada 4 macam paedah Yaitu :

1. Agar terlatih berfikir serius

2. Agar mampu memahami filsafat

3. Agar mungkin menjadi filsapat

4. Agar menjadi warga Negara yang baik

Menurut Fudyartanta (GAMA) ada 4 fungsi ilmu (pengetahuan )

Yaitu :

1. Fungsi Deskriftif : menggambarkan, melukiskan dan

memaparkan suatu objek atau masalah sehingga mudah

dipelajari atau diteliti.

2. Fungsi Pengembangan : melanjutkan hasil temuan yang

lalu dan menemukan hasil ilmu pengetahuan yang baru.

3. Fungsi Prediksi : meramalkan kejadian – kejadian yang

besar kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat

mengambil tindakan – tindakan yang perlu dalam usaha

menghadapinya.

4. Fungsi Kontrol : berusaha mengendalikan peristiwa –

peristiwa yang tidak dikehendaki.

Tegasnya : Fungsi ilmu (pengetahuan) ialah untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia didalam berbagai

bidangnya.

Ilmu menjelaskan dengan 4 pola yaitu : dedukatif,

probabilistic, ecologis dan genetic. Penjelasan

dedukatif adalah menjelaskan gejala dengan menarik

kesimpulan secara logis dan premis yang ditetapkan

sebelumnya. Penjelasan probilistik adalah menjelaskan

secara indukatif dan sejumlah kasus dan bersifat

mungkin. Penjelasan ecologis adalah penjelasan yang

bersifat fungsional dengan meletakan unsure dalam

kaitannya dengan system. Penjelasan genetic adalah

tentang gejala yang muncul dengan mempergunakan factor

yang timbul sebelumnya.

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan

yang mengkaji tentang hakikat ilmu. Dimana ilmu

merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri

tertentu yaitu yang bersifat konkrit yang artinya

masalah tersebut terdapat dalam jangkauan pengalaman

manusia dan ilmu tidak memasalahkan akhirat. Selain

bersifat konkrit, ilmu juga mempunyai cirri sifat lain,

yaitu bersifat nyata yang artinya jawaban itu ada pada

dunia nyata dan ilmu itu dimulai dari fakta dan diakhiri

dengan fakta . Dari cirri – cirri tersebut terdapat

dalam ilmu, kita bias mengetahui fungsi dari filsafat

ilmu dan arah dari filsafat ilmu.

Filsafat ilmu mempelajari apakah objek yang ditelaah

dalam ilmu, bagaimana proses mendapatkan ilmu dan apakah

kegunaan ilmutersebut. Objek atau hakekat sesuatu

dipelajari dalan antology, cara mendapatkannya

dipelajari dalan pistemology, dan kegunaannya dipelajari

dalam aksiologi. Dari kajian – kajian yang terdapat

dalam ilmu filsafat ilmu kita bias mengetahui kembali

fungsi dari arah filsafat ilmu. Oleh karena itu fungsi

filsafat ilmu adalah :

1. Untuk mengetahui objek apa saja yang ditela’ah dalam

ilmu

2. untuk mengetahui tentang proses mendapatkan ilmu

3. untuk mengethui kegunaan dari ilmu tersebut

4. untuk mengetahui cirri –ciri tertentu dari cabang –

cabang pengetahuan yang termasuk kedalam objek kajian

dari filsafat ilmu.

Sedangkan arah dari filsafat ilmu adalah mengarahkan

seseorang untuk mengkaji filsafat lebih dalam tentang

“benar –salah “, “Baik – buruk” etika dan “indah –

jelek” etika yang masing – masing sifat tersebut dapat

mengarahkan seseorang ahli filsafat untuk mengetahui

tentang filsafat ilmu. Filsafat yang mengkaji tentang

salah – benar disebut loga, filsafat yang mengkaji

tentang baik – buruk disebut etika dan filsafat yang

mengkaji tentang indah – jelek disebut estetika.

Ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam menghasilkan

suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang dapat

diandalkan. Berfikir bukan satu –satunya cara dalam

mendapatkan pengetahuan. Demikian juga ilmu bukan satu –

satunya produk dari kegiatan berfikir menurut langkah –

langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai

berfikir ilmiah.

Berfikir ilmiah merupakan kegiatan berfikir yang

memenuhi persyaratan – persyaratan tertentu. Persyaratan

tersebut pada hakikatnya mencakup dua criteria utama

yakni,pertama berpikir ilmiah harus mempunyai alur jalan

fikiran yang logis, kedua pernyataan yang bersifat logis

tersebut harus didukung oleh fakta empiris. Persyaratn

pertama mengharuskan alur jalan pikiran kita untuk

konsisten dengan pengetahuan ilmiah yang telah ada

sedangkan persyaratan kedua mengharuskan kita untuk

menerima pernyatan yang didukung oleh fakta sebagai

pernyataan yang benar secara ilmiah.

Pernyataan yang telang diuji kebenarannya ini kemudian

diperkaya khasanah pengetahuan pengetahuan ilmiah yang

disusun secara sistematik dan komulatif. Kebenaran

ilmiah ini tidaklah bersifat mutlak sebab mungkin saja

pernyataan yang sekarang logis kemudian akan

bertentangan dengan ilmu pengetahuan ilmiah baru atau

pernyataan yang sekarang didukung oleh fakta kemudian di

tentang oleh penemuan baru, kebenaran ilmiah terbuka

bagi koreksi dan penyempurnaan.

Dari hakikat berfikir ilmiah tersebut maka kita dapat

menyimpulkan beberapa karakteristik dari ilmu.Pertama

ialah bahwa ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk

mendapatkan pengetahuan yang benar. Walaupan demikian

maka berfikir secara rasional inipun harus memenuhi

syarat-syarat tertentu agar sampai kepada kesimpulan

yang dapat di andalkan. Untuk itu maka ilmu mempuyai

karakteristik yang kedua yakni alur jalan fikiran yang

logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada.

Walaupun demikian maka tidak semua yang logis itu

didukung fakta atau mengandung kebenaran secara empiris.

Untuk itu maka ilmu mensyaratkan karakteristik yang ke

tiga yakni pengujian secara empiris sebagai criteria

kebenaran objektif. Pernyataan yang dijabarkan secara

logis dan telah teruji ecara empiris lalu dianggap benar

secara ilmiah dan memperkaya khajanah pengetahuan

ilmiah. Walaupun demikian tidak ada jaminan bahwa

pernyataan yang sekarang benar secara ilmiah kemudian

lalu tidak shahih lagi. Untuk itu maka ilmu mensyaratkan

karakteristik ke empat, yakni mekanisme yang terbuka

terhadap koreksi.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Seseorang yang secara benar yang memahami filsafat

sebagai salah satu ilmu berarti seseorang tersebut mampu

mengetahui fungsi dan filsafah hidup yang dapat membenarkan

dampak secara langsung untuk pembenaran dalam kehidupan

kita sehari-hari

Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan

yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu ( pengetahuan

ilmiah )

Dari hakikat berfikir ilmiah maka kita dapat

menyimpulkan beberapa karakteristik dan ilmu. Pertama ialah

bahwa ilmu mampercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan

pengetahuan yang benar, kedua alur jalan pikiran yang logis

yang konsisten dengan pengetahuan yang telah ada, ketiga

yakni pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran

objektif, ke empat yakni mekanisme yang terbuka terhadap

koreksi

Arah dari filsafash ilmu adalah mengarahkan seseorang

untuk mengkaji filsafat lebih dalam tentang “benar-salah”,

”baik-buruk”, dan “indah-jelek” yang masing-masing sifat

tersebut dapat mengarahkan seseorang ahli filsafat untuk

mengetahui tentang filsafat ilmu.

Saran

Demikian yang dapat kami sampaikan melalui makalah ini,

tentunya banyak hal-hal yang perlu diperbaiki serta

langkah-langkah dari permasalahan yang dihadapi dalam

pengembangan dari metode penulisan, kata-kata atau pun

kalamat-kalimat yang belum sumpurna di dalamnya

Adapun cara penilaian,hak dan tidaknya kami serahkan

kepada para pembaca, mudah-madahan dapat memberikan bantuan

doa atas terselenggaranya penulisan makalah ini semoga anda

dalam lindungan dan keridhoan Allah SWT Amin.

DAFTAR PUSTAKA

S. Suria Sumantri Jujun, Filsafat Ilmu. Pustaka Sinar Harapan

Jakarta, 2005

Muzakir, Drs. A. Ahmad Syadali, MA. Filsafat Ilmu, Pustaka Setia

Bandung, 1991

Syafii Inu Kencana, Pengantar Filsafat Ilmu. Refika Aditama

Bandung, 2004

S. Suria Sumantri Jujun, Filsafat Ilmu. Pustaka Sinar Harapan.

Jakarta 1990

Tafsir Ahmad. Dr. Filsafat Umum, Remaja Rosdakarya, Bandung.

1990

Ansori H. Endang Saefudin, Th. A., Ilmu Filsafat dan Agama