Program Sosial Edukatif : Upaya Peningkatan Kesadaran Anak Sekolah Dasar Terhadap Pendidikan di...

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam peranannya di masa yang akan datang (Hasbullah, 2012: 4). Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah negara yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sebuah bangsa. Kurangnya tenaga pengajar, masalah ekonomi, dan pemerataan alokasi dana yang belum merata tidak henti- hentinya menjadi faktor penyebab yang membuat kualitas pendidikan di Indonesia tidak meningkat. Di negara maju, seperti Finlandia, sistem pendidikan kini sudah mulai menggunakan inovasi-inovasi baru dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di negaranya. Menurut evaluasi PISA (Programme for International Student Assessment ), lembaga yang mengukur kemampuan siswa di seluruh dunia, pada tahun 2013, menempatkan Finlandia sebagai peringkat pertama sedangkan Indonesia masih berada di peringkat ke-60. 1 Indonesia akhir-akhir ini sedang berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dalam negeri. Data 1 PISA, 2013 Database. http://www.oecd.org/pisa/46643496.pdf Diunduh pada 07 April 2014 1

Transcript of Program Sosial Edukatif : Upaya Peningkatan Kesadaran Anak Sekolah Dasar Terhadap Pendidikan di...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan

peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan latihan dalam peranannya di masa yang akan datang

(Hasbullah, 2012: 4). Pendidikan merupakan salah satu

faktor penentu keberhasilan sebuah negara yang memiliki

peranan penting dalam meningkatkan kualitas sebuah

bangsa. Kurangnya tenaga pengajar, masalah ekonomi, dan

pemerataan alokasi dana yang belum merata tidak henti-

hentinya menjadi faktor penyebab yang membuat kualitas

pendidikan di Indonesia tidak meningkat. Di negara

maju, seperti Finlandia, sistem pendidikan kini sudah

mulai menggunakan inovasi-inovasi baru dalam upaya

meningkatkan kualitas pendidikan di negaranya. Menurut

evaluasi PISA (Programme for International Student Assessment),

lembaga yang mengukur kemampuan siswa di seluruh dunia,

pada tahun 2013, menempatkan Finlandia sebagai

peringkat pertama sedangkan Indonesia masih berada di

peringkat ke-60. 1

Indonesia akhir-akhir ini sedang berupaya

meningkatkan kualitas pendidikan dalam negeri. Data1 PISA, 2013 Database. http://www.oecd.org/pisa/46643496.pdf Diunduh pada 07 April 2014

1

dari Kementrian Keuangan, Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya dialokasikan

hingga 20% untuk meningkatkan kualitas pendidikan.2 Hal

tersebut belum efektif dan belum berhasil dalam upaya

pemerataan alokasi dana pendidikan terhadap daerah-

daerah terpencil yang sangat jauh dan sulit dijangkau,

baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Selain itu, fasilitas sekolah, kualitas dan kuantitas

tenaga pengajar juga merupakan hal yang sangat penting

dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Masalah tersebut menjadi dampak yang sangat besar

bagi sebagian masyarakat terutama mereka yang tinggal

di daerah yang sulit untuk dijangkau. Mereka belum bisa

merasakan bagaimana rasanya mengenyam pendidikan yang

layak dan nyaman. Dengan demikian, perekonomian

masyarakat tersebut terhambat karena mobilitas yang

rendah dan pertumbuhan ekonomi yang sangat lambat. Pada

akhirnya, masalah tersebut juga berdampak pada masalah

pendidikan. Kesadaran siswa untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi menjadi

menurun. Inilah yang menyebabkan mengapa kebanyakan

dari mereka lebih memilih untuk bekerja atau menikah di

usia muda setelah mereka lulus dari SMP dan jarang yang

melanjutkan ke SMA. Masalah ini akan terus-menerus

2 Alokasi APBN Kementrian Keuangan, 2013. www.anggaran.kemenkeu.go.id/Content/RAPBN.pdf Diunduh pada 07 April 2014

2

terjadi dan menjadi sebuah masalah yang sangat besar

dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di

Indonesia. Sebagai mahasiswa, kita seharusnya peka dan

peduli terhadap masalah yang terjadi di sekitar kita

untuk melakukan perubahan.

Kondisi seperti ini telah terjadi di Kecamatan

Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Berdasarkan

data Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu pada

tahun 2010, menunjukkan bahwa Kabupaten Indramayu

menduduki peringkat ketiga dalam hal Angka Melek Huruf

(AMH) dengan angka 93,97% dan peringkat ketiga juga

dalam Angka Partisipasi Sekolah (APS) yaitu 98,07% di

bawah Kabupaten Bogor yang menempati peringkat pertama

dan Kabupaten Cianjur peringkat kedua.3 Selain itu,

data dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), tahun 2011-2012,

Kabupaten Indramayu juga tercatat sebagai salah satu

wilayah pemasok TKI terbesar di Jawa Barat, bahkan se-

Indonesia.4

Hal tersebut merupakan masalah yang sangat besar

dan harus segera dibenahi. Fenomena seperti ini akan3 Badan Pusat Statiski Jawa Barat, 2011. Angka Melek Huruf http://jabar.bps.go.id/subyek/angka-melek-huruf-amh-dan-angka-partisipasi-sekolah-aps-jawa-barat-tahun-2008-2011 Diakses pada 07 April 20144 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI, 2012. http://www.bnp2tki.go.id/statistik/statistik-penempatan/6779-penempatan-berdasar-daerah-asal-kotakabupaten-2011-2012.html Diakses pada 07 April 2014

3

terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah

penduduk dan kebutuhan yang semakin meningkat. Masalah

ini juga akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi dan

perkembangan pembangunan Kabupaten Indramayu.

Peningkatan kualitas pendidikan pun juga akan

terganggu. Pada akhirnya, masyarakat Indramayu akan

menghadapi sebuah masalah dilematik terhadap dunia

pendidikan. Mereka akan berada pada situasi untuk

memilih diantara dua pilihan, pendidikan atau

pemenuhan kebutuhan. Inilah yang terjadi di Kabupaten

Indramayu yang pada kenyataanya di lapangan, mereka

lebih memilih pilihan untuk memenuhi kebutuhan mereka

terlebih dahulu dibandingkan pendidikan sesuai dengan

teori piramida kebutuhan Abraham Maslow (Robert Poston,

2009)

Oleh karena itu, mereka harus segera mendapatkan

sebuah program pemberdayaan sumber daya manusia yang

bisa meningkatkan kesadaran mereka terhadap pentingnya

dunia pendidikan. Program Sosial Edukatif (Prosektif)

ini dirancang untuk melakukan pencerdasan dan perubahan

pola pikir masyarakat Indramayu terhadap pentingnya

dunia pendidikan. Program ini akan dilakukan dengan

cara penyuluhan, pelatihan, permainan, pendongengan,

penontonan film kartun, dan hal lainnya yang di

dalamnya terdapat nilai-nilai edukasi terhadap

4

masyarakat Indramayu khususnya orang tua dan siswa-

siswi SD.

Program ini tentunya harus berjalan secara terus

menerus karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

mengubah perilaku seseorang dari kehidupan biasanya

(AG. Lunadi,1989: 3). Pada akhirnya, program ini

diharapkan dapat membantu mereka untuk menyadarkan dan

mengutamakan pendidikan sehingga mereka dapat

melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi,

paling tidak mereka melaksanakan wajib belajar 12 tahun

seperti apa yang telah dicanangkan oleh pemerintah

daerah Jawa Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu merupakan

daerah yang berada di kaki Gunung Tampo Mas, daerah

yang cukup sulit untuk dijangkau. Pendistribusian alat-

alat peraga dan kurangnya pemerataan pembangunan sarana

dan prasarana pendidikan sangat terasa oleh warga

sekitar, sehingga mereka belum merasakan pendidikan

yang layak dan nyaman. Hasilnya, Angka Partisipasi

Sekolah (APS) sangat rendah. Hal ini juga tidak

ditunjang dengan perekonomian masyarakat yang tidak

mampu menyekolahkan anaknya hingga ke tingkat yang

lebih tinggi. Pendidikan bukan prioritas utama lagi

bagi mereka. Mereka akan lebih memilih untuk bekerja

5

untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka terlebih dahulu.

Mereka tidak sadar bahwa pendidikan itu sangat penting

bagi masa depan dan pembangunan wilayah mereka sendiri.

Melihat masalah tersebut, penulis ingin

memperkenalkan prosektif kepada masyarakat Kabupaten

Indramayu terhadap pentingnya pendidikan. Hasilnya bisa

dilihat dari seberapa banyak anak yang melanjutkan

pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu,

penulis juga ingin melihat efektivitas dari prosektif

ini ketika nanti dijalankan pada waktunya.

1.3 Uraian Singkat Gagasan Kreatif

Akhir-akhir ini sudah banyak sekali program yang

menawarkan kepada seluruh anak muda terutama mahasiswa

untuk melakukan pengabdian masyarakat. Kegiatan

tersebut biasanya terfokus pada program pengajaran

yaitu untuk menjadi seorang guru atau tenaga pengajar

bantuan untuk beberapa bulan dan tinggal di daerah

terpencil dan sulit dijangkau. Beberapa program

tersebut seperti Indonesia Mengajar, Indonesia

Berkibar, Sekolah Guru Indonesia, Voulenteer Teaching

Indonesian Children, 1000 guru, dan masih banyak lagi

program-program serupa lainnya yang intinya memanggil

mahasiswa untuk menjadi relawan sebagai pengajar

bantuan.

6

Program Sosial-Edukatif (Prosektif) hadir sebagai

langkah awal untuk mendongkrak terlebih dahulu dan

menyadarkan orang tua dan murid terhadap pentingnya

pendidikan. Penulis menawarkan sebuah gagasan dan

terobosan terbaru tentang sebuah program pemberdayaan

ini. Prosektif ini merupakan program pelatihan dan

penyuluhan tentang pentingnya pendidikan bagi masa

depan mereka. Prosektif akan dilakukan secara terus

menerus guna membangkitkan semangat dan menyadarkan

anak-anak khususnya anak SD agar dapat mewujudkan cita-

cita mereka. Program ini dilakukan dengan cara bermain,

menonton film, mendongeng yang di dalamnya terdapat

nilai-nilai edukasi sehingga mereka bisa sadar bahwa

pendidikan itu penting bagi masa depan mereka.

Begitu juga dengan para orang tua. Mengubah mind-

set seseorang memang tidak mudah begitu saja dan

membutuhkan waktu yang cukup lama, apalagi ketika

kebutuhan primer mereka belum terpenuhi. Mereka

biasanya mengesampingkan dunia pendidikan bagi anak-

anaknya. Orang tua memiliki peranan yang sangat penting

dalam perkembangan anak-anaknya dan berperan sebagai

pendukung dana sekolah bagi anak-anaknya. Oleh karena

itu, prosektif juga akan didukung dengan kegiatan

penyuluhan dan pelatihan socialpreneurship untuk masyarakat

di sana sebagai program pendukung prosektif. Prosektif

akan memberikan semacam keterampilan dan pelatihan

7

wirausaha untuk orang tua agar masalah ekonomi mereka

bukan menjadi penghalang untuk melanjutkan anak-anaknya

bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Prosektif ini

diharapkan bisa menyadarkan orang tua dan anak-anaknya

bahwa pendidikan itu penting bagi masa depan mereka dan

untuk pembangunan wilayah mereka sendiri.

1.4 Tujuan Penulisan

Program Sosial-Edukatif ini bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat Indramayu baik orang

tua maupun anak-anaknya terhadap pentingnya pendidikan.

Prosektif ini juga diharapkan bisa meningkatkan

pertumbuhan ekonomi keluarga mereka dan mengurangi

jumlah anak yang menikah di usia muda serta mengurangi

pengiriman TKI dan TKW yang berlebihan dari Indramayu.

1.5 Manfaat Penelitian

Mengetahui kondisi sosial dan pendidikan yang ada

di Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu.

Memetakan dan mendeskripsikan fenomena dan gejala

sosial yang terjadi di Kecamatan Terisi,

Kabupaten Indramayu.

Melihat efektivitas prosektif terhadap kondisi

sosial budaya di Kecamatan Terisi, Kabupaten

Indramayu.

8

Melihat perubahan apa yang akan terjadi setelah

adanya kegiatan prosektif ini.

1.6 Metode Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode

deskriptif-analitis. Metode deskriptif diarahkan untuk

memaparkan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-

kejadian secara sistematis dan akurat mengenai objek

yang diteliti (Rahmat, 1993:24). Kemudian, penulis akan

menggunakan studi literatur untuk mengumpulkan data

sebanyak mungkin. Setelah itu, penulis akan turun ke

lapangan dan melakukan observasi secara langsung dengan

cara melakukan wawancara untuk mendapatkan data yang

lebih valid. Teknik studi literatur bertujuan untuk

mencari dan mengumpulkan berbagai data dan fakta yang

berkenaan dengan kondisi sosial dan pendidikan di

daerah Indramayu sedangkan observasi dilakukan guna

untuk mencari data berupa fakta dan informasi secara

nyata dan jelas.

9

BAB II

PENDIDIKAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

2.1 Perkembangan Pendidikan di Kabupaten Indramayu

Kabupaten Indramayu merupakan kabupaten yang

mendapat cukup banyak perhatian dalam masalah

pendidikan. Indramayu tercatat di Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Barat (Disdik Jabar) sebagai kabupaten

yang harus mendapatkan perhatian khusus dalam

peningkatan kualitas pendidikan terutama mengurangi

jumlah anak putus sekolah tingkat SD. Data dari Disdik

Jawa Barat tercatat bahwa pada tahun 2012-2014, sekitar

189.858 anak SD yang putus sekolah.5 Selain itu, sampai

5 Dinas Pendidikan Jawa Barat, 2013. http://www.disdik.jabarprov.go.id/?naon=statistik Diakses pada 08 April 2014

10

saat ini Indramayu baru memiliki ruang kelas sekitar

5.251 ruangan dengan kondisi yang masih rusak ringan

dan berat berjumlah 1.862 kelas. Sedangkan jumlah siswa

SD hingga saat ini tercatat sekitar 207.486 siswa.6

Indramayu juga terkenal sebagai pemasok TKI

terbesar di Jawa Barat dan kasus perdagangan manusia

(human trafficking). Data dari BNP2TKI mencatat bahwa pada

tahun 2011-2012, Indramayu menempati peringkat pertama

dengan jumlah TKI 40.592 orang.7 Data pada tahun 2011,

BPS Jawa Barat juga mencatat bahwa Indramayu termasuk 5

kota termiskin di Jawa Barat dengan persentasi

kemiskinannya 16,01%. Pada tahun yang sama juga

Indramayu menduduki peringkat ketiga Angka Partisipasi

Sekolah (APS) dengan nilai 93,37%.8 Melihat kondisi

seperti ini, pemerintah daerah harus segera melakukan

pembenahan secara serius agar dapat meningkatkan

kualitas pendidikan di daerahnya. Masih banyak daerah

yang belum merasakan pendidikan yang layak dan nyaman

dan salah satunya Dusun Ciselang, Kecamatan Terisi.

Berdasarkan data-data di atas, kita bisa melihat

bahwa jumlah sarana penunjang untuk sekolah dasar di

6 Ibid, Dinas Pendidikan Jawa Barat 7 http://www.bnp2tki.go.id/statistik/statistik-penempatan/6779-penempatan-berdasar-daerah-asal-kotakabupaten-2011-2012.html ( Diakses pada 08 April 2014)8 Data Sosial Ekonomi Masyarakat provinsi Jawa Barat Hasil SUSENAS, 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Hlm. 7http://jabar.bps.go.id/publikasi_BPS/susenas2012/index.html Diakses pada 08 April 2014

11

Indramayu masih sangat kurang. Selain itu, pendidikan

di Indramayu juga masih kekurangan tenaga pengajar

profesional. Data dari Dinas Pendidikan Jawa Barat

tahun 2013 memcatatkan bahwa di Indramayu kini baru

memiliki jumlah guru SD sekitar 8.395 guru.9 Sedangkan

rasio guru dan siswa pada tahun 2013 adalah 1:21.10

Menurut survei yang dilakukan oleh PISA, rasio yang

ideal itu adalah 1:14, seperti yang telah diterapkan di

Finlandia. Ini merupakan kondisi yang sangat

memprihatinkan apalagi masih banyak daerah yang belum

bisa terjangkau, baik oleh pemerintah daerah maupun

pemerintah pusat. Hal ini menyebabkan tidak adilnya

pemerataan pendistribusian dana untuk meningkatkan

kualitas pendidikan.

Kabupaten Indramayu khususnya Kecamatan Terisi,

sudah beberapa kali masuk dalam media massa yang

membahas tentang buruknya fasilitas pendidikan dan

kurangnya tenaga pengajar. Hal ini benar karena daerah

tersebut masih sulit dijangkau oleh pemerintah daerah.

Selain itu, fasilitas yang kurang memadai membuat

masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut belum bisa

menikmati pendidikan yang layak dan bermutu. Pada

akhirnya, masyarakat tidak dapat menempuh pendidikan9 Dinas Pendidikan Jawa Barat , 2013. http://www.disdik.jabarprov.go.id/?naon=statistik Diakses pada 08 April 201410 Kementrian Keuangan RI, 2010 http://www.djpk.kemenkeu.go.id/attachments/article/257/10.%20JAWA%20BARAT.pdf hlm.10

12

yang lebih tinggi. Mereka akan lebih memilih bekerja

sebagai buruh atau meneruskan pekerjaan orang tua

sebagai petani. Wilayah tersebut masih banyak terdapat

lahan yang kosong dan tiga perempatnya dikelilingi oleh

ladang sawah dan perkebunan. Mereka bertahan hidup

dengan bertani, bercocok tanam dan tidak sedikit dari

mereka yang menggarap sawah milik orang lain.

Pemerintah daerah sebenarnya sudah melakukan

survei dan berencana melakukan pembangunan sarana

pendidikan di wilayah tersebut. Hanya saja hal tersebut

belum terealisasikan mengingat pendistribusian alokasi

dana terhambat oleh akses yang cukup jauh. Pada tahun

1990 pemerintah pusat sebenarnya juga sudah membuat

Program Kawasan Terpadu (PKT) untuk menangani

masyarakat yang belum sepenuhnya berpartisipasi dalam

pembangunan.11 Selain itu, sampai saat ini belum ada

lagi pihak yang ikut serta dalam menanggulangi dan

menangani masalah ini. Contohnya saja di dusun

Ciselang, Kecamatan Terisi, hanya ada 3 sekolah dasar

dan 2 sekolah SMP, sedangkan SMA mereka harus menempuh

jarak yang cukup jauh dan itu pun sangat jarang bagi

mereka untuk bisa melanjutkan pendidikan ke SMA.

Hal ini terjadi karena beberapa hal, yang pertama

adalah akses yang sangat sulit, kurangnya informasi,

dan faktor utamanya adalah pemenuhan kebutuhan mereka11 Prof. Dr. Tilaar, H.A.R, 1992. Manjemen Pendidikan Nasional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

13

yang belum terpenuhi sehingga mereka jarang melanjutkan

sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan, tidak

sedikit dari mereka yang harus putus sekolah dari SMP

demi menyambung hidup untuk membantu orang tuanya

bekerja baik itu di ladang atau di sawah.

2.2. Landasan Teori Pendukung Prosektif

2.2.1 Teori Piramida Kebutuhan

Dr. Abraham Maslow, mantan ketua American

Psychological Association, mengungkapkan bahwa ada piramida

kebutuhan manusia sebagai pemenuhan kebutuhan dalam

kehidupan sebagai individu (A.G Lunadi, 1989:4). Ada 5

tingkatan dalam piramida tersebut. Pertama adalah

kebutuhan yang paling dasar yaitu kebutuhan psikologis

(psychological needs). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan

yang paling penting dalam pemenuhan kebutuhan fisik

seperti sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan ini

sangat fundamental bagi keberlangsungan hidup sebuah

kelompok.

Kebutuhan psikologis itu sangat penting sekali,

bahkan tidak sedikit dari mereka yang melakukan

bermacam cara untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut.

Maslow menilai bahwa kebutuhan ini merupakan kebutuhan

untuk bertahan hidup sebuah individu atau kelompok

14

dalam menjaga eksistensinya dalam kehidupan sehari-hari

(Robert Poston, 2009: 348).

Dalam perkembangannya, teori ini selalu dikaitkan

dengan kebutuhan primer dalam pemenuhan sehari-hari.

Seseorang tidak akan memikirkan kebutuhan lainnya

terlebih dahulu sebelum kebutuhan dasarnya ini

terpenuhi.

Kebutuhan-kebutuhan lainnya adalah kebutuhan

keamananan (safety needs), kebutuhan pengakuan dan

kebutuhan cinta kasih sayang (love and belongingness needs),

kebutuhan penghargaan/pengakuan dari orang lain (esteem

needs), dan yang paling atas adalah kebutuhan

aktualisasi diri (self-actualization needs).12 Semua kebutuhan

ini merupakan suatu kesatuan dalam pemenuhan manusia.

Maslow melihat piramida kebutuhan ini fenomena yang

bisa kita lihat di kalangan masyarakat, terutama

masyarakat kelas menengah ke bawah. Tidak hanya itu,

kebutuhan dasar ini menjadi sangat berbahaya apabila

tidak terpenuhi karena mereka tidak akan pernah peduli

dengan cara yang dapat mereka lakukan untuk mencapai

kebutuhan tersebut dan mereka juga tidak akan

memperhatikan kebutuhan lainnya sebelum kebutuhan dasar

ini terpenuhi terlebih dahulu.

2.2.2 Teori Program Pemberdayaan Manusia12 Poston, Robert, 2009. Maslow’s Hierarchy of Needs, New York: The Surgichal Technologies

15

Menurut America’s Career Resource Network (ACRN), seorang

individu sebaiknya mulai mengenal dunia karir sejak

masih duduk di bangku SD. Inilah alasan mengapa

prosektif hadir untuk meningkatkan kesadaran mereka

terhadap pendidikan sehingga mereka bisa mewujudkan

cita-cita mereka di masa yang akan datang. Prosektif

hadir untuk menumbuhkan rasa semangat untuk belajar dan

mereka berani bermimpi untuk menggapai cita-cita

mereka. Sehingga mereka bisa tersadarkan bahwa proses

menuju jalan seperti itu harus menempuh pendidikan yang

cukup panjang.

Erikson (Santrock, 2011) menjelaskan tahapan

perkembangan anak remaja (12-18 tahun) berada di tahap

identity versus identity confusion. Dalam tahap ini remaja

mencoba mencari tahu siapa diri mereka, seperti apa

mereka, dan ingin ke mana arah hidup mereka. Selain di

Amerika Serikat, program pengenalan terhadap dunia

karir juga dikembangkan oleh Kementrian Pendidikan dan

Pelatihan Kanada. Pemerintah Kanada mendidik siswanya

harus bisa hidup lebih mandiri dan bertanggung jawab,

serta mampu bekerja kelompok dengan efektif dan

efisien.

Menurut Jean Piaget, pada dasarnya struktur mental

seorang individu akan berubah sesuai dengan tahap

perkembangannya (Miller, 2011). Dalam memaparkan

teorinya, Piaget sangat menekankan pentingnya tahapan

16

atau stages dalam perkembangan kognitif seseorang. Salah

satu tahap perkembangan kognitif yang memiliki kisaran

usia 7-12 tahun adalah tahap operasional konkret atau

concrete operational period.13 Teori konstruktivis menurut

Vygotsky juga menambahkan bahwa ia menekankan individu

membangun pengetahuan melalui interaksi dengan

lingkungan sosial dan orang yang lebih mampu (more

knowledgeable others) (Santrock, 2011).

Abraham Marslow, lebih jelas mengatakan bahwa

mengubah perilaku seseorang itu tidak mudah dan

membutuhkan waktu yang cukup lama. Demikian pula dengan

orang tua murid. Prosektif akan hadir dengan memberikan

pengetahuan baru, keterampilan baru, sikap yang baru,

dan material yang baru. Maslow yakin bahwa mengubah

mind-set dan perilaku orang tua bukan dengan apa yang

telah disampaikan oleh pengajar atau pelatih, tetapi

apa yang mereka dapatkan setelah mengikuti pelatihan

dan mendapatkan hal-hal yang baru seperti yang telah

disebutkan di atas. Maka dari itu, prosektif juga akan

membekali kepada masyarakat agar mereka peka dan peduli

terhadapa penididikan anak-anaknya untuk masa depan

yang lebih baik.

2.3 Masalah Pemerataan Alokasi Dana Pendidikan

13 Miller, P. H. 2011. Theories of Developmental Psychology. New York: Worth Publisher.

17

Menurut sejarah, pemerintah Hindia-Belanda

memusatkan pembangunan pendidikan di Jawa barat.14 Hal

ini berdampak terhadap pemusatan pembangunan di Pulau

Jawa (Jawa Sentris) pada masa kini. Pada waktu itu,

Jawa Barat terdiri atas 5 keresidenan yaitu Banten,

Batavia (Jakarta), Karawang, Priangan (Bandung), dan

Cirebon. Pada waktu itu pula di Jawa Barat terdapat 5

sekolah dasar negeri, yaitu di Serang, Jakarta,

Karawang, Bandung, dan Cirebon. Hingga saat ini, isu

pemerataan menjadi masalah dalam pembangunan negeri

ini. Pemerataan pembangunan di berbagai bidang menjadi

sorotan terutama di sektor pendidikan. Meskipun

Kabupaten Indramayu berada di Jawa Barat, tetapi

masalah tersebut belum terselesaikan.

Rancangan APBN Tahun 1990/1991 dalam sidang DPR,

Presiden menekankan tujuan pokok pembangunan dalam

Revelita V yaitu untuk meningkatkan taraf hidup,

kecerdasan, dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin

merata dan adil; sedangkan prioritas dana digunakan

untuk (a) pembangunan prasarana dasara ekonomi, (b)

pengembangan sumber daya manusia, dan (c) penyediaan

pelayanan pelayanan dasar bagi rakyat.15 Kementrian

Pendidikan Nasional juga menilai bahwa adanya masalah

ketimpangan antara kualitas sekolah dan stratifikasi14 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998. Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat. Jakarta: CV. Pialamas Permai15 Prof. Dr. Tilaar, H.A.R, 1992. Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm. 102

18

sosial dalam masyarakat Indonesia. Ini masalah yang

membuat mengapa pemerataan pembangunan pendidikan di

Indonesia tidak merata. Wilayah yang mayoritas

masyarakatnya orang kaya, akan jauh lebih maju

dibandingkan dengan wilayah yang mayoritas warga

miskin. Padahal dalam dunia pendidikan seharunya tidak

melihat ras, gender, keturunan, atau kekayaan

seseorang. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan

yang layak dan nyaman sebagaimana yang dinyatakan

dalam pasal 31 UUD 1945.

Pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk

meningkatkan harkat dan martabat sumber daya manusia

Indonesia. Selain itu juga memperluas dan meningkatkan

pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan termasuk di

daerah-daerah terpencil. Masalah pemerataan dan

peningkatan kualitas berkaitan langsung dengan dana

yang disediakan oleh keluarga, masyarakat, pemerintah,

dan bahkan badan-badan donor internasional.

Komersialisasi dan ketidakmerataan pendistribusian dana

pendidikan berakibat semakin kecilnya kesempatan bagi

masyarakat yang sulit dijangkau untuk mendapatkan

pendidikan yang bermutu.

BAB III

ANALISIS DAN SINTESIS

19

3.1 Prosektif Sebagai Solusi

Melihat dari masalah-masalah yang telah dijelaskan

pada bab-bab sebelumnya, prosektif hadir sebagai

langkah awal dan solusi untuk berupaya menyelesaikan

masalah tersebut. Tantangannya adalah bagaimana

prosektif ini masuk ke lapisan masyarakat yang notabene

mereka adalah masyarakat yang memiliki kultur

partisipatif terhadap dunia pendidikan masih rendah.

Mereka akan memenuhi kebutuhan primer terlebih dahulu

dibandingkan kebutuhan lain. Ini akan menjadi sebuah

tantangan besar terhadap berjalannya prosektif pada

waktunya.

Prosektif akan terfokus terhadap siswa-siswi SD

untuk menumbuhkan semangat belajar dan meningkatkan

kesadaran mereka terhadap pentingnya dunia pendidikan

bagi masa depan. Dipilih siswa SD karena pada usia itu

mereka telah memahami konsep abstrak dan sedang dalam

masa penjajagan serta persiapan karir. Adapun perubahan

tingkah laku yang diharapkan setelah adanya prosektif

ini adalah peserta dapat menyusun dan merancang untuk

menggapai cita-citanya. Dengan demikian, peserta akan

termotivasi untuk terus belajar dan mereka sadar bahwa

pendidikan itu penting bagi masa depan mereka.

20

Setelah itu, prosektif ini akan didukung dengan

adanya program penyuluhan, pelatihan, dan pembekalan

keterampilan baru tentang socialpreneurship untuk

masyarakat di sana. Hal ini dilakukan agar mereka

memiliki keterampilan baru sehingga bisa mengolah

menghasilkan sebuah produk yang bisa mereka jual untuk

memenuhi kebutuhan dasar tadi. Pemberdayaan masyarakat

ini tentunya harus didukung dan dilakukan secara terus-

menerus agar tetap adanya keberlanjutan dan memutus

rantai kemiskinan. Pelatihan ini juga guna meningkatkan

pendapatan mereka agar masalah ekonomi bukan lagi

menjadi alasan untuk tidak melanjutkan sekolah.

Setelah semuanya terkendali dan perekonomian

mereka sudah stabil, kini bagian pemerintah daerah

untuk membantu meningkatkan kualitas sarana dan rasaran

pendidikan, mulai dari penambahan tenaga pengajar,

ruang kelas, perpustakaan, alat peraga, dan lain

sebagainya. Minimal pemerintah Kabupaten Indramayu bisa

membangun Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK)

negeri yang letaknya tidak jauh dari dusun-dusun yang

masih sulit dijangkau di Kecamatan Terisi dengan akses

yang sangat mudah. Hal tersebut akan semakin membantu

dan mempermudah kegiatan prosektif ini dalam jangka

waktu yang panjang.

Setelah itu, saatnya sekarang kita fokus kepada

siswa-siswi SD. Mereka adalah target utama kita dimana

21

mereka yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini, baik

untuk Indonesia umumnya dan untuk daerah mereka sendiri

khususnya. Prosektif ini akan masuk dengan cara

menginspirasi dan mendorong agar anak-anak bisa

mewujudkan cita-citanya. Prosektif ini akan hadir

dengan cara bermain, mendongeng, menonton film dan

penanaman nilai-nilai pendidikan. Dengan cara seperti

itu, anak-anak secara tidak sadar bahwa mereka telah

ditanamkan nilai-nilai pentingnya pendidikan bagi masa

depan mereka.

Menurut teori discovery learning yang dikemukakan oleh

Jerome Bruner, seorang anak akan membentuk pengetahuan

baru dari pengetahuan lama yang ia dapatkan sebelumnya

melalui beragam aktivitas yang dilakukan anak itu

sendiri, sehingga ia bisa mempelajari asosiasi dari dua

konsep dan membentuk pengalaman sendiri. Maka dari itu,

prosektif hadir untuk mendorong dan menginspirasi

mereka untuk mewujudkan cita-citanya. Prosektif juga

didukung dengan pembekalan kewirausahaan untuk orang

tua mereka agar pemenuhan dasar mereka terpenuhi.

Selain itu, Vygotsky menambahkan dengan teori

sosiokulturalnya bahwa anak mengkonstruksi pengetahuan

melalui interaksi sosial dengan orang lain (Santrock,

2011). Isi dari pengetahuan ini dipengaruhi oleh kultur

dimana anak tersebut tinggal, yang mencakup bahasa,

keyakinan, dan keahlian/keterampilan. Vygotsky

22

menekankan bahwa more knowledge others harus menciptakan

banyak kesempatan bagi anak untuk belajar dengan orang

lebih mampu dan teman sebaya dalam mengkonstruksi

pengetahuan bersama. Dalam teori ini, Vygotsky

menekankan individu membangun pengetahuan melalui

interaksi dengan lingkungan sosial dan orang yang lebih

mampu. Dalam pembelajaran, anak melibatkan kemampuan

yang menunjang (psychological tools) dan peralatan atau

perlengkapan yang menunjang (physical tools). Teknik lain

dari Vygotsky yang digunakan adalah scaffolding, yaitu

teknik perubahan dukungan pada anak dengan memberikan

sejumlah bantuan besar pada awal lalu mengurangi

bantuan bertahap sedikit demi sedikit sampai akhirnya

mereka melakukan sendiri secara mandiri (Santrock,

2011).

3.2 Kendala Prosektif

Prosektif merupakan program yang pertama kali

dibuat. Sebelumnya mungkin ada program seperti ini,

hanya saja biasanya program tersebut lebih terfokus ada

pengajaran dan penyuluhan. Kendala yang akan dihadapi

dalam program ini adalah masalah pendanaan, waktu, dan

keberlanjutan program yang akan dibuat. Prosektif hadir

dengan berbagai macam cara, mulai dari penyuluhan,

pelatihan, dan lain sebagainya. Selain itu, untuk

memberikan keterampilan baru kepada warga kita harus

23

siap menyiapkan modal awal untuk memudahkan segala

keperluan yang harus dipersiapkan.

Waktu juga salah satu yang menjadi kendala dalam

program ini. Prosektif harus berjalan secara terus-

menerus dan berkelanjutan. Tujuan utama dari prosektif

ini adalah menyadarkan dan mengubah mind-set dari

masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Dalam hal

mengubah pola pikir seseorang, itu membutuhkan waktu

yang cukup lama dan harus tetap berkelanjutan. Selain

itu, sumber daya manusia untuk menjalankan program ini

harus siap mengorbankan waktunya demi mencapai

kesuksesan program ini.

Kendala lainnya adalah kreasi, inovasi, dan

efektivitas dari program yang dijalankan. Bagaimana

program ini dijalankan sesuai dengan tujuan awal yaitu

mengubah pola pikir orang tua dan menyadarkan siswa-

siswi SD terhadap pentingnya pendidikan. Hal ini yang

cukup sulit untuk diperhatikan secara serius. Sebuah

program yang berkualitas adalah program yang dapat

menghasilkan sebuah karya baru yang berguna bagi

masyarakat itu sendiri.

3.3 Program Sosial-Edukatif

3.3.1 Tareget Audiens

24

Menurut program pembelajaran yang sudah

dipraktekkan di Amerika dan Kanada, program seperti

prosektif ini sebaiknya diterap untuk jenjang

pendidikan dasar. Program edukatifnya akan terfokus

pada siswa SD. Apabila program ini berhasil, prosektif

ini akan berlanjut ke jenjang SMP dengan formula dan

rancangan yang berbeda tentunya. Untuk program

socialpreneurship, akan terfokus kepada pemberdayaan

masyarakat yang ada di Indramayu. Target utamanya

masyarakat yang tinggal di Dusun Ciselang, Kecamatan

Terisi. Apabila program ini berhasil, maka akan

diperluas jaringannya sehingga bisa menjangkau daerah-

daerah Indramayu yang masih sulit untuk di jangkau.

3.3.2 Target Tingkah Laku

Kemampuan yang diharapkan dari prosektif ini

adalah anak-anak bisa bermimpi dan bercita-cita

sehingga mereka terus semangat untuk belajar dan pada

akhirnya mereka akan sadar bahwa pendidikan itu

penting. Sedangkan untuk orang tua, mereka harus sadar

bahwa mempekerjakan atau menikahkan anaknya di usia

muda itu sungguh kurang baik. Dengan mendapatnya

keterampilan socialpreneurship, mereka bisa sadar bagaimana

memanfaatkan peluang dan mengolah sumber daya alam yang

berlimpah sehingga alasan ekonomi bukan lagi menjadi

25

masalah untuk menyekolahkan anak-anaknya minimal mereka

melaksanakan wajib belajar 12 tahun.

3.3.3 Indikator Perubahan Tingkah Laku

Indikator perubahan tingkah laku didasarkan pada

evaluasi yang akan dilakukan di akhir berdasarkan

Bloom’s taxonomy dengan tiga aspek dari domain kognitif

(dalam Santrock, 2011), yaitu sebagai berikut :

Knowledge, yaitu kemampuan anak untuk mengingat

informasi yang didapatkan dan diberikan ketika mereka

mendapatkan kegiatan prosektif.

Comprehension, yaitu kemampuan anak mengerti dan

menjelaskan dalam bahasa dan kata-kata mereka sendiri

mengenai informasi yang didapatkan dan diberikan.

Application, yaitu kemampuan anak untuk menggunakan

pengetahuan dalam menyelesaikan permasalahan di dunia

nyata. Dalam hal ini, anak diharapkan bisa melihat

relevansi antara ketika mereka memilih bekerja

dibandingkan mereka sekolah hingga SMA atau ke

Perguruan Tinggi.

Menurut teori Piaget, pemilihan ketiga aspek dari

domain kognitif ini dikarenakan ketiga aspek

selanjutnya cukup kompleks bila diaplikasikan pada

siswa SD yang tahap berpikirnya masih berada di tahap

operasional konkret. Jadi, aspek application dilihat

26

paling tepat diaplikasikan pada target audiens karena

aspek ini masih berkaitan dengan objek dan hal-hal yang

nyata dalam kehidupan sehari-hari.

3.3.4 Prosedur Pelaksanaan Program

Sesuai dengan rancangan kurikulum 2013,

kemungkinan besar program ini bisa diintegrasikan dalam

pelajaran Bahasa Indonesia, Penjaskes, Budi Pekerti,

dan Muatan Lokal. Program ini akan dilakukan dalam

waktu satu tahun dan setiap bulan ada 4 pertemuan, 2

pertemuan untuk anak SD, 2 pertemuan untuk orang tua.

(Prosedur Pelaksanaan Terlampir).

BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

27

4.1 Simpulan

Dari pemaparan bab-bab sebelumnya, dapat kita

simpulkan bahwa perkembangan pendidikan di Kabupaten

Indramayu masih perlu dalam perbaikan. Kurangnya

fasilitas pendidikan, jumlah dan kualitas guru yang

masih sangat kurang, dan permasalahan perekonomian yang

menjadi faktor penghambat kemajuan pendidikan di

wilayah tersebut. Mereka sudah seharusnya mendapatkan

pendidikan yang layak dan nyaman sehingga mereka merasa

terfasilitasi. Masalah-masalah tersebut seharusnya

bukan lagi menjadi alasan untuk mereka mengenyam

pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Dana yang

dialokasikan 20% dari APBN setiap tahunnya seharunya

bisa menanggulangi masalah tersebut. Perlu diketahui

bahwa pendidikan memiliki peranan yang sangat penting

dalam pembangunan jati diri bangsa. Kesadaran terhadap

pentingnya pendidikan di Kabupaten Indramayu merukan

hal utama yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis

menawarkan sebuah solusi berupa program penyuluhan dan

pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Indramayu. Program

Sosial-Edukatif (Prosektif) kini hadir dalam kehidupan

masyarakat untuk mengatasi masalah sosial dan

pendidikan. Prosektif hadir untuk meningkatkan semangat

masyarakat Indramayu dan menyadarkan mereka terhadap

pentingnya pendidikan. Dalam program ini, yang menjadi

28

fokus utama adalah anak-anak dan orang tua murid.

Prosektif akan memberikan penyuluhan kepada orang tua

tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anak

mereka dan pelatihan socialpreneurship. Sedangkan untuk

siswa, prosektif akan hadir ke sekolah-sekolah SD untuk

melakukan kegiatan seperti bermain, mendongeng,

menonton film, dan lain sebagainya yang mengandung

nilai-nilai edukasi.

4.2 Rekomendasi

Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi, penulis

memberikan beberapa rekomendasi bagi:

1. Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu khususnya

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk segera

membangun fasilitas sekolah terutama gedung-gedung

sekolah yang sudah tidak layak pakai. Selain itu

peningkatan kualitas dan jumlah guru juga harus

diperhatikan karena guru sangat memegang peranan

penting dalam peningkatan kualitas pendidikan.

Penambahan sekolah SD, SMP, dan SMA negeri juga

harus diperhatikan mengingat jumlah sekolah di

daerah yang sangat sulit dijangkau masih kurang.

29

Pemberian beasiswa bagi anak berprestasi tetapi

tidak mampu juga harus terus dilaksanakan.

2. Guru-guru SD memiliki peranan yang sangat penting

dalam hal ini. Guru seharunya tidak lagi membuat

anak-anaknya jenuh ketika sekolah. Kreativitas

seorang guru harus sangat diperhatikan. Selain

itu, dalam muatan lokal atau dalam pelajaran budi

pekerti dianjurkan untuk memasukan nilai-nilai

pentingnya pendidikan seperti bagaimana cara

mereka untuk menggapai cita-cita mereka.

3. Masyarakat setempat seharusnya sudah tidak lagi

memiliki pandangan bahwa anak-anak mereka kelak

tidak punya masa depan dengan alasan keterbatasan

ekonomi. Oleh karena itu, prosektif hadir untuk

memeberikan pembekalan pelatihan socialpreneurship. Hal

ini bertujuan agar orang tua bisa mendapatkan

penghasilan tambahan dan tetap bisa menyekolahkan

anak-anaknya.

4. Orang tua murid seharusnya tetap memberikan arahan

dan masukan terhadap anak-anaknya. Orang tua tidak

harus mengirim anaknya untuk bekerja menjadi

TKI/TKW di luar negeri untuk mendapatkan

penghasilan tambahan. Selain itu, menikahkan

anaknya yang masih muda juga bukan pilihan yang

tepat karena pertumbuhan penduduk di Indramayu

30

akan semakin meningkat dan kebutuhan keluarga juga

akan meningkat.

5. Program ini harus dilakukan secara terus menerus

sampai adanya perubahan yang signifikan. Oleh

karena itu, keberlanjutan program ini diharapkan

bisa di lanjutkan oleh dukungan berbagai pihak,

baik itu pemberi bantuan dana selaku pendukung

terlaksananya program ini dan voulenteer yang akan

menjalankan program ini. Di Indramayu sendiri

terdapat beberapa Universitas seperti Universitas

Wiralodra, Polindra, dan Stikes Indramayu yang

bisa diajak bergabung untuk menjalankan program

ini dalam rangka mengamalkan Tri Darma Perguruan

Tinggi yang ketiga yaitu pengabdian terhadap

masyarakat.

31

SUMBER REFERNSI

Prof. Dr. Tilaar, H.A.R, 1992. Manjemen Pendidikan

Nasional, Bandung:

PT Remaja Rosdakarya

Universitas Kristen Indonesia, 1995. Kebijakan Pendidikan

Berorentasi

Kerakyatan, Jakarta: UKI Press

Depatemen Pendidikan dan Kebudauaan RI, 1998. Sejarah

Pendidikan Jawa

Barat, Jakarta: CV Pialamas Permai

Prof. Sanjaya, Wina, 2008. Perencanaan dan Desain Sistem

Pembelajaran,

Jakarta: PT Fajar Interpratama

32

Habullah, 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT

Raja Grafindo

Persada

Prof. Riyanto, Yatim, 2012. Paradigma Baru dalam

Pembelajaran, Jakarta:

Prenada Media

Miller, P. H. 2011. Theories of developmental psychology. New

York: Worth

publisher

Lunadi, A.G, 1989. Pendidikan Orang Dewasa, Jakarta: PT

Gramedia

Santrock, J. W. (2011). Educational psychology. 5th ed. New

york: McGraw-Hill.

SUMBER INTERNET

Programme for International Student Assessment,

Database 2013.

http://www.oecd.org/pisa/46643496.pdf Diakses

pada 07 April 2014

Kementrian Keuangan, APBN 2013.

Diunduh dari

www.anggaran.kemenkeu.go.id/Content/RAPBN.pdf

Diakses pada 07 April 2014

America’s Career Resource Network. (n.d.). Career

Awareness in Elementary

33

School.

http://acrn.ovae.org/parents/documents/careerawarn

ess-doe.pdf Diakses pada 08 April 2014

Badan Pusat Statiski Jawa Barat, 2011. Angka Melek Huruf

http://jabar.bps.go.id/subyek/angka-melek-huruf-

amh-dan-angka-partisipasi-sekolah-aps-jawa-barat-

tahun-2008-2011 Diakses pada 07 April 2014

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI, 2012.

http://www.bnp2tki.go.id/statistik/statistik-

penempatan/6779-penempatan-berdasar-daerah-asal-

kotakabupaten-2011-2012.html Diakses pada 07 April

2014

Dinas Pendidikan Jawa Barat, 2013.

http://www.disdik.jabarprov.go.id/?naon=statistik

Diakses pada 08 April 2014

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI, 2012

http://www.bnp2tki.go.id/statistik/statistik-

penempatan/6779-penempatan-berdasar-daerah-asal-

kotakabupaten-2011-2012.html ( Diakses pada 08

April 2014)

Data Sosial Ekonomi Masyarakat provinsi Jawa Barat Hasil SUSENAS,

2011.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Hlm. 7

34

http://jabar.bps.go.id/publikasi_BPS/susenas2012/

index.html Diakses pada 08 April 2014

35