prolog - PERSI

393
PROLOG Tanpa dapat dihindari, akhirnya Wabah Pandemi Covid-19, dalam hitungan bulan menyebar ke seluruh dunia. Setiap Negara merespon dengan caranya masing-masing dengan dibekali pengalaman yang terbatas dalam menangani pandemi yang menyerang secara masif. Negara yang siap dengan protokol kesehatan teruji dalam menghadapi pandemi virus serupa corona hanya sedikit dan tetap kewalahan menghadapi pandemic Covid-19. Pada akhirnya setiap Negara dipaksa untuk belajar dengan cepat dan saling berbagi pengalaman dalam menghadapi pandemi Covid-19. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Dengan berbagai dinamika yang terjadi sejak awal pandemi Covid-19 diprediksi masuk, Indonesia telah bekerja keras untuk menghadapi pandemi. Seluruh sumber daya yang dimiliki pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat luas dikerahkan untuk menangani Covid-19. Aral rintangan terjadi, tidak sedikit konflik dan perbedaan pendapat yang mengemuka, tapi pada akhirnya banyak pelajaran yang bisa didapat. Kondisi pandemi Covid-19 telah mengajarkan seluruh komponen banyak hal. Birokrasi dituntut belajar untuk melayani masyarakat dengan cepat ditengah situasi ketidakpastian, belajar untuk menghapus sekat ego sectoral antar lembaga pemerintah, belajar untuk mengoptimalkan anggaran demi kepentingan terbesar, hingga belajar untuk saling menahan diri diantara para pemimpin bangsa. Dunia kesehatan pun dituntut untuk kembali fokus pada kesehatan masyarakat, belajar untuk waspada terhadap setiap risiko kesehatan, belajar melawan penyakit tanpa obat, belajar menghilangkan ego spesialistik, ego keahlian, dan yang terpenting belajar kembali makna “mencegah lebih baik dari mengobati”. Masyarakat juga dituntut kembali belajar, belajar kembali bagaimana pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, belajar untuk kembali saling berbagi saling bertoleransi, belajar untuk menahan diri dari sikap konsumtif, hingga belajar untuk kembali hidup dalam keluarga, dan terpenting belajar bagaimana suatu bangsa harus menghadapi tantangan bersama tanpa melihat sekat ekonomi, sekat politik, sekat agama, hingga sekat budaya. Disinilah Ketahanan Nasional Bangsa diuji. Dari nilai-nilai Ideal diatas, IndoHCF bersama organisasi-organisasi terkait kesehatan lainnya menyadari bahwa seluruh pembelajaran dari wabah pandemi Covid-19 ini hanya bermanfaat dan berguna jika segenap pemangku kepentingan, organisasi, ataupun individu berkolaborasi. Berkolaborasi tidak dimaknai sebagai koordinasi atau kerjasama semata, kolaborasi adalah gotong royong, saling berbagi, saling berpotensiasi untuk kepentingan dan tujuan bersama.

Transcript of prolog - PERSI

PROLOG

Tanpa dapat dihindari, akhirnya Wabah Pandemi Covid-19, dalam hitungan bulan menyebar ke seluruh dunia. Setiap Negara merespon dengan caranya masing-masing

dengan dibekali pengalaman yang terbatas dalam menangani pandemi yang menyerang secara masif. Negara yang siap dengan protokol kesehatan teruji dalam

menghadapi pandemi virus serupa corona hanya sedikit dan tetap kewalahan menghadapi pandemic Covid-19. Pada akhirnya setiap Negara dipaksa untuk belajar dengan

cepat dan saling berbagi pengalaman dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Dengan berbagai dinamika yang terjadi sejak awal pandemi Covid-19 diprediksi masuk, Indonesia telah bekerja keras untuk menghadapi pandemi. Seluruh sumber daya

yang dimiliki pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat luas dikerahkan untuk menangani Covid-19. Aral rintangan terjadi, tidak sedikit konflik dan perbedaan pendapat

yang mengemuka, tapi pada akhirnya banyak pelajaran yang bisa didapat.

Kondisi pandemi Covid-19 telah mengajarkan seluruh komponen banyak hal. Birokrasi dituntut belajar untuk melayani masyarakat dengan cepat ditengah situasi

ketidakpastian, belajar untuk menghapus sekat ego sectoral antar lembaga pemerintah, belajar untuk mengoptimalkan anggaran demi kepentingan terbesar, hingga belajar

untuk saling menahan diri diantara para pemimpin bangsa.

Dunia kesehatan pun dituntut untuk kembali fokus pada kesehatan masyarakat, belajar untuk waspada terhadap setiap risiko kesehatan, belajar melawan penyakit tanpa

obat, belajar menghilangkan ego spesialistik, ego keahlian, dan yang terpenting belajar kembali makna “mencegah lebih baik dari mengobati”.

Masyarakat juga dituntut kembali belajar, belajar kembali bagaimana pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, belajar untuk kembali saling berbagi saling bertoleransi,

belajar untuk menahan diri dari sikap konsumtif, hingga belajar untuk kembali hidup dalam keluarga, dan terpenting belajar bagaimana suatu bangsa harus menghadapi

tantangan bersama tanpa melihat sekat ekonomi, sekat politik, sekat agama, hingga sekat budaya.

Disinilah Ketahanan Nasional Bangsa diuji.

Dari nilai-nilai Ideal diatas, IndoHCF bersama organisasi-organisasi terkait kesehatan lainnya menyadari bahwa seluruh pembelajaran dari wabah pandemi Covid-19 ini

hanya bermanfaat dan berguna jika segenap pemangku kepentingan, organisasi, ataupun individu berkolaborasi. Berkolaborasi tidak dimaknai sebagai koordinasi atau

kerjasama semata, kolaborasi adalah gotong royong, saling berbagi, saling berpotensiasi untuk kepentingan dan tujuan bersama.

Dengan menyelenggarakan Serial Webinar Kolaborasi Covid-19, seluruh pemangku kepentingan yang terlibat berharap seluruh pembelajaran dari setiap organisasi dan

individu dapat dibagi, diinisiasi, diadvokasi, direplikasi, dan atau didokumentasikan sebagai pustaka ilmu pengetahuan yang terkelola dengan baik (knowledge management)

sehingga bermanfaat tidak hanya untuk generasi saat ini tetapi generasi masa depan.

Harus disyukuri, dari 20 Seri Webinar Kolaborasi Covid-19 yang telah terselenggara sepanjang Medio April-Juni 2020, berhasil mengumpulkan beragam informasi/ bahan

pengetahuan dari narasumber terkait 20 topik strategis dan praktis terkait penanganan Covid-19. Webinar kolaborasi Covid-19 diikuti ratusan bahkan ribuan

individu/kelompok pada setiap serinya dan besar harapan kami, hal tersebut mampu memberikan insight berbeda bagi setiap individu/kelompok yang mendengarkannya.

Dengan segala keterbatasan yang ada, Penyelenggara Webinar Kolaborasi Covid-19 berupaya untuk menghimpun dan menyimpulkan seluruh informasi yang diperoleh

menjadi suatu bunga rampai pembelajaran yang berharga bagi para pemangku kepentingan. Ringkasan bunga rampai tersebut telah dikumpulkan dalam buku sederhana

ini dan seluruh bahan materi yang disampaikan sepanjang 20 seri Webinar Kolaborasi dapat diakses langsung di www.indohcf.com

Apresiasi tak terhingga kami berikan kepada seluruh organisasi/institusi, para narasumber dan individu yang selama ini aktif berkolaborasi mendukung jalannya Webinar

Kolaborasi. Untuk itu semoga langkah para kolaborator dalam menangani Covid-19 senantiasa dimudahkan dan menjadi benih yang bermanfaat bagi kesehatan

masyarakat.

Akhir kata, semoga seluruh pembelajaran yang dibagikan selama ini dalam Webinar Kolaborasi Covid-19 menjadi sumber informasi dan pengetahuan yang bermanfaat

bagi seluruh komponen Bangsa.

Terima Kasih.

Ketua Umum Ikessindo- IndoHCF-KREKI,

Koodinator Kolaborasi, Ketua Panitia,

Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS Dr. dr. Tb. Rachmat Sentika, Sp.A, MARS

BUKU I: SERI I‐V

Kata Pengantar 2               

Daftar Isi 6               

Isi

1. 11            

1.1 Kontijensi Plan Tim Dokter Dalam Menghadapi COVID‐19 12            

1.2 Tantangan Dokter Gigi Dalam Menghadapi COVID‐19 55            

1.3 Tantangan Para Tenaga Perawat Dalam Menghadapi COVID‐19 91            

1.4 Rumusan Kesimpulan 103          

2. 104          

2.1 COVID‐19 Disease Dynamics 105          

2.2 COVID‐19 Modelling Scenarios Indonesia 122          

2.3 Skenario Perkembangan COVID‐19 di Indonesia 156          

2.4 Rumusan Kesimpulan 162          

3. 164          

3.1 Standar/Persyaratan APD Bagi Petugas Kesehatan 165          

3.2 Strategi Pemenuhan APD Dengan Pemberdayaan Potensi Produksi Dalam Negeri & Kendalanya 186          

3.3 Pengelolaan APD Dalam Upaya Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (Studi Kasus RSUP Dr. Sardjito) 199          

3.3 Rumusan Kesimpulan 231          

4. 232          

4.1 Pengembangan Sistem Informasi COVID‐19 di Kemenkes RI 233          

4.2 SISTEM CERDAS Untuk COVID 19 :Harapan ‐ Kenyataan ‐ Solusi 252          

4.3 Pencegahan Penyebaran COVID‐19 Berbasis IT & Big Data 275          

4.4 Rumusan Kesimpulan 279          

DAFTAR ISI

Serial I: Tantangan Dokter‐Drg‐Perawat Dalam Menghadapi COVID‐19

Serial II: Prediksi dan Skenario Plan Dalam Menghadapi COVID‐19

Serial III: Bagaimana Memenuhi Kecukupan APD & Mengantisipasi Sustainabilitasnya

Serial IV: Tantangan Mewujudkan Sistem Informasi COVID‐19 yang Terintegrasi dan Berbasis Data

5. 281          

5.1 Bagaimana Mekanisme Klaim Biaya Pasien COVID‐19 di Faskes Primer & Rujukan 282          

5.2 Masalah dan Solusi Pembiayaan RS Daerah di Era COVID‐19 307          

5.3 Masalah dan Solusi Pembiayaan RS Swasta di Era COVID‐19 326          

5.4 Rumusan Kesimpulan 336          

BUKU II: SERI VI‐X

Kata Pengantar 2               

Daftar Isi 6               

Isi

6. 11            

6.1 Model Perhitungan Pembiayaan dan Prosedur Klaim COVID‐19 12            

6.2 Bagaimana Menyiapkan dan Mengajukan Klaim COVID‐19 Untuk Verifikasi 26            

6.3 Bagaimana Prosedur Pembayaran Klaim COVID‐19 dan Jawaban Webinar Serial 5 49            

6.4 Rumusan Kesimpulan 63            

7. 72            

7.1 Regulasi & Kebijakan Pemerintah Tentang Peran Fasyankes Primer dalam Penanggulangan COVID‐19 73            

7.2 Strategi Penggerakan Puskesmas dalam Penanggulangan COVID‐19 di DKI Jakarta 106          

7.3 Pengalaman Kota Tangerang Selatan dalam Penanggulangan COVID‐19 melalui Pemberdayaan Masyarakat dan Peningkatan Fungsi Puskesmas 143          

7.4 Rumusan Kesimpulan 169          

8. 171          

8.1 Penanganan Pasien COVID‐19, Perlindungan Diri, Orang Terdekat dan Masyarakat Dalam Perspektif Perawat 172          

8.2 Upaya Perlindungan Dokter/Perawat Terhadap Diri Sendiri & Orang Terdekat Serta Bagaimana Persepsi/Sikap Masyarakat & Mengatasinya 193          

8.3 Mispersepsi Masyarakat Terhadap Petugas Kesehatan COVID‐19: Bagaimana Mengatasinya? 208          

8.4 Rumusan Kesimpulan 230          

9. 232          

9.1 Kronologis Permasalahan dan Potensi Solusi Pengadaanan Alat Kesehatan di Masa COVID‐19 233          

Serial V: Prosedur, Kebijakan dan Tata Cara Klaim Biaya Pasien COVID‐19

Serial VI: Bagaimana RS Mempersiapkan Klaim Biaya Pasien COVID‐19

Serial VII: Peran Fasyankes Primer Dalam Penanggulangan COVID‐19

Serial VIII: Stigmata Petugas Kesehatan: Berdedikasi & Berjasa Tapi Ditolak Mulai Dari Kost s/d Liang Lahat

Serial IX: Pandemi COVID‐19: Alkeslab Penyelamat Nyawa ‐ Bisnis Beretika VS Mafia

9.2 Pertimbangan Etika Dalam Mengambil Keputusan di Saat Genting 241          

9.3 Upaya Mencegah Tumbuhnya Mafia Dalam Pengadaanan Alat Kesehatan di Masa Pandemi COVID‐19 253          

9.4 Penegakan Kepatuhan dan Anti‐Korupsi Dalam Proses Pengadaan Obat dan Alkeslab di Masa Pandemi COVID‐19 264          

9.5 Rumusan Kesimpulan 301          

10. 302          

10.1 Simulasi Perhitungan Biaya Pelayanan COVID‐19 303          

10.2 Bagaimana Perhitungan Biaya Klaim Dalam Proses Verifikasi & Mencegah Penolakan Klaim/dispute 324          

10.3 Analisa Biaya Klaim Pelayanan COVID‐19: Apakah Sudah Sesuai Dengan Beban Biaya di RS? 340          

10.4 Studi Kasus Analisa Biaya Klaim Pelayanan COVID‐19 353          

10.5 Rumusan Kesimpulan 365          

BUKU III: SERI XI‐XV

Kata Pengantar 2               

Daftar Isi 6               

Isi

11. 11            

11.1 Bagaimana Kebijakan dan Implementasi Telemedicine di Era COVID‐19 12            

11.2 Kewenangan Klinis & Praktek Kedokteran dalam pemanfaatan Telemedicine di era pandemi COVID‐19 30            

11.3 Kajian Terhadap SE MENKES & PERKONSIL Tentang Pemanfaatan Telemedicine di Era Pandemi COVID‐19 41            

11.4 Studi Kasus: Implementasi & Pola Tarif Telemedicine dalam Pelayanan Kesehatan 51            

11.5 Rumusan Kesimpulan 61            

12. 63            

12.1 Regulasi tentang Insentif dan Tunjangan Bagi Petugas Kesehatan yang Menangani COVID‐19 64            

12.2 Tata Cara Pengajuan dan Pembayaran Insentif Petugas Kesehatan yang Menangani COVID‐19 78            

12.3 Kebijakan Pemda DKI Jakarta dalam Pemberian Insentif & Santunan Duka Cita Untuk Petugas Kesehatan yang Merawat COVID‐19 110          

12.4 Rumusan Kesimpulan 117          

13. 119          

Serial XI: Pemanfaatan Telemedicine Dalam Pelayanan Kesehatan di Era Pandemi COVID‐19

Serial X: Analisa Biaya dan Simulasi Klaim Pelayanan COVID‐19 di RS

Serial XII: Regulasi & Tata Cara Pengajuan/Pembayaran Insentif & Santunan Bagi Petugas Kesehatan yang Menangani COVID‐19

Serial XIII: Diagnosis dan Penatalaksanaan COVID‐19 ‐ Terkini

13.1 Diagnosis & Penatalaksanaan COVID‐19 di Rawat Jalan, IGD & Rawat Inap 120          

13.2 Diagnosis & Penatalaksanaan COVID‐19 di Ruang Intensif 168          

13.3 Rumusan Kesimpulan 193          

14. 194          

14.1 Kesiapan Masyarakat dalam New NormalStudi Ketaatan Masyarakat dalam PSBB 195          

14.2 The New Normal Sejarah Fakta di Berbagai Negara dalam Menanggulangi COVID‐19 216          

14.3 Sisi Akademis New Normal 237          

14.4 Rumusan Kesimpulan 306          

15. 308          

15.1 Kebijakan Pemanfaatan Obat Traditional di Era Pandemi COVID‐19 309          

15.2 Potensi Tumbuhan Obat Indonesia Untuk Pengembangan Anti Virus 337          

15.3 Peran GP Jamu di Era Pandemi COVID‐19 372          

15.4 Rumusan Kesimpulan 393          

BUKU IV: SERI XVI‐XX

Kata Pengantar 2               

Daftar Isi 6               

Isi

11. 11            

16.1 Pencegahan dan Pengendalian COVID‐19di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri 12            

16.2 Penerapan PSBB Transisi di Wilayah DKI Jakarta 27            

16.3 Strategi Jawa Barat Memasuki Adaptasi Kehidupan Baru Pandemi COVID‐19 50            

16.4 Rumusan Kesimpulan 77            

17. 79            

17.1 Urgensi, Variasi, Jenis dan Interpretasi Rapid Test 80            

17.2 Perkembangan Produksi Rapid Test Buatan Indonesia 111          

Serial XIV: Mendefinisikan New Normal di Indonesia: Apa, Kapan, Di mana, Siapa dan Bagaimana

Serial XV: Kesehatan Tradisional & Prospek Jamu Indonesia Era Pandemi COVID‐19

Serial XI: Pemanfaatan Telemedicine Dalam Pelayanan Kesehatan di Era Pandemi COVID‐19

Serial XVII: Serba Serbi Rapid Test & Kriteria/Persyaratan Perjalanan di Era COVID‐19

17.3 Kriteria dan Syarat Perjalanan di Era COVID‐19 124          

17.4 Rumusan Kesimpulan 150          

18. 151          

18.1 Kebijakan dan Dukungan Pemerintah Terhadap Inovasi Kesehatan Menuju Kemandirian Nasional 152          

18.2 Hasil Pengembangan Inovasi Kesehatan di Era Pandemi COVID‐19 168          

18.3 Bagaimana Mewujudkan Inovasi Kesehatan Dalam Negeri dan Menjadi Tuan Rumah di Negara Sendiri 197          

18.4 Rumusan Kesimpulan 211          

19. 213          

19.1 Kriteria Diagnosis Jenazah yang Dimakamkan Dengan Protokol COVID‐19 214          

19.2 Kriteria,Protokol, S gma & Kendala di Lapangan:Pemakaman Jenasah COVID‐19 234          

19.3 Bagaimana Resiko Penularan Pada Jenazah COVID‐19 246          

19.4 Rumusan Kesimpulan 265          

20. 268          

20.1 Seputar COVID‐19: HOAX atau FAKTA? 269          

20.2 Mengapa Timbul Stigma Negatif Terhadap COVID‐19 di Masyarakat? 304          

20.3 Bagaimana Agar Masyarakat Berperilaku & Pola Pikir Positf Menghadapi COVID‐19 & New Normal? 323          

20.3 Rumusan Kesimpulan 345          

Serial XVIII: Peluang Inovasi Kesehatan di Era Pandemi COVID‐19 Sebagai Batu Loncatan Menuju Kemandirian

Serial XIX: Mengapa Terjadi Penolakan Prosedur Pemakaman Jenasah di Sebagian Masyarakat?

Serial XX: Menyikapi Hoax dan Membangun Pola Pikir/Perilaku Positif Masyarakat Menghadapi COVID‐19 & New Normal

#SERIALXI

PEMANFAATANTELEMEDICINEDALAMPELAYANANKESEHATAN

DIERAPANDEMICOVID-19

13:00–13:05 Pembukaan&PengantarOleh:DR.dr.Supriyantoro,Sp.P,MARS–KetuaUmumIndoHCF–KREKI–

IKKESINDO13:05–13:20 BagaimanaKebijakandanImplementasiTelemedicinedierapandemiCOVID-19

oleh:dr.AgusHadianRahim,Sp.OT(K),M.Epid,MH.Kes–SekretarisDirektoratJenderalPelayananKesehatanKementerianKesehatanRI

13:20–13:35 KewenanganKlinis&PraktekKedokterandalampemanfaatanTelemedicinedierapandemiCovid19oleh:Prof.Dr.dr.BambangSupriyatno,Sp.A(K)–KetuaKonsilKedokteranIndonesia

13:35–13:50 KajianterhadapSEMENKES&PERKONSILtentangpemanfaatanTELEMEDICINEdierapandemiCovid19oleh:Prof.Dr.dr.BudiWiweko,Sp.OG(K),MPH–IkatanDokterIndonesia

13:50–14:05 Studikasus:implementasi&polatarifTelemedicinedalampelayanankesehatanOleh:dr.GraceF.Indradjaja-IKKESINDO

14:05–14:50

DiskusidanTanyaJawabModerator:Prof.dr.BudiSampurna,DFM.,S.H.,Sp.F(K),SpKP-PERSI

14:50–15:00 Rangkuman&Penutup

Bagaimana Kebijakan dan ImplementasiTelemedicinedierapandemi COVID-19

dr.Agus Hadian Rahim,Sp.OT(K),M.Epid,MH.KesSekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan KEMENKESRI

Oleh: Dr. dr. Agus Hadian Rahim, Sp.OT (K), M.Epid, MH.Kes

Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia

IMPLEMENTASI TELEMEDICINE DALAM RANGKA CORONA VIRUS DISEASE 2019

(COVID-19)

“Saya berharap inovasi-inovasi yang telahdikembangkan mampu membangun ekosistemdigital yang terintegrasi dengan baik serta mampumeningkatkan kinerja, efektifitas, dan efisiensidalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatankepada masyarakat Indonesia dan dapat benar-benar diimplementasikan dengan baik.”

Menteri KesehatanLetjen TNI (Pur.) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad(K) RI

Surat Himbauan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor YR.03.03/III/III8/20201. Rumah Sakit memberikan pelayanan pada pasien Covid-19 dan melengkapi semua

kelengkapan penanganan kasus Covid-19 dan APD bagi semua petugas kesehatan sesuai kriteria masing-masing ruang pelayanan/risiko pelayanan

2. Rumah Sakit menunda pelayanan elektif , dengan tetap memberikan pelayanan yang bersifat gawat darurat dan membutuhkan perawatan segera untuk penyakit-penyakit selain Covid-19.

3. Mengembangkan pelayanan jarak jauh (telemedicine) atau aplikasi online lainnyadalam memberikan pelayanan kepada pasien dan keluarga pasien yang memerlukan.

4. Dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang berusia di atas 60 tahun dan ada penyakit penyerta, dianjurkan bekerja dari rumah dan menggunakan telemedicine.

5. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan pelayanan RS di wilayahnya

DasarKetentuan

Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia

01

02

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20

Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas

Pelayanan Kesehatan

Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/303/2020

tentang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui pemanfaatanteknologi informasi dan komunikasi dalam rangka pencegahan penyebaran

Coronavirus Disease (COVID-19)

03Peraturan Konsil Kedokteran

Indonesia Nomor 74 Tahun 2020

tentang Kewenangan Klinis dan

Praktik Kedokteran melalui

Telemedicine Pada Masa Pandemi

Covid-19 di Indonesia

DEFINISI

“Pelayanan telemedicine merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan olehDokter dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untukmendiagnosis, mengobati, mencegah, dan/atau mengevaluasi kondisi kesehatanpasien sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya, yang dibuktikan dengansurat tanda registrasi (STR) dengan tetap memperhatikan mutu pelayanan dankeselamatan pasien”(Surat Edaran Menkes HK.02.01/MENKES/303/2020)

adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional kesehatandengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaraninformasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera, penelitiandan evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untukkepentingan peningkatan kesehatan individu dan masyarakat”(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019)

“Telemedicine”

Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia

Peminta Konsultasi

Pemberi Konsultasi

PRINSIP PELAYANAN TELEMEDICINE ANTAR FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

Dilakukan Tenaga Medis/Tenaga Kesehatan # Wajib Memiliki SIP di Fasyankes

Kirim File Data/Image

Kirim Expertise/Konsultasi

PMK No. 20 Th. 2019

ANTAR

FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

(1) SE MENKES HK.02.01/MENKES/303/2020Kewenangan KlinisDokter

} Anamnesa

} Pemeriksaan fisik tertentu yang dilakukan melalui

audiovisual

} Pemberian anjuran/nasihat yang dibutuhkan

berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang, dan/atau

hasil pemeriksaan fisik tertentu.

} Penegakkan diagnosis

} Penatalaksanaan dan pengobatan pasien,

} Penulisan resep obat dan/atau alat kesehatan,

diberikan kepada pasien sesuai dengan diagnosis.

} Penerbitan surat rujukan untuk pemeriksaan atau

tindakan lebih lanjut ke laboratorium dan/atau

fasilitas pelayanan kesehatan sesuai hasil

penatalaksanaan pasien

Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia

(2) KETENTUAN PENULISAN RESEP ELEKTRONIK DAN/ATAU ALATKESEHATAN

Penyelenggaraan resep elektronik tertutup dilakukan melalui aplikasi dari

Dokter ke fasilitaspelayanan kefarmasian.

Penyelenggaraan resep elektronikterbuka dilakukan dengan cara pemberian

resep elektroniksecara langsung kepada pasien.

Penyelenggaraan resep secaraterbuka membutuhkan kode identifikasi

resep elektronik yang dapat diperiksa keaslian dan validitasnya oleh

fasilitas pelayanan kefarmasian.

Resep elektronik digunakan hanya untuk1 (satu) kali pelayanan resep/pengambilan

sediaan farmasi,alat kesehatan, BMHP

Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia

(3) PENGANTARAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, BMHP,DAN/ATAU SUPLEMEN KESEHATAN

Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia

• menjamin keamanan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan yangdiantar

• menjaga kerahasiaan pasien

• mengantarkan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan dalam wadah yang tertutup dan tidak tembus pandang

• memastikan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan yang diantarkan sampai pada tujuan

• mendokumentasikan serah terima sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan

• Pengantaran melengkapi dengan dokumen pengantaran, dan nomor telepon yang dapat dihubungi

(Kewajiban)

MELALUI JASA

PENGANTARAN ATAU

PENYELENGGARA SISTEM

ELEKTRONIK

TELEMEDICINE SEBAGAI GARDA PERTAMA LAYANAN KESEHATAN ERA COVID-19 (HOSPITAL WITHOUT WALL)

KOLABORASI PEMERINTAH MELAWAN PANDEMI

1. Pemberian Informasi dan Edukasi Kesehatan

2. Pemberian Konsultasi Online Masalah Kesehatan

3. Pemeriksaan Kesehatan di Rumah dan Pelayanan Keperawatan

4. Pemeriksaan Rapid Test di Rumah5. Pemberian Obat6. Mengarahkan Rujukan ke Fasilitas

Kesehatan / Rumah Sakit

PELAYANAN TELEMEDICINE

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine Antar Fasyankes

KEGIATAN ATENSI PADA PADA MASA PANDEMI COVID-19

2315

1064

888

1650

565

99

265

0 500 1000 1500 2000 2500

PEMBERIAN RESEP HARIAN

LAYANAN ANTAR OBAT

LAYANAN KEPERAWATAN

KONSULTASI WARGA/PERUSAHAAN ONLINE

RAPID TEST

RAPID TEST POSITIF

ISOLASI MANDIRI

Orang

4865874

10780

147171

0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000

PEMBACA ARTIKEL PER HARI

KONSULTASI COVID-19 PER HARI

KONSULTASI NON COVID PER HARI

Orang

Self Assessment

Karantina Mandiri

Karantina Khusus

1. Isolasi Wisma Atlet

2. Isolasi Fasilitas lainnya

Artikel Kesehatan Covid19

Telekonsultasi

1. Konsultasi Umum

2. Konsultasi Kesehatan Jiwa

(Sehat Jiwa)

FITUR COVID 19SEHATPEDIA

Tracking Kasus Covid-19

Total : 6646

Cloud Hospital System

Pilot Project penerapan cloud

hospital akan dilakukan di 6 RumahSakit UPT Kementerian Kesehatandiantarnya yaitu:1. RSUP Fatmawati;2. RSUP Persahabatan;3. RSUP Dr. Hasan Sadikin;4. RSUP dr Kariadi;5. RSUP Sanglah;6. RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

BERSATU LAWAN COVID

SehatSehatPedia terintegtasi dengan Aplikasi Bersatu

Lawan Covid yang diinisiasi oleh Gugus Tugas BNPB,

dalam hal ini SehatPedia menyediakan layanan Konsultasi

Gratis di Aplikasi Bersatu Lawan Covid.

Kementerian

Kesehatan

Republik

Indonesia

www.yankes.kemkes.go.id www.facebook.com/ditjen.yankes @ditjenyankes@ditjenyankes

Kementerian Kesehatan Republik IndonesiaDirektorat Jenderal Pelayanan KesehatanJl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4- Jakarta Selatan

TERIMA KASIH

Kewenangan Klinis &Praktek Kedokteran dalampemanfaatan Telemedicinedierapandemi COVID- 19

Prof.Dr.dr.Bambang Supriyatno,Sp.A (K)Ketua Konsil Kedokteran Indonesia

KEWENANGAN KLINIS DANPRAKTIK KEDOKTERAN MELALUI TELEMEDICINE PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA

PERKONSIL 74/2020; tertanggal 29/04/2020

Bambang SupriyatnoKetua Konsil Kedokteran Indonesia

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

Covid meluasàWabahNasional

Mencegah /memutusrantai penularan

Dokter dan Pasien takutdatang ke fasyankes

Kepastian hukumdokter/dokter gigi

LATAR BELAKANG

DARURATàBerlakupada Pandemi

Covid-19

Profesional-Kompeten-Patient

safety

MencegahPenularan Kepastian Hukum

COVID-19

Perkonsil 74/2020

BS2020

COVID-19

RINGAN-SEDANG BERAT

Sp.PSp.PD(K) Sp.A(K)

SpAnSp Lain.KIC

Dr/Sp LainSp.P

Sp.PDSp.ASpAn

OVERLOAD/ TIDAK ADA

Sp.PSp.PD/Sp.PD(K)

Sp.A/Sp.A(K)Sp.An

Sp Lain.KIC

Pengetahuan Tambahan Tentang Covid

Perkonsil 74/2020

BS2020

PRAKTIK KEDOKTERAN

TATAP LANGSUNG TELEMEDICINE

STR + SIP di Fasyankes

Telekonsultasi: tulisan/suara/vide

o

Kerahasiaanpasien

Diagnosis danTatalaksana

Perkonsil 74/2020

BS2020

Mutu pelayanan, keselamatan pasien dan

dokter

Memberikan kepastianhukum

TELEMEDICINE

TINDAKAN

PS 5

TINDAKAN

NON EMERGENCY

(ELEKTIF)

Bila selama Tele

Perkonsil 74/2020

BS2020

TELEKONSULTASI NON EMERGENSI

PASIEN (tidakperlu hadir)

FASYANKESDOKTER/DR GIGI

HOST(MEDREC)

AnamnesisData yg diperlukan

• HarusMendaftar

• Isi General Consent (ps 5)

MEMILIKI STR, SIP

ExpertiseMemberi Resep

(kec narkotika-psikotropika)

(ps 7)

Perkonsil 74/2020

BS2020

Do/Don’t

Surat Keterangan Sakit(ps 8(2)Memiliki STR dan SIP (ps 3(4)

Melakukan anamnesis untukmendapatkan data (ps 4(1)

Diagnosis-Terapi (RESEP) àkecnarkotika-psikotropika (ps 3(3)

Menjaga Rahasia Pasien (ps 3(2)

Mengutamakan keselamatanpasien ps 2(b)

Mendapat Imbalan ps 10

Buat Rekam Medis àTertulis Ps

7(1)

DO

Perkonsil 74/2020

BS2020

Langsung tanpa melaluiFasyankes

Tidak jujur, tidak etis, tidakmemadai

Diagnosis-Terapi di luarKompetensi

Pemeriksaan penunjang tidakrelevan

Tindakan tercela, intimidasi, kekarasan

Melakukan tindakan Invasif

Biaya di luar ketentuan

Surat keterangan sehat

DON’Tps 9

Perkonsil 74/2020

BS2020

Terima kasih

Kajian Terhadap SEMENKES&PERKONSILTentangPemanfaatan TELEMEDICINEdiEraPandemi COVID-19

Prof. Dr. dr.BudiWiweko,Sp.OG(k),MPHIkatan Dokter Indonesia

Inspiring and empowering society

[email protected]@gmail.com

Tele MedicineBagaimana Ikatan Dokter Indonesia menyikapi ?

Budi Wiweko

Inspiring and empowering society

AKTIFITAS TELEMEDICINE

Foguem et al. Telematics and informatics, 2015

National Health Services, 2019

Disrupsi teknologi yang memengaruhi perilaku provider kesehatan dan masyarakat

Inspiring and empowering society

PENGEMBANGAN TELEMEDICINE

1

2

34

5

Wiweko. Telemedicine framework, 2020 (unpublished)

Inspiring and empowering society

No Topik Surat Edaran Menkes 303 / 2020

Perkonsil 74 / 2020 WHO ACOG NHS

1 Durasi Selama KKM Pandemi Covid 19Layanan tele health bagi negara berkembang

Tele konsultasi antar fasyankes

- Tele radiologi- Tele kardiologi- Tele patologi- Tele sitologi

Tele monitoring

- Tele EKG- Tele CTG- Tele

dermatologi

• Tele health: lebih luas menghubungkan diagnosis, manajemen dan edukasi masyarakat berbasis teknologi

• Virtual visit• Remote

monitoring• Mobile health

• Coding tele health

• Now GP

• Dokter disertifikasi oleh MRCGP dan NHS

• Family physician

• Membership

• Kapitasi

• Mengurangi antrian sampai 13 hari dalam sistem NHS

2 Syarat STR STR dan SIP

3 Jenis layanan Tidak tertulis Tele konsultasi

4 Fasyankes Tidak tertulis Tertulis

5 Platform Tidak ada Tidak ada

6 Jenis kasus Non gawat darurat

7 Pemeriksaan fisik Terbatas, melalui audio visual

Tidak tertulis

8 Diagnosis Menegakkan diagnosis Menegakkan diagnosis

9 Resep Boleh menuliskan Boleh menuliskan

10 Kerahasiaan data Ada

11 Rekam medik Dicatat Tercatat di fasyankes

12 Pembiayaan Imbalan (+)

Perbandingan Layanan Tele Medicine

Inspiring and empowering society

TELE HEALTH IN THE DEVELOPING WORLD

International Developing Research Center, 2009

The relationship of the major components of e-health (telemedicine and health informatics) to global e-health

Inspiring and empowering society

ACOG COMMITTEE OPINIONFebruary, 2020

Technology-enhanced health care delivery opportunities, enhance, not replace, the current standard of care.

Inspiring and empowering society

Both public and private health insurers have taken steps to increase access to telehealth services due to concern over the spread of COVID-19. Below you will find a summary of the major telehealth policy changes, as well as information on how to code and bill for the remote management of patients.

ACOG COMMITTEE OPINIONFebruary, 2020

Inspiring and empowering society

Inspiring and empowering society

Simpulan

1. Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara independen, dan

mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.

2. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien

dalam melaksanakan upaya kesehatan.

3. Ikatan dokter Indonesia mendukung layanan tele medicine dengan fokus pada pemberdayaan pasien.

4. Tele medicine diharapkan memperkuat pelayanan kesehatan, BUKAN MENGGANTIKAN layanan standar.

5. Dalam mengakomodir perkembangan teknologi tele medicine, Ikatan Dokter Indonesia akan meng-inisiasi:

a. Pengembangan plat form tele medicine yang menjamin kerahasiaan dan pengelolaan big data

kesehatan bagi kepentingan masyarakat.

b. Penentuan jenis kasus yang dapat dilayani dengan tele medicine.

c. Pengembangan pendidikan berkelanjutan tentang profesionalisme dalam tele medicine.

d. Pengembangan electronic health record yang terkoneksi dan terintegrasi dengan plat form tele

medicine.

Studi Kasus:Implementasi &Pola Tarif Telemedicinedalam Pelayanan Kesehatan

dr.GraceF.IndradjajaIKKESINDO

05 MEI 2020

dr. Grace Frelita, MM

IMPLEMENTASI TELE-CONSULTATIONDI SILOAM HOSPITALS

1. APPOINTMENT:

2. TELE-CONSULTATION: • Dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati (pendaftaran H-1)

• Pasien diinformasikan ID Meeting dan Password untuk konsultasi

• Dokter melakukan konsultasi dari RS dan mencatat kondisi pasien pada e-MR

• Bila perlu diberikan Surat Rujukan untuk datang ke RS, jika membutuhkan pemeriksaanpenunjang dan pemeriksaan fisik lanjutan

• Resep melalui e-Prescription, tercatat di e-MR dan langsung terkirim ke sistem Farmasi RS

• Dokter TIDAK BOLEH memberikan resep : - NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA- OBAT INJEKSI (termasuk IMUNISASI)- OBAT DENGAN SUHU PENYIMPANAN KHUSUS

• Pengantaran obat menggunakan jasa pengantaran. Kemasan obat mengikuti peraturanyang berlaku

• Farmasi memberikan edukasi obat ke pasien melalui telepon

• Resep TIDAK BOLEH DI-ITER

3. PEMBAYARAN: Pre-paid

LANGKAH TELE-CONSUTATIONDI SILOAM HOSPITALS

1. Download dan akses aplikasi AIDO HEALTH di smartphone Anda

2. Klik menu “Rawat Jalan Online”

3. Pilih rumah sakit dan dokter yang dituju

4. Pilih sesi konsultasi sesuai jadwal yang sudah tersedia

5. Lakukan pembayaran

6. Cek link atau tautan meeting dan password video call di email Anda

7. Download aplikasi ZOOM sebelum sesi konsultasi online dimulai

8. Pada jam appointment, buka link atau tautan meeting dari email

9. Sesi konsultasi dimulai

“ CLEAN and SAFE “ HOSPITAL

PENGUKURAN SUHU TERHADAP PENGUNJUNG, STAF DAN DOKTER DI PINTU MASUK LOBBY RS

MENUNJUKKAN SURAT RUJUKAN DARI DOKTERDANPENGISIAN FORMULIR SKRINING KESEHATAN

PENGGUNAAN MASKER SELAMA BERADA DI RS & JAGA JARAK DI RUANG TUNGGU

1

2

3

EDUKASI PASIEN DALAM IMPLEMENTASI TELE-CONSULTATION DI SILOAM HOSPITALS GROUP

SUMBER:PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS MASING-MASING DISIPLIN ILMU

CHALLENGES TELE-CONSULTATION

• Kedisiplinan dokter untuk datang tepat waktu

• Tuntutan pasien untuk dokter tepat waktu lebih tinggi pada tele-consultation

dibandingkan bila pasien datang konsultasi ke rawat jalan di RS

• Populasi pasien lansia yang kurang memahami teknologi informasi

• Koneksi jaringan yang tidak stabil

TERIMA KASIH

RUMUSAN KESIMPULAN WEBINAR KOLABORASI SESI XI

Dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pada masa covid-19, telemedicine diharapkan menjadi garda pertama dalam pemberian layanan kesehatan. Dalam hal ini kebijakan telemedicine diharapkan

dapat memberikan akses pelayanan kepada masyarakat untuk: 1) pemberian informasi dan edukasi kesehatan, 2) pemberian konsultansi online masalah

kesehatan, 3) pemeriksaan kesehatan di rumah dan pelayanan keperawatan, 4) pemeriksaan rapid test di rumah, 5) pemberian obat, dan 6) mengarahkan

rujukan ke faskes/RS. Dalam memberikan pelayanan telemedicine, seorang dokter tetap wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara

independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.

2. Dalam konteks telemedicine, Perkonsil 74/2020 menetapkan bahwa dokter memiliki kewajiban untuk melakukan anamnesis, membuat rekam medis tertulis,

memberikan diagnosis, memberikan terapi resep kecuali bagi obat psikotropika, menjaga rahasia pasien, dan mengutamakan keselamatan pasien. Disisi yang

lain, dalam konteks telemedicine, Dokter juga berhak untuk tetap mendapatkan imbalan. Namun terkait imbalan tersebut baru diatur dalam Perkonsil 74/2020

belum diatur dalam Permenkes.

3. Dalam prakteknya, Dokter yang melakukan telemedicine boleh memberikan diagnosis dan tata laksana. Tindakan yang dilakukan adalah tindakan non

emergency (elektif) namun dalam tindakan emergency atau jika dalam pemeriksaan telemedicine diperlukan tindakan emergency, pasien harus tetap dibawa ke

fasilitas kesehatan.

4. Disisi lain tetap terdapat risiko moral hazard dalam telemedicine yang tidak boleh dilakukan oleh Dokter, antara lain memberikan layanan tanpa melalui faskes;

tidak jujur, tidak etis, dan tidak memadai dalam memberikan layanan; memberikan diagnosis dan terapi di luar kompetensi; melakukan pemeriksaan penunjang

yang tidak relevan; melakukan tindakan tercela/intimidasi/kekerasan; melakukan tindakan invasif, menetapkan biaya di luar ketentuan; dan mengeluarkan

surat keterangan sehat.

5. Pelaksanaan telemedicine diharapkan memperkuat pelayanan kesehatan, bukan menggantikan layanan standar. Dalam mengakomodir perkembangan

teknologi telemedicine, harus dipastikan bahwa: 1) pengembangan platform telemedicine yang menjamin kerahasiaan dan pengelolaan big data kesehatan bagi

kepentingan masyarakat; 2) pelayanan telemedicine mengacu pada ketentuan yang jelas dan rinci atas jenis kasus yang dapat dilayani dan tidak dapat dilayani;

3) Pengembangan telemedicine berjalan secara simultan dengan pengembangan electronic health record yang terkoneksi dan terintegrasi dengan platform

telemedicine; dan 4) dilakukan pengembangan pendidikan berkelanjutan tentang profesionalisme dalam telemedicine.

6. Salah satu kendala dalam pelayanan telemedicine hadir dari Dokter dimana pelayanan telemedicine tetap menuntut Dokter tetap hadir di Rumah Sakit. Hal ini

disebabkan medical record pasien berada dan melekat di RS. kendala lainnya adalah persoalan koneksi jaringan yang tidak stabil, dan pemahaman pasien atas

teknologi informasi. Berdasarkan pengalaman RS yang telah melaksanakan telemedicine, pasien cenderung puas atas tele-konsultasi yang dilakukan karena

dapat mengatasi persoalan aksesibilitas pasien.

7. Terkait pentarifan, untuk telekonsultasi pembiayaannya dapat menyesuaikan dengan biaya rawat jalan. Namun untuk pembiayaan dan standar tarif tindakan

lainnya masih dibahas dan dikoordinasikan oleh Pemerintah untuk pengaturan diatur lanjut, termasuk dalam hal koding CBGs sehingga pada akhirnya layanan

telemedicine dapat ditanggung oleh Asuransi/BPJS Kesehatan.

8. Kejelasan identitas pasien menjadi tantangan dalam memberikan layanan telemedicine. Pada RS yang telah melaksanakan telemedicine, diperlukan waktu

termasuk untuk memastikan identitas pasien dan kesesuaian rekam medis. Pasien sulit untuk diidentifikasi jika konsultasi dilakukan hanya via chatbox (tidak

video virtual) yang tidak dapat menampilkan muka. Hal ini harus diantisipasi untuk mencegah risiko moral hazard maupun risiko keselamatan pasien.

Terima kasih.

#SERIALXII

REGULASI&TATACARAPENGAJUAN/PEMBAYARANINSENTIF&SANTUNANBAGI

PETUGASKESEHATANYGMENANGANICOVID-19

13:00–13:05 Pembukaan&PengantarOleh:DR.dr.Supriyantoro,Sp.P,MARS–KetuaUmumIndoHCF–KREKI–

IKKESINDO

13:05–13:20 RegulasitentangInsentifdanTunjanganBagiPetugasKesehatanyangMenanganiCOVID-19Oleh:Sundoyo,SH,MKM,M.Hum-KepalaBiroHukumdanOrganisasi,

KementerianKesehatanRI

13:20–13:35 TataCaraPengajuandanPembayaranInsentifPetugasKesehatanyangMenanganiCOVID-19Oleh:Prof.dr.H.AbdulKadir,PhD,SpTHT-KL(K),MARS-KepalaBadanPPSDM

Kesehatan,KementerianKesehatanRI

13:35–13:50 KebijakanPemdaDKIJakartadalamPemberianInsentif&SantunanDukaCitaUntukPetugasKesehatanyangMerawatCOVID-19Oleh:dr.Widyastuti,MKM-KepalaDinasProvinsiDKIJakarta

13:50–14:50 DiskusidanTanyaJawabModerator:AndreastaMeliala,Dr.dr.DPH.,MKes,MAS

14:50–15:00 Rangkuman&Penutup

SUSUNANACARA

Regulasi tentang Insentif dan Tunjangan BagiPetugas Kesehatan yangMenangani COVID-19

Sundoyo,SH,MKM,M.Hum

Kepala BiroHukum dan Organisasi KEMENKESRI

REGULASI TENTANG INSENTIF DAN

TUNJANGAN BAGI PETUGAS KESEHATAN

YANG MENANGANI CORONA VIRUS

DISEASE 2019 (COVID-19))

SUNDOYO, SH, MKM, M.HUM

KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

KEMENTERIAN KESEHATAN

JAKARTA, 12 MEI 2020

Menteri Keuangan

menyampaikan surat kepada

Menteri Kesehatan Nomor S-

239/MK.02/2020 hal Insentif

Bulanan dan Santunan Kematian

bagi Tenaga Kesehatan yang

Menangani Covid-19

SURAT MENTERI

KEUANGAN

KEPADA MENTERI

KESEHATAN

TINDAK LANJUT SURAT MENKEU

Kriteria Fasilitas Pelayanan

Kesehatan atau Institusi Kesehatan

yang berhak menerima insentif dan

santunan kematian

Tata cara pembayaran insentif dan

santunan kematian

Kriteria tenaga kesehatan yang

berhak menerima insentif dan

santunan kematian

JANGKA WAKTU

Terhitung mulai bulan Maret 2020

sampai dengan bulan Mei 2020 dan

dapat diperpanjang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-

undangan

SUMBER DANA

APBN,

pengalihan penggunaan

Bantuan Operasional Kesehatan

(BOK) dan/atau APBD

MENTERI KESEHATAN MENETAPKAN KMK NO.

HK.01.07/MENKES/278/2020 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF

DAN SANTUNAN KEMATIAN BAGI TENAGA KESEHATAN YANG

MENANGANI COVID-19

HK

.01

.07

/ME

NK

ES

/27

8/2

02

0

KE

PM

EN

KE

S

1Rumah Sakit yang khusus menangani

COVID-19

2Rumah Sakit lain milik Pemerintah Pusat

termasuk TNI/Polri dan Rumah Sakit milik

Pemerintah Daerah.

3Rumah Sakit swasta yang ditetapkan Pemerintah

Pusat atau Pemerintah Daerah

4 Puskesmas

KRITERIA FASYANKES

5Laboratorium yang ditetapkan oleh

Kementerian Kesehatan

RS

KH

US

US

RS

PEM

ERIN

TAH

LA

IN

DA

N P

EMD

A

RS

SW

AS

TA

LA

BO

RA

TO

RIU

M

PU

SK

ES

MA

S

KRITERIA

INSTITUSI

INSTITUSI YANG BERHAK MENERIMA

INSENTIF DAN SANTUNAN KEMATIAN.

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) dan

Balai Besar Teknik Kesehatan

Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

(BBTKL-PP)

Dinas Kesehatan Provinsi

dan Kabupaten/Kota

KRITERIA TENAGA KESEHATAN

LABORATORIUM

❖ Nakes yg memberikan pelayanan di

R. Isolasi Covid-19, R.

HCU/ICU/ICCU Covid-19, dan ruang

IGD Triase.

❖ Jenis dan jml nakes hrs

mempertimbangkan jml pasien

Covid-19 yg ditangani

RS LAIN MILIK PEMERINTAH PUSAT

TERMASUK TNI/POLRI, RS MILIK PEMDA,

DAN RS SWASTA YANG DITETAPKAN

PEMERINTAH PUSAT ATAU PEMDA❖ Nakes yg memberikan pelayanan di

R. Isolasi, R. HCU/ICU/ICCU, R.

Rawat inap, Instalasi Farmasi, dan

ruang lain utk pelayanan Covid-19

❖ Jenis dan jml nakes hrs mempertim

bangkan jml pasien Covid-19 yg

ditangani

.

RS yang khusus menangani

COVID-19

❖ Nakes yg melaku kan pemeriksa an thd spesimen

Covid-19.

❖ Jenis dan jml nakes hrs mempertimbangkan jml

spesimen Covid-19 yg diperiksa

LAB YG DITETAPKAN KEMENKES

KRITERIA TENAGA KESEHATAN

01

BTKLPP dan BBTKLPP

❖ Nakes yg memberikan pelayanan covid-19 a.n tenaga pemeriksa spesimen Covid-19 dan

melakukan pengamatan dan penelusuran kasus

❖ Jenis dan jml nakes hrs mempertimbang kan jml spesimen Covid-19 yg diperiksa

dan/atau jml pengamatan dan penelusuran kasus

KKP

❖ Nakes yg memberikan pelayanan covid-19 a.n tenaga yg melakukan evakuasi pasien

terduga covid-19, screening, dan melakukan pengamatan dan penelusuran kasus

❖ Jenis dan jml nakes hrs mempertimbang kan jml evakusi, screening kasus, dan/atau jml

pengamatan dan penelusuran kasus

PUSKESMAS

❖ Nakes yg memberikan pelayanan covid-19 a.n tenaga yg menangani

pasien Covid-19 dan melakukan pengamatan dan penelusuran kasus

❖ Jenis dan jml nakes hrs mempertimbangkan jml spesimen kasus dan/atau

jml pengamatan dan penelusuran kasus

. DINKES PROV. / KABUPATEN/KOTA

❖ Nakes yg memberikan pelayanan covid-19 a.n tenaga yg melakukan

pengamatan dan penelusuran kasus

❖ Jenis dan jml nakes hrs mempertim bangkan jml pengamatan dan

penelusuran kasus

.

04

03

02

BESARAN INSENTIF DAN SANTUNAN KEMATIAN

TENAGA KESEHATAN INSENTIFSANTUNAN

KEMATIAN

TENAGA

KESEHATAN

SELAIN YANG

BEKERJA DI RS

Dokter Spesialis Rp 15.000.000/OB

Rp 300.000.000 per

orang, diberikan bagi

tenaga kesehatan yang

meninggal dalam

memberikan pelayanan

kesehatan dikarenakan

paparan COVID-19

Tenaga Kesehatan di

KKP, BTKLPP dan

BBTKLPP, Dinkes Prov

dan Kab/Kota,

Puskesmas dan Lab

yang ditetapkan

Kemenkes setinggi-

tingginya sebesar Rp

5.000.000 setara

dengan besaran

insentif tenaga medis

lainnya

Dokter Umum dan

GigiRp 10.000.000/OB

Bidan dan Perawat Rp 7.500.000/OB

Tenaga Medis Lainnya Rp 5.000.000/OB

BESARAN

PROSEDUR PENGUSULAN

DAN PEMBAYARAN

PEMBAYARAN INSENTIF FASYANKES MILIK PEMERINTAH PUSAT DAN INSTITUSI KESEHATAN MILIK KEMENTERIAN KESEHATAN

USULAN PIMPINAN

FASYANKES/INSTITUSI

KESEHATAN

FASYANKES

hasil verifikasi dan validasi

TIM VERIFIKATOR

KA BADAN PPSDM PPK

TENAGA KESEHATAN

INSENTIF ATAU SANTUNAN

KEMATIAN

hasil verifikasi dan validasi

transfer dana

FASYANKES

menyampaikan usulan untuk

diverifikasi

PEMBAYARAN INSENTIF FASYANKES/INSTITUSI KESEHATAN MILIK PEMDA

FASYANKES BPPSDM

TIM VER.

DAERAH

DINKES

TIM VER.

PUSAT

USULAN

USULAN

VERIFIKASI

Tim verifikasi

daerah

melakukan

verifikasi dan

validasi

KEMENKEU

PEMBAYARAN

Dirjen perimbangan

Keuangan melakukan

pencairan dana ke

rekening kas daerah.

INSTITUSI

HASIL

REKOMENDASI

REKOMENDASI

HASIL

VERIFIKASI

PEMBAYARAN

Dinkes melakukanpembayaran insentif ke rekmsg2 nakes

TERIMA KASIH

TataCaraPengajuan dan Pembayaran InsentifPetugas Kesehatan yangMenangani COVID-19

Prof.dr.H.AbdulKadir,PhD,SpTHT-KL(K),MARS

Kepala Badan PPSDMKesehatan KEMENKESRI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RINo : HK.01/07/MENKES/278/2020TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN SANTUNAN KEMATIAN BAGI TENAGA KESEHATAN YANG MENANGANI COVID-19

Badan PPSDM Kesehatan – Kemenkes RI

Jakarta, 1 Mei 2020

Pendahuluan

PembayaranInsentif Penutup

KriteriaPemberian Insentif

1 2

3 4

Sistematika Penyajian

1PENDAHULUAN

Latar Belakang dan Penerbitan KepmenkesPemberian insentif bagi Tenaga Kesehatan

Keppres No. 12/2020 tentang tentang Penetapan Bencana Nonalam PenyebaranCorona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional

Latar Belakang

WHO telah menetapkan Covid-19 sebagai Pandemi Global

LATAR BELAKANG

Tenaga kesehatan merupakan garda terdepan dalam penanganan dan penanggulangan COVID-19 guna memutus mata rantai penularan, dan sangat berisiko terpapar COVID-19

Keppres No. 11/2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19 telah menyatakan COVID-19 sebagai jenis penyakit yang menimbulkankedaruratan kesehatan masyarakat dan menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Perlu penghargaan dan apresiasi dlm bentuk finansial berupa insentif dan santunan kematian

Ruang Lingkup dan Tujuan

a. Kriteria fasilitas pelayanan kesehatan

atau institusi Kesehatan yang berhak

menerima insentif dan santunan kematian.

b. Kriteria tenaga kesehatan yang berhak

menerima insentif dan santunan kematian.

c. Tata cara pembayaran insentif dan

santunan kematian, mulai dari proses

pengusulan, verifikasi hingga pencairan

insentif dan santunan kematian.

Sebagai acuan bagi pimpinan fasilitas

pelayanan kesehatan dan pimpinan

institusi kesehatan terkait dalam

memberikan insentif dan santunan

kematian bagi tenaga kesehatan yang

menangani COVID-19

Ruang Lingkup Tujuan

Sasaran Pedoman

Sasaran pemberian insentif dan santunan kematian adalah tenaga

kesehatan baik Aparatur Sipil Negara, NonAparatur Sipil Negara,

maupun relawan yang menangani COVID-19 dan ditetapkan oleh

pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau

pimpinan institusi kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan RINomor: HK.01/07/MENKES/278/2020

Insentif dan santunan kematian bagitenaga kesehatan yang menanganiCOVID-19 diberikan terhitung mulaiMaret 2020 s/d Mei 2020, dan dapatdiperpanjang sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan

Pedoman dalam pemberian insentifdan santunan kematian bagi tenagakesehatan yang menangani COVID-19tercantum dalam lampiran yangmerupakan bagian yang tidakterpisahkan dari Keputusan Menteri ini

Pemberian Insentif dan Santunan Kematian BagiTenaga Kesehatan yang Menangani COVID-19

ditetapkan pada tanggal 27 April 2020

2KRITERIA

q Kriteria Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Institusi Kesehatan

q Kriteria Tenaga Kesehatan PenerimaInsentif dan Santunan Kematian

Kriteria Fasyankes dan Institusi Kesehatan

RUMAH SAKIT1. RS yang Khusus Menangani COVID-19

seperti RSPI Prof. dr. Sulianti Saroso, RSUP Persahabatan, RS Wisma Atlet, dan RS Khusus Infeksi COVID-19 Pulau Galang• Area Kerja : Ruang Isolasi COVID-19,

Ruang HCU/ICU/ICCU COVID-19, RuangIGD, Ruang Rawat Inap, Instalasi Farmasi, dan Ruang Lain yang digunakan untukpelayanan COVID-19.

2. RS milik Pemerintah Pusat termasuk RSmilik TNI/POLRI atau Pemerintah Daerah, serta rumah sakit milik swasta yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat atau Pemda• Area Kerja : Ruang Isolasi COVID-19,

Ruang HCU/ICU/ICCU COVID-19 danRuang IGD Triase

01 KKP

Kantor Kesehatan Pelabuhan(KKP) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat yang melakukan evakuasi pasienterduga COVID-19, melakukanscreening, serta melakukanpengamatan dan penelusurankasus COVID-19 di lapangan

02 BTKL / BBTKL-PP• Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan (BTKL) dan BalaiBesar Teknik Kesehatan Lingkungan dan PengendalianPenyakit (BBTKL-PP)

• BTKL/ BBTKL-PP yang melakukanpemeriksan spesimen dan pengamatan dan penelusurankasus COVID-19 di lapangan

03

I

Kriteria Fasyankes dan Institusi Kesehatan

DINAS KESEHATAN

• Dinas Kesehatan Provinsidan Dinas KesehatanKabupaten / Kota

• Dinas Kesehatan yang melakukan pengamatandan penelusuran kasusCOVID-19 di lapangan

04 PUSKESMAS

Pusat Kesehatan Masyarakat yang menangani pasienserta melakukanpengamatan dan penelusuran kasus COVID-19 di lapangan

05 LAB KES

Laboratorium yang telahditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yang melakukanpemeriksaan spesimenCOVID-19

06

II

Kriteria Tenaga Kesehatan

Dokter spesialis, dokter, dokter gigi, bidan, perawat, dan tenaga medis lainnyayang terlibat langsungdalam menangani pasienCOVID-19 pada Fasyankesatau Institusi Kesehatan

Jenis ProfesiTenaga Kesehatan

• Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan di Ruang IsolasiCOVID-19 termasuk HCU/ ICU/ ICCU COVID-19, IGD dan ruanglain yang digunakan untuk pelayanan COVID-19.

• Jenis dan jumlah nakes yang bekerja di RSPI Prof. dr. Sulianti Saroso&RSUP Persahabatan ditetapkan melalui SK Pimpinan RS yang diterbitkan tiap bulan

• Jenis dan jumlah nakes yang bekerja di RS Wisma Atlet dan RS Khusus Infeksi COVID-19 Pulau Galang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

• Jenis dan jumlah nakes yang bekerja di RS Rujukan COVID-19 lainnya ditetapkan melalui SK Pimpinan RS.

• Sesuai dengan beban kerja dengan mempertimbangkan jumlahkasus COVID-19 yang ditangani.

Tenaga Kesehatan di RS

1

Kriteria Tenaga Kesehatan

Jenis dan jumlah tenagakesehatan yang ditetapkan harusmempertimbangkanjumlah spesimenCOVID-19 yang diperiksa

Tenaga Kesehatandi Laboratorium

Jenis dan jumlah tenagakesehatan yang ditetapkan harusmempertimbangkanjumlah spesimen yang diperiksa dan/ataujumlah pengamatandan penelusuran kasusCOVID-19 di lapangan

Tenaga Kesehatandi BBTKL

Jenis dan jumlahtenaga kesehatan yanhditetapkan harusmempertimbangkanjumlah evakuasi pasienterduga COVID-19,jumlah screening kasus, dan/atau jumlahpengamatan danpenelusuran kasusCOVID-19 di lapangan

Tenaga Kesehatandi KKP

Jenis dan jumlah tenagaKesehatan yang ditetapkan harusmempertimbangkanjumlah pengamatandan penelusuran kasusCOVID-19 di lapangan

Tenaga Kesehatandi Puskesmas

2

3

PEMBAYARAN INSENTIF

Mekanisme Pembayaran Insentif dan Santunan Kematian

Insentif Tenaga Kesehatan

BESARAN INSENTIF SETINGGI-TINGGINYA

a. Dokter spesialis Rp15.000.000,00/OBb. Dokter Umum/Dokter Gigi Rp10.000.000,00/OBc. Perawat dan Bidan Rp 7.500.000,00/OBd. Tenaga Medis Lainnya Rp 5.000.000,00/OB

Insentif untuk tenaga kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungandan Pengendalian Penyakit (BBTKL-PP), Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Puskesmas dan Laboratorium yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan setinggi-setingginya sebesarRp5.000.000,00 (lima juta rupiah) setara dengan besaran insentif tenaga medis lainnya

Prosedur Pengusulan InsentifFasyankes dan Institusi Kesehatan Milik Pemerintah Pusat dan Daerah

Ditujukan ke e-mail: [email protected] [email protected] dalam format *pdf

No Lampiran PusatDaerah

Provinsi Kab/Kota *

1 Surat tugas dr pimpinan disertai nominal yang diusulkan Ö Ö Ö

2 Hasil verifikasi tingkat fasyankes atau institusi kesehatan Ö Ö Ö

3 Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT) Ö Ö Ö

4 Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari pimpinan fasilitas pelayanan kesehatanatau institusi kesehatan/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Ö Ö Ö

5 SK Tim Verifikator yang ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau institusikesehatan

Ö Ö Ö

6 Nomor rekening fasilitas pelayanan kesehatan atau institusi kesehatan pada Bank Pemerintahdan alamat e-mail resmi fasilitas pelayanan kesehatan atau institusi kesehatan

Ö

* Usulan pembayaran insentif tenaga kesehatan yang bertugas pada Dinkes Kab/Kota diverifikasi oleh Dinkes Provinsi sebelumdisampaikan kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan

Verifikasi Usulan Pembayaran Insentif

Periode Pembayaran InsentifUsulan pembayaran insentif diterima oleh Tim Verifikator Pusat sebelum tanggal 10 setiap bulannya. Ketentuan ini tidak berlaku bagi pelaksanaan pembayaran insentif tenaga kesehatan sebelum pedoman iniditetapkan

Petugas verifikasi usulan pembayaran insentif meliputi Tim Verifikator Pusat dan Tim Verifikator Daerah. Tim Verifikator Pusat merupakan Tim Verifikasi Kementerian Kesehatan yang ditetapkan oleh SekretarisJenderal Kemenkes RI, paling sedikit terdiri atas:

Dalam melaksanakan tugasnya Tim Verifikator Pusat menggunakan instrumen verifikasisesuai dengan Format 1 yang terlampir pada Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan ini

1. Sekretariat Jenderal; 2. Ditjen Yankes; 3. Ditjen Kesmas;

4. Ditjen P2P; 5. Badan PPSDM Kesehatan; 6. Badan Litbangkes.

Tim Verifikator Daerah

Satuan PengawasInternal (SPI)

1 2 3

Unsur pelayanan di fasilitaspelayanan kesehatan atau

institusi kesehatan

Unsur manajemen fasilitaspelayanan kesehatan atau

institusi kesehatan

Dalam melaksanakan tugasnya Tim Verifikator Daerah menggunakan instrumen verifikasi sesuai dengan Format 2 atau Format 3, yang terlampir pada Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan ini.

Inspektorat/Lembaga Pengawasan Daerah melakukan pendampingan dalam proses pengusulan sampai denganpencairan insentif bagi tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan milik Pemda dan institusi kesehatan

milik pemerintah daerah dalam penanganan COVID-19.

1. Membuat SK tentang Penetapan Dokter dan Tenaga Kesehatan Yang Menangani/MemeriksaSpesimen Pasien Covid 19 di RS/Dinkes/dsb….untuk Bulan Maret Berisi :

2. Membuat SK Tim Verifikator yang bekerja selama 3 (tiga) Bulan April, Mei dan Juni : 1 orangdari SPI, 1 orang dari Layanan dan 1 orang dari Manajemen

3. Membuat SPMT dari Pimpinan Satker

4. Membuat SPTJM di tanda tangan oleh Pimpinan Satker

5. Pimpinan Satker membuat surat usulan sesuai pedoman dengan melampirkan pedoman yang diminta dlm pedoman yang sebelumnya sdh diverifikasi dan divalidasi oleh Tim Verifikator Satker

NO Nama NIP JenisNakes Nominal No Rek

Jumlah Usulan Insentif Rp………….

Persiapan Satuan Kerja

Prosedur Pembayaran Insentif Untuk Satuan Kerja (Satker) Pusat(Fasyankes dan Institusi Kesehatan Milik Pemerintah Pusat termasukUPT Kemenkes)

Tim Verifikator Pusat mengajukandokumen hasil verifikasi dan validasi melalui Ka. BPPSDMK

kepada PejabatPembuat Komitmen (PPK) yang

sesuai dengan persyaratan

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melakukan transfer dana

sesuai usulan kepada masing-masingfasilitas pelayanan kesehatan atau

institusi kesehatan melalui RekeningPenampungan yang

diusulkan oleh fasilitas pelayanankesehatan atau pimpinan institusi

kesehatan (Bank Pemerintah)

Fasilitas pelayanan kesehatanatau institusi kesehatan

mendistribusikan insentif kerekening masing-masing

individu

01 02 03

Prosedur Pembayaran Insentif Untuk Satuan Kerja (Satker) Daerah (Fasyankes dan Institusi Kesehatan Milik Pemerintah Daerah)

01 02 03

Tim Verifikator Pusatmenyampaikan rekomendasi atau

hasil verifikasi kepada ka BPPSDMK untuk kemudian menyerahkan hasilverifikasi dan validasi kepada Dinkes

Provinsi dan Kab/Kota, baik yang sesuai dengan persyaratan maupun

yang belum sesuai denganpersyaratan

Tim Verifikator Pusat menyampaikanrekomendasi atau hasil verifikasi

kepada ka BPPSDMK yang kemudianrekomendasi atau hasil verifikasi

disampaikan kepada Kementerian Keuangan c.q Direktur JenderalPerimbangan Keuangan untukpencairan dana insentif tenaga

kesehatan ke rekening kas daerah

Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/ Kota melakukan pembayaraninsentif ke rekening masing-

masing tenaga kesehatan sesuaiusulan atau rekomendasi tim

verifikator pusat sesuai denganketentuan peraturan perundang-

undangan

Santunan Kematian

• Besaran santunan kematiansebesar Rp300.000.000 (tigaratus juta rupiah) diberikankepada tenaga kesehatan yang meninggal dalam memberikanpelayanan kesehatandikarenakan paparan COVID-19 saat bertugas.

• Mekanisme pembayaransantunan kematian samadengan mekanismepembayaran insentif, dimulaidari proses usulanpembayaran, verifikasi usulan, dan pembayaran santunan.

Dokumen yang dibutuhkan :1. SK/ Surat Tugas yang menyatakan tenaga kesehatan yang wafat

merupakan tenaga kesehatan yang memberikan pelayananCOVID-19;

2. Hasil laboratorium atau rapid test yang menyatakan bahwayang bersangkutan positif COVID-19;

3. Surat keterangan kematian dari pihak yang berwenang; 4. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) tenaga kesehatan dan

ahli waris serta Kartu Keluarga (KK); 5. Surat keterangan ahli waris dari lurah/kepala desa;6. Fotokopi buku rekening bank ahli waris; 7. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang dibuat

oleh pimpinan fasilitas pelayanan Kesehatan atau pimpinaninstitusi kesehatan dengan dibubuhi materai 6000;

8. Surat usulan dari pimpinan fasilitas pelayanan Kesehatan ataupimpinan institusi kesehatan ke verifikator secara berjenjang. Tim verifikator pusat menyampaikan hasil verifikasi kepadaKepala Badan PPSDM Kesehatan.

NoS Tempat Tidur

Ruang Isolasi/ HCU/ ICU

S DokterSpesialis S Dokter S Perawat/ Bidan S Tenaga Kesehatan

Lainnya

1 0 - 10 1 - 5 1 - 5 30 - 40

Analis Lab, Radiografer, Farmasi, Elektro Medis , Dll :Sesuai kebutuhan

2 11 - 20 6 - 10 6 - 10 41 - 60

3 21 - 30 11 - 15 11 - 15 61 - 90

4 31 - 40 16 - 20 16 - 20 91 - 120

5 41 - 50 21 - 25 21 - 25 121 - 150

6 51 - 100 26 - 50 26 - 50 151 - 300

Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Rujukan Covid-19 Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur

Jenis dan Jumlah tenaga di IGD/ triage disesuaikan dengan kebutuhan

NoS Tempat Tidur Ruang

Isolasi/ HCU/ ICU/ Rawat Inap

S DokterSpesialis S Dokter S Perawat/ Bidan S Tenaga Kesehatan

Lainnya

1 0 - 10 1 - 5 1 - 5 30 - 40

Analis Lab, Radiografer, Farmasi, Elektro Medis , Dll :Sesuai kebutuhan

2 11 - 20 6 - 10 6 - 10 41 - 60

3 21 - 30 11 - 15 11 - 15 61 - 90

4 31 - 40 16 - 20 16 - 20 91 - 120

5 41 - 50 21 - 25 21 - 25 121 - 150

6 51 - 100 26 - 50 26 - 50 151 - 300

7 101 - 1000 51 - 150 51 - 150 301 - 2000

Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Khusus Covid-19 Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur

Jenis dan Jumlah tenaga di IGD dan ruangan lain, disesuaikan dengan kebutuhan

Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi danKabupaten/Kota

Kategori Jumlah Kasus ODP dan PDPS Tenaga Surveilans dan Nakes Lainnya

Kab/ Kota Provinsi

Kategori 1 < 500 4 – 6 4 – 6

Kategori 2 500 - 1000 7 – 10 7 – 10

Kategori 3 > 1000 11 - 20 11 - 20

Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Kategori Jumlah Kasus ODP, PDP, Screening JumlahNakes

Kategori 1<100

4 - 6

Kategori 2100 - 200

7 – 10

Kategori 3>200

10 - 20

Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

No Jumlah Kasus S Nakes

1 KKP Kelas I 21 – 30

2 KKP Kelas II 15 - 20

3 KKP Kelas III 10 – 15

Keterangan :Jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan di KKP merujuk kepada jumlah kasus yang meliputi :1. Evakuasi pasien terduga Covid-192. Pengamatan langsung penumpang pesawat/kapal (screening)3. Pengamatan dan penelusuran kasus di lapangan

No Jumlah Pemeriksaan Spesimen Dokter, Ahli Biomedis, ATLM, Nakes Lainnya

1 < 50 1 – 5

2 50 - 100 6 – 10

3 101 - 150 11 – 20

4 151 - 200 21 – 40

Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Laboratorium

Keterangan :Jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan di Laboratorium merujuk kepada jumlah spesimen yang diperiksa

No Jumlah Kasus ATLM, Tenaga Surveilance, dan Nakes Lainnya

1 <25 1 – 5

2 25 – 50 6 – 10

3 > 50 11 – 15

Kebutuhan Tenaga Kesehatan di BTKL/ BBTKL-PP

Keterangan :Jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan di BTKL / BBTKL-PP merujuk kepada jumlah kasusyang meliputi :1. Pemeriksaan spesimen2. Pengamatan dan penelusuran kasus di lapangan

Implementasi memerlukan peranserta, kerjasama, dan komitmendari semua pihak terkait mulai dariPemerintah Pusat, Pemda di seluruhtingkatan administrasi, pihak swasta, dan seluruh elemen masyarakat di wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia

Insentif dan santunan kematian bagitenaga kesehatan dalampenanganan COVID-19 ini dapattersalurkan dengan tepat sasaransesuai dengan ketentuan peraturanperundang-perundangan

Pemberian insentif dan santunankematian bagi tenaga kesehatan

yang menangani COVID-19 merupakan bentuk apresiasi dan

keberpihakan Pemerintah terhadaptenaga kesehatan guna memenuhi

asas keadilan

Pedoman diharapkan dapatmendukung upaya penanganan

COVID-19 di Indonesia sertamampu meningkatkan motivasi

bagi tenaga kesehatan dalammemberikan pelayanan terbaik

Penutup

Ingat !!!

Menyenangkan banyak orang adalah baik …..tetapi lebih baiklagi kalau para pengambil keputusan selamat

Terima Kasih#BersatuLawanCovid19

Kebijakan Pemda DKIJakartadalam PemberianInsentif &Santunan Duka Cita Untuk Petugas

Kesehatan yangMerawat COVID-19

dr.Widyastuti,MKM

Kepala Dinas Provinsi DKIJakarta

Johny Doe

Kebijakan Pemerintah Daerah DKI JakartaDalam Pemberian Insentif & Santunan Duka Cita

Untuk Petugas Kesehatan yang Merawat COVID-19Disampaikan oleh:Dra. Khafifah Any, Apt., MARS.Wakil Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Start22

JAN

UARI

2020

SE Kadinkes DKI No. 18/SE/2020 tentangKewaspadaan terhadapPneumonia Novel Coronavirus (nCOV)

25 F

EBRU

ARI2

020

4 M

ARET

2020

17 M

ARET

2020

18-1

9 M

ARET

2020

Ingub No. 16/2020 tentangPeningkatan Kewaspadaanterhadap Risiko PenularanInfeksi Corona Virus Disease (COVID-19)

Mulai penyusunan RAB Khusus untuk Pembiayaan Tanggap COVID-19

Pergub No. 23/2020 tentangPemberian Insentif kepadaTenaga Kesehatan dan Tenaga Penunjang Kesehatan dalamPenanggulangan BencanaWabah COVID-19

Input rincian Anggaran pengalihan BTT pada BL SKPD/UKPD

20 M

ARET

2020

• Cetak & Pengesahan DPPA (Penebalan)

• Kepgub No. 337/2020 tentangPenetapan Status TanggapDarurat Bencana Wabah COVID-19 di Wilayah Provinsi DKI Jakarta

• SE Sekda No. 22/SE/2020 tentang Tata Cara Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, dan Pertanggungjawaban Belanja Tidak Terduga untuk Mendanai Kebutuhan Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019Rp 215.000/orang/hari

11 MEI 2020

24 M

ARET

2020

Surat Menkeu KepadaMenkes tentang InsentifBulanan dan SantunanKematian bagi Tenaga Kesehatan yang MenanganiCOVID-19

27 A

PRIL

2020 Kepmenkes No.

HK.01.07/MENKES/278/2020 tentang Pemberian Insentifdan Santunan Kematian BagiTenaga Kesehatan yang Menangani Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

RKBBTT

2 AP

RIL

2020

RKBBTT

9 AP

RIL

2020

RKBBTT

13 A

PRIL

2020

RKBBTT

14 A

PRIL

2020

RKBBTT

20 A

PRIL

2020

RKBBTT

6 M

EI20

20

Pengajuan Kepada Gubernurterkait Usulan Insentif SDM Dinas Kesehtan dan JajaranDalam Rangka Percepatan

Penanganan COVID-19 (yang tidak termasuk kriteria

Kepmenkes No. HK.01.07/MENKES/278/2020)

16 A

PRIL

2020 Permenkeu

No.35/2020 tentangPengelolaanTransfer Ke Daerah dan Dana Desa TA 2020 Dalam RangkaPenangananPandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan-atau MenghadapiAncaman yang MembahayakanPerekonomianNasional

13 A

PRIL

2020 Pengumuman

Sekda DKI No. 7/2020 tentangRekrutmenRelawan Tenaga Kesehatan, Tenaga PenunjangKesehatan, dan Tenaga PenunjangLainnya DalamRangkaPenangananCOVID-19

Relawan tenagaKesehatan mulaibekerja

1 M

EI20

20

PengalihanPembiayaan relawan dariDinkes ke BKD dengan format Pembiayaan menyesuaikanKepmenkes

Insentif:dr. Spmaks. Rp 15 jt/OBdr./drg. maks. Rp 10 jt/OBBidan/Perawatmaks. Rp 7,5jt/OBTenaga Medis Lain maks. Rp 7,5jt/OB

Santunan Kematian:Rp 300jt/orang

TujuanUntuk meninkatkan kinerja pelayanan

Kriteria• Relawan (Non-ASN DKI Jakarta) di Fasyankes Milik

Permprov DKI Jakarta• ASN DKI Jakarta pada Fasyankes milik Pemprov DKI

Jakarta selain yang ditetapkan SK Menkes dan SK Gub• ASN DKI Jakarta pada Fasyankes milik Pemprov DKI

Jakarta yang ditetapkan SK Menkes dan SK Gub tetapi di luar kriteria ketenagaan yang diatur dalam KepmenkesNo. HK.01.07/MENKES/278/2020

FormulaNilai maksimal mengacu pada Kepmenkes

No. HK.01.07/MENKES/278/2020

Target Penerima• Tenaga Kesehatan• Tenaga Penunjang Kesehatan• Tenaga Penunjang Lainnya

KERANGKA KONSEPUSULAN INSENTIF SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)DINAS KESEHATAN & JAJARANDALAM RANGKA PERCEPATAN PENANGANAN COVID-19

KeringananPBB

BeasiswaPendidikan Bagi Anak

Bekerja Pada Fasyankes Non-Pemprov DKI Jakarta

Pembiayaan MelaluiMekanisme APBNSesusai Kepmenkes

No. HK.01.07 /MENKES/278/2020

Bekerja Pada FasyankesPemprov DKI Jakarta

Pembiayaan MelaluiMekanisme APBD

KERANGKA KONSEPPENGHARGAAN TERHADAP

TENAGA KESEHATANYANG GUGUR DALAM TUGAS

Terima Kasih

Seksi Perencanaan Anggaran dan PembiayaanBidang Perencanaan, Pengendalian, dan InfomrasiDinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

RUMUSAN KESIMPULAN WEBINAR KOLABORASI SESI XII

Dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Sasaran pemberian insentif dan santunan kematian adalah tenaga kesehatan baik Aparatur Sipil Negara, NonAparatur Sipil Negara, maupun relawan yang

menangani COVID-19 dan ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau pimpinan institusi kesehatan

2. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan telah ditetapkan kriteria tenaga kesehatan yang mendapat insentif antara lain Tenaga Kesehatan yang bekerja di RS yang

khusus menangani covid-19; RS lain milik pemerintah pusat, pemda, dan swasta yang ditetapkan oleh pemerintah pusat atau pemda; laboratorium yang

ditetapkan Kemenkes; BTKLPP dan BBTKLPP, KKP, Puskesmas, dan Dinkes Prov/Kab/Kota. Tenaga kesehatan dimaksud merujuk pada tenaga kesehatan yang

memberikan pelayanan covid-19 dengan mempertimbangkan jumlah pasien/spesimen/kasus yang ditangani.

3. Besaran insentif beragam dengan besaran yang berbeda antara Dokter Spesialis, Dokter Umum/Dr Gigi, Bidan dan Perawat, serta Tenaga Medis lainnya.Insentif

juga diberikan kepada tenaga kesehatan yang selain bekerja di RS, khususnya yang bekerja di KKP, BTKLPP/BBTKLPP, Dinkes, Puskesmas dan Laboratorium yang

ditetapkan Kemenkes dengan besaran yang setara dengan insentif tenaga medis lainnya. Selain itu diberikan pula insentif berupa santunan kematian bagi

Nakes yang meninggal karena paparan covid-19 dalam memberikan pelayanan kesehatan.

4. Usulan pembayaran insentif diterima oleh Tim Verifikator Pusat sebelum tanggal 10 setiap bulannya. Tim Verifikator Pusat merupakan Tim Verifikasi

Kementerian Kesehatan yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal Kemenkes RI.

5. Untuk pembayaran insentif faskes milik pusat/ institusi milik Kemenkes, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan pimpinan institusi kesehatan mengusulkan

pembayaran insentif kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan. Kepala Badan PPSDM Kesehatan menyampaikan usulan pembayaran insentif kepada Tim

Verifikator untuk diverifikasi. Transfer dana sesuai usulan kepada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan atau institusi kesehatan dilakukan melalui

Rekening Penampungan yang diusulkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan atau pimpinan institusi kesehatan (Bank Pemerintah). Fasilitas pelayanan kesehatan

atau institusi kesehatan mendistribusikan insentif ke rekening masing-masing individu.

6. Untuk institusi/faskes milik pemda, Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau pimpinan institusi kesehatan tingkat provinsi mengusulkan pembayaran

insentif kepada kepala dinas kesehatan provinsi. Selanjutnya kepala dinas kesehatan provinsi mengusulkan pembayaran insentif kepada Kepala Badan PPSDM

Kesehatan. Khusus usulan pembayaran insentif tenaga kesehatan yang bertugas pada dinas kesehatan kabupaten/kota diverifikasi oleh dinas kesehatan

provinsi sebelum disampaikan ke Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan. Kepala Badan PPSDM Kesehatan menyampaikan usulan

pembayaran insentif kepada Tim Verifikator untuk diverifikasi. Pencairan dana insentif tenaga kesehatan langsung dilakukan ke rekening kas daerah. Dinkes

Prov/Kab/Kota kemudian melakukan pembayaran insentif ke rekening masing-masing tenaga kesehatan sesuai usulan atau rekomendasi tim verifikator pusat

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Besaran insentif yang bervariasi dapat menimbulkan potensi perbedaan pemahaman/konflik yang dapat mengganggu soliditas tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan/melaksanakan tugasnya. Hal ini perlu dipahami dan dipertimbangkan dalam implementasi kebijakan pemberian insentif. Dengan tetap

mempertimbangkan kompetensi, maka prinsip keseimbangan/kesetaraan dan kebersamaan/teamwork dalam pelaksanaan penanganan covid-19 juga harus

dipertimbangkan secara matang.

Terima kasih.

#SERIALXIII

DIAGNOSIS&PENATALAKSANAANCOVID-19– TERKINI

13:00–13:05 Pembukaan&PengantarOleh:DR.dr.Supriyantoro,Sp.P,MARS–KetuaUmumIndoHCF–KREKI–

IKKESINDO

13:05–13:25 Diagnosis&PenatalaksanaanCOVID-19diRawatJalan,IGD&RawatInapOleh:DR.Dr.SoedarsonoSp.P(K)-KetuadivisiInfeksiDepartemenPulmonologi

danKedokteranRespirasiFKUnair-RSUDDr.Soetomo

13:25–13:45 Diagnosis&PenatalaksanaanCOVID-19diRuangIntensifOleh:dr.Prasenohadi,PhD,SpP(K),KIC-KepalaRespiratoryICU(RICU)RSUPPersahabatan

13:45–14:50 DiskusidanTanyaJawabModerator:dr.MohammadSyahrilMansyur,Sp.P,MPH

14:50–15:00 Rangkuman&Penutup

SUSUNANACARA

Diagnosis&Penatalaksanaan COVID-19diRawatJalan,IGD&Rawat Inap

DR.Dr.Soedarsono Sp.P (K)Ketua divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUnair- RSUDDr.Soetomo

Tatalaksana COVID-19:Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap

SoedarsonoDepartemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi

FK Unair -Ketua Pinere RSUD Dr. Soetomo

Pendahuluan• Coronavirus disease 2019 (COVID-19)• penyakit infeksi yang disebabkan oleh severe acute

respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS CoV-2) • Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China.1,2,3

• WHO per 11 maret 2020 menyatakan sebagai pandemik global 4

1. http://www.who.int/csr/don/12-january-2020-novel-coronavirus-china/en/2. Huang et al. Lancet. 2020. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30183-5.3. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technical-guidance/naming-the-coronavirus-disease-

(covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it4. World Health Organization Director-General's opening remarks at the media briefing on COVID19 -March 2020.

International Pulmonologist’s Consensus on COVID-19: 2nd Edition. Published on 22nd April 2020

Ultrastructure Sars Cov-2

Transmission of Coronavirus

PDPI. Pneumonia COVID-19. 2020

The main transmission route is thought to be respiratory droplets

DROPLET/PERCIKAN YANG KELUAR SAAT BATUK DAN BERSIN

LANGSUNG- Percikan langsung- Jarak 1-2 meter dari

orang yangbatuk/bersin tanpaditutup

TIDAK LANGSUNG- Droplet tumpah ke

permukaan benda- Kemudian kita menyentuh

dengan tangan, tangan menyentuh wajah (mata, hidung, mulut) tanpa cuci tangan.

Penularan lewat droplet

Droplet Nuclei vs Respiratory DropletsDroplet Nuclei Transmission (Airborne Infection)

Respiratory Droplet Transmission (An Extension of Direct Contact)

1-5 φm diameter particles (dried residua of larger particles)

> 100 φm diameter particles

Remain suspended indefinitely Settle out within 1 m of the source

Alveolar deposition Upper airway deposition

Contain few microbes Contain many microbes

UVGI susceptible in air UVGI resistant on surfaces

Examples: Tuberculosis, measles Examples: staphylococcus, respiratory syncytial virus

(UVGI: ultraviolet germicidal irradiation)

dipengaruhi olehsuhu:suhu lingkungan yang lebih rendah mendukung persistensi/ ketahanan virus pada permukaan

Life Cycle of Coronavirus (SARS)

PDPI. Pneumonia COVID-19. 2020Lancet Respir Med 2020. https://doi.org/10.1016/PII

• Human pathogenic coronaviruses, SARS-CoV and SARS-CoV-2 bind to their target cells through angiotensin-converting enzyme-2 (ACE-2)

– ACE-2 found in the lower respiratory tract of humans, has been identified as the receptor used for cell entry for both SARS-CoV and SARS-CoV-2

Fase Perkembangan Penyakit• Fase Infeksi Awal

– menyebabkan gejala lokal seperti iritasi tenggorokan & batuk kering dan gejala konstitusional seperti demam, myalgia dan sakit kepala.

• Fase Paru– virus masuk ke parenkim paru dan mulai berkembang biak. – terjadi vasodilatasi, peningkatan permeabilitas endotel dan

pengerahan leukosit yang menyebabkan kerusakan paru lebihlanjut, dan hipoksemia

• Fase Hiperinflamasi Berat– Respon inflamasi terus menguat dan menyebabkan inflamasi

sistemik, sering disebut sebagai badai sitokin, terjadi injury organ lebih jauh.

International Pulmonologist’s Consensus on COVID-19: 2nd Edition. Published on 22nd April 2020

Definisi Kasus COVID-19 berdasarkan Beratnya Kasus1

1. Tanpa gejala2. Ringan/ tanpa komplikasi3. Sedang/ moderat4. Berat/ pneumonia berat5. Kritis

Protokol Tatalaksana COVID-19. 2020. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.

Definisi Kasus COVID-19 berdasarkanBeratnya Kasus2

1. Tanpa gejalaPasien tidak ditemukan gejala

2. Ringan/ tanpa komplikasiPasien dengan infeksi saluran napas oleh virus dengan gejala tidakspesifik seperti demam, lemah, batuk (dengan atau tanpa produksi sputum),anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit tenggorokan, sesak, kongesti hidung, sakit kepala. Meskipun jarang, pasien dapatdengan keluhan diare, mual atau muntah.

Pasien usia tua dan immunocompromised à gejala atipikal.

Protokol Tatalaksana COVID-19. 2020. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.

Definisi Kasus COVID-19 berdasarkan Beratnya Kasus3

3. Sedang/ moderatPasien remaja/dewasa dengan pneumonia tetapi tidak menunjukan sebagai pneumonia berat

- tidak membutuhkan suplementasi oksigen

Pada Anak-anak dengan pneumonia tidak berat dengan keluhan batuk atau sulit bernapasdisertai napas cepat.

Protokol Tatalaksana COVID-19. 2020. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.

Definisi Kasus COVID-19 berdasarkanBeratnya Kasus4

4. Berat/ pneumonia beratPasien remaja /dewasa dengan demam atau dgejala ISPA , ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen(SpO2) <93% pada udara kamar atau rasio PaO2/FiO2 < 300.

pada anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya satudari berikut ini:

• sianosis sentral atau SpO2 <90%;• distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada yang berat);• tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi atau

penurunan kesadaran, atau kejang• Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea :<2 bulan,

≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit;>5 tahun, ≥30x/menit.

Protokol Tatalaksana COVID-19. 2020. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.

Kriteria Definisi Pneumonia Berat

Jika terdapat salah satu kriteria mayor atau ≥ 3 kriteria minor

Kriteria

minor

Frekuensi napas ≥ 30x/menit

Rasio Pa02/FiO2 ≤ 250

Infiltrat multilobular

Penurunan kesadaran

Uremia (BUN) ≥ 20 mg/dL

Leukopenia (<4000 cell/mikrol)

Trombositopenia (<100.000/microliter)

Hipotermia (<360C)

Hipotensi perlu resusitasi cairan agresif

Kriteria

mayor

Syok septik membutuhkan vasopressor

Gagal napas membutuhkan ventilasi mekanik

IDSA/ATS

Definisi Kasus COVID-19 berdasarkanBeratnya Kasus5

5. KritisPasien dengan gagal napas, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), syok sepsis dan/ataumultiple organ failure.

Protokol Tatalaksana COVID-19. 2020. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.

Tatalaksana COVID-19 pada Pasien Rawat

Jalan

Dasar untuk Menentukan Rawat Jalan dan Perawatan Jarak Jauh

• Manajemen rawat jalan dapat dilakukan untuk sebagian besar pasien COVID-19:– Pada 80% pasien, penyakitnya ringan dan tidak memerlukan intervensi

medis atau rawat inap– Manajemen jarak jauh (telehealth) lebih disukai untuk sebagian besar

pasien karena alasan berikut:• Tidak perlu mengunjungi fasyankes langsung sehingga mengurangi

beban (dengan banyaknya pasien di fasyankes), termasuk mengurangi beban sumber daya yang terbatas khususnya alat pelindung diri (APD).

• Kunjungan ke fasyankes secara langsung mengharuskan pasien untuk bepergian melalui transportasi umum, pribadi, atau darurat dan berpotensi menularkan SARS-CoV-2 kepada orang lain. Selain itu, setibanya di fasyankes, pasien dapat menularkan SARS-CoV-2 kepasien lain dan petugas kesehatan.

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan

(The Continuum of Care Program) (1)

• Alat untuk penilaian diri (self-assessment tools)• Triase telfon awal (initial telephone triage)• Uji COVID-19• Penilaian risiko keparahan penyakit, durasi gejala,

faktor lingkungan dan tempat tinggal

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (1)

• Alat untuk penilaian diri (self-assessment tools):– Materi edukasi dan penilaian diri untuk pasien secara online

(oleh lembaga medis dan lembaga kesehatan pemerintah) dapat memandu pasien melalui pertanyaan dan menyarankan kapan harus mencari perawatan medis; dengan mengikuti panduan ini,• pasien dengan penyakit ringan mungkin dapat pulih di rumah sendiri

tanpa perlu melakukan kontak langsung dengan penyedia layanan kesehatan.

– Dokter dalam menentukan pilihan harus hati-hati, karena pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih terbatas dan perlu disesuaikan dengan pedoman yang ada.

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (2)

• Triase telfon awal (initial telephone triage):– Evaluasi melalui telehealth dapat dilakukan melalui telfon,

video call, atau format lain yang sesuai dengan regulasi privasi pasien

– Melalui telfon, dokter dapat menentukan perawatan pasien selanjutnya yang sesuai: mandiri di rumah, telehealth visit atau perlu datang ke klinik rawat jalan/UGD.

– Setiap pasien dengan gejala yang menunjukkan gangguan pernapasan atau hipoksia (sesak) harus dirujuk untuk evaluasi secara langsung; tempat perawatan yang tepat tergantung pada keparahan gejala.

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (3)

• Uji COVID-19:– Selama pandemi, pasien yang tinggal di daerah dengan

penularan luas dan memiliki gejala COVID-19 secara umum menjadi terduga COVID-19, meskipun mereka belum dites atau pernah tes dengan hasil negatif sebelumnya.

– Uji SARS-CoV-2 dengan reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR)

– Deteksi melalui antibodi tidak boleh digunakan sebagai tes tunggal dalam diagnosis COVID-19

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

– Penilaian risiko keparahan penyakit: • Risiko tinggi: usia ≥65 th, adanya komorbid (DM,

liver, jantung, ginjal, asma, penyakit serebrovaskuler), obesitas, immunocompromized, merokok)• Risiko sedang: usia 20-64 th tanpa komorbid, usia

<20 th dengan komorbid• Risiko rendah: usia <20 th tanpa komorbid

Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (4)

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

– Penilaian durasi gejala dan keparahan penyakit• Lama waktu berkembangnya sesak nafas• Penilaian sesak nafas (Ringan, Sedang, Berat)• Penilaian oksigenasi:– Saturasi oksigen ≤94%: evaluasi langsung– Saturasi oksigen ≥95%: keputusan berdasarkan

keparahan sesak nafas, risiko keparahan penyakit, dan penilaian secara keseluruhan» Penilaian secara keseluruhan: menanyakan adanya

orthostasis, riwayat jatuh, hipotensi, perubahan status mental (kebingungan, perubahan perilaku), cyanosis, anuria, nyeri dada karena sindrom koroner akut

Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (4)

– Penilaian faktor lingkungan dan tempat tinggal:

•Kemampuan pasien dalam memantau gejala mereka dan mencari perawatan medis apabila gejala berlanjut dan memburuk•Kontrol infeksi dan fasilitas di rumah

Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (4)

Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (5)

• Kunjungan dokter jarak jauh (dengan telepon atau video call) untuk evaluasi awal dan tindak lanjut/ follow-up

• Klinik rawat jalan harus terpisah atau disediakan ruang khusus klinik rawat jalan yang sesuai untuk perawatan pasien COVID-19 .

•– Perlu strategi untuk mengurangi risiko pajanan SARS-CoV-2 oleh staf

dan antar pasien lain.– Klinik rawat jalan harus terkoordinasi dengan UGD dalam program

perawatan berkelanjutan (continuum of care program)

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

• Hubungan kerjasama yang erat dengan dinas kesehatan dan tokoh masyarakat– Pasien dapat menjalankan rawat jalan dengan

menghubungi fasyankes utama mereka setelah KRS

– Selama sakit, pasien dapat dialihkan di tempat berbeda/ dirujuk sesuai kebutuhan klinis

Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (5)

Evaluasi untuk Menentukan Perawatan Pasien

• Kriteria untuk evaluasi di UGD: pertimbangan untuk rawat inap– Sesak nafas berat– Saturasi oksigen ≤90% tanpa melihat keparahan sesak nafas– Penurunan status mental (kebingungan, perubahan perilaku, dll)

atau gejala lain seperti hipoperfusi atau hipoksia• Kriteria untuk evaluasi di klinik rawat jalan (khusus

COVID-19)– Sesak nafas ringan dengan saturasi oksigen 91%-94%– Sesak nafas ringan pada pasien dengan risiko tinggi severe disease– Sesak nafas sedang pada setiap pasien– Gejala ringan lainnya

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

Evaluasi pada Pasien di Klinik Rawat JalanMeliputi status pernafasan dan peredaran darah, riwayat klinis, pemeriksaan fisik termasuk tanda vital → penentuan isolasi mandiri, perawatan di rumah dengan telehealth follow-up, atau dirujuk ke UGD

• Home oxygen therapy dengan monitoring oksimetri pada sebagian pasien– Kriteria home oxygen therapy:

• Pasien dengan sesak nafas ringan atau sedang, stabil, dan tidak ada gejala yang progresif dalam beberapa hari

• Saturasi oksigen 91%-93% dan meningkat sampai ≥95% dengan supplemental oxygen by nasal cannula pada 2 liter/menit

• Pasien patuh dengan terapi yang diberikan

Home oxygen therapy tidak cocok untuk pasien yang baru menunjukkan gejala sesak nafas dan hipoksia pada awal onset penyakit

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

Tatalaksana Pasien Rawat Jalan dan Konseling (1)

• Kontrol infeksi– Menutup mulut dan hidung– Identifikasi awal dan isolasi pasien suspek– Penggunaan APD saat merawat pasien COVID-19– Penggunaan disinfektan

• Tatalaksana gejala– Pengobatan simtomatik termasuk antipiretik dan analgesik untuk

myalgia dan sakit kepala, acetaminophen, nonsteroidal antiinflammatory drug

• Tatalaksana penyebab gejala yang potensial– Menentukan penyebab lain gejala: influenza, streptococcal

pharyngitis, community- bacterial acquired pneumonia , asma, COPD, dll

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

Tatalaksana Pasien Rawat Jalan dan Konseling (2)

• Pengobatan spesifik untuk terapi COVID-19

– Beberapa terapi untuk COVID-19 telah dievaluasi dan belum ada yang menunjukkan efficacy

– Hydroxychloroquine masih dalam tahap investigasi– Obat spesifik untuk COVID-19 tidak boleh diresepkan

pada pasien rawat jalan di luar uji klinis; keterbatasan data dan kekhawatiran toksisitas pada pasien yang perawatannya tidak dipantau secara intensif

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

Tatalaksana Pasien Rawat Jalan dan Konseling (3)

• Tatalaksana pengobatan penyakit penyerta – Pasien yang memrlukan nebulized medications untuk

menghindari penggunaannya di hadapan orang lain untuk menghindari aerosolisasi SARS-CoV-2• Pasien yang telah menggunakan continuous positive airway

pressure (CPAP) atau bilevel positive airway pressure (BPAP) dapat menggunakannya saat terisolasi dari orang lain

– Pasien yang menggunakan immunomodulating medication, pemberian obat harus mempertimbangkan risiko dan manfaat penghentian sementara, didasarkan pada indikasi dan keparahan

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

Tatalaksana Pasien Rawat Jalan dan Konseling (4)

• Konseling dan perburukan gejala– Pasien diberi konseling apabila ada perburukan gejala, harus

evaluasi kembali dengan kunjungan telehealth dan secara langsung, termasuk evaluasi di UGD• Termasuk onset baru sesak nafas, perburukan sesak nafas, dll

– Pasien diedukasi tentang durasi gejala dan kemungkinan penurunan fungsi respirasi setelah beberapa hari dari onset gejala

– Memastikan dukungan di rumah (siapa yang dapat dihubungi apabila memerlukan bantuan) dan akses layanan medis darurat

– Pasien dengan COPD dan asma disarankan untuk closely monitor status respirasinya

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

Tatalaksana Pasien Rawat Jalan setelah KRS dari Rawat Inap atau UGD (1)

1. Pada pasien yang dipulangkan ke rumah• Sebagian besar pasien KRS dari ruang rawat inap memerlukan

kunjungan lanjutan dari dokter dalam satu atau dua hari setelah pemulangan– Tergantung pada situasi klinis dan sosial– Kunjungan telehealth atau kunjungan rawat jalan secara

langsung perlu dipertimbangkan pada kondisi tertentu• Untuk pasien yang KRS dari UGD dan dirasa perlu perawatan

lanjutan, diikuti kunjungan telehealth– Waktu kunjungan tersebut akan bervariasi tergantung pada indikasi

/kondisi pasien.

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

Tatalaksana Pasien Rawat Jalan setelah KRS dari Rawat Inap atau UGD (2)

2. Pada pasien yang dipulangkan untuk perawatan di rumah dan diawasi untuk pemulihannya• Supervisi ke rumah• disesuaikan dengan fasilitas dan sumber daya nakes

• Evaluasi dapat juga dapat dilakukan melaluitelehealth

Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696

Tatalaksana COVID-19 pada Pasien Rawat Inap

Terapi Empirik Pneumonia Bakterial pada Pasien Tertentu

• Bila gambaran klinis COVID-19 sulit dibedakan dengan pneumonia bakteri, terapi empirik sesuai pedoman CAP dapat diberikan ketika diagnosis masih belum pasti

• Terapi empirik untuk pneumonia bakteri juga dapat diberikan pada pasien COVID-19 jika ada kecurigaan klinis kearah infeksi bakterial

• Jika terapi empirik diberikan, disarankan untuk melakukan uji mikrobia (kultur dan pewarnaan Gram sampel sputum, uji antigen pada sampel urin) dan reevaluasi setiap hari pemberian antibiotik.

• Peningkatan prokalsitonin juga diketahui mengindikasikan infeksiCOVID-19, terutama pada akhir perjalanan penyakit, dan tidak selalu mengindikasikan infeksi bakteri.

Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link

Pencegahan dan Evaluasi Venous Thromboembolism (VTE)

• Profilaksis farmakologis untuk mencegah tromboemboli vena disarankan untuk pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19.– Kecuali ada kontraindikasi terhadap antikoagulan, fondaparinux dapat

diberikan sebagai alternatif– Tingginya angka komplikasi tromboembolik pada pasien COVID-19

rawat inap, terutama pada pasien kritis– Prophylactic-dose low molecular weight (LMW) heparin diketahui

menurunkan risiko VTE– Antikoagulasi berhubungan dengan peningkatan survival pada pasien

terintubasi yang dirawat di Rumah Sakit • Agen farmakologis untuk mencegah tromboemboli vena pada pasien rawat

inap dengan COVID-19 antara lain: Enoxaparin, Dalteparin, Nadroparin, Tinzaparin

Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link

• Ketidakpastian penggunaan Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs)– Informasi risiko obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) untuk

COVID-19 masih terbatas– Asetaminofen sebagai agen antipiretik dapat digunakan apabila

NSAID diperlukan (disarankan dengan dosis efektif terendah)– NSAID tetap diberikan pada pasien dengan kondisi kronik lainnya,

kecuali ada alasan untuk menghentikannya (misalnya, cedera ginjal, perdarahan gastrointestinal)

• Hindari obat-obatan nebulisasi– Obat-obatan yang dihirup harus diberikan dengan metered dose

inhaler jika memungkinkan, daripada melalui nebuliser, untuk menghindari risiko aerosolisasi SARS-CoV-2 melalui nebulisasi

– Jika nebuliser harus digunakan, tindakan pencegahan untuk mengendalikan infeksi harus dilakukan

Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link

Glukokortikosteroid• WHO dan CDC merekomendasikan untuk tidak menggunakan

glukokortikoid sistemik pada pasien COVID-19, kecuali ada indikasi lain (misalnya, PPOK eksaserbasi akut)

• Glukokortikosteroid berhubungan dengan peningkatan risiko kematian pada pasien influenza dan delayed viral clearance pada pasien MERS-CoV

• Meskipun glukokortikosteroid banyak digunakan untuk SARS, namun tidak ada bukti tentang manfaatnya, namun terdapat bukti tentang efek samping jangka pendek dan jangka panjang yang merugikan

Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link

Manajemen Obat-Obatan Kronik• Angiotensin-converting Enzyme (ACE) Inhibitors atau Angiotensin

Receptor Blockers (ARBs)– ACE atau ARBs tetap dilanjutkan, kecuali ada alasan untuk dihentikan

(seperti hipotensi, cedera ginjal akut)• Statin

– Statin tetap dilanjutkan pada pasien rawat inap dengan COVID-19 yang telah mendapat statin sebelumnya

– Sebagian besar pasien dengan severe COVID-19 memiliki penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, dan indikasi lain untuk penggunaan statin.

– Cedera jantung akut adalah salah satu komplikasi COVID-19• Imunomodulator

– Penggunaan obat imunosupresi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko keparahan penyakit pada infeksi virus pernapasan lainnya

– Penghentian prednison, biologik, atau obat imunosupresif lainnya padaCOVID-19 harus ditentukan berdasarkan kasus per kasus

Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link

Kontrol Infeksi• Tipe ruangan

– Pasien harus ditempatkan di ruang tunggal dengan pintu tertutup dan kamar mandi khusus. Bila ini tidak memungkinkan, pasien konfirmasi COVID-19 dapat ditempatkan bersama-sama.

– Pasien konfirmasi COVID-19 harus berada di ruang tekanan negatif.

• APD untuk petugas kesehatan– WHO merekomendasikan tindakan pencegahan standar, kontak, dan droplet (yaitu,

gaun/jubah, sarung tangan, dan masker medis) dengan pelindung mata atau wajah digunakan untuk semua personel yang memasuki ruangan pasien suspek atau konfirmasi COVID-19.

– Penggunaan respirator/ N95 respirator dan penutup rambut– Penggunaan penutup sepatu pasien COVID-19 di bangsal atau ICU

• SARS-CoV-2 dilaporkan terdistribusi secara luas di lantai dan kontaminasi lebih besar di ICU

– Pasien diharuskan menggunakan masker ketika dipindahkan ke ruangan dan saat di ruangan untuk mengurangi risiko infeksi

Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link

Terapi Spesifik COVID-19(1)Beberapa terapi untuk COVID-19 sedang dievaluasi

• Remdesivir– Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah

mengeluarkan izin penggunaan darurat remdesivir untuk anak-anak dan orang dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan severe COVID-19

• Hidroksiklorokuin/ Klorokuin– FDA telah mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat agen ini pada

pasien COVID-19 remaja atau orang dewasa yang dirawat di rumah sakit dalam hal partisipasi uji klinis

– Di luar uji klinis, tidak disarankan secara rutin menggunakannya karena data yang terbatas dan potensi toksisitas

– Jika obat digunakan untuk COVID-19 di luar uji klinis, IDSA mendorong pembuatan registri, bila mungkin, untuk secara sistematis mengevaluasi keamanan dan efficacy nya

Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link

Terapi Spesifik COVID-19(2)• Convalescent plasma

– Penggunaannya sedang diteliti (uji klinis) untuk pasien dengan severe COVID-19 atau mengancam jiwa

– Penerima plasma dari donor yang telah pulih sepenuhnya dari COVID-19 menunjukkan penurunan nasopharyngeal viral load, penurunan derajat keparahan penyakit, dan peningkatan oksigenasi dalam 12 hari setelah transfusi

– Namun, penemuan ini belum menunjukkan efficacy yang bermakna karena ditemukan 5 penerima donor meninggal di akhir perjalanan

• IL-6 pathway inhibitors– Tocilizumab adalah inhibitor reseptor IL-6 yang digunakan untuk penyakit rematik dan

sindrom pelepasan sitokin dan sedang dievaluasi dalam uji coba acak untuk pengobatan COVID-19.

– Dalam sebuah penelitian pada 63 pasien dengan severe COVID-19, hasil laboratorium menunjukkan keadaan pro-inflamasi dan pro-trombotik, tidak ada efek samping utama yang dianggap terkait langsung dengan tocilizumab (diberikan secara intravena atau subkutan), yang dikaitkan dengan penurunan protein C-reaktif, D-dimer, dan kadar feritin

– Sarilumab dan siltuximab adalah agen lain yang menargetkan jalur IL-6 dan juga sedang dievaluasi dalam uji klinis.

Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link

Terapi Spesifik COVID-19: Obat Lainnya (3)

• Favipiravir– Merupakan inhibitor RNA polimerase yang tersedia di beberapa negara Asia

untuk mengobati influenza, sedang diuji klinis untuk COVID-19 di Amerika Serikat

• Interferon beta– Tidak ada data efek interferon beta pada SARS-CoV-2.– Namun, interferon beta secara efektif mengurangi MERS-CoV secara in vitro dan

telah menunjukkan hasil yang baik pada animal model • Kombinasi azithromycin dan hidroksiklorokuin

– Baik azithromycin maupun hidroksiklorokuin berhubungan dengan pemanjangan QTc, kombinasi keduanya berpotensi meningkatkan efek samping ini

• Lopinavir-ritonavir– Kombinasi protease inhibitor ini, terutama telah digunakan untuk infeksi HIV,

memiliki aktivitas in vitro melawan SARS-CoV dan beberapa aktivitas terhadap MERS-CoV dalam penelitian pada hewan

– WHO telah meluncurkan uji coba multinasional untuk mengevaluasi lebih lanjut remdesivir, hydroxychloroquine / chloroquine, dan lopinavir-ritonavir dengan dan tanpa interferon beta Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-

covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link

Pendekatan Pengobatan COVID-19Pendekatan optimal untuk pengobatan COVID-19 masih belum jelas, meskipun beberapa uji klinis menyarankan manfaat remdesivir

• Pada pasien non severe COVID-19– Tidak disarankan menggunakan agen eksperimental di luar uji

klinis– Disarankan hanya diberikan terapi supportif dengan clinical

monitoring apabila ada perburukan dan berkembang menjadi severe disease (identifikasi faktor risiko severe disease)

• Pada pasien severe COVID-19– Untuk pasien rawat inap dengan suspek atau konfirmasi COVID-19

derajat berat atau hasil laboratorium menunjukkan faktor risiko progresif penyakit, direkomendasikan pemberian obat dalam uji klinis (remdesivir, hidroksiklorokuin, dll)

Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link

Ringkasan

• Mekanisme penularan perlu dipahami untuk membuat strategi pencegahan yang tepat

• Tata laksana rawat jalan Covid-19 terdiri dari: • Pemberian obat famakologis simtomatis• Sistim komunikasi dan pemantauan pasien

• Tata laksana rawat inap Covid-19 • Standar of Care (SoC) pasien pneumonia pada

umumnya• Obat-obat spesifik : masih dalam uji klinis, namun dapat

diberikan di luar uji klinis pada kasus2 tertentu

Diagnosis&Penatalaksanaan COVID-19diRuangIntensif

dr.Prasenohadi,PhD,SpP(K),KICKepala RespiratoryICU(RICU)RSUPPersahabatan

Diagnosis dan PenatatalaksanaanCOVID-19 di Ruang Intensif

PRASENOHADI

• Perhimpunan Dokter Paru Indonesia• Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI – RSUP Persahabatan

JAKARTA

Pendahuluan(1)

• Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome-Corona Virus-2 (SARS-CoV-2) à RNA virus yang sangat menular.

• Transmisi diperkirakan didominasi oleh penyebaran droplet dan kontak langsung dengan pasien.

• Belum ada terapi spesifik untuk infeksi COVID-19 à terapisuportif termasuk tatalaksana respirasi, terutama pada kasus berat.

• Sekitar 15% pasien COVID-19 derajat sedang–berat àoksigenasi dan perawatan RS, 5% membutuhkan ICU dan terapi suportif (intubasi dan ventilasi mekanis).

• Komplikasi tersering pasien COVID-19 berat à pneumonia berat.

• Komplikasi lain : ARDS, sepsis dan syok septik, kegagalanmulti organ, acute kidney injury dan cardiac injury yang sering terjadi pada kelompok risiko, seperti usia lanjut (> 50 tahun) dan komorbid.

Pendahuluan(2)

• Pada jumlah yang sedikit, penyakit ini dapat menjadi beratdan mengakibatkan kematian.

• Data yang ada memperkirakan bahwa penyakit yang beratsedikit dijumpai pada dewawa muda.

• Pasien COVID-19 yang membutuhkan perawatan di RS àpneumonia (bilateral patchy shadows atau ground-glass opacity).

Pendahuluan(3)

The World Health Organisation outlines the following Clinical Syndromes associated with COVID-19(1)

• Mild Illness• Pneumonia• Severe Pneumonia• (Acute Respiratory Distress Syndrome)

Severe Pneumonia• Adolescent or Adult: fever or suspected respiratory infection, plus one

of the following: high respiratory rate > 30 breaths/min; severe respiratory distress; or SpO2 ≤ 93% (room air).• Child: with a cough or difficulty in breathing, plus at least one of the

following: central cyanosis or SpO2 < 90%; severe respiratory distress (e.g. grunting, very severe chest indrawing); signs of pneumonia with a general danger sign (inability to breastfeed or drink, lethargy or unconsciousness, or convulsions).• While the diagnosis is made on clinical grounds, chest imaging may

identify or exclude some pulmonary complications.

The World Health Organisation outlines the following Clinical Syndromes associated with COVID-19(2)

Onset:• New or worsening respiratory symptoms within one week of known clinical

insult.Chest imaging (radiograph, CT scan, or lung ultrasound):• Bilateral opacities, not fully explained by effusions, lobar or lung collapse, or

nodules.Origin of edema:• Respiratory failure not fully explained by cardiac failure or fluid overload. • Need objective assessment (e.g. echocardiography) to exclude hydrostatic

cause of edema if no risk factor present.

The World Health Organisation outlines the following Clinical Syndromes associated with COVID-19(3)

Acute Respiratory Distress Syndrome (WHO)

Oxygenation (adults)• Mild ARDS: 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (with PEEP or CPAP ≥ 5

cmH2O, or non-ventilated)• Moderate ARDS: 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 200 mmHg with PEEP ≥ 5

cmH2O, or non-ventilated)• Severe ARDS: PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg with PEEP ≥ 5 cmH2O, or non-

ventilated)• When PaO2 is not available, SpO2/FiO2 ≤ 315 suggests ARDS (including in

non-ventilated patients)

The World Health Organisation outlines the following Clinical Syndromes associated with COVID-19(4)

Acute Respiratory Distress Syndrome (WHO)

The World Health Organisation outlines the following Clinical Syndromes associated with COVID-19(5)

Oxygenation (children; OI = Oxygenation Index and OSI = Oxygenation Index using SpO2)

• Bilevel NIV or CPAP ≥5 cmH2O via full face mask: PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg or SpO2/FiO2 ≤ 264

• Mild ARDS (invasively ventilated): 4 ≤ OI < 8 or 5 ≤ OSI < 7.5

• Moderate ARDS (invasively ventilated): 8 ≤ OI < 16 or 7.5 ≤ OSI < 12.3

• Severe ARDS (invasively ventilated): OI ≥ 16 or OSI ≥ 12.3

Acute Respiratory Distress Syndrome (WHO)

Alur Pasien yang Membutuhkan Bantuan Respirasi

Terapi suportif awal dan monitoring(1)

• Berikan terapi tambahan O2 segera pada pasien dengan SARI dan gangguan pernapasan, hipokesmia, atau syok.

• Berikan tatalaksana cairan konservatif pada pasien SARI jikatidak ada tanda syok.

• Berikan antibiotik empiris untuk mengatasi pathogen yang mungkin menyebabkan SARI.

• Berikan antibotik dalam waktu satu jam pertama untukpasien dengan sepsis.

Terapi suportif awal dan monitoring(2)

• Hindari pemberian kortikosteroid sistemik secara rutin untukterapi pneumonia viral atau ARDS di luar uji klinis, kecuali jikadiindikasikan untuk alasan lain.

• Monitor ketat pasien SARI untuk menilai perburukan klinis(gagal napas yang progresif, sepsis) à berikan perawatan suportifsecepatnya.

• Pahami kondisi komorbid pasien untuk menyesuaikan tatalaksanapenyakit kritis dan untuk perkiraan prognosis.

• Komunikasi awal dengan pasien dan keluarga pasien.

Tatalaksana gagal napas hipoksemia dan ARDS(1)

Kenali gagal napas hipoksemia berat pada pasien dengangangguan pernapasan yang mengalami perburukan dengan terapiO2 standar.• Pasien dapat terjadi peningkatan work of breathing atau

hipoksemia meskipun dengan pemberian O2 via face mask denganreservoir bag (laju O2 10–15 L/menit, laju minimum yang dibutuhkan untuk mempertahankan pengembangan reservoir bag; FiO2 0,60–0,95). • Gagal napas hipoksemia pada ARDS umumnya terjadi akibat

intrapulmonary ventilation-perfusion mismatch atau shunt yang umumnya membutuhkan ventilasi mekanis.

Tatalaksana gagal napas hipoksemia dan ARDS(2)

• High-flow nasal oxygen (HFNO) atau non-invasive ventilation (NIV) à pasien tertentu dengan gagal napas hipoksemia.• Monitor (harus) ketat untuk menilai perburukan klinis. • Sistem HFNO dengan aliran sampai 60 L/menit dapat mencapai

FiO2 sampai 1,0. HFNO mengurangi kebutuhan intubasi.• NIV tidak direkomendasikan untuk kasus gagal napas hipoksemia

atau penyakit viral pandemik.• Sistem HFNO dan NIV terbaru (interface yang baik), tidak

meningkatkan penyebaran udara ekspirasi à menurunkan risikotransmisi airborne.

Tatalaksana gagal napas hipoksemia dan ARDS(3)

• Intubasi endotrakeal hanya boleh dilakukan oleh operator yang terlatih dan berpengalaman dengan menggunakan APD terhadapairborne.

• Gunakan ventilasi mekanis dengan lower tidal volumes (4–8 ml/kg predicted body weight, PBW) dan lower inspiratory pressures (plateau pressure <30 cmH2O).• ARDS berat, direkomendasikan ventilasi dengan posisi telungkup

(prone position) lebih dari 12 jam.

• Gunakan strategi manajemen cairan konservatif untuk pasienARDS tanpa gangguan hipoperfusi jaringan.

• Pasien dengan ARDS sedang–berat à (dianjurkan) PEEP* tinggi• Pasien dengan ARDS sedang–berat (PaO2/FiO2 <150) à pelumpuh

otot (blockade neuromuscular) tidak boleh digunakan secararutin.

• Pada keadaaan yang membutuhkan extra corporeal life support (ECLS) à pertimbangkan merujuk pasien dengan hipoksemiarefrakter, meskipun dengan ventilasi mekanis.

• Hindari penghentian ventilasi mekanis à menurunkan PEEP dan atelektasis. *PEEP: Positive end-expiratory pressure

Tatalaksana gagal napas hipoksemia dan ARDS(4)

Alur Penentuan Alat Bantu Napas Mekanik

• PDPI• PERKI• PAPDI• PERDATIN• IDAI

Referensi

• Rachael Moses, Consultant Respiratory Physiotherapist. COVID-19 Respiratory Physiotherapy On Call Information and Guidance. Lancashire Teaching Hospitals. March 2020.

• World Health Organisation. Clinical Management of Severe Acute Respiratory Infection (SARI) when COVID-19 Disease is Suspected – Interim Guidance. WHO, 13 March 2020.

• O’Driscoll BR, et al. British Thoracic Society Guideline for oxygen use in adults in healthcare and emergency settings. BMJ Open Resp Res 2017;4:e000170. doi:10.1136/bmjresp-2016-000170.

• The Italian Thoracic Society (AIPO - ITS) and Italian Respirarory Society (SIP/IRS). Managing the Respiratory Care of Patients with COVID-19. Version - March 08, 2020.

• Treatment for severe acute respiratory distress syndrome from COVID-19. Lancet Respir Med 2020. Published online April 9, 2020 https://doi.org/10.1016/S2213-2600(20)30176-4.

• Surviving Sepsis Campaign: Guidelines on the Management of Critically Ill Adults with Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Crit Care Med 2020.

• Protokol Tatalaksana COVID-19. April 2020.• Understanding pathways to death in patients with COVID-19. Published online April 6, 2020

https://doi.org/10.1016/S2213-2600(20)30165-X.• Grasselli G , Zangrillo A , Zanella A , et al; the COVID-19 Lombardy ICU Network. Baseline

characteristics and outcomes of patients infected with SARS-CoV-2 admitted to ICUs of the Lombardy region, Italy. JAMA. Published online April 6, 2020.

Thank You

RUMUSAN KESIMPULAN WEBINAR KOLABORASI SESI XIII

Dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Berdasarkan data, sekitar 15% pasien COVID-19 derajat sedang–berat membutuhkan oksigenasi dan perawatan RS, dan 5% diantaranya membutuhkan ICU dan

terapi suportif (intubasi dan ventilasi mekanis). Dalam hal ini penatalaksanaan pasien Covid-19 di RS menjadi sangat penting untuk direview secara terus

menerus dan dikembangkan menjadi satu standar protokol penatalaksanaan yang konkrit.

2. Komplikasi tersering pasien COVID-19 berat adalah pneumonia berat. Selain itu terdapat komplikasi lain seperti: ARDS, sepsis dan syok septik, kegagalan multi

organ, acute kidney injury dan cardiac injury yang sering terjadi pada kelompok risiko, seperti usia lanjut (> 50 tahun) dan komorbid. Dengan komplikasi yang

beragam tersebut ketersediaan penatalaksanaan covid-19 yang konkrit sangat dibutuhkan.

3. Asosiasi profesi seperti PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI telah menyiapkan Protokol Tatalaksana COVID-19. Namun diperlukan penatalaksanaan yang lebih

komprehensif, konkrit dan spesifik baik dari sisi terapi spesifik, tata laksana pada pasien rawat jalan, pasien rawat inap, program perawatan berkelanjutan,

mekanisme evaluasi pasien, hingga manajemen obat-obatan. Hal ini menuntut adanya review secara terus menerus dan konkrit dari seluruh pemangku

kepentingan terkait terhadap seluruh diagnosis dan penatalaksanaan pasien COVID-19 yang berjalan selama ini termasuk terapi-terapi spesifik yang selama ini

digunakan sehingga terdapat satu acuan standar yang spesifik dan konkrit dalam penatalaksanaan pasien covid-19.

4. Pendekatan optimal untuk pengobatan COVID-19 masih belum jelas, beberapa terapi untuk COVID-19 masih dievaluasi meskipun beberapa uji klinis

menyarankan manfaat remdesivir. Selain itu beberapa terapi untuk COVID-19 lainnya telah dievaluasi namun belum ada yang menunjukkan efficacy.

Penggunaan Hydroxychloroquine masih dalam tahap investigasi. Oleh karenanya obat spesifik untuk COVID-19 tidak boleh diresepkan pada pasien rawat jalan

di luar uji klinis; mengingat keterbatasan data dan kekhawatiran toksisitas pada pasien yang perawatannya tidak dipantau secara intensif.

Terima kasih.

#SERIALXIV

MENDEFINISIKANNEWNORMALDIINDONESIA:

APA,KAPAN,DIMANA,SIAPADANBAGAIMANA

13:00–13:05 Pembukaan&PengantarOleh:Dr.dr.Tb.RachmatSentikaSpA.MARS-KetuaPelaksanaKolaborasiSeminarTwiceWeekly

13:05–13:25 Kesiapan Masyarakat dalam New Normal Studi Ketaatan Masyarakat dalamPSBBOleh: Ir. Dodi Izwardi, MA - Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan MasyarakatKemenkesRI

13:25–13:45 TheNewNormalSejarahFaktadiBerbagaiNegaradalamMenanggulangiCOVID-19Oleh:dr.DickyBudimanM.Sc.PH,PhD(Cand)-EpidemiologBrisbaneUniversity

13:45–14:0514:05–14:50

SisiAkademisNewNormalOleh:dr.AgustinKusumayati,M.Sc,Ph.D-EpidemiologFKMUIDiskusidanTanyaJawabModerator: Dr. Ede Surya Darmawan, SKM, MDM - Ikatan Ahli KesehatanMasyarakatIndonesia

14:50–15:00 Rangkuman&Penutup

SUSUNANACARA

Kesiapan Masyarakat dalam NewNormalStudiKetaatan Masyarakat dalam PSBB

Ir.DodiIzwardi,MA

Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI

DIPRESENTASIKAN PADA WEBINAR KOLABORASI STAKEHOLDER COVID 19 JAKARTA, 02 Juni 2020

KESIAPAN MASYARAKAT DALAM KENORMALAN BARU STUDI KETAATAN MASYARAKAT DALAM

PEMBATASAN SOSIAL SKALA BESAR (PSBB)

Ir. DODDY IZWARDY, MA, PhD (Cand)KEPALA PUSAT LITBANGKES UPAYA KESEHATAN MASYARAKATBALITBANGKES-KEMENKES RI

2

DUNIA:• Kasus (+) : 6,18 juta kasus• Sembuh : 2,75 juta pasien• Meninggal : 371.380 orang

Dampak Sosial, Ekonomi, Parawisata, Politik, Ketahanan Nasional,

Kesehatan Masyarakat

KESIAPAN MASYARAKAT DALAM KENORMALAN BARU

DAMPAK GOBAL & NASIONAL COVID-19

INDONESIA:• Kasus (+) : 26.473 kasus• Sembuh : 7.308 pasien• Meninggal : 1.613 orang

Data update 31 Mei 2020

"Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan mampu menekan penularan Covid-19. Namun, di sisi lain juga menyebabkan berbagai aspekkehidupan ikut terdampak. Sehingga RELAKSASI PENERAPAN PSBB BISA DILAKUKAN DENGAN MENERAPKAN PROTOKOL KESEHATAN SECARA KETAT.

• Puslitbang upaya kesehatan masyarakat telah melakukanbeberapa penelitian terkait beberapa indikator kesehatanmasyarakat, yang mencakup PENILAIAN atau EVALUASIPELAKSANAAN PSBB, PERAN SOSIAL DAN MASYARAKAT,PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI MASYARAKAT,gambaran PEMETAAN RISIKO PENULARAN DI DKI JAKARTA,PSP masyarakat TERKAIT COVID-19, serta DAMPAK terhadapKESEHATAN JIWA DI MASYARAKAT dalam periode Maret – Mei2020 ini

PENGANTAR

• Upaya penanganan dan pencegahan meliputi aspekkesehatan masyarakat dan aspek pelayanan pegobatan di fasilitas kesehatan• Upaya preventif di masyarakat menjadi sangat penting

untuk memutus rantai penularan

• Kasus COVID masih menjadi perhatian dunia sejakkemunculan pertamanya sekitar akhir Desember2019, dan di Indonesia sendiri baru terdeteksisekitar awal Maret 2020

• PSBB dilakukan hampir diseluruh Indonesia dengan waktupenerapan bervariasi tergantung jumlah kasus infeksi

STUDI COVID-19, PUSLITBANG UKM TAHUN 20201. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Hidup Sehat Masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 di

Indonesia tahun 20202. Pengetahuan, Sikap dan Persepsi dan Praktik Masyarakat Indonesia terhadap COVID-19 tahun 20203. Determinan Sosial dan Perilaku terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam

Pencegahan COVID-19 di Jabodetabek tahun 20204. Perhatian Publik dan Stigma Sosial terhadap Pandemi COVID-19 di Jabodetabek tahun 20205. Dampak Pandemik Covid-19 Terhadap Kesehatan Jiwa Pada Masyarakat tahun 20206. Aspek Keamanan Pangan Dalam Praktik Pembelian Makanan Online dan Offline oleh Penjamah

Makanan/Food Handler dan Konsumen Selama Pandemik Covid-19 di Jabodetabek tahun 20207. Pengelolaan Air, Sanitasi dan Higiene di Rumah Sakit Rujukan Selama Penanganan Covid-19 tahun

2020 Di Indonesia tahun 20208. Perubahan Pola Makan dan Ketersediaan Pangan Keluarga Pengemudi Ojek Online di Masa

Pandemik wilayah DKI Jakarta tahun 20209. Faktor – Faktor yang Beresiko terhadap Morbiditas dan Mortalitas kasus Covid 19 di Wilayah Padat

Penduduk di Indonesia tahun 202010. Pemanfaatan Analisis Geostatistik dan Big Data Untuk Pemodelan Spasial – Temporal SARS – CoV-

2 (COVID-19) tahun 2020

Tim Peneliti:Bunga Ch Rosha, et.al , 2020

TEMUAN/HASIL UTAMA (1)

Pada populasi dengan latar belakang pendidikan SMA ke atas dan memiliki aksestelepon genggam :

a) Sosial media merupakan sumber informasi utamab) Memahami akan penerapan PSBB di wilayahnya dan sebagian besar wilayah

tempat tinggalnya telah dilakukan disinfeksi lingkungan, meskipun demikianbeberapa yang masih menjadi issue adalah terkait stigma sosial yang masihterjadi pada kasus yang terinfeksi covid-19.

c) Perilaku PSBB lebih dipahami pada masyarakat dengan pendidikan dan kondisiekonomi yang lebih baik serta tinggal di daerah perkotaan

d) Kepatuhan terhadap PSBB ini juga dipengaruhi oleh peran aktif tokohmasyarakat di tingkat yang paling kecil, yaitu pada wilayah rukun tetangga (RT) ataupun rukun warga (RW)

TEMUAN/HASIL UTAMA (2)

e) Tingkat Pengetahuan masyarakat tentang covid sudah memadai tetapi belumdiimbangi dengan perilaku pencegahan penularan COVID -19

f) Kejadian wabah covid-19 ini juga memberikan dampak terhadap kesehatanjiwa masyarakat, termasuk cemas berlebihan dan depresi. Persentase cemas berlebihan sebesar 6,8% (CI= 5,9% - 7,8%); depresi 8,5% (CI=7,6%-9,6%);

g) Hal yang paling banyak dikhawatirkan oleh responden adalah kekhawatiran akan mengalami masalah ekonomi/keuangan, diikuti oleh kesehatan dan pendidikan

h) Sebagaian besar pola makan responden jarang Makan buah, susu, vitamin, dan makanan lengkap. Ketersediaan makanan kurang namun mendapatbantuan Tetangga/saudara/bansos. Tidak mampu beli karena pendapatanberkurang

Gambar Perilaku Responden Ketika Bertemu dengan Orang Lain Selama Pandemi Covid-19

Ketika responden ditanyakan apa yang dilakukan apabilaketemu dengan orang lain, 65,47% menyatakan tidakmelakukan kontak fisik apapaun; 31,79% memberikan salamtanpa persentuhan; 3,24% masih berjabat tangan; dan sisanya(0,4%) menyatakan masih berpelukan/ cium pipi/ cium tangan.

BEBERAPA UPAYA YANG DILAKUKAN KESIAPAN MENUJU KENORMALAN BARU

1. Meskipun mempunyai pendidikan lebih tinggi (SMA keatas) dan mempunyaicukup akses terhadap informasi terkait Covid-19, mereka masih belummempunyai pemahaman yang optimal terkait penularan dan pengobatancovid-19. Sehingga perlu upaya-upaya yang lebih intensif dan spesifikmemberikan kesadaran pada masyarakat untuk tidak melakukan stigmaterhadap kasus terinfeksi.

2. Memberikan kesadaran pada masyarakat untuk lebih terbuka kepada tenagakesehatan saat anamnesa skrinning atau deteksi dini dilakukan. Kata lain,menjadikan masyarakat lebih terbuka dan membantu dalam pelaksanaantracing kasus terpapar/kontak dan pencegahan penularan lebih lanjut.

3. Perlu adanya PSBK ( Pembatasan Sosial Berskala Kecil…level RT/RW,Desa/Kelurahan), melihat hasil riset terlihat kuatnya peranan dari TOMAdalam pengendalian Covid-19

PENGAWALAN DALAM IMPLEMENTASI

20

Hand Hygiene

TheNewNormalSejarah Fakta diBerbagaiNegaradalam Menanggulangi COVID-19

dr.DickyBudiman M.Sc.PH,PhD(Cand)

Epidemiolog BrisbaneUniversity

“NEW NORMAL”

WHAT, WHY & HOW???

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

PANDEMIC• The history of the COVID-19 pandemic is still

being written. When this pandemic ends – and it will end – a new normal may last for months, years, or forever.

• Planning for the after-effects of a pandemic is necessary.

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

History100 years ago that, World War I and the Spanish flu, Warren Harding slogan "Return to Normalcy.“

Sir Arthur Newsholme, 1918 , outbreak of Spanish flu, a deadly strain of the H1N1 virus first spotted in late 1917

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

Mohamed El-Erian who coined the now ubiquitous phrase “The New Normal” to describe the prolonged slow growth recovery. 2008

PANDEMIC

ADDITIONAL INTERVENTION:

LOCKDOWN

SOCIAL AND PHYSICAL DISTANCING PREVENTION

STRATEGY:

POPULATION AND INSTITUTIONALS BEHAVIOURAL

CHANGES

“NEW NORMAL”

INFODEMIC

SECOND PEAK

SECOND WAVE

Etc

MAIN STRATEGY:

TESTING

TRACING

ISOLATING

TREATING

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

As of COVID-19 pandemic, the phrase new normal refers to human behavior's changes to prevent

Foto: https://www.lowyinstitute.org/the-interpreter/debate/coronavirus-pandemic

A previously unfamiliar or atypical situation that

has become standard, usual, or expected.

https://www.lexico.com/definition/the_new_normal

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

What the new normal might look like.• Motivations & Awareness

• Wearing a mask

• Reducing mobility

• School safety

• Etc. DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

WHY NEW NORMAL?https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(12)61678-X/fulltext

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

Behavioral modifications have the potential to slow down the

spread of the pandemic in the absence of pharmaceutical

interventions. (Sara et al., 2012)

It recommended that in a severe influenza pandemic use of

masks in public should be considered. (Cheng et al, 2020)

https://www-ncbi-nlm-nih-gov.libraryproxy.griffith.edu.au/pmc/articles/PMC7114992/https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(20)30918-1/fulltext

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

HOW

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

The six criteria that WHO recommends countries consider

First, that surveillance is strong, cases are declining and transmission is controlled;Second, that health system capacities are in place to detect, isolate, test and treat every case and trace every contact;Third, that outbreak risks are minimized in special settings like health facilities and nursing homes;Fourth, those preventive measures are in place in workplaces, schools and other places where it’s essential for people to go;Fifth, that importation risks can be managed, and;Sixth, that communities are fully educated, engaged, and

empowered to adjust to the “new norm”.DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

NEW NORMAL: AT COMMUNITY AND INSTITUTIONS LEVEL

New Normal ≠ Ease Lockdown

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

Should NOT "at short notice".

WHO, 2020

New Normal ≠ Abnormal New Normal ≠ Unhealthy Behaviour

New Normal ≠ Business as Usual

TIMING: New Normal Community ≠ New Normal Institutions

NEW NORMAL TIMELINE MODEL

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

DENIAL PANIC REPRATRIATION RESET RE-SHAPE

RATIONAL

RECOVERY NEW NORMAL

We accept the situationignore the problem Anger

New Normal Individual and Community

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

School• 100% of the schools close

when 0.1% of the population is ill and they remain closed for the duration of the pandemic, the clinical attack rate could be reduced by more than 50%.

• If schools reopen before the pandemic is over, a second wave is likely to appear and increase morbidity and mortality

(Sara et al, 2012)

New Normal Institution

https://www-ncbi-nlm-nih-gov.libraryproxy.griffith.edu.au/pmc/articles/PMC7114992/

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

Business Continuity Plans

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

Respect for Science

Humankind’s greatest weapon during a pandemic is science.

Facts, facts, facts.

Data, data, data.

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

Terima Kasih

DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY

Sisi Akademis NewNormal

dr.AgustinKusumayati,M.Sc,Ph.D

Epidemiolog FKMUI

MempersiapkanMasyarakat Memasuki

Kehidupan NormalBaru

Agustin KusumayatiFakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Indonesia

● University Secretary – UniversitasIndonesia

● Chairperson – Indonesian Public Health Schools Association

● President Elect – Asia-Pacific Academic Consortium for Public Health

● Advisory Board Member – Indonesian Public Health Association

● Dean – Faculty of Public Health Universitas Indonesia (2013-2017, 2017-2019)

● Advisory Board Member – AUN Health Promotion Network

● Advisory Board Member – Indonesia One Health University Network

● International Committee Member –Global Partnership on MCH Handbook

Bagaimanakah kehidupannormal yang baru itu … ?

Definisi Sehat Menurut WHO

Health is a state of complete physical, mental, and social well-

being and not merely the absence of diseases or infirmity

Evolution of Public HealthPublic Health 1.0

Comprehensive PH protection, from primary prevention to treatmentDevelopment of astonishing array of health-protecting tools and capacity with increasingly sophisticated techniques to ensure sanitation and food safety

Public Health 2.0

Tremendously uneven PH capacity at the local levelsPH Department strained to address new infectious diseases challenges as well as the growing challenge of chronic non-communicable disease prevention/preparednessGovernmental PH came of age

Public Health 3.0

Social determinants of health are the conditions in which people are born, live, work and age- Economic opportunity- Housing- Environment- Education- Food- Safe neighborhoods- Transportation

Piramida Kebahagiaan

Satu TujuanBersama

Rakyat yang Sehat, Produktif,

dan Sejahtera

Berdamai dengan Penyakitala John Gordon

AGENTHOST

ENVIRONMENT

Beberapa contoh perdamaianantara manusia dan penyakit

u Penyakit-penyakit yang dapat dicegah denganimunisasi à tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, hepatitis B

u Malariau Demam Dengue, Demam Berdarah Dengueu Deman Chikungunyau Penyakit saluran cerna à diare, kolera, tifus, disentri

The New Normal

ü Human dan virus Covid-19 live together à we can control the disease

ü New standards in various aspects of life and daily activities are applied àaiming to prevent Covid-19

ü Application of technology [ICT, AI, IoT, etc.] as part of the new standards

ü Behavior change of the people is a must à need interventions to modify predisposing, enabling, and reinforcing factors

Kehidupan Normal Baru adalah

Sebuah tatanan kehidupan baru yang dipicuoleh keberadaan Covid-19, yang memungkinkanmanusia untuk hidup sehat, menjalankan fungsi

dan perannya sebagai mahluk sosial, dan menjadi produktif, sehingga terciptalah

kehidupan yang mulia dan sejahtera

Apakah kita sudah siap untuk memulaikehidupan normal yang baru?

6 Criteria for Countries to Consider Lifting Restrictions

The transmission is controlled

The health system capacities are in place to detect, test, isolate, and

treat every case and trace every contact

The outbreak risks are minimized in special settings like health

facilities and nursing homes

The preventive measures are in place in

workplaces, schools, and other places where it’s

essential for people to go

The importation risks can be managed

The communities are fully educated, engaged,

and empowered to adjust to the new norms

Di mana kita

sekarang?

“”

Is C19 transmission controlled … ?

*https://www.tibco.com/covid19

“”

How is our Health System capacity?

How big is our Covid-19 Iceberg … ?

Jakarta (19/05/20)Estimation of the Iceberg

– Confirmed positive cases = 6.053– Real positive (sensitivity of PCR 66%-73%)

= 8291 – 9.171 – RDT result 3.8% reactive* à approximately

3,8% x 10.300.000 = 391.400 have been infected.

– Since (the best) RDT sensitivity is about 60%**, the real infected people in Jakartais 391.400/60% = 563.333.

9.171

563.333

*https://corona.jakarta.go.id/data**PDS PatKlin, 2020

How is Indonesia? (19/05/2020)

– Confirmed positive cases = 18.496*– Real positive = 18.496/66% = 28.024– The Covid-19 iceberg is estimated

much bigger due to:ü Delay due to specimen transportü Specimen queuing in the labü Availability of the test kitsü Jawa vs non-Jawa variationü No national serological survey

strategy

28.024

?*www.covid19.go.id

How reliable is ourHealth System capacity to

Detect Test Isolate Treat Trace

Kapasitas Sistem Surveilens

• The principle of test – treat – isolate • The capacity, coverage, reliability and validity of swab tests• Implementation of national or sentinel serological survey to

monitor the prevalence of Covid-19– Use standardized RDT kit– Adequate sample size and sampling design– Repeated surveys

• Control people mobility• Monitor social distancing and physical distancing

How do we minimize outbreak risks in

special settings … ?

Protokol Pencegahan KLB Covid-19pada Berbagai Tatanan Khusus

• Fasilitas pelayanan kesehatan• Laboratorium• Asrama• Pesantren• Panti Asuhan• Panti Werda

Do we have preventivemeasures in places where it’s essential for people to go … ?

Protokol Pencegahan Transmisi Covid-19di Tempat-tempat Umum

• Alat transportasi umum à kereta, bus, angkot, taksi, ojeg• Kampus. sekolah, day care• Tempat kerja à kantor, pabrik, pertambangan, perkebunan• Pasar, mall• Hotel, penginapan, resort• Restoran, warung makan• Tempat hiburan à bioskop, pub, bar• Tempat olah raga dan rekreasi• Objek wisata

Do we have standard management of imported

risk or case … ?

Pencegahan & penatalaksanaanrisiko dan kasus impor

Protokol pemantauan dan pengendalianrisiko di pintu-pintu masuk Republik Indonesia

ü Perbatasan daratü Pelabuhan lautü Pelabuhan udara

How do we educate,

empower,and involvepeople … ?

Bagaimana caramenciptakantatanankehidupanbaru tersebut ??

Public Health is a combination of science and art, knowledge and skill, ethics and morality, that mean to improve health status and prolong the life of all people through organized collective efforts to prevent diseases and fulfill all health needs by empowering communities to live healthy life.

+

Focus on Health Promotion and Disease Prevention

Rehabilitation

Disability Limitation

Early DiagnosisPrompt TreatmentSpecific Protection Disease Prevention

Health PromotionReduce morbidity and mortality

High quality of life

Excellent Young Generation

Happy people

Five Level of Prevention

Primary Prevention

Secondary Prevention

Tertiary Prevention

Socio-Ecological Model of Health Promotion

+

Build and Rely onNational Self Resilience

Community Empowerment

Ø Promote community development by providing motivation, education and proper cognitive, democratic and social skills

Ø Increase communities’ capacities and resources to bring people together around common goals and interests

Ø Increase participation of the communities in decision-making and problem-solving processes

Ø Enhance exchange and partnership with local, regional and international communities and groups

Ø Build up social capital

Important Principles

Ø People centered, from the people to the peopleØ Rights based and action orientedØ Increases focus on cooperation and networking with

local and international organizationsØ Promotes social justice, participation and ownershipØ Promotes peer education and community involvementØ Empowers marginalized groups to take positive control of

their own lives

Community Empowerment1

üPromote community development by providing motivation, education and proper cognitive, democratic and social skills

ü Increase communities’ capacities and resources to bring people together around common goals and interests

ü Increase participation of the communities in decision-making and problem-solving processes

üEnhance exchange and partnership with local, regional and international communities and groups

üBuild up social capital

Community Empowerment2

ü People centered, from the people to the peopleü Rights based and action orientedü Increases focus on cooperation and networking with local

and international organizationsü Promotes social justice, participation and ownershipü Promotes peer education and community involvementü Empowers marginalized groups to take positive control of

their own lives

+

Focus onBehavior Change

Behavior Change

Ø Behavior change is the secret to success for the new normal lifeØ Strategy to change behavior

ü Increase awarenessü Educateü Motivateü Provide skills and toolsü Change in the environment and support

Ø Phases in behavioral change à (1) precontemplation, (2) contemplation, (3) preparation, (4) action, (5) maintenance

+PRECEDE stands for Predisposing, Reinforcing, and Enabling Constructs in Educational Diagnosis & Evaluation

It involves assessing the following community factors● Social assessment: Determine the social problems and needs of a given population

and identify desired results.● Epidemiological assessment: Identify the health determinants of the identified

problems and set priorities and goals.● Ecological assessment: Analyze behavioral and environmental determinants that

predispose, reinforce, and enable the behaviors and lifestyles are identified.● Identify administrative and policy factors that influence implementation

and match appropriate interventions that encourage desired and expected changes.● Implementation of interventions.

+PROCEED stands for Policy, Regulatory & Organizational Constructs in Educational and Environmental Development

It involves the identification of desired outcomes and program implementation● Implementation: Design intervention, assess availability of resources, and

implement program.● Process Evaluation: Determine if program is reaching the targeted population and

achieving desired goals.● Impact Evaluation: Evaluate the change in behavior.● Outcome Evaluation: Identify if there is a decrease in the incidence or prevalence

of the identified negative behavior or an increase in identified positive behavior.

+

Apply Technology

WHO Definition of e-Health

e-Health is the cost-effective and secure use of information and communications technologies in support of health and health-related fields, includingØ health-care servicesØ health surveillanceØ health literatureØ health education, knowledge and research

[World Health Organization, 9th Plenary Meeting, 25 May 2005 - Committee A, 7th Report]

Application of e-Healthü Electronic Health Record (EHR), or Electronic Medical

Record (EMR): systematized collection of patient and population health data in a digital format that is electronically-stored

ü Clinical Decision Support System (CDSS): ICT solution designed to provide health professionals with clinical decision support (CDS) such as assistance with clinical decision-making tasks

ü Telemedicine: physical and psychological diagnosis and treatments at a distance, including tele-monitoring of patient functions

Application of e-HealthData Collection• Use of hand-held devices• Automated information messaging • Use of different data management applications to collect, aggregate, and

report routine data. Data Management and Storage• To address requirements of interoperability and integrated sets of data• More sophisticated data storage to address complexity and variability of

health data across the health enterprise• Relational databases are increasingly the norm, as opposed to the older,

flat database formats that limited functionality and scalability

Application of e-Health

Data analysis, presentation, and use• Extraction and triangulation of health data• Data analysis and synthesis tools to produce routine or ad hoc

reports, identify trends and issues of concerns, and track progress

• Data dashboards and other data visualization tools can be customized to include maps (GIS)

Data quality• Tools for improving data quality include data standardization,

geocoding, data matching, data monitoring, and profiling

m-Health Applications● Rapid collection/sharing of current data via mobile phones● Public health and lifestyle messages over mobile phones● Medication alerts using mobile phones● E-prescribing for repeat prescriptions via mobile phones● Telemonitoring to transmit patient results to clinicians● Transmission of test results to patients via SMS messages● Online electronic health records via computer or phone● Clinical emergency care for accidents, natural disasters● Patient appointment booking and alerts via wireless e-mail (continuity of care)● Efficient workflow via wireless communication

+

Multidisciplinary, Multisector Teamwork

Definition of Inter-Professional Collaboration

Collaborative practice occurs when multiple

health workers from different professional

backgrounds provide comprehensive services

by working with patients, their families, caregivers,

and communities to deliver the highest quality

of care across settings

RECOMMENDATION

Peta Jalan MenujuTatanan Kehidupan Baru

SEKTORKESEHATAN

Fokus Sektor Kesehatan1

Strengthen measures to control disease transmission– Focus on intervention at the upstream level that rely on the

community à community empowerment: Perang Akar Rumputdengan pendampingan melekat

– Prevent higher national health expenditure due to higher number of Covid-19 cases

– Prevent further and higher negative impact to other health programs à e.g. Tuberculosis, HIV-AIDS, Malaria, Immunization, Maternal Health, Child Health

– Prevent human capital loss due to sickness and death

*Dono Widiatmoko, dkk,2020

Fokus Sektor Kesehatan2

• Strengthen healthcare capacity– Laboratory services– Hospital services

• Strengthen Surveillance System– Apply the principle of test – treat – isolate – Apply standardized national or sentinel serologic

surveys• Follow WHO criteria and strategy to lifting restrictions

Fokus Sektor Kesehatan3

• Strengthen Primary Health Care to ensure various public health measures– Community empowerment and engagement– Inspection to informal sectors (mis. pasar, warung makan,

industri rumah tangga)– Contact tracing– Surveillance

• Prepare phases to lift the restriction with a clear criteria and protocol à evidence-based decision making

Terima Kasih

RUMUSAN KESIMPULAN WEBINAR KOLABORASI SESI XIV

Dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. New Normal merupakan strategi pencegahan dengan mengedepankan perubahan perilaku kelembagaan dan penduduk. perubahan perilaku tersebut bertujuan

untuk mencegah penyebaran pandemik, dengan membiasakan situasi yang tidak lazim/umum dan tidak familiar menjadi suatu standar kebiasaan.

2. New Normal dicirikan dengan adanya: penggunaan masker, pengurangan mobilitas, keamanan di sekolah, peningkatan awareness, dsb. Perubahan perilaku terbukti

berdampak pada pencegahan covid-19. sebagai contoh, kebiasaan menggunakan masker Hongkong, Singapura, Korsel, dan Jepang berdampak terkendalinya kurva

penularan di negara dimaksud secara signifikan jika dibandingkan dengan negara yang tidak membiasakan.

3. New Normal dianggap perlu dilakukan sebagaimana pernah dilakukan pada beberapa penyakit lainnya terdahulu. Selain Covid-19 terdapat beberapa contoh

manusia harus hidup berdamai dengan penyakit. Beberapa diantaranya penyakit seperti: penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi (TBC, difteri, tetanus,

hepatitis B, campak, polio, dsb), malaria, demam berdarah, chikungunya hingga penyakit saluran cerna seperti diare, kolera, tifus, dan disentri.

4. Dunia diprediksi tidak akan kembali seperti sediakala. Akan terjadi new normal dengan konteks dunia lebih sehat, lebih aman, dan lebih siap. WHO memberikan 6

kriteria rekomendasi suatu negara dapat new normal antara lain: 1) Surveilans yang kuat, kasus menurun, dan transmisi penularan sudahterkendali; 2) kapasitas

sistem kesehatan mampu meakukan deteksi, isolasi, tes, dan treat untuk setiap kasus, dan melakukan trace untuk setiap kontrak; 3) risiko outbreak dapat

diminimalisir khususnya di faskes dan tempat perawatan lainnya; 4) pengukuran pencegahan dilakukan di tempat kerja, sekolah, dan tempat penting yang sering

dkunjungi masyarakat; 5) risiko 'import' dapat dikelol; dan 6) masyarakat sudah teredukasi, dan diperkuat sehingga dapat menyesuaikan diri dengan new normal.

5. Saat ini masih terdapat keraguan dimana posisi Indonesia saat ini, apakah telah masuk dan siap melaksanakan kriteria WHO dimaksud, atau justru masih jauh dari

posisi tersebut. Dikhawatirkan kondisi Indonesia saat ini merupakan kondisi puncak gunung es, dimana kasus riil dilapangan diperkirakan lebih besar disebabkan:

delay perpindahan spesimen, antrian spesimen di lab, kesiapan alat tes, variasi yang berbeda antara Jawa dan Non Jawa, dan tidak adanya strategi survey serologi

nasional. Dalam hal ini perlu diperhitungkan kesiapan kapasitas sistem kesehatan Indonesia saat ini untuk melakukan deteksi, test, isolasi, dan treat. perlu

diperhitungkan pula kesiapan kita menghadapi risiko outbreak. Kemudian kesiapan tempat umum seperti tempat kerja dan sekolah untuk mencegah penyebaran,

hingga kesiapan Indonesia dalam menyiapkan masyarakat yang siap dengan new normal.

6. Salah satu strategi fokus new normal yang harus dikedepankan saat ini adalah mendorong Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit secara komprehensif.

Dalam hal ini perubahan perilaku menjadi kunci sukses new normal. Kunci sukses lainnya yang harus diperhatikan adalah perlunya kolaborasi antar profesi dan

segenap pemangku kepentingan baik di dalam dunia kesehatan, pendidikan, sosial, pemerintah, hingga bisnis. Kolaborasi ini akan berdampak signifikan pada

kesuksesan intervensi di masyarakat.

7. Terkait dengan kesiapan menuju new normal, berdasarkan penelitian-penelitian Balitbangkes dapat digambarkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Meskipun

mempunyai pendidikan lebih tinggi (SMA keatas) dan mempunyai cukup akses terhadap informasi terkait Covid-19, mereka masih belum mempunyai pemahaman

yang optimal terkait penularan dan pengobatan covid-19. Sehingga perlu upaya-upaya yang lebih intensif dan spesifik memberikan kesadaran pada masyarakat

untuk tidak melakukan stigma terhadap kasus terinfeksi. 2) Memberikan kesadaran pada masyarakat untuk lebih terbuka kepada tenaga kesehatan saat anamnesa

skrinning atau deteksi dini dilakukan. Kata lain, menjadikan masyarakat lebih terbuka dan membantu dalam pelaksanaan tracing kasus terpapar/kontak dan

pencegahan penularan lebih lanjut. Dalam hal ini direkomendasikan perlunya upaya PSBK ( Pembatasan Sosial Berskala Kecil level RT/RW, Desa/Kelurahan), melihat

hasil riset terlihat kuatnya peranan dari TOMA dalam pengendalian Covid-19.

8. Menghadapi fase new normal, terdapat beberapa rekomendasi antara lain: 1) Memperkuat kontrol penularan penyakit dengan berfokus pada intervensi di level

akar rumput, mencegah pengeluaran biaya kesehatan nasional yang membesar seiring meningkatnya jumlah pasien covid, mencegah dampak negatif covid pada

program kesehatan lainnya, dan mencegah hilangnya SDM berkualitas; 2) Memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan (RS dan Lab); 3) memperkuat sistem

surveilans; 4) Mengikuti strategi dan kriteria WHO sebagai acuan; 5) memperkuat pendekatan layanan primer untuk penanganan covid-19 termasuk untuk

surveilans, contact tracing dan penguatan masyarakat; 6) menyiapkan fase pengurangan pengetatan dengan protokol dan kriteria yang lebih ketat dengan berbasis

evidence based.

Terima kasih.

#SERIALXV

KESEHATANTRADISIONAL&PROSPEKJAMUINDONESIAERA

PANDEMICOVID-19

13:00–13:05 Pembukaan&PengantarOleh:DR.dr.Supriyantoro,Sp.P,MARS–KetuaUmumIKKESINDO/IndoHCF/KREKI

13:05–13:25 KebijakanPemanfaatanObatTraditionaldiEraPandemiCovid-19Oleh:Dr.dr.InaRosalina,SpA(K),MKes,MHKes-DirekturPelayananKesehatanTradisionalKemenkesRI

13:25–13:45 PotensiTumbuhanObatIndonesiaUntukPengembanganAntiVirusOleh:Dr. Ir.YuliWidiyastuti,MP -PenelitiBalaiBesarTanamanObatdanObatTradisionalTawangmangu

13:45–14:0514:05–14:50

PeranGPJamudiEraPandemiCovid-19Oleh:DwiRannyPertiwiZarman,SE,MH-KetuaGPJamuIndonesia,DosenFKMUIDiskusidanTanyaJawabModerator:Prof.Dr.dr.AgusPurwadianto,SH,MSi,SpFM(K)-KetuaPPKESTRAKI(Perkumpulan Profesi Kesehatan Tradisional danKomplementer Indonesia) danAPKESI(AsosiasiPenelitiKesehatanIndonesia)

14:50–15:00 Rangkuman&Penutup

SUSUNANACARA

Kebijakan Pemanfaatan Obat TraditionaldiEraPandemi COVID-19

Dr.dr.InaRosalina,SpA(K),MKes,MHKes

Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional KEMENKESRI

1

KEBIJAKAN PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL

DI ERA PANDEMI COVID-19

Dr. dr. Ina Rosalina, Sp.A (K), M.Kes, MH.KesDirektur Pelayanan Kesehatan Tradisional

Kementerian Kesehatan RI

disampaikan pada kegiatan Webinar INDOHCF

Kamis, 4 Juni 2020

LATAR BELAKANG

•59,12% orang Indonesia konsumsi herbal untukmenyehatkan

RISKESDAS 2010

•30,4% rumah tanggamenggunakan caratradisional untukkesehatannya

RISKESDAS 2013•44,3% masyarakatmenggunakanyankestrad baik melaluipraktisi kestrad maupunupaya sendiri

RISKESDAS 2018

DATA PEMANFAATANUPAYA KESEHATAN TRADISIONAL

DEMAND TINGGI

SUMBER: RISKESDAS 2018

PEMANFAATANTOGA

• Pemanfaatan TOGA oleh masyarakat diselenggarakan dalam bentuk Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional.

• Tujuan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional : masyarakat dapat melakukanpemeliharaan kesehatan dan mengatasi gangguan kesehatan ringan denganPemanfaatan TOGA bagi diri sendiri, keluarga dan kelompok

OBAT TRADISIONAL

bahan bakunya telah distandarisasi

bahan baku & produk jadi telah distandarisasi

UPAYA PEMBUKTIAN SECARA ILMIAH AGAR OT YANG DIGUNAKAN AMAN, BERMANFAAT DAN BERMUTU

KEPERCAYAAN NAKES & MASYARAKAT MENINGKAT

“Obat Tradisional adalahbahan atau ramuanbahan yang berupa

bahan tumbuhan, bahanhewan, bahan mineral,

sediaan sarian (galenik), atau campuran daribahan tersebut yang secara turun temuruntelah digunakan untukpengobatan, dan dapat

diterapkan sesuaidengan norma yang

berlaku di masyarakat”

>11.000 produk23 produk64 produk

Keputusan KBPOM No. HK.00.05.4.2411 tahun2004 Ketentuan Pokok Pengelompokan dan

Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia

Empirik

Peraturan KBPOM No. HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka

DEFINISI• Sediaan obat bahan alam yang kemanan

dan khasiatnya secara turun temurunJAMU

• sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikankeamanan dan khasiatnya secara ilmiahdengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi

OHT

•sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikankeamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan ujipraklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinyatelah di standarisasi

FITOFARMAKA

Klaim khasiatdibuktikan

berdasarkandata empiris

Klaimkhasiat

dibuktikansecarailmiah

PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL INDONESIA

PRODUK

PANDUAN BAGI MASYARAKAT

ASUHAN MANDIRI

Produk dalam pelayanan kesehatan tradisional: Integrasi di fasilitas pelayanan kesehatan

(Permenkes No 6 Tahun 2016 tentang FOHAI)

• 57 jenis tanaman• Dalam bentuk sediaan

modern

• 65 jenis tanaman• 46 jenis gangguan kes

Panduan bagi masyarakat dalam pemanfaatan ramuan obat tradisional

Indonesia (Kepmenkes RI

No.HK.01.07/MENKES/187/2017 tentang FROTI)

Pemberdayaan masyarakat melalui asuhan mandiri pemanfaatan TOGA (Permenkes Nomor 9 Tahun 2016 tentang Upaya Pengembangan Kesehatan Tradisional melalui Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Keterampilan)

PEMANFAATAN TANAMAN OBAT Tanaman obat

untuk Meningkatkan

memori, kesehatan dan

kecerdasan otak : pegagan

Tanaman obat untuk suportif Jantung dan

Pembuluh darah : Bawang putih, kunyit, miana

Tanaman obatuntuk mengatasi

gangguanlambung : Jahe,

kapulaga, kunyit, temulawak

Tanaman obat untuk mengatasi

Konstipasi/sembelit : Daun sendok, daun wungu, lidah buaya

Tanaman obat untuk

meningkatkan kesehatan hati : kunyit, meniran,

temulawak

Tanaman obat untuk haemorrhoid/ambeien

: Daun Wungu

Tanaman obat untuk mengatasi infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) :

sambiloto

Tanaman obat untuk aprodisiak : cabe jawa, pasak bumi, purwoceng

sambiloto

kunyit Meniran

Temulawak

Daunsendok

Lidah buaya

cabe jawa purwoceng

pegagan

bawangputih

Miana

Daun ungu

Jahe Kapulaga

Sumber : FOHAI, FROTI, Buku saku petunjuk praktis pemanfaatan TOGA dan Akupresur

HATI/LEVER

SALURAN PENCERNAAN

SALURAN PERNAFASAN

OTAK

JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

LAMBUNG

SALURAN PENCERNAAN

REPRODUKSI

PRINSIP KERJA PEMANFAATAN CARA TRADISIONAL (OBAT TRADISIONAL/HERBAL)

Merevitalisasi Fungsi Tubuh

Tubuh dapat bekerja secara optimal

Kemampuan tubuh dalam beradaptasi

terhadap lingkungan

menjadi baik

PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL ERA PANDEMI

COVID-19

4/22/2020 10

Sumber: Pedoman Pencegahan dan PengendalianCoronavirus Disease (COVID-19) Revisi ke-4

v VIRUS JENIS BARU YANG MEMILIKI SELUBUNG GLIKOPROTEIN

à BAGIAN LUAR TDD PROTEIN YANG MEMILIKI UJUNG BULAT (CORONA)

MUDAH MENYEBAR DAN SANGAT MUDAH MENULAR PADA MANUSIADENGAN MATERIAL YANG TERJANGKIT VIRUS, TAPI MUDAH HANCUROLEH :v PELARUT LEMAKv DETERJEN/SABUNv DESINFEKTAN

Daya tahan tubuh Kemampuan fisik untuk menangkal

semua jenis kuman yang masuk kedalam tubuh.

Bila daya tahan tubuh baik , tubuh akan selalu sehat, sebaliknya bila daya

than tubuh menurun , kuman mudah masuk,sehingga gampang terserang

penyakit

PENTING

OBAT TRADISIONAL/ ?? RAMUAN

12

PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENANGANAN COVID-19

Konvensional Tradisional

PENCEGAHAN PENGOBATAN

• Upaya kebersihan personal

• Peningkatan Imunitas diri dan pengendalian Komorbid

dilakukan sesuai SOP/CP

PENCEGAHAN PENGOBATAN

• Pemanfaatan herbal/ rempah untuk meningkatkan daya tahan tubuh

Sebagai pelengkap/ komplemen

terapi konvensional

13

PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL

EMPIRICAL BASED

EVIDENCED BASED

Sediaan modern Sediaan ModernSediaan Segar

OHT FITOFARMAKA

• Memiliki izin edar dari BPOM• Kondisi kemasan dalam keadaan baik• Bentuk fisik dalam keadaan baik• Teruji secara ilmiah (praklinik/ klinik)

• Memiliki izin edar dari BPOM• Kondisi kemasan dalam

keadaan baik• Bentuk fisik dalam keadaan

baik

•Jenis tanaman, komposisi dantakaran yang tepat•Pengolahan yang baik dan benar•Cara mengkonsumsi dengan benar• dapat dilakukan secara mandiri

Pemanfaatan Obat Tradisional utamanya sebagai upaya :•Peningkatan daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit•Mencegah penyakit atau resiko Kesehatan•Mengatasi keluhan Kesehatan ringan •Pemulihan dan perawatan Kesehatan, meningkatkan Kesehatan dan kebugaran

PERLU DIKETAHUI

PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL DALAM PENANGANAN COVID-19

14

sebagai Imunomodulator Mengatasi faktor

Komorbid Covid 19

Tanaman Obat yang mengandung zak aktifseperti: • Jahe Merah (Quercetin)• Temulawak ( Curcuminoid)• Kunyit (Curcumin,

bisdesmetoksicurcumin)• Meniran ( Flavonoid) • Empon empon

• Tekanan Darah tinggi : Seledri, bawang putih

• Kencing manis/Diabetes: Daun salam, sambiloto

• Obesitas : daun jatibelanda, daun ceremai

Sumber : Petunjuk Praktis Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Akupresur, Promotif Preventif dengan Kesehatan Tradisional

Mengurangi Gejala Covid 19

• Batuk Pilek : rimpangkencur

• Sakit Kepala : bawangputih dan antanan

• Sulit tidur : biji pala• Mual muntah : Jahe

TANAMAN OBAT YANG BERFUNGSI UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH

(IMUNOMODULATOR)

Bentuk RimpangJahe, Jahe Merah, Kunyit, Temulawak, kencur, Lengkuas

Bentuk DaunSirih, Kelor, Katuk, Pegagan, Seledri

Bentuk BatangSerai dapur/Sereh

Bentuk Kulit Kayukayu manis

Bentuk BuahJeruk nipis, lemon, jambu biji

Bentuk BijiJintan Hitam

15

The picture can't be displayed.

The picture can't be displayed.

The picture can't be displayed.

The picture can't be displayed.

The picture can't be displayed.

The picture can't be displayed.

Sumber: Modul TOT Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Akupresur

MEKANISME PERTAHANAN TUBUH (1)

Jahe meningkatkanaktivitas sel Natural Killer

dalam melisis target produksi IL-6,

meningkatkan induksiproliferasi sel pembentuk

Antibodi

Temulawak, Kunyit, menstimulasi

pembentukan sel T, Natural Killer sel,

makrofag

Pegagan, meningkatkanproduksi IL2 dan

meningkatkan indeksfagositosis

Kelor, meningkatkan sel T Helper yang berfungsiuntuk mengaktifkan

makrofag untukmelakukan fagositosis

Kencur mengandung flavanoid yang bersifat

stimulator untukmeningkatkan kemampuan

efek mikrobisidal danfagositosis / penelanan

Sambiloto, meningkatkanproduksi Limfosit B yang akan mengikat antigen

dan meningkatkan proses fagositosis dan

16

Sistem ImunitasTubuh

MEKANISME PERTAHANAN TUBUH (2)

Bawang Putih,Menghambat

pembentukan dinding selbakteri

Meniran (Pylantus Niruri), memodulasi sistem imun

melalui proliferasi dan aktivasi limfosit T dan B

Sereh, Lemon dan Jambu Biji sebagai antioksidan

Kayu Manis, meningkatkan sel T

Helper yang berfungsiuntuk mengaktifkan

makrofag untukmelakukan fagositosis

Sirih, meningkatkanaktifitas fagositosis

Jintan Hitam, Meningkatkan jumlahdan fungsi Sel T Killer

17

SistemImunitas

Tubuh

PERCEPATAN PENGEMBANGAN & PEMANFAATAN FITOFARMAKA

PERAN LINTAS SEKTOR

PEMERINTAH

AKADEMISI

PRAKTISIBISNIS

MASYARAKAT

• SATGAS PERCEPATAN PENGEMBANGAN & PEMANFAATAN FF• REGULASI K/L TERKAIT

SESUAI TUPOKSI

• PENELITIAN OBAT TRADISIONAL

• PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL DI FASYANKES

• HILIRISASI PENELITIAN OT MENJADI PRODUK FITOFARMAKA

• MENDORONG & MEMANFAATKAN OT YANG AMAN, BERMANFAAT, DAN BERMUTU SECARA CERDAS

DIDASARKAN DAN SESUAI KEBUTUHAN

MASYARAKAT & PROGRAM

PEMERINTAH

SITUASI SAAT INI

19

Pembangunan Kesehatan

Mewujudkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat

Mendorong masyarakat untukmampu memelihara kesehatan, serta mengatasi gangguankesehatan ringan denganKESEHATAN TRADISIONAL

• Pemanfaatan TanamanObat/Jamu

• Obat Herbal Terstandar• Fitofarmaka

Surat Edaran Dirjen PelayananKesehatan Nomor HK.02.02/IV/2243/2020 tentang Pemanfaatan Obat Tradisionaluntuk Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan Penyakit dan PerawatanKesehatan

Surat Edaran Dirjen Pelayanan KesehatanNomor HK.02.02/IV/5643/2019 tentangPemanfaatan Taman Obat Keluarga(TOGA) sebagai sarana Edukasi bagimasyarakat

20

4/22/2020 21

Terima Kasih

22

23

PRINSIP PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL

Diutamakan sebagai promotif & preventif

Harus aman, berkhasiat, & bermutu

Menggunakan OT yang teregistrasi di BPOM

OT yang bersumber dari hewan harus memiliki

sertifikat halal

Tidak dalam bentuk simplisia, kecuali dalam rangka

penelitian berbasis pelayanan

Tidak boleh digunakan dalam keadaan

kegawatdaruratan & keadaan yg potensial membahayakan jiwa

Mengacu kepada Kepentingan Terbaik Pasien à Informed

Consent

Pimpinan Fasyankes Berwenang Menetapkan

Jenis OT yg akan Digunakan

• Pasal 47• Pasal 48• Pasal 59

UU No 36/2009tentang

Kesehatan

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

(PERPRES NO 72 THN 2012)

PP NO 103/2014TTG YANKESTRAD

WHO STRATEGY ON TRADITIONAL MEDICINE

(2014-2023)3 SASARAN STRATEGI T&CM

PP 47/2016 ttg FasyankesPasal 4 (i): Fasyankestrad merupakan salah satu bagian dari fasyankes

• PMK No 90/2013 ttg SP3T• PMK No. 8/2014 ttg Pelayanan Ke

sehatan SPA • PMK No.6/2016 ttg Formularium O

bat Herbal Asli Indonesia (FOHAI)• PMK No.9/2016 ttg

UpayaPengembangan Kestrad melalui Asman Pemanfaatan TOGA dan Keterampilan

• PMK No.61/2016 ttg Yankestrad Empiris

• PMK No 37/2017 ttg Yankestrad Integrasi

• PMK No 15/2018 ttg Penyelenggaraan Yankestrad Komplementer

• KMK No.HK.01.07/ MENKES/ 187/2017 ttg FROTI

DASAR HUKUM PENYELENGGARAANPELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL

UU No 5/2017tentang Pemajuan

Kebudayaan

UU No 36/2014tentang Tenaga

Kesehatan

SENYAWA YANG BERSIFAT IMMUNOMODULATOR PADA TANAMAN OBAT

25

No Nama Tanaman Bagian yang digunakan

Kandungan Zat Aktif

1 Jahe Merah (Zingiber officinale. Linn.

var. rubrum) Rimpang Quercetin

2 Jahe (Zingiber officinale) Rimpang Gingerol dan shogaol

3 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)

Rimpang Curcuminoid

4 Kunyit (Curcuma domestica Val.) Rimpang Curcumin (demetoksicurcumin dan bisdesmetoksicurcumin)

5 Temu Mangga (Curcuma manga) Rimpang Flavonoid, curcuminoid

6 Kencur (Kaempferia galanga L.) Rimpang Flavonoid

7 Lengkuas (Alpinia galanga)

Rimpang

Galangin, kaemferol dan quersetin

26

SENYAWA YANG BERSIFAT IMMUNOMODULATOR PADA TANAMAN OBAT

No Nama Tanaman Bagian yang digunakan

Kandungan Zat Aktif

8

Jambu Biji (Psidium guajava)

Buah Vitamin C, flavonid, guaijavarin dan

quercetin

9

Lemon (Citrus limon)

Buah dan kulit Vitamin C, flavonoid dan fenolik.

10 Jeruk Nipis (Citrus

aurantifolia) Buah Vitamin C

11 Sereh (Cymbopogon citratus) Herba Flavonoid dan fenolik

12 Kayu manis (Cinnamomum

burmannii) Kulit kayu Minyak atsiri dan eugenol

4/22/2020 27

No Nama Tanaman Bagian yang digunakan

Kandungan Zat Aktif

13 Kelor (Moringa oleifera) Daun Saponin dan flavonoid

14 Sirih (Piper betle) Daun Alkaloid, flavonoid, polevenolad, dan tanin

15 Meniran (Phyllanthus

nuriri L.) Herba Flavonoid

16 Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

Herba Triterpenoid, steroid, dan saponin

17 Bawang Putih (Allium

sativum) Umbi Fenolik (Flavonoid, fenolik, dan tannin)

18 Jintan Hitam (Nigella

sativa) Biji Thymoquinone

SENYAWA YANG BERSIFAT IMMUNOMODULATOR PADA HERBAL/REMPAH

Potensi Tumbuhan Obat IndonesiaUntukPengembangan AntiVirus

Dr.Ir.Yuli Widiyastuti,MP

Peneliti Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu

POTENSI TUMBUHAN OBAT INDONESIA UNTUK

PENGEMBANGAN AGENT ANTIVIRUS

Yuli WidiyastutiBalai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat

TradisionalBadan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

Disampaikan pada Webinar INDOHCF 4 Juni 2020

2

VIRUSTerdapat beberapa definisi tentang Virus

Infectious agent with both living and

nonlivingcharacteristics that is totally dependent on a

host cell.

1

A pathogen or disease causing agent, not

considered living because it cannot

reproduce on its own.

2

Small, non living, infectious particles containing genetic material in the form of DNA or RNA with protein capsule, called the capsid

3

A non-cellular particle made up genetic material and protein than can invade living cells.

4

www.CompanyName.com

KEBO

Corona Virus Disease 19

Bakso Corona Batik Corona

5

MANAJEMEN PENYAKITBeberapa alternatif penanganan atau pengobatan penyakit

akibat virus

Aclicovir general1

3

4

www.CompanyName.com

KEBO

2

5 Peningkatan daya tahan tubuh

Topikal/lokal dengan irigasiantiseptik

ARV

Vaksinasi dengan vaksin aktif

Bagaimana Potensi BiodiversitasTumbuhan Obat Indonesia Untuk Anti

Virus?

Keanekaragaman Budaya dan Etnis

8

1068 ETNIS

Ekosistem Indonesia Paling Kaya

Drug development from ethnomedicine information

Malaria drug

Salix - AspirinHippocrates (Yunani) – menggunakan kulit kayu willow untuk mengobati nyeri.

1897 – Ahli kimia Bayer Co. (Germany)– mensintesa à aspirin

Tumbuhan Obat Indonesia??

RISTOJA

Tahap I2012

Tahap III2017

Tahap II2015

Identifikasi dan analisis lanjut

Database Tumbuhan obat dan Jamu

RISTOJA 2012: 209 etnis 254 Titik

15

RISTOJA 2015: 96 Etnis 100 titik

16

RISTOJA 2017: 100 Etnis 100 titik

17

18

Observation and data collection

HASIL RISTOJARISTOJA RAMUAN INFO

TUMBUHANSPESIES HERBARIUM

2012 15.773 19.819 1.740 13.574

2015 10.048 16.218 1.559 9.616

2017 6.193 11.429 1.144 4.553

JUMLAH 32.014 47.466 2.848 Spesies

27.743 Nomor Koleksi

552

268

94129

791 645

369

2012 2015

2017

Jumlah TO yang berhasil diidentifikasi selamaRISTOJA TOTAL 2.848 spesies

Apakah tumbuhan obat punya potensisebagai antiviral?

Belajar dari kejadian Pandemi Flu burung (Avian Influenza)

Gilead SciencesResearch on Oseltamifir

Oseltamivir (case review)

Tanaman Obat yang telah dilakukan ujiantiviral

No Spesies Ekstrak Jenis Virus Pustaka

1 Echinaceae purpurea n-hexane herpes Binns et al., 2002

2 Phyllanthus urinaria aceton Herpes symplextype 2

Yang et al., 2007

3 Rhamnus fragula,Rhamnus purshianus,Rheum officinale

EtOH Herpes Sydiskia et al., 1991

4 Rhus javanica EtOH Herpes Kurokawa et al., 1999

5 Corydalis yanhusuo EtOH HIV Wang & Ng, 2001

6 Monotes africanus EtOH HIV Meragelman et al., 2001

7 Phaseolus vulgaris EtOH HIV Fang et al., 2010

8 Camellia chinensis Chatekin Influensa Song et al., 2005

Mekanisme Antivirus Tanaman Obat

• Menghambat sistesis RNA dan bereaksidengan membran virus

• Merusak sebagian envelop virus• Menghambat replikasi dan anti-hemaglutinasi• Menghambat penetrasi virus pada sel melalui

modulasi struktur permukaan virus• Memproduksi antibodi• Menghambat pertumbuhan virus, dll

Bagaimana tumbuhan obatIndonesia?

Produk herbal dari Tanaman ObatIndonesia

Drymaria cordata

Hasil Ristoja 2012, 2015 dan 2017 30

Tumbuhan Obat yang digunakan oleh Battra untuk pengobatan penyakit yang indikasinya akibat infeksi virus

� 409 spesies

� 97 spesies

�40 spesiesHerpes

�183 spesies

Flu/masuk angin

�47 spesiesGondongen

HIV34 spesies

Sakit kuning

Campak

10 Tanaman Obat Terbanyak UntukPenyakit Akibat Virus Hasil Ristoja

31

Herpes Flu/masuk angin HIV

Ficus septica Zingiber officinale Grapthophyllum pictum

Zinggiber officinale Curcuma longa Zingiber montanum

Aleurites molucanus Allium cepa Piper betle

Melicope sp. Ageratum conyzoides Areca catechu

Lygodium microphyllum Kaempferia galanga L. Cinnamomum verum

Cocos nucifera Syzygium aromaticum Cocos nucifera

Amylotecha dyctiophleba Acorus calamus Cordyline fruticosa

Psidium guajava Blumea balsamifera Curcuma lona

Vitex negundo Piper betle Mymercodia pendans

Alstonia scholaris Premna corymbosa Canna edulis

TO Indonesia Promising UntukAntiviral

Zingiberaceae

Acanthaceae

Piperaceae

Apiaceae Apocynaceae

Annonaceae

Asteraceae

Liliaceae

Lauraceae

Mengembangkan TO Indonesia untukAntiviral

Data Etnomedisin/Ristoja

Observasi klinik Analisis Data: Fidelity leveldan use value

TO terpilihTO terpilih

Ekstraksi dan uji bioassay

Kandidat TO

Ekstraksi dan uji bioassay

Kandidat TO

Eksplorasi Random

Studi Kemotaksonomi

Pengumpulan spesimen

Bioassay Guided Exstraction

Kandidat TO

A B C

Terima kasih

Peran GPJamu diEraPandemi COVID-19

Dwi Ranny PertiwiZarman,SE,MH

Ketua GPJamu Indonesia,Dosen FKMUI

Bekasi, 04 Juni 2020

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

1. MEMBERIKAN DONASI PRODUK JAMU

GP JAMU MENYALURKAN DONASI BERUPA PRODUK PRODUK JAMU DARI ANGGOTA GP JAMU LEWAT JALUR KEMENTRIAN KESEHATATAN DAN DINAS KESEHATAN

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

1. MEMBERIKAN DONASI PRODUK JAMU

GP JAMU MENYALURKAN DONASI BERUPA PRODUK PRODUK JAMU DARI ANGGOTA GP JAMU LEWAT JALUR BPOM & BALAI POM

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

MEMBERIKAN DONASI PRODUK JAMU

GP JAMU MENYALURKAN DONASI BERUPA PRODUK PRODUK JAMU DARI ANGGOTA GP JAMU LEWAT JALUR SATGAS DPR RI

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

MEMBERIKAN DONASI PRODUK JAMU

GP JAMU MENYALURKAN DONASI BERUPA PRODUK PRODUK JAMU DARI ANGGOTA GP JAMU LEWAT JALUR GUBERNUR

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

MEMBERIKAN DONASI PRODUK JAMU

GP JAMU MENYALURKAN DONASI BERUPA PRODUK PRODUK JAMU DARI ANGGOTA GP JAMU LEWAT JALUR WALIKOTA BEKASI

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

MEMBERIKAN DONASI PRODUK JAMU

GP JAMU MENYALURKAN DONASI BERUPA PRODUK PRODUK JAMU DARI ANGGOTA GP JAMU LANGSUNG KEMASYARAKAT

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

2. PEMASANGAN SPANDUK EDUKASI

PEMASANGAN SPANDUK EDUKASI TERKAIT COVID -19 DI LINGKUNGAN INDUSTRI

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

3. MEMBERIKAN EDUKASI LANGSUNG KE MASYARAKAT TERKAIT SOCIAL

DISTANCING, COVID -19 DI MESJID, MUSOLA DAN TEMPAT UMUM LAINNYA

4. MEMBERIKAN SEMBAKO KEPADA PARA MASYARAKAT YANG BERADA DI WILAYAH INDUSTRI JAMU

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

5. EDUKASI MELALUI MEDIA ONLINE TERKAIT PENGUNAAN JAMU UNTUK DAYA TUBUH

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:

a. Obat tradisional,

b. Jamu serbuk,

c. jamu cairan obat dalam,

d. jamu oles,

e. tapel, pilis

f. Minuman

2. Bahan Baku Jamu

a. Tumbuhan

❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang

uwuh, Jamu Godogan

❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan

industri hilir (Serbuk dan ekstrak)

❖ Produk Jadi

b. Hewan

RUMUSAN KESIMPULAN WEBINAR KOLABORASI SESI XV

Dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Indonesia selama ini memiliki banyak kultur daerah yang menggunakan cara tradisional guna menyehatkan tubuh. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, 44,3%

masyarakat menggunakan upaya kesehatan tradisional baik melalui praktisi kesehatan tradisional ataupun melalui upaya sendiri. Berdasarkan data Riskesdas tahun

2010, 59,12% penduduk mengkonsumsi herbal untuk kesehatan tubuh. Kondisi ini menunjukkan adanya permintaan yang tinggi atas upaya kesehatan tradisional

termasuk penggunaan konsumsi herbal seperti jamu.

2. Herbal antivirus utama teratas yang diakui dunia saat ini adalah bawang putih, lemon balm, turmeric/kunyit, jahe, oregano, dan elderbery. Banyak jenis tanaman

obat yang telah dilakukan uji antiviral selama ini. Berdasarkan sejarah, kejadian pandemi flu burung pada akhirnya menggunakan obat tamiflu yang berasal dari

tumbuhan tradisional. Tanaman obat antivirus bekerja dengan menghambat sistesis RNA dan bereaksi dengan membran virus; merusak sebagian envelop virus;

menghambat replikasi dan antihemaglutinasi; menghambat penetrasi virus pada sel; memproduksi, antibodi, hingga menghambat pertumbuhan virus.

3. Di Indonesia, berdasarkan riset tumbuhan obat dan jamu (Ristoja) yang dilakukan pada tahun 2012, 2015, dan 2017 diperoleh informasi bahwa di Indonesia

terdapat 32,014 jenis ramuan, 47.466 informasi tumbuhan, 2848 spesies tumbuhan obat, dan 27,743 nomor koleksi herbarium. Berdasakan hasil ristorja ditemukan

pula 10 tanaman obat terbanyak yang digunakan untuk penyakit akibat virus hasil Ristoja seperti herpes, flu/masuk angin, dan HIV. Dalam hal ini tanaman obat di

Indonesia sangat menjanjikan untuk digunakan seabgai antiviral.

4. Obat tradisional atau herbal memiliki tujuan untuk merevitalisasi fungsi tubuh sehingga tubuh dapat bekerja secara optimal. Hal ini akan berdampak pada

kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan secara baik. Hal ini sangat relevan dengan kebutuhan peningkatan daya tahan tubuh penduduk saat

kejadian pandemi seperti pandemi covid-19 saat ini. Penggunaan pendekatan ramuan tradisional dapat sangat berperan baik untuk pencegahan dan pengobatan.

pencegahan dilakukan melalui peningkatan daya tahan tubuh dan pengobatan dapat digunakan sebagai pelengkap/komplementer terapi konvensional.

5. Virus covid-19 yang mudah menyebar dan menular, namun virus ini mudah hancur oleh pelarut lemak, deterjen/sabun, dan disinfektan. Kemampuan fisik tubuh

yang baik untuk menangkal dan memerangi virus ini sangat penting. Hal ini penting menjadi dasar bagi pengobatan tradisional/ramuan dalam meningkatkan daya

tahan tubuh secara baik sehingga tidak gampang terserang virus.

6. Dalam penanganan covid-19, obat tradisional sangat bermanfaat untuk imunodulator; untuk mengurangi gejala covid-19; dan mengatasi faktor komorbid covid-19.

Sebagai imunodulator, dapat dimanfaatkan tanaman obat yang mengandung zat aktif seperti jahe merah, temulawak, kunyit, meniran, dan empon-empon. Sebagai

pengurang gejala, dapat dimanfaatkan rimpang kencur, bawang putih, antanan, biji pala, dan jahe. Dan untuk mengatasi faktor komorbid covid-19 dapat

dimanfaatkan seledri, bawang putih, daun salam, sambiloto, hingga daun jati belanda dan daun ceremai.

7. Saat ini diperlukan pengembangan dan pemanfaatan fitofarmaka dengan melibatkan peran lintas sektor baik bisnis, praktisi, masyarakat, akademisi, hingga

pemerintah. Banyak hal yang dapat dilakukan baik hilirisasi penelitian menjadi produk, pemanfaatan obat di faskes, hingga pemanfaatan regulasi yang baik sesuai

kebutuhan publik. Lemahnya pengembangan fitofarmaka selama ini berdampak pada lemahnya perhatian pada sektor obat tradisional dan lemahnya pelibatan

sektor obat tradisional dalam pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan covid-19.

8. Selama covid-19, Jamu masih kurang diberikan ruang dalam pelayanan kesehatan di Faskes, baik sebagai peningkat daya tahan tubuh, maupun sebagai

pelengkap/komplementer terapi konvensional. Disisi lain seharusnya pemanfaatan obat tradisional dapat diperkenalkan dan didorong lebih banyak lagi guna

peningkatan kualitas daya tahan tubuh masyarakat dan tenaga kesehatan menghadapi covid-19, terlebih obat tradisional jauh lebih terjangkau oleh masyarakat luas

sehingga tidak membebani daya beli penduduk.

9. Banyak hal yang perlu dilakukan agar lebih banyak lagi upaya pemanfaatan obat jamu bagi kepentingan penanganan covid-19 dan pembangunan kesehatan

nasional. salah satu yang perlu didorong adalah meningkatkan jenis obat herbal yang terstandar fitofarmaka khususnya obat-obat yang bersifat antivirus.

Terima kasih.