Punya Aqib Wahyudi

54
Punya Aqib Wahyudi PENDAHULUAN Latar Belakang keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang berkumpul dan tinggal di bawah 1 atap dalam keadaan saling ketergantungan. ( Depkes RI 1988) Perawatan kesehatan merupakan suatu lapangan khusus dibidang kesehatan, dimana keterampilan hubungan antar manusia serta keterampilan organisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi dengan keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan tenaga social, demi memelihara kesehatan keluarga. Oleh karena itu, perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu, keluarga, dan kelompok melalui upaya peningkatan kesehatan, pemelihara kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi, dan pelayanan keperawatan berkelanjutan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif. Praktik keperawatan profesional di artikan sebagai bentuk penampilan dari hasil tindakan observasi, asuhan dan konseling dari kondisi sakit, cidera atau ketidakberdayaan atau upaya dalam mempertahankan kesehatan atu mencegah terjadinya penularan penyakit atau upuya dalam pengawasan dan pengajaran pada staf atau dalam pemberian medikasi dan pengobatan sesuai yang diresepkan oleh dokter atau dokter gigi, kebutuhan dari penilaian dan keterampilan spesialis tertentu dan berdasarkan pada pengetahuan dan aplikasi prinsip-prinsip ilmu biologi, fisika, dan social. ( ANA,1995) KONSEP KESEHATAN KELUARGA Defenis Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana / penyalur.

Transcript of Punya Aqib Wahyudi

Punya Aqib Wahyudi

PENDAHULUAN

     Latar Belakangkeluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang berkumpul dan tinggal di bawah 1 atap

dalam keadaan saling ketergantungan. ( Depkes RI 1988)

Perawatan kesehatan merupakan suatu lapangan khusus dibidang

kesehatan, dimana keterampilan hubungan antar manusia serta keterampilan

organisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi dengan keterampilan

anggota profesi kesehatan lain dan tenaga social, demi memelihara

kesehatan keluarga. Oleh karena itu, perawatan kesehatan masyarakat

ditujukan kepada individu, keluarga, dan kelompok melalui upaya

peningkatan kesehatan, pemelihara kesehatan, penyuluhan kesehatan,

koordinasi, dan pelayanan keperawatan berkelanjutan sebagai suatu

pendekatan yang komprehensif.

            Praktik keperawatan profesional di artikan sebagai bentuk

penampilan dari hasil tindakan observasi, asuhan dan konseling dari

kondisi sakit, cidera atau ketidakberdayaan atau upaya dalam

mempertahankan kesehatan atu mencegah terjadinya penularan penyakit atau

upuya dalam pengawasan dan pengajaran pada staf atau dalam pemberian

medikasi dan pengobatan sesuai yang diresepkan oleh dokter atau dokter

gigi, kebutuhan dari penilaian dan keterampilan spesialis tertentu dan

berdasarkan pada pengetahuan dan aplikasi prinsip-prinsip ilmu biologi,

fisika, dan social. ( ANA,1995)

KONSEP KESEHATAN KELUARGA

DefenisKeperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau

kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan

sebagai sarana / penyalur.

Standart praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang

mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang

dirumuskan dan digunakan sebagai pedoman pemberian pelayanan keperawatan

serta merupakan tolak ukur penampilan kerja seorang perawat.

     Sistematika / Cara kerjaDalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga ada beberapa

langkah yang harus dilakukan oleh perawat , sebagai berikut :

      Membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga

      Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan

keluarga

      Menganalisa data keluarga untuk menentukan adanya masalah-masalah

keseshatan dan perawatan keluarga

      Menggolongkan masalah kesehatan keluarga , berdasarkan sifat masalah

kesehatan keluarga;

      Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk

melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan

      Menentukan / menyusun skala prioritas masalah kesehatan dan

keperawatan keluarga,

      Menyusun rencana asuhan keperawatan kesehatan dan perawatan keluarga

sesuai dengan urutan prioritas

      Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan

rencana yang disusun.

      Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang

dilakukan;

      Meninjau kembali masalah keperawatan dan kesehatan yang belum dapat

teratasi dan merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan yang baru.

     Fungsi       Fungsi keagamaan

a)   Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruhanggota keluarga

b)   Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari seluruh anggota keluarga

c)   Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengamalandari ajaran agama

d)   Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentnag keagamaanyang tidak atau kurang diperolehnya di sekolah dan dimasyarakat

e)   Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagaifondasi menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

      Fungsi budayaa)   Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-

norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankanb)   Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan

budaya asing yang tidak sesuaic)   Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga, anggotanya mencari

pemecahan maslah dari berbagai pengaruh negative globalisasi duniad)   Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat

berperilaku yang baik/positif sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalammenghadapi tantnagn globalisasi

e)   Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, seimabang dengan budayamasyarakat/ bangsa untuk menunjang terwujudnya norma Keluarga KecilBahagia Sejahtera.

      Fungsi cinta kasiha)   Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota

keluarga (suami-istri-anak) kedalam symbol-simbol nyata (ucapan, tingkahlaku) secara optimal dan terus menerus

b)   Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar- anggota keluargamaupun antar keluarga yang satu dengan lainnya secra kunatitatif dankualitatif

c)   Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalamkeluarga secara serasi, selaras dan seimbang

d)   Membina rsaa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikandan menerima kasih saynag sebagai pola hidup ideal menuju Keluarga KecilBahagia Sejahtera

      Fungsi perlindungana)   Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak

aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluargab)   Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai

bentuk ancaman dan tantangan yang dating dari luarc)   Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebgagai modal

menuju Keluarga Kecil B ahagia Sejahtera      Fungsi reproduksi

a)   Membina kehidupan keluarga sebagai wahan pendidikan reproduksi sehatbaik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya

b)   Memberikn contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan kleuraga dalamhal usia, pendewasaa fisik maupun mental

c)   Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan denganwaktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yangdiinginkan dalam keluarga’

d)   Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusifmenuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

      Fungsi sosialisasia)   Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluraga sebagai

wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utamab)   Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai

pusat tempat anak dapat mencari pemecahan drai konflik dan permaslahanyang dijumpainya baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat

c)   Membina proses pendididkan dan sosialisasi anak tentnag hal-hal yangdiperlukannya untuk meningktakan kematangan dan kedewasaan (fisik maupun

mental), yang tidak/kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupunmasyarakat

d)  Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluargasehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagiorang tua dalam rangka perkembngan dan kematngan hidup bersama menujuKeluarga Kecil Bahagia Sejahtera

      Fungsi ekonomia)   Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun di dalam lingkungan

kleuarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupankleuarga

b)   Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi kesrasian, keselarasan,keseimbangan antar apemasukan dan pengeluaran keluarga

c)   Mengatur waktu sehingga kegitan orang tua di luar rumah danperhtiannya trehdap anggota kleuarga berjalan secara serasi, selaras danseimbang

d)   Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modak untukmewujudkan Keluarga Kecil Bhagia Sejahtera

      Fungsi pelestarian lingkungana)   Membina kesdaran, sikap dan praktik pelestraian lingkunga iter

keluargab)   Membina kesaradar, sikap dan praktik pel;estarian lingkungan ekstern

keluargac)   Membina ksedaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang

serasi, selaras seimbngan antar alingkungan keuarga dengan lingkunganhidup masyarakat sekitarnya

d)   Membina kesadaran, sikap, praktik pelestarian lingkungan hidup sebgaipola hidup keluarga menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

KARAKTERISTIK PELAYANAN KEPERAWATAN KELUARGAStuart (2001) memberikan batasan tentang siapa yang disebut keluarga. Ada lima sifat keluarga yang dijabarkan :

1. Keluarga merupakan unit sustu sistem2. keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap

perlindungan, makanan dan sosialisasi anggotanya.

3. Dalam keluarga ada komitmen saling melengapi antar anggota keluarga.

4. Setiap anggota dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan dapat atau tidak dapat tinggal dalam satu atap.

5. keluarga bisa memiliki anak atau tidak.

Ada beberapa alasan yang menjadikan keluarga sebagai pusat perhatian dalam pemberian pelayanan kesehatan antara lain :

1. keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.

Kasus meningkatnya angka kematian karena DHF membuat pemerintah dengan genjar menggalakkan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam sksls nasional, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat berperan dalm penyampaian pesan betapa pentingnya PSN agar terhindar dari wabah Demam Berdarah.

2. Keluarga Sebagai Satu Unit antar anggota dalam keluarga

Keluarga dipandang sebagai suatu kesatuan dari sejumlah anggota keluarga,berada dalam satu ikatan yang saling mempengaruhi. Jika perawat tidak memahami dalam melakukan pengkajian terhadap setiap anggota keluarga makaperawat tersebut tidak akan dapat data yang dibutuhkan, mengingat data anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi.Contoh : Perpisahan dengan salah satu anggota keluarga yang akan sekolah diluar kota, akan mengrangi nafsu makan, kesedihan pada yang meninggalkandan yang ditinggalkan.

3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya

Peran keluarga sangat penting dalam tahapan-tahapan perawatan kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan sampai rehabilitasi. Contoh :Keluarga yang peduli kesehatan akan menimbang dan membri imunisasi lengkap pada balitanya.

4. Keluarga sebagai tempat penemuan kasus dini.

Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga akan memungkinkan munculnya faktor resiko pada anggota keluarga lainya.Contoh : Pada keluarga ditemukan Anak sulungnya menderita TB, maka kemungkinan kedua adiknya menderita TB juga.

5. Individu dipandang dalam konteks keluarga

Seorang dapat mencapai pemahaman yang lebih jelas terhadap individu dan fungsinya apabila individu-individu tersebut dipandang dalam konteks keluarga mereka.

6. Keluarga sebagai sumber pendukung bagi anggota keluarga lainnya.

Contoh : Anak usia sekolah yang mendapat bimbingan belajar dari orang tuanya akan jauh lebih berhasil dibandingkan jika tidak mendapatkan bimbingan saat belajar dari kedua orang tuanya.

TINGKATAN PRAKTIK KEPERAWATAN KELUARGA1.      Keluarga sebagai konteks

Pada asuhan keperawatan tingkatan pertama ini yang menjadi fokus pelayanan kesehatan adalah individu, sedangkan keluarga merupakan latar belakang atau fokus sekunder. Keluarga dipandang sebagai area yang penting dari klien dan oleh karena itu keluarga merupakan dukungan terbesar bagi klien. Atau kata lain asuhan yang berfokus pada keluarga.Contoh : Gangguan pola nafas pada An. E (2 Th) di keluarga Tn. N (29 th) dengan Asma.

2.      Keluarga dipandang sebagai kumpulan atau atau jumlah anggota keluarga secara individu

Asuhan keperawatan diberikan bukan hanya pada satu individu tetapi bisa lebih dalam satu keluarga. Dalam tingkatan ini garis depannya adalah masing-masing klien yang dilihat sebagai unit terpisah dengan unit yang berinteraksi.Contoh : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada An. C (14 th) dan An.H (7 Th) dikeluarga Tn. O (45 th) dengan Diare.

3.Subsistem keluarga sebagai klienSub sistem keluarga adalah pusat perhatian atau fokus sebagai penerima pengkajian serta intervensi. Keluarga initi, keluarga besar, dan sub sistem keluarga lainya adalah unit analisis dan asuhan.Contoh : Masalah pada keluarga yang diawali dengan komunikasi yang tidak efektif antar anggota keluarga.Contoh : Kesalahpahaman yang terjadi pada pasangan baru menikah terhadap peran dan fungsinya masing-masing.

4.      Keluarga sebaga klienKeluarga dipandang sebagai klien atau fokus keperawatan, keluarga menjadibagian depan sedangkan anggota keluarga yang lain menjadi latar belakang.Contoh : Masalah yang timbul pada sebuah keluarga dikarenakan koping Keluarga tidak efektif saat menunggu kehadiran anggota keluarga yang baru.

PERAN PERAWAT KELUARGASebagai kekhususan perawat keluarga memiliki peran yang cukup banyak dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga diantaranya:

1. Peran perawat sebagai pendidik/educator

Perawat memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga dalam rentang sehatsakit.Contoh:

a.       Pendidikan kesehatan tentang pentingnya imunisasi pada balita.b.      Mengajarkan pencegahan ISPA pada ibu dengan anak-anak beresiko

terserang ISPAc.       Mengajarkan cara membersihkan kotoran pada hidung anak saat anak

terserang batuk pilek

2. Peran perawat sebagai penghubung/kodinator/kolaborator

Dalam menjalankan peran ini, perawat mengkoordinasikan keluarga dengan pelayanan kesehatan.Contoh :

a. Perawat membantu dan membimbing keluarga yang diketahui terserang TB mendapatkan pengobatan TB paru di puskesmas.b. Perawat bersama keluarga menentukan siapa individu yang akan dijadikan sebagai orang yang selalu mengingatkan anggota keluarga dengan TB untuk minum obat.

3. Peran perawat sebagai pelindung/advocate

Perawat memberikan perlindungan atas kesamaan keluarga dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.Contoh :Perawat membantu keluarga dalam pengurusan surat keterangan tidak mampudalam rangka mendapatkan dana kesehatan melalui program pemerintahmelalui jaring pengaman kesehatan/askeskin pada keluarga miskin.

4. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan langsung

Perawat memberikan pelayanan kesehatan langsung pada keluarga.Contoh :Mengajarkan pada keluarga pembuatan obat pereda batuk pilek denganperasan jeruk nipis yang dicampur madu.

5. Peran perawat sebagai konselor

Perawat memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah berkaitan denganmasalah yang dihadapi keluarga tanpa harus ikut dalam pengambilankeputusan keluarga tersebut.Contoh :

a.       Perawat keluarga memberikan beberapa alternatif alat kontrasepsi yangakan dipilh pasangan muda, dengan keputusan tetap ada paa pasangan mudatersebut.

b.      Perawat keluarga memberikan informasi jenis pelayanan kesehatan yangbisa dikunjungi keluarga.

6. Peran perawat sebagai modifikator lingkungan

Contoh :Perawat memberikan gambaran yang jelas bagaimana lingkungan yang amanpada keluarga dengan lansia yang sudah menurun penglihatannya, sepertihalnya lantai yang dibuat tidak licin, penataan peralatan rumah tanggayang rapi, diberikan pegangan ke ruangan lansia ataupun ke kamar mandi.Contoh :Perawat memberikan penjelasan berkaitan dengan bagaimana mencegah anakterkena ISPA dengan tidak memberikan jajanan sembarangan, orangtuakhususnya ibu membuat makanan tambahan yang menarik dengan gizi seimbang.

PENUTUP

      KESIMPULAN

Jadi, kesimpulannya adalah Keperawatan kesehatan keluarga adalah

tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan

pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat

sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana / penyalur.

Meskipun keperawatan telah didengung-dengungkan sebagai bentuk

pelayanan yang profesional yang diberikan pada individu, keluarga, dan

masyarakat secara umum. Namun pada kenyataannya pelayanan yang diberikan

kepada keluarga masih jauh dari harapan mereka yaitu keinginan untuk

dapat menikmati fasilitas pelayanan kesehatan secara manusiawi bai dari

segi biaya maupun bentuk pelayanan langsung yang diberikan.

Pada hakikatnya setiap anggota profesi memiliki kemampuan terhadapkinerjanya dan harus dapat dipertanggung jawabkan akontabilitas

membutuhkan evaluasi terhadap efektifitas kinerja yang ditampilkan

seseorang sesuai tanggung jawabnyaKONSEP DASAR KELUARGA

1.      Definisi keluargaa.       Sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI (1983)

Keluarga merupakan satu atau sekelompok manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan biasanya tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lain. Mereka hidup bersama dalam satu rumah, dibawah asuhan seorang kepala keluarga dan makan dari satu periuk.

b.      Dep. Kes RI (1988)Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

c.       Stuart (ICN,2001)Lima hal penting yang ada pada definisi keluarga

1.      Keluarga adalah suatu sistem atau unit.2.      Komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi

kewajiban dimasa yang akan datang.3.      Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan,

pemberian nutrisi dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.4.      Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal bersama

atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah.

5.      Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.

2.      Tipe/bentuk Keluargaa.       Keluarga initi (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak-anak.b.      Keluarga besar ( Extended family), adalah keluarga inti yang ditambah

dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara, dsb.c.       Keluarga berantai (serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga initi.

d.      Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

e.       Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannyalebih dari satu (poligami dan hidup secara bersama.

f.       Keluarga Kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

3.      Struktur Keluarga1.      Elemen-elemen keluarga menurut Freudmana.       struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota

keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat.

b.      Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai atau norma yang dipelajari dan diyakini dalam keluarga.

c.       Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi diantara orang tua dan anak, diantara anggota keluarga ataupundalam keluarga besar.

d.      Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan prilaku kearahpositif.

2.      Ciri-ciri struktur keluargaa.       Terorganisasi, keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-

masing anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.

b.      Keterbatasan, Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yangdilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.

c.       Perbedaan dan kekhususan, Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yangberbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-anak.

3.      Dominasi Struktur keluargaa.      Dominasi Jalur Hubungan Darah1.      Patrilineal, keluarga yang dubungkan atau disusun melalui jalur garis

ayah. Suku- suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.

2.      Matrilineal, keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Salah satu contoh suku Padang.

b.      Dominasi keberadaan tempat tinggal1.      Patrilokal, Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal

dengan keluarga sedarah dari pihak suami.2.      Matrilokal, Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal

dengan keluarga sedarah dari pihak istri.

c.       Dominasi pengambilan Keputusan1.      Patriakal, Pengambilan keputusan ada pada pihak suami.2.      Matriakal, pengambilan keputusan ada pada pihak istri.

4.      Fungsi Keluargaa.       Fungsi Afektif, Adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar

kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga.

b.      Fungsi Sosialisasi, Adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisai dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

c.       Fungsi Reproduksi, Adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d.      Fungsi Ekonomi,adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruhanggota keluarganya yaitu : sandang, pangan dan papan.

e.       Fungsi perawatan kesehatan, adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

5.      Interaksi Keluarga Dalam Rentang Sehat sakita.       Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) Kesehatan.

Kegiatan peningkatan kesehatan atau lebih dikenal dengan promosi kesehatan bisa dimulai dalam keluarga, seperti halnya seorang ayah yang memberikan contoh dengan tidak merokok, minum-minuman keras, gaya hidup tersebut akan diikuti oleh anak-anaknya, tetapi jika kondisi sebaliknya maka yang akan terjadi adalah meningkatnya angka kesakitan saluran pernafasan pada keluarga tersebut karena kebiasaan merokok.

b.      Penaksiran Keluarga Terhadap Gejala-Gejala Sakit.Tahapan ini dimulai saat anggota keluarga mengeluhkan gejala-gejala penurunan kesehatan yang alami, mencari tahu penyebabnya, dan ada tidaknya pengaruh bagi anggota keluarga lainya. Di Indonesia Ibu dan nenek memiliki peranan penting dalam menaksir tingkat keparahan penyakit.Atau masyarakat yang tingkat ekonomi lemah akan merespon lambat mengingatkemampuannya.

c.       pencarian Perawatan .

Tahapan ini dimulai pada saat anggota keluarga merasakan sakit dan anggota keluarga lainnya mengetahui, maka dimulailah upaya mencari tahu kemana akan dirawat, orang terdekat/ dikenal dilingkungan kesehatan, dll.

d.      Perolehan perawatan dan rujukan kepelayanan kesehatan.Tahapan ini dimulai saat kontak pertama anggota keluarga dengan pelayanankesehatan atau pengobatan alternatif, penentuan jenis pelayanan yang didatangi dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga, pengalaman masa lalu danseringkali ibu memberikan konstribusi yang banyak terhadap pengambilan keputusan tersebut.

e.       Respon akut terhadap penyakit oleh klien dan keluarga.Tahapan ini ditandai dengan terjadinya perubahan peran pada anggota keluarga yang sakit, misalnya ibu yang sedang sakit akan digantikan oleh ayah terutama jika anak-anak masih kecil.

f.       Adaptasi terhadap penyakit dan penyembuhan.Tahap adaptasi adalah tahapan dimana keluarga memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan dalam menentukan koping keluarga terhadap sakitnya.

Kriteria Kesejahteraan keluarga IndonesiaMengacu pada tujuan dasar keluarga yang ingin mencapai kesejahteraan setiap anggota keluarga yang ada didalamnya, maka pendekatan pencapaian keluarga yang sehat dan sejahtera di Indonesia adalah mewujudkan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, untuk lebih menetapkan cita-cita luhur bangsa tersebut, maka pemerintah menetapkan tercapainya keluarga sejahtera dalam bentuk perundang-undangan antara lain :

1.      keputusan presiden RI. No 8 Tahun 1970 dibentuk BKKBN untuk mencapai NKKBS.

2.      Undang-undang No. 10 Tahun 1992 menetapkan gerakan KB menjadi gerakan pembangunan keluarga sejahtera.

3.      Pasal 4 Undang-undang No 12 Tahun 1992, tujuan pembangunan keluarga sejahtera adalah untuk mengembangkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

Tahapan-tahapan Keluarga Sejahtera :1.      Keluarga Prasejahtera

Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, sandang, pangan dan kesehatan. Keluarga prasejahtera belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahapan.

2.      Keluarga Sejahtera Tahap IKeluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis, sepertipendidikan, keluarga berencana, interasi dalam keluarga, interaksi denganlingkungan tempat tinggal dan transportasi.

3.      Keluarga sejahtera Tahap IIKeluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kebutuhan dsarnya, juga telah memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

4.      Keluarga Sejahtera Tahapan III

Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan, namun belum dapatmemberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratut memberikan sumbangan dalam bentuk materi dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta peran serta secara aktif dengan mejadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga dan pendidikan.

5.      Keluarga Sejahtera Tahap IVKeluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Indikator Keluarga Sejahtera :1.      Keluarga Sejahtera Tahap Ia.       Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masingmasing.b.      Makan dua kali sehari atau lebih.c.       Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.d.      Rumah sebagian lantai bukan tanah.e.       Kesehatan (Bila anak sakit atau PUS ingin ber KB akan dibawa

kesarana/ petugas kesehatan).2.      Keluarga Sejahtera Tahap II

Bila keluarga telah mampu melaksanakan indikator pada keluarga sejahtera tahap I dan sudah mampu melaksanakan indikator sebagai berikut :

a. Anggota keluarga melakukan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut masing-masing.

b. Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk minmal satu kali seminggu.

c. Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir.

d. Luas lantai tiap penghuni rumah 8 meter.

e. Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir. Sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing.

f. Minimal satu anggota keluarga 15 tahun keatas mempunyai penghasilan yang tetap.

g. Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga yang berumur 10 – 60 tahun.

h. Anak usia sekolah (7-10 tahun) bersekolah.

i. Anak hidup dua atau lebih, keluarga yang masih dalam masa pasangan usia subur saat ini memakai alat kontrasepsi.

3.      Keluarga Sejahtera Tahap IIIBila keluarga sudah mampu melaksanakan indikator pada keluarga sejahtera tahap I, II serta sudah mampu melaksanakan sebagai berikut :

a. Upaya keluarga untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan agama.b. Keluarga mempunyai tabungan

c. Makan bersama minimal satu kali sehari.

d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.

e. Rekreasi bersama minimal 6 bulan sekali.

f. Memperoleh berita dari surat kabar, TV, dll.

g. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.

4.      Keluarga Sejahtera Tahap IVSemua indikator diatas ditambah dengan :a. Memberikan sumbangan secara teratur dan sukarela dalam bentuk

material kepada masyarakat.b. Aktif sebagai pengurus dalam kegiatan kemasyarakatan atau yayasan

sosial

BARU 2

Konsep Keluarga

Defenisi

1. Duvall dan Logan ( 1986 ) :

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan

perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan

untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan

meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional, serta sosial dari tiap anggota

keluarga.

2. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang

hidup dalam satu rumah tangga karena adanya

hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka

saling berinteraksi satu dengan yang lain,

mempunyai peran masing-masing dan menciptakan

serta mempertahankan suatu budaya.

3. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa

orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

di bawah satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga

adalah :

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang

diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau

adopsi

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau

jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu

sama lain

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain

dan masing-masing mempunyai peran sosial :

suami, istri, anak, kakak dan adik

4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan

mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan

fisik, psikologis, dan sosial anggota.

Struktur Keluarga

1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri

dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui

jalur ayah

2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri

dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ibu

3. Matrilokal : sepasang suami istri yang

tinggal bersama keluarga sedarah ibu

4. Patrilokal : sepasang suami istri yang

tinggal bersama keluarga sedarah suam

5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri

sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami

atau istri.

Ciri-Ciri Struktur Keluarga

1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling

ketergantungan antara anggota keluarga

2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki

kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai

keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan

tugasnya masing-masing

3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota

keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-

masing.

Ciri-Ciri Keluarga Indonesia

1. Suami sebagai pengambil keputusan

2. Merupakan suatu kesatuan yang utuh

3. Berbentuk monogram

4. Bertanggung jawab

5. Pengambil keputusan

6. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa

7. Ikatan kekeluargaan sangat erat

8. Mempunyai semangat gotong-royong

Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat

perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang

berhubungan dengan individu dalam posisi dan

situasi tertentu. Peranan individu dalam

keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku

dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam

keluarga adalah sebagai berikut :

1.      Peranan ayah :

Ayah sebagai suami dari istri, berperanan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan

pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,

sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya

2.      Peranan ibu :

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,

sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari

peranan sosialnya, serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu

juga dapat berperan sebagai pencari nafkah

tambahan dalam keluarganya.

3.      Peranan anak :

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial

sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik

fisik, mental, sosial dan spiritual.

Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologis :

a. Meneruskan keturunan

b. Memelihara dan membesarkan anak

c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi Psikologis :

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b. Memberikan perhatian di antara anggota

keluarga

c. Membina pendewasaan kepribadian anggota

keluarga

d. Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi :

a. Membina sosialisasi pada anak

b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai

dengan tingkat perkembangan anak

c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4. Fungsi ekonomi :

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga

b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan keluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

keluarga di masa yang akan datang (pendidikan,

jaminan hari tua)

5. Fungsi pendidikan :

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku

anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimilikinya

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa

yang akan datang dalam memenuhi peranannya

sebagai orang dewasa

c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat

perkembangannya.

Dinamika Keluarga

Perkembangan anak pada usia antara tiga-enam

tahun adalah perkembangan sikap sosialnya.1

Konsep perkembangan sosial mengacu pada perilaku

anak dalam hubungannya dengan lingkungan sosial

untuk mandiri dan dapat berinteraksi atau untuk

menjadi manusia sosial. Interaksi adalah

komunikasi dengan manusia lain, suatu hubungan

yang menimbulkan perasaan sosial yang

mengikatkan individu dengan sesama manusia,

perasaan hidup bermasyarakat seperti tolong

menolong, saling memberi dan menerima, simpati

dan empati, rasa setia kawan dan sebagainya

Melalui proses interaksi sosial tersebutlah

seorang anak akan memperoleh pengetahuan, nilai-

nilai, sikap dan perilaku-perilaku penting yang

diperlukan dalam partisipasinya di masyarakat

kelak; dikenal juga dengan sosialisasi. Hal ini

sejalan dengan yang dikatakan Zanden (1986)

bahwa kita terlahir bukan sebagai manusia, dan

baru akan menjadi manusia hanya jika melalui

proses interaksi dengan orang lain.2 Artinya,

sosialisasi merupakan suatu cara untuk membuat

seseorang menjadi manusia (human) atau untuk

menjadi mahluk sosial yang sesungguhnya (social

human being).

Pengaruh paling besar selama perkembangan

anak pada lima tahun pertama kehidupannya

terjadi dalam keluarga. Orangtua, khususnya ibu

mempunyai peranan penting dalam pembentukan

kepribadian anak, walaupun kualitas kodrati dan

kemauan anak akan ikut menentukan proses

perkembangannya. Sedang kepribadian orangtua

sangat besar pengaruhnya pada pembentukan

pribadi anak.3

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan

Rohner, dkk (1986) di Amerika menunjukkan bahwa

seorang ibu yang memperlakukan anak dengan

kasar, baik fisik maupun verbal akan

menghasilkan pribadi anak yang cenderung kasar

setelah dia dewasa.

Sampai saat ini, keluarga masih tetap

menerapkan bagian terpenting dari jaringan

sosial anak sekaligus sebagai lingkungan pertama

anak selama tahun-tahun formatif awal untuk

memperoleh pengalaman sosial dini, yang berperan

penting dalam menentukan hubungan sosial di masa

depan dan juga perilakunya terhadap orang lain.

Konsep Keluarga

Akibat struktur dan peran yang dipunyai oleh

para anggotanya sangat bervariasi dari suatu

masyarakat ke masyarakat lain, sehingga istilah

keluarga tidak mudah didefinisikan. Secara

tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau

lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian

darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang

memiliki tempat tinggal bersama. Sedang Morgan

(1977) dalam Sitorus (1988) menyatakan bahwa

keluarga merupakan suatu grup sosial primer yang

didasarkan pada ikatan perkawinan (hubungan

suami-istri) dan ikatan kekerabatan (hubungan

antar generasi, orang tua – anak) sekaligus.5

Namun secara dinamis individu yang membentuk

sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai

anggota dari grup masyarakat yang paling dasar

yang tinggal bersama dan berinteraksi untuk

memenuhi kebutuhan individu maupun antar

individu mereka

Bila ditinjau berdasarkan Undang-undang no.10

tahun 1972, keluarga terdiri atas ayah, ibu dan

anak karena ikatan darah maupun hukum. Hal ini

sejalan dengan pemahaman keluarga di negara

barat, keluarga mengacu pada sekelompok individu

yang berhubungan darah dan adopsi yang

diturunkan dari nenek moyang yang sama.

Keluarga dalam hubungannya dengan anak

diidentikan sebagai tempat atau lembaga

pengasuhan yang paling dapat memberi kasih

sayang, kegiatan menyusui, efektif dan ekonomis.

Di dalam keluargalah kali pertama anak-anak

mendapat pengalaman dini langsung yang akan

digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari

melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional

dan spritual. Karena anak ketika baru lahir

tidak memiliki tata cara dan kebiasaan (budaya)

yang begitu saja terjadi sendiri secara turun

temurun dari satu generasi ke generasi lain,

oleh karena itu harus dikondisikan ke dalam

suatu hubungan kebergantungan antara anak dengan

agen lain (orang tua dan anggota keluarga lain)

dan lingkungan yang mendukungnya baik dalam

keluarga atau lingkungan yang lebih luas

(masyarakat), selain faktor genetik berperan

pula (Zanden, 1986).6 Bahkan seperti juga yang

dikatakan oleh Malinowski (1930) dalam Megawangi

(1998) tentang “principle of legitimacy” sebagai

basis keluarga, bahwa struktur sosial

(masyarakat) harus diinternalisasikan sejak

individu dilahirkan agar seorang anak mengetahui

dan memahami posisi dan kedudukannya, dengan

harapan agar mampu menyesuaikannya dalam

masyarakat kelak setelah ia dewasa.7 Dengan kata

lain, keluarga merupakan sumber agen terpenting

yang berfungsi meneruskan budaya melalui proses

sosialisasi antara individu dengan lingkungan.

Selanjutnya, perlu diingat, keluarga

merupakan suatu sistem yang terdiri atas elemen-

elemen yang saling terkait antara satu dengan

lainnya dan memiliki hubungan yang kuat. Oleh

karena itu, untuk mewujudkan satu fungsi

tertentu bukan yang bersifat alami saja

melainkan juga adanya berbagai faktor atau

kekuatan yang ada di sekitar keluarga, seperti

nilai-nilai, norma dan tingkah laku serta

faktor-faktor lain yang ada di masyarakat.

Sehingga di sini keluarga dapat dilihat juga

sebagai subsistem dalam masyarakat (unit

terkecil dalam masyarakat) yang saling

berinteraksi dengan subsistem lainnya yang ada

dalam masyarakat, seperti sistem agama, ekonomi,

politik dan pendidikan; untuk mempertahankan

fungsinya dalam memelihara keseimbangan sosial

dalam masyarakat

Untuk menciptakan ketertiban sosial

diperlukan suatu struktur yang dimulai dalam

keluarga. Plato mengibaratkannya seperti tubuh

manusia, yang terdiri atas tiga bagian yaitu,

kepala (akal), dada (emosi dan semangat) dan

perut (nafsu) yang memperlihatkan hirarki dan

struktur dalam tubuh organik manusia itu

sendiri, dimana masing-masing individu akan

mengetahui di mana posisinya dan mampu

menjalankan fungsi-fungsi yang diembannya

melalui pembagian kerja (division of labor) yang

patuh pada sistem nilai yang melandasi sistem

tersebut (Plato dalam megawangi, 1999).8

Selanjutnya dijelaskan bahwa ada tiga elemen

utama dalam struktur internal keluarga, yaitu

1) Status sosial, dimana dalam keluarga

nuklir distrukturkan oleh tiga struktur utama,

yaitu bapak/suami, ibu/istri dan anak-anak.

Sehingga keberadaan status sosial menjadi

penting karena dapat memberikan identitas kepada

individu serta memberikan rasa memiliki, karena

ia merupakan bagian dari sistem tersebut,

 2) Peran sosial, yang menggambarkan peran

dari masing-masing individu atau kelompok

menurut status sosialnya dan

3) Norma sosial, yaitu standar tingkah laku

berupa sebuah peraturan yang menggambarkan

sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam

kehidupan sosial.

Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga adalah bertanggung jawab

dalam menjaga dan menumbuh kembangkan anggota-

anggotanya. (Suprihatin, G, dkk., 1992).9

Pemenuhan kebutuhan para anggota sangat penting,

agar mereka dapat mempertahankan kehidupannya,

yang berupa

1) pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan

dan kesehatan untuk pengembangan fisik dan

sosial,

2) kebutuhan akan pendidikan formal, informal

dan nonformal dalam rangka mengembangakan

intelektual, sosial, mental, emosional dan

spritual.

Apabila kebutuhan dasar anggota keluarga

dapat dipenuhi, maka kesempatan untuk berkembang

lebih luas lagi dapat diwujudkan, yang akan

memberikan kesempatan individu maupun keluarga

mampu merealisasikan diri lebih luas lagi dalam

berbagai aspek kehidupan mereka, misal aspek

budaya, intelektual dan aspek sosial. Adapun

kebutuhan manusia tersebut terbagi ke dalam

1) kebutuhan makan, minum dan seks,

2) kebutuhan akan rasa aman,

3) kebutuhan kasih sayang,

4) kebutuhan akan penghargaan dan

5) kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan potensi

diri sendiri dan  aktualisasi diri

Bila ditinjau berdasarkan Peraturan

Pemerintah RI. no 21 tahun 1994 mengenai

penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera,

telah dirumuskan delapan fungsi keluarga sebagai

jembatan menuju terbentuknya sumberdaya

pembangunan yang handal dengan ketahanan

keluarga yang kuat dan mandiri, yaitu:

1)      Fungsi Keagamaan

Dalam keluarga dan anggotanya fungsi ini perlu

didorong dan dikembangkan agar kehidupan

keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai

luhur budaya bangsa untuk menjadi insan agamis

yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

2)      Fungsi Sosial Budaya

Fungsi ini memberikan kesempatan kepada keluarga

dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan

kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam

satu kesatuan, sehingga dalam hal ini diharapkan

ayah dan ibu untuk dapat mengajarkan dan

meneruskan tradisi, kebudayaan dan sistem nilai

moral kepada anaknya.

3)      Fungsi Cinta kasih

Hal ini berguna untuk memberikan landasan yang

kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami

dengan istri, orang tua dengan anaknya serta

hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga

keluarga menjadi wadah utama bersemainya

kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan

batin. Cinta menjadi pengarah dari perbuatan-

perbuatan dan sikap-sikap yang bijaksana.

4)      Fungsi Melindungi

Fungsi ini dimaksudkan untuk menambahkan rasa

aman dan kehangatan pada setiap anggota

keluarga.

5)      Fungsi Reproduksi

Fungsi yang merupakan mekanisme untuk

melanjutkan keturunan yang direncanakan dapat

menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di

dunia yang penuh iman dan takwa.

6)      Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Fungsi yang memberikan peran kepada keluarga

untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan

penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa

yang akan datang.

7)      Fungsi Ekonomi

Sebagai unsur pendukung kemandirian dan

ketahanan keluarga.

Fungsi Pembinaan Lingkungan

Memberikan kepada setiap keluarga kemampuan

menempatkan diri secara serasi, selaras,

seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan

lingkungan yang berubah secara dinamis

Sosialisasi dalam Konsep Keluarga

Istilah sosialisasi sebagai suatu konsep

telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Broom

(1981) dalam Rohidi (1984) mengungkapkan

pemikiran sosialisasi dari dua titik pandang

yaitu masyarakat dan individual.12 Sosialisasi

menurut sudut pandang masyarakat adalah proses

penyelarasan individu-individu baru anggota

masyarakat ke dalam pandangan hidup yang

terorganisasi dan mengajarkan mereka tradisi-

tradisi budaya masyarakatnya. Dengan kata lain

sosialisasi adalah tindakan mengubah kondisi

manusia dari human-animal menjadi human-being

untuk menjadi mahluk sosial dan anggota

masyarakat sesuai dengan kebudayaannya. Sedang

arti individual, sosialisasi merupakan suatu

proses mengembangkan diri. Melalui interaksi

dengan orang lain, seseorang memperoleh

identitas, mengembangkan nilai-nilai dan

aspirasi-aspirasi. Artinya sosialisasi

diperlukan sebagai sarana untuk menumbuhkan

kesadaran diri. Bagi individu sosialisasi

memiliki fungsi sebagai pengalihan sosial dan

penciptaan kepribadian.

Sosialisasi memiliki fungsi untk

mengembangkan komitmen-komitmen dan kapsitas-

kapasitas yang menjadi prasyarat utama bagi

penampilan peranan mereka di masa depan.

Komitmen yang perlu dikembangkan ialah

mengimplementasikan nilai-nilai yang ada dalam

masyarakat untuk menampilkan suatu peranan

tertentu yang khusus dan spesifik dalam struktur

masyarakat. Sementara kapasistas yang perlu

dikembangkan dalam kemampuan atau keterampilan

untuk menunjukkan kewajiban-kewajiban yang

melekat dalam peran-peran yang dimiliki oleh

individu yang bersangkutan dan kemampuan untuk

hidup dengan orang lain yang memiliki harapan-

harapan untuk saling menyesuaikan perilaku

antara pribadi sesuai dengan peran-peran yang

dimiliki.

Pentingnya sosialisasi dalam kehidupan

masyarakat didasarkan atas kualitas-kualitas

bawaan (Inbon Qualities) yang dimiliki oleh

manusia itu sendiri semisal ketiadaan insting-

insting padanya, ketergantungan periode masa

kanak-kanak yang cukup panjang, kecakapan untuk

belajar, kemampuan atau kapasitas untuk

berbahasa dan kebutuhan untuk melakukan hubungan

sosial. Di dalam diri manusia bukanlah insting

melainkan kecenderungan-kecenderungan biologis

(biological drives). Kecenderungan-kecenderungan

ini kalau tidak dibimbing melalui belajar

cenderung hanya mengahasilkan kegelisahan dan

pencarian tingkah laku. Disisi lain,

ketergantungan manusia pada masa kanak-kanak

terutama kepada orangtuanya, adalah satu

kenyataan yang menunjukkan dirinya membutuhkan

bantuan orang lain untuk bisa berkembang menuju

kehidupan yang mandiri. Sebenarnya dengan faktor

kebergantungan maka akan memberi peluang bagi

manusia untuk bersosialisasi, karena

sesungguhnya manusia juga memiliki kemampuan

untuk belajar lebih banyak dan lebih lama

dibanding mahluk lainnya. sedang kemampuan

berbahasa sebagai faktor untuk melakukan

sosialisasi, akan memberi kemudahan manusia dari

keterbatasan fisik dalam melakukan interaksi

dengan sesamanya. Faktor lain yang menentukan

proses sosialisasi yang perlu disadari, bahwa

manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan

hubungan sosial dengan manusia lain dalam

lingkungan kelompoknya. Disamping manusia

memiliki kemampuan bawaan untuk hidup di tengah-

tengah masyarakat harus mematuhi norma-norma

tetentu, karena dalam kapsitasnya sebagai mahluk

sosial ia memiliki potensi bawaan untuk hidup

bermasyarakat yang perlu dikembangkan agar lebih

berarti dengan cara pengkondisian sedemikian

rupa melalui tingkat kematangan dan belajar dari

agent of sosialization, seperti orangtua

(keluarga) atau teman sebaya.

Proses Sosialisasi

Proses sosialisai yang dilakukan individu

dilakukan melalui tiga cara (Soerjono, 1982):13

1)      Pelaziman (Conditioning)

Suatu perlakuan terhadap individu tertentu

dengan mekanisme pemberian hukuman (punishment)

dan imbalan (reward).

2)      Imitasi/identifikasi

(imitation/identification)

Suatu proses belajar dengan melihat suatu model

atau tokoh yang dapat diidolakan secara sadar.

3)      Internalisasi (internalization/learning to

cope)

Suatu cara bagaimana individu menguasai dan

menyadari hal-hal yang bermakna bagi dirinya

tanpa suatu paksaan atau ancaman dari luar

BARU 3

DINAMIKA. DINAMIKA KELUARGA•Adanya interaksi (hubungan) antara individu

dengan lingkungan sehinggatersebutdapat diterima dan menyesuaikan diri

baik dalam lingkungan keluargamaupunkelompok sosial yang sama.•Dinamika

keluarga adalah interaksi atau hubunganp a s i e n d e n g a n a n g g o

t a keluarganya dan juga bisa mengetahuibagaimana kondisi keluarga di

lingkungans e k i t a r n y a . K e l u a r g adiharapkan mampu

memberikan dukungan dalamu p a y a kesembuhan pasien.•Ada empat aspek

yang selalu muncul dalam dinamika keluargaoPertama, tiap anggota keluarga

memiliki perasaan dan idea tentang diri sendiriyangbiasa dikenal dengan

harga diri atau self-esteem.oKedua, tiap keluarga memiliki cara tertentu

untuk menyampaikanpendapatdan pikiran mereka yang dikenal dengan

komunikasi.oKetiga, tiap keluarga memiliki aturan permainan yang

mengaturbagaimanamereka seharusnya merasa dan bertindak yang

berkembangsebagai sistemnilai keluarga.oYang terakhir, tiap keluarga

memiliki cara dalam berhubungan denganorangluar dan institusi di luar

keluarga yang dikenal sebagai jalur ke masyarakat.

Definisi Dinamika Keluarga

Dinamika keluarga adalah suatu interaksi atau hubungan pasien dengan

anggota keluarga dan juga bisa mengetahui bagaimana kondisi keluarga di

lingkungan sekitarnya. Keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan

dalam upaya kesembuhan pasien.

Dinamika keluarga juga merupakan interaksi (hubungan) antara individu

dengan lingkungan sehingga dapat diterima dan menyesuaikan diri baik

dalam lingkungan keluarga maupun kelompok sosial yang sama.

Dinamika Keluarga merupakan proses dimana keluarga melakukan fungsi,

mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan

melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.

Keluarga tidak ubahnya seperti negara. Ada pimpinan, menteri, rakyat,

kebijakan, dan aturan. Layaknya negara, dinamika politik keluarga pun

mesti dinamis. Karena dengan begitulah, keluarga menjadi hidup, hangat,

dan produktif.

Orang belajar banyak tentang berbagai hal melalui keluarga. Mulai

masalah pendidikan, hubungan sosial antar anggota keluarga, ekonomi,

pertahanan, komunikasi, organisasi, dan politik.

Tidak semua pimpinan keluarga peka dengan dinamika yang ada. Kadang

terlalu tegang menyikapi kesenjangan antara idealita dengan realita.

Ketidakpekaan dan ketegangan inilah yang sering membuat dinamika keluarga

menjadi buruk. Para anggota keluarga menjadi ikut kikuk, bungkam, dan

takut. Sehingga komunikasi antar anggota keluarga juga tidak berjalan

dengan baik. Jadi, dinamika dalam keluarga adalah hal yang memang sudah

seharusnya terjadi. Yang diperlukan adalah rasa tenggang rasa, menerima

masukan dan kemauan untuk berubah.

2.1.2 Aspek-Aspek Dinamika keluarga

            Tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan idea tentang diri

sendiriyang biasa dikenal dengan harga diri atau self-esteem.

            Tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapat dan

pikiran mereka yang dikenal dengan komunikasi.

            Tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengatur bagaimana

mereka seharusnya merasa dan bertindak yang berkembang sebagai system

nilai keluarga.

            Tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar dan

institusi di luar keluarga yang dikenal sebagai jalur ke masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. “Ilmu Perilaku Kesehatan”. Jakarta.

Rineka Cipta.2. Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: EGC.

3. Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2008. Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan Masyarakat untuk Hidup Sehat. Jakarta: Trans Info Media.

4. Go Nursing. 2008. Keperawatan Keluarga Sebuah Pengantar. http://ilmukeperawatan.wordpress.com/2008/04/07/keperawatan-keluarga-sebuah-pengantar/.

5. Slamet, Juli Soemirat. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

6. Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.(Family nursing teori and practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina deboraR. L. Jakarta: EGC

7. Tri Kurniawati, Irma. 2008. “ Gambaran Pemanfaatan-Literatur”. www.lontar.ui.ac.id.

8. http://andhablog.blogspot.com/2009/04/perilaku-sakit.html

9. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3747/1/fkm-juanita5.pdf)

10. http://www.scribd.com/doc/75657031/DINAMIKA-KELUARGA

11. http://hikmatpembaharuan.wordpress.com/

12. http://rizkipkip.blogspot.com/2013/05/perilaku-pencarian-pelayanan-kesehatan.html

13. http://g00dlucky.blogspot.com/2013/04/perilaku-pencarian- pelayanan-kesehatan.html

14.

Baru

Keperawatan Anak dalam fokus keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG MASALAH

Karena anak-anak sangatlah berbeda dari orang dewasa – baik secara

fisiologis maupun psikologis – asuhan keperawatan pediatrik merupakan

fenomena yang spasial. Untuk menghadapi tantangan berespons terhadap

kebutuhan anak, banyak fasilitas asuhan keperawatan dewasa ini

diperlengkapi dengan unit pediatrik terpisah, sehingga perawat dan staf

asuhan keperawatan profesional lainnya dapat memberikan terapi

berdasarkan kebutuhan individual pasiennya masing-masing. Namun, pada

kenyataannya banyak fasilitas asuhan kesehatan tidak memiliki ruangan

berstandar tinggi seperti yang dimaksud. Sebagai konsekuensi yang harus

dipikul dalam penataan ruangan tersebut, anak-anak yang menderita

penyakit akut kadang-kadang tidak menerima perhatian khusus serta

perawatan yang mereka inginkan yang sepatutnya harus mereka dapatkan.

Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak, mengigat anak

bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan

keluarga, kehidupan dan kesehatan anak juga dipengaruhi oleh dukungan

keluarga. Hal ini dapat telihat bila dukungan keluarga sangat baik maka

pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi bila dukungan

pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya

yang dapat menggangu psikologis anak (Hidayat, 2005).

Keberadaan anak di tengah-tengah keluarga sangat penting, baik dalam

perawatan anak sehat, maupun saat anak sakit. Keluarga dengan anak yang

sedang sakit di rumah menuntut keluarga itu sendiri untuk memberi

perawatan yang optimal pada anak.

BAB II

PEMBAHASAN

A.      PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK

1.        Filosofi Keperawatan Anak

Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang

dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang

berfokus pada keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma

(atraumatic care) dan manjemen kasus.

a.        Perawatan Berfokus Pada Keluarga

Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak

bagian dari keluarga. Dalam Pemberian Askep diperlukan keterlibatan

keluarga karena anak selalu membutuhkan orang tua di Rumah Sakit seperti

aktivitas bermain atau program perawatan lainnya. Pentingnya keterlibatan

keluarga ini dapat mempengaruhi proses kesembuhan anak. Program terapi

yang telah direncanakan untuk anak bisa saja tidak terlaksana jika

perawat selalu membatasi keluarga dalam memberikan dukungan terhadap anak

yang dirawat, hal ini hanya akan meningkatkan stress dan ketidaknyamanan

pada anak. Perawat dengan menfasilitasi keluarga dapat membantu proses

penyembuhan anak yang sakit selama dirawat. Kebutuhan keamanan dan

kenyamanan bagi orang tua pada anaknya selama perawatan merupakan bagian

yang penting dalam mengurangi dampak psikologis anak sehingga rencana

keperawatan dengan berprinsip pada aspek kesejahteraan anak akan

tercapai.

b.        Atrumatic Care

Atrumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada

anak dan keluarga. Atraumatik care sebagai bentuk perawatan terapeutik

dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak

psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan., seperti

memperhatikan dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan

dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan

berdampak adanya trauma untuk mencapai perawatan tersebut beberapa

prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:

1)      Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga

Dampak perpisahan dari keluarga akan menyebabkan kecemasan pada anak

sehingga menghambat proses penyembuhan dan dapat mengganggu pertumbuhan

dan perkembangan anak.

2)      Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak.

Kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak dapat

meningkatkan kemandirian anak dan anak akan bersikap waspada dalam segala

hal.

3)      Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak psikologis)

Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat

akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai tenik misalnya distraksi,

relaksasi dan imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka

cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

4)      Tidak melakukan kekerasan pada anak

Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat

berarti dalam kehidupan anak, yang dapat menghambat proses kematangan dan

tumbuh kembang anak.

5)      Modifikasi lingkungan

Melalui modifikasi lingkungan yang bernuansa anak dapat meningkatkan

keceriaan dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang

dan merasa nyaman dilingkungan.

c.         Manajemen kasus

Pengelolaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama dalam

pemberian asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian,

penentuan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari berbagai

kasus baik yang akut maupun kronis. Kemampuan perawat dalam mengelola

kasus secara baik akan berdampak pada proses penyembuhan. Pendidikan dan

ketrampilan mengelola kasus pada anak selama di RS akan mampu memberikan

keterlibatan secara penuh bagi keluarga.

2.        Falsafah Keperawatan Anak

a.       Pandangan perawat dalam pelayanan keperawatan anak keluarga,

pencegahan trauma, manajemen kasus.

b.      Dasar fokus Paradigma Keperawatan.

c.       Kehidupan anak ditentukan oleh lingkungan keluarga peran perawat :

memfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan.

d.      Perawat memperhatikan kemampuan keluarga dalam menentukan kekuatan dan

kelemahan pemberian pelayanan keperawatan.

e.       Dukungan keluarga.

f.       Keterlibatan dan kemampuan keluarga.

3.        Prinsip – Prinsip Keperawatan Anak

Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan

sebagai pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Prinsip dalam

asuhan keperawatan anak adalah:

a.    Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik,

dimana tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja melainkan anak

sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan

perkembangan menuju proses kematangan.

b.    Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan yang

sesuai dengan tahap perkembangan. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan

fisiologis (seperti nutrisi, dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat,

tidur dan lain-lain), kebutuhan psikologis, sosial dan spritual.

c.    Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan dan

peningkatan derjat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.

d.   Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada

kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif

dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Anak dikatakan sejahtera jika

anak tidak merasakan ganggguan psikologis, seperti rasa cemas, takut atau

lainnya, dimana upaya ini tidak terlepas juga dari peran keluarga.

e.    Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga

untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan meningkatkan kesejahteraan

hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek

moral (etik) dan aspek hukum (legal). Sebagai bagian dai keluarga anak

harus dilibatkan dalam pelayanan keperawatan, dalam hal ini harus terjadi

kesepakatan antara keluarga, anak dan tim kesehatan.

f.     Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi

atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk

biopsikososial dan spritual dalam kontek keluarga dan masyarakat.

g.    Pada masa yang akan datang kecendrungan perawatan anak berfokus pada

ilmu tumbuh kembang, sebab ilmu tumbuh kembang ini akan mempelajari aspek

kehidupan anak.

4.        Paradigma Keperawatan Anak

Paradigma keperawatan anak merupakan landasar berfikir dalam penerapan

ilmu keperawatan anak, dimana landasar berfikir tersebut terdiri atas

empat komponen.

a.        Anak

Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) adalah anak,anak

diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun

dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik,

psikologis, sosial dan spritual. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan

perkembangan yang dimulasi dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/ todler

(1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5 – 11 tahun),

remaja (11-18 tahun).

b.        Sehat dan Sakit

Rentang sehat sakit adalah suatu kondisi anak berada dalam status

kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit

kronis dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status

kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas

rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung

maupun tidak langsung, seperti apabila anak berada pada rentang sehat

maka upaya perawat untuk meningkatkan derjat kesehatan sampai mencapai

taraf sejahtera baik fisik, sosial maupun spritual.

c.         Lingkungan

Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dimaksud adalah

lingkungan eksternal maupun internal yang berperan dalam status kesehatan

anak.

1)        Lingkungan internal : Genetik, kematangan biologis, jenis kelamin,

intelektual,emosi dan adanya predisposisi atau resistensi terhadap

penyakit.

2)        Lingkungan eksternal : status nutrisi, orang tua, saudara kandung,

kelompok/geng, disiplin yang ditanamkan orang tua, agama, budaya, status

sosialekonomi, iklim, cuaca sekitar dan lingkungan fisik/biologis baik

rumah maupun sanitasi di sekililingnya.

Perkembangan anak sangat dipengaruhi ransangan terutama dari

lingkungan eksternal, yaitu lingkungan yang aman, peduli, dan penuh kasih

sayang.

d.        Keperawatan

Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan

kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal

dengan melibatkan keluarga seperti adanya dukungan, pendidikan kesehatan

dan upaya dalam rujukan ke tenaga kesehatan dalam program perawatan anak.

Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan

kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama, yaitu

asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan yang

terapetik.

Bentuk intervensi utama yang diperlukan anak dan keluarga adalah

pemberian dukungan, pemberian pendidika kesehatan dan upaya rujukan

kepada tenaga kesehatan lain yang berkompeten sesuai dengan kebutuhan

sesuai dengan kebutuhan anak.

B.       LINGKUP PRAKTEK DAN PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN ANAK

1.        Lingkup Praktek Keperawatan Anak

Dalam memberikan askep pada anak harus berdasarkan kebutuhan dasar

anak yaitu: kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan seperti asuh,

asih dan asah.

a.        Kebutuhan Asuh

Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi dalam

pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ini dapat meliputi kebutuhan akan

nutrisi atau gizi, kebutuhan pemberian tindakan keperawatan dalam

meningkatkan dan mencegah terhadap penyakit, kebutuhan perawatan dan

pengobatan apabila anak sakit, kebutuhan akan tempat atau perlindungan

yang layak dan lain-lain.

b.        Kebutuhan Asih

Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau

memperbaiki psikologi anak.

c.         Kebutuhan Asah

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak, untuk

mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dan sesuai dengan

usia tumbuh kembang.

2.        Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak

a.       Pemberi perawatan

b.      Sebagai advokat keluarga

c.       Pencegahan penyakit

d.      Pendidikan

e.       Konseling

f.       Kolaborasi

g.      Pengambilan keputusan etik

h.      Peneliti

C.      KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA

1.        Anak Sebagai Manusia Seutuhnya

Anak :

a.         Merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan

perkembangan (bayi sampai remaja)

b.         Merupakan anggota unik keluarga dalam suatu kultur dan masyarakat

c.         Merupakan anak dalam proses perkembangan 0-18 tahun:

-          Ciri fisik atau kognitif

-          Konsep diri

-          Pola koping

-          Perilaku social

d.        Diyakini bahwa anak bukan merupakan miniature orang dewasa, harta dan

kekayaan orang tua yang dinilainya dihitung secara ekonomi tetapi anak

adalah makhluk yang unik dan utuh, biopsiko-sosial cultural spiritual.

e.         Anak merupakan masa depan bangsa dan Negara (dunia) yang berhak atas

pelayanan kesehatan untuk memenuhi bkebutuhan spesifik pada tiap tahap

usia

Keluarga :

a.       Merupakan system terbuka untuk anggota keluarga bisa dirawat secara

efektif bila mengikutsertakan anggota keluarga lainnnya yang berpengaruh

dan terpengaruh oleh anggota keluarga memerlukan pelayanan keperawatan.

b.      Semua diperhatikan.

c.       Unit.

d.      Orang tua bertanggungjawab terhadap kesehatan anak.

e.       Tergantung tipe keluarga.

2.        Perawatan Berfokus pada Anak

a.       Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak, mengingat anak

bagian dari keluarga.

b.      Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, Untuk itu

keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau

sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, perry, 2002)

c.       Perawat yang bertindak sebagai pemberi pelayanan keperawatan

hendaknya berfokus pada keluarga, dgn memperhatikan kemampuan dalam

menentukan kekuatan dan kelemahan untuk dijadikan acuan dalam pemberian

pelayanan keperawatan. Untuk itu dalam pemberian askep diperlukan

keterlibatan keluarga. Hal ini sangat penting , mengingat anak selalu

membutuhkan orang tua selama di RS. Perawat dgn menfasilitasi keluarga

dapat membantu proses penyembuhan pada anak yang sakit selama di RS.

3.        Prinsip Perawatan Anak

a.       Keperawatan kesehatan anak meliputi hubungan antara perawat dengan

anak dan perawat dengan keluarga.

b.      Perawat tidak semata-mata merawat anak selama sakit, tetapi

bertanggungjawab secara keseluruhan yang memunhkinhkan pemenuhan

kebutuhan anak dan keluarga.

c.       Lingkungan di sekitar anak memegang peranan penting à perawat perlu

memahami bagaiman anak berinteraksi dengan lingkungannya.

d.      Perawat dipandang sebagai orang yang dapat bekerja secara efektif

dengan bayi dan anak serta dapat menciptakan suatu kondisi bagi anak lain

agar berfungsi lebih efektif dalam merawat anaknya.

e.       Berpikir kritis.

f.       Menggunakan data ilmiah.

g.      Untuk memilih intervensi yang serasi perawat mengikutsrtakan anak dan

keluarga.

h.      Perawat harus mempunyai keterampilan professional untuk dapat

memberikan askep yang berkualitas.

i.        Anak bukan miniatur ordes tetapi sebagai individu yang unik.

j.        Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai

dengan tahap perkembangan.

k.      Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit

dan peningkatan derajat kesehatan bukan hanya mengobati anak yang sakit.

l.        Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada

kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif

dalam memberikan askep anak.

m.    Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga

untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan

hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek

moral dan hukum.

n.      Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi

atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk

biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.

o.      Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus

pada ilmu tumbuh kembang, Sebab ilmu tumbuh kembang ini akan mempelajari

aspek kehidupan anak.

4.        Fungsi Perawatan Anak

a.        Family advokasi atau pembelaan

-            Bersama keluarga perawat mengidentifikasi kebutuhan anak, tujuan dan

merencanakan intervensi keperawatan yang cocok untuk memenuhi kebutuhan

anak dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak.

-            Perawat bertanggungjawab untuk memastikan bahwa keluarga mengetahui

semua pelayanan kesehatan tersedia, menjelaskan prosedur dan pengobatan,

mengikutsertakan dalam perawatan anak dan menganjurkan perubahan atau

mengsopport praktet pelayanan kesehatan.

-            Perawat menggunakan pengetahuannya untuk membantu anak dalam

mencapai keadaan fisik dan emosional yang optimal.

-            Perawat dapat terlibat dalam pendidikan, perubahan politik atau

legislative, rehabilitasi, skraning, administrasi.

b.        Prepention atau fasilitator

-            Perawat yang terlibat dalam perawatan oleh karena harus dapat

menjalankan praktek dalam berbagai dimensi pencegahan.

-            Merencanakan perawatan dalam berbagai aspek pertumbuhan dan

perkembangan (nutrisi, eliminasi, keamanan, perawatan gigi, sosialisasi,

disiplin sekolah).

-            Pendekatan yang paling baik adalah pendidikan dan antisipatoring

guidence.

-            Membimbing orang tua untuk mencegah kemungkinan adanya masalah.

c.         Health teaching

-            Tidak dapat dipisahkan dengan family advokasi dan prepention dan

dapat dilakukan di tiap tatanan pelayanan kesehatan.

-            Menyarankan orang tua untuk memberikan kesempatan pada anak merawat

dirinya sendiri dan meningkatkan rasa harga diri dan kerja sama anak.

-            Perawat sebagai role model bagi orang tua dan anakà bagaiman merawat

anak dan pengaruh kebiasaan hidup sehari-hari terhadap kesehatan anak.

d.        Support atau konseling

-            Support dapat dengan cara bermacam-macam, misalnya: dengan

mendengarkan, sentuhan, kehadiran fisik, hal ini dapat menolong anak

untuk mengadakan nonverbal.

-            Konseling bertukar pendapat untuk mengatasi masalah menjadi landasan

konseling.

e.         Terapeutik role

-            Bertugas untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental anak, termasuk

makan, mandi, minum, BAK, BAB, pakaian, keamanan social.

-            Bertanggungjawab terhadap pengobatan yang telah dirumuskan dokter

dan terhadap tindakannya dan keputusannya.

-            Aspek yang penting adalah pengkajian terus-menerus dan mengevaluasi

status fisik.

-            Pengawasan terhadap kebutuhan klien dan perkembangan secara individu

yang dapat mempengaruhi proses penyakit

f.         Koordinasi atau kolaborasi

-            Perawat sebagai anggota tim kesehatan bekerja sama dan

mengkoordinasi pelayanan keperawatan dengan kegiatan yang dilakukan

tenaga kesehatan lainnya.

-            Pendekatan interdisiplin memungkingkan asuhan holistic dengan saling

melengkapi.

-            Perawat bekerja sam dengan anak dan keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan.

-            Perawat mempunyai posisi penting untuk mengikutsertakan klien secara

langsung ataupun tidak langsung untuk mengkomunikasikan pendapatnta ke

tim kesehatan lainnya.

g.        Health care planning

-            Perawat tidak hanya berfokus pada keluarga inti saja, teta[pi juga

berperan dalam masyarakat yang lebih luas.

-            Harus tahu kebutuhan masyarakat secara aktif terlibat dalam

memelihara kesejahteraan

Perawat meningkatkan kualitas pelayanan dan menjalankan asuhan sesuai

dengan kode etik dan standar praktek

. Teori SistemSistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sistem merupakan suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan keseluruhan aspek sosial manusia, struktur, masalah-masalah organisasi, serta perubahan hubungan internal dan lingkungan disekitarnya. Sistem tersebut terdiri atas tujuan, proses dan isi. Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sehingga tujuan dapat memberikan arah pada sistem. Proses berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai, dan Isi terdiri atas bagian yang membentuk suatu sistem. Dalam mempelajari sistem, maka terlebih dahulu harus memahami teori tentang sistem. Karena teori tentang sistem akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada dalam sistem. Sistem tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah sistem yang antara satu dengan yang lainnya harus saling mempengaruhi.Sistem merupakan suatu komponen yang didalamnya memiliki subsistem yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan yang jelas. Dalam keperawatan, teori sistem merupakan suatu kesatuan yang harus di pelajarioleh seorang perawat sehingga dapat diterapkan dalam proses pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dalam sistem ada beberapa subsistem yang

saling mendukung. Dalam hal ini perawat harus mengetahui apa keluhan ataumasalah yang dialami pasien di dalam kehidupan masyarakat, di sini seorang perawat harus tahu bagaimana mempelajari masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat karena persepsi setiap orang dalam menanggapi suatu masalah yang terjadi berbeda. Proses tindakan yang akan di lakukan perawat untuk mengubah masukan yang telah muncul dalam kehidupan masyarakat, perawat harus mengubah cara pikir dari masyarakat terhadap berbagai masukan yang muncul. Setelah memberikan pelayanan kesehatan perawat melihat dan memahami bagaimana cara dari anggota masyarakat dalammenerima pelayanan kesehatan serta dampak atau apa akibat yang timbul dalam masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang di berikan. Pasien akan memberikan Umpan balik terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan perawat, dan pasien akan bertanya atau memberikan kritik tentang suatu masalah yang di hadapi. Disamping itu juga, Perawat harus mengetahui bagaimana lingkungan kediaman dari pasien tersebut sehingga memudahkan perawat mengetahui apa sebernarnya yang dialami pasien sampai menyebabkanpenyakit. Perlu di ketahui jika dalam suatu sistem telah kehilangan satu komponen maka sistem tersebut tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Suatu sistem akan berjalan dengan baik apabila di lakukan secara bertahapdan tetap berdasarkan tujuan.1. Tujuan SistemSuatu sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) atau mencapai suatu sasaran (objectives). Goal meliputi ruang lingkup yang luas, sedangkan objectives meliputi ruang lingkup yang sempit. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Karena suatu system dikatakan berhasil jika mencapai tujuan dan dikatakan gagal jika tujuannya tersebut tidak tercapai.2. Klasifikasi Sistema. Kesatuan atau NonsumatisivitasSuatu sistem yang dicirikan oleh sifat-sifat kesatuan. Keseluruhan lebih besar dari pada jumlah bagian-bagiannya, dan merupakan cara yang lazim untuk mendefinisikan konsep ini (Wright dan Leahey, 18984, young, 1982).b. Sistem SosialSistem sosial ialah suatu model organisasi sosial, sistem sosial merupakan suatu sistem yang hidup, yang memiliki suatu sistem unit yang berbeda-beda dengan bagian-bagian komponennya dan dapat dibedakan dari lingkungan oleh suatu batas yang didefinisikan secara jelas. Parson dan Bales (1955), mendefinisikan suatu sistem sosial suatu sistem yang terdiri dari peran-peran sosial yang dilihat oleh interaksi dan saling ketergantungan satu sama lain. (Anderson & Carter, 1974).c. Sistem TerbukaSistem yang dicirikan oleh tingkat interaksi sistem tersebut dengan lingkungan sekitarnya. Sebuah sistem terbuka adalah terdapat dalam suatu lingkungan yang dengannya sistem tersebut berinteraksi, sistem terbuka tersebut memperoeh asupan dan terhadap lingkungan sistem tersebut memberikan keluaran. Interaksi lingkungan sangat penting bagi keberlangsungan hidup sistem tersebut ( Buckley, 1967). Berdasarkan definisi ini suatu sistem yang hidup adalah sestem terbuka.d. Sistem TertutupSecara teoritis, sebuah sistem tertutup berbeda dengna sistem terbuka,

sistem ini tidak berinteraksi dengan lingkungan. Sebuah inti yang self complete, untuk kelangsungan hidupnya, sistem ini tidak tergantung kepadapertukaran lingkungan yang berlangsung terus-menerus. Karena belum ada sistem tertutup murni yang mendemonstrasikan dalam realita, tertutup menyatakan suatu kurangnya pertukaran energi yang melewati batas-batas suatu sistem(Parson & Bales, 1955).3. Pendekatan Yang Dapat digunakan untuk Menerangkan Dalam Sistema. ProsedurProsedur yaitu “suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang berupa urutan kegiatan yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu”. Prosedur adalah “rangkaian operasi klerikal (tulis menulis), yang melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen yang digunakan untuk menjamin penanganan yang seragam. b. Komponen/elemenKomponen yaitu “kumpulan komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Suatu sistem dapat terdiri dari beberapa subsistem, dan sub-sub sistem tersebut dapat pula terdiri dari beberapa sub-sub sistem yang lebih kecil.B. Konsep BerubahBerubah adalah bagian dari kehidupan setiap orang; berubah adalah cara seseorang bertumbuh, berkembang, dan beradaptasi. Perubahan dapat positifatau negatif terencana atau tidak terencana. Perubahan adalah proses membuat sesuatu yang berbeda dari sebelumnya ( Sullivan dan Decker,2001).Jadi Perubahan adalah suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis. Artinya dapat menyesuaikan diri dari lingkungan yang ada.Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.Proses berubah bersifat integral dengan banyak bidang keperawatan, seperti pendidikan kesehatan, perawatan klien, dan promosi kesehatan. Proses berubah ini melibatkan klien individu, keluarga, komunitas, organisasi, keperawatan sebagai profesi, dan seluruh sistem pemberian perawatan kesehatan.Perubahan dapat meliputi mendapatkan pengetahuan, mendapatkan keterampilan baru, atau mengadaptasi pengetahuan saat ini dari segi informasi baru. Perubahan ini terutama sulit saat muncul tantangan terhadap nilai dan keyakinan seseorang, cara berpikir, atau cara berhubungan. Misalnya, orang yang kecewa menjadi marah dan berbuat negatif serta melakukan perilaku destruktif (Tomey,2000).Bagi sebagian individu, perubahan dapat dipandang sebagai suatu motivatordalam meningkatkan prestasi atau penghargaan. Tapi kadang-kadang perubahan juga dipandang sebagai sesuatu yang mengancam keberhasilan seseorang dan hilangnya penghargaan yang selama ini didapat.Perubahan muncul dalam beberapa macam, ada yang bersifat positif dan yangbersifat negatif. Perubahan positif dapat membawa pandangan individu menjadi lebih berkembang, menjadi lebih luas cara berpikirnya. Perubahan negatif dapat menyebabkan individu menjadi menurun atau terfokus pada hal-hal yang dapat merugikan dirinya sendiri.Perawat harus mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan dari individu sehingga memudahkannya untuk mengetahui apakah perubahan yang terjadi

pada pasien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Disamping itu perubahan yang terjadi pada seorang pasien bergantung pada bagaimana sikap seorang perawat melakukan pelayanan kesehatan. Contohnya, dalam memberikan pelayanan kepada seorang pasien yang sedang sakit parah. Peranseorang perawat disini sangat penting, karena seorang pasien yang sakit parah sangat membutuhkan banyak dukungan bahkan perhatian baik dari keluarganya maupun dari perawat itu sendiri. Tapi jika sikap seorang perawat itu tidak memperhatikan apa yang sedang dibutuhkan pasien tersebut maka dalam hal ini, seorang perawat di anggap gagal dalam melakukan pelayanan terhadap pasien. Karena salah satu bagian yang sangatpenting, ketika menjadi seorang perawat adalah bagian dari melayani.Ketika kita melayani dengan sungguh-sungguh kepada seseorang (pasien), tanpa melihat latar belakang dari orang (pasien) tersebut, itu dapat di ibaratkan kita sedang melayani Tuhan. Karena jika kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, maka dampak yang akan kita peroleh jugaterutama kita sebagai seorang perawat, lebih besar dan akan sangat bermanfaat bagi kehidupan kita.1. Kecepatan PerubahanKecepatan suatu perubahan akan meliputi berbagai aspek di antaranya :a. Jenis dan kecepatan suatu perubahan akan mempengaruhi sistem respon terhadap perubahan itu sendiri,b. Perubahan yang terjadi dengan cepat memungkinkan seseorang resisten terhadap perubahan,c. Perubahan yang sangat lambat, biasanya diasumsikan sebagai yang mudah untuk diimplementasikan. 2. Pola PerubahanPola perubahan meliputi :a. Perubahan dapat berlangsung terus menerus , kadang-kadang, atau jarang,b. Perubahan yang dapat diprediksi menungkinkan adanya persiapan, tetapi yang bersifat tiba-tiba atau tidak dapat diperkirakan akan sulit meresponsecara efektif,c. Perubahan yg tiba-tiba akan sulit untuk ditangani.3. Karakteristik PerubahanKarakteristik perubahan yaitu :a. Tidak semua perubahan itu sama,b. Tidak dapat dianalisis bersama-sama,c. Berbeda : jenis, intensitas, pola,dan kecepatan.4. Alasan Perubahan diperlukanAlasan mengapa perubahan itu diperlukan dalam praktek keperawatan yaitu:a. Meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi perawat dan klien,b. Meningkatkan profitability,c. Meningkatkan kinerja ,d. Memberikan kepuasan bagi individu dan kehidupan sosialnya.

C. Konsep Holistic Care : Caring, Holisme, Humanisme.1. HOLISTIK CAREKlinik Keperawatan Terpadu HOLISTIC CARE merupakan klinik yang dikelola oleh Fakultas IlmuKeperawatan Universitas Indonesia. Pembentukan klinik ini merupakan bagian dari program strategis pengembangan fakultas dalam upaya untuk mengembangkan terapi modalitas keperawatan danmenerapkan

ilmu-ilmu keperawatan dalam bentuk pengabdian terhadap masyarakat dalam bidang kesehatan. Pelayanan pada klinik HOLISTIC CARE didasarkan pada konsep keperawatan holistik yang meyakini bahwa penyakit yang dialami seseorang bukan saja merupakan masalah fisik yang hanya dapat diselesaikan dengan pemberian obat semata. Pelayanan keperawatan holistikmemberikan pelayanan kesehatan dengan lebih memperhatikan keutuhan aspek kehidupan sebagai manusia yang meliputi kehidupan jasmani, mental, sosialdanspiritual yang saling mempengaruhi. Klinik ini tidak saja menawarkan pelayanan keperawatan dengan memanfaatkan teknologi perawatan moderen maupun beragam terapi alternatif ataupun komplementer, tetapi juga pelayanan konseling dan promosikesehatan untuk semua tahapan usia.2. HOLISMEHolisme, bila ditelusuri dari akarnya berasaldari konsep Aristoteles (filosof dari Yunani),Baruch Spinoza (filosof Belanda), dan WilliamJames (filosof dan psikolog dari Amerika), yangberkaitan dengan pergerakan Gestalt sebelumperang duniaKonsep holisme selalu mengemukakan bahwa organisme merupakan satu kesatuan yang utuh, bukan terbagi-bagi dalam bagian-bagian. Pikiran dan tubuh bukan merupakanbagian yang terpisah, tetapi merupakan satubagian yang utuh, dan apabila terjadi sesuatu pada salah satunya maka akan berpengaruh pada keseluruhan.Konsep humanisme yang diusung oleh Abraham Maslow mengemukakan bahwa yangmenentukan keberhargaan seorang manusia adalah kapasitas atau kemampuannya untuk dapat merealisasikan diri. Teori humanistic percaya bahwa manusia memiliki potensi diri untuk sehat dan kreatif, jika kita mau menerima tanggung jawab bagi kehidupan dirikita sendiri. Menurut Maslow dalam hirarki kebutuhan,manusia dapat mencapai puncak dari kebutuhan yaitu aktualisasi diri jika kebutuhan-kebutuhan dasar sudah terpenuhidengan baik. Kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut adalah kebutuhanfisiologis,kebutuhan rasa aman, kebutuhan dicintai dan mencintai, dan kebutuhan akan harga diri. Rogers berpendapat bahwa manusia dipandang dengan unconditional positiveregards. Pandangan ini selalu memandangbahwamanusia dapat berfungsi secara utuh,sehingga pada akhirnya dapat menerimadiri kemudian dapat merealisasikan diri nya dengan baik.3. HUMANISMEPerkembangan psikologi humanistik tidaklepas dari pandangan psikologi holistik danhumanistik. Pekembangan aliran-aliranbehaviorisme dan psikoanalisis yang sangatpesat di Amerika Serikat ternyata merisaukanbeberapa pakar psikologi di negara itu. Mereka melihat bahwa kedua aliran itumemandang manusia tidak lebih darikumpulan refleks dan kumpulan naluri saja. Mereka juga menganggap kedua aliran itumemandang manusia sebagai makhluk yangsudah ditentukan nasibnya, yaitu olehstimulusatau oleh alam ketidakkesadaranmanusia.Dan yang tidak kalah penting,mereka berkesimpulan bahwa kedua aliran itumenganggap manusia sebagai robot atausebagai makhluk yang pesimistik dan penuh masalah. Humanistik mengatakan bahwa manusiaadalah suatu ketunggalan yang mengalami,menghayati dan pada dasarnya aktif, punyatujuan serta punya harga diri. Karena itu,walaupun dalam penelitian boleh sajadilakukan analisis rinci mengenai bagian-bagian dari jiwa manusia, namun dalam penyimpulanya, manusia harus dikembalikan dalam kesatuan yang utuh. Pandangan seperti ini adalah pandangan yang holistik.

D. TRANSCULTURAL NURSING1. PengertianTranscultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dankesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensidari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakankeperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secaraumum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan danbimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.2. Konsep dalam Transcultural Nursinga. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yangdipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.b. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).d. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.e. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan padamendiskreditkan asal muasal manusia.g. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.h. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.i. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupanmanusia.

j. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.k. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatanuntuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripadakelompok lain.3. Keperawatan Transkultural dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya.2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien.3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatandengan budaya baru.4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.

Share this:

Twitter Facebook9