Refreshing opioid indah

34
REFRESHING ANESTHESIOLOGY CLERKSHIP PROGRAM JAKARTA ISLAMIC HOSPITAL CEMPAKA PUTIH MUHAMMADIYAH MEDICAL SCHOOL JAKARTA Rahma Ayu Indahati 2008730102

Transcript of Refreshing opioid indah

REFRESHING

ANESTHESIOLOGY CLERKSHIP PROGRAMJAKARTA ISLAMIC HOSPITAL CEMPAKA PUTIHMUHAMMADIYAH MEDICAL SCHOOL JAKARTA

Rahma Ayu Indahati2008730102

ANESTESIA PADA PEMBEDAHAN RAWAT JALAN

Anestesia pada bedah rawat jalan• Day-care anesthesia• Ambulatory anesthesia• One-day care anesthesia• Outpatient anesthesia

Tujuan• Supaya pasien cepat sadar• Bebas dari nyeri• Tidak mual atau muntah• Cepat mobilisasi• Pasien maupun keluarga merasa aman

Seleksi Pasien• Keadaan umum pasien harus sehat dan fit• ASA-1 ATAU ASA-2• Usia >6 bulan dan < 70 tahun

PERSIAPAN:• Tidak perlu pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan radiologis kecuali atas indikasi

• Pemeriksaan penunjang sangat diperhatikan mengenai cost effective-nya

MACAM TINDAKAN BEDAH• Bedah minor yang berlangsung < 60 menit

• Biopsi atau ekstirpasi tumor di permukaan kulit

• Dilatasi-kuretase

Induksi dan rumatan anestesia• Induksi propofol 2-2,5 mg/kgBB i.v. Lebih digemari dibandingkan tiopental 3-7 mg/kgBB i.v. Dengan alasan propofol efek sampingnya minimal dan pulih sadarnya cepat.

• Pada bayi dan anak induksi pilihannya ialah halotan dan sevofluran.

• Rumatan dapat menggunakan inhalasi halotan, enfluran, isofluran, desfluran atau sevofluran.

• Rumatan anestesia i.v. Hanya digunakan propofol 4-12 mg/kgBB/jam dengan bantuan opioid fentanil 1µg/kgBB.

Tatalaksana Jalan napas• Penggunaan sungkup laring makin sering dilakukan.

• Muscle relaxant dapat menjadi pilihan, dan gunakan golongan nondepol kerja singkat misalnya mivakurium atau rokuronium

TATALAKSANA PASCA ANESTESIA

Unit Perawatan Pasca Anestesi• Pengawasan pasien pasca bedah• Petugas mesti tanggap terhadap perubahan dini tanda vital yang membahayakan pasien

• Keadaan yang dapat membahayakan:– Gangguan pernapasan obstruksi, hipoventilasi akibat opioid atau musce relaxant

– Gangguan kardiovaskuler hipertensi, hipotensi

– Gelisah berikan midazolam 0,05-0,1 mg/kgBB

– Nyeri berikan gol. Opioid bolus dan selanjutnya titrasi perinfus

– Mual-muntah berikan droperidol 0,05-0,1 mg/kgBB i.v. atau ondansentron 0,05-0,1 mg/kgBB i.v.

– Menggigil 10-20 mg i.v.

Skor AldreteNilai 2 1 0Aktivitas Dapat

menggerakan eksttremitas

Dapat menggerakkan 2 ekstremitas

Hanya dapat menggerakkan 1 ekstremias

Pernapasan Dapat bernapas dalam dan batuk

Dyspnea, bernapas dangkal dan terbatas

Apnea

Sirkulasi TD ± 20% dari pra anestesi

TD ± 20-50% dari pra anestesi

TD ± 50% dari pra anestesi

Kesadaran Sadar penuh Bangu bila dipanggil

Tidak ada respon

Saturasi 02 ≥92% ≥90% ≤90%Bila skor > 8 noleh pindah ke ruang rawatBila skor ≤ 8 lapor ke Dr. Anestesi

ANALGETIKA NON OPIOID

Analgetika non Opioid• Analgetik yang tidak berikatan dengan reseptor opioid

• Seperti : NSAID (analgetik, antipiretik, antipembekuan darah)

• Tambahan penggunaan obat opioid dosis rendah utuk menghindari efek depresi napas.

• Anti inflamasi, nalgesik, antipiretik dan anti pembekuan darah.

Asam asetil salisilat• Digunaan untuk mengurangi nyeri ringn • Dosis : 250-500mg/8-12 jamIndometasin• Efek antiinflamasi yg kuat• Dosis 25 mg/8-12 jamDiklofenac• Oral : 50-100mg/8-12 jam• Suntikan : 75 mg• Supp : 50-100 mg/12 jamKetorolac• Dosis awal 10-30mg dan dapat diulang 4-6 jam.

• 30 mg ketorolak sifat analgetik sama dg 12 mg morfin dan 100 mg petidin.

Ketoprofen• Oral kapsul/tablet 100-200 mg setiap hari

Piroksikam • Oral kapsul, tablet, Flash, Suppositoria/ampul

10-20 mg)

Meloksikam• Efektifitas sebanding dengan diklovenak atau piroksikam dalam mengurangi nyeri, efek samping minimal.

• Dosis per hari 1 tab 7,5 mg/15 mg.Acetaminofen• Untuk nyeri ringan• Dosis oral 500-1000 mg/4-6 jam• Dosis max 4000mg/hari

Efek samping gol NSAID

• GI : lambung terasa nyeri, perdarahan tukak lambung, ulserasi dan perforasi

• Hipersensitivitas kulit– Ringan : gatal, pruritus, erupsi, urtika

– Berat ; sindrom Steven-Jhonson• Fungsi ginjal : penurunan aliran darah ginjal, laju filtrasi glomerolus, retensi natrium, hiperkalemia, peningkatan ureum, kreatinin, SN

• Fungsi hepar : peningkatan kadar SGOT, SGPT, bilirubin, ikterus hepatoseluler

• Sistem darah : trombositopenia, lekemia, anemia aplastik

• Kardiovaskuler : retensi air edema, hipertensi dan decom cordis

• Respirasi : tonus otot bronkus meningkat asma

• Keamanannya blm terbukti utk bumil, menyusui, proses persalinan, anak kecil dan manula

RISIKO ANESTESIA

FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN

Morbiditas Mortalit

as

“ There are no bad anesthetics, only bad anesthetists “

Akibat salah ventilasi

• Hipoksia, hiperkarbia, hipokarbia, asidosis, alkalosis.

• Untuk mencegah digunakan alat untuk mendeteksi yaitu pulse oxymetry, pengukur volume tidal, kapnograf, stetoskop.

Diakibatkan salah urus ventilasi, salah pilih obat, terapi cairan tidak adekuat, anestesi terlalu dalam.

Posisi kepala lebih rendah dari tungkai (Trendelenburg) atau sebaliknya.

Gangguan jantung, pembuluh darah

Gangguan sistem tubuh lain

• Mual, muntah, hiperperistaltik usus, ileus, gangguan faal hati, trauma pemasangan, laringoskop, pemasangan pipa trakea, kateter.

Medikolegal Non-

Medikolegal

Risiko terhadap anestetis

TERAPI KETERGANTUNGAN OPIOID

Opiad• Obat yang dibuat dari opium, getah (eksudat) dari bunga candu papaver somniferum.

• Opioid ialah semua obat yang dapat berikatan dengan reseptor morfin baik dari bahan sendiri (natural) atau sintetik (buatan).

• Narkotik adalah istilah yang tidak spesifik untuk semua obat yang dapat menyebabkan tidur termasuk obat anestetik

Karakteristik konsumsi opioid

• Locus coeruleus, nucleus accumbens, area tegmental ventralis dan substansia kelabu periaquaduktus kaya akan reseptor dopamin.

Sistem Reward di otak

• Dopamin merupakan sistem neuroendokrin, mediator utama sistem reward.

Dopamin

• Konsumsi opioid dapat meningkatkan kadar dopamin dalam sistem reward

Konsumsi Opioid

Dampak samping ketagihan opioid

Hepatitis

HIV

Endokarditis

Malnutrisi

Gangguan psikis malas belajar, malas bekerja, berbuat kriminal

• Jikalau seseorang yang terbiasa mengkonsumsi opioid kemudian dihentikan secara mendadak.

• Hipertensi, takikardi, takipneu, tremor, mual-muntah, anoreksia, diare, gerakan ekstremitas tak terkoodinir, rinorea, keringatan, lakrimasi, piloereksi, gelisah, menggigil, nyeri otot dan insomnia.

Sindroma putus obat

Terapi ketergantungan opioidTerapi

Ketergantungan

Opioid

Medis

Konvensional

Detoksifikasi

Cepat

Non-Medis

Detoksifikasi opioid cepat dengan anestesia (doca)• Usaha untuk mengusir atau melepaskan opioid yang melekat di reseptor opioid dan mengganti dengan antagonisnya (nalokson atau naltrekson)

Tujuan anestesi umum• Mengurangi atau meniadakan sindroma putus obat yang sangat tidak enak untuk pasien sadar.

Persiapan anestesia

Keadaan Umum

• ASA 1• ASA 2

Laboratorium

• Hb• Leukosit• Waktu Perdarahan

• Waktu Pembekuan

• Urinalisis

• Fungsi hati

• Fungsi ginjal

• EKG

premedikasi• Oral :• Diazepam (valium, stesolid) 2,5 mg• Klonidin (catapres) 75, 150 µg• Ranitidin (ranin, zantac) 75, 150 mg

• Vitamin C (vitacimin) 500 mg

Prainduksi• Midasolam (dormikum) 5 mg IV

• Ondansetron (zofran) 4 mg IV

Induksi• Propofol 1-1,5 mg/kgBB

• Pelumpuh otot• Intubasi trakea

• Pasang sonde lambung

• Pasang kateter urin

Pemeliharaan anestesia• Propofol 4 mg/kg/jam• Lambung dibilas dicuci dengan air mineral melalui sonde

• Lambung sampai bersih (bening), bebas cairan lambung, cairan pankreas, cairan empedu.

• Setelah itu masukkan bubuk naltrekson, bubuk klonidin.

Komplikasi doca

Edema Paru

Gangguan Kardiovaskular

Aspirasi

Kerugian doca

Perlu biaya tinggi

Kasusnya selektif

Standarisasi sulit dibuatMinimnya

literatur Risiko

kematian