SCORE) UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of SCORE) UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS
i
PENERAPAN MODEL MULTIPLE
DISCRIMINANT ANALYSIS ALTMAN (Z”-
SCORE) UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL
DISTRESS
(STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana
pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
RIMA PUTRI NOVITASARI
125030207111015
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
KONSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN
MALANG
2016
iii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul : Penerapan Model Multiple Discriminant Analysis Altman (Z-
Score) Untuk Memprediksi Financial Distress (Studi pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2012-
2014)
Disusun oleh : Rima Putri Novitasari
NIM : 125030207111015
Fakultas : Ilmu Administrasi
Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis
Konsentrasi/Minat : Manajemen Keuangan
Malang. 12 Mei 2016
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Drs. Topowijono. M.Si
NIP. 19540801 198103 1 005
Devi Farah Azizah. S.Sos . M.AB
NIP. 19570909 198303 1 001
v
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang
sepengetahuan saya. di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang
pernah diajukan oleh pihak lain untuk mendapatkan karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. kecuali yang secara tertulis dikutip
dalam naskah ini dan disebut dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur jiplakan. saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar
akademikyang telah saya terima (S-1) dibatalkan. serta diproses dengan peraturan
undang-undang yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003. Pasal 25 Ayat 2 dan 70).
Malang. 12 Mei 2016
Rima Putri Novitasari
125030207111015
vi
RINGKASAN
Rima Putri Novitasari, 2016, Penerapan Model Multiple Discriminant
Analysis Altman (Z”-Score) untuk Memprediksi Financial Distress (Studi
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2014),
Drs. Topowijono, M.Si, Devi Farah Azizah, S.Sos. MAB, 143 halaman + xv.
Multiple Discriminant Analysis Altman (Z-Score) merupakan model
perhitungan yang digunakan untuk memprediksi financial distress atau kesulitan
keuangan perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan. Altman merevisi model
ini dengan nama Z’-Score, kemudian memodifikasinya dengan nama Z”-Score.
Penelitian ini menggunakan model Z”-Score Altman yang ketiga karena pada
analisisnya model Z”-Score ketiga merupakan model Altman yang paling baru
yang disesuaikan dengan segala bentuk atau jenis perusahaan. Model ini dinilai
efektif untuk mengklasifikasikan perkiraan atau prediksi kebangkrutan perusahaan
sampai lima tahun sebelum tiba saaatnya. Adanya model prediksi ini dapat
menginformasikan kepada manajemen perusahaan untuk meminimalisir potensi
kebangkrutan perusahaan. Selain itu, model ini digunakan oleh pada investor dan
calon investor untuk menentukan keputusan investasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perusahaan yang tergolong financial distress dengan
menggunakan metode Z”-Score. Rasio yang digunakan adalah Working capital to
total assets ratio (X1), retained earning to total assets ratio (X2), earning before
interestand tax to total assets ratio (X3), Book value of equity to liabilities (X4).
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan laporan
keuangan sebagai alat analisis tanpa menghindari kemungkinan penggunaan
angka-angka sebagai data kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014.
Teknik pemilihan sampel yaitu dengan metode purposive sampling. Berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan, diperoleh 19 perusahaan yang dijadikan
sampel penelitian. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder berupa laporan
keuangan perusahaan yang diperoleh dari BEI untuk perusahaan manufaktur tahun
2012-2014. Teknik analisis yang digunakan adalah metode simultan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari perhitungan penerapan
model Multiple Discriminant Altman (z”-score) terdapat 13 perusahaan yang
mengalami kondisi financial distress yang berpotensi pada kebangkrutan. 4
perusahaan yang tergolong kondisi rawan atau pada posisi grey area, dan hanya 2
perusahaan yang mengalami kondisi non-financial distress dan dikatakan sehat.
Apabila perusahaan berada pada kondisi financial distress, sebaiknya investor
membatalkan untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Pada perusahaan yang
tergolong pada posisi grey area, sebaiknya investor menunda keputusan
berinvestasi. Investor lebih baik berinvestasi pada perusahaan yang sehat dan pada
kondisi non financial distress
Kata kunci : kebangkrutan, non-financial distress, distress zone, grey zone, save
zone.
vii
SUMMARY
Rima Putri Novitasari, 2016, Application of Multiple Discriminant Analysis
Model Altman (Z”-Score) for Predicting Financial Distress (Study at
Manufacturing Companies Listed on the Stock Exchange Periode 2012 to
2014), Drs. Topowijono, M.Si, Devi Farah Azizah, S. Sos. MAB, 143 pages + xv.
Multiple Discriminant Analysis Altman (Z-Score) is a calculation models
used to predict financial distress or financial difficulties prior to the bankruptcy.
Altman revise this model by the name of Z'-Score, then modify it by name Z "-
Score. This study uses a model Z "Altman -Score third for the analysis of the
model Z" -Score third is a model Altman most recently adapted to any kind or type
of company. This model is considered effective to classify estimates or predictions
of bankruptcy of the company until five years before it was time. The existence of
these predictive models can inform the management company to minimize the
potential bankruptcy of the company. Other than that, This model is used by
investors and potential investors to determine investment decisions. This study
aims to find companies that are categorized as financial distress by using Z "-
Score. The ratio used is Working capital to total assets ratio (X1), retained
earnings to total assets ratio (X2), interestand earnings before tax to total assets
ratio (X3), Book value of equity to liabillities (X4).
This study was a descriptive study using financial statements as an
analytical tool without avoiding the possibility of using the figures as quantitative
data. The population in this study are all manufacturing companies listed in
Indonesia Stock Exchange in 2012-2014. Sample selection technique is purposive
sampling method. Based on the criteria that have been determined, acquired 19
companies that the research sample. The type of data used is secondary data from
company financial statements obtained from BEI for a manufacturing company in
2012-2014. The analysis technique used is the simultaneous method.
The results of this study indicate that the application of the calculation model of
Multiple Discriminant Altman (z "-score) there were 13 companies experiencing
financial distress potential bankruptcy. 4 companies are classified as vulnerable
condition or the position of gray area. and only two companies that have the
condition of non-financial distress and is said to be healthy. If a company is in
financial distress, investors should cancel to invest in the company. At companies
that belong to the position of gray area, investors should postpone investment
decisions. Investor's better to invest in companies that are healthy and on the
condition of non financial distress.
Keywords: bankcrupty, non-financial distress, distress zone, grey zone, save zone.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya.
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model
Multiple Discriminant Analysis Altman (Z-Score) untuk Memprediksi
Financial Distress (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Tahun 2012-2014)”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat dalam memproleh gelar sarjana Ilmu Administrasi
Bisnis (SAB) pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini., peneliti tidak jarang mengalami
kendala dengan proses yang panjang dalam penyelesaiannya. Namun, kendala
tersebut dapat terselesaikan dengan adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS. selaku dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
2. Ibu Prof. Dr. Endang Siti Astuti, M.Si. selaku ketua jurusan Ilmu
Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang.
3. Bapak Drs. Wilopo, M.AB. selaku Ketua Program Studi Administasi
Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
4. Bapak Drs. Topowijono, M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing Skripsi
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, kritik,
ix
maupun saran yang membangun kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Devi Farah Azizah, S.Sos. MAB selaku Anggota Komisi Pembimbing
Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, kritik
maupun saran yang membangun kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh dosen pengajar Administrasi Bisnis yang selama tiga setengah
tahun ini memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peneliti.
7. Ayah Imam Setiadi dan Ibu Rid Padmiati , terima kasih karena telah
membuat peneliti tidak berhenti bersyukur terlahir di antara kedua orang
tua terhebat dan setulus ayah dan ibu. Adik Irma Rachmasari yang menjadi
tempat peneliti berkeluh kesah. Terimakasih atas kasih saying, motivasi,
maupun dukungan yang diberikan sampai peneliti dapat menyelesaikan
kuliah di Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. Gelar ini
merupakan wujud amanah dan sedikit ungkapan terimakasih atas semua
yang telah ayah dan ibu berikan meskipun semua itu tidak dapat peneliti
balas sampai kapanpun.
8. Sahabat-sahabat tercinta (Falah, Riska, Dita, Tiara, Maria, Carissa,
Abigail, Dinda, Kartini Tulungagung) yang telah memberikan informasi,
dukungan, dan doa sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini.
x
Peneliti menyadari baik dalam penulisan, penyusunan, maupun penyajian
materi dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Demi kesempurnaan
skripsi ini peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
atas segala kekurangan tersebut. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi
pihak yang membutuhkan.
Malang, 12 Mei 2016
Peneliti
xi
DAFTAR ISI
Halaman
MOTTO…………………………………………………………………………...i
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................................... iii
RINGKASAN ....................................................................................................... iv
SUMMARY ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... …xiv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………..……………xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8
D. Kontribusi Penelitian .................................................................................. 9
E. Sistematika Pembahasan ............................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 11
A. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 11
B. Laporan Keuangan ................................................................................. 15
1. Definisi Laporan Keuangan ............................................................... 15
2. Tujuan Laporan Keuangan ................................................................. 16
3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan .......................................................... 17
4. Karakteristik Laporan Keuangan ...................................................... 20
5. Kelemahan Laporan Keuangan ......................................................... 23
6. Keterbatasan Laporan Keuangan ...................................................... 23
C. Analisis Laporan Keuangan .................................................................. 24
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan ........................................... 22
2. Manfaat Analisis Laporan Keuangan .............................................. 24
3. Kelemahan Analisis Laporan Keuangan .......................................... 25
4. Teknik Analisis Laporan Keuangan ................................................. 25
D. Analisis Rasio Keuangan ....................................................................... 27
1. Pengertian Rasio Keuangan ............................................................... 27
2. Metode Pendekatan Ratio Keuangan ................................................ 28
3. Macam-Macam Rasio Keuangan ...................................................... 28
4. Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio ................................. 35
E. Financial Distress ................................................................................... 36
1. Pengertian Financial Distress Dan Kebangkrutan ......................... 36
2. Kebangkrutan di Indonesia ................................................................ 37
xii
3. Penyebab Kebangkrutan ..................................................................... 39
4. Indikator Terjadinya Financial Distress .......................................... 40
5. Manfaat Prediksi Kebangkrutan ........................................................ 42
F. Model Multiple Discriminant Analysis Altman (Z-Score) ................. 43
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 50
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 50
B. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 50
C. Fokus Penelitian....................................................................................... 51
D. Populasi Dan Sampel .............................................................................. 52
E. Sumber Data ............................................................................................. 62
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 63
G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 65 A. Gambaran Umum Perusahaan ..................................................................... 65 1. PT Alam Karya Unggul Tbk (AKKU) ................................................... 65
2. PT Alakasa Industrindo Tbk (ALKA) .................................................... 66
3. PT Primarindo Asia Infrastucture Tbk (BIMA) ..................................... 67
4. PT Berlina Tbk (BRNA) ........................................................................ 68
5. PT Panasia Indo Resources Tbk (HDTX) .............................................. 69
6. PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) ....................................... 69
7. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) .................................. 70
8. PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) .................................................... 72
9. PT Jakarta Kyoei Steel Works Limited Tbk (JKSW) ............................ 73
10. PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) ............................. 74
11. PT Langgeng Makmur Industri Tbk (LMPI) ....................................... 75
12. PT Mustika Ratu Tbk (MRAT) ............................................................ 76
13. PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) ...................................................... 77
14. PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RBMA) .............................. 78
15. PT Schering Plough Indonesia Tbk (SCPI) .......................................... 79
16. PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP)................................................... 80
17. PT Suparma Tbk (SPMA) .................................................................... 81
18. PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM) ................................... 82
19. PT Yana Prima Hasta Persada Tbk (YPAS) ........................................ 83
B. Penyajian Data ................................................................................................ 84
C. Analisis Dan Interpretasi Data ................................................................... 105 1. Penerapan Model Multiple Diskriminan Analysis Altman (Z-Score) ........ 105 2. Analisis Estimasi Prediksi Potensi Kebangkrutan ...................................... 134
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 138 A. Kesimpulan .............................................................................................. 138 B. Saran......................................................................................................... 140
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….141
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..144
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu…………….. ………………... 13
Tabel 2. Tabel Kriteria pengambilan sampel …………………………………. 54
Tabel 3. Tabel proses pengambilan sampel perusahaan manufaktur …………. 55
Tabel 4. Tabel sampel perusahaan manufaktur periode 2012-2014…………… 62
Tabel 5. Ringkasan data laporan keuangan PT AKKU ……………………….. 84
Tabel 6. Ringkasan data laporan keuangan PT ALKA……………………….... 85
Tabel 7. Ringkasan data laporan keuangan PT BIMA …………………………86
Tabel 8. Ringkasan data laporan keuangan PT BRNA ……………………. …. 87
Tabel 9. Ringkasan data laporan keuangan PT HDTX………………………… 88
Tabel 10. Ringkasan data laporan keuangan PT IKAI ………………………... 89
Tabel 11 Ringkasan data laporan keuangan PT IMAS ………………………... 90
Tabel 12. Ringkasan data laporan keuangan PT INAF ………………………. ..91
Tabel 13. Ringkasan data laporan keuangan PT JKSW ………………………. 93
Tabel 14. Ringkasan data laporan keuangan PT KBRI ……………………….. 94
Tabel 15. Ringkasan data laporan keuangan PT LMPI. ………………………. 95
Tabel 16. Ringkasan data laporan keuangan PT MRAT ……………………… 98
Tabel 17. Ringkasan data laporan keuangan PT RMBA ……………………… 99
Tabel 18. Ringkasan data laporan keuangan PT SCPI…….. …………………100
Tabel 19. Ringkasan data laporan keuangan PT SIAP ………………………..101
Tabel 20. Ringkasan data laporan keuangan PT SPMA……………………… 102
Tabel 21. Ringkasan data laporan keuangan PT SSTM……………………… 103
Tabel 22. Ringkasan data laporan keuangan PT YPAS ……………………… 104
Tabel 24. Hasil Perhitungan Z-Score PT AKKU ................................................ 105 Tabel 25. Hasil perhitungan Z-Score PT ALKA ................................................ 107 Tabel 26. Hasil perhitungan Z-Score PT BIMA ................................................. 109 Tabel 27. Hasil perhitungan Z-Score PT BRNA ................................................ 111 Tabel 28. Hasil Perhitungan Z-Score PT HDTX ................................................ 113 Tabel 29. Hasil Perhitungan Z-Score PT IKAI ................................................... 115 Tabel 30. Hasil Perhitungan Z-Score PT IMAS ................................................. 117 Tabel 31. Hasil Perhitungan Z-Score PT INAF .................................................. 119 Tabel 32. Hasil Perhitungan Z-Score PT JKSW ................................................. 121 Tabel 33. Hasil Perhitungan Z-Score PT KBRI .................................................. 123 Tabel 34. Hasil Perhitungan Z-Score PT LMPI .................................................. 125 Tabel 35. Hasil Perhitungan Z-Score PT MAIN ................................................. 127 Tabel 36. Hasil Perhitungan Z-Score PT MRAT ................................................ 129 Tabel 37. Hasil Perhitungan Z-Score PT RMBA ............................................... 131 Tabel 38. Hasil Perhitungan Z-Score PT SCPI ................................................... 133 Tabel 39. Hasil Perhitungan Z-Score PT SIAP ................................................... 135 Tabel 40. Hasil Perhitungan Z-Score PT SPMA ................................................ 137 Tabel 41. Hasil Perhitungan Z-Score PT SSTM ................................................. 139
xiv
Tabel 42. Hasil Perhitungan Z-Score PT YPAS ................................................. 141 Tabel 43. Klasifikasi Perhitungan Z Score Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2012-
2014…………………………………………………………………………………………………………………………143
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Ringkasan Data Laporan Keuangan Perusahaan ………………
Manufaktur 2012-2014............................................................... 144
Lampiran 2. Perhitungan X1…………………………………………………147
Lampiran 3. Perhitungan X2…………………………………………………148
Lampiran 4. Perhitungan X3…………………………………………………149
Lampiran 5. Perhitungan X4…………………………………………………150
Lampiran 6. Populasi Perusahaan Manufaktur 2012-2014………………….152
17
Pag
e17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan merupakan suatu organisasi yang tujuannya mendapatkan
profit yang maksimal, namun untuk mendapatkannya tentunya banyak kendala
yang dihadapi oleh perusahaan baik kendala dari luar maupun dari dalam. Tugas
manajemen perusahaan adalah menentukan strategi agar perusahaan tidak
mengalami penurunan profit. Apabila perusahaan terus menerus mengalami
penurunan profit maka perusahaan akan segera mengalami kesulitan keuangan
atau financial distress. Kondisi perekonomian di Indonesia yang masih belum
menentu saat ini mengakibatkan tingginya risiko suatu perusahaan untuk
mengalami financial distress bahkan kebangkrutan. Kesalahan prediksi terhadap
kelangsungan operasi suatu perusahaan di masa yang akan datang dapat berakibat
fatal yaitu kehilangan pendapatan atau investasi yang telah ditanamkan pada suatu
perusahaan.
Terbukti, krisis keuangan dunia yang terjadi pada tahun 1998 memberikan
pelajaran berharga bagi pembuat kebijakan di Indonesia. Krisis keuangan tersebut
terjadi pada negara-negara di Asia seperti Indonesia, Thailand, Filipina, Malaysia,
dan Singapura. Tahun 1980-an perekonomian Asia tumbuh sangat pesat sehingga
sempat disebut keajaiban pertumbuhan. Pertumbuhan yang terlalu bergantung
pada modal asing menyebabkan perekonomian lemah secara fundamental. Selain
krisis keuangan, krisis 1998 merembet ke krisis total yang mencangkup seluruh
18
Pag
e18
aspek kehidupan bangsa. Selama bertahun-tahun semenjak krisis moneter pada
tahun 1998 pertumbuhan pada industri manufaktur ini belum sepenuhnya pulih.
Badai krisis tersebut mengakibatkan sendi-sendi ekonomi tidak berkembang
bahkan mengalami kontraksi. Berbagai indikator ekonomi seperti pertumbuhan
ekonomi, kurs nilai tukar, inflasi, utang, dan lain sebagainya memperlihatkan hasil
yang tidak menggembirakan ketika Indonesia terkena dampak krisis. Krisis 1997
dipicu oleh terpuruknya nilai tukar Bath Thailand terhadap dollar AS. Tidak perlu
waktu lama negara-negara di Asia Tenggara juga ikut terkena imbasnya
atau contagion efffect, (Bank Dunia, 2015)
Gambar 1: Grafik Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara di Asia Tahun
1994-2001
Sumber : Bank Dunia (2015)
Pada tahun 2009 ekspor sektor industri pengolahan non-migas mengalami
penurunan sebesar 16,6%, memasuki tahun 2010 ekspor telah bangkit kembali
dan pada tahun 2011 barulah industri manufaktur mengalami kebangkitan kembali
yang ditandai dengan pertumbuhan ekspor yang mencapai 24,6%. Awal tahun
2012 optimisme kalangan industri manufaktur masih cukup besar walaupun akan
19
Pag
e19
menghadapi tantangan salah saatunya kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM)
yang banyak menentukan daya saing baik di pasar domestik maupun ekspor.
Menurut pemerintah kenaikan ini perlu dilakukan karena seiring dengan naik nya
minyak mentah dunia. Kenaikan harga BBM pada tahun 2012 akan berpengaruh
secara luas, walaupun dampaknya berbeda untuk setiap sektor. Pengaruh harga
BBM akan terasa baik dalam industri maupun perorangan.
Pada tahun 2013 pertumbuhan industri manufaktur tidak sampai 6,5%,
namun Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) memprediksikan nilai
ekspor produk manufaktur menembus US$ 120 milyar pada 2014, dan naik 9%
dari tahun 2013 yaitu sebesar US$ 110 milyar. Hal ini didorong tren perbaikan
ekonomi negara-negara tujuan ekspor utama seperti Amerika Serikat, Eropa Barat,
Jepang dan sejumlah negara di Timur Tengah dan Amerika Selatan. HSBC
mencatat, kondisi operasional industri manufaktur Indonesia memburuk pada
Desember lalu. Pemicu utamanya adalah turunnya order domestik yang mengikis
produksi. Penyerapan tenaga kerja dan order ekspor juga turut melorot. Sementara
itu, biaya produksi membengkak, seiring kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM). “Kinerja industri manufaktur Indonesia melemah kuartal IV tahun lalu,
bertolak belakang dengan tren yang terjadi di awal tahun,” ujar ekonom HSBC
untuk Asean Su Sian Lim dalam keterangan resmi, akhir pekan lalu.
Dia menuturkan, produksi manufaktur Indonesia turun selama tiga bulan berturut-
turut. Bahkan, penurunan yang terjadi pada Desember 2014 merupakan yang
terbesar sejak Januari 2012. (www.kemenperin.go.id)
20
Pag
e20
Industri manufaktur merupakan industri yang mendominasi perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang kegiatannya
mengandalkan modal investor. Perusahaan dalam industri manufaktur tersebut
dikelompokkan menjadi beberapa sub kategori industri. Banyaknya perusahaan
dalam industri dan kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu
persaingan antar perusahaan. Persaingan membuat setiap perusahaan berusaha
meningkatkan kinerja untuk mencapai tujuan seperti laba yang tinggi. Perusahaan
yang tidak mampu bertahan seperti mengalami financial distress maka akan
terancam mengalami kebangkrutan.
Sebagaimana telah diketahui perusahaan manufaktur merupakan industri
yang dalam kegiatannya mengandalkan modal dari investor, oleh karena itulah
perusahaan manufaktur harus dapat menjaga kesehatan keuangan atau
likuiditasnya. Mengingat besarnya pengaruh yang timbul bila terjadi financial
distress pada industri manufaktur, maka perlu dilakukan analisis sedemikian rupa,
sehingga financial distress dan kemungkinan kebangkrutan dapat dideteksi lebih
awal untuk selanjutnya menentukan arah kebijaksanaan. Seringkali financial
distress dan kebangkrutan diartikan sama, padahal keduanya memiliki arti yang
berbeda. Menurut Platt dan Platt (2002) financial distress didefinisikan sebagai
tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan
ataupun likuidasi. Kebangkrutan diawali dengan financial distress, yaitu keadaan
dimana perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo
yang menyababkan perusahaan mengalami kebangkrutan, atau menyebabkan
terjadinya perjanjian kasus dengan kreditur untuk mengurangi atau menghapus
21
Pag
e21
hutangnya (Munawir, 2010: 288). Keadaan tersebut menuntut kebutuhan dana
yang cukup bagi perusahaan manufaktur untuk bertahan dan bersaing.
Kesulitan keuangan atau yang lebih dikenal dengan financial distress
hampir pasti pernah dialami oleh setiap perusahaan. Kondisi ini merupakan ciri
khas yang dialami oleh perusahaan sebagai akibat dari beberapa kondisi yang
terjadi dari dalam perusahaan, seperti manajemen yang tidak mampu mengelola
perusahaannya dengan baik maupun faktor yang berasal dari luar perusahaan yang
tidak mungkin mampu dikendalikan perusahaan. Kondisi keuangan yang tidak
sehat pastinya dihindari oleh perusahaan. Salah satu cara untuk mengurangi
kemungkinan perusahaan terkena financial distress adalah dengan cara
memperketat pengawasan yang dilakukan oleh komite audit terhadap aktifitas
perusahaan.
“Kebangkrutan dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah
manajemen yang tidak kompeten dalam mengelola perusahaan,
ketidakseimbangan pengalaman antara keuangan, produksi dan fungsi-fungsi lain
dalam perusahaan, kekurangan pengalaman dalam operasional dan manajerial
juga salah satu pemicu terjadinya kebangkrutan perusahaan” (Hanafi, 2010: 640).
Perusahaan perlu melakukan analisis kinerja terutama analisis yang berhubungan
dengan kebangkrutan untuk mendeteksi faktor-faktor kebangkrutan sejak awal
dengan menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan perusahaan
pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan
keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan
(Sundjaja dan Barlian, 2001:37). Dalam artikel Edward I. Altman (1968), salah
22
Pag
e22
satu cara untuk mengatasi keterbatasan rasio keuangan yaitu dikembangkannya
model multivariate (Multiple Discriminant Analysis). Altman (1968) merupakan
orang pertama yang berhasil menerapkan model Multiple Discriminant Analysis,
sehingga model tersebut sering disebut Z-Score model Altman. Z-Score bukan
hanya untuk memprediksi apakah sebuah perusahaan tersebut bangkrut atau tidak,
tetapi juga untuk kemungkinan gagal bayar dari sebuah perusahaan di kemudian
hari dengan alasan bahwa gagal bayar merupakan bagian dari financial distress
yang memicu pada tanda-tanda awal dari kebangkrutan sebuah perusahaan.
Z-Score Altman mengalami beberapa perkembangan. Model Z-Score
diciptakan pertama kali melalui penelitian yang dilakukan oleh Edward I. Altman
tahun 1968. Metode ini diciptakan dengan menggunakan metode Multiple
Discriminant Analysis. Altman mengkombinasikan beberapa pengukuran dan
profitabilitas risiko sebanyak 22 rasio, kemudian ditemukan 5 rasio keuangan
yang dianggap paling berkontrbusi dalam prediksi kebangkrutan perusahaan, yaitu
Working capital to total assets ratio, retained earning to total assets ratio,
earning before interestand tax to total assets ratio, market value equity to book
value of total debt ratio, sales to total assets ratio (Altman, 1968: 594-595).
Model pertama ini digunakan hanya pada perusahaan publik berukuran besar yang
bergerak dibidang manufaktur. Kemudian Altman merevisinya menjadi Z’-Score
dalam revisinya tahun 1983 merubah variable X4 dimana Altman mengganti rasio
nilai pasar ekuitas terhadap total aset menjadi nilai buku ekuitas terhadap total
aset. Model kedua ini hanya dapat digunakan pada perusahaan non publik saja.
Dan terakhir Altman merevisinya tahun 1995 menjadi Z”-Score. Model ini
23
Pag
e23
merupakan model paling baru sehubungan dengan berkembangnya permasalahan
kegagalan usaha. Dalam modifikasi ini Altman mengeliminasi variabel terakhir
yaitu X5 (penjualan terhadap total aktiva) dan mengganti pembilang pada variabel
X4 yaitu nilai pasar ekuitas menjadi nilai buku ekuitas. Model kebangkrutan
modifikasi ini bisa diterapkan pada perusahaan publik dan non publik, pada semua
jenis ukuran perusahaan, dan untuk semua perusahaan dalam industri yang
berbeda (Altman , 1968).
Penelitian ini menggunakan model Z”-Score Altman yang ketiga karena
pada analisisnya model Z”-Score ketiga merupakan model Altman yang paling
baru yang disesuaikan dengan segala bentuk atau jenis perusahaan. Model ini
dinilai efektif untuk mengklasifikasikan perkiraan atau prediksi kebangkrutan
perusahaan sampai lima tahun sebelum tiba saaatnya. Sektor manufaktur dipilih
sebagai obyek penelitian karena persaingan dalam sektor tersebut sangat ketat,
selain itu juga perusahaan manufaktur lebih cepat mengalami pasang surut
terbukti banyaknya perusahaan yang tidak mampu membayar deviden karena
saldo yang defisit serta banyak perusahaan tidak memiliki laba bersih perusahaan.
Hal ini menujukkan indikasi perusahaan mengalami financial distress.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
masalah ini dengan judul “Penerapan Model Multiple Diskriminan Analysis
Altman (Z”-Score) untuk Memprediksi Financial Distress Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014.”
24
Pag
e24
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang dapat
diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan perhitungan keempat rasio Working capital to total
assets ratio (X1), retained earning to total assets ratio (X2), earning before
interest and tax to total assets ratio (X3),dan book value of equity to total
liabillities (X4) dapat digunakan untuk membedakan kelompok financial
distress dan non financial distress pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014?
2. Bagaimana tanda-tanda terjadinya kondisi financial distress hingga
berpotensi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui hasil penerapan perhitungan keempat rasio Working capital to
total assets ratio (X1), retained earning to total assets ratio (X2), earning
before interest and tax to total assets ratio (X3),dan book value of equity to
total liabillities (X4) dapat digunakan untuk membedakan kelompok
financial distress dan non financial distress pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2014.
2. Mengetahui tanda-tanda terjadinya kondisi financial distress hingga
berpotensi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
25
Pag
e25
D. Kontribusi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian kontribusi yang diharapkan adalah :
1. Kontribusi Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan dan menambah
pengetahuan dan wawasan, serta gambaran aplikasi teori-teori yang sudah
diperoleh pada saat di perkuliahan dan penerapannya terutama dalam
manajemen keuangan dan kebangkrutan perusahaan serta dapat sebagai
pembanding untuk penelitian berikutnya.
2. Kontribusi Praktis
Dalam penelitian ini yang diharapkan adalah memberikan bahan
pertimbangan kepada para investor dan calon investor untuk pengambilan
keputusan investasi berdasarkan kinerja perusahaan utmanya dari aspek-
aspek financial distress.
E. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk mempermudah pembahasan dalam
penulisan. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian yang bertujuan memberikan
gambaran umum tentang keseluruhan penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
26
Pag
e26
Bab ini berisi uraian secara ringkas teori-teori yang menjelaskan tentang
permasalahan yang akan diteliti disertai dengan penelitian terdahulu. Dalam hal
ini permasalahan yang uraikan yaitu mengenai laporan keuangan, tujuan
laporan keuangan, komponen laporan keuangan, analisis laporan keuangan,
financial distress, dan model prediksi financial distress
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai variabel-variabel yang diteliti,
populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan
data, dan metode analisis data.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas analisis terhadap pengolahan data serta
pembahasannya yang merupakan jawaban dari penelitian ini.
BAB V: PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari penelitian dan
saran untuk kontribusi penelitian selanjutnya.
27
Pag
e27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
1. Pada tahun 1968, Altman melakukan penelitian di Amerika Serikat dengan
mengambil sampel sebanyak 66 perusahaan manufaktur dan menggunakan
model multiple discriminant analysis dalam menyusun persamaan untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan pada tahun 1946-1965. Dalam
penelitiannya diperoleh 33 sampel perusahaan yang mengalami
kebangkrutan dan sisanya dalam kondisi sehat. Terdapat lima dari 22 rasio
keuangan yang dianggap Altman paling perkontribusi dalam memprediksi
kebangkrutan perusahaan. Rasio-rasio tersebut diantaranya: working capital
to total assets ratio, retained earning to total assets ratio, earning before
interest and tax to total assets ratio, market value equity to book value of
total debt ratio, sales to total assets ratio. Model diskriminan Altman ini
dikenal dengan Z-Score, kemudian Altman memodifikasinya yang disebut
Zeta Model atau Z”-Score.
Persamaan fungsi tersebut adalah :
Z = 1,2X1 +1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Dimana : X1 = Working Capital To Total Assets (WC/TA)
X2 = Retained Earning To Total Assets Ratio(RE/TA)
28
Pag
e28
X3 = Earning Before Interest And Tax To Total Assets Ratio
(EBIT/TA)
X4 = Market Value Equity To Book Value Of Total Debt Ratio
(MVE/BVD)
X5 = Sales To Total Assets (S/TA)
Z”-score = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72X3 + 1,05X4
Dimana : X1 = Working Capital To Total Assets (WC/TA)
X2 = Retained Earning To Total Assets Ratio(RE/TA)
X3 = Earning Before Interest And Tax To Total Assets Ratio
(EBIT/TA)
X4 = Book value of equity to toal liabilities
2. Ghalib Ghalbi Miman (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis
Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Z”-Score Altman
pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama 2007-2010”, menunjukkan bahwa variabel EBIT/TA (X3)
yang paling berpengaruh signifikan dalam memprediksi kebangkrutan
perusahaan tersebut.
3. Nico Tantra Hartoyo (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Prediksi
Financial Distress Menggunakan Analisis Diskriminan pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011”,
menunjukkan bahwa kelima variable dapat digunakan dalam prediksi
financial distress, namun variabel yang paling berpengaruh signifikan
adalah RE/TA (X2).
29
Pag
e29
4. Mar’ati Nafisatin (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Implementasi
Penggunaan Metode Altman Z”-Score untuk Menganalisis Estimasi
Kebangkrutan”, menujukkan hasil bahwa secara keseluruhan perusahaan
yang listing berada pada kondisi aman dikarenakan perusahaan termasuk
dalam indeks LQ45.
5. Muhamad Nadratuzzaman Hosen & Shofaun Nada (2013) “Pengukuran
Tingkat Kesehatan Dan Gejala Financial Distress Bank Umum Syariah”,
menunjukkan hasil bahwa penerapan metode MDA ternyata tidak
applicable jika dilakukan pada perbankan. Hal ini dikarenakan karakteristik
perbankan sebagai financial intermediatory jauh berbeda dengan
karakteristik perusahaan-perusahaan lain. Dengan adanya fungsi tersebut
memberikan implikasi bahwa bank memiliki current assets (aktiva lancar)
yang lebih kecil dibandingkan current liabilities (kewajiban lancar).
Tabel 1. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No Tahun Nama Peneliti Judul Hasil
1 1968 Edward I
Altman
• PREDICTING
FINANCIAL
DISTRESS OF
COMPANIES:
REVISITING THE Z-
SCORE AND ZETA
MODELS
Terdapat 3
metode altman
yang dihasilkan
yaitu z-Score,
Z’-Score , dan
Z”-Score
2 2012 Ghalib Ghalbi
Miman
• Analisis kebangkrutan
perusahaan dengan
menggunakan metode
z-score Altman pada
perusahaan otomotif
yang terdaftar di bursa
efek Indonesia.
Variabel yang
paling
berpengaruh
adalah
EBIT/TA (X3)
30
Pag
e30
3 2013 Nico Tantra
Hartoyo
• Prediksi financial
distress menggunakan
analisis diskriminan
pada perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di bursa efek
indonesia
variabel yang
paling
berpengaruh
signifikan
adalah RE/TA
(X2)
4 2013 Muhammad
Nadratuzzaman
& Shofaun
Nada
• Pengukuran tingkat
kesehatan dan gejala
financial distress Bank
Umum Syariah
secara
keseluruhan
perusahaan
yang listing
berada pada
kondisi aman
dikarenakan
perusahaan
termasuk
dalam indeks
LQ45.
5 2014 Mar’ati
Nafisatin
• Implementasi
Penggunaan Altman Z-
Score untuk
Menganalisis Estimasi
Kebangkrutan pada
perusahaan yang
termasuk dalam indeks
LQ45
penerapan
metode MDA
ternyata tidak
applicable jika
dilakukan pada
perbankan. Hal
ini dikarenakan
karakteristik
perbankan
sebagai
financial
intermediatory
jauh berbeda
dengan
karakteristik
perusahaan-
perusahaan
lain.
31
Pag
e31
B. Laporan Keuangan
1. Definisi Laporan Keuangan
Berikut ini definisi laporan keuangan dari berbagai sumber:
“Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti : sebagai laporan
arus kas atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di
samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan
dengan laporan tersebut, misal : informasi keuangan segmen industri dan
geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga” (Ikatan Akuntansi
Indonesia, 2009)
“Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi dan merupakan
informasi historis. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, mengukur dan
melaporkan informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil
keputusan yang tepat bagi pemakai informsi tersebut” (Sadeli, 2002 : 2).
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, (2013 : 63) Laporan
Keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai
perusahaan dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri,
kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai
prospek dan risiko perusahaan. Menurut Harahap (2009 : 105), laporan
keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Menurut Munawir (2010 : 5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri
dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca
menunjukkan / menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu
perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi
32
Pag
e32
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban
yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas
menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan
perubahan ekuitas perusahaan.
“Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh
manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan
keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu
sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan” (Baridwan, 2008: 17)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan adalah ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang dilaporkan
dalam neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas dan
laporan arus kas yang dapat menggambarkan kondisi kinerja keuangan
perusahaan pada periode tertentu, dan juga dapat digunakan untuk membuat
keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal maupun eksternal
perusahaan.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 3), tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. “Laporan
keuangan dirancang untuk membantu para pemilik, manajer, kreditor, dan
pihak berkepentingan lainnya untuk mengambil keputusan bisnis yang cedas”
33
Pag
e33
(Simamora, 2003 : 11). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan laporan keuangan adalah membantu pemilik, manajer, kreditor,
dan pihak berkepentingan lainnya untuk menyediakan informasi menyangkut
posisi keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis
yang tepat.
3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 2), laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
b. Neraca
Menurut Baridwan (2008 : 19), neraca adalah laporan yang
menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal terentu.
Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki
disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut pasiva, atau
dengan kata lain, aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva
merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut.
Menurut Hanafi (2013 : 63), Neraca adalah laporan yang meringkas posisi
keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca menampilkan
sumber daya ekonomis (asset), kewajiban ekonomis (hutang), modal
saham, dan hubungan antar akun neraca tersebut.
Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa untuk menggambarkan
posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu untuk menunjukkan
keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat tutup buku.
34
Pag
e34
Neraca minimal mencakup pos-pos berikut (PSAK No.1 Paragraf 49,
Revisi 2009):
1) aktiva berwujud,
2) aktiva tidak berwujud,
3) aktiva keuangan,
4) investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas,
5) persediaan,
6) piutang usaha dan piutang lainnya,
7) kas dan setara kas,
8) hutang usaha dan hutang lainnya,
9) kewajiban yang diestimasi,
10) kewajiban berbunga jangka panjang,
11) hak minoritas,
12) modal saham dan pos ekuitas lainnya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa neraca
adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan untuk
menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu dan terdiri dari pos-
pos tertentu.
c. Laporan Laba Rugi
“Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai
penghasilan, biaya, dan rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan
selama periode tertentu” (Munawir, 2010 : 26).“Laporan laba rugi adalah
suatu laporan yang menunjukkan pendapatan–pendapatan dan biaya-biaya
dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu” (Baridwan, 2008: 29).
Laporan laba rugi minimal mencakup pos–pos berikut (PSAK No.1
Paragraf 56, Revisi 2009) :
1)Pendapatan,
2)Laba rugi usaha
3)Beban pinjaman
4)Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan
menggunakan metode ekuitas,
35
Pag
e35
5)Beban pajak,
6)Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan,
7)Pos luar biasa,
8)Hak minoritas,
9)Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
d. Laporan Perubahan Ekuitas
“Laporan perubahan modal adalah ikhtisar tentang perubahan modal suatu
perusahaan yang terjadi selama jangka tertentu” (Soemarso, 2005 : 54).
Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan.
Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai
komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan (PSAK No.1
Paragraf 66, Revisi 2009) :
1) Laba rugi bersih periode yang bersangkutan,
2) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung
dalam ekuitas,
3) Pengaruh komulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait
4) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik,
5) Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahan,
6) Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham,
agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan
secara terpisah setiap perubahan.
e. Laporan Arus Kas
“Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para
pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan,
struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan
untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi
dengan perubahan keadaan dan peluang” (PSAK No. 2, 2009). “Laporan
36
Pag
e36
arus kas berisi tentang laporan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasi menurut aktivasi operasi, investasidan pendanaan” (IAI,2009
: 22). Laporan arus kas bertujuan untuk meyajikan informasi relevan
tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama periode
tertentu.
f. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos
dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan
dengan informasi yang terdapat catatan atas laporan keuangan. Catatan
atas laporan keuangan mengungkapkan (PSAK No.1 Paragraf 68, Revisi
2009) :
1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi
yang penting,
2) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,
3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar.
4. Karakteristik Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 5-8), laporan keuangan yang
berguna bagi pemakai informasi harus terdapat empat karakteristik kualitatif
pokok yaitu :
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporankeuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk
maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian,
informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan
37
Pag
e37
tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tesebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
b. Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan,
menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Peran
informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory)
berkaitan satu sama lain. Misalnya informasi struktur dan besarnya aset
yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha
meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan
bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga
berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap
prediksi yang lalu, misalnya tentang bagaimana struktur keuangan
perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang
direncanakan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja
masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai,
seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh
tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam
bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan
untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan penampilan informasi
tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya nilai prediktif laporan
laba-rugi dapat ditingkatkan kalau akun-akun penghasilan atau badan yang
tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.
c. Keandalan
Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal
jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, material, dan dapat
diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya jika tindakan hukum masih
dipersengkatakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui
jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat
untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.
a) Penyajian jujur
Informasi harus digambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan. Jadi misalnya, neraca harus
menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam
bentuk aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan
yang memenuhi kriteria pengakuan.
38
Pag
e38
b) Substansi mengungguli bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut
perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi
dan bukan hanya bentuk hukumnya.
c) Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan dan keinginan pihak
tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang
menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan
pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.
d) Pertimbangan sehat
Penyusunan laporan keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang
diragukan, perkiraan masa manfaat prabrik serta peralatan, dan tuntutan
atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam itu
diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan
menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan
keuangan. Pertimbangan mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau
penghasilan tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian,
penggunaan pertimbangan sehat tidak diperkenankan, misalnya
pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan berlebihan dan
sengaja menetapkan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau
pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan
keuangan menjadi tak netral, dan karena itu tidak memiliki kualitas
andal.
e) Kelengkapan
Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan beban. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan
karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi
relevansinya.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antara
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antara perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan secara
relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan,
transaksi, dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten
untuk perushaan bersangkutan, antar periode perusahaan yang sama dan
untuk perusahaan yang berbeda.
39
Pag
e39
5. Kelemahan Laporan Keuangan
Menurut Sofyan S. Harahap (2009 : 17), kelemahan laporan keuangan
diantaranya sebagai berikut:
a. Laporan Keuangan bersifat Historis, yaitu merupakan laporan atas
kejadian yang telah lewat, bukan masa kini.
b. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran
dan berbagai pertimbangan.
c. Laporan keuangan bersifat konservatif dalm menghadapi ketidakpastian.
d. Laporan Keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa/ transaksi daripada bentuk hukumnya (Formalitas).
e. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan
pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis
akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
f. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
dikuantifikasikan, umumnya diabaikan.
6. Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:9), keterbatasan laporan keuangan antara lain:
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya
merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang
sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang
mungkin berbeda atau berubah-ubah.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu
dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut menurun, dibanding
dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan
yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau
mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut
disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti
kenaikan harga-harga.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-
faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan suatu uang.
40
Pag
e40
C. Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009 : 190), analisis laporan keuangan berarti
menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang
lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data
kuantitatif maupun data non-kuantitatif. Tujuannya untuk mengetahui
kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat. Menurut Munawir (2010 : 35), analisis
laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari
penelaahan atau mempelajari hubungan dan tendensi atau kecenderungan
(trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta
perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan menurut Sundjaja
dan Barlian (2003 : 37), analisis laporan keuangan perusahaan pada
dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan
keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa
depan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis
laporan keuangan merupakan perhitungan rasio-rasio untuk mengetahui
kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting untuk proses
pengambilan keputusan di masa depan.
2. Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009 : 195), kegunaan analisis laporan keuangan ini
dapat dikemukakan sebagai berikut:
41
Pag
e41
a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.
b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit)
dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan
(implicit).
c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
d. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan
komponen intern maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh
dari luar perusahaan.
e. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-
model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi,
peningkatan.
f. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan
g. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria
tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
3. Kelemahan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009 : 203), kelemahan analisis laporan keuangan
adalah :
a. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh
karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar
kesimpulan dari analisis itu tidak salah.
b. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai
suatu laporan keuangan tidak cukup hanya angka-angka laporan
keuangan. Kita juga harus melihat aspek-aspek lainnya seperti tujuan
perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya
perusahaan dan budaya masyarakat.
c. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan
kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.
4. Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010 : 36), ada dua metode analisis yang digunakan
oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis horisontal dan
analisis vertikal. Analisis horisontal adalah analisis dengan mengadakan
perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat
42
Pag
e42
sehingga akan diketahui perkembangannya. Analisis vertikal adalah apabila
laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat
saja, yaitu dengan memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun
yang lain dalam laporan keuangan tersebut sehingga hanya akan diketahui
keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Teknik analisis laporan
keuangan terdiri dari:
a. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik
analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode
atau lebih, dengan menunjukkan:
1. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
2. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
3. Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
4. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
5. Persentase dalam total.
Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahan-
perubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih
lanjut.
b. Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu
metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan
keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
c. Laporan dengan persentase per komponen (Common SizeStatement),
adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada
masing-masing aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur
permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan
jumlah penjualannya.
d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis),
adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang
kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama
periode tertentu.
f. Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan
dari akun-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu
atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
g. Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan
dari suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor dari suatu
periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
43
Pag
e43
h. Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut
tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.
Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau
kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
D. Analisis Rasio Keuangan
1. Pengertian Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2009 : 297), rasio keuangan merupakan angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan
akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut
Simamora (2003 : 357), analisis rasio merupakan cara penting untuk
menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara komponen-
komponen dari laporan-laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu
hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan
menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan menjelaskan atau
menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi
keuangan suatu perusahaan.
Menurut Kasmir (2011:104), rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan
antara satu komponen dengan komponen yang ada di antara laporan keuangan.
Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu
periode maupun beberapa periode. Berdasarkan dari bebrapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan perbandingan angka-
angka dari suatu laporan keuangan yang menyatakan hubungan-hubungan
44
Pag
e44
diantara laporan keuangan untuk menganalisa baik atau buruknya keadaan
keuangan perusahaan.
2. Metode Pendekatan Rasio Keuangan
Menurut Syamsuddin (2011 : 39), pada pokoknya ada dua cara yang dapat
dilakukan di dalam membandingkan rasio finansial perusahaan, yaitu :
a. Cross sectional approach, adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.
b. Time series analysis, dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio
finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembanding
antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan
memperhatikan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau
kemunduran.
3. Macam-Macam Rasio Keuangan
1) Rasio Likuiditas
Menurut Harahap (2009 : 301), rasio likuiditas merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka
perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa aset-
aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada kewajiban-
kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar.
Menurut Riyanto (2011 : 331), Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
pendeknya. Sedangkan Syamsuddin (2011 : 41) berpendapat bahwa
likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua
kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan
45
Pag
e45
menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Mengenai rasio-rasio likuiditas
dapat dilihat pada uraian sebagai berikut :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, dengan
perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Aset Lancar
Current Ratio =
Kewajiban Lancar
Sumber : Syamsuddin, (2011: 68)
Perusahaan yang memiliki rasio lancar yang baik dianggap sebagai
perusahaan yang baik dan bagus, tetapi jika rasio lancar terlalu tinggi
dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya masalah
seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran
tingkat penjualan.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dikurangi
persediaan dengan kewajiban lancar. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Aset Lancar – Persediaan
Quick Ratio =
Kewajiban Lancar
Sumber : Syamsuddin, (2011:45)
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan
46
Pag
e46
persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang retaif lama
untuk direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataannya mungkin
persediaannya lebih likuid dari pada piutang. Jika suatu perusahaan
memiliki rasio cepat kurang dari 100% maka dianggap kurang baik
tingkat likuiditasnya.
2) Rasio Leverage
Menurut Harahap (2009 : 306), rasio leverage merupakan rasio yang
mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar
dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap
penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio dan
pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa resiko
keuangan perusahaan. “Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur
seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang” (Riyanto,2011:331).
Mengenai rasio-rasio leverage sebagaimana yang diutarakan, menurut
Riyanto (2011: 333), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut :
a. Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan
total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Total Kewajiban
Debt Ratio =
Total Aset
Sumber : Syamsuddin, (2011:71)
“Semakin tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman
yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi
47
Pag
e47
perusahaan” (Syamsuddin, 2011: 54). Jadi, semakin rendah rasio ini
semakin baik karena aman bagi kreditor saat likuidasi.
b. Time Interest Earned
Menurut Syamsuddin (2011:56), rasio ini juga disebut “the total
interest coverage ratio” yang tujuannya adalah untuk mengukur
kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban tetap
berupa bunga dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
EBIT
Time Interest Earned =
Beban Bunga
Sumber : Syamsuddin, (2011: 72)
Rasio ini menunjukkan sejauh mana besarnya jaminan keuntungan
sebelum bunga dan pajak atau laba operasi (EBIT) untuk membayar
beban bunganya. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik/mampu
suatu perusahaan di dalam membayar bunga-bunga atas segala
utang-utangnya.
3) Rasio Aktivitas
Menurut Harahap (2009 : 308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas
yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam
kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan
sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen aset
sebagai pengguna dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan
secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat
perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umunya diukur dari
48
Pag
e48
perputaran masing-masing elemen aset. “Rasio Aktivitas, adalah rasio yang
mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya”
(Riyanto,2010 :331).
Mengenai rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang diutarakan, menurut
Riyanto (2010: 334), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan
dengan rata-rata persediaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Harga Pokok Penjualan
Inventory Turnover =
Rata-rata persediaan
Sumber : Syamsuddin, (2011: 47)
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam
siklus persediaan normal. Menurut Harahap (2009:308), semakin
besar rasio ini maka semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan
penjualan berjalan cepat.
b. Rata-Rata Periode Pengumpulan Piutang (Day’s Sales Outstanding).
Rasio ini merupakan perbandingan antara piutang dengan penjualan
dibagi jumlah hari dalam setahun. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Piutang
Day’s Sales Outstanding =
Penjualan / 360 hari
Sumber : Syamsuddin, (2011: 71)
49
Pag
e49
Rasio ini mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk
mengumpulkan piutang dari penjualan. Menurut Munawir (2010:76),
kalau rata-rata periode pengumpulan piutang lebih dari 60 hari
menunjukkan perusahaan tersebut kurang baik, terutama bagian
penagihan, sehingga tidak mampu menagih piutang pada saatnya,
atau perusahaan tersebut telah memberikan syarat-syarat kredit yang
terlalu lunak pada langganannya. Di samping itu semakin besar rasio
ini bagi suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan
tidak tertagihnya piutang.
c. Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)
Total asset turnover menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan
keseluruhan aktiva perusahaan di dalam menghasilkan penjualan
(Syamsuddin, 2011:62). Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Penjualan
Total Asset Turnover =
Total Aset
Sumber : Syamsuddin, (2011: 73)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan penjualan berdasarkan aset yang dimiliki. “Semakin
tinggi rasio total assets turnover berarti semakin efisien penggunaan
keseluruhan aktiva di dalam penghasilkan penjualan” (Syamsuddin,
2011:62).
4) Rasio Profitabilitas
50
Pag
e50
Menurut Harahap (2009 : 309), rasio profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya,
dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. “Rasio Profitabilitas, adalah rasio
yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-
keputusan” (Riyanto,2011:331).
Mengenai rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan,
menurut Riyanto (2011: 335), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Margin Keuntungan (Operating Profit Margin)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan
penjualan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Laba Bersih
Operating Profit Margin = X 100%
Penjualan
Sumber : Syamsuddin, (2011: 73)
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih
yang diperoleh dari setiap penjualan. Menurut Harahap (2009:304),
semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba.
b. Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total
aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
Return On Assets =
Total Aset
Sumber : Syamsuddin, (2011: 74)
51
Pag
e51
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap
(2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena
perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang
dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba.
c. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan
ekuitas.Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
Return On Equity =
Ekuitas
Sumber : Syamsuddin, (2011: 74)
Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur
dari modal pemilik. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar
rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan
yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan
laba.
4. Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio
Menurut Harahap (2009 : 298), analisis rasio mempunyai keunggulan
dibandingkan teknik analisa lainnya, yaitu :
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Mengetahui posisi perubahan ditengah industri lain.
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi.
e. Menstandarisir ukuran perusahaan.
52
Pag
e52
f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time
series.
g. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi
dimasa yang akan datang.
Menurut Harahap (2009 : 298), keterbatasan analisis rasio itu adalah:
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakai.
b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga
menjadi keterbatasan teknik seperti ini.
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
d. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron. Dua perusahaan yang
dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak
sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan
kesalahan.
E. Financial Distress
1. Pengertian Financial Distress Dan Kebangkrutan
Menurut Platt dan Platt (2002) financial distress didefinisikan sebagai
tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan
ataupun likuidasi. Menurut Ross et al., 1996 dalam Ardina (2013), financial
distress adalah ketidakmampuan perusahaan perusahaan memenuhi kewajibannya
dengan kata lain perusahaan mengalami insolvency. Menurut Almilia dan
Herdiningtyas (2005) dalam Ardina (2013), financial distress merupakan keadaan
dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban
kepada debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan
dana dimana total kewajiban lebih besar daripada total aset, serta tidak dapat
mencapai tujuan ekonomi perusahaan, atau profit.
53
Pag
e53
“Kebangkrutan diawali dengan kesulitan keuangan (financial distress),
yaitu keadaan dimana perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya pada
saat jatuh tempo yang menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan, atau
menyebabkan terjadinya perjanjian kasus dengan kreditur untuk mengurangi atau
menghapus hutangnya” (Munawir, 2010: 288). Menurut Lesmana dan Surjanto
(2004:174) risiko kebangkrutan berhubungan dengan ketidakpastian mengenai
kemampuan atas suatu perusahaan untuk melanjutkan operasinya jika kondisi
keuangan yang dimiliki mengalami penurunan.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
financial distress adalah suatu tahap penurunan kondisi keuangan suatu
perusahaan dimana perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya
pada saat jatuh tempo sehingga menimbukan kemungkinan resiko kebangkrutan
atau likuidasi.
2. Kebangkrutan di Indonesia
a. Pengertian Kebangkrutan dalam Hukum Indonesia
Pengertian kepailitan di Indonesia mengacu pada Undang-Undang No. 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(selanjutnya disebut Undang-Undang Kepailitan), yang dalam Pasal 2
menyebutkan :
1) Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar
lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih,
54
Pag
e54
dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya
sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih krediturnya
2) Permohonan dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan umum.
(Sutedi,2009 :24)
b. Definisi kepailitan yang lazim digunakan dunia Internasional
Standard & Poors (S&P) mengartikan kepailitan sebagai : “The first
occurence of a payment default on any financial obligation, rated or unrated,
other than a financial obligations subject to a bonafide commercial dispute;
an exception occurs when an interest payment missed on the due date is made
within the grace period.”
Sedangkan pengertian kepailitan oleh ISDA (International Swaps and
Derivatives Association) adalah terjadinya salah satu kejadian-kejadian
berikut ini :
1) Perusahaan yang mengeluarkan surat hutang berhenti beroprasi (pailit).
2) Perusahaan tidak solvent atau tidak mampu membayar utang.
3) Timbulnya tuntutan kepailitan
4) Proses kepailitan sedang terjadi
5) Telah ditunjuknya receivership
6) Dititipkannya seluruh aset kepada pihak ketiga. (Sutedi, 2009 : 28)
c. Peraturan Pencatatan Bursa Efek Jakarta No.1B tahun 2000 dan 2001
menyebutkan peraturan delisting sebagai berikut:
1) Delisting dapat dilakukan baik atas permohonan emiten maupun
diputuskan oleh bursa. Dalam hal delisting diputuskan oleh bursa, terlebih
dahulu wajib mendengar pendapat dari Komite Pencatatan Efek.
55
Pag
e55
2) Delisting atas permohonan emiten hanya dapat dilaksanakan apabila telah
diputuskan oleh RUPS dan emiten yang bersangkutan telah
menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada bursa.
3) Delisting atas permohonan emiten daijukan 2(dua) bulan sebelum tanggal
delisting diberlakukan, dengan mengemukakan alasannya dan
melampirkan berita acara RUPS sebagaimana dimaksud pada angka dua
(2) di atas.
4) Dalam hal permohonan delisting dipenuhi, bursa wajib mengumumkan
rencana delisting tersebut sekurang-kurangnya 30 hari sebelum tanggal
delisting diberlakukan.
3. Penyebab Kebangkrutan
“Kebangkrutan dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah
manajemen yang tidak kompeten dalam mengelola perusahaan,
ketidakseimbangan pengalaman antara keuangan, produksi dan fungsi-fungsi lain
dalam perusahaan, kekurangan pengalaman dalam operasional dan manajerial
juga salah satu pemicu terjadinya kebangkrutan perusahaan” (Hanafi, 2010: 640).
Menurut Riyanto (2010 : 315), faktor yang merupakan penyebab kegagalan suatu
perusahaan pada prinsipnya dapat digolonghkan menjadi dua yaitu :
1. Faktor Internal adalah faktor-faktor yang timbul dari dalam perusahaan itu
sendiri yang meliputi finansial dan nonfinansial.
Bidang finansial meliputi :
a. adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan beban tetap yang
berat bagi perusahaan.
b. adanya current liabillities yang terlalu besar diatas current assets.
c. lamabatnya pengumpulan piutang atau banyaknya piutang tak tertagih.
d. kesalahan dalam devident policy.
e. tidak cukupnya dana-dan pemyusutan.
56
Pag
e56
Bidang non finansial meliputi:
a. adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan seperti :
a) kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan.
b) kesalahan dalam penentuan produk yang dihasilkan.
c) kesalahan dalam penentuan besarnya perusahaan.
b. kurang baiknya struktur organisasi perusahaan.
c. kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan.
d. adanya managerial competence seperti :
a) kesalahan dalam policy pembelian
b) kesalahan dalam policy produksi
c) kesalahan dalam policy marketing
d) adanya ekspansi yang berlebih-lebihan.
2. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang timbul yang berasal dari luar
perusahaan dan yang berada diluar kontrol dan kekuasaan dari pimpinan
perusahaan atau badan usaha yaitu :
a. adanya persaingan yang hebat.
b. berkurangnya permintaan terhadap produk.
c. turunnya harga-harga, dan lain sebagainya.
4. Indikator Terjadinya Financial Distress
Seperti yang dikemukakan oleh Harmanto 1984 dalam Ardina (2013),
indikator yang harus diperhatikan manajemen perusahaan yang berhubungan
dengan efektivitas dan efisiensi operasinya yaitu :
a.Penurunan volume penjualan karena adanya perubahan selera atau
permintaan konsumen.
b. Kenaikan biaya produksi
c. Tingkat persaingan yang semakin ketat.
d. Kegagalan melakukan ekspansi.
e. Ketidakefektifan dalam melaksanakan fungsi pengumpulan piutang.
f. Tingginya tingkat ketergantungan terhadap piutang.
Indikator yang harus diperhatikan pihak eksternal:
a. Penurunan deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham.
b. Terjadinya penurunan laba yang terus menerus, bahkan sampai terjadinya
kerugian.
c. Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha.
d. Terjadinya pemecatan pegawai.
e. Pengunduran diri eksekutif puncak
f. Harga saham yang terus menerus turun di pasar modal
57
Pag
e57
Menurut Lesmana dan Surjanto (2004: 183-184) tanda-tanda sebuah
perusahaan mengalami kesulitan dalam bisnisnya antara lain sebagai berikut :
a. Terjadinya penurunan signifikan terhadap penjualan dan pendapatan
perusahaan.
b. Laba dan atau arus kas dari operasi mengalami penurunan.
c. Penurunan total aktiva
d. Terjadinya penurunan secara signifikan terhadap harga pasar saham.
e. Kemungkinan gagal yang besar dalam industri, atau industri dengan resiko
tinggi.
f. Terjadi pemotongan yang besar dalam deviden.
g. Young company, perusahaan yang baru berdiri atau berusia muda pada
umumnya ditahun-tahun awal operasinya mengalami kesulitan. Sehingga
dipelukan permodalan yang kuat agar perusahaan tersebut tidak
mengalami kesulitan keuangan yang serius yang dapat menyebabkan
kebangkrutan.
Menurut Hanafi (2013: 264) kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat
diprediksi degan beberapa indikator yaitu :
a. Analisis kas untuk saat ini atau masa mendatang.
b. Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan persaingan
yang dihadapi oleh perusahaan.
c. Kualitas manajemen.
d. Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya.
Indikator yang paling jelas akan datangnya kebangkrutan perusahaan
adalah sebagai berikut :
a. Profitabilitas yang negatif /menurun.
b. Merosotnya posisi pasar.
c. Posisi kas yang buruk atau negatif /ketidakmampuan melunasi kewajiban-
kewajiban kas.
d. Tingginya perputaran karyawan/rendahnya moral.
e. Penurunan volume penjualan.
f. Penurunan nilai penjualan.
g. Ketergantungan terhadap hutang.
h. Kerugian yang selalu diderita dari kegiatan operasinya.
(Teng, 2003:13-14)
58
Pag
e58
5. Manfaat Prediksi Kebangkrutan
Dalam memprediksi kebangkrutan langkah awal adalah dengan cara
mendeteksi dan menganalisis tanda-tanda kebangkrutan tersebut. Menurut Hanafi
(2008 : 261) informasi tentang kebangkrutan bermanfaat bagi beberapa pihak
antara lain :
a. Pemberi pinjaman, bagi pemberi pinjaman informasi kebangkrutan
bermanfaat dalam pengambilan keputusan tentang siapa yang akan
diberi pinjaman. Selain itu informasi ini juga memonitor pinjaman
yang ada.
b. Investor, bagi para investor informasi kebangkrutan digunakan untuk
mendeteksi adanya kebangkrutan seawal mungkin dan melakukan
tindakan untuk mengantisipasi kebangkrutan tersebut.
c. Pihak pemerintah, pemerintah memiliki tugas untuk mengawasi
operasional beberapa bidang usaha. Informasi kebangkrutan digunakan
pemerintah untuk mendeteksi tanda tanda kebangkrutan suatu usaha
dan kemudian akan mencari solusi untuk mengantisipasi atau
meminimalisir resiko kebangkrutan tersebut.
d. Akuntan, akan menilai kemampuan going concern perusahaan
sehingga akuntan merupakan salah satu pihak yang memiliki
kepentingan terhadap informasi kebangkrutan sebuah perusahaan.
e. Manajemen, prediksi kebangkrutan bagi manajemen digunakan untuk
mendeteksi adanya kebangrutan dan tindakan selanjutnya untuk
mencegah dan atau meminimalisir resiko kebangkrutan.
59
Pag
e59
F. Model Multiple Discriminant Analysis Altman (Z”-Score)
Salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan rasio keuangan yaitu
dikembangkannya model multivariate (Multiple Discriminant Analysis). Altman
(1968) merupakan orang pertama yang berhasil menerapkan model Multiple
Discriminant Analysis, sehingga model tersebut sering disebut Z-Score model
Altman. Z-Score bukan hanya untuk memprediksi apakah sebuah perusahaan
tersebut bangkrut atau tidak, tetapi juga untuk kemungkinan gagal bayar dari
sebuah perusahaan di kemudian hari dengan alasan bahwa gagal bayar merupakan
bagian dari financial distress yang memicu pada tanda-tanda awal dari
kebangkrutan sebuah perusahaan. Dalam artikel Edward I. Altman (1968),
menjelaskan mengenai perkembangan Z-Score.
1. Model Z-Score Pertama 1968 (Z-Score)
Z-Score merupakan salah satu metode populer yang digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan dalam dua tahun mendatang. Model Z-Score
diciptakan pertama kali melalui penelitian yang dilakukan oleh Edward I.
Altman tahun 1968. Metode ini diciptakan dengan menggunakan metode
Multiple Discriminant Analysis. Dalam menyusun model Z, Altman
mengambil sampel 33 perusahaan manufaktur yang bangkrut pada periode
1960 sampai 1965 dan 33 perusahaan tidak bangkrut dengan lini industri
dan ukuran yang sama. Dengan menggunakan data laporan keuangan dari
1 sampai 5 tahun sebelum kebangkrutan, Altman menyususn 22 rasio
keuangan yang paling memungkinkan dan mengelompokkannya dalam 5
kategori : likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas, dan kinerja. Hasil
studi Altman ternyata mampu memperoleh ketepatan prediksi sebesar 95%
60
Pag
e60
untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan, untuk data dua tahun
sebelum kebangkrutan sebesar 72%. Selain itu diketahui bahwa
perusahaan dengan profitabilitas yang rendah sangat berpotensi
mengalami kebangkrutan. Formula Z yang diturunkan Altman adalah
sebagai berikut :
Z = 1,2X1 +1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Sumber : Altman (1968)
Keterangan :
X1 = modal kerja / total aset
X2 = laba ditahan / total aset
X3 = laba usaha (EBIT) / total aset
X4 = nilai pasar saham/ nilai buku total hutang
X5 = penjualan / total aset
Rasio modal kerja terhadap total aset (X1) menunjukkan ukuran
likuiditas dari aset lancar bersih terhadap kapitalisasinya. Modal kerja
didefinisikan sebagai selisih antar aset lancar dengan hutang lancar
terhadap total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Modal kerja yang
negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi
kewajiban jangka pendeknya. Sebaliknya perusahaan yang memiliki nilai
positif jarang sekali menghadapi kesulitan dan melunasi kewajibannya.
Rasio laba ditahan terhadap total aset (X2). Laba ditahan
merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.
Dengan kata lain, laba ditahan merupakan berapa banyak pedapatan
61
Pag
e61
perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk deviden kepada
pemegang saham melainkan diinvestasikan kembali pada perusahaan.
Umur perusahaan sangat berpengaruh terhadap rasio tersebut karena
semakin muda suatu perusahaan semakin sedikit waktu yang dimilikinya
untuk membangun laba kumulatif sehingga semakin besar kemungkinan
untuk mengalami kegagalan usaha. Bila perusahaan merugi maka total dan
nilai laba ditahan akan menurun.
Rasio laba usaha terhadap total aset (X3). Laba usaha adalah laba
sebelum beban bunga dan pajak. Rasio ini merupakan sebuah ukuran dari
produktivitas nyata perusahaan yang diperoleh dari asetnya yang bebas
dari faktor pajak dan utang. Beberapa indikator yang dapat digunakan
untuk mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas
perusahaan yaitu piutang dagang meningkat, rugi yang terus menerus,
persediaan meningkat, dan penjualan menurun.
Rasio nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku hutang (X4). Ekuitas
diukur dari nilai pasar saham yang beredar, baik saham biasa maupun
preferen. Sedangkan nilai hutang mencakup nilai buku hutang lancar dan
hutang jangka panjang. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum utang lebih besar
daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Rasio penjualan
terhadap total aset (X5). Rasio perputaran total aset menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan dari aset yang
dimiliki.
62
Pag
e62
Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant
analysis. Menurut Altman (1968), terdapat angka-angka cut off nilai Z
yang menjelaskan prediksi kebangkrutan atau tidak pada masa mendatang
yaitu:
a. Z-Score ≤ 1,8
Menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan
yang serius, hal ini yang perlu ditindaklanjuti oleh manajemen
perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan (distress zone)
b. 1,8 < (Z-Score) < 2,99
Menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi rawan. Pada
kondisi seperti ini manajemen perusahaan harus berhati-hati dalam
mengelola aset-aset perusahaan agar tidak sampai terjadi
kebangkrutan (Grey zone).
c. Z-Score ≥ 2,99
Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan
tidak mengalami masalah keuangan dalam perusahaan sehingga jauh
dari indikasi kebangkrutan (safe zone).
Model kebangkrutan Altman yang pertama ini hanya bisa diterapkan pada
perusahaan publik berukuran besar yang bergerak dibidang manufaktur.
Tingkat akurasi model ini yaitu 95% untuk satu tahun sebelumnya dan
70% untuk dua tahun sebelumnya. Menurut Riyanto (2011:330), kelima
rasio ini yang akan digunakan dalam kemungkinan terjadinya
kebangkrutan sebuah perusahaan tersebut. Dalam manajemen keuangan,
63
Pag
e63
rasio-rasio yang digunakan pada model Altman ini dapat dikelompokkan
menjadi :
a) Rasio likuiditas yang terdiri dari X1
b) Rasio profitabilitas yang terdiri dari X2,X3
c) Rasio Leverage yang terdiri dari X4
d) Rasio Aktivitas yang terdiri dari X5
2. Model Z-Score Revisi 1983 (Z’-Score)
Setelah menciptakan model yang pertama, Altman kemudian merevisinya.
Tujuannya adalah untuk menyesuaikan model prediksi kebangkrutan
tersebut apabila diterapkan pada perusahaan yang tidak mempunyai nilai
pasar ekuitas atau perusahaan non publik. Perubahan pada revisi tersebut
adalah pada variable X4 dimana Altman mengganti rasio nilai pasar
ekuitas terhadap total aset menjadi nilai buku ekuitas terhadap total aset.
Z’ = 0,717x1 + 0,847x2 + 3,107x3 + 0,420x4 + 0,998x5
Sumber: Altman (1968)
Untuk dapat memprediksi apakah perusahaan kemungkinan bangkrut atau
tidak, Altman membuat discriminant area sebagai berikut :
a. Z’ > 2,90 = Kemungkinan bangkrut perusahaan kecil (sehat)
b. Z’ < 1,23 = Kemungkinan bangkrut perusahaan besar.
c. 1,23 < Z’ < 2,90 = kemungkinan bangkrut meragukan (grey zone)
Model kebangkrutan revisi ini hanya bisa diterapkan pada perusahaan non-
publik berukuran besar yang bergerak dalam bidang manufaktur.
3. Model Z”-Score Modifikasi 1995 (Z”-Score)
64
Pag
e64
Sehubungan dengan perkembangan dan semakin banyaknya respon
terhadap permasalahan kegagalan usaha Altman memodifikasi lagi model
yang pertama untuk dapat memprediksi kemungkinan kebangkrutan dari
perusahaan-perusahaan penerbit obligasi korporasi di negara berkembang
(emergering market). Z”-Score ini dinilai efektif dalam mengklasifikasi
perkiraan kebangkrutan suatu perusahaan sampai lima tahun sebelum tiba
saatnya dengan menggunakan sampel yang bergerak dalam bidang
manufaktur dan retail. Dalam modifikasi ini Altman mengeliminasi
variabel terakhir yaitu X5 dan mengganti pembilang pada variabel X4
yaitu nilai pasar ekuitas menjadi nilai buku ekuitas.
Z” = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4
Sumber: Altman (1968)
Keterangan :
X1 = modal kerja / total aset
X2 = laba ditahan / total aset
X3 = laba usaha (EBIT) / total aset
X4 = nilai buku ekuitas/ total hutang
Untuk dapat memprediksi apakah perusahaan kemungkinan bangkrut atau
tidak, Altman membuat discriminant area sebagai berikut :
a. Z-Score ≤ 1,1
Menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan
yang serius, hal ini yang perlu ditindaklanjuti oleh manajemen
perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan (distress zone)
65
Pag
e65
b. 1,1 < (Z-Score) < 2,6
Menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi rawan. Pada
kondisi seperti ini manajemen perusahaan harus berhati-hati dalam
mengelola aset-aset perusahaan agar tidak sampai terjadi
kebangkrutan (Grey zone).
c. Z-Score ≥ 2,6
Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan
tidak mengalami masalah keuangan dalam perusahaan sehingga jauh
dari indikasi kebangkrutan (safe zone).
Model kebangkrutan modifikasi ini dibuat agar bisa diterapkan pada
perusahaan manufaktur, non manufaktur, perusahaan publik dan non
publik, pada semua jenis ukuran perusahaan, dan untuk semua perusahaan
dalam industri yang berbeda.
66
Pag
e66
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan menggunakan laporan keuangan sebagai alat analisis tanpa
menghindari kemungkinan penggunaan angka-angka sebagai data kuantitatif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki
keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan yang hasilnya
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto 2010 : 3). Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu (Suryabrata, 2008 : 75).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Galeri Bursa Efek Indonesia (BEI) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang beralamatkan di Jalan MT
Haryono 163 Malang dan melalui akses internet di www.idx.co.id yang
merupakan web resmi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan lokasi penelitian ini
dikarenakan penyediaan data yang terpublikasi dan akurat terdapat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan obyek penelitian menggunakan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.
67
Pag
e67
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian bertujuan untuk membatasi studi pada penelitaian agar
penelitian yang dilakukan berfokus pada pokok bahasan yang akan diteliti dan
tidak menyimpang dari pokok bahasan tersebut. Fokus penelitian pada penelitian
ini adalah :
1. Model multiple discriminant analysis Altman (Z”-Score). Metode prediksi
kebangkrutan Altman Z”-Score ini memfokuskan penelitiannya pada rasio
keuangan yang mewakili 3 kategori rasio yaitu rasio likuiditas, profitabilitas,
dan leverage. Dalam manajemen keuangan, rasio-rasio yang digunakan pada
model Altman ini dapat dikelompokkan menjadi :
a) Rasio likuiditas yang terdiri dari X1
1. Working Capital to Total Assets (X1)
X1 = modal kerja bersih : total aktiva
X1 = (aktiva lancar – hutang lancar) : total aktiva
b) Rasio profitabilitas yang terdiri dari X2,X3
1. Retained Earning to Total Assets (X2)
X2 = laba ditahan : total aktiva
2. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (X3)
X3= EBIT / total aktiva
c) Rasio Leverage yang terdiri dari X4
1. Book Value of Equity to Total Liabilities (X4)
X4 = nilai buku ekuitas : total hutang
Formula Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4
68
Pag
e68
2. Tanda-tanda financial distress pada perusahaan adalah sebagai berikut :
a.Penurunan volume penjualan karena adanya perubahan selera atau
permintaan konsumen.
b. Kenaikan biaya produksi
c. Tingkat persaingan yang semakin ketat.
d. Kegagalan melakukan ekspansi.
e. Ketidakefektifan dalam melaksanakan fungsi pengumpulan piutang.
f. Tingginya tingkat ketergantungan terhadap piutang.
g. Penurunan deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham.
h. Terjadinya penurunan laba yang terus menerus, bahkan sampai terjadinya
kerugian.
i. Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha.
j. Terjadinya pemecatan pegawai.
k. Pengunduran diri eksekutif puncak
l. Harga saham yang terus menerus turun di pasar modal
m. Penurunan total aktiva
n. Kemungkinan gagal yang besar dalam industri, atau industri dengan resiko
tinggi.
o. Young company, perusahaan yang baru berdiri atau berusia muda pada
umumnya ditahun-tahun awal operasinya mengalami kesulitan. Sehingga
dipelukan permodalan yang kuat agar perusahaan tersebut tidak
mengalami kesulitan keuangan yang serius yang dapat menyebabkan
kebangkrutan.
D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan subyek penelitian. Menurut Sugiyono (2010 : 117)
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Pada penelitian ini terdapat
130 perusahaan manufaktur periode 2012-2014.
69
Pag
e69
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2012:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila peneliti melakukan
penelitian terhadap populasi yang besar, sementara peneliti ingin meneliti tentang
populasi tersebut dan peneliti memiliki keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel. Artinya, sampel yang
diambil dapat mewakili atau representatif bagi populasi tersebut. Dalam suatu
penelitian yang menjadi dasar pertimbangan pengambilan sampel adalah
memperhitungkan masalah efisiensi ( waktu dan biaya) dan masalah ketelitian
dimana penelitian dengan pengambilan sampel dapat mempertinggi ketelitian
karena jika penelitian terhadap populasi belum tentu dapat dilakukan secara teliti.
Keuntungan melakukan penelitian sampel yaitu peneliti tidak repot harus meneliti
populasi cukup hanya meneliti sampelnya saja, dan populasi yang terlalu besar
memungkinkan ada subyek yang bisa tercecer atau luput dari peneliti pada saat
diambil datanya, lebih efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga.
Teknik sampling yang digunakan oleh penulis adalah non probability
sampling. Menurut Sugiyono (2012:120) Non Probability Sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Sugiyono (2012: 66) mengemukakan bahwa teknik sampel ini meliputi, sampling
sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball. Teknik Non Probability
Sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini lebih
tepatnya penulis menggunakan teknik purposive sampling. Pengertian purposive
70
Pag
e70
sampling menurut Sugiyono (2008:122) adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Sehingga data yang diperoleh lebih representatif dengan
melakukan proses penelitian yang kompeten dibidangnya. Teknik purposive
sampling digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus
berdasarkan tujuan penelitian (Usman dan Purnomo, 2008 : 186)
Kriteria Pengambilan Sampel :
Tabel 1. Tabel Kriteria pengambilan sampel
No Kriteria Sampel
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2012-2014
2 Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang lengkap dan tersedia di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 – 2014
3 Perusahaan yang tidak memiliki laba bersih dan mengalami kerugian
sekurang-kurangnya satu periode laporan keuangan periode 2012-2014
4 Laporan keuangan perusahaan manufaktur periode 2012 – 2014 yang
disajikan dalam Rupiah
Sumber : data diolah 2016
71
Pag
e71
Tabel 2. Proses Pengambilan Sampel Perusahaan Manufaktur
NO
KODE
PERUSA
HAAN
NAMA PERUSAHAAN
kriteria sampel
laporan
keuangan
lengkap
2012-2014
laporan keuangan
menggunakan Rupiah
perusahaan tidak
memiliki laba bersih dan
mengalami kerugian
sampel
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk. √ √ √ √ - - - -
2 SMCB Holcim Indonesia Tbk √ √ √ √ - - - -
3 SMGR Semen Gresik Tbk. √ √ √ √ - - - -
4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk √ √ √ √ - - - -
5 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk √ √ √ √ - - - -
6 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk √ √ √ √ √ √ √ √
7 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk √ √ √ √ - - - -
8 MLIA Mulia Industrindo Tbk - √ √ - √ √ - -
9 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk √ √ √ √ - - - -
10 ALKA Alaska Industrindo Tbk √ √ √ √ - √ - √
11 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk √ √ √ √ - - - -
12 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk √ √ √ √ - - - -
13 CTBN Citra Turbindo Tbk √ - - - - - - -
14 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk √ √ √ √ - - - -
15 INAI Indal Aluminium Industry Tbk √ √ √ √ - - - -
16 ITMA Itamaraya Tbk √ √ √ √ - - - -
17 JKSW Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk √ √ √ √ √ √ √ √
18 JPRS Jaya Pari Steel Tbk √ √ √ √ - - - -
72
Pag
e72
Lanjutan
19 KRAS Krakatau Steel Tbk - - - - √ √ √ -
20 LION Lion Metal Works Tbk √ √ √ √ - - - -
21 LMSH Lionmesh Prima Tbk √ √ √ √ - - - -
22 MYRX Hanson Internasional Tbk √ √ √ √ - - - -
23 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk √ - - - √ - √ -
24 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk √ √ √ √ - - - -
25 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk √ - - - - √ - -
26 BRPT Barito Pasific Tbk √ - - - √ √ √ -
27 BUDI Budi Acid Jaya Tbk √ √ √ √ - - - -
28 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk √ √ √ √ - - - -
29 EKAD Ekadharma Internasional Tbk √ √ √ √ - - - -
30 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk √ √ √ - - - - -
31 INCI Intan Wijaya Internasional Tbk √ √ √ √ - - - -
32 SOBI Sorini Asia Corporindo Tbk - - - - - - - -
33 SRSN Indo Acitama Tbk √ √ √ √ - - - -
34 TPIA Chandra Asri Petrochemical √ - - - √ - - -
35 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk √ - - - - - - -
36 AKKU Alam Karya Unggul Tbk √ √ √ √ √ √ √ √
37 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk √ √ √ √ - - - -
38 APLI Asiaplast Industry Tbk √ √ √ √ - - - -
39 BRNA Berliana Tbk √ √ √ √ - √ - √
40 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk √ - - - √ √ √ -
73
Pag
e73
Lanjutan
41 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk √ √ √ - - - - -
42 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk √ - - - - - - -
43 SIAP Sekawan Intipratama Tbk √ √ √ √ - √ - √
44 SIMA Siwani Makmur Tbk - √ √ - √ √ - -
45 TRST Trias Sentosa Tbk √ √ √ √ - - - -
46 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk √ √ √ √ - - √ √
47 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk √ √ √ √ - - - -
48 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk √ √ √ √ - - - -
49 MAIN Malindo Feedmill Tbk √ √ √ √ - - √ √
50 SIPD Siearad Produce Tbk √ √ √ √ - - - -
51 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk - √ √ √ √ √ √ -
52 TIRT Tirta Mahakam Resource Tbk - √ √ √ √ √ √ -
53 ALDO Alkindo Naratama Tbk √ √ √ √ - - - -
54 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk - - √ - - √ - -
55 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk √ √ - - - - - -
56 INRU Toba Pulp Lestari Tbk √ √ - - √ - - -
57 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk √ √ √ √ √ - √ √
58 SPMA Suparma Tbk √ √ √ √ - √ - √
59 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk √ √ - - - - - -
60 ASII Astra Internasional Tbk √ √ √ √ - - - -
61 AUTO Astra Auto Part Tbk √ √ √ √ - - - -
62 BRAM Indo Kordsa Tbk √ - - - - - - -
74
Pag
e74
Lanjutan
63 GDYR Goodyear Indonesia Tbk √ √ √ - - - - -
64 GJTL Gajah Tunggal Tbk √ √ √ √ - - - -
65 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk √ √ √ √ - - √ √
66 INDS Indospring Tbk √ √ √ √ - - - -
67 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk √ √ √ √ - - - -
68 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk √ - - - - - - -
69 NIPS Nippers Tbk √ √ √ √ - - - -
70 PRAS Pima Alloy Steel Universal Tbk √ √ √ √ - - - -
71 SMSM Selamat Sempurna Tbk √ √ √ √ - - - -
72 ADMG Polychern Indonesia Tbk √ - - - - - √ -
73 ARGO Argo Pantes Tbk √ √ √ - √ - √ -
74 CNTX Centex Tbk √ - - - √ √ - -
75 ERTX Eratex Djaya Tbk √ √ √ √ - - - -
76 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk √ - - - - √ √ -
77 HDTX Pan Asia Indosyntec Tbk √ √ √ √ - - √ √
78 INDR Indo Rama Synthetic Tbk √ - - - - - - -
79 KARW Karwell Indonesia Tbk v - - - √ √ √ -
80 PBRX Pan Brothers Tbk √ √ - - - - - -
81 POLY Asia Pasific Fibers Tbk √ - - - √ √ √ -
82 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk √ √ √ √ - - - -
83 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk √ √ √ √ √ √ √ √
84 TRIS Trisula Internasional Tbk - √ √ √ - - - -
75
Pag
e75
Lanjutan
85 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk √ √ √ √ - - - -
86 UNTX Unitex Tbk √ - - - √ √ - -
87 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk √ √ √ √ - - √ √
88 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk - - - - - - - -
89 JECC Jembo Cable Company Tbk √ √ √ √ - - - -
90 KBLI KMI Wire and Cable Tbk √ √ √ √ - - - -
91 KBLM Kabelindo Murni Tbk √ √ √ √ - - - -
92 SCCO
Supreme Cable Manufacturing and
Commerce Tbk √ √ √ √ - - - -
93 VOKS Voksel Electric Tbk - √ √ - - - - -
94 PTSN Sat Nusa Persada Tbk √ - - - - - √ -
95 ADES Akasha Wira Internasional Tbk √ √ √ √ - - - -
96 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk - √ √ - - - - -
97 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk - √ √ - - - - -
98 CEKA Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ √ - - -
99 DAVO Davomas Abadi Tbk - - - - - - - -
100 DLTA Delta Djakarta Tbk √ √ √ √ - - - -
101 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk √ √ √ √ - - - -
102 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ √ - - - -
103 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ √ - - - -
104 MYOR Mayora Indah Tbk √ √ √ √ - - - -
105 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk - √ - √ - - √ -
76
Pag
e76
Lanjutan
106 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk √ √ √ √ - - - -
107 SKLT Sekar Laut Tbk √ √ √ √ - - - -
108 STTP Siantar Top Tbk √ √ √ √ - - - -
109 ULTJ
Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company Tbk √ √ √ √ - - - -
110 GGRM Gudang Garam Tbk √ √ √ √ - - - -
111 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk √ √ √ √ - - - -
112 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk √ √ √ √ - - - -
113 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk √ √ √ √ - - - -
114 INAF Indofarma Tbk √ √ √ √ - √ - √
115 KAEF Kimia Farma Tbk √ √ √ √ - - - -
116 KLBF Kalbe Farma Tbk √ √ √ √ - - - -
117 MERK Merek Tbk √ √ √ √ - - - -
118 PYFA Pyridam Farma Tbk √ √ √ √ - - - -
119 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk √ √ √ √ √ √ √ √
120 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk √ √ √ √ - - - -
121 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk √ √ √ √ - - - -
122 MBTO Martina Berto Tbk √ √ √ √ - - - -
123 MRAT Mustika Ratu Tbk √ √ √ √ - √ - √
124 TCID Mandom Indonesia Tbk √ √ √ √ - - - -
125 UNVR Unilever Indonesia Tbk √ √ √ √ - - - -
126 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk - √ √ - - - - -
127 KICI Kedawung Indah Can Tbk √ √ √ √ - - - -
77
Pag
e77
128 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk √ √ √ √ - √ - √
129 RMBA Bentoel Internasional Investasma Tbk √ √ √ √ √ √ √ √
130 MYTX Apac Citra Centertex Tbk - √ √ - √ √ √ -
Sumber : data diolah 2016
- Perusahaan yang tidak masuk sampel
- Perusahaan yang masuk menjadi sampel
78
Pag
e78
Tabel 3. Tabel Sampel Perusahaan Manufaktur Periode 2012-2014
NO
KODE
PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN
1 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
2 ALKA Alaska Industrindo Tbk
3 JKSW Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk
4 AKKU Alam Karya Unggul Tbk
5 BRNA Berliana Tbk
6 SIAP Sekawan Intipratama Tbk
7 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk
8 MAIN Malindo Feedmill Tbk
9 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
10 SPMA Suparma Tbk
11 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk
12 HDTX Pan Asia Indosyntec Tbk
13 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk
14 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk
15 INAF Indofarma Tbk
16 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk
17 MRAT Mustika Ratu Tbk
18 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk
19 RMBA Bentoel Internasional Investasma Tbk
Sumber: Data diolah 2016
E. Sumber Data
Sumber data penelitian ini merupakan data sekunder. Menurut Nur
Indriantoro dan Bambang Supomo (2009), data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat pihak lain). Penelitian ini mengambil data sekunder berupa
Annual Report (Laporan Keuangan Tahunan) perusahaan manufaktur selama
tahun 2012-2014 yang telah diaudit dan dipublikasikan di BEI.
79
Pag
e79
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian memiliki cara-cara yang sesuai
dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang penting
dengan maksud untuk memperoleh data-data yang akurat, relevan, dan terpercaya
sehingga diketahui permasalahan dari obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini
teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik dokumentasi. Menurut
Bungin (2008:144) metode dokumentasi adalah salah satu metode dalam
pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial yang
intinya digunakan untuk menelusuri data historis.
G. Teknik Analisis Data
“Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah,
karena dengan analisis lah data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna
dalam memecahkan masalah penelitian”(Nazir, 2005:346)
Analisis data dapat menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah
dipahami sehingga dapat membantu memecahkan masalah penelitian. Penelitian
ini menggunakan teknik analisis diskriminan dengan metode simultan atau
simultaneous approach. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis ini
adalah :
1. Melakukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam model
multiple discriminant analysis Altman (Z”-Score), rasio-rasio tersebut adalah:
a. Working Capital to Total Assets (X1)
X1 = modal kerja bersih : total aktiva
X1 = (aktiva lancar – hutang lancar) : total aktiva
80
Pag
e80
b. Retained Earning to Total Assets (X2)
X2 = laba ditahan : total aktiva
c. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (X3)
X3= EBIT / total aktiva
d. Book Value of Equity to Total Liabilities (X4)
X4 = nilai buku ekuitas : total hutang
2. Menghitung nilai Z”-Score dari nilai keseluruhan
Rumus model Altman Z” = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4
3. Mengklasifikasikan perusahaan pada kelompok financial distress dan non
financial distress berdasarkan nilai prediksi kebangkrutan Z”
a. Prediksi berpotensi bangkrut / sakit = Z”-Score ≤ 1,1 (distress zone)
b. Prediksi rawan = 1,1 < (Z”-Score) < 2,6 (grey zone)
c. Prediksi tidak bangkrut / sehat = Z”-Score ≥ 2,6 (safe zone)
81
Pag
e81
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. PT Alam Karya Unggul Tbk (AKKU)
Alam Karya Unggul Tbk (sebelumnya bernama Aneka Kemasindo Utama
Tbk) didirikan tanggal 5 April 2001 dan mulai beroperasi secara komersial
pada tahun 2001. Kantor pusat AKKU beralamat di Plaza Indosurya
Penthouse (Lantai 13), Jalan M.H. Thamrin Kav 8 – 9, Jakarta Pusat 10230 –
Indonesia. Telp : (62-21) 3193-4699 (Hunting), Fax : (62-21) 3193-4698.
Induk usaha Alam Karya Unggul Tbk adalah Oil and Gas Venture Limited
(menguasai 77,19% saham AKKU), yang berkedudukan di Republik
Seychelles.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha
AKKU adalah perdagangan dan jasa meliputi jasa konsultasi bidang bisnis,
manajemen dan administrasi; jasa penunjang kegiatan pertambangan; jasa
bidang manajemen pertambangan umum; dan jasa pengelolaan hotel (melalui
anak usaha PT Permata Nusantara Hotelindo). Sebelumnya AKKU
menjalankan usaha di bidang industri kemasan plastik dan industri bahan
baku kemasan plastik, serta menjalankan usaha bidang perdagangan,
sedangkan kegiatan usaha penunjang yang dapat dijalankannya adalah usaha
jasa pada umumnya. Pada tanggal 18 Oktober 2004, AKKU memperoleh
pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum
82
Pag
e82
Saham Perdana AKKU kepada masyarakat sebanyak 80.000.000 saham
dengan nilai nominal Rp100,- per saham dan Harga Penawaran Rp220,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tanggal 01 Nopember 2004.
2. PT Alakasa Industrindo Tbk (ALKA)
Alakasa Industrindo Tbk didirikan tanggal 21 Pebruari 1972 dan memulai
operasi komersial sebagai perusahaan industri aluminium sejak tahun 1973.
Kantor pusat Alakasa berlokasi di Jalan Pulogadung No. 4, Jakarta Industrial
Estate Pulogadung, Jakarta 13920. Telp : (62-21) 460-8855 (Hunting), Fax :
(62-21) 460-8856. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Alakasa Industrindo Tbk, antara lain: Ryburn Investment Limited
(pengendali) (33,03%), Sino Aluminium Holding(s) Pte. Ltd (25,14%),
Ryburn Venture Limited (20,70%) dan PT Gesit Alumas (13,87%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ALKA
adalah menjalankan usaha dalam bidang perdagangan umum, perwakilan atau
keagenan, pemborong (kontraktor), industri manufakturing dan fabrikasi,
pengolahan barang-barang dari logam dan aluminium, percetakan dan
pemukiman (real estate). Sejak tahun 2002, kegiatan utama ALKA adalah
melakukan investasi pada beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang
perdagangan (Alakasa Company Limited yang telah beroperasi komersial
sejak tahun 2000), industri aluminium ekstrusi (PT Alakasa Extrusindo
beroperasi sejak tahun 2001), industri karbon (PT Alakasa Karbon Industri
masih dalam pengembangan) dan industri refineri alumina (PT Alakasa
83
Pag
e83
Alumina Refineri dan Indonesia Alumina Refinery Limited yang didirikan
tahun 2013). Pada tanggal 30 Mei 1990, Perusahaan memperoleh persetujuan
dari Menteri Keuangan Republik Indonesia, untuk menawarkan 1.500.000
saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham serta Harga Penawaran
Rp9.800,- di Bursa Efek di Indonesia kepada masyarakat. Pada tanggal 12
Juli 1990, saham tersebut telah tercatat di Bursa Efek di Indonesia.
3. PT Primarindo Asia Infrastucture Tbk (BIMA)
Primarindo Asia Infrastucture Tbk didirikan 01 Juli 1988 dengan nama PT
Bintang Kharisma dan mulai berproduksi secara komersial pada tanggal 1
Oktober 1989. Kantor pusat BIMA beralamat di Gedung Dana Pensiun –
Bank Mandiri Lt. 3A jl. Tanjung Karang No.3-4 A, Jakarta, sedangkan pabrik
berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Pemegang saham yang memiliki 5% atau
lebih saham Primarindo Asia Infrastucture Tbk, antara lain: PT Golden
Lestari (52,50%), PT Woori Korindo Securities Indonesia (21,68%), PT
Usaha Bersama Sekuritas (9,25%) dan PT Indomitra Securities (5,52%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BIMA
meliputi bidang usaha infrastruktur dan industri. Kegiatan BIMA dari sejak
pendirian sampai saat ini meliputi industri alas kaki khususnya produksi
sepatu olah raga dan yang berhubungan dengan pengolahan bahan-bahan
dasar pembuatan sepatu olah raga tersebut. Merek sepatu yang diproduksi
dan dipasarkan BIMA adalah Tomkins. Selain itu, BIMA juga menerima
order produksi sepatu dari merek lain, diantaranya Lonsdale, Dunlop,
Firetrap dan lain-lainnya. Pada tahun 1994, BIMA memperoleh pernyataan
84
Pag
e84
efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham BIMA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai
nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp2.800,- per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 30 Agustus 1994.
4. PT Berlina Tbk (BRNA)
Berlina Tbk didirikan 18 Agustus 1969 dan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1970. Kantor pusat dan pabrik Berlina beralamat di Jl.
Jababeka Raya Blok E No. 12- 17, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang,
Bekasi 17520. Berlina juga memiliki pabrik yang berlokasi di Pasuruan dan
Sidoarjo (Jawa Timur), Tangerang (Banten) dan Hefei (Tiongkok). Telp :
(62-21) 8983-0160 (Hunting), Fax : (62-21) 8983-0161. Pemegang saham
yang memiliki 5% atau lebih saham Berlina Tbk, antara lain: PT Dwi Satrya
Utama (induk usaha) (53,02%), Komodo Fund (9,51%) dan Lisjanto
Tjiptobiantoro (pengendali) (6,56%). Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BRNA meliputi industri plastik dan
industri lainnya yang menggunakan bahan pokok plastik dan fiber glass.
Kegiatan utama BRNA adalah untuk melayani industri produk-produk
kosmetika, farmasi, makanan dan minuman, barang-barang industri lain
sebagainya. Jenis produk yang dihasilkan BRNA berupa botol plastik, botol
air galon, sikat gigi, mould, laminating tube dan plastik tube. Pada tanggal 12
September 1989, BRNA memperoleh izin Menteri Keuangan untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BRNA (IPO) kepada
85
Pag
e85
masyarakat sebanyak 1.750.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
dengan harga penawaran Rp7.900,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Nopember 1989.
5. PT Panasia Indo Resources Tbk (HDTX)
Panasia Indo Resources Tbk (dahulu Panasia Indosyntec Tbk) didirikan
tanggal 06 April 1973 dan mulai beroperasi secara komersil pada tahun 1974.
Kantor pusat HDTX terletak di Jl. Moh Toha KM 6 Kabupaten Bandung.
Telp : (62-22) 520-2930 (Hunting), Fax : (62-22) 520-5881. Pemegang
saham yang memiliki 5% atau lebih saham Panasia Indo Resources Tbk
(30/10/2015), antara lain: Lucky Height Resources Limited (27,77%), Gold
Gazelle Profits Corp. (19,63%), PT Panasia Synthetic Abadi (14,38%),
Ortega Management Limited (10,05%), Mercury Capital International Inc
(9,72%) dan Prime Invesco Limited (9,49%). Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan HDTX meliputi usaha dalam bidang
proses bahan baku serat (polimerisasi), twisting, pemintalan, pertenunan,
industri tekstil, pertambangan, energi dan perdagangan umum. Pada tanggal
22 Maret 1990, HDTX memperoleh persetujuan dari Menteri Keuangan
Republik Indonesia untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
HDTX (IPO) kepada masyarakat sebanyak 7.000.000 dengan nilai nominal
Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp11.750,- per saham. Saham-
saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 06
Juni 1990.
86
Pag
e86
6. PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI)
Intikeramik Alamasri Industri Tbk (Intikeramik) (dahulu PT Inti Kapuas
Arowana Tbk) didirikan tanggal 26 Juni 1991 dengan nama PT Intikeramik
Alamasri Indah dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1993.
Kantor pusat Intikeramik terletak di Jalan Pangeran Jayakarta No. 133,
Jakarta Pusat 10730 dan lokasi pabrik terletak di Kawasan Industri Palem
Manis, Tangerang, Banten. Telp : (62-21) 624-2727 (Hunting), Fax : (62-21)
625-3059. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Intikeramik
Alamasri Industri Tbk adalah PT Inti Karya Megah (36,19%), Best Achieve
Investment Ltd (23,88%), First Inertia Limited (8,77) dan Delnica Holdings
Limited (8,59%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan IKAI terutama bergerak dalam bidang industri ubin porselen dan
menjual hasil produksinya di dalam dan luar negeri. Kegiatan utama
Intikeramik adalah memproduksi dan memasarkan ubin porselen berkualitas
tinggi dengan merek Essenza. Pada tanggal 17 Mei 1997, IKAI memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham IKAI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 100.000.000
dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp750,-
per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 04 Juni 1997.
7. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)
Indomobil Sukses Internasional Tbk (sebelumnya bernama Indomulti Inti
Industri Tbk didirikan tanggal 20 Maret 1987 dengan nama PT Cindramata
87
Pag
e87
Karya Persada dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990.
Kantor pusat IMAS terletak di Wisma Indomobil Lt. 6 , Jl. MT. Haryono
Kav. 8, Jakarta 13330 – Indonesia. Telp : (62-21) 856-4850, 856-4860, 856-
4870 (Hunting), Fax : (62-21) 856-4833. Pemegang saham yang memiliki 5%
atau lebih saham Indomobil Sukses Internasional Tbk, antara lain: Gallant
Venture Ltd. (induk usaha) (71,49%) dan PT Tritunggal Intipermata
(18,17%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
IMAS melakukan penyertaan saham dalam perusahaan-perusahaan atau
kegiatan lainnya yang terkait dengan industri otomotif. Kegiatan usaha utama
IMAS dan anak usaha antara lain meliputi: pemegang lisensi merek,
distributor penjualan kendaraan, layanan purna jual, jasa pembiayaan
kendaraan bermotor, distributor suku cadang dengan merek “lndoParts”,
perakitan kendaraan bermotor, produsen komponen otomotif, jasa persewaan
kendaraan, serta usaha pendukung lainnya. Produk-produk yang dijual IMAS
dan anak usaha meliputi jenis kendaraan bermotor roda dua, kendaraan
bermotor roda empat, bus, truk, dan alat berat dengan merek-merek, antara
lain: Audi, Datsun, Foton, Hino, lnfiniti, Kalmar, Manitou, Nissan, Renault,
Renault Trucks, Saonon, SDLG, Suzuki, Volkswagen, Volvo, Volvo
Construction Equipment, Volvo Trucks dan Zoomlion. Indomobil memiliki
anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni
Indomobil Multi Jasa Tbk. Pada tahun 1993, IMAS memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham IMAS (IPO) kepada masyarakat sebanyak 6.000.000 dengan nilai
88
Pag
e88
nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp3.800,- per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 15 Nopember 1993.
8. PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF)
Indonesia Farma (Persero) Tbk disingkat Indofarma (Persero) Tbk (INAF)
didirikan tanggal 02 Januari 1996 dan memulai kegiatan usaha komersialnya
pada tahun 1983. Kantor pusat dan pabrik INAF terletak di Jalan Indofarma
No.1, Cibitung, Bekasi 17530 – Indonesia. Telp: (62-21) 8632-3971
(Hunting), Fax: (62-21) 8832-3972/3.
Pada awalnya, INAF merupakan sebuah pabrik obat yang didirikan pada
tahun 1918 dengan nama pabrik Obat Manggarai. Pada tahun 1950, Pabrik
Obat Manggarai ini diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan
dikelola oleh Departemen Kesehatan. Pada tahun 1979, nama pabrik obat ini
diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Kemudian,
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik indonesia (PP) No.20 tahun
1981, Pemerintah menetapkan Pusat Produksi Farmasi Departemen
Kesehatan menjadi Perseroan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma).
Selanjutnya pada tahun 1996, status badan hukum Perum Indofarma diubah
menjadi Perusahaan (Persero).
Pemegang saham pengendali Indofarma (Persero) Tbk adalah Pemerintah
Republik Indonesia, dengan memiliki 1 Saham Preferen (Saham Seri A
Dwiwarna) dan 80,66% di saham Seri B. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INAF adalah melaksanakan dan
89
Pag
e89
menunjang kebijakan serta program Pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang farmasi,
diagnostik, alat kesehatan, serta industri produk makanan. Saat ini, Indofarma
telah memproduksi sebanyak hampir 200 jenis obat yang terdiri dari beberapa
kategori produk, yaitu Obat Generik Berlogo (OGB), Over The Counter
(OTC), obat generik bermerek, dan lain-lain.
Pada tanggal 30 Maret 2001, INAF memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INAF
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 596.875.000 Saham Seri B dengan nilai
nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 17 April 2001. INAF telah melaksanakan Kuasi-reorganisasi pada
tanggal 30 September 2011 sesuai dengan peraturan yang berlaku dan PSAK
No.51 (Revisi 2003) “Akuntansi Kuasi-Reorganisasi” yang menghasilkan
penghapusan defisit sebesar Rp57.661.903.925 dan kenaikan penilaian
kembali nilai wajar aset bersih sebesar Rp 260.955.748.932 yang terdiri dari
aset tetap sebesar Rp252.089.087.407 dan aset tidak lancar yang akan
ditinggalkan sebesar Rp8.866.661.523.
9. PT Jakarta Kyoei Steel Works Limited Tbk (JKSW)
Jakarta Kyoei Steel Works Limited Tbk didirikan tanggal 07 Januari 1974
dengan nama PT Jakarta Kyoei Steel Works Limited dan memulai kegiatan
usaha komersialnya pada tahun 1976. Kantor pusat JKSW berlokasi di Jl.
Rawa Terate II No. 1 Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta 13930 –
90
Pag
e90
Indonesia. Telp : (62-21) 460-2832 (Hunting), Fax : (62-21) 460-3831.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Jakarta Kyoei Steel
Works Limited Tbk, antara lain: PT Devisi Multi Sejahtera (30,56%) dan PT
Matahari Diptanusa (28,67%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,
ruang lingkup kegiatan JKSW meliputi industri dan perdagangan besi beton.
Kegiatan usaha utama JKSW adalah bergerak di bidang manufaktur dan
perdagangan besi beton dengan jenis baja tulangan beton polos dan baja
tulangan beton ulir. Pada tanggal 27 Juni 1997, JKSW memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham JKSW (IPO) kepada masyarakat sebanyak 50.00.000 dengan
nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp650,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tanggal 06 Agustus 1997.
10. PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI)
Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk didirikan tanggal 14 Pebruari 1978
dengan nama PT Petroneks dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada
tahun 1978. Kantor pusat KBRI berlokasi di Gedung Antam Office Park
Tower B, Lt. 11, Jl. Letjen TB. Simatupang No 1, Tanjung Barat – Jagakarsa,
Jakarta Selatan 12530 – Indonesia. Telp : (62-21) 2963-4985, 2963-4986
(Hunting), Fax : (62-21) 2963-4987. Pemegang saham yang memiliki 5%
atau lebih saham KBRI adalah Suisse Charter Investment Ltd (pengendali)
(34,00%), Wyoming International Limited (pengendali) (30,40%) dan Quest
Corporation (10,60%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
91
Pag
e91
lingkup kegiatan KBRI antara lain bergerak dalam industri dan distribusi
kertas. KBRI tidak mempunyai aktivitas usaha dan hanya mempunyai satu
anak usaha yang beroperasi yaitu PT Kertas Basuki Rachmat, dengan produk
kertas yang dihasilkan adalah kertas Houtvrij schrijfpapier (HVS) dan kertas
Cross-machine Direction (CD). Pada tanggal 30 Juni 2008, KBRI
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham KBRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak
1.360.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga
penawaran Rp260,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Juli 2008.
11. PT Langgeng Makmur Industri Tbk (LMPI)
Langgeng Makmur Industri Tbk (dahulu PT Langgeng Makmur Plastic
Industry Ltd) didirikan tanggal 30 Nopember 1972 dengan nama PT
Langgeng Jaya Plastic Industry Ltd. dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1976. Kantor pusat LMPI berdomisili di Jalan
Letjen Sutoyo No. 256, Waru – Sidoarjo 61256, Jawa Timur – Indonesia,
sedangkan pabriknya berlokasi di Waru – Jawa Timur, Trosobo – Jawa
Timur dan Tangerang – Banten. Telp : (62-31) 853-3688 (Hunting), Fax :
(62-31) 853-3588. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Langgeng Makmur Industri Tbk adalah PT Langgeng Bahagia (pengendali)
(17,78%), Popularity Consultants Ltd. (12,15%), Zafrina Development Ltd.
(12,08%), Nanyang Capital Investments Ltd. (11,90%), Rotary Ventures Inc.
(11,88%), Luminous Ventures Inc. (11,74%) dan BPPN S/A 8006450047
92
Pag
e92
(5,74%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
LMPI meliputi bidang industri perabotan rumah tangga yang terbuat dari
plastik dan aluminium, peralatan masak dan cetakan kue dari aluminium
dengan lapisan anti lengket, karung plastik, pipa Polyvinyl Chloride (PVC)
serta produk-produk lain yang terkait dengan bidang tersebut. Merek-merek
yang dimiliki oleh LMPI, yakni merek "Global Eagle" untuk produk
peralatan dapur dari aluminium, peralatan rumah tangga dari plasting dan
karung plastik; "MakCook" untuk produk peralatan masak aluminium dengan
lapisan anti lengket; dan "Langgeng" untuk produk pipa, fitting dan profil
PVC. Pada tahun 1994, LMPI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-
LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham LMPI (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 18.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
dengan harga penawaran Rp3.000,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17 Oktober 1994.
12. PT Mustika Ratu Tbk (MRAT)
Mustika Ratu Tbk didirikan 14 Maret 1978 dan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1978. Kantor pusat MRAT berlokasi di Jalan Gatot
Subroto, Jakarta Selatan dan pabrik berlokasi di Jalan Raya Bogor KM. 26,4
Ciracas, Jakarta Timur. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Mustika Ratu Tbk (29/31/2015), antara lain: PT Mustika Ratu Investama
(pengendali) (71,26%) dan BNYM S/A Investors Pacific INT (8,91%)
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MRAT
meliputi pabrikasi, perdagangan dan distribusi jamu dan kosmetik tradisional
93
Pag
e93
serta minuman sehat, perawatan kecantikan, serta kegiatan usaha lain yang
berkaitan. Merek-merek yang dimiliki MRAT, antara lain: Mustika Ratu,
Mustika Puteri, Bask, Biocell, Moor’s, Ratu Mas, Taman Sari Royal Heritage
Spa. Pada tanggal 28 Juni 1995, MRAT memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MRAT
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 27.000.000 dengan nilai nominal Rp500,-
per saham dengan harga penawaran Rp2.600,- per saham. Saham-saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Juli
1995.
13. PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN)
Malindo Feedmill Tbk didirikan tanggal 10 Juni 1997 dalam rangka
Penanaman Modal Asing “PMA” dan mulai beroperasi secara komersial pada
tahun 1998. Kantor pusat MAIN terletak di Duta Mas Fatmawati, Jalan RS
Fatmawati No. 39, Jakarta. Pabrik MAIN berada di daerah Jakarta, Jawa
Timur, dan Banten sedangkan peternakan MAIN berlokasi di Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera dan Kalimantan Selatan. Telp : (62-21)
766-1727 (Hunting), Fax : (62-21) 766-1728. Pemegang saham yang
memiliki 5% atau lebih saham Malindo Feedmill Tbk adalah Dragon Amity
Ltd. (induk usaha) (57,09%), sebuah perusahaan yang berkedudukan di
Mauritius. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
MAIN terutama adalah berusaha dalam bidang industri pakan ternak dan
peternakan anak ayam usia sehari (day old chick). Saat ini kegiatan utama
MAIN meliputi; pakan ternak, pembibitan ayam (memproduksi induk ayam
94
Pag
e94
Parent Stock dan anak ayam umur sehari), peternakan ayam pedaging dan
makanan olahan yang berbahan baku ayam dengan merek "SunnyGold" dan
"Ciki Wiki" melalui anak usaha (PT Malindo Food Delight). Pada tanggal 27
Januari 2006, MAIN memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MAIN (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 61.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham
dengan harga penawaran Rp880,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Februari 2006.
14. PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RBMA)
Bentoel Internasional Investama Tbk didirikan 19 Januari 1979 dengan nama
PT Rimba Niaga Idola dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1989 (bergerak dalam bidang industri rotan). Kantor pusat RMBA berlokasi
di Plaza Bapindo, Jl. Jend. Sudirman Ka v. 54-55, Jakarta 12190 dan pabrik
berlokasi di Malang, Jawa Timur. Telp: (62-21) 526-8388 (Hunting), Fax:
(62-21) 526-8389. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham
Bentoel, antara lain: British American Tobacco (2009 PCA) Limited
(85,553%) dan UBS AG London – Asia Equity A/C (13,405%). Induk
langsung Bentoel adalah British American Tobacco (2009 PCA) Ltd,
sedangkan induk terakhir Bentoel adalah British American Tobacco p.l.c.,
berdomisili di Inggris. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan RMBA adalah perdagangan umum, industri dan jasa,
kecuali jasa di bidang hukum dan pajak. Saat ini, kegiatan utama Bentoel
adalah memproduksi dan memasarkan berbagai jenis produk tembakau
95
Pag
e95
seperti rokok kretek mesin, rokok kretek tangan dan rokok putih dengan
merek lokal seperti Club Mild, Neo Mild, Tali Jagat, Bintang Buana, Sejati,
Star Mild dan Uno Mild serta merek global seperti Dunhill, Lucky Strike, dan
Pall Mall. Pada tahun 1990, RMBA memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham RMBA
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.000.000 dengan nilai nominal
Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp3.380,- per saham. Saham-
saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 05
Maret 1990. Pada tahun 2000, RMBA melakukan Penawaran Umum
Terbatas I dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (“HMETD”), dimana
setiap pemegang saham yang memiliki 2 lembar saham lama mendapatkan 8
HMETD untuk membeli Saham Biasa Atas Nama dengan total 53.200.000
lembar saham. Pada tiap 8 HMETD melekat 17 Hak Memesan Hak
Menerima Saham (HMHMS) dengan total 113.050.000 lembar saham.
15. PT Schering Plough Indonesia Tbk (SCPI)
Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (dahulu PT Schering-Plough Indonesia
Tbk) didirikan dengan nama PT Essex Indonesia pada 07 Maret 1972 dan
mulai beroperasi secara komersial pada bulan Januari 1975. Kantor pusat
SCPI berlokasi di Wisma BNI 46, Lt. 27 Jalan Jendral Sudirman Kav. 1,
Jakarta 10220 dan pabrik berlokasi di Pandaan, Jawa Timur. Pemegang
saham yang memiliki 5% atau lebih saham Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
adalah Merck Sharp & Dohme Corp (Sebelumnya Schering-Plough
International Inc., USA), dengan persentase kepemilikan sebesar 98,41%.
96
Pag
e96
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SCPI
meliputi: pembuatan, pengemasan, pengembangan dan memasarkan produk
farmasi untuk manusia dan hewan, produk kebersihan, kosmetik, keperluan
rumah tangga dan sejenisnya; Distributor utama atas alat-alat kesehatan;
Mengimpor bahan baku, barang jadi dan alat-alat kesehatan terkait;
Menyediakan pemberian jasa konsultasi bisnis dan manajemen. Merck
memiliki unit usaha Primary Care (menjual produk perawatan kulit, obat
antibiotik, alergi, kardiovaskuler) dan Specialty Care (menjual produk
hepatologi dan onkologi dan produk untuk mengatasi ketergantungan opiat)
serta Organon BioScience (OBS) (menjual produk kesehatan wanita, anestesi
dan produk fertilitas). Pada tanggal 4 November 2009, Schering-Plough
Corporation melakukan penggabungan usaha dengan Merck & Co., Inc.
Efektif pada tanggal tersebut, SCPI menjadi tergabung dalam kelompok
usaha Merck. Pada tanggal 18 April 1990, SCPI memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham SCPI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.600.000 dengan nilai
nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp12.750,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tanggal 08 Juni 1990.
16. PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP)
Sekawan Intipratama Tbk didirikan 05 Nopember 1994 dan mulai beroperasi
secara komersial pada tahun 2003. Kantor pusat SIAP berlokasi di Menara
Global Lt. 15/20, Jln Jend. Sudirmanr Kav 27, Jakarta Selatan 12950 –
97
Pag
e97
Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Sekawan
Intipratama Tbk, antara lain: Fundamental Resources Pte. Ltd (20,73%), PT
Evio Securities (10,52%), UBS AG Singapore Non-Treaty Omnibus Account
– 2091144090 (9,21%) dan Helmy Herdiawan (6,15%). Sebelumnya kegiatan
utama SIAP adalah di bidang industri percetakan Plastik Lembaran dan
perdagangan Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan SIAP adalah di bidang pertambangan batubara dan jasa-jasa
pertambangan. Pada tanggal 26 September 2008, SIAP memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham (IPO) SIAP kepada masyarakat sebanyak 240.000.000
dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp150,-
per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 10 Oktober 2008.
17. PT Suparma Tbk (SPMA)
Suparma Tbk didirikan tanggal 25 Agustus 1976 dengan nama PT Supar
Inpama dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada bulan April 1978.
Kantor dan pabrik SPMA terletak di Jl. Mastrip No.856, Kec. Karang Pilang,
Surabaya 60221 – Indonesia. Telp: (62-31) – 766-6666, 766-2490, 766-2492,
766-2493 (Hunting), Fax: (62-31) 766-3287. Pemegang saham yang memiliki
5% atau lebih saham Suparma Tbk, antara lain: PT Gloria Jaya Gempita
(pengendali) (44,62%), Hasther Advisors Corp (22,45%) dan Seven West
Holdings Limited (11,06%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan SPMA adalah industri kertas dan kertas kemasan. Saat ini,
98
Pag
e98
SPMA memproduksi kertas untuk industri, antara lain: Duplex Board,
Sandwich Kraft, Samson Kraft dan Base Paper; dan untuk konsumsi
keperluan pengguna akhir sebagai alat pembersih, penyerap atau pembungkus
(merek Cap Gajah), antara lain, Tissue Paper dan Towel Paper (merek See-U
dan Plenty), Laminated Wrapping Kraft serta Writing & Printing Paper. Pada
tanggal 14 Oktober 1994, SPMA memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SPMA
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 26.000.000 lembar saham dengan nilai
nominal Rp1.000,- per saham dan harga penawaran Rp3.500,- per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 16 Nopember 1994.
18. PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM)
Sunson Textile Manufacturer Tbk didirikan dengan nama PT Sandang Usaha
Nasional Indonesia Tekstil Industri dan memulai kegiatan komersialnya pada
tahun 1973. Kantor pusat Sunson terletak di Jl. Ranggamalela No. 27,
Bandung dan lokasi utama bisnis terletak di Jl. Raya Rancaekek Km 25,5
Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Pemegang saham yang memiliki 5% atau
lebih saham Sunson Textile Manufacturer Tbk, antara lain: PT Sunsonindo
Textile Investama (40,99%), East Rise Capital Limited (14,50%), Easefull
Enterprise Limited (14,04%) dan Sundjono Suriadi (5,92%). Berdasarkan
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan utama SSTM meliputi
usaha di bidang industri tekstil terpadu termasuk memproduksi dan menjual
benang, kain dan produk tekstil lainnya serta melakukan perdagangan umum.
99
Pag
e99
Pada tanggal 28 Juli 1997, SSTM memperoleh pernyataan efektif dari
BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SSTM
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 80.000.000 saham dengan nilai nominal
Rp500,- per saham dan harga penawaran Rp800,- per saham. Saham-saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Agustus
1997. Pada tanggal jatuh temponya 10 Oktober 1997, obligasi konversi
SSTM berjumlah USD18.000.000 dikonversi menjadi saham sebanyak
68.047.500 lembar saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham pada nilai
konversi Rp.576,90,- per saham.
19. PT Yana Prima Hasta Persada Tbk (YPAS)
Yanaprima Hastapersada Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal 14
Desember 1995 dan memulai kegiatan operasi komersialnya pada bulan Juli
1997. Kantor pusat berlokasi di Gedung Graha Irama Lantai 15G, Jalan H.R.
Rasuna Said Blok. X/1 Kav. 1-2, Jakarta Selatan, sedangkan pabriknya
berlokasi di Sidoarjo dan Surabaya, Jawa Timur. Telp : (62-21) 526-1172,
526-1173, 526-1374, 526-1375 (Hunting), Fax : (62-21) 526-1427. Induk
usaha dan induk usaha terakhir Yanaprima Hastapersada Tbk adalah PT
Hastagraha Bumipersada (memiliki 89,47% saham YPAS). Berdasarkan
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan YPAS terutama adalah
bergerak dalam bidang industri karung plastik dan yang sejenisnya. Produk-
produk yang dihasilkan YPAS, meliputi: woven polypropylene bag, jumbo
bag, block bottom bag, resin bag, cement bag dan plastic pallet. Pada tanggal
22 Februari 2008, YPAS memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK
100
Pag
e100
untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham atas 68.000.000 saham
YPAS dengan nilai nominal Rp 100,- per saham dan harga penawaran Rp
545,- per saham serta penerbitan 68.000.000 Waran Seri I dengan harga
pelaksanaan Rp 680,- setiap waran yang menyertai saham biasa kepada
masyarakat. Perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya beserta waran
terkait di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 5 Maret 2008.
B. Penyajian Data
Ringkasan data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2012 – 2014, selanjutnya digunakan untuk perhitungan Z”-score dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
a. PT Alam Karya Unggul Tbk (AKKU)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Alam Karya Unggul
Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Alam Karya Unggul Tbk
(AKKU) Uraian Tahun (dinyatakan dalam rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 1.539.880.712 18.923.732.343 67.000.462.152
Total Aktiva 10.582.842.395 45.208.352.407 90.674.071.077
Hutang Lancar 6.582.652.121 25.267.433.603 34.069.602.453
Total Hutang 6.675.164.650 42.758.433.320 89.809.201.934
Laba Ditahan -27.514.962.160 -28.947.223.231 -34.918.555.384
Penjualan 1.602.611.454 6.319.133.328 4.261.435.256
Ebit -2.422.076.831 2.237.720.718 -4.906.925.062
Laba Bersih -2.027.005.099 -1.465.952.485 -5.945.039.944
Jumlah Lembar Saham 230.000.000 230.000.000 253.000.000
Close Price 68,27 126,97 126,97
Sumber : idx.co.id diolah 2016
101
Pag
e101
Berdasarkan tabel 4 tentang kondisi keuangan PT Alam Karya Unggul Tbk
(AKKU) diuraikan bahwa aktiva lancar dan total aktiva mengalami peningkatan
setiap tahunnya mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Hutang lancar dan
total hutang juga mengalami kenaikan jumlah sehingga berarti kewajiban yang
harus dibayarkan oleh PT AKKU semakin besar setiap tahunnya. Laba ditahan
selalu mengalami nilai yang negatif, hal ini karena PT AKKU mengalami defisit
setiap tahunnya. Penjualan mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke 2013,
namun mengalami sedikit penurunan pada tahun 2014. EBIT tahun 2012 bernilai
negatif, kemudian kembali membaik pada tahun 2013 dan mengalami peningkatan
yang cukup besar, namun pada tahun 2014 kembali bernilai negatif. PT AKKU
mempunyai laba bersih yang negatif atau berarti mengalami kerugian dari tahun
2012 sampai 2014. Jumlah saham yang beredar tahun 2012 dan 2013 sama, untuk
tahun 2014 mengalami kenaikan jumlah saham yang beredar. Close price untuk
per lembar sahamnya dari tahun 2012 ke 2013 mengalami peningkatan dan tahun
2014 sama dengan tahun 2013.
b. PT Alaska Industrindo Tbk (ALKA)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Alaska Industrindo
Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Alaska Industrindo Tbk
(ALKA)
Uraian tahun (dinyatakan dalam rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 133.816.876.000 219.941.926.000 219.581.260.000
Total Aktiva 147.882.362.000 241.912.806.000 244.879.397.000
Hutang Lancar 81.820.742.000 173.184.454.000 173.276.661.000
Total Hutang 93.056.183.000 182.253.663.000 181.366.832.000
Laba Ditahan -19.437.580.000 -19.752.754.000 -17.089.759.000
Penjualan 836.887.168.000 1.099.620.270.000 1.230.364.713.000
Ebit 7.894.754.000 1.261.921.000 1.903.178.000
Laba Bersih 5.122.929.000 -315.494.000 2.659.254.000
102
Pag
e102
Jumlah Lembar Saham 101.533.011 101.533.011 101.533.011
Close Price 550,00 600,00 900,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 5 pada PT ALKA diuraikan bahwa aktiva lancar tahun 2012 ke
2013 mengalami peningkatan yang cukup bagus, namun dari 2013 ke 2014
mengalami sedikit penurunan. Disamping itu, total aktivanya selalu bertambah
setiap tahun. Hutang lancar dan total hutang selalu mengalami peningkatan setiap
tahun, hanya saja total hutang pada tahun 2013 mengalami penurunan sedikit
namun kembali meningkat pada tahun 2014. Hal ini berarti kewajiban yang
dibayarkan oleh PT ALKA setiap tahunnya semakin besar. Pada PT ALKA laba
ditahan bernilai negatif sejak tahun 2012 sampai 2014 berarti perusahaan tersebut
mengalami defisit. Peningkatan juga terjadi pada penjualan PT ALKA dari tahun
2012 sampai 2014 berturut-turut. Nilai EBIT menurun dari tahun 2012 sampai
dengan 2014. PT ALKA mempunyai laba bersih bernilai negatif atau mengalami
kerugian pada tahun 2013, tahun 2012 dan 2014 laba bersih PT ALKA bernilai
positif walaupun mengalami penurunan. Berbeda pada jumlah saham beredar
yang dikeluarkan oleh PT ALKA yang selalu tetap sedangkan close price nya
selalu naik setiap tahun.
103
Pag
e103
c. PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Primarindo Asia
Infrastructure Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Primarindo Asia
Infrastructure Tbk (BIMA)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 84.504.115.259 97.686.030.395 86.879.500.495
Total Aktiva 100.100.820.531 118.007.059.098 104.058.578.348
Hutang Lancar 154.172.355.110 112.721.950.505 94.025.048.182
Total Hutang 287.919.026.432 321.975.025.143 297.977.547.605
Laba Ditahan -230.818.205.901 -246.967.966.045 -236.918.969.257
Penjualan 243.531.037.353 279.150.207.182 286.688.094.220
Ebit 15.422.586.622 18.434.850.810 21.269.330.633
Laba Bersih 2.623.173.812 -21.513.354.790 13.252.206.563
Jumlah Lembar Saham 86.000.000 86.000.000 86.000.000
Close Price 900,00 700,00 700,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 6 pada PT BIMA diuraikan bahwa aktiva lancar dan total aktiva
meningkat dari tahun 2012 ke 2013, namun menurun pada tahun 2014. Hutang
lancar dan total hutang selalu mengalami penurunan, hal ini berdampak baik pada
perusahaan bahwa kewajiban yang dibayarkan semakin kecil setiap tahunnya. PT
BIMA mempunyai laba ditahan yang bernilai negatif dan berarti perusahaan ini
mengalami defisit setiap tahun. Kenaikan juga terjadi pada penjualan dan
besarnya EBIT setiap tahun di PT BIMA. Meskipun penjualan mengalami
peningkatan, akan tetapi perusahaan ini pernah mengalami kerugian pada tahun
2013 terbukti dari laba bersih bernilai negatif. Jumlah lembar saham yang beredar
tetap sama dari tahun ke tahun, namun close price mengalami penurunan harga.
104
Pag
e104
d. PT Berliana Tbk (BRNA)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Berliana Tbk periode
2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Berliana Tbk (BRNA)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 333.162.076.000 456.451.073.000 581.019.904.000
Total Aktiva 770.383.930.000 1.125.132.715.000 1.334.085.916.000
Hutang Lancar 342.186.183.000 562.368.619.000 555.109.444.000
Total Hutang 468.553.998.000 819.251.356.000 967.711.101.000
Laba Ditahan 224.446.360.000 199.250.139.000 252.159.862.000
Penjualan 836.986.463.000 960.999.965.000 1.258.841.240.000
Ebit 107.400.963.000 31.187.445.000 133.688.981.000
Laba Bersih 54.496.290.000 -12.219.421.000 56.998.824.000
Jumlah Lembar Saham 690.000.000 690.000.000 690.000.000
Close Price 690,00 455,00 705,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 7 pada PT BRNA kenaikan dialami pada aktiva lancar dan total
aktiva yang cukup bagus. Demikian pula pada hutang lancar dan total hutang yang
juga mengalami kenaikan namun ini tidak berdampak baik karena kewajiban yang
harus dibayarkan oleh perusahaan tentunya semakin besar. Tahun 2013 laba
ditahan mengalami penurunan nilai dari tahun 2012 namun kembali meningkat
dari tahun 2013 ke 2014. PT BRNA mempunyai penjualan yang bagus, dapat
dilihat pada tabel di atas bahwa nilai penjualan yang meningkat dan menghasilkan
EBIT yang meningkat pula. Walaupun penjualan terus meningkat setiap tahunnya
namun pernah mengalami kerugian pada tahun 2013 kemudian bangkit lagi pada
2014 mempunyai laba bersih yang positif dan meningkat pula. Jumlah saham
yang beredar selalu sama dan close price mengalami penurunan ketika perusahaan
mengalami kerugian tahun 2013 dan naik lagi pada tahun 2014.
105
Pag
e105
e. PT Pan Asia Indosyntec Tbk (HDTX)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Pan Asia Indosyntec
Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 8.
Tabel 8. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Pan Asia Indosyntec Tbk
(HDTX)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 398.992.440.111 450.028.533.282 497.447.948.009
Total Aktiva 1.362.546.557.862 2.378.728.273.722 4.221.696.886.907
Hutang Lancar 431.235.462.678 1.002.119.790.096 510.983.513.757
Total Hutang 726.954.645.506 1.658.609.326.640 3.607.059.196.611
Laba Ditahan -215.660.153.977 -430.945.761.071 -526.495.810.936
Penjualan 861.164.216.195 1.057.343.006.058 1.175.464.356.704
Ebit 14.279.007.735 -283.989.192.006 -101.142.729.533
Laba Bersih 3.102.049.511 -218.654.504.263 -105.481.256.786
Jumlah Lembar Saham 1.532.571.000 1.532.571.000 1.532.571.000
Close Price 950,00 415,00 390,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 8 PT HDTX mempunyai aktiva lancar dan total aktiva yang
terus meningkat. Hutang lancar meningkat cukup signifikan dari 2012 ke 2013
dan menurun pada tahun 2014. Namun total hutang terus saja meningkat terutama
pada tahun 2013 ke 2014 yang cukup banyak peningkatannya, berarti kewajiban
yang dibayarkan oleh PT HDTX semakin besar setiap tahun. Laba ditahan bernilai
negatif dari tahun 2012 sampai 2014. Sedangkan penjualan cukup meningkat
walaupun hanya sedikit. Akan tetapi,hal tersebut membuat EBIT dan laba bersih
mengalami nilai negatif pada tahun 2013 dan 2014. Close price mengalami
penurunan setiap tahunnya tapi lembar saham yang beredar tetap sama.
106
Pag
e106
f. PT Inti Keramik Alam Asri Tbk (IKAI)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Inti Keramik Alam
Asri Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 9.
Tabel 9. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Inti Keramik Alam Asri
Industri Tbk (IKAI)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 140.146.896.757 134.781.826.229 173.235.120.969
Total Aktiva 507.425.275.145 428.057.048.870 518.546.655.125
Hutang Lancar 243.975.503.389 129.243.262.968 207.131.011.654
Total Hutang 258.359.671.311 276.648.973.235 339.889.432.972
Laba Ditahan -149.538.837.929 -192.627.043.617 -219.144.089.655
Penjualan 201.204.079.453 211.523.292.543 262.321.356.543
Ebit -32.965.746.661 -12.090.270.966 -3.879.830.671
Laba Bersih -39.675.848.691 -25.698.550.572 -26.511.071.474
Jumlah Lembar Saham 791.383.786 791.383.786 791.383.786
Close Price 144,00 140,00 118,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 9 PT IKAI diuraikan bahwa aktiva lancar mengalami
penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013 dan kemudian meningkat pada tahun
2014. Hal sama diperoleh pada uraian total aktiva dan hutang lancar. PT IKAI
mempunyai total hutang yang terus meningkat dari tahun 2012 ke tahun 2014.
Namun sebaliknya, laba ditahan mempunyai nilai yang negatif dari tahun ke tahun
selama periode penelitian. Dengan total hutang yang semakin meningkat tentu
saja total kewajiban yang dibayarkan setiap tahunnya semakin besar. Kenaikan
juga diperoleh pada data uraian penjualan PT IKAI walaupun pertumbuhan tidak
terlalu signifikan. Namun disamping itu, laba bersih dan EBIT perusahaan ini
terus mengalami nilai yang negatif setiap tahunnya. Hal ini berarti PT IKAI selalu
mengalami defisit karena beban-beban yang harus dibayarkan cukup banyak.
107
Pag
e107
Close price perusahaan ini juga menjadi turun, namun jumlah saham yang beredar
tetap sama setiap tahunnya.
g. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Indomobil Sukses
Internasional Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 10.
Tabel 10. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Indomobil Sukses
Internasional Tbk (IMAS)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 9.813.158.956.054 11.634.955.170.257 11.845.370.194.860
Total Aktiva 17.577.664.024.361 22.315.022.507.630 23.471.397.834.920
Hutang Lancar 7.963.486.975.807 10.720.516.169.124 11.473.255.532.702
Total Hutang 11.869.218.951.856 15.655.152.396.933 16.744.375.200.010
Laba Ditahan 1.679.720.574.979 2.131.983.908.013 1.951.251.887.215
Penjualan 19.780.838.058.900 20.094.736.395.135 19.458.165.173.088
Ebit 1.049.245.060.391 951.000.279.726 1.009.759.247.935
Laba Bersih 899.090.885.530 621.139.761.829 -67.093.347.900
Jumlah Lembar Saham 2.765.278.412 2.765.278.412 2.765.278.412
Close Price 5250,00 4900,00 4000,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 10 PT IMAS diuraikan bahwa aktiva lancar, total aktiva,
hutang lancar, dan total hutang mengalami kenaikan pada periode tahun 2012
sampai 2014. Laba ditahan mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2013,
namun mengalami kenaikan dari tahun 2013 ke tahun 2014. Penjualan pada PT
IMAS mengalami naik turun yaitu pada tahun 2012 ke 2013 mengalami kenaikan
jumlah, sedangkan tahun 2013 ke 2014 mengalami penurunan jumlah. EBIT juga
mengalami naik turun pada PT IMAS yaitu tahun 2012 ke 2013 menurun,
sedangkan tahun 2013 ke 2014 mengalami kenaikan jumlah. Laba bersih pada PT
IMAS selalu menurun bahkan tahun 2014 bernilai negatif yang berarti mengalami
108
Pag
e108
kerugian pada tahun tersebut. Lembar saham yang beredar berjumlah sama setiap
tahunnya, namun close price menurun.
h. PT Indofarma Tbk (INAF)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Indofarma Tbk
periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 11.
Tabel 11. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Indofarma Tbk (INAF)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 777.629.145.880 848.840.281.014 782.887.635.406
Total Aktiva 1.188.618.790.410 1.294.510.669.195 1.248.343.275.406
Hutang Lancar 369.863.736.711 670.902.756.535 600.565.585.352
Total Hutang 538.516.613.421 703.717.301.306 656.380.082.912
Laba Ditahan 61.729.040.587 2.420.482.648 3.586.556.135
Penjualan 1.156.050.256.720 1.337.498.191.710 1.381.436.578.115
Ebit 83.308.894.982 -32.306.089.208 46.344.316.460
Laba Bersih 42.385.114.982 -54.222.595.302 1.164.824.606
Jumlah Lembar Saham 3.099.267.500 3.099.267.500 3.099.267.500
Close Price 315,00 153,00 355,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 11 PT INAF kenaikan dialami pada aktiva lancar dan total
aktiva yang cukup bagus untuk pertumbuhan perusahaan pada tahun 2012 ke
2013, namun menurun pada 2014. Demikian pula yang terjadi pada hutang lancar
dan total hutang yang juga mengalami kenaikan namun ini tidak berdampak baik
karena kewajiban yang harus dibayarkan oleh perusahaan tentunya semakin besar.
Laba ditahan PT INAF mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 2012 ke
2013 namun sedikit mengalami kenaikan pada tahun 2014. PT INAF mempunyai
penjualan yang bagus, dapat dilihat pada tabel di atas bahwa nilai penjualan yang
meningkat. EBIT bernilai negatif pada tahun 2013 yang berarti perusahaan
109
Pag
e109
mengalami defisit. Walaupun penjualan terus meningkat setiap tahunnya namun
pernah mengalami kerugian juga pada tahun 2013 yang mengalami laba bersih
bernilai negatif kemudian bangkit lagi pada 2014 mempunyai laba bersih yang
positf . Jumlah saham yang beredar selalu sama dan close price mengalami
penurunan ketika perusahaan mengalami kerugian tahun 2013 dan naik lagi pada
tahun 2014
i. PT Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk (JKSW)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Jakarta Kyoei Steel
Work LTD Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 12.
Tabel 12. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Jakarta Kyoei Steel Work
LTD Tbk (JKSW)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 102.583.924.976 107.859.908.254 150,044.200.674
Total Aktiva 278.718.823.565 262.386.109.471 302,951.001.725
Hutang Lancar 16.992.297.161 9.385.313.775 59,595.673.194
Total Hutang 677.941.497.373 670.190.389.365 720,387.262.240
Laba Ditahan -479.066.449.352 -487.650.144.438 -497,282.035.059
Penjualan 86.197.771.507 91.708.035.390 86,480.258.028
Ebit -17.304.962.592 -8.318.565.240 -9,678.069.390
Laba Bersih -16.452.350.718 -7.968.797.416 -9,631.890.621
Jumlah Lembar Saham 150.000.000 150.000.000 150.000.000
Close Price 101,00 98,00 68,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 12 PT JKSW diuaraikan bahwa aktiva lancar selalu naik setiap
tahun. Dari tahun 2012 ke 2013 naik cukup banyak, namun dari tahun 2013 ke
2014 peningkatannya sangat signifikan. Total aktivapun ikut mengalami kenaikan.
Sedangkan hutang lancar turun dari tahun 2012 ke tahun 2013. Penurunannya
sangat besar, namun meningkat lagi pada 2014. Demikan pula pada total hutang
PT JKSW yang mengalami naik turun seperti hutang lancar. Pada laba ditahan
110
Pag
e110
bernilai negatif setiap tahun artinya perusahaan selelu mengalami defisit sejak
tahun 2012 hingga 2014. Penjualan pada perusahaan ini pada tahun 2012 ke tahun
2013 mengalami kenaikan namun turun lagi pada tahun 2014. PT JKSW tidak
memiliki laba bersih karena laba bersihnya bernilai negatif atau berarti mengalami
defisit dari tahun 2012 sampai 2014. Demikian pula pada EBIT bernilai negatif
setiap tahunnya. Jumlah saham beredar tetap sama dari tahun 2012 sampai 2014,
tetapi close price nya mengalami penurunan harga.
j. PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Kertas Basuki
Rachmat Indonesia Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 13.
Tabel 13. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Kertas Basuki Rachmat
Indonesia Tbk (KBRI)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 35.556.230.959 77.239.832.992 127.838.420.935
Total Aktiva 740.753.171.392 788.749.190.752 1.299.315.036.743
Hutang Lancar 15.460.305.339 55.576.171.175 71.285.195.690
Total Hutang 29.296.076.634 95.512.957.713 622.269.749.157
Laba Ditahan -2.431.389.213.995 -2.449.610.118.110 -2.467.136.398.882
Penjualan 44.640.183.225 11.868.785.724 34.719.548.322
Ebit 36.052.603.484 -25.460.181.727 -17.846.695.005
Laba Bersih 36.545.690.733 -24.216.555.605 -17.526.287.252
Jumlah Lembar Saham 8.687.995.734 8.687.995.734 8.687.995.734
Close Price 50,00 50,00 50,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 13 pada PT KBRI diuraikan bahwa aktiva lancar dan total
aktiva meningkat dari tahun 2012 ke tahun 2014. Kenaikan yang dialami cukup
signifikan dan cukup bagus bagi perusahaan. Hutang lancar dan total hutang PT
KBRI juga terus meningkat, tentu saja semakin besar kewajiban yang harus
111
Pag
e111
dibayarkan setiap tahunnya. Peningkatan yang terjadi pada keduanya juga cukup
signifikan. Laba ditahan dituliskan bernilai negatif sejak tahun 2012 hingga 2014,
berarti perusahaan mengalami defisit setiap tahunnya. Penurunan terjadi pada
penjualan PT KBRI tahun 2012 ke tahun 2013, namun kembali meningkat pada
tahun 2014. EBIT bernilai positif pada tahun 2012 dan kemudian menurun hingga
bernilai negatif pada tahun 2013 dan 2014. Demikian pula pada laba bersih hanya
pada tahun 2012 yang bernilai positif sedangkan tahun 2013 dan 2014 bernilai
negatif. Jumlah lembar saham yang beredar dan close price bernilai tetap sama
dari tahun 2012 hingga tahun 2014.
k. PT Langgeng Makmur Industry Tbk (LMPI)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Langgeng Makmur
Industry Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 14.
Tabel 14. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Langgeng Makmur
Industry Tbk (LMPI)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 432.213.030.094 449.510.407.546 455.111.382.760
Total Aktiva 815.143.025.335 822.189.506.877 808.892.238.344
Hutang Lancar 348.710.206.692 376.618.147.965 366.938.314.354
Total Hutang 405.692.420.520 424.769.313.259 409.761.454.151
Laba Ditahan -94.798.229.685 -106.838.640.882 -105.128.050.307
Penjualan 598.259.974.490 676.111.070.762 513.547.309.970
Ebit 112.168.849.808 127.997.498.841 102.712.335.826
Laba Bersih 5.080.875.834 -14.019.452.357 3.002.947.069
Jumlah Lembar Saham 1.008.517.669 1.008.517.669 1.008.517.669
Close Price 255,00 215,00 175,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 14 PT LMPI diuraikan bahwa aktiva lancar mengalami
kenaikan jumlah dari tahun 2012 sampai 2014 walaupun tidak signifikan. Total
aktiva meningkat dari tahun 2012 ke tahun 2013, namun menurun ke tahun 2014.
112
Pag
e112
Demikian pula pada hutang lancar dan total hutang yang juga mengalami
peningkatan pada 2012 ke 2013 dan menurun pada 2014. Laba ditahan bernilai
negatif setiap tahun, berarti perusahaan mengalami defisit sejak tahun 2012
hingga 2014. Penjualan pada PT LMPI naik pada tahun 2012 ke tahun 2013,
namun kemudian menurun pada tahun berikutnya. Hal sama juga terjadi pada
uraian EBIT, yaitu naik dari tahun 2012 ke 2013 kemudian menurun dari tahun
2013 ke 2014. Nilai negatif juga terdapat pada uraian laba bersih PT LMPI tahun
2013 kemudian kembali bernilai positif pada tahun 2014 walaupun jumlah
tersebut lebih kecil dari pada tahun 2012. Jumlah saham yang beredar tetap sama
namun close price nya menurun setiap tahunnya.
l. PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Malindo Feedmill
Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 15.
Tabel 15. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk
(MAIN)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 894.203.546.000 996.980.911.000 1.875.171.451.000
Total Aktiva 1.799.881.575.000 2.214.398.692.000 3.531.219.815.000
Hutang Lancar 852.741.232.000 986.471.455.000 1.742.383.589.000
Total Hutang 1.118.011.031.000 1.351.915.503.000 2.453.334.659.000
Laba Ditahan 749.528.804.000 924.755.821.000 799.375.373.000
Penjualan 3.349.566.738.000 4.193.082.465.000 4.502.078.127.000
Ebit 447.740.977.000 376.485.140.000 -17.689.779.000
Laba Bersih 302.421.030.000 241.632.645.000 -84.778.033.000
Jumlah Lembar Saham 1.695.000.000 1.695.000.000 1.791.000.000
Close Price 2275,00 3175,00 2130,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 15 PT MAIN dapat diuraikan bahwa aktiva lancar dan total
aktiva mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Hutang lancar
113
Pag
e113
dan total hutang juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun
2012 sampai tahun 2014, sehingga kewajiban yang harus dibayarkan juga
semakin besar. PT MAIN juga menyisihkan labanya sebagai laba ditahan untuk
modal tahun berikutnya, walaupun laba ditahan dari tahun 2012 sampai 2014
mengalami naik turun. Kenaikan juga terdapat pada penjualan yang terus
meningkat setiap tahunnya. EBIT perusahaan ini menurun jumlahnya dari tahun
2012 hingga 2014, bahkan bernilai negatif pada tahun 2014. Laba bersih pada PT
MAIN juga terus mengalami penurunan bahkan bernilai negatif pada akhir tahun
penelitian yaitu tahun 2014 yang berarti perusahaan mengalami kerugian. PT
MAIN menigkatkan jumlah lembar saham pada tahun 2014 namun close price
naik turun yaitu naik pada tahun 2012 ke 2013 dan turun dari 2013 ke 2014.
m. PT Mustika Ratu Tbk (MRAT)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Mustika Ratu Tbk
periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 16.
Tabel 16. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Mustika Ratu Tbk
(MRAT)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 352.880.309.210 313.664.019.262 376.694.285.634
Total Aktiva 455.472.778.210 439.583.727.200 498.786.376.745
Hutang Lancar 58.646.329.121 51.810.424.518 104.267.201.912
Total Hutang 69.586.067.037 61.792.400.161 114.841.797.856
Laba Ditahan 246.777.938.824 233.004.964.924 240.376.838.766
Penjualan 458.197.338.824 358.127.545.503 434.747.101.600
Ebit 41.592.211.536 -10.127.657.365 11.737.268.368
Laba Bersih 30.751.407.882 -6.700.373.076 7.371.973.842
Jumlah Lembar Saham 428.000.000 428.000.000 428.000.000
Close Price 490,00 465,00 350,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
114
Pag
e114
Berdasarkan Tabel 16 PT MRAT diuraikan bahwa aktiva lancar dan total aktiva
mengalami penurunan jumlah pada tahun 2012 ke 2013, kemudian mengalami
kenaikan pada tahun 2014. Kewajiban yang harus dibayarkan oleh PT MRAT
juga semakin besar pada tahun 2013 ke tahun 2014 terbukti dari data uraian
hutang lancar dan total hutang kenaikan yang terjadi cukup signifikan. Laba
ditahan PT MRAT disisihkan untuk modal tahun berikutnya walaupun mengalami
jumlah yang menurun pada tahun 2013 dan kemudian naik lagi pada tahun
berikutnya. Demikian pula terjadi pada penjualan dan EBIT yang juga mengalami
naik turun, yaitu menurun pada tahun 2012 ke tahun 2013 bahkan bernilai negatif
dan naik dari tahun 2013 ke tahun 2014. Namun laba bersihnya mengalami nilai
negatif pada tahun 2013 artinya sempat pengalami kerugian pada tahun tersebut
dan kembali bangkit pada tahun 2014 yang laba bersihnya bernilai positif. Jumlah
lembar saham yang beredarnya tetap tetapi close price nya menurun setiap
tahunnya.
115
Pag
e115
n. PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Bentoel Internasional
Investama Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 17.
Tabel 17. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Bentoel Internasional
Investasma Tbk (RMBA)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 4.472.195.000.000 5.535.165.000.000 6.023.047.000.000
Total Aktiva 6.935.601.000.000 9.232.016.000.000 10.250.546.000.000
Hutang Lancar 2.722.398.000.000 4.695.987.000.000 6.012.572.000.000
Total Hutang 5.011.668.000.000 8.350.151.000.000 11.647.399.000.000
Laba Ditahan 1.307.005.000.000 264.937.000.000 -2.013.781.000.000
Penjualan 9.850.010.000.000 12.273.615.000.000 14.091.156.000.000
Ebit -201.627.000.000 -1.001.566.000.000 -1.011.465.000.000
Laba Bersih -323.351.000.000 -1.042.068.000.000 -2.278.718.000.000
Jumlah Lembar Saham 7.240.005.000 7.240.005.000 7.240.005.000
Close Price 590,00 570,00 520,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 17 PT RMBA diuraikan bahwa aktiva lancar dan total aktiva
terus meningkat jumlahnya dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Hutang
lancar dan total hutang juga bertambah setiap tahunnya tentunya membuat
kewajiban yang dibayarkan oleh perusahaan ini semakin besar pula. PT RMBA
menyisihkan labanya sebagai laba ditahan untuk modal tahun berikutnya namun
pada tahun 2012 ke 2013 menurun, sedangkan pada tahun 2014 bernilai negatif
yang berarti pada tahun tersebut perusahaan mengalami defisit. Peningkatan
jumlah terjadi pada penjualan PT RMBA yang selalu naik setiap tahun dari tahun
2102 ke 2014. Sedangkan EBIT menurun lagi dari tahun 2012 hingga 2014.
Walaupun penjualan terus meningkat, namun laba bersih selalu bernilai negatif
artinya selalu mengalami kerugian dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Jumlah
116
Pag
e116
lembar saham yang beredar bernilai tetap tetapi close price nya menurun setiap
tahun.
o. PT Schering Plough Indonesia Tbk
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Schering Plough
Indonesia Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 18.
Tabel 18. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Schering Plough Indonesia Tbk
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 263.570.315.000 523.119.344.000 1.052.936.822.000
Total Aktiva 440.498.391.000 746.401.836.000 1.317.314.767.000
Hutang Lancar 96.983.980.000 200.738.824.000 429.723.052.000
Total Hutang 423.212.410.000 736.010.824.000 1.361.171.539.000
Laba Ditahan -30.905.793.000 -48.703.670.000 -111.165.063.000
Penjualan 302.829.675.000 407.088.731.000 965.818.287.000
Ebit -17.416.987.000 -6.370.864.000 -70.759.509.000
Laba Bersih -12.366.677.000 -12.167.645.000 -62.461.393.000
Jumlah Lembar Saham 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Close Price 31.250,00 29.000,00 29.000,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 18 PT SCPI diuraikan bahwa aktiva lancar dan toatal aktiva
selalu meningkat setiap tahun pada periode penelitian tahun 2012 sampai 2014.
Demikian pula pada total hutang dan hutang lancar yang juga terus meningkat
setiap tahunnya. Kenaikan yang terjadi cukup signifikan, hal ini berarti kewajiban
yang dibayarkan oleh PT SCPI semakin besar dari tahun ke tahun. Perusahaan ini
mengalami defisit terbukti karena laba ditahan selalu mengalami nilai negaif sejak
tahun 2012 hingga 2014. Kenaikan juga dialami pada penjualan setiap tahunnya
dari tahun 2012 hingga 2014, yang telihat sangat signifikan kenaikan pada tahun
2013 ke 2014. Sebaliknya, EBIT bernilai negatif sejak tahun 2012 hingga 2014.
Walaupun penjualan selalu meningkat namun didapatkan bahwa laba bersih PT
117
Pag
e117
SCPI bernilai negatif, berarti mengalami kerugian setiap tahunnya 2012 sampai
2014. Jumlah saham yang beredar tetap, sedangkan close price turun mulai tahun
2013.
p. Sekawan Inti Pratama Tbk (SIAP)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Sekawan Inti Pratama Tbk
periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 19.
Tabel 19. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Sekawan Inti Pratama Tbk
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 86.625.682.741 149.886.305.472 85.516.352.000
Total Aktiva 184.367.259.026 272.597.818.000 4.989.693.078.000
Hutang Lancar 65.708.930.091 136.401.554.000 58.223.102.000
Total Hutang 91.079.973.429 172.583.639.412 231.674.325.000
Laba Ditahan 11.585.783.930 7.835.829.000 12.433.931.000
Penjualan 216.731.097.634 245.690.437.000 336.909.371.000
Ebit 9.430.123.380 1.018.189.397 -7.031.972.000
Laba Bersih 3.389.850.176 -5.779.119.000 7.382.322.000
Jumlah Lembar Saham 600.000.000 600.000.000 600.000.000
Close Price 80,74 85,45 465
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 19 PT SIAP dapat diuraikan bahwa pada uraian aktiva lancar
nilainya bertambah dari tahun 2012 ke 2013 dan menurun lagi ke tahun 2014.
Total aktiva terus bertambah bahkan sangat signifikan pada tahun 2013 ke 2014.
Hutang lancar masih mengalami naik turun, hanya pada tahun 2013 hutang lancar
meningkat. Total hutang mengalami kenaikan sejak tahun 2012 sampai 2014,
sehingga bertambah pula kewajiban yang harus dibayarkan setiap tahunnya.
Penjualan juga terus meningkat sejak tahun 2012 hingga 2014. EBIT menurun
sangat fluktuatif bahkan bernilai negatif pada tahun 2014. Demikian pula pada
laba bersih PT SIAP yang mengalami penurunan bahkan bernilai negatif pada
118
Pag
e118
tahun 2013, yang berarti pada tahun tersebut perusahaan mengalami kerugian.
Pada tahun 2014 laba bersih meningkat kembali. Jumlah lembar saham yang
beredar tetap dan close price selalu meningkat dari tahun 2012 sampai 2014.
q. PT Suparma Tbk (SPMA)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Suparma Tbk
periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 20.
Tabel 20. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Suparma Tbk (SPMA)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 482.596.835.881 548.082.351.987 682.792.074.636
Total Aktiva 1.664.353.264.549 1.767.105.818.949 2.091.957.078.669
Hutang Lancar 182.354.489.018 456.536.667.620 186.961.154.130
Total Hutang 884.860.701.242 1.011.571.248.744 1.287.357.023.670
Laba Ditahan 182.001.777.713 158.145.265.053 206.747.986.452
Penjualan 1.274.793.105.314 1.395.838.227.179 1.550.810.295.608
Ebit 53.663.026.543 -31.506.008.573 65.301.275.250
Laba Bersih 39.893.050.885 -23.856.512.660 48.602.721.399
Jumlah Lembar Saham 1.492.046.658 1.492.046.658 1.492.046.658
Close Price 290,00 210,00 197,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 20 PT SPMA diuraikan bahwa aktiva lancar dan total aktiva
bertambah nilainya dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Hutang lancar pada tahun
2013 meningkat, namun kembali menurun pada tahun 2014. Sedangkan total
hutang selalu bertambah sampai tahun 2014, sehingga kewajiban yang dibayarkan
semakin besar. PT SPMA meyisihkan laba nya sebagai laba ditahan walaupun
mengalami naik turun yaitu pada tahun 2013 menurun dari tahun sebelumnya, dan
naik lagi pada tahun berikutnya. Kenaikan juga dialami pada penjualan PT SPMA
dari tahun 2012 sampai 2014 berkembang yang cukup bagus. EBIT selalu
mengalami naik turun dan bernilai negatif pada tahun 2013, namun kembali naik
119
Pag
e119
pada tahun 2014. Tahun 2013 laba bersih juga bernilai negatif artinya mengalami
kerugian pada tahun tersebut. Pada tahun 2014 kembali mengalami peningkatan
sampai nilai laba bersih lebih besar dari pada tahun 2012. Jumlah saham beredar
tetap dan close price menurun dari tahun 2012 ke tahun 2014.
r. PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Sunson Textile
Manufacturer Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 21.
Tabel 21. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Sunson Textile Manufacturer
Tbk (SSTM)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 428.479.361.379 415.053.316.392 398.785.346.285
Total Aktiva 810.275.583.968 801.866.397.035 773.663.346.934
Hutang Lancar 249.010.900.037 315.809.046.109 332.510.082.788
Total Hutang 525.337.311.071 530.156.259.856 514.793.507.583
Laba Ditahan -78.411.726.564 -91.639.862.282 -104.480.160.110
Penjualan 554.471.435.919 573.748.747.725 519.854.661.831
Ebit 1.106.299.810 23.423.894.246 3.821.340.338
Laba Bersih -14.137.186.803 -13.228.135.718 -12.840.297.828
Jumlah Lembar Saham 1.170.909.181 1.170.909.181 1.170.909.181
Close Price 134,00 79,00 103,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 21 PT SSTM diuraikan bahwa aktiva lancar dan total aktiva
menurun dari awal tahun penelitian yaitu 2012 sampai akhir tahun penelitian yaitu
tahun 2014. Sebaliknya, untuk hutang lancar dan total hutang mengalami
peningkatan dari tahun 2012 sampai tahun 2014 yang menyebabkan pembayaran
kewajiban semakin besar. PT SSTM memiliki laba ditahan bernilai negatif berarti
perusahaan mengalami defisit sejak 2012 hingga 2014. Seperti halnya aktiva
lancar dan total aktiva, EBIT mengalami kenaikan pada tahun 2013 namun
menurun pada 2014. Penjualan meningkat dari tahun 2012 ke 2013, namun sedikit
120
Pag
e120
menurun pada tahun 2014. Selanjutnya, selama tahun 2012 sampai 2014 PT
SSTM memliki laba bersih yang negatif artinya tiga tahun tersebut perusahaan ini
mengalami kerugian terus menerus. Jumlah saham yang beredar tetap, namun
close price nya turun pada tahun 2013 dan kembali naik pada tahun 2014
s. PT Yana Prima Hasta Persada Tbk (YPAS)
Gambaran umum mengenai ringkasan data keuangan PT Yana Prima Hasta
Persada Tbk periode 2012 sampai 2014 akan disajikan pada tabel 22.
Tabel 22. Ringkasan Data Laporan Keuangan PT Yana Prima Hasta
Persada Tbk (YPAS)
Uraian Tahun (Dinyatakan Dalam Rupiah)
2012 2013 2014
Aktiva Lancar 169.843.136.732 414.043.404.100 130.490.593.485
Total Aktiva 349.438.243.276 613.878.797.683 320.494.592.961
Hutang Lancar 126.421.816.118 351.973.723.283 94.377.062.611
Total Hutang 211.270.382.802 443.067.408.288 158.615.180.283
Laba Ditahan 69.735.646.055 75.957.358.858 67.025.382.141
Penjualan 413.821.872.609 439.680.589.423 421.516.175.465
Ebit 22.569.570.253 8.433.485.062 -9.447.119.285
Laba Bersih 16.472.534.252 6.221.712.803 -8.931.976.717
Jumlah Lembar Saham 668.000.089 668.000.089 668.000.089
Close Price 660,00 660,00 500,00
Sumber : idx.co.id diolah 2016
Berdasarkan tabel 22 PT YPAS diuraikan bahwa aktiva lancar dan total aktiva
meningkat ada tahun 2013 dari tahun 2012, namun kembali menurun lagi pada
tahun 2014. Demikian juga pada hutang lancar dan total hutang yang mengalami
peningkatan jumlah pada 2013, namun kewajiban yang harus dibayarkan oleh PT
YPAS semakin sedikit karena jumlah hutang lancar dan total hutang berkurang
pada tahun 2014. Laba ditahan bertambah jumlahnya pada tahun 2013 dari tahun
2012 tetapi menurun pada tahun 2014. Demikian pula pada penjualan dan EBIT
yang meningkat hanya pada tahun 2013 dan menurun lagi di tahun berikutnya
121
Pag
e121
hingga bernilai negatif. Namun untuk laba bersih PT YPAS dari tahun 2012
mengalami penurunan bahkan bernilai negatif pada tahun 2014 artinya pada tahun
tersebut perusahaan mengalami kerugian. Jumlah saham yang beredar berjumlah
tetap namun close price menurun hanya pda tahun 2014 pada saat perusahaan
mengalami kerugian.
C. Analisis Dan Interpretasi Data
1. Penerapan Model Multiple Diskriminan Analysis Altman (Z”-score)
Perhitungan dari penerapan Model Multiple Diskriminan Analysis Altman
Z”-score yang digunakan untuk memprediksi financial distress dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
a. PT Alam Karya Unggul Tbk (AKKU)
Tabel 23. Hasil Perhitungan Z”-score PT Alam Karya Unggul Tbk
Variabel Rumus Hasil Perhitungan
2012 2013 2014
Modal
Kerja (Rp)
Aktiva Lancar - Hutang
Lancar -5.042.771.409 -6.343.701.260 32.930.859.699
x1
Modal Kerja : Total
Aktiva -0,476504442 -0,140321443 0,363178352
x2
Laba Ditahan : Total
Aktiva -2,599959551 -0,640306972 -0,385099676
x3 EBIT : Total Aktiva -0,22886827 0,049497949 -0,054116078
x4
Nilai Buku Ekuitas : Total
hutang
0,088027627 -0,077303467 0,140524859
6,56 x1 -0,476504442 -0,140321443 0,363178352
3,26 x2 -2,599959551 -0,640306972 -0,385099676
6,72 x3 -0,22886827 0,049497949 -0,054116078
1,05 x4 0,088027627 -0,077303467 0,140524859
Z”-score -13,04730304 -2,75645182 0,910916106
Z kategori Distress Zone Distress Zone Distress Zone
Sumber : data diolah 2016
122
Pag
e122
Berdasarkan tabel 23 penerapan perhitungan model Altman Z”-score
diketahui bahwa variabel x1 pada PT AKKU bernilai negatif pada tahun 2012 dan
2013, untuk tahun 2014 bernilai positif yaitu 0,363178352. Nilai negatif pada
variabel x1 terjadi karena hutang lancar lebih besar dari pada aktiva lancar yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga menghasilkan modal kerja yang tentunya
bernilai negatif pula. Hal ini berarti PT AKKU akan mengalami kesulitan dalam
memenuhi kewajiban hutangnya. Demikian sebaliknya pada tahun 2014 bernilai
positif berarti aktiva lancar lebih besar dari pada hutang lancar yang berarti
perusahaan mampu membayar kewajibannya.
Variabel x2 merupakan perhitungan dari laba ditahan dibagi dengan total
aktiva. Variabel x2 bernilai negatif pada tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2012
sampai 2014. Nilai negatif tersebut diperoleh dari laba ditahan yang juga bernilai
negatif dari tahun 2012 sampai 2014, sehingga mempengaruhi variabel x2. Laba
ditahan yang negatif menunjukan bahwa perusahaan dalam kondisi tahun bisnis
yang buruk karena mengalami defisit.
EBIT dibagi dengan total aktiva merupakan variabel ketiga atau x3 yang
bernilai postif pada tahun 2013, sedangkan pada tahun 2012 dan 2014 bernilai
negatif. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran bunga dan pajak. Jadi pada tahun
2013 PT AKKU mampu menghasilkan laba dari aktiva perusahaannya, sebaliknya
pada tahun 2012 dan 2014. Melemahnya rasio ini dapat menjadi indikator
financial distress sampai hadirnya kebangkrutan. Variabel x4 pada PT Alam
123
Pag
e123
Karya Unggul Tbk bernilai positif pada tahun 2012 dan 2014, namun bernilai
negatif pada tahun 2013.
Berdasarkan keempat variabel di atas diperoleh perhitungan z”-score. Dari
perhitungan tersebut PT Alam Karya Unggul Tbk masuk dalam kondisi financial
distress (distress zone) dan secara otomatis juga masuk dalam kategori berpotensi
bangkrut karena pada tahun 2012 menunjukkan hasil perhitungan negatif yaitu --
13,04730304, tahun 2013 -2,75645182, dan tahun 2014 0,910916106 di mana
hasil tersebut masuk dalam kategori pertama yaitu z < 1,1 sehingga dikatakan
berpotensi bangkrut.
b. PT Alaska Industrindo Tbk (ALKA)
Tabel 24. Perhitungan Z”-score PT Alaska Industrindo Tbk
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer 51.996.134.000 46.757.472.000 46.304.599.000
x1 modal kerja : total aktiva 0,351604703 0,193282335 0,189091445
x2 laba ditahan : total aktiva -0,131439475 -0,08165237 -0,069788472
x3 EBIT : Total aktiva 0,053385366 0,005216429 0,007771899
x4
Nilai Buku Ekuitas: total
hutang -0,406159306 -0,063885826 -0,111363654
6,56 x1 0,351604703 0,193282335 0,189091445
3,26 x2 -0,131439475 -0,08165237 -0,069788472
6,72 x3 0,053385366 0,005216429 0,007771899
1,05 x4 -0,406159306 -0,063885826 -0,111363654
Z”-score 1,810316552 0,969719677 0,948224786
z kategori Grey Zone Distress Zone Distress Zone
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 24 penerapan perhitungan model Altman Z”-score diketahui
bahwa variabel x1 pada PT Alaska Industrindo Tbk bernilai positif setiap
tahunnya dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Nilai positif ini terjadi karena
124
Pag
e124
memliki aktiva lancar yang jumlahnya melebihi hutang lancar sehingga modal
kerjanya bernilai positif. Modal kerja yang bernilai positif juga menandakan
bahwa perusahaan mampu membayar kewajiban-kewajibannya. Hasil perhitungan
variabel x2 menunjukkan nilai negatif karena perusahaan mengalami defisit terus
menerus sehingga mempengaruhi hasil perhitungan bernilai negatif pula .
Variabel x3 bernilai positif mulai dari tahun 2012 sampai 2014. Variabel ini
diperoleh dari perhitungan laba sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total
aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran bunga dan pajak. Jadi nilai positif
yang ditunjukkan bahwa PT Alaska Industrindo Tbk mampu menghasilkan laba
dari aktivanya berturut-turut setiap tahunnya. Variabel x4 pada PT Alaska
Industrindo Tbk bernilai negatif setiap tahun dari tahun 2012 sampai 2014.
Berdasarkan variabel di atas menghasilkan perhitungan Z”-score dalam kategori
rawan atau grey zone pada tahun 2012, dan selanjutnya semakin menurun pada
tahun 2012 dan 2014 sehingga masuk pada kategori distress zone atau mengalami
financial distress yang berpotensi pada kebangkrutan dengan titik cut off < 1,1.
125
Pag
e125
c. PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA)
Tabel 25. Perhitungan Z”-score PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk
Variabel Rumus Hasil Perhitungan
2012 2013 2014
Modal
Kerja (Rp)
Aktiva Lancar - Hutang
Lancar -69.668.239.851 -15.035.920.110 -7.145.547.687
X1
Modal Kerja : Total
Aktiva -0,695980707 -0,127415429 -0,068668512
X2
Laba Ditahan : Total
Aktiva -2,305857281 -2,092823666 -2,276784606
X3 Ebit : Total Aktiva 0,154070531 0,156218204 0,204397667
X4
Nilai Buku Ekuitas :
Total hutang -0,066817028 -0,074644704 -0,089774705
6,56 X1 -0,695980707 -0,127415429 -0,068668512
3,26 X2 -2,305857281 -2,092823666 -2,276784606
6,72 X3 0,154070531 0,156218204 0,204397667
1,05 X4 -0,066817028 -0,074644704 -0,089774705
Z”-score -11,11753208 -6,687040978 -6,593494369
Z Kategori Ditress Zone Distress Zone Distress Zone
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 25 penerapan perhitungan model Altman Z”-score
diketahui bahwa variabel x1 pada PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk bernilai
negatif tahun 2012 sampai tahun 2013. Nilai negatif ini terjadi karena memliki
hutang lancar yang jumlahnya melebihi aktiva lancar sehingga modal kerjanya
bernilai negatif. Modal kerja yang bernilai negatif menandakan bahwa perusahaan
tidak mampu membayar kewajiban-kewajibannya. Hasil perhitungan variabel x2
bernilai negatif karena perusahaan mengalami defisit terus menerus sehingga
mempengaruhi hasil perhitungan bernilai negatif pula. Variabel x3 bernilai positif
mulai dari tahun 2012 sampai 2014. Variabel ini diperoleh dari perhitungan laba
sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum
126
Pag
e126
pembayaran bunga dan pajak. Jadi nilai positif yang ditunjukkan bahwa PT
Primarindo Asia Infrastructure Tbk mampu menghasilkan laba dari aktivanya
berturut-turut setiap tahunnya. Variabel x4 pada PT Primarindo Asia
Infrastructure Tbk bernilai negatif dari tahun 2012 sampai 2014. Berdasarkan
variabel di atas menghasilkan perhitungan Z”-score masuk pada kategori distress
zone atau mengalami financial distress yang berpotensi pada kebangkrutan
dengan titik cut off < 1,1.
d. PT Berliana Tbk (BRNA)
Tabel 26. Perhitungan Z”-score PT Berliana Tbk
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer -9.024.107.000 -1.05918E+11 25.910.460.000
x1 modal kerja : total aktiva -0,011713779 -0,094137824 0,019421883
x2 laba ditahan : total aktiva 0,291343512 0,177090344 0,18901321
x3 EBIT : Total aktiva 0,139412258 0,027718903 0,100210173
x4
Nilai Buku Ekuitas: total
hutang 0,478515058 0,156524082 0,5301755
6,56 x1 -0,011713779 -0,094137824 0,019421883
3,26 x2 0,291343512 0,177090344 0,18901321
6,72 x3 0,139412258 0,027718903 0,100210173
1,05 x4 0,478515058 0,156524082 0,5301755
Z”-score 2,312228644 0,310391708 1,973687256
z kategori Grey Zone Distress Zone Grey Zone
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 26 penerapan perhitungan model Altman Z”-score diketahui
bahwa variabel x1 pada PT Berlina Tbk bernilai negatif pada tahun 2012 dan
2013, untuk tahun 2014 bernilai positif yaitu 0,019421883. Nilai negatif pada
variabel x1 terjadi karena hutang lancar lebih besar dari pada aktiva lancar ya ng
dimiliki oleh perusahaan sehingga menghasilkan modal kerja yang tentunya
127
Pag
e127
bernilai negatif pula. Hal ini berarti PT Berliana Tbk akan mengalami kesulitan
dalam memenuhi kewajiban hutangnya. Demikian sebaliknya pada tahun 2014
bernilai positif berarti aktiva lancar lebih besar dari pada hutang lancar yang
berarti perusahaan mampu membayar kewajibannya.
Variabel x2 merupakan perhitungan dari laba ditahan dibagi dengan total aktiva.
Variabel x2 bernilai positif pada tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2012 sampai
2014. Nilai positif ini berarti perusahaan memiliki laba yang ditahan untuk
diinvestasikan ke dalam perusahaan pada tahun berikutnya sebagai bahan bakar
utama kelangsungan pertumbuhan perusahaan.
Variabel x3 bernilai positif mulai dari tahun 2012 sampai 2014. Variabel ini
diperoleh dari perhitungan laba sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total
aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran bunga dan pajak. Jadi nilai positif
yang ditunjukkan bahwa PT Berliana Tbk mampu menghasilkan laba dari
aktivanya berturut-turut setiap tahunnya. Variabel x4 pada PT Berliana Tbk
bernilai positif setiap tahun dari tahun 2012 sampai 2014. Hal ini menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dari nilai
buku ekuitas.
Berdasarkan variabel di atas diperoleh perhitungan Z”-score. Dari perhitungan
tersebut PT Berliana Tbk pada tahun 2012 masuk dalam kategori rawan atau
posisi grey zone yaitu bernilai 2,312228644 di mana titik cut off prediksi Altman
adalah 1,1 < Z”-score < 2,6. Kemudian pada tahun 2013 masuk dalam kondisi
financial distress (distress zone) yang berpotensi bangkrut yaitu bernilai
128
Pag
e128
0,310391708 di mana titik cut off nya adalah < 1,1. Pada tahun 2014 sedikit
meningkat dari tahun sebelumnya menjadi masuk pada kategori rawan (grey
zone).
e. PT Pan Asia Indosyntec Tbk (HDTX)
Tabel 27. Perhitungan Z”-score PT Pan Asia Indosyntec Tbk
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal
kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancar -32.243.022.567 -5.52091E+11 -13.535.565.748
x1 modal kerja : total aktiva -0,023663795 -0,232095134 -0,003206191
x2 laba ditahan : total aktiva -0,158277273 -0,181166452 -0,124711893
x3 EBIT : Total aktiva 0,010479648 -0,119386983 -0,023957838
x4
Nilai Buku Ekuitas: total
hutang -0,066210691 0,658990568 0,192105478
6,56 x1 -0,023663795 -0,232095134 -0,003206191
3,26 x2 -0,158277273 -0,181166452 -0,124711893
6,72 x3 0,010479648 -0,119386983 -0,023957838
1,05 x4 -0,066210691 0,658990568 0,192105478
Z”-score -0,6703164 -2,223487139 -0,386879302
Z
kategori Distress Zone Distress Zone Distress Zone
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 27 penerapan perhitungan model Altman Z”-score
diketahui bahwa variabel x1 pada PT Pan Asia Indosyntec Tbk bernilai negatif
pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Nilai negatif pada variabel x1 terjadi
karena hutang lancar lebih besar dari pada aktiva lancar yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga menghasilkan modal kerja yang tentunya bernilai negatif
pula. Hal ini berarti PT Pan Asia Indosytec Tbk akan mengalami kesulitan dalam
memenuhi kewajiban hutangnya setiap tahun berturut-turut. Demikian pula pada
129
Pag
e129
variabel x2 yang bernilai negatif sejak tahun 2012 sampai 2014.Variabel x2
merupakan perhitungan dari laba ditahan dibagi dengan total aktiva. Nilai negatif
tersebut diperoleh dari laba ditahan yang juga bernilai negatif dari tahun 2012
sampai 2014. Laba ditahan yang negatif menunjukan bahwa perusahaan
mengalami defisit dan dalam kondisi tahun bisnis yang buruk.
EBIT dibagi dengan total aktiva merupakan variabel ketiga atau x3 yang bernilai
postif pada tahun 2012, sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 bernilai negatif.
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari
aktiva perusahaan sebelum pembayaran bunga dan pajak. Jadi pada tahun 2012
PT Pan Asia Indosyntec Tbk mampu menghasilkan laba dari aktiva
perusahaannya, sebaliknya pada tahun 2013 dan 2014. Variabel x4 pada PT Pan
Asia Indosyntec Tbk bernilai negatif pada tahun 2012 dan bernilai positif pada
tahun 2013 dan 2014.
Berdasarkan variabel di atas diperoleh perhitungan z”-score. Dari perhitungan
tersebut PT Pan Asia Indosyntec Tbk masuk dalam kategori distress zone atau
mengalami financial distress yang berpotensi pada kebangkrutan dengan titik cut
off adalah < 1,1.
130
Pag
e130
f. PT Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk (IKAI)
Tabel 28. Perhitungan Z”-score PT Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancar -1.03829E+11 5.538.563.261 -33.895.890.685
x1 modal kerja : total aktiva -0,204618516 0,012938844 -0,065367099
x2 laba ditahan : total aktiva -0,294701201 -0,450003204 -0,422612098
x3 EBIT : Total aktiva -0,064966702 -0,028244532 -0,007482125
x4
Nilai Buku Ekuitas: total
hutang 0,220449397 0,062765179 0,017704473
6,56 x1 -0,204618516 0,012938844 -0,065367099
3,26 x2 -0,294701201 -0,450003204 -0,422612098
6,72 x3 -0,064966702 -0,028244532 -0,007482125
1,05 x4 0,220449397 0,062765179 0,017704473
Z”-score -2,508127749 -1,506031447 -1,83821379
z kategori Distress Zone Distress Zone Distress Zone
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 28 penerapan perhitungan model Altman Z”-score
diketahui bahwa variabel x1 pada PT Inti keramik Alam Asri Industri Tbk bernilai
positif pada tahun 2013 namun bernilai negatif pada tahun 2012 dan 2014. Nilai
positif berarti aktiva lancar lebih besar dari hutang lancarnya,sedangkan nilai
negatif pada variabel x1 terjadi karena hutang lancar lebih besar dari pada aktiva
lancar yang dimiliki oleh perusahaan sehingga menghasilkan modal kerja yang
tentunya bernilai negatif pula. Hal ini berarti PT Inti keramik Alam Asri Industri
Tbk akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban hutangnya pada tahun
2012 dan 2014.
Demikian pula pada variabel x2 yang bernilai negatif sejak tahun 2012 sampai
2014 pada PT Inti keramik Alam Asri Industri Tbk. Variabel x2 merupakan
perhitungan dari laba ditahan dibagi dengan total aktiva. Nilai negatif tersebut
diperoleh dari laba ditahan yang juga bernilai negatif dari tahun 2012 sampai
131
Pag
e131
2014. Laba ditahan yang negatif menunjukan bahwa perusahaan mengalami
defisit dalam kondisi tahun bisnis yang buruk.
EBIT dibagi dengan total aktiva merupakan variabel ketiga atau x3 yang bernilai
negatif pada tahun 2012 sampai 2014. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran
bunga dan pajak. Jadi setiap tahunnya PT Inti keramik Alam Asri Industri Tbk
tidak mampu menghasilkan laba dari aktiva perusahaannya dan mengalami
penurunan jumlah. Variabel x4 pada PT PT Inti keramik Alam Asri Industri Tbk
bernilai positif setiap tahun dari tahun 2012 sampai 2014, akan tetapi nilai
variabel x4 setiap tahunnya mengalami penurunan sehingga dapat diartikan bahwa
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya menurun setiap
tahunnya.
Berdasarkan variabel di atas diperoleh perhitungan Z”-score. Dari perhitungan
tersebut PT Inti keramik Alam Asri Industri Tbk masuk dalam kategori berpotensi
bangkrut dan secara otomatis juga masuk dalam kondisi financial distress
(distress zone) di mana hasil tersebut -2,508127749 tahun 2012, -1,506031447
tahun 2013, dan -1,83821379 tahun 2014 masuk dalam kategori pertama yaitu z <
1,1 sehingga dikatakan berpotensi bangkrut.
132
Pag
e132
g. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)
Tabel 29. Perhitungan Z”-score PT Indomobil Sukses Internasional Tbk
variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer 1.849.671.980.247 914.439.001.133 372.114.662.158
x1
modal kerja : total
aktiva 0,105228543 0,040978628 0,015853963
x2
laba ditahan : total
aktiva 0,095559943 0,095540298 0,083133178
x3 EBIT : Total aktiva 0,059691951 0,042617043 0,04302084
x4
Nilai Buku Ekuitas:
total hutang 0,624654526 0,446063536 0,517493028
6,56 x1 0,105228543 0,040978628 0,015853963
3,26 x2 0,095559943 0,095540298 0,083133178
6,72 x3 0,059691951 0,042617043 0,04302084
1,05 x4 0,624654526 0,446063536 0,517493028
Z”-score 2,058841823 1,335034414 1,207483877
z kategori Grey Zone Grey Zone Grey Zone
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 29 penerapan perhitungan model Altman Z”-score diketahui
bahwa variabel x1 pada PT Indomobil Sukses Internasional Tbk bernilai positif
dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Nilai positif pada variabel x1 terjadi karena
aktiva lancar lebih besar dari pada hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan
sehingga menghasilkan modal kerja yang tentunya bernilai positif pula berarti
perusahaan mampu membayar kewajibannya setiap tahun.
Variabel x2 merupakan perhitungan dari laba ditahan dibagi dengan total aktiva.
Variabel x2 PT Indomobil Sukses Internasional Tbk bernilai positif pada tiga
tahun berturut-turut sejak tahun 2012 sampai 2014. Nilai positif ini berarti
perusahaan memiliki laba yang ditahan untuk diinvestasikan ke dalam perusahaan
pada tahun berikutnya sebagai bahan bakar utama kelangsungan pertumbuhan
perusahaan.
133
Pag
e133
Variabel x3 bernilai positif mulai dari tahun 2012 sampai 2014. Variabel ini
diperoleh dari perhitungan laba sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total
aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran bunga dan pajak. Jadi nilai positif
yang ditunjukkan bahwa PT Indomobil Sukses Internasional Tbk mampu
menghasilkan laba dari aktivanya berturut-turut setiap tahunnya. Variabel x4 pada
PT Indomobil Sukses Internasional Tbk bernilai positif setiap tahun dari tahun
2012 sampai 2014.
Berdasarkan kelima variabel di atas diperoleh perhitungan Z”-score. Dari
perhitungan tersebut PT Indomobil Sukses Internasional Tbk pada tahun 2012
sampai tahun 2014 masuk dalam kategori rawan atau posisi grey zone.
h. PT Indofarma Tbk (INAF)
Tabel 30. Hasil Perhitungan Z”-score PT INAF
variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal
kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer 407.765.409.169 177.937.524.479 182.322.050.054
x1
modal kerja : total
aktiva 0,343058189 0,137455433 0,146051213
x2 laba ditahan : total aktiva 0,051933421 0,001869805 0,002873053
x3 EBIT : Total aktiva 0,070088825 -0,024956217 0,037124657
x4
Nilai Buku Ekuitas: total
hutang 1,349589985 -13,3469617 12,92167604
6,56 x1 0,343058189 0,137455433 0,146051213
3,26 x2 0,051933421 0,001869805 0,002873053
6,72 x3 0,070088825 -0,024956217 0,037124657
1,05 x4 1,349589985 -13,3469617 12,92167604
Z”-score 4,307831063 -13,27421236 14,78469965
z
kategori Safe Zone Distress Zone Safe Zone
Sumber : data diolah 2016
134
Pag
e134
Berdasarkan tabel 30 penerapan perhitungan model Altman Z”-score diketahui
bahwa variabel x1 pada PT Indofarma Tbk bernilai positif dari tahun 2012 sampai
tahun 2014. Nilai positif pada variabel x1 terjadi karena aktiva lancar lebih besar
dari pada hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan sehingga menghasilkan
modal kerja yang tentunya bernilai positif pula berarti perusahaan mampu
membayar kewajibannya setiap tahun. Variabel x2 merupakan perhitungan dari
laba ditahan dibagi dengan total aktiva. Variabel x2 PT Indofarma Tbk bernilai
positif pada tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2012 sampai 2014. Nilai positif
ini berarti perusahaan memiliki laba yang ditahan untuk diinvestasikan ke dalam
perusahaan pada tahun berikutnya sebagai bahan bakar utama kelangsungan
pertumbuhan perusahaan.
Variabel x3 bernilai positif pada tahun 2012 dan 2014. Variabel ini diperoleh dari
perhitungan laba sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total aktiva. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva
perusahaan sebelum pembayaran bunga dan pajak. Jadi nilai positif yang
ditunjukkan bahwa PT Indofarma Tbk mampu menghasilkan laba dari aktivanya
pada 2012 dan 2014, namun sebaliknya pada tahun 2013 karena bernilai negatif.
Variabel x4 pada PT Indofarma Tbk bernilai positif dari tahun 2012 dan 2014
kemudian bernilai negatif pada tahun 2013.
Berdasarkan variabel di atas diperoleh perhitungan Z”-score. Dari perhitungan
tersebut PT Indofarma Tbk pada tahun 2012 dan 2014 termasuk pada kategori
safe zone atau non financial distress. Pada tahun 2013 menurun dan masuk pada
135
Pag
e135
kategori distress zone atau kategori financial distress yang berpotensi pada
kebangkrutan.
i. PT Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk (JKSW)
Tabel 31. Perhitungan Z”-score PT Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal
kerja (Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer -176.134.898.589 98.474.594.479 90.448.527.480
x1 modal kerja : total aktiva 0,307089513 0,375304145 0,298558272
x2 laba ditahan : total aktiva -1,718816272 -1,85852119 -1,641460277
x3 EBIT : Total aktiva -0,062087527 -0,031703528 -0,031945989
x4
Nilai Buku Ekuitas: total
hutang 0,036122259 0,01705847 0,019461932
6,56 x1 0,307089513 0,375304145 0,298558272
3,36 x2 -1,718816272 -1,85852119 -1,641460277
6,72 x3 -0,062087527 -0,031703528 -0,031945989
1,05 x4 0,036122259 0,01705847 0,019461932
Z”-score -3,968133654 -3,7919202 -3,586860257
z kategori Distress Zone Distress Zone Distress Zone
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 31 penerapan perhitungan model Altman Z”-score
diketahui bahwa variabel x1 pada PT Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk bernilai
positif pada tahun 2012 sampai 2014. Nilai positif berarti aktiva lancar lebih besar
dari pada hutang lancar yang berarti perusahaan mampu membayar kewajibannya
setiap tahun. Variabel x2 merupakan perhitungan dari laba ditahan dibagi dengan
total aktiva. Hasil perhitungan variabel x2 PT Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk
menunjukkan nilai negatif pada tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2012 sampai
2014. Nilai negatif tersebut diperoleh dari laba ditahan yang juga bernilai negatif
dari tahun 2012 sampai 2014, sehingga mempengaruhi variabel x2. Laba ditahan
136
Pag
e136
yang negatif menunjukan bahwa perusahaan dalam kondisi tahun bisnis yang
buruk karena mengalami defisit.
EBIT dibagi dengan total aktiva merupakan variabel ketiga atau x3 yang bernilai
negatif sejak tahun 2012 sampai 2014. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran
bunga dan pajak. Jadi pada tahun 2012 sampai 2014 PT Jakarta Kyoei Steel Work
LTD Tbk tidak mampu menghasilkan laba dari aktiva perusahaannya.
Melemahnya rasio ini dapat menjadi indikator financial distress sampai hadirnya
kebangkrutan. Variabel x4 pada PT Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk bernilai
positif setiap tahun dari tahun 2012 sampai 2014.
Berdasarkan kelima variabel di atas diperoleh perhitungan Z”-score. Dari
perhitungan tersebut PT Jakarta Kyoei Steel Work LTD masuk dalam kategori
berpotensi bangkrut dan secara otomatis juga masuk dalam kondisi financial
distress (distress zone) dengan titik cut off yaitu z < 1,1 sehingga dikatakan
berpotensi bangkrut.
137
Pag
e137
j. PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI)
Tabel 32. Perhitungan Z”-score PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal
kerja (Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer 20.095.925.620 21.663.661.817 56.553.225.245
x1 modal kerja : total aktiva 0,027129044 0,027465843 0,043525414
x2 laba ditahan : total aktiva -3,282320357 -3,105689549 -1,898797697
x3 EBIT : Total aktiva 0,048670198 -0,032279186 -0,013735464
x4
Nilai Buku Ekuitas: total
hutang -0,014827985 0,010393565 0,007233769
6,56 x1 0,027129044 0,027465843 0,043525414
3,26 x2 -3,282320357 -3,105689549 -1,898797697
6,72 x3 0,048670198 -0,032279186 -0,013735464
1,05 x4 -0,014827985 0,010393565 0,007233769
Z”-score -10,21090349 -10,15037488 -5,989260634
z kategori Distress Zone Distress Zone Distress Zone
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 32 penerapan perhitungan model Altman Z”-score
diketahui bahwa variabel x1 pada PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
bernilai positif setiap tahunnya dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Nilai positif
ini terjadi karena memliki aktiva lancar yang jumlahnya melebihi hutang lancar
sehingga modal kerjanya bernilai positif. Modal kerja yang bernilai positif juga
menandakan bahwa perusahaan mampu membayar kewajiban-kewajibannya.
Hasil perhitungan variabel x2 PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tb bernilai
negatif pada tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2012 sampai 2014. Nilai negatif
tersebut diperoleh dari laba ditahan yang juga bernilai negatif dari tahun 2012
sampai 2014, sehingga mempengaruhi variabel x2. Laba ditahan yang negatif
menunjukan bahwa perusahaan dalam kondisi tahun bisnis yang buruk karena
138
Pag
e138
mengalami defisit. Variabel x3 bernilai negatif pada tahun 2013 dan 2014, tetapi
bernilai positif pada tahun 2012. Variabel ini diperoleh dari perhitungan laba
sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum
pembayaran bunga dan pajak. Jadi nilai negatif pada tahun 2013 dan 2014
menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menghasilkan laba dari aktivanya,
sedangkan nilai positif yang ditunjukkan bahwa PT Kertas Basuki Rachmat
Indonesia Tbk mampu menghasilkan laba dari aktivanya pada tahun 2012.
Variabel x4 pada PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk bernilai negatif pada
tahun 2012 saja kemudian pada tahun 2013 dan 2014 bernilai positif.
Berdasarkan hasil perhitungan Z”-score diperoleh bahwa sejak tahun 2012
sampai dengan 2014 perusahaan masuk pada kondisi distress zone atau kondisi
financial distress yang berpotensi pada kebangkrutan.
k. PT Langgeng Makmur Industry Tbk (LMPI)
Tabel 33. Perhitungan Z”-score PT Langgeng Makmur Industry Tbk
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer 83.502.823.402 72.892.259.581 88.173.068.406
x1 modal kerja : total aktiva 0,102439475 0,088656276 0,109004716
x2 laba ditahan : total aktiva -0,116296437 -0,129944058 -0,129965458
x3 EBIT : Total aktiva 0,00623311 -0,017051364 0,003712419
x4
Nilai Buku Ekuitas: total
hutang -0,053596738 0,131220804 -0,028564661
6,56 x1 0,102439475 0,088656276 0,109004716
3.26 x2 -0,116296437 -0,129944058 -0,129965458
6,72 x3 0,00623311 -0,017051364 0,003712419
1,05 x4 -0,053596738 0,131220804 -0,028564661
Z”-score 0,278486492 0,181164219 0,286338104
z kategori Distress Zone Distress Zone Distress Zone
139
Pag
e139
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 33 penerapan perhitungan model Altman Z”-score diketahui
bahwa variabel x1 pada PT Langgeng Makmur Industry Tbk bernilai positif setiap
tahunnya dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Nilai positif ini terjadi karena
memliki aktiva lancar yang jumlahnya melebihi hutang lancar sehingga modal
kerjanya bernilai positif. Modal kerja yang bernilai positif juga menandakan
bahwa perusahaan mampu membayar kewajiban-kewajibannya. Hasil perhitungan
variabel x2 PT Langgeng Makmur Industry Tbk menunjukkan nilai negatif pada
tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2012 sampai 2014. Nilai negatif tersebut
diperoleh dari laba ditahan yang juga bernilai negatif dari tahun 2012 sampai
2014, sehingga mempengaruhi variabel x2. Laba ditahan yang negatif
menunjukan bahwa perusahaan dalam kondisi tahun bisnis yang buruk karena
mengalami defisit.
Variabel x3 bernilai positif pada tahun 2012 dan 2014, sedangkan tahun 2013
bernilai negatif. Variabel ini diperoleh dari perhitungan laba sebelum bunga dan
pajak dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran bunga dan
pajak. Jadi nilai positif yang ditunjukkan bahwa PT Langgeng Makmur Industry
Tbk mampu menghasilkan laba dari aktivanya pada tahun 2012 dan 2014,
sebaliknya pada tahun 2013. Variabel x4 pada PT Langgeng Makmur Industry
Tbk bernilai positif hanya pada tahun 2013, sedangkan tahun 2012 dan 2014
bernilai negatif.
140
Pag
e140
Berdasarkan variabel di atas diperoleh perhitungan z”-score. Dari
perhitungan PT Langgeng Makmur Industry Tbk masuk dalam kategori distress
zone atau pada kondisi financial distress yang berpotensi mengalami
kebangkrutan dengan titik cut off < 1,1.
l. PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN)
Tabel 34. Perhitungan Z”-score PT Malindo Feedmill Tbk
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer 41.462.314.000 10.509.456.000 132.787.862.000
x1 modal kerja : total aktiva 0,023036134 0,004745964 0,037603964
x2 laba ditahan : total aktiva 0,416432289 0,417610354 0,226373722
x3 EBIT : Total aktiva 0,248761354 0,170016872 -0,005009538
x4
Nilai Buku Ekuitas:
Total hutang 0,59736327 0,407118432 -0,022129502
6,56 x1 0,023036134 0,004745964 0,037603964
3,26 x2 0,416432289 0,417610354 0,226373722
6,72 x3 0,248761354 0,170016872 -0,005009538
1,05 x4 0,59736327 0,407118432 -0,022129502
Z”-score 3.807594033 2.962531012 0.927760265
z kategori Safe Zone Safe Zone Distress Zone
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 34 penerapan perhitungan model Altman Z”-score diketahui
bahwa variabel x1 pada PT Malindo Feedmill Tbk bernilai positif setiap tahunnya
dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Nilai positif ini terjadi karena memliki aktiva
lancar yang jumlahnya melebihi hutang lancar sehingga modal kerjanya bernilai
positif. Modal kerja yang bernilai positif juga menandakan bahwa perusahaan
mampu membayar kewajiban-kewajibannya. Variabel x2 merupakan perhitungan
dari laba ditahan dibagi dengan total aktiva. Variabel x2 PT Malindo Feedmill
Tbk bernilai positif pada tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2012 sampai 2014.
Nilai positif ini berarti perusahaan memiliki laba yang ditahan untuk
141
Pag
e141
diinvestasikan ke dalam perusahaan pada tahun berikutnya sebagai bahan bakar
utama kelangsungan pertumbuhan perusahaan.
Variabel x3 bernilai positif mulai dari tahun 2012 sampai 2013, sedangkan tahun
2014 bernilai negatif. Variabel ini diperoleh dari perhitungan laba sebelum bunga
dan pajak dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran
bunga dan pajak. Jadi nilai positif yang ditunjukkan bahwa PT Malindo Feedmill
Tbk mampu menghasilkan laba dari aktivanya pada tahun 2012 sampai 2013, dan
sebaliknya pada tahun 2014. Variabel x4 pada PT Malindo Feedmill Tbk bernilai
positif pada tahun 2012 dan 2013, namun bernilai negatif pada tahun 2014
Berdasarkan hasil variabel di atas menghasilkan perhitungan Z”-score
dalam kategori sehat (safe zone) pada tahun 2012 dan 2013 dengan titik cut off
Z”-score > 2,6 dan berarti pada tahun tersebut mengalami non financial distress,
sedangkan pada tahun 2014 menurun hingga pada kategori distress zone atau
kondisi financial distress yang berpotensi pada kebangkrutan dengan cut off <1,1.
142
Pag
e142
m. PT Mustika Ratu Tbk (MRAT)
Tabel 35. Perhitungan Z”-score PT Mustika Ratu Tbk
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer 294.233.980.089 261.853.594.744 272.427.083.722
x1
modal kerja : total
aktiva 0,64599685 0,595685369 0,546179881
x2
laba ditahan : total
aktiva 0,54180612 0,530058213 0,481923424
x3 EBIT : Total aktiva 0,091316569 -0,0230392 0,023531654
x4
Nilai Buku Ekuitas:
total hutang 0,168541044 -0,043465414 0,048828616
6,56 x1 0,64599685 0,595685369 0,546179881
3,26 x2 0,54180612 0,530058213 0,481923424
6,72 x3 0,091316569 -0,0230392 0,023531654
1,05 x4 0,168541044 -0,043465414 0,048828616
Z”-score 6,794642732 5,435223687 5,363413142
z kategori Safe Zone Safe Zone Safe Zone
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 35 penerapan perhitungan model Altman Z”-score
diketahui bahwa variabel x1 pada PT Mustika Ratu Tbk bernilai positif setiap
tahunnya dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Nilai positif ini terjadi karena
memliki aktiva lancar yang jumlahnya melebihi hutang lancar sehingga modal
kerjanya bernilai positif. Modal kerja yang bernilai positif juga menandakan
bahwa perusahaan mampu membayar kewajiban-kewajibannya. Variabel x2
merupakan perhitungan dari laba ditahan dibagi dengan total aktiva. Variabel x2
PT Mustika Ratu Tbk bernilai positif pada tiga tahun berturut-turut sejak tahun
2012 sampai 2014. Nilai positif ini berarti perusahaan memiliki laba yang ditahan
untuk diinvestasikan ke dalam perusahaan pada tahun berikutnya sebagai bahan
bakar utama kelangsungan pertumbuhan perusahaan.
143
Pag
e143
Variabel x3 bernilai positif pada tahun 2012 dan 2014, sedangkan pada tahun
2013 bernilai negatif. Variabel ini diperoleh dari perhitungan laba sebelum bunga
dan pajak dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran
bunga dan pajak. Jadi nilai positif yang ditunjukkan bahwa PT Mustika Ratu Tbk
mampu menghasilkan laba dari aktivanya pada tahun 2012 dan 2014, sebaliknya
pada tahun 2013. Variabel x4 pada PT Mustika Ratu Tbk bernilai positif pada
tahun 2012 dan 2014, sedangkan 2013 bernilai negatif.
Keempat variabel di atas menghasilkan perhitungan Z”-score PT Mustika
Ratu Tbk dalam kategori sehat dan dalam kondisi non-financial distress (safe
zone) karena nilai yang dihasilkan oleh kelima variabel tersebut bernilai positif
semuanya. Dalam prediksi kebangkrutan Altman digolongkan dalam prediksi
ketiga di mana nilai titik cut off adalah Z”-score > 2,6.
n. PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA)
Tabel 36. Perhitungan Z”-score PT Bentoel Internasional Investama
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer 1.749.797.000.000 839.178.000.000 10.475.000.000
x1
modal kerja : total
aktiva 0,252292051 0,090898673 0,001021897
x2 laba ditahan : total aktiva 0,188448701 0,028697632 -0,196455974
x3 EBIT : Total aktiva -0,029071309 -0,10848833 -0,098674256
x4
Nilai Buku Ekuitas: total
hutang -0,154266434 -3,780393075 0,502271598
6,56 x1 0,252292051 0,090898673 0,001021897
3,26 x2 0,188448701 0,028697632 -0,196455974
6,72 x3 -0,029071309 -0,10848833 -0,098674256
1,05 x4 -0,154266434 -3,780393075 0,502271598
Z”-score 1,912039667 -4,008604734 -0,769448656
z kategori Grey Zone Distress Zone Distress Zone
Sumber : data diolah 2016
144
Pag
e144
Berdasarkan tabel 36 penerapan perhitungan model Altman Z”-score
diketahui bahwa variabel x1 pada PT Bentoel Internasional Investama Tbk
bernilai positif pada tahun 2012 dan 2013. Nilai positif ini terjadi karena memliki
aktiva lancar yang jumlahnya melebihi hutang lancar sehingga modal kerjanya
bernilai positif. Modal kerja yang bernilai positif juga menandakan bahwa
perusahaan mampu membayar kewajiban-kewajibannya. Variabel x2 merupakan
perhitungan dari laba ditahan dibagi dengan total aktiva. Variabel x2 PT Bentoel
Internasional Investama Tbk bernilai positif pada tahun 2012 dan 2013. Nilai
positif ini berarti perusahaan memiliki laba yang ditahan untuk diinvestasikan ke
dalam perusahaan pada tahun berikutnya sebagai bahan bakar utama
kelangsungan pertumbuhan perusahaan. Pada tahun 2014 bernilai negatif berarti
perusahaan berada pada tahun yang buruk karena mengalami defisit.
Variabel x3 bernilai negatif mulai dari tahun 2012 sampai 2014. Variabel ini
diperoleh dari perhitungan laba sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total
aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran bunga dan pajak. Jadi nilai negatif
menunjukkan bahwa PT Bentoel Internasional Investama Tbk tidak mampu
menghasilkan laba dari aktivanya berturut-turut setiap tahunnya. Variabel x4 pada
PT Bentoel Internasional Investama Tbk bernilai negatif pada tahun 2012 dan
2013 kemudian bernilai positif pada tahun 2014.
Berdasarkan hasil variabel di atas menghasilkan perhitungan Z”-score
dalam kategori rawan (grey zone) pada tahun 2012 dengan titik cut off Z”-score
1,1 < Z”-score < 2,6 sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 mulai masuk pada
145
Pag
e145
kondisi financial distress (distress zone) yang berpotensi mengalami
kebangkrutan yaitu dengan titik cut off sebesar < 1,1.
o. PT Schering Plough Indonesia Tbk (SCPI)
Tabel 37. Perhitungan Z”-score PT Schering Plough Indonesia Tbk
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer 166.586.335.000 322.380.520.000 623.213.770.000
x1
modal kerja : total
aktiva 0,378176943 0,431912818 0,473094044
x2
laba ditahan : total
aktiva -0,070160967 -0,065251273 -0,084387624
x3 EBIT : Total aktiva -0,039539275 -0,008535435 -0,053714959
x4
Nilai oasar saham :
total hutang 0,563550885 0,130808705 0,636526505
6,56 x1 0,378176943 0,431912818 0,473094044
3,26 x2 -0,070160967 -0,065251273 -0,084387624
6,72 x3 -0,039539275 -0,008535435 -0,053714959
1,05 x4 0,563550885 0,130808705 0,636526505
Z”-score 2,578140497 2,700619953 3,135781577
z kategori Grey Zone Safe Zone Safe Zone
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 37 penerapan perhitungan model Altman Z”-score
diketahui bahwa variabel x1 pada PT SCPI Tbk bernilai positif setiap tahunnya
dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Nilai positif ini terjadi karena memliki aktiva
lancar yang jumlahnya melebihi hutang lancar sehingga modal kerjanya bernilai
positif. Modal kerja yang bernilai positif juga menandakan bahwa perusahaan
mampu membayar kewajiban-kewajibannya. Hasil perhitungan variabel x2
menunjukkan nilai negatif pada tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2012 sampai
2014. Nilai negatif tersebut diperoleh dari laba ditahan yang juga bernilai negatif
dari tahun 2012 sampai 2014, sehingga mempengaruhi variabel x2. Laba ditahan
146
Pag
e146
yang negatif menunjukan bahwa perusahaan dalam kondisi tahun bisnis yang
buruk karena mengalami defisit.
Variabel x3 bernilai negatif mulai dari tahun 2012 sampai 2014. Variabel ini
diperoleh dari perhitungan laba sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total
aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran bunga dan pajak. Jadi nilai negatif
yang ditunjukkan bahwa PT SCPI Tbk tidak mampu menghasilkan laba dari
aktivanya berturut-turut setiap tahunnya. Variabel x4 pada PT SCPI Tbk bernilai
positif setiap tahun dari tahun 2012 sampai 2014.
Berdasarkan perhitungan nilai Z”-score di atas dijelaskan bahwa pada
tahun 2012 berada pada grey zone. Kemudian membaik pada tahun 2013 dan
2014 sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan sehingga masuk pada kategori
safe zone dengan titik cut off > 2,6.
p. PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP)
Tabel 38. Perhitungan Z”-score PT Sekawan Intipratama Tbk
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer 20.916.752.650 13.484.751.472 27.293.250.000
x1
modal kerja : total
aktiva 0,113451557 0,049467569 0,005469926
x2 laba ditahan : total aktiva 0,062840788 0,028745017 0,002491923
x3 EBIT : Total aktiva 0,051148579 0,003735134 -0,0014093
x4
Nilai Buku Ekuitas: total
hutang 0,813939172 0,129940227 -0,56554697
6,56 x1 0,113451557 0,049467569 0,005469926
3,26 x2 0,062840788 0,028745017 0,002491923
6,72 x3 0,051148579 0,003735134 -0,0014093
1,05 x4 0,813939172 0,129940227 -0,56554697
Z”-score 2,14745777 0,579753351 -0,55928843
z kategori Grey Zone Distress Zone Distress Zone
Sumber : data diolah 2016
147
Pag
e147
Berdasarkan tabel 38 penerapan perhitungan model Altman Z”-score
diketahui bahwa variabel x1 pada PT SIAP Tbk bernilai positif setiap tahunnya
dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Nilai positif ini terjadi karena memliki aktiva
lancar yang jumlahnya melebihi hutang lancar sehingga modal kerjanya bernilai
positif. Modal kerja yang bernilai positif juga menandakan bahwa perusahaan
mampu membayar kewajiban-kewajibannya. Variabel x2 PT SIAP Tbk bernilai
negatif pada tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2012 sampai 2014. Nilai negatif
tersebut diperoleh dari laba ditahan yang juga bernilai negatif dari tahun 2012
sampai 2014, sehingga mempengaruhi variabel x2. Laba ditahan yang negatif
menunjukan bahwa perusahaan dalam kondisi tahun bisnis yang buruk karena
mengalami defisit. Variabel x3 bernilai positif mulai dari tahun 2012 sampai
2013, namun bernilai negatif pada tahun 2014. Variabel ini diperoleh dari
perhitungan laba sebelum bunga dan pajak dibagi dengan total aktiva. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva
perusahaan sebelum pembayaran bunga dan pajak. Jadi nilai positif yang
ditunjukkan bahwa PT SIAP Tbk mampu menghasilkan laba dari aktivanya dari
tahun 2012 sampai 2013, namun sebaliknya pada tahun 2014. Variabel x4 pada
PT SIAP Tbk bernilai positif setiap tahun dari tahun 2012 sampai 2013, namun
bernilai negative pada tahun 2014.
Berdasarkan perhitungan nilai Z”-score di atas dijelaskan bahwa pada
tahun 2012 berada pada kondisi rawan atau posisi grey zone yaitu dengan titik cut
off 1,1 < zscore < 2,6. Pada tahun 2013 dan 2014 z”-score berada pada kondisi
148
Pag
e148
financial distress (distress zone ) yang berpotensi mengalami kebangkrutan
dengan titik cut off < 1,1.
q. PT Suparma Tbk (SPMA)
Tabel 39. Perhitungan Z”-score PT Suparma Tbk
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal
kerja (Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer 300.242.346.863 91.545.684.367 495.830.920.506
x1
modal kerja : total
aktiva 0,180395805 0,051805434 0,237017731
x2
laba ditahan : total
aktiva 0,109352853 0,089493942 0,098829937
x3 EBIT : Total aktiva 0,03224257 -0,017829158 0,031215399
x4
Nilai Buku Ekuitas:
total hutang 0,294848914 -0,199221953 0,315849631
6,56 x1 0,180395805 0,051805434 0,237017731
3,26 x2 0,109352853 0,089493942 0,098829937
6,72 x3 0,03224257 -0,017829158 0,031215399
1,05 x4 0,294848914 -0,199221953 0,315849631
Z”-score 2,066148211 0,302598907 2,418431506
z kategori Grey Zone Distress Zone Grey Zone
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 39 penerapan perhitungan model Altman Z”-score
diketahui bahwa variabel x1 pada PT Suparma Tbk bernilai positif setiap
tahunnya dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Nilai positif ini terjadi karena
memliki aktiva lancar yang jumlahnya melebihi hutang lancar sehingga modal
kerjanya bernilai positif. Modal kerja yang bernilai positif juga menandakan
bahwa perusahaan mampu membayar kewajiban-kewajibannya. Variabel x2
merupakan perhitungan dari laba ditahan dibagi dengan total aktiva. Variabel x2
PT Suparma Tbk bernilai positif pada tahun 2012 sampai 2014. Nilai positif ini
berarti perusahaan memiliki laba yang ditahan untuk diinvestasikan ke dalam
149
Pag
e149
perusahaan pada tahun berikutnya sebagai bahan bakar utama kelangsungan
pertumbuhan perusahaan.
Variabel x3 bernilai positif pada tahun 2012 dan 2014, sedangkan pada tahun
2013 bernilai negatif. Variabel ini diperoleh dari perhitungan laba sebelum bunga
dan pajak dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran
bunga dan pajak. Jadi nilai positif yang ditunjukkan bahwa PT Suparma Tbk
mampu menghasilkan laba dari aktivanya pada tahun 2012 dan 2014, sedangkan
2013 tidak mampu menghasilkan laba dari aktivanya. Variabel x4 pada PT
Suparma Tbk bernilai positif setiap tahun dari tahun 2012 dan 2014, sedangkan
tahun 2013 bernilai negatif.
Berdasarkan perhitungan nilai Z”score di atas dijelaskan bahwa pada tahun 2012,
pada kategori grey zone, kemudian menurun menjadi distress zone dan sedikit
membaik kembali pada grey zone lagi pada tahun 2014 dengan titik cut off
1,1<z”score< 2,6.
150
Pag
e150
r. PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM)
Tabel 40. Perhitungan Z”-score PT Sunson Textile Manufacturer Tbk
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer 179.468.461.342 99.244.270.283 66.275.263.497
x1
modal kerja : total
aktiva 0,221490645 0,123766591 0,085664215
x2
laba ditahan : total
aktiva -0,096771676 -0,114283206 -0,135046026
x3 EBIT : Total aktiva 0,001365338 0,029211717 0,004939281
x4
Nilai Buku Ekuitas:
total hutang -0,014108857 -0,255608135 -0,036574794
6,56 x1 0,221490645 0,123766591 0,085664215
3,26 x2 -0,096771676 -0,114283206 -0,135046026
6,72 x3 0,001365338 0,029211717 0,004939281
1,05 x4 -0,014108857 -0,255608135 -0,036574794
Z”-score 1,131863733 0,367259783 0,116495641
z kategori Grey Zone Distress Zone Distress Zone
Sumber : data diolah 2016
Berdasarkan tabel 40 penerapan perhitungan model Altman Z”-score
diketahui bahwa variabel x1 pada PT Sunson Textile Manufacture Tbk bernilai
positif setiap tahunnya dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Nilai positif ini terjadi
karena memliki aktiva lancar yang jumlahnya melebihi hutang lancar sehingga
modal kerjanya bernilai positif. Modal kerja yang bernilai positif juga
menandakan bahwa perusahaan mampu membayar kewajiban-kewajibannya.
Hasil perhitungan variabel x2 pada PT Sunson Textile Manufacture Tbk
menunjukkan nilai negatif pada tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2012 sampai
2014. Nilai negatif tersebut diperoleh dari laba ditahan yang juga bernilai negatif
dari tahun 2012 sampai 2014, sehingga mempengaruhi variabel x2. Laba ditahan
yang negatif menunjukan bahwa perusahaan dalam kondisi tahun bisnis yang
buruk karena mengalami defisit. Variabel x3 bernilai positif mulai dari tahun 2012
sampai 2014. Variabel ini diperoleh dari perhitungan laba sebelum bunga dan
151
Pag
e151
pajak dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran bunga dan
pajak. Jadi nilai positif yang ditunjukkan bahwa PT Sunson Textile Manufacture
Tbk mampu menghasilkan laba dari aktivanya berturut-turut setiap tahunnya.
Variabel x4 pada PT Sunson Textile Manufacture Tbk bernilai negatif setiap
tahun dari tahun 2012 sampai 2014. Berdasarkan keempat variabel di atas
diperoleh perhitungan Z”-score. Dari perhitungan PT Sunson Textile Manufacture
Tbk pada tahun 2012 berada pada kategori grey zone, kemudian menurun pada 2
tahun berikutnya pada kategori distress zone atau kondisi financial distress yang
berpotensi mengalami kebangkrutan dengan titik cut off < 1,1.
s. PT Yana Prima Hasta Persada Tbk (YPAS)
Tabel 41. Perhitungan Z”-score PT Yana Prima Hasta Persada Tbk
Variabel Rumus hasil perhitungan
2012 2013 2014
modal kerja
(Rp)
aktiva lancar - hutang
lancer 43,421.320.614 62.069.680.817 36.113.530.874
x1
modal kerja : total
aktiva 0,124260356 0,101110644 0,112680624
x2
laba ditahan : total
aktiva 0,199565009 0,123733478 0,209131086
x3 EBIT : Total aktiva 0,064588152 0,01373803 -0,029476689
x4
Nilai Buku Ekuitas:
total hutang 0,323644671 0,111029204 -0,140948384
6,56 x1 0,124260356 0,101110644 0,112680624
3,26 x2 0,199565009 0,123733478 0,209131086
6,72 x3 0,064588152 0,01373803 -0,029476689
1,05 x4 0,323644671 0,111029204 -0,140948384
Z”-score 2,23958915 1,275557189 1,074873086
z kategori Grey Zone Grey Zone Distress Zone
Sumber : data diolah 2016
152
Pag
e152
Berdasarkan tabel 41 penerapan perhitungan model Altman Z”-score
diketahui bahwa variabel x1 pada PT Yana Prima Hasta Persada Tbk bernilai
positif setiap tahunnya dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Nilai positif ini terjadi
karena memliki aktiva lancar yang jumlahnya melebihi hutang lancar sehingga
modal kerjanya bernilai positif. Modal kerja yang bernilai positif juga
menandakan bahwa perusahaan mampu membayar kewajiban-kewajibannya.
Variabel x2 merupakan perhitungan dari laba ditahan dibagi dengan total aktiva.
Variabel x2 PT Yana Prima Hasta Persada Tbk bernilai positif pada tiga tahun
berturut-turut sejak tahun 2012 sampai 2014. Nilai positif ini berarti perusahaan
memiliki laba yang ditahan untuk diinvestasikan ke dalam perusahaan pada tahun
berikutnya sebagai bahan bakar utama kelangsungan pertumbuhan perusahaan.
Variabel x3 bernilai positif pada tahun 2012 dan 2014, sedangkan tahun 2013
bernilai negatif. Variabel ini diperoleh dari perhitungan laba sebelum bunga dan
pajak dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran bunga dan
pajak. Jadi nilai positif yang ditunjukkan bahwa PT Yana Prima Hasta Persada
Tbk mampu menghasilkan laba dari aktivanya pada tahun 2012 dan 2014,
sedangkan tahun 2013 yang bernilai negatif berarti sebaliknya. Variabel x4 pada
PT Yana Prima Hasta Persada Tbk bernilai positif pada tahun 2012 sampai 2013,
kemudian tahun 2014 bernilai negatif.
Berdasarkan perhitungan Z”-score dari keempat variabel di atas
menghasilkan perhitungan Z”-score pada tahun 2012 dan 2013 dalam kategori
153
Pag
e153
grey zone, kemudian menurun hingga pada kategori distress zone atau mengalami
financial distress yang berpotensi pada kebangkrutan dengan titik cut off < 1,1.
2. Analisis Estimasi Prediksi Potensi Kebangkrutan
Berdasarkan perhitungan Z”-score yang telah dilakukan pada masing-
masing perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2012-2014 yang menjadi sampel yaitu 19 perusahaan, maka klasifikasi prediksi
kebangkrutan seluruh perusahaan dalam disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 42. Klasifikasi Perhitungan Z”-score Sampel Perusahaan Manufaktur
Tahun 2012-2014
No Nama Perusahaan HASIL Z”-SCORE
Kategori 2012 2013 2014
1 Alam Karya Unggul Tbk -13,04730304 -2,75645182 0,910916106 FD
2 Alaska Industrindo Tbk 1,810316552 0,969719677 0,948224786 FD
3 Primarindo Asia Infrastructure Tbk -11,11753208 -6,687040978 -6,593494369 FD
4 Berliana Tbk 2,312228644 0,310391708 1,973687256 GZ
5 Pan Asia Indosyntec Tbk -0,6703164 -2,223487139 -0,386879302 FD
6
Inti Keramik Alam Asri Industri
Tbk -2,508127749 -1,506031447 -1,83821379 FD
7 Indomobil Sukses Internasional Tbk 2,058841823 1,335034414 1,207483877 GZ
8 Indofarma Tbk 4,307831063 -13,27421236 14,78469965 NFD
9 Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk -3,968133654 -3,7919202 -3,586860257 FD
10
Kertas Basuki Rachmat Indonesia
Tbk -10,21090349 -10,15037488 -5,989260634 FD
11 Langgeng Makmur Industry Tbk 0,278486492 0,181164219 0,286338104 FD
12 Malindo Feedmill Tbk 3,807594033 2,962531012 0,927760265 FD
13 Mustika Ratu Tbk 6,794642732 5,435223687 5,363413142 NFD
14
Bentoel Internasional Investasma
Tbk 1,912039667 -4,008604734 -0,769448656 FD
15 Schering Plough Indonesia Tbk 2,578140497 2,700619953 3,135781577 NFD
16 Sekawan Intipratama Tbk 2,14745777 0,579753351 -0,55928843 FD
17 Suparma Tbk 2,066148211 0,302598907 2,418431506 GZ
18 Sunson Textile Manufacturer Tbk 1,131863733 0,367259783 0,116495641 FD
19 Yana Prima Hasta Persada Tbk 2,23958915 1,275557189 1,074873086 FD
Sumber : data diolah 2016
154
Pag
e154
Keterangan :
FD = Financial Distress / Distress zone
NFD = Non- Financial Distress / safe zone
GZ = Grey Zone (rawan)
= Estimasi distress zone (Z”-score <1,1)
= Estimasi grey zone (1,1 < Z”-score < 2,6)
= Estimasi safe zone (Z”-score >2,6)
Berdasarkan klasifikasi pada tabel di atas pada tahun akhir penelitian yaitu
tahun 2014 terdapat 3 perusahaan dari sampel di atas yang masuk dalam kondisi
sehat (safe zone) yaitu PT Mustika Ratu Tbk (MRAT), PT Indofarma Tbk
(INAF), dan PT Schering Plough Indonesia Tbk (SCPI). Jadi ketiga perusahaan di
atas tergolong non financial distress karena berkondisi sehat. Perusahaan yang
masuk kategori rawan (grey zone) ada 4, yang pertama PT Berliana Tbk (BRNA).
Perusahaan ini pernah pada kategori distress zone pada tahun 2013 setelah pada
kategori grey zone, kemudian akhrinya pada kategori grey zone kembali pada
tahun 2014. Yang kedua PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) pada
kategori distress zone sejak 2012 sampai 2014. Ketiga yaitu PT Suparma Tbk
(SPMA) yang berada pada kategori distress zone tahun 2012 dan 2014 meski
sempat mengalami kondisi financial distress tahun 2013. Yang terakhir yaitu PT
155
Pag
e155
Yana Prima Hasta Persada (YPAS) yang sejak tahun 2012-2014 berada pada
kategori grey zone.
Di tahun 2014 terdapat 12 perusahaan yang berada pada kondisi financial
distress (distress zone) yang berpotensi mengalami kebangkrutan. Pada klasifikasi
pertama tampak bahwa emiten Alam Karya Unggul Tbk (AKKU) telah berpotensi
bangkrut sejak tahun 2012 sampai tahun 2014. Keadaan sama juga terjadi pada PT
Alaska Industrindo Tbk (ALKA), PT Primarindo Asia Infrastucture Tbk (BIMA),
PT Pan Asia indosytec Tbk (HDTX), PT Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
(IKAI), PT Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk (JKSW), PT Kertas Basuki
Rachmat Indonesia Tbk (KBRI), dan PT Langgeng Makmur Industry Tbk (LMPI)
yang berada pada kategori distress zone sejak tahun 2012 sampai 2014. Kondisi
sehat atau safe zone pernah dialami oleh PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) pada
2 tahun yaitu tahun 2012 dan 2013 sampai pada tahun 2014 perusahaan tersebut
masuk pada kategori distress zone atau kondisi financial distress yang berpotensi
mengalami kebangkrutan. PT Bentoel Internasional Investama (RMBA), PT
Sunson Textile Manufacture Tbk (SSTM), PT Sekawan intipratama Tbk (SIAP)
sempat berada pada grey zone beberapa tahun sebelum pada tahun 2014
perusahaan berada pada kategori distress zone atau kondisi financial distress yang
berpotensi mengalami kebangkrutan.
Perusahaan yang menjadi objek penelitian selama tahun 2012 sampai 2014
pernah mengalami kerugian dan pernah tidak memiliki laba bersih, hal ini untuk
membuktikan pernyataan Lesmana dan Surjanto (2004: 183-284) tanda-tanda
156
Pag
e156
sebuah perusahaan mengalami kesulitan dalam bisnisnya antara lain sebagai
berikut :
h. Terjadinya penurunan signifikan terhadap penjualan dan pendapatan
perusahaan
i. Laba dan atau arus kas dari operasi mengalami penurunan
j. Penurunan total aktiva
k. Terjadinya penurunan secara signifikan terhadap harga pasar saham
l. Kemungkinan gagal yang besar dalam industri, atau industri dengan resiko
tinggi
m. Terjadi pemotongan yang besar dalam deviden
n. Young company, perusahaan yang baru berdiri atau berusia muda pada
umumnya ditahun-tahun awal operasinya mengalami kesulitan. Sehingga
dipelukan permodalan yang kuat agar perusahaan tersebut tidak
mengalami kesulitan keuangan yang serius yang dapat menyebabkan
kebangkrutan.
157
Pag
e157
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan dan perhitungan pada bab IV mengenai
perhitungan Z”-score terhadap kondisi keuangan perusahaan manufaktur periode
2012-2014, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah :
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari seluruh perusahaan manufaktur
yang dijadikan sebagai sampel penelitian terdapat 3 perusahaan yang
tergolong pada kondisi sehat atau non financial distress (safe zone) yaitu
PT Mustika Ratu Tbk (MRAT), PT Indofarma Tbk (INAF), dan PT
Schering Plough Indonesia Tbk (SCPI). Selanjutnya terdapat 4
perusahaan yang berada dalam kondisi rawan atau posisi grey zone yaitu
PT Berliana Tbk (BRNA) PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)
PT Suparma Tbk (SPMA) PT Yana Prima Hasta Persada (YPAS). Sisanya
yaitu 12 perusahaan yang tergolong berpotensi bangkrut atau mengalami
financial distress (distress zone) adalah Alam Karya Unggul Tbk
(AKKU), PT Alaska Industrindo Tbk (ALKA), PT Primarindo Asia
Infrastucture Tbk (BIMA), PT Pan Asia indosytec Tbk (HDTX), PT Inti
Keramik Alam Asri Industri Tbk (IKAI), PT Jakarta Kyoei Steel Work
LTD Tbk (JKSW), PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI), dan
PT Langgeng Makmur Industry Tbk (LMPI) PT Malindo Feedmill Tbk
(MAIN) PT Bentoel Internasional Investama (RMBA), PT Sunson Textile
158
Pag
e158
Manufacture Tbk (SSTM), PT Sekawan intipratama Tbk (SIAP) berada
pada kategori distress zone pada tahun 2014 sehingga berpotensi
mengalami kebangkrutan. Nilai Z”-score paling kecil diperoleh pada PT
Primarindo Asi infrastructure tahun 2014 yang mencapai nilai negatif
yaitu -6,593494369 hal ini terjadi karena beberapa faktor seperti
penurunan laba bersih, laba ditahan dan penurunan EBIT. Beberapa faktor
tersebut yang mendukung tanda-tanda perusahaan yang mengalami
kesulitan keuangan atau financial distress sehingga berpotensi mengalami
kebangkrutan seperti dalam pernyataan Lesmana dan Surjanto (2004: 183-
184) pada bab II.
2. Apabila pada kondisi financial distress masing-masing perusahaan tidak
memiliki kebijakan baru untuk memperbaiki kinerja keuangan dan
didukung dengan kebijakan makro yang ada, maka hasil analisis tersebut
mendapatkan pertimbangan investor sebagai penentuan keputusan investasi
dengan memperhatikan indikator atau tanda-tanda terjadinya kondisi
financial distress hingga berpotensi kebangkrutan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 – 2014.
Hasil analisis tersebut tergolong dalam 3 klasifikasi yaitu: financial distress
(distress zone) adalah perusahaan yang bertanda merah pada tabel analisis,
kondisi keuangan rawan (grey zone) adalah perusahaan yang bertanda abu-
abu pada tabel analisis, dan non-financial distress (safe zone) adalah
perusahaan yang bertanda hijau pada tabel analisis.
159
Pag
e159
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diperoleh saran yang bisa digunakan
sebagai pertimbangan oleh pihak-pihak yang berkepentingan yaitu :
1. Bagi Investor
Hasil dari perhitungan Z”-score tersebut dapat membantu para investor
sebagai informasi dan pertimbangan dalam menentukan langkah keputusan
investasi kepada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, Apabila perusahaan pada kategori distress zone atau
mengalami financial distress yang berpotensi pada kebangkrutan,
sebaiknya investor menunda atau membatalkan untuk berinvestasi pada
perusahaan tersebut karena perusahaan akan terancam mengalami
kebangkrutan, Apabila perusahaan yang akan diinvestasikan berada pada
kondisi rawan atau grey zone sebaiknya investor menunda atau menunggu
sampai kondisi perusahaan tersebut dapat diprediksi apakah akan sehat atau
justru berpotensi bangkrut, Investor disarankan untuk berinvestasi pada
perusahaan yang dikategorikan sehat (safe zone), hal ini tentu saja karena
perusahaan yang sehat mampu menghasilkan profit yang besar sehingga
merupakan langkah yang tepat apabila berinvestasi pada perusahaan
dengan kondisi non financial distress
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini menggunakan Z”-score model Altman saran untuk penelitian
selanjutnya diharapkan bisa melakukan penelitian lebih mendalam atau
161
Pag
e161
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Altman, Edward I, 1968, Financial Ratio, Discriminant Analysis and The
Prediction of Corporate Bangkruptcy, Journal of Finance, Vol XXIII
No,4, pg, 589-609,
Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineke Cipta,
Baridwan, Zaki, 2008, Intermediate Accounting, Edisi 8, Yogyakarta: BPFE-
UGM Yogyakarta,
Bungin, Burhan, 2008, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Edisi Pertama, Jakarta
Kencana Pernada Media Group,
Hanafi, Mamduh M, 2010, Manajemen Keuangan I, Edisi I, Yogyakarta: BPFE-
UGM,
Hanafi, Mamduh M, 2013, Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan,
Harahap, Sofyan Safari, 2009, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Jakarta:
PT, Raja Grafindo Persada,
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta:
Salemba Empat,
Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, Edisis I, Jakarta: Rajawali Pers,
Lesmana, Rico and Rudy Surjanto, 2004, Financial Perfomance Analyzing,
Jakarta: Elex Media Komputindo,
M, Sadeli, lili, 2002, Dasar-dasar Akuntansi, PT, Bumi Aksara, Jakarta,
Munawir, S, 2010, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Yogyakarta:
Liberty,
Nazir, Mohammad, 2005, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia,
162
Pag
e162
PSAK I,2004, Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntansi Indonesia (PSAK-
IAI),Edisi Revisi, Jakarta: Salemba Empat,
Riyanto, Bambang, 2010, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4,
Yogyakarta: BPFE,
Sadeli M, lili, 2002, Dasar-dasar Akuntansi, PT, Bumi Aksara, Jakarta
Sartono, Agus, 2010, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat,
Yogyakarta: BPFE,
Simamora, Henry, 2003, Akuntansi 1 Pengambilan Keputusan Bisnis, Jakarta:
Salemba Empat,
Simamora, B, 2005, Analisis Multivariat Pemasaran, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,
Soemarso, 2004, Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta: Salemba Empat,
Soemarso, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Penertbit Andi,
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cetakan ke-
17, Bandung: Alfabeta,
Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian, 2003, Manajemen Keuangan 2, Edisi
Keempat, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,
Suryabrata, Sumandi, 2008, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT raja Grafindo
Persada,
Sutedi, Adrian, S,H, M,H, 2009, Hukum Kepailitan, Bogor: Ghalia Indonesia,
Syamsudin, Lukman, Drs, MA, 2011, Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta:
PT, Raja Grafindo Persada,
Teng, 2003, Corporate Turnaround (Merawat Perusahaan Sakit menjadi Sehat),
Jakarta: Prenhalindo,
Usman, Husaini dan Purnomo S,A, 2008, Pengantar Statistika, Edisi 2, Jakarta:
Bumi Aksara,
INTERNET
www,idx,co,id diakses pada 9 November 2015
163
Pag
e163
www,sahamok,com diaskes pada 9 November 2015
www,kemenperin,go,id diakses pada 9 November 2015
www,mmindustri,co,id diakses pada 9 November 2015
www,britama,com diakses pada 17 Februari 2016
JURNAL :
Altman, E, I, (2000), Predicting financial distress of companies: Revisiting the
Zscore and Zeta® Models, Journal of Banking & Finance, 1,
Hartoyo, Nico Tantra, 2013, Prediksi Financial Distress Menggunakan Analisis
Diskriminan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2011, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya, Malang,
Nafisatin, Mar’ati, 2014, Implementasi Penggunaan Metode Altman (Z”-score)
untuk Menganalisis Estimasi Kebangkrutan (Studi pada PT Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2013), Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol,10
No, 1 Mei 2014,
Platt, Harlan D dan Marjorie B, Platt, 2002, Predicting Corporate Financial
Distress: Reflection in Choice Based Sample Bias, Journal Economics and
Finance, 26(2), Summer,p, 184-199,
Muhamad Nadratuzzaman Hosen & Shofaun Nada, 2013, Pengukuran Tingkat
Kesehatan Dan Gejala Financial Distress Bank Umum Syariah, Jurnal
Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia,
Ardina, 2013, Pengaruh Efektivitas Komite Audit Terhadap Financial Distress
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-
2011), Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro,
clxiv
Pag
eclx
iv
Lampiran 1. Ringkasan Data Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur 2012-2014
No kode
perusahaan
aktiva lancer HUTANG LANCAR
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1 AKKU 1.539.880.712 18.923.732.343 67.000.462.152 6.582.652.121 25.267.433.603 34.069.602.453
2 ALKA 133.816.876.000 219.941.926.000 219.581.260.000 81.820.742.000 173.184.454.000 173.276.661.000
3 BIMA 84.504.115.259 97.686.030.395 86.879.500.495 154.172.355.110 112.721.950.505 94.025.048.182
4 BRNA 333.162.076.000 456.451.073.000 581.019.904.000 342.186.183.000 562.368.619.000 555.109.444.000
5 HDTX 398.992.440.111 450.028.533.282 497.447.948.009 431.235.462.678 1.002.119.790.096 510.983.513.757
6 IKAI 140.146.896.757 134.781.826.229 173.235.120.969 243.975.503.389 129.243.262.968 207.131.011.654
7 IMAS 9.813.158.956.054 11.634.955.170.257 11.845.370.194.860 7.963.486.975.807 10.720.516.169.124 11.473.255.532.702
8 INAF 777.629.145.880 848.840.281.014 782.887.635.406 369.863.736.711 670.902.756.535 600.565.585.352
9 JKSW 102.583.924.976 107.859.908.254 150.044.200.674 16.992.297.161 9.385.313.775 59.595.673.194
10 KBRI 35.556.230.959 77.239.832.992 127.838.420.935 15.460.305.339 55.576.171.175 71.285.195.690
11 LMPI 432.213.030.094 449.510.407.546 455.111.382.760 348.710.206.692 376.618.147.965 366.938.314.354
12 MAIN 894.203.546.000 996.980.911.000 1.875.171.451.000 852.741.232.000 986.471.455.000 1.742.383.589.000
13 MRAT 352.880.309.210 313.664.019.262 376.694.285.634 58.646.329.121 51.810.424.518 104.267.201.912
14 RMBA 4.472.195.000.000 5.535.165.000.000 6.023.047.000.000 2.722.398.000.000 4.695.987.000.000 6.012.572.000.000
15 SCPI 263.570.315.000 523.119.344.000 1.052.936.822.000 96.983.980.000 200.738.824.000 429.723.052.000
16 SIAP 86.625.682.741 149.886.305.472 85.516.352.000 65.708.930.091 136.401.554.000 58.223.102.000
17 SPMA 482.596.835.881 548.082.351.987 682.792.074.636 182.354.489.018 456.536.667.620 186.961.154.130
18 SSTM 428.479.361.379 415.053.316.392 398.785.346.285 249.010.900.037 315.809.046.109 332.510.082.788
19 YPAS 169.843.136.732 414.043.404.100 130.490.593.485 126.421.816.118 351.973.723.283 94.377.062.611
clxv
Pag
eclx
v
Lanjutan
no kode perusaha
an
TOTAL AKTIVA TOTAL HUTANG
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1 AKKU 10.582.842.395 45.208.352.407 90.674.071.077 6.675.164.650 42.758.433.320 89.809.201.934
2 ALKA 147.882.362.000 241.912.806.000 244.879.397.000 93.056.183.000 182.253.663.000 181.366.832.000
3 BIMA 100.100.820.531 118.007.059.098 104.058.578.348 287.919.026.432 321.975.025.143 297.977.547.605
4 BRNA 770.383.930.000 1.125.132.715.000 1.334.085.916.000 468.553.998.000 819.251.356.000 967.711.101.000
5 HDTX 1.362.546.557.862 2.378.728.273.722 4.221.696.886.907 726.954.645.506 1.658.609.326.640 3.607.059.196.611
6 IKAI 507.425.275.145 428.057.048.870 518.546.655.125 258.359.671.311 276.648.973.235 339.889.432.972
7 IMAS 17.577.664.024.361 22.315.022.507.630 23.471.397.834.920 11.869.218.951.856 15.655.152.396.933 16.744.375.200.010
8 INAF 1.188.618.790.410 1.294.510.669.195 1.248.343.275.406 538.516.613.421 703.717.301.306 656.380.082.912
9 JKSW 278.718.823.565 262.386.109.471 302.951.001.725 677.941.497.373 670.190.389.365 720.387.262.240
10 KBRI 740.753.171.392 788.749.190.752 1.299.315.036.743 29.296.076.634 95.512.957.713 622.269.749.157
11 LMPI 815.143.025.335 822.189.506.877 808.892.238.344 405.692.420.520 424.769.313.259 409.761.454.151
12 MAIN 1.799.881.575.000 2.214.398.692.000 3.531.219.815.000 1.118.011.031.000 1.351.915.503.000 2.453.334.659.000
13 MRAT 455.472.778.210 439.583.727.200 498.786.376.745 69.586.067.037 61.792.400.161 114.841.797.856
14 RMBA 6.935.601.000.000 9.232.016.000.000 10.250.546.000.000 5.011.668.000.000 8.350.151.000.000 11.647.399.000.000
15 SCPI 440.498.391.000 746.401.836.000 1.317.314.767.000 423.212.410.000 736.010.824.000 1.361.171.539.000
16 SIAP 184.367.259.026 272.597.818.000 4.989.693.078.000 91.079.973.429 172.583.639.412 231.674.325.000
17 SPMA 1.664.353.264.549 1.767.105.818.949 2.091.957.078.669 884.860.701.242 1.011.571.248.744 1.287.357.023.670
18 SSTM 810.275.583.968 801.866.397.035 773.663.346.934 525.337.311.071 530.156.259.856 514.793.507.583
19 YPAS 349.438.243.276 613.878.797.683 320.494.592.961 211.270.382.802 443.067.408.288 158.615.180.283
clxvi
Pag
eclx
vi
Lanjutan
No kode perusahaan
EBIT LABA DITAHAN
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1 AKKU -2.422.076.831 2.237.720.718 -4.906.925.062 -27.514.962.160 -28.947.223.231 -34.918.555.384
2 ALKA 7.894.754.000 1.261.921.000 1.903.178.000 -19.437.580.000 -19.752.754.000 -17.089.759.000
3 BIMA 15.422.586.622 18.434.850.810 21.269.330.633 -230.818.205.901 -246.967.966.045 -236.918.969.257
4 BRNA 107.400.963.000 31.187.445.000 133.688.981.000 224.446.360.000 199.250.139.000 252.159.862.000
5 HDTX 14.279.007.735 -283.989.192.006 -101.142.729.533 -215.660.153.977 -430.945.761.071 -526.495.810.936
6 IKAI -32.965.746.661 -12.090.270.966 -3.879.830.671 -149.538.837.929 -192.627.043.617 -219.144.089.655
7 IMAS 1.049.245.060.391 951.000.279.726 1.009.759.247.935 1.679.720.574.979 2.131.983.908.013 1.951.251.887.215
8 INAF 83.308.894.982 -32.306.089.208 46.344.316.460 61.729.040.587 2.420.482.648 3.586.556.135
9 JKSW -17.304.962.592 -8.318.565.240 -9.678.069.390 -479.066.449.352 -487.650.144.438 -497.282.035.059
10 KBRI 36.052.603.484 -25.460.181.727 -17.846.695.005 -2.431.389.213.995 -2.449.610.118.110 -2.467.136.398.882
11 LMPI 5.080.875.834 -14.019.452.357 3.002.947.069 -94.798.229.685 -106.838.640.882 -105.128.050.307
12 MAIN 447.740.977.000 376.485.140.000 -17.689.779.000 749.528.804.000 924.755.821.000 799.375.373.000
13 MRAT 41.592.211.536 -10.127.657.365 11.737.268.368 246.777.938.824 233.004.964.924 240.376.838.766
14 RMBA -201.627.000.000 -1.001.566.000.000 -1.011.465.000.000 1.307.005.000.000 264.937.000.000 -2.013.781.000.000
15 SCPI -17.416.987.000 -6.370.864.000 -70.759.509.000 -30.905.793.000 -48.703.670.000 -111.165.063.000
16 SIAP 9.430.123.380 1.018.189.397 -7.031.972.000 11.585.783.930 7.835.829.000 12.433.931.000
17 SPMA 53.663.026.543 -31.506.008.573 65.301.275.250 182.001.777.713 158.145.265.053 206.747.986.452
18 SSTM 1.106.299.810 23.423.894.246 3.821.340.338 -78.411.726.564 -91.639.862.282 -104.480.160.110
19 YPAS 22.569.570.253 8.433.485.062 -9.447.119.285 69.735.646.055 75.957.358.858 67.025.382.141
clxvii
Pag
eclx
vii
Lanjutan
no kode
perusahaan
PENJUALAN JUMLH SAHAM closeprice
2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014
1 AKKU 1.602.611.454 6.319.133.328 4.261.435.256 230000000 230000000 253000000 68,27 126,97 126,97
2 ALKA 836.887.168.000 1.099.620.270.000 1.230.364.713.000 101.533.011 101.533.011 101.533.011 550 600 900
3 BIMA 243.531.037.353 279.150.207.182 286.688.094.220 86000000 86000000 86000000 900 700 700
4 BRNA 836.986.463.000 960.999.965.000 1.258.841.240.000 690000000 690000000 690000000 690 455 705
5 HDTX 861.164.216.195 1.057.343.006.058 1.175.464.356.704 1.532.571.000 1.532.571.000 1.532.571.000 950 415 390
6 IKAI 201.204.079.453 211.523.292.543 262.321.356.543 791.383.786 791.383.786 791.383.786 144 140 118
7 IMAS 19.780.838.058.900 20.094.736.395.135 19.458.165.173.088 2.765.278.412 2.765.278.412 2.765.278.412 5250 4900 4000
8 INAF 1.156.050.256.720 1.337.498.191.710 1.381.436.578.115 3.099.267.500 3.099.267.500 3.099.267.500 315 153 355
9 JKSW 86.197.771.507 91.708.035.390 86.480.258.028 150000000 150000000 150000000 101 98 68
10 KBRI 44.640.183.225 11.868.785.724 34.719.548.322 8.687.995.734 8.687.995.734 8.687.995.734 50 50 50
11 LMPI 598.259.974.490 676.111.070.762 513.547.309.970 1.008.517.669 1.008.517.669 1.008.517.669 255 215 175
12 MAIN 3.349.566.738.000 4.193.082.465.000 4.502.078.127.000 1695000000 1695000000 1791000000 2275 3175 2130
13 MRAT 458.197.338.824 358.127.545.503 434.747.101.600 428.000.000 428.000.000 428.000.000 490 465 350
14 RMBA 9.850.010.000.000 12.273.615.000.000 14.091.156.000.000 7.240.005.000 7.240.005.000 7.240.005.000 590 570 520
15 SCPI 302.829.675.000 407.088.731.000 965.818.287.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 31250 29000 29000
16 SIAP 216.731.097.634 245.690.437.000 336.909.371.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 80,74 85,45 465
17 SPMA 1.274.793.105.314 1.395.838.227.179 1.550.810.295.608 1492046658 1.492.046.658 1.492.046.658 290 210 197
18 SSTM 554.471.435.919 573.748.747.725 519.854.661.831 1.170.909.181 1.170.909.181 1.170.909.181 134 79 103
19 YPAS 413.821.872.609 439.680.589.423 421.516.175.465 668000089 668000089 668000089 660 660 500
clxviii
Pag
eclx
vii
i
Lampiran 2. Perhitungan X1
no kode perusah
aan
modal kerja TOTAL AKTIVA x1
2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014
1 AKKU -5.042.771.409 -6.343.701.260 32.930.859.699 10.582.842.395 45.208.352.407 90.674.071.077 -0,476504442 -0,140321443 0,363178352
2 ALKA 51.996.134.000 46.757.472.000 46.304.599.000 147.882.362.000 241.912.806.000 244.879.397.000 0,351604703 0,193282335 0,189091445
3 BIMA -69.668.239.851 -15.035.920.110 -7.145.547.687 100.100.820.531 118.007.059.098 104.058.578.348 -0,695980707 -0,127415429 -0,068668512
4 BRNA -9.024.107.000 -105.917.546.000 25.910.460.000 770.383.930.000 1.125.132.715.000 1.334.085.916.000 -0,011713779 -0,094137824 0,019421883
5 HDTX -32.243.022.567 -552.091.256.814 -13.535.565.748 1.362.546.557.862 2.378.728.273.722 4.221.696.886.907 -0,023663795 -0,232095134 -0,003206191
6 IKAI -103.828.606.632 5.538.563.261 -33.895.890.685 507.425.275.145 428.057.048.870 518.546.655.125 -0,204618516 0,012938844 -0,065367099
7 IMAS 1.849.671.980.247 914.439.001.133 372.114.662.158 17.577.664.024.361 22.315.022.507.630 23.471.397.834.920 0,105228543 0,040978628 0,015853963
8 INAF 407.765.409.169 177.937.524.479 182.322.050.054 1.188.618.790.410 1.294.510.669.195 1.248.343.275.406 0,343058189 0,137455433 0,146051213
9 JKSW 85.591.627.815 98.474.594.479 90.448.527.480 278.718.823.565 262.386.109.471 302.951.001.725 0,307089513 0,375304145 0,298558272
10 KBRI 20.095.925.620 21.663.661.817 56.553.225.245 740.753.171.392 788.749.190.752 1.299.315.036.743 0,027129044 0,027465843 0,043525414
11 LMPI 83.502.823.402 72.892.259.581 88.173.068.406 815.143.025.335 822.189.506.877 808.892.238.344 0,102439475 0,088656276 0,109004716
12 MAIN 41.462.314.000 10.509.456.000 132.787.862.000 1.799.881.575.000 2.214.398.692.000 3.531.219.815.000 0,023036134 0,004745964 0,037603964
13 MRAT 294.233.980.089 261.853.594.744 272.427.083.722 455.472.778.210 439.583.727.200 498.786.376.745 0,64599685 0,595685369 0,546179881
14 RMBA 1.749.797.000.000 839.178.000.000 10.475.000.000 6.935.601.000.000 9.232.016.000.000 10.250.546.000.000 0,252292051 0,090898673 0,001021897
15 SCPI 166.586.335.000 322.380.520.000 623.213.770.000 440.498.391.000 746.401.836.000 1.317.314.767.000 0,378176943 0,431912818 0,473094044
16 SIAP 20.916.752.650 13.484.751.472 27.293.250.000 184.367.259.026 272.597.818.000 4.989.693.078.000 0,113451557 0,049467569 0,005469926
17 SPMA 300.242.346.863 91.545.684.367 495.830.920.506 1.664.353.264.549 1.767.105.818.949 2.091.957.078.669 0,180395805 0,051805434 0,237017731
18 SSTM 179.468.461.342 99.244.270.283 66.275.263.497 810.275.583.968 801.866.397.035 773.663.346.934 0,221490645 0,123766591 0,085664215
19 YPAS 43.421.320.614 62.069.680.817 36.113.530.874 349.438.243.276 613.878.797.683 320.494.592.961 0,124260356 0,101110644 0,112680624
clxix
Pag
eclx
ix
Lampiran 3, Perhitungan X2
no kode
perusahaan
LABA DITAHAN TOTAL AKTIVA x2
2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014
1 AKKU -27.514.962.160 -28.947.223.231 -34.918.555.384 10.582.842.395 45.208.352.407 90.674.071.077 -2,599959551 -0,640306972 -0,385099676
2 ALKA -19.437.580.000 -19.752.754.000 -17.089.759.000 147.882.362.000 241.912.806.000 244.879.397.000 -0,131439475 -0,08165237 -0,069788472
3 BIMA -230.818.205.901 -246.967.966.045 -236.918.969.257 100.100.820.531 118.007.059.098 104.058.578.348 -2,305857281 -2,092823666 -2,276784606
4 BRNA 224.446.360.000 199.250.139.000 252.159.862.000 770.383.930.000 1.125.132.715.000 1.334.085.916.000 0,291343512 0,177090344 0,18901321
5 HDTX -215.660.153.977 -430.945.761.071 -526.495.810.936 1.362.546.557.862 2.378.728.273.722 4.221.696.886.907 -0,158277273 -0,181166452 -0,124711893
6 IKAI -149.538.837.929 -192.627.043.617 -219.144.089.655 507.425.275.145 428.057.048.870 518.546.655.125 -0,294701201 -0,450003204 -0,422612098
7 IMAS 1.679.720.574.979 2.131.983.908.013 1.951.251.887.215 17.577.664.024.361 22.315.022.507.630 23.471.397.834.920 0,095559943 0,095540298 0,083133178
8 INAF 61.729.040.587 2.420.482.648 3.586.556.135 1.188.618.790.410 1.294.510.669.195 1.248.343.275.406 0,051933421 0,001869805 0,002873053
9 JKSW -479.066.449.352 -487.650.144.438 -497.282.035.059 278.718.823.565 262.386.109.471 302.951.001.725 -1,718816272 -1,85852119 -1,641460277
10 KBRI -2.431.389.213.995 -2.449.610.118.110 -2.467.136.398.882 740.753.171.392 788.749.190.752 1.299.315.036.743 -3,282320357 -3,105689549 -1,898797697
11 LMPI -94.798.229.685 -106.838.640.882 -105.128.050.307 815.143.025.335 822.189.506.877 808.892.238.344 -0,116296437 -0,129944058 -0,129965458
12 MAIN 749.528.804.000 924.755.821.000 799.375.373.000 1.799.881.575.000 2.214.398.692.000 3.531.219.815.000 0,416432289 0,417610354 0,226373722
13 MRAT 246.777.938.824 233.004.964.924 240.376.838.766 455.472.778.210 439.583.727.200 498.786.376.745 0,54180612 0,530058213 0,481923424
14 RMBA 1.307.005.000.000 264.937.000.000 -2.013.781.000.000 6.935.601.000.000 9.232.016.000.000 10.250.546.000.000 0,188448701 0,028697632 -0,196455974
15 SCPI -30.905.793.000 -48.703.670.000 -111.165.063.000 440.498.391.000 746.401.836.000 1.317.314.767.000 -0,070160967 -0,065251273 -0,084387624
16 SIAP 11.585.783.930 7.835.829.000 12.433.931.000 184.367.259.026 272.597.818.000 4.989.693.078.000 0,062840788 0,028745017 0,002491923
17 SPMA 182.001.777.713 158.145.265.053 206.747.986.452 1.664.353.264.549 1.767.105.818.949 2.091.957.078.669 0,109352853 0,089493942 0,098829937
18 SSTM -78.411.726.564 -91.639.862.282 -104.480.160.110 810.275.583.968 801.866.397.035 773.663.346.934 -0,096771676 -0,114283206 -0,135046026
19 YPAS 69.735.646.055 75.957.358.858 67.025.382.141 349.438.243.276 613.878.797.683 320.494.592.961 0,199565009 0,123733478 0,209131086
clxx
Pag
eclx
x
Lampiran 4.Perhitungan X3
no kode perusahaan EBIT TOTAL AKTIVA x3
2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014
1 AKKU -2.422.076.831 2.237.720.718 -4.906.925.062 10.582.842.395 45.208.352.407 90.674.071.077 -0,22886827 0,049497949 -0,054116078
2 ALKA 7.894.754.000 1.261.921.000 1.903.178.000 147.882.362.000 241.912.806.000 244.879.397.000 0,053385366 0,005216429 0,007771899
3 BIMA 15.422.586.622 18.434.850.810 21.269.330.633 100.100.820.531 118.007.059.098 104.058.578.348 0,154070531 0,156218204 0,204397667
4 BRNA 107.400.963.000 31.187.445.000 133.688.981.000 770.383.930.000 1.125.132.715.000 1.334.085.916.000 0,139412258 0,027718903 0,100210173
5 HDTX 14.279.007.735 -283.989.192.006 -101.142.729.533 1.362.546.557.862 2.378.728.273.722 4.221.696.886.907 0,010479648 -0,119386983 -0,023957838
6 IKAI -32.965.746.661 -12.090.270.966 -3.879.830.671 507.425.275.145 428.057.048.870 518.546.655.125 -0,064966702 -0,028244532 -0,007482125
7 IMAS 1.049.245.060.391 951.000.279.726 1.009.759.247.935 17.577.664.024.361 22.315.022.507.630 23.471.397.834.920 0,059691951 0,042617043 0,04302084
8 INAF 83.308.894.982 -32.306.089.208 46.344.316.460 1.188.618.790.410 1.294.510.669.195 1.248.343.275.406 0,070088825 -0,024956217 0,037124657
9 JKSW -17.304.962.592 -8.318.565.240 -9.678.069.390 278.718.823.565 262.386.109.471 302.951.001.725 -0,062087527 -0,031703528 -0,031945989
10 KBRI 36.052.603.484 -25.460.181.727 -17.846.695.005 740.753.171.392 788.749.190.752 1.299.315.036.743 0,048670198 -0,032279186 -0,013735464
11 LMPI 5.080.875.834 -14.019.452.357 3.002.947.069 815.143.025.335 822.189.506.877 808.892.238.344 0,00623311 -0,017051364 0,003712419
12 MAIN 447.740.977.000 376.485.140.000 -17.689.779.000 1.799.881.575.000 2.214.398.692.000 3.531.219.815.000 0,248761354 0,170016872 -0,005009538
13 MRAT 41.592.211.536 -10.127.657.365 11.737.268.368 455.472.778.210 439.583.727.200 498.786.376.745 0,091316569 -0,0230392 0,023531654
14 RMBA -201.627.000.000 -1.001.566.000.000 -1.011.465.000.000 6.935.601.000.000 9.232.016.000.000 10.250.546.000.000 -0,029071309 -0,10848833 -0,098674256
15 SCPI -17.416.987.000 -6.370.864.000 -70.759.509.000 440.498.391.000 746.401.836.000 1.317.314.767.000 -0,039539275 -0,008535435 -0,053714959
16 SIAP 9.430.123.380 1.018.189.397 -7.031.972.000 184.367.259.026 272.597.818.000 4.989.693.078.000 0,051148579 0,003735134 -0,0014093
17 SPMA 53.663.026.543 -31.506.008.573 65.301.275.250 1.664.353.264.549 1.767.105.818.949 2.091.957.078.669 0,03224257 -0,017829158 0,031215399
18 SSTM 1.106.299.810 23.423.894.246 3.821.340.338 810.275.583.968 801.866.397.035 773.663.346.934 0,001365338 0,029211717 0,004939281
19 YPAS 22.569.570.253 8.433.485.062 -9.447.119.285 349.438.243.276 613.878.797.683 320.494.592.961 0,064588152 0,01373803 -0,029476689
clxxi
Pag
eclx
xi
Lampiran 5, Perhitungan X4
no kode perusahaan
TOTAL AKTIVA TOTAL HUTANG
2012 2013 2014 2012 2013 2014
1 AKKU 10.582.842.395 45.208.352.407 90.674.071.077 6.675.164.650 42.758.433.320 89.809.201.934
2 ALKA 147.882.362.000 241.912.806.000 244.879.397.000 93.056.183.000 182.253.663.000 181.366.832.000
3 BIMA 100.100.820.531 118.007.059.098 104.058.578.348 287.919.026.432 321.975.025.143 297.977.547.605
4 BRNA 770.383.930.000 1.125.132.715.000 1.334.085.916.000 468.553.998.000 819.251.356.000 967.711.101.000
5 HDTX 1.362.546.557.862 2.378.728.273.722 4.221.696.886.907 726.954.645.506 1.658.609.326.640 3.607.059.196.611
6 IKAI 507.425.275.145 428.057.048.870 518.546.655.125 258.359.671.311 276.648.973.235 339.889.432.972
7 IMAS 17.577.664.024.361 22.315.022.507.630 23.471.397.834.920 11.869.218.951.856 15.655.152.396.933 16.744.375.200.010
8 INAF 1.188.618.790.410 1.294.510.669.195 1.248.343.275.406 538.516.613.421 703.717.301.306 656.380.082.912
9 JKSW 278.718.823.565 262.386.109.471 302.951.001.725 677.941.497.373 670.190.389.365 720.387.262.240
10 KBRI 740.753.171.392 788.749.190.752 1.299.315.036.743 29.296.076.634 95.512.957.713 622.269.749.157
11 LMPI 815.143.025.335 822.189.506.877 808.892.238.344 405.692.420.520 424.769.313.259 409.761.454.151
12 MAIN 1.799.881.575.000 2.214.398.692.000 3.531.219.815.000 1.118.011.031.000 1.351.915.503.000 2.453.334.659.000
13 MRAT 455.472.778.210 439.583.727.200 498.786.376.745 69.586.067.037 61.792.400.161 114.841.797.856
14 RMBA 6.935.601.000.000 9.232.016.000.000 10.250.546.000.000 5.011.668.000.000 8.350.151.000.000 11.647.399.000.000
15 SCPI 440.498.391.000 746.401.836.000 1.317.314.767.000 423.212.410.000 736.010.824.000 1.361.171.539.000
16 SIAP 184.367.259.026 272.597.818.000 4.989.693.078.000 91.079.973.429 172.583.639.412 231.674.325.000
17 SPMA 1.664.353.264.549 1.767.105.818.949 2.091.957.078.669 884.860.701.242 1.011.571.248.744 1.287.357.023.670
18 SSTM 810.275.583.968 801.866.397.035 773.663.346.934 525.337.311.071 530.156.259.856 514.793.507.583
19 YPAS 349.438.243.276 613.878.797.683 320.494.592.961 211.270.382.802 443.067.408.288 158.615.180.283
clxxii
Pag
eclx
xii
Lanjutan
TOTAL EKUITAS X4
2012 2013 2014 2012 2013 2014
3.907.677.745 2.449.919.087 864.869.143 0,585405447 0,057296746 0,009630073
54.826.179.000 59.659.143.000 63.512.565.000 0,589172876 0,327341256 0,350188424
-187.818.205.901 -203.967.966.045 -193.918.969.257 -0,652329956 -0,633490023 -0,650783829
301.829.932.000 305.881.359.000 366.374.815.000 0,644173208 0,373366924 0,378599372
635.591.912.356 720.118.947.082 614.637.690.296 0,874321275 0,434170323 0,170398559
249.065.603.834 151.408.075.635 178.657.222.153 0,964026632 0,547293105 0,525633353
5.708.445.072.505 6.659.870.110.697 6.727.022.634.910 0,4809453 0,425410749 0,401748202
650.102.176.989 590.793.367.889 591.963.192.494 1,207209139 0,839532248 0,901860382
-399.222.673.808 -407.804.279.894 -417.436.260.515 -0,588874815 -0,608490194 -0,579460913
711.457.094.758 693.236.233.039 677.045.287.586 24,28506396 7,258033356 1,088025392
409.450.604.815 397.420.193.618 399.130.784.193 1,00926363 0,935614182 0,974056442
681.870.544.000 862.483.189.000 1.077.885.156.000 0,609896079 0,637971225 0,439355125
385.886.711.173 377.791.327.039 383.944.578.889 5,545459423 6,113880122 3,34324772
1.923.933.000.000 881.865.000.000 -1.396.853.000.000 0,383890753 0,105610665 -0,11992832
17.285.981.000 10.391.012.000 -43.856.772.000 0,040844693 0,014118015 -0,032219871
93.287.285.597 100.014.178.588 4.758.018.753.000 1,024234879 0,579511354 20,53753152
779.492.563.307 755.534.570.205 804.600.054.999 0,880921214 0,746892096 0,625001488
284.938.272.897 271.710.137.179 258.869.839.351 0,542391083 0,512509533 0,502861508
138.167.860.474 170.811.389.395 161.879.412.678 0,653985943 0,385520095 1,020579571
174
Pag
e174
Lampiran 6. Populasi Perusahaan Manufaktur 2012-2014
NO
KODE
PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk,
2 SMCB Holcim Indonesia Tbk
3 SMGR Semen Gresik Tbk,
4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
5 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
6 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
7 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
8 MLIA Mulia Industrindo Tbk
9 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
10 ALKA Alaska Industrindo Tbk
11 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
12 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk
13 CTBN Citra Turbindo Tbk
14 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
15 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
16 ITMA Itamaraya Tbk
17 JKSW Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk
18 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
19 KRAS Krakatau Steel Tbk
20 LION Lion Metal Works Tbk
21 LMSH Lionmesh Prima Tbk
22 MYRX Hanson Internasional Tbk
23 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk
24 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
25 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk
26 BRPT Barito Pasific Tbk
27 BUDI Budi Acid Jaya Tbk
28 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
29 EKAD Ekadharma Internasional Tbk
30 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
31 INCI Intan Wijaya Internasional Tbk
32 SOBI Sorini Asia Corporindo Tbk
33 SRSN Indo Acitama Tbk
34 TPIA Chandra Asri Petrochemical
175
Pag
e175
35 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk
36 AKKU Alam Karya Unggul Tbk
37 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
38 APLI Asiaplast Industry Tbk
39 BRNA Berliana Tbk
40 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk
41 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk
42 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
43 SIAP Sekawan Intipratama Tbk
44 SIMA Siwani Makmur Tbk
45 TRST Trias Sentosa Tbk
46 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk
47 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
48 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
49 MAIN Malindo Feedmill Tbk
50 SIPD Siearad Produce Tbk
51 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk
52 TIRT Tirta Mahakam Resource Tbk
53 ALDO Alkindo Naratama Tbk
54 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
55 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
56 INRU Toba Pulp Lestari Tbk
57 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
58 SPMA Suparma Tbk
59 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
60 ASII Astra Internasional Tbk
61 AUTO Astra Auto Part Tbk
62 BRAM Indo Kordsa Tbk
63 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
64 GJTL Gajah Tunggal Tbk
65 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk
66 INDS Indospring Tbk
67 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk
68 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk
69 NIPS Nippers Tbk
70 PRAS Pima Alloy Steel Universal Tbk
71 SMSM Selamat Sempurna Tbk
72 ADMG Polychern Indonesia Tbk
73 ARGO Argo Pantes Tbk
176
Pag
e176
74 CNTX Centex Tbk
75 ERTX Eratex Djaya Tbk
76 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk
77 HDTX Pan Asia Indosyntec Tbk
78 INDR Indo Rama Synthetic Tbk
79 KARW Karwell Indonesia Tbk
80 PBRX Pan Brothers Tbk
81 POLY Asia Pasific Fibers Tbk
82 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
83 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk
84 TRIS Trisula Internasional Tbk
85 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk
86 UNTX Unitex Tbk
87 BIMA Primadona Asia Infrastructure Tbk
88 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk
89 JECC Jembo Cable Company Tbk
90 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
91 KBLM Kabelindo Murni Tbk
92 SCCO
Supreme Cable Manufacturing and Commerce
Tbk
93 VOKS Voksel Electric Tbk
94 PTSN Sat Nusa Persada Tbk
95 ADES Akasha Wira Internasional Tbk
96 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
97 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk
98 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
99 DAVO Davomas Abadi Tbk
100 DLTA Delta Djakarta Tbk
101 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
102 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
103 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
104 MYOR Mayora Indah Tbk
105 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk
106 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
107 SKLT Sekar Laut Tbk
108 STTP Siantar Top Tbk
109 ULTJ
Ultrajaya Milk Industry and Trading Company
Tbk
110 GGRM Gudang Garam Tbk
177
Pag
e177
111 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
112 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
113 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
114 INAF Indofarma Tbk
115 KAEF Kimia Farma Tbk
116 KLBF Kalbe Farma Tbk
117 MERK Merek Tbk
118 PYFA Pyridam Farma Tbk
119 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk
120 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
121 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
122 MBTO Martina Berto Tbk
123 MRAT Mustika Ratu Tbk
124 TCID Mandom Indonesia Tbk
125 UNVR Unilever Indonesia Tbk
126 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
127 KICI Kedawung Indag Can Tbk
128 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk
129 RMBA Bentoel Internasional Investama Tbk
130 MYTX Apac Citra Centertex Tbk
Sumber : www,sahamok,com