RANCANG BANGUN PERINGATAN TEGANGAN DROP PADA SISTEM CATU DAYA TELEKOMUNIKASI BERBASIS MIKROKONTROLER...

14
RANCANG BANGUN PERINGATAN TEGANGAN DROP PADA SISTEM CATU DAYA TELEKOMUNIKASI BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8 Eka Wahyudi 1 , Risa Farrid Christianti 2 , Fardha Bagus Rahendra 3 Program Studi Diploma III Teknik Telekomunikasi, Purwokerto 1,2,3 Sekolah Tinggi Teknik Telematika Telkom Purwokerto Jl. D.I Panjaitan No. 128 Purwokerto, Telp: (0281) 641629 1 [email protected] , 2 [email protected] , 3 [email protected] ABSTRAK Kemajuan teknologi khususnya di bidang telekomunikasi sedang berkembang dengan pesatnya. Teknologi telekomunikasi memberikan banyak manfaat dalam kehidupan manusia sehari-hari. Penjaminan kualitas perlu dilakukan agar dapat memuaskan para pelanggan yang menggunakan jasa telekomunikasi tersebut. Parameter kualitas dari sistem telekomunikasi dapat berupa kehandalan dari jaringan telekomunikasi itu sendiri beserta pendukungnya. Sistem catu daya pada telekomunikasi merupakan salah satu faktor penting terjaganya kualitas jaringan telekomunikasi. Seluruh bagian dari telekomunikasi tentu membutuhkan catu daya untuk dapat beroperasi. Tanpa adanya sistem catu daya yang baik maka sistem telekomunikasi tidak dapat bekerja optimal. Apabila terjadi perubahan kualitas pencatu daya dalam sistem telekomunikasi tentu akan mempengaruhi kinerja dari perangkat-perangkat yang digunakan pada jaringan telekomunikasi tersebut. Oleh karena itu, untuk menjamin kualitas catu daya pada sistem telekomunikasi diperlukan perangkat yang dapat digunakan sebagai sistem yang mampu mendeteksi adanya perubahan sumber tegangan pada catudaya telekomunikasi. Perangkat yang digunakan berupa alat pendeteksi pada saat terjadi tegangan turun dibawah standar. Alat ini menggunakan microcontroller ATMega 8 sebagai pengendali sensor, sensor tegangan sebagai pendeteksi tegangan drop, rangkaian dimmer sebagai pengatur nilai tegangan, LED dan buzzer sebagai penanda pada saat tegangan turun serta LCD 2x16 sebagai penampil nilai tegangan. Kata kunci : ATMega 8, Sensor tegangan, dimmer, LED, Buzzer, LCD 2x16 ABSTRACT The growth of technology, especially in the telecommunications is growing rapidly. Telecommunications technology provides many benefits in people's daily life. Giving a guarantee of quality needs to be done in order to satisfy the customers who use the telecommunications services. Quality parameters of the telecommunications system can be reliability of the telecommunications network itself and part of proponent. Power supply systems in telecommunications is one of the important factors of preservation quality of telecommunication networks. All parts of the telecommunications need a power supply to operate. Without a good system of the power supply of telecommunication systems can not work optimally.If there any change in quality of power supply in telecommunication system will affect the performance of the devices used in the telecommunication networks. Therefore, to ensure the quality of power supply in telecommunications system needed a device that can be used as a system that capable of detecting a change of voltage source in the telecom power supply. The device is a detector device when voltage drops below the standard. This device use ATMega 8 microcontroller as a censor control, voltage censor for detecting a voltage drop, dimmer circuit for voltage regulator, LEDs and buzzer as the marker when the voltage drops and a 2x16 LCD display of voltage value. Keywords : ATMega 8 Microcontroler, voltage censor, dimmer, LED, Buzzer, LCD 2x16

Transcript of RANCANG BANGUN PERINGATAN TEGANGAN DROP PADA SISTEM CATU DAYA TELEKOMUNIKASI BERBASIS MIKROKONTROLER...

RANCANG BANGUN PERINGATAN TEGANGAN DROP PADA SISTEM CATU

DAYA TELEKOMUNIKASI BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8

Eka Wahyudi1, Risa Farrid Christianti

2, Fardha Bagus Rahendra

3

Program Studi Diploma III Teknik Telekomunikasi, Purwokerto 1,2,3

Sekolah Tinggi Teknik Telematika Telkom Purwokerto

Jl. D.I Panjaitan No. 128 Purwokerto, Telp: (0281) 641629 [email protected],

[email protected],

[email protected]

ABSTRAK

Kemajuan teknologi khususnya di bidang telekomunikasi sedang berkembang dengan pesatnya.

Teknologi telekomunikasi memberikan banyak manfaat dalam kehidupan manusia sehari-hari. Penjaminan

kualitas perlu dilakukan agar dapat memuaskan para pelanggan yang menggunakan jasa telekomunikasi

tersebut. Parameter kualitas dari sistem telekomunikasi dapat berupa kehandalan dari jaringan telekomunikasi

itu sendiri beserta pendukungnya. Sistem catu daya pada telekomunikasi merupakan salah satu faktor penting

terjaganya kualitas jaringan telekomunikasi. Seluruh bagian dari telekomunikasi tentu membutuhkan catu

daya untuk dapat beroperasi. Tanpa adanya sistem catu daya yang baik maka sistem telekomunikasi tidak

dapat bekerja optimal. Apabila terjadi perubahan kualitas pencatu daya dalam sistem telekomunikasi tentu

akan mempengaruhi kinerja dari perangkat-perangkat yang digunakan pada jaringan telekomunikasi tersebut.

Oleh karena itu, untuk menjamin kualitas catu daya pada sistem telekomunikasi diperlukan perangkat yang

dapat digunakan sebagai sistem yang mampu mendeteksi adanya perubahan sumber tegangan pada catudaya

telekomunikasi. Perangkat yang digunakan berupa alat pendeteksi pada saat terjadi tegangan turun dibawah

standar. Alat ini menggunakan microcontroller ATMega 8 sebagai pengendali sensor, sensor tegangan

sebagai pendeteksi tegangan drop, rangkaian dimmer sebagai pengatur nilai tegangan, LED dan buzzer

sebagai penanda pada saat tegangan turun serta LCD 2x16 sebagai penampil nilai tegangan.

Kata kunci : ATMega 8, Sensor tegangan, dimmer, LED, Buzzer, LCD 2x16

ABSTRACT

The growth of technology, especially in the telecommunications is growing rapidly.

Telecommunications technology provides many benefits in people's daily life. Giving a guarantee of quality

needs to be done in order to satisfy the customers who use the telecommunications services. Quality

parameters of the telecommunications system can be reliability of the telecommunications network itself and

part of proponent. Power supply systems in telecommunications is one of the important factors of

preservation quality of telecommunication networks. All parts of the telecommunications need a power

supply to operate. Without a good system of the power supply of telecommunication systems can not work

optimally.If there any change in quality of power supply in telecommunication system will affect the

performance of the devices used in the telecommunication networks. Therefore, to ensure the quality of

power supply in telecommunications system needed a device that can be used as a system that capable of

detecting a change of voltage source in the telecom power supply. The device is a detector device when

voltage drops below the standard. This device use ATMega 8 microcontroller as a censor control, voltage

censor for detecting a voltage drop, dimmer circuit for voltage regulator, LEDs and buzzer as the marker

when the voltage drops and a 2x16 LCD display of voltage value.

Keywords : ATMega 8 Microcontroler, voltage censor, dimmer, LED, Buzzer, LCD 2x16

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini kemajuan teknologi

khususnya di bidang telekomunikasi sedang

berkembang dengan pesatnya. Seiring

dengan perkembangan tersebut, teknologi

telekomunikasi memberikan banyak

manfaat dalam kehidupan manusia sehari-

hari. Terlihat dengan banyaknya perangkat

canggih serta modern yang digunakan

untuk mempermudah kegiatan manusia

misalnya dalam berkomunikasi.

Dengan semakin dibutuhkannya

telekomunikasi oleh masyarakat luas, hal

ini tentu saja membuat pihak penyedia jasa

layanan telekomunikasi harus dapat

memberikan pelayanan yang terbaik untuk

semua kalangan. Penjaminan kualitas perlu

dilakukan agar dapat memuaskan para

pelanggan yang menggunakan jasa

telekomunikasi tersebut. Agar dapat

menjamin kualitas tersebut tentu

dibutuhkan juga sistem telekomunikasi

yang berkualitas. Parameter kualitas dari

sistem telekomunikasi dapat berupa

kehandalan dari jaringan telekomunikasi itu

sendiri beserta pendukungnya. Sistem catu

daya pada telekomunikasi merupakan salah

satu faktor pendukung penting terjaganya

kualitas jaringan telekomunikasi. Seluruh

bagian dari telekomunikasi tentu

membutuhkan catu daya untuk dapat

beroperasi. Tanpa adanya sistem catu daya

yang baik maka sistem telekomunikasi

tidak dapat bekerja optimal. Apabila terjadi

perubahan kualitas pencatu daya dalam

sistem telekomunikasi tentu akan

mempengaruhi kinerja dari perangkat-

perangkat yang digunakan pada jaringan

telekomunikasi tersebut.

Microcontroller merupakan salah

satu perangkat yang banyak digunakan

untuk berbagai kebutuhan berbasis

Information and Technology (IT) dan saat

ini sedang berkembang dengan pesatnya.

Mikrokontroler dapat digunakan untuk

berbagai hal misalnya sebagai pengendali

suatu sistem perangkat atau juga sebagai

sensor. Dalam hal ini mikrokontroler

digunakan sebagai sensor apabila tegangan

dari suatu sistem catu daya mengalami

penurunan (drop). Padahal dengan adanya

penurunan tegangan tersebut dapat

mempengaruhi kinerja dari suatu sistem

begitu juga pada sistem telekomunikasi.

Sumber energi dari catu daya, dalam

hal ini berupa tegangan yang disuplai dari

Perum Listrik Negara (PLN) yang sering

tidak stabil. Hal ini terlihat seperti suatu

kejadian yang wajar. Namun hal tersebut

dapat menjadi merugikan apabila saat

penurunan (drop) tegangan tersebut

menggangu kinerja dari sistem

telekomunikasi. Pada saat sistem

telekomunikasi tentu saja menggunakan

berbagai perangkat elektronik yang

mendukung kinerja sistem tersebut. Dan

diantara banyak perangkat tersebut, tentu

ada perangkat yang sensitif apabila terjadi

penurunan tegangan PLN. Pihak penyedia

energi dalam hal ini PLN, tidak dapat

memberikan informasi kapan terjadinya

penurunan tegangan tersebut dan PLN tidak

dapat menjamin kualitas dari tegangan agar

selalu baik pada saat digunakan. Saat

penurunan tegangan PLN, perangkat-

perangkat yang sensitif terhadap penurunan

tegangan akan kurang maksimal pada saat

bekerja. Selain itu, apabila perangkat

dipaksakan untuk bekerja di bawah level

tegangan yang biasa digunakan maka hal

tersebut dapat merusak perangkat secara

perlahan

Oleh sebab itu penulis mencoba

merancang sebuah perangkat yang mampu

mempermudah dalam mendeteksi saat

tegangan PLN turun. Prinsip kerja

perangkat ini yaitu ketika tegangan sumber

dari PLN turun maka alat ini akan

mengirimkan peringatan berupa suara,

sehingga dapat dilakukan antisipasi

kerusakan perangkat telekomunikasi dan

kemudian pihak penyedia jasa

telekomunikasi dapat menggunakan sumber

tenaga cadangan (back up) agar perangkat

dapat tetap bekerja secara optimal.

Perancangan dan pembuatan alat ini

menggunakan mikrokontroler Atmega 8

yang difungsikan sebagai perangkat

penunjuk level tegangan dan pemberi

peringatan pada saat tegangan sumber dari

PLN turun. Komponen lain yang digunakan

yaitu Liquid Crystal Display (LCD), buzzer

dan Light Emitting Diode (LED). ATMega

8 akan memproses data logika kemudian

data berupa nilai tegangan yang terukur

akan ditampilkan pada LCD. Apabila

terjadi penurunan level tegangan pada

sistem telekomunikasi maka LED warna

merah akan menyala dan buzzer akan

mengeluarkan bunyi peringatan sehingga

dapat dilakukan pencegahan untuk menjaga

agar sistem telekomunikasi tetap dapat

berjalan misalnya dengan menggunakan

sumber catu daya lain untuk sistem

tersebut.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, maka

dapat diketahui permasalahan yang dapat

dikaji lebih lanjut adalah bagaimana

merancang aplikasi sebagai sistem alarm

yang digunakan untuk peringatan saat

tegangan catu daya PLN turun dibawah

level 180Volt dengan berbasis

mikrokontroler Atmega 8.

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan dan manfaat yang hendak

dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini

adalah :

1. Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini

adalah merancang dan membuat

aplikasi alarm sebagai sistem

peringatan pada saat tegangan sumber

PLN turun dengan berbasis

mikrokontroler Atmega 8.

2. Manfaat yang diharap oleh penulis

dalam penulisan Tugas Akhir ini

adalah dapat membantu sebagai sistem

peringatan pada saat tegangan catu

daya yang bersumber dari PLN

mengalami penurunan.

1.4. BATASAN MASALAH

Dalam perancangan Tugas Akhir ini,

agar pembahasan alat ini tidak terlalu luas

maka batasan masalah yang dipakai

penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini

adalah sebagai berikut :

1. Mikrokontroler yang digunakan adalah

Atmega 8. Tinjauan yang akan dibahas

dalam Tugas Akhir ini yaitu mengenai

prinsip kerja mikrokontroler Atmega 8.

2. Bahasa pemrograman yang digunakan

adalah bahasa C, dengan software

Arduino.

3. Output dari alat menggunakan LCD

sebagai penampil nilai tegangan yang

terukur.

4. Range tegangan AC yang digunakan

pada level normal berkisar 180-220 V.

5. Menggunakan LDR sebagai sensor

tegangan.

6. Tenaga cadangan tidak dibuat, hanya

dibatasi pada sistem alat.

7. Hanya membahas tegangan catu daya

pada sistem telekomunikasi yang dapat

terpengaruh oleh penurunan tegangan

sumber.

8. Menggunakan buzzer sebagai sistem

peringatan penurunan tegangan.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang digunakan dalam

perancangan dan pebuatan Tugas Akhir ini

adalah:

2.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang

digunakan yaitu metode rekayasa

perangkat. Tujuan dari penggunaan

metode ini adalah untuk dapat

merancang dan membuat alat yang

berfungsi sebagai sistem peringatan

pada saat tegangan sumber PLN turun

dengan berbasis mikrokontroler

Atmega 8 dan menggunakan buzzer

untuk memberi peringatan bahwa

tegangan mengalami penurunan.

2.2 Metode Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data-data yang

diperlukan guna mendukung

pembuatan Tugas Akhir ini, penulis

mencari serta mengumpulkan bahan-

bahan dari berbagai literature yang

berkaitan dengan aplikasi

mikrokontroler Atmega 8, LDR,

buzzer, LCD, serta sistem kelistrikan.

2.3 Metode Pengujian

Dalam pengujian, hal-hal yang

dilakukan adalah mengamati berapa

lama waktu yang digunakan untuk

memberikan informasi tegangan listrik

PLN yang turun dan menguji tiap blok

rangkaian mulai dari tegangan catu

daya PLN yang masuk melalui trafo.

Menguji aplikasi alat telah berfungsi

dengan baik.

2.4 Rencana Kerja

Rencana Kerja Perancangan

aplikasi sebagai sistem peringatan pada

saat tegangan catu daya PLN turun

berbasis mikrokontroler ATMega 8,

digambarkan pada gambar 1

Mulai

Perencanaan

Pengumpulan data

A

Perancangan Alat

Persiapan Peralatan dan

Komponen

A

Pembuatan Alat

Pengujian Alat

Apakah terdapat

Kesalahan ?Perbaikan Kesalahan

Selesai

YA

TIDAK

Gambar 1. Flowchart Rencana Kerja

2.5 Instrument Penelitian

Pada proses pembuatan

peringatan tegangan drop ini meliputi 2

jenis perangkat yaitu perangkat keras

(hardware) dan perangkat lunak

(software).

a. Perangkat Keras (Hardware)

Komponen yang berbentuk

perangkat keras berupa rangkaian

elektronika. Pada sistem yang

dibuat perangkat keras tersebut

terdiri dari perancangan pengatur

tegangan (dimmer) beserta sensor

tegangan Light Dependent

Resistor (LDR), perancangan

sistem minimum ATMega 8,

perancangan Light Emitting Diode

(LED), perancangan buzzer,

perancangan LCD 2x16,

perancangan catu daya.

b. Perangkat Lunak

Merupakan perangkat

pemrograman yang digunakan

agar sistem dapat bekerja meliputi

penulisan program Arduino.

2.6 Parameter Yang Diamati

Parameter yang diamati adalah

alat berfungsi sebagai peringatan

tegangan drop pada sistem catu daya

telekomunikasi, dimana jika terjadi

penurunan level tegangan maka akan

memberikan peringatan berupa bunyi.

3. DASAR TEORI

3.1 Sistem Telekomunikasi

Sistem Telekomunikasi berasal dari

dua kata penting yaitu SISTEM dan

TELEKOMUNIKASI. Kata sistem dapat

diartikan sebagai sebuah kesatuan yang

terdiri atas input, proses dan output.

Sedangkan kata Telekomunikasi dapat

diuraikan menjadi Tele dan Komunikasi.

Tele berarti jauh dan Komunikasi berarti

percakapan antara 2 orang atau lebih.

Jadi bila diartikan secara keseluruhan

maka Sistem Telekomunikasi berarti

sebuah sistem (terdiri dari input, proses

dan output) yang diaplikasikan untuk

melayani percakapan jarak jauh.

Tujuan dari sistem telekomunikasi

adalah menyampaikan informasi dari

suatu lokasi ke lokasi lainnya. Dalam

implementasinya dalam kehidupan

manusia, telekomunikasi sudah sejak

lama dipakai sebagai sebuah kebutuhan

hidup manusia. Sebagai makhluk sosial,

kebutuhan manusia untuk berinteraksi

dengan sesamanya di jaman global

seperti sekarang ini dapat dikatakan

terkadang melebihi kebutuhan primer

yang lain.

Dalam sejarah tercatat, bentuk

komunikasi manusia yang paling

sederhana pada jaman purba adalah

dengan menggunakan asap yang

menandakan ada suatu kejadian tertentu

di daerah tersebut. Bentuk komunikasi

yang sederhana ini kemudian

berkembang seiring dengan

perkembangan peradaban manusisa saat

itu. Dilanjutkan dengan komunikasi jarak

jauh menggunakan bunyi-bunyian

tertentu yang menandakan suatu

kabar/keadaan tertentu dari manusia

pengirimnya sampai dengan

ditemukanya teknologi transmisi

menggunakan kabel sebagai media

transmisinya. Teknologi ini berkembang

sampai dengan mengganti media

transmisi menjadi gelombang radio,

kabel serat optis, ataupun menempatkan

suatu repeater di ruang angkasa (satelit).

3.2 Komponen Sistem Telekomunikasi

Bagian-bagian dari sistem telekomunikasi

adalah:

Terminal

Switching

Transmisi

Catu Daya

Hubungan antara masing-masing

subsistem tersebut dapat dilihat melalui

gambar 2.

TERMINAL SWITCHING TERMINAL

TRANSMISI TRANSMISI

CATUDAYA

Gambar 2. Blok diagram kaitan sub sistem

dalam Telekomunikasi

Gambar diatas memperlihatkan

bahwa masing-masing sub sistem tidaklah

berjalan sendiri-sendiri terlepas dari sub

sistem lainnya, namun mereka masing-

masing sebenarnya sudah dapat beroperasi.

Namun untuk mencapai tujuan yaitu

memberikan sesuatu yang berarti dan

bermanfaat dalam menghasilkan jasa

telekomunikasi yang utuh, maka masing-

masing sub sistem harus saling mendukung

dan tidak mungkin dipisah-pisah.

Bagian terminal akan mempunyai

daya guna bila tersambung dengan

switching. Untuk menyambungkan

terminal dengan switching ini diperlukan

media transmisi (penyalur). Dan yang

tidak boleh terlewatkan dalam mekanisme

semua sub sistem itu adalah sumber catuan

listrik (catu daya), yang memungkinkan

untuk beroperasi semua komponen (sub

sistem) tersebut sebagai perangkat

elektronik (yang bekerja dengan arus

listrik). Bila sumber catuan listrik ini

misalnya mati atau tidak ada, maka

keseluruhan sistem tidak akan dapat

bekerja dalam menghasilkan jasa

telekomunikasi[1]

.

3.3 Pengertian Catu daya[2]

Istilah catu daya merupakan terjemah

dari power supply. Dimaksudkan untuk

memberikan catuan listrik kepada

perangkat-perangkat (equipment)

telekomunikasi. Catu daya merupakan

salah satu sub sistem dalam telekomunikasi

yang memegang peranan teramat penting

dan mutlak harus tersedia, karena setiap

perangkat telekomunikasi terutama

perangkat yang menggunakan komponen

elektronik sangat memerlukan catuan

listrik.

Untuk dapat beroperasinya suatu

perangkat, listrik merupakan sarana pokok

yang sangat penting dalam sistem

telekomunikasi tersebut. Sebagai jantung

bagi berkerjanya perangkat telekomunikasi,

bila catu daya terputus atau terganggu akan

mengakibatkan semua komponen

perangkat yang ada tidak dapat beroperasi.

Sehingga beratus-ratus bahkan beribu-ribu

informasi penting tidak dapat dikirim dan

diterima dari jarak jauh. Setiap perangkat

telekomunikasi seperti terminal, sentral

telepon, sarana transmisi pemancar

(transmitter), penerima (receiver) dan

sebagainya memerlukan catu daya. Bila

catu daya tidak bekerja (terputus atau mati)

maka sistem perangkat yang dicatu tidak

akan bekerja optimal sebagai alat

telekomunikasi. Oleh karena itu, sub sistem

catu daya ini harus selalu dipelihara,

dirawat secermat mungkin agar pelayanan

jasa telekomunikasi yang diberikan kepada

masyarakat dapat optimal.

3.4 MIKROKONTROLER ATMEGA 8[3]

Mikrokontroler Alf And Vegard’s

Risc Processor (AVR) merupakan salah

satu jenis mikrokontroler yang didalamnya

terdapat berbagai macam fungsi.

Mikrokontroler ATmega 8 ini diproduksi

oleh ATMEL, ATMEL merupakan salah

satu vendor dibagian bidang mikro

elektronika yang telah mengembangkan

seri AVR sekitar tahun 1997. Untuk

sekarang ini mikrokontroler jenis AVR

merupakan prosesor paling banyak

digunakan dalam membuat aplikasi

sistem kendali bidang instrumentasi,

dibandingkan dengan mikrokontroler

keluarga MCS51 seperti AT 89C51/52.

Secara teknis hanya ada 2 jenis

mikrokontroler yaitu RISC dan CISC dan

masing-masing mempunyai keluarga

sendiri-sendiri. RISC singkatan dari

Reduced Instruction Set Computer instruksi

terbatas tapi memiliki fasilitas yang lebih

banyak. Sedangkan CISC merupakan

singkatan dari Complex Instruction Set

Computer, instruksi bisa dikatakan lebih

lengkap tapi dengan fasilitas secukupnya.

Bentuk fis ik dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Bentuk Fisik ATMega 8

[3]

ATMega 8 memiliki 28 pin, yang

masing-masing pin nya memiliki fungsi

yang berbeda-beda. Pada Gambar 4

merupakan pin ATMega 8.

Gambar 4 Konfigurasi pin ATMega 8

[3]

3.5 Pengatur tegangan (dimmer) Rangkaian pengatur tegangan ini

berupa dimmer yang berfungsi untuk

mengatur nilai tegangan yang diinginkan,

selain itu dimmer digunakan untuk

mengatur tingkat intensitas cahaya LED

yang dihubungkan dengan sensor LDR

(Light Dependent Resistor). Rangkaian

dimmer ini menggunakan komponen utama

berupa TRIAC, DIAC dan variabel resistor

berupa potensiometer.

Rangkaian dimmer dapat digunakan

untuk tegangan listrik PLN 220VAC.

Untuk mengatur nilai tegangan dan terang

redupnya intensitas pancaran cahaya LED

dapat dilakukan dengan mengatur tuas

potensiometer. Pada prinsipnya rangakaian

dimmer ini mengatur tegangan yang

diberikan untuk menyalakan LED

menggunakan TRIAC sebagai komponen

utama. Semakin besar tegangan gate

TRIAC maka semakin kuat intensitas

cahaya yang dihasilkan. Pengaturan

tegangan bias TRIAC dikendalikan oleh

potensiometer.

3.6 Light Dependent Resistor (LDR)[4]

Light Dependent Resistor atau yang

biasa disebut LDR adalah jenis resistor

yang nilainya berubah seiring intensitas

cahaya yang diterima oleh komponen

tersebut. Biasa digunakan sebagai detektor

cahaya atau pengukur besaran konversi

cahaya. Light Dependent Resistor, terdiri

dari sebuah cakram semikonduktor yang

mempunyai dua buah elektroda pada

permukaannya. Pada saat gelap atau cahaya

redup, bahan dari cakram tersebut

menghasilkan elektron bebas dengan

jumlah yang relatif kecil. Sehingga hanya

ada sedikit elektron untuk mengangkut

muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya

redup LDR menjadi konduktor yang buruk,

atau bisa disebut juga LDR memiliki

resistansi yang besar pada saat gelap atau

cahaya redup. Pada saat cahaya terang, ada

lebih banyak elektron yang lepas dari atom

bahan semikonduktor tersebut. Sehingga

akan ada lebih banyak elektron untuk

mengangkut muatan elektrik. Artinya pada

saat cahaya terang LDR menjadi konduktor

yang baik, atau bisa disebut juga LDR

memiliki resistansi yang kecil pada saat

cahaya terang.

Gambar 5 Simbol dan Bentuk Fisik LDR

3.7 Light Emitting Diode[5]

Light Emitting Diode atau dioda

pemancar cahaya merupakan sebuah jenis

dioda yang dapat memancarkan cahaya

apabila diberikan tegangan.

LED ini banyak digunakan karena

konsumsi daya yang dibutuhkan tidak

terlalu besar yaitu tegangan sebesar 3 volt

(normalitasnya) dengan arus 10-150 mA.

Gambar 6. Bentuk Fisik dan simbol LED

Gambar 6 merupakan bentuk fisik

dan simbol LED. Kecemerlangan LED

tergantung dari arusnya. Untuk

mengendalikan kecemerlangan terdapat dua

cara, yaitu pertama dengan menjalankan

LED dengan sumber arus. Selain

menjalankan dengan sumber arus, cara yang

berikutnya yaitu tegangan catu yang besar

dan resistansi seri yang besar.

3.8 Liquid Crystal Display (LCD) 2x16 Penggunaan LCD akan

mempermudah menampilkan hasil dari

perancangan yang telah dilakukan, yaitu

menampilkan nilai tegangan 1 fasa yang

masuk ke dalam sistem. Untuk

perancangan peringatan tegangan drop ini

dengan menggunakan LCD 2x16 dengan

baris dan kolom-nya digunakan untuk

menampilkan nilai tegangan yang masuk

beserta statusnya. Gambar 7 merupakan

bentuk fisik dari LCD 16x2.

Gambar 7 Bentuk Fisik LCD 2x16

Setting contrast dapat langsung dilakukan

pada hardware karena contrast tidak

dikelola oleh program yang dipergunakan

untuk menjalankan prototipe ini. Sehingga

jika tampilan pada LCD tidak terang maka

dapat dilakukan Setting contrast sampai

kepada kondisi yang diinginkan langsung

pada hardware. Kondisi ini akan sangat

memermudah perancangan tampilan pada

LCD menjadi redup.[6]

3.9 Buzzer[8]

Buzzer adalah perangkat elektronika

yang terbuat dari elemen piezoceramics

pada suatu diafragma yang mengubah

getaran/vibrasi menjadi gelombang suara.

Buzzer menggunakan resonansi untuk

memperkuat intensitas suara. Oleh karena

itu buzzer banyak digunakan sebagai alarm

peringatan karena suara yang di

keluarkannya sangatlah terdengar bising

ditelinga. Untuk tegangan yang digunakan

pada buzzer sebsear antara 5V sampai

dengan 12V dan arus sebesar 25 mA.

Gambar 8 Bentuk Fisik Buzzer

3.10 Catu daya 12V Bagian terpenting pada sebuah

rangkaian elektronika adalah Catu daya,

karena catu daya merupakan sumber energi

dari sebuah rangkaian. Terdapat dua buah

sumber tegangan yaitu DC (Direct

Current) dan AC (Alternating Current).

Sedangkan dalam kebiasaan sehari-hari

banyak menggunakan arus AC, maka dari

itu diperlukan power supply untuk dapat

mengubah sumber tegangan AC menjadi

DC. Power supply sendiri merupakan

kumpulan dari beberapa perangkat

elektronika diantarnya ialah trafo,

penyearah (rectifier), filter dan regulator.

Power supply memperoleh sumber

tegangan dari PLN sebesar 220 VAC yang

kemudian diturunkan menjadi 12 VAC

dengan menggunakan trafo step down.

Tegangan 12 VAC lalu disearahkan dengan

menggunakan dioda bridge sehinggga

menghasilkan tegangan DC keluaran dari

diode bridge ini masuk ke dalam IC

regulator yang berfungsi untuk

menstabilkan tegangan. IC regulator yang

digunakan adalah 7805 yang menghasilkan

keluaran sebesar +5 volt. Disini penulis

tidak membuat catu daya tersebut

melainkan membeli yang disesuaikan

dengan keperluan yang ada yaitu berupa

adaptor dengan input AC 220v/240v dan

output DC 3v-12v 1200mA yang

dihubungkan dengan stop Kontak

Gambar 9 Blok Diagram Rangkaian Catu daya

3.11 Bahasa Pemograman C[9]

Bahasa C merupakan hasil dari

perkembangan bahasa sebelumnya oleh

Dennis Ricthie sekitar tahun 1970-an di

Bell Telephone Laboratories Inc. Bahasa C

pertama digunakan di komputer Digital

Equipment Corporation PDP-11 yang

menggunakan sistem operasi UNIX.

C adalah bahasa program yang

ssandar, artinya suatu program yang ditulis

dengan versi bahasa C tertentu akan dapat

dikompilasi dengan versi bahasa C yang

lain dengan sedikit modifikasi. Standar

bahasa C yang asli adalah standar dari

UNIX. Patokan dari standar UNIX ini

diambil dari buku yang ditulis oleh Brian

Kerninghan dan Dennis Ritchie berjudul

“The C Programming Language”,

diterbitkan oleh prentice hall tahun 1978.

Deskripsi C dari Kerninghan dan Ritchie

ini kemudian dikenal secara umum sebagai

“K&R C”.

Main()

{

//Statment;

Fungsi lain()

//Statement;

}

Fungsi Utama

Fungsi Lain yang ditulis

oleh pemrograman

komputer

3.12 Arduino[10]

Arduino adalah kit elektronik atau

papan rangkaian elektronik open

source yang di dalamnya terdapat

komponen utama yaitu sebuah chip

mikrokontroler dengan jenis AVR dari

perusahaan Atmel. Mikrokontroler itu

sendiri adalah chip atau IC (integrated

circuit) yang bisa diprogram menggunakan

komputer.

Tujuan menanamkan program pada

mikrokontroler adalah agar rangkaian

elektronik dapat membaca input,

memproses input tersebut dan kemudian

menghasilkan output sesuai yang

diinginkan. Jadi mikrokontroler bertugas

sebagai „otak‟ yang mengendalikan input,

proses dan output sebuah rangkaian

elektronik. Bahasa pemrograman Arduino

adalah bahasa C. Tetapi bahasa ini sudah

dipermudah menggunakan fungsi-fungsi

yang sederhana sehingga pemula pun bisa

mempelajarinya dengan cukup mudah.

Pada Gambar 10 merupakan tampilan IDE

arduino.

Gambar 10 Tampilan IDE Arduino

4. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN

SISTEM

Perancangan peringatan tegangan drop

pada sistem catu daya telekomunikasi

berbasis ATMega 8 jika diimplementasikan

bertujuan untuk meminimalisasi

kemungkinan kerusakan pada perangkat

telekomunikasi yang dapat terjadi apabila

perangkat telekomunikasi tersebut bekerja

pada level tegangan di bawah standar. Pada

gambar 11 merupakan blok diagram

peringatan tegangan drop pada sistem catu

daya telekomunikasi.

SENSOR

TEGANGAN

LDR

MIKROKONTROLER

ATMEGA 8

LCD

2x16

LED

BUZZER

PROSES

SUMBER

TEGANGAN

CATUDAYA

12 VOLT

PENGATUR

TEGANGAN

(DIMMER)

LAMPU

PIJAR 7,5

WATT

Gambar 11 Blok Diagram Peringatan

Tegangan Drop pada Sistem Catu daya

Telekomunikasi

Berdasarkan gambar 11 merupakan

blok diagram peringatan tegangan drop

pada sistem catu daya telekomunikasi.

Pada blok diagram terdiri dari input,

proses, dan output. Untuk rangkaian

input, dapat dilihat pada blok diagram

terdiri dari sumber tegangan, pengatur

tegangan (dimmer), sensor tegangan.

Untuk sumber tegangan menggunakan

tegangan 1 fasa dengan range tegangan

yang digunakan antara 180-220V.

Pengatur tegangan (dimmer) digunakan

untuk mendapatkan nilai tegangan yang

diinginkan. Sedangkan untuk sensor

tegangan Light Dependent Resistor

(LDR) yang berfungsi untuk mendeteksi

apabila terjadi penurunan tegangan yang

terjadi.

Untuk rangkaian proses

menggunakan Mikrokontroler yang

berfungsi sebagai pemroses dan

pengendali seluruh sistem. Dalam hal ini

menggunakan Mikrokontroler ATMega

8 sebagai bagian kontrol dari sistem.

Sebelum proses penginputan yang

dilakukan oleh sensor tegangan, perintah

untuk melakukan scanning diperintah

oleh mikrokontroler yang mengirimkan

suatu isyarat ke bagian sensor untuk

melakukan pengecekan nilai tegangan

yang masuk ke dalam sistem. Setelah

pengecekan selesai maka sensor akan

mengirimkan data nilai tegangan ke

bagian kontrol untuk diproses lebih

lanjut.

Untuk rangkaian output-nya

menggunakan LED, buzzer, dan LCD.

LED digunakan sebagai indikator pada

saat nilai tegangan normal atau drop.

Untuk buzzer digunakan sebagai pemberi

peringatan pada saat terjadi drop

tegangan. Peringatan yang diberikan oleh

buzzer berupa suara atau bunyi.

Sedangkan bagian LCD akan

menampilkan nilai tegangan yang masuk

dan terukur pada sistem serta

menampilkan status pada saat nilai

tegangan normal atau drop.

Pada gambar 1 merupakan

rangkaian keseluruhan prototype

adaptive traffic light.

Gambar 12 Rangkaian Keseluruhan

Peringatan Tegangan Drop

4.1 Perancangan Perangkat Keras

Perancangan pengatur tegangan

(dimmer) beserta sensor Light Dependent

Resistor (LDR), perancangan sistem

minimum ATMega 8, perancangan Light

Emitting Diode (LED), perancangan

buzzer, perancangan LCD 2x1 dan

perancangan catu daya.

4.2 Perancangan Perangkat Lunak

Proses perancangan perangkat lunak

digambarkan dengan flowchart pada

Gambar 13.

INISIALISASI

PORT

MULAI

SELESAI

APAKAH NILAI

TEGANGAN NORMAL?

TIDAK

LED HIJAU MENYALA

BUZZER TIDAK AKTIF

TAMPILKAN NILAI

TEGANGAN DI LCD

APAKAH NILAI

TEGANGAN DROP?

TAMPILKAN NILAI

TEGANGAN DI LCD

YA

MIKROKONTROLER AMBIL

DATA DARI

PENDETEKSIAN SENSOR

LDR

LED MERAH MENYALA

BUZZER AKTIF

YA

TEGANGAN DROPTEGANGAN NORMAL

Gambar 13 Flowchart Pembuatan Program

Perancangan perangkat lunak

menggunakan software Arduino yang

digunakan untuk menulis program untuk

mikrokontroler. Pada Gambar 14

merupakan tampilan arduino.

Gambar 14 Tampilan Software Arduino

Pada peringatan tegangan drop pada

sistem catu daya telekomunikasi ini

meliputi perancangan program inisialisasi

dan program utama. Pada program

inisialisasi meliputi perancangan program

insialisasi port I/O yang akan digunakan

agar dapat bekerja dan dikendalikan oleh

mikrokontroler ATMega 8. Sedangkan

untuk program utama meliputi

perancangan program untuk menentukan

nilai tegangan drop atau normal, instruksi

yang akan dikirimkan ke bagian output

seperti buzzer dan LED serta menampilkan

status dari tegangan tersebut pada LCD.

5. PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL

5.1 Pengujian Blok Rangkaian

a) Pengujian Rangkaian Catu Daya Catu daya yang digunakan pada

tugas akhir ini menggunakan tegangan

sumber tegangan AC 220 volt dari

PLN yang kemudian dirubah menjadi

tegangan DC menggunakan adaptor

DC power supply yang dapat

menghasilkan tegangan DC sebesar 9

volt. Untuk mensuplay tegangan TTL

pada mikrokontroler dan komponen

lainnya diperlukan tegangan sebesar 5

Volt, oleh sebab itu digunkan

rangkaian IC Regulator LM 7805

untuk menstabilkan tegangan menjadi

5 Volt. Tegangan keluaran sebesar 5

volt berlaku untuk semua

mikrokontroler yang dipakai pada alat

ini. Pengujian rangkaian catu daya

dilakukan dengan mengukur keluaran

dari catu daya yang dihasilkan dari

adapter DC dengan menggunakan

multimeter digital.. Pada tabel 1

merupakan hasil dari pengujian

rangkaian catu daya.

Tabel 1 Pengujian Rangkaian Catu Daya

Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa dalam

pengujian catu daya terhadap perhitugan

yang dilakukan dengan hasil pengukuran

yang telah dilakukan untuk tegangan DC

terjadi selisih error sebesar 1,62 menurut

pengukuran tegangan yang didapat adalah

sebesar 13,62 Volt sedangkan menurut

teori adalah 12 Volt. Tegangan DC

tersebut kemudian dipakai untuk input

regulator IC LM7805 dimana hasil tersebut

masih dalam batas yang diijinkan sehingga

tegangan ini tidak teralu berpengaruh

dengan kinerja alat.

Tegangan output dari LM7805 yang

dihasilkan menurut tabel diatas dilihat dari

hasil perhiungan sebesar 5 Volt sedangkan

menurut hasil pengukuran didapatkan hasil

sebesar 4,93 Volt sehingga terjadi error

sebesar 0,07. Nilai error tersebut masih

berada pada range yang diijinkan karena

tegangan output dari LM7805 berfungsi

sebagai tegangan input atau tegangan kerja

dari mikrokontroler ATMega 8, dimana

menurut datasheet ATMega 8 bekerja pada

tegangan berkisar antara 4,5 Volt – 5,5

Volt, sedangkan untuk tegangan output

LM7805 menurut datasheet berada pada

range 4,85 Volt – 5,15 Volt. Sehingga

tegangan output LM7805 sebesar 4,93

Volt masih berada pada range tegangan

mikrokontroler ATMega 8 dan selisih nilai

error tersebut tidak memberikan banyak

efek pada rangkaian.

b) Pengujian Mikrokontroler ATMega 8 Pengujian dilakukan pada bagian

tegangan input yaitu pada pin 7 dan

ground mikrokontroler ATMega 8 dapat

bekerja dengan baik atau tidak. Tegangan

mikrokontroler ATMega 8 bekerja pada

range 4,5 Volt – 5,5 Volt.

Gambar 15 Pengukuran mikrokontroler

ATMega 8

Dari hasil pengukuran tegangan input

ATMega 8 berdasarkan gambar tersebut

diperoleh sebesar 4,85 Volt. Dari hasil

pengujian dan pengukuran dapat

disimpulkan bahwa selisih nilai yang

diperoleh sebesar 0,15 Volt. Nilai tersebut

tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja

dari mikrokontroler ATMega 8 karena

masih berada pada range tegangan input

dari mikrokontroler yaitu 4,5 Volt – 5,5

Volt..

c) Pengujian Rangkaian Sensor Tegangan

LDR Pengujian sensor tegangan LDR

dilakukan untuk mengetahui kinerja dari

sensor yang difungsikan sebagai

pendeteksi adanya perubahan nilai

tegangan yang terjadi pada sistem. Adapun

pengujian yang dilakukan adalah

mengukur tegangan output dari rangkaian

LDR dengan dua kondisi, yaitu pada saat

kondisi tegangan normal dan kondisi

tegangan turun (drop).

Tabel 2 Hasil Pengukuran Alat di bagian

input LDR

d) Pengujian Rangkaian LED Pengujian LED dilakukan pada saat

LED menyala sebagai indikator pada saat

nilai tegangan normal atau drop. LED

yang diamati adalah pada setiap titik yang

ada, dan LED yang digunakan adalah LED

merah dan LED hijau. Pada tabel 3

memperlihatkan hasil pengukuran LED.

Tabel 3 Pengukuran Pengujian LED

Dari hasil pengukuran tegangan pada

LED yang telah dilakukan mendapatkan

hasil untuk LED warna merah sebesar 1,87

volt. Untuk nilai yang diperbolehkan untuk

LED warna merah sebesar 1,8 - 2,1 volt.

Ini berarti LED merah masih bekerja pada

level tegangan standarnya. Sedangkan

untuk LED warna hijau terukur sebesar

1,97 volt dengan batas nilai yang

diperbolehkan maksimal 2,6 volt untuk

LED warna hijau, untuk arus LED sendiri

antara 10 dan 150 mA. Penurunan

tegangan yang tepat tergantung dari arus

LED, warna, kelonggaran, dan lain

sebagainya.

e) Pengujian Rangkaian LCD 2x16 Pengujian dilakukan dengan

mengamati parameter saat pertama on,

kondisi sensor mendeteksi tegangan masuk

apakah normal atau drop.

Gambar 16 Pengujian tampilan LCD

f) Pengujian Buzzer Pengujian pada buzzer dilakukan

untuk mengetahui apakah sistem

peringatan tegangan drop bekerja dengan

baik atau tidak. Dilihat dari saat terjadi

kondisi nilai tegangan berada dibawah

standar buzzer dapat memberikan

peringatan adanya penurunan tegangan

tersebut. Pada saat terjadi penurunan

tegangan, maka buzzer akan berlogika high

dan akan mengeluarkan peringatan berupa

suara. Pada tabel 4 menunjukan hasil

pengujian buzzer.

Tabel 4 Pengujian buzzer

5.2 Pengujian Rangkaian Sistem

Keseluruhan Pengujian sistem secara keseluruhan

dilakukan dengan cara menjalankan alat

untuk mengetahui hasilnya apakah alat ini

sudah berjalan dengan baik, dari hasil

pengujian rangkaian secara keseluruhan,

alat dapat berjalan dengan baik sesuai

dengan rencana rancangan, mulai dari catu

daya dinyalakan dan kesemua alat yang

terkoneksi menyala dengan baik, sensor

tegangan LDR yang mampu mendeteksi

adanya perubahan nilai tegangan, LCD

yang mampu menampilkan nilai tegangan

terukur beserta status dari tegangan

tersebut, LED yang berfungsi dengan baik

yang digunakan sebagai indikator tegangan

normal atau drop, serta buzzer dapat

memberikan peringatan berupa suara pada

saat nilai tegangan berada pada kondisi

drop.

Tabel 5 Pengujian Alat Secara

Keseluruhan

5.3 Pembahasan Hasil Untuk mengetahui hasil secara

keseluruhan dari alat peringatan tegangan

drop pada sistem catu daya telekomunikasi

ini maka perlu dilakukan pengujian sistem

secara keseluruhan. Pengujian sistem

secara kesuluruhan dari alat peringatan

tegangan drop dilakukan dengan

menghubungkan alat secara langsung ke

sumber tegangan 1 fasa (220 Volt).

Pengujian dimulai dengan pengujian

tegangan yang masuk ke mikrokontroler,

berdasarkan hasil perhitungan yang

dilakukan terdapat error rata-rata sebesar

0,15 Volt dari nilai tegangan yang

diasumsikan sebesar 5 Volt dan

pengukuran pada mikrokontroler sebesar

4,85 Volt. Namun dengan tegangan 4,85

Volt ini tidak terlalu berpengaruh dengan

kinerja alat karena mikrokontroler masih

dapat beroprasi dengan tegangan 4,5 Volt

– 5,5 Volt. Dengan dihasilkannya nilai

tegangan tersebut, maka alat dapat

beroprasi dengan baik mulai dari tegangan

yang didistribusikan ke sensor LDR, LCD,

LED, serta buzzer.

Pengujian sensor tegangan LDR

bertujuan untuk mendeteksi adanya

perubahan nilai tegangan yang terjadi.

Input sensor dihubungkan ke pin 27. Jika

sensor LDR mendeteksi adanya perubahan

nilai tegangan yang masuk ke sistem, maka

LDR akan mengirimkan data ke

mikrokontroler yang nantinya nilai

tegangan akan ditampilkan pada bagian

LCD beserta status dari tegangan tersebut.

Sensor LDR akan mendeteksi adanya

perubahan nilai tegangan dengan cara

mendeteksi intensitas cahaya pada lampu

pijar. Lampu pijar yang digunakan sebesar

220V/7,5watt. Lampu pijar ini

dihubungkan ke bagian dimmer untuk

dapat diatur intensitasnya. Dengan

mengubah intensitas cahaya pada lampu

pijar tentu akan mempengaruhi pula nilai

tegangan yang terdeteksi pada sensor

tegangan LDR. Bagian dimmer digunakan

untuk mengatur nilai tegangan yang

masuk. Dengan menggunakan dimmer ini

kondisi drop tegangan yang terjadi secara

acak (random) dapat terpenuhi karena nilai

tegangan dapat diatur dibawah batas

normal tegangan yang ditentukan. Untuk

tegangan yang digunakan yang digunakan

adalah tegangan 1 fasa dengan range

tegangan 180-220V untuk kondisi

tegangan normal.

Pengujian buzzer bertujuan untuk

mengetahui bahwa sistem peringatan dari

alat ini dapat bekerja dengan baik. Buzzer

dalam perancangan alat ini dihubungkan

pada pin 17 pada mikrokontroler. Buzzer

digunakan sebagai permberi peringatan

pada saat terjadi drop tegangan pada

sistem. Sensor akan memberikan data ke

mikrokontroler untuk setiap nilai tegangan

yang masuk ke sistem. Mikrokontroler

akan memilih data tersebut. Apabila nilai

tegangan terukur masih berada pada level

standar maka mikrokontroler hanya akan

mengirimkan data berupa nilai tegangan ke

bagian LCD untuk ditampilkan. Sedangkan

apabila mikrokontroler menerima data

tegangan terukur yang nilainya dibawah

standar yang ditentukan maka

mikrokontroler akan mengirimkan data

nilai tegangan terukur ke LCD untuk

ditampilkan dan akan memberikan

instruksi ke bagian buzzer untuk

memberikan peringatan berupa suara/bunyi

yang menandakan bahwa nilai tegangan

yang masuk berada pada level dibawah

tegangan normal.

Pengujian pada LCD bertujuan untuk

mengetahui bahwa LCD dapat

menampilkan nilai tegangan terukur yang

masuk ke sistem alat. Selain itu LCD dapat

menampilkan status dari tegangan masuk

yang terukur tersebut. Apabila nilai

tegangan berada pada level normal maka

LCD akan menampilkan status

“NORMAL” sedangkan apabila nilai

tegangan berada pada level dibawah

standar maka LCD akan menampilkan

status “DROP”. Sedangkan pengujian pada

LED bertujuan untuk mengetahui bahwa

LED berfungsi sebagai indikator tegangan

normal atau drop. Pada perancangan alat

ini LED yang digunakan ada 2 warna yaitu

hijau dan merah. LED hijau digunakan

sebagai indikator bahwa nilai tegangan

berada pada level normal sedangkan LED

merah digunakan sebagai indikator bahwa

nilai tegangan berada dibawah level

normal (drop).

Dari pengujian secara keseluruhan

peringatan tegangan drop pada sistem catu

daya telekomunikasi ini sudah bekerja

sesuai dengan yang diharapkan dimana alat

ini dapat bekerja dengan mendeteksi

adanya setiap perubahan tegangan yang

masuk ke dalam sistem alat ini. Bagian

kontrol dalam hal ini Mikrokontroler

ATMega 8 juga dapat bekerja dengan baik

karena telah memberikan instruksi ke

masing-masing bagian yaitu LED, LCD

dan Buzzer untuk dapat bekerja sesuai

dengan kondisi yang telah ditetapkan.

Untuk bagian output juga telah bekerja

sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

LED dapat bekerja dengan baik sebagai

indikator, LCD dapat menampilkan nilai

tegangan terukur beserta statusnya dan

buzzer dapat memberikan peringatan

berupa bunyi pada saat terjadi drop

tegangan.

6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perancangan

dan pengujian alat “Rancang Bangun

Peringatan Tegangan Drop pada Sistem

Catu daya Telekomunikasi Berbasis

Mikrokontroler ATMega 8” dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Alat Peringatan Tegangan Drop

pada Sistem Catu daya

Telekomunikasi ini terdiri dari

rangkaian catu daya, rangkaian

sistem minimum mikrokontroler

ATMega 8, rangkaian pengatur

tegangan (Dimmer) beserta sensor

Light Dependent Resistor (LDR),

rangkaian LCD 2x16, rangkaian

LED, serta rangkaian buzzer.

2. Pengatur tegangan (Dimmer)

digunakan untuk mengatur nilai

tegangan yang diinginkan agar

mendapatkan kondisi drop tegangan

sehingga dapat membuktikan bahwa

alat ini dapat memberikan

peringatan pada saat tegangan drop.

3. Dari pembuatan alat ini dapat

disimpulkan bahwa perancangan

peringatan tegangan drop ini dapat

bekerja dengan baik. Hal ini

dibuktikan dengan pengujian yang

telah dilakukan pada alat ini. Pada

saat nilai tegangan diatur berada

dibawah nilai tegangan normal maka

alat ini akan memberikan peringatan

(warning) berupa bunyi dari buzzer.

4. Pada sisi sensor tegangan LDR,

diperlukan komponen LDR dengan

kualitas bagus untuk mendapat nilai

pendeteksian tegangan yang akurat.

6.2 Saran

Saran-saran untuk pengembangan

Tugas Akhir ini agar dapat dimaksimalkan

lebih lanjut adalah:

1. Perlu perbaikan pada sisi sensor

untuk mendapatkan nilai tegangan

yang lebih akurat. Perbaikan bisa

dengan menggunakan sensor

dengan kualitas yang lebih baik.

2. Untuk pengembangan lebih lanjut,

penambahan komponen modem

serial untuk memberikan report

status terkini tentang drop tegangan

yang terjadi ke nomor hand phone

ke pihak yang terkait sehingga

mampu dilakukan monitoring

sistem secara terus-menerus dan

secara jarak jauh.

3. Untuk bagian kontrol dapat

menggunakan mikrokontroler jenis

AVR yang lain selain ATMega 8,

yaitu ATMega 8535, ATMega 16,

dan lain sebagainya.

4. Untuk penulisan laporan harap

lebih diperhatikan untuk sistematika

laporan yang baik dan benar.

7. DAFTAR PUSTAKA

[1] Purwanto, Agus. “Jaringan

Telekomunikasi Catu Daya pada Sistem

Telekomunikasi” Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknologi Industri Institut

Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta,

2010.

[2] Saydam, Gouzali. “Sistem

Telekomunikasi di Indonesia”, Bandung,

ANGKASA, 2010.

[3] Atmel., Corp. (2013, Oct), Datasheet

Mikrokontroller Atmega 8. Dokumen

PDF. [Online].

www.atmel.com/images/doc2486.pdf

[4] Supatmi, Sri, (2011, Mei), “PENGARUH

SENSOR LDR TERHADAP

PENGONTROLAN LAMPU”. Majalah

Ilmiah UNIKOM Vol.8, No. 2

[5] Ramadhani, Alvian. “Rancang Bangun

Prototipe Adaptive Traffic Light System

Berbasis Mikrokontroler ATMega 8”

Program Studi D3 Teknik Telkom,

Purwokerto, Laporan Tugas Akhir, 2013.

[6] Prabowo, Arief. “Purwarupa Sistem

Pengaman Brankas Menggunakan

Keypad dan Handphone” Program Studi

D3 Teknik Telkom, Purwokerto,

Laporan Tugas Akhir, 2013.

[7] Garage., Engineers. (2013, Oct),

Datasheet LCD 2x16 [Online]

http://www.engineersgarage.com/electro

nic-components/16x2-lcd-module-

datasheet

[8] Pizoelectrontic Buzzers. “Pin terminal

Without oscillator circuit” [Oct 2013].

[Online].

http://www.tdk.co.jp/tefe02/ec211_sd.pd

f

[9] Hartono, Jogiyanto. “Konsep Dasar

Pemrograman Bahasa C”, Edisi 2,

Yogyakarta, Andi Yogyakarta, 2000.

[10] Kadir, Abdul. “Panduan Praktis

Mempelajari Aplikasi Mikrokontroler

dan Pemrogramannya Menggunakan

Arduino”, Yogyakarta, Andi

Yogyakarta, 2013.

Mengetahui :

Pembimbing I

Eka Wahyudi, S.T., M.Eng.

NIDN. 0617117601

Pembimbing II

Risa Farrid Christianti, S.T., M.T.

NIDN. 0604027802