prolog - PERSI
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of prolog - PERSI
PROLOG
Tanpa dapat dihindari, akhirnya Wabah Pandemi Covid-19, dalam hitungan bulan menyebar ke seluruh dunia. Setiap Negara merespon dengan caranya masing-masing
dengan dibekali pengalaman yang terbatas dalam menangani pandemi yang menyerang secara masif. Negara yang siap dengan protokol kesehatan teruji dalam
menghadapi pandemi virus serupa corona hanya sedikit dan tetap kewalahan menghadapi pandemic Covid-19. Pada akhirnya setiap Negara dipaksa untuk belajar dengan
cepat dan saling berbagi pengalaman dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Dengan berbagai dinamika yang terjadi sejak awal pandemi Covid-19 diprediksi masuk, Indonesia telah bekerja keras untuk menghadapi pandemi. Seluruh sumber daya
yang dimiliki pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat luas dikerahkan untuk menangani Covid-19. Aral rintangan terjadi, tidak sedikit konflik dan perbedaan pendapat
yang mengemuka, tapi pada akhirnya banyak pelajaran yang bisa didapat.
Kondisi pandemi Covid-19 telah mengajarkan seluruh komponen banyak hal. Birokrasi dituntut belajar untuk melayani masyarakat dengan cepat ditengah situasi
ketidakpastian, belajar untuk menghapus sekat ego sectoral antar lembaga pemerintah, belajar untuk mengoptimalkan anggaran demi kepentingan terbesar, hingga belajar
untuk saling menahan diri diantara para pemimpin bangsa.
Dunia kesehatan pun dituntut untuk kembali fokus pada kesehatan masyarakat, belajar untuk waspada terhadap setiap risiko kesehatan, belajar melawan penyakit tanpa
obat, belajar menghilangkan ego spesialistik, ego keahlian, dan yang terpenting belajar kembali makna “mencegah lebih baik dari mengobati”.
Masyarakat juga dituntut kembali belajar, belajar kembali bagaimana pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, belajar untuk kembali saling berbagi saling bertoleransi,
belajar untuk menahan diri dari sikap konsumtif, hingga belajar untuk kembali hidup dalam keluarga, dan terpenting belajar bagaimana suatu bangsa harus menghadapi
tantangan bersama tanpa melihat sekat ekonomi, sekat politik, sekat agama, hingga sekat budaya.
Disinilah Ketahanan Nasional Bangsa diuji.
Dari nilai-nilai Ideal diatas, IndoHCF bersama organisasi-organisasi terkait kesehatan lainnya menyadari bahwa seluruh pembelajaran dari wabah pandemi Covid-19 ini
hanya bermanfaat dan berguna jika segenap pemangku kepentingan, organisasi, ataupun individu berkolaborasi. Berkolaborasi tidak dimaknai sebagai koordinasi atau
kerjasama semata, kolaborasi adalah gotong royong, saling berbagi, saling berpotensiasi untuk kepentingan dan tujuan bersama.
Dengan menyelenggarakan Serial Webinar Kolaborasi Covid-19, seluruh pemangku kepentingan yang terlibat berharap seluruh pembelajaran dari setiap organisasi dan
individu dapat dibagi, diinisiasi, diadvokasi, direplikasi, dan atau didokumentasikan sebagai pustaka ilmu pengetahuan yang terkelola dengan baik (knowledge management)
sehingga bermanfaat tidak hanya untuk generasi saat ini tetapi generasi masa depan.
Harus disyukuri, dari 20 Seri Webinar Kolaborasi Covid-19 yang telah terselenggara sepanjang Medio April-Juni 2020, berhasil mengumpulkan beragam informasi/ bahan
pengetahuan dari narasumber terkait 20 topik strategis dan praktis terkait penanganan Covid-19. Webinar kolaborasi Covid-19 diikuti ratusan bahkan ribuan
individu/kelompok pada setiap serinya dan besar harapan kami, hal tersebut mampu memberikan insight berbeda bagi setiap individu/kelompok yang mendengarkannya.
Dengan segala keterbatasan yang ada, Penyelenggara Webinar Kolaborasi Covid-19 berupaya untuk menghimpun dan menyimpulkan seluruh informasi yang diperoleh
menjadi suatu bunga rampai pembelajaran yang berharga bagi para pemangku kepentingan. Ringkasan bunga rampai tersebut telah dikumpulkan dalam buku sederhana
ini dan seluruh bahan materi yang disampaikan sepanjang 20 seri Webinar Kolaborasi dapat diakses langsung di www.indohcf.com
Apresiasi tak terhingga kami berikan kepada seluruh organisasi/institusi, para narasumber dan individu yang selama ini aktif berkolaborasi mendukung jalannya Webinar
Kolaborasi. Untuk itu semoga langkah para kolaborator dalam menangani Covid-19 senantiasa dimudahkan dan menjadi benih yang bermanfaat bagi kesehatan
masyarakat.
Akhir kata, semoga seluruh pembelajaran yang dibagikan selama ini dalam Webinar Kolaborasi Covid-19 menjadi sumber informasi dan pengetahuan yang bermanfaat
bagi seluruh komponen Bangsa.
Terima Kasih.
Ketua Umum Ikessindo- IndoHCF-KREKI,
Koodinator Kolaborasi, Ketua Panitia,
Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS Dr. dr. Tb. Rachmat Sentika, Sp.A, MARS
BUKU I: SERI I‐V
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 6
Isi
1. 11
1.1 Kontijensi Plan Tim Dokter Dalam Menghadapi COVID‐19 12
1.2 Tantangan Dokter Gigi Dalam Menghadapi COVID‐19 55
1.3 Tantangan Para Tenaga Perawat Dalam Menghadapi COVID‐19 91
1.4 Rumusan Kesimpulan 103
2. 104
2.1 COVID‐19 Disease Dynamics 105
2.2 COVID‐19 Modelling Scenarios Indonesia 122
2.3 Skenario Perkembangan COVID‐19 di Indonesia 156
2.4 Rumusan Kesimpulan 162
3. 164
3.1 Standar/Persyaratan APD Bagi Petugas Kesehatan 165
3.2 Strategi Pemenuhan APD Dengan Pemberdayaan Potensi Produksi Dalam Negeri & Kendalanya 186
3.3 Pengelolaan APD Dalam Upaya Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (Studi Kasus RSUP Dr. Sardjito) 199
3.3 Rumusan Kesimpulan 231
4. 232
4.1 Pengembangan Sistem Informasi COVID‐19 di Kemenkes RI 233
4.2 SISTEM CERDAS Untuk COVID 19 :Harapan ‐ Kenyataan ‐ Solusi 252
4.3 Pencegahan Penyebaran COVID‐19 Berbasis IT & Big Data 275
4.4 Rumusan Kesimpulan 279
DAFTAR ISI
Serial I: Tantangan Dokter‐Drg‐Perawat Dalam Menghadapi COVID‐19
Serial II: Prediksi dan Skenario Plan Dalam Menghadapi COVID‐19
Serial III: Bagaimana Memenuhi Kecukupan APD & Mengantisipasi Sustainabilitasnya
Serial IV: Tantangan Mewujudkan Sistem Informasi COVID‐19 yang Terintegrasi dan Berbasis Data
5. 281
5.1 Bagaimana Mekanisme Klaim Biaya Pasien COVID‐19 di Faskes Primer & Rujukan 282
5.2 Masalah dan Solusi Pembiayaan RS Daerah di Era COVID‐19 307
5.3 Masalah dan Solusi Pembiayaan RS Swasta di Era COVID‐19 326
5.4 Rumusan Kesimpulan 336
BUKU II: SERI VI‐X
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 6
Isi
6. 11
6.1 Model Perhitungan Pembiayaan dan Prosedur Klaim COVID‐19 12
6.2 Bagaimana Menyiapkan dan Mengajukan Klaim COVID‐19 Untuk Verifikasi 26
6.3 Bagaimana Prosedur Pembayaran Klaim COVID‐19 dan Jawaban Webinar Serial 5 49
6.4 Rumusan Kesimpulan 63
7. 72
7.1 Regulasi & Kebijakan Pemerintah Tentang Peran Fasyankes Primer dalam Penanggulangan COVID‐19 73
7.2 Strategi Penggerakan Puskesmas dalam Penanggulangan COVID‐19 di DKI Jakarta 106
7.3 Pengalaman Kota Tangerang Selatan dalam Penanggulangan COVID‐19 melalui Pemberdayaan Masyarakat dan Peningkatan Fungsi Puskesmas 143
7.4 Rumusan Kesimpulan 169
8. 171
8.1 Penanganan Pasien COVID‐19, Perlindungan Diri, Orang Terdekat dan Masyarakat Dalam Perspektif Perawat 172
8.2 Upaya Perlindungan Dokter/Perawat Terhadap Diri Sendiri & Orang Terdekat Serta Bagaimana Persepsi/Sikap Masyarakat & Mengatasinya 193
8.3 Mispersepsi Masyarakat Terhadap Petugas Kesehatan COVID‐19: Bagaimana Mengatasinya? 208
8.4 Rumusan Kesimpulan 230
9. 232
9.1 Kronologis Permasalahan dan Potensi Solusi Pengadaanan Alat Kesehatan di Masa COVID‐19 233
Serial V: Prosedur, Kebijakan dan Tata Cara Klaim Biaya Pasien COVID‐19
Serial VI: Bagaimana RS Mempersiapkan Klaim Biaya Pasien COVID‐19
Serial VII: Peran Fasyankes Primer Dalam Penanggulangan COVID‐19
Serial VIII: Stigmata Petugas Kesehatan: Berdedikasi & Berjasa Tapi Ditolak Mulai Dari Kost s/d Liang Lahat
Serial IX: Pandemi COVID‐19: Alkeslab Penyelamat Nyawa ‐ Bisnis Beretika VS Mafia
9.2 Pertimbangan Etika Dalam Mengambil Keputusan di Saat Genting 241
9.3 Upaya Mencegah Tumbuhnya Mafia Dalam Pengadaanan Alat Kesehatan di Masa Pandemi COVID‐19 253
9.4 Penegakan Kepatuhan dan Anti‐Korupsi Dalam Proses Pengadaan Obat dan Alkeslab di Masa Pandemi COVID‐19 264
9.5 Rumusan Kesimpulan 301
10. 302
10.1 Simulasi Perhitungan Biaya Pelayanan COVID‐19 303
10.2 Bagaimana Perhitungan Biaya Klaim Dalam Proses Verifikasi & Mencegah Penolakan Klaim/dispute 324
10.3 Analisa Biaya Klaim Pelayanan COVID‐19: Apakah Sudah Sesuai Dengan Beban Biaya di RS? 340
10.4 Studi Kasus Analisa Biaya Klaim Pelayanan COVID‐19 353
10.5 Rumusan Kesimpulan 365
BUKU III: SERI XI‐XV
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 6
Isi
11. 11
11.1 Bagaimana Kebijakan dan Implementasi Telemedicine di Era COVID‐19 12
11.2 Kewenangan Klinis & Praktek Kedokteran dalam pemanfaatan Telemedicine di era pandemi COVID‐19 30
11.3 Kajian Terhadap SE MENKES & PERKONSIL Tentang Pemanfaatan Telemedicine di Era Pandemi COVID‐19 41
11.4 Studi Kasus: Implementasi & Pola Tarif Telemedicine dalam Pelayanan Kesehatan 51
11.5 Rumusan Kesimpulan 61
12. 63
12.1 Regulasi tentang Insentif dan Tunjangan Bagi Petugas Kesehatan yang Menangani COVID‐19 64
12.2 Tata Cara Pengajuan dan Pembayaran Insentif Petugas Kesehatan yang Menangani COVID‐19 78
12.3 Kebijakan Pemda DKI Jakarta dalam Pemberian Insentif & Santunan Duka Cita Untuk Petugas Kesehatan yang Merawat COVID‐19 110
12.4 Rumusan Kesimpulan 117
13. 119
Serial XI: Pemanfaatan Telemedicine Dalam Pelayanan Kesehatan di Era Pandemi COVID‐19
Serial X: Analisa Biaya dan Simulasi Klaim Pelayanan COVID‐19 di RS
Serial XII: Regulasi & Tata Cara Pengajuan/Pembayaran Insentif & Santunan Bagi Petugas Kesehatan yang Menangani COVID‐19
Serial XIII: Diagnosis dan Penatalaksanaan COVID‐19 ‐ Terkini
13.1 Diagnosis & Penatalaksanaan COVID‐19 di Rawat Jalan, IGD & Rawat Inap 120
13.2 Diagnosis & Penatalaksanaan COVID‐19 di Ruang Intensif 168
13.3 Rumusan Kesimpulan 193
14. 194
14.1 Kesiapan Masyarakat dalam New NormalStudi Ketaatan Masyarakat dalam PSBB 195
14.2 The New Normal Sejarah Fakta di Berbagai Negara dalam Menanggulangi COVID‐19 216
14.3 Sisi Akademis New Normal 237
14.4 Rumusan Kesimpulan 306
15. 308
15.1 Kebijakan Pemanfaatan Obat Traditional di Era Pandemi COVID‐19 309
15.2 Potensi Tumbuhan Obat Indonesia Untuk Pengembangan Anti Virus 337
15.3 Peran GP Jamu di Era Pandemi COVID‐19 372
15.4 Rumusan Kesimpulan 393
BUKU IV: SERI XVI‐XX
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 6
Isi
11. 11
16.1 Pencegahan dan Pengendalian COVID‐19di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri 12
16.2 Penerapan PSBB Transisi di Wilayah DKI Jakarta 27
16.3 Strategi Jawa Barat Memasuki Adaptasi Kehidupan Baru Pandemi COVID‐19 50
16.4 Rumusan Kesimpulan 77
17. 79
17.1 Urgensi, Variasi, Jenis dan Interpretasi Rapid Test 80
17.2 Perkembangan Produksi Rapid Test Buatan Indonesia 111
Serial XIV: Mendefinisikan New Normal di Indonesia: Apa, Kapan, Di mana, Siapa dan Bagaimana
Serial XV: Kesehatan Tradisional & Prospek Jamu Indonesia Era Pandemi COVID‐19
Serial XI: Pemanfaatan Telemedicine Dalam Pelayanan Kesehatan di Era Pandemi COVID‐19
Serial XVII: Serba Serbi Rapid Test & Kriteria/Persyaratan Perjalanan di Era COVID‐19
17.3 Kriteria dan Syarat Perjalanan di Era COVID‐19 124
17.4 Rumusan Kesimpulan 150
18. 151
18.1 Kebijakan dan Dukungan Pemerintah Terhadap Inovasi Kesehatan Menuju Kemandirian Nasional 152
18.2 Hasil Pengembangan Inovasi Kesehatan di Era Pandemi COVID‐19 168
18.3 Bagaimana Mewujudkan Inovasi Kesehatan Dalam Negeri dan Menjadi Tuan Rumah di Negara Sendiri 197
18.4 Rumusan Kesimpulan 211
19. 213
19.1 Kriteria Diagnosis Jenazah yang Dimakamkan Dengan Protokol COVID‐19 214
19.2 Kriteria,Protokol, S gma & Kendala di Lapangan:Pemakaman Jenasah COVID‐19 234
19.3 Bagaimana Resiko Penularan Pada Jenazah COVID‐19 246
19.4 Rumusan Kesimpulan 265
20. 268
20.1 Seputar COVID‐19: HOAX atau FAKTA? 269
20.2 Mengapa Timbul Stigma Negatif Terhadap COVID‐19 di Masyarakat? 304
20.3 Bagaimana Agar Masyarakat Berperilaku & Pola Pikir Positf Menghadapi COVID‐19 & New Normal? 323
20.3 Rumusan Kesimpulan 345
Serial XVIII: Peluang Inovasi Kesehatan di Era Pandemi COVID‐19 Sebagai Batu Loncatan Menuju Kemandirian
Serial XIX: Mengapa Terjadi Penolakan Prosedur Pemakaman Jenasah di Sebagian Masyarakat?
Serial XX: Menyikapi Hoax dan Membangun Pola Pikir/Perilaku Positif Masyarakat Menghadapi COVID‐19 & New Normal
#SERIALXI
PEMANFAATANTELEMEDICINEDALAMPELAYANANKESEHATAN
DIERAPANDEMICOVID-19
13:00–13:05 Pembukaan&PengantarOleh:DR.dr.Supriyantoro,Sp.P,MARS–KetuaUmumIndoHCF–KREKI–
IKKESINDO13:05–13:20 BagaimanaKebijakandanImplementasiTelemedicinedierapandemiCOVID-19
oleh:dr.AgusHadianRahim,Sp.OT(K),M.Epid,MH.Kes–SekretarisDirektoratJenderalPelayananKesehatanKementerianKesehatanRI
13:20–13:35 KewenanganKlinis&PraktekKedokterandalampemanfaatanTelemedicinedierapandemiCovid19oleh:Prof.Dr.dr.BambangSupriyatno,Sp.A(K)–KetuaKonsilKedokteranIndonesia
13:35–13:50 KajianterhadapSEMENKES&PERKONSILtentangpemanfaatanTELEMEDICINEdierapandemiCovid19oleh:Prof.Dr.dr.BudiWiweko,Sp.OG(K),MPH–IkatanDokterIndonesia
13:50–14:05 Studikasus:implementasi&polatarifTelemedicinedalampelayanankesehatanOleh:dr.GraceF.Indradjaja-IKKESINDO
14:05–14:50
DiskusidanTanyaJawabModerator:Prof.dr.BudiSampurna,DFM.,S.H.,Sp.F(K),SpKP-PERSI
14:50–15:00 Rangkuman&Penutup
Bagaimana Kebijakan dan ImplementasiTelemedicinedierapandemi COVID-19
dr.Agus Hadian Rahim,Sp.OT(K),M.Epid,MH.KesSekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan KEMENKESRI
Oleh: Dr. dr. Agus Hadian Rahim, Sp.OT (K), M.Epid, MH.Kes
Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia
IMPLEMENTASI TELEMEDICINE DALAM RANGKA CORONA VIRUS DISEASE 2019
(COVID-19)
“Saya berharap inovasi-inovasi yang telahdikembangkan mampu membangun ekosistemdigital yang terintegrasi dengan baik serta mampumeningkatkan kinerja, efektifitas, dan efisiensidalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatankepada masyarakat Indonesia dan dapat benar-benar diimplementasikan dengan baik.”
Menteri KesehatanLetjen TNI (Pur.) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad(K) RI
Surat Himbauan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor YR.03.03/III/III8/20201. Rumah Sakit memberikan pelayanan pada pasien Covid-19 dan melengkapi semua
kelengkapan penanganan kasus Covid-19 dan APD bagi semua petugas kesehatan sesuai kriteria masing-masing ruang pelayanan/risiko pelayanan
2. Rumah Sakit menunda pelayanan elektif , dengan tetap memberikan pelayanan yang bersifat gawat darurat dan membutuhkan perawatan segera untuk penyakit-penyakit selain Covid-19.
3. Mengembangkan pelayanan jarak jauh (telemedicine) atau aplikasi online lainnyadalam memberikan pelayanan kepada pasien dan keluarga pasien yang memerlukan.
4. Dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang berusia di atas 60 tahun dan ada penyakit penyerta, dianjurkan bekerja dari rumah dan menggunakan telemedicine.
5. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan pelayanan RS di wilayahnya
DasarKetentuan
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia
01
02
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20
Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/303/2020
tentang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui pemanfaatanteknologi informasi dan komunikasi dalam rangka pencegahan penyebaran
Coronavirus Disease (COVID-19)
03Peraturan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 74 Tahun 2020
tentang Kewenangan Klinis dan
Praktik Kedokteran melalui
Telemedicine Pada Masa Pandemi
Covid-19 di Indonesia
DEFINISI
“Pelayanan telemedicine merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan olehDokter dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untukmendiagnosis, mengobati, mencegah, dan/atau mengevaluasi kondisi kesehatanpasien sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya, yang dibuktikan dengansurat tanda registrasi (STR) dengan tetap memperhatikan mutu pelayanan dankeselamatan pasien”(Surat Edaran Menkes HK.02.01/MENKES/303/2020)
adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional kesehatandengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaraninformasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera, penelitiandan evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untukkepentingan peningkatan kesehatan individu dan masyarakat”(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019)
“Telemedicine”
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia
Peminta Konsultasi
Pemberi Konsultasi
PRINSIP PELAYANAN TELEMEDICINE ANTAR FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Dilakukan Tenaga Medis/Tenaga Kesehatan # Wajib Memiliki SIP di Fasyankes
Kirim File Data/Image
Kirim Expertise/Konsultasi
PMK No. 20 Th. 2019
ANTAR
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
(1) SE MENKES HK.02.01/MENKES/303/2020Kewenangan KlinisDokter
} Anamnesa
} Pemeriksaan fisik tertentu yang dilakukan melalui
audiovisual
} Pemberian anjuran/nasihat yang dibutuhkan
berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang, dan/atau
hasil pemeriksaan fisik tertentu.
} Penegakkan diagnosis
} Penatalaksanaan dan pengobatan pasien,
} Penulisan resep obat dan/atau alat kesehatan,
diberikan kepada pasien sesuai dengan diagnosis.
} Penerbitan surat rujukan untuk pemeriksaan atau
tindakan lebih lanjut ke laboratorium dan/atau
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai hasil
penatalaksanaan pasien
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia
(2) KETENTUAN PENULISAN RESEP ELEKTRONIK DAN/ATAU ALATKESEHATAN
Penyelenggaraan resep elektronik tertutup dilakukan melalui aplikasi dari
Dokter ke fasilitaspelayanan kefarmasian.
Penyelenggaraan resep elektronikterbuka dilakukan dengan cara pemberian
resep elektroniksecara langsung kepada pasien.
Penyelenggaraan resep secaraterbuka membutuhkan kode identifikasi
resep elektronik yang dapat diperiksa keaslian dan validitasnya oleh
fasilitas pelayanan kefarmasian.
Resep elektronik digunakan hanya untuk1 (satu) kali pelayanan resep/pengambilan
sediaan farmasi,alat kesehatan, BMHP
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia
(3) PENGANTARAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, BMHP,DAN/ATAU SUPLEMEN KESEHATAN
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia
• menjamin keamanan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan yangdiantar
• menjaga kerahasiaan pasien
• mengantarkan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan dalam wadah yang tertutup dan tidak tembus pandang
• memastikan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan yang diantarkan sampai pada tujuan
• mendokumentasikan serah terima sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan
• Pengantaran melengkapi dengan dokumen pengantaran, dan nomor telepon yang dapat dihubungi
(Kewajiban)
MELALUI JASA
PENGANTARAN ATAU
PENYELENGGARA SISTEM
ELEKTRONIK
TELEMEDICINE SEBAGAI GARDA PERTAMA LAYANAN KESEHATAN ERA COVID-19 (HOSPITAL WITHOUT WALL)
KOLABORASI PEMERINTAH MELAWAN PANDEMI
1. Pemberian Informasi dan Edukasi Kesehatan
2. Pemberian Konsultasi Online Masalah Kesehatan
3. Pemeriksaan Kesehatan di Rumah dan Pelayanan Keperawatan
4. Pemeriksaan Rapid Test di Rumah5. Pemberian Obat6. Mengarahkan Rujukan ke Fasilitas
Kesehatan / Rumah Sakit
PELAYANAN TELEMEDICINE
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine Antar Fasyankes
KEGIATAN ATENSI PADA PADA MASA PANDEMI COVID-19
2315
1064
888
1650
565
99
265
0 500 1000 1500 2000 2500
PEMBERIAN RESEP HARIAN
LAYANAN ANTAR OBAT
LAYANAN KEPERAWATAN
KONSULTASI WARGA/PERUSAHAAN ONLINE
RAPID TEST
RAPID TEST POSITIF
ISOLASI MANDIRI
Orang
4865874
10780
147171
0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000
PEMBACA ARTIKEL PER HARI
KONSULTASI COVID-19 PER HARI
KONSULTASI NON COVID PER HARI
Orang
Self Assessment
Karantina Mandiri
Karantina Khusus
1. Isolasi Wisma Atlet
2. Isolasi Fasilitas lainnya
Artikel Kesehatan Covid19
Telekonsultasi
1. Konsultasi Umum
2. Konsultasi Kesehatan Jiwa
(Sehat Jiwa)
FITUR COVID 19SEHATPEDIA
Cloud Hospital System
Pilot Project penerapan cloud
hospital akan dilakukan di 6 RumahSakit UPT Kementerian Kesehatandiantarnya yaitu:1. RSUP Fatmawati;2. RSUP Persahabatan;3. RSUP Dr. Hasan Sadikin;4. RSUP dr Kariadi;5. RSUP Sanglah;6. RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
BERSATU LAWAN COVID
SehatSehatPedia terintegtasi dengan Aplikasi Bersatu
Lawan Covid yang diinisiasi oleh Gugus Tugas BNPB,
dalam hal ini SehatPedia menyediakan layanan Konsultasi
Gratis di Aplikasi Bersatu Lawan Covid.
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia
www.yankes.kemkes.go.id www.facebook.com/ditjen.yankes @ditjenyankes@ditjenyankes
Kementerian Kesehatan Republik IndonesiaDirektorat Jenderal Pelayanan KesehatanJl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4- Jakarta Selatan
TERIMA KASIH
Kewenangan Klinis &Praktek Kedokteran dalampemanfaatan Telemedicinedierapandemi COVID- 19
Prof.Dr.dr.Bambang Supriyatno,Sp.A (K)Ketua Konsil Kedokteran Indonesia
KEWENANGAN KLINIS DANPRAKTIK KEDOKTERAN MELALUI TELEMEDICINE PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA
PERKONSIL 74/2020; tertanggal 29/04/2020
Bambang SupriyatnoKetua Konsil Kedokteran Indonesia
KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
Covid meluasàWabahNasional
Mencegah /memutusrantai penularan
Dokter dan Pasien takutdatang ke fasyankes
Kepastian hukumdokter/dokter gigi
LATAR BELAKANG
DARURATàBerlakupada Pandemi
Covid-19
Profesional-Kompeten-Patient
safety
MencegahPenularan Kepastian Hukum
COVID-19
Perkonsil 74/2020
BS2020
COVID-19
RINGAN-SEDANG BERAT
Sp.PSp.PD(K) Sp.A(K)
SpAnSp Lain.KIC
Dr/Sp LainSp.P
Sp.PDSp.ASpAn
OVERLOAD/ TIDAK ADA
Sp.PSp.PD/Sp.PD(K)
Sp.A/Sp.A(K)Sp.An
Sp Lain.KIC
Pengetahuan Tambahan Tentang Covid
Perkonsil 74/2020
BS2020
PRAKTIK KEDOKTERAN
TATAP LANGSUNG TELEMEDICINE
STR + SIP di Fasyankes
Telekonsultasi: tulisan/suara/vide
o
Kerahasiaanpasien
Diagnosis danTatalaksana
Perkonsil 74/2020
BS2020
Mutu pelayanan, keselamatan pasien dan
dokter
Memberikan kepastianhukum
TELEMEDICINE
TINDAKAN
PS 5
TINDAKAN
NON EMERGENCY
(ELEKTIF)
Bila selama Tele
Perkonsil 74/2020
BS2020
TELEKONSULTASI NON EMERGENSI
PASIEN (tidakperlu hadir)
FASYANKESDOKTER/DR GIGI
HOST(MEDREC)
AnamnesisData yg diperlukan
• HarusMendaftar
• Isi General Consent (ps 5)
MEMILIKI STR, SIP
ExpertiseMemberi Resep
(kec narkotika-psikotropika)
(ps 7)
Perkonsil 74/2020
BS2020
Do/Don’t
Surat Keterangan Sakit(ps 8(2)Memiliki STR dan SIP (ps 3(4)
Melakukan anamnesis untukmendapatkan data (ps 4(1)
Diagnosis-Terapi (RESEP) àkecnarkotika-psikotropika (ps 3(3)
Menjaga Rahasia Pasien (ps 3(2)
Mengutamakan keselamatanpasien ps 2(b)
Mendapat Imbalan ps 10
Buat Rekam Medis àTertulis Ps
7(1)
DO
Perkonsil 74/2020
BS2020
Langsung tanpa melaluiFasyankes
Tidak jujur, tidak etis, tidakmemadai
Diagnosis-Terapi di luarKompetensi
Pemeriksaan penunjang tidakrelevan
Tindakan tercela, intimidasi, kekarasan
Melakukan tindakan Invasif
Biaya di luar ketentuan
Surat keterangan sehat
DON’Tps 9
Perkonsil 74/2020
BS2020
Kajian Terhadap SEMENKES&PERKONSILTentangPemanfaatan TELEMEDICINEdiEraPandemi COVID-19
Prof. Dr. dr.BudiWiweko,Sp.OG(k),MPHIkatan Dokter Indonesia
Inspiring and empowering society
[email protected]@gmail.com
Tele MedicineBagaimana Ikatan Dokter Indonesia menyikapi ?
Budi Wiweko
Inspiring and empowering society
AKTIFITAS TELEMEDICINE
Foguem et al. Telematics and informatics, 2015
National Health Services, 2019
Disrupsi teknologi yang memengaruhi perilaku provider kesehatan dan masyarakat
Inspiring and empowering society
PENGEMBANGAN TELEMEDICINE
1
2
34
5
Wiweko. Telemedicine framework, 2020 (unpublished)
Inspiring and empowering society
No Topik Surat Edaran Menkes 303 / 2020
Perkonsil 74 / 2020 WHO ACOG NHS
1 Durasi Selama KKM Pandemi Covid 19Layanan tele health bagi negara berkembang
Tele konsultasi antar fasyankes
- Tele radiologi- Tele kardiologi- Tele patologi- Tele sitologi
Tele monitoring
- Tele EKG- Tele CTG- Tele
dermatologi
• Tele health: lebih luas menghubungkan diagnosis, manajemen dan edukasi masyarakat berbasis teknologi
• Virtual visit• Remote
monitoring• Mobile health
• Coding tele health
• Now GP
• Dokter disertifikasi oleh MRCGP dan NHS
• Family physician
• Membership
• Kapitasi
• Mengurangi antrian sampai 13 hari dalam sistem NHS
2 Syarat STR STR dan SIP
3 Jenis layanan Tidak tertulis Tele konsultasi
4 Fasyankes Tidak tertulis Tertulis
5 Platform Tidak ada Tidak ada
6 Jenis kasus Non gawat darurat
7 Pemeriksaan fisik Terbatas, melalui audio visual
Tidak tertulis
8 Diagnosis Menegakkan diagnosis Menegakkan diagnosis
9 Resep Boleh menuliskan Boleh menuliskan
10 Kerahasiaan data Ada
11 Rekam medik Dicatat Tercatat di fasyankes
12 Pembiayaan Imbalan (+)
Perbandingan Layanan Tele Medicine
Inspiring and empowering society
TELE HEALTH IN THE DEVELOPING WORLD
International Developing Research Center, 2009
The relationship of the major components of e-health (telemedicine and health informatics) to global e-health
Inspiring and empowering society
ACOG COMMITTEE OPINIONFebruary, 2020
Technology-enhanced health care delivery opportunities, enhance, not replace, the current standard of care.
Inspiring and empowering society
Both public and private health insurers have taken steps to increase access to telehealth services due to concern over the spread of COVID-19. Below you will find a summary of the major telehealth policy changes, as well as information on how to code and bill for the remote management of patients.
ACOG COMMITTEE OPINIONFebruary, 2020
Inspiring and empowering society
Simpulan
1. Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara independen, dan
mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.
2. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien
dalam melaksanakan upaya kesehatan.
3. Ikatan dokter Indonesia mendukung layanan tele medicine dengan fokus pada pemberdayaan pasien.
4. Tele medicine diharapkan memperkuat pelayanan kesehatan, BUKAN MENGGANTIKAN layanan standar.
5. Dalam mengakomodir perkembangan teknologi tele medicine, Ikatan Dokter Indonesia akan meng-inisiasi:
a. Pengembangan plat form tele medicine yang menjamin kerahasiaan dan pengelolaan big data
kesehatan bagi kepentingan masyarakat.
b. Penentuan jenis kasus yang dapat dilayani dengan tele medicine.
c. Pengembangan pendidikan berkelanjutan tentang profesionalisme dalam tele medicine.
d. Pengembangan electronic health record yang terkoneksi dan terintegrasi dengan plat form tele
medicine.
Studi Kasus:Implementasi &Pola Tarif Telemedicinedalam Pelayanan Kesehatan
dr.GraceF.IndradjajaIKKESINDO
IMPLEMENTASI TELE-CONSULTATIONDI SILOAM HOSPITALS
1. APPOINTMENT:
2. TELE-CONSULTATION: • Dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati (pendaftaran H-1)
• Pasien diinformasikan ID Meeting dan Password untuk konsultasi
• Dokter melakukan konsultasi dari RS dan mencatat kondisi pasien pada e-MR
• Bila perlu diberikan Surat Rujukan untuk datang ke RS, jika membutuhkan pemeriksaanpenunjang dan pemeriksaan fisik lanjutan
• Resep melalui e-Prescription, tercatat di e-MR dan langsung terkirim ke sistem Farmasi RS
• Dokter TIDAK BOLEH memberikan resep : - NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA- OBAT INJEKSI (termasuk IMUNISASI)- OBAT DENGAN SUHU PENYIMPANAN KHUSUS
• Pengantaran obat menggunakan jasa pengantaran. Kemasan obat mengikuti peraturanyang berlaku
• Farmasi memberikan edukasi obat ke pasien melalui telepon
• Resep TIDAK BOLEH DI-ITER
3. PEMBAYARAN: Pre-paid
LANGKAH TELE-CONSUTATIONDI SILOAM HOSPITALS
1. Download dan akses aplikasi AIDO HEALTH di smartphone Anda
2. Klik menu “Rawat Jalan Online”
3. Pilih rumah sakit dan dokter yang dituju
4. Pilih sesi konsultasi sesuai jadwal yang sudah tersedia
5. Lakukan pembayaran
6. Cek link atau tautan meeting dan password video call di email Anda
7. Download aplikasi ZOOM sebelum sesi konsultasi online dimulai
8. Pada jam appointment, buka link atau tautan meeting dari email
9. Sesi konsultasi dimulai
“ CLEAN and SAFE “ HOSPITAL
PENGUKURAN SUHU TERHADAP PENGUNJUNG, STAF DAN DOKTER DI PINTU MASUK LOBBY RS
MENUNJUKKAN SURAT RUJUKAN DARI DOKTERDANPENGISIAN FORMULIR SKRINING KESEHATAN
PENGGUNAAN MASKER SELAMA BERADA DI RS & JAGA JARAK DI RUANG TUNGGU
1
2
3
EDUKASI PASIEN DALAM IMPLEMENTASI TELE-CONSULTATION DI SILOAM HOSPITALS GROUP
SUMBER:PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS MASING-MASING DISIPLIN ILMU
CHALLENGES TELE-CONSULTATION
• Kedisiplinan dokter untuk datang tepat waktu
• Tuntutan pasien untuk dokter tepat waktu lebih tinggi pada tele-consultation
dibandingkan bila pasien datang konsultasi ke rawat jalan di RS
• Populasi pasien lansia yang kurang memahami teknologi informasi
• Koneksi jaringan yang tidak stabil
RUMUSAN KESIMPULAN WEBINAR KOLABORASI SESI XI
Dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pada masa covid-19, telemedicine diharapkan menjadi garda pertama dalam pemberian layanan kesehatan. Dalam hal ini kebijakan telemedicine diharapkan
dapat memberikan akses pelayanan kepada masyarakat untuk: 1) pemberian informasi dan edukasi kesehatan, 2) pemberian konsultansi online masalah
kesehatan, 3) pemeriksaan kesehatan di rumah dan pelayanan keperawatan, 4) pemeriksaan rapid test di rumah, 5) pemberian obat, dan 6) mengarahkan
rujukan ke faskes/RS. Dalam memberikan pelayanan telemedicine, seorang dokter tetap wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara
independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.
2. Dalam konteks telemedicine, Perkonsil 74/2020 menetapkan bahwa dokter memiliki kewajiban untuk melakukan anamnesis, membuat rekam medis tertulis,
memberikan diagnosis, memberikan terapi resep kecuali bagi obat psikotropika, menjaga rahasia pasien, dan mengutamakan keselamatan pasien. Disisi yang
lain, dalam konteks telemedicine, Dokter juga berhak untuk tetap mendapatkan imbalan. Namun terkait imbalan tersebut baru diatur dalam Perkonsil 74/2020
belum diatur dalam Permenkes.
3. Dalam prakteknya, Dokter yang melakukan telemedicine boleh memberikan diagnosis dan tata laksana. Tindakan yang dilakukan adalah tindakan non
emergency (elektif) namun dalam tindakan emergency atau jika dalam pemeriksaan telemedicine diperlukan tindakan emergency, pasien harus tetap dibawa ke
fasilitas kesehatan.
4. Disisi lain tetap terdapat risiko moral hazard dalam telemedicine yang tidak boleh dilakukan oleh Dokter, antara lain memberikan layanan tanpa melalui faskes;
tidak jujur, tidak etis, dan tidak memadai dalam memberikan layanan; memberikan diagnosis dan terapi di luar kompetensi; melakukan pemeriksaan penunjang
yang tidak relevan; melakukan tindakan tercela/intimidasi/kekerasan; melakukan tindakan invasif, menetapkan biaya di luar ketentuan; dan mengeluarkan
surat keterangan sehat.
5. Pelaksanaan telemedicine diharapkan memperkuat pelayanan kesehatan, bukan menggantikan layanan standar. Dalam mengakomodir perkembangan
teknologi telemedicine, harus dipastikan bahwa: 1) pengembangan platform telemedicine yang menjamin kerahasiaan dan pengelolaan big data kesehatan bagi
kepentingan masyarakat; 2) pelayanan telemedicine mengacu pada ketentuan yang jelas dan rinci atas jenis kasus yang dapat dilayani dan tidak dapat dilayani;
3) Pengembangan telemedicine berjalan secara simultan dengan pengembangan electronic health record yang terkoneksi dan terintegrasi dengan platform
telemedicine; dan 4) dilakukan pengembangan pendidikan berkelanjutan tentang profesionalisme dalam telemedicine.
6. Salah satu kendala dalam pelayanan telemedicine hadir dari Dokter dimana pelayanan telemedicine tetap menuntut Dokter tetap hadir di Rumah Sakit. Hal ini
disebabkan medical record pasien berada dan melekat di RS. kendala lainnya adalah persoalan koneksi jaringan yang tidak stabil, dan pemahaman pasien atas
teknologi informasi. Berdasarkan pengalaman RS yang telah melaksanakan telemedicine, pasien cenderung puas atas tele-konsultasi yang dilakukan karena
dapat mengatasi persoalan aksesibilitas pasien.
7. Terkait pentarifan, untuk telekonsultasi pembiayaannya dapat menyesuaikan dengan biaya rawat jalan. Namun untuk pembiayaan dan standar tarif tindakan
lainnya masih dibahas dan dikoordinasikan oleh Pemerintah untuk pengaturan diatur lanjut, termasuk dalam hal koding CBGs sehingga pada akhirnya layanan
telemedicine dapat ditanggung oleh Asuransi/BPJS Kesehatan.
8. Kejelasan identitas pasien menjadi tantangan dalam memberikan layanan telemedicine. Pada RS yang telah melaksanakan telemedicine, diperlukan waktu
termasuk untuk memastikan identitas pasien dan kesesuaian rekam medis. Pasien sulit untuk diidentifikasi jika konsultasi dilakukan hanya via chatbox (tidak
video virtual) yang tidak dapat menampilkan muka. Hal ini harus diantisipasi untuk mencegah risiko moral hazard maupun risiko keselamatan pasien.
Terima kasih.
#SERIALXII
REGULASI&TATACARAPENGAJUAN/PEMBAYARANINSENTIF&SANTUNANBAGI
PETUGASKESEHATANYGMENANGANICOVID-19
13:00–13:05 Pembukaan&PengantarOleh:DR.dr.Supriyantoro,Sp.P,MARS–KetuaUmumIndoHCF–KREKI–
IKKESINDO
13:05–13:20 RegulasitentangInsentifdanTunjanganBagiPetugasKesehatanyangMenanganiCOVID-19Oleh:Sundoyo,SH,MKM,M.Hum-KepalaBiroHukumdanOrganisasi,
KementerianKesehatanRI
13:20–13:35 TataCaraPengajuandanPembayaranInsentifPetugasKesehatanyangMenanganiCOVID-19Oleh:Prof.dr.H.AbdulKadir,PhD,SpTHT-KL(K),MARS-KepalaBadanPPSDM
Kesehatan,KementerianKesehatanRI
13:35–13:50 KebijakanPemdaDKIJakartadalamPemberianInsentif&SantunanDukaCitaUntukPetugasKesehatanyangMerawatCOVID-19Oleh:dr.Widyastuti,MKM-KepalaDinasProvinsiDKIJakarta
13:50–14:50 DiskusidanTanyaJawabModerator:AndreastaMeliala,Dr.dr.DPH.,MKes,MAS
14:50–15:00 Rangkuman&Penutup
SUSUNANACARA
Regulasi tentang Insentif dan Tunjangan BagiPetugas Kesehatan yangMenangani COVID-19
Sundoyo,SH,MKM,M.Hum
Kepala BiroHukum dan Organisasi KEMENKESRI
REGULASI TENTANG INSENTIF DAN
TUNJANGAN BAGI PETUGAS KESEHATAN
YANG MENANGANI CORONA VIRUS
DISEASE 2019 (COVID-19))
SUNDOYO, SH, MKM, M.HUM
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI
KEMENTERIAN KESEHATAN
JAKARTA, 12 MEI 2020
Menteri Keuangan
menyampaikan surat kepada
Menteri Kesehatan Nomor S-
239/MK.02/2020 hal Insentif
Bulanan dan Santunan Kematian
bagi Tenaga Kesehatan yang
Menangani Covid-19
SURAT MENTERI
KEUANGAN
KEPADA MENTERI
KESEHATAN
TINDAK LANJUT SURAT MENKEU
Kriteria Fasilitas Pelayanan
Kesehatan atau Institusi Kesehatan
yang berhak menerima insentif dan
santunan kematian
Tata cara pembayaran insentif dan
santunan kematian
Kriteria tenaga kesehatan yang
berhak menerima insentif dan
santunan kematian
JANGKA WAKTU
Terhitung mulai bulan Maret 2020
sampai dengan bulan Mei 2020 dan
dapat diperpanjang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan
SUMBER DANA
APBN,
pengalihan penggunaan
Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) dan/atau APBD
MENTERI KESEHATAN MENETAPKAN KMK NO.
HK.01.07/MENKES/278/2020 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF
DAN SANTUNAN KEMATIAN BAGI TENAGA KESEHATAN YANG
MENANGANI COVID-19
HK
.01
.07
/ME
NK
ES
/27
8/2
02
0
KE
PM
EN
KE
S
1Rumah Sakit yang khusus menangani
COVID-19
2Rumah Sakit lain milik Pemerintah Pusat
termasuk TNI/Polri dan Rumah Sakit milik
Pemerintah Daerah.
3Rumah Sakit swasta yang ditetapkan Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah
4 Puskesmas
KRITERIA FASYANKES
5Laboratorium yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan
RS
KH
US
US
RS
PEM
ERIN
TAH
LA
IN
DA
N P
EMD
A
RS
SW
AS
TA
LA
BO
RA
TO
RIU
M
PU
SK
ES
MA
S
KRITERIA
INSTITUSI
INSTITUSI YANG BERHAK MENERIMA
INSENTIF DAN SANTUNAN KEMATIAN.
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) dan
Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BBTKL-PP)
Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kabupaten/Kota
KRITERIA TENAGA KESEHATAN
LABORATORIUM
❖ Nakes yg memberikan pelayanan di
R. Isolasi Covid-19, R.
HCU/ICU/ICCU Covid-19, dan ruang
IGD Triase.
❖ Jenis dan jml nakes hrs
mempertimbangkan jml pasien
Covid-19 yg ditangani
RS LAIN MILIK PEMERINTAH PUSAT
TERMASUK TNI/POLRI, RS MILIK PEMDA,
DAN RS SWASTA YANG DITETAPKAN
PEMERINTAH PUSAT ATAU PEMDA❖ Nakes yg memberikan pelayanan di
R. Isolasi, R. HCU/ICU/ICCU, R.
Rawat inap, Instalasi Farmasi, dan
ruang lain utk pelayanan Covid-19
❖ Jenis dan jml nakes hrs mempertim
bangkan jml pasien Covid-19 yg
ditangani
.
RS yang khusus menangani
COVID-19
❖ Nakes yg melaku kan pemeriksa an thd spesimen
Covid-19.
❖ Jenis dan jml nakes hrs mempertimbangkan jml
spesimen Covid-19 yg diperiksa
LAB YG DITETAPKAN KEMENKES
KRITERIA TENAGA KESEHATAN
01
BTKLPP dan BBTKLPP
❖ Nakes yg memberikan pelayanan covid-19 a.n tenaga pemeriksa spesimen Covid-19 dan
melakukan pengamatan dan penelusuran kasus
❖ Jenis dan jml nakes hrs mempertimbang kan jml spesimen Covid-19 yg diperiksa
dan/atau jml pengamatan dan penelusuran kasus
KKP
❖ Nakes yg memberikan pelayanan covid-19 a.n tenaga yg melakukan evakuasi pasien
terduga covid-19, screening, dan melakukan pengamatan dan penelusuran kasus
❖ Jenis dan jml nakes hrs mempertimbang kan jml evakusi, screening kasus, dan/atau jml
pengamatan dan penelusuran kasus
PUSKESMAS
❖ Nakes yg memberikan pelayanan covid-19 a.n tenaga yg menangani
pasien Covid-19 dan melakukan pengamatan dan penelusuran kasus
❖ Jenis dan jml nakes hrs mempertimbangkan jml spesimen kasus dan/atau
jml pengamatan dan penelusuran kasus
. DINKES PROV. / KABUPATEN/KOTA
❖ Nakes yg memberikan pelayanan covid-19 a.n tenaga yg melakukan
pengamatan dan penelusuran kasus
❖ Jenis dan jml nakes hrs mempertim bangkan jml pengamatan dan
penelusuran kasus
.
04
03
02
BESARAN INSENTIF DAN SANTUNAN KEMATIAN
TENAGA KESEHATAN INSENTIFSANTUNAN
KEMATIAN
TENAGA
KESEHATAN
SELAIN YANG
BEKERJA DI RS
Dokter Spesialis Rp 15.000.000/OB
Rp 300.000.000 per
orang, diberikan bagi
tenaga kesehatan yang
meninggal dalam
memberikan pelayanan
kesehatan dikarenakan
paparan COVID-19
Tenaga Kesehatan di
KKP, BTKLPP dan
BBTKLPP, Dinkes Prov
dan Kab/Kota,
Puskesmas dan Lab
yang ditetapkan
Kemenkes setinggi-
tingginya sebesar Rp
5.000.000 setara
dengan besaran
insentif tenaga medis
lainnya
Dokter Umum dan
GigiRp 10.000.000/OB
Bidan dan Perawat Rp 7.500.000/OB
Tenaga Medis Lainnya Rp 5.000.000/OB
BESARAN
PEMBAYARAN INSENTIF FASYANKES MILIK PEMERINTAH PUSAT DAN INSTITUSI KESEHATAN MILIK KEMENTERIAN KESEHATAN
USULAN PIMPINAN
FASYANKES/INSTITUSI
KESEHATAN
FASYANKES
hasil verifikasi dan validasi
TIM VERIFIKATOR
KA BADAN PPSDM PPK
TENAGA KESEHATAN
INSENTIF ATAU SANTUNAN
KEMATIAN
hasil verifikasi dan validasi
transfer dana
FASYANKES
menyampaikan usulan untuk
diverifikasi
PEMBAYARAN INSENTIF FASYANKES/INSTITUSI KESEHATAN MILIK PEMDA
FASYANKES BPPSDM
TIM VER.
DAERAH
DINKES
TIM VER.
PUSAT
USULAN
USULAN
VERIFIKASI
Tim verifikasi
daerah
melakukan
verifikasi dan
validasi
KEMENKEU
PEMBAYARAN
Dirjen perimbangan
Keuangan melakukan
pencairan dana ke
rekening kas daerah.
INSTITUSI
HASIL
REKOMENDASI
REKOMENDASI
HASIL
VERIFIKASI
PEMBAYARAN
Dinkes melakukanpembayaran insentif ke rekmsg2 nakes
TataCaraPengajuan dan Pembayaran InsentifPetugas Kesehatan yangMenangani COVID-19
Prof.dr.H.AbdulKadir,PhD,SpTHT-KL(K),MARS
Kepala Badan PPSDMKesehatan KEMENKESRI
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RINo : HK.01/07/MENKES/278/2020TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN SANTUNAN KEMATIAN BAGI TENAGA KESEHATAN YANG MENANGANI COVID-19
Badan PPSDM Kesehatan – Kemenkes RI
Jakarta, 1 Mei 2020
Keppres No. 12/2020 tentang tentang Penetapan Bencana Nonalam PenyebaranCorona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional
Latar Belakang
WHO telah menetapkan Covid-19 sebagai Pandemi Global
LATAR BELAKANG
Tenaga kesehatan merupakan garda terdepan dalam penanganan dan penanggulangan COVID-19 guna memutus mata rantai penularan, dan sangat berisiko terpapar COVID-19
Keppres No. 11/2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19 telah menyatakan COVID-19 sebagai jenis penyakit yang menimbulkankedaruratan kesehatan masyarakat dan menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Perlu penghargaan dan apresiasi dlm bentuk finansial berupa insentif dan santunan kematian
Ruang Lingkup dan Tujuan
a. Kriteria fasilitas pelayanan kesehatan
atau institusi Kesehatan yang berhak
menerima insentif dan santunan kematian.
b. Kriteria tenaga kesehatan yang berhak
menerima insentif dan santunan kematian.
c. Tata cara pembayaran insentif dan
santunan kematian, mulai dari proses
pengusulan, verifikasi hingga pencairan
insentif dan santunan kematian.
Sebagai acuan bagi pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan dan pimpinan
institusi kesehatan terkait dalam
memberikan insentif dan santunan
kematian bagi tenaga kesehatan yang
menangani COVID-19
Ruang Lingkup Tujuan
Sasaran Pedoman
Sasaran pemberian insentif dan santunan kematian adalah tenaga
kesehatan baik Aparatur Sipil Negara, NonAparatur Sipil Negara,
maupun relawan yang menangani COVID-19 dan ditetapkan oleh
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau
pimpinan institusi kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan RINomor: HK.01/07/MENKES/278/2020
Insentif dan santunan kematian bagitenaga kesehatan yang menanganiCOVID-19 diberikan terhitung mulaiMaret 2020 s/d Mei 2020, dan dapatdiperpanjang sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan
Pedoman dalam pemberian insentifdan santunan kematian bagi tenagakesehatan yang menangani COVID-19tercantum dalam lampiran yangmerupakan bagian yang tidakterpisahkan dari Keputusan Menteri ini
Pemberian Insentif dan Santunan Kematian BagiTenaga Kesehatan yang Menangani COVID-19
ditetapkan pada tanggal 27 April 2020
2KRITERIA
q Kriteria Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Institusi Kesehatan
q Kriteria Tenaga Kesehatan PenerimaInsentif dan Santunan Kematian
Kriteria Fasyankes dan Institusi Kesehatan
RUMAH SAKIT1. RS yang Khusus Menangani COVID-19
seperti RSPI Prof. dr. Sulianti Saroso, RSUP Persahabatan, RS Wisma Atlet, dan RS Khusus Infeksi COVID-19 Pulau Galang• Area Kerja : Ruang Isolasi COVID-19,
Ruang HCU/ICU/ICCU COVID-19, RuangIGD, Ruang Rawat Inap, Instalasi Farmasi, dan Ruang Lain yang digunakan untukpelayanan COVID-19.
2. RS milik Pemerintah Pusat termasuk RSmilik TNI/POLRI atau Pemerintah Daerah, serta rumah sakit milik swasta yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat atau Pemda• Area Kerja : Ruang Isolasi COVID-19,
Ruang HCU/ICU/ICCU COVID-19 danRuang IGD Triase
01 KKP
Kantor Kesehatan Pelabuhan(KKP) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat yang melakukan evakuasi pasienterduga COVID-19, melakukanscreening, serta melakukanpengamatan dan penelusurankasus COVID-19 di lapangan
02 BTKL / BBTKL-PP• Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan (BTKL) dan BalaiBesar Teknik Kesehatan Lingkungan dan PengendalianPenyakit (BBTKL-PP)
• BTKL/ BBTKL-PP yang melakukanpemeriksan spesimen dan pengamatan dan penelusurankasus COVID-19 di lapangan
03
I
Kriteria Fasyankes dan Institusi Kesehatan
DINAS KESEHATAN
• Dinas Kesehatan Provinsidan Dinas KesehatanKabupaten / Kota
• Dinas Kesehatan yang melakukan pengamatandan penelusuran kasusCOVID-19 di lapangan
04 PUSKESMAS
Pusat Kesehatan Masyarakat yang menangani pasienserta melakukanpengamatan dan penelusuran kasus COVID-19 di lapangan
05 LAB KES
Laboratorium yang telahditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yang melakukanpemeriksaan spesimenCOVID-19
06
II
Kriteria Tenaga Kesehatan
Dokter spesialis, dokter, dokter gigi, bidan, perawat, dan tenaga medis lainnyayang terlibat langsungdalam menangani pasienCOVID-19 pada Fasyankesatau Institusi Kesehatan
Jenis ProfesiTenaga Kesehatan
• Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan di Ruang IsolasiCOVID-19 termasuk HCU/ ICU/ ICCU COVID-19, IGD dan ruanglain yang digunakan untuk pelayanan COVID-19.
• Jenis dan jumlah nakes yang bekerja di RSPI Prof. dr. Sulianti Saroso&RSUP Persahabatan ditetapkan melalui SK Pimpinan RS yang diterbitkan tiap bulan
• Jenis dan jumlah nakes yang bekerja di RS Wisma Atlet dan RS Khusus Infeksi COVID-19 Pulau Galang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
• Jenis dan jumlah nakes yang bekerja di RS Rujukan COVID-19 lainnya ditetapkan melalui SK Pimpinan RS.
• Sesuai dengan beban kerja dengan mempertimbangkan jumlahkasus COVID-19 yang ditangani.
Tenaga Kesehatan di RS
1
Kriteria Tenaga Kesehatan
Jenis dan jumlah tenagakesehatan yang ditetapkan harusmempertimbangkanjumlah spesimenCOVID-19 yang diperiksa
Tenaga Kesehatandi Laboratorium
Jenis dan jumlah tenagakesehatan yang ditetapkan harusmempertimbangkanjumlah spesimen yang diperiksa dan/ataujumlah pengamatandan penelusuran kasusCOVID-19 di lapangan
Tenaga Kesehatandi BBTKL
Jenis dan jumlahtenaga kesehatan yanhditetapkan harusmempertimbangkanjumlah evakuasi pasienterduga COVID-19,jumlah screening kasus, dan/atau jumlahpengamatan danpenelusuran kasusCOVID-19 di lapangan
Tenaga Kesehatandi KKP
Jenis dan jumlah tenagaKesehatan yang ditetapkan harusmempertimbangkanjumlah pengamatandan penelusuran kasusCOVID-19 di lapangan
Tenaga Kesehatandi Puskesmas
2
Insentif Tenaga Kesehatan
BESARAN INSENTIF SETINGGI-TINGGINYA
a. Dokter spesialis Rp15.000.000,00/OBb. Dokter Umum/Dokter Gigi Rp10.000.000,00/OBc. Perawat dan Bidan Rp 7.500.000,00/OBd. Tenaga Medis Lainnya Rp 5.000.000,00/OB
Insentif untuk tenaga kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungandan Pengendalian Penyakit (BBTKL-PP), Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Puskesmas dan Laboratorium yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan setinggi-setingginya sebesarRp5.000.000,00 (lima juta rupiah) setara dengan besaran insentif tenaga medis lainnya
Prosedur Pengusulan InsentifFasyankes dan Institusi Kesehatan Milik Pemerintah Pusat dan Daerah
Ditujukan ke e-mail: [email protected] [email protected] dalam format *pdf
No Lampiran PusatDaerah
Provinsi Kab/Kota *
1 Surat tugas dr pimpinan disertai nominal yang diusulkan Ö Ö Ö
2 Hasil verifikasi tingkat fasyankes atau institusi kesehatan Ö Ö Ö
3 Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT) Ö Ö Ö
4 Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari pimpinan fasilitas pelayanan kesehatanatau institusi kesehatan/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Ö Ö Ö
5 SK Tim Verifikator yang ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau institusikesehatan
Ö Ö Ö
6 Nomor rekening fasilitas pelayanan kesehatan atau institusi kesehatan pada Bank Pemerintahdan alamat e-mail resmi fasilitas pelayanan kesehatan atau institusi kesehatan
Ö
* Usulan pembayaran insentif tenaga kesehatan yang bertugas pada Dinkes Kab/Kota diverifikasi oleh Dinkes Provinsi sebelumdisampaikan kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan
Verifikasi Usulan Pembayaran Insentif
Periode Pembayaran InsentifUsulan pembayaran insentif diterima oleh Tim Verifikator Pusat sebelum tanggal 10 setiap bulannya. Ketentuan ini tidak berlaku bagi pelaksanaan pembayaran insentif tenaga kesehatan sebelum pedoman iniditetapkan
Petugas verifikasi usulan pembayaran insentif meliputi Tim Verifikator Pusat dan Tim Verifikator Daerah. Tim Verifikator Pusat merupakan Tim Verifikasi Kementerian Kesehatan yang ditetapkan oleh SekretarisJenderal Kemenkes RI, paling sedikit terdiri atas:
Dalam melaksanakan tugasnya Tim Verifikator Pusat menggunakan instrumen verifikasisesuai dengan Format 1 yang terlampir pada Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan ini
1. Sekretariat Jenderal; 2. Ditjen Yankes; 3. Ditjen Kesmas;
4. Ditjen P2P; 5. Badan PPSDM Kesehatan; 6. Badan Litbangkes.
Tim Verifikator Daerah
Satuan PengawasInternal (SPI)
1 2 3
Unsur pelayanan di fasilitaspelayanan kesehatan atau
institusi kesehatan
Unsur manajemen fasilitaspelayanan kesehatan atau
institusi kesehatan
Dalam melaksanakan tugasnya Tim Verifikator Daerah menggunakan instrumen verifikasi sesuai dengan Format 2 atau Format 3, yang terlampir pada Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan ini.
Inspektorat/Lembaga Pengawasan Daerah melakukan pendampingan dalam proses pengusulan sampai denganpencairan insentif bagi tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan milik Pemda dan institusi kesehatan
milik pemerintah daerah dalam penanganan COVID-19.
1. Membuat SK tentang Penetapan Dokter dan Tenaga Kesehatan Yang Menangani/MemeriksaSpesimen Pasien Covid 19 di RS/Dinkes/dsb….untuk Bulan Maret Berisi :
2. Membuat SK Tim Verifikator yang bekerja selama 3 (tiga) Bulan April, Mei dan Juni : 1 orangdari SPI, 1 orang dari Layanan dan 1 orang dari Manajemen
3. Membuat SPMT dari Pimpinan Satker
4. Membuat SPTJM di tanda tangan oleh Pimpinan Satker
5. Pimpinan Satker membuat surat usulan sesuai pedoman dengan melampirkan pedoman yang diminta dlm pedoman yang sebelumnya sdh diverifikasi dan divalidasi oleh Tim Verifikator Satker
NO Nama NIP JenisNakes Nominal No Rek
Jumlah Usulan Insentif Rp………….
Persiapan Satuan Kerja
Prosedur Pembayaran Insentif Untuk Satuan Kerja (Satker) Pusat(Fasyankes dan Institusi Kesehatan Milik Pemerintah Pusat termasukUPT Kemenkes)
Tim Verifikator Pusat mengajukandokumen hasil verifikasi dan validasi melalui Ka. BPPSDMK
kepada PejabatPembuat Komitmen (PPK) yang
sesuai dengan persyaratan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melakukan transfer dana
sesuai usulan kepada masing-masingfasilitas pelayanan kesehatan atau
institusi kesehatan melalui RekeningPenampungan yang
diusulkan oleh fasilitas pelayanankesehatan atau pimpinan institusi
kesehatan (Bank Pemerintah)
Fasilitas pelayanan kesehatanatau institusi kesehatan
mendistribusikan insentif kerekening masing-masing
individu
01 02 03
Prosedur Pembayaran Insentif Untuk Satuan Kerja (Satker) Daerah (Fasyankes dan Institusi Kesehatan Milik Pemerintah Daerah)
01 02 03
Tim Verifikator Pusatmenyampaikan rekomendasi atau
hasil verifikasi kepada ka BPPSDMK untuk kemudian menyerahkan hasilverifikasi dan validasi kepada Dinkes
Provinsi dan Kab/Kota, baik yang sesuai dengan persyaratan maupun
yang belum sesuai denganpersyaratan
Tim Verifikator Pusat menyampaikanrekomendasi atau hasil verifikasi
kepada ka BPPSDMK yang kemudianrekomendasi atau hasil verifikasi
disampaikan kepada Kementerian Keuangan c.q Direktur JenderalPerimbangan Keuangan untukpencairan dana insentif tenaga
kesehatan ke rekening kas daerah
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/ Kota melakukan pembayaraninsentif ke rekening masing-
masing tenaga kesehatan sesuaiusulan atau rekomendasi tim
verifikator pusat sesuai denganketentuan peraturan perundang-
undangan
Santunan Kematian
• Besaran santunan kematiansebesar Rp300.000.000 (tigaratus juta rupiah) diberikankepada tenaga kesehatan yang meninggal dalam memberikanpelayanan kesehatandikarenakan paparan COVID-19 saat bertugas.
• Mekanisme pembayaransantunan kematian samadengan mekanismepembayaran insentif, dimulaidari proses usulanpembayaran, verifikasi usulan, dan pembayaran santunan.
Dokumen yang dibutuhkan :1. SK/ Surat Tugas yang menyatakan tenaga kesehatan yang wafat
merupakan tenaga kesehatan yang memberikan pelayananCOVID-19;
2. Hasil laboratorium atau rapid test yang menyatakan bahwayang bersangkutan positif COVID-19;
3. Surat keterangan kematian dari pihak yang berwenang; 4. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) tenaga kesehatan dan
ahli waris serta Kartu Keluarga (KK); 5. Surat keterangan ahli waris dari lurah/kepala desa;6. Fotokopi buku rekening bank ahli waris; 7. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang dibuat
oleh pimpinan fasilitas pelayanan Kesehatan atau pimpinaninstitusi kesehatan dengan dibubuhi materai 6000;
8. Surat usulan dari pimpinan fasilitas pelayanan Kesehatan ataupimpinan institusi kesehatan ke verifikator secara berjenjang. Tim verifikator pusat menyampaikan hasil verifikasi kepadaKepala Badan PPSDM Kesehatan.
NoS Tempat Tidur
Ruang Isolasi/ HCU/ ICU
S DokterSpesialis S Dokter S Perawat/ Bidan S Tenaga Kesehatan
Lainnya
1 0 - 10 1 - 5 1 - 5 30 - 40
Analis Lab, Radiografer, Farmasi, Elektro Medis , Dll :Sesuai kebutuhan
2 11 - 20 6 - 10 6 - 10 41 - 60
3 21 - 30 11 - 15 11 - 15 61 - 90
4 31 - 40 16 - 20 16 - 20 91 - 120
5 41 - 50 21 - 25 21 - 25 121 - 150
6 51 - 100 26 - 50 26 - 50 151 - 300
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Rujukan Covid-19 Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur
Jenis dan Jumlah tenaga di IGD/ triage disesuaikan dengan kebutuhan
NoS Tempat Tidur Ruang
Isolasi/ HCU/ ICU/ Rawat Inap
S DokterSpesialis S Dokter S Perawat/ Bidan S Tenaga Kesehatan
Lainnya
1 0 - 10 1 - 5 1 - 5 30 - 40
Analis Lab, Radiografer, Farmasi, Elektro Medis , Dll :Sesuai kebutuhan
2 11 - 20 6 - 10 6 - 10 41 - 60
3 21 - 30 11 - 15 11 - 15 61 - 90
4 31 - 40 16 - 20 16 - 20 91 - 120
5 41 - 50 21 - 25 21 - 25 121 - 150
6 51 - 100 26 - 50 26 - 50 151 - 300
7 101 - 1000 51 - 150 51 - 150 301 - 2000
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Khusus Covid-19 Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur
Jenis dan Jumlah tenaga di IGD dan ruangan lain, disesuaikan dengan kebutuhan
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi danKabupaten/Kota
Kategori Jumlah Kasus ODP dan PDPS Tenaga Surveilans dan Nakes Lainnya
Kab/ Kota Provinsi
Kategori 1 < 500 4 – 6 4 – 6
Kategori 2 500 - 1000 7 – 10 7 – 10
Kategori 3 > 1000 11 - 20 11 - 20
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Kategori Jumlah Kasus ODP, PDP, Screening JumlahNakes
Kategori 1<100
4 - 6
Kategori 2100 - 200
7 – 10
Kategori 3>200
10 - 20
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
No Jumlah Kasus S Nakes
1 KKP Kelas I 21 – 30
2 KKP Kelas II 15 - 20
3 KKP Kelas III 10 – 15
Keterangan :Jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan di KKP merujuk kepada jumlah kasus yang meliputi :1. Evakuasi pasien terduga Covid-192. Pengamatan langsung penumpang pesawat/kapal (screening)3. Pengamatan dan penelusuran kasus di lapangan
No Jumlah Pemeriksaan Spesimen Dokter, Ahli Biomedis, ATLM, Nakes Lainnya
1 < 50 1 – 5
2 50 - 100 6 – 10
3 101 - 150 11 – 20
4 151 - 200 21 – 40
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Laboratorium
Keterangan :Jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan di Laboratorium merujuk kepada jumlah spesimen yang diperiksa
No Jumlah Kasus ATLM, Tenaga Surveilance, dan Nakes Lainnya
1 <25 1 – 5
2 25 – 50 6 – 10
3 > 50 11 – 15
Kebutuhan Tenaga Kesehatan di BTKL/ BBTKL-PP
Keterangan :Jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan di BTKL / BBTKL-PP merujuk kepada jumlah kasusyang meliputi :1. Pemeriksaan spesimen2. Pengamatan dan penelusuran kasus di lapangan
Implementasi memerlukan peranserta, kerjasama, dan komitmendari semua pihak terkait mulai dariPemerintah Pusat, Pemda di seluruhtingkatan administrasi, pihak swasta, dan seluruh elemen masyarakat di wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia
Insentif dan santunan kematian bagitenaga kesehatan dalampenanganan COVID-19 ini dapattersalurkan dengan tepat sasaransesuai dengan ketentuan peraturanperundang-perundangan
Pemberian insentif dan santunankematian bagi tenaga kesehatan
yang menangani COVID-19 merupakan bentuk apresiasi dan
keberpihakan Pemerintah terhadaptenaga kesehatan guna memenuhi
asas keadilan
Pedoman diharapkan dapatmendukung upaya penanganan
COVID-19 di Indonesia sertamampu meningkatkan motivasi
bagi tenaga kesehatan dalammemberikan pelayanan terbaik
Penutup
Ingat !!!
Menyenangkan banyak orang adalah baik …..tetapi lebih baiklagi kalau para pengambil keputusan selamat
Kebijakan Pemda DKIJakartadalam PemberianInsentif &Santunan Duka Cita Untuk Petugas
Kesehatan yangMerawat COVID-19
dr.Widyastuti,MKM
Kepala Dinas Provinsi DKIJakarta
Johny Doe
Kebijakan Pemerintah Daerah DKI JakartaDalam Pemberian Insentif & Santunan Duka Cita
Untuk Petugas Kesehatan yang Merawat COVID-19Disampaikan oleh:Dra. Khafifah Any, Apt., MARS.Wakil Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Start22
JAN
UARI
2020
SE Kadinkes DKI No. 18/SE/2020 tentangKewaspadaan terhadapPneumonia Novel Coronavirus (nCOV)
25 F
EBRU
ARI2
020
4 M
ARET
2020
17 M
ARET
2020
18-1
9 M
ARET
2020
Ingub No. 16/2020 tentangPeningkatan Kewaspadaanterhadap Risiko PenularanInfeksi Corona Virus Disease (COVID-19)
Mulai penyusunan RAB Khusus untuk Pembiayaan Tanggap COVID-19
Pergub No. 23/2020 tentangPemberian Insentif kepadaTenaga Kesehatan dan Tenaga Penunjang Kesehatan dalamPenanggulangan BencanaWabah COVID-19
Input rincian Anggaran pengalihan BTT pada BL SKPD/UKPD
20 M
ARET
2020
• Cetak & Pengesahan DPPA (Penebalan)
• Kepgub No. 337/2020 tentangPenetapan Status TanggapDarurat Bencana Wabah COVID-19 di Wilayah Provinsi DKI Jakarta
• SE Sekda No. 22/SE/2020 tentang Tata Cara Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, dan Pertanggungjawaban Belanja Tidak Terduga untuk Mendanai Kebutuhan Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019Rp 215.000/orang/hari
11 MEI 2020
24 M
ARET
2020
Surat Menkeu KepadaMenkes tentang InsentifBulanan dan SantunanKematian bagi Tenaga Kesehatan yang MenanganiCOVID-19
27 A
PRIL
2020 Kepmenkes No.
HK.01.07/MENKES/278/2020 tentang Pemberian Insentifdan Santunan Kematian BagiTenaga Kesehatan yang Menangani Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
RKBBTT
2 AP
RIL
2020
RKBBTT
9 AP
RIL
2020
RKBBTT
13 A
PRIL
2020
RKBBTT
14 A
PRIL
2020
RKBBTT
20 A
PRIL
2020
RKBBTT
6 M
EI20
20
Pengajuan Kepada Gubernurterkait Usulan Insentif SDM Dinas Kesehtan dan JajaranDalam Rangka Percepatan
Penanganan COVID-19 (yang tidak termasuk kriteria
Kepmenkes No. HK.01.07/MENKES/278/2020)
16 A
PRIL
2020 Permenkeu
No.35/2020 tentangPengelolaanTransfer Ke Daerah dan Dana Desa TA 2020 Dalam RangkaPenangananPandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan-atau MenghadapiAncaman yang MembahayakanPerekonomianNasional
13 A
PRIL
2020 Pengumuman
Sekda DKI No. 7/2020 tentangRekrutmenRelawan Tenaga Kesehatan, Tenaga PenunjangKesehatan, dan Tenaga PenunjangLainnya DalamRangkaPenangananCOVID-19
Relawan tenagaKesehatan mulaibekerja
1 M
EI20
20
PengalihanPembiayaan relawan dariDinkes ke BKD dengan format Pembiayaan menyesuaikanKepmenkes
Insentif:dr. Spmaks. Rp 15 jt/OBdr./drg. maks. Rp 10 jt/OBBidan/Perawatmaks. Rp 7,5jt/OBTenaga Medis Lain maks. Rp 7,5jt/OB
Santunan Kematian:Rp 300jt/orang
TujuanUntuk meninkatkan kinerja pelayanan
Kriteria• Relawan (Non-ASN DKI Jakarta) di Fasyankes Milik
Permprov DKI Jakarta• ASN DKI Jakarta pada Fasyankes milik Pemprov DKI
Jakarta selain yang ditetapkan SK Menkes dan SK Gub• ASN DKI Jakarta pada Fasyankes milik Pemprov DKI
Jakarta yang ditetapkan SK Menkes dan SK Gub tetapi di luar kriteria ketenagaan yang diatur dalam KepmenkesNo. HK.01.07/MENKES/278/2020
FormulaNilai maksimal mengacu pada Kepmenkes
No. HK.01.07/MENKES/278/2020
Target Penerima• Tenaga Kesehatan• Tenaga Penunjang Kesehatan• Tenaga Penunjang Lainnya
KERANGKA KONSEPUSULAN INSENTIF SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)DINAS KESEHATAN & JAJARANDALAM RANGKA PERCEPATAN PENANGANAN COVID-19
KeringananPBB
BeasiswaPendidikan Bagi Anak
Bekerja Pada Fasyankes Non-Pemprov DKI Jakarta
Pembiayaan MelaluiMekanisme APBNSesusai Kepmenkes
No. HK.01.07 /MENKES/278/2020
Bekerja Pada FasyankesPemprov DKI Jakarta
Pembiayaan MelaluiMekanisme APBD
KERANGKA KONSEPPENGHARGAAN TERHADAP
TENAGA KESEHATANYANG GUGUR DALAM TUGAS
Terima Kasih
Seksi Perencanaan Anggaran dan PembiayaanBidang Perencanaan, Pengendalian, dan InfomrasiDinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
RUMUSAN KESIMPULAN WEBINAR KOLABORASI SESI XII
Dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Sasaran pemberian insentif dan santunan kematian adalah tenaga kesehatan baik Aparatur Sipil Negara, NonAparatur Sipil Negara, maupun relawan yang
menangani COVID-19 dan ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau pimpinan institusi kesehatan
2. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan telah ditetapkan kriteria tenaga kesehatan yang mendapat insentif antara lain Tenaga Kesehatan yang bekerja di RS yang
khusus menangani covid-19; RS lain milik pemerintah pusat, pemda, dan swasta yang ditetapkan oleh pemerintah pusat atau pemda; laboratorium yang
ditetapkan Kemenkes; BTKLPP dan BBTKLPP, KKP, Puskesmas, dan Dinkes Prov/Kab/Kota. Tenaga kesehatan dimaksud merujuk pada tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan covid-19 dengan mempertimbangkan jumlah pasien/spesimen/kasus yang ditangani.
3. Besaran insentif beragam dengan besaran yang berbeda antara Dokter Spesialis, Dokter Umum/Dr Gigi, Bidan dan Perawat, serta Tenaga Medis lainnya.Insentif
juga diberikan kepada tenaga kesehatan yang selain bekerja di RS, khususnya yang bekerja di KKP, BTKLPP/BBTKLPP, Dinkes, Puskesmas dan Laboratorium yang
ditetapkan Kemenkes dengan besaran yang setara dengan insentif tenaga medis lainnya. Selain itu diberikan pula insentif berupa santunan kematian bagi
Nakes yang meninggal karena paparan covid-19 dalam memberikan pelayanan kesehatan.
4. Usulan pembayaran insentif diterima oleh Tim Verifikator Pusat sebelum tanggal 10 setiap bulannya. Tim Verifikator Pusat merupakan Tim Verifikasi
Kementerian Kesehatan yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal Kemenkes RI.
5. Untuk pembayaran insentif faskes milik pusat/ institusi milik Kemenkes, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan pimpinan institusi kesehatan mengusulkan
pembayaran insentif kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan. Kepala Badan PPSDM Kesehatan menyampaikan usulan pembayaran insentif kepada Tim
Verifikator untuk diverifikasi. Transfer dana sesuai usulan kepada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan atau institusi kesehatan dilakukan melalui
Rekening Penampungan yang diusulkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan atau pimpinan institusi kesehatan (Bank Pemerintah). Fasilitas pelayanan kesehatan
atau institusi kesehatan mendistribusikan insentif ke rekening masing-masing individu.
6. Untuk institusi/faskes milik pemda, Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau pimpinan institusi kesehatan tingkat provinsi mengusulkan pembayaran
insentif kepada kepala dinas kesehatan provinsi. Selanjutnya kepala dinas kesehatan provinsi mengusulkan pembayaran insentif kepada Kepala Badan PPSDM
Kesehatan. Khusus usulan pembayaran insentif tenaga kesehatan yang bertugas pada dinas kesehatan kabupaten/kota diverifikasi oleh dinas kesehatan
provinsi sebelum disampaikan ke Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan. Kepala Badan PPSDM Kesehatan menyampaikan usulan
pembayaran insentif kepada Tim Verifikator untuk diverifikasi. Pencairan dana insentif tenaga kesehatan langsung dilakukan ke rekening kas daerah. Dinkes
Prov/Kab/Kota kemudian melakukan pembayaran insentif ke rekening masing-masing tenaga kesehatan sesuai usulan atau rekomendasi tim verifikator pusat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Besaran insentif yang bervariasi dapat menimbulkan potensi perbedaan pemahaman/konflik yang dapat mengganggu soliditas tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan/melaksanakan tugasnya. Hal ini perlu dipahami dan dipertimbangkan dalam implementasi kebijakan pemberian insentif. Dengan tetap
mempertimbangkan kompetensi, maka prinsip keseimbangan/kesetaraan dan kebersamaan/teamwork dalam pelaksanaan penanganan covid-19 juga harus
dipertimbangkan secara matang.
Terima kasih.
#SERIALXIII
DIAGNOSIS&PENATALAKSANAANCOVID-19– TERKINI
13:00–13:05 Pembukaan&PengantarOleh:DR.dr.Supriyantoro,Sp.P,MARS–KetuaUmumIndoHCF–KREKI–
IKKESINDO
13:05–13:25 Diagnosis&PenatalaksanaanCOVID-19diRawatJalan,IGD&RawatInapOleh:DR.Dr.SoedarsonoSp.P(K)-KetuadivisiInfeksiDepartemenPulmonologi
danKedokteranRespirasiFKUnair-RSUDDr.Soetomo
13:25–13:45 Diagnosis&PenatalaksanaanCOVID-19diRuangIntensifOleh:dr.Prasenohadi,PhD,SpP(K),KIC-KepalaRespiratoryICU(RICU)RSUPPersahabatan
13:45–14:50 DiskusidanTanyaJawabModerator:dr.MohammadSyahrilMansyur,Sp.P,MPH
14:50–15:00 Rangkuman&Penutup
SUSUNANACARA
Diagnosis&Penatalaksanaan COVID-19diRawatJalan,IGD&Rawat Inap
DR.Dr.Soedarsono Sp.P (K)Ketua divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUnair- RSUDDr.Soetomo
Tatalaksana COVID-19:Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap
SoedarsonoDepartemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
FK Unair -Ketua Pinere RSUD Dr. Soetomo
Pendahuluan• Coronavirus disease 2019 (COVID-19)• penyakit infeksi yang disebabkan oleh severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS CoV-2) • Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China.1,2,3
• WHO per 11 maret 2020 menyatakan sebagai pandemik global 4
1. http://www.who.int/csr/don/12-january-2020-novel-coronavirus-china/en/2. Huang et al. Lancet. 2020. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30183-5.3. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technical-guidance/naming-the-coronavirus-disease-
(covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it4. World Health Organization Director-General's opening remarks at the media briefing on COVID19 -March 2020.
International Pulmonologist’s Consensus on COVID-19: 2nd Edition. Published on 22nd April 2020
Ultrastructure Sars Cov-2
Transmission of Coronavirus
PDPI. Pneumonia COVID-19. 2020
The main transmission route is thought to be respiratory droplets
DROPLET/PERCIKAN YANG KELUAR SAAT BATUK DAN BERSIN
LANGSUNG- Percikan langsung- Jarak 1-2 meter dari
orang yangbatuk/bersin tanpaditutup
TIDAK LANGSUNG- Droplet tumpah ke
permukaan benda- Kemudian kita menyentuh
dengan tangan, tangan menyentuh wajah (mata, hidung, mulut) tanpa cuci tangan.
Penularan lewat droplet
Droplet Nuclei vs Respiratory DropletsDroplet Nuclei Transmission (Airborne Infection)
Respiratory Droplet Transmission (An Extension of Direct Contact)
1-5 φm diameter particles (dried residua of larger particles)
> 100 φm diameter particles
Remain suspended indefinitely Settle out within 1 m of the source
Alveolar deposition Upper airway deposition
Contain few microbes Contain many microbes
UVGI susceptible in air UVGI resistant on surfaces
Examples: Tuberculosis, measles Examples: staphylococcus, respiratory syncytial virus
(UVGI: ultraviolet germicidal irradiation)
dipengaruhi olehsuhu:suhu lingkungan yang lebih rendah mendukung persistensi/ ketahanan virus pada permukaan
Life Cycle of Coronavirus (SARS)
PDPI. Pneumonia COVID-19. 2020Lancet Respir Med 2020. https://doi.org/10.1016/PII
• Human pathogenic coronaviruses, SARS-CoV and SARS-CoV-2 bind to their target cells through angiotensin-converting enzyme-2 (ACE-2)
– ACE-2 found in the lower respiratory tract of humans, has been identified as the receptor used for cell entry for both SARS-CoV and SARS-CoV-2
Fase Perkembangan Penyakit• Fase Infeksi Awal
– menyebabkan gejala lokal seperti iritasi tenggorokan & batuk kering dan gejala konstitusional seperti demam, myalgia dan sakit kepala.
• Fase Paru– virus masuk ke parenkim paru dan mulai berkembang biak. – terjadi vasodilatasi, peningkatan permeabilitas endotel dan
pengerahan leukosit yang menyebabkan kerusakan paru lebihlanjut, dan hipoksemia
• Fase Hiperinflamasi Berat– Respon inflamasi terus menguat dan menyebabkan inflamasi
sistemik, sering disebut sebagai badai sitokin, terjadi injury organ lebih jauh.
International Pulmonologist’s Consensus on COVID-19: 2nd Edition. Published on 22nd April 2020
Definisi Kasus COVID-19 berdasarkan Beratnya Kasus1
1. Tanpa gejala2. Ringan/ tanpa komplikasi3. Sedang/ moderat4. Berat/ pneumonia berat5. Kritis
Protokol Tatalaksana COVID-19. 2020. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.
Definisi Kasus COVID-19 berdasarkanBeratnya Kasus2
1. Tanpa gejalaPasien tidak ditemukan gejala
2. Ringan/ tanpa komplikasiPasien dengan infeksi saluran napas oleh virus dengan gejala tidakspesifik seperti demam, lemah, batuk (dengan atau tanpa produksi sputum),anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit tenggorokan, sesak, kongesti hidung, sakit kepala. Meskipun jarang, pasien dapatdengan keluhan diare, mual atau muntah.
Pasien usia tua dan immunocompromised à gejala atipikal.
Protokol Tatalaksana COVID-19. 2020. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.
Definisi Kasus COVID-19 berdasarkan Beratnya Kasus3
3. Sedang/ moderatPasien remaja/dewasa dengan pneumonia tetapi tidak menunjukan sebagai pneumonia berat
- tidak membutuhkan suplementasi oksigen
Pada Anak-anak dengan pneumonia tidak berat dengan keluhan batuk atau sulit bernapasdisertai napas cepat.
Protokol Tatalaksana COVID-19. 2020. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.
Definisi Kasus COVID-19 berdasarkanBeratnya Kasus4
4. Berat/ pneumonia beratPasien remaja /dewasa dengan demam atau dgejala ISPA , ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen(SpO2) <93% pada udara kamar atau rasio PaO2/FiO2 < 300.
pada anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya satudari berikut ini:
• sianosis sentral atau SpO2 <90%;• distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada yang berat);• tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi atau
penurunan kesadaran, atau kejang• Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea :<2 bulan,
≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit;>5 tahun, ≥30x/menit.
Protokol Tatalaksana COVID-19. 2020. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.
Kriteria Definisi Pneumonia Berat
Jika terdapat salah satu kriteria mayor atau ≥ 3 kriteria minor
Kriteria
minor
Frekuensi napas ≥ 30x/menit
Rasio Pa02/FiO2 ≤ 250
Infiltrat multilobular
Penurunan kesadaran
Uremia (BUN) ≥ 20 mg/dL
Leukopenia (<4000 cell/mikrol)
Trombositopenia (<100.000/microliter)
Hipotermia (<360C)
Hipotensi perlu resusitasi cairan agresif
Kriteria
mayor
Syok septik membutuhkan vasopressor
Gagal napas membutuhkan ventilasi mekanik
IDSA/ATS
Definisi Kasus COVID-19 berdasarkanBeratnya Kasus5
5. KritisPasien dengan gagal napas, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), syok sepsis dan/ataumultiple organ failure.
Protokol Tatalaksana COVID-19. 2020. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.
Dasar untuk Menentukan Rawat Jalan dan Perawatan Jarak Jauh
• Manajemen rawat jalan dapat dilakukan untuk sebagian besar pasien COVID-19:– Pada 80% pasien, penyakitnya ringan dan tidak memerlukan intervensi
medis atau rawat inap– Manajemen jarak jauh (telehealth) lebih disukai untuk sebagian besar
pasien karena alasan berikut:• Tidak perlu mengunjungi fasyankes langsung sehingga mengurangi
beban (dengan banyaknya pasien di fasyankes), termasuk mengurangi beban sumber daya yang terbatas khususnya alat pelindung diri (APD).
• Kunjungan ke fasyankes secara langsung mengharuskan pasien untuk bepergian melalui transportasi umum, pribadi, atau darurat dan berpotensi menularkan SARS-CoV-2 kepada orang lain. Selain itu, setibanya di fasyankes, pasien dapat menularkan SARS-CoV-2 kepasien lain dan petugas kesehatan.
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan
(The Continuum of Care Program) (1)
• Alat untuk penilaian diri (self-assessment tools)• Triase telfon awal (initial telephone triage)• Uji COVID-19• Penilaian risiko keparahan penyakit, durasi gejala,
faktor lingkungan dan tempat tinggal
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (1)
• Alat untuk penilaian diri (self-assessment tools):– Materi edukasi dan penilaian diri untuk pasien secara online
(oleh lembaga medis dan lembaga kesehatan pemerintah) dapat memandu pasien melalui pertanyaan dan menyarankan kapan harus mencari perawatan medis; dengan mengikuti panduan ini,• pasien dengan penyakit ringan mungkin dapat pulih di rumah sendiri
tanpa perlu melakukan kontak langsung dengan penyedia layanan kesehatan.
– Dokter dalam menentukan pilihan harus hati-hati, karena pengetahuan masyarakat tentang kesehatan masih terbatas dan perlu disesuaikan dengan pedoman yang ada.
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (2)
• Triase telfon awal (initial telephone triage):– Evaluasi melalui telehealth dapat dilakukan melalui telfon,
video call, atau format lain yang sesuai dengan regulasi privasi pasien
– Melalui telfon, dokter dapat menentukan perawatan pasien selanjutnya yang sesuai: mandiri di rumah, telehealth visit atau perlu datang ke klinik rawat jalan/UGD.
– Setiap pasien dengan gejala yang menunjukkan gangguan pernapasan atau hipoksia (sesak) harus dirujuk untuk evaluasi secara langsung; tempat perawatan yang tepat tergantung pada keparahan gejala.
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (3)
• Uji COVID-19:– Selama pandemi, pasien yang tinggal di daerah dengan
penularan luas dan memiliki gejala COVID-19 secara umum menjadi terduga COVID-19, meskipun mereka belum dites atau pernah tes dengan hasil negatif sebelumnya.
– Uji SARS-CoV-2 dengan reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR)
– Deteksi melalui antibodi tidak boleh digunakan sebagai tes tunggal dalam diagnosis COVID-19
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
– Penilaian risiko keparahan penyakit: • Risiko tinggi: usia ≥65 th, adanya komorbid (DM,
liver, jantung, ginjal, asma, penyakit serebrovaskuler), obesitas, immunocompromized, merokok)• Risiko sedang: usia 20-64 th tanpa komorbid, usia
<20 th dengan komorbid• Risiko rendah: usia <20 th tanpa komorbid
Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (4)
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
– Penilaian durasi gejala dan keparahan penyakit• Lama waktu berkembangnya sesak nafas• Penilaian sesak nafas (Ringan, Sedang, Berat)• Penilaian oksigenasi:– Saturasi oksigen ≤94%: evaluasi langsung– Saturasi oksigen ≥95%: keputusan berdasarkan
keparahan sesak nafas, risiko keparahan penyakit, dan penilaian secara keseluruhan» Penilaian secara keseluruhan: menanyakan adanya
orthostasis, riwayat jatuh, hipotensi, perubahan status mental (kebingungan, perubahan perilaku), cyanosis, anuria, nyeri dada karena sindrom koroner akut
Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (4)
– Penilaian faktor lingkungan dan tempat tinggal:
•Kemampuan pasien dalam memantau gejala mereka dan mencari perawatan medis apabila gejala berlanjut dan memburuk•Kontrol infeksi dan fasilitas di rumah
Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (4)
Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (5)
• Kunjungan dokter jarak jauh (dengan telepon atau video call) untuk evaluasi awal dan tindak lanjut/ follow-up
• Klinik rawat jalan harus terpisah atau disediakan ruang khusus klinik rawat jalan yang sesuai untuk perawatan pasien COVID-19 .
•– Perlu strategi untuk mengurangi risiko pajanan SARS-CoV-2 oleh staf
dan antar pasien lain.– Klinik rawat jalan harus terkoordinasi dengan UGD dalam program
perawatan berkelanjutan (continuum of care program)
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
• Hubungan kerjasama yang erat dengan dinas kesehatan dan tokoh masyarakat– Pasien dapat menjalankan rawat jalan dengan
menghubungi fasyankes utama mereka setelah KRS
– Selama sakit, pasien dapat dialihkan di tempat berbeda/ dirujuk sesuai kebutuhan klinis
Evaluasi Awal dan Program Perawatan Berkelanjutan (The Continuum of Care Program) (5)
Evaluasi untuk Menentukan Perawatan Pasien
• Kriteria untuk evaluasi di UGD: pertimbangan untuk rawat inap– Sesak nafas berat– Saturasi oksigen ≤90% tanpa melihat keparahan sesak nafas– Penurunan status mental (kebingungan, perubahan perilaku, dll)
atau gejala lain seperti hipoperfusi atau hipoksia• Kriteria untuk evaluasi di klinik rawat jalan (khusus
COVID-19)– Sesak nafas ringan dengan saturasi oksigen 91%-94%– Sesak nafas ringan pada pasien dengan risiko tinggi severe disease– Sesak nafas sedang pada setiap pasien– Gejala ringan lainnya
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
Evaluasi pada Pasien di Klinik Rawat JalanMeliputi status pernafasan dan peredaran darah, riwayat klinis, pemeriksaan fisik termasuk tanda vital → penentuan isolasi mandiri, perawatan di rumah dengan telehealth follow-up, atau dirujuk ke UGD
• Home oxygen therapy dengan monitoring oksimetri pada sebagian pasien– Kriteria home oxygen therapy:
• Pasien dengan sesak nafas ringan atau sedang, stabil, dan tidak ada gejala yang progresif dalam beberapa hari
• Saturasi oksigen 91%-93% dan meningkat sampai ≥95% dengan supplemental oxygen by nasal cannula pada 2 liter/menit
• Pasien patuh dengan terapi yang diberikan
Home oxygen therapy tidak cocok untuk pasien yang baru menunjukkan gejala sesak nafas dan hipoksia pada awal onset penyakit
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
Tatalaksana Pasien Rawat Jalan dan Konseling (1)
• Kontrol infeksi– Menutup mulut dan hidung– Identifikasi awal dan isolasi pasien suspek– Penggunaan APD saat merawat pasien COVID-19– Penggunaan disinfektan
• Tatalaksana gejala– Pengobatan simtomatik termasuk antipiretik dan analgesik untuk
myalgia dan sakit kepala, acetaminophen, nonsteroidal antiinflammatory drug
• Tatalaksana penyebab gejala yang potensial– Menentukan penyebab lain gejala: influenza, streptococcal
pharyngitis, community- bacterial acquired pneumonia , asma, COPD, dll
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
Tatalaksana Pasien Rawat Jalan dan Konseling (2)
• Pengobatan spesifik untuk terapi COVID-19
– Beberapa terapi untuk COVID-19 telah dievaluasi dan belum ada yang menunjukkan efficacy
– Hydroxychloroquine masih dalam tahap investigasi– Obat spesifik untuk COVID-19 tidak boleh diresepkan
pada pasien rawat jalan di luar uji klinis; keterbatasan data dan kekhawatiran toksisitas pada pasien yang perawatannya tidak dipantau secara intensif
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
Tatalaksana Pasien Rawat Jalan dan Konseling (3)
• Tatalaksana pengobatan penyakit penyerta – Pasien yang memrlukan nebulized medications untuk
menghindari penggunaannya di hadapan orang lain untuk menghindari aerosolisasi SARS-CoV-2• Pasien yang telah menggunakan continuous positive airway
pressure (CPAP) atau bilevel positive airway pressure (BPAP) dapat menggunakannya saat terisolasi dari orang lain
– Pasien yang menggunakan immunomodulating medication, pemberian obat harus mempertimbangkan risiko dan manfaat penghentian sementara, didasarkan pada indikasi dan keparahan
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
Tatalaksana Pasien Rawat Jalan dan Konseling (4)
• Konseling dan perburukan gejala– Pasien diberi konseling apabila ada perburukan gejala, harus
evaluasi kembali dengan kunjungan telehealth dan secara langsung, termasuk evaluasi di UGD• Termasuk onset baru sesak nafas, perburukan sesak nafas, dll
– Pasien diedukasi tentang durasi gejala dan kemungkinan penurunan fungsi respirasi setelah beberapa hari dari onset gejala
– Memastikan dukungan di rumah (siapa yang dapat dihubungi apabila memerlukan bantuan) dan akses layanan medis darurat
– Pasien dengan COPD dan asma disarankan untuk closely monitor status respirasinya
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
Tatalaksana Pasien Rawat Jalan setelah KRS dari Rawat Inap atau UGD (1)
1. Pada pasien yang dipulangkan ke rumah• Sebagian besar pasien KRS dari ruang rawat inap memerlukan
kunjungan lanjutan dari dokter dalam satu atau dua hari setelah pemulangan– Tergantung pada situasi klinis dan sosial– Kunjungan telehealth atau kunjungan rawat jalan secara
langsung perlu dipertimbangkan pada kondisi tertentu• Untuk pasien yang KRS dari UGD dan dirasa perlu perawatan
lanjutan, diikuti kunjungan telehealth– Waktu kunjungan tersebut akan bervariasi tergantung pada indikasi
/kondisi pasien.
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
Tatalaksana Pasien Rawat Jalan setelah KRS dari Rawat Inap atau UGD (2)
2. Pada pasien yang dipulangkan untuk perawatan di rumah dan diawasi untuk pemulihannya• Supervisi ke rumah• disesuaikan dengan fasilitas dan sumber daya nakes
• Evaluasi dapat juga dapat dilakukan melaluitelehealth
Cohen dan Blau. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-outpatient-management-in-adults#H2441103696
Terapi Empirik Pneumonia Bakterial pada Pasien Tertentu
• Bila gambaran klinis COVID-19 sulit dibedakan dengan pneumonia bakteri, terapi empirik sesuai pedoman CAP dapat diberikan ketika diagnosis masih belum pasti
• Terapi empirik untuk pneumonia bakteri juga dapat diberikan pada pasien COVID-19 jika ada kecurigaan klinis kearah infeksi bakterial
• Jika terapi empirik diberikan, disarankan untuk melakukan uji mikrobia (kultur dan pewarnaan Gram sampel sputum, uji antigen pada sampel urin) dan reevaluasi setiap hari pemberian antibiotik.
• Peningkatan prokalsitonin juga diketahui mengindikasikan infeksiCOVID-19, terutama pada akhir perjalanan penyakit, dan tidak selalu mengindikasikan infeksi bakteri.
Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link
Pencegahan dan Evaluasi Venous Thromboembolism (VTE)
• Profilaksis farmakologis untuk mencegah tromboemboli vena disarankan untuk pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19.– Kecuali ada kontraindikasi terhadap antikoagulan, fondaparinux dapat
diberikan sebagai alternatif– Tingginya angka komplikasi tromboembolik pada pasien COVID-19
rawat inap, terutama pada pasien kritis– Prophylactic-dose low molecular weight (LMW) heparin diketahui
menurunkan risiko VTE– Antikoagulasi berhubungan dengan peningkatan survival pada pasien
terintubasi yang dirawat di Rumah Sakit • Agen farmakologis untuk mencegah tromboemboli vena pada pasien rawat
inap dengan COVID-19 antara lain: Enoxaparin, Dalteparin, Nadroparin, Tinzaparin
Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link
• Ketidakpastian penggunaan Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs)– Informasi risiko obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) untuk
COVID-19 masih terbatas– Asetaminofen sebagai agen antipiretik dapat digunakan apabila
NSAID diperlukan (disarankan dengan dosis efektif terendah)– NSAID tetap diberikan pada pasien dengan kondisi kronik lainnya,
kecuali ada alasan untuk menghentikannya (misalnya, cedera ginjal, perdarahan gastrointestinal)
• Hindari obat-obatan nebulisasi– Obat-obatan yang dihirup harus diberikan dengan metered dose
inhaler jika memungkinkan, daripada melalui nebuliser, untuk menghindari risiko aerosolisasi SARS-CoV-2 melalui nebulisasi
– Jika nebuliser harus digunakan, tindakan pencegahan untuk mengendalikan infeksi harus dilakukan
Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link
Glukokortikosteroid• WHO dan CDC merekomendasikan untuk tidak menggunakan
glukokortikoid sistemik pada pasien COVID-19, kecuali ada indikasi lain (misalnya, PPOK eksaserbasi akut)
• Glukokortikosteroid berhubungan dengan peningkatan risiko kematian pada pasien influenza dan delayed viral clearance pada pasien MERS-CoV
• Meskipun glukokortikosteroid banyak digunakan untuk SARS, namun tidak ada bukti tentang manfaatnya, namun terdapat bukti tentang efek samping jangka pendek dan jangka panjang yang merugikan
Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link
Manajemen Obat-Obatan Kronik• Angiotensin-converting Enzyme (ACE) Inhibitors atau Angiotensin
Receptor Blockers (ARBs)– ACE atau ARBs tetap dilanjutkan, kecuali ada alasan untuk dihentikan
(seperti hipotensi, cedera ginjal akut)• Statin
– Statin tetap dilanjutkan pada pasien rawat inap dengan COVID-19 yang telah mendapat statin sebelumnya
– Sebagian besar pasien dengan severe COVID-19 memiliki penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, dan indikasi lain untuk penggunaan statin.
– Cedera jantung akut adalah salah satu komplikasi COVID-19• Imunomodulator
– Penggunaan obat imunosupresi telah dikaitkan dengan peningkatan risiko keparahan penyakit pada infeksi virus pernapasan lainnya
– Penghentian prednison, biologik, atau obat imunosupresif lainnya padaCOVID-19 harus ditentukan berdasarkan kasus per kasus
Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link
Kontrol Infeksi• Tipe ruangan
– Pasien harus ditempatkan di ruang tunggal dengan pintu tertutup dan kamar mandi khusus. Bila ini tidak memungkinkan, pasien konfirmasi COVID-19 dapat ditempatkan bersama-sama.
– Pasien konfirmasi COVID-19 harus berada di ruang tekanan negatif.
• APD untuk petugas kesehatan– WHO merekomendasikan tindakan pencegahan standar, kontak, dan droplet (yaitu,
gaun/jubah, sarung tangan, dan masker medis) dengan pelindung mata atau wajah digunakan untuk semua personel yang memasuki ruangan pasien suspek atau konfirmasi COVID-19.
– Penggunaan respirator/ N95 respirator dan penutup rambut– Penggunaan penutup sepatu pasien COVID-19 di bangsal atau ICU
• SARS-CoV-2 dilaporkan terdistribusi secara luas di lantai dan kontaminasi lebih besar di ICU
– Pasien diharuskan menggunakan masker ketika dipindahkan ke ruangan dan saat di ruangan untuk mengurangi risiko infeksi
Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link
Terapi Spesifik COVID-19(1)Beberapa terapi untuk COVID-19 sedang dievaluasi
• Remdesivir– Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah
mengeluarkan izin penggunaan darurat remdesivir untuk anak-anak dan orang dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan severe COVID-19
• Hidroksiklorokuin/ Klorokuin– FDA telah mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat agen ini pada
pasien COVID-19 remaja atau orang dewasa yang dirawat di rumah sakit dalam hal partisipasi uji klinis
– Di luar uji klinis, tidak disarankan secara rutin menggunakannya karena data yang terbatas dan potensi toksisitas
– Jika obat digunakan untuk COVID-19 di luar uji klinis, IDSA mendorong pembuatan registri, bila mungkin, untuk secara sistematis mengevaluasi keamanan dan efficacy nya
Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link
Terapi Spesifik COVID-19(2)• Convalescent plasma
– Penggunaannya sedang diteliti (uji klinis) untuk pasien dengan severe COVID-19 atau mengancam jiwa
– Penerima plasma dari donor yang telah pulih sepenuhnya dari COVID-19 menunjukkan penurunan nasopharyngeal viral load, penurunan derajat keparahan penyakit, dan peningkatan oksigenasi dalam 12 hari setelah transfusi
– Namun, penemuan ini belum menunjukkan efficacy yang bermakna karena ditemukan 5 penerima donor meninggal di akhir perjalanan
• IL-6 pathway inhibitors– Tocilizumab adalah inhibitor reseptor IL-6 yang digunakan untuk penyakit rematik dan
sindrom pelepasan sitokin dan sedang dievaluasi dalam uji coba acak untuk pengobatan COVID-19.
– Dalam sebuah penelitian pada 63 pasien dengan severe COVID-19, hasil laboratorium menunjukkan keadaan pro-inflamasi dan pro-trombotik, tidak ada efek samping utama yang dianggap terkait langsung dengan tocilizumab (diberikan secara intravena atau subkutan), yang dikaitkan dengan penurunan protein C-reaktif, D-dimer, dan kadar feritin
– Sarilumab dan siltuximab adalah agen lain yang menargetkan jalur IL-6 dan juga sedang dievaluasi dalam uji klinis.
Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link
Terapi Spesifik COVID-19: Obat Lainnya (3)
• Favipiravir– Merupakan inhibitor RNA polimerase yang tersedia di beberapa negara Asia
untuk mengobati influenza, sedang diuji klinis untuk COVID-19 di Amerika Serikat
• Interferon beta– Tidak ada data efek interferon beta pada SARS-CoV-2.– Namun, interferon beta secara efektif mengurangi MERS-CoV secara in vitro dan
telah menunjukkan hasil yang baik pada animal model • Kombinasi azithromycin dan hidroksiklorokuin
– Baik azithromycin maupun hidroksiklorokuin berhubungan dengan pemanjangan QTc, kombinasi keduanya berpotensi meningkatkan efek samping ini
• Lopinavir-ritonavir– Kombinasi protease inhibitor ini, terutama telah digunakan untuk infeksi HIV,
memiliki aktivitas in vitro melawan SARS-CoV dan beberapa aktivitas terhadap MERS-CoV dalam penelitian pada hewan
– WHO telah meluncurkan uji coba multinasional untuk mengevaluasi lebih lanjut remdesivir, hydroxychloroquine / chloroquine, dan lopinavir-ritonavir dengan dan tanpa interferon beta Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-
covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link
Pendekatan Pengobatan COVID-19Pendekatan optimal untuk pengobatan COVID-19 masih belum jelas, meskipun beberapa uji klinis menyarankan manfaat remdesivir
• Pada pasien non severe COVID-19– Tidak disarankan menggunakan agen eksperimental di luar uji
klinis– Disarankan hanya diberikan terapi supportif dengan clinical
monitoring apabila ada perburukan dan berkembang menjadi severe disease (identifikasi faktor risiko severe disease)
• Pada pasien severe COVID-19– Untuk pasien rawat inap dengan suspek atau konfirmasi COVID-19
derajat berat atau hasil laboratorium menunjukkan faktor risiko progresif penyakit, direkomendasikan pemberian obat dalam uji klinis (remdesivir, hidroksiklorokuin, dll)
Kim et al. 2020. https://www.uptodate.com/contents/coronavirus-disease-2019-covid-19-management-in-hospitalized-adults?topicRef=127759&source=see_link
Ringkasan
• Mekanisme penularan perlu dipahami untuk membuat strategi pencegahan yang tepat
• Tata laksana rawat jalan Covid-19 terdiri dari: • Pemberian obat famakologis simtomatis• Sistim komunikasi dan pemantauan pasien
• Tata laksana rawat inap Covid-19 • Standar of Care (SoC) pasien pneumonia pada
umumnya• Obat-obat spesifik : masih dalam uji klinis, namun dapat
diberikan di luar uji klinis pada kasus2 tertentu
Diagnosis&Penatalaksanaan COVID-19diRuangIntensif
dr.Prasenohadi,PhD,SpP(K),KICKepala RespiratoryICU(RICU)RSUPPersahabatan
Diagnosis dan PenatatalaksanaanCOVID-19 di Ruang Intensif
PRASENOHADI
• Perhimpunan Dokter Paru Indonesia• Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI – RSUP Persahabatan
JAKARTA
Pendahuluan(1)
• Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome-Corona Virus-2 (SARS-CoV-2) à RNA virus yang sangat menular.
• Transmisi diperkirakan didominasi oleh penyebaran droplet dan kontak langsung dengan pasien.
• Belum ada terapi spesifik untuk infeksi COVID-19 à terapisuportif termasuk tatalaksana respirasi, terutama pada kasus berat.
• Sekitar 15% pasien COVID-19 derajat sedang–berat àoksigenasi dan perawatan RS, 5% membutuhkan ICU dan terapi suportif (intubasi dan ventilasi mekanis).
• Komplikasi tersering pasien COVID-19 berat à pneumonia berat.
• Komplikasi lain : ARDS, sepsis dan syok septik, kegagalanmulti organ, acute kidney injury dan cardiac injury yang sering terjadi pada kelompok risiko, seperti usia lanjut (> 50 tahun) dan komorbid.
Pendahuluan(2)
• Pada jumlah yang sedikit, penyakit ini dapat menjadi beratdan mengakibatkan kematian.
• Data yang ada memperkirakan bahwa penyakit yang beratsedikit dijumpai pada dewawa muda.
• Pasien COVID-19 yang membutuhkan perawatan di RS àpneumonia (bilateral patchy shadows atau ground-glass opacity).
Pendahuluan(3)
The World Health Organisation outlines the following Clinical Syndromes associated with COVID-19(1)
• Mild Illness• Pneumonia• Severe Pneumonia• (Acute Respiratory Distress Syndrome)
Severe Pneumonia• Adolescent or Adult: fever or suspected respiratory infection, plus one
of the following: high respiratory rate > 30 breaths/min; severe respiratory distress; or SpO2 ≤ 93% (room air).• Child: with a cough or difficulty in breathing, plus at least one of the
following: central cyanosis or SpO2 < 90%; severe respiratory distress (e.g. grunting, very severe chest indrawing); signs of pneumonia with a general danger sign (inability to breastfeed or drink, lethargy or unconsciousness, or convulsions).• While the diagnosis is made on clinical grounds, chest imaging may
identify or exclude some pulmonary complications.
The World Health Organisation outlines the following Clinical Syndromes associated with COVID-19(2)
Onset:• New or worsening respiratory symptoms within one week of known clinical
insult.Chest imaging (radiograph, CT scan, or lung ultrasound):• Bilateral opacities, not fully explained by effusions, lobar or lung collapse, or
nodules.Origin of edema:• Respiratory failure not fully explained by cardiac failure or fluid overload. • Need objective assessment (e.g. echocardiography) to exclude hydrostatic
cause of edema if no risk factor present.
The World Health Organisation outlines the following Clinical Syndromes associated with COVID-19(3)
Acute Respiratory Distress Syndrome (WHO)
Oxygenation (adults)• Mild ARDS: 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (with PEEP or CPAP ≥ 5
cmH2O, or non-ventilated)• Moderate ARDS: 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 200 mmHg with PEEP ≥ 5
cmH2O, or non-ventilated)• Severe ARDS: PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg with PEEP ≥ 5 cmH2O, or non-
ventilated)• When PaO2 is not available, SpO2/FiO2 ≤ 315 suggests ARDS (including in
non-ventilated patients)
The World Health Organisation outlines the following Clinical Syndromes associated with COVID-19(4)
Acute Respiratory Distress Syndrome (WHO)
The World Health Organisation outlines the following Clinical Syndromes associated with COVID-19(5)
Oxygenation (children; OI = Oxygenation Index and OSI = Oxygenation Index using SpO2)
• Bilevel NIV or CPAP ≥5 cmH2O via full face mask: PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg or SpO2/FiO2 ≤ 264
• Mild ARDS (invasively ventilated): 4 ≤ OI < 8 or 5 ≤ OSI < 7.5
• Moderate ARDS (invasively ventilated): 8 ≤ OI < 16 or 7.5 ≤ OSI < 12.3
• Severe ARDS (invasively ventilated): OI ≥ 16 or OSI ≥ 12.3
Acute Respiratory Distress Syndrome (WHO)
Terapi suportif awal dan monitoring(1)
• Berikan terapi tambahan O2 segera pada pasien dengan SARI dan gangguan pernapasan, hipokesmia, atau syok.
• Berikan tatalaksana cairan konservatif pada pasien SARI jikatidak ada tanda syok.
• Berikan antibiotik empiris untuk mengatasi pathogen yang mungkin menyebabkan SARI.
• Berikan antibotik dalam waktu satu jam pertama untukpasien dengan sepsis.
Terapi suportif awal dan monitoring(2)
• Hindari pemberian kortikosteroid sistemik secara rutin untukterapi pneumonia viral atau ARDS di luar uji klinis, kecuali jikadiindikasikan untuk alasan lain.
• Monitor ketat pasien SARI untuk menilai perburukan klinis(gagal napas yang progresif, sepsis) à berikan perawatan suportifsecepatnya.
• Pahami kondisi komorbid pasien untuk menyesuaikan tatalaksanapenyakit kritis dan untuk perkiraan prognosis.
• Komunikasi awal dengan pasien dan keluarga pasien.
Tatalaksana gagal napas hipoksemia dan ARDS(1)
Kenali gagal napas hipoksemia berat pada pasien dengangangguan pernapasan yang mengalami perburukan dengan terapiO2 standar.• Pasien dapat terjadi peningkatan work of breathing atau
hipoksemia meskipun dengan pemberian O2 via face mask denganreservoir bag (laju O2 10–15 L/menit, laju minimum yang dibutuhkan untuk mempertahankan pengembangan reservoir bag; FiO2 0,60–0,95). • Gagal napas hipoksemia pada ARDS umumnya terjadi akibat
intrapulmonary ventilation-perfusion mismatch atau shunt yang umumnya membutuhkan ventilasi mekanis.
Tatalaksana gagal napas hipoksemia dan ARDS(2)
• High-flow nasal oxygen (HFNO) atau non-invasive ventilation (NIV) à pasien tertentu dengan gagal napas hipoksemia.• Monitor (harus) ketat untuk menilai perburukan klinis. • Sistem HFNO dengan aliran sampai 60 L/menit dapat mencapai
FiO2 sampai 1,0. HFNO mengurangi kebutuhan intubasi.• NIV tidak direkomendasikan untuk kasus gagal napas hipoksemia
atau penyakit viral pandemik.• Sistem HFNO dan NIV terbaru (interface yang baik), tidak
meningkatkan penyebaran udara ekspirasi à menurunkan risikotransmisi airborne.
Tatalaksana gagal napas hipoksemia dan ARDS(3)
• Intubasi endotrakeal hanya boleh dilakukan oleh operator yang terlatih dan berpengalaman dengan menggunakan APD terhadapairborne.
• Gunakan ventilasi mekanis dengan lower tidal volumes (4–8 ml/kg predicted body weight, PBW) dan lower inspiratory pressures (plateau pressure <30 cmH2O).• ARDS berat, direkomendasikan ventilasi dengan posisi telungkup
(prone position) lebih dari 12 jam.
• Gunakan strategi manajemen cairan konservatif untuk pasienARDS tanpa gangguan hipoperfusi jaringan.
• Pasien dengan ARDS sedang–berat à (dianjurkan) PEEP* tinggi• Pasien dengan ARDS sedang–berat (PaO2/FiO2 <150) à pelumpuh
otot (blockade neuromuscular) tidak boleh digunakan secararutin.
• Pada keadaaan yang membutuhkan extra corporeal life support (ECLS) à pertimbangkan merujuk pasien dengan hipoksemiarefrakter, meskipun dengan ventilasi mekanis.
• Hindari penghentian ventilasi mekanis à menurunkan PEEP dan atelektasis. *PEEP: Positive end-expiratory pressure
Tatalaksana gagal napas hipoksemia dan ARDS(4)
Referensi
• Rachael Moses, Consultant Respiratory Physiotherapist. COVID-19 Respiratory Physiotherapy On Call Information and Guidance. Lancashire Teaching Hospitals. March 2020.
• World Health Organisation. Clinical Management of Severe Acute Respiratory Infection (SARI) when COVID-19 Disease is Suspected – Interim Guidance. WHO, 13 March 2020.
• O’Driscoll BR, et al. British Thoracic Society Guideline for oxygen use in adults in healthcare and emergency settings. BMJ Open Resp Res 2017;4:e000170. doi:10.1136/bmjresp-2016-000170.
• The Italian Thoracic Society (AIPO - ITS) and Italian Respirarory Society (SIP/IRS). Managing the Respiratory Care of Patients with COVID-19. Version - March 08, 2020.
• Treatment for severe acute respiratory distress syndrome from COVID-19. Lancet Respir Med 2020. Published online April 9, 2020 https://doi.org/10.1016/S2213-2600(20)30176-4.
• Surviving Sepsis Campaign: Guidelines on the Management of Critically Ill Adults with Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Crit Care Med 2020.
• Protokol Tatalaksana COVID-19. April 2020.• Understanding pathways to death in patients with COVID-19. Published online April 6, 2020
https://doi.org/10.1016/S2213-2600(20)30165-X.• Grasselli G , Zangrillo A , Zanella A , et al; the COVID-19 Lombardy ICU Network. Baseline
characteristics and outcomes of patients infected with SARS-CoV-2 admitted to ICUs of the Lombardy region, Italy. JAMA. Published online April 6, 2020.
RUMUSAN KESIMPULAN WEBINAR KOLABORASI SESI XIII
Dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan data, sekitar 15% pasien COVID-19 derajat sedang–berat membutuhkan oksigenasi dan perawatan RS, dan 5% diantaranya membutuhkan ICU dan
terapi suportif (intubasi dan ventilasi mekanis). Dalam hal ini penatalaksanaan pasien Covid-19 di RS menjadi sangat penting untuk direview secara terus
menerus dan dikembangkan menjadi satu standar protokol penatalaksanaan yang konkrit.
2. Komplikasi tersering pasien COVID-19 berat adalah pneumonia berat. Selain itu terdapat komplikasi lain seperti: ARDS, sepsis dan syok septik, kegagalan multi
organ, acute kidney injury dan cardiac injury yang sering terjadi pada kelompok risiko, seperti usia lanjut (> 50 tahun) dan komorbid. Dengan komplikasi yang
beragam tersebut ketersediaan penatalaksanaan covid-19 yang konkrit sangat dibutuhkan.
3. Asosiasi profesi seperti PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI telah menyiapkan Protokol Tatalaksana COVID-19. Namun diperlukan penatalaksanaan yang lebih
komprehensif, konkrit dan spesifik baik dari sisi terapi spesifik, tata laksana pada pasien rawat jalan, pasien rawat inap, program perawatan berkelanjutan,
mekanisme evaluasi pasien, hingga manajemen obat-obatan. Hal ini menuntut adanya review secara terus menerus dan konkrit dari seluruh pemangku
kepentingan terkait terhadap seluruh diagnosis dan penatalaksanaan pasien COVID-19 yang berjalan selama ini termasuk terapi-terapi spesifik yang selama ini
digunakan sehingga terdapat satu acuan standar yang spesifik dan konkrit dalam penatalaksanaan pasien covid-19.
4. Pendekatan optimal untuk pengobatan COVID-19 masih belum jelas, beberapa terapi untuk COVID-19 masih dievaluasi meskipun beberapa uji klinis
menyarankan manfaat remdesivir. Selain itu beberapa terapi untuk COVID-19 lainnya telah dievaluasi namun belum ada yang menunjukkan efficacy.
Penggunaan Hydroxychloroquine masih dalam tahap investigasi. Oleh karenanya obat spesifik untuk COVID-19 tidak boleh diresepkan pada pasien rawat jalan
di luar uji klinis; mengingat keterbatasan data dan kekhawatiran toksisitas pada pasien yang perawatannya tidak dipantau secara intensif.
Terima kasih.
#SERIALXIV
MENDEFINISIKANNEWNORMALDIINDONESIA:
APA,KAPAN,DIMANA,SIAPADANBAGAIMANA
13:00–13:05 Pembukaan&PengantarOleh:Dr.dr.Tb.RachmatSentikaSpA.MARS-KetuaPelaksanaKolaborasiSeminarTwiceWeekly
13:05–13:25 Kesiapan Masyarakat dalam New Normal Studi Ketaatan Masyarakat dalamPSBBOleh: Ir. Dodi Izwardi, MA - Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan MasyarakatKemenkesRI
13:25–13:45 TheNewNormalSejarahFaktadiBerbagaiNegaradalamMenanggulangiCOVID-19Oleh:dr.DickyBudimanM.Sc.PH,PhD(Cand)-EpidemiologBrisbaneUniversity
13:45–14:0514:05–14:50
SisiAkademisNewNormalOleh:dr.AgustinKusumayati,M.Sc,Ph.D-EpidemiologFKMUIDiskusidanTanyaJawabModerator: Dr. Ede Surya Darmawan, SKM, MDM - Ikatan Ahli KesehatanMasyarakatIndonesia
14:50–15:00 Rangkuman&Penutup
SUSUNANACARA
Kesiapan Masyarakat dalam NewNormalStudiKetaatan Masyarakat dalam PSBB
Ir.DodiIzwardi,MA
Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI
DIPRESENTASIKAN PADA WEBINAR KOLABORASI STAKEHOLDER COVID 19 JAKARTA, 02 Juni 2020
KESIAPAN MASYARAKAT DALAM KENORMALAN BARU STUDI KETAATAN MASYARAKAT DALAM
PEMBATASAN SOSIAL SKALA BESAR (PSBB)
Ir. DODDY IZWARDY, MA, PhD (Cand)KEPALA PUSAT LITBANGKES UPAYA KESEHATAN MASYARAKATBALITBANGKES-KEMENKES RI
2
DUNIA:• Kasus (+) : 6,18 juta kasus• Sembuh : 2,75 juta pasien• Meninggal : 371.380 orang
Dampak Sosial, Ekonomi, Parawisata, Politik, Ketahanan Nasional,
Kesehatan Masyarakat
KESIAPAN MASYARAKAT DALAM KENORMALAN BARU
DAMPAK GOBAL & NASIONAL COVID-19
INDONESIA:• Kasus (+) : 26.473 kasus• Sembuh : 7.308 pasien• Meninggal : 1.613 orang
Data update 31 Mei 2020
"Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan mampu menekan penularan Covid-19. Namun, di sisi lain juga menyebabkan berbagai aspekkehidupan ikut terdampak. Sehingga RELAKSASI PENERAPAN PSBB BISA DILAKUKAN DENGAN MENERAPKAN PROTOKOL KESEHATAN SECARA KETAT.
• Puslitbang upaya kesehatan masyarakat telah melakukanbeberapa penelitian terkait beberapa indikator kesehatanmasyarakat, yang mencakup PENILAIAN atau EVALUASIPELAKSANAAN PSBB, PERAN SOSIAL DAN MASYARAKAT,PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI MASYARAKAT,gambaran PEMETAAN RISIKO PENULARAN DI DKI JAKARTA,PSP masyarakat TERKAIT COVID-19, serta DAMPAK terhadapKESEHATAN JIWA DI MASYARAKAT dalam periode Maret – Mei2020 ini
PENGANTAR
• Upaya penanganan dan pencegahan meliputi aspekkesehatan masyarakat dan aspek pelayanan pegobatan di fasilitas kesehatan• Upaya preventif di masyarakat menjadi sangat penting
untuk memutus rantai penularan
• Kasus COVID masih menjadi perhatian dunia sejakkemunculan pertamanya sekitar akhir Desember2019, dan di Indonesia sendiri baru terdeteksisekitar awal Maret 2020
• PSBB dilakukan hampir diseluruh Indonesia dengan waktupenerapan bervariasi tergantung jumlah kasus infeksi
STUDI COVID-19, PUSLITBANG UKM TAHUN 20201. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Hidup Sehat Masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 di
Indonesia tahun 20202. Pengetahuan, Sikap dan Persepsi dan Praktik Masyarakat Indonesia terhadap COVID-19 tahun 20203. Determinan Sosial dan Perilaku terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam
Pencegahan COVID-19 di Jabodetabek tahun 20204. Perhatian Publik dan Stigma Sosial terhadap Pandemi COVID-19 di Jabodetabek tahun 20205. Dampak Pandemik Covid-19 Terhadap Kesehatan Jiwa Pada Masyarakat tahun 20206. Aspek Keamanan Pangan Dalam Praktik Pembelian Makanan Online dan Offline oleh Penjamah
Makanan/Food Handler dan Konsumen Selama Pandemik Covid-19 di Jabodetabek tahun 20207. Pengelolaan Air, Sanitasi dan Higiene di Rumah Sakit Rujukan Selama Penanganan Covid-19 tahun
2020 Di Indonesia tahun 20208. Perubahan Pola Makan dan Ketersediaan Pangan Keluarga Pengemudi Ojek Online di Masa
Pandemik wilayah DKI Jakarta tahun 20209. Faktor – Faktor yang Beresiko terhadap Morbiditas dan Mortalitas kasus Covid 19 di Wilayah Padat
Penduduk di Indonesia tahun 202010. Pemanfaatan Analisis Geostatistik dan Big Data Untuk Pemodelan Spasial – Temporal SARS – CoV-
2 (COVID-19) tahun 2020
TEMUAN/HASIL UTAMA (1)
Pada populasi dengan latar belakang pendidikan SMA ke atas dan memiliki aksestelepon genggam :
a) Sosial media merupakan sumber informasi utamab) Memahami akan penerapan PSBB di wilayahnya dan sebagian besar wilayah
tempat tinggalnya telah dilakukan disinfeksi lingkungan, meskipun demikianbeberapa yang masih menjadi issue adalah terkait stigma sosial yang masihterjadi pada kasus yang terinfeksi covid-19.
c) Perilaku PSBB lebih dipahami pada masyarakat dengan pendidikan dan kondisiekonomi yang lebih baik serta tinggal di daerah perkotaan
d) Kepatuhan terhadap PSBB ini juga dipengaruhi oleh peran aktif tokohmasyarakat di tingkat yang paling kecil, yaitu pada wilayah rukun tetangga (RT) ataupun rukun warga (RW)
TEMUAN/HASIL UTAMA (2)
e) Tingkat Pengetahuan masyarakat tentang covid sudah memadai tetapi belumdiimbangi dengan perilaku pencegahan penularan COVID -19
f) Kejadian wabah covid-19 ini juga memberikan dampak terhadap kesehatanjiwa masyarakat, termasuk cemas berlebihan dan depresi. Persentase cemas berlebihan sebesar 6,8% (CI= 5,9% - 7,8%); depresi 8,5% (CI=7,6%-9,6%);
g) Hal yang paling banyak dikhawatirkan oleh responden adalah kekhawatiran akan mengalami masalah ekonomi/keuangan, diikuti oleh kesehatan dan pendidikan
h) Sebagaian besar pola makan responden jarang Makan buah, susu, vitamin, dan makanan lengkap. Ketersediaan makanan kurang namun mendapatbantuan Tetangga/saudara/bansos. Tidak mampu beli karena pendapatanberkurang
Gambar Perilaku Responden Ketika Bertemu dengan Orang Lain Selama Pandemi Covid-19
Ketika responden ditanyakan apa yang dilakukan apabilaketemu dengan orang lain, 65,47% menyatakan tidakmelakukan kontak fisik apapaun; 31,79% memberikan salamtanpa persentuhan; 3,24% masih berjabat tangan; dan sisanya(0,4%) menyatakan masih berpelukan/ cium pipi/ cium tangan.
BEBERAPA UPAYA YANG DILAKUKAN KESIAPAN MENUJU KENORMALAN BARU
1. Meskipun mempunyai pendidikan lebih tinggi (SMA keatas) dan mempunyaicukup akses terhadap informasi terkait Covid-19, mereka masih belummempunyai pemahaman yang optimal terkait penularan dan pengobatancovid-19. Sehingga perlu upaya-upaya yang lebih intensif dan spesifikmemberikan kesadaran pada masyarakat untuk tidak melakukan stigmaterhadap kasus terinfeksi.
2. Memberikan kesadaran pada masyarakat untuk lebih terbuka kepada tenagakesehatan saat anamnesa skrinning atau deteksi dini dilakukan. Kata lain,menjadikan masyarakat lebih terbuka dan membantu dalam pelaksanaantracing kasus terpapar/kontak dan pencegahan penularan lebih lanjut.
3. Perlu adanya PSBK ( Pembatasan Sosial Berskala Kecil…level RT/RW,Desa/Kelurahan), melihat hasil riset terlihat kuatnya peranan dari TOMAdalam pengendalian Covid-19
TheNewNormalSejarah Fakta diBerbagaiNegaradalam Menanggulangi COVID-19
dr.DickyBudiman M.Sc.PH,PhD(Cand)
Epidemiolog BrisbaneUniversity
“NEW NORMAL”
WHAT, WHY & HOW???
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
PANDEMIC• The history of the COVID-19 pandemic is still
being written. When this pandemic ends – and it will end – a new normal may last for months, years, or forever.
• Planning for the after-effects of a pandemic is necessary.
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
History100 years ago that, World War I and the Spanish flu, Warren Harding slogan "Return to Normalcy.“
Sir Arthur Newsholme, 1918 , outbreak of Spanish flu, a deadly strain of the H1N1 virus first spotted in late 1917
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
Mohamed El-Erian who coined the now ubiquitous phrase “The New Normal” to describe the prolonged slow growth recovery. 2008
PANDEMIC
ADDITIONAL INTERVENTION:
LOCKDOWN
SOCIAL AND PHYSICAL DISTANCING PREVENTION
STRATEGY:
POPULATION AND INSTITUTIONALS BEHAVIOURAL
CHANGES
“NEW NORMAL”
INFODEMIC
SECOND PEAK
SECOND WAVE
Etc
MAIN STRATEGY:
TESTING
TRACING
ISOLATING
TREATING
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
As of COVID-19 pandemic, the phrase new normal refers to human behavior's changes to prevent
Foto: https://www.lowyinstitute.org/the-interpreter/debate/coronavirus-pandemic
A previously unfamiliar or atypical situation that
has become standard, usual, or expected.
https://www.lexico.com/definition/the_new_normal
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
What the new normal might look like.• Motivations & Awareness
• Wearing a mask
• Reducing mobility
• School safety
• Etc. DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
WHY NEW NORMAL?https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(12)61678-X/fulltext
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
Behavioral modifications have the potential to slow down the
spread of the pandemic in the absence of pharmaceutical
interventions. (Sara et al., 2012)
It recommended that in a severe influenza pandemic use of
masks in public should be considered. (Cheng et al, 2020)
https://www-ncbi-nlm-nih-gov.libraryproxy.griffith.edu.au/pmc/articles/PMC7114992/https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(20)30918-1/fulltext
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
HOW
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
The six criteria that WHO recommends countries consider
First, that surveillance is strong, cases are declining and transmission is controlled;Second, that health system capacities are in place to detect, isolate, test and treat every case and trace every contact;Third, that outbreak risks are minimized in special settings like health facilities and nursing homes;Fourth, those preventive measures are in place in workplaces, schools and other places where it’s essential for people to go;Fifth, that importation risks can be managed, and;Sixth, that communities are fully educated, engaged, and
empowered to adjust to the “new norm”.DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
NEW NORMAL: AT COMMUNITY AND INSTITUTIONS LEVEL
New Normal ≠ Ease Lockdown
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
Should NOT "at short notice".
WHO, 2020
New Normal ≠ Abnormal New Normal ≠ Unhealthy Behaviour
New Normal ≠ Business as Usual
TIMING: New Normal Community ≠ New Normal Institutions
NEW NORMAL TIMELINE MODEL
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
DENIAL PANIC REPRATRIATION RESET RE-SHAPE
RATIONAL
RECOVERY NEW NORMAL
We accept the situationignore the problem Anger
New Normal Individual and Community
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
School• 100% of the schools close
when 0.1% of the population is ill and they remain closed for the duration of the pandemic, the clinical attack rate could be reduced by more than 50%.
• If schools reopen before the pandemic is over, a second wave is likely to appear and increase morbidity and mortality
(Sara et al, 2012)
New Normal Institution
https://www-ncbi-nlm-nih-gov.libraryproxy.griffith.edu.au/pmc/articles/PMC7114992/
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
Business Continuity Plans
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
Respect for Science
Humankind’s greatest weapon during a pandemic is science.
Facts, facts, facts.
Data, data, data.
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
Terima Kasih
DICKY BUDIMAN – MD – EPIDEMIOLOGIST – PhD Candidate GLOBAL HEALTH SECURITY & PANDEMIC GRIFFITH UNIVERSITY
MempersiapkanMasyarakat Memasuki
Kehidupan NormalBaru
Agustin KusumayatiFakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Indonesia
● University Secretary – UniversitasIndonesia
● Chairperson – Indonesian Public Health Schools Association
● President Elect – Asia-Pacific Academic Consortium for Public Health
● Advisory Board Member – Indonesian Public Health Association
● Dean – Faculty of Public Health Universitas Indonesia (2013-2017, 2017-2019)
● Advisory Board Member – AUN Health Promotion Network
● Advisory Board Member – Indonesia One Health University Network
● International Committee Member –Global Partnership on MCH Handbook
Definisi Sehat Menurut WHO
Health is a state of complete physical, mental, and social well-
being and not merely the absence of diseases or infirmity
Evolution of Public HealthPublic Health 1.0
Comprehensive PH protection, from primary prevention to treatmentDevelopment of astonishing array of health-protecting tools and capacity with increasingly sophisticated techniques to ensure sanitation and food safety
Public Health 2.0
Tremendously uneven PH capacity at the local levelsPH Department strained to address new infectious diseases challenges as well as the growing challenge of chronic non-communicable disease prevention/preparednessGovernmental PH came of age
Public Health 3.0
Social determinants of health are the conditions in which people are born, live, work and age- Economic opportunity- Housing- Environment- Education- Food- Safe neighborhoods- Transportation
Beberapa contoh perdamaianantara manusia dan penyakit
u Penyakit-penyakit yang dapat dicegah denganimunisasi à tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, hepatitis B
u Malariau Demam Dengue, Demam Berdarah Dengueu Deman Chikungunyau Penyakit saluran cerna à diare, kolera, tifus, disentri
The New Normal
ü Human dan virus Covid-19 live together à we can control the disease
ü New standards in various aspects of life and daily activities are applied àaiming to prevent Covid-19
ü Application of technology [ICT, AI, IoT, etc.] as part of the new standards
ü Behavior change of the people is a must à need interventions to modify predisposing, enabling, and reinforcing factors
Kehidupan Normal Baru adalah
Sebuah tatanan kehidupan baru yang dipicuoleh keberadaan Covid-19, yang memungkinkanmanusia untuk hidup sehat, menjalankan fungsi
dan perannya sebagai mahluk sosial, dan menjadi produktif, sehingga terciptalah
kehidupan yang mulia dan sejahtera
6 Criteria for Countries to Consider Lifting Restrictions
The transmission is controlled
The health system capacities are in place to detect, test, isolate, and
treat every case and trace every contact
The outbreak risks are minimized in special settings like health
facilities and nursing homes
The preventive measures are in place in
workplaces, schools, and other places where it’s
essential for people to go
The importation risks can be managed
The communities are fully educated, engaged,
and empowered to adjust to the new norms
Jakarta (19/05/20)Estimation of the Iceberg
– Confirmed positive cases = 6.053– Real positive (sensitivity of PCR 66%-73%)
= 8291 – 9.171 – RDT result 3.8% reactive* à approximately
3,8% x 10.300.000 = 391.400 have been infected.
– Since (the best) RDT sensitivity is about 60%**, the real infected people in Jakartais 391.400/60% = 563.333.
9.171
563.333
*https://corona.jakarta.go.id/data**PDS PatKlin, 2020
How is Indonesia? (19/05/2020)
– Confirmed positive cases = 18.496*– Real positive = 18.496/66% = 28.024– The Covid-19 iceberg is estimated
much bigger due to:ü Delay due to specimen transportü Specimen queuing in the labü Availability of the test kitsü Jawa vs non-Jawa variationü No national serological survey
strategy
28.024
?*www.covid19.go.id
Kapasitas Sistem Surveilens
• The principle of test – treat – isolate • The capacity, coverage, reliability and validity of swab tests• Implementation of national or sentinel serological survey to
monitor the prevalence of Covid-19– Use standardized RDT kit– Adequate sample size and sampling design– Repeated surveys
• Control people mobility• Monitor social distancing and physical distancing
Protokol Pencegahan KLB Covid-19pada Berbagai Tatanan Khusus
• Fasilitas pelayanan kesehatan• Laboratorium• Asrama• Pesantren• Panti Asuhan• Panti Werda
Protokol Pencegahan Transmisi Covid-19di Tempat-tempat Umum
• Alat transportasi umum à kereta, bus, angkot, taksi, ojeg• Kampus. sekolah, day care• Tempat kerja à kantor, pabrik, pertambangan, perkebunan• Pasar, mall• Hotel, penginapan, resort• Restoran, warung makan• Tempat hiburan à bioskop, pub, bar• Tempat olah raga dan rekreasi• Objek wisata
Pencegahan & penatalaksanaanrisiko dan kasus impor
Protokol pemantauan dan pengendalianrisiko di pintu-pintu masuk Republik Indonesia
ü Perbatasan daratü Pelabuhan lautü Pelabuhan udara
Public Health is a combination of science and art, knowledge and skill, ethics and morality, that mean to improve health status and prolong the life of all people through organized collective efforts to prevent diseases and fulfill all health needs by empowering communities to live healthy life.
Rehabilitation
Disability Limitation
Early DiagnosisPrompt TreatmentSpecific Protection Disease Prevention
Health PromotionReduce morbidity and mortality
High quality of life
Excellent Young Generation
Happy people
Five Level of Prevention
Primary Prevention
Secondary Prevention
Tertiary Prevention
Community Empowerment
Ø Promote community development by providing motivation, education and proper cognitive, democratic and social skills
Ø Increase communities’ capacities and resources to bring people together around common goals and interests
Ø Increase participation of the communities in decision-making and problem-solving processes
Ø Enhance exchange and partnership with local, regional and international communities and groups
Ø Build up social capital
Important Principles
Ø People centered, from the people to the peopleØ Rights based and action orientedØ Increases focus on cooperation and networking with
local and international organizationsØ Promotes social justice, participation and ownershipØ Promotes peer education and community involvementØ Empowers marginalized groups to take positive control of
their own lives
Community Empowerment1
üPromote community development by providing motivation, education and proper cognitive, democratic and social skills
ü Increase communities’ capacities and resources to bring people together around common goals and interests
ü Increase participation of the communities in decision-making and problem-solving processes
üEnhance exchange and partnership with local, regional and international communities and groups
üBuild up social capital
Community Empowerment2
ü People centered, from the people to the peopleü Rights based and action orientedü Increases focus on cooperation and networking with local
and international organizationsü Promotes social justice, participation and ownershipü Promotes peer education and community involvementü Empowers marginalized groups to take positive control of
their own lives
Behavior Change
Ø Behavior change is the secret to success for the new normal lifeØ Strategy to change behavior
ü Increase awarenessü Educateü Motivateü Provide skills and toolsü Change in the environment and support
Ø Phases in behavioral change à (1) precontemplation, (2) contemplation, (3) preparation, (4) action, (5) maintenance
+PRECEDE stands for Predisposing, Reinforcing, and Enabling Constructs in Educational Diagnosis & Evaluation
It involves assessing the following community factors● Social assessment: Determine the social problems and needs of a given population
and identify desired results.● Epidemiological assessment: Identify the health determinants of the identified
problems and set priorities and goals.● Ecological assessment: Analyze behavioral and environmental determinants that
predispose, reinforce, and enable the behaviors and lifestyles are identified.● Identify administrative and policy factors that influence implementation
and match appropriate interventions that encourage desired and expected changes.● Implementation of interventions.
+PROCEED stands for Policy, Regulatory & Organizational Constructs in Educational and Environmental Development
It involves the identification of desired outcomes and program implementation● Implementation: Design intervention, assess availability of resources, and
implement program.● Process Evaluation: Determine if program is reaching the targeted population and
achieving desired goals.● Impact Evaluation: Evaluate the change in behavior.● Outcome Evaluation: Identify if there is a decrease in the incidence or prevalence
of the identified negative behavior or an increase in identified positive behavior.
WHO Definition of e-Health
e-Health is the cost-effective and secure use of information and communications technologies in support of health and health-related fields, includingØ health-care servicesØ health surveillanceØ health literatureØ health education, knowledge and research
[World Health Organization, 9th Plenary Meeting, 25 May 2005 - Committee A, 7th Report]
Application of e-Healthü Electronic Health Record (EHR), or Electronic Medical
Record (EMR): systematized collection of patient and population health data in a digital format that is electronically-stored
ü Clinical Decision Support System (CDSS): ICT solution designed to provide health professionals with clinical decision support (CDS) such as assistance with clinical decision-making tasks
ü Telemedicine: physical and psychological diagnosis and treatments at a distance, including tele-monitoring of patient functions
Application of e-HealthData Collection• Use of hand-held devices• Automated information messaging • Use of different data management applications to collect, aggregate, and
report routine data. Data Management and Storage• To address requirements of interoperability and integrated sets of data• More sophisticated data storage to address complexity and variability of
health data across the health enterprise• Relational databases are increasingly the norm, as opposed to the older,
flat database formats that limited functionality and scalability
Application of e-Health
Data analysis, presentation, and use• Extraction and triangulation of health data• Data analysis and synthesis tools to produce routine or ad hoc
reports, identify trends and issues of concerns, and track progress
• Data dashboards and other data visualization tools can be customized to include maps (GIS)
Data quality• Tools for improving data quality include data standardization,
geocoding, data matching, data monitoring, and profiling
m-Health Applications● Rapid collection/sharing of current data via mobile phones● Public health and lifestyle messages over mobile phones● Medication alerts using mobile phones● E-prescribing for repeat prescriptions via mobile phones● Telemonitoring to transmit patient results to clinicians● Transmission of test results to patients via SMS messages● Online electronic health records via computer or phone● Clinical emergency care for accidents, natural disasters● Patient appointment booking and alerts via wireless e-mail (continuity of care)● Efficient workflow via wireless communication
Definition of Inter-Professional Collaboration
Collaborative practice occurs when multiple
health workers from different professional
backgrounds provide comprehensive services
by working with patients, their families, caregivers,
and communities to deliver the highest quality
of care across settings
Fokus Sektor Kesehatan1
Strengthen measures to control disease transmission– Focus on intervention at the upstream level that rely on the
community à community empowerment: Perang Akar Rumputdengan pendampingan melekat
– Prevent higher national health expenditure due to higher number of Covid-19 cases
– Prevent further and higher negative impact to other health programs à e.g. Tuberculosis, HIV-AIDS, Malaria, Immunization, Maternal Health, Child Health
– Prevent human capital loss due to sickness and death
Fokus Sektor Kesehatan2
• Strengthen healthcare capacity– Laboratory services– Hospital services
• Strengthen Surveillance System– Apply the principle of test – treat – isolate – Apply standardized national or sentinel serologic
surveys• Follow WHO criteria and strategy to lifting restrictions
Fokus Sektor Kesehatan3
• Strengthen Primary Health Care to ensure various public health measures– Community empowerment and engagement– Inspection to informal sectors (mis. pasar, warung makan,
industri rumah tangga)– Contact tracing– Surveillance
• Prepare phases to lift the restriction with a clear criteria and protocol à evidence-based decision making
RUMUSAN KESIMPULAN WEBINAR KOLABORASI SESI XIV
Dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. New Normal merupakan strategi pencegahan dengan mengedepankan perubahan perilaku kelembagaan dan penduduk. perubahan perilaku tersebut bertujuan
untuk mencegah penyebaran pandemik, dengan membiasakan situasi yang tidak lazim/umum dan tidak familiar menjadi suatu standar kebiasaan.
2. New Normal dicirikan dengan adanya: penggunaan masker, pengurangan mobilitas, keamanan di sekolah, peningkatan awareness, dsb. Perubahan perilaku terbukti
berdampak pada pencegahan covid-19. sebagai contoh, kebiasaan menggunakan masker Hongkong, Singapura, Korsel, dan Jepang berdampak terkendalinya kurva
penularan di negara dimaksud secara signifikan jika dibandingkan dengan negara yang tidak membiasakan.
3. New Normal dianggap perlu dilakukan sebagaimana pernah dilakukan pada beberapa penyakit lainnya terdahulu. Selain Covid-19 terdapat beberapa contoh
manusia harus hidup berdamai dengan penyakit. Beberapa diantaranya penyakit seperti: penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi (TBC, difteri, tetanus,
hepatitis B, campak, polio, dsb), malaria, demam berdarah, chikungunya hingga penyakit saluran cerna seperti diare, kolera, tifus, dan disentri.
4. Dunia diprediksi tidak akan kembali seperti sediakala. Akan terjadi new normal dengan konteks dunia lebih sehat, lebih aman, dan lebih siap. WHO memberikan 6
kriteria rekomendasi suatu negara dapat new normal antara lain: 1) Surveilans yang kuat, kasus menurun, dan transmisi penularan sudahterkendali; 2) kapasitas
sistem kesehatan mampu meakukan deteksi, isolasi, tes, dan treat untuk setiap kasus, dan melakukan trace untuk setiap kontrak; 3) risiko outbreak dapat
diminimalisir khususnya di faskes dan tempat perawatan lainnya; 4) pengukuran pencegahan dilakukan di tempat kerja, sekolah, dan tempat penting yang sering
dkunjungi masyarakat; 5) risiko 'import' dapat dikelol; dan 6) masyarakat sudah teredukasi, dan diperkuat sehingga dapat menyesuaikan diri dengan new normal.
5. Saat ini masih terdapat keraguan dimana posisi Indonesia saat ini, apakah telah masuk dan siap melaksanakan kriteria WHO dimaksud, atau justru masih jauh dari
posisi tersebut. Dikhawatirkan kondisi Indonesia saat ini merupakan kondisi puncak gunung es, dimana kasus riil dilapangan diperkirakan lebih besar disebabkan:
delay perpindahan spesimen, antrian spesimen di lab, kesiapan alat tes, variasi yang berbeda antara Jawa dan Non Jawa, dan tidak adanya strategi survey serologi
nasional. Dalam hal ini perlu diperhitungkan kesiapan kapasitas sistem kesehatan Indonesia saat ini untuk melakukan deteksi, test, isolasi, dan treat. perlu
diperhitungkan pula kesiapan kita menghadapi risiko outbreak. Kemudian kesiapan tempat umum seperti tempat kerja dan sekolah untuk mencegah penyebaran,
hingga kesiapan Indonesia dalam menyiapkan masyarakat yang siap dengan new normal.
6. Salah satu strategi fokus new normal yang harus dikedepankan saat ini adalah mendorong Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit secara komprehensif.
Dalam hal ini perubahan perilaku menjadi kunci sukses new normal. Kunci sukses lainnya yang harus diperhatikan adalah perlunya kolaborasi antar profesi dan
segenap pemangku kepentingan baik di dalam dunia kesehatan, pendidikan, sosial, pemerintah, hingga bisnis. Kolaborasi ini akan berdampak signifikan pada
kesuksesan intervensi di masyarakat.
7. Terkait dengan kesiapan menuju new normal, berdasarkan penelitian-penelitian Balitbangkes dapat digambarkan beberapa hal sebagai berikut: 1) Meskipun
mempunyai pendidikan lebih tinggi (SMA keatas) dan mempunyai cukup akses terhadap informasi terkait Covid-19, mereka masih belum mempunyai pemahaman
yang optimal terkait penularan dan pengobatan covid-19. Sehingga perlu upaya-upaya yang lebih intensif dan spesifik memberikan kesadaran pada masyarakat
untuk tidak melakukan stigma terhadap kasus terinfeksi. 2) Memberikan kesadaran pada masyarakat untuk lebih terbuka kepada tenaga kesehatan saat anamnesa
skrinning atau deteksi dini dilakukan. Kata lain, menjadikan masyarakat lebih terbuka dan membantu dalam pelaksanaan tracing kasus terpapar/kontak dan
pencegahan penularan lebih lanjut. Dalam hal ini direkomendasikan perlunya upaya PSBK ( Pembatasan Sosial Berskala Kecil level RT/RW, Desa/Kelurahan), melihat
hasil riset terlihat kuatnya peranan dari TOMA dalam pengendalian Covid-19.
8. Menghadapi fase new normal, terdapat beberapa rekomendasi antara lain: 1) Memperkuat kontrol penularan penyakit dengan berfokus pada intervensi di level
akar rumput, mencegah pengeluaran biaya kesehatan nasional yang membesar seiring meningkatnya jumlah pasien covid, mencegah dampak negatif covid pada
program kesehatan lainnya, dan mencegah hilangnya SDM berkualitas; 2) Memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan (RS dan Lab); 3) memperkuat sistem
surveilans; 4) Mengikuti strategi dan kriteria WHO sebagai acuan; 5) memperkuat pendekatan layanan primer untuk penanganan covid-19 termasuk untuk
surveilans, contact tracing dan penguatan masyarakat; 6) menyiapkan fase pengurangan pengetatan dengan protokol dan kriteria yang lebih ketat dengan berbasis
evidence based.
Terima kasih.
#SERIALXV
KESEHATANTRADISIONAL&PROSPEKJAMUINDONESIAERA
PANDEMICOVID-19
13:00–13:05 Pembukaan&PengantarOleh:DR.dr.Supriyantoro,Sp.P,MARS–KetuaUmumIKKESINDO/IndoHCF/KREKI
13:05–13:25 KebijakanPemanfaatanObatTraditionaldiEraPandemiCovid-19Oleh:Dr.dr.InaRosalina,SpA(K),MKes,MHKes-DirekturPelayananKesehatanTradisionalKemenkesRI
13:25–13:45 PotensiTumbuhanObatIndonesiaUntukPengembanganAntiVirusOleh:Dr. Ir.YuliWidiyastuti,MP -PenelitiBalaiBesarTanamanObatdanObatTradisionalTawangmangu
13:45–14:0514:05–14:50
PeranGPJamudiEraPandemiCovid-19Oleh:DwiRannyPertiwiZarman,SE,MH-KetuaGPJamuIndonesia,DosenFKMUIDiskusidanTanyaJawabModerator:Prof.Dr.dr.AgusPurwadianto,SH,MSi,SpFM(K)-KetuaPPKESTRAKI(Perkumpulan Profesi Kesehatan Tradisional danKomplementer Indonesia) danAPKESI(AsosiasiPenelitiKesehatanIndonesia)
14:50–15:00 Rangkuman&Penutup
SUSUNANACARA
Kebijakan Pemanfaatan Obat TraditionaldiEraPandemi COVID-19
Dr.dr.InaRosalina,SpA(K),MKes,MHKes
Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional KEMENKESRI
1
KEBIJAKAN PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL
DI ERA PANDEMI COVID-19
Dr. dr. Ina Rosalina, Sp.A (K), M.Kes, MH.KesDirektur Pelayanan Kesehatan Tradisional
Kementerian Kesehatan RI
disampaikan pada kegiatan Webinar INDOHCF
Kamis, 4 Juni 2020
•59,12% orang Indonesia konsumsi herbal untukmenyehatkan
RISKESDAS 2010
•30,4% rumah tanggamenggunakan caratradisional untukkesehatannya
RISKESDAS 2013•44,3% masyarakatmenggunakanyankestrad baik melaluipraktisi kestrad maupunupaya sendiri
RISKESDAS 2018
DATA PEMANFAATANUPAYA KESEHATAN TRADISIONAL
DEMAND TINGGI
SUMBER: RISKESDAS 2018
PEMANFAATANTOGA
• Pemanfaatan TOGA oleh masyarakat diselenggarakan dalam bentuk Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional.
• Tujuan Asuhan Mandiri Kesehatan Tradisional : masyarakat dapat melakukanpemeliharaan kesehatan dan mengatasi gangguan kesehatan ringan denganPemanfaatan TOGA bagi diri sendiri, keluarga dan kelompok
OBAT TRADISIONAL
bahan bakunya telah distandarisasi
bahan baku & produk jadi telah distandarisasi
UPAYA PEMBUKTIAN SECARA ILMIAH AGAR OT YANG DIGUNAKAN AMAN, BERMANFAAT DAN BERMUTU
KEPERCAYAAN NAKES & MASYARAKAT MENINGKAT
“Obat Tradisional adalahbahan atau ramuanbahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahanhewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran daribahan tersebut yang secara turun temuruntelah digunakan untukpengobatan, dan dapat
diterapkan sesuaidengan norma yang
berlaku di masyarakat”
>11.000 produk23 produk64 produk
Keputusan KBPOM No. HK.00.05.4.2411 tahun2004 Ketentuan Pokok Pengelompokan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia
Empirik
Peraturan KBPOM No. HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka
DEFINISI• Sediaan obat bahan alam yang kemanan
dan khasiatnya secara turun temurunJAMU
• sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikankeamanan dan khasiatnya secara ilmiahdengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi
OHT
•sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikankeamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan ujipraklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinyatelah di standarisasi
FITOFARMAKA
Klaim khasiatdibuktikan
berdasarkandata empiris
Klaimkhasiat
dibuktikansecarailmiah
PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL INDONESIA
PRODUK
PANDUAN BAGI MASYARAKAT
ASUHAN MANDIRI
Produk dalam pelayanan kesehatan tradisional: Integrasi di fasilitas pelayanan kesehatan
(Permenkes No 6 Tahun 2016 tentang FOHAI)
• 57 jenis tanaman• Dalam bentuk sediaan
modern
• 65 jenis tanaman• 46 jenis gangguan kes
Panduan bagi masyarakat dalam pemanfaatan ramuan obat tradisional
Indonesia (Kepmenkes RI
No.HK.01.07/MENKES/187/2017 tentang FROTI)
Pemberdayaan masyarakat melalui asuhan mandiri pemanfaatan TOGA (Permenkes Nomor 9 Tahun 2016 tentang Upaya Pengembangan Kesehatan Tradisional melalui Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Keterampilan)
PEMANFAATAN TANAMAN OBAT Tanaman obat
untuk Meningkatkan
memori, kesehatan dan
kecerdasan otak : pegagan
Tanaman obat untuk suportif Jantung dan
Pembuluh darah : Bawang putih, kunyit, miana
Tanaman obatuntuk mengatasi
gangguanlambung : Jahe,
kapulaga, kunyit, temulawak
Tanaman obat untuk mengatasi
Konstipasi/sembelit : Daun sendok, daun wungu, lidah buaya
Tanaman obat untuk
meningkatkan kesehatan hati : kunyit, meniran,
temulawak
Tanaman obat untuk haemorrhoid/ambeien
: Daun Wungu
Tanaman obat untuk mengatasi infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) :
sambiloto
Tanaman obat untuk aprodisiak : cabe jawa, pasak bumi, purwoceng
sambiloto
kunyit Meniran
Temulawak
Daunsendok
Lidah buaya
cabe jawa purwoceng
pegagan
bawangputih
Miana
Daun ungu
Jahe Kapulaga
Sumber : FOHAI, FROTI, Buku saku petunjuk praktis pemanfaatan TOGA dan Akupresur
HATI/LEVER
SALURAN PENCERNAAN
SALURAN PERNAFASAN
OTAK
JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
LAMBUNG
SALURAN PENCERNAAN
REPRODUKSI
PRINSIP KERJA PEMANFAATAN CARA TRADISIONAL (OBAT TRADISIONAL/HERBAL)
Merevitalisasi Fungsi Tubuh
Tubuh dapat bekerja secara optimal
Kemampuan tubuh dalam beradaptasi
terhadap lingkungan
menjadi baik
Sumber: Pedoman Pencegahan dan PengendalianCoronavirus Disease (COVID-19) Revisi ke-4
v VIRUS JENIS BARU YANG MEMILIKI SELUBUNG GLIKOPROTEIN
à BAGIAN LUAR TDD PROTEIN YANG MEMILIKI UJUNG BULAT (CORONA)
MUDAH MENYEBAR DAN SANGAT MUDAH MENULAR PADA MANUSIADENGAN MATERIAL YANG TERJANGKIT VIRUS, TAPI MUDAH HANCUROLEH :v PELARUT LEMAKv DETERJEN/SABUNv DESINFEKTAN
Daya tahan tubuh Kemampuan fisik untuk menangkal
semua jenis kuman yang masuk kedalam tubuh.
Bila daya tahan tubuh baik , tubuh akan selalu sehat, sebaliknya bila daya
than tubuh menurun , kuman mudah masuk,sehingga gampang terserang
penyakit
PENTING
OBAT TRADISIONAL/ ?? RAMUAN
12
PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENANGANAN COVID-19
Konvensional Tradisional
PENCEGAHAN PENGOBATAN
• Upaya kebersihan personal
• Peningkatan Imunitas diri dan pengendalian Komorbid
dilakukan sesuai SOP/CP
PENCEGAHAN PENGOBATAN
• Pemanfaatan herbal/ rempah untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Sebagai pelengkap/ komplemen
terapi konvensional
13
PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL
EMPIRICAL BASED
EVIDENCED BASED
Sediaan modern Sediaan ModernSediaan Segar
OHT FITOFARMAKA
• Memiliki izin edar dari BPOM• Kondisi kemasan dalam keadaan baik• Bentuk fisik dalam keadaan baik• Teruji secara ilmiah (praklinik/ klinik)
• Memiliki izin edar dari BPOM• Kondisi kemasan dalam
keadaan baik• Bentuk fisik dalam keadaan
baik
•Jenis tanaman, komposisi dantakaran yang tepat•Pengolahan yang baik dan benar•Cara mengkonsumsi dengan benar• dapat dilakukan secara mandiri
Pemanfaatan Obat Tradisional utamanya sebagai upaya :•Peningkatan daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit•Mencegah penyakit atau resiko Kesehatan•Mengatasi keluhan Kesehatan ringan •Pemulihan dan perawatan Kesehatan, meningkatkan Kesehatan dan kebugaran
PERLU DIKETAHUI
PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL DALAM PENANGANAN COVID-19
14
sebagai Imunomodulator Mengatasi faktor
Komorbid Covid 19
Tanaman Obat yang mengandung zak aktifseperti: • Jahe Merah (Quercetin)• Temulawak ( Curcuminoid)• Kunyit (Curcumin,
bisdesmetoksicurcumin)• Meniran ( Flavonoid) • Empon empon
• Tekanan Darah tinggi : Seledri, bawang putih
• Kencing manis/Diabetes: Daun salam, sambiloto
• Obesitas : daun jatibelanda, daun ceremai
Sumber : Petunjuk Praktis Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Akupresur, Promotif Preventif dengan Kesehatan Tradisional
Mengurangi Gejala Covid 19
• Batuk Pilek : rimpangkencur
• Sakit Kepala : bawangputih dan antanan
• Sulit tidur : biji pala• Mual muntah : Jahe
TANAMAN OBAT YANG BERFUNGSI UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH
(IMUNOMODULATOR)
Bentuk RimpangJahe, Jahe Merah, Kunyit, Temulawak, kencur, Lengkuas
Bentuk DaunSirih, Kelor, Katuk, Pegagan, Seledri
Bentuk BatangSerai dapur/Sereh
Bentuk Kulit Kayukayu manis
Bentuk BuahJeruk nipis, lemon, jambu biji
Bentuk BijiJintan Hitam
15
The picture can't be displayed.
The picture can't be displayed.
The picture can't be displayed.
The picture can't be displayed.
The picture can't be displayed.
The picture can't be displayed.
Sumber: Modul TOT Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Akupresur
MEKANISME PERTAHANAN TUBUH (1)
Jahe meningkatkanaktivitas sel Natural Killer
dalam melisis target produksi IL-6,
meningkatkan induksiproliferasi sel pembentuk
Antibodi
Temulawak, Kunyit, menstimulasi
pembentukan sel T, Natural Killer sel,
makrofag
Pegagan, meningkatkanproduksi IL2 dan
meningkatkan indeksfagositosis
Kelor, meningkatkan sel T Helper yang berfungsiuntuk mengaktifkan
makrofag untukmelakukan fagositosis
Kencur mengandung flavanoid yang bersifat
stimulator untukmeningkatkan kemampuan
efek mikrobisidal danfagositosis / penelanan
Sambiloto, meningkatkanproduksi Limfosit B yang akan mengikat antigen
dan meningkatkan proses fagositosis dan
16
Sistem ImunitasTubuh
MEKANISME PERTAHANAN TUBUH (2)
Bawang Putih,Menghambat
pembentukan dinding selbakteri
Meniran (Pylantus Niruri), memodulasi sistem imun
melalui proliferasi dan aktivasi limfosit T dan B
Sereh, Lemon dan Jambu Biji sebagai antioksidan
Kayu Manis, meningkatkan sel T
Helper yang berfungsiuntuk mengaktifkan
makrofag untukmelakukan fagositosis
Sirih, meningkatkanaktifitas fagositosis
Jintan Hitam, Meningkatkan jumlahdan fungsi Sel T Killer
17
SistemImunitas
Tubuh
PERCEPATAN PENGEMBANGAN & PEMANFAATAN FITOFARMAKA
PERAN LINTAS SEKTOR
PEMERINTAH
AKADEMISI
PRAKTISIBISNIS
MASYARAKAT
• SATGAS PERCEPATAN PENGEMBANGAN & PEMANFAATAN FF• REGULASI K/L TERKAIT
SESUAI TUPOKSI
• PENELITIAN OBAT TRADISIONAL
• PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL DI FASYANKES
• HILIRISASI PENELITIAN OT MENJADI PRODUK FITOFARMAKA
• MENDORONG & MEMANFAATKAN OT YANG AMAN, BERMANFAAT, DAN BERMUTU SECARA CERDAS
DIDASARKAN DAN SESUAI KEBUTUHAN
MASYARAKAT & PROGRAM
PEMERINTAH
SITUASI SAAT INI
19
Pembangunan Kesehatan
Mewujudkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat
Mendorong masyarakat untukmampu memelihara kesehatan, serta mengatasi gangguankesehatan ringan denganKESEHATAN TRADISIONAL
• Pemanfaatan TanamanObat/Jamu
• Obat Herbal Terstandar• Fitofarmaka
Surat Edaran Dirjen PelayananKesehatan Nomor HK.02.02/IV/2243/2020 tentang Pemanfaatan Obat Tradisionaluntuk Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan Penyakit dan PerawatanKesehatan
Surat Edaran Dirjen Pelayanan KesehatanNomor HK.02.02/IV/5643/2019 tentangPemanfaatan Taman Obat Keluarga(TOGA) sebagai sarana Edukasi bagimasyarakat
23
PRINSIP PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL
Diutamakan sebagai promotif & preventif
Harus aman, berkhasiat, & bermutu
Menggunakan OT yang teregistrasi di BPOM
OT yang bersumber dari hewan harus memiliki
sertifikat halal
Tidak dalam bentuk simplisia, kecuali dalam rangka
penelitian berbasis pelayanan
Tidak boleh digunakan dalam keadaan
kegawatdaruratan & keadaan yg potensial membahayakan jiwa
Mengacu kepada Kepentingan Terbaik Pasien à Informed
Consent
Pimpinan Fasyankes Berwenang Menetapkan
Jenis OT yg akan Digunakan
• Pasal 47• Pasal 48• Pasal 59
UU No 36/2009tentang
Kesehatan
SISTEM KESEHATAN NASIONAL
(PERPRES NO 72 THN 2012)
PP NO 103/2014TTG YANKESTRAD
WHO STRATEGY ON TRADITIONAL MEDICINE
(2014-2023)3 SASARAN STRATEGI T&CM
PP 47/2016 ttg FasyankesPasal 4 (i): Fasyankestrad merupakan salah satu bagian dari fasyankes
• PMK No 90/2013 ttg SP3T• PMK No. 8/2014 ttg Pelayanan Ke
sehatan SPA • PMK No.6/2016 ttg Formularium O
bat Herbal Asli Indonesia (FOHAI)• PMK No.9/2016 ttg
UpayaPengembangan Kestrad melalui Asman Pemanfaatan TOGA dan Keterampilan
• PMK No.61/2016 ttg Yankestrad Empiris
• PMK No 37/2017 ttg Yankestrad Integrasi
• PMK No 15/2018 ttg Penyelenggaraan Yankestrad Komplementer
• KMK No.HK.01.07/ MENKES/ 187/2017 ttg FROTI
DASAR HUKUM PENYELENGGARAANPELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
UU No 5/2017tentang Pemajuan
Kebudayaan
UU No 36/2014tentang Tenaga
Kesehatan
SENYAWA YANG BERSIFAT IMMUNOMODULATOR PADA TANAMAN OBAT
25
No Nama Tanaman Bagian yang digunakan
Kandungan Zat Aktif
1 Jahe Merah (Zingiber officinale. Linn.
var. rubrum) Rimpang Quercetin
2 Jahe (Zingiber officinale) Rimpang Gingerol dan shogaol
3 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
Rimpang Curcuminoid
4 Kunyit (Curcuma domestica Val.) Rimpang Curcumin (demetoksicurcumin dan bisdesmetoksicurcumin)
5 Temu Mangga (Curcuma manga) Rimpang Flavonoid, curcuminoid
6 Kencur (Kaempferia galanga L.) Rimpang Flavonoid
7 Lengkuas (Alpinia galanga)
Rimpang
Galangin, kaemferol dan quersetin
26
SENYAWA YANG BERSIFAT IMMUNOMODULATOR PADA TANAMAN OBAT
No Nama Tanaman Bagian yang digunakan
Kandungan Zat Aktif
8
Jambu Biji (Psidium guajava)
Buah Vitamin C, flavonid, guaijavarin dan
quercetin
9
Lemon (Citrus limon)
Buah dan kulit Vitamin C, flavonoid dan fenolik.
10 Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) Buah Vitamin C
11 Sereh (Cymbopogon citratus) Herba Flavonoid dan fenolik
12 Kayu manis (Cinnamomum
burmannii) Kulit kayu Minyak atsiri dan eugenol
4/22/2020 27
No Nama Tanaman Bagian yang digunakan
Kandungan Zat Aktif
13 Kelor (Moringa oleifera) Daun Saponin dan flavonoid
14 Sirih (Piper betle) Daun Alkaloid, flavonoid, polevenolad, dan tanin
15 Meniran (Phyllanthus
nuriri L.) Herba Flavonoid
16 Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
Herba Triterpenoid, steroid, dan saponin
17 Bawang Putih (Allium
sativum) Umbi Fenolik (Flavonoid, fenolik, dan tannin)
18 Jintan Hitam (Nigella
sativa) Biji Thymoquinone
SENYAWA YANG BERSIFAT IMMUNOMODULATOR PADA HERBAL/REMPAH
Potensi Tumbuhan Obat IndonesiaUntukPengembangan AntiVirus
Dr.Ir.Yuli Widiyastuti,MP
Peneliti Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu
POTENSI TUMBUHAN OBAT INDONESIA UNTUK
PENGEMBANGAN AGENT ANTIVIRUS
Yuli WidiyastutiBalai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat
TradisionalBadan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
Disampaikan pada Webinar INDOHCF 4 Juni 2020
2
VIRUSTerdapat beberapa definisi tentang Virus
Infectious agent with both living and
nonlivingcharacteristics that is totally dependent on a
host cell.
1
A pathogen or disease causing agent, not
considered living because it cannot
reproduce on its own.
2
Small, non living, infectious particles containing genetic material in the form of DNA or RNA with protein capsule, called the capsid
3
A non-cellular particle made up genetic material and protein than can invade living cells.
4
www.CompanyName.com
KEBO
5
MANAJEMEN PENYAKITBeberapa alternatif penanganan atau pengobatan penyakit
akibat virus
Aclicovir general1
3
4
www.CompanyName.com
KEBO
2
5 Peningkatan daya tahan tubuh
Topikal/lokal dengan irigasiantiseptik
ARV
Vaksinasi dengan vaksin aktif
Salix - AspirinHippocrates (Yunani) – menggunakan kulit kayu willow untuk mengobati nyeri.
1897 – Ahli kimia Bayer Co. (Germany)– mensintesa à aspirin
Tumbuhan Obat Indonesia??
RISTOJA
Tahap I2012
Tahap III2017
Tahap II2015
Identifikasi dan analisis lanjut
Database Tumbuhan obat dan Jamu
HASIL RISTOJARISTOJA RAMUAN INFO
TUMBUHANSPESIES HERBARIUM
2012 15.773 19.819 1.740 13.574
2015 10.048 16.218 1.559 9.616
2017 6.193 11.429 1.144 4.553
JUMLAH 32.014 47.466 2.848 Spesies
27.743 Nomor Koleksi
552
268
94129
791 645
369
2012 2015
2017
Jumlah TO yang berhasil diidentifikasi selamaRISTOJA TOTAL 2.848 spesies
Tanaman Obat yang telah dilakukan ujiantiviral
No Spesies Ekstrak Jenis Virus Pustaka
1 Echinaceae purpurea n-hexane herpes Binns et al., 2002
2 Phyllanthus urinaria aceton Herpes symplextype 2
Yang et al., 2007
3 Rhamnus fragula,Rhamnus purshianus,Rheum officinale
EtOH Herpes Sydiskia et al., 1991
4 Rhus javanica EtOH Herpes Kurokawa et al., 1999
5 Corydalis yanhusuo EtOH HIV Wang & Ng, 2001
6 Monotes africanus EtOH HIV Meragelman et al., 2001
7 Phaseolus vulgaris EtOH HIV Fang et al., 2010
8 Camellia chinensis Chatekin Influensa Song et al., 2005
Mekanisme Antivirus Tanaman Obat
• Menghambat sistesis RNA dan bereaksidengan membran virus
• Merusak sebagian envelop virus• Menghambat replikasi dan anti-hemaglutinasi• Menghambat penetrasi virus pada sel melalui
modulasi struktur permukaan virus• Memproduksi antibodi• Menghambat pertumbuhan virus, dll
Hasil Ristoja 2012, 2015 dan 2017 30
Tumbuhan Obat yang digunakan oleh Battra untuk pengobatan penyakit yang indikasinya akibat infeksi virus
�
� 409 spesies
� 97 spesies
�40 spesiesHerpes
�183 spesies
Flu/masuk angin
�47 spesiesGondongen
HIV34 spesies
Sakit kuning
Campak
10 Tanaman Obat Terbanyak UntukPenyakit Akibat Virus Hasil Ristoja
31
Herpes Flu/masuk angin HIV
Ficus septica Zingiber officinale Grapthophyllum pictum
Zinggiber officinale Curcuma longa Zingiber montanum
Aleurites molucanus Allium cepa Piper betle
Melicope sp. Ageratum conyzoides Areca catechu
Lygodium microphyllum Kaempferia galanga L. Cinnamomum verum
Cocos nucifera Syzygium aromaticum Cocos nucifera
Amylotecha dyctiophleba Acorus calamus Cordyline fruticosa
Psidium guajava Blumea balsamifera Curcuma lona
Vitex negundo Piper betle Mymercodia pendans
Alstonia scholaris Premna corymbosa Canna edulis
TO Indonesia Promising UntukAntiviral
Zingiberaceae
Acanthaceae
Piperaceae
Apiaceae Apocynaceae
Annonaceae
Asteraceae
Liliaceae
Lauraceae
Mengembangkan TO Indonesia untukAntiviral
Data Etnomedisin/Ristoja
Observasi klinik Analisis Data: Fidelity leveldan use value
TO terpilihTO terpilih
Ekstraksi dan uji bioassay
Kandidat TO
Ekstraksi dan uji bioassay
Kandidat TO
Eksplorasi Random
Studi Kemotaksonomi
Pengumpulan spesimen
Bioassay Guided Exstraction
Kandidat TO
A B C
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
1. MEMBERIKAN DONASI PRODUK JAMU
GP JAMU MENYALURKAN DONASI BERUPA PRODUK PRODUK JAMU DARI ANGGOTA GP JAMU LEWAT JALUR KEMENTRIAN KESEHATATAN DAN DINAS KESEHATAN
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
1. MEMBERIKAN DONASI PRODUK JAMU
GP JAMU MENYALURKAN DONASI BERUPA PRODUK PRODUK JAMU DARI ANGGOTA GP JAMU LEWAT JALUR BPOM & BALAI POM
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
MEMBERIKAN DONASI PRODUK JAMU
GP JAMU MENYALURKAN DONASI BERUPA PRODUK PRODUK JAMU DARI ANGGOTA GP JAMU LEWAT JALUR SATGAS DPR RI
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
MEMBERIKAN DONASI PRODUK JAMU
GP JAMU MENYALURKAN DONASI BERUPA PRODUK PRODUK JAMU DARI ANGGOTA GP JAMU LEWAT JALUR GUBERNUR
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
MEMBERIKAN DONASI PRODUK JAMU
GP JAMU MENYALURKAN DONASI BERUPA PRODUK PRODUK JAMU DARI ANGGOTA GP JAMU LEWAT JALUR WALIKOTA BEKASI
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
MEMBERIKAN DONASI PRODUK JAMU
GP JAMU MENYALURKAN DONASI BERUPA PRODUK PRODUK JAMU DARI ANGGOTA GP JAMU LANGSUNG KEMASYARAKAT
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
2. PEMASANGAN SPANDUK EDUKASI
PEMASANGAN SPANDUK EDUKASI TERKAIT COVID -19 DI LINGKUNGAN INDUSTRI
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
3. MEMBERIKAN EDUKASI LANGSUNG KE MASYARAKAT TERKAIT SOCIAL
DISTANCING, COVID -19 DI MESJID, MUSOLA DAN TEMPAT UMUM LAINNYA
4. MEMBERIKAN SEMBAKO KEPADA PARA MASYARAKAT YANG BERADA DI WILAYAH INDUSTRI JAMU
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
5. EDUKASI MELALUI MEDIA ONLINE TERKAIT PENGUNAAN JAMU UNTUK DAYA TUBUH
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
1. Ruang lingkup industri Jamu meliputi bidang usaha:
a. Obat tradisional,
b. Jamu serbuk,
c. jamu cairan obat dalam,
d. jamu oles,
e. tapel, pilis
f. Minuman
2. Bahan Baku Jamu
a. Tumbuhan
❖ Bentuk Simplisia contoh jahe untuk minuman jamu,wedang
uwuh, Jamu Godogan
❖ Bentuk Setengah Jadi, Berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (Serbuk dan ekstrak)
❖ Produk Jadi
b. Hewan
RUMUSAN KESIMPULAN WEBINAR KOLABORASI SESI XV
Dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Indonesia selama ini memiliki banyak kultur daerah yang menggunakan cara tradisional guna menyehatkan tubuh. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, 44,3%
masyarakat menggunakan upaya kesehatan tradisional baik melalui praktisi kesehatan tradisional ataupun melalui upaya sendiri. Berdasarkan data Riskesdas tahun
2010, 59,12% penduduk mengkonsumsi herbal untuk kesehatan tubuh. Kondisi ini menunjukkan adanya permintaan yang tinggi atas upaya kesehatan tradisional
termasuk penggunaan konsumsi herbal seperti jamu.
2. Herbal antivirus utama teratas yang diakui dunia saat ini adalah bawang putih, lemon balm, turmeric/kunyit, jahe, oregano, dan elderbery. Banyak jenis tanaman
obat yang telah dilakukan uji antiviral selama ini. Berdasarkan sejarah, kejadian pandemi flu burung pada akhirnya menggunakan obat tamiflu yang berasal dari
tumbuhan tradisional. Tanaman obat antivirus bekerja dengan menghambat sistesis RNA dan bereaksi dengan membran virus; merusak sebagian envelop virus;
menghambat replikasi dan antihemaglutinasi; menghambat penetrasi virus pada sel; memproduksi, antibodi, hingga menghambat pertumbuhan virus.
3. Di Indonesia, berdasarkan riset tumbuhan obat dan jamu (Ristoja) yang dilakukan pada tahun 2012, 2015, dan 2017 diperoleh informasi bahwa di Indonesia
terdapat 32,014 jenis ramuan, 47.466 informasi tumbuhan, 2848 spesies tumbuhan obat, dan 27,743 nomor koleksi herbarium. Berdasakan hasil ristorja ditemukan
pula 10 tanaman obat terbanyak yang digunakan untuk penyakit akibat virus hasil Ristoja seperti herpes, flu/masuk angin, dan HIV. Dalam hal ini tanaman obat di
Indonesia sangat menjanjikan untuk digunakan seabgai antiviral.
4. Obat tradisional atau herbal memiliki tujuan untuk merevitalisasi fungsi tubuh sehingga tubuh dapat bekerja secara optimal. Hal ini akan berdampak pada
kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan secara baik. Hal ini sangat relevan dengan kebutuhan peningkatan daya tahan tubuh penduduk saat
kejadian pandemi seperti pandemi covid-19 saat ini. Penggunaan pendekatan ramuan tradisional dapat sangat berperan baik untuk pencegahan dan pengobatan.
pencegahan dilakukan melalui peningkatan daya tahan tubuh dan pengobatan dapat digunakan sebagai pelengkap/komplementer terapi konvensional.
5. Virus covid-19 yang mudah menyebar dan menular, namun virus ini mudah hancur oleh pelarut lemak, deterjen/sabun, dan disinfektan. Kemampuan fisik tubuh
yang baik untuk menangkal dan memerangi virus ini sangat penting. Hal ini penting menjadi dasar bagi pengobatan tradisional/ramuan dalam meningkatkan daya
tahan tubuh secara baik sehingga tidak gampang terserang virus.
6. Dalam penanganan covid-19, obat tradisional sangat bermanfaat untuk imunodulator; untuk mengurangi gejala covid-19; dan mengatasi faktor komorbid covid-19.
Sebagai imunodulator, dapat dimanfaatkan tanaman obat yang mengandung zat aktif seperti jahe merah, temulawak, kunyit, meniran, dan empon-empon. Sebagai
pengurang gejala, dapat dimanfaatkan rimpang kencur, bawang putih, antanan, biji pala, dan jahe. Dan untuk mengatasi faktor komorbid covid-19 dapat
dimanfaatkan seledri, bawang putih, daun salam, sambiloto, hingga daun jati belanda dan daun ceremai.
7. Saat ini diperlukan pengembangan dan pemanfaatan fitofarmaka dengan melibatkan peran lintas sektor baik bisnis, praktisi, masyarakat, akademisi, hingga
pemerintah. Banyak hal yang dapat dilakukan baik hilirisasi penelitian menjadi produk, pemanfaatan obat di faskes, hingga pemanfaatan regulasi yang baik sesuai
kebutuhan publik. Lemahnya pengembangan fitofarmaka selama ini berdampak pada lemahnya perhatian pada sektor obat tradisional dan lemahnya pelibatan
sektor obat tradisional dalam pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan covid-19.
8. Selama covid-19, Jamu masih kurang diberikan ruang dalam pelayanan kesehatan di Faskes, baik sebagai peningkat daya tahan tubuh, maupun sebagai
pelengkap/komplementer terapi konvensional. Disisi lain seharusnya pemanfaatan obat tradisional dapat diperkenalkan dan didorong lebih banyak lagi guna
peningkatan kualitas daya tahan tubuh masyarakat dan tenaga kesehatan menghadapi covid-19, terlebih obat tradisional jauh lebih terjangkau oleh masyarakat luas
sehingga tidak membebani daya beli penduduk.
9. Banyak hal yang perlu dilakukan agar lebih banyak lagi upaya pemanfaatan obat jamu bagi kepentingan penanganan covid-19 dan pembangunan kesehatan
nasional. salah satu yang perlu didorong adalah meningkatkan jenis obat herbal yang terstandar fitofarmaka khususnya obat-obat yang bersifat antivirus.
Terima kasih.