Plagiarism Checker X Originality Report - Repositori STKIP ...
Plagiarism Checker X - Report
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Plagiarism Checker X - Report
Plagiarism Checker X - ReportOriginality Assessment
Overall Similarity: 14%Date: Jan 16, 2021
Statistics: 1961 words Plagiarized / 13751 Total wordsRemarks: Low similarity detected, check your supervisor if changes are required.
TUGAS AKHIR ANALISIS GEOMETRI JALAN ANGKUT TAMBANG UNTUK TERCAPAI TARGET
PRODUKSI MENGGUNAKAN TEORI ANTRIAN DI PT. BINTANG SUMATERA PASIFIC
KECAMATAN PANGKALAN KOTO BARU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Diajukan Kepada
Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana (S1) Oleh: TIO HANDIKA HIDAYAT NPM: 1410024427147 PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN YAYASAN MUHAMMAD YAMIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG 2020 ABSTRAK Berdasarkan hasil observasi di lapangan alat angkut
tidak bisa beroperasi secara optimal dikarenakan kondisi jalan angkut (Hauling) yang
sempit, tanjakan yang terlalu tinggi, kemiringan jalan dan sebagainya dan masalah yang
dialami pada PT. Bintang Sumatera Pasific yaitu jalan yang terlalu sempit dan sering
mengalami gangguan pada alat muat Dump Truck. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan lebar jalan lurus, lebar jalan tikungan, kemiringan jalan, jari-jari tikungan,
superelevasi standar, produktivitas alat muat dan alat angkut, faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas dan lamanya waktu antrian di PT. Bintang Sumatera Pasific.
Dari hasil analisa lebar jalan angkut untuk 2 jalur 8,75 m, lebar jalan tikungan selebar 15,37
m, kemiringan jalan sebesar 12o, superelevasi yang baik yaitu 20 mm/m-40 mm/m.
Produktivitas Excavator Hitachi ZX 210 sebesar 510,8 ton/jam, produktivitas Dump Truck
Hino Ranger FM 260 JD Mining sebesar 214,2 ton/jam, MF > 1, dan hasil dari analisa
didapatkan waktu antrian sebesar 6 menit. Kata Kunci: Geometri Jalan Angkut,
Produktivitas, Match Factor, Waktu Antrian ABSTRACT Based on observations in the field,
the transportation equipment cannot operate optimally due to the narrow hauling road
conditions, the incline that is too high, the slope of the road and so on and the problems
experienced at PT. Bintang Sumatera Pacific, which is a road that is too narrow and often
has trouble with the loading equipment for dump trucks. The aim of this research is to get
straight road width, curved road width, road slope, bend radius, standard superelevation,
loading and transportation equipment productivity, factors that influence productivity and
queuing time at PT. Bintang Sumatera Pacific. From the results of the analysis of the width
of the haul roads for 2 lanes of 8.75 m, the width of the curves is 15.37 m, the slope of the
road is 12o, the super elevation is 20 mm / m-40 mm / m The productivity of the Hitachi ZX
210 Excavator is 510.8 tons / hour, the productivity of the Hino Ranger FM 260 JD Mining
Dump Truck is 214.2 tons / hour, MF> 1, and the results of the analysis show that the
queue time is 6 minutes. Keywords: Transport Road Geometry, Productivity, Match Factor,
Queue Time DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR ABSTRAK KATA
PENGANTAR i DAFTAR ISI vi DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL x DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Identifikasi Masalah 3 1.3 Batasan
Masalah 3 1.4 Rumusan Masalah 4 1.5 Tujuan Penelitian 4 1.6 Manfaat Penelitian 4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 5 2.1 LandasanTeori 5 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah 5 2.1.2 Geologi
Daerah Penelitian 7 2.1.3 Struktur Geologi 7 2.1.4 Topografi 8 2.1.5 Morfologi 8 2.1.6
Litologi 9 2.1.7 Pengertian Jalan 9 2.1.8 Geometri Jalan 9 2.1.9 Alat Gali Muat dan Alat
Angkut 15 2.1.10 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat………. 16 2.1.11
Produktivitas Alat Muat dan Angkut 18 2.1.12 Faktor Keserasian Kerja (Match Factor) 18
2.1.13 Simulasi Teori Antrian 19 2.2 Kerangka Konseptual 23 BAB III METODOLOGI
PENLITIAN 26 3.1 Jenis Penelitian 26 3.1.1Tempat dan Waktu Penelitian. 26 3.1.2 Tempat
Penelitian. 26 3.1.3 Rencana Waktu Penelitian. 26 3.1.4 VariabelPenelitian. 26 3.1.5 Data dan
Sumber Data. 27 3.1.6 Data yang Dibutuhkan. 27 3.1.7 Sumber Data. 27 3.2 Teknik
Pengumpulan Data. 28 3.3 Teknik Pengolahan dan Analisa Data. 28 3.4 Kerangka
Metodologi 32 BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA 35 4.1 Teknik
Pengolahan dan Analisa Data. 35 4.1.1 Geometri Jalan Angkut. 35 4.1.2 Alat Gali Muat Dan
Alat Angkut. 39 4.2 Pengolahan Data. 44 4.2.1 Geometri Jalan Angkut. 44 4.2.2 Perhitungan
Efesiensi Kerja Alat Muat dan Alat Angkut. 48 4.2.3 Waktu Edar (Cycle Time). 50 4.2.4 Faktor
Pengisian Bucket (Bucket Fill Factor) 51 4.2.5 Efisiensi Kerja. 51 4.2.6 Produktivitas Alat Gali
Muat dan Alat Angkut. 52 4.2.7 Keserasian Alat Gali Muat dan Alat Angkut . 53 4.2.8
Rencana Perbaikan Komposisi Alat Untuk Mendapatkan Keserasian Alat. 53 4.2.9 Simulasi
Teori Antrian. 54 4.2.10 Produksi Yang Didapatkan Berdasarkan Teori Antrian. 60 BAB V
ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA 62 5.1 Geometri Jalan Angkut. 62 5.1.1 Perhitungan
Geometri Jalan. 62 5.1.2 Waktu Edar. 64 5.1.3 Faktor Pengisian Bucket. 65 5.1.4 Efesiensi
Kerja. 65 5.1.5 Produksi Alat Gali Muat dan Alat Angkut. 66 5.1.6 Keserasian Alat Gali Muat
dan Alat Angkut. 66 5.2 Rancangan Geometri Jalan Angkut Ideal Dalam Bentuk Dua
Dimensi. 66 5.3 Hasil Analisa Pengolahan Data. 68 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 71 6.1
Kesimpulan. 71 6.2 Saran. 72 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Kesampaian Daerah 7
Gambar 2.2 Peta Geologi Regional 8 Gambar 2.3 Peta Topografi 9 Gambar 2.4 lebar jalan
keadaan lurus 12 Gambar 2.5 Lebar Jalan pada tikungan ............................................................13
Gambar 2.6 Kemiringan jalan (grade) .............................................................15 Gambar 2.7 Cross
slope 16 Gambar 2.8 Sistem antrian alat muat dan dump truck .....................................22
Gambar 4.1 Pengukuran Jalan Lurus .............................……………………..36 Gambar 4.2
Pengukuran Lebar Jalan Tikungan ...............................…………37 Gambar 4.3 Pengambilan Grade
..............................…………………………38 Gambar 4.5 Pengambilan Jari-jari Belokan
...............................……………..39 Gambar 4.6 Pola Pemuatan Top Loading
...............................……………….40 Gambar 4.7 Faktor Pengisian Bucket
...............................……………………42 Gambar 5.1 Evaluasi Kemiringan Jalan Angkut
...............................………...64 Gambar 5.2 Lebar Jalan Lurus Ideal 2 Dimensi
...............................…………66 Gambar 5.3 Lebar Jalan Tikungan Ideal 2 Dimensi
...............................…….67 Gambar 5.4 Rancangan Grade 2 Dimensi ...............................……………….67
Gambar 5.5 Rancangan Superelevasi 2 Dimensi ...............................………...68 DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Pengukuran Lebar Jalan Lurus 35 Tabel 4.2 Data Pengukuran Jalan Tikungan
36 Tabel 4.3 Data Pengukuran Kemiringan Jalan (Grade) 37 Tabel 4.4 Data Pengukuran
Superelevasi 38 Tabel 4.5 Data Pengukuran Jari-jari Tikungan 39 Tabel 4.6 Waktu Edar Alat
Gali Muat dan Alat Angkut 41 Tabel 4.7 Komposisi Alat Gali Muat dan Alat Angkut 41 Tabel
4.8 Waktu Kerja Tersedia 42 Tabel 4.9 Waktu Kerja 43 Tabel 4.10 Waktu Standby, Repair,
dan Waktu Kerja Efektif Alat 44 Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Efesiensi Kerja
Alat Gali Muat dan Alat angkut Secara Aktual 50 Tabel 4.12 Waktu Edar Excavator Hitachi
ZX 210 51 Tabel 4.13 Waktu Edar Dump Truck Ranger FM 260 JD Mining 51 Tabel 4.14
Match Factor dan Waktu Antrian 54 Tabel 4.15 Keadaan Probabilitas 57 Tabel 4.16 Produksi
Alat Angkut 61 Tabel 5.1 Evaluasi Lebar Jalan Lurus 62 Tabel 5.2 Evaluasi Lebar Jalan
Tikungan 63 Tabel 5.3 Evaluasi Kemiringan Jalan Angkut 63 Tabel 5.4 Superelevasi 64 Tabel
5.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Efesiensi Kerja Alat Gali Muat dan Alat Angkut Secara
Aktual 68 Tabel 5,6 Waktu Edar Excavator Hitachi ZX 210 68 Tabel 5.7 Waktu Edar Dump
Truck Hino FM 260 JD Mining 69 Tabel 5.8 Match Faktor dan Waktu Antrian 69 Tabel 5.9
Keadaan Probabilitas 69 4BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri
pertambangan merupakan salah satu ekonomi primer di Indonesia. 20Industri
pertambangan juga merupakan industri yang memiliki karakteristik padat modal dan padat
resiko. Padat modal tersebut diartikan dengan pertambangan membutuhkan modal yang
sangat besar di awal kegiatannya dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan padat
resiko diartikan dengan kegiatan penambangan dilakukan dengan menekan biaya atau
ongkos produksi yang sekecil-kecilnya dan mendapatkan untung yang sebesar-besarnya,
namun ongkos produksi yang ditekan tersebut tidak mengabaikan faktor keamanan.
2Akses jalan merupakan faktor penting dalam ketercapaian volume batuan yang
dipindahkan. Sebelum menentukan geometri jalan yang akan dibuat maka perlu diketahui
alat angkut yang akan melaluinya. Jalan yang baik akan membantu terpenuhinya target
produksiyang diinginkan dan produksi per dump truck juga akan baik. Geometri jalan yang
harus diperhatikan yaitu, kondisi topografi lokasi rencana kerja dan peralatan mekanis yang
akan digunakan dalam penambangan, lebar jalan angkut dan kemiringan jalan, alat angkut
atau truk-truk tambang umumnya berdimensi lebih besar. Panjang dan lebih berat
dibanding kendaraan angkut yang bergerak di jalan raya. Oleh sebab itu geometri jalan
harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar alat angkut tersebut dapat
bergerak leluasa pada kecepatan normal dan aman. Geometri jalan angkut selalu
berdasarkan pada dimensi kendaraan angkut yang digunakan. 2Dalam proses
penambangan terbuka, alat angkut yang digunakan adalah dump truck khususnya
dibidang penambangan yang merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang
cukup besar yang memiliki potensi jangka panjang, serta membuka peluang kerja bagi
masyarakat untuk ikut serta mengembangkan potensi sumberdaya manusia dalam
memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Kondisi ideal dalam proses pemuatan dan
pengangkutan material sangat sulit dicapai. 1Akan tetapi, hal tersebut dapat diupayakan
dengan melakukan efisiensi tehadap jumlah dump truck utama tambang. Salah satu
metode simulasi yang dapat digunakan untuk mengoptimasi produksi alat muat–dump
truck utama adalah dengan menggunakan metode kapasitas produksi dan teori antrian.
9Jalan angkut yang baik tentunya dapat mendukung kinerja alat angkut yang melaluinya.
Oleh karena itu, jalan tambang perlu mendapat perhatian khusus agar dapat menunjang
kinerja peralatan mekanis. Pada jalan tambang sering dijumpai kerusakan-kerusakan di
badan jalan seperti jalan berlubang, permukaan jalan tidak mulus. Hal ini biasanya
disebabkan oleh kondisi geometri jalan dan daya dukung tanah pada jalan tambang yang
belum memenuhi standar. Dan kondisi jalan yang berlubang menjadi hambatan pada
proses pengangkutan nya dan tanjakan yang terlalu curam menyebabkan ganguan pada
waktu edar alat angkut sehingga menurunkan travel speed alat angkut. (Akhmad Rifandy.
2016. Hal. 12 ) Berdasarkan hasil observasi di lapangan alat angkut tidak bisa beroperasi
secara optimal dikarenakan kondisi jalan angkut (hauling) yang sempit, tanjakan yang
terlalu tinggi, kemiringan jalan dan sebagainya dan masalah yang dialami pada PT. Bintang
Sumatera Pasific ini yaitu jalan yang terlalu sempit dan sering mengalami ganguan pada
alat muat dump truck.Dengan adanya permasalahan tersebut maka kajian teknis jalan
angkut (hauling) dari front penambangan andesit di PT. Bintang Sumatera Pasific.
Pengambilan data yang dilakukan di lapangan yaitu dengan melakukan pengamatan secara
langsung seperti melakukan pengukuran lebar jalan lurus, lebar jalan tikungan, kemiringan
jalan, crosslope¸dan superelevasi pada jalan dan aspek pendukung kegiatan pengangkutan
seperti melihat alat angkut yang digunakan di lapangan. Supaya target produksi dapat
berjalan secara optimal dan efesien serta dapat meminimalisir pemakaian jumlah dump
truck yang berlebihan, untuk itu perlu dilakukan upaya memaksimalkan jam kerja alat dan
mengkaji kebutuhan alat angkut supaya tidak terjadi antrian pada front kerja dan area
dumping. Penentuan alat angkut dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu
berdasarkan metode antrian. Bedasarkan permasalahan tersebut di atas selanjutnya penulis
ingin membahas tentang Analisis Geometri Jalan Angkut Tambang Untuk Tercapainya
Target Produksi Menggunakan Teori Antrian Di PT. Bintang Sumatera Pasific Kecamatan
Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai judul tugas akhir. 1.2 Identifikasi
Masalah Dari latar belakang masalah dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut: 1.
Lebar jalan yang belum memenuhi standar menjadi kendala dalam pencapaian target
produksi. 2. Kondisi jalan yang berlubang menjadi hambatan proses pengakutan, tanjakan
yang terlalu curam menyebabkan gangguan pada waktu edar alat angkut sehingga
menurunnya travel speed alat angkut. 3. Waktu kerja alat-alat mekanis yang tidak efisien
sehingga menyebabkan turunnya produktifitas peralatan mekanis yang digunakan. 4.
Terjadinya antrian alat angkut pada saat pemuatan menyebabkan tidak tercapainya target
produksi. 1.3 Batasan Masalah Pembatasan masalah pada penelitian ini: Dalam pelaksanaan
peneliti perlu adanya pembatasan masalah, supaya peneliti lebih terstruktur dan
terorganisir maka penelitian ini dibatasi Hanya menganalisa geometri jalan tambang
mencakup pada aspek, lebar jalan angkut, kemiringan jalan (grade), cross slope, jari-jari
tikungan, superelevasi, kombinasi alat muat dan angkut yang digunakan dan waktu kerja
efektif yang digunakan, dan waktu antrian dump truck. 1.4 Rumusan Masalah Adapun
rumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana lebar jalan lurus, lebar jalan tikungan,
kermiringan jalan, jari– jari tikungan dan superelevasi di PT. Bintang Sumatera Pasific ? 2.
Bagaimana hasil perhitungan produktivitas alat gali muat dan alat angkut di PT. Bintang
Sumatera Pasific ? 3. Apakah faktor–faktor yang mempengaruhi produktivitas alat gali muat
dan alat angkut di PT. Bintang Sumatera Pasific ? 4. Berapakah waktu antrian yang dialami
dump truck di PT. Bintang Sumatera Pasific ? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan
masalah dan rumusan masalah tersebut di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah: 1.
Mendapatkan lebar jalan lurus, lebar jalan tikungan, kermiringan jalan, jari–jari tikungan
dan superelevasi yang standart di PT. Bintang Sumatera Pasific. 2. Mendapatkan
produktivitas alat gali muat dan alat angkut di PT. Bintang Sumatera Pasific. 3.
Mendapatkan factor-faktor yang mempengaruhi produktivitas alat gali muat dan alat
angkut di PT. Bintang Sumatera Pasific. 4. Mendapatkan lamanya waktu antrian yang
dialami dump truck di PT. Bintang Sumatera Pasific. 1.6 Manfaat penelitian Setelah
penelitian ini dilakukan diharapkan dapat member manfaat bagi perusahaan maupun bagi
penulis sendiri.Berikut manfaat yang dapat di peroleh: 1. Bagi Sekolah Tinggi Teknologi
Industri (STTIND) Padang Diharapkan dapat di jadikan arsip di perpustakaan, dijadikan
pedoman bagi mahasiswa dalam menambah ilmu dan wawasan bagi mereka. 2. Bagi
Penulis Penulis dapat menganalisis geometri jalan tambang dengan baik dan sesuai
standar acuan yang benar dengan mengunakan metode yang ada. Juga sangat bermanfaat
bagi penulis jika saat nanti penulis dapat berkerja di lapangan. 3. Bagi Perusahaan Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap jalan angkut yang ada, diharapkan dapat
memberikan pemecahan masalah bagi perusahaan terhadap kegiatan loading pada alat
muat (excavator) dan alat angkut dump truck. Melalui rekomendasi perbaikan pada kondisi
geometri jalan angkut produksi, hasil yang diharapkan antara lain: a. Jalan angkut dapat
meningkatkan hasil produksi dari pengangkutan material ke disposal. b. Alat angkut dapat
melaju dengan kecepatan yang lebih tinggi tanpa mengabaikan kecepatan maksimum dan
kondisi jalan yang diperbolehkan ditinjau dari sisi keselamatan kerja, sehingga cycle time
(waktu edar) dari alat angkut dapat lebih maksimal. c. Dapat tercapainya keselamatan kerja
pada kegiatan pengangkutan yang baikterhadap pengemudi maupun alat angkutitu
sendiri. 35BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori yang berhubungan
dengan teori-teori yang berhubungan dengan judul penelitian. Landasan teori ini diperoleh
dari sumber-sumber buku, ataupun literatur lainnya yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan penelitian landasan yang digunakan pada penelitian ini. Kajian teknis
jalan angkut tambang merupakan suatu cara untuk melakukan perhitungan terhadap jalan
angkut 1tambang, kondisi ideal dalam proses pemuatan dan pengangkutan material sangat
sulit dicapai. Dalam perhitungan jalan angkut tambang terdapat unsur-unsurnya yaitu lebar
jalan keadaan tikungan, kemiringan jalan (grade), superelavasi. Dari unsur tersebutlah
perhitugan jalan ankut tambang dapat dihitung. 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah PT.
Bintang Sumatra Pacific yang merupakan salah satu perusahaan tambang yang beroperasi
di Kabupaten Lima Puluh Kota. 28Kabupaten ini terletak di bagian Timur wilayah Provinsi
Sumatera Barat atau sekitar 124 km dari Kota Padang, ibukota Provinsi Sumatera Barat.
Kabupaten Lima Puluh Kota terletak antara 0º25’28,71 LU dan 0º22’14,52” LS serta antara
100º15’44,10” – 100º50’47,80” BT Sumber: PT. Bintang Sumatera Pasific Gambar 2.1 Peta
Kesampaian Daerah PT. Bintang Sumatera Pasific Lokasi kegiatan Penambangan terletak di
wilayah Jorong lubuk Jantan, Nagari Manggilang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru,
Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, lokasi tersebut dapat ditempuh
menggunakan transportasi darat dalam waktu 4 jam dari Kota Padang. Untuk mencapai
wilayah Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi PT. Bintang Sumatera Pacifik dari ibu
kota provinsi dapat ditempuh dengan menggunakan jalur transportasi darat sebagai
berikut: 1. Padang–Payakumbuh dengan jalur transportasi darat ditempuh dengan
kendaraan roda empat melalui jalan aspal sejauh ± 135 kilometer dapat ditempuh dalam
waktu ± 3 jam. 2. Payakumbuh – Pangkalan dengan kendaraan roda empat melalui jalan
aspal sejauh ± 55 kilometer yang ditempuh dalam waktu ± 1 jam. Selengkapnya mengenai
lokasi penambangan Batu Andesit PT.Bintang Sumatera Pasific. 2.1.2 Geologi Daerah
Penelitian 2.1.3 Struktur Geologi Dilokasi kegiatan Penelitian batuan yang tersingkap
adalah Batupasir yang berumur Miosen Awal. Batupasir ini adalah anggota dari sedimen
antar Gunung Oligo - Miosen (Tomsn) yang terdiri dari : Batupasir, konglomerat, Kuarsa
bermika dan Batubara. Dibagian bawah : Batupasir, Batulumpur tuffan dan gampingan :
napal dan lensa tipis Batugamping dibagian atas dapat dilihat dari gambar dibawah ini.
Sumber: PT. Bintang Sumatera Pasific Gambar 2.2 Peta Geologi Regional PT. Bintang
Sumatera Pasific. Batuan lain yang tersingkap dilokasi kegiatan penelitian adalah : Basal –
Andesit yang berumur miosen tengah merupakan anggota batuan gunung api miosen
(Tmv) : Lava, breksi, aglomerat, dan sebagian kecil batuan terobosan yang bersusunan
andesit – basal. Selain itu juga dijumpai alluvial yang berumur pliosen. 2.1.4 Topografi
Topografi dilakukan untuk memperoleh gambaran keadaan permukaan lokasi
penambangan dengan menggunakan peralatan total station. Pengukuran dilakukan
dengan mengambil data kemiringan, beda tinggi dan jarak setiap titik pengukuran.
Sumber: PT. Bintang Sumatera Pasific. Gambar 2.3 Peta Topografi PT. Bintang Sumatera
Pasific Dari data topografi diketahui area penambangan mempunyai titik tertinggi 540
mdpl dan titik terendah 400 mdpl. 2.1.5 Morfologi Daerah penambangan terdiri atas satuan
perbukitan dan lembah. Daerah penambangan terletak pada ketinggian antara 400 – 500
mdpl perbukitan daerah penambangan, dengan lereng 15º – 45º. Pada bagian barat
daerah penambangan terdapat anak sungai yang mengalir dengan lebar antara 1 – 5 m
dan pola aliran sungai pada umumnya sejajar (paralel) dan mendaun (dendritik). Veetasi
hampir 75% terdiri dari tanaman karet rakyat dan sisinya berupa pohon kecil dan semak –
belukar. Secara morfologi daerah penambangan dapat dibagi menjadi 2 (dua) satuan
morfologi yaitu : a. 25Satuan morfologi perbukitan sedang, yaitu dicirikan dengan adanya
bukit – bukit bergelombang, berlereng landai yang mempunyai ketinggian antara 350 m –
700 m dari permukaan laut. b. 32Satuan morfologi pedataran, yaitu daerah yang relatif
datar mempunyai ketinggian antara 250 m – 350 m dari permukaan laut. Umumnya satuan
ini merupakan daerah perkotaan, perkampungan dan persawahan. 2.1.6 Litologi Secara
geologi, daerah Koto Alam disusun oleh satuan andesit, dan endapan alluvial, yang
ditafsirkan bedasarkan data singkapan yang dijumpai disekitar daerah penambangan.
Batuan andsit jelas tersingkap beda lereng perbukitan dengan tinggi singkapan 20 meter
bewarna putih keabu - abuan, holokristalin, berbutir sedang sampai kasar. Diperkirakan
batuan andesit yang terdapat pada daerah penambangan merupakan kelanjutan dari
perbukitan bukit barisan. 2.1.7 Pengertian Jalan Pada pengertiannya, geometri jalan
tambang yang memenuhi syarat adalah bentuk dan ukuran dari jalan tambang tersebut
yang sesuai dengan tipe bentuk ukuran dan spesifikasi alat angkut yang digunakan, dan
kondisi medan yang dilalui dapat menjamin serta menunjang dari segi keamanan dan
keselamatan operasi pengangkutan. 2Geometri jalan yang harus diperhatikan sama seperti
jalan raya umumnya, yaitu lebar jalan angkut, kemiringan jalan dan sebagainya. Alat angkut
atau truck tambang umumnya berdimensi lebih besar, panjang dan lebar dibanding
dengan alat angkut dijalan raya, oleh karena itu geometri jalan harus sesuai dengan
dimensi alat angkut yang digunakan agar alat angkut dapat bergerak leluasa pada
kecepatan normal dan aman. 2.1.8 Geometri Jalan 17Fungsi utama jalan angkut adalah
untuk menunjang kelancaran operasional pengangkutan dalam kegiatan
penambangan.Alat angkut umumnya berdimensi besar, oleh sebab itu geometri jalan harus
sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar 2dapat bergerak leluasa pada
kecepatan normal dan aman. Geometri jalan angkut yang harus memperhatikan hal
sebagai berikut: 1. Lebar Jalan Angkut Lebar jalan produksi penting ditentukan untuk
kelancaran dan keselamatan operasi pengangkutan.Perhitungan mengenai lebar jalan
disesuaikan dengan kebutuhan yaitu dapat untuk satu jalur, dua jalur atau lebih. a. Lebar
Jalan Pada Keadaan Lurus Penentuan lebar jalan minimum untuk jalan lurus didasarkan
pada rule of thumb yang dikemukakan oleh AASHTO (American 11Association Of State
Highway And Transportation Officials) (1990) yaitu jumlah jalur kali lebar dump truck
ditambah setengah lebar truck untuk tepi kiri, kanan jalan dan jarak antara dua dump truck
yang sedang bersilangan lebar jalan minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau lebih
pada jalan lurus. Untuk menghitung 9lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat
menggunakan persamaan berikut (Indonesianto, Y, 2013): L= n (Wt) + {(n + 1) x (½ x
Wt)}...................................(2.1) Sumber:indonesianto. Y. (2013) Keterangan: L = lebar jalan
minimum (m) n 2= jumlah jalur Wt = lebar alat angkut (m) Sumber: jailcakild.blogspot.com
Gambar 2.4 Lebar Jalan Keadaan Lurus b. Lebar jalan pada tikungan Penentuan 22lebar jalan
pada saat dump truck membelok berbeda dengan keadaan jalan lurus, karena pada
belokan terjadi pelebaran jalan yang sangat tergantung dari jari-jari tikungan, sudut
tikungan dan kecepatan rencana pelebaran jalan. 19Untuk jalur ganda lebar minimum pada
tikungan di hitung dengan berdasarkan pada : 1. Lebar jejak ban 2. Lebar juntai atau
tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang pada saat membelok 3. Jarak
antara alat-alat 15angkut pada saat bersimpangan 4. Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi
jalan Perhitungan terhadap lebar jalan tambang pada tikungan atau belokan dapat
menggunakan rumus (Indonesianto. Y. 2013) W 2= 2 (U + Fa + Fb + Z) +
C.........................................(2.2) Z = (U + Fa + Fb) / 2 Sumber: Aldiyansyah ( 2016) Keterangan:
W= Lebar jalan angkut pada tikungan (m) U= Jarak jejak roda truk (m) Fa= Lebar juntai
depan (m) Fb= Lebar juntai belakang (m) C= Jarak antara dua truk yang akan
bersimpangan(m) Z= 4Jarak sisi luar truk ke tepi jalan (m) Sumber: jailcakild.blogspot.com
Gambar 2.5 Lebar jalan pada tikungan c. Jari – jari tikungan Jari-jari atau radius tikungan
pada jalan angkut merupakan jari-jari lintas perlengkungan yang dibentuk oleh alat angkut
pada saat menikung, besarnya dipengaruhi oleh kecepatan kendaraan dan superelevasi
jalan. Besarnya jari-jari belokan minimum pada jalan 2dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut: R = ………………………..(2.3) Keterangan: e = Superelevasi, (mm/m) f =
friction factor V = Kecepatan rencana kendaraan (km/jam) R = Jari-jari belokan(m) d.
Superelevasi 31Superelevasi ini bertujuan untuk membantu kendaraan dalam mengatasi
tikungan. Dengan superelevasi yang ada, diharapkan alat angkut tidak tergelincir pada saat
melewati tikungan dengan kecepatan yang maksimum Kecepatan yang digunakan adalah
berdasarkan grade per section. Sedangkan koefisien gesekan secara matematis dapat
dihitung sebagai berikut : ……........................................(2.4) Sumber: Murad Ali (2016)
Keterangan: e = superelavasi R = Jari-jari belokan f = kooefisien gesek pada tikungan (0,17)
v = kecepatan alat angkut (km/jam) e. Kemiringan Jalan 2(grade) Kemiringan jalan angkut
dapat berupa jalan menanjak maupun menurun yang disebabkan perbedaan ketinggian
pada jalur jalan. Untuk mengetahui kemiringan jalan dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut (Partanto Prodjosumarto, 1993) : Grade (0/0) = ×
1000/0................................................(2.5) Sumber: Thony Rianto(2016) Keterangan: = beda tinggi
antara dua titik yang diukur (m) = 11jarak datar antara dua titik yang diukur (m) Sumber:
jailcakild.blogspot.com Gambar 2.6 Kemiringan jalan (grade) Kemiringan jalan maksimum
yang dapat dilaluidengan baik oleh alat angkut khususnya dump truck,berkisar antara 7% -
8%.Sedangkan untuk jalan naikmaupun jalan turun pada daerah perbukitan lebih
amankemiringan jalan maksimum 8%. f. 2Cross Slope. Adalah sudut yang dibentuk oleh
dua sisi permukaan jalan terhadap bidang horizontal. Dibuat demikian bertujuan untuk
memperlancar penyaliran. Rumus perhitungan jalan melintang (cross slope).
......................................................................(2.6) Sumber: Thoni Riyanto (2016) Keterangan: α = cross
slope b = Tinggi vertikal pada poros memenjang jalan a = Jarak horizontal Sumber:
jailcakild.blogspot.com Gambar 2.7 Cross slope 3.1 Alat Gali Muat dan Alat Angkut 3.1.1
Excavator Karakteristik penting dari hydroulic excavator adalah pada umumnya
menggunakan tenaga diesel engine dan full hydraulic sistem. Operasi excavator paling
efisien adalah dengan menggunakan metode hel dan toe (ujung dan pangkal). Mulai dari
atas permukaan dan bagian bawah. Bagian atas bisa berputar (swing) 360 drajat. 18Dalam
konfigurasi back hoe, ukuran boom lebih panjang sehingga jangkauan lebih jauh tetapi
bucket lebih kecil. Ini bukan berarti produksinya lebih rendah karena putaran swingnya bisa
lebih kecil yang berarti cycle time nya lebih pendek (lebih cepat). Faktor–faktor yang perlu
di pertimbangkan 21dalam pemilihan excavator adalah dalam hal kapasitas bucketnya,
kondisi kerja, bisa menggali pada daerah yang lunak sampai keras, tetapi bukan tanah asli
berupa batuan keras. Jenis–jenis excavator adalah sebagai berikut: a) Back hoe Back hoe
adalah alat untuk menggali permukaan tanah asli, pemotong, dan perapian tebing dengan
alat yang di letakkan di atas perumukaan tanah asli atau khususnya untuk pekerjaan
penggalian yang letaknya di bawah kedudukan backhoe itu sendiri. b) Dargline Dragline
memiliki tenaga penggali yang kecil dari tenaga penggali lainnya, karena hanya
mengandalkan tenaga sendiri dari digging bucket. c) Power Shovel Power shovel sangat
baik digunakan sebagai alat penggali dan sebagai alat pemuat karena dapat digunakan
pada tebing yang letaknya lebih tinggi. 3.1.2 Faktor–faktor yang mempengaruhi produksi
alat 1. Efisiensi Kerja Efisiesi kerja adalah perbandingan antara waktu kerja produktif
dengan waktu kerja yang tersedia, dinyatakan dalam (%), efesiensi kerja ini akan
mempengaruhi kemampuan produksi dari suatu alat, sebagian besar nilai efesiensi kerja
dikerahkan terhadap operator, yaitu orang yang mengoperasikan alat. 2. Ketersediaan Alat
Mekanis ( Mechanical Avaibility) Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis
yang sesungguhnya dari alat yang sedang digunakan. Kesediaan mekanis dapat di
rumuskan sebagai berikut : MA = x 100 %............................................................... (2.7) Keterangan:
MA = Mechanical Avaibility atau kesediaan alat W = Working Hours atau jumlah kerja alat
R = Repair Hours atau jumlah jam untuk perbaikan 3. Keadaan Fisik Alat (Phycical Ability)
Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang di pergunakan. Dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut : PA = x 100 % ……………………….………..(2.8)
Keterangan : PA = Physical Avaibility W = Working Hours atau jumlah kerja alat R = Repair
Hours atau jumlah jam untuk perbaikan S = Jumlah jam standbay 4. Penggunaan
Ketersediaan (Use Of Ability) Merupakan tingkat daya guna alat kegiatan produksi. Dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut : UA = x 100 %...........................................................(2.9)
Keterangan : 3UA = Use Of Avaibility atau penggunaan ketersediaan W = Working Hours
atau jumlah kerja alat S = Jumlah jam standby 4. Efective Utilization Yaitu menunjukkan
berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja
produktif. Dengan rumus sebagai berikut : EU = x 100 %.......................................................(2.10)
Keterangan : EU = Efective Utilization atau efesiensi kerja W = Working Hours atau jumlah
kerja alat R = Repair Hours atau jumlah jam untuk perbaikan S = Jumlah jam standby 3.1.3
Produktivitas Alat Muat dan Angkut 1. Produktivitas Alat Gali - Muat Perhitungan
produktivitas dapat digunakan untuk menilai kinerja dari alat mekanis yang digunakan,
produktivitas tergantung pada kapasitas dan waktu siklus alat mekanis. Semakin baik
penggunaan alat mekanis maka semakin besar produksi yang di hasilkan alat tersebut,
untuk menghitungnya yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut : P =
…………………………….(2.11) Keterangan : P = Produksi alat gali muat (bcm/jam) KB = Kapasitas
teoritis bucket alat gali muat (m3) BF = Bucket faktor (%) SF = Swell factor (%) EK = Efisiensi
kerja CT = Waktu edar alat gali – muat (detik) 2. Produktivitas alat angkut Produktivitas alat
angkut dapat di hitung menggunakan persamaan sebagai berikut : P =
…………………………(2.12) Keterangan : P = Produksi alat angkut (bcm/jam) n = Jumlah
pengisian bak alat angkut CT = Waktu edar alat angkut (detik) 3.1.4 Faktor keserasian kerja
(Match Factor) Idealnya volume bak alat angkut adalah 4 sampai 5 kali kapasitas bucket
alat gali muat, nilai 8keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut dapat di hitung
menggunakan persamaan berikut : P = ………………………………………………(2.13) Keterangan :
MF = Faktor keserasian kerja (Match faktor) 3Na = Jumlah alat angkut Nm = Jumlah alat
gali muat n = Banyak pemuatan CTm = Waktu edar alat gali muat CTa = Waktu edar alat
angkut MF < 1, ada waktu tunggu untuk alat gali muat 8MF = 1, tidak ada waktu tunggu
untuk alat gali muat dan alat angkut MF > 1, ada waktu tunggu untuk alat angkut 1.
Perhitungan waktu tunggu alat gali muat menggunakan persamaan berikut: Wtm =
…………………………(2.14) 2. Perhitungan waktu tunggu alat angkut menggunakan persamaan
berikut : Wta = …………………………….(2.15) Keterangan : Wtm = Waktu tunggu alat gali muat
Wta = Waktu tunggu alat angkut 3.1.5 Simulasi teori antrian Proses antrian (queueing
process) adalah suatu 7proses yang berhubungan dengan kedatangan konsumen pada
suatu fasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu barisan (antrian) bila fasilitas
pelayanan sedang sibuk konsumen tersebut akan menunggu dan konsumen akan
meninggalkan fasilitas pelayanan tersebut apabila sudah mendapatkan pelayanan. 1Teori
tentang antrian diketemukan dan dikembangkan oleh A.K. Erlang, seorang insinyur dari
Denmark yang bekerja pada perusahaan telepon di Kopenhagen pada tahun 1910.
Persoalan aslinya Erlang hanya memperlakukan perhitungan keterlambatan (delay) dari
seorang operator, kemudian pada tahun 1917 penelitian dilanjutkan untuk menghitung
kesibukan beberapa operator. Teori Antrian adalah teori yang menyangkut studi matematis
dari antrian - antrian atau baris-baris penungguan. Formasi baris-baris penungguan ini
tentu saja merupakan suatu fenomena biasa yang terjadi apabila kebutuhan akan suatu
pelayanan melebihi kapasitas yang tersedia untuk menyelenggarakan pelayanan itu.
Keputusan-keputusan yang berkenaan dengan jumlah kapasitas ini harus dapat ditentukan,
walaupun sebenarnya tidak dapat dibuat prediksi yang tepat mengenai kapan unit-unit
yang membutuhkan pelayanan itu akan datang atau berapa lama waktu yang diperlukan
untuk menyelenggarakan pelayanan itu. Teori antrian sendiri tidak langsung memecahkan
persoalan ini. Walaupun begitu, teori ini menyumbangkan informasi penting yang
diperlukan untuk membuat keputusan seperti itu dengan cara memprediksi beberapa
karakteristik dari baris penungguan,seperti misalnya waktu tunggu rata-rata. (Dimyati dan
Dimyati, 1992). Pengelompokkan fasilitas pelayanan menurut jumlah yang
tersedia(Aminudin 2005 dalam Anonim 2009). 1. Single channel single phase (satu antrian
satu pelayanan) 2. Single channel multiple phase (satu antrian beberapa pelayanan seri). 3.
Multiple channel single phase (satu antrian beberapa pelayan) 4. Multiple channel multiple
phase (satu antrian beberapa pelayanan seri). Teori antrian dapat digunakan dalam
menganalisis secara statistik biaya dump truck dan alat muat yang diperlukan untuk
sejumlah truk sehingga jumlah truk optimum dapat ditentukan. Selain itu Teori Antrian ini
juga dapat memberikan gambaran mengenai produksi optimum yang bisa dicapai dengan
biaya paling minim. Aplikasi teori antrian dapat mengambil contoh sebuah alat muat
digunakan untuk melayani beberapa truk, dimana truk in akan mengangkut muatan ke
lokasi tujuan, menumpahkannya, dan kembali ke tempat pemuatan untuk pemuatan
selanjutnya. Contoh model antrian dalam pelayanan dump truck dapat digambarkan
sebagai berikut : Sumber : Aminudin, 2005, modifikasi Gambar 2.8 Sistem antrian alat muat
dan dump truck Factor-fakto dalam pengembangan model antrian: 1. Sumber Masukan
Unit masukan dari sebuah system diperoleh dari beberapa populasi. Populasi ini bisa tidak
terbatas dan bisa pula terbatas ukurannya. Kedatangan pelanggan biasanya dicirikan oleh
adanya waktu edar antar kedatangan (Interravival time), yakni waktu antar kedatangan dari
pelanggan secara berturut-turut pada suatu fasilitas pelayanan. Tingkat kedatangan itu bisa
diketahui secara pasti (Deterministic), atau berupa suatu variabel acak yang distribusi yang
probabilitasnya telah diketahui. (Siagan, 2006) 2. Disiplin Pelayanan Disiplin pelayanan
adalah suatu aturan dimana para pelanggan dilayani, tipe aturan antrian terdiri dari: FIFO
(First In First Out) aturan yang mendasar pada yang pertama masuk, pertama keluar atau
pertama datang pertama yang akan dilayani (First Come First Served). Aturan ini umum
digunakan pada pemindahan tanah. LIFO (Last In First Out) aturan pelayanan yang
mendasarkan pada pelanggan yang terakhir masuk pertama keluar. SIRO (Service In
Random Order) aturan pelayanan dalam urutan acak. PRI (Priority Disciplines) aturan
pelayana berdasarkan perioritas. (Siagian, 2006) Berdasarkan pengamatan di lapangan
barisan antrian 13termasuk ukuran kedatangan secara terbatas dan hanya dilayani oleh satu
unit excavator maka pelayanannya pertama datang pertama dilayani (FCFC = First come
first service). 3.5.1 Perhitungan Simulasi Kebutuhan Alat dengan Teori Antrian. Probabilitas
keadaaan antrian ditentukan oleh jumlah alat angkut yang digunakan dan keadaan antrian
yang terdiri dari 4 tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap 1 (µ1) merupakan tahap
pelayanan alat gali muat untuk memuat material ke alat angkut hingga terisi penuh. 2.
Tahap 2 (µ2) merupakan tahap pelayanan sendiri yaitu tahap dimana alat angkut dalam
perjalanan untuk mengangkut material menuju disposal. 3. Tahap 3 (µ3) merupakan tahap
alat angkut menumpahkan material di disposal. 4. Tahap 4 (µ4) merupakan tahap
pelayanan sendiri, yaitu alat angkut tidak bermuatan kembali ke front loading. 3.2 Kerangka
Konseptual Berdasarkan dari landasan teori maka dapat dibuat kerangka konseptual
sebagai berikut : Input Proses Output Gambar 2.9 Kerangka Konseptual Bedasarkan
kerangka konseptual tersebut diatas, selanjutnya dijelaskan sebagai berikut: 1. Masalah
Masalah yang terjadi Lebar jalan yang belum memenuhi standar menjadi kendala dalam
pencampaian target produksi, kondisi jalan yang berlubang, dan tanjakan yang terlalu
tinggi menjadi hambatan proses pengakutan. 2. Pemecahan Masalah Untuk memecahkan
masalah yang terjadi maka diperlukan pelebaran jalan angkut dan mengatasi kondisi jalan
yang berlobang supaya proses pengangkutan tidak terhambat. Seperti di bagian jalan
lurus, lebar jalan pada tikungan harus memenuhi standar supaya tidak terjadi hambatan,
adapun upaya untuk meningkatkan hasil produksi adalah dengan cara melakukan evaluasi
terhadap kinerja dari alat muat dan angkut. Kondisi dari alat tersebut harus seelalu dalam
keadaan baik sebab jika sering mengalami kerusakan tentu akan memberikan waktu
hambatan yang lebih banyak. Oleh karena itu diperlukan pengawasan dan perawatan
terhadap alat untuk meningkatkan efesiensi alat sehingga target produksi dapat tercapai. 3.
Hasil Yang Diharapkan Setelah proses jalan angkut tidak lagi ada masalah seperti jalan
tambang yang sempit berlobang, dan tanjakan yang terlalu tinggi. Setelah semua masalah
telah teratasi maka alat bisa beroperasi secara optimal dan Jalan yang baik akan membantu
terpenuhinya target produksi yang di inginkan dan produksi per dump truck.juga akan
baik. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan
oleh penulis adalah penelitian kuantitatif yang mengacu kepada penelitian eksperimen.
,etode penelitian kuantitatif adalah metode 27penelitian yang berdasarkan pada filsafat
positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Penelitian ini
menggunakan data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif atau dapat dikuantitatifkan. 3.1.1
Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.2 Tempat Penelitian Penulis melakukan penelitian di
lokasi PT. Bintang Sumatera Pasific 8Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima
Puluh Kota. 3.1.3 Rencana Waktu Penelitian Waktu Pelaksanaan penelitian dilakukan pada
tanggal 10 agustus 2019 – 15 Oktober 2020. 3.1.4 Variabel penelitian 26Variabel bebas
disebut juga variabel independen penelitian selalu melibatkan hubungan antara dua atau
lebih variabel. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka variable penelitiannya
adalah geometri jalan yaitu, lebar jalan lurus, lebar jalan pada tikungan, jari–jari tikungan,
kemiringan jalan (grade), superelevasi, kemiringan melintang (crooslope). Variabel trikat
penelitian ini nantinya akan dilihat pada Analisis Geometri Jalan Angkut Tambang Untuk
Tercapainya Target Produksi Menggunakan Teori Antrian dengan cara Mendapatkan lebar
jalan lurus, lebar jalan tikungan, kermiringan jalan, jari–jari tikungan dan superelevasi,
mendapatkan 11produktivitas alat gali muat dan alat angkut, mendapatkan faktor–faktor
yang mempengaruhi produktivitas alat gali muat dan alat angkut, mendapatkan lamanya
waktu antrian yang di alami dump truck yang ada di PT. Bintang Sumatera Pasific
8Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Kota. 3.1.5 Data dan Sumber Data
3.1.6 Data Yang Dibutuhkan Data yang peneliti butuh kan dalam penelitian ini adalah: 1.
23Data Primer Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari pengamatan di
lapangan yaitu: a. Data pengukuran lebar jalan b. Data lebar jalan pada tikungan c. Data
jari-jari tikungan d. Data superelevasi e. Data pengukuran kemiringan jalan (grade) f. Data
kemiringan melintang (cross slope) 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari buku-
buku literature atau studi kepustakaan dan data-data/arsipperusahaan, seperti berikut: a.
Peta jalan tambang b. Spesifikasi alat yang digunakan PT. Bintang Sumatera Pasific 3.1.7
Sumber Data Sumber data yang peneliti dapatkan berasal dari pengamatan langsung di
lapangan dan arsip dari PT.Bintang Sumatera Pasific serta studi kepustakaan. 3.2 Teknik
Pengumpulan Data Dalam teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua carayaitu: 1.
Studi lapangan, yaitu cara mendapatkan data yang dibutuhkan dengan melakukan
pengamatan langsung dilapangan. 2. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data yang
dibutuhkan dengan membaca buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah atau
kajian yang akan dibahas dan data-data serta arsip perusahaan sehingga dapat digunakan
sebagai landasan dalam pemecahan masalah. 3.3 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Teknik pengolahan 36data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus-rumus sebagai berikut: 1. Perhitungan lebar jalan lurus Pada tahap ini
melakukan pengukuran langsung tentang bagaimana lebar jalan angkut pada keadaan
lurus. Pada perhitungan lebar jalan lurus peneliti di bimbing langsung oleh pembimbing
lapangan dan membagi titik-titikatausegmen di sepanjang jalantambang guna
mendapatkan data yang maksimal sehingga dapat di olah dengan mudah menggunakan
rumus pada (2.1) 2. Perhitungan lebar jalan pada tikungan Perhitungan 2langsung di
lapangan mengenai lebar jalan pada tikungan beberapa titik pengukuran menggunakan ala
tukur manual berupa meteran pada tahapan ini peneliti melakukan pengukuran beberapa
titik jalan pada tikungan yang ada pada jalan angkut, pada tahap pengolahan data yang
diperoleh akan dihitung dengan menggunakan rumus pada (2.2). 3. Jari-jari tikungan dan
superelevasi Jari-jari tikungan berhubungan erat dengan superelevasi tikungan yang akan
menstabilkan gaya sentripugal pada saat menikung dengan kecepatan. Besarnya jari-jari
belokan 33minimum pada jalan dapat dihitung dengan menggunakan rumus pada (2.3) dan
(2.4). 4. Perhitungan kemiringan jalan (grade) Pengukuran langsung di lapangan mengenai
profil memanjang pada permukaan jalan angkut menggunakan alat ukur meteran dan
klinometer. 29Pada pengolahan data kemiringan memanjang yang di ukur menggunakan
rumus berdasarkan (Yanto Indonesianto, 2007), dapat dihitung menggunakan rumus pada
(2.5). 5. Kemiringan melintang (cross slope) 2Pengukuran langsung di lapangan mengenai
kemiringan melintang atau crosss slope dapat dilakukan dengan cara menggunakan alat
ukur meteran dan waterpass, kemiringan melintang dinyatakan dalam satuan mm/m,
dimana pada setiap 1m lebar jalan terdapat 20-40 mm/m, dapat mengunkan rumus (2.6). 6.
Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi alat. a. Efisiensi Kerja Efisiesi 3kerja adalah
perbandingan antara waktu kerja produktif dengan waktu kerja yang tersedia, dinyatakan
dalam (%), efesiensi kerja ini akan mempengaruhi kemampuan produksi dari suatu alat,
sebagian besar nilai efesiensi kerja dikerahkan terhadap operator, yaitu orang yang
mengoperasikan alat. b. Ketersediaan Alat Mekanis ( Mechanical Avaibility) 24Merupakan
suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat yang sedang
digunakan. Kesediaan mekanis dapat di rumuskan menggunakan rumus pada (2.7). c.
Keadaan Fisik Alat (Phycical Ability) 3Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat
yang sedang di pergunakan. Dapat dihitung dengan rumus (2.8). d. Penggunaan
Ketersediaan (Use Of Ability) Merupakan tingkat daya guna alat kegiatan produksi. Dapat
dihitung dengan rumus (2.9). e. Efective Utilization 3Yaitu menunjukkan berapa persen dari
seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif. Dengan
rumus (2.10). 7. Produktivitas Alat Muat dan Angkut a. Produktivitas Alat Gali – Muat
Perhitungan produktivitas dapat digunakan untuk menilai kinerja dari alat mekanis yang
digunakan, produktivitas tergantung pada kapasitas dan waktu siklus alat mekanis.
Semakin baik penggunaan alat mekanis maka semakin besar produksi yang di hasilkan alat
tersebut, untuk menghitungnya yaitu dengan menggunakan rumus (2.11) b. Produktivitas
alat angkut Produktivitas alat angkut dapat di hitung menggunakan rumus pada (2.12). 8.
Faktor keserasian kerja (Match Factor) Idealnya volume bak alat angkut adalah 4 sampai 5
kali kapasitas bucket alat gali muat, nilai 8keserasian kerja antara alat gali muat dan alat
angkut dapat di hitung menggunakan rumus pada (2.13). 1. Perhitungan waktu tunggu alat
gali muat menggunakan rumus pada (2.14). 2. Perhitungan waktu tunggu alat angkut
menggunakan rumus pada (2.15). 9. Simulasi teori antrian. Proses antrian 7(queueing
process) adalah suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan konsumen pada
suatu fasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu barisan (antrian) bila fasilitas
pelayanan sedang sibuk konsumen tersebut akan menunggu dan konsumen akan
meninggalkan fasilitas pelayanan tersebut apabila sudah mendapatkan 5pelayanan. Disiplin
antrian ini terbagi menjadi empat bentuk yaitu: a. FCFS (First Come, First Served)
Merupakan suatu peraturan dimana pelanggan yang dilayani terlebih dahulu adalah
pelanggan yang datang pertama kali. Contoh seperti pelanggan yang antri pada loket
penjualan karcis. b. LCFS (Last Come, First Served) Merupakan antrian dimana pelanggan
yang datang terkahirlah yang akan dilayani terlebih dahulu. 5Contohnya seperti pada
sistem antrian bongkar muat barang dalam truk, dimana barang yang masuk terakhir akan
keluar terlebih dahulu. c. SIRO (Service in Random Number) Merupakan salah satu disiplin
antrian dimana pelayanan dilakukan dengan urutan acak (Random Order). Contohnya
seperti dalam suatu kegiatan arisan, dimana pemenangnya didasarkan pada proses undian.
d. Priority Queue ( Antrian Perioritas) Merupakan prioritas pelayanan yang dilakukan
khusus kepada pelanggan utama yang mempunyai prioritas tinggi dibandingkan dengan
pelanggan yang mempunyai prioritas rendah. Contohnya seperti pada pasien rumah sakit
yang mendapatkan prioritas penanganan terlebih dahulu dikarenakan mempunyai penyakit
yang lebih berat dibangdingkan dengan pasien lain. Berdasarkan pengamatan dilapangan
barisan antrian termasuk ukuran kedatangan secara terbatas dan hanya dilayani oleh satu
13unit excavator maka pelayanannya adalah pelayanan tunggal (single server) dengan
disiplin pelayanan pertama datang pertama dilayani (FCFC = First come first service). 10.
Perhitungan Simulasi Kebutuhan Alat dengan Teori Antrian. Probabilitas keadaaan antrian
ditentukan oleh jumlah alat angkut yang digunakan dan keadaan antrian yang terdiri dari 4
tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap 1 (µ1) merupakan tahap pelayanan alat gali
muat untuk memuat material ke alat angkut hingga terisi penuh. 2. Tahap 2 (µ2)
merupakan tahap pelayanan sendiri yaitu tahap dimana alat angkut dalam perjalanan
untuk mengangkut material menuju disposal. 3. Tahap 3 (µ3) merupakan tahap alat angkut
menumpahkan material di disposal. 4. Tahap 4 (µ4) merupakan tahap pelayanan sendiri,
yaitu alat angkut tidak bermuatan kembali ke front loading. 3.4 Kerangka Metodologi
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan
berikut: BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan data
4.1.1 Geometri Jalan Angkut Pada bab ini berisikan pengumpulan data dan pengolahan
data yang diperlukan. Dalam penelitian ini mengevaluasi jalan angkut dari front
penambangan batu andesit menuju area disposal di PT.Bintang Sumatera Pasific (BSP).
Berdasarkan hasil kegiatan pengumpulan data, maka data-data yang didapatkan sebagai
berikut: a. Lebar Jalan Lurus Untuk data lebar jalan front loading–disposal PT. Bintang
Sumatera Pasific dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Data Pengukuran Lebar Jalan
Lurus PT. Bintang Sumatera Pasific. No Segmen Lebar Jalan (m) Keterangan 1 SG-1 10,10 m
Dua Jalur 2 SG-2 9,45 m Dua Jalur 3 SG-3 9,50 m Dua Jalur 4 SG-4 10,42 m Dua Jalur 5
SG-5 10,30 m Dua Jalur Pengukuran lebar jalan lurus dilakukan dengan menggunakan
meteran sebagai alat ukur untuk menentukan lebar jalan yang terlihat pada gambar 4.1 di
bawah ini. Gambar 4.1 Pengukuran Jalan Lurus b. Lebar Jalan Tikungan Hasil pengukuran
jalan tikungan aktual di PT.Bintang Sumatera Pasific dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah
ini: Tabel 4.2 Data Pengukuran Lebar Jalan Tikungan PT. Bintang Sumatera Pasific No
Segmen Lebar (m) Keterangan 1 T-1 15,50 m Satu Jalur 2 T-2 14,35 m Satu Jalur
Pengukuran lebar jalan tikungan dilakukan dengan menggunakan meteran sebagai alat
ukur dan pengukuran dilakukan di tengahjalan pada tikungan, dapat dilihat pada gambar
4.2. Gambar 4.2 Pengukuran Lebar Jalan Tikungan c. 12Kemiringan Jalan Angkut (Grade)
Kemiringan jalan angkut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan
kerja alat angkut dalam kegiatan pemindahan material dari front loading–disposal area
dalam pengereman maupun mengatasi tanjakan. Data pengukuran kemiringan jalan
angkut PT. Bintang Sumatera Pasific dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3
Data Pengukuran Kemiringan Jalan (Grade) PT. Bintang Sumatera Pasific No Tanjakan
Grade 1 Tanjakan 1 12° 2 Tanjakan 2 11° Pengambilan data kemiringan jalan dilakukan
dengan menggunakan waterpass dalam pengukurannya yang diambil di bagian tengah-
tengah jalan terlihat pada gambar 4.3. Gambar 4.3 Pengambilan Grade d. Superelevasi
Pengamatan superelavasi aktual di lapangan pada PT. Bintang Sumatera Pasific dibagi
menjadi 3 segment. Hasil pengukuran superelavasi aktual dapat dilihat pada tabel 4.4
berikut: Tabel 4.4 Data Pengukuran Superelevasi PT. Bintang Sumatera Pasific No Segmen
Superelevasi 1 SV-1 14,20 m 2 SV-2 13,10 m 3 SV-3 14,35 m e. Hasil pengukuran jari-jari
belokan PT. Bintang Sumatera Pasific dapat dilihat dari pengambilan data lapangan terlihat
pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Data Pengukuran Jari-jari Tikungan PT. Bintang Sumatera Pasific
No Segmen Sudut Penyimpangan Depan Jarak Antara Poros Roda Depan dan Belakang 1
CS-1 30° 4,13 m Pengambilan data jari-jari belokan dilakukan dengan cara mencari sudut
dari roda ban dengan pengukuran menggunakan busur dengan memutar roda ban pada
dump truck, yang terlihat pada gambar 4.5. Gambar 4.5 Pengambilan jari-jari belokan 4.1.2
Alat Gali Muat dan Alat Muat Produksi alat mekanis selain dipengaruhi oleh kondisi fisik
dan mekanisnya, juga dipengaruhi oleh keadaan tempat kerja alat tersebut digunakan.
Untuk mendapatkan produksi 10alat muat dan alat angkut maka perlu dilakukan
pengamatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kegiatan penambangan
material overburden di front loading roof PT. Bintang Sumatera Pasific menggunakan
kombinasi alat gali muat excavator Hitachi ZX 210 dan alat angkut dumpt truck Hino
Ranger FM 260 JD Mining. Dalam melakukan kegiatan pemuatan terdapat satu alat muat
excavator Hitachi ZX 210 dengan kapasitas bucket 1,20 m3 melayani lima unit dumpt truck
Hino Ranger FM 260 JD Mining dengan kapasitas vessel untuk satu ritase sebesar 18 bcm
atau untuk nilai payload-nya ± 20 Ton. a. Pola Pemuatan Pola pemuatan yang dilakukan di
lapangan berdasarkan posisi alat gali muat menggunakan pola top loading yaitu excavator
melakukan pemuatan 10dengan menempatkan dirinya di atas jenjang atau truck berada
dibawah alat muat (Gambar 4.6). Pola pemuatan berdasarkan penempatan posisi alat
angkut adalah 16single back up, yaitu truck memposisikan diri untuk dimuati pada satu
tempat, sedangkan truck berikutnya menunggu truck pertama dimuati sampai penuh,
setelah truck pertama berangkat truck 34kedua memposisikan diri untuk dimuati dan begitu
seterusnya. GGambar 4.6 Pola pemuatan top loading b. Waktu Edar 4(Cycle Time) Waktu
edar adalah waktu yang diperlukan oleh suatu alat mekanis untuk melakukan kegiatan
Dumping, Digging, Swing Loaded, Swing empty. Dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut : Tabel
4.6 Waktu Edar Alat Gali Muat dan Alat Angkut No Unit Rata – rata waktu edar (detik) 1
Excavator Hitachi ZX 210 26,3 2 Hino Ranger FM 260 JD Mining 1.133 c. Komposisi Alat
yang tersedia Komposisi alat yang dimiliki oleh PT. Bintang Sumatera Pasific untuk
menunjang tercapainya target produksi dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini : Tabel 4.7
Komposisi Alat Gali Muat dan Alat Angkut No Unit Kapasitas Bucket Jumlah 1 Excavator
Hitachi ZX 210 6 m3 1 2 Hino Ranger FM 260 JD Mining 14,67 m3 5 d. Faktor Pengisian
Bucket (Bucket Fill Factor) Faktor pengisian bucket adalah 15perbandingan antara volume
material yang dapat ditampung oleh mangkuk terhadap volume bucket teoritis sesuai
dengan spesifikasi alat muat yang digunakan, dinyatakan dalam persen. 4Semakin besar
faktor pengisian maka semakin besar pula kemampuan nyata dari alat tersebut Untuk
kapasitas bucket nyata dihitung dengan cara mengestimasi menggunakan asumsi berikut:
Sumber: Caterpillar 2004 Gambar 4.7 Faktor Pengisian Bucket e. Efisiensi Kerja Berdasarkan
pengaturan waktu kerja yang telah ditetapkan oleh PT Bintang Sumatera Pasific memiliki 7
(tujuh) hari kerja. Dimana penerapan jam kerja mulai dari jam 08.00–17.00 untuk untuk hari
senin–kamis dan sabtu–minggu dengan waktu istirahat 1 jam sedangkan untuk hari jumat
waktu istirahat adalah 2 jam. Untuk waktu kerja tersedia PT. Bintang Sumatera Pasific dapat
dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.8 Waktu Kerja Tersedia PT. Bintang Sumatera Pasific Shift
Jadwal Kerja Keterangan Waktu (jam) 1 08.00 – 12.00 Operasi 4 12.00 – 13.00 Istirahat 1
13.00 – 17.00 Operasi 4 Total 8 Berdasarkan waktu kerja yang disediakan oleh PT. Bintang
Sumatera Pasific pada kenyataannya di lapangan jam kerja yang telah ditetapkan tidak
terealisasi dengan baik, hal ini dikarenakan adanya hambatan-hambatan yang mengurangi
waktu kerja tersedia. Adapun hambatan-hambatan itu terdiri dari hambatan yang bisa
dihindari dan tidak dapat dihindari. PT. Bintang Sumatera Pasific menetapkan waktu kerja
efektif sebesar 70% dari waktu kerja tersedia. Jam kerja efektif PT. Bintang Sumatera Pasific
dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.9 Waktu Kerja PT. Bintang Sumatera Pasific
Keterangan Jam/Shift Waktu yang tersedia (Wt) 8 Waktu Efektif (We) 7 Waktu Hambatan -
Memanaskan Unit - Pindah posisi - Berhenti kerja sebelum istirahat - Terlambat kerja
setelah istirahat - Pengisian Bahan Bakar 1 f. Waktu Yang Dibutuhkan Alat Dalam Kegiatan
Penambangan Waktu standby dan waktu repair adalah waktu kerja terpakai karena alat
standby dan repair. Sedangkan 24waktu kerja efektif adalah waktu yang benar digunakan
alat untuk berproduksi sampai akhir operasi yaitu selisih antara jam kerja yang hilang.
Untuk melihat distribusi waktu kerja dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut : Tabel 4.10
Waktu Standby, Repair, dan Waktu Kerja Efektif Alat No Unit Jam Tersedia (jam) R (Repair)
Jam W (Work) jam S (Standby) Jam 1 Excavator Hitachi ZX 210 270 22,31 222 25,69 2 Hino
Ranger FM 260 JD Mining 270 11,92 210 48,08 g. 16Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat
Angkut Produktivitas alat gali muat dan alat angkut adalah kemampuan produksi alat gali
muat dan alat angkut per jam. Sedangkan 14produksi alat muat dan alat angkut adalah
besarnya produksi yang dapat dicapai dalam kenyataan kerja alat muat dan alat angkut
berdasarkan kondisi yang dapat dicapai saat ini. h. Keserasian Alat Gali Muat dan Alat
Angkut di Lapangan 4Match Factor merupakan keserasian kerja antara alat muat dengan
alat angkut. Harga keserasian kerja setiap rangkaian kerja peralatan mekanis yang
digunakan ditentukan berdasarkan data waktu edar dan jumlah peralatan mekanis yang
digunakan dalam setiap rangkaian kerja tersebut. Berdasarkan dari pengamatan di
lapangan, nilai keserasian alat gali muat PT Bintang Sumatera Pasific besar dari satu (MF <
1), sehingga terdapat waktu tunggu oleh alat muat. 4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Geometri
Jalan Angkut Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan teori sesuai standar
AASHTO (American 4Association Of State Highway And Transportation Officials) tentang
lebar jalan angkut pada keadaan lurus, lebar jalan pada tikungan, kemiringan jalan/grade
dan cross slope. 1. Perhitungan Lebar Jalan Pada Keadaan Lurus. Guna memenuhi standar
lebar jalan lurus menurut AASHTOdengan spesifikasi alat angkut dumpt truck Hino Ranger
FM 260 JD Mining yang memiliki lebar (Wt)= 2.5 meter. Perhitungannya mengunakan
persamaan (2.1) sebagai berikut: Maka lebar jalan lurus minimum : untuk 1 (satu) jalur
adalah : Lmin = (1 x 2.500 meter) + (1 + 1) (1/2 x 2.500 meter) = 5,000 meter ~ 5 meter
Untuk 2 (dua) Jalur adalah : Lmin = (2 x 2.500 meter) + (2 + 1) (1/2 x 2.500 meter) = 8,750
meter ~ 9 meter Jadi lebar jalan angkut ideal pada PT. Bintang Sumatera Pasific
berdasarkan teori AASHTO untuk dua jalur adalah 8.750 m. 2. Lebar Jalan Tikungan Lebar
jalan ditikungan 2selalu dibuat lebih besar dari jalan lurus, hal ini bermaksud untuk
mengantisipasi adanya penyimpangan lebar alat angkut yang disebabkan sudut yang
dibentuk oleh roda depan dengan badan dump truck saat melintasi tikungan. Untuk
perhitungan lebar jalan tikungan adalah : Wmin= 2 (U 23+ Fa + Fb + Z) + C C = Z = ½ (U +
Fa + Fb) Fa = Ad x sin α Fb = Ab x Sin α Berdasarkan spesifikasi alat angkut, maka
diperoleh data sebagai berikut, untuk dumpt truck Hino Ranger FM 260 JD Mining : a. Jarak
as roda depan dengan bagian depan(Ad) : 1,930 m b. Jarak as roda belakang dengan
bagian belakang(Ab) : 1,855 m c. Jarak antar jejak roda (U) : 2,49 m d. Steer Angle (α) : 300
Maka: Fa = 1,950 meter x sin 300 = 0,975 meter Fb = 1,855 meter x sin 300 = 0,927 meter C
= Z = ½ ( 2,49 meter + 0,975 meter + 0,927 meter) = 2,196 meter Wmin = 2 ( 2,49 meter +
0,975 meter + 0,927 meter + 2,196 meter) + 2,196 meter = 15,372 meter Jadi lebar jalan
tikungan ideal pada PT. Bintang Sumatera Pasific berdasarkan teori AASHTO adalah 15,372
m. 3. Kermiringan Jalan (%) x100% Segmen 1 = x 100% = 3,3% Segmen 2 = x100% =3,0%
Jadi kemiringan jalan/ grade aktual di PT. Bintang Sumatera Pasific adalah 12° atau setara
dengan 3,3% dan 11° setara dengan 3,0%. 4. Kemiringan Melingtang (Superelevasi) Standar
superelavasi pada jalan angkut menurut AASTHO berkisar antara 20 mm/m sampai dengan
40 mm /m yang di analisa untuk tiap meternya. Diketahui: V = 40 km/jam R 1 = 14,20 m R
2 = 13,10 m R 3 = 14,35 m e+f = e = – f Segmen 1 e = = = = Segmen 2 e = = = = Segmen
3 e = = = = 5. Jari-jari belokan Besarnya jari-jari belokan minimum pada jalan dapat
dihitung dengan mengunakan perhitungan. R = R = = Dari perhitungan di atas maka
diperoleh jari-jari belokan sebesar 8,2 m. 4.2.2 Perhitungan Efesiensi Kerja Alat Muat dan
Alat Angkut 1. Perhitungan Jam Ketersediaan Alat dan Waktu Efektif Dump Truck MA = x
100 % MA = x 100 % = 94,62 % Jadi, Mechanical Avaibility adalah 94,62 % dalam artian
baik. PA = x 100 % PA = x 100 % = 95,58 % Diperoleh dari Physical Availability 95,58 %
artinya alat dalam baik. UA = x 100 % UA = x 100 % = 81,37 % Jadi Use of Avaibility
sebesar 81,37 % dalam kurang baik. EU = x 100 % EU = x 100 % = 77,78 % Artinya alat
bekerja dengan presentase 77,78 % dari kondisi ini dikatakan alat dalam kondisi kerja
kurang baik. 2. Perhitungan Jam Ketersediaan Alat dan Waktu Efektif Excavator MA = x 100
% MA = x 100 % = 90,86 % Jadi, Mechanical Avaibility adalah 90,86 % dalam artian baik. PA
= x 100 % PA = x 100 % = 91,73 % Diperoleh dari Physical Availability 91,73 % artinya alat
dalam keadaan baik. UA = x 100 % UA = x 100 % = 89,62% Jadi Use of Avaibility sebesar
89,62 % dalam keadaan baik. EU = x 100 % EU = x 100 % = 82,22 % Artinya alat bekerja
dengan presentase 82,22 % dari kondisi ini dikatakan alat dalam kondisi kerja baik.
Berdasarkan perhitungan dapat dilihat efisiensi 8kerja alat gali muat dan alat angkut secara
aktual pada Tabel 4.11 Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Efisiensi Kerja Alat Gali
Muat dan Alat Angkut Secara Aktual No Unit MA PA UA EU 1 Excavator Hitachi ZX 210
90,86 % 91,73 % 89,62 % 82,22 % 2 Hino Ranger FM 260 JD Minning 94,62 % 95,58 % 81,37
% 77,78 % 4.2.3 Waktu Edar 4(Cycle Time) Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh
suatu alat mekanis untuk melakukan kegiatan tertentu dari awal 12sampai akhir dan siap
memulai lagi. Kondisi tempat kerja, jalan angkut dan kondisi alat sangat mempengaruhi
waktu edar dari alat. Waktu edar dari alat gali muat excavator Hitachi ZX 210 pada saat
melakukan loading di front loading dapat dilihat pada sebanyak 30 data dengan nilai
minimumnya sebesar 22 detik, nilai maksimum sebesar 33 detik dan nilai rata-rata sebesar
26,3 detik. Waktu edar dari alat angkut dumpt truck Hino Ranger FM 260 JD Mining pada
saat melakukan hauling dari front loading menuju disposal area dapat dilihat sebanyak 10
data dengan nilai minimum sebesar 1.306 menit, nilai maksimum sebesar 1.234 menit dan
nilai rata-rata sebesar 1.133 menit, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.12 Waktu
Edar Excavator Hitachi ZX 210 No Unit T1 (Detik) T2 (Detik) T3 (Detik) T4 (Detik) T5 (Detik) 1
excavator Hitachi ZX 210 9,67 6,97 4,5 5,17 26,3 No Unit T1 (Menit) T2 (Menit) T3 (Meni) T4
(Meni) 1 dumpt truck Hino Ranger FM 260 JD Mining 389,9 699,7 43,6 1.133 Tabel 4.13
Waktu Edar Dump Truck Ranger FM 260 JD Mining 4.2.4 4Faktor Pengisian Bucket (Bucket
Fill Factor) Faktor pengisian bucket merupakan perbandingan antara volume bucket
dilapangan dengan volume bucket teoritis. Adapun nilai faktor pengisian bucket rata-rata
alat gali muat Dump truck Hino Ranger FM 260 JD Mining sebesar 83,5% dengan volume
bucket teoritis sebesar 6m3 dan volume bucket nyata rata-rata sebesar 5,01 m3 4.2.5
Efisiensi Kerja Dalam pengaturan kegiatan kerja PT. Bintang Sumatera Pasific selaku
kontrantor penambangan telah menetapkan waktu kerja yakni jadwal hari kerja dari senin
sampai minggu, kerja perhari dengan total waktu kerja rata-rata 8 jam perhari (tabel 4.9)
Pada hari Jumat, istirahat siang dimulai dari jam 11.30 – 13.30 sehingga jam kerja
berkurang menjadi 7 jam. Rata-rata jam kerja tersedia menjadi: WT = {(8 x 6) jam/minggu +
(7 x 1) jam/minggu}/ 7 hari/minggu = {48 jam/minggu + 7 jam/minggu}/7 hari/minggu =
7,85 jam/hari = 471 menit/hari Untuk jam kerja efektif PT. Bintang Sumatera Pasific
menetapkan sebesar 70% dari jam kerja tersedia, yang mana penetapan tersebut
berdasarkan dari pertimbangan karena adanya hambatan-hambatan yang terjadi
dilapangan. Sehingga jam kerja efektif PT. Bintang Sumatera Pasific menjadi: We = WT x
70% = 471 menit/hari x 70% = 32,970 menit/hari Sehingga dapat dihitung nilai efisiensi
kerja, yaitu: EK = = 32,970 menit/hari/471 menit/hari x 100% = 70,00 % 4.2.6 14Produksi
Alat Gali Muat dan Alat Angkut Perhitungan untuk produksi alat gali muat (Excavator
Hitachi ZX 210) adalah: Waktu edar alat gali muat (Ctm) = 26,3 detik/0,438 menit Kapasitas
Bucket (Cm) = 6m3 Faktor pengisian mangkuk (Bff) = 83,5% Faktor pengembangan (Sf) =
0,85% Efisiensi Kerja (Ek) = 70,00% Maka: Qm = = = 405,40 Bcm/jam Sedangkan
perhitungan produktivitas alat angkut ( Dump Truck Hino Ranger FM 260 JD Mining)
adalah: Jumlah pengisian bucket (n) = ±18 Kapasitas Bucket (kb) = 6 m3 Faktor pengisian
bucket (Bff) = 83,5% Faktor pengembangan (Sf) = 0,85% Efisiensi Kerja (Ek) = 70,00%
Waktu edar alat angkut(Cta) = 1.133 detik/18,88 menit Maka: Qa = = = 170 Bcm/jam 4.2.7
10Keserasian Alat Gali Muat dan Alat Angkut (Match Factor) Perhitungan keserasian alat gali
muat dan alat angkut dengan kondisi 1 unit alat gali muat dan 5 unit alat angkut, yaitu: MF
= = = 2,08 (MF > 1) 4.2.8 Rencana Perbaikan Komposisi Alat Untuk Mendapatkan
Keserasian Alat a. Waktu Antrian Berdasarkan perhitungan didapatkan waktu antrian
sebagai berikut: Na = 5 = Cta = 5,7 menit = 6 menit Tabel 4.14 Match Factor dan Waktu
Antrian No Match factor waktu antrian 1 2,08 6 menit 4.2.9 Simulasi Teori Antrian Proses
antrian (queueing process) adalah suatu proses yang berhubungan 7dengan kedatangan
konsumen pada suatu fasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu barisan
(antrian) bila fasilitas pelayanan sedang sibuk konsumen tersebut akan menunggu dan
konsumen akan meninggalkan fasilitas pelayanan tersebut apabila sudah mendapatkan
pelayanan. 4.2.9.1 Penentuan Model Antrian Berdasarkan pengamatan dilapangan barisan
antrian termasuk ukuran kedatangan secara terbatas dan hanya dilayani oleh satu 13unit
excavator maka pelayanannya adalah pelayanan tunggal (single server) dengan disiplin
pelayanan pertama datang pertama dilayani (FCFC = First come first service). 4.2.9.2
Perhitungan Simulasi Kebutuhan Alat dengan Teori Antrian Probabilitas keadaaan antrian
ditentukan oleh jumlah alat angkut yang digunakan dan keadaan antrian yang terdiri dari 4
tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap 1 (µ1) merupakan tahap pelayanan alat gali
muat untuk memuat material ke alat angkut hingga terisi penuh. 2. Tahap 2 (µ2)
merupakan tahap pelayanan sendiri yaitu tahap dimana alat angkut dalam perjalanan
untuk mengangkut material menuju disposal. 3. Tahap 3 (µ3) merupakan tahap alat angkut
menumpahkan material di disposal. 4. Tahap 4 (µ4) merupakan tahap pelayanan sendiri,
yaitu alat angkut tidak bermuatan kembali ke front loading. a. Penentuan tingkat
pelayanan. Tahap 1 T1 = Waktu Penempatan + Waktu Pengisian = 5 menit/truk + (0,133
menit x 18 bucket/truk = 7 menit/truk µ1 = x 60 menit/jam = 9 truk/jam Tahap 2 T2 =
Waktu Perjalanan alat angkut bermuatan = 5 menit/truk µ2 = x 60 menit/jam = 12 truk/jam
Tahap 3 T3 = Waktu dumping = 0,8 menit/truk µ3 = x 60 menit/jam = 75 truk/jam Tahap 4
T4 = Waktu kembali alat angkut tidak bermuatan = 3 menit/truk = 7 menit/truk µ4 = x 60
menit/jam = 20 truk/jam b. Probabilitas keadaan antrian Jumlah alat angkut (N) yang
dilayani oleh excavator hitachi ZX 210 adalah 5 unit Hino Ranger FM 260 JD Minning
dengan 4 tahap antrian (M). Sehingga banyaknya kemungkinan keadaan antrian adalah: =
= 56 Keadaan Maka untuk menghitung keofisien setiap keadaan sistem, contohnya untuk
koefisien P (0.0.0.5) digunakan rumus Koefisien P (0.0.0.5) = = = = = 0.0001537 Cara ini
digunakan untuk setiap koefisien keadaan sistem hingga keadaan P (2.1.1.1) pada tabel 13
dilihat bahwa koefisien P (5.0.0.0) bernilai 1 sehingga menjadi dasar untuk menghitung
probabilitas masing-masing keadaan sistem. Dari tabel 13 jumlah koefisien dan seluruh
keadaan sistem adalah 3.5165041 maka untuk probabilitas keadaan adalah sebagai berikut:
P (5.0.0.0) = = 0,2843733 Sehingga probabilitas setiap keadaan sistem dapat dihitung
seperti contoh di bawah ini: P (0.0.0.5) = koefisien P (0.0.0.5) x P (5.0.0.0) = 0,0001537 x
0,2843733 = 0,0000437 Tabel 4.15 Keadaan Probabilitas Nomor Keadaan Keadaan Sistem
Koefisien Keadaan Probabilitas n1 n2 n3 n4 1 0 0 0 5 0,0001537 0,0000437 2 0 0 5 0
0,0000249 0,0000070 3 0 5 0 0 0,0019775 0,0005623 4 5 0 0 0 1,0000000 0,2843733 5 0 0 1
4 0,0000102 0,0000029 6 0 1 0 4 0,0000640 0,0000181 7 1 0 0 4 0,0000854 0,0000242 8 0 1
4 0 0,0000249 0,0000070 9 1 0 4 0 0,0000027 0,0000078 10 0 0 4 1 0,0000012 0,0000034 11
1 4 0 0 0,0131835 0,0037490 12 0 4 1 0 0,0015820 0,0004498 13 0 4 0 1 0,0059326
0,0016870 14 4 1 0 0 0,7500000 0,2132799 15 4 0 1 0 0,1200000 0,0341247 16 4 0 0 1
0,4500000 0,1279679 17 0 0 2 3 0,0002187 0,0000621 18 0 2 0 3 0,0085429 0,0024293 19 2
0 0 3 0,0151875 0,0043189 20 0 2 3 0 0,0004861 0,0001382 21 2 0 3 0 0,0017280 0,0004913
22 0 0 3 2 0,0001749 0,0000497 23 2 3 0 0 0,0703128 0,0199950 24 0 3 2 0 0,0010125
0,0002879 25 0 3 0 2 0,0071191 0,0020244 26 3 2 0 0 0,0234375 0,0066649 27 3 0 2 0
0,0144000 0,0040949 28 3 0 0 2 0,1012500 0,0287927 29 0 1 1 3 0,0001139 0,0000323 30 1
0 1 3 0,0018225 0,0005182 31 1 1 0 3 0,0113906 0,0032391 32 1 1 3 0 0,0012960 0,0003685
33 1 0 3 1 0,0155520 0,0044225 34 0 1 3 1 0,0005832 0,0001658 35 1 3 1 0 0,0084375
0,0023993 36 0 3 1 1 0,0037968 0,0010797 37 1 3 1 0 0,0084375 0,0023993 38 3 1 1 0
0,0900000 0,0255935 39 3 1 0 1 0,3375000 0,0959759 40 3 0 1 1 0,0540000 0,0153561 41 0
2 2 1 0,0018225 0,0005182 42 2 0 2 1 0,0064800 0,0018427 43 2 2 0 1 0,1265625 0,0359909
44 2 2 1 0 0,0337500 0,0095975 45 0 2 1 2 0,0034171 0,0009717 46 2 2 1 0 0,0337500
0,0095975 47 2 1 2 0 0,0108000 0,0030712 48 2 1 0 2 0,0759375 0,0215945 49 0 1 2 2
0,0010896 0,0003098 50 1 2 2 0 0,0040500 0,0011517 51 1 2 0 2 0,0284765 0,0080979 52 1
0 2 2 0,0014580 0,0004146 53 1 1 1 2 0,0091125 0,0025913 54 1 1 2 1 0,0048600 0,0013820
55 1 2 1 1 0,0151875 0,0043189 56 2 1 1 1 0,0405000 0,0114318 Total 3,5165041 1,0000897
4.2.9.3 Perhitungan Lq1, Lq3, Wq1 dan Wq3 a. Lq1 Merupakan antrian alat angkut saat
akan dimuat oleh alat gali muat dengan syarat n1 > 1 (Tabel, kolom ke 2). Lq1 = (1 x Σ
(probabilitas keadaan 19, 21, 23, 42, 43, 44, 46, 47, 48, 56) + (2 x Σ (probabilitas keadaan 26,
27, 28, 38, 39, 40) + (3 x Σ (probabilitas keadaan 14, 15, 16) + (4 x Σ (probabilitas keadaan
4). = 3 truk b. Lq3 Merupakan antrian alat angkut saat akan menumpahkan material ke
crusher dengan syarat n3 > 1. Lq3 = (1 x Σ (probabilitas keadaan 17, 24, 27, 41, 42, 47, 49,
50, 52, 54) + (2 x Σ (probabilitas keadaan 20, 21, 22, 32, 33, 34) + (3 x Σ (probabilitas
keadaan 8, 9, 10) + (4 x Σ (probabilitas keadaan 2). = 1 truk c. Wq1 Merupakan waktu
tunggu alat angkut pada saat akan dimuat oleh alat gali muat. Untuk menentukan Wq1
terlebih dahulu harus dihitung tingkat kesibukan (n1) excavator dengan syarat n1 = 0 n1 =
1 – Σ (probabilitas keadaan 1, 2, 3, 5, 6, 8, 10, 12, 13, 17, 18, 20, 22, 24, 25, 29, 34, 36, 41, 45,
49) = 1- 0,108503 = 0,9891497 = 98,91 % Karena pemuatan ada pada tahap 1, maka
jumlah truk yang bisa dilayani adalah: Θ = n1 x µ1 = 0,9891497 x 9 truk/jam = 8,9023 = 9
truk/jam Wq1 = = = 0,3369 jam = 20,22 = 20 menit d. Wq3 Waktu tunggu alat angkut saat
menumpahkan material ke crusher. Wq3 = = = 0,1123 jam = 6,73 menit = 7 menit 4.2.9.4
Jumlah truk yang dibutuhkan Berdasarkan penerapan metode 13antrian maka total waktu
edar alat angkut adalah: CT total = + + + + Wq1 + Wq3) = + + + + 0,3369 + 0,1123) =
0,706 jam = 42,42 menit Sehingga tingkat kedatangan truck di front loading ataupun di
crusher adalah: λ= λ1 = λ2 = = = 1,4164 truk/jam = 1 truk/jam Jadi jumlah truk yang
dibutuhkan adalah: N = = = 1 truk 4.2.10 Produksi yang Didapatkan Berdasarkan Teori
Antrian Tabel 4.16 Produksi Alat Angkut Jumlah Dump Truck Produksi Dump Truck Jam
Kerja Dump Truck 1 214,2 ton/jam 210 Jadi, jumlah produksi yang didapatkan berdasarkan
teori antrian adalah: Produksi = Q x n x WH = 214,2 ton/jam x 1 x 210 = 44,98 ton/bulan
BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA 5.1. Geometri Jalan Angkut 5.1.1. Perhitungan
Geometri Jalan 1. Analisa Jalan Angkut Keadaan Lurus Kondisi jalan angkut yang
menghubungkan front penambangan ke disposal mengunakan dump truck pada PT.
Bintang Sumatera Pasific yaitu Hino Ranger FM 260 JD Mining berdasarkan hasil analisa
perhitungan data lebar jalan lurus secara teori AASTHO jalan angkut minimum ideal adalah
8,750 meter, sedangkan jalan aktual di lapangan segmen 1 selebar 10,10 m, Segmen 2
selebar 9,45 m, segmen 3 selebar 9,50 m, segmen 4 selebar 10,42 m, dan segmen 5 selebar
10,30 m, 2Maka perbandingan lebar jalan lurus aktual dengan lebar jalan minimum yang
dipersyaratkan dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Evaluasi Lebar Jalan Lurus No Segmen
(SG) Aktual Ideal (AASTHO) Keterangan 1 SG – 1 10,10 m 8,750 m Sesuai 2 SG – 2 9,45 m
Sesuai 3 SG – 3 9,50 m Sesuai 4 SG – 4 10,42 m Sesuai 5 SG – 5 10,30 m Sesuai 2. Analisa
Perhitungan Pada Keadaan Tikungan Untuk analisa lebar jalan angkut pada tikungan, hasil
perhitungan lebar tikungan ideal adalah 15,37 meter, sedangkan lebar aktual jalan di
lapangan adalah 15,50 meter sampai dengan 14,35 meter, dari hasil dengan perhitungan
yang berarti jalan angkut masih belum bisa dikatakan memenuhi standar, maka perlu
dilakukan pelebaran jalan angkut operasi produksi batu andesit pada PT. Bintang Sumatera
Pasific berjalan dengan lancar dan terhindar dari kecelakaan kerja terlihat pada tabel 5.2
berikut. Tabel 5.2 Evaluasi Lebar Jalan Tikungan No Tikungan Aktual Ideal (AASTHO)
Keterangan 1 T – 1 15,50 m 15,37 m Sesuai 2 T - 2 14,35 m Perlu pelebaran 1,02 m 3.
Analisa Perhitungan Pada Kemiringan Jalan/Grade. Dari hasil analisa data aktual di
lapangan kemiringan jalan/ grade pada jalan angkut grade PT. Bintang Sumatera Pasific
adalah sebesar 12° atau sama dengan 3,3% dan 11° sama dengan 3,0% sedangkan
standarisasi menurut teori AASTHO kemiringan jalan/grade maksimum yang aman untuk
jalan naik maupun turun dilalui oleh alat angkut dump truck Hino FM 260 TI JD adalah
sebesar berkisar 8%. Grade jalan yang di amati telah ideal karena tidak lebih dari 8%. Tabel
5.3 Evaluasi Kemiringan Jalan Angkut No Grade (GR) Aktual Ideal (AASTHO) Keterangan 1
GR – 1 3,3 % 8 % Sesuai 2 GR – 2 3,0 % Sesuai Gambar 5.1 Evaluasi Kemiringan Jalan
Angkut 4. Analisa (superelavasi). Berdasarkan pengamatan dilapangan superelavasi jalan
pada PT. Allied Indo Coal Jaya hasil perhitungan secara teori maka didapatkan superelavasi
pada segmen 1sebesar 10,82 mm/m, segmen 2 sebesar 10,28, dan segmen 3 sebesar 11,05
mm/m pada PT. Bintang Sumatera Pasific terlihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4 Superelevasi No
Superelevasi Aktual Superelevasi menurut AASTHO 1 SV – 1 7,34 mm/m
20mm/m-40mm/m 2 SV – 2 7,99 mm/m 3 SV – 3 7,27 mm/m 5.1.2 Waktu Edar 4(Cycle
Time) Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh suatu alat mekanis untuk melakukan
12kegiatan tertentu dari awal sampai akhir dan siap memulai lagi. Kondisi tempat kerja,
jalan angkut dan kondisi alat sangat mempengaruhi waktu edar dari alat. Waktu edar dari
alat gali muat excavator Hitachi ZX 210 pada saat melakukan loading di front loading dapat
dilihat pada tabel 4.6 hal 33 sebanyak 30 data dengan nilai minimumnya sebesar 22 detik,
nilai maksimum sebesar 33 detik dan nilai rata-rata sebesar 26,3 detik. Waktu edar dari alat
angkut dumpt truck Hino Ranger FM 260 JD Mining pada saat melakukan hauling dari front
loading menuju disposal area dapat dilihat sebanyak 10 data dengan nilai minimum
sebesar 1.306 menit, nilai maksimum sebesar 1.234 menit dan nilai rata-rata sebesar 1.133
menit. 5.1.3 4Faktor Pengisian Bucket (Bucket Fill Factor) Faktor pengisian bucket
merupakan perbandingan antara volume bucket dilapangan dengan volume bucket
teoritis. Adapun nilai faktor pengisian bucket rata-rata alat gali muat Dump truck Hino
Ranger FM 260 JD Mining sebesar 83,5% dengan volume bucket teoritis sebesar 6m3 dan
volume bucket nyata rata-rata sebesar 5,01 m3 5.1.4 Efisiensi Kerja Dalam pengaturan
kegiatan kerja PT. Bintang Sumatera Pasific selaku kontrantor penambangan telah
menetapkan waktu kerja yakni jadwal hari kerja dari senin sampai minggu, kerja perhari
dengan total waktu kerja rata-rata 8 jam perhari. Pada hari Jumat, istirahat siang dimulai
dari jam 11.30–13.30 WIB sehingga jam kerja berkurang menjadi 7 jam. Rata-rata jam kerja
tersedia menjadi 7,85 menit/hari. PT. Bintang Sumatera Pasific menetapkan jam kerja efektif
sebesar 70% dari jam kerja tersedia, yang mana penetapan tersebut berdasarkan dari
pertimbangan karena adanya hambatan-hambatan yang terjadi dilapangan. Sehingga jam
kerja efektif PT. Bintang Sumatera Pasific menjadi 549,5 menit/hari. Sehingga dapat
dihitung nilai efisiensi kerja 70,00 % 5.1.5 14Produksi Alat Gali Muat dan Alat Angkut
Perhitungan untuk produksi alat gali muat Excavator Hitachi ZX 210 adalah 405,40
Bcm/jam, Sedangkan perhitungan produktivitas alat angkut Dump Truck Hino Ranger FM
260 JD Mining adalah 170 Bcm/jam. 5.1.6 10Keserasian Alat Gali Muat dan Alat Angkut
(Match Factor) Perhitungan keserasian alat gali muat dan alat angkut dengan kondisi 1 unit
alat gali muat dan 5 unit alat angkut adalah 2,08 (MF < 1). 5.2 Rancangan Geometri Jalan
Angkut Ideal Dalam Bentuk 2 Dimensi 1. Rancangan lebar jalan angkut lurus 2 dimensi.
Rancangan lebar jalan lurus ideal 2 dimensi denganlebar 8.5 meter. Gambar 5.2 Lebar Jalan
Lurus Ideal 2 Dimensi 2. Rancangan lebar jalan tikungan 2 dimensi. Rancangan lebar jalan
tikungan ideal 2 dimensi dengan lebar 15,50 meter. Gambar 5.3 Lebar Jalan Tikungan Ideal
2 Dimensi 3. Rancangan kemiringan jalan/grade 2 dimensi. Rancangan grade jalan
maksimum dengan tinggi 8%. Gambar 5.4 Rancangan Grade 2 Dimensi 4. Kemiringan
Melintang (superelavasi). Rancangan superelavasi 2 dimensi Gambar 5.5 Rancangan
Superelevasi 2 Dimensi 5.3 Hasil Analisis Pengolahan Data Tabel 5.5 Rekapitulasi Hasil
Perhitungan Efisiensi 8Kerja Alat Gali Muat dan Alat Angkut Secara Aktual No Unit MA PA
UA EU 1 Excavator Hitachi ZX 210 90,86 % 91,73 % 89,62 % 82,22 % 2 Hino Ranger FM 260
JD Minning 94,62 % 95,58 % 81,37 % 77,78 % Tabel 5.6 Waktu Edar Excavator Hitachi ZX
210 No Unit T1 (Detik) T2 (Detik) T3 (Detik) T4 (Detik) T5 (Detik) 1 excavator Hitachi ZX 210
9,67 6,97 4,5 5,17 26,3 Tabel 5.7 Waktu Edar Dumpt Truck Hino Ranger FM 260 JD Mining
No Unit T1 (Menit) T2 (Menit) T3 (Menit) T4 (Menit) 1 dumpt truck Hino Ranger FM 260 JD
Mining 389,9 699,7 43,6 1.133 Tabel 5.8 Match Factor dan Waktu Antrian No Match factor
waktu antrian 1 2,08 6 menit Tabel 5.9 Keadaan Probabilitas Nomor Keadaan Keadaan
Sistem Koefisien Keadaan Probabilitas n1 n2 n3 n4 1 0 0 0 5 0,0001537 0,0000437 2 0 0 5 0
0,0000249 0,0000070 3 0 5 0 0 0,0019775 0,0005623 4 5 0 0 0 1,0000000 0,2843733 5 0 0 1
4 0,0000102 0,0000029 6 0 1 0 4 0,0000640 0,0000181 7 1 0 0 4 0,0000854 0,0000242 8 0 1
4 0 0,0000249 0,0000070 9 1 0 4 0 0,0000027 0,0000078 10 0 0 4 1 0,0000012 0,0000034 11
1 4 0 0 0,0131835 0,0037490 12 0 4 1 0 0,0015820 0,0004498 13 0 4 0 1 0,0059326
0,0016870 14 4 1 0 0 0,7500000 0,2132799 15 4 0 1 0 0,1200000 0,0341247 16 4 0 0 1
0,4500000 0,1279679 17 0 0 2 3 0,0002187 0,0000621 18 0 2 0 3 0,0085429 0,0024293 19 2
0 0 3 0,0151875 0,0043189 20 0 2 3 0 0,0004861 0,0001382 21 2 0 3 0 0,0017280 0,0004913
22 0 0 3 2 0,0001749 0,0000497 23 2 3 0 0 0,0703128 0,0199950 24 0 3 2 0 0,0010125
0,0002879 25 0 3 0 2 0,0071191 0,0020244 26 3 2 0 0 0,0234375 0,0066649 27 3 0 2 0
0,0144000 0,0040949 28 3 0 0 2 0,1012500 0,0287927 29 0 1 1 3 0,0001139 0,0000323 30 1
0 1 3 0,0018225 0,0005182 31 1 1 0 3 0,0113906 0,0032391 32 1 1 3 0 0,0012960 0,0003685
33 1 0 3 1 0,0155520 0,0044225 34 0 1 3 1 0,0005832 0,0001658 35 1 3 1 0 0,0084375
0,0023993 36 0 3 1 1 0,0037968 0,0010797 37 1 3 1 0 0,0084375 0,0023993 38 3 1 1 0
0,0900000 0,0255935 39 3 1 0 1 0,3375000 0,0959759 40 3 0 1 1 0,0540000 0,0153561 41 0
2 2 1 0,0018225 0,0005182 42 2 0 2 1 0,0064800 0,0018427 43 2 2 0 1 0,1265625 0,0359909
44 2 2 1 0 0,0337500 0,0095975 45 0 2 1 2 0,0034171 0,0009717 46 2 2 1 0 0,0337500
0,0095975 47 2 1 2 0 0,0108000 0,0030712 48 2 1 0 2 0,0759375 0,0215945 49 0 1 2 2
0,0010896 0,0003098 50 1 2 2 0 0,0040500 0,0011517 51 1 2 0 2 0,0284765 0,0080979 52 1
0 2 2 0,0014580 0,0004146 53 1 1 1 2 0,0091125 0,0025913 54 1 1 2 1 0,0048600 0,0013820
55 1 2 1 1 0,0151875 0,0043189 56 2 1 1 1 0,0405000 0,0114318 Total 3,5165041 1,0000897
4Bab VI Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Berdasarkan data lapangan yang diperoleh
dan hasil analisis yang telah dilakukan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dari
pengamatan yang dilakukan antara lain: 1. Hasil analisa lebar jalan angkut untuk dua jalur
8,750 meter. Kondisi aktual di lapangan: segmen 1 selebar 10,10 m, Segmen 2 selebar 9,45
m, segmen 3 selebar 9,50 m, segmen 4 selebar 10,42 m, dan segmen 5 selebar 10,30 m.
Lebar jalan tikungan adalah selebar 15,37 meter. Hasil analisa Kemiringan jalan/grade
sebesar 12° atau setara dengan 3,3% dan 11° setara dengan 30%. Nilai 3,3% dan 30%
masih dalam kondisi aman yaitu dibawah 8%. Hasil analisa data pada superelavasi perlu
dilakukan penimbunan lagi agar jalan pada tikungan terdapat superelavasi yang baik yaitu
20mm/m-40mm/m. 2. Produktivitas excavator Hitachi ZX 210 sebesar 510,80 ton/jam.
Produktivitas Dump truck Hino Ranger FM 260 JD Mining sebesar 214,2 ton/jam 3.
Berdasarkan perhitungan jumlah dump truck yang dibutuhkan maka didapat perhitungan
nilai MF yaitu MF > 1. Jika MF lebih besar dari 1 maka terjadi waktu tunggu pada alat
angkut yang berarti terjadi antrian. Upaya untuk mengurangi waktu antrian pada produksi
batu andesit dengan melakukan perbaikan komposisi alat menjadi MF = 1. Jumlah alat
angkut optimum berdasarkan metode kapasitas produksi adalah sebanyak 5 unit dump
truck, sedangkan jumlah alat angkut berdasarkan metode antrian adalah sebanyak 1 unit
dump truck. 4. Hasil dari analisa data didapatkan waktu antrian sebesar 5,7 menit = 6
menit. 6.2 Saran Adapun saran untuk perusahaan sebagai berikut: 1. Hendaknya pengawas
melalukan pemantauan secara berkala agar mengetahui dimana terjadi kerusakan jalan. 2.
Pada jalan tikungan hendaknya dilakukan penambahan lebar jalan pada tikungan 2 sebesar
1,02 m, untuk jalan kondisi 2 jalur. 3. Mengkaji kembali kebutuhan peralatan yang
digunakan dalam penambangan untuk mendapatkan produktivitas yang lebih optimal. 4.
Mengkaji kembali alat gali muat dari alat yang telah disediakan untuk mengurangi waktu
tunggu alat. DAFTAR PUSTAKA Akhmad Rifandy, Ryan Muhammad Noor. Evaluasi Geometri
Jalan Tambang (RAMP). “Jurnal Geologi Pertambangan”. Vol 02. September 2015 Akhmad
rifandi, dkk. Kajian Teknis Geometri Jalan Hauling. ”Jurnal Geologi Pertambangan”.Vol 01
Februari 2016. Alloysius Vendhi Prasmoro Optimasi Produksi Dump Truk Dan Teori Antrian.
“Jurnal OE”. Vol 06, No 01. 2014 Hari Sentosa, Sumarya, and Yoszi Mingsi Anaperta Analisis
Teknik Kebutuhaan Alat Gali Muat dan Alat Angkut Menggunakan Simulasi Teori
Antrian.“Jurnal Bina Tambang”. Vol 03, No 04. 2018. Partanto prodjosumarto. Pemindahan
Tanah Mekanis. “Jurusan Teknik Pertambangan”.ITB, Bandung, 1996. Sepriadi, Kukuh
Webinsono. Evaluasi Geometri Jalan Angkut. “Jurnal Teknik Patra Akademika”. Vol 08, No
02. Desember 2016. Yanto Indonesianto. Pemindahan Tanah Mekanis.”Jurusan Teknik
Pertambangan”.UPN, “Veteran”.,Jogyakarta., 2005. LAMPIRAN I Perhitungan Koefisien 1.
Koefisien P (0005) = = = = = 0,0001537 2. Koefisien P (0050) = = = = = 0,0000249 3.
Koefisien P (0500) = = = = = 0,0019775 4. Koefisien P (5000) = = = = = 1 5. Koefisien P
(0014) = = = = = 0,0000102 6. Koefisien P (0104) = = = = = 0,0000640 7. Koefisien P (1004)
= = = = = 0,0000854 8. Koefisien P (0140) = = = = = 0,0000249 9. Koefisien P (1040) = = =
= = 0,0000027 10. Koefisien P (0041) = = = = = 0,0000012 11. Koefisien P (1400) = = = = =
0,0131835 12. Koefisien P (0410) = = = = = 0,0015820 13. Koefisien P (0401) = = = = =
0.0059326 14. Koefisien P (4100) = = = = = 0.7500000 15. Koefisien P (4010) = = = = =
0.1200000 16. Koefisien P (4001) = = = = = 0.4500000 17. Koefisien P (0023) = = = = =
0.0002187 18. Koefisien P (0203) = = = = = 0.0085429 19. Koefisien P (2003) = = = = =
0.0151875 20. Koefisien P (0230) = = = = = 0.0004861 21. Koefisien P (2030) = = = = =
0.0017280 22. Koefisien P (0032) = = = = = 0.0001749 23. Koefisien P (2300) = = = = =
0.0703128 24. Koefisien P (0320) = = = = = 0.0010125 25. Koefisien P (0302) = = = = =
0.0071191 26. Koefisien P (3200) = = = = = 0.0234375 27. Koefisien P (3020) = = = = =
0.0144000 28. Koefisien P (3002) = = = = = 0.1012500 29. Koefisien P (0113) = = = = =
0.0001139 30. Koefisien P (1013) = = = = = 0.0018225 31. Koefisien P (1103) = = = = =
0.0113906 32. Koefisien P (1130) = = = = = 0.0012960 33. Koefisien P (1031) = = = = =
0.0155520 34. Koefisien P (0131) = = = = = 0.0005832 35. Koefisien P (1310) = = = = =
0.0084375 36. Koefisien P (0311) = = = = = 0.0037968 37. Koefisien P (1310) = = = = =
0.0084375 38. Koefisien P (3110) = = = = = 0.0900000 39. Koefisien P (3101) = = = = =
0.3375000 40. Koefisien P (3011) = = = = = 0.0540000 41. Koefisien P (0221) = = = = =
0.0018225 42. Koefisien P (2021) = = = = = 0.0064800 43. Koefisien P (2201) = = = = =
0.1265625 44. Koefisien P (2210) = = = = = 0.03375500 45. Koefisien P (0212) = = = = =
0.0034171 46. Koefisien P (2210) = = = = = 0.0337500 47. Koefisien P (2120) = = = = =
0.0108000 48. Koefisien P (2102) = = = = = 0.0759375 49. Koefisien P (0122) = = = = =
0.0010896 50. Koefisien P (1220) = = = = = 0.0040500 51. Koefisien P (1202) = = = = =
0.0284765 52. Koefisien P (1022) = = = = = 0.0014580 53. Koefisien P (1112) = = = = =
0.0091125 54. Koefisien P (1121) = = = = = 0.0048600 55. Koefisien P (1211) = = = = =
0.0151875 56. Koefisien P (2111) = = = = = 0.0405000 LAMPIRAN II Probabilitas Keadaan 1.
P (0005) = K.P (0005) x P (5000) = 0.0001537 x 0.2843733 = 0.0000437 2. P (0050) =
0.0000249 x 0.2843733 = 0.0000070 3. P (0500) = 0.0019775 x 0.2843733 = 0.0005623 4. P
(5000) = 1 x 0.2843733 = 0.2843733 5. P (0014) = 0.0000102 x 0.2843733 = 0.0000029 6. P
(0104) = 0.0000640 x 0.2843733 = 0.0000181 7. P (1004) = 0.0000854 x 0.2843733 =
0.0000242 8. P (0140) = 0.0000249 x 0.2843733 = 0.0000070 9. P (1040) = 0.0000027 x
0.2843733 = 0.0000078 10. P (0041) = 0.0000012 x 0.2843733 = 0.00000134 11. P (1400) =
0.0131835 x 0.2843733 = 0.0037490 12. P (0410) = 0.0015820 x 0.2843733 = 0.0004498 13.
P (0401) = 0.0059326 x 0.2843733 = 0.0016870 14. P (4100) = 0.7500000 x 0.2843733 =
0.2132799 15. P (4010) = 0.1200000 x 0.2843733 = 0.0341247 16. P (4001) = 0.4500000 x
0.2843733 = 0.1279679 17. P (0023) = 0.0002187 x 0.2843733 = 0.0000621 18. P (0203) =
0.0085429 x 0.2843733 = 0.0024293 19. P (2003) = 0.0151875 x 0.2843733 = 0.0043189 20.
P (0230) = 0.0004861 x 0.2843733 = 0.0001382 21. P (2030) = 0.0017280 x 0.2843733 =
0.0004913 22. P (0032) = 0.0001749 x 0.2843733 = 0.0000497 23. P (2300) = 0.0703128 x
0.2843733 = 0.0199950 24. P (0320) = 0.0010125 x 0.2843733 = 0.0002879 25. P (0302) =
0.0071191 x 0.2843733 = 0.0020244 26. P (3200) = 0.0234375 x 0.2843733 = 0.0066649 27.
P (3020) = 0.0144000 x 0.2843733 = 0.0040949 28. P (3002) = 0.1012500 x 0.2843733 =
0.0287927 29. P (0113) = 0.0001139 x 0.2843733 = 0.0000323 30. P (1013) = 0.0018225 x
0.2843733 = 0.0005182 31. P (1103) = 0.0113906 x 0.2843733 = 0.0032391 32. P (1130) =
0.0012960 x 0.2843733 = 0.0003685 33. P (1031) = 0.0155520 x 0.2843733 = 0.0044225 34.
P (0131) = 0.0005832 x 0.2843733 = 0.0001658 35. P (1310) = 0.0084375 x 0.2843733 =
0.0023993 36. P (0311) = 0.0037968 x 0.2843733 = 0.0010797 37. P (1310) = 0.0084375 x
0.2843733 = 0.0023993 38. P (3110) = 0.0900000 x 0.2843733 = 0.0255935 39. P (3101) =
0.3375000 x 0.2843733 = 0.0959759 40. P (3011) = 0.0540000 x 0.2843733 = 0.0153561 41.
P (0221) = 0.0018225 x 0.2843733 = 0.0005182 42. P (2021) = 0.0064800 x 0.2843733 =
0.0018427 43. P (2201) = 0.1265625 x 0.2843733 = 0.0359909 44. P (2210) = 0.0337500 x
0.2843733 = 0.0095975 45. P (0212) = 0.0034171 x 0.2843733 = 0.0009717 46. P (2210) =
0.0337500 x 0.2843733 = 0.0095975 47. P (2120) = 0.0108000 x 0.2843733 = 0.0030712 48.
P (2102) = 0.0759375 x 0.2843733 = 0.0215945 49. P (0122) = 0.0010896 x 0.2843733 =
0.0003098 50. P (1220) = 0.0040500 x 0.2843733 = 0.0011517 51. P (1202) = 0.0284765 x
0.2843733 = 0.0004146 52. P (1022) = 0.0014580 x 0.2843733 = 0.0004146 53. P (1112) =
0.0091125 x 0.2843733 = 0.0025913 54. P (1121) = 0.0048600 x 0.2843733 = 0.0013820 55.
P (1211) = 0.0151875 x 0.2843733 = 0.0043189 56. P (2111) = 0.0402000 x 0.2843733 =
0.0114318 LAMPIRAN III PERHITUNGAN CYCLE TIME EXCAVATOR HITACHI ZX 210 No
Digging Time (Dtk) Swing Isi (Dtk) Loading Time (Dtk) Swing Kosong (Dtk) Waktu Edar (Dtk)
1 9 7 4 4 24 2 8 6 3 5 22 3 13 6 4 4 27 4 9 9 3 4 25 5 7 7 3 5 22 6 8 9 6 6 29 7 14 8 5 6 33 8
15 6 6 7 34 9 9 10 4 4 27 10 12 5 3 4 24 11 11 9 6 4 30 12 6 7 5 5 23 13 7 6 5 5 23 14 8 9 7
5 29 15 7 6 4 7 24 16 11 6 4 6 27 17 7 10 7 5 29 18 11 7 5 5 28 19 9 5 6 5 25 20 11 7 6 5 29
21 10 7 4 5 26 22 11 7 3 6 27 23 10 6 3 6 25 24 9 6 3 7 25 25 8 6 3 4 21 26 11 6 3 4 24 27 10
7 3 4 24 28 6 6 5 6 23 29 13 7 6 6 32 30 10 6 6 6 28 Min 6 5 3 4 22 Max 15 10 7 7 33 Rata-
rata 9,67 6,97 4,5 5,17 26,3 LAMPIRAN IV PERHITUNGAN CYCLE TIME DUMP TRUCK HINO
RANGER FM 260 JD MINING. NO Isi Muatan Hauling Isi Dumping Kembali Kosong Manuver
Cycle Time 1 420 715 32 1.167 2 375 746 25 1.146 3 410 723 68 1.201 4 405 689 40 1.134 5
355 645 55 1.055 6 415 711 53 1.179 7 370 641 48 1.059 8 391 718 35 1.144 9 382 678 38
1.098 10 376 731 42 1.149 Min 370 641 25 1.036 Max 420 746 68 1.234 Rata-rata 389,9
699,7 43,6 1.133 LAMPIRAN IV LAMPIRAN V LAMPIRAN VI LAMPIRAN VII LAMPIRAN VIII
SPESIFIKASI ALAT vii vii vii vii vii 5 1 5 1 5 1 5 5 5 5 5 5 5
Sources
1https://www.scribd.com/document/371263103/Optimasi-produksi-dumptruck-volvo-fm-440-dengan-metode-kapasitas-produksi-dan-teori-antrian-di-lokasi-pertambangan-batubara-pdfINTERNET
2%
2 https://id.scribd.com/doc/246824733/TA-jalan-tambangINTERNET
2%
3https://www.scribd.com/document/338938660/Evaluasi-Produksi-Alat-Muat-dan-Alat-Angkut-pada-Penambangan-Batu-Gamping-PT-Semen-PadangINTERNET
1%
4 https://idoc.pub/documents/skripsi-tambang-emas-gorontalo-zpnxprg5melvINTERNET
1%
5 http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2-00272-TI%20Bab2001.docINTERNET
1%
6 https://www.scribd.com/document/146064914/An-TrianINTERNET
1%
7http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/202/06bab2_chairunnisa_10070210022_skr_2015.pdf?sequence=6&isAllowed=yINTERNET
1%
8 https://www.scribd.com/document/321537685/Burning-Ta-Aidil-RahmadanuINTERNET
1%
9https://www.scribd.com/document/366125617/EVALUASI-JALAN-TAMBANG-BERDASARKAN-GEOMETRI-DAN-DAYA-DUKUNG-PADA-LAPISAN-TANAH-DASAR-PIT-TUTUPAN-AREA-HIGHWALL-pdfINTERNET
1%
10https://id.scribd.com/doc/231806468/BAB-II-PLIINTERNET
<1%
11https://id.scribd.com/doc/268124057/KAJIAN-TEKNIS-KONDISI-JALAN-ANGKUT-PRODUKSI-UNTUK-MENINGKATKAN-PRODUKSI-OPTIMAL-DUMPTRUCK-docINTERNET
<1%
12https://www.academia.edu/11393571/Skripsi_produksi_alat_muat_dan_alat_angkut_pada_kegiatan_pengupasan_tanah_penutupINTERNET
<1%
13https://www.scribd.com/document/396146694/BAB-5INTERNET
<1%
14https://www.academia.edu/8177854/KAJIAN_TEKNIS_PRODUKTIFITAS_ALAT_MUAT_DAN_ALAT_ANGKUT_BATUBARA_PADA_PENAMBANGAN_BATUBARA_DI_PT_BUKIT_ASAM_SITE_MTBU_TANJUNG_ENIM_SUMATERA_SELATANINTERNET
<1%
15https://www.scribd.com/document/382339435/BAB-2INTERNET
<1%
16https://www.scribd.com/document/342090274/BAB-I-IIINTERNET
<1%
17https://www.scribd.com/document/371315789/327808066-Proposal-Tugas-Akhir-analisis-jalan-tambang-docxINTERNET
<1%
18https://21xember90.blogspot.com/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo_8.htmlINTERNET
<1%
19http://repository.upnyk.ac.id/4191/1/AbstackEksum.pdfINTERNET
<1%
20http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/pertambangan/article/download/5521/pdfINTERNET
<1%
21https://www.situstekniksipil.com/2017/11/excavator.htmlINTERNET
<1%
22https://www.scribd.com/document/342357112/Teori-Jalan-docxINTERNET
<1%
23https://www.scribd.com/document/392068321/PEMETAAN-docINTERNET
<1%
24https://id.scribd.com/doc/292584128/11-Bab-II-Baru-docINTERNET
<1%
25http://www.geoarkeologi.blog.ugm.ac.id/files/2013/03/taufiq_sub-basin-payakumbuh_small.pdfINTERNET
<1%
26http://sosiologis.com/variabel-penelitianINTERNET
<1%
27http://repository.unpas.ac.id/33649/6/SKRIPSI%20BAB%20III.pdfINTERNET
<1%
28https://gonjonglimobatam.blogspot.com/2018/01/kecamatan-di-kabupaten-lima-puluh-kota.htmlINTERNET
<1%
29https://edoc.pub/analisis-geometri-jalan-pdf-free.htmlINTERNET
<1%
30https://www.researchgate.net/publication/331094969_ANALISIS_GEOMETRI_JALAN_DI_TAMBANG_UTARA_PADA_PT_IFISHDECO_KECAMATAN_TINANGGEA_KABUPATEN_KONAWE_SELATAN_PROVINSI_SULAWESI_TENGGARAINTERNET
<1%
31http://invotek.ppj.unp.ac.id/index.php/invotek/article/download/550/118/INTERNET
<1%
32https://www.scribd.com/document/386366643/Makalah-Map-InfoINTERNET
<1%
33https://journal.itny.ac.id/index.php/ReTII/article/view/971/pdfINTERNET
<1%
34https://ejurnal.itats.ac.id/semitan/article/download/842/721INTERNET
<1%
35http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3174/3/BAB%20II.pdfINTERNET
<1%
36http://repository.unpas.ac.id/30290/6/BAB%20III.pdfINTERNET
<1%