Potensi Imunoglobulin Kolustrum Sebagai Imunoterapi Pada ...

39
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENELlTlAN HlB AH STRA TEGIS NASIONAL T AHUN ANGGARAN 2009 PO 'ENSI IMUNOGLOBULIN KOLUSTRUM SEBAGAI IMUNOTERAPI PADA PENDERITA HIV (Humollimmllllotiejiciell cy Virus) I'ror. S ri Agus Sudjan\'o.,drh., Ph.O dr. Wida ya! Saslrowanloyo, SpFK cJrh . Ko c rnia sari. Su lber Dana: DIPAlAPBN Rupiah Murni Tahun Anggaran 2009 UNIV ERSITAS AIRL AN GGA

Transcript of Potensi Imunoglobulin Kolustrum Sebagai Imunoterapi Pada ...

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENELlTlAN

HlBAH STRA TEGIS NASIONAL T AHUN ANGGARAN 2009

PO 'ENSI IMUNOG LOBULIN KOLUSTRUM SEBAGAI IMUNOTERAPI

PADA PEND ERITA HIV (Humollimmllllotiejiciellcy Virus)

I'ror. Sri Agus Sudjan\'o.,drh.,Ph.O dr. Wida ya! Saslrowanloyo, SpFK

cJrh . Kocrniasari. ~1.Kcs

Su lber Dana: DIPAlAPBN Rupiah Murni Tahun Anggaran 2009

UNIV ERSITAS AIRLAN GGA

, . .. " "

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN

HlBAH STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

44 l14 C

LP. ?1/IO ~uJ f

Mill K f'!ftf'USTA.J:AAN

UNJ\lEKSn .... S AIRLANGGA S\ K .,IAYA

P TENSllMUNOGLOBULIN KOLUSTRUM SEBAGAIIMUNOTERAPI

PADA PENDERITA HIV (Humal/lmmul/odeficiel/cy Virus)

Prof. Sri Agus Sudjarwo.,drh.,I'h.D dr. Widayat Sastrowllrdoyo, SpFK

drh. Koerniasllri. M.Kcs

S mber Dana: D1PAlAPBN Rupiah Murni Tahun Anggaran 2009

UNIVERSITAS AIRLANGGA

HALAMAN PENGESAHAN

1 . Penelitian: Potcnsi imunoglobulin kolustrum sebagai imunotcrapi pada pcnderita HIV (Human Immunodeficiency Vims)

2. Utama

o.IJlenl5 Kelamin

. PangkatlGolongan

e~:~~I::~ Struktura! f. Fungsional

Fakultas

: Prof. Sri Agus Sudjarwo.,Ph.D.,Drh : Laki·laki : 13 1406098 : Illd : Kelua Departcmcnt Kcdokteran Dasar Vctcrincr FKH UNAIR : Guru Besar : Kcdokteran Hewan UNA1R : LPPM UNAlR : Kampus C, UNAJR, Mulyorcjo, Surabaya, 60 115 : 03 1-5992785 1 031-5993015 : Komplck Perlanian 158 Waru - Sidoarjo : 031-8549093 : ags [email protected]

3. Jarl~.aWaklu Pcnclitian : 1 tahun

4. Pqml);ayaan Tahun Pertama : Rp 90.000.000

: Rp

Hewan

Mcngetahui

Surabaya, 9 Dcscrnbcr 2009 Kelua Penc!iti

Pro r. Sri A 'us Sudjarwo . .Ph.D .. drh NIP 131406098

Kelua Lcmbaga Pcnclitian Universitas Airlangga

g Scktiari L.,DEA.,Drh 37004

I. Id ~ntitas Penelitian dan Uraian Umum

1. Ju ~ul Usulan : Potensi imunoglobulin kolustrum sebagai imunoterapi pada penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus)

2. Kt: tua Peneliti a. Nama b. Ja atan c. Fa ultas d. Pe guruan Tinggi f. AI Pnat Surat g. T~ pon/Faks h.E-~aH

3. Ti In Peneliti

No Nama

: Prof. Sri Agus Sudjarwo.,Ph.D.,drh : Guru Besar : Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR : Universitas Airlangga : Kampus C, Mulyorejo, Surabaya, 60115 : 031-8549093 : 031-8549093 I ags [email protected]

Bidang Keahlian Instansi

1 ~r. Widayat Sastrowardoyo.SpFK 2 ~h. Koemiasari.M.Kes

Farmakologi Mikrobiologi

RS.Dr.Soetomo Poltekkes

Alokasi Waktu

10 jam/minggu 10 jam/minggu

4. O~jek Penelitian: imunoglobulin kolustrum, Viral load, CD4, IgA, penderita mv

5. l\1lasa pelaksanaan penelitian -Mulai : 16 Maret 2009 -Berakhir: 18 November 2009

6. A ~ggaran yang diusulkan -Tahun pertama : Rp 90.000.000

7. D biayai melalui proyek: DIPA Rupiah Mumi Universitas Airlangga -Nomor: 3191h3.l3IPPdI2009 -Tanggal : 23 Maret 2009

8. L I)kasi Penelitian : a Institut Tropical Disease UNAIR: Pemeriksaan Viral load, CD4 blab. Prodia Surabaya : Pemeriksaan IgA, IgG, IgM, limfosit b RSU. DR. Soetomo Surabaya: Perlakuan imunoglobulin kolustrum pada penderita HIV

9. II stitusi lain yang terlibat: RSU. DR. Soetomo Surabaya, Institute Tropical Disease UNAIR

11.1 ontribusi mendasar pada bidang ilmu : Dengan dibuktikannya peran Viral load, CD4, I :mfosit, IgG, IgM dan IgA pada mekanisme kerja kolustrum sebagai imunoterapi pada HIV 11 aka akan memberikan kontribusi pada bidang Hmu immunopharmacology.

ii

ABSTRACT

he Potency of ImmunoglobuUns Colostrum as Immunotherapy in HIV

(Human Immunodeficiency Virus)

Sri Agus Sudjarwo, Widayat SastroWardoyo Department ofPhannacology, Faculty of Veterinary Medicine, Airlangga University;

Dr. Soetomo Hospital Surabaya

The aim study was designed to assess the effect of immunoglobulin colostrum on C04,

I~ IgG, IgM, viral load and lymphocyte cell count in mv. 10 confIrmed HIV seropositive

subj ts, aged between 20-30 years were recruited for the study. Blood sample was collected

befo and after given immunoglobulin colostrums from the participants for the determination of

the ove parameters. The result shown CD4, IgA, IgG, IgM, and lymphocyte cell count were

sign' lcant difference between before and after given immunoglobulin colostrums dose 400 mglkg

y (p<O.05) but not dose 200 mglkg BW /day. However, no clear effect of immunoglobulin

colo trum on viral load. The present study showed an improvement in the blood concentration of

C 19A, IgG, IgM, viral load and lymphocyte post- immunoglobulin colostrum administration,

suggests possible recovery of cellular immunity.

ords : Immunoglobulin Colostrum, Immunotherapy, HIV

iii

KATAPENGANTAR

Alhamdullilah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya, sehingga

pene itian tentang Potensi imunoglobulin kolustrum sebagai imunoterapi pada penderita HIV

an Immunodeficiency Virus) dapat terselesaikan.

Dengan semakin mahalnya harga obat dan semakin meningkatnya penyakit mv maka

digalakkan penelitian untuk mencari obat baru sebagai obat altematif terutama yang

itan dengan system kekebalan tubuh, karena pada umumnya penyakit virus dapat diatasi

system kekebalan tubuh yang baik. Penulis tertarik untuk meneliti kolustrum sapi perah

banyak di hasilkan dari petemakan sapi perah di Indonesia untuk menghambat

perk mbangan virus HIV, karena kolustrum banyak mengandung factor system imun yang sangat

efe if melawan perkembangan virus. Hasil penelitian ini dibarapkan dapat ditemukan obat

im oterapi baru yang murah, poten dan mudah didapatkan sehingga hasilnya dapat berguna bagi

mas arakat banyak terutama untuk penyakit HIV.

Hasil penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis

men ampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Dekan Fakultas Kedokteran Hewan dan

or Universitas Airlangga Surabaya serta kepada semua pihak yang telah membantu penelitian

hingga dapat terselesaikan ..

Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempuma. Walaupun

kian, semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada

Surabaya, Desember 2009

Peneliti

iv

.. ' ..... ~

y~~, .~ -'t/j~ ~~:~~·~tra.i~~~:· ......... • C,. '. ,'." to' .~.. J

.:' ~ .. ,'" '''. '~,.~/~.'1. , .• ·f#~~;.,·,~'---~~'1·

i j. !. I. .', ~

'", .~~.,_ .~roj:~/:f..;~) . •. ~ .• ~ .,:;~~ '.. i'. ~.: .. ~.: :'::-:~=:"7._'. -;.;;,.~~~.:-::.~~=::::;~'; ~~ ~ .

','

..

. . ' , ,

','

."' .

DAFfAR lSI

Mill K P!JtPUSTAII::AAN

UNlVER, ITAS A I~LANGGA

SURABAYA

Halaman

LE BAR PENGESAHAN.......... .. .......... .............. ......... ... ......... 11

AB RACT.................. ................ . ............................. . ............ III

KA A PENGANTAR ................ .. ........ ...... ..... ......... .. .................. v

DA AR TABEL........... ..• .•. .... ... ................. ... ......... ... ..••.•...... .... VI

BA . I PENDAHULUAN ................. ... ...... ................. .•.... .. ..........

BA . II . TINJAUAN PUSTAKA. ........ ....... ............... .. ............ ..... .... 4

BA III. METODE PENELITIAN............. .... ... ............. ........ ............ I I

BA IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ............. .. ............. 14

SAl V. KESIMPULAN DAN SARAN.......... .... .............. . .. .............. 22

DA AR PUSTAKA .............•..... .......... ... ... .... .•• .. ..... ............••. .. 23

v

DAFI'AR TABEL

Halaman

garuh sebelum dan sesudah pemberian immunoglobulin kolustrum

dapjumlahCD4............................................. ......... 14

garuh sebelum dan sesudah pemberian immunoglobulin kolustrum

T rhadap kadar 19A................................ .. . .. . . . . . . . .. ......... I 5

3. P ngaruh sebelum dan sesudah pemberian immunoglobulin kolustrum

te hadap kadar IgG.......... . ..... . .. . ... . . • • .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. ......... 16

4. P ngaruh sebelum dan sesudah pemberian immunoglobulin kolustrum

te hadap kadar IgM.... ...... ....... ................ ...... .... ..... ......... 17

S. P ngaruh sebelum dan sesudah pemberian immunoglobulin kolustrum

te hadap jumlah limfosit.............. ................................ ......... 18

6. P ngaruh sebelum dan sesudah pemberian immunoglobulin kolustrum

T rhadap viral load. ......................... ... ................. ......... 19

vi

.:--

.. -~;'~ ".; ~~# : .... : ,,.

I~ ... ~~'4.f;,~.:o~::·,n:'·!.:: .{: . '

.,' I,

",' - ' ..

I','

;:".' .;

0"'"

'\

.... " .. ,-

I , •

-, ..... ;:

... ~

~ .. , ,.;.

,.-.

BABI

PENDAHULUAN

Mill K PE"PUSTA~AAN

UI'llVEkSITAS AIUAI'lGGA SURA8AVA

1.1. tar 8clakang

IDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) ada lah kumpulan geja la pcnyakit akibat

nnya sistem kekebalan tubuh sceara bertahap. AIDS pertama kali dilaporkan tahun \981

pada ria homoscksual dan pecandu narkotik di Los Angeles. Pada tahun 1983, HIV-1 (human

imm odefic icncy virus-I) diidcntifikasi sebagai virus pcnycbab AIDS. Sejak cpidcmi AIDS

berm Ia, Icbih dari 65 jUln orang telah terinfeksi J-ItV dan lebih dari 25 juta mcninggal karena

AID . Prevalensi infeksi I-IIV di dunia kini lebih dari 38 juta. Sebanyak 95% kasus lerjadi di

nega berkembang, terutama di sub-Sahara Afrika dan Asia Tenggara. Hampir 64% pengidap

infek i HIV terdapat di sub-Sahara Afrika. Oi Indonesia pada tal1Un 2006 inrcksi HIV

dipcr irakan mcncapai \69.000-216.000 orang.

Bclum ditemukannya obat/vaksin yang efektir tcrhadap HI V telah menyebabkan limbulnya

kerc han dan keprihatinan di scluruh dunia. Hal ini mcnjadi tantangan bagi para pcncliti untuk

men muk3n cara untuk mcncegah morbiditas (penycbaran) dan mortalitas (kcmat ian) pcnyak it

HIV ini . l>enggunDan imunoglobulin sebagai imunolcra pi mcrupakan salah satu cara untuk

mcnt gkalkan sistcm kckcbu!an lubuh sch ingga dapat mcnccgah morbiditas maupun mortalilas

pada pcndcrila HIV. T1amun harganya cukup maha l schingga pemcrinlah lidak mampu

mem rikao subsidi. Olch karcna itu pcrlu upaya untuk mencari dan mcncmukan bahan yang

baoy k mcngandung imunoglobulin yang dapal digunakan scbagai imuootcrapi pada penderita

HI\,

Koluslrum sapi perah adalah susu yang keluar pcrtama kali bebcrapa menit sctclah sapl

pera mclahirkan anak snmpai 96 jam sctelah kelahiran. Kolustrum mcngandung dua komponen

utam yaitu faktor imun dan faktor pertumbuhan. Kolustrum juga mengandung vitamin, mineral

dan amino (Thapa, 2005).

omponen faktor imun dari kolustrum adalah imunoglobulin (lgO, IgA, IgD, Ig E, IgM)

yang dapat mencegah dan mempercepat penyembuhan dari infeksi vi~ bakteri dan jamur

anti

one,et al 1996), Prolin Rich Polypeptide yang dapat merangsang timus untuk mengatur

imune dalam tubuh (Wilson, 1998), Lactolen-in yang mempunyai peran penting sebagai

er, antiviral dan mempunyai sifat antiinflamasi (Smith, 1998), Lactalbumin yang sangat

efekt f melawan pelbagai jenis kanker dan virus (Thapa 2005). Cytokines yang dapat

meni gkatkan aktivitas T-cell yang juga bersifat antikanker dan antiviral (Bocc, et al.,200 1).

Sed gkan komponen faktor pertumbuhan adalah Epithelial Growth Factor (EGF) yang

meli dungi dan memperbaiki jaringan sel, Insulin-like Growth Factor I and II: (lGF-I & IGF-ll)

men ontrol penggunaan lemak, protein dan gula, Transforming Growth Factors A & B membantu

mem rbaiki jaringan yang rusak (Thapa, 2005).

Pada penelitian pendahuluan dilaporkan bahwa kolustrum dapat meningkatkan IgF-I, IgA

dan pada atHt (Mero, et al., 2002) dan mempunyai aktivitas antirotavirus (Corthier and Franz,

2003 . Oleh karena itu sangat perlu dilakukan penelitian mengenai imunoglobulin kolustrum

seba ai imunoterapi pada penderita HIV sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

ukan bahan yang bersifat imunostimulan yang dapat digunakan untuk membantu pemerintah

dal mencegah dan mengatasi morbiditas dan mortalitas kasus HIV. Disamping itu hasil

pene itian ini juga dapat memberikan kontribusi pada cabang ilmu immunopharmacology.

1.2. asalab Penelitian

a. A akah pemberian imunoglobulin kolustrum dapat menurunkan viral load pada penderita HIV.

pemberian imunoglobulin kolustrum dapat meningkatkan CD4 pada penderita HIV.

2

I '-- /

pemberian imunoglobulin kolustrum dapat meningkatkan 19A, IgG, IgM dan limfosit

1.3. ujuan Penelitian

Membuktikan bahwa imunoglobulin kolustrum dapat digunakan sebagai imunoterapi pada

pend rita HIV

1.3.2 Tujuan khusus

a. M mbuktikan bahwa pemberian imunoglobulin kolustrum dapat menurunkan viral load pada

eritaHIV.

b. M mbuktikan bahwa pemberian imunoglobulin kolustrum dapat meningkatkan CD4 pada

c. M mbuktikan bahwa pemberian imunoglobulin kolustrum dapat meningkatkan 19A, IgG, IgM

limfosit pada penderita HIV.

herian imunoglobulin kolustrum dapat menurunkan viral load pada penderita HIV.

berian imunoglobulin kolustrum dapat meningkatkan CD4 pada penderita HIV.

berian imunoglobulin kolustrum dapat meningkatkan 19A, IgG, IgM dan Iimfosit pada

pe derita HIV.

aofaat Penelitiao

a. mberikan informasi bahwa imunoglobulin kolustrum dapat digunakan untuk meningkatkan

em kekebalan tubuh pada penderita HIV

unoglobulin kolustrum dapat digunakan sebagai imunoterapi sehingga dapat membantu

merintah dalam program pengobatan HIV

3

I . I

njauan Ten tang Kolustrum

BABAII

SfUDI PUSTAKA

Kolustrum sapi perah adalah susu awal yang diproduksi oleh sapi perah beberapa menit setelah

rkan sampai 96 jam setelah melahirkan. Smith (1998) melaporkan bahwa kolustrum mengandung

prote imun sebesar 50-60 perseQ dari total protein kolustrum. Di India, kolustrum dugunakan untuk

ai macam penyakit yan.g dikenal dengan pengobatan ayurveda. Kolustrum sangat aman dan efektif

memperbaiki jaringan yang rusak dan dapat meningkatkan kekebalan tubuh (Boesman, et aI., 200 1;

ndungan Kolustl1lm

Kolustrum banyak mengandung komponen faktor sistem imun dan faktor pertumbuhan sebagai

une System Factor (Faktor Sistem Daya Taban Tubuh)

1. Immunoglobulins (lgG, 19A, IgD. IgE, IgM) sebagai pertahanan utama di dalam pencegahan

mulihan dari bakteria, alahan, fungus dan yis (Dichtelmuller et aI •• 2000).

2. Antibodi, setidaknya ada 19 antibodi untuk perlawanan penyakit seperti E. coli, salmonella,

cand da, streptococcus. staphylococcus. h. pylori. cryptosporidium dan rotavirus (Bitza, et a1.. 1998; Nord.

et al. 2000)

3. PRP (Proline-rich Polypeptide) - membantu menyclaraskan Pusat Pengendalian Sistem

keke aJan tubuh dan mencegah gejala "auto imun" (Staroscik, 1993; Wilson. 1998)

4. Lactoferrin merupakancampuran protein dan zat besi yang mengandung antivirus, antibakteria.

gsi untuk membantu menangani kanker. HIV, herpes, kelelahan & penyakit lain (Smith, 1998).

S. Glycoproteins yang dapat mencegah faktor imun dan faktor perrumbuhan di daJam kolustrum

rusak didalam dalam saluran pencemakan (devito, 2000).

4

6. Lactalbumin - terbukti sangat efektif melawan pelbagai jenis kanker dan virus. Terbukti

mem antu meningkatkan aktivitas sel otak I daya ingat dan mengimbangi stress (Thapa 2005).

7. Cytoldnes yang dapat meningkatkan T-cell aktif dan merangsang penghasiJan immunoglobins. I

Interl kin-IO (salah satu kandungan cytokine) terbukti untuk mengurangi sakit dan membantu

men gahlmelawan kanker (Bocc, et al.,2001) •.

8. Lysozymes yang dapat membantu menahanjangkitan bakteria (Bitzan 1991)

wth Factor (Faktor Pertumbuhan)

I. Epithelial Growth Factor (EGF) yang membantu melindungi dan memelihara kulit dengan

me gsang pertumbuhan kuHt normal dan memperbaiki jaringan sel (Rump, 1992)

2. Insulin-like Growth Factor I and II: (IGF-I & IGF-II) mengontrol penggunaan lemak, protein

la serta dapat mengendalikan kadar paras gula serta mengimbangi paras kolesterol. IGF-I terbukti

merangsang pemulihan dan pertumbuhan DNA and RNA, yang mana bertindak sebagai agen anti­

(Mero, et al., 2007).

3. Transforming Growth Factors A & B: (TGF A & B) yang dapat merangsang merangsang dan

mem antu di dalam pembentukan tulang, juga membantu terapi di dalam tulang serta menyembuhkan luka

membantu memperbaiki jaringan yang rusak (Ogra, 2001).

4. Platelet-Derived Growth Factor (pDGF) yang membantu pembagian sel di dalam

bungan jaringan, otot lemah dan fibroblasts, juga dapat membantu survival dan penghasiJan semula

oeur n (Bricker. 1991).

2.1. • Manfaat Kolustrum

Penggunaan kolustrum dilaporkan dapat menyebabkan peningk.atan daya tahan tubuh terhadap

't. Kolustrum akan meningkatkan daya tahan tubuh dalam melawan virus dan bakteri pada sistem

sal pemafasan (Belyakov, et al.,1998). Mencegah osteoporosis dengan memproduksi Transforming

h Faktor (TgFs) (Bricker, 1991). Pada penderita Diabetes dilaporkan bahwa kolustrum dapat

men timulir transportasi gola darah keotot. Ini berarti kolustrum dapst membantu menurunkan kadar gula

5

darah ecara efektif, aman dan aIami (Mero, 2002). Penelitian medis menunjukkan bahwa immunoglobulin

olostrum efektif dalam pencegahan dan pengobatan infeksi (Thapa 2005). Zat-zat alami yang

dalam kolostrum seperti lactoferrin bersifat antibakteri untuk E.Coli dan Staphylococcus aureus.

apat melindungi mukosa usus halus dari infeksi (mero et al.,2007). Penelitian lebih Ian jut

menu ~ukkan bahwa kolostrum dapat mengatasi infeksi yang disebabkan oleh kriptosporidial diare dan

rus pada anak-anak (Davidson, 1996; Nord,2000;. Kolustrum membantu absorbsi, dimana efekoya

emberikan manfaat yang sangat besar dari semua yang kita konsumsi seperti air, suplemen atau

an sehingga tubuh dapat memanfaatkan zat-zat nutrisi secara lebih baik (Wilson, 1998).

dapat meningkatkan IgF-l, IgA dan JgG pada atIit (Mero, et al •• 2002) dan mempunyai aktivitas

virus (eorthier and Franz, 2003).

Dichtelmulle, et al (2000) melaporkan bahwa pemberian kolustrum secara oral dapat

meni gkatkan kekebalan tubuh sehingga kolustrum dapat dipakai sebagai imunoterapi pada penyakit viral

mau bakteral. Sedangkan Boesman (2001) menggunakan kolustrum secara oral sebagai imunisasi pasiv

ak-anak sebagai anti rotavirus.

Z.l. iajauaa Tentaag HIV

Kasus AIDS di Indonesia pertama kali dilaporkan tabun 1987 pada seorang wisatawan asing di

Bali. Jumlah kasus HIV dan AIDS sejak 1987 sampai 2002 terus meningkat. Penularan sebanyak 70%

ui hubungan seksual berisiko. Sejak akhir 2002 terjadi kenaikan tajam kasus AIDS dan di beberapa

prevaIensi pada subpopulasi berisiko tinggi mencapai 5%. sehingga Indonesia dikategorikan dalam

epid mi terkonsentrasi. Peningkatan pesat tersebut disebabkan penularan pada pengguna NAPZA suntik

(pen un) sementara penularan melalui hubungan seksual berisiko tetap berlangsung. Pada akhir 2003

penu aran pada penasun meningkat menjadi 26%. Pada tabun 2006 infeksi HlV diperkirakan mencapai

169. 00-216.000 orang. Depkes melaporkan tetjadinya peningkatan prevatensi HIV positif pada penjaja

seks 3%. penasun 48% dan penghuni tapas 68%. Peningkatan prevalensi HIV positif terutama di kota­

kota besar. Peningkatan prevalensi pada penjaja seks tetjadi di kota-kota besar dan kecil bahkan di

6

terutama di Papua dan Irian Jaya Barat. Di kedua provinsi epidemi sudah menyerang populasi

um dengan ditemukannya kasus pada ibu rumah tangga baik di kota &tau desa.

Hingga akhir September 2007 jumlah kumulatifkasus AIDS yang diJaporkan sebanyak 10.384 dan

kasus HlV sebanyak 5.904. Jumlah yang tercatat tersebut sebenamyajauh lebih keeil dari prevalensi yang

ya karena adanya fenomena gunung es. Proporsi kasus AIDS yang dilaporkan telah meninggal

seban ak 22,02%. Kasus AIDS terbanyak dilaporkan di Jakarta, diikuti Jawa Barat, Papua, Jawa Timur,

a1imantan Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengab, Kepulauan Riau dan Riau. Penularan melalui

sebesar 49,5%, heteroseksual 42% dan homoseksual 4%. Berdasarkan jenis kelamin kasus AIDS

pada aki-Iaki 82%, perempuan 16% dan sisanya tidak diketahui. Kasus AIDS tertinggi diJaporkan pada

pok umur 20-29 tabun (53,8%), diikuti kelompok 30-39 tabun (27,99%) dan kelompok 40-49 tabun

o}. Infeksi oportunistik terbanyak yang dilaporkan adaIah TB, diare kronis, kandidiasis oro faring,

'tis generalisata dan Iimfadenopati generalisata.

tiologl daD Patogeoesis

HIV merupakan lentivirus, subgrup dari retrovirus. Ada dua jenis virus utama yaitu HIV-l dan

HJV- • HIV adaIah partikel ikosahedral bertutup (envelope) dengan ukuran 100-140 nanometer, berisi

inti padat elektronBelyakov, 1998). Inti virus terdiri dari untaian RNA yang terbentuk oleh protein

utama p7 dan p9 serta enzim reverse transcriptase, integrase dan protease yang diperlukan pada

replikasi virus (Bomsel, 1998). Selubung virus tersusun oleh Japisan bilayer yang mempunyai

an-tonjolan yang tertanam pada permukaan selubung lipid dan terdiri dari glikoprotein Gp 120 dan

Gp4 . Gp 120 beperan pada pengikatan HIV dengan reseptor CD4 dari sel. Gp 41 mengadakan fusi antara

virus dengan membran sel host pada saat virus masuk ke sel host (Andrew et al., 2006). Struktur genom

RN sepanjang 10 kilo pasang basa terdiri dari 3 gen utama yang mengkode pembentukan struktur­

drnllchlr virus, yaitu gen gag. pol dan env. Selain itu masih terdapat gen tambahan yaitu gen tal, rev dan

nef. truktur polipeptida utama dari inti virus adalah p24. Polipeptida lain adalah pl7 yang ada di

seke ling inti dan pIS yang membentuk kompleks dengan RNA virus (Charles et a1., 2005).

7

lnfeksi HIV dimulai dengan penempelan virus pada sel-sel yang mempunyai molekul CD4 sebagai

r utama yaitu limfosit T, monosit, makrofag dan sel-sel dendritik lain.19 Gp120 yang merupakan

r permukaan virus akan berikatan dengan CD4. Kemudian Gp120 akan berinteraksi dengan

tor yang tertanam dalam membran sel dan terpapar dengan peptide dari Gp41 dan mulailah terjadi

fusi tara virus dan membran sel. Setelah fusi, internal virion core akan dilepaskan ke sitoplasma sebagai

suatu kompleks ribonukleoprotein. HIV mempunyai enzim reverse transcriptase yang akan mengubah

RNA virus menjadi DNA. DNA ini akan memasuki inti sel host dan dengan bantuan enzim integrase akan

grasi dengan DNA sel host dan membentuk provirus. Setelah terjadi integrasi, DNA provirus

men transkripsi dengan bantuan enzim polimerase sel host menjadi mRNA untuk selanjutoya

men akan translasi dengan protein-protein struktural sampai terbentuk protein. mRNA akan

mem roduksi semua protein virus. Genomik RNA dan protein virus ini akan membentuk partikel virus,

antinya akan menempel pada bagian tuar sel. Melalui proses budding pada permukaan membran sel,

virio akan dikeluarkan dari sel host dalam keadaan matang.

Segera setelah infeksi HIV, sebagian virus yang bebas maupun yang berada dalam sel-sel CD4 T

yang erinfeksi akan mencapai kelenjar Iimfe regional dan akan merangsang imunitas seluler dan humoral

deng cara antara lain merekrut Iimfosit-limfosit. Tetapi pengumpulan limfosit-Iimfosit ini justru akan

men ebabkan sel-sel CD4 yang terinfeksi akan semakin banyak lagi. Monosit dan limfosit yang terinfeksi

akan menyebarkan virus ke seluruh tubuh; HIV juga dapat memasuki otak melalui monosit atau melalui

i sel endotel (Curtis, 2002).

Beberapa hari setelah infeksi HIV akan terjadi Iimfopenia akibat penurunan CD4 T dalam darah.

a periode awaJ ini virus-virus bebas dan protein virus p24 dapat dideteksi dalam kadar tinggi daJam

dan jumlah sel-sel CD4 yang terinfeksi HIV meningkat. Pada fase ini virus bereplikasi secara cepat

sedikit kootrol dari respon imun. Kemudian setelah 2-4 minggu akan teljadi peninglcatan yang

tis jumlah limfosit total yang diakibalkan oleh peningkatan jumlah sel CDS T (sel sitotoksik) yang

pakan bagian dari respon imun terhadap virus. Adanya sel T sitotoksik merupakan tanda rangsang

neul alising antibody. Antibodi akan terbentuk setelah minggu kedua atau ketiga namun kadang-kadang

terja i sampai beberapa bulan. Penurunan virus bebas dan sel yang terinfeksi disebabkan oleh Iisis sel yang

terin eksi HIV oleh CDS T. Sel CDS yang teraktivasi pada individu yang terinfeksi HIV juga memproduksi

8

sitokin terlarut (tennasuk CAF) yang dapat menghambat replikasi virus dalam sel-sel CD4 T

enyebabkan lisis sel. Setelah itu jumlah sel CD4 akan kembali ke kadar semula seperti sehelum

i HN (Dwigb~ 2002). Selama fase akut kebanyakan kasus menunjukkan gejala infeksi virus akut

mumnya yaitu hempa demam, letargi, mialgia dan sakit kepa1a serta gejala lain hempa faringitis,

Setelah infeksi fase akut, terjadi keadaan asimtomatik selama heberapa tabun walaupun jumJah

enurun secara perlahan-Iahan. Jumlah virus dalam darah dan sel-sel perifer yang dapat dideteksi

ren . Penurunan jumlah CD4 dalam darah rata-rata 65 seUul setiap tabun. Didapatkan kerusakan pada

imun tapi tidak bersifat laten dan masib dapat mengalami perbaikan terutama dalam limfonoduli.

nan jumJah sel T CD4 selama infeksi HIV secara langsung dapat mempengaruhi heherapa reaksi

imun logik yang diperankan oleh sel T CD4 seperti hipersensitivitas tipe lambat, transformasi sel muda

limfo it dan aktivitas sel limfosit T sitotoksik (Charles, 2005). Munculnya strain HIV yang lebih patogen

ih cepat bereplikasi pada hosl merupakan faktor utama dalam mengontrol kemampuan sistem imun.

juga bahwa jumlah dan fungsi sel T sitotoksik akan menurun bila jumlah sel CD4 menurun

2.3. injauan Tentang CD4 dan CDS

Sel CD4 adalah adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh. Sel ini juga disebut sel T-

4. se pembantu atau sel CD4+. Selain set CD4 juga ada set CD8, yang juga disebut sel T-8 atau sel

nuh. Sel CD8 itu membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus. Sel CD4 dapat dibedakan dari

8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 mempunyai protein CD4 pada

perm kaannya. Setelah tubuh terinfeksi virus, jumlah sel CD4-nya, atau yang disebut jumlah CD4,

sem in menurun. (ni tanda bahwa sistem kekebatan tubuh semakin rusak. Sernakin rendah jumlah CD4,

sem in parah penyakit yang diderita.

2.4. injauan Tentang Imunoglobulin

Imunoglobulin A OgA) adalah merupakan imunoglobulin utama yang ditemukan

9

ukosa, sehingga disebut juga sebagai secretory immunoglobulin (SIgA). 19A merupakan

an primer tubuh, terdapat banyak pada air Iiur, air mat&, sekresi bonchus, mukosa hidung,

prostat, sekresi vagina dan mukus dari usus halus.

Pembentukan IgA dianggap terjadi pada jaringan lomfoid mukosa, dan sebagian dari 19A

ini a an membentuk polimer. Polimerisasi terjadi intraseluler dan dimungkinkan oleh karena

adan a rantai J. Bentuk polimer inilah yang dapat membentuk kompleks imun yang terdapat pada

depo it di mesangium, karena kompleks imun yang terbentuk mempunyai ukuran yang besar,

ga tertahan pada mesangium. Mukosa usus adalah tempat utama bagi pembentukan IgA.

masuknya antigen per oral akan terbentuk zat anti yang terdiri dari IgA. lat anti ini dapat

kelu r ke dalam lumen usus atau masuk ke dalam peredaran darah yang selanjutnya akan

gsang pembentukan IgG dan IgM. Pada proses eliminasi antigen yang terdapat pada

muk sa, 19A tidak mengundang timbulnya reaksi radang yang hebat, karena berfungsi melindungi

muk sa yang lembut. Tidak ter-dapat aktifasi sistem komplemen maupun mobilisasi lekosit. SIgA

bentuk dimerik yang stabil akan mengikat antigen, membentuk molekul makro yang tidak

diserap. Dengan cara ini, virus, bakteri dan antigen makanan dapat dibuang dari tubuh

berikatan dengan lendir (mucin). yang di-bentuk terus menerus. Seandainya Japisan

muk sa dengan SlgA ini dapat ditembus oleh antigen, akan terjadi reaksi radang karena

ifkannya pertahanan tubuh, yaitu IgO, IgM dan lekosit. Akibatnya akan terjadi reaksi radang

hebat. Pendapat bahwa IgA yang berasal dari mukosa dan kemudian menjadi deposit pada

erulus stelah melalui proses polimerisasi adalah pendapat yang paling mudah diterima.

10

BABm

METODOEPENELnITAN

3.1. empat Penelitian

itut Tropical Disease UNAlR: Tempat pemeriksaan viral load dan CD 4

b. La oratorium Prodia Jemur sari Surabaya : Tempat pemeriksaan 19A, IgG dan IgM

b. R U. DR. Soetomo Surabaya: Tempat untuk mendapatkan penderita HIV dan memberi

p lakuan imunoglobulin kolustrum pada penderita HIV

3.2. ahan Penelitian

-Kolustrum sapi perah sehat didapatkan dari Koperasi Susu Grati dan Nongkojajar

an. Kit untuk pemeriksaan vralload, CD4, dan IgG.

3.3. ersiapan ImuoogIobulin Kolustrum

a. Kolustrum sapi perah yang telah dikumpulkan dilakukan uji kuman dengan :

Uji eduktase: apabila angka reduktase yang diuji lebih besar dari angka milk codex (tebih besar

Pe

tu), berarti kandungan kuman dalam kolustrum relatifbanyak.

atalase : apabila angka katalase yang diuji lebih besar dari angka milk codex (lebih besar

01), berarti kolustrum yang diperiksa mengandung banyak kuman.

reed: apabila jumlah kuman dalam kolustrum yang diuji lebih besar dari angka codex (Iebih

tu juta kuman per cc), berarti kolustrum yang diperiksa mengandung banyak kuman.

b. Pasteurisasi kolustrum

temperatur didih dengan maksud hanya membunuh kuman

un bakteri patogen yaitu dengan pasteurisasi lama (law temperature, long time). Pemanasan

11

di1akukan pada temperatur yang tidak begitu tinggi dengan waktu yang relatif lama

temperatur 62-65 °C selama 112 -I jam).

c. Pemeriksaan imunoglobulin kolustrum

ntrasi imunoglobulin kolustrum dapat ditentukan dengan cara Radial Immunodiffusion

Larutkan agarose 1 % kedalam sodium barbital buffer (Sigma chern co) yang berisi Sodium

Azid . Rabbit anti IgG, 19A, 18M, (Organon Technika corp) ditambahkan pada larutao agarose. 11

ml I rutan agarose dtaruh dalam petri dish. Setelah agarose mengeras dibikin lubang diameter 3

ampel kolustrum diencerkan 1 : 100 dengan barbital buffer dan diambil 5 ul di inokulasikan

lubang agarose inkubasi pada 23 C setama 72 jam. Konsentrasi imunoglobulin kolustrum

kan dengan membandingkan presipitasi standard kurva dari tarutao standard imunoglobulin

(Si a chern co) (Douglas, 2003).

3.3. • Pemiliban sam pel penelitian

Dalam pemilihan sampel peneliti menetapkan kriteria sampel sebagai berikut :

1. 'teria Inklusi :

a. Pasien dengan HIV yang rawat jalan.

b. Dalam kondisi baik atau tidak mengalami penurunan kesadaran

c. Bertempat tinggal dikota Surabaya.

d. Dinyatakan positifterinfeksi 1 - 2 tahun terakhir.

e. Jenis kelamin laki-Iaki dan wanita.

f. Usia pasien lebih dari atau sarna dengan 21 tahun.

g. Bersedia menjadi responden.

2. iteria Eksklusi :

a. Usia pasien kurang dari 21 tabun dan tidak kooperatif.

12

b. Pcrnah menjadi responden pada penciitian yang sarna.

3.3.2 claksanaan penelitian

Pcnclitian ini menggunakan pre-post test design yang menggunakan sampcl 10 pcndcrita

HIV. Sebclum diberi imunoglobulin kolustrum semua pcnderita dilakukan pemeriksaan vira l

load, CD4, IgA, IgG, IgM dan limfosit. Sete lah pemeri ksaan pendcrita kemudian dibagi sccara

acak ncnjadi 2 kelompok scbagai bcrikut :

a. Kclompok perlakuan I: pcnderita diberi imunoglobu lin kolustrum 200 mglkg BB dan

dibc obat anti retroviral

b. Kelompok perlakuan 2: penderita diberi imunoglobulin kolustrum 400 mglkg BB dan

dibe obat anti retroviral

PCl1lberian imunoglobu lin kolustrum pada masing-masi ng perlakuan dibcrikan per oral

dua ali schari selama 30 hari . Pada hari ke 30 dilakukan pcmeriksaan ulang Icrhadap viral load,

C D4 IgA, IgG, IgM dan limfos it

3.4. anca ngan Pcnclitian Dan An<llisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lcngkap dan data yang

dipc olch dianalis is dcngan mcnggunaka n uji t

13

BABIV

BASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. J ~asil Penelitian

4.1.1IPengarub pemberian imunogloboUn kolustrum terbadap CD4

P~ ~a penelitian ini memperlihatkan bahwa sebelum dan setelah pemberian imunoglobulin

kolm ~m pada penderita H1V terdapat perbedaan pada basil pemeriksaan CD4. Hasil rata-rata

dan ~ impangan baku dari penghitungan CD4 dari berbagai dosis imunoglobulin kolustrum dapat

dilih t pada tabel 1.

Tabe I.Pengarub sebelum dan setelah pemberian imunoglobulin kolustrum terbadap jumlab

CD4 pada penderita HN

Jumlah CD4JcelVul) 1 0 Imunoglobulin kolustrum 200 Imunoglobulin kolustrum 400

mg/k ~bb mg/k !bb Pre Post Pre Post

1 4 11 166 262

2 to8 147 363 437

3 toO 187 341 436

4 403 452 11 60

5 207 276 286 344

X SO 164,4± ]5],5 214,6 ± ]63,5 233,4 ± ]45.9 307,8 ± 156,5* Supc rskrip pada kolom yang sarna menununjukkan adanya perbedaan yang bennakna

Pada penghitungan statistik dengan uji t terbadap jumlab CD4 sebelum dan setelah

pem :>erian imunoglobulin kolustrum pada penderita HIV, menunjukan adanya perl:>edaan yang

bem akna pada dosis 400 mglkg BB bukan pada dosis 200 mglkg BB (p<0.05). Hal ini

men perlihatkan bahwa dosis immunoglobulin kolustrum berpengarub terbadap peningkatan

]4

jumhi ~ CD4. Semakin besar dosis immunoglobulin yang diberikan semakin kuat peningkatan

jumb~CD4.

4.1.2 Pengaruh pemberian imuDoglobulin kolustrum terhadap kadar IgA

Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa sebelum dan setelah pemberian imunoglobulin

kolu~;trum pada penderita lllV terdapat perbedaan pada hasil pemeriksaan IgA. Hasil rata-rata

dan ~ impangan baku dari penghitungan 19A dari berbagai dosis imunoglobulin kolustrum dapat

dilih t pada tabel 2.

Tabe 2.Pengaruh sebelum dan setelah pemberian imunoglobulin kolustrum terhadap kadar 19A pada penderita HIV

Kadar 19A (mg/dl) 1 0 Imunoglobulin kolustrum 200 [munoglobulin kolustrum 400

mg/k~bb mg/klbb Pre Post Pre Post

1 - - 799 929

~ 347 353 327 343

3 481 484 269 272

4 127 130 291 321

5 555 566 165 168

X SO 377,5 ± 187,9 383,1 ± 190,3 370,2 ± 247,2* 406,6 ± 299,7* SUPI rskrip pada kolom yang sarna menununjukkan adanya perbedaan yang bennakna -'-

Pada penghitungan statistik dengan uji t terhadap kadar 19A sebelum dan setelah

pemperian imunoglobulin kolustrum pada penderita HIV, menunjukan adanya perbedaan yang

bem akna pada dosis 400 mglkg BB bukan pada dosis 200 mglkg BB (p<0.05). Hal ini

men perlihatkan bahwa dosis immunoglobulin kolustrum berpengaruh terhadap peningkatan kadar

19A Semakin besar dosis immunoglobulin yang diberikan semakin kuat peningkatan kadar 19A.

15

4.1.3IPengaruh pemberian imunoglobulin kolustrum terhadap kadar IgG

Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa sebelum dan setelah pemberian imunoglobulin

kolu! trum pada penderita lllV terdapat perbedaan pada hasil pemeriksaan IgG. HasH rata-rata

dan s'mpangan baku dari pengltitungan IgO dari berbagai dosis imunoglobulin kolustrum dapat

dilihl t pada tabel 3.

Tabe 3. Pengaruh sebelum dan setelah pemberian imunoglobulin kolustrum terhadap kadar IgG

pada penderita HIV

I 0

1

2

~ ~ 5

X SO

Kadar (gO (gil) Imunoglobulin kolustrum 200

mg/kgbb Pre Post

- -4.2 4.6

5.8 6.5

2.9 2.9

6.9 6.8

4.95 ± 1.80 5.20 ± 1.82

Imunoglobulin kolustrum 400 mg/k bb

Pre Post

5.9 7.1

4.2 5.1

2.6 2.9

3.1 3.6

2.1 2.3

3.58 ± 1.51· 4.20 ± 1.93· Supe rskrip pada kolom yang sarna menununjukkan adanya perbedaan yang bermakna

Pada penghitungan statistik dengan uji t terhadap kadar JgG sebelum dan setelah

pem )erian imunoglobulin kolustrum pada penderita HIV, menunjukan adanya perbedaan yang

bern akna pada dosis 400 mglkg BB bukan pada dosis 200 mglkg SS (p<O.05). Hal ini

men perlihatkan bahwa dosis immunoglobulin kolustrum berpengaruh terhadap peningkatan kadar

IgG Semakin besar dosis immunoglobulin yang diberikan semakin kuat peningkatan kadar IgG.

4.1. Pengaruh pemberian imunoglobulin kolustrum terbadap kadar IgM

Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa sebelum dan setelah pemberian imunoglobulin

koh strum pada penderita HIV terdapat perbedaan pada hasil pemeriksaan IgM. HasH rata-rata

dan simpangan baku dari pengltitungan IgM dari berbagai dosis imunoglobulin kolustrum dapat

dili at pada tabel 4.

16

Tabe 4. Pengaruh sebelum dan setelah pemberian imunoglobulin kolustrum terhadap kadar IgM

pada penderita HIV

Kadar IgM (gil) J10 Imunoglobulin kolustrum 200 Imunoglobulin kolustrum 400

mg/k ~bb mg/k ~bb Pre Post Pre Post

- - 0.46 0.S4

0.34 0.35 0.32 0.38

0.41 0.44 0.23 0.27

0.21 0.22 0.27 0.37

0.41 0.46 0.21 0.31

X SD 0.34 ± 0.09 0.37 ± 0.11 0.298 ± 0.99* 0.370 ± 0.10* Supe rskrip pada kolom yang sarna menununjukkan adanya perbedaan yang bermakna

Pada penghitungan statistik dengan uji t terbadap kadar IgM sebelum dan setelah

pem erian imunoglobulin kolustrum pada penderita HIV, menunjukan adanya perbedaan yang

bern akna pada dosis 400 mglkg BB bukan pada dosis 200 mg/kg BB (p<O.OS). Hal ini

melT perlihatkan bahwa dosis immunoglobulin kolustrum berpengaruh terhadap peningkatan kadar

IgM Semakin besar dosis immunoglobulin yang diberikan semakin kuat peningkatan kadar IgM.

4.1.· Peogarub pemberiao imuooglobulio kolustrum terbadap jumlab limfosit

Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa sebelum dan setelah pemberian imunoglobulin

kohl ~trum pada penderita HIV terdapat perbedaan pada hasil pemeriksaan jumlah limfosit. Hasil

rata rata dan simpangan baku dari penghitungan limfosit dari berbagai dosis imunoglobulin

kolu strum dapat dilihat pada tabel S.

17

Tabel 5. Pengaruh sebelum dan setelah pemberian imunoglobulin kolustrum terhadap jumlah

Iimfo it pada penderita HIV

Jumlah limfosit sel/uL) Imunoglobulin kolustrum 200 Imunoglobulin kolustrum 400

mg/kgbb mg/k ~bb Pre Post Pre Post

501 454 1695 2493

2616 2442 1747 1950

2376 3500 2239 2821

1638 1625 516 1402

1525 1794 2771 3094

X::I SO 1731.2 :I: 831.2 1963:1: 1119.1 1793.6:1: 836.3* 2352:1: 680.9* Supe iSkrip pada kolom yang sarna menununjukkan adanya perbedaan yang bermakna

Pada penghitungan statistik dengan uji t terhadap jumlah limfosit sebelum dan setelah

pem erian imunoglobulin kolustrum pada penderita HIV, menunjukan adanya perbedaan yang

bem akna pada dosis 400 mglkg BB bukan pada dosis 200 mglkg BB (p<0.05). Hal ini

men perlihatkan bahwa dosis immunoglobulin kolustrum berpengaruh terhadap peningkatan

juml~h Iimfosit Semakin besar dosis immunoglobulin yang diberikan semakin kuat peningkatan

juml~ Iimfosit.

4.U Pengaruh pemberian imunoglobulin kolustrum terbadap viral load

F~da penelitian ini memperlihatkan bahwa sebelum dan setelah pemberian imunoglobulin

kolustrum pada penderita HIV, hasil pemeriksaan viral load nya hanya beberapa penderita yang

dap t di deteksi seperti terlihat pada tabel 6. Pemberian imunoglobulin kolustrum ini dapat

mel1 pengaruhi viral load pada penderita HlV sehingga kemungkinan ada efek hambatan dari

imu ~oglobulin kolustrum terhadap viral load penderita HIV

18

Tabe 6.Pengaruh sebelum dan setelahh pemberian imunoglobulin kolustrum terhadap viral load

pada f)enderita HIV

No

I

2

3

4

5

Viral load (copies/mt)

Jrnunoglob kolustrum 200 mglkgbb

Pre Post

- -1,01 x 105 1,57 x 10 5

2 x lOS 4x 105

1,5 x 10 5 4 x 105

4.1. lJembahasan Penelitian

Imunoglob kolustrum 400 mglkgbb

Pre Post

4 X lOot 4x 10~

3 x 105 3.5 x 10 5

3xlO 2 3.2x10 2

- -- -

Pada penelitian ini, subyek penelitian sebagian besar digunakan pada kelompok usia 20-30

tabUI , dimana inlravena drug users (IOU) pada kelompok usia tersebut merupakan faktor risiko

terba flyak disbanding faktor risiko lainnya seperti heteroseksual, homo-biseksual, transfusi darah,

dan actor laionya. Dabulu, kasus mv I AIDS banyak terkait dengan perilaku bebas seksual, tetapi

akhi ~akhir ini kasus mY/AIDS banyak teJjadi berkaitan dengan narkoba yang korbannya

keba ~yakan aoak muda dengan rentang usia seperti pada penelitian inb7

Berdasarkan tingkat pendidikan formal, data penelitian menunjukkan segmentasi subyek

pene itian sebagian besar adalab berpendidikan cukup tinggi yaitu berpendidikan Sekolah

Men ngab Atas. Data penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi pada

pasi~ n HIV / AIDS, tidak berarti bahwa mereka mempunyai cukup pengetahuan tentang cara

pent aran dan penanggulangan mY/AIDS. Walaupun tingkat pendidikan akan mempengaruhi

sika dan perilaku seseorang dalam pergaulan atau melakukan hubunganseksual, tetapi tanpa

pen~ [etahuan yang cukup tentang infeksi HIV maka transmisi HIV tidak dapat dicegah.

Semua subyek penelitian telab diberikan terapi ARV. Penggunaan ARV di Indonesia

semi ~in meninglcat setelab tersedia obat generik yang semakin teJjangkau harganya. Penggunaan

19

AR V paten di Indonesia sudah mulai sejak tahun 1990, tetapi kemudian sejak Nopember 200 I

masy at Indonesia mulai mendapatkan ARV generik. Tetapi untuk memulailmemilih terapi

ARV terdapat beberapa faldor yang menentukan. Menurut pedoman WHO, untuk negara yang

mem unyai sumber daya terbatas (negara berkembang) dianjurkan ARV digunakan pada pasien

ang sudah ada gejala atau jika belum ada gejala dengan jumlah sel T CD4 < 200 seVmm3.

ini diambil dengan pertimbangan manfaat dan biaya. Tetapi indikasi ARV perorangan

digunakan lebih dini, yaitu jika viral load >55.000 meski jumlah sel T CD4 masih tinggi

telah boleh menggunakan ARV.28 Data penelitian menunjukkan sebagian besar subyek

mem unyai jumlah sel T CD4 < 200 selVmm3, oleh karena itu mereka sudah mendapat terapi

AR

Pada infeksi HIV dapat menyebabkan apoptosis Iymfosit sehingga mengakibatkan

tetia inya penurunan jumlah sel T CD4 yang 580gat terkait dengan menurunnya sistem kekebalan

tubu .. Pada hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah CD4 yang signifikan

(p<O 05) antara sebelum dan sesudah pemberian immunoglobulin kolustrum pada dosis 400

m g BBlhari, sedangkan dosis 200 mglkg BBlhari dapat meningkatkan tapi tidak signifikan.

ini karena immunoglobulin kolustrum banyak mengandung factor sistem imun seperti

erin dan laktalbumin yang terbukti efektif sebagai anti virus (Tbapa,2005). HasH ini sesuai

hasil pemeriksaan viral load yang juga menunjukkan adanya hambalan replikasi virus.

Terdapat peningkatan kadar JgG, IgA, JgM dan jumlah limfosit yang signifikan (p<0,05)

sebelum dan sesudah pemberian immunoglobulin kolustrum pada dosis 400 mglkg

ari, sedangkan dosis 200 mglkg BBlhari dapat meningkatkan tapi tidak signifikan. Hal ini

buktikan bahWD pemberian immunoglobulin kolustrum mempunyai kemampuan

men timulasi sistem imun humoral maupun seluler, sehingga mampu meningkatkan kadar JgG,

IgA IgM dan jumlah limfosit. Hasil ini sesuai dengan laporan bahwa pemberian kolustrum dapat

men gkatkan IgF-I, IgA dan IgG pada atlit (Mero, el 01., 2002). Dichtelmulle, et al (2000) juga

20

mela rkan bahwa pemberian kolustrum secara oral dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga

m dapat dipakai sebagai imunoterapi pada penyakit viral maupun bakterial. Sedangkan Boesman

menggunakan kolustrum secara oral sebagai imunisasi pasiv pada anak-anak sebagai anti rota virus.

Di In ia, kolustrum dugunakan untuk berbagai macam penyakit yang dikenal dengan pengobatan

a. Kolustrum sangat aman dan efektif untuk memperbaiki jaringan yang rusak dan dapat

meni kekebalan tubuh (Boesman, et aI., 200 I; Ogre, 200 I).

21

5.1. esimpulan

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Pemberian imunogolobulin kolustrum dosis 400 mgIKg BBlhari dapat meningkatkan CD4,

IgA, IgG,IgM dan limfosit pada penderita HIV

2. Pemberian imunoglobulin kolustrum dosis 400 mgIKg kemungkinan dapat menghambat

perkembangan virus HIV

5.2. aran

1. Perlu dibuat sediaan imunoglobulin kolustrum dalam bentuk tablet, kapsul maupun sirup

2. Perlu dilakukan penelitian dengan waktu pemberian yang lebih lama dan melakukan

pemeriksaan apakah imunoglobulin kolustrum juga mampu menghambat perkembangan

penyakit oportuniti pada penderita HIV

22

~~ .. !: !-. ~ ~t ~~': -~i.' _ .. i~ .... ·"l·(:r~ f.·?

" . -,,-, .!

;1." -.

,-

-. t'

-< I.

Danar Pustaka

Andr w NP., Sch lomo Staszewski and Rainer W. 2006. HIV Viral Load Response to

tiretroviral Therapy According to the Baseline CD4 Cell Count and Viral

L adJAMA.286:2560-2567

Boce V.,Kahkonen J and Albert S. 2001. What is the role ofcytokine in bovine colostrum? J.Bio

gu la! Homeo Agent. 3: 12 1-1 24

Bely kov, I. M., J. D. Ahlers, B. Y. Brandwein, P. Earl , B. L. Kelsa ll , B. Moss, W. Strober, and J .

. Berzofsky. 1998. Tnc importance of local mucosal rll Y·specific CD8 cytotox ic T

mphocytes for resistance to mucosn l viral transmission in mice and en ha.ncement of

sistance by loca l admini stration of IL·1 2. J. C lin.lnvestig. 102:2072- 2081.

Bi n, M.M.; Go ld, B.D.; Philpott, DJ.; Huesca, M.; Shennan, P.M.; Karch, 1-1 .; Lissner. R. t

ingwood, C.A.; Karnlal i, M.A.1 998. Inhibition of Helicobacfer pylori and flelicobaclor

lIsle/ae binding to lipid receptors by bov ine colostrum. The Journal of Infect ious Diseases.

7:955-96 1

Boc an FM., Finkelstein R and Pahkanen RA.200 I. Pasiive oral immunization of children.

ancel. 1336· 1442

Bon e l, M., M. Heyman, H. Hoc ini, S. Lagaye, L. Belec, C. Dupont, and C. Dcsgranges. 1998.

trace llular neutralization of Hiv transcytosis across tight epithe li a l ba rriers by anti · l-liv

nvelope prote in dlgA or IgM. Immunity. 9:277- 287.

Brie cr. 0.5. 1991. Co lostrum: implicat ions for accelerated recovery in damaged musc le and

arti lage, prevention of some pathogenic disease. The America" Chiropracfor.pp. 4-5.

Cha les K., Lawrence k and Kings ley J.2005.Association of Human Immunode fic iency Virus

I-IIY) p24 Anti genemia with Decrease in CD4+ Lymphocytes and Onsetof Acqu ired

mmunodefic iency Syndrome during the Early Phase of HIV InfectionJ .Clin .M icribiol. 880·

84

Cu is P. Bradney, 1 Gregory D. Sempowsk i, Hua· Xin Liao Barton F. Haynes and Hennan F.

taats. 2002. Cytok ines as Adjuvants fo r the Induction of Anti-Human lm munodefic icncy

23

V rus Peptide Immunoglobulin G (lgG) and 19A Antibodies in Serum and Mucosal Secretions

rNasai Immunization.J.Virology. 517-524

Corth er G and Franz J.2003. Detection of anti rotavirus IgA, IgG and IgM in bovine colostrum

d milk by ELISA. Infection and Immunity. 833-837

Devit , C., K. Broliden, R. Kaul, L. Svensson, K. Johansen, P. Kiama, J.Kimani, L. Lopalco, S.

P coni, J. J. Bwayo, F. Plummer, M. Cleric, and J.Hinkula. 2000. Mucosal and plasma 19A fr m HIV -I-exposed uninfectedindividuals inhibit HIV -I transcytosis across human epithelial

lis. J. Immunol.l65:5 170-5 176.

Dich Imuller WL.2000. Antibodies from colostrum in oral immuno therapy. J.Clin.Bio.Chem.

2 :19-24

t L. Evans, M.D. Thomas R. Ten Have.,Steven D. Douglas, M.D.2002. Association of

pression With Viral Load,CD8 T Lymphocytes, and Natural Killer Cells in Women With

V Infection. Am J Psychiatry 2002; 159: 1752-1759)

Davi son OW.,Daniel PE and Smith EL.1996. Passive immunizationof children with bovine

lostrum containing antibodies to human rota virus. Lancet. 2: 709-713

A.; Miikkulainen, H,; Riski, J,; Pakknen, R,; Aalto, J,; Takala, T. 2002. Effects of bovine

c lostrums supplementation on serum IGF-l, IgO, honnone, and saliva JgA during training.

J umal of AppliedPhysiology. 83(4):1144-1151, April 2007.

Nord J.; Ma, P.; DiJohn, D.; Tzipori, S.; Tacket, C.O.2000. Treatment with bovine hyperimmune

c lostrum of crypt os pori dial diarrhea in AIDS patients. AIDS. 4(6):581-584

Ogra SS and Ogra P.200l. Immunologic aspects of bovine colostrum and milk. J.Pediatr.92: 546~

5 0

E.L. 2007.Antiviral activity of colostrum and serum immonoglobulins A and G.

·roloy.5:123-129

Rum , J.A .. 1992 Treatment of diarrhea in human immunodeficiency virus-infected patients with

i munoglobulins from bovine colostrum. Clinical Investigator. 70:588-594

24

EL. 1998. The isolation and properties of the immnune system of bovine milk and

lostrum and their role in immunity.33:437-444

Staro ik, K., 1993. Immunologically active nonapeptide fragment of a proline-rich polypeptide

& m bovine colostrum: amino acid sequence and immunoregulatory properties.Molecular

o. S.A dan Widayat 8.2008. Efek kolustrum terhadap Imunoglobulin A dan

unoglobulin O. pada penderita HIV. LPPM Univesitas Airlangga

Thap BR.2005. Health factor in colostrum.lndian.J.Pediatr.7: 579-583

Wils n, D.C., J.1998. Immune system breakthrough: colostrum. Journal o/Longevity. 4(2).

25

, t" l

--