SOCIALIZATION PROCESS AND INVESTMENT IN CULTURAL VALUES AS A CHILD OF TRADITIONAL DOLANAN HERITAGE...

24
SOCIALIZATION PROCESS AND INVESTMENT IN CULTURAL VALUES AS A CHILD OF TRADITIONAL DOLANAN HERITAGE CONSERVATION EFFORTS NUSANTARA Eny Kusumastuti Staff Pengajar Pendidikan Sendratasik FBS Unnes ( Mahasiswa Prodi S3 Pendidikan Seni PPs Unnes) Email: [email protected] Abstrac Traditional dolanan child at this time already marginalized. The existence of traditional child dolanan now only be remembered by parents, even some parents who do not understand even able to play traditional dolanan child so that in the end can not tell and teach its offspring. Many factors affect the marginalization of traditional dolanan child. On the other hand traditional dolanan child has benefits and positive values for children's development. Some aspects of life such as education, social, economic, and culture in the traditional dolanan child. Seeing the usefulness and positive values contained in traditional dolanan children, the need for the introduction, cultivation of cultural values and the preservation of traditional dolanan children as one of the cultural heritage of the archipelago. Introduction, cultivation and preservation of traditional child dolanan can be done through formal education, in formal and non-formal . Keywords: traditional dolanan children, introduction, cultivation, preservation, cultural values PROSES SOSIALISASI DAN PENANAMAN NILAI-NILAI BUDAYA DALAM DOLANAN TRADISIONAL ANAK SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN WARISAN NUSANTARA Abstrak Dolanan tradisional anak pada saat ini sudah mulai terpinggirkan. Keberadaan dolanan tradisional anak 1

Transcript of SOCIALIZATION PROCESS AND INVESTMENT IN CULTURAL VALUES AS A CHILD OF TRADITIONAL DOLANAN HERITAGE...

SOCIALIZATION PROCESS AND INVESTMENT IN CULTURAL VALUESAS A CHILD OF TRADITIONAL DOLANAN

HERITAGE CONSERVATION EFFORTS NUSANTARA

Eny KusumastutiStaff Pengajar Pendidikan Sendratasik FBS Unnes ( Mahasiswa Prodi S3

Pendidikan Seni PPs Unnes) Email: [email protected]

AbstracTraditional dolanan child at this time alreadymarginalized. The existence of traditional childdolanan now only be remembered by parents, even someparents who do not understand even able to playtraditional dolanan child so that in the end can nottell and teach its offspring. Many factors affect themarginalization of traditional dolanan child. On theother hand traditional dolanan child has benefits andpositive values for children's development. Someaspects of life such as education, social, economic,and culture in the traditional dolanan child. Seeingthe usefulness and positive values contained intraditional dolanan children, the need for theintroduction, cultivation of cultural values and thepreservation of traditional dolanan children as one ofthe cultural heritage of the archipelago.Introduction, cultivation and preservation oftraditional child dolanan can be done through formaleducation, in formal and non-formal .

Keywords: traditional dolanan children, introduction,cultivation, preservation, cultural values

PROSES SOSIALISASI DAN PENANAMAN NILAI-NILAI BUDAYA DALAMDOLANAN TRADISIONAL ANAK SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN

WARISAN NUSANTARA

AbstrakDolanan tradisional anak pada saat ini sudah mulaiterpinggirkan. Keberadaan dolanan tradisional anak

1

sekarang hanya dapat dikenang oleh orang tua, bahkantidak sedikit para orang tua yang tidak memahamibahkan mampu memainkan dolanan tradisional anaktersebut sehingga pada akhirnya juga tidak dapatmenceritakan dan mengajarkan kepada anak keturunannya.Banyak faktor yang mempengaruhi terpinggirkannyadolanan tradisional anak. Di sisi lain dolanantradisional anak mempunyai manfaat dan nilai-nilaipositif bagi perkembangan anak. Beberapa aspekkehidupan seperti pendidikan, sosial, ekonomi, danbudaya ada dalam dolanan tradisional anak. Melihatkebermanfaatan dan nilai-nilai positif yang terkandungdalam dolanan tradisional anak, perlu adanyapengenalan, penanaman nilai-nilai budaya danpelestarian dolanan tradisional anak sebagai salahsatu warisan budaya nusantara. Pengenalan, penanamandan pelestarian dolanan tradisional anak bisadilakukan melalui pendidikan formal, in formal dan nonformal.

Kata Kunci: dolanan tradisional anak, pengenalan,penanaman, pelestarian, nilai-nilai budaya

PENDAHULUAN

Jamuran ya ge ge thok         (jamurannya ya dibuat pura-pura)Jamur apa ya ge ge thok      (jamur apa ya dibuat pura-pura)Jamur gajih mbejjih sakara-ara (jamur gajih mengotori seluruhlapangan)Semprat-semprit jamur opo (melesat cepat jamur apa)

Kalimat sepintas merupakan lirik lagu dolanan anak

Jamuran yang dulu sering terdengar di masyarakat pedesaan

atau juga perkotaan pada waktu sore hari terlebih

saat padang wulan. Jamuran, merupakan salah satu dari sekian

banyak dolanan anak tradisional yang pernah eksis di

masyarakat Jawa Tengah, terutama di kalangan anak-anak.

Dolanan anak di era sebelum tahun 90-an sangat eksis dalam

2

masyarakat desa bahkan perkotaan. Karena waktu itu masih

jarang permainan modern seperti game-game play station dan

permainan modern di maal seperti saat ini. Di samping

harga untuk mendapatkan permainan modern tersebut mahal,

juga masih sangat terbatas. Namun sekarang Jamuran tidak

lagi mudah dijumpai di perkotaan. Jangankan di perkotaan,

di desa-desa pun sudah hampir tidak ada lagi. Bukan hanya

Jamuran, dolanan anak tradisional lain seperti cublak-cublak

suweng, engklek, egrang, gobag sodor, gamparan, benthik, juga

sudah tidak eksis lagi seperti dulu. Kalaupun ada itu

hanya segelintir saja, jumlahnya tidak besar sebagaimana

dulu.

Keberadaan dolanan anak kini hanyalah sekedar

kenangan bagi orang tua dan sekedar cerita orang tua

kepada anak, tanpa anak dapat merasakan secara langsung

seperti apa dolanan tersebut. Bahkan sebagian besar anak-

anak sekarang tidak lagi mengenal sekian banyak dolanan

tradisional anak yang pernah eksis dan populer pada tempo

dulu. Hampir punahnya dolanan anak ini diakibatkan

derasnya arus perkembangan teknologi. Hasil cipta

perkembangan teknologi membuat wahana bermain bagi anak

serba modern dan elektrik. Game-game play station maupun game

online di komputer yang kebanyakan hasil cipta budaya luar

lebih memberikan tawaran saat ini. Sehingga banyak

dijumpai, anak lebih asyik bermain game di depan layar

daripada bermain dolanan tradisional di pekarangan. Media

3

bermain di pasar-pasar modern atau maal juga disuguhkan

dengan daya tarik tersendiri sehingga membuat anak ingin

bermain di situ. Biaya yang dikeluarkan tidak menjadi

persoalan asalkan si anak senang.

Permasalahannya adalah, bukan tidak ingin menerima

kemajuan teknologi yang terjadi saat ini, namun perlu

disadari bahwa, kemajuan teknologi tidak seluruhnya

membawa dampak positif namun juga membawa dampak negatif

yang tanpa disadari, hal ini tentu cukup mengkhawatirkan

terutama bagi anak-anak yang sedang mengalami fase

perkembangan. Saat ini berbagai macam permainan modern

mudah didapatkan, baik secara online ataupun offline dan

sangat mudah untuk diakses oleh anak-anak, dan tidak

sedikit orang tua yang membiarkannya bahkan ada pula

orang tua yang menfasilitasi di rumah, dengan alasan

sebagai hiburan anak ketika anak-anak berada di rumah.

Selain disediakan di rumah, banyak juga orang-orang yang

membuka usaha game seperti playstation, game online, dan lain-

lain.

Apabila hal ini berjalan tanpa adanya pengawasan

dari orang tua, tentu cukup berbahaya bagi perkembangan

anak. Karena dengan permainan-permainan modern secara

tidak sadar menjerumuskan anak ke hal yang bisa berdampak

negatif. Seperti misalnya anak sulit untuk bersosialiasi,

karena anak hanya selalu berinteraksi dengan permainan

modern, dimana permainan-permainan modern saat ini

4

biasanya hanya dilakukan sendiri tanpa adanya interaksi

dengan orang lain. Selain itu pula anak akan menjadi

pasif dalam kehidupan nyata, ketika anak-anak yang sudah

kecanduan tehadap game maka anak akan cendrung pasif

dalam kehidupan nyata, lebih memilih berdiam diri di

rumah sambil bermain game, dibandingkan bermain dengan

teman-temannya.

Berbagai tindak kriminal yang dilakukan anak-anak

yang kini banyak terjadi, juga merupakan salah satu

dampak paling nyata dari buah permainan modern yang

direguk anak. Alat permainan modern memang mampu

meningkatkan kecerdasan otak anak, tetapi dengan alat

permainan modern itu ada aspek yang tertinggal, yaitu

perkembangan sosial, emosional, kemampuan perasaan

menahan diri terhadap orang lain. Apabila hal ini terus

dibiarkan, tidak menutup kemungkinan bahwa permainan

tradisional yang selama ini telah mengakar dalam jiwa

anak-anak Indonesia sejak dulu akan punah, dan hal

tersebut juga akan berpengaruh pada pembentukan karakter,

jiwa dan kepribadian anak yang cenderung individualisme.

Selain pengaruh perkembangan teknologi, meredupnyadolanan anak juga dipengaruhi tidak adanya pewarisan dariorang tua kepada anak. Anak tidak lagi mendapatkantransfer nilai, pengetahuan, dan cara tentang dolanantradisional anak dari para orang tua. Sempitnya lahan disetiap lingkungan juga sedikit banyak memberikanpengaruh. Padahal dolanan anak merupakan warisan budaya

5

para leluhur. Dalam konteks zaman modern seperti saat inibukan berarti permainan modern lantas dilarang beredar dimasyarakat, akan tetapi di tengah variasinya permainanmodern, bagaimana usaha untuk menjadikan dolanantradisional anak  tetap dikenal dan diminati oleh anak-anak sekarang. Maka pertanyaannya, kedepan masih adakahtempat dan pelestariannya bagi dolanan anak tradisional diNusantara ini? Siapakah yang layak bertanggung jawabdalam melestarikan khasanah budaya bangsa berupa dolanantradisional anak ini? Bagaimanakah usaha untukmengenalkan dan menanamkan nilai-nilai budaya dolanantradisional anak sebagai usaha pelestarian warisannusantara?

Hakekat Bermain, Permainan dan Dolanan

Huizinga mengintroduksi manusia sebagai homo ludens,

artinya manusia yang bermain (Huizinga 1990: xii).

Aktivitas bermain dilakukan manusia untuk tujuan

menyempurnakan kehidupannya. Menurut Huizinga, permainan

diartikan sebagai lebih dari sekadar fenomena fisiologis

atau reaksi psikologis, tetapi suatu permainan memiliki

makna signifikan yang menjadi dasar kebudayaan dan

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan fisik dan daya

seleksi. Vygotsky (Holzman 2009: 31-32)

mengklasifikasikan permainan ke dalam tiga jenis.

Pertama, permainan bebas (free play); kedua, permainan dengan

benda mainan (game play); dan ketiga, permainan teatrikal

atau pertunjukan (theatrical play of performance). Permainan bebas

dan teatrikal selanjutnya dipadukan menjadi satu kesatuan

6

analisis, karena di dalam kedua jenis permainan itu,

anak-anak secara aktif menjadi produsen bagi

permainannya, serta menghasilkan dan mengkoordinasikan

unsur persepsi, kognisi, dan emosional pada waktu

bermain.

Masa usia 3-5 tahun merupakan masa permainan

(Hurlock dalam Sujiono: 2005). Bermain sebagai kegiatan

yang mempunyai nilai praktis, artinya bermain digunakan

sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan

kemampuan tertentu pada anak (Plato dkk, dalam Sujiono:

2005). Bermain pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan

yang memiliki karakteristik aktif dan menyenangkan.

Bermain juga dilakukan secara suka rela atau volunter dan

biasanya muncul dari motivasi internal. Kegiatan bermain

biasanya bersifat simbolik atau pura-pura karena tidak

terjadi secara nyata. Bermain memiliki arti yang penting

bagi anak, meskipun kegiatan bermain ini tidak terjadi

nyata.

 Herbert Spencer mengemukakan bahwa tenaga yang

berlebihan yang terdapat pada setiap diri manusia harus

disalurkan keluar melalui kegiatan bermain. Stanley Hall

mengatakan bahwa permainan yang dilakukan oleh manusia

(anak) itu merupakan ulangan dari kehidupan nenek moyang

kita. Schaller dan Lazarus mengemukakan bahwa kelelahan

itu akan mendorong manusia kepada permainan. Sedangkan

Claparede mengemukakan bahwa anak-anak bermain karena

7

dalam kehidupan sehari-hari tidak memperoleh kepuasan

sehingga melakukan fantasinya dalam bentuk permainan

sehingga dapat melepaskan segala kehendaknya

(http://melyloelhabox.blogspot.com/2013/05/bentuk-dan-jenis-

permainan.html. diunduh 29 Oktober 2013) .

Mainan mempunyai manfaat antara lain untuk: (a)

mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak; (b)

memenuhi kebutuhan emosi anak; (c)mengembangkan

kreatifitas dan kemampuan bahasa anak; (d) membantu

proses sosialisasi anak. Bermain juga berfungsi untuk

mengembangkan aspek perkembangan anak antara lain

mengembangkan kemampuan motorik, kognitif, afektif,

bahasa serta aspek sosial (Suyanto: 2005).

Permainan dalam istilah Jawa disebut Dolanan.  Akrab

dengan istilah dolanan anak, karena dilakukan oleh

kalangan anak-anak seumuran Taman Kanak-kanak, Sekolah

Dasar sampai SMP. Dolanan berasal dari kata dolan yang

artinya bermain-main (Prawiroatmodjo 1988: 95). Dalam hal

ini arti dolan adalah main, yang mendapat akhiran-an,

sehingga menjadi dolanan. Kata dolan merupakan kata kerja

yaitu “bermain” (to play), sebagai kata benda yaitu

permainan (play game) dan atau mainan (toy). Menurut

Poerwadarminto (1939: 73) dolanan adalah bermain, sarana

yang digunakan untuk bersenang-senang, permainan.

Sedangkan lagu dolanan anak adalah ragam suara yang

8

dinyanyikan, nyanyi nyanyian, ragam nyanyi (musik

gamelan) (Poerwadarminto 1976: 550).

Di setiap daerah di Nusantara, hampir keseluruhannya

terdapat dolanan tradisional anak. Ada yang permainannya

sama antara satu daerah dengan daerah lain, hanya berbeda

penamaan atau istilahnya saja. Misalkan di Jawa Tengah

dan DIY ada dolanan anak delikan, di daerah Jawa Barat juga

ada dengan nama susumputan. Dolanan tradisional anak di

masing-masing daerah memiliki kekhasan tersendiri. Dolanan

anak bisa dikatakan sebagai hasil budaya lokal Indonesia.

Nilai-nilai budaya luhur dalam dolanan anak tampak dari

kebersamaan antar sesama, kedekatan dengan lingkungan

alam, dan kreatifitas yang luar biasa biarpun dengan

segala keterbatasan.

Dolanan anak dilihat dari sisi pendidikan memuat beragam

nilai edukasi bagi anak.

Dolanan anak di daerah Jawa, apabila

dikatagorisasikan maka dapat dibedakan menjadi: pertama,

bermain dengan bunyi atau nyanyian, kedua, bermain dengan

adu ketangkasan dan ketepatan, serta ketiga, bermain

dengan mengolah pikiran. Dimana ketiga hal tersebut mampu

memberikan stimulus pada aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Bermain dengan bunyi, contohnya seperti yang ada

dalam dolanan cublak-cublak suweng dan jamuran. Dalam

permainan cublak-cublak suweng dan jamuran tersebut semua anak

9

merasakan keasyikan dalam bermain. Hal ini senada dengan

konsep belajar yang menyenangkan (fun learning). Nyanyian

dapat memberikan stimulus pada otak anak agar lebih fresh.

Berikut ini gambar dolanan cublak-cublak suweng dan jamuran.

Gambar 1. Cublak-cublak Suweng

Gambar 2. Jamuran

Bermain dengan adu ketangkasan, contohnya

seperti gobag sodor, nekeran, egrang, gamparan, dan masih banyak

lagi. Seperti terlihat pada gambar 3 dan 4 berikut ini.

10

Gambar 3. Gobag Sodor

Gambar 4. Egrang

Biasanya permainan tersebut banyak dimainkan oleh

anak laki-laki. Ada juga bentuk permainan adu ketangkasan

yang dimainkan oleh anak perempuan, seperti yeye atau

lompat tali. Permainan-permainan tersebut dapat membantu

anak dalam menumbuhkan ketrampilan, kreativitas, dan

kecekatan dalam bergerak. karena permainan tersebut

banyak menggunakan gerakan secara fisik. Dalam konteks

pembelajaran disebut dengan gaya kinestetik.

Selanjutnya bermain dengan olah pikiran seperti

dalam permainan bekelan dan dakonan. Permainan ini lebih

banyak dimainkan oleh anak-anak perempuan. Permainan ini

sarat akan ketepatan, kecermatan, dan hitungan matematis.

11

Tidak menggunakan fisik namun banyak dengan mengolah

pikiran.

Gambar 5. DakonGambar 6. Bekelan

Manfaat Dolanan Tradisional Anak Dolanan Tradisional yang ada di berbagai belahan

nusantara ini dapat menstimulasi berbagai aspekperkembangan anak (Misbach 2006), meliputi: (1) Aspekmotorik, yaitu melatih daya tahan, daya lentur,sensorimotorik, motorik kasar, motorik halus. (2) Aspekkognitif yaitu mengembangkan imajinasi, kreativitas,problem solving, strategi, antisipatif, pemahamankonstekstual. (3) Aspek emosi yaitu kontrolemosi, ,mengasah empati, pengendalian diri. (4) Aspekbahasa yaitu pemahaman konsep-konsep nilai. (5) Aspeksosial yaitu menjalin relasi, kerja sama, melatihkematangan sosial dengan teman sebaya dan meletakkan

12

pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi denganorang yang lebih dewasa/masyarakat. (6) Aspek spriritualyaitu menyadari keterhubungan dengan sesuatu bersifatAgung. (7) Aspek ekologis yaitu memahami pemanfaatanelemen-elemen alam sekitar secara bijaksana. (8) Aspeknilai-nilai/moral yaitu menghayati nilai-nilai moral yangdiwariskan dari generasi terdahulu kepada generasiselanjutnya.

Nilai-nilai Positif dalam Dolanan Tradisional Anak

Selain memiliki manfaat, permainan tradisional juga

mengajarkan berbagai sisi positif, diantaranya: (1)

Permainan anak selalu melahirkan nuansa suka cita. (2)

Keguyuban yang dibangun secara bersama-sama, artinya demi

menjaga permainan dapat berlangsung secara wajar,

mengorganisir diri dengan membuat aturan main di antara

anak-anak sendiri. Dalam konteks inilah anak-anak mulai

belajar mematuhi aturan yang mereka buat sendiri dan

disepakati bersama di satu sisi, anak belajar mematuhi

aturan bermain secara fairplay. Sementara itu, apabila ada

anak yang tidak mematuhi aturan main, akan mendapatkan

sanksi sosial dari sesamanya. Dalam kerangka inilah, anak

mulai belajar hidup bersama sesamanya atau hidup

bersosial. Namun demikian di pihak lain, apabila dia mau

mengakui kesalahannya, teman yang lain pun bersedia

menerimanya kembali. Suatu bentuk proses belajar

mengampuni dan menerima kembali dari mereka yang telah

mengakui kesalahannya (rekonsiliasi). (3) Keterampilan

13

anak senantiasa terasah karena anak terkondisi membuat

permainan dari berbagai bahan yang telah tersedia di

sekitarnya. Dengan demikian, otot atau sensor motoriknya

akan semakin terasah pula. Di pihak yang lain, proses

kreatifitasnya merupakan tahap awal untuk mengasah daya

cipta dan imajinasi anak memperoleh ruang pertumbuhannya.

(4) Pemanfaatan bahan–bahan permainan selalu tidak

terlepas dari alam. Hal ini melahirkan interaksi antara

anak dengan lingkungan sedemikian dekatnya. Kebersamaan

dengan alam merupakan bagian terpenting dari proses

pengenalan manusia muda terhadap lingkungan hidupnya. (5)

Hubungan yang sedemikian erat akan melahirkan penghayatan

terhadap kenyataan hidup manusia. Alam menjadi sesuatu

yang dihayati keberadaanya, tak terpisahkan dari

kenyataan hidup manusia. Penghayatan inilah yang

membentuk cara pandang serta penghayatan akan totalitas

cara pandang mengenai hidup ini (kosmologi). Cara pandang

inilah yang kemudian dikenal sebagai bagian dari sisi

kerohanian manusia tradisional. (6) Dolanan tradisional

anak juga punya pengaruh yang sangat besar terhadap

perkembangan jiwa anak, di antaranya anak dituntut untuk

lebih kreatif. Dolanan tradisional biasanya dibuat

langsung oleh para pemainnya dengan menggunakan barang-

barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar

para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif

menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, dolanan

14

tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis.

Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah

umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan

dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat

bahwa para pemain dituntut untuk kreatif.

Dolanan tradisional anak juga dapat digunakan sebagai

terapi terhadap anak. Saat bermain, anak-anak akan

melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan

bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai

terapi untuk anak-anak yang memerlukan kondisi tersebut.

Hal itu juga berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan

majemuk anak. Dolanan tradisional yang sering dimainkan

oleh anak-anak juga dapat membantu mengembangkan

kecerdasan intelektual anak. Dolanan tradisional mampu

membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan

intelektualnya. Permainan tersebut akan menggali wawasan

anak terhadap beragam pengetahuan.

Perkembangan kecerdasan emosi dan antar personal

anak juga dapat dikembangkan secara maksimal melalui

dolanan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak dengan

melakukannya secara berkelompok. Dolanan tradisional juga

dapat digunakan sebagai media untuk membantu

mengembangkan kecerdasan logika anak. Beberapa permainan

tradisional melatih anak untuk berhitung dan menentukan

langkah-langkah yang harus dilewatinya, misalnya, Dam-

daman, Bola Bekel, Betengan, dan lain-lain.

15

Manfaat lain yang bisa didapat dari dolanan

tradisional anak adalah untuk mengembangkan kecerdasan

kinestetik anak. Pada umumnya, dolanan tradisional

mendorong para pemainnya untuk bergerak, seperti

melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan lainnya.

Selain itu, dolanan tradisional anak juga dapat membantu

mengembangkan kecerdasan natural anak. Banyak alat

permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan, tanah,

genting, batu, atau pasir yang dapat mendekatkan anak

pada alam sekitar.

Aspek Kehidupan dalam Dolanan Tradisional Anak

Aspek kehidupan seperti pendidikan, sosial, ekonomi,

dan budaya ada dalam dolanan tradisional anak. Dalam aspek

sosial, dolanan anak banyak memberikan pengaruh sikap pada

anak dalam berkehidupan di masyarakat. Dari sejumlah

dolanan anak yang ada, kebanyakan dilakukan secara bersama

di lingkungan masyarakat. Disinilah nilai kebersamaan,

kerukunan, dan saling memahami karakter itu ada. Kalah

menang dalam permainan tidak mengurangi sedikitpun

kebersamaan dan keakraban. Di sisi lain dolanan anak

menyebabkan anak semakin dekat dengan lingkungan alam.

Tercermin dalam pelaksanaan permainan yang membutuhkan

areal halaman cukup luas dan berada di luar ruang. Juga

peralatan bermain yang di ambilkan dari unsur alam.

Misalkan dalam permainan dakonan menggunakan biji sawo16

kecik, permainan egrang menggunakan bambu, dan permainan

gamparan yang menggunakan batu.

Secara ekonomi, dolanan tradisional anak dapat

menghindarkan anak pada gaya hidup boros. Karena dalam

dolanan anak kebanyakan tidak perlu mengeluarkan biaya,

kalaupun ada itu sangat sedikit yang dikeluarkan. Dengan

kesederhanaan dan keterbatasan yang tampak justru

mendorong semangat berkreatifitas dalam diri anak. Anak

dapat memanfaatkan unsur alam sebagai alat atau media

bermainnya. Hal tersebut dilakukan dengan praktis dan

mudah.

Pengenalan, Penanaman dan Pelestarian Nilai-nilai Budayadalam Dolanan Tradisional Anak

 Dolanan tradisional anak yang hampir punah ini perlu

disosialisasikan kembali kepada anak- anak. Sosialisasi

dan penanaman nilai-nilai budaya dolanan tradisional anak

bisa dilakukan melalui pendidikan formal, in formal dan

non formal.

Proses sosialisasi memerlukan media tertentu yaitu agen of

socialization yang meliputi orang tua atau keluarga, teman

sebaya, sekolah, media masa dan masyarakat (Rohidi 1994:

16-19).

Orang Tua atau Keluarga

Apabila pola komunikasi dan interaksi secara efektif

dalam keluarga berjalan dengan baik, maka anak akan

17

memperoleh kesempatan untuk belajar berbagai unsur budaya

seperti pengetahuan, kebahasaan, etika, keterampilan

pengenalan lingkungan dan keterampilan motorik tertentu

serta dapat memainkan status dan perannya di tengah

keluarganya. Demikian juga dalam proses sosialisasi

dolanan tradisional anak, peran orang tua dan keluarga

sangat penting. Orang tua dan keluarga diharapkan dapat

mengenalkan dan mengajarkan dolanan tradisional kepada

anak.

Teman Sebaya

Melalui kegiatan bermain dolanan tradisional dengan

teman sebayanya, anak akan belajar mengenal berbagai

aturan yang barangkali berbeda dengan kebiasaan yang

berlaku di rumahnya. Tanpa disadari, anak dituntut

belajar untuk mengembangkan sikap toleran, menghargai

milik orang lain, dan memainkan suatu peran tertentu.

Sekolah

Sekolah sebagai pendidikan formal bisa menjadi salah

satu tempat yang sesuai untuk mensosialisasikan dolanan

tradisional anak. Lembaga sekolah dapat dijadikan

mediator dalam mengajarkan nilai-nilai budaya melalui

media dolanan. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama

dengan pihak sekolah untuk merancang metode pengajaran

dengan menggunakan dolanan (dalam hal ini dolanan

18

tradisional) sebagai alat pengajaran dan juga media

pembelajaran nilai-nilai budaya. Menurut Sudjana dan

Rivai (1991), media instruksional merupakan alat bantu

mengajar yang termasuk dalam komponen metodologi

penyampaian pesan untuk mencapai tujuan instruksional.

Dengan melihat kedua pengertian tersebut dapat dikatakan

bahwa media instruksional merupakan media yang

dipergunakan dalam proses instruksional (belajar-

mengajar), untuk mempermudah pencapaian tujuan

instruksional yang lebih efektif dan memiliki sifat yang

mendidik.

Dolanan tradisional dapat dipakai sebagai media

instruksional untuk mengajarkan materi dan juga

menanamkan nilai-nilai budaya. Roberts dan Sutton Smith

(dalam Budisantoso, 1983) bahwa jenis-jenis permainan

sangat besar pengaruhnya terhadap mutu kegiatan pembinaan

budaya anak-anak dalam masyarakat. Anak- anak lebih bisa

menerima dengan cepat suatu pengetahuan melalui

permainan. Sebab dalam dolanan anak terkandung nilai-

nilai pendidikan yang tidak secara langsung terlihat

nyata, tetapi terlindung dalam sebuah simbol–nilai-nilai

tersebut berdimensi banyak, antara lain rasa kebersamaan,

kejujuran, kedisiplinan, sopan-santun dan aspek-aspek

kepribadian yang lain (Arikunto, 1993). Terlebih lagi

secara psikologis bahwa dolanan bagi anak-anak merupakan

kegiatan yang menarik dan menyenangkan.

19

Melalui bentuk-bentuk dolanan tradisional anak,

contohnya di Jawa, dapat disampaikan ketrampilan dan

pengetahuan tentang kebersamaan dan sikap saling tolong-

menolong, juga toleransi kepada anak-anak. Bentuk-bentuk

dolanan tradisional anak ini harus dimodifikasi dan

disesuaikan dengan kebutuhan serta tujuan dari kegiatan

pendidikan nilai-nilai budaya. Dolanan tradisional

(khususnya di Jawa) lebih bersifat bermain dan bernyanyi

atau dialog, bermain dan olah pikir, serta bermain dan

adu ketangkasan (Dharmamulya dkk, 2008).

Berikut merupakan usulan hal-hal yang bisa dilakukan

di sekolah untuk mengenalkan, mengajarkan dan menanamkan

nilai- nilai budaya melalui dolanan tradisional yaitu:

(1) Memasukkan dolanan tradisional sebagai salah satu alat

dalam proses belajar mengajar. Namun guru harus tetap

menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dari dolanan

tradisional. Contoh: Matematika – menggunakan dhakon,

bekel, engklek, Olah raga menggunakan ghobag sodor, benteng-

bentengan, lompat tali, PPKN menggunakan contoh dolanan

tradisional untuk mengajarkan nilai-nilai budaya

Indonesia, khususnya tentang toleransi, kerja sama, sikap

saling tolong- menolong di antara banyak perbedaan. (2)

Mengadakan perlombaan antar kelas atau festival permainan

tradisional. Perlombaan ini dapat memotivasi anak untuk

mengetahui tentang dolanan tradisional dan mengembangkan

ketertarikan akan dolanan tradisional. Kompetisi antar

20

kelas akan membantu siswa untuk bekerja sama dengan teman

sekelasnya. Contoh: kompetisi lari klompen (1 klompen

terdiri dari 3 orang), ghobag sodor. (3) Menyediakan sarana

dan pra sarana, termasuk tempat bermain yang cukup agar

siswa dapat tetap melakukan dolanan tradisional di saat

istirahat.

Media massa

Melalui media massa, anak dapat mengenal dan

menyerap berbagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-

nilai budaya yang terkandung dalam dolanan tradisional

anak melalui berbagai informasi yang diliputnya. Peran

media massa terutama televisi sangat penting untuk

mengenalkan dolanan tradisional kepada anak.

Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan yang sangat kompleks

bagi media sosialisasi. Dalam masyarakat yang majemuk,

yang terdiri dari berbagai kelompok , etnis, dan

aturan, dan nilai-nilai budaya yang heterogen, misalnya

dalam lingkungan masyarakat kota besar, proses

sosialisasi akan semakin sulit dilakukan. Dalam kondisi

yang demikian, orang akan dihadapkan pada berbagai

pilihan sulit untuk memilih acuan dalam bersikap dan

bertingkah laku. Sebaliknya di lingkungan masyarakat

pedesaan, kondisi sosial budaya yang mewarnai lebih

21

bersifat homogen. Oleh karena itu, proses sosialisasi

akan lebih mudah dilakukan. Demikian pula dengan proses

sosialisasi dolanan tradisional kepada anak. Beberapa cara

yang bisa dilakukan adalah dengan mengadakan lomba dolanan

tradisional anak pada event tertentu misalnya peringatan

kemerdekaan RI, di lingkungan tempat tinggal, membentuk

komunitas di lingkungan masyarakat untuk turut

melestarikan dolanan tradisional, mengadakan workshop

dolanan tradisional anak.

 

PENUTUP

Memberikan harapan pada eksistensi dolanan

tradisional anak di era sekarang membutuhkan keseriusan

peran para stakeholder yang ada. Seperti yang pernah di

lakukan oleh pemerintah dengan mengadakan festival dolanan

anak, hanya saja hal itu perlu dilakukan bukan hanya

sekali tetapi secara berkala. Sebagai cara untuk

memperkenalkan bentuk dolanan tradisional pada anak. Di

lingkungan sekolah, guru bisa berperan juga dalam

mengenalkan dan memberikan ruang bagi anak-anak untuk

melestarikan dolanan anak. Di lingkungan masyarakat orang

tua berperan pula dalam melestarikan warisan budaya

dolanan anak. Dilakukan dengan memberikan pengenalan,

nilai yang terkandung, bahkan cara melakukannya. Sehingga

masa depan dolanan anak tidak hanya menjadi dokumen

22

tertulis dan foto yang tersimpan di museum, melainkan

dapat terlestarikan di era perkembangan teknologi.

Daftar Pustaka

Budisantoso, S. 1993. Arti Pentingnya Permainan Anak-AnakDalam Memajukan Kebudayaan Nasional. MakalahLokakarya “Dolanan Anak-Anak”. Balai Kajian Sejarahdan Nilai Tradisional. Yogyakarta Depdikbud.

Dharmamulya, Sukirman. 2008. Permainan Tradisional Jawa.Yogyakarta: Kepel Press.

Holzman, Lois. 2009.Vygotsky at Work and Play. London and NewYork: Routledge.

Huizinga, Johan. 1990. Homo Ludens Fungsi dan Hakekat Permainan

dalam Budaya, Terjemahan Hasan Basari. Jakarta:LP3ES.

Mely.2013.(http://melyloelhabox.blogspot.com/2013/05/

bentuk-dan-jenis

permainan.html. diunduh 29 Oktober 2013) .

Prawitoatmodjo. 1988. Bausastra Jawa-Indonesia. Jakarta.

Poerwadarminto. 1976. Kamus besar Bahasa Indonesia

Sukirman Dharmamulya. 1993. Transformasi Nilai BudayaMelalui Permainan Anak. Makalah

Suyanto, Slamet.2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak UsiaDini.Yogyakarta: Hikayat Publishing.

23

24