PRODUCTION LOOSES

22
AKUNTANSI UNTUK KEHILANGAN DALAM PROSES (PRODUCTION LOSSES) Kristin Rosalina

Transcript of PRODUCTION LOOSES

AKUNTANSI UNTUK KEHILANGANDALAM PROSES (PRODUCTION LOSSES)

Kristin Rosalina

ACCOUNTING FOR PRODUCTION LOST DALAM JOB ORDER COSTING

• Kerugian (production losses) dalam proses produksi dapat diidentifikasi menjadi beberapa macam:1. bahan baku sisa (scrap), 2. barang cacat (spoiled), 3. aktivitas pengerjaan kembali (rework)

• Kerugian terjadi karena produk yang tidak sesuai dengan standar ataupun perubahan spesifikasi permintaan oleh konsumen.

AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU SISA (SCRAP)

• Adalah segala macam bentuk sisa material yang dihasilkan dari proses pembuatan suatu produk (produksi). Contohnya:– Serbuk atau serpihan yang tertinggal setelah bahan baku diolah.

– Bahan baku cacat yang tidak dapat digunakan maupun diretur ke pemasok.

– Bagian-bagian yang rusak akibat kecerobohan karyawan atau kegagalan mesin

– Jumlah bahan baku sisa hendaknya ditelusuri dan dianalisis untuk menentukan apakah terjadinya karena penggunaan bahan baku yang tidak efisien dan apakah hal tersebut dapat dihilangkan?

ALTERNATIF PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP SCRAP:• Jumlah pendapatan ditutup ke ikhtisar laba rugi dengan mengakui adanya penjualan bahan baku sisa/ pendapatan lain-lain

• Jumlah pendapatan dikreditkan ke harga pokok penjualan atas produk utama perusahaan.

Kas/ Piutang Usaha 1,250,000 Penjualan Bahan Baku Sisa/ Pedapatan Lain-Lain 1,250,000

Kas/ Piutang Usaha 1,250,000 Harga Pokok Penjualan 1,250,000

• Jumlah pendapatan atas penjualan bahan baku sisa dikreditkan ke akun pengendali overhead untuk periode yang sama.

• Jika bahan baku sisa mampu ditelusuri ke masing-masing pesanan, dapat langsung menjadi pengurang atas biaya bahan baku yang dibebankan untuk pesanan tersebut.

Kas/ Piutang Usaha 1,250,000 Pengendali O verhead Pabrik 1,250,000

Kas/ Piutang Usaha 1,250,000 Persediaan Barang D alam Proses_Pesanan X 1,250,000

Jika bahan baku sisa merupakan hasil dari kecerobohan karyawan ataupun merupakan barang cacat yang tidak dapat dijual atau diretur kembali ke supplier, maka harus dianggap sebagai biaya kegagalan internal yang nantinya dilaporkan secara periodik kepada manajemen.

AKUNTANSI BIAYA BARANG CACAT (SPOILED GOODS)

• Adalah produk yang dihasilkan dari aktivitas produksi namun produk tersebut tidak mampu memenuhi spesifikasi atas produk yang diinginkan oleh pelanggan. Barang cacat tersebut tidak bisa dijual pada harga normal produk yang seharusnya dibayarkan oleh pelanggan.

• Disebabkan oleh:1. Pelanggan: seperti perubahan permintaan dari

pelanggan. Biaya atas barang cacat tersebut tidak boleh diakui sebagai biaya mutu.

2. Kegagalan Internal: kecerobohan tenaga kerja produksi atau karena keusangan mesin. Biaya dibebankan ke akun pengendali overhead pabrik dan dilaporkan secara periodik.

Tidak dilakukannya proses perbaikan/ pembetulan produk cacat agar menjadi produk normal bergantung pada ekonomis atau tidaknya untuk membetulkan produk tersebut.

Proses pengerjaan kembali dalam hal ini dinilai tidak ekonomis ketika hasil yang didapatkan dari proses membetulkan ulang produk (selisih antara nilai penjualan normal dengan nilai penjualan diskon karena barang cacat) lebih kecil dibandingkan dengan tambahan biaya untuk aktivitas perbaikan yang dilakukan.

PRODUK CACAT YANG DISEBABKAN OLEH PELANGGAN Perusahaan tidak menganggapnya sebagai biaya mutu. Sebaliknya, pelanggan-lah yang harus menanggung biaya atas kegagalan yang terjadi.

Biaya atas barang cacat yang dibebankan kepada pelanggan adalah biaya yang tidak tertutup oleh hasil penjualan (nilai sisa) barang cacat tersebut.

Biaya yang tidak tertutup tersebut dimasukkan dalam biaya pesanan yang dikenakan terhadap pelanggan.

CONTOH KASUS: CACAT KARENA PELANGGANPT. ABC sepakat memenuhi pesanan 5.000 pakaian jadi pelanggan XYZ. Setelah satu minggu proses produksi dilakukan, PT. ABC sudah menghasilkan 500 pakaian dan sisa yang masih harus diproduksi sebesar 4.500 pakaian. Tiba-tiba pelanggan XYZ merubah spesifikasi kain yang harus digunakan sehingga mengakibatkan produk jadi sebesar 500 pakaian tidak mampu memenuhi spesifikasi baru. Untuk itu, maka perusahaan masih harus memproduksi sebanyak 5.000 pakaian lagi, sehingga total produksi sebesar 5.500 pakaian. total biaya produksi untuk memproduksi 5.500 pakaian adalah sebesar Rp. 55.000.000. Adapun atas 500 produk cacat yang terjadi nantinya mampu dijual ke pelanggan lain dengan total harga sebesar Rp. 2.000.000

Ayat jurnal untuk mengakui pengurangan biaya produksi atas nilai penjualan dari produk cacat yang dihasilkan:

Harga jual yang ditetapkan atas pakaian sebesar 150% dari biaya produksi, total penjualan ke pelanggan XYZ Rp. 79.500.000 (Rp. 53.000.000 x 150%)

Ayat jurnal yang disusun ketika persediaan barang cacat sudah terjual ke pelanggan lain:

Persediaan Barang Cacat 2,000,000 Harga Pokok Penjualan 53,000,000 Barang Dalam Proses 55,000,000

Kas/ Piutang Usaha 79,500,000 Penjualan 79,500,000

Kas/ Piutang Usaha 2,000,000 Persediaan Barang Cacat 2,000,000

PRODUK CACAT YANG DISEBABKAN OLEH KEGAGALAN INTERNAL Perusahaan menganggapnya sebagai biaya mutu, yaitu membebankannya ke pengendali overhead pabrik dan dilaporkan secara periodik ke manajemen untuk aktivitas pengendalian.

Biaya atas barang cacat yang dibebankan ke pengendali overhead pabrik adalah biaya yang tidak tertutup oleh hasil penjualan (nilai sisa) barang cacat tersebut. Biaya tersebut harus dikeluarkan dari biaya pesanan yang dibebankan ke pelanggan.

Jika biaya dari barang cacat cukup besar sehingga dapat mendistorsi biaya produksi yang dilaporkan, maka sebaiknya dilaporkan secara terpisah sebagai kerugian di laporan laba-rugi.

CONTOH KASUS: CACAT KARENA KEGAGALAN INTERNALMasih dengan kasus yang dihadapi oleh PT ABC. sebesar 500 pakaian merupakan produk cacat terjadi karena kegagalan internal dalam proses produksi. Biaya produksi setiap pakaian adalah sebesar Rp. 10.000 (Rp. 55.000.000/ 5.500). Biaya 500 pakaian cacat Rp. 5.000.000 (Rp. 10.000 X 500). nilai sisa dari produk sisa (total harga jual produk cacat) adalah sebesar Rp. 2.000.000. Biaya atas produk cacat yang tidak mampu ditutup oleh nilai sisa (dibebankan ke pengendali overhead pabrik) adalah sebesar Rp. 3.000.000 (Rp. 5.000.000 – Rp. 2.000.000). Biaya pakaian normal sebesar Rp. 50.000.000 (Rp. 10.000 per pakaian X 5.000 unit pakaian)

Ayat jurnal:

Harga jual yang ditetapkan atas pakaian sebesar 150% dari biaya produksi, total penjualan ke pelanggan XYZ Rp. 75.000.000 (Rp. 50.000.000 x 150%)

Ayat jurnal yang disusun ketika persediaan barang cacat sudah terjual ke pelanggan lain:

Persediaan Barang Caat 2,000,000 Pengendali Overhead Pabrik 3,000,000 Harga Pokok Penjualan 50,000,000 Barang Dalam Proses 55,000,000

Piutang Usaha/ Kas 75,000,000 Penjualan 75,000,000

Kas 2,000,000 Persediaan Barang Cacat 2,000,000

AKUNTANSI BIAYA PENGERJAAN KEMBALI (REWORK)

• Adalah produk yang dihasilkan dari aktivitas produksi namun produk tersebut tidak mampu memenuhi spesifikasi atas produk yang diinginkan oleh pelanggan. Yang membedakan dengan produk cacat adalah rework dapat diperbaiki dengan pengerjaan ulang agar produk selanjutnya menjadi produk normal yang mampu memenuhi keinginan pelanggan.

• Disebabkan oleh:1. Pelanggan: biaya pengerjaan kembali atas produk

dibebankan sepenuhnya ke pelanggan (menambah harga jual atas produk)

2. Kegagalan internal: biaya pengerjaan kembali dibebankan ke akun pengendali overhead pabrik. Barang cacat sebaiknya dibetulkan hanya apabila biaya pengerjaan kembali lebih kecil dari peningkatan dalam nilai realisasi bersih yang akan dihasilkan dari pelanggan.

REWORK YANG DISEBABKAN OLEH PELANGGAN Biaya atas pengerjaan kembali akan dibebankan ke biaya pesanan dan idealnya ditutup (ter-cover) oleh peningkatan harga jual.

CONTOH KASUS: REWORK KARENA PELANGGAN• PT DEF bekerjasama dengan hotel untuk memenuhi kebutuhan ranjang tempat tidur yang terbuat dari kayu. Pada satu periode tertentu, kebutuhan dari hotel yang harus dipenuhi sebesar 200 ranjang. Untuk membuat 200 ranjang, total biaya produksi Rp. 200.000.000 (BB: 100.000.000; BTKL: 75.000.000; BOP: 25.000.000). Sebelum ranjang dikirimkan, ternyata ada info dari pihak hotel bahwa warna ranjang yang semula disepakati berwarna coklat muda selanjutnya akan dirubah menjadi coklat tua. Sebagai akibatnya, perubahan cat warna ranjang membuat adanya pengerjaan kembali yang menyerap tambahan biaya produksi sebesar Rp. 10.000.000 (Terdiri dari biaya cat sebesar Rp. 2.000.000 dan upah tenaga kerja langsung sebesar Rp. 8.000.000).

Barang D alam Proses 10,000,000 Biaya Tenaga Kerja Langsung 2,000,000 Biaya Overhead Dibebankan 7,000,000

Total biaya pesanan saat ini menjadi Rp. 210.000.000. Selanjutnya, asumsikan bahwa saat pesanan selesai dikerjakan kembali kemudian dikirimkan kepada pihak hotel dan dijual seharga 150% dari total biaya produksi, maka ayat jurnal yang dibuat adalah:

Ayat jurnal untuk mencatat pengerjaan kembali adalah sebagai berikut:

Ayat jurnal untuk mencatat biaya produksi awal:Barang Dalam Proses 200,000,000 Persediaan Bahan Baku 100,000,000 Beban Gaji 75,000,000 BOP Dibebankan 25,000,000

Harga Pokok Penjualan 210,000,000 Barang Dalam Proses 210,000,000

Piutang Usaha/ Kas 315,000,000 Penjualan 315,000,000

REWORK YANG DISEBABKAN OLEH KEGAGALAN INTERNAL Biaya pengerjaan kembali sebaiknya dibebankan ke Pengendali Overhead Pabrik dan untuk kepentingan pengendalian, secara periodik harus dilaporkan ke manajemen.

Barang cacat sebaiknya dibetulkan kembali apabila biaya pengerjaan kembali lebih rendah jika dibandingkan dengan peningkatan dalam realisasi bersih yang akan dihasilkan dari pengerjaan kembali tersebut. Jika tidak, maka sebaiknya dijual pada kondisi cacat.

CONTOH KASUS: REWORK KARENA KEGAGALAN INTERNALTetap menggunakan kasus yang dihadapi oleh PT DEF dalam memenuhi pesanan pihak hotel. Namun berbeda dengan kasus sebelumnya, biaya pengerjaan kembali sebesar Rp. 10.000.000 yang terjadi karena perubahan warna cat bukan disebabkan oleh perubahan permintaan dari pelanggan, melainkan karena kesalahan yang dilakukan oleh tenaga kerja produksi.

Pengendali O verhead Pabrik 10,000,000 Biaya Tenaga Kerja Langsung 2,000,000 Biaya O verhead Dibebankan 7,000,000

Sedangkan saat penyerahan barang ke pihak hotel, ayat jurnal yang digunakan adalah:

Harga Pokok Penjualan 200,000,000 Persediaan Barang D alam Proses 200,000,000

Kas/ Piutang Usaha 300,000,000 Penjualan 300,000,000